Nusa Khaulistiwa Februari 2013

52
www.nusakhatulistiwa.com

description

Konflik Sabah: Ujian Bagi Komunitas ASEAN

Transcript of Nusa Khaulistiwa Februari 2013

Page 1: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

www.nusakhatu l is t iwa .com

Page 2: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

Dari Redaksi

NusaKhatulistiwa

Nusa KhatulistiwaWisma Antara Suite 206Jl. Medan Merdeka Selatan No. 17Jakarta [email protected]

Pembina Langgeng Sulistyono

Wakil Pembina Agus R. Barnas

Penanggung Jawab dan Pemimpin Umum Dadang Irawan

Pemimpin Redaksi Sagom Tamboen

Wakil Pemimpin Redaksi Beben Nurpadillah

Dewan RedaksiDFO. TambunanHarsanto AdiRahardjo MustadjabZulkomar

Redaksi PelaksanaYuwono SaputraAditya Nur Fahmi

FotograferZaenuddin

Sekretaris/Tata UsahaLisya LaelaEndang S

BendaharaKhaerul Alam

DistribusiAgus T. MoroUsman SahuriSaryanto

Desain Grafis/LayoutPro Cakrawala

PercetakanPro Cakrawala

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Salam Nusa Khatulistiwa!

Mengawali suguhan Nusa Khatulistiwa edisi kedua ini, Redaksi menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca

setia. Edisi ini terpaksa terbit di bulan Maret dengan melewatkan bulan Februari, akibat adanya beberapa kendala

teknis.

Terkait dengan situasi lingkungan regional, Redaksi memandang penting untuk mengangkat permasalahan yang terjadi

antara dua negara tetangga dan sahabat Indonesia, yaitu Malaysia dan Filipina di Sabah. Untuk sekedar mengetahui

latar belakang permasalahan tersebut, pembaca dapat menemukannya dalam sajian Fokus.

Sedangkan mengenai situasi domestik, tentu tidak terlepas dari semakin mendekatnya waktu penyelenggaraan pesta

demokrasi berupa pemilihan umum legislatif dan Presiden/Wakil Presiden tahun 2014. Mulai terasa peningkatan

suhu politik dan rumor –rumor perpolitikan antara lain upaya keras beberapa partai politik yang dinyatakan tidak

lolos verifikasi faktual untuk tetap dapat berpartisipasi dalam pemilihan umum dan munculnya nama-nama tokoh

yang dipandang layak memimpin negeri ini pada periode 2014-2019. Akan halnya tokoh dimaksud, Redaksi mengutip

secara lengkap wawancara Menko Polhukam Djoko Suyanto, salah seorang tokoh yang dimuat dalam Indonesia 2014.

Seperti edisi sebelumnya, Redaksi juga menyuguhkan sajian Agenda, Opini, Sidik, Teropong, Destinasi, Diary SIKIB, dan

lain-lain sebelum ditutup dengan Lensa Peristiwa.

Selamat membaca!

Page 3: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

Daftar IsiFokus

Cakrawala

Wawancara

Tajuk

Destinasi

Teropong

Varia

Diary SIKIB

Klinik

Lensa Peristiwa

Opini

Sidik

Agenda

Konflik Sabah: Ujian Bagi Komunitas ASEAN

Merawat Potensi Laut Indonesia

Djoko Suyanto: “Ironis, Berharap IndonesiaDipimpin Orang Kuat”

Mereka Hanya Bicara Dan Terus Bicara

Kemolekan Kawah Putih

Makna Filosofis Upacara Tedhak Siti

Implementasi Nilai-Nilai Bela Negara Dalam Keseharian Wanita

Jadikan Anak Indonesia Agen Perubahan Bagi Indonesia Berseri

Misteri Di Balik Keindahan Kamboja

Alternatif Solusi Pembatasan Penggunaan BBM Bersubsidi

Pro Dan Kontra Hukuman Mati

Pers, Indonesia Dan Kemanusiaan Kita

Merajut Persaudaraan Dua Negara Bertetangga

Menghindari Disharmoni Dalam Tubuh ASEAN

4

22

14

34

38

36

42

44

46

48

30

32

81012

Sampul

Edisi 2Februari-Maret 2013Untuk Kalangan Sendiri, Tidak Untuk Diperjualbelikan

Konflik Sabah: Ujian Bagi Komunitas ASEAN

08

12

38

Page 4: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

Konflik bersenjata di Sabah yang sudah terjadi setidaknya selama sebulan terakhir masih berlangsung hingga kini dan telah menyebabkan

jatuhnya puluhan korban jiwa baik dari pihak pengikut Kesultanan Sulu maupun polisi Malaysia. Jamalul Kiram III, yang mengklaim sebagai Sultan Sulu dan mengaku pemilik sah wilayah Sabah menyatakan dia dan pengikutnya akan berjuang sampai titik darah penghabisan mempertahankan hak nenek moyangnya.

Sejarah Kesultanan Sulu dapat dirunut pada sekitar tahun 1450. Seorang keturunan Arab yang berasal dari Johor bernama Shari’ful Hashem Syed Abu Bakr tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli, putri Raja Bagindo. Setelah kematian Raja Bagindo, Abu Bakr melanjutkan kekuasaan Raja Bagindo dan pada tahun 1457 memproklamirkan berdirinya Kesultanan Sulu. Abu Bakr selanjutnya memakai gelar “Paduka Maulana

Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr”. Di awal berdirinya, Kesultanan Sulu memiliki daerah kekuasaan yang cukup luas dengan potensi sumber kekayaan alam yang melimpah. Wilayahnya meliputi Tawi-Tawi, Sanga-Sanga, Sibutu, Siasi, dan Cagayan Sulu. Atas jasanya membantu Kesultanan Brunei memadamkan pemberontakan, Sulu dihadiahi wilayah Sabah (Borneo Utara) pada tahun 1658.

Sekitar abad ke-6, seluruh Borneo Utara adalah wilayah taklukan Kesultanan Brunei. Pengaruh Brunei juga hampir meliputi seluruh Borneo. Pada masa keemasan Kesultanan Brunei, sebagian besar kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Borneo tunduk di bawah kekuasaan dan mengirimkan upeti kepada Sultan Brunei. Namun perang saudara dan pemberontakan yang dikobarkan oleh Pengiran Bendahara Abdul Hakkul Mubin terhadap Sultan Mohammad Ali telah menyebabkan Kesultanan

4

FOKUS

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

FOKUS

KONFLIK SABAH: UJIAN BAGI KOMUNITAS ASEAN

Page 5: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

Brunei kehilangan kontrol atas wilayah taklukannya.

Jejak Inggris yang merupakan penjajah Malaysia di Sabah dimulai pada awal tahun 1760. Saat itu, Kesultanan Sulu menandatangani sebuah perjanjian dengan Alexander Dalrymple yang memberikan izin kepada Syarikat Hindia-Timur Inggris untuk membuka pangkalan perdagangan di Pulau Balembangan. Namun pada tahun 1805, Syarikat Hindia-Timur Inggris meninggalkan Pulau Balembangan karena tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Pada tahun 1878, Konsul Jenderal Austria yang berkedudukan di Hong Kong, Baron Gustavus Von Overbeck, membuat perjanjian dengan Sultan Sulu untuk menyerahkan wilayah Sabah guna dikelola Syarikat Overbeck. Namun, karena mengalami kesulitan keuangan Syarikat Overbeck meminta bantuan kepada Alfred Dent, seorang jutawan Inggris untuk membayar hutang-hutangnya. Alfred Dent sanggup membantu dengan syarat hanya saudagar Inggris yang diperbolehkan memonopoli perniagaan di Sabah. Akhirnya, Baron Gustavus Von Overbeck yang berkebangsaan Austria menyerahkan seluruh konsesi dagang di wilayah Sabah kepada British North Borneo Company. Peristiwa inilah yang menjadi awal masuknya kembali pengaruh Inggris di Sabah. Ketika Federasi Malaysia terbentuk pada tahun 1963, Sabah yang sebelumnya berada di dalam wilayah konsesi perdagangan Inggris turut dimasukkan ke dalam wilayah Malaysia.

Uniknya, sampai menjadi negara merdeka, Malaysia tetap menaati perjanjian tahun 1878 dengan membayar

sewa tahunan kepada ahli waris Kesultanan Sulu. Oleh beberapa ahli hukum, perjanjian inilah yang dipandang sebagai manifestasi pengakuan Inggris (dan selanjutnya Malaysia) atas wilayah Kesultanan Sulu di Sabah. Profesor Harry Roque dari Universitas Filipina (Kompas, 5/3) berpendapat, ”Dalam opini saya, uang itu seharusnya memang tetap uang sewa karena tidak ada penjualan yang harganya tidak tetap dan terus dibayar sampai kiamat”.

Sementara itu, Kesultanan Sulu juga semakin redup pengaruhnya. Ketika Spanyol kalah perang melawan AS pada tahun 1898 dan menyerahkan Filipina, wilayah Sulu ikut diserahkan kepada AS. Kesultanan Sulu selanjutnya mengobarkan perang melawan AS, namun kalah. Pada tahun 1899, Sultan Jamalul Kiram II menandatangani sebuah perjanjian yang dikenal dengan Traktat Bates (diambil dari nama Jenderal John C Bates, Komandan

5

FOKUS

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Agbimuddin Kiram, kakak dari Sultan Sulu, Jamalul Kiram, yang mengklaim Sabah| foto: themalaysianinsider.com

SABAH

Page 6: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

Pasukan AS di Filipina). Traktat Bates pada pokoknya membatasi kekuasaan Sultan Sulu menjadi hanya sekadar simbol kepemimpinan agama dan adat. Namun cerita tentang kemerosotan Kesultanan Sulu tidak hanya berhenti di situ. Pasca meninggalnya Sultan Muhammad Mahakuttah Kiram pada tahun 1986, konflik internal perebutan tahta Sulu terus berlangsung hingga sekarang. Ada tiga orang mengaku sebagai sultan yang sah, yakni Jamalul Kiram III, Mudarasulail Alasatam Kiram, dan Muizul Lail Kiram.

Fakta sejarah lainnya yang dinilai menjadi penyebab hilangnya kekuasaan dan kedaulatan Kesultanan Sulu atas wilayah Sabah terjadi saat pemimpin mereka menandatangani kesepakatan dengan Pemerintah Filipina tanggal 12 September 1962. Sultan Sulu sepakat menyerahkan kekuasaan dan kedaulatan Kesultanan Sulu atas Sabah kepada Filipina. Selanjutnya pada tahun 1969 ditandatangani perjanjian serupa, yaitu kesepakatan penyerahan kedaulatan Sabah oleh Sultan Sulu kepada Filipina yang akan memperjuangkan kembalinya Sabah dari Malaysia.

Pada masa kepemimpinan Presiden Ferdinand Marcos, Filipina cukup gencar mengklaim “kedaulatannya” atas Sabah. Secara diam-diam, Presiden Marcos pernah

dikabarkan mempersenjatai dan melatih pengikut Kesultanan Sulu. Rencana tersebut gagal dan kabarnya milisi bersenjata tersebut justru dilenyapkan oleh tentara Filipina sendiri, guna menghapus jejak keterlibatan Presiden Marcos.

Pada masa pemerintahan Marcos pula, hubungan diplomatik Indonesia dan Filipina pun pernah terkena imbasnya akibat panasnya klaim mengklaim atas wilayah Sabah. Adalah Duta Besar RI untuk Filipina, Letjen TNI Leo Lepoulisa yang baru bertugas selama 8 bulan tiba-tiba di persona nongrata-kan oleh pemerintah Filipina. Pasalnya Ferdinand Marcos dikabarkan marah besar atas pernyataan Leo Lepoulisa dalam surat kabar Bulletine Today yang mengemukakan bahwa untuk memelihara persaudaraan dan kekerabatan antar negara ASEAN, kiranya Pemerintah Filipina legowo melepaskan saja klaimnya atas Sabah. Pernyataan Leo ini membuat Marcos berang, dan saat itu juga Marcos meminta Departemen Luar Negeri Filipina mengeluarkan persona nongrata, yang meminta Leo Lepoulisa segera meninggalkan Filipina dalam waktu 1 x 24 jam. Demi persahabatan dan hubungan baik dengan Filipina, Jakarta terpaksa menarik kembali Leo Lepoulisa.

Filipina sesungguhnya sampai hari ini belum mengeluarkan pernyataan resmi melepaskan klaimnya atas Sabah. Bahkan sekalipun pemerintah Benigno Aquino III meminta para penyusup bersenjata pengikut Sultan Sulu untuk menyerah, tidak berarti klaim Filipina atas Sabah pupus begitu saja. Inilah yang menjadi duri dalam daging hubungan bilateral Malaysia-Filipina, yang selama ini terbungkus dalam “persaudaraan” ASEAN.

Sejatinya awal persoalan ketegangan klaim atas Sabah muncul ketika Inggris memerdekakan Malaysia pada tahun 1963. Secara sepihak, Inggris menafsirkan isi perjanjian tahun 1878 secara berbeda. Inggris menganggap uang yang dibayarkan merupakan pengalihan hak milik yang seterusnya diwariskan kepada Pemerintah Malaysia. Sementara, Kesultanan Sulu menganggap uang itu tetap uang sewa dan kepemilikan tetap ada pada Sultan Sulu. Analogi hukum yang sama terjadi pada sewa-menyewa atas wilayah Hongkong dan Makau selama 100 tahun oleh Inggris atas RRT yang ditandatangani pada tanggal 28 Maret 1897 di Beijing. Demikian pula disewakannya Pulau Makau kepada Portugis oleh Kaisar I Kuang Ching

6

FOKUS

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Ferdinand Marcos, mantan Presiden FIlipina| foto: notablebiographies.com

Page 7: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

dengan tenggang waktu yang sama, setelah kekalahan China pada perang candu (opium war) 1895. Pergolakan politik di dalam negeri China, mulai dari beralihnya kekaisaran Manchu ke Revolusi Republik Nasionalis Oktober 1911 dan Revolusi Komunis 1949 tidak membatalkan sewa-menyewa tersebut. Inggris tetap mengakui status Hongkong sebagai wilayah China sampai dikembalikan tahun 1997. Demikian pula Macau yang dikembalikan Portugal kepada China tahun 1999. Kedua wilayah itu kemudian menjadi Special Administrative Region (SAR) yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Republik Rakyat Tiongkok.

Menyikapi insiden berdarah di Sabah baru-baru ini, pemerintah Indonesia sebagai negara tetangga dan keluarga besar ASEAN sangat prihatin dan senantiasa mengikuti dengan seksama perkembangannya. Indonesia berharap insiden tersebut dapat segera diakhiri dan dapat diselesaikan secara damai dan bermartabat. Indonesia juga berharap ASEAN dapat memainkan perannya dalam menjembatani penyelesaian masalah tersebut.

Selama ini negara-negara di kawasan Asia Tenggara, meskipun menyatu dalam satu wadah ASEAN, namun sering menghadapi tantangan konflik tradisional berupa sengketa batas negara dan wilayah baik antar negara anggota ASEAN sendiri, seperti sengketa Kamboja-Thailand di Preah Vihear dan perebutan Blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia, maupun antar negara anggota ASEAN dengan negara lainnya di kawasan, sebagaimana terjadi di Laut China Selatan. Berbagai persoalan itu disadari dapat memicu ketegangan baru dan berdampak bagi upaya bersama untuk mewujudkan Komunitas ASEAN menuju satu visi, satu identitas, dan satu komunitas. Pihak-pihak yang bertikai semestinya menyadari bahwa penyelesaian secara damai dan bermartabat akan jauh lebih bermanfaat bagi stabilitas dan keamanan kawasan sebagai prasyarat pembangunan ekonomi dan kesejahteraan. Ibarat kerikil dalam sepatu, konflik Sabah merupakan salah satu ujian bagi terwujudnya Komunitas ASEAN 2015 (RED).

7

FOKUS

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Polisi Malaysia memblok jalan akses di Bakapit, wilayah Sabah| foto:The Star/ASIA NEWS NETWORK

Page 8: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

8

AGENDA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

AGENDA

PERS, INDONESIA DAN KEMANUSIAAN KITA

PELUNCURAN FORMAT BARU SUARA PEMBARUAN, JAKARTA GLOBE CHANNEL DAN BERITASATU NEWS CHANNEL

“Media dan industri media dalam berbagai variasinya telah mempengaruhi bahkan mengubah kehidupan manusia serta mentransformasi masyarakat dalam hasil yang sebelumnya sulit dibayangkan. Di masa kini, orang memulai hidup dengan berita, mengurus hidup dengan berita dan menutup hari dengan membaca berita. Tidak heran ada joke yang mengatakan: jaman sekarang, orang bangun tidur bukan mencari anak, istri atau suami, melainkan blackberry”, demikian disampaikan Menko Polhukam pada acara Peluncuran Format Baru Suara Pembaruan, Jakarta Globe Channel dan BeritaSatu News Channel, Rabu, 6 Februari 2013 di Hotel Indonesia Kempinsky, Jakarta. Selain Menko Polhukam, Djoko Suyanto, hadir pula pada acara ini Ketua DPR RI Marzuki Alie, Ketua DPD Irman Gusman, Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto, Presiden Lippo Grup Theo Sambuaga,

Publisher BeritaSatu Media Holdings, Peter Gontha dan sejumlah tokoh pers.

“Hidup manusia jaman kini berjalan seiring dengan arus perputaran berita. Media dan informasi melekat dengan kehidupan bahkan dalam suatu hubungan intim yang demikian ekstrim. Kita hidup di suatu jaman di mana media menjadi kekuatan yang sungguh luar biasa!”, ungkap Menko Polhukam. “Media harus cermat dan tidak boleh keliru dalam membentuk pahlawan-pahlawan dan tokoh-tokoh idolanya sendiri. Jangan sampai orang-orang yang sebenarnya bermasalah dengan hukum, dapat tampil dalam pemberitaan laksana Pahlawan”, imbuh Menko Polhukam.

Pada kesempatan tersebut sekaligus dilakukan launching Lembaga Riset Pusat Data Bersatu (PDB). PDB sebagai

Page 9: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

9

AGENDA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

bagian dari media, memiliki keunikan tersendiri dengan menyajikan kajian yang lebih independen serta menjadi satu-satunya lembaga riset  jaringan media yang benar-benar terjun ke lapangan untuk mendalami fenomena dan dinamika sosial politik yang berkembang di masyarakat. “Menyongsong tahun pemilu 2014, bangsa Indonesia akan menentukan arah masa depan dengan memilih wakil-wakilnya di parlemen dan pemimpin bangsa yang baru. Oleh karena itu, BeritaSatu Media Holdings berkomitmen untuk menyelenggarakan riset mendalam secara berkala dan akan dipublikasikan secara luas, dengan tujuan untuk melakukan pendidikan politik melalui seluruh media yang berada di dalam jaringan Beritasatu Media, baik koran, majalah, televisi, media digital termasuk sosial media”, kata Peter Gontha.

Kehadiran format baru BeritaSatu dengan ditopang oleh lembaga riset yang mandiri dan independen, merupakan sebuah terobosan yang perlu mendapatkan apresiasi. Sebab, dalam konteks masa kini di mana terdapat kemungkinan kekuatan-kekuatan media terfragmentasi dalam berbagai kubu kepentingan, yang paling berbahaya adalah jika kebenaran dalam arti yang subtansial, historis dan faktual lenyap digantikan konstruksi versi kebenaran masing-masing kubu. Dalam kasus semacam ini, media bisa bergeser dari sarana kebebasan publik menjadi sekedar insrumen kepentingan.

Hal senada disampaikan oleh Pemimpin Redaksi Suara Pembaruan (SP), Primus Dorimulu seraya menegaskan komitmen harian umum yang dipimpinnya pada misi “Memihak Kebenaran” dalam situasi apapun. ”Kebenaran terus kami dekati dan kami usaha raih lewat independensi, ketidakberpihakan, dan objektivitas. SP adalah media

nonpartisan baik partisan partai politik tertentu, partisan kelompok usaha tertentu, maupun  partisan suku, agama, ras, dan golongan tertentu,” ucap Primus. “Harian kami berusaha memperjuangkan kebenaran lewat penerapan jurnalisme positif, yakni mencari dan menyuguhkan berita sesuai prinsip jurnalistik, UU Pers, dan Kode Etik Pers serta menjunjung tinggi manusia dan kemanusiaan. Satu-satunya yang diperjuangkan adalah kepentingan bangsa, national interest dan nilai-nilai universal demi terwujudnya dunia yang damai dan adil. Bersama media massa nasional lainnya, SP berusaha menjadi pilar demokrasi, menjadi watch dog, dan kekuatan keempat setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketika tiga kekuatan pertama dirundung masalah korupsi, pers tampil terdepan sebagai kekuatan perubahan. Kekuatan transformasi”, imbuhnya.

Menutup sambutannya, Menko Polhukam mengajak awak media untuk bersama-sama menghadapi dan menatap masa depan Indonesia dengan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan dan tanggung jawab yang melekat sebagai insan pers. “Seringkali dalam kontestasi dan fragmentasi, orang demikian terbius dalam kepentingan dan dirinya, serta melupakan dasar di mana kita semua berada, yakni di rumah bersama yang bernama Indonesia. Dalam sejarah berbagai peristiwa, kita seringkali juga terperangah dengan getir melihat berbagai cara orang dalam mencapai kekuasaan dan merajut kepentingannya. Oleh karena itu dalam kesempatan yang sangat berharga ini, dengan keyakinan bahwa saudara sekalian adalah aktor yang juga turut serta menentukan rupa demokrasi kita, ke-Indonesia-an dan kemanusiaan kita, saya ingin mengajak saudara-saudara untuk bersama-sama menghadapi dan melalui periode ke depan nanti dengan bekal yang saudara miliki, yakni independensi profesi dan nurani”, pungkasnya (RED).

Page 10: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

10

AGENDA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Sebagai tetangga dekat Indonesia, Brunei Darussalam merupakan sahabat di saat suka dan duka. Sejak kedua negara secara resmi membuka

hubungan diplomatik pada tanggal 1 Januari 1984, Brunei Darussalam dan Indonesia senantiasa berupaya memperkokoh hubungan bilateral dengan memperluas kerjasama kedua negara di berbagai bidang. Kuatnya fondasi hubungan kedua negara dan bangsa tidak hanya disokong oleh latar belakang sosial budaya sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam serta memiliki pertalian budaya Melayu, tetapi juga oleh kedekatan hubungan personal kedua pemimpin sejak era pemerintahan Presiden Soeharto.

Kedekatan Brunei-Indonesia tidak hanya diejawantahkan ke dalam kerja sama pertahanan, pertanian, perikanan,

kehutanan, investasi, perdagangan, budaya dan pariwisata, tetapi juga kerja sama di berbagai forum regional dan internasional, seperti Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Organisasi Konferensi Islam (OKI), PBB dan ASEAN.

“Bertahun-tahun lamanya, Brunei Darussalam telah menjadi salah satu tetangga yang terpenting bagi Indonesia. Brunei Darussalam, sebagaimana juga Indonesia, merupakan anggota keluarga ASEAN, sekaligus juga sahabat di berbagai forum internasional”. Demikian disampaikan Menko Polhukam dalam sambutan yang disampaikan pada perayaan Hari Nasional Brunei Darussalam ke-29 di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin, 25 Februari 2013. “Pada kesempatan yang mulia ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan pemerintah Brunei Darussalam yang senantiasa murah hati mengulurkan bantuan kepada

MERAJUT PERSAUDARAAN DUA NEGARA BERTETANGGA

RESEPSI HARI NASIONAL BRUNEI DARUSSALAM

Page 11: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

11

AGENDA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Indonesia, saat Indonesia sedang ditimpa musibah seperti berbagai kejadian bencana alam yang sering kali melanda”, sambung Menko Polhukam.

Menko Polhukam berharap hubungan bilateral yang telah terbina dengan baik selama ini dapat terus berkembang ke arah kerja sama yang saling menguntungkan di berbagai bidang. “Hubungan bilateral kedua negara, demikian pula kerjasama regional dan multilateral, semoga dapat terus ditingkatkan di masa-masa yang akan datang dan makin diperkaya oleh inisiatif-inisiatif dan bentuk-bentuk kerja sama baru yang saling menguntungkan”, pungkasnya.

Terletak di pantai utara pulau Kalimantan, dengan wilayah yang menghadap ke Laut China Selatan, Brunei Darussalam merupakan negara yang memiliki corak pemerintahan monarki, dimana Sultan Brunei berkedudukan sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan. Memiliki wilayah seluas 5.765 km² dengan jumlah penduduk sekitar 400.000 orang yang dua pertiganya merupakan etnis Melayu dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Malaysia, negara ini dikelompokkan sebagai negara maju.

Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Sementara itu, Forbes menempatkan Brunei sebagai negara terkaya kelima dari 182 negara karena kekayaan cadangan minyak dan gas alamnya yang sangat besar. Brunei terkenal sebagai negara yang ketat menerapkan syariat Islam, baik dalam bidang pemerintahan maupun kehidupan bermasyarakat dengan Islam sebagai agama resmi negara. Agama-agama lain yang dianut masyarakat Brunei adalah agama Buddha yang dianut oleh sebagian besar masyarakat etnis Tionghoa, agama Kristen oleh para ekspatriat, serta agama-agama orang asli, mirip dengan praktek agama Hindu yang dianut dalam komunitas-komunitas yang amat kecil (RED).

“Bertahun-tahun lamanya, Brunei Darussalam telah menjadi salah satu tetangga yang terpenting bagi Indonesia.

-- Menko Polhukam Djoko Suyanto

Page 12: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

12

AGENDA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

“Demokrasi yang matang dan kuat, demokrasi yang mampu mentransfomasikan konflik menuju konsensus dan perdamaian, demokrasi yang menyumbang bagi harmoni: itulah karakter demokrasi Indonesia. Indonesia yang demokratis, kuat secara ekonomi, dan aman adalah kontribusi kami kepada stabilitas dan harmoni regional di kawasan ASEAN”, demikian diungkapkan Menko Polhukam dalam Keynote Speech yang disampaikan saat Opening Session Forum on ASEAN Culture of Peace yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis 14 Maret 2013. Hadir pada acara tersebut Dr. Makarim Wibisono, Executive Director ASEAN Foundation, Duta Besar Kanada untuk Indonesia HE. Donald Bobiash, Sekjen the International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi, Staf Khusus Presiden Bidang Pemberantasan Kemiskinan HS. Dillon dan Executive Director of The Habibie Center Rahimah Abdulrahim.

Dalam keynote speech-nya Menko Polhukam juga mengingatkan tidak dapat dipungkiri bahwa dalam

perjalanan menuju kematangan demokrasi, acapkali muncul pertentangan yang kadang kala berakumulasi menjadi konflik sosial di masyarakat. Kecenderungan tersebut pada dasarnya merupakan karakteristik persoalan yang dihadapi di dalam suatu negara demokratis yang baru tumbuh, sebagaimana Indonesia. Dewasa ini, tantangan keamanan yang berupa konflik intra-state itu, semakin mengemuka seiring dengan meluasnya praktek demokrasi di berbagai negara, serta menggeser kecenderungan konflik inter-state di masa lalu.

“Dalam menyelesaikan berbagai konflik sosial itu, sebuah catatan yang berharga adalah adanya tekad yang kuat untuk selalu mendahulukan penghormatan terhadap kemanusiaan dan pendekatan hukum ketimbang pendekatan militeristik”, ujar Menko Polhukam.

Selama ini Indonesia dikenal aktif mempromosikan dan memperluas praktek-praktek demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) di kawasan. Dalam upaya tersebut

MENGHINDARI DISHARMONI DALAM TUBUH ASEAN

KEYNOTE SPEECH MENKO POLHUKAM PADA PEMBUKAAN FORUM ON ASEAN CULTURE OF PEACE

Page 13: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

13

AGENDA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Indonesia senantiasa mengedepankan pendekatan persuasif dan dialog, sebagaimana dilakukan dalam mendorong proses demokratisasi di Myammar. Pada level ASEAN, Indonesia merupakan inisiator ASEAN Human Rights Declaration yang baru-baru ini disahkan dalam KTT ASEAN ke-21 di Phnom Penh. Indonesia juga mendorong pendirian ASEAN Institute for Peace and Reconciliation yang akan berkantor di Jakarta. Selain upaya dan inisiatif tersebut, Indonesia juga aktif mendorong terbentuknya pemerintahan demokratis di Timor Leste sejak masa transisi yang didorong oleh spirit persahabatan yang hangat.

Pada akhir speech-nya, Menko Polhukam menyampaikan optimisme akan masa depan demokrasi di Asia Tenggara sebagai pendorong bagi terus tumbuhnya perekonomian dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat. “Dalam konteks ASEAN, saya optimis semua kemajuan yang telah dicapai adalah manifestasi kesepahaman bahwa membangun jembatan-jembatan persesuaian adalah jauh lebih baik daripada membangun tembok-tembok yang memisahkan”, pungkasnya.

Forum on ASEAN Culture of Peace diselenggarakan atas kerjasama The ASEAN Foundation dengan pemerintah Kanada. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendiskusikan dan berbagi pandangan tentang perspektif regional guna menghindari terjadinya disharmoni dalam tubuh

ASEAN yang dapat menghambat terwujudnya cita-cita Masyarakat ASEAN 2015. ASEAN Foundation merupakan wadah yang didirikan oleh para pemimpin ASEAN pada bulan Desember tahun 1997 lalu guna berbagi pandangan tentang masa depan kawasan Asia Tenggara yang lebih makmur dan sejahtera (RED).

“Dalam menyelesaikan berbagai konflik sosial itu, sebuah catatan yang berharga adalah adanya tekad yang kuat untuk selalu mendahulukan penghormatan terhadap kemanusiaan dan pendekatan hukum ketimbang pendekatan militeristik”

-- Menko Polhukam Djoko Suyanto

Page 14: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

14

WAWANCARA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

WAWANCARA

Djoko Suyanto berseberangan dengan Prabowo soal siapa yang layak memimpin Indonesia. Sikap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan  ini tercermin jelas dalam ceramahnya di perguruan tinggi prestisius, Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University, Singapura, Desember lalu.

“Indonesia tidak memerlukan pemerintahan yang dipimpin ‘orang kuat’ yang mengintervensi dan mendominasi berbagai aspek kehidupan,” ujar Djoko di acara itu.

Pernyataan Djoko menjadi penting karena di tempat yang sama empat bulan sebelumnya juga  hadir sebagai penceramah, calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto yang justru menyatakan bahwa Indonesia

membutuhkan pemimpin ‘yang berani dan kuat’.

Menurut Djoko, Indonesia sudah memilih demokrasi sebagai jalan hidup untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat. Karena itu, ujarnya, Indonesia membutuhkan pemerintahan yang efektif, masyarakat sipil yang kuat, institusi-institusi publik yang transparan dan akuntabel, kebebasan sipil serta hukum yang bekerja dengan penghormatan kepada kearifan lokal. “Bukan orang kuat,” katanya.

Djoko memang tidak pernah menyatakan bahwa ia sedang menyerang posisi Prabowo dengan ceramah itu, namun banyak pihak melihat ini adalah cermin menguatnya pengkubuan politik menjelang 2014. Apalagi, Djoko juga sudah disebut-sebut namanya sebagai salah seorang calon yang diharapkan Partai Demokrat untuk maju

Djoko Suyanto“Ironis, Berharap Indonesia

Dipimpin Orang Kuat”

Page 15: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

15

WAWANCARA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

dalam pertarungan pemilihan presiden tahun depan.

Sikap sang Menteri tidak bisa disebut sebagai sekadar permainan citra. Saat menjabat sebagai Panglima TNI, pertama dari Angkatan Udara, Djoko membuktikan dirinya pantas disebut pelanjut upaya reformasi di tubuh TNI. Ia misalnya  ‘melucuti stigma’ anggota TNI yang kebal hukum, terutama dalam kasus bentrok antarsatuan TNI dengan warga di Alas Tlogo, Pasuruan.

Dalam ceramah di Rajaratnam itu sendiri,  Djoko dengan tegas berargumen tentang keniscayaan demokrasi di Indonesia.

Untuk lebih mendalami lagi gagasan- gagasan salah satu pilot pesawat tempur yang pernah dimiliki Indonesia itu, redaksi Indonesia 2014, Irwan Amrizal, secara khusus mewawancarainya. Sebenarnya redaksi memilih Djoko karena namanya memang disebut-sebut para elit yang diwawancara Lembaga Survei Indonesia (LSI) sebagai calon presiden alternatif  yang berkualitas (Indonesia 2014, edisi kedua).  Namun Djoko sendiri wanti-wanti meminta agar dia tidak disebut sebagai calon presiden. 

Berikut petikan lengkap wawancara dengannya:  

Dalam kuliah umum di Singapura Desember lalu, Anda menyebut bahwa Indonesia tidak membutuhkan orang kuat, tapi pemerintah yang efektif dan civil society yang kuat. Bagi sebagian pihak, kuliah Anda ini seperti ingin membalikkan ucapan Prabowo, di tempat yang sama, bahwa Indonesia butuh pemimpin yang kuat dan berani. Apa komentar Anda?

Hahahahaha … Ini bukan soal Pak Prabowo, sahabat satu alumni dengan saya. Ini soal keyakinan saya pada demokrasi. Lagi pula, masing-masing orang bisa punya pandangannya sendiri terhadap sesuatu dan memiliki keyakinan berbeda. Biasa saja.

Yang saya maksud “orang kuat” adalah pemimpin

bertangan besi, bisa sipil atau militer, berkuasa melalui Pemilu atau kudeta, yang menggunakan kekuasaannya dengan semena-mena, mengabaikan prinsip- prinsip check and balances dan the rule of law, mendominasi lembaga-lembaga politik, dan institusi-institusi publik, dan seterusnya.

Dalam sejarah, “orang kuat” adalah seperti Pol Pot, Hitler, Mussolini, Franco, Pinochet, Peron, Milosevic, Idi Amin. Karena berkuasa dengan tangan besi, orang kuat juga cenderung korup, kendati umumnya mereka menggunakan populisme sebagai jargon politik.

Nah, sementara demokrasi kan mengandaikan warga memiliki kedewasaan, otonomi, dan mampu mengelola kebebasannya. Dengan kebebasan demokratik,  warga berdaya menetapkan dan mengupayakan suatu tujuan hidup bersama, mengganti yang lama dengan yang baru, memperbaiki yang rusak atau mengubah yang sudah ketinggalan zaman. Kita bahkan bisa ikut menentukan ke mana arah dan tujuan bangsa. Kata Raul Alfonsin, Presiden Argentina yang sangat dicintai itu: “With democracy we eat, with democracy we educate, with democracy we heal”.

Jadi pikiran tentang perlunya orang kuat di zaman demokrasi ini, bagi saya, bukan saja ironi, tapi juga adalah tanda dari kurangnya rasa bertanggung jawab terhadap demokrasi. Anda diberi kebebasan dan otonomi, tapi kok malah kabur nyari orang kuat? (tertawa). Ini escape from freedom, namanya!

Kita semua mampu dan punya hak yang sama untuk

Page 16: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

16

WAWANCARA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

berikhtiar dalam demokrasi. Kenapa menggantungkan diri dan menyerahkan nasib kepada orang kuat?

Jadi menurut Anda, bagaimana sosok ideal pemimpin Indonesia saat ini dan di masa datang?

Pertama tentu integritas: kesediaan untuk menerima sebagai kehormatan kewajiban untuk menempatkan kepentingan negara dengan kepentingan rakyat di dalamnya, jauh di atas kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Kedua, memiliki pengetahuan dengan pemahaman mendalam mengenai keamanan nasional dalam arti yang luas: democratic security.

Ketiga, memiliki pengetahuan dengan pemahaman mendalam mengenai ekonomi, domestik maupun global. Keempat, memiliki pengetahuan dengan pemahaman mendalam mengenai hubungan internasional. Dan yang   terakhir, bonus, mungkin dia harus orang dengan tingkat sense of humor dan sense of art yang cukup. Paling kurang bisa bernyanyi (tertawa).

Sebagai presiden, dia selalu bisa tertawa dan menertawakan kesulitan yang paling hebat, tampil tersenyum di depan rakyatnya, setelah memutuskan jalan keluar yang elok dan pantas bagi mereka. Setuju nggak? Hahaha...

Di kuliah umum itu juga, Anda menyebut bahwa Indonesia termasuk negara juara demokrasi di Asia, selain India, Jepang, dan Korea Selatan. Tapi bagi sebagian pihak, demokrasi kita dianggap justru membawa kekacauan, hanya membawa kebebasan, tapi tidak melahirkan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat luas. Komentar Anda?

Kalau Anda baru sampai Jalan Sudirman dalam perjalanan menuju Jalan Thamrin, apa beralasan bila Anda merasa telah salah jalan?

Tidak, Anda cuma belum sampai, bukan salah jalan. Tapi memang kita sering membicarakan demokrasi dalam dua kutub pandangan yang berhadapan. Yang konservatif menilai demokrasi kita sudah ‘kebablasan’. Tapi di sebaliknya, justru ada yang menggerutu bahwa demokrasi kita masih prosedural, belum substansial.

Menurut saya, kita perlu keluar dari dua kutub pandangan itu. Saya punya pandangan yang berbeda. Demokrasi adalah fasilitas dan kebebasan bagi tiap warga negara untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik. Tentang ini, sedikit sekali, kalaupun ada, yang akan membantah bahwa demokrasi di Indonesia sudah mulai berjalan baik, dinamis.

Ada dua kali Pemilu langsung, ada Pilkada-pilkada yang kebanyakan berlangsung baik, check and balances yang ketat antara legislatif- eksekutif dan yudikatif, dan ada institusionalisasi norma- norma hak asasi dan perluasan kebebasan sipil. Jadi di situ tidak ada masalah, tidak ada yang salah.

Masalah sebenarnya terletak pada kenyataan bahwa demokrasi saja tidak cukup! Persoalan keadilan, toleransi, dan keadaban publik, misalnya, tidak bisa dijawab hanya dengan demokrasi. Kita butuh ideal-ideal tambahan untuk melengkapi.

Untuk menjawab masalah keadilan, kita perlu pandangan dan kebijakan ekonomi yang sesuai. Untuk merawat keadaban publik, termasuk membela kebhinekaan, kita perlu hukum yang kuat. Jadi, diskusi kita akan lebih berguna apabila fokusnya bukan mempertahankan atau meniadakan demokrasi, tapi melengkapi demokrasi dengan ideal keadilan, kesetaraan, dan keadaban publik.

Tapi  nyatanya, setelah 14 tahun usia reformasi, Indonesia belum juga bisa menciptakan institusi yang transparan dan akuntabel. Korupsi terus terjadi di berbagai lembaga negara, baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Di pusat maupun di daerah. Apa komentar Anda?

Menurut saya demokrasi adalah institusi induk yang efektif untuk memperkenalkan akuntabilitas, transparansi

Page 17: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

17

WAWANCARA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

dan good governance. Demokrasi menggarisbawahi bahwa pekerjaan semua institusi publik adalah melayani kedaulatan dan kepentingan rakyat. Itu sebabnya akuntabilitas, transparansi dan good governance menjadi perlu dan penting.

Memang korupsi sampai hari ini masih menjadi masalah terbesar kita. Tapi juga jelas bahwa kini kita punya modal yang kuat, jauh lebih kuat, dibanding masa-masa sebelumnya, untuk menghadapi korupsi. Kini kita punya demokrasi! Dengan itu, setiap kesalahan kecil, apalagi besar, akan dikupas dalam sorotan publik, karena demokrasi melahirkan kebebasan pers, dan kebebasan pers memfasilitasi pengawasan publik pada penyelenggaraan negara.

Jangan lupa, KPK dengan kewenangan extraordinary untuk membasmi korupsi, adalah juga produk dari demokrasi kita. KPK adalah produk dari sejarah perubahan politik di Indonesia. KPK adalah jawaban terhadap tuntutan rakyat agar korupsi, kolusi, dan nepotisme diperangi. Jadi korupsi memang masalah serius. Tapi kita lebih serius menghadapinya.

Terbongkarnya kasus-kasus korupsi memang bisa saja dilihat sebagai bukti bahwa kejahatan itu sudah menjalar. Tapi kenapa sih kita nggak melihatnya lebih optimis, yakni itu semua justru bukti bahwa korupsi serius diperangi? Bahwa setiap kasus korupsi pasti dibongkar dan ditindak, siapapun pelakunya.

Nah, memang untuk itu perlu sinergi di antara lembaga-lembaga penegak hukum. Tapi sebelum itu, harus ada kedalaman niat yang sama di antara para pimpinan lembaga penegak hukum untuk memberantas korupsi, dan seringkali itu harus dimulai dan dibuktikan di lembaga masing-masing. Kalau para penegak hukum punya niat yang sama, maka persilangan kepentingan dan ketersinggungan antarlembaga, kan tidak akan terjadi. Nah, komunikasi yang baik akan bisa menjembatani saling pengertian dan kerjasama.

Pokoknya, memberantas korupsi adalah urusan menyelamatkan bangsa dan negara. Sebisa mungkin harus dilakukan dengan kesetiaan terhadap substansi dan prosedur penegakan hukum. Jangan sekadar untuk melayani selera publik, apalagi untuk menabung

popularitas individual demi tujuan politik atau target jabatan publik sesudahnya. Ingat, aparat penegak hukum tidak boleh berpolitik, apalagi politik partisan. Keadilan harus melayani semua orang secara imparsial.

Anda juga pernah menyatakan, “demokrasi tidak bisa ditanam dari luar pagar”. Bisa Anda perjelas maksudnya? Apakah itu artinya model demokrasi di sebuah negara tidak bisa kita gunakan?

Bisa saja dong bila sekadar menjadi rujukan atau perbandingan. Tapi duplikasi, saya kira tidak mungkin. Demokrasi dan hak asasi adalah ideal politik universal dengan pengaruh yang sangat luas. Tapi bagaimana itu akan dicapai, masing-masing negara akan menjalani riwayat yang khusus, dan karena itu pasti berbeda. Misalnya kita sangat kagum pada perjuangan Nelson Mandela dan rakyat Afrika Selatan di masa lalu melawan Apartheid. Nah, kekaguman itu tanda bahwa hak asasi manusia, hak untuk bebas dari diskriminasi rasial, adalah keinginan yang tumbuh di hati banyak warga pada bangsa-bangsa yang berbeda, dus diterima secara universal.

Namun demikian, kita tidak dengan serta merta bisa mencapai hal yang sama dengan Afrika Selatan, karena realitas dan sejarah yang berbeda. Apakah dengan demikian kita lebih buruk ataukah kita lebih baik? Penilaian begitu tidak perlu karena yang penting adalah keinginan itu dipenuhi meski caranya mungkin tidak bisa sama.

Di tengah perjalanan demokrasi di Indonesia, muncul kelompok-kelompok sipil yang gemar melakukan kekerasan. Mereka, sebut saja FPI dan organisasi penyebar kebencian lainnya, dengan alasan doktrin agama menyerang, membunuh, dan merusak properti kelompok minoritas-lemah yang berbeda. Apa komentar Anda? Ada anggapan bahwa negara membiarkan kekerasan terus berkembang?

Page 18: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

18

WAWANCARA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Kata “membiarkan” itu tidak adil. Too strong a word. Saya paham bahwa pelanggaran hak asasi manusia bisa berlaku dalam dua format. Yang pertama berupa commission atau tindakan aktif. Yang kedua berupa omission atau tindakan membiarkan. Tapi baik  act of commissionmaupun  act of omission, masing- masing sebenarnya adalah operasionalisasi dari kebijakan politik negara otoritarian untuk menyerang hak-hak asasi warganya. 

Jadi sifatnya sistematik. Ya seperti apartheid itulah: aparatnya kalau tidak diperintahkan untuk menyerang dengan kekerasan, ya diperintahkan untuk membiarkan konflik dengan kekerasan. Dua-duanya kebijakan resmi negara.

Nah, dalam kasus serangan FPI atau organisasi lebih ekstrem, memangnya itu  semua disetujui, diperintahkan, dan merupakan kebijakan negara kita? Jelas nggak. Atau apakah ada kebijakan negara untuk membiarkan kekerasan dan intoleransi tersebut? Ya jelas, nggak. Wong pimpinannya ditangkap, diadili, dan dibui kok.

Kalau ada kelambatan atau keragu-raguan di lapangan, penyebabnya sepenuhnya teknis atau manusiawi. Kawan-kawan kita di kepolisian kan manusia juga. Dalam momentum di mana jumlah massa masih jauh lebih banyak dari aparat, adakalanya mereka terpaksa harus memperhitungkan lebih dulu keselamatan diri sendiri.

Masalah ini harus diatasi dengan memperbaiki sistem deteksi dini, aturan penggunaan kekuatan dan alat pemaksa, serta pemberian bantuan kekuatan kepada Polri. Toh, tidak ada pelaku yang tidak dihadapkan ke muka hukum, teroris sekalipun.

Jadi sebenarnya kata “membiarkan” atau pembiaran” itu hanya bisa digunakan dalam konseptualisasi yang ketat, agar tidak sewenang-wenang.

Tapi ngomong-ngomong, kenapa jarang sekali ya, kalau bukan malah tidak ada, orang yang memberi pernyataan simpati kepada polisi yang menjadi korban kekerasan massa atau teroris saat menjalankan tugas? Saya kira, sekali lagi, inilah bukti bahwa kita perlu bersikap adil. Polisi yang tewas di saat menjalankan tugasnya melindungi kita adalah pahlawan yang sesungguhnya. Empati dan solidaritas adalah apresiasi yang perlu.

Tapi ada contoh yang menunjukkan bahwa negara bahkan terkesan menjustifikasi dikriminasi terhadp hak umat beragama untuk leluasa beribadat sebagaimana yang terjadi dalam kasus keputusan Walikota Bogor yang tetap melarang pembangunan gereja Yasmin meskipun sudah ada keputusan MA yang mendukung pembangunan gereja. Apa komentar Anda?

Saya menentang keputusan dan tindakan Walikota Bogor. Saya pun bersimpati pada perjuangan jemaat Gereja Yasmin dan bisa berempati dengan kesedihan yang mereka rasakan. Sayang sekali teman-teman kita yang membantu jemaat Gereja Yasmin tidak sekali lagi mengajukan gugatan hukum, saat Walikota justru mencabut IMB Gereja. Padahal kita tahu, pembatalan kebijakan perizinan membutuhkan pertimbangan dan keputusan hakim-hakim PTUN.

Mengadu ke Ombudsman tidak keliru. Tapi masalahnya, apa atau siapa yang akan enforce  keputusan ombudsman? Itu bukan bagian dari jurisdiksi polisi. Saya tidak tahu apakah Gubernur Jawa Barat sudah diajak bicara oleh pihak gereja. Tapi jelas sekali Menteri Dalam Negeri tidak punya kewenangan dalam hal ini. Walikota itu dipilih langsung oleh warga dalam sebuah pemilu langsung. Kami di pusat tidak bisa menegur atau memecatnya meski kami, misalnya, menilainya melakukan kesalahan besar. Mendagri bisa membatalkan Perda yang bertentangan dengan Undang-undang (UU), tapi tidak terhadap izin-izin yang dikeluarkan Walikota. Itu adalah kewenangan absolut pemerintah daerah, wujud dari otonomi daerah mengelola dirinya sendiri.

Tentu, saya tahu melindungi kebebasan beragama adalah kewenangan konstitusional Pemerintah Pusat yang tidak ikut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Namun untuk itu kita perlu merevisi lebih dahulu UU Pemerintah Daerah agar misalnya, Kepala Daerah bakal diberi sanksi oleh Pusat apabila dinilai oleh Ombudsman melakukan tindakan mal-administrasi yang mengakibatkan gangguan pada kebebasan beragama.

Saat ini, tidak ada nomenklatura dalam UU manapun yang mengatur hal seperti demikian.  Rupanya, proyek besar

Page 19: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

19

WAWANCARA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

desentralisasi kekuasaan negara yang dengan massif kita lakukan hanya dituntun oleh trauma pada ketidakadilan, sentralisasi dan otoriterisme. Tidak dilengkapi oleh proyeksi ideal mengenai kehidupan demokrasi di Pusat dan Daerah.

Keadaan ini harus diubah. Usul revisi UU Pemda sedang kami garap. Tapi sebelum itu disetujui DPR, sebenarnya adalah warga Bogor sendiri, lewat wakil-wakilnya di DPRD, satu- satunya kekuatan yang bisa memutuskan nasib si Walikota dan mengambil tindakan padanya. Saya bertanya-tanya, sudahkah kekuatan politik lokal ini diajak bicara?

Situasi Indonesia pada 2013-2014 perlu perhatian khusus. Agum Gumelar misalnya  mengingatkan,  pada periode ini, potensi gesekan antara pendukung partai dan Capres sangat mungkin terjadi. Karena itu, keamanan mutlak jadi jaminan. Bagaimana ini?

Saya setuju dan menghargai pandangan serta keprihatinan para senior. Indonesia sejak 2004 berhasil menyelesaikan berbagai krisis dan konflik sosial yang besar dan mengukuhkan ketentraman serta pertumbuhan ekonomi yang stabil. Ini modal buat seluruh bangsa untuk berjalan ke depan. Siapapun yang nanti bersaing dan menang di 2014 harus bisa memanfaatkan dan melanjutkan apa yang sudah ada, oleh karenanya momen 2014 itu harus menjadi momen demokrasi dan sirkulasi elit yang mulus.

Konflik dan ketegangan hanya akan merugikan kita semua, baik yang menang maupun yang kalah. Karenanya setiap pihak, pemerintah, DPR, media dan partai-partai punya tanggung jawab yang sama untuk, bukan hanya menjalankan demokrasi, tapi juga menjaga dan melindunginya.

Kita bisa punya kehendak dan tujuan politik yang berbeda-beda, namun seberapapun tajam perbedaan itu, kita hanya punya satu jalan untuk berikhtiar mewujudkannya, yakni melalui demokrasi itu sendiri.

Pada periode itu pula banyak yang menilai politisi busuk akan menggunakan segala cara untuk mengumpulkan modal kampanyenya. Apa yang akan Anda lakukan untuk mencegah agar itu terjadi?

Let’s take democracy seriously. Demokrasi sebagai fasilitas bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, orang baik maupun orang tidak baik. Gampangnya begitu ya. Kita boleh tidak suka, tapi itu adalah salah satu sifat dasar demokrasi. Orang baik bisa memanfaatkan demokrasi untuk kepentingan kemaslahatan   rakyat. Sebaliknya, orang yang tidak baik memanfaatkan demokrasi untuk berbagai motif: harta, kekuasaan pribadi, dan dominasi.

Menghadapi ini, rakyat mesti diajak untuk makin mengerti memilah dan memilih serta makin terlibat sehingga partisipasi orang baik dalam politik makin banyak. Ini juga mensyaratkan kemauan partisipasi kontestatif dari semua pihak yang sadar. Kalau orang baik hanya diam saja, konsekuensinya politik dan demokrasi hanya akan dimanfaatkan oleh yang kurang baik.

Berpindah ke isu ekonomi, memasuki era perdagangan bebas, ada anggapan pemerintah tidak cukup memperkuat kekuatan pengusaha dalam negeri untuk bertarung dengan dengan pengusaha asing. Menurut Anda apa yang seharusnya dilakukan oleh siapapun yang terpilih menjadi presiden menghadapi globalisasi dan perdagangan bebas?

Perdagangan dan globalisasi adalah sebuah kenyataan sejarah yang tidak bisa ditolak. Terlihat dari peningkatan nilai perdagangan antarnegara dari tahun ke tahun. Indonesia tentu tidak bisa mengabaikan kenyataan sejarah itu. Kita tengah menyaksikan peningkatan perdagangan lintas batas dan lintas negara yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Berbagai kesepakatan perdagangan regional dan internasional, seperti ACFTA, AFTA dan sejenisnya, hanya merupakan penandaan formal dari semakin pudarnya batas-batas ekonomi antar negara. Indonesia sebagai negara terbuka tidak bisa lari

Page 20: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

20

WAWANCARA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

dari kenyataan ini.

Dengan perdagangan bebas dan globalisasi, ekspor Indonesia mengalami peningkatan hingga  US$ 222 milyar pada 2011. Peningkatan ekspor ini tentu saja menguntungkan bukan hanya perekonomian Indonesia, akan tapi juga pengusaha dalam negeri yang menikmati selisih harga yang lebih baik di pasar internasional. Pada saat yang sama, impor Indonesia juga meningkat menjadi US$ 198 milyar pada 2011.

Peningkatan impor ini secara langsung menguntungkan konsumen dalam negeri yang menikmati barang dengan kualitas lebih baik dan lebih murah. Terbukanya perekonomian terhadap impor juga secara tidak langsung bermanfaat bagi industri dalam negeri, karena dengan impor ada desakan memperbaiki daya saing. Begitu juga, impor akan mendatangkan investasi dan penanaman modal yang berguna bagi pembukaan lapangan kerja serta transfer teknologi luar negeri.

Tentu saja, perdagangan bebas dan globalisasi tidak menguntungkan semua kalangan. Sebagian industri dan pengusaha dalam negeri yang terbiasa menikmati proteksi dan perlindungan negara akan mengalami kerugian. Begitu juga industri yang berskala kecil-menengah yang tidak mampu untuk bersaing dengan industri dan perusahaan besar asing. Dalam hal ini rasa keadilan kita diuji dan kita perlu memberi jawaban yang tepat.

Hemat saya, pemerintah jangan menghambat arus perdagangan dan globalisasi karena banyak keuntungan yang diterima. Tapi, perlindungan dan bantuan negara untuk industri dan pengusaha dalam negeri, terutama yang berskala kecil-menengah, perlu dengan sepenuh hati diberikan tanpa jeda. Implementasi kebijakan perlindungan dan bantuan ini bisa bermacam-macam, termasuk misalnya mengharuskan adanya kerja sama antara pengusaha asing dengan pengusaha lokal yang kecil dan menengah, tergantung dari kondisi industri dan jenis pengusaha yang bermain di dalamnya.

Hal lain yang bisa dilakukan negara untuk memperkuat pengusaha dalam negeri adalah dengan mempertajam koordinasi dengan sektor industri, otoritas fiskal, dan moneter untuk membangun bersama-sama industri

domestik yang tangguh guna menghadapi perdagangan internasional. Selain itu, peran diplomasi ekonomi, perdagangan dan investasi pada semua institusi perlu ditingkatkan, serta tentu saja dengan memperjuangkan kepentingan nasional dan keadilan internasional dalam setiap forum- forum bilateral, regional dan multilateral. Tapi jawaban ini jangan diartikan saya berminat menjadi presiden lho ya! (tertawa).

Banyak pihak yang menyatakan bahwa hampir semua Sumber Daya Alam (SDA) yang kita miliki dikuasai asing. Termasuk industri strategis kita seperti perbankan dan telekomunikasi. Apa komentar Anda soal ini?

Itu pernyataan yang sedikit terlalu kejauhan. Faktanya, negara yang diwakilkan kepada Pemerintah Indonesia tetap berkuasa terhadap SDA kita kok! Melalui berbagai pengelolaan, pengaturan, kebijakan, pengurusan, dan pengawasan yang acapkali sangat ketat. Kesan adanya “dominasi” itu mungkin muncul dari banyaknya kerjasama yang dilakukan pemerintah dengan pihak asing dalam pengelolaan SDA. Tapi kerjasama ini merupakan konsekuensi dari kebutuhan modal dan teknologi yang dalam banyak kesempatan kurang kita miliki. Toh, ini tidak dilarang konstitusi kita dan asal manfaatnya sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Ke depan, dengan semakin meningkatnya kemampuan permodalan dan teknologi bangsa, perlu adanya perubahan paradigma kerjasama, terutama yang terkait dengan sumber daya di bidang pertambangan dan energi. Pandangan bahwa SDA semata-mata komoditas harus diubah. Misalnya mengubah gas dari komoditi yang diperdagangkan menjadi faktor yang bermanfaat untuk bermacam-macam industri dalam negeri seperti pengembangan industri pupuk dan keramik. Kenapa tidak?

Begitu juga, sesuai yang diamanatkan oleh konstitusi, prioritas pengelolaan SDA seyogyanya diberikan kepada pelaku ekonomi domestik yang merupakan kepanjangan negara seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk sebesar-

Page 21: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

21

WAWANCARA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

besarnya kemakmuran rakyat.

Hal ini saya pikir merupakan sesuatu yang diinginkan dan diamanatkan oleh para founding fathers kita, tentu saja sepanjang terdapat kapasitas dan kemampuan dari BUMN dan BUMD yang ada. Lebih jauh, harus ada perlindungan dan konservasi sumber daya pertambangan dan energi yang komprehensif serta penerapan tata kelola yang baik berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Renegosiasi berbagai kontrak juga masih terbuka luas karena negara tetap berdaulat dan berkuasa terhadap kekayaan alamnya, tentu saja dengan cara-cara yang saling menguntungkan, elok, dan bisa diterima secara hukum internasional.

Mengenai industri perbankan dan telekomunikasi kita yang kini kepemilikannya berada di tangan asing, saya yakin kebijakan Presiden Megawati dulu itu tidak memiliki niat buruk, meski orang tetap saja bisa tidak setuju.

Dalam proses penggusuran para pedagang kaki lima di berbagai stasiun di sepanajang jalur kereta api Jabodetabek,  anggota militer ternyata dilibatkan dalam hal ini. Ini kan seperti mengembalikan militer ke masa Orde Baru. Apa komentar Anda?  

Itu bukan kenyataan umum. Tidak juga mewakilli kebijakan TNI yang sudah jelas memutuskan tidak berpolitik dan tidak berbisnis. Keretakan dalam setiap hal selalu ada.  Tapi gading tetap gading dan harganya tetap mahal, kendati “tak ada gading yang tak retak”, bukan? (tertawa)

Yang penting, setiap pelanggaran ditindak dan TNI tidak boleh turun sendiri tanpa diminta. Pengecualian tentu pada kasus- kasus seperti prajurit Kopassus yang memergoki dan menyelamatkan seorang wanita yang akan dirampok dan diperkosa di dalam angkot. Dalam keadaan demikian, yang bicara bukan politik atau UU, tapi hati nurani dan etika. Dua hal yang memberi nafas pada kewarganegaraan yang aktif.

Kadangkala, TNI memang harus ikut terjun bersama aparat Polri untuk menjaga dan mencegah suatu konflik komunal tidak berkembang menuju tindakan kekerasan dan perusakan yang lebih parah dan mengganggu kepentingan publik yang lebih luas. Dalam keadaan demikian pun, kendati keterlibatan TNI dimungkinkan, UU, hati nurani, dan etika yang bicara paling nyaring.

Pertanyaan terakhir: kabarnya, di lingkungan TNI AU Anda dijuluki Top Gun. Bisa Anda ceritakan?

Jelas bukan karena saya pernah pacaran dengan instruktur militer perempuan yang cantik seperti di Film “Top Gun”. (tertawa). Itu film lama, dibintangi Tom Cruise dan Kelly McGillis. Latarnya sekolah untuk para instruktur pilot tempur di Amerika Serikat. Pangkalannya ada di beberapa tempat.

Saya mengikuti sekolah ini di Phoenix, Arizona, tahun 1983 dengan Marsekal Madya (purn) Suprihadi, mantan Sekjen Kemhan. Versi Navy dari sekolah ini ada di Miramar Naval Base, California. Sekolah ini diperuntukkan hanya bagi pilot tempur yang “memenuhi syarat” karena persyaratannya memang sangat ketat.

Di sini pilot dilatih untuk menjadi “master”. Mampu mengemudikan pesawat tempurnya sampai batas tertinggi. Menguasai setiap perencanaan dan eksekusi sebuah “Air Campaign”, mulai skenario eskalasi terendah sampai tertinggi. 

Sayang, tidak banyak pilot tempur yang berkesempatan mengikuti sekolah ini. Nah, dua sekolah ini, baik versi  Airforce  maupun  Navy, dikenal dengan sebutan sekolah instruktur pilot tempur “Top Gun”. Ini yang pernah diangkat ke layar lebar, meski sebenarnya nggak ada instruktur cantik seperti di film itu. (tertawa)

Dikutip dari Indonesia 2014http://www.indonesia-2014.com

Page 22: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

22

CAKRAWALA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

CAKRAWALA

MERAWAT POTENSI LAUT INDONESIA

Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (2012), luas hutan mangrove (bakau) di Indonesia hanya 3,2 juta hektar (ha). Ironisnya, jumlah yang hanya

sedikit itupun sudah mencakup 22 persen dari seluruh ekosistem sejenis di dunia. Luas tersebut mungkin saat ini pun telah jauh berkurang. Padahal, ekosistem dengan 30-an spesies mangrove ini memiliki peran yang sangat penting bagi siklus biogeokimia laut dan menjadi habitat flora-fauna khas laut dan pantai.

Mangrove tumbuh menyebar tak merata di 17.000-an pulau, di sepanjang 81.000 km garis pantai dan melebar ke laut dangkal. Biasanya, akarnya tumbuh di lumpur di sepanjang pesisir pantai. Namun beberapa tumbuh di terumbu karang. Keduanya menjalankan hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Bakau perlu koral untuk tempat tumbuhnya, sedangkan koral terhindar dari dampak negatif CO2 karena diambil

oleh bakau untuk proses fotosintesisnya. Hubungan simbiosis mutualisme ini juga menguntungkan biota laut yang lainnya. Terumbu karang, yang sejatinya merupakan sejenis hewan dari filum Coelenterata ini sudah umum diketahui sebagai tempat berkembang biaknya berbagai jenis ikan dan biota laut. Wajar jika ada penelitian yang menyebutkan hutan bakau bersama dengan terumbu karang merupakan sumber penyedia 80% perikanan komersial. Sebuah penelitian lain menunjukkan per km2

luas terumbu karang adalah penghasil tidak kurang dari 15 ton ikan per hari. Menurut data, Indonesia masih memiliki 60.000 - 70.000 km2 terumbu karang atau mencakup 14% dari luas total di seluruh dunia. Namun sangat disayangkan, hanya 6,48% berstatus sangat baik, 22,53% baik, 28,39% cukup baik dan sisanya 42,59% sangat buruk.

Pelestarian hutan mangrove merupakan suatu keharusan

Page 23: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

23

CAKRAWALA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

yang perlu segera dilaksanakan. Apabila tidak, maka kekayaan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya akan musnah dan keseimbangan alam akan terganggu. Ironisnya, kebijakan pemerintah selama ini lebih fokus pada pengolahan lahan darat yang seolah-olah mengabaikan penataan lahan pesisir. Hutan mangrove selama ini banyak berubah fungsi menjadi lahan tambak, perkebunan sawit skala besar, area pemukiman dan obyek wisata. Ke depan, perlu regulasi tata ruang yang lebih ramah terhadap lahan pesisir sehingga dapat mengendalikan perubahan fungsi di atas. Hal ini amat penting dan mendesak karena terkait dengan skema REDD+, hutan mangrove Indonesia diproyeksikan berperan penting dalam program pengurangan emisi karbon. Walaupun luasnya hanya 2,5 persen kawasan hutan tropis, kerusakan ekosistem mangrove berdampak jauh lebih besar daripada kerusakan hutan konvensional. Menghancurkan 1 ha hutan mangrove, emisinya setara

dengan menebang 3-5 ha hutan tropis.

Di sisi lain, hutan mangrove sangat berpotensi mendukung penghidupan masyarakat pesisir. Dampak menyusutnya hutan mangrove di kawasan Segara Anakan misalnya, menyebabkan tangkapan ikan, kepiting, udang dan kerang di Cilacap menjadi berkurang. Demikian pula yang terjadi di pantai Utara Jawa, rusaknya ekosistem mangrove telah membuat kelangkaan tangkapan hasil laut dan memicu bencana banjir pasang atau rob yang merusak ratusan hektare ladang pertanian. Saat ini diperkirakan 40 – 60 juta penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir, sehingga kelangsungan hidup warga pesisir dan pelestarian hutan mangrove memerlukan perhatian serius semua pemangku kepentingan.

Dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, apabila tidak ditangani secara optimal hutan mangrove akan

| foto: creativity103.com

Page 24: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

24

CAKRAWALA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

| foto: Cora Johnston

Page 25: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

25

CAKRAWALA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

mengalami kerusakan dan penyusutan yang luar biasa dan menimbulkan bencana lingkungan dan sosial yang dahsyat. Untuk mencegah hal ini, perlu tekad kuat seluruh elemen bangsa melalui pendekatan lintas sektor yang lebih koordinatif dengan melibatkan unsur birokrasi, akademisi, LSM, dunia usaha, pecinta lingkungan dan masyarakat luas.

Konsep kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan guna memperluas perhatian seluruh elemen terhadap isu pelestarian mangrove. Sebagai contoh, dapat digalakkan pola pendampingan oleh perguruan tinggi/akademisi kepada masyarakat pesisir, dengan melibatkan instansi terkait serta LSM

dalam rangka merawat dan melestarikan kawasan pesisir di lingkungan tempat tinggalnya.Sebagai contoh, Universitas Soedirman telah melakukan penelitian dan pemberdayaan masyarakat pesisir sekitar hutan mangrove sebagai wujud pengabdian masyarakat di kawasan Pantai Selatan.

Contoh lainnya, Universitas Udayana yang bekerjasama dengan masyarakat Desa Adat untuk melestarikan hutan mangrove di pesisir pantai Bali. Melalui kemitraan tersebut, masyarakat pesisir di sekitar hutan mangrove akan memiliki kemampuan, pengetahuan dan teknologi  untuk mengolah sumber daya  hutan mangrove dengan bijak.   Bila masyarakat sadar bahwa mangrove dapat

Simbiosis mutualisme mangrove dengan terumbu karang menyediakan hunian ideal bagi biota laut. | Foto: National geographic

Page 26: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

26

CAKRAWALA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

menjamin kelangsungan hidup mereka, diharapkan mereka akan mempertahankan, memelihara, melindungi habitat hutan mangrove sehingga terwujud pelestarian ekosistem mangrove yang berkesinambungan.  

Peran pemerintah daerah dalam pengendalian kerusakan hutan mangrove sangat penting. Selain untuk mempertahankan ekosistem hutan mangrove, peranan pemerintah daerah juga dapat menyelamatkan sumber penghidupan masyarakat pesisir. Dengan demikian, penetapan Perda Tata Ruang Daerah disertai dengan penegakan hukum secara konsekuen sangat diharapkan. Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan peran pemerintah daerah untuk memprioritaskan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup di wilayah masing-

masing sudah saatnya dikedepankan. Hal ini berdasarkan fakta bahwa saat ini mayoritas pemerintah daerah menempatkan anggaran pengelolaan lingkungan hidup pada prioritas ke 18 dari 19 urusan.

Kisah sukses

Selama ini, upaya konservasi acapkali dipandang sebagai penghambat pengembangan ekonomi daerah. Namun, pengalaman Dusun Pandansari, Desa Kaliwlingi, Brebes, Jawa Tengah menunjukkan sebaliknya. Sebagaimana dikutip dari Kompas, Selasa 27 November 2012, konservasi kawasan mangrove justru mendukung gerak perekonomian wilayah.

Konversi hutan mangrove menjadi areal pertambakan lambat laun mengurangi daya dukung lingkungan pantaiFoto: Nusa Khatulistiwa

Page 27: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

27

CAKRAWALA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Pada tahun 1995, Pandansari adalah dusun yang makmur. Perekonomian desa didukung oleh budidaya udang windu. Rezeki melimpah. Masyarakat bisa membeli motor, perabot rumah bagus bahkan menyekolahkan anak hingga jenjang S2. Merasa bahwa budidaya udang berpeluang untuk mendulang uang, masyarakat desa kalap. Mereka membabat mangrove untuk dibuka menjadi tambak. Praktik pencurian kayu mangrove juga marak. Sabuk hijau yang menjadi pelindung daratan dari hempasan ombak pun hilang.

Alhasil, bencana pun datang. Abrasi pantai mengikis daratan. Kerusakan akibat abrasi begitu parah sehingga menenggelamkan tambak-tambak udang. Kejayaan budidaya udang windu meredup mulai tahun 2005. 

Perlahan, terkikisnya daratan berlanjut pada terkikisnya kemakmuran.

“Abrasi menghilangkan 290 hektar tambak. Tidak ada lagi cerita panen udang. Kita menjadi miskin. Tiga tahun lalu, bahkan ada anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak punya biaya,” kata Mashadi, penggerak konservasi mangrove di Pandansari.

Budidaya tambak yang terpuruk membuat masyarakat kaget. Ditambah dengan tanggungan pajak dusun yang setara pajak kota, kehidupan masyarakat makin terhimpit. Di titik terbawah itu, masyarakat mulai berpikir apa penyebab dari kehancuran lingkungan dan ekonominya.

Mashadi lah yang pertama menyadari bahwa salah satu

Upaya pelestarian lingkungan alam melalui kegiatan penanaman mangroveFoto: Nusa Khatulistiwa

Page 28: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

28

CAKRAWALA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

sebab kehancuran adalah ekosistem mangrove yang rusak. Bersama Yayasan Kanekaragaman Hayati (KEHATI), sejak 2008, ia mengajak masyarakat untuk merehabilitasi mangrove. “Kita lakukan dengan berbagai cara. Masyarakat suka hiburan. Kita sadarkan dengan kesenian sintren. Kita juga keliling ngamen dengan calung, berhenti di tempat-tempat ramai dan mulai mengajak masyarakat menanam mangrove”, urainya.

Rusjan, Kepala Desa Kaliwlingi mengatakan, “Memang awalnya tidak mudah menyadarkan masyarakat. Kita dulu berpikir, manusia berdaya apa saja kalau laut sudah punya kehendak tidak bisa dilawan. Tapi akhirnya, kita bisa ajak mereka. Saat ini sudah 1500 pohon mangrove ditanam di lahan seluas 30 hektar”.

Ekonomi masyarakat memang tak langsung bangkit

seperti sebelumnya. Namun, mereka mulai menemukan peluang untuk memperbaiki hidup. Beberapa kelompok terbentuk. Selain kelompok Mangrovesari untuk pelestarian mangrove, ada kelompok budidaya rumput laut, kepiting dan kerang.

Warga mengakui, penanaman mangrove bisa melancarkan rezeki. Sajan, anggota kelompok budidaya kepiting mengatakan, “Kalau ada air pasang, banyak kepiting budidaya di keramba biasanya mati. Setelah ada mangrove, kematian karena air pasang berkurang.” Keuntungan juga didapat oleh masyarakat yang melakukan kegiatan mencari kepiting di lubang-lubang tanah yang biasa disebut dengan ngakar. Dengan adanya mangrove, kepiting bisa didapatkan lebih banyak dan lebih mudah. “Sekarang orang-orang yang ngakar dapat

Page 29: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

29

CAKRAWALA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

lebih banyak. Dulu, semalam dapatnya paling hanya Rp 20.000 - 30.000 dari ngakar. Sekarang mereka bisa dapat Rp 100.000 - 150.000 per malam”, kata Sajan.

Hal yang sama juga dirasakan pembudidaya kerang. “Kalau ada mangrove, ada plankton untuk makanan kerang. Sekarang kalau kita tebar satu, kita bisa panen lima kali lipatnya. Tinggal dikali saja untungnya”, kata Trisno, anggota kelompok budidaya kerang. Rehabilitasi dan pelestarian kawasan mangrove mengizinkan masyarakat memiliki mimpi. Sajan bermimpi untuk melakukan usaha pembesaran kepiting. Saat ini, yang dilakukan hanya penggemukan, memelihara dari dewasa hingga layak jual. “Saya ingin bisa membesarkan. Artinya dari kecil hanya sebesar jengkol sampai bisa dijual. Kalau bisa, bibitnya lebih murah, cuma Rp 5000 per kilo.

Kalau untuk penggemukan bibitnya sudah Rp 25.000”, urainya.

Perempuan setempat juga bermimpi punya usaha. Beragam produk hasil budidaya sudah dibuat walau pemasarannya masih sulit. Sudah ada kerupuk ikan, kepiting dan udang serta nugget dan bakso berbahan ikan dan kepiting.

Rusjan sang kepala desa juga bermimpi membuat gubug tinggi untuk pengamatan burung. Adanya mangrove membuat beragam burung datang tiap pagi dan sore. Ia berharap Pandansari bisa berkembang sebagai lokasi ekowisata (RED).

Page 30: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

30

OPINI

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

ALTERNATIF SOLUSI PEMBATASAN PENGGUNAAN BBM BERSUBSIDI

OPINI

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat atau lebih secara langsung berdampak

terhadap meningkatnya konsumsi BBM bersubsidi. Diprediksi jumlah kendaraan roda dua atau sepedamotor yang ada di Indonesia saat ini sekitar 79 juta unit, dan kendaraan roda empat/lebih diperkirakan mencapai 24 juta unit. Berdasarkan data, persentase pertambahan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat tajam, dan tertinggi di ASEAN. Sebagai gambaran, penjualan kendaraan roda empat (mobil) periode 2004-2008 sekitar 2.369.600 unit, dan periode 2009-2011 sekitar 2.131.390 unit. Sedangkan untuk tahun 2012 dalam kurun waktu 12 bulan, menurut Gaikindo penjualan kendaran roda empat (mobil) menembus angka satu juta unit. Diperkirakan pada tahun 2013 ini target penjualan kendaraan roda empat akan melebihi capaian tahun 2012.

Membengkaknya besaran rupiah yang dianggarkan pemerintah dalam APBN Tahun 2013 untuk subsidi BBM merupakan ketidakefisienan atau pemborosan yang berlanjut. Karena alokasi anggaran yang besarannya lebih dari 200 trilyun rupiah tersebut sebagian besar justru dinikmati oleh masyarakat yang memiliki kemapanan ekonomi atau kalangan the have. Argumennya adalah,

bahwa para pemilik atau pengguna kendaraan roda empat atau lebih umumnya adalah mereka yang memiliki penghasilan di atas rata-rata.

Faktanya, kendaraan-kendaraan keluaran terbaru, baik kendaraan pribadi maupun niaga yang harganya ratusan juta hingga milyaran rupiah per unitnya laris manis dibeli oleh masyarakat yang memiliki kemapanan ekonomi atau kalangan the have. Dengan demikian, setiap pembelian sebuah kendaraan roda empat (mobil), berarti pemerintah menyediakan subsidi BBM kepada pemiliknya. Jika setiap kendaraan roda empat (tidak termasuk kendaraan niaga) menggunakan BBM bersubsidi sebanyak 10 liter per hari, maka subsidi yang mereka terima lebih kurang Rp 55 ribu/hari (dengan asumsi selisih antara BBM bersubsidi dengan pertamax Rp 5500/liter).

Selanjutnya, apabila diasumsikan kendaraan roda empat (mobil) yang menggunakan BBM bersubsidi perharinya rata-rata sebanyak 6 (enam) juta unit diseluruh wilayah nusantara, maka subsidi yang dikucurkan pemerintah kepada kalangan the have sebesar Rp 330 milyar/hari. Jika dihitung perbulan, maka rata-rata Rp 9,9 triliun, dan setahun mencapai Rp 118, 800 triliun. Apabila kebijakan penggunaan BBM bersubsidi tidak mengalami perubahan, maka diprediksi besaran nilai rupiah untuk subsidi BBM

Page 31: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

31

OPINI

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

kepada warga masyarakat yang memiliki kemapanan ekonomi dari waktu kewaktu akan semakin membengkak, berbanding lurus dengan peningkatan jumlah mobil di Indonesia dari tahun ketahun, dan hal ini tentu saja akan memperberat beban APBN.

Kebijakan pembatasan

Diskripsi di atas memberikan ilustrasi kepada kita, bahwa kebijakan pemerintah dalam hal pemberian subsidi BBM selama ini kepada masyarakat harus diakui tidak sepenuhnya tepat sasaran. Oleh karenanya, pemerintah sebaiknya melakukan review terhadap kebijakan subsidi BBM, dan selanjutnya mengeluarkan kebijakan baru terkait pembatasan penggunaan BBM bersubsidi kepada masyarakat yang memiliki kemapanan ekonomi.

Dalam perspektif keadilan sosial-ekonomi, dan psikologis, adalah sangat logis apabila warga masyarakat yang memiliki kemapanan ekonomi memahami, memaklumi dan mendukung kebijakan pemerintah untuk melakukan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi. Oleh karena itu, sangat logis pula jika kebijakan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi diberlakukan secara khusus

hanya kepada kalangan masyarakat yang memiliki kemapanan ekonomi. Konkritnya, mewajibkan seluruh pemilik atau pengguna kendaraan roda empat atau lebih keluaran tahun 2000 ke atas untuk menggunakan BBM non subsidi atau pertamax. Kendaraan-kendaraan tersebut (lebih dari 8 juta unit) pada umumnya dimiliki oleh warga masyarakat yang memiliki kemapanan ekonomi. Selain itu, kendaraan-kendaraan tersebut sangat mudah diidentifikasi secara fisik, baik dari model/tampilannya, masa berlaku plat nomor polisi, maupun dari STNK. Kebijakan ini pada satu sisi bertujuan untuk mengurangi ketidakefisienan atau pemborosan uang negara, dan pada sisi lainnya adalah untuk meningkatkan cadangan devisa negara dan atau untuk memperbaiki kesejahterakan masyarakat kelas bawah.

Pengaturan penerapan kebijakan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi tentu saja diberlakukan diseluruh wilayah nusantara dengan terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada seluruh warga masyarakat, dan memberi pembekalan kepada seluruh petugas atau karyawan SPBU tentang metode identifikasi kendaraaan roda empat atau lebih keluaran tahun 2000 ke atas, serta teknis pengisian BBM. Disamping itu, disetiap SPBU seyogyanya ada petugas pengawas (dfot).

Page 32: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

32

SIDIK

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

SIDIK

PRO DAN KONTRA HUKUMAN MATI

Pro dan kontra terhadap hukuman mati di Indonesia kembali mengemuka pasca keluarnya putusan Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung RI No.

39 K/Pid.Sus/2011 yang mengubah hukuman Hengky Gunawan, seorang gembong narkoba, dari semula vonis mati menjadi 15 tahun penjara dan denda Rp. 500 juta. Majelis hakim yang terdiri dari Imron Anwari, Achmad Yamanie dan Nyak Pha dalam pertimbangan hukumnya mendalilkan bahwa hukuman mati bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM) khususnya tentang hak hidup.

Hengky Gunawan ditangkap di Surabaya pada 23 Mei 2006 karena dipastikan terlibat dalam kejahatan memproduksi dan mengedarkan ekstasi. Hengky merupakan pemain lama dalam bisnis haram ini. Warga Jalan Duryat, Surabaya ini diduga terlibat sebagai pemasok ekstasi dari luar dan dalam negeri sejak tahun 1997. Belasan tahun berselang, ia pernah divonis di Belanda dengan hukuman 1 tahun penjara karena kedapatan membawa 2.000 butir pil ekstasi. Kembali ke Indonesia, ia malah membuat pabrik ekstasi di Yogyakarta. Akibat perbuatannya itu, ia ditangkap polisi pada tahun 2003 dan diganjar hukuman 2 tahun penjara. Bukannya kapok, setelah menghirup udara bebas Hengky kembali membuat pabrik ekstasi di Surabaya. Atas perbuatannya, di tingkat Pengadilan Negeri Hengky dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, pada tingkat banding hukuman diperberat menjadi 18 tahun penjara. Majelis hakim kasasi kembali memperberat

hukuman Hengky pada tingkat kasasi dengan pidana maksimal, yaitu pidana mati.

Pro dan KontraPara penentang pidana mati di Indonesia umumnya mengemukakan alasan yang sama dengan majelis hakim Peninjauan Kembali yang menyidangkan perkara Hengky Gunawan. Mereka berpandangan, hak hidup merupakan hak yang dijamin oleh konstitusi dan tidak dapat dirampas siapapun juga, termasuk negara. Pidana mati dengan alasan apapun tanpa terkecuali dianggap sebagai pelanggaran konstitusi. Alasan ini sesungguhnya sangat absurd dan argumentasi yuridisnya terkesan mengada-ada, karena Mahkamah Konstitusi jauh sebelum putusan Peninjauan Kembali tersebut dikeluarkan telah menerbitkan putusan No. 2-3/PUU-V/2007 tanggal 30 Oktober 2007 yang menyatakan bahwa pidana mati bagi pengedar narkoba tidak bertentangan dengan HAM dan konstitusi. Dalam pertimbangannya, hakim konstitusi mencantumkan: “Pidana mati tidak bertentangan dengan falsafah dasar Pancasila dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai wujud perlindungan individu, sekaligus juga melindungi masyarakat demi tercapainya keadilan dan kebenaran hukum berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hukum kiranya ditarik garis pada teori kemanfaatan dan apabila ada pertentangan antara dua lajur kepentingan

Page 33: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

33

SIDIK

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

(kepentingan individu/kelompok/ golongan dan kepentingan masyarakat luas), maka demi bekerjanya tertib hukum yang efisien, lebih baik hukum memakai sandaran kepada kepentingan masyarakat di atas kepentingan-kepentingan lainnya. Karena apabila tidak terdapat ketertiban hukum, maka kepentingan yang lain tidak dapat dilaksanakan. Pidana mati merupakan senjata ketertiban hukum yang paling ampuh untuk politik kriminal pemerintah, maka pidana mati masih perlu dicantumkan di dalam hukum pidana Indonesia sebagai salah satu pidana pokok”.

Pidana Mati Dalam Sistem Hukum Indonesia.Pidana mati terdapat dalam sistem hukum Indonesia, dan merupakan bagian dari hukum positif Indonesia yang diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan Indonesia antara lain:

a. UU No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

b. UU Darurat No. 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api;

c. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM;

d. UU No. 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme;

e. UU No. 35 Tahun 2009 menggantikan UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Pidana mati merupakan salah satu bentuk sanksi pidana pokok, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pidana mati merupakan pilihan terakhir untuk tindakan-tindakan pidana yang sifatnya sangat berat, bersifat selektif, serta dijatuhkan setelah melalui proses hukum yang cermat dan panjang. Pidana mati juga mengandung unsur deterrent untuk mencegah terjadinya tindak pidana dan membuat jera para pelaku tindak pidana lainnya.

Namun, klaim bahwa pidana mati dapat menimbulkan efek jera dibantah oleh para penentang pidana mati. Terbukti, dalam upaya pemberantasan terorisme meskipun pidana mati telah dijatuhkan kepada sejumlah teroris, kenyataannya para pelaku teroris terus melakukan regenerasi. Pidana mati justru dianggap berbahaya ketika diterapkan pada negara yang institusi hukumnya

masih amburadul. Dengan sistem hukum yang belum mapan, praktek pemidanaan justru rawan menjadi celah diskriminasi terhadap orang miskin, lemah, bodoh. Pada kondisi ini hukum tampil sebagai malaikat maut dan algojo yang bengis bagi si kecil, namun tidak berdaya menghadapi kelompok orang-orang yang memiliki kapital dan punya akses terhadap kekuasaan, sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan praktek jual beli hukum.

Sejauh ini pidana mati di Indonesia baru diterapkan kepada 4 jenis kejahatan yang dianggap serius, yakni makar, pembunuhan berencana, terorisme dan narkoba. Korupsi, meskipun telah dideklarasikan sebagai extraordinary crime sebagaimana terorisme dan narkoba, belum satu pun pelakunya dijatuhi pemidanaan maksimal itu.

Jalan Tengah Hukuman MatiDekan dan Guru Besar Fakultas Hukum UNDIP, Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH. M.Hum menawarkan suatu jalan tengah menyikapi masalah pro dan kontra hukuman mati. Upaya mencari jalan tengah dengan mendasarkan pada realitas sosial menurutnya akan lebih bermanfaat dan lebih bijaksana daripada terus menerus membahas dan mempertentangkan antara yang pro dan anti hukuman mati. Jika berasumsi fungsi hukuman adalah memperbaiki perilaku si pesakitan agar dapat kembali ke kehidupan normal di masyarakat, maka dalam konteks hukuman mati tujuan itu tidak mungkin dicapai karena jelas hasil akhir dari hukuman mati adalah kematian si pesakitan. Perlu pemikiran bahwa pelaksanaan hukuman mati seharusnya memiliki satu pedoman yang memikirkan sisi upaya untuk mendidik si pesakitan.

Pelaksanaan hukuman mati harus memberikan tahap-tahap waktu yang cukup agar si pesakitan dapat berubah menjadi insan yang baik. Evaluasi atas kelakuan baik si pesakitan dalam menanti pelaksanaan eksekusi ini perlu menjadi pertimbangan untuk pada akhirnya tetap melaksanakan eksekusi atau mungkin membatalkan hukuman. Dengan demikian, hukuman mati tidak tampil sebagai hukuman yang kejam dan seolah berjarak dengan tujuan hukum: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” (YS).

Page 34: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

34

TAJUK

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

TAJUK

Sang pencipta mungkin sengaja menciptakan dua telinga dan satu mulut agar manusia dapat mendengar dua kali lebih banyak daripada

berbicara. Namun karena mulut kita jauh lebih besar dari lobang telinga, maka orang cenderung lebih banyak berbicara daripada mendengar. Akibatnya mereka selalu mengatakan sesuatu tentang dirinya, tetapi jarang mau mendengar perihal orang lain. Ia ingin menjadikan dirinya pusat perhatian orang, tetapi kurang mau memperhatikan orang. Kalau tabiat seperti ini menjangkiti elit bangsa, itu sama saja ia kembali ke dunia anak-anak. Lihatlah dunia anak-anak yang suka berbicara. Mereka berbicara tentang apapun, kendati ia tidak paham dengan apa yang ia bicarakan. Bahkan kadang ia memaksa orang tuanya untuk mendengar apapun yang ia bicarakan. Dunia anak sungguh dunia bicara.

Terdapat fenomena bahwa elit bangsa ini juga mulai dijangkiti dunia bicara anak-anak. Sudahkah kalian tonton tayangan televisi kebanggaan bangsamu yang rating-nya terus menerus beranjak naik? Pengelola pertelevisian

jarang mau berpikir soal dampak tayangan. Mereka membiarkan dampak menjadi persoalan masyarakat. Industri tayangan terus berkreasi soal keuntungan. Berkreasi untuk mencuri waktu-waktu penting kita, dan atas nama pendidikan dan pencerdasan, kitapun terkunci pada ruang malas berpikir.

Coba kita lihat, perhatikan dan dengar di tayangan Indonesia Lawyers Club, mereka bersilat lidah. Berbagai profesi hadir sebagai tukang ngomong. Mereka tampil dengan embel-embel akademik dan kepakaran. Semua ingin berbicara dan semua ingin didengar. Mereka berbicara tajam mengatasnamakan bangsanya. Tapi kata-kata yang meluncur dari tarian mulutnya, umumnya kepentingan pribadi, titipan kelompok atau golongan.

Omongan dimana-mana, interupsi bertalu-talu. Gemuruh suara bagai deru knalpot kendaraan Ibukota. Di depan kotak kaca kita tersenyum dan berdecak kagum akan betapa pandainya mereka berbicara. Hasil apa yang diberikan buat bangsa? Inilah pertanyaan besarnya.

MEREKA HANYA BICARA DAN TERUS BICARAOleh : Bung Komar

Page 35: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

35

TAJUK

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Mereka hanya berbicara dan setelahnya selesai. Apakah penonton menjadi lebih cerdas? Yang ada, penonton menjadi semakin bingung tentang kebenaran.

Lihat, dengar, dan simak celoteh cerdas mereka. Mereka berbicara banyak soal kisruh PSSI. PSSI tetap kisruh. Mereka berbicara soal pencegahan dan pemberantasan korupsi. Korupsi tumbuh subur di lingkungan mereka. Mereka prihatin soal gang motor dan peradilan jalanan. Tetapi mereka sah-sah saja mengadili lawan politiknya. Mereka menyoroti kebijakan badan anggaran. Padahal mereka adalah bagian dari kebijakan itu. Mereka berbicara tegas soal penegakan hukum. Sementara mereka bermain-main dengan hukum. Mereka berbicara soal kemiskinan dan kondisi bangsa. Sementara mereka sibuk memperkaya diri.

Begitu banyak kata-kata yang berseliweran dalam ruang ber-AC. Sampai tidak tahu lagi apa saja yang sudah mereka katakan. Antara kebenaran dan kebohongan tak lagi bertirai. Bagaimana mungkin semua tampak sebagai kebenaran, jika suara-suara perdebatan itu penuh pertentangan. Jangan-jangan semua suara adalah kebohongan, sehingga yang diperoleh oleh pemirsa adalah kumpulan kebohongan yang dibungkus dalam kemasan kebenaran. Sehingga ketika bungkus kebenaran terbuka, maka berhamburanlah kebohongan. Bagaimana tidak..! Semua hal mereka bicarakan. Tak satupun yang mereka selesaikan. Menurut mereka, urusan selesainya sebuah persoalan bukan pada mereka yang berbicara, tetapi pada mereka yang mendengar.

Aku di sini merenung dalam. Aku merindukan pemimpin

yang diam karena berpikir. Kalaupun berbicara, ia hanya berbicara tentang hal-hal yang ia dengar. Ini pernah aku saksikan dalam suatu Rapat Paripurna. Pemimpin rapat duduk di tengah-tengah peserta rapat. Bukan pada kursi di ujung meja sebagaimana lazimnya tempat duduk pemimpin rapat. Saya baru tahu bahwa beliau pemimpin rapat ketika beliau mempersilahkan peserta rapat berbicara. Setiap peserta rapat berbicara sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing. Sepanjang rapat, pemimpin rapat hanya mendengar, menyimak dan sekali-sekali mencatat. Setiap peserta rapat diberi kesempatan untuk berbicara, dan sepanjang rapat berlangsung, pemimpin rapat memposisikan dirinya sebagai pendengar yang baik. Pada sesi terakhir barulah pemimpin rapat memberi kesempatan pada dirinya untuk berbicara, dan pembicaraan yang disampaikan adalah kesimpulan dan langkah-langkah penyelesaian tentang hal-hal yang didengarnya

Warga bangsa ini memang diberi hak untuk berbicara oleh konstitusi. Tetapi kalau hanya berbicara dan terus berbicara, kapan waktu untuk berbuat. Sementara mereka yang perlu berbuat juga akan terganggu karena dipaksa untuk mendengar. Kita tahu bahwa penyakit si pembicara adalah menuntut orang untuk mendengar dan membenarkan pembicaraannya. Padahal pembicaraan para doyan bicara tidak pernah menyatu dalam solusi. Oleh karena itu, kadang diperlukan sebuah peringatan :

BERHENTILAH BERBICARA....!

BERI KESEMPATAN KAMI BERPIKIR.

Page 36: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

36

TEROPONG

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

TEROPONG

Adegan pembuka film R.A. Kartini (1983) besutan sutradara Sjumandjaja produksi PT Nusantara yang menyabet penghargaan Tata Sinematografi

Terbaik, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik dan Cerita Asli Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI), diawali dengan tayangan Kartini Kecil yang digambarkan sedang menjalani upacara tedhak siti. Adalah R.M. Ario Sosroningrat, ayah R.A Kartini, seorang Wedana di Mayong dan selanjutnya menduduki jabatan sebagai Bupati Jepara dengan lembut membopong Kartini Kecil dan menjejakkan kaki mungilnya ke tanah sambil melantunkan doa dan harapan agar kelak Kartini senantiasa ingat pada tanah airnya. Tanah tumpah darahnya yang merintih dan terjajah!

Ide-ide kemerdekaan mengalir deras dalam adegan itu. Dengan indah tanpa kesan yang dibuat-buat, penonton diajak memahami kegelisahan sosok ayah Kartini –

yang meskipun berpangkat tinggi dan mencintai ibunda Kartini, M.A. Ngasirah – tetap tak berdaya menjalani pernikahan paksaan dengan R.A. Woerjan, sebagai akibat aturan politik pemerintah kolonial. Pernikahan yang harus dijalani hanya karena M.A. Ngasirah meskipun termasuk bangsawan, hanya berasal dari bangsawan rendahan sehingga tidak patut mendampingi R.M. Ario Sosroningrat! Adegan upacara tedhak siti itu, sekaligus simbolisasi bagaimana Kartini dibentuk oleh ayahnya. Satu kaki menjejak modernitas yang saat itu baru dinikmati sebagian kecil kalangan priyayi. Sementara kaki yang lain, menjejak tradisi, sebagai akar dimana semestinya seseorang tumbuh dan berkembang.

Upacara turun tanah atau tedhak siti dikenal luas pada masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Upacara yang hampir serupa juga dilaksanakan di Bali, pada saat bayi berumur 3 bulan (105 hari) yang dikenal dengan upacara

MAKNA FILOSOFIS UPACARA TEDHAK SITI

Herjaka HS

Page 37: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

37

TEROPONG

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

tigang sasih. Upacara tedhak siti mengandung harapan kedua orang tua, agar si anak mampu menjalani hidupnya dengan baik dan benar.

Upacara diawali dengan siraman sebagai simbolisasi pembersihan dan penyucian diri si anak. Air untuk siraman berasal dari 7 sumber yang disatukan dalam bokor besar sebagai perlambang harapan agar si kecil tumbuh dengan hati bersih, pandangan yang luas dan wawasan penuh. Air tersebut dicampur dengan kembang (bunga) setaman, dengan harapan agar si anak nantinya membawa nama harum keluarga dan bermanfaat bagi sesama sebagaimana bunga yang menyiarkan bau harum.

Sehabis dibersihkan dan disucikan dengan guyuran air, selanjutnya si anak akan dipakaikan pakaian yang indah oleh ayah ibunya, sebagai perlambang harapan agar anak tumbuh dalam keagungan dan kejayaan. Perlahan kaki mungil si anak akan disentuhkan ke tanah, sebagai perlambang harapan orang tua agar si anak senantiasa ingat pada tanah airnya, tanah tumpah darahnya, tanah leluhurnya, ke manapun dan di manapun dia berada kelak.

Selanjutnya dengan bimbingan ayah dan ibunya, si anak

diajak berjalan menginjak ketan tujuh warna: putih, hijau, merah, kuning, ungu, hitam dan biru yang dijajarkan dalam satu garis lurus menuju tangga yang terbuat dari tebu. Maknanya, agar si anak dapat menjalani hidupnya dan mampu melewati segala rupa tantangan dan warna hidup. Mampu berdiri di atas kebhinnekaan dan dapat berjalan lurus menggapai tangga kesuksesannya. Tangga yang terbuat dari tebu melambangkan harapan, agar fase hidup anak dapat dijalani setahap demi setahap.

Upacara dilanjutkan dengan memasukkan anak ke dalam kurungan berisi mobil-mobilan, stetoskop, ponsel, permata, buku dan rupa-rupa barang. Melambangkan si anak dalam menggapai cita-cita dan kesuksesannya harus selalu ingat terhadap batasan aturan dan adat istiadat sebagai bingkai kehidupannya. Terakhir adalah memotong rambut, yang lantas ditanam di halaman rumah sebagai perlambang agar si anak selalu ingat dari mana dia berasal (RED).

Page 38: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

38

DESTINASI

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

DESTINASI

KEMOLEKAN KAWAH PUTIH

Bandung adalah surga wisata. Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang berjarak tidak terlalu jauh dari Jakarta itu, menyimpan beragam potensi wisata

yang membuatnya tidak bosan-bosan untuk dikunjungi. Mulai dari wisata belanja, wisata kuliner, wisata keluarga sampai wisata alam tersedia lengkap. Obyek wisata alam yang sangat terkenal seperti Gunung Tangkuban Parahu dan Sari Ater Hot Spring di Bandung Utara dan Kawah Putih, Ciwidey di Bandung Selatan.

Untuk mencapai Kawah Putih, Ciwidey, setelah keluar dari Tol Kopo Soreang, dari pertigaan mengambil arah kanan terus mengikuti jalan sampai sejauh 30-40 km. Meskipun relatif dekat, perjalanan memakan waktu tempuh yang

cukup lama, yaitu sekitar 2-3 jam karena kemacetan yang diakibatkan angkot yang tidak tertib menaik turunkan penumpang serta deretan pedagang yang tumpah di bahu jalan. Dua titik rawan macet di jalur itu adalah Pasar Kopo dan Terminal Bis Soreang.

Setelah melewati kedua titik rawan macet ini, jalur perjalanan mulai menanjak. Berhati-hatilah dalam berkendara dan pastikan kendaraan dalam kondisi prima. Jalur ini melewati deretan kebun-kebun strawberry di kanan kiri jalan. Jika anda tertarik, silahkan menepi dan mencoba wisata petik strawberry atau sekedar mencicipi buah strawberry yang segar sambil menikmati hawa pegunungan yang sejuk. Bukan hanya strawberry yang

Page 39: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

39

DESTINASI

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

dibudidayakan di area ini, namun juga terdapat daun bawang dan bunga kol yang dapat dibeli di sepanjang perjalanan. Kesemuanya merupakan hasil kebun yang segar dengan kualitas terbaik.

Kawah Putih merupakan kawah Gunung Patuha, Jawa Barat yang merupakan gunung berapi tipe stratovolcano dengan ketinggian 2.434 mdpl. Selain Kawah Putih, Gunung Patuha masih memiliki kawah lainnya berupa kawah kering, yang berada lebih tinggi di bagian barat daya. Kawah Putih menyerupai danau dangkal dengan air yang berwarna putih kehijauan.

Danau Kawah Putih memiliki keunikan, yakni air danaunya dapat berubah-ubah warna. Kadangkala berwarna hijau apel kebiru-biruan, kadang berwarna coklat susu, namun paling sering tentu saja berwarna putih disertai asap tebal di atas permukaan kawah. Selain permukaan kawah yang berwarna putih, pasir dan bebatuan di sekitarnya pun berwarna putih, inilah agaknya nama Kawah Putih berasal.

Karena kandungan belerang di danau kawah putih tersebut sangat tinggi, pada zaman pemerintah Belanda sempat dibangun pabrik belerang dengan nama Zwavel Ontgining Kawah Putih. Kemudian pada zaman Jepang usaha tersebut dilanjutkan dengan nama Kawah Putih

Page 40: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

40

DESTINASI

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Kenzanka Goyoka Ciwidey yang langsung berada di bawah penguasaan militer Jepang. Belerang kawah putih oleh pemerintah militer Jepang dijadikan bahan baku untuk membuat peledak sebagai amunisi perang.

Dahulu kala menurut cerita turun temurun, masyarakat di sekitar Gunung Patuha menganggap puncak Gunung Patuha merupakan daerah yang angker dan pusat kerajaan Jin. Di sana juga bergentayangan arwah-arwah penasaran yang meninggal secara tidak wajar. Bahkan, binatang dan burung-burung pun tidak berani mendekat dan berkeliaran di area Kawah Putih. Sehingga saat itu, tak seorang pun berani menginjak area tersebut dan keindahan danau tetap terkubur sebagai misteri.

Pada tahun 1837, seorang ilmuwan Belanda, Dr. Franz Wilhelm Junghuhn mengadakan perjalanan ke daerah

Bandung Selatan. Ketika sampai di area Kawah Putih, Junghuhn merasakan suasana yang sunyi dan tak seekor binatangpun melintasi kawasan itu. Melihat kejanggalan itu, Junghuhn pun bertanya kepada masyarakat tentang situasi yang misterius tersebut. Dari masyarakat, Junghuhn mendapatkan keterangan bahwa daerah tersebut adalah pusat kerajaan Jin dan tempat bersemayamnya roh penunggu gunung, sehingga hewan dan burung pun tidak berani melintas. Junghuhn tentu tidak dapat menerima penjelasan itu. Sebagai seorang ilmuwan yang biasa berpikir logik, Junghuhn ingin menyingkap apa sebenarnya yang terjadi dan apa alasan binatang dan burung-burung takut melintas sehingga suasana sangat sunyi dan misterius. Ia melanjutkan perjalanan menembus hutan belantara untuk membuktikan apa sesungguhnya yang terjadi. Namun sebelum sampai ke puncak, Junghuhn tertegun melihat hamparan Kawah

Page 41: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

41

DESTINASI

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Putih yang sangat indah dengan pemandangan yang luar biasa.

Dari danau kawah itu keluar bau belerang yang menusuk hidung dan gas, maka terjawablah mengapa binatang dan burung-burung tidak mau melintasi area itu. Namun cerita tentang danau Kawah Putih yang merupakan pusat kerajaan Jin sudah terlanjur mendarah daging di masyarakat sekitar Gunung Patuha. Sehingga sampai sekarang pun anggapan itu masih ada dan berkembang di masyarakat yang membuat masyarakat tidak berani membuat kerusakan lingkungan alam di sekitar Gunung Patuha. Sebuah kearifan tradisi yang mungkin saja tidak didasari logika berpikir ilmiah, namun mampu menjaga lingkungan Kawah Putih tetap lestari (RED).

Page 42: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

42

VARIA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

VARIA

Ditangan perempuanlah masa depan bangsa dan negara berada. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa terletak di tangan-tangan penuh kasih

perempuan yang melahirkan, membesarkan dan mendidik calon-calon pemimpin bangsa di masa depan. Karena education starts from family, pendidikan dimulai dari keluarga, utamanya pendidikan karakter. Sebagaimana ungkapan: “people who are bad are made bad, but not born bad. We, the parents, the mother and the society are what

make them”. Tidak ada manusia yang dilahirkan buruk, kitalah yang membentuk mereka utamanya belaian kasih seorang ibu. Itulah hakikat Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi An-nisa’ u’ imad al-bilad: “Perempuan adalah tiang negara”. Apabila perempuan itu baik, maka negara akan baik, apabila perempuan itu rusak, maka negara akan rusak pula.

Demikian antara lain pokok pikiran yang disampaikan

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BELA NEGARA DALAM KESEHARIAN WANITA

DHARMA WANITA PERSATUAN KEMENKO POLHUKAM

Ny. Ratna Djoko Suyanto menyampaikan sambutan pada acara Sarasehan DWP Kemenko Polhukam.| Foto: Nusa Khatulistiwa

Page 43: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

43

VARIA

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Ratna Djoko Suyanto, isteri Menko Polhukam RI dalam acara pertemuan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenko Polhukam yang mengambil tema: Implementasi Nilai-nilai Bela Negara, Rabu (6/3) di Kemenko Polhukam.

“Ibu-ibu sekalian tentu ingat masa-masa di mana kita penuh kesabaran dan ketelatenan mendidik anak-anak, mengajarkan mereka mengeja, mengasah kecerdasannya dengan mengajarkan berhitung, memperluas cakrawalanya dengan membacakan dongeng dan memperteguh batinnya dengan pendidikan agama dan budi pekerti. Kita melakukan itu semua sebelum anak-anak kita siap melangkah memasuki babak baru kehidupannya, sebelum mereka mendapatkan pendidikan formal di luar rumah, mulai dari TK, SD, SMP, dan seterusnya. Bahkan, meskipun anak-anak kita telah memasuki usia sekolah dan memperoleh pendidikan dari seorang guru di sekolah, peran orang tua utamanya ibu tetap penting dalam mendidik dan merawat anak-anak dengan penuh kasih sayang”, ujar Ratna.

Lebih lanjut isteri Menko Polhukam itu menambahkan: “Lewat hal-hal yang nampaknya sederhana, perempuan menentukan masa depan bangsanya. Lebih jauh lagi, dibalik kelembutan belaian tangan-tangan kasih perempuan lah sejatinya terletak perjalanan kehidupan miliaran umat manusia. Kunci dari semua itu adalah: hati yang lembut, sifat yang penuh kasih dan kesediaan untuk berkorban bahkan dengan taruhan nyawa bagi orang-orang tercinta. Benarlah

apa yang disampaikan Mother Teresa: “Not all of us can do great things. But we can do small things with great love”.

Di masa lalu bela negara seringkali dimaknai sebagai bentuk perjuangan membebaskan bangsa dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Kemiskinan membuat masyarakat tidak mampu mengakses layanan kesehatan sehingga mereka rentan terhadap penyakit dan gizi buruk karena kurangnya nutrisi. Sedangkan kebodohan dan keterbelakangan membuat masyarakat tidak memiliki daya saing. Semua itu masih tetap penting dan relevan, serta menjadi bagian dari agenda besar pembangunan bangsa. Lebih dari itu, bangsa Indonesia kini juga terus berjuang demi kemerdekaan atas belenggu korupsi, diskriminasi, tindakan anarkis, kerusakan lingkungan dan ekstremisme serta terorisme.

“Perempuan bersama dengan segenap komponen bangsa bersama-sama dituntut untuk dapat menjadi bagian dari solusi dalam pemecahan tantangan-tantangan tersebut. Sebuah tugas yang tidak ringan dan memerlukan kerja keras serta keikhlasan dari kita semua,” ungkapnya. “Dengan cinta yang besar meskipun dengan cara yang sederhana perempuan mengubah dunia, menginspirasi para pemimpin, dan menjadikan wajah bumi menjadi lebih baik. Perempuan adalah “Sang Surya yang menyinari dunia,” imbuh Ratna (RED).

Peserta Sarasehan DWP Kemenko Polhukam.| Foto: Nusa Khatulistiwa

Page 44: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

44

DIARY SIKIB

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) tak henti-hentinya mengkampanyekan Gerakan Indonesia Bersih Asri Indah (Berseri). “Kita terus

memotivasi dan memberikan dorongan kepada masyarakat agar semakin peduli dalam menyehatkan lingkungannya terutama di lingkungan sekolah, agar kepedulian terhadap kesehatan lingkungan itu bisa dimulai sejak dini”, kata Ratna Djoko Suyanto usai acara silaturahmi dan kampanye Gerakan Indonesia Bersih Asri Indah (Berseri) di SLBN

1 Palangka Raya, Kalteng Selasa (26/2) siang. “Kita mengampanyekan perilaku peduli sanitasi dan Gerakan Indonesia Berseri melalui peran anak-anak sebagai agen perubahan. Apalagi masa depan lingkungan akan sangat bergantung terhadap bagaimana kita memperlakukannya saat ini”, imbuhnya.

Gerakan Indonesia Berseri merupakan salah satu program SIKIB yang dilakukan melalui berbagai upaya

JADIKAN ANAK INDONESIA AGEN PERUBAHAN BAGI INDONESIA BERSERI

GERAKAN INDONESIA BERSERI

Ketua II SIKIB Ratna Djoko Suyanto.| Foto: Nusa Khatulistiwa

DIARY SIKIB

Page 45: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

45

DIARY SIKIB

Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

bersama dan tindakan nyata dengan sasaran lokasi mencakup seluruh fasilitas publik, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana instansi milik pemerintah, sarana infrastruktur, sarana milik swasta dan pemukiman warga yang harus bersih, bebas dari sampah dan polutan. Gerakan Indonesia Berseri diwujudkan salah satunya melalui kerjasama dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum untuk menggelar Jambore Sanitasi yang dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan tersebut telah digelar sejak tahun 2009 lalu sebagai ajang berkumpul para Duta Sanitasi se-Indonesia, yang bertujuan mempersiapkan dan menyiapkan Duta-Duta Sanitasi agar dapat menjadi agen perubahan khususnya dalam mengubah perilaku masyarakat dan menyampaikan pesan sanitasi kepada lingkungan di sekitarnya (keluarga, sekolah dan masyarakat). Seluruh daerah termasuk Kalteng diharapkan dapat melakukan seleksi Duta Sanitasi di daerahnya masing-masing untuk dikirim guna mengikuti Jambore Sanitasi pada pertengahan tahun di Jakarta.

SIKIB berharap agar Pemerintah Daerah, khususnya

Pemerintah Kalteng dan Kota Palangka Raya dapat mewujudkan Gerakan Indonesia Berseri ini dari hal terkecil yang berdampak ke lingkungan sekitar, misalnya mulai dari sekolah berlanjut ke rumah sampai ke lingkungan kota secara umum

Shanastasia Swastila, Duta Sanitasi 2010, mengaku sangat mendukung kebijakan pemerintah dengan menggelar Jambore Sanitasi. Selama menjadi Duta Sanitasi, gadis yang akrab disapa Shanas ini mendapat banyak pelajaran berharga tentang menjaga kebersihan dan kesehatan. “Keberadaan sampah saat ini menjadi permasalahan tersendiri. Mulai dari berbagai macam penyakit dapat ditimbulkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik. Selain itu, sampah yang tidak terkelola ini dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan, seperti banjir. Kami berharap kebersihan itu bisa dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekolah, yakni dengan cara 3R, yaitu Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali), dan Recycle (daur ulang). Dengan langkah ini sampah akan dapat berkurang”, tutur Shanas (RED).

Rombongan SIKIB foto bersama di sela-sela kunjungan ke Palangkaraya.| Foto: Nusa Khatulistiwa

Page 46: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

46 Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Bunga kamboja (Plumeria acuminata ait) merupakan salah satu jenis tanaman bunga yang cukup populer di Indonesia. Pada sebagian besar masyarakat

Indonesia, tanaman ini ibarat paradoks, di satu sisi dari segi fisik dan performanya sangat menawan namun karena sering ditanam di sekitar kuburan membuat tanaman ini identik dengan hal-hal yang menakutkan.

Tanaman kamboja mudah ditanam dan tidak memerlukan perawatan khusus. Membudidayakan tanaman kamboja bisa dilakukan dengan beragam cara seperti vegetatif maupun generatif. Secara vegetatif memperbanyak kamboja bisa dengan disetek ataupun cangkok di bagian batangnya. Secara generatif dilakukan dengan menyemai biji kamboja pada media tanam.

Bunga kamboja memiliki rasa manis. Secara kimia getah bunga kamboja mengandung senyawa karet,  senyawa triterpenoid, lupeol, dan amyrin. Sedangkan kulit batangnya mengandung plumierid, zat pahit yang beracun. Hampir seluruh bagian tanaman kamboja, terutama daun mengandung senyawa fulvoplumierin.

Sebetulnya, ada banyak sekali kegunaan dari tanaman kamboja ini, salah satunya sebagai tanaman hias karena sudah banyak kerabat dari kamboja yang dijadikan sebagai tanaman hias seperti  adenium, mandevila,  dan juga pachypodium.

Senyawa fulvoplumierin yang terdapat di hampir seluruh bagian tanaman ini bermanfaat untuk menghambat disentri, radang saluran pernafasan, TBC, maupun hepatitis. Umumnya, mayoritas masyarakat di Indonesia

MISTERI DI BALIK KEINDAHAN KAMBOJA

KLINIK KLINIK

Page 47: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

47Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

belum memaksimalkan fungsi tanaman kamboja ini. Mungkin juga belum banyak yang tahu bahwa bunga kamboja ini termasuk bunga yang bisa dimakan layaknya bunga-bunga lainnya seperti bunga pepaya dan bunga turi. Namun, ternyata di balik eksotika bunga kamboja tersimpan misteri berupa khasiat pengobatan yang luar biasa. Beragam manfaat, misalnya meredakan demam, menghentikan batuk, melancarkan keluarnya air seni, mencegah pingsan, menghentikan mencret, dan lainnya. Berikut beberapa contoh pemanfaatan tanaman kamboja untuk kesehatan.

Antibiotik dan Mengobati Sakit Gigi

Getah kamboja mengandung alkaloid, tanin, flavonoid dan triterpenoid yang sangat bermanfaat untuk antibiotik, tentunya dengan dosis yang tepat. Getah kamboja juga sangat ampuh untuk meredakan sakit akibat gigi berlubang. Caranya dengan mengambil beberapa tetes getah kamboja dengan menggunakan kapas, kemudian letakkanlah kapas tersebut pada gigi yang sakit. Dosisnya cukup 1-2 kali saja perhari. Meski demikian, perlu diperhatikan bahwa pengobatan dengan getah tersebut sifatnya hanya sementara dan bukan dimaksudkan untuk mengobati penyakitnya.

Teh bunga kamboja

Teh bunga kamboja sangat berkhasiat untuk memberikan efek sejuk (adem) bagi pencernaan. Untuk mendapatkan khasiatnya, teh bunga kamboja harus dikonsumsi secara rutin.

Mengobati bisulUntuk mengobati bisul, daun kamboja dipanaskan di atas api sampai layu, kemudian olesi dengan minyak zaitun. Lalu, daun tersebut ditempelkan pada bisul dalam keadaan masih hangat.

Mengobati kaki bengkakAkar dan batang kamboja juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati kaki bengkak dan tumit yang pecah-pecah. Caranya dengan merebus akar dan daunnya sampai mendidih kemudian tambahkan garam mineral. Gunakan air rebusan daun, akar, dan garam tersebut untuk merendam kaki yang bengkak dua kali sehari.

Itulah beberapa manfaat dari tanaman kamboja yang besar kemungkinan masih belum banyak disadari dan diketahui olah masyarakat (RED).

KLINIK

Page 48: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

LENSA PERISTIWA

LP Menko Polhukam berfoto bersama Direktur Eksekutif ASEAN Foundation, DR. Makarim Wibisono pada acara opening ceremony Forum on ASEAN Culture of Peace.

LENSA

01

LENSA PERISTIWA

LP Menko Polhukam menerima audiensi Kaukus Papua di Kantor Kemenko Polhukam.

LENSA

0248 Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Page 49: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

LENSA PERISTIWA

LP Menko Polhukam menerima Courtesy Call Chief of Staff Japan Ground Self-Defense Force, General Eiji Kimizuka.

LENSA

03

LP Menko Polhukam menerima courtesy call Dubes Turki untuk Indonesia HE. Zekeriya Akçam.

LENSA

0449Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Page 50: Nusa Khaulistiwa Februari 2013

LENSA PERISTIWA

LP Menko Polhukam menyampaikan Keynote Speech pada acara launching BeritaSatu Indonesia Mencari Pemimpin.

LP Ny. Ratna Djoko Suyanto menyampaikan sambutan pada acara sarasehan DWP Kemenko Polhukam.

LENSA

LENSA

05

0650 Nusa Khatulistiwa Februari - Maret 2013

Page 51: Nusa Khaulistiwa Februari 2013
Page 52: Nusa Khaulistiwa Februari 2013