Nyuh

14
NYUH Cocos nicifera Linn (bhs. Latin). Habitus pohon tinggi mencapai 20 meter untuk kelapa dalam dan 10 meter untuk kelapa genjah, batang silindris berkayu warna coklat keputihan, daun majemuk, anak daun bentuk lanset berwarna hijau, pucuk daun warna putih kekuningan/putih kemerahan, pelepah daun panjang memeluk batang dan bertapis, bunga tumbuh pada ketiak daun dalam bentuk sepata (tandan) bercabang-cabang ditumbuhi bunga jantan dan betina warna kuning/merah, buah bulat atau agak lonjong warna hijau, kuning atau merah. Pohon kelapa atau narikela banyak manfaatnya bagi manusia. Menurut Ayurweda, air dan daging buah kelapa dapat dimanfaatkan untuk tujuan berbagai pengobatan. Pohon kelapa banyak tumbuh di dataran rendah, terutama sepanjang pantai. Pohonnya tinggi tanpa cabang. Buah kelapa atau narikela memiliki sifat sita guna (dingin, Bali : tis), sulit dicerna. Air buah kelapa dapat dipergunakan untuk membersihkan kandungan kencing (bhasti, vesica urinaria). Sayangnya air ini dapat pula menyebabkan terbentuknya gas di dalam lambung. Daging buahnya dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan, untuk meningkatkan bala (kekuatan). Daging buah kelapa muda (Bali: kuud) dicampur gula batu dapat dipergunakan untuk obat sakit kuning (hepatitis). Untuk mengobati penyakit anyang- anyangan, sering kencing sedikit-sedikit disertai rasa sakit di daerah atas kemaluan (Bali: siksikan) dipergunakan daging kelapa hijau muda dicampur dengan kapur. Campuran ini diminum. Selain itu daging buah kelapa yang telah dimasak dapat dibuat minyak. Minyak kelapa banyak dimanfaatkan untuk bahan obat, dan amat berperanan dalam membantu sebagai bahan pemijitan atau pengurutan. Air buah kelapa sering dipergunakan sebagai obat bagi mereka yang menderita daha, yakni rasa panas seperti terbakar. Air buah kelapa pada umumnya dipergunakan sebagai tindika, yaitu bahan pencahar, sebagai urus-urus bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam buang air besar, agar dapat mencret. Dapat juga dipergunakan sebagai obat trsna (penyakit kehausan), dan menurunkan unsur tri dosha pitta. Kelapa; simbol Pawitra (air keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan (sapta loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air sebagai lambang Mahatala, Isi lembutnya lambang Talatala, isinya lambang tala, lapisan pada isinya lambang Antala, lapisan isi yang keras lambang sutala, lapisan tipis paling dalam lambang Nitala, batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka pada kelapa yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat saluran sebagai lambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang Svah loka, Serabut basah lambang Maha loka, serabut kering

Transcript of Nyuh

Page 1: Nyuh

NYUH Cocos nicifera Linn (bhs. Latin). Habitus pohon tinggi mencapai 20 meter untuk kelapa dalam dan 10 meter

untuk kelapa genjah, batang silindris berkayu warna coklat keputihan, daun majemuk, anak daun bentuk lanset berwarna hijau, pucuk daun warna putih kekuningan/putih kemerahan, pelepah daun panjang memeluk batang dan bertapis, bunga tumbuh pada ketiak daun dalam bentuk sepata (tandan) bercabang-cabang ditumbuhi bunga jantan dan betina warna kuning/merah, buah bulat atau agak lonjong warna hijau, kuning atau merah.

Pohon kelapa atau narikela banyak manfaatnya bagi manusia. Menurut Ayurweda, air dan daging buah kelapa dapat dimanfaatkan untuk tujuan berbagai pengobatan. Pohon kelapa banyak tumbuh di dataran rendah, terutama sepanjang pantai. Pohonnya tinggi tanpa cabang. Buah kelapa atau narikela memiliki sifat sita guna (dingin, Bali : tis), sulit dicerna.

Air buah kelapa dapat dipergunakan untuk membersihkan kandungan kencing (bhasti, vesica urinaria). Sayangnya air ini dapat pula menyebabkan terbentuknya gas di dalam lambung. Daging buahnya dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan, untuk meningkatkan bala (kekuatan). Daging buah kelapa muda (Bali: kuud) dicampur gula batu dapat dipergunakan untuk obat sakit kuning (hepatitis). Untuk mengobati penyakit anyang-anyangan, sering kencing sedikit-sedikit disertai rasa sakit di daerah atas kemaluan (Bali: siksikan) dipergunakan daging kelapa hijau muda dicampur dengan kapur. Campuran ini diminum. Selain itu daging buah kelapa yang telah dimasak dapat dibuat minyak. Minyak kelapa banyak dimanfaatkan untuk bahan obat, dan amat berperanan dalam membantu sebagai bahan pemijitan atau pengurutan. 

Air buah kelapa sering dipergunakan sebagai obat bagi mereka yang menderita daha, yakni rasa panas seperti terbakar. Air buah kelapa pada umumnya dipergunakan sebagai tindika, yaitu bahan pencahar, sebagai urus-urus bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam buang air besar, agar dapat mencret. Dapat juga dipergunakan sebagai obat trsna (penyakit kehausan), dan menurunkan unsur tri dosha pitta.

Kelapa; simbol Pawitra (air keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan (sapta loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air sebagai lambang Mahatala, Isi lembutnya lambang Talatala, isinya lambang tala, lapisan pada isinya lambang Antala, lapisan isi yang keras lambang sutala, lapisan tipis paling dalam lambang Nitala, batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka pada kelapa yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat saluran sebagai lambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang Svah loka, Serabut basah lambang Maha loka, serabut kering lambang Jnana loka, kulit serat kering lambang Tapa loka, Kulit kering sebagai lambang Satya loka, Kelapa dikupas dibersihkan hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung sthana Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang mengikat dan serabut kelapa adalah lambang pengikat indria.

Mitologi Kelapa menurut Siwa GamaKetika tapa Sang Hyang Gana mendapatkan anugrah dari Bahatara Guru

berupa anugrah semua perkataan Sang Hyang Gana menjadi bertuah, mejadi benar apa yang telah diucapkan. Dengan adanya anugrah seperti itu oleh Bhatara Guru sehingga senanglah hati Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu.

Page 2: Nyuh

Maka kini datang Bhatara Wisnu bertemu dengan Sang Hyang Gana untuk menguji anugrah yang telah didapatkannya. Oleh Bhatara Wisnu, Gana disuruh untuk mengukur badannya. Dewa Gana bersabda, ”Amat mengerikan keadaan tubuh Dewa Wisnu, dapat berwujud Dewata yang membunuh”, kata Dewa Gana. “Anakku Dewa Gana telah mengatakan aku ini sebagai Dewata yang dapat membunuh, apakah aku benar demikian, apakah tidak seperti prasangka kamu yang lain?’, tanya Dewa Wisnu. Sabda Sang Hyang Gana,”Paduka akan dapat berbuat seperti itu kelak”. Dengan jawaban seperti itu dari Dewa Gana, membuat Dewa Wisnu pergi dengan perasan geram. Kini tiba Dewa Brahma, yang memiliki kepala lima. Kepada Sang Hyang Gana, Dewa Brahma meminta untuk melihat kepala yang berjumlah lima, sedangkan yang satu berada di dalam. “Lihatlah kepalaku hai Sanghyang Gana. Jika engkau dapat menerkanya Engkau akan Aku sembah, akan tetapi kalau tidak bisa menerkanya Engkau Aku makan saat ini juga”, sabda Dewa Brahma. Gana menjawab, “Kepala Dewa Brahma ada empat”, jawab Sang Hyang Gana. “Aha tidak benar, karena kepalaku ada lima, seperti kataku Aku akan memakanmu saat ini juga”, kata Dewa Brahma. Mengetahui hal tersebut, terharulah hatinya Bhatara Guru, karena putranya akan dimakan oleh Dewa Brahma. Bhatara Guru lalu berubah rupa menjadi maya, seraya mengambil kepala Dewa Brahma yang ada di dalam dengan menggunakan tangan kirinya serta melarikannya. Maksud Dewa Brahma membuktikan bahwa dirinya berkepala lima tiba-tiba hilang. Beliau marah besar dan bersemedi lalu keluarlah Kala, Raksasa bertangan seratus delapan yang akan menangkap Gana. Gana berlari seraya memanggil-manggil Bhatara Guru sambil mencakupkan tangan memohon bantuan. Dari badan Bhatara Guru keluarlah Panca Dewata yang menandingi Raksasa yang akan menangkap Dewa Gana. Kepala Dewa Brahma yang dilarikan oleh Bhatara Guru, selanjutnya ditanam di puncak Gunung Kampud. Lama kelamaan gunung itu bernama Gunung Sambadagni. Selang beberapa lama kemudian tumbuhlah pohon nyiur hingga saat ini disebut pohon kelapa.

Jenis-jenis Kelapa:

Nyuh Ancak. Nyuh Ancak, tergolong kelapa dalam, ciri khasnya adalah bercabang banyak

Nyuh Anggalan Nyuh Anggalan, termasuk kelapa genjah (enggalan) tinggi pohon mencapai + 3 meter, buah kecil-kecil warna gading gadang untuk kelengkapan banten penyucian.

Nyuh Be Julit Nyuh Bejulit, termasuk kelapa dalam, ciri khusus pada jenis kelapa ini terletak pada anak daun dan tangkai bunga ujungnya gepeng/tetap menyatu menyerupai ekor ulin (Bejulit), sering digunakan pada pedudusan agung dan minyaknya untuk mencampur racun.

Nyuh Bebed Nyuh Bebed termasuk kelapa dalam ciri khusus dapat dilihat pada buah yang masih muda bagian tengah ada lingkaran berbintik-bintik hitam/kecoklatan seperti sabuk (bebed), untuk caru dan obat keracunan.

Page 3: Nyuh

Nyuh Beruk/Nyuh Gede Nyuh Beruk/Gede ciri khususnya ukuran buah yang besar, serabut tebal, dan bulat sehingga cocok digunakan sebagai bahan penampungan air pada jaman dahulu (Beruk), untuk melengkapi banten sesayut, sesantun

Nyuh Bingin. Nyuh Bingin, dapat dikenali dari kenampakan batang yang ditumbuhi akar udara, sehingga menyerupai bangsing pada pohon beringin

Nyuh Bojog Nyuh Bojog termasuk dalam jenis kelapa dalam, ciri khusus bentuk buah bulat, seraput tebal berwarna abu-abu menyerupai bulu kera (bojog), untuk melengkapi banten panyegjeg,

Nyuh Bulan Nyuh Bulan termasuk kelapa Genjah/dalam cirinya buahnya berukuran kecil berwarna putih, sambuk berwarna putih dan selepan (daun) putih sering digunakan pada banten padudusan, banten pangenteg

Nyuh Cemaning untuk pembuatan angenan.

Nyuh Cenik Nyuh Cenik termasuk dalam kelapa genjah buah hijau kecil-kecil dan banyak sering digunakan pada banten penyegjeg, santun, sorohan,

Nyuh Gadang Nyuh Gadang tergolong kelapa dalam/genjah, warna kulit buah hijau sering digunakan pada banten durmangala dan untuk obat sakit perut.

Nyuh GadingNyuh Gading mudah dikenali melalui warna kulit, buah kuning kemerahan/gading. Janur gading, pucuk daum warna kuning kemerahan sering digunakan pada banten prayascita, banten pangenteg.

Mitologi Janur/busung Nyuh Gading;Dalam Usana Bali dikisahkan, Dewa Pasupati yang berstana di Gunung

Mahameru mengutus anaknya Dewa Putra Jaya serta Dewi Danuh untuk pergi dan berstana di Bali. Beliau diharapkan menjadi junjungan bagi umat di Pulau Bali. Sebelum keberangkatannya ke Bali, Dewa Pasupati memberikan berbagai wejangan kepadanya. Demikian pula Dewa Pasupati menganugrahkan kain kepada Dewa Putra Jaya (dewa Maha Dewa) dan Dewi Danuh sebagai bekal dalam perjalanannya menuju ke Bali. Sungguh sangat ajaib, dengan Kemahakuasaan-Nya kain yang diberikan tersebut terbuat dari busung nyuh gading. Setelah memberikan kain tersebut Dewa Pasupati berkata, “Wahai anakku Putra Jaya dan Dewi Danuh, mudah-mudahan ananda selamat dalam perjalanan dan selamat sejahtera menikmati keadaan di Bali serta menjadi junjungan umat di Pulau Bali”.

Tepi janur Pantang untuk bahan Upakara menurut Usana BaliSetelah Mayadenawa terdesak bahkan hampir dikalahkan oleh pasukan

Dewa Indra, lantas Mayadenawa berusaha menyelamatkan dirinya dengan

Page 4: Nyuh

bersembunyi. Ia lari naik pohon kelapa serta bersembunyi di dalamnya dan berubah wujud menjadi janur. Ketika janur mau ditebas ia berubah lagi menjadi Mayadenawa. Mayadenawa sebagai simbul Raja Raksasa yang tidak percaya dengan adanya Tuhan. Karena kesaktian dan keangkuhannya membuatnya takabur. Menyamakan dirinya dengan Kemahakuasaan yang dimiliki Tuhan, walau kenyataannya tidak seperti itu. Hal ini pula yang menyebabkan ia melarang umat untuk memuja apalagi mempersembahkan upacara kepada Tuhan. Didorong oleh kesombongannya membuatnya menjadi celaka. Sehingga sampai sekarang bagi umat yang menggunakan janur sebagai bahan upakara selalu membuang tepi janur, selain karena kurang indah dan secara filosofis membuang tepi janur mengandung makna membuang segala keangkuhan dan kesombongan dalam melaksanakan upacara yajna.

Nyuh Glatik termasuk kelapa dalam, buahnya kecil-kecil, di bawah kelopak buah warna kemerahan

Nyuh Kapas Nyuh Kapas, ciri khasnya warna serabut putih dan dapat dimakan pada waktu muda, digunakan pada padudusan.

Nyuh Kebat untuk melengkapi banten caru.

Nyuh Macan/Nyuh Pelet/Nyuh Rengreng Nyuh Macan/Pelet/Rengreng termasuk kelapa dalam ciri khasnya adalah katak (kau bulu) loreng untuk kelengkapan banten catur.

Nyuh MulungNyuh Mulung termasuk kelapa dalam buah warna hijau, di bawah kelopak buah warna merah, digunakan pada padudusan alit, caru dan obat sakit perut dan panas.

Nyuh Naga Nyuh Naga tergolong kelapa dalam ciri khasnya adalah kulit buah kasar seperti bersisik, untuk kelengkapan caru.

Nyuh Rangda Nyuh Rangda termasuk kelapa dalam, buah agak besar dan jarang, ditutupi tapis, pohon agak besar, daun tergulung, tumbuh banyak tunas di bawah pelepah daun paling bawah sering digunakan pada banten caru.

Nyuh Sangket. Nyuh Sangket, termasuk kelapa dalam ciri khasnya, ujung anak daun melekuk-lekuk tertekuk seperti kait (sangket).

Nyuh Sudamala Nyuh Sudamala tergolong kelapa dalam, ciri khusus kelopak daun/keloping bercabang dua, digunakan pada padudusan, caru dan untuk keramas bagi penderita sakit kepala berkepanjangan.

Page 5: Nyuh

Nyuh Surya Nyuh Surya tergolong kelapa dalam ciri khasnya dan pucuk warna kuning merah menyala, buah muda warna kuning kemerahan digunakan pada banten panglukatan, untuk obat.

Nyuh Udang Nyuh Udang ciri khasnya, tapuk buahnya merah, serabut buah warna-warna merah digunakan pada caru dan untuk campuran obat.

Penggunaan Nyuh/Kelapa dalam Upacara Manusa Yadnya.

Nyuh pada Upacara GarbhawedanaUpacara Garbhawedana atau Upacara Megedong-gedongan adalah upacara

yang dilaksanakan ketika bayi masih berada dalam kandungan dengan umur di atas lima bulan menurut perhitungan kalender Bali. Dalam upacara ini banten yang digunakan memiliki simbol-simbol yang merupakan perwujudan dari ajaran Veda. Banten yang digunakan pada upacara ini adalah banten daksina, banten pejati, banten beyakala, dan banten pegedong-gedongan, untuk tingkat yang lebih besar menggunakan banten suci, banten bebangkit, banten caru, dan banten pengelukatan,

Buah kelapa yang digunakan dalam upacara ini adalah Nyuh Gading dalam banten pagedong-gedongan, (Sudarsana, 2008:20). Adapun ciri-ciri dari Nyuh Gading yakni, ukuran buah kecil-kecil, berwarna kuning kemerah-merahan (orange) dari buah, tangkai, bunga, pelepah hingga ke daun. Kemudian banten daksina menggunakan kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, Kelapa Bojog, kelapa hijau atau Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa kelapa dan kelapa Macan untuk banten Suci menggunakan kelapa Mulung yang masih muda kalau tidak ada kelapa Mulung bisa diganti dengan kelapa Gadang

Selanjutnya untuk banten bebangkit dalam buku Taman Gumi Banten Ensikoledi Tanaman Upakara disebutkan buah kelapa yang digunakan adalah Nyuh Be Julit, Nyuh Bebed, Nyuh Bulan, Nyuh Cenik.. Kemudian untuk banten penglukatan jenis kelapa yang digunakan adalah Kelapa Gading, bisa juga kelapa Bulan, kelapa Surya, kelapa Mulung, kelapa Be Julit, dan kelapa Udang kalau kelapa Gading tidak ada.

Kemudian untuk kelengkapan banten caru buah kelapa yang digunakan adalah Nyuh Ancak, Nyuh Enggalan, Nyuh Bebed, Nyuh beruk, Nyuh Bingin, Nyuh Bojog, Nyuh Glatik, Nyuh Kebat, Nyuh Kapas, Nyuh Mulung, Nyuh Naga, Nyuh Sangket, Nyuh Naga, Nyuh Sudamala, Nyuh Surya, Udang, Nyuh Empas, Nyuh Ketan, nyuh Brahma, Nyuh Macan, Nyuh Rangda, dan Nyuh Sela.

Dari tiga puluh lima (35) jenis kelapa, dalam Upacara Garbhawedana buah kelapa yang digunakan adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, Kelapa Macan, dan kelapa Mulung.

Page 6: Nyuh

Nyuh pada Upacara Rare EmbasUpacara ini dilaksanakan ketika si bayi lahir ke dunia, upacara ini juga

merupakan ucapan rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kelahiran si bayi, banten yang dipakai dalam upacara ini adalah banten jerimpen, nasi muncuk kuskusan, kojong rangkadan, penyeneng, sampian jeet guak, canang sari, dan sebuah kelapa yang sudah tua untuk menaruh ari-ari yang nantinya akan ditanam sebelah kanan untuk bayi laki-laki dan sebelah kiri untuk bayi perempuan di pintu keluar rumah tempat bayi tidur.

Jenis buah kelapa yang digunakan pada upacara ini untuk menaruh ari-ari adalah kelapa Mulung, bisa juga kelapa Beruk, kelapa Brahma, kelapa Sudamala, kelapa Kapas, kelapa Bingin dan kelapa Be Julit yang terpenting ukuran buah besar cukup untuk menampung ari-ari. Demikian juga menurut I Wayan Mangku Karya, kelapa yang baik adalah kelapa Mulung karena memiliki sifat yang tis atau (sejuk)

Dari hal tersebut dapat disimpulkan pada Upacara Bayi Lahir atau Upacara Penanaman Ari-ari jenis buah kelapa yang digunakan adalah kelapa Mulung, kelapa Be Julit, kelapa Brahma, kelapa Surya, kelapa Beruk, dan kelapa Kapas.

Nyuh pada Upacara Kepus PuserUpacara ini dilaksanakan ketika tali pusar si bayi lepas, upacara ini diadakan

untuk membersihkan bangunan-bangunan dan tempat suci di rumah, pada upacara ini menggunakan banten penyeneng, sodan alit, satu tulung sayut, untuk yang lebih besar menggunakan guling babi lengkap dengan sarana penunjangnya dan banten bebuu atau pebersihan untuk di bangunan dan di sanggah dan benten daksina untuk nunas tirtha maupun uleman untuk jero mangku.

Jenis buah kelapa yang digunakan pada upacara ini adalah jenis buah kelapa untuk banten daksina yakni: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda dan kelapa Macan.. Tidak menutup kemungkinan menggunakan jenis kelapa lain, bila dari sekian jenis kelapa tersebut tidak ada.

Sehingga jenis buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Kepus Puser adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Ngelepas AonUpacara Ngelepas Aon dilaksanakan ketika bayi berumur 12 hari, upacara ini

bukan merupakan suatu keharusan. Terkadang upacara ini dilaksanakan berbarengan dengan Kepus Puser bila setelah umur 12 hari tali pusar si bayi baru lepas dan pada Upacara Abulan Pitung Dina (42 hari) tergantung dari desa, kala, patra, dan desa mawa cara.

Untuk tingkat sederhana banten yang digunakan sama dengan banten Upacara Kepus Pungse, hanya saja tidak menggunakan guling babi, buah kelapa

Page 7: Nyuh

yang digunakan juga sama yakni untuk pelengkap banten daksina yaitu: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Untuk tingkat yang lebih besar menggunakan banten suci dengan bungkak kelapa Gadang, dilengkapi dengan banten pejati, banten prayascita, banten colong, banten pemiak penyepih, dan banten tetimpug, dan dipimpin oleh pandita. Pada banten prayascita menggunakan Nyuh Gading.

Sehingga jenis buah kelapa yang dipakai dalam Upacara Ngelepas Aon adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Tutug Kambuhan Upacara ini dilaksanakan ketika umur bayi (42 hari), upacara ini juga disebut

dengan Upacara Mecolongan, untuk upakara yang digunakan adalah Banten beyakala, banten pebersihan, peras, ajuman, daksina, penyeneng, sorohan alit, banten pecolongan, dan prayascita. Untuk buah kelapa dalam upacara ini digunakan pada banten pejati, prayascita, dan daksina.. Untuk jenis buah kelapa yang digunakan sama dengan Upacara Ngelepas Aon.

Sehingga jenis buah kelapa dalam Upacara Mecolongan adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Tiga BulananUpacara Telu Bulanan dilaksanakan ketika bayi berumur tiga bulan (105

hari), upacara ini bermakna penyambutan Sang Hyang Atma secara resmi berada mantap dalam tubuh si bayi sehingga upacara ini juga disebut dengan nyambutin. Bertepatan dengan upacara ini ada juga yang melaksanakan upacara turun ke tanah, dan megetep bok.

Untuk banten yang menggunakan buah kelapa adalah banten pejati, suci, daksina, sambutan alit, dan jejanganan untuk tingkat yang lebih besar menggunakan banten sambutan gede. Buah kelapa yang digunakan sama seperti upacara sebelumnya.

Sehingga jenis buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Tiga Bulanan atau nyambutin adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Otonan

Page 8: Nyuh

Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur enam bulan (210) hari dari hari kelahirannya disebut juga Upacara Ngotonin, otonan atau ulang tahun. Pada upacara ini ada yang menyertakan upacara megetep bok, upacara turun tanah dan upacara penebusan otonan, tergantung dari kebiasaan desa, kala, patra, dan desa mawa cara, untuk banten yang digunakan adalah banten dapetan, prayascita, jajanganan, peras, lis, banten pesaksi, ajuman, dan banten kumara. Untuk yang lebih besar menggunakan banten bebangkit, banten di surya, banten di tempat menanam ari-ari, dan banten di kumara. Sudarsana (2000:44) menyatakan untuk upakara Upacara Pawetonan dapat dilaksanakan sesuai kemampuan keluarga masing-masing, berikut adalah rincian banten yang digunakan sesuai dengan tingkat upacaranya:

Upakara pawetonan tingkat utama:Upakara ke surya: daksina gede sarwa 4 (empat), suci asoroh, lengkap semua isi daksina, rayunan pakejagan, masesate 30 olah-olahan suci, peras, soda, ketipat kelanan, pesucian segenep, banten ardanareswari (dewa-dewi), canang burat wangi, canang lenga wangi, penyeneng, dan woh-wohan mewadah tamas mesampian nagasari (memanisan).

Upakara munggah ring pelinggih rong tiga (bhatara hyang guru): peras, daksina, soda, suci, pesucian, canang burat wangi, lenge wangi, untuk di masing-masing rong, pejerimpenan, soda putih kuning maulam ayam putih bulus betutu untuk rong tengah, rayunan perangkat mesate 7 (tujuh) katih olah-olahan suci, memanisan, penyeneng alit untuk di masing-masing rong, ketipat kelanan, untuk pelinggih lain memakai daksina, dan peras.

Upakara ayaban pawetonan: taman pulgembal, taman bebangkit, meulam guling suku empat (babi), penyeneng teterag, dapetan, tumpeng 33 bungkul, peras pengambean duang soroh, tumpeng manca warna manut urip, ulam ayam manca warna mepanggang, sesayut sida purna, tebasan pemiak kala, sesayut pageh urip, sesayut atma rauh, sesayut lara meraradan, sesayut sapuh lara, sesayut cakra geni, sesayut panca pandawa, sesayut pebersihan, sesayut merta dea, dan sesayut pengambean, banten pengulapan asoroh, rayunan pajegan maulam olah-olahan suci 33 katih, memanisan, gebogan jerimpen agung, daksina gede sarwa 4, prayascita luwih, banten pedudusan agung, prayascita, beyakaonan, dan segehan manca warna.

Upakara pawetonan tingkat madyaUpakara ke surya: daksina, peras, soda, suci asoroh, rayunan perangkat maulam olah-olehan suci, mesesate 12 katih, ketipat kelanan, maulam taluh, pesucian, memanisan, canang burat wangi, lengewangi.Upakara munggah ring pelinggih rong tiga: daksina, peras, soda, suci alit asoroh, untuk masing-masing rong, ketipat kelanan meulam taluh, rong tengah soda putih kuning, maulam ayam putih tulus betutu, canang burat wangi, dan lenga wangi.

Upakara untuk ayaban: taman pulogembal, penyeneng tetrag, peras pengambean, ayaban, tumpeng 11 bungkul, dapetan asoroh, daksina, tebasan sesayut sida purna, sesayut pageh urip, sesayut pebersihan, sesayut pemiak kala, sesayut lara meraradan, sesayut atma rauh, pengambean, prayascita, beyakaonan dan segehan manca warna.

Upakara pawetonan tingkat nista

Page 9: Nyuh

Munggah ring pelinggih rong tiga: daksina, peras, soda, ketipat dan kelanan.

Upakara ayaban: peras, daksina, soda, ketipat kelanan, peras pengambean, dapetan, ayaban tumpeng 7 bungkul, penyeneng teterag, sesayut sida purna, sesayut lara meraradan, sesayut pebersin, tebasan pemiak kala, sesayut pegeh urip, prayascita, beyakaonan, dan segehan manca warna.

Untuk buah kelapa dalam banten ini terdapat dalam runtutan banten bebangkit, seperti suci, daksina gede, pejati, prayascita, dan banten sambutan. Untuk jenis buah kelapa yang digunakan sama seperti pada Upacara Tiga Bulanan.

Jadi jenis buah kelapa yang digunakan dalam upacara ini adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara NgempuginUpacara ini dilaksanakan ketika anak mulai menampakkan giginya yang

pertama atau tumbuh gigi yang pertama, upacara ini sangat bagik dilaksanakan di pagi hari, hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan gigi anak mengikuti arah terbitnya matahari. Untuk banten yang digunakan adalah banten petinjo kuskus, kojong rangkadan, sampiyan penyeneng, tulung sayut, pebersihan payasan, canang dan ajuman.. Untuk buah kelapa dalam banten ini digunakan dalam banten pejati, dan banten prayascita sehingga jenis buah kelapa yang digunakan sama pada Upacara Otonan.

Jadi dapat disebutkan untuk buah kelapa yang digunakan adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara MeketusUpacara Meketus dilaksanakan ketika gigi anak mulai tanggal untuk yang

pertama kalinya, tanggalnya gigi anak untuk pertama kalinya menunjukkan peningkatan pertumbuhan si anak sehingga dalam kesempatan ini dibuatkan upacara, ada juga yang melaksanakan Upacara Pewintenan Sarasvati pada kesempatan ini, untuk banten yang digunakan adalah banten beyakala, sesayut-sesayut, dan tebasan.

Buah kelapa pada upacara ini digunakan pada banten pejati, untuk daksina buah kelapa yang digunakan adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Page 10: Nyuh

Jadi buah kelapa yang dipakai dalam Upacara Meketus adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Ngerajasewala NgerajasingaUpacara ini dilaksanakan ketika anak-anak memasuki umur dewasa remaja,

upacara ini adalah sebagai wujud ungkapan terimakasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, untuk penyelenggaraan upacara ini belum sepenuhnya dilakukan oleh umat Hindu di Bali, karena sifatnya bukan suatu keharusan, namun hendaknya bisa dilaksanakan. Untuk banten yang digunakan adalah pejati, sesayut-sesayut, pengambean, peras, soda, beyakaon, dan banten pededarian. Banten yang menggunakan buah kelapa adalah banten pejati, untuk jenis buah kelapanya bisa menggunakan: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Jadi buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Ngerajasinga Ngerajasewala adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela,,Kelapa Macan, kelapa Rangda, dan kelapa Bulan.

Nyuh pada Upacara MepandesUpacara Mepandes biasanya dilaksanakan ketika anak berumur 16 tahun,

pada upacara ini juga bisa disertai dengan Upacara Ngerajasewala Ngerajasinga tergantung dari situasi dan kondisi, untuk banten yang digunakan dalam Upacara Mepandes ini adalah banten suci, bebangkit, pejati, banten pekala-kalaan, banten pengekeban, prayascita, tetukon, banten caru, dan buah kelapa Gading untuk tempat menaruh ludah. Buah kelapa yang bisa digunakan adalah kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Jenis buah kelapa yang bisa digunakan adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udan. Buah kelapa yang paling penting harus ada adalah buah kelapa Gading, untuk jenis lain bisa menggunakan kelapa biasa.

Jadi buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Mepandes adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Page 11: Nyuh

Nyuh pada Upacara MewintenUntuk Upacara Mewinten, Upacara Mewinten Sarasvati merupakan

pewintenan yang paling awal dilaksanakan sebagai pembuka untuk menyucikan diri lahir bhatin guna menuntut ilmu pengetahuan rohani, sementara jenis Upacara Pewintenan lain bisa disuaikan dengan kebutuhan orang itu sendiri, untuk upakara pewintenan menggunakan banten prayascita, pengulapan, daksina, peras, sesayut, tebasan durmenggala, suci, beyakala, dewa-dewi, pedengen-dengen, caru petemon, pulogembal, padudusan ali, pedudusan agung, pejati, tumpeng guru, bebangkit, tebasan pemiak kala, tebasan nagasari, tebasan sidah purna, dan sarana pengelukatan berupa lima jenis kelapa yakni: Nyuh Bulan, Nyuh Surya, Nyuh Gading, Nyuh Mulung, dan Nyuh Sudamala, jenis kelapa ini digunakan untuk semua jenis Upacara Pewintenan. Banten yang menggunakan buah kelapa sebagai pelengkapnya adalah banten suci, bebangkit, pejati, prayascita, dewa-dewi, pedengen-dengen, pedudusan alit, pedudusan agung, daksina, tebasan durmenggala, dan banten tumpeng guru, jenis buah kelapa yang digunakan untuk melukat adalah Nyuh Gading, Nyuh Bulan, Nyuh Sudamala, Nyuh Surya, Nyuh Gadang, Nyuh Bojog, Nyuh Bingin, Nyuh Be Julit, Nyuh Brahma, dan Nyuh Udang, dan untuk pelengkap banten yang lain menggunakan kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Buah kelapa yang paling penting dan harus ada dalam upacara ini adalah: kelapa Bulan, kelapa Surya, kelapa Gading, kelapa Mulung, dan kelapa Sudamala yang digunakan untuk melukat. Untuk melukat bisa menggunakan tiga jenis kelapa saja yakni: kelapa Gading, kelapa Bulan, dan kelapa Mulung, hal ini disesuaikan dengan desa mawacara.

Jadi jenis buah kelapa yang dipakai adalah: kelapa Gading, kelapa Bulan, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara PawiwahanUpacara Pawiwahan adalah sebuah upacara pengikatan lahir bhatin antara

pria dan wanita untuk memulai kehidupan grahasta, banten yang digunakan untuk upacara ini adalah banten pejati, banten peras, canang pengeraos, banten pekala-kalaan, satu soroh caru ayam brumbun, gelar sanga, salah ukur, kala boga, cili dateng, pengelad dedari, payuk kala gremengan, lis amuan-amuan, sambuk akupak, tegen-tegenan, daksina suun-suunan, banten ayaban, banten ke surya, banten ring sor surya, dan banten pregembal. Buah kelapa pada upacara ini digunakan untuk melengkapi banten pregembal, tegen-tegenan, pejati, banten pekala-kalaan, dan banten caru, sementara untuk jenis kelapa yang bisa digunakan adalah: kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Jenis buah kelapa yang bisa dijadikan sebagai pelengkap banten adalah: kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik,

Page 12: Nyuh

kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading.

Jenis buah kelapa yang digunakan pada saat Upacara Pawiwahan adalah: kelapa Gading, kelapa Bulan, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, kelapa Macan, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, dan kelapa Mulung.

Dari tiga belas (13) jenis Upacara Manusa Yajña, jenis buah kelapa yang digunakan untuk melengkapi banten, serta syarat upacara adalah: kelapa Enggalan, kelapa Ancak, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Beruk, kelapa Bingin, kelapa Bulan, kelapa Bojog, kelapa Cenik, kelapa Gading, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa Macan, kelapa Rangda dan kelapa Sela.