O

34
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS I. KONSEP DASAR A. Anatomi & Fisiologi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan 1. Telinga luar dan tengah Telinga luar menyalurkan gelombang suara ke meatus auditorius eksternus. Pada beberapa hewan, telinga dapat bergerak seperti antenna radar yang mencari suara. Di meatus, kanalis auditorius esksternus berjalan ke dalam menuju membrane timpani ( gendang telinga ). Telinga tengah adalah rongga berisi udara di dalam tulang temporalis yang terbuka melaui tuba audioturius ( eustachius ) ke naso faring dan melaui nasofaring ke luar. Tuba biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap saluran ini terbuka, sehingga tekanan udara di kedua sisi gendang telinga seimbang. Tiga tulang pendengaran, yaitu maleus, inkus, dan stapes, terletak di telinga tengah. Manubrium ( tangkai maleus ) melekat ke belakang membrane timpani. Bagian kepala tulang ini melekat pada dinding telinga tengah, dan tonjolannya yang pendek melekat ke inkus, yang kemudian bersendi dengan bagian kepala stapes. Stapes diberi nama demikian karena mirip dengan sanggurdi. Lempeng kakinya ( foot plate ) didekatkan oleh ligamentum anulare ke dinding fenestra ovalis. Dua otot rangka kecil, tensor timpani dan stapedius, juga terletak di telinga tengah. Kontraksi otot yang pertama menarik manibrum meleus ke medial dan mengurangi getaran di membran timpani, kontraksi otot stapedius menarik lempeng kaki stapes menjahui fenestra ovalis.

description

s

Transcript of O

Page 1: O

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

I. KONSEP DASAR

A. Anatomi & Fisiologi  Sistem Pendengaran dan Keseimbangan

1.                  Telinga luar dan tengah

Telinga luar menyalurkan gelombang suara ke meatus auditorius eksternus. Pada

beberapa hewan, telinga dapat bergerak seperti antenna radar yang mencari suara. Di meatus,

kanalis auditorius esksternus berjalan ke dalam menuju membrane timpani ( gendang telinga ).

Telinga tengah adalah rongga berisi udara di dalam tulang temporalis yang terbuka

melaui tuba audioturius ( eustachius ) ke naso faring dan melaui nasofaring ke luar. Tuba

biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap saluran ini terbuka,

sehingga tekanan udara di kedua sisi gendang telinga seimbang. Tiga tulang pendengaran, yaitu

maleus, inkus, dan stapes, terletak di telinga tengah. Manubrium ( tangkai maleus ) melekat ke

belakang membrane timpani. Bagian kepala tulang ini melekat pada dinding telinga tengah, dan

tonjolannya yang pendek melekat ke inkus, yang kemudian bersendi dengan bagian kepala

stapes. Stapes diberi nama demikian karena mirip dengan sanggurdi. Lempeng kakinya ( foot

plate ) didekatkan oleh ligamentum anulare ke dinding fenestra ovalis. Dua otot rangka kecil,

tensor timpani dan stapedius, juga terletak di telinga tengah. Kontraksi otot yang pertama

menarik manibrum meleus ke medial dan mengurangi getaran di membran timpani, kontraksi

otot stapedius menarik lempeng kaki stapes menjahui fenestra ovalis.

2.                  Telinga dalam

Telinga dalam atau ( labirin, rumah siput ) terdiri dari dua bagian, satu berada di dalam

yang lainnya. Labirin tulang adalah serangkaian saluran di dalam bagian pertosa tulang

temporalis. Di dalam saluran – saluran ini terdapat labirin membranosa yang dikelilingi oleh

cairanj yang disebut perilimfe. Struktur membranosa ini kurang mirip dengan bentuk saluran

Page 2: O

tulang. Saluran tulang terisi oleh cairan yang disebut endolimfe, dan tidak terdapat hubungan di

antara ruang – ruang yang terisi oleh endolimfe dengan yang terisi oleh perilimfe.

3.                  Koklea

Bagian koklea labirin merupakan saluran melingkar yang pada manusia panjangnya 35

mm dan membentuk 23/4 kali putaran. Disepanjang struktur ini terdapat membrane basilaris dan

membrane reissner yang membaginya memjadi 3 ruang ( skala ). Skala vestibule di bagian atas

skala timpani di bagian bawah mengandung perilimfe dan berhubungan satu sama lain di apeks

koklea melalui lubang kecil disebut helikotremia. Di dasar koklea, skala vestibuli berakhir di

fenestra ovalis, yang tertutup oleh lempeng kaki stapes. Skala timpani berakhir di fenestra

rotundum, yakni foramen di dinding medial telinga tengah yang tertutup oleh memmbran

timpani sekunder yang lentur. Skala media, dan ruang koklea tengah, bersambungan dengan dua

skala lainnya.

4.      Organ corti

Organ corti, struktur yang mengandung sel rambut merupakan reseptor pendengaran yang

terletak di membrane basilaris. Organ ini berjalan di apeks atau ke dasar koklea, dan dengan

demikian bentuknya seperti spiral. Tonjolan sel rambut menembus lamina retikularis yang keras

dan berbentuk seperti membrane. Lamina ini di tunjang oleh pilar corti. Sel rambut tersusun

dalam empat baris : tiga baris sel rambut luar yang terletak di lateran terhadap terowongan yang

di bentuk oleh pilar corti, dan satu baris sel rambut dalam yang terletak disebelah medial

terhadap terowongan. Di setiap koklea manusia terdapat 20.000 sel rambut luar dan 3500 sel

rambut dalam. Terdapat membrana tektoria yang tipis, liat, tetapi elastic dan menutupi barisan –

barisan sel rambut. Ujung sel rambut luar terbenam didalamnya, tetapi ujung sel rambut dalam

tidak. Badan sel neuron aferen yang menyebar di sekitar dasar sel rambut terletak di ganglion

spiralis di dalam modiolus, bagian tengah yang bertulang tempat koklea melingkar. Sembilan

puluh sampai 95% neuron aferen ini mempersarafi sel rambut dalam hanya 5 – 10% yang

mempersarafi sel rambut luar yang jumlahnya lebih banyak, dan setiap neuron mempersarafi

beberapa sel luar ini. Sebaliknya, sebagian besar serabut aferen di saraf auditorius berakhir di sel

rambut luar dan bukan sel rambut dalam. Akson neuron aferen yang mempersarafi sel rambut

membentuk bagian auditorius ( koklea ) saraf kranialis ke delapan.

Di koklea, terdapat taut erat di antara sel rambut dan dinding falang di dekatnya yang

mencegah indolimfe  mencapai dasar sel. Namun, membrane basilaris relative permeable

terhadap perlimfe di skala timpani, dan akibatnya, terowongan organ corti dan dasar sel rambut

di basahi oleh perlimfe. Karena terdapat taut erat yang serupa, susunan sel rambut di bagian lain

telinga dalam juga serupa, yaitu tonjolan sel rambut dibasahi oleh endolimfe, sementara dasarnya

dibasahi oleh perlimfe.

5.      Kanalis semisirkularis

Page 3: O

Di kedua sisi kepala, kanalis semisirkularis saling tegak lurus satu sama lain, sehingga

kanalis – kanalis ini terletak pada 3 bidang ruangan. Di dalam kanalis tulang, terdapat kanalis

membranosa yang terbenam dalam parilimfe. Struktur reseptor, Krista ampularis, terletak di

ujung tiap – tiap kanalis membranosa yang melebar ( ampula ). Setiap krista terdiri dari sel

rambut dan sel sustentakularis yang dilapisi oleh pemisah gelantinosa ( kapula ) yang menutup

ampula. Tonjolan sel rambut terbenam di dalam kapula, dan dasar sel rambut berkontak erat

dengan serabut aferen bagian vestibularis saraf kranialis ke delapan.

6.      Ultrikulus & sakulus

Di dalam tiap – tiap labirin membranosa, di lantai ultrikulus, terdapat organ otolitik          

( macula ). Macula lain terletak di dinding sakulus dengan posisi semi ventrikal. Macula

mengandung sel sustentakularis dan sel rambut, dipayungi membrane otolitik tempat

terbenamnya Kristal – Kristal kalsium karbonat. Pada manusia otolit, yang juga dikenal sebagai

otokonia atau debu telinga, memiliki panjang 3 – 19 um dan lebih padat dibandingkan dengan

endolimfe. Tonjolan sel rambut terbenam di dalam membran. Serabut – serabut saraf dari sel

rambut bergabung dengan serabut – serabut dari Krista di bagian ventibularis saraf kranialis ke

delapan.

Jalur sentral

Serabut aferen di bagian auditorik saraf kranialis ke delapan berakhir di nucleus koklearis

dorsal dan ventral. Dari sini, implus pendengaran berjalan melalui berbagai rut eke kolikulus

inferior, pusat untuk reflex pendengaran, dan melalui korpus genikulatum medial di thalamus ke

korteks auditorik. Implus lain masuk ke formasio retikularis. Informasi dari kedua telinga di

masing – masing olive superior, dan di tingkat yang lebih tinggi, sebagian besar neuron

berespons terhadap masukan dari kedua telinga. Di korteks auditorik primer, sebagian besar

neuron berespons terhadap masukan dari kedua telinga, tetapi mungkin juga terdapat deretan sel

yang dirangsang oleh masukan dari telinga ipsilateral. Area asosiasi pendengaran yag terletak

dekat dengan area penerima pendengaran primer tersebar luas. Berkas olivokolekleris

( olivococlear bundle ) adalah berkas serabut eferen yang mencolok di tiap – tiap serabut

auditorius yang berasal dari kompleks olivarius superior ipsi lateral serta kontralateral dan

berakhir terutama di sekitar dasar sel rambut luar organ Corti.

Badan sel dari 19.000 neuron yang mempersarafi Krista dan macula di tiap – tiap sisi

terletak di ganglion vestibularis. Tiap –tiap saraf vestibularis berakhir di keempat bagian nucleus

vestibularis ipsilateral dan di lobus flokulonodularis serebelum serabut – serabut dari kanalis

semi serkularis terutama berakhir di bagian superior dan medial nucleus vestibularis dan

proyeksi terutama ke inti – inti yang mengontrol ke gerakan mata. Serabut serabut dari utrikulus

dan sakulus terutama berakhir di bagian lateral ( nucleus deiter ), yang berproyeksi ke medulla

spinalis. Serabut – serabut ini juga berakhir di neuron yang berproyeksi ke serebelum dan

Page 4: O

formasio retikularis. Nucleus vestibularis juga berproyeksi ke thalamus, dan dari tempat ini ke

kedua bagian korteks somatosensorik primer.

7.      Sel rambut

Struktur

Seperti dinyatakan diatas, reseptor sensorik di telinga terdiri dari 6 kelompok sel rambut

di labirin membranosa. Sel rambut di organ Corti menyalurkan sinyal pendengaran, sel rambut di

utrikulus menyalurkan sinyal percepatan horizontal. Sel rambut di sakulus menyalurkan sinyal

percepatan ventrikal, dan satu kelompok di masing – masing dari ketiga kanalis semikularis

menyalurkan sinyal percepatan rotasi. Tiap – tiap sel terbenam di epitel yang terbentuk oleh sel

penunjang atau sustentakuler, dengan ujung basal berkontak erat dengan neuron aferen. Dari

ujung apeks muncul rambut atau tonjolan ( prosesus ) berbentuk batang sebanyak 30 – 150 buah.

Kecuali di koklea, slah satu tonjolan ini, kinosilium, adalah silia sejati tetapi tidak motil

dengan Sembilan pasang mikrotubulus yang mengelilinginya dan sepasang mikrotubulus tengah.

Kinosilium adalah salah satu tonjolan yang paling besar dan memiliki ujung yang tumpul. Pada

mamalia dewasa, kinosilium tidak terdapat pada sel rambut koklea. Namun, tonjolan lain, yang

disebut stereosilia, terdapat di semua sel rambut. Stereosilia memiliki inti yang terdiri dari

filament aktin yang sejajar. Aktin dilapisi oleh berbagai isoform myosin. Didalam sekelompok

tonjolan pada tiap – tiap sel terdapat susunan yang teratur. Di sepanjang sumbu yang menuju

kinosilium, stereosilia menjadi semakin tinggi, di sepanjang sumbu tegak lurus, semua stereosilia

tingginya sama.

Masking

Telah diketahui bahwa adanya satu suara akan menurunkan kemampuan seseorang untuk

mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking ( penyamaran ). Fenomena ini

diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor dan serabut saraf

auditorik yang sebelumnya terangsang terhadap rangsangan lain. Tingkat suara yang menutupi

suara lain berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, efek

penyamaran suara latar akan meningkatkan ambang pendengaran dengan besaran tertentu dan

dapat diukur.

Transmisi suara                                                         

Telinga mengubah gelombang suara dilingkungan eksternal menjadi potensial aksi di

saraf pendengaran. Gelombang diubah oleh gendang telinga dan tulang pendengaran menjadi

gerakan lempeng kaki stapes. Gerakan gelombang ini menimbulkan gelombang didalam cairan

telinga dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial aksi di serabut saraf.

Fungsi membran timpani dan tulang pendengaran

Sebagai respons terhadap perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang suara di

permukaan luarnya, membran timpani bergerak keluar masuk. Dengan demikian, membran

Page 5: O

berfungsi sebagai resonator yang menghasikan ulang getaran dari sumber suara. Membran ini

berhenti bergetar hampir segera setelah gelombang suara berhenti, yaitu membran ini mengalami

peredaman kritis ( critically damped ) yang hampir total. Gerakan membran tempani di salurkan

ke manubreum maleus. Maleus bergoyang pada sumbu melalui taut tonjolan panjang dan pendek

sehingga tonjolan pendek menayalurkan manubreum ke inkus. Inkus bergerak ke sedemikian

rupa ke bagian sehingga getaran diteruskan ke bagian ke kepala stapes. Pergerakan ke kepala

stapes menyebabkan lempeng kakinya bergerak k menuju mundurseperti pintu yang berngsel di

tepi posterior fenestra ovalis. Dengan demikian tulang – tulang pendengaran berfungsi sebagai

system pengungkit yang mengubah getaran resonan membran timpani menjadi gerakan stapes

terhadap skala vestebuli koklea yang berisi perelimfe. System ini mningkatkan tekanan suara

yang tiba di fenestra ovalis, karena efek pengungkit maleus dan inkus melipat gandakan gaya

1,3x lebih kuat dan luas membran timpani jauh lebih besar dibandingkandengan luas lempng

kaki stapes. Sebagian ebergu suara akan hilang akibat peristensi, tetapi telah diperhitungkan

bahwa,pada frekuensi dibawan 3000hz, 60% energy suara yang jatuh di membran tempani akan

ditransmisikan ke cairan di dalam keoklea.

Reflek timpani

Apabila otot telinga tengah tensor timpani dan stapedius berkontraksi, manubrium maleus

akan tertarik ke dalam dan lempeng kaki stapes terdorong keluar. Hal ini akan menurunkan

transmisi suara. Suara keras akan mencetuskan reflex kontraksi pada otot – otot ini secara umum

disebut reflex timpani. Fingsinya bersifat proyektif, yakni mencegah rangsangan berlebihan pada

reseptor pendengaran yang dihasilkan oleh gelombang suara yang kuat. Namun, waktu reaksi

untuk refleks ini adalah 40 -160 mdet sehingga reflex ini tidak dapat melindungi telinga dari

rangsangan kuat yang singkat seperti yang dihasilkan oleh suara tembakan.

Hantaran tulang dan udara

Hantaran ( konduksi ) gelombang suara ke cairan di telinga dalam melaui membran

timpani dan tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendegaran normal, disebut

hantaran osikular. Gelombang suara juga mencetuskan getaran membran timpani sekundr yang

menutup fenestra retundum. Proses ini yang tidak penting untuk pendengaran normal, adalah

hantaran udara. Hantaran tipe ke 3, hantaran tulang, adalah transmisi getaran dari tulang

tengkorak ke cairan telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar teradi apabila kita

menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jalur ini juga

berperan dalam penyaluran suara yang sangat keras.

Fungsi sel rambut dalam dan luar

Sel rambut dalam dalam adalah sel sensorik utama yang menghasilkan potensial aksi di

saraf pendengaran, dan diperkirakan sel ini dirangsang oleh gerakan cairan. Di pihak lain, sel

rambut luar mmiliki fungsi berbeda. Sel ini berespons terhadap suara, seperti sel rambut dalam,

tetapi depolarisasi menyebabkan nya memendek dan hiperpolarisasi menyebabkan nya

Page 6: O

memanjang. Sel ini melakukannya diatas bagian membran basialis yang fleksibel, dan gerakan

ini sedikit banyak meningkatkan amplitude dan kejernihan suara. Perubahan pada sel rambut luar

ini terjadi sejajar dengan perubahan pada prestin, yang merupakan protein membran, dan protein

ini mungkin merupakan protei motorik bagi sel rambut luar.

Sel rambut luar menerima persarafan kolinergik melaui komponen eferen saraf auditorik,

dan asetilkolin menyebabkan hiperpolarisasi sel. Namun, fungsi fisiologis dari persarafan ini

belum diketahui.

B. Definisi

Otitis adalah radang telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran,

tinitus dan vertigo.  Media berarti tengah. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh

mukosa telinga tengah, tuba eustacheus, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.

a.       Otitis media akut

Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah dan

terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu Otiitis media akut adalah proses infeksi yang

ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnay

tergantung berat ringannya penyakit, antara lain : demam, iritabilitas, letargi, anoreksia,

vomiting, bulging hingga perforasi membrana tympani yang dapat diikuti dengan drainase

purulen.

b.      Otitis media kronis

Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang berhubungan

dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media

akut yang tak tertangani. (buku ajar : ilmu penyakit telinga, kidung, tenggorok)

Page 7: O

Otitis media supuratif kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk

sedikitnya satu bulan.Orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007)

Otitis media supuratif kronis adalah perforasi yang parmanen dari membrana timpani, dengan

atau tidak dengan perubahan permanen pada telinga tengah (www.merck.com, 2004).

Jadi, kesimpulan dari kelompok, Otitis media supuratif kronis adalah peradangan pada telinga

bagian tengah yang sudah lebih dari 2 bulan bahkan menahun yang dapat diakibatkan karena

otitis media akut yang tak tertangani. (kelompok)

C. Etiologi

1. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan

erat antara penderita dengan OMSK dan sosio ekonomi, dimana kelompok sosio ekonomi rendah

memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan

kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.

2. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK

berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel

udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer

atau sekunder.

3. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan atau

otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan

bukan yang lainnya berkembang menjadi kronis.

4. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada

otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.

Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa

organisme lainnya.

5. Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus

dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh

terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan

pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media

kronis.

7. Alergi

Page 8: O

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan

alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes

telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini

merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif

berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya

menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal (Kumar

S, 1996).

D. Klasifikasi

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:

1. Tipe tubotimpani (tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen)

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik

yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi

keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa

terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, di samping itu

campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder

dari epitel skuamous. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

i) Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi

saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang kuman masuk melalui liang

telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dan

jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid

mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila

tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi.

ii) Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah

yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti

vertigo, tinitus, and atau suatu rasa penuh dalam telinga.

2. Tipe atikoantral ( tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang)

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering

mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana

bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

Page 9: O

Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari

lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kolesteatom

kongenital dan kolesteatom didapat.

a. Kolesteatom kongenital.

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah:

1. Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang

berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan. Kongenital kolesteatom lebih sering

ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat

menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

b. Kolesteatom didapat.

1. Primary acquired cholesteatoma.

Koelsteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida

2. Secondary acquired cholesteatoma.

Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis biasanya bagian

posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal pada bagian posterosuperior.

Terbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna yang masuk ke kavum timpani melalui perforasi

membran timpani atau kantong retraksi membran timpani pars tensa.

Oleh karena tuba tertutup terjadi retraksi dari membrane plasida, akibat pada tempat ini terjadi

deskuamasi epitel yang tidak lepas, akan tetapi bertumpuk di sini. Lambat laun epitel ini hancur

dan menjadi kista. Kista ini tambah lama tambah besar dan tumbuh terus kedalam kavum

timpani dan membentuk kolesteatom.

Ini dinamakan “primary acquired cholesteatom” atau genuines cholesteatom”. Mula-mula

belum timbul peradangan, lambat laun dapat terjadi peradangan. Primary dansecondary acquired

cholesteatom ini dinamakan juga “pseudo cholesteatoma, oleh karena ada pula congenital

kolesteatom. Ini juga merupakan suatu lubang dalam tenggorok terutama pada os temporal.

Dalam lubang ini terdapat lamel konsentris terdiri dari epitel yang dapat juga menekan tulang

sekitarnya. Beda kongenital kolesteatom, ini tidak berhubungan dengan telinga dan tidak akan

menimbulkan infeksi. Bentuk perforasi membran timpani adalah:

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-

kadang sub total.

2. Perforasi marginal

Page 10: O

Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi

marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-

superior berhubungan dengan kolesteatom

3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma

E. Patofosiologi

Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan

stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti

dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan

otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri,

gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.

Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis),

mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar

masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila

terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan

yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan

berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk

jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang

masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap

pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar

untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga

tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya

pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan

penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena

adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut

yang ditandai dengan secret yang mukoid atau mukopurulen.

Page 11: O

F. Manifestasi Klinis

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium

peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan

mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang

sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan

infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan

infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,

berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat

terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid

dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.

Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga

dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair

tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya di jumpai tuli

konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan

sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat

menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli

konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan

dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30

Page 12: O

db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan

dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.

Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang

pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga

ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi

kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin

melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif.

Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat

menggambarkan sisa fungsi kokhlea.

3. Otalgia (nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya

ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding

sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin

oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK

seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali

merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom.

Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada

panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran

timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.

Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa

terjadi akibat komplikasi serebelum

5. Demam

Suhu tubuh meningkat pada OMSK bisa disebabkan karena proses peradangan yang diakibatkan

oleh infeksi pada telinga tengah. Biasanya suhu bisa mencapai 39O C. Dan jika tidak segera

ditanganai dapat menyebabkan kejang.

6. Discharge pus

Pada saat terjadi infeksi pada telinga, sel-sel darah putih (leukosit) akan memberikan perlawanan

pada bakteri/virus yang menginfeksi telinga. Dari pertahanan leukosit tersebut nantinya akan

terbentuk cairan yang lama kelamaan akan terbentuk nanah.

Page 13: O

G. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut:

1)      Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat

pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi

membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah.

Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli

sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui

membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara

temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas

kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang,

sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test

berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas

pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala

ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran:

Normal: -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan: 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang: 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat: 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat: 71 dB sampai 90 dB

Tuli total: lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.

Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian

tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan

manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan

evaluasi ini, observasi berikut bias membantu:

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif

30-50 dB apabila disertai perforasi.

3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran di belakang membran yang masih

utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran tulang,

menunjukan kerusakan kohlea parah. Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh

penilaian pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan

Page 14: O

masking adalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur (Boesoirie S,

2007).

2) Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya terbatas

dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya

mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit

dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik

memberi kesan kolesteatom Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah:

1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.

Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.

Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk

menghindari dura atau sinus lateral.

2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak

gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang

telah mengenai struktur-struktur.

3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas

memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini

menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya

pembesaran akibat kolesteatom.

4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan

kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan

kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan

beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk

melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu

seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

3) Pemeriksaan otoskopi

Pada pemeriksaan otoskopi dapat dibedakan jenis OMSK berdasarkan perforasi pada membran

timpani, yang terdiri dari perforasi sentral,marginal dan atik. Gambaran yang terlihat dengan

otoskopi pada perforasi sentral adalah tampak perforasi yang letaknya sentral pada pars tensa,

dapat berbentuk bundar, oval, bentuk ginjal atau hati.Perforasinya dapat subtotal atau total,

masih terlihat pinggir membran timpani (annulus timpanikus), melalui perforasi tampak mukosa

kavum timpani bewarna pucat, bila ada eksaserbasi akut maka warna mukosamenjadi merah dan

jarang terdapat granulasi atau polip. Gambaran otoskopi pada perforasi marginal adalah tampak

perforasi yang letaknya marginal, pada pars tensa belakang atas biasanya besar, atau pada pars

flaksida muka atau belakang (kecil), prosesnya bukan hanya pada mukosa kavum timpani dan

tulang-tulang pendengaran ikut rusak,sering terdapat granulasi atau polip, annulus timpanikus

Page 15: O

tidak terlihat lagi dan terlihat gambaran nekrosis tulang. Sedangkan gambaran pada perforasi atik

adalah perforasi yang letaknya di pars flaksida (Mills,1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz,

2006).

4) Bakteriologi

Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut, bakteriologi

yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media

supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,

Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H.

influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid,

Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya masuk melalui

tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab

biasanya adalah pneumokokus, streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK

keadaan ini agak berbeda. Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal

dari luar yang masuk melalui perforasi tadi

H. Penatalaksanaan

Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebabnya

dan pada stadium penyakitnya. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan

operasi, tetapi obat -obatan dapat

digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis

penyakit dan luasnya infeksi, di mana pengobatan dapat dibagi atas:

1. Konservatif

2. Operasi

1. OMSK BENIGNA

a. OMSK BENIGNA TENANG

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air

jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita

infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi

(Miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

b. OMSK BENIGNA AKTIF

Prinsip pengobatan OMSK adalah pembersihan liang telinga dan kavum timpani serta pemberian

antibiotika

1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (toilet telinga)

Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan

mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan

mikroorganisme (Fairbank, 1981).

Page 16: O

Cara pembersihan liang telinga (toilet telinga):

1.      Toilet telinga secara kering ( dry mopping).

Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik

berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan diklinik atau dapat juga dilakukan oleh anggota

keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering.

2.      Toilet telinga secara basah ( syringing)

Telinga disemprot dengan caian untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan kapas lidi

steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga

tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan kemastoid ( Beasles,

1979). Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas

pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan

Iodine.

3.       Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)

 Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah metode

yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan

polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan

resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada

anakanak diperlukan anastesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya

bila dilakukan dengan “ displacement methode” seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan

Ludmann.

2. Pemberian antibiotik topikal

Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotik topikal untuk OMSK.

Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu,

adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang

mengandung antibiotik dan kortikosteroid..Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan

berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni.

Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga

dibersihkan dahulu.

 Bubuk telinga yang digunakan seperti :

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMK aktif yang dikombinasi

dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin dapat melawan kuman

Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan gram negatif anaerob dan mempunyai

kerja yang terbatas melawan Pseudomonas karena meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif

melawan Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan

Page 17: O

organisme gram positif (Fairbanks, 1984). Seperti aminoglokosida yang lain, Gentamisin dan

Framisetin sulfat aktif melawan basil gram negatif dan gentamisin kerjanya “sedang” dalam

melawan Streptokokus. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan kuman

anaerob.

Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison, bila

sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata.

Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila diteteskan.

Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative kecuali Pseudomonas

aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya B. Fragilis. Pemakaian

jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida akan merusak foramen

rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah

1. Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla,

Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan

susunan saraf.

2. Neomisin

     Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp.

Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.

3. Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid terhadap :

Stafilokokus, koagulase positif, 99%

Stafilokokus, koagulase positif, 95%

Stafilokokus group A, 100%

E.Koli, 96%

Proteus sp, 60%

Proteus mirabilis, 90%

Klebsiella, 92%

Enterobakter, 93%

Pseudomonas, 5%

Dari penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes telinga dengan ofloksasin

dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada perbaikan 4,53%

3.  Pemberian antibiotik sistemik

Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab.

Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus.

Page 18: O

Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada

penderita tersebut.

Dalam pengunaan antimikroba, sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya terhadap masing-

masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing kuman penyebab,

daya penetrasi antimikroba di masing jaringan tubuh, toksisitas obat terhadap kondisi tubuhnya .

dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi

menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar

obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon.

Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.

Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta

laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah :

Kuman aerob Antibiotik sistemik, Pseudomonas Aminoglikosida atau karbenisilin, P. Mirabilis

Ampisilin atau sefalosforin, P. Morganii Aminoglikosida atau Karbenisilin, P. Vulgaris,

Klebsiella Sefalosforin atau aminoglikosida, E. Koli Ampisilin atau sefalosforin, S. Aureus Anti-

stafilikokus penisilin, Sefalosforin, eritromosin, aminoglikosida, Streptokokus Penisilin,

sefalosforin, eritromisin, Aminoglikosida, B. fragilis Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam

nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak

dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III

( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus

diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMK belum

pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMK.

Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk

metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada

OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4

minggu1.

2. OMSK MALIGNA

     Pengobatan yang tepat untuk OMK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila

terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian

dilakukan mastoidektomi.

     Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani

yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat,

serta memperbaiki pendengaran

Page 19: O

    Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMK dengan

mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain (Soepardi, 2001):

• Mastoidektomi sederhana

Dilakukan pada OMK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada

tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar

infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

• Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi

ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas

antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga

daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang

semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial.

• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum merusak kavum timpani.

Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan

operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan

mempertahankan pendengaran yang masih ada.

• Miringoplasti

Dilakukan pada OMK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya

disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang

paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan

pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga

tengah ada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

• Timpanoplasti

Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna

yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah

menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi

membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan

bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan

V.

• Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Dikerjakan pada kasus OMK tipe maligna atau OMK tipe benigna dengan jaringan granulasi

yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa

melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).

Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan

jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid

Page 20: O

dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMK tipe maligna

belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma.

II. ASUHAN KEPERAWATAN pada PASIEN OMP

A.      Pengkajian

BIODATA KLIEN

Nama                                : An. Z

Umur                                : 12 tahun

Jenis Kelamin                   : Laki-laki

No. Register                     : 1330091193

Alamat                             : Jalan melati no 10 blok A kec. asmara kab. Bogor

Status Perkawinan           : belum kawin

Keluarga Terdekat           : Orang Tua

Diagnosa Medis               : Otitis media perforata (OMP)

ANAMNESE

1.      Riwayat keperawatan

a.   Riwayat kesehatan sekarang :

Page 21: O

Keluhan Utama : keluhan telinga bagian sebelah sinistra suka mengeluarkan cairan sudah

sebulan berlangsung sudah ke dokter tapi belum ada perubahan. Keluhan lain yang suka

dirasakan serangan vertigo hebat kadang-kadang muncul

b.   Riwayat Kesehatan masa lalu :

1. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)

Klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,danlingkungan.

2. Riwayat kecelakaan

Klien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya

3. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)

                 Klien baru pertama kali datang ke rumah sakit pada tanggal 09 mei 2013 karena keluhan pada

telinga.

4. Riwayat pemakaian obat

Klien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.

5. Riwayat trauma kepala.

Klien tidak pernah mengalami trauma pada kepala

6. Sejak kapan keluhan dirasakan.

Mengeluh nyeri telinga sudah 1 bulan.

7. Kaji TTV dasar.

Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.

8. Kaji pertumbuhan klien.

Timbang dan ukur BB, TB klien.

9. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Keluarga klien tidak pernah ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya

2.  Pemeriksaan Fisik Umum

1. Berat badan sekarang          :  39,5 kg

2. Berat badan sebelum sakit  :  40kg

3. Tinggi badan                       : 145 cm

4. Tekanan darah                     : 110/90mmHg (normal: 120/80 mmHg)

5. Nadi                                                : 72 x/menit (normal: 60-100 x/menit)

6. Frekuensi nafas                   : 24 x/menit (normal: 12-24 x/menit)

7. Suhu tubuh                          : 39 oC (normal: 36-37,5o C)

3.  a. Pemeriksaan Fisik

                Keluhan utama dapat berupa :

1.Gangguan pendengaran/pekak.

   Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :

Page 22: O

-          Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah secara

bertahap dan sudah berapa lamanya.

-          Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemakaian obat

ototoksik sebelumnya

-          Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat

dan meningitis.

-          Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau pada

tenpat yang tenang.

2.      Suara berdenging/berdengung (tinitus)

-                 Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang  dirasakan di

kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. 

-                 Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.

3.     Rasa pusing yang berputar (vertigo).

-           Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.

-                       Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan

timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat

-                     Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging

yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri,

gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan

vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi,

arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo

dan tinitus.

4.      Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)

-          Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.

-          Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang servikal

karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.

5.       Keluar cairan dari telinga (otore)

-          Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah berapa

lama.

-          Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat

mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya

Page 23: O

kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor.

Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal.

b.  Tes audiometrik.

Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan

perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan bantuan

audiometrik.

B. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan

1 Nyeri  b.d Penekanan membran timpani oleh peradangan

2 Perubahan perfepsi / sensori b.d obstruksi, infeksi ditelinga / kerusakan di syaraf

pendengaran

3 Gangguan komunikasi b.d perubahan degeneratif : efek kehilangan pendengaran

C. Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan Rasional

1. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan masalah nyeri   dapat

teratasi dengan kriteria hasil :

- Pasien tampak rileks,

- dapat beristirahat/tidur dan

melakukan pergerakkan yang

berarti sesuai toleransi.

- Skala nyeri berkurang

1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan

intensitas (skala 1-10).

Rasional: Membantu mengevaluasi derajat

ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik.

2. Beri posisi nyaman

Rasional:Menurunkan ketegangan otot,

menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan

kemampuan koping.

3. Bantu penggunaan teknik relaksasi.

Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih

efektif dan memfokuskan kembali perhatian

sehingga menurunkan nyeri dan

ketidaknyamanan.

4. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak

dan dorong ambulasi dini, hindari duduk lama.

Rasional: Menurunkan kekakuan otot/sendi.

5.Ambulasi mengembalikan organ ke posisi

Page 24: O

normal dan meningkatkan kembali fungsi ke

tingkat normal.

Rasional: Ambulasi dan perubahan posisi

menurunkan tekanan perianal.

kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

(analgesik).

 Rasional: Menurunkan nyeri, meningkatkan

kenyamanan.

2. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan masalah perubahan

persepsi/ sensori dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

- Pasien akan berpartisipasi dalam

program pengobatan

-   Pasien akan mempertahankan

kemampuan pendengaran

-      Tidak adanya sakit kepala

1. Kaji tentang ketajaman pendengaran

Rasional : Menentukan seberapa baik tingkat

pendengaran klien

2. Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di

lingkungan dan membicarakannya hal tersebut

Rasional : Untuk memaksimalkan pendengaran

3. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat

alat pendengaran secara tepat.

Rasional : Keefektifan alat pendengaran

tergantung pada tipe gangguan/ketulian,

pemakaian serta perawatannya yang tepat.

4.  Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-

teknik yang aman sehingga dapat mencegah

terjadinya ketulian lebih jauh.

Rasional :    Apabila penyebab pokok ketulian

tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa

sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga

harus dilindungi.

5. Observasi tanda-tanda awal kehilangan

pendengaran yang lanjut.

Rasional : Diagnosa dini terhadap

keadaan  telinga atau terhadap masalah-

masalah  pendengaran rusak secara permanen.

6.     Instruksikan klien untuk menghabiskan

seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu

antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum

Page 25: O

waktunya dapat menyebabkan organisme sisa

berkembang biak sehingga infeksi akan

berlanjut.

Kolaborasi

Diskusikan tipe alat bantu dengar dan

perawatannya yang tepat dengan dokter atau

perawat

Rasional: Untuk menjamin keuntungan maksimal

3. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan masalah gangguan

komunikasi dapat teratasi dengan

kriteria hasil :

- Memakai alat bantu dengar (jika

sesuai).

- Menerima pesan melalui metoda

pilihan (misal: komunikasi tulisan,

bahasalambang,berbicara dengan

jelas pada telinga yang baik.

- mendemonstrasikan komunikasi

verbal dan nonverbal kongruen.

Mandiri

1.     Kaji alasan kurangnya komunikasi, termasuk

fungsi SSF dan neuromuskular, refleks gag/

menelan, mendengar, masalah gigi/ mulut.

    Rasional :identifikasi masalah pentinguntuk

intervensi yang tepat. Kadang0-kadang pasien

tidak ingin bicara, mungkinberfikir mereka

bicara padahal tida, berharap orang lain

mengetahui apakah mereka menginginkan, tidak

mampu untuk memahami/ mengerti

2.    Periksa adanya serumen berlebih

Rasional:pengerasan lilin telinga dapat

menurunkan ketajaman pendengaran dan dan

menyebabkan tinitus.

3.      Pastikan bila pasien mempunyai / menggunakan

alat bantu dengar

Rasional: pasien mungkin mempunyai tetapi

tidak menggunakan alat bantu dengar (mis,

mungkin tidak tepat ukuran, mungkin

memerlukan baterai)

4.      Sadari bahwa sadari bahwa masalah perilaku

dapat menunjukan kehilangan pendengaran.

Rasional : marah, marah yang meledak-ledak,

frustasi, malu, depresi, menarik diri dan paranoia

mungkin upaya untuk menghadapi masalah

komunikasi.

5.      Tentukan apakah pasien menggunakan bahasa

bilingual atau bahasa tertentu saja.

Rasional : pada penurunan fungsi serebral /

Page 26: O

penurunan proses pikir, peningkatan tingkat

stres, pasien dapat mencampur bahasa / kembali

ke bahasa asal.

Kolaborasi

Rujuk pada terapi wicara, dokter THT atau untuk

audiometri sesuai kebutuhan untuk menentukan

luasnya penurunan pendengaran dan apakah alat

bantu dengar yang tepat digunakan.

Daftar pustaka

 Al Fatih, Muhammad Otitis Media Akut, di unduh

darihttp://hennykartika.wordpress.com/category/telinga/ tanggal 18 Februari 2010 ; 12.31 WIB

 Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan

telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62

 Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.

Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI,

2001. h. 63-73

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.