NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 ·...

158
NURLAILA SYAHIDAH PENERAPAN HADIS KESERTAAN MAHRAM PADA SAFAR PEREMPUAN (STUDI KASUS KESERTAAN MAHRAM PADA HAJI DAN UMRAH) Penerbit

Transcript of NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 ·...

Page 1: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

NURLAILA SYAHIDAH

PENERAPAN HADIS KESERTAAN MAHRAM

PADA SAFAR PEREMPUAN

(STUDI KASUS KESERTAAN MAHRAM PADA HAJI DAN UMRAH)

Penerbit

Page 2: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Judul :

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan

(Studi Kasus Kesetaraan Mahram pada Haji dan Umrah)

Penulis :

Nurlaila Syahidah

Cover dan Layout :

Toto Tohari

Cetakan Pertama, April2017

Diterbitkan oleh :

CV Pustaka Sedayu

Jl. Aria Putra Gg. H. Betong Rt.007/018 Kel. Kedauang

Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan

ISBN :

978-602-70368-2-1

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta :

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini ke dalam

bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk

fotokopi, merekam, atau dengan teknik perekam lainnya, tanpa

izin tertulis dari Penerbit. Undang-undang No 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat

(1), (2), dan (6)

Page 3: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas
Page 4: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas
Page 5: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas
Page 6: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan| iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillȃhi biniʻmati tatimmu al-Sȃliẖȃt, ungkapan

syukur tiada terhingga kehadirat Rabbul „alamin… yang telah

memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penelitian

ini dapat diselesaikan.

Tulisan ini membincangkan tentang implementasi atau

praktek hadis kesertaan mahrampada perjalanan jama‟ah haji dan

umrah perempuan. Kajian ini penting untuk dilakukan karena

animo atau keinginan masyarakat untuk melaksanakan ibadah

haji semakin tinggi, dengan antrian keberangkatan yang cukup

panjang. Sehingga sebagian besar dari mereka memilih umrah

sebagai salah satu solusi untuk segera sampai ke baitullah. Maka

semakin menjamur pula badan-badan swasta yang bergerak

dibidang pelaksanaan haji dan umrah. Dengan demikian,

muncullah kasus-kasus yang berhubungan dengan kegiatan haji

dan umrah yang perlu dikaji untuk memberikan atau menawarkan

solusi kepada badan yang berwenang mengeluarkan kebijakan

terkait masalah haji dan umrah. Dalam tulisan ini akan dibahas

lebih focus kepada permasalahan praktek kesertaan mahrambagi

jama‟ah haji dan umrah perempuan.

Kegiatan haji dan umrah berhubungan dengan beberapa

badan resmi. Yakni kedutaan Arab Saudi, badan pengawas

kegiatan haji dan umrah Arab Saudi, kemetrian Agama dan agen

perjalanan haji dan umrah. Untuk di Indonesia kementrian

Page 7: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | iv

Agama sebagai badan tertinggi pengawas sekaligus pelaksana

kegiatan haji dan juga sebagai pengamat kegiatan umrah.

Sedangkan untuk pelaksana kegiatan umrah, sepenuhnya

diserahkan kepada badan-badan swasta.

Sebagai badan tertinggi, kemetrian Agama memiliki

wewenang mengeluarkan kebijakan dan peraturan terkait

pelaksanaan kegiatan haji dan umrah Indonesia. Peraturan dan

perundang-undangan juga dapat diamandemen oleh kementrian

Agama pada bagian direktorat jendral pelaksanaan haji dan

umrah. Segala peraturan dan perundang-undangan yang

dikeluarkan oleh kementrian Agama berkenaan dengan persiapan

dan pelaksanaan kegaiatn haji dan umrah, harus diikuti oleh

badan-badan swasta dalam melaksanakan kegaitan haji dan

umrah.

Badan-badan swasta pelaksana kegiatan haji dan umrah

harus memiliki izin resmi dari kemetrian Agama dan badan

swasta pengawas kegiatan haji dan umrah Arab Saudi. Sebelum

memiliki izin operasional badan swasta juga harus mencapai

persyaratan-persyaratan untuk menjadi badan resmi pelaksana

kegaitan haji dan umrah. Selain itu, badan swasta juga harus

menjalin kerja sama dengan beberapa badan pelaksana kegiatan

haji dan umrah Arab Saudi.

Pembahasan hadis kesertaan mahram pada safar haji dan

umrah jama‟ah perempuan, mempunyai nilai tersendiri. Hal ini

Page 8: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v

dibahas secara khusus karena didalam Islam perempuan

dihormati dan dijaga keamanannya. Sehingga redaksi hadis-hadis

tentang kesertaan mahram ini, ada yang bersifat umum untuk

setiap perjalana bagi perempuan. Adanya perintah ini, bukan

menjadi suatu pengekangan terhadap perempuan. Akan tetapi

untuk memulyakan dan menghormati perempuan dari keamana

keadaan yang ada disekitarnya. Hal tersebut terlihat pada redaksi

matan hadis, ada yang menyatakan secara terperinci siapa saja

yang hendaknya menemani perempuan dalam safar. Selain itu,

ada juga redaksi hadis yang menyebutkan rentang waktu

hendaknya seorang perempuan disertai mahram dalam safar nya.

Dari sekian banyak redaksi hadis tentang kesertaan

mahrampada safar perempuan, menimbulkan banyak pula

pandangan penafsiran para ulama tentang maksud pesan yang

ditunjukkan oleh hadis. Dengan kompleknya penafsiran yang ada,

akan semakin memudahkan menganalisa praktek kesertaan

mahramyang dilaksanakan oleh kementrian Agama dan badan-

badan pelaksana kegiatan haji dan umrah. Maka pembahasan

tentang kesertaan mahrampada pelaksanaan haji dan umrah bagi

jama‟ah perempuan disajikan pada bab-bab selanjutnya.

Selesainya penelitian dan penulisan sederhana ini tentu

saja tidak lepas dari motivasi, partisipasi dan do‟a dari berbagai

pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menghaturkan ucapan Terima Kasih kepada berbagai pihak yang

Page 9: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | vi

telah berperan dan berpartisipasi dalam penulisan dan penelitian

ini.

Pertama penulis mengucapkan Terima Kasih kepada para

guru dan dosen, teruama Dr. Atiyatul Ulya, M.A. selaku Ketua

Program Magister (S2) Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dan

sekaligus sebagai dosen pembimbing penulisan tesis ini yang

selalu memberikan motivasi, arahan, bimbingan, kritik dan

koreksi terhadap proses penulisan dan penelitian karya ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada tim penguji;Prof.

Dr. Masri Mansoer, M.A., Dr. Fuad Thohari, M.A., Dr.

Bustamin, M.Si. dan Maulana, M.A. yang telah memberikan

masukan dan kritik untuk perbaikan tesis ini.

Kepada kedua orang tua ayahanda tercinta H. Halimi

(alm.)- ibunda Asminah dan abah Rubayah (alm.)- ibunda Hj. Siti

Mukminah yang selalu mendo‟akan dan memberi motivasi

kepada penulis demi kesuksesan studi ini dengan ucapan Terima

Kasih dan rasa Syukur yang tak terhingga Kepada Allah SWT.

Terima Kasih juga penulis sampaikan kepada suami

tercinta Moh. Isma‟il Marzuqi, S.Pd.I yang selalu setia

menemani, menjadi mitra berdiskusi dan memotivasi dalam suka

maupun duka. Demikian pula kepada saudara-saudaraku

tersayang: Umi Istiqamah, Nur Qamariyah, Zulkifli dan Rahmat

Santoso, S.E. yang selalu memberikan support dan motivasi

kepada penulis hingga terselesainya studi dan penulisan ini.

Page 10: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | vii

Kepada para guru, kiyai, ustaz keluarga besar Pesantren

al-Qur‟an Nur Medina ustz. H. Endang Husna Hadiawan, S.Ag

dan ibu Hj. Arbiyah Mahfuz, S.Th.I, S.Q. yang menjadi orang tua

dan sahabat diperantauan.Teman-temanku keluarga besar

Pesantren Yatim Cahaya Madinah dan teman-teman yang lain

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Merekalah yang

menjadi mitra penulis dalam berdiskusi dan banyak berpartisipasi

sehingga terselesainya penulisan ini.

Page 11: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | viii

ABSTRAK

Safar ditafsirkan oleh para ulama dengan penafsiran yang

berbeda-beda sesuai dengan latar belakang masing-masing ulama.

Untuk safar haji dan umrah memiliki titik focus pembahasan

tersendiri. Yakni berangkat dari berbagai kasus aturan kesertaan

mahram yang diterapkan oleh badan-badan pelaksana haji dan

umrah untuk jama‟ah perempuan. Hal ini dikarenakan semakin

tingginya animo masyarakat untuk berangkat ke tanah suci.

Didukung dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah Arab Saudi tentang keharusan kesertaan mahram,

bagi setiap perempuan yang berkunjung kesana. Untuk memenuhi

kebijakan dan peraturan tersebut, badan-badan pelayanan ibadah

haji dan umrah semakin disibukkan dengan hal-hal yang dapat

memenuhi persyaratan dan peraturan yang ditetapkan oleh

pemerintah Arab Saudi. Seperti adanya kebijakan membayar

uang maẖram bagi jama‟ah perempuan yang berusia kurang dari

40 tahun. Apakah cara yang dilakukan untuk memenuhi

persyaratan yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi tersebut,

telah sesuai dengan syari‟at dan benar-benar telah mencapai

maqâsid al-Syarîʻah.

Untuk mendapatkan data-data dari kasus atau masalah

yang diteliti, penulis membatasi penelitian hadis pada kutûb al-

Tisʻah. Metodepengumpulan data dengan studi lapangan dan studi

pustaka (Library Riserch). Yakni dengan metode wawancara

langsung kepada badan-badan pelaksana kegiatan haji dan umrah,

jama‟ah haji dan umrah perempuan serta kepada personal-

personal tertentu yang berkaitan dengan pengurusan kegiatan haji

dan umrah. Selain itu, didukung dengan data-data yang didapat

dari kitab-kitab turatshadits dan fiqh agar mendapatkan dasar-

dasar teori yang berkenaan dengan ruang lingkup hadits dan fiqh.

Sehingga informasi penerapan kesertaan mahramdapat dianalisis

dengan baik berdasarkan dasar-dasar teori yang diungkapkan oleh

para ulama.

Page 12: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | ix

Pada penelitian ini, penulis menemukan bahwa penerapan

hadis kesertaan maẖramoleh Kementerian Agama dan biro

wisata, berdasarkan pada peraturan yang ditetapkan oleh

Pemerintah Arab Saudi. Kementerian Agama dan biro wisata

hanya mengikuti, terlepas dari pemaham terhadap hadis kesertaan

maẖram. Ketetapan Pemerintah Arab Saudi yakni kewajiban bagi

jama‟ah perempuan untuk disertai maẖram berdasarkan pada

pendapat imam Hanafi dan Imam Aẖmad. Sedangkan penerapan

kesertaan maẖram oleh Kementerian Agama disatu sisi

mengikuti pendapat imam Hanafi dan imam Aẖmad, disisilain

mengikuti pendapat Imam Syafiʻi dan imam Malik yakni jika

tidak ada maẖramnasab dan maẖrampernikahan dapat digantikan

dengan maẖram rombongan. Sedangkan kebijakan membayar

uang maẖrambagi jama‟ah umrah perempuan oleh biro wisata

bukan kebijakan dari Pemerintah Arab Saudi dan tidak termasuk

dalam syariʻat.

Page 13: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf

dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis ini,

transliterasi Arab-Latin mengacu pada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi, Tesis, dan Disertasi Universitas Islam Negeri (UIN)

Jakarta” secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan أ

b Be ة

t Te د

ts te dan es س

J Je ط

h h dengan garis bawah ػ

kh ka dan ha ؿ

d De د

dz de dan zet ر

r Er س

z Zet ص

S Es ط

sy es dan ye ػ

s es dengan garis bawah ؿ

d de dengan garis bawah ك

Page 14: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | xi

t te dengan garis bawah ط

koma terbalik diatas hadap „ ع

kanan

gh ge dan ha ؽ

F Ef ف

Q Ki م

K Ka ى

L El

M Em

N En

W We

H Ha

Apostrof , ء

١ Y Ye

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa

Indonesia,terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal

rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Page 15: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | xii

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

a Fathah ـــــــ

i Kasrah ــــــــ

u Dammah ــــــــ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya

adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

ai a dan i ـــــــــــ ١

au a dan u ــــــــــ

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam

bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

ȃ a dengan topi di atas ئــب

ȋ i dengan topi di atas ــــ٢

ȗ U dengan topi di atas ــــ

Page 16: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | xiii

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab

dilambangkandengan huruf yaitu alif lam. Dialih aksarakan

menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun

qomariyah. Contoh: al-rijȃl bukan ar-rijȃl, al-dȋwȃn bukan ad-

dȋwȃn.

5. Syaddah (Tasydȋd)

Syaddah atau tasydȋd yang dalam sistem tulisan arab

dilambangkan dengan sebuah tanda ()ـــــــ dalam alih aksara ini

dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf

yang diberi tanda syaddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf syamsiyah. Misalnya, kata اضشسح tidak

ditulis ad-darȗdah melainkan al-darȗrah, demikian seterusnya.

Ta Marbȗtah

Berkaitan dengan aksara ini, jika huruf ta marbȗtah

terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialih

aksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh satu dibawah). Hal

yang sama juga berlaku jika ta marbȗtah tersebut diikuti oleh

kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbȗtah

tersebut diikuti kata benda (ism) maka huruf tersebut dialih

aksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Page 17: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | xiv

No Kata Arab Alih Aksara

tarȋqah طش٣وخ 1

Al-jȃmi„ah al-islȃmiyyah اغب ؼخ اإلعال٤خ 2

Wahdat al-wujȗd ؽذح اعد 3

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan arab, huruf capital tidak

dikenal dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga

digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam

ejaan yang disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat,

nama bulan, nama diri dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika

nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan

huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf

awal atau kata sandangnya. (contoh: Abȗ Hamid al-Ghazali

bukan Abȗ Hamid Al-Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga

dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan

mengenai huruf cetak miring (itali) atau cetak tebal (bold). Jika

,menurut EYD judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka

demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama untuk nama-nama tikih yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialih

aksarakan meskipun akar kjatanya berasal dari bahasa Arab.

Page 18: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | xv

Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak Abd al-Samad

al-Palimbani; Nurudin al-Raniri tidak Nur al-Dȋn al-Raniri.

Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi„l) kata benda (ism) atau

huruf (harf ) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa

contoh alih aksara aats kalimat-kalimat dalam bahsa Arab,

dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan diatas.

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-Ustȃdzu ر ت ا العزبر

tsabata al-ajru صجذ االعش

Aa-harakah al-„Asyriyyah اؾشذ اؼقش٣خ

Asyhadu an lȃ ilȃha illȃ Allȃh أؽذ ا ال ا اال اهلل

Maulȃna Malik al-Sȃlih الب ي اقبؼ

Yu‟atstsirukum Allah ٣ؤصش اهلل

al-Mazahir al-„aqliyyah اظبش اؼو٤خ

al-ȃyȃt al-kauniyyah اال٣بد ا٤خ

-Al-daruratu tubȋhu al اضشسح رج٤ؼ اؾضساد

maẖḏȗrȃt

Page 19: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | xvi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK vii

PEDOMAN TRANSLITASI x

DAFTAR ISI xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 10

C. Studi Terdahulu yang Relevan 12

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 13

E. Metodologi Penelitian 14

F. Sistematika Penulisan 16

BAB II KONSEP DASAR MAHRAM

A. Pengertian Mahram 18

B. Mahram dalam Kutȗb al-Tis„ah 22

1. Hadis-hadis Tentang Mahram 22

2. Takhrij Hadis 26

3. Kritik Sanad Hadis 37

C. Mahram dalam Perspektif Fiqh 54

1. Mahram Muabbad 54

2. Mahram Mu‟aqqat 59

D. Kontekstualisasi dan Pandangan Ulama Tentang Mahram

dalam Safar 65

1. Mahramdalam Safar Menurut Pandangan Ulama 65

2. Rentang Waktu Kesertaan MahramPada safar

Perempuan 69

3. Anjuran Kesertaan MahramPada Safar Perempuan 71

BAB III APLIKASI KESERTAAN MAHRAM PADA

PELAKSANAAN HAJI DAN UMRAH

A. Kebijakan Kementrian Agama Pada Perjalanan Haji dan

Umrah 84

B. Pemahaman dan Penerapan Kesertaan Mahram Pada Biro

Wisata 94

Page 20: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | xvii

C. Problem Penerapan Praktek Mahram Pada Perjalanan Haji

dan Umrah 100

D. Analisis Aplikasi Kesertaan Mahram 107

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 119

B. Saran 121

DAFTAR PUSTAKA 122

Page 21: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang lengkap dalam tatanan

syariʻatnya.Sebagai agama yang lengkap, Islam memberikan

aturan dan tuntunan pada hampir seluruh aspek manusia dan

kemanusiaan mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut.Begitu

pula segala hal ihwal aktifitas manusia mulai dari bangun tidur

sampai tidur kembali juga diatur dalam Islam.

Selain agama yang lengkap Islam juga merupakan Rahmatan

li al-„alamȋn.Oleh karena itu, Islam menawarkan solusi di setiap

aturan dan ketentuan yang diberlakukan –hal ini, bisa diketahui

diantaranya dengan merenungkan hikmah di setiap aturan

syari‟at–. Hampir tidak ada aturan atau ketentuan syari‟at yang

diberlakukan tanpa ada aspek dar‟u al-mafȃsid (menghindari

kerusakan) dan atau aspek jalbu al masȃlȋẖ(mendapatkan

kemanfaatan).

Setiap ketentuan syari‟at Islam juga mempertimbangkan

prinsip-prinsip dasar yang dikenal dengan maqâsid al-Syarîʻah.

Diantara prinsip dasar tersebut yaitu; hifzu al-dȋn (menjaga

agama), hifzu al-nafs (menjaga jiwa), hifzu al-ʻaql (menjaga

akal), hifzual-nasl (menjaga keturunan) dan hifzual-mȃl (menjaga

harta). Selain itu hampir setiap perintah atau larangan dalam

Page 22: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 2

syari‟at Islam pasti ada hikmah atau nilai positif yang bisa

diperoleh bagi pelaksananya bahkan bagi yang berada disekitanya

yang belum melaksanakannya. Akantetapi, masih ada orang-

orang yang beranggapan bahwa syariʻat Islamadalah sebuah

dogma tentang ritual peribadatan yang bersifat mengekang,

memberatkan, atau bahkan merugikan pemeluknya.

Untuk menghindari kesalahpahaman ini, setiap umat Islam

dianjurkan untuk mengetahuiterlebih dahulu ilmu dari setiap

amalan yang akan dikerjakan sebelum mengerjakan amalan

tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya, seseorang akan

terhindar dari kesalahan yang diakibatkan oleh ketidaktahuan.

Selain itu hendaknya perintah atau syariʻatdikerjakan secara

sempurna sehingga benar-benar dapat menimbulkan impact atau

pengaruh positif bagi yang mengerjakan atau bahkan bagi

lingkungan sekitar.

Diantara aturan atau ketentuan syari‟at–yang menyiratkan

“raẖmatan li al- „alamȋn”–adalah ketentuan syariat Islam atas

perempuan, yakniIslamsangat memuliakan dan menghormati

perempuan–Sebagai wujud pemuliaan dan penghormatan Islam

pada perempuan–Ada beberapa ketentuan yang diberlakukan

syari‟at Islam khusus untuk perempuan. Diantaranya adalah

kesertaan maẖram1 perempuan pada safar (perjalanan/bepergian).

1Kata maẖram berasal dari lafaz haram yang berarti terlarang atau

dilarang. Kata tersebut, merupakan isim maf‟ûl, bentuk dasar dari kata ẖarama

(fi‟il mâdhî) atau bisa juga ẖarima atau ẖaruma. Kata maẖram dengan

jama‟nya maẖârim memilki makna mâ lâ yaẖillu intihâkuhâ (sesuatu yang

Page 23: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 3

Ketentuan kesertaan maẖram perempuan pada safar inidapat

ditemukan pada beberapa nas hadis Nabi Saw. diantaranya hadis

yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas.

ؼذ ع ؼجذ هب أث٢ ؼذ اج٢ ف٠ اهلل ػ ع ػجبط ٣و اث

ؾش ؼب ر شأح إب سعجـئ :ب ٣خ ٣خطت ٣و ع ػ٤

اهلل ٣ب سع كوب سع . كوب ؾش غ ر شأح إب ب رغبكش ا

إ٢ ا شأر٠ خشعذ ؽبعخ ا ززإ زا. هب زا ح جذ ك٢ ؿض

شأري. غ ا طن كؾظ ا

“Janganlah seorang perempuan menyendiri dengan seorang laki-laki

kecuali dengan maẖram-nya dan janganlah seorang perempuan

melakukan perjalanan kecuali disertai maẖram-nya.Seorang laki-laki

berdiri dan berkata: “wahai Rasulallah istriku bepergian untuk suatu

kepentingan dan Aku mendapat mandat untuk berperang. Rasul saw

menjawab: “Pergilah berhaji bersama istrimu”.2

Dalâlah yang ditunjukkan pada hadis tersebut menurut

imam al-Nawȃwi adalah kebolehan seorang maẖram menemani

safar perempuan karena dia tidak boleh menikahinya, sedangkan

bagi yang bukan maẖram-nya tidak boleh menemani, karena

boleh menikahi.3Dari hadits ini, dapat diketahui bahwa seorang

perempuan tidak diperbolehkan berduaan dengan lelaki yang

tidak boleh dilanggar). Lihat Ahmad Warsun Munawwir, Kamus Munawwir

Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.257. 2 Imam Bukhârî dan Muslim yang meriwayatkan hadis ini dengan

lafaz yang hampir sama, dalam satu riwayat disebutkan lafaz dari imam

Muslim. Imam Muslim, Saẖîẖ Muslim, juz 2, bâb Safara Mar‟ah

ma‟aMaẖramin, no.424, Maktbah al-Syâmilah. 3Imam al-Nawawi, Saẖîẖ Muslim bi Syarẖi al-Nawawî, (Bairut:Dar al-Fikr,

t.t), h.103.

Page 24: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 4

bukanmaẖram-nya dan tidak diperbolehkan bepergian –walaupun

untuk keperluan ibadah sekalipun–tanpa disertai maẖram-nya.

Ketentuan hadis ini bukanlah ketentuan yang bersifat

membatasi perempuan dan mengekang dari segala aktifitas.Justru

sebaliknya, hadis ini memberikan hak kepada wanita untuk

beribadah layaknya laki-laki dengan mempertimbangkan maqâsid

al-Syarȋ‟ah.Diantaranya menjaga wanita dari segala bahaya–baik

mengenai nyawa, kehormatan atau keturunan–yang mengancam,

sehingga menimbulkan ketidak amanan bagi perempuan

tersebut.Hal ini dimaksudkan agar perempuan tersebut

mendapatkan keamanan.Dimana keamanan merupakan syarat

seseorang diperbolehkan bepergian.

Pemahaman mengenai maksud hadis ini sangatlah penting

agar tidak terjadi kesenjangan dan kesalahpahaman antara

maksud atau kandungan hadis dan penerapan lapangan.Sehingga

tidak keluar dari koridor maqâsid al-Syarȋʻah.4 Pemahaman yang

tidak sesuai dengan pesan dan kandungan hadis akan

mengakibatkan penerapannya tidak sampai pada maqâsid al-

Syarȋʻah bahkan menimbulkan kemudaratan.

Hadis kesertaan maẖram perempuan pada safar ini berlaku

pada semua safar perempuan yang memang memerlukan

maẖram sebagai pendamping untuk keamanan,salah satunya

4 Muhammad Syahrûr, Prinsip dan Dasar Hermeneutik Hukum Islam

Kontemporer, alih bahasa Sahiron Syamsuddin, (Yogyakarta: ELSAQ Press,

2007), h. 216.

Page 25: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 5

adalah safar haji danumrah. Haji danumrah merupakan safar

yang mengharuskan keamanan sebagai syarat isthiṯâʻah.5Dan

merupakan syarat umum dalam pelaksanaan haji dan umrah.6

Akan tetapi dinamika sosio kultural masyarakat sekarang tentang

safar umrah mengantarkan pada pemahaman lain oleh sebagian

orang tentang kesertaan maẖram perempuan pada safar umrah.

Dinamika sosio kultural masyarakat tersebut diantaranya

adalah animo masyarakat untuk melaksanakan umrah dari waktu

ke waktu selalu meningkat.Hal ini dikarenakan terbatasnya kuota

haji sehingga menimbulkan waiting list atau daftar antrian yang

berkepanjangan. Disamping itu, kerinduan akan ibadah haji

semakin tak tertahankan, maka umrah dianggap sebagai salah

satu solusi instan untuk segera sampai ke tanah suci.

Hal tersebut dibuktikan dengan data dari Kementerian

Agama RI pada tahun 2015.Berdasarkan laporan dari Kantor

Urusan Haji (KUH) Indonesia di Jeddah, mulai dari 1 Januari

hingga 16 April tercatat 21.425 jama‟ah umrah. Jamaah tersebut

berangkat melalui 85 travel atau Penyelenggara Pelaksana Ibadah

Umrah (PPIU). Data tersebut meningkat jika dibandingkan

5 Abȗ Bakr „Usmân bin Muhammad Syath al-Dimyâtî, Hasyyah

I‟ânatu al-Thâlibîn „Ala Hal alfâẕ Fath al-Mu‟în li Syarhi Qurratu al-„Aîn bi

Muhimmâti al-Dîn,jilid 2, (Bairut: Dâr al-Kutûb, 2012), h.468. 6Penjelasan Malik bin Annas dalam sebuah hadis riwayat Abû „Isâ

Muhammad bin „Isâ bin Surah al-Tirmizî, tentang kesertaan maẖram dalam

ibadah haji. Pada Bâbu Mâ Jâ a Fî Karahiyati an Tusafiru Fî Mar‟ah

Wahdaha, hadis no.15 Maktabah al-Syâmilah dan pendapat imam Syafi‟I pada

masalah istitâ‟ah dalam ibadah haji dan umrah.

Page 26: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 6

dengan rekapitulasi per 2 April yaitu sebanyak 17.701 jamaah

umrah.Dengan rata-rata sekitar 266 jamaah umrah yang terbang

ke Saudi setiap hari.Perkembangan selanjutnya rekapan data per

30 April jamaah mencapai 22.411 dan terus meningkat rekapan

data 1 Januari hingga 7 Mei Jamaah mencapai 24.869

jamaah.Maka dapat diperkirakan rata-rata 5.602 jamaah umrah

Indonesia yang berangkat umrah setiap bulan. Peningkatan ini

akan semakin berlipat-lipat pada bulan Ramadhan dan hari hari

besar Islam lainnya.7

Sedangkan kasus pada September 2016, ditemukan 30

jama‟ah haji Indonesia tanpa masuk kuota haji nasional

Indonesia.Baik kuota nasional haji regular maupun kuota nasional

haji khusus.Jama‟ah tersebut masuk ke Arab Saudi menggunakan

visa ziarah.Mantan komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) menjelaskan bahwa nasib 30 jama‟ah haji nonkuota ini

spekulatif sekali.Sebab belum ada jaminan mereka lolos masuk

kawasan Armina.Ketika masuk kawasan Armina, ada pos

penjagaan (check point). Disetiap pos ini, jama‟ah haji akan

diperiksa legalitas visa hajinya. Jama‟ah haji nonkuota yang

boleh masuk ke Armina adalah jama‟ah kategori undangan

kerajaan Arab Saudi. Menurut pengamat jama‟ah haji, bahwa

masyarakat umumnya nekat menjadi jama‟ah haji nonkuota

7http://haji.kemenag.go.id/tingginya-minat-umrah.Kementrian Agama

R.I Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah, Affan Rangkuti, Rabu

29 April 2015, Senin 11 Mei 2015.Diakses pada 18 Februari 2016, pukul 10.

30 WIB.

Page 27: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 7

karena tidak sabar menunggu lamanya antrian haji. Antrian

jama‟ah haji ini, semakin membengkak karena adanya

pemotongan kuota atau jumlah jama‟ah haji Indonesia mencapai

20 persen pertahun.Kuota normal jama‟ah haji mencapai 211.000

dengan adanya potongan jama‟ah kini tinggal 168.800 orang.

Menurut laporan, bahwa kuota akan dinormalkan kembali jika

renovasi masjidil haram telah selesai. Pemerintah Arab Saudi

berjanji akan menyelesaikan renovasi masjidil haram pada tahun

2016 ini.8Sedangkan menurut wakil ketua komisi VIII DPR RI,

Ledia Hanifa Amalia menyatakan bahwa ditambahnya kuota

calon jama‟ah haji Indonesia akan mengurangi antrian calon

jama‟ah haji Indonesia. Namun, untuk calon jama‟ah umrah tidak

akan berkurang,karena faktor antrian haji masih cukup lama.

Penambahan kuota haji, tidak mengubah keinginan masyarakat

untuk pergi umrah karena jama‟ah umrah banyak dan travel

bermacam-macam. Dengan ini, Ledia berharap Direktorat

Pembinaan Haji dan Umrah Dalam Negeri untuk mengontrol

travel umrah yang ada di Indonesia. Pengecekan harus dilakukan

secara rutin, karena penyelenggara tidak hanya dipusat, namun

didaerah-daerah.9Pengecekan tersebut penting karena adanya

kasus jama‟ah haji Indonesia menggunakan pasporNegara lain.

Seperti kasus pada Agustus 2016, 177 jama‟ah haji Indonesia

menggunakan paspor Filipina.Menurut salah satu pengurus ormas

8www.radarpekalongan.com, 8 September 2016, diakses pada Rabu 5

Oktober 2016, pukul 13.00 WIB. 9 Jurnal Haji dan Umrah, Rabu 4 Muharram 1438 H/ 5 Oktober 2016.

Diakses pada Rabu, 5 Oktober 2016, pukul 13.30 WIB.

Page 28: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 8

Islam bahwa praktek penggunaan paspor Negara lain terutama

Filipina, Thailand dan Vietnam untuk menunaikan ibadah haji

sudah sering dilakukan oleh WNI, karena terbatasnya kuota

ibadah haji Indonesia.10

Data dan fakta diatas menunjukkan tentang

alasanmeningkatnya animo masyarakat untuk umrah. Selain itu,

dari masyarakat yang mendaftar umrah tersebut ada diantaranya

perempuan–baik yang sudah berkeluarga atau yang masih muda

dan belum berkeluarga–yang berangkat sendiri tanpa didampingi

oleh suami atau maẖram-nya.Dan Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah (PPIU) atau agen perjalanan ibadah haji dan

umrah sebagai lembaga yang diberikan wewenang oleh

Kementerian Agama untuk menyelenggarakan umrah

menerapkan ketentuan keharusan jama‟ah umrah perempuan

berusia dibawah empat puluh tahun yang tidak disertai maẖram,

membayar uang maẖram sesuai ketentuan yang ada. Sedangkan

bagi jama‟ah perempuan yang berusia diatas empat puluh tahun

tanpa disertai maẖram tidak diberlakukan hal tersebut.11

Penerapantersebut perlu diketahui bagaimana landasan

hukum atau ketentuan syariʻat yang dipahami sehingga terjadi dan

dilaksanakan pada setiap umrah perempuan yang tanpa disertai

maẖram. Karena jika tidak ada landasan hukum dari nas yang

10

www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/08/16.Diakses pada

5 Oktober 2016, pukul 14.24 WIB. 11

Wawancara dengan beberapa staf Biro Wisata dan T.U. Kementerian Agama

Page 29: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 9

qaṯʻi atau pertimbangan maqâsid al-Syarȋʻah maka ketentuan

membayar uang maẖramtersebut telah keluar dari syari‟at yang

ada. Dan bila hal ini terus dilakukan dikhawatirkan akan muncul

anggapan dari masyarakat awam bahwa aturan syari‟at bisa

diganti dengan uang sebagaimana ketentuan kesertaan maẖram

bisa diganti dengan uang maẖram,tentu ini akan berakibat fatal.

Dari kenyataan tentang kebijakan ini, penulis menduga ada

kesenjangan pemahaman antara teks hadis kesertaan

maẖrampada safarperempuan dengan praktik pada agen

perjalanan ibadah haji dan umrah. Kesenjangan yang dimaksud

adalah keharusan kesertaan maẖram diganti dengan kebijakan

membayar uang maẖram. Selain itu, praktek kesertaan mahram

diteliti untuk mengetahui bagaimana maksud syari‟atdalam

menetukan kesertaan mahram tersebut. Yakni dengan mengkaji

pemahaman para ulama dalam menafsirkan dalȃlah pada hadis

kesertaan mahram pada safar perempuan.

Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian

terkait pemahaman dan penerapan hadis kesertaan maẖram

perempuan pada safar(haji dan umrah) oleh badan penyelenggara

haji dan umrah.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Page 30: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 10

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

a. Siapa saja yang meriwayatkan hadis tentang maẖram

dan bagaimana kualitas hadis tersebut

b. Terdapat pada kitab apa saja hadis yang membahas

tentang kesertaanmaẖram

c. Apa kandungan makna hadis tentang kesertaan

maẖram

d. Bagaimana aplikasi atau praktek yang dilakukan

penduduk Makkah dan Madinah pada hadis-hadis

tentang kesertaanmaẖram

e. Apa dasar ketentuan persyaratan membayar uang

maẖram bagi jamaah umrah perempuan usia dibawah

40 tahun

f. Apa hubungan keharusan membayar uang maẖram

dengan kesertaanmaẖram

g. Bagaimana solusi yang ditawarkan ulama dalam

problem praktek maẖram pada jama‟ah haji dan

umrah

h. Bagaimana pemahaman dan praktek yang dilakukan

terhadap kesertaan maẖram oleh badan

penyelenggara haji dan umrah

i. Bagaimana hubungan pemahaman hadis tentang

kesertaan maẖram pada safar perempuan dengan

Page 31: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 11

keharusan membayar uang maẖram pada Jama‟ah

haji dan umrah

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian akan

lebih fokus pada kajian hadis-hadis tentang maẖram pada kutȗb

al-Tis‟ah. Kemudian melihat pada kandungan makna hadis

tersebut, serta melihat kesesuaian antara makna hadis kesertaan

maẖram yang dipaparkan oleh para ulama dengan penerapan atau

penerapan yang dilakukan oleh badan penyelenggara haji dan

umrah terhadap hadis tentang kesertaan maẖram pada

safarjama‟ah umrah perempuan.

3. Perumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan hadis kesertaan maẖrampada

jama‟ah perempuan oleh badan penyelenggara haji

dan umrah?

2. Darimana ketentuan membayar uang maẖram bagi

jama‟ah umrah perempuan dibawah usia 40 tahun?

3. Apakah semua kebijakan yang diterapkan oleh badan

pelaksana haji dan umrah sesuai dengan syariʻat?

C. Studi Terdahulu Yang Relevan

Penelitian seputar perempuan khususnya pada persoalan

maẖram, penulis menemukan jurnal Musawa Studi Gender dan

Islam, diterbitkan oleh UIN Yogyakarta, tahun 2005. Jurnal ini,

Page 32: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 12

membahas tentang persoalan maẖram dari sudut pandang al-

Qur‟an dan Hadis serta komentar ulama tentang makna dan

pemahan hadis secara tekstual dan kontekstual.Dalam jurnal

tersebut belum memperlihatkan bagaimana penerapan atau

praktek maẖramyang dilaksanakan. Sedangkan tulisan ini akan

menarasikan bagaimana kerja atau praktek maẖram yang berlaku

untuk melihat kesesuainan dengan syari‟at tentunya berdasarkan

pada al-Qur‟an dan hadis dan tidak lepas dari koridor maqâsid al-

Syarȋ‟ah.

Selanjutnya ditemukan penelitian tentang Manajemen

Pelayanan Haji di Indonesia yang dilakukan oleh Litbang

Departemen Agama RI.membahas tentang bagaimana pelayanan

haji diseluruh Indonesia. Dengan meneliti pelaksanaan bimbingan

dan segala sesuatu yang berhubungan dengan jamaah haji dari

berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Tulisan tersebut lebih

membahas pada sarana dan pelayanan yang dilakukan oleh badan

penyelenggara haji dan umrah.

Tesis ini merupakan lanjutan atas penelitian yang telah

penulis lakukan pada sekripsi yang berjudul Kontekstualisasi

Hadis Penyertaan Maẖram dalam Perjalanan Seorang

Perempuan. Disusun pada tahun 2013, pembahasan lebih fokus

kepada pemahaman secara kontekstual terhadap beberapa hadis

yang dianggap dapat mewakili tentang persoalanmaẖram pada

safar perempuan dan melihat bagaimana pandangan ulama serta

Page 33: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 13

ruang lingkup pembahasan hadis hanya pada kutȗb al-Sittah saja.

Perbedaan pada tesis ini adalah pembahasan lebih fokus pada

pemahaman hadis menurut pandangan ulama untuk menggali

pemahaman hadis yang diikuti oleh Pemerintah Arab

Saudi,sertapenerapan pada hadis kesertaan maẖram pada jama‟ah

umrah perempuan yang diterapkan oleh badan penyelenggara haji

dan umrah.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuandilakukannya penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pengaruh terhadap kebijakan atau penerapan

kesertaan maẖram yang dianggap belum sesuai dengan syariʻat,

terutama dalam konteks kesertaan maẖram perempuan pada

pelaksanaan haji dan umrah.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian tesis ini diharapkan memberikan manfaat

untuk:

a. Menambah pengkajian hadis dengan melihat problem

realita sosial yang terjadi di masyarakat, sehingga hadis

berperan untuk menjawab problem kemasyarakatan.

b. Menambah pengembangan terhadap kajian hadis

dengan melihat praktek terhadap hadis tentang

Page 34: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 14

kesertaan maẖram dalam safar perempuan, khususnya

pada konteks haji dan umrah.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data

primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang didapat

dari sumber pertama yakni hasil wawancara individu atau badan

tertentu yang berhubungan dengan aplikasi kesertaan maẖram.

Sedangkan data sekunder, berupa data primer yang telah

diolah lebih lanjut. Adapun topik penelitian ini, terfokus pada

bidang hadis dan pemahaman serta penerapan terhadap hadis

tentang kesertaan maẖram oleh badan penyelenggara haji dan

umrah. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini adalah data

pendukung yang diperoleh dari literatur pendukung yang

digunakan yaitu; pertama,literatur-literatur hadis atau kitab

syarhyang menjelaskan tentang hadis-hadis tersebut dan sesuatu

yang berhubungan dengannya.Kedua,literature yang berhubungan

dengan pandangan ulama klasik hingga kontemporer dalam

memandang konsep maẖram sehingga dapat meninjau lebih luas

untuk pengaplikasian hadis yang berhubungan dengan persoalan

maẖram.

Mengingat penelitian ini adalah penelitian lapangan maka

untuk mendapatkan data-data tentang pengetahuan yang

Page 35: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 15

berhubungan dengan pemahaman objek yang dikaji, akan

dilakukan wawancara kepada badan penyelenggara haji dan

umrah, jama'ah umrah perempuan atau objek tertentu yang

berhubungan dengan penelitian. Untuk memperoleh data

pendukung dilakukan juga kajian literatur12

atau bahan-bahan

yang bersifat kepustakaan. Sedangkan pendekatan yang

digunakan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif13

.Hal ini,

bertujuan agar penelitian mencapai maksud dari penelitian dan

selalu dapat mengikuti pertanyaan penelitian serta dapat

melaporkan pandangan informan dengan terperinci dan ilmiah.

2. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif-analitis. Yakni mendeskripsikan dan

menganalisa data-data yang berhubungan dengan persoalan

maẖram yang terjadi dimasyarakat serta menganalisa hadis-hadis

yang berhubungan dengan kesertaan maẖramdan terdapat dalam

kitab-kitab Kutûb al-Tisʻah. Selain itu, dilakukan juga analisa

terhadap kitab-kitab syarẖhadis, untuk mendapatkan dasar-dasar

12

Disebut juga kajian teori, studi pustaka, studi kepustakaan yang

banyak menguraikan landasan-landasan berfikir yang mendukung

penyelesaian masalah penelitian.Lihat, M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar

Ilmu Penelitian Ilmiah.(Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.77. 13

Pendekatan kualitatif didefinisikan sebagai proses investigasi

dimana peneliti berusaha memahami fenomena sosial secara bertahap dengan

membedakan, membandingkan dan meniru serta mengkatalogkan objek studi.

Lihat, John W. Creswell, Research Design; Qualitative & Quantitative

(terj.).cet II. (Jakarta: KIK Press, 2003), h. 4-6. Kualitatif merupakan

penelitian berupa pengumpulan data lebih dalam bentuk deskriptif dengan

kata-kata atau gambar. Lihat Prof. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif

Analisis Data, (Rajawali Press: Jakarta, 2011), h.3.

Page 36: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 16

pemahaman yang dipaparkan oleh para ulama.Untuk memperoleh

pemahaman konsep maẖram yang diterapkan oleh badan

penyelenggara haji dan umrah, dilakukan wawancara secara

langsung dengan personil-personil yang berhubungan yakni

badan penyelenggaraan haji dan umrah, seperti biro perjalanan

wisata, Kementerian Agama, Kedutaan Arab Saudi dan jama‟ah

haji dan umrah. Hal ini dilakukan agar lebih mengetahui

pandangan para personil atas terselenggaranya praktek

maẖrampada jama‟ah haji dan umrah, serta melihat pada suatu

ketentuan atau peraturan-peraturan yang ada dan dilaksanakan

oleh penyelenggara haji dan umrah.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari empat bab, pada

tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Bab

pertama,pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,

identifikas masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kajian

terdahulu yang relevan, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan. Bab kedua, membahas seputar konsep dasar maẖram

dalam perspektif fiqih, kajian terhadap hadis-hadis tentang

maẖram yang terdapat pada kutȗb al-Tis‟ah,serta kontekstualisasi

dan pandangan para ulama pada penafsiran hadits kesertaan

maẖram padasafarperempuan.Bab ketiga, tinjauan pemahaman

dan praktek terhadap hadis tentang kesertaan maẖram oleh

kementrian Agama dan badan penyelenggara haji dan umrah serta

Page 37: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 17

analisis terhadap praktek kesertaan maẖram

dilapanganberdasarkan pada pendapat para ulama.Bab keempat,

penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

Page 38: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 18

BAB II

KONSEP DASAR MAHRAM

A. PengertianMaẖram

Istilah maẖram tidak asing lagi terdengar dalam pembahasan

fiqh. Maẖram dalam perspektif dasar fiqhberkaitan dengan

beberapa hal, diantaranya; tentang pernikahan, tentang batal

tidaknya wuḏu, tentang khalwat, menjaga pandangan dan lain-

lain. Namun, dalam pembahasan ini tidak membahas secara

terperinci dari beberapa hal yang berkenaan dengan maẖram

tersebut. Pada bab ini, hanya membahas maẖram yang berkaitan

dengan safar perempuan, yakni lebih kepada pembahasan

maẖramsecara umum.

Di kalangan masyarakat sering terjadi kekeliruan dalam

menggunakan istilah maẖram dan muẖrim. Maẖram secara

etimologi berasal dari kata ؽش yang berbentuk masdar mim

,yang artinya “yang haram, kerabat yang haram dinikahiؾش

terlarang”.1 Secara terminology maẖram adalah orang yang

haram untuk dinikahi, baik maẖram yang bersifat selamanya

(mu‟abbad) maupun maẖram yang bersifat sementara

(mu‟aqqat)2 atau orang yang haram untuk dinikahi selamanya

1Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab- Indonesia

Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif: 2002), h. 257. 2 Istilah maẖramMu‟abbad dan maẖramMu‟aqqat bukan istilah baku

yang digunakan oleh ulama-ulama fiqh dalam pembahasan maẖram. Istilah ini

digunakan pada sebagian kitab fiqhhanya untuk mempermudah dalam

Page 39: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 19

dengan sebab untuk menghormatinya karena adanya hubungan

nasab, hubungan sepersusuan atau hubungan

pernikahan.3Maẖram yang bersifat selamanya (mu‟abbad)

menyebabkan seorang laki-laki diharamkan4 untuk menikahi

seorang perempuan untuk selamanya, kapanpun. Sedangkan

maẖram mu‟aqqat hanya mengharamkan seorang laki-laki

menikahi perempuan selama waktu tertentu dan dalam keadaan

tertentu. Jika status hubungan yang menjadikan mereka maẖram

berubah dan mereka bukan maẖram lagi, maka pernikahan

mereka halal untuk dilaksanakan.5 Sedangkan istilah muẖrim,

berarti seorang yang sedang melakukan iẖram haji atau umrah

dengan memakai pakaian iẖram. Ketika itu, ia tidak

diperbolehkan melakukan beberapa hal yang menjadi larangan

bagi orang yang sedang iẖram.6Seperti memakai wangi-wangian,

memakai pakaian yang berjahit bagi laki-laki, berburu, merusak

penyebutan saja. Sayyid Sâbiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid 2, (al-Qâhirah: Dâr al-

Hadis, 2009), h.46. 3 Wahbah al-Zuẖailî, al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatihi,jilid 3,(Dâr al-Fikr:

Bairût, 1989), h. 240. 4al-Raghib al-Asfahani menjelaskan tentang haram yaitu sesuatu yang

dilarang (al-mamnû minhu), baik larangan yang bersifat paksaan atau karena

pertimbanagn akal sehat, syara‟ atau pertimbanagn orang yang mengetahui

masalah tersebut. Lihat al-Raghib al-Asfahani, Mu‟jam Mufradat al-Faz al-

Qur‟an, (Bairut: Dar al-Fikr, tt), h. 113. 5 Sayyid Sâbiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid 2, (al-Qâhirah: Dâr al-Hadis,

2009), h.57. 6 Hal-hal yang dilarang pada saat iẖram meliputi beberapa hal,

diantaranya; larangan yang berhubungan dengan cara berpakaian, larangan

yang berkaitan dengan tubuh seperti menggunting, atau memotong rambut dan

kuku, larangan berkaitan dengan penjagaan lingkungan dan larangan

berhubungan suami istri.Ibn Rusyd al-Qurṯubî, Bidâyatu al-Mujtahid Nihayatu

al-Muqtasid, jilid 2, (Bairût: Dâr al-Fikr, 1995), h. 241.

Page 40: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 20

tanaman dan hal lainnya yang menjadi larangan bagi orang yang

sedang iẖram, sampai ia selesai tahallul.7

Menilik kembali makna lafaz ؽش yang melahirkan term

memiliki pesan moral dari adanya konsep maẖram yakniؾش

memperlihatkan selayaknya para perempuan dihormati,

dimulyakan dan dijaga kehormatannya dengan konsekuensi

bahwa perempuan maẖram tidak sepantasnya untuk dinikahi oleh

7 Secara umum, taẖallul merupakan salah satu ritual haji atau umrah,

berupa mencukur rambut sebagai tanda bahwa haji atau umrah sudah selesai,

dimana seseorang dihalalkan kembali melakukan hal-hal yang dilarang disaat

iẖramhaji atau umrah. Taẖallul bagi jama‟ah haji dilakukan ada dua; Pertama

taẖallul asghar ialah apabila jama‟ah haji telah melakukan diantara dua hal

dari; melontar jumrah ʻaqabah, bercukur rambut atau tawaf ifaḏah. Ulama

berbeda pendapat tentang hal-hal yang diperbolehkan untuk dilakukan setelah

taẖallul pertama. Menurut pendapat imam Syafiʻi dan imam Hanbali bahwa

setelah taẖallul pertama boleh melakukan beberapa hal yang dilarang

sebelumnya yakni memotong kuku, mencukur rambut, memakai wangi-

wangian, merusak tanaman dan berburu. Sedangkan larangan yang berkaitan

dengan perempuan masih tetap terlarang seperti; berhubungan suami istri serta

hal-hal yang berkenaan dengan berhubungan suami istri dan akad nikah.

Sedangkan menurut imam Maliki bahwa setelah taẖallul pertama, ada tiga hal

yang masih terlarang yakniberhubungan suami istri serta hal-hal yang

berkenaan dengan berhubungan suami istri dan akad nikah, berburu dan

memakai wangi-wangian. Kedua taẖallulakbar ialah apabila jama‟ah haji telah

melakukan tiga hal yang telah disebutkan yakni melontar jumrah ʻaqabah,

bercukur rambut kemudian melakukan tawaf ifaḏah. Setelah melakukan tiga

hal tersebut segala sesuatu yang terlarang ketika dalam keadaan ihram menjadi

halal. Ulama sepakat mengatakan bahwa ia telah keluar dari ihramnya. Hanya

ada tuntutan wajib menyempurnakan ibadah hajinya. Yakni

melanyempurnakan melontar jumrah, bermalam di Mina. Hal ini dapat di-

qiyas-kan dengan seseorang yang melakukan shalat, telah keluar dari shalatnya

ketika ia telah melakukan salam pertama, tetapi dituntut untuk melakukan

salam yang kedua. Hanya saja, tuntutan dalam ibadah haji wajib sedangkan

tuntutan dalam shalat setelah salam pertama sunnah. Ibn Rusyd al-Qurṯubî,

Bidâyatu al-Mujtahid Nihayatu al-Muqtasid, jilid 2, (Bairût: Dâr al-Fikr,

1995), h. 242. Lihat juga Abî Hâmid Muhammad al-Ghazâlî, Mukhtasar Ihya‟

„Ulûm al-Dîn, (Cairo: Dâr al-Kutûb al-Islamiyyah, 2004), h. 53.

Page 41: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 21

laki-laki yang menjadi maẖramnya.8 Larangan menikahi

perempuan yang menjadi maẖram seseorang, bukan lahir dari

praktik masyarakat. Akan tetapi karena tidak sejalan dengan akal

sehat naluri manusia. Hal tersebut juga telah menjadi rambu-

rambu dalam surah al-Nisa‟: 23 yang juga berkaitan dengan

kontekas munasabah pada ayat sebelumnya. Yakni merupakan

salah satu kebiasaan orang-orang jahiliyyah menikahi

maẖramnya.9 Imam Fakhruddin al-Razi dalam tafsir al-Kabîr,

menegaskan bahwa keharaman menikahi ibu dan anak-anak

perempuannya sendiri sudah diterapkan sejak Nabi Adam A.S

bahkan tidak ada agama Ilahi manapun yang

memperbolehkannya.10

Melihat konsep dasarmaẖram yang telah ditetapkan dalam

syari„at, maka maẖram memiliki hubungan dengan kesertaan

pada safar perempuan. Artinya mereka yang dimaksud untuk

menemani perempuan ketika bepergian adalah mereka yang telah

menjadi maẖram-nya. Maẖram dalam safar ini menurut ulama

hadis, salah satunya imam al-Nawâwî berpendapat bahwa

maẖram adalah mereka yang haram dinikahi selamanya karena

hubungan nasab, rada‟ dan hubungan pernikahan. Penekanan kata

8 Abdullah Mustaqim, Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam no.9, 1

januari 2010, h. 6. 9 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Qur‟an, Vol. 2, Edisi Baru Cet. 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 470. 10

Muhammad Fakhruddîn al-Râzî, Tafsîr Fakhru al-Dîn al-Râzî al-

Musytahidu bi al-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib, juz. 10, (Bairut: Dâr

al-Fikr, tt), h. 27.

Page 42: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 22

selamanya disini, berindikasi pada keharaman atas saudara ipar

perempuan atau bibi dari istri akan hilang keharamannya untuk

dinikahi ketika istri meninggal dunia.11

Begitu juga menurut

kamus istilah haji dan umrah, bahwa yang dimaksud maẖram

dalam haji atau umrah adalah laki-laki atau perempuan yang

haram untuk dinikahi karena masih mempunyai hubungan darah

dekat (nasab), hubungan sesusuan atau hubungan

pernikahan.12

Dari pengertian yang telah dipaparkan tersebut

terlihatlah batasan siapa saja yang hendaknya menemani

perempuan untuk melakukan safar. Yakni mereka yang memiliki

hubungan nasab, hubungan sesusuan atau hubungan perkawinan.

Hal ini terlepas dari pemahaman teks hadis tentang maẖram

dalam safar perempuan baik secara tekstual maupun kontekstual.

B. Maẖram dalam Kutûb al-Tis‘ah

1. Hadis-hadis Tentang Maẖram

Hadis-hadis tentang maẖram dalam Kutȗb al-Tis„ahtelah

ditemukan dalam berbagai riwayat. Untuk menemukan hadis-

hadis tersebut, dilakukan langkah takhrij13

dengan menggunakan

11

Abȗ Zakariya Yahya bin Syaraf Ibn Mura al-Hizami, Saẖîẖ Muslim

Bisyarẖi al-Nawâwî, Bâbu Safara al-Mar‟ati Ma„a Maẖramin Ila Hajjin Wa

Ghairihi, (Lebanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, tt), h. 105. 12

Sumuran Harahab, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta: Mitra

Abadi Press, 2008), h. 354. 13

Takhrij adalah suatu cara yang dilakukan untuk menunjukkan letak

hadis pada kitab-kitab atau sumber-sumber aslinya, kemudian dijelaskan

rangkaian sanadnya dan dinilai derajat hadisnya jika perlu. Lihat Mahmȗd

Page 43: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 23

berbagai metode dengan beberapa kamus. Diantaranya metode

pencarian hadis dengan menggunakan kata kunci dalam hadis,

menggunakan metode awal matan dan menggunakan kajian bab

terkait pada hadis yang di-takhrij. Tujuan dilakukan nya takhrij

adalah untuk lebih mengetahui secara rinci letak hadis pada kitab-

kitab hadis tertentu. Berikut diantara hadis-hadis yang berkaitan

dengan maẖramdalam safar perempuan:

ػ٤ اج٢ ف٠ ا ػجبط ػ اث ؼجذ ػ أث٢ ػ

غ شأح إب ثب سع ب ٣خ هب ع كوب ؾش ر١

ززجذ ا شأر٢ خشعذ ؽبعخ ا ا ٣ب سع كوب سع

شأري غ ا اسعغ كؾظ زا هب زا ح . ك٢ ؿض

)سا اجخبس١(

“Dari Abi Maʻbad dari Ibn „Abbas dari Nabi saw berkata: “Janganlah

berkhalwat seorang laki-laki dengan seorang perempuan kecuali

bersama maẖramnya. Maka seoarang laki-laki bertanya kepada Rasul

“Wahai Rasulallah istriku keluar (bepergian) untuk menunaikan haji

dan Aku (telah terdafatr sebagai anggota dalam ) peperangan. Rasul

menjawab: “Pergilah haji bersama istrimu”.

Secara tekstual pada hadis ini terlihat bahwa adanya anjuran

bahkan keharusan seorang perempuan untuk pergi bersama

maẖramnya. Penulis juga dapati hadis yang berkaitan dengan

waktu lamanya bepergian yang harus disertai maẖramnya.

Tahhân, Usȗl al-Takhrȋj wa Dirâsat al-Asânȋd,(Riyad: Maktabah al-Maʻarif,

1991), h. 10.

Page 44: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 24

: ؼذ هضػخ هب : ع ٤ش، هب ػ ب ػجذ اـــــي ث ؽذص

: ػ ؼذ أثب عؼ٤ذ اخذس١ سض٢ ا ؿضا -ع ب

ز٢ ػؾشح ص ع ح غ اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ : -ؿض هب

،٢ ، كأػغج ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ؼذ أسثؼب ع

: ب " هب ع ب ص ؼ إب ٤ غ٤شح ٣ شأح ال رغبكش ا

: الطش ٤ ك٢ ٣ ال ف ، ؾش ر أ

ظ، األضؾ٠، ال فالح ثؼذ اقجؼ ؽز٠ رطغ اؾ

إب إ٠ ال رؾذ اشؽب ـشة، ال ثؼذ اؼقش ؽز٠ ر

غغذ األهق٠، ، غغذ اؾشا غبعذ: صالصخ

زا غغذ١ )سا اجخبس١(

“„Abd Malik bin „Umair berkata: “Aku mendengar Qazaʻah berkata:

“Aku mendengar Abȗ Saʻȋd al-Khudri- ia telah berperang bersama

Rasul sebanyak dua belas kali peperangan- ia berkata: “Aku telah

mendengar empat hal yang menakjubkanku, Rasul berkata: “Tidak

boleh bagi seorang perempuan bepergian selama dua hari kecuali

bersama suaminya atau maẖramnya, tidak boleh berpuasa pada dua

hari yakni hari raya idul fitri dan idul adha, tidak boleh shalat setelah

waktu subuh sampai munculnya matahari dan setelah shalat „ashar

sampai terbenamnya matahari, dan tidak boleh berziarah kecuali ke

tiga masjid: masjid al-Haram, masjid al-Aqsha dan masjid Nabawi”.

Secara tekstual, hadis ini sebagai pendukung hadis

pertama sekaligus memberikan penjelasan tentang batasan waktu

bagi seorang perempuan yang hendaknya disertai dengan

maẖramnyaketika melakukan perjalanan. Adapun riwayat dari

Page 45: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 25

musnad Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan perbedaan tentang

rentang waktu safar bagi perempuan yang hendaknya disertai

maẖram, diantara riwayat Imam Ahmad:

: ال هب ع ػ٤ اج٢ ف٠ ا ش ، ػ ػ اث ػ

غ ر١ شأح صالصب إال .)سا اؽذ ث رغبكش ا ؾش

(ؽج

“Dari Ibnu „Umar dari Nabi saw berkata: “Janganlah seorang

perempuan melakukan perjalanan selama tiga hari kecuali

bersama maẖram nya.” (H.R. imam Ahmad bin Hanbal)

Sedangkan riwayat imam Abȗ Daud memberikan penjelasan

rentang waktu yang berbeda pula bagi safar perempuan yang

hendaknya disertai maẖram:

اهلل ف٠ اهلل ػ٤ سع : هب أث٢ عؼ٤ذ ، هب ػ

ا٥خش أ ا٤ ثب شأح رؤ ال ع : ال ٣ؾ

م صالصخ ب رغبكش علشا ك ب أث ؼ كقبػذا ، إال أ٣ب

ب.)سا ؾش ر ب أ اث ب أ ع ص ب أ أخ أ

اث داد(

“Dari Abî Sa„îd berkata: “Rasul saw berkata”: “Tidak boleh bagi

seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir

melakukan perjalanan lebih dari tiga hari kecuali ayahnya atau

saudaranya atau suaminya atau anaknya atau maẖram nya ada

diantara mereka yang menyertainya”. (H.R. Abû Dâud)

Page 46: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 26

Dari beberapa periwayatan hadis-hadis tersebut terlihat

perbedaan rentang waktu bagi safar perempuan yang hendaknya

disertai maẖram. Yakni pada riwayat imam Bukhȃrȋ dijelaskan

selama dua hari safar hendaknya seorang perempuan disertai

maẖram, pada riwayat Imam Ahmad dijelaskan selama tiga hari

safar hendaknya perempuan disertai maẖram sedangkan pada

riwayat Imam Abȗ Dȃud, dijelaskan lebih dari tiga hari safar

hendaknya seorang perempuan disertai maẖram. Maka

perdebatan inilah yang dibicarakan oleh para ulama dan akan

dibahas pada pembahasan selanjutnya. Selain itu, pada riwayat

imam Abȗ Dȃud juga menambahkan keterangan tentang siapa

saja yang hendaknya menyertai seorang perempuan melakukan

safar. Maka riwayat ini melengkapi penjelasan pada riwayat-

riwayat sebelumnya. Sebelum melihat pada penjelasan hadis-

hadis ini, terlebih dahulu dilakukan takhrij hadis untuk

mengetahui secara terperinci letak-letak hadis tentang

maẖramdalam Kutȗb al-Tis„ah.

2. Takhrij Hadis

Takhrij Hadis Pertama

Hadis yang dibahas diambil dari kitab Sahȋh al-Bukhârȋ

yang telah diakui ke-sahȋh-annya. Oleh karena itu, kegiatan

takhrij ini bukan meragukan ke-sahȋh-an hadis tersebut, tetapi

untuk menampilkan hadis-hadis lain yang setema atau semakna

berkaitan dengan hadis yang dibahas. Pada hadis pertama ini,

Page 47: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 27

penulis menggunakan tiga metode takhrij dan tiga kitab takhrij

sesuai dengan metode takhrij yang digunakan yaitu: al-Muʻjam

al-Mufahras li al-Fâzhi al-Hadȋs al-Nabawȋ, Mausȗʻat Athraf al-

Hadȋs al-Nabawȋ al-Syarȋf dan Miftahu Kunȗz al-Sunnah.

Pertama, penelusuran menggunakan kitab al-Muʻjam al-

Mufahras li al-Fâzhi al-Hadȋs al-Nabawȋyakni dengan

menggunakan kata yang dianggap kata kunci pada hadis yang

akan diteliti. Dalam penelusuran ini penulis menggunakan kata

:didapat hasil sebagai berikutخdanعلش

TABEL I

Takhrij Hadis I

Pada Kitab al-Muʻjam al-Mufahras li al-Fâzhi al-Hadȋs al-

Nabawȋ

علش ال رغبكش اشأح اال ؼب ؾش 14

Ditemukan pada kitab:

Kitab Sahȋh al-Bukhârȋkitab Taqsȋr bab ke-4, kitab Masjid

Makkah bab ke-6, kitab Shaid bab ke-26, kitab Shaum bab ke-

67.

Kitab Sahȋh Muslim kitab ẖaji hadis no. 416 sampai 424

Kitab Sunan Abȋ Dâud kitab Manȃsik bab ke-2

Kitab Sunan al-Turmudzi kitab Radȃʻbab ke-15

Kitab Sunan Ibnu Mâjah kitab Manȃsik bab ke-7

Kitab Musnad imam Aẖmad bin Hanbal juz 1, halaman 222,

346. Juz 2, halaman 13, 19, 182, 236, 251, 304, 347, 423, 437,

445, 493, 506. Juz 3 halaman 7, 34, 45, 52, 53, 54, 62, 64, 66,

71, 77. dan 446.

14

A. J. Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Al-Fâzi al-Hadȋs al-

Nabawi, juz 2, (London: Maktabah Barbal, 1936), h. 467.

Page 48: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 28

TABEL II

Takhrij Hadis I

Pada Kitab al-Muʻjam al-Mufahras li al-Fâzhi al-Hadȋs al-

Nabawȋ

خ سع ثبشأح اال ر ؾش 15 ال ٣خ

Ditemukan pada kitab:

Kitab Sahȋh al-Bukhârȋkitab Nikah bab ke-111 dan 112

Kitab Sahȋh Muslim kitab ẖaji hadis no. 424

Kitab Sunan al-Turmudzi kitab Radaʻbab ke-16, kitab Fitan bab

ke-7

Kitab Musnad imam Aẖmad bin Hanbal juz 1, halaman 222.

Juz 3 halaman 329 dan 446.

Kedua, menggunakan kitab Mausȗʻat Athraf al-Hadȋs al-

Nabawȋ al-Syarȋf yakni kamus penelusuran hadis dengan metode

awal matan.16

Didapati hasil sebagai berikut:

TABEL II

Takhrij Hadis I

Pada Kitab Mausȗʻat Athraf al-Hadȋs al-Nabawȋ al-Syarȋf

شأحب ٣خ ثئ سع17

15

A. J. Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Al-Fâzi al-Hadȋs al-

Nabawi, juz 2, (London: Maktabah Barbal, 1936), h. 76. 16

Matan secara etimologi adalah tengah jalan, punggung bumi atau

bumi yang keras dan tinggi. Sedangkan secara terminology adalah lafaz-lafaz

hadis yang dengan lafaz itu terbentuk makna. Redaksi yang menjadi unsur

pendukung pengertian atau maksud hadis. Lihat Muhammad „Ajâj al-Khâtibi,

Usȗl al-Hadȋs „Ulumuhu Wa Musthalahuhu, (Libanon: Dâr al-Fikr, 1989),

h.33. 17

Abȗ Muhammad Saʻȋd Basyȗnȋ Zaghlȗl, Mausȗʻat Athraf al-Hadȋs al-Nabawȋ al-Syarȋf, jilid 7, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1989), h. 369.

Page 49: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 29

Ditemukan pada kitab:

Kitab Sahȋh al-Bukhârȋ jilid 4 halaman 72, jilid 7 halaman 48

Kitab Sahȋh Muslim kitab haji bab ke-74 halaman 424

Ketiga, penelusuran hadis dengan mencari tema yang sesuai

yakni menggunakan kitab Miftahu Kunȗz al-Sunnah. Tema yang

digunakan adalah غب ءا maka didapat hasil sebagai berikut:

TABEL III

Takhrij Hadis I

Pada Kitab Miftahu Kunȗz al-Sunnah

سع ثبشاح اال ر ؾش 18ال ٣خ

Ditemukan pada kitab:

Kitab Sahȋh al-Bukhârȋ kitab ke-67, pada bab ke-111 dan 113.

Kitab ke-77 pada bab ke-62.

Kitab Sahȋh Muslim kitab ke-29 dan kitab ke-16 bab ke-32 dan

33.

Kitab Sunan Abȋ Dâud kitab ke-31 bab ke 33, kitab ke 37 bab

ke 53.

Kitab Sunan al-Turmudzi kitab ke-19 bab ke-14.

Kitab Sunan Ibnu Mâjah kitab ke-37 bab ke-5

Kitab Musnad imam Ahmad bin Hanbal juz 1, halaman 18, 26,

222. Juz 2, halaman 171, 189, 213. Juz 3 halaman 339 dan 446.

Juz 4, halaman 149, 153, 199, 197, 203, 205. Juz 5, halaman

300. Juz 6, halaman 153, 290, 318.

18

Muhammad Fuad ʻAbd al-Bâqȋ, Miftahu Kunȗz al-Sunnah, (al-Qahirah: Dâr

al-Hadȋs), h. 500.

Page 50: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 30

Dari hasil takhrij tersebut, diketahui bahwa hadis ini

memiliki beberapa hadis pembanding yang setema, hanya ada

beberapa hadis yang berbeda redaksi saja. Seperti kata: illâ dzȗ

Mahramindengan kata illâmaʻa dzȋ Mahramin. Namun perbedaan

tersebut tidak mengubah maksud dari hadis.

Takhrij Hadis Kedua

Takhrij hadis kedua ini, menggunakan kitab hadis yang

sama dan tahapan yang sama dengan penelusuran hadis pertama.

Dengan hasil sebagai berikut:

TABEL IV

Takhrij Hadis II

Pada Kitabal-Muʻjam al-Mufahras li al-Fâzhi al-Hadȋs al-

Nabawȋ

إشأح -شأح

ال رغبكش اشأح )غ٤شح( ٤٣، صالصب، )علش( صالصخ ا٣ب

()االؼب صعب، ر ؾش19

Ditemukan pada kitab:

Kitab Sahȋh al-Bukhârȋ kitab Taqsȋr bab ke-4, Kitab Said bab

ke-26, kitab Saum bab ke-67, kitab jihâd bab ke-140.

Kitab Sunan al-Turmudzi kitab Radaʻ bab ke-15.

Kitab Sunan Ibnu Mâjah kitab Manâsik bab ke-7.

Kitab Sunan Abȋ Dâud kitab Manâsik bab ke-2.

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal juz 2, halaman 13, 19, 34, 45,

143, 128, 445. Juz 3 halaman 7.

19

A. J. Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Al-Fâzi al-Hadȋs al-

Nabawi, juz 6, (London: Maktabah Barbal, 1936), h. 186-187.

Page 51: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 31

TABEL V

Takhrij Hadis II

Pada KitabMausȗʻat Athraf al-Hadȋs al-Nabawȋ al-Syarȋf

٠ ا رغبكشاشأح غ٤ش ٢٣

Ditemukan pada kitab:

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal juz 3, halaman 34 dan 54.

TABEL VI

Takhrij Hadis II

Pada KitabMiftahu Kunȗz al-Sunnah

اشأح ثـ٤ش ر ؾش رغبكش

Ditemukan pada kitab:

Kitab Sahȋh al-Bukhârȋ kitab ke-18 bab ke-4, kitab ke-20 bab

ke-6, kitab ke-38 bab ke-26, kitab ke-30 bab ke-67, kitab ke-56

bab ke-140

Kitab Sahȋh Muslim kitab ke-15, kitab ke-413 sampai 424

Kitab Sunan Abȋ Dâud kitab ke-11 bab ke2

Kitab Sunan al-Turmudzi kitab ke-10 bab ke-15

Kitab Sunan Ibnu Mâjah kitab ke-25 bab ke-7

Kitab Sunan al-Darimȋ kitab ke-19 bab ke-49

Kitab Muwaṯa‟ imam Malik kitab ke-54 dan kitab ke-37.

Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal juz 2, halaman 13, 19, 142,

143, 182, 236, 250, 346, 347, 423, 437, 445, 493, 506. Juz 3

halaman 7, 34, 45, 51, 53, 54, 62, 71 dan 77.

20

Abȗ Muhammad Saʻȋd Basyȗnȋ Zaghlȗl, Mausȗʻat Athraf al-Hadȋs

al-Nabawȋ al-Syarȋf, jilid 10, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1989), h. 355. 21

Muhammad Fuad ʻAbd al-Bâqȋ, Miftahu Kunȗz al-Sunnah, (al-Qahirah: Dâr

al-Hadȋs), h. 502.

Page 52: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 32

Takhrij Hadis ketiga

Hadis ketiga ini, berisi tentang rentang waktu

kesertaanmaẖrambagi safar perempuan selama tiga hari. Hasil

takhrijnya telah tercakup dalam pembahasan takhrij hadis kedua.

Yakni menggunakan kitab Miftahu Kunȗz al-Sunnah dengan

metode tema hadis. Maka hasil tersebut dianggap cukup mewakili

letak hadis yang semakna atau hadis yang dimaksud.

Takhrij Hadis keempat

Takhrij hadis keempat, hanya menggunakan dua metode

takhrij. Yakni dengan menggunakan metode kata pada kamus al-

Muʻjam al-Mufahras li al-Fâzhi al-Hadȋs al-Nabawȋ dan metode

awal matan pada kamus Mausȗʻat Athraf al-Hadȋs al-Nabawȋ al-

Syarȋf, sedangkan metode tema tidak digunakan karena pada

takhrij kedua hadis dianggap sudah mewakili tema yang

dimaksud. Berikut hasil takhrij dengan dua metode yang

digunakan:

TABEL VII

Takhrij Hadis IV

Pada Kitab al-Muʻjam al-Mufahras li al-Fâzhi al-Hadȋs al-

Nabawȋ

شأ

٣22غص ألشأح رؤ ثبهلل ا٤ ا٥خش ا رغبكش اال.....ال

22

A. J. Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Al-Fâzi al-Hadȋs al-

Nabawi, juz 6, (London: Maktabah Barbal, 1936), h. 191.

Page 53: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 33

Ditemukan pada kitab:

Kitab Sahȋh al-Bukhârȋ kitab Taqsȋr bab ke-4.

Kitab Sunan Abȋ Dâud kitab Manâsik bab ke-2.

Kitab Sunan Ibnu Mâjah kitab Manâsik bab ke-7.

Kitab musnad Imam Ahmad jilid 2 halaman 251.

Kitab Muwatta‟ imam Malik kitab Isti‟zan bab ke-37.

TABEL VIII

Takhrij Hadis IV

Pada KitabMausȗʻat Athraf al-Hadȋs al-Nabawȋ al-Syarȋf

الشأح ا رؤ ثبهلل ا٤ ا٥خش ا رغبكش ال ٣ؾ

علشا

Ditemukan pada kitab:

Kitab Sahȋh Muslim kitab Haji bab ke-73, hadis nomer 423.

Kitab Sunan Abȋ Dâud kitab Manâsik bab ke-2, hadis nomer

1726.

Kitab Sunan Turmuzȋkitab Targhȋb bab ke-4.

Dari seluruh hasil takhrij tersebut, didapatbeberapa

redaksi matan hadis yang berbeda dengan maksud atau makna

yang sama. Seperti lafaz illȃ ma„a dzȋmaẖramin dengan illȃ

dzȗmaẖramin, lȃ yahillu imra‟atin dengan lȃ yu‟minȗ imra‟atin.

Jika dilihat pada masing-masing teks hadis sesuai hasil takhrij

yang ditunjukkan oleh kamus, banyak terdapat pengulangan hadis

atau kesamaan hadis. Maka penulis merangkum hasil

23

Abȗ Muhammad Saʻȋd Basyȗnȋ Zaghlȗl, Mausȗʻat Athraf al-Hadȋs

al-Nabawȋ al-Syarȋf, jilid 7, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1989), h. 355.

Page 54: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 34

takhrijtersebut, dengan melihat jalur periwayatan yang berbeda

dan matan hadis yang berbeda dari setiap periwayatan dalam

kutȗb al-Tisʻah. Diantara hadis-hadis tentang maẖramtersebut

adalah:

TABEL IX

Data periwayatan hadis-hadis yang berhubungan dengan

kesertaan maẖram pada safar perempuan:

No Perawi Jumlah

periwayatan Keterangan

1 Imam

Bukhârî

7 hadis Hadis no: 1862, 1086,

1087, 1995, 1197, 5233,

3006. Diantaranya terletak

pada kitâb Taqshîr al-

Shâlah, kitâb al-Jihâd,

kitab al-Shaum.

2 Imam

Muslim

5 hadis Hadis no: 413-417 dan 424.

Diantaranya terletak pada

Bâbu Safara Mar‟ah Ma„a

Maẖramin ila Hajji wa

Ghairihi.

3 Imam

Turmudzî

1 hadis Hadis no: 1169, terletak

pada Bâbu Mâ Jâ‟a fî

Karahiyyati an Tusâfira

Mar‟ah.

4 Imam Abî

Dâud

4 hadis Hadis no: 1723, 1724,

1726, 1727. Diantaranya

terletak pada Bâbu fî

Mar‟ati Tuẖijju Bighairi

Maẖramin.

Page 55: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 35

5 Imam Ibnu

Mâjah

2 hadis Hadis no: 1727 dan 2898.

Terletak pada Bâbu Fî al-

Mar‟ati Tuẖijju Bighairi

Maẖramin dan Bâbu al-

Mar‟atu Tuẖijju Bighairi

Wâlî.

6 Imam

Aẖmad

8 hadis Hadis no: 1437, 4615,

6289, 6712, 11055, 11314,

11525, 11535. Terletak

pada Bâbu al-Mar‟atu

Tuẖijju BIghairi Wâlî.

7 Imam al-

Dârimî

1 hadis Hadis no: 2678, terletak

pada Bâbu Lâ Tusâfiri al-

Mar‟ati Illâ Wama„ahâ

Maẖramin.

8 Imam Malik 1 hadis Hadis no: 2803, terletak

pada Bâbu Hijju al-Mar‟ati

Bighairi Dzî Maẖramin.

Total

periwayatan 29 hadis

Rata-rata terletak pada

Kitâb Hajji, Manâsik,

Jihâd dan kitâb al-

Shalâh.

Dari hadis-hadis yang telah diriwayatkan tersebut,

masing-masing perawi Kutȗb al-Tis„ah meriwayatkan hadis

tentang maẖram, kecuali Imam al-Nasȃ‟i yang belum penulis

temukan riwayatnya. Melihat pada pola periwayatan dari segi

Page 56: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 36

kuantitasnya, hadis ini adalah hadis masyhȗr. Karena

diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada tingkatan

sahabat- yakni diriwayatkan oleh Ibnu „Abbâs, Ibn „Umar, Sa„îd

al-Khudrî dan Abû Hurairah- dan pada tingkatan setelah sahabat

tidak sampai pada jumlah periwayatan mutawatir, maka hadis ini

termasuk hadis ahad.24

Sedangkan dari segi kualitasnya, hadis ini adalah hadis

saẖîẖ. Untuk membuktikan asumsi saẖîẖ nya hadis ini, haruslah

dilakukan penelitian pada masing-masing perawi setiap jalur

periwayatan yang disebut juga dengan kritik sanad hadis. Kritik

sanad bertujuan untuk melihat apakah hadis ini memenuhi kriteria

ke-saẖîẖ-an suatu hadis yang telah ditetapkan oleh para ulama

hadis. Diantara kriteria ke-saẖîẖ-an adalah; tersambung sanad

nya, para perawinya dikenal tidak melakukan dosa besar dan

dikenal tidak sering melakukan dosa-dosa kecil („adalah), para

perawi memilikin kredibilitas kepribadian yang baik (dlabith),

tidak ada kejanggalan dalam matan hadis („adamu syaz)dan tidak

ada kecacatan dalam matan hadis („adamu „illat).25

24

Abî „Amr „Usmânbin „Abd al-Raẖmân- Ibn Shalaẖ, Muqaddimah

Ibn Shalaẖ, Fi „Ulȗm al-ẖadîs, (Qâhirah: Dâr al-Hadîs, 2010), h. 20. Lihat

juga Maẖmud Thahan, Taisîr Musthalah al-Hadîs, (Sangkapura: Haramain,

1985), h. 35. 25

Abî „Amr „Usmân bin „Abd al-Raẖmân- Ibn Shalaẖ, Muqaddimah

Ibn Shalaẖ, Fi „Ulȗm al-ẖadîs, (Qâhirah: Dâr al-Hadîs, 2010), h. 20.Lihat juga

Maẖmud Thahan, Taisîr Musthalah al-Hadîs, (Sangkapura: Haramain, 1985),

h. 24.

Page 57: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 37

3. Kritik Sanad Hadis

Untuk mengetahui kualitas jalur periwayatan hadis, perlu

ditelaah kepribadian para perawi hadis. Penulis memilih beberapa

jalur periwayatan yang dianggap perlu diteliti baik dari kitab

saẖîẖ,kitab sunan maupun kitab musnad.

ي ب ؽؼجخ، ؽذصب ػجذ ا ، ؽذص ب ب ؽغبط ث ؽذص

ؼذ : ع ؼذ هضػخ هب : ع ٤ش، هب ػ أثب عؼ٤ذ ث

: ػ غ اج٢ ف٠ -اخذس١ سض٢ ا ؿضا ب

ح ز٢ ػؾشح ؿض ص ع ؼذ أسثؼب -اهلل ػ٤ : ع هب

: ٢، هب ، كأػغج ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ال "

ر رغبكش ب أ ع ب ص ؼ إب ٤ غ٤شح ٣ شأح ا

األضؾ٠، : الطش ٤ ك٢ ٣ ال ف ، ال ؾش

ال ثؼذ اؼقش ظ، فالح ثؼذ اقجؼ ؽز٠ رطغ اؾ

إ ال رؾذ اشؽب ـشة، غبعذ: ؽز٠ ر ب إ٠ صالصخ

زا غغذ١ غغذ األهق٠، ، )سا غغذ اؾشا

اجخبس١(

Page 58: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 38

Hajjâj bin Minhâl

Beliau adalah Hajjâj bin Minhâl al-Anmâtî Abȗ Muẖammad

al-Sulamî. Guru-guru beliau diantaranya; Jarîr bin Hâzm,

Syu„bah bin Hajjâj, Sufyan bin „Uyainah, Fadl bin „Abbas, al-

Zuhli dan lain-lain.26

Beliau wafat pada bulan Syawal 217,27

sedangkan menurut Khallaf Muhammad al-Qurdushi pada tahun

216.28

Murid-murid beliau diantaranya imam al-Bukhâr Aẖmad

bin al-Hasan bin Hirâsy, Ishâq bin Mansur al-Kausaj dan lain-

lain.29

Abȗ Hatim memberikan komentar kepada Hajjaj bin

Minẖal, beliau tsiqah.30

Imam al-Nasa‟I berkomentar tsiqah,

imam Aẖmad juga berkomentar tsiqahdan al-„Ijlî berkomentar

tsiqah.31

Syu‘bah

Beliau adalah Syu„bah bin al-Hajjâj bin al-Ward al-„Atakî al-

Azdî, dianatara guru-guru beliau adalah „Abd Mâlik bin „Umair,

26

Al-Hafiz Abi Fadhl Aẖmad bin „Alî bin Hajar bin Syihabuddin al-

„Aqalânî al-Syafi„I (773 H-852 ), Tahzibu al-Tahzib, juz 2, h. 361. 27

Hafiz al-Muttaqîn Jamal al-Dîn Abî al-Hajjaj Yusuf al-Mizi, Tahzib

al-Kamal, juz 5, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 457. 28

Al-Hafiz Abi Fadhl Aẖmad bin „Alî bin Hajar bin Syihabuddin al-

„Aqalânî al-Syafi„I (773 H-852 ), Tahzibu al-Tahzib, juz 2, h. 361. 29

Hafiz al-Muttaqîn Jamal al-Dîn Abî al-Hajjaj Yusuf al-Mizi, Tahzib

al-Kamal, juz 5, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 459. 30

Hafiz al-Muttaqîn Jamal al-Dîn Abî al-Hajjaj Yusuf al-Mizi, Tahzib

al-Kamal, juz 5, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 457. Lihat juga

Tahzibu al-Tahzib,h. 361. 31

Tahzib al-Kamal, juz 5, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

459.

Page 59: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 39

„Ubaidah bin Mu„attab, „Ata‟ bin Mainȗnah, Talẖah bin

Musharraf, „Ashim bin Bahladah, Arzaq bin Qais dan lain-

lain.32

Lahir pada tahun 82, wafat pada awal tahun 160.Sedangkan

menurut Ibnu Hibbân, beliau lahir pada tahun 83.33

Diantara

murid-murid beliau adalah Hajjaj bin al-Minẖal, Abȗ al-Walîd,

Yaẖya bin Sa„îd al-Qatthân, Sa„îd bin Ibrâhîm dan lain-

lain.34

Beliau berihlah diantaranya ke Basrah dan Iraq. Adapun

komentar para ulama, Ibnu Hibban tsiqah, al„ijlîtsiqah tsubût,

Ibnu Sa„îd tsiqah ma‟mȗn sahib hadîs.35

‘Abd al-Malik bin ‘Umair

Nama lengkapnya „Abd al-Malik bin „Umair bin Suwaid bin

Jâriyah al-Quraisyî. Guru-guru beliau Qaza„ah bin Yaẖya,

„Atiyah al-Quraizî, Muharib bin Ditsâr. Sedangkan murid-

murinya Syu„bah bin al-Hajjâj, Syu„ain bin Safwan, Safyan al-

Tsaurî.36

Wafat pada tahun 136 di Basrah, diantara tempat rihlah

beliau Kuffah dan Basrah. Abȗ Hâtim berkomentar tentang

32

Tahzib al-Kamal, juz 12, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992),

h.492.Lihat juga Tahzib al-Tahzib, juz 2, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992),

h. 166. 33

Tahzib al-Kamal, juz 12, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992),

h.493.Lihat juga Tahzib al-Tahzib, juz 2, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992),

h. 169. 34

Tahzib al-Kamal, juz 12, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992),

h.494.Lihat juga Tahzib al-Tahzib, juz 2, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992),

h. 168. 35

Tahzib al-Tahzib, juz 2, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

169. 36

Tahzib al-Kamal, juz 18, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

374.

Page 60: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 40

beliau adalah Sâliẖ, imam al-Nasa‟I Laisa bihi ba‟sa, „Abd Allah

al-„Ijlî Sâliẖẖadîs, ibnu Numair Tsiqah Tsubût.37

Qaza‘ah

Dikenal dengan nama lengkap Qaza„ah bin Yaẖya atau ibnu

Aswad, Abû al-Ghardiyyah al-Basriyyu dari bani Harisy. Guru-

guru beliau Abû Sa„îd al-Khudrî, Habîb bin Maslamah, Abî

Hurairah. Murid-muridnya diantaranya Ismâ„îl bin Jarîr, „Abd al-

Malik bin „Umair, „Ashîm al-Ahwal. Salah satu tempat rihlahnya

di Bashrah, bebrapa komentar ulama Al-„Ijlî mengomentari

beliau Tsiqat38

, Ibn Hirasy sadûq dan Ibn Hibban tsiqat.39

Sa‘îd al-Khudrî

Adalah Sa„îd bin Hurais bin „Amr bin „Usmân bin „Abd Allah

bin „Umair bin Makhzȗm. menurut al-Waqîdî, beliau salah satu

sahabat yang ikut dalam peristiwa fatẖ al-Makkahhidup sekitar

tahun 15 H, wafat di Kuffah. Beliau salah satu sahabat ang

meriwayatkan hadis dari rasul, salah satu muridnya adalah „Abd

al-Malik bin „Umair .40

37

Tahzib al-Tahzib, juz 3, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

620-621. 38

Tahzib al-Tahzib, juz 3, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.440 39

Tahzib al-Kamal, juz 23, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

597, 599. 40

Tahzib al-Kamal, juz 10, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

382.

Page 61: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 41

TABEL X

Hasil kritik sanad hadis riwayat Imam Bukhȃrȋ

No Nama Tahun

Wafat Kuniyah

Tempat

Rihlah Jarh/Ta„dîl

1 ؽغبط ث

ب

w. 216/

217 -

صوخ )اغبئ٢ ،

اؼغ٢، اؽذ ث

ؽج، اث ؽبر (

160-82 ؽؼج 2ثقشح،

ػشم

صوخ )اث ؽجب اث

عؼ٤ذ(، صوخ صجد

)اؼغ٢(

3 ػجذ اهلل ث

ػ٤شw. 136

ثقشح ،

كخ

فبؼ )اث

ؽبر(،٤ظ ث ثأط

)اغب ئ٢ (،

فبؼ ؽذ٣ش

)اؼغ٢(

ثقشح - هضػخ 4

صوخ )اؼغ٢ اث

ؽجب(،فذم )اث

ؽشاػ(،

5 عؼ٤ذ

اخذس١ فؾبثخ ػذ كخ -

Dari data yang didapat tersebut, untuk mendapatkan

informasi ketersambungan sanad, dapat dilihat pada keterangan

tahun kelahiran atau tahun wafat perawi.Dari keterangan tahun

kelahiran atau tahun wafar para perawi ini, dapat dianalisa bahwa

jika berdekatan atau satu masa antara perawi satu dengan perawi

lainnya maka dapat diperkirakan mereka saling bertemu. Selain

dengan cara melihat tahun kelahiran atau tahun wafat para

Page 62: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 42

perawi, informasi ketersambungan sanad juga dapat dilihat pada

tempat-tempat rihlah atau tempat-tempat yang pernah dikunjungi

perawi. Analisanya jika antara satu perawi dengan perawi lainnya

pernah mengunjungi satu tempat yang sama, ada kemungkinan

mereka saling bertemu dan meriwayatkan hadis.

Dalam sanad hadis tersebut „Abd Allah bin „Umair wafat

di tahun 136 H dan perawi diatasnya yaitu Syu„bah hidup pada

tahun 82 sampai 160 H. maka dalam rentang waktu masa hidup

mereka dapat diperkirakan pernah dalam satu masa. Diperkuat

dengan keterangan tempat rihlah, yakni „Abd Allah bin „Umair

bin „Umair pernah berkunjung ke Bashrah dan Syu„bah juga

pernah berkunjung ke Bashrah. Hal ini memperkuat adanya

kemungkinan mereka pernah saling bertemu dan meriwayatkan

hadis. Maka antara „Abd Allah bin „Umair dengan Syu„bah

tersambung sanad-nya, begitu juga analisis pada perawi-perawi

selanjutnya.

Sedangkan untuk mengetahui kredibilitas atau ke-dabit-an

para perawi dapat dilihat dari komentar para ulama. Antara satu

ulama dengan ulama yang lain memiliki tingkat komentar atau

nilai komentar yang berbeda-beda.Hal tersebut berdasarkan pada

tingkat keidealan masing-msing ulama. Artinya ada diantara

mereka yang dianggap sebagai ulama yang longgar (mutasahhil)

dalam menilai perawi dan ada pula yang ketat dalam menilai

perawi (mutasyadȋd).

Page 63: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 43

Dalam jalur periwayatan ini, masing-masing mereka

dinilai tsiqah, walaupun ada satu orang perawi yaitu Abd al-

Mâlik bin „Umair dinilai Laisa bihi ba‟sa. Namun melihat para

ulama yang menilainya, tidak semua yang menyatakan demikian.

Masih mendapat penilaian sâliẖ dari ibnu Hâtim, maka tidak

menunjukkan kecacatan bagi nya.Ibn Hâtim termasuk ulama

mutasyadid yakni memiliki kredibilitas tinggi dalam menilai

perawi dibanding dengan para muhaddis lainnya.Didukung juga

oleh penilaian al-„Ijlî dengan komentar sâliẖ dan telah

meriwayatkan seratus hadis.Pendapat al-„Ijlî dapat di

pertimbangkan untuk mengangkat kredibilitas perawi karena

beliau termasuk muhaddis yang memiliki kitab al-Tsiqȃt, dan

beliau termasuk ulama yang ketat dalam memberikan jarẖ dan

tadîl.Dengan demikian Abd al-Mâlik bin „Umair tidak mencapai

penilaianjarh. Perawi selanjutnya Qaza„ah yang dinilai sadûq

oleh Ibn Khirâsy, penilaian tersebut tidak mengurangi kredibilitas

karena Ibn Hibbân yang memiliki kitab al-Tsiqat menilainya

tsiqah, dengan demikian Qaza„ah tidak mencapai tingkatan cacat.

Dari segi sanadnya maka hadis yang diriwayatkan oleh

imam Bukhârî ini telah memenuhi beberapa syarat ke-saẖîẖ-

anhadis yaitu sambung sanadnya, „adalah dan dabitpara

perawinya.

Selanjutnya periwayatan imam Abȗ Dȃud dari jalur

periwayatan Abȋ Sa„ȋd al-Khudrȋ:

Page 64: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 44

بد ، أ أث٢ ؽ٤جخ ، ث ب ب ػض ٣خ ، ؽذص ؼب أثب

أث٢ فبؼ ، ػ ؼ ، ػ األػ ػ ٤ؼب ، ؽذصب

اهلل ف٠ اهلل ػ٤ ع : ال سع : هب أث٢ عؼ٤ذ ، هب

م رغبكش علشا ك ا٥خش أ ا٤ ثب شأح رؤ ال ٣ؾ

ب صالصخ ع ص ب أ أخ ب أ ب أث ؼ كقبػذا ، إال أ٣ب

ب.)سا اث داد( ؾش ر ب أ اث أ

‘Usmân bin Abî Syaibah

Beliau adalah salah satu guru imam Abî Dâud, nama

aslinya adalah „Usmân bin Muhammad bin Ibrâhîm bin „Usmân

bin Khawastî al-„Absî, Abû al-Hasan bin Abî Syaibah al-

Kûfî.41

Beberapa tempat rihlah beliau adalah Makkah, Ray dan

Baghdâd. Diantara guru-guru beliau adalah Bisyr bin al-

Mufadhdhâl, Ismâîl bin „Abbâs, Ismâîl bin „Ulayyah, Hâtim bin

Ismâîl al-Madânî dan lain-lain. Adapun murid-murid beliau

diantaranya imam Bukhârî, imam Muslim, imam Abû Dâud,

imam Ibnu mâjah dan lain-lain.42

Wafat 239, komentar imam al-

„Ijlî tsiqah, ibnu Hâtim sadûq, Al-Râzî tsiqah.43

41

Tahzib al-Kamal, juz 19, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992),

h.478. 42

Tahzib al-Kamal, juz 19, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

480. 43

Tahzib al-Kamal, juz 19, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

482, 483, 487.

Page 65: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 45

Hannâd

Beliau adalah Hannâd bin al-Sârî bin Mus„ab bin Abî

Bakr bin Syabr bin sa„fûq bin Amr bin Zurârah al-Tamîmî al-

Dârîmî, Abû Sârî al-Kûfî. Diantara murid-murid beliau adalah

syarik bin „Abd Allah, Hâtim bin Iamâîl al-Madânî, „Abdah bin

Sulaimân dan lain-lain. Adapun guru-guru beliau diantaranya

adalah imam Bukhârî, Abû Hâtim, Abû Zur„ah al-Râziyân dan

lain-lain.Beliau hidup pada masa 152-243 H, Komentar Abû

Hâtim Sadûq,imam al-Nasa‟I tsiqah, ibnu Hibbân tsiqât.44

Abû Mu‘awiyah

Abû Mu„âwiyah Muhammad bin Khâzm al-Dharîrî. Guru

beliau diantarnya adalah al-A„masy dan muridnya Abî Syaibah.45

Wakî‘

Waki„ bin al-Jarrâẖ bin Malîẖ al-Ruâsiyyu, Abû Sufyan

al-Kȗfî adalah nama kuniyahnya. Pada mata rantai sanad hadis

ini, beliau adalah salah satu guru dari imam Abî Dâud, tetapi

belum ditemukan data bergurunya dengan imam Abî Dâud.

Beliau berasal dari daerah Naisabûrî, dikatakan juga beliau lahir

di daerah Ashbahân dan pernah berihlah ke Iraq, imam Abî Dâud

44

Tahzib al-Kamal, juz 30, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

311-313. 45

Tahzib al-Kamal, juz 34, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

303-304.

Page 66: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 46

mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang buta sebelah.

Beberapa guru-guru beliau diantarnya adalah Ismâîl bin Abî

Khâlid, Ismâîl bin Sulaimân al-Azrâq, Aflaẖ bin Humaid, Hâjib

bin „Umar, Sulaimân al-A„masydan lain-lain.46

Adapun diantara

murid-murid beliau adalah imam Aẖmad bin Hanbal, Sufyan bin

Wakî„ bin Jarrâẖ, yaẖya bin Ma„in dan lain-lain.47

komentar Imam Aẖmad tentang beliau, bahwa walaupun

dengan kekurangannya Wakî„ adalah seorang yang bagus

hafalannya, wira„i dan khusyu„ dalam beribadah dan ia adalah

imam bagi kaum muslimin dimasanya. Ibnu Hâtim berkomentar

ia adalah seorang yang Tsubut, Abû Mu„âwiyah berkomentar

tsiqah.48

Muẖammad bin Ghâlib bin Harb berkomentar bahwa

Wakî„ adalah seorang yang disetiap malamnya tidak akan tidur

sebelum membaca al-Qur‟an sebanyak 3 juz dan qiyamullail di

akhir malam, hingga terbit fajar. Sedangkan al-„Ijlî berkomentar

beliau adalah tsiqah, „âbid, Shâliẖ, Huffâz al-Hadis. Beliau lahir

pada tahun 126, 127 atau 130 H dan wafat pada tahun 196, 198 H

menurut Imam Aẖmad beliau wafat di Makkah ketika dalam

perjalanan pulang dari melaksanakan ibadah haji.49

46

Tahzib al-Kamal, juz 30, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

463-464. 47

Tahzib al-Kamal, juz 30, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

468. 48

Tahzib al-Kamal, juz 30, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

474-476. 49

Tahzib al-Kamal, juz 30, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

481, 484.

Page 67: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 47

al-A‘masy

Sulaimân bin Mihrân al-Asadî al-Kâhilî, salah satu

budaknya adalah Abû Muhammad al-Kûfî al-A„masy.Beliau

berasal dari daerah Thabaristân. Guru-guru beliau diantaranya

adalah Anas bin Mâlik,50

Ibrâhîm al-Nakha„î, Abî Sâlih budak

Ummu hâni‟ dan lain-lain. Murid-murid beliau diantaranya

adalah Abû Mu„âwiyah, Huraim bin Sufyan, „Uqbah bin Khâlid

dan lain-lain. Al-„Ijlî berkomentar tsiqah, lahir pada 61 H,51

wafat

147,148 H. Abû Hâtim berkomentar al-A„masy lebih baik

hafalannya dari pada Hasan bin „Amr al-Faqîmî.52

Abû Sâliẖ al-Sammâni

Salah satu tabi‟în yang hidup semasa dengan Abû

Hurairah, beliau juga berguru dengan Abû Sa„îd al-Khudrî dan

Abû Hurairah. Salah satu muridnya Suhail bin Abî Shâlih dan

lain-lain.53

50

Tahzib al-Kamal, juz 12, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

76-77. 51

Tahzib al-Kamal, juz 12, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

81, 83. 52

Tahzib al-Kamal, juz 12, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

89-90. 53

Tahzib al-Kamal, juz 33, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

419.

Page 68: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 48

Abî Sa‘îd

Salah satu sahabat Nabi saw, Abû Sa‟îd al-Khudrî, Sa„d

bin Mâlik adalah nama aslinya, beliau terkenal dengan nama asli

dan kuniyahnya.54

TABEL XI

Hasil kritik sanad hadis riwayat Imam Abȗ Dȃud

N

o

Nam

a

Tahu

n

Wafa

t

Kuniya

h

Tempat

Rihlah

Jarh/Ta„d

îl

1

ػضب

ث اث٢

ؽ٤جخ

w.

23

اث ؽغ

ث اث٢

ؽ٤جخ

كخ،

خ، ثـذاد

صـــــــوخ

،)اؼغ٠ (

فذم )اث

ؽبر (،

صوخ )اشاص١

)

بد 2-

اث عبس١

اك٢

كخ

فذم )اث

ؽبر(،

صوخ )اغب ئ٢

،)

صوخ )اث

ؽجب (

3 اث

ؼب٣خ-

اث

ؼب٣خ- -

-31 ٤غ 4 اث عل٤ب كخ، صوخ )اث

54

Tahzib al-Kamal, juz 33, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

335.

Page 69: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 49

ؼب٣خ( ، ػشم اك٢

صجد

)ؽبر(،

صوخ )اؼغ٢(

االػ

ػ

1-

ــــــكخ -

صوخ )اؼغ٢(

ؽلظ )ؽبر(

اث٢

فبؼ - - اث فبؼ -

7

اث٢

عؼ٤ذ

اخذس

١

كخ اث عؼ٤ذ - فؾبثخ

ػذ

Dari data tersebut, ketersambungan sanad yang

ditunjukkan pada tahun kelahiran atau tahun wafat para perawi

menunjukkan mereka saling bertemu.Namun, tidak semua perawi

ditemukan data kelahiran atau data wafat mereka. Bagi pera

perawi yang tidak ditemukan data tahun kelahiran atau tahun

wafat, dapat dibantu dengan data tempat riẖlaẖ mereka, yaitu

masing-masing pernah berkunjung di daerah Kȗfah.Dengan

demikian dapat menunjukkan kemungkinan mereka saling

bertemu.

Adapun tentang ke-dabit-an dan „adalah para perawi,

melihat pada komentar yang diberikan oleh para muhaddist,

Page 70: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 50

dengan tingkatan kredibilitas yang berbeda.Pada riwayat imam

Abû Dâud ini, para perawi terlihat kredibilitas ke-dabit-annya

baik. Walaupun ada beberapa perawi yang tidak mencapai

tingkatan tsiqahmenurut Ibn Hâtim, tetapi mereka mendapat

predikat tsiqah dari ulama lain. Karena Ibn Hâtim termasuk

ulama yang ketat dalam penilaian, maka shadȗq menurut Ibn

Hâtim tidak menjadikan kecacatan bagi seorang perawi. Maka

hadis dari jalur periwayatan imam Abȗ Dâud ini memenuhi

kriteria ke-sahih-an suatu hadis, yakni sambung sanad-nya, dabit

dan „adalah para perawinya.

Kritik sanad selanjutnya dari periwayatan Imam Ahmad

melalui jalur periwayatan Ibn „Umar, dengan kritik sebagai

berikut:

اث بكغ ، ػ ب ػج٤ذ اهلل ، ػ ٤ش ، ؽذص ب اث ؽذص

اج٢ ش ، ػ : ال رغبكش ػ هب ع ػ٤ ف٠ ا

.)سا اؽذ ث ؽج( ؾش غ ر١ شأح صالصب إال ا

Ibnu Numaîr

Beliau adalah „Abd Allah bin Numaîr al-Mahdânî al-

Khârifî, Abû Hisyâm al-Kûfî. Guru-gurunya adalah Asy„ats bin

Sawwâr, Haris bin Hashîrah, „Ubaidullah bin al-Akhnas al-

Nakhâ„î dan lain-lain. Murid-muridnya adalah Aẖmad bin

Hanbal, Sufyan bin Wak„ al-Jarrâẖ, „Ubaid bin Ya„yasy dan lain-

Page 71: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 51

lain. Komentar „Utsmân bin Sa„îd al-Dârimî tsiqah, ibnu Saîd

tsiqah. Beliau wafat pada tahun 199 H.55

‘Ubaidullah

„Ubaidullah bin al-Akhnas al-Nakhâ„î, Abû Mâlik al-Kûfî

al-Khazzâz. Diantara guru-guru beliau adalah nâfî„ budaknya

Ibnu „Umar, „Amr bin Syu„aib, Abî Zubair al-Makkî dan lain-

lain. Diantara murid-murid beliau adalah Rauẖ bin „Ubadah, Saîd

bin Abî „Arûbah, „Abd Allah bin Bakr al-Sahmî dan lain-lain.

Komentar para ulama hadis diantarnya imam Aẖmad, imam al-

Nasa‟I dan Abû Dâud tsiqah.56

Nâfi‘

Beliau adalah Nâfi„ budak „Abd Allah bin „umar bin al-

Khaththâb al-Qurasyî al-„Adawî, Abû „Abd Allah al-Madânî,

berasal dari Maghribi, ada juga yang mengatakan dari Naisabûrî.

Diantara guru-guru beliau adalah „Abd Allah bin „Umar bin

Khattâb, Mughîrah bin Hakim al-Shan„ânî, Abî Sa„îd al-Khudrî

dan lain-lain. Murid-muridnya adalah „Ubaid Allah bin al-

55

Tahzib al-Kamal, juz 16, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h.

225, 227, 229. 56

Tahzib al-Kamal, juz 19, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 5-6.

Page 72: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 52

Akhnas, „Athâ‟ al-Khurasanî, „Umar bin Husain al-Makkî dan

lain-lain.57

Ibnu ‘Umar

Beliau adalah „Abd Allah bin „Umar bin al-Khaththâb al-

Qurasyî al-„Adawî, Abû „Abd al-Raẖman al-Makkî al-Madanî,

sahabat Rasul saw. beliau adalah saudara kandung Hafshah

ummu al-Mu‟minîn, ibu mereka adalah Zainab bint Maz„ȗn.

Salah satu sahabat yang mengikuti perang khandaq. Diantara

murid-muridnya adalah Abû Shâliẖ Dzakwan al-Samâni, Dâud

bin Sulaik al-Sa„adî, Nâfi„ dan lain-lain. Wafat pada tahun 73, 74

H.58

Dari proses kritik sanad hadis kesertaan maẖramyang

menjelaskan tentang kesertaan maẖrambagi perempuan yang

melakukan safar selama tiga hari melalui jalur sahabat Ibnu

„Umar pada riwayat Imam Ahmad bin Hanbal,dengan hasil kritik

sanad dapat dirangkum pada tabel berikut:

TABEL XII

Hasil kritik sanad hadis riwayat Imam Ahmad bin Hanbal

N

o Nama

Tahun

Wafat Kuniyah

Tempat

Rihlah Jarh/Ta„dîl

1 اث

٤شw.

33

اث ؾب

اك٢ ــــكخ

صـــــــوخ )

ػضب ث

57

Tahzib al-Kamal, juz 29, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 298-299,

301. 58

Tahzib al-Kamal, juz 15, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 337, 339.

Page 73: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 53

عؼ٤ذ(،

)اث صوخ

عؼ٤ذ(

2 ػج٤ذ

اهلل-

اخضاص

اث بي

اك٢

كخـــــ

صوخ )اؽذ ث

ؽج،اغبئ٢

، اث داد(

- بكغ 3اث ػجذ اهلل

اذا٢

ـشث٢،

خ -

4 اث

ػش73/74

اث ػجذ

اشؽ

٢ ا

اذا٢

خ فؾبثخ

ػذ

Riwayat imam Aẖmad bin Hanbal ini terlihat saling

bertemu antara para perawinya, dengan melihat data tempat

rihlah dan kuniyahnya. Masing-masing perawi hidup semasa dan

pernah berkunjung ke Kûfah, Makkah dan Madinah.Dengan

demikian adanya kemungkinan saling bertemu dan meriwayatkan

hadis.

Sedangkan dari ke-dabit-an para perawi dari jalur

periwayatan ini, mayoritas perawi mendapat predikat

tsiqahsampai pada tingkatan tabi„în. Salah satu perawipada jalur

periwayatan ini, belum ditemukan data jarẖatau ta„dîl dari para

ulama yakni Nâfi„. Namun, beliau adalah salah satu tabi„în yang

sering ditemukan dalam periwayatan hadis.Maka kesimpulan

Page 74: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 54

sementara hadis ini sambung sanad-nya dan dabit serta „adîl para

perawinya.

Untuk lebih mendukung kulitas hadis pada periwayatan

jalur ini, ada beberapa periwayatan dari jalur lain yang semakna.

Sehingga masih tetap dapat naik tingkatannya apabila diteliti

lebih lanjut, diketahui salah satu dari perawi ada yang terputus

sanad-nya. Maka hadis ini masih tetap dapat dijadikan hujjah.

C. Maẖram dalam Perspektif Fiqh

1. Maẖram Mu’abbad

Maẖram mu‟abbad adalah keharaman bagi seseorang

untuk menikahi orang lain yang termasuk dalam maẖram-nya dan

bersifat selamanya. Adapun seorang laki-laki tidak boleh

menikahi seorang perempuan untuk selamanya, dikarenakan

adanya; hubungan nasab, hubungan pernikahan, hubungan

persusuan.59

Hal ini sesuai pada firman Allah surat al-Nisa‟: 23

59

Abî Bakr „Usmân bin Muhammad Syatta al-Dimyati al-Bakr,

Hasyiyyah I‟anah al-Thâlibîn, juz 2, (Dâr al-Kutûb al-„Ilmiyyah, Bairut:

2012), h. 479. Lihat juga Wahbah Zuẖailî,al-Fiqhu al-Islâmî wa Adillatihi,

(Dâr al-Fikr: Bairut, 1989), h. 351.

Page 75: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 55

“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang

perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara

bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan,

anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-

anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu

yang menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu

istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam peliharaanmu dari

istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan

istrimu itu (dan sudah klamu ceraikan) maka tidak berdosa kamu

mengawininya. (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu

(menantu) dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua saudara,

kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, sesuangguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini telah memberikan rambu-rambu secara jelas,

tentang siapa saja yang menjadi maẖram dalam hubungan

pernikahan, hubungan nasab dan hubungan persusuan. Berikut

akan dijelaskan menurut pandangan para ulama fiqih tentang

hubungan maẖram tersebut.

a. Pengharaman Hubungan Nasab60

60

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, jilid 2, (al-Qahirah: Dar al-Hadîs, 2009), h.

47.

Page 76: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 56

Maẖram dalam hubungan nasab, yang dimaksud disini

adalah kerabat dekat yang memiliki hubungan satu rahim yaitu

kerabat dekat yang haram baginya untuk dinikahi.61

1). Ibu, yang dimaksud adalah hubungan anatara ibu dan anak

inilah yang menyababkan adanya ikatan maẖram yang termasuk

dalam kategori ini adalah ibu dan nenek (ibu dari ibu atau ibu dari

ayah), dengan segala tingkatannya, baik dari pihak bapak maupun

ibu.

2). Anak perempuan yang dilahirkan oleh istri maupun oleh anak

kandung laki-laki tadi. Termasuk dalam kelompok ini adalah

anak kandung dan anak tiri, cucu, cicit dengan tingkatannya.

3). Saudara perempuan yang lahir dari orangtua yang sama, baik

keturunan dari pihak ayah maupun ibu atau dari salah satu

diantara keduanya.

4). „Ammah yaitu bibi dari pihak ayah, yang menjadi saudara

kandung ayah atau saudara perempuan ayah dari keturunan salah

satu orang tua ayah. selain itu, yang juga termasuk „ammahadalah

saudara perempuan ibu, yaitu saudara ayahnya ibu (nenek

sepupu).

5). Khallah merupakan bibi dari pihak ibu atau saudara

perempuan ibu baik sekandung maupun saudara tiri, selain itu

61

Muẖammad Musṯafâ Syalbî, Aẖkâm al-Usratifi al-Islâm,(Dâr al-

Nahḏah al-ʻArabiyyah: Bairut, 1977), h. 164.

Page 77: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 57

juga dapat ditujukan pada saudara perempuan ayah (nenek

sepupu).

6). Keponakan, meliputi anak perempuan saudara laki-laki, baik

berstatus anak kandung maupun tiri. Begitu juga dengan

keponakan dari saudara perempuan yang bersetatus anak kandung

maupun anak tiri.

b. Pengharaman Hubungan Pernikahan

Dalam hubungan pernikahan yang dimaksud disini adalah

hubungan yang runtut karena adanya akad pernikahan dan

hubungan dalam pernikahan.62

1). Mertua perempuan meliputi ibu dan nenek dari istri (baik

nenek dari pihak ayah maupun ibu dan semua tingkatannya).

Dalam masalah ini tidak diharuskan adanya hubungan suami istri

diantara pasangan tersebut, terlaksananya akad sudah

mengesahkan hubungan maẖram tersebut.63

2). Anak tiri, merupakan anak perempuan dari istri laki-laki yang

sudah digauli. Selain itu yang termasuk dalam anak tiri anak

62

Muẖammad Musṯafâ Syalbî, Aẖkâm al-Usrati fi al-Islâmî, (Dâr al-

Nahḏah al-ʻArabiyyah: Bairut, 1977), h. 165. 63

Abî Bakr „Usmân bin Muhammad Syatta al-Dimyati al-Bakr,

Hasyiyyah I‟anah al-Thâlibîn, juz 2, (Dâr al-Kutûb al-„Ilmiyyah, Bairut:

2012), h. 329.

Page 78: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 58

perempuan istri dan cucu perempuannya (baik dari anak laki-laki

maupun anak perempuan).64

3). Menantu perempuan adalah istri dari anak dan istri dari cucu,

baik dari anak laki-laki ataupun anak perempuan dan tingkatan

yang sejajarnya.

4). Ibu tiri, tidak diperbolehkan menikahi ibu tiri walaupun belum

terjadi hubungan suami istri. Karena hal tersebut dicela Allah dan

termasuk kebiasaan masyarakat jahiliyyah.65

c. Pengharaman Hubungan Persusuan

Dalam hubungan maẖram sesuatu yang diharamkan pada

sepersusuan sebagaimana yang diharamkan dalam hubungan

nasab. Pernikahan sepersusuan diharamkan sebagimana

pernikahan hubungan nasab. Demikian kesepakatan ulama secara

umum tentang sepersusuan.66

Ibu susuan memiliki posisi yang

sama dengan ibu kandung. Anak susuan diharamkan menikahi

ibu susuannya berikut keturunannya seperti keharaman ia

menikahi ibu kandung dan saudara-saudaranya.67

Diantara

64

Abd al-Azîm bin al-Badwi, al-Wajiz fi Fiqh al-Sunnah, v.1,

(Madinah: Dâr al-Taqwid, 1995), h. 287. 65

Sayyid Sâbiq, Fiqh Sunnah, jilid 2, (al-Qâhirah: Dâr al-Hadis, 2009), h. 294. 66

Muẖammad Musṯafâ Syalbî, Aẖkâm al-Usrati fi al-Islâmî, (Dâr al-

Nahḏah al-ʻArabiyyah: Bairut, 1977), h. 170. 67

Pada masalah persusuan ini, banyak diperdebatkan dikalangan

ulama, ada Sembilan kaidah yang berhubungan dengan masalah persusuan

diantaranya;pertama, kadar air susu yang diberikan kepada anak susuannya.

Kedua,usia anak yang disusui. Ketiga, rentang waktu lamanya menyusui, ada

yang mensyaratkan menyusui dalam waktu tertentu. Keempat, apakah harus

Page 79: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 59

mereka yang haram dinikahi karena hubungan persusuan68

adalah:

1) Ibu susuan (perempuan yang menyusui karena ia memilki

posisi sepeti ibu kandung.

2) Ibu dari ibu susuan (nenek bagi yang disusui)

3) Ibu dari ibu suami susuan (mertua ibu susuan)

4) Saudara perempuan dari ibu susuan (bibi)

5) Anak keturunan ibu susuan, baik dari pihak laki-laki ataupun

perempuan (mereka seperti saudara kandung)

6) Saudara perempuan dari suami ibu susuan (bibi dari ayah

susuan)

7) Saudara perempuan ibu susuan dari pihak ayah maupun ibu

susuan atau salah satunya saja.

2. Maẖram Mu’aqqat

Maẖrammu‟aqqat yaitu orang-orang yang haram dinikahi

dengan sebab tertentu danbersifat sementara.yakni apabila

penyebab kemaẖraman itu hilang, hubungan maẖram juga

langsung menyusu kepada ibu susuan atau dapat menggunakan alat tertentu.

Kelima, bercampurnya air susu. Keenam, sampai tidaknya air susu ke

tenggorokan. Ketujuh, apakah ayah susuan menempati posisi yang sama

dengan ibu susuan dari segi nasabnya terhadap anak yang disusui istrinya.

Kedelapan, kesaksian saat menyusui. Kesembilan, sifat ibu yang menyusui.

Lihat Muẖammad Musṯafâ Syalbî, Aẖkâm al-Usrati fi al-Islâmî, (Dâr al-

Nahḏah al-ʻArabiyyah: Bairut, 1977), h. 174. 68

Sayyid Sâbiq, Fiqh Sunnah, jilid 2, (al-Qâhirah: Dâr al-Hadis, 2009), h. 251.

Page 80: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 60

terputus.69

Diantara mereka yang dianggap sebagai maẖram

mu‟aqqat:

Dua perempuan yang memiliki hubungan maẖram,

diharamkan menggabungkan dua saudara perempuan,

seorang perempuan dengan bibinya (dari ayah) dan

bibinya (dari ibu) dan juga keponakan perempuan dari

istri, sebagaimana haramnya menggabungkan antara tiap-

tiap dua perempuan yang mana keduanya masih ada

hubungan kerabat. Sesuai firman Allah swt.

“Dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua

perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada amsa

lampau. Sesuangguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.” (al-Nur:23)

Imam Bukhârȋ dan imam Muslim meriwayatkan bahwa

Nabi melarang menikahi dengan cara menggabungkan antara

seorang perempuan dengan bibinya (dari ayah) dan antara

seorang perempuan dengan bibinya (dari ibu). Penggabungan

yang dilarang dalam pernikahan ini, juga dilarang dalam akad.

Para ulama telah sepakat bahwa seorang laki-laki, jika mentalak

69

Wahbah Zuẖailî,al-Fiqhu al-Islâmî wa Adillatihi, (Dâr al-Fikr:

Bairut, 1989), h. 130.

Page 81: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 61

istrinya dengan talak raj‟I (masih dapat rujuk) tidak boleh

baginya menikah dengan saudara perempuan istrinya atau

menjadikan dia sebagian dari istrinya, hingga selesai masa ʻiddah

dari istri yang ditalak tersebut. Larangan ini karena masih ada

ikatan perkawinan, maka masih ada hak rujuk pada waktu yang ia

kehendaki.

Istri orang lain dan perempuan yang sedang masa „iddah,

diharamkan bagi seorang muslim menikahi istri orang lain

yang sedang dalam masa „Iddah dan perempuan yang

sedang dalam masa „Iddah sebagaimana telah dijelaskan

pada pembahasan pertama. Sekiranya seorang laki-laki

memperistri dua perempuan yang haram dinikahi dengan

satu akad dan tidak ada penghalang pada keduanya maka

akad tersebut gugur dan kedua pernikahan tersebut tidak

ada yang sah. Adapun jika ia menikahi keduanya dengan

akad beriringan, dimana pada masing-masing akad itu

terpenuhi semua rukun dan syaratnya, serta diketahui

mana akad yang lebih dahulu dan mana akad yang

terakhir, maka akad yang terlebih dahulu yang dianggap

sah. Sedangkan akad yang terakhir atau akad yang

terakhir dianggap gugur.70

70

Mayoritas mazhab fiqh sepakat bahwa perempuan dalam masa

„Iddahtidak boleh dinikahi sampai selesai masa „iddahnya sebagaimana

perempuan yang masih bersuami. Baik berupa „iddah ditinggal mati suami

maupun „iddahtalak raj‟I atautalak ba‟in.lihat Muhammad Jawwad

Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2008), h. 342.

Page 82: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 62

Perempuan yang ditalak tiga, perempuan yang sudah

ditalak tiga tidak dapat dinikahi oleh mantan suami

pertamanya, sebelum dinikahi oleh laki-laki lain dengan

pernikahan yang sah dan tanpa merencanakan untuk

menghilangkan masa keharaman tersebut. Akan tetapi

para ulama berbeda pendapat tentang keharaman menikahi

perempuan yang ditalak tiga (talak ba‟in). Dalam hal ini

suami sudah tidak memiliki hak untuk rujuk kembali

kepada mantan istrinya. „Alȋ bin Abȋ Thallib, Zaid bin

Sabit, imam al-Nakha‟I dan Sufyan al-Sauri serta mazhab

Hanafi dan Hanabali berpendapat bahwa suami tetap tidak

boleh menikahi saudara dari mantan istrinya hingga masa

„iddahnya habis. Argument mereka bahwa dalam masa

„iddah ikatan keduanya tidak sama sekali putus. Akan

tetapi masih terdapat hal-hal yang hrus diselesaikan oleh

suami menyangkut mantan istrinya, yakni kewajiban

untuk tetap memberi nafkah hingga masa „iddahnya

selesai.

Ibn Munzir tidak sependapat dengan pemaparan diatas, ia

sependapat dengan Imam Malik dan Imam Syafiʻi. Menurutnya

bahwa mantan suami boleh menikahi saudara mantan istrinya

sekalipun masih dalam masa talak ba‟in. Hal tersebut karena

ikatan suami istri setelah talak ba‟in sudah putus. Maka menikahi

Page 83: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 63

saudara dari mantan istri tidak termasuk mengumpulkan dua

saudara dalam pernikahan.71

Menikahi perempuan musyrik, mayoritas ulama

bersepakat bahwa menikahi perempuan musyrik haram

sehingga ia beriman. Seperti penyembah berhala,

penyembah api, penyembah sapi dan yang lainnya.

Sebagaimana ketetapan Allah, Q.S. al-Baqarah:221.

Dari pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa pada

dasarnya adanya hubungan mahram disebabkan olehadanya

hubungan nasab, hubungan pernikahan dan hubungan

sepersusuan. Kemudian mahram dibagi menjadi dua yakni

mahram yang bersifat selamanya (mahrammuabbad) dan

mahram yang bersifat sementara (mahram mu‟aqqat). Artinya

mahram yang bersifat sementara, hubungan mahram akan hilang

jika hal-hal yang menyebabkan ke-mahram-an terputus atau

hilang. Untuk lebih mudah memahami siapa sajakah yang

termasukmahram dan siapa sajakah yang tidak termasuk mahram

dalam hubungan nasab, pernikahan dan sepersusuan maka

dirangkum dalam skema berikut :

71

Sayyid Sâbiq, Fiqh Sunnah, jilid 2, (al-Qâhirah: Dâr al-Hadis,

2009), h. 321.

Page 84: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 64

Skema Mahram

Keterangan :

Suami atau istri saudara

kandung Bapak

Saudara kandung Bapak

(Pakde, paman, bude, bibi)

Anak-anak paman

(saudara sepupu)

Bapak atau ibu mertua

kandung

Saudara kandung,

saudara tiri, saudara

sepersusuan

Anak saudara

sepersusuan

Anak-anak saudara

kandung

Bapak Ibu

Kakek

Nenek Saudara kandung ibu

(Pakde, paman, bude, bibi)

Suami atau istri

saudara kandung ibu

Anak-anak paman

(saudara sepupu)

Bapak atau ibu mertua

tiri

Saudara kandung,

saudara tiri, saudara

sepersusuan

Anak saudara

sepersusuan

Anak-anak saudara

kandung

Laki-laki/

Perempuan

Page 85: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 65

Bagan yang diberi tanda penghubung adalah bagian dari

mahram

Bagan yang tidak diberi tanda penghubung adalah bukan

bagian mahram

D. Kontekstualisasi Maẖram dalam Safar

1. Maẖram dalam Safar Menurut Pandangan Ulama

Maẖram dalam konteks safarperempuan memiliki

pembahasan yang menarik dibicarakan. Dalam hadis terlihat

seakan wajibnya maẖram dalam safar perempuan, kewajiban ini

muncul jika hadis dilihat secara tekstual. Ketika memahami

sebuah teks, memiliki dua kecendrungan yakni kecendrungan

tekstual dan kecendrungan kontekstual. Jika hadis ini dipahami

secara tekstual maka akan terlihat pemahaman secara harfiyah

dari matan yang ada. Sedangkan jika dilihat secara kontekstual

akan muncul hal-hal lain yang tersirat dalam matan hadis

tersebut. Maka dapat dilihat dari kedua sisi pemahaman tersebut,

apakah yang dimaksud oleh Rasulullah saw wajibnyamaẖram

menemani dalam safar perempuan ataukah ada pesan yang

lain.Oleh karena itu, perlunya memahami kembali matan hadis

tentang safar tersebut. Salah satu matan hadis tentang kesertaan

mahrampada safar perempuan, riwayat Imam al-Turmuzi:

Page 86: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 66

ػ٤ اهلل ف٠ ا سع : هب أث٢ عؼ٤ذ اخذس١، هب ػ

رغبكش علشا ا٥خش أ ا٤ ثب شأح رؤ ال : ال ٣ؾ ع

٣ ب، أ أخ ب، أ ب أث ؼ كقبػذا إال صالصخ أ٣ب

أث٢ ك٢ اجبة ػ ب. ؾش ر ب، أ اث ب، أ ع ص

فؾ٤ؼ زا ؽذ٣ش ؽغ ش. ػ اث ػجبط، اث .ش٣شح،

Secara tekstual hadis tersebut menjelaskan batasan hari bagi

perempuan yang hendaknya disertai maẖram dan siapa saja

maẖram yang dimaksud. Imam Ibn Hajar al-„Asqalȃnȋ

menjelaskan dalam Fath al-Bȃrȋbahwa kriteria maẖram

dikalangan ulama adalah orang yang haram dinikahi selamanya

dengan sebab adanya hubungan nasab, hubungan pernikahan dan

hubungan sepersusuan - sertauntuk menghormati perempuan

yang ada dalam hubungan tersebut- selain itu imam ibnu Hajar

juga menyebutkanmaẖramyang bersifat sementara yaitu suami

saudara perempuan (adik ipar atau kakak ipar)dan bibi dari ayah

(yang dimaksud adalah suami bibi, akan terputus

hubunganmaẖram, jika bibi meninggal dunia atau

bercerai).Begitu juga kriteria maẖram menurut imam Ahmad,

hanya saja imam Ahmad menambahkan perbedaan agama

memutuskan hubungan maẖram. Walau memiliki hubungan

nasab sekalipun. Imam ibnu Hajar menukil pendapat imam

Ahmad bahwa bagi ayah yang kafir tidak dapat menjadi maẖram

Page 87: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 67

bagi anaknya yang muslim. Hal ini dihawatirkan ketidak amanan

bagi anaknya, yakni dengan sebab perjalanan tersebut sang ayah

membujuk anaknya untuk meninggalkan Islam.72

Sedangkan menurut Imam al-Nawawî bahwa dalâlah

maẖram yang dimaksud dalam hadis adalah sebagaimana

maẖram menurut imam Syafi„i dan mayoritas ulama yakni dari

jalur nasab, radhâ‟ dan pernikahan.73

Kriteria maẖrammenurut

Imam Nawawȋ mengindikasikan kesertaan maẖramsebagaimana

maẖramyang dimaksud oleh Imam Ibn Hajar.

Imam „Ainȋ mengutip pendapat Imam Mȃlik menyebutkan

dalam „Umdah al-Qȃrȋ bahwa anak suami atau anak tiri tidak

boleh menjadi maẖramatas ibu tiri nya, karena anak tiri sebagai

maẖramsecara nasab bukan maẖramsecara kemanan seperti

maẖramnasab yang lainnya.74

72

Imam Ibnu hajar juga menyebutkan bahwa ada maẖramyang keluar

dari sebab nasab dan pernikahan. Yakni apabila seorang laki-laki berkumpul

dengan seorang perempuan tanpa disengaja – misalnya seorang perempuan

yang memiliki saudara kembar, sehingga mereka pernah berkumpul

selayaknya suami istri- kemudian dari hasil kumpul tersebut mereka

mempunyai seorang anak laki-laki, maka anak tersebut bukan termasuk

maẖrambagi ibunya. Dan jika anaknya perempuan maka cucunya kelak bukan

termasuk maẖrambagi neneknya. Begitu juga menurut Imam Ahmad. Lihat

Muhammad bin „Ali bin Muhammad bin „Abd Allah bin Husain al-Syaukani,

Nail al- Authâr Syarhu Muntaq al-Akhbar min Ahadisi Sayyidi al-

Akhyar,Kitâbu al-Manâsik, Bâb al-Nahyu „an Safari al-Mar‟ah li al-Hajji aw

Ghairihi Illâ bi Maẖramin, juz 4, al-Maktabah al-Syâmilah, h. 345. 73

Al-Nawawî, Saẖîẖ Muslim Bisyarẖi al-Nawawî, juz 5, (Qâhirah:

Dâr al-Hadîts, 2001), h. 116. 74

Badru al-Dȋn al-„Ainȋ, „Umdah al-Qȃrȋ Syarh Sahȋh al-Bukhȃrȋ, Bȃbu Hijju al-Nisȃ‟, juz 10, maktabah al-Syȃmilah, h. 222.

Page 88: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 68

Analisis dari pendapat para ulama tentang kriteria

maẖramdalam hadis, dapat disimpulkan siapa saja yang

hendaknya menemani atau menjadi maẖramdalam safar

perempuan. Yakni mereka yang benar-benar memiliki hubungan

pernikahan, hubungan nasab dan dapat memberikan keamanan

bagi perempuan. Bahkan imam Ahmad menambahkan dengan

jelas dari jalur nasab ada pengecualian bagi yang berbeda agama

tidak dapat menjadi maẖramperempuan karena beda agama

tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa maẖramtidak hanya dituntut

untuk menjaga keamanan perempuan dari segi aman dalam arti

terhindar dari kejahatan dan hal lain yang membahayakan

perempuan. Akan tetapi menjaga keamanan dari sisi terjaganya

agama dan hal-hal yang mengganggu keutuhan agama. Imam

Mȃlik memberikan pengecualian terhadap mahram dari jalur

nasab yakni anak tiri, tidak dapat menemani safar perempuan

yang berstatus sebagai ibu tirinya. Hal ini menunjukkan

penjagaan keamanan terhadap perempuan dari segi keamanan

perempuan itu sendiri dengan mahramyang menyertainya.

Maka dari pemaparan para ulama tersebut tentang mahram

yang menyertai dalam safar perempuan bahwa keamanan yang

harus diperhatikan tidak hanya keamanan perempuan dari

kejahatan dan bahaya yang dapat mengancam fisik perempuan

dari lingkungan sekitar. Akan tetapi bahaya yang mengancam

Page 89: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 69

perempuan terhadap agamanya dan juga diri perempuan dengan

mahram yang menyertainya sangatlah diperhatikan oleh syari„at.

Maka sudah jelas bahwa pemahaman maẖram secara tekstual

menunjukkan siapa saja yang berperan untuk menemani

perempuan saat melakukan safar dan bagaimana aplikasi

maẖram yang dimaksud dalam hadis.

2. Rentang Waktu Kesertaan Maẖram PadaSafar

Perempuan

Setelah mengetahui aplikasi maẖramyang dimaksud dalam

safar, maka pemahaman selanjutnya adalah tentang rentang

waktu hendaknya seorang perempuan disertaimaẖramdalam

melakukan safar, dengan salah satu riwayat Imam Ibnu Mâjah:

: هب ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ش، ػ ػ اث ب»ػ

ؾش ب ر ؼ شأح صبصب إب )سا اث بع(7«رغبكش ا

“Dari Ibn „Umar dari Nabi saw berkata: “Janganlah seorang perempuan

bepergian dalam waktu tiga hari kecuali bersama maẖram nya.” (H.R.

Ibnu Mâjah)

Pada setiap tindakan menempuh jarak dapat dibahasakan

safar.Penggambaran kesertaan maẖram, ada yang memaknai

secara umum dan ada yang menyatakan rentang waktu

safar.Mengutip pendapat imam al-Nawawî bahwa perbedaan

pada matan hadis yang menyatakan lamanya rentang waktu,

75

Abȗ Sulaiman bin Asy„ats al-Sijistanî, Sunan Ibnu Mâjah, Bâbu Fî

al-Mar‟ati Tuhijju Bighairi Maẖramin, juz 2, no. Hadis 1727, (Lebanon: Dâr

al-Aẖya‟ al-Kitâb al-„Arabiyyah), h.120

Page 90: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 70

bukanlah makna secara zahir. Akan tetapi merupakan penekanan

terhadap keharusan disertai maẖram pada setiap perjalanan

perempuan.76

Dalam Nail al- Authâr dijelaskan bahwa ukuran minimal

larangan bepergian tanpa disertai maẖram bagi perempuan sejauh

3 mil, maka lebih dari itu berarti lebih terlarang. Dan

maẖramadalah syarat bagi perempuan yang akan menunaikan

ibadah haji, tetapi hal tersebut juga masih diperdebatkan apakah

syarat adâ‟ atau syarat wujûb.77

Imam ibnu Hajar menjelaskan tentang rentang waktu yang

disebutkan pada hadis safar ini dikutip dari riwayat imam

Muslim melalui jalur al-Dhahhak bin „Utsmân dari Nâfi„ bahwa

perjalanan seorang perempuan yang harus disertai maẖram

76

Al-Nawawî, Saẖîẖ Muslim Bisyarẖi al-Nawawî, juz 5, (Qâhirah:

Dâr al-Hadîts, 2001), h. 113. 77

Ulama berbeda pendapat bahwamaẖram sebagai syarat wajib atau

syarat sah haji. Sebagian ulama berpendapat bahwa maẖramatau suami

sebagai syarat adâ‟ atau syarat sah haji. Konsekuensinya jika seorang

perempuan tidak bersama dengan maẖram nasab maka harus menikah terlebih

dahulu jika ingin di-maẖram-kan dengan seseorang yang bukan maẖram-nya.

Imam al-Qâḏî Abû Hâzm ʻAbd al-Hamîd juga berpendapat bahwa maẖram

sebagai syarat adâ‟atau syarat sah haji,yakni dari riwayat Ibn Syujâʻ dari Abî

Hafsal-Kabîr. Sedangkan imam al-Karakhi dari Abî Hanîfah menyatakan

bahwa maẖram sebagai syarat wajib haji. Lihat Abî muẖammad Maẖmûd bin

Aẖmad al-ʻAinî, al-Banâyah fî Syarhi al-ẖidâyah, jilid 4, (Dâr al-Fikr: Bairut,

1990), h. 17. Lihat juga Muhammad bin „Ali bin Muhammad bin „Abd Allah

bin Husain al-Syaukani, Nail al- AuthârSyarhu Muntaq al-Akhbar min Ahadisi

Sayyidi al-Akhyar,Kitâbu al-Manâsik, Bâb al-Nahyu „an Safari al-Mar‟ah li

al-Hajji aw Ghairihi Illâ bi Maẖramin, al-Maktabah al-Syâmilah, h. 344.

Page 91: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 71

adalah perjalanan selama satu hari satu malam.78

Sedangkan

dalam riwayat imam Abȗ Dâud diriwayatkan dengan lafaz

“barîdan” yakni setengah hari.Banyaknya perbedaan pendapat

para ulama dengan memahami lafaz ini secara tekstual.

Hadis-hadis yang menyebutkan rentang waktu safarselama

satu hari, dua hari atau tiga hari semua dalam tingkatan saẖîẖ.

Maka ketiga hadis tersebut dapat dijadikan landasan atas

pendamping atau kesertaan maẖram bagi safar perempuan sesuai

pada kecendrungan dan keadaan perempuan dalam safar.

3. Anjuran Kesertaan Maẖram Pada Safar Perempuan

Setelah mengetahui penjelasan tentang bagaimana aplikasi

kesertaan maẖramdan rentang waktu anjuran kesertaan maẖram,

maka akan dilengkapi dengan pembahasan bagaima aplikasi

terhadap anjuran kesertaan maẖramdalam safar perempuan.

Berikut salah satu riwayat anjuran kesertaan maẖram:

اج٢ ف٠ اهلل : هب ، هب ػ ػجبط سض٢ ا اث ػ

: ع »ػ٤ ال ٣ذخ ، ؾش غ ر١ شأح إب ال رغبكش ا

ؾش ب ؼ إب ب سع : ٣«ػ٤ سع ، كوب ا ب سع

78

Ibn Hajar al-„Asqalânî, Fath al-bârî, Bâb Hijju al-Nisa‟, (al-

Maktabah al-Syâmilah, juz 6), h. 89.

Page 92: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 72

شأر٢ رش٣ذ ا زا، زا أخشط ك٢ ع٤ؼ إ٢ أس٣ذ أ

: ب»اؾظ، كوب ؼ 73«اخشط

“Dari Ibn „Abbâs Rasul saw berkata:“Janganlahseorang perempuan

bepergian kecuali bersama maẖram nya dan janganlah seorang lelaki

menemuinya kecuali ia (perempuan itu) bersama maẖram nya.”

Seseorang bertanya (kepada Rasul saw): “ Wahai Rasul saw saya ingin

keluar untuk berperang, tetapi istriku ingin pergi haji, maka Rasul

menjawab: “pergilah bersamanya (istrimu).”

Analisis dari hadis tersebut adalah bahwa kesertaan maẖram

bagi perempuan diharuskan oleh Rasul saw. hal tersebut wajar,

dengan melihat keadaan dimasa itu. Dalâlah yang tersirat dalam

hadis tersebut Rasul saw memberikan persyaratan untuk

keamanan bagi perempuan yang melakukan safar. Apalagi

melihat keadaan perempuan dimasa itu tidak biasa keluar rumah

sendiri, pengetahuan tentang keadaan diluar rumah tidak dikuasai

bahkan tidak adanya alat komunikasi seperti saat sekarang.

Penjelasan hadis ini dalam Nail al-Autȃrdijelaskan bahwa

seorang laki-laki yang sudah terdaftar sebagai tentara perang

diwajibkan untuk menyertai istrinya menunaikan haji,

menunjukkan bahwa kesertaan maẖrammenjadi syarat haji bagi

perempuan. Namun, masih diperdebatkan apakah termasuk syarat

wujȗb atau syarat adȃ‟.80

79

Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Bâbu Hijju al-Nisa‟, juz 3, no. hadis 1862, (Bairut:

Dâr al-Fikr, 1994), h. 19. 80

Badru al-Dȋn al-„Ainȋ, „Umdah al-Qȃrȋ Syarh Sahȋh al-Bukhȃrȋ, Bȃbu Hijju al-Nisȃ‟, juz 10, Maktabah al-Syȃmilah, h. 222.

Page 93: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 73

Kekhawatiran akan keamanan seorang perempuan dimasa itu

sangatlah dipertimbangkan Rasul saw.Pesan lain yang

disampaikan adalah bagaimana tanggung jawab keluarga dan

masyarakat atas keamanan bagi perempuan ketika dalam

safar.Selain itu, untuk memahami secara kontekstual bahwa

diamasa itu mengikuti peperangan adalah sesuatu yang wajib,

sampai rasul menyuruh seorang laki-laki yang akan mengikuti

perang untuk menemani istrinya dalam safar haji. Maka ini

benar-benar menunjukkan bahwa perempuan harus benar-benar

dijaga keamanan nya dimasa itu.

Pendapat Ibn al-Munir menyatakan bahwa hadis tentang

kesertaan maẖram ini disampaikan kira-kira pada tahun 9 atau 10

H. Hal ini berhubungan dengan perintah Rasul saw pada 9 H

kepada perempuan yang saat itu dipimpin oleh Abȗ Bakar al-

Siddiq dan Alî bin Abi Thallib untuk melakukan haji bersama

maẖram nya.81

Anjuran ini berangkat dari kehawatiran terhadap

81

Nabi saw hanya sekali melaksanakan haji pada tahun 10 H/632 M

disebut dengan haji wada‟ karena tidak lama kemudian Rasul wafat. Pada

tahun 8 H setelah Fath al-Makkah, penduduk Makkah melaksanakan haji pada

bulan Dzulqa„dah, hal ini sesuai dengan tradisi mereka saat itu. Maka Rasul

saw tidak langsung melaksanakan haji saat itu. Tahun berikutnya, haji sudah

dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah Rasul juga belum melaksanakan haji.

Akan tetapi, penduduk Madinah boleh melaksanakan haji yang di pimpin oleh

Abȗ Bakar Siddiq. Setelah rombongan berangkat ke Makkah, Rasul menerima

wahyu tentang pembatalan perjanjian Hudaibiyah. Kemudian sahabat Alî bin

Abî Thallib diutus oleh Rasul saw untuk menyusul Abȗ Bakar Shiddiq agar

membacakan wahyu kepada jama„ah haji di Makkah. Dan pada tahun itu juga

tidak diperbolehkan berkumpul bersama-sama melakukan haji sebagaimana

yang telah menjadi tradisi yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun

sebelumnya. Lihat Ibn Bathâl al-Bakri al-Qurthȗbȋ, Syarh Shahȋh al-Bukharȋli Ibn Bathâl, kitâb al-Hajji, Bâbu Hijju al-nisa‟, al-Maktabah al-Syamilah, h.

Page 94: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 74

ummat. Mereka harus bercampur dengan kaum musyrikin

Makkah dengan tradisi haji yang berbeda. Salah satu nya ṯawaf

dalam keadaan telanjang dada bagi laki-laki. Walaupun pada saat

itu perintah untuk melaksanakan haji dan ṯawaf telah ada.82

Selain itu, keadaan geografis Arab Saudi yang jauh berbeda

dengan Indonesia yakni padang pasir yang luas, gersang dan

tandus dengan kendaraan unta, keledai atau yang lainnya.

Keadaan tersebut menghawatirkan dan memungkinkan terjadinya

sesuatu yang tidak diinginkan pada seorang perempuan tanpa

disertai maẖram nya.

Dalam konteks ini ulama berbeda pendapat, ada yang

memahami bahwa kesertaan maẖram bukanlah menjadi syarat

mutlak dalam ibadah haji dan umrah.Akan tetapi menjadi bagian

dari “istiṯâʻah”. Artinya adanya kemampuan kesertaan maẖram

bersama dengan suami atau suatu kelompok besar.83

Sedangkan melihat pada pendapat kesertaanmaẖrambagi

safar perempuan dalam hal penekanan keharusan kesertaannya

ataukah tidak, dalam subul al-Salâm dijelaskan bahwa adanya

pendapat ulama tentang kebolehan bagi perempuan safar tanpa

532.Badru al-Dȋn al-„Ainȋ, „Umdah al-Qȃrȋ Syarh Sahȋh al-Bukhȃrȋ, Bȃbu

Hijju al-Nisȃ‟, juz 10, Maktabah al-Syȃmilah, h. 222. Saleh Putuhena,

Historiografi Haji di Indonesia, (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 32. 82

Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam, Mahram Pada Safar

Perempuan, (Yogyakarta: 2010), h. 107. 83

Abî Bakr „Utsmân bin Muẖammad Syatta al-Dimyati al-Bakrî,

Hasyyah I„anah al-Thâlibîn, juz 2, (Dâr al-Kutûb al„Ilmiyyah, Bairut: 2012), h.

427.

Page 95: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 75

disertai maẖramdalam beberapa hal; ketika hijrah dari negeri

yang sedang dalam peperangan karena takut akan keselamatan

dirinya, ketika menunaikan atau membayar hutang, ketika

menyampaikan titipan dan kembali dari nusyȗz. Ini sudah

disepakati oleh para ulama.

Para ulama berselisih pendapat hanya dalam hal kesertaan

maẖram dalam perjalanan haji yang wajib saja. Mengutip

pendapat Ibnu Taimiyah bahwa sah haji bagi seorang perempuan

tanpa disertai maẖram-nya.Maka dalam masalah ini tidak secara

tekstual dalam memahami hadis tentang kesertaan

maẖram.Mengutip pendapat imam Syafi„I dan imam Malik

bahwa keberadaan maẖram bagi perempuan yang berhaji atau

umrah tidak wajib, beliau hanya mensyaratkan

keamanan.Berbeda dengan pendapat Abû Hanifah dan imam

Aẖmad, bahwa kesertaan maẖram bagi perempuan yang akan

melaksanakan haji dan umrah adalah wajib.84

Adapun perintah

Nabi saw kepada suami untuk keluar bersama isterinya, imam

Ahmad menafsirkan wajib bagi suami keluar bersama isterinya

untuk menunaikan haji apabila tidak ada orang lain bersama

isterinya.85

Hal ini menunjukkan bahwa pesan dalam kesertaan

84

Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayah al-Muqtashîd, jilid 1

(Semarang: tt), h. 234. 85

Muhammad bin Isma‟il bin Shalah bin Muhammad bin „Ali al-

Kahlani, Subul al-Salâm, Kitab al-Hajji, Bâbu Tahrimu al-Khalwah bi al-

AjNabiyyati wa Safariha min Ghairi maẖramin, al-Maktabah al-Syâmilah, h.

608.

Page 96: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 76

maẖramyang disampaikan nabi saw mengutamakan keamanan

bagi perempuan ketika melakukan perjalanan jauh.

Dalam hal kesiapan fisik, anjuran kesertaan maẖrambagi

perempuan dalam melakukan safar diperhatikan dalam syari‟at.

Jumhur ulama berpendapat tidak boleh bagi perempuan muda

(syȃbbah) safar kecuali bersama maẖramnya.Pendapat ini

dipahami oleh imamal-Sonʻani dalam subul al-Salâm menukil

pendapat Ibn Daqȋq al-„Id dikaitkan dengan penafsiran ayat

tentang kewajiban menunaikan haji ke baitullah (Q.S. Ali „Imran:

97). Bahwa ayat tersebut bersifat umum yakni kewajiban

menunaikan haji umum bagi laki-laki dan perempuan.Maka

pemaknaan hadis “perempuan tidak boleh safar kecuali bersama

maẖramnya” juga bersifat umum bagi setiap perjalanan, oleh

karena itu dianggap bertentangan antara kedua dalil yang bersifat

umum tersebut.86

Keumuman kedua dalil tersebut, salah satunya dapat

mentakhsis. Yakni keumuman ayat ditakhsis dengan hadis, yang

menunjukkan keumuman pada ayat adalah kewajiban ibadah haji

bagi seluruh ummat laki-laki atau perempuan, namun ditakhsis

dengan hadis tersebut tidak boleh seorang perempuan safar

kecuali dengan maẖramnya. Sedangkan haji termasuk safar bagi

86

Muhammad bin Isma‟il bin Shalah bin Muhammad bin „Ali al-

Kahlani, Subul al-Salâm, Kitab al-Hajji, Bâbu Tahrimu al-Khalwah bi al-

Ajnabiyyati wa Safariha min Ghairi maẖramin, al-Maktabah al-Syâmilah, h.

608.

Page 97: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 77

perempuan, maka husus bagi perempuan boleh melaksanakan haji

jika ada maẖramnya. Dan hadis ini berlaku umum bagi

perempuan muda (syȃbbah) dan perempuan cukup usia („ajȗz).

Imam al-Sonʻani juga menyatakan bahwa bolehnya

kedudukan maẖramdigantikan dengan perempuan yang

terpercaya, hal tersebut berdasarkan apa yang pernah dilakukan

para sahabat. Salah satu kisah sahabat tersebut dijelaskan oleh Ibn

Bathâldalam kitab syarhnya, bahwa pada masa khalifah sahabat

Umar, ia mengutus Usman bin „Affan dan „Abd al-Rahmân

mendampingi istri-istri Nabi untuk haji. Selain itu juga pada suatu

ketika „Aisyah pernah melakukan perjalanan ke Makkah tanpa

disertai maẖramyang memiliki hubungan nasab.Akan tetapi

„Aisyah juga bersama dengan rombongan perempuan yang

terpercaya dan mereka dianggap cukup sebagai maẖram.

Kisah-kisah tersebut,menjadi landasan oleh imam Mâlik,

imam SyafiʻI dan imam al-Auza‟I bahwa bolehnya seorang

perempuan pergi haji fardu tanpa disertai maẖram. Pendapat ini

juga disepakati oleh imam „Atha‟, Saʻȋd bin Jabȋr, Ibn Sȋrin dan

imam Hasan al-Bashri. Imam Hasan berpendapat bahwa seorang

muslim itu maẖram, maka jika tidak ada maẖramnasabatau

maẖramnikah bagi seorang perempuan dapat digantikan dengan

seorang muslim.87

Hal ini berindikasi bahwa Imam Hasan

87

Ibn Bathâl al-Bakri al-Qurthȗbȋ, Syarh Shahȋh al-Bukharȋli Ibn

Bathâl, kitâb al-Hajji, Bâbu Hijju al-nisa‟, al-Maktabah al-Syamilah, h. 531.

Page 98: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 78

memperbolehkan adanya seorang perempuan melakukan safar

bersama maẖramrombongan. Akan tetapi, menurut imam al-

Sonʻanikesertaan maẖramrombongan ini tidak dapat dijadikan

hujjah karena bukan ijma‟.

Jika menurut Imam al-Son„ani bahwa pendapat tentang

kesertaan maẖramrombongan dalam safar perempuan tidak dapat

dijadikan hujjah, akan tetapi pada suatu riwayat dijelaskan

tentang kesertaan maẖrampada safar perempuan yang

berhubungan dengan keamanan bagi perempuan. Sedangkan

kesertaan maẖram rombongan dapat mewujudkan keamanan bagi

perempuan. Dengan redaksi matan sebagai berikut:

ذ اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ب ػ ب أ : ث٤ ، هب ؽبر ػذ١ ث ػ

أرب البهخ، ص ب إ٤ كؾ سع إر أرب ع ب إ٤ آخش كؾ

: ، كوب سأ٣ذ اؾ٤شح؟»هطغ اغج٤ « ٣ب ػذ١، هذ:

ب، هب جئذ ػ هذ أ ب، »أس طبذ ثي ؽ٤بح، زش٣ كئ

ؼجخ اؾ٤شح، ؽز٠ رطف ثب ال رخبف اظؼ٤خ رشرؾ

)سا اجخبس١( .11أؽذا إب ا

“Dari sahabat „Adȋ bin Hȃtim berkata: “(ketika itu) Aku berada disisi

nabi saw, ketika itu dating kepada nabi saw seorang laki-laki

mengadukan kepada nabi tentang (keadaanya) yang fakir, kemudian

88

Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Kitȃbu al-Manȃqib, Bȃbu „Alȃmatu al-nubuwwah

fi al-Islȃm, no. hadis 3595, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 656.

Page 99: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 79

dating kepada nabi saw seorang laki-laki lain mengadukan kepadanya

tentang perampok di jalan. Maka Rasul saw berkata (kepada ku):

“Wahai „Adȋ tahukah engkau daerah Hirah?” Aku menjawab: “Aku

tidak tahu, dan sungguh Rasul saw menceritakan kepadaku”: “Jika

umurmu panjang, suatu ketika engkau akan melihat (seorang

perempuan) menunggangi unta dari Hirah sampai ia tawaf di ka‟bah

tanpa takut dengan siapa pun kecuali kepada Allah swt.” (H.R.

Bukhȃrȋ)

Hadis ini menjelaskan tentang suatu peristiwa yang terjadi

dimasa nabi saw yang langsung disaksikan oleh sahabat „Adȋ bin

Hȃtim. Dan Rasul langsung bercerita kepadanya tentang keadaan

suatu daerah yang akan terjadi disuatu masa nanti. Hal ini

sekaligus menjawab dan memberikan gambaran kepada seorang

laki-laki yang menceritakan keadaan Rasul tentang perampokan

yang dialaminya sekaligus memberikan gambaran kepada sahabat

„Adȋ tentang keamanan dimasa yang akan datang.

Sebagian ulama ada yang menggunakan hadis ini sebagai

landasan bahwa bolehnya seorang perempuan pergi jauh tanpa

disertai oleh maẖramnya. Dengan perkembangan alat transportasi

dan komunikasi dimasa sekarang, hal ini dikaitkan dengan masa

yang dimaksud oleh Rasul saw dalam hadis tersebut. Maka hadis

ini dianggap sebagai acuan atau landasan bahwa bolehnya

seorang perempuan safar tanpa disertai maẖramnya.

Yusuf qardawi mengutip pendapat ibnu Hazm menyatakan

bahwa hadis ini sebagai pernyataan rasul saw yang

memperbolehkan perempuan safar jauh tanpa disertai maẖram.

Dengan perkembangan teknologi, transportasi dan segala hal

Page 100: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 80

yang dapat dengan mudah dijangkau dimasa sekarang, sehingga

keamanan pada perempuan dapat terjamin.89

Artinya Yusuf

Qardawi menganggap dengan perkembangan teknologi dan

transportasi dimasa sekarang, sebagai salah satu masa yang

dimaksud Rasul saw dalam hadis tersebut.

Melihat pada beberapa kitab syarh yang menjelaskan hadis

ini, Imam al-„Ainȋ pada„Umdah al-Qȃrȋmenjelaskan bahwa

keterkaitan antara hadis perintah kesertaan maẖram pada safar

perempuan -yakni wajib untuk semua perempuan disertai

maẖram baik perempuan tua ataupun perempuan muda- dengan

hadis riwayat sahabat al-„Adȋ tersebut, Imam al-„Ainȋ menukil

pendapat al-Wȃlid al-Bȃjȋ bahwa dikhususkan bagi perempuan

yang sudah tua tidak berlaku demikian, karena mereka sudah

tidak mengundang syahwat. Menurut Ibn Daqȋq bahwa al-Bȃjȋ ini

mengkhususkan dengan keumuman makna safar bagi seluruh

perempuan. Sehingga al-Bȃjȋ mentakhsis dari keumuman makna

seluruh perempuan muda maupun tua menjadi kehususan bagi

perempuan tua tidak berlaku kesertaan maẖram sebagaimana

berlaku pada perempuan yang masih muda. Al-Bȃjȋ

mengibaratkan “Seperti buah yang masih segar dan buah yang

telah jatuh dari pohonnnya. Ibarat buah yang masih segar

hendaklah dijaga dengan sebaik mungkin, sedangkan buah yang

89

Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata„allam (terj.), (Bandung: Bumi Aksara, 1994), h.

135.

Page 101: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 81

telah jatuh dari pohonnya dianggap sebagai barang temuan bagi

siapa yang mengambilnya”.

Analisa Imam al-„Ainȋ, bahwa al-Bȃjȋ berhujjah pada hadis

riwayat sahabat „Adȋ bin Hȃtim. Dalȃlah yang ditunjukkan pada

hadis ini ketika perempuan yang masih muda sekalipun pergi

untuk tawaf ke ka‟bah tanpa disertai siapapun, diperbolehkan jika

keadaan disekitar perempuan tersebut terjamin keamanannya.

Tetapi hadis riwayat sahabat „Adȋ ini bukan berarti memberikan

kebolehan secara umum kepada seluruh perempuan untuk boleh

safar tanpa disertai maẖramnya.90

Abû Zakariyyâ dalam kitab Majmûʻ Syarẖ Muhadzdzab pada

analisa hadis riwayat ʻAdî bin Hâtim, menyebutkan bahwa jika

seorang perempuan dalam safar hanya merasa aman jika disertai

suami atau maẖramatau sekelompok perempuan yang dapat

dipercaya –mengutip pendapat pengarang kitab al-Imlak- atau

dengan seorang perempuan saja yang dapat dipercaya maka boleh

baginya melaksanakan haji.

Sedangkan menurut imam Syafi‟I hadis ini sebagai salah satu

muʻjizat bagi Rasul saw mengetahui kejadian yang akan terjadi

dikemudian hari dan tujuan Rasul hanya ingin memberitahukan

90

Badru al-Dȋn al-„Ainȋ, „Umdah al-Qȃrȋ Syarh Sahȋh al-Bukhȃrȋ, Bȃbu Hijju al-Nisȃ‟, juz 10, maktabah al-Syȃmilah, h. 222. Nama lengkapnya

adalah Mahmud bin al-Qadi Syihab bin al-Dȋn Ahmad bin Mȗsa bin Ahmad

bin al-Husain bin Yȗsuf bin al-Mahmȗd (762-684 H), kunyahnya Abȗ

Muhammad, Abu Tsana‟ bergelar al-Faqih Badr al-Dȋn.

Page 102: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 82

keadaan yang akan terjadi disuatu hari nanti. Hukum masalah ini,

imam Syafiʻi berkomentar bahwa maẖram sebagai salah satu

syarat istiṯâʻah bagi perempuan yang akan melaksanakan haji.

Wajib bagi perempuan melaksankan haji jika ada maẖram yang

mendampinginya baik itu maẖram nasab, maẖram musâharah

atau sekelompok perempuan. Namun tidak dapat disebut maẖram

apabila hanya ditemani seorang perempuan saja dan tidak ada

kewajiban haji bagi perempuan tersebut.91

Melihat kembali pada hadis-hadis larangan safar tanpa

maẖrambagi perempuan. Riwayat sahabat „Adȋ ini mentakhsis

atau menghususkan jika benar-benar keadaan bagi perempuan

telah terjamin keamanannya maka boleh safar tanpa disertai

maẖram. Maka antara hadis tentang larangan safartanpa disertai

maẖrambagi perempuan tidak bertentangan dengan hadis riwayat

sahabat „Adȋ bin Hȃtim.

Sedangkan pada Nail al-Autar dijelaskan bahwa hadis

riwayat sahabat „Adȋ ini hanya menunjukkan pada adanya

keadaan yang akan datang seorang perempuan pergi tanpa

maẖramdengan keadaan yang aman, bukan pula menunjukkan

pada kebolehan perempuan safar tanpa disertai maẖram. Maka

menurut imam al-Syaukani keterkaitan hadis ini dengan hadis

larangan safar perempuan tanpa disertai mahram melihat pada

91

Abû Zakariyyâ Yaẖya bin Syarf al-Nawawî, al-Majmûʻ Syarẖu al-

Muhadzdzab, jilid 7, al-Maktabah al-Syâmilah, h. 86.

Page 103: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 83

kata “Illȃ ma„a dzȋ mahramin” (kecuali tanpa disertai mahram)

yakni bermakna boleh perempuan melakukan safar jika disertai

mahram.92

Artinya dari kedua hadis ini sama-sama menunjukkan

kebolehan namun dengan masing-masing keadaan yang ada

disekitar perempuan. Imam al-Syaukani menganggap kedua hadis

ini dapat di jama„. Maka dengan demikian, bolehnya kesertaan

maẖrambagi perempuan baik maẖrampersonal atau

maẖramrombongan yang menyertai dalam safar nya asalkan

terciptanya keamanan bagi perempuan tersebut.

Dengan melihat fenomena masyarakat Indonesia sekarang

melimpahnya jama„ah haji dengan antrian yang cukup

panjang.Sebagian besar mereka mengambil inisiatif sebagai

alternative untuk segera sampai ke tanah suci dengan

melaksanakan umrah. Animo masyarakat tersebut, dapat

tersalurkan melalui badan penyelenggara ibadah haji dan umrah

denganberbagai syarat dan ketentuan yang berlaku bagi jama‟ah

umrah perempuan. Khususnya pada masalah kesertaan maẖram

bagi mereka.Apakah syarat dan ketentuan yang diberlakukan oleh

badan penyelenggara tersebut sesuai dengan uraian ketetapan

syari‟at diatas? Hal ini akan terjawab pada uraian tentang

penerapan dan narasi kesertaan maẖram pada jama‟ah umrah

perempuan yang akan dibahas pada bab selanjutnya.

92

Muhammad bin „Ali bin Muhammad bin „Abd Allah bin Husain al-

Syaukani, Nail al- Authâr Syarhu Muntaq al-Akhbar min Ahadisi Sayyidi al-

Akhyar,Kitâbu al-Manâsik, Bâb al-Nahyu „an Safari al-Mar‟ah li al-Hajji aw

Ghairihi Illâ bi Maẖramin, juz 4, al-Maktabah al-Syâmilah, h. 345.

Page 104: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 84

BAB III

APLIKASI KESERTAAN MAHRAM

PADA PELAKSANAAN HAJI DAN UMRAH

A. Kebijakan Kementerian Agama pada Perjalanan Haji

dan Umrah

Kementerian Agama merupakan lembaga yang ditunjuk

pemerintah untuk mengatur segala urusan yang berhubungan

dengan agama dan keberagamaan di Indonesia. Diantara urusan-

urusan yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama adalah

urusan haji dan umrah. Semua urusan haji dan umrah mulai dari

pendataan pendaftaran jama„ah, antrian keberangkatan, persiapan

keberangkatan hingga pelayanan jama„ah ketika berada di tanah

suci dan lain sebagainya semuanya diurus oleh Kementerian

Agama.

Sebagai regulator atau pengatur terkait masalah haji dan

umrah, Kementerian Agama tentu memiliki regulasi atau

peraturan-peraturan dan perundang-undangan serta tatatertib

terkait perjalanan haji dan umrah bagi seluruh jama„ah Indonesia.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 (ayat 1) tentang

tanggung jawab penyelenggaraan haji dan umrah yang berbunyi:

“Pemerintah bertanggung jawab terhadap kebijakan

Page 105: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 85

penyelenggaraan ibadah Haji Reguler secara Nasional.”1Dengan

adanya undang-undang tersebut, menguatkan pernyataan bahwa

Kementerian Agama benar-benar menjadi badan utama

penyelenggaraan ibadah haji.

Selain sebagai regulator, pemerintah melalui Kementerian

Agama juga bertugas sebagai operator penyelenggaraan ibadah

haji dan umrah. Diantara peran pemerintah dalam

penyelenggaraanibadah haji dan umrah adalah dibentuknya

Badan Penyelenggara Haji Indonesia (BPHI) sebagai

penyelenggara ibadah haji reguler secara nasionaloleh

pemerintah.Serta dilibatnya pihak swasta sebagai Penyelenggara

Ibadah Haji Khusus (PIHK) dan Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah (PPIU).

PIHK merupakan travel yang memperoleh izin dari

Kementerian Agama dengan regulasi yang telah ditentukan untuk

memberikan pelayanan khusus kepada jama‟ahnya. Selain itu,

kekhususan ini juga terdapat pada pelaksanaan serta

pembiayaannya. Walaupun demikian pemerintah tidak lantas

lepas tangan dan membiarkan begitu saja.2 Pemerintah tetap

memiliki peran, yaitu memberikan bimbingan atau pembinaan

1Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan

Pemerintah RI No. 79 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaa Undang-Undang No.

13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Bab II, Kebijakan,

(Kemenag: Jakarta, 2015), h. 102. 2 Wawancara subdit T.U haji Kementerian Agama, pada 26 Maret 2016.

Page 106: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 86

kepada PIHK dan mengawasi agar jemaah haji khusus tidak

merasa dirugikan oleh penyelenggara.

Saat ini, jumlah PIHK sebanyak 272 penyelenggara yang

memiliki izin resmi sebagai penyelenggara kegiatan haji khusus,

sebelumnya berjumlah 282 penyelenggara. Dalam proses

pembinaan sebanyak 14 penyelenggara yang sedang dibina. Hal

ini disebabkan beberapa hal antara lain belum mengajukan

perpanjangan, gagal memberangkatkan jemaah tahun 2014,

melakukan pembatalan sepihak dan hal lainnya. Peran ini

menjadi bukti nyata bahwa pemerintah dalam hal ini Kemenag

menjalankan fungsi pengawasannya kepada penyelenggara.3

Disamping itu, dalam hal memperkuat pelaksanaan bimbingan

manasik, pemerintah menerapkan Program Sertifikasi Bergulir

Berkelanjutan (PSBB) kepada penyelenggara. Hal ini dilakukan

agar penyelenggara menyediakan pelatih manasik haji yang

tersertifikat. Saat ini, sertifikasi pembimbing jemaah haji khusus

sudah mencapai 82 orang dan akan terus diakukan proses

sertifikasi bertahap berkelanjutan. Tak kalah pentingnya adalah

pelaksanaan sosialisasi tentang haji khusus yang akan menjadi

prioritas. Adapun kuota jama‟ah haji khusus tahun ini masih sama

dengan tahun lalu sebesar 13.600 terdiri dari jama‟ah haji

sebanyak 12.831 dan petugas haji khusus sebanyak 769 orang.

3 Wawancara dengan subdit haji dan umrah Kementerian Agama, 6 April 2016

Page 107: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 87

Petugas haji khusus ini terdiri dari unsur pimpinan

penyelenggara, pembimbing ibadah dan kesehatan.4

Dalam penyelenggaraan ibadah haji, mulai dari persiapan,

pelaksanaan, evaluasi sampai pelaporan, pemerintah melalui

BPIH bekerja sama dengan pemerintahan atau kerajaan Arab

Saudi membentuk panitia penyelenggara ibadah haji. Panitia ini

terdiri dari panitia dalam negeri dan panitia luar negeri. Hal ini

untuk menjaga komunikasi dalam pengaturan keluar masuk

jama„ah dan pelayanan jama„ah selama di Arab Saudi hingga

selesainya musim haji.5Segala sesuatu mengenai pelayanan dan

peraturan yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji

telah diatur oleh pemerintah Arab Saudi yang tertera dalam

undang-undang yang telah di tetapkan.6

Sedangkan untuk penyelenggaraan ibadah umrah, pemerintah

bekerjasama dengan pihak swasta yang telah mendapatkan izin

dariKementerian Agama. Namun, dalam hal ini Kementerian

Agama lebih mengawasi secara umum, sebagaimana tertera

dalam pasal 4 (ayat 1): “Penyelenggaraan ibadah umrah dapat

dilakukan oleh pemerintah dan atau biro perjalanan wisata yang

4http://haji.kemenag.go.id/v2/content/pemerintah-bina-pihk-dalam-

penguatan-pelayanan-jemaah-haji-khusus .Kementerian Agama R.I Direktorat

Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah, Affan Rangkuti, Rabu 05 Oktober

2016, 11 09. Diakses pada 17 November 2016, pukul 22. 55 WIB. 5 Lihat Ta„limatul Hajj, Bab III, (Direktorat Jenderal Penyelenggaraan

Haji dan Umrah Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah:2015), h. 21-26. 6 Lihat Ta„limatul Hajj, (Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah Direktorat Pembinan Haji dan Umrah:2015).

Page 108: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 88

ditetapkan oleh Menteri”.7Ibadah umrah dilaksanakan oleh

badan-badan biro perjalanan wisata dengan beberapa ketentuan

yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI.8Sedangkan dalam

layanan secara khusus semua ditangani oleh badan swasta atau

biro perjalanan pariwisata yang disebut juga travel-travel

perjalanan haji dan umrah, yang tertera dalam undang-undang

penyelenggaraan ibadah haji dan umrah pasal 1 (ayat 3):

“Penyelenggara perjalanan ibadah umrah yang selanjutnya

disingkat PPIU adalah biro perjalanan wisata yang telah

mendapat izin dari menteri untuk menyelenggarakan perjalanan

ibadah umrah”.9Untuk menjadi PPIU haruslah memiliki izin

operasional dari Menteri dengan memenuhi beberapa syarat dan

7 Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan

Pemerintah RI No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah.

Bab II, Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah, (Kemenag: Jakarta, 2015), h.

202. 8 Mengenai ketentuan perizinan biro pariwisata penyelenggara ibadah

Haji dan Umrah diatur dalam Pasal 5, ayat:

1) Penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah oleh biro perjalanan

wisata wajib mendapat izin operasional sebagai PPIU.

2) Izin operasional PPIU sebagaimana dimaksud ayat (1), ditetapkan

oleh Menteri.

3) Izin operasional sebagai PPIU sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

diberikan oleh Direktur Jendral atas nama Menteri setelah biro

perjalnan memenuhi persyaratan.

Lihat Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan

Pemerintah RI No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah.

Bab III, Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah, (Kemenag: Jakarta,

2015), h. 202. 9 Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan

Pemerintah RI No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah.

Bab I, Ketentuan Umum, (Kemenag: Jakarta, 2015), h. 201.

Page 109: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 89

ketentuan yang telah ditetapkan.10

Dengan adanya izin operasional

ini, maka PPIU terdaftar sebagai PPIU resmi.11

Badan ini

melaporkan kepada Kementerian Agama tentang kesiapan

jama„ah yang akan diberangkatkan ke tanah suci, kesiapan

pelayanan meliputi transportasi, konsumsi, kesehatan dan

pendamping jama„ah. Hal inijuga diatur dalam pasal 3:“

10

Izin operasional sebagai PPIU diberikan oleh Direktur Jenderal atas

nama Menteri setelah biro perjalanan memiliki persyaratan sebagai berikut:

1) Memilki data akta perusahaan, Warga Negara Indonesia yang

beragama Islam dan tidak sebagai pemilik PPIU lain

2) Memiliki susunan kepengurusan perusahaan

3) Memilki izin usaha biro perjalanan wisata dari dinas pariwisata

setempat yang sudah beroprasi paling singkat dua tahun

4) Memiliki akta notaris pendirian perseroan terbatas dan atau

perubahannya sebagai biro perjalanan wisata yang memiliki bidang

keagamaan/perjalanan ibadah yang telah mendapat pengesahan dari

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

5) Memiliki surat keterangan domisili perusahaan dari pemerintah

setempat yang masih berlaku

6) Memiliki surat keterangan terdaftar dari Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan dan fotocopi Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) atas nama perusahaan dan pipinan perusahaan

7) Memiliki laporan keuangan perusahaan yang sehat satu tahun

terakhir dan telah diaudit akuntan public yang terdaftar dengan opini

minimal Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

8) Memiliki surat rekomendasi asli dari instansi pemerintah daerah

provinsi dan atau kabupaten/ kota setempat yang membidangi

pariwisata yang masih berlaku

9) Memiliki surat rekomendasi asli dari Kanwil setempat yang dilampiri

berita acara peninjauan lapangan

10) Menyerahkan jaminan dalam bentuk bank garansi atas nama Biro

Perjalanan Wisata yang diterbitkan oleh Bank Syariah dan atau Bank

Umum Nasional disertai surat kuasa pencairan yang ditujukan dan

ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Lihat Kementerian Agama RI,

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan Pemerintah RI

No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah. Bab II,

Ketentuan Umum, (Kemenag: Jakarta, 2015), h. 203. 11

Contoh nama-nama PPIU resmi terlampir.

Page 110: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 90

Penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah bertujuan untuk

memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang

sebaik-baiknya kepada jemaah, sehingga jemaah dapat

menunaikan ibadahnya sesuai ketentuan syariat Islam”.12

Sedangkan dalam masalah maẖramyang ditetapkan oleh

Kementerian Agama adalah dengan menyertakan maẖram

jama„ah haji, maẖramdisini sebagaimana maẖram yang

dimaksud dalam hubungan nasab dan pernikahan.Hal ini diatur

dalam aturan pendaftaran jama„ah haji dan berhubungan dengan

bagian tata usaha dalam pelayanan haji dan umrah.Yakni dengan

aturan bahwa jama„ah yang disertai maẖramnya disebut juga

jama„ah haji yang ber-maẖram gabungan. Seperti suami atau istri

dibuktikan dengan kutipan akta nikah atau kartu

keluarga.Sedangkan penggabungan maẖram anak atau orang tua

dibuktikan dengan akta kelahiran.13

Hal tersebut dikuatkan oleh

pernyataan bagian tata usaha, yang menjelaskan bahwa jika ada

jama„ah haji yang mempunyai hubungan maẖram dengan nomor

urut (tahun) keberangkatan yang berbeda, maka dapat

diberangkatkan secara bersamaan mengikuti keberangkatan

urutan tercepat diantara keduanya.Hal tersebut dilakukan untuk

12

Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan

Pemerintah RI No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah.

Bab I, Ketentuan Umum, (Kemenag: Jakarta, 2015), h. 202. 13

Surat Penyampaian Peraturan Pelaksanaan Pelunasan BPIH

Reguler, dari Direktur Jenderal kepada Direktur Pelayanan Haji dan Umrah.

Nomor Nota Dinas: Dj/Set.VII/2/OT.01/664/2015, dikeluarkan pada 11 Mei,

2015, h. 10.

Page 111: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 91

memudahkan jama„ah ketika melaksanakan ibadah.14

Untuk

ketentuan bagi jama„ah yang lanjut usia minimal diatas 75 tahun,

boleh menyertakan pendamping dengan beberapa catatan yang

telah ditentukan.15

Sedangkan bagi jama„ah yang tidak beserta

dengan maẖramcukup di- maẖram-kan mengikuti rombongan

jama„ah (maẖramjama‟ah).

Dari ketentuan dan peraturan yang dikeluarkan oleh

Kementerian Agama mengenai haji dan maẖram dalam ibadah

haji, maka tidak ada sesuatu yang dianggap bertentangan dengan

syari„at khususnya pada aplikasi hadis tentang kesertaan

maẖram.Bahwa Kementerian Agama menerapkan pemahaman

hadis yang telah di paparkan oleh para ulama. Yakni mereka

berusaha sebisa mungkin untuk menyertakan

maẖramsebagaimana dimaksud dalam syari„at dengan cara

menyertakan dokumen-dokumen untuk menunjukkan falidnya

maẖram tersebut. Dan jika tidak ada, mereka menggunakan

maẖram sebagaimana pemahaman sebagian ulama seperti imam

14

Wawancara dengan Kabag T.U pelayanan Haji dan Umrah, pada 8

Maret 2016. 15

Diantara ketentuan jama„ah lansia minimal 75 tahun boleh disertai

dengan pendamping (maẖram):

1) Jama„ah lanjut usia tidak mampu mandiri (udzur) yang dinyatakan

dengan surat keterangan dokter.

2) Pendamping mempunyai hubungan keluarga yakni istri, suami, anak

kandung atau adik kandung yang dibuktikan dengan kartu keluarga,

akta nikah, akta kelahiran yang relevan dengan jama„ah lansia. Lihat

Surat Penyampaian Peraturan Pelaksanaan Pelunasan BPIH

Reguler, dari Direktur Jenderal kepada Direktur Pelayanan Haji dan

Umrah. Nomor Nota Dinas: Dj/Set.VII/2/OT.01/664/2015,

dikeluarkan pada 11 Mei, 2015, h. 15.

Page 112: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 92

Syafi„I tentang hadis maẖram.Yakni pemahaman secara

kontekstual bahwa kesertaan maẖramdapat digantikan dengan

keamanan, dalam hal ini dipercayakan pada rombongan jama„ah

haji.

Sedangkan praktek kesertaan maẖram dalam ibadah umrah,

belum ditemukan ketentuan secara rinci sebagaimana pada

jama„ah haji. Kementerian Agama hanya memberikan rambu-

rambu dan peraturan secara umum kepada pihak biro wisata yang

memberangkatkan jama„ah umrah.Namun, tetap dibawah

pengawasan Kementerian Agama.16

Hal tersebut dibuktikan

dengan laporan bagi biro wisata yang akan memberangkatkan

jama„ahnya kepada subdit umrah Kementerian Agama. Jika

dianggap sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh

Kementerian Agama maka mereka mendapat izin untuk

memberangkatkan jama„ah. Hal-hal yang dilaporkan berupa

kesiapan dari segi pelayanan bimbingan ibadah umrah,17

16

Wawancara dengan Kabag T.U, Subdit Umrah dan badan pelayanan

lainnya yang berhubungan dengan pelayanan Haji dan Umrah, padaSelasa, 8

Maret 2016. 17

Peraturan pelayanan bimbingan Jama‟ah umrah, Pasal 11 ayat:

1) Pelayanan bimbingan Jemaah Umrah diberikan oleh pembimbing

ibadah sebelum keberangkatan, dalam perjalanan dan selama di Arab

Saudi

2) Pelayanan bimbingan Jemaah Umrah meliputi materi bimbingan

manasik dan perjalanan umrah

3) Pembimbing ibadah, diangkat oleh pimpinan PPIU dan wajib

memiliki standar kompetensi meliputi pengetahuan dibidang manasik

haji/umrah dan telah melaksanankan haji/umrah. Lihat Kementerian

Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan Pemerintah RI

Page 113: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 93

pelayanan akomodasi,18

kesiapan perlengkapan kesehatan,19

transportasi20

dan hal lainnya yang berhubungan dengan

kebutuhan jama‟ah.21

Hal tersebut wajib dilaporkan untuk

No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah. Bab III,

Pendaftaran dan Pelayanan, (Kemenag: Jakarta, 2015), h. 206. 18

Peraturan pelayanan akomodasi jama‟ah Umrah:

1) Pelayanan akomodasi selama Jemaah berada di Arab Saudi

2) Pelayanan akomodasi wajib dilakukan PPIU dengan menempatkan

Jemaah pada hotel minimal bintang tiga

3) Pelayanan konsumsi harus memenuhi standart menu, higienitas dan

kesehatan. Lihat Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan

Perundang-Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan

Umrah,Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Umrah. Bab III, pendaftaran dan pelayanan,

(Kemenag: Jakarta, 2015), h. 206. 19

Peraturan pelayanan kesehatan:

1) Penyediaan petugas kesehatan

2) Penyediaan obat-obatan

3) Pengurusan bagi Jemaah Umrah yang sakit selama di perjalanan dan

di Arab Saudi. Lihat Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan

Perundang-Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan

Umrah,Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Umrah. Bab III, Pendaftaran dan Pelayanan,

Pasal 14, (Kemenag: Jakarta, 2015), h. 207. 20

Peraturan pelayanan transportasi:

1) Pelayanan transportasi Jemaah Umrah oleh PPIU meliputi pelayanan

pemberangkatan ke dan dari Arab Saudi dan selama di Arab Saudi

2) Transportasi Jemaah Umrah paling banyak satu kali transit dengan

menggunakan maskapai penerbangan yang sama dan memiliki izin

mendarat di Indonesia dan Arab Saudi

3) Transportasi darat selama di Arab Saudi wajib memiliki tasreh izin

untuk pelayanan umrah

4) Transportasi Jemaah Umrah wajib memperhatikan kenyamanan,

keselamatan dan keamanan. Lihat Kementerian Agama RI, Himpunan

Peraturan Perundang-Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji dan Umrah,Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 2015

Tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah. Bab III, Pendaftaran dan

pelayanan, pasal 12, (Kemenag: Jakarta, 2015), h. 206. 21

PPIU wajib memberikan layanan berupa:

1) Bimbingan ibadah Umrah

2) Transportasi jemaah Umrah

3) Akomodasi dan konsumsi

Page 114: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 94

mempermudah pengawasan kementerian Agama terhadap kinerja

biro wisata.

B. Pemahaman dan Penerapan Kesertaan maẖram Pada

Biro Wisata

Berbicara seputar kesertaan maẖram dalam perjalanan

ibadah haji dan umrah, ada beberapa hal yang kurang dipahami

oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan haji dan

umrah. Pihak-pihak tersebut hanya mengikutiperaturan dan

undang-undang yang ditetapkan oleh Kementerian Agama dan

Kedutaan Arab Saudi.

Menurut pengakuan para petugas biro haji dan umrah,

mereka tidak paham secara detil bagaimana syari‟at mengatur

urusan yang berkaitan dengan haji dan umrah, terutama masalah

maẖram. Petugas hanya menjalankan dan bekerja sesuai

peraturan yang ada dari pihak-pihak yang berwenang.22

Seperti

peraturan kesertaan maẖram,menurut pengakuan dari sebagian

besar pihak biro wisata yang menangani haji dan umrah, pihak

biro wisata hanya menjalankan segala peraturan dan undang-

undang yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama dan atau

4) Kesehatan Jemaah Umrah

5) Perlindungan Jemaah Umrah dan petugas Umrah

6) Administrasi dan dokumentasi Umrah. Lihat Kementerian Agama RI,

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan Pemerintah RI

No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah. Bab II,

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah, Pasal 10, (Kemenag:

Jakarta, 2015), h. 205 22

Wawancara dengan provider,pada 23 Februari 2016.

Page 115: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 95

Kedutaan Arab Saudi.Dari peraturan yang ada pihak biro wisata

berusaha untuk memenuhinya.

Ada perbedaan dalam penerapan kesertaan maẖramantara

jama‟ah haji dan jama‟ah umrah perempuan. Yakni bagi jama‟ah

haji perempuan yang tidak disertai maẖram nya cukup diikutkan

dengan maẖram rombongan jama‟ah haji yang ada.Dalam hal

kesertaan maẖram pada jama‟ah haji yang diterapkan oleh biro

wisata sebagaimana yang diterapkan oleh Kemeterian Agama.

Hanya saja karena pada biro wisata tidak sampai menumpuk

antrian jama‟ah haji yang cukup panjang, maka pihak Biro wisata

tidak mengupayakan untuk menyertakan bersama kerabat dari

calon jama‟ah yang akan diberangkatkan. Hal ini dilakukan

karena menurut peraturan yang ditetapkan dari Kedutaan Arab

Saudi bahwa untuk jama‟ah haji cukup diikutkan dengan maẖram

jama‟ah,jika tidak disertai dengan maẖram nya.23

Maka terjadi

perbedaan penerapan kesertaan maẖram antara jama‟ah haji dan

jama‟ah umrah.

Sedangkan penerapan kesertaan maẖram pada jama‟ah

umrah perempuan yang tidak disertai maẖramnya, ada ketentuan

berdasarkan batas usia. Peraturan ini diikuti oleh pihak biro

wisata sesuai dengan ketentuan oleh Kedutaan Arab Saudi.

Ketika jama‟ah perempuanberusia kurang dari 40 tahun, harus

disertai oleh maẖram-nya. Maka untuk dapat memenuhi

23

Wawancara dengan provider,pada 23 Februari 2016.

Page 116: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 96

peraturan tersebut, pada visa -jama‟ah perempuanyang tidak

disertai maẖram-nya- diberikan keterangan

kesertaanmaẖram.Sedangkan untuk jama‟ah perempuan yang

berusia diatas 40 tahun, tidak diwajibkan demikian.24

Pernyataan biro wisata ini dapat dikuatkan dengan praktek

lapangan bahwa pada antrian imigrasi di Arab Saudi, ketika

jama‟ah akan memasuki bandara Arab Saudi, terkadang

dikelompokkan antrian jama‟ah yang berusia diatas 40 tahun

untuk mengantri di satu loket antrian khusus. Hal ini untuk lebih

mempercepat proses pemeriksaan passport dan visa. Karena

berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan Arab Saudi, bahwa pada

visa jama‟ah yang berusia lebih dari empat puluh tahun tidak ada

keterangan beserta dengan maẖram-nya atau hanya cukup

maẖram jama‟ah. Sedangkan bagi jama‟ah perempuan di bawah

usia 40 tahun, sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Arab Saudi, mereka harus disertai maẖram-nya baik maẖram

keluarga atau berupa keterangan yang disertakan pada visa

berupa keterangan kesertaan maẖram.25

Bagi jama‟ah yang tidak disertai maẖram-nya akan tertulis

pada visa mereka keteranganmaẖramyang menyertainya. Begitu

juga pada visa maẖram-nya, tertulis keterangan bahwa ia sebagai

maẖram dari jama‟ah perempuan. Hal ini berdampak pada

24

Hasil wawancara dengan beberapa biro wisata haji dan umrah. 25

Wawancara dengan salah satu jama‟ah umrah perempuan, pada 23 Agustus

2016.

Page 117: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 97

pemeriksaan visa, artinya mereka harus selalu bersamaan ketika

ada pemeriksaan tersebut. Baik ketika memasuki Arab Saudi

maupun ketika akan meninggalkan Arab Saudi.26

Kesertaan

tersebut untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar berstatus

maẖram, sehingga tidak dianggap melanggar peraturan yang

diterapkan oleh Negara Arab Saudi.

Dari perbedaan penerapan maẖram antara jama‟ah haji dan

jama‟ah umrah tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedatangan

jama‟ah umrah dihukumi sebagaimana pengunjung atau tamu

negara yang melakukan perjalanan tidak wajib, maka harus

disertai dengan maẖram secara personal.Sedangkan jama‟ah haji

dihukumi sebagai sebuah perjalanan wajib bagi perempuan.

Yakni perempuan yang sedang melakukan safar fardu sehingga

sangat dianjurkan (mandub) untuk disertai maẖram nya,27

dan

jika tidak ada maẖram secara personal dapat digantikan dengan

maẖram rombongan. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagian

ulama bahwa perjalanan haji fardujika tidak disertai maẖram

nasab atau suami maka dapat digantikan dengan maẖram

rombongan.

26

Contoh seorang jama‟ah perempuan bernama Azizah berusia 35 tahun,

tanpa disertai maẖram.Ia mendapat visa dengan keterangan maẖram dengan

Salim. Salim pada visa tersebut sebagai saudara kandungnya. Maka Azizah

dan Salim dalam pemeriksaan visa harus bersamaan, ketika mereka berada

pada imigrasi memasuki Arab Saudi maupun ketika akan meninggalkan Arab

Saudi. Lihat contoh visa usia dibawah 40 tahun dan diatas 40 tahun, terlampir. 27

Pendapat mayoritas ulama seperti Imam Maliki, Imam Syafi‟I dan Imam

al-Auza„i. Lihat Ibn Bathâl al-Bakri al-Qurthȗbȋ, Syarh Shahȋh al-Bukharȋli Ibn Bathâl, kitâb al-Hajji, Bâbu Hijju al-nisa‟, al-Maktabah al-Syamilah, h.

531.

Page 118: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 98

Demikian praktek maẖram dan beberapa peraturan yang

didapat, ketentuan tentang batasan usia dan kesertaan maẖram

menurut pengakuan biro wisata, tidak tertulis. Pihak biro wisata

hanya mengikuti perkembangan informasi yang telah diberikan

oleh Kedutaan Besar Arab Saudi.Perubahan yang sering terjadi

hanya masalah jangka waktu tersedianya visa dan kesiapan visa

bagi jama„ah sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.

Dari hasil penelitian praktek kesertaan maẖram pada biro

wisata kepada jama‟ah haji dan umrah tersebut, terlihat

perbedaan antara praktek pada jama‟ah haji dan jama‟ah umrah.

Yakni pada jama‟ah haji maẖram diupayakan sebisa mungkin

untuk menyertai jama‟ah dan jika benar-benar tidak ada maẖram-

nya maka akan diikutkan maẖram jama‟ah atau maẖram

rombongan.Sedangkan pada penerapanuntuk jama‟ah umrah,

jama‟ah benar-benar harus disertaimaẖrampersonal dan tidak

diikutkan pada maẖram rombongan. Sehingga jika tidak disertai

maẖram, pihak biro wisata menunjuk salah satu jama‟ah laki-laki

untuk dijadikan maẖram dan diberi keterangan pada visa bahwa

mereka memiliki hubungan maẖram.

Untuk pembuatan visa, bagi agen atau travel yang belum

memiliki surat izin resmi dari Kementerian Agama, belum dapat

mengeluarkan surat izin yang disebut mofa. Mofa adalah

keterangan tentang jama‟ah berdasarkan data-data sebelum diolah

Page 119: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 99

menjadi visa.28

Prosedurnya, dalam pembuatan mofa, biro wisata

harus bekerjasama dengan travel atau biro wisata yang telah

memiliki surat izin operasional disebut jugaprovider.29

Provider

merupakan istilah bagi biro wisata atau travel yang telah

memiliki surat izin resmi dari Kementerian Agama R.I. dan

memiliki kontrak kerjasama dengan perusahaan pelayanan haji

dan umrah di Arab Saudi.30

Dengan meng-inputdata-data31

para

jama„ah yang akan melaksanakan haji atau umrah, harus

menunggu beberapa waktu untuk menjadi mofa. Agar tidak

terjadi antrian yang cukup lama, agen yang belum memiliki izin

resmi harus bekerja sama dengan beberapa provider.

Setelah data di-input menjadi surat izin yang disebut mofa

kemudian mofadiproses menjadi visa dan diserahkan keKedutaan

Arab Saudi untuk di stampel. Masa berlaku mofa, hanya dua

28

Hasil wawancara dengan salah satu staf biro wisata haji dan umrah,

pada 5 Februari 2016. 29

Undang- undang terkait pengurusan visa:

1) Pengurusan visa dilakukan oleh PPIU yang memiliki kontrak kerja

sama dengan perusahaan pelayanan umrah dan telah mendapatkan

pengesahan dari kementerian terkait

2) PPIU yang memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan

pelayanan umrah di Arab Saudi dapat menjadi provider visa. Lihat

Kementerian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan

Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah,Peraturan

Pemerintah RI No. 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Ibadah

Umrah. Bab II, Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah, Pasal 18,

(Kemenag: Jakarta, 2015), h. 208. 30

Travel dapat menjadi provider memiliki beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi. Persyaratan tersebut, telah ditentukan oleh badan perizinan

yang bekerjasama dengan mereka. Daftar beberapa travel yang telah mendapat

surat izin, terlampir. 31

Contoh data-data yang harus di inputterlampir.

Page 120: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 100

minggu maka pihak biro wisata yang belum menjadi provider

harus bekerjasama dengan beberapa provider agar mofa tidak

kadaluarsa.32

C. Problem Penerapan Praktek Maẖram Pada Perjalanan

Haji dan Umrah

Perjalanan ibadah haji dan umrah yang diselenggarakan oleh

travel-travel yang ada, harus menjalani beberapa prosedur. Mulai

dari pendaftaran, pengurusan visa, jadwal manasik sampai

penentuan hari keberangkatan dan hari kembali jama‟ah ke tanah

Air. Salah satu hal yang menjadi problem dalam prosedur

keberangkatan haji dan umrah adalah bagi jama‟ah perempuan

yang tidak disertai maẖram-nya memiliki beberapa ketentuan.

Salah satu ketentuan yang telah dijalankan oleh beberapa

pihak biro perjalanan haji dan umrah adanya batas usia bagi

jama„ah perempuan yang pergi tanpa maẖram. Bagi jama‟ah

perempuan yang berusia kurang dari 40 tahun harus disertai

maẖram-nya secara personal. Sedangkan bagi jama‟ah yang

berusia lebih dari 40 tahun, tidak harus disertai maẖram-nya

secara personal.33

Selain itu, adanya peraturan membayar uang maẖram. Yakni

bagi jama‟ah yang berusia kurang dari empat puluh tahun, jika

tidak disertai maẖram-nya akan di-maẖram-kan dengan jama‟ah

32

Hasil wawancara dengan salah satu staf biro wisata haji dan umrah pada 5

Februari 2016. 33

Hasil wawancara dengan beberapa staf biro wisata haji dan umrah.

Page 121: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 101

laki-laki. Dan harus membayar uang maẖram dengan maẖram

yang telah ditentukan tersebut. Sedangkan bagi jama„ah yang

berusia lebih dari empat puluh tahunyang tidak disertai maẖram-

nya tidak dikenakan uang maẖram.34

Menurut pengakuan pihak

biro wisata, ketentuan tersebut salah satu kebijakan Arab Saudi

yang memang harus dijalankan oleh pihak travel atau agen-agen

pemberangkatan haji dan umrah.

Selain itu, fungsi dari maẖram yang telah ditentukan

hanyalah berlaku pada awal pemeriksaan visa di bandara pertama

jama„ah mendarat.Untuk selanjutnya, fungsi dari maẖram itu

sendiri tidak sebagaimana mestinya maẖram yang sebenarnya.

Yakni menemani salama perjalanan dan menjaga keamanan bagi

perempuan yang menjadi maẖram-nya. Jika diberlakukan

sebagaimana kewajiban maẖram bagi maẖram-nya juga tidak

sesuai dengan ketentuan syari‟at, karena pada dasarnya mereka

bukanlah maẖram-nya. Berikut contoh brosur penawaran paket

umrah beserta ketentuan pembayaran uang maẖram:

34

Hasil wawancara dengan beberapa biro wisata haji dan umrah

Page 122: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 102

Brosur tersebut adalah contoh penawaran beberapa paket

umrah, salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh jama‟ah

diluar biaya paket umrah yang telah ditentukan adalah surat

keterangan maẖram dengan biaya sebesar tiga ratus ribu rupiah.

Nilai nominal yang ditentukan oleh pihak travel beragam. Mulai

dari 300 sampai 500 ribu rupiah.35

Uang tersebut digunakan untuk

operasional pembuatan keterangan kesertaan maẖram.Menurut

pengakuan dari pihak travel, sebenarnya dari provider tidak

35

Hasil wawancara dengan beberapa staf biro wisata haji dan umrah.

Lihat juga pada brosur-brosur penawaran paket haji dan umrah, sebagaiman

terlampir.

Page 123: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 103

menentukan sebesar itu, mereka hanya menentukan sebesar dua

ratus ribu rupiah.

proses pembuatan keterangan maẖram

Proses pembuatan keterangan maẖram untuk memenuhi

peraturan dari Arab Saudi, dilakukan oleh biro wisata yang telah

memiliki surat izin resmi dari kementerian Agama dan

bekerjasama dengan biro wisata Arab Saudi yang resmi disebut

juga provider.Keterangan maẖram ini, berlaku bagi jama‟ah

perempuan yang tidak disertai maẖram-nyadan berusia kurang

dari 40 tahun. Keterangan maẖram tertera pada visa jama‟ah

perempuan dan visa jama‟ah laki-laki yang ditunjuk sebagai

maẖram-nya.36

Proses pembuatan keterangan maẖramberdasarkan pada

perkiraan badan pembuatnya. Untuk mencantumkan keterangan

kesertaaan maẖram pada visa jama‟ah diperlukan dokumen-

dokumen yang dapat mendukung keterangan maẖram yang akan

dibuat. Data atau dokumen tersebut sebagai bukti kefalitan

keterangan maẖram itu. Setelah membuat data sedemikian rupa,

sesuai dengan keterangan yang diinginkan, kemudian melaporkan

atau in put data pada sistem pendataan jama‟ah yang tersambung

pada sistem biro wisata Arab Saudi.37

Dengan demikian jama‟ah

36

Contoh visa sebagaiman terlampir 37

Hasil wawancara dengan salah satu manager provider pada 20 Februari 2016

Page 124: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 104

sudah terdaftar dalam sistem yang nantinya akan disesuaikan

ketika pemeriksaan di bandara atau imigrasi Arab Saudi.

Adapun contoh pembuatan keterangan kesertaan

maẖrammisalnya jama‟ah perempuan bernama Azizah yang

berusia dibawah 40 tahun. Ia akan melaksanakan umrah tanpa

disertai oleh maẖram-nya. Maka ia harus dibuatkan keterangan

kesertaanmaẖrampada visanya nanti. Kemudian pihak pembuat

keterangan maẖram akan me-maẖram-kan dengan jama‟ah yang

ada dalam rombongannya bernama Salim. Dalam keterangan

visanya nanti, Salim akan di-maẖram-kan sebagai pamannya.

Maka dibutuhkan data-data dari dokumen asli Azizah dan Salim.

Dokumen tersebut berupa Kartu Keluarga (KK) dan akte

kelahiran. Dari data tersebut akan disesuaikan nasab Azizah dan

Salim. Misalnya ayah Salim Abdullah, akan ditemukan dalam

nasab Azizah bahwa kakeknya Abdullah.38

Dengan membuat data

sedemikian rupa maka tertulislah keterangan kesertaan maẖram

pada visa Azizah dan Salim, bahwa Azizah sebagai keponakan

Salim dan Salim sebagai pamannya.

Dari data yang didapat kemudian dilakukaninputdata pada

sistem yang tersambung dengan sistem biro wisata Arab Saudi.

Data yang telah masuk pada sistem ini, juga akan terdeteksi pada

Kedutaan Arab Saudi dan badan-badan yang berhubungan

dengan pelayanan jama‟ah umrah di Arab Saudi, yang bekerja

38

Hasil wawancara dengan manager salah satu provider pada 20 Februari 2016

Page 125: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 105

sama dengan biro wisata Indonesia yang telah menjadi

provider.39

Untuk proses pembuatan keterangan kesertaanmaẖram

ini, dikenakan biaya administrasi sebesar 300 sampai 500 ribu

rupiah, yang disebut juga uang maẖram.

Menurut pengakuan biro wisata, hal ini dilakukan untuk

melayani masyarakat dan memenuhi peraturan atau kebijakan

yang telah ditetapkan Arab Saudi.Pihak biro wisata berusaha agar

jama‟ah tetap dapat berangkat ketanah suci walaupun belum bisa

bersama keluarga atau maẖram-nya. Pihak biro menyatakan

bahwa mungkin masyarakat yang dalam keadaan demikian

karena keterbatasan ekonomi dan hal lainnya sehingga belum bisa

mengajak keluarga atau maẖram-nya untuk ke tanah suci.

Oleh karena itu, biro wisata sebagai salah satu badan yang

bergerak pada pelaksanaan ibadah ketanah suci, berniat untuk

membantu masyarakat dalam hal ibadah tersebut. Dengan sekian

peraturan dan kebijakan yang harus dipatuhi baik dari

Kementerian Agama maupun dari kebijakan Arab Saudi, biro

wisata mengupayakan untuk memenuhi persyaratan

tersebut.Salah satunya adalah kesertaan maẖram atau keterangan

kesertaan maẖrambagi jama‟ah perempuan yang tidak dibeserta

maẖram-nya.

39

Hasil wawancara dengan salah satu staf biro wisata haji dan umrah,

pada 5 februari 2016

Page 126: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 106

Dari proses dan tahapan-tahapan tersebut, terlihat

bahwaketerangan kesertaan maẖram dikeluarkan oleh pihak

travel atau biro wisata yang telah menjadi provider disertakan

langsung bersama dengan visa jama‟ah.Keterangan kesertaan

maẖrampada visa sebagai penguat atas kesertaan

maẖramjama‟ah perempuan yang tidak disertai maẖram-

nya.Proses pembuatan keterangan kesertaan maẖram pada biro

wisata ini, berlaku pada jama‟ah umrah perempuan yang tidak

disertai maẖram nya. Sedangkan untuk jama‟ah haji perempuan

yang tidak disertai maẖram nya cukup di sertakan dengan

maẖram rombongan.

Berikut tabel ringkasan penerapan kesertaan maẖramoleh

badan-badan pelaksanaan haji dan umrah:

No Badan

pelaksana

Penerapan Maẖram Mazhab

1. Pemerintah

Arab Saudi wajib maẖram

bagi safar

perempuan

maẖram bi

al-nasab/

maẖram bi

al-

musaẖarah

Imam

Hanafi

dan

imam

Aẖmad

2. Kementerian

Agama

Mengupayakan

kesertaan

maẖram

maẖram bi

al-nasab/

maẖram bi

al-

musaẖarah

Imam

Hanafi

dan

imam

Aẖmad

maẖram

rombongan

Imam

Syafiʻi dan

Page 127: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 107

imam

Maliki

3. Biro wisata Mengupayakan

mengikuti

peraturan

kesertaan

maẖram

maẖram bi

al-nasab/

maẖram bi

al-

musaẖarah

Imam

Hanafi

dan

imam

Aẖmad

maẖramdari

jama‟ah dan

membayar

uang

maẖram

-

D. Analisis Aplikasi Kesertaan Maẖram

Kesertaan maẖram dalam safar perempuan, merupakan

kajian fiqh yakni hasil dari ijtihad para ulama berdasarkan pada

syari‟at yang ada. Ijtihad hukum yang dihasilkan akan berbeda-

beda sesuai masa dan tempat dimana ijtihad itu dilakukan dan

bagaimana keadaan masyarakat pada saat itu. Sebagaimana

fiqhsafaryang dipraktekkan di Arab Saudi bagi perempuan yang

belum menikah harus ditemani maẖram-nya ketika bepergian.Hal

ini melihat pada tingkat keamanan di Arab Saudi terhadap

perempuan jika bepergian sendiri.Didukung dengan lingkungan

dan budaya masyarakat Arab.

Page 128: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 108

Berbeda dengan di Indonesia, bagi muslimah yang

bepergian tidak harus ditemani maẖram-nya baik bepergian di

dalam negeri maupun bepergian ke luar negeri. Hal ini juga

melihat pada tingkat keamanan dan kultur masyarakat Indonesia

itu sendiri. Dengan adanya pemahaman dan penerapan hukum

dari ijtihad para ulama tersebut, Arab Saudi juga menerapkan

hukum tersebut sebagai salah satu peraturan yang harus ditepati

bagi setiap muslimah yang akan berkunjung ke Arab Saudi.

Diketahui bersama bahwa Arab Saudi adalah Negara pusat

Islam sedunia.Haji dan umrah termasuk dalam ruang lingkup

tersebut.Maka haji dan umrah juga harus mengikuti hukum dan

sistem yang diterapkan oleh pemerintah Arab Saudi.Yakni

wajibnya bagi seluruh jama‟ah haji dan umrah perempuan disertai

maẖram ketika melakukan haji atau umrah tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia khususnya

kementerian Agama dan badan-badan pengelola haji dan umrah

menerapkan peraturan dan ketentuan bagi seluruh jama‟ah haji

dan umrah sesuai dengan peraturan dari Arab Saudi. Melihat pada

aplikasi yang diterapkan oleh kementerian Agama dan badan-

badan penyelenggara haji dan umrah, terutama dalam hal

kesertaan maẖram terlihat ada beberapa hal yang perlu ditelaah

kembali.

Pertama, penerapan kesertaan maẖram yang diterapkan

oleh kementerian Agama bagi jama‟ah haji perempuan. Dengan

Page 129: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 109

antrian keberangkatan jama‟ah haji yang cukup panjang,

mengupayakan bagi jama‟ah haji perempuan yang memiliki

maẖram pada daftar antrian keberangkatan haji di tahun yang

berbeda40

, untuk berangkat bersama maẖram nya.Yakni dengan

mengajukan antrian keberangkatan bagi jama‟ah perempuan yang

memiliki antrian keberangkatan pada tahun yang berbeda dengan

maẖram-nya.Jika tidak ada maẖram-nya pada daftar jama‟ah

keberangkatan haji, maka diikutkan dengan

maẖramrombongan.41

Hal ini juga dilakuakan oleh biro wisata

perjalanan haji dan umrah.Yakni bagi jama‟ah haji perempuan

jika tidak disertai maẖram nya cukup diikutkan atau disertakan

dengan maẖram rombongan.

Penerapan kesertaan maẖram tersebut sesuai dengan

pendapat sebagian ulama bahwa bagi jama‟ah perempuan yang

akan melakukan haji fardu, harus disertai maẖram-nya, walaupun

pendapat ini masih diperdebatkan keharusannya. Menukil

pendapat imam al-Sonʻani dalam subul al-Salâm, beliau menukil

pendapat Ibn Daqȋq al-„Id, keharusan kesertaan maẖram

40

Hasil wawancara pada subdit T.U Kementerian Agama pada 8

Maret 2016 41

Contoh: jama‟ah haji perempuan bernama Azizah, terdaftar pada

Kementerian Agama sebagai jama‟ah dengan keberangkatan tahun 2015 tanpa

maẖram. Selanjutnya dicari jama‟ah yang mungkin masih mempunyai

hubungan maẖram pada daftar keberangkatan jama‟ah haji ditahun yang akan

datang atau tahun-tahun berikutnya. Ternyata ditemukan Aziz suami Azizah

sebagai jama‟ah haji dengan tahun keberangkatan 2019 maka diupayakan Aziz

akan berangkat haji bersama Azizah pada tahun 2015. Hasil wawancara

dengan salah satu subdit T.U. haji dan umrah pada Kementerian Agama

Jakarta Pusat, Jl. Lapangan Banteng Utara.

Page 130: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 110

dikaitkan dengan penafsiran ayat tentang kewajiban menunaikan

haji ke baitullah (Q.S. Ali „Imran: 97). Bahwa ayat tersebut

bersifat umum yakni kewajiban menunaikan haji umum bagi laki-

laki dan perempuan.Maka pemaknaan hadis “perempuan tidak

boleh safar kecuali bersama maẖramnya” juga bersifat umum

yakni umum untuk setiap perjalanan. Oleh karena itu dianggap

bertentangan antara kedua dalil yang bersifat umum tersebut.

Keumuman kedua dalil tersebut, salah satunya dapat

mentakhsis. Yakni keumuman ayat ditakhsis dengan hadis, yang

menunjukkan keumuman pada ayat adalah kewajiban ibadah haji

bagi seluruh ummat laki-laki atau perempuan.Ditakhsis dengan

hadis “tidak boleh seorang perempuan safar kecuali dengan

maẖramnya”. Sedangkan haji termasuk safar bagi perempuan,

maka husus bagi perempuan boleh melaksanakan haji jika ada

maẖramnya. Dan hadis ini berlaku umum bagi perempuan muda

(syȃbbah) dan perempuan cukup usia(„ajuz). Imam al-Sonʻani

juga menyatakan bahwa bolehnya kedudukan maẖram digantikan

dengan perempuan yang terpercaya, hal tersebut berdasarkan apa

yang pernah dilakukan para sahabat. Imam Syafiʻi juga

berpendapat bahwa bolehnya bagi seorang perempuan safar

bersama dengan rombongan. Jika keamanan bagi perempuan

tersebut sudah dianggap cukup atau terjamin.42

42

Muhammad bin Isma‟il bin Shalah bin Muhammad bin „Ali al-

Kahlani, Subul al-Salâm, Kitab al-Hajji, Bâbu Tahrimu al-Khalwah bi al-

AjNabiyyati wa Safariha min Ghairi maẖramin, al-Maktabah al-Syâmilah, h.

Page 131: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 111

Maka penerapan kesertaan maẖram pada jama‟ah haji

yang telah diterapkan oleh kementerian Agama dan biro wisata

sesuai dengan pendapat para ulama yang telah dipaparkan pada

syarh hadis tentang kesertaan maẖram tersebut.Yakni

mengupayakan kesertaan maẖram walaupun dengan antrian

keberangkatan yang cukup panjang. Bahkan dengan antrian

keberangkatan jama‟ah pada tahun yang berbeda atau

menyertakan jama‟ah perempuan dengan maẖram rombongan.

Kedua, pada peraturan yang diterapkan oleh mayoritas

biro wisata haji dan umrah.Yakni batasan usia yang menjadi

persyaratan kesertaan maẖram. Bagi jama‟ah perempuan yang

berusia dibawah 40 tahun, diwajibkan akan kesertaan maẖram

dan jika tidak beserta maẖram, akan diganti dengan maẖram

yang ditentukan dari pihak biro haji dan umrah. Mengenai

batasan usiamenurut Ibn Daqȋq bahwa imam al-Bȃjȋ

mengkhususkan dengan keumuman makna safar bagi seluruh

perempuan. Sehingga al-Bȃjȋ mentakhsis dari keumuman makna

seluruh perempuan muda (syȃbbah) maupun perempuan cukup

usia(„ajȗz). Kemudian dari keumuman tersebutmenjadi

kekhususan atau dikhususkan bagi perempuan cukup usia(„ajȗz)

untuk tidak berlakunya kesertaan maẖram sebagaimana berlaku

pada perempuan yang masih muda. Al-Bȃjȋ mengibaratkan

608. Lihat juga Muhammad bin „Ali bin Muhammad bin „Abd Allah bin

Husain al-Syaukani, Nail al- AuthârSyarhu Muntaq al-Akhbar min Ahadisi

Sayyidi al-Akhyar,Kitâbu al-Manâsik, Bâb al-Nahyu „an Safari al-Mar‟ah li

al-Hajji aw Ghairihi Illâ bi Maẖramin, al-Maktabah al-Syâmilah, h. 355.

Page 132: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 112

“Seperti buah yang masih segar dan buah yang telah jatuh dari

pohonnnya. Ibarat buah yang masih segar hendaklah dijaga

dengan sebaik mungkin, sedangkan buah yang telah jatuh dari

pohonnya dianggap sebagai barang temuan bagi siapa yang

mengambilnya”.43

Maka dengan kata lain bahwa perempuan yang

berada pada usia kurang dari 40 tahun masih dalam usia produktif

dan masih menimbulkan gairah bagi laki-laki yang melihatnya,

sehingga perlu didampingi dan disertai maẖram.

Sedangkan bagi jama‟ah perempuan yang berusia diatas

40 tahun tidak disyaratkan untuk disertai maẖram-nya. Analisa

atas hal ini bahwa kesertaan maẖram melihat pada batasan usia

atau fisik seorang perempuan, dalam subul al-Salâm imam al-

Sonʻani menjelaskan bahwa jumhur ulama berpendapat tidak

boleh bagi perempuan muda (syâbbah/syaibah) safar kecuali

bersama maẖramnya.44

Kemudian dikaitkan dengan penafsiran

Q.S. Ali „Imran: 97 yang berisi tentang anjuran menunaikan

ibadah haji. Imam al-Sonʻani menjelaskan bahwa keumuman

pada ayat ini, bagi seluruh ummat muslim laki-laki dan

perempuan dianjurkan untuk menunaikan haji. Sedangkan pada

hadis tentang larangan safar bagi perempuan tanpa maẖram

memberikan batasan. Karena safar disini dilihat secara umum

43

Badru al-Dȋn al-„Ainȋ, „Umdah al-Qȃrȋ Syarh Sahȋh al-Bukhȃrȋ, Bȃbu Hijju al-Nisȃ‟, juz 10, maktabah al-Syȃmilah, h. 222.

44 Ahmad Warsun Munawwir, Kamus Almunawwir Arab-Indonesia

Terlengkap, (Pustaka Progressif: Surabaya, 1997), h. 689, 898.

Page 133: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 113

untuk semua safar, sedangkan haji termasuk safar. Maka kedua

keumuman dalil ini dianggap bertentangan.

Imam al-Son‟ani menyebutkan bahwa secara umum hadis

ini bermakna “Tidak boleh bagi seorang perempuan baik

perempuan muda (syâbbah) atau perempuan tua („Ajȗz),

bepergian tanpa disertai maẖram nya.”Melihat pada lafaz yang

digunakan oleh imam al-Sonʻani yakni lafaz syâbbah )ؽبثخ(dan

„ajuz)ػغص(. Syâbbah berasal dari kata ؽبة yang berarti pemuda

bentuk muannas ؽبثخ dan kata ػغص dalam istilah ini yang

dimaksud adalah perempuan yang sudah tua.45

Maka adanya

ketentuan usia keharusan kesertaan maẖram bagi jama‟ah

perempuan yang diterapkan pada biro wisata dengan dalih

mengikuti kebijakan dari Arab Saudi, berdasarkan pada pendapat

jumhur ulama tersebut. Namun untuk batasan umur pada istilah

syâbbah dan „ajuz belum penulis temukan.

Imam al-Son‟ani melanjutkan penafsirannya menukil

pendapat jumhur ulama bahwa bolehnya perempuan „ajȗz

melakukan safar tanpa disertai maẖramnya. Hal ini berdasarkan

bahwa dibalik keumuman hadis ini ada kehususan.46

Maka jika

dilihat dari sisi kemanan baik bagi perempuan syȃbbah maupun

„ajȗz masing-masing memiliki kebutuhan terhadap keamanan

45

Lisan al-„arab, juz 3, 4, h. 288, 264. 46

Muhammad bin Isma‟il bin Shalah bin Muhammad bin „Ali al-

Kahlani, Subul al-Salâm, Kitab al-Hajji, Bâbu Tahrimu al-Khalwah bi al-

AjNabiyyati wa Safariha min Ghairi maẖramin, al-Maktabah al-Syâmilah, h.

608.

Page 134: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 114

tersebut. Bagi mereka yang berusia dibawah 40 tahun selain

masih usia produktif juga sangat membutuhkan kemanan bagi

perempuan ketika dalam suatu perjalanan. Lebih-lebih bagi usia

diatas 40 tahun, walaupun dianggap usia kurang produktif tetapi

justru mereka lebih membutuhkan bantuan selain keamanan juga

bantuan fisik, karena fisik yang mulai melemah. Sehingga tidak

mengganggu jama‟ah lain yang akan melakukan ibadah. Hal ini

jika memang benar-benar aplikasi kesertaan maẖramakan

diterapkan secara tekstual sebagaimana pada hadis yang telah

dipaparkan.

Ketiga, ketentuan maẖram dari pihak biro wisata bagi

jama‟ah perempuan berusia kurang dari 40 tahun.Maẖram

ditunjuk oleh pihak provider untuk di-maẖram-kandengan

jama‟ah perempuan yang tidak disertai maẖram-nya.Penunjukan

itu tidak berdasarkan pada maẖram sebagaimana yang dimaksud

dalam syari‟at. Seperti mereka yang memiliki hubungan nasab

atau pernikahan akan tetapi inisiatif dari pihak biro wisata

menunjuk salah satu jama‟ah laki-laki untuk dijadikan maẖram

bagi jama‟ah perempuan yang tidak disertai maẖramnya.

Dalam hal ini Ibn Bathâl dalam syarhnya mengutip

pendapat imam Hasan al-Bashri bahwa seorang muslim itu

maẖram, jika tidak ada maẖram (nasab atau suami) bagi seorang

perempuan dapat digantikan dengan seorang

Page 135: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 115

muslim.47

Denganmelihat kembali dari fungsi maẖram yakni

memberikan keamanan bagi yang di-maẖram–kan. Maka dari

segi keamanan antara maẖram dengan jama‟ah yang di-

maẖram–kan untuk melengkapi identitas maẖrampada visa,

justru memungkinkan terjadinya ke-mudarat-an. Karena

kesertaan maẖram juga membantu keamanan secara fisik bagi

jama‟ah perempuan.Sedangkan dari segi keamanan eksternal -

penunjukan maẖram tersebut- yakni antara maẖram dengan

lingkungan sekitar mungkin dapat dipercaya. Namun, Imam

Hasan Basri menyebutkan pendapatnya dalam konteks maẖram

bagi jama‟ah perempuan untuk melaksanakan haji fardu.Umrah

bukan merupakan perjalanan yang wajib maka pendapat imam

Hasan al-Basri ini tidak dapat diterapkan. Karena tujuan

kesertaan maẖram adalah memberikan keamanan bagi

perempuan baik secara internal maupun eksternal.

Keempat, cara atau proses pembuatan visa dengan

menggunakan data-data yang diperlukan sehingga identitas

maẖram yang ditunjuk menjadi identitas maẖramyang

dikehendaki syari‟at. Yakni dengan merubah dan membuat

sedemikian rupa sebagaimana keinginan dari pihak

tertentu.48

Melihat pada proses perubahan data jama‟ah ini

47

Ibn Bathâl al-Bakri al-Qurthȗbȋ, Syarh Ibn Bathâl „Ala Shahȋh al-

Bukharȋ, kitâb al-Hajji, Bâbu Hijju al-nisa‟, al-Maktabah al-Syamilah, h. 531. 48

“visa dibuat dengan disertakan keterangan maẖramyang menyertai,

dengan menggunakan data “manipulasi data” data-data yang didapat dari

jama‟ah. Tujuan kami tidak lain hanya ingin memberikan pelayanan kepada

Page 136: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 116

tentunya tidak sesuai dengan syari‟at walaupun untuk mencapai

suatu tujuan yang baik. Maka jika memang berlaku ketentuan

kesertaan maẖram sedemikian rupa dari pihak tertentu, proses

yang harus dijalani juga harus sesuai dengan syari‟at.Karena

berlakunya aturan kesertaan maẖram juga berasal dari

syari‟at.Akan tetapi, syari‟at tidak mengekang secara mutlak

yakni ada suatu solusi yang ditawarkan oleh syari‟at itu sendiri.

Sehingga ummat dapat memilih jalan atau solusi mana yang akan

digunakan. Dalam hal ini, dapat memilih pendapat para ulama

tentang kesertaan maẖramsebagaimana yang telah dipaparkan

pada bab sebelumnya.

Kelima, adanya ketentuan membayar uang maẖram bagi

jama‟ah umrah perempuan yang berusia dibawah 40 tahun dan

tidak disertai maẖramnya.Uang ini digunakan sebagai biaya

pembuatan visa besertakan keterangan maẖram yang

mendampingi.49

Dalam hal ini, apakah tidak dapat cukup

diberlakukan maẖram rombongan saja sebagaimana pada ibadah

haji yang tidak disertai maẖram-nya. Sehingga, tidak

diberlakukan uang maẖram untuk jama‟ah umrah perempuan.

Dengan adanya uang maẖram tersebut, bagi masyarakat

awam terlihat seakan syari‟at dapat tergantikan dengan materi.

Karena maẖram pada jama‟ah umrah perempuan -yang tidak

masyarakat yang ingin pergi ketanah suci”. Wawancara pada pihak provider,

20 Februari 2016.Pukul 10.00 WIB. 49

Contoh visa sebagaimana terlampir.

Page 137: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 117

disertai maẖram nasab atau suaminya- yang tertera dalam

keterangan visa, tidak dapat berlaku sebagaimana maẖram yang

dimaksud syari‟at, karena pada dasarnya mereka bukan maẖram.

Fungsi maẖram sebagai pendamping sangat perlu bagi

perempuan.

Contoh kecil seperti ketika melakukan rangkaian ibadah

umrah, dalam tawaf dan sa‟i.Seorang perempuan membutuhkan

pendamping, ketika berdesak-desakan dengan sekian banyak

jama‟ah dari berbagai penjuru dunia. Ketika bersama dengan

maẖram yang ditunjuk tersebut, dalam situasi melaksanakan

rangakaian ibadah umrah ini, maẖram tidak dapat

berfungsi.Apalagi penerapan sebagaimana yang telah terjadi di

lapangan dengan melalui proses perubahan data menjadi

sedemikian rupa, sehingga dapat tertera keterangan pada visa

jama‟ah perempuan tersebut bersama dengan maẖram nya

(sebagai paman, saudara kandung atau maẖram yang

lainnya).Jika memang adanya ketentuan harus beserta maẖram,

pendapat ulama yang lebih tepat untuk diterapkandiantaranya

pendapat imam Syafi‟i yang mensyaratkan keamanan. Yakni

sebagaimana pada penerapan maẖram bagi jama‟ah haji

diikutkan dengan maẖram rombongan.

Dengan adanya kesertaan maẖram bersama rombongan,

yakniketika melaksanakan rangakaian ibadah haji atau umrah,

dapat berdampingan beserta jama‟ah perempuan yang lainnya.

Tidak menimbulkan kemudaratan antara keduanya. Dengan

Page 138: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 118

demikian, tidak harus melewati proses perubahan data

sedemikian rupa dan tidak ada pembayaran uang

maẖram.Wallahu Aʻlam bi al-Sawâb.

Page 139: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 119

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Segala peraturan dan perundang-undangan yang

berkenaan dengan pelaksanaan haji dan umrah dibawah

pengawasan Kementerian Agama. Selain sebagai pengamat,

Kementerian Agama juga sebagai badan pelaksana khusus

kegiatan haji di Indonesia. Penerapan kesertaan maẖram yang

diterapkan oleh Kementerian Agama di Indonesia di satu sisi

melaksanakan kesertaan maẖram bi al-nasab (di-maẖram-kan

dengan mereka yang memiliki hubungan nasab) atau maẖram bi

al-Musaẖarah (di-maẖram-kan dengan mereka yang memiliki

hubungan pernikahan), yakni mengikuti pendapat penerapan

kesertaan maẖram oleh imam Aẖmad dan imam Hanafi. Di sisi

lain, jika tidak ada maẖram keduanya maka di-maẖram-kan

dengan rombongan, yakni mengikuti pendapat imam Syafiʻi dan

imam Maliki.

Biro wisata haji dan umrah merupakan badan pelaksana

kegiatan umrah dan sebagian kegiatan haji Indonesia. Peraturan-

peraturan yang dijalankan bedasarkan pada peraturan yang telah

ditetapkan oleh Kementerian Agama dan Pemerintah Arab Saudi.

Maka operasional biro wisata ini dibawah pengawasan

Kementerian Agama. Penerapan kesertaan maẖram ada

Page 140: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 120

perbedaan antara jama‟ah haji dan jama‟ah umrah pada biro

wisata. Untuk jama‟ah haji mengikuti apa yang dilakukan oleh

Kementerian Agama. Sedangkan untuk jama‟ah umrah penerapan

kesertaan maẖram jika tidak ada maẖramnasab atau maẖram

musaẖarah, maka di-maẖram-kan dengan salah satu jama‟ah dan

dibuatkan keterangan maẖrampada visa jama‟ah tersebut serta

jama‟ah perempuan dikenakan uang maẖram.

Peraturan pembayaran uang maẖram diluar dari kebijakan

yang ditetapkan oleh Kementerian Agama maupun biro

perjalanan wisata Arab Saudi. Pengakuan dari pihak biro wisata,

hal ini dilakukan untuk menepati peraturan yang telah ditetapkan

oleh Pemerintah Arab Saudi tentang keharusan kesertaan

maẖrambagi jama‟ah umrah perempuan. Adanya keterangan

kesertaan maẖramyang dibuat bertujuan untuk memudahkan

jama‟ah memasuki Negara Arab Saudi.

Penerapan kesertaan maẖram yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Arab Saudi yakni wajibnya bagi setiap perempuan

untuk disertai maẖram-nya ketika safar, hal ini sesuai dengan

pemahaman hadis pendapat imam Ahmad dan imam Hanafi.

Hadis tentang kesertaan maẖram dipahami secara tekstual,

sehingga melahirkan peraturan-peraturan yang dilaksanakan oleh

badan-badan pelaksana haji dan umrah. Peraturan-peraturan yang

berkenaan dengan pelaksanaan haji dan umrah, sebagian besar

berdasarkan pada ketetapan pemerintah Negara Arab Saudi. Salah

Page 141: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 121

satunya peraturan kesertaan maẖram bagi jama‟ah haji dan umrah

perempuan. Kementerian Agama dan biro perjalanan wisata

hanya mengikuti dan menjalankan peraturan yang ditetapkan oleh

Pemerintah Arab Saudi.

B. Kritikdan Saran

Kementerian Agama sebagai badan tertinggi pengawas

haji dan umrah, hendaknya lebih mengawasi dan memperhatikan

biro wisata terutama dalam hal kesertaan maẖ ram bagi jama‟ah

perempuan. Selain itu, memberikan solusi kepada biro wisata

untuk mencapai peraturan kesertaan maẖ ram dalam umrah.

Dapat dilakukan dengan membicarakan hal ini kepada pihak-

pihak keagamaan di Indonesia dan kepada pemerintah Negara

Arab Saudi. Sehingga tidak terjadi penyimpangan pada praktek

kesertaan maẖ ram khususnya bagi jama‟ah umrah perempuan.

Untuk biro perjalanan haji dan umrah yang memiliki

tujuan mengantarkan dan melayani masyarakat melaksanakan

ibadah ke tanah suci, hendaknya tidak semena-mena dalam

menentukan uang maẖ ram atau membuat suatu kebijakan.

Sehingga tidak menimbulkan tuduhan dari pihak-pihak lain atas

diberlakukannya uang maẖ ram tersebut.

Page 142: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 122

DAFTAR PUSTAKA

„Abd Allah bin „Abd al-Raẖmân bin al-Faḏl bin Baẖram bin

„Abd al-Shamad.Sunan al-Darimi. juz 2. 1978. al-

Qâhirah: Dâr al-Fikr.

„Abd al-Raẖmân- Ibn Salaẖ, Abî „Amr „Usmânbin. Muqaddimah

Ibn Shalaẖ, Fi „Ulȗm al-ẖadîs. 2010. Qâhirah: Dâr al-

Hadîs.

Abî al-Hajjaj Yusuf al-Mizi, al-Muttaqîn Jamal al-Dîn.Tahzib al-

Kamal. Tahzib al-Kamal, juz 2. juz 3. juz 5. juz 10. juz

12. juz 15. juz 16. juz 18. juz 19. juz 23. juz 29. juz 30.

juz 33. juz 34. 1992. Bairut: Muassasah al-Risalah.

Abû „Abd Allah Muhammad bin Isma‟il bin Ibrâhîm bin al-

Mughîrah bin Bardizyah al-Ju‟fî al-Bukhâri, Saẖîẖ

Bukhârî, juz 2, Bâb Hijju al-Nisâ‟, no.1763, Maktabah al-

Syâmilah.

Aẖmad bin „Alî bin Hajar bin Syihabuddin al-„Aqalânî al-Syafi„I,

Abi Fadhl. Tahzibu al-Tahzib, juz 2. Al-Maktabah al-

Syâmilah.

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin

Idris.Musnad Aẖmad bin Hanbal. juz 4. 1991. Bairut: Dâr

al-Fikr.

al-„Ainȋ, Badru al-Dȋn. „Umdah al-Qȃrȋ Syarh Sahȋh al-Bukhȃrȋ Maktabah al-Syȃmilah

al-„Asqalânî, Ibn Hajar. Fath al-bârî, al-Maktabah al-Syâmilah.

al-Asfahani, al-Raghib. Mu‟jam Mufradat al-Fazh al-Qur‟an. tt.

Bairut: Dar al-Fikr. Muhammad al-Ghazâlî, Abî Hâmid.

Mukhtashar Ihya‟ „Ulûm al-Dîn. 2004. Cairo: Dâr al-

Kutûb al-Islamiyyah.

al-Azîm bin al-Badwi, Abd. al-Wajiz fi Fiqh al-Sunnah. v.1.

1995. Madinah: Dâr al-Taqwid.

Page 143: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 123

al-Bakri al-Qurthȗbȋ, Ibn Bathâl. Syarh Ibn Bathâl „Ala Shahȋh

al-Bukharȋ. al-Maktabah al-Syamilah.

Creswell, John W. Research Design; Qualitative & Quantitative.

(terj.).cet II. 2003. Jakarta: KIK Press.

Emzir.Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.2011.

Rajawali Press: Jakarta.

Fakhruddîn al-Râzî, Muhammad. Tafsîr Fakhru al-Dîn al-Râzî

al-Musytahidu bi al-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib.

juz. 10. tt. Bairut: Dâr al-Fikr.

Harahab, Sumuran. Kamus Istilah Haji dan Umrah. 2008.

Jakarta: Mitra Abadi Press.

Ibn Rusyd. Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayah al-Muqtashîd. jilid

1. tt. Semarang.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah.I‟lam al-Muwaqi‟în „an Rabb al-

„Alamîn. 1991. Bairut: Dâr al-kutub al-„Ilmiyyah.

John W. Creswell. Research Design; Qualitative & Quantitative

(terj.).cet II. 2003. Jakarta: KIK Press.

Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan

Umrah. 2015. Kemenag: Jakarta.

M. Subana dan Sudrajat. Dasar-Dasar Ilmu Penelitian Ilmiah.

2001. Bandung: Pustaka Setia.

Maẖmûd bin Aẖmad, Abî Muẖammad. al-Banâyah fi Syarẖi al-

Hidâyah. Juz 4. 1990. Bairut: Dâr al-Fikr.

Mâlik bin Anas bin Mâlik bin „Amr al-Ashbahi. muwatta‟ imam

Mâlik.juz 8. 1973. Bairut: Dâr al-Fikr.

Muhammab bin „Isâ bin Tsaurah bin Mûsâ al-Dhahhak al-

Tsulâmî, Abȗ„Isâ. Sunan Turmudzî. juz 2. 2011. Kairo:

Dar Ibn al-Jauzî.

Page 144: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 124

Muhammad bin Isma‟il bin Shalah bin Muhammad bin „Ali al-

Kahlani. Subul al-Salâm. al-Maktabah al-Syâmilah.

Muhammad bin Yazid bin „Abd Allah bin Mâjah al-Quwaizi,

Abȗ„Abd Allah. Sunan Ibnu Mâjah. juz 2.tt. Lebanon:

Dâr al-Aẖya‟ al-Kitâb al-„Arabiyyah.

Muhammad bin Yazid bin „Abd Allah bin Mâjah al-Quwaizi,

Abȗ„Abd Allah. Sunan Ibnu Mâjah. juz 2. Lebanon: Dâr

al-Aẖya‟ al-Kitâb al-„Arabiyyah.

Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah al-Bukharî,

Abu „Abd Allâh. Saẖîẖ Bukhârî, juz 3. 1994. Bairut: Dâr

al-Fikr.

Munawwir, Ahmad Warsun.Kamus Munawwir Arab-Indonesia

Terlengkap. 1997. Surabaya: Pustaka Progressif.

Musṯafâ Syalbî, Muẖammad. Aẖkâm al-Usrati fî al-Islâm.1977.

Bairut: Dâr al-Nahḏah al-ʻArabiyyah.

Mustaqim, Abdullah. Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam

no.9, 1 januari 2010.

Najwa, Nurun. Wacana Spiritualitas Perempuan (Prespektif

Hadis). 2008. Yogyakarta: Cahaya Pustaka.

al-Nawawi. Saẖîẖ Muslim bi Syarẖi al-Nawawî.tt. Bairut:Dar al-

Fikr.

Putuhena, Saleh. Historiografi Haji di Indonesia.

2007.Yogyakarta: LKIS.

Qurṯȗbȋ,Ibn Bathâl al-Bakri.Syarh Ibn Bathâl „Ala Shahȋh al-

Bukharȋ.al-Maktabah al-Syamilah.

Al-QQurṯȗbȋ, Ibn Rasyd. Bidâyatu al-Mujtahid Nihâyatu al-

Muqtasid. Juz 2. 1995. Bairut: Dâr al-Fikr.

Qutub, Sayyid. Fî Ẕilâl al-Qur‟an, juz 17. 1992. Cairo: Dâr al-

Fikr.

Page 145: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 125

Sâbiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Jilid 2. 2009. al-Qâhirah: Dâr al-

Hadis.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan

Keserasian al-Qur‟an. Vol. 2. 2009. Jakarta: Lentera

Hati.

Sulaiman bin Asy„ats bin Syadad bin „Amru bin „Amir.Sunan Abî

Dâud,Bâbu Fî al-Mar‟ati Tuhijju Bighairi Maẖramin, juz

2. 1974. Suriyah: Dâr al-Hadis.

Syahrûr, Muhammad. Prinsip dan Dasar Hermeneutik Hukum

Islam Kontemporer. 2007. Yogyakarta: ELSAQ Press.

al-Syaukani, Muhammad bin „Ali bin Muhammad bin „Abd Allah

bin Husain. Nail al- AuthârSyarhu Muntaq al-Akhbar min

Ahadisi Sayyidi al-Akhyar. al-Maktabah al-Syâmilah.

Ta„limatul Hajj. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Umrah Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah:2015.

Thahan, Maẖmud. Taisîr Musthalah al-Hadîs. 1985.Sangkapura:

Haramain.

al-Tirmizî, Abû „Isâ Muhammad bin „Isâ bin Surah. Maktabah al-

Syâmilah.

„Usmân bin Muhammad Syatta al-Dimyati al-Bakr, Abî Bakr .

Hasyiyyah I‟anah al-Thâlibîn. juz 2. 2012. Bairut: Dâr al-

Kutûb al-„Ilmiyyah.

Yaẖya bin Syarf, Abû Zakariyya. al-Majmûʻ Syarẖ Muhadzdzab.

Juz 7. Al-Maktabah al-Syâmilah.

Yaẖya bin Syarf Ibn Mura al-Hizami, Abȗ Zakariya. Saẖîẖ

Muslim Bisyarẖi al-Nawâwȋ. tt. Lebanon: Dar al-Kutub

al-„Ilmiyyah.

Zuẖailî, Wahbah. Al-Fiqhu al-Islâm wa Adillatihi. Juz 6. 1989.

Bairut: Dâr al-Fikr.

Page 146: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 126

Lampiran 1

Hadis-hadis tentang maẖram dalam Kutȗb al-Tis„ah,

Masing-masing perawi meriwayatkan hadis tentang maẖram,

kecuali imam al-Nasȃ‟i yang belum ditemukan riwayatnya.

Berikut diantara hadis-hadis tentang maẖram dalam Kutȗb al-

Tis„ah:

Hadis- hadis riwayat imam Bukhârî

ؼذ أثب : ع ؼذ هضػخ هب : ع ٤ش، هب ػ ي ث ب ػجذ ا عؼ٤ذ ؽذص

: اخذس١ س ػ -ض٢ ا غ اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ؿضا ب ز٢ ص ع

ح ، -ػؾشح ؿض ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ؼذ أسثؼب : ع هب

: ٢، هب ر " كأػغج ب أ ع ب ص ؼ إب ٤ غ٤شح ٣ شأح ال رغبكش ا

٤ ك٢ ٣ ال ف ، األضؾ٠،ؾش ال فالح ثؼذ اقجؼ ؽز٠ : الطش

إب إ٠ صالصخ ال رؾذ اشؽب ـشة، ال ثؼذ اؼقش ؽز٠ ر ظ، رطغ اؾ

زا " غغذ١ غغذ األهق٠، ، غغذ اؾشا غبعذ:

اث : ػ ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ : هب ب، هب ػ ال »ػجبعشض٢ ا

ؾش ب ؼ إب ب سع ػ٤ ال ٣ذخ ، ؾش غ ر١ شأح إب ، «رغبكش ا

1 Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Bâbu Shaumu al-Nahr, juz 3, no. hadis 1995,

(Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 43.

Page 147: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 127

إ٢ أس٣ذ أ ا : ٣ب سع سع شأر٢ كوب ا زا، زا أخشط ك٢ ع٤ؼ

: ب»رش٣ذ اؾظ، كوب ؼ «اخشط

ؼذ أثب عؼ٤ذ اخذس١ : ع ٠ ص٣بد، هب ؼذ هضػخ، ي، ع ػجذ ا ػ

اج٢ ، ٣ؾذس ثأسثغ ػ ػ ، كأػغج٢ سض٢ ا ع ف٠ اهلل ػ٤

: ال »آو٢ هب ، ؾش ر ب أ ع ب ص ؼ إب ٤ شأح ٣ ال رغبكش ا

ثؼذ اقجؼ ال فالح ثؼذ فالر٤ األضؾ٠، الطش ٤ ك٢ ٣ ف

، إب إ٠ ؽز٠ ال رؾذ اشؽب ـشة ثؼذ اؼقش ؽز٠ ر ظ، رطغ اؾ

غغذ١ غغذ األهق٠ ، غغذ اؾشا غبعذ «صالصخ

ش ػ اث ػ ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ، ػ ػ : سض٢ ا ال »هب

ؾش غ ر١ شأح صالصب إب « رغبكش ا جبسى، ػ ا اث ذ، ػ أؽ ربثؼ

ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ش، ػ ػ اث بكغ، ػ ، ػ ػج٤ذ ا.

ػ ش سض٢ ا ػ اث : ػ هب ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ب: أ ال »

ؾش غ ر١ إب شأح صالصخ أ٣ب «رغبكش ا

2Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Bâbu Hijju al-Nisa‟, juz 3, no. hadis 1862, (Bairut:

Dâr al-Fikr, 1994), h. 19. 3Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Bâbu Masjid Baitu al-Maqdis, juz 2, no. hadis

1197, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 61. 4Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Bâbu Kam Yuqsharu al-Shalâh , juz 2, no. hadis

1087, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 43.

Page 148: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 128

ػجبط اث ؼجذ ػ أث٢ ش ػ ػ ػ عؼ٤ذ ؽذصب عل٤ب ب هز٤جخ ث ؽذص

سض٢ ا سع ب ٣خ ٣و ع ػ٤ غ اج٢ ف٠ ا ع ب أ ػ

ا ٣ب سع كوب سع كوب ؾش ب ؼ شأح إب ا ب رغبكش شأح ثب

زا زا ح ززجذ ك٢ ؿض غ ا ت كؾظ ار شأر٢ ؽبعخ هب خشعذ ا

شأري. ا

شأح ثب سع ب ٣خ هب ع ػ٤ اج٢ ف٠ ا ػجبط ػ اث ػ

شأ ا ا ٣ب سع كوب سع كوب ؾش غ ر١ ر٢ خشعذ ؽبعخ إب

شأري غ ا اسعغ كؾظ زا هب زا ح ززجذ ك٢ ؿض .ا7

Hadis-hadis riwayat imam Muslim

: هب ع اهلل ف٠ اهلل ػ٤ سع ش، أ ػ اث ب رغبكش »ػ

شأح صبصب، ا ؾش ب ر ؼ 1«إب

5Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Bâbu Masjid Baitu al-Maqdis, juz 2, no. hadis

1086, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 61. 6Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Bâbu Man Uktutiba fî Jaisyin Fakharajati

Imra‟atuhu Hâjjatan wa Kâna Lahu „Udzrun Hal Yu‟dzanu Lahu, no. Hadis

3006, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h.551. 7Abu „Abd Allâh Muẖammad Ibnu Ismâ‟îl Ibn Ibrâhîm al-Mughîrah

al-Bukharî, Saẖîẖ Bukhârî, Bâbu Lâ Yakhluanna Rajulun bi Imra‟tin Illâ Dzȗ

Maẖramin wa al-Dukhȗlu „Ala al-Mughîbati , no. Hadis 5233, (Bairut: Dâr al-

Fikr, 1994), h. 984. 8Abî Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisabûrî, Saẖîẖ

Muslim, Bâb Safara Mar‟ah Ma„a Maẖramin Ila Hajjin Wa Ghairihi, juz 2,

no. Hadis 413, h.975, Maktabah Syâmilah.

Page 149: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 129

عش٣ش، هب ٤ؼب ػ أث٢ ؽ٤جخ، ع ث ب ػض عؼ٤ذ، ب هز٤جخ ث ؽذص

هضػخ، ػ ٤ش، ػ ػ اث ي ػجذ ا هز٤جخ: ؽذصب عش٣ش، ػ

: زا أث٢ عؼ٤ذ، هب ؼذ ذ ع : أ ؽذ٣ضب كأػغج٢، كوذ ؼذ ع

اهلل ف٠ ػ٠ سع : كأه ؟ هب ع اهلل ف٠ اهلل ػ٤ سع

سع : هب ٣و ؼز : ع غ؟ هب أع ب ع اهلل ف٠ اهلل ػ٤

زا، غغذ١ غبعذ: إب إ٠ صبصخ : " ب رؾذا اشؽب ع اهلل ػ٤

: ٣و ؼز ع غغذ اأهق٠ " ا ، غغذ اؾشا شأح »ا ب رغبكش ا

ش إب اذ ٤ ب٣ ع ص ب، أ ؾش ب ر 3«ؼ

ؼذ أثب عؼ٤ذ : ع ؼذ هضػخ، هب : ع ٤ش، هب ػ ي ث ػجذ ا ػ

أسثؼب ع اهلل ف٠ اهلل ػ٤ سع ؼذ : ع اخذس١، هب

آو ٢ ب كأػغج ؼ ، إب ٤ غ٤شح ٣ شأح رغبكش ا ٠ أ ،٢

ـ ثبه٢ اؾذ٣ش اهز ؾش ر ب، أ ع ص

: ع اهلل ف٠ اهلل ػ٤ سع : هب أث٢ عؼ٤ذ اخذس١، هب ب »ػ

شأح ص رغبكش ا ؾش غ ر١ «بصب إب

ؼذ اج٢ ف٠ اهلل : ع ػجبط، ٣و ؼذ اث : ع ؼجذ، هب أث٢ ػ

: ٣خطت ٣و ع ، »ػ٤ ؾش ب ر ؼ شأح إب ثب سع ب ٣خ

9Abî Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisabûrî, Saẖîẖ

Muslim, Bâb Safara Mar‟ah Ma„a Maẖramin Ila Hajjin Wa Ghairihi, juz 2,

no. Hadis 415, h.975, Maktabah Syâmilah. 10

Abî Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisabûrî, Saẖîẖ

Muslim, Bâb Safara Mar‟ah Ma„a Maẖramin Ila Hajjin Wa Ghairihi, juz 2,

no. Hadis 416, h.976, Maktabah Syâmilah. 11

Abî Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisabûrî, Saẖîẖ

Muslim, Bâb Safara Mar‟ah Ma„a Maẖramin Ila Hajjin Wa Ghairihi, juz 2,

no. Hadis 417, h.876, Maktabah Syâmilah.

Page 150: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 130

ش ب رغبكش ا ؾش غ ر١ اهلل، «أح إب : ٣ب سع ، كوب سع ، كوب

: زا، هب زا ح ززجذ ك٢ ؿض إ٢ ا شأر٢ خشعذ ؽبعخ، ا إ

شأري» غ ا طن كؾظ «ا

Hadis riwayat imam Turmudzî

أث٢ عؼ٤ذ : ال ػ ع ػ٤ اهلل ف٠ ا سع : هب اخذس١، هب

صالصخ أ٣ب رغبكش علشا ٣ ا٥خش أ ا٤ ثب شأح رؤ ال ٣ؾ

ب، ع ص ب، أ أخ ب، أ ب أث ؼ كقبػذا إال ؾش ر ب، أ اث أ

ب.

ش. ػ اث ػجبط، اث ش٣شح، أث٢ ك٢ اجبة ػ

فؾ٤ؼ. زا ؽذ٣ش ؽغ

شأح : ال رغبكش ا هب أ ع ػ٤ اج٢ ف٠ ا ١ ػ س

. غ٤شح ٣ ؾش غ ر١ ٤خ إال

غ ر١ رغبكش إال شأح أ ش ٣ : اؼ ذ أ زا ػ ػ٠ اؼ

.ؾش

، ؾش ب ٣ عشح بذ شأح إرا ك٢ ا اؼ اخزق أ

رؾظ؟

12

Abî Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisabûrî, Saẖîẖ

Muslim, Bâb Safara Mar‟ah Ma„a Maẖramin Ila Hajjin Wa Ghairihi, juz 2,

no. Hadis 424, h.978, Maktabah Syâmilah. 13

Abȗ „Isâ Muhammab bin „Isâ bin Tsaurah bin Mûsâ al-Dhahhak al-

Tsulâmî, Sunan Turmudzî, Bâbu Mâ Jâ a Fî Karâhiyyati an Tusâfira al-

Mar‟ah, juz 2, no. Hadis1169, (Kairo: Dar Ibn al-Jauzî, 2011), h.463.

Page 151: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 131

Hadis riwayatimam Abî Dâud

اهلل ف٠ اهلل ػ٤ ع : ال ٣ؾ سع : هب أث٢ عؼ٤ذ ، هب ػ

م صالصخ أ٣ب رغبكش علشا ك ا٥خش أ ا٤ ثب شأح رؤ ال

ب أث ؼ كقبػذا ، إال ؾش ر ب أ اث ب أ ع ص ب أ أخ ب أ

ب .

اهلل ف٠ اهلل ػ٤ ع : ال ٣ؾ سع : هب ش٣شح ، هب أثب أ

خ ر ؽش ب سع ؼ غ٤شح ٤خ ، إال خ رغبكش غ شأح ا .ال

شأح ال : ال ٣ؾ اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ع هب ش٣شح ، ػ أث٢ ػ

. ؼب ش ٤خ . كز ب رغبكش ٣ ا٥خش أ ا٤ ثب ، رؤ

ال ش اوؼج٢ ، ٣ز د : أث دا هب اث ا ، س أث٤ ٢٤ ، ػ

اوؼج٢ ب هب بي ، ش ، ػ ػ ث ب ػض ت ،

شأح : ال رغبكش ا اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ع هب ش ، ػ ػ اث ػ

ؾش ب ر ؼ .صالصب إال 7

14

Sulaiman bin Asy„ats bin Syadad bin „Amru bin „Amir, SunanAbî

Dâud,Bâbu Fî al-Mar‟ati Tuhijju Bighairi Maẖramin, juz 2, no. 1727,

(Suriyah: Dâr al-Hadis, 1974), h.348. 15

Sulaiman bin Asy„ats bin Syadad bin „Amru bin „Amir, SunanAbî

Dâud,Bâbu Fî al-Mar‟ati Tuhijju Bighairi Maẖramin, juz 2, no. 1723,

(Suriyah: Dâr al-Hadis, 1974), h.348. 16

Sulaiman bin Asy„ats bin Syadad bin „Amru bin „Amir, SunanAbî

Dâud,Bâbu Fî al-Mar‟ati Tuhijju Bighairi Maẖramin, juz 2, no. 1724,

(Suriyah: Dâr al-Hadis, 1974), h.348. 17

Sulaiman bin Asy„ats bin Syadad bin „Amru bin „Amir, SunanAbî

Dâud,Bâbu Fî al-Mar‟ati Tuhijju Bighairi Maẖramin, juz 2, no. 172,

(Suriyah: Dâr al-Hadis, 1974), h.348.

Page 152: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 132

Hadis-hadis riwayatimam Ibnu Mâjah

: ع ف٠ اهلل ػ٤ ا سع : هب أث٢ عؼ٤ذ، هب ب رغبكش »ػ

ب، أ اث ب، أ أخ٤ ب أ غ أث٤ ، كقبػذا، إب شأح علش صبصخ أ٣ب ا

ر١ ب، أ ع ص 1«ؾش

: هب ع اج٢ ف٠ اهلل ػ٤ ش، ػ ػ شأح »ػبث ب رغبكش ا

ؾش ب ر ؼ 3«صبصب إب

Hadis riwayat imam Aẖmad bin Hanbal

: "ال رغبكش اشأح -ف٠ اهلل ػ٤ ع -ػ اث ػش ػ اج٢

ؾش" .صالصب إال ؼب ر

شأح : ال رغبكش ا هب ع ػ٤ اج٢ ف٠ ا ش ، ػ ػ اث ػ

ؾش غ ر١ .صالصب إال

ع ػ٤ اهلل ف٠ ا سع ش ، أ ػ ػجذ اهلل ث ذ إ٠ ػ اعز

: ال ٣ق٢ أؽذ ثؼذ اؼقش ؽز٠ ، هب ش ر ػظ ابط ، ث٤ذ ، ك

غ شأح إال ال رغبكش ا ظ ، ال ثؼذ اقجؼ ، ؽز٠ رطغ اؾ ، ا٤

18Abȗ „Abd Allah Muhammad bin Yazid bin „Abd Allah bin Mâjah

al-Quwaizi, Sunan Ibnu Mâjah, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 2,

no. Hadis 2898, (Lebanon: Dâr al-Aẖya‟ al-Kitâb al-„Arabiyyah), h.968 19

Abȗ Sulaiman bin Asy„ats al-Sijistanî, Sunan Ibnu Mâjah, Bâbu Fî

al-Mar‟ati Tuhijju Bighairi Maẖramin, juz 2, no. Hadis 1727, (Lebanon: Dâr

al-Aẖya‟ al-Kitâb al-„Arabiyyah), h.120 20

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris,

Musnad Aẖmad bin Hanbal, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 4, no.

Hadis 4615, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1991), h.331. 21

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris,

Musnad Aẖmad bin Hanbal, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 2, no.

6289, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1991), h. 142.

Page 153: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 133

ال غ٤شح صالس ، ؾش ال ػ٠ ر١ ب ، ز شأح ػ٠ ػ ا رزوذ

ب .خبز

: ال رغبكش ع ػ٤ اج٢ ف٠ ا ا٣خ ٣جؾ ث أث٢ عؼ٤ذ ، س ػ

ف ٠ ػ , ؾش ب ر ؼ إال شأح صالصخ أ٣ب ا ٣ الطش ، ٤ب

ظ ، ـشة اؾ فالح ثؼذ اؼقش ؽز٠ ر فالر٤ ٠ ػ اؾش ,

إال إ٠ صالصخ ال رؾذ اشؽب ظ , ثؼذ اقجؼ ؽز٠ رطغ اؾ

غغ ، غغذ اؾشا ، غبعذ : ا ع ػ٤ اهلل ف٠ ا ذ سع

غغذ األهق٠ .ا

ؼذ أثب عؼ٤ذ اخذس : ع هضػخ ، هب ٤ش ، ػ ػ ي ث ػجذ ا ػ

أسث ع ػ٤ اهلل ف٠ ا سع ؼذ : ع ٢ ، هب ؼب كأػغج

و٢ آو٢ -أ٣ : ػلب -هب ٤ غ٤شح ٣ شأح رغبكش ا ٠ أ -

٤ز٤ : أ ػلب -هب ؾش ر ب أ ع ب ص ؼ .إال

: ال رؾذ اشؽب هب ع ػ٤ اج٢ ف٠ ا أث٢ عؼ٤ذ ، أ ػ

غغذ ث٤ذ غغذ١ ، ، غغذ اؾشا غبعذ : إال إ٠ صالصخ

م صالس ٤ب شأح ك ال رغبكش ا وذط , ر١ ا ط أ غ ص ، إال

ال فالح ظ ، ـشة اؾ ال فالح ثؼذ فالح اؼقش ؽز٠ ر , ؾش

22

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris,

Musnad Aẖmad bin Hanbal, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 2, no.

6712, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1991), h. 182. 23

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris,

Musnad Aẖmad bin Hanbal, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 3, no.

11055, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1991), h. 7. 24

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris,

Musnad Aẖmad bin Hanbal, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 3, no.

11314, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1991), h. 34.

Page 154: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 134

الطش ٣ ف ٠ ػ ظ , ثؼذ فالح اقجؼ ؽز٠ رطغ اؾ

اؾش ٣.

أث٢ عؼ٤ذ ، ػ ا ػ : ال رق هب ع ػ٤ اج٢ ف٠ ا

ال ٣ الطش ا ٣ ال رق ، ال رقا فالر٤ ، ٤ ٣

ال ثؼذ اؼقش ظ ، ال رقا ثؼذ الغش ؽز٠ رطغ اؾ األضؾ٠ ،

ال , ؾش ب ؼ شأح صالصب إال ال رغبكش ا ظ , ـشة اؾ ؽز٠ ر

غغذ١ ، ، غغذ اؾشا غبعذ : إال إ٠ صالصخ رؾذ اشؽب

وذط غغذ ث٤ذ ا .

أث٢ عؼ٤ذ اخذس١ : ال ػ ع ػ٤ اهلل ف٠ ا سع : هب هب

ب ، أ أخ٤ ب ، أ غ أث٤ كقبػذا ، إال شأح علش صالصخ أ٣ب رغبكش ا

ؾش غ ر١ ب ، أ ع ص ب ، أ .اث7

Hadis riwayat imam al-Dârimi

ػ أث٢ عؼ٤ذ هب هب سع اهلل ف٠ اهلل ػ٤ ع : ال رغبكش

اشأح علشا صالصخ أ٣ب كقبػذا اال ؼب أثب أ أخب أ صعب

1أ ر سؽ ؾش ب

25

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris,

Musnad Aẖmad bin Hanbal, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 3, no.

1437, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1991), h. 45. 26

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris,

Musnad Aẖmad bin Hanbal, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 3, no.

11525, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1991), h. 53. 27

Aẖmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris,

Musnad Aẖmad bin Hanbal, Bâbu al-Mar‟atu Tuhijju Bighairi Walî, juz 3, no.

11535, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1991), h. 54.

Page 155: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 135

هب ؽغ٤ ع٤ أعذ : إعبد فؾ٤ؼ اذاس٢

Hadis riwayat imam Mâlik

اهلل سع ش٣شح، أ أث٢ ػ : ال ٣ؾ هب ع ف٠ اهلل ػ٤

غ ر١ ٤خ، إال غ٤شح ٣ ا٥خش، رغبكش ا٤ ثب شأح رؤ ال

ب .ؾش3

28

„Abd Allah bin „Abd al-Raẖmân bin al-Fadhl bin Baẖram bin „Abd

al-Shamad, Sunan al-Darimi,Bâbu Lâ Tusâfiru al-Mar‟atu Illâ wa Ma„ahâ

Maẖram, juz 2, no. 2678, (al-Qâhirah: Dâr al-Fikr, 1978), h.288. 29

Imam Mâlik bin Anas bin Mâlik bin „Amr al-Ashbahi, muwatta‟

imam Mâlik, Bâbu Hijju al-Mar‟ah Bighairi Dzî Mahramin, juz 8, no. 2803,

(Bairut: Dâr al-Fikr, 1973), h.187.

Page 156: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 136

Lampiran 2

Pustaka dokumen:

1. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang

Penyelenggaraan Haji dan Umrah

2. Ta‟limatulhajj (peraturan dan ketentuan-ketentuan tentang

haji dan umrah) yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab

Saudi

3. Surat Penyampaian Peraturan Pelaksanaan Pelunasan

BPIH Reguler, dari Direktur Jenderal kepada Direktur

Pelayanan Haji dan Umrah. Nomor Nota

Dinas:Dj/Set.VII/2/OT.01/664/2015, dikeluarkan pada 11

Mei, 2015.

Pustaka wawancara:

- Wawancara dengan beberapa jama‟ah haji dan umrah

- Wawancara dengan beberapa staf dan direktur agen

perjalanan wisata haji dan umrah

- Wawancara dengan staf provider visa

- Wawancara dengan subdit. Haji kementerian Agama

Jakarta Pusat

- Wawancara dengan subdit. Umrah Kementerian Agama

Jakarta Pusat

- Wawancara dengan T.U. Kementerian Agama Jakarta

Pusat.

Page 157: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 137

Lampiran 3

Page 158: NURLAILA SYAHIDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34612... · 2017-04-20 · Nurlaila Syahidah Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | v dibahas

Nurlaila Syahidah

Penerapan Hadis Kesetaraan Mahram pada Safar Perempuan | 138

Biodata Penulis

Nama : Nurlaila Syahidah

Tempat tanggal lahir : Dumai, 5 Juli 1991

Alamat : Desa Dayang Suri, Kec. Bunga Raya,

Kab. Siak Riau

Riwayat pendidikan : SD Negeri 015 Bunga Raya, MTs Al

Falah Jati Baru, MA Ali Maksum

Krapyak Yogyakarta, S1 Program Studi

Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, dan S2

Program Studi Magister Tafsir Hadis

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta