Nr Tutorial 8
Click here to load reader
-
Upload
bayuhendriyanto -
Category
Documents
-
view
818 -
download
2
Transcript of Nr Tutorial 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita setiap bulanya untuk kehamilan (Keikos, 2007). Menstruasi
adalah perubahan fisiologi pada tubuh wanita yang terjadi secara berkala
dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi. Secara normal wanita mengalami
menstruasi dari semenjak menginjak usia remaja hingga menopause pada
usia dewasa akhir. Perubahan fisiologis ini tidak jarang menimbulkan rasa
nyeri pada awal menstruasi maupun ketika menstruasi.
Sindrom pramenstruasi (PMS = Premenstrual Syndrome) atau
premenstrual tension (PMT) adalah gabungan dari gejala-gejala fisik dan
psikologis yang terjadi selama fase luteal siklus menstruasi dan menghilang
setelah menstruasi dimulai (Sylvia A. Price, 2005). Banyak gadis merasa
sakit ketika haid. Keluhan ini disebut dysmenorhoea dan biasanya baru
timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche (Derek Llewelllyn-Jones, 2009).
Dismenore merupakan kram & nyeri menusuk yang terasa di perut bagian
bawah & paha, punggung bawah, mual muntah diare, kram yang nyeri
selama menstruasi, lemah, dan berkeringat (Anonim, 2007).
Menurut Calis, Popat, Devra dan Kalantaridou (2009), dismenore
dikalsifikasikan sebagai dismenore primer (spasmodic) atau sekunder
(kongestif). Dismenore primer terjadi beberapa tahun pertama setelah
menarke dan menjangkit lebih dari 50% remaja post-pubertas (Calis, Popat,
Devra, dan Kalantaridou , 2009). Pada kebanyakan kasus, nyeri menstruasi
cenderung berkurang sejalan bertambahnya usia. Nyeri juga berkurang
setelah melahirkan (ACOG, 2006).
Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri menstruasi pada wanita
dengan anatomi pelvik yang normal dan biasanya dimulai pada masa
remaja. Nyeri ini dikarakteristikan dengan nyeri pelvik seperti kram yang
dimulai sesaat sebelum atau pada onset dari menstruasi dan berakhir satu
atau tiga hari setelahnya. Dismenore bisa juga sekunder terhadap adanya
patologis organ pelvik (French, 2005).
Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri menstruasi yang
diakibatkan adanya anatomi ataupun makroskopik yang patologis dari
pelvik, seperti yang terjadi pada wanita dengan endometriosis atau pelvic
inflammatory disease (PID) yang kronik. Kondisi yang paling sering terjadi
pada wanita usia 30-45 tahun (Calis, Popat, Devra, dan Kalantaridou, 2009).
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri
dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat,
2008). Frekuensi dismenore cukup tinggi hampir 90% wanita mengalami
dismenore, 10 – 15% diantaranya mengalami dismenorea berat yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini
menurunkan kualitas hidupnya (Jurnal Occupation And Environmental
Medicine, 2008).
Menurut Harahap (2001), hasil angket yang diberikan kepada peserta
pelatihan di salah satu pusat industri di Indonesia dapat menunjukkan
keluhan buruh wanita (jumlah responden 55 orang), antara lain nyeri haid
58,18%, nyeri perut bagian bawah 16,36%, menstruasi yang tidak teratur
41,82% dan nyeri pinggang 34,55%. Gambaran tersebut sangat jelas
menunjukkan adanya buruh yang mengalami beberapa gejala yang terkait
dengan kesehatan reproduksi.
Pada sebagian wanita yang merasakan dismenore, sering kali
menggunakan obat-obatan anti nyeri yang banyak dijual di pasaran. Namun
hal ini dapat berefek ketergantungan seseorang terhadap obat-obatan anti
nyeri tersebut. Di sisi lain masih banyak teknik terapi yang dapat digunakan
untuk mengatasi dismenore ini, salah satunya adalah teknik masase
efflurage.
Teknik masase efflurage adalah teknik yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri pada saat dismenore dengan cara memasase abdomen
bagian distal. Dengan teknik memijat secara tenang berirama, bertekanan
lembut ke arah distal atau ke arah bawah abdomen akan meningkatkan
sirkulasi darah, memberian tekanan, menghangatkan otot abdomen dan
meningkatkan relaksasi fisik dan mental sehingga dapat memutus impuls
nyeri sampai ke otak. Hal ini diyakini sebagian wanita dapat mengurangi
rasa nyerinya dan menghindarkan mereka dari efek obat-obatan. Namun
masih sedikit dari wanita yang melaksanakan hal tersebut karena dianggap
kurang efektif.
Berdasarkan hal demikian perlu diteliti sejauh mana gambaran
keefektivitasan teknik masase efflurage terhadap penurunan keluhan
dismenore.
1.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang diteliti adalah sebagai berikut:
a. Sifat Penelitian : Penelitian Deskriptif
b. Subjek Penelitian : Mahasiswa A 2008 FKep UNPAD yang
mengalami dismenore.
c. Objek Penelitian : Gambaran efektivitas teknik masase
efflurage terhadap penurunan tingkat nyeri
dismenore.
d. Lokasi Penelitian : FKep UNPAD
e. Waktu Penelitan : Mei 2011
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas di dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana gambaran
efektivitas teknik masase efflurage sebagai terapi dismenore pada
mahasiswa A 2008 FKep UNPAD.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisa gambaran efektivitas dari terapi
teknik masase efflurage serta mengukur adanya perbedaan skala nyeri
sebelum dan sesudah dilakukan terapi ini pada mahasiswi 2008 Fkep
UNPAD dan melakukan kuisioner.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Meningkatkan pengetahuan peneliti dalam hal penatalaksanaan
dismenore primer pada mahasiswi 2008 Fkep UNPAD.
b. Dapat membantu mahasiswi 2008 Fkep UNPAD yang mengalami
dismenore dalam mengurangi dan mencegah nyeri saat menstruasi
sehingga dapat mengikuti aktivitas perkuliahan dari awal hingga akhir.
c. Dapat menjadikan terapi ini sebagai salah satu alternatif terapi ke dalam
intervensi yang diterapkan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan
keperawatan bagi masalah dismenore yang sering dialami wanita.
1.6. Kerangka Pemikiran
Manfaat Terapi Masase Efflurage Pada Mahasiswa A 2008 Fkep
Unpad Yang Mengalami Dismenore
PROGRAM
Terapi Masase Efflurage
Mahasiswa A 2008 Fkep Unpad
Memasase abdomen bagian distal
Memijat secara tenang & berirama/
bertekanan lembut kearah
bawah abdomen
Keberhasilan Program Penelitian
Mengurangi nyeri saat menstruasi
Meningkatkan relaksasi fisik & abdomen
Membantu mahasiswi 2008 Fkep UNPAD yang
mengalami dismenore saat menstruasi sehingga dapat
mengikuti aktivitas perkuliahan dari awal hingga akhir.Meningkatkan otot abdomen
Meningkatkan sirkulasi darah
Memutus implus nyeri sampai ke otak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Menstruasi
2.1.1 Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah keluarnya darah dari rahim melalui vagina
dan keluar dari tubuh seorang wanita setiap bulan selama masa usia
subur (Faizah, 2000).
Menstruasi adalah sekret fisiologik darah dan jaringan
mukosa, siklik melalui vagina dari uterus tidak hamil di bawah
pengendalian hormon dan pada keadaan normal timbul kembali
biasanya dalam interval sekitar empat minggu (Dorland, 1996).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium)
yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap
bulan kecuali pada saat kehamilan (Anonim, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa menstruasi adalah proses
keluarnya darah dari rahim melalui vagina akibat pelepasan atau
peluruhan dinding rahim setiap bulan pada seorang wanita.
2.1.2 Fase-fase menstruasi
Menurut Manuaba (1998) menstruasi terjadi dalam empat fase
yaitu:
1. Stadium menstruasi
Berlangsung sekitar 3 sampai 5 hari, lapisan stratum kompakta
dan spongiosa dilepaskan, tertinggal stratum basalis 0,5 mm,
jumlah perdarahan sekitar 50 cc tanpa terjadi bekuan darah
karena mengandung banyak fermen dan bila terdapat
gumpalan darah, menunjukkan perdarahan menstruasi cukup
banyak.
2. Stadium regenerasi
Stadium ini dimulai pada hari keempat menstruasi, dimana
luka bekas deskuamasi endometrium ditutup kembali oleh
epitel selaput lendir endometrium. Sel basalis mulai
berkembang, mengalami mitosis dan kelenjar endometrium
mulai tumbuh kembali.
3. Stadium proliferasi
Pada stadium proliferasi lapisan endometrium pertumbuhan
kelenjarnya lebih cepat dari jaringan ikatnya sehingga berkelok
– kelok. Lapisan atasnya tempat saluran kelenjar tampaknya
lebih kompak disebut “stratum kompakta”, sedangkan lapisan
yang mengandung kelenjar berkelok menjadi longgar disebut
“stratum spongiosa”. Stadium proliferasi berlangsung hari ke 5
sampai 14, dan tebal endometrium sekitar 3,5 cm.
4. Stadium premenstruasi
Pada stadium regenerasi sampai stadium proliferasi
endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan sejak saat
ovulasi korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron yang mempengaruhi endometrium ke dalam
stadium sekresi. Dalam stadium sekresi tebal endometrium
tetap, hanya kelenjarnya lebih berkelok – kelok dan
mengeluarkan sekret. Stadium sekresi berlangsung sejak hari
ke 14 sampai 28 dan umur korpus luteum hanya berlangsung 8
hari.
3.2 Dismenore
2.2.1 Definisi Dismenore
Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat
mengganggu aktivitas sehari – hari (Manuaba, 2001).
Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di
pungung bagian bawah akibat dari gerakan rahim yang meremas –
remas (kontraksi) dalam usaha untuk mengeluarkan lapisan dinding
rahim yang terlepas (Faizah, 2000).
2.2.2 Pembagian Dismenore
1. Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat – alat genital yang nyata. Dismenore primer
terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche
biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus –
siklus haid pada bulan – bulan pertama setelah menarche
umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa
nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama –
sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa
jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung
beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas
pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang
dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa
mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas
(Wiknjosastro, 1999).
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai
kelainan anatomis genitalis (Manuaba, 2001).
Menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari
dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis,
fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis.
Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid,
kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada
wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun)
dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia,
kemandulan dan perdarahan yang abnormal).
2.2.3 Pembagian Medis Dismenore
Menurut Manuaba (2001), dismenore dibagi 3 yaitu :
1. Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan
kerja sehari – hari.
2. Sedang : Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan kerjanya.
3. Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit
kepala, kemeng pinggang, diare dan rasa tertekan.
2.2.4 Faktor-Faktor Penyebab Dismenore
Menurut Manuaba (2001), faktor – faktor penyebab dismenore :
1. Menstruasi ovulatoar
2. Faktor psikologis
3. Faktor hormon steroid
4. Faktor vasopressin
5. Faktor saraf simpatikus dan parasimpatikus
6. Berdasarkan teori prostaglandin
Menurut Ovedoff (1995), patologi dan penyebab dismenore
adalah :
1. Etiologi dismenore primer tidak diketahui tetapi hanya terjadi
pada siklus yang disertai dengan ovulasi.
2. Mungkin terkait dengan fleksi uterus akut, ketidakseimbangan
hormonal atau faktor psikogenik.
3. Dismenore sekunder akibat penyakit inflamasi pelvis,
endometriosis, tumor pelvis, adenomiosis stenosis serviks
vagina atau vagina.
4. Faktor yang mungkin menyebabkan nyeri antara lain :
kontraksi dan spasme otot uterus atau kelainan vaskular.
5. Pengeluaran prostaglandin meningkat pada saat menstruasi,
mungkin dapat menyebabkan spasme otot.
6. Bekuan menstruasi mungkin menyebabkan nyeri karena
obstruksi aliran tekanan intra uterine meningkat.
2.2.5 Faktor Resiko Dismenore
Menurut IMCW (2007) biasanya dismenore primer timbul
pada masa remaja, yaitu bersamaan atau beberapa waktu setelah
menstruasi pertama, sedangkan dismenore sekunder seringkali
mulai timbul pada usia 20 tahun. Faktor lain yang bisa
memperburuk dismenore adalah :
1. Rahim yang menghadap kebelakang (retroversi).
2. Kurang berolahraga.
3. Stres psikis dan stres sosial.
2.2.6 Mekanisme Terjadinya Dismenore
Menurut Manuaba (2001) mekanisme terjadinya dismenore
yaitu korpus luteum berumur hanya 8 hari “korpus luteum
menstruasionis” dan sejak umur 4 hari telah menurun pengeluaran
estrogen dan progesteron disertai perbandingan yang tidak
seimbang.
Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron
(E2/P) = 0.01 menjadi pemicu pengeluaran dari :
1. Enzim lipogenase dan siklosigenase.
2. Kerusakan membran sel sehingga dapat
dikeluarkannya :
a.Asam fosfolipase.
b.Asam fosfatase.
c.Mengeluarkan ion Ca.
3. Pembentukan prostaglandin dari asam arakidonik.
3.3 Masase Efflurage
2.3.1 Definisi Masase Efflurage
Menurut Cassar, MP. 1999. Masase berasal dari bahasa Arab
mash´ yang artinya menekan dengan lembut´ atau dari kata Yunani
massien´ yang berarti ³memijat atau melulut´. Akan tetapi istilah
yang paling populer yang digunakan adalah dalam bahasa
Perancis³masser´ yang artinya ³menggosok´. Menurut
pengertiannya massase yang berasal dari bahasa Inggris ³massage´
adalah pemijatan, pengurutan dan sebagainya pada bagian-bagian
badan tertentu dengan tangan atau alat-alat khusus
untuk melancarkan peredaran darah sebagai cara pengobatan atau
untuk menghilangkan rasa lelah.
Cara melakukan masase atau manipulasi masih menggunakan
istilah-istilah dalam bahasa Perancis. Manipulasi-manipulasi
tersebut dilaksanakan dengan tangan secara sistematis yang
bertujuan menimbulkan efek pada system otot,susunan syaraf serta
sirkulasi darah secara keseluruhan (general) maupun setempat
(lokal).
Masase akan menimbulkan suatu pengaruh fisiologis dan
mekanis yang mendatangkan suatu relaksasi atau rasa sakit yang
berkurang akibat adanya pembengkakan (haematome). Selain itu
masase juga menimbulkan pengaruh secara psikologis yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri (self confidence).
Banyak para ahli berpendapat bahwa teknik manipulasi
dengan tangan memberikan hasil yang lebih baik
daripadamenggunakan alat-alat elektris, Karena teknik manipulasi
dengan tangan dapat memberikan sentuhan yang sensitive alamiah.
Effleurage adalah teknik memijat dengan tenang berirama,
bertekanan lembut ke arah distal atau ke arah bawah. Effleurage
bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan,
menghangatkan otot abdomen dan meningkatkan relaksasi fisik dan
mental. Effleurage merupakan teknik masase yang aman, mudah,
tidak perlu banyak alat, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek
samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang
lain. Dengan memberikan Effleurage (gosokan) diharapkan
peredaran darah akan menjadi lebih lancar, sehingga asam laktat
dapat terserap mengikuti peredaran darah balik (vena). Kemudian
diberikan Petrissage (pijatan) dimaksudkan agar kekakuan otot
tersebut menjadi lemas kembali dan pengangkutan sisa pembakaran
menjadi lebih lancer. (Nisofa. 2002.)
2.3.2 Fungsi Masase
Menurut Kozier B, Erb G fungsinya masase dapat digunakan
sebagai berikut :
Masase untuk tujuan terapi (therapy massage), adalah upaya
masase untuk memberikan pengaruh yang baik terhadap suatu
kondisi cedera, nyeri atau penyakit (patologi).
1. Masase kecantikan (beauty massaege), adalah upaya masase
untuk menghindarkan kekeriputan dan kekeringan kulit.
2. Masase kesehatan (hygiene massage), adalah upaya masase
untuk memelihara kebugaran tubuh, menormalkan fungsi
organ serta menghindarkan diri dari penyakit atau kelainan.
2.3.3 Teknik Masase
Teknik masase ini digunakan sebagai manipulai pembuka
dan penutup. Pelaksanaannya adalah jari-jari tangan
rapat mencakup otot, gosokan menuju arah jantung dan dilakukan
secara berirama dan kontinyu. Pengaruh mekanis dari effleurage
adalah membantu kerja pembuluh darah balik (vena) dan
menyebabkan timbulnya panastubuh sehingga manipulasi
effleurage dapat berfungsi sebagai pemanasan (warming up).
Pengaruh fisiologis dari gosokan yang kuat mempengaruhi
sirkulasi darah pada jaringan yang paling dalam dan di otot-otot.
Gosokan sedang lebih mengaktifkan sirkulasi pada pembuluh getah
bening (lymphe), sedangkan gosokan lamban menghasilkan
pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) local dengan waktu lama
yang disebut hyperaemi,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis atau metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksperimental semu (quasi eksperimental), dimana penelitian ini sulit
untuk mengadakan kontrol atau manipulasi terhadap variabel penelitian.
Penelitian ini menggunakan design penelitian one group pre test and post
test design (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini akan didapatkan skala nyeri
(01) sebelum eksperimen dilakukan dan (02) sesudah eksperimen selesai
dilakukan. Perbedaan antara 01 dan 02 yaitu 02-01 diasumsikan sebagai
hasil dari efek dari eksperimen.
3.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian berguna untuk mempermudah peneliti
menyelesaikan penelitian. Adapun prosedur dalam penelitian ini dimulai
dari tahap persiapan, kemudian tahap pelaksanaan, dan terakhir tahap akhir.
Setiap tahapnya terdapat langkah-langkah yang dilakukan peneliti.
Tahap pertama adalah persiapan. Pada tahap ini mula-mula peneliti
menentukan topic penelitian, kemudian memilih lapangan penelitian, lalu
mengurus administrasi penelitian, kemudian melakukan studi pendahuluan,
lalu melakukan studi kepusakaan, kemudian menyusun proposal penelitian,
lalu seminar proposal penelitian, kemudian perbaikan proposal penelitian,
lalu mempersiapkan alat penelitian, dan terakhir peneliti melakukan
pengujian terhadap alat penelitian. Selanjutnya peneliti beranjak ke tahap
kedua yaitu pelaksanaan.
Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti
mengajukan izin penelitian, kemudian mendapatkan izin penelitian, lalu
mendapatkan persetujuan dari responden, kemudian melakukan kegiatan
penelitian berupa praktik, lalu menyebarkan kuisioner untuk diisi
responden, lalu mengumpulkan data hasil kuisioner yang telah diisi
responden serta mengecek kelengkapannya, kemudian melakukan
pengolahan data serta analisisnya, dan yang terakhir mengambil
kesimpulan. Setelah tahap ini selesai, peneliti melanjutkan ke tahap terakhir
yaitu tahap akhir.
Tahap akhir ini, peneliti menyusun laporan penelitian, kemudian
mempertanggungjawabkan hasil penelitian dalam siding, lalu jika ada
perbaikan hasil siding maka peneliti harus memperbaiki hasil siding,
kemudian mendokumentasikan hasil penelitian, dan yang terakhir
menggandakan hasil penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,
2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
berjenis kelamin perempuan Fakultas Keperawatan angkatan 2008
yang berjumlah 130 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian
ini berjumlah 30 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan teknik simple random sampling
yaitu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
Klien mengalami menstruasi dengan peride yang teratur
Klien mengalami nyeri selama menstruasi (dismenore).
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
Klien mengalami nyeri pada skala nyeri lebih dari 8
Klien memiliki riwayat penyakit pada tulang belakang
3.4 Variabel penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas atau independent variable merupakan variabel
yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat
atau variabel dependen (Sugiyono, 2010). Adapun variabel bebas
dalam penelitian ini adalah teknik efflurage.
a) Definisi Operasional
Teknik relaksasi merupakan salah satu teknik dalam
memberikan kondisi yang nyaman dan rileks pada remaja saat
mengalami dismenore dengan melakukan masase efflurag. Dengan
memberikan Effleurage (gosokan) diharapkan peredaran darah
akan menjadi lebih lancar, sehingga asam laktat dapat terserap
mengikuti peredaran darah balik (vena). Kemudian diberikan
Petrissage (pijatan) dimaksudkan agar kekakuan otot tersebut
menjadi lemas kembali dan pengangkutan sisa pembakaran
menjadi lebih lancer. (Nisofa. 2002.)
b) Alat ukur
Berupa masase efflurage yang dilakukan terhadap mahasiswi
Fakultas Keperawatan Unpad Angkatan A2008.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat atau dependent variable sering disebut
sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen . Variabel ini
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Adapun variabel terikat
dalam penelitian ini adalah skala nyeri rentang 1-10.
a. Nyeri saat menstuasi sebelum masase efflurage
1) Definisi Operasional
Perasaan tidak nyaman yang dirasakan mahasiswi Fakultas
Keperawatan Unpad Angkatan A2008 saat menstruasi akibat
kontraksi uterus (dismenore) sebelum melakukan teknik masase
efflurage
2) Alat Ukur
Lembar skala nyeri Universal Pain Assessment Tool yang
menampilkan tingkatan nyeri 1-10 dan ekspresi wajah yang
ditampilkan dan lembar kuesioner untuk mengetahui lebih
mendalam tentang mahasiswa yang mengalami dismenore
(Kristiono,2007).
b. Nyeri saat menstuasi setelah masase efflurage
1) Definisi Operasional
Perasaan tidak nyaman yang dirasakan mahasiswi Fakultas
Keperawatan Unpad Angkatan A2008 saat menstruasi akibat
kontraksi uterus (dismenore) sebelum melakukan teknik masase
efflurage
2) Alat Ukur
Lembar skala nyeri Universal Pain Assessment Tool yang
menampilkan tingkatan nyeri 1-10 dan ekspresi wajah yang
ditampilkan dan lembar kuesioner untuk mengetahui lebih
mendalam tentang mahasiswa yang mengalami dismenore
(Kristiono,2007).
3.5 Definisi Konseptual dan Operasional
3.5.1 Definisi Konseptual
3.5.2.8 Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari
kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Disebut
dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang
mendasarinya dan dismenore sekunder jika penyebabnya
adalah kelainan kandungan.
3.5.2.9 Masase
Massage/masase adalah tindakan penekanan oleh
tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau
ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan
posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan
relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-
gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan
oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong
kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk-
nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan
meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan
tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang
berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan
pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2006).
3.5.2.10 Efflurage
Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut,
lambat, dan panjang atau tidak putus-putus.
Masase atau pijatan pada abdomen (Effleurage)
adalah bentuk stimulasi kulit yang digunakan selama
proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara efektif
(Mons Dragon, 2004).
3.5.2.11 Nyeri
Nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun
dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat,
2008).
Intensitas nyeri dibedakan menjadi 5 dengan
menggunakan skala numeric yaitu :
1. 0 : Tidak nyeri
2. 1-2 : Nyeri ringan
3. 3-5 : Moderat/sedang
4. 6-7 : Severe/Berat
5. 8-10 : Sangat berat
(Kinney, 2002)
3.5.2 Definisi Operasional
3.5.2.1 Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari
kram rahim dan terjadi selama menstruasi pada mahasiswi
Fakultas Keperawatan Unpad Angkatan A2008.
3.5.2.2 Masase
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa
menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna
menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau
meningkatkan sirkulasi darah pada mahasiswi Fakultas
Keperawatan Unpad yang mengalami nyeri dismenore.
3.5.2.3 Efflurage
Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan
lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus yang
dilakukan pada mahasiswi Fakultas Keperawatan Unpad
Angkatan A2008 yang mengalami nyeri dismenore.
3.5.2.4 Nyeri
Nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun
dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional yang
dirasakan oleh mahasiswi Fakultas Keperawatan Unpad
Angkatan A 2008.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan
menggunakan metode observasi, tindakan praktik dan kuesioner kepada
seluruh populasi wanita (mahasiswi) di Fakultas Keperawatan Unpad
Angkatan A 2008 yang mengalami dismenore.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekhnik efflurage
terhadap dismenore pada mahasiswa perempuan FKep A 2008. Untuk
mengetahui hal tersebut, pertama dilakukan dengan cara mengukur skala
nyeri sebelum responden diberikan tindakan teknik masase efflurage
kemudian dilakukan pengukuran kembali setelah responden diberikan
tindakan tekhnik tekan lumbal. Pengukuran dilakukan 2 kali yaitu sebelum
dan sesudah diberikan tindakan tekhnik tekan lumbal. Pengukuran
dilakukan dengan skala nyeri 1 – 10, kemudian responden diberi kuisioner.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuisioner dan dokumentasi atau catatan hasil pengukuran
skala nyeri pada penderita dismenore. Alat ukur yang digunakan adalah
skala nyeri 1 – 10. Menggunakan Lembar skala nyeri Universal Pain
Assessment Tool yang menampilkan tingkatan nyeri 1-10 dan ekspresi
wajah yang ditampilkan dan lembar kuesioner untuk mengetahui lebih
mendalam tentang siswa yang mengalami dismenore (Kristiono,2007).
3.8 Analisa Data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan rumus atau aturan yang sesuai dengan pendekatan penelitian
dan desain yang digunakan sehingga diperoleh suatu simpulan yang disebut
dengan analisa data (Arikunto, 2002).
Analisa data penelitian ini menggunakan uji statitistik parametrik t
test. t test yang digunakan adalah t test sampel berpasangan (related) dengan
two tail test atau uji dua pihak. Teknik analisa data ini digunakan untuk
skala data numerik, menguji hipotesis komparatif dari dua sampel yang
berpasangan dengan menggunakan sampel dependen yaitu menggunakan
kelompok orang yang sama dan hasil pengukuran skala nyeri sebelum dan
sesudah intervensi. Pada analisis data ini peneliti menggunakan software
program SPSS for Windows versi 13 windows.
1. Tentukan Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Hipotesis nol : tidak ada perbedaan yang bermakna antara skala
nyeri sebelum dan sesudah intervensi tekhnik tekan
lumbal.
H0 : µ1= µ2 (tidak beda)
Hipotesis alternatif : terdapat perbedaan yang bermakna antara skala
nyeri sebelum dan sesudah intervensi tekhnik tekan
lumbal.
Ha : µ1 ≠ µ2 (berbeda)
2. Tingkat kesalahan (level of significant)
Nilai tingkat kesalahan yang dijadikan standar diterima atau
ditolaknya hipotesis adalah 5% atau 0,05. Jika tingkat kesalahan kurang
dari 0,05 (< 0,05) artinya Ha diterima dan Ho ditolak, jika tingkat
kesalahan lebih dari 0,05 (>0,05) artinya Ha ditolak dan Ho diterima
(Sugiyono, 2010).
3. Menghitung efektivitas treatment
Rumus t test yang digunakan untuk menghitung efektivitas treatment
atau testing signifikansi hasil eksperimen yang menggunakan pre test
dan post test one group design adalah :
dengan keterangan :
Md : mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test.
xd : perbedaan deviasi dengan mean deviasi
N : banyaknya subjek
df : atau db adalah N-1
(Arikunto, 2006)
3.9 Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti akan meminta persetujuan
(informed consent) serta menjelaskan mengenai prosedur penelitian kepada
responden. Untuk menjaga kerahasiaan(Confidentiality) (jika responden
menginginkan namanya dirahasiakan) maka nama responden tidak
dicantumkan dan diganti dengan menggunakan kode atau nomor responden
(Anonimity).
3.10 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.10.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus fakultas keperawatan
diruang teater
3.10.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus fakultas keperawatan
diruang teater yang dimulai dari bulan Mei 2011.