þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»kkpa-provsu.org/PDF/buku_lapas_kpa.pdf · IV....
Transcript of þo¹Ä :± ¨íK µ Ø í .Pá > Kf1Ó D0È I»kkpa-provsu.org/PDF/buku_lapas_kpa.pdf · IV....
KATA PENGANTAR
Maraknya penggunaan narkoba sangat berpengaruh terhadap penambahan jumlah tahanan yang masuk ke Rutan dan Lapas, dimana berdasarkan data rekapitulasi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM RI menunjukan terjadi peningkatan jumlah narapidana dan tahanan kasus narkotika dari 10,6% pada tahun 2002, menjadi 23,5% tahun 2005 dan pada 2006 sudah mencapai 40%.
Merespon terhadap permasalahan HIV berkaitan dengan meningkatnya jumlah tahanan narkoba, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menetapkan Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas dan Rutan di Indonesia Tahun 2005-2009. Berdasarkan strategi ini, beberapa staf Lapas dan Rutan di Sumatera Utara telah dilatih dan mulai melaksanakan program pencegahan penularan HIV dan AIDS secara bertahap. Untuk memberikan acuan yang jelas serta menjaga mutu pelaksanaan kegiatan maka dibutuhkan adanya panduan operasional bagi staf Lapas dan Rutan.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Tim Pokja Lapas yang beranggotakan lintas sektor, bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sumatera dan Lembaga Swadaya Masyarakat International yaitu Family Health International (FHI) telah melakukan lokakarya dengan mengundang Kepala Rutan dan Lapas, LSM dan untuk membahas panduan operasional pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas. Hasil lokakarya inilah yang kemudian disusun menjadi buku panduan operasional ini.
Buku panduan dapat dipakai sebagai acuan bagi petugas lapas melengkapi beberapa pedoman yang dibuat oleh Dirjen Pemasyarakatan. Disadari bahwa belum semua Rutan dan Lapas mempunyai kelengkapan sumber daya dan sarana untuk melaksanakan program penanggulangan HIV-AIDS seperti yang tertuang dalam buku panduan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu pelaksanaan kegiatan secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang ada. Bisa dimulai dengan pemberian informasi dasar karena beberapa staf Lapas dan Rutan sudah dilatih, sedangkan kegiatan lainnya bisa dikoordinasikan dan bekerja sama dengan pihak lain seperti Puskesmas dan rumah sakit terdekat yang sudah melaksanakan program HIV-AIDS dan LSM peduli AIDS.
Kami ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak baik perorangan maupun lembaga yang ikut serta dalam pembuatan buku ini, dan semoga buku ini akan bermanfaat bagi semua pihak dalam melakukan upaya pencegahan, pengobatan dan perawatan tahanan di Lapas dan Rutan khususnya bagi yang terinfeksi HIV.
Medan, April 2007Ka. Kanwil Hukum dan Hak Asasi ManusiaProvinsi Sumatera Utara
Drs. Untung Sugiyono, BcIP. MM
ii
Peningkatan kasus HIV dan AIDS di Sumatera Utara dalam lima tahun
terakhir ini, dari hasil rekapitulasi laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan. Dan kasus-kasus HIV dan AIDS
yang ditemukan saat ini juga telah ditemukan di Lapas dan Rutan sehingga
dibutuhkan penanganan yang komprehensif di Lapas dan Rutan.
Untuk itu Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sumatera Utara
bekerjasama dengan Departemen Hukum dan HAM wilayah Sumatera Utara dan
Family Health International (FHI) mengadakan lokakarya tentang teknis pelaksanaan
program penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan, dan darinya telah
tersusun sebuah buku "Panduan Operasional Pelaksanaan Program
Penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas/Rutan".
Panduan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan setiap program penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan di
Sumatera Utara.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan buku panduan ini.
Medan, April 2007
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA)
PROVINSI SUMATERA UTARA
Ketua Pelaksana Harian,
dr. Linda T. Maas, MPH
KATA SAMBUTAN i
A. Latar Belakang
Perkembangan penyalahgunaan narkoba melalui jarum
suntik di Indonesia berjalan secara cepat di masyarakat termasuk
juga di Rumah Tahanan (Rutan) dan Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas). Sebuah penelitian yang diadakan oleh Badan Narkotika
Nasional (BNN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 10 Lapas/Rutan
di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa sebagian warga
binaan adalah pecandu. Proporsi pecandu pada penelitian tersebut
berdasarkan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah 33%
menggunakan putaw, sedangkan antara 1-4% menggunakan
kokain, heroin dan morfin. Dari pecandu ini, 45% menyatakan
masih mengalami ketergantungan pada NAPZA dengan klasifikasi
penggunaan sebagai pemakai 53,9%, serta sebagai pengedar 26,8%
dan sisanya sebagai pemakai yang sekaligus pengedar. Di samping
itu, patutlah dicatat bahwa sebagian besar warga binaan yang diteliti
ini berusia produktif dengan persentase terbesar pada usia 15-19
tahun sebesar 38%.
Berdasarkan data rekapitulasi jumlah narapidana/tahanan
di Indonesia yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Departemen Hukum dan HAM RI diketahui hingga bulan Agustus
2006 terdapat 110.958 orang narapidana dan tahanan di Indonesia,
dan 25.096 orang di antaranya adalah terkait kasus narkotika. Data
menunjukkan terjadi peningkatan jumlah narapidana dan tahanan
kasus narkotika dari 8,94% pada tahun 2005 menjadi 9,41% pada
tahun 2006.
Di Sumatera Utara, jumlah warga binaan pemasyarakatan
(WBP) cukup tinggi yaitu mencapai 16.509 (terdiri dari 15.853
narapidana dan tahanan pria, dan 656 narapidana dan tahanan
wanita) yang tersebar di 34 Unit Pelaksana Teknis (UPT) (data
Kanwil DepKumHam April 2007). Kondisi ini menjadikan masalah
kesehatan WBP merupakan sesuatu yang sangat perlu diberikan
perhatian. Terlebih lagi Sumatera Utara termasuk salah satu dari 5
dengan angka kematian tahanan tertinggi di Indonesia. Upaya untuk
PendahuluanI. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
DAFTAR ISI iii
Kata Sambutan .....................................................................................
Kata pengantar .....................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................
I. Pendahuluan ................................................................................A. Latar Belakang .........................................................................B. Tujuan .....................................................................................
II. Pelaksana Program di Lapas dan Rutan .....................................
III. Kebijakan Pelaksanaan Program .................................................
IV. Tatalaksana Penanganan Tahanan Berisiko TinggiTertular HIV di Lapas/Rutan .......................................................4.1. Penanganan Tahanan pada saat masuk di Lapas/Rutan .........4.2. Pemberian perawatan berkesinambungan
(continue of care) di Lapas/Rutan .......................................4.3. Proses pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan ke Lapas.........4.4. Pelepasan Narapidana terinfeksi HIV+...............................
Peserta Lokakarya Pokja Lapas ...........................................................
Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli AIDS ......................................
Puskesmas Layanan IMS dan VCT..........................................................
Rumah Sakit Peduli AIDS ...................................................................
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 23/1660 K ........
i
ii
iii
113
4
6
89
11
1516
18
20
23
24
25
Sumatera Utara. Panduan operasional pelaksanaan program ini
menjadi pelengkap dari panduan yang berasal dari Dirjen
Pemasyarakatan, baik panduan tata laksana untuk penanganan
narapidana (Napi) secara umum maupun yang berkaitan dengan
penanggulangan HIV dan AIDS.
B. Tujuan
Umum:
Mencegah terjadinya penularan HIV dan meningkatkan kesehatan
warga di Lapas dan Rutan termasuk tahanan dan para petugas Lapas
dan Rutan.
Khusus :
1. Sebagai pedoman penatalaksanaan kegiatan penanggulangan
HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas, khususnya bagi petugas
maupun instansi yang terkai t dengan program
penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan .
2. Menjaga mutu layanan program sehingga upaya pencegahan
penularan dan peningkatan kesehatan dapat tercapai secara
optimal.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
menekan angka kematian, salah satunya adalah dengan melakukan
upaya pencegahan penularan penyakit yang ada di dalam
Lapas/Rutan, serta memberikan pengobatan kepada yang sudah
sakit. Meskipun AIDS belum menjadi penyebab kematian utama di
Lapas/Rutan Sumatera Utara, tetapi antisipasi terhadap hal tersebut
perlu dilakukan. Terlebih lagi karena WBP, khususnya yang terkait
kasus narkoba, memiliki kemungkinan sudah terinfeksi HIV sangat
tinggi.
Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) terhadap WBP Lapas
Wanita dan Rutan di Tanjung Gusta Medan, menunjukkan 90% dari
WBP yang pernah menjadi pengguna narkoba suntik, mengaku
melakukan penyunt ikan bersama teman. Hal yang
mengkhawatirkan adalah pengguna narkoba suntik wanita sebesar
29% menggunakan jarum suntik secara bersama dengan pacarnya,
sedangkan yang berbagi jarum dengan teman juga cukup tinggi
sekitar 55-60% (Survei Surveilans Perilaku Penghuni Rutan dan
Lapas Wanita Tanjung Gusta, KPAND SU tahun 2005).
Sero survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Sumatera
Utara tahun 2005 terhadap 534 WBP dari 4 UPT sebagai sampel,
menunjukkan 28 WBP terinfeksi HIV. Sedangkan tahun 2006, dari 2
UPT yang berbeda dari tahun sebelumnya, pemeriksaan terhadap
323 sampel, 14 terinfeksi HIV dan 1 IMS. Selanjutnya, gambaran
kasus HIV di Lapas dan Rutan di Sumatera Utara juga ada
peningkatan, hal ini didasarkan pada hasil surveilens yang dilakukan
Dinas Kesehatan pada tahun 2005 dimana diperoleh data sebagai
berikut: di Lapas/Rutan yaitu LP Tanjung Gusta, dari 279 tahanan
yang diperiksa 13 HIV+, di LP Lubuk Pakam dari 173 tahanan, 3
HIV+, Rutan Tobasa/Balige, 51 diperiksa, 3 HIV+ dan Rutan
Tarutung 31 diperiksa, 1 HIV+.
Mengingat masalah ketergantungan NAPZA serta
penggunaan NAPZA tidak lagi terbatas pada masyarakat namun
sudah masuk ke dalam lingkungan Lapas/Rutan, serta peningkatan
perilaku yang berisiko di dalam Lapas dan Rutan termasuk dampak-
dampak buruknya, maka Kanwil Departemen Hukum dan HAM
Sumatera Utara memandang perlu untuk melaksanakan program
penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas. Sebagai
acuannya adalah Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas dan Rutan di Indonesia
Tahun 2005–2009 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Guna pelaksanaan Strategi Nasional tersebut sangatlah
diperlukan panduan operasional pelaksanaan program di Lapas dan
Rutan yang dapat dijadikan acuan bagi para petugas di wilayah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
»
» Anggota : Dokter, perawat, konselor, manajer kasus
(yang sudah dilatih), unsur pengamanan,
LSM, bagian registrasi dan sebagainya.
Tim Pokja Lapas
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) merupakan lembaga
yang bertanggung jawab mengkoodinir dan meng-integrasikan
semua kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilaksanakan
oleh berbagai sektor. Dengan belum berjalannya program yang
tertata dalam sistem maka KPA perlu membentuk Kelompok Kerja
(Pokja) untuk membantu sektor terkait dalam pelaksanaannya. Pokja
bersifat adhoc (sementara), apabila program tersebut sudah berjalan
dengan optimal dan sistem sudah terbentuk dan berfungsi maka
kemungkinan Pokja tidak diperlukan lagi. Ada beberapa Pokja
berkaitan dengan berbagai program, misalnya Pokja untuk
penanggulangan dampak buruk NAPZA suntik (Harm Reduction)
dan Pokja penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja.
Berkaitan dengan program penanggulangan HIV dan AIDS
di Rutan dan Lapas juga perlu dibentuk Tim Pokja Lapas untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tim AIDS di
Lapas dan Rutan. Peran dan fungsi Tim Pokja Lapas lebih diarahkan
untuk advokasi, mediasi, penyusunan panduan dan regulasi, serta
koordinasi. Sebagai contoh, koordinasi dalam hal pelayanan dan
pengobatan, kerjasama dengan lembaga lain dalam mendukung
pelayanan bagi warga binaan, advokasi pada penentu kebijakan
sektoral untuk mendukung pelaksanaan program di Lapas/Rutan.
Oleh Karenanya Tim Pokja Lapas diharapkan melibatkan lintas
sektor baik instansi pemerintah maupun LSM. Tim Pokja Lapas akan
sangat berperan dalam membantu kinerja dari Tim AIDS di Lapas.
Sebagai ketua tim Pokja Lapas sebaiknya dari Kepala Rutan
atau Lapas. Keanggotaan Tim Pokja Lapas melibatkan Dinas
Kesehatan, rumah sakit, pihak kepolisian, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan lembaga terkait yang dirasa perlu. Dalam
pembentukannya diharapkan berkoordinasi dengan Komisi
Penanggulangan AIDS kabupaten/kota setempat.
Sebagai contoh, ditingkat provinsi telah dibentuk Pokja Lapas (lihat
lampiran SK Gubernur tentang pembentukan pokja LAPAS).
Sekretaris : Ka. Sie Perawatan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Untuk mendukung pelaksanaan penanggulangan HIV-
AIDS di Lapas dan Rutan perlu dibentuk: Tim Pokja AIDS di Lapas
dan Rutan dan Tim Pokja Lapas.
Tim HIV-AIDS di Lapas dan Rutan
Tim HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan mempunyai peran
dan fungsi untuk melaksanakan kegiatan pencegahan melalui
pendidikan, konseling dan testing (Voluntary Conseling and Testing)
serta perawatan, dukungan dan pengobatan (Care, Support and
Treatment). Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut Tim HIV
dan AIDS perlu melakukan kerjasama dengan lembaga lain terutama
untuk kegiatan pengobatan, perawatan, dan pemberian dukungan
kepada tahanan.
Susunan Tim HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan ini
sebaiknya diketuai kepala Lapas atau Rutan karena akan
memudahkan dalam mengkoordinasikan tugas dari anggota tim
serta staf lain dalam Rutan dan Lapas. Sesuai dengan fungsi pokok
Tim HIV dan AIDS Lapas maka dalam struktur organisasi perlu ada
petugas yang bertanggung jawab pada pemberian informasi dan
edukasi, pelayanan medis, melakukan konseling, melayani VCT
(Voluntary Conseling and Testing), dan kegiatan pendampingan
pada tahanan yang terinfeksi (manajemen kasus). Oleh karenanya
dalam keanggotaan tim ini perlu disesuaikan dengan kelembagaan
yang sudah ada, sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih kegiatan
dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan
tim ini akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Lapas
dan Rutan.
Sebagai contoh, keanggotaan Tim HIV dan AIDS Lapas
dapat disusun sebagai berikut:
» Penanggung jawab : Ka. Lapas/Ka Rutan
» Ketua : Ka. Bidang Pembinaan
Pelaksana Programdi Lapas dan Rutan
II. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
6. Bahwa berdasarkan unsur sukarela sebagaimana tersebut pada
butir 3, warga binaan pemasyarakatan memiliki hak untuk
menolak pelaksaaan pengujian HIV terhadapnya.
7. Bahwa untuk mendukung dilaksanakannya layanan klinis
yang optimal pada unit kesehatan Lapas/Rutan dengan
menggarisbawahi ketetapan sebagaimana tersebut pada butir
3, maka konseling dan pengujian HIV akan ditawarkan secara
rutin kepada setiap warga binaan pemasyarakatan satu bulan
menjelang selesainya masa tahanan.
8. Bahwa sesuai dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia, maka
tidak akan ada diskriminasi terhadap warga binaan
pemasyarakatan yang terbukti secara klinis mengidap HIV,
baik dalam upaya pembinaan maupun penempatannya.
9. Bahwa bagi warga binaan pemasyarakatan yang terbukti
secara klinis mengidap HIV akan didampingi oleh petugas
manajemen klinis dalam pendampingan psikososial dan akan
memperoleh akses pelayanan pengobatan dan perawatan
seoptimal mungkin yang terdiri dari:
• Perawatan dan pengobatan akut, meliputi pengobatan
(Infeksi Opportunistik) IO dan infeksi serta penyakit terkait
HIV lainnya.
• Perawatan dan pengobatan kronis, termasuk ARV.
• Perawatan dan pengobatan paliatif, termasuk perawatan
menjelang ajal.
10. Bahwa dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip Hak Asasi
Manusia dan sebagai upaya pencegahan penularan HIV,
warga binaan pemasyarakatan yang telah mengidap AIDS
stadium 3 atau 4 dapat menjalani perawatan yang lebih
intensif.
11. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis HIV yang
optimal bagi warga binaan pemasyarakatan di Lapas dan
Rutan, Tim Medis Lapas dan Rutan bekerja sama dengan
dokter ahli dari rumah sakit Umum Daerah terdekat.
12. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis HIV yang
optimal bagi warga binaan pemasyarakatan di Lapas dan Rutan
tersebut, bagi kasus-kasus medis yang rumit dan kompleks Tim
Medis Lapas dan Rutan dapat merujuk RSUD terdekat.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Sebagai acuan pelaksanaan program adalah Strategi
Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS dan Penyalahgunaan
Narkoba di Lapas dan Rutan tahun 2005–2009, dengan
menitikberatkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bahwa Lapas/Rutan selain sebagai instansi yang melakukan
pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan, juga
harus mampu memberikan layanan kesehatan yang optimal
bagi mereka yang membutuhkannya, termasuk narapidana
dan tahanan yang terinfeksi HIV dan pengidap AIDS.
2. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal
bagi semua warga binaan pemasyarakatan harus sesuai dengan
nilai-nilai Hak Asasi Manusia sebagaimana termaktub dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan berbagai
kebijakan hak asasi manusia internasional dan nasional yang
terkait dengan perlakuan terhadap narapidana dan tahanan.
3. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal
tersebut, Lapas/Rutan sebagai instansi pembinaan harus
menyediakan dan memperluas akses program edukasi
pencegahan HIV dan AIDS bagi seluruh warga binaan
pemasyarakatan.
4. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal,
para petugas Lembaga Pemasyarakatan, baik medis dan non-
medis, harus mampu memperkenalkan manfaat dan
pentahapan konseling dan pengujian HIV secara rinci dengan
menggarisbawahi bahwa pengujian HIV dilakukan atas dasar
sukarela kepada warga binaan pemasyarakatan dan dijamin
kerahasiaannya.
5. Bahwa pihak yang berwenang untuk memberikan
rekomendasi atau inisiasi konseling dan pengujian HIV adalah
dokter Lapas dan Rutan berdasarkan indikasi medis dari warga
binaan pemasyarakatan.
Kebijakan PelaksanaanProgram
III. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Pengadilan LAPAS Ditangkap
Pendidikan Konseling,Testing Pelayanan Kesehatan Dukungan
RUTAN
Pendidikan Konseling,Testing Pelayanan Kesehatan Dukungan
Rujukan setelah bebas
Rujukan ke Klinik/RS untuk tindak lanjut pengobatan. Rujukan LSM peduli AIDS
Rujukan setelah bebas
Rujukan ke Klinik/RS untuk tindak lanjut pengobatan Rujukan ke LSM peduli AIDS
4.1. Penanganan tahanan pada saat masuk di Lapas/Rutan
Kegiatan yang perlu dilakukan pada saat tahanan baru masuk ke Rutan atau Lapas:
Registrasi atau pencatatan
Sesuai dengan prosedur yang ada, tahanan yang baru masuk ke Rutan atau Lapas akan dilakukan registrasi. Di samping mencatat informasi yang sudah ditetapkan, perlu ditambahkan pendataan untuk mengetahui gambaran atau latar belakang tahanan seperti apakah mereka berisiko tertular HIV, apakah tahanan tersebut sudah pernah tes HIV, apakah tahanan sedang menjalani masa perawatan seperti penggunaan antiretroviral (ARV), atau metadon. Informasi ini dibutuhkan untuk merencanakan pemberian edukasi, menghindari tes HIV ulang, melanjutkan pengobatan yang sudah berjalan. Oleh karenanya pada saat registrasi kepada setiap tahanan yang masuk perlu ditanyakan dan dicatat informasi mengenai:» Apakah mereka pengguna narkoba» Apakah mereka pernah memakai narkoba melalui jarum suntik» Apakah mereka sering melakukan hubungan seks yang tidak
aman (berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan kondom)
» Apakah pernah VCT» Apakah mereka sedang mengikuti pengobatan (Metadon, ARV)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Seperti diuraikan sebelumnya, dasar kebijakan untuk
pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan
Lapas adalah Strategi Nasional penanggulangan HIV dan AIDS
tahun 2005-2009 yang menekankan pada pilar utama pendekatan
yaitu: (i) Penegakan hukum dan bimbingan hukum; (ii) Rehabilitasi
dan pelayanan sosial; dan (iii) Pencegahan dan Perawatan.
Penegakan hukum dan bimbingan hukum dilakukan agar
jumlah pengguna narkoba baru di Lapas/Rutan tidak bermunculan.
Kegiatan rehabilitasi dan pelayanan sosial bagi narapidana/tahanan
dimaksudkan untuk membantu pemulihan bagi pengguna narkoba,
pengguna NAPZA suntik (penasun) atau yang terinfeksi HIV. Selain
kedua pilar tersebut, pilar ketiga yaitu pencegahan dan perawatan
bagi narapidana/tahanan pengidap HIV-AIDS dilakukanlah
pencegahan dan perawatan, dukungan dan pengobatan (CST).
Ketiga pilar tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya dan
harus dilaksanakan secara bersamaan agar tujuan dari strategi
penanggulangan HIV dan AIDS dan penyalahgunaan narkoba di
Lapas/Rutan di Indonesia dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Penjabaran operasional dari ketiga pendekatan khususnya
upaya untuk pencegahan dan perawatan hendaknya dilakukan sejak
awal pada saat tahanan masuk ke Lapas atau Rutan sampai mereka
dibebaskan. Oleh karenanya kejelasan tatalaksana kegiatan secara
keseluruhan mulai dari tahanan masuk ke Lapas dan Rutan sampai
mereka bebas. Pola disain pelaksanaan program dapat digambarkan
dalam diagram sebagai berikut:
Tatalaksana PenangananTahanan Berisiko TinggiTertular HIV di Lapas/Rutan
IV. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
4.2. Pemberian perawatan berkesinambungan (continue of care) di Lapas/Rutan
Perawatan berkesinambungan adalah pendekatan penanggulangan HIV dan AIDS berkesinambungan, terdiri dari pencegahan penularan HIV termasuk pencegahan penularan dari ibu ke anak, konseling dan testing, perawatan, dukungan, dan pengobatan. Pendekatan ini bertujuan untuk merespon secara komprehensif kebutuhan layanan populasi maupun individu di tiap fase perjalanan penyakit dan juga untuk menyediakan layanan, serta mencegah penyebaran IMS dan HIV.
Selain upaya pencegahan, komponen perawatan yang berkesinambungan yang lain adalah Konseling dan Tes HIV, Manajemen Kasus HIV dan AIDS, Perawatan dan Pengobatan, PMTCT (Prevention of Mother to Child Transmission) serta Diagnosis dan Terapi IMS (infeksi menular seksual). Di dalam Lapas/Rutan tiap komponen dalam perawatan berkesinambungan ini dapat disediakan oleh Lapas/Rutan sendiri, atau melalui rujukan ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) di luar Lapas/Rutan.
Konseling dan Tes HIV
Tes HIV bermanfaat untuk mengetahui status HIV seseorang sedini mungkin. Dengan demikian, ia dapat mengadopsi perilaku yang lebih aman serta mengakses layanan kesehatan sedini mungkin untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan. Pelayanan konseling diberikan oleh konselor di Lapas dan Rutan yaitu petugas pembinaan yang sudah dilatih dan mempunyai sertifikat dari Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia.
Pola pendekatan dalam pelaksanaan konseling dan testing HIV meliputi:» VCT/KTS (Voluntary Counseling and Testing/Konseling dan
Testing Sukarela) dilakukan secara sukarela oleh tahanan (klien). Melalui edukasi intensif diharapkan klien secara sukarela meminta konseling dan testing karena ingin tahu status HIVnya. Sebelum tahanan meminta untuk testing, konselor perlu menjelaskan tentang manfaat dan tujuan VCT serta tindak lanjut dari tes seandainya hasilnya nanti positip atau terinfeksi HIV. Konselor perlu melakukan pre dan post konseling (konseling sebelum dan sesudah tes)
» Konseling dan Testing HIV yang ditawarkan secara rutin (routine offer/penawaran rutin). Routine offer diberikan kepada narapidana/tahanan sebulan menjelang masa pidananya berakhir, agar ia setelah mengetahui status HIV-nya dapat membuat perencanaan yang lebih lengkap untuk perilaku dan akses layanan kesehatan setelah bebas. Dalam pendekatan ini,
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Penggalian informasi ini dapat dilakukan oleh Tim AIDS Rutan dan Lapas atau petugas registrasi yang dilatih. Hasil catatan ini selanjutnya diserahkan ke Tim AIDS yang akan digunakan sebagai data untuk kegiatan tindak lanjut seperti edukasi, VCT dan kelanjutan pengobatan.
Pemberian informasi HIV dan AIDS
Ada dua kegiatan pemberian informasi HIV dan AIDS yaitu pemberian informasi tahap awal dan tahap lanjutan.Pemberian informasi tahap awal tentang HIV dan AIDS segera dilakukan pada semua tahanan, dan kegiatan ini dapat dilakukan pada waktu Masa Pengenalan Lingkungan (Mapenaling). Pada proses ini Tim AIDS menjelaskan informasi dasar HIV dan AIDS dan menjelaskan peran Tim AIDS serta program yang akan dilakukan. Melalui masa pengenalan ini diharapkan semua tahanan baru sudah mengetahui informasi dasar HIV dan AIDS, dan sudah terjadi interaksi dan kedekatan komunikasi anatara tahanan dengan Tim AIDS, yang akan memudahkan dalam kegiatan selanjutnya selama tahanan berada di Lapas dan Rutan.
Pemberian informasi pada waktu Mapenaling sangat penting dan strategis untuk menumbuhkan rasa kepedulian akan kesehatan diri dan lingkungan, rasa kebutuhan informasi, dan bagaimana akses kepada Tim AIDS. Akan sangat membantu bila pada masa Mapenaling ini bisa diidentifikasi tahanan yang sangat berisiko seperti pengguna narkoba suntik, karena mereka sangat berpeluang terinfeksi HIV. Pemberian edukasi pada kelompok ini perlu dilakukan secara intesif sampai pada kemauan untuk testing.
Edukasi lanjutan
Sebagai tindak lanjut dari pemberian informasi waktu Mapenaling, perlu ditindak lanjuti dengan edukasi yang intensif. Pemberian informasi di kelompok Rutan perlu dirancang dengan baik karena masa tahanan yang singkat. Oleh karenanya perlu dipikirkan jenis informasi apa saja yang perlu diberikan bila masa tahanan kurang dari 3 bulan dan yang lebih dari 3 bulan. Kondisi ini berbeda dengan di Lapas karena tahanan sudah ada ketetapan hukum untuk berapa lama mereka akan tinggal di Lapas. Karena itu edukasi di Lapas sudah dapat dirancang sampai konseling, testing serta dukungan untuk pengobatan, dan perawatan.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
rumah sakit terkait mempunyai keterbatasan sarana tersebut. Hal ini perlu dibahas bersama antara pihak Lapas/Rutan dengan pihak yang akan melayani tes.
Apabila hasil tes adalah negatif atau menunjukkan belum terinfeksi HIV yang perlu dilakukan adalah tetap memberikan konseling pasca tes dan yang bersangkutan tetap mendapatkan program edukasi.
Apabila hasil tes menunjukan HIV positif, yang perlu dilakukan adalah:» Memberikan konseling pasca tes» Tidak didiskriminasi berdasarkan status HIV-nya, melainkan
akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan narapidana/tahanan lain termasuk hak mengakses layanan kesehatan baik di dalam maupun di luar Lapas / Rutan.
» Tidak akan diisolasi kecuali ada indikasi medis yang mengharuskan diisolasi.
» Akan didampingi oleh petugas manajemen kasus kecuali ia menolak.
Pendampingan pada tahanan yang HIV+
Setelah tahanan mengikuti testing segara akan diketahui hasilnya. Untuk tahanan yang terinfeksi HIV perlu dilakukan pendampingan, dan hal ini akan dilakukan oleh manajer kasus dari Tim AIDS Lapas atau Rutan. Pendampingan perlu dilakukan karena seseorang yang HIV positif tidak hanya membutuhkan perawatan dan pengobatan secara medis melainkan juga membutuhkan dukungan psikologis, sosial, ekonomi, dan spiritual.
Petugas manajemen kasus berfungsi mendampingi dan memfasilitasi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) mengakses layanan dan dukungan yang ia butuhkan. Di samping itu, petugas manajemen kasus juga memberikan dukungan psikologis dan sosial. Karena itu ia harus mempunyai daftar dan berjejaring dengan berbagai penyedia layanan yang mungkin dibutuhkan oleh ODHA. Karenanya ia perlu berkoordinasi dengan dokter, perawat, petugas konseling, rohaniawan, dan staf pengamanan Lapas/Rutan agar kliennya dapat mengakses layanan dan dukungan yang ia butuhkan, termasuk akses ARV dan dukungan adherence ARV.
Manager kasus akan membantu klien untuk mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhannya dan membantu meng-koordinasikan pada pihak terkait. Misalnya apakah klien akan menggunakan ARV dan ke mana kebutuhan bisa dipenuhi. Misalnya, bagaimana mendapatkan ARV, apakah perlu diambil ke rumah sakit, siapa yang akan mengambil, apakah kliennya atau cukup diambil di klinik di lapas.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
petugas medis menawarkan konseling dan testing HIV secara rutin sebagai bagian dari paket layanan kesehatan yang disediakan bagi klien. Namun demikian klien tetap perlu menyatakan diri secara sukarela ikut serta, tidak boleh ada unsur pemaksaan, klien harus memberikan consent (persetujuan) dan mempunyai hak untuk menolak tes HIV.
» Diagnostic HIV testing/PICT Testing), rekomendasi World Health Organization (WHO) tahun 2006, adalah konseling dan test ing yang direkomendasikan oleh petugas medis atas dasar indikasi medis, namun tidak boleh ada unsur pemaksaan, klien harus memberikan consent dan mempunyai hak untuk menolak tes HIV.
Prinsip dasar yang harus dilakukan yang berkaitan dengan pelaksanaan testing: » Setiap testing HIV harus didahului dengan konseling pre test dan
ditindaklanjuti dengan konseling pasca tes.» Konselor tes HIV, dokter, dan petugas laboratorium yang terlibat
dalam proses harus menjamin kerahasiaan hasil tes HIV dan perilaku narapidana/tahanan yang menjadi klien.
» Proses konseling dan testing HIV harus menjamin privasi klien.» Klien harus memberikan persetujuan (informed consent)
sebelum tes HIV» Hanya klien sendiri yang berhak membuka status HIV-nya, baik
negatif maupun positif, kepada pihak lain selain konselor dan dokter.
Apabila di Lapas dan Rutan tidak menyediakan sarana untuk testing maka perlu dilakukan kerjasama dengan lembaga seperti rumah sakit dan Puskesmas terdekat yang sudah melaksanakan tes HIV. Disarankan pelayanan testing dilakukan di Rutan dan Lapas. Petugas kesehatan mengambil spesimen darah di dalam ruang klinik dan selanjutnya darah diperiksa di laboratorium Puskesmas atau rumah sakit.
Hasil tes akan diberikan ke konselor yang ada di Lapas atau Rutan dan selanjutnya konselor akan memanggil tahanan yang telah diperiksa untuk membuka amplop tersebut. Pembukaan amplop hasil tes dilakukan di ruang konseling di Rutan atau Lapas di hadapan konselor.
Setelah tahanan mengetahui hasil tes, konselor langsung memberikan konseling kembali (post counseling), untuk mendiskusikan bersama tindakan apa yang perlu dilakukan oleh tahanan yang terinfeksi pada hari-hari berikutnya.
Untuk membantu kelancaran pelayanan tes, bahan habis pakai untuk pengambilan darah sebaiknya juga disediakan di klinik Lapas atau Rutan, dengan pertimbangan bahwa Puskesmas atau
(Provider Initiated Counseling And
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
PMTCT (Prevention of Mother to Child Transmission)
PMTCT adalah pencegahan penularan HIV dari Ibu ke bayinya, yang terdiri dari 4 prong/pilar pendekatan, yaitu:Prong I : Mencegah penularan HIV kepada wanita usia
reproduksiProng II : Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada
wanita HIV positifProng III : Mencegah terjadinya penularan dari wanita hamil HIV
positif ke bayi yang dikandungnyaProng IV : Memberikan dukungan psikologis, sosial, dan
perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi perlu dilakukan melalui edukasi pada tahanan pria maupun tahanan wanita.
Program bagi tahanan pria yang dapat dilaksanakan edukasi dan konseling bagi narapidana/tahanan pria yang HIV positif, terutama saat akan keluar dari Lapas/Rutan. Edukasi ini menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan penularan HIV kepada pasangannya setelah tahanan bebas. Di samping edukasi cara mencegah, Tim HIV dan AIDS Lapas dan Rutan juga perlu membantu tahanan untuk dapat mengakses lembaga-lembaga yang menyediakan layanan lanjutan.
Program bagi tahanan wanita yang dapat dilaksanakan meliputi:» Edukasi bagi semua tahanan wanita dalam upaya pencegahan
penularan HIV.» Konseling bagi narapidana/tahanan wanita yang HIV positif agar
dapat menjaga kesehatannya dan tidak menularkan pada pasangannya.
» Perawatan bagi tahanan yang HIV positif dan dalam keadaan hamil bekerja sama dengan RS terdekat untuk pengobatan ARV profilaksis dan persalinan yang aman. Dukungan oleh petugas/manajer kasus dan tim klinik Lapas dan Rutan sangat dibutuhkan.
4.3. Proses pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan ke Lapas
Proses pengalihan tahanan yang sudah diketahui terinfeksi dari Rutan ke Lapas perlu ditata kembali dengan maksud untuk menghindari tumpang tindih kegiatan seperti konseling dan testing serta menindak lanjuti pengobatan yang sudah berjalan. Rumah Tahanan dimaksud adalah Rutan di kepolisian (Polsek, Polres, Polda), Rutan Kejaksaan maupun Rutan Pemasyarakatan (PAS).
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Perawatan dan pengobatan
Untuk tahanan yang terinfeksi HIV dapat dilakukan perawatan dan pengobatan. Dengan ditemukannya ARV, maka kasus HIV dan AIDS bukanlah penyakit mematikan melainkan penyakit kronis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian ARV dalam rangka pengobatan. Apabila status kekebalan tubuh mulai menurun, sebelum memakai ARV atau karena kegagalan ARV, timbul episode akut berupa infeksi oportunistik. Dalam fase kronis maupun fase akut, dapat timbul gejala-gejala dan keluhan fisik yang mengganggu. Keterlambatan memakai ARV, atau kegagalan ARV (karena tidak adherence atau karena resisten) dapat mengakibatkan kematian ODHA.
Memperhatikan perjalanan penyakit HIV dan AIDS tersebut di atas, jenis perawatan dan pengobatan yang perlu disediakan untuk ODHA, yang disepakati secara internasional WHO, terdiri dari Perawatan Kronis, Perawatan Akut, dan Perawatan Paliatif.
Perawatan kronis meliputi antara lain: pengobatan dengan ARV (anti retro viral), dukungan untuk adherence ARV, profilaksis (pencegahan) beberapa penyakit infeksi, manajemen klinis masalah kronis (diare, vegetasi jamur, dan demam yang kumat-kumatan, serta penurunan berat badan), serta pencegahan penularan HIV.
Perawatan akut meliputi diagnosis, pengobatan serta pencegahan berbagai macam infeksi oportunistik dan berbagai penyakit terkait HIV, misalnya radang paru, TB, infeksi saluran pencernaan, infeksi otak, kemunduran fungsi otak, IMS (infeksi menular seksual), dan lain lain.
Perawatan paliatif merupakan perawatan dan pengobatan gejala dan keluhan yang timbul pada fase akut, kronis, dan menjelang ajal, terdiri dari antara lain mengatasi nyeri, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, gangguan buang air, gangguan psikologis, gangguan tidur, masalah kulit, luka akibat terlalu lama berbaring, demam, batuk, perawatan dan dukungan menjelang ajal, dan lain-lain.
Ketiga jenis perawatan tersebut dapat disediakan di layanan kesehatan dasar yang dapat dilakukan di klinik Rutan dan Lapas, namun bila belum mampu perlu dilakukan rujukan dengan jejaring kerja sama dan rujukan dengan rumah sakit (RS) setempat atau terdekat untuk layanan rujukan tingkat dua dan tiga sesuai kebutuhan. Untuk stratum layanan kesehatan dasar, WHO merekomendasikan pendekatan IMAI (Integrated Management of Adult and Adolescence Illnesses) yang mencakup ketiga jenis perawatan tersebut disesuaikan dengan kapasitas yang ada.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
»
kesehatan. Pembekalan diberikan langsung pada tahanan yang
mau bebas, dan apabila memungkinkan dapat diberikan kepada
keluarganya.
» Diperkenalkan dengan staf dari LSM yang nantinya akan dapat
menjadi pendamping bagi tahanan tersebut setelah bebas.
» Menjalin kerjasama dengan pelayanan yang akan dirujuk dan
menginformasikan kapan pasien akan dirujuk ke lembaga
pelayanan tersebut.
Apabila di Rutan dan Lapas sudah mempunyai tenaga
manajer kasus yang sudah dilatih semua pembekalan ini menjadi
tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan dokter Lapas atau
Rutan. Namun jika tidak ada manajer kasus, kegiatan pembekalan
dilakukan oleh Bagian Pembinaan dan Pelayanan Tahanan dan
dokter yang ada. Agar persiapan pembekalan dapat dilakukan secara
efektif perlu direncanakan dengan baik, dan oleh karenanya perlu
diketahui kapan masa bebas atau pelepasan tahanan itu akan
dilaksanakan.
Pembekalan kembali tentang pencegahan penularan, perawatan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Perlu ada kerjasama antar Tim AIDS yang ada di Rutan-
Rutan tersebut. Mekanisme pengalihan (transfer) tahanan dilakukan
sesuai prosedur yang sudah ada, hanya untuk tahanan yang
terinfeksi ditambahi dengan pencantuman kode World Health
Organization (B24) dan ditandatangani oleh dokter. Bagi Rutan yang
tidak punya dokter dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
setempat. Perlu penyerahan medical record atau Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kesehatan dari dokter Rutan ke dokter Lapas
yang memberitahukan riwayat penyakit, pengobatan yang sudah
dilakukan dan jenis ARV yang sudah diberikan, dan dosis metadon
bagi yang sedang melakukan terapi.
4.4. Pelepasan Narapidana terinfeksi HIV+
Ada beberapa jenis pelepasan narapidana dari Lapas dan
Rutan yaitu: bebas habis masa pidana; pembebasan bersyarat (PB)
dan cuti menjelang bebas (CMB); asimilasi; tahanan yang bebas
karena penangguhan; dan pengeluaran demi hukum dan
pengalihan jenis penahanan.
Prosedur umum pelepasan narapidana ke komunitas tetap
dilaksanakan seperti yang telah ditetapkan, hanya untuk yang sudah
diketahui terinfeksi HIV perlu dilakukan beberapa prosedur sebagai
berikut :
» Perlu dilengkapi dengan Surat Keterangan Dokter Lapas atau
dokter yang bertanggung jawab (bagian dari catatan medis)
untuk rujukan ke rumah sakit.
» Perlu diberikan informasi tentang ke pelayanan kesehatan mana
mereka harus pergi untuk melanjutkan pengobatan-nya, dan
nama-nama lembaga yang dapat mendukungnya.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Rutan Kepolisisian
Rutan Kejaksaan Lapas Tahanan HIV+
Rutan PAS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
20. Yon Suharyono Rutan Klas I Medan
081396609999
21. Sri Yuwono Lapas Klas I Medan
081397790996
22. dr. Sakti M Siregar Rutan Klas I Medan
77581532
23. Yoseph Rutan Labuhan Deli
Jln. H. Perak SD 34/35 Labuhan Deli
081361714181
24. Lukas Tarigan Cabang Rutan Pancur batu
08153073056
25. Andi Ilham Lubis Dinas Kesehatan Sumatera Utara
Jl. H.M Yamin SH Medan
061 – 8360381 081361785667
26. Sukarni Dinas Kesehatan Sumatera Utara
Jl. H.M Yamin SH Medan
081361065127
27. dr. Zunaida MKes Dinas Kesehatan Kota Medan
Jln. Rotan Kompleks Petisah Medan
77391160
28. dr. Tambar Ketaren RS Adam Malik Alamat : Jln. Bunga Lau No. 17
0811633357
29. dr. Zulkhairi RS Bhayangkara Poldasu
08126547649
30. Yosia Ginting RS Adam Malik Alamat : Jln. Bunga Lau No. 17
0811612215
31. dr. Jamaludin RS Haji Jln. Rumah Sakit Haji Medan Estate
061 - 6619520, 6619521 (Ext 189)
32. Eban Totonta Kaban LSM Medan Plus Jl. Bunga Kantil No. 45 Pasar VII,Padang Bulan,Medan 20154
0816300050
33. Hasiholan Tobing LSM Medan Plus Jl. Bunga Kantil No. 45 Pasar VII, Padang Bulan, Medan 20154
081362382575
34. Fachnita LSM Galatea Jl. Laboratorium III No.5 KelurahanKesawan Medan 20111
08126521362
35. Amri Yahya LSM Galatea Jl. Laboratorium III No.5 KelurahanKesawan Medan 20111
081361460267
36. Gita Kencana FHI Sumut Jln. Diponegoro No. 30
08126051817
37. Kuspujiono FHI Sumut Jln. Diponegoro No. 30
08158959312
38. Henri Puteranto FHI Jakarta 08156853656
Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
Peserta Lokakarya Pokja Lapas 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
No N a m a Institusi Alamat Telepon
1. dr. Linda T Maas MPH KPA Sumut Jln. Diponegoro No. 30
(061)4555911 0811604681
2. Drs. Achmad Ramadhan, MA
KPA Sumut Jln. Diponegoro No. 30
(061)4555911 081370028247
3. Asron Gultom KPA Sumut Jln. Diponegoro No. 30
(061)4555911 081370861789
4. M. Aman Ditjen Pas Jakarta
5. Kuntoro BCIP SH Kanwil Dep.Hukum dan HAM Sumut
Jln. Putri Hijau No.4 Medan
081328769092
6. Pardamean Siagian,SH Kanwil Dep.Hukum dan HAM Sumut
Jln. Putri Hijau No.4 Medan
081370567714
7. Caringena Sembiring Kanwil Dep.Hukum dan HAM Sumut
Jln. Putri Hijau No.4 Medan
77120001
8. Jevri F.H Pohan SE Kanwil Dep.Hukum dan HAM Sumut
Jln. Putri Hijau No.4 Medan
081361602869
9. S. Sinaga, SH Direktorat Narkoba Polda Sumut
Jl. Medan Tanjung Morawa Medan
081361213829
10. Tuti Herawati Dit. Narokoba Polda Sumut
Jl. Medan Tanjung Morawa Medan
0816308920
11. Drg. D.Etyla Murti Biddokes Polda Sumut
Jl. Medan Tanjung Morawa Medan
08126006719
12. Ir. Abdul Anas Harahap
Kesdam I/BB
081361402585
13. dr. Okti R Lapas Wanita Medan
Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
08126411149
14. Badinsin, SH Lapas Anak Medan
081373448992
Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
15. H. Damanik SH Lapas Anak Medan
081375897400
16. S. Hariandja Lapas Siantar Jln. Asahan km VII no. 8 Pematang siantar
081361667615
17. Siswanto Lapas Tanjung Balai
Jln. Mesjid Pulau Simardan Tanjung
0812403021
Balai 18. L.F. Tumanggor Balai
pemasyarakatan Medan
081362295838
Jln. Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan
19. Martiningsih Lapas Wanita Medan
081376608028
Warga Binaan Pemasyarakatan(WBP) di Lapas/Rutan Medan
Kontak Person: Fachnita, PD: 081 265 21362, Chandra, PM: 081361 460267
5 Yayasan Karya Anak Bangsa (KaraNG)
Pekerja Seks Perempuan, High Risk Men (HRM) dan waria, MSM di Tanjung Balai
Jl. Bougenville/Rukun Ujung No. 98, Kelurahan Selat Panjang, Kec. Datuk Bandar, T. Balai
Kontak Person: Agus Sanjaya, PD: 0813700 14571, Warliani, Admin: 081 396 589199
[email protected] [email protected]
6 Yayasan Penguatan Rakyat Pedesaan (PARAS)
Pekerja Seks Perempuan, High Risk Men (HRM), MSM (termasuk wariadan kliennya diLangkat
Jl. Jend. Sudirman KM. 38,5 No. 51 Kelurahan Perdamaian, Kec. Stabat, Kab. Langkat
Kontak Person: Effendy Lubis, PD: 081362 267985 Miskun, PM: 081361 629036
7 Bina Insani MSM (termasuk waria dan kliennya) di Pematang Siantar, Simalungun dan Tobasa. Pekerja Seks Perempuan dan High Risk Men (HRM) di Tobasa
Jl. Sang Nawaluh No. 16 P. Siantar 21151
Kontak Person: Rasjidin Harahap: 08126448747
8 JKM MSM (gay dan Jl. Wiliem Iskandar No. waria) di Medan. Gay di Simalungun dan Serdang Bedagai
107 B Medan
Kontak Person: dr. Wahyu Karim, dr. Delyuzar: 0811 6569134, dr. Yeni, 081375955355
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
No Nama LSM Kelompok
Dampingan Alamat Phone/Fax
1 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Nelayan (P3MN)
Pekerja Seks Perempuan dan High Risk Men (HRM) di wilayah Medan
Jl. Bakti Luhur No. 30 A Medan
061 - 8456 624
Kontak Person: Ardi, PM: 081361 490542, Leo, PD: 081362 393947, Nova, Admin: 08126589830
2 Peduli Buruh Independen (PBI)
Pekerja Seks Perempuan dan High Risk Men (HRM) di wilayah Simalungun dan Pematang Siantar
Komp.Griya Firdaus Permai Blok.A. No.06 Sei Rampah Serdang Bedagai
0621-441926
Kontak Person: Sukarman, 081396522182 Lukman: 081264 22314 Lina: 0813 6177 2948
3 Solidaritas Perempuan Pekerja Seks (SP2S)
Pekerja Seks Perempuan, High Risk Men (HRM) danwaria di SerdangBedagai dan Deli Serdang
Jl. Mesjid No. 3 Ling X, Kelurahan Tualang, Perbaungan, Kab Sergai.
Kontak Person: Syamsidar, PD: 081 361002091. 061-7787 0791. Asmariana (ari): 085275239869
4 Yayasan Galatea Harm Reduction (Pengguna Narkoba Suntik dan pasangannya)
Jl. Laboratorium III No. 5 Medan
Lembaga Swadaya MasyarakatPeduli AIDS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
081361 690166
01 Puskesmas Padang Bulan
Layanan klinik Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Komplex Pamen
061 - 8223282
Kontak Person: dr. Rehulina Ginting: 061-77806650, 081375342365, Nelly: 081375 060122
02 Puskesmas
Kerasaan Layanan klinik Jl. Pematang Bandar No
4 Kerasaan 21186
Kontak Person: dr. Jon Pangarapan Saragih: 081361040687, Roganda: 081361 384680
03 Puskesmas Datuk Bandar
Layanan klinik Jl. H. Adlin Sidin Tanjung Balai
Kontak Person: drg. Rinto Prabowo: 081578714840, Budi Nurdiana: 081361644001
[email protected]@yahoo.com
04 Puskesmas Stabat
Layanan klinik Jl. Palang Merah Keluarahan Kuala Binge, Kec. Stabat Langkat
061 - 891 0027
Kontak Person: dr. H. Mulianto: 08126055737, Linda Niarti:
Infeksi Menular [email protected]
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Kontak Person: Beny Iskandar 081361020222
[email protected] atau [email protected]
15 latHIVa IAIN SU Pendidikan Sebaya Anak Muda
Jln. IAIN no. 1 Medan (061) 4532475
Kontak Person: Drs. Achmad Ramadhan, MA081370028247
Puskesmas Layanan IMS dan VCT
05 Komite HKBP Tobasa
Layanan klinik Jl. Gereja No. 17 Balige 0632 - 322635
Kontak Person: Matilda: 081375017094. Tamba Tua: 081376 15 5955
06 Puskesmas Bandar Baru
Layanan klinik Jl. Jamin Ginting Bandar Baru
Kontak Person: dr. Sabarita Devi: 081531 19544, Sri Damayanti: 081264 79582
14 warung saHIVa Pendidikan Sebaya Anak Muda, khususnya mahasiswa USU
Jln. Universitas No. 22 Medan
(061) 8221104
9 Medan Plus Harm Reduction (Pengguna Narkoba Suntik dan pasangannyaWarga Binaan )Pemasyarakat (WBP) Lapas Lubuk Pakam, Lapas PematangSiantar
Jl. Bunga Kantil No. 45, Pasar VII Padang Bulan, Medan 20154. Tanjung Morawa, Jl. Inpres No. 20 L. Pakam
Kontak Person: Totonta Kaban, PD: 0816300050, 061-30041500, Olan, PM: 081362382575, Opie: 081361125524
10 Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA)
Pekerja Seks Perempuan dan High Risk Men (HRM) di Kab. Dairi dan Tanah Karo
Jl. Ahmad Yani No. 187, Sidikalang 22212 Kab. Dairi - Sumatera Utara
Telp./Fax : 0627-22011
Kontak Person: Ronald Silalahi (PM): 081362398153
11 YPA Deli Serdang
Layanan klinik Simpang Mata Pao, Desa Liberia, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Sergai 20697
Kontak Person: dr. Darwin Dalimunthe: 061-7945507 dr. TM. Syafrin: 0811
644126 dr. Wirandi Dalimunthe: 081261 556718/085830201338
12 Pusat Kajian dan Informasi Kesehatan Reproduksi dan Jender ( PIKIR )
Pendidikan Sebaya Anak SMU
Lia Jln. Sei Musi No. 59 Medan Telp : (061) 4158918 Email:[email protected]
(061)4158918
13 Centra Mitra Remaja ( CMR ) – PKBI Sumut
Pendidikan Sebaya Remaja
Pendidikan Sebaya Remaja Jln. Multatuli No. 34X Medan
4514595 atau 4143302 atau 4142804
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA UTARANOMOR: 23/166o K
TENTANG
PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA HIV/AIDSPADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN, RUMAH TAHANAN NEGARA
DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARATAHUN 2006
GUBERNUR SUMATERA UTARA
Menimbang : a. bahwa penyebaran HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan tidak terkecuali pada Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara;
b. bahwa untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara tersebut perlu disusun perencanaan dan langkah-langkah terpadu agar dapat berhasil guna dan berdaya guna;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu membentuk Kelompok Kerja HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan/ Rumah Tahanan Negara/di Wilayah Sumatera Utara.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1995 tentang Kesehatan;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI;
8. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Napi/Tahanan Pemasyarakatan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Napi/Tahanan Pemasyarakatan;
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1994 tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA);
GUBERNUR SUMATERA UTARA
NO Rumah Sakit Alamat Telp/Fax
1 Rumah Sakit Adam Malik
Jln. Bunga LauNo. 17 dr. Yosia Ginting (0811612215)
Telepon:061 - 8360381 Fax: 061 - 8360255
2 Rumah Sakit Haji Medan
Alamat : Jln. Rumah Sakit Haji Medan Estate Contact Person : a. dr. H. Jamaludin Hp. 0811613629 b. Rosdiana, AMK c. Suryani, AMK
Telepon : 061 - 6619520, 6619521 (Ext 189) Fax : 061 - 6619519
3 Rumah Sakit HKBP Balige
Alamat : Jln. Gereja No. 17 Balige Contact Person : Matilda Nainggolan: 081375017094
Telepon: 0632 - 21043, 21270 Fax : 0632 - 21891
4 Rumah Sakit Pirngadi
Jl. Prof. Moh. Yamin SH 47, Medan
061-4521198 061-4521223
5 Rumah Sakit Bhayangkara
Jl. KH Wahid Hasyim No. 1, Medan dr. Zulkhairi : 08126547649
061-815990
Rumah Sakit Peduli AIDS 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
NO NAMA/JABATAN KEDUDUKAN DALAM TIM
1 2 3
1 Kepala Divisi Pemasyarakatan KETUA IDepartemen Hukum dan Hak AsasiManusia Kantor Wilayah SumateraUtara
2 A. Ramadhan (Komite Penanggulangan KETUA IIAIDS/HIV Nasional Daerah SumateraUtara)
3 Direktur Narkoba Kepolisian Daerah KETUA IIISumatera Utara/Badan NarkotikaProvinsi Sumatera Utara
4 Kepala Bidang Perawatan dan Bina SEKRETARISKhusus Narkotik Departemen Hukumdan Hak Asasi Manusia Kantor WilayahSumatera Utara
5 Lukas Tarigan Departemen Hukum dan WAKIL SEKRETARIS 1Hak Asasi Manusia Kantor WilayahSumatera Utara
6 Fachnita Fachrudin (GALATEA) WAKIL SEKRETARIS 2
7 Jefri Pohan Departemen Hukum dan BIDANG PENCEGAHANHak Asasi Manusia Kantor WilayahSumatera Utara
8 Andi Ilham Lubis (KOMITE BIDANG PENCEGAHANPENANGGULANGAN AIDS/HIVNASIONAL DAERAH SUMATERA.UTARA)
9 Sumihar Sinaga (KEPOLISIAN BIDANG PENCEGAHANDAERAH SUMATERA UTARA)
10 Anas Harahap (KESDAM I BUKIT BIDANG PENCEGAHANBARISAN)
I 1 Sukarni (DINAS KESEHATAN BIDANG PENANGANANPROP. SUMATERA UTARA)
12 Drg. Ety Lamurti (DOKKES BIDANG PENANGANANPOLDASU)
13 Dr. Sakti Siregar (KOMITE BIDANG PENANGANANPENANGGULANGAN AIDS/HIVNASIONAL DAERAH SUMATERAUTARA)
14 Dr. Lalita (RUMKIT DAM I BUKIT BIDANG PENANGANANBARISAN)
I5 Toton Kaban (MEDAN PLUS) BID. PERAWATAN LANJUTAN
16 KEPALA BAPAS MEDAN BID. PERAWATAN LANJUTAN
17 Drs. Zulkhairi sppd BID. PERAWATAN LANJUTAN(RS. BHAYANGKARA)
LampiranNOMORTANGGAL
: KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA UTARA: 43/166o K: 24 JULI 2006
GUBERNUR SUMATERA UTARA
DRS. RUDOLF M. PARDEDE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
13. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekusor dan Zat Adiktif lainnya
14. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor E.04.PR.07.03 Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika;
15. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor E.04.PR.09.03 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Penanggulangan HIV/AIDS di LAPAS/RUTAN di Lingkungan Direktorat Jendral Pemasyarakatan;
16. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nomor 9/Kep/Menko/Kesra/IV/1994 tentang Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS;
17. Keputusan Bersama Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nomor 20/KEP/MENKO/KESRA/XII/2003 dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) Nomor b/01 /XII/2003/BNN tentang Pembentukan Tim Nasional Upaya Terpadu Pencegahan Penularan HIV/AIDS dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Dengan Cara Suntik.
MEMUTUSKAN
PERTAMA : Para yang namanya tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini ditunjuk sebagai Anggota Kelompok Kerja HIV/AIDS pada Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara di Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006;
KEDUA : Dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Kelompok Kerja HIV/AIDS pada Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara di Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 tetap berpedoman pada ketentuan yang berlaku dan mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Gubernur Sumatera Utara;
KETIGA : Semua biaya yang ditimbulkan oleh Keputusan ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam dan luar negeri;
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diadakan perbaikan
Ditetapkan di : MedanPada Tanggal : 24-7-2006
GUBERNUR SUMATERA UTARA
DRS. RUDOLF M. PARDEDETembusan:1. Komisi Penanggulangan AIDS Pusat di Jakarta2. Departemen Hukum dan HAM RI di Jakarta3. Departemen Kesehatan RI di Jakarta4. Pangdam I BB di Medan5. Kapoldasu di Medan6. Ka. Dinas Kesehatan Provsu7. KPAND-SU di Medan