Obsesif Kompulsif

40
Gangguan Obsesif Konfulsif Rangkuman Gangguan obsesif kompulsif diketahui sebagai satu dari gangguan psikiatri yang umum dan juga sebagai gangguan yang paling membuat orang tidak berdaya dari semua gangguan medis yang lain. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive related disorders/OCRDs) biasanya komorbid dengan gangguan obsesif kompulsif termasuk di dalamnya beberapa gangguan psikiatri seperti gangguan somatoform, gangguan makan, gangguan pengontrolan impuls, dan beberapa keadaan neurologis, yang mempunya gejala yang bertumpang tindih dan memiliki kualitas kompulsif. Meskipun terapi yang efektif telah eksis tetapi gangguan obsesif kompulsif dan gangguan yang berhubungan sering tidak terdiagnosis dan tidak terterapi. Serotonin reuptake inhibitor dan CBT merupakan lini pertama terapi GOK. Sebagai tambahan, remisi bukan merupakan keadaan yang umum terjadi pada pasien GOK dan gangguan yang berhubungan dalam praktek klinis. Pasien yang refrakter mungkin bisa mendapatkan perbaikan dengan strategi terapi yang berbeda termasuk terapi yang terintegrasi, augmentasi farmakologi dan teknik stimulasi otak. Pendahuluan Gangguan obsesif kompulsif ditandai dengan obsesi dan kompulsi yang rekuren yang ditandai dengan adanya distres dan gangguan fungsional yang bermakna. Gangguan-gangguan yang berhubungan dengan dengan obsesif kompulsif (OCRDs) adalah kelompok gangguan-gangguan yang memiliki gejala tumpang tindih dan kualitas kompulsif meskipun merupakan gangguan yang berbeda dengan GOK. Setelah beberapa dekade dan penelitian yang dilakukan akhirnya dipandang perlu untuk memisahkan GOK dengan gangguan cemas dan menempatkannya secara otonom yaitu OCRDs (dalam DSM V). Pada OCRDs sering sekali terjadi ”underdiagnosis and undertreatment” dan studi yang terkini mengindikasikan bahwa 59,5% pasien GOK tidak menerima terapi seperti yang mereka butuhkan. Konsekuensi ekonomi karena GOK sangat dramatis, diperkirakan 5 triliun dollar per tahun merupakan biaya langsung yang disebabkan oleh terapi GOK di USA. Dapat dipahami bahwa biaya per pasien akibat dari terapi yang tidak efektif karena ’misdoagnosis’ secara bermakna lebih tinggi daripada terapi yang spesifik, tepat, dan efektif. OCRDs dapat mengenai 10 % dari populasi rakyat USA. Terapi bagi OCRDs telah berkembang secara dramatis dalam tahun-tahun terakhir dan dokter di pelayanan primer merupakan profesional kesehatan pertama yang didatangi oleh pasien. Mereka seharusnya mampu memberikan terapi farmakologi yang tepat dan melakukan konsultasi kepada psikiater ketika menemukan kasus yang refrakter atau kasus yang terdapat komplikasi dengan komorbid kondisi psikiatri lain.

description

vvjvvvjv

Transcript of Obsesif Kompulsif

Page 1: Obsesif Kompulsif

Gangguan Obsesif Konfulsif

Rangkuman

Gangguan obsesif kompulsif diketahui sebagai satu dari gangguan psikiatri yang umum dan juga sebagai gangguan yang paling membuat orang tidak berdaya dari semua gangguan medis yang lain. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive related disorders/OCRDs) biasanya komorbid dengan gangguan obsesif kompulsif termasuk di dalamnya beberapa gangguan psikiatri seperti gangguan somatoform, gangguan makan, gangguan pengontrolan impuls, dan beberapa keadaan neurologis, yang mempunya gejala yang bertumpang tindih dan memiliki kualitas kompulsif. Meskipun terapi yang efektif telah eksis tetapi gangguan obsesif kompulsif dan gangguan yang berhubungan sering tidak terdiagnosis dan tidak terterapi. Serotonin reuptake inhibitor dan CBT merupakan lini pertama terapi GOK. Sebagai tambahan, remisi bukan merupakan keadaan yang umum terjadi pada pasien GOK dan gangguan yang berhubungan dalam praktek klinis. Pasien yang refrakter mungkin bisa mendapatkan perbaikan dengan strategi terapi yang berbeda termasuk terapi yang terintegrasi, augmentasi farmakologi dan teknik stimulasi otak.

Pendahuluan

Gangguan obsesif kompulsif ditandai dengan obsesi dan kompulsi yang rekuren yang ditandai dengan adanya distres dan gangguan fungsional yang bermakna. Gangguan-gangguan yang berhubungan dengan dengan obsesif kompulsif (OCRDs) adalah kelompok gangguan-gangguan yang memiliki gejala tumpang tindih dan kualitas kompulsif meskipun merupakan gangguan yang berbeda dengan GOK. Setelah beberapa dekade dan penelitian yang dilakukan akhirnya dipandang perlu untuk memisahkan GOK dengan gangguan cemas dan menempatkannya secara otonom yaitu OCRDs (dalam DSM V).Pada OCRDs sering sekali terjadi ”underdiagnosis and undertreatment” dan studi yang terkini mengindikasikan bahwa 59,5% pasien GOK tidak menerima terapi seperti yang mereka butuhkan. Konsekuensi ekonomi karena GOK sangat dramatis, diperkirakan 5 triliun dollar per tahun merupakan biaya langsung yang disebabkan oleh terapi GOK di USA. Dapat dipahami bahwa biaya per pasien akibat dari terapi yang tidak efektif karena ’misdoagnosis’ secara bermakna lebih tinggi daripada terapi yang spesifik, tepat, dan efektif. OCRDs dapat mengenai 10 % dari populasi rakyat USA. Terapi bagi OCRDs telah berkembang secara dramatis dalam tahun-tahun terakhir dan dokter di pelayanan primer merupakan profesional kesehatan pertama yang didatangi oleh pasien. Mereka seharusnya mampu memberikan terapi farmakologi yang tepat dan melakukan konsultasi kepada psikiater ketika menemukan kasus yang refrakter atau kasus yang terdapat komplikasi dengan komorbid kondisi psikiatri lain.

Karakteristik dan Bagian Gangguan Obsesif Kompulsif

Gangguan obsesif kompulsif dianggap sebagai kondisi kronik dan tidak berdaya dengan morbiditas yang bermakna dan dengan prevalensi 2% meskipun terdapat perbedaan beberapa laporan prevalensi . Pasien yang menderita GOK, obsesi terdiri dari pikiran-pikiran yang berulang, dorongan-dorongan yang dialami secara asing, intrusif dan menyebabkan distres. Kompulsif adalah perilaku berulang (ritual) yang pasien rasakan sebagai dorongan untuk dikerjakan. Obsesif dan kompulsif yang paling sering adalah :

Obsesif Kompulsif Kontaminasi Mencuci dan membersihkan. Perhatian terhadap

Page 2: Obsesif Kompulsif

kotoran, kuman, debu. Termasuk perhatian mengenai menjadi sakit atau membuat orang lain sakit Mencuci tangan, merapikan, mandi yang berlebihan dan ritual. Membersihkan objek secara berlebihan, menghindari menyentuh objek yang diyakini terkontaminasiKeraguan yang patologis Mengecek. Ketakutan membuat keputusan yang salah. Preokupasi mengenai belum menyelesaikan tugas sampai benar-benar selesai Mengecek berulang kompor, keran air, lampu, kunci. Tidak nyaman ketika benda-benda tidak simetris tersusun di tempatnya Mengatur dan mengatur ulang, memperbaiki susunan karena kebutuhan akan simetri, ketepatan, dan perfeksionisKetakutan tidak mempunyai, kehilangan atau barang tertentu tidak sengaja terlempar Mengkoleksi benda-benda yang tidak berguna seperti koran usang. Tidak bisa menghapus pesan di telepon yang lamaPikiran dan bayangan tentang kekerasan; takut melakukan sesuatu yang tidak diinginkan yang dapat menyakiti orang lain secara tidak sengaja; takut menimbulkan kerusakan; takut harus bertanggung jawab terhadap suatu kejadian yang buruk Menghitung tindakan-tindakan yang dilakukan atau kebutuhan untuk melakukan sesuatu dalam jumlah tertentu bisa ganjil atau genapPikiran-pikiran seksual yang tidak bisa diterima Melakukan kembali tindakan-tindakan sampai betul-betul sempurna atau sampai diselesaikan dengan pikiran atau perasaan yang tepat atau sampai dirasakan benarKetakutan melanggar kesucian, secara berlebihan memperhatikan masalah benar dan salah Kadang-kadang penghindaran akan benda atau situasi tertentu yang kompleks dan merupakan suatu ritual. Dapat berhubungan dengan berbagai obsesi

Kejadian dari pikiran pikiran yang tidak diinginkan dan perilaku yang berulang atau takhyul disertai dengan kecemasan sementara yang tidak patologis dan diagnosis GOK membutuhkan gejala-gejala tersebut yang menyebabkan distres yang nyata, memakan waktu ( > 1 jam per hari) dan secara bermakna mengganggu fungsional. Obsesif yang paling sering terjadi adalah : takut pada kontaminasi diikuti dengan keraguan yang patologis, obsesif somatik, dan kebutuhan akan simetri. Kompulsif yang paling umum adalah : mengecek, diikuti dengan mencuci, menghitung, kebutuhan untuk bertanya atau bersaksi dan simetri serta presisi. Mayoritas pasien yang menderita GOK memiliki multipel obsesif dan kompulsif selama sakitnya dengan ketakutan atau perhatian yang khusus yang mendominasi gambaran klinis pada satu waktu. Meskipun kebanyakan pasien GOK mengakui bahwa perilaku mereka berlebihan, beberapa subpopulasi pasien memiliki tilikan yang kurang baik dan menyatakan bahwa obsesif dan kompulsif mereka adalah hal yang beralasan. Onset dari GOK secara umum pada masa remaja akhir atau dewasa muda, meskipun dapat juga terjadi pada berbagai usia tetapi kejadian pada fase anak-anak sangat jarang. Sebagai tambahan, onset lebih dahulu pada laki-laki daripada perempuan. Penyakit ini kronis yang bertambah dan berkurang dalam keparahannya sebagai respon terhadap stres.

Gangguan yang berhubungan dengan gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive related disorders/OCRDs)

Variasi kemiripan telah diobservasi dari berbagai kondisi psikiatri dan neuropsikiatri dan GOK. OCRDs memiliki gambaran GOK dalam profil gejala dan fenomenologi, gambaran yang berhubungan, respons terhadap terapi. Secara fenomenologi, pasien dengan OCRDs memiliki gambaran obsesif dan kompulsif yang merupakan suatu tanggapan terhadap kebutuhan untuk menurunkan ketidaknyamanan dengan ritual dan kebutuhan untuk meningkatkan kesenangan. Dari sudut pandang klinis, onset dari OCRDs pada masa remaja, komorbiditas antara GOK dan OCRDs dan respon yang istimewa dari OCRDs terhadap agen serotonin menggambarkan hubungan yang

Page 3: Obsesif Kompulsif

penting antara GOK dan gangguan yang berhubungan. Akhirnya seperti juga GOK, OCRDs mungkin disebabkan oleh disregulasi dari jalur 5-HT pada area otak yang berbeda.

Penatalaksanaan Gangguan Obsesif Kompulsif

Sebelum tahun 1980, prognosis dari GOK buruk dan penemuan obat yang efektif secara revolusioner memberikan harapan bagi para penderita. Penelitian yang intensif di bidang farmakologi menunjukkan bahwa GOK berrespon secara selektif terhadap obat yang menghambat reuptake serotonin dari celah sinaps ( SRIs) yaitu clomipramine dan SRIs selective. Obat-obat seperti antidepresan trisiklik dan monoamine oxidase inhibitors menunjukkan hasil yang tidak efektif pada penelitian. Penelitian yang melihat efek dari obat benzodiazepine, lithium dan ECT memberikan hasil yang tidak konsisten. Pemberian satu macam obat SRI memberikan kesembuhan klinis pada 40-60% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Medikasi sangat jarang membawa pasien pada remisi. Respons pada penelitian GOK didefinisikan sebagai pengurangan gejala GOK 25-35 %. Tidak ada SRI yang terbukti lebih efektif dibanding dengan lainnya dalam penanganan kasus GOK. Meskipun demikian pasien sebagai seorang individu dapat berrespon dengan baik terhadap satu macam obat dibanding dengan yang lain dan sulit untuk menduga SRI yang mana yang bisa efektif diberikan pada pasien. Dengan demikian perlu mempertimbangkan faktor-faktor dalam menseleksi obat yaitu : Profil efek samping, waktu paruh, formulasi yang tersedia, dan harga. Gangguan obsesif kompulsif menunjukkan perbaikan yang lambat, berangsur-angsur yang dimulai dari beberapa hari setelah pemberian obat dan berlanjut beberapa bulan kemudian. Obat SRI yang sudah disetujui oleh FDA untuk terapi GOK pada orang dewasa adalah : Clomipramine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Sertraline, dan Paroxetine. Obat ini bersamaan dengan psikoterapi merupakan intervensi lini pertama pada pasien GOK.

Clomiperamine

Meskipun banyak obat antiobsesi yang muncul tetapi Clomiperamine suatu antidepresan trisiklik tetap merupakan terapi GOK yang efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Clomiperamine merupakan obat pertama yang disetujui FDA untuk GOK menunjukkan hasil yang superior pada penelitian RCT. Pada beberapa penelitian perbandingan dan metaanalisis RCT ditunjukkan bahwa tidak ada pengobatan yang lebih superior dibandingkan dengan Clomiperamine dalam menangani GOK. Bahkan lebih lanjut, Clomiperamine lebih efektif dibandingkan dengan SSRI dalam menangani GOK meskipun dengan profil tolerabilitas yang lebih buruk. Pada kebanyakan pasien, Clomiperamine dengan dosis 250mg/hari dan diberikan minimun 10 minggu menghasilkan efikasi yang cukup. Apabila didapatkan respon yang tidak adekuat atau intoleransi terhadap Clomiperamine oral maka dapat diberikat Clomiperamine intravena sebagai alternatif. Seperti obat trisiklik yang lain, Clomiperamine memiliki efek samping yang berhubungan dengan efek antikolinergik dan alfaadrenergik yaitu : mulut kering, konstipasi, pandangan kabur, hipotensi ortostatik, pusing dan nausea. Clomiperamine toksik pada overdose dan berpotensi mengakibatkan keadaan fatal yaitu kematian karena aritmia jantung, hipotensi, kejang. Setelah memberikan dosis akut pada pasien dan gejala obesesif kompulsif sudah terkontrol maka mengurangi dosis maintenance direkomendasikan untuk mecegah relaps dan meminimalkan efek samping.

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors

Page 4: Obsesif Kompulsif

SSRI merupakan terapi lini pertama pada GOK dengan bukti yang meyakinkan mengenai efikasi dari beberapa penelitian yang luas. Tolerabilitas dan penerimaan yang lebih baik dari Clomiperamine membuat SSRI menjadi terapi yang cocok pada GOK dan Clomiperamine menjadi terapi lini kedua pada mereka yang tidak dapat mentoleransi SSRI dan yang tidak berespon dengan SSRI. Pemilihan SSRI antara Fluoxetine, Fluvoxamine, Citalopram, Paroxetine, dan Sertraline cukup sulit tetapi pada umumnya tergantung pada masing-masing individu karena efeknya mirip satu dengan yang lain. Dosis yang direkomendasikan adalah :

Nama Generik Dosis terendah (mg/hari) Dosis tertinggi (mg/hari)Paroxetine 20 60Sertraline 50 200Fluvoxamine 150 300Fluoxetine 40 80Citalopram 20 60Clomiperamine 150 250

Pada kebanyakan pasien, terapi dengan SSRI memberikan perbaikan yang lambat dan berangsur-angsur. Terapi berlangsung jangka lama dan dosis dinaikkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pada pasien yang tidak berrespon dengan SSRI yang pertama maka dapat dirubah dengan menggunakan SSRI yang lain karena 25% pasien yang gagal dengan obat SSRI yang pertama dapat memberikan respon dengan obat SSRI lainnya. SSRI secara umum ditoleransi lebih baik dibandingkan dengan Clomiperamine karena efek samping yang lebih kurang pada antikolinergik dan anti alfaadenergik. Meski demikian SSRI dapat juga menyebabkan astenia, insomnia, nausea, dan gangguan fungsi seksual.

Psikoterapi

Cognitive behavioural therapy (CBT) merupakan terapi untuk GOK yang bisa sejajar bahkan lebih superior dibandingkan dengan farmakologi. Dalam CBT, pasien dihadapkan pada objek dan aktivitas yang menakutkan tanpa melakukan ritual kompulsif. Kunci dasar pada intervensi ini adalah exposure dan pencegahan respons atau ritual. CBT dapat digunakan sebagai tambahan pengobatan dengan SSRI. CBT juga berguna bagi pasien yang tidak mau meneruskan obat dan dapat berguna untuk mencegah terjadinya relaps.

Management pasien yang resisten terhadap terapi

Terdapat beberapa bentuk intervensi yang dapat diberikan pada pasien GOK yang berespon parsial dan tidak berespon terhadap pengobatan. Pada pasien yang memiliki respon parsial dapat dilakukan peningkatan dosis dan augmentasi dengan antipsikotik atipikal. Pada pasien yang tidak berespon setelah 2 atau 3 SSRI dan paling tidak 1 SNRI dan augmentasi dengan anti psikotik atipikal (risperidone atau olanzapine), strategi augmentasi lain perlu dipikirkan. Hal ini termasuk augmentasi dengan mood stabilisers (lithium, valproate), benzodiazepine (clonazepam) atau clomiperamine intravena. Pada kasus yang refrakter terhadap pengobatan perlu dipikirkan teknik stimulasi otak yaitu transcranial magnetic stimulation (TMS) dan deep brain stimulation (DBS). TMS adalah teknik non invasif menggunakan stimulasi elektrik pada area otak yang spesifik dengan induksi magnetik. DBS merupakan teknik yang agak invasif, reversible dan memerlukan prosedur neurosurgical dengan cara mengimplant 2/4 elektroda di anterior limb kapsula interna dihubungkan dengan kabel subkutan ke pulse generator di dada anterior.

Page 5: Obsesif Kompulsif

Terapi gangguan yang berhubungan dengan obsesif kompulsif

Terapi dengan menggunakan SSRI memberikan hasil yang istimewa pada gangguan : body dysmorphic disorders, hypocondriasis, gangguan depersonalisasi, anoreksia nervosa, judi patologis, perilaku seksual obsesif kompulsif, perilaku melukai diri dan trikotilomania. Pasien dengan gangguan impulsif seperti binge eating disorders dan compulsive buying memiliki respons yang cepat pada pemberian SSRI tetapi kemudian semakin berkurang. Pasien ini membutuhkan obat lain untuk stabilisasi seperti mood stabiliser. Lebih lanjut beberapa gangguan pengendalian gangguan impuls berhasil diterapi secara monoterapi dengan mood stabiliser dan anti konvulsan seperti lithium, valproate. Terapi perilaku juga bermanfaat pada terapi gangguan yang berhubungan dengan GOK.

Kesimpulan

Gangguan obsesif kompulsif dan gangguan lain yang berhubungan merupakan kondisi yang sering dan menimbulkan ketidakberdayaan dapat memberikan respon pada terapi farmakologi dan psikoterapi. Pilihan terapi ini tergantung pada berbagai faktor termasuk : keparahan gejala, penyakit komorbiditas, pilihan pasien. Kebanyakan klinisi secara konservatif menggabungkan farmakoterapi dengan psikoterapi. Pemberian obat SSRI secara umum dapat dilakukan di pelayanan primer kecuali apabila dibutuhkan dosis yang tinggi atau strategi augmentasi. Apabila pengobatan akan dihentikan maka penghentiannya sebaiknya dilakukan berangsur angsur dan bertahap. Pada pasien yang parah dan tidak memberikan respon dengan pengobatan bisa mendapat manfaat dengan pendekatan stimulasi otak (TMS dan DBS ) atau neurosurgery.

DEFINISIPenyakit Obsesif–Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi. Penyakit ini terjadi pada 2,3% dewasa. Penyebabnya tidak diketahui.

CIRI – CIRI OCD

Sebelum seseorang dilabel mengidap OCD, mereka perlu memenuhi kriteria sebagai berikut :

• Orang itu obsesional dari aspek pemikiran, bayangan atau cara yang bertubi-tubi (rumination), contohnya dia merasa tangannya kotor walaupun hakikatnya tidak.

• Individu tersebut berada dalam keadaan resah, cemas, tertekan dan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.

• Sadar dan apa yang berlaku sebenarnya bukan sesuatu yang sengaja dibuat-buat tetapi datang dari luar ‘ego alien‘ pada dirinya.

Page 6: Obsesif Kompulsif

• Individu tersebut tahu bahwa pemikiran atau bayangan yang hadir dalam dirinya itu adalah kacau, tidak logis dan tidak sepatutnya terjadi.

• Melawan dan menahan pemikiran yang datang dan menyebabkan dirinya menjadi resah.

GEJALAObsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan.

Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja.

Ritual dilakukan untuk mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa :

Mencuci atau membersihkan supaya terbebas dari pencemaran. Memeriksa untuk menghilangkan keraguan.

Menimbun untuk mencegah kehilangan.

Menghindari orang yang mungkin menjadi obyek penyerangan.

Sebagian besar ritual bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang atau memeriksa pintu berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah dikunci.Ritual lainnya merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau membuat pernyataan berulang untuk menghilangkan bahaya.

Penderita bisa terobsesi oleh segala hal, dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut.

Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perilaku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.

Penyakit obsesif–kompulsif berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada psikosa penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan.

Penderita merasa takut dipermalukan sehingga mereka melakukan ritualnya secara sembunyi-sembunyi.

Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis.

Page 7: Obsesif Kompulsif

Faktor-Faktor Yang Meningkatkan Risiko Seseorang Mendapat OCD

a. Genetik – (Keturunan) Anggota keluarga yang mungkin mempunyai sejarah penyakit ini meningkatkan lagi risiko OCD.

b. Organik – Masalah organik seperti lesi di bagian-bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.

c. Kepribadian – Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerjasama dan tidak mudah mengalah.

d. Pengalaman masa lalu – Pengalaman masa lalu / lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.

e. Konflik – Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-isteri, di tempat kerja, keyakinan diri, keTuhanan atau apa saja yang dapat mencetuskan konflik dalam diri. Namun konflik ini tidak dapat diselesaikan dengan cara yang positif atau benar sehingga menyebabkan mereka merasa tertekan dengan konflik tersebut. Dengan arti kata lain, apapun peristiwa atau tragedi yang dapat mencetuskan tekanan akan menimbulkan gejala-gejala OCD.

DIAGNOSADiagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan penuturan penderita mengenai perilakunya.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab fisik, dan penilaian psikis dilakukan untuk menyingkirkan kelainan jiwa lainnya.

Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan wawancara berdasarkan kuosioner Skala Obsesif-Kompulsif Yale-Brown.

PENGOBATANTerapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang bisa membantu mengatasi penyakit ini. Penderita dihadapkan kepada situasi atau orang yang memicu timbulnya obsesi, ritual maupun rasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman atau kecemasan secara bertahap akan berkurang jika penderita mencegah dirinya melakukan ritual selama dihadapkan kepada rangsangan tersebut. Dengan cara ini, penderita memahami bahwa untuk menghilangkan rasa tidak nyaman tidak perlu melakukan ritual.

Obat-obatan yang efektif untuk mengatasi penyakit obsesif-kompulsif adalah klomipramin, fluoksetin dan fluvoksamin. Adakalanya penderita perlu mengkonsumsi obat-obatan ini dalam waktu yang agak lama seperti dua hingga tiga tahun bergantung kepada respon terhadap pengobatan.

Page 8: Obsesif Kompulsif

Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatar-belakangi terjadinya penyakit ini. Pendekatan psikoterapi ini mencakup psikoterapi kognitif dan psikoterapi tingkah laku :

a. Psikoterapi kognitif – Penderita akan dibantu mengatasi masalah ini melalui saran dan perbincangan berdasarkan pemikiran yang rasional.

b. Psikoterapi tingkah laku – Terapi ini lebih bercorak kepada pemaparan dan tindakan pencegahan yang bertahap.

Biasanya kombinasi dari psikoterapi dan obat-obatan merupakan pengobatan yang terbaik bagi penyakit obsesif-kompulsif.

Bagaimanapun, sembuh atau tidaknya seorang penderita bergantung kepada :

Keseriusan masalah yang dihadapi Kerjasama dan kepatuhan terhadap terapi yang diberikan

Dukungan individu yang hampir seperti anggota keluarga atau teman.

Lamanya mengidap penyakit tersebut.

Penderita juga perlu dibantu mengatasi masalah yang mereka hadapi, baik masalah keuangan, perkawinan, hubungan sosial dan sebagainya.

Sumber :

1. Kelainan Obsesif – Kompulsif. http://www.indonesiaindonesia.com/f/10613-kelainan-obsesif-kompulsif/ . Sumber : Apotik online dan media informasi obat - penyakit : m e d i c a s t o r e . c o m

2. Obsesif Kompulsif (OCD). Malaysia Mental Health Association (MMHA). http://www.mentalhealth.org.my

Kelainan Obsesif–Kompulsif = Obsessive–Compulsive Disorder   (OCD)

Februari 9, 2009 at 8:28 am (Psikiatri / Kedokteran Jiwa) (gangguan obsesif-kompulsif, OCD)

Page 9: Obsesif Kompulsif

DEFINISIPenyakit Obsesif – Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi. Penyakit ini terjadi pada 2,3% dewasa. Penyebabnya tidak diketahui.

CIRI – CIRI OCD

Sebelum seseorang dilabel mengidap OCD, mereka perlu memenuhi kriteria sebagai berikut :

• Orang itu obsesional dari aspek pemikiran, bayangan atau cara yang bertubi-tubi (rumination), contohnya dia merasa tangannya kotor walaupun hakikatnya tidak.

• Individu tersebut berada dalam keadaan resah, cemas, tertekan dan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.

• Sadar dan apa yang berlaku sebenarnya bukan sesuatu yang sengaja dibuat-buat tetapi datang dari luar ‘ego alien‘ pada dirinya.

• Individu tersebut tahu bahwa pemikiran atau bayangan yang hadir dalam dirinya itu adalah kacau, tidak logis dan tidak sepatutnya terjadi.

• Melawan dan menahan pemikiran yang datang dan menyebabkan dirinya menjadi resah.

GEJALAObsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan.

Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja.

Ritual dilakukan untuk mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa :

Mencuci atau membersihkan supaya terbebas dari pencemaran. Memeriksa untuk menghilangkan keraguan. Menimbun untuk mencegah kehilangan. Menghindari orang yang mungkin menjadi obyek penyerangan.

Sebagian besar ritual bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang atau memeriksa pintu berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah dikunci.Ritual lainnya merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau membuat pernyataan berulang untuk menghilangkan bahaya.

Page 10: Obsesif Kompulsif

Penderita bisa terobsesi oleh segala hal, dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut.

Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perilaku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.

Penyakit obsesif–kompulsif berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada psikosa penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan.

Penderita merasa takut dipermalukan sehingga mereka melakukan ritualnya secara sembunyi-sembunyi.

Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis.

Faktor-Faktor Yang Meningkatkan Risiko Seseorang Mendapat OCD

a. Genetik – (Keturunan) Anggota keluarga yang mungkin mempunyai sejarah penyakit ini meningkatkan lagi risiko OCD.

b. Organik – Masalah organik seperti lesi di bagian-bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.

c. Kepribadian – Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerjasama dan tidak mudah mengalah.

d. Pengalaman masa lalu – Pengalaman masa lalu / lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.

e. Konflik – Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-isteri, di tempat kerja, keyakinan diri, keTuhanan atau apa saja yang dapat mencetuskan konflik dalam diri. Namun konflik ini tidak dapat diselesaikan dengan cara yang positif atau benar sehingga menyebabkan mereka merasa tertekan dengan konflik tersebut. Dengan arti kata lain, apapun peristiwa atau tragedi yang dapat mencetuskan tekanan akan menimbulkan gejala-gejala OCD.

Page 11: Obsesif Kompulsif

DIAGNOSADiagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan penuturan penderita mengenai perilakunya.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab fisik, dan penilaian psikis dilakukan untuk menyingkirkan kelainan jiwa lainnya.

Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan wawancara berdasarkan kuosioner Skala Obsesif-Kompulsif Yale-Brown.

PENGOBATANTerapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang bisa membantu mengatasi penyakit ini. Penderita dihadapkan kepada situasi atau orang yang memicu timbulnya obsesi, ritual maupun rasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman atau kecemasan secara bertahap akan berkurang jika penderita mencegah dirinya melakukan ritual selama dihadapkan kepada rangsangan tersebut. Dengan cara ini, penderita memahami bahwa untuk menghilangkan rasa tidak nyaman tidak perlu melakukan ritual.

Obat-obatan yang efektif untuk mengatasi penyakit obsesif-kompulsif adalah klomipramin, fluoksetin dan fluvoksamin. Adakalanya penderita perlu mengkonsumsi obat-obatan ini dalam waktu yang agak lama seperti dua hingga tiga tahun bergantung kepada respon terhadap pengobatan.

Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatar-belakangi terjadinya penyakit ini. Pendekatan psikoterapi ini mencakup psikoterapi kognitif dan psikoterapi tingkah laku :

a. Psikoterapi kognitif – Penderita akan dibantu mengatasi masalah ini melalui saran dan perbincangan berdasarkan pemikiran yang rasional.

b. Psikoterapi tingkah laku – Terapi ini lebih bercorak kepada pemaparan dan tindakan pencegahan yang bertahap.

Biasanya kombinasi dari psikoterapi dan obat-obatan merupakan pengobatan yang terbaik bagi penyakit obsesif-kompulsif.

Bagaimanapun, sembuh atau tidaknya seorang penderita bergantung kepada :

Keseriusan masalah yang dihadapi Kerjasama dan kepatuhan terhadap terapi yang diberikan Dukungan individu yang hampir seperti anggota keluarga atau teman. Lamanya mengidap penyakit tersebut.

Penderita juga perlu dibantu mengatasi masalah yang mereka hadapi, baik masalah keuangan, perkawinan, hubungan sosial dan sebagainya.

Sumber :

Page 12: Obsesif Kompulsif

1. Kelainan Obsesif – Kompulsif. http://www.indonesiaindonesia.com/f/10613-kelainan-obsesif-kompulsif/ . Sumber : Apotik online dan media informasi obat - penyakit : m e d i c a s t o r e . c o m

2. Obsesif Kompulsif (OCD). Malaysia Mental Health Association (MMHA). http://www.mentalhealth.org.my

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1 LATAR BELAKANG

            Ganguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan.1 Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 – 3% dari populasi.1,2,3,4

            Gangguan obsesif – kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat.3 Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif – kompulsif datang ke beberapa dokter sebelum mereka ke psikiater dan umumnya 9 tahun mendapat terapi, baru kemudian mendapat diagnosis yang benar.4 Hal ini menunjukkan bahwa dokter selain psikiater penting untuk mendapat diagnosis yang benar.

 

1.2 TUJUAN

            Makalah yang berjudul “Gangguan Obsesif – Kompulsif” ini dibuat untuk membahas etiologi, gejala klinis, diagnosis, serta prognosis dari penyakit ini. Dengan itu dapat lebih baik untuk mendiagnosis penyakit ini dengan tepat.

Page 13: Obsesif Kompulsif

BAB 2

PEMBAHASAN

 

2.1 DEFINISI

            Obsesi adalah ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan. Sedangkan kompulsi adalah kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan.2

            Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).1

 

2.2 EPIDEMIOLOGI

            Prevalensi dari gangguan obsesif – kompulsif pada populasi umum adalah 2 -3%.1,2,3,4 Pada sepertiga pasien obsesif – kompulsif, onset gangguan ini adalah sekitar usia 20 tahun, pada pria sekitar 19 tahun dan pada wanita sekitar 22 tahun. Perbandingan yang sama dijumpai pada laki-laki dan perempuan dewasa, akan tetapi remaja laki – laki lebih mudah terkena daripada remaja perempuan.2

Page 14: Obsesif Kompulsif

2.3 ETIOLOGI

Faktor Biologis

            Banyak penelitian yang mendukung adanya hipotesis bahwa disregulasi serotonin berpengaruh pada pembentukan gejala gangguan obsesif – kompulsif, tetapi serotonin sebagai penyebab gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. Genetik juga diduga berpengaruh untuk terjadinya gangguan obsesif – kompulsif dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar monozigot dan dizigot.2

 

Faktor Tingkah Laku

            Menurut  teori, obsesi adalah stimulus yang terkondisi. Sebuah stimulus yang relatif netral diasosiasikan dengan rasa takut atau cemas melalui proses pengkondisian responden yaitu dengan dihubungkan dengan peristiwa – peristiwa yang menimbulkan rasa cemas atau tidak nyaman.

            Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menyadari bahwa perbuatan tertentu dapat mengurangi kecemasan akibat obsesif, orang tersebut mengembangkan suatu strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau ritual untuk mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan, karena efikasinya dalam mengurangi kecemasan, strategi penghindaran ini menjadi suatu pola tetap dalam kompulsi.2

 

Faktor Psikososial

            Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif – kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam fase perkembangannya.2 Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif – kompulsi. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alas an timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.5

 

2.4 GEJALA KLINIS

            Gejala pasien gangguan obsesif – kompulsif mungkin berubah sewaktu – waktu tetapi gangguan ini mempunyai empat pola gejala yang paling sering ditemui, yaitu :

1. Kontaminasi

Page 15: Obsesif Kompulsif

Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau kompulsi menghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanya sulit untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman.

2. Keraguan Patologis

Obsesi ini biasanya diikuti oleh kompulsi pemeriksaan berulang. Pasien memiliki keraguan obsesif dan merasa selalu merasa bersalah tentang melupakan sesuatu atau melakukan sesuatu.

3. Pemikiran yang Mengganggu

Obsesi ini biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan agresif atau seksual yang salah oleh pasien.

4. Simetri

Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan kompulsi kelambanan. Pasien membutuhkan waktu berjam – jam untuk menghabiskan makanan atau bercukur.2

Beberapa gejala yang berhubungan dengan gangguan obsesif – kompulsif adalah sebagai berikut :3

OBSESI KOMPULSIPerhatian terhadap kebersihan (kotoran, kuman, kontaminasi)

Ritual mandi, mencuci dan membersihkan yang berlebihan

Perhatian terhadap ketepatan Ritual mengatur posisi berulang – ulangPerhatian terhadap peralatan rumah tangga (piring, sendok)

Memeriksa berulang – ulang dan membuat inventaris peralatan

Perhatian terhadap sekresi tubuh (ludah, feces, urine)

Ritual menghindari kontak dengan sekret tubuh, menghindari sentuhan

Obsesi religius Ritual keagamaan yang berlebihan (berdoa sepanjang hari)

Obsesi seksual (nafsu terlarang atau tindakan seksual yang agresif)

Ritual berhubungan seksual yang kaku

Obsesi terhadap kesehatan (sesuatu yang buruk akan terjadi dan menimbulkan kematian)

Rituall berulang (pemeriksaan tanda vital berulang, diet yang terbatas, mencari informasi tentang kesehatan dan kematian

Onsesi ketakutan (menyakiti diri sendiri atau orang lain)

Pemeriksaan pintu, kompor, gembok dan rem darurat berulang – ulang

Pemikiran mengganggu tentang suara, kata – kata atau musik

Menghitung, berbicara, menulis, memainkan alat musik dengan suatu ritual yang beragam

 

Page 16: Obsesif Kompulsif

2.5 DIAGNOSIS

Pedoman diagnostik

            Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut – turut.

           

Gejala – gejala obsesif harus mencakup hal – hal berikut :

-         Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

-         Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

-         Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).

-         Gagasan , bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi. Penderita gangguan obsesif – kompulsif sering kali juga menunjukkan gejala depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran – pikiran obsesif selama episode depresinya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala – gejala yang timbul terlebih dahulu.

Diagnosis gangguan obsesif – kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif – kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.

Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.

 

 

Page 17: Obsesif Kompulsif

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

Pedoman Diagnostik

-         Keadaan ini dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran atau impulls (dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien).

-         Meskipun isi pikiran tersebut berbeda – beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan (distress).

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsi

Pedoman Diagnostik

-         Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan : kebersihan (khususnya mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi atau masalah kerapihan dan keteraturan.

Hal tersebut dilatar belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya dan tindakan ritual tersebut meriupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut.

-         Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang – kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan.

 

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

Pedoman Diagnostik

-         Kebanyakan dari penderita – penderita obsesif – kompulsif memperlihatkan pikiran serta tindakan kompulsif.

Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut sama – sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

-         Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. Hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap terapi perilaku.

 

Page 18: Obsesif Kompulsif

Pengobatan Dosis Inisial Harian

Dosis Target Harian

Efek Samping

Selective Serotonin Reuptake Inhibitor

Fluoxetine (prozac)

Fluvoxamine (luvox)

Sertraline (paxil)

Paroxetine (paxil)

Citalopram (celexa)

Escitalopram (lexapro)

mg

 

 

20

 

50

 

20

20

20

 

10

 

mg

 

 

80

 

300

 

200

60

60

 

Tidak diketahui

Anxietas, penurunan libido, disfungsi seksual, diare, sedasi, sakit kepala, insomnia, mual, dizziness

Clomipramine (anafranil, tricyclic antidepressant)

25 - 50 250 Dizziness, sedasi, mulut kering, peningkatan BB, disfungsi seksual

Venlafaxine (effexor)

75 375 Gangguan akomodasi, pandangan kabur, sakit kepala, parastesia, mual, penurunan BB, withdrawl syndrome (dizziness, mual, lemah)

Page 19: Obsesif Kompulsif

F42.8 Gangguan Obsesif – Kompulsif Lainnya

F42.9 Gangguan Obsesif – Kompulsif Yang Tidak Tergolongkan6

 

2.6 DIAGNOSIS BANDING

            Gangguan obsesif – kompulsif dibedakan dengan gangguan kepribadian obsesif – kompulsif berdasarkan adanya gangguan fungsi yang tidak ditemukan pada pasien gangguan kepribadian obsesif – kompulsif, tetapi ditemukan pada pasien gangguan obsesif – kompulsif.2

            Diagnosa skizofenia dapat disingkirkan dengan tidak adanya gejala – gejala skizofrenia (halusinasi dan waham) dan juga melalui tilikan pasien terhadap penyakitnya.2,3

            Gangguan neurologis lain yang harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding adalah sindrom Tourette, gangguan TIK lainnya, epilepsi lobus temporalis, dan kadang – kadang komplikasi post ensefalitis dan trauma. Gejala khas sindrom Tourette dalah TIK motorik dan fokal yang muncul sangat sering, bahkan hampir setiap hari. Sekitar 90% pasien dengan sindrom Tourette memiliki gejala kompulsi dan 2/3 memenuhi kriteria diagnostik gangguan obsesif – kompulsif.

 

2.7 PENATALAKSANAAN

            Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif – kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Kombinasi kedua bentuk terapi tersebut memberikan hasil yang lebih efektif daripada terapi tunggal.4

Farmakoterapi

            Dua kelompok obat – obatan yang terbukti efektif untuk terapi pada pasien gangguan obsesif – kompulsif adalah SSRI antara lain fuoxetine, fluvoxamine, paroxetine, setraline, dan TCA yaitu clomipramine.2,3,4 Dosis dan efek samping adalah sebagai berikut :

 

Terapi Tingkah Laku

Page 20: Obsesif Kompulsif

            Baku emas terapi tingkah laku untuk gangguan obsesif – kompulsif meliputi paparan dan pencegahan ritual. Pada terapi ini pasien dipaparkan dengan stimuli yang memprovokasi obsesinya misalnya dengan menyentuh objek yang terkontaminasi dan juga pasien ditahan untuk tidak kompulsi misalnya menunda mencuci tangan.

            Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal karena adanya habituasi.4

 

2.8 PROGNOSIS

            Sekitar 20 – 30% pasien menunjukkan perubahan gejala yang signifikan. 40 – 50% menunjukkan perubahan sedang, sedangkan sekitar 20 – 40% tetap terganggu bahkan bertambah parah.

            Beberapa kondisi yang dapat memperburuk prognosis gangguan obsesif – kompulsif adalah apabila pasien tidak mampu menahan dorongan kompulsi, onset pada masa kecil, kompulsi yang aneh atau kacau, pasien rawat inap disertai gangguan depresi berat, keyakinan delusional atau gangguan skizotipal, tidak respon atau menolak terapi yang dianjurkan. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.2

BAB 3

KESIMPULAN

 

             Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut – turut.

            Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif – kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.

Page 21: Obsesif Kompulsif

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Diagnostic and statistical manual of mental disorder, 4th ed. DSM-IV Washington DC : American Psychiatry Association, 1994.

2. Saddock BJ, Saddock VA. Obsessive-Compulsive Disorder. Dalam : Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, ninth ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2003. h 616-23.

3. Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you recognize baffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.

4. Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 259-65 5. Elkin GD. Obsessive compulsive disorder. Dalam : Introduction to Clinical Psychiatry. 1st

ed. Appleton & Lange, USA, 1999. h 95-8 6. Gangguan obsesif – kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa; rujukan

ringkas dari PPDGJ – III. Maslim R, penyunting. Jakarta; 2003.76-7.

ABSTRAK Dari aspek klinik kecemasan dapat dijumpai pada orang dengan stres normal; pada orang dengan sakit fisik berat, lama dan kronis; pada penderita gangguan psikiatri berat atau merupakan gangguan yang berdiri sendiri. Dikenal 5 jenis gangguan kece-masan, yaitu 1) gangguan panik, 2) gangguan cemas umum, 3) gangguan fobik, 4) gangguan obsesif kompulsif dan 5) gangguan stress pasca trauma. Untuk penyembuhan dengan baik dan mencegah ketergantungan obat anxiolitik diberikan terapi kombinasi yaitu psikoterapi dan psikofarmaka. Pendekatan psiko-farmaka adalah dengan obat-obatan anxiolitik yang meliputi tranquilizer minor baik golongan benzodiazepin maupun non benzodiazepin, hipnotik, antidepresan trisiklik, monoamin inhibitor (MAOI), serotonin reuptake inhibitor (SRI) dan specific seroto-nine reuptake inhibitor (SSRI). Kata kunci: gangguan kecemasan - gambaran klinik - psikofarmaka PENDAHULUAN Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respons mental dan fisik terhadap situasi yang menakut-kan dan mengancam. Secara mendasar lebih merupakan res-pons fisiologis ketimbang respons patologis terhadap ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan merupakan respons yang sangat diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan orang untuk meng-hadapi ancaman (baik fisik maupun psikologik).(3)Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Ce-mas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stress kehidupan sehari-hari.(9) Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang disebabkan oleh tekanan ekonomi yang berkepanjangan, pe-

Page 22: Obsesif Kompulsif

nyakit kronik dan serius atau permasalahan keluarga maka akan berlangsung lama; kecemasan yang berkepanjangan sering menjadi patologis. Ia menghasilkan serombongan gejala-gejala hiperaktivitas otonom yang mengenai sistem muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal dan bahkan genitourinarius (Tabel 1). Respons kecemasan yang berke-panjangan ini sering diberi istilah gangguan kecemasan, dan ini merupakan penyakit.(1,3,9)Dari aspek klinik kecemasan dapat dijumpai pada orang yang menderita stress normal; pada orang yang menderita sakit fisik berat, lama dan kronik; pada orang dengan gang-guan psikiatri berat (skizofrenia, gangguan bipoler dan depre-si); dan pada segolongan penyakit yang berdiri sendiri yang dinamakan gangguan kecemasan.(1,10)Yang dibahas di sini adalah kelompok terakhir yang terdiri dari 5 macam yaitu: 1) gangguan panik, dengan ciri munculnya mendadak tanpa faktor pencetus; 2) gangguan cemas umum, yaitu kecemasan Cermin Dunia Kedokteran No. 135, 2002 24

Page 23: Obsesif Kompulsif
Page 24: Obsesif Kompulsif

yang diderita bersifat mengambang bebas dan berlangsung menahun (kronik); 3) gangguan fobik yaitu kecemasan atau ketakutan terhadap situasi atau obyek tertentu (spesifik); 4) gangguan obsesif kompulsif, yaitu kecemasan yang men-dorong penderita secara menetap untuk mengulangi pikiran atau perilaku tertentu dan; 5) gangguan stress pasca trauma yaitu kecemasan yang timbul setelah penderita mengalami peristiwa yang sangat menegangkan.(1)PREVALENSI GANGGUAN KECEMASAN Survai terkini di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang datang berobat ke dokter non psikiater me-rupakan pasien dengan gangguan mental.(1)Dari jumlah ter-sebut minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan.(1) Di Indonesia penelitian yang dilakukan di Puskesmas Ke-camatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984 menunjukkan bah-wa di puskesmas jumlah gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73% untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.(5)DIAGNOSIS GANGGUAN KECEMASAN Dalam makalah ini yang akan dibicarakan adalah diag-nosis praktis. Pendekatan ini dianjurkan untuk dipakai oleh para dokter umum yang mempunyai banyak pasien dalam praktek medis sehari-hari.(1)Dari anamnesis dan pemeriksaan pasien dapat ditegakkan diagnosis kerja (secara cepat) untuk gangguan kecemasan apa-bila didapatkan keluhan baik somatik (fisik) maupun psiko-logik dan kognitif serta tanda-tanda obyektif kecemasan.(1,3)Keluhan-keluhan dan tanda-tanda obyektif yang sering dida-patkan dalam praktek medis sehari-hari yang merujuk pada gangguan kecemasan adalah sebagai berikut (Tabel 1).(1-3)Tabel 1. Keluhan dan Tanda Obyektif dari Gangguan Kecemasan(1,3)

Keluhan Kognitif dan Psikologis -Perasaan cemas, khawatir, was-was -Ragu-ragu untuk bertindak atau memutuskan sesuatu, takut salah. -Perasaan takut dalam situasi, obyek atau keadaan tertentu (sendirian, gelap, kamar tertutup, berada di ketinggian dsb.) -Tidak enak, gelisah -Takut mati, takut menjadi gila atau pikiran-pikiran yang cenderung negatif baik terhadap diri-sendiri ataupun lingkungan

Page 25: Obsesif Kompulsif

-Merasa tegang -Insomnia, sulit untuk memulai (jatuh) tidur/early insomnia -Mudah terkejut, terlalu waspada -Mudah marah (iritable) -Perasaan cemas tersebut mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan penderita sehingga fungsi pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilakunya terpengaruhi. Keluhan Fisik ·Neurologik dan Vaskuler -Sakit kepala, pusing, kepala terasa enteng -Nggliyer (dizziness), seperti mau pingsan -Vertigo (pusing berputar) -Tangan gemetaran -Pandangan kabur -Baal dan kesemutan ·Kardiovaskuler -Palpitasi (berdebar-debar/deg degan : Jawa) -Nyeri dada, dada terasa panas ·Respirasi -Nafas pendek -Dispnoe (sesak nafas) -Hiperventilasi (frekuensi nafas sering) ·Gastrointestinal -Mulut kering -Tenggorokan seperti tercekik; tenggorokan kering -Perasaan tidak enak di lambung -Nausea dan vomitus (mual dan muntah) -Diare ·Genitourinarius -Sering berkemih -Nyeri saat berkemih -Ejakulasi prematur -Impotensia ·Sistim Muskuloskeletal -Nyeri otot kepala terutama otot leher -Sakit dan nyeri otot ·Kulit -Keringat berlebihan -Telapak tangan dan kaki basah dan terasa dingin Tanda Obyektif -Penderita tampak gugup, gelisah, tidak dapat duduk santai -Suara bergetar, gagap

Page 26: Obsesif Kompulsif

-Palpitasi -Hiperventilasi -Berkeringat banyak atau telapak tangan dan kaki lembab

PSIKOFARMAKOLOGI Untuk penyembuhan dengan baik pasien dengan gangguan kecemasan adalah kombinasi farmakoterapi (psikofarmaka) dengan psikoterapi. Mengapa kombinasi? Pertimbangannya adalah bahwa psikoterapi mempunyai keunggulan tidak adiktif tetapi kerugiannya lambat dalam efek terapetiknya. Sebaliknya anxiolitik mempunyai keunggulan efek terapetik cepat dalam menurunkan tanda dan gejala kecemasan tetapi mempunyai kerugian resiko adiksi. Dalam terapi kombinasi diberikan obat anxiolitik terlebih dahulu sampai 2 minggu, kemudian dila-kukan psikoterapi yang dimulai pada awal minggu kedua di samping obat anxiolitik masih tetap diberikan tetapi secara bertahap diturunkan dosisnya (tapering off sampai minggu ke empat pengobatan).(1)Ada juga yang membedakan kasus baru dan lama. Kasus baru diberikan sampai 2 bulan bebas gejala kemudian dilakukan tapering off untuk penghentian peng-obatan; kasus lama diberikan sampai 6 bulan bebas gejala kemudian dilakukan tapering off untuk penghentian peng-obatan.(5)Psikoterapi yang sering digunakan untuk gangguan kecemasan adalah psikoterapi berorientasi insight, terapi peri-laku, terapi kognitif atau psikoterapi provokasi kecemasan jangka pendek.(l)Obat-obatan yang sering digunakan untuk anxiolitik (me-ngurangi atau menghilangkan gejala gangguan kecemasan) adalah golongan benzodiazepin, non-benzodiazepin, anti-depresan: trisiklik, monoamin inhibitor [MAOI], serotonin reuptake inhibitor [SRI], specific serotonin reuptake inhibitor [SSRI]. Mengenai penggolongan (klasifikasi) obat-obat anxi-olitik, nama dagang serta dosis terapetiknya dapat dilihat pada Tabel 2. Cermin Dunia Kedokteran No. 135, 2002 25

Page 27: Obsesif Kompulsif
Page 28: Obsesif Kompulsif

Tabel 2. Klasifikasi Obat Anxiolitik, nama dagang di pasaran dan dosis terapetiknya(2,5,6,9)

Anxiolitik (tranquilizer minor) a. Golongan benzodiazepin Chlordiazepoxide Librium 15 -100 Diazepam Valium 4 - 80 Lorazepam Ativan 2 - 10 Bromazepam Lexotan 2 - 18 Chlorazepate Tranxene 15 Clobazam Frisium 20 - 30 Alprazolam Xanax 0,75 - 4 Clonazepam Rivotril 0,75 - 8 b. Golongan non-benzodiazepin Opipramol Insidon 50 - 300 Buspiron Buspar 10 - 60 Hipnotika/antiinsomnia a. Khasiat Panjang Flurazepam Dalmadorm 15 - 30 Diazepam Valium 4 - 80 b. Khasiat Menengah Estazolam Esilgan 1- 4 Nitrazepam Mogadon, Dumolid 2,5 - 5 c. Khasiat Pendek Triazolam Halcion 0,125 - 0,25 Lorazepam Ativan 2 - 10 Antidepresan a. Trisiklik Amitriptiline Laroxyl 75 -300 Imipramine Tofranil 75 - 300 b. Siklik atipik Amoxapine Asendin 200 - 300 Maprotiline Ludiomil 10 - 225 Mianserine Tolvon 20 - 60 c. Monoamine Inhibitor (MAOI) Moclobemide Aurorix

Page 29: Obsesif Kompulsif

30 - 600 d. Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI) Clomipramine Anafranil 50 - 150 e. Specific Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) Fluoxetine Prozac 20 - 80 Fluvoxamine Luvox 50 - 300 Paroxetine Seroxat 20 - 60 Sertraline Zoloft 50 - 200

Secara umum obat-obatan di atas efektif untuk terapi gangguan kecemasan, baik tunggal maupun kombinasi ter-gantung pada kondisi pasien, dan pengalaman dokter terhadap jenis atau golongan obat-obat tersebut. Untuk gangguan obsesif kompulsif obat yang dikenal efektif adalah clonazepam, SSRI yang meliputi fluoxetine, paroxetine, fluvoxamine dan sertraline(8)(Tabel 3). Tabel 3. Farmakoterapi untuk masing-masing jenis gangguan kece-masan(2,4,6,8)

Jenis Gaugguan Kecemasan Farmakoterapi Gangguan Panik Benzodiazepin Antidepresan trisiklik MAOI Buspiron SRI SSRI Farmakoterapi kombinasi untuk pasien membandel atau adanya komorbiditas dengan gangguan lainnya Gangguan Fobik Sama Gangguan Cemas Umum Sama Gangguan Stress Pasca Trauma Sama Gangguan Obsesif Kompulsif Clonazepam Fluoxetine Paroxetine Sertraline Fluvoxamine

PROGNOSIS Dengan kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi, anxietas sekarang ini dapat disembuhkan dengan baik. Namun dalam praktek sehari-hari sering pasien diberikan anxiolitik saja dan tanpa kontrol yang ketat. Pada penderita seperti ini maka prog-nosisnya buruk atau minimal dubia.(1)KEPUSTAKAAN 1.

Page 30: Obsesif Kompulsif

Aris Sudiyanto. Aspek Klinik Gangguan Kecemasan. Simposium Nasio-nal Awareness Anxiety Programe. 5 Agustus 2000. 2.Biederman J. Psychopharmacology. In Wiener JM, editor. Textbook of Child and Adolescent Psychiatry 1st

ed. American Psychiatric Press, 1991; pp. 550, 552, 557. 3.Deva MP. Presentation and Management of Anxiety Disorder in Family Practice. Medical Progress January, 2001 pp. 16-20. 4.Dirjen Yanmed, Depkes RI. Pedoman penatalaksanaan Kedaruratan Psikiatri untuk RSU kelas C dan D. 1998; hal. 18-21. 5.Dirjen Yanmed, Depkes RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasi-litas Umum. 1995. hal. 2-3; 29; 65-6. 6.Joyce PR. Serotonine Reuptake Inhibitor A New Class of Anti-depressants. Medical Progress. (June) 1993; pp. 11 4. 7.Menkes DB. Antidepressant Drugs. Medical Progress. July, 1992; 17-8. 8.Park T, et al. Obsessive Compulsive Disorder Treatment Option Medical Progress (November) 1997; pp. 37-42. 9.Trisulo Wasyanto. Gangguan Cemas pada Penyakit Jantung. Simposium Nasional Awareness Anxiety Program. 5 Agustus 2000. 10.Yul Iskandar. Aspek Biologik dari Anxietas. Simposium Nasional Awareness Anxiety Program. 5 Agustus 2000