Olah Data Gravitasi

download Olah Data Gravitasi

of 49

Transcript of Olah Data Gravitasi

  • BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Pengolahan Data

    Pengolahan data berasal dari data sekunder yang dilengkapi dengan data

    primer. Seperti telah dijelaskan pada bab pengumpulan data, data sekunder yang

    diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Perhubungan, BAPPEDA, BPS Kota

    Bandar Lampung. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan berdasarkan

    kebutuhan inputing dari program yang akan digunakan yaitu EMME/2. Program

    EMME merupakan software yang mampu meramalkan perjalanan yakni perangkat

    alat perencanaan yang komplit dan komprehensif untuk kebutuhan pemodelan.

    Guna kepentingan penelitian, dalam melaksanakan proses running

    program tersebut dengan data masukan yang telah disusun sebelumnya,

    selanjutnya pelaksanaan proses tersebut dilakukan di Laboratorium Rekayasa

    Transportasi Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta, berhubung baru

    institusi UII yang memiliki software beserta kelengkapan laboratoriumnya.

    Pelaksanaan proses inputing data program EMME tersebut telah dilaksanakan

    pada tanggal 6 April sampai 9 April 2011.

  • 73

    5.1.1 Sistem Zona dan Jaringan

    Dalam memperoleh estimasi Matriks Asal Tujuan (MAT), pembagian

    zona memiliki peran yang cukup penting. Semakin detail pembagian zona dalam

    suatu wilayah, maka akan dapat memberikan gambaran pergerakan yang detail

    pula. Pembagian zona sebaiknya perlu mempertimbangkan aspek keseragaman

    tata guna lahan karena berkaitan dengan besarnya bangkitan dan tarikan pada zona

    tersebut.

    Data arus lalu lintas yang diperoleh dari survei lapangan (data primer) dan

    data sekunder dari instansi terkait diolah sesuai kebutuhan.

    1) Sistem Zona

    Sistem pembagian zona didasarkan pada sistem tata guna lahan dimana

    satu satuan tata guna lahan didapat dengan membagi wilayah kajian

    menjadi bagian yang lebih kecil (zona) yang dianggap mempunyai

    keseragaman tata guna lahan atau berada di bawah suatu administrasi

    pemerintahan tertentu seperti kelurahan atau kecamatan.

    Penggabungan zona dilakukan secara bertahap berdasarkan hierarki

    pembagian zona (kelurahan, kecamatan, dan wilayah). Kriteria yang

    digunakan dalam proses penggabungan zona adalah:

    a. Keseragaman tata guna lahan

    b. Jaringan jalan yang ada dalam suatu zona terbatas

    c. Lokasi zona berdekatan

    2) Sistem Jaringan

    Jaringan jalan di Kota Bandar Lampung dan sekitarnya merupakan

    prasarana yang sangat menunjang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

  • 74

    Sesuai dengan fungsinya, sistem jaringan jalan yang ditinjau dalam

    penelitian ini dibagi atas 2 kelompok, yaitu jalan arteri dan jalan kolektor.

    Menurut UU No. 38 Tahun 2004 jalan arteri adalah jalan umum yang

    berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,

    kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya

    guna. Sedangkan jalan kolektor adalah jalan utama yang berfungsi

    melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak

    sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

    3) Gabungan Sistem Zona dan Jaringan

    Analisis dilakukan berdasarkan skenario yang dikembangkan dari berbagai

    sistem pembagian zona dan jaringan jalan. Pangkalan data untuk sistem

    zona dan jaringan terhalus akan dijadikan sebagai acuan dalam melakukan

    perubahan sistem zona dan sistem jaringan berdasarkan skenario yang

    telah ditetapkan.

    Pada penilitian ini data MAT prior 2006 yang berasal dari Dinas

    Perhubungan digunakan sebagai masukan untuk data base situasi zona dan

    jaringan yang nantinya menjadi bahan untuk skenario pengembangan tingkat

    resolusi zona dan jaringan. Matriks prior dari Dinas Perhubungan (2006) terdiri

    atas 25 zona, sehingga untuk mempermudah dalam proses pembandingan maka

    pembagian zona didasarkan atas pembagian 25 zona tersebut, dimana masing-

    masing zona terdiri atas beberapa kelurahan berdasarkan kedekatan wilayah

    kelurahan satu sama lain. Pembagian 25 zona untuk wilayah Kota Bandar

    Lampung dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.

  • 75

    Tabel 5.1 Pembagian Sistem Zona Wilayah Kota Bandar Lampung

    Zona No. Nama Kelurahan Zona No. Nama Kelurahan

    1.

    1. Enggal

    6.

    1. Gunung Sari2. Pelita 2. Pasir Gintung3. Palapa 3. Penengahan4. Kaliawi 4. Sukamenanti5. Tanjung Karang 5. Sidodadi6. Kelapa Tiga

    7.

    1. Kedamaian7. Sukajawa 2. Tanjung Agung

    2.

    1. Tanjung Gading 3. Kebun Jeruk2. Tanjung Raya 4. Sawah Lama3. Rawa Laut 5. Sawah Brebes4. Kota Baru 6. Jaga Baya I5. Pahoman

    8.

    1 Garuntang

    3.

    1. Sumur batu 2 Sukaraja2. Pengajaran 3 Ketapang3. Gotong Royong 4 Way Lunik4. Durian Payung

    9.

    1. Pesawahan

    4.

    1. Sukadanaham 2. Kangkung2. Kedaung 3. Teluk Betung3. Sumber Agung 4. Bumi Waras4. Pinang Jaya 5. Pecoh Raya5. Beringin Raya

    10.

    1. Talang

    5.

    1. Gedong Air 2. Kupang Raya2. Segala Mider 3. Kupang Teba3. Gunung Terang 4. gunung mas4. Susunan Baru 5. kupang kota

    6. Gulak-Galik

    Sumber : Dinas Perhubungan (2006)

  • 76

    Tabel 5.1 Pembagian Sistem Zona Wilayah Kota Bandar Lampung (Lanjutan)

    Zona No. Nama Kelurahan Zona No. Nama Kelurahan

    11.

    1. Sukamaju

    17.

    1. Tanjung Senang2. Keteguhan 2. Way Kandis3. Kota Karang 3. Perum Way kandis4. Perwata

    18.

    1. Way Dadi

    12.

    1. Bakung 2. Harapan Jaya2. Negeri Olok Gading 3. Sukarame3. Kuripan

    19.

    1. Kedaton4. Sukajaya 2. Perum Way Halim5. Gedong Pakuan 3. Surabaya

    13. 1. Batu Putu

    20.

    1. Jaga Baya II2. Sumur Putri 2. Jaga Baya III

    14.

    1. Sumber Rejo Kemiling 3. Tanjung Baru2. Langkapura 4. Kalibalok Kencana3. Kemiling Permai

    21.1. Sukabumi Indah

    4. Raja basa 2. Sukabumi

    15.

    1. Raja Basa Raya22.

    1. Way Guibak2. Gedong Meneng 2. Campang Raya3. Labuhan Ratu

    23.1. Way Laga

    16.

    1. Rajabasa Jaya 2. Pidada2. Kampung Baru

    24.1. Panjang Utara

    3. Labuhan Dalam 2. Panjang Selatan4. Sepang Jaya

    25.1. Srengsem2. Karang Maritim

    Sumber : Dinas Perhubungan (2006)

  • 77

    Pembagian 25 zona wilayah Kota Bandar Lampung dapat dideskripsikan kedalam

    bentuk gambar peta yang dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut.

    Gambar 5.1 Pembagian Zona Wilayah Kota Bandar LampungSumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, 2006

  • 78

    Gambar 5.2 Perubahan Nomor Zona BaruSumber: ArcGIS 9.3 Desktop (2011)

    Dalam proses pembangunan MAT, sangat sulit apabila dilakukan secara

    manual. Sehingga dalam membangun sebuah MAT pada studi ini menggunakan

    program EMME/2. Dalam menggunakan program EMME/2 terdapat beberapa

    data yang harus disiapkan, antara lain adalah node dan link. Sehingga dalam

    pembuatan node dan link pada jaringan jalan yang telah terbentuk memerlukan

  • 79

    sebuah program yang dapat menyelesaikan penentuan ID node dan link secara

    otomatis dengan memanfaatkan fasilitas Autocad LD Civil. Oleh karena itu secara

    otomatis pula terjadi perubahan nomor zona yang dapat dilihat dalam Tabel 5.2.

    dan Gambar 5.2

    Tabel 5.2 Penomoran Zona Awal dan Zona Baru

    Zona Awal Zona Baru1 3092 3893 4184 3695 1866 1837 3518 5349 56910 53711 61112 57113 47114 19015 4216 517 1618 5819 10520 22721 18922 26323 58524 60725 624

  • 80

    Keterangan Gambar:= Centroid= Jalan Arteri= Jalan Kolektor= Centroid Conector

    Gambar 5.3 Jaringan Jalan Arteri dan Jalan KolektorSumber: ArcGIS 9.3 Desktop (2011)

  • 5.1.2 Pembuatan Data Base

    1. Bank Data EMME/2

    Pembuatan data base

    masuk dalam bank data

    yang diperlukan dalam perencanaan strategi transportasi

    ditampilkan dalam sistem

    (matrices), fungsi (functions

    EMME/2.

    Sumber :

    Data-data yang sudah ada di

    menu utama (modul) seperti pada

    a. Utilities, berisi pilihan

    skenario baru, penggandaan skenario

    Data Base EMME/2 dan Proses Running

    EMME/2

    data base dimulai dengan cara meng-input moda

    masuk dalam bank data EMME/2. Bank data EMME/2 berisi semua informasi

    yang diperlukan dalam perencanaan strategi transportasi. Bentuk informasi yan

    kan dalam sistem EMME/2 berupa jaringan (networks)

    functions). Gambar 5.4 menggambarkan skema bank data

    Gambar 5.4 Bank Data EMME/2Sumber : EMME2 Users manual Software Release 5, 1997

    data yang sudah ada diolah ke dalam program EMME/2 yang memiliki

    menu utama (modul) seperti pada Gambar 5.5.

    , berisi pilihan-pilihan yang berkaitan dengan pembuatan

    skenario baru, penggandaan skenario, pembuatan garis demarkasi, dsb

    81

    moda yang akan

    berisi semua informasi

    . Bentuk informasi yang

    ), matriks

    menggambarkan skema bank data

    yang memiliki

    pilihan yang berkaitan dengan pembuatan

    , pembuatan garis demarkasi, dsb.

  • 82

    b. Network Editor, network tersusun dari base network, moda, kendaraan

    umum (transit vehicle), rute dan belokan angkutan umum. Base network

    didefinisikan sebagai suatu node dan link yang digunakan oleh suatu

    moda. Jadi secara sederhana network merupakan suatu jaringan jalan

    disertai bermacam-macam kendaraan yang melintasinya. Dalam

    EMME/2 ini disediakan fasilitas grafik secara interaktif dimana pengguna

    dapat secara langsung menambah atau menghapus noda dan link dari

    base network atau melakukan perubahan (modify) dari beberapa atribut

    tertentu.

    c. Matrix Editor. Matrix Editor berupa pemasukan maupun pengeditan

    pergerakan orang dari asal ke tujuan baik untuk angkutan umum maupun

    untuk kendaraan pribadi. Dalam matrix editor, pengguna dapat membuat

    format seperti yang diinginkan. Selain itu, matrix editor juga

    menyediakan perhitungan matriks (matrix calculation) dan matrix

    balancing. Matrix calculation amat bermanfaat dalam melakukan

    perubahan-perubahan pada matrik, sedangkan matrix balancing

    mengimplementasi model distribusi perjalanan yang bervariasi dengan

    menyeimbangkan masukan matriks dengan total baris dan kolom.

    d. Function Editor, merupakan persamaan-persamaan yang berkaitan

    dengan fungsi waktu tempuh di masing-masing ruas jalan atau di tiap-

    tiap simpang baik untuk angkutan umum maupun untuk kendaraan

    pribadi. Di Indonesia, jika akan dipakai assignment kendaraan pribadi,

    maka standar yang biasa digunakan adalah dengan Manual Kapasitas

    Jalan Indonesia (MKJI).

  • 83

    Gambar 5.5 Modul EMME/2Sumber : EMME2 Users manual Software Release 5, 1997

  • 84

    e. Assignment Procedures, dalam EMME/2, pembebanan yang dilakukan

    dapat berupa:

    1. Equilibrium assignment pada auto network , kebutuhan tetap.

    2. Equilibrium assignment pada auto network variable demand.

    3. Transit assignment dengan kebutuhan tetap.

    4. Disagggregate transit assignment untuk perjalanan individu.

    Dalam pembebanan ini, modul yang dipakai adalah modul 5.11 Prepare

    scenario for assignment yang berisikan besaran-besaran yang harus

    diinputkan untuk melakukan prosedur pembebanan. Modul 5.21 Auto

    assignment untuk pembebanan kendaraan pribadi, modul 5.31 Standard

    transit assignment untuk pembebanan angkutan umum.

    f. Result, merupakan hasil akhir dari running program EMME/2 yang bisa

    berwujud dalam bentuk angka-angka secara lengkap maupun dalam

    bentuk grafis. Modul pokok yang dipakai adalah modul 6.21 dan modul

    6.22.

    2. Prosedur Running di EMME/2

    Setelah pembuatan data base di EMME/2 selesai, maka dilakukan proses

    running. Sebelum melakukan proses running harus dipersiapkan terlebih dahulu

    macro sebagai rumus kunci dalam proses running. Pada penelitian ini terdapat

    tiga jenis macro yang digunakan dalam proses running. Tiga jenis macro tersebut

    adalah:

  • 85

    a. grsppm.txt digunakan untuk mencari nilai beta () dan gama () secara otomasis dengan cara memasukkan nilai awal beta () dan gama (). Nilai beta () dan gama () yang nantinya dipakai adalah nilai beta () dan gama () yang sudah mengalami beberapa kali iterasi sampai terjadi nilai beta () dan gama () yang konvergen.Pada penelitian ini macro (grsppm.txt) yang dipakai berdasarkan masing-

    masing skenario adalah:

    1. Skenario 1: ~

  • 86

    3. Mencari R2

    Uji statistik R2 dilakukan setelah nilai beta () dan gama () mencapai konvergen. Untuk memperoleh nilai R2 untuk angkutan pribadi (car)

    menggunakan modul 2.43 setelah menjalankan macro: hittid.txt dengan cara

    membandingkan arus angkutan pribadi model (volau) dengan arus angkutan

    pribadi sekunder (ul2). Sedangkan untuk mendapatkan nilai R2 untuk angkutan

    umum (bus) menggunakan modul 2.43 setelah menjalankan macro: ass.txt

    dengan cara membandingkan arus angkutan umum model (voltr) dengan arus

    angkutan umum sekunder (us2).

    Gambar 5.6 Modul 2 EMME/2Sumber : EMME2 Users manual Software Release 5, 1997

    5.1.3 Skenario Resolusi Zona dan Jaringan

    Pada penelitian ini skenario yang dibuat berdasarkan pada tingkat

    kedalaman atau resolusi zona dan jaringan, dimana terdapat 4 (empat) skenario

    yang terdiri dari:

  • 87

    1. Skenario I yakni zona dan jaringan tetap.

    Pada Skenario I ini zona dan jaringan tidak berubah, dimana jaringan yang

    dilihat hanya pada jalan arteri yang terdiri dari 31 ruas dan jalan kolektor

    yang terdiri dari 33 ruas. Sedangkan untuk zona terdiri dari 25 zona.

    2. Skenario II yakni zona berubah sedangkan jaringan tetap.

    Pada Skenario II yang berubah hanya zona sedangkan untuk jaringan

    tetap. Zona yang hilang sebanyak 8 zona, dimana pengurangan zona

    didasarkan pada kedekatan antar zona. Untuk lebih jelas dan detailnya

    zona mana saja yang hilang dapat dilihat pada sub bab pembahasan

    tentang pengujian Skenario II.

    3. Skenario III yakni zona tetap sedangkan jaringan berubah.

    Pada Skenario III jaringan yang dirubah atau hilang hanya beberapa ruas

    jalan kolektor saja untuk jalan arteri tidak berubah. Sedangkan untuk zona

    tetap yakni sebanyak 25 zona.

    4. Skenario IV yakni zona dan jaringan berubah.

    Pada Skenario IV zona dan jaringan sama-sama berubah, yakni perpaduan

    antara Skenario II dan Skenario III. Jadi pada Skenario IV ini zona yang

    berubah sama seperti pada Skenario II sedangkan untuk jaringan yang

    berubah sama seperti pada Skenario III.

    Skenario resolusi zona dan jaringan diperoleh dari pembentukan tabel zona dan

    jaringan yang dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini.

  • 88

    Tabel 5.3 Skenario Resolusi Zona dan Jaringan

    JARINGAN

    ZONA

    Tetap Berubah

    TetapZona Tetap

    Jaringan TetapZona Tetap

    Jaringan Berubah

    BerubahZona Berubah Jaringan Tetap

    Zona Berubah Jaringan Berubah

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

    Pembahasan tentang hasil pengujian masing-masing skenario akan dibahas lebih

    lanjut pada sub bab hasil analisis yang akan dibahas berikut ini.

    5.2 Hasil Analisis

    Analisis ini dilakukan untuk mencapai sasaran dari tujuan penelitian yang

    dilakukan. Adapun analisis yang akan dilakukan dibagi dalam 4 bagian, dimana

    masing-masing bagian akan memberikan hasil analisis secara terpisah.

    Kesimpulan secara keseluruhan kemudian akan diberikan pada bahasan tersendiri

    pada tesis ini. Keempat bagian tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Pengujian skenario I (Zona dan jaringan tetap)

    2. Pengujian skenario II (Zona berubah, jaringan tetap)

    3. Pengujian skenario III (Zona tetap, jaringan berubah)

    4. Pengujian skenario IV (Zona dan jaringan berubah)

  • 89

    5.2.1 Pengujian Skenario I (Zona dan Jaringan Tetap)

    Pengujian skenario I dilakukan pada kondisi zona dan jaringan tetap, yakni

    jumlah zona sebanyak 25 zona dan jumlah jaringan sebanyak jaringan jalan arteri

    dan jalan kolektor yang ada di Kota Bandar Lampung. Dalam membangun sebuah

    MAT memerlukan masukan nilai beta () dan gama (), dengan cara mengasumsikan nilai awal beta () dan gama (), kemudian nilai tersebut di iterasi hingga mencapai kondisi konvergen.

    Gambar 5.7 Peta Jaringan Jalan Kolektor, Jalan Arteri, Centroid, dan Centroid Conector

  • 90

    Gambar 5.8 Skenario I, Zona dan Jaringan TetapSumber: Hasil Analisis, 2011

    Untuk skenario I nilai beta () dan gama () yang digunakan adalah = 0,424476 dan = -0,34976. Berikut ini adalah hasil indikator uji statistik (kesesuaian matriks) dengan koefisien determinasi (R2) untuk angkutan pribadi dan angkutan

    umum.

    183

  • 91

    a. Perbandingan arus angkutan pribadi hasil model dengan arus angkutan

    pribadi sekunder.

    Perbandingan arus angkutan pribadi hasil model (volau) dengan arus

    angkutan pribadi sekunder (ul2) berdasarkan hasil running dari pengujian

    model secara statistik, dengan kondisi equilibrium assignment maka

    didapat nilai R2 = 0,27267. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

    hasil arus model dapat menggambarkan arus sebenarnya sebesar 27,267%.

    b. Perbandingan arus angkutan umum hasil model dengan arus angkutan

    umum hasil survei.

    Perbandingan arus angkutan umum hasil model (voltr) dengan arus arus

    angkutan umum sekunder (us2) berdasarkan hasil running dari pengujian

    model secara statistik, dengan kondisi equilibrium assignment maka

    didapat nilai R2 = 0,01012. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

    hasil arus model dapat menggambarkan arus sebenarnya sebesar 1,012 %.

  • 92

    Gambar 5.9 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Pribadi (Car / mf22) Skenario I Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 93

    Gambar 5.10 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Umum (Bus / mf33) Skenario I Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 94

    Gambar 5.11 Desire Line (garis keinginan) Total (mf85) Skenario I Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 95

    5.2.2 Pengujian Skenario II (Zona Berubah, Jaringan Tetap)

    Pengujian skenario II dilakukan dengan kondisi jaringan tetap namun zona

    berubah. Zona berubah yang dimaksud adalah jumlah zona yang ada yaitu

    sebanyak 25 (dua puluh zona) zona, sebagian zona dihilangkan yakni sebanyak 8

    (delapan) zona hilang sehingga pada skenario ini jumlah zona menjadi 17 (tujuh

    belas) zona. Zona-zona yang hilang didasarkan pada kedekatan antar zona. Pada

    dasarnya yang dimaksud zona yang hilang adalah zona tersebut bergabung dengan

    zona yang letaknya berdekatan dengan zona disekitar zona yang dimaksud hilang

    tersebut. Secara terinci zona mana saja yang hilang dapat dilihat pada tabel 5.4

    berikut ini.

  • 96

    Tabel 5.4 Penggabungan Zona

    Zona Awal

    Zona Baru

    Zona yg hilang

    Zona Awal

    Zona Baru

    1 309 1 3092 389 1 2 389 Gabung dg zona 13 418 2 3 418 Gabung dg zona 104 369 3 4 369 Gabung dg zona 135 186 5 1866 183 4 6 183 Gabung dg zona 57 351 5 7 351 Gabung dg zona 1 8 534 8 5349 569 6 9 569 Gabung dg zona 10

    10 537 10 53711 611 11 61112 571 7 12 571 Gabung dg zona1313 471 13 47114 190 14 19015 42 15 4216 5 16 517 16 8 17 16 Gabung dg zona1618 58 18 5819 105 19 10520 227 20 22721 189 21 18922 263 22 26323 585 23 58524 607 24 607

    25 624 25 624

    Sumber: Hasil Analisis, 2011

  • 97

    Gambar 5.12 Skenario II, Zona Berubah dan Jaringan Tetap Sumber: Hasil Analisis, 2011

    Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan sistem zona

    terhadap tingkat akurasi MAT hasil penaksiran dari data arus lalu lintas dengan

    menggunakan pendekatan model Gravity. Uji ini dilakukan dengan menggunakan

    indikator uji statistik R2. Pada pengujian skenario II ini, setelah dilakukan

    beberapa kali iterasi, maka diperoleh masukkan nilai (beta) = 0,934728 dan

  • 98

    nilai (gama) = 0,884884. Hasil indikator uji statistik (kesesuaian matriks) dengan koefisien determinasi (R2) untuk angkutan pribadi dan angkutan umum

    adalah sebagai berikut.

    a. Perbandingan arus angkutan pribadi hasil model dengan arus angkutan

    pribadi sekunder.

    Perbandingan arus angkutan pribadi hasil model (volau) dengan arus

    angkutan pribadi sekunder (ul2) berdasarkan hasil running dari pengujian

    model secara statistik, dengan kondisi equilibrium assignment maka

    didapat nilai R2 = 0,31544. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

    hasil arus model dapat menggambarkan arus sebenarnya sebesar 31,544%.

    b. Perbandingan arus angkutan umum hasil model dengan arus angkutan

    umum hasil survei.

    Perbandingan arus angkutan umum hasil model (voltr) dengan arus arus

    angkutan umum sekunder (us2) berdasarkan hasil running dari pengujian

    model secara statistik, dengan kondisi equilibrium assignment maka

    didapat nilai R2 = 0,04677. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

    hasil arus model dapat menggambarkan arus sebenarnya sebesar 4,677 %.

  • 99

    Gambar 5.13 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Pribadi (Car / mf22) Skenario IISumber: Hasil Analisis, 2011

  • 100

    Gambar 5.14 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Umum (Bus / mf33) Skenario IISumber: Hasil Analisis, 2011

  • 101

    Gambar 5.15 Desire Line (garis keinginan) Total (mf85) Skenario IISumber: Hasil Analisis, 2011

  • 102

    5.2.3 Pengujian Skenario III (Zona Tetap, Jaringan Berubah)

    Pengujian skenario III dilakukan pada kondisi jaringan yang berubah

    sedangkan zona tetap. Jaringan yang dihilangkan adalah beberapa ruas jaringan

    jalan kolektor. Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh yang

    ditimbulkan akibat adanya perubahan sistem jaringan terhadap tingkat akurasi

    MAT hasil penaksiran dari data arus lalu lintas dengan menggunakan pendekatan

    model Gravity. Uji ini dilakukan dengan menggunakan indikator uji statistik R2.

    Pada pengujian skenario III ini, setelah dilakukan beberapa kali iterasi, maka

    diperoleh masukkan nilai (beta) = 0,05 dan nilai (gama) = 0,01.Berikut ini adalah hasil indikator uji statistik (kesesuaian matriks) dengan

    koefisien determinasi (R2) untuk angkutan pribadi dan angkutan umum.

    a. Perbandingan arus angkutan pribadi hasil model dengan arus angkutan

    pribadi sekunder.

    Perbandingan arus angkutan pribadi hasil model (volau) dengan arus

    angkutan pribadi sekunder (ul2) berdasarkan hasil running dari pengujian

    model secara statistik, dengan kondisi equilibrium assignment maka

    didapat nilai R2 = 0,29636. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

    hasil arus model dapat menggambarkan arus sebenarnya sebesar 29,636%.

    b. Perbandingan arus angkutan umum hasil model dengan arus angkutan

    umum hasil survei.

    Perbandingan arus angkutan umum hasil model (voltr) dengan arus arus

    angkutan umum sekunder (us2) berdasarkan hasil running dari pengujian

    model secara statistik, dengan kondisi equilibrium assignment maka

  • 103

    didapat nilai R2 = 0,241696. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

    hasil arus model dapat menggambarkan arus sebenarnya sebesar

    24,1696%.

    Gambar 5.16 Skenario III, Zona Tetap dan Jaringan BerubahSumber: Hasil Analisis, 2011

  • 104

    Gambar 5.17 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Pribadi (Car / mf22) Skenario IIISumber: Hasil Analisis, 2011

  • 105

    Gambar 5.18 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Umum (Bus / mf33) Skenario IIISumber: Hasil Analisis, 2011

  • 106

    Gambar 5.19 Desire Line (garis keinginan) Total (mf85) Skenario IIISumber: Hasil Analisis, 2011

  • 107

    5.2.4 Pengujian Skenario IV (Zona dan Jaringan Berubah)

    Pengujian skenario IV dilakukan pada kondisi zona dan jaringan berubah.

    Pada skenario IV ini merupakan gabungan antara skenario II dan skenario III

    yakni jaringan yang berubah beberapa ruas jalan kolektor seperti pada skenario II

    dan zona yang berubah/hilang sebanyak 8 zona seperti pada skenario III. Uji ini

    dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan sistem zona terhadap tingkat

    akurasi MAT hasil penaksiran dari data arus lalu lintas dengan menggunakan

    pendekatan model Gravity. Uji ini dilakukan dengan indikator uji statistik R2.

    Pada pengujian skenario III ini, setelah dilakukan beberapa kali iterasi, maka

    diperoleh masukkan nilai (beta) = 0,651216 dan nilai (gama) = 0,241681.Hasil indikator uji statistik (kesesuaian matriks) dengan koefisien determinasi (R2)

    untuk angkutan pribadi dan angkutan umum adalah sebagai berikut.

    a. Perbandingan arus angkutan pribadi hasil model dengan arus angkutan

    pribadi sekunder.

    Perbandingan arus angkutan pribadi hasil model (volau) dengan arus

    angkutan pribadi sekunder (ul2) berdasarkan hasil running dari pengujian

    model secara statistik, dengan kondisi equilibrium assignment maka

    didapat nilai R2 = 0,30697. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

    hasil arus model dapat menggambarkan arus sebenarnya sebesar 30,697%.

    b. Perbandingan arus angkutan umum hasil model dengan arus angkutan

    umum hasil survei.

    Perbandingan arus angkutan umum hasil model (voltr) dengan arus arus

    angkutan umum sekunder (us2) berdasarkan hasil running dari pengujian

  • 108

    model secara statistik, dengan kondisi equilibrium assignment maka

    didapat nilai R2 = 0,12195. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

    hasil arus model dapat menggambarkan arus sebenarnya sebesar 12,195%.

    Gambar 5.20 Skenario IV, Zona dan Jaringan BerubahSumber: Hasil Analisis, 2011

  • 109

    Gambar 5.21 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Pribadi (Car / mf22) Skenario IVSumber: Hasil Analisis, 2011

  • 110

    Gambar 5.22 Desire Line (garis kenginan) Angkutan Umum (Bus / mf33) Skenario IVSumber: Hasil Analisis, 2011

  • 111

    Gambar 5.23 Desire Line (garis keinginan) Total (mf85) Skenario IVSumber: Hasil Analisis, 2011

  • 112

    Dalam mempermudah pembacaan hasil analisa, berikut ini merupakan tabel

    rekapitulasi hasil R2 dari masing-masing skenario untuk angkutan pribadi dan

    angkutan umum.

    Tabel 5.5 Rekapitulasi Hasil Running Masing-masing Skenario

    SKENARIO

    R2 CAR(Perbandingan arus angkutan

    pribadi model dengan arus angkutan pribadi sekunder)

    R2 BUS(Perbandingan arus angkutan

    umum model dengan arus angkutan umum sekunder)

    I (JT-ZT) 0,27267 (27,267%) 0,01012 (1,012%)

    II (JT-ZB) 0,31544 (31,544%) 0,04677 (4,677%)

    III (JB-ZT) 0,29636 (29,636%) 0,241696 (24,1696%)

    IV (JB-ZB) 0,30697 (30,697%) 0,12195 (12,195%)

    Berdasarkan Tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa perbandingan arus

    angkutan pribadi model dengan arus angkutan pribadi sekunder, melalui uji

    statistik koefisien determinasi (R2), maka nilai R2 tertinggi terjadi pada pengujian

    skenario II (jaringan tetap, zona berubah) yaitu sebesar 0,31544 dan nilai R2

    terendah terjadi pada pengujian skenario I (jaringan dan zona tetap) yaitu sebesar

    0,27267. Sedangkan untuk perbandingan arus angkutan umum model dengan arus

    angkutan umum sekunder, melalui uji statistik koefisien determinasi (R2), maka

    nilai R2 tertinggi terjadi pada pengujian skenario III (jaringan berubah, zona tetap)

  • 113

    yaitu sebesar 0,241696 dan nilai R2 terendah terjadi pada pengujian skenario I

    (jaringan dan zona tetap) yaitu sebesar 0,01012.

    Dari hasil uji statistik koefisien determinasi (R2) terhadap 4 (empat)

    skenario tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata R2 tertinggi

    terjadi pada pengujian skenario III (jaringan berubah, zona tetap) dan nilai rata-

    rata terendah terjadi pada pengujian skenario I (jaringan dan zona tetap).

    Semakin sederhana sistem jaringan dan zona maka semakin rendah pula

    tingkat akurasinya. Namun pada penelitian ini justru sebaliknya, pada skenario I

    (jaringan dan zona tetap) memiliki nilai rata-rata R2 terendah sedangkan pada

    pengujian skenario III (jaringan berubah, zona tetap) memiliki nilai rata-rata R2

    tertinggi. Hal ini dapat saja terjadi karena ada kemungkinan saat menghilangkan

    jaringan justru menghilangkan mix traffic. Disamping itu juga perlu adanya

    pengembalian hierarki jalan dan fungsi jalan sebagaimana mestinya, misalnya

    untuk jalan arteri harusnya tidak banyak bukaan, pembatasan jalur kendaraan yang

    seharusnya boleh melewati jalan arteri dan lain-lain. Selain itu, perlu dilakukan

    studi perilaku perjalanan (travel behavior), karena perilaku yang salah dapat

    merusak model, contohnya belok kiri harusnya jalan terus namun jalur untuk

    belok kiri justru dipenuhi oleh yang mau melewati jalur lurus sehingga jalur untuk

    belok kiri terhambat.

    5.2.5 Analisis Kinerja Jaringan Jalan

    Analisis kinerja jaringan jalan hanya membahas dua contoh dari empat

    skenario yang dilakukan yakni skenario I (jaringan dan zona tetap ) dan skenario

    IV (jaringan dan zona berubah). Kinerja jaringan jalan dapat diperoleh dengan

  • 114

    cara membandingkan data volume arus lalulintas dengan kapasitas jalan setiap

    ruas jalan (V/C). Volume arus lalulintas diperoleh dari hasil pembebanan MAT

    estimasi (MAT model), sedangkan kapasitas jalan berdasarkan data sekunder dari

    Dinas Perhubungan kota Bandar Lampung tahun 2008 (Lampiran 2). Kinerja

    jaringan jalan (Skenario I dan IV) dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan Tabel 5.7.

    Tabel 5.6 Kinerja Jaringan Jalan Skenario I

    No Nama Ruasfrom to Volume

    modelKapasitas Jalan

    Vmodel/C(node) (node) (smp/jam)

    1 Sultan Agung 72 95 385 2539,92 0,15157958

    2 Ki Maja 92 112 3032 1873,58 1,61829225

    3 Sultan Agung 95 72 2110 2539,92 0,83073483

    4 Teuku Umar 107 111 2475 2709,91 0,91331446

    5 Teuku Umar 111 107 1725 2709,91 0,63655251

    6 Ki Maja 112 92 299 1873,58 0,15958753

    7 Urip Sumoharjo 126 130 507 2229,32 0,22742361

    8 Urip Sumoharjo 130 126 1086 2229,32 0,48714406

    9 P.Antasari 173 174 2721 4850,4 0,56098466

    10 P.Antasari 174 173 6977 4850,4 1,43843807

    11 Raden Intan 298 311 9843 4723,73 2,08373468

    12 Gajah Mada 305 359 2627 1873,58 1,40212855

    13 Kartini 307 297 7392 4490,46 1,64615652

    14 Gajah Mada 359 305 928 1873,58 0,49530845

    15 A. Yani 393 385 4536 3903,21 1,16212041

    16 Sudirman 397 398 993 2517,19 0,3944875

    17 Sudirman 398 397 495 2517,19 0,19664785

    18 Diponegoro 406 412 4913 3373,43 1,45638119

    19 Diponegoro 412 406 1595 3373,43 0,47281254

    20 Gatot Subroto 445 454 3934 2507,92 1,56863058

    21 Gatot Subroto 454 445 1452 2507,92 0,57896584

    22 L. Malhayati 563 565 1041 4906,8 0,21215456

    23 L. Malhayati 565 563 3567 4906,8 0,72695035

    24 Ikan Tenggiri 570 562 5415 1200,94 4,50896798

    25 Yos Sudarso 601 603 1041 4906,8 0,21215456

    26 Yos Sudarso 603 601 3567 4906,8 0,72695035

    27 Panjang 612 613 540 4906,8 0,11005136

    28 Panjang 613 612 1479 4906,8 0,30141844

    Sumber: Hasil Perhitungan, 2011

  • 115

    Keterangan:

    = Kapasitas Jalan Tidak Mencukupi (Sangat Macet) V/C > 1

    = Kapasitas Jalan Hampir Tidak Mencukupi (Macet) V/C < 1

    Tabel 5.7 Kinerja Jaringan Jalan Skenario IV

    No Nama Ruasfrom to Volume

    modelKapasitas Jalan

    Vmodel/C(node) (node) (smp/jam)

    1 Sultan Agung 72 95 182 2539,92 0,0716558

    2 Ki Maja 92 112 34 1873,58 0,01814708

    3 Sultan Agung 95 72 743 2539,92 0,2925289

    4 Teuku Umar 107 111 785 2709,91 0,28967752

    5 Teuku Umar 111 107 216 2709,91 0,07970744

    6 Ki Maja 112 92 195 1873,58 0,10407882

    7 Urip Sumoharjo 126 130 909 2229,32 0,40774765

    8 Urip Sumoharjo 130 126 154 2229,32 0,06907936

    9 P.Antasari 173 174 124 4850,4 0,0255649

    10 P.Antasari 174 173 1278 4850,4 0,26348342

    11 Raden Intan 298 311 1596 4723,73 0,33786859

    12 Gajah Mada 305 359 48 1873,58 0,0256194

    13 Kartini 307 297 2770 4490,46 0,61686331

    14 Gajah Mada 359 305 31 1873,58 0,01654586

    15 A. Yani 393 385 154 3903,21 0,03945471

    16 Sudirman 397 398 395 2517,19 0,15692101

    17 Sudirman 398 397 77 2517,19 0,03058967

    18 Diponegoro 406 412 723 3373,43 0,21432192

    19 Diponegoro 412 406 241 3373,43 0,07144064

    20 Gatot Subroto 445 454 395 2507,92 0,15750104

    21 Gatot Subroto 454 445 77 2507,92 0,03070273

    22 L. Malhayati 563 565 174 4906,8 0,03546099

    23 L. Malhayati 565 563 117 4906,8 0,02384446

    24 Ikan Tenggiri 570 562 286 1200,94 0,23814679

    25 Yos Sudarso 601 603 174 4906,8 0,03546099

    26 Yos Sudarso 603 601 117 4906,8 0,02384446

    27 Panjang 612 613 358 4906,8 0,07295997

    28 Panjang 613 612 231 4906,8 0,04707753

    Sumber: Hasil Perhitungan, 2011

  • 116

    Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa terdapat ruas jalan yang membutuhkan

    tindak lanjut dimana kapasitas jalan tidak mencukupi yakni ada 9 ruas yang

    ditandai dengan warna merah. Berdasarkan volume arus lalulintas hasil estimasi

    maka diperoleh ruas yang memiliki kapasitas jalannya tidak mencukupi sehingga

    mengakibatkan tundaan atau kemacetan antara lain yaitu:

    1. Ruas Ki. Maja

    2. Ruas P. Antasari

    3. Ruas Raden Intan

    4. Ruas Gajah Mada

    5. Ruas Kartini

    6. Ruas Ahmad Yani

    7. Ruas Diponegoro

    8. Ruas Gatot Subroto

    9. Ruas Ikan Tenggiri

    Sedangkan ruas jalan yang V/C mendekati 1 terdiri atas 2 ruas jalan yakni, Ruas

    Sultan Agung dan Ruas Teuku Umar. Adapun ruas-ruas jalan yang memiliki nilai

    V/C >1 dan V/C mendekati 1 dapat dilihat pada jaringan jalan yang terdapat pada

    Gambar 5.24 berikut ini.

  • 117

    Keterangan:

    = Pusat Zona= Ruas Jalan= Ruas Jalan dengan V/C mendekati 1= Ruas Jalan dengan V/C > 1

    Gambar 5.24 Kinerja Jaringan Jalan Skenario ISumber : Hasil Analisis, 2011

    Tabel 5.6 tersebut di atas adalah perhitungan kinerja jaringan jalan untuk

    skenario I dimana jaringan dan zona tetap. Dari hasil perhitungan tersebut kondisi

    kemacetan ruas jalan menggambarkan kondisi yang sesungguhnya di lapangan.

  • 118

    Sedangkan pada Tabel 5.7 merupakan perhitungan kinerja jaringan jalan untuk

    skenario IV dimana jaringan dan zona berubah. Dari hasil perhitungan tersebut

    nilai V/C tidak ada yang mendekati 1 atau lebih dari sama dengan 1 yang berarti

    tidak ada ruas jalan yang mengalami kemacetan. Hal ini terjadi karena pada

    sekenario IV jaringan dan zona berubah atau dengan kata lain resolusi zona dan

    jaringan lebih kasar. Dengan demikian semakin dalam/detail zona dan jaringan

    semakin mendekati dengan kenyataan di lapangan atau semakin bagus model

    yang dihasilkan.

  • 119

    ContentsBAB V .............................................................................................................................. 72

    5.1 Pengolahan Data ............................................................................................... 72

    5.1.1 Sistem Zona dan Jaringan ......................................................................... 73

    5.1.2 Pembuatan Data Base EMME/2 dan Proses Running............................... 81

    5.1.3 Skenario Resolusi Zona dan Jaringan ....................................................... 86

    5.2 Hasil Analisis .................................................................................................... 88

    5.2.1 Pengujian Skenario I (Jaringan dan Zona Tetap) ...................................... 89

    5.2.2 Pengujian Skenario II (Jaringan Tetap Zona Berubah) ............................. 95

    5.2.3 Pengujian Skenario III (Jaringan Berubah Zona Tetap).......................... 102

    5.2.4 Pengujian Skenario IV (Jaringan dan Zona Berubah)............................. 107

    Tabel 5.1 Pembagian Sistem Zona................................................................................... 75Tabel 5.2 Penomoran Zona Awal dan Zona Baru............................................................ 79Tabel 5.3 Skenario Resolusi Zona dan Jaringan .............................................................. 88Tabel 5.4 Penggabungan Zona......................................................................................... 96Tabel 5.5 Rekapitulasi Hasil Running Masing-masing Skenario .................................. 112

  • 120

    Gambar 5.1 Pembagian Zona Kota Bandar Lampung ..................................................... 77Gambar 5.2 Perubahan Nomor Zona Baru....................................................................... 78Gambar 5.3 Pembagian Jalan Arteri dan Jalan Kolektor ................................................. 80Gambar 5.4 Bank Data EMME/2 ..................................................................................... 81Gambar 5.5 Modul EMME/2 ........................................................................................... 83Gambar 5.6 Modul 2 EMME/2 ........................................................................................ 86Gambar 5.7 Peta Jaringan Jalan Kolektor, Jalan Arteri, Centroid, dan Centroid Conector.......................................................................................................................................... 89Gambar 5.8 Skenario I, Jaringan dan Zona Tetap............................................................ 90Gambar 5.9 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Pribadi (Car / mf22) Skenario I ... 92Gambar 5.10 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Umum (Bus / mf33) Skenario I.. 93Gambar 5.11 Desire Line (garis keinginan) Total (mf85) Skenario I .............................. 94Gambar 5.12 Skenario II, Jaringan Tetap dan Zona Berubah.......................................... 97Gambar 5.13 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Pribadi (Car / mf22) Skenario 2 99Gambar 5.14 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Umum (Bus / mf33) Skenario 2100Gambar 5.15 Desire Line (garis keinginan) Total (mf85) Skenario 2............................ 101Gambar 5.16 Skenario III, Jaringan Berubah dan Zona Tetap ...................................... 103Gambar 5.17 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Pribadi (Car / mf22) Skenario 3........................................................................................................................................ 104Gambar 5.18 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Umum (Bus / mf33) Skenario 3105Gambar 5.19 Desire Line (garis keinginan) Total (mf85) Skenario 3............................ 106Gambar 5.20 Skenario IV, Jaringan dan Zona Berubah ................................................ 108Gambar 5.21 Desire Line (garis keinginan) Angkutan Pribadi (Car / mf22) Skenario 4........................................................................................................................................ 109Gambar 5.22 Desire Line (garis kenginan) Angkutan Umum (Bus / mf33) Skenario 4 110Gambar 5.23 Desire Line (garis keinginan) Total (mf85) Skenario 4............................ 111