Obligasi beres

download Obligasi beres

of 58

Transcript of Obligasi beres

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    1/58

      1

    AB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Pendanaan Pembangunan Daerah selama ini bersumber dari pendapatan

    asli daerah. Dana Perimbangan/Dana Alokasi Umum (DAU) dan dana

    Perimbangan/Dana Alokasi Khusus (DAK). Ketiga sumber pendanaan tersebut

    dapat dikatakan relatif sedikit untuk memicu pertumbuhan pengembangan daerah.

    Dari sisi pendapatan misalnya, pencapaian target pendapatan daerah khususnya

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus didukung oleh kemampuan Pemerintah

    Daerah dalam menggali potensi PAD, sedangkan disisi lain, belanja daerah harus

    seimbang komposisinya sesuai dengan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 dan PP

     No. 105 tahun 2000.

    Hal ini di karenakan ketiga sumber pendanaan tersebut banyak terserap pada

     belanja rutin. Dengan kondisi keuangan tersebut tentunya sulit bagi pemerintah

    daerah untuk melaksanakan berbagai proyek pembangunan karena keterbatasan

    anggaran. Oleh sebab itu berbagai terobosan harus dilakukan oleh pemerintah

    daerah dalam upaya mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan demi

    tercapainya kesuksesan pelaksanaan otonomi daerah.

    Adanya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 yang menggantikan Undang-

    Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

    Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan sebuah peluang kepada pemerintah

    daerah untuk menggali dana ( Fund Raising)  dalam rangka pembangunan dan

     pengembangan daerah melalui penerbitan obligasi daerah seperti yang dituangkan

    dalam pasal 57 Undang-Undang tersebut yang lebih rinci mengatur obligasi

    daerah sebagai salah satu sumber pembiayaan daerah.

    Obligasi daerah sebagai sumber dana, sudah lama dijadikan wacana dan bahan

     pembicaraan, baik di forum-forum formal baik didaerahnya maupun dipusat. Jika

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    2/58

      2

     penerbitan obligasi daerah dapat direalisasikan, maka dalam struktur APBD

    obligasi daerah merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan dan tentunya

    dapat pula menjadi dukungan keuangan bagi pemerintah daerah.

    Secara resmi pemerintah daerah sudah dapat mempersiapkan penerbitan dan

     penjualan obligasi daerah kemasyarakat sejak ditetapkannya ketentuan itu dalam

    rapat Paripurna DPR yang mengesahkan amandemen pasal 51 UU Nomor 25

    tahun 1999. Walaupun peraturan pemerintah yang mengatur tentang mekanisme

     penerbitan dan penjualan obligasi daerah baru diterbitkan tahun 2006.

    Menyikapi peluang penerbitan obligasi daerah tersebut, beberapa Pemerintah

    Propinsi di Indonesia bahkan telah melakukan kajian persiapan untuk menerbitkan

    obligasi, diantaranya pemerintah Propinsi Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa Pemerintah Propinsi lainnya. Untuk Pemerintah Propinsi Sumatera

    Utara sudah seharusnya melakukan kajian yang sama tentang kemungkinan

     penerbitan obligasi daerah sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan.

    Kajian ini menjadi sangat urgen, karena pada pasal 59 ayat 1 Undang-Undang

     Nomor 33 tahun 2004 diatur bahwa pemerintah pusat tidak menjamin obligasi

    daerah, sehingga jika Pemerintah Propinsi Sumatera Utara ingin menggunakan

    instrumen obligasi sebagai sumber pembiayaan, maka harus benar-benarmemperhatikan aspek kemampuan keuangan dan manajemen keuangan

     pemerintah daerah.

    Untuk menjawab pertanyaan apakah Pemerintah Propinsi layak untuk

    menerbitkan obligasi daerah, maka diperlukan suatu kajian yang hasilnya perlu

    dipertimbangkan sebagai dasar kebijakan bagi Pemerintah Propinsi Sumatera

    Utara dalam menerbitkan obligasi daerah.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    3/58

      3

    B.  RUMUSAN MASALAH

    Rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :

    a. 

    Permasalahan-permasalahan apakah yang terkait dengan penerbitan obligasi

    daerah.

     b.  Bagaimana kemampuan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam

    menerbitkan obligasi daerah.

    c. 

    Adakah peluang dan potensi penerbitan obligasi daerah oleh Pemerintah

    Propinsi Sumatera Utara.

    C.  TUJUAN

    Adapun tujuan, dari kegiatan ini adalah :

    a. 

    Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan

     penerbitan obligasi daerah

     b. 

    Mengidentifikasi kemampuan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalammenerbitkan obligasi daerah.

    c. 

    Mengidentifikasi peluang dan potensi penerbitan obligasi daerah oleh

    Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

    D.  Sasaran

    Adapaun sasaran dari penelitian ini adalah :

    a. 

    Teridentifikasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan penerbitan

    obligasi daerah.

     b. 

    Teridentifikasi kemampuan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalammenerbitkan obligasi daerah.

    c. 

    Teridentifikasi peluang dan potensi penerbitan obligasi daerah oleh

    Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

    E.  Manfaat

    Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah :

    a. 

    Memberikan masukan bagi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam

    merumuskan kebijakan yang terkait dengan penerbitan obligasi daerah.

     b. 

    Menemukan rumusan konseptual peluang penerbitan obligasi daerah

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    4/58

      4

    c.  Menemukan rumusan konseptual prospek penerbitan obligasi daerah

    d. 

    Memperoleh informasi dan wacana seputar penerbitan obligasi daerah.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    5/58

      5

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    A.  Desentralisasi Sebagai Suatu Konsep

    Secara harfiah desentralisasi adalah lawan dari kata sentralisasi yang dapat

    diartikan sebagai suatu pemusatan (adjective) berkaitan dengan suatu kewenangan

    (authority) pemerintah. Desentralisasi mengenai kewenangan pemerintah

    menyangkut berbagai aspek misalnya bidang politik, urusan pemerintah, sosial

    dan pembangunan ekonomi dan aspek fiskal. Machfud (2002) menjelaskan

     beberapa konsep yang terkait dengan desentralisasi seperti :

    •  Administration decentralization

    • 

    Political decentralization

    • 

    Economic or market decentralization•  Fiscal decentralization

    Desentralization administrative adalah pelimpahan sebagai wewenang dan

     pertanggungjawaban yang diikuti dengan pemberian wewenang untuk mengelola

    sumber-sumber keuangan untuk membiayai kegiatan operasional dan penyediaan

     pelayanan public ( public service). Pelimpahan wewenang tersebut berkaitan

    dengan fungsi-fungsi manajemen urusan pemerintah dan bidang keuangan

    ( financial management ) dari pemerintah pusat kepada pemerintah di daerah (local

     goverment ). Dalam sistem desentralisasi administrative yang terjadi di Indonesia

    terdapat tiga bentuk yaitu :

    •  Dekonsentrasi, yaitu pelimpahan wewenang pemerintah pusat kepada

    kantor-kantor departemen yang ada didaerah artinya pelaksanaan kegiatan

    yang terjadi urusan departemen disuatu daerah.

    •  Desentralisasi atau otonomi, yaitu pelimpahan wewenang yang lebih luas

    dari departemen kepada pemerintah lokal dan didukung dengan dana. Jadi

    secara tegas ada tugas kegiatan dan biayanya (budget ).

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    6/58

      6

    • 

    Bantuan (medebewind ), yaitu pelaksanaan urusan atau kegiatan tertentu

    oleh daerah yang memperoleh pelimpahan wewenang dan pembiayaan

    dari pusat, namun decision terakhir berada pada pihak pemberi wewenang.

    Desentralisasi fiskal merupakan salah satu mekanisme transfer dana dari

    APBN dalam kaitan dengan kebijakan keuangan Negara yaitu untuk

    mewujudkan ketahanan fiskal yang berkelanjutan (f iscal sustanability) dan

    memberikan stimulasi terhadap aktifitas perekonomian masyarakat, maka

    dengan kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan akan menciptakan

     pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang sepadan dengan

     besarnya kewenangan urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah

    otonom.

    Salah satu isu penting yang terkait dengan pengukuran kemampuan keuangan

    daerah untuk meminjam dan kemampuannya untuk membayar hutang,tercantum dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 107 tahun 2000, bahwa

    untuk melakukan pinjaman jangka panjang (jangka waktu lebih dari satu

    tahun anggaran) Daerah harus memenuhi ketentuan bahwa jumlah komulatif

     pokok pinjaman daerah yang wajib dibayar tidak melebihi 75 % dari jumlah

     penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.

    PU = PD – (DAK + DD + DP + PL)

    Dimana :

    PU = Penerimaan Umum

    PD = Jumlah Penerimaan Daerah

    DAK = Dana Alokasi Khusus

    DD = Dana Darurat

    DP = Dana Pinjaman

    PL = Penerimaan Lain

    Rasio yang menunjukkan kapasitas jangka panjang negara pengutang untuk

    membayar kembali utangnya dapat dilihat dari struktur rasio utang luar negeri

    outstanding terhadap PDB (Debt-Income Ratio, DIR). Jika angka rasio

    tersebut makin besar maka kemampuan negara pengutang untuk memenuhi

    kewajiban

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    7/58

      7

    utangnya kian menurun. (Tambunan, 1996). Sedangkan rasio yang

    mencerminkan likuidasi jangka pendek dari Negara peminjam dapat dilihat dari

    struktur Debt Service Ratio (DSR) yang merupakan nisbah antar kewajiban

    membayar cicilan pokok dan bunga utang luar negeri dalam penerimaan ekspor.

    Dalam Pemerintah Daerah, ditentukan bahwa dalam persyaratan membayar utang,

    kemampuan daerah harus paling sedikit 2,5 kali jumlah seluruh pendapatan

    dikurangi dengan belanja dan biaya-biaya yang wajib dikeluarkan atau

    diprioritaskan oleh Pemda, misalnya gaji pegawai, cicilan utang dan bunganya.

    (Bachrul, 2002). Selanjutnya ia menyatakan bahwa kemampuan daerah yang

    dimaksud adalah PAD + Dana Perimbangan minus DAK dikurangi gaji pegawai

    dibagi kewajiban pembayaran utang serta biaya bunga dan commitmen fee. 

    Artinya bagi daerah yang membutuhkan uang 100 juta dipersyaratkan sekurang-kurangnya memiliki pendapatan bersih sebesar 250 juta.

    B.  Perkembangan dan Tantangan Otonomi Daerah

    Otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun

    2004 dilaksanakan pada tingkat Kabupaten/Kota dengan perkembangan

     pemerintah Kabupaten/Kota adalah yang terdekat dengan masyarakat. Tantangan

    implementasi otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

    terkait dengan :

    1. 

    Posisi Pemerintah Kabupaten/Kota yang sejajar dengan PemerintahPropinsi, sehingga menimbulkan peluang arogansi Bupati/Walikota.

    2. 

    Posisi legislatif (DPRD) yang terbesar diatas ekskutif

    (Gubernur/Bupati/Walikota), sehingga menimbulkan peluang arogansi

    legislatif.

    3. 

    Sumber Keuangan Daerah terbesar pada : Dana perimbangan (bagi hasil,

    DAU dan DAK), PAD, Pinjaman Daerah, pendapatan lain yang sah,

    sehingga sulit melakukan pembiayaan pembangunan daerah yang

    mendesak.

    Permasalahan tantangan implementasi otonomi daerah perlu diatasi

    memulai amandemen terhadap Undang-Undang No. 22 dan No. 25 tahun 1999

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    8/58

      8

    yang menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,

    dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan

    Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah.

    Posisi kewenangan pemerintah daerah setelah Undang-Undang No. 32

    tahun 2004 dibandingkan dengan Undang-Undang No. 22 tahun 2004 pada aspek

     posisi daerah, Kepala Daerah/DPRD dan Sumber Keuangan Daerah dapat dilihat

     pada tabel berikut :

    Tabel 1: Perbandingan Posisi dan Wewenang Pemerintah Daerah. Undang-

    Undang No. 22 Tahun 1999 dengan Undang-Undang No. 32 tahun

    2004.

    AspekUndang-Undang No. 22

    Tahun 1999Undang-Undang No. 32

    Tahun 2004

    1.  Posisi Daerah •   NKRI terdiri dari daerah

    Propinsi dan daerahKabupaten/Kota yang bersifat otonomi (UU 22 ps. 2,1)

    •  Daerah berdiri sendiri,tidak mempunyaihubungan satu sama lain(UU 22 ps. 4,2)

    •  (ArogansiBupati/Walikota)

    •   NKRI terdiri dari

    Propinsi dan Propinsiterdiri dariKabupaten/Kota (UU32 ps. 2,1)

    •  Daerah berdiri sendiri,tidak mempunyaihubungan satu samalain (UU 22 ps. 4,2)

    •  (Mengurangi arogansiBupati/Walikota)

    2.  Kepala Daerah

    dan DPRD

    •  Gubernur, Bupati dan

    Walikota dipilih olehDPRD, DPRD dapatmengusulkan

     pemberhentian GubernurBupati/Walikota (UU. 22Ps. 18)

    •  Gubernur,Bupati/Walikota

     bertanggung jawabkepada DPRD (UU 22.Ps. 31, 32)

    • 

    Arogansi Kepala Daerah

    •  Kepala Daerah

    (Gubernur Bupati danWalikota dipilihlangsung oleh rakyatdaerah (UU 32. Ps.24,5)

    • 

    Laporan penyelenggaraan pemerintah daerahdisampaikan kepada

     pemerintah (ke DPRD)(UU 32 Ps. 27, 2)

    • 

    DPRD dapatmengusulkan usulan

     pemberhentian Kepala

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    9/58

      9

    dan DPRD) Daerah kepada Presidenmelalui keputusan MA.

    • 

    Presiden dapatmemberhentikanKepala Daerah tanpausulan DPRD, apabiladaerah diputuskanmelakukan tindakan

     pidana oleh peradilan(UU 32 Ps. 30,31)

    •  (Mengurangi arogansiKepala Daerah danDPRD)

    3. 

    SumberKeuanganDaerah

    •  Sumber pendapatandaerah (UU 22 Ps 79)

    -  Dana perimbangan(bagi hasil DAU, dan

    DAK)- 

    PAD-  Pinjaman Daerah

    dalam negeri dan luarnegeri

    Pendapatan lainnyayang sah

    •  Sumber penerimaandaerah (UU 32 Ps. 157dan UU 33 Ps. 5)1.

     

    Pendapatan daerah

    yang meliputi :- 

    PAD-  Dana

     perimbangan(bagi hasil,DAU dan DAK)

    -  Lain-lain pendapatanyang sah

    2. 

    Pembiayaan yangmeliputi :

    Selisih lebih

     perhitunganAPBD

    -  PinjamanDaerah

    -  Dana cadangandaerah

    -  Hasil penjualankekayaandaerah yangdipisahkan

    •  Pemerintah daerahdapat melakukan

     pinjaman dari pusat,daerah lain, bank dan

     bukan bank,masyarakat (UU 32 Ps.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    10/58

      10

    169)

    • 

    Pemerintah dapatmelakukan pinjamanluar negeri melalui(IndentureContinuation Debt)(UU 32 Ps. 170)

    Sumber : Workshop National : Prospek dan Peluang Obligasi Daerah BagiKeberhasilan Pembangunan di Daerah Surabaya. 6-7 Juli 2005.

    Prinsip kebijakan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

     pemerintah daerah merupakan sub system keuangan Negara sebagai konsekwensi

    tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemberian sumber

    keuangan Negara kepada pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan

    desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh pemerintah pusat kepada

     pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal.

    Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

    merupakan suatu system yang menyeluruh dalam rangka pendanaan

     penyelenggaraan azas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

    Kewenangan pemerintah daerah berdasarkan Undang-Undang No. 32

    tahun 2004 dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dalam mewujudkan

     pembangunan semakin tergantung kepada pemerintah daerah. Untuk itu

     pemerintah daerah perlu tindakan pro aktif terhadap Undang-Undang No. 33

    tahun 2004 agar dapat merepleksikan terhadap usaha pemerintah dalam

    membangun untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat .

    C.  KAJIAN KONSEPTUAL

    Keterbatasan sumber pembiayaan dalam negeri yang berasal dari pemerintah

     pusat, dihadapkan pada semakin meningkatnya kebutuhan pembiayaan

     pembangunan daerah. Memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk

    mencari alternatif sumber-sumber untuk memperoleh hutang jangka panjang dari

    luar negeri dan sumber hutang dalam negeri non pemerintah. Salah satu sumber pembiayaan pembangunan daerah setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 25

    tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

     pemerintah daerah yang berkaitan dengan penerbitan obligasi daerah, secara

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    11/58

      11

    konseptual kajian penerbitan obligasi daerah sebagai salah satu sumber

     pembelanjaan pembangunan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dapat

    digambarkan sebagai berikut.

    Bagan : Sumber Pembiayaan Daerah dan Mekanisme Penerbitan ObligasiDaerah.

    Penerbitan Obligasi Daerah

    PemerintahDaerahKabupaten/Kota

    PemerintahPropinsi

    Masa lalu

    Penerimaan APBDDianggarkan

     proyek

     pembangunan

    Masa

    sekarang danmasa datang

    Masyarakat

    dan investor

    Obligasi

    Daerah

    Membiayai Proyek

    Pembangunan

    Mekanisme otorisasi penerbitan obligasi

    Daerah UU No. 3Tahun 2004

    Persetujuan

    DPRDTingkat II dan

    Pemerintah

    Pusat

    Persetujuan

    DPRDTingkat I danPemerintah

    Pusat

    Bupati

    Walikota

    Pengajuan

    Gubernur

    Pengajuan

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    12/58

      12

    D.  Pinjaman Daerah Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

    Kepastian pelaksanaan desentralisasi, kebijakan perimbangan keuangan

    antara pemerintah pusat dan daerah telah diatur dengan Undang-Undang No.

    33 tahun 2004 yang mencakup :

    • 

    Bagian Kesatu

    - Batasan Pinjaman

    Pasal 49

    (1) 

    Pemerintah pusat menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman

     pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan memperhatikan keadaan

    dan prakiraan perkembangan perekonomian nasional.

    (2) 

    Batas maksimal kumulatif pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    tidak melebihi 60 % (enam puluh persen) dari produk domestik bruto

    tahun bersangkutan.

    (3)  Menteri keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman

     pemerintah daerah secara keseluruhan selambat-lambatnya bulan Agustus

    untuk tahun anggaran berikutnya.

    (4)  Pengadilan batas maksimal kumulatif pinjaman daerah sesuai dengan

     peraturan perundang-undangan.

    Pasal 50

    (1) 

    Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar

    negeri.

    (2)  Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana di maksud pada ayat (1)

    dikenakan sanksi administratif berupa penundaan dan/atau pemotongan

    atas penyaluran dana perimbangan oleh menteri keuangan.

    •  Bagian Kedua

    - Sumber Pinjaman

    Pasal 51(1)  Pinjaman Daerah bersumber dari :

    a.  Pemerintah Pusat ;

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    13/58

      13

     b.  Pemerintah Daerah lain ;

    c. 

    Lembaga Keuangan Bank;

    d. 

    Lembaga Keuangan bukan bank ; dan

    e.  Masyarakat

    (2)  Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah pusat sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan Menteri Keuangan

    (3) 

    Pinjaman daerah yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud

     pada ayat (1) huruf e berupa obligasi daerah yang diterbitkan melalui

     pasar modal.

    •  Bagian Ketiga

    - Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman

    Pasal 52(1)

     

    Jenis Pinjaman terdiri atas :

    a.  Pinjaman jangka pendek

     b.  Pinjaman jangka menengah ; dan

    c. 

    Pinjaman jangka panjang

    (2) 

    Pinjaman jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

    merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu kurang atau sama

    dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali

     pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, dalam tahun anggaran yang

     bersangkutan.

    (3) 

    Pinjaman jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    merupakan pinjaman daerah dalam waktu lebih dari satu tahun anggaran

    dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok

     pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang

    tidak melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang bersangkutan.

    (4)  Pinjaman jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

    merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun

    anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi

     pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    14/58

      14

    anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang

     bersangkutan.

    •  Bagian keempat

    - Penggunaan Pinjaman

    Pasal 53

    (1) 

    Pinjaman jangka pendek dipergunakan hanya untuk menutup

    kekurangan arus kas.

    (2)  Pinjaman jangka menengah dipergunakan untuk membiayai penyediaan

    layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan

    (3) 

    Pinjaman jangka panjang dipergunakan untuk membiayai proyek

    investasi yang menghasilkan penerimaan.

    (4)  Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan

     persetujuan DPRD.

    •  Bagian Kelima

    - Persyaratan Pinjaman

    Pasal 54

    Dalam melakukan pinjaman, daerah wajib memenuhi persyaratan :

    -  Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik

    tidak melebihi 75 % (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan

    umum ABPD tahun sebelumnya.

    Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman

    ditetapkan oleh pemerintah pusat.

    -  Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal

    dari pemerintah pusat.

    Pasal 55

    (1)  Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain

    (2) 

    Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan

     jaminan pinjaman daerah.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    15/58

      15

    (3)  Proyek yang dibiayai dari obligasi daerah, beserta barang milik daerah

    yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi

    daerah.

    •  Bagian Keenam

    - Prosedur Pinjaman Daerah

    Pasal 56

    (1)  Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah

    daerah yang dananya berasal dari luar negeri.

    (2) 

    Pinjaman kepada Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) dilakukan melalui perjanjian penerusan pinjaman kepada pemerintah

    daerah.

    (3) 

    Perjanjian penerusan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan antara Menteri Keuangan dan kepala daerah.

    (4)  Perjanjian penerusan pinjaman sebagimana dimaksud pada ayat (3)

    dapat dinyatakan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing.

    • 

    Bagian Ketujuh

    - Obligasi Daerah

    Pasal 57

    (1) 

    Daerah dapat menerbitkan obligasi daerah dalam mata uang rupiah di

     pasar modal domestik

    (2)   Nilai obligasi daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai nominal

    obligasi daerah pada saat diterbitkan.

    (3) 

    Penerbitan obligasi daerah wajib memenuhi ketentuan pasal 54 dan pasal

    55 serta mengikuti peraturan perundang-undangan di bidang pasar

    modal.

    (4)  Hasil penjualan obligasi daerah digunakan untuk membiayai investasi

    sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat

     bagi masyarakat.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    16/58

      16

    (5)  Penerimaan dari sektor publik sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

    digunakan untuk membiayai kewajiban bunga dan pokok obligasi daerah

    terkait dan sisanya disetorkan ke kas daerah.

    Pasal 58

    (1) 

    Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan obligasi daerah, kepada

    daerah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan DPRD dan Pemerintah

    Pusat.

    (2)  Penerbitan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah

    (3) 

    Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas nilai

     bersih maksimal obligasi daerah yang akan diterbitkan pada saat

     penetapan APBD.

    Pasal 59

    Pemerintah pusat tidak menjamin obligasi daerah

    Pasal 60

    Setiap obligasi daerah sekurang-kurangnya mencantumkan :

     Nilai nominal

    Tanggal jatuh tempo

    Tanggal pembayaran bunga.

    Tingkat bunga (kupon)- 

    Frekwensi pembayaran bunga ;

    Cara perhitungan pembayaran bunga

    -  Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali obligasi daerah sebelum

     jatuh tempo ; dan

    Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan

    Pasal 61

    (1) 

    Persetujuan DPRD mengenai penerbitan obligasi daerah sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) meliputi pembayaran semua

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    17/58

      17

    kewajiban bunga dan pokok yang timbul sebagai akibat penerbitan obligasi

    daerah dimaksud.

    (2) 

    Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan pokok setiap obligasi

    daerah pada saat jatuh tempo

    (3)  Dana untuk membayar bunga dan pokok sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2) disediakan dalam APBD setiap tahun sampai dengan

     berakhirnya kewajiban tersebut.

    (4)  Dalam hal pembayaran bunga dimaksud melebihi perkiraan dana

    sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kepada daerah melakukan

     pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran tersebut kepada

    DPRD dalam pembahasan perubahan APBD.

    Pasal 62(1)

     

    Pengolahan obligasi daerah diselenggarakan oleh kepala daerah ;

    (2) 

    Pengolahan obligasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    sekurang-kurangnya meliputi :

    a.  Penetapan strategi dan kebijakan pengolahan obligasi daerah

    termasuk kebijakan pengendalian resiko ;

     b. 

    Perencanaan dan penetapan struktur porfologi pinjaman daerah ;

    c. 

    Penerbitan obligasi daerah ;

    d. 

    Penjualan obligasi daerah melalui lelang ;e.

     

    Pengendalian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo ;

    f. 

    Pelunasan pada saat jatuh tempo ; dan

    g.  Pertanggung jawaban.

    • 

    Bagian Kedelapan

    - Pelaporan Pinjaman

    Pasal 63

    (1) 

    Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan

    kewajiban pinjaman kepada pemerintah pusat setiap semester dalam

    tahun anggaran berjalan.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    18/58

      18

    (2)  Dalam hal daerah tidak menyampaikan laporan, pemerintah pusat dapat

    menunda penyaluran dana perimbangan.

    Pasal 64

    (1) 

    Seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib

    dianggarkan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan

    (2)  Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya

    kepada pemerintah pusat, kewajiban membayar pinjaman tersebut

    diperhitungkan dengan DAU dan/atau dana bagi hasil dari penerimaan

    negara yang menjadi daerah tersebut.

    Pasal 65Ketentuan lebih lanjut mengenai pinjaman daerah termasuk obligasi daerah

    diatur dengan peraturan pemerintah.

    E.  Pengertian dan Jenis Obligasi

    Secara umum obligasi adalah merupakan surat pengukuhan hutang atas

     pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat

     pemodal (Sunariyah : 2004 : 214). Obligasi daerah adalah “Pinjaman daerah yang

    ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal” (Undang-Undang No. 33 tahun 2004).

    Obligasi daerah pada dasarnya adalah surat berharga yang berupa surat

     pengakuan hutang dalam mata uang rupiah yang disetujui oleh DPRD dan

     pemerintah pusat. Surat pengakuan hutang dalam mata uang rupiah maupun valuta

    asing yang dijamin pembayaran bunganya dan pokoknya oleh Negara Republik

    Indonesia yang disebut dengan Surat Utang Negara (SUN). Obligasi daerah yang

    diterbitkan oleh pemerintah daerah yang merupakan pengakuan utang pemerintah

    daerah dengan persetujuan oleh DPRD dan pemerintah pusat dapat juga disebut

    dengan istilah SUPD (Surat Utang Pemerintah Daerah) atau OBD (Obligasi

    Daerah)

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    19/58

      19

    (1) Jenis Obligasi

    Kontrak perjanjian (bond indenture) antara pembeli dan penjual obligasi

    menentukan jenis obligasi sebagai mana dikemukakan Sunariyah : 2004)

    1.  Callateral

    Perusahaan penerbit obligasi apabila menjamin sejumlah aset milik

     perusahaan untuk menutup pembayaran jatuh tempo obligasi.

    2. 

    Debenture

    Perusahaan penerbit obligasi apabila tidak menjamin dengan sejumlah

    aset tertentu, akan tetapi dijamin dengan tingkat kwalitas perusahaan.

    3. 

    Subordinate Debenture

    Perusahaan penerbit obligasi menentukan siapa yang terlebih dahulu

     prioritas dibayar apabila perusahaan bangkrut. Subordinate debenture

    dibayar setelah debenture.4.

     

    Obligasi Pendapatan (Income Bonds)

    Obligasi jenis ini, tidak dijamin dengan aset tertentu, tidak mempunyai

    kewajiban bunga secara periodik membayar bunga apabila mencapai

    laba yang cukup dan tidak ada utang lainnya, apabila periode yang lalu

    tidak mampu membayar.

    Secara umum obligasi daerah dapat diarahkan pada dua jenis sebagaimana

    dikemukakan Subiyanto H. (2004)1.

     

    General Obligation Bonds

    General obligation bonds adalah obligasi yang dikeluarkan untuk membiayai

     pelayanan publik yang tidak dapat diharapkan pembayarannya, melalui fee

     pada pemakaiannya dan dibayar kembali dengan pajak dan sumber dana lain

    (jalan umum, sekolah, bangunan publik)

    2. 

    Revenue Bonds

    Revenue Bonds adalah obligasi yang dikeluarkan untuk proyek-proyek yang

    menghasilkan pendapatan kemudian hari dan menjadi sumber pembayaran

    kembali hutang tersebut melalui retribusi pada pemakaiannya (jalan tol,

    listrik, air minum, sanitasi, pelabuhan)

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    20/58

      20

    F.  Variabel Ekonomi Makro yang Mempengaruhi Obligasi Daerah

    Di beberapa Negara obligasi daerah dikenal sebagai “Municipal Bonds”

    kepada “Issuer” atau penerbit (Pemerintah Daerah) berjanji membayar bunga

    tertentu (kupon) dan mengembalikan sesudah obligasi tersebut jatuh tempo.

    Penerbitan obligasi daerah harus dipertimbangkan, dipersyaratkan kepada

     penerbit yang menyangkut aspek kemampuan, kapasitas ekonomi dan aspek

    kelembagaan.

    Perubahan atau perkembangan yang terjadi pada kepastian ekonomi suatu

    daerah yang terdeteksi dari berbagai variable ekonomi akan memberikan

     pengaruh terhadap keberadaan obligasi daerah. Apabila suatu variabel

    ekonomi (inflasi) mengalami kenaikan, maka akan berdampak buruk terhadap

    keberadaan obligasi daerah.

    Tingkat inflasi yang tinggi, menggambarkan tingkat harga barang/jasakecenderungan meningkat terus. Tingkat harga barang meningkat membawa

    dampak negatif terhadap daya beli masyarakat dan merupakan signal negatif

     bagi investor. Upaya perusahaan meningkatkan profil maximum melalui

    volume penjualan, kandas oleh kemampuan daya beli masyarakat yang

    menurun akibat tingkat inflasi. Sehingga profitabilitas perusahaan menurun

    dan penerimaan pemerintah dari pajak juga menurun. Sedangkan andalan

    kemampuan untuk melunasi kewajiban obligasi yang telah jatuh tempo, salah

    satunya adalah pajak.Berdasarkan suara Merdeka (Senin, 17 Januari 2005) yang disetir,

    menjelaskan bahwa parameter-parameter ekonomi juga merupakan faktor

     penting dalam kapasitas ekonomi daerah terhadap keberadaan obligasi daerah,

    antara lain : variabel makro ekonomi daerah terhadap keberadaan obligasi

    daerah, antara lain : variabel makro dimaksud.

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    PDRB Per Kapita

    Struktur Ekonomi

    Basis Aktivitas Ekonomi Daerah

    Distribusi Pendapatan

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    21/58

      21

    -  Tingkat Kemiskinan

    Tingkat pengangguran dan

    Upah Regional

    Sunariayah (2004) menjelaskan indikator ekonomi suatu daerah

    memberikan pengaruh pada pasar ekuitas. Variabel ekonomi yang dimaksud dapat

    dilihat pada table berikut ini :

    Tabel 2 : Variabel Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Pasar Ekonomi

     No Variabel Ekonomi Penjelasan

    1 Pertumbuhan PDB Meningkatnya PDB akan berpengaruh positif

    terhadap pendekatan konsumen karena dapat

    meningkatkan permintaan terhadap permintaan

     produk perusahaan, hal ini akan memberikan

    optimis yang tinggi dan juga memacu sentimen pasar sehingga mempunyai pengaruh yang

     positif terhadap pasar ekuitas.

    2 Pertumbuhan Produksi

    Industri

     Naiknya indeks produksi yang terus menerus,

    menunjukkan suatu tanda kekuatan, sehingga

    akan memberikan pengaruh positif terhadap

     pasar.

    3 Inflasi Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya

     profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan

    menurunkan pembagian deviden dan daya beli

    masyarakat juga menurun. Sehingga inflasi yang

    tinggi, mempunyai hubungan negatif dengan

     pasar ekuitas.

    4 Tingkat Bunga Meningkatnya tingkat bunga akan meningkatkan

    harga capital sehingga memperbesar biaya

     perusahaan, sehingga terjadi perpindahan

    investasi dari saham ke depesito atau fixed

    investasi lainnya. Apabila faktor lain dianggap

    tetap (cateris paribus) profitabilitas perusahaan

    akan menurun. Tingkat bunga yang tinggi adalah

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    22/58

      22

    signal negatif bagi harga saham.

    5 Kurs Rupiah Menurunnya kurs dapat meningkatnya biaya

    impor bahan baku dan meningkatnya suku bunga

    walaupun dapat meningkatkan nilai ekspor.

    Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang

    asing memiliki pengaruh negatif terhadap

    ekonomi dan pasar modal.

    6 Pengangguran Meningkatnya pengangguran berarti bisnis mulai

    melemah, berarti dunia usaha menjadi kurang

    menarik bagi investor. Sehingga memberi

    dampak yang negatif terhadap harga saham.

    7 Anggaran Defisit Anggaran defisit mendorong konsumsi daninvestasi pemerintah dapat meningkatkan

     permintaan terhadap produk perusahaan. Akan

    tetapi, anggaran defisit akan meningkatkan

     jumlah uang yang beredar, akibatnya akan

    mendorong inflasi.

    Sumber : Sunariyah (2004)

    G. Manfaat Berinvestasi Pada Obligasi Daerah

    Penerbitan obligasi daerah pada nominal yang terjangkau oleh masyarakat

    umum akan memberikan manfaat kepada pemerintah memperoleh dana yang

     bersumber dari “Idle money” yang ada pada masyarakat dan secara tidak langsung

    mengikut sertakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

    Tingkat manfaat bagi masyarakat berinvestasi pada obligasi daerah sebagaimana

     pada obligasi umumnya :

    1.  Kupon

    Kupon adalah besarnya biaya yang dibayarkan secara regular yang dinyatakan

    dalam persentase terhadap nilai nominal obligasi daerah. Misalnya tingkat

    kupon 12 %, artinya setiap tahun jumlah bunga yang dibayarkan kepada

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    23/58

      23

     pemegang obligasi sebesar 12 % dikalikan besarnya nominal (Rp. 500.000) =

    Rp. 60.000.

    2.  Capital gain

    Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli obligasi

    daerah. Jika harga jual lebih tinggi dari pada harga beli maka investor

    memperoleh capital gain, sebaliknya investor bisa-bisa capital loss, apabila

    harga jual obligasi lebih rendah dibandingkan dengan harga beli. Jika nominal

    obligasi daerah Rp. 500.000 dan dibeli dengan harga pasar Rp. 475.000, maka

    capital loss adalah Rp. 25.000 (Rp. 500.000 – Rp. 475.000).

    3.  Resiko yang kecil

    Hal yang membedakan obligasi daerah dengan sekuritas lainnya adalah padasangat kecilnya bahkan hampir tidak adanya resiko gagal bayar baik kupon

    maupun pokok obligasi daerah.Jika membeli obligasi korporasi/swasta atau

    sekuritas lainnya, ada kemungkinan terjadinya gagal bayar kupon maupun

     pokok yang jatuh tempo akibat kondisi keuangan atau bisnis yang tidak

    menguntungkan. Obligasi daerah merupakan sekuritas yang bebas resiko

    gagal bayar, karena daerah di anggaran pemerintah pada APBD. Sesuai

    dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004.

    4. 

    Sebagai Jaminan

    Obligasi daerah dapat dijadikan sebagai agunan dan dapat dijual setiap saat

    apabila pemegang obligasi membutuhkan dana, dengan menjualnya kepasar.

    5. 

    Partisipasi dalam Pembangunan

    Dengan adanya obligasi daerah yang nominalnya dapat terjangkau oleh

    masyarakat umum, investasi masyarakat pada obligasi daerah merupakan

    wujud nyata partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    24/58

      24

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A.  Lokasi Kegiatan

    Kegiatan ini dilakukan di Propinsi Sumatera Utara dengan lokasi kegiatan di

    Kota Medan.

    B.  Ruang Lingkup Studi

    1. Tahapan Studi

    Metode yang digunakan pada penelitian/pengkajian ini meliputi beberapa

    langkah, antara lain :

    a. 

    Pengambilan data ke instansi-instansi terkait dengan keuangan daerah. b.

     

    Melakukan tabulasi dan analisa data dengan menggunakan metode-

    metode statistik yang ada kaitannya dengan ruang lingkup studi.

    c.  Melaksanakan kegiatan diskusi dengan para pakar untuk mendapatkan

     pendapat ahli.

    d. 

    Menyusun rekomendasi

    2. Lingkup Kajian

    Sesuai dengan tujuan dan, sasaran kegiatan ini, maka lingkup kajian penelitian dan sumber daya manusia, pemerintah daerah.

    a. Pengkajian permasalahan penerbitan obligasi daerah dari aspek

    kelembagaan dan sumber daya manusia, pemerintah daerah.

     b.  Pengkajian permasalahan penerbitan obligasi daerah dari aspek

    kemampuan keuangan daerah.

    c. 

    Pengkajian permasalahan penerbitan obligasi daerah dari aspek makro

    ekonomi.

    d. 

    Pengkajian permasalahan penerbitan obligasi daerah dari aspek

    manajemen dan akuntansi keuangan daerah.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    25/58

      25

    3. Analisa Data

    Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kwantitatif dan

    kwalitatif. Pendekatan kwantitatif digunakan untuk menguji model analisa

    yang digunakan untuk melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

     penerbitan obligasi daerah dan mengidentifikasi kemampuan Pemerintah

    Propinsi Sumatera Utara dalam menerbitkan Obligasi Daerah. Sedangkan

     pendekatan kwalifikasi digunakan untuk mendapatkan opini para pakar/ahli

    dalam penerbitan obligasi daerah.

    Sedangkan pendekatan kwalitatif digunakan untuk mendapatkan opini para

     pakar/ahli dalam penerbitan obligasi daerah. Tahapan analisa penelitian yang

    akan dilaksanakan dalam kajian ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

    Studi pendahuluan, dimana pada tahap ini akan dilaksanakan kegiatan

     pengambilan data-data keuangan Propinsi Sumatera Utara serta data lainnyayang mendukung model analisa dan pembuatan instrumen penelitian,

     pelaksanaan pengumpulan data dilapangan.

    §  Teknik analisa data, dimana dalam melakukan analisa data yang dihimpun

    dilakukan dua pendekatan :

    Pertama pendekatan diskriptif pendahuluan kwantitatif

    Analisa deskriptif, menjelaskan permasalahan-permasalahan yang

    dihadapi pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam penerbitan

    obligasi dan membuat konsep terminologi sehubungan denganobligasi daerah Propinsi Sumatera Utara

    Analisa Kwantitatif. Menjelaskan variabel makro ekonomi yang

    mempengaruhi obligasi daerah mencakup variabel

    - Variabel dependen : Obligasi daerah

    Variabel Independen : - Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Tingkat kemiskinan

    Tingkat pengangguran

    Income Perkapita

    Tingkat Ekspor

    Pendapatan Asli Daerah

    Tingkat Inflasi

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    26/58

      26

    Realisasi Penerimaan Pemerintah

    Modul Estimasi :

    Y =  0 + 1 x1 + 2 x2 + 3 x3 + 4 x4 + 5 x5 + e

    Keterangan :

    Y = PDRB (60 % x PRRB)

    X1 = Realisasi Penerimaan Pemerintah

    X2 = Tingkat Pengangguran

    X3 = Pendapatan Perkapita

    X4 = Tingkat Ekspor

    X5 = Tingkat inflasi

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    27/58

      27

    2,59

    4,83

    3,724,07

    4,42

    5,9 5,95

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

     

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.  Hasil

    1.  Kondisi Ekonomi Propinsi Sumatera Utara

    Sumatera Utara salah satu propinsi yang ada di Negara kesatuan Republik

    Indonesia yang memiliki 18 Kabupaten dan 7 kota. Kondisi ekonomi Sumatera

    Utara mengalami krisis sama seperti Propinsi lain pada tahun 1997 yang lalu

    Recovery ekonomi Propinsi Sumatera Utara dapat digambarkan dari indikator

    tertentu sebagai berikut :

    1.  Pertumbuhan

    Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1999mengalami pertumbuhan 2,59 % tahun 2000 mengalami pertumbuhan

    4,83 %, tahun 2001 mengalami perubahan 3,72, turun sebesar 1,11 %

    dibandingkan dengan tahun 1999. Tahun 2002 mengalami pertumbuhan

    sebesar 4,07 %, mengalami kenaikan sebesar 0,35 % dibandingkan dengan

    ekonomi 4,42 %. Mengalami kenaikan sebesar 5,79 % dan mengalami

    kenaikan sebesar 1,37 % dibandingkan dengan tahun 2003. Tahun 2005

    diperlukan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara 5,95 %.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    28/58

      28

    1,37

    5,73

    14,79

    9,59

    4,23

    6,8 7

    0

    2

    46

    8

    10

    12

    14

    16

    1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

    2.  PDRB Sumatera Utara

    Perkembangan PDRB Sumatera Utara dari tahun 1994 sampai dengan tahun

    2004 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun baik berdasarkan atas dasar harga

     berlaku maupun atas dasar harga konstan. Kondisi perkembangan PDRB

    Sumatera Utara dapat dilihat pada table berikut ini :

    Tabel 3 : PDRB Sumatera Utara. Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan.

    Tahun 1999 – 2004

    TahunAtas Dasar Harga Berlaku

    (Milyar Rupiah)Atas Dasar Harga Konstan

    (Milyar Rupiah)

    1999200020012002

    200320042005

    61.957.5668.260.7778.501.3588.117.50

    93.233.39107.507.73121.880.00*)

    22.910.0924.013.6024.911.0525.925.36

    27.71.2528/.638.5328.640.000*)

    Sumber : BPS. Propinsi Sumatera Utara 2005

    *) Angka Sementara

    3.  Inflasi

    Perkembangan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara secara perlahan diikuti

     perkembangan inflasi juga yang berlahan inflasi Sumatera Utara yang bersumber

    dari gabungan 4 kota, yaitu Medan, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, dan

    Sibolga. Pada Tahun 2004 mencapai 6,80 persen, mengalami kenaikan sebesar

    2,57 % dibandingkan dengan tahun 2003. Tahun 2005 tingkat inflasi Sumatera

    Utara diperlukan sebesar 7.00 persen.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    29/58

      29

    4.  Ekspor

    Kinerja perekonomian Sumatera Utara tahun 1999 – 2004 berdasarkan

    kegiatan ekspor menunjukkan secara relatif terus menyangkut baik di dasarkan

     pada volume fisik maupun berdasar nilai ekspor. Pada tahun 2004 volume ekspor

    mencapai 7.512.899 ton, meningkat sebesar 2.022.77 ton dibandingkan dengan

    tahun 2003. Tahun 2005 volume ekspor Sumatera Utara diperlukan US $ sebesar

    US$ 4.239.410, meningkat nilai volumenya sebesar US$ 1.551.534 dibandingkan

    dengan tahun 2003 dan pada tahun 2005 diperkirakan mencapai US $ 4.340.000,.

    Kondisi perkembangan ekspor Sumatera Utara dapat dilihat pada table berikut :

    Tabel 4 : Ekspor Sumatera Utara Berdasarkan Volume

    (Ton) dan Nilai FUB (ribu US $) Tahun 1999 – 2004.

    Tahun Atas Dasar Harga Berlaku(Milyar Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan(Milyar Rupiah)

    1999200020012002200320042005

    5.150.9935.166.6545.492.3416.622.5735.490.1127.512.889

    7.610.000*)

    2.606.2162.437.7642.294.7962.891.9962.687.8764.239.410

    4.350.000*)

    Sumber : BPS. Propinsi Sumatera Utara 2005

    *) Diperkirakan

    5.  Impor

    Kegiatan pembangunan Propinsi Sumatera Utara diberbagai sektor

    ekonomi tidak terlepas dari kebutuhan bahan baku, barang, modal dan kebutuhan

     barang. Konsumsi untuk masyarakat. Penyediaan kebutuhan ini belum dapat

    dipenuhi oleh sektor ekonomi di Propinsi Sumatera Utara dan melakukan impor

    untuk kebutuhan tersebut. Perkembangan impor Propinsi Sumatera Utara dari

    tahun 1999 – 2004, mengalami naik turun baik didasarkan pada volume maupun

    di dasarkan pada nilai (CIF). Pada tahun 2003 volume maupun nilai impor

    Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 mencapai 3.310.000 ton. Pada tahun

    2004 nilai impor Propinsi Sumatera Utara mencapai 953.360 dan mengalami

     peningkatan sebesar US$ 273.550 dibandingkan dengan periode tahun 2003.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    30/58

      30

    1,96

    1,631,44

    2,07 2,08

    3,29 3,39

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4

    Diperkirakan volume impor Sumatera Utara tahun 2005 mencapai US $ 960.000

    Kondisi perkembangan impor Propinsi Sumatera Utara, dapat dilihat pada table

     berikut ini.

    TahunAtas Dasar Harga Berlaku

    (Milyar Rupiah)Atas Dasar Harga Konstan

    (Milyar Rupiah)

    1999200020012002200320042005

    2.601.0422.620.1662.830.2422.681.0562.343.1123.221.857

    3.310.000*)

    699.577775.287860.758819.298679.810953.360

    960.000*)

    Sumber : BPS. Propinsi Sumatera Utara 2005

    *) Angka Sementara

    6.  Neraca Perdagangan

    Perkembangan ekspor dan impor Propinsi Sumatera Utara dari tahun

    1999-2004 menunjukkan posisi nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor

    yang positif. Dengan demikian perdagangan luar negeri Sumatera Utara

    mengalami surplus. Pada tahun 2004 nilai ekspor Sumatera Utara sebesar US $

    239.410 dan nilai impor sebesar US $ 953.360 mengalami surplus sebesar US $

    3.283.050 pada tahun 2003. Nilai ekspor Propinsi Sumatera Utara sebesar US $

    2.687.876 dan nilai impor sebesar US $ 679.810, mengalami surplus sebesar US $

    2.008.006. Surplus neraca perdagangan diperkirakan neraca perdagangan luar

    negeri pada tahun 2005 sebesar US $ 3.380.000, mengalami pertumbuhan sebesar

    US $ 277.984 (63,64 %). Perkembangan neraca perdagangan luar negeri Propinsi

    Sumatera Utara dapat dilihat pada grafik berikut ini.

    Gambar : Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara.

    Tahun 1999 – 2004 (Ribu US $)

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    31/58

      31

    5,485,99

    6,777,49

    3,07

    8,91

    9,98

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    7.  PDRB Perkapita Sumatera Utara

    PDRB perkapita menggambarkan distribusi PDRB terhadap jumlah Propinsi

    Sumatera Utara. Perkembangan PDRB perkapita Propinsi Sumatera Utara dari

    tahun 1999 – 2004 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2004

    PDRB perkapita mencapai Rp. 8.910.397 dan mengalami peningkatan sebesar Rp.

    839.426 atau (10,40 %) dibandingkan dengan PDRB. perkapita Propinsi Sumatera

    Utara tahun 2003. Diperkirakan tahun 2005 PDRB Propinsi Sumatera Utara

    mencapai Rp. 9.980.000. Perkembangan PDRB Propinsi Sumatera Utara dapat

    dilihat pada grafik berikut ini :

    8.  Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Utara

    Struktur ekonomi Propinsi Samatera Utara dari tahun 1999 – 2004menunjukkan tugas sektor lapangan usaha yang dominan yang memberikan

    kontribusi terhadap PDRB, yaitu sektor pertanian, industri dan perdagangan

    (termasuk hotel dan restoran). Perkembangan ketiga sektor tersebut dari tahun ke

    tahun yang paling dominan kontribusinya sektor pertanian dan disusul dengan

    sektor industri. Kondisi perkembangan sektor pertanian, industri dan perdagangan

    dapat dilihat pada table berikut ini.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    32/58

      32

    Tabel 5 : Kontribusi Sektor Pertanian, Industri dan PerdaganganTerhadap PDRB Tahun 1999 – 2004 (Persen)

    Lapangan Usaha/SektorTahun

    Pertanian IndustriPerdagangan,

    Hotel dan Restoran

    1999200020012002200320042005

    30.6230.3030.6730.2329.3328.98

    28.54*)

    27.1326.6526.5126.3325.8325.9125.51

    19.7419.2418.9219.0118.4918.6418.31

    Sumber : BPS. Propinsi Sumatera Utara 2005*) Angka Sementara

    9.  Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Perkembangan PAD Propinsi Sumatera Utara dari tahun 1999 sampai dengantahun 2004 terus mengalami peningkatan. Tahun 2004 realisasi PAD

    mencapai Rp. 1.081.371.912.888 lebih besar 19,06 % di bandingkan realisasi

    PAD pada tahun 2003 Rp. 908.262.191.068. Perkembangan PAD Propinsi

    Sumatera Utara dapat dilihat pada table berikut ini.

    Tabel 6 : Perkembangan PAD Propinsi Sumatera Utara Tahun 1999 – 2004

    TahunPADRp.

    Persentase

    199920002001200220032004

    187.738.013.162255.078.480.009423.075.216.370614.459.380.064908.262.191.068

    1.081.371.912.888

    -38.8765.8345.2448.8119.06

    Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Sumatera Utara 2004.

    10. Peluang dan Potensi Penerbitan Obligasi Daerah

    Amandemen UU No. 25 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang No. 33

    tahun 2004 yang memberikan peluang bagi daerah untuk membiayai

     pembangunan Infrastruktur melalui penerbitan obligasi. Penerbitan obligasi

    (Municipal Bond) memiliki aspek politis dan aspek ekonomis. Aspek Politik,

    secara tidak langsung melibatkan masyarakat untuk membantu pemerintah dalam

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    33/58

      33

     pembiayaan pembangunan. Sedangkan aspek ekonomis adanya multiplier effect

    akibat pembiayaan pemerintah melalui penerbitan obligasi daerah. Sehingga akan

    meningkatkan aktivitas ekonomis yang lebih baik.

    Penerbitan obligasi daerah merupakan salah satu alternatif sumber

     pembiayaan pada struktur APBD yang mengalami defisit. Dengan adanya

    Undang-Undang No. 33 tahun 2004 peluang penerbitan obligasi daerah Propinsi

    Sumatera Utara memungkinkan dengan menyikapi penilai secara kelayakan dari

     proyek-proyek yang dibiayai melalui penerbitan obligasi.

    Peluang secara aspek keuangan daerah Undang-Undang No. 33 tahun

    2000 memungkinkan Pemerintah Daerah Sumatera Utara menerbitkan obligasi

    daerah dalam membiayai proyek-proyek fasilitas publik yang menghasilkan

     benefit. Namun persyaratan lainnya harus dapat mengkondisikan peluang daerah

    untuk menerbitkan obligasi daerah, seperti Peraturan Pemerintah (PP), PeraturanBapepam, Peraturan Daerah (Perda) dan sebagainya.

    Potensi penerbitan obligasi daerah sangat tergantung kepada sektor

    ekonomi daerah yang perlu mendapatkan biaya untuk merespon kegiatan

     pembangunan dalam upaya peningkatan pelayanan. Keberadaan sektor publik

    Sumatera Utara yang tidak dapat terlepas dengan ekonomi global yang tersedia

    dan di perlukan masyarakat maupun dunia usaha masih terbatas. Upaya

     pengembangan pelayanan publik bagi pemerintah Propinsi Sumatera Utara

    menjadi potensi penerbitan obligasi daerah. Seperti sektor transportasi untuk jalanTol, dan Kereta Api, Air Minum, Pelabuhan udara dan laut.

    Upaya peningkatan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara kedepan dalam

    rangka mengadakan dan meningkatkan fasilitas publik yang sesuai dengan

    tuntutan era globalisasi terkendala oleh pembiayaan terutama pembangunan

    infrastruktur transportasi jalan Tol, jalan Kereta Api, pelabuhan udara dan laut

    antar kota Pemerintah Kabupaten/Kota, serta pelabuhan-pelabuhan udara dan laut.

    Dengan adanya Undang-Undang No. 33 tahun 2004 upaya pemerintah Sumatera

    Utara dalam menyediakan dan meningkatkan infrastruktur dapat direalisasi

    dengan pembiayaan penerbitan obligasi daerah.

    Dengan adanya penerbitan obligasi daerah memungkinkan pemerintah

    menyatakan masyarakat untuk partisipasi dalam pembangunan dan memberikan

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    34/58

      34

     peluang alternatif bagi investor untuk melakukan investasi. General income

     perkapita Propinsi Sumatera Utara setelah krisis ekonomi tahun 1997

    menunjukkan prospek yang membaik. Tahun 1998 setelah krisis income perkapita

    Propinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 3.732.761.61. Tahun 2004 income perkapita

    Propinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 8.489.290 yang mengalami kenaikan sebesar

    Rp. 4.756.528.39 (127.43 %). Kondisi ini merupakan potensi peluang pemerintah

    daerah dalam penerbitan obligasi daerah, penerbitan obligasi daerah dengan

    nominal Rp. 500.000 memungkinkan masyarakat yang berpenghasilan sedang

    keatas untuk mencari pada obligasi daerah.

    Pemerintah Sumatera Utara dalam upaya pembangunan sektor ekonomi

    dengan mengadakan atau meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat

    mendatangkan profit merupakan potensi penerbitan obligasi daerah.

    11. Konsep Terminologi Obligasi Daerah

    Secara teoritis banyak terminology / istilah umum yang berhubungan dengan

    obligasi yang dapat dilihat pada berbagai literatur. Istilah umum yang berkaitan

    dengan obligasi daerah yang mengacu pada istilah umum yang berkaitan dengan

    Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan Direktorat Pengolahan Surat Utang

     Negara. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan dalam bentuk

     brosur. Istilah tersebut antara lain :

    1. 

     Nilai Nominal adalah Nominal Value

     Nilai nominal harga pokok, nilai pecahan pada unit yang dicantumkan pada

    obligasi daerah. Nilai nominal ini dapat diidentik seperti uang kertas rupiah

    yang diterbitkan dalam pecahan nominal Rp. 1.000,- Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-

    dan Rp. 100.000,- . untuk obligasi daerah/surat utang pemerintah daerah yang

    dapat terjangkau oleh masyarakat luas sebaiknya diterbitkan dalam pecahan

    nominal per unit sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Nilai nominal

    ini akan dibayar pemerintah daerah pada saat jatuh tempo Obligasi Daerah

    yang bersangkutan dan nilai nominal ini juga sebagai dasar perhitungan kupon

    yang akan dibayar pemerintah daerah.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    35/58

      35

    500.000)x2

    10%(25.000.Rp  

    nominalxPrice

    nominalxKuponYieldCurrent

     = 

    .500.000Rpx%95

    .500.000Rpx%10

     =

    2.  Kupon (Coupon)

    Kupon adalah besarnya tingkat bunga yang dibayarkan oleh penerbit

    obligasi kepada pemegang obligasi yang dinyatakan dalam persentase terhadap

    nilai nominal sesuai dengan kontrak. Persentase tingkat bunga kupon ini tertera

     pada halaman muka suatu obligasi atau sekuritas lain. Suatu contoh, obligasi

    dengan tingkat bunga kupon 10 %. Artinya setiap tahun jumlah yang dibayarkan

    kepada investor adalah sebesar 10 % dikalikan dengan nilai nominal perusahaan

    unit, jika nilai nominal per unit sebesar Rp. 500.000,- maka kupon yang diterima

     per tahun oleh investor adalah sebesar Rp. 50.000,- (10 % x Rp. 500.000,).

    Apabila dalam “Turn and conditions” periode pembayaran kupon di tetapkan 2

    kali setahun, maka pembayaran kupon jatuh tempo 6 bulan pertama adalah

    sebesar

    3.  Tingkat keuntungan (Yield)

    Tingkat keuntungan adalah imbal hasil berupa bunga yang diperoleh investor

    atas obligasi diinvestasi pada waktu tertentu. Ada dua macam keuntungan

    (yield) yaitu keuntungan sekarang (current yield) dan yield to maturity.

    a. 

    Current Yield

    Current yield dihitung dengan cara ratio bunga kupon obligasi tahunandibagi dengan harga beli obligasi tersebut. Contoh, jika kupon 10 % yang

    nominalnya Rp. 500.000,- yang dibeli pada harga 95 % (artinya 95 % dari

    nominalnya), maka current yield adalah sebesar :

    = 10,526 %

    Dengan demikian, tingkat keuntungan investor atas obligasi yang dibeli

    sebenarnya adalah sebesar 10,526 % bukan 10 % (kuponnya).

     b. 

    Yield to Maturity

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    36/58

      36

    000.500.5%)(1

    500.000

    5%)(1

    .500.000Rpx5%

    5%)(1

    .500.000Rpx5%

    5%)(1

    .500.000Rpx5%

    5%)(1

    .500.000Rpx5%

    5%)(1

    .500.000Rpx5%P

    55

    4321

     Rp=+

    ++

     

    ++

     +

    +

     +

    +

     +

    +

     =

    16,938.478.%)61(

    000.500.

    %)61(

    000.500.%5

    6%)(1

    .500.000Rpx%5

    6%)(1

    .500.000Rpx%5

    6%)(1

    .500.000Rpx%5

    6%)(1

    .500.000Rpx%5P

    55

    4321

     Rp Rp xRp

    =+

    ++

    ++

     +

    +

     +

    +

     +

    +

     =

    t n

    t  Y Y 

     It 

    )1()1(P

    1 +

    ΟΒΛ+

    +=∑

    1.522.259,1Rp4%)(1

    500.000

    4%)(1

    .500.000Rpx5%

    4%)(1

    .500.000Rpx%5

    4%)(1

    .500.000Rpx5%

    4%)(1

    .500.000Rpx5%

    4%)(1

    .500.000Rpx5%P

    55

    4321

    =+

    ++

     

    ++

     +

    +

     +

    +

     +

     =

    Yield to Maturity adalah keuntungan dari kupon dan pokok obligasi yang

    akan diterima pada hari jatuh tempo yang dikonversikan dengan nilai

    sekarang.

    Contoh : obligasi dengan nominal Rp. 500.000,- dibayar bunga kupon

    setiap tahun sebesar 5 % dan obligasi tersebut jatuh tempo setelah lima

    tahun. Berapa yield to Maturity jika kupon obligasi 5 %, 4 % dan 6 %.

    1.

    2.

    3.

    Dari hasil perhitungan Yield To Maturity dengan tingkat bunga obligasi

    yang beredar dapat ditentukan bahwa tingkat keuntungan Yield to maturity

     berbanding terbalik dengan obligasi. Jika tingkat bunga obligasi naik, maka hanya

    obligasi menurun dan jika tingkat bunga obligasi turun, maka hanya obligasi akan

    naik.

    Harga premium, discount dan par. Pada obligasi daerah, hasil perhitungan

    Yield to maturity suatu obligasi dapat menentukan kondisi premium, discount dan

     par.

    1. 

    Harga Premium

    Harga premium terjadi apabila pada saat pembeli obligasi daerah harus

    membayar lebih besar dari pada nominal obligasi daerah tersebut. Contoh

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    37/58

      37

     Nominal obligasi per unit Rp. 500.000 dan dibayar pembeli sebesar

    Rp 522.259.11, yang didasarkan Yield to maturity 4 %, maka dengan

    kondisi seperti ini disebut harga premium. Besar premium adalah

    Rp. 522.259.11 - Rp 500.000 = Rp 22.259.11

    2. 

    Harga Discount

    Harga discount terjadi apabila pada saat pembeli obligasi daerah

    membayar lebih rendah dari pada nominal obligasi daerah tersebut contoh

    nominal obligasi daerah per unit Rp. 500.000 dibayar pembeli sebesar

    Rp. 478.938.16 yang didasarkan yield to maturity 6 %, maka dengan

    kondisi seperti ini disebut harga discount : Besar discount adalah

    Rp. 500.000 – Rp. 478.938.16 = Rp. 21.061.84

    3. 

    Harga ParHarga par, terjadi apabila pada saat pembeli obligasi daerah membayar.

    Sama dengan dari pada nominal obligasi daerah tersebut. Contoh :

    nominal obligasi daerah per unit Rp. 500.000 dan dibayar pembeli sebesar

    Rp. 500.000 yang didasarkan Yield to maturity 5 %, maka kondisi seperti

    ini disebut harga par.

    4. 

    Capital Gain/Loss

    Capital gain/loss adalah selisih antara harga jual dengan harga beli obligasi

    daerah, jika harga jual lebih tinggi dari pada harga beli, maka pemegangobligasi memperoleh capital gain. Sebaliknya perancang obligasi bisa

    memperoleh Capital Loss apabila harga jual lebih rendah dari pada harga

     belinya. Capital gain dapat dilakukan oleh pemegang obligasi pada saat

    membeli obligasi daerah pada harga discount dan menahannya sampai

     jatuh tempo, maka investor tersebut memperoleh capital gain. Karena pada

    saat jatuh tempo, emiten akan membayar sebesar nilai par nya.

    5. 

    Accrued Interest

    Accrued interest (bunga berjalan) ialah jumlah bunga berjalan yang harus

    di bayar pembeli obligasi kepada penjual obligasi. Bunga berjalan, timbul

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    38/58

      38

     jika transaksi jual beli obligasi terjadi di antara tanggal pembayaran kupon

    obligasi dan di hitung dari tanggal pembayaran kupon sebelumnya sampai

    dengan tanggal transaksi.

    6.  Clean Price dan Durty Price

    Clean price adalah harga obligasi daerah sebelum memperhitungkan bunga

     berjalan, sedangkan Durty Price adalah harga obligasi daerah setelah

    memperhitungkan bunga berjalan (accrued interest), yang dapat dibuat

    dalam persamaan sebagai berikut :

    Durty Price = Clean Price + Accrued Interest

    7.  Coupon Bonds dan Zerocoupon Bonds

    Coupon Bonds adalah obligasi daerah yang dibayar oleh emiten ataskupon secara regular dan membayar pokok saat jatuh temponya. Zero

    Coupon Bonds adalah obligasi daerah yang pembayaran kupon secara

     periodik. Namun harga membayar pokok saat jatuh tempo.

    12. Tingkat Bunga Obligasi Yang Beredar

    Tingkat bunga/kupon merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan

    investor. Dalam melakukan investasi pada suatu obligasi tertentu, tingkat bunga obligasi tertarik bagi investor paling tidak diatas tingkat bunga umum

    dengan menganggap faktor lain tidak berubah dan tingkat resiko yang kecil

    sekali.

    Penerbitan obligasi di Indonesia oleh pihak swasta jauh lebih berkembang dari

     pada Pemerintah, penerbitan obligasi oleh pemerintah seperti “Surat Utang

     Negara” (SUN), jauh lebih tidak beresiko dibandingkan dengan obligasi yang

    diterbitkan perusahaan swasta karena SUN dijamin oleh Pemerintah begitu

     juga obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah jauh lebih tidak

     beresiko jika dibandingkan dengan Surat Utang Negara, maupun obligasi yang

    diterbitkan oleh perusahaan swasta. Karena berdasarkan Undang-Undang No.

    33 tahun 2004, obligasi tersebut dijamin oleh pemerintah daerah yang

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    39/58

      39

    dianggarkan pada APBD, dan obligasi tersebut dinilai dalam mata uang

    rupiah. Tingkat resiko ini dapat juga menentukan tingkat bunga obligasi yang

    diterbitkan, dan sebagai acuan atau pertimbangan bagi investor untuk

    melakukan investasi pada obligasi daerah.

    Menentukan tingkat bunga obligasi daerah, tentu mempertimbangkan

    tingkat bunga obligasi yang beredar dan mempertimbangkan faktor beresiko, yang

    didasarkan kepada kemampuan daerah dan perkembangan ekonomi. Hasil studi

    literatur terbaru. Perkembangan tingkat bunga dari obligasi swasta bervariasi

    sekitar 10 % - 17 % pertahun.

    Kondisi ini dapat dilihat pada table berikut ini :

    Tabel 7 : Tingkat Bunga Obligasi yang Beredar

     No Jenis Isuer Nama Perusahaan

    Tingkat Bunga

    (Kupon %) Sumber1 Obligasi Invomobil Finance

     penerbitan obligasi II Rp.2,2 triliun tahun 2005

    Dengan tingkat bunga yangditawarkan 13 %

    Media 4 Mei2005

    2 Obligasi PT. Bank Ekspor Indonesia(BEI) Penerbitan ObligasiRp. 500 milyar

    Seri A jangkawaktu 370harikisarannya7,625 %-8,25%.Seri B. Jangkawaktu 3 tahun10, 375%-11%

    MediaIndonesia 30Maret 2005

    3 Obligasi PT. Citra Marga NusaphalaPersada (MNP).Menerbitkan obligasi Rp.400 miliar

    Menawarkantingkat suku

     bunga yangrelatif lebihtinggi dari padasuku bunga

     perbankan dansertifikat bankIndonesia(SBI)12 – 12,75%

    MediaIndonesia29-3-2005

    4 Surat Utang

     Negara (SUN)

    Pemerintah, menyalurkan

    Surat Utang Negara (SUN)Rp. 3 triliun

    Tingkat imbalan

    hasil rata-rata10,4 %

    Media

    Indonesia 9-3-2005

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    40/58

      40

    5 SuratPerbendaharaan

     Negara (SPN)

    Pemerintah akanmenerbitkan surat utang

     jangka pendek SPN padatahun 2005

    - MediaIndonesia10-3-2005

    6 Obligasi ValutaAsing (ObligasiValas)

    Pemerintah Indonesiamenerbitkan obligasi .Valuta asing RI senilai US$1 milyar sekitar Rp. 9,4triliun

    - MediaIndonesia

    13 - 4 - 2005

    7 Obligasi Bank Danamon akanmenerbitkan obligasisenilai Rp. 2,5 triliun

    Seri A, jangkawaktu 3 tahuntingkat bungayang ditawarkan8,54 % - 9,4 %.Seri B, jangkawaktu 5 tahundengan tingkat

     bunga 10,115 %- 10,615 %

    MediaIndoneisa

    10-3 – 2005

    8 Obligasi Astra Swadaya terbitkanobligasi Rp. 1 triliun(obligasi VI seri A-K)

    Seri A-Imemiliki tingkat

     bunga 8 % -10,375 %. Seri Jmemiliki tingkat

     bunga 10,625 %

    MediaIndonesia28-2-2005

    9 Obligasi Bank BPD Sulawesi Utaraakan menerbitkan obligasiIII bernilai Rp. 200 miliar

    Tingkat bungayang ditawarkan12,250 %-12,875%

    MediaIndonesia29-3-2005

    10 Obligasi Bank NTB I (2005) Seri A, 11,875 %Seri B, 12,875 %

    Work Shop National 6-7

    Juli 2005

    11 Obligasi Bank Lyonnaise (2005) Seri A,B,C dan D13,375 %

    Work Shop National 6-7

    Juli 2005

    12 Obligasi Bank Jabar (2005) Seri A, 11, 75 %Seri B, 12,50 %

    Work Shop National 6

    13 Obligasi Bank PT. BPD Jawa Timur(2003)

    Seri A, 13, 45% Work Shop National 6

    14 Obligasi PT. BPD Sumatera Selatan(2003)

    14,375 % Work Shop National 6-7

    Juli 2005

    15 Obligasi Bank Nagaris Seri A & B16,75%

    Work Shop National 6-7

    Juli 2005

    16 Obligasi Polytama 500 milyar(2005)

    Imbali hasilobligasi 14 % -

    Medan12 - 8 –

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    41/58

      41

    14,75 % 2005

    13. Kendala Penerbitan Obligasi Daerah

    Kendala proses penerbitan obligasi daerah terutama menyangkut peraturan

    administrasi, institusi dan keberadaan kwalitas sumber daya manusia yang

    menangani obligasi tersebut.

    Kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola pinjaman telah diatur

    dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004, namun Undang-Undang atau

     peraturan yang melibatkan instansi tertentu dalam penerbitan obligasi daerah

    tersebut belum diatur seperti : peraturan-peraturan (PP) BAPEPAM belum

    mengatur tentang obligasi daerah (yang diperkirakan tahun 2005 telah

    diterbitkan). Kepmen keuangan tentang obligasi daerah bank Indonesia dan

    Departemen Dalam Negeri. Undang-undang atau peraturan tertentu merupakan

    acuan kegiatan proses penerbitan obligasi daerah yang harus ada sebagai dasar

    hukum proses penerbitan obligasi daerah.

    Peraturan Bapepam yang mengatur obligasi daerah menentukan

     pemerintah daerah dalam menerbitkan obligasi daerah harus menerapkan suatu

    kondisi atau syarat yang mana pemerintah daerah belum memiliki atau belum

    menerapkan kondisi syarat tersebut pada kegiatan pengelolaan pemerintah daerah.

    Banyak faktor yang terlebih dahulu dibenahi untuk proses penerbitan obligasi.

    Pemerintah Daerah Sumatera Utara antara lain :

    1. 

    Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

    2. 

    Debt Management Unit (DMU) Obligasi Daerah

    3.  SDM Pengelolaan DMU

    4.  Pengetahuan masyarakat tentang seluk beluk obligasi daerah

    5. 

    Menentukan lembaga Rating Agincy (RA)

    6. 

    Lembaga Penjamin

    Hambatan yang utama penerbitan obligasi daerah Propinsi Sumatera Utara

    adalah belum lengkap Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Pemerintah

    Daerah (Perda) sehingga tidak mungkin dalam waktu dekat ini untuk melakukan penerbitan obligasi daerah Propinsi Sumatera Utara.

    Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang memuat neraca laba rugi,

    laporan surplus defisit dan laporan realisasi anggaran, belum menganut standar

    Akuntansi Keuangan Pemerintah, perlu diperlakuan dengan sistem yang

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    42/58

      42

    dianjurkan Bapepam, yang merupakan salah satu syarat suatu institusi dalam

     penerbitan obligasi. Penerapan standar Akuntansi Keuangan. Pemerintah Daerah

     perlu disiapkan agar persyaratan yang diterbitkan Bapepam dapat dipenuhi.

    Kegiatan pengelolaan dan administrasi penyelenggaraan pemerintah sudah

     padat di tambah lagi dengan pengelolaan dan administrasi kegiatan obligasi

    daerah, tidak memungkinkan secara administrasi, untuk itu perlu di bentuk suatu

     badan yang khusus mengelola kegiatan penerbitan obligasi daerah. (Debt

    Management Unit Obligasi Daerah). Pengelolaan utang yang disebabkan

     penerbitan obligasi tidak perlu ditangani bagian anggaran, akan tetapi ditangani

    oleh Debt Management Unit (DMU). DMU mempunyai tugas menyusun level

    utang, merencanakan kebutuhan biaya, mengkaji alternatif pembayaran pokok dan

     bunga, dan menyiapkan administrasi penerbitan obligasi daerah.

    Badan yang mengelola utang (obligasi) diperlukan kwalifikasi sumber dayamanusia (SDM) yang mempunyai kwalifikasi professional tertentu dan

     berpengalaman. Untuk itu mendudukkan SDM tertentu pada DMU perlu direkrut

    dari instansi dilingkungan pemerintah atau dari instansi lain dan melakukan

     pendidikan terhadap SDM. Keberadaan kwalifikasi SDM yang professional pada

    DMU sangat urgen dalam menjalankan fungsi DMU yang berhubungan dengan

    obligasi daerah. Persiapan SDM yang berkwalitas perlu dilakukan pemerintah

    daerah dalam melakukan persiapan proses penerbitan obligasi daerah.

    Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah daerah sehubungan dengan penerbitan obligasi daerah, perlu dipahami oleh masyarakat untuk merespon yang

     positif. Pengetahuan masyarakat tentang seluk beluk obligasi daerah perlu ada,

    agar kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam pembiayaan pembangunan

    melalui penerbitan obligasi mendapat respon yang positif maupun koreksi dan

    saran sehubungan dengan penerbitan obligasi tersebut. Tanpa memahami seluk

     beluk penerbitan obligasi daerah, bagaimana bisa melakukan respon, koreksi dan

    saran terhadap kebijakan penerbitan obligasi dalam pembiayaan pembangunan

    daerah.

    Pemerintah dalam persiapan penerbitan obligasi, perlu menentukan suatu

    lembaga peringkat (Rating Agincy) yang independent menentukan peringkat atas

    obligasi yang akan diterbitkan. Misalnya obligasi BEI II tahun 2005 ini mendapat

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    43/58

      43

     peringkat BBB + dari PT. Pefindo. (Media Indonesia 30-3-2005). Moody’s

    menggunakan area untuk rating tertinggi, diikuti Aa, A, Baa, Ba, Caa, Ca, C dan

    D untuk rating terendah. Peringkat ini menggambarkan keberadaan resiko yang

    dihadapi obligasi daerah, yang dinilai dari kapasitas ekonomi, dan hukum terkait

    sehubungan dengan kapasitas ekonomi, dan hukum terkait dengan penerbitan

    obligasi daerah (standard and Poor’s di AS).

    Semakin tinggi obligasi, semakin rendah resiko yang dihadapi investor

    semakin rendah rating obligasi semakin tinggi resiko yang dihadapi. Pemerintah

    daerah harus dapat menentukan lembaga peringkat untuk persiapan menentukan

    obligasi yang akan diterbitkan.

    Masa berlakunya obligasi daerah ditentukan pada perjanjian antara

    Pemerintah Daerah yang menerbitkan obligasi daerah dengan wali amanat yang

    mewakili investor. Namun peran penting sehubungan dengan sukses atau tidaknya penerbitan obligasi daerah dijamin oleh lembaga penjamin (underwriting).

    Lembaga penjamin dapat berfungsi membantu emiten dalam pendaftaran obligasi

    dibursa efek. Persiapan underwriten sangat diperlukan dalam memenuhi ketentuan

     peraturan Bapepam.

    14. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi

    Banyak variable ekonomi yang mempengaruhi penerbitan obligasi daerah

     baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagaimana yang diungkapkan

     pada uraian tinjauan pustaka. Penerbitan obligasi pemerintah Propinsi Sumatera

    Utara mencoba mengamati variable realisasi penerimaan pemerintah (X1),.

    Tingkat pengangguran (X2). Pendapatan perkapita (X3), tingkat ekspor (X4) dan

    tingkat inflasi (X5).

    Berdasarkan data time series yang diperoleh dan diolah dengan program

    SPSS 13 untuk menghitung besarnya masing-masing koefisien variable yang

    disertakan pada model estimasi yang diajukan dapat dilihat pada table berikut ini :

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    44/58

      44

    Tabel 8 : Hasil Variabel Realisasi Penerimaan Pemerintah. TingkatKomunikasi Pendahulu, Tingkat Pengangguran, PendapatanPerkapita, Tingkat Ekspor dan Inflasi Terhadap ObligasiDaerah.

    Variabel Koefisien t Statistik t Sig 

    KonstanteRealisasi penerimaan pemerintah (X1)Tingkat Pengangguran (X2)Pendapatan Perkapita (X3)Tingkat Ekspor (X4)Tingkat Inflasi (X5)

    -4E+0090,024

    -7683,326522,5753,040

    2E+008

    2,392-0,3250,9520,6841,095

    0,6580,0270,7490,3530,5020,287

    Variabel Dipenden, Obligasi Daerah (Y)  = 5 %n = 25F hitung = 12,205, dan nilai Sig = 0,000R 2  = 0,763

    Sumber : Lampiran 1Berdasarkan table diatas dapat ditentukan 1 hasil model estimasi sebagai

     berikut : -4E+009 + 0,024 (X1) + -7683,326 (X2) + 522,575 (X3) + 3,040 (X4) +2E+008 (X5).

    Hasil model estimasi ini, dapat memberikan informasi, bahwa variabel realisasi

     penerimaan pemerintah mempunyai pengaruh yang positif terhadap penerbitan

    obligasi daerah dan ke efisiennya menunjukkan sebesar 0,24 Artinya apabila

    realisasi penerimaan pemerintah (X1) meningkat sebesar Rp. 1 miliar, cateris

     paribus, maka akan meningkat penerbitan obligasi daerah sebesar Rp 0,24 miliar,tingkat pengangguran (X2) berpengaruh negatif terhadap penerbitan obligasi

    daerah dan ke efisiennya menunjukkan sebesar -7683,33, artinya apabila tingkat

     pengangguran penduduk meningkat sebesar 1 orang cateris paribus, maka akan

     berkurang penerbitan obligasi sebesar Rp. 7.683,33 Variabel pendapatan perkapita

    (X3) berpengaruh positif terhadap penerbitan obligasi daerah, dan ke efesiennya

    menunjukkan 522,58, artinya, apabila tingkat pendapatan perkapita meningkat

    Rp 1 cateris paribus, maka akan meningkat penerbitan obligasi sebesar

    Rp. 522,58.

    Variabel tingkat ekspor (X4) mempunyai pengaruh yang positif terhadap

     penerbitan obligasi daerah dan ke efisiennya menunjukkan sebesar 3,040 artinya,

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    45/58

      45

    apabila tingkat ekspor meningkat sebesar US$ 1 cateris paribus, maka akan

    meningkat penerbitan obligasi daerah sebesar Rp. 3,040. Variabel tingkat inflasi

    mempunyai pengaruh yang positif terhadap penerbitan obligasi daerah dan

    koefisiennya menunjukkan sebesar 2E + 008, artinya, apabila tingkat inflasi,

    meningkat sebesar 1 %, cateris paribus, maka akan meningkat penerbitan obligasi

    sebesar Rp. 2E + 008.

    Variabel ekonomi realisasi penerimaan pemerintah secara parsial berpengaruh

    nyata secara positif terhadap penerbitan obligasi daerah pada tingkat kepercayaan

    95 % dan pendapatan perkapita, tingkat ekspor dan inflasi tidak berpengaruh

    nyata secara positif terhadap penerbitan obligasi daerah pada tingkat kepercayaan

    95 %. Berdasarkan kolom Sig (Lampiran 2 pada bagian koefisien) nilai Sig

    Realisasi Penerimaan Pemerintah lebih kecil dari nilai toleransi dengan

     = 5 %(0,05) dengan demikian HA berarti realisasi penerimaan pemerintah signifikan.

    Variabel ekonomi tingkat pengangguran (X3) secara parsial tidak berpengaruh

    nyata secara negatif terhadap penerbitan obligasi daerah. Pada tingkat

    kepercayaan 95 % karena nilai Sig tingkat pengangguran (lampiran 2. Pada bagian

    koefisien) lebih besar dari nilai toleransi kesalahan pada  = 5 % (0,05) dengan

    demikian diterima HO. Artinya variabel tingkat pengangguran tidak signifikan.

    Variabel ekonomi realisasi penerimaan pemerintah (X1), tingkat pengangguran

    (X2) Tingkat pendapatan perkapita (X3), tingkat ekspor (X4) dan tingkat inflasi

    (X5) secara serentak berpengaruh nyata terhadap penerbitan obligasi daerah. Pada

    tingkat kepercayaan 95%.

    Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0,763 yang memberikan

    informasi bahwa secara bersama variable independent, realisasi penerimaan

     pemerintah (X1), tingkat pengangguran penduduk (X2), pendapatan perkapita

    (X3), Tingkat ekspor (X4) dan tingkat inflasi (X5) mampu memberikan

     penjelasan.. Variasi variabel penerbitan obligasi daerah sebesar 76,30 %.

    Sedangkan sisanya sebesar 23,70 %, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

    disertakan dalam model estimasi yang diajukan

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    46/58

      46

    BAB V

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    2.  Kesimpulan

    Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan dan analisis yang

    dilakukan, maka kesimpulan kajian penerbitan obligasi daerah sebagai salah satu

    sumber pemberdayaan Propinsi Sumatera Utara sebagai berikut :

    1.  Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam

     proses penerbitan obligasi daerah menyangkut Aspek, Politik,

    keberadaan SDM yang professional. Dalam mengelola, Penerbitan

    obligasi (Debt management Unit), pengetahuan masyarakat tentang

    obligasi daerah.2.

     

    Kemampuan Pemerintah berdasarkan variable makro ekonomi realisasi

     penerimaan pemerintah, tingkat pengangguran, pendapatan perkapita,

    tingkat ekspor dan tingkat inflasi menunjukkan respon yang positif

    terhadap penerbitan obligasi daerah.

    3. 

    Variabel ekonomi realisasi penerimaan pemerintah berpengaruh nyata

    secara positif terhadap penerbitan obligasi daerah pada tingkat

    kepercayaan 95 %.

    4. 

    Variabel pendapatan perkapita, tingkat ekspor dan variabel inflasi tidak berpengaruh nyata secara positif terhadap penerbitan obligasi daerah

     pada tingkat kepercayaan 95 %.

    5.  Variabel ekonomi tingkat pengangguran tidak berpengaruh nyata secara

    negatif terhadap penerbitan obligasi daerah pada tingkat kepercayaan

    95 %.

    6. 

    Variabel realisasi penerimaan pemerintah. Tingkat pengangguran

     pendapatan perkapita, tingkat ekspor dan tingkat inflasi secara bersama

    mampu memberikan penjelasan variasi variabel penerbitan obligasi

    sebesar 76,70 %. Sedangkan sisanya sebesar 23,70 % dijelaskan oleh

    variabel lain yang tidak di masukkan pada estimasi modal.

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    47/58

      47

    7.  Kinerja ekonomi Propinsi Sumatera Utara memberikan dorongan

     peluang positif terhadap penerbitan obligasi daerah.

    8. 

    Potensi peluang penerbitan obligasi daerah dalam mengarahkan

     pembangunan Propinsi Sumatera Utara, melalui pembangunan fasilitas

     publik sektor transportasi (jalan tol, jalan kereta api, pelabuhan udara,

     pelabuhan laut).

    9. 

    Besarnya nominal obligasi daerah Propinsi Sumatera Utara per unit

    sebaiknya Rp. 500.000,-

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    48/58

      48

    2.  Rekomendasi

    Perubahan Undang-Undang No. 32 dan No. 33 tahun 2004 memberikan

     peluang bagi daerah inflasi melakukan otonomi pembiayaan sektor ekonomi

    dalam mengadakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pelayanan publik

    yang dapat memberikan profit. Tindakan proaktif terhadap Undang-Undang No.

    32 dan No. 33 perlu diimplementasikan agar jangan terjadi bagi Pemerintah

    Daerah keterlambatan tindakan dalam memperoleh peluang ekonomi yang

    dijabarkan Undang-Undang tersebut. Atau menghilangkan peluang ekonomi atau

    kesepakatan yang diamanahkan Undang-Undang.

    Proaktif Pemerintah Propinsi Sumatera Utara terhadap Undang-Undang No.

    32 dan No. 33 tidak dapat diinstankan segera, akan tetapi perlu persiapan

     perangkat hukum lainnya seperti Peraturan Pemerintah (PP) dan Perda,

    Kelembagaan Pengelolaan obligasi daerah mengadakan SDM yang professional, pemahaman masyarakat tentang liku-liku obligasi daerah.

    Sehubungan persiapan implementasi Undang-Undang No. 32 tahun 2004

    dalam rangka penerbitan obligasi daerah. Untuk sumber pembiayaan

     pembangunan Propinsi Sumatera Utara, maka direkomendasikan langkah-langkah

    strategi sbb :

    1. 

    Melakukan sosialisasi obligasi daerah kepada masyarakat.

    2. 

    Mempersiapkan Perda sehubungan dengan Pemerintah Obligasi

    Daerah.3.

     

    Membantu lembaga pengelolaan obligasi (Debt Management Unit)

    4. 

    Mengadakan lokakarya untuk mempersiapkan tenaga ahli yang

    akan duduk di Debt Management Unit.

    5.  Menerapkan standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    49/58

      49

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara Dalam Angka 1980 Tahun2001

    Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara Dalam Angka 1981 Tahun2002

    Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara Dalam Angka 1982 Tahun2003

    Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara Dalam Angka 1983 Tahun2004

    Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara Dalam Angka 1984 Tahun2005

    Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara Dalam Angka 2004 Tahun

    2005Badan Pusat Statistik (BPS) Kondisi Kesejahteraan Rakyat dan Ekonomi Propinsi

    Sumatera Utara Tahun 1999 – 2004.

    Departemen Keuangan Republik Indonesia (2005) “Workshop National : Prospekdan peluang Obligasi Daerah Kebersihan Pembangunan Didaerah”.Gardux Place Simbaya 6 – 7 Juli 2005. Kerja sama DepartemenKeuangan Republik Indonesia dengan PT. Mitra Gemilang.

    Fokus Media (2004) Undang-Undang Otonomi Daerah Bandung

    Media Indonesia “Indomobil Finance Terbitan Obligasi Untuk Biaya Kredit”(4 Mei 2005)

    Media Indonesia “ Pemerintah Akhirnya Kupas Obligasi Valas” (13 – April2005)”

    Media Indonesia “ Dua Perusahaan Terbitan Obligasi Rp. 2,5 Triliun” (30 – Maret2005)

    Media Indonesia “ MNP Terbitan Obligasi Ketiga” (29 Maret 2005)

    Media Indonesia “ Penerbitan Suar Utang Jangka Pendek di mulai April 2005” (9Maret 2005)

    Media Indonesia “ Danamon Terbitan Obligasi Senilai Rp. 2,5 Triliun” (10 Maret2005)

    Media Indonesia “ Astra Sedaya Terbitan Obligasi Rp. 1 Triliun” (28 Pebruari2005)

    Media Indonesia “ Polytama Tawarkan Obligasi Rp. 500 Miliar” (17 Agustus2005)

    Suara Merdeka “Analisa Persiapan Matang Sebelum Penerbitan Obligasi Daerah(Senin 17 JAnuari 2005)

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    50/58

      50

    Subiyantoro H. (2004) “Obligasi Daerah Sebagai Terobosan PembiayaanPengembangan Ekonomi Daerah” Makalah disampaikan PadaWorkshop Pengembangan Kemitraan Usaha Daerah dan InvestasiDaerah. Departemen Dalam Negeri. Jakarta.

    Suanriyah (2004) “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat UPPAMP YKPN Yogyakarta

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    51/58

      51

    Lampiran 1. Data Variabel Makro Ekonomi Propinsi Sumatera UtaraTahun

    1980 – 2004

    Lampiran 2. Print out Hasil Regresi Berganda

    Keterangan :

    Y = Obligasi Daerah (60 % x PDRB)

    X1  = Reaksi Penerimaan Pemerintah (Rp)

    X2  = Tingkat Pengangguran (Orang)

    X3  = Pendapatan Perkapita (Rp)

    X4  = Tingkat Ekspor (US$)

    X5  = Tingkat Inflasi (%)

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    52/58

      52

    DRAFT

    KAJIAN PENERBITAN OBLIGASI DAERAH

    SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

    PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA UTARA

    LITBANG PROPINSI SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2005

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    53/58

      53

    DAFTAR ISI

    Abstrak ……………………………………………………………………… i

    Kata Pengantar ……………………………………………………………… ii

    Daftar Isi…………………………………………………………………….. iii-iv

    DaftarTabel………………………………………………………………….. v

    Daftar Lampiran …………………………………………………………….. vi

    BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………… 1

    A. Latar Belakang………………………………………………… 1

    B. Perumusan Masalah…………………………………………… 3

    C. Tujuan…………………………………………………………. 3

    D. Sasaran………………………………………………………... 3

    E. Manfaat……………………………………………………….. 3

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 5A. Desentralisasi Sebagai Suatu Konsep………………………… 5

    B. Perkembangan dan Tantangan Otonomi Daerah……………… 7

    C. Kajian Konseptual ……………………………………………. 10

    D. Pinjaman Daerah Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun

    2004………………………………………………………….. 12

    E. Pengertian dan Jenis Obligasi………………………………… 18

    F. Variabel Ekonomi yang mempengaruhi Obligasi

    Daerah………............................................................................ 20G. Manfaat Investasi Pada Obligasi Daerah……………………... 22

    BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………. 24

    A. Lokasi Kegiatan………………………………………………. 24

    B. Ruang Lingkup Studi…………………………………………. 24

    1. Tahap Studi……………………………………………….. 24

    2. Lingkup Kajian…………………………………………… 24

    3. Analisa Data……………………………………………… 25

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… 27

    A. Hasil………………………………………………………….. 27

    1. Kondisi Ekonomi Propinsi Sumatera Utara……………… 27

    2. PDRB Sumatera Utara…………………………………… 28

    iii

  • 8/17/2019 Obligasi beres

    54/58

      54

    3. Inflasi……………………………………………………. 28

    4. Ekspor……………………………………………………. 29

    5. Impor……………………………………………………… 29

    6. Neraca Perdagangan………………………………………. 30

    7. PDRB Perkapita Sumatera Utara…………………………. 31

    8. Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Utara………………. 31

    9. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)………….. 32

    10. Peluang dan Potensi Penerbitan Obligasi Daerah………… 33

    11. Konsep Terminologi Obligasi Daerah……………………. 34

    12. Tingkat Bunga Obligasi Yang beredar…………………. 38

    13. Kendala Penerbitan Obligasi Daerah……………………. 41

    14. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi………………