NutrisiTumbuhan
-
Upload
sacha-meliala -
Category
Documents
-
view
41 -
download
0
description
Transcript of NutrisiTumbuhan
Partikel ukuran diameter (mm)
Pasir 2 - 0,02
Debu (silt) 0.02 - 0.002
Liat (clay) <0,002
NUTRISI PADA TUMBUHAN DAN NUTRISI MINERAL
Nutrisi pada Tumbuhan
Apabila kita tinjau cara tumbuhan memperoleh makanan organiknya,
tumbuhan dapat kita bagi dalam 2 kelompok yaitu tumbuhan autotrof dan
heterotrof. Tumbuhan autotrof adalah kelompok tumbuhan yang dapat membuat
bahan organiknya sendiri dari bahan-bahan organik melalui proses fotosintesis dan
kemosintesis. Tumbuhan heterotrof merupakan kelompok tumbuhan yang
kebutuhan bahan organiknya tergantung pada bahan organik yang sudah ada.
Baik autotrof maupun heterotrof, keduanya memerlukan sumber nutrisi mineral dari
lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah tanah beserta komponen lain
yang terdapat di dalamnya.
Tekstur dan Struktur Tanah
Tanah merupakan media pertumbuhan bagi tanaman, tempat melekatkan
diri dengan akarnya dan sebagai sumber nutrisi. Kondisi fisik tanah sangat penting
bagi tumbuhan yang hidup diatasnya dari fisik tanah biasanya sangat ditentukan
oleh tekstur dan struktur tanah.
Tekstur tanah ditentukan oleh ukuran partikel-partikel yang membangun
tanah tersebut. Partikel-partikel ini dapat dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan
ukurannya, seperti tertera pada tabel berikut.
Campuran ketiga komponen partikel tanah tersebut dalam proporsi yang sama
disebut tanah lempung (Loam).
Struktur tanah terjadi akibat partikel-partikel tanah berkumpul/bergabung
yang kemudian membentuk pola-pola tertentu. Jadi struktur tanah tergantung
pada macam partikel yang membentuknya, seperti misalnya dapat membentuk
struktur tanah lepas (clump), ramah (crumb) dan tanah berat (puddle/heavy
clay).Tekstur dan struktur tanah banyak juga tergantung dan komponen-komponen
tanah seperti mineral tanah, organik tanah, air dan Larutan tanah, atmosfir tanah,
dan organisme tanah.
Mineral Tanah.
Komponen tanah ini berasal dari batuan-batuan induk, yang oleh berbagai
macam proses mengalami penghancuran schingga menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil. Proses ini di alam dapat terjadi karena iklim (yaitu perubahan panas,
dingin, hujan, angin), oleh aktivitas tumbuhan pioner (lichenes), dan juga akibat
kegiatan mekanik seperti terjadinya gesekan-gesekan antar batuan dan oleh
adanya aktivitas manusia. Mineral tanah dapat dibagi menjadi pasir (kasar dan
halus), debu (silt) dan "loam". Ketiga kelompok mineral ini memiliki kemampuan
mengikat air yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
Pasir debu liat Semakit kuat
Organik Tanah.
Tumbuhan dan hewan yang telah mati, setelah mengalami penghancuran
dan pembusukan oleh mikroba akan menjadi komponen organik tanah. Kadar
bahan organik di dalam tanah sangat bervariasi, mulai 95% pada tanah gambut
sampai 0% pada tanah di padang pasir. Tanah pertanian yang ideal harus
mengandung bahan organik sekitar 15%. Kandungan bahan organik tanah
dapat diketahui dengan cara mengeringkan tanah sejumlah tertentu kemudian
membakarnya pada suhu yang tinggi sehingga seluruh bahan organiknya
terurai menjadi H20 dan C02. Berat yang hilang dari tanah kering itu adalah
bahan organik yang dikandung oleh tanah tersebut. Salah satu bentuk bahan
organik yang penting di dalam tanah adalah humus. Humus sangat halus,
mengandung selulosa, lignin, berbentuk koloid dengan kapasitas imbibisi yang
tertinggi.
Air dan Larutan Tanah.
Air dalam tanah merupakan komponen yang penting bagi kehidupan
tumbuhan karena di dalam air tanah biasanya terlarut banyak mineral dan
senyawa lain, yang secara keseluruhan disebut larutan tanah. Larutan ini adalah
sumber nutrisi bagi tumbuhan.
Atmosfer Tanah.
Udara yang mengisi rongga-ronga antar partikel tanah disebut atmosfir
tanah. Keberadaan udara antar partikel tanah ini sangat ditentukan oleh ukuran
tanah yang menyusunnya, yaitu berkisar 30% untuk tanah pasir sampai 50%
untuk tanah liat. Untuk tanah yang kaya bahan organik memiki kandungan udara
lebih dari 50% sebaliknya pada tanah yang kandungan airnya berlebihan
(mungkin pada tingkat jenuh air) memiliki kandungan udara mendekati 0%.
Organisme Tanah.
Organisme (flora dan fauna) yang hidup dan berada didalam tanah
merupakan bagian dari tanah itu sendiri. Organisme ini banyak perannya dalam
menentukan struktur dan sifat tanah, seperti tingkat kegemburan, kandungan
organik dan mineral serta udara tanah. Yang termasuk ke dalam flora tanah
adalah jamur, bakteri gangguan sedangkan fauna tanah adalah protozoa,
cacing tanah, insekta, larva insekta dan hewan-hewan tingkat tertinggi yang
membuat lubang dalam tanah.
Air Tanah
Air merupakan pelarut senyawa/mineral yang diperlukan oleh tumbuhan yang
keberadaanya di dalam tanah terikat oleh daya absorpsi atau tekanan hidrostatik.
Potensial asmotik air tanah merupakan faktor penting dalam hubungan tumbuhan
dengan air tanah karena penyerapan air oleh akar tumbuhan tergantung pada potensial
air tanah.
Sehubungan dengan begitu pentingnya peran air tanah, maka perlu kiranya
diketahui cara-cara penentuan status air dalam tanah. Beberapa cara penentuan
tersebut adalah sebagi berikut.
Potensi Air Tanah.
Potensial air tanah sangat bervariasi, misalnya air tanah yang jenuh dengan air
murni potensialnya sama dengan nol. Tetapi secara normal air tanah berupa larutan
dan oleh karenanya nilai potensial osmotiknya akan berada di bawah nol. Hubungan
potensial air tanah dengan komponen lainnya yang ada didalam tanah adalah
sebagai berikut
PA = PO + PT+PM
Keterangan
PA = potensial airPO = potensial osmosisPT = potensial tekananPM = potensial matrik
Potensial matrik, merupakan suatu nilai yang disebabkan oleh adanya berbagai
daya tarik secara kimia dan fisika antara air dengan partikel tanah yang menimbulkan
kekuatan tanah untuk menahan air. Termasuk potensial matrik adalah daya tarik kapiler
dan kekuatan intermolekuler dalam mengikat air dehidrasi dalam koloida tanah
Kapasitas lapang.
Kapasitas lapang akan tercapai apabila tanah yang dibasahi dengan air, akibat
gerak kapiler dan gaya gravitasinya tidak mampu lagi menurunkan air tersebut lebih
lanjut. Tanah yang memiliki luas permukaan yang besar, tetapi potensial matriknya
rendah (contohnya tanah liat) akan dapat mengikat lebih banyak air pada kapasitas
lapang dibandingkan dengan tanah pasir. Pada gambar berikut dapat dilihat hubungan
antara potensial air dengan jumlah air yang berada pada suatu tipe tanah.
Gambar 5.1. Hubungan potensial air dengan jumlah air.
Permukaan air tanah.
Permukaan air tanah sering berada jauh di bawah permukaan tanah
sehingga tidak begitu berperan bagi tumbuhan yang akarnya tidak mampu
mencapai air tersebut. Sebaliknya air kapiler yang naik dari permukaan air tanah
akan menjadi sumber air yang penting bagi tumbuhan.
Pemantauan status air tanah dapat pula dilakukan melalui pengukuran di
laboratorium. Ada beberapa cara yang dapat disarankan seperti yang
dijelaskan di bawah ini.
1. Penentuan kadar air tanah. Kadar air tanah dapat dilakukan dengan
mengambil sampel tanah dan di timbang berat basahnya. Selanjutnya sampel
tersebut dikeringkan dalam oven sampai beratnya konstan. Selisih berat
setelah dikeringkan merupakan kandungan air didalam tanah tersebut.
Kemudian, dengan membandingkan kehilangan berat terhadap berat basah
atau berat keringnya, akan diketahui persentase kadar air tanah tersebut.
2. Kapasitas lapang. Cara pengukuran ini dapat dilakukan dengan
memasukkan suatu sampel tanah tertentu ke dalam suatu tabung silinder gelas,
yang terlebih dahulu tanah tersebut sudah dikeringkan dan dihancurkan. Keatas
sampel tadi dituangkan air dan dibiarkan meresap turun ke dalam silinder dan
usahakan jangan sampai ada air menguap. Biarkan perangkat ini selama 2-3
hari sampai air tadi tidak bergerak turun lagj, yang berarti pula gerak kapiler dan
gaya gravitasi sudah tidak mampu menarik air lebih jauh kebawah. Selanjutnya
ambil tanah yang basah dan ukur kadar airnya, maka nilai kadar air tersebut
merupakan kadai air tanah itu pada kapasitas lapanganya.
Kedua pengukuran di atas bersifat pengukuran secara fisika. Pengukuran
secara fisiologis yang parameter pengukurannya tumbuhan itu sendiri, dapat
di lakukan sebagai berikut.
1. Persentase kadar air pada kelayuan permanan. Cara ini dikembangkan
melalui pengukuran kadar air tanah. Nilai kadar air yang diperoleh dari
pengukuran adalah persentase kadar air pada tanah, dimana tumbuhan yang
tumbuh di atasnya menjadi layu secara permanen.
2. Kadar air pada kisaran kelayuan (wilting range). Yang dimaksud
dengan hal ini adalah kisaran kadar air tanah antara saat tumbuhan mulai
layu sampai tercapainya kelayuan permanen.
Tanah Sebagai Sumber Nutrisi
Tanah sebenamya terdiri atas partikel-partikel halus yang juga
merupakan sistem koloid. Partikel-partikel halus itu disebut misel dan pada
umumnya bermuatan negatif. Contohnya partikel-partikel tanah liat yang suka
menahan air (hidrofobik) selalu bermuatan negatif sehingga jika di dalam tanah
terdapat ion-ion Ca2+, maka misel-misel tersebut bersatu dengan ion-ion Ca2+.
Lebih jauh seperti pada pembahasan 5.1.1 bahwa tanah terdiri atas lima
komponen seperti:
1. bagian mineral
2. bagian zat organik
3. bagian air dan larutan tanah
4. bagian udara yang ada didalam tanah
5. organisme yang ada didalam tanah
maka tanah menjadi substrat (mengandung zat hara) yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Tanah, sebagai sumber nutrisi yang mengandung zat hara dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
1. zat hara mobil yang larut dalam air (tidak terikat) dan dapat ditukar
(teradsorpsi);
2. zat hara cadangan, yang terikat secara ikatan anorganik dan ikatan organik.
Zat Hara Mobil
Jenis zat hara ini terdapat dalam dua bentuk yaitu tidak terikat pada suatu
zat lain, sangat mudah bergerak (larut dalam air) dan ada pula yang dapat ditukar
dengan ion lain karena dalam keadaan teradsorpsi oleh partikel tanah tetapi
keadaanya sama dengan larutan tanah.
Zat hara yang larut dalam air berada di larutan tanah, yaitu air tanah,
berada dalam keadaan ion. Bagi tanaman, larutan tanah ini merupakan larutan
hara yang encer, yang kandungan haranya bervariasi tergantung pada kandungan
air tanah. Tanah yang jenuh air mengandung ion garam dengan konsentrasi 0,2-
1% dengan tekanan osmose sebesar 0,1 - 0,5 atm. Kalau tanah mengering,
konsentrasi garam naik dan selanjutnya bisa sebagai toksis bagi tanaman dalam
konsentrasi extrem. Keberadaan zat hara yang larut dalam air kira-kira 1 - 10% dari
seluruh zat hara yang dapat ditukar. Zat hara yang tidak terikat sangat mudah
diserap oleh tanaman, tetapi sangat mudah pula "tercuci" dari permukaan akar.
Zat hara yang dapat ditukar ialah ion-ion hara dengan muatan listrik
dipermukaannya yang dapat ditarik oleh ion penukarnya, lalu diikat oleh kation yang
umumnya berada didalam tanah, yang punya muatan setara. Ion yang dapat
ditukat tanah ion yang teradsorpsi. Telah diketahui elemen-elemen kalsium,
magnesium dan kalium terdapat didalam tanah dalam keadaan terikat oleh
partikrl-partikel batu sehingga sangat sulit diserap oleh akar. Tetapi apabila
elemen-elemen itu sudah berupa kation dapatlah terjadi pertukaran kation antara
sel akar yang biasanya memberikan ion H+ dan larutan di luar sel yang
menggantikannya dengan ion Ca2+, Mg 2+ atau K+ .
Zat hara cadangan
Kelompok zat hara ini sangat besar jumlahnya dalam air dan dalam ikatan
yang sangat sukar larut atau sangat erat terikat, misalnya kristal mineral primer
dan sekender, ikatan anorganik yang amorph, produk ikatan khusus dalam
bentuk senyawa anorganik dan organik, zat/bahan organik (humus dan zat-zat
hidup).
Kandungan zat hara cadangan hampir sebesar seluruh zat hara yang
ada. Pembagian zat hara ini atas cadangan dalam bentuk organik dan
anorganik sangat berbeda-beda, misalnya N dan S berada dalam ikatan
anorganik , P setengahnya dalam ikatan organik, Ca, Mg, K dan unusur mikro
umumnya anorganik. Zat hara cadangan ini hanya dapat dimobilisir dalam
jumlah yang sangat kecil dengan cara pelarutan atau perubahan senyawa
karena proses mineralisasi atau pemecahan humus.
KOMPOSISI KIMIA TUMBUHAN
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap berbagai tumbuhan, paling
sedikit ada 60 macam elemen di ketemukan dari abu tumbuhan tersebut.
Mesikipun demikian, pada dasarnya tumbuh-tumbuhan itu sebagian besar terdiri
atas tiga unsur yaitu C banyak 43,6%, O sekitar 44,4% dan H berkisar 6,2%.
Tanaman tak mungkin hidup dari tiga unsur/elemen ini saja, tetapi juga
memerlukan unsur-unsur lain yang sangat penting untuk pembentukan
bermacam-macam proteiin, zat lemak dan zat organik lainnya.
Unsur makro dan mikro
Untuk mengetahui jenis-jenis unsur/elemen yang diperlukan oleh
tumbuhan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan analisis abu dan
pemeliharaan di air atau pasir. Tetapi unsur yang diperlukan oleh tumbuhan
haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. unsur tersebut harus penting bagi pertumbuhan dan reproduksi
2. unsur itu tidak dapat diganti dengan unsur lain
3. kebutuhan akan unsur tersebut harus bersifat langsung dan bukan hasil
efek tidak langsung
Analisa abu sering dilakukan untuk mengetahui macam mineral yang
diperlukan oleh tumbuhan dari lingkungannya. Abu tersebut diperoleh dari
hasil pembakaran organ tumbuhan pada suhu 600 °C - 800 °C selama
Elemen Simbulatom
Bentuktersedia
untuktumbuhan
Beratatom
Konsentrasi dalamjaringan kering
Jumlahrelative jikadisbanding-
kan dgMolibdenum
(ppm) (%)
Molibdenum Mo MoO42- 95,95 0,1 0,00001 1Tembaga Cu + 2+
Cu ,Cu 63,54 6 0,0006 100Seng Zn 2+
Zn 65,38 20 0,0020 300Mangan Mn 2+
Mn 54,94 50 0,0050 1000Boron B H3BO3 10,82 20 0,002 2000Besi Fe 2+ 3+
Fe , Fe 55,85 100 0,010 2000Klorida Cl -
Cl 35,46 100 0,010 3000Belerang S SO42- 32,07 1000 0,1 30.000
beberapa jam, sehingga airnya keluar. Sisa yang tertinggal (abu) merupakan
mineral yang diserap tumbuhan. Dari hasil analisis kimia terhadap abu tersebut
dan uji coba mineral terhadap tumbuhan (pemeliharaan di air atau pasir),
diketahui ada 16 macam unsur/elemen yang benar-benar diperlukan
tumbuhan.
Berdasarkan atas banyak sedikitnya unsur tersebut dibutuhkan oleh
tumbuhan, maka ke-16 unsur dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu (1) unsur
makro (makroelemen/makronutrien) yang terdiri dari unsur-unsur
C,H,O,P,K,N,S,Ca,Fe,Mg; (2) unsur mikro (mikroelemen/mikronutrien) yang
terdiri dari unsur Mn,B,Cu,Zn, Cl,Mo. Kelompok kedua diperlukan dalam jumlah
yang relatif rendah.
Kedua kelompok unsur tersebut di atas secara bersama-sama
sering pula disebut sebagai elemen yang esensial karena unsur-unsur
tersebut harus selalu ada dalam nutrisi tambahan. Disamping kelompok unsur
esensial di atas, ada pula unsur-unsur yang diperlukan tumbuhan karena
faktor lingkungannya dan tidak semua tumbuhan memerlukannya. Kelompok
unsur ini disebut unsur hara tambahan (atau unsur yang benefisial). Yang
termasuk ke dalam kelompok ini bisa bermacam-macam tergantung pada
lingkungan tempat hubungan hidup, misalnya Al, Au, Si,Sn,Ni,dll.
Proporsi kandungan unsur makro dan unsur mikro didalam jaringan
tumbuhan tinggi perberat kering jaringan dapat dilihat pada Tabel 5.1. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa unsur C,H,O,N jumlahnya diatas 1% sedang y;uig
lainnya berkisai dibawah 1%. Hal ini mudah dimengerti karena unsur-unsur
tersebul merupakan unsur-utama bagi pembentukan bahan organik didalam
tubuh tumbuhan.
Tabel 5.1 Proporsi unsur makro dan mikro pada jaringan tumbuhan tingkattinggi
Posfor P H2PO4-
,HPO4-
30,98 2.000 0,2 60.000
Magnesium Mg 2+Mg 24,32 2.000 0,2 80.000
Kalsium Ca 2+Ca 40,08 5.000 0,5 125.000
Kalium K +K 39,10 10.000 1,0 250.000
Nitrogen N NO3-,NH4+ 14,01 15.000 1,5 1.000.000Oksigen O O2, H2O 16.00 450.000 45 30.000.000Karbon C CO2 12,01 450.000 45 35.000.000Hidrogen H H2O 1,01 60.000 6 60.000.000(sumber: Stout, 1961)
Transpor mineral secara pasif dan aktif.
Zat-zat terlarut (mineral) dapat bergerak secara difusi melalui saluran
yang terdapat pada perintang fisik atau masuk bersama aliran pelarut. Apabila
perintang fisik mengganggu proses pemasukan secara bebas maka berbagai
mekanisme akan dilakukan dalam usaha pemindahan zat terlarut. Apabila sifat
perintangnya tidak mutlak, larutan atau komponen akan berdifusi melalui
perintang tersebut. Apabila perintang fisik itu suatu sistem kehidupan
(membran atau protoplasma), zat terlarut dapat begerak melewatinya baik
secara difusi pasif maupun angkutan aktif. Secara difusi, molekul akan
bergerak dari daerah yang potensialnya lebih tinggi ke daerah yang
potensialnya lebih rendah.
Transpor mineral secara pasif (Penyerapan pasif)
Cara pengangkutan mineral secara pasif merupakan proses
penyerapan yang non metabolik. Brigg dan Roberstson pada 1957 telah
mengadakan penelitian tentang penyerapan pasif pada tumbuhan. Mereka
mendapatkan bahwa apabila sel/jaringan tumbuhan dipindahkan dari medium
berkadar garam rendah ke medium yang relatif konsentrasi lebih tinggi (pekat),
mula-mula akan terjadi pengambilan ion secara cepat yang tidak melibatkan
energi metabolik, kemudian diikuti dengan pengambilan ion yang konstan dan
akhimya menjadi lambat. Sebaliknya apabila sel/jaringan tersebut
dipindahkan kembali ke medium yang berkadar garam lebih rendah. Sejumlah
ini yang telah diambil akan berdifusi keluar dan masuk ke dalam medium. Dari
percobaan yang telah dilakukan itu dapat dikatakan bahwa jika sel/jaringan
tumbuhan dimasukkan ke dalam larutan garam akan terbuka untuk
melakukan difusi bebas sampai mencapai suatu keseimbangan dengan
medium di luamya.
Pertukaran ion antara ion-ion yang diserap pada permukaan dinding sel
atau membran suatu sel dengan ion-ion dari larutan diluarnya juga merupakan
mekanisme penyerapan pasif. Sebagai contoh, kation K+ dari larutan luar
dapat dipertukarkan dengan ion H+ yang terserap pada permukaan membran
sel. Hal yang sama juga bisa terjadi pada anion yang dipertukarkan dengan
ion hidroksil (OH-), anion akan diserap pada permukaan membran dengan
cara osmotik tidak aktif.
Penelitian yang lain, Donnam, mengemukakan hipotesisnya dan disebut
dengan keseimbangan Donnam. Apabila dibagian dalam suatu membran sel
ada sejumlah konsentrasi anion dan membran itu impermeabel terhadap
anion tersebut, telapi permeabel terhadap kation atau anion yang ada pada
larutan di luarnya, maka sejumlah sama kation maupun anion dari luar akan
berdifusi melintas membran sampai keseimbangan tercapai. Hal yang sama
akan terjadi pula apabila dibagian dalam sudah ada kation yang tidak
permeabel terhadap membran. Secara normal keseimbangan yang tercapai
harus diikuti dengan keseimbangan listrik sehingga penambahan kation
diperlukan untuk menyeimbangkan muatan negatif dan anion atau
penambahan anion (gambar 5.2) diperlukan untuk menyeimbangkan muatan
positif dari kation yang sudah ada dibagian dalam membran.
Gambar 5.2 Difusi ion melewati membran
Pengangkutan pasif dapat pula terjadi melalui aliran masa. Berkenan
dengan ini, beberapa peneliti percaya bahwa meningkatnya transpirasi dapat
meningkatkan penyerapan ion-ion. Lopunsky pada tahun 1964, memberikan fakta
bahwa pemberian tekanan hidrostatik kepada sistem perakaran tanaman tomat
yang sudah dipotong bagian atasnya dalam bejana tertutup berisi larutan nutrien
yang mengandung 32 P dan 45 Ca, telah meningkatkan jumlah fasfat dan
kalsium yang bergerak ke dalam xilem akar.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan diatas maka dapat dikatakan bahwa
sebagian dari mineral yang diserap oleh tumbuhan berasal dari hasil
penyerapan/pengangkutan secara pasif.
Transpor Mineral Secara Aktif
Pengangkutan ion dengan bantuan energi metabolik disebut angkutan
aktif. Analisis langsung terhadap cairan vokuola tanaman yang direndam dalam
larutan garam yang konsentrasinya diketahui menunjukkan bahwa anion
niaupun kation diakumulasikan oleh tumbuhan dengan melawan gradien
konsentrasi.
Beberapa macam mekanisme telah dicoba untuk menjelaskan angkutan
aktif, tetapi belum ada yang memuaskan secara keseluruhan. Dengan kata lain,
semuanya masih merupakan hipotesis, tetapi satu hal yang secara umum masih
dapat diterima bahwa pengangkutan aktif melalui membran impermeabel
memerlukan perantara suatu senyawa yang disebut carrier (pembawa) yang
ada pada membran. Carrier ini sangatlah penting karena membran sel
merupakan perintang (barrier) bagi ion-ion yang akan melintasinya.
Dalam kondisi tertentu, angkutan difusi bebas dari luar ke dalam sel tidak
mungkin terjadi karena kosentrasi garam di dalam sel lebih tinggi dari pada diluar
sel dengan faktor 10.000/1 atau mungkin lebih, yang artinya transpor ion
haruslah melawan gradien konsentrasi. Untuk itu, diperlukan energi agar ion
(garam) tersebut dapat masuk (dipompakan) ke dalam sel. Energi yang diperlukan
untuk memompakan garam itu dapat dihitung dengan rumus:
Ago = RT in C2/C1, kalori/molAgo = Energi bebas yang diperlukan untuk mengangkut garam
sesuai perbandingan konsentrasi C2/C1.RT
= Konstanta Gas (= 1,98)= Suhu Absolut (dalam °K)
Sumber energi untuk keperluan angkutan ini berasal dari ATP, yang
diperoleh dari proses fotosentesis maupun respirasi. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa jika ATP diuraikan menjadi ADP dan fosfat inorganik, maka
sejumlah energi akan dihasilkan.
ATP ADP + Pi + 7.000 kalori/mol (pada pH7, 25°C).
Jumlah energy sebanyak ini sudah cukup untuk mengangkut ion 1 mol dengan
faktor konsentrasi 10.000/1. Beberapa kemungkinan cara angkutan aktif yang
terjadi dalam tumbuhan adalah sebagai berikut.
Pompa Sitokrom
Lundegardh dan Burstrom (1933) menjelaskan hubungan antara
penyerapan anion dengan respirasi, yang disebut dengan istilah respirasi anion
atau respirasi garam. Dari pengamatannya diperoleh bahwa laju respirasi
meningkat apabila suatu tumbuhan dipindahkan dari air ke larutan garam. Lebih
jauh Lundegardh menyatakan bahwa:
a. Penyerapan anion terlepas dari penyerapan kation dan terjadi melalui
suatu mekanisme yang berbeda.
b. Adanya perbedaan konsentrasi oksigen dipermukaan luar dengan permukaan
dalam mernbran sel yang mengakibatkan terjadinya oksidasi pada
permukaan luar dan reduksi pada permukaan dalam.
c. Angkutan anion terjadi melalui system sitokrom. Fenomena yang ada bahwa
pengangkutan anion diperantarai oleh sitokrom oksidase, yang berarti bahwa
sitokrom itulah berperan sebagai pembawa anion (Gambar 5.3)
Gambar 5.3 Diagram skematik tentang teori sitokrom Lundegardh
Berdasarkan teori Lundegardh di atas, berhipotesis bahwa reaksi
dehidrogenase yang terjadi dalam membran akan menghasilkan proton (H+)
dan elektron (e). Elektron tersebut akan bergerak ke arah luar dengan melalui
rangkaian sitokrom, sementara anion bergerak ke arah dalam lebih jauh hal ini
dapat dijelaskan bahwa pada permukaan luar membran, besi (Fe) tereduksi dan
sitokrom dioksidasi sehingga terjadi pelepasan elektron dan penangkapan
anion. Elektron yang di lepas akan bergabung dengan proton dan oksigen
menghasilkan molekul air. Pada permukaan bagian dalam, besi mengalami
oksidasi dan sitokrom tereduksi oleh reaksi dehidrogenase, selanjutnya anion
akan dilepaskan dibagian dalam pada akhir reaksi tersebut.
Hipotesis Lundergardh tentang proses angkutan sitokrom ini memberikan
gambaran yang jelas bagaimana energi metabolik berperan dalam penyerapan ion,
akan tetapi hal ini tidak dapat diterima secara universal karena ada beberapa
kelemahan dan tidak jelas pada membran yang mana proses itu terjadi.
Mekanisme Lain
Enzim angkutan elektron (electron transport) tidak terdapat pada semua
membran sel. Sampai saat ini hanya pada mitokondria dan kloroplas diketahui
mengandung enzim tersebut. Sedangkan pada tonoplas dan plasmalema tidak
dijumpai dan lalu akan timbul pertanyaan, bagaimana membrannya melakukan
angkutan aktif, dan ternyata jawabannya masih kurang jelas.
Beberapa hipotesis yang rupa-rupanya agak relevan pada saat
sekarang ini adalah sebagai berikut:
a. angkutan oleh protein pembawa, dalam hal ini mungkin oleh ATP-ase.
b. angkutan yang terjadi karena adanya perbedaan elektrokimia yang
diakibatkan oleh angkutan elektron
c. angkutan yang terjadi karena perbedaan pH, yang diakibatkan oleh sistem
angkutan elektron atau ATP-ase
Transpor aktif oleh protein pembawa secara diagramatik, ditunjukkan pada
gambar 5.4. Pada proses ini, energi hasil hidrolisis ATP digunakan untuk
mengubah konformasi protein pembawa sehingga ion yang ditangkap pada satu
sisi membran akan dilepaskan disisi yang lain. Pergantian dari pengambilan dan
pelepasan tersebut, ada hubungannya dengan daya ikat antara pembawa dengan
ion, yang berbeda dari satu konformasi dengan konformasi lainnya. Kenyataan
lain, pada hewan sistem angkulan ATP-ase pada membran telah terjadi dalam
pertukaran Na+ dengan K+, dan hal yang sama juga terjadi pada tumbuhan
(Gambar 5.5)
Gambar 5.4 Diagramatik angkutan ion oleh protein pembawa
Gambar 5.5 Diagram pertukaran Na+ dengan K+ oleh ATP-ase
Karena ada faktor berupa tonoplas dan plasmalema mengandung ATP-
ase, maka mekanisme angkutan aktif (angkutan ion secara aktif) dapat dilakukan
oleh kedua membran ini.
Mekanisme angkutan yang kedua dan ketiga (poin "a" dan "b" di
atas), ditunjukkan pada gambar 5.6. Gambar tersebut menunjukkan bahwa
sistem angkutan elektron dapat digunakan untuk mengahasilkan perbedan
proton yang akan mendorong angkutan anion atau kation (bagian A). Sistem ini
terjadi di mitokondria dan tidak akan terjadi pada membran yang tidak memiliki
enzim pengangkutan elektron. Pada bagian B menunjukkan bahwa ATP-ase
dapat menghasilkan perbedaan kadar proton sehingga ion dapat bergerak.
Sistem ini bisa terjadi pada kloroplas dan mitokondria serta membran lain yang
memiliki ATP-ase.
Gambar 5.6 Skema transpor ion melewati membran berdasarkan proses transporelektron (A) atau ATP-ase (B).
Di dalam angkutan aktif ini, ada pembawa-pembawa yang spesifik atau
memiliki binding site yang khusus untuk ion-ion tertentu. Maka setiap ion
seharusnya bergabung dengan pembawa yang sesuai. Meski demikian, banyak
pula ion-ion yang berinteraksi dan berkompetesi untuk mendapatkan binding site
yang sama.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKUTAN MINERAL
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap penyerapan
mineral baik secara pasif maupun aktif.
(1) Suhu
Peningkatan suhu akan meningkatkan kemampuan penyerapan sampai
batas suhu tertentu, dan setelah itu akan menurun. Peningkatan suhu juga
dapat meningkatkan respirasi, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
produksi energi yang sangat diperlukan dalam angkutan aktif. Dilain pihak,
suhu tinggi dapat menimbulkan denaturasi protein enzim, sehingga secara
tidak langsung akan mempengaruhi penyerapan/angkutan mineral.
(2) Konsentrasi Ion H+ (pH)
Perolehan mineral dari lingkungan, tanaman sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi ion H+ di tempat mineral tersebut berada. Secara umum tumbuhan
lebih mudah menyerap mineral dari lingkungannya jika berada pada pH normal
yaitu antara 6-7,5
(3) Cahaya.
Pengaruh cahaya tidaklah secara langsung. Cahaya penting untuk
fotosintesis dan selama proses fotosintesis dihasilkan energi (ATP) yang sangat
diperlukan dalam angkutan aktif. Cahaya juga dapat mempengaruhi membuka
dan menutupnya stomata yang berkaitan dengan proses transpirasi, sehingga
transpirasi yang meningkat akan meningkatkan pengangkutan mineral melalui
aliran masa
(4) Pengudaran tanah
Tanah dengan pengudaraan yang baik akan merangsang terjadinya
respirasi sel-sel akar sehingga akan ada cukup energi untuk angkutan aktif.
(5) InteraksiIni ada kaitannya dengan pengikatan ion oleh binding site. Apabila binding
site untuk suatu ion sangat spesifik, maka penyerapan ion tersebut tidak akan
mengalami gangguan. Sebaliknya jika hanya ada satu binding site, maka untuk
beberapa macam ion akan terjadi kompetisi.
5.2.3 Fungsi mineral dan gejala defisiensinya.
Mineral dapat melakukan tiga fungsi bagi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan, yaitu fungsi elektrokimia, struktur dan katalis. Peranan elektrokimia
meliputi proses menyeimbangakan konsentrasi ion, stabilisasi makromelekul,
stabilisasi koloida dan netralisasi muatan. Peranan struktur dilakukan oleh mineral
dalam keterlibatannya pada struktur kimia molekul biologi atau fungsi dalam
membentuk polimer struktur, misal kalsium dalam pektin. Dalam fungsinya
sebagai katalis, mineral terlibat pada bagian aktif (active site) suatu enzim.
Mineral-mineral yang termasuk kedalam kelompok unsur makro
(makronutrien) memiliki ketiga peranan tersebut di atas, sedangkan kelompok
unsur mikro (mikronutrien) hanya mendukung fungsi katalis. Berikut adalah
fungsi masing-masing mineral dan gelaja defisiensinya. Penampilan gejala
defisiensi terhadap satu mineral biasanya berbeda antara tumbuhan yang satu
dengan tumbuhan yang lainnya.
(1) Nitrogen (N).
Unsur ini diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang banyak dan
keberadaannya didalam tanah hampir seluruhnya hasil kerja biologi, pemupukan
secara alami. Nitrogen sangat penting bagi tumbuhan karena merupakan
komponen protein, asam nukleat, asam amino dan senyawa lainnya. Defisiensi
nitrogen menyebabkan terjadinya klorosis pada daun, perlahan kemudian daun
berubah menjadi kering dan akhimyya rontok. Pada daun muda akan memperlihat
ciri yang kurang berkembang dibanding daun normal yaitu, kaku, percabangannya
tertahan karena dormasi tunas leteral yang berkepanjangan. Pengurangan
pemberian nitrogen, yang dikaitkan dengan pemberian K dan P biasanya
menghasilkan biji dan produksi buah yang efektif.
(2) Fosfor (P).
Fosfor diserap tumbuhan dalam bentuk ion fosfat mono dan divalen.
Banyak fosfat hadir pada tumbuhan dalam bentuk organik, tetapi
pengangkutannya sebagian besar dalam bentuk anorganik. Seperti halnya
nitrogen, fasfor sangat penting sebagai bagian dari banyak senyawa yang
membangun tumbuhan, diantarannya asam nukleat dan fosfolipida. Sebagai
tambahan fosfor memegang peran penting dalam energi metabolisme.
Defisiensi fosfor berpengaruh pada semua aspek metabolisme dan
pertumbuhan. Gejala defisiensi fosfor ditandai dengan hilangnya daun-daun yang
lebih tua, pembentukan antosianin pada batang, tulang daun, dan dalam
keadaan yang parah timbul daerah nekrotik pada berbagai bagian tumbuhan.
Tumbuhan yang mengalami defisiensi fosfor, pertumbuhannya lambat dan sering
tumbuhnya meujadi kerdil. Gejala mula-mula timbul pada daun yang dewasa
karena tingkat mobilitas fosfor yang tinggi, dan berbeda dengan defisiensi
nitrogen, tumbuhan cendrung berwarna lebih hijau gelap atau klorosis yang
menyebar ke tulang daun. Karbohidrat terlarut dapat terakumulasi pada
kekurangan fosfor. Salah satu karakteristika kekurangan fosfor adalah terjadinya
peningkatan aktivitas enzim fosfatase, dan hal ini ada kaitannya dengan mobilitas
dan penggunaan kembali fosfat yang diperoleh untuk pengganti yang hilang.
(3) Sulfur (S).
Sulfur dalam tanah berbentuk sulfat, tetapi sering juga dalam bentuk sulfur
atau besi sulfida (FeS, FeS2) yang sukar diserap oleh tumbuhan. Sulfur merupakan
bagian dari asam amino sistein, sistin dan metionin, yang merupakan komponen
protein dan beberapa senyawa aktif seperti glutation, biotin tiamin dan koenzim
A. Sulfur sering dalam bentuk gugus sulfihidril (-SH), yang membentuk bagian
aktif dari agen redoks dan pemindahan elektron. Defisiensi sulfur jarang terjadi di
alam. Apabila terjadi defisiensi sulfur, gejalanya dikarakterisasi dengan
timbulnya klorosis secara umum dan menguningnya daun, biasanya diawali pada
daun yang lebih muda, karena mobilitas sulfur rendah. Gangguan metabolisme
yang mengikuti defisiensi sulfur sangat besar, karena tumbuhan tidak dapat
membuat protein sebagai akibat hilangnya asam-asam amino yang
mengandung sulfur. Nitrogen terlarut ada kecendrungan terakumulasi, dan asam-
asam amino yang kaya akan nitrogen seperti glutamin dan arginin akan
meningkat mencapai konsentrasi yang tinggi. Dalam defisiensi sulfur yang parah
terjadinya perombakan arginin menghasilkan urea dan amoniak.
(4) Kalsium (Ca).
Mineral ini banyak didapatkan di dalam tanah, dan tumbuhan pada
kondisi alami jarang mengalami defisiensi terhadap elemen ini. Kalsium penting
dalam sintesis pektin pada lammela tengah. Elemen ini juga terlibat dalam
metabolisme atau pembentukan inti sel dan mitokondiia. Kalsium sangat penting
bagi kebanykan tumbuhan dan kekurangan Ca yang parah dapat
mengakibatkan kerusakan dan kematian tumbuhan. Daerah meristematik
merupakan daerah yang paling menderita, karena kekurangan Ca akan
menghambat pembentukan dinding-dinding sel baru, sehingga pembelahan
selpun akan dihambat. Pembelahan sel yang tidak sempurna atau mitosis
tampa pembentukan dinding sel baru, akan menghasilkan sel-sel yang
multinukleat dan merupakan gejala khas pada defisiensi kalsium. Dinding sel,
terutama dalam menyokong struktur batang dan petiol akan menjadi rapuh,
dan perluasan sel dihambat. Terjadinya klorosis sepanjang tepi daun yang
muda, ujung daun membengkok, pembentukan akar yang tertahan,
merupakan gejala defisiensi Ca yang berat. Kalsium hanya sedikit berperan
katalitik, yaitu sebagai aktivator beberapa enzim seperti fosfolipase. Disamping
itu kalsium berperan dalam detoksifikasi asam oksalat, membentuk kristal Ca-
oksalat yang sering dijumpai dalam vakuola sel tumbuhan.
(5) Magnesium (Mg).
Elemen ini diperlukan tumbuhan dalam jumlah cukup besar.
Magnesium memiliki beberapa peranan penting dalam tumbuhan, diantaranya
dalam stabilisasi partikel-partikel riboson. Magnesium terlihat dalam sejumlah
reaksi enzimatik dengan kapasitas yang bervariasi. Pertama dalam reaksi yang
menyangkut pemindahan fosfat dari ATP, magnesium bertindak sebagai
penghubung enzim terhadap substratnya. Kedua magnesium berfungsi
dalam mengubah konstantan keseimbangan reaksi dengan cara berikatan
dengan produk, misal pada reaksi-reaksi kinase tertentu. Ketiga, bekerja
membentuk kompleks dengan suatu inhibitor enzim. Gejala defisiensi
magnesium sangat karakteristik. Terjadinya klorosis diantara tulang daun, dapat
timbul warna cerah dari pigmen merah, jingga, kuning atau merah ungu, dan
pada defiseinsi yang parah timbul daerah atau bintik nekrosis. Karena
magnesium sangat mudah larut dan mudah diangkut ke seluruh tubuh, gejala
defisiensi biasanya timbul pertama kali pada daun dewasa.
(6) Kalium (K).
Tumbuhan memerlukan kalium dalam jumlah banyak, dan defisiensi
terhadap elemen ini sering terjadi pada tanah pasir atau berpasir, karena
tingkat kelarutannya yang tinggi sehingga mudah hilang karena tercuci,
Kalium merupakan kation yang umum pada tumbuhan dan terlibat dalam
menjaga keseimbangan ion di dalam sel. Kalium tidak memililki peran dalam
menunjang struktur tumbuhan, tetapi dia banyak berperan sebagai katalisator.
Banyak enzim yang terlibat dalam sintesis protein, tidak bekerja efisien apabila tidak
ada kalium. Kalium diperlukan dalam jumlah banyak, melebihi kebutuhan
magnesium, dan berperan untuk mengaktivasi enzim-enzim bebas. Kalium terikat
dalam bentuk ion pada enzim piruvat kinase, yang penting dalam respirasi
dalam metabolisme karbohidrat, sehingga kalium menjadi sangat penting untuk
keseluruhan metabolisme di dalam tumbuhan. Defisiensi kalium biasanya dimulai
dengan memeperlihatkan bintik klorosis yang khas pada daun dewasa,
kemudian merambat kedaun yang lebih muda. Kalium termasuk salah satu unsur
yang sangat mobil pada tumbuhan. Defisiensi kalium sering juga
memperlihatkan pertumbuhan roset atau seperti semak. Pertumbuhan
batang tereduksi, menjadi lemah, dan resistensi terhadap patogen menurun,
sehingga mudah terserang penyakit. Gejala biokimia akibat defisiensi kalium adalah
tereduksinya protein dan karbohidrat, sedangkan molekul-molekul yang berat
molekulnya kecil seperti asam amino, akan terakumulasi.
(7) Klor (Cl).
Klor diserap dan tetap sebagai ion klorida di dalam tumbuhan. Meskipun
defisiensi di alam tidak pemah terjadi, dari hasil percobaan menunjukkan
bahwa defisiensi klor pada tanaman tomat, menyebabkan layu, akarnya
memendek dan pembentukan buah berkurang. D.I. Arnon menemukan
bahwa ion klor mutlak diperlukan dalam fotosintesis.
(8) Besi (Fe).
Mineral ini diperlukan dalam jumlah yang cukup tinggi. Tingginya
kebutuhan akan besi ini mungkin ada hubungannya dcngan kuatnya
kecendrungan besi membentuk bermacam-macam senyawa yang tidak larut
dalam tanah dan dalam tumbuhan, sehingga menjadi sukar diperoleh atau
menjadi tidak bermanfaat. Tanah berkapur atau basa sering menghasilkan
tumbuhan yang defisiensi besi, meskipun dalam tanah berlimpah, hanya saja
berada dalam beniuk tidak terlarut berupa oksidasi atau hidroksida besi.
Berlebihnya beberapa mineral lain dapat pula menyebabkan gejala defisiensi
besi sebagai akibat pengendapan besi kedalam bentuk yang sukar diambil.
Disamping itu toksitas terhadap besi dapat juga terjadi apabila tanah
mengandung kadar besi yang tinggi. Beberapa peran besi yang sangat penting
dalam kehidupan tumbuhan adalah sebagai berikut.
a. Besi merupakan bagian proses katalis dari banyak enzim oksidasi-
reduksi.
b. Penting dalam pembentukan klorofil, meskipun bukan bagian dari
melekul klorofil tersebut.
c. Besi penting dalam protein heme (sitokrom dan sitokrom
oksidase) rangkaian pemindahan elektron, dengan cara menambah
dan melepaskan elektron pada proses oksidasi dan reduksi.
d. Besi didapatkan pada sejumlah enzim oksidasi yang penting (katalase
dan peroksidase).
e. Besi dijumpai pada Flavoprotein, feredoksin.
Kadar besi yang tinggi pada nutrisi, sangat diperlukan untuk proses
pembelahan sel dari pada untuk respirasi. Gejala defisiensi besi mudah
dikenali, karena memperlihatkan klorosis yang sangat spesifik terjadi pada
daun muda pada tumbuhan yang sedang tumbuh tanpa terjadinya
pemendekan atau nekrosis. Defisiensi mudah ditanggulangi dengan
menyemprotkan larutan besi (biasanya dalam bentuk kompleks besi dengan
EDTA)
(9) Seng (Zn).
Zn tersebar luas dalam tanah, tetapi menjadi sukar diperoleh oleh
tumbuhan apabila pH-nya meningkat. Zn secara langsung terlibat dalam
sintesis hormon asam indol asetat (IAA), dan defisiensi Zn dapat
mengakibatkan perubahan dalam bentuk dan pertumbuhan beberapa
spesies, menghasilkan tumbuhan lebih pendek, kerdil dan apikal dominan
sangat tidak berkembang. Disamping itu Zn bertindak sebagai aktivator obligat dari
sejumlah enzim penting, seperti enzim-ensim dehidrogenase asam laktat, asam
glutamat, alkohol dan peridin nukleotida. Zn rupanya terlihat juga dalam sintesis
protein. Defisiensi Zn mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil, ukuran daun berkurang
sehingga daun menjadi kecil-kecil dan membentuk roset, timbul klorosis antara tulang
daun.
(10) Boron (B).
Boron pada umumnya baron didapatkan dalam jumlah sedikit dalam tanah,
dan kemudahan untuk memperolehnya sangat rendah karena berada dalam
bentuk kompleks yang kuat pada struktur tanah. Perannya dalam metabolisme
tumbuhan masih belum jelas, meskipun dari hasil percobaan menunjukkan bahwa
boron penting untuk pertumbuhan. Pada tumbuhan yang kekurangan boron,
translokasi dan penyerapan gula banyak berkurang, sehingga diduga gula
diangkut dalam bentuk komplek borat. Defisiensi boron biasanya menyebabkan
matinya meristem dan gagalnya perbungaan, dan hal ini mungkin diakibatkan
berkurangnya translokasi gula ke daerah tersebut. Boron dapat berfungsi sebagai
inhibitor yang mengatur aktivitas enzim-enzim yang mengarah kepada
pembentukan zat-zat fenolik yang toksik. Gejala lain dari defisiensi boron adalah
daun cendrung menjadi tebal, berwarna lebih gelap dan kerdil.
(11) Mangan (Mn).
Berbagai bentuk mangan dijumpai dalam tanah, tetapi yang paling
banyak diserap dalam bentuk ion mangan (Mn24). Seperti halnya besi,
defisiensi mangan dapat terjadi pada tanah alkali, karena berubah ke dalam
bentuk yang sukar diambil. Mangan terlibat luas dalam proses katalitik pada
tumbuhan, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme
nitrogen dan fotosintesis. Mangan diperlukan untuk mengaktifkan nitrat
reduktase, sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan Mn, memerlukan
sumber N dalam Bentuk NH4+. Peran mangan dalam fotosintesis adalah dalam
urutan reaksi yang berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam
pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen. Gejala difisiensi mangan
memperlihatkan bentuk nekrotik pada daun. Mobilitas mangan adalah kompleks
dan tergantung pada spesies dan umur tumbuhan, sehingga awal gejalanya
dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih tua.
(12) Molibdenum (Mo).
Molibdenum dijumpai dalam jumlah kecil dalam tanah. Unsur ini lebih
mudah diserap dari tanah yang pH-nya tinggi dan oleh karenanya cendrung
berkurang pada tanah asam. Peran yang sangat penting dari Mo ini adalah
dalam reduksi nitrat dan fiksasi nitrogen. Gejala defisiensi molibdenum, daun
rumbuh menjadi burik dan layunya pinggiran daun. Klorosis diawali pada daun
yang lebih dewasa, tetapi kotiledon tetap kelihatan sehat dan hijau.
Siklus karbon dan fosfor di alam dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.7 siklus karbon di alam (sumber: Enger & Ross, 2003)
Gambar 5.8 siklus fosfor di alam (sumber: Enger & Ross, 2003)