ODF PKM

11

Click here to load reader

description

mini project

Transcript of ODF PKM

OPEN DEFECATION FREE

OlehDr. Ida Bagus Gita Dharma Wibawa

Pembimbingdr. hj. Lale Yufilla ApriantiPUSKESMAS UBUNGOKTOBER 2013 JANUARI 2014

Bab ILatar BelakangKondisi Kesehatan Indonesia masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan khususnya penyakit yang dibawa oleh air (water borne diseases), seperti DBD, Diare, Kecacingan dan Polio. Penyebab utama tingginya penyakit-penyakit tersebut adalah perilaku hidup yang belum bersih dan sehat, terutama masih banyak masyarakat yang buang air besar di tempat terbuka (open defecation), seperti di kebun, sungai, dan sebagainya. Upaya-upaya peningkatan cakupan jamban yang telah dilakukan bertahun-tahun melalui berbagai proyek dan pendekatan, tetapi belum memberikan hasil yang signifikan dengan besarnya biaya yang telah dikeluarkan. Tolok ukur yang digunakan dalam pelaksanaan program-program adalah peningkatan jumlah jamban yang dibangun. Namun demikian, pada kenyataannya belum mampu menurunkan prevalensi penyakit berbasis lingkungan, karena banyak masyarakat yang tetap buang air besar di tempat terbuka. Kementrian Kesehatan khususnya Direktorat Penyehatan Lingkungan mengembangkan teknik pendekatan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu dengan pendekatan Community Led Total Sanitation(CLTS) atau istilah lain adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Pendekatan CLTS ini menitikberatkan kepada fasilitasi atas suatu proses untuk menyemangati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk tidak buang air besar di tempat terbuka serta membangun dan menggunakan jamban atas kemauan sendiri tanpa subsidi dari luar. Melalui pendekatan CLTS anggota masyarakat diajak menganalisis masalah sekaligus mencari solusinya sendiri. Pendekatan CLTS ini pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di India dan Bangladesh dengan hasil yang luar biasa. Dengan hasil seperti itu, kegiatan disebarluaskan ke berbagai pelosok di negara-negara tersebut, bahkan kini telah diadopsi dan disebarluaskan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia pendekatan ini pada awalnya diujicobakan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi, Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat serta Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur. Pendekatan ini ternyata memberikan hasil dalam peningkatan akses sanitasi secara spektakuler karena berlangsung dalam waktu yang sangat cepat.Dengan persentase keberhasilan untuk membebaskan lingkungan dari masyarakat yang buang air besar sembarangan yang begitu tinggi dan cepat, maka dirasa perlu diadopsi kegiatan tersebut melalui kegiatan pemicuan

Bab IITinjauan Pustaka

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang disebut juga Community-led Total Sanitation (CLTS) merupakan pendekatan untuk merubah pola pikir dan perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM merupakan salah satu konsep untuk mempercepat pencapaian target MDGs poin ketujuh.Saat ini STBM adalah sebuah program nasional di bidang sanitasi berbasis masyarakat yang bersifat lintas sektoral. Program ini dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI. Pada bulan September 2008 STBM dikukuhkan sebagai Strategi Nasional melalui Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008bahwa dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, sertamengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium DevelopmentGoals (MDGs) tahun 2015. Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.STBM memiliki 5(lima) pilar utama yakni :bebas buang air besar sembarangan atau Open Defecation Free (ODF),mencuci tangan pakai sabun,pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Indikator output 5 PILAR STBM : setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebasdaribuang air di sembarang tempat (ODF), setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minumdanmakanan yang aman di rumah tangga, setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas(seperti sekolah,kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar, setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar, setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar. Dalam Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 disebutkan bahwa terdapat 6 (enam) strategi dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu: penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), peningkatan kebutuhan (demand creation), peningkatan penyediaan (supply improvement), pengelolaan pengetahuan (knowledge management), pembiayaan, pemantauan dan evaluasi.Dalam pemicuan digunakan beberapa indikator yang diperlukan untuk menyadarkan dan mendorong niat keluarga untuk membuat jamban, berikut adalah indikatornya: Rasa Malu Rasa Jijik Takut Sakit Aspek agama Harga Diri Miskin Dan lain sebaginya disesuaikan daerah maupun tempatnyaIndikator ini dapat diubah-ubah bergantung dari situasi maupun lokasi dari daerah yang akan dilakukan pemicuan tergantung dari adat setempat dan berbagai hal lainnya.

Bab IIIDataBerikut data yang diperoleh dari kunjungan ke Desa Nyerot, Jelantik 18 Januari 2014.

Grafik Perbandingan Jumlah Pemilik Jamban Pada Dusun Nyerot, Jelantik 18 Januari 2014Didapatkan 25 KK yang belum memiliki jamban sendiriSedangkan 75 KK sudah memiliki Jamban sendiri

Bab IVPembahasan

Di desa . Jelantik sudah sangat baik sekali hanya 25 KK yang bellum memiliki jamban sendiri dimana sudah 75 KK yang memiliki jamban. Sisanya harus segera dilakukan pendekatan secara personal oleh kader agar dapat menumbuhkan kesadaran dan niat sehingga dapat membuat jamban sendiri.Masalah yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut Kurangnya Inisiatif dari diri sendiri untuk membuat jamban Selalu menunggu bantuan dana yang tidak akan kunjung turun Alasan membuat jamban itu mahal Kader yang kurang melakukan pendekatan lebih dalam dan personal ke keluarga yang belum memiliki jambanMasalah yang ada dapat ditangani dengan beberapa cara seperti:1. Melakukan pemicuan secara berkala dan pendekatan secara personal ke tiap KK oleh kader2. Memberitahukan bahwa dana tak akan dating karena sudah tidak ada lagi bantuan dana yang dilakukan pemerintah3. Selalu mengingatkan bahwa jamban sederhana tidak mahal4. Kader lebih aktif dan lebih melakukan pendekatan secara personal

Bab VKesimpulan dan SaranKesimpulan Keterbatasan petugas kesehatan di puskesmas sehingga kurang melakukan pemicuan secara berkala Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat dan murah pada keluarga Tidak boleh ada kesalahpahaman mengenai pendekatan pemicuan

Saran Menambah jumlah petugas kader agar dapat melakukan pemicuan lebih berkala Melakukan penyuluhan kepada orang-orang dengan pendekatan personal yang belum memiliki jamban Menambah ataupun melatih kader-kader agar lebih handal dalam memberikan pemicuan

Daftar PustakaAllen, Will.et.al. 2002. Using Participatory and Learning Based Approaches Environmental Management to Help Achieve Constructive Behavior Change. New Zealand: Ministry for EnvironmentAzwar, S. 1988. Sikap manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka BelajarBappenas.et.al. 2003. .kebijakan nasional pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat. Jakarta.BSN, 2001. Tata cara perencanaan bangunan MCK Umum. SNI 03-2399-2002. Bandung : Panitia Teknis Standardisasi Bidang Konstruksi Bangunan.Citynet. 2009. Asian sanitation data book 2008, Achieving sanitation for all. Philippines : Asian Development Bank Greenwald, Anthony, G. 1968. Psychological Foundations of Attitudes. New York: Academic Press Inc.Hadi, Sudharto P,2000, Manusia dan lingkungan. Semarang : Badan penerbit Universitas DiponegoroHernowo B., 2007, Kiat Kerja Sanitasi di Lingkungan Kumuh, Jakarta: Bappenas Horton, Paul B, Chester L. Hunt. 2003, Sosiologi. Jakarta : Erlangga Investment Planning program in Polewali Mandar. NUSSP Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kabupaten Polewali Mandar. 2008Mukherjee, Nilanjana. 2000. Myth Vs. Reality In Sanitation and Hygiene Promotion. Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific. 2001. Achieving Sustained Sanitation For The Poor, Policy And Strategy Lesson From Participatory Assessment in Cambodia, Indonesia, Vietnam. Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific.Notoatmodjo S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Purba, Jonny. 2005. Pengelolaan lingkungan sosial, kantor menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.