november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia...

76
F rest D gest 1 november 2016-januari 2017 F rest D gest 02 november 2016 -januari 2017 wajah Baru Perhutanan Sosial TEKNOLOGI Drone untuk Memetakan Hutan REPORTASE Jika Singapura Punya Rimba Pemerintah menyediakan 12,7 juta hektare lahan untuk perhutanan sosial. Tertatih dalam regulasi.

Transcript of november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia...

Page 1: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 1n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

F rest D gest

02november 2016

-januari 2017

wajah Baru Perhutanan Sosial

TEKNOLOGIDrone untuk Memetakan Hutan

REPORTASEJika Singapura Punya Rimba

Pemerintah menyediakan12,7 juta hektare lahan untuk perhutanan sosial. Tertatih dalam regulasi.

Page 2: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest2 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 3: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 3n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 4: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest4 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

T E K NOL O G I — 48

Drone, Drone, untuk Pemetaan Hutan

Pesawat tanpa awak ini solusi pemetaan kawasan hutan yang susah dijangkau.

daftaR isi

F rest D gestMajalah Triwulanan

Penanggung Jawab:

M. Awriya Ibrahim (E16)Ketua Umum Himpunan Alumni

Fakultas Kehutanan IPB

Pemimpin Umum:Gagan Gandara (E29)

Pemimpin RedaksiBagja Hidayat (E33)

Redaksi:Odjat Sudjatnika (E22) R. Eko Tjahjono (E25)

Stepi Hakim (E27)Drajad Kurniadi (E32)

Librianna Arshanti (E33)Reni Rosmini Handayani (E35)

Khulfi M. Khalwani (E40)Satrio Cahyo Nugroho (E41)

Kaka Prakasa (E41)Reza Ahda (E45)

Muhammad Fahmi Alby (E47)Fitri Andriani (E48)

Hubungan Eksternal:

Hendra Wijaya (E29) Atik Ratih Susanti (E30)

Aryani (E34)

Sekretaris:Annisa Murthafiah (E48)

Alamat:Kampus Fakultas Kehutanan IPB

Jalan Lingkar Akademik Darmaga Bogor 16680

Kontak:[email protected]

Forest Digest adalah majalah triwulanan yang diterbitkan Himpunan Alumni

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan didistribusikan kepada

alumni dan umum secara gratis. Redaksi mengundang alumni menulis artikel

dengan panjang 7.000 karakter dengan spasi dalam format Microsoft Word

disertai foto penunjang.

Tema edisi 3: Reklamasi untuk Siapa. Kirim tulisan anda seputar tema itu ke

redaksi sebelum 30 Januari 2017.

foto coverPetani kopi di Pangalengan, Juni 2016

Foto: R. Eko Tjahjono

L A P OR A N U TA M A — 16

Pesona Perhutanan SosialPemerintah menelurkan aturan baru sebagai basis pengelolaan 12,7 juta hektare hutan

oleh masyarakat. Perhutanan sosial menjadi tumpuan menumbuhkan ekonomi dari hutan.

SU R AT – 5A NG KA – 8S A L A M K ET UA – 9PIG U R A - 10KA BA R KA M P U S – 12 KA BA R A LUM N I – 14 KOL OM – 44, 46, 66R E P ORTASE – 58F OTO G R A F I - 68R E SE N SI – 70BI N TA NG – 72OASE - 74

PROF I L — 52

Brigita LauraAngkatan 46 ini mendirikan sekolah

rimbawan di Pamijahan. Keikhlasan mendidik dan mengajar.

F rest D gest

02november 2016

-januari 2017

wajah Baru Perhutanan Sosial

TEKNOLOGIDrone untuk Memetakan Hutan

REPORTASEJika Singapura Punya Rimba

Pemerintah menyediakan12,7 juta hektare lahan untuk perhutanan sosial. Tertatih dalam regulasi.

Page 5: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

surat

Setelah memegang, membuka, meraba dan membolak-balik lembarannya, menurut saya Forest Digest sudah tampil keren, komposisi antara grafis dan visual sangat berimbang, kertasnya berkualitas dan boleh dibilang hampir mirip majalah yang di pesawat yang menjadi favorit penumpangnya. Sedikit saran, pertahankan untuk menggunakan foto asli alam Indonesia sebagai gambar ilustrasi materi-materi yang disajikan, terima kasih.

—Irfan Mudofar, E32 Jakarta

Bersyukur saya di Papua bisa mendapatkan majalah ini. Saya mendapatkannya dari Rahmat di Manokwari. Sukses terus Forest Digest.

—Edhi Yansyah, E 23 Raja Ampat, Papua

Sukses selalu dan semakin kece aja deh buat Forest Digest. Semoga selalu menampilkan suguhan indah dan karya-karya cemerlang.

—Arie Abrar, E40 Bukit Barisan Selatan

SelamatForest Digest

Selamat dan sukses untuk Forest Digest, semoga bermanfaat sebagai media informasi aktivitas kehutanan dan lingkungan.

—Fairus MuliaPT Kandelia alam, Jakarta

Mantap! Apalagi tema periode mendatang mengangkat isu yang sangat bagus, yaitu Perhutanan Sosial. Semoga dapat istiqomah.

—Ren Giat Bagus Permana, E46, Bogor

Terima kasih akang dan teteh. Kirim kritik dan saran melalui Facebook Forest Digest atau Twiter @forestdigest dan email [email protected]. Redaksi

laporan utama

Wisata di Hutan ProduksiEkowisata menjadi cara baru mengelola dan

memanfaatkan hutan produksi yang tak lagi

mengandalkan kayu. Belum ada model ideal dan perlu

dukungan infrastruktur.

F rest D

ekowisata.Kawah Putih Ciwidei,

Bandung, Jawa Barat.

R. Eko Tjahjono

Page 6: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest6 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

surat

Cara Mendapatkan Forest Digest

Bagaimana cara mendapatkan majalah Forest Digest. Saya tertarik. Apakah memungkinkan untuk bisa berlangganan? Terimakasih.

—Andhi Trisnaputra (E39) dan Syahrul Ramadhan (E41) di Samarinda,

Kalimantan Timur

Pengen dapat majalahnya dong... kalau bisa: kirim ke Utomo di Ciomas Bogor. Nuhun. Ongkos kirim ke mana? Berapa?

—Utomo Koesnanto E24 Bogor

Saya dapat majalah ini dari kawan saya. Majalahnya bagus. Karena gratis harapannya majalah ini bisa terus berputar agar banyak yang membacanya.

—Ariyanto Wibowo, Jakarta

Om, minta tolong dikirim ke Jalan PM Noor Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714. Kalau ada ongkos kirim tak apa, saya ganti. Trims sebelumnya.

—Dewi Ayu Sekartaji BP2HP Wilayah XI Banjarbaru

Akang dan teteh sekalian, silakan mengirim nama dan alamat ke email [email protected]. Majalah ini gratis hanya penggantian ongkos kirim. Terima kasih. Redaksi

disertai foto dalam file terpisah ke [email protected]. Terima kasih. Redaksi

Bukan AlumniHalo, salam Forest Digest.. saya bukan

alumni IPB tapi bolehkah jika saya ingin membeli majalah Forest Digest? Caranya bagaimanakah? Mohon infonya ya, terima kasih.

—Ronna Saab Jagakarsa, Jakarta

Halo, silakan kirim alamat ke email [email protected] untuk mengirimkan alamat. Majalah ini gratis, hanya penggantian ongkos kirim. Terima kasih. Redaksi

Menyumbang Tulisan

Hallo Akang Teteh Forest Digest. Kalau saya mau nyumbang tulisan boleh enggak yah? Misal, tentang pengelolaa wisata di taman nasional di Amerika? Buat sharing wawasan aja kitu.

—Rika Sandra Dewi Bogor

Dengan senang hati teh Rika. Bisa untuk rubrik Reportase, karena itu tentu harus pengamatan langsung. Riset dan informasi dari sumber kedua, semisal Internet, diizinkan sebagai bagian dari reportase tersebut. Kirimkan tulisan

Page 7: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 7n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 8: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest8 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

kutipan

angka

“Berhentilah memburu ketenaran, carilah kebenaran. Keduanya akan bertemu dalam kesatuan.”

—Andi Hakim Nasution(1932-2002), Rektor IPB 1978-1987.

“Kadang-kadang kita tak cukup tahu hal-hal yang bermakna, kadang-kadang kita harus tahu hal ihwal yang tak bermakna.”

–Bob Dylan, penyanyi balada Amerika, peraih Nobel Sastra 2016.

wikipediawikipedia

Emisi KarbonMeski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara

pemasok karbon di bumi ini. Apalagi, kebakaran hutan yang masif tahun lalu menambah jejak buruk Indonesia dalam produksi gas buang. Emisi hasil kebakaran hutan dan lahan tahun lalu selama empat bulan, dua kali lipat dari emisi karbon di Meksiko selama setahun.

10 Negara Terbanyak Produksi Karbon, 2013(Juta MTCO2)

Emisi Karbon Dunia(Juta MTCO2)

Kebakaran Hutan Terburuk

Cina Amerika Serikat:

Uni Eropa India Rusia Indonesia Brasil Jepang Kanada Meksiko

10.260

6.135

4.263

2.358 2.217 2.0531.419

1.170847 806

2010 2011 2012 2013

33.588

34.651

35.42536.131

2004 2006 2009 2014 2015

120 ribu (1.662 juta)

75 ribu titik panas

(emisi 650 juta MTCO2)

110 ribu(1.390 juta)

70 ribu(780 juta)

81 ribu(810 juta)

Page 9: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

salam ketua

Edisi Kedua

Alhamdulillah majalah Forest Digest edisi kedua telah terbit. Edisi ini membuktikan dan mematahkan ungkapan yang beredar di dunia penerbitan yang tak dikelola bukan oleh ahlinya: sekali terbit sudah itu terbirit. Dengan segala daya upaya redaksi, edisi ini membuktikan alumni Fakultas Kehutanan ternyata bisa dengan sungguh-sungguh menerbitkan majalah ini sebagai media komunikasi para alumni.

Edisi pertama yang terbit dengan tema “Ekowisata Sampai di Mana” pada Agustus-Oktober 2016 telah tersebar ke seluruh Indonesia sebanyak 5.000 eksemplar. Penerimanya antara lain tamu tamu Istana Negara karena dibagikan saat upacara bendera 17 Agustus 2016. Ini sesuatu yang di luar dugaan bahwa edisi perdana sudah beredar di

lingkungan Istana Presiden. Tentu saja, majalah juga diedarkan kepada alumni Fakultas Kehutanan IPB melalui

Komisariat Daerah dan Ketua Angkatan, Fakultas Kehutanan IPB, perguruan tinggi, pelaku usaha kehutanan, Perum Perhutani, instansi pemerintah, dan LSM. Alhamdulillah, semua menyambut baik penerbitan ini. Semoga sebagian besar alumni Fakultas Kehutanan IPB sudah menerima dan membaca majalah tersebut dengan penuh kebanggaan.

Atas nama redaksi, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh sponsor yang telah mendukung penerbitan majalah ini. Kekompakkan dan saling dukung seperti ini yang menjadi nilai Fahutan yang tak ternilai di mana pun dan kapan pun. Saya terharu begitu tahu ada banyak sekali alumni yang antusias mendukung majalah ini dengan berperan sebagai sponsor dan memesan untuk membacanya.

Majalah Forest Digest diterbitkan selain untuk menjalin komunikasi antar alumni, juga menjadi pasar ide-ide bagi akang dan teteh sekalian. Kami tahu banyak sekali alumni yang berkiprah di dunia kehutanan tingkat nasional maupun internasional. Saya membayangkan alangkah indah dan bermanfaat jika kiprah itu diberitakan sehingga semakin banyak alumni yang tahu dan bangga dengan almamater kita.

Para alumni juga bisa menulis ide-ide atau saran-saran untuk dunia kehutanan maupun umum sesuai bidang mereka masing-masing. Dengan diterbitkan di majalah, saran dan ide tersebut akan dibaca oleh lebih banyak pemangku kepentingan sehingga peran alumni menjadi nyata dalam pembangunan Republik ini. Majalah ini diterbitkan dengan keinginan sederhana tapi besar seperti itu.

Edisi kedua periode November 2016-Januari 2017 mengangkat tema “Wajah Baru Perhutanan Sosial”. Tema ini dipilih karena perhutanan sosial selain menjadi program andalan pemerintah juga tumpuan harapan pengelolaan hutan secara lestari. Dengan kebijakan baru yang sedang disiapkan oleh pemerintah, isu ini menemukan muara yang tepat memadukan pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan masyarakat, serta pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan perhutanan sosial sebagai salah satu program unggulan. Perhutanan sosial merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berhubungan langsung dengan masyarakat di dalam atau sekitar kawasan hutan. Kegiatan utama perhutanan sosial adalah Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Kemitraan dan Hutan Adat (HA), di mana masyarakat diberikan akses untuk mengelola kawasan hutan secara lestari, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sekali lagi, kami mengundang para alumni untuk menyampaikan berbagai tulisan yang menarik sebagai sarana komunikasi, informasi, dan promosi. Juga saran dan kritik agar majalah ini terus berbenah. Atas semua pengorbanan waktu, pemikiran, serta dukungan dari seluruh tim redaksi dan seluruh alumni, kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga majalah Forest Digest ini bermanfaat bagi alumni dan stakeholder kehutanan.

Salam Rimbawan dan Care and Respect,M. Awriya Ibrahim

Edisi pertama yang terbit dengan tema “Ekowisata Sampai di Mana” pada Agustus-Oktober 2016 telah tersebar ke seluruh Indonesia sebanyak 5.000 eksemplar. Penerimanya antara lain tamu tamu Istana Negara karena dibagikan saat upacara bendera 17 Agustus 2016. Ini sesuatu yang di luar dugaan bahwa edisi perdana sudah beredar di lingkungan Istana Presiden.

Page 10: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest10 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

pigura

Seandainya petani cukup punya lahan. Lokasi: Ciwidey, Jawa Barat, Januari 2016. Foto: R. Eko Tjahjono

Page 11: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 11n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 12: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest12 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

kabar KAMPUS

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor telah berstandar internasional. Semua jurusan srata-1, kecuali manajemen hutan, telah diakui bermutu internastional karena telah memenuhi syarat yang ditetapkan lembaga akreditasi kampus tingkat dunia. “Akreditasi ini

pengakuan, setelah itu kami laksanakan programnya,” kata Rinekso Soekmadi, Dekan Fahutan, pada Mei lalu.

Dengan standar internasional ini, mahasiswa dari mana pun yang sekolah di sini akan punya predikat dengan standar yang sama dengan sekolah-sekolah lain di dunia. Sebanyak 15 kriteria sudah dipenuhi sehingga Fahutan kini berkelas internasional.

Departemen Teknologi Hasil HutanAkreditasi dari The Society of Wood

Science and Technology (SWST) yang berkantor di Monona, Wisconsin, Amerika Serikat. Proses akreditasi dimulai pada 2010 dengan dua kali kunjungan pada 11-15 November 2013 dan 22-24 September 2014. Akreditasi diberikan selama sepuluh tahun, mulai dari 1 Januari 2015

sampai dengan 1 Januari 2025. Laporan tahunan tentang kondisi departemen wajib dilaporkan kepada SWST untuk mempertahankan status akreditasi ini.

SWST menilai Program Sarjana Teknologi Hasil Hutan memiliki kurikulum dan sumber daya manusia yang sangat layak untuk mencapai kompetensi lulusan yang disyaratkan oleh standard SWST. Dalam exit meeting, asesor SWST menekankan perlunya komitmen tinggi dari parent institution untuk mendukung terlaksananya standar keselamatan dalam laboratorium dan memperbaharui, serta melengkapi peralatan laboratorium agar

departemen dapat menyelenggarakan pendidikan berkelas dunia. Akreditasi ini diharapkan akan bermanfaat pula bagi departemen untuk meningkatkan kerjasama dan meningkatkan mutu mahasiswa dan lulusannya.

Departemen SilvikulturDepartemen Silvikultur Fakultas

Kehutanan IPB berdiri berdasarkan Surat Keputusan Rektor IPB No. 112/K13/OT/2005 pada tanggal 2 Agustus 2005 dan merupakan departemen silvikultur pertama di Indonesia. Akreditasi AUN (ASEAN University Network) untuk Departemen Silvikultur diperoleh tahun 2015. Sertifikat AUN dapat di perbarui dalam 5 tahun sekali. Akreditasi BAN-PT dengan nilai akreditasi A. Sekarang PS Silvikultur sedang fokus dalam memperbarui persyaratan BNPT. Untuk program S2, berakhir tahun 2016. Sedangkan untuk program S1 berakhir tahun 2018. Program studi Silvikultur Tropika memiliki program magister dan doctoral sebagai program.

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan

Semula bernama Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan (JKSH) yang merupakan jurusan atau program studi pertama di Indonesia dalam bidang konservasi sumberdaya hutan yang secara resmi didirikan berdasarkan Surat Keputusan Rektor IPB Nomor: 103 Tahun 1982 tanggal 14 November 1982.

Sejak Agustus 2016 program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata telah terakreditasi secara Internasional melalui ASEAN University Network (AUN). Akreditasi ini berlaku selama 5 tahun dan setelah itu dilakukan akreditasi ulang.

Departemen Manajemen Hutan Didirikan pada tahun 1969 sebagai salah satu departemen tertua di Fakultas Kehutanan IPB. Sedang penjajakan mendapat akreditasi kepada AUN (ASEAN University Network). Info selanjutnya bisa di akses di manajemenhutan.org.

—Drajad Kurniadi, Fitri Andriani

fahutan. Kampus Fakultas Kehutanan IPB di Dramaga

Fahutan Goes International

“Akreditasi ini pengakuan, setelah itu kami laksanakan programnya.”

—Rinekso Soekmadi, Dekan Fahutan

Page 13: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

Pada 31 Agustus 2016 Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor menyelenggarakan seminar “The 9th

International Conference on Traditional Forest Knowledge” di Ruang Sidang Sylva Fakultas Kehutanan IPB. Acara ini dibuka Prof. Dr. Ervizal

A.M. Zuhud, sebagai ketua panitia.Acar ini dihadiri oleh Dekan Fakultas

Kehutanan Dr Rinekso Soekmadi, sekretaris of APAFRI Dr Sim Heok Choh, sekretaris umum Asian Center for Traditional Forest Knowledge (ACTFOK) Dr Kim Kyongha, Dr Lee Kyeong Hak, Dr. Chan Ryul PARK, Dr. Liu Jinlong and Dr Dai Yao from University of China. Dr Ryo HIGASHIGUCHI from Kyoto University- Japan, Dr. Karen Rae M. Fortus from Ecosystem Research and Development Bureau- Philippines.

Pesertanya juga tak kalah banyak. Sebanyak 80 orang dengan 12 orang dari luar negeri. Peserta dari Indonesia berasal dari Universitas Palangkaraya, Universitas Sumatera Utara, Universitas Indonesia, Universitas Muhammadiyah, Universitas Bengkulu,Universitas Patimura, Universitas Jambi, Universitas Indraprasta

PGRI Jakarta, KLHK, perusahaan swasta, CIFOR, ICRAF, BIOTROP and IPB.

Profesor Zuhud menyoroti kearifan masyarakat sekitar hutan yang terbentuk oleh keanekaragaaman hayati di Indonesia. Asia punya 13 dari 33 spot biodiversitas di seluruh dunia. Seperti populasi bahkan tinggal di sini dengan kekayaan bahasa, etnik, dan budaya. Komunitas lokal sekitar hutan mengadopsi dan mensinergikan pemanfaatan hutan dengan alam sebagai suatu yangg tak terpisahkan.

Seminar ini diselenggarakan karena data yang menyebutkan 60 persen jasa lingkungan telah terdegradasi dan menurun jumlah serta kualitasnya. Faktor ini diyakini sebagai penyebab utama kemiskinan, perubahan iklim, dan pembangunan yang tidak berkelanjutan. Zuhud berharap seminar ini menjadi bekal jaringan merumuskan naskah akademik yang bisa menjadi rujukan pemerintah

memandang masyarakat sekitar hutan.Traditional Forest Knowledge

memberikan pengetahuan kepada masyarakat lokal mengelola produk-produk khas unggulan di daerahnya seperti jelutung, kemenyan, pala dan lain-lain. Orang Swiss membuat keju hingga hari ini. Pengelolaannya tak lagi tradisional bahkan modern di banyak negara.

Dengan pengetahuan yang diberikan kepada masyarakat lokal sekitar hutan, bisa memanfaatkan hasil unggulan contoh lain pasak bumi dan akar kuning yang sudah terbukti ampuh untuk mengobati penyakit malaria sehingga tidak lagi mebeli obat-obat kimia, bahkan bisa lebih baik lagi jika obat seperti jamu bisa masuk ke puskesmas sekitar hutan.

Masalahnya, pemerintah tidak menganggap masyarakat hutan sebagai objek utama pengelolaan hutan. Masyarakat dianggap sebagai sumber masalah seperti perambahan hutan. Padahal jauh sebelum ada peraturan, masyarakat hutan sudah berada di sana. “Penelitian-penelitian di sini akan menjadi bekal bagi masyarakat lokal untuk menguatkan pengetahuan dasar mereka mengelola hutan,” kata Zuhud.

—Fitri Andriani

bidik misi. Wawancara calon mahasiswa bidik misi.

Kearifan Hutan Tradisonal

“Penelitian-penelitian di sini akan menjadi bekal bagi masyarakat lokal untuk menguatkan pengetahuan dasar mereka mengelola hutan,”

— Prof. Dr. Ervizal A.M. Zuhud

seminar. Seminar “The 9th International Conference on Traditional Forest Knowledge” di Ruang Sidang Sylva Fakultas Kehutanan IPB.

Page 14: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest14 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Garut luluh lantak karena banjir bandang pada 20 September 2016. Menurut Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, sebanyak 164 rumah hanyut, 411 rusak berat, dengan korban jiwa sebanyak 34. “Sebanyak 19 orang masih belum ditemukan hingga 12

Oktober lalu,” kata Helmi pada 13 Oktober lalu.

Helmi menerima rombongan pengurus Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB yang membawa bantuan untuk korban banjir Garut. Rombongan yang dipimpin Ketua Awriya Ibrahim membawa berupa seragam pramuka, seragam batik, peralatan mandi, sepatu, matras olahraga dan buku pelajaran.

Menurut Administratur Perhutani Garut Dede Mulyana, banyak faktor penyebab banjir Garut. Curah hujan pada saat

kabar alumni

banjir sangat tinggi yakni 225 milimeter per detik yang terjadi merata di tujuh kecamatan. Sungai Cimanuk tak sanggup menampung air hujan sehingga melimpas ke permukiman.

Di sekitar Cimanuk memang sudah beralih fungsi menjadi area pertanian. Kehilangan vegetasi alami sungai ini diduga membuat Cimanuk tak kuasa menahan laju air. Sementara di hilir bantaran berubah menjadi rumah. “Kerusakan hulu sungai Cimanuk 46.000 hektare yang terdiri dari 14.000 hektare kawasan Perhutani yang rusak dan kritis,” kata Dede.

Untuk mencegah banjir serupa, dalam dua tahun ke depan lahan rusak di area Perhuani seluas 1.073 hektare akan ditanami kembali bersama masyarakat. Helmi meminta alumni Fahutan IPB memetakan kawasan lindung dan kawasan konservasi agar pemerintah dan masyarakat tahu area mana yang bisa dialihkan menjadi budidaya. “Kami siap

membantu,” kata Awriya.Bantuan diserahkan Awriya kepada

SD Sukakarya yang terkena banjir paling hebat, SLB-C YKB Tarogong. “Ini wujud tanggung jawab kami membantu sesama,” kata dia. Turut menyaksikan penyerahan bantuan adalah Dekan Fahutan Rinekso Soekmadi dan wakil perkumpulan Rimbawani, Perwita Kencana, Ibu Herry A. Sudradjat.

Awriya berjanji membantu merehabilitasi kawasan hutan yang rusak dan bantuan pendidikan jangka panjang dengan menjadikan SD Sukakarya sebagai sekolah binaan yang kelak memiliki hutan pendidikan yang dikelola bersama agar anak-anak sejak dini paham mengelola lingkungan. “Supaya Garut semakin indah, asri dan sejuk,” kata Awriya.

—Fitri Andriani, Reza Ahda

Bantuan untuk Garut ha-e peduli. Ketua Humpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB, Awriya Ibrahim (kedua dari kanan) dan Dekan Fakultas Kehutanan Rinekso Soekmadi (ketiga dari kanan) menyerahkan bantuan untuk korban bencana alam Garut.

Page 15: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 15n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Angkatan 20 (baca Komunitas E-Twenty) alumni Fakultas Kehutanan IPB mengadakan aksi peduli Bumi Wisata Cikole di Lembang, Bandung, Jawa Barat, pada 20-21 Agustus 2016. Mahasiswa IPB

tahun masuk 1983 ini membagikan bibit tanama kepada masyarakat di sana sekaligus reuni dan halal bi halal.

Judul kegiatan itu “Menanam Pohon, Menanam Harapan” dipimpin Ketua Angkatan 20 Bambang Hendroyono yang kini menjabat Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Selain membagikan bibit pohon, kami juga membagikan sembako untuk masyarakat sekitar,” kata Sekretaris Jenderal A. Sani Arifin.

Menurut Sani, jenis tanaman yang ditanam sengaja dipilih yang serbaguna agar bernilai ekonomis penghasil kayu dan buah, juga berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida serta mencegah banjir. Mintarjo, Ketua Pelaksanan Harian, menambahkan dengan adanya substitusi atau alternatif sumber pendapatan yang mencukupi dari hasil tanaman ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan sehingga kedepannya dengan kesadaran penuh masyarakat ikut menjaga kelestarian lingkungan.

Penanaman ini direncanakan akan dilaksanankan berkesinambungan sehingga tujuan memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga terinspirasi dan termotivasi untuk menjadikan kepedulian kepada lingkungan sebagai gaya hidup dapat tercapai.

Acara halal bi halal pada malam hari diisi pelbagai kegiatan silaturahim dan membagikan beasiswa kepada anak-anak alumni angkatan 20. Ade Ridwan, salah satu anggota komunitas yang berdomisili di Papua, bersyukur karena kepedulian ini. “Semoga konsisten,” katanya.

—Librianna Arshanti

E-20 Peduli

penanaman p0hon. Sejumlah alumni angkatan 20 (1983) Fahutan IPB menanam pohon di Cikole di Lembang, Bandung, Jawa Barat, pada 20-21 Agustus 2016.

Page 16: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest16 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7F rest D gest16 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 17: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 17n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

laporan utama

kelola hutan.Petani kopi di areal Perhutani pegunungan Malabar, Pangalengan, Jawa Barat, pada

Juni 2016.

FOTO R. EKO TJAHJONO

Pesona Perhutanan

Sosial

Penggiat perhutanan sosial menggelar Festival Rakyat Perhutanan Sosial Nusantara (PeSonNa) pada 6-8

September 2016. Dari pameran yang menampilkan pelbagai contoh praktik perhutanan sosial dari seluruh Indonesia itu terlihat bahwa hutan memberikan manfaat yang besar jika dikelola bersama masyarakat. Pemerintah tengah bersiap

menelurkan aturan baru sebagai basis pengelolaan 12,7 juta hektare hutan oleh masyarakat.

F rest D gest 17n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 18: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest18 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

laporan utama

SLOGAN “hutan untuk rakyat” berusia hampir 40 tahun, sejak dicetuskan dalam Kongres Kehutanan Sedunia di Jakarta pada 1978. Selama masa itu, slogan ini telah diplesetkan menjadi “bagi-bagi lahan untuk dimiliki orang banyak”.

Maka perambahan menjadi isu utama dalam pengelolaan hutan yang lestari.

Masyarakat dianggap sebagai “hama” yang merusak hutan. Padahal, mereka sudah ada di sana, hidup dari sana, jauh sebelum slogan itu dibuat dan dicetuskan. Di sisi lain, pemerintah mengizinkan perusahaan dalam skala besar merambah hutan atas nama tujuan yang sama, yakni mengelola dan memanfaatkannya.

Kini kebijakan itu terbukti meleset. Hutan rusak dan konflik sosial, juga bencana muncul di mana-mana. “Karena itu slogan hutan untuk rakyat yang sebenarnya diniatkan baik itu tak dipakai lagi sekarang,” kata Kepala Subdirektorat Penyiapan Hutan Desa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Erna Rosdiana bulan September lalu.

Paradigma yang mengemuka kini adalah “manajemen hutan” dengan menjadikan masyarakat di sekitarnya sebagai mitra mengelola rimba. Perhutanan sosial pun, dengan macam ragam kegiatan masyaraat memanfaatkan hutan yang sudah ada sejak zaman purba, menjadi basis kebijakan memperbaiki pandangan umum tentang “hutan untuk rakyat” itu.

Festival Rakyat Perhutanan Sosial Nusantara di Manggala Wanabhakti pada 6-8 September 2016 membuktikannya. Ada ratusan petani hutan dari Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa yang membawa cerita sukses memelihara hutan di sekitar desa mereka seraya mendapatkan manfaat ekonomi dari sana. Mereka membuka ratusan gerai dengan hasil-hasil perhutanan sosial yang mereka kembangkan.

Ada 300 petani yang membuka gerai. Panitia mencatat 3.000 pengunjung datang ke Manggala dalam tiga hari fetival itu.

Acaranya macam-macam. Selain pameran, pentas kesenian, juga sarasehan tentang perhutanan sosial yang dibagi ke dalam sembilan topik diskusi. Selain petani, pembicara datang dari pelbagai lembaga: organisasi swadaya, pendamping, peneliti, jurnalis, birokrat, yang bercerita soal sejarah perhutanan sosial hingga potensi-potensi yang belum tergali.

Seperti cerita Parjan dari Kulonprogo, Jawa Tengah. Laki-laki 62 tahun tamatan SMP ini anggota kelompok yang mengelola hutan kemasyarakatan seluas 29 hektare di perbukitan Menoreh. Ada tujuh kelompok pengelola hutan di sana sehingga total luas hutan yang mereka kelola 196 hektare. Dua kelompok mengelola hutan produksi dan lima kelompok di hutan lindung.

Kelompok Parjan memulai pengelolaan hutan ini pada 2000. Ia bercerita, sebelum tahun itu, masyarakat di sekitar Menoreh masuk hutan lindung untuk mengambil kayu tanpa mengindahkan kelestariannya.

Walhasil, hutan rusak.Aktivis lembaga swadaya

masyarakat dan Dinas Kehutanan pelan-pelan memberi pengertian tentang mengelola hutan lestari. Mereka meminta petani membentuk kelompok untuk mengelola hutan. Parjan masuk kelompok pengelola hutan lindung. Karena dilarang memanfaatkan hasil hutan di sana, mereka coba-coba mengembangkan pariwisata.

Namanya Wisata Alam Kalibiru, menempati petak

39/30 sekitar 40 kilometer dari Yogyakarta atau 10 kilometer dari Wates, ibu kota Kulonprogo. Berada di ketinggian 450 meter dari permukaan laut, Kalibiru mendapat konsesi 35 tahun dari pemerintah mengelola hutan itu terhitung 14 Februari 2008.

Selain menawarkan wisata petualangan dengan tiga jenis trek panjang, sedang, dan pendek melewati sungai, permukiman penduduk, hutan, hingga tembus ke Waduk Sermo, Kalibiru juga menyediakan penginapan bagi keluarga dan fasilitas permainan luar ruang (outbond). “Sebulan pemasukan dari wisata Rp 300 juta hingga Rp 400 juta,” kata Parjan.

Selain wisata, mereka juga

mengembangkan peternakan, pertanian, dan budidaya temulawak, jahe, empon-empon yang panen 800 kilogram hingga 1 ton per tahun. Parjan menjualnya ke industri gula atau temulawak. Modal untuk itu semua disumbang pemerintah. “Jumlah pekerja dengan gaji tetap ada 70 orang,” katanya.

Dengan potensi perhutanan sosial seperti itu, Presiden Joko Widodo menjadikannya program khusus Nawacita

untuk rakyat. Festival Rakyat Perhutanan Sosial Nusantara di Manggala Wanabhakti 6-8 September 2016.

foto: Istimewa

12,7 juta haLahan yang dialokasikan Pemerintahan Jokowi untuk dikelola masyarakat dalam lima tahun.

Page 19: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 19n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

“Khusus kepada Pak Hadi Daryanto, titip betul, ini benar-benar hal yang cukup berat dan membutuhkan hasil kongkrit di lapangan hingga kita terhindar dari hanya pencitraan,” katanya menyebut Direktur Jenderal Perhutanan Sosial, seperti dikutip situs Mongabay pada 29 Mei 2015.

Siti mengutip data yang masuk selama tiga bulan pertama ia menjabat Menteri. Dari 224 pengaduan masyarakat yang masuk ke posko di kementeriannya, 80 persen berisi aduan soal konflik dan alokasi lahan untuk masyarakat. Menurut Siti, perhutanan sosial adalah tumpuan dan harapan masyarakat di sekitar hutan di masa datang.

Pemerintahan Jokowi mengalokasikan

12,7 juta hektare lahan untuk dikelola masyarakat dalam lima tahun. Jumlah ini melonjak sangat besar dibanding tahun-tahun sebelumnya yang tak lebih dari 2,5 juta hektare, itu pun yang tercapai hanya 500 ribu hektare dalam 15 tahun. “Teman-teman sampai bilang, ‘wah, ini waktunya bayar utang ke rakyat yang selama ini tak mendapat alokasi cukup untuk perhutanan sosial’,” kata Hadi Daryanto.

Menurut Hadi, slogan “hutan untuk rakyat” yang diartikan bagi-bagi lahan hutan tak dipakai lagi. Perhutanan sosial kini menitikberatkan pada manajemen hutan bersama masyarakat. Ada lima jenis perhutanan sosial: hutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat,

dalam “menggerakan sektor strategis dalam rencana pembangunan lima tahun, 2015-2019”. Karena itu dalam nomenklatur baru Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perhutanan sosial “naik kelas” dari sekadar direktorat yang tergabung dalam Badan Pelaksana Daerah Aliran Sungai menjadi direktorat jenderal sendiri, yakni Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan.

Ketika melantik pejabat eselon satu di kementeriannya, setelah penggabungan dua kementerian digodok selama enam bulan sejak Jokowi dilantik pada Oktober 2014, Menteri Siti Nurbaya Bakar secara khusus menyebut perhutanan sosial dalam pidatonya, selain soal planologi.

Page 20: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest20 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

laporan utama

kopi. Petani Kopi di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.

FOTO: R. Eko Tjahjono

perhutanan sosial dulu dan sekarang, kata Hadi, adalah soal luas hutan yang disediakan. Masif dan seriusnya Presiden Jokowi melihat sektor ini membuat pemerintah merasa perlu mendengar masukan. “Forum Pesona ini untuk berbagi pengalaman dan memperkuat jaringan,” kata dia.

Perubahan paradigma perhutanan sosial juga tak lepas dari berubahnya cara pandang terhadap hutan. Ada lima hasil hutan yang bisa dimanfaatkan manusia: kayu, nonkayu (getah, rotan, biji), jasa lingkungan (ekowisata), jasa tata air (rawa dan danau), jasa penyimpanan karbon, biodiversitas, jasa penyerap kebisingan. “Yang terakhir ini belum ada pasarnya,” kata Hadi.

Menurut Hadi, potensi perhutanan sosial sangat luas. Saat ini hutan produksi mencapai 13 juta hektare yang belum dibagi izinnya. Hutan berizin seperti Perhutani malah sudah lama punya pola kemitraan bersama masyarakat. Konservasi kini tak hanya dimaknai sebagai menjadikan hutan tetap perawan, namun perlindungan ekosistem yang dilakukan oleh masyarakat.

Erna Rosdiana menambahkan, kebijakan baru dalam perhutanan sosial kini lebih menekankan pada perizinan yang disederhanakan. Dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintah banyak berkutat menyusun legalitas sektor ini. “Peraturan menteri sudah siap ditandatangani,” kata dia.

Izin memanfaatkan hutan dalam lima skema perhutanan sosial masih ada di satu pintu yakni Menteri Kehutanan. Kewenangan ini akan didelegasikan kepada gubernur yang punya komitmen soal ini. Pendaftaran bisa melalui online lewat kelompok kerja percepatan perhutanan sosial di tiap provinsi.

Setelah izin yang dipermudah itu, Erna berharap lembaga swadaya dan donor internasional yang telah menjadi penopang perhutanan sosial tetap langgeng, mendelegasikan pengalaman itu ke pihak lain sehingga kian banyak yang terlibat dalam sektor ini. “Peraturan Menteri

hutan adat, dan kemitraan kehutanan. “HKm paling disukai, karena bisa di dua hutan yaitu hutan produksi dan hutan lindung,” kata Hadi.

Bagi pemerintah, kata Hadi, pengelolaan hutan oleh masyarakat juga menguntungkan karena bisa menjadi bufferzone bagi hutan lindung. Faktanya,

dari lima jenis itu, hutan desa paling banyak karena mencakup hutan adat dan desa-desa tumbuh di kawasan hutan sebelum pemerintah membuat aturannya. Dari 70 ribu desa di Indonesia, 30 ribu berada di pinggir hutan bahkan di dalam kawasan hutan.

Hal mencolok dalam kebijakan

Page 21: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 21n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

sudah ditandatangani,” kata Erna. Direktur Eksekutif Nasional Wahana

Lingkungan Hidup Indonsia Nurhidayati menyambut baik rencana-rencana pemerintah ini. Menurut dia, perhutanan sosial adalah jawaban atas ketimpangan akses masyarakat dan perusahaan terhadap hutan. “Ini salah satu langkah maju menuju proses pengelolaan sumberdaya alam yang lebih partisipatif,” kata dia.

Sejarah membuktikan, kata Nurhidayati, kearifan lokal masyarakat justru yang menjaga hutan tetap lestari, dibanding hutan dikelola perusahaan yang berorientasi bisnis. Praktik perhutanan sosial sudah berjalan lama dilakukan oleh masyarakat dengan teknik alami. “Pemerintah yang harus belajar ke sana,” kata dia.

Nurhidayati mengatakan payung hukum perhutanan sosial perlu segera dibuat agar legalitasnya kokoh sehingga masyarakat kian mantap berpartisipasi dalam sektor ini. Sebab, kata dia, perhutanan sosial menuntut pengelola yang jelas karena

tujuan akhirnya adalah menjaga ekosistem hutan dari ekploitasi berlebihan.

Meski cara pandang pemerintah terhadap perhutanan sosial telah maju, Guru Besar Fakultas Kehutanan Didik Suharjito melihat kebijakan itu masih sentralistik. Izin, penentuan areal, dan aturan-aturan masih ditentukan pemerintah pusat. “Orang pusat itu tidak tahu detail persoalan di lapangan, kondisi hutannya macam apa, masyarakat yang menduduki itu siapa dan prilakunya bagaimana, serta konfliknya macam apa,” katanya.

Soalnya, Kementerian Kehutanan punya program pembangunan hutan berbasis kesatuan pengelolaan hutan yang menjadi unit kerja di tingkat tapak. Menurut Didik, implementasi 12,7 juta hektare sosial forestri akan lebih mudah jika ditugaskan ke tiap KPH. “Supaya tak ada lagi istilah ‘orang pusat datang ke daerah bawa rantang, setelah habis isinya, baru pulang’,” katanya.

—Bagja Hidayat, Fitri Andiani

“Teman-teman sampai bilang, ‘wah, ini waktunya bayar utang ke rakyat yang selama ini tak mendapat alokasi cukup untuk perhutanan sosial’.”

—Hadi Daryanto, Direktur Jenderal Perhutanan Sosial.

PESONA. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya (ketiga dari kanan), Direktur Jenderal Perhutanan Sosial Hadi Daryanto (kedua dari kanan), dan Sekretaris Jenderal Kementerian LHK Bambang Hendroyono saat pembukaan PeSoNa di Manggala Wanabhakti, 6 September 2016.

foto: istimewa

Page 22: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest22 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

laporan utama

Kebun Tebu memberi contoh relokasi penduduk tak selamanya baik untuk masyarakat. Pada 1991, pemerintah Orde Baru menganggap masyarakat kecamatan di Lampung Barat itu pengganggu hutan. Pemerintah, atas

nama memelihara hutan lindung, hendak menyingkirkan mereka jauh dari sana.

Melalu program trasmigrasi, pemerintah Lampung Barat memindahkan warga Desa Purawiwitan ke Mesuji yang jaraknya 215 kilometer. “Soalnya masyarakat memaksa masuk hutan, karena mereka perlu makan,” kata Darmadi, warga Purawiwitan, dua bulan lalu di Jakarta.

Ia datang ke Ibu Kota sebagai peserta PeSoNa, Festival Rakyat Perhutanan Sosial Nusantara di Gedung Manggala Wanabhakti pada 6-8 September 2016. Darmadi dan ratusan petani hutan lain diundang menunjukkan hasil kerja keras mereka bercocok tanam di sekitar hutan seraya merawat dan menjaga alam.

Darmadi bercerita, setelah desanya ditinggalkan seluruh penduduk pada 1996, pemerintah menanami Purawiwitan dan hutan di sekelilingnya secara besar-besaran dengan pohon. Menurut dia, berkali-kali pemerintah bongkar-pasang tanaman, reboisasi selalu gagal. “Rupanya pohon juga butuh manusia yang bisa merawatanya,” kata dia.

Di Mesuji, lokasi baru warga desa Purawiwitan berupa rawa-rawa. Mereka tak cocok hidup di sana karena budaya

penduduk sejak turun-temurun terbiasa sebagai orang gunung. Keadaan tanah yang bertolak belakang ini membuat orang transmigran ini berbondong-bondong kembali ke Purawiwitan dan merambah gunung, yang membuat hutan alam dan rebosiasi itu rusak total.

Dari situlah, kata Darmadi, muncul ide hutan dikelola masyarakat. Pada 1999, berdiri kelompok tani Wana Makmur. Darmadi menjadi ketuanya yang menghimpun para petani. Mereka mulai menanami hutan lindung yang gersang itu dengan pohon afrika, cempaka putih, dan sonokeling. Belakangan masyarakat menanami dengan buah-buahnya di bawahnya, seperti jengkol, aren, dan duren, dan kopi.

Sekarang, kata Darmadi, masyarakat kian kreatif. Pinang yang tadinya dianggap pohon sampah, kini dibudidayakan dan

buahnya dijual. “Itu jauh setelah kami mendapat izin resmi dari pemerintah mengelola hutan pada 2006,” kata laki-laki 42 tahun lulusan SMA ini.

Darmadi mengelola 1.500 hektare bersama 10 orang anggota kelompoknya. Tiap satu hektare, petani menghasilkan 800 kilogram kopi yang dijual ke tengkulak atau koperasi sekitar, bahkan langsung ke pasar, seharga Rp 5.000 per kilogram. Darmadi tak punya tanah, ia hanya mengkoordinasi petani lain mendapat pengetahuan bercocok tanam.

Pemerintah mengirim ke sana penyuluh yang

diperlakukan masyarakat sebagai “dokter”. Mereka bertanya, belajar, dan mengikuti instruksi penyuluh ini dalam membudidayakan pelbagai tanaman kebun di hutan-hutan. Meski penghasilan tak besar, kata Darmadi, tetap cukup untuk menghidupi keluarga karena nyaris tak

ada modal. “Tenaga kerja itu bingung menghitungnya karena semua dikerjakan anggota keluarga,” kata dia.

Merawat hutan dan menjadikannya sumber penghidupan juga terjadi di Desa Durian Rambun, Kecamatan Siau di Merangin, Jambi. Desa ini berjarak 337 kilometer dari ibu kota Jambi. Dengan bus, perjalanan bisa memakan waktu 9-10 jam. Nama Durian Rambun, menurut hikayat yang berkembang di sana, berasal dari “durian dan rambutan yang berbuah dalam satu pohon”.

Muhammad Abton, salah seorang petani, bercerita pemerintah memberikan izin mengelola hutan kepada masyarakat pada 2011 dan 2013 setelah hutan hancur justru setelah izin konsesinya dikelola sebuah HPH pada 2005. Karena merasa

Hutan yang Memberi HidupMasyarakat mengelola hutan yang rusak dan berhasil melestarikannya. Ada yang mengembangkan pariwisata, hingga menanam kopi seraya merawat alam.

Hidup petani Durian Rambun dan Purawiwitan umumnya sejahtera. Hutan telah benar-benar memberikan manfaat bagi mereka,

Page 23: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 23n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

perusahaan tak memberikan hidup dari hutan, masyarakat merambah ke dalam kawasan.

Menurut Abton, setelah mengelola hutan, penghasilan petani malah lumayan. Setiap bulan, tiap petani mengumpulkan Rp 3 juta dari memanen kopi dan Rp 1,5 juta dari hasil menyadap karet. Sarjana

tarbiyah berusia 26 tahun itu kini sedang mengembangkan produk kopi bubuk yang dikelola perempuan di desanya.

Hutan di Durian Rambun seluas 4.484 hektare yang dikelola sekitar 100 kepala keluarga. Tak semua kawasan dikelola. Sesuai aturan, 65 persen dari luas itu menjadi zona hutan lindung. Sehingga

masyarakat hanya memanfaatkan 153 hektare kawasan di zona pemanfaatan. “Di zona lindung kami memanfaatkan rotan, jenang, dan manau,” kata Abton.

Agar memudahkan pengelolaan, masyarakat dibagi per kelompok dengan jumlah tiap grup sebanyak 10-15 orang. Syaratnya juga ketat. Zona manfaat hanya bisa dibuka tiga hektare per tahun per kelompok. Jika dalam dua tahun hutan hanya ditebang, desa akan mengambilnya dan memberikannya kepada kelompok lain. Di zona manfaat inilah, kata Abton, petani menanam tumpang sari kopi dan karet.

Modalnya berupa imbal jasa sebesar Rp 150 juta per tahun dari Disney Conservation Fund, lembaga nirlaba Walt Disney yang bergerak dalam pelestarian alam. Dana tersebut diberikan sekaligus untuk tiga tahun, disesuaikan masa musim tanam per kelompok. Syarat mendapatkan bantuan itu sederhana: masyarakat tak merambah kawasan lindung.

Modal tersebut oleh kelompok dan desa dibagi-bagi: 25 persen untuk modal pemberdayaan perempuan, sisanya untuk desa, kelompok petani, dan kegiatan pemuda. Seperti di Purawiwitan, modal tenaga kerja nyaris nol karena mengolah hutan dikerjakan anggota keluarga. Meski dana bergulir, kata Abton, uang itu, “Menjadi hak kami dan tak perlu dikembalikan.”

Dengan pola hidup seperti itu, manfaat menjadi dua arah: masyarakat sejahtera dan hutan terjaga. Ketika ditanya, apa hambatan menjadi pengelola hutan ini, Abton menjawab dengan mantap: “Tak ada.” Apalagi aktivis lembaga swadaya seperti Walhi, Flora dan Fauna International, dan Merangin, datang ke sana mendampingi dan memberi pengetahuan merawat alam.

Hidup petani Durian Rambun dan Purawiwitan umumnya sejahtera. Hutan telah benar-benar memberikan manfaat bagi mereka, dan mereka telah menjadi bagian masyarakat sekitar hutan yang berdaya.

—BHD, Fitri Andriani

HUTAN RAKYAT. Ilustrasi kawasan hutan yang dikelola masyarakat.

FOTO: ISTIMEWA

Darmadi Muhammad Abton

Page 24: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest24 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Perhutanan sosial tetap saja sebuah produk yang harus punya daya tahan dalam persaingan ekonomi. Pengelolaan hutan rakyat di Konawe, Sulawesi Tenggara, contoh bagus usaha-usaha rakyat sekecil apapun harus ditopang manajemen yang

profesional. Agus Eka Putra tahu persis jatuh-bangun mengelola perhutanan sosial: dari nol lalu berhasil, kemudian

terpuruk.Syahdan, pada 2003, The Forest Trust

(d/h Tropical Forest Trust) tempat Agus bekerja melakukan pendampingan petani-petani di sekitar hutan untuk mengembangkan perhutanan sosial. The Forest Trust—lembaga nonprofit di 15 negara yang berkantor di Semarang—butuh kayu bersertifikat untuk memasok kayu ke perusahaan-perusahaan anggotanya.

Ada tiga lokasi yang didampingi Agus dan timnya. Konawe dipilih karena saat itu ada program hutan rakyat oleh petani

dengan mengizinkan pengelolaan lahan milik negara. Namun, izin hutan rakyat dari Departemen Kehutanan tak kunjung turun sehingga sambil menunggu izin perhutanan sosial dialihkan ke lahan-lahan milik.

Selain Konawe juga di Kebumen dan Gunung Kidul, Jawa Tengah. Kayu-kayu dari tiga tempat itu dikelola untuk memasukkan perusahaan mebel. “Di tiga tempat itu kami dirikan koperasi dan CV,” kata Agus bulan lalu.

Koperasi dan CV itu bertindak sebagai manajer kelompok yang berfungsi sebagai pemasar hasil hutan dari anggotanya dan mengelola keuangan. Dan para anggota adalah pemilik lahan yang bertanggung jawab menanam dan menghasilkan kayu berkualitas. Di Konawe dibentuk Koperasi Hutan Jaya Lestari, sementara di Kebumen

laporan utama

Kayu yang Kalah BersaingPerhutanan sosial di Konawe berhenti justru ketika dimandirikan. Perlu lebih profesional dan dukungan pemerintah.

pembibitan. Seorang petani mengolah kebun bibit di hutan rakyat.

Page 25: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 25n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Koperasi Taman Wijaya Rasa dan Gunung Kidul CV Dipantara.

Setelah didampingi dua tahun, bersama aktivis lembaga swadaya masyarakat Jaringan untuk Hutan (Jauh), Koperasi Hutan Jaya mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan lestari dari Forest Stewardship Council. Anggotanya juga membengkak karena keberhasilan itu. Pada 2003, anggota Koperasi Hutan Jaya berjumlah 200 petani, naik menjadi 500 pada 2015. Namun, di puncak keberhasilan itulah Koperasi justru terpuruk.

Forest Council mencabut sertifikat yang sudah berlangsung sepuluh tahun itu, atau dua kali perpanjangan. Alasannya, Koperasi sudah dua tahun tak lagi menjual kayu. “Bukan tidak mau menjual, tapi tak ada pembelinya,” kata Agus.

Industri mebel pemakai kayu Konawe—antara lain pohon Jati—berada di Jawa. Rantai distribusi menjadi panjang sehingga ongkos mahal. Mebel-mebel itu lebih memilih menerima kayu dari industri

di Jawa. Sebab di tahun 2013, koperasi-koperasi hutan semacam di Kebumen dan Gunung Kidul, juga Perum Perhutani, mulai berhasil dan mendapat sertifikasi kayu dari Forest Council.

Persaingan ini membuat Koperasi Hutan Jaya bangkrut akibat kayu mereka tak memiliki pembeli. Di lain pihak, hutan-hutan anggota Koperasi berjauhan sehingga pengumpulan kayu acap telat. Walhasil, koperasi dan petani tak bisa memenuhi tenggat pengiriman kayu yang dipatok perusahaan mebel.

Faktor internal juga cukup mempengaruhi. Menurut Agus, pengawas koperasi kurang berfungsi, terutama mengawasi manajemen dan pengelolaan keuangan. “Mengelola administrasi itu perlu disiplin,” kata dia. Pelanggaran pengelolan koperasi tak bisa ditindak, terutama jika pelakunya ada tetua desa. “Mungkin sebaiknya pengurusnya digaji tetap saja supaya bisa dipecat jika melanggar.”

Selain ewuh pakewuh dengan tetua

desa, sanksi pada pelanggaran diputuskan dengan alot. Sebagaimana umumnya koperasi, pemecatan atau pemberhentian pengurus hanya bisa melalui rapat anggota tahunan.

Di saat bersamaan, TFT pelan-pelan melepaskan pendampingan di Konawe dengan alasan agar Koperasi bisa mandiri. Tapi cara ini fatal karena tak ada pendampingan membuat koperasi sempoyongan. Dan, terutama, lepasnya TFT dari Konawe membuat industri mebel anggotanya juga tak mau lagi mengambil kayu dari sana.

Namun, kata Agus, faktor TFT hanya penyebab kecil. Menurut dia, kegagalan perhutanan sosial di Konawe lebih banyak disebabkan tak adanya sentuhan negara di sana. Selain tak ada pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan, pemerintah daerah juga tak menjamin pasokan kayu dari petani. Misalnya, tak ada upaya memakai kayu petani untuk gedung-gedung milik pemerintah.

—Fitri Andriani

Page 26: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest26 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Fakfak merupakan nama kota dan kabupaten di Provinsi Papua Barat yang telah ada sejak zaman dahulu, sehingga Fakfak terkenal sebagai salah satu kota tua, kota sejarah, serta kota perjuangan di tanah Papua. Demikian pula dengan sebutan Kota Pala karena Fakfak terkenal

sejak zaman Sriwijaya sebagai daerah penghasil rempah-rempah ini.

Hingga pala menjadi komoditas unggulan yang bernilai ekspor dan sebagai tanaman rempah-rempah yang banyak dicari baik di tingkat lokal hingga kebutuhan konsumsi nasional dan internasional. Karena pala menjadi sumber kehidupan dari masyarakat Fakfak sehingga gambar buah pala juga dijadikan menjadi lambang kabupaten ini.

Pala telah menopang pembangunan ekonomi Fakfak. Sebagian besar hutan Fakfak ditumbuhi Pala. Kehidupan ekonomi dan aktivitas sebagian besar

masyarakat di wilayah ini berkaitan dengan tanaman pala. Pengembangan pala sebagai komoditas sangat diperlukan agar tanaman ini kian memiliki daya saing.

Hampir 80 persen lahan di Kabupaten Fakfak ditumbuhi Pala Papua (Myristica argantea Warb). Luas area tanaman pala di Kabupaten Fakfak mencapai 16.773 hektar (UNIPA & BAPPEDA Fakfak, 2013), dengan produksi mencapai 2.000-4.000 ton per tahun atau 13 persen dari total produksi pala Indonesia, sehingga Papua Barat menempati posisi ke 5 produsen pala di Indonesia.

Sebagian besar pohon pala tumbuh

Catatan dari Papua: Sentosa Karena Pala

pembibitan. Seorang petani mengolah kebun bibit di hutan rakyat.

Sebuah komoditas disebut unggul atau memiliki daya saing tinggi jika mampu menangkal komoditas pesaing di pasar domestik dan atau pasar ekspor.

laporan utama

hutan pala. Salah satu hutan pala di Kabupaten Fakfak, Papua.

Page 27: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 27n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

secara alami (endemik) di kawasan hutan Fakfak dan hanya sebagian kecil yang dibudidayakan/ditanam oleh masyarakat. Budidaya pala masih dilakukan secara tradisional di dusun-dusun (sebutan untuk hutan yang telah dikerjakan masyarakat) bahkan sebagian besar tumbuh di hutan sehingga disebut “hutan pala” dan semuanya dikelola oleh masyarakat adat asli Fakfak. Data dari Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Fakfak menyebutkan bahwa jumlah petani yang terlibat langsung dalam budidaya tanaman pala sebanyak 5.300 kepala keluarga.

Tanaman pala mulai berbuah pada umur tujuh tahun, dan pada umur 10 tahun sudah berproduksi secara menguntungkan. Produksinya akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mulai mencapai produksi tertinggi, hal ini berlangsung terus sampai tanaman berumur 60-70 tahun. Sementara pohon pala bisa mencapai umur hingga 100 tahun.

Secara umum dalam setahun tanaman pala dapat dipetik dua kali dalam setahun, dan setiap daerah biasanya waktunya tidak sama. Khusus di Fakfak, sebutan masyarakat untuk musim panen pala juga cukup unik, karena biasanya mereka mengenal dua kali musim panen raya yaitu: musim pala barat terjadi di sekitar bulan Maret-Mei dan yang kedua musim pala timur pada September-November. Selain dua musim panen raya tersebut biasanya ada sekali musim antara atau panen sisa-sisa yang disebut musim pala matahari.

Umumnya buah pala dipanen setelah cukup tua, yang ditandai dengan merekahnya buah, umurnya kurang lebih 6 bulan sejak berbunga. Cara pemetikannya bisa dengan galah yang ujungnya diberi keranjang, atau langsung memanjat pohon untuk memungut dan memilih buah yang betul-betul tua. Buah yang telah dipetik, segera diperlakukan sesuai keperluannya,hal ini untuk menghindari serangan hama dan penyakit.

Secara umum ada tiga bagian dari pala yang bernilai ekonomis dan diperdagangkan di kabupaten Fakfak, yakni 1) Biji Pala (nut) yang di pasar

konsumen digunakan untuk rempah-rempah, bumbu masak, pengharum, kosmetik, minyak pala, bahan pengawet, bahan urut badan dan seterusnya; 2) Bunga Pala (fuli/mace atau selaput biiji yang berwarna merah) yang membungkus biji pala, selama ini digunakan oleh konsumen industri sebagai bahan baku farmasi, kosmetika; dan 3) Daging buah pala yang dijual oleh petani ke industri pengolahan (industri rumah tangga) untuk diolah menjadi produk turunan (seperti sirup, sari buah, manisan, selai,dll), namun ironisnya sebagian besar daging buah pala ini dibuang oleh masyarakat Papua yang memiliki dusun pala tersebut dan masih

lestari dan berkelanjutan.Memberdayakan masyarakat sekitar

hutan pada umumnya bukan sebuah proses panjang dan sinergis yang membutuhkan keterlibatan berbagai pihak baik dari pemerintah, LSM, masyarakat adat, serta swasta dengan pendekatan partisipatif sehingga masyarakat yang memegang peranan. Setiap orang atau kelompok sebenarnya memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Yang perlu dilakukan adalah memotivasi mereka dan mendampinginya.

Upaya itu antara lain dengan pembentukan hutan desa (HD) untuk mempercepat pemberdayaan masyarakat

menjadi sampah.Biji pala dan Fuli

diperdagangkan antar pulau oleh pedagang kabupaten kepada para pembeli di Surabaya, Jakarta

dan Makassar. Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi Unit XVI Fakfak telah membangun kerjasama

dan kemitraan dengan berbagai pihak untuk mengembangkan budidaya pala. Salah satunya dengan lembaga swadaya masyarakat dan swasta yang peduli dan dalam upaya membantu memberdayakan masyarakat adat di sekitar hutan Fakfak dalam kegiatan ekonomi produktif yang berbasis potensi hutan non kayu secara

dengan membentuk tujuh kelompok Tani Hutan yang memproduksi aneka usaha pengembangan produk daging buah pala. Kami menunggu peraturan Menteri Kehutanan tentang perhutanan sosial. KPHK Uni XVI Fakfak akan selalu mendampingi masyarakat agar pengelolaan hutan bisa memberi kesejahteraan kepada masyarakat secara lebih luas.

—Fajar Wedha WasongkoKepala Seksi Evaluasi dan Bina

Perambah Hutan / Plt. Kepala UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

(KPHP) Unit XVI Fakfak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Fakfak, Papua Barat

pala. Kulit pala dan buah pala (kiri).

Page 28: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest28 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Sistem pengelolaan hutan di Indonesia terbagi ke dalam beberapa fungsi: perlindungan, konservasi, dan produksi. Keputusan Menteri Kehutanan sampai 2013 menyebutkan luas kawasan hutan dan perairan Indonesia ± 129,42 juta hektare, yang

dibagi sesuai fungsi dan peruntukannya, yaitu hutan lindung ± 29,91 juta hektare, kawasan konservasi ± 27,39 juta hektare, hutan produksi ± 72,11 juta ha dan kawasan perairan ± 5,40 juta hektarea. Hutan produksi, sebagai kawasan hutan terluas di Indonesia, menjadi prioritas pemenuhan kebutuhan hasil hutan, baik kayu maupun nonkayu serta jasa lingkungan.

Areal hutan alam produksi di Indonesia pada Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) telah terfragmentasi menjadi berbagai penutupan lahan, antara lain, areal hutan primer, bekas tebangan, hutan rawang (tidak produktif) bekas penebangan liar, areal hutan rawang bekas kebakaran, semak belukar, dan padang alang-alang. Areal hutan alam produksi pada

IUPHHK telah terfragmentasi juga ke dalam berbagai kepentingan seperti pertambangan, perkebunan, okupasi masyarakat, dan pemekaran wilayah (Fakultas Kehutanan IPB 2008; Wijayanto 2015).

Kondisi ini berakibat terhadap penurunan fungsi hutan tersebut. Di sisi lain, konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) saat ini mencapai 11 juta hektare, tetapi luas tanamannya hanya 4,9 juta hektare. Peta jalan HTI pada tahun 2025 akan ada 12.7 juta hektare HTI, 3.5 juta hektare hutan tanaman rakyat (HTR), 2.8 juta hektare hutan rakyat, dan 1 juta hektare hutan desa (HD) dan hutan kemasyarakatan (Yasman 2016).

Saat ini, kebutuhan bahan baku kayu industri kehutanan telah melampaui kemampuan sumberdaya hutan dalam menghasilkan pasokan secara lestari. Kondisi tersebut perlu segera ditangani dengan mengefisienkan penggunaan bahan baku kayu oleh industri (zero waste), dan percepatan realisasi pembangunan hutan tanaman industri dan hutan rakyat. Pada 2007, Kementerian Kehutanan mengidentifikasi dua permasalahan kunci terkait persediaan kayu Indonesia, yakni: (1) Kurangnya persediaan bahan baku; dan (2) Kapasitas yang berlebih.”

Meskipun fase pertama (2007-2014) dari Peta Jalan tersebut sudah berakhir, kedua permasalahan tersebut masih berlaku. Analisis Kementerian Kehutanan memberikan indikasi bahwa “tingkat konsumsi kayu bulat ilegal” mencapai 20,3 juta meter kubik; di mana pada tahun 2005, 46 persen dari persediaan kayu adalah kayu ilegal. Pada 2014, analisis dari kajian ini memberikan indikasi bahwa

kesenjangan persediaan kayu masih bertahan di angka setidaknya 20 juta meter kubik (lebih dari 30 persen). Hal ini tentu mengkhawatirkan mengingat pasokan kayu yang lestari saat ini belum ada, sebagai akibat ketergantungan pada kayu hutan alam dari pembukaan lahan sebagai sumber kayu, dan HTI yang performanya masih di bawah standar (Forest Trends dan Koalisi Anti Mafia Hutan 2015).

Dalam laporan terakhirnya, APKI menyatakan sektor pulp dan kertas hanya beroperasi pada kapasitas 80 persen. Jika sektor tersebut mampu beroperasi pada kapasitas penuh, penggunaan kayu akan

Agroforestri: Masa Depan Pemanfaatan Lahan Hutan Produksi Secara ilmiah agroferestri sudah terbukti menjadi soko guru ekonomi masyarakat di sekitar hutan.

laporan utama

Oleh: Nurheni Wijayanto

Page 29: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 29n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

bertambah lagi sebesar 10 juta meter kubik. Pembangunan pabrik baru hanya akan memperparah masalah pasokan kayu yang sudah defisit. Jika peningkatan pasokan kayu legal tidak terjadi, dan pabrik beroperasi pada kapasitas penuh, ditambah pula dengan segera beroperasinya pabrik pulp APP yang baru di Sumatera Selatan, dan akan munculnya pabrik baru di Kalimantan dan Papua, kekurangan pasokan kayu akan meningkat sebanyak 44 juta meter kubik.

Dalam skenario ini, lebih dari 59 persen konsumsi kayu yang dibutuhkan oleh industri primer akan berasal dari sumber-

sumber yang ilegal. Kondisi ini antara lain menyebabkan kebutuhan bahan baku kayu industri kehutanan tidak dapat terpenuhi, karena telah melampaui kemampuan sumberdaya hutan dalam menghasilkan pasokan kayu secara lestari.

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dan terus meningkat. Data jumlah penduduk Indonesia 242,0 juta tahun 2011; 245,4 juta tahun 2012; 248,8 juta tahun 2013; 252,2 juta tahun 214; dan 255,5 juta tahun 2015. Penduduk tersebut membutuhkan pangan, papan, energi, dan lingkungan. Sementara lahan tersedia untuk memenuhinya semakin

terbatas. Salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan lahan tersebut adalah memanfaatkan lahan hutan.

Konsep Agroforestri

Agroforestri merupakan salah satu pengggunaan lahan yang sudah tua oleh petani selama ribuan tahun di seluruh dunia. Konsepsi agroforestri dirintis oleh suatu tim dari Canadian International Development Centre yang bertugas mengidentifikasikan prioritas-prioritas pembangunan di bidang kehutanan di negara-negara berkembang pada 1970-an. Tim ini melaporkan hutan-hutan di negara-negara berkembang belum cukup dimanfaatkan. Menurut tim, kegiatan-kegiatan penelitian yang ditujukan kepada aspek produksi kayu perlu dilanjutkan, namun perlu ada perhatian pula terhadap masalah-masalah yang selama ini diabaikan, yaitu sistem produksi kayu bersamaan dengan komoditi pertanian, dan/atau peternakan, serta kegiatan merehabilitasi lahan-lahan kritis (Nair 1993).

Di dalam agroforestri, terkandung pengertian adanya pengusahaan ganda (majemuk) antara pengusahaan komoditi hasil hutan dan komoditi hasil pertanian (pangan, perkebunan, peternakan, perikanan) di atas suatu wilayah/areal yang diusahakan. Dari segi keilmuan, agroforestri merupakan perpaduan atau modifikasi antara ilmu kehutanan dan ilmu pertanian dalam memanfaatkan sumber daya alam, hutan, tanah dan air secara optimal dan lestari.

Agroforestri adalah istilah baru yang diberikan kepada sistem pertanian yang sudah lama dipraktekkan. Definisi ilmiah agroforestri yang tegas senantiasa menekankan dua karakteristik umum, yaitu: (1) penanaman pohon dan tanaman pertanian dan/ atau ternak pada unit lahan yang sama, baik dalam berbagai bentuk pencampuran maupun pergiliran, dan (2) harus ada interaksi nyata antara komponen tanaman berkayu dan tidak berkayu dari sistem, baik secara ekologis maupun ekonomis.

Agroforestri. Kebun kopi di bawah tegakan hutan.

fOTO: ISTIMEWA

Page 30: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest30 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Agroforestri dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HTI) adalah optimalisasi pemanfaatan lahan hutan di areal izin usaha hutan tanaman dengan pola tanam kombinasi antara tanaman hutan yang berupa pohon dengan tanaman selain pohon dan/atau hewan untuk meningkatkan produktifitas lahan hutan tanaman dengan tidak mengubah fungsi pokok usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, 2015).

Kondisi Umum Hutan ProduksiSuparna (2014) menyampaikan

informasi tentang kondisi kawasan hutan (daratan) negara Republik Indonesia dan pengelolaannya per Desember 2013 (Tabel 1) serta perkembangan usaha hutan tanaman (Tabel 2). Kondisi ini sangat memprihatinkan dan harus segera menjadi perhatian kita bersama.

Salah satu isu penting terkait era pengelolaan hutan secara intensif adalah peningkatan produktivitas sumber daya hutan produksi. Multi Sistem Silvikultur (MSS) adalah penerapan lebih dari satu sistem silvikultur dalam satu periode rencana kerja usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (RKUPHHK) dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil hutan serta meningkatkan nilai finansial dan ekonomi pemanfaatan/pengusahaan

hutan. Penerapan MSS dilakukan pada hutan alam primer (virgin forest) dan atau hutan bekas tebangan (logged over area) dan atau tanah kosong/alang-alang di areal IUPHHK pada hutan produksi berdasarkan RKUPHHK (Menteri Kehutanan Republik Indonesia 2012). MSS yang diterapkan dalam satu unit pengelolaan sumber daya hutan produksi, memberikan harapan terwujudnya pengelolaan sumber daya hutan produksi yang lestari.

Pembangunan hutan tanaman di areal yang telah terbuka sebaiknya menggunakan agroforestri dengan menerapkan sistem suksesi yang dikelola atau mengikuti sequential system. Areal hutan yang telah diokupasi oleh masyarakat dan kondisinya terbuka,

sebaiknya diterapkan sistem Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) dengan jenis-jenis pohon unggul lokal dan berbasiskan sistem agroforestri. Areal hutan yang telah diokupasi masyarakat dan kondisinya dalam bentuk kebun, maka sebaiknya dilakukan penanaman jenis-jenis pohon unggul lokal berfungsi serbaguna, antara lain dalam bentuk jalur, tersebar merata, atau ditanam di batas lahan.

Peningkatan produktivitas sumber daya hutan dengan penerapan MSS, sebaiknya diarahkan tidak hanya ke produk hasil hutan kayu, tetapi diarahkan juga ke hasil hutan bukan kayu, antara lain untuk pangan dan ternak. Produktivitas hutan dapat ditingkatkan dengan pengembangan agroforestri (Patabang et al. 2008).

Agroforestri - Pembangunan Hutan Tanaman

Pembangunan Hutan Tanaman Industri bertujuan memenuhi kesinambungan bahan baku industri kehutanan, meningkatkan produksi dan diversifikasi hasil hutan, perbaikan aspek lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan produksi pada hutan tanaman. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan bukan kayu adalah hasil hutan hayati dan hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan

Banyak agroforestri yang telah dipraktekkan oleh masyarakat kita bisa dijadikan acuan dalam proses pembangunan hutan produksi. Salah satunya repong damar di Krui, Lampung. Repong damar memiliki sejarah keberhasilan yang bisa dijadikan contoh dalam pembangunan hutan (Wijayanto

Tabel 2. Perkembangan Usaha Hutan Tanaman di Wilayah Indonesia

Tahun Jumlah Unit

Luas Areal (ha) Luas Penanaman (ha)

Luas Penanaman Akumulatif*) (ha)

2003 219 4.626.099 124.691 3.121.0932004 227 5.802.704 131.914 3.253.0072005 227 5.734.980 163.125 3.416.1322006 236 6.187.272 231.953 3.648.0852007 247 9.883.499 334.838 4.005.2852008 229 9.923.232 305.463 4.310.7482009 206 8.673.046 422.311 4.522.7052010 289 10.726.043 457.758 4.980.463

Tabel 1. Kawasan hutan (daratan) negara RI dan pengelolaannya per Desember 2013

No. Fungsi Hutan Luas(juta ha)

Lembaga Pengelola

1. Kawasan Hutan Konservasi 21.23 Balai2. Kawasan Hutan Lindung 32.21 Tidak ada pengelola3. Kawasan Hutan Produksi (Tetap+Terbatas)

a. IUPHHK-HA+RE : 24.1 juta hab. IUPHHK-HT+HTR+PH : 12.0 juta hac. Akses terbuka/terlantar : 20.8 juta haSub Total

24.1012.0020.8056.96

BUMN/S, Koperasi (kop.)BUMN/S, Kop., masyarakatTidak ada pengelola

4. Kawasan Hutan Produksi Konversia. Dicadangkan perkebunan: b. Akses terbuka/terlantar : Sub Total

10.0010.8020.87

Tidak ada pengelola

Total 131.27 Total tidak ada pengelola:Htn Lindung: 32.21 juta haHtn Produksi: 31.60 juta ha

Sumber: Suparna (2014)

laporan utama

Page 31: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon
Page 32: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest32 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

2012; Wijayanto 2002).Repong damar dengan hasil utama

getah damar, memiliki posisi dan peran yang sangat penting terhadap wilayah di sekitarnya dan mampu mendorong pertumbuhan perekonomian daerah, khususnya di Kabupaten Lampung Barat. Repong damar juga memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap distribusi pendapatan dan pendapatan rumah tangga masyarakat di Pesisir Krui, Kabupaten Lampung Barat (Wijayanto 2013; Wijayanto 2012; Wijayanto 2002).

Pembangunan hutan tanaman dengan memanfaatkan agroforestri memiliki berbagai keuntungan, antara lain: (1) tersedia lahan untuk berbagai tujuan budidaya tanaman : pangan, obat-obatan, ternak (2) pepohonan terpelihara; (3) menciptakan lapangan kerja; (4) mewujudkan lingkungan hidup yang lebih baik, (5) terciptanya sumber pendapatan yang berkelanjutan. Agroforestri akan memberikan peluang investasi dalam pembangunan hutan. Waktu panen pohon yang lama, akan diatasi dengan adanya panen produk-produk pertanian dan ternak. Produk-produk pertanian dan ternak dapat dipanen dalam waktu yang lebih pendek dibandingkan produk kayu.

Agrforestri - PanganBudidaya tanaman pertanian yang

membutuhkan cahaya penuh dapat dilakukan pada umumnya saat tajuk pohon belum menaungi lahan di antara pohon atau pada saat awal penanaman pohon. Jarak antar larikan pohon dan antar pohon itu sendiri perlu ditata dengan baik agar persaingan memperoleh cahaya dan hara bisa seminimal mungkin.

Huck (1983) menjelaskan untuk bisa melaksanakan agroforestri yang optimal, selain mengetahui keadaan di atas tanah, diperlukan pula pengertian tentang hal-hal yang terjadi di bawah permukaan tanah. Hal ini mengingat bahwa dalam agroforestri terdapat bermacam-macam jenis tanaman, dengan paling sedikit satu di antaranya berupa tanaman berkayu. Sifat komplementer yang dijumpai di atas tanah perlu diusahakan juga di bawah permukaan tanah, baik menurut ruang atau waktu.

Tanaman yang dipilih sebaiknya mempertimbangkan: (1) sifat-sifat genetik, daya adaptasi terhadap tekanan

lingkungan dan populasi, (2) memberi kesempatan kepada tanaman campuran untuk memanfaatkan sinar matahari dengan sebaik-baiknya, dan (3) tumbuhan pengikat nitrogen perlu merupakan bagian dari sistem agroforestri (Cannel 1983). Pemilihan jenis tanaman merupakan hal sangat penting dalam pembuatan layout dan design agroforestri, karena kesalahan akan berdampak panjang dan sangat merugikan.

Jenis yang cocok bukan hanya dari segi pertumbuhan, nilai ekonomi dan kemampuan adaptasinya pada lingkungan tertentu, tetapi juga kemampuannya membentuk struktur tumbuh yang ideal, saat tumbuh berkembang bersama jenis lain pada lahan yang sama (Wijayanto 2006). Jenis tanaman yang dipilih memerlukan cahaya, unsur hara, air, dan ruang yang berbeda-beda. Respon tanaman pun akan berbeda pula, jika cara pengelolaan berbeda.

Beberapa hasil penelitian pemanfaatan lahan hutan dengan tanaman pangan adalah sebagai berikut:1. Pohon mindi dalam sistem agroforestri

dengan kedelai pertumbuhannya lebih tinggi, dibandingkan pertumbuhan pohon mindi dalam sistem monokultur (Wardani et al. 2016; Darmawan et al. 2015).

2. Pohon sentang dalam sistem agroforestri dengan kedelai pertumbuhannya lebih tinggi, dibandingkan pertumbuhan pohon sentang dalam sistem monokultur (Rahmawathi et al. 2016; Puri et al. 2015)

3. Tanaman kedelai dalam sistem agroforestri dengan mindi umur dua tahun produksinya berbeda nyata dengan tanaman kedelai monokultur (Wardani et al. 2016).

4. Tanaman sorghum dalam sistem agroforestri dengan pohon mindi produksinya berbeda nyata dengan sorghum monokultur (Darmawan et al. 2016).

5. Tanaman porang pertumbuhannya lebih baik pada tegakan sengon bernaungan 30% daripada tegakan sengon bernaungan 80 persen (Wijayanto dan Pratiwi 2011).

6. Sistem agroforestri memberikan pengaruh positif untuk pertumbuhan sentang, karena sentang yang

ditumpangsarikan dengan sorgum memiliki nilai dimensi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan sentang yang tidak ditumpangsarikan dengan sorgum (Wijayanto dan Hidayanthi 2012).

7. Penggunaan varietas kedelai toleran naungan pada agroforestri sengon 4 tahun menghasilkan produksi yang lebih rendah daripada hasil di lahan terbuka (Hartoyo et al. 2014).

8. Ganyong putih yang ditanam pada

Page 33: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 33n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

lahan ternaungi sengon (intensitas naungan 42 persen) lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan dengan ganyong putih yang tidak ternaungi sengon dilihat dari parameter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun dan biomassa.

9. Naungan sengon tidak berpengaruh nyata terhadap hasil berat umbi basah ganyong putih (Wijayanto dan Azis 20013).

10. Pola tanam hutan rakyat di Bogor yang dikembangkan oleh petani pada umumnya adalah agroforestri (Wijayanto dan Hartoyo 2013).

11. Pola agroforestri dengan tanaman kehutanan gmelina, suren, mahoni, dan pete serta tanaman pertanian dengan dominansi cabai dan jagung, memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan gmelina (Wijayanto dan Rosita 2012).

12. Pertumbuhan tanaman pokok Gmelina arborea Roxb. terbaik ditemukan pada pola agroforestri AF 1 (gmelina, jagung, singkong, pisang, petai) dan AF 4 (gmelina, mahoni, jagung, cabai) sedangkan pertumbuhan tanaman pokok terendah ditemukan pada pola agroforestri AF 3 (gmelina, mahoni, singkong, petai) (Wijayanto dan Rifai 2010).

13. Naungan sengon berumur 1(satu) tahun tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ganyong merah (Rahayu dan Wijayanto 2014).

Agroforestri – TernakHewan di dalam hutan menjadi

komponen penting dalam ekosistem. Saat ini kita dihadapkan pada harga daging yang mahal, impor sapi, dan impor susu yang terus meningkat. Indonesia saat ini merupakan negara pengimpor daging sapi dengan volume cukup besar (Tseuoa et al. 2012; Maraya 2013).

Beberapa penelitian di negara lain yang menjadi acuan menyusun pemikiran tentang potensialnya pemanfaatan lahan hutan untuk pengembangan silvopastur disajikan sebagai berikut:

Silvopastur adalah sistem penggunaan lahan di mana pohon, pakan ternak, dan ternak terdapat dalam satu lahan. Silvopastur mengkombinasikan manajemen hutan, manajemen pakan dan manajemen ternak (Cubbage et al. 2012; Lindgren and Sullivan 2014). Cubbage et al. (2012) menyatakan terdapat beberapa model silvopastur, yang dapat dibedakan menurut lokasi, tipe silvopastur, spesies pohon, cara regenerasi pohon, kerapatan

pohon awal penanaman, kerapatan pohon akhir, ada tidaknya pemangkasan, spesies rumput yang digunakan, dan spesies hewan yang digunakan.

Manfaat ekologi diperoleh dari keberadaan pohon dalam silvopastur dengan kerapatan minimal 80 pohon per hektare. Salah satu manfaat ekologi naungan ternak dan penyerap karbon. Manfaat ekonomi berupa penjualan kayu dan ternak (Cubbage et al. 2012). Silvopastur dilakukan untuk memperoleh produksi daging dengan biaya murah. Tegakan pohon tidak dijual. Manfaat ekonomi berupa penjualan sapi. Sementara manfaat ekologi berupa naungan untuk sapi (Cubbage et al. 2012).

Model silvopastur di bagian tenggara Amerika Serikat, menggunakan hutan tanaman yang umumnya jenis pinus (Pinus ellottii, P. taeda, P. palustris) dengan kerapatan vegetasi awal 370-1000 pohon per hektare. Regenerasi pohon dilakukan oleh manusia. Pakan ternak merupakan jenis eksotik, untuk musim panas adalah Paspalum spp dan Cynodon spp, sedangkan untuk musim dingin menggunakan jenis Secale cereale, Trifolium spp, Festuca spp, dan Lolium spp. Ternak yang dibudidayakan terdiri dari sapi, kambing dan domba. Lahan dimiliki dan dikelola oleh pengusaha besar. Manfaat ekonomi berupa penjualan kayu dan ternak yang diperuntukkan bagi pengusaha (Dangerfield and Harwel 1990, Cubbage et al. 2012).

Silvopastur di Uruguay telah dimulai lebih dari 50 tahun. Hutan yang digunakan merupakan hasil tanamam jenis Pinus taeda dan Eucalyptus. Pakan ternak menggunakan jenis eksotik (Paspalum notatum, Stipa sp., Briza sp. Adesmia muricata, Axonopus affinis, Bromus auletikus, Bromus unioloide, Poa lanigera). Kerapatan tegakan awal 1.000-1.600 pohon per hektare. Ternak yang dibudidayakan berupa sapi dan domba. Tanaman kayu diperuntukkan bagi perusahaan, sedangkan hasil ternak untuk masyarakat (Cubbage et al. 2012).

Hutan untuk silvopastur di New Zealand merupakan hasil tanaman dengan jenis Pinus radiata, Cryptomeria japonica, Eucalyptus spp., Acacia spp., Populus alba. Kerapatan tegakan awal 1600 pohon per hektar dan kerapatan tegakan akhir 300-350 pohon per hektar. Pakan ternak

Agrofishery. Ilustrasi perpaduan hutan dan budidaya ikan.

FOTO: R. Eko Tjahjono

Page 34: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest34 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

menggunakan jenis eksotik (Lolium spp.). Hewan ternak yang dibudidayakan adalah kambing. Ternak tersebut disimpan di dalam kandang, namun sewaktu-waktu dimasukkan ke dalam hutan untuk mencari makan sendiri. Lahan hutan dimiliki oleh perusahaan, sedangkan hasil kayu dan ternak diperuntukkan bagi perusahaan (Cubbage et al. 2012).

Hutan untuk silvopastur di Paraguay merupakan hutan alam dengan jenis Prosopsis alba dan P. nigra, Leucaena leucocephala. Kerapatan tegakan 45 pohon per ha. Pakan rumput menggunakan jenis alami (Axonopus compressus, Hypoginium vigatum). Ternak yang dibudidayakan adalah sapi. Lahan hutan merupakan milik petani. Pendapatan petani diperoleh dari hasil penjualan ternak. Tegakan pohon tidak dipanen (Cubbage et al. 2012).

Hutan untuk silvopastur di Brazil merupakan hasil tanaman dengan menggunakan jenis Eucalyptus camadulensis, E. grandis, E. uropylla, E. tereticornis. Kerapatan tegakan awal dan akhir adalah sekitar 250 pohon per hektar. Pakan ternak menggunakan jenis eksotik (Brachiaria brizantha, B. Humidicola, Panicum maximum). Ternak yang dibudidayakan adalah sapi dan kerbau. Lahan hutan dimiliki oleh perusahaan. Pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan kayu dan ternak (Cubbage et al. 2012).

Model silvopastur di Patahile menggunakan hutan hasil tanaman dengan menggunakan jenis Pinus ponderosa, P. contorta, Pseudotsuga menziesii, Nothofagus pumilio, N. dombeyi. Kerapatan tegakan awal 2000 pohon per hektar dan kerapatan tegakan akhir 400 pohon per hektar. Pakan ternak merupakan jenis eksotik (Dactylis glomerata, Holcus lanatus, Poa pratensis, Trifolium pratense, T. Repens, Acaena magellanica, A. pinnatifida, Hypochoeris radicata, Taraxacum officinale). Ternak yang dibudidayakan adalah sapi. Hutan dimiliki petani. Manfaat ekonomi diperoleh dari penjualan ternak. Manfaat ekologi yang diperoleh berupa penyerapan karbon dan pengurangan erosi (Cubbage et al. 2012).

Berdasarkan hasil penelitian di negara-negara tersebut, menunjukkan bahwa silvopastur potensial dan memberi

harapan ke depan untuk dikembangkan di lahan hutan produksi. Silvopastur bisa terwujud jika memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: (1) adanya peraturan perundangan yang kondusif, (2) melibatkan anggota tim dari berbagai disiplin ilmu, (2) menguntungkan, baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial, (3) diprioritaskan lokasinya di lahan kawasan hutan yang telah terbuka, (4) penerapannya didukung oleh hasil-hasil penelitian.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI sudah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor : P.14/Menlhk-Ii/2015 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvopastura yang selanjutnya disingkat IUPK-Silvopastura. Silvopastura dalam peraturan ini didefinisikan sebagai kegiatan kehutanan yang dikombinasikan secara proporsional dengan usaha peternakan di dalam kawasan hutan produksi yang meliputi pelepasliaran dan/atau pengandangan ternak dalam rangka pengelolaan hutan produksi lestari untuk mendukung program kedaulatan pangan. Jangka waktu IUPK-Silvopastura paling lama 20 tahun dan bisa diperpanjang bila tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Usaha pemanfaatan kawasan Silvopastura dapat dilakukan di areal kerja IUPHHK-HA atau IUPHHK-HTI yang didasarkan atas rencana kerja usaha sesuai peraturan perundang-undangan. Areal yang dimohon untuk IUPK-Silvopastura adalah kawasan hutan produksi yang tidak dibebani izin/hak selain wilayah kerja KPH yang telah ada lembaga dan rencana pengelolaan hutan (Menteri Kehutanan 2015).

Pohon, ternak, pakan ternak, dan tempat tumbuh dapat dikelola dengan tepat dan benar. Pengelolaan yang tepat dan benar tersebut secara langsung akan memberikan berbagai keuntungan, baik dari aspek ekologi, ekonomi maupun sosial. Lahan hutan yang terbuka perlu menjadi prioritas dimanfaatkan untuk silvopastur. Lahan hutan yang tidur, terlantar, dan tidak produktif diharapkan semakin menurun dan tidak ditemukan lagi.

—Nurheni Wijayanto, Guru Besar Tetap pada Fakultas Kehutanan IPB. Disarikan

dari orasi ilmiah Guru Besar Institut Pertanian Bogor, 6 Agustus 2016

laporan utama

Page 35: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 35n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Karena ia punya hidung,jaga ia tetap ranum

F rest D gest

Page 36: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest36 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Administrasi publik sangat vital dan strategis bagi keberlangsungan bernegara. Salah satu perwujudan organisasi publik ada pada lingkup kehutanan. Tepatnya pada Kebijakan Hutan Tanaman

Rakyat (HTR) yang merupakan kebijakan pemberian hutan tanaman yang dibangun oleh kelompok masyarakat dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur yang menjamin kelestarian sumber daya hutan.

Penelitian ini bertujuan menguji peran “Kepemimpinan Transglobal” sebagai penggerak produktivitas hutan produksi pada HTR di Indonesia, serta pemberdayaan masyarakat good governance sebagai perantara antara kepemimpinan terhadap produktivitas. Penelitian berlokasi di kawasan (HTR) seluruh Indonesia, yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia dengan luas pencadangan hingga Juni 2015 sebesar 746.220 hektare. Unit sampel penelitian ini adalah wilayah/kabupaten, sedangkan unit analisis (responden) adalah Kepala Dinas Kehutanan dan Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat, pasar, koperasi, dan usaha kecil dan menengah. Sebagai variabel, penelitian ini meliputi intelegensia kepemimpinan transglobal, perilaku kepemimpinan transglobal, pemberdayaan masyarakat, good governance, dan produktivitas hutan. Alat analisis yang digunakan adalah generalized structured component analysis (GSCA), serta pengujian efek mediasi menggunakan uji Sobel.

Kesimpulan penelitian memperlihatkan, pertama, intelegensia kepemimpinan transglobal berpengaruh langsung terhadap perilaku kepemimpinan translgobal, pemberdayaan masyarakat, serta pengelolaan hutan berbasis good governance, tetapi tidak berpengaruh langsung terhadap produktivitas hutan. Intelegensia kepemimpinan transglobal tidak memiliki pengaruh langsung terhadap produktivitas hutan, akan tetapi berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas hutan melalui perantara pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis good governance.

Kedua, perilaku kepemimpinan transglobal berpengaruh langsung terhadap pemberdayaan masyarakat, serta pengelolaan hutan berbasis good governance, tetapi tidak berpengaruh langsung terhadap produktivitas hutan. Perilaku kepemimpinan transglobal tidak memiliki pengaruh langsung terhadap produktivitas hutan, akan tetapi berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas hutan melalui perantara pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis good governance.

Ketiga, pemberdayaan masyarakat berpengaruh langsung terhadap produktivitas hutan. Dan keempat, pengelolaan hutan berbasis good governance berpengaruh langsung

terhadap produktivitas hutan tersebut.Berdasarkan temuan-temuan itu,

muncul sejumlah implikasi teoritik sebagai berikut: Pertama, faktor intelegensia kepemimpinan transglobal serta perilaku kepemimpinan transglobal tidak berpengaruh langsung terhadap produktivitas hutan, akan tetapi melalui perantara pemberdayaan masyarakat. Terlihat adanya pengaruh tidak langsung antara intelegensia kepemimpinan transglobal serta perilaku kepemimpinan transglobal terhadap produktivitas hutan.

Hal ini berimplikasi secara teoritis bahwa teori transglobal (Sharkey, et al., 2012) tidak bisa secara langsung berdampak pada organizational performance dalam hal ini adalah produktivitas hutan. Akan tetapi teori ini perlu berdampingan dengan teori pemberdayaan masyarakat seperti

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas HutanPenelitian ini hendak mengkaji pengaruh kepemimpinan transglobal dalam pengelolaan hutan tanaman rakyat.

laporan utama

Oleh: Bambang Hendroyono

Page 37: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 37n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

diutarakan oleh Cook dan Macaulay (1984) dan Friedmann (1992) melalui tTeori ACTORS.

Kedua, faktor intelegensia kepemimpinan transglobal serta perilaku kepemimpinan transglobal tidak berpengaruh langsung terhadap produktivitas hutan, tapi melalui perantara good forest governance. Terlihat adanya pengaruh tidak langsung antara intelegensia kepemimpinan transglobal serta perilaku kepemimpinan transglobal terhadap produktivitas hutan. Hal ini berimplikasi secara teori bahwa Teori Transglobal (Sharkey, et al., 2012) tidak dapat secara langsung berdampak pada organizational performance dalam hal ini adalah Produktivitas Hutan. Akan tetapi teori ini perlu berdampingan dengan Teori Good Forest Governance seperti diutarakan oleh Hargadon (2003), di mana

secara spesifik Teori Global Governance (Margreth & Mings, 2004, Hurrel, 2005, Barnett & Duval, 2005) menyatakan tata kelola pemerintahan yang baik (good forest governance) merupakan masalah yang paling penting dalam pengelolaan administrasi publik.

Beberapa saranPertama, hasil temuan ini

merekonstruksi Teori Kepemimpinan Transglobal yang lebih tepat digunakan pada instansi pemerintahan daerah, khususnya Kepala Daerah dengan menggunakan ketepatan intelegensia dan perilaku kepemimpinan transglobal akan mampu meningkatkan produktivitas hutan. Di sisi lain, juga memperkuat teori pemberdayaan masyarakat dan teori good forest governance dalam formulasi kebijakan publik. Pemberdayaan

masyarakat dan good governance adalah pemediasi hubungan antara intelegensia dan perilaku pemimpin transglobal terhadap produktivitas hutan.

Kedua, pentingnya peran partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HTR, karena berpengaruh terhadap produktivitas hutan, serta memediasi pengaruh Intelegensia dan Perilaku Kepemimpinan Transglobal terhadap Produktivitas Hutan. Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa perlu adanya kebijakan alokasi anggaran untuk sosialisasi kepada masyarakat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kebijakan HTR, agar program HTR ini berhasil guna dan berdaya guna.

Ketiga, pentingnya peran good forest governance dalam rangka pengelolaan hutan khususnya HTR, mengingat Good Forest Governance berpengaruh terhadap Produktivitas Hutan, serta memediasi pengaruh Intelegensia dan Perilaku Kepemimpinan Transglobal terhadap Produktivitas Hutan. Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia yang handal dalam hal ini aparat pemerintah daerah/pusat untuk bersama-sama dengan para stakeholder dapat mengelola hutan menjadi lebih baik lagi.

Keempat, pentingnya peran Intelegensia dan Perilaku Kepemimpinan Transglobal terhadap peningkatan Produktivitas Hutan. Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan kepada setiap Kepala Daerah yang melaksanakan program HTR harus memiliki intelegensia yang tinggi utamanya dalam hal kecerdasan moral.

—Bambang HendroyonoSekretaris Jenderal Kementerian

Lingkungan Hidup dan KehutananDisertasi untuk program doktor Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya pada 2016 berjudul Kepemimpinan Transglobal

Sebagai Penggerak Produktivitas Hutan Produksi Pada Hutan Tanaman Rakyat

(HTR) Di Indonesia. Promotor: Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS, M.Si.

Ko-promotor: Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA.,Ph.D dan Dr. Ir. Fadel Muhammad.

hutan rakyat. Hutan tanaman rakyat.

Page 38: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest38 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Targetnya� tidak�main-main� :� 12.7� hektar.� Luas� lahan�sebesar� itulah� yang� hendak� dikejar� pemerintah� hingga�2019�dengan�bungkus�Perhutanan�Sosial.�

Program� perhutanan� social� niatnya� untuk� membuka�akses�bagi�masyarakat�agar�ikut�mengelola�hutan.� �Target�12,7� juta� hektare� hutan� itu� bisa� diakses� dan� dikelola�masyarakat,�lewat�lima�skema.�Skema�tersebut,�antara�lain�kegiatan�hutan�kemasyarakatan� (HKm),�hutan�desa� (HD)�hutan� tanaman�rakyat� (HTR),�kemitraan�dan�hutan�adat.�Lewat� skema� itu,� masyarakat� diberikan� akses� untuk�mengelola�kawasan�hutan�secara�lestari.�

Namun�data�di� lapangan�untuk�mencapai� target�yang�begitu�ambisius�ini�butuh�energy�yang�tidak�kecil.�Kita�bisa�berkaca�pada�perjalanan�Perhutanan�Sosial�ini�dari�tahun�ketahun.�

Dengan� mengunakan� peraturan� lama� pencapaian�perhutanan�sosial�sampai�Agustus�2016:�Penetapan�Areal�Kerja� (PAK)� Hutan� Desa� � seluas� 471.371� ha� dan� HPHD�seluas�184.270,83�ha;�PAK�HKm�seluas�425.893,36�ha�dan�IUPHHK-HTR� seluas� 203.738,34� ha.� Dua� tahun� masa�pemerintahan�Jokowi�target�pencapaian�12,7�juta�ha�masih�sangat�jauh.��

Salah�satu�kendalanya�datang�dari�kebijakan�yang�telalu�berbelit-belit.� Kelompok� masyarakat� yang� mengajukan�HKm� dan� Lembaga� Desa� yang� mengajukan� HD� bisa�menunggu� bertahun-tahun� untuk� mendapatkan� SK� PAK�(Penetapan� Areal� Kerja)� dari� Menteri� � serta� menunggu�bertahun-tahun� pula� untuk� mendapatkan� HPHD� dari�gubernur� dan� IUPHKm� dari� Bupati. � � Pemberian�hak/perizinan� sering� kali� dikaitkan� dengan� event-event��politik� dan� di� lapangan� masyarakat� untuk� memperoleh�areal� kerja� sering� kali� berkompetisi� dengan� investor.��Capain�HD,�HKm,�maupun�HTR�sampai�tahun�2014�masih�sangat�rendah.��

Dari� �target�2,500�juta�hektar�untuk�perhutanan�sosial,�Hutan�Desa� � hanya�mencapai� 67,737� ha�HPHD,� �Hutan�Kemasyarakatan� hanya� tercapai� 94,372� IUPHKm� � � dan��Hutan�Tanaman�Rakyat�hanya�tercapai�146,324�IUPHHK-HTR.�

Perhutanan�Sosial�:�Kiblat�Baru�Pengelolaan�Hutan�Saatnya�untuk�Rakyat�

2015

2.5 JtHa

2016

5 JtHa

2017

7.6 JtHa

2018

10.1 JtHa

2019

12.7 JtHa

Target alokasi areal perhutanan sosial yang akan dikelola oleh masyarakat (RPJMN)

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan LingkunganDirektorat Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial

Perjalanan� perhutanan� sosial � di�Indonesia� sebenarnya� telah� dimulai� sejak�tahun�1970-an.�Kongres�Kehutatan�Dunia�VIII� tahun� 1978� di� Jakarta� merupakan�tonggak� awal� perhutanan� sosial� dunia,�termasuk� Indonesia.� Beberapa� tahun�sebelum�itu,�Perhutani�bahkan�telah�mulai�melakukan� pendekatan� kesejahteraan�(prosperity� approach)� pada� tahun� 1972�yang� ditandai� dengan� program� tumpang�sari� Ma-Lu� (Mantri� Lurah)� dan� Ma-Ma�(Magelang� Magetan).� Ford� Foundation�pada � t ahun � 1980 - an � mendukung�Pehutanan�Sosial�di�Jawa�dan�pada�tahun�1984-85�melaksanakan�studi�di�luar�Jawa�(Kalimantan,� Sulawesi,� dan� Papua).� Hasil�studi� ini� kemudian� mendorong� lahirnya��kebijakan�HPH�Bina�Desa�dengan�terbitnya�SK� Menteri� Kehutanan� No.� 691/1991.�Selanjutnya� � HPH� Bina� Desa� dirubah�menjadi� � �PMDH�(Pembinaan�Masyarakat�Desa � Hutan ) � � dengan � SK � Menhut�No.69/1995�jo�SK�Menhut�No.523/1997.�

Kegiatan� tumpang� sari� Perhutani� hanya�memberikan� kesempatan� kepada� masyarakat�menanam� padi,� jagung� dan� palawija� di� sela-sela�pohon�jati.�Sementara�program�HPH�Bina�Desa�dan�PMDH� yang� d i lakukan� pengusaha � hutan���memisahkan�masyarakat� dari� hutan.� Kegiatannya�berupa� bantuan� sosial,� pembangunan� jalan,�jembatan�dan�masjid� serta�mengajari�masyarakat�menanam�padi�secara�menetap�dan�meninggalkan�perladangan.�

Pada�1995,�pemerintah�mengenalkan�kebijakan�Hutan� Kemasyarakat� (HKm)� dengan� SK� Menhut�No.622/1995.� HKm� generasi� awal� ini� berupa�penunjukan� masyarakat� oleh� pemerintah� untuk�ikut� serta� dalam� pengelolaan� hutan.� Jadi�perhutanan�sosial�pada�masa-masa� �awal�ini�masih�melihat� masyarakat� sebagai� obyek� dan� bukan�sebagai� subyek� pengelola� hutan.� Kebijakan� HKm�diperbaiki�dengan�SK�Menhut�No.�677/1998�jo�SK�M e n h u t � N o . � 8 6 5 / 1 9 9 9 � j o � S K � M e n h u t�No.31/2001.SK�Menhut�No.677/1998� �merupakan�tonggak� � � pertama� perubahanan� paradigma�pengelolaan� hutan� dengan� menempatkan���masyarakat� sebagai� subyek� pengelola� hutan.�Meskipun� dasar� hukum� pada� waktu� itu� dalam�belum� ada� di� dalam� UU� No.6/1967� tentang�Kehutanan.�

�Dengan�kebijakan�HKm�yang�baru�masyarakat�mendapatkan� izin� kegiatan� HKm� berupa� izin�sementara� 3-5� (tiga� sampai� lima)� tahun� sebelum�mendapatkan� izin� definitif� selama� 25� tahun.�Menteri�Kehutanan�menerbitkan�26�Izin�sementara�kegiatan�HKm��di�8�(delapan)�propinsi�dengan�luas�19.073� hektar.� Namun� sampai� habis� masa� izin�sementara� tersebut� tidak� ada� izin� definitif� yang�diterbitkan� oleh� pemerintah.� Bahkan� pada� tahun�2004� pemerintah� menerbitkan� Permenhut�No .1/2004� tentang� Sosia l � Forestry � yang��

PERKEMBANGAN�KEBIJAKANP E R HU TANAN � S O S I A L

1993SK Menhut No. 251/1993 Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Adat

1993

1995

SK Menhut No. 622/1995 jo No. 677/1998 tentang HKm

SK Menhut No. 47/1998 tentang KDTI Repong Damar Krui

1999 SK Menhutbun No.865/1999 jo SK Menhut No. 31/2001.

2004Permenhut No. P.01/2004 tentang Sosial Forestry.

1999 19992007PP No. 6/2007 ttng Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, dan Pemanfaatan Hutan.

mengaburkan� HKm� dan� tidak� memberikan� solusi�terhadap�izin�sementara�kegiatan�HKm�yang�tidak�berlanjut.� Sehingga�kegiatan�HKm�pada�waktu� itu�berjalan�mandeg�dan�tidak�berkembang.�

Peraturan� Pemerintah� No.6/2007� jo� PP�No.3/2008� tentang� Tata� Hutan� Penyusunan�Rencana� Pengelolalaan� dan� Pemanfaatan� Hutan�sebagai�revisi�terhadap�No.34�tahun�2002�tentang�Tata�Hutan�dan�Penyusunan�Rencana�Pengelolaan�Hutan,� Pemanfaatan� Hutan� dan� Penggunaan�Kawasan� Hutan,� telah� memberikan� dasar� hukum��yag� lebih� kuat� terhadap� perhutanan� sosial.� Tidak�hanya � menga tu r � HKm , � PP � 6 /2007 � j ug a�memperkenalkan� Hutan� Desa,� Hutan� Tanaman�Rakyat� dan� Kemitraan.� Berdasarkan� peraturan�pemerintah� ini�kemudian�pemerintah�menetapkan�peraturan� operasional� tentang�Hutan�Desa,�Hutan�Kemasyarakatan,� dan� Hutan� Tanaman� Rakyat.��Peraturan�operasional�ini�beberapa�kali�dirubah�dan�terakhir� adalah:�Permenhut�No.P.89/2014� tentang�Hutan� Desa,� Permenhut� No.P.88/2014� tentang�Hu t an � Kemasya r aka t an � d an � Pe rmenhu t�No.P31/2013� tentang� Hutan� Tanaman� Rakyat.�Peraturan� operasional� tentang� kemitraan� yang�paling� terakhir� ditetapkan� dengan� Permenhut�No.P.39/2013.�

PP� 6/2007� dengan� peraturan� operasionalnya�merupakan� tonggak� penting� perkembangan�perhutanan� sosial� di� Indonesia.� Menjadi� tonggak�penting�karena�selama�62�(enam�puluh�dua)�tahun�Indonesia�merdeka,�untuk�pertama�kali�masyarakat�memperoleh�hak/izin�mengelola�dan�memanfaatkan�hutan� selama� 35� tahun.� Hal� ini� ditandai� dengan�Pencanangan�Penetapan�Areal�Kerja�dan�Pemberian�Izin�Definitif�HKm�oleh�Wakil�Presiden�Yusuf�Kalla�pada� tanggal�27�Desember�2007�di�Gunung�Kidul�Yogyakarta.�

Page 39: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 39n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Targetnya� tidak�main-main� :� 12.7� hektar.� Luas� lahan�sebesar� itulah� yang� hendak� dikejar� pemerintah� hingga�2019�dengan�bungkus�Perhutanan�Sosial.�

Program� perhutanan� social� niatnya� untuk� membuka�akses�bagi�masyarakat�agar�ikut�mengelola�hutan.� �Target�12,7� juta� hektare� hutan� itu� bisa� diakses� dan� dikelola�masyarakat,�lewat�lima�skema.�Skema�tersebut,�antara�lain�kegiatan�hutan�kemasyarakatan� (HKm),�hutan�desa� (HD)�hutan� tanaman�rakyat� (HTR),�kemitraan�dan�hutan�adat.�Lewat� skema� itu,� masyarakat� diberikan� akses� untuk�mengelola�kawasan�hutan�secara�lestari.�

Namun�data�di� lapangan�untuk�mencapai� target�yang�begitu�ambisius�ini�butuh�energy�yang�tidak�kecil.�Kita�bisa�berkaca�pada�perjalanan�Perhutanan�Sosial�ini�dari�tahun�ketahun.�

Dengan� mengunakan� peraturan� lama� pencapaian�perhutanan�sosial�sampai�Agustus�2016:�Penetapan�Areal�Kerja� (PAK)� Hutan� Desa� � seluas� 471.371� ha� dan� HPHD�seluas�184.270,83�ha;�PAK�HKm�seluas�425.893,36�ha�dan�IUPHHK-HTR� seluas� 203.738,34� ha.� Dua� tahun� masa�pemerintahan�Jokowi�target�pencapaian�12,7�juta�ha�masih�sangat�jauh.��

Salah�satu�kendalanya�datang�dari�kebijakan�yang�telalu�berbelit-belit.� Kelompok� masyarakat� yang� mengajukan�HKm� dan� Lembaga� Desa� yang� mengajukan� HD� bisa�menunggu� bertahun-tahun� untuk� mendapatkan� SK� PAK�(Penetapan� Areal� Kerja)� dari� Menteri� � serta� menunggu�bertahun-tahun� pula� untuk� mendapatkan� HPHD� dari�gubernur� dan� IUPHKm� dari� Bupati. � � Pemberian�hak/perizinan� sering� kali� dikaitkan� dengan� event-event��politik� dan� di� lapangan� masyarakat� untuk� memperoleh�areal� kerja� sering� kali� berkompetisi� dengan� investor.��Capain�HD,�HKm,�maupun�HTR�sampai�tahun�2014�masih�sangat�rendah.��

Dari� �target�2,500�juta�hektar�untuk�perhutanan�sosial,�Hutan�Desa� � hanya�mencapai� 67,737� ha�HPHD,� �Hutan�Kemasyarakatan� hanya� tercapai� 94,372� IUPHKm� � � dan��Hutan�Tanaman�Rakyat�hanya�tercapai�146,324�IUPHHK-HTR.�

Perhutanan�Sosial�:�Kiblat�Baru�Pengelolaan�Hutan�Saatnya�untuk�Rakyat�

2015

2.5 JtHa

2016

5 JtHa

2017

7.6 JtHa

2018

10.1 JtHa

2019

12.7 JtHa

Target alokasi areal perhutanan sosial yang akan dikelola oleh masyarakat (RPJMN)

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan LingkunganDirektorat Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial

Perjalanan� perhutanan� sosial � di�Indonesia� sebenarnya� telah� dimulai� sejak�tahun�1970-an.�Kongres�Kehutatan�Dunia�VIII� tahun� 1978� di� Jakarta� merupakan�tonggak� awal� perhutanan� sosial� dunia,�termasuk� Indonesia.� Beberapa� tahun�sebelum�itu,�Perhutani�bahkan�telah�mulai�melakukan� pendekatan� kesejahteraan�(prosperity� approach)� pada� tahun� 1972�yang� ditandai� dengan� program� tumpang�sari� Ma-Lu� (Mantri� Lurah)� dan� Ma-Ma�(Magelang� Magetan).� Ford� Foundation�pada � t ahun � 1980 - an � mendukung�Pehutanan�Sosial�di�Jawa�dan�pada�tahun�1984-85�melaksanakan�studi�di�luar�Jawa�(Kalimantan,� Sulawesi,� dan� Papua).� Hasil�studi� ini� kemudian� mendorong� lahirnya��kebijakan�HPH�Bina�Desa�dengan�terbitnya�SK� Menteri� Kehutanan� No.� 691/1991.�Selanjutnya� � HPH� Bina� Desa� dirubah�menjadi� � �PMDH�(Pembinaan�Masyarakat�Desa � Hutan ) � � dengan � SK � Menhut�No.69/1995�jo�SK�Menhut�No.523/1997.�

Kegiatan� tumpang� sari� Perhutani� hanya�memberikan� kesempatan� kepada� masyarakat�menanam� padi,� jagung� dan� palawija� di� sela-sela�pohon�jati.�Sementara�program�HPH�Bina�Desa�dan�PMDH� yang� d i lakukan� pengusaha � hutan���memisahkan�masyarakat� dari� hutan.� Kegiatannya�berupa� bantuan� sosial,� pembangunan� jalan,�jembatan�dan�masjid� serta�mengajari�masyarakat�menanam�padi�secara�menetap�dan�meninggalkan�perladangan.�

Pada�1995,�pemerintah�mengenalkan�kebijakan�Hutan� Kemasyarakat� (HKm)� dengan� SK� Menhut�No.622/1995.� HKm� generasi� awal� ini� berupa�penunjukan� masyarakat� oleh� pemerintah� untuk�ikut� serta� dalam� pengelolaan� hutan.� Jadi�perhutanan�sosial�pada�masa-masa� �awal�ini�masih�melihat� masyarakat� sebagai� obyek� dan� bukan�sebagai� subyek� pengelola� hutan.� Kebijakan� HKm�diperbaiki�dengan�SK�Menhut�No.�677/1998�jo�SK�M e n h u t � N o . � 8 6 5 / 1 9 9 9 � j o � S K � M e n h u t�No.31/2001.SK�Menhut�No.677/1998� �merupakan�tonggak� � � pertama� perubahanan� paradigma�pengelolaan� hutan� dengan� menempatkan���masyarakat� sebagai� subyek� pengelola� hutan.�Meskipun� dasar� hukum� pada� waktu� itu� dalam�belum� ada� di� dalam� UU� No.6/1967� tentang�Kehutanan.�

�Dengan�kebijakan�HKm�yang�baru�masyarakat�mendapatkan� izin� kegiatan� HKm� berupa� izin�sementara� 3-5� (tiga� sampai� lima)� tahun� sebelum�mendapatkan� izin� definitif� selama� 25� tahun.�Menteri�Kehutanan�menerbitkan�26�Izin�sementara�kegiatan�HKm��di�8�(delapan)�propinsi�dengan�luas�19.073� hektar.� Namun� sampai� habis� masa� izin�sementara� tersebut� tidak� ada� izin� definitif� yang�diterbitkan� oleh� pemerintah.� Bahkan� pada� tahun�2004� pemerintah� menerbitkan� Permenhut�No .1/2004� tentang� Sosia l � Forestry � yang��

PERKEMBANGAN�KEBIJAKANP E R HU TANAN � S O S I A L

1993SK Menhut No. 251/1993 Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Adat

1993

1995

SK Menhut No. 622/1995 jo No. 677/1998 tentang HKm

SK Menhut No. 47/1998 tentang KDTI Repong Damar Krui

1999 SK Menhutbun No.865/1999 jo SK Menhut No. 31/2001.

2004Permenhut No. P.01/2004 tentang Sosial Forestry.

1999 19992007PP No. 6/2007 ttng Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, dan Pemanfaatan Hutan.

mengaburkan� HKm� dan� tidak� memberikan� solusi�terhadap�izin�sementara�kegiatan�HKm�yang�tidak�berlanjut.� Sehingga�kegiatan�HKm�pada�waktu� itu�berjalan�mandeg�dan�tidak�berkembang.�

Peraturan� Pemerintah� No.6/2007� jo� PP�No.3/2008� tentang� Tata� Hutan� Penyusunan�Rencana� Pengelolalaan� dan� Pemanfaatan� Hutan�sebagai�revisi�terhadap�No.34�tahun�2002�tentang�Tata�Hutan�dan�Penyusunan�Rencana�Pengelolaan�Hutan,� Pemanfaatan� Hutan� dan� Penggunaan�Kawasan� Hutan,� telah� memberikan� dasar� hukum��yag� lebih� kuat� terhadap� perhutanan� sosial.� Tidak�hanya � menga tu r � HKm , � PP � 6 /2007 � j ug a�memperkenalkan� Hutan� Desa,� Hutan� Tanaman�Rakyat� dan� Kemitraan.� Berdasarkan� peraturan�pemerintah� ini�kemudian�pemerintah�menetapkan�peraturan� operasional� tentang�Hutan�Desa,�Hutan�Kemasyarakatan,� dan� Hutan� Tanaman� Rakyat.��Peraturan�operasional�ini�beberapa�kali�dirubah�dan�terakhir� adalah:�Permenhut�No.P.89/2014� tentang�Hutan� Desa,� Permenhut� No.P.88/2014� tentang�Hu t an � Kemasya r aka t an � d an � Pe rmenhu t�No.P31/2013� tentang� Hutan� Tanaman� Rakyat.�Peraturan� operasional� tentang� kemitraan� yang�paling� terakhir� ditetapkan� dengan� Permenhut�No.P.39/2013.�

PP� 6/2007� dengan� peraturan� operasionalnya�merupakan� tonggak� penting� perkembangan�perhutanan� sosial� di� Indonesia.� Menjadi� tonggak�penting�karena�selama�62�(enam�puluh�dua)�tahun�Indonesia�merdeka,�untuk�pertama�kali�masyarakat�memperoleh�hak/izin�mengelola�dan�memanfaatkan�hutan� selama� 35� tahun.� Hal� ini� ditandai� dengan�Pencanangan�Penetapan�Areal�Kerja�dan�Pemberian�Izin�Definitif�HKm�oleh�Wakil�Presiden�Yusuf�Kalla�pada� tanggal�27�Desember�2007�di�Gunung�Kidul�Yogyakarta.�

Page 40: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest40 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Meskipun� perkembangan� legalitas� perhutanan�sosial� sangat� lambat,� banyak� teladan� praktek�perhutanan� sosial� di� lapangan� yang� berhasil�meningkatkan� kesejaheraan� masyarakat� dan�mempertahankan�kelestarian�hutan.�

Hutan� Desa� Durian� Rambun,� Jambi� yang��mengelola�dan�mempertahankan�hutan�seluas�3.493�hektar�memperoleh�pendapatan�dari�jasa�lingkungan�karbon�sebesar�Rp�450�juta�untuk�tiga�tahun�(2015-2019).� HKm� � � Kalibiru,� Yogyakarta� � � mengelola�ekowisata�telah�mendongkrak�ekonomi�masyarakat.�Pengelola� mempunyai� 70� orang� karyawan� dan�manajemen�yang�menjadi�karyawan�tetap.��Lebih�dari�150�orang�memperoleh�manfaat�lain,�pendapatan�dari�karyawan�dari�Rp�1.150.000�‒�Rp�6.000.�000.�Pada��tahun�2015�omzet�meyampai�2,4�Milyar.� �Kegiatan�yang� � dilakukan� banyak� yang� bersifat� sosial�menyantuni� anak� yatim,� jompo� dan� beberapa�proposal� permintaan� bantuan� yang�masuk� ke�HKm�Kalibiru�untuk�perayaan�hari�besar.�

HKm� Lampung� memperoleh� manfaat� kopi� yang�hasilnya�meningkat�setelah�mendapat�izin�HKm�dan�mendapat� fasilitasi.� Pendapatan� masyarakat�meningat� dari� Rp� 1.500.000/bulan� menjadi� � Rp�4.950.000/bulan.��

Diluar� skema� legal� yang� diberikan� oleh� Negara,�wilayah� nusantara� ditemukan� praktek-praktek�masyarakat� mengelola� hutan.� Praktek� masyarakat�dalam�mengelola�hutan�tersebut� �telah�berlangsung�lama� dan� dikenal� dengan� nama� lokal� seperti:��gampong�di�Aceh,�tombak�di�Tapanuli�Utara,�repong�di�Lampung,� talun� di� Jawa� Barat,� tembawang� � di�Kalimantan� Barat,� lembo� dan� simpukng� � di�Kalimantan�Timur,�mamar�di�Nusa�Tenggara�Timur�dan�sebagainya.�

Untuk� membangun� strategi� dan� melakukan�perbaikan� kebijakan� dalam� rangka� mendukung�pencapain� target� 12,7� juta� hektar,� pemerintah��dengan� LSM� dan� para� pihak� tengah�menyiapkan�beberapa�terobosan.�Prosedur�pemberian�hak/izin�perhutanan�sosial�akan�dibuat�jauh�lebih�cepat�dan�sederhana.�Permohonan�hak/izin�perhutanan�sosial�dapat� dilakukan� secara� on� line.� Pemerintah�menetapkan�Peta�Indikatif�Arahan�(PIAPS)�sebagai�acuan�pemberian�hak/izin�perhutanan�sosial.�PIAPS�ini� akan� mengantikan� PAK� pada� peraturan�sebelumnya.� Pokja� Percepatan� Perhutanan� Sosial�(PPS)�dibentuk�di�setiap�propinsi�untuk�membantu�permohonan,� verifikasi,� dan� pendampingan�perhutanan� sosial� di� lapangan.� Saat� ini� sudah�terbentuk�Pokja�PPS�di� Sumatera�Barat,� Sulawesi�Tengah,�Kalimantan�Barat�dan�Kalimantan�Tengah.�

Selain�strategi�dan�terobosan�kebijakan�tersebut�diatas�beberapa�terobosan�lain�yang�termuat�dalam�rancangan� peraturan� tentang� perhutanan� sosial�yang� akan� menggantikan� peraturan� tentang� HD,�HKm,�HTR�dan�Kemitraan�antara�lain:�pemanfaatan�hasil� hutan� kayu� pada� HPHD,� IUPHKm� tidak�memerlukan�izin� �baru�tapi�cukup�dengan�rencana�

� Cerita� sukses� perhutanan� sosial� tersebut�memberikan� pembelajaran� bagi� kita� bahwa�pencapaian��memerlukan�dukungan�para�pihak�dan�sinergi�antar�sektoral�karena�tidak�bisa�dikerjakan�sendiri� oleh� Kementerian� LHK.� Dukungan�kebijakan�dan�pengerahan�sumberdaya�diperlukan�untuk�mereplikasi� dan�memperluas� cerita� sukses�perhutanan�sosial.��

Kisah�Sukses�dari�Lapangan�

Strategi�dan�Terobosan

pengelolaan� dan� rencana� kerja� usaha� yang�disahkan,� perhutanan� sosial� bisa� dilaksanakan�pada�areal�izin�pemanfaatan�atau�izin�penggunaan�hutan�yang�berakhir�masa�berlakunya�atau�izinnya�dicabut�atau�arealnya�diserahkan�oleh�pemegang�izin� kepada� Pemerintah,� Hutan� Desa� dan� Hutan�Kemasyarakatan� bisa� dilaksanakan� pada� hutan�lindung�yang�dikelola�Perhutani.�

Pemerintah� saat� ini� juga� tidak� ingin� berhenti�hanya�sampai�dengan�memberikan�legalitas�akses�masyarakat� terhadap� hutan� saja . � Namun�berkeinginan� agar� legalitas� tersebut� dapat�meningkatkan� kesejahteraan� masyarakat� dan�mewujudkan�kemandirian�ekonomi�masyarakat.�

Menteri�Lingkungan�Hidup�dan�Kehutanan�Siti�Nurabaya� menunjukkan� perhatianya� yang�sungguh-sungguh� terhadap� perhutanan� sosial.�Menteri� LHK� merupakan� satu-satunya� menteri�

NO PROVINSI HL HP HPK HPT 20% KEMITRAAN JUMLAH

1 ACEH 230.812

121.648

79

60.000

53.023

465.561

2 SUMATERA UTARA 77.003

197.384

10.412

192.359

16.731

493.889

3 RIAU 71.115

395.553

116.997

560.750

203.757

1.348.172

4 SUMATERA BARAT 638.510

26.164

21.826

80.001

766.501

5 BENGKULU 63.242

1.856

-

42.156

107.254

6 JAMBI 51.748

150.186

27.536

134.784

364.254

7 SUMATERA SELATAN 20.452

171.033

1.160

43.097

181.964

417.706

8 LAMPUNG 105.131

41.757

6.053

27.865

180.806

9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 5.827

74.661

41.288

121.776

10 KEPULAUAN RIAU -

54.464

74.263

128.727

11 BANTEN 687

592

1.278

12 JAWA BARAT 20.162

471

3.031

23.664

13 JAWA TENGAH 268

1.246

1.514

14 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 130 1.675 1.805

15 JAWA TIMUR 88 1.968 2.055

16 KALIMANTAN BARAT 619.147 249.082 42.098 228.978 339.440 1.478.745

17 KALIMANTAN TENGAH 341.912 762.925 137.274 220.121 120.890 1.583.123 18 KALIMANTAN SELATAN 46.825 81.540 67.204 21.723 47.862 265.154 19 KALIMANTAN TIMUR 80.943 175.910 7.539 67.906 747.768 1.080.066 20 KALIMANTAN UTARA 15.673 80.491 12.402 24.307 132.874 21 BALI 7.309

808

1.318

9.435

22 NUSA TENGGARA BARAT 341.861

31.177

90.965

15.118

479.121

23 NUSA TENGGARA TIMUR 363.847

154.026

364

138.582

20.578

677.397 24 SULAWESI SELATAN 70.309

41.841

170.051

858

283.059 25 SULAWESI TENGGARA 17.071

90.713

2.895

98.905

209.584

26 SULAWESI BARAT 750

4.062

718

40.765

8.116

54.412

27 SULAWESI TENGAH 50.732

60.690

2.513

218.189

18.445

350.569

28 GORONTALO 3.971

15.664

868

11.304

31.808

29 SULAWESI UTARA 2.122

13.268

790

32.730

1.067

49.976

30 MALUKU 2.204

100.127

86.340

16.899

205.569

31 MALUKU UTARA 577

21.629

52

33.032

9.411

64.701

32 PAPUA BARAT 10.116

126.858

27.344

90.263

254.581

33 PAPUA 849.069

288.323

205.562

438.717

128.422

1.910.093

4.109.344

3.538.222

658.096

3.105.281

2.134.286

13.545.230

JUMLAH

yang� pernah� mengunjungi� lokasi� teladan��perhutanan� sosial� di� Sumbar,� Lampung,� Kalsel,�dan� Banten.� Menteri� juga� � mungkin� akan�mengunjung i � leb ih � banyak� lag i � lokas i�perhutanan� sosial.� Pemahaman� Menteri� LHK�yang� semakin� mendalam� tentang� perhutanan�sosial� dapat� dilihat� dalam� sambutan-sambutan,�teks�pidato�maupun�posting�di�halaman�facebook�sepulang�mengunjungi�lokasi�perhutanan�sosial.�Perhatian,�pemahaman�yang�semakin�mendalam�dan� � kesungguhan� hati� Menteri� LHK� ini�memberikan� harapan� perhutanan� sosial� akan�menjadi� fokus� program� dan� program� andalan�Kementerian�LHK.�

Berbagai� terobosan� strategi� ini� harapannya�dapat� memberikan� keadilan� dan� menciptakan�kesejahteraan�sosial�bagi�rakyat�dalam�merawat�dan�menjaga�hutan.�

Peta Sebaran PIAPS per Provinsi

Page 41: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 41n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Meskipun� perkembangan� legalitas� perhutanan�sosial� sangat� lambat,� banyak� teladan� praktek�perhutanan� sosial� di� lapangan� yang� berhasil�meningkatkan� kesejaheraan� masyarakat� dan�mempertahankan�kelestarian�hutan.�

Hutan� Desa� Durian� Rambun,� Jambi� yang��mengelola�dan�mempertahankan�hutan�seluas�3.493�hektar�memperoleh�pendapatan�dari�jasa�lingkungan�karbon�sebesar�Rp�450�juta�untuk�tiga�tahun�(2015-2019).� HKm� � � Kalibiru,� Yogyakarta� � � mengelola�ekowisata�telah�mendongkrak�ekonomi�masyarakat.�Pengelola� mempunyai� 70� orang� karyawan� dan�manajemen�yang�menjadi�karyawan�tetap.��Lebih�dari�150�orang�memperoleh�manfaat�lain,�pendapatan�dari�karyawan�dari�Rp�1.150.000�‒�Rp�6.000.�000.�Pada��tahun�2015�omzet�meyampai�2,4�Milyar.� �Kegiatan�yang� � dilakukan� banyak� yang� bersifat� sosial�menyantuni� anak� yatim,� jompo� dan� beberapa�proposal� permintaan� bantuan� yang�masuk� ke�HKm�Kalibiru�untuk�perayaan�hari�besar.�

HKm� Lampung� memperoleh� manfaat� kopi� yang�hasilnya�meningkat�setelah�mendapat�izin�HKm�dan�mendapat� fasilitasi.� Pendapatan� masyarakat�meningat� dari� Rp� 1.500.000/bulan� menjadi� � Rp�4.950.000/bulan.��

Diluar� skema� legal� yang� diberikan� oleh� Negara,�wilayah� nusantara� ditemukan� praktek-praktek�masyarakat� mengelola� hutan.� Praktek� masyarakat�dalam�mengelola�hutan�tersebut� �telah�berlangsung�lama� dan� dikenal� dengan� nama� lokal� seperti:��gampong�di�Aceh,�tombak�di�Tapanuli�Utara,�repong�di�Lampung,� talun� di� Jawa� Barat,� tembawang� � di�Kalimantan� Barat,� lembo� dan� simpukng� � di�Kalimantan�Timur,�mamar�di�Nusa�Tenggara�Timur�dan�sebagainya.�

Untuk� membangun� strategi� dan� melakukan�perbaikan� kebijakan� dalam� rangka� mendukung�pencapain� target� 12,7� juta� hektar,� pemerintah��dengan� LSM� dan� para� pihak� tengah�menyiapkan�beberapa�terobosan.�Prosedur�pemberian�hak/izin�perhutanan�sosial�akan�dibuat�jauh�lebih�cepat�dan�sederhana.�Permohonan�hak/izin�perhutanan�sosial�dapat� dilakukan� secara� on� line.� Pemerintah�menetapkan�Peta�Indikatif�Arahan�(PIAPS)�sebagai�acuan�pemberian�hak/izin�perhutanan�sosial.�PIAPS�ini� akan� mengantikan� PAK� pada� peraturan�sebelumnya.� Pokja� Percepatan� Perhutanan� Sosial�(PPS)�dibentuk�di�setiap�propinsi�untuk�membantu�permohonan,� verifikasi,� dan� pendampingan�perhutanan� sosial� di� lapangan.� Saat� ini� sudah�terbentuk�Pokja�PPS�di� Sumatera�Barat,� Sulawesi�Tengah,�Kalimantan�Barat�dan�Kalimantan�Tengah.�

Selain�strategi�dan�terobosan�kebijakan�tersebut�diatas�beberapa�terobosan�lain�yang�termuat�dalam�rancangan� peraturan� tentang� perhutanan� sosial�yang� akan� menggantikan� peraturan� tentang� HD,�HKm,�HTR�dan�Kemitraan�antara�lain:�pemanfaatan�hasil� hutan� kayu� pada� HPHD,� IUPHKm� tidak�memerlukan�izin� �baru�tapi�cukup�dengan�rencana�

� Cerita� sukses� perhutanan� sosial� tersebut�memberikan� pembelajaran� bagi� kita� bahwa�pencapaian��memerlukan�dukungan�para�pihak�dan�sinergi�antar�sektoral�karena�tidak�bisa�dikerjakan�sendiri� oleh� Kementerian� LHK.� Dukungan�kebijakan�dan�pengerahan�sumberdaya�diperlukan�untuk�mereplikasi� dan�memperluas� cerita� sukses�perhutanan�sosial.��

Kisah�Sukses�dari�Lapangan�

Strategi�dan�Terobosan

pengelolaan� dan� rencana� kerja� usaha� yang�disahkan,� perhutanan� sosial� bisa� dilaksanakan�pada�areal�izin�pemanfaatan�atau�izin�penggunaan�hutan�yang�berakhir�masa�berlakunya�atau�izinnya�dicabut�atau�arealnya�diserahkan�oleh�pemegang�izin� kepada� Pemerintah,� Hutan� Desa� dan� Hutan�Kemasyarakatan� bisa� dilaksanakan� pada� hutan�lindung�yang�dikelola�Perhutani.�

Pemerintah� saat� ini� juga� tidak� ingin� berhenti�hanya�sampai�dengan�memberikan�legalitas�akses�masyarakat� terhadap� hutan� saja . � Namun�berkeinginan� agar� legalitas� tersebut� dapat�meningkatkan� kesejahteraan� masyarakat� dan�mewujudkan�kemandirian�ekonomi�masyarakat.�

Menteri�Lingkungan�Hidup�dan�Kehutanan�Siti�Nurabaya� menunjukkan� perhatianya� yang�sungguh-sungguh� terhadap� perhutanan� sosial.�Menteri� LHK� merupakan� satu-satunya� menteri�

NO PROVINSI HL HP HPK HPT 20% KEMITRAAN JUMLAH

1 ACEH 230.812

121.648

79

60.000

53.023

465.561

2 SUMATERA UTARA 77.003

197.384

10.412

192.359

16.731

493.889

3 RIAU 71.115

395.553

116.997

560.750

203.757

1.348.172

4 SUMATERA BARAT 638.510

26.164

21.826

80.001

766.501

5 BENGKULU 63.242

1.856

-

42.156

107.254

6 JAMBI 51.748

150.186

27.536

134.784

364.254

7 SUMATERA SELATAN 20.452

171.033

1.160

43.097

181.964

417.706

8 LAMPUNG 105.131

41.757

6.053

27.865

180.806

9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 5.827

74.661

41.288

121.776

10 KEPULAUAN RIAU -

54.464

74.263

128.727

11 BANTEN 687

592

1.278

12 JAWA BARAT 20.162

471

3.031

23.664

13 JAWA TENGAH 268

1.246

1.514

14 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 130 1.675 1.805

15 JAWA TIMUR 88 1.968 2.055

16 KALIMANTAN BARAT 619.147 249.082 42.098 228.978 339.440 1.478.745

17 KALIMANTAN TENGAH 341.912 762.925 137.274 220.121 120.890 1.583.123 18 KALIMANTAN SELATAN 46.825 81.540 67.204 21.723 47.862 265.154 19 KALIMANTAN TIMUR 80.943 175.910 7.539 67.906 747.768 1.080.066 20 KALIMANTAN UTARA 15.673 80.491 12.402 24.307 132.874 21 BALI 7.309

808

1.318

9.435

22 NUSA TENGGARA BARAT 341.861

31.177

90.965

15.118

479.121

23 NUSA TENGGARA TIMUR 363.847

154.026

364

138.582

20.578

677.397 24 SULAWESI SELATAN 70.309

41.841

170.051

858

283.059 25 SULAWESI TENGGARA 17.071

90.713

2.895

98.905

209.584

26 SULAWESI BARAT 750

4.062

718

40.765

8.116

54.412

27 SULAWESI TENGAH 50.732

60.690

2.513

218.189

18.445

350.569

28 GORONTALO 3.971

15.664

868

11.304

31.808

29 SULAWESI UTARA 2.122

13.268

790

32.730

1.067

49.976

30 MALUKU 2.204

100.127

86.340

16.899

205.569

31 MALUKU UTARA 577

21.629

52

33.032

9.411

64.701

32 PAPUA BARAT 10.116

126.858

27.344

90.263

254.581

33 PAPUA 849.069

288.323

205.562

438.717

128.422

1.910.093

4.109.344

3.538.222

658.096

3.105.281

2.134.286

13.545.230

JUMLAH

yang� pernah� mengunjungi� lokasi� teladan��perhutanan� sosial� di� Sumbar,� Lampung,� Kalsel,�dan� Banten.� Menteri� juga� � mungkin� akan�mengunjung i � leb ih � banyak� lag i � lokas i�perhutanan� sosial.� Pemahaman� Menteri� LHK�yang� semakin� mendalam� tentang� perhutanan�sosial� dapat� dilihat� dalam� sambutan-sambutan,�teks�pidato�maupun�posting�di�halaman�facebook�sepulang�mengunjungi�lokasi�perhutanan�sosial.�Perhatian,�pemahaman�yang�semakin�mendalam�dan� � kesungguhan� hati� Menteri� LHK� ini�memberikan� harapan� perhutanan� sosial� akan�menjadi� fokus� program� dan� program� andalan�Kementerian�LHK.�

Berbagai� terobosan� strategi� ini� harapannya�dapat� memberikan� keadilan� dan� menciptakan�kesejahteraan�sosial�bagi�rakyat�dalam�merawat�dan�menjaga�hutan.�

Peta Sebaran PIAPS per Provinsi

Page 42: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest42 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Presiden Joko Widodo memasukkan perhutanan sosial dalam program Nawacita untuk kebijakan lima tahun. Luas arealnya pun ditetapkan dengan sangat luas. Namun, jumlah itu ternyata masih terlalu kecil meski sebagai upaya baru mengelola hutan

bersama masyarakat patut diapresiasi. “Seharusnya bisa 20 juta hektare,” kata Didik Suharjito, Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB. Perbincangan Forest Digest bersamanya yang mengupas perhutanan sosial dari sejarah hingga paradigma dan kebijakannya.

Bagaimana perhatian pemerintah terhadap perhutanan sosial di Indonesia?

Sudah ada sejak pemerintahan Belanda. Akibat banyak penduduk miskin di perdesaan pada abad 19 mereka mengenlkan taung ya, sistem yang sekarang disebut tumpang sari dengan tujuan menggunakan tenaga kerja penduduk dekitar hutan/pedesaan untuk menanam pohon. Soalnya, banyak yang tak mau bekerja di hutan. Sebagai upah mereka dibolehkan bertani di dalam hutan. Perhutani itu mewarisi sistem Belanda sehingga tumpang sari diteruskan setelah kemerdekaan.

Jadi ini bukan isu baru?Paradigma baru terjadi dalam

Kongres Hehutanan Dunia VIII pada 16-28 Oktober 1978 di Jakarta. Muncul tema “forest for people”, hutan untuk masyarakat. Tapi sebenarnya di Jawa pada 1972 Perhutani sudah mengenalkan tumpangsari gaya baru atau istilahnya intensifikasi tumpangsari. Apa yang di intensifkan? Tumpang sari memakai bibit unggul, pemupukan, dan perawatan secara intensif. Tahun 1960 itu negara-negara selepas perang mulai berkembang. Tahun 1970 PBB mengevaluasi. Pada 1978 Direktur Jenderal FAO berkunjung ke Jawa sehingga lahirlah “forest for people” itu karena penduduk Jawa di

sekitar hutan miskin. Sekitar tahun 1956 di Amerika ada kongres dengan judul “multiple use of forest”, artinya hutan digunakan dengan beragam manfaat, itu juga menggambarkan tentang intensifikasi penggunaan lahan tujuannya supaya manfaatnya bisa diperoleh oleh masyarakat dan darisitu juga ada gagasan agroforestri.

Jadi perhutanan sosial muncul karena PBB?

Berkenaan dengan program-program bank dunia juga yang memberikan perhatian mengenai pembangunan-pembangunan masyarakat sekitar hutan karena kaitannya juga dengan policy bank dunia tentang kehutanan lalu dihubungkan dengan masyarakat sekitar hutan. Di situ dimunculkan program yang dinamakan social forestry. Kemudian di FAO pada periode yang relatif sama mereka mengenalkannya community forestry, dua nama ini intinya objek dan subjeknya sama. Jadi masyarakat dan hutan. Jadi sosial forestry ini muncul dari program bank dunia digabungkan dengan yang FAO. Di periode yang sama muncul juga agroforestry sehingga sering disamakan antara agroforestry dengan social forsetry padahal ini adalah dua hal yang berbeda. Kalau Agroforsetry lebih kepada pemanfaatan lahan dan sasarannya kepada masyarakat sedangkan social forestry sasarannya adalah masyarakat tetapi tempatnya tetap di hutan juga.

Tentang penamaan, apakah sosial forestri itu mengadopsi begitu saja dari social forestry?

Nama “perhutanan sosial” di tahun 1990-an hanya dipakai Perhutani. Di Kementerian Kehutanan sendiri belum dipakai. Nama lain juga program-program kehutanan yang memeperhatikan masyarakat ada misalnya Hutan Kemasyarakatan (HKm) itu diintroduksi juga sekitar tahun 1985 tetapi pada saat itu program-programnya masih spesifik yaitu seperti ulat Sutera, tanaman-tanaman untuk makanan ternak dan kaitannya dengan rehabilitasi hutan dan belum menggunakan nama perhutanan sosial. Dalam perkembangannya ada nama-nama

lain yang muncul berkenaan dengan hal tersebut seperti Community Base Forest Management (CBFM). CBFM ini ingin lebih menekankan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengelolaan hutan.

Mulai kapan “perhutanan sosial” jadi nama resmi?

Di zaman pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri diluncurkan nama perhutanan sosial. Perhutanan sosial sebenarnya sudah ada dan pernah dipakai tetapi belum menjadi payung secara keseluruhan karena di kementrian itu ada HKm, hutan serbaguna, dsb. Lalu dipayungi dalam satu permen yang namanya perhutanan sosial. Istilah Hutan Kemasyarakatan sudah diperbincangkan dalam seminar Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia (PERSAKI) tahun 1985 dan pola pengembangannya dijabarkan oleh Direktorat Penghijauan dan Pengendalian Perladanagan tahun 1986. Hutan Kemasyarakatan mulai dikembangkan dalam Repelita Kelima (1989/1990/ s/d 1993/1994).

Dalam dokumennya disebutkan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu diusahakan agar kawsan hutan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat sekitarnya dan dalam jumlah yang lebih banyak dan mutu yang lebih baik melalui hutan kemasyarakatan atau hutan sosial yang dikembangkan di sekitar desa-desa dan dikelola oleh organisasi sosial masyarakat secara mandiri. Pengembanagan Hutan Kemasyarakatan memperoleh pengertian dan bentuknya yang baru pada tahun 1995, setelah ditetapkan melalui SK. Menteri Kehutanan No.622/Lpts-II/1995 tanggal 20 Nopember 1995. Dalam SK ini hutan kemasyarakatan dikembangkan di dalam kawasan hutan produksi atau hutan lindung yang dapat dimanfaatkan masyarakat terbatas pada hasil hutan non kayu.

Setelah lama menjadi isu nasional apakah sudah berhasil?

Jika dilihat dari program-programnya sejak 1995 dapat dikatakan relatif rendah karena capaiannya kurang dari 1 juta hektare baik untuk hutan kemasyarakatan,

PROFESOR DIDIK SUHARJITO, GURU BESAR FAKULTAS KEHUTANAN IPB

Perhutanan Sosial Masih Sentralistik

laporan utama

Page 43: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 43n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

hutan desa maupun HTR. Oleh karena itu periode 2015-2019 ini dengan target 12,7 juta hektare. Jadi nampaknya ada semangat yang tinggi.

Bagaimana anda melihat kebijakannya?

Masih sentralistik karena masih menjadi programnya Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Artinya bujet itu dari pusat, pengarahan dan monitoring dari pusat bahkan penentuan lokasi pun dari pusat. Walaupun pemerintah sudah mencoba untuk berkomunikasi dengan pemerintah daerah. Orang-orang pusat itu tidak tahu detail tentang persoalan-persoalan di lapangan, kondisi hutannya macam apa, masyarakat yang menduduki itu siapa dan perilakunya bagaimana, serta konfliknya macam apa. Yang mengetahui adalah semestinya orang-orang yang ada di tingkat lapangan atau di tingkat tapak. Oleh karena itu dengan pendekatan yang masih sentralistik ini tentu ada kelemahan walaupun sudah dicoba bekerjasama dengan pemda untuk berkomunikasi dan berkoordinasi.

Seharusnya bagaimana?Kalau program ini dari bawah akan

lebih menggairahkan kawan-kawan yang bekerja di lapangan. Pemerintah mempunyai program pembanguna hutan berbasis KPH (Kesatuan Pengeloaan Hutan). Merekalah unit-unit kerja yang mengelola di tingkat tapak artinya dia yang tahu tentang lokasi, biofisiknya, potensinya, persoalan masyarakatnya, kebutuhan. KPH adalah aparat daerah di dalam UU No 3 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah hutan diurus/dikelola pada level provinsi kecuali TAHURA (level Kabupaten).

Intinya ada program pemerintah tentang KPH yang dia akan bertanggung jawab untuk mengelola hutan di wilayahnya itu atau di tingkat tapak itu. Perhutanan sosial ini bagian dari itu karena hutan yang di KPH itu ada yang untuk perhutanan sosial ada yang untuk perusahaan besar dan ada juga yang dikelola untuk swadaya untuk areal-areal tertentu yang belum menarik oleh swasta. Oleh karena itu mestinya program perhutanan sosial ini menjadi bagian dari pengelolaan KPH. Sehingga untuk mencapai 12,7 juta hektare dalam 5 tahun sebenarnya bisa ditugaskan pada setiap KPH untuk mengangkat atau menyelenggarakan perhutanan sosial ini.

Page 44: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest44 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

kolom

Realisasi perhutanan sosial (PS) berjalan lambat. Demikian pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas Kabinet mengenai Perhutanan Sosial pada September 2016. Pencapaian PS masih sangat jauh di bawah target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2015-2019, yaitu seluas 12,7 juta hektare pada akhir 2019.

Hingga Agustus 2016, pencapaian luas areal dengan izin PS baru menyentuh angka 824

ribu ha atau hanya 6,5% dari target. Luasan ini terbagi atas Hutan Kemasyarakatan 425.893,36 ha (21,3% dari target 2 juta ha), Hutan Desa 184.270,83 ha (36,9% dari target 500 ribu ha), Hutan Tanaman Rakyat 203.738,34 ha (3,8% dari target 5,4 juta ha), Kemitraan 10.384,38 ha (1,7% dari target 600 ribu ha), dan Hutan Adat (0,0% dari target 4,2 juta ha). Capaian dua tahun pertama ini masih jauh dari target sesuai arahan Presiden dalam Rapat Terbatas Kabinet pada 4 November 2015, yaitu seluas 2,5 juta ha pada akhir 2015 dan 5 juta ha pada akhir 2016.

Regulasi yang kaku, prosedur yang rumit dan sulit dipenuhi, tidak siapnya pemerintah daerah menjalankan kewajibannya memberikan fasilitasi dan pendampingan, terbatasnya anggaran, dan lemahnya integrasi dan koordinasi antarinstitusi pemerintah menjadi faktor penghambat itu. Tumpang tindih kawasan hutan yang diusulkan untuk implementasi PS dengan penggunaan lain turut menghambatnya.

Perizinan untuk semua skema (HKm, HD, HTR, Hutan Adat) dirasakan sangat rumit dan berbelit. Setelah memperoleh izin pun masyarakat kembali berhadapan dengan seperangkat aturan yang sangat sulit untuk dipenuhi. Pemegang izin (IUPHKm, IUPHHK-HKm, HPHD, IUPHHK-HD, IUPHHK-HTR) diwajibkan melakukan kegiatan-kegiatan yang “canggih”, seperti pengukuran dan pemetaan areal kerja, penataan batas, penyusunan rencana umum dan rencana operasional, pengamanan, tata usaha pemanfaatan hasil hutan, dan laporan kerja pemanfaatan hutan.

Kegiatan-kegiatan ini nyaris mustahil bisa dilakukan masyarakat pemegang izin di dalam dan sekitar kawasan hutan tanpa bantuan teknis dan pembiayaan pihak lain. Selain itu, administrasi dan tata usaha kayu, termasuk ketentuan provisi, diperlakukan sama dengan

proses dan ketentuan bagi perusahaan besar pemegang IUPHHK-HA/HT.

Regulasi dan prosedur yang kaku dan rumit menjadi indikasi pemerintah masih berorientasi pada menegakkan aturan berbasis kewenangan daripada memberikan layanan kepada publik. Kelembaman birokrasi nampaknya masih menghinggapi institusi-institusi pemerintah yang terlibat dalam PS ini. Jajaran KLHK yang menangani PS diisi oleh sosok-sosok yang terbuka terhadap saran masukan maupun keterlibatan aktif parapihak untuk pengembangan PS (LSM, perguruan tinggi, lembaga donor, lembaga bilateral-mutirateral). Namun keterbukaan ini tidak serta-merta terejawantahkan dalam wajah birokrasi PS.

Kelembaman birokrasi boleh jadi merupakan penyebab mandegnya pencapaian PS di negeri ini. Di lingkungan KLHK, situasi ini bisa jadi karena terlalu lamanya kewenangan dan kontrol atas kawasan hutan tersentralisasi. Situasi ini turut dilekati oleh masih belum percayanya jajaran KLHK terhadap masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan akibat banyaknya kasus konflik tenurial dan tekanan masyarakat ke dalam kawasan hutan.

Kelembaman birokrasi juga dijumpai di pemerintah daerah. Kesungguhan terhadap prakarsa PS belum tergambar pada jajaran pemerintah daerah. Prakarsa PS cenderung hanya berkembang di lokasi-lokasi yang difasilitasi oleh LSM dengan dukungan donor internasional. Di tempat lainnya, di mana tidak terdapat LSM yang bekerja untuk masyarakat, umumnya PS tidak berkembang.

Untuk mencapai target PS seluas 12,7 juta ha pada akhir 2019, reformasi birokrasi mutlak dilakukan. Targetnya membuat PS bisa diakses masyarakat dengan mudah, murah, dan cepat. Menyederhanakan regulasi dan prosedur adalah hal fundamental. Untuk mengakselerasi pencapaian, KPH perlu dikuatkan dan didorong menjadi ujung tombak pengembangan PS. KPH didudukkan sebagai representasi pemerintah yang hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memfasilitasi dan mendampingi masyarakat menyiapkan seluruh persyaratan, mengurus perizinan, serta menguatkan kapasitas masyarakat hingga cakap menyusun rencana dan mengelola kegiatan pasca izin diterbitkan.

Target 12,7 juta hektare perhutanan sosial sangat ambisius, namun sangat layak diperjuangkan. Ada 10,2 juta jiwa masyarakat miskin di dalam dan sekitar kawasan hutan sangat menantikan kehadiran PS. Mari kita kerja, kerja, kerja! —

Birokrasi Perhutanan Sosial

SujatnikaPengamat perhutanan sosial

Page 45: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

karena hutan harus lestari,informasi mesti terbagi

pemesanan:[email protected]

F rest D gest

Page 46: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest46 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

kolom

Interaksi hutan dan masyarakat setempat sudah berlangsung selama berabad-abad. Tapak bumi ini pada mulanya adalah hutan dengan manusia dan satwa sebagai suatu ekosistem. Manusia dari sejak awal hidup dan bergantung kepada ekosistem hutan. Manusia pada awalnya adalah kelompok masyarakat setempat di dalam dan sekitar hutan berupa keluarga-keluarga dan suku bangsa. Kemudian terjadi perkembangan, jumlah manusia bertambah banyak, kebutuhan meningkat dan peradaban berkembang. Suku-suku bangsa mengorganisir diri menjadi kerajaan-kerajaan dan kemudian negara.

Negara-negara terbentuk berasal dari suku bangsa maupun karena penguasaan, peperangan, maupun migrasi.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan bentuk interaksi dengan hutan (mode of production) manusia juga mengalami perkembangan dari hanya berburu, meramu dan memungut hasil hutan, kemudian berkembang melakukan budidaya pertanian, kehutanan dan perkebunan sampai ke industri kehutanan. Komersialisasi sumberdaya hutan dan industri kehutanan berkembang dan telah memberikan sumbangan pembiayaan bagi operasionalisasi negara dan proyek-proyek pembangunan.

Istilah Sosial Forestri pertamakali disampaikan oleh Jack Westoby seorang ekonom kehutanan FAO pada tahun 1968, memperkenalkan Sosial Forestri sebagai strategi pembangunan kehutanan, suatu pendekatan pembangunan kehutanan yang mempunyai tujuan memproduksi manfaat hutan untuk perlindungan dan rekreasi bagi masyarakat (Tewari, 1983).

Kongres Kehutatan Dunia VIII tahun 1978 di Jakarta merupakan tonggak awal perhutanan sosial dunia, termasuk Indonesia. Sebenarnya Perhutani telah mulai melakukan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) pada tahun 1972 yang ditandai dengan program tumpang sari Ma-Lu (Mantri Lurah) dan Ma-Ma (Magelang Magetan). Ford Foundation pada tahun 1980-an mendukung Pehutanan Sosial di Jawa dan pada tahun 1984-85 melaksanakan studi di luar Jawa (Kalimantan, Sulawesi, dan Papua). Hasil studi ini kemudian mendorong lahirnya kebijakan HPH Bina Desa dengan terbitnya SK Menteri Kehutanan: 691/1991. Selanjutnya HPH Bina Desa dirubah menjadi PMDH (Pembinaan Masyarakat Desa Hutan) dengan SK Menhut: 69/1995 jo SK Menhut.523/1997.

Kegiatan tumpang sari Perhutani hanya memberikan kesempatan kepada masyarakat menanam padi, jagung dan palawija di sela-sela pohon jati. Sementara program HPH Bina Desa dan PMDH yang dilakukan pengusaha hutan memisahkan masyarakat dari hutan. Kegiatannya berupa bantuan sosial, pembangunan jalan, jembatan dan masjid serta mengajari masyarakat menanam padi secara menetap dan meninggalkan perladangan. Demikian juga dengan kebijakan Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang diperkenalkan pertama kali oleh pemerintah dengan SK Menhut: 622/1995. HKm generasi awal ini berupa penunjukan masyarakat oleh pemerintah untuk ikut serta dalam pengelolaan hutan. Jadi perhutanan sosial pada masa-masa awal ini masih melihat masyarakat sebagai obyek dan bukan sebagai subyek pengelola hutan.

Kalangan lembaga swadaya masyarakat yang melakukan investigasi hutan pada tahun 1990-an menemukan di berbagai wilayah nusantara praktek-praktek masyarakat mengelola hutan. Praktek masyarakat dalam mengelola hutan tersebut telah berlangsung lama dan dikenal dengan nama lokal seperti: gampong di Aceh, tombak di Tapanuli Utara, repong di Lampung, talun di Jawa Barat, tembawang di Kalimantan Barat, lembo dan simpukng di Kalimantan Timur, mamar di Nusa Tenggara Timur dan sebagainya. Dari temuan-temuan tersebut kemudian pada tahun 1993 beberapa LSM seperti: Walhi, Latin, LLBT di Kalbar dan Plasma Kaltim dan lain-lain, memperkenalkan konsep pengelolaan hutan oleh rakyat sebagai Sistem Hutan Kerakyatan (SHK). Kemudian untuk kampanye dan promosi SHK terbentuklah pada tahun 1997, Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK) yang merupakan jaringan LSM pendukung SHK di seluruh nusantara.

Pemerintah dengan lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi waktu itu masih berseberangan dan belum terjadi dialog yang produktif. Interaksi melalui kolaborasi untuk membangun saling percaya antara para pihak mulai berjalan dengan lahirnya Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) pada bulan September 1997. Dialog kebijakan sering dilaksanakan dan perbaikan kebijakan dilakukan dengan mempertimbangkan masukan para pihak. Kebijakan HKm diperbaiki dengan menempatkan masyarakat sebagai subyek pengelola hutan melalui SK Menhut: 677/1998 jo SK Menhut: 865/1999 jo SK Menhut: 31/2001.

Menunggu Realisasi Janji Jokowi

Page 47: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 47n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Dengan kebijakan HKm yang baru masyarakat mendapatkan izin kegiatan HKm berupa izin sementara 3-5 (tiga sampai lima) tahun sebelum mendapatkan izin definitif selama 25 tahun. Menteri Kehutanan menerbitkan 26 Izin sementara kegiatan HKm di 8 (delapan) propinsi dengan luas 19.073 hektar (Direktorat Bina PS, Dirjen RLPS, Kemenhut). Namun sampai habis masa izin sementara tersebut tidak ada izin definitif yang diterbitkan oleh pemerintah. Bahkan pada tahun 2004 pemerintah menerbitkan Permenhut: 1/2004 tentang Sosial Forestry yang mengaburkan HKm dan tidak memberikan solusi terhadap izin sementara kegiatan HKm yang tidak berlanjut. Sehingga kegiatan HKm pada waktu itu berjalan mandeg dan tidak berkembang.

Peraturan Pemerintah: 6/2007 jo PP3/2008 tentang Tata Hutan Penyusunan Rencana Pengelolalaan dan Pemanfaatan Hutan sebagai revisi terhadap PP 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan, telah memberikan dasar hukum yag lebih kuat terhadap perhutanan sosial. Tidak hanya mengatur HKm, PP3/2008 juga memperkenalkan Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat dan Kemitraan. Berdasarkan peraturan pemerintah ini kemudian pemerintah menetapkan peraturan operasional tentang Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, dan Hutan Tanaman Rakyat. Peraturan operasional ini beberapa kali dirubah dan terakhir adalah: Permenhut: P.89/2014 tentang Hutan Desa, Permenhut: P.88/2014 tentang Hutan Kemasyarakatan dan

Permenhut: P31/2013 tentang Hutan Tanaman Rakyat. Peraturan operasional tentang kemitraan yang paling terakhir ditetapkan dengan Permenhut: P.39/2013.

PP3/2008 dengan peraturan operasionalnya merupakan tonggak penting perkembangan perhutanan sosial di Indonesia. Menjadi tonggak penting karena selama 62 tahun Indonesia merdeka, untuk pertama kali masyarakat memperoleh hak/izin mengelola dan memanfaatkan hutan selama 35 tahun. Hal ini ditandai dengan Pencanangan Penetapan Areal Kerja dan Pemberian Izin Definitif HKm oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla pada tanggal 27 Desember 2007 di Gunung Kidul Yogyakarta.

Namun perkembangan perhutanan sosial selanjutnya berjalan sangat lambat. Kelompok masyarakat yang mengajukan HKm dan Lembaga Desa yang mengajukan HD bisa menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan SK PAK (Penetapan Areal Kerja) dari Menteri serta menunggu bertahun-tahun pula untuk mendapatkan HPHD dari gubernur dan IUPHKm dari Bupati. Pemberian hak/perizinan sering kali dikaitkan dengan event-event politik dan di lapangan masyarakat untuk memperoleh areal kerja sering kali berkompetisi dengan investor. Capain HD, HKm, maupun HTR sampai tahun 2014 masih sangat rendah. Dari 5 juta ha yang ditargetkan untuk HD hanya tercapai 67,737 ha HPHD (1%), dari 2 juta ha target untuk HKm hanya tercapai 94,372 IUPHKm (4,7%), dan dari 5,4 juta ha target HTR hanya tercapai 146,324 IUPHHK-HTR (2,7%) (Data diolah dari Laporan Satgas IX, KLHK dalam publikasi FKKM & RRI, 2015).

Dengan mengunakan peraturan lama pencapaian perhutanan sosial sampai Agustus 2016: PAK HD seluas 471.371 ha dan HPHD seluas 184.270,83 ha; PAK HKm seluas 425.893,36 ha dan IUPHHK-HTR seluas 203.738,34 ha (Direktorat PKPS, Ditjen. PSKL, KLHK). Dua tahun masa pemerintahan Jokowi ini target pencapaian 12,7 juta ha masih sangat jauh. Dengan ditandatanganinya Permen LHK tentang Perhutanan Sosial oleh Menteri LHK, maka Kementerian LHK umumnya dan Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) khususnya perlu bekerja keras, bergerak dan berlari cepat melakukan sinergi atau kerja bareng dengan Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah serta menggalang dukungan para pihak dalam rangka mencapai target 12,7 juta hektar dan memandirikan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.

Muayat Ali Muhshi,Praktisi perhutanan sosial.

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) perlu bekerja keras, bergerak dan berlari cepat melakukan sinergi atau kerja bareng dengan Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah serta menggalang dukungan para pihak dalam rangka mencapai target 12,7 juta hektar dan memandirikan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.

Page 48: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest48 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

teknologi

Apa Itu DroneDrone atau UAV (Unmanned Air

Vehicle) merupakan jenis pesawat terbang yang dikendalikan alat sistem kendali jarak jauh lewat gelombang radio. UAV biasanya dilengkapi alat atau sistem pengendali terbang melalui gelombang radio, navigasi presisi (Ground Positioning System – GPS), dan elektronik control penerbangan serta kamera resolusi tinggi.

Ada dua jenis drone: multicopter dan fixed wing. Multicopter berbentuk helicopter dengan beberapa baling-baling sejajar horizontal sedangkan fixed wing seperti pesawat mini dengan baling-baling vertikal. Multicopter berfungsi sebagai inspeksi dan dokumentasi karena memiliki kestabilan yang sangat bagus sedangkan fixed wing biasanya digunakan untuk pemetaan (scanning) serta mempunyai jangkauan lebih luas dan pergerakan yang lebih cepat.

Pemetaan Udara dan FotogrametriData penginderaan jarak jauh telah

banyak digunakan untuk identifikasi dan pemantauan kondisi kawasan hutan. Penggunaan citra satelit optik seringkali terkendala oleh tutupan awan, ketergantungan pada penyedia data, harga yang relatif mahal, dan waktu akuisisi dan lokasi data yang diperlukan tidak fleksibel. Terlepas dari kendala tersebut, penggunaan drone punya prospek yang

baik untuk digunakan secara operasional baik di sektor kehutanan maupun sektor yang lain.

Dengan menggunakan drone, survei udara dengan tujuan pemetaan dan fotogrametri bisa lebih mudah, murah, serta cepat. Drone yang dapat terbang rendah akan menghasilkan resolusi peta citra yang tinggi (hingga 2 sentimeter per piksel), serta bentuknya yang ringkas membuatnya mudah diterbangkan di mana saja. Umumnya, industri yang menggunakan drone untuk pemetaan adalah industri perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, dinas pekerjaan umum, hingga kontraktor yang ingin melihat perkembangan proyeknya.

Pengadaan data geo-spasial dalam rangka pemetaan suatu daerah antara lain dapat dilakukan melalui metode terrestrial (pengukuran langsung di lapangan), fotogrametri (pemotretan udara), penginderaan jauh, GPS. Fotogrametri adalah suatu metode

Droneuntuk Memetakan Kawasan HutanPesawat tanpa awak ini solusi pemetaan kawasan hutan yang susah dijangkau.

Perencanaan penerbanganMenentukan titik terbang baik titik landing maupun take off serta wilayah yang akan diambil data photonya. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini banyak ada beberapa teknologi fixed wing yang tidak memerlukan titik gcp lagi karena sudah ditanamkan gps pada pesawat tersebut.

Persiapan Take offSebelum terbang selalu diperhatikan kondisi lingkungan sekitar seperti arah angin dan ganguan lain yang menggangu penerbangan.

Page 49: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

pemotretan udara pada ketinggian tertentu menggunakan pesawat udara.

Ground Sampling Distance (GSD) atau resolusi spasial merupakan rasio antara nilai ukuran citra digital (pixel) dengan nilai ukuran sebenarnya (cm) yang dihitung dalam bentuk cm/pixel (5 cm/pixel berarti 1 pixel pada citra = 5 cm pada ukuran sebenarnya). GSD menentukan kualitas citra udara yang dihasilkan. Sebagai pembanding, berikut adalah GSD dari peta citra dari  berbagai sumber:• GSDpadacitraGoogleEarthrata-rata

adalah 1,5 m/pixel untuk area rural dan 60 cm/pixel untuk area perkotaan (diambil dari Digital Globe).

• GSDpadacitraQuickbird(satelitpenyedia citra yang cukup ternama) adalah 60 cm/pixel.

• GSDpadacitraGeoEye-1(satelitpenyedia citra terbaik dan terbaru) adalah 40 cm/pixel

• GSDpadapetayangdihasilkan drone adalah antara 15 cm/pixel hingga 5 cm/pixel, atau bahkan hingga 1 cm/pixel untuk area sangat kecil  (< 60 ha).

Jadi, semakin kecil nilai GSD sebuah citra, semakin baik resolusinya. Besarnya resolusi spasial foto atau GSD ditentukan oleh ketinggian terbang pada saat proses akuisisi data foto udara sehingga pemotretan harus dilakukan pada ketinggian yang tepat untuk mendapatkan GSD yang diharapkan.

Ground Control PointTitik kontrol tanah merupakan

objek di permukaan bumi yang dapat diidentifikasi dan memiliki informasi spasial sesuai dengan sistem referensi pemetaan. Informasi spasial dalam bentuk koordinat X, Y, Z atau Lintang Bujur dan ketinggian dari setiap GCP diukur dengan menggunakan GPS geodetik berketelitian sub-meter. Keperluan GCP yang paling utama adalah proses georeferensi hasil pengolahan foto sehingga memiliki sistem referensi sesuai dengan yang dibutuhkan pada hasil pemetaan. GCP ini juga digunakan pada saat data processing untuk membantu proses koreksi geometri pada mosaic orthophoto, sehingga akurasi dari peta yang dihasilkan akan tinggi. Secara khusus GCP berfungsi pula sebagai:

Pengambilan data terbangDidalam pengambilan data setelah take off yang perlu diperhatikan adalah untuk pilot selalu memperhatikan pesawat masih tetap dijalur terbang yang ditentukan sedangkan co pilot melakukan pengawasan terhadap penerbangan pesawat tersebut. Dalam pengambilan data pada awal perencanaan sudah ditentukan berapa ketinggian terbang dan berapa lama waktu terbangnya dimana semakin detai dan akurat data yang akan diambil makan semakin lama waktu dan semakin rendah tinggi terbangnya.

pemetaan objek-objek di permukaan bumi yang menggunakan foto udara sebagi media, dengan hasil peta garis, peta digital maupun peta foto. Secara umum fotogrametri merupakan teknologi geo-informasi dengan memanfaatkan data geo-spasial yang diperoleh melalui pemotretan udara.

Metode fotogrametri banyak dipakai dalam pembuatan geo-informasi karena obyek yang terliput terlihat apa adanya, produk dapat berupa peta garis, peta foto, atau kombinasi peta foto-peta garis, proses pengambilan data geo-spatial relatif cepat, dan efektif untuk cakupan daerah yang relatif luas. Sebagai bahan dasar dalam pembuatan geo-informasi secara fotogrametris yaitu foto udara yang saling bertampalan (overlaped foto). Umumnya foto tersebut diperoleh melalui

Page 50: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest50 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

• Faktorpenentuketelitiangeometrishasil olah foto (ortofoto, DSM, DTM), semakin teliti GCP maka semakin baik pula ketelitian geometris output (dengan kaidah-kaidah peletakan GCP yang dipenuhi).

• Faktoryangmempermudahprosesorientasi relatif antar foto sehingga keberadaan GCP bisa meningkatkan akurasi geometrik dari peta foto.

• Faktorkoreksihasilolahfotoyangberupa ball effect atau kesalahan yang mengakibatkan model 3D akan berbentuk cembung ditengah area yang diukur.

• Faktoryangmempermudahdalamproses penyatuan hasil olah data yang terpisah, misal olah data area A dan area B dengan lebih cepat dan efektif, daripada proses penyatuan berdasar seluruh pointcloud (jumlahnya jutaan) yang akan memakan banyak waktu.

Pada dasarnya, penggunaan GCP bersifat opsional. GCP membantu meningkatkan akurasi peta yang dihasilkan (hingga ± 10 cm), sehingga konsekuensi tidak digunakannya GCP hanyalah akurasi peta yang dihasilkan menjadi rendah (antara ± 6 – 12 m). Penggunaan GCP pun diatur sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu jarak antar GCP maksimal 2,5 kilometer. Pemasangan GCP memakan waktu cukup lama, dengan kapasitas 6-10 GCP/hari (sesuai kondisi lapangan), yang dilakukan sebelum proses akuisisi data foto udara dilakukan. Untuk kasus pembuatan peta topografi, peran GCP cukup penting. Dengan menggunakan GCP, peta topografi yang dihasilkan dapat memiliki akurasi Z yang tinggi, sehingga kondisi geografis pada daerah dapat dianalisis dengan tingkat kepercayaan (confidence level) yang tinggi.

Setiap GCP harus memiliki premark atau tanda agar dapat terlihat pada foto udara. Premark dapat berupa lingkaran atau tanda silang (+) yang memiliki 4 sayap dan memotong titik kontrol. Premark yang akan dipasang sendiri merupakan marka berbahan kain berwarna oranye dengan ukuran minimum premark di foto udara adalah panjang 10 piksel dan lebar 3 piksel untuk masing – masing sayap premark. Ukuran premark sebenarnya di lapangan menyesuaikan nilai resolusi

tanah pemotretan udara atau sekitar 100 x 40 cm.

Koordinat titik-titik kontrol akan diukur menggunakan GPS Geodetik dengan sistem RTK. Sistem RTK (Real-Time Kinematic) adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan untuk sistem penentuan posisi real-time secara diferensial menggunakan data fase. Untuk merealisasikan tuntutan real-time, stasiun referensi harus mengirimkan data fase dan pseudorange ke pengguna secara real-time menggunakan sistem komunikasi data tertentu. Seluruh GCP diikatkan pada satu Benchmark milik Badan Informasi Geospasial (BIG) yang terletak di sekitar area, sebagai base lokal. Dengan menggunakan metode ini, peta yang dihasilkan akan sesuai dengan standar pemetaan, serta memiliki referensi koordinat global.

Persiapan landingSetelah selesai dalam pengambilan data sesuai dengan perncanaan penerbangan maka yang perlu dipersiapkan adalah persiapan untuk landing dimana disini dituntut untuk mempersiapkan bahwa lokasi landing harus benar benar clear area.

teknologi

Page 51: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 51n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Aplikasi di Kawasan KehutananPenggunaan drone secara komersial

di Indonesia banyak bermula dari munculnya kebutuhan akan data aktual dan faktual dari industri perkebunan kelapa sawit. Sebelumnya, data tersebut didapatkan oleh perusahaan melalui citra satelit. Sayangnya, masih banyak keterbatasan yang dimiliki citra satelit, antara lain:• Keterbatasanresolusispasialyang

disajikan yaitu di kisaran 30 cm/pixel untuk citra berbayar dan 60-150 cm/pixel untuk citra gratis (Google Earth), padahal yang dibutuhkan adalah resolusi spasial di bawah 15 cm/pixel agar dapat mengekstrak informasi lebih mendalam seperti jumlah pokok, kondisi kesehatan pokok dilihat dari warna, hingga mencari daerah sisipan.

• Aktualitasdata.Biasanya,datacitra

satelit terbagi dua jenis: terkini dan arsip. Harga citra terkini umumnya lebih mahal, sedangkan harga citra arsip lebih murah namun bukanlah data aktual (biasanya diambil beberapa bulan sebelum).

• Leadtime yangpanjangapabilamemesan data citra satelit terkini, karena satelit tidak dapat serta merta menuju titik lokasi yang citranya akan diambil, namun harus menunggu saat yang tepat yaitu pada saat mengorbit tepat di atas titik lokasi, serta harus dipastikan titik lokasi sedang memiliki cuaca bagus dan tidak berawan.

• CloudPercentage yangbiasanyamemiliki nilai 5 persen, karena sampai saat ini belum ditemukan teknologi kamera tembus awan. Selain itu, apabila membutuhkan citra cloud free, umumnya ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan, serta waktu tambahan untuk memastikan seluruh citra bebas awan.

• Adanya minimumorder,yaitupada100 sqkm atau 10,000 hektar. Hal ini menjadi kurang ekonomis bagi pemilik lahan kecil.

Dari permasalahan-permasalahan di atas, munculah teknologi drone sebagai solusi, di mana drone ini memiliki keunggulan sebagai berikut:• Resolusispasialyangsangat

tinggi yaitu hingga 5 cm/pixel, dibandingkan satelit yang hanya 30 cm/pixel.

• Dataaktual,karenacitradiambilpada saat dibutuhkan.

• Leadtime yangpendek.Dengankapasitas pengambilan dan pengolahan data hingga 70,000 hektar per minggu, lead time yang dibutuhkan akan sangat singkat dibandingkan dengan citra satelit.

• Cloudfree karena drone terbangdibawah awan.

• Mobilisasiyangmudahdandapatdioperasikan di kondisi geografis seperti apapun.

—Satrio Cahyo NugrohoAngkatan 41 bekerja di PT Trimble

Indonesia

Pengolahan dataSetelah kegiatan dilapangan selesai dilakukan pengolahan data dengan software pengolahannya untuk menggabungkan semua data.

Page 52: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest52 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

profil

BR IG I TA L AU R A

MencetakRimbawan-Rimbawan KecilAngkatan 46 ini mendirikan sekolah rimbawan di Pamijahan. Keikhlasan mendidik dan mengajar.

Page 53: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 53n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

untuk menjadi relawan. Belakangan bergabung juga angkatan 48. “Kami kumpulkan sumbangan selama empat hari di fakultas,” kata Brigita pada September lalu.

Uang yang terkumpul lumayan banyak, Rp 9.118.000. Sumbangan itu mereka belikan obat-obatan, perlengkapan bayi, dan alat bantu pendidikan. Brigita sudah berpikir banyak anak-anak yang membutuhkan uluran tangan untuk menghibur mereka di tengah bencana di Bogor Barat itu, dua jam perjalanan mobil dari kampus Dramaga. Mereka membuka posko di Pamijahan bersama Badan

SEKOLAH ALAM. Anak-anak belajar memanjat pohon.

FOTO: DOK. SERINCIL

GEMPA bumi pada 9 September 2012 menghumbalang tiga desa di Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 32 rumah dan dua musala hancur di Cibunian, 161 rumah lain retak di Ciasmara, empat orang penduduk Desa

Purwabakti terluka, dan satu madrasah rusak akibat gempa 4,8 pada skala Richter di lereng Gunung Halimun pada dini hari itu.

Mendengar berita itu Brigita Laura Fatria dan lima temannya, ketika itu tingkat 2 di jurusan Konservasi Sumberdaya Hutana dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, mengumpulkan teman-temannya seangkatan 46 (masuk IPB tahun 2009)

Page 54: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest54 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Penanggulangan Bencana Kabupaten Bogor.

Mahasiswa-mahasiswa ini bergantian mengajar anak-anak di sana, mengajari mereka bernyanyi Rimbawan Kecil: Rimbawan kecil naik gunung yang tinggi, lalu hujan turun rimbawan jatuh, matahari terbit, hujan berhenti dan rimbawan kecil naik gunung kembali. “Syair pendek itu begitu bermakna buat mereka,” kata Brigita, yang akrab disapa Lola.

Ketika rehabilitasi gempa pulih, mereka kembali ke kampus, tapi Lola terus terpikir meneruskan apa yang sudah ia dan teman-temannya lakukan. Pada 2010, mereka juga menjadi relawan selama sepekan di Yogyakarta, saat Gunung Merapi meletus. Di tenda-tenda pengungsian ia juga mengajar dan menghibur anak-anak yang kehilangan rumah dan orang tua selama sepekan.

Berbekal pengalaman itu, Lola kembali ke Pamijahan dan memulai Sekolah Rimbawan Kecil. Gadis Bandarlampung kelahiran 17 April 1991 yang kini menjadi istri Iqbal Nizar Arafat ini tak perlu waktu panjang untuk memulai sekolah alam ini. “Waktu diskusi kami hanya sepekan membicarakan teknis belajar, tim, dan biaya,” kata alumnus SMAN 7 Bandarlampung ini.

Karena harus berbagi dengan waktu kuliah, Sekolah Rimbawan hanya buka pada Ahad. Awalnya, guru-gurunya hanya mahasiswa Fakultas Kehutanan yang berasal dari tiga angkatan, dari 46, 47, 48. Belakangan bergabung pula angkatan 49 dan 52. Dari mula-mula hanya mahasiswa Fakultas Kehutanan, kini guru-guru datang dari dari fakultas lain, bahkan dari Universitas Pakuan.

Karena berhasil menghidupkan sekolah secara rutin, Sekolah Rimbawan Kecil menjadi objek skripsi mahasiswa, bahkan menjadi objek penelitian dan sarana pengabdian masyarakat. Profesor Harini Muntasib dari jurusan Konservasi datang ke Pamijahan untuk mengajarkan masyarakat di sana mengelola hutan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Sumber biaya untuk menghidupkan sekolah itu datang dari wirausaha guru-gurunya, mahasiswa seperti Lola. Pada 2013 dan 2015 mereka mendapat hibah dari Lembaga Penelitian IPB, Biotrop, dan PT Pembangkit Jawa Bali Muara Karang. “Karena biaya tiap belajar Minggu Rp 300

ribu, kami harus mendapatkan uangnya pada Sabtu,” kata dia. “Begitu terus sampai sekarang.”

Anak-anak di sekitar Pamijahan biasanya dikumpulkan di tanah lapang, di lereng gunung yang dikeliling terasering sawah-sawah. Di sana mereka belajar bagaimana mengelola hutan dengan gembira, menanam pohon dan tanaman obat, membuat kerajinan tangan, mengenal alam yang sudah mereka akrabi sejak lahir.

Jika hari hujan, Lola meminjam madrasah di desa setempat untuk mengajar 70 anak. Agar tak bosan belajar di kampungnya terus, Lola dan teman-temannya mengajak mereka mengunjungi Kebun Raya Bogor. Di sana mereka mengenalkan jenis pohon yang mereka pelajari dalam Dendrologi, sejarah Kebun Raya, dan Istana Kepresidenan.

Pada tahun 2015, berbekal hibah dan hasil wirausaha, Lola dan teman-temannya membeli tanah seluas 1.500 meter persegi di Cibunian. Mereka berencana membuat gedung sekolah dan tempat wirausaha masyarakat Pamijahan. Lola dan para guru menjadikan Pamijahan sebagai tempat mengabdikan diri kepada masyarakat sebagai mahasiswa maupun sarjana kehutanan.

Sekolah Rimbawan Kecil tak membuka lowongan menjadi guru. Lola dan para relawan mengajak siapapun yang ingin mengajar secara langsung, tanpa pengumuman. Pada akhirnya, kata Lola, guru-guru Sekolah Rimbawan yang bertahan adalah mereka yang mengajar dengan ikhlas. “Tanpa paksaan dan berkomitmen di Serincil,” kata Lola menyebut nama beken Sekolah Rimbawan.

Sekolah Rimbawan sudah berjalan empat tahun. Kegiatannya tak surut seiring waktu. Selepas lulus pada 2013, Lola kini mengabdikan waktu sepenuhnya untuk Sekolah Rimbawan ini. Kini kampus-kampus di Bogor mengetahui Sekolah Rimbawan dan menjadikannya tempat pengabdian sebagai bagian dari tugas universitas. Pada 2014, Serincil mendapat penghargaan sebagai Bina Desa terbaik tingkat IPB.

Lola menyebut Sekolah Rimbawan Kecil sebagai hikmah. “Hikmah di balik bencana, bencana gempa,” katanya.

—Reni Rosmini Handayani, BHD

profil

UNJUK GIGI. Siswa Sekolah Rimbawan Kecil belajar di kelas. Mengenal nama-nama binatang di sawah dan belajar bahasa Inggris.

fOTO: DOK. SERINCIL

Page 55: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 55n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 56: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

Untuk mendukung peningkatan ekonomi rakyat di sekitar kawasan hutan, Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial

dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meresmikan pembukaan PeSoNa Mart di Blok IV Lantai 2 Gedung Mandala Wanabakti, Jumat (28/10).

PeSoNa Mart menyediakan pelbagai produk hasil hutan dan kerajinan tangan yang diproduksi masyarakat hutan. “Dengan PeSoNa Mart ini, KLHK berharap dapat mendorong produk-produk masyarakat mitra supaya lebih tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Ir Bambang Hendroyono, MM Sekjen KLHK.

Peresmian PeSoNa Mart ini adalah tindak lanjut dari kegiatan Pekan Perhutanan Sosial Nasional pada September 2016. Sebanyak 80 produk yang berasal dari masyarakat di kawasan dan di sekitar hutan dipamerkan di PeSona Mart. Aneka produk tersebut secara keseluruhan merupakan hasil hutan bukan kayu seperti kopi, madu, herbal olahan, dan kerajinan tangan serta kain tenun.

Bambang mengatakan PeSoNa Mart merupakan salah satu upaya KLHK untuk memfasilitasi produk-produk yang dihasilkan masyarakat sekitar hutan. Masyarakat yang menjadi mitra PeSoNa Mart dapat menitipkan produknya ke PeSoNa Mart tanpa dipungut biaya apapun. Selain itu, KLHK sebagai penyedia tempat akan berkomitmen menyerahkan 100% keuntungan penjualan kepada masyarakat yang menjadi mitra PeSoNa Mart. Selain di Manggala, PeSoNa

Mart juga telah tersedia di Bogor dan Lampung. KLHK berharap PeSoNa Mart akan tersebar di seluruh Indonesia melalui KPH yang memiliki HKm.

Menurut Dirjen PSKL Ir. Hadi Daryanto, MM, ketersediaan barang yang ada di PeSoNa Mart belum bisa kontinu karena barang yang diproduksi adalah barang organik. “Kalau secara factory kan harus kontinu, nah kita masih bergantung dengan tanah dan iklim,” kata Hadi. Program PeSoNa Mart mengutamakan misi sosial untuk menjaga hutan dan manfaatnya bisa kembali ke hutan. Beberapa wilayah yang produktif saat ini di antaranya adalah Lampung, NTB, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.

Kebijakan pemberian akses legal terhadap masyarakat hutan berdampak positif terhadap produktivitas serta menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Hal ini dibuktikan dengan aneka produk yang dihasilkan dari kerjasama yang terjalin melalui HKM Mart. Hadi Daryanto memberikan contoh kopi Arabika dari Lampung merupakan komoditas unggulan yang dihasilkan dari HKm Mart.

Sebelum diberikan akses legal, masyarakat yang mengambil kopi di area hutan harus kucing-kucingan dengan petugas polisi hutan karena adanya larangan masuk hutan. “Sekarang kan dengan diberikan akses legal jadi program pemerintah bisa masuk. Lalu kita titip, nggak boleh diperjual belikan tanahnya. Lalu ga boleh tanam sawit, soalnya kan sawit ada sendiri tempatnya.” ujar Hadi.

Sebagai proyeksi kebijakan di masa

mendatang, Bambang Hendroyono menambahkan bahwa akses legal tidak hanya akan diberikan pada HKm, tapi juga untuk hutan Desa, dan lebih besar lagi untuk Hutan Tanaman Rakyat. Dengan semakin banyaknya produk yang dihasilkan membuktikan masyarakat mampu mengelola hutan ketika diberikan akses legal. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai unit pelaksana di daerah, telah menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar hutan untuk memasarkan produk ke berbagai pameran.

PeSoNa Mart: Ikhtiar Menyejahterakan Masyarakat HutanGerai ini menyajikan pelbagai hasil perhutanan sosial. Lokasi di Gedung Manggala Wanabhakti.

Regulasi mengenai pola kemitraan masyarakat dalam kegiatan perhutanan sosial akan sangat bergantung pada hasil negosiasi antara masyarakat dengan KPH yang bersangkutan. Berdasarkan penelitian LIPI, perhutanan sosial dapat mengurangi kemiskinan sebanyak 60 persen di masyarakat sekitar hutan.

Program perhutanan sosial bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pola pemberdayaan dengan berpegang pada aspek kelestarian. Program perhutanan sosial membuka kesempatan bagi masyarakat di sekitar hutan untuk mengajukan hak pengelolaan area hutan kepada pemerintah. Setelah disetujui maka masyarakat dapat mengolah dan mengambil manfaat tanpa merusak kelestarian hutan. Dengan ini, masyarakat akan mendapatkan berbagai insentif berupa dukungan

Page 57: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

teknis dari pemerintah dalam mengelola perkebunan tanaman dalam area yang mereka ajukan. Hasil panen dari perkebunan ini dapat kemudian dijual oleh masyarakat demi pemenuhan kebutuhan ekonominya sehari-hari.

Fokus utama KLHK dalam kegiatan pengelolaan hutan mencakup peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan penciptaan model pelestarian hutan yang efektif. Melihat tujuan ini, pemerintah menyiapkan program yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar hutan dengan menciptakan keharmonisan antara peningkatan kesejahteraan dan pelestarian lingkungan yang termasuk dalam Program Perhutanan Sosial.

Kemitraan masyarakat merupakan salah satu skema pemberdayaan yang menjadi mandat PP Nomor 6 tahun 2007 jo PP Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan. Peluang untuk mengembangkan kemitraan ada pada kawasan hutan yang dikelola KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan). KPH memiliki peran strategis dalam rangka implementasi UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan dalam membentuk Wilayah Pengelolaan Hutan sebagai bagian dari Perencanaan Kehutanan. KPH diusung menjadi garda terdepan KLHK untuk menjamin terwujudnya kelestarian fungsi dan manfaat hutan dari aspek ekonomi, ekologi, dan sosial.

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan perhutanan sosial sendiri diatur dalam peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor P.88/Menhut-II/2014 terkait Hutan Kemasyarakatan (HKm), Nomor P.89/Menhut-II/2014 tentang Hutan Desa, dan Nomor P.55/Menhut II/2011 tentang Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan No. P.39/Menhut-II/2013 yang mengatur kemitraan. Peraturan tersebut tersebut sudah memberikan aturan terkait hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan ijin.

Hingga kini terdapat tiga kategori hak hutan yang dapat diajukan yaitu hak terhadap Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, dan Hutan Tanaman Rakyat.

Hak untuk pengolahan hutan dapat diajukan oleh masyarakat di atas area yang diidentifikasi dalam Peta Indikatif Akses Kelola Hutan Sosial.

Hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pengusahaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) pada hutan lindung berbeda dengan hutan produksi. Pemegang IUPHKm pada hutan lindung mempunyai hak untuk melakukan kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan kawasan, serta pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pemegang IUPHKm pada hutan produksi juga memiliki hak yang sama seperti di hutan lindung, hanya diberikan hak tambahan untuk memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Perhutanan Sosial memfasilitasi masyarakat untuk memiliki akses kelola hutan dan lahan untuk diambil manfaatnya. Pemanfaatan hasil hutan yang sesuai dengan prinsip kelestarian lingkungan sejalan dengan tujuan konservasi lingkungan dibantu dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Pelibatan masyarakat setempat merupakan alternatif yang efektif sebagai usaha untuk menjaga kelestarian hutan,” kata Ir. Mahfud, MM, Kepala BUPSHA. MFA

Ir Bambang Hendroyono, MM Sekjen KLHK di PeSoNa mart.

Page 58: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest58 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7F rest D gest58 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Page 59: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 59n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

reportase

Jika Singapura Punya Hutan

F rest D gest 59n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Naskah dan foto: Khulfi M. Khalwani

Page 60: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest60 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Sebuah surat dari seorang teman lama di Singapura masuk ke Gmail saya awal Agustus lalu. Isinya undangan melihat Festival of Biodiversity pada 3-4 September 2016 di Botanical Garden. Dalam hati saya bertanya, biodiversity macam apa yang ada

di negara kecil yang berbeton-beton itu. Karena jadi penasaran, saya putuskan membeli tiket pesawat termurah saat itu juga.

Saya mendarat di bandar udara Changi pada Jumat malam pukul 11 malam waktu setempat. Rasanya terlalu boros jika naik taksi seorang diri menuju hotel khusus pejalan iseng yang sudah saya pesan secara online di daerah Lavender. Di tengah keramaian terminal 3 yang seperti mal, saya berlagak cuek seperti penumpang transit, mencari sebuah sofa di depan TV besar, kemudian duduk terlelap sampai pagi.

Perjalanan saya lanjutkan dengan mass

reportase

rapid transit yang stasiunnya terintegrasi dengan bandara. Bermodalkan kartu sakti Singapore Tourist Pass seharga 16 dolar Singapura, atau setara Rp 150.000 untuk 2 hari, saya bisa sepuasnya naik MRT atau bus ke mana saja serta memperoleh diskon makanan atau tiket masuk di beberapa tempat wisata tertentu. Ini hanya selangkah lebih maju dibanding wisata di Jakarta, batin saya menghibur diri.

Sebelum menuju lokasi acara, agar lebih mantap saya survei pendahuluan ke hutan kota di dekat hotel, yaitu Kallang River Side. Taman yang berada di sisi sungai ini seluas tujuh hektare dan dikelola oleh The National Parks Board (NParks), semacam organisasi pemerintah yang bertugas mengelola kawasan hutan di Singapura. Hal ini saya ketahui dari logo yang terpajang pada setiap papan informasi yang ada disana.

Siapapun bebas memasuki area hutan kota yang tertata rapi ini. Didominasi pohon kelapa, putat air Barringtonia racemose dan pulai Alstonia angustifolia, area ini menjadi surga bagi burung-burung liar untuk bermain-main di tajuk

pohon yang rimbun di siang nan terik. Saya kagum melihat fasilitas di sana. Tak berpenjaga tapi resik tertata. Peralatan fitnes komplit, kursi taman yang artistik, trek untuk joging dan sepeda, serta fasilitas memancing ikan dan latihan dayung. Beberapa orang seperti datang ke sini untuk piknik atau pacaran.

Dari Kallang MRT Station, saya melaju ke Singapore Botanic Garden MRT Station. Cukup jalan kaki dari stasiun bawah tanah, saya langsung terkoneksi dengan pintu masuk kebun raya, yang di tahun 2015 ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO ini. Luasnya 74 hektare, hampir sama dengan kebun Raya Bogor. Selain Singapore Botanic Garden, hanya ada dua kebun raya yang ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO yaitu Kew Gardens di Inggris dan Padua Gardens di Itali.

Sebuah tenda putih raksasa terpasang

TURIS. Para turis menikmati Botanical Garden Singapura yang sejuk.

Page 61: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

Indonesia, sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia

dan pemilik koleksi arabika terkaya sejagat, ironis jika penduduknya

mengkonsumsi kopi berkualitas rendah.

Ingin mengenal single origin dari berbagai wilayah Nusantara yang berkualitas? Undang kami

menyeduh di kantor Anda. Gratis!

#ngopidikantor

www.ngopidikantor.com [email protected]

l ngopidikantor f /Ngopidikantor o /ngopidikantor

Page 62: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest62 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

reportase

Page 63: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 63n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

di samping danau kecil Eco Lake Lawn. Sebuah panggung besar di bagian ujungnya sebagai pusat acara dan seminar, serta lebih dari 30 gerai pameran yang tersebar di depannya. Berbagai lembaga konservasi mulai dari kelompok herpetologi, konservasi mangrove, coral, penyu dan ikan, konservasi flora, peneliti trenggiling, kukang, luwak dan mamalia lainnya ikut terlibat. Banyak turis dari berbagai negara yang mengajak keluarganya terlibat di acara yang terbuka ini.

Teman saya yang mengirim surat-e itu gembira begitu melihat saya. Ia mengenalkan kepada beberapa temannya. Berbagai game atraktif saya ikuti untuk berjalan dari satu gerai ke gerai lainnya. Beberapa jenis flora yang dibanggakan di Singapura banyak sekali ada di pasar-pasar tradisional di Indonesia, seperti daun sirih, daun salam, dan sereh untuk bumbu

rendang.Saya berkenalan dengan Mrs. Wendy

Y Hwee Min, Direktur Hubungan Internasional National Biodiversity Centre NParks. Kepadanya saya menjelaskan bahwa saya hanya berlibur dan ingin melihat hutan Singapura. Ternyata dia juga pernah 5 tahun bekerja di Jakarta dan fasih berbahasa Indonesia.

Dia menjelaskan acara ini rutin setiap tahun diadakan sejak 2012. Mereka bekerja sama dengan berbagai mitra donor, menyelenggarakan festival tahunan untuk memperingati dan merayakan keanekaragaman hayati Singapura. Melalui acara ini, NParks berusaha mendidik dan mambangkitkan minat masyarakat umum untuk lebih proaktif dalam melestarikan warisan alam di Singapura. Sejalan dengan visi mereka, “Let’s make Singapore our Garden”.

“Sebelum tiba di sini saya ke Kallang

HIJAU. Tanaman dan hewan di Botanical Garden dan turis Turki yang antusias

Page 64: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest64 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

reportase

River Side dan ada logo National Park disana. Apakah itu merupakan kawasan Taman Nasional di Singapura ?” saya bertanya.

“Oh tidak, National Park di Singapura tidak seperti di Indonesia yang luasnya bisa ribuan bahkan ratusan ribu hektar. Ada lebih dari 300 taman yang kita sebut park di Singapura, salah satunya Kallang River Side yang telah anda lihat, dan empat cagar alam, yang terluas Central Catchment Nature Reserve lebih dari 2000 hektare, Sungei Buloh Wetland Reserve sekitar 202 hektare, Bukit Timah Nature Reserve 163 hektare dan yang terkecil Labrador Nature Reserve 22 hektare,” Mrs. Wendy menjelaskan.

Dari Wendy saya belajar, saat sumber daya alam yang kita miliki terbatas, saat itu kita akan menyadari akan nilai dan arti pentingnya.

Saya memutuskan besok akan mengintip salah satu dari empat nature reserve itu. Saat berpamitan, teman saya mengenalkan

temannya, backpacker asal Turki, bernama Birgul, yang juga ingin melihat alam di Singapura dan menawarkan jalan bersama. Lengkap sudah. Perjalanan ke cagar alam akan ditemani seorang perempuan cantik.

Perjalanan dimulai dengan mengunjungi Singapore Botanic Garden yang terbuka 24 jam. Ada arboretum hutan tropis di dalamnya, pusat anggrek, koleksi bambu dan rotan, serta danau yang menjadi habitat berbagai penyu, ikan, dan bangau. Fasilitas yang ada di dalamnya mencakup gedung pusat informasi, pusat oleh-oleh dan suvenir kerajinan tangan, kafe, dan panggung simfoni. Sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan Kebun Raya Bogor. Tapi kenapa di sini terasa lebih menyenangkan?

Mungkin karena perlakuan orang Singapura kepada alam. Setiap papan nama pohon hanya diikat di batangnya dengan kawat spiral lunak dan tidak dipaku. Setiap pohon yang sedang berbunga atau sedang penyerbukan,

diberi tanda dan dilingkari semacam police line. Setiap proyek pekerjaan teknis (seperti jalan kecil/ pondok pengunjung) diberi keterangan, siapa yang kontraktor mengerjakannya, siapa arsiteknya dan kemana jika masyakarat ingin klarifikasi.

Esoknya kami menuju Bukit Timah Nature Reserve. Cukup naik MRT melewati Orchad dan Newton lalu turun di stasiun MRT Beauty World. Saat keluar dari stasiun bawah tanah itu, bukit hijau yang terhampar menyambut di seberang sana. Di sanalah Bukit Timah Nature Reserve dan Hindhede Park.

Bukit Timah adalah cagar alam hutan tropis, habitat Dipterocarpaceae dan rumah bagi fauna endemik dataran melayu. Bukit Timah memiliki fasilitas trek khusus untuk sepeda dan hiking. Saat melangkah kerap kali saya dikejutkan oleh biawak yang banyak terdapat di sana. Sebelum masuk gerbang gerombolan monyet juga menyambut dengan mesra. Jangan coba-coba memberi makanan, mendekatinya,

TREK. Salah satu trek di Botanical Garden.

BUKIT TIMAH. Salah satu jalan masuk

Bukit Timah

Page 65: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 65n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

atau menatap matanya. Coba saja, anda akan tahu akibatnya...

Banyak sekali papan informasi yang bentuknya unik dan atraktif yang akan memandu arah pengunjung atau sekadar memberikan peringatan. Sejenak saya terbayang akan kebun raya Cibodas atau Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Sungguh fantastis, melewati hiruk pikuk keramaian Orchad Road, China Town, Bugis Street dan melupakan sejenak Marina Bay, Universal Studio, dan Merlion Park, di tengah Negara-kota ini terdapat hutan tropis primer seluas kurang dari 200 hektare yang begitu terjaga. Kawasan ini termasuk salah satu dari 30 kawasan ASEAN Heritage Park. Jangan sekalipun coba-coba merokok di hutan ini. Singapura mengharamkan rokok. Jika anda nekat dan ketahuan, dendanya bisa untuk 10 kali penerbangan bolak-balik Jakarta-Singapura.

Bukit Timah adalah surga bagi berbagai spesies burung, yang saya lihat langsung

seperti takur tutut Megalaima rafflesii, kutilang jamrud atau delimukan jamrud Chalcophaps indica dan kacembang gadung Irena puella yang cantik dengan buntut birunya. Mamalia kecil yang khas ada disini ialah kubung melayu Cynocephalus variegatus dan tupai / bajing kelapa Callosciurus notatus dan Sundasciurus tenuis yang berwarna kelabu. Sayang sekali saya tidak membawa lensa yang mumpuni.Satwa lainnya yang dibanggakan disini ialah Trenggiling Manis javanica, ular Python reticulatus and ular pohon Chrysopelea paradise.

Antara Bukit Timah Nature Reserve dan Central Catchment Nature Reserve telah terfragmentasi oleh jalan tol yang luas. Namun sebuah jembatan besar berisi pepohonan menghubungkan keduanya. The Eco-Link @ BKE namanya, yaitu semacam jalur koneksi ekologi antara dua cagar alam, sehingga satwa liar bisa memperluas habitatnya dengan menyeberangi jembatan itu.

Sore mulai merayap malam kian merapat. Kami memutuskan untuk hunting ke lokasi wisata lainnya lalu kembali ke hotel. Banyak hal baru yang saya jumpai di sini. Antara senang dan sedih juga sebenarnya melihat hutan di negeri tetangga. Dahulu hasil hutan Indonesia dipasarkan melewati negara yang hanya memiliki hutan ratusan hektare ini.

Borobudur, Bali dan Lombok adalah 3 kata yang menjadi identitas saya setiap berkenalan dengan turis backpacker yang saya jumpai di hotel. Karena mereka semua begitu bangga saat bercerita pernah mengunjunginya. Waktu yang singkat memaksa saya hanya bisa mengintip hutan di Bukit Timah, karena esok hari kembali ke rutinitas di Jakarta, di Indonesia yang kaya dan luas hutaannya jutaan kali luas hutan Singapura...

—Khlufi M. Khalwani, S.Hut, M.SiBackpacker & penggiat

wisata alam [email protected]

Page 66: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest66 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

kolom

Suatu proses pengambilan keputusan hampir selalu terkait dengan tiga hal: cara pikir/diskursus, kepentingan, dan jaringan aktor-aktor pendukungnya. Semakin strategis keputusan yang akan diambil, semakin ketat kontestasi di antara tiga hal tersebut. Di mana rimbawan berposisi?

Identitas yang berkontestasi itu dapat berubah-ubah tergantung kepentingannya. Pengalaman bersama Dewan Kehutanan Nasional (DKN) dalam sepuluh tahun terakhir, kelima kamar: bisnis, masyarakat, pemerintah, LSM, dan

akademisi yang dapat dianggap berbeda identitas dan tidak selalu bisa sejalan. Padahal rimbawan ada di semua kamar-kamar itu, kecuali kamar masyarakat.

Seseorang selalu beridentitas banyak: jenis pekerjaan, agama, suku, hobi, dan lain sebagainya. Maka ketika seseorang mengambil keputusan, dasar yang digunakan bisa apa saja dari salah satu di antara identitasnya itu, yang mencerminkan kepentingan yang sedang diperjuangkan. Identitas cenderung tidak bersifat tunggal, misalnya dengan sebutan rimbawan.

Positif-negatifDalam pandangan komunitarian—yang memahami dan

menerapkan ilmu yang berhubungan dengan komunitas, identitas dianggap penting karena menjadikan hubungan-hubungan sosial dimudahkan. Hubungan-hubungan itu memandu kebersamaan untuk mencapai berbagai tujuan: sosial, ekonomi, politik, yang dapat disebut sebagai modal sosial. Mungkin ini yang diharapkan adanya identitas rimbawan.

Modal sosial bahkan menentukan efisiensi ekonomi maupun menjamin bekerjanya kelembagaan pengelolaan sumberdaya. Tanpa modal sosial itu setiap orang harus mengontrol orang lain, yang tidak mungkin bisa dilakukan.

Sebaliknya, terorisme, perang antar suku, konflik antara agama, tawuran antar warga, sentimen antar almamater, korupsi berjamaah, adalah contoh kejadian-kejadian akut yang disulut oleh adanya identitas. Kelompok tertentu dapat membangun ilusi/abstraksi (buruk) tentang kelompok lain yang menjadi pesaing; masalah sengaja dibangun dan dipelihara yang sesungguhnya tidak ada masalah.

Juga membangun “kebenaran internal” dan kebenaran ini diproduksi, dipelihara dan direproduksi kembali dari waktu ke waktu, bahkan bisa antar generasi. Ilusi dan kebenaran itu menjadi pengikat sekaligus power identitas untuk menampik ide-ide atau menutup diri dari kelompok-kelompok di luarnya. Dari perspektif ini, rimbawan sebagai identitas juga punya sifat-sifat itu.

Rimbawan identitas penting?Jika saya bisa menyebut saya sebagai rimbawan, banyak teman

saya yang rimbawan juga bisa menyebut identitas yang sangat berbeda satu dengan yang lain: dosen, bankir, pengusaha tambang, kerja di lembaga donor, LSM. Di tengah ragam identitas itu kami tetap bisa menjadi teman, karena punya setidaknya satu irisan:

Rimbawan dan Persoalan Identitas: Otokritik di Tengah Pembaruan Kebijakan

Page 67: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 67n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

pernah lama bersama yang diikat karena emosional masa lalu. Emosi masa lalu itu, yang mungkin pembangun jiwa korsa, sepakat untuk dipelihara dan direproduksi terus menerus.

Sesungguhnya irisan itu tidak senantiasa bisa digunakan. Dalam pengambilan keputusan, seseorang punya landasan atau argumen sendiri-sendiri, dan ikatan di mana ia bekerja biasanya lebih kuat. Maka, identitas bukanlah sudah ada lalu ditemukan dan digunakan dalam jangka panjang. Sebaliknya, dalam setiap pengambilan keputusan, setiap orang cederung mengikat diri pada identitas tertentu dan kepentingannya saat itu.

Rimbawan yang bekerja di tempat berbeda-beda sudah membangun perbedaan-perbedaan terhadap cara berfikir, cara melihat resiko-resiko, cara mengatasi berbagai masalah di dunianya

masing-masing. Ikatan kerja juga menimbulkan kepentingan, keterbukaan berjejaring sesuai kepentingannya itu, sekaligus rahasia-rahasia yang harus dipelihara.

Dalam buku Identity and Violence: The Illusion of Destiny, karangan Amartya Sen, ada pertanyaan yang dikutib dari E.M. Foster: “Jika harus memilih antara mengkhianati negara saya dan sahabat saya, saya harap saya punya nyali untuk mengkhianati negara saya?”

Pertanyaan yang rumit itu bisa jadi sebagai contoh identitaslah yang menentukan jawabannya. Pertanyaan itu menguji sekaligus menentukan identitas apa yang digunakan si penjawabnya. Alasan bertindak biasanya bukan dari apa-apa yang abstrak, seperti jiwa korsa atau kepentingan negara, tetapi cenderung berdasarkan pada apa-apa yang riil seperti perintah atasan, cari keuntungan, memenangkan persaingan, dlsb.

Maka timbulnya perilaku seseorang biasanya ditempeli kepentingan di tempat kerjanya masing-masing. Ini menunjukkan bahwa rimbawan bukanlah identitas tunggal dan dalam banyak hal bukan identitas yang selalu digunakan.

Dalam dunia nyata, identitas rimbawan bahkan bukan instrumen alat pemersatu perubahan-perubahan yang menyangkut kebijakan publik. Rimbawan sebagai identitas dikalahkan oleh identitas lain. Dalam hal-hal tertentu malah sebaliknya. Identitas rimbawan dengan jiwa korsanya yang kuat, dapat menjadi penghambat inovasi dengan menutup diri terhadap perbedaan pendapat.

PenutupOleh karena itu kita tidak dapat menyederhanakan persoalan

bahwa perilaku dan pengambilan keputusan bisa disamakan dengan menyebut identitas (rimbawan) itu. Persoalan utama dalam fenomena identitas yang membelenggu atau pada tingkat akut sebagai bentuk hegemoni, adalah hilangnya daya kritis secara internal.

Dapatkah identitas rimbawan dipertahankan dan dalam waktu yang sama dihilangkan kelemahan-kelemahannya? Mungkin bisa, mungkin tidak. Yang perlu disadari bahwa identitas, apapun itu, bisa menjadi belenggu dan penghambat pembaruan yang diinginkan. Maka kita harus memastikan bahwa pikiran kita tidak terkungkung oleh cara pandang kita sendiri. —

Hariadi KartodihardjoGuru Besar Fakultas Kehutanan IPB

Page 68: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest68 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

fotografi

1

3 4 5

Page 69: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 69n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

Mari ke laut, Nak, mari ke laut... Kita jeda sejenak dari hiruk-pikuk kota yang penat ini. Mari menjadi Chairil Anwar dalam “Senja di Pelabuhan Kecil”.

Ini kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Fotografer R. Eko TjahjonoAlumni Fahutan E-25Canon EOS 5D Mark II Lokasi: Kepulauan Seribu, Jakarta Utara

Mari ke Laut...

2

1. Senja di Pulau Seribu2. Pulau Kelor dengan benteng Martello3. Kawasan konservasi Taman Nasional

Laut Kepulauan Seribu4. Menjelajah Kepulauan seribu5. Pelabuhan Marina, Jakarta Utara6. Anak-anak Betawi pesisir 

6

Page 70: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest70 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

buku

Merevolusi Revolusi Hijau Merevolusi Revolusi Hijau, Pemikiran Guru Besar IPB (Buku III)Editor: Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc, Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, Prof. Dr. Ir. Ani Suryani. DEAPenerbit: PT. Penerbit IPB PressTebal: xi + 786 Halaman

Revolusi akan memancing revolusi baru. Para guru besar Institut Pertanian Bogor menuliskan pelbagai gagasan dalam buku ini menyoal konsep dan penerapan “revolusi hijau” yang ditandai dengan berdirinya IPB pada 1963. Bung Karno

menyebut istilah itu ketika meletakkan batu pertama pembangunan kampus IPB.

Ia tentu meniru dan mengutip Norma Borlaug yang mencetuskan ide tersebut di Meksiko pada 1940. William S. Gaud, seorang administratur USAid, juga memakai istilah ini sepuluh tahun kemudian ketika melihat kenaikan produksi yang drastis pada hasil pangan setelah petani memakai bibit unggul dan pupuk di negara-negara berkembang.

Buku yang terbit pada 2012 ini memaparkan sejarah revolusi hijau hingga menyoal penerapannya. Selama lebih dari 40 tahun revolusi hijau telah memberikan dampak yang luar biasa pada peningkatan produksi pangan terutama di negara-negara berkembang. Namun peningkatan produktivitas pangan ini memberikan dampak negatif yang tidak kecil.

Degradasi lingkungan terjadi sebagai akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan, penurunan

keanekaragaman hayati akibat hilangnya varietas lokal dan patahnya ketahanan genetik terhadap hama dan penyakit. Pengembangan teknologi juga hanya dinikmati kelompok petani berpendapatan tinggi.

Revolusi hijau harus direvolusi. Buku ini dibagi ke dalam 10 bab karena per bidang di kelompokkan agar mudah dibaca dan dipahami. Dari urusan bioenergi, produksi primer pertanian, Industri, pengelolaan sumberdaya hayati berkelanjutan, sistem

dan rantai pasar, dan rekayasa sosial di masyarakat. Pendeknya, buku ini berisi kritik pada pembangunanisme yang acap tak mengindahkan lingkungan.

Para guru besar IPB ini menawarkan satu jalan keluar agar pembangunan tak berhenti tapi lingkungan tetap terjaga. Pendapat-pendapat tersebut berangkat dari penelitian sehingga saran-sarannya sangat empiris dan bisa diterapkan. Diterbitkan IPB Press, buku ini hanya tersedia di toko buku kampus.

Kebajikan dari AlamDua buku tentang kearifan mengelola lingkungan. Otokritik yang perlu didengar.

Page 71: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

Etika Lingkungan

Etika Lingkungan HidupPenulis: Sony Keraf Penerbit: PT. Kompas Media NusantaraTebal: xvi + 408 halaman

Interaksi manusia dengan lingkungan telah menjadi problem serius tak hanya masalah teknis kerusakan, tapi menyeret moral dan perilaku. Krisis ekologi global memicu kajian etika karena harus seperti apa manusia memandang lingkungan sejak dalam pikiran. Sebab cara manusia melihat lingkungan menjadi pemicu utama bagaimana memperlakukan lingkungan hidup.

Buku cetakan keempat tulisan Menteri Lingkungan di era Presiden Abdurrahman Wahid ini bisa dikategorikan buku ilmiah sekaligus praktis karena menghimpun pemikiran sekaligus pengalaman bergelut dengan isu ini dari jantung kekuasaan. Sony melihat lingkungan dari dua sisi sekaligus: teoritikal dan praksis.

Dalam 408 halaman buku ini, Sony melihat masalah lingkungan jauh ke dalam problem mendasar manusia: pemikiran. Etika lingkungan ternyata mencakup segi yang luas, antara lain soal antroposentris, biosentrisme, ekosentrisme, hak asasi alam, hingga ekofeminisme. Etika lingkungan mengubah secara radikal konsep pemikiran sebelumnya yang hanya membahas soal hubungan antar manusia dalam mengelola lingkungan hidup.

Sebagai sesama mahluk, lingkungan hidup tak lagi menjadi objek, namun sebagai subjek dan bagian dari komunitas moral manusia. Berangkat dari sana, Sony menganjurkan sebuah cara mempraktekannya yakni memahami hubungan ini ketika manusia membuat kebijakan tentang lingkungan. Politik telah mempengaruhi pelbagai kebijakan yang kini memicu krisis ekologi dan ekonomi.

Salah satunya adalah kembali kepada kearifan tradisi. Masyarakat adat adalah contoh bagus bagaimana tradisi menyatu dengan alam sehingga pengelolaan menjadi selaras. Interaksi antara alam dan manusia benar-benar didasarkan pada pemikiran bahwa posisi keduanya sejajar, tanpa merendahkan fungsi yang satu terhadap yang lain. Pemikiran semacam ini tak terasa aus justru kian menemukan kebenaran seiring kegagalan kapital dan teknologi. Ernst Friedrich Schumacher telah mengingatkan akan penggunaan teknologi madya untuk kelestarian lingkungan dan nasib alam yang berkelanjutan dalam bukunya yang sangat terkenal: Small is Beautiful.

—Librianna Arshanti

Page 72: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest72 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

bintang

HUTAN adalah pondasi bumi, kata Thomas Djorghi. Jika hutan hancur maka bumi akan rata, manusia akan punah, kehidupan jelas musnah karena yang muncul adalah bencana alam. Sebab satu-satunya yang bisa menghapus manusia di bumi adalah penyakit dan bencana alam yang masal, seperti konsep kiamat yang acap kita dengar.

Satu-satunya cara agar hutan lestari dan bumi terjaga, kata penyanyi dangdut 47 tahun ini, tak lain tak bukan kita bertanggung jawab mengelola hutan agar ekosistemnya terjaga. Thomas tak sering berhubungan dengan alam. Ia hanya pernah sekali naik gunung saat SMA. Setelah itu, pemilik restoran Jepang Takigawa ini, lebih banyak berkutat di kota. Tempat liburan favoritnya Lombok dan Bali. Tapi Thomas paham betul, alam yang rusak akan membuat manusia sengsara. “Bencana yang nyata saja banjir dan longsor jika hutan tak lestari,” katanya. —

THOMAS DJORGHIPondasi Bumi

bintang

Page 73: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest 73n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

JENITA JANETNaik Gunung dengan “Heel”

HINGGA usia 29 tahun, yang diingat Jenita Janet soal gunung adalah naik Gunung Ciremai di Kuningan memakai sepatu bertumit tinggi (heel). Niatnya memang untuk salat Idul Fitri di kota Kuningan. Teman-temannya mengajak naik ke puncak tertinggi di Jawa Barat itu. Walhasil, penyanyi dangdut dengan ciri khas rambut warna-warni ini hanya sampai Palutungan dengan menjinjing sepatunya.

Meski tak terlalu banyak punya kegiatan di luar ruang, Jenita paham belaka menjaga alam adalah kewajiban manusia. “Soalnya alam itu penyimbang hidup kita,” kata Janeta. “Di dalam alam ada mahluk lain selain manusia dan mereka menyeimbangkan kita.” Satu pesan “si goyang gogo” ini adalah menjaga kebersihan sejak dari diri sendiri sebelum mengajak disiplin kepada orang. —

ANJANI DINAIngin Naik Gunung

Obsesinya naik gunung. Gadis 21 tahun lulusan SMA Madania Bogor ini sudah sibuk di dunia hiburan sejak wajahnya menghiasi sampul majalah Gadis pada 2009. Sebagai penyanyi ia menghasilkan album Cinta Buta (2011), bintang video klip,

sinetron, dan film televisi. Hari-harinya sibuk.

Bertandang ke alam hanya sekali dilakukannya ketika berkunjung ke kebun teh di Gunung Salak pada 2011. “Ingin mencoba naik gunung dalam waktu dekat,” kata bintang film Marmut Merah Jambu ini.

Bagi Anjani, naik gunung juga untuk kian memahami fungsi alam. Sebab, kata dia, alam yang rusak akan mempengaruhi kualitas hidup manusia. Pohon di hutan menghasilkan oksigen, kebutuhan utama mahluk hidup. Jika pohon rusak, oksigen tak ada, manusia bisa sengsara. “Maka kurangi polusi dengan menanam pohon, mengurangi plastik, dan tak membuang sampah sembarangan,” katanya. —

Page 74: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

F rest D gest74 n o v e m b e r 2 0 1 6 - j a n u a r i 2 0 1 7

OASE

Saya kedinginan di puncak Ciremai, 31 Desember 1995. Ini, sejauh bisa mengingat, satu-satunya perayaan untuk menyambut matahari terbit di tahun baru, karena setelah itu setiap tahun baru berlalu begitu saja: sedang di jalan, hanya menonton televisi, atau ketiduran.

Pada 1995 itu, saya masih SMA dan kepingin juga ikut menyambut 1 Januari. Lagi pula, saya baru 17. Kalau tidak salah, pelakon Sha Ine Febriyanti juga mendaki Ciremai di akhir tahun itu, dan ketemu dengan laki-laki yang

kelak menjadi suaminya. Apakah kita selisih jalan, Ine?

Berangkat dari rumah pagi-pagi sekali. Berkumpul dengan teman-teman sekelas lain di terminal di kaki gunung Ciremai. Jarak dari rumah ke terminal tak sampai satu jam.

Kami tak bersiap secara khusus. Ide mendaki Ciremai datang begitu saja, ketika pelajaran di kelas hampir berakhir, di ujung obrol-obrolan yang tak henti mengalir. Kami hanya membawa jaket dan makanan untuk masing-masing orang, juga tenda sewa dari ruang OSIS. Seorang lagi membawa gitar—mungkin ia membayangkan diri seperti Soe Hok-Gie.

Sebelum malam, perjalanan harus sampai ke puncak. Ciremai terkenal dengan mahluk halusnya. Acap terdengar cerita para pendaki digoda “penunggunya” dengan hipnotis: semalaman tak menemukan jalan pulang dan hanya berputar-putar mengitari satu pohon.

Jalanannya juga licin. Pada Desember, Kuningan selalu berhujan. Maka, ketika matahari baru lingsir, kami sudah hampir mencapai puncak tertinggi di Jawa Barat itu. Dingin makin menusuk dan oksigen kian menipis.

Di puncak itu kami kelelahan. Hujan turun renyai. Semesta terungkup gelap. Ini puncak, lalu apa?

Desember telah lewat. Pukul 0 orang tak sanggup gaduh. Ini Januari, mana matahari baru itu? Apa sebetulnya yang baru? Mungkin hanya almanak di meja belajar. Selebihnya adalah sesuatu yang rutin, sisanya menunggu. Yang berubah hanya angka-angka karena waktu toh berjalan seperti biasa. “Waktu diam, kita bergerak, karena itu kita tua,” Michael Crichton menyergah.

Apa sebetulnya arti Desember dan Januari bagi kita, orang-

orang kepayahan di puncak gunung? Dan bagi mereka yang tak kepayahan di udara dingin?

Mungkin karena kita butuh penanda. Bahwa ada sesuatu yang harus berakhir dan bermula agar hidup tak jadi jemu. Manusia akhirnya menyadari bahwa ingatan tak selamanya panjang: harus ada batas pada sehimpun catatan. Dan ada batas lagi untuk memulai menulis catatan di lembar yang baru: bahwa jatah hidup kian berkurang. Batas itu pula yang membuat hidup jadi berwarna, sebab lupa acap membebaskan kita.

Akhir Desember pun dirayakan. Bukan untuk menandai berakhirnya tahun, tapi sambutan untuk tahun yang baru, batas

baru dalam hari-hari yang akan datang. Dan hari yang akan datang adalah harapan, sesuatu yang abstrak tapi membuat kita hidup terus. Maka orang Cina kuno membuat kalender pada 550 sebelum masehi agar konsep waktu yang abstrak itu bisa dirumuskan dan hidup menjadi mudah.

Kalender, jam, hari, adalah batas-batas yang kita buat dan disepakati bersama lalu melahirkan ilmu astronomi. Maka di sinilah oksimoron itu: manusia ingin bebas sebagai syarat merawat eksistensinya tapi membutuhkan pembatasan. Kita membuat batasan pada hal ihwal agar kebebasan yang mengandung khaos itu menjadi tertib.

Manusia selalu ingin membuat sejarah (dengan “S). Maka kita butuh penanda dan batas itu. Saya jadi punya cerita di akhir tahun 1995 melalui catatan kecil ini yang saya temukan kembali dari sebuah diari dari masa 20 tahun lewat. Ingatan bertumpuk-tumpuk karena itu saya tak ingat tahun-tahun baru lain karena tak membuat penandanya. Peristiwa menjadi awet dan karena itu waktu menjadi beku, pada saya, orang yang kepayahan di puncak Ciremai.

Tahun baru disambut riang. Bukan karena itu 1 Januari, tapi karena waktu turun telah tiba. Matahari mulai memancar-mancar menerobos celah

pinus yang basah. Dan rasanya bukan karena matahari baru jika tumbuh semangat menuruni punggung gunung itu, tapi karena gigil mulai hilang.

Jalan tikus membentang, berkelok-kelok, hingga sampai di Palutungan. Ableh, dll, ini lagu yang kita nyanyikan di tenda yang koyak itu:

December clouds are now covering meDecember songs no longer I sing

—Bagja Hidayat

Desember

Hubungi Customer Service kami di Bank Mandiri Cabang Jakarta Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabhakti.

Page 75: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon

Hubungi Customer Service kami di Bank Mandiri Cabang Jakarta Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabhakti.

Hubungi Customer Service kami di Bank Mandiri Cabang Jakarta Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabhakti.

Hubungi Customer Service kami di Bank Mandiri Cabang Jakarta Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabhakti.

Hubungi Customer Service kami di Bank Mandiri Cabang Jakarta Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabhakti.

Hubungi Customer Service kami di Bank Mandiri Cabang Jakarta Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabhakti.

Page 76: november 2016 D gest - pdf.forestdigest.com · Amerika, peraih Nobel Sastra 2016. wikipedia wikipedia Emisi Karbon Meski negara tropis, Indonesia masuk 10 besar negara pemasok karbon