Okt- Des 2015 LENSA PRIORITAS - prioritaspendidikan.org · bantuan operasional sekolah (BOS) sesuai...

12
LENSA PRIORITAS Media Komunikasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik di Jawa Tengah USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Newsletter LENSA PRIORITAS diterbitkan oleh USAID PRIORITAS-Jawa Tengah sebagai sarana komunikasi dan media penyebarluasan praktik pendidikan yang baik di Provinsi Jawa Tengah. Edisi 13 Okt- Des 2015 ISSN: 2460-612X BANJARNEGARA – Membudayakan membaca bagi siswa se-Kabupaten Banjarnegara dicanangkan oleh Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo bekerja sama dengan USAID PRIORITAS di SMP Negeri 2 Banjarnegara (18/11). Kegiatan pencanangan tersebut dilakukan untuk meng- gerakkan seluruh elemen pendidikan di Banjarnegara dalam memulai menyisihkan waktu membaca. Melalui surat edaran yang ditandatangani oleh Bupati Banjarnegara, Pemerintah Kabupaten telah menetapkan agar sekolah mengalokasikan waktu minimal 15 menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai untuk membaca. “Kami berharap dapat menumbuhkan minat baca dan tercipta masyarakat yang cerdas,” kata Bupati saat pencanangan budaya membaca di SMP Negeri 2 Banjarnegara. Budaya baca dinilai penting karena sebagai salah satu pembuka wawasan dan pengetahuan. Menurut dia sebuah ironi ketika siswa lebih banyak membaca SMS dan media sosial lain dibanding dengan membaca buku yang bermanfaat. Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston mengatakan pihaknya menyambut baik langkah yang dilakukan oleh Pemkab Banjarnegara. “Budaya baca merupakan program yang sudah kami mulai di modul II tahun 2014. Selain itu, di sekolah mitra juga sudah mulai kami kembangkan budaya literasi. Bila Pemkab Banjarnegara menindaklanjuti dengan melaksanakan di setiap sekolah. Hal tersebut sangat baik sekali,” ungkap Stuart. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Noor Tamami mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan USAID PRIORITAS untuk menumbuhkan budaya baca di sekolah pilot dan sekolah terdiseminasi. Dinas juga sudah memberikan instruksi kepada sekolah agar setiap sekolah menyediakan ruang membaca atau saung baca. Tempat tersebut diharapkan didesain menarik sehingga minimal akan memancing siswa untuk hadir membaca. “Awalnya akan kami paksakan. Tetapi ke depan, mudah- mudahan membaca menjadi budaya,” harapnya. [AR] 2) (Dari kanan) Bupati Banjarnegara H Sutedjo Slamet Utomo SH MH, koordinator provinsi USAID PRIORITAS Jawa Tengah Dr Nurkolis, dan Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston, menandatangani deklarasi dukungan membaca dalam pencanangan budaya membaca di Banjarnegara yang bertempat di SMP Negeri 2 Banjarnegara, Kamis (19/11). 1) Suasana membaca senyap, dalam rangkaian pencanangan budaya membaca di Kabupaten Banjarnegara. MEMBUDAYAKAN MEMBACA DI SEKOLAH 1 2

Transcript of Okt- Des 2015 LENSA PRIORITAS - prioritaspendidikan.org · bantuan operasional sekolah (BOS) sesuai...

LENSA PRIORITASMedia Komunikasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik di Jawa Tengah

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Newsletter LENSA PRIORITAS diterbitkan oleh USAID PRIORITAS-Jawa Tengah sebagai sarana komunikasi dan media penyebarluasan praktik pendidikan yang baik di Provinsi Jawa Tengah.

Edisi 13Okt- Des

2015 ISSN: 2460-612X

BANJARNEGARA – Membudayakan membaca bagi siswa se-Kabupaten Banjarnegara dicanangkan oleh Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo bekerja sama dengan USAID PRIORITAS di SMP Negeri 2 Banjarnegara (18/11).

Kegiatan pencanangan tersebut dilakukan untuk meng-gerakkan seluruh elemen pendidikan di Banjarnegara dalam memulai menyisihkan waktu membaca. Melalui surat edaran yang ditandatangani oleh Bupati Banjarnegara, Pemerintah Kabupaten telah menetapkan agar sekolah mengalokasikan waktu minimal 15 menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai untuk membaca.

“Kami berharap dapat menumbuhkan minat baca dan tercipta masyarakat yang cerdas,” kata Bupati saat pencanangan budaya membaca di SMP Negeri 2 Banjarnegara.

Budaya baca dinilai penting karena sebagai salah satu pembuka wawasan dan pengetahuan. Menurut dia sebuah ironi ketika siswa lebih banyak membaca SMS dan media sosial lain dibanding dengan membaca buku yang bermanfaat.

Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston mengatakan pihaknya menyambut baik langkah yang dilakukan oleh Pemkab Banjarnegara.

“Budaya baca merupakan program yang sudah kami mulai di modul II tahun 2014. Selain itu, di sekolah mitra juga sudah mulai kami kembangkan budaya literasi. Bila Pemkab Banjarnegara menindaklanjuti dengan melaksanakan di setiap sekolah. Hal tersebut sangat baik sekali,” ungkap Stuart.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Noor Tamami mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan USAID PRIORITAS untuk menumbuhkan budaya baca di sekolah pilot dan sekolah terdiseminasi.

Dinas juga sudah memberikan instruksi kepada sekolah agar setiap sekolah menyediakan ruang membaca atau saung baca. Tempat tersebut diharapkan didesain menarik sehingga minimal akan memancing siswa untuk hadir membaca.

“Awalnya akan kami paksakan. Tetapi ke depan, mudah-mudahan membaca menjadi budaya,” harapnya. [AR]

2) (Dari kanan) Bupati Banjarnegara H Sutedjo Slamet Utomo SH MH, koordinator provinsi USAID PRIORITAS Jawa Tengah Dr Nurkolis, dan Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston, menandatangani deklarasi dukungan membaca dalam pencanangan budaya membaca di Banjarnegara yang bertempat di SMP Negeri 2 Banjarnegara, Kamis (19/11).

1) Suasana membaca senyap, dalam rangkaian pencanangan budaya membaca di Kabupaten Banjarnegara.

MEMBUDAYAKAN MEMBACA DI SEKOLAH

1

2

SEMARANG - Peningkatan kualitas guru dan pendidikan di daerah perlu mendapatkan dukungan dari berbagai elemen dalam masyarakat. Elemen-elemen tersebut di antaranya perguruan tinggi, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.

“Mereka harus bersinergi dan menjalin kemitraan,” ungkap Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Dr Fathur Rokhman dalam lokakarya perencanaan bisnis

LENSA PRIORITAS

Sinergikan Kebutuhan Daerah dan Ketersediaan Pengembangan Mutu di LPTK

strategis LPTK di Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS di Semarang (17/11).

Dalam kegiatan itu, USAID PRIORITAS menghadirkan sejumlah pembicara kunci, seperti Rektor Unnes, penasehat tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS Mark Heyward, Prof Dr Muchlas Samani Konsultan Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS, dan para wakil rektor IV bidang kerja sama, serta pembicara lainnya.

Menurut Mark Heyward, USAID PRIORITAS mendorong LPTK menjadi service provider atau penyedia layanan peningkatan mutu pendidikan untuk provinsi, kabupaten dan kota, serta Kemenag dalam rangka pelatihan guru dan konsultasi untuk manajemen pendidikan dasar.

Pembicara lainnya memberikan paparan pengalaman LPTK mereka sebagai service provider pengembangan kapasitas untuk para guru. Selain itu, mereka juga menyampaikan peluang apa saja yang mungkin bisa dikerjasamakan antara pihak LPTK dan Pemda.

“Tindak lanjut dari lokakarya tersebut adalah setiap daerah dan LPTK memiliki gambaran serta peta yang jelas tentang apa yang bisa dikerja samakan dan segera menindaklanjuti dengan berbagai kebijakan pendukung,” terang Spesialis Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS Jawa Tengah Hari Riyadi. [AR/AF]

SEMARANG - USAID PRIORITAS mengembangkan kapasitas instruktur pendidikan profesi guru (PPG) lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK) di Yogyakarta dan Semarang. Pengembangan kapasitas tersebut dilakukan selama tiga hari (16-18/12) yang dilaksanakan di Semarang dan Yogyakarta (5-7/12).

“Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman praktis bagi dosen instruktur PPG dalam mengelola sebuah lokakarya PPG yang aktif dan efektif,” kata Senior Manajer Koordinator Pemangku Kepentingan dan Universitas USAID PRIORITAS Ajar Budi Kuncoro di sela-sela acara.

“Bagaimana seorang fasilitator mengawali perkuliahan, mengelola perkuliahan, membuat pertanyaan tinggi, membuat portofolio semuanya dipraktikkan langsung oleh dosen dalam pelatihan. Harapannya model ini akan menginspirasi calon guru untuk menerapkannya selepas lokakarya PPG,” sambung Ajar.

Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Vokasi dan Profesi Kementerian Riset Teknologi Direktorat Pendidikan Tinggi, Hendra Suryanto, menyebutkan bahwa kegiatan semacam ini sangat penting dalam meningkatkan kompetensi instruktur PPG di LPTK. Dosen peserta dapat saling berbagi pengetahuan dan keterampilan serta berdebat bukan hanya tentang

teori namun cara dan metode dalam mengajar. “Materi yang sangat menarik. Bagaimana peserta dilatih mendorong anak untuk bertanya. Bukan bertanya biasa namun bertanya tingkat tinggi. Karena keberanian bertanya itu adalah dasar untuk menjadi anak yang kreatif,” jelasnya.

Hendra juga optimis potensi anak akan bisa tergali seutuhnya. Karena dalam pelatihan mahasiswa PPG diajarkan membuat penilaian autentik sesuai kemampuan siswa. Hal mendasar lain adalah dibekalinya mahasiswa PPG terkait dengan pembuatan jurnal reflektif. Dengan jurnal tersebut mereka akan mampu membuat perubahan positif secara berkesinambungan. [AR/AF]

Bekali Instruktur Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan Model Perkuliahan Aktif

(Dari kiri ke kanan) Dr Nurkolis, Prof Fathur Rahman, Mark Heyward, dan Prof Muchlas Samani dalam lokakarya perencanaan bisnis strategis LPTK (17/11).

Ibu Desi, dosen PGSD Universitas Negeri Semarang sedang mensimulasikan pembelajaran IPA -Keanekaragaman hayati - kepada peserta pelatihan lain.

3 Edisi 13, Oktober - Desember 2015

DEMAK – Dengan diterbitkannya Peraturan Bupati No. 53 Tahun 2015 tentang pembinaan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru di lingkungan pemerintah Kabupaten Demak, maka pertanggal 17 November 2015 semua penerima tunjangan profesi guru di Kabupaten Demak, wajib menyisihkan empat persen dari tunjangan profesinya.

“Kita berupaya supaya setiap pendidik di lingkungan Kabupaten Demak terus meningkat kemampuan dan karirnya. Oleh karena itu, kebijakan menyisihkan empat persen dari tunjangan profesi

pendidik dalam peraturan bupati ini perlu dilaksanakan,” kata Bupati Demak, Moh. Dachirin Said dalam lokakarya pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) di Aula Bupati, Senin (23/11).

Bupati menyebutkan bahwa alasan penerbitan perbub ini diantaranya untuk terus meningkatkan kompetensi para guru. “Karena itu, penting untuk mengembalikan lagi peran guru secara maksimal dalam pendidikan. Kualitas pendidikan di suatu daerah sangat ditentukan oleh kualitas pendidiknya,” ungkap Bupati.

Guru Demak Sisihkan 4 Persen Tunjangan Profesi untuk PKB

Sumber pembiayaan dalam PKB selain dari tunjangan profesi di antaranya berasal dari pemerintah daerah, bantuan operasional sekolah (BOS) sesuai ketentuan, dana dari yayasan, dan sumber lain yang sah. Pengelolaan keuangan PKB yang 4 persen tersebut langsung dikelola secara mandiri oleh satuan pendidikan masing-masing.

Dinas pendidikan hanya mengatur regulasinya. Dalam peraturan bupati tersebut, pasal 11 disebutkan bahwa bentuk dari kegiatan PKB di antaranya kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Untuk mengurangi gesekan dalam pengelolaan dana, dalam Perbup disebutkan tentang bentuk pengelolaannya meliputi di satuan pendidikan, kelompok kerja guru (KKG), dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).

Setiap satuan pendidikan, KKG, dan MGMP dapat membuat perencanaan PKB berdasarkan hasil penilaian kinerja guru dan hasil evaluasi diri. Setelah didapatkan peta kebutuhan, mereka selanjutnya dapat berkoordinasi dengan dinas pendidikan untuk legalitas dan dukungan yang dapat diberikan oleh Dinas Pendidikan. [AR/NK]

Bupati Demak, Moh. Dachirin Said

menandatangai nota perpanjangan kerja

sama dengan USAID PRIORITAS dalam

forum pengembangan

keprofesian berkelanjutan di Aula

Bupati Demak yang difasilitasi oleh

USAID PRIORITAS (23/11).

SEMARANG - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi tengah menggodok standar nasional pendidikan guru (SNPG). Standar ini akan menjadi acuan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dalam mendidik para calon guru.

"Kami sebelumnya telah melakukan pertemuan dengan 17 rektor atau pimpinan LPTK," kata Direktur Pembelajaran Ditjen Pembelajaran dan Mahasiswa Kemristekdikti Dr. Paristiyanti Nurwardani di sela lokakarya instruktur pendidikan profesi guru di LPTK (18/12).

"Masing-masing LPTK sekarang ini memang sudah memiliki 'best practise' (praktik yang baik) sendiri dalam penyelenggaraan pendidikan untuk calon guru. Ini akan terus dikuatkan," imbuhnya.

Paristiyanti menjelaskan, setiap LPTK tentunya memiliki ciri khas tersendiri

yang harus tetap dipertahankan, sementara SNPG diperlukan untuk semakin menguatkan "best practices" yang dimiliki masing-masing LPTK.

"Sebagaimana kegiatan USAID PRIORITAS ini. Dengan ini, bisa dilihat bagaimana 'best practices' pendidikan guru yang diterapkan di negara lain yang diharapkan bisa menjadi inspirasi. Kami menyambut baik," katanya.

Senior Manajer Koordinator Pemangku Kepentingan dan Universitas USAID PRIORITAS Ajar Budi mengakui selama ini pola pembelajaran pendidikan profesi guru (PPG) di LPTK beragam.

"Kami bekerja sama dengan LPTK mitra mengembangkan materi lokakarya PPG untuk menjadi rujukan dalam pelaksanaan PPG," katanya.

Meski tidak membuat pola pembelajaran LPTK menjadi seragam,

Budi mengatakan setidaknya komponen-komponen utama tetap ada, seperti penilaian autentik, pembelajaran aktif, dan mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. [AR/AF]

Kemristekdikti Dukung Penguatan Praktik yang Baik di LPTK

Direktur Pembelajaran

Ditjen Pembelajaran dan

Mahasiswa Kemristekdikti Dr Paristiyanti Nurwardani di sela lokakarya

instruktur pendidikan profesi

guru di LPTK (18/12).

4

LENSA PRIORITAS: Edisi 13, Oktober - Desember 2015

Penanggungjawab: Nurkolis (PC). Editor: Anang Ainur Roziqin (CS), Tim redaksi: Afifuddin (TTIDS), Hari Riyadi (GMS), Dyah Karyati (WSD), R. Ahmad Sarjita (TTO PS), Saiful H. Shodiq (TTO JS), Wahyu Daryono (MES), Anton W. Gerhana (ITS), Dewajani S (DC Karanganyar & Sragen), Da laela (DC Purbalingga), M. Lutfi HR (DC Pakalongan & Jepara), Agus Danarta (DC Batang), Nur Jannah (DC Banjarnegara & Purworejo), Ardi W. (DC Semarang & Boyolali), Sarwa Eka (DC Wonosobo), Mulyono (DC Blora & Grobogan), A. Purnomo (DC Kudus & Demak).

Alamat: Jl. Candi Makmur No.2A Karanganyar Gunung, Candisari, Semarang. Telp: (024) 8444711, Fax: (024) 8441146. Email: [email protected] . Web: www.prioritaspendidikan.org

JAWA TENGAH - Sejumlah 15 Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) dan Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) dari daerah mitra di Jawa Tengah mendukung gerakan membaca. Hal tersebut ditandai dengan ditandatanganinya komitmen dukungan program membaca dalam acara Lokakarya buku bacaan berjenjang (B3) tingkat provinsi Jawa Tengah di Yogyakarta (1/12).

“Sudah waktunya kegiatan membaca menjadi budaya di sekolah-sekolah kita. Salah satu cara yang digagas oleh USAID PRIORITAS dengan buku bacaan berjenjang untuk kelas awal sangat tepat sekali. Bila di kelas awal mereka sudah menyukai membaca, maka selanjutnya akan lebih mudah untuk mereka menyukai buku dan mengembangkan kemampuannya,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, Tri Gunawan Setiadi.

Kegiatan membaca siswa kelas awal dinilai sangat tepat oleh para Kadindik dan Kakankemenag. Selain siswa kelas awal akan menyukai buku, siswa juga akan diajari bagaimana memperlakukan buku dengan benar. Kemudian, cara membaca pemahaman dan berbagai kemampuan dasar untuk mengembangkan kemampuan intelektualitasnya.

B3 akan diberikan oleh USAID PRIORITAS kepada 2.213 sekolah mitra di Jawa Tengah. Masing-masing sekolah akan menerima 600 buku dan pelatihan cara untuk menggunakannya. Komitmen dari kabupaten penerima buku di antaranya menyediakan sharing dana untuk pelatihan buku kepada sekolah yang mendapatkan hibah tersebut.

Kabupaten penerima buku tersebut yaitu, Kabupaten Semarang, Batang, Pekalongan, Purbalingga, Banjarnegara, Purworejo, Boyolali, Grobogan, Blora, Demak, Kudus, Wonosobo, Jepara, Sragen, dan Karanganyar. [AR/DS]

LENSA PRIORITAS

Kepala Dinas dan Kemenag 15 Kabupaten Mitra Dukung Budaya Baca

(Tengah) Tri Gunawan Setiadi kepala dindik purbalingga bersama 15 kab ikut mendukung gerakan membaca anak.

Tambah Fasilitator Buku Bacaan Berjenjang

JAWA TENGAH - Pada tahun 2016, salah satu fokus USAID PRIORITAS adalah peningkatan kemampuan membaca siswa kelas awal. Untuk mendukung hal tersebut, USAID PRIORITAS akan membagikan buku bacaan berjenjang (B3) kepada 2,213 sekolah mitra dan nonmitra di Jawa Tengah. Jumlah tersebut terdiri dari 113 SD/MI mitra dan 2.100 untuk sekolah nonmitra yang tersebar di 15 Kabupaten Mitra.

Setiap kabupaten akan memiliki jumlah fasilitator yang berbeda dan menerima jumlah buku yang berbeda disesuaikan dengan jumlah dan kemampuan mendiseminasikan program pada tahun-tahun sebelumnya.

“Saat ini kami sedang menyeleksi Fasda di 15 kabupaten mitra. Kabupaten-kabupaten yang terbanyak jumlah Fasdanya yaitu Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Semarang dan Purworejo,” kata Koordinator Teknis B3 Djuanedi Saripurnawan. Setelah terpilih, para Fasda tersebut akan dilatih pada pertengahan bulan Februari 2016. [DS]

Buku Bacaan Berjenjang

5

JAKARTA – Pembelajaran berbasis lingkungan yang dipamerkan oleh Ginanjar dan Khasbi Istanto, siswa, dan guru dari MI NU 2 Tangkisan, Purbalingga mendapatkan apresiasi dari Sekretaris Jendral Kemendikbud Didik Suhardi dan pelaksana tugas (Plt) Direktur USAID Indonesia Derrick Brown. Dalam pameran program USAID PRIORITAS di Gedung A Kemdikbud (28/10), Ginanjar menjelaskan tentang media Pomitong (pohon minta tolong) di hadapan mereka berdua.

“Tolong-tolong,” kata Ginanjar sambil berteriak menirukan pohon yang meminta tolong karena pencemaran yang dilakukan oleh pabrik tekstil yang disimulasikannya. Dia juga dengan gamblang dan 'lanyah' menjelaskan tentang bagaimana peran siswa untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan. Terakhir, siswa kecil itu juga menjelaskan berbagai

ragam produk siswa yang dihasilkan dari pembelajaran dengan mempelajari berbagai keanekaragaman hayati dan jenis-jenis tumbuhan serta akarnya.

“Kamu di sekolah belajarnya juga menggunakan pohon ini? Selain bermusyawarah dan melakukan pendekatan dengan pabrik apa yang bisa kamu lakukan,” begitu tanya Sekjen Kemdikbud itu. “Iya Pak kami menggunakan media ini. Pendekatan lain yaitu, melakukan penghijauan atau reboisasi tanaman yang sebelumnya telah mati karena pencemaran air,” jelas Ginanjar menjawab pertanyaan Sekjen Kemendikbud.

Selain peraga Pomitong, MINU 2 Tangkisan juga membawa beragam hasil dan peraga lainnya di antaranya roti proklamasi, pohon karangan, bakul telur kerajaan, tanpok sakti, batok perkalian berulang, sifat bangun ruang menggunakan selang bekas, dan hasil karya pembelajaran menarik lainnya.

“Praktik yang baik ini harus disebarluaskan ke banyak sekolah. Para siswa dengan sangat baik menjelaskan dan mempresentasikan hasil pembelajaran mereka di kelas. Kita perlu mengembangkan proses pembelajaran seperti ini di sekolah-sekolah,” kata Didik Suhardi di hadapan sekitar 300 undangan yang berasal dari unsur rektor LPTK, bupati, kepala dinas pendidikan, Kemenag, lembaga mitra pembangunan, serta perwakilan dari SD/MI dan SMP/MTs dari 8 provinsi mitra USAID PRIORITAS.

“USAID membantu menyediakan akses pendidikan berkelas dunia untuk siswa Indonesia di sekolah/madrasah tingkat dasar, dan menengah pertama” kata Plt Direktur USAID Indonesia, Derrick Brown. “Kami harap program ini akan membantu siswa untuk mencapai potensi terbaik dan menempatkan mereka menuju ke arah kesuksesan.” [AR/RS]

Edisi 13, Oktober - Desember 2015

Tampilkan Portofolio Perkembangan SiswaJAKARTA - SMP Negeri 7 Batang mewakili jenjang SMP/MTs untuk tampil dalam unjuk karya praktik yang baik USAID PRIORITAS di Gedung A Kemendikbud, Jakarta. Mereka dengan elok memamerkan berbagai hasil karya siswa yang telah terintegrasi dalam sebuah portofolio yang lengkap dan terstruktur. “Ini adalah portofolio lengkap saya sejak semester satu. Ibu guru meminta saya mengumpulkan dan membuatnya secara lengkap,” terang Wahyu Juniarti, salah satu siswa SMPN 7 Batang yang mempresentasikan tampilan di stand SMP/MTs.

Bersama dengan Ibu Wahyu, guru pendamping, siswa ini dengan jelas menjelaskan kepada pengunjung yang datang. “Portofolio ini berisi tugas perkembangan saya selama mengikuti pembelajaran di kelas. Saya dan teman-teman saya membuatnya untuk dijadikan catatan prestasi saya di kelas,” ungkap Juni.

Selain membawa portofolio yang lengkap, Juni dan Bu Wahyu membawa juga beragam hasil karya siswa dan produk-produk pembelajaran. Di antaranya, yaitu membuat lampion (lampu gantung dari toples bekas) dan membuat laporan cara menghitung produksi lampion dengan memadukan

konsep bangun ruang dalam pembelajaran matematika. Lalu produk bahasa petunjuk, prosedur, dan deskripsi yang dibuat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pemetaan laporan data penduduk desa dan ide-ide siswa dalam menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dalam pembelajaran IPS, serta berbagai produk lainnya. [AR/SHS]

Wahyu Juniarti, siswa SMP Negeri 7 Batang menunjukkan portofolio hasil karya pembelajarannya yang dibuat dalam satu semester pembelajaran kepada Sekjen Kemendikbud, Didik Suhardi.

Ginanjar Wisnu Agustrian menjelaskan Peraga Pohon Minta Tolong (Pomitong) kepada Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi, dan pelaksana tugas Direktur USAID Indonesia, Derrick Brown, dalam acara showcase nasional program USAID PRIORITAS di Gedung A Kemendikbud Jakarta (28/9).

Pembelajaran Berbasis Lingkungan

MI NU 2 Tangkisan dapat Apresiasi dari Kemdikbud

LENSA Daerah Mitra

6

DEMAK – Abdul Hamid, pengawas RA/MI Kementerian Agama Kabupaten Demak mendapat penghargaan sebagai Pengawas Kementerian Agama (Kemenag) Berprestasi Tingkat Nasional, yang dilaksanakan di Bogor (17/10). Gelar tersebut merupakan buah dari keseriusannya dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam tugas kepengawasan yang dijalaninya.

“MBS merupakan solusi dari berbagai masalah di madrasah. Hal tersebut penting untuk terus ditekankan dan didorong implementasinya,” kata Hamid yang juga fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten Demak.

Dalam ajang pemilihan pengawas berprestasi tingkat nasional tersebut, Hamid mempresentasikan tentang pengembangan profesionalisme guru dan pengawas melalui supervisi akademik dan supervisi manajerial berkelanjutan. Akademik yang dimaksud seperti peningkatan kualitas pembelajaran yang didahului dengan membuat perencanaan yang baik, sedangkan manajerial merupakan bentuk perencanaan dan pengelolaan madrasah yang baik. Bentuk- bentuk tersebut merupakan hal yang dilatihkan oleh USAID PRIORITAS dan dikembangkan dirinya bersama Kemenag Jawa Tengah.

“Saya sudah mendapatkan pelatihan MBS dari USAID, kemudian saya kembangkan di lingkungan Kemenag sampai sekarang,” katanya. Di sela aktivitas sebagai pengawas, beliau juga aktif menjadi fasilitator USAID PRIORITAS di Jawa

Tengah. Karena semangat berbagi yang dimiliki, beliau sering diundang untuk mengisi pelatihan kemanajemenan di berbagai tempat.

Berkat hal tersebut, portofolio yang dikumpulkan oleh Hamid paling banyak bila dibandingkan dengan peserta dari provinsi lain. Hal tersebut menjadi poin pertama untuk menjadi juara. “Kunci sukses saya adalah tidak takut salah dalam setiap berkarya. Orang yang berkarya sudah dalam posisi benar. Malah yang tidak berkarya itu yang kurang benar. Maka jangan ragu untuk terus berkarya,” katanya. (Arz)

Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas Berprestasi Nasional

LENSA PRIORITAS

Abdul Hamid mendapat penghargaan Rp 10 juta atas prestasi sebagai pengawas madrasah terbaik.

KAJEN - Pemerintah Kabupaten Pekalongan bersama dengan USAID PRIORITAS telah menyusun rencana strategis pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru di Kabupaten Pekalongan. Rencana Strategis tersebut berisi tentang bagaimana seorang guru dapat meningkatkan kapasitas dan karirnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

“Kami memfasilitasi kabupaten untuk menyusun peta pengembangan keprofesian dengan pendekatan top down dan bottom up. Maksudnya adalah setelah kami memfasilitasi di tingkat pembuat kebijakan, sekarang adalah waktunya mendengarkan masukan dari pemangku kepentingan di tingkat pengguna,” kata Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jawa Tengah, Dr Nurkolis dalam acara Lokakarya Perencanaan Strategis Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru di Pekalongan, Rabu (16/12).

Kabid Dikdas, Catur Elmiyati, mengatakan bahwa salah satu

alternatif untuk menjamin kualitas guru adalah guru tersebut harus terstruktur mengikuti pelatihan pengembangan diri. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara mandiri atau secara terorganisir baik dalam forum kelompok kerja guru (KKG) maupun musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sesuai dengan Permenpan RB No. 16 tahun 2009.

“Setelah memetakan data dari hasil uji kompetensi guru maupun penilaian kinerja guru. Tim PKB Kabupaten Pekalongan bersama USAID PRIORITAS kemudian membuat perencanaan strategis, salah satunya yaitu merumuskan PKB di tingkat gugus/KKG dan rayon/MGMP,” terang Catur.

Dalam kegiatan yang difasilitasi oleh USAID PRIORITAS tersebut, sejumlah 40 orang peserta dari unsur KKG, MGMP, K3S, MKKS, Korwas SD, Korwas SMP, Kepala UPTD, Kasi madrasah, guru madrasah, kepala madrasah, dan pengawas madrasah tersebut memberikan masukan terhadap rekomendasi yang telah dibuat oleh tim PKB Kabupaten Pekalongan.

Beberapa kebijakan strategis yang telah dirumuskan oleh tim PKB yaitu, (a) setiap guru mengikuti pelatihan sekali dalam satu tahun, (b) pelatihan guru dilaksanakan di KKG atau MGMP, (c) pelatihan fasilitator adalah menjadi prioritas, dan (d) memobilisasi sumber pembiayaan dari luar APBD.

[NK/LHR]

USAID PRIORITAS Fasilitasi Perencanaan Strategis Pengembangan Profesi Gurudi Kabupaten PekalonganDr Nurkolis

ikut mendampingi kelompok memberikan masukan kebijakan strategis.

7

PURBALINGGA – Pentingnya peran manajamen berbasis sekolah (MBS) dalam peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Purbalingga menjadi perhatian serius Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, Tri Gunawan Setyadi dalam diseminasi MBS jenjang SD-MI di SDN 1 Purbalingga Kidul, Rabu (18/11).

“Sampai dengan awal tahun 2016 nanti, semua SD dan SMP sekabupaten Purbalingga sudah selesai pelatihan MBS dan pembelajaran aktif modul II USAID PRIORITAS,” katanya. Oleh karena itu, pihaknya saat ini sedang gencar-gencarnya menyebarluaskan (mendiseminasikan) MBS yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.

Kadindik menjelaskan bahwa pelatihan yang dilaksanakan harus dilakukan dengan disiplin. “Bila peserta tidak hadir penuh, maka saya tidak akan tanda tangan sertifikat. Semua harus diawali dari kedisiplinan,” tegasnya sambil menambahkan bahwa pelatihan

bukan sekedar mengejar sertifikat. Yang lebih penting adalah untuk meningkatkan profesionalisme para guru.

Untuk mendukung pelatihan kepada semua sekolah, maka pihaknya menyusun strategi penganggaran dengan tiga sumber yaitu mandiri, dari bantuan operasional sekolah (BOS), dan dari anggaran pendapatan

LENSA PRIORITAS - Edisi 10, Januari - Maret 2015

Kepala Dinas Pendidikan Purbalingga Tri Gunawan

Setyadi dan Direktur USAID PRIORITAS sedang melihat

situasi dan lingkungan kelas yang penuh dengan karya dan media pembelajaran

bagi siswa di MINU 2 Tangkisan setelah membuka acara dalam pelatihan MBS.

dan belanja daerah (APBD) Kabupaten Purbalingga. Namun jika ada pihak-pihak yang berpartisipasi untuk mengembangkan kemajuan sekolah, pihaknya menyambut baik. Program kerjasama dengan USAID PRIORITAS akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2017 sehingga harus dimanfaatkan secara optimal. [NK]

LENSA Daerah Mitra

7

Kadindik Purbalingga:

Seluruh Sekolah Harus Menerapkan MBS

SALATIGA - Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) bekerjasama dengan USAID PRIORITAS menyelenggarakan pelatihan pembelajaran aktif bertempat di lantai 5 Perpustakaan Universitas UKSW (26-28/11).

Spesialis pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Afifudin PhD di sela-sela pelatihan mengatakan bahwa pelatihan akan banyak diisi dengan praktik-praktik langsung, penayangan video dan pengisian lembar kerja. “Sebagian besar siswa di sekolah akan lupa dengan materi pelajaran yang disampaikan secara lisan. Berbeda apabila guru mengajak siswa untuk mempraktikkannya secara langsung,” terang Afifudin.

Dalam proses pembelajaran Biologi, Afifudin menegaskan

Bekali Mahasiswa UKSW Calon Guru Pembelajaran Aktif

Edisi 13, Oktober - Desember 2015

sangat penting untuk menerapkan metode ini. “Sumber belajar biologi berada di alam, sehingga tidak cukup hanya pelajaran dua dimensi saja. Guru atau tenaga pendidik penting untuk memahami konsep ini,” jelasnya.

Sementara itu, koordinator kegiatan Dra Lusiawati Dewi MSc menerangkan bahwa peserta dalam kegiatan ini adalah mahasiswa program studi pendidikan biologi serta beberapa guru SMP dan SMA di sekitar kota Salatiga. Tujuan kegiatan ini adalah membekali calon – calon guru untuk dapat membawa perubahan dalam model pembelajaran di kelas.

“Kita harus menyadari bahwa kebutuhan siswa di sekolah terus berkembang, jangan sampai ada gap antara guru dan siswa. Selama ini banyak guru yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga anak menjadi bosan. Model pembelajaran aktif yang sudah dikuasai diharapkan dapat menghapus gap tersebut,” tegas Lusiawati.

Lusiawati menambahkan bahwa kegiatan yang secara resmi dibuka oleh Pembantu Rektor III UKSW Arief Sadjiarto MPd, didampingi Kepala Program Studi Pendidikan Biologi Drs Sucahyo MSc ini melibatkan sedikitnya sepuluh fasilitator dari USAID dan UKSW. “Seluruh fasilitator ini selama tiga hari akan membekali peserta dengan materi-materi belajar aktif. Di akhir kegiatan, peserta juga akan praktik langsung dengan metode peer teaching,” imbuhnya. [AF]

Mahasiswa UKSW sedang berdiskusi dalam kelompok, pada sesi menyusun pertanyaan tingkat tinggi (27/11).

8

LENSA Praktik yang Baik

Mendeteksi Benda Isolator dan Konduktor dengan APIK

WONOSOBO - Ketika belajar IPA terkadang siswa dan guru mengalami kesulitan untuk mengemukakan kembali pemahamannya tentang suatu konsep baik secara lisan maupun tulisan. Padahal, pembelajaran IPA mempunyai tiga komponen yang tidak dapat dipisahkan, yaitu produk, proses, dan sikap. Oleh karena itu, banyak cara membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna untuk mengembangkan keterampilan literasi siswa.

Atas dasar pemikiran , Widiyanto SD tersebut , guru kelas VI Negeri 2 Kalibawang, Wonosobo, mengajak para siswanya membuat alat sederhana dari barang bekas mainan untuk mendeteksi benda-benda isolator dan konduktor. “Ide ini bermula ketika saya melihat bekas mainan robot dan mobil-mobilan remote kontrol yang sudah rusak dan tidak terpakai,” katanya.

Pembelajaran dimulai dengan menjadi empat membagi siswa kelompok. Kemudian guru membagikan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu kayu papan yang diambil dari sisa pembuangan penggergajian kayu, baterai koin yang diambil dari bekas mainan, lampu led, kabel tembaga, dan paku pinus.

Setelah persiapan alat dan bahan selesai, mulai siswa bekerja dengan memotong kayu menjadi ukuran 3 x 7 cm dengan gergaji besi. Kemudian membuat d untuk dua buahudukan baterai kancing yang diletakkan .di tengah Selanjutnya potong 3 buah kabel tembaga dengan ukuran 5 cm, 4 cm, dan 3 cm. Kemudian bentuk kaki lampu led sesuaikan dengan lebar papan kayu.

Setelah semua siap, hubungkan lampu led dengan kabel dan baterai menjadi rangkaian seri. Fungsi paku pinus adalah sebagai konektor agar kabel dan kaki lampu led mudah terhubung tanpa perlu dililit. Selain itu paku pinus juga berfungsi sebagai saklar terbuka yang nantinya akan menghubungkan benda yang akan dideteksi. Cara kerjanya, lampu LED akan menyala bila benda yang dideteksi merupakan benda konduktor.

Setelah selesai kegiatan merangkai alat, maka selanjutnya siswa diberikan lembar kerja yang di dalamnya siswa harus mengisi sebanyak-banyaknya benda yang dideteksi. Secara berkelompok siswa mengisi tabel yang terdiri dari nama benda, lampu led menyala atau tidak, dan bahan dasar penyusun benda tersebut. Pada kegiatan tersebut, siswa merumuskan masalah, membuat hipotesis, mencoba, dan mencatat data. Jika siswa sudah mencoba semua benda, maka siswa akan membuat simpulan. Di akhir kegiatan, secara individu siswa membuat laporan kegiatan . percobaan

Dari pembelajaran seperti di atas, tidak hanya konsep benda isolator dan konduktor saja yang dipelajari siswa. Lebih dari itu, siswa belajar bagaimana menghargai barang yang terkesan tidak berguna menjadi menemukan ide kreatif memanfaatkan barang bekas yang sebenarnya banyak sekali terdapat di lingkungan sekitar.

Senyum puas dan bangga terpancar dari wajah siswa kelas VI SD Negeri 2 Kalibawang pagi itu. Mereka berhasil membuat sebuah alat untuk mendeteksi benda yang termasuk dalam kategori isolator atau konduktor. Sesuai kesepakatan bersama siswa, alat tersebut kemudian diberi nama Alat Pendeteksi Isolator dan Konduktor (APIK).*

LENSA PRIORITAS

* Penulis: Widiyanto, M.Pd Guru SDN 2 Kalibawang, Wonosobo, dan fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten Wonosobo

Lampu LED yang menyala menandakan benda tersebut merupakan benda konduktor.

Guru mendampingi siswa dalam kelompok kecil saat membuat APIK.

Alat pendeteksi isolator dan konduktor buatan siswa.

LENSA Praktik yang Baik

SRAGEN - Dewan Pendidikan bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Sragen serta USAID PRIORITAS menyelenggarakan pelatihan budaya baca dengan peserta adalah kepala sekolah dan petugas perpustakaan dari 40 sekolah yang terdiri dari 20 SD/MI dan

20 SMP/MTs di Aula Perpusda (29/12).

Pelatihan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk menggerakkan budaya baca di sekolah dan mengembalikan serta menggairahkan fungsi perpustakaan. Dengan menggunakan modul II, fasilitator USAID PRIORITAS memfasilitasi pelatihan manajemen berbasis sekolah dengan menekankan

pada budaya baca.

Salah satu Fasda SMP sekaligus Sekretaris Dewan Pendidikan Sragen, Warjito, mengatakan sejauh ini budaya membaca secara umum di Sragen kurang. Indikasinya, terlihat dari masih rendahnya animo siswa di

PEKALONGAN – Pagi itu, 17 November 2015 halaman SD Negeri Bener, Wiradesa, Pekalongan ramai dipadati oleh orang-orang. Terlihat orang tua siswa dan warga sekitar sekolah berkumpul. Suasana nampak guyub. Nampak lapangan paving rapi berkarpet warna-warni menumpu orang-orang yang duduk nyaman. Di sekelilingnya beragam buku yang tertata rapi berjajar di rak buku sederhana.

“Bapak Ibu, pagi ini saya mengajak bapak ibu untuk sedikit merasakan manfaat dari kegiatan membaca. Kami dari sekolah merasa perlu untuk mengajak bapak ibu supaya dukungan gerakan membaca bukan hanya dari sekolah tapi dari bapak ibu juga,” kata Kepala SDN Bener Rohmad Kurniyadi dalam sambutan pembukanya.

Sekitar 7 menit, Rohmad menjelaskan latarbelakang pentingnya membaca dan kenapa kegiatan semacam itu perlu dilaksanakan. Dia menjelaskan bahwa kegiatan ini berawal dari pertanyaan identifikasinya kepada siswa. Dari 270 siswa hanya sekitar 5 orang siswa yang melakukan kegiatan membaca di rumah. Dan hal tersebut dilakukan kurang dari 30 menit.

Hasil identifikasi tersebut kemudian di sampaikan kepada dewan guru,

paguyuban kelas, dan komite sekolah.Mereka akhirnya bersepakat untuk membuat sebuah gerakan ayo membaca yang disebut GRAM.

Setelah penjelasan selesai, kemudian bel dibunyikan penanda bahwa waktu membaca dimulai. Terlihat orang tua bersama siswa asyik memilih buku kemudian duduk di samping dan di pangkuan orangtua. Mereka membaca bersama. Ada yang membaca senyap dengan khusuk, ada pula yang membaca pelan. Para pedagang dan penjaga kantin juga larut dalam kegiatan membaca.

Kurang lebih 25 menit kegiatan membaca bersama tersebut dilaksanakan. Bel kembali berbunyi.

“Bapak ibu sudah mendampingi dalam membaca. Saya yakin ada yang sering dan ada yang baru sekali ini. Kami berpesan, karena memandaikan anak adalah tanggungjawab bersama, maka luangkan waktu ketika di rumah. Kalau belum sempat mulai sekarang disempatkan,” kata Kepala UPT Drs

Siswa sedang asyik membaca di meja hasil kretaivitas sekolah dan komite dengan memanfaatkan bekas gulungan kabel PLN.

Zuhri dihadapan 240an walimurid.

Dalam kegiatan tersebut juga diumumkan duta baca kelas yang telah terpilih. Orangtua siswa duta baca diminta maju dan diberikan semangat untuk terus menyemangati mereka. Di akhir semester akan dipilih juga satu orang duta baca sekolah. Duta baca ini akan membantu sekolah menggalakkan budaya baca.

“Saya senang sekali. Bisa bersama-sama membaca. Orangtua saya juga senang sekali. Jangan hanya sekali ini ya Pak, membaca bersamanya,” kata Dwi Ardiasnyah siswa kelas V. “Ternyata di sekolah ada program membaca. Saya lebih tahu program sekolah. Saya akan mendampingi anak saya setelah ini setiap malam,” komentar Ibu Mulyanah orangtua siswa kelas 1.*

sekolah untuk membaca di perpustakaan.

Beberapa faktor penyebab di antaranya keterbatasan koleksi buku-buku bacaan, tidak ada program yang membuat siswa berkunjung ke perpustakan, serta belum adanya komitmen kuat dari kepala seko-lah maupun komite untuk menjadikan budaya baca sebagai sebuah keharusan.

“Sebenarnya program membaca 15 menit itu ibaratnya sudah wajib karena sudah diatur dalam Permendikbud 23/2015 dan bersifat mengikat. Jika siswa dibiasakan membaca maka akan terbentuk karakter membaca dan akhirnya menjadi budaya di kalangan siswa,” paparnya.

Ketua Dewan Pendidikan Sragen, Mohammad Sauman mendukung penuh pengelolaan perpustakaan sekolah dan diharapkan bekerja sama dengan komite untuk menjalankan amanat Permendik-bud secara berkelanjutan. Dia juga akan mendorong implementasinya ke skala lebih luas.[DS/PY]

9 Edisi 13, Oktober - Desember 2015

Sesi membaca senyap, peserta pelatihan membaca di antara rak buku di perpusda Kabupaten Sragen.

Kegiatan Gerakan Ayo Membaca (GRAM) di SD Negeri Bener Wiradesa Pekalongan. Nampak orantua murid dan siswa asyik membaca bersama.

GRAM: Ajak Siswa dan Orang Tua Membaca

* Penulis dan pelaku: Rohmad Kurniyadi Kepala SDN Bener Wiradesa Pekalongan

10

LENSA Praktik yang Baik

BANJARNEGARA - Dalam rangka pencanangan budaya baca, kepala SMPN 2 Banjarnegara Doko Harwanto mempunyai ide untuk mengadakan lomba sudut baca antar kelas di sekolahnya. Dengan adanya lomba sudut baca antarkelas ini, siswa dan guru akan berusaha untuk menyediakan dan mempunyai program baca di kelas masing-masing. Setiap kelas dikoordinir oleh ketua kelas dibimbing wali kelas.

Fitriana Galuh Putri, ketua kelas VIIIB,

mengaku bahwa setelah ada lomba sudut baca kelasnya menjadi dinamis. “Saya sebagai ketua kelas bertanggung-jawab mengkoordinir kegiatan budaya baca di kelas. Kami juga memiliki program . Mjurnal baca elalui jurnal ini kami saling mengetahui buku-buku yang sudah dibaca,” jelasnya.

Kegiatan lomba dimulai dengan meminta setiap kelas untuk membuat sudut baca dan menata buku-buku agar mudah diakses oleh siswa. Bentuk sudut baca,

Lomba Sudut Baca Antar Kelas: Pacu Motivasi Membaca Siswa

buku-buku, dan program budaya baca di kelas dirancang bersama-sama oleh seluruh warga kelas.

“Kami berinfaq untuk membeli buku dan membeli peralatan untuk membuat pustaka kelas agar lebih menarik. Kami bisa membaca di dalam kelas dengan nyaman karena ada tempat untuk membaca sambil lesehan. Bisa juga membaca di luar kelas atau dibawa pulang dengan izin kepada yang piket. Bukunya juga harus dikembalikan ke tempat semula. Kelas kami jadi sangat menyenangkan,” lanjut Galuh.

Dengan adanya lomba sudut baca antar kelas ini, setiap kelas berupaya menampilkan kreativitas membuat sudut baca, rak buku, pengadaan buku-buku bacaan, jurnal membaca, dan hasil karya tulis siswa.

Agar netralitas tetap terjaga, sekolah mengundang juri dari fasilitator daerah dan koordinator daerah USAID PRIORITAS, serta pengawas Kabupaten Banjarnegara. “Yang paling penting adalah siswa dan guru sudah mulai terbiasa dengan program budaya membaca buku sehingga waktu-waktu luang bisa digunakan untuk membaca buku bacaan dengan leluasa,” kata Doko lagi. [NJ]

LENSA PRIORITAS

Fasilitator daerah

Kabupaten Banjarnegara Wahyudin, M.

Ag sedang menilai

kegiatan lomba sudut baca.

Selasa (13/10)

“Ternyata siswa sangat antusias sekali dalam kegiatan pembelajaran di luar kelas tadi. Dengan inisiatif sendiri mereka bertanya kepada karyawan dan penjaga sekolah tentang nama-nama tanaman dan manfaat tanaman yang belum diketahuinya,” komentar ibu Suciati guru praktikan pelatihan modul III di SMP Negeri 2 Banjarnegara.

Pengalaman nyata dan bermakna dalam mempelajari berbagai jenis flora penting diberikan kepada siswa. Dengan difasilitasi oleh guru, maka siswa akan terbiasa menggali pengalaman tersebut di lingkungannya.

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada mata pelajaran IPS kelas VIII materi persebaran flora fauna di Indonesia. Pembelajaran hari itu diawali dengan memberikan apersepsi dan membentuk kelompok.

Selanjutnya guru memberikan panduan tugas siswa di luar kelas. Siswa mendapat tugas untuk menghitung, mencatat nama dan mengidentifikasi manfaat dan semua tanaman yang dijumpai. SMP Negeri 2 Banjarnegara termasuk sekolah Adiwiyata dan memiliki hutan sekolah

yang bisa dimanfaatkan menjadi media pembelajaran.

Siswa kemudian ke luar kelas dengan lembar kerja yang telah disiapkan. Mereka mulai mengidentifikasi dan mencatat jenis-jenis tanaman yang ada.

Beberapa siswa melakukan tanya jawab dengan guru dan karyawan di sekitar sekolah. Mereka menanyakan nama tanaman dan kegunaan tanaman. Sebagian juga menuju perpustakaan untuk mencari sumber pendukung.

Selang 40 menit berlalu, kegiatan di luar selesai dilaksanakan. Siswa ke kelas untuk melanjutkan langkah selanjutnya. Masih dalam kelompok, siswa mulai mengumpulkan data-data yang diperoleh untuk dibuat laporan. Masing-masing kelompok membuat laporan lalu mempresentasikan dengan ditanggapi oleh kelompok lain. Sesekali guru terlihat memberi penjelasan.

“Kami menemukan pohon sukun yang ternyata sangat bermanfaat sebagai obat tradisional. Pohon sukun bisa dimanfaatkan daunnya untuk mengobati sariawan secara alami.Caranya daun sukun dihancurkan dan ditempelkan

dibagian mulut yg terkena sariawan,” kata presenter

membacakan laporan kelompoknya.

Setelah presentasi kelompok selesai, guru memberikan tugas individu kepada setiap siswa untuk merangkum semua kegiatan tadi dalam bentuk laporan individu dengan kata-kata mereka sendiri.

“Laporan individu yang dibuat oleh siswa isinya sangat beragam dan bentuk laporannya sudah sangat terstruktur,” kata ibu Retno Widiarti guru praktik mitra Ibu Suci.*

Belajar Flora di Sekitar Sekolah

* Pelaku: Suciati H., S.Pd dan Retno W.,S.Pd guru praktik dari MTs Maarif Mandiraja. Penulis: Fajriyatun, guru IPS SMPN I Rakit Banjarnegara, Jawa Tengah.

Ibu Fajriatun sedang mendampingi siswa yang melakukan pengamatan di luar kelas.

11

PRIORITAS - Praktik yang Baik

LENSA Praktik yang Baik

Yogyakarta - “Sekarang kita akan melakukan pemodelan tentang getaran, gelombang, dan bunyi. Kalian sebagai siswa, dan saya sebagai gurunya,” kata Sabar Nurohman, MSi Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengawali perkuliahan.

Kegiatan perkuliahan menggunakan alur introduction (pendahuluan), connection (menghubungkan), application (menerapkan), reflection (merefleksi), dan extention (penguatan) atau disingkat lCARE.

Kegiatan introduction dimulai dengan dosen menyampaikan latar belakang, tujuan, dan garis besar langkah kegiatan. Pada kegiatan connection mahasiwa mengkaji kompetensi dasar (KD) SMP kelas VIII, mata pelajaran IPA tentang KD 3.10 memahami konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, serta penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari, serta KD 4.10 tentang melakukan pengamatan atau percobaan tentang getaran, gelombang, dan bunyi.

Mahasiswa diminta menganalisis cara menyajikan materi KD tersebut di dalam kelas. “Dalam materi getaran kemampuan yang diharapkan adalah memahami dan mencoba, dan untuk materi sistem sonar siswa diharapkan menerapkan,” kata Tyas menjelaskan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok lain menyampaikan kemampuan yang dapat dilakukan adalah mengamati, melakukan, dan menganalisis.

Kegiatan selanjutnya application, Sabar melakukan pemodelan sebagai guru SMP dan mahasiswanya menjadi siswa. Dia akan mengajar konsep gelombang sebagai getaran yang merambat, gelombang transfersal, dan gelombang longitudinal.

Pemodelan dilakukan dengan mendemon-trasikan gejala gelombang melalui percobaan sederhana dengan slinky. “Khasfi tolong bantu saya memegang Slinky ini, saya akan mencoba memeragakannya. Semua siswa maju ke depan untuk memerhatikan percobaan ini,” pinta dosen yang memeragakan guru ini. Sabar menjelaskan dengan mengayun-ayunkan slinky sehingga membentuk gelombang.

“Kenapa ayunan tersebut disebut sebagai sebuah getaran atau gelombang,” tanyanya. “Menurut saya itu sudah termasuk gelombang. Karena, gerakan atau gerak bolak-baliknya sudah merambat dari satu ujung ke ujung satunya,” jawab Astrid.

Berikutnya adalah dosen meminta siswa untuk melakukan pengamatan pada sebuah percobaan di kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok mendapatkan paket slinky

dan lembar kerja. Berikut lembar kerja yang digunakan:

Membedakan Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal

Secara berkelompok lakukanlah kegiatan sebagai berikut:

1. Getarkan Slinky ke kanan-kiri secara berulang di atas lantai keramik.

2. Gambarlah pola gerakan slinky pada kertas.

3. Lengkapi gambar yang sudah dibuat dengan melukiskan arah getar dan arah rambat getaran.

4. Getarkan Slinky maju-mundur secara berulang di atas lantai keramik.

5. Gambarlah pola gerakan slinky pada kertas.

6. Lengkapi gambar yang sudah dibuat dengan melukiskan arah getar dan arah rambat getaran.

Setelah siswa dalam masing-masing kelompok mengisi pertanyaan 1 sampai 6, Sabar membagikan bahan bacaan tambahan untuk mengklarifikasi jawaban siswa. Setelah itu mahasiswa menjawab soal lanjutan pada nomor 7 sampai dengan 10.

7. Bandingkan arah getar dan arah rambat getaran.

8. Apakah pola gerakan slinky pada kedua kegiatan termasuk dalam kategori gelombang? Mengapa? (Pelajari informasi pada bahan bacaan)

9. Berdasarkan informasi (dalam bahan bacaan), pola gelombang mana yang merupakan gelombang transversal? Mengapa?

10. Berdasarkan informasi dalam bahan bacaan, pola gelombang mana yang merupakan gelombang longitudinal? Mengapa?

Setelah selesai melakukan percobaan. Sabar meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya. “Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus

Pembelajaran SMP dalam Perkuliahan IPA

Edisi 13, Oktober - Desember 2015

dengan arah getarannya. Itu kami lakukan pada percobaan yang pertama,” jawab Khasfi mewakili kelompoknya. “Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah getarannya,” tambah Evi dari kelompok lain.

Mereka selanjutnya mendiskusikan kemampuan apa saja yang sudah dan belum tercapai dari pemodelan tersebut. Ternyata, kemampuan yang belum tersaji dalam pemodelan adalah kemampuan untuk menerapkan getaran. Contohnya, terkait dengan bunyi adalah sebuah gelombang. Namun bagaimana menjelaskan bahwa sebuah bunyi itu adalah sebuah gelombang.

Untuk menjawab hal itu, Sabar membagikan sejumlah kaleng bekas dan kertas. Mahasiswa diminta memotong-motong kertas menjadi kecil-kecil kemudian menaruhnya di atas kaleng. Selanjutnya kaleng dipukul-pukul dan diamati apa yang terjadi. Mahasiswa diminta menganalisis hubungan getaran dan bunyi.

“Seumpama permukaan ini adalah membran, ketika kita pukul ke bawah bentuknya menjadi cekung, karena ada udara di atas membran tersebut menjadi renggang, otamatis kertas menjadi naik. Nah sebaliknya. Ketika kita melepasnya, maka konsentrasi dari udara tersebut akan merapat. Karena rapatan renggangan tersebut merambat melalui medium udara sampai ke telinga kita sehingga kita bisa mendengar,” kata Jannah, mahasiswa.

Selanjutnya kegiatan reflection dilakukan dengan mengingat kembali komponen 'kemampuan' dan 'konten materi' apa saja yang terdapat pada KD 3.10 dan 4.10 kelas VIII SMP. Terakhir, kegiatan extention, maha-siswa ditugaskan menganalisis sistem sonar, mengidentifikasi hewan yang memanfaatkan sistem sonar dan cara kerjanya. Mereka juga ditugaskan untuk menjelaskan cara mengukur kedalaman laut menggunakan sistem sonar dan bagaimana cara kerja alat ultrasonografi (USG). (Arz)

Sabar Nurohman, dosen FMIPA UNY, mendampingi kelompok yang mengawali diskusi tentang suara dari kaleng bekas sampai terdengar ke kepala.

www.prioritaspendidikan.org

Newsletter Lensa Prioritas dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari newsletter merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

Dapatkan Informasi tentang berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang

baik, dan diskusi online forum sekolah di

Siswa dan guru SMP Negeri 2 Banjarnegara, secara simbolis menandatangani dukungan gerakan membaca di SMP Negeri 2 Banjarnegara, Kamis (19/11).

Ibu Nur Khasanah, dosen instruktur PPG Universitas Negeri Semarang memeragakan simulasi perkuliahan aktif dengan menggunakan media tumbuhan, air, dan ikan untuk konsep menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dan menyimpulkan perbedaan pertumbuhan serta perkembangan pada makhluk hidup (18/12).

Pak Wawan, dosen instruktur pendidikan profesi guru (PPG) Universitas Negeri Yogyakarta mensimulasikan mengukur detak jantung untuk membedakan dan mengidentifikasi jumlah detak jantung saat kondisi tidak beraktivitas dengan setelah beraktivitas (C2/C1) kompetensi dasar mengidentifikasi organ peredaran darah manusia dalam simulasi perkuliahan aktif IPA, Senin (7/12).

Ibu Siti Mahripah, dan Ibu Nur Hidayah, Dosen Universitas Negeri Yogyakarta mempraktikkan pengukuran panjang dengan meteran. mereka sedang mencoba menjadi mahasiswa dalam simulasi perkuliahan aktif dalam lokakarya instruktur PPG di LPTK, Senin (7/12).

Siswa kelas awal MI Muhammadiyah Kertek Wonosobo dengan lancar menjawab pertanyaan Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston tentang berat benda setelah mengukur berat benda dengan timbangan sederhana buatan guru mereka, Jumat (20/11).