Objek Pajak PPN

31
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan semangat kepada kami untuk menyusun makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pajak Pertambahan Nilai, yang dipandang perlu untuk dikuasai oleh mahasiswa dalam rangka membekali diri agar dapat menambah wawasan serta dapat menerapkan dalam bekerja. Terima kasih kepada dosen mata kuliah Pajak Pertambahan Nilai yang telah mengajar kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kepada teman-teman dan sumber- sumber lainnya yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih. Dengan adanya keterbatasan, baik kemampuan maupun kesempatan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran, serta sumbangan pemikiran dari pembaca sebagai bahan masukan yang membantu untuk penyempurnaan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca. i

description

Objek Pajak PPN Indonesia. Pajak Pertambahan Nilai. UU PPN 1984. UU Pajak. Perpajakan Indonesia

Transcript of Objek Pajak PPN

Page 1: Objek Pajak PPN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kesehatan, kesempatan, dan semangat kepada kami untuk menyusun makalah

ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pajak Pertambahan Nilai, yang

dipandang perlu untuk dikuasai oleh mahasiswa dalam rangka membekali diri agar dapat

menambah wawasan serta dapat menerapkan dalam bekerja.

Terima kasih kepada dosen mata kuliah Pajak Pertambahan Nilai yang telah

mengajar kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kepada teman-

teman dan sumber-sumber lainnya yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah

ini, kami mengucapkan terima kasih.

Dengan adanya keterbatasan, baik kemampuan maupun kesempatan, kami

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran, serta sumbangan pemikiran dari pembaca sebagai bahan

masukan yang membantu untuk penyempurnaan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Bintaro, 01 April 2015

Penulis

i

Page 2: Objek Pajak PPN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Objek PPN 2

B. Pengertian Terminologi yang Terdapat dalam Perumusan

Objek Pajak 7

C. Objek PPN pada Pasal 4 UU PPN 1984 9

D. Objek PPN pada Pasal 16C UU PPN 1984 16

E. Objek PPN pada Pasal 16D UU PPN 1984 16

BAB III PENUTUP 18

DAFTAR PUSTAKA 19

ii

Page 3: Objek Pajak PPN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang PPN sebelumnya hanya mengenal ekspor Barang Kena Pajak. Guna

menyeimbangkan pembebanan PPN dan menambah daya saing untuk kegiatan jasa yang

dilakukan oleh pengusaha Indonesia di luar Daerah Pabean dan pemanfaatan Barang Kena

Pajak tidak berwujud dari Indonesia di luar Daerah Pabean, atas ekrpos Jasa Kena Pajak dan

Barang Kena Pajak tidak berwujud akan dikenakan PPN dengan tarif 0%.

B. Tujuan

1. Memahami Objek Pajak Pertambahan Nilai pada Pasal 4 UU PPN 1984

2. Memahami Objek Pajak Pertambahan Nilai pada Pasal 16C UU PPN 1984

3. Memahami Objek Pajak Pertambahan Nilai pada Pasal 16D UU PPN 1984

1

Page 4: Objek Pajak PPN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Objek PPN

No Segi Bahasan UU PPN No. 8 Tahun 1983 UU PPN No. 11 Tahun 1994 UU PPN No. 18 Tahun 2000 UU PPN No. 42 Tahun 2009

1. Barang Kena Pajak

barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak sebagai hasil proses pengolahan (pabrikasi) yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini

barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak maupun barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini

barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini

barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini

2. Jasa Kena Pajak

semua kegiatan usaha dan pemberian pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, atau hak tersedia untuk dipakai yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini

setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dgn bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini;

setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dgn bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini;

setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dgn bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini;

3. Yang a. Penyerahan hak atas BKP a. Penyerahan hak atas BKP a. Penyerahan hak atas BKP a. Penyerahan hak atas BKP

2

Page 5: Objek Pajak PPN

No Segi Bahasan UU PPN No. 8 Tahun 1983 UU PPN No. 11 Tahun 1994 UU PPN No. 18 Tahun 2000 UU PPN No. 42 Tahun 2009

termasuk dalam pengertian penyerahan BKP

karena suatu perjanjian;b. Pengalihan BKP oleh

karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing;

c. Pengalihan hasil produksi dalam keadaan bergerak;

d. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;

e. Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma;

f. Persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan.

karena suatu perjanjian;b. Pengalihan BKP oleh

karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing;

c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;

d. Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma;

e. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dpt dikreditkan;

f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar cabang;

g. Penyerahan BKP secara konsinyasi

karena suatu perjanjian;b. Pengalihan BKP oleh

karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing;

c. Penyerahan BKP kpada pedagang perantara atau melalui juru lelang;

d. Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma;

e. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dpt dikreditkan;

f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyeraha

g. Penyerahan BKP secara konsinyasi.

karena suatu perjanjian;b. Pengalihan BKP oleh

karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing;

c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;

d. Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma atas BKP;

e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;

f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar cabang;

g. Penyerahan BKP secara konsinyasi

h. Penyerahan BKP oleh PKP dlm rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap

3

Page 6: Objek Pajak PPN

No Segi Bahasan UU PPN No. 8 Tahun 1983 UU PPN No. 11 Tahun 1994 UU PPN No. 18 Tahun 2000 UU PPN No. 42 Tahun 2009

langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan PKP.

4. Obyek Pajak a. Penyerahan BKP yang dilakukan di Daerah Pabean dlm lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha yang:1) Menghasilkan BKP

tersebut;2) Mengimpor BKP

tersebut;3) Mempunyai hubungan

istimewa dgn Pengusaha yang dimaksud pada huruf a angka 1 dan 2;

4) Bertindak sebagai penyalur utama atau agen utama dari Pengusaha yang dimaksud pada huruf a angka 1 dan 2;

5) Menjadi pemegang hak atau pemegang hak menggunakan paten dan merek dagang dari BKP tersebut.

b. Penyerahan BKP oleh PKP

a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

b. impor BKP;c. penyerahan JKP yang

dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh Pengusaha;

d. pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

f. ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak.

a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

b. impor BKP; c. penyerahan JKP di dalam

Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

d. pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau

f. ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak

a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

b. impor BKP; c. penyerahan JKP di dalam

Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

d. pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

f. ekspor BKP berwujud oleh PKP;

g. ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP;

h. ekspor JKP oleh PKP.

4

Page 7: Objek Pajak PPN

No Segi Bahasan UU PPN No. 8 Tahun 1983 UU PPN No. 11 Tahun 1994 UU PPN No. 18 Tahun 2000 UU PPN No. 42 Tahun 2009

yang dilakukan di Daerah Pabean dlm lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha yang memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP;

c. Impor BKP; d. Penyerahan JKP.

5. Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP

a. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana diatur dalam KUHD;

b. penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;

c. pemindahtanganan sebagian atau seluruh perusahaan

d. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana diatur dalam KUHD;

e. penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;

f. penyerahan BKP sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf f dlm hal PKP memperoleh izin pemusatan tempat pajak terutang;

g. penyerahan BKP dlm rangka perubahan bentuk usaha atau penggabungan usaha atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dgn perubahan pihak yang berhak atas BKP;

a. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana diatur dalam KUHD;

b. penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;

c. penyerahan BKP sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf f dlm hal PKP memperoleh izin pemusatan tempat pajak terutang;

a. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana diatur dalam KUHD;

b. penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;

c. penyerahan BKP sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf f dlm hal PKP memperoleh izin pemusatan tempat pajak terutang;

d. pengalihan BKP dlm rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dgn syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP;

e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula

5

Page 8: Objek Pajak PPN

No Segi Bahasan UU PPN No. 8 Tahun 1983 UU PPN No. 11 Tahun 1994 UU PPN No. 18 Tahun 2000 UU PPN No. 42 Tahun 2009

tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dpt dikreditkan sebagaimana dimaksid dlm pasal 9 ayat (8) huruf b dan c.

6

Page 9: Objek Pajak PPN

B. Pengertian Terminologi yang Terdapat dalam Perumusan Objek Pajak1. Barang Kena Pajak (BKP)

Berdasarkan pasal 1 ayat 2 dan 3 UU PPN 1984:(2): Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat

berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.(3): Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan undang-

undang ini.2. Jasa Kena Pajak (JKP)

Berdasarkan pasal 1 ayat 5 dan 6 UU PPN 1984:(5): Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau

perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

(6): Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini.

3. Non-BKP (barang tidak kena pajak) Berdasarkan pasal 4A ayat 2 UU PPN 1984:Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu

dalam kelompok barang sebagai berikut:a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya;b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,

dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman yang dikonsumsi di tempat atau tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga dan ketering; dan

d. uang emas batangan, dan surat berharga4. Non-JKP (jasa tidak kena pajak)

Berdasarkan pasal 4A ayat 3 UU PPN 1984:Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam

kelompok barang sebagai berikut:a. jasa pelayanan kesehatan medis;b. jasa pelayanan sosial;c. jasa pengiriman surat dengan perangko;d. jasa keuangan;e. jasa asuransi;f. jasa keagamaan;g. jasa pendidikan;h. jasa kesenian dan hiburan;i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;j. angkutan umum di darat dan dia air serta jasa angkutan udara dalam negeri

yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;

7

Page 10: Objek Pajak PPN

k. jasa tenaga kerja;l. jasaperhotelan;m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan

secara umum;n. jasa penyediaan tempat parkir;o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos;q. jasa boga atau katering.

5. Penyerahan BKP/JKPa. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena

Pajak (pasal 1 ayat 4 UU PPN 1984). Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak:1) Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;2) Pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau

perjanjian sewa guna usaha (leasing);3) Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru

lelang;4) Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;5) Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan

semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;

6) Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;

7) Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan8) Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

penyerahan kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

b. Penyerahan Jasa Kena Pajak Berdasarkan pasal 1 ayat 7 UU PPN 1984 adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak. Serta penjelasan dari pasal 4 ayat 1 huruf c UU PPN 1984, pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan secsra cuma-cuma.

6. Daerah PabeanDaerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi darat, perairan,

dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.7. Kegiatan Usaha/Pekerjaan

Kegiatan usaha atau pekerjaan mengandung pengertian dalam rangka kegiatan usaha sehari-hari pengusaha yang bersangkutan, kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus (ada pengulangan sehingga ada kesinambungan).

8

Page 11: Objek Pajak PPN

C. Objek PPN pada Pasal 4 UU PPN 1984Menurut Pasal 4 UU PPN 1984, yang menjadi objek PPN adalah:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak Di Dalam Daerah Pabean Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Kena Pajak Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik

Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) UU PPN 1984 maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Penyerahan barang yang dikenakan PPN harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :1) Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak2) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak

berwujud3) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan4) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Dengan demikian ada 4 unsur yang harus dipenuhi pada saat terjadi transaksi yang dapat dikenakan objek PPN yaitu :1) Penyerahan2) Barang Kena Pajak3) di dalam Daerah Pabean4) yang dilakukan oleh Pengusahake-empat syarat tersebut bersifat akumulatif dan jika salah satu syarat di atas tidak

terpenuhi maka bukan merupakan objek PPN.

2. Impor Barang Kena PajakRuang lingkup impor dan nilai impor diatur dalam Pasal 1 angka 9 dan angka 20 UU

PPN 1984 yang berbunyi Impor adalah ‘setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean’. Sedang nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang–undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut undang – undang ini.

Pajak Pertambahan Nilai juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak, maka siapapun yang memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan pajak.

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh PengusahaPengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik

Pengusah ygdikuuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

9

Page 12: Objek Pajak PPN

Pajak tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan jasa yang terutang harus memenhi syarat-syarat sebagai berikut:- Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak,

- Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan

- Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan atau Jasa Kena Pajak yang diberikan secara cuma-cuma.

Definisi Jasa ada di Pasal 1 angka 5 UU PPN yaitu Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

Pada pasal 4A ayat (3) dinyatakan beberapa jenis jasa yang tidak termasuk Jasa Kena Pajak. Dengan demikian, Undang-undang PPN bukan menyatakan jasa-jasa yang termasuk Jasa Kena Pajak (positive list), tetapi sebaliknya membuat daftar jasa-jasa yang bukan Jasa Kena Pajak (negative list). Artinya, pada dasarnya semua jasa adalah Jasa Kena Pajak, kecuali yang dinyatakan sebaliknya oleh Undang-undang PPN.

Pada pasal 4A ayat (3), penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut:

Jasa Pelayanan Kesehatan MedikJasa pelayanan kesehatan medis ini meliputi:

1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;2. jasa dokter hewan;3. jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;4. jasa kebidanan dan dukun bayi;5. jasa paramedis dan perawat;6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium;7. jasa psikolog dan psikiater; dan8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

Jasa Pelayanan SosialJasa pelayanan sosial ini meliputi:

1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;2. jasa pemadam kebakaran;3. jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;4. jasa lembaga rehabilitasi;5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan6. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

10

Page 13: Objek Pajak PPN

Jasa Pengiriman Surat Dengan PerangkoJasa pengiriman surat dengan perangko ini meliputi jasa pengiriman surat dengan

menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko tempel.

Jasa KeuanganJasa keuangan ini meliputi:

1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;

2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;

3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa: a) sewa guna usaha dengan hak opsi; b) anjak piutang; c) usaha kartu kredit; dan/atau d) pembiayaan konsumen;

4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan

5. jasa penjaminan.

Jasa AsuransiYang dimaksud dengan jasa asuransi adalah jasa pertanggungan yang meliputi

asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi.

 Jasa KeagamaanJasa keagamaan ini meliputi:

1. jasa pelayanan rumah ibadah;2. jasa pemberian khotbah atau dakwah;3. jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan4. jasa lainnya di bidang keagamaan

 Jasa PendidikanJasa pendidikan ini meliputi:

1. jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional; dan

2. jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah

Jasa Kesenian dan HiburanJasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja

seni dan hiburan.

11

Page 14: Objek Pajak PPN

Jasa Penyiaran Yang Tidak Bersifat IklanJasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televisi

yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.

Jasa Angkutan UmumYaitu Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam

negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.

Jasa Tenaga KerjaJasa tenaga kerja ini meliputi:

1. jasa tenaga kerja;2. jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak

bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan3. jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

Jasa PerhotelanJasa perhotelan meliputi:

1. jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan

2. jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.

Jasa Yang Disediakan oleh PemerintahJasa ini adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan

pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian lzin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

Jasa Penyediaan Tempat ParkirYang dimaksud dengan jasa penyediaan tempat parkir adalah jasa penyediaan

tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran.

Jasa Telepon Umum Dengan Menggunakan Uang LogamYang dimaksud dengan “jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam”

adalah jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

Jasa Pengiriman Uang Dengan Wesel Pos

Jasa Boga Atau Katering

12

Page 15: Objek Pajak PPN

Itulah jasa-jasa yang tidak termasuk Jasa Kena Pajak. Dengan kata lain, jasa selain dari yang disebutkan di atas adalah Jasa Kena Pajak.

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Dari Luar Daerah Pabean Di Dalam Daerah PabeanPasal 1 angka 10 UU PPN 1984 menyebutkan Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud Dari Luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan impor Barang Kena Pajak, maka atas Barang Kena Pajak tidak berwujud yang berasal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam daerah pabean juga dikenakan PPN.

Contoh: PT. Seruni yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan merek yang dimiliki pengusaha yang berkedudukan di Singapura. Atas pemanfaatan merek tersebut oleh PT. Seruni di dalam daerah pabean terutang PPN.

5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Dari Luar Daerah Pabean Di Dalam Daerah PabeanPasal 1 angka 8 UU PPN 1984 menyebutkan Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Dari Luar

Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

Jasa yang berasal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam daerah pabean dikenakan PPN.

Contoh: PT. ABC di Bandung memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari pengusaha yang berkedudukan di Malaysia. Atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang PPN.

6. Ekspor Barang Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena PajakPasal 1 angka 11 UU PPN 1984 menyebutkan Ekspor adalah setiap kegiatan

mengeluarkan barang dari dalam daerah pabean ke luar daerah pabean.Berbeda dengan pengusaha yang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dan atau huruf c, maka pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1).

Kenapa ekspor Barang Kena Pajak menjadi objek PPN sedangkan pengertian PPN itu sendiri adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang di dalam negeri. Ekspor akan menyebabkan barang tersebut dikonsumsi di luar negeri. Oleh karenanya PPN atas ekspor dikenakan tarif 0% atau dengan kata lain tidak terkena PPN. Tarif PPN 0% atas ekspor akan menyebabkan pengusaha yang mengekspor barang akan mengalami kelebihan pembayaran PPN yang bisa direstitusi.

7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak BerwujudPasal 1 angka 28 UU PPN 1984 menyebutkan Ekspor Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari dalam daerah pabean di luar daerah pabean. Yang dimaksud dengan “Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah:

13

Page 16: Objek Pajak PPN

1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;2. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;3. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikan, industrial, atau komersial;4. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa:

a) Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;

b) Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;

c) Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;

5. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan

6. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.

Contoh:PT. Filmvisi adalah Pengusaha Kena Pajak berkedudukan di Jakarta bergerak dalam

bidang produksi film, ia melakukan penjualan hak pemutaran salah satu film produksinya untuk ditayangkan di bioskop di Singapura. Pengenaan PPN atas kegiatan ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud sama dengan kegiatan eksppr Barang Kena Pajak Berwujud, dikenakan hanya kepada pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

8. Ekspor Jasa Kena PajakPasal 1 angka 29 UU PPN 1984 menyebutkan Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap

kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar daerah pabean.Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan Jasa Kena

Pajak dari dalam daerah pabean ke luar daerah pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar daerah pabean.

Tidak semua ekspor Jasa Kena Pajak dikenakan PPN, hanya beberapa jasa yang termasuk dalam Jasa Kena Pajak saja yang merupakan objek PPN. Batasan ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK No.70/PMK.03/2010 tentang Batasan Kegiatan

14

Page 17: Objek Pajak PPN

Dan Jenis Jasa Kena Pajak Yang Atas Ekspornya Dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Jasa-jasa tersebut sebagai berkut:

a. Jasa Maklon. Batasannya adalah sebagai berikut: Pemesan atau penerima Jasa Kena Pajak berada di luar daerah pabean dan

merupakan wajib pajak luar negeri serta tidak mempunyai Bentuk Usaha Tetap (BUT) sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan perubahannya;

Spesifikasi dan bahan disediakan oleh pemesan atau penerima Jasa Kena Pajak; Bahan adalah bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau bahan

penolong/pembantu yang akan diproses menjadi Barang Kena Pajak yang dihasilkan;

Kepemilikan atas barang jadi berada pada pemesan atau penerima Jasa Kena Pajak; dan

Pengusaha jasa maklon mengirim barang hasil pekerjaannya berdasarkan permintaan pemesan atau penrima Jasa Kena Pajak ke luar daerah pabean.

b. Jasa perbaikan dan perawatan yang batasan kegiatannya memenuhi ketentuanc. Jasa konstruksi, yaitu layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,

layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi, yang batasan kegiatannya memenuhi ketentuan.

Batasan atas kedua jasa tersebut (jasa perbaikan dan jasa konstruksi) adalah sebagai berikut:

Jasa yang melekat pada atau jasa untuk barang bergerak yang dimanfaatkan di luar daerah pabean; atau

Jasa yang melekat pada atau jasa untuk barang tidak bergerak yang terletak di luar daerah pabean

Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Jasa Kena Pajak adalah pada saat ekspor Jasa Kena Pajak yaitu pada saat penggantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak wajib membuat Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak pada saat ekspor Jasa Kena Pajak yang dilampiri dengan invoice sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan adalah dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.

Atas kegiatan ekspor barang yang dihasilkan dari kegiatan ekspor jasa maklon oleh Pengusaha Kena Pajak eksportir jasa maklon tidak dilaporkan sebagai ekspor Barang Kena Pajak dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai atas:

a. Perolehan Barang Kena Pajak;b. Perolehan Jasa Kena Pajak;c. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak berwujud dari luar daerah pabean;d. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean; dan/ataue. Impor Barang Kena Pajak

15

Page 18: Objek Pajak PPN

Yang bila dari kelima poin tersebut tidak berhubungan langsung dengan kegiatan ekspor Jasa Maklon, merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN 1984.

D. Objek PPN pasal 16C UU PPN 1984Pasal 16C berbunyi Pajak Pertambahan Nilai dikenakkan atas kegiatan membangun

sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakkan sendiri atau digunakkan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Kegiatan yang membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, dikenakkan PPN dengan pertimbangan untuk mencegah terjadinya penghindaran pengenaan PPN.

Yang dimaksud dengan bangunan adalah berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria:

a. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja

b. Diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha

Untuk melindungi masyarakat yang berpenghasilan rendah dari pengenaan PPN atas kegiatan membangun sendiri, maka diatur batasan kegiatan membangun sendiri dengan KMK yang menyebabkan batas pengenaan objek PPN atas membangun sendiri adalah minimal 400m.

PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 10% dengan DPP. DPP untuk kegiatan membangun sendiri adalah 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dikeluarkan untuk membangun bangunan termasuk biaya material dan ongkos tukang selama satu bulan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Pengenaan terhadap objek mebangun sendiri termasuk kepada orang pribadi yang tidak memiliki NPWP dan tidak memiliki kewajiban PPN. Jika orang pribadi tersebut melakukan kegiatan membangun sendiri yang luasnya melewati batasan yang ditentukan maka orang pribadi tersebut wajib menyetorkan PPN terutang ke KPP tempat pembangunan itu dilaksanakan.

Saat terutangnya PPN atas kegiatan membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya bangunan sedangkan tempat PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.

Dalam hal bangunan sebagai hasil dari kegiatan membangun sendiri digunakan oleh pihak lain sebagai tempat tinggal atau tempat usaha, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib menyerahkan bukti SSP asli PPN atas kegiatan membangun sendiri kepada pihak lain yang menggunakan bangun tersebut.

E. Objek PPN Pasal 16D UU PPN 1984Pasal 16 D berbunyi PPN dikenakkan atas penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut

tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, PPN dikenakan atas penyerahan

16

Page 19: Objek Pajak PPN

seluruh aktiva, kecuali atas penyerahan aktiva yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, serta penyerahan aktiva berupa sedan atau station wagon.

Penyerahan mesin, bangunan, peralatan, perabotan, atau aktiva lain yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, dikenakkan pajak sepanjang memenuhi persyaratan, yaitu bahwa PPN yang dibayar pada saat perolehannya, sesuai ketentuan undang-undang ini, dapatdikreditkan.

Namun, PPN tidak dikenakan atas pengalihan BKP yang tidak mempunyai kegiatan langsung dengan kegiatan usaha dan pengalihan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yaitu kendaraan bermotor berupa sedan ataustatsion wagon.

17

Page 20: Objek Pajak PPN

BAB III

PENUTUP

Objek PPN terdapat di dalam UU PPN 1984 pada 3 pasal yaitu Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D UU PPN. Objek tersebut adalah:A. Objek PPN pada Pasal 4 UU PPN 1984

Menurut Pasal 4 UU PPN 1984, yang menjadi objek PPN adalah:1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha;2. Impor Barang Kena Pajak3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

atau6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

B. Objek PPN pada Pasal 4 UU PPN 1984Dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

C. Objek PPN pada Pasal 4 UU PPN 1984Dikenakan atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, PPN dikenakan atas penyerahan seluruh aktiva, kecuali atas penyerahan aktiva yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, serta penyerahan aktiva berupa sedan dan station wagon.

18

Page 21: Objek Pajak PPN

DAFTAR PUSTAKA

Poernomo, Yosep. 2011. Bahan Ajar Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta: Sekolah Tinggi

Akuntansi Negara.

19