Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola...

52
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia masalah kependudukan adalah salah satu permasalahan yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan terbesar yang masih sulit untuk selesaikan. Salah satu masalah kependudukan adalah urbanisasi yang terbentuk karena adanya migrasi penduduk antara pulau ataupun dalam satu pulau dari daerah pedesaan menuju ke pusat-pusat kota yang mengakibatkan frekuensi kepadatan penduduk di daerah perkotaan menjadi sangat tinggi. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, urbanisasi yang terjadi diperkotaan salah satunya disebabkan oleh faktor kemiskinan yang terjadi di pedesaan. Secara garis besar terdapat 2 faktor utama terjadinya urbanisasi antara lain faktor penarik ( pull faktor) dan faktor pendorong (push faktor). 1 Partisipasi para kaum urban ke daerah perkotaan melalui sektor formal maupun informal atau menganggur sangat mempengaruhi perekonomian di daerah tujuan. Partisipasi terbesar dapat menyebabkan peningkatan perekonomian lokal terutama dari sektor perdagangan dan jasa, hal ini di lihat dari struktur pekerjaan informal yang dilakukan 50 % dari sektor perdagangan dan jasa. 2. Adanya urbanisasi sangat berpengaruh bagi kondisi lingkungan daerah tujuan, baik secara fisik, sosial maupun ekonomi. Hal ini disebabkan karena kultur budaya adat istiadat dari masyarakat perantau yang ditunjukkan dengan prilaku masyarakat sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung akan bersinggungan dengan kultur budaya asli daerah tujuan, persinggungan ini lama kelamaan akan membentuk pola-pola tersendiri baik pola aktivitas dari perilaku masyarakat sendiri maupun pola bentukan ruang yang ditimbulkan akibat dari aktivitas tersebut. Adat istiadat (custom) atau seringkali disebut kebiasaan saja merupakan istilah umum yang dipakai dalam masyarakat. Kedua istilah itu menunjukkan cara berprilaku yang sudah umum dilaksanakan bagi mereka yang melaksanakan kebudayaan tersebut 3. Perbedaaan kebudayaan yang paling menonjol yang 1 Kota Indonesia Masa Depan Masalah Dan Prospek, hal 58 2. Chris Maning dan Tadjudin Nur effendi, Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal Di Kota. Hal 145 3. Ismani, DRS, Pengantar Sosiologi Pedesaan, FIA, Universitas Brawijaya,1987, Hal 29

Transcript of Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola...

Page 1: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDi Indonesia masalah kependudukan adalah salah satu permasalahan

yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan terbesar yang masih sulit

untuk selesaikan. Salah satu masalah kependudukan adalah urbanisasi yang

terbentuk karena adanya migrasi penduduk antara pulau ataupun dalam satu

pulau dari daerah pedesaan menuju ke pusat-pusat kota yang mengakibatkan

frekuensi kepadatan penduduk di daerah perkotaan menjadi sangat tinggi.

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, urbanisasi yang

terjadi diperkotaan salah satunya disebabkan oleh faktor kemiskinan yang terjadi

di pedesaan. Secara garis besar terdapat 2 faktor utama terjadinya urbanisasi

antara lain faktor penarik ( pull faktor) dan faktor pendorong (push faktor).1

Partisipasi para kaum urban ke daerah perkotaan melalui sektor formal

maupun informal atau menganggur sangat mempengaruhi perekonomian di

daerah tujuan. Partisipasi terbesar dapat menyebabkan peningkatan

perekonomian lokal terutama dari sektor perdagangan dan jasa, hal ini di lihat

dari struktur pekerjaan informal yang dilakukan 50 % dari sektor perdagangan

dan jasa.2.

Adanya urbanisasi sangat berpengaruh bagi kondisi lingkungan daerah

tujuan, baik secara fisik, sosial maupun ekonomi. Hal ini disebabkan karena

kultur budaya adat istiadat dari masyarakat perantau yang ditunjukkan dengan

prilaku masyarakat sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung

akan bersinggungan dengan kultur budaya asli daerah tujuan, persinggungan ini

lama kelamaan akan membentuk pola-pola tersendiri baik pola aktivitas dari

perilaku masyarakat sendiri maupun pola bentukan ruang yang ditimbulkan

akibat dari aktivitas tersebut.

Adat istiadat (custom) atau seringkali disebut kebiasaan saja merupakan

istilah umum yang dipakai dalam masyarakat. Kedua istilah itu menunjukkan cara

berprilaku yang sudah umum dilaksanakan bagi mereka yang melaksanakan

kebudayaan tersebut3. Perbedaaan kebudayaan yang paling menonjol yang

1 Kota Indonesia Masa Depan Masalah Dan Prospek, hal 582. Chris Maning dan Tadjudin Nur effendi, Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal Di Kota. Hal 1453. Ismani, DRS, Pengantar Sosiologi Pedesaan, FIA, Universitas Brawijaya,1987, Hal 29

Page 2: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

2

dapat dilihat adalah dari sejarah arsitektur masyarakat. Arsitektur dalam bentuk

purbanya adalah sesuatu yang dibangun oleh manusia dalam usahanya ( yang

masih sederhana itu) untuk berfungsi sebagai suatu perlindungan demi

kepentingan badannya atau keselamatannya4. Arsitektur sebagai hasil karya

manusia tergantung atau sangat besar dipengaruhi oleh keadaan-keadaan

seperti keadaan geografis, geologis, dan iklim. Ketiga hal tersebut membantu

secara fisik dalam penjelmaan bentuk arsitekturnya, sedangkan keadaan

keagamaan dan kemasyarakatannya turut serta dalam menentukan taraf

peradabannya. Demi keselamatan jiwanya dari gangguan-gangguan atau bahaya

alam mereka membangun suatu perlindungan. Bahaya yang dimaksud seperti

terik matahari, malam yang dingin, hujan, petir, angin, bahaya binatang buas

bahkan gangguan dari sesamanya atau musuh. Dengan adanya keragaman

kebudayaan maka akan menyebabkan prilaku masyarakat yang berbeda yang

pada akhirnya membentuk pola ruang yang berbeda pula. Karena berbicara

masalah budaya tidak akan lepas dari unsur manusia.5.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Rapoport , perilaku manusia

ditentukan oleh latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan

yang dianut, nilai-nilai dan norma-norma yang dipegang, yang semuanya

terangkum dalam kebudayaan (cultur) masyarakat. Lebih lanjut konteks kultural

dan sosial ini akan mempengaruhi sistem aktivitas atau kegiatan manusia,

sedangkan aktivitas dan kegiatan manusia tersebut memerlukan wadah. Wadah

tersebut adalah ruang-ruang yang saling berhubungan dalam satu sistem tata

ruang dan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kebudayaan suatu daerah menimbulkan perilaku yang

berbeda dengan pola ruang yang berbeda pula. Contoh prilaku yang terbentuk

berdasarkan prilaku budaya dan aktivitas masyarakat yang sampai sekarang

masih dapat dijumpai yaitu di Jawa dapat dilihat dengan adanya alun-alun yang

berperan sebagai pelengkap dari suatu Kabupaten, Kewedanaan, atau

Kecamatan. Alun-alun juga merupakan unsur yang penting dari suatu lingkungan

arsitektur dan sebagai pusat kehidupan kota pada masa-masa yang lalu, seperti

pertandingan, rapat, upacara, dan pasar yang diselenggarakan di situ.6 Contoh

lain dari akibat perilaku manusia terhadap terbentuknya bentukan fisik di suatu

4. Djauhari sumintardja, Kompendium Sejarah Arsitektur, Jilid I, Hal 3.5. Ibid,hal 166 A.Bagoes P. Wiryomartono, Seni Bangunan Dan Seni Bina Kota Di Indonesia, Hal 50.

Page 3: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

3

daerah yaitu di pulau lombok akibat dari aktivitas bertani sebagai salah satu mata

pencarian masyarakat maka terbentuk suatu model arsitektur perumahan yang

dirancang seperti lumbung padi berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Di Bima,

akibat dari sistem kepercayaan (religi) berupa animisme dan dinamisme yang

memuja roh-roh nenek moyang baik secara individu maupun kelompok untuk

tujuan menghindari dari masalah-masalah berpengaruh terhadap bentukan fisik

yaitu adanya batu-batu atau pohon-pohon besar didepan rumah, maupun posisi

dari rumah yang dekat gunung dan posisi kuburan nenek moyang yang dekat

dengan tempat tinggal sedangkan di Madura sendiri adanya pengkultusan

terhadap wali, kyai dan orang-orang yang memiliki kemampuan agama tinggi

setelah meninggal diletakkan dalam makam yang disebut “puju” dan masyarakat

sekitar “puju” hampir setiap tahun melakukan pengajian besar (haul) untuk

mencari berkah dari “puju” tersebut.

Dilihat dari fenomena-fenomena dan contoh yang muncul di tiap-tiap

daerah di Indonesia dan adanya keunikan konsep penataan ruang yang

terbentuk dari adanya prilaku yang berbeda-beda berdasarkan kebudayaan-

kebudayaan yang berkembang disuatu daerah tersebut maka penyusun tertarik

untuk mengamati prilaku masyarakat Madura yang berada di Kota Sumbawa

Besar berdasarkan prilaku dan pandangan hidup.

Suku Madura adalah salah satu suku yang penduduknya banyak

merantau (Migrasi Keluar Daerah), Suku Madura yang melakukan perantauan

sebagian besar berasal dari Kabupaten Bangkalan, khususnya Desa Gigir,Kecamatan Blega. Sebagian Sampang sedangkan untuk kabupaten Pamekasan

dan Sumenep relatif sedikit dan prosentasenya sangat kecil7.. Kegiatan

perantauan yang dilakukan oleh masyarakat Madura umumnya dilatarbelakangi

oleh kondisi geografis wilayah yang sebagian besar merupakan wilayah maritim

dan dikelilingi lautan mendorong masyarakat Madura untuk berlayar dan melaut,

selain itu adanya falsafah-falsafah hidup yang telah tumbuh dan berkembang

sejak zaman nenek moyang menjadi landasan untuk keluar dan merantau ke luar

daerah, didukung pula karena adanya latar belakang kemiskinan yang terjadi

didesa dan faktor-faktor pendorong lainnya yang menyebabkan suku ini

melakukan urbanisasi. Keberadaan suku Madura didaerah-daerah seperti

Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok bahkan Sumbawa Sedikit tidak berpengaruh

7. Latief Moestafa, Hasil Wawancara, sosiolog dan budayawan, IKIP Malang.

Page 4: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

4

terhadap kondisi lingkungan daerah tujuan. Mengingat masyarakat Madura yang

datang melakukan aktivitas sehari-hari berdasarkan pandangan hidup asli

sukunya seperti cara mencari nafkah (mata pencarian), tata cara ibadah (sistem

religi), sistem organisasi sosial dan aspek budaya lainnya mempengaruhi

terhadap terbentuknya pola-pola pemanfaatan ruang baru yang terjadi di daerah

tujuan. Dimana pola-pola baru tersebut adalah berasal dari ciri khas budaya

masyarakat Madura sendiri, hasil dari aktivitas yang secara arsitektural

menggambarkan ciri budaya Madura sendiri maupun hasil akulturasi dengan

kebudayaan asli daerah yang didatanginya. Dari tujuan utama untuk mencari

nafkah lama kelamaan masyarakat suku perantau yang ada di daerah tujuan

akan membentuk suatu sistem kekerabatan baru yang antara sesama

masyarakat madura perantau (MMP) ataupun (MMP) dengan Masyarakat Lokal

Sumbawa (MLS), dan suku pendatang lainnya. Umumnya masyarakat madura

perantau (MMP) tinggal berkelompok (cluster). Kelompok-kelompok tersebut

akan meningkat kuantitasnya karena adanya pertambahan penduduk baik akibat

kelahiran maupun adanya perantau baru yang datang dengan tujuan yang sama.

Aktivitas bermukim ini mempengaruhi terhadap pola penataan ruang yang terjadi

di daerah tujuan. Dilihat dari adanya hal-hal baru yang muncul sebagai akibat

adanya masyarakat madura perantau yang bermukim di kota Sumbawa Besar

maka identifikasi pengaruh prilaku masyarakat Madura perantau ini dipandang

perlu untuk dilakukakan dengan harapan hasil dari penelitian ini dapat

memberikan masukan bagi perkembangan perkampungan yang diperuntukkan

bagi masyarakat perantau tanpa harus merubah kebiasaaan atau adat istiadat

yang secara turun temurun telah mengikuti mereka dan meminimalisasi

benturan-benturan dalam pola penataan ruang yang dilakukan didaerah tujuan

dan pada akhirnya keberadaan suku Madura perantau di daerah tujuan akan

membawa perkembangan bagi kota Sumbawa Besar pada khususnya dan

daerah-daerah lain yang memiliki suku Madura perantau pada umumnya

berdasarkan fungsinya masing-masing.

1.2. Perumusan Masalah

Page 5: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

5

Masyarakat Madura Perantau yang kemudian disingkat MMP telah hidup

di kota Sumbawa Besar dalam waktu yang cukup lama. Belum jelas1, bagaimana

proses migrasinya, kapan mereka mulai masuk, bagaimana latar belakangnya,

siapa yang memulai, dan apa pekejaan awalnya. Akan tetapi yang jelas adalah

bahwa saat ini mereka telah berkembang menjadi suatu komunitas yang unik

dan relatif kuat secara ekonomi di Sumbawa. Mayoritas dari mereka bekerja di

sektor ekonomi informal, sektor yang sangat jarang digeluti oleh Masyarakat

Lokal Sumbawa (MLS) yang menjadi penduduk asli Kabupaten Sumbawa.

Belum ada data akurat yang dapat menunjukkan tentang jumlah populasi

resmi MMP di Sumbawa. Tampaknya, mereka tidak dominan secara populasi.

Akan tetapi, Keberadaan mereka dapat mewarnai “hiruk pikuk” pasar dan

dinamika interaksi ekonomi lainnya. Sungguh mengagumkan, keberadaan

mereka sepertinya tidak dipandang sebagai potensi sosial yang “rentan” dan

atau”mengganggu”. Mengapa demikian? Belum ada studi yang pernah

membahasnya.

Saat ini, beberapa lokasi strategis di Kabupaten Sumbawa, khususnya di

Kota Sumbawa Besar, seperti pasar-pasar tradisional, terminal-terminal bis,

kompleks pertokoan, dll, seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari aktifitas

ekonomi MMP. Bahkan pemerintah daerah kabupaten Sumbawa memberikan

ruang yang representative sebagai tempat mereka berdagang.2 Hal ini

menunjukan bahwa kehadiran mereka dengan spesialisasinya mendapatkan

apresiasi dan pengakuan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

Masyarakat Madura bukanlah transmigran yang proses migrasinya

terorganisir (organized migration). Mereka lebih merupakan orang-orang

perantau, migran yang proses migrasinya terjadi secara individual dan sukarela

(voluntary migration).3 mereka datang satu persatu, lalu lama-lama menjadi

banyak. Perantauan mereka biasanya bertahan lama dikarenakan adanya

falsafah-falsafah hidup sejarah islam yang mereka pegang teguh sejak mulai

1 Sejauh ini, belum ada studi sosiologis yang dapat dijadikan referensi tentang proses dan rentang waktumigrasi masyarakat Madura ke Sumbawa.

2 Di beberapa tempat, seperti terminal bis tua di tengah kota Sumbawa Besar, terdapat tempat khusus (warungsetengah formal) untuk berdagang. Hampir seluruhnya tempat itu dipenuhi oleh masyarakat Madura perantau.

10. Migran sukarela/perantau biasanya memiliki kualitas etos kewirausahaan yang sangat kompetitif. Lihatmisalnya, Mochtar Naim,1978, Perantauan Masyarakat Minang dan Kaitannya dengan MasalahKewirausahaan, Jakarta : Prisma LP3ES

Page 6: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

6

merantau sampah hidup dan menetap di kota Sumbawa Besar. Selain

berdagang masyarakat Madura yang ada di kota Sumbawa Besar membawa

pengaruh-pengaruh islam didaerahnya yaitu Madura dengan dibentuknya

sarana-sarana pondok yang digunakan untuk mengaji selain dimanfaatkan oleh

komunitas Madura sendiri juga masyarakat Sumbawa yang hidup berdampingan

dengan kelompok-kelompok MMP. Karena itu, mereka memiliki kualitas dan

kemampuan adaptasi yang cenderung berbeda dengan trasmigran. Dikatakan

oleh Guillet dan Uzzel (1976) bahwa “orang-orang yang memutuskan untuk

bermigrasi dapat dianggap sebagai orang-orang pillihan (selected) dari antara

populasinya”.4 Orang-orang Madura “betah” dan “kerasan” tinggal di Sumbawa

karena (mungkin) mereka memiliki kualitas tertentu sehingga mereka dapat

menemukan arti hidup dan cara menyiasati hidupnya baik secara individual

maupun berkelompok di tempat tersebut. Kualitas itu biasanya merupakan

produk dari capital sosial atau bisa juga merupakan akibat komulatif (comulave

causation)5 dari pengalaman interaksi dan konteks sosial yang mereka alami dari

waktu ke waktu.

Namun demikian, belum ada studi yang dapat menunjukkan secara jelas

faktor-faktor apakah yang menyebabkan orang-orang (migran) Madura di

Sumbawa menjadi “betah” dan “kerasan” serta memiliki, keungulan tertentu serti

etos kerja keras dalam berdagang. Sehingga tercipta suatu pola-pola unik yang

mencerminkan budaya masyarakat Madura tetapi tetap dapat dirasakan oleh

masyarakat di Sumbawa. Mungkinkah karena faktor Kapital sosial yang

membentuk capital manusianya ataukah sebaliknya?

Apakah karakteristik migran yang dikatakan Pelly berikut ini melekat pada

orang-orang Madura di Sumbawa? Dijelaskan olehnya, mengapa migran yang

11. Lihat Pelly, 1997, Keserasian Manusia Pendatang Dengan Lingkungan Tujuan, dalam Rafiq Ahmad (ed),Budaya Kepeloporan dalam Mobilitas Penduduk, Jakarta : Pupaswara Bekerjasama dengan Dep. Transmigrasidan PPH

5 Pengalaman masa lampau dan konteks sosial saat ini dapat menjadi sebab seseorang atau kelompokmelakukan tindakan sosial-ekonomi tertentu. Hal ini dijelaskan Portes dalam satu pointer teori sosiologiekonominya, “Comulative Cousation and Unintended Effects”. Lihat Portes, The Economic Sociology and TheSociology of Immigration : A Conceptual Overview, dalam buku yang di editnya, The Economic Sociology ofImmigration : Essays on Networks, Etnicity and Entrepreneurshp, New York : Russell Sage Publication. Artinya,bisa juga dilihat dalam penelitian apakah kesuksesan masyarakat dari etnis Madura membangun komunitasdagangnya dipengaruhi oleh konteks sosial mereka sebelumnya (dikampung halaman), atau dipengaruhi olehbesarnya ruang (tanpa diskriminasi) yang diberikan oleh komunitas etnis local kepada mereka untukberdagang. Dengan kata lain, konsentrasi mereka di sector ekonomi perdagangan bias saja merupakan akibatkomulatif dari keadaan penduduk setempat yang cenderung melirik sector formal birokrasi dan sepertinya“mengesampingkan” sector ini.

Page 7: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

7

sebagian besar menuju kota-kota cenderung memiliki keunggulan dibandingkan

transmigran yang sebagian besar menuju pedalaman?“Pertama, karena pada dirinya melekat motivasi dan panggilan cultural yang

kuat. Kedua, dia merasa tepilih (selected) daripada penduduk lainnya untukbermigrasi. Ketiga, saluran (chanel) informasi biasanya memakai salurankekeluargaan (family, orang sekampung atau kenalan dekat). Hal ini menunjukkanjuga strategi adaptasi para migran diperantauan bukan merupakan tindakan acak,tapi dibimbing oleh pilihan-pilihan yang mengacu pada misi budaya dan latar sosio-kultural yang dibawanya. Hal ini terlihat pada pemilikan okupasi (jenis pekerjaan),pemukiman, organisasi paguyuban (voluntary association), dan menentukanhubungan dengan host population…Dengan demikian jelaslah bahwa seorangmigran rata-rata memiliki motivasi, panggilan kultural dan kesiapan diri yang lebihmatang waktu meninggalkan kampung halamannya ketimbang transmigran.”6

Keterangan Pelly di atas, memberikan gambaran bahwa faktor-faktor

seperti Kapital sosial (sosial capital) dan Kapital manusia (human capital) prilaku

masyarakat dan aktivitasnya ternyata memberikan andil yang sangat berarti

dalam membentuk pola pemanfaatan ruang di kota Sumbawa Besar.

Konsep pemanfaatan ruang akibat perilaku masyarakat Madura perantau

berdasarkan kebudayaan adalah salah satu tema yang diambil dalam penelitian

ini. Konsep pemanfaatan ruang pada suatu suku bangsa sangat erat kaitannya

dengan pandangan hidup suku tersebut dimana suku Madura adalah suku yang

memiliki pandangan hidup dalam mencari nafkah yaitu “ Dimana Mereka Tinggal

Maka Mereka Harus Mampu Bertahan Hidup” optimisme ini menyebabkan

banyak suku Madura yang berada didaerah-daerah tujuan untuk mencari nafkah

dan mampu tetap bertahan didalam lingkungan baru bahkan berkembang dan

membentuk suatu pola hidup dan kegiatan yang mempengaruhi terhadap

terbentuknya pola pemanfaatan ruang. Selain dari adanya prinsip tersebut

didukung pula oleh kondisi geografis Madura yang dikelilingi oleh lautan

sehingga berdasarkan sejarahnya bahwa orang-orang Madura memiliki karakter

yang hampir mirip dengan suku Makasar sebagai pelaut ulung, sehingga

perjalanan keluar pulau adalah salah satu hal yang biasa untuk orang-orang

Madura. Seiring dengan berjalannya waktu maka suku Madura perantau yang

berada didaerah tujuan yang melakukan aktivitas sehari-hari berdasarkan

kebiasaan (tradisi) maupun pandangan hidupnya seperti aktivitas berjualan,

tinggal, sosialisasi dengan masyarakat lain menyebabkan terbentuknya pola-pola

kegiatan yang berpengaruh terhadap pola pembentukan ruang di daerah tujuan.

Pola-pola pembentukan ruang ini akan berkembang terutama dilihat dari sisi

6 Lihat Pelly, Ibid, h. 126-127

Page 8: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

8

sistem kekerabatan yang muncul dan sistem tinggal masyarakat yang umumnya

membentuk suatu kelompok bermukim (cluster) dan mata pencarian sebagai

pedagang yang umumnya digeluti oleh sebagian MMP didaerah tujuannya

secara otomatis membutuhkan ruang-ruang untuk kegiatan berdagangnya maka

secara langsung maupun tidak langsung keberadaan MMP di kota Sumbawa

Besar membawa pengaruh terhadap pola pemanfaatan ruang yang ada.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang maka

perumusan permasalahan adalah:

1. Apa yang melatarbelakangi MMP untuk melakukan perantauan keluar

dari daerahnya khususnya ke Sumbawa ?

2. Bagaimana prilaku Masyarakat Madura Asli (MMA) yang ada di pulau

Madura ?

3. Bagaimana prilaku masyarakat MMP di kota Sumbawa Besar dalam

aktivitas masyarakat sehari-hari?

4. Bagaimanakah bentuk akulturasi budaya antara MMA dan MLS yang

membentuk MMP di kota Sumbawa Besar?

5. Bagaimanakah pola pemanfaatan ruang yang terbentuk sebagai akibat

dari pengaruh prilaku MMP yang ada di Sumbawa ?

1.3 Tujuan Dan SasaranAdapun tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam studi ini adalah

sebagai Berikut:

1.3.1 Tujuan :Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pola pemanfaatan ruang yang terbentuk sebagai akibat dari pengaruh perilaku

masyarakat Madura perantau di kota Sumbawa Besar. Penelitian ini juga

strategis, khususnya bagi penentu kebijakan di Sumbawa karena dapat dijadikan

sebagai referensi dan bahan pertimbangan bagi perumusan kebijakan-kebijakan

penataan ruang di kota Sumbawa.

1.3.2 Sasaran :Beberapa sasaran yang dapat dilakukan antara lain :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penarik masyarakat Madura

melakukan perantauan khususnya ke daerah Sumbawa.

2. Mengidentifiksi prilaku MMA yang ada di pulau Madura.

Page 9: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

9

3. Mengidentifikasikan pola prilaku MMP yang ada di Sumbawa berdasarkan

aktivitas masyarakat sehari-hari.

4. Mengidentifikasikan pengaruh akulturasi budaya antara MMA dan MLS

yang membentuk MMP di kota Sumbawa Besar.

5. Mengidentifikasikan pola pemanfaatan ruang yang terbentuk sebagai

akibat pengaruh prilaku MMP di kota Sumbawa Besar.

1. 4. Signifikansi PenelitianSignifikansinya diuraikan secara sistimatis sebagai berikut :

• Bagi pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa, penelitian ini dapat

dijadikan sebagai masukan dan dijadikan pertimbangan untuk

membuat kebijakan-kebijakan dalam penataan ruang yang

diperuntukan bagi pengembangan kota Sumbawa Besar.

• Bagi Institusi Akademis, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan

sumber inspirasi bagi kegiatan-kegiatan penelitian berikutnya di

Sumbawa.

• Bagi masyarakat Sumbawa keseluruhan, khususnya komunitas etnis

Madura, penelitian ini dapat dijadikan cermin refleksi akan arti strategis

dari pola pemanfaatan ruang yang dimiliki.

1.5 Lingkup StudiRuang lingkup studi terdiri atas dua bagian yaitu lingkup materi dan lingkup

lokasi. Lingkup materi berisikan jenis materi-materi yang akan dibahas dalam

penelitian, sedangkan lingkup lokasi merupakan lingkup wilayah penelitian atau

studi yang akan menjadi daerah penelitian.

1.5.1 Lingkup MateriBerdasarkan hasil perumusan masalah dan mengacu kepada tujuan dan

sasaran yang akan dicapai maka beberapa materi yang menjadi acuan

penelaahan studi ini antara lain di jelaskan dalam tabel berikut :

Page 10: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

10

Tabel :1.5.1Lingkup materi

Identifikasi Prilaku Masyarakat Madura PerantauTerhadap Pola Pemanfaatan Ruang Di Sumbawa Besar

No Sasaran Lingkup materi Output1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong

dan penarik masyarakat Madura untukkeluar dari daerahnya dan melakukanperantauan khususnya ke daerahSumbawa.

• Kondisi fisik Madura.• Kondisi sosial dan demografi

Madura• Kondisi perekonomian masyarakat

Madura.• Falsafah hidup pendorong

masyarakat Madura merantau.

Untuk mengetahui Alasanmasyarakat Madura merantaukeluar dari daerahnya.

2. Mengidentifiksi prilaku masyarakatMadura asli yang ada di pulau Madura.

• Mengidentifikasi aspek-aspekkebudayaan Orang Madura aslimeliputi :

1. Sistem Religi.2. Sistem Organisasi.3. Sistem Kesenian.4. Jenis dan tingkat bahasa5. Sistem Pengetahuan.6. Sistem Perekonomian dan

Matapencarian.7. Sistem peralatan hidup dan

teknologi

Mengetahui Karakteristikprilaku masyarakat Maduraasli yang ada di Madura.

3. Mengidentifikasikan pola prilaku orangMadura perantau yang ada di Sumbawaberdasarkan aktivitas masyarakatsehari-hari.

• Mengidentifikasi prilaku orangMadura yang tinggal di Sumbawameliputi :

1. Sistem Religi.2. Sistem Organisasi.3. Sistem Kesenian.4. Jenis dan tingkat bahasa5. Sistem Pengetahuan.6. Sistem Perekonomian dan

matapencarian7. Sistem Peralatan hidup dan

teknologi

Mengetahui Karakteristikprilaku masyarakat Maduraperantau (MMP) yang ada dikota Sumbawa Besar.

4. Mengidentifikasikan pengaruh akulturasibudaya antara MMA dan MLS yangmembentuk MMP di kota SumbawaBesar.

• Karakter budaya MMA dan MLS(baik yang membentuk ruang fisikmaupun yang hanya berpengaruhsecara fungsional)

Mengetahui bentuk-bentukakulturasi budaya MMA danMLS yang mempengaruhikarakter MMP.

5. Mengidentifikasikan pola pemanfaatanruang yang terbentuk akibat aktivitasMMP di Kota Sumbawa Besar.

• Membandingkan perubahan polapemanfaatan ruang yang terjadisejak kedatangan masyarakatMadura ke kota Sumbawa Besarhingga saat ini.

• Mencari bentukan-bentukan polaRuang yang terbentuk olehprilaku MMP di kota SumbawaBesar.

• Mencari bentukan fisik daripemukiman yang terbentuk secaraarsitektural yang masihdipengaruhi oleh budaya Maduraasli.

• Mengetahui perkembanganpola pemanfaatan ruangyang terjadi akibatkeberadaan masyarakatMadura perantau di kotaSumbawa Besar.

• Mengetahui pola-polapemukiman yang terbentuksebagai akibat dari prilakumasyarakat Maduraperantau di Sumbawa.

• Mengetahui arsitekturalbangunan fisik yangdigunakan oleh MMP yangada di kota SumbawaBesar .

Sumber : Analisa

Page 11: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

11

1.5.2. Lingkup LokasiLingkup lokasi untuk penelitian ini menggunakan dua lokasi antara lain di

Madura dan di kota Sumbawa Besar. Untuk Madura diambil lingkup lokasi di

Kabupaten Bangkalan, di desa Gigir dan Somphe’en Lompheng Dejekecamatan Blega. Objek survei meliputi pemukiman, unsur-unsur tradisional

serta prilaku masyarakat, akan tetapi untuk Madura data sebagian besar

beracukan pada studi literatur tentang prilaku yang diperkuat dengan observasi

untuk menyesuaikan antara literatur dengan kondisi di lapangan dan

dokumentasi serta wawancara untuk memperjelas dan mendukung literatur.

Alasan memilih lokasi Bangkalan khususnya di desa Gigir kecamatan

Blega adalah karena Masyarakat Madura Perantau (MMP) yang melakukan

perantau ke Kota Sumbawa Besar hampir sebagian besar berasal dari daerah

tersebut. Sedangkan untuk kota Sumbawa Besar dipilih lokasi dengan

konsentrasi Masyarakat Madura Perantau (MMP) terbesar meliputi dua

kelurahan yaitu kelurahan Brang-Bara dan kelurahan Bugis dan sebagian kecil

seketeng. Dalam penelitian ini menggunakan dua acuan yaitu batas administrasi

dan batasan fisik. Adapun batas wilayah untuk kedua daerah ini meliputi:

• Sebelah Utara : Kelurahan Umasima.

• Sebelah Selatan : Kelurahan Samapuin.

• Sebelah Timur : Kelurahan Seketeng.

• Sebelah Barat : Kelurahan Kerato.

Sedangkan untuk batas fisik menggunakan batasan sungai, jalan arteri

primer, kolektor primer dan jalan lokal yang ada di sekitar pusat kota Sumbawa.

Daerah studi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena adanya beberapa alasan

yang sangat signifikan dan menjadi bahan pertimbangan antara lain alasan

tersebut :

1. Lokasi kelurahan tersebut terletak di daerah perkotaan dengan akses

yang mudah di jangkau.

2. Pada lokasi tersebut banyak tinggal MMP yang sudah lama berdiam

dilokasi tersebut.

3. Pengelompokan fasilitas yang dimanfaatkan oleh MMP berada didekat

pusat kota sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi aktifitas MMP

sehari-hari.

Page 12: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

12

Page 13: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

13

1.6 Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka merupakan teori-teori yang mendasari hasil penelitian atau

teori yang digunakan sebagai metode dalam melakukan penelitian, teori-teori

tersebut diantaranya masalah urbanisasi yang meliputi faktor penarik dan faktor

pendorong, pengertian prilaku, menurut Drs Saifudin Azwar, MA, teori-teori

prilaku berdasarkan teori bentuk hubungan antara perilaku dan ruang menurut

Wohwill, teori Edward G Sampson, Haryadi B dan setiawan, teori Kurt Lewin,

definisi ruang, pola pemanfaatan ruang, hubungan prilaku dengan pola

pemanfaatan ruang dan kebudayaan menurut koentjcara Ningrat.

1.6.1 UrbanisasiUrbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, urbanisasi yang terjadi diperkotaan

salah satunya disebabkan oleh faktor kemiskinan yang terjadi di pedesaan. Secara garis besar terdapat 2 faktorutama terjadinya urbanisasi antara lain :

Faktor penarik ( pull faktor) dan faktor pendorong (push faktor). Faktor penarik masyarakat ke kota antaralain:1. Melanjutkan sekolah, karena didesa tidak ada lagi sambungan atau mutu sekolah didesa yang

dianggap kurang baik,2. Terpengaruh oleh cerita mereka yang kembali kedesa bahwa hidup dikota lebih gampang dan cari

pekerjaan atau membuka usaha kecil-kecilan sangat mudah.3. Tingkat upah dikota lebih tinggi4. Keamanan dikota lebih terjamin5. Hiburan lebih banyak6. Kebebasan pribadi lebih luas7. Adat atau agama lebih longgar dan banyak cerita-cerita lain yang antara individu yang satu dengan

yang lain sangat berbeda.Faktor pendorog dari adanya urbanisasi yaitu ;1. Proses kemiskinan didesa, didesa-desa di Indonesia, terutama dipulau Jawa dan Madura sebagai

akibat pertambahan penduduk yang cepat telah menyebabkan perbandingan antara jumlahpenduduk dan luas lahan pertanian menjadi sangat timpang. Lebih dari 30% penduduk di desa Jawahidup sebagai buruh tani dan tidak mempunyai lahan pertanian sendiri. 35% dari penduduk jawamempunyai luas tanah pertanian kurang dari 1 ha, yang berarti secara teoritis tidak mungkin untukmenghidupi satu keluarga ( Biasanya terdiri atas 7 orang) sepanjang tahun. Menggarap tanah barutidak mungkin, karena persediaan tanah telah habis bahkan dengan adanya pembangunan besar-besaran selama pelita, terpaksa juga memakai areal pertanian yang sudah sempit tersebut, untukpembangunan pabrik baru, jalan, perumahan, perkantoran, sekolah dan lain-lain, bagi banyakpenduduk desa berlama-lama tinggal di desa berarti menunggu mati.

2. Lapangan kerja yang hampir tidak ada orang desa terkenal ulet, sabar dan suka bekerja keras.Namun karena jumlah kelahiran yang cukup tinggi sedangkan lahan pekerjan didesa cenderungmenurun, mengakibatkan pengangguran nyata dan tidak nyata. Lapangan kerja lain diluar pertanianhampir tidak tersedia atau tidak berkembang.

3. Pendapatan yang rendah kedua faktor tersebut merupakan lingkaran setan yang otomatispendapatan perkapita atau perkeluarga didesa menjadi rendah. Tingkat upah memburuh didesasangat rendah dibandingkan dengan upah minimum di kota-kota. Hal ini mendorong mereka unutkmengadu nasib dikota dengan harapan dapat meningkatkan taraf kehidupannya.

Page 14: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

14

4. Keamanan, bagi beberapa golongan tertentu hidup didesa atau daerah pedalaman kurang aman bagijiwa dan hartanya

5. Adat istiadat yang terlalu mengikat/ketat bagi mereka yang telah mendapatkan pendidikan yang agaklumayan sering merasa bahwa adat istiadat dikampung, disamping faktor kemelaratan begitu kakudan ini mendorong mereka untuk mencari sedikit kebebasan dikota.

6. Melanjutkan pendidikan memang hampir setiap desa di Indonesia sudah ada SD, SMP dan kejuruanlainnya. Tetapi apabila ingin sekolah lebih lanjut maka mereka harus pergi kekota dengan alas anmutu sekolah didesa tidak begitu baik dan setelah tamat sekolah tidak mudah masuk perguruan tinggiatau mendapat pekerjaan karena orang kota sering meremehkan tamatan SLTA didesa yang padagilirannya membuat mereka menjadi asing didesanya sendiri.7

1. 6.2. KebudayaanPembahasan kebudayaan yang menjadi landasan teori dalam teori ini

meliputi definisi kebudayaan, wujud kebudayaan, tiga wujud kebudayaan, tujuh

unsur universal kebudayaan, perubahan sosial dan kebudayaan, dasar teoritis

penelitian kualitatif, perubahan pola budaya dan masyarakat.

1.6.2.1 Definisi KebudayaanKebudayaan dalam bahasa sehari-hari umumnya banyak dipahami oleh

orang adalah sebatas tentang adat istiadat yang mana dalam adat istiadat ini

tercangkup tentang nilai-nilai historis dan pencirian akan budaya setempat.

Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar.15. Dalam pengertian ini terlihat jelas

akan peranan dari seorang individu dalam memberikan ciri dalam kebudayaan

yang ada pada komunitas masyarakatnya.

Kebudayan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah yang merupakan

bentuk jamak dari kata bhudi dan akal. Kebudayaan dapat pula diartikan sebagai

hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.8. kebudayaan menurut EB.

Taylor adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kesenian, moral, adat

istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Sifat hakikat kebudayaan

manusia yang menjadi ciri dari setiap kebudayaan adalah sebagai berikut 16.:

7.Kota Indonesia Masa Depan Masalah Dan Prospek, hal 58,59,60,6115 Ibid, Hal 18116. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Penerbit CV Rajawali, 1982 : Hal 177, Jakarta. Robin MWilliams, Jr., American Society, Sociologi Interpretation, Second resived Eddition, Alfred A. Knopf, New York,1967, Hal 19 Dst.

Page 15: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

15

a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.

b. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu generasi

tertentu. Dan tidak akan mati dengan habisnya usia suatu generasi yang

bersangkutan.

c. Kebudayaan dibutuhkan manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.

d. Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-

kewajiban, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang

ditolak.

1.6.2.2. Tiga Wujud KebudayaanMenurut J.J. Honogmann, Kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu17

a. Wujud sebagai sistem budaya atau adat istiadat sebagai kompleks dari ide-ide, nilai-nilai,norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud kebudayaan ini merupakan wujud ideal darikebudayaan. Sifatnya abstrak dan tidak dapat diraba atau dirasakan secara tidak kasat mata,karena hanya ada dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan hidup.

b. Wujud sebagai sistem sosial yaitu kompleks suatu sistem aktivitas serta tindakan berpola darimanusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan ini konkret , bias, dapat di observasi, dan didokumentasi.

c. Wujud sebagai sistem kebudayaan fisik sebagai benda hasil kebudayaan manusia yangmerupakan seluruh total hasil fisik dari aktivitas serta karunia manusia dalam masyarakat.Sehingga memiliki sifat paling konkret, dan benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihatdan didokumentasikan.

1.6.2.3. Tujuh Unsur Universal KebudayaanBanyak ahli yang telah merumuskan unsur-unsur kebudayaan seperti

C.Kluckhon dalam karyanya “ Universal Catagories of Culture“(1953) yang

merangkum pendapat-pendapat ahli antropologi, terdapat tujuh unsur

kebudayaan yaitu :

1. Sistem religi (sistem kepercayaan).

2. Sistem bahasa baik lisan maupun tulisan

3. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, seperti pertanian,

peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya.

4. Sistem peralatan hidup manusia dan teknologi , seperti pakaian,

perumahan, Alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi,

transportasi dan sebagainya.

5. Sistem organisasi sosial kemasyarakatan seperti sistem kekerabatan,

organisasi politik, sistem hokum, sistem perkawinan.

6. Sistem pengetahuan.

7. Sistem kesenian seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya.

10. Ibid Koentjaraningrat, hal 186

Page 16: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

16

Dari tujuh unsur kebudayaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sistem ReligiSistem religi terbagi dalam sistem religi dan sistem ilmu gaib. Sistem religi

dalam suatu kebudayaan dapat memelihara emosi diantara pengikut-

pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting

dalam suatu religi beserta tiga unsur lainnya yaitu sistem keyakinan, sistem

upacara, keagamaan dan umat yang menganut religi tersebut.

2. Sistem Bahasa Baik Lisan maupun TulisanBahasa merupakan sistem pelambangan manusia yang lisan maupun

tulisan untuk berkomunikasi satu dengan lainnya. Bahasa didaerah

perbatasan menjadi bahasa campuran, kecuali batas tempat tinggal dua suku

bangsa yang terpisah oleh lautan, gunung, sungai yang lebar, atau batas

alam lainnya yang menghambat kontak manusia secara intensif.

Bahasa dari suku bangsa selalu menunjukkan suatu variasi yang

ditentukan oleh perbedaan daerah secara geografi maupun oleh lapisan serta

lingkungan sosial dalam masyarakat suatu suku bangsa. Berupa perbedaan

dialek, maupun penggunaan bahasa berdasarkan golongan atau lapisan

sosial masyarakat.

3. Sistem Mata Pencaharian dan Sistem Ekonomi.Sistem mata pencarian berkaitan dengan mata pencarian dari usaha

seseorang untuk masyarakat perantau ataupun perantau yang keluar daerah

umumnya bermatapencarian sebagai pedagang jasa, sebagian lagi bertani

dan buruh.

4. Sistem Peralatan Hidup Manusia dan Teknologi.Teknologi dalam hal ini berupa cara-cara produksi, memakai, dan

memelihara segala peralatan hidup dari suku bangsa. Teknologi tradisional

meliputi minimal delapan sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang

digunakan oleh manusia antara lain alat-alat produksi, senjata, wadah, alat-

alat menyalakan api, makanan, minuman, bahan pembangkit gairah, dan

Page 17: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

17

jamu-jamuan, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan,

alat-alat transportasi.

5. Sistem Organisasi Sosial Kemasyarakatan Unsur-unsur khusus dalam organisasi sosial. Kehidupan suatu

masyarakat diatur dan diorganisasi oleh adat-istiadat dan aturan-aturan

mengenai berbagai macam kesatuan di lingkungan ia hidup an bergaul.

Kesatuan yang paling dekat adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu

keluarga inti dan kerabat lainnya. Kemudian ada kesatuan-kesatuan

lainnya diluar kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas.

Sistem kekerabatan dengan adanya industrialisasi, tampak fungsi

kekerabatan yang dahulunya sangat penting dalam banyak sektor

kehidupan, mulai berkurang dan bersamaan dengan itu adat istiadat yang

mengatur hidup kekerabatan sebagai suatu kesatuan mulai mengendor.

Bentuk keluarga inti berdasarkan monogami bukan satu-satunya bentuk

sistem kekerabatan di dunia. Disamping prinsip bilateral, ada prinsip

patrilinear (hubungan keturunan melalui kerabat pria), matrilinear

(hubungan keturunan melalui kerabat wanita), dan juga prinsip-prinsip

kombinasi seperti prinsip keturunan bilineal dan ambilineal.

6. Sistem Pengetahuan.Pokok-pokok dari sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan

merupakan uraian tentang cabang-cabang pengetahuan, oleh karnanya tiap

bangsa-bangsa di dunia memiliki pengetahuan tentang alam sekitarnya, alam

flora di darah tempat tinggalnya, alam fauna didaerah tempat tinggalnya, zat-

zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia,

sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia dalam ruang dan waktu.

7. Sistem Kesenian Seni Rupa, Seni Suara, Seni Gerak dan sebagainya.Ada dua lapangan besar kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan

keindahanya itu : (1) Seni rupa yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia

dengan mata (2). Seni suara yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia

melalui telinga.

Page 18: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

18

Menurut Koentjaraningrat, terdapat 4 lingkungan konsentris kebudayaan.

Lingkaran paling luar melambangkan kebudayaan sebagai18 :

1. Artifak atau benda-benda fisik.

2. Lingkaran ini melambangkan kebudayaan sebagai sistem tingkah laku

dan tindakan yang berpola.

3. Melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan.

4. Merupakanpusat atau inti dari seluruh bagan dan melambangkan

kebudayaan sebaga sistem gagasan yang ideologis.

Gambar 1.1. Lingkaran Konsentris Kebudayaan

Sumber : Diktat mata kuliah aspek tradisi tahun 2002.

Keterangan :

18 Koentjaraningrat, “Pengantar Ilmu Antropologi I” Penerbit Rineka Cipta,Jakarta ,1996,Hal 74.

Sistem Kesenian

Sistem Ekonomi

Sistem Pengetahuan

Sistem OrganisasiSosial

Sistem Teknologi

Sistem Religi

Sistem Bahasa

= Nilai Budaya

= Sistem Sosial

= Sistem Budaya

= Core Area (Area Inti)

= Sistem kebudayaan Fisik

Page 19: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

19

Diagram 1.1. Kerangka kebudayaan

Sumber : Diktat mata kuliah aspek tradisional, tahun 2000.

1.6.2.4. Perubahan Sosial dan KebudayaanSosial dan kultur masyarakat tidak dapat dikatakan suatu yang kekal,

karena seiring waktu dan zaman maka kedua hal tersebut juga akan mengalami

perubahan. Terjadinya perubahan sosial dan kultur tersebut akan dialami oleh

seluruh manusia maupun kelompok masyarakat. Perubahan-perubahan di

masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi,

susunan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam

masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.

Perubahan sosial adalah segala perubahan dalam lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya

K E B U D A Y A A NGagasan, Rasa, Tindakan, Karya

WUJUD KEBUDAYAANSistem gagasan gagasan serta

konsep-konsep

Menghasilkan Tindakan yang berpola

Pengaruh insider (dari dalam)yaitu keinginan manusia untuk

melakukan sesuatu.

Pengaruh outsider (dari luar) yaitudari lingkungan Alami tempat

masyarakat bermukim.

Kebudayaan fisikberupa benda-

benda hasilkebudayaan

Sistem sosial polaprilaku yang dilakukanberdasarkan sistem.

Sistem budayamerupakan wujud

gagasan darikebudayaan hanya

dapat dipahami olehmasyarakat itu sendiridan orang lain setelah

ia mempelajarinya.

Nilai budaya yang terdiri atas :1. Nilai-nilai budaya terdiri dari

konsep mengenai segalasesuatu yang di nilai pentingoleh masyarakat.

2. Berfungsi sebagai pedomanorientasi pada kehidupanmasyarakat

Page 20: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

20

nilai-nilai, sikap dan pola-pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam

masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan

dapat disebabkan karena :

1. Bertambah dan berkurangnya penduduk.

2. Penemuan-penemuan baru.

3. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat.

4. Terjadinya pertentangan atau revolusi dalam masyarakat itu sendiri.

5. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan

adanya kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan yang maju, sikap

menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju, toleransi terhadap

perbuatan-perbuatan yang menyimpang, sistem lapisan masyarakat yang

terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-

bidang kehidupan tertentu dan nilai-nilai meningkatkan taraf hidup.

Suatu perubahan menunjuk kepada pergantian orde yang berlaku dalam

satuan sosial tertentu yang keseluruhannya dapat dilihat dalam perspektif bahwa“ suatu perubahan mencangkup dan mengacu kepada aktivitas-

aktivitas terhadap daur ulang tertentu. Perubahan bias mengacu dari ciri-ciriindividu. Perubahan yang bersifat sementara. Perubahan sosial budaya”

Dalam kaitan ini Zaltman (1966) mengajukan perubahan (change)

tersebut menurut rentang waktu dan keterlibatan masyarakat menurut tingkatan

tertentu.19

1.6.2.5. Perubahan Pola Budaya dan Masyarakat.Perubahan pola budaya dan masyarakat meliputi proses-proses dalam

mayarakat yang meliputi dari proses evolusi dan revolusi, proses difusi, proses

belajar kebudayaan sendiri, serta proses asimilasi dan akulturasi.

1. Proses Evolusi dan Revolusi.

Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dimana terdapat

suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang saling mengikuti dengan

lambat, dinamakan “evolusi”. Pada evolusi perubahan-perubahan terjadi

dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak

19 Koentjaraningrat, “Pengantar Ilmu Antropologi” Penerbit Aksara baru,1990,Hal 62.

Page 21: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

21

tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha masyarakat

untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan

dan kondisi-kondisi baru yang timbul seiring dengan perkembangan

masyarakat. Perubahan-perubahan cepat mengenai sendi-sendi pokok

kehidupan manusia dinamakan ” Revolusi”. Didalam revolusi, perubahan

yang terjadi dapat direncanakan.

2. Proses Difusi,

Difusi (diffusion) adalah unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari

proses-proses penyebaran unsur kebudayaan keseluruh tempat.

Proses-proses difusi dapat terjadi melalui:

1. Penyebaran melalui manusia yang melakukan migrasi (berkelompok).

Bersamaaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok

manusia, ikut tersebar juga unsur-unsur kebudayaan dan sejarah.

2. Penyebaran tanpa pemindahan kelompok manusia tetapi karena

adanya individu-individu yang membawa unsur kebudayaan. Misalnya

pedagang, pelaut dan penyiar agama. Selain itu, difusi juga terjadi

karena adanya pertemuan antara individu-individu dalam suatu

kelompok dengan individu-individu dalam kelompok tetangga melalui

berbagai cara.

3. Difusi berlangsung secara cepat, bahkan tanpa kontak yang nyata

antara individu yang terjadi melalui alat-alat penyiaran yang efektif

seperti; majalah, surat kabar, majalah buku, radio, film, internet,

telepon dll. Pada perkembangan selanjutnya unsur-unsur ini akan

saling melengkapi dan bergabung tanpa dapat dihindari sehingga

disebut kultur- kompleks, Bentuk-bentuk difusi :

a. Hubungan simbiotik dimana bentuk dari masing-masing

kebudayaan tidak berubah. Masing-masing masyarakat

dengan budaya yang berbeda saling membutuhkan dan

mempengaruhi hanya dalam hal-hal tertentu (Saling

memenuhi kebutuhan hidup) sedangkan proses saling

mempengaruhi yang lebih jauh hampir tidak terjadi, sehingga

masing-masing kebudayaan tiap suku yang berbeda

berdampingan namun tidak ada yang berubah.

Page 22: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

22

b. Pemasukan secara damai yaitu unsur-unsur kebudayaan di

bawa oleh individu ke dalam kebudayaan penerima dengan

tidak disengaja atau tanpa paksaan.

c. Pemasukan unsur-unsur kebudayaan secara tidak damai,

misalnya karena adanya peperangan atau pemasukan.

3. Proses Belajar Kebudayaan SendiriDalam proses belajar kebudayaan sendiri terdapat beberapa tahap yaitu:

Internalisasi (internalisation), sosialisasi (sosialization), dan enkulturasi

(enkulturasi) proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang

individu dilahirkan sampai hampir meninggal dimana ia belajar

menanamkan keperibadiannya segala perasaan, hasrat nafsu, serta

emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya proses sosialisasi adalah

proses seseorang sejak masa anak-anaknya sampai masa tuanya belajar

pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu yang

ada di sekelilingnya yang menduduki berbagai macam peranan sosial

yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan proses

enkulturasi atau yang disebut juga dengan proses pembudayaan,

seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya dengan

adat istiadat serta norma, dan aturan-aturan yang hidup dalam

kebudayaannya.

4. Proses Asimilasi dan AkulturasiAsimilasi20 adalah proses sosial yang timbul bila (i) golongan-golongan

manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda,(ii)

Saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama, sehingga

(iii) kebudayaan-kebudayaan masing-masing golongan berubah sifatnya

yang khas, dan masing-masing unsurnya berubah wujudnya menjadi

unsur-unsur kebudayaan campuran. Dalam hal ini, golongan minoritas

merubah unsur-unsur khas dari kebudayaannya, dan menyesuaiakan

dengan kebudayaan golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga

lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk kedalam

kebudayaan mayoritas.

20Ibid, hal 255

Page 23: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

23

Akulturasi21. merupakan suatu proses sosial yang muncul bila suatu

kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan

dengan unsur-unsur dari kebudayaan yang asing dengan sedemikian

rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun akan

diolah dan diterima kedalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan

kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Akulturasi dan PenerimaanMasyarakat22

1. Unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima

• Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan terutama yang

sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi

masyarakat yang menerimanya.

• Unsur yang terbukti membawa manfaat besar, misal media

elektronik

• Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan

masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin

penggilingan padi yang murah dan sederhana.

2. Unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima.

• Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti

ideologi, filsafat hidup dan lain-lain.

• Unsur-unsur yang dipelajari dalam tahap pertama sosialisasi.

Misalnya nasi merupakan makanan pokok bagi sebagian besar

masyarakat Indonesia sulit diganti dengan makanan pokok

lainnya.

5. Pembaharuan (Inovasi) dan Penemuan Baru (Discovery)Inovasi adalah suatu proses pembaharuan dari penggunaan sumber-

sumber alam, energi, dan modal. Inovasi merupakan pembaharuan

kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi.

Discovery adalah penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik

berupa alat baru, ide baru, yang diciptakan individu atau suatu rangkaian

dari beberapa individu dalam suatu masyarakat bersangkutan. Discovery

22 Ibid,hal 252

Page 24: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

24

akan menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui, menerima dan

menerapkan penemuan baru tersebut.

Beberapa faktor pendorong penemuan baru tersebut (i) kesadaran individul

akan kekurangan dan kebudayaan (ii) mutu dari keahlian dalam suatu

kebudayaan (iii) sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam

masyarakat berupa pemberian ganjaran berupa kehormatan dari umum,

kedudukan tinggi, harta benda, dan sebagainya bagi orang yang

menciptakan penemuan baru.

6. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan BudayaSebab-sebab perubahan sumbernya dapat berasal dari masyarakat itu

sendiri dan ada yang letaknya diluar masyarakat itu, yaitu yang datang

sebagai pengaruh dari masyarakat lain, atau dari alam sekitar.

Sebab-sebab yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri :

1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.

2. Penemuan-penemuan baru

3. Pertentangan (Conflic) dalam masyarakat

• Pertentangan antara kepentingan individu dengan

kelompoknya.

• Pertentangan antara kelompok, misalnya antara generasi tua

dengan generasi muda dalam hal penerimaan kebudayaan

baru.

4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakat itu

sendiri, sebab-sebab dari luar masyarakat tersebut antara lain adalah :

• Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik manusia.

Misalnya terjadinya bencana alam menyebabkan suatu

masyarakat harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam

ditempat barunya.

• Peperangan artinya bahwa peperangan dengan negara lain

menyebabkan terjadinya perubahan, karena biasanya negara

yang menang memaksakan negara yang takluk untuk

menerima kebudayaan yang dianggap sebagai kebudayaan

yang lebih tinggi tarafnya.

Page 25: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

25

1.6.2.6. Beberapa Pengertian Lain Kebudayaana. Dalam pandangan beberapa pihak kebudayaan dianggap sebagai

keseluruhan aktivitas manusia dalam kehidupannya. Mereka membatasi

kebudayaan sebagai totalitas buah pikiran, karya dan hasil karya manusia

yang tidak semata-mata berakar pada nalurinya tetapi yang terwujud

setelah melalui proses belajar ( Koentjoroningrat, 1981 : 1-2)

b. Ada tiga macam cara bagaimana kebudayaan itu dipelajari yaitu : 1.

Melalui pengalaman dari hidup dalam menghadapi lingkungannya

sehingga dari pengalamannya tersebut manusia dapat memilih suatu

tindakan yang setepat-tepatnya sesuai dengan lingkungan yang dihadapi

dan sesuai dengan keinginan yang akan dicapai. 2. Melalui pengalaman

dalam kehidupan sosial. 3. Melalui petunjuk-petunjuk yang simbolik.

Dalam proses komunikasi simbolik ini, petunjuk-petunjuk atau petuah-

petuah lebih ditekankan dari pengalaman si penerima pesan-pesan

komunikasi. Sebagai suatu sistem gagasan tindakan dan hasil karya

manusia sudah barang tentu kebudayaan akan bebar-benar terhayati

oleh pendukung kebudayaan yang bersangkutan dalam kurun waktu

tertentu sehingga mendominasi seluruh kehidupan. Kenyatan semacam

ini boleh jadi logis mengingat kebudayaan umumnya menyajikan suatu

pola untuk bertingkah laku bagi segenap pendukungnya atau dengan kata

lain, seperangkat model untuk bertingkah laku. Ditinjau dari dimensi

wujudnya, kebudayaan yang ada pada mahluk manusia itu mempunyai

paling sedikit tiga wujud yaitu : 1. Wujud sebagai kompleks gagasan,

konsep dan pikiran manusia, 2. Wujud sebagai suatu kompleks aktivitas

3. Wujud sebagai benda (koentjara ningrat, 1985 : 100 ) ketiga wujud dari

kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidupan masyarakat tertentu

tidak terlepas satu dengan lainnya. Kebudayaan ideal dan adat istiadat

mengatur dan memberi arah pada perbuatan dan kearifan manusia. Baik

pikiran dan ide-ide, maupun perbuatan dan karya manusia menghasilkan

benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik

membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin

mengkaitkan antara manusi dengan lingkungan alamnya, sehingga

mempengaruhi pola-pola perbuatannya, bahkan pula mempengaruhi cara

berpikirnya.

Page 26: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

26

c. Kebudayaan dari setiap bangsa dan masyarakat, terdiri dari unsur-unsur

besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu

kebulatan yang bersifat sebagai suatu kesatuan. Koentjoroningrat ( 1986 :

203 ) menyatakan bahwa “ ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat

ditemukan pada semua bangsa dunia. Ketujuh unsur kebudayaan

tersebut sebagai isi pokok setiap kebudayaan didunia antara lain : 1.

Bahasa, 2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan

hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencarian hidup 6. Sistem religi 7.

Kesenian. Ketujuh unsur tersebut biasa disebut “unsur universal “ . tiap-

tiap unsur kebudayan universal menjelma kedalam tujuh unsur

kebudayaan yaitu berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial dan

yang berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Dengan demikian sistem religi

misalnya mempunyai wujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan-

gagasan tentang tuhan, dewa-dewa dan roh-roh halus neraka, sorga dan

sebagainya. Tetapi mempunyai juga wujud seperti upacara baik yang

bersifat musiman ataupun berkala dan kecuali itu setiap sistem religi juga

mempunyai wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda religius.

d. Masyarakat adalah suatu satuan kehidupan sosial yang menempati suatu

wilayah tertentu yang keteraturan dalam kehidupan sosial tersebut telah

dimungkinkan karena adanya seperangkat pranata sosial telah menjadi

tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki bersama. Kebudayaan suatu

masyarakat pada pokoknya berfungsi menghubungkan manusia dengan

alam sekitarnya dan dengan masyarakat dimana manusia itu menjadi

bagiannya misalnya dengan kemampuan teknologi yang dimilikinya.

Manusia dapat menyesuaikan dengan alam atau dapat memanfaatkan

alam untuk kepentingan dirinya.

e. Kebudayaan juga berfungsi sebagai sarana atau wadah untuk

meningkatkan prestise ( harga diri ) seseorang. Dalam hal ini soerjono

soekamto (1980:57) menyatakan bahwa “Manusia berkarya untuk

mendapatkan kedudukan dan prestise tertentu yang menguntungkan

baginya, terutama dalam segi kebendaan”.

f. Seseorang dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil masyarakat,

tidak membatasi diri dalam struktur dari kebudayaan itu, yakni unsur-

unsurnya yang statis, akan tetapi perhatiannya juga dicurahkan pada

Page 27: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

27

gerak kebudayaan tersebut. Tak ada kebudayaan yang statis, semua

kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak dari kebudayaan

tersebut sebenarnya tidak lain daripada gerak adri manusia yang hidup

dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi (Soerjono

Soekanto, 1970 : 69) gerak manusia tersebut terjadi oleh sebab dia

mengadakan hubungan dengan manusia atau karena terjadinya

hubungan-hubungan antar kelompok manusia dalam masyarakat.

g. Salah satu gerak atau perkembangan kebudayaan tersebut adalah

akulturasi. Akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan

suatu kebudayaan tertentu, dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur

kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima diterima dan diolah

dalam kebudayaan sendiri (Koentjoro Ningrat, 1986 : 248)

1.6.3. PrilakuPembahasannya berkaitan dengan definisi prilaku, teori prilaku, dan

hubungan prilaku dengan pola ruang yang ada.

1.6.3.1. Definisi PrilakuMenurut Drs.Saifudin Azwar, MA yaitu perilaku merupakan yang

tampak, yang bersifat differensial yaitu satu stimulus dapat menimbulkan lebih

dari satu respon yang berbeda dan beberapa saat dapat juga menimbulkan

respon yang sama, jadi dapat disimpulkan bahwa prilaku adalah cerminan dari

motiuvasi dasar manusia untuk melakukan suatu tindakan, timbul dari keinginan

atau stimulus sehingga menimbulkan respon untuk melakukannya. Motivasi yang

dijadikan dasar adalah latar belakang dari kehidupan dari kehidupan masyarakat

tersebut yang terdiri dari pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, norma dan

nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat dan kondisi sosial yang kesemuanya

tertuang dalam kebudayaan.

1.6.3.2. Teori PrilakuPerilaku seseorang ataupun suatu kelompok masyarakat dipengaruhi

oleh banyak faktor. Dalam berprilaku, manusia biasanya mengikuti norma-norma

yang berlaku ditempat tinggalnya dimana faktor kebudayaan merupakan hal

terpenting dalam membentuk prilaku seseorang. Prilaku juga sangat dipengaruhi

Page 28: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

28

oleh lingkungan atau prilaku seseorang yang akhirnya membentuk

lingkungannya. Seperti yang dikemukakan oleh Wohlwill bahwa bentuk-bentuk

hubungan antara perilaku dan lingkungannya dapat dilihat dari perilaku manusia

yang mana dalam beberapa hal berfungsi menghubungkan atribut-atribut

lingkungan fisik, dimana hubunganya yaitu :

1. Lingkungan menentukan rentang prilaku yang dapat hadir didalamnya.

2. Kualitas-kualitas tetap yang menghubungkan dengan satu lingkungan

khusus /tertentu mungkin membawa satu efek yang luas pada prilaku

dan kpribadian tiap-tiap individu.

3. Hubungan dimana lingkungan bertindak. Sebagai suatu kekuatan

motivasi mempunyai tiga aspek penting

Pengaruh dan sikap bereaksi terhadap beragam atribut lingkungan

Adaptasi terhadap kualitas lingkungan

1.6.3.3. Hubungan Prilaku dengan Pola RuangSebagaimana pendekatan yang dipakai dalam psikologi lingkungan,

hubungan antara ruang dengan prilaku merupakan suatu yang kompleks. Latar

belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, nilai-nilai

dan norma-norma yang dipegang akan menentukan prilaku seseorang, dalam hal

ini kesemuanya tertuang dalam kebudayaan dan sosial yang akan menentukan

aktivitas atau kegiatan masyarakat baik sehari-hari maupun yang bersifat

insidental yang memerlukan suatu wadah/ruang/tempat untuk

menginterpretasikan semua kegiatan atau aktivitasnya. Pendekatan prilaku

menekankan pada keterkaitan yang dialektik antar ruang dengan manusia dan

masyarakat yang memanfaatkan atau menghuni rumah tersebut. Pendekatan ini

perlu menekankan pada pemahaman terhadap prilaku masyarakat sesuai

dengan ciri-ciri prilaku masyarakat setiap daerah dalam membentuk ruangnya.

Hal ini ditunjukkan dengan pendekatan yang digunakan dalam suatu

daerah belum tentu cocok dengan daerah lainnya. Dengan kata lain pendekatan

ini melihat kultur dan psikologi masyarakat yang berbeda akan membentuk pola

ruang yang berbeda pula. Dalam pendekatan prilaku dan pola pemanfaatan

ruang, istilah seting lebih sering digunakan karena definisi ruang hanya bersifat

spasial saja, sementara kenyataan ruang tersebut terintegrasi secara erat

dengan sekelompok manusia dengan segala kegiatan dalam kurun waktu

Page 29: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

29

tertentu. Istilah setting lebih memberikan penekanan pada unsur kegiatan

manusia yang tampak jelas pada istilah ruang.

Menurut Rapoport terdapat lima elemen dasar, meliputi 24 .

1. Kegiatan ManusiaRuang kegiatan manusia (Home Range) merupakan batas-batas umum

pergerakan penduduk perkotaan, yang terdiri atas beberapa setting

lokasi, serta jaringan penghubung antar lokasi. Setiap individu

penduduk perkotaan mempunyai radius Home Range tertentu yang

dapat diklasifikasikan menjadi Home Range harian, mingguan, bulanan.

2. Area Inti (Core Area)Area inti yang dimaksud adalah area-area inti dalam batas ruang

kegiatan manusia yang paling sering dipakai, dipahami dan dapat

secara langsung dikontrol oleh penduduk. Dalam konteks ini lingkungan

area inti merupakan lingkungan-lingkungan perumahan dengan sistem

sosial yang relatif kental atau juga merupakan cluster-clutser kegiatan

yang setiap hari muncul, diorganisasi oleh kelompok yang saling

mengenal secara personal.

3. TerritorialityErat kaitannya dengan Privacy dan personal space adalah territoriality.

Sama dengan personal space, territorialitas adalah juga perwujudan

ego yang tidak ingin diganggu, dengan kata lain merupakan perwujudan

dari privacy. Terriorialitas itu sendiri merupakan suatu pola tingkah laku

yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atas

suatu lokasi.

4. Juridiction (Area Terkontrol )Adalah suatu daerah yang dikuasai dan dikontrol secara temporer oleh

sekelompok penduduk kota oleh karena pengusahaannya yang bersifat

temporer maka dimungkinkan suatu area dikuasai oleh kelompok yang

berbeda.

5. Personal Distance/Soace ( Ruang Personal)Adalah suatu jarak atau area dimana intervensi oleh orang lain akan

terasa mengganggu, berbeda dengan keempat elemen tersebut diatas

24 Haryadi & B.Setiawan, Arsitektur Lingkungan dan Prilaku, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,1995, Hal 60-64

Page 30: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

30

yang cenderung fisikal batasnya. Personal distance biasanya tidak

mempunyai kenampakan fisik yang jelas serta fleksibel.

1.6.4. RuangPembahasan mengenai definisi ruang, elemen pembentukan ruang, asal-

usul budaya bermukim.

1.6.4.1. Definisi RuangPengertian ruang menurut Johara T Jayadinata berdasarkan beberapa

aspek :

1. Menurut istilah geografi umum, ruang adalah seluruh permukaan bumi

yang merupakan lapisan biosfer tempat hidup tumbuhan, hewan, dan

manusia.

2. Menurut geografi regional, ruang merupakan wilayah yang mwmiliki batas

menurut keadaan fisik, sosial, atau pemerintah yang terdiri dari berbagai

permukaan bumi dan lapisan tanah dibawahnya dan lapisan udara

diatasnya.

3. Menurut rancangan Undang-undang republik Indonesia 1988 tentang

Tata ruang, Ruang itu termasuk daratan, lautan, angkasa dan penataan

ruang dilakukan berdasarkan manfaat, keseimbangan, keserasian serta

bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas lingkungan

hidup secara berkelanjutan.

4. Menurut undang-undang penataan ruang pasal 1, Ruang adalah wadah

yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai

suatu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan

melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

5. Ruang adalah sistem lingkungan buatan terkecil yang sangat penting.

Dalam kajian arsitektur lingkungan dan prilaku,ruang diartikan sebagai

suatu petak yang dibatasi oleh dinding atau atap baik oleh elemen yang

permanen maupun yang tidak permanen. Sedangkan dalam kaitannya

dengan manusia, hal penting dalam pengaruh ruang terhadap prilaku

manusia adalah fungsi atau pemakaian dari ruang tersebut baik yang

dirancang untuk memenugi suatu fungsi dan tujuan tertentu maupun

untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel25.

25 . Haryadi B.Setiawan, Arsitektur Lingkungan dan perilaku, Penerbit proyek studi lingkungan dirjen pendidikantinggi Depdikbud RI, hal 51

Page 31: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

31

6. Ruang dapat pula digolongkan menurut tempatnya, fungsi dan

pembatasnya. Dalam hal ini ruang dibagi dalam ruang dalam (interior)

dan ruang luar (eksterior). Ruang dalam adalah ruang yang dibatasi oleh

tiga bidang yaitu lantai, dinding dan atap. Sedangkan ruang luar adalah

lingkungan luar buatan manusia sebagai ruang yang mempunyai arti

sepenuhnya dengan maksud tertentu,dan merupakan bagian dari alam

dengan memberi kerangka (frame tanpa pembatas atap untuk

membedakannya dengan alam sehingga tidak meluas tak terhingga.26.

1.6.4.2. Elemen Pembentukan Ruang27

Beberapa elemen pembentukan ruang

a. Penggunaan dan rencana penggunaan lahan

b. Kebutuhan dan keinginan individu

c. Sarana dan prasarana transportasi.

d. Tipe dan fungsi bangunan

e. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok

masyarakat yang bersifat rutinitas

f. Kependudukan yang menyangkut kepadatan, agama, adat istiadat,

mata pencarian, dan pendidikan

g. Potensi fisik, yaitu keadaan geografi,klimatologi dan geologi

h. Lokasi tapak

i. Fasilitas pendukung

j. Persepsi dan perilaku

1.6.4.3. Rumah dan PerumahanBeberapa faktor yang mempengaruhi ragam bentuk dan pola rumah

menurut Amos Rapoport (House Form And Culture) adalah sebagai berikut :

1. Faktor Kultur. Pada suatu daerah dengan iklim serta sumber-sumber

material yang sama, dijumpai berbagai bentuk rumah yang berbeda.

Katagorisasi bangunan tradisional dalam bentuk tajuk, joglo, limasan

serta kampung, menunjukkan banwa bentukan-bentukan tersebut

mensimbolkan suatu tatanan sosial tertentu yang hierarkis-piramidal.

26 . Yoshinobu Ashihara, merancang ruang luar Hal 3.27 Amir Ma’ruf, Studi identifikasi pola pemukiman kampung tradisional (TA), tahun 2001, hal 29

Page 32: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

32

2. Faktor Religi. Faktor religi ataupun kepercayaan juga merupakan faktor

yang sangat berperan dalam bentuk dan pola rumah, bahkan dalam

masyarakat tradisional cenderung faktor yang dominan dibandingkan

dengan faktor-faktor lainnya. Dalam masyarakat tradisional cenderung

faktor-faktor dominan dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Dalam

masyarakat tradisional, sering kali dipandang bahwa rumah ataupun

perumahan merupakan wujud microcosmos dari keseluruhan alam

semesta. Setiap elemen yang membentuk rumah, mensimbolkan elemen-

elemen tertentu dari keseluruhan alam semesta. Dalam konsepsi ini,

seringkali pola rumah atau pemukiman dikatagorikan sebagai kelompok

sakral, semi sakral dan profan. Di Indonesia, contoh yang masih jelas

adalah pola dan bentuk perumahan tradisional bali, yang keseluruhannya

mempresentasikan secara jelas ajaran-ajaran agama hindu Bali.

3. Faktor Perilaku. Hasil penelitian dikampung-kampung sepanjang sungai

code di yogyakarta menunjukkan bahwa keterkaitan lingkungan fisik dan

prilaku dikampung-kampung tersebut bersifat dialektik, dalam arti saling

mempengaruhi. Keterbatasan fisik, terutama dari luasan area serta

fasilitas umum yang ada menurut mereka untuk menggunakan fasilitas

secara bersama. Hal ini menyebabkan interaksi antar penduduk tinggi,

yang secara tidak langsung menyebabkan pula tingkat solidaritas

kampung tersebut meningkat. Sebaliknya, dengan tingkat hubungan

sosial yang tinggi ini penduduk secara incremental, melakukan

aransemen lingkungan fisik mereka agar dapat mewadahi berbagai

kegiatan dan perilaku sosial mereka. Dengan kata lain, lingkungan prilaku

dan fisik pada kampung tersebut secara dialektik saling mempengaruhi

dan akhirnya mewujudkan suatu pola kehidupan yang spesifik.

1.6.4.4. Definisi Kampung TradisionalMenurut Herbasuki kampung adalah lingkungan tradisional khas

Indonesia yang ditandai dengan ciri kehidupan yang terjalin dalam kekuasaan

yang erat. Masyarakat penghuni kampung merupakan masyarakat yang

homogen dengan kehidupan didominasi oleh kegiatan ekonomi agraris.

Sedangkan tradisional merupakan segala sesuatu yang bersifat khas yang

dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi sesuai dengan adat

Page 33: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

33

istiadat yang berlaku. Sehingga perkampungan tradisional adalah kelompok-

kelompok lingkungan yang khas menurut adat istiadat setempat, dengan

masyarakat yang hidup dalam pola homogen didominasi oleh kegiatan pertanian

dan kegiatan ekonomi informal serta hubungan yang terjalin dalam ikatan

keluarga yang erat.28

1.6.4.5. Kampung KotaKampung kota adalah permukiman pribumi yang masih meneruskan

tradisi kampung halamannya sekalipun tinggal di kota. Pengertian kampung kota

lebih dekat dengan suatu sistem pemukiman yang struktur sosial ekonominya

tidak terorganisir sebagai instutusi formal. Atau pengertian lebih spesifiknya

kampung kota merupakan permukiman yang tumbuh di kawasan urban tanpa

perencanaan infrastruktur dan jaringan ekonomi kota. Kampung kota merupakan

suatu kawasan yang sulit di sentuh oleh program pembangunan formal. Kesulitan

utamanya adalah karena tidak terorganisirnya stuktur fisik lingkungan tersebut.

Absensi struktur formal teritorialitas ini sering dikaitkan dengan pemukiman ilegal,

selain itu tidak terstrukturnya pemukiman ini karena tidak didasarkan pada

penataaan ruang yang didukung oleh infrastruktur yang formal programatik.

Untuk menyentuh diperlukan suatu rencana perancangan fisik .

Kampung Kota disebut juga sebagai permukiman sektor informal, karena

banyak dihuni dengan orang-orang dengan penghasilan tidak tetap. Sekalipun

dugaan ini tidak sepenuhnya benar, pegawai negeri dan swasta kecil merupakan

populasi yang tidak dapat diabaikan jumlahnya. Masyarakat kampung kota pada

umumnya merupakan penduduk asli yang ketika daerah tersebut masih belum

masuk pada struktur kota modern, dan eksodus desa yang mengalami

modernisasi pertanian ataupun adanya masukan migrasi penduduk dari luar.

Akibat modernisasi ini mereka kehilangan pekerjaan dan anak-anak usia sekolah

harus mencari pekerjaan keluar daerah atau ke kota-kota. Kebiasaan dan nilai

kehidupan tradisional agraris tinggal bertetangga masih ingin di praktekan.

Tradisi hanya bertahan selama semangat kerjasama dan tolong menolong masih

di rasa perlu, baik untuk sehari-hari maupun ritual-ritual lainnya. Penduduk

kampung kota memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi terhadap segala

28 Nia Kurniarsih Pontoh : Pola Perbaikan Dan Pembangunan Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah,Perumahan Dan Pemukiman : Jurnal PWK no 12, ITB,Bandung Hal. 20.

Page 34: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

34

bentuk dan struktur ruang hidupnya. Kemampuan beradaptasi yang tinggi ini

merupakan potensi untuk menghasilkan bentuk ruang tinggal yang tidak Platonis

artinya pembangunan lebih ditekankan pada pembangunan ruang-ruang terbuka

dengan bentuk yang bebas sesuai dengan kebutuhan, karena sulit untuk

menerapkan suatu rasionalisasi modular terhadap ruang dan bentuk dalam

kawasan kampung kota. Proses pembangunan fisiknya tidak dapat dilakukan

secara masal, tetapi lahir spontan untuk nilai aksesibilitas yang efektif. Secara

arsitekturan lingkungan tinggal binaan yang terjadi dikawasan kampung kota

merupakan satu kesatuan dan ketidakteraturan. Lingkungan semacam ini

umumnya dari potensi adanya nilai egaliter dalam struktur sosial masyarakat

mereka. Prinsip hierarki dan otoritas garis pemerintah tidak dianut. Bermukim

dalam kondisi ini berpotensi untuk membentuksuatu sistem budaya tinggal yang

berlandaskan pada azas kehidupan yang tidak otoriter serta siap dan terbuka

terhadap setiap proses perubahan, pembaharuan dan konflik.29

1.6.4.6. Tata Guna Tanah di PedesaanDalam tata guna pedesaan ada tiga bahasan yang mendasar yaitu

perkampungan secara umum, perkampungan tradisional, dan perkampungan

terencana untuk mengetahui definisi dari masing-masing perkampungan tersebut

dapat dilihat dalan uraian berikut ini.

1. Perkampungan Secara Umum30.

Perkembangan atau pemukiman di pedesaan dibagi menjadi dua macam

yaitu :

a. Pemukiman Memusat, yaitu Pemukiman dengan rumahnya

mengelompok dan merupakan dukuh ataudusun yang terdiri atau

kurang dari 40 rumah, dan kampung yang terdiri atas kurang dari 40

rumah bahkan ratusan rumah. Di sekitar kampung dan dusun terdapat

tanahbagi pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan kehutanan,

tempat duduk bekerja sehari-hari untuk mencari nafkahnya.

29 A.Bagoes P. Wiryomartono, Seni Bangunan Dan Seni Bina Kota Di Indonesia, hal 17130 . Drs. SaparilmanAsyari, Sosiologi Desa dan Kota, usaha nasional Surabaya, hal 43

Page 35: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

35

b. Pemukiman Terpencar, yaitu pemukiman yang rumahnya terpencar

menyendiri terdapat di negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Canada

Austria dan sebagainya. Perkampungan terpencar di negara itu hanya

terdiri dari farmshed, yaitu sebuah rumah petani yang terpencil tetapi

lengkap dengan gudang alat mesin penggilingan, gandum, kadang-

kadang terdapat rumah terpencil.

2. Perkampungan TradisionalPerkampungan tradisional di Indonesia umumnya berorientasi pada

kepercayaan dan keamanan. Pada perkembangan selanjutnya, perkampungan

tradisional berorientasi kepada kehidupan ekonomi diwilayah pedesaan terutama

adalah kegiatan-kegiatan ekonomi ekstraktif dan reproduktif. Kampung-kempung

biasanya terletak ditengah-tengah persawahan, ladang, ditepi sungai, sehingga

dalam kegiatan ekonominya penduduk umumnya harus keluar kampung yaitu

pergi kesawah atau ke kebun untuk bertani.

3. Perkampungan TerencanaPada Perkampungan terencana proses terbentuknya dapat dilihat dari

berbagai segi antara lain :

c. Ditinjau dari kehidupan sosial, umumnya orang-orang ingin hidup

berdekatan dengan tetangga untuk dapat hidup bergotong royong dalam

hal itu disebut orientasi sosial.

c. Ditinjau dari kehidupan ekonomi, umumnya orang-orang ingin tinggal

berdekatan.

c. Ditinjau dari keadaan dan bentuk mempunyai ciri yang beraneka ragam,

baik ditinjau dari sudut lokasi geografisnya maupun dari segi etnologisnya

dan sosial budayanya ataupun mata penchariannya sebagai petani.

1.6.5. Definisi MasyarakatDefinisi masyarakat menurut beberapa para ahli yang menjelaskan

tentang berbagai pengertian masyarakat dalam beberapa pendapat adalah

sebagai berikut :

1. Hasam Shadly, MA : masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari

beberapa manusia yang sendirinya bertalian secara golongan dan

mempunyai pengaruh satu dengan lainnya.

Page 36: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

36

2. Prof. Dr. P. J. Bouman.

• Masyarakat Secara Sempit terdiri atas satu golongan saja.

• Masyarakat secara luas adalah kebulatan tekad semua

perhubungan yang mungkin dalam masyarakat meliputi semua

golongan.

3. Dr.A. Lysen : Masyarakat adalah hubungan kekuatan-kekuatan dari

bentuk masyarakat dan dari kehidupan individu.

4. Mc. Keachie dan Doyle : Masyarakat adalah sekelompok manusia yang

bergantung satu sama lain dan telah memperkembangkan pola

organisasi yang memungkinkan mereka hidup bersama dan dapat

mempertahankan diri sebagai kelompok. Masyarakat yang dimaksud

dalam organisasi ini adalah macam-macam pranata dan organisasi dalam

kelompok pola kegiatan.

5. Anderson dan Parker, ciri-ciri masyarakat adalah :

a. Adanya sejumlah orang.

b. Tinggal dalam satu daerah tertentu.

c. Mengadakan atau mempunyai hubungan yang tetap dan teratur satu

dengan lainnya.

d. Sebagai aktifitas hubungan yang membentuk satu sistem hubungan

antar manusia.

e. Mempunyai tujuan bersama dan bekerja bersama.

f. Mengadakan ikatan atau kesatuan unsur-unsur objeknya.

g. Adanya perasaan solidaritas.

h. Berdasarkan sistem yang terbentuk, akan terbentuk norma-norma.

1.6.6.Definisi Perantau 31

Perantau adalah orang yang pergi dari kampung halamannya menuju

kedaerah tujuan dengan maksud untuk merubah nasib. Perantau adalah orang

yang tidak terikat kampung halaman. Mereka

senantiasa memikat perhatian. Pengalaman di luar daerah menjadi sebagian

terpenting dari khasanah kisah dalam sejarah dan peradaban manusia.

31 Internet www. perantau_jauh.com.

Page 37: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

37

Beberapa suku yang memiliki jiwa perantau yang ada di Indonesia : Madura,

Bugis, Padang dan Cina.

Beberapa istilah:• Cina Perantau (Overseas Chinese = huachiao) adalah semua orang etnis

Cina yang hidup di luar negeri Cina, yang berwarganegara Cina.

• Chunggoujen / chungguo zungming = orang Cina / warga negara Cina

atau RRC.

• Hualen = orang-orang Cina yang telah melepaskan kewarganegaraan

Cina dan memilih kewarganegaraan lain. Lebih tepat dibilang sebagai

etnik Cina.

1.6.7. Dasar Teoritis Penelitian KualitatifPenelitian kualitatif biasa disebut penelitian alamiah. Dalam penelitian

alamiah ada empat dasar teoritik yang dapat digunakan. Tetapi dalam penelitian

ini ada dua pendekatan yang digunakan yaitu fenomenologis dan kebudayaan.

Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada penelitian suatu pernyataan

sistematis yang yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari

data dan diuji kembali secara empiris. Orientasi atau perspektif teoritis adalah

cara memandang dunia, Asumsi yang dianut orang tentang sesuatu yang

penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. Dalam suatu penelitian, apakah

dinyatakan secara eksplisif atau tidak, biasanya orientasi teoritis tertentu

mengarahkan pelaksanaan penelitian itu. Penelitian yang baik menyadari dasar

teoritisnya dan memanfaatkannya dalam pengumpulan dan analisa data.

Bagian berikut mengemukakan dasar teoritik penelitian kualitatif, yaitu

pendekatan fenomenologis dan budaya.

1. Pendekatan FenomenologisPenelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami

arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-

situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat

dipengaruhi oleh filsuf Edmund husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh

lainnya berasal dari weber yang memberi tekanan pada verstehen, yaitu

pengertian tentang interpretative terhadap pemahaman manusia.

Fenomenologis tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu

bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri yaitu memulai

Page 38: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

38

sesuatu dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap

pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang ditekankan pada kaum

fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka

berusaha untuk masuk dalam dunia konseptual para subjek yang

ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka menerti apa dan bagaimana

suatu pengertian yang dikembangakan oleh mereka disekitar peristiwa

dalam kehidupannya sehari-hari. Para fenomenolog percaya bahwa pada

mahluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan

pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengalaman

kita lah yang membentuk suatu kenyataan.

2. Pendekatan Budaya.Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek

kebudayaan dinamakan etnografi. Walaupun diantara antropolog kurang

sependapat tentang definisi kebudayaan, mereka memandang

kebudayaan sebagai suatu kerangka teoritis yang menjelaskan pekerjaan

mereka. Beberapa Antropolog mendefinisikan kebudayaan sebagai

pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk menafsirkan

pengalaman dan menimbulkan prilaku. Dalam kerangka kebudayaan,

apapun definisi khususnya, kebudayaan merupakan alat organisator atau

konseptual untuk menafsirkan data yang berarti dan memberikan ciri

pada etnografi. Prosedur etnografi apakah sama atau identik dengan

pengamatan berperan serta, percaya akan adanya perbedaan kosakata

dan telah berkembang dalam kekhasan akademis yang berbeda.

Spradley sebagai antropolog terkenal menyatakan bahwa konsep

kebudayaan sebagai pengetahuan yang dicapai mempunyai ciri umum

yang sama dengan interaksi simbolik.32

32 Moleong Lexy, DR, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif, Hal 8-15.

Page 39: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

39

1.7. Landasan PenelitianDalam landasan penelitian dijelaskan tentang teori-teori dasar yang

menjadi landasan berpijak dalam melakukan penelitian dan kemudian dikaitkan

dengan konsep-konsep penelitian yang telah disesuaikan dengan kondisi di

lapangan. Berikut ini penjelasan mengenai landasan penelitian prilaku

masyarakat Madura perantau di Kota Sumbawa Besar terhadap pola

pemanfaatan ruang.Tabel : 1.7.

Landasan PenelitianIdentifikasi Pengaruh Prilaku Masyarakat Madura Perantau

Terhadap Pola Pemanfaatan Ruang Di Kota Sumbawa BesarNo Sasaran Landasan teori Landasan penelitian Variabel penelitian

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorongdan penarik MasyarakatMadura untuk keluardari daerahnya danmelakukan perantauankhususnya ke KotaSumbawa Besar .

• Pengertian urbanisasi adalahperpindahan penduduk daridesa kekota, urbanisasi yangterjadi diperkotaan salahsatunya disebabkan oleh faktorkemiskinan yang terjadi dipedesaan. penarik ( pull faktor)dan faktor pendorong (pushfaktor), iklim dan kondisigeografis wilayah,sosial,demografi dan falsafah hidup.

• Perantau adalah orang yangpergi dari kampunghalamannya menuju kedaerahtujuan dengan maksud untukmerubah nasib

• Karakteristik perantau cina,makasar dan Madura.

• Dari adanya latarbelakang iklim, kondisigeografis dan falsafahhidup serta alasan-alasan pendorong didesa maka masyarakatMadura berusaha untukmencari kehidupanyang lain dengan jalanmelakukan perantauankeluar daerah, hal ini didukung oleh falsafahhidup dan kondisimaritim yang sebagianbesar daerah Maduraadalah lautan. Makamemungkinkanmasyarakat Madurauntuk melakukanperantauan ke berbagaidaerah di nusantaradalam hal inikhususnya di daerahSumbawa.

Beberapa variabelpenelitian antara lain :

1. Topografi Madura2. Hidrologi pulau

Madura3. Klimatologi pulau

Madura4. Luas daerah

Madura dan lautan.5. Jumlah penduduk

Madura terutama dikabupatenBangkalan,Sampang,Pamekasan.

6. Kepadatanpenduduk.

7. Jumlah lapanganpekerjaan.

8. Jumlahpengangguran.

9. Tingkat pendapatanrata-ratamasyarakatMadura.

10. Jenis matapencaharian.

11. Tingkat pendidikanmasyarakatMadura.

12. Fasilitas di daerahtujuan.

13. Kondisi geografisdaerah tujuan

14. Jenis peluangusaha di daerahtujuan.

Page 40: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

40

2. Mengidentifiksi prilakumasyarakat Maduraasli yang ada di pulauMadura.

Definisi kebudayaan• Kebudayaan dalam bahasa

sehari-hari umumnya banyakdipahami oleh orang adalahsebatas tentang adat istiadatyang mana dalam adat istiadatini tercangkup tentang nilai-nilai histories dan pencirianakan budaya setempat.

• Tiga wujud kebudayaanMenurut J.J. Honogmann,Kebudayaan memiliki tigawujud, yaitu24.

a. Wujud sebagai sistem budayaatau adat istiadat sebagaikompleks dari ide-ide, nilai-nilai,norma-norma, peraturan dansebagainya.b. Wujud sebagai sistem sosialyaitu kompleks suatu sistemaktivitas serta tindakan berpoladari manusia dalam masyarakat.wujud kebudayaan ini konkret ,bias diobservasi, dandidokumentasi.c. Wujud sebagai sistemkebudayaan fisik sebagai bendahasil-benda hasil kebudayaanmanusia yang merupakan seluruhtotal hasil fisik dari aktivitas sertakarunia manusia dalammasyarakat. Sehingga memilikisifat paling konkret, dan benda-benda atau hal-hal yang dapatdiraba, dilihat dandidokumentasikan.

• Tujuh unsur universalkebudayaan

Banyak ahli yang telahmerumuskan unsur-unsurkebudayaan seperti C.Kluckhondalam karyanya “ UniversalCatagories of Culture“(1953)yang merangkum pendapat-pendapat ahli antropologi,terdapat tujuh unsur kebudayaanyaitu :

1. Sistem religi (sistemkepercayaan).

2. Sistem Bahasa baik lisanmaupun tulisan.

3. Sistem Mata pencaharian dansistem ekonomi, sepertipertanian, peternakan, sistemproduksi, sistem distribusi dansebagainya.

4. Sistem Peralatan hidupmanusia dan teknologi ,seperti pakaian, perumahan,Alat-alat rumah tangga,senjata, alat-alat produksi,transportasi dan sebagainya.

5. Sistem organisasi sosialkemasyarakatan sepertisistem kekerabatan,organisasi politik, sistemhokum, sistem perkawinan.

6. Sistem pengetahuan.7. Sistem Kesenian seni rupa,

seni suara, seni gerak dansebagainya

2. Definisi prilakuMenurut Drs.Saifudin Azwar, MAprilaku adalah cerminan darimotivasi dasar manusia untukmelakukan suatu tindakan, timbuldari keinginan atau stimulussehingga menimbulkan responuntuk melakukannya

3. Prilaku yangmerupakan motivasidasar manusia untukmelakukan suatutindakan, timbul darikeinginan atau stimulussehingga menimbulkanrespon untukmelakukannya sesuatu.Hal ini dapat terwujuddalam 3 wujudkebudayaan yangsecara nyata dapatdilihat dari 7 unsuruniversal kebudayaanmasyarakat Maduraasli meliputi sistemperalatan danperlengkapan hidup,sistem organisasi,sistem kemasyarakatandan kekerabatan,organisasi hukum,kesenian, sistempengetahuan,sistemmata pencarian, sistemreligi (kepercayaan)dimana dari masing-masing unsur inimemiliki kekhasankarakteristik yangsangat berpengaruhterhadap bentukanruang 3 dimensi yangterjadi dalammasyarakat Maduraasli diMadura.

Variabel kebudayaanMasyarakat AsliMadura.1.Sistem Religi Kepercayaan

masyarakat. Kepercayaan dalam

hal peletakan danpembangunan rumah(letak dan luasannya).

Kepercayaan dalammemulai suatu usaha(perdagangan,berternak,bertani dll.)

Mayoritas agama. Kegiatan keagamaan

yang dilakukan. Frekuensi kegiatan

dilakukan. Lokasi kegiatan

keagamaan dilakukan. Peranan kyai/wali

dalam keagamaan. Sistem peribadatan

meliputi jenis ruang

peribadatan. lokasi

peribadatan bentukan fisik

ruangperibadatan.

2. Sistem Organisasi• Sistem kekerabatan• Hubungan dengan

tetangga/ kerabatlainnya.

• Kebiasaan tinggalsetelah menikah.

• Tempat tinggal darigaris keturunan.

• Anggota keluargadirumah selainkeluarga inti.

• Pengenalan terhadapkeluarga ayah.

• Hubungankekerabatan suamidan istri.

• Frekuensi kunjunganke keluarga ayah/ibu.

• Frekuensi Kegiataninteraksi dengantetangga.

• Sistem pewarisanrumah.

• Pembagian harta.• Bentuk keluarga inti.• Prinsip keturunan.• Aktifitas anggota

keluarga.• Sistem pembagian

kerja dalam keluarga.• Tata cara dalam

melakukan hajatan.• Pelapisan sosial

(bangsawan/nonbangsawan).

• Tata cara kehidupantiap lapisan.

3. Sistem Kesenian• Jenis kesenian yang

ada.• Bentuk alat kesenian.• Intensitas

berlangsungnyakesenian.

• Tempat

24. Ibid Koentjaraningrat, hal 186

Page 41: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

41

3. Mengidentifikasikanpola prilaku masyarakatMadura perantau yangada di kota SumbawaBesar.

Definisi kebudayaan• Kebudayaan dalam bahasa

sehari-hari umumnya banyakdipahami oleh orang adalahsebatas tentang adat istiadatyang mana dalam adat istiadatini tercangkup tentang nilai-nilai histories dan pencirianakan budaya setempat.

• Tiga wujud kebudayaanMenurut J.J. Honogmann,Kebudayaan memiliki tigawujud, yaitu25.

a. Wujud sebagai sistem budayaatau adat istiadat sebagaikompleks dari ide-ide, nilai-nilai,norma-norma, peraturan dansebagainya.b. Wujud sebagai sistem sosial

yaitu kompleks suatu sistemaktivitas serta tindakan berpoladari manusia dalammasyarakat. wujudkebudayaan ini konkret , biasdiobservasi, dan dokumentasi.

c. Wujud sebagai sistemkebudayaan fisik sebagaibenda hasil-benda hasilkebudayaan manusia yangmerupakan seluruh total hasilfisik dari aktivitas serta karuniamanusia dalam masyarakat.Sehingga memiliki sifat palingkonkret, dan benda-benda atauhal-hal yang dapat diraba,dilihat dan didokumentasikan.

• Tujuh unsur universalkebudayaan

Banyak ahli yang telahmerumuskan unsur-unsurkebudayaan seperti C.Kluckhondalam karyanya “ UniversalCatagories of Culture“(1953)yang merangkum pendapat-pendapat ahli antropologi,terdapat tujuh unsur kebudayaanyaitu :

1. Sistem religi (sistemkepercayaan).

2. Sistem Bahasa baik lisanmaupun tulisan.

3. Sistem Mata pencaharian dansistem ekonomi, sepertipertanian, peternakan, sistemproduksi, sistem distribusi dansebagainya.

4. Sistem Peralatan hidupmanusia dan teknologi ,seperti pakaian, perumahan,Alat-alat rumah tangga,senjata, alat-alat produksi,transportasi dan sebagainya.

5. Sistem organisasi sosialkemasyarakatan sepertisistem kekerabatan,organisasi politik, sistemhokum, sistem perkawinan.

6. Sistem pengetahuan.7. Sistem Kesenian seni rupa,

seni suara, seni gerak dansebagainya

4. Definisi prilakuMenurut Drs.Saifudin Azwar, MAprilaku adalah cerminan darimotivasi dasar manusia untukmelakukan suatu tindakan, timbuldari keinginan atau stimulussehingga menimbulkan responuntuk melakukannya

Berdasarkan variabelaspek-aspek kebudayaanyang ada yang tercantumdalam tujuh aspekkebudayaan diidentifikasikan prilakumasyarakat Madura yangada di Sumbawa termasukkegiatan dan aktivitas yangdilakukan sehari-hari yangterbentuk.

Variabel kebudayaanOrang Madura diSumbawa.1.Sistem Religi Kepercayaan

masyarakat. Kepercayaan dalam

hal peletakan danpembangunan rumah(letak dan luasannya).

Kepercayaan dalammemulai suatu usaha(perdagangan,berternak,bertani dll.)

Mayoritas agama. Kegiatan keagamaan

yang dilakukan. Frekuensi kegiatan

dilakukan. Lokasi kegiatan

keagamaan dilakukan. Peranan kyai/wali

dalam keagamaan. Sistem peribadatan

meliputi jenis ruang

peribadatan. lokasi

peribadatan bentukan fisik

ruangperibadatan.

8. SistemOrganisasi

Sistem kekerabatan Hubungan dengan

tetangga/ kerabatlainnya.

Kebiasaan tinggalsetelah menikah.

Sistem pewarisanrumah.

Pembagian harta. Bentuk keluarga inti. Prinsip keturunan. Aktifitas anggota

keluarga. Sistem pembagian

kerja dalam keluarga. Tata cara

dalammelakukanhajatan.

Pelapisan sosial(bangsawan/nonbangsawan).

Tata cara kehidupantiap lapisan.

9. Sistem Kesenian Jenis kesenian yang

ada. Bentuk alat kesenian. Intensitas

berlangsungnyakesenian.

Tempatberlangsungnyakegiatanberkesenian.

Waktu dilakukannyakegiatanberkesenian.

10. Jenis dan TingkatBahasa.

Status orang yangmenggunakanbahasa (Bangsawan/Non bangsawan).

Luas Ruang Bicara. Jarak Minimal

berbicara.

25. Ibid Koentjaraningrat, hal 186

Page 42: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

42

4. Mengidentifikasikanpengaruh akulturasibudaya antara MMAdan MLS yangmembentuk MMP dikota Sumbawa Besar.

• Kebudayaan dalam bahasasehari-hari umumnya banyakdipahami oleh orang adalahsebatas tentang adat istiadatyang mana dalam adat istiadatini tercangkup tentang nilai-nilai histories dan pencirianakan budaya setempat.

Karakter budaya MMA dan MLS(baik yang membentuk ruang fisikmaupun yang hanya berpengaruhsecara fungsional)

Mengetahui bentuk-bentukakulturasi budaya MMAdan MLS yangmempengaruhi karakterMMP.

Variabel idem denganvariabel: Sistem religi MMP Sistem peralatan

hidup dan teknologiMMP

Sistem organisasi Sistem mata

pencarian Sistem kesenian Sistem bahasaVariabel hampir samadengan karakteristikMMA dan MLS

5. Mengidentifikasikan polapemanfaatan ruangyang terbentuk akibatpengaruh prilaku orangMadura perantau di kotaSumbawa besar.

Asimilasi26. adalah proses sosialyang timbul bila (i) golongan-golongan manusia dengan latarkebudayaan yang berbeda-beda,(ii) Saling bergaul secaraintensif dalam jangka waktu yanglama, sehingga (iii) kebudayaan-kebudayaan masing-masinggolongan berubah sifatnya yangkhas, dan masing-masingunsurnya berubah wujudnyamenjadi unsur-unsur kebudayaancampuran. dalam hal ini,golongan minoritas merubahunsur-unsur khas darikebudayaannya, danmenyesuaiakan dengankebudayaan golongan mayoritassedemikian rupa sehingga lambatlaun kehilangan kepribadiankebudayaannya dan masukkedalam kebudayaan mayoritas.Akulturasi27. merupakan suatuproses sosial yang muncul bilasuatu kelompok manusia dengansuatu kebudayaan tertentudihadapkan dengan unsur-unsurdari kebudayaan yang asingdengan sedemikian rupa,sehingga unsur-unsurkebudayaan asing tersebutlambat laun akan diolah danditerima kedalam kebudayaansendiri tanpa menghilangkankepribadian kebudayaan itusendiri.

Faktor-faktor yangmenyebabkan perubahan sosialdan budayaSebab-sebab yang bersumber daridalam masyarakat itu sendiri :1. Bertambah atau berkurangnya

penduduk.2. Penemuan-penemuan baru.3. Pertentangan (Conflic) dalam

masyarakat• Pertentangan antara

kepentingan individudengan kelompoknya.

• Pertentangan antarakelompok, misalnya antaragenerasi tua dengan

Beberapa elemenpembentukan ruangmeliputi Kebutuhan dankeinginan individu Saranadan prasaranatransportasi. Berbagaikegiatan yang dilakukanoleh individu ataukelompok masyarakatyang bersifat rutinitas.Kependudukan yangmenyangkut kepadatan,agama, adat istiadat, matapencarian, danpendidikan, Potensi fisik,Fasilitas pendukung,Persepsi dan perilakuserta didukung oleh teoridari Yoshinobu Ashirabahwa bentukan ruangterdiri atas ruang 3D danruang kebudayaan makadapat terbentuk suatu polapemukiman yang bentukdan polanya sesuaidengan teori yang ada. DiSumbawa adanyamasyarakat Madura yangmelakukan interaksi danhidup lama membetuksuatu pola ruang baruyang memiliki karakteristikkhusus yang merupakanhasil dari percampuranprilaku aslimasyarakatMadura dengan hasilasimiasi denganmasyarakat Sumbawa.Dengan melihat suatubentukan baru maka dapatdibentuk suatu peta polapemanfaatan ruang baruyang merupakan hasilakulturasi budayatersebut.• Adanya proses

asimilasi dari duakebudayaan yangberbeda yaitukebudayaanmasyarakat asliMadura dengan

Variabel yang berkaitandengan ruang meliputi : Jenis-jenis ruang yang

terbentuk. Pola pemanfataan

ruang yang terbentukdiperkotaan. Fungsi ruang dalam

bangunan. Bahan bangunan

yang digunakan. Fungsi bangunan. Kondisi perumahan

dan bentukanperumahan. Bahan untuk

membangunprumahan. Alasan memilih

bentuk dan lokasirumah. Jenis upacara

pembangunan rumah Syarat lokasi

perumahan. Orientasi rumah Alasan memilih

orientasi rumah. Jenis rumah. Alasan memilih jenis

rumah. Susunan ruangdalam

bangunan rumah. Alasan memilih

susunan ruang dalamperumahan. Bentuk atap. Alasan memilih bentuk

atap. Tempat kegiatan MCK. Jarak rumah dengan

tempat kerja. Jarak rumah ke pasar. Jarak rumah fasiitas

lainnya. Lokasi ruang yang

membawa unsurtradisional. Bentukan unsur

tradisional yang adadalam ruang. Kondisi transportasi

26. Ibid, hal 25527. Ibid, hal 247

Page 43: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

43

generasi muda dalam halpenerimaan kebudayaanbaru.

4.Terjadinya pemberontakan ataurevolusi didalam tubuh masyarakatitu sendiri, sebab-sebab dari luarmasyarakat tersebut antara lainadalah :• Sebab-sebab yang berasal dari

lingkungan alam fisik manusia.Misalnya terjadinya bencanaalam menyebabkan suatumasyarakat harusmenyesuaikan diri dengankeadaan alam ditempatbarunya.

• Peperangan. Peperangandengan negara lainmenyebabkan terjadinyaperubahan, karena biasanyanegara yang menangmemaksakan negara yangtakluk untuk menerimakebudayaan yang dianggapsebagai kebudayaan yang lebihtinggi tarafnya.

masyarakat Sumbawa,dan bergaul secaraintensif dalam jangkawaktu yang panjangmenyababkantimbulnya hubungansaling mempengaruhisatu dengan lainnya.

• Munculnya suatukebudayaan baruberupa bentukan fisikmaupun perubahanprilaku merupakanhasil proses asimilasidari dua kebudayaanyang berbeda antaramasyarakat Maduraperantau denganmasyarakat Sumbawa,yang berbentukhubungan timbal balikdalam halperdagangan dan jasamaupun perilakusosialisasi dalamlingkunganbertetangga.

Perubahan ataupunpergeseran kebudayaanantara budaya asli Maduradengan budayamasyarakat Madura yangtumbuh di daerahperantauan dilihat denganmelakukan perbandingansecara kualitatif antarabudaya tersebut, sehinggadiketahui bentujk-bentukperubahan karakterbudaya yang berpengaruhterhadap terbentuknyaruang-ruang dalammasyarakat, baik secarabentuk maupunarsitektural.

Bentukan polapemukiman(linear/sektoral)

Sumber : Kajian Teoritis.

1.8. Metode PenelitianMetode penelitian terdiri atas metode pengumpulan data dan metode analisa.

Metode pengumpulan data berisi teknik-teknik mengumpulkan data yang

digunakan untuk mengambil sampel

1.8.1. Metode Pengumpulan Data.Penelitian pengumpulan data ini akan menggunakan pendekatan dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif dalam penelitian kualitatif Pertama,

Memilih teknik wawancara mendalam (indepth interview) Metode ini biasa

disebut dengan metode wawancara mendalam atau open-ended ethnographic.

Metode ini dipilih karena memungkinkan untuk melakukan interaksi secara alami

Page 44: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

44

dengan subjek penelitian. Dalam wawancara memilih subjek yang memenuhi

kriteria tertentu29. untuk mengetahui proses migrasi, prilaku MMP di kota

Sumbawa Besar, dan hubungan-hubungan MMP dengan masyarakat lainnya.

Sebelum proses ini berlangsung terlebih dahulu penulis menetapkan kriteria

informan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah :

1. Berusia diatas 45 tahun, kriteria ini hanya berlaku khusus untuk mengetahui

seluk beluk keberadaan MMP di Sumbawa, termasuk didalamnya proses

migrasinya ke Sumbawa, prilaku sehari-hari MMP di Sumbawa, serta

bagaimana perlakuan atau interaksi MMP dengan Masyarakat Lokal

Sumbawa (MLS). Batas usia tersebut tidak menjadi keharusan dimana

apabila ada informasi yang akurat meskipun bukan dari MMP yang berusia

tersebut maka informasi tetap ditampung.

2. Orang yang dipandang sebagai tokoh, sesepuh, pemimpin atau panutan

bagi MMP di Sumbawa.

3. Orang yang komunikatif dapat diajak berkomunikasi baik dalam bahasa

Indonesia, Madura, maupun Sumbawa.

Dari Kriteria informan diatas beberapa orang yang memenuhi point antara

lain: H. Nawawi, H. Sofyan, dan H.Syukri (Tokoh/Sesepuh MMP di sumbawa),

Daeng Ewan dan H. Dinullah Rayes(tokoh/sesepuh lokal Sumbawa). Sedangkan

untuk point kriteria berikutnya terdapat sejumlah MMP yang memenuhi syarat

sebagai informan yaitu diantaranya : H. Mudhar, Suiskandar, H. Baddrussalam,

Sugianto, Subaidi.

Kedua, melakukan observasi langsung terhadap ekspresi prilaku komunitas

MMP dimana mereka tinggal berkelompok dan beraktifitas. Serta observasi

terhadap bentukan fisik yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas MMP baik di

tempat pemukiman maupun daerah berdagang. Observasi ini difokuskan kepada:

1. Bagaimana aktifitas sehari-hari MMP di Sumbawa yang menjadi kebiasaan

baik dalam proses interaksi antar sesama masyarakat Madura maupun

dengan Non Madura.

2. Bagaimana MMP mengorganisasikan identitas kebersamaannya sehingga

bermanfaat bagi mereka untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi

29. Kriteria tertentu yang dimaksud adalah, misalnya, komunikatif dan setidak-tidaknya mampu diajak berbahasaIndonesia; mengetahui sejarah migrasi orang-orang Madura ke Sumbawa; dia adalah sesepuh yang dipandangsebagai pemimpin, atau panutan, atau Problem solver bagi orang-orang Madura.

Page 45: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

45

yang berpengaruh terhadap terbentuknya ruang-ruang tertentu secara

ekonomi di kota Sumbawa Besar.

3. Bagaimana pola-pola kebudayaan asli masyarakat yang ada di Madura

terimplementasi dalam kehidupan mereka sehari-hari.

4. Bagaimana hubungan MMP dengan MLS serta pengaruh-pengaruh apa

saja yang terbentuk dari hubungan diantara keduanya.

5. Ruang-ruang apa saja yang terbentuk sebagai akibat dari prilaku MMP di

Sumbawa.

Kegiatan observasi ini juga dipadati dengan wawancara tak berstruktur

dengan sejumlah informan yang tidak direncanakan yang secara kebetulan

informasinya dibutuhkan sebagai sumber data bagi penulis. Mereka adalah orang

non MMP dan hampir setiap hari bersentuhan dengan MMP dan menjadi

konsumen dari pedagang Madura. Termasuk juga beberapa aktivis pemuda yang

aktif mengamati perkembangan komunitas ekonomi orang Madura.

Ketiga, menguji kebenaran dan analisis yang dibangun berdasarkan

wawancara dan diskusi kelompok, dengan maksud untuk mengkonfirmasikan

kembali hasil wawancara dan observasi serta menyatukan keterangan-

keterangan yang berbeda dari beberapa informan. Informan disini dipilah

berdasarkan jenis usahanya dan kompeten untuk di wawancarai berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan diatas maka beberapa orng yang dapat dijadikan

sumber wawancara yaitu : mewakili pengusaha soto (Sugianto), mewakili

pengusaha jual beli hasil bumi dan penyewaan mobil (Suiskandar), mewakili

pengusaha jual beli kulit (H. Sofyan), mewakili pendidik (Subaidi) mewakili tokoh

pesantren (H. Syukri) dan mewakili pedagang es campur ( H. Mudhar).

1.8.2 Metode AnalisaUntuk mendapatkan suatu output yang akurat dan memiliki nilai

kepercayaan tinggi maka perlu dilakukan suatu analisa terhadap pokok-pokok

bahasan yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini. Metode analisa yang

dilakukan secara induktif sesuai dengan paradigma penelitian ini yaitu kualitatif,

dengan mengacu kepada tujuan dan hipotesis yang dikeluarkan. Pertama,

mengkatagorikan bentuk-bentuk prilaku Masyarakat Masura Asli (MMA) yang

masih di pakai oleh MMP di Sumbawa sampai saat ini yang terungkap melalui

wawancara maupun observasi. Kedua, Dari bentukan-bentukan prilaku tersebut

Page 46: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

46

berusaha dibuat suatu hubungan korelasional dengan bentukan ruang yang

terjadi, baik disebabkan oleh prilaku MMA maupun prilaku yang tumbuh selama

proses interaksinya di sumbawa baik antar sesama MMP maupun MMP dengan

masyarakat lainnya. Ketiga, mencari hubungan antara keinginan motivasi untuk

melakukan perantauan dengan kondisi daerah rantauan yang menyebabkan

MMP dapat menjalankan usahanya bahkan dapat mewarnai pola-pola

perdagangan dan jasa yang terjadi di kota Sumbawa Besar.

Dengan metode tersebut, penulis melakukan analisis dan memberikan

interpretasi terhadap temuan-temuan penelitian, sehingga diketahui bahwa

terdapat hubungan antara faktor-faktor pendorong dan penarik masyarakat

Madura merantau, prilaku MMP di kota Sumbawa Besar dengan pola

pemanfaatan ruang yang terbentuk di kota Sumbawa Besar.

1.9. Sistematika Pembahasan

• BAB I PENDAHULUANMembahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan, sasaran,

landasan teori, ruang lingkup studi dan materi, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

• BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI STUDIGambaran umum lokasi meliputi fisik, sosial dan ekonomi, karakteristik

prilaku masyarakat Madura asli, karakteristik masyarakat Madura perantau.

• BAB III ANALISA PENGARUH PRILAKU MASYARAKAT MADURAPERANTAU TERHADAP POLA PEMANFAATAN RUANG DI KOTASUMBAWA BESAR

Berkaitan dengan analisa faktor-faktor pendorong dan penarik

masyarakat Madura untuk merantau, analisa perubahan pola penggunaan

lahan,analisa aktifitas masyarakat Madura perantau (karakter penduduk, karakter

sosial budaya, pola pergerakan aktifitas), analisa pegeseran sistem nilai

kebudayaan Madura asli dengan kebudayaan Madura perantau di Sumbawa

(Melihat tujuh aspek kebudayaan), analisa pola pemanfaatan ruang yang

terbentuk akibat prilaku budaya MMP di kota Sumbawa Besar.

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASIBerisi tentang kesimpulan dari hasil studi baik dari gambaran umum

maupun analisa yang kemudian dibuat suatu rekomendasi dari hasil penelitian.

Page 47: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

47

Page 48: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

48

Page 49: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

49

Page 50: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

50

Page 51: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

51

Page 52: Okti Indayani 9924145 Identifikasi Pengaruh Perilaku Masyarakat Madura Perantau Terhadap Pola Pemanfaat Ruang Di Kota Sumbawa Besar

52