'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
-
Upload
wahyu-budi-nugroho -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
1/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 1
Working Paper
OCCUPY WALL STREETSEBAGAI MOMENTUM
PENGUATAN KEMBALI GERAKAN SOSIAL BARU
MENILIK LATAR BELAKANG, PROSES SERTA IMPLIKASI
OCCUPY WALL STREET DALAM PERSPEKTIF DAN ANALISIS SOSIOLOGIS
Wahyu Budi Nugroho
Were sick and tired of one injustice after another.
We want human dignity back again.
(Spanish Indignados, #How to Camp)
Pendahuluan
Beberapa bulan lalu, tepatnya pada tanggal 17 September 2011 di Amerika Serikat,
terjadi peristiwa yang tak pernah diduga sebelumnya oleh khalayak luasbahkan oleh
akademisi, politisi dan ekonom sekalipunyakni pendudukan Wall Street oleh massa
(Occupy Wall Street/OWS). Setidaknya, dua ribu orang bergabung dalam gerakan tersebut,
secara umum, mereka menyuarakan penolakan keras atas campur tangan para korporat dalam
proses (kehidupan) politik pemerintahan Amerika Serikat. Aksi massa tersebut terkonsentrasi
di Taman Zuccotti, tepat berada di sebelah utara (depan) gedung New York Stock Exchange.
Seseorang yang diketahui bernama Lupe Fiasco menyumbangkan lima puluh tenda guna
mendukung aksi pendudukan tersebut (Occupy Journal, 2011: 3). Segera setelahnya, aksi
massa dengan slogannya yang terkenal, We are the 99%! [Kami adalah 99%!] tersebut
pun berubah menjadi gerakan massa yang mendunia.
Kiranya, peristiwa di atas dapat didaulat sebagai momentum penguatan kembali
gerakan sosial baru (GSB) pasca hadirnya World Social Forum Forum Sosial Dunia
(FSD) di Porto Alegre, Brazil pada tahun 2000. Memang, FSD sebagai tandingan WorldEconomic Forum Forum Ekonomi Dunia (FED) telah banyak melahirkan aksi massa di
berbagai belahan dunia semisal: demonstrasi para aktivis di Bangkok dalam rangka menolak
pertemuan UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development); penolakan
massa atas konferensi tahunan IMF di Washington D.C,pun demikian halnya di Genoa-Italia;
sedang baru-baru ini adalah terselenggaranya konferensi Mumbay di India (Pulungan dan
Abimayu, 2005: V-XIII). Namun demikian, dibandingkan serangkaian aksi massa tersebut,
agaknya OWS membawa dampak yang jauh lebih besar mengingat peristiwa terkait segera
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
2/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 2
bertransformasi menjadi gerakan massa skala masif di berbagai penjuru dunia dalam waktu
singkatberbeda halnya dengan FSD yang tak menghasilkan efek berantai.
Menilik bentuknya sebagai gerakan massa terbesar pasca-FSD, berikut dampaknya
yang signifikan terhadap konstelasi sosial-politik di berbagai negara belahan dunia lainnya
dalam waktu singkat, kiranya serangkaian hal tersebutlah yang menyebabkan penulis tertarik
lebih jauh untuk membahasnya dalam sebentuk pengkajian terkait, yakni penelaahan seksama
atas berbagai latar belakang berikut implikasi dari peristiwa OWS dalam perspektif dan
analisis sosiologis.
Sekilas Gerakan Sosial Baru
DalamA Dictionary of Sociology (Marshall, 1998: 615), istilah gerakan sosial baru
digunakan untuk mengidentifikasi berbagai bentuk gerakan sosial yang hadir pada
penghujung dekade abad ke-20. Lebih jauh, Barker (2009: 132) menjelaskan bahwa gerakan
sosial baru muncul dalam masyarakat Barat modern pada era 1960-an dengan karakternya
yang spesifik, yakni berupa gerakan perdamaian, hak-hak sipil, kesetaraan gender,
lingkungan, hingga identitas kultural. Menurutnya, gerakan sosial baru berbeda dengan
politik kelas berikut gerakan tradisional kaum buruh, senada dengan ungkap Giddens (2009:
212-213) bahwa gerakan sosial baru dapat dipisahkan dari gerakan buruh mengingat berasal
dari arena tindakan yang berbeda, yakni pengawasan negara modern, Gerakan buruh ala
marxis telah usang, tegasnya kurang-lebih.
Berpijak melalui penjabaran singkat di atas, agaknya OWS dapat terklasifikasi dalam
bentuk gerakan sosial baru berdimensi pemenuhan hak-hak sipil mengingat beragam elemen
masyarakat yang turut berpartisipasi di dalamnya. Namun demikian, terlepas dari kesemua
hal tersebut, OWS merupakan peristiwa mengejutkan yang perlu diapresiasi mengingat
pada dekade 1980-an tren gerakan sosial di seluruh dunia cenderung mengalami penurunan.
Setidaknya, fenomena terkait disebabkan oleh dua alasan; berkembangnya wacana
posmodernisme yang kental dengan aroma skeptisime berikut nihilisme, serta kebrangkutan
rezim Komunisme-Soviet. Momentum pertama penguatan kembali gerakan sosial baru pasca
periode-periode kelesuannya terjadi pada dekade 1990-an yakni ketika ekspansi
neoliberalisme telah dinilai begitu meresahkan. Satu peristiwa penting yang tak patut
dilewatkan adalah publikasi koran Le Monde Diplomatique mengenai bocoran proposal
hutang yang dibuat oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)1
1 Nama lain persekutuan ekonomi berbagai negara maju.
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
3/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 3
guna ditawarkan (baca: dipaksakan) pada negara-negara berkembang. Tak pelak, publikasi
tersebut segera memicu kemarahan massa, pemerintah Perancis pun terpaksa mundur dari
proses negosiasi dan urung menandatanganinya (Pulungan dan Abimayu, 2005: 5).
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, momentum lain penguatan gerakan sosial
baru terjadi kala dibentuknya Forum Sosial Dunia pada tahun 2000 di Porto Alegre, Brazil.
Pada dasarnya, forum tersebut didirikan guna menandingi Forum Ekonomi Dunia milik
negara-negara G-7 yang menggelar pertemuan tahunan di Davos, Swiss. Apabila FED
berpijak pada pernyataan Thatcher yang terkenal, TINA: There Is No Alternative!, maka
FSD berupaya menjawabnya dengan berkata, TAMA: There Are Many Alternatives!
(Pulungan dan Abimayu, 2005: IX). Pasca FSD terbentuk dan melahirkan berbagai gerakan
massa sekala internasional, agaknya OWS menjadi momentum penguatan kembali gerakan
sosial baru mengingat keduanya memiliki semangat yang samaanti-Neoliberalismehanya
saja spesifikasi dari gerakan OWS adalah pendudukan Wall Streetdengan skala dan cakupan
pergerakan yang lebih besar.
Occupy Wall Street: Latar Belakang, Proses dan Implikasi
Pendudukan Wall Streetdi Amerika Serikat pada tanggal 17 September 2011 bermula
dari kesadaran para warga bahwa segenap kegagalan berikut penderitaan hidup yang mereka
alami faktual bukanlah disebabkan oleh diri mereka, melainkan oleh struktur berikut sistem
ekonomi yang membingkai kehidupan mereka. Tercatat, lebih dari 25 juta rakyat Amerika
adalah pengangguran, sedang 50 juta lainnya bekerja tanpa jaminan kesehatan. Secara
estimasi, terdapat sekitar 100 juta rakyat Amerika yang hidup dalam kemiskinan. Di sisi lain,
aksi pendudukan Wall Street turut diinspirasi pula oleh pergolakan yang sebelumnya terjadi
di Spanyol, Yunani dan Mesir. Para peserta aksi berkeyakinan bahwa persatuan bakal
menghancurkan proses politik yang korup berikut mewujudkan tatanan masyarakat yang
didasarkan pada pemenuhan kebutuhan bersama, bukannya pemenuhan keuntungan pribadi
(Gupta, 2011: 1).
Adapun slogan terkenal OWS, yakni We are the 99%!, berupaya menunjukkan
bahwa selama ini 99% orang sekedar bekerja bagi kemakmuran 1%segelintirorang saja.
Beberapa dari mereka yang dianggap terklasifikasi dalam 1% seperti bank-bank yang
tergabung dalam Wall Street serta berbagai korporasi besar dunia semisal; Exxon,
McDonalds, Visa, Walmart, CNN, Fox, Dow Jones, Microsoft, dll. (Occupy Journal, 2011:
3). Tak jelas siapa yang untuk pertama kalinya mencetuskan slogan di atas, namun besar
kemungkinan slogan tersebut berasal dari berbagai organisasi pemrakarsa OWS yakni Anti-
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
4/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 4
Banks (Global Action Against Banks and Banksters), US Day of Rage, Anonymous, dan
Take The Square. Sebelumnya, berbagai organisasi tersebut juga telah menyebarkan pamflet
akan rencana aksi pendudukannya. Mereka pun menuliskan secara detail berbagai
perlengkapan yang syarat dibawa dalam aksi OWS seperti sleeping bag, bantal, air minum,
snack, tulisan atau poster protes, alat musik serta payung atau terpal. Tak hanya sampai di
situ, mereka pun turut menuliskan berbagai tahapan yang harus dikatakan atau dilakukan
partisipan aksi apabila pihak berwajib menghalau kedatangan mereka. Pamflet dengan
berbagai keterangannya yang lengkap tersebut disebar di jalanan, website berikut berbagai
media jejaring sosial dunia maya layaknyafacebookdan twitter.
Tak pelak, pada hari direncanakannya aksi (Sabtu, 17 September 2011), tak kurang
dari dua ribu orang turut berpartisipasi di dalamnya. Massa yang melakukan aksi perdana
OWS tersebut terkonsentrasi di Taman Zuccotti, tepat berada di sebelah utara atau muka
gedungNew York Stock Exchange. Menurut Sarah van Gelder (2011: 2), eksekutif editor dari
Yes! Megazine, aksi OWS berhasil menghimpun dan menampakkan diri mereka yang selama
ini malu dan bersembunyi, yakni mereka para sarjana yang hingga kini belum memperoleh
pekerjaan, serta para karyawan perusahaan dengan upah bulanan yang begitu minim berikut
tanpa disertai berbagai jaminan atau asuransi kerja yang layak. Lebih jauh, Gelder (2011: 6)
mengindentifikasi mereka yang tercakup dalam 99% sebagai lulusan perguruan tinggi dan
veteran yang tak memperoleh pekerjaan, lanjut usia yang khawatir kehilangan dana
pensiunnya, pengangguran lama, tunawisma, aktivis perdamaian, karyawan korporasi dengan
jam kerja tinggi dan gaji rendah, anggota militer, serta para pensiunan polisi.
Menurut salah satu elemen dari mereka, yakni para lulusan perguruan tinggi,
ketidaksanggupan mereka memperoleh pekerjaan bukan dikarenakan kemalasan mereka,
ketidakdisiplinan, kurang intelek maupun minusnya motivasi mereka, melainkan karena
sebagian kecil orang terus memupuk kekayaan bagi dirinya sendiri dengan mengorbankan
sebagian besar yang lain. Berikut petikan pernyataan tersebut,
We are seeing ourways of life, our aspirations, and our security slip awaynot because we have been
lazy or undisciplined, or lack intelligence and motivation, but because the wealthiest among us have
rigged the system to enhance their own power and wealth at the expense of everyone else. (dalam
Gelder, 2011: 3)
Mereka mengecam tindakan pemerintah yang lebih memilih memberikan bailoutpada
berbagai bank besar berikut korporasi ketimbang mengalokasikannya bagi kesejahteraan
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
5/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 5
rakyat, sedang berbagai korporasi tersebut terus melakukan pengrusakan lingkungan dan lagi-
lagi rakyat yang syarat menanggung resikonya. Menurut para partisipan OWS, hal tersebut
ditengarai terjadi akibat penetrasi para korporat dalam proses pengambilan keputusan
pemerintahproses politik. Di sisi lain, para pialang saham pun tak luput dari kecaman,
mereka dinilai lebih mementingkan pasar saham yang bersifat abstrak dan penuh spekulasi
ketimbang mengalokasikannya bagi sektor rillpenciptaan lapangan kerja. Berbagai hal
tersebutlah yang menyebabkan para partisipan OWS menyimpulkan bahwa kehidupan kelas
menengah bagi mereka semakin jauh dari kenyataan (Gelder, 2011: 3-4).
Dalam aksi terkait, setiap partisipan membuat semacam manifestasi dalam selembar
kertas yang menceritakan kehidupannya secara singkat. Tulisan tersebut ditutup dengan
pernyataan, I am the 99% atau We are the 99%. Lebih jauh, menilik antusiasme massa
yang besar dalam aksiterus berdatangannya massa di Taman Zuccottidibuatlah berbagai
stan guna memenuhi kebutuhan para partisipan seperti tempat makanan, sanitasi, akses media
atau informasi, fasilitas pertemuan, tempat penerimaan bantuan dari para pendukung, bahkan
tempat khusus untuk beribadah atau meditasi. Di sisi lain, kesibukan yang tampak di
dalamnya seperti diskusi atau debat antarpara partisipan mengenai isu yang mereka
perjuangkan, serta penciptaan karya seni yang berkaitan dengan aksilukisan, syair, hingga
nyanyian protes. Perlu diketahui pula kiranya bahwa ciri unik dari gerakan OWS adalah
ketiadaan pemimpin tunggal di dalamnya. Agaknya, hal tersebut menghindarkan dari
berbagai diskusi politis maupun kompromi lunak antara korporat atau pemerintah dengan
pemimpin gerakan yang nantinya justru dapat mengaburkan orientasi berikut keberlanjutan
dari aksi yang dilakukan (Gelder, 2011: 2 & 7).
Namun demikian, aksi OWS bukannya tanpa permasalahan sama sekali, setidaknya
terdapat dua hal yang patut menjadi perhatian lebih di dalamnya. Pertama, beragamnya
tuntutan para peserta aksi membuat samarnya aspirasi (tuntuan) yang sesungguhnya
mereka suarakan. Memang, hal tersebut dapat dimaklumi mengingat beragamnya elemen
masyarakat yang tergabung dalam gerakan OWS. Sebagaimana ungkap Gelder (2011: 7), A
list of specific demands would make it easier to manage, criticize, co-opt, and devide the
movement [Sebuah daftar spesifik mengenai beragam tuntutan yang ada akan
mempermudah dalam mengatur, mengkritik, menduduki, dan membagi gerakan]. Kedua,
hadirnya beberapa orang yang menghasut para partisipan OWS untuk melakukan tindak
kekerasan dan pengrusakan. Beruntung, para partisipan tak termakan oleh hasutan tersebut,
menurut Gelder (2011: 9), hal tersebut sengaja dilakukan oleh pihak-pihak tertentu guna
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
6/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 6
menciptakan stigma negatif terhadap aksi, pun agar pihak berwajib dapat melancarkan
kekerasan berikut penangkapan pada para peserta OWS.
Harus diakui memang, hingga kini belum ditemui implikasi atau capaian konkret dari
gerakan OWS terkait perubahan struktur maupun kebijakan pemerintah dan berbagai
korporasi yang menjadi sasaran protes di dalamnya. Namun demikian, sosiolog asal Baruch
College misalnya, Hector R.C Guzman (2011: 2) melihat kesuksesan OWS melalui
keberhasilan aksi itu sendiri dalam mengumpulkan massa guna menggalakkan aksi protes
skala besar. Begitu pula dengan para partisipan, sebagian dari mereka menganggap bahwa
terwujudnya aksi tersebut dengan sendirinya telah menjadi sebuah kesukesan, sedang
sebagian yang lain menganggapnya sebagai permulaan (Scheineder, 2011). Melalui berbagai
pernyataan tersebut, dapatlah ditilik bahwa capaian atau keberhasilan dari aksi OWS bersifat
relatif.
Namun demikian, satu implikasi konkret dari aksi OWS yang dapat kita saksikan
bersama adalah keberhasilannya dalam bertransformasi menjadi sebuah gerakan massa
internasional. Sebagaimana kita ketahui, pasca aksi perdananya di New York, OWS
menghasilkan efek domino pada berbagai negara di belahan dunia lainnya. Tercatat, hingga
kini aksi serupa turut digelar di lebih dari 1.500 kota dunia: dari Madrid hingga Cape Town,
dan dari Buenos Aires hingga Hong Kong (Gelder, 2011: 2). Tak pelak, hal tersebutlah yang
kiranya menyebabkan OWS dapat didaulat sebagai momentum penguatan kembali gerakan
sosial barudengan ranah yang lebih luas dan partisipan gerakan yang jauh lebih besar.
Berbagai Dimensi Occupy Wall Street dalam Perspektif dan Analisis Sosiologis
Sosiologi Imajinasi tentang Kesadaran Masyarakat
Perihal utama pemicu aksi OWS yakni kesadaran masyarakat luas bahwa segenap
kegagalan dan penderitaan hidup yang mereka alami faktual bukanlah disebabkan oleh diri
mereka, melainkan struktur yang melingkupi kehidupan mereka, kiranya dapat dijelaskan
melalui konsep Sosiologi Imajinasi-C. Wright Mills. Sebagaimana diutarakan Mills (dalam
Susilo, 2008: 258), sosiologi imajinasi merupakan suatu kemampuan untuk melihat realitas
secara mendalam atas kehidupan individu maupun kolektif dalam konteks struktur sosial
secara umum. Lebih jauh, Mills mengungkapkan bahwa kemiskinan, kebodohan atau frustasi
yang kita alami tidaklah serta-merta (murni) disebabkan oleh diri kita sendiri, melainkan
terkait erat dengan sistem pemerintahan, sosial dan ekonomi yang mengatur kehidupan kita.
Dalam kasus OWS, para partisipan aksi menyadari sepenuhnya bahwa maraknya
privatisasi berikut penjualan saham skala besar pada swasta mengakibatkan berbagai
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
7/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 7
perusahaan yang ada melakukan perampingan karyawan, baik berupa pemecatan maupun
pembatasan rekruitmen karyawan baru. Begitu pula, hal di atas menyebabkan
diberlakukannya tenaga kerja kontrakoutsourcingyang sangat merugikan karyawan
mengingat ketiadaan berbagai bentuk jaminan kerja di dalamnya. Lebih jauh, konsep
sosiologi imajinasi ala Mills mampu menunjukkan bahwa beragam persoalan hidup yang
dialami para partisipan aksi disebabkan oleh faktor strukturalbukannya kultural atau
natural.
ProsesFraming dalam Occupy Wall Street
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat menjelaskan lahirnya gerakan sosial, antara
lain pendekatan POS (Political Opportunity Structure), struktur mobilisasi, proses framing,
dan repertoire. Menilik berbagai karakteristik yang dimiliki OWS, agaknya proses framing
merupakan pendekatan yang paling tepat dalam menjelaskan fenomena OWS. Sebagaimana
diutarakan Snow dan Benford (dalam Situmorang, 2007: 10-13), proses framing memiliki
dua komponen utama, yakni diagnosis terhadap permasalahan yang dihadapi serta identifikasi
yang tepat guna memperjuangkan permasalahan tersebut. Di sisi lain, Zald mengemukakan
bahwa kerap kali kesempatan melakukan mobilisasi terjadi akibat ketegangan budaya atau
kontradiksi yang berlangsung terlampau lama sehingga dapat menjadi bahan bagi proses
framing, layaknya keluhan dan ketidakadilan. Oleh karenanya, media pun menjadi salah satu
elemen penting dalam prosesframingpenyebaran isuguna melahirkan gerakan sosial.
Layaknya yang terjadi dalam aksi OWS, para partisipan telah mampu
mengidentifikasi permasalahan yang tengah dihadapinya, yakni ketiadaan lapangan kerja
maupun jaminan kerja akibat privatisasi skala besar yang dilakukan. Hal tersebut pun
kontradiksitelah berlangsung demikian lama, semisal lulusan perguruan tinggi yang telah
beberapa tahun tak memperoleh pekerjaan, atau rumah tangga yang telah lama terjebak
hutang bank guna menyekolahkan putera-putrinya maupun mengakses fasilitas kesehatan.
Kemudian, serangkaian permasalahan tersebut digunakan berbagai organisasi pemrakarsa
OWS seperti Anti-Banks, US Day of Rage, Anonymous, dan Take The Square untuk
melancarkan aksi massa skala masif. Mereka pun menggunakan pamflet jalanan, website
berikut media jejaring sosial dunia maya guna menyebarkan isu tersebut, terwujudlah gerakan
perdana OWS pada 17 September 2011 di New York.
Efek Berantai OWS sebagai Bukti Eksistensi Masyarakat Jaringan
Mannuel Castells (dalam Barker, 2009: 332-333) menegaskan bahwa saat ini kita
hidup dalam kultur masyarakat jaringan, yakni konstelasi masyarakat yang ditandai dengan
cepatnya perputaran arus informasi di dalamnya. Menurut Castells, hal tersebut beberapa di
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
8/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 8
antaranya terjadi akibat revolusi teknologi komputer dan transfer informasi; kapabilitas
sosial, ekonomi, kultural dan militer yang berbasis pada informasi; serta munculnya ekonomi
global yang beroperasi tanpa henti dalam skala global. Sebagaimana diutarakan Castells lebih
jauh, ruang publik tak lagi menjadi pusat informasi bagi masyarakat, melainkan rumah
tempat tinggal. Hal tersebut tak lain disebabkan oleh eksistensi televisi di hampir setiap
rumah tangga yang menyajikan beragam informasi dari seluruh penjuru dunia.
Hal di atas sebagaimana berlaku pula pada efek berantai yang dibawa aksi OWS,
sebuah gerakan massa yang bermula dari kota New York, kemudian berubah menjadi
gerakan massa di lebih dari 1.500 kota dunia. Tentunya, faktor utama yang memicu perihal
tersebut adalah media, sebagaimana strategi yang digunakan para pemrakarsa gerakan OWS,
yakni penyebaran isu melalui website maupun media jejaring sosial dunia maya. Terlebih,
pasca peristiwa tersebut diliput media massa elektroniktelevisi terutamaratusan juta
orang di dunia dapat menyaksikannya cukup dengan duduk manis di hadapan televisi,
bahkan turut terinspirasi atasnya. Serangkaian hal tersebutlah yang kemudian menjadikan
OWS sebagai gerakan massa yang mendunia, sekaligus menjadi tolak ukur dari keberhasilan
gerakan terkait bagi berbagai pihak.
Satu Pertanyaan Krusial:
Mengapa Occupy Wall StreetSkala Masif Tak Terjadi di Indonesia?
Kiranya, satu pertanyaan yang cukup mengusik keingintahuan kita adalah, Mengapa
aksi OWS skala masif tak terjadi di tanah air?. Dalam arti, aksi tersebut tak sebesar
berbagai aksi demonstrasi yang umumnya (sebelumnya) terjadi di tanah air. Secara ringkas,
setidaknya terdapat dua argumen yang dapat diajukan guna menjawab pertanyaan di atas;
Pertama, ketidakpahaman publik tanah air akan persoalan yang sesungguhnya tengah terjadi.
Kedua, keengganan publik untuk turun ke jalan dan melancarkan aksi serupa. Pembahasan
terkait agaknya akan difokuskan pada argumen terakhir, yakni keengganan publik untuk
melakukan aksi serupa.
Sebagaimana kita ketahui, esensi utama dari aksi OWSdi samping kesadaran
kolektifadalah keberanian dari mereka yang mengaku tergabung dalam golongan 99%
untuk muncul ke permukaan, terutama para lulusan perguruan tinggi yang tak kunjung
memperoleh pekerjaan berikut para karyawan outsourcing dengan ketiadaan jaminan kerja
yang memadai. Bagi masyarakat tanah air, kiranya muncul di hadapan publik dan secara
terang-terangan mengakui diri sebagai seorang pengangguran berikut pekerjaburuh kerah
putih terutamadengan upah minimum masih menjadi perihal yang tabu. Apa yang lebih
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
9/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 9
tampak dalam keseharian adalah, upaya keras dari berbagai pihak untuk menutupi berbagai
status berikut kondisi yang dinilai buruk tersebut, salah satunya ditempuh dengan cara
berpenampilan layaknya kelas borjuisdalam istilah Jawa:prejengan.2
Hal tersebutlah yang
agaknya menyebabkan aksi OWS tak terjadi dalam skala masif di tanah air.
Kesimpulan dan Penutup
Melalui berbagai uraian dan penjabaran singkat di atas, kiranya OWS dapat
ditempatkan sebagai momentum penguatan kembali gerakan sosial baru, terlebih dengan
skala dan cakupannya yang lebih luas. Di satu sisi, berbagai dimensi yang terkandung di
dalamnya, yakni latar belakang, proses dan implikasi dari gerakan terkait dapat ditelaah
secara sosiologis melalui konsep sosiologi imajinasi, prosesframing, serta konsep masyarakat
jaringan. Adapun konsep sosiologi imajinasi digunakan dalam menjabarkan timbulnya
kesadaran masyarakat akan konstelasi struktur yang menindasnya, proses framing
digunakan dalam menjelaskan strategi yang digunakan dalam gerakan, sedang konsep
masyarakat jaringan berkualifikasi dalam menjabarkan efek berantai yang dibawa aksi OWS.
*****
2Dalam istilah Baudrillard, konsumsi simbol.
-
7/30/2019 'Occupy Wall Street' dan Penguatan Gerakan Sosial Baru
10/10
Peer review| Jurnal POROS: Politbiro Rekonstruksi Sosial | Yogyakarta, 2012
Page | 10
Referensi;
Buku:
Barker, Chris, 2009, Cultural Studies, Kreasi Wacana.Giddens, Anthony, 2009, Konsekuensi-konsekuensi Modernitas, Kreasi Wacana.
Marshall, Gordon, 1998,A Dictionary of Sociology, Oxford University Press.
Pulungan, A, dan R. Abimayu, 2005, Bukan Sekedar Anti-Globalisasi, The Institute for
Global Justice & WALHI.
Situmorang, Abdul Wahib, 2007, Gerakan Sosial: Studi Kasus Beberapa Perlawanan,
Pustaka Pelajar.
Susilo, Rachmad K. Dwi, 2008, 20 Tokoh Sosiologi Modern, Ar-ruz Media.
Internet:
Gelder, Sarah van, 2011,Introduction: How Occupy Wall Street Changes Everything, diakses
darihttp://www.bkpextranet.com/tceintroduction.pdf(26 November 2011).
Gupta, Arun, 2011, The Revolution Begins at Home, Occupy Journal, 30 September 2011,
pp. 1. Diakses darihttps://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdf(26
November 2011).
Guzman, Hector R.C, 2011,Main Stream Support for a Mainstream Movement, diakses dari
http://occupywallst.org/media/pdf/OWS-profile1-10-18-11-sent-v2-HRCG.pdf (26
November 2011).
Schneider, Nathan, 2011, Occupation for Dummies, diakses dari
https://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdf(26 November 2011).
http://www.bkpextranet.com/tceintroduction.pdfhttp://www.bkpextranet.com/tceintroduction.pdfhttp://www.bkpextranet.com/tceintroduction.pdfhttps://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdfhttps://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdfhttps://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdfhttp://occupywallst.org/media/pdf/OWS-profile1-10-18-11-sent-v2-HRCG.pdfhttp://occupywallst.org/media/pdf/OWS-profile1-10-18-11-sent-v2-HRCG.pdfhttps://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdfhttps://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdfhttps://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdfhttp://occupywallst.org/media/pdf/OWS-profile1-10-18-11-sent-v2-HRCG.pdfhttps://s3.amazonaws.com/daryllang/occupy_wsj.pdfhttp://www.bkpextranet.com/tceintroduction.pdf