Novel Anjani

download Novel Anjani

of 98

Transcript of Novel Anjani

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    1/98

    1

    Prolog

    Nadia Denissa merunduk makin dalam di balik meja ebony besar itu. Suara-suara masih

    terus terdengar. Ia menahan nafas, berusaha sebisa mungkin untuk tidak membuat terlalubanyak gerakan dan suara. Keringat dingin membasahi wajahnya. Seharusnya ia mengajak Roland tadi. Nadia tahu ia tidak akan bisa pergi ke toilet di gedung ini sendirian tanpa tersesat.Kenapa ia harus menolak tawaran Roland untuk mengantarnya? Sekarang ia menyesalikeputusannya.

    ... dan sedikit lagi... kita akan berhasil melakukan perubahan... Suara itu membuat Nadia bergidik. Ia menahan diri untuk tidak bernafas terlalu keras,

    tapi suara dingin itu membuatnya tersentak. Gadis itu yakin, ia mengenali si pemilik suaradingin.

    Tiba-tiba, ponsel Nadia bergetar, membuat percakapan itu terhenti.Kau mendengar sesuatu? tanya pria bersuara dingin. Tidak. Pasti karena pendingin ruangan tua ini, kata satu suara lain. Suara serak yang

    membuat siapa pun yang mendengarnya ingin terbatuk. Aku harus pergi sekarang. Senangmendengar perkemb angan rencanamu.

    Nadia menghela nafas lega saat ponselnya berhenti bergetar. Dari posisinya di balik meja,Nadia dapat mendengar dua pasang langkah kaki bergerak menjauh, dan suara pintu di tutup.Setelah menunggu selama tiga menit, Nadia menghela nafas lega dan melesat meninggalkanruangan itu.

    Ia berjalan cepat melintasi koridor yang mengantarkannya kembali ke ruang pertemuanyang dipenuhi orang-orang. Nadia berjalan, memandang berkeliling mencari wajah yangdikenalinya dengan baik. Roland berdiri di sana dengan satu tangan masih memegangponselnya, seolah ia baru saja selesai menelepon.

    ***Akhirnya lo balik juga! kata Roland sambil tersenyum. Dengan enteng, pemuda itu

    memasukkan ponselnya ke dalam saku. Gue pikir lo udah nyasar kemana -mana... Lo pikir tadi lo ngapain ?! seru Nadia melotot marah menatap Roland. Cowok itu balas

    memandangnya dengan pandangan bertanya.Yah, lo lama banget sih... jadi gue pikir gue harus nelepon lo untuk mastiin lo nggak

    kenapa- kenapa, jawab Roland. Apa gue salah? Salah banget , Roland. Lo nyaris membuat karis kita berdua hancur , kata Nadia. Ia

    meremas tangannya, sebuah kebiasaan yang selalu ia lakukan jika sedang gugup. gue rasa guebaru aja denger sesuatu yang seharusnya nggak gue denger pas ke toilet tadi .

    Oh, yeah? tanya Roland mengangkat sebelah alisnya. Parah banget buta arah lo. Loyakin udah nanya satpam atau orang lain jalan ke toilet? Gue rasa nyari toiletnya nggak segitususahnya sampe bisa nyasar...

    Gue serius. Roland. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan, dan gue yakin guemengetahui hal apa itu...

    Roland menggelengkan kepalanya.Nadia, kebiasaan jelek lo itu adalah mencampuri sesuatu yang bukan urusan lo. Ayo balik

    ke hotel. Gue mau nyusun laporan buat Pak Dedi, biar bisa dikasih pas di Jakarta nanti... Sial,Nad, harusnya ini jadi tugas lo, bukan gue...

    Roland, lo nggak ngerti... Gue tahu, gue tahu . Kita akan mencari tahu semuanya setelah kembali, oke? Nadia mengangguk ragu. Ia mengikuti Roland dengan langkah pelan menuju keluar dari

    gedung itu untuk mencari taksi yang nantinya akan membawa mereka ke hotel tempat merekamenginap. Nadia melirik jam tangannya.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    2/98

    2

    Masih ada beberapa menit lagi untuk mencapai hotel...

    ***

    Bab Satu

    Hari-harinya tidak selalu sama.

    Bagi Nadia, menjadi seorang reporter membuat hari-harinya tidak pernah sama, selaluada hal baru untuk diliput. Tapi kini, semua terasa membosankan. Ia muak melihat kamera yangselalu dipegang oleh Roland, kameramen setianya, dan tiba-tiba, ia merasa hari-haripeliputannya selalu sama. Masalah ekonomi, politik, sembako naik, bla,bla, bla. Tiba-tiba saja, iamembenci semua topik itu.

    Hari ini, di siang bolong yang panas, Nadia melangkah keluar dari sebuah perpustakaanlokal dengan sepelukan buku-buku setebal batu bata. Ranselnya bergantung di bahu, berisisebuah laptop. Nadia senang membaca buku, ya. Baginya, buku-buku itu merupakanpelampiasan kebosanannya meliput berita. Ia membayangkan akhir pekan ini akanmenyenangkan dengan duduk di kamar, membaca buku, menghabiskan waktu.

    Nadia melangkah cepat ke arah Cherokee merah yang terparkir di ujung lapangan.Dengan sebelah tangan, Nadia merogoh-rogoh saku celana jeans-nya mencari kunci mobil. Iamenaruh ranselnya di jok mobil sebelah kirinya. Begitu ia ingin men-starter mobilnya,handphone Nadia berbunyi, lagu Welcome to my life-nya Simple Plan mengalun keras.

    Halo....

    Halo, Nad.... kata suara diseberang sana.

    Roland? tanya Nadia mengenali suara si pelepon.

    Haha.... Iya....

    Walaaah.... Nomor hp lo tetep aja kenapa sih? tanya Nadia sam bil menahan tawanyaterhadap kameramen itu. Ia menyalakan mobil dan mengapit ponsel dengan telinga danbahunya.

    Nomor yang satu lagi di hp gue yang lain.... jawab Roland sambil cengengesan.

    Susahnya jadi orang kaya.... terserah lo deh. Oh ya, kenapa nel fon gue? Ada job baru?

    Gue ng gak tau juga sih, tapi lo dipanggil bos kekantor. Mungkin ada. Kapan?

    Jam dua siang nanti.... jawab Roland santai

    Nanti ? Emang lo kira sekarang jam berapa? Setengah duaa!! seru Nadia penuh emosi.Membuat Roland mengganti posisi handphone- nya dari kuping kiri ke kuping kanan. Udah tauJakarta macet....

    Maaf deh bos! Gue tunggu dikantor ya!

    KLIK telepon dimatikan oleh Roland. Nadia melepaskan handphone dari genggamannyadan setengah melempar kearah ranselnya. Memutar habis stir Cherokee merahnya dan keluar

    dari halaman perpustakaan. Ia mengarahkan mobilnya kearah jalan raya dan melaju dengan

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    3/98

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    4/98

    4

    Yuk.... ajak Roland. Kini mereka berdua berjalan me nuju ruangan produser acara beritaTV itu.

    Cepet banget nyampe sini.... kata Roland membuka pembicaraan sambil menawarkancappucino ke Nadia.

    Nggak sekarang Roland.... ucap Nadia sediki tergesa ketika pintu kantor produser sudahdidepan mata. Roland tidak menghiraukan dan tidak sakit hati. Ia sudah terbiasa dengan hal itu,dan dia sangat mengerti sifat Nadia yang tidak kenal kata terlamabat. Begitu Nadia masuk,Roland hanya duduk dan meminum cappucino itu.

    Maaf Pak, saya terlambat, ucap Nadia begitu m asuk keruangan yang super sejuk itu.

    Ah, sudah datang rupanya.... Tidak apa, saya tidak terburu -buru... kata si Bos, Pak Dedi.Ia mempersilahkan Nadia duduk dan melanjutkan pembicaraanya.

    Ini tentang job kamu berikutnya. Nadia menyimak dengan serius. Kamu liput kegiatanGreen the Earth yang diselenggarakan oleh organisasi Green Troopers, di Singapura. Bisa kan?Tentu saja harus bisa.

    Nadia terdiam beberapa saat. Apa yang dia tidak salah dengar? Singapura? Dia akan pergikesana?

    Yah... Mungkin ini c ukup mengagetkan. Tapi saya pikir ini sudah saatnya bagi kamuuntuk menjelajahi berita di luar negeri sana. Saya lihat bakat kamu yang berkembang pesat dan... Saya Cuma bisa mempercayai kamu, kata Pak Dedi tegas.

    Baik Pak! Terimakasih banyak... Saya akan berusaha sekuat tenaga! ucap Nadiabersemangat dengan wajah berbinar.

    Hahaha... Bagus! Saya juga membiarkan kamu untuk memilih staf yang akan ikut bersamamu. Terserah jumlahnya berapa. Saya kira, satu orang sudah cukup.

    Terimakasih banyak Pak! Saya ak an mengajak Roland untuk ikut serta meliput kegiatanitu, ucap Nadia.

    Roland... Ide bagus! Saya harap kamu bisa bekerja sama dengan baik seperti biasanya...ucap Pak Dedi sambil tersenyum sebagai rasa percayanya kepada Nadia. Nadia sangat bahagiamendengar berita baik ini. Memang, Singapura berjarak dekat dengan Indonesia, Nadia bahkanpernah pergi kesana sekali bersama keluarganya. Tapi kali ini lain, dia akan meliput berita dinegeri orang!

    Kapan saya akan berangkat pak?

    Waduh, saya hampir lupa memb eritahu hal itu kepadamu. Lusa kalian akan pergi, danbesoknya kalian harus meliput program Green the Earth itu, jelas Pak Dedi.

    Baik Pak. Terimakasih, ujar Nadia seraya bangkit dari tempat duduknya dan pergimeninggalkan kantor bosnya itu dengan bahagia. Begitu keluar, dia langsung melihat Rolandyang masih duduk setia menungguinya dengan segelas cappucinonya yang sudah kosong. BegituNadia keluar, Roland langsung menyambut rekan kerjanya itu.

    Ada yang lagi seneng nih... canda Roland kepada bos muda nya yang baru keluar ruangandengan wajah yang berbinar dan senyum yang berseri-seri.

    Hahaha! Tahu ng gak ? Nadia iseng membuat Roland penasaran.

    Ya ng gak lah kalau gak dikasih tahu!

    Hahaha... Kita ke Singapura yuk... ajak Nadia iseng.

    Ha?! Ngapain? Emang Pak Dedi bilang apa sih? tanya Roland.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    5/98

    5

    Kita... Disuruh... Ngel iput Green Troopers di Singapura !! ujar Nadia sambil melompat -lompat kegirangan.

    Green Troopers??! Organisasi dunia yang terkenal itu kan? tanya Roland antusias. Nadiahanya mengangguk senang, ia takut suaranya akan mengganggu kegiatan kantor.

    Wah... Mantep banget deh job kali ini! sambung Roland. Ia mengerti mengapa Nadiabegitu antusias dan bersemangat. Bagi Nadia, meliput oraganisasi dunia adalah batuloncatannya menuju kancah liputan dunia. Roland hanya bisa tersenyum mendengar tingkah-tingkah aneh yang dilakukannya temannya itu.

    Eh, lo diem aja dari tadi... Makan yuk! Gue yang traktir... ajak Nadia.

    Tuh kan, aneh... pikir Roland. Ia mengangguk dan berjalan bersama Nadia menuj urestoran didekat kantor EightTV.

    ***

    Roland. Seorang pria berumur dua puluh tiga tahun, tinggal sendiri di Jakarta, sedangkanibunya berada di daerah Sukabumi. Menjadi kameramen sejak berumur dua puluh dua tahun.Karena baru setahun, ia pertama kali ditugaskan oleh wartawan yang sudah berpengalamansatu tahun sebelumnya, yaitu Nadia. Tidak ada yang mampu menghitung seberapa banyak berita yang mereka liput berdua. Dari Sabang sampai Merauke pernah mereka jelajahi. Tapihubungan mereka hanya sebatas itu, sesama rekan kerja. Bagi Roland, Nadia adalah seorangreporter yang handal dan tempat dimana ia dapat belajar, belajar cekatan, sigap, dan bertarungdengan alam dan dengan teman sesama reporter. Tidak lebih dari itu.

    Bagi Roland, Nadia adalah sosok yang patut dikagumi. Masih muda, tetapi sangat berbakat dan penuh percaya diri dengan mimpinya. Menyelamatkan dunia dari hasil liputan. Wow!Sebuah cita-cita yang luar biasa bagi semua orang, hanya saja masih banyak orang yangmenyepelekan mimpi itu.

    Roland tidak punya mimpi. Ia hanya orang sederhana yang bersyukur dengankehidupannya, menjalaninya dengan baik, dan standar saja. Pergi kekantor, pulang, bekeluargasuatu saat dan menafkahi anak-anaknya kelak semampunya. Ia beruntung berpartner denganNadia, dengan Nadia ia merasa keluar dari kehidupannya yang biasa. Walaupun Nadia tidak mengubah Roland menjadi bermimpi.

    Hanya satu hal yang diinginkannya sekarang. Membantu Nadia meraih mimpi Nadia...

    ***

    Ok, jadi gini, kita cari tahu semua hal yang berhubungan dengan program Green theEarth dulu. Yaaah... itu sih tugas gue. Lo juga siapin semuanya kayak biasa ya! Dan besok barukita siap-siap dengan perlengkapan pribadi. Oke ? jelas Nadia memberi rencana kedepankepada Roland.

    Iya iy a bos. Emang baru kali ini gue ngeliput berita?! ujar Roland sewot sambil terusmemakan nasi goreng seafood, makanan favoritnya.

    Hahaha... Sorry, sorry, gue kesenengan sih. Ngeliput Green Troopers aja udah seneng,

    eh, ke Singapura lagi! ujar Nadia sambil tertawa. Roland juga i kut tertawa bersamanya. Jam

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    6/98

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    7/98

    7

    Mana yayang kamu Nad? tanya Intan begitu ia tidak melihat Ro land disekitar rumahtempat mereka berhenti sekarang.

    Nggak salah, tuh? Yayang kamu kali, ujar Nadia. Sebelum Intan memukul Nadia, Rolandkeluar dari rumahnya dan mengunci pintu sambil terus memikul ransel besar yangdigantungkan di bahunya. Berbeda dengan Nadia, kali ini dia hanya membawa koper berukuran

    kecil, yang berisi laporan, informasi, serta baju-bajunya.Pagi Nad, Ntan ! sapa Roland seraya masuk ke mobil dan menaruh ransel besarnya tepat

    disampingnya.

    Pagii... jawab Nadia dan Intan bersamaan.

    Kompak banget, pasti sedang terjadi sesuatu nih... Ngomongin gue ya?

    Pe-de amat... ujar Nadia sewot. Intan hanya tertawa mendengar sepupunya yang anehitu. Perjalanan menuju bandara Soekarno-Hatta Cengkareng dilanjutkan kembali. Dari Jakartake Cengkareng akan memakan waktu satu setengah jam lebih karena macetnya perkotaan.Mengetahui waktu yang ditempuh akan sejauh itu, Nadia sudah mengambil ancang-ancanguntuk tidur.

    Woi, ng gak boleh tidur! gertak Intan sambil mengguncang -guncang tubuh Nadia.

    Apaan sih?! Ini namanya penghematan energi... bela Nadia.

    Ajak Roland ngomong, kek! ujar Intan hanya dengan menggerak -gerakkan bibirnyatanpa mengeluarkan suara. Nadia menengok sebentar ke belakang joknya, ia melihat Rolandyang hanya memusatkan pandangannya keluar jendela. Timbul juga rasa bersalah Nadiamembuat kameramennya menganggur sendirian. Ia mengambil sebuah roti coklat dari dalamtas sandangnya dan menawarkan roti itu pada Roland.

    Nih... kata Nadia sambil menawarkan roti kepada Roland.

    Makasih... ujar Roland dan mengambil roti tersebut. Melihat kecanggungan yang ada,Intan menanyakan Roland tentang pekerjaannya sekedar untuk menghilangkan kesunyian.Begitu banyak terjadi sesi tanya jawab antar Roland dan Intan, terkadang Nadia ikut nimbrungdan mengeluarkan kata-kata yang konyol. Perjalanan yang awalnya canggung dan penuhkesunyian pun berubah menjadi perjalanan yang tidak membosankan dan penuh denganobrolan. Kemacetan kota pun tidak berpengaruh pagi itu, dalam hati Nadia berterimakasihkepada In tan yang telah menciptakan kembali Cheeroke ceria.

    Empat puluh menit kemudian, mereka telah sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Nadiamengeluarkan koper kecilnya dari bagasi, Roland mulai menggendong ransel besarnya dengansetia. Nadia memaksa Intan untuk pulang setelah mengantarnya, kalau Intan menunggunyatentu saja akan membuang waktu Intan saja. Intan pun mengalah dan pergi setelah Nadia danRoland pamit dan mengucapkan terimaksih telah diantarkan. Sebelum pergi Intan menarik tangan Nadia dan membisikkan sesuatu ditelinga Nadia.

    Jangan macem -macem ya! Bisikan Intan disambut pukulan dari Nadia.

    Enak aja! Ng gak bakalan! ujar Nadia sambil tertawa.

    Hahaha... Ya udah, hati -hati ya! Roland, titip kakak sepupu aku! teriak Intan ke Rolandyang mulai melangkah menjauh.

    Hahaha... Sip, bos! ujar Roland ngasal. Intan pun masuk mobil dan mulai menggerakkanmobilnya menjauh dari Nadia dan Roland lalu keluar dari arena bandara. Kini Nadia dan Rolandberjalan berdua kearah bandara yang dipenuhi batu bata merah itu.

    Paspor udah bawa? tanya Nadia.

    Udah...

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    8/98

    8

    Kamera?

    Pasti...

    Laptop?

    Udah...

    Alat -alat lainnya?

    Lengkap! Lo sendiri? Paspor? Tiket? Roland balik bertanya.

    Lengkap juga dong! jawab Nadia sambil tertawa. Kini ia semakin senang karenadatangnya ia ke Singapore untuk meliput semakin dekat. Dalam hatinya, ia hanya menginginkankerjanya yang sukses nanti. Ia tetap tersenyum hingga pesawat keberangkatan datang danmereka pergi meninggalkan Jakarta.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    9/98

    9

    Bab Dua

    Gedung itu sangat ramai. Acara Green the Earth memang telah menyita seluruh matadunia. Roland sibuk mempersiapkan kameranya sementara Nadia memastikan penampilannyabaik-baik saja.

    Cepat, Roland... acaranya sebentar lagi akan dimulai...!desak Nadia.

    Roland mengangguk dan mulai mempersiapkan kameranya. Dari tempatnya berdiri,Nadia dapat melihat beberapa orang petugas keamanan mempersiapkan tempat acara danmengamankan wilayah di sekitarnya. Karpet merah sudah digelar saat sebuah SUV hitamberhenti tepat di depan gedung pertemuan. Pengamanan semakin ketat di sekitar SUV itu.Roland mengarahkan kameranya ke SUV hitam sementara Nadia mulai melaporkan kejadian.

    Dimitri Petropavlovsk keluar dari mobil. Ia seorang pria lima puluh tahun berbadan tegapdengan mata kelabu yang bersinar cerdas. Nadia tahu kalau pria semacam ini adalah tipe orang

    yang berkemauan keras. Ia melangkah dengan tegap, melintasi karpet merah memasuki gedungpertemuan. Gedung itu setinggi 59 lantai dengan kaca gelap yang memantulkan sinar matahari.

    Bersama para wartawan yang lain, Nadia berusaha mengikuti Dimitri Petropavlovsk masuk ke dalam bangunan.

    Jika dilihat dari luar, gedung itu sangat mewah dan modern. Bagian dalamnya jauh lebihluar bisa. Sebuah ruangan luas dengan lantai yang dilapisi oleh karpet mewah yang empuk.Tergantung dilangit-langit, sebuah lampu kristal berukuran besar yang bersinar dengan indah.Nadia mengangkat alisnya. Ia dan Roland segera mencari tempat khusus yang disediakan untuk wartawan dan mengambil gambar dari sana.

    Nadia kembali memulai aksinya, melaporkan peristiwa ini langsung dari tempat kejadian.

    Roland melihatnya melalui lensa kamera.Saya Nadia Denissa melaporkan langsung dari Singapura, gadis itu menutup laporannya.

    Roland memberikan tanda dengan tangannya yang berarti pengambilan gambar sudah selesai.Nadia menghela nafas lega. Ia langsung mendudukkan diri di samping Roland.

    Gimana tadi? tanya Nadia.

    Bagus kayak biasa, kok, jawab Roland sambil membereskan barang -barangnya. Lo kanhebat, Nad...

    Hush! Gue nggak ada duit kecil, nih... kata Nadia nyengir. Ia menepuk punggung Roland.Ah... Sialan. Gue mau ke toilet dulu.

    Lo tahu toiletnya di mana? tanya Roland. Mau gue temenin?

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    10/98

    10

    Heh..! Ngapain coba ikut? Entar gue tanya aja sama orang.

    Nadia segera bangkit dari kursinya saat Dimitri Petropavlovsk, direktur sebuahperusahaan elektronik ternama sekaligus pimpinan organisasi Green Troopers naik ke podiumuntuk menyampaikan pidato mengenai betapa senangnya ia di perkenankan membuka acaraGreen The Earth kali ini. Ia juga menyelipkan sebuah lelucon kecil tentang ikan sarden dan

    sepatu kulit yang menurut Roland amat sangat garing.Roland hanya duduk di sana bersama kameranya menunggu Nadia kembali sambil

    mendengarkan pidato Dimitri Petropavlovsk dengan sebelah telinganya.

    Sementaraitu, Nadia menjelajahi gedung raksasa yang (ternyata) bernama Grey Tower.Sebuah bangunan yang bisa dibilang baru saja dibangun. Nadia menelusuri koridor yang dipenuhi orang-orang dari berbagai macam negara dan bangsa. Ia tergagum-kagum melihat orang-orang ini. Masing-masing mereka berbicara dengan bahasa ibunya masing-masing.Beberapa berbicara dalam Bahasa Inggris.

    Excuse me, sir... Wheres the restroom? Nadia bertanya pada salah seorang petugas keamanan berseragam.

    In the end of this corridor, turn left and youll see a door. Once you entered the door, turnright. The restroom is in the second door next to the janitor, jawab petugas keamanan itu denganBahasa Inggris yang terpatah-patah.

    Thank you, kata Nadia.

    Ia langsung melesat ke ujung koridor. Meski ia menderita buta arah akut, Nadia masihbisa mengingat setipa perkataan si petugas keamanan mengenai arah yang harus di tempuhnya.Sesampainya di ujung koridor, Nadia berbelok ke kiri. Sekarang ia melihat pintu yang dimaksuddengan si petugas keamanan.

    Tapi sialnya ada dua pintu di sana. Tanpa pikir panjang, Nadia memasuki salah satu pintudan langsung berbelok ke kanan. Ia menemukan sebuah pintu lagi dan langsung memasukinya.

    Langkahnya terhenti melihat sebuah ruangan kantor dengan perabotan mewah. Nadiatertegun sejenak. Ia pun berbalik menuju pintu. Saat ia mencapai gagang pintu, ia mendengarsuara dua orang yang tengah berbicara serius. Bukannya terus keluar dari pintu, Nadia malahmelompat ke ujung ruangan dan bersembunyi di bawah sebuah meja ebony yang besar.

    Pintu ruangan terbuka dan Nadia dapat mendengar suara langkah kaki memasukiruangan itu.

    ... Sebentar lagi, kita akan berhasil melakukan perubahan... kata satu suara. Nadia beranibersumpah ia mengenali suara itu.

    Jangan buru-buru, sir , kata suara yang lain. Kali ini terdengar suara serak yang membuat

    Nadia membuatnya tak nyaman.Sedikit lagi, maka semua orang akan bertekuk lutut padaku... kata suara pertama yang

    bernada dingin.

    Pada kita , si suara serak mengor eksi. Nadia dapat membayangkan si suara dinginmelemparkan sebuah senyum palsu kepada rekannya. Karena kata-kata yang terdengarberikutnya dipenuhi kebohongan.

    Ya, ya... pada kita...

    Tiba-tiba, Nadia merasakan ponselnya bergetar di dalam saku. Nadia tersentak kaget.

    Percakapan itu terhenti seketika. Nadia mengutuk dalam hati. Sekarang ia sama sekalitidak berani untuk bernafas.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    11/98

    11

    Kau mendengar sesuatu? tanya si suara dingin.

    Tidak... pasti karena pendingin ruangan... jawab si suara serak. Well , aku senangmendengar perkembangan rencananya. Aku harus pergi sekarang.

    Nadia mendengarkan saat dua pasang kaki itu meninggalkan ruangan. Ponselnya telahberhenti bergetar. Ia mendesah lega dan menunggu selama tiga menit sebelum akhirnyamelesat dari ruangan itu dan kabur menuju toilet.

    Nadia yakin bahwa suara dingin itu adalah suara Dimitri Petropavlovsk.

    ***

    Lo harus percaya sama gue, Land! kata Nadia begitu mereka memasuki taksi untuk menuju bandara. Gue yakin dia ngerencanain sesuatu yang jahat...

    Nggak mungkin, Nad. Dimitri Petropavlovsk adalah pemilik perusahaan elektronik

    terkaya, aktivitis lingkungan hidup dan pemimpin organisasi lingkungan Green Troopers. Nggak mungkin orang kayak dia kepengen nguasain dunia! bantah Roland. To the airport , kataRoland pada si supir taksi.

    Mereka berdua diam sepanjang perjalanan. Tak ada yang berminat untuk berbicara. Nadiatenggelam dalam pikirannya sendiri. Semalaman ia berusaha meyakinkan Roland, tapi tetapsaja cowok itu menyuruhnya untuk tidak memasukkan jarinya ke dalam sesuatu yangberbahaya.

    Lagi-lagi mereka memasuki pesawat dalam keheningan. Hanya sesekali mereka berbicara.Nadia yakin ia tidak salah dengar. Ada sesuatu yang direncanakan. Nadia memandang cangkirplastik di tangannya saat ia berpikir keras. Roland tidak tampak terlalu peduli. Ia cumamembaca novel sambil mendengarkan musik dari iPod-nya.

    Sesampainya mereka di Soekarno-Hatta, Nadia akhirnya tidak tahan lagi. Ia berbalik danberdiri melotot pada Roland. Intan sudah berdiri menunggu mereka. Nadia tahu kalau adik sepupunya itu mengemudikan Cherokee merahnya.

    Denger ya, Land. Gue bakal nyelidikin semua tentang organisasi itu... Ng gak peduli lo maubantu atau nggak , kata Nadia pedas. Lo mau pulang sama gue ng gak ?

    Boleh juga, kata Roland. Nadi a menyeret koper besarnya.

    Intan menyambut mereka dengan ceria. Setelah beberapa pertanyaan basa-basi, Intanmembantu sepupu tersayangnya ini menyeret koper ke Cherokee merah. Roland melemparkanranselnya ke bagasi Cherokee sementara ia meletakkan kameranya dengan hati-hati.

    Jadi gimana pekerjaannya? tanya Intan dengan ceria. Bagus kok, kata Roland. Lumayan lancar.

    Perjalanan itu dilanjutkan dengan monolog tanpa henti dari Intan mengenai rencanaliburannya keliling Indonesia. Roland mendengarkan dengan sepenuh hati sementara Nadiatenggelam dalam pikirannya. Lagi. Nadia tahu kalau dirinya tidak akan bisa menyelidiki masalahini seorang diri.

    Ia harus menghubungi Danny.

    ***

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    12/98

    12

    Lantai teratas EighTV adalah wilayah kekuasaan Pak Dedi. Dimana-mana, Nadia dapat merasakan hawa Pak Dedi. Bisa dilihat dari lantai ruangan yang putih mengkilat, meja yangtertata rapi, tong sampah yang bersih... Nadia heran sendiri ada berapa banya cleaning service yang dipekerjakan di lantai ini.

    Yang pasti lebih banyak dibandingkan di lantai bawah, batin Nadia.

    Roland muncul beberapa saat kemudian. Sejak mereka kembali dari Singapura, merekabelum mengobrol sama sekali. Hanya beberapa patah kata basa-basi, lalu diam. Tanpa banyak bicara, mereka mendatangi ruangan Pak Dedi (yang jauh lebih mengkilap).

    Nadia mengetuk pintu kayu berpelitur coklat dihadapannya. Saat Pak Dedimempersilahkan mereka masuk, Nadia membuka pintu kantor dengan perlahan. Kantor itumasih sama seperti saat terakhir kali mereka berada di tempat itu. Sebuah meja kayu coklat ditengah ruangan, lemari buku di salah satu dinding, dan sebuah jendela besar yang memberikanpemandangan indah kota Jakarta.

    Pak Dedi tersenyum senang melihat dua anak buah kesayangannya telah kembali daritugas mereka. Pria mempersilahkan Nadia dan Roland duduk di hadapannya.

    Nah, bagaimana? tanyanya penuh semangat.

    Sempurna seperti biasa, menurut saya, jawab Roland santai. Tidak ada kendala yangkami hadapi.

    Ya, ya. Saya sudah lihat siarannya... Bagus sekali, kata Pak Dedi. S epertinya ia sedangberada dalam mood yang bagus. Lalu kenapa? Sepertinya ada yang ingin kalian sampaikan,Pak Dedi menatap Nadia, Jadi?

    Sebenarnya saya

    Tidak ada apa -apa, Pak. Cuma sedikit kesalahpahaman antara saya dengan Nadia,Roland langsung memoto ng ucapan Nadia. Sedikit masalah setelah selesai melaporkan

    kejadian. Nadia melemparkan pandangan tajam pada Roland, tapi cowok itu berusaha terlihat tidak

    bersalah. Ia malah mengalihkan pandangannya ke lukisan abstrak di belakang kursi Pak Dediseolah-olah ia mendadak tertarik dengan benda itu. Nadia tahu Roland tidak akan pernahmemberinya kesempatan lagi, jadi gadis itu mencoba kembali.

    Sebenarnya ada yang memenuhi pikiran saya, Pak, kata Nadia. Roland memelototinya,tapi Nadia tidak mengacuhkan cowo k itu. Saya mendengar sesuatu yang seharusnya tidak sayadengar saat berada di Grey Tower.

    Pak Dedi mengangkat alis, meminta Nadia untuk meneruskan laporannya. Roland akanmemotong, tapi Pak Dedi memberinya tanda untuk diam. Roland langsung tutup mulut. Nadia

    menceritakan segala hal yang terjadi, semua percakapan yang di dengarnya. Pak Dedimendengarkannya dengan baik, sekali-kali bergumam dan mengangguk. Dahinya berkerut beberapa kali saat mendengarkan laporan dari Nadia.

    ... Dan saya yakin, kalau itu adalah suara Dimitri Petropavlovsk, kata Nadia men gakhirilaporannya.

    Pak Dedi menghenyakkan diri di kursinya. Mata kumbang kecilnya terus mengamatiNadia dan Roland. Keheningan memenuhi udara untuk beberapa saat. Nadia menunggu Pak Dedi menanggapi perkataannya.

    Jadi kamu menganggap Mr Dimitri Petropavlovsk terlibat dalam sebuah kegiatan jahat?tanya Pak Dedi.

    Ya, Pak, jawab Nadia.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    13/98

    13

    Dan apa yang kamu inginkan dengan menceritakan ini pada saya? tanya Pak Dedi. Iasudah tahu apa jawabannya, tapi tetap saja ia bertanya.

    Saya harap bapak mengizinkan kami menyelidiki masalah ini, kata Nadia. Saya harap,saat saya sudah mengumpulkan bukti-bukti, bapak akan bersedia menampilkannya di acaraberita televisi nantinya, kata Nadia. Ia memandang Pak Dedi penuh h arap.

    Jadi saat ini, kamu belum punya bukti? tanya Pak Dedi.

    Belum, Pak. Tapi akan saya usahakan, jawab Nadia.

    Saya tidak berani ambil resiko, kata Pak Dedi. Ia menatap Nadia dari balik lensakacamatanya. Ini adalah penyelidikan serius, dan jujur sa ja saya merasa penyilidikan ini tidak bisa main- main.

    Memang tidak, Pak. Bapak bisa memberi kami izin untuk membentuk tim khususmenyelidiki masalah ini, kata Nadia.

    Pak Dedi menghela nafas dan menggeleng. Nadia memandangnya dengan pandanganpenuh tanya. Roland yang sedari tadi diam saja mulai memperhatikan percakapan ini. Pak Dedi

    tampak berpikir dengan keras. Wajahnya menjadi serius selama beberapa saat.Tidak bisa, Nadia, kata Pak Dedi akhirnya.

    Nadia memandang Pak Dedi dengan mata terbelalak. Ia akan mengatakan sesuatu saat Pak Dedi segera memotong ucapannya.

    Ini masalah berat. Dimitri Petropavlovsk bukanlah orang sembarangan. Ia salah satuorang terkaya di dunia, dan jujur saja, ia memiliki reputasi yang sangat baik di mata masyarakat dunia, kata Pak Dedi. Ia memandang Nadia dengan serius. Aku tidak bisa mengizinkanmumelakukan penyelidikan masalah ini. Terlalu beresiko. Jangan masukkan hidungmu kesembarang tempat, Nadia, apa lagi kalau tempat itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dimasuki.

    Tapi pak

    Tidak ada tapi -tapi, Nadia. Mengizinkanmu melakukan penyelidikan berarti mengizinkanstasiun TV ini terlibat. Aku tidak bisa menempatkannya dalam siatuasi berbahaya seperti.Lupakan saja masalah ini, Nadia, kata Pak Dedi. Ia mengalihkan pandanga nnya pada Roland.Cowok itu menggeleng.

    Kalau tak ada lagi yang ingin kalian sampaikan, silahkan kembali bekerja. Terima kasihatas kerja sama kalian, kata Pak Dedi.

    Roland dan Nadia buru-buru bangkit, mengangguk singkat pada Pak Dedi dan langsungkeluar dari ruangan. Nadia tidak mengatakan apa pun saat melintasi koridor mewah gedungEighTV. Dibelakangnya Roland menyusul.

    Kami ? tanya Roland dengan nada sinis. Lo mau melibatkan gue dalam masalah ini?

    Nadia langsung berhenti dan berbalik, menatap Roland dengan pandangan tajam. Nadiasedang tidak ingin berdebat saat ini.

    Lo ng gak mau terlibat? tanya Nadia tajam. Oke! Biarkan gue sendiri! Gue tahu lo punyabanyak urusan, Roland!

    Nadia... Bukan itu maksud gue. Kenapa sih lo ng gak biarin aja masalah ini? Kenapa lo maumelibatkan diri ke masalah yang nggak jelas begini? tanya Roland. Lo ngelibatin diri juganggak ada untungnya. Mending lo buang aja jauh- jauh ide itu dari kepala lo.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    14/98

    14

    Nggak bisa, Land, kata Nadia. Udah setahun kita kerja bersama, g ue rasa lo udah cukupmengenal gue seperti apa. Lo tahu kalau gue nggak akan pernah membiarkan kejahatan terjadibegitu saja di depan hidung gue.

    Lo itu bukan pahlawan pebela kebenaran, Nad! Kejahatan di depan hidung lo? itukarena lo sembarangan memasukkan hidung ke berbagai tempat. Sekarang, mending lo lupain

    masalah kita dan ide gila ini, kata Roland. Nadia menghela nafas. Ini pertama kalinya gadis itu beradu argumentasi dengan Roland

    sampai seperti ini. Jujur saja, situasi ini membuat Nadia merasa tidak nyaman. Ia dan Rolandbisa dibilang rekan kerja yang sudah seperti sahabat. Diam-diamannya dengan Roland membuat Nadia agak kesepian juga.

    Gue ng gak peduli lo ikut atau nggak, Land. Kalau lo nggak mau, gue bakal kerjainsemuanya sendiri. Nadia berg egas pergi meninggalkan Roland yang masih berdiri mematung.Ia tidak peduli Roland akan ikut atau tidak, yang jelas ia tidak bisa membiarkan kesempatanseperti ini lewat begitu saja. Nadia punya cita-cita yang ingin dikejarnya.

    Nadia! Tungguin! seru Rola nd. Ia segera berlari menyusul Nadia. Gadis itu berhenti dan

    menatap Roland dengan pandangan penuh tanya. Lo menang! Oke, lo menang! Gue bakalikutan! Lo benar... kita nggak boleh membiarkan hal seperti ini terjadi begitu saja. Gue ikut samalo... kata R oland.

    Trims, Land... Nadia tersenyum.

    Dan lagi, gue udah janji akan membantu Nadia meraih impiannya, batin Roland. Inilahkesempatan Nadia untuk mewujudkan semua itu.

    Jadi, kita harus ngapain? tanya Roland.

    Nadia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor. Masih tersenyum, iaberkata pada Roland,

    Gue rasa, Danny bisa bantu.

    ***

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    15/98

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    16/98

    16

    Nad, lo biacara dengan orang yang berhasil membobol sistem Departemen Pertahananpada usia tiga belas tahun tanpa ketahuan... kata Danny.

    Apa pun, deh... Kapan gue bisa dapat hasilnya? tanya N adia.

    As soon as possible , kata Danny. Lo tahu ng gak, gue bisa masuk penjara puluhan kaligara-gara permintaan lo yang kadang suka aneh- aneh.

    Dont worry, bro . Rahasia lo aman sama gue, kata Nadia. Ia menepuk bahu Danny pelan.Oke, gue pergi dulu. Yuk, Land.

    Nadia dan Roland keluar dari ruangan itu dan menutup pintu di belakang mereka.

    Mereka memasuki Cherokee merah Nadia. Roland yang mengemudi sementara Nadiaduduk di kursi depan. Udara siang itu sepanas biasanya, sementara jalanan ramai dipenuhidengan pengemudi mobil dan motor. Lagu Easier to Run dari Linkin Park mengisi telingaNadia. Nadia tidak begitu menyukai Linkin Park, tapi Roland menyukainya.

    Cherokee merah itu berbelok di salah satu perempatan. Beberapakali Roland memaki-maki pengendara motor yang mengemudi seenak perutnya.

    Heh, kunyuk! Emang ni jalan punya emak lo?! maki Roland. Nadia terkekeh sekali -kalisaat si pengemudi motor yang terkena sumpah serapah Roland itu terbelalak kaget.

    Tidak lama kemudian mereka sampai di restoran favorit mereka, Restoran Keluarga.Roland dengan cepat memarkir cherokee merah itu dan keluar dari mobil. Nadiamembuntutinya di belakang.

    Restoran itu adalah sebuah restoran untuk keluarga dengan berbagai macam pilihanmenu. Mulai dari masakan Padang, sampai Jepang, semuanya ada. Selain itu, suasana yangnyaman dan menyenangkan juga membuat Nadia, Roland, dan sebagian besar karyawan EighTVselalu menyambangi restoran itu pada jam makan siang.

    Jadi, sekarang gimana? tanya Roland pada Nadia setelah mereka dud uk di salah satumeja yang tersedia.

    Nadia mengaduk lemon tea dinginnya sambil berpikir. Jujur saja, ia tidaktahu apa lagiyang harus dilakukannya. Yang perlu mereka lakukan hanyalah menunggu data-data dariDanny.

    Gue ng gak tahu, jawab Nadia jujur.

    Lo nggak tahu?! Nad... gue kira saat lo ngusulin untuk menyelidiki masalah ini, lo bener-bener udah yakin dengan semuanya! kata Roland shock . Terus gimana dong sekarang?

    Yaaa... kita tunggu aja kabar dari Danny. Kalau dia sudah dapat data -datanya, gue bakalminta Pak Dedi memuatnya jadi laporan investigasi sekali lagi. Coba lo bayangin, kalau berita initersebar luas... EighTV adalah televisi pertama yang menampilkannya! kata Nadia penuhsemangat.

    Kalau ditanya darimana kita dapat informasi? Lo mau ngasih nama Danny? tanyaRoland. Lo kan udah janji ng gak akan bawa- bawa nama dia.

    Nadia menggeleng. Ng gak. Gue nggak akan pernah ngasih nama Danny. Lo nggak tahuwartawan itu punya hak untuk menyembunyikan sumbernya?

    Tahu, sih... kata Roland. Tetap aja...

    Udah, deh. Kita lihat aja gimana kelanjutannya.

    ***

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    17/98

    17

    Beberapa hari kemudian, Nadia kembali muncul di kamar Danny. Roland masihmenemaninya dengan setia. Danny masih duduk di depan komputernya, masih sibuk mengetikkan sesuatu yang tidak diketahui siapa pun. Tanpa mengalihkan pandangannya darilayar komputer, Danny mengangsurkan print out data yang dicarinya, bersama dengan sebuha

    CD kepada Nadia. Gadis itu menerimanya sambil tersenyum.Trims, ya Dan... Tanpa lo, gue ng gak tahu mau minta tolong sama s iapa lagi... kata Nadia.

    Dengan cepat, dia membalik-balik halaman print out itu.

    Gue seneng bisa bantu lo. Tapi gue rasa, lo udah masukin hidung lo ketempat yang ng gak seharusnya deh, komentar Danny. Informasi yang gue cari bisa buat orang kena seranga njantung lho...

    Maksud lo apa? tanya Roland. Cowok itu mengintip sedikit dari balik bahu Nadia. Iahanya menangkap sekilas kata-kata yang tertulis di sana.

    Denger, deh... Dimitri Petropavlovsk adalah salah satu orang terkaya di dunia yangduitnya bisa beli dua puluh pesat Boeing 737 sebulan. Dia pendiri organisasi Green Troopersyang terkenal di dunia karena keberanian mereka untuk melindungi Ibu Bumi, kata Dannymasih belum mengalihkan pandangan matanya dari layar komputer. Sekarang, gue malahdapat bukti keterlibatan dia dalam organisasi gelap tingkat dunia.

    Mata Roland terbelalak tidak percaya. Lo becanda...

    Danny menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke arah Roland dengan mata gelapnya dibalik kacamata berbingkai tebal.

    Gue ng gak becanda. Lo bisa liat sendiri. Dana-dana yang lenyap nggak berbekas,kegiatan-kegiatan yang kadang nonsense di temapat-tempat yang nggak seharusnya... guesempat cari-cari informasi tentang organisasi itu... Namanya Black Star. Bergerak di berbagaibidang mulai dari pengembangan senjata pemusnah massal, penyelundupan senjata,perdagangan narkotika sampai pembantaian besar- besaran beberapa waktu yang lalu...

    Terus, apa hubungannya dengan Dimitri Petropavlovsk? tanya Nadia.

    Danny membuka data-data di Harddisk komputernya dan membuka sebuah file. Di sana,terdapat satu buah gambar hitam putih yang sedikit buram.

    Lihat gambar ini? tanya Danny. Gambar ini diambil dua bulan yang lalu, di tempat yangdicurigai sebagai tempat pertemuan Black Star. Foto ini diambil oleh seorang maniak mobil.Saat ia melihat sebuah Jaguar hitam berhenti, ia langsung mengambil gambar ini. Lokasi foto iniadalah Chicago, kata Danny. Si fotografer memasukkan gambar ini ke blog -nya. Dan beberpaminggu kemudian, blog itu di tutup dan si fotografer ditemukan tewas di salah satu gang sempit di Chicago. Nama orang itu adalah Herbert Shawn, dan gambar di foto ini, setelah gue cek silangke semua tempat yang gue bisa, adalah Dimitri Petropavlovsk.

    Cuma satu gambar, gumam Roland. Itu mungkin c uma kebetulan.

    Well, awalnya gue pikir begitu, tapi lo harus lihat yang lainnya... hampir di semua tempat yang dicurigai sebagai tempat pertemuan Black Star, selalu terlihat orang yang mirip DimitriPetropavlovsk, dan semua bukti yang merujuk kepadanya selal u disingkirkan, gumam Danny.

    Nadia menatap cowok itu dengan kening berkerut.

    Disingkirkan? Terus, darimana lo dapat semua data ini? tanya gadis itu.

    Danny tersenyum aneh dan kembali mengalihkan pandangannya ke layar komputer.Anggap aja, gue punya akse s khusus ke database Green Troopers, jawab cowok itu. Data yang

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    18/98

    18

    gue dapat benar-benar tersembunyi dengan baik. Gue nyaris gagal menembus semuaperlindungan yang ada, tapi... voila ! Gue dapat datanya...!

    Apa itu artinya lo meng -hack komputer-komputer Gr een Troopers? tanya Nadia.

    Yup, jawab Danny. Dan semua itu gue dapat khusus dari data -data pribadi DimitriPetropavlovsk. Gue bahkan tahu kalau Dimitri itu punya banyak selingkuhan di seluruh dunia...lumayan, buat ngancam...

    Nggak. Lo nggak bakal ng ancam siapa pun, kata Nadia tegas. Ia terus membaca print-out dari Danny sementara Roland mengintip dari balik bahunya. Ia sendiri kaget melihat semuainformasi yang ditemukan oleh Danny. Nadia tidak percaya kemana ia telah mencemplungkandirinya. Tidak ada alasan untuk berhenti sekarang... pikir Nadia. Sudah kepalang basah juga... Iamengangkat wajahnya dari kertas- kertas itu dan menatap Danny penuh arti. Thanks buat informasinya, Dan... Gue pasti akan balas kebaikan lo ini.

    Kirim aja balasan lo ke rekening gue... kata Danny.

    Terserah deh... Nadia dan Roland keluar dari ruangan itu, langsung masuk ke dalamCherokee merah milik Nadia. Kali ini, Nadia yang menyetir. Roland membaca print out yangdiberikan Danny pada mereka. Matanya terbelalak kaget. Nadia melirik ke arah Roland, melihat perubahan ekspresi di wajah pemuda itu.

    Dari mana Danny mendapatkan semua informasi ini? tanya Roland membalik dokumenitu beberapa kali.

    Nggak tahu. Dia nggak pernah mau ngasih tahu cara kerjanya dia, gumam Nadia. Yangjelas, Danny bisa mendapatkan informasi apa pun dari mana pun.

    Gue ng gak percaya, kata Roland lagi. Terus, dokumen ini mau lo apain?

    Nadia tersenyum ke arah Roland.

    Pak Dedi kemarin nolak proposal gue tentang masalah ini karena kekurangan bukti, Land, kata Nadia sambil terus memperhatikan jalan. Lalu lintas yang macet selalu membuat Nadia kesal. Saat ini pun, gadis itu menggertakkan dirinya karena harus menarik rem tangansekali lagi.

    Lo serius mau nunjukin dokumen ini ke Pak Dedi?! Roland ter belalak kaget.

    Iya.

    Roland menatapnya dengan mata terbelalak.

    Gue pikir lo Cuma bercanda...

    Gue serius.

    Lo udah gila, yah?

    Nadia hanya terkekeh sambil terus menembus belantara kemacetan di siang hari bolongitu.

    ***

    Tidak bisa.

    Nadia terbelalak kaget menatap pria dihadapannya ini. Apa dia tidak salah dengar? Pak Dedi baru saja menolak proposalnya... lagi ? Padahal Nadia yakin ia sudah punya cukup bukti

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    19/98

    19

    untuk membongkar jati diri Dimitri Petropavslovsk. Nyaris saja gadis itu memaki di hadapanbosnya. Roland hanya menggigit bibir, menatap perubahan ekspresi Nadia.

    Tapi... kenapa...? tanya Nadia. Ia memandang Pak Dedi dengan tatapan tak percaya.

    Sederhana, Pak Dedi menggeser posisi duduknya, Sumber informasi ini tidak jelas.

    Bukankah saya punya hak untuk merahasiakan sumber saya? tanya Nadia tajam. Tidak ada alasan bagi Pak Dedi untuk menolak beritanya.

    Bukti kurang lengkap, kata pria itu lagi.

    Semua ini masih kurang? tantang Nadia mengacungkan print out di tangannya.

    Nadia, saya tahu kam u ingin sekali mengangkat berita ini, tapi ini bukan main-main.Dimitri Petropavslovsk bukanlah orang kaya biasa. Dia salah satu tokoh berpengaruh di duniasaat ini. Tanpa bukti yang kuat, kita hanya akan memposisikan diri di tempat yang berbahaya.Kalau kau tidak hati-hati, kita semua akan dihancurkan berkeping- keping, kata Pak Dedi. Iamenatap Nadia dan Roland dengan pandangan serius.

    Anda masih menolak proposal kami untuk menampilkan berita ini? tanya Nadia.

    Maafkan saya, Nadia, tapi kita tidak bisa menampilkannya, Pak Dedi menghela nafas.Dan ini adalah keputusan final saya.

    Sesuatu dalam nada suara Pak Dedi membuat Nadia mengerti bahwa diskusi telah usai,mereka bisa meninggalkan ruangannya sekarang.

    Cemberut, Nadia keluar dari ruangan itu. Roland mengikutinya di belakang.

    ***

    Nadia membanting dokumen itu ke atas mejanya dan mengerang frustasi. Sia-sia!! Iamenghempaskan diri ke kursi dan menutup wajahnya dengan telapak tangan. Roland tidak berkomentar apa pun melihat kondisi Nadia. Ia mendudukkan dirinya sendiri di mejanya, disamping meja Nadia.

    Kenapa dia ng gak bilang dari awal?! gerutu Nadia. Suaranya teredam oleh telapak tangannya. Kenapa dia membiarkan kita mencari kesana -kemari lalu menolak proposal kitamentah- mentah?!

    Nad...

    Gue yakin si perlente itu kelewat pengecut! gerutu Nadia lagi. Dia pengecut yang ng gak berani menampilkan kebenaran!

    Nad...

    Kurang bukti?! Memang dia bisa nyari informasi sedetail ini?! Nadia terus menggerutu.Dia Cuma mencari -cari alasan buat nutupin k epengecutannya!!

    NAD!! Roland membentaknya.

    Nadia mengangkat wajahnya, menatap Roland dengan tatapan bingung.

    Apa? tanya Nadia berusaha terdengar se -innocent mungkin.

    Bisa berhenti ng gak? Lo kayak anak-anak dilarang orang tuanyabuat beli permen danmulai ngomel- ngomel gitu deh... komentar Roland.

    Hah? Lo ng gak bisa cari persamaan yang lain, yah? tanya Nadia dengan tampang kesal.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    20/98

    20

    Bisa -bisanya lo komentar begitu? Setelah kekonyolan yang lo lakukan barusan?

    Oke, oke... sorry... gue a gak frustasi, kata Nadia nyengir. Ia merasa agak bersalah. Yah,seharusnya ia tidak bersikap seperti itu. Ia harus bisa mengontrol emosinya. Nadia tersenyumlagi.

    Jadi sekarang dokumen itu mau lo apain? tanya Roland.

    Nadia berpikir sejenak. Ia meraih vas bunga (yang sekarang jadi tempat pensil dan pena)dan menuangkan seluruh isinya ke atas meja. Nadia mengambil sebuah kunci kecil yang sudahagak karatan. Dengan kunci itu, ia membuka salah satu laci mejanya (yangtidak pernah dibukasejak setahun yang lalu) dan memasukkan dokumen itu ke dalamnya. Kemudian Nadiamemasukkan kunci itu ke vas dan kembali menata semua pensil dan penanya.

    Masalah selesai, gumam Nadia ringan. Roland memutar bola matanya.

    Bab Empat

    From : [email protected]

    To : [email protected]

    Subject : [ No Subject ]

    Yang terhormat, Ms. Nadia Denissa

    Saya telah beberapa kali melihat laporan investigasi anda dan saya rasa akan sangat menarik jika saya bisa berbicara dengan anda mengenai salah satu berita menggemparkan yangingin anda tampilkan kepada masyarakat. Saya mengerti anda mungkin akan menghiraukan e-mail ini, tapi saya berharap dapat berbicara dengan anda sesegera mungkin.

    Tolong segera balas e-mail ini jika anda tertarik.

    Tertanda,

    Rory Atmojo

    From : [email protected]

    To : [email protected]

    Subject : Re:

    Saya sudah terima e-mail anda. Saya rasa kita dapat berbicara segera. Silahkan hubungiponsel atau telepon kantor saya untuk mengatur jadwalnya. Saya tidak akan datang sendiri.Saya akan mengajak rekan kameramen saya.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 8/8/2019 Novel Anjani

    21/98

    21

    Tertanda,

    Nadia Denissa

    Gue ng gak percaya, kata Roland saat membaca e -mail yang ditunjukkan Nadia. Saat itujam makan siang dan mereka duduk berhadap-hadapan di Restoran Keluarga. Nadiamengangkat wajahnya dari ayam goreng yang dipesannya, menatap Roland dengan pandanganbertanya.

    Maksud lo? tanya Nadia.

    Nad, gue ngerasa pengirim e -mail ini udah lama ngamatin lo diam- diam... kata Roland.Lo ng gak merasa curiga sama sekali?

    Nadia mengunyah makanannya dan langsung menelan semua. Gue udah minta Dannynyelidikin semua tentang Rory Atmojo. Dia bekerja di perusahaan Foxhead, sebuah perusahaanraksasa multi-negara yang bergerak di bidang pengembangan teknologi dan penelitian sains.Gue udah punya data tentang dia dari ukuran sepatunya sampai berapa istrinya.

    Roland mengangkat alis mendengar hal itu. Nadia memang tidak pernah tanggung-tanggu ng meminta Danny menyelidiki segala sesuatu. Terus? Roland memancing.

    Yaaah... Foxhead Enterprises ini punya saingan berat... namanya SilverSky International,kata Nadia dengan sabar.

    Terus? pancing Roland lagi.

    Yah... pemilik SilverSky International itu Dimitri Petropavlovsk, kata Nadia.

    Roland mengangkat alisnya mendengar hal itu. Ia menyendok nasi di piring dan akanmembawanya ke mulut saat gerakannya tiba-tiba terhenti. Ia menatap Nadia dengan mulut ternganga.

    Maksud lo... berita yang mereka maksud itu...

    Yup. Berita tentang Mr. Petropavlovsk, kata Nadia menyeringai.

    Roland menggeleng. Ia tidak bisa mempercayainya. Bagaimana mungkin orang-orangFoxhead tahu mengenai penyelidikan Nadia terhadap Dimitri Petropavlovsk? Benar-benaromong kosong. Nadia tidak pernah membahas masalah ini selain dengan Roland, Danny dan Pak Dedi. Satu-satunya kecurigaan Roland adalah Danny yang membocorkan informasi ini, tapipemuda berkulit pucat dengan rambut berantakan itu tak mungkin melakukannya. Danny

    bukanlah tipe orang yang dengan mudahnya berkhianat.Nad, lo yakin itu berita yang mereka maksud? tanya Roland.

    Apa lagi? Masa mereka mau berita tentang kenaikan harga bawang merah?! Nadia balasbertanya.

    Nadia, gue serius! Lo ng gak bisa terima tawaran kayak gini begitu aja! Ini bakalan jadiberbahaya... kata Roland.

    Well , gue udah nyusun jadawal pertemuan sama Pak Rory. Lo harus nemenin gue, Land,kata Nadia.

    Ogah!

    Ayo dong, Land... rengek Nadia.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    22/98

    22

    Gue ng gak mau nyemplungin diri ke bara api...! kata Rola nd menggeleng tegas.

    Yeeee... siapa yang nyuruh lo nyemplungin diri ke bara api?! Gue Cuma ngajakin loketemuan sama Pak Rory ini kok! kata Nadia. Ya? Ya? Please ... banget...

    Nad...

    Ya udah, gue pergi sendiri! kata Nadia cemberut. Nggak boleh!! Ok e, oke! Gue ikut nemenin lo...! Roland akhirnya menyerah. Ia a gak ngeri

    membayangkan Nadia pergi sendiri menemui orang yang nggak jelas ini. Bagaimana kalau nantigadis itu malah mendapat masalah? Semoga tidak!

    ***

    Nadia melangkah ringan memasuki apartemennya. Di luar, malam telah menyelimuti kota,meninggalkan gemerlap kota dengan aneka lampu warna-warni. Koridor apartemen itu gelap,

    membuat Nadia bertanya-tanya apa lampu koridor sudah putus lagi. Rasanya baru kemarin iamengganti bohlamnya.

    Gadis itu merogoh saku jaketnya, berusaha mencari kunci apartemen di tengahkeremangan koridor. Tiba-tiba tangannya berhenti. Nadia berbalik, menatap ujung koridor yanggelap. Ia yakin mendengar suara langkah kaki dari arah itu. Nadia berusaha menenangkan diri,memerintahkan imajinasinya yang terlalu liar untuk tenang. Ia kembali mencari kunciapartemennya. Lagi-lagi suara itu terdengar dan gerakan Nadia kembali terhenti.

    Sial... maki gadis itu pelan saat tangannya tergelincir dan menjatuhkan kunci itu kelantai dengan bunyi berdencing keras. Nadia berjongkok untuk memungut kuncinya danmenjejalkan benda itu ke lubang kunci. Nadia memutar kunci.

    Tidak bisa.Ia mencoba memutar sekali lagi, masih tak ada yang terjadi. Tanpa pikir panjang, Nadia

    memutar kunci ke arah se baliknya. Terdengar bunyi ceklik mekanis. Nadia mendorong pintuterbuka, tapi tak ada yang terjadi. Nadia mendengus. Tentu saja! Ia memutar kunci ke arah yangsalah. Sekarang pintu itu terkunci.

    Nadia memutar kunci ke arah semula. Ia membuka pintu. Hal pertama yang disadariNadia saat membuka pintu adalah angin yang berhembus melalui pintu yang terbuka. Nadiaterdiam saat ia menyadari jendela yang terbuka. Buru-buru, ia meraba-raba mencari saklarlampu. Pemandangan yang menyambutnya membuat Nadia terbelalak kaget.

    Ia meraih ponsel di saku dan langsung menghubungi Roland.

    ***

    Roland tiba di sana beberapa menit kemudian, setelah polisi memeriksa semua barang-barang yang ada di dalam apartemen. Nadia memastikan tidak ada apa pun yang hilang. Kamaritu hanya di acak-acak, kertas-kertas bertebaran di lantai dan barang-barang dikeluarkan darilaci mejanya.

    Nadia mengeluh saat memunguti semua barang-barangnya yang bertebaran di lantai.Para polisi memastikan akan menyelidiki kasus ini. Meski mereka meyakinkan ini Cuma kasuspencurian biasa. Mereka akan segera menyampaikan informasi apa pun yang mereka dapatkan.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    23/98

    23

    Para polisi juga meminta Nadia untuk segera meginformasikan mereka tentang perkembanganapa pun.

    Jadi benar -benar nggak ada yang hilang? tanya Roland. N adia mengangkat bahu.

    Sejauh ini ng gak , kata Nadia. Tolong ambilin kertas -kertas di sana, dong...

    Roland mengambil kertas-kertas yang dimaksud Nadia. Nadia menyusun kembali barang-barangnya.

    Bukannya aneh kalau mereka ng gak ngambil apa- apa? Roland be rtanya lagi. Nadiamendengus sambil menyusun buku-bukunya ke dalam lemari.

    Mereka memang ng gak niat mengambil apa pun kok, kata Nadia. Ia menunjukkansebuah kertas lusuh pada Roland. Roland menatap kertas itu dengan pandangan bertanya.Roland membuka lipatan kertas dan membaca tulisan yang tertera di dalamnya.

    Akan sangat bijasana kalau saja anda tidak sembarangan menjejakkan kaki di tanah yangtidak anda kenal.

    Ancaman? tanya Roland.

    Yup, Nadia memasukkan semua pakaiannya ke dalam lemari sementara Roland tidak mengalihkan pandangannya dari kertas itu. Berbagai pikiran berkecamuk di benaknya.

    Lo ng gak ngasih tahu masalah ini ke polisi? tanya Roland.

    Nggak . Toh, gue tahu ini semua tentang apa, kata Nadia berbalik, menatap Roland.

    Roland menatap gadis itu dengan pandangan bertanya. Nadia menyeringai melihat ekspresi Roland.

    Gue rasa, Dimitri Petropavlovsk ng gak bakalan diam kalau ada yang ngorek-ngorek rahasianya... kata Nadia. Gue ng gak mau semua orang tahu apa yang sedang gue selidikin,Land. Ditambah sekarang Mr. D udah tahu apa yang gue lakukan... gue rasa dia nggak bakalandiam.

    Roland menatap Nadia dengan cemas. Sejak awal, pemuda itu tahu Nadia sudahmelibatkan diri ke dalam kejahatan kaliber internasional dengan tokohnya orang-orang pentingdan super-kaya. Dimitri Petropavlovsk mampu membayar berapa pun untuk memastikan Nadiaterbunuh sebelum rahasianya tersebar luas.

    Nad, lo harus menarik diri dari masalah ini... kata Roland pada Nadia.

    Dengan apa yang sekarang gue dapatkan? Land, lo t uh naif banget, sih... Mereka tetap

    nggak bakalan biarin gue begitu saja setelah apa yang ada di tangan gue. Mereka tetap bakalterus ngawasin gerak- gerik gue, kata Nadia. Lo pikir kalau gue narik diri, mereka bakalmembiarkan gue hidup gitu aja? Nggak b akal, Land!

    Tapi setidaknya lo bisa mengamankan diri lo... Lo ng gak harus menyelidiki semuanya,Nad... kata Roland berusaha mengubah pikiran Nadia. Gadis itu menggeleng. Roland tidak akanmampu mengubah pikirannya.

    Yang gue butu hkan cuma jawaban, Land, gumam Nadia. Gue bakal menemui Pak Rorydari Foxhead, besok. Lo bakal nemenin gue?

    Roland mengangguk. Nadia tersenyum.

    Udah malam, Land... Lo ng gak pulang? tanya Nadia.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    24/98

    24

    Lo ng gak apa sendiri? tanya Roland.

    Heh... Lo mau neme nin gue?! Pulang sana! Gue cuma sendirian di sini. Dan seharusnya loudah keluar dari tadi... seru Nadia.

    Pintu kebuka kok... kata Roland.

    Tetap aja! Keluar! Waduuuuh... Nadia memang a gak paranoid soal mengizinkan cowok masuk ke rumahnya saat ia sendiri. Bahkan kalau pun cowok itu adalah sahabatnya sendiri.Bukannya curigaan, tapi sejak kecil, ibunya sudah mengajarkannya tentang bagaimana menjagadiri sebagai seorang perempuan.

    Yakin? tanya Roland lagi. Gue ng gak bakal aneh- aneh, kok...

    Nggak! Lo harus pulang sekarang. Kalau ada apa-apa, gue telepon, oke? Nah... cepet lokeluar...

    Roland mengangkat alisnya, berbalik dan keluar dari apartemen Nadia. Kalau saja diatidak mengerti Nadia, ia akan sangat tersinggung diusir begitu saja. Tapi Roland mengerti artisikap Nadia itu. Memang tidak seharusnya ia berada di apartemen Nadia pada jam-jam seperti

    ini. Roland terkekeh sebelum naik ke atas sepeda motornya.Sementara itu, Nadia membaca ulang kertas dihadapannya. Ia berharap dapat

    menemukan petunjuk apa pun. Kalau Dimitri Petropavlovsk memang mengancamnya, maka iatidak punya pilihan lain selain menarik diri dan berhenti menyelidiki. Tapi Nadia tidak percayakalau pria itu akan melepaskannya begitu saja. Dimitri Petropavlovsk menginginkankematiannya. Pikiran itu terus menghantui pikirannya. Sesuatu di dalam surat itu membuat Nadia berpikir bahwa itu bukanlah surat ancaman, tetapi surat kematian.

    Seperti yang dikirimkan oleh seorang pembunuh berantai sebelum membantaikorbannya, pikir Nadia. Gadis itu menggigit bibirnya cemas. Ia berjalan mengelilingi ruangantengahnya, dimana sebuah sofa, televisi, satu set DVD player, koleksi kaset dan barang-baranglain tertata rapi dengan gaya minimalis. Nadia mengamati foto-foto di dinding hingga matanyatertumbuk pada satu foto.

    Berlatar belakang alam pedesaan Inggris, Nadia tersenyum ke arah kamera sementara disampingnya seorang pemuda blasteran Inggris-Indonesia dengan rambut hitam gelap, kulit putih, dan badan tinggi tetap nyengir menatapnya. Sebuah topi hitam bergambar Union Jack melindungi mata coklatnya dari sinar matahari.

    Nadia melihjat catatan yang ditambahkannya di bagian bawah foto.

    Nadia and Matt, Darthmouth, UK

    Tidak tertulis tanggal di foto itu, tapi Nadia masih mengingatnya. Foto itu diambil duatahun yang lalu, saat Nadia berlibur ke Inggris. Ia bertemu dengan seorang tentara S.A.S (Special

    Air Service) bernama Matthew Smith, seseorang yang disayangi Nadia kemudian. Saat Nadiamenghabiskan tiga bulan masa liburannya di tempat itu, ia dan Matt menjadi sangat dekat.Hingga Nadia pulang ke Indonesia, Matt masih mengiriminya e-mail, menceritakan segalapengalamannya menjadi seorang tentara. Mereka terus saling mengirim e-mail hingga akhirnyaNadia tidak lagi menerima e-mail dari Matt.

    Keesokan harinya, Nadia menerima telepon dari Mrs. Smith, ibu Matt. Ditengah isaknya,wanita itu mengatakan bahwa Matt dinyatakan MIA. Missing In Action . Hilang dalam tugas.Nadia masih ingat ia hanya berdiri di sana, telepon menempel di telinga sementara Mrs. Smithberjanji akan mengirimkan surat terakhir yang ditulis Matt untuknya...

    Tapi surat itu tak pernah datang.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    25/98

    25

    Dan Nadia menguburkan perasaannya dalam-dalam. Ia membuang semua foto-foto Matt dan dirinya. Kecuali foto yang satu ini. Nadia tetap menyimpannya, untuk mengingatkannyapada orang yang disayanginya itu.

    Suara dering telepon membuat Nadia tersentak dari lamunannya. Ia melangkah ke sebuahmeja kopi kecil di sudut ruangan dan mengangkat telepon.

    Halo? sapa Nadia dengan suara yang a gak bergetar. Jujur saja, ia sedikit kaget tadi.

    Nona Nadia Denissa? Saya Rory Atmojo dari Foxhead Enterprise, kata satu suara diujung telepon. Nadia mengangkat alis mendengar nama itu sambil melirik jam dinding. Pukul03:30 pagi... waktu yang aneh untuk menelepon.

    Ya, ada apa? tanya Nadia.

    Maaf mengganggu anda pada jam seperti ini... saya harap saya tidak mengganggu? tanyasuara itu.

    Tidak... tidak apa... kata Nadia. Ada apa, Pak Rory?

    Mengenai jadwal pertemuan kita... apakah kita bisa mempercepat waktunya? Saya tahu,kemarin kita menyepakati waktu pertemuan pukul satu siang, bisa kita percepat jadi pagi ini?Sekitar pukul sembilan pagi? tanya Rory di ujung telepon.

    Nadia berpikir sejenak. Berarti ia harus menelepon Roland untuk memberitahukanmasalah perubahan waktu pertemuan ini. Tanpa pikir panjang Nadia langsung menyetujuiwaktu pertemuan itu. Di ujung telepon, Rory mengucapkan terima kasihnya dan meminta maaf karena telah mengganggu waktu istirahat Nadia. Setelah itu, Nadia menutup telepon. Ialangsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Roland.

    Ha...l-lo? suara Roland terdengar mengantuk di ujung sana.

    Land, lo udah tidur? tanya Nadia.

    Tadinya udah nyaris ketiduran... eh, lo malah nelepon... kenapa? Land, Pak Rory tadi nelpon, dia bilang mau menggeser jadwal pertemuan jadi jam

    sembilan pag i. Lo masih bisa nemenin gue kan?

    Masih, masih, kata Roland. Gue jemput lo atau lo ke tempat gue?

    Gue ke tempat lo aja, deh.

    Siiip... udah, ya, gue mau tidur dulu.

    Roland menutup telepon.

    ***

    Jam sembilan pagi, Nadia duduk di hadapan seorang pria berusia awal tiga puluhanbertubuh ramping dengan rambut hitam berkilau yang disisir rapi. Ia mengenakan setelan jasmahal berwarna kelabu, sepatu kulit asli buatan Italia (menurut penglihatan Nadia) danpenjepit dasi emas yang berkilau. Sebuah kacamata bergagang tipis menampilkan kesan cerdasdi wajah perseginya. Rory Atmojo tersenyum saat Nadia dan Roland menyalaminya denganramah.

    Tempat pertemuan yang mereka pilih adalah sebuah cafe yang menyediakan berbagaimacam minuman dan makanan. Mereka duduk di sebuah meja yang agak tersudut sehinggamemberikan mereka sedikit privasi. Seorang pelayan menghampiri meja mereka menanyakanpesanan. Rory memesan kopi, Roland memesan latte sementara Nadia memesan teh. Nadia

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    26/98

    26

    berusaha mencegah dirinya untuk memesan kopi karena kelopak matanya yang tidak bisa dibuka. Di bagian bawah matanya terdapat lingkaran hitam yang menunjukkan bahwa gadis itukurang beristirahat.

    Anda kelihatan sangat lelah, kata Rory. Perkenalkan, saya Rory Atmojo, asisten Mr. NeilWelsh, direkt ur Foxhead Enterprise.

    Saya rasa bapak sudah mengenal saya, nama saya Nadia Denissa dan ini rekan kerja saya,Roland. Dia yang selama ini selalu membantu saya, kata Nadia dengan ramah.

    Ah... ya, ya... anda kameramen? tanya Rory. Yah, tidak masalah... kata Rory. Sayabukan orang yang bertele- tele, jadi saya langsung ke intinya saja, Rory tersenyum pada sipelayan yang mengantarkan pesanan mereka. Nona Nadia, anda tahu bahwa Foxhead adalahsalah satu perusahaan terbesar di dunia, kan? Nah, kami men getahui bahwa anda sedangmenyelidiki Dimitri Petropavlovsk dan Green Troopers- nya, benar?

    Ya, jawab Nadia. Ia sudah dapat membayangkan arah pembicaraan ini.

    Dengan sumber daya yang kami miliki, kami bersedia memban tu anda menyelidikimasalah ini, kata Rory. Mr. Welsh bersedia membayar anda berapa pun yang anda minta danmembiayai semua penyelidikan anda.

    Semua? tanya Nadia memastikan.

    Ya, jawab Rory tersenyum meyakinkan.

    Nadia mengangkat alis. Dan atas dasar apa Mr. Neil Welsh ingin membantu pe nyelidikansaya?

    Mr. Welsh sudah menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan Green Troopers dansebagainya. Ia sendiri telah meyelidiki mengenai Dimitri Petropavlovsk. Hanya saja, ia tidak bisamelakukan semua itu seorang diri, mengingat beliau adalah salah satu orang terkaya dunia.Maka ia meminta anda untuk melakukan penyelidikan ini.

    Bukankah seharusnya Mr. Welsh bisa menyewa detektif atau siapa pun yang lebih hebat dari saya? tanya Nadia. Ia tidak akan jatuh semudah itu hanya dengan bujukan uang.

    Bisa saja. Tapi anda memiliki latar belakang yang menurut beliau menarik. Oleh karenaitu dia secara khusus meminta anda menyelidiki masalah ini...

    Walau saya cuma seorang wartawan biasa dari stasiun TV yang biasa? tanya Nadiatajam.

    Yah, beliau mera sa anda tidak akan terlalu mencolok jika bergerak ke sana kemaribertanya tentang segala hal. Anda kan wartawan...

    Saya reporter TV, koreksi Nadia.

    Sama saja. Anda harus mau bekerja sama dengan kami karena jujur saja, saat ini nyawaanda terancam baha ya, kata Rory serius. Anda sudah mengorek -ngorek keterangan mengenaiDimitri Petropavlovsk dan Green Troopers- nya. Saya yakin dia tidak akan diam begitu saja.

    Nadia merengut kesal. Saya bisa menjaga diri saya sendiri.

    Benarkah? tanya Rory dengan nada mengejek. Kalau saya tidak salah kemarin malamapartemen anda dimasuki seseorang, betul? Nadia mengangguk. Wah... ada barang yanghilang? tanya Rory.

    Tidak ada, jawab Nadia tenang.

    Sesuatu yang ditinggalkan?

    Tidak ada. Terlalu cepat!

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    27/98

    27

    Rory menga ngkat alis dan tersenyum. Yah, walau pun begitu, kami telah menyewa satuorang bodyguard untuk menjaga anda.

    Saya rasa tidak perlu repot -repot...

    Perlu, Nona. Anda tidak berada dalam posisi yang aman sekarang. Kami akanmemprioritaskan keamanan anda d an rekan anda, kata Rory. Pria itu melihat jam tangan emasyang melingkari pergelangan tangannya. Saya rasa bodyguard anda akan tiba sebentar lagi...

    Tepat setelah Rory berkata seperti itu, suara bel di pintu cafe berdenting, menandakanseseorang telah memasuki cafe. Terdengar sekilas percakapan, lalu sesosok tubuh tinggi dantegap muncul. Pria itu tak mungkin lebih dari tiga puluh tahun dengan rambut coklat gelapberantakan, mata biru dalam dan kulit coklat kemerahan terbakar matahari. Meski memilikisedikit tampang Asia di wajahnya, jelas ia bukan orang Indonesia tulen.

    Saat melihat sosok dan wajah itu Nadia terkesiap.

    Gadis itu mengenalinya.

    Scott? tanya Nadia dengan suara tercekik. Pria itu menatap Nadia dengan mata

    terbelalak kaget.Nadia?

    ***

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    28/98

    28

    Bab Lima

    Mereka hanya berdiri di sana, bertukar pandang. Roland dan Rory tidak mengerti situasiini. Roland tidak tahu bagaimana Nadia bisa mengenal pria blasteran ini. Nadia tidak banyak bercerita tentang pengalamannya sebelum bergabung di EighTV. Toh, selama ini Roland tidak berani bertanya-tanya karena Nadia akan langsung mengubah topik pembicaraan. SekarangNadia menatap sosok tegap ini dengan pandangan tak percaya.

    Pria blasteran itu tersenyum ramah.

    Apa kabar? tanyan ya. Roland harus mengakui bahasa Indonesia-nya bagus sekali.

    Baik, jawab Nadia. Nadanya a gak sedikit dingin.

    Rory merasakan ketegangan yang menggantung berat di udara. Ia berdehem, menarik perhatian Nadia.

    Perkenalkan, Nona, ini Scott MacDonough... Dulu dia bekerja di

    S.A.S, potong Nadia langsung. Saya mengenalnya.

    Benarkah? tanya Rory. Wow, kalau begitu saya tidak usah saling memperkenalkankalian. Tapi saya rasa MacDonough tidak mengenal Roland? Rory tersenyum pada Scott. Scott menggeleng, ia tersenyum saat menjabat tangan Roland.

    Scott MacDonough, kata Scott mantap.

    Roland, kata Roland tak kalah mantapnya. Sesuatu pada diri Scott membuat Rolandmenyenanginya, meski Nadia bersikap dingin pada orang ini. Tapi itu tidak mengubah pendapat Roland bahwa Scott adalah orang yang menyenangkan.

    Tidak lama setelah itu, Scott mengambil tempat duduk di samping Rory setelah Rorymempersilahkannya. Berbeda dengan Nadia, Scott sama sekali tidak menunjukkan kekagetan diwajahnya begitu melihat Nadia, orang yang dianggapnya sangat dekat dulu.

    Sementara Nadia masih terus memandang sedikit aneh kearah Scott, berbagai pertanyaanberputar di otak Nadia. Ia mengenal Scott dengan baik. Scott adalah sahabat Matt di kemiliteran.Sekarang Scott muncul di hadapannya, sebagai bodyguard . Apa yang terjadi dengan karir Matt diS.A.S ? Kemana saja selama ini ia menghilang? Nadia tidak mendengar kabar apa pun mengenaiScott sejak Matt menghilang.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    29/98

    29

    Suasana sempat hening dalam beberapa detik setelah kedatangan Scott ke cafe yangelegan itu. Untung Rory dengan cepat mengembangkan senyumnya yang sedikit membawakansuasana hangat sebelum ia melontarkan perkataanya.

    Sampai dimana kita tadi? tanyanya. Mata Nadia langsung menggantikan arahpandangannya ke arah Rory dan mencoba kembali fokus kepembicaraan mereka.

    Sampai... Bodyguard ? jawab Roland ragu. Rory kemudian mengangguk danmembenarkan posisi duduknya.

    Ya. Kabar baiknya ternyata Scott dan Nona Nadia sudah saling mengenal, setidaknya halitu akan membantu memperlancar tugas Scott dan pekerjaan kita. Betul kan Nadia? kata Rorysambil tersenyum, Nadia mengangguk pelan.

    Jadi apa rencananya sekarang? tanya Nadia begitu ia kembali normal.

    Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, kami akan memberikan berapapun danyang kau perlukan dalam penyelidikan ini, jadi semua tindakan penyelidikan berjalan sesuaidengan rencanamu, kami hanya membantu semampun kami. Oleh karena itu bisakah setelah inikita ke tempat tinggal mu? ucap Rory, Nadia merengutkan alisnya.

    Seperti yang kita s emua tahu, tempat tinggalmu sudah diketahui oleh organisasi Dimitriitu dan bahkan mereka telah berani mengirim pesan ancaman kepadamu. Keamananmu adalahtanggung jawab kami, Nadia. Aku akan menyuruh Scott untuk meninjau lokasi rumahmu lanjut Rory.

    Bagaimana denganmu? tanya Nadia lagi.

    Saya ada urusan lain. Permisi. jawab Rory. Ia pun langsung berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan Nadia, Roland dan Scott. Dengan cepat, ia langsung menghilangdari pandangan begitu mobil sedan berwarna hitam mewah menjemputnya ketika Rory sudahkeluar dari cafe.

    Hening.Situasi ini adalah hal yang dibenci oleh Roland. Situasi dimana harus dia yang

    menggantikan Rory untuk mendatangkan kembali susanan hangat diantara dua orang anehyang berada disamping dan didepannya. Melihat Scott yang duduk tenang namun matanyabegitu liar melihat kesana kemari dan Nadia yang terus memegang handphone ditangannyaseolah-oleh memencet sesuatu, membuat Roland semakin pusing. Ia masih memilih-milih kataapa yang akan dia keluarkan untuk menghilangkan suasana ini.

    Yuk , berangkat! akhirnya kata itulah yang dipilih Roland.

    Mengapa kau bisa bekerja sama dengan Foxhead? potong Nadia begitu Roland telahberdiri dari kursinya. Pertanyaan Nadia membuat Roland kembali duduk ditempatnya, ia ingin

    sekali mendengar percakapan ini.Scott mengangkat alisnya dengan cuek.

    Aku bekerja di sebuah biro tentara swasta sekarang, sejak aku cedera di medan perang,kata Scott. Rory menghubungi biro -ku dan sekarang aku bekerja untuk Foxhead.

    Nadia mendengus. Saat ia mengira bisa bebas dari masa lalunya, sekarang ia harusbertemu lagi dengan Scott. Bahkan suasana nyaman tempat itu tidak membuat Nadia merasanyaman. Jujur saja, Nadia tidak tahu bagaimana ia harus bersikap menghadapi Scott.

    Roland menatap kedua orang yang kini diam itu. Ia memandang Scott dengan pandanganingin tahu.

    Kau dulu bekerja di S.A.S? tanya Roland.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    30/98

    30

    Yup. Dua tahun, sebelum akhirnya aku berhenti karena cedera bahu kiri yang parah.Sekarang pun, aku masih merasa sedikit sakit jika terlalu membebaninya. Tapi, kau tidak usahcemas, kata Scott. Aku masih bisa menggunakan senjata sebaik dulu...

    Roland mengangguk. Scott memang enak diajak berbicara. Bahasanya teratur dan tidak terkesan kaku.

    Kau berpikir kalau kita akan terlibat banyak baku tembak atau sesuatu seperti itu?tanya Roland. Karena ini Indonesia, kau tidak bisa mengeluarkan senjata begitu saja di depanumum. Aku tidak tahu bagaimana di Amerika...

    Ummmm... aku dari Inggris...

    Oh, oke, kata Roland.

    Dan mengenai masal ah baku tembak yang kau bilang tadi, mungkin tidak terjadi diIndonesia, jawab Scott sambil tersenyum.

    Maksudmu? Kita tidak mengalami baku tembak di Indonesia, tapi di negara lain? Begitu?tanya Roland dengan cemas.

    Scott hanya menaikkan bahu sambil tersenyum tipis, hal yang membuat Roland tambahkhawatir.

    Udah ah, belum juga action udah bicarain yang begituan kata Nadia. Ayo pergi,bukannya kita mau kerumah gue tadi? Liat tuh, waitress nya udah nungguin kita keluar daritadi.

    Nadia beranjak dari tempat duduknya, diikuti Roland, juga Scott.

    Bukannya gue duluan yang ngajak kalian dari tadi? tanya Roland sambil mendengus.

    Begitu mereka keluar dari cafe, Roland dan Nadia langsung melangkah menuju cherokeemerah mereka, sedangkan Scott melangkah ke tempat yang lain.

    Kau naik apa? tanya Roland. Scott menunjuk sebuah mobil pick up berwarna biru mudayang sangat gagah sekali. Andai saja ada sebuah truk yang menabrak mobil itu, Roland yakin,truk itulah yang akan terjungkit balik.

    Wow! Aku rasa menjadi bodyguard bukanlah perkerjaan yang buruk, ya kan Nadia?tanya Roland kepada Nadia, namun tidak ada jawaban. Ia menoleh kebelakang dan melihat Nadia telah duduk di kursi penumpang lengkap dengan safety belt -nya.

    Scott dan Roland geleng-geleng kepala.

    Aku ak an menngikuti kalian dari belakang. You guys lead the way ujar Scott. Roland punberjalan kearah kursi pengemudi cherokee dan mulai menjalankan mobil itu.

    ***

    Apartemen Nadia berada di kawasan yang asri sekali walaupun tempat itu berada ditengah-tengah kota Jakarta Selatan. Diperkarangan dan tempat parkir apertemen tersebut dipenuhi oleh pohon-pohon yang sudah tinggi, yang dapat melindungi semua orang yangmelewatinya dari panasnya Jakarta. Karena hal itulah Roland senang sekali datang ke tempat tinggal Nadia ini, walaupun ia datang ketika disuruh saja.

    Sebuah Cherokee merah dan mobil pick up berwarna biru muda memasuki areaapartement. Mereka memilih tempat parkir yang lumayan berjauhan agar tidak menimbulkan

    kecurigaan apabila mata-mata Dimitri Petropavlovsk ada disini.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    31/98

    31

    Scott pun keluar dari mobil ketika Nadia dan Roland sudah berjalan duluan menuju pintumasuk apartemen.

    Nice house... komentar Scott begitu ia telah sampai di lantai dasar apartemen bersamadua orang temannya yang lain. Nadia hanya men jawab thanks dan pergi meninggalkan Scott.

    Nadia tinggal di lantai lima, tidak terlalu tinggi, tidak pula terlalu rendah, menurut Nadia,tempat ia tinggal ini sangat strategis.

    Roland dan Scott langsung masuk sebelum dipersilahkan begitu pintu apartemen milik Nadia terbuka. Roland memilih langsung menduduki sofa bergaya minimalis yang terletak diruang TV sambil menghidupkannya. Sedangkan Scott sedang sibuk mengelilingi apartemen dariruangan ke ruangan, ia setidaknya ingin menemukan sisa atau menemukan jejak anak buahDimitri ketika mereka menyerang Nadia kemarin malam.

    Wah... Itu Green Troopers kata Roland ketika ia melihat Dimitri Petropavlovsk di TV,terlihat bahwa ia sedang berpidato dalam pembukaan acara Green Troopers yang terlaksana diSingapura

    Scott yang tadinya sedang keliling apartemen, menyempatkan waktu untuk menontonsekilas orang yang membahayakan client nya.

    AAAAAAAAAA!!! teriak Nadia yang entah sejak kapan sudah berada di dalam dapur.Dengan secepat kilat Scott dan Roland berlari ke tempat Nadia.

    Ada apa?! tanya Scott. Nadia menunjuk ke salah satu laci dapur. Roland segera berjalanmenuju laci dapur itu.

    Pisau berdarah dan... s urat katanya gemetar.

    Scott berjalan untuk mengambil surat itu dan membacanya dengan seksama. Surat anc aman... ujarnya.

    Apa katanya? tanya Roland penasaran.

    Jangan menjejakkan kaki di tanah yang tidak anda kenal. Kau sudah terlalu jauh dansangat mengganggu kata Nadia menjawab pertanyaan Roland. Ia menggigit -gigit jarinya,tampaknya kali ini ia sedikit cemas.

    Sama seperti ancaman yang kemarin ujar Roland.

    Roland dan Nadia tetap berada di tempat mereka berdiri, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedangkan Scott sedang melihat-lihat pisau berdarah dan surat ancaman itu, mencobamendapatkan sidik jari pelaku disana.

    Selagi, Roland mengajak Nadia untuk kembali ke ruang tengah, ia ingin berbicara seriusdengan bosnya itu.

    Mereka sudah bertindak sejauh ini, apa lo ng gak berubah pikiran? tanya Roland. Nad iadiam saja. Nad, denger kata -kata gue dengan baik. Dimitri dan perusahaanya, adalah masalahyang terlalu besar dipecahkan oleh kita, wartawan biasa

    Tapi kita sudah berjalan sejauh ini... kata Nadia.

    Sejauh apa? Kita masih disini, selain percakapan yang lo denger di Singapura dan data -data dari Danny yang kita dapat, apa lagi? Kita masih bisa untuk mundur, kata Roland. Itu kanyang diinginkan Dimitri itu? Masih ada kesempatan sebelum ia kehabisan kesabaran

    Bagaimana dengan Foxhead? tanya Nadia.

    Kita baru bekerja sama dengan mereka satu hari. Belu m ada action yang dilakukanbersama. Lagipula, apa lo gak mikir, mungkin saja Foxhead menggunakan kita sebagai kelincipercobaan?

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    32/98

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    33/98

    33

    Udah -udah, gue tahu kok. Lo gak ma u masuk kerja hari ini kan? Bisa gue urus absen lo..kata Roland.

    Huh... Tah u aja lo.

    Siapa dulu... Roland! katanya membang gakan diri, membuat Nadia tertawa melihat kameramennya yang sedikit narsis ini. Lagipula, menurut gue, sebaiknya lo memang nggak pergi kerja hari ini, take a rest! Kayak istirahat dirumah, yaahh.. terserah lo lah lanjut Roland.

    Nadia mengangguk saja. Dan tidak lama setelah itu, ia menutup pintu setelah Rolandmelangkah pergi dari hadapannya.

    Dan kini, ia tinggal sendiri dengan pikiran yang berkecamuk untuk memilih dua pilihanyang sangat meragukan.

    ***

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    34/98

    34

    Bab Enam

    Sejak jam delapan pagi tadi, Nadia sudah pergi dengan cepat bersama Roland ke salahsatu bilangan Jakarta untuk meliput banjir musiman disana. Setidaknya ia harus mencapailokasi pada jam setengah dua belas siang. Karena liputan Nadia kali ini akan dilaporkan melaluiberita TV secara langsugn dimana Nadia di lokasi dan pembawa berita di studio dapat berkomunikasi langsung.

    Banjir bukanlah hal yang asing lagi bagi Nadia dan seluruh penghuni ibu kota Jakarta.Setiap hujan besar pasti banjir, di musim-musim tertentu pasti banjir. Maka dari itu, setiapmeliput berita banjir, Nadia selalu memakai celana sebatas lutut saja, karena dia risih jika dimobil nanti celana dan kakinya basah, sedangkan kalau memakai celana selutut ia bisamengelap kakinya selagi di mobil.

    Suasana hening di mobil. Tidak ada candaan-candaan Ronald atau keluh Nadia akan

    macetnya jalannya Jakarta. Dan seorang supir dari kantor yang merasa risih berada di dalammobil itu terkadang bersiul sambil mengikuti alunan lagu yang diputar. Selagi berada di dalampikirannya sendiri, Nadia tiba-tiba teringat sesuatu.

    Kalau saat -saat gue kerja kayak gini, kira-kira Scott ikut nggak , ya?

    Nggaklah, ngapain dia ngekor sama kita. jawab Roland cuek.

    Kalau ng gak ngekor, berarti nggak melindungi kita dong... ucap Nadia. Rolandmengangkat bahunya dan kembali kepikirannya sendiri. Mobil pun hening kembali.

    Pikiran Roland sepertinya salah. Karena mobil Scott sebenarnya berjarak dua mobil dibelakang mereka. Namun karena kendaraan akan macet disetiap pemberhentian tol, sepertisaat ini, Nadia dan Roland tidak dapat melihat keberadaan Roland.

    Lain lagi di mobil Scott. Di kendaraan impiannya Roland itu suasananya agak sedikit gaduh karena suara tape mobil yang menggema di seluruh sudut mobil. Scott memang seorangmata-mata ataupun bodyguard , tapi ia adalah bodyguard yang sedikit lebih enjoy menjalanipekerjaanya. Sebagai buktinya adalah, ia dapat menarik simpati Roland ketika pertemuanpertama mereka. Yah... walaupun bukan seperti itu keadaanya sekarang.

    Scott bukan orang yang bodoh, namun terkadang ia harus berpura-pura bodoh didepanclient nya sendiri. Bohong bila ia mengatakan kalau ia tidak tahu bujukan Roland ke Nadia untuk berhenti dari misi yang diajukan perusahaan Foxhead. Ia juga tahu kalau Roland sempat menjelek- jelekkan dirinya dihadapan Nadia dengan berkata Perlindungan Scott bukanlahjaminan keselamatan disaat Scott harus mendet eksi sidik jari yang membekas di pisauberdarah kemarin. Namun ia hanya diam dan pura-pura tidak tahu, toh walaupun Nadiamengundurkan diri dari misi ini bukanlah masalah baginya.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    35/98

    35

    Scott kemudian mengecilkan volume tape mobil ketika telepon genggamnya bergetar daribalik saku celananya. Rory.

    Aku sudah menemukan siapa pemilik sidik jari ini.. kata Rory diseberang sana begitupanggilannya diangkat.

    Who ?

    Kau tidak akan percaya... suara Rory terhenti sebentar. Rendra Agusti, salah satupembawa berita di perusahaan yang sama dengan Nadia...

    Impossible... kata Scott tidak percaya. Ternyata Nadia bekerja dengan orang yang salah.

    Yup. Aku pun tidak menyangka, tapi, itula h yang dikatakan tim penyidik. Dimanalokasimu sekarang?

    Aku mengikuti Nadia kesuatu tempat, sepertinya ia akan meliput sebuah berita lagi

    Apa dia tahu kau mengikutinya? tanya Rory.

    Tidak.

    Bagus... Lanjutkan pekerjaanmu ucap Rory.

    Tunggu, tolong jelaskan pekerjaan orang yang bernama Rendra itu sebenarnya. kataScott. Terdengar suara menarik nafas panjang dari seberang sana.

    Well , ia bekerja untuk SilverSky sejak... dua tahun yang lalu. Sebab dan bagaimana diabisa masuk ke perusahaan itu masih belum jelas. Ia seperti wakil dari SilverSky di Indonesia,walaupun bukan ia satu-satunya. Dia membantu dalam penyelundupan kayu-kayu hasil illegal logging dari Kalimantan, jelas Rory.

    Oh oke , mungkin fakta-fakta itu bisa membantuku untuk menjelaskan Nadia tentangyang sebenarnya...

    Oke, good luck , ucap Rory sebelum ia mematikan panggil an tersebut.Kali ini Scott akan membiarkan Nadia untuk bekerja sekali ini saja, tapi untuk selanjutnya,

    Scott tidak akan mengizinkan. Karena bos Nadia adalah musuh mereka. Scott memutar tanganyadan membesarkan volume dari tapenya kembali. Lagu Fall for You milik Secondhand Serenademengalun lambat namun keras dimobilnya. Scott melihat kesana kemari untuk memperhatikanapakah ada kejanggalan selama perjalanan atau mungkin saja ada mobil aneh yang terusmengikuti mereka. Dan untung sejauh ini tidak ada.

    Scott tidak pernah lupa membawa perlatan perangnya. Misalnya sebuah PDR ( Personal Deffense Rifle ) dan beberapa alat penyelidikan; contohnya saja untuk melihat sidik jari yangtertinggal. Seperti hari ini, Scott memastikan PDR-nya berada di holster di balik jaketnya danbarang-barang penyelidikan ditaruh ditas kecil yang melingkar dipinggangnya. Walupun begitu

    ia tidak berharap akan menggunakan barang-barang itu hari ini.

    ***

    Satu jam kemudian Nadia dan Roland tiba di lokasi. Mobil yang membawa mereka kesanasepertinya tidak bisa masuk terlalu jauh karena banjir yang melanda setinggi betis orangdewasa. Tindakan Nadia memakai celana pendek adalah tindakan yang tepat, namun Roland, iaharus menggulung celana jeans nya dulu baru terjun ke lapangan.

    Huaa... Dingin!! kata Roland begitu kakinya telah masuk ke air. Nadia tampaknya setuju

    dengan pernyataan partnernya.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    36/98

    36

    Mereka berjalan sekitar enam puluh meter dari mobil. Warga masih berkumpul ramai disana. Ada orang-orang dewasa yang membawa kasur lipat dan barang-barang berharga mereka,sedangkan anak-anak menikmati air banjir dengan berenang-berenang dan bermain disana.

    Sebelum acara liputan dimulai, Nadia memanggil salah satu warga untuk bekerja samadalam peliputan seperti menceritakan kondisi rumah mereka sekarang dan kondisi keluarga

    mereka. Persiapan Nadia lainnya adalah memasang earphone kecil di telinganya agar dapat berkomunikasi dengan pembawa berita yang sebentar lagi akan siaran di studio. SedangkanRoland sibuk menyetting camera dan memasang headphone diatas kepalanya agar dapat menerima instruksi dari para kru studio kapan dimulainya acara.

    Berapa menit lagi? tanya Nadia.

    Kata mereka tiga puluh menit lagi... jawab Roland. Nadia mengangguk -ngangguk. Iamengeluarkan hal yang paling penting bagi seorang wartawan dari saku celananya, note kecildan sebuah pena. Ia mulai mencatat beberapa point penting dari kasus banjir ini. Nadia berjalankesana-kemari untuk mendapat informasi tentang korban, total kerugian, orang hilang dansemacamnya dari seorang anggota SAR disana.

    Di tempat lain, Scott tidak menyangka banjir di ibu kota akan setinggi ini. Ia memutuskanuntuk memarkirkan mobilnya dengan jarak yang lumayan dekat dengan mobil yang ditumpangiNadia dan Roland. Setidaknya, ia bisa melihat Nadia dan Roland dan apa-apa disekelilingmereka.

    Nad, sudah waktunya... kata Roland. Nadia menoleh. Tadi ia sedang melatih dirinyasendiri untuk melaporkan situasi di lokasi banjir, namun sekarang ia harus sudah siap didepankamera. OK, 1..2..3.. Action ! kata Ro land. Nadia telah siap. Tidak lama setelah itu terdengarsuara pembawa berita dari earphone Nadia.

    Ya, kami telah terhubung dengan reporter kami di lokasi bencana banjir. Selamat siangNadia, ujar si pembawa berita.

    Selamat siang Rendra, jawab Nadia. Saudari Nadia, apa saja informasi yang anda dapatkan dari sana?

    Ya baiklah... Sekarang saya sedang berada tepat ditengah -tengah bencana banjir yangsetinggi betis orang dewasa. Banjir mulai menyerang rumah-rumah warga semenjak pagi tadi.Penyebab banjir saat ini adalah meluapnya sungai dari... jelas Nadia panjang lebar. Rolandterus menyorot Nadia dan kawasan disekeliling mereka. Banyak terjadi percakapan antaraRendra si pembawa berita dan Nadia, juga seorang warga yang telah dimintai keterangannyatadi. Hingga dua menit kemudian percekapan baru selesai.

    CUT! kata Roland. Nadia yang dari tadi berdiri tegap, langssung membungkukkannyasebentar setelah liputan selesai.

    Fuuhh.. . ujar Nadia. Kenapa? tanya Roland, Nadia mengangkat alisnya menandakan ia tidak mengerti

    pertanyaan temannya itu. Kenapa fuuh? tanya Roland lagi, kali ini ia sekaligusmempraktekkan gaya Nadia.

    Nggak ada. Cuman rasanya pengen pulang aja. Mana tahu ada kabar baru dari Scott...jawab Nadia. Roland memasang tampang tidak suka.

    Masih mau melanjutkan pekerjaan tidak jelas itu? tanya Roland.

    Yup... Gue sudah memikirkannya semalaman kata Nadia sambil melangkah menujumobil.

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    37/98

    37

    Gue pikir lo setuju dengan pendap at gue karena sudah balik kerja . ucap Roland sambilmengiktui langkah Nadia dari belakang.

    Balik? Rasanya cuman kemarin doang gue ngambil cuti. Lagian, walaupun gue bekerjasama dengan Foxhead bukan berarti gue berhenti kerja . ujar Nadia, Roland tidak berbicara lagikali ini. Tidak lama setelah itu mereka menaiki mobil dan mobil pun mulai berjalan.

    Untung saja mereka berdua tidak melihat keberadaan Scott. Mungkin hal ini terpengaruholeh banjir, sehingga mereka harus berjalan sambil melihat terus kebawah.

    Lets go home... kata Scott, kemudian ia baru menyalakan mesin mob il.

    ***

    Berbeda dengan pembawa acara, seorang reporter boleh langsung pulang kerumahsetelah meliput berita. Jadi Nadia dan Roland meminta supir untuk mengantar mereka pulang.

    Dimana Scott? tanya Nadia kepada dirinya sendiri. Ia tidak melihat seorang p un dikoridor apartementnya, padahal dia sudah tidak sabar mendengar kabar terbaru dari Scott.Roland sepertinya tidak terlalu antusias untuk mencari tahu keberadaan Scott, awalnya ia inginpulang kerumah, tapi tiba-tiba ia berpikir bagaimana bila insiden terbongkarnya ruangan Nadiaterjadi lagi dan Nadia sendiri saat ini. Dia tidak mau membayangkan itu.

    Mungkin di rumahnya... ujar Roland.

    Kita tidak tahu dia tinggal dimana. Tidak lama setelah Nadia mengatakan hal itu, Scott pun datang. Tanpa ba-bi-bu lagi, ia langsung menghampiri Nadia dan Roland.

    Ada kabar penting yang harus dibicar akan..

    Mereka duduk diruangan tengah setelah memasuki apartement Nadia. Minum air putihsebentar baru melanjutkan pembicaraan, sepertinya mereka semua dalam keadaan lelah.

    Aku telah mendapatkan ka bar tentang pemilik sidik jari. kata Scott.

    Siapa? tanya Nadia.

    Apa di tempatmu bekerja ada seseorang bernama Rendra Agusti? tanya Scott. Namundidalam pertanyaanya sudah tersirat siapa pelaku yang mengancam Nadia.

    Tidak mungkin.. kata Roland sambil bangkit dari tempat duduknya. Nadia memegangtangan Roland dan mengisyaratkan untuk menyuruh Roland duduk kembali. Ia pun duduk.

    Maksudmu, Rendra pelakunya? tanya Nadia. Scott mengangguk.

    Menurut data dari Foxhead, Rendra Agus ti bekerja untuk SilverSky semenjak dua tahunyang lalu. Ia seperti wakil dari SilverSky di Indonesia, walaupun bukan ia satu-satunya. Diamembantu dalam penyelundupan kayu-kayu hasil illegal logging dari Kalimantan kata Scott, iabenar-benar meniru penjelasan Rory kepadanya.

    Nadia diam saja mendengar perkataan Scott, ia sepertinya sedang berfikir. BenarkahRendra pelakunya?

    Udah ah, nggak usah bicara yang bukan-bukan ! ujar Roland emosi. Nadia kaget dengantindakan temannya itu, sednagkan Scott tidak pe duli, ia tetap memandang kedepan. Tidak masuk akal kalau Rendra pelakunya. Tidak ada yang mencurigakan dari gerak-geriknya selamadi kantor, ia kan Nad? Dia tetap baik kepada kita lanjut Roland.

    Bisakah kau berhenti berbicara seperti itu? Menghasut Nadia terus? ujar Scott tiba -tiba.Roland kaget juga mendengar si bule ini bicara, begitu juga Nadia. Mereka langsung melihat

  • 8/8/2019 Novel Anjani

    38/98

    38

    kearah Scott. Misi ini adalah pekerjaan antara Foxhead dan Nadia, bukan dirimu. Aku tidak akan keberatan jika kau tidak ikut tindakan-tindakan kami selanjutnya. Jika tidak mau terlibat,menjauh saja .

    Nadia sedikit melotot saking kagetnya, ia tidak menyangka Scott akan mengatakan hal-halitu. Berbeda dengan Nadia, Roland malah tersenyum sinis. Tindakan -tindakan selanjutnya? Apayang a kan kau lakukan? tanyanya.

    Yang aka n aku dan Nadia lakukan adalah, kata Scott memperbaiki perkataan Roland.Kami akan datang ke perusahaan tempat kau bekerja dan mencari orang yang bernama Rendraitu, lalu kami akan memaksan ya untuk berbicara. Puas? t antang Scott.

    Sudah sudah! Kalian terlalu berisik ta hu nggak ?! teriak Nadia sambil berdiri, ia tidak sadar bahwa yang berisik sekarang adalah dirinya. Roland dan Scott terdiam. Roland, lo nggak perlu terlalu memojokkan Scott seperti itu. Scott juga, berhentilah menyalahkan Roland!Walaupun dia tidak bekerjasama dengan Foxhead secara resmi, tapi dia dapat membantukusejauh ini!

    Jadi intinya apa? Lo mau mengikuti si bule ini atau tidak? tanya Roland tidak sabaran.

    Nadia mendengus kesal.Gue akan ikut dengan si bule ini. jawabnya tegas. Roland dan Scott sama -sama terkejut

    mendengar jawaban Nadia, padahal ia lebih banyak menyinggung Scott tadi. Pikiran perempuanmemang susah ditebak.

    Kenapa?! tanya Roland.

    Karena... jawaban Nadia terhenti, ia menarik nafas sebentar lalu melanjutkan. K