Ohio Leadership style (Kepemimpinan Kepala Sekolah)

30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya menggunakan kekuasaan. Kepemimpinan diartikan sebagai usaha mempengaruhi suatu kelompok dalam situasi tertentu, saat tertentu dan seperangkat lingkungan yang ditujukan untuk mendorong orang supaya berusaha mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah hubungan saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata demi mencapai tujuan bersama.Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dikaitkan dengan pendidikan, maka kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan, memberi motivasi, dan mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat lebih efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan

Transcript of Ohio Leadership style (Kepemimpinan Kepala Sekolah)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya pemimpin adalah seseorang yang mempunyai

kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya

menggunakan kekuasaan. Kepemimpinan diartikan sebagai usaha

mempengaruhi suatu kelompok dalam situasi tertentu, saat tertentu dan

seperangkat lingkungan yang ditujukan untuk mendorong orang supaya

berusaha mencapai tujuan.

Kepemimpinan adalah hubungan saling mempengaruhi di antara

pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata demi mencapai

tujuan bersama.Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara

kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam

pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

Dikaitkan dengan pendidikan, maka kepemimpinan adalah

kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan,

memberi motivasi, dan mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan

agar pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat lebih efisien dan efektif

dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. Pemimpin yang ingin

mencapai kemajuan program pendidikan sekolahnya harus menyadari bahwa,

hubungan antar manusia (human relationship) yang baik merupakan landasan

penting dalam kepemimpinannya. Ciri-ciri kepemimpinan pendidikan adalah

manusiawi, memandang jauh ke depan (visioner), inspiratif (kaya gagasan),

dan percaya diri.

Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi.

Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja,

keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu

1

2

organisasi. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan

adalah faktor penting efektifitas manajer.

Kepemimpinan termasuk ilmu seni mempengaruhi orang lain agar

bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efisien. Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan

suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol

perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah

pengawasannya.

Kepemimpinan di Indonesia di tengah situasi yang masih serba

terbelakang dan miskin prestasi,membuat Indonesia harus mampu untuk

mencari sosok pemimpin yang ideal, karena sulitnya Indonesia  mencari

pemimpin yang ideal, sehingga Indonesia dikategorikan negara dengan krisis

kepemimpinan.

Upaya membangun organisasi yang kokoh sering dihadapkan pada

berbagai situasi yang bersumber dari perbedaan atau keanekaragaman latar

belakang komunitas, aturan-aturan yang sangat ketat, beban kerja personil

yang cukup berat, karakter kepemimpinan yang otoritatif, atau adanya aturan-

aturan kebijakan yang baru yang dipandang kurang aspiratif, akomodatif, atau

sepihak.

Berdasarkan teori perilaku, macam-macam gaya kepemimpinan salah

satunya yaitu penggunaan teori perilaku dari studi Universitas Negeri Ohio.

Teori kepemimpinan yang berhubungan dengan teori perilaku mendasarkan

pada perilaku seseorang dalam memimpin suatu organisasi yang dianggap

sebagai cerminan dari perilaku kepemimpinannya.

Konsep kepemimpinan menurut studi OHIO menjadi isu yang hangat

dan menarik untuk diperbincangkan.Untuk itu penulis berupaya mengkaji

lebih jauh topik ini secara rinci, mendalam dan ilmiah dalam sebuah makalah

berjudul Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah menurut Studi

OHIO.

3

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikemukakan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kompetensi kepala sekolah di Indonesia?

2. Bagaimana implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut

studi OHIO?

C. Tujuan

Tujuan Penelitian dalam makalah ini dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi kepemimpinan dalam pendidikan di Indonesia.

2. Untuk menjelaskan implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah

menurut studi OHIO.

4

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Definisi Kepemimpinan yang efektif

Kepemimpinan yang efektif menurut Siagian (1992) adalah kepemimpinan

yang mampu menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan usaha dan

iklim yang kooperatif dalam kehidupan organisasional, dan yang tercermin

dalam kecekatannya mengambil keputusan. Artinya, pemimpin harus mampu

menerobos lack of urgency dan lack of momentum. Pemimpin harus seorang

yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam

diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang

yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari

berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak

ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan. Tead dalam Labels (2010)

mengemukakan pendapatnya dimana kepemimpinan sebagai perpaduan

perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain

menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan beberapa sumber tersebut, kesimpulan

yang dapat diambil dari

pengertian kepemimpinan atau kepemimpinan yang efektif adalah:

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menumbuhkan,

memelihara, dan mengembangkan usaha dan iklim yang kooperatif dalam

kehidupan organisasional.

Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan

seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.

Kemampuan pemimpin tercermin dalam kecekatannya mengambil

keputusan.

Pemimpin harus seorang yang mampu menumbuhkan dan

mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.

Pemimpin yang baik adalah yang religius, menerima kepercayaan etnis

dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri

mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.

4

5

Pandangan lain menyatakan bahwa kepemimpinan adalah cara interaksi

dengan orang-orang lain yang merupakan suatu proses sosial yang mencakup

tingkah laku pemimpin yang diangkat (Jenings dalam Suryana, 2010). Sejalan

dengan pengertian tersebut, Mastuti (2009) berpendapat bahwa kepemimpinan

juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota

organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.

Begitu juga pendapat Gordon dalam Labels (2010) yang menyebut bahwa

kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara

seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-

anggota kelompok. Setiap peserta di dalam interaksi memainkan peranan dan

dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan

yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, dimana pemimpin

mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.

Berdasarkan tiga sudut tinjauan pengertian kepemimpinan di atas dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan mengandung unsur-unsur pengertian sebagai

berikut.

Kepemimpinan adalah cara interaksi dengan orang-orang lain yang

merupakan suatu proses sosial.

Kepemimpinan yaitu kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota

organisasi;

Setiap anggota di dalam interaksi memainkan peranan.

Peranan angota harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain.

Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, dimana pemimpin

mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.

Pengaruh pemimpin digunakan sebagai alat mencapa tujuan organisasi.

Tinjauan lain tentang pengertian kepemimpinan dikemukakan oleh

Pamudji dalam Labels (2010) dengan menterjemahkan beberapa kesimpulan

pengertian kepemimpinan dari buku A Handbook of Leadership, dimana

beliau kemukakan bahwa:

6

Leadership as a focus of group process (kepemimpinan sebagai titik pusat proses kelompok).

Leadership as personality and its effects (kepemimpinan sebagai kepribadian seseorang yang memiliki sejumlah perangai (traits) dan watak (character) yang memadai dari suatu kepribadian).

Leadership as the art of inducing compliance (kepemimpinan sebagai seni untuk menciptakan kesesuaian paham, kesepakatan).

Leadership as the exercise of its influence (kepemimpinan sebagai pelaksanaan pengaruh).

Leadership as act or behavior (kepemimpinan sebagai tindakan atau perilaku).

Leadership as a from of persuasion (kepemimpinan adalah bentuk persuasi).

Leadership as a power relation (kepemimpinan sebagai suatu hubungan kekuasaan/kekuatan).

Leadership is an instrumental of goal achievement (kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan).

Leadership as an effect of interaction (kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi).

Leadership as a deferentiated role (kepemimpinan adalah peranan yang dipilahkan).

Leadership as the initiation of structur (kepemimpinan sebagai awal dari pada struktur).

Secara keseluruhan pengertian kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa:

Aktifitas/proses mempengaruhi orang lain

Proses mempengaruhi akifitas seseorang atau sekelompok orang

Proses memberikan manfaat individu dan organisasi

Proses mengatur komunikasi

Proses mempengaruhi budaya organisasi

Otoritas seseorang dalam membuat keputusan

Pengaruh antar pribadi yang dilakukan dalam suatu situasi

Perilaku mengarahkan kegiatan-kegiatan dari kelompoknya

Upaya pemimpin untuk dapat merealisasikan tujuan organisasi melalui

orang lain

Perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu

mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya

Cara interaksi dengan orang-orang lain yang merupakan suatu proses

sosial

7

Melibatkan orang atau pihak lain yaitu para karyawan atau bawahan

Kemampuan dan kesiapan seseorang untuk membimbing, mengarahkan

dan atau menggerakkan orang-orang lain

Kemampuan seseorang untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi

kepemimpinan

Kemampuan menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan usaha dan

iklim yang kooperatif dalam kehidupan organisasional

Kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi

Seni mempengaruhi orang lain

B. Prinsip Kepemimpinan yang Efektif

Dalam mengembangkan sekolah perlu dipahami dan dilaksanakan

prinsip- prinsip kepemimpinan secara umum agar kepemimpinan di sekolah

menjadi efektif, yaitu:

konstruktif, artinya kepala sekolah harus mendorong dan membina setiap

staf untuk berkembang;

kreatif, artinya kepala sekolah harus selalu mencari gagasan dan cara baru

dalam melaksanakan tugas;

partisipatif, artinya mendorong keterlibatan semua pihak yang terkait

dalam setiap kegiatan di sekolah;

kooperatif, artinya mementingkan kerja sama dengan staf dan pihak

lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan;

delegatif, artinya berupaya mendelegasikan tugas kepada staf sesuai

dengan tugas/ jabatan serta kemampuan mereka;

integratif, artinya selalu mengitegrasikan semua kegiatan sehingga

dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah;

rasional dan objektif, artinya dalam melaksnakan tugas atau bertindak

selalu berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif;

pragmatis dalam menetapkan kebijakan atau target, mendasarkan pada

8

kondisi nyata sumber daya yang dimiliki sekolah;

keteladanan, artinya dalam memimpin sekolah, kepala sekolah dapat

menjadi contoh yang baik;

C. Gaya Kepemimpinan Studi OHIO

Teori perilaku yang paling menyeluruh menggunakan telaah pada universitas

negeri Ohio (Ohio State). Para peneliti berusaha mengidentifikasi dimensi

independen dari perilaku pemimpin, yang diawali lebih dari 1000 dimensi

akhirnya menyempitkan menjadi dua kategori yang secara hakiki menjelaskan

perilaku kepemimpinan yang digambarkan oleh bawahan.

Dua dimensi tersebut adalah sebagai struktur prakarsa (initiating structure)

dan pertimbangan (consideration). Struktur prakarsa sejauh mana seorang

pemimpin berkemungkinn mendefinisikan dan menstruktur peran mereka dan

peran bawahan dalam upaya mencapai tujuan. Sedangkan Pertimbangan, sejauh

mana seorang pemimpin berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang

ditandai saling percaya menghargai gagasan bawahan, dan memperhatikan

perasaan mereka.

Berdasarkan definisi tersebut diatas, bahwa pemimpin yang tinggi dalam

struktur prakarsa dan pertimbangan (seseorang pemimpin “tinggi-tinggi)

cenderung lebih sering mencapai kinerja dan kepuasan bawahan yang tinggi

daripada mereka yang rendah dalam hal pertimbangan, struktur, prakarsa, atau

keduanya. Tetapi gaya “tinggi-tinggi” tidak selalu menghasilkan konsekwensi

yang positif. Misalnya, perilaku pemimpin yang dicirikan sebagai tinggi pada

struktur prakarsa mendorong tingginya tingkat keluhan, kemangkiran, serta keluar

masuknya karyawan dan tingkat kepuasan kerja yang lebih rendah daripada

pekerja yang mengerjakan tugas-tugas rutin. Studi lain menemukakan bahwa

pertimbangan yang tinggi secara negatif dihubungkan dengan penilaian kinerja

dari pemimpin oleh atasannya.

Kesimpulannya, telaah Ohio menyarankan bahwa gaya “tinggi-tinggi”

9

umumnya membawa hasil yang positif, tetapi cukup banyak pengecualian, hal ini

menunjukkan bahwa faktor situasional perlu dipadukan kedalam teori ini.

Teori kepemimpinan menggunakan definisi operasional dari studi Ohio State

University. Para peneliti Ohio State University mengidentifikasikan perilaku

kepemimpinan seseorang cenderung mengarah kepada perilaku yang berorientasi

pada (Robbin, 1996):

a. Kepentingan bawahan (konsiderasi) Perilaku pemimpin yang beorientasi

pada kepentingan bawahan dengan ciri-ciri sebagai berikut: mempertimbangkan

saran, mendelegasikan wewenang, mau melakukan konsultasi atau musyawarah,

mendengarkan aspirasi bawahan, pendekatan diri, menekan konflik.

b. Tujuan organisasi (strukturinisiasi). Merupakan perilaku pemimpin yang

beorientasi pada tercapainya tujuan organisasi daripada kepentingan bawahan,

cenderung memiliki cirri-ciri : memberikan kritik terhadap pelaksanaan pekerjaan

yang kurang baik, menekankan pentingnya batas waktu pelaksanaan tugas, selalu

memberitahu apa yang harus dikerjakan oleh bawahan, selalu memberi petunjuk

kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya, memberikan standart tertentu atas

pekerjaan, selalu mengawasi terhadap pelaksanaan setiap pekerjaan bawahan,

cepat dan tepat dalam menyelesaikan masalah.

BAB III

10

PEMBAHASAN

A. Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia

Kompetensi kepala sekolah diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah. Dalam Pasal 1 ayat

dinyatakan bahwa:

“Untuk diangkat sebagai kepala sekolah, seseorang wajib memenuhi

standar kepala sekolah/ madrasah yang berlaku nasional”. Dalam Permen

tersebut juga dinyatakan ada 5 dimensi kompetensi kepala sekolah, yaitu: (1)

kepribadian, (2) manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supevisi, dan (5) sosial.

Tiap-tiap dimensi kompeensi dijabarkan dalam bentuk standar kompetensi

sebagai berikut.

a. Dimensi Kepribadian

1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia,

dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah.

2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai

kepala sekolah

4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan

sebagai kepala sekolah/ madrasah.

6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

b. Dimensi Manajerial

1. Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan

perencanaan.

2. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.

3. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah/ madrasah secara optimal.

4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi

10

11

pembelajar yang efektif.

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan

inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal.

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka

pendayagunaan secara optimal.

8. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian

dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah.

9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru,

dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

11. Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang

akuntabel, transparan, dan efisien.

12. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian

tujuan sekolah/ madrasah.

13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung

kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah.

14. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan

program dan pengambilan keputusan.

15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah.

16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta

merencanakan tindak lanjutnya.

c. Dimensi Kewirausahaan

1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.

2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi

pembelajar yang efektif.

12

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah.

4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah.

5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi/jasa sekolah

sebagai sumber belajar peserta didik.

d. Dimensi Supervisi

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru.

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan

menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru.

e. Dimensi Sosial

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

B. Implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut studi OHIO.

Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan

potensi peserta didik. Sekolah merupakan satuan pendidikan formal untuk

memperoleh pendidikan. Guru merupakan salah satu komponen yang berperan

utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Tanpa guru maka aktivitas di

sekolah tidak dapat berjalan dengan baik. Setiap guru diharapkan dan dituntut

untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik. Kinerja guru mencerminkan kemampuan kerja guru yang terlihat dari

penampilan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Jika

kemampuan kerja seorang guru bagus, maka kinerjanya juga akan semakin tinggi.

13

Sebaliknya jika kemampuan kerja seorang guru tidak bagus, maka kinerjanya juga

akan semakin rendah. Rendahnya kinerja guru diduga karena kurang tepatnya

gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Sebagaimana yang

dikemukakan Wibowo (2007:87) faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja guru

adalah pengetahuan, kemampuan, sikap, gaya kerja, minat, dasar- dasar nilai,

kepercayaan dan gaya kepemimpinan. Salah satu faktornya adalah gaya

kepemimpinan, Rivai (2004:64) “gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri

yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi

tercapai”. Kurang tepatnya gaya kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri

menjadikan rendahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.

Hasil studi gaya kepemimpinan di universitas OHIO yaitu :

1. Inisiatif (Initiating)

Pemimpin yang memberi batasan dan struktur terhadap peranannya

dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan.

Kepala Sekolah harus bisa memberikan inisiatif seperti yang

dikemukakan oleh Sastrohardiwiryo (2002:235) mengartikan inisiatif

sebagai kemampuan seorang untuk mengambil keputusan, langkah-

langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam

melaksanakan tugas tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari

manajemen lainnya. Sejalan dengan itu, Sutrisno (2010:178)

menyatakan bahwa “inisiatif berkaitan dengan daya fikir dan

kreatifitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang

berkaitan dengan tujuan organisasi”.

2. Perhatian (Consideration)

Menggambarkan derajat dan corak hubungan pemimpin dengan

bawahannya yang ditandai saling percaya, menghargai, dan

menghormati bawahannya. Sehingga Kepala Sekolah harus bisa

melakukan hal-hal sebagai berikut :

14

a. Berusaha memotivasi bawahan. Motivasi merupakan dorongan

yang ada pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Husaini

(2008:245) mengemukakan bahwa “motivasi merupakan proses

psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu”. Seorang

pemimpin yang demokratis harus selalu berusaha untuk

memotivasi bawahannya agar bawahan mau bekerja keras untuk

mencapai tujuan organisasi. Sebagaimana dikemukakan Abdul

(2011:135) bahwa “pemimpin yang demokratis selalu berusaha

memotivasi anggotanya agar bekerja secara produktif untuk

mencapai tujuan bersama”.

b. Menciptakan suasana kekeluargaan. Pemimpin yang demokratis

menempatkan manusia sebagai faktor utama dalam organisasi

karena ia beranggapan bahwa tujuan organisasi hanya dapat dicapai

bila ada hubungan yang baik diantara anggota kelompok sehingga

dalam kepemimpinannya pemimpin selalu berusaha menciptakan

suasana kekeluargaan di tengah kelompoknya. Abdul (2011:135)

menjelaskan bahwa “hubungan pemimpin dengan anggota

kelompok dalam kepemimpinan yang demokratis bukan sebagai

majikan dengan buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap

saudara- saudaranya”. Pemimpin juga selalu berusaha memupuk

rasa kekeluargaan dan persatuan di dalam kelompoknya.

c. Keputusan dibuat melalui musyawarah. Keberhasilan penerapan

suatu keputusan dalam organisasi sangat ditentukan oleh anggota

organisasi itu sendiri, sehinggga setiap anggota perlu diikutsertakan

dalam pembuatan keputusan. Sebagaimana dikemukakan Hadari

dan Martini Nawawi (2006:101) bahwa pemimpin dalam

mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah yang

diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing- masing.

Dengan adanya musyawarah maka dalam setiap pelaksanaan

keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, tetapi

15

anggota merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung

jawab bersama.

d. Memberikan kesempatan anggota untuk menyampaikan pendapat,

saran, dan kritik. Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi pemimpin

selalu membuka kesempatan meninjau kembali setiap keputusan

yang telah dibuat dan pimpinan memberikan kesempatan anggota

untuk memberikan saran maupun kritiknya.Seperti yang

dikemukakan Hadari dan Martini Nawawi (2006:102) bahwa setiap

orang mempunyai kesempatan yang sama untuk meyampaikan

kritik, pendapat dan saran- saran untuk memperbaiki keputusan

yang kurang tepat. Dengan demikian akan selalu terjadi pertemuan

gagasan yang dapat menghasilkan keputusan terbaik untuk

dilaksanakan.

e. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah.

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting sebagai

penghubung setiap unsur yang ada dalam sebuah organisasi.

Kelancaran komunikasi dalam suatu organisasi akan sangat

mennetukan keberhasilan setiap unsur organisasi dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawab masing- masing..

Komunikasi yang terbuka dan berlangsung dua arah merupakan

kunci utama dalam mewujudkan kepemimpinan yang demokratis

dan juga sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah yang

terjadi dalam organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan Hadari

dan Martini Nawawi (2006:77) bahwa kepemimpinan yang

demokratis hanya mungkin terwujud jika pemimpin

mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya

pertukaran pendapat, gagasan, dan pandangan dalam memecahkan

masalah.

16

BAB III

PENUTUP

A.  Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada dapat disimpulkan beberapa hal berikut.

1. Hasil studi gaya kepemimpinan di universitas OHIO yaitu :

a. Inisiatif (Initiating)

Pemimpin yang memberi batasan dan struktur terhadap peranannya

dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan.

b. Perhatian (Consideration)

Menggambarkan derajat dan corak hubungan pemimpin dengan

bawahannya yang ditandai saling percaya, menghargai, dan

menghormati bawahannya

2. Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat kuat dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber

daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah dituntut

mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai

agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu

sekolah

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai

berikut.

1. Hendaknya kepala sekolah mampu mengkoordinasikan dan menggerakkan

guru sebagai bawahannya serta menyerasikan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia agar sekolah berkembang lebih baik.

2. Diharapkan kepala sekolah dapat memotivasi, memimpin dan

mengarahkan guru-guru dengan baik, mengevaluasi kinerja guru dan

personel sekolah lainnya, memberikan penguatan terhadap keberhasilan

yang telah dicapai oleh guru, memperbaiki kesalahan/kelemahan yang

telah dibuat oleh guru dan personel lainnya.

16

17

DAFTRA PUSTAKA

Abdul Azis Wahab. (2011). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Edy Sutrisno. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Perdana Media Group

Hadari Nawawi dan Martini Hadari. (2006). Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Husaini Usman. (2006). Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Labels, A. 2010. Kepemimpinan, (Online), (http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com), diakses 13 Oktober 2014.

Mastuti, F. 2009. Pola Kepemimpinan Organisasi Pendidikan Jawa Tengah ditinjau dari Filsafat Pendidikan menurut Kaplan, (Online), (http://eprints.undip.ac.id), diakses 13 Oktober 2014.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar KepalaSekolah.(Online)(http://www.mediapendidikan.info/2010/09/permendiknas-nomor-13-tahun-2007.html), diakses 14 Oktober 2014.

Robbins, Stephens P, 1996, Perilaku Organisasi, Jilid 1 dan 2, Prenhalindo, Jakarta.

Siagian, S.P. 1992. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, Jakarta: CV Haji Masagung.

Siswanto Sastrohadiwiryo. (2002). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Suryana, A. 2010. Kepemimpinan Pendidikan, (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FIP), diakses 14 Oktober 2014.

Veitzal Rivai. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers

18

MAKALAH

Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

menurut Studi OHIO

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen dan Kepemimpinan

Oleh:

M. FACHRUR ROZI NIM 0102514060

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSENTRASI KEPENGAWASAN

2014

17

19

PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, maha pengasih lagi maha penyayang yang

telah melimpahkan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

judul Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah menurut Studi OHIO

sebagai tugas Manajemen dan Kepemimpinan.

Makalah ini mencoba untuk mengkaji kepemimpinan transformasional dengan

permasalahan utama yaitu : (1) bagaimana Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia dan

(2) bagaimana implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut studi OHIO .

Kajian tersebut kemudian disusun dalam empat bagian yaitu : (1) Pendahuluan; (2)

Kajian Teoretis, (3) Pembahasan, dan (4) Penutup.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak,

utamanya pembaca makalah ini demi perbaikan dan penyempurnaan makalah.

Akhirnya, semoga makalah ini benar-benar dapat memberikan sumbangsih dan

manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun para pemabaca umumnya. Amin.

Semarang, 17 Oktober

Penulis

20

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

PENGANTAR............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI…............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

B. Perumusan Masalah............................................................................... 3

C. Tujuan.................................................................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Kepemimpinan yang efektif................................................................... 4

B. Prinsip Kepemimpinan yang efektif...................................................... 7

C. Gaya Kepemimpinan Studi OHIO......................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN

A. Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia............................................. 10

B. Implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut studi OHIO

................................................................................................................12

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan................................................................................................ 16

B. Saran...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17