[Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

30
MAKALAH AGROINDUSTRI DAN LINGKUNGAN “OPTIMALISASI PRODUKSI ATSIRI NILAM” OLEH KELOMPOK 1 A B C D E F G H I J

description

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

Transcript of [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

Page 1: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

MAKALAH AGROINDUSTRI DAN LINGKUNGAN

“OPTIMALISASI PRODUKSI ATSIRI NILAM”

OLEH

KELOMPOK 1

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

Page 2: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

K

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2015

Page 3: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

i

KATA PENGANTAR

Page 4: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................3

2.1 Klasifikasi Tanaman Nilam....................................................................3

2.2 Kandungan Nilam...................................................................................3

2.3 Jenis-jenis Nilam....................................................................................4

BAB III METODE PENGOLAHAN...................................................................6

3.1 Proses Pengolahan Minyak Nilam..........................................................6

3.2 Proses Pengolahan Limbah Minyak Nilam............................................7

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................9

4.1 Pengolahan Minyak Nilam.....................................................................9

4.2 Pengolahan Limbah Minyak Nilam......................................................16

BAB V PENUTUP...............................................................................................18

5.1 Kesimpulan...........................................................................................18

5.2 Saran.....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

Page 5: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara penghasil minyak nilam terbesar di dunia

yang memenuhi kebutuhan minyak nilam dunia dengan pangsa pasar 90%.

Pada tahun 2004, ekspor nilam Indonesia mencapai 2074 ton atau senilai

US$ 27,137 juta. Namun, beberapa tahun terakhir posisinya mulai terancam

oleh negara Cina, India, dan Vietnam.

Minyak Nilam adalah salah satu jenis minyak atsiri, yang cukup penting.

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari proses metabolisme

sekunder tanaman yang mempunyai aroma, mudah menguap, larut dalam

alkohol dan biasanya tersusun dari senyawa terpen atau sesquiterpen. Oleh

karena sifatnya yang demikian, minyak atsiri dinamakan juga dengan minyak

terbang (Volatile oil), minyak eteris atau minyak atrisi. Dalam perdagangan

dunia minyak atsiri disebut dengan “essential oil”.

Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa

terutama digunakan untuk bahan baku industry pembuatan minyak wangi,

kosmetika, farmasi dan industri yang lainnya. Minyak nilam (patchouli oil)

diperoleh dari proses penyulingan daun nilam (Pogostemon cablin Benth).

Dalam industri parfum, minyak nilam digunakan sebagai bahan fixative

(pengikat wewangian) yang sampai saat ini belum dapat disintesis.

Budidaya dan produksi pengolahan minyak nilam di Indonesia umumnya

dilakukan petani dan agroindustri penyulingan nilam yang menggunakan

teknologi yang masih tradisional dan memiliki keterbatasan di bidang

pengetahuan ekstraksi minyak nilam sehingga pengawasan terhadap mutunya

sangat kurang diperhatikan. Selain itu, masalah lain yang mereka hadapi

adalah masalah permodalan, baik dalam budidaya tanaman nilam maupun

pengolahannya. Keterbatasan itulah yang mendorong dilakukannya upaya

optimalisasi nilai tambah setiap komuditas pertanian khususnya produksi

pengolahan minyak nilam pada tingkat petani desa. Dalam perspektif

optimalisasi tersebut, peran agroindustri sebagai wahana ekstraksi nilai

Page 6: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

2

tambah dan inovasi menjadi sangat penting. Pemberdayaan agroindustri

pengolahan nilam skala kecil dan menengah pada tingkat pedesaan

diharapkan mampu meningkatkan pendapatan para petani nilam dan

masyarakat sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan nilam?

2. Apakah manfaat dari nilam?

3. Bagaimana cara mengoptimalkan pengolahan nilam?

4. Bagaimana cara memanfaatkan limbah nilam?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara pengolahan nilam agar lebih produktif.

2. Mengetahui cara memanfaatkan limbah nilam sebagai bahan yang

memiliki nilai jual.

Page 7: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

3

BAB II

LANDASAN TEORI

Tanaman nilam merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

berbatang segiempat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan

minyak nilam yang banyak digunakan diidang industri. Fungsi utama minyak

nilam sebagai bahan baku pengikat dan sebagai bahan eteris untuk parfum agar

aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu minyak nilam digunakan

sebagai bahan campuran produk kosmetika, kebutuhan industri makanan,

kebutuhan aromaterapi serta berbagai kebutuhan industri lainnya.

2.1 Klasifikasi Tanaman Nilam

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub-kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub-kelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Pogostemon

Spesies : Pogostemon sp.

2.2 Kandungan Nilam

Minyak nilam mengandung beberapa senyawa, antara lain benzaldehid

(2,34%), kariofilen (17,29%), a-patchoulien (28,28%), buenesen (11,76%), dan

patchouli alkohol (40,04%). Sementara itu, kandungan minyak dalam batang,

cabang, atau ranting jauh lebih kecil (0,4-0,5%) daripada bagian daun (5-6%).

Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia. Setiap negara

menentukan sendiri standar minyak nilamnya. Indonesia menetapkan standar

mutu minyak nilam untuk ekspor dengan berat jenis 0,943-0,983, indeks bias

1,504-1,514, bilangan ester maksimum 10,0, bilangan asam 5,0, warna kuning

muda sampai cokelat, dan tidak tercampur dengan bahan lain.

Page 8: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

4

2.3 Jenis-jenis Nilam

Nilam (Pogostemon sp.), termasuk familia Labiatae dan umumnya dikenal

dengan nama Patchouli, tumbuh berupa semak setinggi kurang lebih 1 m, baik di

dataran tinggi maupun di dataran rendah. Di Indonesia dikenal 3 jenis nilam,

yaitu Pogostemon Cablin disebut Nilam Aceh, Pogostemon Heyneanus disebut

Nilam Jawa, dan Pogostemon Hortensis disebut Nilam Sabun (Sobardini,

Suminar & Murgayanti, 2006).

◎ Pogostemon Cablin

Nilam aceh diperkirakan berasal dari Filipina atau Semenanjung

Malaysia dan masuk ke Indonesia lebih dari seabad yang lalu. Nilam aceh

mengandung sekitar 2,5-5 % minyak, sehingga banyak diminati oleh petani

maupun pasar.

◎ Pogostemon Heyneanus

Sering juga dinamakan nilam jawa berasal dari India, disebut juga nilam

kembang karena dapat berkembang. Kandungan minyaknya lebih rendah 2-3

kali lipat dari nilam aceh, yaitu berkisar antara 0,5-1,5%. Namun, nilam jawa

lebih tahan terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda dibanding nilam

aceh. Wahyuno dan Sukamto (2010) juga melaporkan bahwa nilam jawa

tahan terhadap penyakit budok yang disebabkan oleh jamur Synchytrium

pogostemonis .

◎ Pogostemon Hortensis

Jenis ini hanya terdapat di Banten. Kandungan minyaknya juga rendah,

berkisar antara 0,5-1,5%. Mutu minyaknya juga kurang baik sehingga kurang

diminati oleh pasar (Amalia, 2008).

Selain bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen

tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup cukup lama.

Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman relatif mudah dan potensi

pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor

dan sampai saat ini belum ditemukan bahan sintetis atau bahan pengganti yang

dapat menyamai manfaat minyak nilam. Sebab itu kondisi dan potensi minyak

nilam tersebut merupakan basic power di sektor industri (Adharini, 2009).

Page 9: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

5

Walaupun kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil, tetapi perkembangan

volume dan nilainya relatif meningkat setiap tahun. Kekhasan aroma, warna, dan

komponen yang terkandung dalam minyak nilam asal Indonesia merupakan

kelebihan tersendiri sehingga pasaran minyak ini menjadi suatu primadona dalam

bisnis minyak atsiri internasional (Nugroho, 2008).

Sentra tanaman nilam di Indonesia tersebar di beberapa provinsi Sumatera,

Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa wilayah lain yang belum tercatat

sebagai wilayah produsen minyak nilam. Sebaran di wilayah Sumatera terdapat di

Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu

dan Lampung. Di wilayah Kalimantan mulai dikembangkan di Kalimantan

Selatan dan Kalimantan Tengah, wilayah Sulawesi meliputi Sulawesi Tengah,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara sedangkan untuk

wilayah Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat.

Keunggulan minyak nilam asal Indonesia telah dikenal di berbagai negara

pengimpor minyak nilam seperti Amerika, Perancis, Belanda, Jerman, Jepang,

Singapura, Hongkong, Mesir dan Arab Saudi. Minyak nilam dalam industri

digunakan sebagai bahan fiksasi yaitu bahan pengikat yang belum dapat

digantikan oleh minyak lain sampai dengan saat ini. Selain itu, minyak nilam

merupakan minyak atsiri yang tidak dapat dibuat secara sintesis.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu disiapkan panduan bagi

petani/kelompok tani, petugas lapangan dan pelaku usaha dalam menerapkan dua

perlakuan pascapanen yang baik dan benar dalam bentuk Pedoman Teknis

Pascapanen yang mengacu pada prinsip-prinsip Good Agricultural Practices

(GAP) dan Good Handling Practices (GHP) untuk menghasilkan minyak nilam

yang bermutu. Keberhasilan penanganan pascapanen sangat tergantung dari mutu

bahan baku dari kegiatan budidaya oleh karena itu penanganan proses produksi di

kebun juga harus memperhatikan dan menerapkan cara budidaya yang baik dan

benar. Penerapan GAP dan GHP menjadi jaminan bagi konsumen bahwa produk

yang dipasarkan diperoleh dari hasil serangkaian proses yang efisien, produktif

dan ramah lingkungan. Dengan demikian, petani akan mendapatkan nilai tambah

berupa insentif peningkatan harga dan jaminan pasar (Natawidjaya, 2012).

Page 10: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

6

BAB III

METODE PENGOLAHAN

3.1 Proses Pengolahan Minyak Nilam

3.2 Proses Pengolahan Limbah Minyak Nilam

A. Pupuk Cair Organik

LIMBAH EKSTAKSI NILAM + DAUN KACANG

TANAH

UJI KADARN, P, K

DIKERINGKAN PADA OVEN DENGAN SUHU 100O C SELAMA 4 JAM

PENDINGINAN SUHUKAMAR

FERMENTASI 14 HARI

AIR, MOLASE

BAKTERI EM4 8%

FILTRASIPADATAN

FILTRAT

ANALISA KADAR N, P, K DENGAN KJEHLDAL,

SPEKTROPHOTOMETER DAN

FLAMEPHOTOMETER

PUPUK CAIR ORGANIK

Page 11: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

7

B. Dupa dan Obat Nyamuk Bakar

LIMBAH PADAT PENYULINGAN MINYAK

ATSIRI

PENJEMURAN DAN PEMISAHAN DARI BAHAN KONTAMINAN

PENGGILINGAN DAN PENYARINGAN 80 MESH

PENIMBANGAN BAHAN-BAHAN

GOM+ONGGOK+BENZOAT+AIR

PANAS (A)

A+LIMBAH PENYULINGAN MINYAK

AW, SW DAN NL+TK

PENCETAKAN DAN PENGERINGAN PADA

OVEN 65OC

PRODUK

Page 12: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

8

Keterangan:

AW = akar wangi, SW = sereh wangi, NL = nilam

TK = tempurung kelapa

Page 13: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

9

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Minyak Nilam

A. Panen

1. Umur dan Waktu Panen

Minyak nilam diperoleh dari penyulingan daun dan tangkai nilam. Panen

nilam dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam. Sebaiknya

cabang-cabang tingkat pertama tidak dipanen terutama pada musim kemarau.

Minimal satu cabang ditinggalkan untuk menstimulir pertumbuhan cabang-

cabang baru dan mencegah kematian tanaman terlalu cepat. Panen biasanya

dilakukan dengan pemangkasan rumpun diatas cabang kedua atau sekitar 15-

20 cm dari atas permukaan tanah. Produksi terna pertama masih rendah

(sekitar 50-75% dari produk normal). Panen berikutnya dapat dilakukan

setiap 4-6 bulan sekali tergantung dari curah hujan dan kesuburan tanah. Bila

panen dilakukan menjelang musim kemarau, regenerasi tunas biasanya lebih

lambat. Dalam keadaan demikian panen dapat diundur menjadi 6 bulan, yaitu

menunggu sampai awal musim hujan. Waktu panen perlu diatur sedemikian

rupa (disesuaikan dengan pola hujan), sehinga setelah tanamam dipanen

tidak mengalami musim kering yang terlalu lama.

Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari agar daun tetap

mengandung minyak atsiri yang tinggi. Apabila dilakukan pada siang hari

maka sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme yang akan

mengurangi laju pembentukan minyak dan daun kurang elastis, sehingga

kehilangan minyak akan lebih besar karena daun mudah sobek. Begitu pula

dengan adanya transpirasi daun yang lebih cepat menyebabkan jumlah

minyak yang dihasilkan akan berkurang. Pemanenan dilakukan sebelum daun

berubah warna menjadi coklat, karena daun yang demikian telah kehilangan

sebagian minyaknya.

Page 14: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

10

2. Cara Panen

Cara memanen dapat menggunakan sabit atau ani-ani atau gunting stek.

Pemanenan dengan menggunakan sabit lebih cepat dan menghemat tenaga

kerja. Panen biasanya dilakukan dengan pemangkasan rumpun diatas cabang

kedua atau sekitar 15-20 cm dari atas permukaan tanah.

Panen dengan menggunakan sabit hendaknya batang dan cabang tidak

dibabat habis tetapi disisakan ±15 cm dari tanah, tinggalkan 1-2 cabang

untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.

Pemanenan dan kebersihan alat-alat panen harus diperhatikan. Di setiap

kebun harus disediakan tempat pencucian alat.

3. Hasil Panen

Satu hektar lahan nilam bila dipelihara dengan baik dan mengikuti pola

budidaya yang benar dapat menghasilkan daun basah sekitar 25 ton atau

setara dengan 6,25 ton (25%) daun kering. Hasil ini diperoleh bila

diasumsikan batang/pohon menghasilkan 1 kg daun basah. Hasil panen

dipengaruhi oleh lokasi lahan, jarak tanam, jenis varietas yang ditanam dan

pohon pelindung.

B. Pelayuan dan Pengeringan

Pengeringan/pelayuan dilakukan dengan cara dijemur selama 4 jam yang

diikuti dengan pengering anginan kurang lebih selama 6 hari hingga

mencapai kadar air antara 12-15%. Kadar air yang terkandung dalam daun

ini harus dipertahankan sampai proses penyulingan berlangsung. Bila

penyulingan tidak dapat langsung dilaksanakan, penyimpanan daun kering

disarankan tidak lebih dari satu minggu. Proporsi daun terhadap tangkai yang

terbaik adalah 1:1.

C. Perajangan

Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan yang

bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga

akan terjadi peningkatan difusi yang akan mempercepat penguapan dan

penyulingan minyak nilam. Perajangan sebaiknya dilakukan pada daun nilam

yang telah kering dengan panjang rajangan berkisar 15–20 cm. Perajangan

daun segar dapat menyebabkan penurunan rendemen minyak.

Page 15: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

11

D. Persiapan SebePenyulingan

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum penyulingan diantaranya

alat penyuling harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan

kontrol terhadap saluran pipa pendingin serta ketersediaan air yang ada pada

bak (kolam) pendingin. Selain itu tempat-tempat penampungan minyak harus

dalam keadaan bersih. Sebelumnya tenaga penyuling (operator) hendaknya

telah mempersiapkan terlebih dahulu.

Langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan bahan bakar dalam jumlah

yang cukup, sesuai jenis peralatan penyulingan yang digunakan. Setelah itu

siapkan bahan baku daun kering yang sudah dirajang dan berkualitas baik

dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas atau daya tampung ketel suling.

Rajangan daun nilam kering kemudian dimasukkan dalam ketel

penyulingan. Pengisian ketel harus dilakukan secara merata dan padat pada

seluruh bagian agar uap air yang ada dalam ketel dapat meyebar secara

merata. Sebelum dimasukkan daun hendaknya ditimbang terlebih dahulu

untuk mengetahui perbandingan bahan baku dan hasil yang akan didapatkan

pada proses akhir. Lakukan pengontrolan aliran pemisahan air dan minyak

pada tempat penampungan yang dibuat. Kepadatan nilam dalam penyulingan

yang baik adalah 110 – 120 gr/liter.

E. Penyulingan

Penyulingan merupakan proses pemisahan komponen yang berupa

cairan dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan

uap dari masing-masing komponen tersebut. Campuran cairan yang disuling

dapat berupa cairan yang tidak larut (immiscible) dan selanjutnya

membentuk dua fase atau cairan yang saling melarutkan secara sempurna

(miscible) yang hanya membentuk satu fase. Pada prakteknya, penyulingan

campuran cairan dua fase dilakukan untuk memisahkan minyak atsiri dari

bahan tanaman dengan cara penguapan dengan bahan uap air.

Penyulingan uap memerlukan pengawasan tekanan uap yang teliti karena

penyulingan pada tekanan uap yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

rusaknya minyak atau gosong (burnt). Kadar patchouli alkohol merupakan

karakteristik penting dalam minyak karena akhir-akhir ini komponen tersebut

Page 16: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

12

menjadi persyaratan yang diminta oleh konsumen (importir). Umumnya

konsumen mensyaratkan kadar patchouli alkohol minimum 30. (Tabel 1)

Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam metode penyulingan,

yaitu (a) penyulingan dengan air (water distillation), (b) penyulingan dengan

uap dan air (water and steam distillation), dan (c) penyulingan dengan uap

(steam distillation). Pemilihan metode penyulingan ini sangat penting untuk

mendapatkan minyak atsiri yang bermutu tinggi.

a. Water Distillation

Pada penyulingan dengan air (water distillation), bahan yang akan

disuling kontak langsung dengan air mendidih (direbus). Bahan tersebut

mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot

jenis dan jumlah bahan yang disuling. Bahan yang disuling harus dapat

bergerak bebas di dalam air yang mendidih untuk mendapatkan proses

penyulingan yang sempurna. Oleh karena itu, umumnya metode penyulingan

dengan air membutuhkan ukuran ketel dengan diameter yang lebih besar dari

ukuran tingginya sehingga tekanan akibat berat bahan dapat dihindari.

Metode penyulingan dengan air cocok digunakan untuk bahan-bahan

yang berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah menggumpal jika

dikenai panas. Metode penyulingan ini kurang cocok untuk bahan-bahan

yang mudah larut dalam air. Minyak yang dihasilkan dari penyulingan

dengan air relatif kurang baik mutunya karena adanya kontak langsung

antara bahan dengan air yang cenderung mengakibatkan hidrolisis bahan-

bahan ester pembentuk minyak atsiri.

Waktu yang diperlukan untuk penyulingan dengan air relatif lebih lama

dibandingkan dengan metode penyulingan yang lain. Metode penyulingan ini

sudah jarang digunakan kecuali untuk bahan-bahan yang tidak dapat disuling

dengan penyulingan air dan uap (water and steam distillation) atau dengan

penyulingan uap (steam distillation).

Page 17: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

13

Gambar 1. Rangkaian alat Water Distillation

b. Water and Steam Distillation

Pada penyulingan dengan air dan uap, bahan yang akan disuling terletak

pada rak/saringan berlubang yang berada di atas air mendidih (dikukus).

Bahan yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak

berhubungan dengan air panas. Ciri khas penyulingan adalah uap selalu

Page 18: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

14

dalam keadaan basah/jenuh dan tidak terlalu panas sehingga peristiwa

gosong dapat dihindari. Metode penyulingan ini cocok untuk bahan-bahan

berupa rumput, biji, dan daun-daunan. Dibandingkan dengan penyulingan air,

metode penyulingan ini lebih unggul karena proses dekomposisi minyak

(hidrolisa ester, polimerisasi, dan resinifikasi) lebih kecil. Selain itu, lebih

efisien karena jumlah bahan bakar lebih sedikit, waktu penyulingan lebih

singkat, dan rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi. Keuntungan

metode penyulingan ini antara lain konstruksi alat sederhana, mudah dirawat,

serta biaya pengoperasiannya rendah sehingga cocok untuk industri minyak

atsiri skala kecil dan menengah. Kelemahannya yaitu jumlah uap yang

dibutuhkan cukup besar. Sejumlah uap akan mengembun dalam jaringan

tanaman, sehingga bahan bertambah basah, dan dapat menyebabkan

penggumpalan bahan. Penggumpalan akan menghambat penetrasi uap ke

dalam bahan dan dapat menyebabkan terbentuknya jalur uap yang

mengakibatkan proses penyulingan kurang sempurna.

Untuk mendapatkan proses penyulingan yang efisien, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam metode penyulingan air dan uap yaitu 1) ukuran bahan

olah harus seragam, 2) ruang antar bahan cukup (bersifat porous/berongga)

agar uap mudah berpenetrasi, dan 3) pengisian/kepadatan bahan dalam ketel

harus merata agar uap dapat menembus bahan secara merata dan

menyeluruh.

Page 19: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

15

Gambar 2. Rangkaian alat Water and Steam Distillation

Gambar 3. Rangkaian alat Water and Steam Distillation

Page 20: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

16

c. Steam Distillation

Pada penyulingan dengan uap, sumber uap panas menggunakan steam

boiler yang letaknya terpisah dari ketel penyuling. Cara penyulingan ini baik

digunakan untuk bahan dari biji-bijian, akar atau kayu yang banyak

mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi.

Selama proses penyulingan, suhu ketel diawasi agar tidak melampaui

suhu superheated steam. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengeringan

bahan yang disuling, yang akan menyebabkan rendemen minyak rendah.

Selain itu, tekanan dan suhu yang terlalu tinggi akan menguraikan komponen

kimia dan dapat mengakibatkan proses resinifikasi minyak. Metode

penyulingan ini kurang baik digunakan untuk bahan yang mengandung

minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan, terutama minyak atsiri

yang berasal dari bunga.

Peralatan penyulingan dengan uap umumnya mempunyai konstruksi

yang lebih rumit dengan biaya perawatan dan pengoperasiannya yang lebih

mahal dibandingkan dengan metode penyulingan yang lain. Penerapan

metode ini lebih cocok untuk industri minyak atsiri dalam skala yang besar.

Page 21: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

17

Gambar 4. Skema alat Steam Distillation

Page 22: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

18

Gambar 2. Rangkaian alat Steam Distillation

4.2 Pengolahan Limbah Minyak Nilam

1. Pembuatan Pupuk Cair Organik dengan Proses Fermentasi

Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari penguraian

bagian-bagian atau sisa tanaman dan binatang. Pupuk organik berasal dari

limbah atau kotoran hewan dan kompos yang dapat diubah dalam tanah

menjadi bahan-bahan organik tanah. Pupuk organik mempunyai kelarutan

unsur hara yang rendah di dalam tanah. Biasanya penggunaan pupuk ini

ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.

Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap oleh tanah dan tanaman,

bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair

tersebut dapat diproduksi salah satunya dengan proses fermentasi yang

menghasilkan hara yang dibutuhkan oleh tanah.

Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan untuk proses

Page 23: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

19

pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman. Unsur-unsur itu terdiri

dari unsur nitrogen (N) untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun, unsur

fosfor (P) untuk merangsang pertumbuhan akar, buah dan biji serta unsur

kalium (K) untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama

dan penyakit.

2. Pembuatan Dupa dan Obat Nyamuk Bakar

Page 24: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

20

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pengolahan

2. ugu

5.2 Saran

1. A

2. B

3. C

Page 25: [Office 2007] Tugas Nilam Kelompok 1

21

DAFTAR PUSTAKA

Sobardini, Denny, Erni Suminar & Murgayanti. 2006. Perbanyakan Cepat

Tanaman Nilam. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Amalia. 2008. Karakteristik Tanaman Nilam di Indonesia. Bogor

Adharini, D. Wulan. 2009. Budidaya dan Penyulingan Tanaman Nilam Aceh.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Nugroho, Adi. 2008. Kondisi Tanaman Nilam. Yogyakarta: Universitas Indonesia

Natawidjaya, Herdradjat. 2012. Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Nilam.

Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan

Santi, S. Soraya. 2008. Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam untuk Pupuk Cair

Organik dengan Proses Fermentasi. Surabaya: UPN Veteran