NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

56
NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE: ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN NILAI PENDIDIKAN SKRIPSI OLEH: FRITS TAMPUBOLON 120701039 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Page 1: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE

LIYE: ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN NILAI PENDIDIKAN

SKRIPSI

OLEH:

FRITS TAMPUBOLON

120701039

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE

LIYE: ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN NILAI PENDIDIKAN

FRITS TAMPUBOLON

120701039

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana sastra

dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Irwansyah, M.S. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. NIP 19530425 198303 1 002 NIP 19620419 198703 2 001

Program Studi Sastra Indonesia

Ketua,

Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. NIP.19590907 198702 1 002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk

memeroleh gelar sarjana di perguruan tinggi. Sepengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis maupun diterbitkan orang lain,

kecuali yang secara tertulis dijadikan sebagai sumber referensi pada skripsi ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan

yang saya peroleh.

Medan, Agustus 2017

Penulis,

Frits Tampubolon

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

ABSTRAK

NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE

LIYE: ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN NILAI PENDIDIKAN

Oleh:

FRITS TAMPUBOLON Sastra Indonesia FIB USU

Novel merupakan salah satu karya sastra yang diminati oleh pembaca. Novel berisi nilai-nilai yang berguna bagi para pembaca, salah satunya adalah nilai pendidikan. Fokus penelitian ini membahas tentang unsur intrinsik dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur intrinsik dan mendeskripsikan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik pustaka, yaitu membaca, menyimak dan mencatat, serta memahami. Unsur intrinsik dalam novel Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah yang dianalisis meliputi tema, plot/alur, tokoh dan penokohan, dan latar/setting. Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah yaitu nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan religius, dan nilai pendidikan budaya. Nilai pendidikan moral merupakan nilai-nilai yang menuntut manusia untuk lebih melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan dan dapat menyesuaikan diri dengan kelompok masyarakat tertentu sesuai dengan sikap dan kebiasaan yang ada pada suatu daerah tersebut. Nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel KAdSAM karya Tere Liye yaitu kerja keras, bertanggung jawab, pantang menyerah dan bersungguh-sungguh, dan mandiri. Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan. Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam novel KAdSAM karya Tere Liye yaitu peduli kepada sesama, kerja sama dan saling membantu, dan ramah kepada orang lain. Nilai pendidikan religius merupakan suatu kesadaran yang menggejala mendalam dalam lubuk hati manusia. Nilai religius mendidik manusia agar lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat akan Tuhan. Nilai pendidikan religius yang terdapat dalam novel KAdSAM karya Tere Liye yaitu takut akan dosa dan berdoa. Nilai pendidikan budaya merupakan suatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya. Nilai pendidikan budaya dalam novel KAdSAM yaitu toleransi antar adat. Kata kunci: novel, unsur intrinsik, dan nilai pendidikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala perlindungan dan kemurahan-Nya memberkati penulis dalam mengerjakan

skripsi ini.

Skripsi yang berjudul ”Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye:

Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Pendidikan” ini dibuat untuk memenuhi

persyaratan memeroleh gelar sarjana sastra di Program Studi Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, kritik, dan saran

dari berbagai pihak, baik berupa moral maupun materi. Oleh sebab itu, penulis

mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Bapak

Prof. Drs. Mauly Purba, M.A, Ph.D. sebagai Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina

Dewi, M.Pd. sebagai Wakil Dekan II, Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.

sebagai Wakil Dekan III.

2. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. sebagai Ketua Program Studi Sastra

Indonesia. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. sebagai sekretaris Program Studi

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Irwansyah, M.S. sebagai pembimbing I dan Ibu Dra. Nurhayati

Harahap, M.Hum. sebagai pembimbing II yang telah membimbing penulis

menyelesaikan skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

4. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan ilmu yang

bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak Slamet yang banyak membantu penulis mengurus keperluan

administrasi.

6. Kedua orang tua yang tercinta dan selalu memberikan dukungan, Ayahanda B.

Tampubolon dan Ibunda P. Manalu, serta Abang Abdi, Abang Caahliono, dan

Adik Yona sebagai saudara kandung penulis yang selalu mendoakan penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman yang mendukung penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini

yaitu teman satu kelas, teman paduan suara Gloria dan teman satu kos.

Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki hasil

penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Agustus 2017

Frits Tampubolon

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ............................................................................................. i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

PRAKATA ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

1.5.1 Manfaat Teoretis ............................................................... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................. 4

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 5

2.1 Konsep .................................................................................... 5

2.1.1 Unsur Intrinsik ............................................................... 5

2.1.2 Novel .............................................................................. 5

2.1.3 Nilai ................................................................................ 6

2.1.4 Pendidikan ...................................................................... 6

2.2 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7

2.3 Landasan Teori ........................................................................ 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 12

3.1 Metode Penelitian ................................................................... 12

3.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 13

3.3 Teknik Analisis Data ............................................................... 14

BAB IV UNSUR INTRINSIK DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL

KAdSAM KARYA TERE LIYE................................................................... 16

4.1 Unsur Intrinsik Novel KAdSAM Karya Tere Liye ................... 16

4.1.1 Tema ................................................................................ 16

4.1.2 Alur (Plot) ....................................................................... 21

4.1.3 Tokoh dan Penokohan ..................................................... 22

4.1.4 Latar ................................................................................ 25

4.2 Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel KAdSAM Karya Tere Liye. 32

4.2.1 Nilai Pendidikan Moral ................................................... 32

4.2.2 Nilai Pendidikan Sosial ................................................... 35

4.2.3 Nilai Pendidikan Religius ............................................... 38

4.2.4 Nilai Pendidikan Budaya ................................................ 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………… ................................ 41

5.1 Simpulan ……. ........................................................................ 41

5.2 Saran ........................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA………………………. ................................................ 43

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………. ................... 45

1. Lampiran I (Sinopsis Novel) ................................................... 45

2. Lampiran II (Biografi Pengarang) ........................................... 51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

pemikiran, perasaan, ide, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan

yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam

bentuk tulisan. Karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat karena

karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-

kebenaran hidup dan nilai-nilai kemanusiaan walaupun dilukiskan dalam bentuk

fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Karya

sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun

bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.

Endraswara (2008:89) mengatakan karya sastra cenderung memantulkan

keadaan masyarakat, mau tidak mau akan menjadi saksi zaman. Dalam kaitannya

ini, sebenarnya pengarang berupaya mendokumentasikan zaman dan sekaligus

sebagai alat komunikasi antara pengarang dan pembaca. Pengarang sebagai

seorang pengirim pesan akan menyampaikan berita zaman lewat cermin dalam

teks kepada penerima pesan. Karya sastra sekaligus merupakan alat komunikasi

yang jitu.

Ada berbagai bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel dapat

dikaji dari beberapa aspek, misalnya tema, penokohan, isi, latar (setting), alur,

sudut pandang, amanat dan makna. Analisis struktural adalah salah satu kajian

kesusastraan yang menitikberatkan pada hubungan antarunsur pembangun novel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Unsur-unsur yang membangun sebuah novel yaitu plot/alur, tema, tokoh

penokohan, dan latar/setting, gaya bahasa, dan amanat.

Wicaksono (2014:254) mengatakan bahwa karya sastra adalah bentuk

kreativitas dalam bahasa yang indah berisi sederetan pengalaman batin dan

imajinasi yang berasal dari penghayatan realitas sosial pengarang. Karya sastra

merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni yang objeknya adalah manusia

dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.

Karya sastra dianggap mampu memberikan pengalaman hidup dan nilai-

nilai kemanusiaan yang luhur bagi pembaca karya sastra. Nilai pendidikan dalam

sebuah karya sastra merupakan salah satu hal penting untuk diteliti karena

mencakup hal-hal yang memberikan pelajaran dan memiliki manfaat tertentu bagi

pembaca. Nilai pendidikan yang diperoleh dari karya sastra dapat menjadi

pedoman bagi pembaca (masyarakat) dan dapat direalisasikan dalam kehidupan

bermasyarakat. Sebagaimana dikatakan Dewantara (dalam Wicaksono, 2014:259)

bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan menuntun hidup

tumbuhnya menusia sejak anak-anak, maksudnya yaitu menuntun segala kekuatan

kondrat sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Salah satu karya yang berisi nilai pendidikan adalah novel Kau, Aku, dan

Sepucuk Angpau Merah (selanjutnya disebut KAdSAM) karya Tere Liye. Nilai

pendidikan dalam novel tersebut mencakup beberapa aspek di antaranya nilai

pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan religius, dan nilai

pendidikan budaya. Masing-masing nilai pendidikan tersebut dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

diklarifikasikan berdasarkan perbuatan-perbuatan tokoh yang ada dalam novel

KAdSAM.

Novel KAdSAM ini menceritakan tentang realita kehidupan seorang pemuda

sederhana yang bernama Borno yang memiliki hati paling lurus di hulu Kapuas

dan kehidupan masyarakat di lingkungannya. Borno belajar menjadi orang bijak

dari segala musibah yang menimpanya. Mencapai kesuksesan tidak mudah, tetapi

harus berjuang dan bangkit dari kegagalan. Kemandirian yang dimiliki oleh tokoh

utama dalam novel KAdSAM memberikan nilai-nilai yang baik bagi pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti

adalah:

1. Bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel KAdSAM yang meliputi plot/alur,

tema, tokoh dan penokohan, dan latar atau setting?

2. Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam novel KAdSAM karya

Tere Liye?

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan judul dan rumusan masalah, maka penelitian ini dibatasi

pada unsur intrinsik novel (plot/alur, tema, tokoh dan penokohan, dan latar atau

setting) dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel KAdSAM karya Liye.

Nilai pendidikan yang akan dianalisis meliputi nilai pendidikan moral, nilai

pendidikan sosial, nilai pendidikan religius, dan nilai pendidikan budaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan unsur intrinsik novel KAdSAM yang meliputi

plot/alur, tema, tokoh dan penokohan, dan latar atau setting.

2. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel KAdSAM.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para

pembaca, baik bersifat teoretis maupun praktis.

1.5.1 Manfaat Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

perkembangan ilmu sastra.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman dan memperluas

ilmu pengetahuan terhadap pembaca tentang unsur novel dan nilai-nilai

pendidikan yang terdapat dalam novel.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca menikmati dan

memahami novel KAdSAM.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain yang

meneliti novel KAdSAM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Konsep

2.1.1 Unsur Intrinsik

Nurgiyantoro (1995:23) mengatakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur-

unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. unsur-unsur inilah yang

menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara

faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah

novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita.

Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel

berwujud.

2.1.2 Novel

Novel menceritakan tentang perjalanan hidup tokoh utama dalam satu masa

dan di dalam novel tersebut terdapat nilai-nilai yang dapat merangsang pembaca

untuk mengenali, menghayati, menganalisis, dan merumuskan nilai-nilai

kemanusiaan. Secara halus nilai-nilai itu menjadi terjaga dan berkembang dalam

diri pembaca.

Dalam Kamus Istilah Sastra (Zaidan dkk, 2007:136) novel adalah jenis prosa

yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan

manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah

dengan teknik lisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

2.1.3 Nilai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:783) nilai adalah banyak

sedikitnya isi; kadar, mutu. Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan. Sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.

Budiyono (2007:70) menyatakan nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau

kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Dengan demikian

maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang “tersembunyi” di balik

kenyataan-kenyataan lainnya.

2.1.4 Pendidikan

Wicaksono (2014:259-260) mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar, terencana, terus-menerus, dan penuh tanggung jawab yang merupakan

proses pengubahan sikap dan tingkah laku agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya dalam usaha pendewasaan melalui upaya

pengajaran dan latihan.

Suarman (2000) seperti dikutip Novalinda (2014:5) menjelaskan nilai

pendidikan berarti ukuran terhadap baik dan buruk yang dapat diterima oleh

umum atau orang banyak, mengenai perbuatan, sikap, tingkah laku, atau budi

pekerti. Nilai pendidikan mencakup beberapa aspek di antaranya pendidikan

agama, sosial, budi pekerti, kecerdasan, dan kesejahteraan keluarga.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan adalah

segala sesuatu yang mendidik, yang mengarahkan, yang mengendalikan, serta

dapat mengembangkan potensi orang lain dalam mendewasakan diri manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Adapun nilai pendidikan yang terdapat dalam karya sastra yaitu hal-hal yang

mengajarkan kebaikan bagi para pembaca karya sastra dan hal itu dapat dicontoh

dan direalisasikan dalam kehidupan pembaca.

2.2 Tinjauan Pustaka

Novel KAdSAM karya Liye merupakan novel yang sarat motivasi agar tetap

berusaha/berjuang, bersabar dan bersyukur dalam menjalani kehidupan di tengah

banyaknya kesulitan yang terjadi. Liye merangkai kata demi kata dengan bahasa

yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Sepanjang pengetahuan

peneliti, novel KAdSAM karya Liye belum pernah dikaji oleh peneliti lain dari

segi unsur intrinsik yang meliputi plot/alur, tema, tokoh dan penokohan, dan latar

atau setting novel KAdSAM dan nilai pendidikan yang menggunakan analisis

struktural.

Tinjauan pustaka ini hanya memaparkan beberapa penelitian yang sejenis

yang telah meneliti tentang novel KAdSAM. Yang pernah diteliti sebelumnya

adalah skripsi Suryaningrum (2014) dengan judul “Kajian Psikologi Sastra dan

Nilai Pendidikan Novel KAdSAM karya Tere Liye Serta Relevansinya dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas.” Penelitian tersebut

menggunakan pendekatan psikologi sastra. Simpulan penelitian ini adalah

penokohan dalam novel KAdSAM dilihat berdasarkan dimensi psikologis,

fisiologis, dan sosiologis. Aspek psikologis tokoh dilihat berdasarkan tuntutan

kebutuhan yang dialami tokoh menurut teori psikologi kebutuhan bertingkat oleh

Abraham Maslow. Novel ini sarat akan nilai-nilai pendidikan dan juga dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

dijadikan sebagai alternatif materi ajar apreasi sastra dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia.

Penelitian juga dilakukan oleh Satria (2015) dengan judul “Konflik

Psikologis Tokoh Utama dalam Novel KAdSAM karya Tere Liye.” Penelitian

tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya ialah

pertama, wujud konflik psikologis yang dialami tokoh utama dalam novel

KAdSAM meliputi ketakutan, kekecewaan, kecemasan, dan kebimbangan. Kedua,

faktor penyebab terjadinya konflik dikategorikan menjadi dua yaitu internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi rasa sayang pada orang-orang terdekat, keadaan

ekonomi tokoh utama tidak mendukung, merasa tidak dihargai, dan kecewa

dengan diri sendiri. Faktor eksternal meliputi kecewa dengan orang lain, kecewa

dengan pekerjaan yang didapat, malu dengan perlakuan orang lain. Ketiga, cara

penyelesaian konflik yang dilakukan oleh tokoh utama terdiri dari dua cara, yaitu

secara individu dan secara sosial. Penyelesaian secara individu meliputi pasrah,

emosional, rasional, dan pengendalian diri. Penyelesaian yang dilakukan secara

sosial berupa bantuan dari orang lain.

Berdasarkan acuan tersebut, diharapkan dapat membantu peneliti dalam

melakukan penelitian dengan judul “KAdSAM karya Tere Liye: Analisis Unsur

Intrinsik dan Nilai Pendidikan”.

Penelitian ini berusaha menganalisis unsur-unsur intrinsik novel dan nilai-

nilai pendidikan yang mencakup (1) nilai pendidikan sosial, (2) nilai pendidikan

budaya, (3) nilai pendidikan moral, dan (4) nilai pendidikan religius dalam novel

KAdSAM karya Liye.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

2.3 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

struktural. Menurut Nurgiyantoro (1995:37) analisis struktural karya sastra dapat

dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan

hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi

dan dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh

dan penokohan. Setelah dijelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur itu

dalam menunjang makna seluruhnya, dan bagaimana hubungan antarunsur itu

sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas-kemaknaan yang padu.

Misalnya bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain,

kaitannya dengan pemplotan yang tidak selalu kronologis, kaitannya dengan

tokoh dan penokohan, dengan latar dan sebagainya. Analisis struktural pada

dasarnya bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan

antarberbagai unsur karya sastra. Analisis struktural merupakan salah satu kajian

kesusastraan yang menitikberatkan pada hubungan antarunsur pembangun karya

sastra. Novel yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan

sehingga menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna

hidup. Unsur-unsur yang membangun sebuah novel yaitu plot/alur, tema, tokoh

dan penokohan, dan latar atau setting.

Stanton (dalam Nurgiyantoro 1995:113) mengatakan bahwa plot merupakan

struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai urutan bagian-

bagian dalam keseluruhan fiksi. Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,

namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang

satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal,

salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Nurgiyantoro (1995:68) mengatakan

bahwa tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat

menjiwai seluruh bagian cerita itu.

Jones (dalam Nurgiyantoro 1995:165) mengatakan istilah tokoh menunjuk

pada orangnya, pelaku cerita. Penokohan lebih menunjuk pada kualitas pribadi

seorang tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang

seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Abrams (dalam Nurgiyantoro

1995:165) mengatakan bahwa tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam

suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas

moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan

apa yang dilakukan dalam tindakan.

Wicaksono (2014:209-214) mengatakan bahwa latar atau setting merupakan

bagian cerita yang menunjuk pada masalah tempat atau waktu terjadinya peristiwa

serta lingkungan sosial yang digambarkan untuk menghidupkan peristiwa. Latar

dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar

tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat

dengan nama tertentu. Latar sosial menunjuk pada hal-hal yang berkaitan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat tertentu yang dicerikan

dalam karya fiksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan

metode studi perpustakaan. Jabrohim (2001:25) mengatakan bahwa penelitian

kualitatif menitikberatkan pada segi alamiah dan mendasarkan pada karakter yang

terdapat dalam data. Penelitian kualitatif sering diartikan sebagai penelitian yang

tidak mengadakan “perhitungan” atau tidak menggunakan angka-angka.

Studi perpustakaan adalah penelitian yang menggunakan buku sebagai

objek penelitian. Ada dua metode penelitian studi pustaka, yaitu metode heuristik

dan hermeneutik. Menurut Pradopo (dalam Tantawi 2014:61-65) metode heuristik

adalah pembacaan karya sastra berdasarkan struktural bahasanya, sedangkan

hermeneutik pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi sastranya.

Pada metode heuristik dilakukan dengan cara membaca novel yang menjadi

objek utama (primer) penelitian ini. Pada bagian ini novel dipahami berdasarkan

konvensi bahasa-bahasa yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk

menyampaikan pesan kepada pembaca.

Pada metode hermeneutik yaitu membaca novel objek penelitian dengan

cara memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra.

Wicaksono (2014:24) menyatakan bahwa dalam upaya interpretasi hermeneutik,

prosedur kajian secara garis besar sebagai berikut:

a. Pertama, teks harus dibaca dengan kesungguhan, menggunakan

symphatic imagination (imajinasi yang penuh rasa simpati).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

b. Kedua, terlibat dalam analisis struktural mengenai maksud penyajian

teks, menentukan tanda-tanda yang terdapat di dalamnya, kemudian

memberikan hipotesis.

c. Ketiga, melihat bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan makna

dan gagasan dalam teks.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik pustaka, yaitu membaca, menyimak dan mencatat, serta memahami.

Dwiloka dan Riana (2005:23) mengatakan hal pertama yang dilakukan dalam

pengumpulan data dalam penelitian adalah mencari informasi dari kepustakaan

mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul tulisan. Untuk memeroleh

data dilakukan teknik pustaka dengan menggunakan sumber-sumber tertulis.

Membaca merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui isi

karya sastra dan data yang akan dianalisis adalah berupa teks. Teknik simak dan

catat merupakan teknik yang dilakukan dengan cermat, terarah, dan teliti terhadap

sumber data primer sebagai bahan untuk melakukan analisis. Sumber data primer

merupakan hasil karya sastra berupa teks novel yang berjudul KAdSAM karya

Liye. Hasil penyimakan terhadap teks novel tersebut kemudian dituliskan dalam

laporan penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan yang akan dicapai.

Cara memeroleh data dalam penelitian ini berdasarkan studi perpustakaan

yaitu penelitian menggunakan buku-buku sebagai subjek penelitian.

Sumber Data:

Judul novel : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Pengarang : Tere Liye

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman : 512 halaman

Cetakan : IV

Tahun terbit : 2012

Warna sampul : Merah, putih, hitam, coklat, dan kuning,

3.3 Teknik Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu langkah kritis dalam penelitian.Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasakan pendapat

Wicaksono (2014:25) mengikuti enam pokok rambu-rambu, yaitu:

a. Penafsiran yang bertitik tolak dari pendapat bahwa teks sendiri sudah

jelas.

b. Penafsiran yang berusaha menyusun kembali arti historik. Dalam

pendekatan ini, si juru tafsir dapat berpedoman pada maksud si

pengarang seperti tampak pada teks atau di luar teks.

c. Penafsiran hermeneutik baru berusaha memadukan masa silam dan

masa kini.

d. Penafsiran yang berpangkal pada suatu problematik tertentu, misalnya

dari aspek politik, psikologis, sosiologis, dan moral.

e. Penafsiran yang bertolak pada pandangannya sendiri mengenai sastra.

f. Tafsiran yang tidak langsung berusaha mewadahi sebuah teks diartikan;

menunjukkan kemungkinan yang tercantum dalam teks sehingga

pembaca menafsirkannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

BAB IV

UNSUR INTRINSIK DAN NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL KAdSAM

KARYA TERE LIYE

4.1 Unsur Intrinsik Novel KAdSAM Karya Tere Liye

4.1.1 Tema

Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal,

salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Wicaksono (2014:102) mengatakan

tema merupakan dasar suatu cerita rekaan. Tema tidak ditampilkan secara

eksplisit, tetapi bersifat di dalam seluruh cerita; dalam suatu cerita atau novel

terdapat tema dominan atau tema sentral (tema utama) dan tema-tema kecil (tema

tambahan) lainnya.

Tema utama novel KAdSAM karya Liye adalah “perjuangan cinta”. Hal itu

terlihat ketika Borno jatuh cinta kepada Mei. Pertemuan pertama dengan Mei

ternyata berpengaruh besar bagi Borno, setiap hari Borno selalu memikirkan Mei.

Borno yang selalu memperhatikan Mei sampai hafal jadwal Mei tiba di dermaga

dan Borno setiap harinya mengatur sepitnya pada urutan nomor 13. Benar saja,

Mei selalu saja menaiki sepit Borno. Sejak mengetahui nama Mei, Borno mulai

berani menyapa Mei dan mendekati Mei, bahkan Borno sempat mengajari Mei

mengemudi sepit, namun sebelum Borno berhasil mengajari Mei mengemudi sepit

untuk yang kedua kalinya Borno harus rela ditinggalkan oleh Mei. Mei harus

kembali ke Surabaya karena tugasnya di Pontianak sudah selesai. Mengetahui itu,

Borno sangat kecewa. Tidak terima ditinggal Mei tanpa pamit kepada Borno,

Borno pun mencari tahu alamat rumah Mei ke sekolah tempat Mei mengajar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Dengan susah payah Borno pun mendapat alamat rumah Mei yang ada di

Pontianak. Tanpa berpikir panjang Borno langsung ke rumah Mei dan yang ia

jumpai di rumah Mei adalah pembantu Mei. Pembantu tersebut mengatakan

bahwa Mei sudah berangkat ke Surabaya. Setelah 6 bulan berlalu Borno dan Mei

akhirnya bertemu kembali saat Borno membawa Pak Tua, kerabat Borno, ke

Rumah Sakit yang ada di Surabaya. Borno bertemu dengan ayah Mei saat Borno

mengantar Mei ke rumah Mei. Ayah Mei menyuruh Borno untuk tidak mendekati

Mei. Borno sangat gelisah dengan ketidaksukaan ayah Mei kepada Borno.

Ketika Mei mendadak menjauhi Borno, muncullah gadis yang bernama

Sarah, sang dokter gigi yang ceria. Sarah yang begitu cemerlang juga tidak

mampu menggantikan Mei di hati Borno. Borno masih saja berusaha menemui

Mei, walaupun Mei tidak ingin sedikit pun menemui Borno. Akhirnya Borno

hanya bisa berkomunikasi dengan Mei melalui surat dengan perantara Bibi,

meskipun Mei jarang membalasnya.

Setelah satu tahun Borno dan Mei berpisah, Borno mendapat kabar kalau

Mei sakit keras di Surabaya. Borno pun pergi ke Surabaya untuk menjenguk Mei

yang terbaring sakit.

“Bapak tadi melihat gadis seumuranku datang ke sini?” “Gadis? Tadi pagi banyak,” tukang kebun menjawab santai. “Yang rambutnya panjang tergerai, Pak.” “Mau rambutnya panjang, rambut pendek, banyak, Dik. Hanya yang botak saja saya tidak lihat. “Maksudku, yang cantik.” “Ah, kau macam tidak tahu saja! Gadis Pontianak itu cantik-cantik, Dik.” “Yang datang sendirian, maksudku yang terlihat sendirian, seperti menunggu seseorang.” Aku menelan ludah, berusaha memperbaiki pertanyaan, atau jangan-jangan aku salah tempat bertanya. “Ah, mana sempat kuperhatikan mereka datang sendirian atau beramai-ramai. Kau ini macam wartawan saja, banyak tanya. Aku mendengus sebal, meninggalkan tukang kebun. Tidak ada tanda-tanda dari Mei.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Aku bertanya pada satpam depan, yang galak memeriksa anak-anak terlambat. “Selamat siang, Pak Malinggis.” Aku melirik nama di dada satpam. “Apa ada guru bernama Mei yang mengajar di sini, Pak? “Mei siapa? Meilani? Meilinda? Setidaknya ada enam guru di sini yang bernama Mei.” Satpam tanpa berkedip menyapu penampilanku. “Mei saja, Pak.”Aku menelan ludah. “Guru SD? SMP? Atau SMA?” Satpam tetap tidak ramah. “Guru SD, Pak” “Kau memang siapanya Nona Mei?” Satpam menyelidik. “Eh, teman.” “Selamat siang, Bu Kepsek.” “Saya mencari Mei, Bu.” Ternyata mulutku berkhianat, langsung ke topik pembicaraan. “Nona Mei yang cantik itu?” Ibu Kepsek bertanya ramah. “iya betul, Bu.” Aku bego, mengiyakan. “Nona Mei guru magang. Kerja praktik dari kampus. Dia sudah menyelesaikan magangnya dengan baik, dan sudah menandatangani laporannya. Amat mengesankan, dia berba...” “Bisa minta alamat rumahnya, Bu? Aku memotong. Ibu Kepsek terdiam. “ Nona Mei tidak tinggal di kota ini, Nak. Dia kuliah di Surabaya, di..” “Eh, tapi setidaknya dia punya tempat sementara di Pontianak, kan? “Itu betul, dia punya alamat sementara.” Ibu Kepsek menghela nafas perlahan. “Tapi saya tidak tahu, boleh memberikan alamatnya atau tidak. Boleh jadi Nona Mei keberatan.”(141-146) Bosan menunggu Pak Tua tidak kunjung keluar dari ruang terapi, aku sembarang membuka buku telepon supertebal, lansung terbentang dua halaman penuh dengan nama dimulai dari huruf S. Mataku menyepit: Sulaiman. Ada empat halaman penuh dengan nama Sulaiman. Tidak masalah, aku bisa melakukannya. “Buat apa sampean receh?” Petugas parkir menyelidik, bingung saat aku ingin menukarkan uang kertasku dengan logam penghasilannya setiap hari. “Buat menelepon,” aku menjawab pendek. “Apakah ini kediaman Bapak Sulaiman?” “Iya benar.” “Bisa bicara dengan Mei?” “Nona Mei?” Suara berat di seberang gagang memastikan. “Iya, Nona Mei.” “Halo, ada apa?” Suara di seberang gagang bukan Mei. Satu jam berlalu, satu halaman penuh sudah kucoret.(197) Aku bahkan berangkat ke Surabaya dengan penerbangan pertama. Lantas menumpang taksi menuju rumah besar itu. Belum tidur, belum makan, bahkan belum mandi sejak aku membaca surat dalam angpau merah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Mei terbaring lemah saat aku melangkah masuk ke kamarnya, diantar salah satu perawat. Tubuhnya kurus. Wajahnya pucat. Rambutnya rontok. Dia tergugu melihatku.

“Aku berjanji akan selalu mencintai kau, Mei.(506)

Tema tambahan dalam novel KAdSAM adalah “pengorbanan, kerja sama,

kepedulian, membantu, dan perjuangan hidup.” Kepedulian dalam novel

KAdSAM terlihat antara masyarakat sekitaran sungai Kapuas dengan tokoh utama

yaitu Borno.

“Kau sepertinya sedang memikirkan sesuatu, Borno. Kalau orang tua ini boleh tahu, apa itu?” Pak Tua menyeringai, memutus lamunanku memperhatikan keributan di dermaga. Selain memang menyenangkan dan berpengetahuan luas, inilah yang aku suka dari Pak Tua, dia pandai membaca raut wajah..”(11) “Kudengar ada lowongan di syahbandar Pontianak, kau coba saja ke sana, Borno. Siapa tahu cocok,” salah satu tetangga berseru.(24) “Kau terlalu muda, Nak, baru lulus SMA. Kenapa kau tidak melanjutkan sekolah? Ambil akademi bea cukai misalnya, gajinya alamak sekarang, atau sarjana muda pelayaran, atau bila perlu calon insinyur teknik perkapalan di Surabaya. Kau bisa bekerja di galangan Eropa sana. Jangan tanya penghasilannya. Gadis Pontianak yang mata duitan, kau kerling sedikit langsung jatuh hati.”(29) Bentuk mau membantu dalam novel KAdSAM terjadi antara tokoh utama

dengan masyarakat di sekitar sungai Kapuas.

“Kau tahu ruangan pendaftarannya, Nak?” “Tidak tahu, Pak Marmud.” “Kau lihat pintu masuk lobi sana? Ya, yang itu. Nah, di dalamnya ada lorong, kau ikuti, nanti ada pintu dengan papan nama ‘Tata Usaha’. Serahkan lamaran kau di sana.” Aku mengangguk-angguk. “Terima kasih banyak, Pak Marmud.”(25) Aku berdeham. “Eh, saya tahu cara menghilangkannya.” Mereka menoleh. Ramai-ramai menatapku tajam. “Nah, bagaimana cara melakukannya?” Aku menelan ludah. “Pakai daun singkong, Pak. Daunnya diremukkan, lantas dipakai untuk mencuci tangan yang terkena cipratan air karet.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

“Dimana aku bisa mendapatkan daun singkong sekarang?” pejabat itu berseru. “Pasar pagi dekat dari sini, Pak. Lima ratus meter. Di sana pasti banyak.”(28) Bentuk pengorbanan dalam novel KAdSAM lebih dominan dilakukan oleh

ayah Borno. Ayah Borno mendonorkan jantungnya kepada orang yang terkena

penyakit gagal jantung.

Astaga. Bukan tidak ada lagi solusi yang membuatku tiba-tiba sesak. Tetapi entah apa yang ada di kepala Bapak, sebelum tubuhnya benar-benar berhenti bekerja, Bapak telah menyetujui hal paling gila yang pernah kupikirkan. Tidak jauh dari bangsal gawat darurat itu, terkulai lemah seorang pasien gagal jantung yang sudah berminggu-minggu mencari donor tapi tidak bertemu. Bapak mendonorkan jantungnya.(15) Bentuk kerja sama dalam novel KAdSAM terjalin antara pengemudi sepit,

penghuni gang, dan penumpang sepit dengan tokoh utama sebelum tokoh utama

mempunyai sepit sendiri.

“Ini rencana Togar,” Pak Tua berbisik di tengah keramaian seru-seruan antusias. “Togar yang meminta pengemudi, penghuni gang, bahkan para penumpang mengumpulkan sumbangan. Bedanya dia tidak sampai membuat surat permohonan berlaminating.”(70)

Tema perjuangan hidup dalam novel KAdSAM terlihat ketika tokoh utama

(Borno) mencari pekerjaan. Beberapa kali Borno mencari pekerjaan hanya untuk

mendapat uang supaya dapat bertahan hidup. Terakhir Borno membuka bengkel

dan bekerja di bengkel tersebut.

“Sudah berapa kali kau gonta-ganti pekerjaan Borno. Macam tidak ada tempat yang bisa membuat kau betah.” Bapak Andi yang mengunyah pisang goreng sambil mengawasi anaknya bekerja bertanya menyeringai.(19)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

4.1.2 Alur (Plot)

Stanton (dalam Nurgiyantoro 1995:113) mengatakan bahwa plot adalah

cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan

secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan teradinya

peristiwa yang lain.

Alur yang digunakan dalam novel KAdSAM adalah alur progesif atau alur

maju dan alur regresif atau alur mundur. Wicaksono (2014:162) mengatakan

bahwa alur maju mengungkapkan cerita lebih kepada sudut peristiwa-peristiwa

yang terjadi di masa kini atau masa lalu menuju ke masa yang akan datang. Alur

maju biasanya menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan, tidak berbelit-belit,

dan mudah diikuti. Peristiwa-peristiwa yang disusun mulai dari melukiskan

keadaan, peristiwa-peristiwa mula bergerak, keadaan mulai memuncak, mencapai

titik puncak, dan penyelesaian. Urutan peristiwa tersebut ada pada novel

KAdSAM, yaitu mengisahkan proses tokoh Borno dalam menjalani hidupnya di

Pontianak.

Peristiwa dimulai ketika ayah Borno tersengat ubur-ubur saat melaut

memilih untuk mendonorkan jantungnya kepada seorang pasien yang gagal

jantung. Usia Borno pada saat itu dua belas tahun. Setelah beberapa tahun berlalu,

Borno lulus SMA dan memilih langsung bekerja. Ia menjalani hidup dengan

berganti-ganti pekerjaan. Terakhir Borno bekerja di bengkel yang dibeli oleh Pak

Daeng dan Borno. Ketika Borno bekerja sebagai pengemudi sepit, ia bertemu

dengan seorang gadis yang bernama Mei. Borno jatuh cinta kepada Mei. Mereka

akhirnya dipertemukan sewaktu Mei terbaring sakit di Rumah Sakit Surabaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Nurgiyantoro (dalam Wicaksono 2014:163) mengatakan bahwa alur

mundur bersifat tidak kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan

dari tahap tengah atau bahkan dari tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita

dikisahkan. Alur mundur dalam novel KAdSAM yaitu peristiwa-peristiwa yang

mengenang masa lalu. Alur mundur dalam novel KAdSAM terlihat ketika Mei

menulis surat kepada Borno yang isinya menceritakan masa lalu keluarga Mei.

Kami dulu tinggal di Pontianak, Abang. Mamaku seorang dokter, dia juga salah satu pendiri yayasan, pengelola kompleks sekolah tempat aku magang. Sedangkan Papa, dia sibuk dengan bisnisnya. Aku ingat sekali masa kanak-kanak yang menyenangkan. Aku dulu nakal, sembunyi-sembunyi membawa boat Papa, berkelahi dengan anak sekolah lain, bahkan mencuri mangga. Tapi itu masa-masa yang menyenangkan. Selalu ada Mama yang membelaku.(499)

4.1.3 Tokoh dan Penokohan

Jones (dalam Nurgiyantoro 1995:165) mengatakan istilah tokoh menunjuk

pada orangnya, pelaku cerita. Penokohan lebih menunjuk pada kualitas pribadi

seorang tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang

seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Nurgiyantoro (1995:176) mengatakan bahwa tokoh-tokoh cerita dalam

sebuah karya fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan

berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Tokoh dibedakan menjadi

tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh

utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang

bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai

pelaku kejadia maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih

sedikit dibanding dengan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan

dengan tokoh utama secara langsung. Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

1995:178) mengatakan tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang

salah satu jenisnya secara populer disebut hero, tokoh yang merupakan

pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis

menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita,

pembaca.

Nurgiyantoro (1995:179) menambahkan bahwa tokoh penyebab terjadinya

konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis, barangkali disebut beroposisi

dengan tokoh protagonis, secara langsung langsung maupun tidak langsung,

bersifat fisik ataupun batin.

Wicaksono (2014:184) mengatakan pembedaan antara tokoh utama dan

tokoh tambahan dengan tokoh protagonis dan tokoh antagonis saling digabungkan

sehingga menjadi okoh utama protagonis, tokoh utama antagonis, tokoh tambahan

protagonis dan tokoh tambahan antagonis.

Adapun tokoh utama dalam novel KAdSAM adalah Borno sedangkan

tokoh tambahan adalah Mei, Ibu Borno, Pak Tua, Andi, Bang Togar, Daeng,

Acong, Cik Tulani, Jauhari, Petugas Timer, Bibi, dan Sarah.

Adapun penokohan dalam novel KAdSAM yaitu:

1. Borno: seorang laki-laki sederhana yang perhatian, setia, optimis, pekerja

keras, gigih, cerdas, pantang menyerah, dan baik hati.

2. Mei: seorang gadis peranakan Cina yang perhatian, ramah, akrab, dan

misterius.

3. Pak Tua: sosok yang bijaksana, perhatian, pengetahuan luas, menyenangkan,

dan suka bercerita mengenai filosofis dan petuah-petuah cinta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

4. Andi: teman Borno yang jail terhadap Borno, perhatian, dan penuh rasa ingin

tahu.

5. Bang Togar: perwatakannya kasar, pemarah, berjiwa keras, namun memiliki

kesetiakawanan yang besar.

6. Dr. Sarah: seorang dokter muda yang baik, periang, dan berani berterus

terang.

7. Ayah Mei: sosok pria yang perwatakannya galak dan keras.

8. Cik Tulani: cerewet namun peduli dengan keluarga Borno.

9. Koh Acong: si pandai matematika dan baik hati kepada keluarga Borno.

10. Ibu Borno: ibu yang sederhana, sabar, peduli, dan penuh kasih sayang kepada

Borno.

11. Bibi: seorang wanita yang setia menjaga dan mengurus rumah Mei, peduli

terhadap Mei dan Borno.

12. Jauhari: pengemudi sepit yang pernah bermasalah dengan Borno karena sepit

Borno memotong antrian sepit Jauhari.

13. Daeng: ayah Andi yang pernah ditipu pada pembelian bengkel,

perwatakannya lama berdiam dalam kesedihan, baik terhadap Borno.

4.1.4 Latar

Wicaksono (2014:209-214) mengatakan bahwa latar atau setting

merupakan bagaian cerita yang menunjuk pada masalah tempat atau waktu

terjadinya peristiwa serta lingkungan sosial yang digambarkan untuk

menghidupkan peristiwa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Nurgiyantoro (1995:227) mengatakan unsur latar dapat dibedakan ke

dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau

masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan

secara sendiri, pada kenyataanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu

dengan yang lain. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dengan sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin

berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi

tertentu tanpa nama yang jelas.

Latar tempat yang terdapat dalam novel KAdSAM yaitu di Pulau

Kalimantan tepatnya di Pontianak dengan tepian Kapuasnya, Dermaga Feri,

Pabrik Karet, Istana Kadariah, Dermaga Sepit, rumah Pak Tua, bengkel Pak

Daeng, balai bambu dan di Surabaya.

Di tepian sungai Kapuas merupakan tempat tinggal Borno dan di sungai

Kapuas adalah tempat kerja Borno untuk mengemudi sepit menyeberangkan

orang-orang.

Semua penghuni tepian Kapuas tahu, setiap kali ada perahu lewat, apalagi melaju kencang, mereka segera menyelamatkan apa saja yang ada di pinggiran sungai. Sepuluh menit berlalu, sepitku merapat di antrean perahu. Dermaga kayu mulai dipenuhi satu-dua penumpang.(79)

Di Dermaga Feri adalah tempat Borno bekerja selama beberapa minggu.

Borno bekerja di dermaga feri adalah sebagai pemeriksa karcis.

Dua minggu bekerja di dermaga feri, situasinya semakin runyam. Setiap berangkat dan pulang kerja aku terpaksa menumpang angkutan umum, dua kali ganti kendaraan, waktu terbuang percuma, dan ongkos lebih mahal.(38) Di Pabrik Karet adalah tempat Borno pertama kali bekerja setelah lulus

SMA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Sebulan lulus dari SMA, setelah sibuk melamar pekerjaan, salah satu pabrik pengelolaan karet yang banyak terdapat di tepian Kapuas menerimaku. Itu tempat bekerja pertamaku, dengan seragam berwarna oranye.(20) Di Istana Kadariah adalah tempat Borno dan Andi menemani rombongan

yang datang dari Serawak. Istana Kadariah juga tempat Mei dan Borno bertemu

dengan tidak sengaja.

Andi dan rombongan turis dari Serawak sudah masuk ke ruang depan Istana Kadariah. Dari kejauhan bisa kulihat gaya Andi yang tunjuk san tunjuk sini, lambai sana, lambai sini, menggaruk kepala, lantas entah apa lagi gaya dia sebagai guide amatiran.(112) “Abang Borno?” Kakiku hampir terpeleset, bergegas berpegangan di pagar boat. “Bang Borno kenapa ada di sini? Tidak narik?” “Eh iya, eh tidak.” Aku menggaruk kepala. “Aku menemani Andi, Kau tahu Andi? Montir di bengkel Malaysia, eh bapaknya.(113) Di Dermaga Sepit merupakan tempat Borno dan para pengemudi sepit lain

bekerja setaiap harinya.

“Maju lagi satu sepit. Woi, satu sepit!” Petugas timer mulai berceloteh. Sekarang pukul tujuh, penumpang mulai padat, pergerakan perahu tempel semakin cepat.(80) Aku mengetem hampir satu jam di dermaga seberang, Pak Tua yang datang dengan perahu tempel penuh penumpang segera menghampiriku selepas menambatkan sepitnya.(82)

Di balai bambu adalah tempat orang-orang bercerita dan bernyanyi selepas

bekerja. Tempat itu juga tempat Borno dan Andi bercerita.

Sudah lepas pukul delapan malam. Aku menunggu Andi di Balai bambu pinggir gang sambil menenteng gitar butut. Malam ini jadwal kami menyanyikan lgu-lagu Melayu sambil menatap kerlap-kerlip lampu seberang Kapuas.(72)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Di rumah Pak Tua merupakan tempat Borno mengantar makanan sejak

Pak Tua jatuh sakit dan tempat Pak Tua bercerita tentang petuah-petuah cinta

kepada Borno.

Pagi pukul 7.15, aku mengetuk pintu depan. “Masuk, Borno. Tidak dikunci.” Suara brat khas itu terdengar kalau kalian bisa mendengarnya sendiri, kalian akan suka dengan intonasi suara ini, membuat kangen. “sarapan tiba.” Aku menyeringai. “Kau bawa apa hari ini?” “Sayur bayam dan bening tahu, Pak.” Pak Tua yang berbaring di depan malas melambaikan tangan. “Aku bosan, Borno.” “Sebenarnya aku juga bosan setiap hari mendengar keluhan Pak Tua soal makanan.” Aku trtawa, melangkah ke dapur. “Kita sudah bersepakat, mematuhi diet dokter.” (162) Di bengkel Pak Daeng adalah tempat Borno bekerja sebagai montir.

Awalnya Borno hanya belajar dan membantu Andi saja, tetapi lama-kelamaan

Borno jadi pegawai bengkel Pak Daeng dan meninggalkan pekerjaan pengemudi

sepit.

“Kemana saja kau kalau sore hari, Borno?” Jauhari mengajak mengobrol, mengusir bosan, menunggu giliran. “Aku belajar jadi montir di rumah Daeng, Bang.” “Oh.” Jauhari manggut-manggut.(176) Di Surabaya adalah tempat Pak Tua terapi yang ditemani oleh Borno,

tempat Borno, Pak Tua, dan Mei jalan-jalan dan tempat Borno dan Mei

dipertemukan pada saat Mei jatuh sakit.

Sudah dua jam Pak Tua masuk ruangan. Aku disuruh menunggu di ruang tunggu. Matahari sudah bergeser, mulai tumbang, tetapi belum ada kabar Pak Tua akan keluar. Dua jam aku melamun di tengah keramaian ruang tunggu, melamunkan pertanyaan, “Bagaimana aku mencari rumah Mei?” Setelah tadi pagi jengkel mengikuti Pak Tua yang sok yakin masih hafal kota Surabaya, aku menyadari kota ini jauh lebih besar dibanding yang kubayangkan.(194) Hari kedua menemani Pak Tua. Kali ini kami lancar menumpang angkot.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Pak Tua langsung masuk ruangan terapi. Aku tidak tahu persis bentuk terapi alternatif yang dijalani Pak Tua.(201) Esok harinya, janji pelesir keliling kota. Mei tiba pukul delapan, saat aku dan Pak Tua sudah selesai sarapan.(213) Mei terbaring lemah saat aku melangkah masuk ke kamarnya, diantar salah satu perawat. “Aku berjanji akan selalu mencintai kau, Mei. Bahkan walau aku telah membaca surat dalam angpau merah itu ribuan kali, tahu masa lalu yang menyakitkan, itu tidak akan mengubah apapun.”(506) Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut

biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau

dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Penekanan waktu lebih pada keadaan

hari, misalnya saja pada pagi hari, siang, atau malam.

Latar waktu pada novel KAdSAM yaitu pada saat subuh, pagi, siang, sore,

dan malam. Hal tersebut terlihat dalam beberapa kutipan berikut.

Esok harinya, baru pukul empat pagi buta, pintu rumah ibu digedor-gedor. Aku menggeliat malas-malasan turun dari dipan, melangkah ke ruang depan. Siapa pula sendini ini sudah jail bertamu? Tega memutus mimpi asyikku.(136)

“Selamat pagi. Wah, ketemu lagi dengan Bang Borno,” gadis itu menyapaku.(108) “Pagi Borno.” Pak Tua mengabaikan keributan kecil di dermaga, menyeringgai menyapaku. Aku balas menyapa, menguap. “Pagi, Pak Tua.”(50)

Siang ini aku melanjutkan mereparasi total motor tempel sepit Pak Tua. Tidak ada penyakitnya mesin itu, baik-baik saja, bapak Andi menyuruhku membuat motor tempel itu lebih hemat solar.(178) Tapi Pak Tua benar. Saat aku beranjak pulang, matahari nyaris tenggelam di barat sana, membuat langit merah sejauh mata memandang. Burung layangan-layang melenguh beranjak pulang ke sarang.(133) Pukul lima sore, jadwalku mengantar ransum makan malam Pak Tua.(182)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Malam temaram membungkus langit kota, bintang menghiasi. Dari jauh terdengar anak-anak yang bermain pistol-pistolan ruas bambu berpeluru buah jambu.(60) Sudah lepas pukul delapan malam. Aku menunggu Andi di balai bambu pingir gang sambil menenteng sebuah gitar butut. Malam ini jadwal kami menyanyikan lagu-lagu melayu sambil menatap kerlap-kerlip lampu seberang Kapuas.(72)

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masayarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, dan cara berpikir dan bersikap yang tergolong latar

spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berubungan dengan status sosial tokoh

yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial pada novel KAdSAM tergambar bahwa kehidupan

kekeluargaan, kesederhanaan dan keramahtamahannya masih baik terjaga

khususnya pada masyarakat di tepian sungai Kapuas.

Kekeluargaan itu terlihat ketika Pak Tua jatuh sakit. Orang-orang yang

kenal dengan Pak Tua langsung datang menjenguk dan memberi pertolongan

kepada Pak Tua. Ketika Borno tidak mempunyai sepit, Bang Togar meminta

bantuan setiap keluarga yang ada di tepian sungai Kapuas untuk memberi sedikit

rezeki dan akhirnya terkumpul uang membeli sepit untuk Borno. Ketika Bang

Togar dipenjara, banyak orang yang membesuk Bang Togar ke penjara.

“Siapa kerabatnya di sini?” Dokter bertanya. “Kami semua kerabatnya, Dok” Bang Togar menjawab mantap. Aku sedikit terkesima. Walau selalu menyebalkan, kalau sudah bicara tentang setia kawan, kepedulian, tidak ada yang mengalahkan Bang Togar. “Ya, ya. Saya tahu itu. Maksud saya, yang benar-benar punya hubungan darah. Kami butuh orang yang akan menandatangani surat pernyataan.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Dokter menyeringai, menatap berhgantian ke arah Koh Acong, Cik Tulani, Bang Togar, dan aku. Bang Togar menggeleng. “Kalau yang itu, tidak ada, Dok. Lima menit diskusi, keputusan diambil, surat itu ditandatangani berempat.(138) “Ini rencana Togar.” Pak Tua berbisik di tengah keramaian seru-seruan antusias. “Togar meminta pengemudi, penghuni gang, bahkan para penumpang mengumpulkan sumbangan. Bedanya, dia tidak sampai membuat surat permohonan berlaminating.(70)

Aku sudah setengah jam menemani Pak Tua membesuk Bang Togar atas kasus KDRT itu, lebih banyak bosannya karena Bang Togar sekarang pendiam sekali.(243) Keramahtamahan itu terlihat ketika Borno melewati rumah-rumah warga

yang ada di tepian sungai Kapuas. Para warga selalu menyapa Borno setiap kali

melewati rumah warga.

“Berangkat kerja, Borno?” Aku menyengir, mengiyakan. “Mana seragam keren kau itu, Borno?” Aku tertawa kecut. “Gagah sekali kau, Borno. Belum mandi saja sudah segagah ini.” Tetangga bermulut usil lain, yang pagi-pagi sambil mengopi asyik duduk di depan rumah kayunya, ikut menyapa. “Berangkat kerja, Borno? Dua belas langkah berikutnya, suara khas itu menyapa. Andi teman baikku, sepagi ini sudah berkutat oli dan jelaga mesin.(18)

Kesederhanaan terdapat pada setiap masyarakat yang ada di tepian sungai

Kapuas. Pekerjaannya sebagai pengemudi sepit dan sebagai nelayan menandakan

hidup sederhana.

Aku tidak pernah keberatan menjadi pengemudi sepit dua tahun terakhir. Aku suka walaupun penghasilan tidak memadai. Pekerjaanku tetap mulia. (344) Bapak tercinta, nelayan tangguh yang menjadi tulang punggung keluarga, terjatuh dari perahu saat melaut.(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Semakin dekat, semakin jelas, lihatlah, ternyata belasan pengemudi sepit sedang melakukan SKJ (Senam Kesehatan Jasmani) sebelum bekerja mengemudi sepit.(235)

4.2 Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel KAdSAM Karya Tere Liye

4.2.1 Nilai Pendidikan Moral

Menurut Wicaksono (2014:270), nilai moral dalam karya sastra biasanya

mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya

tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikankepada

pembaca. Moral merupakan perbuatan manusia dipandang dari nilai-nilai baik dan

buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebiasaan di mana individu berada.

Pendidikan moral memungkinkan manusia memilih secara bijaksana yang benar

dan salah atau tidak benar. Makin besar kesadaran manusia tentang baik dan

buruk itu, maka makin besar moralitasnya. Nilai pendidikan moral menunjuk

peraturan-peraturan tingkah laku dan adat-istiadat seorang individu dari suatu

kelompok yang meliputi perilaku dan tata karma, yang menjunjung tinggi budi

pekerti dan nilai susila.

Dapat dikatakan bahwa nilai pendidikan moral merupakan nilai-nilai yang

menuntut manusia untuk lebih melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan dan

dapat menyesuaikan diri dengan kelompok masyarakat tertentu sesuai dengan

sikap dan kebiasaan yang ada pada daerah tersebut.

Novel KAdSAM memiliki nilai pendidikan moral yang menjadi cerminan

bagi para pembaca diantaranya, tokoh Borno merupakan tokoh yang pantang

menyerah, mandiri, bertanggung jawab, dan pekerja keras.

Nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel KAdSAM karya Liye di

antaranya:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

1. Kerja keras

Borno merupakan tokoh yang pekerja keras. Setelah lulus SMA, Borno

langsung mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan ada beberapa

perusahaan yang menolak tetapi Borno tidak berhenti begitu saja, Borno terus

mencari pekerjaan yang layak baginya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan

berikut.

“Sudah berapa kali kau gonta-ganti pekerjaan Borno. Macam tidak ada tempat yang bisa membuat kau betah.” Bapak Andi yang mengunyah pisang goreng sambil mengawasi anaknya bekerja bertanya menyeringai.(19)

Ditolak. Aku kecewa. Mau apa lagi? Tetapi setidaknya, aku memperoleh rujukan. Besoknya aku berangkat ke dermaga feri Pontianak. Ke sanalah aku membawa map merah. Mandi pagi-pagi, memakai kemeja terbaik, yang apa daya adalah kemeja kemarin pagi yang buru-buru kucuci siangnya dan kusetrika malamnya.(30) Malamnya, sepulang dari bengkel badanku demam. Meski aku semangat menarik sepit, semangat bekerja di bengkel bapak Andi, tetap berusaha terlihat sehat, badanku tidak bisa dibohongi, punya batasnya. Pulang dari bengkel Andi saja rasanya sudah pusing hampir jatuh di anak tangga.(247)

2. Bertanggung jawab

Sikap bertanggung jawab yang dimiliki tokoh Borno terlihat ketika Borno

mendapatkan pekerjaan baru yaitu sebagai montir di bengkel Pak Daeng, Borno

tidak langsung melepaskan pekerjaan lamanya sebagai pengemudi sepit begitu

saja. Borno masih mengemudi sepit untuk pagi hari dan sore harinya bekerja di

bengkel Pak Daeng.

“Kemana saja kau kalau sore hari, Borno?” Jauhari mengajak mengobrol, mengusir bosan, menunggu giliran.

“Aku belajar jadi montir di rumah Daeng, Bang.” “Oh.” Jauhari manggut-manggut.(176)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Sikap bertanggung jawab yang dimiliki Borno juga terlihat ketika setiap

pukul lima sore Borno harus mengantar ransum makan malam Pak Tua. Borno

tidak pernah melewatkannya.

Pukul lima sore, jadwalku mengantar ransum makan malam Pak Tua. Aku bergegas merapikan peralatan bengkel. Andi ikut membantu, padahal dulu dia yang paling suka meletakkan sembarangan obeng, tang, apa saja.(182)

3. Pantang menyerah dan bersungguh-sungguh

Sikap pantang menyerah dan kesungguhan tokoh Borno merupakan hal

yang patut diteladani. Ia selalu bekerja dan menekuninya walaupun ada masalah

dan rintangan yang dihadapinya. Dalam melakukan pekerjaannya, Borno dengan

sungguh-sungguh melakukannya. Borno bersungguh-sungguh beerja sebagai

pengemudi sepit. Ia selalu hadir setiap hari dalam mengemudikan sepit. Setelah

keluar dari pekerjaan karena perusahaan tutup, Borno tidak langsung berhenti

bekerja, tetapi ia langsung mencari pekerjaan lain. Borno tidak pernah mengeluh

ataupun menyesali pekerjaannya.

“Kita belum kiamat, Andi. Kita justru baru memuainya. Percayalah, suatu saat kelak nama kau dan namaku akan terpampang besar-besar di banyak bengkel. Percayalah.”(362)

“Kenapa kau tidak berhenti saja belajar mengemudi sepit?” Hanya Andi, teman sejawatku yang selalu membela. “Tidak penting juga kau pandai mengemudikan motor tempel.” Aku menggeleng. Aku sudah mengangguk pada permintaan Ibu, jadi mungkin mundur hanya gara-gara ulah Bang Togar.(60)

4. Mandiri

Segala sesuatunya dikerjakan oleh Borno sendiri tanpa harus meminta

bantuan kepada orang lain. Mencari pekerjaan setelah lulus SMA dilakukannya

sendiri tanpa ditemani orang lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Sebulan lulus dari SMA, setelah sibuk melamar pekerjaan, salah satu pabrik pengelolaan karet yang banyak terdapat di tepian Kapuas menerimaku. Itu tempat bekerja pertamaku, dengan seragam berwarna oranye.(20)

4.2.2 Nilai Pendidikan Sosial

Menurut Wicaksono (2014:273) sosial adalah segala sesuatu yang

berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum dan suka

menolong sesama.

Rosyadi (dalam Yusanfri, 2013:14), kata “sosial” berarti hal-hal yang

berkenaan dengan masyarakat atau kepentingan umum. Nilai pendidikan sosial

merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup

sosial. Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di

sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan

sosial masyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial akan menjadikan

manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan

kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.

Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam novel KAdSAM yaitu:

1. Peduli kepada sesama

Masyarakat sekitar sungai Kapuas memiliki kepedulian kepada tokoh

Borno, Borno juga memiliki kepedulian terhadap masyarakat yang ada di sekitar

tepian sungai Kapuas, dan masyarakat penghuni tepian sungai Kapuas juga saling

peduli.

“Buat si kecil, Bang.” Aku menjulurkan kantong plastik. “dibuat jus, atau dimakan mentah, katanya mujarab sekali biar demam berdarah si kecil cepat sembuh.” Jauhari diam sejenak, ragu-ragu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

“Benar sekali Jau,” pengemudi lain berkata meyakinkan, menyenggol lengan Jauhari. “Jus jambu biji merah bagus buat penyakit demam berdarah. Kau jenius Borno.”(86)

“Bagaimana kabar Saijah? Sehat?” Pak Tua bertanya. Aku mengangguk. “Kabar baik, Pak. Ibu bahkan menitipkan ini.” Aku menjulurkan kantong plastik. Ini malam kesekian jadwal kunujunganku ke rumah Pak Tua. Berkunjung ke rumahnya selalu menyenangkan.(120)

“Bagaimana kabar Pak Tua, Koh?” Aku berpapasan dengan Koh Acong yang melangkah keluar. “Sudah siuman, kau tengok saja di dalam.” Aku menghela nafas lega. Syukurlah, kupikir hariku akan bertambah muram. Pak Tua tersenyum tipis melihatku, dia berbaring di dipan. Ada Cik Tulani, Bang Togar, dan beberapa tetangga menemani.(130)

“Kau sudah dua hari pendiam sekali, Borno?” Aku masih asyik melambaikan tangan. “Apa sebenarnya yang terjadi waktu kau mengantar Mei pulang?” “Tidak ada apa-apa,” aku menjawab malas. “Satpamnya galak?” Pak Tua menyikut bahuku. Aku menoleh. “Satpam? Aku tidak bertemu satpam di rumahnya.” “Bukan satpam itu, bodoh. Satpam yang lain. Bapak Mei misalnya. Galak sekali, ya?” Pak Tua tertawa. “Ah, cinta, selalu saja klise.” Pak Tua menghela nafas panjan, sekarang ikut melambaikan tangan.(233) “Ah, esok lusa juga mereka bosan memboikot kau, Borno,” Andi membesarkan hatiku.(38)

2. Kerja sama dan saling membantu

Dalam novel KAdSAM, masyarakat penghuni tepian sungai Kapuas tidak

lepas dengan yang namanya kerja sama dan saling membantu. Kerja sama dan

saling membantu yang terlihat yaitu ketika Bang Togar dan pengemudi sepit

lainnya mengumpulkan uang untuk membeli sepit dan sepit tersebut diberikan

kepada Borno. Saling membantu juga terlihat ketika Pak Tua jatuh pingsan.

Teman dekat dan tetangga ikut membawa Pak Tua ke Rumah Sakit Umum.

“Ini sepit kau, Borno.” Bang Togar membentangkan tangannya, berkata penuh perasaan. “Kau ahu, kakek kau dulu rela berutang ke mana-mana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

untuk membantu pengemudi sepit gang ini bertahan hidup. Pagi ini, ksmi tidak akan membiarkan cucu kakek kau tidak punya sepit. Ini perahu dari kayu terbaik, Borno, dengan mesin paling canggih, tukang paling mahir. Lihat, sudah kami berikan nama di lambungnya.” Aku masih kehilangan kata-kata, menatap silih berganti sekitar, setengah tidak percaya. Benarkah itu sepit milikku? Ini mimpi? “Ini rencana Togar,” Pak Tua berbisik di tengah keramaian seruan-seruan antusias. “Togar yang meminta pengemudi, penghuni gang, bahkan para penumpang mengumpulkan sumbangan. Bedanya, dia tidak sampai membuat surat permohonan berlaminating.(70) Tiba di rumah Pak Tua, sudah ada Koh Acong. Dia terlihat menggelengkan kepala, sama cemasnya. “Tidak akan sempat, kita akan terlambat kalau menunggu dokter. Kau bawa sepit, Borno?” Au mengangguk. “Kita bawa segera ke rumah sakit umum.” Koh Acong membuat keputusan. Cik Tulani dan Bang Togar yang datang beberapa detik kemudian ikut membopong tubuh tinggi kurus itu ke atas perahu kayu. Wajah Pak Tua terlihat lemah, tubuhnya dingin. Dalam hitungan detik, sepit meluncur cepat ke dermaga terdekat dari rumah sakit. Setiba di dermaga, aku meloncat lebih dulu, berlari ke jalanan yang masih remang, mencoba memberhentikan kendaraan yang lewat. Mobil sayuran Pasar Induk berbaik hati memberi tumpangan. Tig puluh menit dari ditemukan tergeletak pingsan, menumpang mobil penuh kol, kacang panjang, dan aneka sayur lain, Pak Tua dibawa secepat mungkin ke rumah sakit, harapan yang tersisa.(137)

3. Ramah kepada orang-orang di sekitar

Dalam novel KAdSAM masyarakat penghuni tepian sungai Kapuas

memiliki keramahan yang patut diteladani. Setiap kali tokoh Borno lewat dari

depan rumah masyarakat, Borno selalu disapa dan Borno membalas balik sapaan

tersebut.

“Berangkat kerja, Borno?” Aku menyengir, mengiyakan. “Mana seragam keren kau itu, Borno?” Aku tertawa kecut. “Gagah sekali kau, Borno. Belum mandi saja sudah segagah ini.” Tetangga bermulut usil lain, yang pagi-pagi sambil mengopi asyik duduk di depan rumah kayunya, ikut menyapa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

“Berangkat kerja, Borno? Dua belas langkah berikutnya, suara khas itu menyapa. Andi teman baikku, sepagi ini sudah berkutat oli dan jelaga mesin.(18)

“Pagi, Borno.” Pak Tua mengabaikan keributan kecil di dermaga, menyeringai menyapaku. Aku balas menyapa, menguap. “Pagi, Pak Tua.” Pak Tua menyeringai. Tidak seperti biasanya, dengan santai dia kemudian bertanya, “Nah, kau hendak ke mana pagi ini, Borno? Dermaga pelampung? Kantor syahbandar? Pabrik karet? Mau kuantar sekalian?” Karena aku memang tidak akan ke mana-mana pagi ini. Dermaga ini tujuanku.(50)

4.2.3 Nilai Pendidikan Religius

Rosyadi (dalam Yusanfri, 2013:12) mengatakan bahwa nilai pendidikan

religius merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam

lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak menyangkut segi

kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi

manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan. Nilai-

nilai religius untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama

dan selalu ingat akan Tuhan.

Nilai pendidikan religius yang terdapat dalam novel KAdSAM jelas

tergambar terutama pada bagian berikut.

“Aku malu sudah memegang tangannya. Itu dosa.” Aku mendengus sebal. “Bukankah kau sendiri yang bilang itu tidak sengaja?” Andi menepuk dahi. “Kenapa mesti malu? Apa pula dosanya?”(118) Aku berharap, sungguh berdoa, semoga setelah Abang membaca surat ini, Abang tidak membenci keluarga kami, tidak membenci Mama, tidak membenci Mei. Maafkan keluarga kami, Abang. (499)

4.2.4 Nilai Pendidikan Budaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Menurut Rosyadi (dalam Yusanfri, 2013:15) nilai pendidikan budaya

merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok

masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh

kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan

memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya.

Dalam novel KAdSAM terdapat nilai budaya yaitu toleransi antar adat.

Toleransi antar adat dalam novel KAdSAM yaitu Suku Melayu, Suku Tionghoa,

Suku Dayak, Suku Bugis, dan Suku Batak yang saling menjalankan hidup

bersama di tepian sungai Kapuas. Toleransi antar adat merupakan satu sikap yang

saling menghargai dan menghormati adat dalam hidup masyarakat.

Baiklah. Mereka bertemu di acara besar Istana Kadariah lima belas tahun silam, waktu itu ada kendurian kesultanan. Dalam sebuah momen penting, yang konon katanya waktu mendadak berhenti, dunia membeku, bertataplah Bang Togar dan Kak Unai yang masih sama-sama belia, menonton keramaian. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Keluarga Kak Unai datang dari hulu Kapuas. Dua hari perjalanan dengan perahu ke sana. Bisa ditebak, jalan cinta mereka tidak mudah. Kak Unai adalah anak kedua suku Dayak pedalaman. Lantas siapalah Bang Togar? Keluarga Kak Unai menolak mentah-mentah. Mereka tidak akan membiarkan anak gadis tercinta dibawa pergi “orang asing”. Demi cinta, Bang Togar memutuskan tinggal di pedalaman Kalimantan.(240) Bang Togar. Dari nama tersebut sudah jelas diketahui bahwa Bang Togar

berasal dari Suku Batak dan menikah dengan Kak Unai yang berasal dari Suku

Dayak. Itu menandakan adanya toleransi adat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada novel KAdSAM karya Tere Liye, dapat

disimpulkan:

1. Unsur intrinsik pada noevel KAdSAM karya Tere Liye meliputi tema,

alur (plot), latar (setting), dan tokoh dan penokohan. Tema utama

novel tersebut adalah perjuangan cinta, dan tema tambahan novel

tersebut adalah pengorbanan, kerja sama, kepedulian, perjuangan

hidup, dan saling membantu. Adapun alur yang digunakan yaitu

progesif atau alur maju dan alur regresif atau alur mundur, dengan

tokoh utama yaitu Borno dan tokoh tambahan yaitu Mei, Ibu Borno,

Pak Tua, Andi, Bang Togar, Daeng, Acong, Cik Tulani, Jauhari,

Petugas Timer, Bibi, dan Sarah. Latar yang paling banyak digunakan

dalam novel tersebut yaitu di tepian sungai Kapuas, tempat Borno

bekerja dan tinggal.

2. Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel KAdSAM karya Tere Liye

meliputi nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, nilai

pendidikan religius, dan nilai pendidikan budaya. Nilai pendidikan

moral meliputi kerja keras, bertanggung jawab, pantang menyerah dan

bersungguh-sungguh, dan mandiri; nilai pendidikan sosial meliputi

peduli kepada sesama, kerja sama dan saling membantu, dan ramah

kepada orang-orang di sekitar; nilai pendidikan religius terlihat takut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

akan dosa dan berdoa; nilai pendidikan budaya yang terdapat dalam

novel tersebut yaitu toleransi antar adat.

5.2 Saran

Melalui hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang unsur

intrinsik novel.

2. Semoga penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada pembaca

tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam novel KAdSAM karya Tere

Liye.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Anwar. 2012. “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Negeri 5

Menara Karya A. Fuadi.” Skripsi (Online). eprints.uny.ac.id

Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa

Indonesia Cetakan-1. Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Cetakan-3. Jakarta: Balai Pustaka.

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah Cetakan-

1. Jakarta: Rineka Cipta.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra Cetakan-4.

Yogyakarta: MedPress.

Jabrohim (ed). 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha

Widia.

Liye, Tere. 2013. Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Cetakan-4. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Nofalinda, Nola. 2014. “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Bidadari-Bidadari

Surga Karya Tere Liye.” Jurnal (Online). http://jurnal umsb.ac.id.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi Cetakan-1. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Khuta. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra Cetakan-1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Satria, Wahyudi Eka. 2015. “Konflik Psikologis Tokoh Utama dalam Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye.” Skripsi (Online) eprints.uny.ac.id.

Suryaningrum, Sumarah. 2014. “Kajian Psikologi Sastra Dan Nilai Pendidikan

Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye Serta

Relevansinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Menengah

Atas.” Skripsi (Online).https://digilib.uns.ac.id.

Tantawi, Isma. 2014. Bahasa Indonesia Akademik Cetakan-1. Bandung: Cipta Pusaka Media.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi Cetakan-1. Bandar Lampung:

Garudhawaca.

Yusanfri, Yosefinus. 2013.”Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang

Pemimpi Karya Andrea Hirata.” Skripsi (Online)

http://griyawardani.wordpress.com

Zaidan, Abdul Rozak dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

http://berbagybersama.blogspot.com/heuristik-dan-hermeneutik dalam apresiasi

prosa. Diakses pada tanggal 23 Februari 2017.

http://griyawardani.wordpress.com/2011/05/19/nilai-nilai-pendidikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Sinopsis novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah menceriterakan tentang

seorang pemuda yang bernama Borno yang tinggal di Pontianak, tepatnya di

tepian sungai Kapuas. Kisah dimulai dengan peristiwa yang dialami oleh ayah

Borno ketika Borno berusia dua belas tahun. Ayah Borno yang tersengat ubur-

ubur saat melaut memilih untuk mendonorkan jantungnya kepada seorang pasien

yang gagal jantung. Pilihan ayah Borno membuat berakhirnya hidup ayahnya.

Borno sesak, bukan karena kepergian ayahnya yang tiba-tiba, namun karena

keputusan ayahnya mendonorkan jantungnya. Saat itu Borno tidak tahu apakah

sengatan ubur-ubur atau pisau bedah dokterlah yang membuat ayahnya pergi.

Beberapa tahun kemudian setelah Borno lulus SMA, ia menjalani

hidupnya dengan berganta-ganti pekerjaan. Pertama ia bekerja di sebuah

pengolahan karet. Saat ia bekerja di sana, banyak yang menjauh dari Borno karena

bau yang melekat di badan Borno. Ia bertahan kerja di pengolahan karet selama 6

bulan. Ia dipecat bersama ratusan karyawan lain.

Setelah dipecat dari pengolahan karet, Borno melamar ke Kantor

Syahbandar Pontianak dan lamarannya ditolak karena jumlah pekerja sudah

terlalu banyak. Setelah dari syahbandar, Borno mencari pekerjaan ke Dermaga

Feri Pontianak dan ia diterima sebagai pemungut karcis masuk penumpang.

Ketika ia bekerja di sana, Bang Togar, saudaranya sendiri sekaligus ketua PPSKT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

(Paguyuban Pengemudi Sepit Kapuas Tercinta), marah kepada Borno karena

kakek Borno meninggal ditabrak oleh feri yang ada di sungai Kapuas. Selain itu

juga dengan adanya feri di sungai Kapuas rejeki tukang sepit jadi berkurang. Bang

Togar marah besar kepada Borno. Bang Togar sampai membuat pengumuman

untuk semua pengemudi sepit dilarang untuk membawa Borno. Kemarahan bang

Togar rasa-rasanya cukup untuk menelan bulan purnama. Bang Togar bahkan

membawa semboyan Bung Karno yang terkenal itu dalam marahnya, Jasmerah,

Jangan Suka Melupakan Sejarah. Bang Togar dan para pengemudi sepit

menganggap Borno berkhianat karena di dermaga feri. Akibat pertentangan itu

Bang Togar tidak memperbolehkan para pengemudi sepit mengantarkan Borno

kemanapun, padahal untuk ke dermaga feri, Borno harus naik sepit.

Tidak lama kemudian Borno berhenti bekerja dari pemungut karcis masuk

penumpang kapal feri tersebut karena ulah Bang Togar. Ia ditawarkan bekerja

untuk mengurus burung walet tetapi Borno menolaknya karena merasa alergi

dengan ludah dan kotoran walet. Akhirnya Borno mendapat pekerjaan sebagai

pengemudi sepit di sungai Kapuas setelah melakukan pembicaraan dengan Pak

Tua dan Ibunya.

Menjadi pengemudi sepit ternyata tidaklah mudah. Borno harus belajar

terlebih dahulu sebelum ia benar-benar siap mengemudikan sepit. Pekerjaan itu

adalah pekerjaan ayah Borno dulu. Profesi itu juga yang menjadi pembuka pintu

gerbang bagi kisah cintanya. Sepit baru dihadiahkan oleh pengemudi sepit yang

lain untuknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Pada suatu hari, gadis berbaju kurung kuning, mengembangkan payung

merah, menaiki sepit Borno. Meninggalkan pesona dan surat bersampul merah

yang dilem rapi tanpa nama. Surat itu menjadi perbinjangan antara Borno dengan

sahabatnya yaitu Andi. Andi ingin sekali melihat isi dari surat itu, tetapi Borno

melotot dan berkata “ Mana bolehlah tangan kotor kau pegang surat ini.” Setelah

mendapat surat merah tersebut, Borno selalu mencari gadis yang berkurung

kuning itu. Suatu ketika Borno pun berjumpa dengan gadis tersebut dan ingin

mengembalikan surat temuannya itu. Ternyata surat itu hanya angpau yang

dibagikan kepada orang-orang.

Seminggu berlalu, Borno tidak mengetahui nama gadis itu. Yang Borno ketahui

adalah aktivitas gadis itu yaitu tiba di dermaga kayu pukul 07.15 dan

menyeberang.

Suatu hari, Borno yang belum mengetahui nama si gadis itu berniat untuk

menanyakan namanya, supaya terkesan sok kenal. Borno memulai perbincangan

dengan lelucon nama orang. Saat itu Borno menertawakan nama orang yang

berasal dari nama-nama bulan. Si gadis hanya tersenyum simpul menanggapinya.

Saat akan turun dari sepit, si gadis menyebutkan nama yang membuat Borno

terkejut. Nama gadis itu Mei. Seketika itu Borno merasa malu dan bersalah.

Sejak mengetahui nama gadis itu, Borno mulai berani menyapa dan

mendekati Mei, bahkan ia sempat mengajari Mei mengemudi sepit. Sebelum

Borno berhasil mengajari Mei mengemudi sepit untuk kedua kalinya sesuai

janjinya, Borno harus rela ditinggal Mei. Mei harus kembali ke tempat tinggalnya

di Surabaya karena tugasnya di Pontianak sudah selesai. Mengetahui itu, Borno

sangat kecewa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Semenjak kepergian Mei, Borno merasa hidupnya ada yang kurang. Borno

menjadi tidak bersemangat. Tidak ada lagi antrean no 13. Borno merindukan Mei.

Enam bulan kepergian Mei, Pak Tua, kerabat Borno jatuh sakit dan harus

melakukan terapi di Surabaya. Mendengar kabar itu Borno tak mau menyia-

nyiakan kesempatan. Ia bersedia menemani Pak Tua terapi. Ternyata nasib

berpihak baik kepada Borno. Di hari kedua pengobatan Pak Tua, takdir

mempertemukannya dengan Mei melalui jalan yang tak terduga. Mei mengajak

Borno dan Pak Tua jalan-jalan di kota Surabaya. Malam harinya setelah Pak Tua

terlebih dahulu kembali ke penginapan, Borno mengantar Mei ke rumahnya. Di

sana Borno bertemu dengan ayah Mei. Secara terang-terangan ayah Mei

memperlihatkan ketidaksukaannya kepada Borno. Borno menjadi gelisah.

Kegelisahan Borno tidak terhenti sampai di Surabaya, Bahkan setelah

kembali ke Pontianak Borno masih gelisah memikirkan apa yang ia perbuat

sampai-sampai ayah Mei tidak menyukainya. Tidak lama kemudian Borno yang

merindukan Mei akhirnya terbayar ketika suatu hari Mei kembali ke Potianak.

Setelah menemukan waktu yang tepat Borno akhirnya meninggalkan

pekerjaan sebagai pengemudi sepit dan memulai membeli sebuah bengkel yang

bekerja sama dengan ayah Andi. Ketika mereka membeli bengkel tersebut, ayah

Andi sangat kecewa dan lama bersedih karena bengkel yang mereka beli tidak

sesuai dengan perjanjian awal. Bengkelnya dibeli mahal tetapi isi bengkel tidak

dilengkapi dengan alat-alat bengkel. Mereka ditipu. Walaupun begitu, Borno tetap

membuka bengkel tersebut dengan peralatan yang ada. Lama kemudian bengkel

tersebut pun mulai maju dan terkenal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Mei sering berkunjung ke bengkel Borno semenjak bengkelnya dibuka.

Borno sangat bahagia akan hal itu. Sayang, kebahagiaan itu tidak bertahan lama

karena tiba-tiba saja Mei meminta Borno menjauhinya. Mei sama sekali tidak

ingin bertemu Borno. Alasanya tidak jelas. Borno berusaha mencari penjelasan

dari Mei, tapi Borno malah bertemu dengan ayah Mei untuk yang kedua kalinya

dan meminta supaya Borno tidak mendekati Mei.

Ketika Mei mendadak menjauhinya, muncullah gadis lain di hidupnya

yaitu Sarah, sang dokter gigi yang ceria. Kehadirannya mau tak mau mengusik

kehidupannya. Sarah yang begitu cemerlang juga tak mampu menggantikan Mei

di hati Borno.

Borno masih saja berusaha menemui Mei walaupun Mei tak ingin sedikit

pun menemui Borno. Akhirnya Borno hanya bisa berkomunikasi dengan Mei

melalui surat perantara Bibi. Suatu ketika, saat final lomba sepit, tiba-tiba saja

Bibi memberikan surat dari Mei yang isinya membuat hati Borno kecewa: Mei

kembali ke Surabaya.

Mei menghilang dari hidup Borno untuk kesekian kalinya. Borno

berusaha menjadi bujang dengan hati yang paling lurus di tepian sungai Kapuas,

seperti keinginan Mei di surat terakhirnya.

Enam bulan berlalu, satu tahun terlewati. Rahasia akhirnya terungkap.

Sepulang dari liburannya ke negeri seberang, Borno mendapat kabar kalau Mei

sakit keras di Surabaya. Sebelum menyusul ke Surabaya, Bibi meminta Borno

untuk membaca amplop merah yang ditemukan Borno saat pertemuan pertamanya

dengan Mei dulu. Di situlah rahasia terungkap. Amplop itu bukan sekedar amplop

biasa, apalagi angpau. Amplop itu ternyata menyimpan teka-teki mengapa Mei

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

menjauhinya, juga alasan-alasan ayah Mei meminta Borno untuk tidak mendekati

Mei. Itu bukan angpau biasa yang terjatuh dari penumpang. Isi dari angpau itu

menjelaskan bahwa ibu Mei adalah dokter yang membedah ayah Borno. Dalam

surat itu juga keluarga Mei minta maaf atas apa yang dilakukan oleh ibunya.

Borno berangkat ke Surabaya dengan penerbangan pertamanya. Ia

menjumpai Mei yang masih terbaring sakit. Tubuh Mei kurus, wajahnya pucat,

rambutnya rontok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

Lampiran II

Biografi Tere Liye

Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera Selatan. Ia

lahir pada tanggal 21 mei 1979. Ia adalah anak keenam dari tujuh bersaudara yang

tumbuh dalam keluarga sederhana. Kehidupan masa kecil dilalui dengan penuh

kesederhanaan membuatnya menjadi orang yang tetap sederhana pula hingga saat

ini. Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN2 dan

SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9

bandar lampung. Setelah selesai di Bandar lampung, ia meneruskan ke Universitas

Indonesia dengan mengambil fakultas Ekonomi.

Tentang kehidupan asmaranya tidak terlalu banyak diketahui. Namun, saat

ini ia telah menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Riski Amelia dan

dikaruniai dua orang anak, yaitu seorang anak laki-laki yang diberi nama

Abdullah Pasai dan seorang anak perempuan bernama Faizah Azkia.

Fakta yang tidak banyak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa nama

Tere Liye bukanlah nama asli, melainkan hanya nama pena yang selalu

disematkan dalam setiap novelnya. Nama aslinya diketahui dengan panggilan

Darwis.

Saat ini ia diketahui bekerja sebagai karyawan kantoran dan berprofesi

sebagai akuntan. Dengan tampilan khas yang sering menggunakan kupluk dan

baju casual, Tere Liye mengatakan bahwa menulis baginya adalah hobi.

Hingga saat ini Tere Liye telah menghasilkan 21 karya yang keseluruhan

novelnya mendapat sambutan hangat dari masyarakat. bahkan beberapa novel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: NOVEL KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA TERE LIYE ...

telah diangkat ke layar lebar dan menarik minat masyarakat Indonesia untuk

menontonnya.

Karya Tere yang sudah diterbitkan adalah sebagai berikut:

1. Moga Bunda Disayang Allah (Penerbit Republika, 2005) 2. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (Penerbit AddPrint, 2005) 3. The Gogons Series: James & Incridible Incodents (Gramedia Pustaka

Umum, Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005) 4. 2006) 5. Cintaku Antara Jakarta dan Kualal Lumpur (Penerbit AddPrint, 2006) 6. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo 2006 & Republika 2009) 7. Sang Penandai (Penerbit Serambi, 2007) 8. Bidadari-Bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008) 9. Senja Bersama Rosie (Penerbit Grafindo, 2008) 10. Burlian (Penerbit Republika, 2009) 11. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka

Umum, 2010) 12. Pukat (Penerbit Republika, 2010) 13. Eliana, Serial Anak-Anak Mamak, (Republika, 2011) 14. Ayahku (Bukan) Pembohong, (Gramedia Pustaka Utama, 2011) 15. Sepotong Hati Yang Baru, (Penerbit Mahaka, 2012) 16. Negeri Para Bedebah, (Gramedia Pustaka Utama, 2012) 17. Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, (Gramedia Pustaka Utama, 2012) 18. Berjuta Rasanya (Penerbit Mahaka, 2012) 19. Negeri Di Ujung Tanduk, (Gramedia Pustaka Utama, 2013) 20. Amelia, Serial Anak-Anak Mamak 1, (Republika, 2013) 21. Bumi, (Gramedia Pustaka Utama, 2014)

Sumber: http://www.biografiku.com/2016/09/biografi-dan-profil-tere-liye-penulis-novel-terkenal-asal-indonesia.html

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA