ntb.bpk.go.id · Web viewPendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan...

79
1 BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan untuk terarahnya pelaksanaan pemungutan atas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, perlu ditetapkan petunjuk teknis pelaksanaannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Bima; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 129 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4189);

Transcript of ntb.bpk.go.id · Web viewPendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan...

53

SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

1.JENIS TRANSAKSI 1.Perekaman Data 2.Pemutahiran Data 2.Penghapusan Data

2.N O P

3.NOP BERSAMA

4.NOP ASAL

5.NOP SPPT LAMA

6.NOMOR KTP

7.STATUS 1.Pemilik2.Penyewa 3.Pengelola 4.Pemakai5.Sengketa

8.PEKERJAAN 1.PNS *)2.ABRI 3.Pensiunan *) 4.…………………5.Lainnya

9.NAMA OBJEK PAJAK

10.NPWP 11.TLPHONE / HP

11.NAMA JALAN 13.BLOK/ KAV / NOMOR

13.KELURAHAN / DESA 15.RW

17.KABUPATEN/KOTA MADYA

19.NO PERSIL / SERTIFIKAT 20. RW 22.CABANG

23.JALAN 24.BLOK / KAV / NOMOR

26.LUAS TANAH 26.

27.JENIS TANAH 1.TANAH 2.KAVLING3.TANAH4.FASILITAS

BANGUNAN SIAP BANGUN KOSONG UMUM

Catatan : *) yang penghasilannya semata - mata berasal dari gaji atau uang pensiunan

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

NO. FAKTUR

DINAS PENDAPATAN DAERAH

KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH

PRDTKECKEL/DESBLOKNO. URUT

D. DATA BUMI

ZONA NILAI TANAH

KODE

A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU

B. DATA SUBJEK PAJAK

16. RT

C. DATA LETAK OBJEK PAJAK

21. RT

BUPATI BIMA

PERATURAN BUPATI

NOMOR 16 TAHUN 2013

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN BIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BIMA

Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan untuk terarahnya pelaksanaan pemungutan atas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, perlu ditetapkan petunjuk teknis pelaksanaannya;

b.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Bima;

Mengingat: 1.Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 129 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4189);

4. Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 2002 Nomor 4247);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesai Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);

9. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 Tentang Pedoman, Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 135 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4049);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 801,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 25);

19. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 26);

20. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 29);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2011 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 40);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN BIMA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Bima.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bima.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Bima.

4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima.

5. Kepala Dinas Pendapatan Daerah yang selanjutnya disebut Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima.

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas, yang selanjutnya disingkat UPTD, adalah unsur pelaksana tugas teknis pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima.

7. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah.

8. Desa adalah kesatuan masyarakat khusus yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang di akui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

10. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

11. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

12. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten.

13. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

14. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.

15. Nilai Jual Obyek Pajak tidak Kena Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOPTKP, adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak.

16. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan Pajak.

17. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

18. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender.

19. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

20. Pendekatan data pasar adalah pendekatan penilaian dengan cara membandingkan objek pajak yang akan dinilai dengan objek pajak lain yang sejenis yang nilai jualnya sudah diketahui dengan melakukan penyesuaian yang dipandang perlu.

21. Pendekatan biaya adalah pendekatan penilaian dengan cara memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru objek yang dinilai dan dikurangi penyusutan.

22. Pendekatan Kapitalisasi Pendatan adalah pendekatan penilaian dengan cara menghitung atau memproyeksikan seluruh pendapatan sewa atau penjualan dalam satu tahun dari objek pajak yang dinilai dikurangi dengan kekosongan, biaya operasi dan/atau hak pengusaha.

23. Penilaian Individual adalah Penilaian terhadap objek pajak dengan cara memperhitungkan semua karakteristik dari setiap objek pajak.

24. Penilaian Massal adalah penilaian yang sistematis untuk sejumlah objek pajak yang dilakukan pada saat tertentu secara bersamaan dengan menggunakan suatu prosedur standar yang dalam hal ini disebut Computer Assisted Valuation (CAV).

25. Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SISMIOP adalah sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi/data objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan bantuan komputer, sejak dari pengumpulan data (melalui pendaftaran, pendataan dan penilaian), pemberian identitas objek pajak (Nomor objek pajak), perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran (antara lain berupa Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Surat Setoran Pajak Daerah Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran, pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak, sampai dengan pelayanan kepada wajib pajak melalui pelayanan satu tempat.

26. Pemeliharaan Basis Data SISMIOP pasif adalah kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh Dinas berdasarkan laporan yang diterima dari wajib pajak dan/atau pejabat/instansi terkait;

27. Pemeliharaan Basis Data SISMIOP aktif adalah kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh Dinas dengan cara mencocokkan dan menyesuaikan data obyek dan subyek pajak yang ada dengan keadaan sebenarnya di lapangan atau mencocokkan dan menyesuaikan nilai jual obyek pajak dengan rata-rata nilai pasar yang terjadi di lapangan, pelaksanaannya sesuai dengan prosedur pembentukan basis data;

28. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.

29. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

30. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

31. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

32. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat LSPOP adalah formulir yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data rinci objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

33. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak.

34. Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran yang selanjutnya disingkat DHKP, adalah daftar himpunan yang memuat data nama wajib pajak, letak objek pajak, nomor objek pajak, besar serta pembayaran pajak terutang yang dibuat perdesa.

35. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas umum daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

36. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

37. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

38. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

39. Putusan Banding adalah Putusan Badan Peradilan Pajak atas Banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

40. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.

41. Petugas pemungut adalah petugas yang ditunjuk untuk memungut Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan menyetorkan ketempat pembayaran.

42. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

43. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Bima.

44. Tempat Pembayaran, selanjutnya disingkat TP adalah tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Ruang lingkup pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan meliputi:

a. pendaftaran dan pendataan;

b. penilaian;

c. SISMIOP;

d. pemungutan; dan

e. penyelesaian pengaduan.

(2) Pendaftaran dan pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi pendataan, pendaftaran, bentuk serta format SPOP dan LSPOP.

(3) Penilaian sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi proses penilaian, NJOP, bentuk dan format SPPT serta penyampaian SPPT.

(4) SISMIOP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c meliputi pengolahan informasi/data objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan bantuan komputer, pengumpulan data, pemberian identitas objek pajak, perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran, pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak, sampai dengan pelayanan kepada Wajib Pajak.

(5) Pemungutan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) huruf d meliputi penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan/pemungutan pajak kepada Wajib Pajak serta masa kedaluwarsa pajak.

(6) Penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah tahapan penyelesaian dari laporan atau informasi yang disampaikan oleh Wajib Pajak mengenai dugaan pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 3

(1) Kepala Dinas melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. pendaftaran dan pendataan, penilaian, pengelolaan basis data, pemungutan dan penyelesaian pengaduan; dan

b. pembukuan dan pelaporan.

(2) Pendaftaran dan pendataan, penilaian, pengelolaan basis data, pemungutan, penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a bertugas melakukan interaksi dengan wajib Pajak dalam setiap tahapan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(3) Pembukuan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bertugas untuk menyiapkan laporan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan berdasarkan data dan laporan dari pihak terkait.

BAB III

PENDAFTARAN DAN PENDATAAN

Bagian Kesatu

Pendaftaran

Pasal 4

(1) Pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan oleh Subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan cara mengisi SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(2) Dalam melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas/UPTD dapat dibantu petugas kecamatan, desa, rukun warga, dan rukun tetangga.

(3) Dinas/UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan kepada Subjek Pajak.

(4) Subjek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mengisi SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani oleh Subjek Pajak atau kuasanya.

(5) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak pada kolom yang tersedia dalam SPOP dan/atau LSPOP.

(6) Formulir SPOP dan/atau LSPOP disediakan oleh Dinas Pendapatan Daerah atau UPTD.

(7) Bentuk dan tata cara pengisian formulir SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(8) Alur penyampaian SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) termuat dalam Bagan alur yang tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Kedua

Pendataan

Paragraf 1

Tata Cara

Pasal 5

Tata cara Pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan:

a. penyampaian dan pengembalian SPOP dan/atau LSPOP;

b. identifikasi objek;

c. verifikasi data objek; dan

d. pengukuran bidang objek.

Paragraf 2

Penyampaian dan Pengembalian SPOP dan/atau LSPOP

Pasal 6

(1) Pendataan dengan penyampaian dan pengembalian SPOP dan/atau LSOP dilakukan dengan menyebarkan SPOP dan/atau LSPOP langsung kepada subyek pajak atau kuasanya.

(2) Pendataan dengan penyampaian dan pengembalian SPOP dan/atau LSOP sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan pada daerah yang potensi pajaknya relatif kecil dengan cakupan wilayah dan obyek pajak yang luas.

Paragraf 3

Identifikasi Objek

Pasal 7

Pendataan dengan identifikasi obyek pajak dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai peta garis atau peta foto yang dapat menentukan posisi relatif objek pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Paragraf 4

Verifikasi Data Objek

Pasal 8

Pendataan dengan verifikasi data obyek pajak dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai peta garis atau peta foto yang sudah mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Paragraf 5

Pengukuran Bidang Objek

Pasal 9

Pendataan dengan pengukuran bidang obyek pajak dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai sket peta desa dan/atau peta garis atau peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak.

Paragraf 6

Jangka Waktu Pengembalian SPOP/LSOP

Pasal 10

(1) Penyampaian SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan atau UPTD untuk diisi oleh wajib pajak atau kuasanya.

(2) SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan oleh wajib pajak atau kuasanya kepada Bupati melalui Dinas Pendapatan atau UPTD, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP dan/atau LSPOP.

(3) Dinas Pendapatan atau UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membuat laporan pengembalian SPOP dan/atau LSPOP.

(4) Laporan pengembalian SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Bupati.

Pasal 11

(1) Apabila SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang disampaikan kepada wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 tidak dikembalikan oleh wajib pajak atau kuasanya, Bupati atau pejabat yang ditunjuk harus mengeluarkan teguran secara tertulis.

(2) Apabila Bupati atau Pejabat yang ditunjuk telah mengeluarkan teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) namun wajib pajak tetap tidak melaksanakan kewajibannya mengisi SPOP dan/atau LSPOP, maka Bupati atau Pejabat yang ditunjuk mengeluarkan SKPD.

(3) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain yang memuat jumlah pajak terutang yang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang disampaikan oleh Wajib Pajak.

(4) Dalam hal Wajib Pajak tidak mengisi SPOP dan/atau LSPOP yang seharusnya dilakukannya, dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang melalui penerbitan SKPDKB.

BAB IV

PENILAIAN

Pasal 12

(1) Penilaian obyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan :

a. pendekatan data pasar;

b. pendekatan biaya; dan/atau

c. pendekatan pendapatan.

(2) Cara penilaian obyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan :

a. penilaian massal; dan/atau

b. penilaian individual.

(3) Hasil penilaian obyek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan sebagai dasar penentuan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(4) Penilaian objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Fungsional Penilai dan Operator Komputer yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(5) Tata cara penilaian obyek pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Dinas Pendapatan.

Pasal 13

(1) Klasifikasi dan besarnya NJOP Bumi ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Klasifikasi dan besarnya NJOP Bangunan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 14

(1) SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dijadikan dasar oleh Dinas Pendapatan untuk memberitahukan besarnya Pajak terutang kepada Wajib Pajak.

(2) SPPT dan DHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan formulir kertas dan ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendapatan.

(3) Bentuk dan format SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 15

(1) SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan disampaikan oleh Dinas Pendapatan kepada Wajib Pajak melalui Camat pada setiap awal Tahun Pajak.

(2) Penyampaian kepada camat sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum tanggal penyampaian kepada Wajib Pajak.

(3) Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya SPPT dan DHKP sebagaimana dimaksud ayat (2), camat wajib menyampaikan SPPT dan DHKP kepada Wajib Pajak.

(4) Dinas menyiapkan berita acara penyerahan SPPT dan DHKP kepada Camat.

(5) Berita Acara Penyerahan SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat dalam rangkap 2 (dua) :

a. lembar 1 (satu) untuk Dinas Pendapatan;

b. lembar 2 (dua) untuk UPTD dan/atau Camat.

(6)Bentuk dan format berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) serta alur penyampaian SPPT dan DHKP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termuat dalam bentuk dan bagan alur yang tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 16

SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 yang tidak diterimakan atau disampaikan kepada Wajib Pajak oleh Camat akan dikembalikan kepada Dinas Pendapatan dengan Berita Acara Pengembalian.

Pasal 17

(1) Wajib Pajak atau kuasanya yang telah menerima SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan harus menandatangani struk yang berada dibagian bawah SPPT.

(2) Struk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat nama wajib pajak dan tanggal diterimanya SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dimaksud.

(3) UPTD dan/atau Camat menghimpun struk SPPT Wajib Pajak untuk direkapitulasi yang selanjutnya disampaikan kepada Dinas Pendapatan.

(4) Bentuk dan format struk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Pasal 18

(1) Tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tercantum dalam SPPT.

(2) Tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berubah/tetap berlaku meskipun tidak diambil/diterima oleh Wajib Pajak pada saat penetapan SPPT.

BAB V

SISMIOP

Pasal 19

Basis Data SISMIOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan melalui kegiatan:

a. pendaftaran objek dan subyek Pajak;

b. pendataan objek dan subyek Pajak; dan

c. penilaian objek dan subyek Pajak.

Pasal 20

Pemeliharaan Basis Data SISMIOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan cara :

a. pasif; dan

b. aktif.

Pasal 21

Setiap Petugas atau tenaga ahli yang melaksanakan kegiatan pendaftaran, pendataan dan penilaian obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan Basis Data SISMIOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan wajib merahasiakan semua yang diketahuinya atau diberitahukan oleh Wajib Pajak.

Pasal 22

(1) Dalam melakukan kegiatan pendaftaran, pendataan dan penilaian obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan basis data SISMIOP, Dinas dapat bekerja sama dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau instansi lain yang terkait.

(2) Pendataan dan penilaian obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan basis data SISMIOP dapat dilakukan oleh pihak ketiga yang memenuhi syarat teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan.

Pasal 23

Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Obyek dan Subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan Basis Data SISMIOP diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas pendapatan.

BAB VI

PEMUNGUTAN

Pasal 24

(1) Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilarang diborongkan.

(2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak terutang berdasarkan SPPT atau SKPD.

Pasal 25

(1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

(2) SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

(3) Pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar ke tempat-tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

(4) Pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pada saat jatuh tempo pembayarannya tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu selama 6 (enam) bulan.

(5) Apabila jangka waktu selama 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dilunasi, seluruh bentuk pelayanan administrasi pada tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten tidak dapat dilayani sampai dengan seluruh kewajiban tunggakan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan diselesaikan.

(6) Bentuk dan Format SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud ayat (2) tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(7) Tata cara pengisian SKPD, SKPDKB, SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 26

(1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadi kadaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.

(2) Kadaluwarsa Penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditangguhkan apabila:

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b.ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.

BAB VII

PENYELESAIAN PENGADUAN

Pasal 27

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan dalam hal wajib pajak berpendapat bahwa luas objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan/atau nilai jual objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tidak sebagaimana mestinya.

(2)Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan secara perorangan atau secara kolektif.

Pasal 28

(1)Pengajuan keberatan secara perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :

a. asli SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Identitas Wajib Pajak, Surat Kuasa; dan

b.perhitungan jumlah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang menurut Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan keberatannya.

(2) Pengajuan keberatan secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :

a. asli SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang diajukan keberatan;

b.penghitungan jumlah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang menurut Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan keberatannya;

c. fotocopy identitas Wajib Pajak dan fotocopy identitas kuasa Wajib Pajak dalam hal dikuasakan;

d.fotocopy bukti kepemilikan tanah dan/atau keterangan kepemilikan tanah dari desa setempat.

Pasal 29

(1) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas suatu SPPT, SKPD,SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB.

(2) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(3) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.

(5) Surat Keberatan yang diajukan harus ditandatangani oleh Wajib Pajak.

(6) Dalam hal surat permohonan keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, harus dilampiri dengan Surat Kuasa.

(7) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

(8) Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan Surat Keberatan.

(9) Tanggal penerimaan surat keberatan yang dijadikan dasar untuk memproses surat keberatan adalah tanggal terima surat keberatan, dalam hal disampaikan secara langsung oleh Wajib Pajak atau kuasanya, atau tanggal tanda pengiriman surat keberatan, dalam hal disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

(10) Apabila surat Wajib Pajak tidak memenuhi syarat sebagai surat keberatan dan Wajib Pajak memperbaikinya dalam batas waktu penyampaian surat keberatan, maka batas waktu penyelesaian keberatan dihitung sejak diterima surat berikutnya yang memenuhi syarat sebagai surat keberatan.

Pasal 30

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 2 (dua ) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak yang terutang.

(2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 31

(1) Keputusan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak ditetapkan oleh Bupati berdasarkan hasil penelitian Dinas Pendapatan dan dapat dilanjutkan dengan penelitian di lapangan.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan surat tugas dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian.

(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh :

a. Dinas atau UPTD, dalam hal letak objek pajak berada dalam satu Kecamatan dengan tempat kedudukan di wilayah UPTD yang bersangkutan, letak objek pajak berada tidak dalam satu Kecamatan dengan tempat kedudukan di wilayah UPTD yang bersangkutan dan keberatan diajukan secara perseorangan.

b. UPTD, dalam hal letak objek pajak berada dan berkedudukan dalam satu Kecamatan dengan tempat kedudukan di wilayah UPTD.

(4)Kepala UPTD meneruskan berkas pengajuan Keberatan kepada Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lama :

a. 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dalam hal penelitian dilaksanakan oleh Dinas dan/atau UPTD; atau

b. 2 (dua) bulan sejak tanggal penerimaan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dalam hal penelitian dilaksanakan oleh Dinas dan/atau UPTD, disertai laporan hasil penelitian keberatan.

(5)Tata cara dan bentuk formulir yang digunakan dalam rangka pengajuan dan penyelesaian keberatan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

BAB VIII

PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN

Pasal 32

(1) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan harus dilakukan sekaligus atau lunas.

(2) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Wajib Pajak dapat dilakukan melalui Petugas pemungut dan/atau langsung pada TP yang ditunjuk.

(3) Setiap pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan Bukti Pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.

(4) Bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa TTS atau STTS dan bukti pembayaran lain yang sah.

(5) Bentuk dan format TTS dan STTS sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 33

(1) Petugas Pemungut menyetorkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ke TP yang ditunjuk melalui BKP.

(2) Setiap penyetoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan bukti pembayaran berupa STTS untuk setiap Wajib Pajak yang telah melunasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada petugas pemungut.

(3) Penyetoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan Surat Bukti Setoran dan Laporan Mingguan Penerimaan.

(4) Bentuk, isi dan cara pengisian Surat Bukti Setoran atau Laporan Mingguan Penerimaan tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(5) Tata cara pembayaran dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan 33 tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 34

Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak terutang sampai batas waktu yang ditentukan, dengan dikenakan biaya administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar, dengan memenuhi persyaratan :

a. wajib pajak mengajukan surat permohonan penundaan pajak kepada Kepala Daerah melalui Kepala Dinas, dan

b. wajib pajak dalam usahanya mengalami kerugian yang dibuktikan dengan laporan laba/rugi.

BAB IX

PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN

PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 35

Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Pasal 36

(1) Selain dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB sebagaimana dimaksud Pasal 35, Bupati juga dapat :

a. membatalkan atau mengurangkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB yang tidak benar; dan/atau

b. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak terutang yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan.

(2) Pembatalan atau pengurangan ketetapan pajak terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar wajib pajak atau kondisi tertentu obyek pajak.

Pasal 37

(1) Bupati atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, penghapusan sanksi administratif.

(2) Pemberian pengurangan, penghapusan sanksi administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila :

a. terjadi kekeliruan dalam penerapan peraturan Perundang - undangan perpajakan daerah;

b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak terutang dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa; dan/atau

c. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu obyek pajak.

(3) Permohonan pemberian pengurangan, penghapusan sanksi administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SLPDKB, SKPDKBT dengan memberikan alasan yang jelas.

(4) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterima, Bupati atau pejabat yang ditunjuk harus memberikan keputusan.

(5) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pemberian Pengurangan, penghapusan sanksi administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak dianggap dikabulkan.

(6) Bentuk dan isi keputusan pengurangan, penghapusan sanksi administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam Lampiran XI, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB X

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK YANG KEDALUWARSA

Bagian Kesatu

Pengembalian kelebihan Pembayaran

Pasal 38

Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan terjadi apabila :

a. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya terutang;

b. dilakukan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang tidak seharusnya terutang.

Pasal 39

(1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk secara tertulis dengan menyebut sekurang-kurangnya :

a. nama dan alamat wajib pajak;

b. masa pajak;

c. besarnya kelebiahan pajak; dan

d. surat keputusan keberatan.

(2) Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian pembayaran kelebihan pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.

Pasal 40

(1) Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan.

(2) Bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

Bagian Kedua

Penghapusan Piutang Pajak Kedaluwarsa

Pasal 41

(1) Bupati atas persetujuan DPRD dapat menghapuskan piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dikarenakan tidak bisa tertagih dan sudah kadaluwarsa.

(2) Penghapusan Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bupati berdasarkan permohonan penghapusan piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan oleh Kepala Dinas Pendapatan.

(3) Permohonan penghapusan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:

a. nama dan alamat wajib pajak;

b. jumlah piutang pajak;

c. tahun pajak; dan

d. alasan penghapusan piutang pajak.

(4) Piutang Pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah atau objek pajak yang berdasarkan penelitian tidak termasuk kriteria Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(5) Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang menurut data tunggakan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena:

a. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan atau meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan;

b. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi;

c. tidak ditemukan alamat pemiliknya karena objek pajak sudah tutup dan alih manajemen;

d. hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa; atau

e. wajib pajak tidak dapat ditagih lagi karena sebab lain, seperti wajib pajak yang tidak dapat ditemukan lagi atau dokumen-dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak lengkap atau tidak dapat ditelusuri lagi disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam dan kebakaran.

(6) Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Wajib Pajak Badan yang menurut data tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena :

a. wajib pajak bubar, likuidasi atau pailit dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal atau pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator atau kurator tidak dapat ditemukan;

b. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak memiliki harta kekayaan lagi;

c. penagihan pajak secara aktif telah dilaksanakan dengan penyampaian Salinan Surat Paksa kepada pengurus, direksi, likuidator, kurator, pengadilan negeri, pengadilan niaga, baik secara langsung maupun dengan menempelkan pada papan pengumuman atau media massa;

d. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah kedaluwarsa.

Pasal 42

(1) Untuk memastikan keadaan wajib pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Dinas dan/atau UPTD yang hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian.

(2) Laporan Hasil Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggambarkan keadaan wajib pajak atau piutang pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk dihapus.

Pasal 43

(1) Dinas dan/atau UPTD setiap akhir tahun pajak menyusun daftar usulan penghapusan piutang pajak berdasarkan Laporan Hasil Penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42.

(2) Daftar usulan penghapusan piutang pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap awal tahun berikutnya disampaikan kepada Kepala Dinas.

(3) Kepala Dinas menyampaikan daftar usulan penghapusan piutang pajak yang telah diteliti kepada Bupati.

BAB XI

PEMBUKUAN/PENCATATAN DAN PEMERIKSAAN PAJAK

Bagian Kesatu

Pembukuan/Pencatatan

Pasal 44

(1) Wajib Pajak harus menyimpan dengan baik bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang dimilikinya.

(2) Petugas pemungut dan BKP wajib melaksanakan pembukuan/pencatatan penerimaan pembayaran pajak kedalam catatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(3) Bentuk dan isi catatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XII, merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Bagian Kedua

Pemeriksaan

Pasal 45

(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan untuk menguji keputusan memenuhi kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

(2) Tata cara pemeriksaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) berikut:

a. wajib pajak, petugas pemungut dan BKP yang diperiksa harus memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen yang berhubungan dengan obyek pajak terhutang;

b. wajib pajak, petugas pemungut, BKP harus memberikan kesempatan kepada petugas untuk memasuki tempat atau ruang yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;

c. wajib pajak, petugas pemungut, BKP harus memberikan keterangan yang benar dan jelas sesuai dengan yang diperlukan;

d. hasil pemeriksaan ditanda tangani oleh Wajib Pajak, petugas pemungut, BKP dan pejabat sebagai dasar pengenaan pajak.

BAB XII

PEMBERIAN, PEMANFAATAN INSENTIF DAN UPAH PUNTUNG

Pasal 46

(1) Dinas Pendapatan diberikan insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dari Kas Daerah berdasarkan alokasi yang tercantum dalam APBD tahun berjalan.

(2) Besarnya insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 5 % (lima persen).

(3) Insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tercantum dalam DPA Dinas Pendapatan.

Pasal 47

(1) Insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan diberikan atas pencapaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang ditetapkan pada APBD tahun berkenaan yang dijabarkan secara triwulan.

(2) Target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. Sampai dengan triwulan I : 15 % (lima belas persen);

b. Sampai dengan triwulan II : 40 % (empat puluh persen);

c. Sampai dengan triwulan III : 75 % (tujuh puluh lima persen);

d. Sampai dengan triwulan IV : 100 % (seratus persen).

(3) Akhir triwulan I realisasi mencapai 15 % (lima belas persen) atau lebih, insentif diberikan pada awal triwulan II.

(4) Akhir triwulan I realisasi kurang dari 15 % (lima belas persen) insentif tidak diberikan pada awal triwulan II.

(5) Akhir triwulan II realisasi 40 % (empat puluh persen) atau lebih, insentif diberikan untuk triwulan I yang belum dibayarkan dan triwulan II.

(6) Akhir triwulan II realisasi kurang dari 40 % (empat puluh persen), insentif untuk triwulan II belum dibayarkan pada awal triwulan III.

(7) Akhir triwulan III realisasi kurang dari 75 % (tujuh puluh lima persen), insentif tidak diberikan pada awal triwulan IV.

(8) Akhir triwulan III realisasi mencapai 75 % (tujuh puluh lima persen) atau lebih, insentif diberikan pada awal triwulan IV.

(9) Akhir triwulan IV realisasi mencapai dari 100 % (seratus persen) atau lebih, insentif diberikan untuk triwulan yang belum dibayarkan.

(10) Akhir triwulan IV realisasi kurang dari 100 % (seratus persen) tetapi lebih dari 75 % (tujuh puluh persen) tetapi lebih dari 75 % (tujuh puluh lima persen), insentif diberikan untuk triwulan III dan triwulan sebelumnya yang belum dibayarkan.

Pasal 48

(1) Penggunaan insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) digunakan untuk insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada pos belanja tidak langsung.

(2) Pembagian insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. Bupati sebesar 8 % (delapan persen);

b. Wakil Bupati sebesar 5 % (lima persen);

c. Sekretaris Daerah sebesar 2 % (dua persen);

d. Tim intensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebesar 5 % (lima persen).

e. Pejabat dan pegawai instansi pelaksana pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebesar 80 % (delapan puluh persen).

(3) Pembagian insentif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 49

(1) Selain Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Petugas Pemungut diberikan upah puntung atas pengembalian setiap lembar struk SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang harus disertakan dengan bukti pelunasan dari wajib pajak.

(2) Pembayaran upah puntung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 50

Pencairan insentif Pemungutan dan upah puntung Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan diajukan oleh Dinas Pendapatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 51

Dengan ditetapkan Peraturan Bupati Bima tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Bima ini, maka semua ketentuan yang mengatur Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 52

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bima.

Ditetapkan di Raba - Bima

Pada tanggal, 4 Juni 2013

BUPATI BIMA,

ttd

H. FERRY ZULKARNAIN

Diundangkan di Raba-Bima

Pada tanggal 4 Juni 2013

PLT Sekretaris Daerah Kabupaten Bima,

ttd

Drs. H. ABDUL WAHAB

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2013 NOMOR16

Lampiran I : Bentuk dan tata cara pengisian formulir SPOP/LSPOP :

Halaman depan SPOP :

Halaman Belakang SPOP :

21.JUMLAH & DAYA a. Spilt unit Pkb.Barang unit Pk

AC

c.Floor unit Pk c Central

22.JUMLAH LIFT a.Penumpang unit b.Barang unit

23.ESKALATOR a.Labar < 0,8 m unit b.Labar < 0,8 m unit

24.PAGAR a.BATAKO Tinggim a.BATAKO Tinggim

c.BETON Tinggim c.BETON Tinggim

Pracetak Pracetak

e.BRC Tinggim

25.GENSET KVA26.DAYA LISTRIK 27.SITEM PANAS ada

TERPASANG tidak ada

28.

25. JUMLAH BANGUNAN

PETUGAS PENDATA MENGETAHUI PEJABAT YANG BERWENANG

29.TANGGAL (TGL/BLN/THN 29.TANGGAL (TGL/BLN/THN

30.TANDA TANGAN 30.TANDA TANGAN

31.NAMA JELAS 31.NAMA JELAS

32.NIP……………………………………………………………………………. 32.NIP…………………………………………………………………………….

KETERANGAN :

gambarkan Sket/Denah lokasi Objek Pajak

(tanpa skala) yang dihubungkan dengan jalan raya/

jalan protokol/jalan lingkungan dan lain-lain, yang BurhanSomad

mudah diketahui oleh umum. Nurdin

sebutkan batas-batas pemilikan sebelah Utara

Selatan, Timur dan Barat

G. IDENTITAS PENDATA DAN PEJABAT YANG BERWENANG

SKET / DENAH LOKASI OBJEK PAJAK

IV. DATA KOMPONEN FASILITASI

F. PERNYATAAN SUBJEK PAJAK

Halaman depan LSPOP :

1.JENIS TRANSAKSI 1.Perekaman Data 2.Pemutahiran Data 3.Penghapusan Data

4.Penilaian Individu

PR3.JML BANG

2.N O P 4.BANG KE

5.JENIS PENGGUNAAN 1.Perumahan 2.Perkantoran 3.Pabrik

BANGUNAN (JPB)

4.Toko/Apotik/Ruko 5.RS/Klinik 6.Olah Raga/Rekreasi

7.Hotel/Resto/Wisma 8.Bengkel/Gudang 9.Gd. Pemerintah

10.Lain-lain 11.Bang. Tidak Kena Pajak 12.Bang. Parkir

13.Apart/Kondominium 14Pompa Bensin (Kanopi) 15.Tangki Minyak

16.Gedung Sekolah

6.KONDISI UMUM 1.Sangat Baik 2.Baik 3.Sedang 4.Jelek

7.TAHUN SELESAI BANGUNAN 8.TAHUN RENOVASI

9.JUMLAH LT. BANG ( Tdk Termasuk basement) 10.JML. LT. BASEMENT

11.LUAS BANGUNAN

Ruangan, Kamar/unit apartement (JPB……) Pabrik/Gudang Kanopi

( Selain basement)

( Selain basement)

Luas ruangan lain

12.LUAS LANTAI BASEMENT

13.KONSTRUKSIBaja Batu bata Beton Kayu

14.MATERIAL GYPSUMStrGYPSUMStrPas DindStr

DINDING DALAM INPORTBsmLokalBsm 1/2 batuBsm

TRIPLEXStrPly WoodStr

Bsm Bsm

15.MATERIAL KacaJml. Lt Pas selsonJml. Lt

DINDING LUAR

PasJml. Lt BetonJml. Lt

1/2 batu pracetak

SengJml. Lt kayuJml. Lt

16.PELAPIS KacaJml. Lt StrWallJml. Lt Str

DINDING DALAM Inport Bsmpaper Bsm

KacaJml. Lt StrGranitJml. Lt Str

Inport BsmInport Bsm

MarmerJml. Lt StrGranitJml. Lt Str

Inport Bsmlokal Bsm

MarmerJml. Lt StrKeramikJml. Lt Str

lokal Bsmstd Bsm

CatJml. Lt Str

Bsm

17.PELAPIS GranitJml. Lt MarmerJml. Lt

DINDING LUAR Inport Inport

KacaJml. Lt GranitJml. Lt

Inport lokal

MarmerJml. Lt KacaJml. Lt

lokal lokal

KeramikJml. Lt WallJml. Lt

std

18.LANGIT - LANGIT GypsunJml. Lt StrAkustikJml. Lt Str

Bsm Bsm

Triplex +Jml. Lt StrEtemitJml. Lt Str

Cat

19.ATAP

PelatGentengGenteng AsbesSeng GentengGenteng

BetonKeramikPres BetonGelombangGelombangSirapTanah liat

20.PENUTUP GranitJml. Lt StrMarmerJml. Lt Str

LANTAI Inport BsmInport Bsm

MarmerJml. Lt StrGranitJml. Lt Str

lokal Bsmlokal Bsm

KarpetJml. Lt StrKeramikJml. Lt Str

Inport Bsmstandar Bsm

VanilJml. Lt StrKarpetJml. Lt Str

Bsmlokal Bsm

LantaiJml. Lt StrPas ubinJml. Lt Str

Kayu Bsmabu-abu Bsm

TerasoJml. Lt StrSemenJml. Lt Str

Bsm Bsm

LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

II. DATA KOMPONEN MATERIAL

IDENTITAS OBJEK

I. DATA KOMPONEN UTAMA

NO. FAKTUR

PRDTKECKEL/DESBLOK

Halaman Belakang LSPOP :

21.JUMLAH & DAYA a. Spilt unit Pkb.Barang unit Pk

AC

c.Floor unit Pk c Central

22.JUMLAH LIFT a.Penumpang unit b.Barang unit

23.ESKALATOR a.Labar < 0,8 m unit b.Labar < 0,8 m unit

24.PAGAR a.BATAKO Tinggim a.BATAKO Tinggim

c.BETON Tinggim c.BETON Tinggim

Pracetak Pracetak

e.BRC Tinggim

25.GENSET KVA 26.DAYA LISTRIK 27.SITEM AIR PANAS ada

TERPASANG tidak ada

28.SIS. PENGOLAHAN ada29.KEDALAMAN m 30RESERVOIR ada

LIMBAH tidak ada SUMUR ARTERSIS tidak ada

31.PROTEKSI API a.Hydrant c.Alaram Kebakaran 32.PENANGKAL PETIR ada

b.Spinkler d.Interkom tidak ada

33.JML. SALURAN PABX 34.SISTEM TATA SURYA ada 35.……….. lsm²

tidak ada jml liter m²

36.SISTEM TV 38.JUMLAH LAPANAGAN TENIS 39.LUAS PERKERASAN

a.MATVlsm²

jml R

b.CCTVlsm²

jml R a.Ringan m²

a.Beton ban ban

b.Sedang m²

37.KOLAM RENANG b.Aspal ban ban

a.luas m² c.Keras m²

c.Tanah Liat ban ban

b.Finishing Diplester

Ding Pelapis

JPB 3 (PABRIK)/JPB 8 (GUDANG)

40.Keliling m 41.Tinggi m42Lebar m

Dinding Kolam Bentang

43.Luas

Mezanin

44LantaiDaya Dukung

Tipe Ringan Sedang Berat Sangat Berat

JPB 14 (POMPA BENSIN) 45.Jumlah Kanopi

JPB 15 (TANGKI MINYAK) 46.Posisi Diatas tanah 47 Kapasitas

Dibawah Tanah

48.NILAI SISTEM 49.NILAI INDIVIDUAL

PETUGAS PENDATA MENGETAHUI PEJABAT

29.TANGGAL (TGL/BLN/THN 29.TANGGAL (TGL/BLN/THN

30.TANDA TANGAN 30.TANDA TANGAN

31.NAMA JELAS 31.NAMA JELAS

32.NIP……………………………………………………………………………. 32.NIP…………………………………………………………………………….

IV. DATA KOMPONEN FASILITASI

Tanpa lampuDng lampu

V. DATA TAMBAHAN UNTUK BANGUNAN SELAIN GEDUNG

VI. PENILAIAN INDIVIDUAL ( X 1000 Rp)

VII. IDENTITAS PENDATA / PEJABAT YANG BERWENANG

Tata Cara Pengisian SPOP dan LSPOP

PERHATIAN - Isilah formulir ini dengan benar, lengkap dan gunakan huruf balok.

· Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kotak awal.

· Pengisian ‘angka’ dimulai dari kotak akhir secara berurutan dengan angka terakhir dari kanan ke kiri.

No. Formulir

: Diisi oleh petugas

DINAS

: Diisi oleh petugas

JENIS TRANSAKSI

: Diisi oleh petugas

NOP

: Diisi oleh petugas

NOP BERSAMA

: Diisi oleh petugas

A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU

NOP ASAL

: Diisi oleh petugas

NO SPPT LAMA

: Diisi oleh petugas

B. DATA LETAK OBJEK PAJAK

NAMA JALAN

: Isilah dengan nama alamat objek pajak.

Gunakan singkatan sebagai berikut :

JLuntuk JalanKAVuntuk KavelingGGuntuk Gang

BJuntuk BanjarKOuntuk KomplekKPuntuk Kampung

DSuntuk DusunSBuntuk SubakLKuntuk Lingkungan

BLK untuk BelakangDLMuntuk DalamUJuntuk Ujung

BLOK/KAV/NOMOR: Isilah dengan Nomor, Blok, Kaveling.

Contoh Pengisian NAMA JALAN – BLOK/KAV/NOMOR

NAMA JALAN

BLOK/KAV/NOMOR

JLSOEKARNO HATTA

KAV B7

JLSULTAN SALAHUDDIN IV

10

JL SULTAN KAHARUDDIN III

15

GGAYUB

28

KPRAMBUTAN

BLOK C1-22

JLCEMPAKA PUTIH ELOK BLK

BLOK D1-15

KELURAHAN/DESA:Isilah dengan nama Kelurahan/Desa dimana objek pajak berada.

RW/RT: Isilah dengan nomor RW/RT dimana objek pajak berada.

C. DATA SUBJEK PAJAK

STATUS:Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.

PEKERJAAN: Berilah tanda silang (X) pada butir 1 (PNS), 2(ABRI), 3(Pensiunan) jika penghasilan subjek pajak semata-mata berasal dari gaji atau uang pensiun. Butir 4 (Badan) diberi tanda silang (X) jika objek pajak tersebut milik Badan atau Pemerintah. Butir 5 (Lainnya) diberi tanda silang (X) jika subjek pajak adalah PNS, ABRI, Pensiunan yang mempunyai penghasilan lain diluar gaji atau uang pensiunan, dan pekerjaan lainnya selain PNS, ABRI dan Pensiunan.

NAMA SUBJEK PAJAK :Isilah dengan lengkap.

Gelar, titel, pangkat dan yang sejenis, penulisannya disingkat di belakang nama subjek pajak setelah koma diberi jarak satu spasi dan diakhiri dengan titik.

Contoh : ABY LYLA, H.

ABU GANI, JEND.

ARIEF VONY, PROF.DR.IR.SH.

NPWP :Isilah dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Jika objek pajak milik perorangan maka NPWP yang dicantumkan adalah NPWP Perseorangan.

NAMA JALAN : Isilah dengan nama jalan/alamat subjek pajak sesuai petunjuk huruf B.

KELURAHAN/DESA :Isilah dengan nama kelurahan/desa dimana subjek pajak bertempat tinggal.

RW/RT :Isilah dengan nama RW/RT dimana subjek pajak bertempat tinggal.

KABUPATEN/KOTA

MADYA – KODE POS: Isilah dengan nama Kabupaten /kodya dan nomor kode pos dimana subjek pajak bertempat tinggal.

NOMOR KTP:Isilah dengan Nomor KTP dari subjek pajak perseorangan.

D. DATA TANAH

LUAS TANAH:Isilah dengan luas tanah objek pajak yang dimiliki/dimanfaatkan (dalam meter persegi) sesuai dengan petunjuk pengisian angka.

ZONA NILAI TANAH:Diisi oleh petugas.

JENIS TANAH:Berilah tanda silang (X) sesuai dengan pemanfaatan tanah, pada Kolom yang tersedia.

E. DATA BANGUNAN

JUMLAH BANGUNAN:Isilah dengan jumlah bangunan yang ada pada objek pajak (bidang tanah) yang bersangkutan. Setiap bangunan, adanya harus dirinci ke dalam satu lampiran SPOP.

F. PERNYATAAN SUBJEK PAJAK

NAMA SUBJEK PAJAK /KUASANYA, TANGGAL,

TANDA TANGAN:Isilah diatas masing-masing garis yang disediakan.

G. IDENTITAS PENDATA / PEJABAT YANG BERWENANG

Diisi oleh petugas.

SKET/DENAH LOKASI OBJEK PAJAK

· Diisi /digambar oleh Subjek Pajak jika subjek pajak mendaftarkan objek pajaknya.

· Apabila kegiatan pendataan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Sket/Denah Lokasi objek pajak tidak perlu diisi / digambar.

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SPOP UNTUK SUBJEK PAJAK

1. Jenis Transaksi:Diisi oleh petugas2. NOP :Diisi oleh petugas3. Jumlah Bangunan :Diisi oleh petugas4. Bangunan Ke:Diisi oleh petugasA. RINCIAN DATA BANGUNAN

5. Jenis Penggunaan Bangunan

(JPB):Berilah tanda silang (x) sesuai dengan pemanfaatan bangunan saat ini. Apabila penggunaan satu bangunan lebih dari satu jenis, masing-masing penggunaan bangunan menggunakan 1 (satu) lembar lampiran SPOP sesuai dengan JPB-nya.

Contoh:

· Lantai basement untuk parkir (JPB=12)

· Lantai 1-6 untuk perkantoran (JPB=2)

· Lantai 7 dan seterusnya untuk apartemen (JPB=13)

6. Luas Bangunan:Isilah jumlah luas lantai bangunan termasuk teras, balkon dan bangunan tambahan lainnya.

7. Jumlah Lantai

: Isilah jumlah lantai yang ada.

8. Tahun Dibangun

: Cukup jelas.

9. Tahun Direnovasi:Isilah dengan tahun terakhir yang direnovasi.

10. Daya Listrik Terpasang/watt: Isilah daya listrik sesuai yang tertera dalam rekening.

11. Kondisi Pada Umumnya:Cukup jelas.

12. Kontruksi:Cukup jelas.

13. Atap:Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

14. Dinding:Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

15. Lantai:Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

16. Langit-langit:Berilah tanda silang (x) sesuai dengan bahan yang digunakan. Jika bahan yang digunakan lebih dari satu jenis, pilih/cantumkan bahan yang utama/dominan.

B. FASILITAS

17. Jumlah AC:Cukup jelas.

18. AC Central:Cukup jelas.

19. Luas kolam renang:Cukup jelas.

20. Luas perkerasan halaman :Isilah luas perkerasan halaman sesuai dengan typenya.

· Kontruksi ringan :

Tebal rata-rata 6 cm, biasanya menggunakan beton ringan.

· Kontruksi sedang :

Tebal rata-rata 10 cm, untuk parkir mobil pribadi, biasanya menggunakan beton, aspal atau paving block.

· Kontruksi berat :

Tebal rata-rata lebih dari 10 cm, menggunakan beton dilapis aspal , untuk halaman pabrik /industri.

· Penutup lantai misalnya : dengan keramik dll.

21. Jumlah lapangan tennis

:Cukup jelas.

22. Jumlah lift

:Cukup jelas.

23. Jumlah tangga berjalan

:Cukup jelas.

24. Panjang pagar, bahan pagar:Cukup jelas.

25. Pemadam kebakaran

:Cukup jelas.

26. Jumlah/sal. pesawat PABX:Isilah sesuai dengan jumlah saluran telepon (extension) yang dihubungkan dengan PABX.

27. Kedalaman sumur artesis

:Cukup jelas.

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SPOP (UNTUK PETUGAS)

A. RINCIAN DATA BANGUNAN: diisi wajib pajak.

B. FASILITAS

: diisi wajib pajak

C. DATA TAMBAHAN UNTUK JPB = 3/8

28. Tinggi kolom:diisi dengan tinggi kolom bangunan

29. Lebar bentang:diisi dengan lebar bentang bangunan

Contoh :

tinggi kolom

lebar bentang lebar bentang

30. Daya dukung lantai :diisi daya dukung lantai

31. Keliling dinding :keliling dinding = 2 x (panjang + lebar)

32. Luas Mezzanine :Mezzanine atau lantai antara, adalah lantai tambahan yang terletak di dalam bangunan dengan ketinggian 2 – 3 m dari lantai, dan biasanya digunakasn untuk kantor atau tempat penyimpanan barang.

Mezzanine

D. DATA TAMBAHAN UNTUK BANGUNAN NON-STANDARD

PERKANTORAN SWASTA/GEDUNG PEMERINTAH (JPB=2/9)

33. Kelas bangunan :diisi kelas bangunan

TOKO/APOTIK/PASAR/RUKO (JPB = 4)

34. Kelas bangunan :diisi kelas bangunan

RUMAH SAKIT/KLINIK ( JPB = 5)

35. Kelas Bangunan :diisi kelas bangunan

36. Luas Kamar dengan

AC Central :Untuk mendapatkan luas, caranya dengan mengalikan jumlah umumnya kamar dengan luas sesuai type masing-masing.

37. Luas Ruangan Lain

dengan AC sentral :Diisi dengan luas ruangan selain kamar, termasuk ruang kantor dan ruangan - ruangan yang lain.

OLAH RAGA/REKREASI (JPB = 6)

38. Kelas bangunan : diisi kelas bangunan

HOTEL/RESTORAN/WISMA (JPB = 7)

39. Jenis hotel:Non Resort adalah jenis hotel yang biasanya terdapat di dalam kota dan aktivitas penghuni umumnya dalam rangka bisnis.

Contoh:Hotel Indonesia – Jakarta, Hotel Simpang – Surabaya, Hotel Tiara – Medan.

Resort adalah jenis hotel yang lokasinya di daerah-daerah tempat wisata dan aktivitas penghuninya adalah dalam rangka liburan.

Contoh:Hotel Kalaki Beach – Bima, Hotel Parapat – Danau Toba, Hotel Senggigi – Lombok.

40. Jumlah Bintang:Diisi sesuai dengan klasifikasi hotel.

41. Jumlah Kamar:Diisi dengan jumlah seluruh kamar dari semua type.

42. Luas Kamar Dengan

AC Sentral :Untuk mendapatkan luas caranya dengan mengalikan jumlah kamar dengan luas sesuai type masing-masing. Ukuran kamar umumnya standard.

43. Luas Ruangan Lain

Dengan AC Sentral :Diisi dengan ruangan lain selain kamar, termasuk ruan pertemuan, lobby dan restaurant.

BANGUNAN PARKIR (JPB = 12)

44. Type Bangunan: diisi type bangunan

APARTEMEN/KONDOMINIUM (JPB = 13)

45. Kelas Bangunan :diisi kelas bangunan

46. Jumlah Apartemen :Diisi sesuai dengan jumlah unit-unit apartemen yang ada (bukan jumlah gedung).

47. Luas Apartemen

Dengan AC Sentral :Untuk mendapatkan luas, caranya dengan mengalikan jumlah unit apartemen dengan luas sesuai type masing-masing. Ukuran unit apartemen umumnya standard.

48. Luas Ruangan Lain

Dengan AC Sentral :Diisi dengan luas ruangan lain selain kamar, termasuk ruan pertemuan, lobby dan restaurant.

TANGKI MINYAK (JPB=15)

49. Kapasitas Tangki:Diisi sesuai dengan kapasitas tangki yang ada.

(pengisian kapasitas agar disesuaikan dengan keadaan di lapangan).

50. Letak Tangki:Cukup jelas

GEDUNG SEKOLAH (JPB=16)

51. Kelas Bangunan:diisi kelas bangunan

E. PENILAIAN INDIVIDUAL

52. Nilai Sistem:Nilai hasil perhitungan komputer

53. Nilai Individual:Kolom ini diisi untuk objek pajak yang dinilainya dihitung dengan menggunakan penilaian individual.

F. IDENTITAS PENDATA/PEJABAT YANG BERWENANG

Nomor 54 s/d 62: Cukup jelas

Lampiran II : Bagan alur penyampaian SPOP/LSPOP-PBB.

BAGAN ALUR PENYAMPAIAN SPOP/LSOP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Keterangan :

:Penyampaian SPOP / LSPOP

:Koordinasi

:Berita Acara Penyampaian

Lampiran III : Bentuk dan Format SPPT dan DHKP Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan

OBJEK PAJAK LUAS (M2)KELASNJOP PER M2 (RP) TOTAL NJOP (RP)

BUMI

BANGUNAN

NJOP sebagai dasar pengenaan PBB =

NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) =

NJOP untuk penghitungan PBB =

NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) =

PBB yang Terutang =0,3 % X

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG HARUS DIBAYAR (RP)

TGL. JATUH TEMPO

TEMPAT PEMBAYARAN

NPWP :

SPPT PBB P2

BUKAN MERUPAKAN BUKTI KEPEMILIKAN HAK

KABUPATEN BIMA

DINAS PENDAPATAN DAERAH

SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN 2014

LETAK OBJEK PAJAK NAMA DAN ALAMAT WAJIB PAJAK

NOP :

=

=

BIMA,

a.n. KEPALA DINAS PENDAPATAN

KABUPATEN BIMA,

:

: DESA

:

NOMOR ALAMAT OBJEK PAJAK/ PERUBAHAN TANGGAL

INDUK WAJIB PAJAK PAJAKBAYAR

NAMA WAJIB PAJAK PAJAK TERHUTANGNOMORNOP

DAFTAR HIMPUNAN KETETAPAN PAJAK DAN PEMBAYARAN BUKU

TAHUN

TEMPAT PEMBAYARAN

KABUPATEN

KECAMATAN

:

Lampiran IV : Bagan alur penyampaian SPPT dan DHKP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN.

BAGAN ALUR PENYAMPAIAN SPPT DAN DHKP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Keterangan :

:Penyampaian SPPT dan DHKP

:Koordinasi

:Berita Acara Penyampaian

Lampiran IV : Bentuk dan Format Berita Acara Penyerahan SPPT dan DHKP.

BERITA ACARA PENYERAHAN

SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG (SPPT) DAN

DAFTAR HIMPUNAN KETETAPAN DAN PEMBAYARAN PAJAK (DHKP)

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

KABUPATEN BIMA

TAHUN ......................

Pada hari ini ..........................., tanggal, .......................... tahun ........... Yang bertanda tangan dibawah ini :

I.Nama:

NIP:

Jabatan:

Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

II.Nama:

NIP:

Jabatan:

Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima dari PIHAK PERTAMA Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran (DHKP).

Tahun:

Sektor:

Desa:

Dengan jumlah pajak terhutang sebesar Rp. ........................................

Dengan uraian sebagai berikut :

1. Jumlah Surat Pemritahuan Pajak Terhutang (SPPT) sebanyak .......... lembar/WP.

2. Daftar Humpinan Ketetapan dan Pembayaran (DHKP) sebanyak ............... Buku.

Untuk disampaikan kepada wajib pajak sebagai berikut :

1. SPPT perubahan harus disampaikan kepada wajib pajak selambat-lambatnya tanggal .....................

2. Pajak terhutang PBB P2 agar dibayar lunas pada tempat pembayaran yang telah ditentukan.

3. Tanggal jatuh tempo pembayaran adalah ....................................

4. Apabila saat jatuh tempo pembayaran pajak terhutang belum lunas dibayar akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pembayaran oleh wajib pajak melalui petugas pemungut agar menggunakan Surat Tanda Terima Setoran (STTS).

Demikian Berita Acara ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Lampiran V : Bentuk Struk SPPT.

NAMA WP: Diterima tanggal :

LETAK OBYEK PAJAK

:KECAMATAN:

Tanda Tangan

DESA/KELURAHAN:

NOP

SPPT TAHUN/Rp.: (.........................................................)

Nama Terang

Lampiran VI : Bentuk dan Format SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDKLB, Surat Keputusan Pembetulan dan Surat Keputusan Keberatan.

A. Bentuk dan isi SKPD.

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

DINAS PENDAPATAN DAERAH

Jln, Soekarno Hatta Telp. 42413

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH (SKPD)

TAHUN:……………..

NOMOR SKPD

1. NAMA JENIS PAJAK

2. NAMA WAJIB PAJAK

3. ALAMAT

4. NPWPD

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

PERHITUNGAN PAJAK ………………………………………………..

No

OBJEK PAJAK

PERHITUNGAN

LUAS (M2)

KELAS

NJOP PER M2

(Rp.)

TOTAL NJOP

(Rp.)

1

2

3

4

5

6 = (3 x 5)

JUMLAH TOTAL……………..……………………………………………………..RP………………………….

TARIF PAJAK ……………………..%

JUMLAH PAJAK TERUTANG = .......% x Rp. Rp……………….

DENGAN HURUF (………………………………………………………………………………………………….)

TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL :

TEMPAT PEMBAYARAN :

Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut

Lembar 3 : Untuk Dispenda

Lembar 4 : Untuk Arsip

(*) diisi sesuai keperluan

B. Bentuk dan isi SKPDKB.

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

DINAS PENDAPATAN DAERAH

Jln, Soekarno Hatta Telp. 42413

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH

KURANG BAYAR

(SKPDKB)

TAHUN:……………..

NOMOR SKPDKB

5. NAMA JENIS PAJAK

6. NAMA WAJIB PAJAK

7. ALAMAT

8. NPWPD

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

PERHITUNGAN PAJAK ………………………………………………..

No

OBJEK PAJAK

PERHITUNGAN

LUAS (M2)

KELAS

NJOP PER M2

(Rp.)

TOTAL NJOP

(Rp.)

1

2

3

4

5

6 = (3 x 5)

JUMLAH TOTAL……………..……………………………………………………..RP………………………….

TARIF PAJAK ……………………..%

JUMLAH PAJAK TERUTANG = .......% x Rp. Rp……………….

JUMLAH PEMBAYARAN SEBELUMNYA Rp………………. ( - )

JUMLAH PAJAK DAERAH KURANG BAYAR Rp………………

DENGAN HURUF (………………………………………………………………………………………………….)

TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL :

TEMPAT PEMBAYARAN :

Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut

Lembar 3 : Untuk Dispenda

Lembar 4 : Untuk Arsip

(*) diisi sesuai keperluan

C. Bentuk dan isi SKPDKBT.

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

DINAS PENDAPATAN DAERAH

Jln, Soekarno Hatta Telp. 42413

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH

KURANG BAYAR TAMBAHAN

(SKPDKBT)

TAHUN:……………..

NOMOR SKPDKBT

9. NAMA JENIS PAJAK

10. NAMA WAJIB PAJAK

11. ALAMAT

12. NPWPD

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

PERHITUNGAN PAJAK ………………………………………………..

No

OBJEK PAJAK

PERHITUNGAN

LUAS (M2)

KELAS

NJOP PER M2

(Rp.)

TOTAL NJOP

(Rp.)

1

2

3

4

5

6 = (3 x 5)

JUMLAH TOTAL……………..……………………………………………………..RP………………………….

TARIF PAJAK ……………………..%

JUMLAH PAJAK TERUTANG = .......% x Rp. Rp……………….

JUMLAH PEMBAYARAN SEBELUMNYA Rp………………. ( - )

JUMLAH PAJAK DAERAH KURANG BAYAR Rp……………….

DENDA …………… % / BULAN Rp………………. ( + )

JUMLAH PAJAK DAERAH KURANG BAYAR TAMBAHAN Rp……………….

DENGAN HURUF (………………………………………………………………………………………………….)

TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL :

TEMPAT PEMBAYARAN :

Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut

Lembar 3 : Untuk Dispenda

Lembar 4 : Untuk Arsip

(*) diisi sesuai keperluan

D. Bentuk dan isi SKPDLB.

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

DINAS PENDAPATAN DAERAH

Jln, Soekarno Hatta Telp. 42413

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH

LEBIH BAYAR

(SKPDLB)

TAHUN:……………..

NOMOR SKPDLB

13. NAMA JENIS PAJAK

14. NAMA WAJIB PAJAK

15. ALAMAT

16. NPWPD

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

PERHITUNGAN PAJAK ………………………………………………..

No

OBJEK PAJAK

PERHITUNGAN

LUAS (M2)

KELAS

NJOP PER M2

(Rp.)

TOTAL NJOP

(Rp.)

1

2

3

4

5

6 = (3 x 5)

JUMLAH TOTAL……………..……………………………………………………..RP………………………….

TARIF PAJAK ……………………..%

JUMLAH PAJAK TERUTANG = .......% x Rp. Rp……………….

JUMLAH PEMBAYARAN SEBELUMNYA Rp………………. ( - )

JUMLAH PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR Rp……………….

DENGAN HURUF (………………………………………………………………………………………………….)

TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL :

TEMPAT PEMBAYARAN :

Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut

Lembar 3 : Untuk Dispenda

Lembar 4 : Untuk Arsip

(*) diisi sesuai keperluan

E. Bentuk Surat Keputusan Pembetulan.

KEPUTUSAN BUPATI BIMA

NOMOR :…………………………

TENTANG

KEBERATAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

TAHUN PAJAK............

DESA…………….KECAMATAN………………….KABUPATEN BIMA

TAHUN………

BUPATI BIMA

Menimbang : a.bahwa sehubungan dengan pengajuan keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tahun Pajak ………yang diajukan secara kolektif melalui kepala Desa…… sebagaimana dimaksud dalam surat Nomor …..tanggal, maka telah melakukan pemeriksaan kantor dan lapangan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima sebagaimana tertuang dalam laporan Hasil Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan Lapangan Keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan No…….

b.bahwa berdasarkan hasil laporan Hasil Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan lapangan Keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, sebagaimana tertuang dalam huruf a, maka terhadap keberatan tersebut dapat diterima seluruhnya/diterima sebagian/ditolak/perlu dilakukan penambahan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tertuang dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tahun pajak Desa………..Kecamatan …………..Kabupaten Bima.

Mengingat :1.…………………………………………………………………………..

2. .………………………………………………………………………….

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KEPUTUSAN BUPATI BIMA TENTANG KEBERATAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN PAJAK …………………

KESATU:Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan atas pengajuan keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang diajukan secara kolektif sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Bupati Bima.

KEDUA :Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan Bupati ini, maka kekeliruan tersebut akan dibetulkan sebagaimana mestinya.

KETIGA :Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Raba-Bima

Pada tanggal :………………….

Bupati Bima,

------------------------

Tembusan ; disampaikan kepada Yth :

1. Kepala UPTD Dinas Pendapatan Kec…….di Tempat

2. Kepala Desa……….di Tempat

F. Bentuk Surat Keputusan Keberatan.

KEPUTUSAN BUPATI BIMA

NOMOR : ……………………….

TENTANG

KEBERATAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG,

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR TAMBAHAN ATAU SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

DESA…………….KECAMATAN………………….KABUPATEN BIMA

BUPATI BIMA

Menimbang : a.bahwa sehubungan dengan pengajuan keberatan atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Nomor………..tanggal……………….. Tahun Pajak oleh Wajib Pajak/Kuasa dari Wajib Pajak …………….. sebagaimana dimaksud dalam surat Nomor …..,….tanggal………….., maka telah dilakukan pemeriksaan kantor dan lapangan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima sebagaimana dituangkan dalam laporan Hasil Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan lapangan Keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan No……………...tanggal……………………

b.bahwa berdasarkan hasil laporan Hasil Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan lapangan Keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, sebagaimana tertuang dalam huruf a, maka terhadap keberatan tersebut dapat diterima seluruhnya/ diterima sebagian/ditolak/perlu dilakukan penambahan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang*);

c.