nyoba ngerjain
-
Upload
dendy-primanandi -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of nyoba ngerjain
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
1/20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangMikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran
sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme
memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain
dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi
dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang
tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi
dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula.
Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk
menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim
yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-
enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan
diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah
ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat
(Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap
mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan.
1.1. Tujuan
Artikel ilmiah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan bagaimana
mikrobiologi, cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari organisme
mikroskopis dengan segala karakteristik dan keunikannya dan dimanfaatkan
dalam pelestarian lingkungan. Adapun pemanfaatan mikroorganisme
tersebut yakni dengan penerapan metode pengomposan limbah kakao
sebagai penunjang pupuk yang ada dipasaran, menjaga kandungan bahan
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
2/20
organik dan tingkat kesuburan tanah serta dapat mendukung pelestarian
lingkungan sehingga mahasiswa diharapkan dapat menerapkan konsep ini
dimasa yang akan datang.
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
3/20
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
4/20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Peranan Mikroorganisme
Sekilas, makna praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena
kerugian yang ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Misalnya dalam bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak
ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit
dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang lain
mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan
jauh lebih menonjol. Menurut Schlegel ( 1994) beberapa bukti mengenai
peranan mikrobiologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
Proses klasik menggunakan mikroorganisme
Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai
diolah dengan menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat.
Bahkan sudah sejak zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan
ragi digunakan untuk membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam
jumlah besar yang diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat
dengan pertolongan bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus niger.
Produk Antibiotika
Penemuan antibiotik telah menghantarkan pada terapi obat dan
industri obat ke era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-
produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah
tersedia obat-obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri.
Proses menggunakan mikroba
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
5/20
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan
konversi menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh
dari fungi. Sejak ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum
memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan garam
amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses
baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida,
dan senyawabiokimia lain dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga
diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam
rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik
dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase
untuk hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk
penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang digunakan di industridiperoleh dari biakan mikroorganisme.
Posisi monopoli dari mikroorganisme
Beberapa bahan dasar yang terutama tersedia dalam jumlah besar,
seperti minyak bumi, gas bumi, dan selulosa hanya dapat diolah oleh
mikroorganisme dan dapat mengubahnya kembali menjadi bahan sel
(biomassa) atau produk antara yang disekresi oleh sel.
Teknik genetika modern
Kejelasan mengenai mekanisme pemindahan gen pada bakteri dan
peran dari unsur-unsur ekstrakromosom, telah membuka kemungkinan untuk
memindahkan DNA asing ke dalam bakteri. Manipulasi genetik
memungkinkan untuk memasukkan sepotong kecil pembawa informasi
genetik dari manusia ke dalam bakteri sehingga terjadi sintesis senyawa
protein yang bersangkutan. Kegiatan ini sering dilakukan dalam halpembuatan hormon, antigen, dan antibodi.
Berdasarkan penjelasan di atas, mikroorganisme memiliki peranan
yang cukup besar dalam kehidupan, baik peranan yang merugikan maupun
yang menguntungkan.
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
6/20
Beberapa peranan yang dimiliki oleh mikroorganisme antara lain
sebagai berikut:
1. Peranan yang Merugikan o Penyebab penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan
Misalnya Strptococcus pneumoniae penyebab pneumonia dan
Corynebacterium diphtheriae penyebab dipteri.
o Penyebab kebusukan makanan (spoilage)
Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa
jenis bakteri yang tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di
antara mikroorganisme dapat mengubah rasa beserta aroma dari
makanan sehingga dianggap merupakan mikroorganisme
pembusuk. Dalam pembusukan daging, mikroorganisme yang
menghasilkan enzim proteolitik mampu merombak protein-protein.
Pada proses pembusukan sayur dan buah, mikroorganisme
pektinolitik mampu merombak bahan-bahan yang mengandung
pektin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan (Tarigan, 1988).
Mikroorganisme seperti bakteri, khamir (yeast) dan kapang (mould)
dapat menyebabkan perubahan yang tidak dikehendaki pada
penampakan visual, bau, tekstur atau rasa suatu makanan.
Mikroorganisme ini dikelompokkan berdasarkan tipe aktivitasnya,
seperti proteolitik, lipolitik, dll. Atau berdasarkan kebutuhan
hidupnya seperti termofilik, halofilik, dll.
o Penyebab keracunan makanan (food borne disease).
Kusnadi, dkk (2003) menjelaskan bahwa bakteri penghasil racun
(enterotoksin atau eksotoksin) dapat mencemari badan air,
misalnya spora Clostridium perfringens, C. Botulinum, Bacillus
cereus, dan Vibrio parahaemolyticus. Spora dapat masuk ke dalam
air melalui debu/tanah, kotoran hewan, dan makanan-limbah. Jika
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
7/20
makanan atau minuman dan air bersih tercemari air tersebut, maka
dalam keadaan yang memungkinkan, bakteri tersebut akan
mengeluarkan racun sehingga makanan atau minuman mengandung
racun dan bila dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan
makanan. Bahkan menurut Dwidjoseputro (2005) pada makanan
yang telah dipasteurisasi pun juga dapat mengandung racun
(toksin) . Makanan yang telah dipasteurisasi kemudian terus
menerus disimpan di dalam kaleng pada temperatur kamar, dapat
mengandung racun yang berasal dari Clostridium botulinum.
Spora-spora dari bakteri ini tidak mati dalam proses pasteurisasi.
Dalam keadaan tertutup (anaerob) dan suhu yang menguntungkan,
maka spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri sertamenghasilkan toksin. Racun yang dihasilkan tidak mengganggu
alat pencernaan, melainkan mengganggu urat saraf tepi.
o Menimbulkan pencemaran
Materi fekal yang masuk ke dalam badan air, selain membawa
bakteri patogen juga akan membawa bakteri pencemar yang
merupakan flora normal saluran pencernaan manusia, misalnya E.
coli. Kehadiran bakteri ini dapat digunakan sebagi indicator
pencemaran air oleh materi fekal.
2. Peranan yang Menguntungkan Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak
yang merugikan bagi kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misalnya
pada bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan
mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-
sifat kehidupannya yang khas. Meskipun demikian, masih banyak manfaat
yang dapat diambil dari mikroorganisme-mikroorganisme tersebut.
Penggunaan mikroorganisme dapat diterapkan dalam berbagai bidang
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
8/20
kehidupan, saperti bidang pertanian, kesehatan, dan lingkungan. Beberapa
manfaat yang dapat diambil antara lain sebagai berikut:
1. Bidang pertanianDalam bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk
peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan
peternakan hewan. Nitrogen bebas merupakan komponen terbesar udara.
Unsur ini hanya dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat
dan pengambilan khususnya melalui akar. Pembentukan nitrat dari
nitrogen ini dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Penyusunan
nitrat dilakukan secara bertahap oleh beberapa genus bakteri secara
sinergetik.
Dalam Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa
genera bakteri yang hidup dalam tanah (misalnya Azetobacter,
Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat molekul-
molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh
mereka, misalnya protein. Jika sel-sel itu mati, maka timbullah zat-zat
hasil urai seperti CO2 dan NH3 (gas amoniak). Sebagian dari amoniak
terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh beberapa
genus bakteri (misalnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus) untuk
membentuk nitrit. Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain
untuk memperoleh energi daripadanya. Oksidasi amoniak menjadi nitrit
dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam lingkungan yang
aerob. Peristiwa seluruhnya disebut nitrifikasi. Pengoksidasian nitrit
menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter.
Proses nitrifikasi ini dapat ditulis sebagai berikut:
2NH3 + 3O2 Nitrosomonas, Nitrosococcus 2HNO2 + 2H2O + energi
2HNO2 + O2Nitrobacter2HNO3 + energi
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
9/20
Selain itu, mikroorganisme ini juga dapat digunakan sebagai agen
pembusuk alami, yang akan mendekomposisi sampah-sampah organik
menjadi materi inorganik sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah,
menyuburkan tanah dan dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan
(Anonim a, 2006). Seorang peneliti dari Amerika Serikat yaitu Waksman
telah menemukan mikroorganisme tanah yang menghasilkan streptomisin,
yaitu bakteri Streptomyces (Dwidjoseputro, 2005).
Peran lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam
teknologi kompos bioaktifdandalam hal penyediaan dan penyerapan
unsur hara bagi tanaman(biofertilizer). Kompos bioaktif adalah kompos
yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoslulotik unggul yang tetap
bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali
penyakit tanaman. Teknologi kompos bioaktif ini menggunakan mikroba
biodekomposer yang mampu mempercepat proses pengomposan dari
beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan tetap hidup
dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke tanah,
mikkroba akan berperan untuk mengendalikan organisme.
Dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi
tanaman(biofertilizer), aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga
ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain,
Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74% kandungan
udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus ditambat oleh mikroba dan
diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung dimanfaatkan oleh
tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula yang
bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp
yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ).
Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan
Azotobactersp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan
untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-
simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
10/20
Mikroba tanah lain yang berperan dalam penyediaan unsur hara
adalah mkroba pelarut unsur fosfat (P) dan kalium (K). Kandungan P yang
cukup tinggi (jenuh) pada tanah pertanian kita, sedikit sekali yang dapat
digunakan oleh tanaman karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah
peran mikroba pelarut P yang melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu
melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp
dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi
melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Mikroba sebagai agen biokontrol. Mikroba yang dapat
mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT),
Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium
anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai
serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman
misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman
yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan
Phytoptora sp. Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain:
Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.
2. Bidang makanan dan industriBeberapa bahan makanan yang sampai saat ini dibuat dengan
menggunakan mikroorganisme sebagai bahan utama prosesnya, misalnya
pembuatan bir dan minuman anggur dengan menggunakan ragi,
pembuatan roti dan produk air susu dengan bantuana bakteri asam laktat,
dan pembuatan cuka dengan bantuan bakteri cuka.
Pengolahan kacang kedelai di beberapa negara banyak yangmenggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri bakteri asam laktat. Bahkan
asam laktat dan asam sitrat yang dalam jumlah besar diperlukan oleh
industri bahan makanan masing-masing dibuat dengan bantuan asam laktat
dan Aspergillus niger (Darkuni, 2001). Beberqapa kelompok
mikroorganisme dapat digunakan sebagai indikator kualitas
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
11/20
makanan. Mikroorganisme ini merupakan kelompok bakteri yang
keberadaannya di makanan di atas batasan jumlah tertentu, yang dapat
menjadi indikator suatu kondisi yang terekspos yang dapat mengintroduksi
organisme hazardous (berbahaya) dan menyebabkan proliferasi spesies
patogen ataupun toksigen. Misalnya E. coli tipe I, coliform dan fekal
streptococci digunakan sebagai indikator penanganan pangan secara tidak
higinis, termasuk keberadaan patogen tertentu. Mikroorganisme indikator
ini sering digunakan sebagai indaktor kualitas mikrobiologi pada pangan
dan air.
Tidak semua mikroba yang ada dapat digunakan dalam industri.
Menurut Kusnadi, dkk (2003) mikroorganisme industri merupakan
organisme yang dipilih secara hati-hati sehingga dapat membuat satu atau
banyak produk khusus. Bahkan jika mikroorganisme industri merupakan
salah satu yang sudah diisolasi dengan teknik tradisional, mikroorganisme
tersebut menjadi organisme yang sangat termodifikasi sebelum memasuki
industri berskala besar. Sebagian besar mikroorganisme industri
merupakan spesialis metabolik yang secara spesifik mampu menghasilkan
metabolit tertentu dalam jumlah yang sangat besar pula. Untuk mencapai
spesialisasi metabolik tinggi tersebut, strain industri diubah secara
genetika melalui mutasi dan rekombinasi.
Berbagai proses industri digunakan untuk menghasilkan produk
mikrobiologi dan dipisahkan menjadi beberapa kategori berdasarkan
kecenderungan penggunaan produk akhir sebagai berikut:
3. Produksi bahan kimia farmasiProduk yang paling terkenal adalah antibiotika, obat-obatan steroid,
insulin, dan interferon yang dihasilkan melalui bakteri hasil rekayasa
genetika.
4. Produksi bahan kimia bernilai komersial
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
12/20
Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah pelarut dan enzim serta
berbagai senyawa yang digunakan untuk bahan pemula (starting) untuk
industri sintesis senyawa lain.
5. Produksi makanan tambahanProduksi massa ragi, bakteri dan alga dari media murah mengandung
garam nitrogen anorganik , cepat saji, dan menyediakan sumber protein
dan senyawa lain yang sering digunakan sebagai makanan tambahan untuk
manusia dan hewan.
6. Produksi minuman alkoholPembuatan beer dan wine dan poduksi minuman alkohol lain yangmerupakan proses bioteknologi berskala besar paling tua.
7. Produksi vaksinSel mikroorganisme maupun bagiannya atau produknya dihasilkan dalam
jumlah besar dan digunakan untuk produksi vaksin.
8. Produksi mikroorganisme untuk digunakan sebagai insektisida(biosida)
Pengendalian hama tanaman dengan menggunakan mikroorganisme yang
berperan sebagai insektisida. Khususnya untuk spesies tertentu, misalnya
Bacillus (B. Larvae, B. Popilliae, dan B. Thurungiensis). Spesies tersebut
menghasilkan protein kristalin yang mematikan larva lepidoptera (ngengat,
kupu-kupu, kutu loncat), misalnya ulat kubis, ngengat gipsy, dan sarang
ulat.
9. Penggunaanya dalam industri perminyakan dan pertambanganSejarah prosedur mikrobiologi digunakan untuk meningkatkan perolehan
kembali logam dari bijih berkadar rendah dan untuk perbaikan perolehan
minyak dari sumur-sumur bor.
10. Bidang kesehatan
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
13/20
Salah satu manfaat mikroorganisme dalam bidang kesehatan adalah dalam
menghasilkan antibiotika. Bahan antibiotik dibuat dengan bantuan fungi,
aktinomiset, dan bakteri lain. Antibiotik ini merupakan obat yang paling
manjur untuk memerangi infeksi oleh bakteri. Beberapa mikroba
menghasilkan metabolit sekunder, yang sangat bermanfaat sebagai obat
untuk mengendalikan berbagai penyakit infeksi. Sejak dulu dikenal jamur
Penicillium yang pertama kali ditemukan oleh Alexander fleming (1928),
dapat menghasilkan antibiotika penisilin. Sekarang banyak diproduksi
berbagai antibiotik dari berbagai jenis mikroba yang sangat berperan
penting dalam mengobati berbagai penyakit. Selain untuk antibiotik, dalam
bidang kesehatan mikrorganisme juga dapat digunakan sebagai agen
pembusuk di dalam saluran pencernaan alami, yang turut membantumencerna makanan di dalam saluran pencernaan.
11. Bidang lingkungan dan energiMikroorganisme ini banyak dimanfaatkan untuk bahan bakar hayati
(metanol dan etanol), bioremediasi, dan pertambangan. Selain itu,
mikroorganisme yang ada di lingkungan berperan dalam perputaran/siklus
materi dan energi terutama dalam siklus biogeokimia dan berperan sebagai
pengurai (dekomposer). Mikroorganisme tanah berfungsi merubah
senyawa kimia di dalam tanah, terutama pengubahan senyawa organik
yang mengandung karbon, nitrogen, sulfu, dan fosfor menjadi senyawa
anorganik dan bisa menjadi nutrien bagi tumbuhan. Mikroorganisme pada
lingkungan alami juga dapat digunakan sebagai indikator baik buruknyakualitas lingkungan, baik perairan ataupun terestrial.
12. Bidang bioteknologi
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
14/20
Kemajuan bioteknologi, tak terlepas dari peran mikroba.Karena materi
genetika mikroba sederhana, sehingga mudah dimanipulasi untuk
disisipkan ke gen yang lain. Disamping itu karena materi genetik mikroba
dapat berperan sebagai vektor (plasmid) yang dapat memindahkan suatu
gen dari kromosom oganisme ke gen organisme lainnya (Anonim b, 2007).
Misalnya terapi gen pada penderita gangguan liver. Terapi ini dapat
dilakukan secara ex-vivo maupun in-vivo.
Dalam terapi gen ex vivo, sel hati (misalnya) dari pasien yang hatinya
telah mengalami kerusakan dipindahkan melalui pembedahan dan
perawatan. Kemudian melalui terapi gen akan menyalurkannya dengan
menggunakan vektor. Sel-sel hati yang dirubah secara genetik kemudian
akan ditransplantasikan kembali dalam tubuh pasien tanpa khawatir akan
kegagalan dari proses pencangkokan jaringan tersebut karena sel-sel ini
pada awalnya berasal dari pasien.
Strategi terapi gen in vivo meliputi pemasukan gen ke dalam jaringan dan
organ di dalam tubuh tanpa diikuti oleh pemindahan sel-sel tubuh.
Tantangan utama dalam terapi gen in vivo adalah pengiriman gen hanya
terjadi pada jaringan yang diharapkan dan tidak terdapat pada jaringan
yang lain. Pada terapi ini, virus digunakan sebagai vektor untuk
pengiriman gen (Thieman, 2004).
Beberapa hasil perkembangan bioteknologi lain yang penting dan
melibatkan mikroba adalah produksi insulin, tanaman transgenik serta
antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal (MAbs) merupakan salah satu
antibodi murni yang bersifat sangat spesifik dan menjadi peluru ajaib bagi
dunia pengobatan.
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
15/20
2.2 Aktivitas Enzim Selulase dan Lipase pada Mikrofungi Selama Proses
Dekomposisi Limbah Cair Kelapa Sawit
Dengan melihat banyaknya fungsi-fungsi dari mikroorganisme di
muka bumi ini, maka saya akan mengambil salah satu contoh peran
mikroorganisme terhadap penanganan hasil limbah.
Lumpur/sludge limbah cair kelapa sawit telah menimbulkanpermasalahan terbesar bagi industri pengolahan kelapa sawit di Lampung.
Limbah yang diproduksi ternyata mampu memenuhi kolam penampunganlimbah dengan cepat sedangkan pengalihannya ke tempat lain tidak
memungkinkan. Sehingga, jika meluber kelingkungan dan tidak diolah
dengan memadai sludge ini sangat berpotensi mencemari lingkungan. Untuk
itu diperlukan suatu temuan metoda tentang penanggulangan dan bahkan
pemanfaatannya sekaligus jika memungkinkan.
Menurut Siva, D.P, dkk (2005) perlakuan biologi adalah salah satu
metoda yang mungkin digunakan untuk menstabilisasi sludge, selain metode
termal, kimiawi dan dewatering. Perlakuan biologi perlu dipertimbangkan
penerapannya mengingat kandungan bahan organik yang tinggi pada sludge
(selulosa 40%, hemiselulosa 24%, lignin 21% dan abu) sehingga bila diolah
dengan benar bahan ini akan sangat berpotensi dimanfaatkan sebagai pupuk
organik. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme yang mampu meningkatkan
laju dekomposisi senyawa organik kompleks ini menjadi senyawa sederhanasehingga memungkinkan dimanfaatkannya menjadi nutrisi tanaman.
Robinson dkk (1998) dalam penelitiannya telah mensimulasi bahwa padaproses dekomposisi dan mineralisasi senyawa organik akan
dilepaskan/dihasilkan nutrien N, P dan K.
Dekomposisi merupakan suatu proses yang dapat menjamin sikluskehidupan berlangsung di alam dengan cara biodegradasi bahan organik
(Killham,1994; Paul and Clark, 1996). Mikroorganisme tanah merupakan
organisme pendekomposisi dan fungi memiliki peran dominan sebagai
mikroorganisme dekomposer pada proses dekomposisi di dalam ekosistem
(Moore-Landecker, 1996). Fungi merupakan agen dekomposer utama yang
mampu menguraikan kembali senyawa senyawa organik yang telah terbuang
melalui matinya organ (Suberkropp, 1997).
Dekomposisi mencakup proses pembusukkan material oleh fungi.
Pembusukkan dimulai dengan sekresi enzim ekstraseluler yang dapat
menghidrolisis molekul kompleks berukuran besar menjadi molekul lebihkecil sehingga dapat dimanfaatkan oleh organisme lain. Jika tidak ada enzim
yang dihasilkan oleh fungi, maka tubuh tanaman atau hewan mati dan sisa
sisanya akan menumpuk pada permukaan bumi (Heritage dkk., 1996). Secaraumum fungi hanya mampu mengabsorbsi nutrien terlarut berukuran kecil
seperti monosakarida dan asam amino.Seandainya nutrien tersedia dalam bentuk disakarida maka inipun
harus didegradasi terlebih dahulu menjadi monosakarida sebelum akhirnya
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
16/20
dapat diserap oleh sebagian besar fungi. Sehingga ketersediaan nutrisi bagi
fungi sangat tergantung pada pelepasan enzim-enzim degradasinya (Deacon,
1997). Tingkat kompleksitas substrat yang dapat didegradasi fungi terlihat
pada gambar 1 di bawah.
Pelepasan enzim-enzim ekstraseluler adalah melalui dinding sel dalambentuk tersimpan dalam vesikel yang dikirim dari badan Golgi ke ujung hifa
dan kemudian dikeluarkan ke lingkungan secara eksositosis (Wessels, 1990).
Senyawa-senyawa organik dalam kategori yang luas bisa digunakan oleh
fungi sebagai sumber nutrisinya. Sebagian besar fungi mampu menggunakan
glukosa, beberapa monosakarida dan disakarida. Sekelompok kecil fungi
mampu menggunakan alkohol dan bahkan metan. Namun polimer yangpaling banyak tersedia sebagai nutrisi fungi dialam adalah selulose. Empat
puluh persen material dinding sel tanaman adalah selulose. Selulosemempunyai struktur kimia yang sederhana yang terdiri rantai lurus 3000-
10.000 residu glukosa yang diikat dengan ikatan -1,4. Untuk memutuskanrantai ini diperlukan enzim selulase yang merupakan kompleks dari enzim
selobiohidrolase, endoglukanase dan -glukosidase (Deacon, 1997).Selobiohidrolase memecah unit-unit disakarida (selobiose) dari ujung rantai,
endoglukanase menyerang bagian tengah rantai secara random dan -
glukosidase memecah selobiose menjadi glukose. Berdasarkan hasil
pemeriksaan pada fungi, sistem selulase sekurang kurangnya terdiri dari 3
enzim (Da silva dkk., 2005) :
1. enzim enzim endo- - 1,4 glukanase
2. enzim ekso- - 1,4 glukanase
3. enzim enzim - glukosidase.
Sampel diambil dari limbah cair kelapa sawit pada kolam
penampungan Bakteri. Pengambilan dilakukan pada 4 titik sampai kedalaman
10 cm. Kemudian sampel dimasukkan kedalamerlenmeyer yang telah
disterilisasi dan ditutup dengan alumunium foil. Isolasi fungidilakukukandengan metode dilution plate. Metode ini telah digunakan secara
luas dalam studi kulturmikrofungi tanah saprofitik (Christensen, 2003; OsonoandTakeda, 2002).
Pengujian aktivitas enzim selulase dilakukan dengan metode DNS
(Miller, 1959). Lumpur sawit hasil sedimentasi yang telah diinkubasi denganisolat, lalu dipindahkan ke tabung propylene. Kemudian ditambahkan 25 ml
buffer sitrat pH 6.0, 50 mM, divortex 15 menit dan disentrifuse selama 15
menit pada 3500 rpm, suhu 4-5 C. Selanjutnya sebanyak 0.75 ml supernatanenzim dicampur dengan 0.75 ml 1 % CMC dalam buffer sitrat pH 6.0.
kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Tambahkan 1.5 ml
dinitrosalcylic acid. Kemudian dipanaskan selama 15 menit dan didinginkan
selama 20 menit dan dibaca dengan spektrofotometer 575 nm.
Penghitungan aktivitas enzim selulase dilakukan dengan rumus berikut,
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
17/20
Aktivitas Enzim : kadar glukosa x factor pengenceran
Berat Molekul Glukosa x waktu inkubasi
Keterangan :
Satu unit aktivitas selulase adalah jumlah dari enzim yang melepaskan
mol glukosa dalam satu menit pada kondisi pengujian.Faktor pengenceran : 1
Berat Molekul glukosa : 180
Waktu Inkubasi : 30 menit
Pengujian aktivitas enzim lipase dilakukan dengan metode titrimetrik.
Substrat lumpur sawit hasil sedimentasi yang telah diinkubasi dengan isolat,lalu dipindahkan ke tabung propylene. Kemudian ditambahkan 25 ml buffer
sitrat pH 6.0, 50 mM, divortex 15 menit dan disentrifuse selama 15 menitpada 3500 rpm, suhu 4-5 C. Selanjutnya mencampurkan sebanyak 2 gram
minyak zaitun, 4 ml larutan buffer sitrat (pH 6), 1 ml supernatan enzim.Campuran dikultivasi pada shaker berpenggoyang pada suhu 37C selama 1
jam. Setelah dikultivasi campuran substrat enzim diinaktifkan denganpenambahan larutan aseton:alkohol (1:1) sebanyak 10 ml kemudian dititrasi
dengan NaOH 0.05 N dengan menambah 2-3 tetes phenolphtalien 1% sebagai
indikatornya. Aktivitas enzim lipase ditunjukkan dengan perubahan warna.
Perlakuan untuk kontrol supernatan diberikan setelah kultivasi selama 1 jam
(Paskevicius, 2001). Penghitungan aktivitas enzim lipase dilakukan dengan
rumus berikut,
Aktivitas hidrolisis lipase : (A-B) x N.NaOH x 1000
Wx 60
Keterangan :
Satu unit aktivitas lipase adalah banyaknya enzim yang dibutuhkan untuk
menghidrolisis minyak menghasilkan 1 mol produk selama 1 jam.
A : Volume NaOH untuk titrasi sample (ml)B : Volume NaOH untuk titrasi blanko (ml)
N.NaOH : Normalitas NaOH yang digunakan1000 : Faktor konversi dari mmol ke mol
W : Berat minyak (mg)60 : Waktu inkubasi (menit)
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
18/20
BAB IIIPENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
1.Semua isolat mikrofungi bersifat lipolitik yaitu : Aspergillus flavus,Aspergillus sp, Fusarium sp(1), Fusarium sp(2) , Botryotrichum sp dan
Aspergillus sp(2), Trichoderm harzianum, Rhizopus sp.
2. Nilai aktivitas enzim selulase dan lipase dari masing-masing isolatmikrofungi bervariasi. Mikrofungi yang memiliki nilai aktivitas enzim
selulase tertinggi yaitu : Aspergillus flavus dan mikrofungi yang memilikinilai aktivitas enzim lipase tertinggi yaitu : Trichoderma harzianum.
3.2 SaranPerlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji sludge limbah kelapa sawit
setelah terdekomposisi oleh fungi untuk digunakan sebagai nutrisi tanaman
khususnya bagi mahasiswa-mahasiswa teknik Lingkungan agar dapat terus
melakukan pengembangan terhadap ilmu pengetahuan terutama masalah
penanganan limbah padat maupun cair.
DAFTAR PUSTAKA
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
19/20
Crawford. J.H. . Composting of Agricultural Waste. in Biotechnology
Applications and Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed).
p. 68-77.
Christensen, M. 2003. The Dilution Technique Isolation Of Soil Mikrofungi
Ecology. Botany Departement. University of wyo ming Pp 1-3.http://caroll.cc.edu/~jelausz/msamanual/diltq-html.
Da Silva, R., E. S. Lago, C.W. Merheb, M.M. Machione, Y.K. Park, E. Gomes.
2005. Production of Xylanase and CMCase on Solid State Fermentation in
Different Residues By Thermoascus auranticus Miehe. Brazilian Journalof
Microbiology 36: 235 241.
Deacon, J.W. 1997. Modern Micology. Blackwell Science. New York. 303 pp.
Heritage, J., E.G.V. Evans andR.A. Kilington. 1996. Introductory Microbology.Cambridge University Press. Cambrige.
Jalil, A.A.K. 2004. Enzim Mikroba Dan Bahan Penguraian Berselulosa.
Departement Biologi. Jakarta.
Killham, K. 1994. SoilEcology. Cambrige University Press. United Kingdom.
242 pp
Miller, G.L., 1959. Use of Dinitrosalicylic Acid Reagent of Determination of
Reducing sugar. Anal. Chem. 31: 246-248.
Moore- Landecker, E. 1996. Fundamental Of The Fungi. Prentice Hall. Upper
Saddle River. New Jersey. 574 pp.
Osono, T andTakeda, H. 2002. Comparison of Litter Decomposing Ability
Among Diverse Fungi in a Cool Temperate Deciduous forest in JapanMycologia, 94 (3), 2002, pp. 421-427.
Paskevicius, A. 2001. Lipase Activity ofYeast And Yeasts-Like Fungi Functioning
Under naturalConditions. Institute Of Botany.http://images.katalogas.lt/maleidykla/bio4/B- 16.pdf
Paul, E.A., andF.A. Clarck.1996. Soil Microbiology and Biochemistry. Academic
Press. San Diego. 340 pp.
Suberkropp. 1997. Annual Production of leaf- decaying fungi in a woodland
stream. Freshwater boilogy 38, 169-178.
Robinson, C. H., P. J. Fisher, and B. C. Sutton. 1998. Fungal Biodiversity in dead
leaves of fertilized plants ofDryas octopetala from a high arctic site. Mycol.
Res 102 (5) p. 573-576
-
8/7/2019 nyoba ngerjain
20/20
Silva, D.P., V. Rudolph, and O.P. Taranto. 2005. The Drying of Sewage Sludge
by Immersion Frying. Brazilian JournalofChemicalEngineering. Vol 22
No 02. pp. 271-276
Wessels, J. G. H. 1990. Role of the wall architecture in fungal tip growth. In: Tip
Growth in Plant and FungalCells ( ed. I. B. Heath), pp. 1-29. AcademicPress, New York.