NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan...

493
Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000 Departemen Keuangan Republik Indonesia 1 NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1998/1999 REPUBLIK INDONESIA

Transcript of NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan...

Page 1: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 1

NOTA KEUANGAN

DAN

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 1998/1999

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 2

BAB I

UMUM

1.1 Pendahuluan

Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Nomor XlMPRl1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan Dalam

Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai Haluan Negara, maka

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000

disusun dengan misi utama untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional, yang

sekarang ini berada dalam keadaan yang cukup memprihatinkan. Sejak pertengahan tahun

1997 kinerja ekonomi nasional mulai mengalami kemunduran dan dalam tahun 1998

kemunduran masih terus berlanjut dalam skala yang lebih luas dan intensitas yang lebih

tinggi, walaupun kemudian pada penghujung tahun mulai menampakkan perkembangan

tanda-tanda pemulihan. Ekonomi nasional pada masa ini berada dalam keadaan yang tidak

stabil (disequilibrium) yang ditunjukkan oleh pergerakan harga-harga (inflasi) yang

meningkat sangat tajam, posisi neraca pembayaran yang cenderung melemah serta kontraksi

ekonomi yang sangat tajam. Penyebab utama terjadinya krisis ekonomi tersebut adalah krisis

nilai tukar rupiah yang berkepanjangan, krisis perbankan nasional, krisis tiffing luar negeri

swasta, serta berbagai peristiwa politik dan sosial yang kurang menguntungkan. Beberapa

dampak yang dirasakan masyarakat luas oleh karena memburuknya kinerja ekonomi tersebut

adalah meningkatnya jumlah pengangguran karena banyaknya perusahaan yang mengurangi

bahkan sebagian telah menghentikan aktivitasnya, menurunnya tingkat kesejahteraan

masyarakat karena penurunan daya beli yang cukup tajam, serta meningkatnya keresahan

sosial.

Dalam upaya mengatasi krisis ekonomi tersebut, Pemerintah dengan bantuan teknis

dan dukungan keuangan Dari beberapa lembaga internasional dan negara-negara sahabat

yang dikoordinasikan oleh lnternational Monetary Fund (IMP) telah melaksanakan program

stabilisasi dan reformasi perekonomian. Dalam rangka pelaksanaan program ini, dalam tahun

anggaran 1998/1999 telah diambil berbagai langkah kebijakan di biuang fiskal, moneter,

perbankan, neraca pembayaran, serta sektor riil. Dalam tahun anggaran 1999/2000 langkah-

Iangkah tersebut akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan, sehingga dalam tahun anggaran

tersebut ekonomi nasional diharapkan telah memulai proses pemulihannya. Sasaran utama

Page 3: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 3

semua langkah-Iangkah yang ditempuh adalah untuk menggerakkan kembali roda

perekonomian tanpa menciptakan tekanan terhadap inflasi dan neraca pembayaran. Untuk

dapat mencapai hal tersebut koordinasi kebijakan fiskal, moneter, neraca pembayaran serta

sektor riil sangat diperlukan.

Dalam rangka reformasi pembangunan sesuai dengan Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/1998, dalam tahun anggaran

199912000 Pemerintah akan melaksanakan berbagai agenda di biuang ekonomi, di antaranya

(i) mewujudkan nilai tukar rupiah yang wajar dan stabil, (ii) mengendalikan tingkat suku

bunga dan menekan laju inflasi, (iii) melanjutkan restrukturisasi dan penyehatan perbankan,

(iv) melanjutkan upaya penyelesaian utang luar negeri swasta, (v) mengupayakan

ketersediaan sembilan bahan pokok dan obat-obatan yang cukup dan terjangkau oleh rakyat,

dan (vi) menghidupkan kembali kegiatan produksi, terutama kegiatan-kegiatan yang berbasis

pada ekonomi rakyat dan berorientasi ekspor. Selain itu, juga akan dilaksanakan berbagai

agenda yang berkaitan dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,

Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; Serta Perimbangan

Keuangan Pusat Dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998

tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi. Seuangkan di biuang politik,

agenda besar bangsa Indonesia adalah pemilihan umum yang direncanakan akan

diselenggarakan pada bulan Juni 1999 dan Siuang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat

pada bulan Agustus 1999.

Berbagai langkah kebijakan yang dilaksanakan dalam era reformasi telah

memperlihatkan tanda-tanda yang menggembirakan, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai

indikator makro ekonomi dalam kuartal keempat tahun 1998. Dalam bulan Oktober,

November, dan Desember 1998 inflasi telah menurun secara berarti menjadi masing-masing

minus 0,27 persen, 0,08 persen, dan 1,42 persen. Selain itu, nilai kurs rupiah telah

mengalami penguatan dan relatif, stabil pada kisaran Rp7.000-an, posisi neraca pembayaran

cenderung menguat dan posisi cauangan devisa tetap dalam batas aman, suku bunga telah

mulai menurun, serta indeks harga saham gabungan telah menunjukkan tanda kebangkitan,

walaupun masih berfluktuasi. Dengan melihat perkembangan Dari beberapa indikator

tersebut, ekonomi nasional dalam tahun anggaran 199912000 diperkirakan akan mulai pulih

dengan tingkat pertumbuhan sekitar 0 (nol) persen, suatu kemajuan yang cukup berarti bila

dibandingkan dengan tingkat kontraksi dalam tahun anggaran 1998/1999 yang diperkirakan

Page 4: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 4

sekitar 12,0 persen, seuangkan inflasi diperkirakan akan dapat dikendalikan pada tingkat

sekitar 17,0 persen, menurun dibandingkan perkiraannya dalam APBN 1998/1999 sekitar

66,0 persen.

Sebagai salah satu bagian dari tatanan ekonomi global, keberhasilan pemulihan

ekonomi nasional mempunyai arti sangat penting bagi bangsa Indonesia. Dewasa ini semua

bangsa seuang berlomba untuk meningkatkan daya saingnya dalam rangka meraih manfaat

sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyatnya dari kebebasan ekonomi dan makin derasnya

arus investasi dunia. Kontraksi ekonomi dalam tahun 1998 yang diperkirakan sekitar 13

persen mempunyai dampak negatif yang sangat mendalam, tidak saja bagi tingkat

kesejahteraan rakyat Indonesia tapi juga bagi upaya peningkatan daya saing. Sebagai

anggota kerjasama ekonomi multilateral Organisasi Perdagangan Dunia (The World Trade

Organization/WTO), kerjasama ekonomi regional Asia Posifik (Asia Posific Economic

Cooperation! APEC), serta kerjasama ekonomi sub regional wilayah perdagangan bebas

ASEAN (ASEAN Free Trade Area / AFTA), yang direncanakan akan mulai memberlakukan

liberalisasi perdagangan mulai tahun 2003, bangsa Indonesia sudah harus mengantisiposi

dan mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat.

Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia memang berat. Tapi bila semua

komponen bangsa -masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha bersatu padu, tantangan

tersebut akan dapat diatasi. Walaupun di satu pihak bangsa Indonesia terhambat

kemajuannya oleh karena krisis ekonomi yang terjadi, di lain pihak bangsa Indonesia telah

mencapai kemajuan yang sangat besar di biuang kehidupan demokrasi. Demokrasi yang

sesuai dengan aspirasi rakyat di segala biuang baik politik, ekonomi dan sosial merupakan

kekuatan luar biasa yang akan mengantarkan bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya,

yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

1.2 Krisis Nilai Tukar Rupiah dam Dampaknya Bagi Ekonomi Nasional

Kinerja ekonomi Indonesia selama 20 tahun terakhir sampai dengan tahun 1996

cukup menggembirakan. Produk domestik bruto (PDB) riil tumbuh rata-rata sekitar 7 persen

pertahun dan inflasi dapat dikendalikan pada tingkat satu digit. Pendapatan per kapita

meningkat secara berarti, dari sekitar di bawah US$I00 dalam tahun 1970 menjadi sekitar

US$ 1. 155 dalam tahun 1996 dan penduduk miskin menurun Dari sekitar 60 persen Dari

jumlah penduduk dalam tahun 1970 menjadi sekitar 11 persen dalam tahun 1996.

Page 5: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 5

Dalam tahun 1996 PDB riil masih tumbuh dengan tingkat 7,98 persen. Namun sejak

pertengahan tahun 1997 pertumbuhan PDB riil mulai mengalarni perlambatan dan untuk

seluruh tahun PDB riil hanya tumbuh dengan tingkat 4,65 persen. Pertumbuhan PDB riil

diperkirakan akan menurun tajam dalam tahun 1998 menjadi sekitar minus 13,06 persen

(Tabel 1.1). Perlambatan pertumbuhan PDB riil dalam tahun 1997 terutama disebabkan oleh

musim kemarau yang berkepanjangan dan krisis nilai tukar rupiah yang terjadi sejak

pertengahan tahun 1997, sedangkan kinerja ekonomi yang memburuk dalam tahun 1998

terutama disebabkan oleh dampak krisis nilai tukar rupiah yang telah mengganggu hampir

semua sendi-sendi perekonomian nasional. Dalam tahun 1998 semua lapangan usaha

diperkirakan akan mengalarni pertumbuhan negatif, kecuali lapangan usaha pertanian yang

masih dapat tumbuh positif dengan tingkat cukup lemah. Dari semua lapangan usaha,

lapangan usaha yang paling terpukul adalah lapangan usaha bangunan, yang mengalarni

penurunan 35,44 Persen disusul lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran yang

menurun 21,42 persen.

Page 6: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 6

Tabel 1.1

LAJU PERTUMBUHAN PDB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 MENURUT

LAPANGAN USAHA, 1996 - 1998

Lapangan Usaha 1996*) 1997**) 1998e)

1. Pertanian, Petemakan, Kehutanan dan

Perikanan 3 ,()() 0,64 0,26

2. Pertambangan dan Penggalian 5,82 1,63 - 6,87

3. Industri Pengolahan 11,59 6,23 - 12,00

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 12,78 11,85 - 2,19

5. Bangunan 12,76 6,42 - 35,44

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8, ()() 5,46 - 21,42

7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,68 8,43 - 11,56

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9, ()() 4,77 - 18,58

9. Jasa-jasa 3,40 3,04 - 5,17

PDB 7,98 4,65 - 13,06

PDB Tanpa Migas 8,34 5,26 - 14,12

_:

*) AngkaSementara

**) Angka Sangat Sementara

e) AngkaPerkiraan

Krisis nilai tukar yang dialami Indonesia merupakan salah satu konsekuensi Dari

terintegrasinya secara finansial ekonomi Indonesia dengan ekonomi global, yang ditandai oleh

hampir tidak adanya hambatan atau batasan aliran uang modal antara Indonesia dengan dunia

luar. Kinerja ekonomi Indonesia yang cukup baik, stabilitas politik yang mantap, serta

kecenderungan penurunan suku bunga di negara-negara maju telah mengakibatkan Indonesia

mengalami aliran masuk modal swasta yang cukup besar sejak awal tahun 1990-an. Aliran

masuk modal swasta tersebut telah memberikan manfaat bagi ekonomi Indonesia, antara lain

memberikan kesempatan meningkatkan investasi dengan tabungan luar negeri, perbaikan

Page 7: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 7

alokasi sumber daya dan memperkuat pasar keuangan domestik. Namun di samping manfaat

tersebut, aliran modal masuk swasta, terutama yang berjangka pendek, juga membawa bahaya

bagi ekonomi Indonesia, yaitu bila terjadi penarikan modal keluar (capital outflows) dalam

jumlah besar secara tiba-tiba, yang umumnya dapat terjadi bila para investor asing kehilangan

kepercayaan akan mata uang dan perekonomian Indonesia. Hilangnya kepercayaan para investor

asing dapat disebabkan atau dipicu oleh faktor domestik atau kejadian di negara lain (contagion

effect).

Krisis nilai tukar yang terjadi di beberapa negara Asia merupakan suatu garnbaran yang

nyata, bagaimana suatu kejadian (shock) di suatu negara dapat ditularkan ke negara-negara lain.

Krisis nilai tukar di Asia bermula dari krisis mata uang Thailand, kemudian merambat ke

Philipina, Malaysia, Indonesia dan Korea Selatan. Nilai mata uang kelima negara ini telah

mengalami depresiasi yang cukup besar terhadap dolar Amerika Serikat dan diantara kelima

negara tersebut rupiah mengalami depresiasi yang paling berat (Grafik 1.1). Pada bulan Juni

1997 kurs rata-rata rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih berada pada tingkat Rp2.44 7

tapi pada bulan Juli 1998 telah mencapai Rp14.622 atau rupiah mengalami depresiasi sekitar 83

persen (US$ apresiasi sekitar 498 persen) bahkan kurs rupiah terendah pernah terjadi pada

pertengahan Juli 1998, yaitu sebesar Rp I4.700.

Page 8: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 8

Faktor utama penyebab krisis nilai tukar rupiah adalah jumlah tiffing luar negeri swasta

yang cukup besar yang dikelola atau dialokasikan secara kurang tepat. Sektor swasta terlalu

agresif melakukan investasi dengan dana pinjarnan luar negeri yang sebagian besar berjangka

pendek, narnun diinvestasikan untuk jangka panjang (maturity mismatching), dan berisiko

tinggi, seperti properti, serta tidak dilindungi Dari fisiko pergerakan kurs (currency

mismatching).

Dengan terjadinya krisis mata uang bath Thailand, telah menyebabkan para investor

(kreditor) asing berpendapat bahwa krisis yang sama dapat terjadi di Indonesia, mengingat

kedua negara mempunyai permasalahan yang sama di sektor ekstenal. Hal ini telah mendorong

para investor asing harnpir secara bersamaan menarik dana mereka ke luar Dari Indonesia, yang

pada gilirannya telah memberikan tekanan yang sangat berat terhadap nilai tukar rupiah di pasar

valuta asing.

Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi berat dan berfluktuasi telah menggoyahkan rasa

kepercayaan para investor asing akan hilang uang rupiah dan perekonomian Indonesia, sehingga

para investor keluar Dari investasi porto folio (pasar modal) dengan melepos saharn-saham yang

mereka pegang. Mengingat peranan investor asing yang cukup besar dalarn pasar modal, maka

dengan keluamya mereka Dari pasar modal telah memberi tekanan yang luar biasa terhadap

harga-harga saham di pasar modal, seperti yang ditunjukkan oleh pergerakan indeks harga

saham gabungan (IHSG). Sebelum terjadi krisis, kinerja pasar modal cukup mantap dengan

IHSG mencapai 721,27 pada bulan Juli 1997, tapi setelah krisis terjadi IHSG menurun menjadi

493,96 pada bulanAgustus 1997 dan mencapai titik terendah pada September 1998 pada tingkat

276,15 (Grafik 1.2) .

Depresiasi rupiah yang cukup besar selain telah menciptakan ketidakstabilan di pasar

uang, pasar valuta asing dan pasar modal, juga telah menciptakan ketidakstabilan di pasar

barang dan jasa yang ditunjukkan oleh pergerakan harga barang dan jasa (inflasi) yang cukup

tajarn. Sebelum krisis nilai tukar terjadi, harga barang dan jasa cukup stabil seperti ditunjukkan

oleh tingkat inflasi periode Januari-Juni 1997 yang sebesar 2,54 persen, tapi sejak Juli 1997

tekanan inflasi mulai terasa, di mana inflasi meningkat Dari minus 0,17 persen pada bulan Juni

1997 menjadi 0,66 persen pada bulan Juli 1997.

Page 9: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 9

Bulan-bulan berikutnya tekanan inflasi semakin berat, karena selain tekanan dari

depresiasi rupiah juga diperberat oleh musim kemarau yang berkepanjangan, yang

mengakibatkan terganggunya posokan dan sistem distribusi. Tekanan inflasi mencapai

puncaknya pada bulan Februari 1998, yaitu 12,76 persen (Grafik l.3). Dengan demikian, apabila

inflasi pada semester pertama tahun 1997 hanya 2,54 persen, maka dalam semester kedua tahun

1997 telah mencapai 8,51 persen, sehingga untuk seluruh tahun 1997 mencapai 11,05 persen,

suatu kenaikan yang cukup besar hila dibandingkan dengan inflasi tahun 1996 yang hanya 6,47

persen. Dalam tahun 1998 inflasi mencapai 77,63 persen.

Gejolak nilai tukar rupiah juga telah mempengaruhi kinerja neraca pembayaran

Indonesia. Defisit transaksi berjalan yang merupakan selisih negatif antara ekspor barang dan

jasa dengan impor barang dan jasa mengalami penurunan Dari minus US$8.069,0 juta (3,4

persen PDB) dalam tahun anggaran 1996/1997 menjadi minus US$1.699,0 juta (1,2 persen rOB)

dalam tahun anggaran 1997/1998 (Tabel 1.2). Penurunan defisit terjadi terutama karena

penurunan nilai impor barang sebagai akibat depresiasi rupiah yang cukup besar, serta

peningkatan nilai ekspor barang yang cukup tinggi sebagai dampak positif depresiasi rupiah.

Page 10: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 10

Page 11: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 11

Tabel 1.2 NERACA PEMBAYARAN,

1996/1997 - 1998/1999 (dalam juta US $)

1996/1997 1997/1998 1998/1999

Rincian (realisasi) (realisasi) (perkiraan

realisasi)

I.Barang-barang dan Jasa-jasa

1. Ekspor 52.038 56.162 50.688

a.Minyak bumi dan gas alam 12.771 10.238 7.123

b.Bukan minyak bumi dan gas alam 39.267 45.924 43.565

2. Impor - 45.819 - 42.704 - 30.888

a.Minyak bumi dan gas alam - 4.693 - 4.085 - 2.837

b.Bukan minyak bumi dan gas alam - 41.126 - 38.619 - 28.051

3. Jasa-jasa - 14.288 - 15.157 - 15.313

4. Transaksi berjalan - 8.069 - 1.699 4.487

II.SDR

s- - -

III.Pemasukan modal pemerintah 5.298 8.293 18.273

IV.Pembayaran pokok utang luar negeri

pemerintah - 6.118 - 4.095 - 3.067

V.Lalu lintas modallainnya, bersih 13.488 - 11.827 - 10.769

VI.Jumlah I s.d. V 4.599 - 9.328 8.924

VB.Selisih yang belum dapat diperhitungkan - 701 - 694 979

VIII.Lalu lintas moneter - 3.898 10.022 - 9.903

Memo:

Posisi Cauangan Devisa Kotor 26.612 16.509 26.412

Tidak seperti transaksi berjalan, transaksi modal justru mengalami tekanan berat, yang

terutama disebabkan oleh kuatnya arus modal keluar sektor swasta. Bila dalam tahun anggaran

1996/1997 aliran masuk modal bersih sektor swasta mencapai US$13.488, juta, maka dalam

tahun anggaran 1997/1998 keadaan berbalik menjadi aliran keluar modal bersih sebesar

Page 12: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 12

US$11.827, juta. Aliran modal keluar ini terjadi terutama karena merosotnya kepercayaan asing

terhadap prospek perekonomian nasional, meningkatnya pembayaran utang luar negeri swasta

yang jatuh tempo, serta akibat ditundanya realisasi penanaman modal asing (PMA) yang telah

disetujui.

Dengan adanya defisit lain lintas modal bersih swasta, surplus lain lintas modal bersih

pemerintah, dan defisit transaksi berjalan serta selisih yang belum dapat diperhitungkan yang

mencapai negatif US$694, juta, maka neraca pembayaran secara keseluruhan dalam tahun

anggaran 1997/1998 mengalami defisit sebesar US$10.022, juta. Dengan demikian cauangan

devisa kotor mengalami penurunan menjadi US$16.509, juta dalam tahun anggaran 1997/ 1998

atau setara dengan 4,6 bulan impor nonmigas.

Sementara itu, dalam tahun anggaran 1998/1999 transaksi berjalan diperkirakan akan

mengalami surplus US$4.487, juta (4,2 persen PDB). Hal ini dapat terjadi, karena nilai total

impor barang yang diperkirakan akan menurun lebih cepat Dari pada penurunan total ekspor

barang, dengan perkembangan jasa-jasa bersih yang diperkirakan stabil, dibandingkan dengan

keadaannya dalam tahun anggaran 1997/1998. Lalu lintas modal swasta bersih diperkirakan

masih tetap minus, yaitu US$10.769, juta, seuangkan lalu lintas modal bersih pemerintah akan

surplus US$15.206, juta. Dengan demikian, neraca pembayaran secara keseluruhan diperkirakan

akan mengalami surplus US$9.903, juta, yang berarti cauangan devisa kotor akan naik dari

US$16.509, juta menjadi US$26.412, juta atau setara dengan 10,2 bulan impor nonmigas.

Sektor perbankan yang mempunyai fungsi sangat strategis dalam perekonomian

nasional, yaitu sebagai lembaga intermediasi dana dan sebagai elemen utama dari sistem

pembayaran, juga tidak terlepos Dari pengaruh negatif gejolak nilai tukar rupiah. Sampai

dengan pertengahan tahun 1997, kinerja perbankan nasional masih cukup meyakinkan, yang

ditunjukkan oleh mobilisasi dana masyarakat yang meningkat pesat, sementara ekspansi kredit

tetap kuat, terutama ke sektor properti. Namun, gejolak nilai tukar rupiah telah menyebabkan

kinerja perbankan memburuk.

Rentannya perbankan nasional terhadap gejolak nilai tukar rupiah disebabkan oleh

faktor-faktor sebagai berikut. Pertama, terbukanya perbank;an nasional terhadap resiko

pergerakan kurs yang dikarenakan besarnya kewajiban perbankan nasional dalam valuta asing.

Dalam tiga tahun terakhir (1995-1997) kewajiban perbankan nasional dalam valuta asing

meningkat tajam, yang tercermin Dari memburuknya posisi devisa neto dan semakin besarnya

Page 13: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 13

rekening administratif dalarn valuta asing. Kedua, kredit bermasalah pada beberapa bank

nasional cenderung meningkat, sementara efisiensi usaha memburuk. Ketiga, kondisi internal

perbankan yang lemah, yang ditandai oleh lemahnya manajemen,. konsentrasi kredit yang

berlebihan, terbatas dan kurang transparannya informasi kondisi keuangan bank, dan belum

efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Dengan kondisi perbankan nasional tersebut, gejolak nilai tukar rupiah telah

menyebabkan beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas yang sangat besar, yang pada

akhirnya telah memicu terjadinya krisis perbankan nasional. Dalam perkembangannya krisis

IX:rbankan semakin dalam dan berat, karena diperburuk oleh merosotnya kepercayaan

masyarakat, baik dalam maupun luar negeri terhadap perbankan nasional, yang ditandai dengan

penarikan tunai dana perbankan dan pemindahan dana secara besar-besaran Dari bank-bank

yang dianggap lemah ke bank -bank yang dinilai kuat.

Untuk membantu perbankan nasional, bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang

disalurkan kepada perbankan meningkat tajam sejak bulan Maret 1998, yakni dari Rp87,04

triliun menjadi Rp135,94 triliun pada akhir November 1998. Dalam kaitan ini, dalam rangka

mempercepat proses penyehatan perbankan nasional, Bank Indonesia pada bulan April 1998

telah mengalihkan pengawasan 54 bank (4 bank persero, 23 Bank Umum Swasta Nasional

(BUSN) devisa, 14 BUSN bukan devisa, 11 Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan 2 bank

carnpuran eks Lembaga Keuangan Bukan Bank) yang dinilai bermasalah kepada Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Status ke 54 bank tersebut adalah 7 bank beku operasi

(BBO), 7 bank take over (BTO), dan 40 bank dalam perawatan, yang merupakan bank-bank

yang telah menggunakan fasilitas BLBI lebih Dari 200 persen Dari modalnya dan "capital

adequacy ratio" (CAR) kurang Dari 5 persen.

Seperti halnya dengan perbankan nasional, perusahaan-perusahaan swasta bukan bank

yang mempunyai kewajiban utang luar negeri juga mengalami pukulan berat akibat gejolak nilai

tukar rupiah. Sarnpai dengan akhir September 1998, jumlah utang luar negeri perusahaan-

perusahaan swasta bukan bank diperkirakan mencapai US$62,0 miliar, dimana sejumlah relatif

besar adalah utang jangka pendek. Depresiasi rupiah yang cukup besar telah menyebabkan

kewajiban utang dalarn rupiah meningkat tajarn, sehingga sejumlah besar perusahaan tersebut

tidak marnpu lagi membayar utangnya. Kesulitan likuiditas yang dihadapi perusahaan tersebut

telah mengakibatkan sebagian perusahaan mengurangi bahkan menghentikan aktivitasnya.

Page 14: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 14

Selain itu, krisis utang luar negeri swasta ini telah berpengaruh buruk terhadap kepercayaan luar

negeri, yang selanjutnya akan dapat menutup akses dunia usaha terhadap pasar uang dan modal

luar negeri.

Gejolak nilai tukar rupiah juga mempengaruhi besaran-besaran moneter. Dalarn

rangka menciptakan iklim yang mendukung upaya menurunkan laju inflasi dan memungkinkan

terjadinya apresiasi dan stabilitas nilai tukar rupiah, telah dilaksanakan kebijakan pengetatan

likuiditas melalui instrumen operasi pasar terbuka. Hasil Dari pelaksanaan kebijakan tersebut

tercermin pada menurunnya pertumbuhan uang beredar (Ml) yaitu Dari 6,0 persen dalam

periode April-Oktober 1997 menjadi 1,4 persen dalarn periode yang sama tahun 1998.

Sementara itu, dalarn April-Oktober 1998 pertumbuhan likuiditas IW-rekonomian (M2)

mencapai 18,3 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama

tahun 1997 yang mencapai 15,7 persen. Pertumbuhan likuiditas perekonomian tersebut dipicu

oleh melonjaknya posisi uang kuasi (tabungan dan deposito berjangka) yang mencapai 23,0

persen. Melonjaknya uang kuasi tersebut, telah meningkalkan pertumbuhan dana perbankan,

hingga mencapai 16,5 persen selarna periode April-Oktober 1998, seuangkan alokasi kredit

perbankan mengalami penurunan sebesar 1,1 persen. Pertumbuhan dana perbankan tersebut

dipengaruhi oleh tingginya tingkat bunga simpanan, khususnya suku bunga deposito berjangka.

Seuangkan penurunan pertumbuhan kredit perbankan antara lain dipengaruhi oleh lemahnya

permintaaan kredit karena tingginya suku bunga kredit dan lesunya kegiatan sektor riil, serta

menurunnya nilai rupiah posisi kredit dalarn valuta asing sehubungan dengan menguatnya nilai

tukar rupiah dalam bulan Oktober 1998.

Page 15: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 15

Tabel I.3

INDIKATOR MONETER

(dalam triliun rupiah)

1997/1998 % 1998/1999 %

(realisasi) perubahan (perkiraan) perubahan

Base Money 61,8 70,7 72,7 17,6

Uang Beredar (Ml) 98,3 54,6 105,4 7,2

Likuiditas Perekonomian

(M2) 449,8 52,7 491,3 9,2

Kredit Perbankan 476,8 55,8 403,5 -15,4

Catatan: base money danetinisikan sebagai uang primer ditambah kekurangan giro wajib minimum (GWM)

Sampai dengan akhir tahun anggaran 1998/1999 pertumbuhan base money diperkirakan

sebesar 17,6 persen, uang beredar 7,2 persen, likuiditas perekonomian 9,2 persen, dan kredit

perbankan minus 15,4 persen (Tabel 1.3).

Pelaksanaan kebijakan moneter ketat tersebut telah mendorong naiknya suku bunga

secara tajam. Pada bulan Juni 1997 (sebelum krisis nilai tukar) tingkat suku bunga masih dalam

keadaan normal, dimana suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), 1 bulan sebesar 10,50

persen, deposito bank pemerintah 1 bulan sebesar 13,36 persen, suku bunga kredit modal kerja

sebesar 18,56 persen dan suku bunga kredit investasi sebesar 16,19 persen, namun pada bulan

Agustus 1998 masing-masing suku bunga telah meningkat tajam, menjadi 70,44 persen, 60,71

persen, 34,95 persen dan 24,23 persen (Tabel 1.4)

Page 16: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 16

Tabel 1.4

SUKU BUNGA, 1997 - 1998

(persen per tahun)

SBI Deposito Bank

Periode 1 Bulan Pemerintah Kredit Modal Kerja Kredit Investasi

1 Bulan

...

1997Juni 10,50 13,36 18,56 16,19

September 21,00 23,86 26,41 20,34

Desember 20,00 19,00 25,40 18,94

1998Januari 20,00 19,00 25,57 18,96

Februari 22,00 25,00 25,63 19,18

Maret 45,00 47,50 27,80 20,16

April 50,00 52,86 29,47 21,64

Mei 58.00 60,50 33,21 22,84

Juni 5!S,00 51,00 33,79 22,70

Juli 65,16 52,86 34,12 23,38

Agustus 70,44 60,71 34,95 24,23

September 64,74 63,29 35,72 24,88

Oktober 56,18 59,86 35,68 25,80

Naiknya suku bunga secara tajam telah menambah pukulan terhadap sektor perbankan,

karena perbankan mengalami spread negatif, yaitu biaya dana (suku bunga simpanan) jauh lebih

besar Dari pendapatan (suku bunga pinjaman). Selain itu, kenaikan suku bunga ini juga telah

memukul berat sektor usaha, karena biaya dana yang meningkat tajam dan penyaluran kredit

yang tidak lancar Dari sektor perbankan. .

1.3 Langkah Kebijakan Yang Ditempuh Untuk Mengatasi Krisis

Tingginya keterbukaan dan ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap dunia luar telah

mengakibatkan ekonomi Indonesia sangat rentan terhadap perubahan-perubahan (shocks) yang

terjadi di dunia loaf. Krisis nilai tukar yang terjadi di Thailand secara perlahan merambat ke

Indonesia dan pada awal luti 1997 rupiah mulai mengalami tekanan. Dengan pertimbangan

bahwa tekanan terhadap rupiahhanya bersifat sementara, Pemerintah mencoba mengatasi

Page 17: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 17

tekanan dengan mengandalkan kebijakan moneter, yaitu melebarkan rentang kendali nilai tukar

dari 8 persen menjadi 12 persen dengan disertai intervensi Bank Indonesia baik di pasar spot

maupun forward. Namun, kebijakan ini tidak berhasil meredam tekanan bahkan tekanan justru

makin kuat. Dengan melihat pengalaman Thailand dan untuk menghindari terkurasnya cauangan

devisa, pada tanggal14 Agustus 1997 Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk merubah

sistem nilai tukar dari mengambang terkendali menjadi mengambang bebas. Selain itu, dalam

rangka mengurangi tekanan terhadap rupiah, Pemerintah melaksanakan pengetatan uang beredar

melalui pemberhentian lelang Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), peniadaan pembelian

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) , menaikkan tingkat suku bunga SBI serta pernindahan deposito

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dari bank-bank swasta ke bank-bank pemerintah.

Untuk sementara hasil kebijakan tersebut cukup menggembirakan, yang tercerrnin dari

stabilnya nilai tukar rupiah antar bank pada kisaran terendah Rp2.975 dan tertinggi Rp3.025.

Namun kebijakan ini membawa konsekuensi naiknya suku bunga pasar uang antar bank secara

tajam, yang pada gilirannya, telah mendorong naiknya suku bunga simpanan dan suku bunga

pinjaman. Meningkatnya suku bunga secara tajam telah mempengaruhi kinerja sektor perbankan

dan sektor riil. Ekspansi kredit perbankan terhambat dan kualitas aktiva produktif memburuk,

sementara di sektor riil terjadi penurunan perrnintaan domestik. Keadaan ini telah memperburuk

ekonomi nasionaldimana pertumbuhan sektor riil, menurun dari 6,8 persen pada triwulan kedua

menjadi 2,5 persen pada triwulan ketiga tahun 1997.

Dalam rangka mengatasi kinerja perekonornian yang semakin memburuk serta untuk

mengembalikan stabilitas makro ekonorni yang terganggu, pada tanggal 3 September 1997

Pemerintah mengambil langkah-langkah selan di bidang moneter, juga mencakup bidang fiskal,

perbankan, dan pasar modal. Langkah-Iangkah tersebut mencakup pelonggaran moneter secara

berhati-hati, penghematan anggaran, penyehatan sistem perbankan, dan penghapusan batasan 49

persen pembelian saham oleh investor asing di pasar modal. Namun, kebijakan tersebut belum

memberikan hasil seperti yang diharapkan, rnisalnya penurunan suku bunga yang dilakukan

justru telah memberikan tekanan berat terhadap rupiah, yang pada awal Oktober 1997

mengalami depresiasi menjadi sekitar Rp 3.600.

Depresiasi rupiah yang terus berlanjut ternyata semakin berpengaruh buruk terhadap

kinerja ekonomi nasional. Menyadari kenyataan tersebut dan kelemahan mendasar yang terdapat

di sektor riil dan keuangan, Pemerintah kemudian menempuh kebijakan yang lebih

Page 18: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 18

komprehensif melalui program stabilisasi makro ekonomi dan reformasi di biuang keuangan dan

sektor riil. Program stabilisasi dan reformasi tersebut dilaksanakan dengan dukungan keuangan

dan teknis Dari lembaga keuangan internasional, seperti International Monetary Fund (IMF),

the World Bank (WB), the Asian Development Bank (ADB) dan beberapa negara sahabat,

seperti Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Australia, Cina, Hongkong dan Brunei

Darussalam, yang dituangkan dalam nota kesepakatan antara Pemerintah dengan IMF tanggal l5

November 1997. Lebih lanjut untuk mengkoordinasikan pelaksanaan langkah-Iangkah reformasi

tersebut, pemerintah membentuk Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan

(DPKEK).

Program stabilisasi dan reformasi dalam jangka pendek dimaksudkan untuk

memulihkan stabilitas makro ekonorni, terutama melalui pengetatan di biuang moneter dan

fiskal, sedangkan dalam jangka panjang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi

perekonomian nasional yang dicapai terutama melalui penyehatan fundamental dan struktur

perekonomian melalui penghapusan berbagai distorsi dalam perekonomian serta memperbaiki

pengelolaan pemerintahan. Dalam rangka memperkuat rupiah, pemerintah juga meIakukan

intervensi bersama dengan Bank of Japan dan Monetary Authority of SingaPDRB. Selain itu

untuk maksud meningkatkan efektivitas kebijakan moneter melalui Keppres Nomor 23/1998

Pemerintah telah memberikan Bank Indonesia kebebasan penuh dalam melaksanakan kebijakan

moneter. Berbagai kebijakan tersebut memberikan hasil positif, seperti diperlihatkan oleh

penguatan nilai rupiah menjadi Rp3.200 pada akhir November 1997.

Sementara itu, sebagai tahap awal reformasi di biuang perbankan, pada tanggal 1

November 1997 telah dilakukan pencabutan izin 16 bank yang insolven. Tindakan ini

dimaksudkan selain untuk menyehatkan sektor perbankan itu sendiri, juga sekaligus untuk

meningkatkan kepercayaan masyarakat akan perbankan nasional. Namun demikian, pencabutan

izin tersebut telah membawa dampak negatif yang tidak diharapkan, yaitu terjadinya penarikan

dana secara besar-besaran oleh masyarakat dari perbankan, yang danorong oleh kekhawatiran

masyarakat akan terjadinya pencabutan izin bank lainnya, sementara tidak adaj aminan atau

perlindungan terhadap dana deposito masyarakat. I

Penarikan dana secara besar-besaran tersebut telah mengakibatkan sebagian besar

bank-bank umum mengalami kesulitan likuiditas. Untuk mengatasi kesulitan likuiditas tersebut

dan sekaligus mencegah penarikan dana yang lebih besar oleh masyarakat Dari perbankan, Bank

Page 19: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 19

Indonesia sebagai lender of last resort telah menyalurkan bantuan likuiditas (BLBI) kepada

bank-bank umum. Penyaluran BLBI yang cukup besar jumlahnya tersebut telah mengakibatkan

meningkatnya jumlah uang beredar, yang pada gilirannya, telah mendorong naiknya harga-harga

dan tindakan spekulasi di pasar valuta asing. Kondisi perbankan yang lemah tersebut telah

diperburuk oleh penurunan rating perbankan nasional dengan akibat banyak bank-bank luar

negeri tidak bersedia menerima Letter of Credit (LC) yang diterbitkan oleh bank-bank nasional.

Memasuki tahun 1998 tekanan terhadap rupiah terus berlanjut. Tekanan terhadap

rupiah diperburuk oleh penurunan rating Indonesia oleh S&P 500 dan Moodys menjadi non

investment rating, serta tindakan spekulasi di pasar valuta asing yang danorong oleh informasi

spekulatif mengenai utang luar negeri swasta yang jatuh tempo. Berbagai kejadian tersebut telah

semakin menekan nilai rupiah yang pada akhir Januari 1998 terpuruk menjadi Rp9.500.

Kurs rupiah yang semakin melemah, kepercayaan masyarakat terhadap perbankan

nasional yang semakin menurun serta tibanya hari raya telah mendorong masyarakat menarik

dana secara besar-besaran Dari perbankan. Meningkatnya dana yang dipegang masyarakat, di

satu pihak, dan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan inflasi, yang disebabkan oleh isu-isu

tentang kelangkaan posokan barang-barang kebutuhan pokok, di lain pihak, telah mendorong

masyarakat membeli barang-barang secara berlebihan (panic buying), yang pada akhirnya telah

mendorong naiknya harga-harga. Selain itu, kegiatan spekulasi akan valuta asing juga

meningkat, yang berakibat semakin jatuhnya nilai rupiah.

Melihat kenyataan bahwa krisis ekonomi yang terjadi semakin dalam dan telah

menyentuh semua sendi-sendi perekonomian nasional, Pemerintah berusaha untuk mempercepat

proses stabilisasi dan memperluas reformasi ekonomi serta merevisi target-target makro

ekonomi. Dalam kaitan ini, Pemerintah telah menandatangani nota kesepakatan (letter of intent)

dengan IMF pada tanggal 15 Januari 1998 yang berisi 50 butir kesepakatan yang meliputi sektor

fiskal, moneter, neraca pembayaran, perbankan, dan sektor riil.

Di bidang fiskal, ditentukan langkah-Iangkah yang perlu dilakukan antara lain merevisi

RAPBN 1998/1999, pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM), pencabutan keringanan

perpajakan untuk proyek mobil nasional, dann penghentian bantuan anggaran dan perlakuan

khusus bagi proyek- proyek Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Di biuang moneter,

antara lain mencakup pemberian otonomi kepada Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan

moneter, melakukan perubahan struktur dan kenaikan suku bunga SBI secara tajam,

Page 20: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 20

restrukturisasi perbankan, pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dan

program pemberian jaminan pemerintah atas simpanan masyarakat dan kewajiban lainnya pada

bank-bank berbadan hukum Indonesia. Di sektor riil, antara lain meliputi percepatan proses

privatisasi BUMN, pengurangan wewenang distribusi Badan Urusan Logistik (Bulog) menjadi

hanya untuk menangani beras, dan penghapusan hak monopoli dalam tara niaga berbagai

komoditi lainnya , seperti cengkeh, semen, kertas, dan kayu.

Dalam kaitan kesepakatan tersebut, dalam bulan Januari 1998 telah dilakukan revisi

RAPBN 1998/1999 Dari semula Rp133.491,9 miliar menjadi RpI47.220,8 mlliar. Sementara itu

telah terjadi ketidakpostian yang berkepanjangan dalam mencari sistem untuk mengatasi gejolak

nilai tukar telah menimbulkan semakin tingginya ketidakpostian dalam ekonomi nasional, dan

ketidakpostian ini semakin diperburuk oleh kondisi biuang politik yang makin memanas

menjelang Siuang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada bulan Maret 1998.

Berbagai kejadian tersebut di atas telah menimbulkan keraguan masyarakat baik asing

maupun Indonesia mengenai prospek ekonomi Indonesia. Hingga Maret 1998 kinerja ekonomi

nasi onal semakin memburuk, sektor riil mengalami kemunduran, sektor perbankan tetap rapuh,

inflasi r:neningkat tajam dan nilai tukar rupiah tetap melemah. PDB riil dalam triwulan pertama

tahun 1998 mengalami kontraksi 6;20 persen, suatu penurunan yang cukup tajam dibandingkan

dengan triwulan pertama tahun 1997 yang mencapai pertumbuhan 8,46 persen.

Sehubungan dengan berbagai perubahan yang terjadi dan dalam rangka mempercepat

proses pemulihan ekonomi.nasional, pada bulan April 1998 Pemerintah telah menandatangani

memorandum tambahan yang berisi kesepakatan-kesepakatan tambahan (baru) dengan IMF

mengenai kebijaksanaan ekonomi dan keuangan, yang sekaligus juga merupakan kelanjutan,

pelengkap, dan modifikasi dari memorandum tanggal15 Januari 1998. Dalam garis besarnya,

kesepakatan ini bertujuan antara lain untuk (i) menstabilkan nilai tukar rupiah pada tingkat yang

mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia, (ii) memperkuat dan mempercepat

restrukturisasi sistem perbankan, (iii) memperkuat pelaksanaan reformasi struktural yang akan

menciptakan landasan bagi ekonomi yang.efisien dan lebih berdaya saing, (iv) menyiapkan

strategi penyelesaian utang swasta secara kompfehensif, dan (v) menyiapkan bantuan bagi

pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi dan bagi kelompok masyarakat miskin

untuk meringankan beban karena dampak krisis moneter.

Berbagai peristiwa kerusuhan pada bulan Mei 1998 dan perubahan politik yang sangat

Page 21: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 21

cepat yang mencapai puncaknya pada pergantian kepemimpinan nasional pada tanggal 21 Mei

1998 telah mengakibatkan kinerja ekonomi dan prospeknya semakin memburuk. Jaringan

distribusi barang mengalami rusak berat, kegiatan ekonomi termasuk ekspor terganggu,

kepercayaan dunia usaha menurun, nilai kurs rupiah mengalami depresiasi tajam dan inflasi

meningkat cepat, sementara keadaan politik tidak menentu. Sebagai akibatnya, ekonomi berada

dalam keadaan krisis yang sangat serius. Dengan pertimbangan tersebut, pada bulan Juni 1998

Pemerintah dengan IMF telah melakukan lagi penandatanganan memorandum tambahan yang

antara lain menekankan mengenai pentingnya penyediaan jaring pengaman sosial (social safety

net), perlunya dilakukan revisi APBN 1998/1999 mengingat asumsi yang digunakan sudah tidak

sesuai lagi dengan perkembangan yang terbaru, serta penekanan kembali percepatan

restrukturisasi sistem perbankan.

Sementara itu, mengingat perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam

perekonomian nasional, yang berakibat asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan

APBN 1998/1999, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, harga minyak mentah, serta nilai

kurs tidak sesuai lagi, maka Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat pada

bulan Juli 1998 telah melakukan revisi kembali atas APBN 1998/1999, yang semula berimbang

pada tingkat Rp147.220,8 miliar menjadi Rp263.888,1 miliar atau meningkat 79,25 persen.

Peningkatan APBN ini terutama karena penambahan asumsi nilai kurs rupiah Dari Rp5.000

menjadi Rpl0.600, yang mempengarnhi secara berarti penerimaan migas dan pembangunan serta

pembayaran utang luar negeri. Selain itu, dalam revisi APBN dilakukan peninjauan kembali

program dan kegiatan.pembangunan, antara lain dengan: (i) menunda proyek-proyek dan

kegiatan pembangunan yang belum mendesak, seperti pengadaan kendaraan bermotor dan

pembangunan gedung kantor baru, pengadaan tanah bagi kegiatan yang tidak tersedia dana

untuk kegiatan konstruksinya, melakukan penghematan terhadap biaya perjalanan dinas, studi,

kajian, penelitian, seminar, rapat kerja, lokakarya, rapat dinas dan kegiatan sejenis, serta

kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak menjadi prioritas; dan (ii) melakukan realokasi dan

menyediakan tambahan anggaran untuk memperkuat jaring pengaman sosial di biuang

pendidikan dan kesehatan melalui penyediaan beasiswa dan bantuan biaya operasional bagi

sekolah, penyediaan biaya untuk program pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk yang

kurang mampu, memperluas penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi mereka

yang kehilangan pekerjaan karena terjadinya berbagai krisis, peningkatan produksi pangan, serta

Page 22: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 22

meningkatkan peranan pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

Mengingat strategisnya peran fiskal dalam program stabilisasi dan reformasi ekonomi,

Pemerintah senantiasa melakukan kaji ulang kebijakan fiskal dengan fokus kepada upaya untuk

melakukan stimulasi fiskal, melalui jaring pengaman sosial, pemantapan kerangka kelembagaan

pengeluairan pembangunan, dan program privatisasi BUMN. Karena pengeluaran pembangunan

mengalami perlambatan pada semester pertama tahun anggaran 1998/1999, maka pada semester

kedua pengeluaran pembangunan akan dipercepat, sehingga dapat mendorong meningkatnya

permintaan agregat dan penguatan jaring pengaman sosial. Pengeluaran pembangunan yang

mengalami kelambatan tersebut dan penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi diperkirakan akan

menghasilkan defisit anggaran 1998/1999 sebesar 6 persen Dari PDB, lebih rendah dari yang

direncanakan sebesar 8,5 persen dari PDB.

Program privatisasi akan terus berjalan sebagaimana yang telah direncanakan.

Masterplan restrukturisasi dan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam jangka

menengah telah pula diselesaikan dan diterbitkan. Efisiensi perusahaan BUMN akan dilakukan

antara lain melalui otonomi manajemen yang lebih besar, meningkatkan persaingan, pengetatan

anggaran, penghapusan secara bertahap kemudahan memperoleh kredit. Untuk menciptakan

transparansi,melalui bantuan teknik Dari IMF dan Bank Dunia serta auditor internasional,

pemerintah akan melakukan audit terhadap Bulog, Pertamina, PLN dan perusahaan-perusahaan

lain yang exposure-nya terhadap pasar dan orang cukup besar.

Pelaksanaan program pemulihan ekonomi Indonesia telah menunjukkan tanda-tanda

yang menggembirakan. Melalui koordinasi kebijakan moneter dan fiskal yang berhati-hati

dengan berbagai kebijakan di sektor riil, maka stabilitas makro ekonomi telah dapat dicapai.

Nilai rupiah telah menguat dan bergerak dalam kisaran yang cukup realistis. Hingga November

1998 nilai tukar rupiah telah mengalami penguatan lebih Dari 7.000 poin sejak titik terendah Rp

14.700 pada pertengahan bulan luli 1998 dan bergerak stabil pada level Rp7.000-an. Penguatan

nilai rupiah pada level Rp7.000-an diperkirakan tidak membahayakan daya saing ekonomi

Indonesia di pasar internasional. Seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan

meningkatnya ketersediaan pangan, inflasi telah menurun tajam, yaitu pada bulan Oktober

sebesar minus 0,27 persen, bulan November sebesar 0,08 persen, dan bulan Desember 1998

sebesar 1,42 persen, sehingga inflasi dalam 1 tahun 1998 mencapai 77,63 persen. Penguatan

nilai tukar rupiah dan penurunan inflasi juga telah menghasilkan penurunan suku bunga SBI dari

Page 23: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 23

level tertinggi 70,6 persen pada lelang tanggal2 September 1998 menjadi 42,4 persen pada

lelang terakhir bulan November 1998. Suku bunga bank-bank umum juga menunjukkan

kecenderungan menurun dan spread antara bunga deposito dan bunga pinjaman telah mulai

bergerak ke arah normal kembali.

Stabilitas makro ekonomi yang mulai mantap telah memungkinkan untuk mempercepat

proses pemulihan ekonomi nasional. Namun, untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang

memadai dan berkelanjutan, dua persoalan pokok yang mendesak untuk dituntaskan, yaitu

masalah restrukturisasi perbankan dan penyelesaian utang luar negeri perusahaan swasta. Kedua

persoalan ini apabila tidak segera diatasi akan sangat menghambat serta merugikan

perkembangan ekonomi nasional.

Dalam rangka restrukturisasi perbankan, Pemerintah menempuh strategi, yaitu (i)

mendorong dilakukannya rekapitalisasi terhadap bank-bank yang layak hidup, (ii)

menyelesaikan kelanjutan status bank Bank Take Over dan Bank Beku Operasi, (iii)

menyepakati dengan pemilik bank atas langkah yang ditempuh untuk menyelesaikan

kewajibannya kepada pemerintah, (iv) memantapkan penggabungan 4 bank pemerintah (Bank

Bumi Daya, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Dagang Negara dan Bank Ekspor Impor

Indonesia) ke dalam Bank Mandiri, dan (v) meluncurkan berbagai peraturan yang menjamin

kehati-hatian.

Kekurangan modal yang dialami perbankan nasional telah mengakibatkan perbankan

nasional tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai sumber pembiayaan bagi perekonomian.

Kondisi perbankan yang tidak sehat ini akan menghambat pemulihan perekonomian nasional,

yang pada gilirannya, akan membuat kondisi perbankan akan semakin parah, karena kegiatan

perekonomian yang terhambat akan meningkatkan kredit macet. Oleh karena itu, agar

perekonomian dapat berputar kembali, fungsi perbankan nasional harus dinormalkan melalui

penyehatan permodalan bank, yang dapat dilakukan melalui dua pilihan, yaitu (i) tidak

dilakukan rekapitalisasi, sehingga bank-bank yang modalnya tidak cukup harus ditutup dan (ii)

dilakukan rekapitalisasi pada bank-bank yang memenuhi syarat.

Setelah melakukan evaluasi secara cermat dengan memperhitungkan yang terbaik bagi

perekonomian nasional, Pemerintah telah memutuskan untuk melaksanakan strategi kedua, yaitu

merekapitalisasi bank-bank yang memenuhi syarat. Pilihan ini mempunyai konsekuensi yaitu,

(i) Pemerintah perlu menyediakan pendanaan untuk rekapitalisasi, (ii) perbankan nasional akan

Page 24: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 24

dapat disehatkan sehingga dapat segera mendorong kegiatan ekonomi, dan (iii) dana

rekapitalisasi dapat diperoleh kembali pada saat Pemerintah meleposkan kepemilikan bank-bank

bersangkutan.

Program rekapitalisasi dilaksanakan dengan mewajibkan bank-bank menyusun rencana

kerja yang jelas dan disetujui Bank Indonesia, serta menyetor sekurang-kurangnya 20 persen

Dari jumlah kebutuhan rekapitalisasi, seuangkan pemerintah menyediakan 80 persen. Sifat

pendanaan pemerintah tersebut adalah penyertaan modal, yang dapat dilepos kembali pada

harga yang memberikan peluang untuk memperoleh nilai tambah. Penyertaan dilakukan dengan

konversi BLBI menjadi penyertaan (equity) pemerintah serta dengan obligasi, sehingga yang

dibebankan adalah bunganya. Pada waktu bersamaan pemerintah akan memperoleh penerimaan

Dari penjualan asset (yang dikuasai BPPN) para pemilik lama bank-bank Bank Take Over

(BTO) dan Bank Beku Operasi (BBO), yang dapat digunakan untuk mendukung pembayaran

beban bunga.

Dari 166 bank nasional sebanyak 150 telah selesai dilakukan proses "due diligence"

dengan hasil (i) 54 bank mempunyai "capital adequcy ratio" (CAR) 4 persen atau lebih

(kategori A), (ii) 56 bank mempunyai CAR antara minus 25 persen sampai plus 4 persen

(kategori B), dan (iii) 40 bank mempunyai CAR kurang Dari minus 25 persen (kategon C).

Bank yang dapat dipertimbangkan ikut seleksi dalam program rekapitalisasi adalah bank dalam

kelompok kategori B. Seuangkan bank-bank kategori C diberi kesempatan untuk segera (dalam

waktu 30 hari sejak panggilan Bank Indonesia) menambah modal sendiri, agar dapat masuk

kategori B.

Adapun ketentuan yan,g wajib dipenuhi oleh bank-bank kategori B untuk dapat turut

dalam program rekapitalisasi, antara lain (i) menyusun suatu rencana kerja yang berisi langkah-

langkah yang akan diambil sampai dengan akhir tahun 2001, yang menunjukkan bahwa akan

mampu beroperasi dengan baik. Langkah-Iangkah ini mencakup jadwal penyelesaian semua

kredit bermasalah dan pinjaman kepada grup untuk properti di luar kredit pemilikan rumah

sederhana KPRS) dan rumah sangat sederhana (KPRSS) danj adwal untuk mencapai CAR 8

persen dalam waktu selambat-Iambatnya 3 tahun, (ii) menyelesaikan kredit kepada kelompok

sendiri yang melebihi ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK), dan (iii)

menyerahkan 20 persen Dari kekurangan modal dalam waktu 4 (empat) minggu setelah rencana

kerjanya disetujui Bank Indonesia.

Page 25: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 25

Pemerintah telah memutuskan akan membantu rekapitalisasi 15 Bank Pembangunan

Daerah (BPD) yang CAR menjadi di bawah 4 persen, sehingga bank-bank tersebut akan dapat

lebih mendorong peningkatan kegiatan ekonomi di daerah khususnya usaha kecil, menengah

dan koperasi. Demikian juga Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan direkapitalisasi, sehingga bank

ini berperan maksimal dalam melayani usaha kecil, menengah dan koperasi. Empat bank

BUMN (Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank

Pembangunan Indonesia) yang akan digabung ke dalam Bank Mandiri, rencana

rekapitalisasinya disiapkan oleh Bank Mandiri, seuangkan rekapitalisasi Bank Negara Indonesia

(BNI) dilakukan dengan mekanisme "right issue" melalui pasar modal.

Sementara itu, kebijakan pemerintah dalam rangka mempercepat penyelesaian utang

luar negeri swasta bukan bank berpedoman pada prinsip bahwa Pemerintah tidak akan

mengambil alih utang debitor, tapi hanya menyediakan jasa baik untuk mempercepat

penyelesaian utang tersebut dengan prinsip "win-win solutions" bagi debitor dan kreditor.

Penyelesaian utang swasta luar negeri ini mempunyai dampak ganda bagi perekonomian

nasional, yaitu di satu pihak akan dapat mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan di

lain pihak akan membantu perusahaan-perusahaan Indonesia untuk dapat bangkit kembali,

sehingga akan dapat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta

sumber penerimaan pajak. Dalam kaitan ini melalui Kepres No 95/1998 Pemerintah tanggal l2

Juli 1998 telah membentuk Badan Restrukturisasi Utang Luar Negeri Perusahaan Swasta

Indonesia atau Indonesian. Debt Restructuring Agency (INDRA), yang bertugas mengusahakan

restrukturisasi utang luar negeri perusahaan swasta Indonesia sesuai dengan skim yang

disepakati oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan kreditor luar negeri. Pokok -pokok skim

INDRA, antara lain (i) mengkonversikan pinjaman debitor dalam valuta asing menjadi pinjaman

dalam rupiah, (ii) utang direstrukturisasi sehingga mempunyai jangka waktu minimal 8 tahun

dengan masa tenggang minimal 3 tahun, (iii) debitor membayar rupiah tiap bulan kepada

INDRA, baik pokok dan bunga, secara konstan dan riil selama 8 rabun, dan (iv) INDRA

membayar dalam dolar Amerika Serikat tiap 3 bulan kepada kreditor, yaitu 3 tahun pertama

membayar bunga dan tahun ke-4 sampai ke8 membayar pokok dan bunga. Mengingat salah satu

kunci keberhasilan skim INDRA adalah adanya kesepakatan atau negosiasi antara debitor

dengan kreditor luar negeri, maka Pemerintah melalui Prakarsa Jakarta (Jakarta Initiative) telah

menyediakan diri sebagai fasilitator dalam proses negosiasi tersebut.

Page 26: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 26

Di samping itu, Pemerintah telah melakukan penyempurnaan terhadap beberapa

ketentuan dalam Undang-undang tentang Kepailitan melalui Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998. Perubahan ini dilakukan mengingat ketentuan lama

sudah tidak akomoDarif lagi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dewasa ini. Dengan

perubahan-perubahan tersebut diharapkan akan memberikan kesempatan kepada pihak kreditor

dan perusahaan sebagai debitor untuk mengupayakan penyelesaian yang adil, cepat, terbuka dan

efektif. Selain itu, perubahan tersebut akan dapat meningkatkan kredibilitas Indonesia di lihat

dunia internasional.

1.4 Prospek Perkembangan Ekonomi Global

Salah satu sektor penting yang dapat mempercepat proses pemulihan perekonomian

nasional adalah sektor ekspor, mengingat peranannya yang sangat penting sebagai sumber

penerimaan devisa dan penciptaan lapangan kerja. Peranan ekspor barang dan jasa dalam

kegiatan perekonomian nasional cukup penting, yaitu senilai Rp175.310,2 miliar atau 28,97

persen Dari PDB (data tahun 1997), seuangkan impor bemilai Rp182.428,7 miliar atau 30,14

persen Dari PDB.

Ni1ai ekspor Indonesia, terutama nonmigas sering ditentukan oleh tingkat harga, juga

sangat ditentukan oleh perkembangan perekonomian global, khususnya perkembangan

perekonomian negara-negara mitra dagang utama Indonesia.

Lingkungan ekonomi global yang akan dihadapi Indonesia dalam tahun 1999

diperkirakan akan sedikit lebih kondusif dibandingkan dengan kondisi da1am tahun 1998, yang

ditandai dengan terjadinya krisis keuangan di beberapa negara ASEAN, Jepang, Korea Se1atan,

Rusia dan beberapa negara Amerika Latin. Pertumbuhan ekonomi dunia da1am tahun 1999

diperkirakan akan sedikit menguat yaitu sebesar 2,5 persen meningkat Dari tahun 1998 yang

diperkirakan sebesar 2,0 persen. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut,

pertumbuhan volume ekspor dunia (barang dan jasa) akan meningkat Dari yang diperkirakan 3,6

persen dalam tahun 1998 menjadi 4,2 persen dalam tahun 1999 seuangkan impor (barang dan

jasa) diperkirakan akan tumbuh sedikit lebih kuat, Dari perkiraan sebesar 4,5 persen dalam

tahun 1998 menjadi 4,7 persen dalam tahun 1999.

Dalam skala mikro, perkembangan negara-negara mitra dagang utama Indonesia,

secara umum diperkirakan akan mengalami perbaikan walaupun masih relatif lemah. Jepang

Page 27: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 27

sebagai mitra dagang utama Indonesia, perekonomiannya dalam tahun 1999 diperkirakan akan

lebih baik dibandingkan tahun 1998, yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 2,5

persen. Kebijakan moneter yang diambil dengan menurunkan beberapa kali tingkat suku bunga

dan kebijakan fiskal yang 1ebih ekspansif melalui penurunan tingkat pajak dan peningkatan

belanja pemerintah dalam tahun 1998 diharapkan akan dapat mendorong perekonomian Jepang

dalam tahun 1999, yang diperkirakan akan dapat tumbuh dengan tingkat 0,5 persen. Kinerja

perekonomian Jepang ini akan mempunyai arti yang positif bagi perekonomian Indonesia

karena sekitar 18,0 persen ekspor nonmigas Indonesia ditujukan ke Jepang.

Ekspansi ekonomi Amerika Serikat yang cukup mengesankan da1am beberapa tahun

lalu antara lain danorong oleh konsolidasi fiskal yang memungkinkan surplus anggaran belanja

pemerintah, kebijakan moneter yang berhasil mendorong ekspansi perekonomian namun dapat

mempertahankan inflasi yang rendah, serta pasar barang dan pasar tenaga kerja yang fleksibel,

te1ah dapat meningkatkan kesempatan kerja dengan cepat. Namun krisis keuangan yang terjadi

di Asia te1ah mempengaruhi kinerja ekonomi Amerika Serikat me1a1ui penurunan ekspor,

terutama ke negara-negara yang, dilanda krisis keuangan. O1eh karena itu, kinerja ekonomi

Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan sekitar 16 persen ekspor nonmigas Indonesia,

da1am tahun 1998 diperkirakan akan me1emah menjadi 3,5 persen dibandingkan dengan tahun

1997 (sebesar 3,9 persen), dan 1ebih 1anjut diperkirakan menjadi 2,0 persen da1am tahun 1999,

yang dianggap mendekati tingkat pertumbuhan potensial. Penurunan ini terjadi terutama karena

me1emahnya perrmintaan domestik yang disebabkan menurunnya harga-harga saham (equity)

dan permintaan luar negeri. Kinerja ekonomi Amerika Serikat dalam tahun 1999 cenderung

akan memburuk bila kondisi perekonomian di Asia dan kekacauan keuangan dunia terus

berlanjut, serta penurunan 1ebih 1anjut harga-harga saham.

Perekonomian Singapura yang se1ama beberapa tahun dapat tumbuh dengan kuat

mu1ai menga1arni penurunan, terutama karena krisis ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN.

Da1am tahun 1997 ekonomi Singapura, yang merupakan negara tujuan sekitar 11,0 persen

ekspor nonmigas Indonesia masih tumbuh dengan tingkat 7,8 persen, namun da1am tahun 1998

hanya tumbuh dengan tingkat 0 (nol) persen. Kebijakan paket fiska1 sebesar 1,5 persen Dari

PDB yang diumumkan pada akhir Juni 1998 diperkirakan tidak akan mempengaruhi

perekonomian Singapura da1am tahun 1999 secara berarti, sehingga pertumbuhan diperkirakan

hanya akan mencapai 0,2 persen.

Page 28: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 28

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi masyarakat Eropa dalam tahun 1999 tidak jauh

beda dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi da1am tahun 1998. Dampak kontraksi Dari krisis

ekonomi Asia terhadap ekspor dapat diimbangi dengan dampak ekspansif Dari perbaikan nilai

tukar perdagangan (terms of trade), suku bunga yang 1ebih rendah, dan pertumbuhan ekonomi

yang kuat dan berkelanjutan di negara-negara bukan Asia. Bi1a perturnbuhan ekonomi

masyarakat Eropa da1am tahun 1998 diperkirakan sebesar 2,9 persen, maka da1am tahun 1999

diperkirakan akan menurun sedikit menjadi 2,5 persen, sehingga hal ini diperkirakan tidak akan

banyak mempengaruhi ekspor nonmigas Indonesia ke negara-negara tersebut yang porsinya

sekitar 19,0 persen.

1.5 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1998/1999

Anggaran Pendapatan Belanja Negara 1998/1999 sebagai instrumen utama kebijakan

fiska1 pemerintah mempunyai misi utama untuk mendukung program stabi1isasi dan pemulihan

ekonorni nasional. Berbagai peristiwa baik dalam negeri maupun luar negeri, seperti ke1esuan

ekonomi, depresiasi niai tukar rupiah, harga minyak intenasiona1 yang cenderung menurun,

suku bunga dan inflasi yang meningkat tajam telah turut mewarnai pelaksanaan APBN tersebut.

Se1ama semester I tahun 1998/1999 realisasi penerimaan negara mencapai Rp 1

04.184,5 mi1iar atau 39,5 persen Dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN, seuangkan

pengeluaran negara mencapai Rp90.049,8 miliar atau 34,1 persen Dari sasaran yang ditetapkan

da1am APBN, sehingga dalam semester I APBN, mencapai surplus sebesar Rp14.134,7 mi1iar.

(Tabel 1.5).

Page 29: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 29

Tabel 1.5

REALISASI SEMESTER 1 APBN 1998/1999

(dalam miliar rupiah)

Uraian APBN Semester I % thd APBN

I. Penerimaan Negara 263.888,1 104.184,5 39,5

A. Penerimaan Dalam Negeri 149.302,5 75.152,5 50,3

1. Migas 49.711,4 22.145,1 44,5

2. Bukan migas 99.591,1 53.007,4 53,2

B. Penerimaan Pembangnnan 114.585,6 29.032,1 25,3

II. Pengeluaran Negara 263.888,1 90.049,8 34,1

A. Pengeluaran Rutin 171.205,1 70.948,0 41,4

B. Pengeluaran Pembangnnan 92.683,0 19.101,8 20,6

Selama semester I, beberapa hal penting telah mewarnai pelaksanaan penerimaan

negara. Pertama, kecenderungan menurunnya harga rninyak di pasar internasional yang

disebabkan oleh lemahnya permintaan terutama karena krisis ekonorni Asia telah

mempengaruhi penerimaan dalam negeri yang berasal Dari rninyak. Dalam APBN harga

minyak diasumsikan US$13 per barel, namun selama Maret-Agustus 1998 rata-rata harga

rninyak mentah Indonesia hanya mencapai US$12,49 per barel, sehingga penerimaan minyak

bumi dan gas alam hanya mencapai 44,5 persen Dari sasaran APBN. Kedua, penerimaan pajak

penghasilan telah mencapai Rp25.186,3 miliar atau 97,4 persen Dari sasaran APBN.

Peningkatan ini terjadi terutama karena peningkatan PPh deposito yang disebabkan tingginya

suku bunga dan peningkatan PPh yang berasal Dari wajib pajak luar negeri dan wajib pajak

yang memperoleh penghasilan dalam valuta asing yang disebabkan depresiasi rupiah. Ketiga,

realisasi pungutan pajak ekspor mencapai Rp2.302,4 rniliar atau sekitar 244,2 persen Dari yang

direncanakan dalam APBN. Besarnya peningkatan penerimaan pajak ekspor tersebut disebabkan

oleh meningkatnya ekspor crude palm oil (CPO), tingginya harga CPO dan produk turunannya

di pasar internasional, depresiasi rupiah, serta peningkatan tarif pajak ekspor CPO Dari 40

persen menjadi 60 persen yang berlaku sejak Juli 1998. Keempat, realisasi penerimaan negara

bukan pajak (PNBP) baru mencapai Rp5.446,9 miliar atau 20,4 persen Dari yang direncanakan

dalam APBN. Rendahnya realisasi PNBP tersebut terutama disebabkan belum terealisasinya

Page 30: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 30

penerimaan Dari privatisasi BUMN yang dalam APBN direncanakan Rp 15 triliun.

Perkembangan ekonorni nasional dalam semester II 1998/1999, diperkirakan belum

banyak mengalarni perubahan meskipun menunjukkan prospek yang menjanjikan.

Perkembangan tersebut akan membawa pengaruh pada prognosa penerimaan dalam negeri,

terutama penerimaan di luar migas. Penerimaan migas dalam semester II diperkirakan lebih

rendah dibandingkan dengan realisasi semester I, sehubungan dengan harga minyak mentah

yang diperkirakan masih relatif rendah. Dengan demikian, realisasi penerimaan migas dalam

tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan lebih rendah Dari APBN-nya.

Sementara itu, penerimaan PPh dalam semester II 1998/1999 diperkirakan lebih rendah

Dari semester I berkaitan dengan menurunnya penerimaan PPh atas bunga deposito, PPh atas

pesangon, dan kemungkinan adanya restitusi pajak. Seuangkan penerimaan PPN dan PPnBM,

cukai dan bea masuk diperkirakan akan lebih baik Dari semester I. Selanjutnya, dengan melihat

kepada berbagai upaya pemulihan perekonomian nasional serta pelaksanaan privatisasi BUMN,

penerimaan negara bukan pajak dalam semester II diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

dengan realisasi semester I. Namun demikian, secara keseluruhan realisasi penerimaan di luar

migas dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan masih lebih tinggi Dari APBN-nya.

Realisasi penerimaan pembangunan dalam semester II 1998/1999 diperkirakan akan

lebih tinggi dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I mengingat rencana pencairan

berbagai bantuan luar negeri baru akan direalisasikan pada paruh kedua tahun anggaran 1998/

1999. Sekalipun demikian, dengan memperhitungkan kemungkinan lebih rendahnya nilai lawan

(rupiah), realisasi bantuan program dan proyek akibat menguatnya nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika, realisasi penerimaan pembangunan dalam tahun anggaran 1998/1999

diperkirakan lebih rendah Dari APBN-nya.

Berdasarkan berbagai perkembangan tersebut di atas, maka penerimaan negara secara

keseluruhan dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan lebih rendah Daripada yang

direncanakan dalam APBN-nya. .

Sementara itu, realisasi anggaran belanja rutin dalam semester I 1998/1999 mencapai

Rp70.948,0 miliar atau 41,4 persen Dari anggaran yang ditetapkan dalam APBN. Berdasarkan

perkembangan realisasi anggaran belanja rutin dalam semester I 1998/1999, serta

memperhitungkan berbagai faktor dan kebutuhan pembiayaan yang diperkirkan dalam enam

Page 31: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 31

bulan berikutnya, maka alokasi anggaran be1anja rutin dalam semester II 1998/1999

diperkirakan lebih tinggi Dari realisasinya dalam semester 11998/1999. Lebih tingginya

perkiraan tersebut terutama berkaitan dengan tingginya perkiraan kebutuhan pembiayaan

operasional dan pemeliharaan, dan pembiayaan subsidi non-BBM, di samping direalisasikannya

pembayaran utang dalam negeri.

Atas dasar perkiraaan realisasi semester I dan prognosa semester II, realiasasi anggaran

belanja rutin dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan lebih rendah Daripada anggaran

yang ditetapkan dalam APBN-nya.

Pelaksanaan anggaran belanja pembangunan dalam semester I 1998/1999 dipengaruhi

oleh berbagai langkah penyesuaian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi

penggunaan anggaran dan memperkuat jaring pengaman sosial untuk menanggulangi dampak

meningkatnya pengangguran, setengah pengangguran dan jumlah penduduk miskin akibat krisis

ekonomi. Penyesuaian dimaksud dilakukan melalui peninjauan kembali seluruh program dan

proyek pembangunan yang belum mendesak serta realokasi dan penyediaan tambahan anggaran

bagi program perlindungan masyarakat di biuang kesejahteraan sosial, pendidikan dan

pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk kurang mampu, penciptaan lapangan kerja dan

kesempatan berusaha, peningkatan ketahanan pangan dan gizi, serta pemberdayaan usaha kecil,

menengah dan koperasi.

Sebagai dampak berlangsungnya proses penyesuaian tersebut, terutama penjadwalan

dan mekanisme revisi daftar isian proyek (DIP) yang memerlukan waktu, realisasi anggaran

belanja pembangunan dalam semester I 1998/1999 baru mencapai RpI9.101,8 miliar atau

menyerap sekitar 20,6 persen Dari alokasi anggaran yang direncanakan.

Berdasarkan perkembangan realisasi anggaran belanja pembangunan dalam semester

1998/1999, serta memperhatikan kecenderungan perkembangan penerimaan pembangunan,

terutama kemungkinan pencairan (disbursement) bantuan program dan bantuan proyek, serta

perkembangan daya serap proyek pembangunan, baik pembiayaan rupiah maupun bantuan

proyek dalam semester II 1998/1999 diperkirakan lebih tinggi Daripada realisasi semester I.

Sekalipun demikian, dengan pengendalian dan penghematan yang dilakukan terhadap

beberapa pos anggaran pembangunan rupiah, serta memperhitungkan kemungkinan lebih

rendahnya nilai lawan (rupiah) realisasi bantuan proyek akibat menguatnya nilai tukar rupiah,

realisasi anggaran belanja pembangunan dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan sedikit

Page 32: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 32

lebih rendah Daripada alokasi yang ditetapkan dalam APBN-nya.

1.6 Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

1999/2000

Sebagai kelanjutan kebijakan fiskal tahun anggaran 1998/1999, kebijakan fiskal dalam

tahun anggaran 1999/2000 dilaksanakan dengan misi utama untuk memberikan perlindungan

dan pemulihan kondisi sosial ekonomi kelompok masyarakat yang rentan akibat krisis ekonomi,

yang dilakukan melalui jaring pengaman sosial, serta untuk menstabilkan dan menggerakkan

perekonomian nasional, yang dilakukan melalui berbagai pengeluaran yang benar-benar efektif

dapat memberdayakan dan menstimulir kegiatan ekonomi, khususnya usaha kecil, menengah

dan koperasi.

Perencanaan besaran-besaran penerimaan dan pengeluaran negara dalam APBN

1999/2000 dilakukan dengan berpedoman pada prinsip kehati-hatian dan serealistis mungkin.

Beberapa faktor penting yang menentukan besaran-besaran tersebut mencakup kondisi terakhir

perekonomian dalam negeri dan global, harga minyak di pasar intenasional, nilai tukar (kurs)

rupiah, sasaran-sasaran program stabilisasi dan pemulihan ekonomi, serta kemampuan sumber-

sumber pembiayaan yang diperkirakan akan dapat dihimpun, baik Dari dalam negeri maupun

Dari luar negeri.

Kondisi ekonomi dalam negeri yang secara umum telah mulai menunjukkan

perkembangan yang membaik merupakan faktor yang cukup positif dalam penyusunan RAPBN

1999/2000. Perkembangan tersebut antara lain meliputi nilai tukar rupiah yang makin stabil

kearah keseimbangan bam yang lebih realistis, tingkat inflasi yang mulai terkendali dan tingkat

suku bunga yang mulai bergerak turun. Sementara itu perkembangan harga minyak di pasar

internasional cenderung menurun karena kelebihan posokan dan lemahnya permintaan.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut dengan seksama, maka asumsi

dasar yang digunakan dalam penyusunan APBN 1999/2000 adalah sebagai berikut (Tabel 1.6).

Page 33: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 33

Tabel 1.6 ASUMSI DASAR

APBN APBN

1999/2000 1998/1999

1.Pertumbuhan ekonomi (%) 0,0 - 12,0

2.Laju inflasi (%) 17,0 66,0

3.Harga minyak mentah (US$/barel) 10,5 13,0

4.Produksi minyak (ribu barel/hari) 1.520,0 1.520,0

5.Kurs (Rp/US$) 7.500,0 10.600,0

Dengan asumsi dasar tersebut dan dengan memperhatikan faktor - faktor yang berkaitan

dengan sisi penerimaan dan pengeluaran, maka APBN 1999/2000 direncanakan pada tingkat

Rp219.603,8 miliar atau 83,2 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam tahun 1998/1999

(Tabel 1.7).

Di sisi penerimaan, perbaikan kondisi ekonomi dan tingkat inflasi akan berpengaruh

positif terhadap sasaran penerimaan pajak, terutama pajak penghasilan (PPh), pajak

pertambahan nilai barang dan jasa, dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPn-BM),

serta penerimaan cukai. Penurunan tingkat suku bunga diperkirakan akan berpengaruh negatif

terhadap penerimaan PPh khususnya yang berasal dari bunga deposito, namun diharapkan hal

ini dapat diimbangi dengan penerimaan PPh dari sektor lainnya akibat perbaikan kondisi

ekonomi. Sementara itu, penguatan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap sasaran

penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas), penerimaan bea masuk, pajak ekspor, serta

penerimaan luar negeri.

Di lain pihak, rencana penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga akan sangat

dipengaruhi oleh keberhasilan pelaksanaan strategi kebijakan program privatisasi BUMN,

mengingat sasaran penerimaan yang diharapkan berasal Dari hasil divestasi saham pemerintah

pada BUMN relatif cukup besar.

Page 34: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 34

Tabel 1.7 IKHTISAR APBN SECARA GARIS BESAR

(dalam miliar rupiah)

APBN 1) APBN 1999/2000

Uraian 1997/1998 1998/1999 RAPBN APBN % %

1 2 3 4 5 (6=4:3) (7=5:3)

Total Penerimaan Negara 132.000,8 263.888,1 218.203,8 219.603,8 82,7 83,2 Penerimaan Dalam Negeri 108.183,8 149.302,5 140.803,8 142.203,8 94,3 95,2 Migas 35.357,0 49.711,4 20.965,0 20.965,0 42,2 42,2 Bukan migas 72.826,8 99.591,1 119.838,8 121.238,8 120,3 121,7

Penenmaan Luar Negeri 23.817,0 114.585,6 77 .400,0 77.400,0 67,5 67,5

Total Pengeluaran Negara 131.544,6 263.888,1 218.203,8 219.603,8 82,7. 83,2 Pengeluaran Rutin 84.606,2 171.205,1 134.555,5 137.155,5 78,6 80,1 Belanja Pegawai 19.175,1 24.781,4 32.037,1 33.569,1 129,3 135,5 Belanja Barang 9.031,9 11.425,1 11.039,0 11.039,0 96,6 96,6 Belanja Rutin Daerah 9.872,2 13.289,7 18.429,6 19.497,6 138,7 146,7 Bunga Dari Cicilan Hutang 29.697,1 66.236,4 44.810,9 44.810,9 67,7 67,7

Pengeluaran Rutin Lainnya 16.830,0 55.472,5 28.238,9 28.238,9 50,9 50,9

Pengeluaran Pembangunan 46.938,3 92.683,0 83.648,3 82.448,3 90,3 89,0 Surplus(Defisit) 456,2

1) Angka APBN-P

Parameter kebijakan lainnya yang juga akan mempengaruhi sasaran penerimaan negara

adalah kebijakan perubahan tarif pungutan (pajak) ekspor atas Crude Palm Oil (CPO) dan

produk-produk turunannya, yang diperkirakan akan mengakibatkan penerimaan pajak ekspor

dalam tahun anggaran mendatang tidak sebaik perkembangannya dalam tahun anggaran

1998/1999, mengingat sebagian besar penerimaan pajak ekspor berasal Dari pungutan atas

ekspor komoditi CPO dan produk-produk turunannya.

Di sisi pengeluaran negara, alokasi anggaran yang disediakan bagi pengeluaran rutin

akan diarahkan kepada upaya-upaya meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada

masyarakat, mempertahankan penghasilan riil pegawai negeri sipil dan anggota ABRI agar tidak

Page 35: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 35

merosot jauh akibat inflasi, serta membantu meringankan beban masyarakat akibat krisis

melalui penyediaan subsidi bagi berbagai komoditi strategis. Sehubungan dengan itu,

direncanakan untuk memberikan kenaikan gaji bagi pegawai negeri sipil, anggota ABRI dan

pensiunan, serta penyesuaian besarnya uang makan lauk-pauk bagi anggota ABRI. Demikian

pula, pemberian subsidi juga masih akan diberikan terutama untuk subsidi bahan bakar minyak

(BBM), subsidi listrik, dan subsidi pangan (beras), yang jumlahnya diperkirakan akan lebih

kecil Dari tahun sebelumnya mengingat penguatan nilai rupiah. Sementara itu, rencana

penundaan (reschedulling) pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri yang jatuh tempo

dalam tahun anggaran 1999/2000 sesuai dengan hasil kesepakatan yang dicapai dalam

pertemuan Paris (Paris Club), diperkirakan akan dapat menghemat anggaran rutin.

Di bidang pengeluaran pembangunan, dalam rangka mempertahankan dan memperluas

cakupan program jaring pengaman sosial, prioritas pembiayaan akan diletakkan pada (i) proyek-

proyek prasarana dengan kandungan lokal tinggi dan menyerap tenaga kerja besar, (ii)

perlindungan sosial dasar di biuang pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, dan proyek sosial

lainnya baik di perdesaan maupun di perkotaan, (iii) pengembangan usaha kecil dan menengah,

(iv) restrukturisasi sektor perbankan, dan (v) upaya mendorong ekspor nonmigas. Di samping

itu, rencana alokasi anggaran pengeluaran pembangunan juga diarahkan untuk menjabarkan

secara bertahap kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang lebih adil dan

proporsional, sebagai pelaksanaan awal Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Nomor XV /MPRl1998. Hal ini dilakukan melalui realokasi anggaran Dari proyek-

proyek sektoral menjadi dana pembangunan daerah, khususnya bantuan yang bersifat umum

(block grant) dalam jumlah yang lebih besar.

Volume anggaran belanja pembangunan direncanakan mencapai Rp82.448,3 miliar,

atau 89,0 persen dari alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBN 1998/1999. Sebagian

beban anggaran belanja pembangunan dimaksud akan diusahakan pembiayaannya dari sumber-

sumber dana pinjaman luar negeri (external financing), baik bantuan program maupun bantuan

proyek pada pos penerimaan luar negeri dalam APBN. Pinjaman program yang diperlukan

untuk membiayai program dan proyek pembangunan, termasuk program jaring pengaman sosial

diharapkan berasal dari bank dunia (IBRD), bank pembangunan Asia (ADB), dan bantuan

bilateral Dari pemerintah Jepang.

Page 36: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 36

1.7 Penutup

Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan penderitaan yang

cukup berat bagi bangsa Indonesia. Tingkat kesejahteraan masyarakat telah menurun drastis,

karena harga barang-barang kebutuhan pokok yang meningkat tajam, banyaknya anggota

masyarakat yang kehilangan pekerjaan, serta keresahan sosial yang meningkat.

Langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut

mempunyai arah yang jelas. Pada akhir tahun 1998 stabilisasi ekonomi makro telah berangsur-

angsur dapat diciptakan, selanjutnya dalam tahun 1999 dan tahun 2000 perekonomian

diperkirakan memulai proses pemulihan. Struktur dan kinerja perekonomian nasional terus

diupayakan agar lebih efisien sehingga akan lebih mampu bersaing baik di pasar domestik

maupun pasar global.

Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan seperti masa

sebelum krisis, banyak persoalan mendesak yang harus diselesaikan, diantaranya adalah

penyehatan perbankan nasional dan penyelesaian utang luar negeri swasta. Penanganan masalah

tersebut secara tuntas menuntut pengertian dan kerjasama antara Pemerintah, masyarakat luas

dan dunia usaha baik perbankan maupun bukan perbankan.

Dalam perjalanan sejarah hidupnya, Bangsa Indonesia telah beberapa kali dihadapkan

pada persoalan yang sangat berat dan selalu berhasil mengatasinya Demikian juga dalam

menghadapi krisis ekonomi yang seuang terjadi, dengan penuh keyakinan akan dapat segera

diatasi. Dengan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, budaya

disiplin dan kerja keras, serta semangat persatuan, kesatuan dan keadilan, masa depan Indonesia

yang lebih baik akan dapat dibangun.

Page 37: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 37

BAB II

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2.1 Pendahuluan

Sebagai salah satu piranti utama pelaksanaan kebijakan fiskal, pengelolaan anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBN) dalam dua tahun anggaran terakhir menghadapi

tantangan berat. Seperti diketahui, sejak pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia

dihadapkan pada berbagai permasalahan dan tantangan, diawali oleh adanya krisis moneter yang

dipicu oleh krisis mata uang bath Thailand pada bulan luli 1997 dan menjalar ke kawasan Asia

Tenggara, dan berkembang menjadi krisis ekonomi, bahkan berlanjut menjadi krisis

kepercayaan di dalam negeri. Keadaan tersebut telah menyebabkan nilai tukar (kurs) rupiah

terhadap valuta asing khususnya dolar Amerika, sangat mudah goyah dan cenderung terus

melemah, sehingga berdampak negatif terhadap kinerja perekonornian nasional, termasuk

pelaksanaan APBN 1998/1999. Seiring dengan terjadinya krisis, gejolak dan perubahan-

perubahan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir juga mewarnai dinamika kehidupan

berbangsa dan bernegara, sehingga menjadikan tahun 1998 penuh dengan rasa keprihatinan.

Dengan adanya krisis tersebut sendi-sendi kegiatan ekonomi menjadi terganggu,

sehingga berdampak pada makin menurunnya taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Hal ini telah berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran dan

setengah pengangguran, serta terganggunya sistem distribusi dan penyediaan bahan kebutuhan

pokok masyarakat yang memuncak pada kerusuhan media Mei 1998. Keadaan tersebut

mendorong perlunya dilakukan penyesuaian kembali berbagai sasaran dan program di biuang

fiskal, dengan lebih mengutarnakan penyediaan anggaran bagi perluasan kesempatan kerja,

pemenuhan kebutuhan dasar di biuang pendidikan dan kesehatan, serta penyediaan subsidi

bahan kebutuhan pokok untuk memperkuat jaring pengaman sosial (social safety net).

Di lain pihak, terjadinya krisis juga menghambat upaya pengerahan sumber dana dari

dalam negeri. Menurunnya aktivitas dunia usaha, telah berdampak kepada sulitnya upaya

peningkatam pendapatan negara, terutama dari sektor pajak. Sementara itu, penerimaan dari

sektor rnigas dalam beberapa waktu terakhir sulit diharapkan untuk meningkat, mengingat

perkembangan harga minyak dunia yang cenderung melemah. Di biuang penerimaan negara

bukan pajak (PNBP), meskipun Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 telah diberlakukan

Page 38: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 38

sehingga diharapkan pengelolaan jenis penerimaan ini dapat semakin tertib, namun merosotnya

perkembangan ekonomi berpengaruh terhadap rendahnya kegiatan masyarakat yang

memerlukan jasa pemerintah serta menurunnya keuntungan yang diperoleh BUMN. Kondisi

tersebut semakin dipersulit, mengingat pelaksanaan privatisasi beberapa BUMN yang semula

diharapkan dapat memberikan sumbangan cukup besar terhadap penerimaan negara, sampai saat

ini belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Dalam upaya mencukupi kebutuhan meningkatnya anggaran belanja rutin dan anggaran

belanja pembangunan, penerimaan yang bersumber dari bantuan luar negeri, baik bantuan

program maupun bantuan proyek ditingkatkan. Bantuan tersebut diharapkan diperoleh dari

lembaga-lembaga keuangan multilateral seperti Bank Dunia (World Bank), dan Bank

Pembangunan Asia (Asian Development Bank), serta Dari bantuan bilateral. Sasaran penerimaan

pembangunan dimaksudkan untuk dapat membiayai kebutuhan-kebutuhan meningkatnya

anggaran belanja negara. Sebagai gambaran, perkembangan kebijakan fiskal dalam Repelita V

dan RepelitaVI dapat diikuti dalam Tabel 11.1.

2.2 Perkembangan Pelaksanaan APBN sampai dengan Tahun Anggaran 1998/1999

2.2.1 Kebijakan Pokok di Biuang APBN

Sejak awal pelaksanaan Repelita I sampai dengan akhir Repelita VI (1969/1970 -

1998/1999), kebijakan keuangan negara yang tercermin dalam anggaran pendapatan dan belanja

negara (APBN) senantiasa danasarkan kepada prinsip anggaran berimbang yang dinamis.

Prinsip anggaran berimbang mengisyaratkan bahwa jumlah seluruh belanja negara, senantiasa

disesuaikan dengan besarnya, pendapatan negara yang dapat dihimpun dalam tahun anggaran

bersangkutan. Seuangkan prinsip anggaran dinamis mengisyaratkan bahwa dalam hal

penerimaaan negara lebih rendah dari yang direncanakan semula, pemerintah baru

mengupayakan agar pengeluaran dapat disesuaikan, sehingga keseimbangan APBN tetap dapat

terjaga. Namun demikian, dalam hal penerimaan negara melampaui yang direncanakan, masih

memungkinkan dibentuknya dana cauangan yang pemanfaatannya dilaksanakan pada saat

penerimaan negara tidak cukup untuk mendukung pembiayaan program-program yang

direncanakan.

Page 39: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 39

Page 40: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 40

Page 41: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 41

Sebagai pelaksanaan operasional tahun kelima Repelita VI, penyusunan APBN tahun

anggaran 1998/1999 juga tetap danasarkan kepada prinsip anggaran berimbang yang dinamis.

Namun dalam pelaksanaannya, APBN tahun anggaran 1998/1999 tidak terlepos dari berbagai

perkembangan yang terjadi di dalam dan di luar negeri, baik di biuang politik, ekonomi maupun

sosial. Dalam kaitan ini, terus memburuknya kondisi perekonomian nasional sejak pertengahan

tahun 1997 berdampak negatif terhadap kinerja perekonomian nasional, sehingga memberikan

tekanan yang sangat berat terhadap pelaksanaan APBN tahun anggaran 1998/1999.

Berkaitan dengan hal tersebut pada bulan Juli 1998 telah dilakukan penyesuaian

kebijakan fiskal yang mendasar, yaitu dengan melakukan revisi atas APBN tahun anggaran

1998/1999, yang oleh Dewan Perwakilan Rakyat telah disetujui dan selanjutnya disahkan

sebagai Unuang Unuang Nomor 7 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor

3 Tahun 1998 tentang APBN Tahun Anggaran 1998/1999. Kebijakan tersebut dimaksudkan

agar sasaran yang ditetapkan dalam APBN tahun anggaran 1998/1999 dapat dilaksanakan secara

wajar dan sejalan dengan perkembangan dan perubahan keadaan, serta dapat mendukung

program reformasi dan stabilisasi di biuang ekonomi. Selain itu, langkah kebijakan dimaksud

juga merupakan upaya mengembalikan kepercayaan masyarakat di dalam dan di luar negeri

terhadap perekonomian nasional, sehingga upaya pemulihan kondisi perekonomian dapat

dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan .

Dengan adanya perubahan dimaksud, volume APBN tahun anggaran 1998/1999

berimbang pada tingkat Rp 263.888,1 miliar. Namun demikian apabila dikaji lebih mendalam,

dalam perubahan APBN tahun anggaran 1998/1999 tersebut tabungan pemerintah menjadi

negatif Rp 21.902,6 miliar.

Di sisi pendapatan negara, dengan adanya kecenderungan harga minyak mentah yang

melemah dalam tahun anggaran 1998/1999, sementara kondisi perekonomian nasional masih

mengalami krisis, maka optimalisasi penggalian terhadap berbagai pos penerimaan negara tetap

diupayakan. Di sektor migas, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam tahun

anggaran 1998/1999 diperkirakan lebih rendah Dari tahun sebelumnya. Hal ini terutama

disebabkan oleh adanya kecenderungan menurunnya harga minyak mentah di pasar

internasional sebagai akibat kelebihan produksi minyak dunia, dan turunnya permintaan sejalan

dengan krisis ekonomi dan keuangan yang dialami beberapa negara di kawasan Asia. Namun

demikian, dengan melemahnya nilai tukar rupiah yang cukup tajam diharapkan penerimaan

Page 42: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 42

migas dalam bentuk rupiah masih memberikan sumbangan yang cukup besar.

Di bidang perpajakan, faktor-faktor positif yang diperkirakan masih dapat mendukung

penerimaan pajak yang cukup berarti, antara lain adalah adanya pencabutan fasilitas perpajakan

dari beberapa sektor usaha, serta kenaikan nilai transaksi di biuang pertambangan, kenaikan

nilai rupiah dari transaksi impor, pemberlakuan Undang-undang tentang Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB), serta meningkatnya coverage ratio. Sementara itu,

kebijaksanaan tingkat suku bunga deposito dan SBI yang cukup tinggi, dengan maksud untuk

menarik minat masyarakat agar menyimpan dananya di sektor perbankan, sekaligus sebagai

upaya meredam spekulasi dalam perdagangan valuta asing, secara tidak langsung memberikan

dampak yang cukup menguntungkan bagi upaya mobilisasi penerimaan pajak penghasilan

(PPh). Namun demikian hat ini hanya bersifat semen tara, karena kebijaksanaan suku bunga

tinggi kurang menguntungkan bagi kegiatan dunia usaha, yang justru merupakan objek

pengenaan PPh.

Di bidang cukai, upaya peningkatan penerimaan tersebut dilakukan melalui penyesuaian

harga dasar cukai, pemberantasan peredaran pita cukai palsu, pencegahan terhadap pelanggaran

penjualan hasil tembakau di atas banderol, dan pengawasan penjualan hasil tembakau yang

mendapatkan pembebasan cukai. Di biuang pungutan (pajak) ekspor, upaya peningkatan sasaran

penerimaan antara lain dilaksanakan melalui perubahan tarif pajak ekspor atas minyak sawit

mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya. Sementara itu, kecenderungan semakin

meningkatnya permintaan luar negeri dan membaiknya harga atas beberapa komoditi yang

terkena pajak ekspor, di antaranya CPO dan produk-produk turunannya, seperti Refined

Bleached Deodorized (RBD) Palm Oil, RBD Olein, dan Crude Olein, telah memberikan dampak

pada peningkatan penerimaan pajak ekspor.

Di bidang penerimaan negara bukan pajak, peningkatan sasaran penerimaan diupayakan

melalui peningkatan disiplin dalam pengelolaan PNBP sejalan dengan pemberlakuan Undang

undang Nornor 20 Tahun 1997 tentang Penerirnaan Negara Bukan Pajak. Sernentara itu,

rneskipun upaya peningkatan PNBP dari bagian pernerintah atas penjualan saharn (divestasi)

beberapa BUMN diperkirakan belurn dapat rnencapai sasaran, namun peningkatan penerirnaan

Dari keuntungan BUMN tetap diupayakan secara rnaksirnal.

Di bidang belanja negara, guna rneningkatkan efisiensi anggaran belanja negara, telah

dilakukan penjadwalan berbagai proyek dan kegiatan yang kurang rnendesak atau tidak rnenjadi

Page 43: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 43

prioritas, seraya rnelakukan realokasi dan tarnbahan anggaran untuk rnernperkuat jaring

pengarnan sosial (social safety net). Dalam upaya rnengurangi dampak sosial yang rnakin luas

dari krisis ekonorni dan rnoneter, anggaran bagi subsidi BBM, subsidi listrik, subsidi pangan

dan subsidi obat-obatan rnenjadi bertarnbah besar. Hal ini terutarna berkaitan dengan

rneningkatnya harga pangan sebagai akibat rnenurunnya produksi dan kekurangan posokan

karena kekeringan panjang pada rnusirn tanam tahun 1997, serta rneningkatnya harga obat

sebagai akibat dari rneningkatnya biaya irnpor obat jadi dan bahan baku obat karena depresiasi

rupiah.

Dalam upaya rneringankan beban anggaran negara, rnelalui perternuan Paris ( Paris

Club) telah diupayakan penangguhan (reschedulling) terhadap sebagian pernbayaran kewajiban

cicilan pokok pinjarnan luar negeri, terutarna pinjarnan bilateral dan fasilitas kredit ekspor. Di

lain pihak, guna rnenutup defisit APBN yang cukup besar akibat tambahan beban pengeluaran

bagi berbagai jenis subsidi dan anggaran bagi prograrn jaring pengaman sosial, rnelalui

perternuan Consultative Group on Indonesia telah berhasil diupayakan untuk rnernperoleh

tarnbahan bantuan luar negeri yang segera dapat dicairkan (fast disbursing assistance/FDA).

Di sisi pengeluaran pernbangunan, anggaran belanja pernbangunan diharapkan dapat

berperan rnernpercepat upaya proses stabilisasi dan reforrnasi struktural, rnengingat dalarn rnasa

krisis rnoneter dan ekonorni dewasa ini sektor rnasyarakat dan dunia usaha (swasta) kurang

rnampu rnenjadi lokornotif kegiatan ekonorni. Berkaitan dengan itu, dilaksanakan penajarnan

prioritas alokasi dan peningkatkan efisiensi penggunaan anggaran belanja pernbangunan,

penundaan proyek-proyek dan kegiatan pernbangunan yang belurn rnendesak, serta penyediaan

tambahan anggaran untuk rneningkatkan peranan pengusaha kecil, rnenengah dan koperasi.

Dalam lingkup sektoral, prioritas alokasi anggaran belanja pernbangunan diberikan pada sektor-

sektor yang rnenunjang peningkatan penciptaan lapangan kerja dan kesernpatan berusaha,

pernenuhan kebutuhan pokok dan pengernbangan produksi pangan dalam rangka rneningkatkan

kegiatan ekonorni, pernenuhan kebutuhan dasar di biuang pendidikan dan kesehatan dalam

rangka rnernperkuat jaring pengaman sosial, serta operasi dan perneliharaan proyek prasarana

dan sarana dasar.

2.2.2 Penerimaan Dalam Negeri

Sejalan dengan perkernbangan ekonorni saat ini, peran penerirnaan dalam negeri bagi

Page 44: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 44

APBN rnenjadi rnakin penting baik dalarn rangka pernbiayaan kegiatan pernerintah rnaupun

dalam kaitannya dengan pelaksanaan kebijaksanaan fiskal. Oleh karena itu, penerirnaan dalarn

negeri yang terdiri dari penerirnaan rninyak bumi dan gas alarn (rnigas), penerirnaan

perpajakan, dan penerimaan bukan pajak senantiasa dikernbangkan dari waktu ke waktu.

Berkaitan dengan kurang menentunya perkembangan penerimaan migas yang sangat ditentukan

oleh berbagai faktor eksternal yang variatif dan sulit untuk diperkirakan, maka harapan

pengembangan penerimaan dalam negeri dititikberatkan pada penerimaan perpajakan.

Sehubungan dengan itu, ditempuh berbagai kebijaksanaan di biuang perpajakan yang

mulai diluncurkan sejak tahun 1984 melalui paket reformasi perpajakan 1984. Di tahun-tahun

selanjutnya, langkah reformasi tersebut senantiasa ditinjau dan disempumakan. Sasaran utama

Dari ditempuhnya kebijaksanaan perpajakan adalah untuk meningkatkan penerimaan perpajakan

melalui penyempurnaan sistem pengelolaan perpajakan, baik yang menyangkut peraturan

perUndang-undangan, sistem administrasi, maupun sumber daya manusianya.

Sementara itu, penerimaan negara bukan pajak yang meliputi laba BUMN dan berbagai

jenis penerimaan yang berasal dari departemen/lembaga pemerintah nondepartemen terus

diupayakan peningkatannya. Hal itu dilakukan melalui ditempuhnya berbagai kebijaksanaan

dengan harapan agar penerimaan ini dapat memberikan kontribusi yang makin besar bagi

penerimaan dalam negeri. Langkab-langkab yang ditempuh antara lain pemberlakuan Undang-

undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta upaya privatisasi BUMN.

2.2.2.1 Penerimaan Minyak Bumi dan Gas Alam

Komoditas minyak bumidan gas alam, sampai dengan saat ini masih memegang peran

yang cukup penting, baik sebagai somber pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri maupun

sebagai somber penerimaan negara. Walaupun dalam beberapa tahun terakhir ini sumbangannya

terhadap penerimaan negara tidak sebesar pada periode.sebelumnya, penerimaan dari minyak

bumi dan gas alam (migas) masih merupakan sumber penerimaan yang handal bagi penerimaan

negara.

Sejak awal Repelita VI sampai dengan tahun keempat Repelita VI (1994/1995-

1997/1998), kontribusi penerimaan migas terhadap penerimaan negara terus meningkat yaitu

dari 17,8 persen pada awal Repelita VI menjadi 26,8 persen pada tahun keempat Repelita VI.

Page 45: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 45

Besarnya penerimaan minyak bumi sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak mentah

Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) di pasar internasional, besarnya produksi minyak

yang disepakati dalam siuang OPEC, serta fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Memasuki awal PIP II, pada tahun anggaran 1994/1995, harga rata-rata minyak mentah

Indonesia (ICP) mencapai US$ 14,75 per barel. Dalam perkembangan selanjutnya harga

tersebut cukup berfluktuasi. Harga rata-rata ICP tertinggi dalam tahun pertama Repelita VI

mencapai US$ 17,84 per barel pada bulan Februari 1995, seuang dalam tahun kedua, ketiga dan

keempat Repelita VI, masing-masing mencapai US$ 18,98 per barel pada bulan Januari 1996,

US$ 23,90 per barel pada bulan J anuari 1997, dan US$ 19,50 per barel pada bulan Oktober

1997. Berfluktuasinya harga rata-rata ICP ini disebabkan oleh pergerakan permintaan dan

penawaran minyak mentah di . pasar internasional. Perkembangan harga ekspor minyak mentah

Indonesia sejak awal Repelita I sampai dengan November 1998 dapat diikuti dalam Tabel 11.2.

Tingkat produksi minyak bumi dan kondensat di dalam Negeri selama empat tahun pelaksanaan

Repelita VI menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Pada tahun anggaran

1994/1995, produksi minyak bumi dan kondensat mencapai 588,6 juta barel, dan terus

mengalarni penurunan hingga mencapai 571,2 juta barel dalam tahun keempat Repelita VI.

Turunnya produksi minyak mentah dan kondensat ini antara lain disebabkan oleh menurunnya

penandatanganan pembagian kontrak produksi CKPS) baru dan terbatasnya dana KPS, sehingga

target penyelidikan seismik (penyelidikan awal, sebelum dilakukan pengeboran eksplorasi) dan

pengeboran eksplorasi tidak tercapai. Di samping itu juga disebabkan oleh berkurangnya

penemuan lapangan baru yang ekonomis.

Sementara itu, seiring dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, terutama

pada sektor-sektor industri, transportasi dan pembangkit tenaga listrik, kebutuhan bahan bakar

minyakpun terus meningkat. Untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan tersebut, maka harus

disediakan dari kilang dalam negeri, termasuk mengilang minyak bumi dalam negeri yang

seharusnya diekspor. Kondisi ini pada gilirannya akan mempengarnhi kemampuan ekspor

minyak bumi dan kondensat. Pada tahun anggaran 1996/1997, ekspor rninyak mentah dan

kondensat mencapai 288,2 juta barel, namun pada tahun anggaran 1997/1998 berkurang menjadi

272,9 juta barel.

Page 46: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 46

Tabel ll.2

BARGA EKSPOR MINY AK MENT AH INDONESIA, 1969 - 1998 1)

(dalam US$ per barel)

Taboo Barga Taboo Barga

(1) (2) (3) (4)

1969 April 1,67 1995 Januari 16,96

Februari 17,84 1970 April 1,67

Maret 17,79

1971April 2,21 rjl 18,08

el18,23 1972April 2,96

Juni 17,24

1973April 3,73 Juli 16,02

1974April 11,70 Agustus 16,22

September 16,31 1975April 12,60

Oktober 16,05

1976April 12,80 November 16,65

1977April 13,55 Desember 18,02

1996 Januari 18,98 1978April 13,55

Februari 18,56

1979April 15,65 Maret 18,97

1980April 29,50 rjl 19,21

el18,86 1981April 35,00

Juni 19,05

1982April 35,00 Juli 19,45

Agustus 19,33 1983April 29,53

September 20,92

1984April 29,53 Oktober 23,04

1985April 28,53 November 22,47

Desember 22,78 1986April 10,66

1997 Januari 23,90

1987April 17,57 Februari 21,21

1988April 17,56 Maret 19,37

1989 April 18,35 April 17,93

Mei 18,78

1990April 17,23 Juni 17,86

1991April 17,05 Juli 17,51

Agustus 18,00 1992April 17,23

September 17,78

1993April 18,80 Oktober 19,50

1994Januari 14,70 November 19,19

Februari 14,91 Desember 17,24

Maret 14,18 1998 Januari 14,52

April 14,75 Februari 13,47

Mei 15,52 Maret 12,14

Juni 16,39 rjl 13,20

el12,91 Juli 17,48

Juni 12,09

Agustus 17,61 Juli 12,51

September 16,31 Agustus 12,06

Oktober 16,18 September 12,09

November 16,27 Oktober 12,94

Desember 16,11 November 11,82

1) SebelumApril1989 adalah hargaminyakjenis Minas (SLC),dan sejak April 1989

adalah haria raIa-raia minyak Indonesia (ICP).

2) Angka sementara.

Page 47: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 47

Selain menghasilkan minyak bumi pengeboran eksplorasi juga menghasilkan gas alam

Pada tahun anggaran 1997/1998, produksi gas alam mencapai 3.130,5 miliar kaki kubik, atau

0,97 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya, yang mencapai 3.161,3 miliar kaki kubik.

Seuangkan pemanfaatan pada tahun anggaran 1997/1998, hanya mencapai 2.940,0 rniliar kaki

kubik atau 1,49 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya. Turunnya produksi dan

pemanfaatan gas alam ini sebagai akibat Dari berkurangnya perrnintaan pemakaian gas alam

untuk memenuhi kebutuhan LNG Bontang Train dan ekspansi train lainnya, serta

berkurangnya perrnintaan gas alam sebagai bahan baku industri dan pembangkit tenaga listrik.

Sementara itu, produksi liquid natural gas (LNG) dalam tahun anggaran 1997/1998

mengalarni peningkatan menjadi 1.401,2 juta MMBTU Dari 1.354,8 juta MMBTU pada tahun

sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh telah beroperasinya kilang Train F Bontang,

sementara train yang lainnya dapat beroperasi secara normal. Seuangkan ekspor LNG pada

tahun anggaran 1996/1997 mencapai 1.367,1 juta MMBTU dan pada tahun anggaran 1997/1998

meningkat menjadi 1.382,7 juta MMBTU. Peningkatan ekspor LNG ini antara lain disebabkan

oleh adanya tambahan kontrak jangka pendek ke Jepang, Korea dan Taiwan. Berbeda dengan

produksi LNG yang meningkat, produksi liquid petroleum gas (LPG) mengalami penurunan

Dari 3,1 juta ton pada tahun anggaran 1996/1997 menjadi 2,7 juta ton pada tahun anggaran

1997/1998. Seuangkan ekspor LPG pada tahun anggaran 1996/1997 mencapai 2,6 juta ton, dan

pada tahun anggaran 1997/1998 menurun menjadi 2,1 juta ton. Menurunnya ekspor LPG ini

antara lain berkaitan dengan menurunnya permintaan LPG di luar negeri, sebagai akibat adanya

resesi ekonorni.

Melihat kepada perkembangan harga dan produksi rninyak mentah Indonesia di pasar

internasional serta produksi dan ekspor LNG dan LPG, maka dalam empat tahun pertama

pelaksanaan Repelita VI, penerimaan minyak bumi rata-rata tumbuh 36,64 persen per tahun,

seuangkan penerimaan gas alam mengalarni peningkatan rata-rata 40,67 persen per tahun.

Sementara itu, pada tahun anggaran 1998/1999, penerimaan minyak bumi dan gas alam

diperkirakan meningkat cukup tajam yaitu 40,6 persen Dari tahun anggaran sebelumnya.

Peningkatan ini lebih banyak disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika, sebagai akibat terjadinya krisis ekonomi, yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.

2.2.2.2 Penerimaan Perpajakan

Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan pembiayaan pembangunan dan aktivitas

Page 48: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 48

pemerintahan, kebutuhan akan peningkatan penerimaan negara menjadi semakin mendesak.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pemerintah telah melakukan upaya-upaya ekstensifikasi

dan intensifikasi pemungutan pajak. Dengan adanya program ekstensifikasi diharapkan

penerimaan pajak dapat meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah wajib pajak dan

perluasan jenis objek pajaknya. Sementara itu, melalui program intensifikasi penerimaan pajak

yang dilakukan melalui peningkatan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak, serta upaya

penegakan hukum, diharapkan penerimaan pajak akan meningkat lebih besar lagi. Dsamping itu,

juga telah dilakukan upaya penyempurnaan sistem administrasi perpajakan melalui

kebijaksanaan penetapan Nomor Pokok Wajib Pajak tunggal yang berlaku sejak tanggal 1 Juni

1998. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan administrasi perpajakan semakin sempurna

terutama dalam rangka mendorong penerimaan pajak di masa yang akan datang.

Pada masa krisis yang telah berlansung dalam satu tahun terakhir ini, penerimaan

pajak tidak terlalu menggembirakan. Hal itu berkaitan dengan melemahnya pertumbuhan sektor

swasta dan dunia usaha, yang pada gilirannya berpengaruh pada menurunnya kontribusi sektor

tersebut pada penerimaan perpajakan. Dalam kondisi normal, penerimaan pajak berhubungan

erat dengan beberapa variabel makro, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, perkembangan

harga (inflasi), dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Sementara itu, khusus untuk

pajak penghasilan, peningkatan suku bunga deposito yang terjadi akhir-akhir ini, telah

berpengaruh positif kepada meningkatnya potensi penerimaan PPh. Namun di lain pihak

kemerosotan biuang ekonomi, telah memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi

hampir semua jenis pajak pada tahun anggaran 1998/1999.

2.2.2.2.1 Pajak Penghasilan (PPh)

Pemungutan pajak penghasilan danasarkan pada Undang-undang Nomor 10 Tahun

1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991. Dalam Undang-

undang tersebut, tarif pajak penghasilan ditetapkan 10 persen, 15 persen dan 30 persen masing-

masing untuk lapisan penghasilan kena pajak dari 0 sampai dengan Rp 25 juta, di atas Rp 25

juta sampai dengan Rp 50 juta dan lebih besar dari Rp 50 juta. Selain adanya perubahan tarif

pajak penghasilan, dalam Undang-undang Nomor 10 tersebut juga dilakukan penyesuaian

besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) menjadi sebesar Rp 1.728.000 untuk wajib pajak

Page 49: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 49

orang pribadi. Berbagai perubahan yang diikuti dengan penyempurnaan berbagai peraturan

lainnya tersebut dimaksudkan untuk mendorong kesadaran masyarakat untuk membayar pajak,

telah meningkatkan penerimaan pajak penghasilan dalam beberapa tahun terakhir.

Pencapaian sasaran penerimaan pajak penghasilan selain sangat ditentukan oleh kondisi

perekonomian juga ditentukan oleh intensitas upaya pemerintah untuk melakukan

pemungutannya. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan efisiensi pemungutan pajak

penghasilan telah diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 110 Tahun 1997

tanggal 19 Juni 1997 yang mengatur tentang pelimpahan wewenang Direktur Jenderal Pajak

kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak untuk menerbitkan surat persetujuan

pemusatan pajak penghasilan Pasal 21 sepanjang kantor pelayanan pajak terkait berada dalarn

satu wilayah kerja yang sama. Seuangkan untuk mendukung pelaksanaan peningkatan efisiensi

administrasi perpajakan yang berkenaan dengan transaksi impor, telah diterbitkan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 450 Tahun 1997 tentang Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan

Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan, serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya.

Selanjutnya, sebagai upaya untuk meningkatkan penerimaan PPh telah dikeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 tanggal 16 April 1996, tentang Pembayaran Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan, yang telah ditindak

lanjuti dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394 Tahun 1996

tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemotongan Pajak Penghasilan dari Persewaan Tanah

dan/atau Bangunan. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa penghasilan yang diterima atau

diperoleh orang pribadi atau badan sehubungan dengan persewaan tanah, rumah, apartemen, dan

sejenisnya, ditetapkan terutang pajak penghasilan yang bersifat final. Selain itu juga telah

dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1996 tanggal 8 Juli 1996 tentang Pajak

Penghasilan Berupa Bunga atau Diskonto Obligasi yang dijual di Bursa Efek. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah tersebut, penghasilan berupa bunga diskonto yang berasal Dari obligasi

yang dijual di bursa efek dipotong pajak penghasilan yang bersifat final. Sementara itu, dalarn

rangka mendorong pemulihan kondisi perekonomian Indonesia, dipanuang perlu untuk

memberikan kemudahan perpajakan bagi sektor-sektor perbankan, perdagangan, industri, dan

jasa. Untuk itu, telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 1998

tanggal 27 Februari 1998 tentang Penghapusan Piutang tak Tertagih, di mana pengusaha kena

pajak dapat memberlakukan piutang yang tidak dapat ditagih sebagai biaya usaha sesuai biuang

Page 50: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 50

usaha Dari masing-masing wajib pajak yang bersangkutan.

Dalarn rangka memperlancar pelaksanaan proyek-proyek pemerintah yang dibiayai

dengan dana pinjarnan luar negeri atau hibah, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 63

Tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995

tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tarnbahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah, dan Pajak Penghasilan Dalarn Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang

Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri. Peraturan Pemerintah tersebut

mengatur tentang pemberian fasilitas PPh ditanggung pemerintah, yang diberikan kepada

karyawan asing yang bekerja pada kontraktor, konsultan, dan pemasok utama atas penghasilan

yang diterima atau diperoleh dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai

dengan hibah. Selain itu, fasilitas tersebut juga berlaku bagi penghasilan kontraktor, konsultan,

dan pemasok lapisan kedua yang diperoleh dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka proyek

pemerintah yang dibiayai dengan hibah.

Dalam empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, penerimaan PPh meningkat rata-

rata 14,9 persen per tahun. Seuangkan dalam tahun terakhir Repelita VI (1998/1999)

penerimaan PPh diperkirakan 9,2 persen lebih rendah dari perkiraan realisasi tahun anggaran

sebelumnya.

2.2.2.2.2 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPN dan PPnBM)

Penerimaan pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang

mewah (PPN dan PPnBM) berkaitan erat dengan kondisi ekonomi yang berlaku, seperti

produksi nasional (produk domestik bruto) dan pertumbuhannya, tingkat harga umum dan

perubahannya, serta nilai tukar rupiah terhadap valuta asing. Faktor-faktor tersebut menentukan

penerimaan PPN dan PPnBM melalui pengaruhnya pada nilai transaksi penyerahan barang dan

jasa yang merupakan objek PPN dan PPnBM.

PPN dikenakan atas transaksi penyerahan barang dan jasa kena pajak dengan tarif 10

persen, seuangkan atas ekspor tarifnya 0 persen. Sementara itu, penyerahan barang yang

tergolong mewah merupakan objek PPnBM yang tarifnya diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 50 Tahun 1994 tanggal 28 Desember 1994 Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 1996 tanggal l9 Februari 1996. Peraturan Pemerintah tersebut

mengatur bahwa tarif PPnBM adalah 20 persen, 25 persen, dan 35 persen untuk objek kendaraan

Page 51: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 51

bermotor sesuai dengan tingkat kemewahannya, sementara untuk objek bukan kendaraan

bermotor adalah 10 persen, 20 persen, dan 35 persen.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan penerimaan PPN dan PPnBM dalam tahun

anggaran 1998/1999 telah dilaksanakan kebijaksanaan pengenaan PPN dan PPnBM atas mobil

nasional, pengenaan PPN dan PPnBM atas jasa sertifikasi, pencabutan pemberian fasilitas impor

atas barang modal dalam rangka usaha penyediaan tenaga listrik oleh swasta, pencabutan

fasilitas PPN atas impor kendaraan taksi, serta pengurangan jumlah barang kena pajak yang atas

penyerahannya diberikan fasilitas PPN ditanggung pemerintah.

Sementara itu, dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi dan penerimaan perpajakan

antara lain telah dilakukan kebijaksanaan tidak terutangnya PPN atas penyerahan buah kelapa

dan kemiri sampai dengan tahap pengeringan (dan kelapa sampai menjadi kopra). Selain itu juga

telah dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Keputusan

Presiden Nomor 89 Tahun 1996 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET),

yang mengatur tentang pemberian fasilitas kepada pengusaha yang melakukan kegiatan usaha di

dalam KAPET, berupa tidak dipungutnya PPN dan PPnBM atas transaksi penyerahan barang

kena pajak tertentu.

Untuk efektifnya upaya peningkatan PPN dan PPnBM, di samping kebijaksanaan

tersebut juga dilakukan upaya peningkatan penyuluhan dan pelayanan kepada wajib pajak,

konfirmasi faktur pajak, uji silang antara data PPN dengan data PPh, pemeriksaan sederhana

lapangan terhadap pengusaha yang tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan

menjadi pengusaha kena pajak (PKP), serta PKP yang SPT masanya memenuhi kriteria

pemeriksaan sederhana lapangan. Kebijaksanaan tersebut danukung oleh pelaksanaan

pemeriksaan kantor, dengan meneliti SPT PPN dan dokumen-dokumen pendukungnya untuk

mengetahui apakah wajib pajak yang bersangkutan masih memiliki kewajiban PPN.

Selanjutnya, kebijaksanaan lain yang mampu meningkatkan penerimaan adalah peningkatan

kerjasama dengan instansi-instansi terkait, dalam rangka melakukan pemeriksaan sederhana

lapangan/kantor, untuk menguji kepatuhan PKP.

Dalam perkembangannya, penerimaan PPN dan PPnBM senantiasa meningkat Dari

tahun ke tahun. Dalam empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, penerimaan PPN dan

PPnBM mengalami pertumbuhan rata-rata 14,0 persen per tahun. Dalam tahun anggaran

1998/1999, penerimaan PPN dan PPnBM direncanakan 18,1 persen lebih tinggi bila

Page 52: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 52

dibandingkan dengan perkiraan realisasi tahun anggaran 1997/1998. Dalam tahun tersebut peran

penerimaan PPN dan PPnBM terhadap penerimaan perpajakan adalah 39,7 persen.

2.2.2.2.3 Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(PBB dan BPHTB)

Pajak bumi dan bangunan (PBB) merupakan pungutan yang dikenakan atas tanah dan

bangunan yang danirikan di atasnya. Hasil pungutan tersebut, 90 persen dikembalikan kepada

daerah setempat melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tingkat I 16,2 persen,

dan APBD tingkat II 64,8 persen. Seuangkan sisanya, 9 persen digunakan sebagai upah biaya

pungut. Sementara itu, bagian pemerintah pusat yang mencapai 10 persen, sejak tahun 1994

telah dialokasikan kembali kepada daerah dengan perincian 65 persen dibagikan secara merata

kepada Dati II, seuangkan 35 persen dialokasikan sebagai insentif kepada Dati II yang realisasi

penerimaan PBB tahun anggaran sebelumnya berhasil mencapai/melampaui rencana penerimaan

yang telah ditetapkan.

Peraturan yang mendasari pungutan PBB adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun

1994, tentang Perubahan alas Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan. Kebijaksanaan yang ditempuh dalam mengembangkan jenis pajak langsung ini, tidak

semata-mata ditujukan untuk menghimpun penerimaan negara, namun juga diarahkan untuk

mencapai sasaran pemerataan, terutama untuk membantu kelompok masyarakat yang kurang

mampu. Untuk itu hingga tahun anggaran 1998/1999, ketentuan besarnya nilai jual obyek pajak

tidak kena pajak (NJOP- TKP) yaitu Rp 8.000.000 untuk setiap wajib pajak, masih tetap

dipertahankan. Dengan demikian, masyarakat yang memanfaatkan tanah dan bangunan yang

nilainya tidak lebih Dari Rp 8.000.000, dibebaskan dari kewajiban membayar PBB.

Sementara itu, berkaitan dengan upaya meningkatkan penerimaan jenis pajak ini, maka

program ekstensifikasi di biuang pemungutan PBB dilakukan dengan memperluas objek pajak,

yakni dengan dikenakannya pajak bumi dan bangunan atas tanah dan bangunan milik perguruan

tinggi swasta, serta rumah sakit swasta yang beroperasi secara komersial. Kebijaksanaan

tersebut dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 796 Tahun 1993. Di samping

itu, bagi objek-objek pajak bumi dan bangunan yang mempunyai karakteristik khusus seperti

bandar udara, pelabuhan laut, lapangan golf, pabrik-pabrik, dan industri-industri dilakukan

penilaian secara kasus per kasus.

Page 53: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 53

Selanjutnya dalam rangka memperluas objek pajak yang berkaitan dengan perolehan

hak atas tanah dan bangunan, sejak 1 Juli 1998 diberlakukan Undang-undang Nomor 21 Tahun

1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Bea tersebut merupakan

jenis penerimaan pajak baru yang dikenakan atas nilai perolehan hak atas tanah dan/atau

bangunan yang meliputi pemindahan hak dan pemberian hak baru. Dalam Undang-undang

tersebut juga diatur bahwa tarifnya adalah 5 persen dari nilai perolehan objek pajak, yang

melebihi nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) sebesar Rp 30 juta.

Dalam upaya melaksanakan program intensifikasi pemungutan pajak bumi dan

bangunan, telah dilakukan upaya penagihan tunggakan secara lebih aktif disertai peningkatan

pelayanan kepada wajib pajak, pemantapan sistem tempat pembayaran (Sistep), pengembangan

sistem manajemen informasi objek pajak (Sismiop), dan peningkatan jumlah serta kemampuan

aparat pajak. Selain itu upaya intensifikasi pemungutan pajak juga dilakukan dengan

meningkatkan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak serta kerja sama dengan Pemerintah Daerah

tingkat II.

Realisasi penerimaan PBB dalam kurun waktu empat tahun pertama pelaksanaan

Repelita VI menunjukkan pertumbuhan 17,2 persen per tahun. Sementara itu dalam APBN

tahun anggaran 1998/1999 sasaran penerimaan PBB dan BPHTB dianggarkan 28,5 persen lebih

tinggi dari perkiraan realisasi tahun anggaran sebelumnya.

2.2.2.2.4 Cukai

Kebijaksanaan pemungutan cukai tidak semata-mata dilaksanakan untuk mengisi kas

negara (fungsi budgeter) , tetapi juga bertujuan sebagai alat pengatur dalam rangka perlindungan

bagi masyarakat. Pengawasan dan penerapan sanksi untuk menjamin ditaatinya ketentuan

tersebut diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Berdasarkan

peraturan tersebut tarif maksimum cukai adalah 250 persen apabila harga dasarnya adalah harga

jual pabrik, atau 55 persen apabila harga dasarnya adalah harga jual eceran. Dengan demikian,

peranan tarif tersebut tidak saja berorientasi pada aspek penerimaan, melainkan

mempertimbangkan pula aspek pembatasan produksi dan konsumsi. Seuangkan dasar

perhitungan besarnya penerimaan cukai tergantung dari jumlah barang kena cukai, tarif, dan

harga dasar, sehingga apabila di antara ketiga unsur tersebut ada yang berubah, maka jumlah

penerimaan cukai juga akan ikut terpengaruh..

Page 54: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 54

Sementara itu, dalam rangka meningkatkan penerimaan cukai, dalam tahun anggaran

1998/1999 pemerintah telah melakukan perubahan harga jual eceran barang kena cukai. Di

samping itu, Pemerintah juga memberikan pembebasan cukai atas barang-barang untuk

keperluan tertentu, seperti untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pencegahan pencemaran

lingkungan, serta pengembalian cukai apabila barang tersebut diekspor.

Dalam rangka mengendalikan dan membatasi jumlah konsumsi produk hasil tembakau,

dalam tahun anggaran 1998/1999 telah diberlakukan ketentuan pemungutan cukai hasil

tembakau melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 118 Tahun 1998 tentang Penetapan

Tarif Cukai dan Harga Dasar Hasil Tembakau yang berlaku mulai 1 April 1998. Dalam

pelaksanaannya, keputusan tersebut telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Direktur Jenderal

Bea dan Cukai yang terakhir melalui Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 55

Tahun 1998 tentang Penetapan Harga Jual Eceran Hasil Tembakau yang berlaku mulai bulan

Oktober 1998. Seuangkan untuk hasil tembakau jenis sigaret putih mesin (SPM), diatur

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 445 Tahun 1998 tentang Penetapan Tarif

Cukai Khusus Hasil Tembakau Jenis Sigaret Putih Mesin. Dalam rangka penyesuaian terhadap

perkembangan industri hasil tembakau, telah dikeluarkan Keputusan Dirjen Bea dan Cukai

Nomor 55 Tahun 1998 tentang Perubahan Pasal 4 Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat (4) serta Pasal 6

Ayat (1) dan Ayat (2) Keputusan Dirjen Bea dan Cukai Nomor 16 Tahun 1998 tentang

Penetapan Harga Jual Eceran Hasil Tembakau, yang mulai berlaku sejak 1 Oktober 1998.

Berdasarkan surat keputusan tersebut, telah ditetapkan harga jual eceran (HJE) minimum untuk

jenis sigaret kretek yang dibuat dengan mesin (SKM), dibuat dengan tangan (SKT), rokok

kelobot (KLB), dan rokok kelembak menyan (KLM). Untukjenis rokok SKM yang dibuat di

dalam negeri digolongkan menjadi 4 golongan pabrik yaitu pabrik besar, menengah, menengah

kecil dan pabrik kecil. Untuk golongan pabrik besar dengan total produksi satu tahun takwim

lebih Dari 5 miliar batang ditetapkan harga jual eceran (HJE) minimum Rp 225 per batang

dengan tacit 36 persen. Untuk pabrik menengah, dengan total produksi satu tahun takwim lebih

Dari 2,5 miliar sampai dengan 5 miliar batang ditetapkan HJE minimum Rp 175 per batang

tarifnya 28 persen. Kemudian pabrik menengah kecil, yaitu pabrik dengan total produksi satu

tahun takwim lebih Dari 1 miliar sampai dengan 2,5 miliar batang ditetapkan HJE minimum Rp

150 per batang dengan tarif 24 persen, dan untuk pabrik kecil, yaitu pabrik dengan total

produksi satu tahun takwim sampai dengan 1 miliar batang ditetapkan HJE minimum Rp 110

Page 55: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 55

per batang tarifnya 20 persen.

Selanjutnya untuk harga jual eceran (HJE) minimum jenis sigaret kretek yang dibuat

dengan tangan (SKT) dan jenis rokok kelobot (KLB) yang dibuat di dalam negeri digolongkan

menjadi 4 golongan pabrik yaitu pabrik besar, pabrik menengah, pabrik kecil, dan pabrik kecil

sekali. Untuk jenis SKT pada golongan pabrik besar, yaitu pabrik dengan produksi total satu

tahun takwim lebih Dari 5 miliar batang ditetapkan HJE miniml.m Rp 150 per batang tarifnya

16 persen. Untuk golongan pabrik menengah, yaitu pabrik dengan produksi total satu tahun

takwim lebih Dari 2,5 miliar sampai dengan 5 miliar batang ditetapkan HJE minimum Rp l00

per batang dengan tarif 8 persen. Untuk golongan pabrik kecil, yaitu pabrik dengan produksi

total satu tahun takwim antara 0 sampai dengan 2,5 miliar batang ditetapkan HJE minimum Rp

75 per batang dengan tarif 2 persen, dan untuk pabrik kecil sekali, yaitu pabrik dengan produksi

total satu tahun takwim sampai dengan 15 juta batang, ditetapkan HJE minimum Rp 55 per

batang dengan tarif 2 persen. Seuangkan untuk jenis rokok kelobot (KLB) dan kelembak

menyan (KLM) dengan penggolongan sama denganj enis SKT demikian pula HJE-nya, tarifnya

masing-masing adalah 8 persen, 6 persen, 2 persen, dan 1 persen.

Selanjutnya, untuk cerutu tarif cukainya 10 persen, seuangkan untuk jenis tembakau

iris tarif cukainya bervariasi antara 1 sampai dengan 10 persen. Seuangkan untuk sigaret putih

yang dibuat dengan mesin (SPM) tarifnya antara 20 persen sampai dengan 38 persen yang

ditetapkan berdasarkan harga jual eceran. Sementara itu, hasil tembakau asal impor, untuk jenis

SPM dan SKM tarifnya 38 persen, untuk SKT tarifnya 16 persen, dan untuk cerutu, tembakau

iris, dan hasil tembakau lainnya masing-masing 10 persen.

Realisasi penerimaan cukai dalam kurun waktu empat tahun pertama pelaksanaan

Repelita VI, menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, karena dalam setiap tahunnya,

mengalami peningkatan rata-rata 15,1 persen. Sementara itu, dalam APBN tahun anggaran

1998/1999 penerimaan cukai dianggarkan 61,3 persen lebih tinggi Dari perkiraan realisasi tahun

anggaran sebelumnya. Rincian perkembangan penerimaan cukai dapat diikuti pada Tabel 11.3.

2.2.2.2.5 Bea Masuk

Pungutan Bea Masuk dilakukan berdasar Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995

tentang Kepabeanan yang berlaku penuh mulai 1 April 1997. Dengan adanya pungutan tersebut,

maka bea masuk selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara juga sebagai pengatur arus

Page 56: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 56

impor, baik untuk barang konsumsi maupun barang-barang yang diperlukan industri dalam

negeri. Dengan demikian, penerimaan bea masuk tidak semata-mata ditujukan sebagai

penerimaan untuk mengisi kas negara, tetapi juga berfungsi sebagai alat pengaturan (fasilitator).

Besarnya penerimaan bea masuk dipengaruhi oleh tiga besaran, yaitu besarnya nilai

devisa bayar (dutiable import), tarif bea masuk, dan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing,

sehingga apabila salah satu komponen yang mempengaruhi penerimaan bea masuk tersebut

berubah, jumlah penerimaannya akan berubah juga.

Dalam empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, penerimaan bea masuk

mengalami penurunan rata-rata 8,5 persen per taboo. Kecenderungan menurunnya penerimaan

bea masuk ini disebabkan oleh makin menurunnya tarif bea masuk sebagaimana tercantum

dalam Paket Deregulasi Mei 1995 dan Faket Deregulasi Januari 1996. Kebijaksanaan ini

kemudian disusul dengan adanya deregulasi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 378 Tahun 1996 tentang Jadwal Penurunan Tarif Bea Masuk pada bulan Juni 1996 yang

antara lain berupa penurunan tarif bea masuk secara terjadwal sampai dengan tahun 2003. Di

samping itu, juga adanya perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan negara-negara

ASEAN dalam rangka Common Effective Preferential Tariff/or Asean Free Trade Area (CEPT

for AFTA), dilanjutkan dengan kebijaksanaan penurunan tarif bea masuk atas 1.600 pos tarif

pada bulan Juli 1997 dan 153 pos tarif pada bulan September 1997. Selanjutnya, untuk

mengoptimalkan penerimaan bea masuk, berbagai upaya terus dilakukan diantaranya penerapan

sistem self assessment, yaitu menghitung dan membayar sendiri bea masuk yang terutang

dengan tetap memperhatikan ketentuan larangan dan pembatasan impor. Dengan kebijaksanaan-

kebijaksanaan tersebut dalam APBN 1998/1999 penerimaan bea masuk dianggarkan 83,8 persen

lebih tinggi dari perkiraan realisasi tahun anggaran sebelumnya.

Page 57: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 57

Tabel II.3

PENERIMAAN CUKAI, 1989/1990 - 1998/1999 I)

(dalam miliar rupiah)

Cukai Cukai Tahun

tembakau %

lainnya % Cukai A%

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

REPELIT A V

1989/1990 1.398,1 94,3 84,1 5,7 1.482,2

1990/1991 1.713,8 95,2 86,0 4,8 1.799,8 21,4

1991/1992 1.703,3 88,9 211,7 11,1 1.915,0 6,4

1992/1993 2.116,4 94,4 125,2 5,6 2.241,6 17,1

1993/1994 2.470,4 94,1 155,4 5,9 2.625,8 17,1

REPELITA VI

1994/1995 2.647,5 84,0 505,8 16,0 3.153,3 20,1

1995/1996 3.451,2 96,1 141,5 3,9 3.592,7 13,9

1996/1997 4.060,5 95,3 202,3 4,7 4.262,8 18,7

1997/19982) 4.610,7 95,9 196,4 4,1 4.807,2 12,8

1998/1999 3) 7.290,5 94,0 465,4 6,0 7.755,9 61,3

I) Realisasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) APBN

Page 58: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 58

2.2.2.2.6 Pajak Lainnya

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 tanggal l Mei 1995 tentang

Perubahan Tarif Bea Meterai diatur bahwa bea meterai Rp 2.000 dikenakan atas surat

perjanjian dan surat lainnya yang digunakan untuk alat pembuktian yang bersifat perdata, akte

notaris dan salinannya, serta akte pejabat pembuat akta tanah (PPAT) dan rangkapnya. Selain itu

bea meterai Rp 2.000 juga dikenakan atas dokumen dan surat lainnya yang nilai nominalnya

lebih Dari Rp 1.000.000. Seuangkan apabila nilai nominalnya antara Rp 250.000 sampai dengan

Rp 1.000.000, serta cek dan bilyet giro, bea meterai yang dikenakan adalah Rp 1.000. Sementara

itu, untuk dokumen dan surat lainnya yang nilai nominalnya kurang Dari Rp 250.000 tidak

terutang bea meterai.

Sampai dengan tahun anggaran 1996/1997, penerimaan pajak lainnya bersumber dari

bea lelang dan bea meterai, namun demikian sejak tahun anggaran 1997/1998 hanya bersumber

Dari bea meterai, karena bea lelang dimasukkan ke dalam penerimaan bukan pajak. Dalam

empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, penerimaan pajak lainnya mengalami

pertumbuhan rata-rata 20,6 persen per tahun. Dalam tahun anggaran 1998/1999 penerimaan

pajak lainnya diperkirakan men gal ami kenaikan 1,9 persen dari perkiraan realisasi tahun

anggaran sebelumnya. Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijaksanaan yang ditempuh adalah

pencegahan beredamya meterai palsu dengan cara meningkatkan kualitas meterai, dan

peningkatan pengawasan atas pemakaian benda meterai, mesin teraan meterai, serta pencetakan

tanda tunas bea meterai.

2.2.2.2.7 Pajak Ekspor

Pengaturan tarif pajak ekspor atas beberapa komoditi tertentu ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 241 Tahun 1998 tentang Penetapan Besarnya Tarif dan

Tata Cara Pembayaran Serta Penyetoran Pajak Ekspor Atas Beberapa Komoditi Tertentu.

Besarnya tarif rata-rata ditetapkan sebesar 30 persen, seuangkan untuk produk kelapa sawit dan

turunannya, ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 334 Tahun 1998

tentang Penetapan Besarnya Tarif Pajak Ekspor Kelapa Sawit, Minyak Sawit, Minyak Kelapa,

dan Produk Turunannya ditetapkan antara 15 persen sampai dengan 60 persen yang dihitung

Dari besarnya harga patokan ekspor, dan nilai tukar valuta asing. Kebijaksanaan yang ditempuh

dalam pungutan atas ekspor produk kelapa sawit tersebut bertujuan untuk mengendalikan harga

jual minyak goreng di dalam negeri, agar tidak terjadi peningkatan harga yang terlalu besar.

Page 59: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 59

Dalam empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, penerimaan pajak ekspor

mengalami penurunan rata-rata 1,3 persen per tahun. Sementara itu dalam APBN tahun

anggaran 1998/1999 penerimaan pajak ekspor dianggarkan 651,8 persen lebih tinggi dari

perkiraan realisasi tahun anggaran sebelumnya. Perkembangan penerimaan perpajakan

selengkapnya dapat diikuti pada Tabel 11.4.

Tabel 11.4

PENERIMAAN PERPAJAKAN, 1989/1990 - 1998/19991)

(dalam miliar rupiah)

Pajak

Tahun Pajak

Pertambahan Bea

Cukai Pajak Pajak Bumi 2) Pajak

Jumlah

Penghasilan Nilai Masuk Ekspor dan Bangunan Lainnya 3)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

REPELITA V

1989/1990 5.754,8 5.986, I 1.892,2 1.482,2 173,3 604,4 191, I 16.084, I

1990/1991 8.250,0 8.119,2 2.799,8 1.799,8 39,8 785,8 216,5 22.010,9

1991/1992 9.727,0 9.145,9 2.871,1 1.915,0 17, I 944,4 298,8 24.919,3

1992/1993 12.516,3 10.742,3 3.223,3 2.241,6 8,8 1.l06,8 252,4 30.091,5

1993/1994 14.758,9 13.943,5 3.555,3 2.625,8 13,7 1.484,5 283,4 36.665, I

REPELITA VI

1994/1995 18.764,1 16.544,8 3.900,1 3.153,3 130,6 1.647,3 301,9 44.442, I

1995/1996 21.012,0 18.519,4 3.029,4 3.592,7 186,1 1.893,9 452,8 48.686,3

1996/1997 27.062, I 20.351,2 2.578,9 4.262,8 '81,0 2.413,2 590,7 57.339,9

1997/19984) 28.458,2 24.50 1,0 2.989,5 4.807,2 125,4 2.655,0 530,0 64.066,3

1998/19995) 25.846,2 28.940,0 5,494,9 7.755,9 942,8 3.411,0 540,0 72.930,8

l) Realisasi PAN

2) Sejak tahun 1998/1999 termasuk BPHTB

3) Terdiri Dari penerimaan rea meterai dan rea lelang, sejak tahun 1997/1998 hanxa bea meterai

4) APBN Perubahan (APBN-P)

5) APBN

Page 60: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 60

2.2.2.3 Penerimaan Negara Bukan Pajak

Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan

Negara Bukan Pajak, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak, Pemerintah terus

melakukan inventarisasi, penertiban, dan penetapan jenis-jenis pungutan yang dikategorikan

sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Di samping im, telah pula dilakukan

penyempurnaan berbagai peraturan yang berkaitan dengan penggunaan PNBP yang diselaraskan

dengan mekanisme APBN. Dengan upaya tersebut, PNBP diharapkan semakin mampu

memberikan sumbangan yang lebih besar dalam pembiayaan pembangunan. Upaya peningkatan

PNBP yang berasal dari penerimaan departemen lembaga pemerintah non departemen ditempuh

melalui penyempurnaan administrasi, intensifikasi pemungutan serta peningkatan pengawasan

di dalam pelaksanaannya. Seuangkan PNBP yang berasal dari bagian pemerintah atas laba

BUMN, terus dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas

BUMN.

Tinggi rendahnya penerimaan negara bukan pajak sangat dipengarnhi oleh

perkembangan kondisi perekonomian nasional, serta upaya-upaya untuk peningkatannya. Data

historis menunjukkan bahwa realisasi penerimaan negara bukan pajak senantiasa mengalami

peningkatan yang cukup besar. Dalam tiga tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, realisasi

penerimaan negara bukan pajak meningkat rata-rata 25,6 persen per tahun. Seuangkan dalam

tahun anggaran 1997/1998 realisasi penerimaannya mengalami penurunan 13,7 persen

dibandingkan dengan realisasi tahun anggaran sebelumnya. Menurunnya realisasi PNBP

tersebut antara lain disebabkan menurunnya penerimaan jasa lembaga keuangan jasa giro),

pendapatan biaya pengurusan piutang negara, penerimaan jasa kantor catatan sipil, bea konsuler,

dan penerimaan luran lelang. Di samping itu penurunan tersebut juga tidak terlepas dari

pengaruh gejolak moneter yang dimulai sejak bulan Juli 1997. Namun demikian jika

dibandingkan dengan APBN-nya, realisasi PNBP tersebut mengalami peningkatan 6,5 persen.

Hal ini disebabkan oleh lebih tingginya penerimaan departemen lembaga negara non

departemen dari yang direncanakan, karena adanya penyesuaian tarif pungutan, dan peningkatan

pengawasan dalam hal penyetorannya ke kas negara. Seuangkan dalam APBN 1998/1999

penerimaan negara bukan pajak direncanakan meningkat 204,3 persen Dari perkiraan realisasi

tahun anggaran sebelumnya berkenaan dengan adanya rencana privatisasi beberapa BUMN.

Page 61: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 61

Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997, peranan

penerimaan negara bukan pajak terhadap penerimaan dalam negeri dalam tahun pertama

Repelita VI (1994/1995) baru mencapai sebesar 9,7 persen. Dengan diberlakukannya Undang-

undang Nomor 20 Tahun 1997 secara bertahap, maka peranan PNBP diharapkan akan lebih

mampu memberikan sumbangan yang lebih besar dalam mendukung pembiayaan pembangunan

di masa-masa yang akan datang. Selanjutnya penerimaan dalam negeri yang meliputi

penerimaan minyak bumi dan gas alam, penerimaan perpajakan, dan penerimaan bukan pajak

dapat dilihat pada Tabel 11.5 dan Grafik 11.1.

2.2.3 Penerimaan Pembangunan

Penerimaan pembangunan merupakan nilai lawan rupiah dari pinjaman luar negeri yang

diterima dan kemudian digunakan untuk melengkapi pembiayaan pengeluaran dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBN). Penerimaan pembangunan terdiri dari bantuan program

dan bantuan proyek. Bantuan program dapat berupa nilai lawan bantuan luar negeri dalam

bentuk barang-barang dan devisa kredit untuk impor yang dapat menghasilkan dana rupiah

untuk membiayai proyek-proyek pembangunan, sebagaimana pemah diterima sebelum tahun

1988. Setelah tahun ini bantuan program juga dapat berupa bantuan program yang segera dapat

dirupiahkan (fast disbursing assistance) sebagaimana yang diterima dalam tahun anggaran

1998/1999 baik yang berasal dari lembaga multilateral maupun bilateral. Seuangkan bantuan

proyek merupakan bantuan atau pinjaman yang pada umumnya terikat dengan proyek-proyek

tertentu. Bantuan ini pada umumnya berupa mesin-mesin dan barang-barang modal yang berasal

dari bantuan kredit loaf negeri, termasuk pula bantuan teknis dalam rangka alih teknologi serta

bantuan tenaga ahli dari luar negeri. Bantuan teknis tersebut dapat dimanfaatkan pula untuk

pengiriman tenaga-tenaga Indonesia ke luar negeri guna danidik dalam biuang pengetahuan dan

keterampilan tertentu, seminar, studi perbandingan dan lain sebagainya. Sementara itu, apabila

dilihat dari sumbenya, maka penerimaan pembangunan ini dapat berupa bantuan bilateral

maupun bantuan multilateral yang berasal dari negara-negara dan badan-badan internasional

bark yang tergabung dalam CGI maupun non-CGI, serta bantuan lainnya seperti fasilitas kredit

ekspor (FKE), dan pinjaman komersil yang di antaranya berupa obligasi dan leasing.

Page 62: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 62

Tabel II.5

PENERIMAAN DALAM NEGERI, 1989/1990 - 1998/19991)

(dalam miliar rupiah)

Penerimaan Penerimaan

Tabon minyak bomi %Penerimaan

% bokan %Penerimaan

%

dan gas alam perpajakan pajak dalam Negeri

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

REPELITA V

.

1989/1990 13.381,3 42,5 16.084,1 51,0 2.038,8 6,5 31.504,2

1990/1991 17.740,0 42,0 22.010,9 52,2 2.442,1 5,8 42.193,0 33,9

1991/1992 15.069,6 35,4 24.919,3 58,5 2.593,1 6,1 42.582,0 0,9

1992/1993 15.330,8 31,4 30.091,5 61,6 3.440,3 7,0 48.862,6 14,7

1993/1994 12.503,4 22,3 36.665,1 65,3 6.944,62) 12,4 56.113,1 14,8

REPELITA VI

1994/1995 13.537,4 20,4 44.442,1 66,9 8.438,52) 12,7 66.418,0 18,4

1995/1996 16.054,7 22,0 48.686,3 66,7 8.272,92) 11,3 73.013,9 9,9

1996/1997 20.137,1 23,0 57.339,9 65,4 10.153,3 11,6 87.630,3 20,0

1997/19983) 35.357,0 32,7 64.066,3 59,2 8.760,52) 8,1 108.183,8 23,5

1998/1999 4) 49.711,4 33,3 72.930,8 48,8 26.660,32) 17,9 149.302,5 38,0

1) Realisasi PAN

2) Termasuk LBM

3) APBN Perubahan (APBN-P)

4) APBN

Page 63: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 63

Page 64: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 64

Kebijaksanaan penerimaan pembangunan berpedoman kepada kebijaksanaan umum

yang digariskan dalam garis-garis besar haluan negara (GBHN), yaitu pinjaman luar negeri

diupayakan memiliki persyaratan selunak mungkin, tidak disertai dengan ikatan politik,

disesuaikan dengan batas kemampuan untuk membayar kembali, dan tidak memberatkan

perekonomian. Adapun di dalam pelaksanaannya pengelolaan dana. yang bersumber dari luar

negeri tersebut, mulai dari perencanaan hingga pemantauannya berpedoman pada Keputusan

Bersama antara Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Ketua Bappenas Nomor 185/KMK.O3/1995 dan Nomor Kep.O31/Ket/5/1995 tentang

Tata Cara Perencanaan, PelaksanaanIPenatausahaan, dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar

Negeri Dalam Rangka Pelaksanaan APBN.

Realisasi penerimaan pembangunan dalam tahun terakhir Repelita V, yang sekaligus

merupakan tahap terakhir PIP I, mencapai Rp 10.752,5 miliar dan membiayai sekitar 38 persen

dari pembiayaan pembangunan. Selanjutnya sejalan dengan meningkatnya kemampuan

pengerahan dana dalam negeri, dalam dua tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, realisasi

penerimaan pembangunan masing-masing membiayai sekitar 32 persen dan 31 persen dari

pembiayaan pembangunan. Seuangkan dalam tahun anggaran 1996/1997 realisasi penerimaan

pembangunan membiayai sekitar 33 persen pembiayaan pembangunan. Sementara itu, dalam

tahun anggaran 1997/1998 realisasi penerimaan pembangunan diperkirakan membiayai sekitar

51 persen pembiayaan pembangunan. Peningkatan yang cukup tajam tersebut terutama

dikarenakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Penerimaan pembangunan

dalam tahun terakhir Repelita V hingga tahun 1997/1998 ini seluruhnya berupa bantuan proyek.

Selanjutnya penerimaan pembangunan dalam tahun anggaran 1998/1999 yang merupakan tahun

terakhir Repelita VI dianggarkan Rp 114.585,6 miliar, terdiri dari bantuan program Rp 74.044,7

miliar dan bantuan proyek Rp 40.540,9 miliar. Bantuan program yang segera dapat dirupiahkan

ini di antaranya berasal Dari IBRD berupa bantuan untuk menunjang penyempumaan berbagai

kebijaksanaan (Policy Reform Support Loan l) dan dari ADB berupa bantuan program

pembangunan pengelolaan sektor keuangan pemerintah (Financial Governance Reform Sector

Development Program) dan bantuan untuk mendukung pembangunan sektor perlindungan sosial

(Social Protection Sector Development Program). Rincian perkembangan penerimaan

pembangunan sejak tahun anggaran 1989/1990 sampai dengan tahun anggaran 1998/1999 dapat

Page 65: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 65

dilihat pada Tabel 11.6.

2.2.4 Pengeluaran Rutin

Kebijakan pengeluaran rutin danasarkan pada prinsip efisiensi dalam pengelolaan dan

pengendalian, serta optimalisasi pengalokasian anggaran belanja negara dan selaras dengan

kebutuhan pembiayaan bagi pelaksanaan kegiatan operasional pemerintah. Hal itu dimaksudkan

agar pelaksanaan alokasi anggaran belanja rutin tetap mengacu pada sasaran pokoknya, yaitu

penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan

secara optimal. Pengalokasian pengeluaran rutin pada setiap jenis pengeluaran senantiasa

diselaraskan dengan kemampuan penerimaan dalam negeri dengan tetap mengupayakan

peningkatan efisiensi dan efektivitas, serta peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Untuk itu, langkah-Iangkah pengendalian dan penghematan pengeluaran rutin yang selama ini

dijalankan tetap dipertahankan, tanpa mengorbankan efektivitas pelaksanaan administrasi dan

roda pemerintahan. Selanjutnya terus dilakukan berbagai upaya penyempurnaan pengelolaan

pengeluaran rutin yang meliputi peningkatan daya guna dan hasil guna aparatur pemerintah,

pengendalian dan pemanfaatan biaya operasional dan pemeliharaan, serta pengurangan secara

bertahap berbagai macam subsidi yang dipanuang dari segi prioritas pembangunan tidak

diperlukan lagi. Namun demikian sejalan dengan perkembangan organisasi, tugas dan fungsi

pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan,

pengeluaran rutin dalam APBN senantiasa mengalami peningkatan.

Dalam Repelita VI, pengeluaran rutin yang terus meningkat, erat kaitannya dengan

semakin besarnya kebutuhan pembiayaan yang diperlukan bagi belanja pegawai pusat dan

daerah, pembiayaan operasional dan pemeliharaan, pembayaran bunga dan cicilan hutang luar

negeri, serta kebutuhan dana subsidi dalam rangka menjaga kestabilan perekonomian nasional.

Sejak tahun anggaran 1994/1995 - 1997/1998 pengeluaran rutin mengalami peningkatan rata-

rata 24,3 persen per tahun. Sementara itu, dalam tahun terakhir Repelita VI (1998/1999),

anggaran belanja rutin meningkat 102,4 persen dari tahun anggaran sebelumnya. Peningkatan

yang cukup tinggi dalam APBN 1998/1999 berkaitan dengan merosotnya nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing, terutama dolar Amerika dan perkiraan laju inflasi yang tinggi,

sehingga diperlukan penyediaan anggaran rutin yang cukup besar bagi berbagai pos

pembiayaan, seperti pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri, subsidi BBM, subsidi

pangan, serta berbagai pos pembiayaan baru untuk memperkuat program jaring pengaman sosial

Page 66: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 66

(social safety net). Perkembangan anggaran belanja rutin secara rinci sejak tahun anggaran

1989/1990 sampai dengan tahun anggaran 1998/1999 dapat diikuti dalam Tabel 11.7 dan Grafik

11.2.

Tabel 11.6

PENERIMAAN PEMBANGUNAN, 1989/1990 - 1998/1999

(dalam miliar rupiah)

Tahun Bantuan % Bantuan % Penerimaan %

program proyek Pembangunan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

REPELITA V

1989/1990 965,8 11,6 7.364,5 88,4 8.330,3

1990/1991 1.346,7 16,1 7.034,8 83,9 8.381,5 0,6

1991/1992 1.385,5 13,9 8.589,6 86,1 9.975,1 19,0

199211993 516,5 4,7 10.581,4 95,3 11.097,9 11,3

1993/1994 - - 10.752,5 100,0 10.752,5 - 3,1

REPELIT A VI

1994/1995 - - 9.837,8 100,0 9.837,8 -8,5

1995/1996 - - 9.008,8 100,0 9.008,8 -8,4

1996/1997 - - 11.900,1 100,0 11.900,1 32,1

1997/19982) - - 23.817,0 100,0 23.817,0 100,1

1998/1999 3) 74.044,7 64,6 40.540,9 35,4 114.585,6 381,1

I) Realisasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) APBN

Page 67: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 67

Tabel 11.7

PENGELUARAN RUTIN, 1989/1990 -1998/1999 I)

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

JeDis Pemblayaan 1989/1990 1991111991 1991/1992 1991/1993 1993/1994 1994/1995 1995/1996 199611997 1997/19982) 1998/19993)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I.BeIanJa pegawai 6.205,5 7.088,0 8.169,7 9.554,2 11.144,8 12.595,5 13.001,4 14.455,2 19.175,1 24.781,4

I. Gajilpensiun 4.829,1 5.597,7 6.351,5 7.595,4 9.145,2 10.181,2 11.047,9 13.004,5 15.236,4 19.120,0

2. Tunjangan beras 588,8 642,9 930,0 890,9 833,9 973,2 733,5 767,7 916,0 1.872,4

3. Uang makanllauk pauk 373,3 383,6 396,5 479,2 492,8 755,6 560,1 100,7 1.199,2 1.484,4

4. Lain-lain belanja pegawai DN 242,8 264,9 280,9 315,0 417,7 368,3 369,8 479,5 792,4 1.154,6

5. Belanja pegawai LN 171,5 198,9 210,8 273,7 255,2 317,2 290,1 102,8 1.031,1 1.150,0

ll. BelanJa barang 1.703,5 1.842,t 2.328,1 2.928,5 3.032,1 4.318,9 5.175,1 8.108,5 9.031,9 11.425,1

I. Belanja barang DN 1.570,8 1.680,7 2.175,8 2.731,2 2.847,5 4.101,4 4.875,5 7.824,5 8.274,5 10.059,7

132,7 161,4 152,3 197,3 184,6 217,5 299,6 284,0 757,4 1.365,42. Belanja barang LN

,

Ill. Subsidi daerah otonom 3.577,3 3.887,5 4.376,4 5.383,5 6.9Os,7 .7.272,4 8.226,6 9.357,5 9.872,2 13.289,7

I. Belanja pegawai 3.348,3 3.635,0 4.091,8 4.996,4 6.574,8 6.918,9 7.807,2 8.873,8 9.346,6 12.606,5

2. Belanja nonpegawai 229,0 252,5 284,6 387,1 333,9 353,5 419,4 483,7 525,6 683,2

IV. Bunga dan ddlan hutang 11.924,2 12.815,8 12.838,2 14.523,5 17.163,0 18.402,5 22.108,6 27.491,2 29.697,0 66.236,4

I. Hutang dalam negeri 148,6 238,7 240,2 275,0 120,7 104,1 1.619,6 4.589,2 1.639,7 1.940,1

2. Hutang luar negeri 11.775,6 12.577,1 12.598,0 14.248,5 17.042,3 18.298,4 20.489,0 22.902,0 28.057,3 64.296,3

V. Pengeluaran rutin lainnya 924,7 3.487,7 1.340,6 1.215,7 2.041,3 1.479,7 1.923,3 3.148,7 16.830,0 55.472,5

1. Subsidi BBM 707,3 3.305,7 929,9 691,8 1.279,9 686,8 - 1.416,1 15.866,1 27.534,0

2. Subsidi nonBBM - - - - - - - - - 25.193,3

3. Lain-lain mumi 217,4 182,0 410,7 523,9 761,4 792,9 1.923,3 1.732,6 963,9 2.745,2

Jumlah 24.335,2 29.121,1 29.053,0 33.605,4 40.289,9 44.069,0 50.435,0 62.561,1 84.606,2 171.205,1

1) Realisasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) APBN

Page 68: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 68

Page 69: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 69

2.2.4.1 Belanja Pegawai

Salah satu alokasi pengeluaran rutin yang cukup besar digunakan untuk belanja

pegawai, terutama berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan pegawai negeri sipil,

anggota ABRI dan para pensiunan. Namun demikian, sesuai dengan arah kebijakan pengeluaran

rutin, dukungan pembiayaan tersebut tetap danasarkan kepada kemampuan keuangan negara dan

ditekankan pada upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas secara lebih optimal. Upaya

peningkatan efisiensi dilaksanakan antara lain melalui perampingan organisasi dan penerapan

kebijakan tanpa pertumbuhan (zero growth). Upaya perampingan organisasi antara lain

dilakukan melalui penataan kembali struktur organisasi agar lebih proporsional, dan sesuai

dengan misi dan tugas pokok yang diemban masing-masing departemen/lembaga pemerintah

nondepartemen (LPND). Seuangkan kebijakan zero growth merupakan kebijakan pengendalian

jumlah pegawai negeri dengan mengupayakan agar secara keseluruhan jumlah pegawai tidak

bertambah.

Penerapan kebijakan zero growth yang diikuti dengan penetapan persyaratan kualifikasi

sesuai dengan kebutuhan, diharapkan dapat memperlancar proses realokasi, optimalisasi dan

upaya peningkatan kualitas pegawai, sehingga tercipta komposisi pegawai yang sehat bagi

pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Selain itu, penerapan kebijakan tersebut

juga selaras dengan upaya penciptaan organisasi/birokrasi pemerintahan yang bersih dan

transparan, serta mampu menjalankan roda pemerintahan secara efisien dan efektif, dan

memberi pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan diterapkannya berbagai

kebijakan tersebut selain diharapkan dapat menghemat anggaran belanja negara, sekaligus juga

untuk mendukung upaya peningkatan kesejahteraan aparatur pemerintah di masa yang akan

datang.

Upaya peningkatan kesejahteraan pegawai, tidak hanya dilakukan melalui kebijakan

kenaikan gaji, tetapi juga dilakukan melalui penyempumaan pada aspek ketatalaksanaan yang

dapat meningkatkan efisiensi pelayanan administrasi kepegawaian. Dengan demikian, kebijakan

peningkatan kesejahteraan pegawai tidak hanya menyangkut aspek finansial, tetapi juga aspek

nonfinansial. Peningkatan kesejahtefaan secara finansial dilakukan secara bertahap dalam

bentuk peningkatan penghasilan, antara lain berupa perbaikan struktur gaji pokok, pemberian

Page 70: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 70

gaji bulan ketiga belas, pemberian tunjangan perbaikan penghasilan (TPP), penyesuaian

tunjangan jabatan struktural dan tunjangan isteri/suami, serta perluasan pemberian tunjangan

fungsional dan tunjangan daerah terpencil. Seuangkan peningkatan kesejahteraan secara

nonfinansial dilakukan dalam bentuk pemberian kemudahan dan fasilitas yang secara langsung

berkaitan dengan peningkatan kualitas kesejahteraan, seperti peningkatan pelayanan pemberian

pensiun otomatis, kenaikan pangkat otomatis pada pegawai tertentu, bantuan pemeliharaan

kesehatan melalui asuransi kesehatan, peningkatan penyelenggaraan pembayaran gaji melalui

bank atau kantor pos terdekat, serta bantuan uang muka perumahan melalui tabungan

perumahan.

Perbaikan struktur gaji pokok pegawai telah dilakukan beberapa kali, terakhir dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997, yang berlaku sejak 1 April 1997. Kenaikan gaji

pokok memberi arti yang luas bagi penghasilan yang diterima pegawai negeri, mengingat

besarnya tunjangan dan uang pensiun dihitung berdasarkan persentase tertentu dari gaji pokok.

Selain itu, dalam rangka meningkatkan penghasilan pegawai telah pula beberapa kali dilakukan

penyesuaian tunjangan perbaikan penghasilan (TPP), yang terakhir sejak 1 April 1998 diberikan

TPP 15 persen Dari gaji pokok ditambah tunjangan keluarga. Selain kebijakan perbaikan

struktur gaji pokok Dari TPP, telah pula dilakukan penyesuaian terhadap tunjangan isteri/suami,

yaitu Dari 5 persen Dari gaji pokok menjadi 10 persen terhitung sejak April 1992.

Sementara itu, dalam rangka meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah, telah

dikembangkan jabatan fungsional, sehingga memungkinkan pegawai mengembangkan

potensinya sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki, serta tidak terhambat oleh

terbatasnya jabatan struktural yang tersedia. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun

1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, diharapkan mutu profesionalisme

pegawai negeri sipil dapat dipacu melalui pembinaan karier ymg berorientasi pada prestasi

kerja. Di masa-masa mendatang, jabatan fungsional akan terus dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan.

Sejalan dengan perkembangan kegiatan pemerintah, dalam Repelita VI anggaran

belanja pegawai pusat juga senantiasa mengalami peningkatan. Dalam empat tahun pertama

pelaksanaan Rcpelita VI (1994/1995-1997/1993), realisasi belanja pegawai pusat per tahun

mengalami peningkatan rata-rata 15,0 persen. Sementara itu, dalam tahun terakhir Repelita VI

(1998/1999), anggaran belanja pegawai pusat direncanakan meningkat 29,2 persen dari

Page 71: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 71

perkiraan realisasi tahun anggaran sebelumnya. Sebagian besar pembiayaan untuk belanja

pegawai pusat tersebut dipergunakan untuk pembayaran gaji dan pensiun, sehingga realisasi

anggaran untuk gaji dan pensiun, juga mengalami peningkatan yang cukup berarti setiap

tahunnya. Dalam empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, realisasi pembayaran gaji dan

pensiun mengalami peningkatan rata-rata 14,4 persen setiap tahunnya. Sementara itu, dalam

APBN tahun anggaran 1998/1999 pembayaran gaji dan pensiun dianggarkan meningkat 25,5

persen dart tahun anggaran sebelumnya.

Perkembangan belanja pegawai dalam Repelita VI juga dipengaruhi oleh peningkatan

pembiayaan untuk tunjangan beras, uang makan lauk pauk, lain-lain belanja pegawai dalam

negeri, dan belanja pegawai luar negeri. Peningkatan tunjangan beras terutama terjadi karena

meningkatnya harga pembelian beras oleh pemerintah melalui Bulog sesuai dengan tingkat

perkembangan harga pasar. Apabila dalam tahun pertama Repelita VI, harga pembelian beras

adalah Rp 708 per kilogram, maka dalam tahun anggaran 1997/1998 harga pembelian beras

telah meningkat menjadi Rp 988 per kilogram. Penyesuaian harga pembelian beras juga

dilakukan dalam APBN 1998/1999, yaitu Rp 1.924 per kilogram yang berarti mengalami

peningkatan rata-rata 28,4 persen per tabun. Sementara itu, pembiayaan uang makan lauk pauk

juga mengalami peningkatan, selain disebabkan oleh adanya penyesuaian satua.an biaya makan

lauk pauk bagi anggota ABRI, juga disebabkan oleh adanya tambahan biaya uang makan bagi

pelaut, petugas penjaga lampu soar, posein rumah sakit pemerintah, anak asuh dan orang jompo

pada panti-panti asuhan negara, serta para narapidana. Penyesuaian satuan biaya makan lauk

pauk telah diberikan melalui peningkatan satuan biaya makann lauk pauk untuk anggota ABRI,

yaitu dari Rp 3.000 per orang per hari dalam tahun anggaran 1994/1995 menjadi Rp 7.500 per

orang per hari sejak Juli 1998. Sementara itu, peningkatan biaya lain-lain belanja pegawai dalam

negeri antara lain disebabkan oleh peningkatan honorarium dan uang lembur bagi pegawai yang

karena beban tugasnya harus bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan. Seuangkan

peningkatan belanja pegawai luar negeri dipengaruhi oleh jumlah pegawai yang ditempatkan

pada kantor-kantor perwakilan di luar negeri, besarnya gaji pokok dan berbagai tunjangan yang

danasarkan pada angka dasar tunjangan luar negeri (ADTLN) dan angka pokok tunjangan luar

negeri (APTLN) , serta perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

2.2.4.2 Belanja Barang

Page 72: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 72

Penga1okasian pengeluaran rutin untuk belanja barang di1aksanakan secara terkenda1i

agar pemenuhan pengadaan barang dan pemeliharaan aset negara dapat sejalan dengan

keterbatasan sumber-sumber pembiayaan da1am negeri dalam rangka menunjang mutu dan

perluasan pelayanan kepada masyarakat. Selama Repelita VI, belanja barang mengalami

peningkatan rata-rata 27,9 persen per tahun. Peningkatan belanja barang merupakan

konsekuensi dari semakin beragamnya jumlah dan jenis kegiatan yang harus danukung, yang

disebabkan antara lain oleh perkembangan struktur organisasi, dibukanya beberapa kantor

instansi pemerintah di daerah dan kantor perwakilan pemerintah di luar negeri, serta

meningkatnya pemeliharaan bagi prasarana dan sarana kerja, serta hasil pembangunan.

Sebagian besar belanja barang dialokasikan untuk belanja barang dalam negeri, yang

diarahkan untuk mendukung tersedianya prasarana dan sarana kerja yang memadai, baik jumlah

maupun kondisinya. Selama empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, realisasi be1anja

barang dalam negeri mengalami peningkatan rata-rata 26,4 persen per tahun. Sementara itu,

dalam APBN tahun anggaran 1998/1999 belanja barang dalam negeri dianggarkan meningkat

21 ,6 persen Dari tahun anggaran sebelumnya. Peningkatan tersebut untuk menunjang kegiatan

administrasi di berbagai instansi, antara lain pembiayaan bagi pengadaan perangkat keras,

perangkat lunak, serta peralatan kantor lainnya, termasuk pemeliharaannya. Peningkatan belanja

barang juga dipengaruhi oleh belanja barang luar negeri, yang pembiayaannya diarahkan untuk

menunjang pembiayaan operasional dan pemeliharaan berbagai kantor perwakilan pemerintah di

luar negeri, serta pembiayaan yang berkaitan dengan kerja sama internasional. Dalam empat

tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, realisasi pembiayaan belanja barang luar negeri

mengalami peningkatan rata-rata 51,6 persen per tahun. Sementara itu, belanja barang luar

negeri dalam APBN tahun anggaran 1998/1999 dianggarkan meningkat 80,3 persen Dari

perkiraan realisasi tahun anggaran sebelumnya. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut,

perubahan besarnya pembiayaan belanja barang luar negeri berkaitan erat dengan jumlah kantor

perwakilan pemerintah di luar negeri, serta perubahan nilai tukar mata uang Dari negara

bersangkutan terhadap rupiah.

2.2.4.3 Subsidi Daerah Otonom

Seirama dengan perkembangan belanja pegawai pusat, subsidi daerah otonom (SDO)

juga mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang sebagian besar digunakan untuk belanja

Page 73: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 73

pegawai daerah. Belanja pegawai daerah, yang merupakan bantuan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah diarahkan untuk turut mewujudkan aparatur pemerintah daerah yang berdaya

guna, berhasil guna, bersih, dan berwibawa, serta meningkatkan keserasian dalam pelaksanaan

kewajiban dan tugas umum pemerintahan dan pembangunan daerah. Pembiayaan untuk belanja

pegawai daerah pada dasarnya merupakan subsidi dari pusat yang selain digunakan untuk

membiayai belanja pegawai daerah otonom, juga bagi pegawai negeri sipil yang ditempatkan di

daerah, seperti guru SD Inpres, dokter dan paramedis.

Sesuai dengan perkembangan kebijakan yang berkaitan dengan upaya perbaikan

kesejahteraan pegawai, realisasi belanja pegawai daerahjuga terus mengalami peningkatan.

Dalam empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, realisasi belanja pegawai daerah

mengalami peningkatan rata-rata 10,5 persen per tahun. Sementara itu, dalam APBN tahun

anggaran 1998/1999, belanja pegawai daerah dianggarkan meningkat 34,9 persen Dari perkiraan

realisasi tahun anggaran sebelumnya.

Selain untuk belanja pegawai daerah, subsidi daerah otonom juga dialokasikan untuk

belanja nonpegawai, yang penggunaannya diarahkan untuk mendukung kegiatan pemerintahan

daerah. Sejak tahun anggaran 1994/1995 - 1997/1998 realisasi belanja nonpegawai daerah

otonom mengalami peningkatan rata-rata 14,1 persen per tahun. Sementara itu, belanja

nonpegawai daerah otonom dalam APBN tahun anggaran 1998/1999 direncanakan meningkat

sekitar 30 persen dari tahun anggaran sebelumnya. Peningkatan pembiayaan tersebut terutama

dipergunakan untuk subsidi bagi penyelenggaraan urusan desentralisasi, urusan dekonsentrasi,

dan tugas pembantuan. Dalam mendukung urusan dekonsentrasi, belanja nonpegawai daerah

diperlukan untuk menampung ganjaran daerah tingkat I, daerah tingkat II/kotamadyalkota

administratif, kecamatan, dan desa, subsidi belanja pengembangan institusi, serta lain-lain

belanja nonpegawai daerah. Sementara itu, untuk mendukung penyelenggaraan urusan

desentralisasi, belanja nonpegawai daerah digunakan untuk menampung subsidil bantuan

penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar negeri (SBPPSDN), bantuan biaya operasional

rumah sakit umum daerah (SBBO-RSUD), serta pengembangan pariwisata dan usaha

pertambangan daerah. Dalam rangka mendukung pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun,

SBPP-SDN diberikan sebagai pengganti sumbangan pembinaan pendidikan sekolah dasar (SPP-

SD) yang telah dihapuskan. Seuangkan pemberian subsidil bantuan biaya operasional rumah

sakit umum daerah digunakan untuk membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan

Page 74: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 74

pelayanan di biuang kesehatan kepada masyarakat.

2.2.4.4 Pembayaran Bunga dan Cicilan Hutang

Salah satu jenis pengeluaran rutin yang mendapat alokasi pembiayaan yang cukup

besar adalah pembayaran bunga dan cicilan hutang negara, yang terdiri dari pembayaran hutang

dalam negeri dan pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri. Pembayaran hutang

dalam negeri pada dasarnya merupakan kewajiban pemerintah, sebagai akibat dari adanya

transaksi atau hubungan kerja antara pemerintah dengan berbagai pihak di dalam negeri, serta

tagihan pihak ketiga kepada pihak pemerintah berdasarkan keputusan pengadilan. Pembiayaan

yang ditampung dalam hutang dalam negeri antara lain meliputi pembayaran tunggakan atas

pemakaian daya dari jasa, seperti tenaga listrik, air minum, dan gas, untuk keperluan berbagai

instansi pemerintah, serta pembayaran ganti rugi kepada pihak ketiga di dalam negeri.

Dalam perkembangannya, hutang dalam negeri juga menampung jenis pembiayaan lain,

seperti pengembalian kelebihan setor kepada Pertamina dalam penyediaan BBM di dalam

negeri, serta pembayaran dana talangan Bank Indonesia sebagai konsekuensi dari kebijakan

restrukturisasi perbankan nasional. Pada awal Repelita VI (1994/1995), besarnya pembiayaan

hutang dalam negeri masih relatif rendah, yaitu Rp 104,1 miliar, atau 0,2 persen dari total

pengeluaran rutin. Selanjutnya dalam tiga tahun anggaran berikutnya, realisasi pembayaran

hutang dalam negeri masing-masing mencapai Rp 1.619,6 miliar, Rp 4.589,2 miliar, dan Rp

1.639,7 miliar. Penyediaan anggaran tersebut terutama diperlukan untuk pengembalian dana

kelebihan setoran laba bersih minyak (LBM) dan hasil operasi Pertamina dalam tahun-tahun

anggaran sebelumnya, sesuai dengan rekomendasi dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan

(BEPEKA). Dalam tahun anggaran 1998/1999, anggaran yang disediakan untuk pos

pembiayaan hutang dalam negeri mencapai Rp 1.940,1 miliar. Sebagian besar anggaran

tersebut, yaitu Rp 1.720,1 miliar, disediakan untuk pengembalian dana talangan Bank Indonesia,

sebagai pengganti dana simpanan nasabah 16 bank dalam likuidasi (BDL) pada bulan November

1997.

Salah satu unsur pengeluaran yang cukup berpengaruh terhadap besarnya penyediaan

anggaran belanja rutin adalah cukup tingginya anggaran yang dibutuhkan untuk memenuhi

kewajiban pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri. Kewajiban tersebut timbul

sebagai akibat dari pemanfaatan hutang luar negeri untuk membiayai proyek-proyek

Page 75: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 75

pembangunan di masa lampau, yang harus mulai dibayar dengan berakhirnya masa tenggang

waktu, dan telah jatuh tempo. Besarnya kewajiban tersebut selain dipengaruhi oleh besarnya

cicilan pokok dan bunga pinjaman yang telah jatuh tempo, juga dipengaruhi oleh perkembangan

nilai tukar, baik antar valuta negara-negara pemberi pinjaman, maupun nilai rupiah terhadap

nilai valuta negara-negara dimaksud.

Menya dari besarnya manfaat hutang luar negeri bagi pencapaian sasaran-sasaran

pembangunan, pemerintah terus mengupayakan agar negara-negara dan lembaga-lembaga

keuangan internasional pemberi pinjaman, tetap memiliki kepercayaan yang besar terhadap

Indonesia. Upaya tersebut dilaksanakan melalui pemanfaatan hutang luar negeri secara benar

dan baik, terutama untuk menunjang kegiatan ekonomi dan pembangunan proyek-proyek yang

berprioritas tinggi, produktif dan berorientasi ekspor. Selain itu, dilakukan upaya untuk

memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri tepat pada

waktunya, dan sesuai dengan nilai yang dituangkan dalam naskah perjanjian luar negeri

(NPLN). Sementara itu, dalam keadaan keuangan negara memungkinkan, pemerintah telah

melakukan percepatan pembayaran (prepayment) hutang luar negeri, khususnya untuk hutang

yang memiliki tingkat suku bunga tinggi, antara lain dari Bank Dunia (International Bank for

Reconstruction and Development/IBRD) dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development

Bank/ADB), y.ang pembiayaannya bersumber dari bagian pemerintah atas penjualan saham

BUMN yaitu PT Indosat, PT Telkom, PT Timah, serta sisa anggaran lebih (SAL). Percepatan

pembayaran hutang luar negeri yang dilaksanakan dalam Repelita VI, adalah Rp 1.716,9 miliar

dalam tahun anggaran 1994/1995, Rp 1.643,8 miliar dalam tahun anggaran 1995/1996, dan Rp

4.036,2 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997.

Krisis moneter yang terjadi di dalam negeri sejak bulan Juli 1997 telah menyebabkan

nilai tukar rupiah terhadap valuta asing khususnya dolar Amerika cenderung terus melemah,

sehingga secara langsung berpengaruh terhadap besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk

memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri tahun anggaran

1998/1999. Sehubungan itu, alas persetujuan sembilan belas negara-negara donor yang

tergabung dalam Paris Club pada bulan September 1998, pemerintah telah melakukan

rescheduling alas pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri. Kebijakan ini dimaksudkan

untuk mengurangi beban anggaran, sehingga dapat mempercepat stabilisasi dan pemulihan

perekonomian nasional.

Page 76: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 76

Pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri selama Repelita VI terus

mengalami peningkatan. Dalam empat tahun pertama, besarnya pembayaran bunga dan cicilan

hutang luar negeri masing masing mencapai Rp 18.298,4 miliar, Rp 20.489,0 miliar, Rp

22.902,0 miliar, dan Rp 28.057,3 miliar. Namun persentasenya terhadap total pengeluaran rutin

menunjukkan penurunan, yaitu masing-masing 41,5 persen, 40,6 persen, 36,6 persen, dan 33,2

persen. Selanjutnya pada tahun anggaran 1998/1999, anggaran pembayaran bunga dan cicilan

pokok hutang luar negeri mengalami peningkatan yang cukup tajam, yaitu mencapai Rp

64.296,3 miliar, atau meningkat 129,2 persen dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya.

2.2.4.5 Pengeluaran Rutin Lainnya

Selain berbagai pembiayaan tersebut di atas, pengeluaran rutin juga menampung

pembiayaan pengeluaran rutin lainnya, antara lain subsidi BBM dan lain-lain pengeluaran rutin.

Kebijaksanaan pemberian subsidi pada dasarnya dimaksudkan untuk menjaga stabilitas

perekonomian nasional, khususnya stabilitas harga barang-barang kebutuhan masyarakat, yang

besar pengaruhnya dalam menekan laju inflasi. Selain itu kebijaksanaan tersebut dimaksudkan

pula agar dapat menjamin tersedianya bahan-bahan pokok dalam jumlah yang cukup dan harga

yang dapat dijangkau oleh masyarakat ekonomi lemah. Meskipun dalam kondisi tertentu

kebijaksanaan pemberian subsidi dapat menimbulkan distorsi pasar yang dapat menimbulkan

inefisiensi dalam perekonomian, namun pemberian subsidi diberikan secara selektif dan

ditujukan kepada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah. Dengan berbagai

pertimbangan tersebut, pemberian subsidi masih diperlukan dalam batas-batas kewajaran dan

hanya untuk hal-hal yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak, serta disesuaikan dengan

kemampuan keuangan negara. Namun demikian, secara bertahap pemberian subsidi akan

dikurangi.

Dalam Repelita VI, Pemerintah memberikan subsidi bahan bakar minyak (BBM), yang

merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat strategis. Namun disadari juga bahwa pemberian

subsidi BBM yang dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan terhambatnya usaha

konservasi dan diversifikasi energi, serta beban yang semakin berat terhadap anggaran belanja.

Subsidi BBM merupakan selisih antara hasil penjualan BBM dalam negeri dengan seluruh biaya

pengadaan BBM yang harus dikeluarkan. Seperti diketahui biaya pembelian minyak mentah

merupakan komponen terbesar dalam pengaadaan BBM, sehingga besar kecilnya kebutuhan

Page 77: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 77

subsidi BBM sangat tergantung kepada jumlah konsumsi, fluktuasi harga rninyak mentah

internasional, serta nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, terutama dolar Amerika. Sejalan

dengan upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengeluaran rutin, selama Repelita VI telah

diupayakan pengurangan subsidi BBM melalui penyesuaian harga jual pada tingkat yang wajar.

Untuk itu pada bulan Mei 1998 telah dilakukan kenaikan harga BBM. Selain pemberian subsidi

BBM, dalam Repelita VI, khususnya tahun anggaran 1998/1999 pemerintah juga memberikan

subsidi nonBBM berupa subsidi pangan, listrik, dan obat-obatan. Subsidi-subsidi tersebut,

diberikan antara lain berkaitan dengan upaya memperkuat jaring pengaman sosial (JPS), sebagai

upaya meredam dampak sosial akibat krisis ekonomi, terutama bagi penduduk rniskin. Di

samping subsidi beras, subsidi pangan diberikan melalui subsidi impor gandum, gula pasir, dan

kedelai. Kebijakan tersebut selain dimaksudkan untuk menjaga agar harga komoditas pangan

terjangkau oleh daya beli masyarakat, juga untuk mendukung upaya penganekaragaman bahan

makanan serta mengurangi ketergantungan pada konsumsi beras, dan sekaligus untuk menjaga

kelangsungan usaha industri makanan dalam negeri. Dalam perkembangannya, untuk

meringankan beban anggaran negara, sejak awal bulan September 1998 telah ditempuh

kebijakan penghapusan subsidi untuk gandum, gula posir, dan kedelai.

Selain untuk subsidi, pengeluaran rutin lainnya juga menampung lain-lain pengeluaran

rutin, seperti biaya jasa pos dan giro, pengeluaran bebas porto, serta subsidi kesehatan bagi para

veteran dan perintis kesehatan, bantuan rutin kepada komite olahraga nasional Indonesia

(KONI) Pusat, serta subsidi kepada Perum Kereta Api. Selain itu, lain-lain pengeluaran rutin

juga menampung pembiayaan yang bersifat khusus berupa pembiayaan untuk penyelenggaraan

pemilihan umum (Pemilu) dan bantuan penanggulangan bencana alam.

Berdasarkan pada perkembangan tersebut, pengeluaran rutin lainnya mengalami

peningkatan setiap tahunnya, terutama dalam tahun terakhir Repelita VI. Peningkatan tersebut

berkaitan dengan peningkatan anggaran untuk subsidi BBM dan subsidi non-BBM. Peningkatan

subsidi BBM terjadi sebagai akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap valuta asing,

khususnya dolar Amerika. Seuangkan, munculnya subsidi non-BBM berkaitan dengan upaya

memperkuat jaring pengaman sosial. Dalam tahun anggaran 1998/1999, pengeluaran rutin

lainnya diperkirakan mencapai Rp 55.472,5 miliar atau Rp 38.642,5 miliar lebih tinggi Dari

tahun anggaran sebelumnya.

2.2.5 Tabungan Pemerintah

Page 78: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 78

Tabungan pemerintah sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan merupakan

selisih antara penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin. Dalam penghimpunannya

sumber pembiayaan pembangunan ini dipengaruhi oleh kemampuan menghimpun sumber

penerimaan dalam negeri dan alokasi pengeluaran untuk pembiayaan kegiatan rutin pemerintah.

Selain itu, tabungan pemerintah dalam menyediakan dana pembangunan juga dipengaruhi oleh

kondisi perekonornian internal dan eksternal. Pada saat perekonornian membaik tabungan

pemerintah cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya penerimaan dalam negeri.

Demikian pula sebaliknya, dalam kondisi perekonomian yang menurun umumnya akan

berpengaruh kepada penerimaan dalam negeri yang pada gilirannya akan berdampak terhadap

tabungan pemerintah.

Memasuki Repelita VI peranan tabungan pemerintah terus meningkat, keberhasilan

tersebut terlihat pada besarnya tabungan pemerintah dalam tahun anggaran 1994/1995 hingga

tahun anggaran 1996/1997 masing-masing Rp 22.349,0 miliar, Rp 22.578,9 miliar, dan

Rp25.069,2 miliar. Namun dalam tahun anggaran 1997/1998 tabungan pemerintah diperkirakan

menurun yaitu menjadi Rp 23.577,6 miliar, karena peningkatan pada pengeluaran rutin

diperkirakan akan lebih besar dibandingkan peningkatan pada penerimaan dalam negeri.

Keadaan ini diperkirakan berlanjut dalam tahun anggaran 1998/1999, dimana pengeluaran rutin

diperkirakan jauh meningkat melampaui penerimaan dalam negeri. Pengeluaran rutin mencapai

Rp 171.205,1 miliar, seuangkan penerimaan dalam negeri hanya mencapai Rp 149.302,5 miliar.

Dengan demikian dalam tahun anggaran 1998/ 1999 terdapat tabungan negatif (negatif saving)

minus Rp 21.902,6 miliar. Peningkatan yang tajam pada pengeluaran rutin dalam dua tahun

terakhir tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya beban pembayaran bunga dan cicilan

pokok hutang luar negeri serta meningkatnya berbagai subsidi seperti BBM, pangan, listrik,

sejalan dengan makin lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Perkembangan

tabungan pemerintah sejak Repelita V sampai dengan Repelita VI dapat diikuti pada Tabel

11.8.

2.2.6 Pengeluaran Pembangunan

Anggaran belanja pembangunan dalam APBN memberikan gambaran mengenai

peranan sektor pemerintah dalam pembiayaan investasi nasional, yang sekaligus mencerminkan

strategi kebijaksanaan fiskal dalam (a) mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi untuk

Page 79: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 79

mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, perluasan kesempatan berusaha

dan berbagai program pembangunan lainnya, (b) memperbaiki pemerataan distribusi

pendapatan, serta (c) menunjang program stabilisasi, termasuk program penyelamatan (rescue)

dan pemulihan (recovery) kondisi sosial ekonomi masyarakat. Implementasi kebijakan tersebut

pada dasamya sangat tergantung pada situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam

perekonomian, serta merupakan satu kesatuan dari arah dan strategi dasar pembangunan

nasional.

Dalam Repelita VI hingga tahun keempat, realisasi pengeluaran pembangunan (di luar

sektor hankam dan subsidi) secara nominal mengalami peningkatan rata-rata sekitar 16 persen

per tahun, namun peranannya terhadap total anggaran belanja negara (di luar pembayaran

dci/an pokok pinjaman luar negeri) justru menurun dari sekitar 46 persen menjadi hanya sekitar

39 persen. Dalam periode tersebut, rasio pengeluaran pembangunan terhadap produk domestik

bruto (PDB) juga menurun Dari 7,1 persen menjadi hanya 6,5 persen. Sementara itu, dalam

periode yang sama, rasio anggaran belanja pembangunan (di luar sektor hankam dan subsidi)

yang sebagian besar merupakan pengeluaran untuk investasi pemerintah terhadap pembentukan

modal domestik bruto (gross fixed capital formation) relatif kecil, rata-rata sekitar 23 persen per

tahun. Kecenderungan ini memberikan gambaran mengenai peranan yang sesungguhnya dari

sektor pemerintah dalam perekonomian nasional, yang berfungsi sebagai pendukung dan

penunjang berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat dan dunia usaha. Hal ini sejalan

dengan arah dan strategi kebijakan pembangunan nasional yang lebih mengutamakan

pengembangan sektor swasta sebagai penggerak roda kegiatan perekonomian nasional, dan telah

sesuai dengan sasaran investasi pemerintah yang ditetapkan dalam Repelita VI (setelah revisi).

Namun demikian, sebagai akibat adanya tekanan ekonomi, baik eksternal maupun

internal, berkenaan dengan bertambah beratnya krisis moneter dan ekonomi yang dihadapi

Indonesia hingga menyebabkan dunia usaha (sektor swasta) tidak berdaya dan tidak lagi bisa

diharapkan mampu menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi nasional, dalam tahun terakhili

Repelita VI terjadi perubahan yang cukup mendasar terhadap peran dan orientasi anggaran

belanja pembangunan sebagai akar kebijakan fiskal dalam konstelasi perekonomian nasional.

Page 80: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 80

Tabel 11.8

PERKEMBANGAN TABUNGAN PEMERINTAH, 1989/1990 -1998/19991)

(dalam miliar rupiah)

Penerimaan Pengeluaran Tabungan Kenaikan (+)/

Tahuo dalam negeri A% rutin A%

pemerintah penurunan(-)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

REPELITA V

1989/1990 . 31.504,2 24.335,2 7.169,0

1990/1991 42.193,0 33,9 29.121,1 19,7 13.071,9 + 5.902,9

1991/1992 42.582,0 0,9 29.053,0 -0,2 13.529,0 + 457,1

1992/1993 48.862,6 14,7 33.605,4 15,7 15.257,2 + 1.728,2

1993/1994 56.113,1 14,8 40.289,9 19,9 15.823,2 + 566,0

REPELITA VI

1994/1995 66.418,0 18,4 44.069,0 9,4 22.349,0 + 6.525,8

1995/1996 73.013,9 12,6 50.435,0 14,4 22.578,9 + 229,9

1996/1997 87.630,3 20,8 62.561,1 24,0 25.069,2 + 2.490,3

1997/19982) 108.183,8 23,5 84.606,2 35,2 23.577,6 - 1.491,6

1998/19993) 149.302,5 38,0 171.205,1 102,4 - 21.902,6 - 45.480,2

1) Realisasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) APBN

Fungsi anggaran belanja pembangunan yang dalam empat tahun pelaksanaan Repelita

VI sebagai pendorong dan pendukung berkembangnya dunia usaha, dalam tahun terakhir

Repelita VI berubab menjadi unsur utama stabilisator kegiatan ekonomi, terutama dalam upaya

penyelamatan dan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat agar tidak merosot lebih dalam

akibat krisis yang semakin bertambah berat. Dalam hubungan ini, pengeluaran pembangunan

diharapkanl mampu berperan menjadi faktor stimulus bagi peningkatan daya beli masyarakat,

melalui proyek-proyek produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya,

pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta perlindungan sosial di biuang

pendidikan dan kesehatan.

Page 81: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 81

Dengan adanya perubahan orientasi kebijakan dimaksud, anggaran pembangunan bagi

pembiayaan seluruh proyek-proyek dan kegiatan fisik maupun nonrisik ditinjau ulang, dan

prioritas alokasinya semakin dipertajam. Proyek-proyek dan kegiatan pembangunan yang belum

mendesak dan memerlukan investasi besar ditunda atau dijadwal ulang, sementara anggaran

untuk biaya perjalanan dinas, rapat kerja, studi, kajian, seminar, lokakarya dan kegiatan sejenis

lainnya yang tidak menjadi prioritas dikurangi.

Anggaran yang dapat disisihkan dari hasil kaji ulang proyek-proyek tersebut

direalokasi untuk membantu meringankan beban masyarakat akibat krisis, atau digunakan untuk

kegiatan-kegiatan lebih produktif yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

memulihkan kondisi perekonomian nasional. Proyek-proyek tersebut tercakup dalam program

jaring pengaman sosial (social safety net), yang kegiatannya dapat dikelompokkan ke dalam

empat program atau biuang intervensi. Keempat program dimaksud meliputi (a) program

ketahanan pangan (food security), (b) program padat karya dan penciptaan lapangan kerja

produktif (employment creation), (c) program perlindungan sosial (social protection), dan (d)

program pemberdayaan ekonomi rakyat, melalui pengembangan industri kecil dan menengah

(support for small and medium enterprises).

Sebagai konsekuensi dari berbagai penyesuaian di atas, volume anggaran belanja

pembangunan dalam tahun terakhir Repelita VI meningkat sangat tajam, mencapai hampir dua

kali lipat Dari perkiraan realisasi dalam tahun anggaran sebelumnya. Dengan peningkatan

tersebut rasio pengeluaran investasi pemerintah terhadap pembiayaan investasi nasional juga

meningkat cukup tajam, mencapai lebih Dari 45 persen, atau hampir dua kali lipat dari rasio

rata-rata pengeluaran investasi pemerintah terhadap pembentukan modal domestik bruto selama

empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI. Dengan peningkatan volume, dan perubahan

orientasi pada strategi alokasi anggaran pembangunan untuk program-program yang sesuai

dengan skala prioritas penyelamatan dan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat

sebagaimana diuraikan di atas, diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal dalam membantu

memutar kembali kegiatan usaha masyarakat, hingga pada gilirannya akan dapat mempercepat

upaya pemulihan kondisi perekonomian nasional. Perubahan orientasi terhadap arah dan strategi

kebijakan pengeluaran pembangunan tersebut tercermin secara jelas pada pola alokasi anggaran

pembangunan menurut klasifikasi ekonomi (jenis pembiayaan), dan pengelompokan

berdasarkan sektor (fungsi pengeluaran).

Page 82: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 82

2.2.6.1 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Menurut Klasiflkasi Ekonomi

Dilihat Dari klasifikasi ekonomi (jenis pengeluaran), alokasi pembiayaan pembangunan

rupiah yang selama empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI tumbuh rata-rata 3,5 persen

per tahun, dalam tahun terakhir Repelita VI meningkat sangat tajam hingga mencapai lebih dari

125 persen terhadap perkiraan realisasi dalam tahun anggaran sebelumnya. Peningkatan alokasi

pembiayaan pembangunan rupiah yang sangat besar tersebut disebabkan terutama oleh

timbulnya beban-beban anggaran baru akibat krisis, di antaranya untuk program jaring

pengaman sosial yang mencapai sekitar 35 persen, biaya restrukturisasi perbankan sekitar 29

persen, serta pembengkakan beban subsidi pupuk dan subsidi bunga kredit program menjadi

sekitar 12 persen Dari total anggaran pembangunan rupiah. Dari keseluruhan alokasi anggaran

dimaksud (termasuk subsidi dan biaya restrukturisasi perbankan) sekitar 43 persen ditujukan ke

daerah, seuangkan 57 persen di pusat. Di luar subsidi dan biaya restrukturisasi perbankan,

alokasi anggaran pembangunan rupiah yang diarahkan ke daerah sesungguhnya mencapai lebih

dari 72 persen. Khusus untuk jaring pengaman sosial, sekitar 72 persen diarahkan ke daerah,

seuangkan sisanya sekitar 28 persen di pusat.

Sekalipun volumenya mengalami peningkatan, akan tetapi porsi pembiayaan

pembangunan rupiah terhadap total anggaran belanja pembangunan justru sedikit mengalami

penurunan dari sekitar 62 persen rata-rata per tahun selama empat tahun pertama pelaksanaan

Repelita VI, menjadi sekitar 56 persen dalam tahun terakhir Repelita VI. Penurunan tersebut

selain disebabkan oleh membengkaknya nilai lawan bantuan proyek akibat depresiasi rupiah,

juga karena adanya kebijakan penundaan atau penjadwalan terhadap proyek-proyek dan

kegiatan yang belum mendesak, serta peningkatan efisiensi dan penghematan anggaran pada

kegiatan-kegiatan yang kurang menjadi prioritas pada pembiayaan departemen lembaga.

Perkembangan pengeluaran pembangunan berdasarkan jenis pembiayaan tahun anggaran

1989/1990-1998/1999 dapat diikuti dalam Tabel 11.9 dan Grafik 11.3.

Alokasi anggaran bagi departemen lembaga untuk pernbiayaan proyek-proyek sektoral

dalam tahun terakhir Repelita VI meningkat sehingga menjadi 24,4 persen. Dari jurnlah

tersebut, sekitar 65 persen di antaranya dialokasikan untuk memperkuat jaring pengaman sosial,

baik untuk menunjang program ketahanan pangan, memperluas lapangan kerja, pemberdayaan

pengusaha kecil dan menengah maupun perlindungan masyarakat di biuang kesejahteraan

sosial, pendidikan dan kesehatan.

Page 83: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 83

Tabel 11.9

PENGELUARAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN JENIS PEMBIA Y AAN,

1989/1990 - 1998/1999

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

Jeu Pembityaan 1989/1CHO 199011991 J991/1992 1992/1993 1993/1994 199411995 199511996 199611997 1997/1998 1998/1999

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I.'PEMBIAYAAN RU1'IAH 8.1;29,4 11.216,0 14.484,9 16.324,9 17.675,6 20.853,9 19.771,9 24.051,7 23.121,3 52.142,1

A. Pembiayaan Departemen:Lembaga 3.153,7 5.134,1 '1.483,7 10.032,8 10.915,7 11.239,2 10.930,3 12.159,2 11.576,9 14.397,0

I. Departemen/lembaga 2.934,3 4.856,4 7.083,0 9.560,2 10.367,5 10.567,8 10.221,3 11.l60,3 10.676,2 13.493,9

2. H a n k a m 219,4 277,7 400,7 472,6 548,2 671,4 759,0 998,9 900,7 903,1

B. Pemblayaan Bagi Daerah 1.763,3 2.999,7 4.113,4 5.035,0 5.515,8 7.353,0 7.211,6 8.868,6 10.024,8 13.806,3

I. Bantuan pembangunn desa tertinggal - - - - - 397,7 498,4 524,0 480,0 204,6

2. Bantuan pembangunan desa 132,1 180,7 248,9 326,3 391,6 432,5 425,9 457,6 468,8 477,0

3. Bantuan pembangunan Dari II!

269,9 399,6 583,4 802,1 915,7 2.558,3 2.474,2 2.940,7 3.465,0 3.765,4

4. Bantuan pembangunan Dari I . 318,6 481,7 581,9 700,1 741,4 1.331,1 1.256,5 1.394,4 1.661,9 1.741,1

5. Bantuan pembangunan sekolah dasar 9'=>,6 369,2 515,2 645,4 595,4 538,1 494,4 591,5 663,2 594,9

6. Bantuan pembangunan sarana kesehatan 101,4 174,4 267,4 315,7 340,4 412,0 338,7 564,1 607,8 846,0

7. Bantuan pembangunan dan pemugaran pasar 7,8 12,8 4,7 1,7 3,0 - I) - I) - I) - I) - I)

8. Bantuan pembangunan penghijauan dan reboisasi 16,1 32,9 74,0 96,3 Ill,l - 2) - 2) - 2) - 2) - 2)

9. Bantuan peningkatan sarana jalan dan jembatan 274,4 660,9 978,7 1.165,3 1.083,7 - 3) - 3) - 3) - 3) - 3)

10. Baatuan PMT-AS - - - - - - - - 262,0 414,5

II. Banluan pembangunan derah dengan dana PBB 543,4 687,5 859,2 983,1 1.33!,51 1.68!,2 1.723,5 2.396,3 2.416,1 3.049,04)

12. Program perluasan jaring pengaman sosial - - - - - - - - - 2.713,8

C. Pemblayaan Lain-Lain 3.112,4 3.082,2 2.887,8 1.256,1 1.244,11 2.261,7 1.580,0 3.023,9 1.519,6 23.938,8

I. Subsidi pupuk 1.150,4 264,7. 3000 175,0 175,0 815,0 143,0 186,1 547,3 2.125,25)

2. Penyertaan modal pemerintah 887,5 644,4 987,9 137,9 380,6' 424,6 380,4 829,6 118,7 75,46)

3. Lain-lain pembangunan 1.074,5 2.173,1 1.599,9 943,2 688,5 1.022, I 1.056,6 2.008,2 853,6 21.738,2

II.HANTUAN PROYEK 7.364,5 7.034,11 8.589,6 10.581,4 10.752,5 9.837,8 9.008,8 11.900,1 23.817,0 ' 40.540,9

Jumlah 15.393,9 18.250,8 23.074,.5 26.906,3 28.428,1 3C.691,7 28.780,7 35.951,8 46.938,3 92.683,0

..

I) Dintegrasikan ke Inpres Dari 11.

2) Bantuan reboisasi diintegrasikan ke Inpres Dari 11; bantuan penghijauan diintegrasikan ke Inpres Dari I.

3) Bantuan peningkatan jalan propinsi diintegrasi\:an ke Inpres D3ti I, seuangkan bantuan peningkatan jaIan kabupaten

diintegrasikan ke Inples Dari 11.

4) Termasuk BPHTB Rp 400,0 rni};ar.

5) Termasuk susidi gas untuk pabrik/produsen pupuk Rp 1.059,9 miliar

6) Termasuk proyek padat karya Rp 1.505,8 juta, penanggulangan kekeringan Irian lara Rp 288,8 juta,

subsidi bunga kredit program Rp.957,8 miliar, serta program restrukrurisasi perbankan Rp 15.()()(),0 miliar.

Page 84: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 84

Page 85: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 85

Pada pembiayaan pembangunan departemen/lembaga tersebut, sebagian besar, yaitu lebih dari

64 persen dari alokasi anggaran yang disediakan untuk pembiayaan proyek-proyek sektoral,

lokasinya berada di daerah, di mana 37 persen di antaranya berada di kawasan barat Indonesia,

dan 27 persen di kawasan 1 timor Indonesia. Dengan demikian, pada dasarnya kurang dari 36

persen dari total pembiayaan proyek-proyek sektoral yang dialokasikan melalui DIP dikelola

langsung oleh instansi pusat pada masing-masing departemen/lembaga. Alokasi anggaran bagi

proyek -proyek sektoral yang lokasinya berada di daerah tersebut, apabila dapat dikoordinasikan

dengan baik dengan pengeluaran pembangunan daerah akan menjadi sinergi sumber dana yang

sangat potensial dalam mempercepat pembangunan daerah.

Pengeluaran pembangunan daerah, yang dialokasikan dalam berbagai bentuk program

Inpres bagi penyediaan sarana dan prasarana dasar serta jasa pelayanan kepada masyarakat

(secara langsung dalam biuang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan), dirasakan semakin

strategis sebagai mekanisme alokasi dana yang efektif, dalam mempercepat pembangunan

daerah, maupun dalam mendorong peningkatan otonomi daerah, dan mempercepat

terlaksananya hubungan keuangan pusat dan daerah yang lebih mencerminkan keadilan dan

pemerataan.

Dalam Repelita VI, transfer dana pembangunan melalui program Inpres telah

mengalami berbagai penyempurnaan dan peningkatan, baik dari segi jumlah dana yang

dialokasikan maupun dari segi jenis bantuan Inpres yang disalurkan. Penyempurnaan tersebut

merupakan langkah penyesuaian terhadap pencapaian sasaran umum, dan langkah operasional

dalam pencapaian sasaran khusus. Beberapa jenis bantuan (proyek Inpres) yang semula bersifat

khusus (specific grant), seperti Inpres peningkatan jalan, serta Inpres pembangunan dan

pemugaran pasar diintegrasikan ke dalam Inpres Dati I dan Inpres Dati II sebagai bantuan umum

(block grant) untuk alasan efisiensi dan efektivitas pelaksanaannya. Sementara itu, beberapa

jenis bantuan Inpres baru diperkenalkan, di antaranya Inpres desa tertinggal (IDT) dalam rangka

mempercepat pengentasan kemiskinan, Inpres program makanan tambahan anak sekolah (PMT-

AS) untuk menunjang peningkatan kualitas gizi anak, serta program perluasan jaring pengaman

sosial (P1PS) sebagai program khusus penanggulangan dampak krisis ekonomi.

Dengan peningkatan alokasi dana pada masing-masing jenis Inpres, serta bertambahnya

program Inpres baru, selama Repelita VI pengeluaran pembangunan daerah rata-rata mengalami

peningkatan sekitar 17 persen per tahun. Demikian pula, proporsi pengeluaran pembangunan

Page 86: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 86

daerah juga relatif meningkat dibandingkan dengan jenis pengeluaran pembangunan lainnya,

yaitu dari rata-rata sekitar 29 persen selama Repelita V menjadi rata-rata sekitar 38 persen dari

total pengeluaran pembangunan rupiah selama empat tahun pertama Repelita VI. Alokasi

bantuan ini, hampir seluruhnya danistribusikan ke daerah, di antaranya sekitar 54 persen ke

wilayah barat Indonesia, seuangkan 28 persen lainnya ke kawasan timur Indonesia.

Meskipun secara nominal dan proporsional terjadi peningkatan, namun tujuan dan

sasaran yang ingin dicapai melalui program bantuan Inpres, yaitu pengurangan kemiskinan,

penyediaan sarana dan prasarana dasar, pelayanan kepada masyarakat di daerah, serta

ketimpangan pendapatan antar wilayah dan antar daerah masih belum teratasi sepenuhnya.

Pengalokasian dana Inpres memang telah menunjukkan adanya perbaikan, namun jumlah dan

pola alokasi dana untuk masing-masing jenis Inpres akan terus disempumakan mengingat

pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat selama ini, telah

membawa konsekuensi pada peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Pada beberapa jenis program Inpres tertentu, peningkatan alokasi bantuan diperlukan untuk

menjaga kemampuan dana secara riil dalam membiayai kebutuhan pembangunan, karena

pertumbuhan Inpres tersebut masih di bawah ratarata tingkat inflasi. Di samping itu, penetapan

prioritas proyek atau kegiatan yang dilaksanakan juga masih perlu senantiasa disempurnakan

agar pemanfaatan dana yang sangat terbatas dapat mencapai sasaran yang diinginkan.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas alokasi dana Inpres, penetapan formula

besarnya alokasi per daerah, administrasi, serta mekanisme pelaksanaannya secara bertahap

telah dan akan terus disempumakan. Distribusi alokasi dana pembangunan antar daerah yang

adil dan merata hanya dapat tercapai apabila bantuan dana pembangunan kepada daerah

dialokasikan dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, potensi ekonomi, dan

kebutuhan investasi di masing-masing daerah. Demikian pula, distribusi anggaran melalui

program Inpres ini perlu dikoordinasikan dan dikaitkan dengan alokasi dana pembangunan yang

lain agar ketimpangan antar wilayah dan antar daerah dapat semakin diperkecil.

Pada Inpres desa tertinggal (IDT), mengingat kondisi alam, potensi ekonomi, dan latar

belakang sosial budaya masing-masing daerah dan desa berbeda satu sama lain, keberhasilan

dan efektivitas dari pelaksanaan program ini sangat tergantung pada kemampuan

mengidentifikasikan akar dari permasalahan yang sebenarnya, serta mernmuskan dan

menerapkan solusi yang paling efektif bagi masing-masing desa. Demikian pula, mengingat

Page 87: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 87

jumlah dana yang dialokasikan untuk Inpres ini relatif terbatas, maka penetapan sasaran desa

yang berhak mendapatkan bantuan, dan cakupan kegiatan harus benar-benar akurat. Di. samping

itu, pelaksanaan program Inpres ini juga perlu dikoordinasikan dengan program pembangunan

sektoral dan program Inpres lainnya agar penanganan kemiskinan di desa-desa tertinggal

tersebut benar-benar terpadu dan efektif. Pada tahun terakhir Repelita VI, alokasi dana program

IDT ini, bersama-sama dengan berbagai jenis bantuan pembangunan lainnya menjadi salah satu

katup pengaman yang sangat penting dalam upaya memperkuat jaring pengaman sosial,

mengingat jumlah penduduk miskin diperkirakan kembali meningkat sebagai dampak Dari

krisis ekonomi yang seuang dihadapi.

Di luar desa-desa tertinggal, penanganan masalah kemiskinan, dan upaya peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah pedesaan pada umumnya dapat dilakukan

dengan cara menggali potensi ekonomi di sekitamya menjadi kekuatan riil melalui penyediaan

prasarana dan sarana dasar. Namun, mengingat penyediaan sarana dan prasarana ekonomi dan

sosial dimaksud selama ini masih mernpakan kendala yang sangat mendasar dalam

mengembangkan potensi ekonomi masyarakat karena kebutuhan investasinya yang sangat besar,

Inpres desa diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengadaan sarana dan prasarana, baik fisik

maupun nonfisik di biuang produksi, perhubungan, pemasaran, dan lembaga sosial masyarakat

seperti LKMD. Sekalipun demikian, alokasi dana yang disalurkan melalui program Inpres desa

tersebut relatif masih terbatas, dan perkembangannya juga relatif lambat. Selama empat tahun

pertama Repelita VI, secara nominal total dana yang dialokasikan untuk Inpres ini hanya

meningkat rata-rata 2,7 persen per tahun. Di samping itu, pola distribusi dana yang sama untuk

setiap desa menyebabkan arti dan manfaat ekonomis dana Inpres ini bagi masing-masing desa

menjadi relatif beragam, karena desa yang memiliki wilayah lebih luas, dan jumlah penduduk

lebih banyak memperoleh bantuan yang sama dengan desa yang memiliki wilayah dan jumlah

penduduk yang lebih keci!. Perkembangm Inpres desa 1989/1990-1998/1999 dapat diikuti

dalam Tabel 11.10.

Dalam skala yang lebih luas, upaya pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat akan lebih banyak dilakukan oleh Dati II, mengingat titik sentral Dari

pengembangan otonomi daerah berada pada Dati II. Pelimpahan sebagian besar tanggungjawab

penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan dan pembangunan Dari pemerintah pusat

kepada Dari II dimaksud perlu diikuti dan diimbangi dengan pelimpahan kewenangan dalam

Page 88: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 88

pengelolaan sumber daya, dana, dan sarana ke Dati II. Dalam hubungan ini, peranan Inpres Dati

II perIu lebih ditingkatkan agar kemampuan finansial pemerintah Dati II dalam melaksanakan

tugas pembangunan menjadi semakin kuat. Itulah sebabnya, di antara seluruh jenis pembiayaan

pembangunan daerah dalam empat tahun pertama Repelita VI, Inpres Dari II memperoleh

alokasi anggaran terbesar, yaitu rata-rata sekitar 33 persen dari total dana pembiayaan Inpres.

Dengan peningkatan rata-rata 10 persen per tahun, perkembangan alokasi anggaran Inpres ini

relatif lebih baik dibandingkan dengan berbagai jenis Inpres yang lain. Namun demikian, di

masa mendatang pertumbuhannya masih perIu ditingkatkan untuk menampung pembiayaan bagi

peningkatan tugas dan tanggung jawab lebih besar yang dibebankan pada Dati II akibat

pelimpahan urusan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Di samping peningkatan alokasi

anggaran, kepada Dati II perIu diberikan kewenangan yang lebih besar dalam pemanfaatan,

pendistribusian, dan pengelolaan dana tersebut sesuai dengan prioritas kebutuhan dan kerangka

perencanaan pembangunan secara makro. Perkembangan Inpres pembangunan Dati II tahun

anggaran 1989/1990-1998/1999 dapat diikuti dalam Tabel 11.11.

Sejalan dengan upaya peningkatan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Dati II,

peranan Dati I juga perIu disesuaikan agar lebih mendukung pelaksanaan otonomi dimaksud,

dengan mengarahkan program pembangunannya pada kegiatan-kegiatan yang bersifat

menyelaraskan pembangunan sektoral dengan pembangunan regional, merangsang pertumbuhan

daerah, dan mengkoordinasikan pembangunan yang bersifat lintas Dati II. Sehubungan dengan

hal tersebut, alokasi dana Inpres Dati I perIu lebih diarahkan pada proyek sarana dart prasarana

yang bersifat mendukung pelaksanaan proyek Dati II, dan kegiatan atau proyek akan lebih layak

apabila dilaksanakan oleh Dari I, baik karena pertimbangan efisiensi (economies of scale)

maupun dengan pertimbangan manfaat yang diperoleh, sekaligus :uga akan banyak dbikmati

oleh beberapa Dati II (externalities). Dengan demikian, efektivitas dari pemanfaatan dana dapat

dioptimalkan, karena terjadinya proyek yang tumpang tindih dan tidak terlaksananya proyek

vital karena tidak jelasnya tanggungjawab pelaksanaannya dapat dihindari. Perkembangan

Inpres pembangunan Dati I tahun anggaran 1989/1990-1998/1999 dapat diikuti dalam Tabel

11.12.

Page 89: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 89

.

Tab e I II. 10

INPRES PEMBANGUNAN DESA,

1989/1990 - 1998/1999 I)

Bantuan tiap Desa

Jumlah Jumlah

Tahun Pem bangunan Bantuan Desa

Desa PKK Jumlah

(ribu Rp) (ribu Rp) (ribu Rp) (miliar Rp)

(I) (2) (3) (4) (5) (6)

.

REPELIT A V

1989/1990 66.979 2.000 500 2.500 132,1

1990/1991 66.979 2.000 500 2.500 180,7

1991/1992 67.033 2.800 700 3.500 248,9

1992/1993 63.721 3.600 900 4.500 326,3

1993/1994 63.721 4.500 1. 000 5.500 391,6

REPELIT A VI

1994/1995 63.920 5.000 1.000 6.000 432,6

1995/1996 64.367 5.000 1.000 6.000 425,9

1996/1997 64.404 5.000 1.500 6.500 457,6

1997/19982) 64.424 5.000 1.500 6.500 468,8

1998/19993) 66.721 5.000 1.500 6.500 477,0

I) Realissasi PAN.

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) APBN

Page 90: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 90

Tabel 11.11

INPRES PEMBANGUNAN DARI II,

1989/1990 - 1998/1999 I)

Jumlah Bantuan Bantuan minimum Jumlah

Tahun penduduk tiap jiwa tiap Dari II bantuan

(iota) (rupiah) (iuta rupiah) (miliar rupiah)

(l) (2) (3) (4) (5)

REPELIT A V

1989/1990 . 175,6 1.450 200 269,9

1990/1991 179,1 2.000 500 399,6

1991/1992 182,6 3.000 630 583,4

1992/1993 183,0 4.000 750 802,1

1993/1994 189,1 5.000 1.000 915,7

REPELIT A VI

1994/1995 192,2 5.000 1.000 2.558,3 4)

1995/1996 195,3 5.000 1.000 2.474,24)

1996/1997 198,3 5.500 1.000 2.940,74)

1997/19982) 201,4 5.500 1.000 3.465,04)

1998/19993) 204,8 5.500 1.000 3.765,4 4)

l) Realisasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) A P B N

4) Termasuk bantuan kabupaten yang berkepulauan, bantuan pemugaran perumahan pedesaan, bantuan pemugaran pasar, bantuan rehabilitasi

SD dan Madrasah Ibtidaiyah, Inpres penghijauan, dan Inpres peningkatan jalan Dati II, tambahan bantuan perencanaan, pemantauan dan

pengawasan pembangunan Dati II, dan bantuan rehabilitasi Puskesmas.

Page 91: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 91

TabeI II. 12

INPRES PEMBANGUNAN DATI I

1989/1990 - 1998/1999 I)

Bantuan minimum Bantuan maksimum Jumlah

Tahun tiap Dari I tiap Dari I bantuan

(juta rupiah) (juta rupiah) (miliar rupiah)

(I) (2) (3) (4)

REPELIT A V

1989/1990 12.000 12.000 318,6

1990/1991 14.000 14.000 481,7

1991/1992 . 18.000 18.000 581,9

1992/1993 22.500 22.500 700,1

1993/199.:1 25.000 25.000 741,4

REPELIT A VI

1994/1995 25.000 25.000 1.331,1 4)

1995/1996 25.000 25.000 1.256,5 4)

1996/1997 25.000 25.000 1.394,4 4)

1997/19982) 25.000 25.000 1.661,94)

1998/1999 3) 25.000 25.000 1.741,14)

1) Realisasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) A P B N

4) Termasuk bantuan perencanaan dan pengawasan pembangunan Dari I. serta Inpres reboisasi dan Inpres peningkatanjalan Dari I. serta

tambahan bantuan operasi dan pemeliharaan jaringan pengairan.

Page 92: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 92

Selain bantuan umum, kepada daerah juga disediakan alokasi bantuan khusus untuk

membantu daerah dalam mengatasi berbagai permasalahan tertentu yang dihadapinya. Salah

satu aspek penting yang sangat berperan dalam menunjang pembentukan watak dan

pembangunan bangsa (nation and character building), namun pada umumnya selalu menjadi

masalah mendasar yang dihadapi dalam pembangunan daerah adalah peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Upaya dan pencapaian sasaran tersebut sangat ditentukan oleh kuantitas

dan kualitas dari sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia. Sarana dan prasarana

pendidikan yang memadai akan memberikan kesempatan kepada anak (generasi muda) untuk

memperoleh pendidikan yang lebih layak. Berkaitan dengan itu, dalam rangka membantu

mengatasi problematika peningkatan daya tampung di biuang pendidikan dasar, kepada Dati II

dialokasikan bantuan khusus pembangunan sarana pendidikan dasar berupa Inpres SD. Bantuan

Inpres SD tersebut selama ini telah berhasil menunjang pelaksanaan program wajib belajar enam

tahun di berbagai daerah. Sekalipun demikian, alokasi dana yang lebih besar masih dibutuhkan

untuk mendukung pencapaian sasaran program wajib belajar sembilan tahun, memelihara

berbagai sarana dan prasarana yang telah dibangun, serta peningkatan kualitas pendidikan dasar.

Hal ini danasarkan pada kenyataan bahwa alokasi anggaran untuk Inpres SD selama empat

tahun pertama Repelita VI hanya mengalami peningkatan yang relatif rendah, yaitu sekitar 7,2

persen per tahun. Perkembangan Inpres sekolah dasar tahun anggaran 1989/1990-1998/1999

dapat diikuti dalam Tabel 11.13.

Di samping pendidikan, faktor lain yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas

sumber daya manusia adalah pelayanan kesehatan, sebagai salah satu kebutuhan dasar

masyarakat yang senantiasa diusahakan pemenuhannya oleh pemerintah. Salah satu langkah

terobosan dalam upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan tersebut dilakukan melalui alokasi

bantuan khusus Inpres kesehatan. Bantuan ini memiliki dampak yang sangat nyata dalam

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, karena dialokasikan langsung pada peningkatan

pelayanan kesehatan. Dengan demikian, perubahan dari jumlah alokasi dana akan langsung

berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya di daerah perdesaan.

Perkembangan Inpres kesehatan selama empat tahun pertama Repelita VI yang rata-rata

mencapai 13,8 persen per tahun menunjukkan kuatnya komitmen pemerintah terhadap

pentingnya penyediaan pelayanan kesehatan. Namun demikian, besarnya alokasi bantuan ini

masih perlu ditingkatkan, mengingat masih cukup besarnya kelompok masyarakat yang perlu

Page 93: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 93

mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai. Perkembangan Inpres

kesehatan tahun anggaran 1989/1990 -1998/1999 dapat diikuti dalam Tabel 11.14.

Erat kaitannya dengan upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat adalah upaya pemenuhan kebutuhan gizi anak, yaitu jumlah kebutuhan kalori dan

protein minimum, yang sangat diperlukan bagi perkembangan kesehatan jasmani dan rohani

anak. Kerniskinan telah mengakibatkan peluang untuk meningkatkan kualitas hidup anak yang

kekurangan gizi, yang pada umumnya berada di daerah tertinggal, menjadi terhambat. Dalam

rangka meningkatkan ketahanan fisik anak sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)

telah dikembangkan Inpres program makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS). Program

tersebut adalah upaya pemerintah untuk membantu mengangkat dan mengentaskan masa depan

anak yang hidup di daerah tertinggal dari jerat keterbelakangan, dan sekaligus memutus

lingkaran setan kemiskinan (vicious circle). Besarnya komitmen dan perhatian pemerintah

terhadap pentingnya masalah pemenuhan gizi anak tersebut dinyatakan dalam jumlah dana yang

dialokasikan untuk Inpres PMT-AS dalam tahun terakhir Repelita VI yang meningkat lebih dari

50 persen. Alokasi dana Inpres ini sekaligus melengkapi bantuan Inpres lainnya dalam

mendorong pembangunan masyarakat yang relatif kurang beruntung di berbagai desa dan

daerah tertinggal, baik dari segi potensi ekonomi maupun sumber daya alam yang dimiliki.

Selanjutnya, dalam usaha memperkecil dampak krisis ekonomi pada penurunan

kesejahteraan rakyat secara umum, dan khususnya yang sangat terasa pada golongan masyarakat

yang selama ini merupakan kelompok sasaran (target group) dari berbagai program

pembangunan dan pengentasan kemiskinan, dalam tahun anggaran 1998/1999 dikembangkan

program baru berupa perluasan jaring pengaman sosial (JPS). Walaupun maksud dan tujuan dari

program khusus ini sangat baik, akan tetapi keberhasilan dan efektivitas pelaksanaanya sangat

tergantung atau ditentukan oleh mekanisme yang tepat dalam pengalokasian, dan pemanfaatan

dana dalam menjangkau sasaran yang diinginkan.

Page 94: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 94

TabeI II. 13

INPRES SEKOLAH DASAR, 1989/1990 - 1998/1999 I)

Pembangunan Penambahan Rehabilitasi Pembangunan Rumah kepala Buku Penempatan Jumlah

Tahun rumah penjaga Pelajaran gedung ruang kelas gedung

sekolah sekolah dan

guru dan bacaan guru bantuan

(unit) (ruang) (unit) (unit) (unit) (juta) (orang) (miliar Rp)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

REPELIT A V

1989/1990 185 250 6.000 110 150 4 1.000 99,6

1990/l991 400 1.000 20.000 350 1.000 6 10.000 369,2

1991/1992 692 1.200 32.535 356 2.905 14,1 14.000 515,2

1992/1993 725 1.400 37.050 350 4.000 20,6 21.000 645,4

1993/1994 699 1.600 23.875 382 1.602 22,2 10.150 595,4

REPELIT A VI

1994/1995 700 2.650 - 4) 350 1.050 36 - 538,15)

1995/1996 425 2.650 - 4) 425 725 60 - 494,45)

1996/1997 375 2.892 - 4) - 1.140 80,5 - 591,55)

1997/1998 2) 375 2.892 - 4) - 1.140 80,3 - 663,25)

1998/19993) 375 2.892 - 4) - 1.140 46,7 - 594,95)

1) Rea1isasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) A P B N

4) Sejak tahun 1994/1995 dialihkan kepada Inpres Dati II

5) Tidak termasuk biaya rehabilitasi SD dan Madrasah Ibdanaiyah (dialihkan ke Inpres Dati II)

Page 95: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 95

Tab e I II. 14

INPRES KESEHATAN, 1989/1990 -1998/19991)

Obat Puskesmas PuskesmasRumah

Dokter/ Rehabilitasi Air bersih Jumlah

Tahun

per jiwa

Puskesmas

Pembantu Keliling paramedis puskesmas

4) pedesaan bantuan

(Rp) (ruang) (unit) (unit) (unit) (unit) (unit) (miliar Rp)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

REPELITA V

1989/1990 450 100 ' 1.000 500 500 1.800 80.000 101,4

1990/1991 475 200 1.800 600 1.000 3.000 6.238 174,4

1991/1992 530 175 1.500 600 1.000 8.493 8.772 267,4

1992/1993 600 165 1.532 600 1.100 9.856 10.200 315,7

1993/1994 625 125 1.350 720 1.200 10.549 16.750 340,4

REPELIT A VI

1994/1995 725 30 500 358 690 3.515 - 412,0

1995/1996 775 30 500 ,360 480 - 5) - 338.76)

1996/1997 800 - 500 360 480 - 5) - 564,16)

1997/1998 2) 800 - 700 325 600 - 5) - 607,86)

1998/19993) 800 - 300 205 800 - 5) - 846,0 6)

1) Realisasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) A PB N

4) Termasuk Puskesmas pembantu, Puskesmas perawatan, dan Puskesmas keliling

5) Dialihkan ke Inpres Dati II

6) Tidak termasuk dana rehabilitasi dan pemeliharaan Puskesmas (dialihkan ke Inpres Dati II)

Page 96: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 96

Di samping melalui subsidi atau bantuan pembangunan daerah (program Inpres),

peluang untuk mempercepat pembangunan di daerah pada dasamya dapat ditingkatkan dengan

menggali secara optimal sumber-sumber keuangan yang berasal dari daerah sendiri, yaitu

berupa dana bagi hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan, dan bea perolehan hak alas tanah

dan bangunan (PBB dan BPHTB). Dana ini merupakan hasil pemungutan dari potensi

pendapatan daerah sendiri yang kemudian ditransfer kembali seluruhnya ke masing-masing

daerah bersangkutan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pola alokasi dana ini telah memberi

peluang, dan akan mendorong masing-masing daerah untuk memacu usaha penggalian potensi

penerimaan PBB dan BPHTB, mengingat adanya kewenangan yang besar bagi daerah dalam

mengalokasikan dana tersebut sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah bersangkutan.

Berbeda dengan pola alokasi anggaran pembangunan bagi daerah yang cehderung

semakin diperbesar, alokasi anggaran pembangurian lainnya untuk berbagai program yang

bersifat lintas sektoral justru diupayakan dibatasi seminimal mungkin, hanya untuk hal-hat yang

benar-benar sangat mendesak dan tidak dapat dihindari. Selama Repelita VI, alokasi

pengeluaran pembangunan lainnya yang mencakup subsidi pupuk, penyertaan modal pemerintah

(PMP), dan pembiayaan lain-lain pembangunan (LLP) mengalami posang surut mengikuti

strategi kebijakan fiskal dan perkembangan keuangan negara.

Pada subsidi pupuk, alokasi anggaran sangat dipengaruhi oleh besarnya subsidi harga,

yang mencakup perbedaan antara harga jual dasar pupuk pada saat penyerahan dengan harga

beli dari produsen (biaya produksi),pajak pertambahan nilai (PPN) alas pupuk, dan biaya

pengangkutanJ distribusi untuk setiap volume dan jenis pupuk yang mendapat subsidi. Faktor

lain yang berpengaruh dalam penyediaan subsidi pupuk di antaranya meliputi kebijaksanaan

penghapusan subsidi untuk beberapa jenis pupuk tertentu, dan perlu diakomodasikannya subsidi

gas yang digunakan dalam proses produksi pupuk, yang sebelumnya diperhitungkan secara

langsung dalam penerimaan migas oleh Pertamina.

Dengan berbagai faktor dimaksud, terntama kebijakan penghapusan subsidi untukj jenis-

jenis pupuk tertentu melalui penyesuaian harganya, dalam Repelita VI sampai dengan tahun

keempat realisasi subsidi pupuk dapat ditekan hingga menjadi sekitar I persen dari jumlah

pengeluaran pembangunan, kecuali pada tahun pertama Repelita VI yang meningkat cukup

tinggi sebagai akibat adanya kebijaksanaan pelunasan atas semua beban tagihan subsidi pupuk

Page 97: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 97

dalam beberapa tahun anggaran sebelumnya. Hal ini sangat membantu upaya meningkatkan

daya guna dan hasil guna pengeluaran pembangunan untuk dialokasikan kepada berbagai

proyek lainnya yang berprioritas lebih tinggi.

Sekalipun demikian, sebagai akibat dari kondisi perekonomian yang terus memburuk

akibat krisis ekonomi, dalam tahun terakhir Repelita VI alokasi anggaran bagi subsidi pupuk

.mengalami peningkatan yang cukup tajam, hingga menyerap 2,3 persen dari jumlah anggaran

pembangunan rupiah. Hal ini tidak dapat dihindari, karena depresiasi nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika telah mengakibatkan munculnya subsidi atas selisih kurs dalam komponen harga

pupuk yang diimpor, dan membengkaknya beban subsidi gas bagi produsen pupuk mengingat

strbsidi harga gas per unit diperhitungkan dengan mata.uang dolar Amerika. Selain itu, dalam

rangka menopang program ketahanan pangan nasional (food security), dipanuang perlu

disediakan kembali subsidi bagi jenis pupuk SP-36, ZA dan KCI yang digunakan oleh sebagian

besar petani yang sebelumnya telah dihapuskan.

Seperti halnya pada subsidi pupuk, alokasi anggaran pembangunan qntuk PMP juga

sangat dibatasi, sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana negara. Dengan

dernikian, selama Repelita VI, jumlah anggaran yang dialokasikan untuk PMP menunjukkan

tendensi yang terus menurun, kecuali dalam tahun ketiga Repelita VI realisasi PMP mengalami

peningkatan yang cukup tinggi akibat adanya pengalihan pinjaman IPTN Dari dana reboisasi

menjadi penyertaan modal pemerintah, dan diperlukannya tambahan modal bagi beberapa

BUMN sektor perbankan dalam rangka pemenuhan rasio kecukupan modal (capital adequacy

ratio, CAR). Di luar kebutuhan tersebut, alokasi anggaran PMP bagi berbagai BUMN dilakukan

secara hati-hati dan sangat selektif, hanya untuk BUMN strategis yang benar-benar dalam

kondisi kekurangan modal, yaitu untuk perluasan skala usaha, maupun karena kondisinya yang

kritis, sehingga dipanuang perlu memperoleh suntikan dana. Di samping itu, alokasi dana PMP

juga digunakan untuk kontribusi pemerintah kepada berbagai lembaga internasional, seperti

OPEC Funds, Asian Development Bank (ADB), International Rubber Organisation (INRO),

International Finance Corporation (IFC) dan Global Environtment Facilities (GEF). Dalam

tahun terakhir Repelita VI, anggaran PMP digunakan untuk tambahan modal bagi beberapa

BUMN industri strategis, Perum Perumnas dalam rangka penyediaan perumahan rakyat, dan PT

Bank Mandiri untuk memenuhi rasio kecukupan modal dalam rangka restrukturisasi perbankan.

Sejalan dengan kebijakan pembatasan alokasi dana bagi subsidi pupuk dan PMP,

Page 98: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 98

penggunaan anggaran bagi LLP juga diupayakan seefisien dan seminimal mungkin, yaitu hanya

untuk berbagai macam proyek strategis lintas sektoral dan atau interdepartemental yang karena

sifat atau misi strategisnya dipanuang perlu memperoleh tambahan dana dari pemerintah di

samping itu, anggaran bagi LLP juga digunakan untuk mengatasi berbagai peristiwa yang tidak

dapat diprediksi sebelumnya, Namun harus diambil tindakan oleh pemerintah untuk

mengatasinya, seperti adanya bencana alam gempa bumi, kekeringan, dan banjir. Dalam

Repelita VI hingga tahun keempat, alokasi anggaran untuk LLP hanya sekitar 5,6 persen dari

jumlah keseluruhan pembiayaan pembangunan rupiah, yang dimanfaatkan antara lain untuk

mengatasi bencana alam kekeringan di Irian Jaya, pengembangan ekspor, peningkatan sarana

kehidupan beragama, pembinaan dan pengembangan pemuda, serta pengembangan kawasan

khusus. Dalam tahun terakhir Repelita VI, sebagai akibat krisis moneter yang berkembang

menjadi krisis ekonomi yang terus memburuk hingga pertengahan tahun 1998, anggaran bagi

LLP mengalami peningkatan yang sangat tajam. Hal ini disebabkan oleh perlu ditampungnya

kebutuhan biaya untuk program restrukturisasi perbankan dan subsidi bunga atas berbagai jenis

kredit program, seperti kredit perumahan rakyat (KPR), kredit usaha tani (KUT) dan kredit

koperasi primer untuk anggota PIR- Trans (KKP A PIRTrans), yang mencapai sekitar 87 persen

dari total pengeluaran LLP. Selain itu, juga diperlukan tambahan anggaran untuk memperkuat

program jaring pengaman jaring sosial yang mencapai 8 persen dari jumlah anggaran LLP, di

antaranya untuk proyek padat karya sektor kehutanan, penanggulangan dampak kekeringan dan

masalah ketenagakerjaan, serta pembinaan usaha kecil. Di luar kedua unsur biaya yang timbul

sebagai akibat krisis dimaksud, alokasi dana LLP murni hanya sekitar 5 persen dari total

anggaran LLP.

Anggaran belanja pembangunan yang berasal dari nilai lawan (rupiah) bantuan proyek

dalam empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar

34 persen per tahun, atau berperan sekitar 38 persen rata-rata per tahun dari total anggaran

belanja pembangunan. Dalam tahun terakhir Repelita VI, alokasi anggaran pembangunan yang

berasal dari nilai lawan bantuan proyek meningkat secara tajam mencapai sekitar 70 persen dari

perkiraan realisasi dalam tahun anggaran sebelumnya. Peningkatan yang sangat besar dari

alokasi pengeluaran tersebut dipengarnhi oleh adanya depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika

yang menyebabkan lebih besarnya nilai lawan bantuan proyek. Demikian pula, alokasi

pemanfaatan anggaran bantuan proyek tersebut juga mengalami perubahan, dari yang semula

Page 99: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 99

terkonsentrasi pada proyek-proyek fisik yang bersifat padat modal (capital intensive) untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi, ke arah proyek-proyek yang bersifat penyelamatan (rescue),

padat karya agar lebih banyak menyerap tenagakerja (labor intensive) dan pemulihan (recovery)

untuk memutar kembali kegiatan ekonomi masyarakat terutama pengusaha kecil dan menengah

di berbagai sektor.

2.2.6.2 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Menurut Fungsi (Sektor)

Dari dimensi fungsi pengeluaran, alokasi anggaran belanja pembangunan selama

Repelita VI lebih banyak terkonsentrasi pada sektor-sektordi biuang ekonomi, di antaranya

sektor transportasi dan komunikasi, pertanian dan kehutanan, transmigrasi dan pemukiman

perambah hutan, pertambangan dan energi, dan jasa ekonomi lainnya seperti pengembangan

usaha nasional, perdagangan dalam dan luar negeri, koperasi dan pengusaha kecil, tenaga kerja,

dan pariwisata. Di luar biuang ekonomi, alokasi anggaran pembangunan lebih banyak diarahkan

untuk pembangunan daerah, penyediaan fasilitas pelayanan dasar di biuang pendidikan,

kesehatan, kesejahteraan sosial, perumahan dan permukiman, serta jasa pelayanan masyarakat

umum.

Di biuang ekonomi, alokasi anggaran pembangunan untuk penyediaan infrastruktur

transportasi dan komunikasi yang semula dalam empat tahun pelaksanaan Repelita VI naik

sekitar 18 persen rata-rata per tahun, dalam tahun terakhir Repelita VI justru turun sekitar 2

persen dari perkiraan realisasi tahun anggaran sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut,

rasio anggaran pembangunan untuk penyediaan prasarana transportasi dan komunikasi dalam

periode yang sama turun dari rata-rata sekitar 21 persen per tahun menjadi sekitar 14 persen.

Penurunan ini disebabkan oleh adanya penghematan anggaran pembangunan pada subsektor

transportasi darat, laut dan udara untuk dialokasikan guna memperkuat jaring pengaman sosial

yang tersebar di berbagai sektor. Dari anggaran pembangunan rupiah yang dialokasikan untuk

subsektor transportasi darat, laut dan udara dalam tahun terakhir Repelita VI, sekitar 31 persen

di antaranya untuk memperkuat jaring pengaman sosial, yang pelaksanaannya dilakukan melalui

pola padat karya. Di lain pihak, pengeluaran pembangunan untuk prasarana jalan tetap

meningkat dari sekitar 7 persen rata-rata per tahun selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI

menjadi sekitar 16 persen dalam tahun terakhir Repelita VI. Dari anggaran pembangunan rupiah

yang dialokasikan untuk penyediaan prasarana jalan dalam tahun terakhir Repelita VI, sekitar 42

persen di antaranya untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan dan jembatan di berbagai daerah

Page 100: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 100

dalam rangka menunjang peningkatan produksi pangan, yang dilaksanakan dengan pola padat

karya, sebagai upaya memperkuat jaring pengaman sosial.

Semen tara itu, alokasi anggaran untuk sektor pertanian dan kehutanan mengalami

peningkatan sangat tajam, yaitu dari 32 persen rata-rata per tahun selama empat tahun pertama

pelaksanaan Repelita VI menjadi lebih dari 193 persen dalam tahun terakhir Repelita VI. Pada

sektor ini, pengeluaran pembangunan untuk subsektor pertanian meningkat Dari sekitar 15

persen rata-rata per tahun selama empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI menjadi sekitar

177 persen dalam tahun terakhir Repelita VI. Dari alokasi anggaran pembangunan rupiah untuk

subsektor pertanian dalam tahun terakhir Repelita VI, sekitar 23 persen di antaranya diarahkan

untuk penyediaan bibit unggul, intensifikasi pertanian, dan bantuan sarana produksi lainnya

dalam rangka program jaring pengaman sosial di biuang peningkatan produksi dan ketahanan

pangan (food security). Demikian pula, pengeluaran pembangunan untuk subsektor kehutanan

meningkat dari sekitar 77 persen rata-rata per tahun selama empat tahun pertama pelaksanaan

Repelita VI, menjadi lebih dari 825 persen dalam tahun terakhir Repelita VI. Pada subsektor ini,

keseluruhan anggaran pembangunan rupiah dalam tahun terakhir Repelita VI digunakan untuk

proyek-proyek padat karya guna menciptakan dan memperluas kesempatan kerja yang

sebanyak-banyaknya di sektor kehutanan.

Selanjutnya, alokasi anggaran untuk subsektor pembangunan daerah meningkat dari

sekitar 9 persen rata-rata per tahun selama empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI

menjadi 207 persen dalam tahun terakhir Repelita VI. Dengan peningkatan tersebut, rasio

anggaran untuk subsektor pembangunan daerah terhadap total anggaran pembangunan dalam

periode yang sama meningkat dari sekitar 15 persen rata-rata per tahun menjadi sekitar 20

persen. Dari alokasi anggaran pembangunan rupiah pada subsektor ini dalam tahun terakhir

Repelita VI, sekitar 34 persen di antaranya untuk program pengentasan kemiskinan dan program

perluasan jaring pengaman sosial.

Sejalan dengan itu, anggaran pernbangunan yang dialokasikan bagi penyediaan

fasilitas pelayanan dasar di biuang perumahan dan perrnukirnan meningkat dari rata-rata 27

persen per tahun selama empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI rnenjadi sekitar 145

persen dalam tahun terakhir Repelita VI. Dengan peningkatan tersebut, rasio anggaran

l'embangunan untuk sektor perumahan dan permukiman dalam periode yang sama meningkat

dari rata-rata sekitar 3 persen per tahun menjadi sekitar 7 persen. Dari alokasi anggaran

Page 101: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 101

pembangunan rupiah yang diperuntukkan bagi subsektor perumahan dan permukiman dalam

tahun terakhir Repelita VI, sekitar 36 persen di antaranya untuk perbaikan lingkungan

permukiman di daerah kumuh perkotaan, termasuk perbaikan bangunan pasar-pasar tradisional

yang rusak terbakar akibat kerusuhan sosial guna memperlancar kegiatan perdagangan, sebagai

upaya memperkuat jaring pengaman sosial.

Pada biuang pendidikan, anggaran pembangunan meningkat dari sekitar 16 persen rata-

rata per tahun selama empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI menjadi sekitar 79 persen

dalam tahun terakhir Repelita VI. Dari alokasi anggaran pembangunan rupiah untuk biuang

pendidikan dalam tahun terakhir Repelita VI, sekitar 99 persen di antaranya ditujukan untuk

penyediaan beasiswa dan bantuan operasional pendidikan guna menunjang kelancaran proses

belajar mengajar sebagai upaya memperkuat jaring pengaman soslal di biuang pendidikan,

terutama untuk mencegah putus sekolah bagi murid dan mahasiswa yang mengalami hambatan

pendanaan pendidikan.

Pada biuang kesehatan, alokasi anggaran pembangunan meningkat dari sekitar 20

persen rata-rata per tahun selama empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI menjadi sekitar

103 persen dalam tahun terakhir Repelita VI. Dengan perkembangan tersebut, rasio anggaran

pembangunan sektor kesehatan terhadap total anggaran belanja pembangunan dalam periode

yang sama sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari rata-rata 3,2 persen per tahun menjadi 4,1

persen. Keseluruhan anggaran pembangunan rupiah bagi pembangunan di biuang kesehatan

dalam tahun terakhir Repelita VI digunakan untuk memperkuat jaring pengaman sosial, yang

pelaksanaannya dilakukan melalui penyediaan petayanan kesehatan masyarakat, pencegahan

dan pemberantasan penyakit.

Dalarn periode yang sama, alokasi anggaran pembangunan di biuang kesejahteraan

sosial yang selama empat tahun pertama pelaksanaan Repelita VI meningkat sekitar 60 persen

rata-rata per tahun, dalam tahun terakhir Repelita VI tetap dapat dipertahankan. Dengan

demikian, rasio anggaran,pembangunan yang disediakan di biuang kesejahteraan sosial terhadap

total anggaran belanja pembangunan dalam periode yang sama sedikit meningkat, yaitu dari

rata-rata 0,5 persen menjadi 0,8 persen per tahun. Dari alokasi anggaran pembangunan rupiah

untuk kesejahteraan sosial dalam tahun terakhir Repelita VI, sekitar 74 persen di antaranya

untuk memperkuatjaring pengaman sosial, yang pelaksanaannya dilakukan melalui kegiatan

pelayanan sosial bagi masyarakat kurang mampu, anak-anak terlantar, maupun orang.orang

Page 102: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 102

terlantar yang diperkirakan semakin meningkat akhir-akhir ini. Perkembaagan pengeluaran

pembangunan berdasarkan sektor tahun anggaran 1989/1990-1993/1994 dan 1994/1995-

1998/1999 dapat diikuti dalam Tabel 11.15 dan Tabel 11.16.

Tabel II.15

PENGELUARAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN SEKTOR, REPELITA VI)

(dalam miliar rupiah)

Jenis Pembiayaan 1989/1990 1990/1991 1991/1992 1992/1993 1993/1994 Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian dan Pengairan 2.572,7 1.510,0 1.939,9 1.929,9 2.167,8 10.120,3

2. Industri 433,7 2.322,0 975,8 1.180,2 939,0 5.850,7

3. Pertambangan dan Energi 1.969,0 1.546,2 2.537,0 4.703,0 4.012,9 14.768,1

4. Perhubungan dan Pariwisata 3.554,5 4.680,3 5.673,0 6.676,4 7.226,3 27.810,5

5. Perdagangan dan Koperasi 539,5 520,1 440,8 529,5 555,2 2.585,1

6 Tenaga Kerja dan Transmigrasi 214,9 497,9 688,4 883,8 896,2 3.181,2

7. Pembangunan Daerah, Desa, dan Kota 1.350,9 1.864,2 2.446,8 3.117,1 3.588,0 12.367,6

8. Agama 20,1 40,6 46,5 66,7 76,8 250,7

9. Pendidikan, Generasi Muda, Kebudayaan Nasional

dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 961,3 1.516,6 2.190,6 2.644,8 2.761,6 10.074,9

10. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan W anita,

Kependudukan dan Keluarga Berencana 369,9 601,7 777,5 1.036,1 1.159,8 3.945,0

11. Perumahan Rakyat dan Pemukiman 509,5 370,9 841,9 868,7 953,6 3.544,6

12. Hukum 22,8 33,0 51,7 75,0 78,9 261,4

13. Pertahanan dan Keamanan Nasional 615,4 408,2 758,4 798,1 972,7 3.552,8

14. Penerangan, Pees, dan Komunikasi Sosial 102,1 484,6 93,2 430,3 335,7 1.445,9

15. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian 287,9 251,4 330,8 391,9 534,8 1.796,8

16. Aparatur Pemerintah 299,9 425,2 483,5 400,0 486,0 2.094,5

17. Pengembangan Dunia Usaha 1.173,5 619,1 2.327,1 547,1 821,1 5.487,9

18. Sumber Alam dan Lingkungan Hidup 396,3 558,8 471,6 627,7 861,7 2.916,1

Jumlah 15.393,9 18.250,8 23.074,5 26.906,3 28.428,1 112.053,6

I) Realisasi PAN

Page 103: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 103

2.2.6.3 Perkembangan Pembiayaan Pengeluaran Pembangunan

Pembiayaan bagi seluruh pengeluran investasi pemerintah dalam anggaran belanja

pembangunan bersumber dari dalam negeri berupa tabungan pemerintah (selisih antara

penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin), dan pinjaman luar negeri. Dengan

demikian, besarnya pengeluaran investasi pemerintah dalam anggaran belanja pembangunan

sangat tergantung pada tiga faktor strategis, yaitu pertama, pengerahan sumber-sumber

penerimaan dalam negeri, baik dari sektorperpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak,

kedua, efisiensi dalam pengelolaan dan pengendalian pengeluaran rutin, dan ketiga, pengerahan

sumber dana luar negeri. Dalam kerangka pembiayaan operasi fiskal sektor pemerintah,

terutama pengeluaran pembangunan, sumber dana luar negeri dimaksud digunakan untuk

menutup defisit anggaran, mengingat kebutuhan investasi yang perlu disediakan oleh

pemerintah untuk mencapai berbagai sasaran strategis dalam pembangunan, masih lebih besar

dari dana yang dapat dihimpun pemerintah dari tabungan pemerintah.

Dalam Repelita VI hingga tahun keempat, peranan sumber dana dalam negeri dalam

pembiayaan anggaran pembangunan masih cukup dominan, mencapai lebih dari 64 persen,

sementara 36 persen sisanya berasal dari pinjaman luar negeri. Hal ini terjadi karena penerimaan

dalam negeri berhasil ditingkatkan dalam jumlah yang cukup memadai, sementara pengeluaran

rutin dapat dikelola secara efisien dan terkendali tanpa harus mengorbankan elemen pelayanan

kepada masyarakat. Kecenderungan tersebut selaras dengan arah pengelolaan ekonomi makro,

tennasuk pengelolaan kebijakan fiskal yang sehat, terutama dalam upaya mendukung prinsip

kemandirian pembiayaan pembangunan, dan mengurangi tekanan terhadap beban anggaran

negara di masa mendatang.

Namun demikian, dengan terjadinya krisis moneter dan ekonomi sejak pertengahan

tahun 1997 yang bahkan terus memburuk hingga pertengahan tahun 1998, dalam tahun terakhir

Repelita VI tidak dapat dihindari sumber pembiayaan bagi anggaran belanja pembangunan

seluruhnya berasal dari pinjaman luar negeri, baik berupa bantuan program yang segera dapat

dicairkan (fast disbursing assistance) maupun nilai lawan (rupiah) bantuan proyek. Bahkan,

mengingat tabungan pemerintah (current budget balance) menjadi negatif akibat

membengkaknya beban pengeluaran untuk subsidi dan pembayaran hutang luar negeri karena

depresiasi rupiah, sebagian dari dana pinjaman luar negeri terpaksa juga digunakan untuk

membiayai pengeluaran rutin, di antaranya subsidi pangan. Ketergantungan yang semakin besar

Page 104: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 104

pada pembiayaan luar negeri (external financing) dalam pengeluaran pembangunan dimaksud

sifatnya sangat sementara untuk memperkuat program jaring pengaman sosial, sebagai upaya

penyelamatan (rescue) dan pemulihan (recovery) kondisi sosial ekonomi masyarakat, agar

dapat meminimalisir dampak sosial terutama terhadap sebagian besar kelompok masyarakat

yang sangat rentan terhadap krisis ekonomi. Perkembangan pengeluaran pembangunan

berdasarkan sumber pembiayaan tahun anggaran 1989/1990-1998/1999 dapat diikuti dalam

Tabel 11.17 dan Grafik 11.4.

2.3 Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 1999/2000

2.3.1 Ringkasan

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran

1999/2000 disusun dalam kerangka pelaksanaan agenda reformasi di biuang ekonomi,

sebagaimana dimaksud dalam Ketetapan MPR-Rl Nomor X/MPRl1998 tentang Pokok-pokok

Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional

sebagai Haluan Negara. Sasaran utama kebijakan reformasi pembangunan di biuang ekonomi

adalah menstabilkan dan memperbaiki tatanan ekonomi dan keuangan yang rusak akibat krisis

moneter dan ekonomi, dan sekaligus memutar kembali roda perekonomian nasional.

Krisis moneter, yang menyebar ke seluruh sektor ekonomi dan kemudian berlanjut

dengan krisis kepercayaan terhadap mata uang rupiah serta kinerja dan prospek masa depan

ekonomi nasional yang terjadi selama lebih dari satu tahun terakhir, telah membawa sebagian

besar masyarakat, kembali merasakan kondisi kehidupan sosial ekonomi yang makin

memprihatinkan. Hal ini ditandai antara lain dengan meningkatnya pengangguran, kelangkaan

barang-barang kebutuhan pokok dan kenaikan harga yang tidak terjangkau daya beli masyarakat

akibat tingginya inflasi, serta menurunnya output nasional dan tingkat pendapatan masyarakat,

yang secara keseluruhan bermuara pada menurunnya taraf hidup dan tingkat kesejahteraan

masyarakat (economic and social welfare) dengan tajam.

Dalam kondisi yang demikian, peranan pemerintah melalui kebijakan anggaran negara,

sangat dibutuhkan dalam memberikan perlindungan (social protection) dan memulihkan kondisi

sosial ekonomi masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap

perubahan yang tidak menguntungkan tersebut, agar tidak makin terpuruk akibat krisis. Dalam

konteks kebijakan fiskal, upaya dimaksud dilakukan melalui alokasi dana bagi program jaring

Page 105: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 105

pengaman sosial (social safety net program), serta langkah untuk menstabilkan dan

menggerakkan perekonomian (economic stabilization and recovery) melalui berbagai

pengeluaran yang benar benar efektif memberdayakan dan menstimulir kegiatan ekonomi

rakyat, khususnya usaha kecil, menengah dan koperasi.

Sekalipun demikian, kebijakan APBN dimaksud sejauh mungkin diusahakan berjalan seiring

dan bersinergi dengan berbagai kebijakan di biuang-biuang lain, seperti kebijakan di biuang

moneter, perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran, nilai tukar dan lalu lintas devisa,

serta kebijakan di sektor riil. Berkaitan dengan itu, perencanaan besaran-besaran penerimaan

dan pengeluaran negara dalam RAPBN 199912000, dilakukan dengan berpedoman pada prinsip

kehati-hatian dan serealistis mungkin. Perencanaan tersebut danasarkan pada penilaian yang

seksama mengenai kondisi terakhir perekonomian dalam negeri dan berbagai faktor ekstemal,

terutama harga minyak dan nilai tukar (kurs) mata uang rupiah terhadap dolar Amerika dan

kurs rupiah terhadap mata uang regional, serta proyeksi perkembangannya ke depan. Selain itu,

juga mempertimbangkan terakomodasikannya berbagai kebijakan dan sasaran-sasaran program

stabilisasi dan pemulihan ekonomi, serta memperhitungkan kemampuan sumber-sumber

pembiayaan yang diperkirakan akan dapat dihimpun, baik dari dalam negeri maupun dari luar

negeri dalam tahun anggaran mendatang.

Kondisi ekonorni dalam negeri yang secara umum, mulai menunjukkan perkembangan

yang semakin baik merupakan faktor yang cukup positif dalam penyusunan RAPBN 1999/2000.

Perkembangan tersebut antara lain meliputi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang

makin stabil ke arah keseimbangan baru yang lebih realistis, tingkat inflasi yang mulai

terkendali, dan tingkat bunga yang mulai bergerak turun.

Page 106: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 106

Tabel D.17

PENGELUARAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN SUMBER PEMBIA Y AAN

1989/1990 - 1998/1999 \)

(dalam mlliar rupiah)

Somber Pembiayaan 4)

Tahun Pengeloaran

pembangunan Tabongan Penerimaan

pemerintah % pembangunan %

(I) (2) (3) (4) (5) (6)

REPELITA V 112.053,6 64.850,3 57,2 48.537,3 42,8

1989/1990 15.393,9 7.169,0 46,3 8.330,3 53,7

1990/1991 18.250,8 13.071,9 60,9 8.381,5 39,1

1991/1992 23.074,5 13.529,0 57,6 9.975,1 42,4

1992/1993 26.906,3 15.257,2 57,9 11.097,9 2,1

1993/1994 28.428,1 15.823,2 59,5 10.752,5 40,5

REPELITA VI 235.045,5 71.672,1 29,8 169.149,3 70,2

1994/1995 30.691,7 22.349,069,4 9.837,8 30,6

1995/196 28.780,7 22.578,971,5 9.008,8 28,5

1996/1997 35.951,8 25.069,267,8 11.900,1 32,2

1997/19982) 46.938,3 23.577,649,7 23.817,0 50,3

1998/19993) 92.683,0 -21.902,6 -23,6 114.585,6 123,6

1) Realisasi PAN

2) APBN PerubahWi (APBN-P)

3) A P B N

4) Tennasl;lk sisa anggaran lebih (SAL)/sisa anggaran kurang (SAK)

Page 107: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 107

Tabel D.17

PENGELUARAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN SUMBER PEMBIA Y AAN,

1989/1990 . 1998/1999 I)

(dalam miliar rupiah)

Somber Pembiayaan 4)

Tahon Pengeloaran

pembangunan Tabongan Penerimaan

pemerintah % pembangunan %

(I) (2) (3) (4) (5) (6)

REPELITA V . 112.053,6 64.850,3 57;2 48.537,3 42,8

1989/1990 15.393,9 7.169,0 46,3 8.330,3 53,7

1990/1991 18.250,8 13.071,9 60,9 8.381,5 39,1

1991/1992 23.074,5 13.529,0 57,6 9.975,1 42,4

1992/1993 26.906,3 15.257,2 57,9 11.097,9 2,1

1993/1994 28.428,1 15.823,2 59,5 10.752,5 40,5

REPELIT A VI . 235.045,5 71.672,1 29,8 169.149,3 70,2

1994/1995 30.691,7 22.349,0 69,4 9.837,8 30,6

1995/1996 28.780,7 22.578,9 71,5 9.008,8 28,5

1996/1997 35.951,8 25.069,2 67,8 11.900,1 32,2

1997/19982) 46.938,3 23.577,6 49,7 23.817,0 50,3

1998/19993) 92.683,0 -21.902,6 -23,6 114.585,6 123,6

1) Realisasi PAN

2) APBN Perubahan (APBN-P)

3) APBN

4) Tennasl,ik sisa anggaran 1ebih (SAL)/sisa anggaran kurang (SAK)

Page 108: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 108

Berdasarkan penilaian terhadap perkembangan kondisi ekonomi tersebut, dalam

penyusunan RAPBN tahun anggaran mendatang, nilai tukar rupiah yang dipanuang cukup

realistis sebagai asumsi dasar dalam perhitungan dan penetapan sasaran penerimaan dan beban

anggaran be1anja negara diperkirakan berada pada kisaran Rp 7.500,- untuk setiap dolar

Amerika, atau makin menguat dibandingkan dengan asumsi kurs rata-rata Rp 10.600, - per dolar

Amerika yang digunakan da1am perhitunganAPBN 1998/1999. Sementara itu, 1aju inflasi

dalam tahun anggaran mendatang diproyeksikan akan dapat dikendalikan menjadi rata-rata

sekitar 17,0 persen, jauh 1ebih rendah dari rata-rata sekitar 66 persen yang diperkirakan dalam

tahun anggaran 1998/1999. Demikian pula, 1aju pertumbuhan ekonomi pada tahun anggaran

mendatang diperkirakan sedikit mengalarni perbaikan, yaitu dari kontraksi (negatif) sekitar 12

persen dalam tahun anggaran 1998/1999, menjadi 0 persen dalam tahun anggaran 1999/2000. Di

sisi ekstenal, perkembangan harga rninyak yang cenderung mengalarni penurunan pada

beberapa bulan terakhir sebagai akibat adanya ke1ebihan produksi, diperkirakan masih belum

akan pulih kembali menyusul kegagalap OPEC dalam menurunkan kuota produksi. Dengan

kecenderungan tersebut, da1am tahun anggaran mendatang harga rata-rata minyak mentah

Indonesia (ICP) diasumsikan hanya akan berada pada kisaran US$ 10,5 per barel, sedikit lebih

rendah Dari asumsi rata-rata US $ 13 per barel yang ditetapkan dalam APBN 1998/1999.

Berbagai perkembangan tersebut akan berpengaruh terhadap penetapan sasaran penerimaan

negara dan rencana pengeluaran negara dalam tahun anggaran 199912000.

Di sisi penerimaan, kecenderungan penurunan harga minyak dan perubahan nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika akan berpengaruh negatif terhadap sasaran penerimaan rninyak

bumi dan gas a1am (rnigas). Sementara itu, perbaikan kondisi ekonomi dan tingkat inflasi akan

berpengaruh positif terhadap sasaran penerimaan pajak, terutama pajak penghasilan (PPh), pajak

pertambahan nilaibarang dan jasa, dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPn- BM),

serta penerimaan cukai. Sekalipun denrikian, penurunan tingkat suku bunga diperkirakan akan

memperlambat laju peningkatan sasaran penerimaan PPh, khususnya pajak atas penghasilan

yang berasal dari penerimaan bunga deposito. Dernikian pula, apresiasi rupiah akan

berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak ekspor dan penerimaan luar negeri.

Di lain pihak, program privatisasi BUMN akan sangat mempengaruhi sasaran

penerimaan negara bukan pajak (PNBP), mengingat sasaran penerimaan yang diharapkan

Page 109: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 109

berasal dan hasil divestasi saham pemerintah pada BUMN relatif cukup besar, yaitu

diperkirakan Rp 13.000,0 miliar (sekitar US$ 1,7 miliar), alan mencapai lebih dari 50 persen

dari total sasaran PNBP.

Parameter kebijakan lainnya yang juga akan mempengaruhi sasaran penerimaan negara

adalah kebijakan perubahan tarif pungutan (pajak) ekspor alas Crude Palm Oil (CPO) dan

produk-produk turunannya, yang diperkirakan akan mengakibatkan penerimaan pajak ekspor

dalam tahun anggaran mendatang tidak sebaik penerimaannya dalam tahun anggaran berjalan,

mengingat sebagian besar penerimaan pajak ekspor berasal dari pungutan alas ekspor komoditi

CPO Dari produk-produk turunannya.

Di sisi pengeluaran negara, alokasi anggaran yang disediakan bagi pengeluaran rutin

akan diarahkan kepada upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada

masyarakat, mempertahankan penghasilan riil pegawai negeri sipil dan anggota ABRl serta para

pensiunan agar tidak merosot jauh akibat inflasi, serta membantu meringankan beban

masyarakat akibat krisis melalui penyediaan subsidi bagi berbagai komoditi strategis.

Sehubungan dengan itu, dalam tahun anggaran mendatang direncanakan untuk memberikan

kenaikan kesejahteraan bagi pegawai negeri sipil, anggota ABRI dan penerima pensiunan, serta

penyesuaian besarnya tunjangan lauk pauk bagi golongan anggaran tertentu. Demikian pula,

pemberian subsidi juga masih akan diberikan terutama untuk subsidi bahan bakar minyak

(BBM), subsidi listrik, dan subsidi pangan (beras), namun dengan perubahan kurs jumlahnya

akan lebih kecil dan tahun sebelumnya. Sementara itu, rencana penundaan (rescheduling)

pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri yang jatuh tempo dalam tahun 1999/2000 sesuai

dengan hasil kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan Paris (Paris Club), diperkirakan akan

dapat menghemat anggaran rutin dalam jumlah yang sangat berarti dalam situasi krisis.

Di biuang pengeluaran pembangunan, dalam rangka mempertahankan dan memperluas

cakupan program jaring pengaman sosial, prioritas pembiayaan akan diletakkan pada (i) proyek-

proyek prasarana dengan kandungan lokal tinggi dan menyerap tenaga kerja besar, (ii)

perlindungan sosial dasar di biuang pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, dan proyek sosial

lainnya baik di perdesaaan maupun di perkotaan, (iii) pengembangan usaha kecil dan

menengah, (iv) restrukturisasi sektor perbankan, dan (v) upaya untuk mendorong ekspor.

Program penyehatan dan restrukturisasi perbankan dimaksud sangat penting dalam rangka

menghidupkan kembali kegiatan perekonomian nasional, mengingat perbankan dan lembaga

Page 110: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 110

keuangan lainnya mempunyai peranan sentral dalam menjalankan fungsi perantara (financial

intermediary function), yaitu menghimpun dana dari sektor yang mengalami surplus (rumah

tangga) dan mengalirkannya kepada sektor yang mengalami defisit (dunia usaha). Di samping

itu, rencana alokasi anggaran pengeluaran pembangunan juga diarahkan untuk merefleksikan

pelaksanaan awal Ketetapan MPR-Rl Nomor XV/MPRlI998 tentan.g Penyelenggaraan Otonomi

Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan;

serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Hal ini dilakukan melalui realokasi anggaran

(switch policy) Dari proyek -proyek sektoral menjadi dana pembangunan daerah, khususnya

bantuan yang bersifat umum (block grant) dalam jumlah yang lebih besar.

Dengan memperhatikan berbagai parameter, variabel, dan kebijakan sebagaimana

diuraikan di alas, volume APBN 199912000 direncanakan akan berada pada tingkat Rp

219.603,8 miliar, atau sekitar 16,8 persen lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam

tahun anggaran 1998/1999. Penerimaan dalam negeri direncanakan Rp 142.203,8 miliar, atau

4,8 persen lebih rendah dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN 1998/1999. Sementara itu,

pengeluaran rutin direncanakan Rp 137.155,5 miliar, atau 19,4 persen lebih rendah dari alokasi

anggaran yang ditetapkan dalam tahun sebelumnya. Dengan demikian, dalam tahun anggaran

mendatang diperkirakan terdapat tabungan pemerintah (public saving) Rp 5.048,3 miliar, jauh

lebih baik dibandingkan dengan tabungan pemerintah negatif Rp 21.902,6 miliar yang

diperkirakan dalam tahun anggaran sebelumnya. Di lain pihak, nilai anggaran belanja

pembangunan diperkirakan mencapai Rp 82.448,3 miliar, atau 11,0 persen lebih rendah dari

alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBN 1998/1999. Sebagian beban anggaran belanja

pembangunan dimaksud akan diusahakan pembiayaannya dari sumber-sumber dana pinjaman

luar negeri (external financing), baik pinjaman program maupun pinjaman proyek pada pos

penerimaan luar negeri. Pinjaman program yang diperlukan untuk membiayai program dan

prqyek pembangunan, termasuk program social safety net dalam tahun anggaran mendatang,

diharapkan berasal dari Bank Dunia (IBRD), Bank Pembangunan Asia (ADB), dan bantuan

bilateral dari pemerintah Jepang.

Rangkaian program kebijakan fiskal sebagaimana tercermin di dalam besaran dan

strategi pencapaian sasaran penerimaan dan alokasi pengeluaran negara dalam RAPBN

1999/2000 seperti diuraikan di alas, diharapkan akan membantu mempercepat proses stabilisasi

dan pemulihan ekonomi nasional agar secepatnya dapat keluar dari krisis yang tengah dihadapi.

Page 111: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 111

2.3.2 Penerimaan dalam negeri

Memasuki tahun anggaran 1999/2000, perekonomian nasional masih dibayangi oleh

akibat buruk dari krisis yang menimpa sejak pertengahan tahun 1997. Dampak yang kurang

menguntungkan tersebut terasa dari menurunnya kegiatan ekonomi, khususnya yang berkaitan

dengan kegiatan produksi dan perdagangan, meningkatnya harga-harga umum yang tercermin

dari tingginya angka inflasi, serta masih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Meskipun dalam bulan-bulan terakhir beberapa variabel makro tersebut telah menunjukkan

kecenderungan yang semakin baik, namun beratnya pukulan krisis tersebut diperkirakan masih

tetap berpengaruh terhadap kemampuan peningkatan sumber penerimaan dalam negeri, terutama

dari sektor perpajakan.

Dalam struktur penerimaan dalam negeri, penerimaan perpajakan masih menunjukkan

pecan yang dominan. Hal tersebut tidak terlepos dari upaya pemerintah untuk meningkatkan

penerimaan perpajakan melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah dilaksanakan, seperti

perluasan basis pengenaan pajak, intensifikasi pemungutan, dan penyuluhan kepada masyarakat

dalam rangka meningkatkan kesadaran membayar pajak.

Sementara itu, prospek penerimaan minyak bumi dan gas alam untuk tahun anggaran

1999/2000 masih diwarnai oleh belum dicapainya kesepakatan kuota produksi baru bagi negara-

negara anggota OPEC pada pertemuan yang berlangsung akhir tahun 1998. Perkembangan

tersebut telah berpengaruh kepada melemahnya harga minyak mentah dunia, yang pada akhimya

akan mengakibatkan rendahnya penerimaan migas dalam tahun anggaran 1999/2000.

Dalam tahun anggaran 1999/2000 penerimaan dalam negeri direncanakan mencapai Rp

142.203,8 miliar, yang berarti Rp 7.098,7 miliar atau 4,8 persen lebih rendah Dari APBN tahun

anggaran 1998/1999. Dari jumlah tersebut penerimaan minyak bumi dan gas alam diperkirakan

mencapai Rp 20.965,0 miliar, seuangkan penerimaan bukan migas mencapai Rp 121.238,8

miliar. Sehubungan dengan rencana tersebut, telah ditempuh berbagai kebijaksanaan di biuang

penerimaan migas, penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Kebijaksanaan

tersebut akan terus ditingkatkan pelaksanaannya sesuai dengan pernnuang-unuangan yang

berlaku seiring dengan kebijaksanaan pembangnnan nasional. Rindan peranan penerimaan

migas, penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak terhadap penerimaan dalam

negeri dapat diikuti dalam Tabel 11.18.

Page 112: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 112

Tabel 11.18

PERANAN PENERIMAAN DARI MINYAK BUMI DAN GAS ALAM,

PERPAJAKAN,

DAN BUKAN PAJAK, TERHADAP PENERIMAAN DALAM NEGERI,

APBN 1998/1999 DAN RAPBN 1999/2000

(dalam persen)

APBN RAPBN No. Jenis Penerimaan

1998/1999 1999/2000

(1) (2) (3) (4)

1. Minyak bumi dan gas alam

(migas) 33,3 14,7

2. Penerimaan bukan migas 66,7 85,3

a. Penerimaan perpajakan 48,8 66,7

b. Penerimaan bukan pajak 17,9 18,6

Jumlah 100,0 100,0

Page 113: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 113

2.3.2.1 Penerimaan Minyak Bumi dan Gas Alam

Kebijakan di biuang energi pada dasarnya bertujuan untuk menjamin kelangsungan

penyediaan energi di dalam negeri dan pemenuhan kebutuhan untuk ekspor. Adapun sasaran

yang akan dicapai pada akhir Repelita VI adalah mengurangi pangsa minyak burn sebagai

sumber energi untuk selanjutnya diganti dengan energi non-minyak bumi, dan mengembangkan

energi baru yang terbarukan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini untuk mempertahankan jumlah cauangan

melalui kegiatan eksplorasi yang intensif untuk mencari dan menemukan cauangan baru,

enhanced oil recoverylEOR (untuk mempertahankan tingkat produksi), secondary recovery

(pengurasan tahap kedua), perawatan sumur, uji coba dan studi-studi lanjut terhadap marginal

field serta metoda full scale telah berjalan dengan efektif. Hal ini terlihat dari masih dapat

dipertahankannya jumlah cauangan minyak bumi sebesar 9,09 miliar barel, dan cauangan gas

alam sebesar 137,8 TSCF (trillion standard cubic feet).

Sementara itu, penemuan lapangan minyak burn dan gas alam di kawasan Indonesia

Timur sangat diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat segera dikembangkan dan

diproduksikan. Di samping itu juga meningkatnya investasi para KPS (Kontrak Produksi

Sharing), yang memungkinkan penemuan sumur baru dan penambahan cauangan.

Upaya-upaya tersebut juga dibarengi dengan upaya menjaga kelestarian lingkungan

hidup, sehingga sumber daya energi dapat dipelihara selama mungkin dan pemakaiannya dapat

mengurangi dampak yang membahayakan masyarakat luas. Hal ini dilakukan melalui

pengelolaan energi yang memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, sejak tingkat eksplorasi,

eksploitasi, pengangkutan, pengolahan, distribusi sampai penggunaannya. Di samping itu juga

mulai diupayakan pemakaian energi pengganti minyak bumi, seperti penggunaan batu bara.

Selanjutnya, dengan melihat kepada perkembangan yang terjadi sampai dengan tahun

anggaran 1998/1999, kebijakan dan langkah-langkah di biuang minyak bumi dan gas alam yang

ditempuh dalam tahun anggaran 1999/2000 antara lain meliputi pemberian kesempatan usaha

bagi swasta, diterapkannya SBU (strategic business unit) di kilang-kilang Pertamina,

pengurangan kandungan timbal pada bensin secara bertahap, peningkatan produksi BBM di

kilang yang ada, penyelesaian pembangunan pipa gas transmisi Sumatera - Jawa, peningkatan

produksi LNG dan LPG untuk ekspor dan peningkatan penggunaan LPG sebagai energi

altematif pengganti BBM, serta pemberian peluang kepada pihak swasta nasional maupun asing

Page 114: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 114

untuk berperan serta dalam usaha penyediaan BBM. Adapun sasaran yang akan dicapai pada

tahun anggaran 199912000 adalah produksi BBM dan Non-BBM masing-masing 289,97 juta

barel dan 71,87 juta barel, produksi LNG dan LPG masing-masing 34,49 juta ton dan 2,46 juta

ton, serta ekspor LNG dan LPG masing-masing 1,61 juta ton dan 28,87 juta ton.

Berdasar kepada kebijakan dan sasaran di biuang minyak bumi dan gas alam tersebut,

dalam tahun anggaran 199912000 penerimaan minyak bumi dan gas alam direncanakan

mencapai Rp 20.965,0 miliar atau 57,8 persen lebih rendah dari rencana dalam tahun anggaran

1998/1999. Lebih rendahnya rencana penerimaan minyak bumi dan gas alam tersebut

disebabkan oleh lebih rendahnya penetapan asumsi harga rata-rata minyak bumi serta telah

menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Jumlah tersebut terdiri dari penerimaan

minyak bumi Rp 12.443,4 miliar dan penerimaan gas alam Rp 8.521,6 miliar.

2.3.2.2 Penerimaan Perpajakan

Menyadari akan beratnya kondisi ekonomi dalam negeri, di biuang perpajakan,

berbagai upaya telah dan akan dilakukan, terutama yang menyangkut langkah ekstensifikasi dan

intensifikasi pemungutan pajak. Langkah tersebut antara lain ditempuh melalui dihapuskannya

beberapa fasilitas pembebasan pajak pertambahan nilai, peningkatan efektivitas pengawasan dan

administrasi perpajakan, serta pemeriksaan dan pengawasan terhadap wajib pajak potensial.

Selain itu, di biuang pajak perdagangan internasional, prospek penerimaan pajak ekspor dan bea

masuk akan dipengaruhi oleh berbagai kesepakatan perdagangan antanegara di dunia.

Kesepakatan untuk secara bertahap menurunkan tarif bea masuk sebagaimana kesepakatan

Organisasi Perdagangan Internasional (WTO), diperkirakan akan membawa pengaruh kepada

tidak terlalu tingginya jenis penerimaan ini.

2.3.2.2.1 Pajak Penghasilan

Dalam tahun anggaran 1999/2000 berbagai upaya akan tetap dilakukan untuk

mempertahankan penerimaan pajak sebagai sumber pembiayaan kegiatan pemerintah. Program

pokok yang masih terus dilaksanakan adalah ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak,

dan penyempumaan sistem administrasi perpajakan. Melalui program ekstensifikasi diharapkan

bahwa penerimaan pajak penghasilan dapat meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah

wajib pajak dan perluasan objek pajak, seuangkan melalui intensifikasi diharapkan adanya

peningkatan penerimaan pajak penghasilan sebagai akibat dari meningkatnya kesadaran wajib

Page 115: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 115

pajak. Dengan sistem administrasi yang semakin rapi diharapkan bahwa upaya penegakan

hukum dalam pemungutan pajak dapat dilaksanakan sehingga penerimaan pajak dapat

ditingkatkan.

Variabel-variabel ekonomi makro yang berpengaruh dalam pencapaian sasaran

penerimaan pajak penghasilan yaitu pertumbuhan ekonomi sebagaimana tercermin dalam

produk domestik bruto, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Dengan semakin membaiknya kondisi ekonomi makro pada tahun anggaran 1999/2000 dapat

diharapkan bahwa penerimaan pajak penghasilan akan tetap mampu berperan dalam

pengumpulan penerimaan pajak. Namun sejalan dengan perkembangan nilai tukar rupiah yang

belum sepenuhnya stabil, maka penerimaan pajak penghasilan khususnya yang berasal dari

impor juga diperkirakan masih berfluktuasi, mengingat bahwa besarnya pajak penghasilan yang

berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang impor tersebut tergantung kepada nilai

impor.

Selanjutnya dalam rangka menyesuaikan berbagai perkembangan perekonomian dan

dampak krisis yang melanda masyarakat luas, dalam tahun anggaran 1999/2000 dilakukan

perubahan penghasilan tidak kena pajak (PTKP), yakni dari Rp 1.728.000,00 menjadi Rp

2.880.000,00 untuk diri wajib pajak. Kebijaksanaan tersebut dituangkan dalam Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 361 Tahun 1998 tanggal 27 Jull 1998 tentang Faktor Penyesuaian

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang mulai berlaku untuk tahun pajak 1999.

Seuangkan dalam upaya mencapai sasaran penerimaan pajak, kebijaksanaan pemerintah

mengenai pelaksanaan pembayaran dan pemotongan pajak penghasilan dari persewaan tanah

dan/atau bangunan yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah N omor 29 Tahun

1996 tanggal 16 April 1996 masih terus dilanjutkan dalam tahun anggaran 1999/2000.

Sementara itu, untuk mengatur kembali ketentuan mengenai besarnya pajak penghasilan

bagi orang pribadi yang akan bertolak ke luar negeri telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 17 Tahun 1998 tentang Perubahan alas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1994

tentang Pembayaran Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi yang Bertolak ke Luar Negeri

sebagaimana telah Diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1996. Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah ini dijabarkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30 Tahun

1998 dan Sural Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ .41/1998 tanggal 2 Februari

1998, yaitu mengubah nilai fiskal luar negeri yang semula Rp 250.000,00 menjadi Rp

Page 116: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 116

1.000.000,00 bagi setiap orang untuk setiap kali bertolak ke luar negeri dengan menggunakan

pesawat udara.

Dalam tahun anggaran 199912000 penerimaan pajak penghasilan direncanakan akan

mencapai Rp 40.626,0 miliar, yang berarti 57,2 persen lebih tinggi Dari APBN 1998/1999.

Untuk mencapai rencana penerimaan pajak penghasilan tersebut dalam tahun anggaran

mendatang akan dilakukan peningkatan penyuluhan dan pelayanan kepada wajib pajak,

pengawasan administratif khusus kepada wajib pajak potensial, peningkatan efisiensi kerja

melalui sistem informasi perpajakan, rekonsiliasi data dari pihak ketiga dengan surat

pemberitahuan wajib pajak, penelitian dan pemerlksaan serta penyidikan pajak yang lebih

efektif.

2.3.2.2.2 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPN dan PPnBM)

Sebagai pajak tidak langsung, yang menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994

tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan alas Barang Mewah

(PPN dan PPnBM), dikenakan atas konsumsi dalam negeri, penerimaan PPN dan PPnBM

tergantung pada perkembangan nilai konsumsi dalam negeri, khususnya untuk barang-barang

konsumsi yang atas transaksinya terutang PPN dan PPnBM. Konsekuensinya, penerimaan jenis

pajak ini berkaitan erat dengan kondisi berbagai variabel ekonomi yang menentukan tingkat

konsumsi dalam negeri, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang secara

bersama-sama menentukan besarnya nilai pendapatan masyarakat di dalam negeri. Di samping

itu, nilai tukar rupiah terhadap valuta asing juga menentukan besarnya konsumsi dalam negeri

alas berbagai barang yang diimpor Dari luar negeri. Masing-masing faktor tersebut dapat

mempengaruhi penerimaan PPN dan PPnBM dengan ukuran dan arah yang berbeda-beda, baik

antarwaktu, antarkegiatan ekonomi, maupun antarjenis usaha. Selanjutnya, dalam tahun

anggaran 1999/2000 kondisi ekonomi diperkirakan akan menjadi lebih baik dari kondisinya

dalam tahun anggaran 1998/1999 yang ditunjukkan oleh lebih rendahnya tingkat inflasi, lebih

kuatnya nilai tukar rupiah, dan lebih tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi. Perkembangan

tersebut diharapkan dapat mendorong naiknya tingkat konsumsi dalam negeri, yang pada

gilirannya dapat meningkatkan penerimaan PPN dan PPnBM.

Selain itu, penerimaan PPN dan PPnBM berkembang sejalan dengan ditempuhnya

berbagai kebijaksanaan yang diambil seperti perluasan objek pajak dan jumlah pengusaha kena

Page 117: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 117

pajak (PKP). Sejalan dengan itu, di biuang pengawasan akan diupayakan peningkatan

efektivitas pengawasan administrasi dan penegakan hukum terhadap pengusaha kena pajak, dan

pelaksanaan pengecekan silang antara data PPN dan data PPh. Kebijaksanaan tersebut juga

danukung oleh upaya peningkatan kerjasama dengan instansi lain, dan pencabutan serta

penghapusan fasilitas di biuang perpajakan atas barang kena pajak dan jasa kena pajak tertentu,

seperti impor mobil untuk taksi dan impor barang modal untuk usaha listrik swasta. Di lain

pihak, kebijaksanaan di biuang PPN dan PPnBM diarahkan pula untuk merangsang

berkembangnya kegiatan ekonomi dalam bentuk pemberian berbagai fasilitas di biuang PPN

dan PPnBM seperti untuk impor pakan ternak, impor suku cauang mobil, serta penyerahan

barang/jasa yang berkaitan dengan kegiatan investasi di kawasan pengembangan ekonomi

terpadu (KAPET).

Berdasarkan perkembangan kondisi ekonomi serta berbagai kebijaksanaan yang akan

ditempuh tersebut, penerimaan PPN dan PPnBM dalam tahun anggaran 1999/2000

direncanakan mencapai Rp 34.597,4 miliar yang berarti Rp 5.657,4 miliar lebih tinggi dari

APBN 1998/1999.

2.3.2.2.3 Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(PBB dan BPHTB)

Sebagai sumber penerimaan pemerintah pusat yang penggunaannya langsung

dialokasikan kepada daerah, pajak bumi dan bangunan telah selaras dengan salah satu agenda

reformasi di biuang ekonomi, khususnya yang menyangkut penyelenggaraan otonomi daerah,

pengaturan, pembagian, dan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Berdasarkan Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah dirubah

dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 ten tang Perubahan atas Undang-undang Nomor

12 Tahun 1985, ditetapkan bahwa tarif PBB adalah 0,5 persen dengan ni1ai jual kena pajak 20

persen. Sementara itu, khusus untuk sektor perkebunan dan perhutanan serta perumahan mewah

yang dipakai pribadi yang bernilai lebih Dari Rp 1.000.000.000,00 diberlakukan nilai jual kena

pajak 40 persen.

Di samping terus dilakukan penyempurnaan berbagai kebijaksanaan di biuang pajak

bumi dan bangunan, sejak 1 Iuli 1998 telah diberlakukan Undang-undang Nomor 21 Tahun

1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). BPHTB adalah sejenis

pajak yang dikenakan atas nilai perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan yang meliputi

Page 118: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 118

pemindahan hak dan pemberian hak baru. Dalam Undang-undang tersebut diatur bahwa tarifnya

adalah 5 persen dari nilai perolehan objek pajak, dan atas setiap objek pajak diberikan nilai

perolehan objek pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) Rp 30.000.000,00.

Dalam tahun anggaran 199912000 penerimaan pajak bumi dan bangunan dan bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan direncanakan mencapai Rp 3.247,0 miliar, yang berarti

4,8 persen lebih rendah dari APBN 199811999;- Penurunan tersebut berkaitan dengan masih

lesunya kegiatan di sektor properti yang diperkirakan masih akan berlanjut dalam tahun

anggaran 1999/2000. Dengan rencana tersebut, peranan penerimaan PBB dan BPHTB terhadap

penerimaan perpajakan meneapai 3,4 persen. Sasaran penerimaan tersebut diharapkan dapat

tercapai melalui upaya-upaya pemutakhiran data subjek dan objek pajak, peningkatan jumlah

wajib pajak dan intensifikasi pemungutan pajak, serta peningkatan penegakan hukum. Di

samping itu akan terus dilakukan peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui kegiatan

penagihan, pengembangan sistem administrasi pajak bumi dan bangunan melalui sistem

informasi objek pajak, serta peningkatan kerjasama dengan pemerintah daerah, Badan

Pertanahan Nasional dan notaris, serta pejabat pembuat akta tanah (PPAT).

2.3.2.2.4 Pajak Lainnya

Penerimaan pajak lainnya bersumber dari bea meterai, yang pengenaannya danasarkan

pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai atau Undang-undang Bea

Meterai 1985. Dalam pelaksanaannya, sesuai dengan Peraturan Pemerintah N omor 7 Tahun

1995 tentang Tarif Bea Meterai yang berlaku sejak tanggal16 Mei 1995 diatur bahwa objek bea

meterai adalah sural perjanjian dan surat lainnya yang digunakan untuk alat pembuktian yang

bersifat perdata, akte notaris dan salinannya, akte PPAT dan rangkapnya, cek dan bilyet giro,

serta surat dan dokumen lainnya dengan nilai nominal paling sedikit Rp 250.000,00. Dalam

prakteknya, perkembangan penerimaan bea meterai tergantung pada perkembangan transaksi

yang menurut Undang-undang dokumennya harus diberi meterai. Oleh karena itu, kondisi

perekonomian yang dalam tahun 199912000 diharapkan lebih baik dari tahun sebelumnya,

diperkirakan akan mendorong penerimaan pajak lainnya.

Sehubungan dengan itu, penerimaan pajak lainnya dalam tahun anggaran 1999/2000

diperkirakan meneapai Rp 564,5 miliar, yang berarti 4,5 persen lebih tinggi dari rencananya

dalam APBN 1998/1999. Untuk lebih menjamin tercapainya sasaran tersebut, ditempuh upaya

Page 119: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 119

peningkatan pengawasan alas pemakaian benda-benda meterai, mesin teraan meterai, dan

peneetakan tanda lunas bea meterai. Selain itu juga diupayakan peningkatan upaya pencegahan

beredarnya meterai tempel palsu.

2.3.2.2.5 Bea Masuk

Dengan telah diberlakukannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan secara penuh pada 1 April 1997 landasan hukum biuang kepabeanan telah semakin

kuat. Kuatnya landasan pelaksanaan kebijaksanaan di biuang pabean tersebut merupakan salah

satu upaya untuk mengantisiposi tantangan global perdagangan dunia yang ditandai oleh

semakin cepatnya arus barang dan jasa, serta hampir menghilangnya batas-batas wilayah suatu

negara. Sebagai konsekuensinya, hambatan perdagangan internasional, baik berupa hambatan

tarif maupun non tarif akan semakin berkurang, dan diharapkan dalam dua dasawarsa ke depan

seeara bertahap dapat dihilangkan. Kecenderungan akan semakin menurunnya tarif tersebut

merupakan konsekuensi dari era perdagangan bebas, yang pada gilirannya akan berpengarnh

langsung kepada berkurangnya potensi penerimaan bea masuk pada tahun 1999/2000.

Dalam hubungannya dengan perkembangan tersebut, maka kebijaksanaan penurunan

bea masuk alas impor barang tertentu sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 294 Tahun 1997 akan terus di1aksanakan, kecuali untuk impor alkoho1

sulingan dari minuman mengandung alkoho1 yang tarif bea masuknya tidak diturunkan. Hal

tersebut dimaksudkan untuk mencegah konsumsi barang tersebut secara berlebihan mengingat

akan adanya dampak negatif bagi kesehatan masyarakat.

Sementara itu, semakin besarnya tuntutan pe1ayanan di biuang kepabeanan telah

me1ahirkan berbagai upaya untuk meningkatkan keterampilan dan profesionalisme aparat

pelaksana. Peningkatan pelayananj uga melibatkan penggunaan teknologi mutakhir sehingga

mampu mempercepat proses penyelesaian dokumen. Dalam rangka modemisasi sistem

kepabeanan telah diujicobakan sistem kepabeanan baru yang dikenal dengan electronic data

interchange (EDI) yaitu suatu sistem pertukaran data bisnis antaraplikasi antarinstansi secara

elektronik dengan menggunakan standar yang disepakati bersama, dan pelaksanaannya secara

penuh telah diterapkan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Jakarta Tanjung Priok I, II, dan III,

dan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Soekarno Hatta II. Pemilihan tempat uji coba di kantor-

kantor tersebut danasarkan pada besarnya volume kegiatan impor pada kantor-kantor tersebut.

Dengan menggunakan sistem informasi tersebut, pelayanan kepabeanan akan semakin cepat

Page 120: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 120

tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi, sehingga mampu mengatasi beban kerja yang besar

sekaligus dapat meningkatkan produktivitas. Pemakaian sistem ini diperlukan mengingat

perkembangan perdagangan internasional yang semakin pesat menuntut kecepatan arus lain

lintas informasi data kepabeanan yang pada gilirannya diharapkan memperlancar arus barang di

pelabuhan, baik untuk barang ekspor maupun impor.

Dalam tahun anggaran 1999/2000 penerimaan bea masuk direncanakan akan mencapai

Rp 2.950,3 miliar, berarti 46,3 persen lebih rendah dari APBN tahun anggaran sebelumnya.

Meskipun demikian, upaya-upaya untuk meningkatkan penerimaan bea masuk terus dilakukan,

antara lain dengan terus mengintensifkan pengawasan dalam rangka pencegahan dan

pemberantasan penyelundupan.

2.3.2.2.6 Cukai

Dalam tahun anggaran 1999/2000, peran penerimaan cukai bagi penerimaan dalam

negeri masih sangat diperlukan. Sampai saat ini, lebih Dari 96 persen penerimaan cukai berasal

dari cukai hasil tembakau, seuangkan sisanya berasal dari cukai 1ainnya. Penerimaan cukai hasil

tembakau dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tarif cukai, harga jual eceran (HJE) produk

hasil tembakau dan volume produksi dari masing-masing produsen hasil tembakau.

Kebijaksanaan cukai hasil tembakau diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 118

Tahun 1998 tentang Penetapan Tarif Cukai dan Harga Dasar Hasil Tembakau yang kemudian

ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaan berupa Keputusan Direktur Jenderal Bea dan

Cukai terakhir dengan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 55 Tahun 1998

tentang Perubahan Pasal4 Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat (4) serta Pasal6 Ayat (1) dan Ayat (2)

Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 16 Tahun 1998 ten tang Harga Jua1 Eceran

Tembakau yang berlaku mulai 1 Oktober 1998.

Selain itu juga telah dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 445 Tahun 1998

tentang Penetapan Tarif Cukai Khusus Hasil Tembakau Jenis Sigaret Putih.Mesin. Keputusan

tersebut dikeluarkan sehubungan dengan adanya sistem tarif yang berlaku dan juga akibat

adanya gejolak perekonomian dewasa ini, sehingga pengusaha hasil tembakau jenis sigaret putih

mesin (SPM) dengan harga jual tertentu mengalami kenaikan beban tarif yang cukup besar

secara mendadak. Sehubungan dengan itu, untuk menghindari terhambatnya produksi hasil

tembakau dan persaingan yang kurang sehat, maka tarif SPM dinaikkan sebesar dua persen

untuk setiap kenaikan satu tingkat golongan tarif cukai yang lebih tinggi.

Page 121: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 121

Selanjutnya, untuk barang kena cukai yang dipergunakan sebagai bahan baku alan bahan

penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang merupakan barang kena cukai dinyatakan

tidak dipungut cukai. Pelaksanaan tersebut diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor

242 Tahun 1996 tentang Tidak Dipungut Cukai. Dengan ketentuan tersebut maka untuk etil

alkohol, rninuman yang mengandung etil alkohol, dan hasil tembakau, yang digunakan sebagai

bahan baku dan penolong tidak dipungut cukai. Pelaksanaan di lapangan dari ketentuan tersebut

lebih lanjut diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 32 Tahun 1998

tentang Penggunaan Etil Alkohol Sebagai Bahan Baku/Penolong Dalam Pembuatan Minuman

Mengandung Etil Alkohol dan Hasil Tembakau Dengan Posilitas Tidak Dipungut Cukai. Di

biuang pembebasan cukai etil alkohol telah diberlakukan surat edaran Direktur Jenderal Bea dan

Cukai Nomor 31 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol.

Selain itu, dalam rangka meningkatkan penerimaan cukai, kebijaksanaan yang ditempuh

adalah melakukan pemberantasan peredaran pita cukai palsu dan pemberantasan penjualan atas

barang kena cukai yang dibebaskan tidak dipungut cukai dan keringanan alas barang kena cukai,

dan peningkatan kegiatan pemeriksaan yang efektif dan efisien.

Berdasarkan kebijaksanaan dan berbagai upaya tersebut dalam tahun anggaran

1999/2000 penerimaan cukai direncanakan mencapai Rp 10.160,0 miliar alan 31,0 persen lebih

tinggi dari APBN 1998/1999. Membaiknya penerimaan cukai ini terutama berhubungan dengan

adanya perubahan harga jual eceran hasil tembakau yang diperkirakan akan mampu mendorong

Jenis penerimaan ini.

2.3.2.2.7 Pungutan (Pajak) Ekspor

Pungutan (pajak) ekspor merupakan pungutan yang dikenakan alas produk-produk

ekspor tertentu dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekspor barang jadi dan

terjaminnya posokan barang di dalam negeri. Namun demikian penerimaan pungutan (pajak)

ekspor juga telah memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam penerimaan dalam negeri.

Dasar pengenaan pungutan (pajak) ekspor mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor

241 Tahun 1998 tentang Penetapan Besarnya Tarif dan Tata Cara Pembayaran Serta Penyetoran

Pajak Ekspor atas Beberapa Komoditi Tertentu. Berdasarkan kebijaksanaan tersebut besarnya

tarif pungutan (pajak) ekspor yang berlaku rata-rata sebesar 30 persen. Sementara itu, pungutan

Page 122: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 122

(pajak) ekspor untuk kelapa sawit dan produk turunannya, diatur dalam Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 334 Tahun 1998 tentang Penetapan Besarnya Tarif Pajak Ekspor Ke1apa

Sawit, Minyak Sawit, Minyak Ke1apa, dan Produk Turunannya. Da1am kebijaksanaan tersebut

besarnya tarif pajak ekspor untuk ke1apa sawit dan produk turunannya rata-rata mengalami

peningkatan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di dalam

negeri. Kebijaksanaan tersebut juga dimaksudkan untuk mendorong ekspor nonmigas khususnya

untuk meningkatkan ekspor barang jadi yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi.

Dalam tahun anggaran 199912000 penerimaan pungutan (pajak) ekspor direncanakan

dapat mencapai Rp 2.594,5 rniliar, yang berarti 175,2 persen lebih tinggi dibandingkan dengan

APBN tahun sebelumnya.

2.3.2.3 Penerimaan Negara Bukan Pajak

Peluang meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dalam tahun anggaran

1999/2000 guna menghimpun dana yang diperlukan bagi pembiayaan kegiatan pemerintah

masih menghadapi tantangan berat, antara lain perkembangan terakhir keadaan perekonomian

nasional, seperti gejolak moneter yang belum reda, tekanan inflasi yang masih cukup berat, dan

rendahnya tingkat produksi nasional menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi

PNBP. Namun demikian, Pemerintah terus berupaya melakukan berbagai penyesuaian dan

penyempurnaan terhadap berbagai program yang telah dilakukan dalam tahun sebelumnya, serta

terus melakukan pengawasan dan pengelolaan pungutan PNBP secara intensif. Guna

mendukung pelaksanaan kebijaksanaan tersebut, telah dilakukan program sosialisasi PNBP,

yaitu berupa penyuluhan mengenai arti pentingnya pembayaran PNBP sesuai dengan prosedur

dan biaya yang telah ditentukan, baik melalui media massa, audio visual, maupun dengan

mengumumkan secara transparan besarnya biaya pada loket/tempat pembayaran.

Sementara itu dengan beralihnya fungsi pembinaan BUMN ke Kantor Menteri Negara

Pendayagunaan BUMN/Badan Pengelola BUMN, diharapkan BUMN di masa mendatang

menjadi perusahaan yang tangguh, mandiri dan mampu meningkatkan daya saing hasil

usahanya. Upaya tersebut antara lain ditempuh melalui berbagai program peningkatan efisiensi

dan efektivitas, serta restrukturisasi dan privatisasi. Dengan demikian, diharapkan PNBP yang

berasal dari penerimaan departemen/lembaga pemerintah nondepartemen maupun dari bagian

pemerintah atas laba BUMN dapat meningkat.

Melalui pemanfaatan peluang dengan berbagai upaya di tengah krisis perekonomian

Page 123: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 123

nasional seperti sekarang ini, maka penerimaan negara bukan pajak tahun anggaran 199912000

direncanakan Rp 26.499,1 rniliar atau 0,6 persen lebih rendah dari yang direncanakan dalam

APBN 1998/1999. Penerimaan tersebut direncanakan akan berasal dari penerimaan

departemen/lembaga pemerintah nondepartemenRp 9.499,1 miliar, dan

penerimaanyangmerupakan bagian pemerintah atas laba BUMN Rp 4.000 rniliar, serta

privatisasi Rp 13.000,0 miliar. Selanjutnya rincian penerimaan dalam negeri dalam APBN

1998/1999 dan RAPBN 1999/2000 dapat dilihat dalam Tabe! II.19.

2.3.3 Penerimaan Luar Negeri

Untuk mendukung perkembangan ekonomi yang masih dalam situasi krisis saat ini

masih tetap diperlukan pinjaman luar negeri, baik pinjaman program maupun pinjaman proyek

yang pada masa sebelumnya diterima sebagai bantuan program dan bantuan proyek.

Sebagaimana dalam tahun anggaran sebelumnya, pinjaman program dalam tahun anggaran

1999/2000 juga merupakan pinjaman program yang dapat segera dirupiahkan untuk membiayai

berbagai program guna mengatasi dampak krisis ekonomi. Pinjaman tersebut antara lain berasal

Dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Bantuan Dari Bank Dunia berupa Policy

Reform Structural Adjustment Loan II guna melanjutkan dukungan terhadap program

pemerintah di biuang kebijakan ekonomi dan kebijakan kelembagaan secara menyeluruh,

Governance Structural Adjustment Loan guna mendukung reformasi di biuang pemerintahan,

dan Social Safety Net Adjustment Loan guna memberikan bantuan finansial bagi program jaring

pengaman sosial melalui pelaksanaan dan monitoring program tersebut yang lebih efisien dan

terbebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Sementara itu, pinjaman dari Bank Pembangunan Asia berupaPower Sector

Restructuring Development Program_guna mendukung restrukturisasi sektor kelistrikan,

Perusahaan Listrik Negara, Trade and Industry Program Loan guna meningkatkan struktur

industri yang lebih bervariasi dan efisien melalui penerapan kebijakan yang lebih mampu

bersaing secara global serta memberikan kesempatan yang lebih luas pada pengusaha-pengusaha

kecil, dan Sector.Development Program Community and Local Government Support guna

penanggulangan kemiskinan.

Seuangkan pinjaman proyek merupakan perkiraan nilai lawan pinjaman proyek yang

telah disepakati oleh pemberi pinjaman dalam tahun-tahun sebelumnya serta pinjaman proyek

Page 124: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 124

baru yang telah selesai negosiasinya dan dituangkan dalam naskah perjanjian luar negeri yang

telah ditandatangani.

Tabel 11.19

PENERIMAAN DALAM NEGERI, APBN 1998/1999 DAN RAPBN 1999/2000

(dalam miliar rupiah)

APBN RAPBN A%thd. Jenis penerimaan

1998/1999 1999/2000 APBN (1) (2) (3) (4)

I.Penerimaan minyak bumi daD

gas slam (migas) 49.711,4 20.965,0 - 57,8

(1) Minyak bumi 32.908,6 12.443,4 - 62,2

(2) Gas alam 16.802,8 8.521,6 - 49,3

II. Penerimaan bukan migas 99.591,1 121.238,8 + 21,7

(1) Pajak penghasilan 25.846,2 40.626,0 + 57,2

(2) Pajak pertambahan nilai 28.940,0 34.597,4 + 19,5

(3) Bea masuk 5.494,9 2.950,3 - 46,3

(4) Cukai 7.755,9 10.160,0 + 31,0 ..

(5) Pajak ekspor 942,8 2.594,5 + 175,2

(6) PBB clan BPHTB 3.411,0 3.247,0 - 4,8

(7) Pajak lainnya 540,0 564,5 + 4,5

(8) Penerimaan negara bukan pajak 26.660,3 26.499,1 - 0,6

Jumlah 149.302,5 142.203,8 - 4,8

Pinjaman program dan pinjaman proyek yang dicatat sebagai penerimaan luar negeri

Page 125: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 125

dalam tahun anggaran 199912000 direncanakan Rp 77 .400,0 miliar, yang berarti 32,5 persen

lebih rendah dari rencana dalam APBN tahun anggaran 1998/1999. Penerimaan tersebut terdiri

dari pinjaman program Rp 47.400,0 miliar dan pinjaman proyek Rp 30.000,0 miliar.

2.3.4 Pengeluaran Rutin

Seperti halnya dalam tahun-tahun anggaran sebelumnya, penyusunan anggaran belanja

rutin tahun anggaran 199912000 dilandasi oleh sikap cermat, hati-hati dan realistis, serta tetap

mengacu kepada usaha pencapaian sasaran secara efektif. Hal ini danasarkan pertimbangan

bahwa rancangan anggaran belanja rutin merupakan perwujudan dari program kerja dan rencana

kegiatan pemerintah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pemberian pelayanan

kepada masyarakat yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Berdasarkan kerangka acuan tersebut, dalam menetapkan besarnya kebutuhan anggaran belanja

rutin tahun anggaran 199912000 diupayakan agar benar-benar mencerminkan prioritas nasional

yang kongkrit dan realistis, di samping danukung oleh sumber-sumber pembiayaan yang riil.

Sebagai bagian dari sistem penganggaran negara, penentuan besarnya anggaran belanja

rutin tahun anggaran 1999/2000 tidak terlepos dari pengaruh berbagai faktor internal dan

eksternal, baik yang terjadi dalam tahun anggaran sebelumnya, maupun yang diperkirakan

terjadi dalam tahun anggaran selanjutnya. Dalam kaitan ini, berbagai perkembangan yang

kurang menguntungkan, baik di biuang ekonomi maupun sosial politik yang terjadi dalam

beberapa waktu terakhir telah memberikan dampak langsung terhadap besarnya anggaran

belanja rutin yang perin disediakan dalam tahun anggaran 1999/2000.

Sementara itu, terjadinya krisis ekonomi yang dipicu oleh depresiasi rupiah yang sangat

tajam terhadap dolar Amerika sejak pertengahan tahun 1997, telah memberikan dampak yang

kurang menguntungkan bagi perekonomian nasional, dan anggaran pendapatan dan belanja

negara (APBN). Hal ini tercermin Dari semakin beratnya upaya menghimpun pendapatan

negara untuk membiayai anggaran belanja negara. Terjadinya depresiasi rupiah telah

menyebabkan membengkaknya beban belanja rutin yang mengandung komponen valuta asing,

terutama pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri dan subsidi BBM yang merupakan

pos pengeluaran yang cukup besar. Selain itu, depresiasi rupiah telah memberikan tekanan

terhadap harga-harga, khususnya harga berbagai bahan kebutuhan pokok masyarakat, sehingga

di samping mendorong meningkatnya laju inflasi juga perlu disediakan tambahan anggaran

Page 126: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 126

untuk menampung berbagai jenis subsidi, di antaranya subsidi bahan pangan, obat-obatan, dan

listrik.

Dengan memperhatikan perkembangan penerimaan negara dan kondisi perekonomian

nasional secara luas, serta rencana kegiatan dan berbagai kebutuhan pembiayaan rutin yang

perlu disediakan dalam tahun anggaran 1999/2000, besarnya anggaran belanja rutin dalam

RAPBN 1999/2000 direncanakan Rp 137.155,5 niiliar, alan 19;9 persen lebih rendah dari

anggaran belanja rutin yang dianggarkan dalam tahun anggaran 1998/1999. Lebih rendahnya

penyediaan anggaran tersebut terutama berkaitan dengan lebih rendahnya anggaran yang

disediakan untuk pembayaran bunga dan cicilan hutang, belanja barang, serta beberapa pos

pembiayaan subsidi yang ditampung dalam pengeluaran rutin lainnya. Seuangkan untuk belanja

pegawai, dan be1anja rutin daerah, anggaran yang disediakan dalam tahun anggaran 1999/2000

mengalami peningkatan dibandingkan dengan anggaran yang direncanakan dalam APBN

1998/1999.

2.3.4.1 Pengeluaran Rutin Menurut Klasifikasi Ekonomi

Keseluruhan anggaran belanja rutin yang disediakan dalam RAPBN 1999/2000

dialokasikan ke dalam belanja pegawai, belanja barang, belanja rutin daerah, pembayaran bunga

dan cicilan hutang, serta pengeluaran rutin lainnya.

Dalam RAPBN tahun anggaran 1999/2000, anggaran yang disediakan untuk belanja

pegawai direncanakan Rp 33.569,1 miliar, alan 24,5 persen Dari keseluruhan pagu pengeluaran

rutin yang disediakan dalam RAPBN 1999/2000. Dari rencana tersebut, Rp 26.824,9 miliar atau

79,9 persen disediakan untuk gaji dan pensiun, yang berarti meningkat Rp 7.704,9 miliar, atau

40,3 persen dibanding anggaran yang disediakan dalam APBN tahun anggaran sebelumnya.

Lebih tingginya anggaran tersebut selain untuk menampung adanya rencana kenaikan gaji

pegawai, kenaikan pangkat/golongan, kenaikan gaji berkala, dan tambahan tunjangan keluarga,

juga berkaitan dengan rencana pengangkatan pegawai baru di beberapa departemen/lembaga

pemerintah nondepartemen (LPND), termasuk di antaranya guru, tenaga medis, dan paramedis.

Namun demikian, rencana pengangkatan pegawai baru tersebut tetap berdasarkan pada

kebijakan zero growth, yang merupakan kebijakan pengendalianjumlah pegawai negeri, dengan

mengupayakan agar jumlah pegawai seeara keseluruhan tidak bertambah. Dalam kebijakan

tersebut digariskan bahwa seeara keseluruhan jumlah pegawai negeri tetap, namun alokasi

Page 127: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 127

pengadaan pegawai baru bagi tiap departemen LPND ditetapkan berdasarkan skala prioritas

kebutuhan pegawai yang dikaitkan dengan prioritas pembangunan.

Selain menampung kenaikan gaji dan pensiun, meningkatnya penyediaan anggaran

belanja pegawai pusat dalam RAPBN 199912000 juga dipengaruhi oleh meningkatnya anggaran

untuk tunjangan beras dan uang makan/lauk pauk. Anggaran untuk tunjangan beras dan uang

makan lauk pauk direncanakan Rp 2.087,1 miliar dan Rp 2.106,9 miliar, atau masing-masing

meningkat 11,5 persen dan 41,9 persen dibandingkan dengan anggaran yang disediakan dalam

APBN 1998/1999. Dalam pos tunjangan beras, peningkatan tersebut antara lain berkaitan

dengan adanya rencana penyesuaian harga pembelian beras pemerintah kepada Bulog.

Seuangkan kenaikan anggaran untuk uang makan lauk pauk terutama berkaitan dengan rencana

kenaikan uang makan lauk pauk bagi anggota ABRI, penyesuaian indeks uang makan lauk pauk

peserta pendidikan pada lembaga pendidikan khusus yang diselenggarakan pemerintah, serta

uang makan lauk posien rumah sakit, narapidana dan penghuni berbagai panti milik negara.

Selain itu, dalam pos belanja pegawai pusat juga menampung lain-lain belanja pegawai dalam

negeri dan belanja pegawai luar negeri.

Untuk mendukung kegiatan operasional pemerintahan dan pemeliharaan aset-aset

negara, dalam RAPBN 199912000 disediakan anggaran belanja barang Rp 11.039,0 miliar, atau

3,4 persen lebih rendah dibanding ,dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999.

Lebih rendahnya penyediaan anggaran belanja tersebut terutama berkaitan dengan menurunnya

anggaran belanja barang luar negeri, yang direncanakan Rp 1.032,2 miliar, atau 24,4 persen

lebih rendah dibandingkan dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Lebih

rendahnya penyediaan anggaran tersebut terutama berkaitan dengan menguatnya nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika dibandingkan asumsi nilai tukar yang digunakan dalam APBN

1998/1999, yang berpengaruh terhadap penurunan satuan biaya dalam rupiah bagi kegiatan

operasional kantor perwakilan pemerintah di berbagai negara. Seuangkan untuk belanja barang

dalam negeri, dalam RAPBN 199912000 disediakan anggaran Rp 10.006,8 miliar. Anggaran

tersebut antara lain digunakan untuk pengadaan peralatan kantor guna memenuhi kebutuhan

administrasi pada segenap departemenILPND, serta untuk memenuhi biaya pemeliharaan

berbagai aset negara dan hasil-hasil pembangunan.

Sementara itu, untuk belanja rutin daerah dalam RAPBN 1999/2000 disediakan

anggaran belanja rutin Rp 19.497,6 miliar, atau 46,7 persen lebih tinggi dibanding anggaran

Page 128: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 128

yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Penyediaan anggaran yang sebelumnya dikenal

sebagai subsidi daerah otonom tersebut diarahkan untuk mendukung kegiatan operasional

pemerintahan dan pembangunan di daerah, terutama dalam memberikan pelayanan umum dan

pengembangan perekonomian daerah. Belanja rutin daerah dialokasikan untuk belanja pegawai

daerah dan belanja nonpegawai daerah.

Belanja pegawai daerah disediakan anggaran Rp 18.696,8 miliar, atau mengalami

peningkatan 48,3 persen dari anggaran yang disediakan dalam APBN tahun anggaran

sebelumnya. Peningkatan belanja pegawai daerah tersebut selaras dengan meningkatnya

penyediaan anggaran belanja pegawai pusat, yaitu selain dipengaruhi oleh adanya rencana

peningkatan gaji pegawai, juga digunakan untuk menampung kenaikan pangkat/ golongan,

kenaikan gaji berkala, dan tambahan tunjangan keluarga. Seuangkan belanja nonpegawai daerah

direncanakan Rp 800,8 miliar, atau mengalami peningkatan 17,2 persen apabila dibandingkan

dengan dana yang disediakan dalam tahun anggaran 1998/1999. Anggaran untuk belanja

nonpegawai daerah tersebut digunakan antara lain untuk menampung bantuan penyelenggaraan

sekolah dasar negeri, subsidilbantuan biaya operasional rumah sakit umum daerah (SBBO-

RSUD), serta pemberian ganjaran kepada propinsi, kabupaten, kotamadya, dan kecamatan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya anggaran belanja rutin dalam RAPBN

1999/2000 adalah penyediaan anggaran untuk pembayaran hutang negara, terutama untuk

memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri. Kewajiban tersebut

timbul sebagai akibat dari pemanfaatan bantuan/pinjaman luar negeri pada masa lampau, yang

jatuh tempo pembayarannya terjadi dalam tahun anggaran 199912000. Besarnya anggaran yang

direncanakan untuk pembayaran hutang luar negeri Rp 44.430,8 miliar, atau 30,9 persen lebih

rendah apabila dibandingkan dengan anggaran yang disediakan pada tahun anggaran

sebelumnya. Anggaran belanja tersebut terdiri dari pembayaran cicilan pokok Rp 23.904,8

miliar, dan pembayaran bunga Rp 20.526,0 miliar. Penurunan anggaran tersebut terutama

berkaitan dengan penundaan (rescheduling) atas sebagian pembayaran kewajiban cicilan pokok

pinjaman luar negeri, khususnya untuk pinjaman bilateral dan fasilitas kredit ekspor. Penundaan

pembayaran cicilan pokok pinjaman tersebut dilakukan atas persetujuan negara-negara donor

yang tergabung dalam Paris Club pada bulan September 1998. Kebijakan tersebut bertujuan

untuk meringankan beban anggaran, dan sekaligus untuk mendukung pemulihan perekonomian

nasional.

Page 129: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 129

Seuangkan untuk pembayaran hutang dalam negeri, disediakan anggaran Rp 380,1

miliar, atau mengalami penurunan 80,4 persen dibandingkan dengan anggaran yang disediakan

dalam APBN 1998/1999. Lebih rendahnya penyediaan anggaran tersebut, terutama karena

dalam RAPBN 1999/2000 tidak lagi disediakan anggaran untuk pembayaran dana talangan

pengganti dana simpanan nasabah bank-bank yang dicabut izin operasinya pada bulan

November 1997. Anggaran tersebut direncanakan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban

kepada berbagai pihak di dalam negeri, yang penyelesaiannya diperkirakan baru dapat

dilaksanakan dalam tahun anggaran 1999/2000.

Selanjutnya, untuk pos pembiayaan pengeluaran rutin lainnya dalam tahun anggaran

1999/2000 disediakan anggaran Rp 28.238,9 miliar, atau 49,1 persen lebih rendah dibanding

dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Anggaran tersebut dialokasikan

untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM), subsidi non-BBM, dan lain-lain. Lebih rendahnya

penyediaan anggaran tersebut antara lain berkaitan dengan dihapuskannya subsidi BBM jenis

avtur dan avigas, serta subsidi beberapa jenis bahan pangan

Penyediaan anggaran subsidi BBM terutama danasarkan pertimbangan bahwa sebagai

kebutuhan pokok masyarakat yang strategis, pemerintah sangat berkepentingan terhadap

terpeliharanya kestabilan harga BBM di dalam negeri, mengingat berdasarkan pengalaman

setiap perubahan harga BBM senantiasa berpengaruh terhadap perkembangan laju inflasi. Oleh

karena itu, dalam penyesuaian harga jual BBM di dalam negeri harus senantiasa dilakukan

dengan hati-hati, melalui pertimbangan aspek ekonomis dan nonekonomis, agar dampak

negatifnya terhadap stabilitas ekonomi dapat diminimalkan. Dalam tahun anggaran 1999/2000,

anggaran subsidi BBM direncanakan Rp 9.985,8 miliar, atau 63,7 persen lebih rendah dibanding

dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Lebih rendahnya penyediaan

anggaran tersebut berkaitan dengan lebih rendahnya asumsi harga rata-rata minyak mentah, dan

menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dibandingkan dengan asumsi yang

digunakan dalam APBN 1998/1999.

Sementara itu untuk subsidi non-BBM direncanakan Rp 14.334,0 miliar, atau 43,1

persen lebih rendah dibanding dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999.

Anggaran tersebut antara lain digunakan untuk subsidi beras, listrik, dan obat-obatan.

Seuangkan untuk pos lain-lain disediakan anggaran Rp 3.919,1 millar, atau 42,8 persen lebih

tinggi dibandingkan dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Lebih

Page 130: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 130

tingginya penyediaan anggaran tersebut terutama berkaitan dengan rencana diselenggarakannya

Pemilu dan Siuang Umum MPR tahun 1999. Selain itu, pos pembiayaan tersebut juga

menampung pembiayaan untuk pemberian bantuan kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia

(KONI) Pusat, tunjangan bagi anggota veteran dan perintis kemerdekaan, subsidi kepada Perum

Kereta Api, serta berbagai jenis pembiayaan rutin lainnya. Rincian anggaran belanja rutin

dalam APBN 1998/1999 dan RAPBN 1999/2000, dapat diikuti dalam Tabel 11.20.

2.3.4.2 Pengeluaran Rutin Menurut Sektor dan Subsektor

Di samping dialokasikan menurut klasifikasi ekonomi, anggaran belanja rutin dalam

RAPBN 1999/2000 juga dialokasikan ke dalam sektor dan subsektor. Seperti halnya dalam

tahun-tahun anggaran sebelumnya, dalam RAPBN 1999/2000 terdapat lima sektor yang

menempati urutan teratas dalam penyediaan anggaran belanja rutin. Sektor-sektor tersebut

meliputi sektor perdagangan, pengembangan usaha nasional, keuangan dan koperasi; sektor

pembangunan daerah dan transmigrasi; sektor pertahanan dan keamanan; sektor aparatur negara

dan pengawasan; serta sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, pemuda dan olah raga. Sementara itu, sektor-sektor lainnya memperoleh

alokasi yang lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan luasnya kegiatan yang tercakup dalam

masing-masing sektor, sehingga anggaran belanja rutin yang harus dialokasikan berbeda.

Sektor perdagangan, pengembangan usaha nasional, keuangan dan koperasi dalam tahun

anggaran 1999/2000 disediakan anggaran belanja rutin Rp 85.226,8 miliar, atau 35,2 persen

lebih rendah dibandingkan dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999.

Anggaran tersebut digunakan untuk empat subsektor, yaitu subsektor perdagangan dalam negeri

Rp 99,3 miliar, subsektor perdagangan luar negeri Rp 80,3 miliar, subsektor keuangan Rp

84.899,7 miliar, serta subsektor koperasi dan pengusaha kecil Rp 147,5 miliar.

Dalam subsektor perdagangan dalam negeri, anggaran tersebut diarahkan untuk

membiayai pelaksanaan berbagai program dan kegiatan, antara lain meliputi pembinaan

perdagangan dalam negeri, pembinaan usaha dan lembaga perdagangan, serta penyebarluasan

informasi perdagangan. Selanjutnya, dalam upaya perlindungan konsumen, melalui pembiayaan

tersebut juga dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang tertib niaga, termasuk pelayanan jasa

kemetrologian seperti pengawasan tertib ukur dalam timbangan dan takaran, serta pengujian dan

sertifikasi mutu barang. Di samping itu, pembiayaan tersebut juga digunakan untuk mendukung

kegiatan pemantauan terhadap distribusi kebutuhan pokok masyarakat, serta upaya pengendalian

Page 131: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 131

laju inflasi.

Tabel 11.20

ANGGARAN BELANJA RUTIN,

APBN 1998/1999 DAN RAPBN 1999/2000

(dalam miliar rupiah)

APBN RAPBN A % thd.

Jenis pengeluaran 1998/1999 1999/2000 APBN

(1) (2) (3) (4)

I. Belanja pegawai 24.781,4 33.569,1 + 35,5

1. Gaji dan pensiun 19.120,0 26.824,9 + 40,3

2. Tunjangan beras 1.872,4 2.087,1 + 11,5

3. Uang makan/lauk pauk 1.484,4 2.106,9 + 41,9

4. Lain-lain belanja pegawai DN 1.154,6 1.489,9 + 29,0

5. Belanja pegawai LN

II. Belanja barang

1. Belanja barang DN

2. Belanja barang LN

1.150,0

11.425,1

10.059,7

1.365,4

1.060,3

11.039,0

10.006,8

1.032,2

- 7,8

- 3,4

- 0,5

- 24,4

ill. Belanja rutin daerah 13.289,7 19.497,6 + 46,7

1. Belanja pegawai 12.606,5 18.696,8 + 48,3

2. Belanja nonpegawai 683,2 800,8 + 17,2

IV. Bunga dan cicilan hutang 66.236,4 44.810,9 - 32,3

1. Hutang dalam negeri 1.940,1 380,1 - 80,4

2. Hutang luar negeri 64.296,3 44.430,8 - 30,9

V. Pengeluaran rutin lainnya 55.472,5 28.238,9 - 49,1

1. Subsidi BBM 27.534,0 9.985,8 - 63,7

2. Lain-lain 27.938,5 18.253,1 - 34,7

Jumlah 171.205,1 137.155,5 - 19,9

Page 132: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 132

Untuk subsektor perdagangan luar negeri, anggaran tersebut diarahkan untuk

membiayai berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan hubungan dan

kerjasama perdagangan internasional, usaha peningkatan daya saing dan promosi produk-produk

ekspor, standardisasi dan peningkatan mutu komoditas ekspor, serta kegiatan pengendalian

impor. Selain itu, anggaran tersebut juga untuk membiayai berbagai kegiatan yang berkaitan

dengan upaya pengembangan, dan diversifikasi ekspor nonmigas, serta pembinaan dan

pengendalian impor.

Sebagian besar anggaran belanja rutin subsektor keuangan digunakan untuk membiayai

berbagai program yang bersifat khusus dan terpusat seperti pembiayaan pensiun dan uang

tunggu, pembiayaan hutang negara, dan pembiayaan lain-lain, sehingga tidak dapat dialokasikan

ke dalam daftar isian kegiatan (DIK) masing-masing departemen/LPND. Pembiayaan pensiun

dan uang tunggu diarahkan penggunaannya untuk menampung biaya tunjangan pensiun pejabat

negara, pegawai negeri pusat, pegawai daerah, tunjangan pensiun anggota ABRI, pembayaran

uang tunggu, serta pemberian tunjangan bagi veteran dan perintis kemerdekaan. Pembiayaan

hutang negara dan program pembiayaan lain-lain antara lain digunakan untuk pembayaran

hutang dalam negeri, pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri, biaya kerjasama teknik

internasional, biaya bebas porto, biaya jasa pos dan giro sehubungan dengan tugas-tugas

perbendaharaan negara, serta berbagai jenis pembiayaan rutin lainnya.

Di samping itu, anggaran belanja rutin subsektor keuangan juga digunakan untuk

membiayai berbagai jenis program lain, seperti program penerimaan dan pengamanan keuangan

negara, program stabilisasi ekonomi dan keuangan, program pembinaan efisiensi pengeluaran

negara, program pembinaan akuntansi keuangan negara, serta program pembinaan dan

pengembangan badan usaha milik negara. Dalam program penerimaan dan pengamanan

keuangan negara selain digunakan untuk pembiayaan kegiatan administrasi umum, juga

digunakan untuk menunjang penyelenggaraan peradilan pajak, penyelenggaraan kegiatan yang

menyangkut urusan piutang dan le1ang negara, penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan,

penetapan, penagihan pajak, dan pengenaan pajak bumi dan bangunan (PBB), serta pelaksanaan

kegiatan penyuluhan tentang perpajakan. Selain itu, anggaran tersebut juga digunakan untuk

mendukung penyelenggaraan kegiatan kepabeanan dan pengenaan cukai, pemberantasan

penyelundupan dan perdagangan gelap, pembinaan lembaga keuangan, serta berbagai kegiatan

yang berkaitan dengan pengelolaan penerimaan migas dan penerimaan negara bukan pajak

Page 133: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 133

(PNBP).

Selanjutnya, dalam program stabilisasi ekonomi dan keuangan, anggaran tersebut antara

lain diarahkan untuk mendukung pembiayaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

pembinaan dan pengawasan pasar modal, kegiatan penyusunan dan analisis anggaran

pendapatan dan belanja negara, analisis moneter, analisis keuangan daerah, pengkajian ekonomi

dan keuangan negara, serta berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kemudahan

ekspor dan pengolahan data keuangan negara. Dalam program pembinaan efisiensi pengeluaran

negara antara lain digunakan untuk kegiatan administrasi umum, kegiatan tata laksana dan tata

usaha anggaran belanja negara, serta penyelenggaraan perbendaharaan dan kas negara. Dalam

program pembinaan akuntansi keuangan negara dan program pembinaan dan pengembangan

badan usaha milik negara, anggaran tersebut diarahkan penggunaannya untuk pembinaan

akuntansi keuangan negara dan inventarisasi kekayaan milik negara, serta pembinaan badan-

badan usaha milik negara.

Seuangkan anggaran belanja rutin subsektor koperasi dan pengusaha kecil, diarahkan

penggunaannya untuk pelaksanaan pembinaan berbagai jenis program dan kegiatan yang

berkaitan dengan usaha memperkuat struktur perkoperasian dan usaha kecil. Program tersebut

antara lain meliputi pembinaan organisasi dan kelembagaan, peningkatan kemampuan sumber

daya, kewirausahaan, dan kemampuan manajerial, dalam upaya meningkatkan profesionalisme

dan ketangguhan dalam menjalankan usahanya, serta untuk meningkatkan kemampuan koperasi

dan pengusaha kecil melakukan persaingan usaha dan perluasan pasar. Di samping itu,

anggaran tersebut juga digunakan bagi pengembangan dan penyebarluasan informasi

perkoperasian, serta pengembangan pola dan perangkat pembinaan koperasi.

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan operasional pemerintahan daerah, serta

menunjang pelaksanaan pembinaan berbagai program di biuang transmigrasi, dalam RAPBN

1999/2000 sektor pembangunan daerah dan transmigrasi disediakan anggaran belanja rutin Rp

19.749,0 miliar, atau 46,4 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran yang disediakan

dalam APBN 1998/1999. Anggaran tersebut dialokasikan ke dalam dua subsektor, yaitu

subsektor pembangunan daerah Rp 19.647,8 miliar, serta subsektor transmigrasi dan

pemukiman perambah hutan Rp 101,2 miliar.

Dalam subsektor pembangunan daerah, sebagian besar anggaran tersebut, yaitu Rp

18.696,8 miliar disediakan untuk mendukung pembiayaan aparatur pemerintah daerah.

Page 134: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 134

Seuangkan sisanya digunakan untuk menampung beberapa jenis pembiayaan, yang antara lain

meliputi bantuan pembiayaan penyelenggaraan sekolah dasar (SD) negeri, subsidi/bantuan biaya

operasional rumah sakit umum daerah (SBBO-RSUD), dan subsidi/bantuan biaya operasional

dan pemeliharaan objet pariwisata daerah. Bantuan pembiayaan penyelenggaraan SD negeri

diarahkan untuk pengadaan berbagai kebutuhan sekolah dasar, seperti kebutuhan tata usaha

sekolah, kebutuhan peralatan belajar dan mengajar, serta biaya pemeliharaan gedung sekolah. Di

samping itu, anggaran tersebut juga dialokasikan untuk biaya penyelenggaraan evaluasi belajar

tahap akhir (EBTA) dan biaya pengganti pungutan sumbangan penyelenggaraan pendidikan

(SPP) sekolah dasar (SD) negeri. Pembiayaan SBBO-RSUD dimanfaatkan bagi pemeliharaan

operasional dan pemeliharaan rumah sakit, termasuk langganan daya dan jasa, serta pengadaan

berbagai kebutuhan rumah sakit lainnya. Seuangkan biaya operasional dan pemeliharaan objek

pariwisata daerah antara lain ditujukan untuk biaya pemeliharaan, pengembangan, dan

penganekaragaman berbagai objek wisata daerah, sehingga diharapkan dapat mengembangkan

kegiatan perekonomian daerah, perluasan kesempatan kerja dan perkembangan dunia usaha di

biuang kepariwisataan. Selain itu, penyediaan anggaran subsektor pembangunan daerah juga

menampung jenis pembiayaan lain, yang bertujuan membantu penyelenggaraan urusan

dekonsentrasi dan tugas pembantuan Dari pemerintah pusat kepada daerah tingkat I, daerah

tingkat II, kotamadya, kota administratif, serta kecamatan.

Sementara itu, anggaran belanja rutin subsektor transmigrasi dan pemukiman perambah

hutan diarahkan penggunaannya untuk melaksanakan berbagai program selaras dengan Unuang-

unuang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. Anggaran tersebut antara lain

digunakan untuk pelaksanaan program pembinaan dan pelaksanaan koordinasi penyusunan dan

pelaksanaan persiapan pemukiman transmigrasi, serta penyelenggaraan pelatihan para

transmigran dan masyarakat perambah hutan. Pembiayaan tersebut juga digunakan untuk

membiayai pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penyiapan lahan dan sarana

permukiman transmigran baru, biaya pendaftaran, seleksi, biaya pengangkutan, penempatan dan

pembinaan calon transmigran, serta kegiatan pengembangan dan pemantapan usaha di lokasi-

lokasi permukiman transmigran. Selain itu, pembiayaan tersebut juga diarahkan untuk

mendukung pelaksanaan penataan pemukiman dan pembinaan perambah hutan, dalam rangka

pelestarian alam dan lingkungan hidup.

Terpeliharanya keamanan dan ketertiban negara merupakan faktor yang hakiki di

Page 135: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 135

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini, tugas dan fungsi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memiliki arti yang sangat strategis, yaitu di samping

peranannya dalam menjaga kedaulatan negara, juga memiliki peranan strategis dalam menjaga

stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas tersebut,

sektor pertahanan dan keamanan dalam RAPBN 199972000 disediakan anggaran belanja rutin

Rp 9.909,7 miliar, alan 30,1 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran yang disediakan

dalam APBN 1998/1999. Anggaran tersebut dialokasikan ke dalam subsektor ABRI Rp 9.695,1

miliar, dan subsektor pendukung Rp 214,6 miliar. Pemanfaatan anggaran belanja tersebut

diprioritaskan untuk pemeliharaan peralatan tempur beserta sarana pendukungnya, pengadaan

sarana penunjang untuk mendukung modernisasi dan peningkatan profesionalisme prajurit

ABRI, pengadaan perbekalan dan suku cauang, termasuk biaya pemeliharaan gedung, asrama,

dan rumah dinas di lingkungan ABRI.

Dalam subsektor ABRI, program yang dibiayai melalui anggaran tersebut antara lain

meliputi program pembinaan teritorial, program bala pertahanan keamanan wilayah, program

bala pertahanan keamanan pusat, program intelijen dan strategis, program dukungan

administrasi, serta program survei dan pemetaan. Seuangkan anggaran subsektor pendukung

diarahkan bagi pembiayaan beberapa program yang bersifat nonfisik, yang meliputi pembinaan

sumber daya dan pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi di biuang pertahanan dan

keamanan, pembinaan hukum dan perUndang-undangan, serta pembinaan kerjasama

internasional.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya pada setiap lembaga kenegaraan, aparatur negara

memiliki peranan yang strategis dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini

mengingat bahwa aparatur negara tidak hanya berperan di dalam pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan dan kenegaraan, namun juga berperan sebagai pendorong dan pemberi arah

terhadap jalannya roda pemerintahan. Untuk mendukung pelaksanaan berbagai kegiatan di

biuang pembinaan aparatur negara, sektor aparatur negara dan pengawasan dalam tahun

anggaran 1999/2000 mendapatkan alokasi anggaran belanja rutin Rp 6.423,8 miliar, atau

meningkat 22,6 persen dibandingkan dengan yang disediakan dalam APBN tahun anggaran

sebelumnya. Pembiayaan tersebut akan dialokasikan ke dalam subsektor aparatur negara Rp

6,035,9 miliar, serta subsektor pendayagunaan sistem dan pelaksanaan pengawasan Rp 387,9

miliar.

Page 136: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 136

Dalam subsektor aparatur negara, anggaran tersebut digunakan untuk membiayai

pelaksanaan program pembinaan produk-produk legislatif, pembinaan prasarana dan sarana

aparatur negara, pembinaan efisiensi aparatur negara, pendidikan dan pelatihan aparatur negara,

penelitian dan pengkajian kebijakan, serta penyelenggaraan pimpinan negara dan pemerintahan.

Di samping itu, anggaran tersebut juga menampung kegiatan pengolahan data, evaluasi

kebijakan, kegiatan yang berkaitan dengan pemberian pertimbangan kepada pemerintah,

pembinaan persandian, operasional intelijen, pelaksanaan kebijakan penanaman modal,

penyelenggaraan perumusan kebij.aksanaan biuang pertahanan dan keamanan nasional, serta

pelaksanaan kegiatan administrasi kepegawaian.

Sementara itu, penyediaan anggaran subsektor pendayagunaan sistem dan pelaksanaan

pengawasan diarahkan untuk penyelenggaraan berbagai program dan kegiatan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pemeriksaan tanggung jawab atas keuangan negara, pengawasan dan

pemeriksaan keuangan negara yang berasal Dari APBN dan APBD, pengawasan dan

pemeriksaan kekayaan negara yang dipisahkan, pengawasan dan pemeriksaan badan usaha

perminyakan negara, serta penyelenggaraan perencanaan dan analisis hasil pemeriksaan seluruh

aparat pengawasan pemerintah pusat/pemerintah daerah, dan tata kerja instansi pemerintah.

Selanjutnya, pembiayaan tersebut juga digunakan untuk menampung biaya kegiatan

pemeriksaan khusus atas kasus penyimpangan, pengawasan atas kelancaran pelaksanaan

pembangunan, serta pendayagunaan sistem dan pelaksanaan pengawasan bagi segenap jajaran

instansi pemerintah.

Sebagai salah satu wahana utama dalam pengembangan sumber daya manusia,

pembinaan sektor pendidikan dan kebudayaan memiliki peranan strategis, terutama di dalam

usaha meningkatkan keterampilan, kecerdasan, serta pembentukan kepribadian bangsa yang

tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Dalam RAPBN

1999/2000, sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, pemuda dan olah raga disediakan anggaran belanja rutin Rp 6.045,2 miliar, atau 27,5persen

lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Anggaran

tersebut dialokasikan masing-masing untuk subsektor pendidikan Rp 5.448,4 miliar, subsektor

pendidikan luar sekolah dari kedinasan Rp 471,0 miliar, subsektor kebudayaan nasional dari

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Rp 114,1 miliar, serta subsektor pemuda dan olah

raga Rp 11,7 miliar.

Page 137: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 137

Dalam subsektor pendidikan, anggaran tersebut diarahkan untuk pembinaan berbagai

program, yang meliputi program pembinaan pendidikan dasar, pendidikan menengah,

pendidikan tinggi, serta program pendidikan luar biasa. Dalam program pembinaan pendidikan

dasar, anggaran tersebut diarahkan penggunaannya untuk mendukung pelaksanaan berbagai

kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan dasar dan upaya perluasan dan

pemerataan kesempatan belajar, terutama dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan

program wajib belajar sembilan tahun. Selain itu, program tersebut juga diarahkan untuk

menunjang kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan prasekolah Dari

sekolah dasar, pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) umum, dan SLTP

keterampilan, termasuk biaya pengganti sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) bagi

seluruh SLTP negeri.

Program pembinaan pendidikan menengah antara lain ditujukan untuk

penyelenggaraan kegiatan dari usaha pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), sekolah

kejuruan Dari teknologi, serta pembinaan teknis administrasi. Program pembinaan pendidikan

tinggi dan program pembinaan pendidikan luar biasa diarahkan penggunaannya untuk

penyelenggaraan kegiatan pendidikan tinggi, serta penyelenggaraan kegiatan pendidikan luar

biasa. Selanjutnya, anggaran subsektor pendidikan juga diarahkan bagi pembiayaan berbagai

sarana dari prasarana pendidikan serta pembinaan berbagai jenjang pendidikan, baik yang

dilaksanakan pemerintah maupun swasta, melalui peningkatan kualitas tenaga pendanik.

Anggaran subsektor pendidikan luar sekolah dari kedinasan diarahkan penggunaannya

untuk mendukung pembiayaan rutin pelaksanaan program pendidikan luar sekolah dan program

pendidikan kedinasan. Dalam program pendidikan luar sekolah, antara lain menampung

pembiayaan guna meningkatkan kemampuan dari keterampilan masyarakat, melalui

penyelenggaraan berbagai jenis pendidikan teknis. Sementara itu, program pendidikan

kedinasan diarahkan penggunaannya untuk penyelenggaraan berbagai jenis pendanikdn dari

latihan (diklat) kedinasan yang dilaksanakan oleh berbagai departemen dari lembaga pemerintah

nondepartemen (LPND).

Sementara itu, penyediaan anggaran rutin dalam subsektor kebudayaan nasional dari

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diarahkan penggunaannya untuk melaksanakan

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usaha memelihara nilai budaya bangsa, menumbuhkan

sikap tanggungjawab sosial dari disiplin nasional, yang sekaligus sebagai upaya

Page 138: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 138

untukmemperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Berbagai program dan kegiatan yang

dibiayai dengan anggaran tersebut antara lain meliputi pembinaan teknis administrasi,

pembinaan kebudayaan, pembinaan museum, pembinaan bahasa nasional, upaya peningkatan

kualitas dan kuantitas bahan pustaka, serta pelaksanaan kegiatan penelitian di biuang arkeologi.

Seuangkan dalam subsektor pemuda dan olah raga, anggaran tersebut direncanakan untuk

membiayai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program pembinaan

kepemudaan dan kepramukaan, serta berbagai kegiatan di biuang pembinaan keolahragaan.

Di samping kelima sektor tersebut, beberapa sektor lain juga direncanakan mendapatkan

alokasi anggaran belanja rutin yang cukup besar. Sektor-sektor dimaksud adalah sektor politik,

hubungan luar negeri, penerangan, komunikasi dan media massa; sektor agama; sektor hukum;

sektor kesejahteraan sosial, kesehatan, peranan wanita, anak dan remaja; serta sektor pertanian

dan kehutanan.

Untuk mendukung pelaksanaan pembinaan kehidupan politik dan hubungan diplomatik,

pelaksanaan program penerangan masyarakat, serta pembinaan media massa nasional, sektor

politik, hubungan luar negeri, penerangan, komunikasi dan media massa dalam RAPBN

1999/2000 disediakan anggaran belanja rutin Rp 2.710,6 miliar, atau 7,1 persen lebih rendah

dibanding dengan anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Anggaran tersebut

dialokasikan ke dalam subsektor politik Rp 122,7 miliar, subsektor hubungan luar negeri Rp

1.978,4 miliar, dan subsektor penerangan, komunikasi dan media massa Rp 609,5 miliar.

Dalam subsektor politik, anggaran tersebut akan digunakan untuk menunjang

pelaksanaan program pembinaan politik dalam negeri serta program penyelenggaraan

pemerintahan umum dan otonomi daerah. Program pembinaan politik dalam negeri antara lain

ditujukan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan

kesadaran dan peran serta masyarakat dalam kehidupan politik, yang dilandasi oleh moral, sikap

dan etika politik yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selanjutnya, program

penyelenggaraan pemerintahan umum dan otonomi daerah diarahkan penggunaannya untuk

mendukung upaya perwujudan otonomi daerah secara nyata, dinamis, serasi, dan

bertanggungjawab. Pembiayaan tersebut antara lain mencakup kegiatan perumusan kebijakan,

pemberian bimbingan dan pembinaan pembangunan daerah, pelaksanaan pemantauan, analisa

dan evaluasi kegiatan pembangunan daerah, pembinaan dan penataan kawasan dan pengelolaan

lingkungan, pembinaan lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD), serta penyelenggaraan

Page 139: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 139

catatan sipil di berbagai daerah.

Dalam subsektor hubungan luar negeri, penyediaan anggaran tersebut diarahkan

penggunaannya untuk menunjang pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang berkaitan

dengan pembinaan hubungan diplomatik, seperti penyelenggaraan hubungan diplomatik di

biuang politik, kerjasama teknik luar negeri di biuang ekonomi, sosial budaya dan kegiatan

penerangan luar Negeri, serta untuk mendukung kegiatan komunikasi di berbagai kantor

perwakilan di luar Negeri. Selain itu, anggaran tersebut juga dialokasikan untuk membiayai

kegiatan penyelenggaraan hubungan konsuler, serta penyelenggaraan koordinasi dalam rangka

kerjasama bilateral dan multilateral.

Seuangkan dalam subsektor penerangan, komunikasi, dan media massa, anggaran

belanja tersebut antara lain digunakan untuk menunjang pembinaan penerangan, termasuk

pengadaan berbagai sarana untuk menunjang peningkatan kuantitas dan kualitas produk-produk

penerangan, serta pembinaan media massa nasional. Demikian pula dalam rangka meningkatkan

bobot operasional penerangan, melalui anggaran tersebut juga dibiayai berbagai kegiatan seperti

pembinaan personil juru penerang, serta peningkatan kualitas materi penerangan yang

disampaikan kepada masyarakat termasuk upaya peningkatan penyebarluasannya. Selain itu,

anggaran tersebut juga digunakan untuk membiayai program pengembangan operasi

penerangan, program pembinaan dan pengembangan radio, televisi dan film, serta program

pembinaan dan pengembangan pers dan grafika.

Untuk mendukung pelaksanaan pelayanan dan kebijakan pembinaan masyarakat di

biuang kerohanian, dalam RAPBN 1999/2000 disediakan anggaran belanja rutin untuk sektor

agama Rp 1.741,6 miliar, atau 33,5 persen lebih tinggi dibanding anggaran yang disediakan

dalam APBN 1998/1999. Penyediaan anggaran tersebut terutama diarahkan untuk mendukung

pembiayaan berbagai program pembinaan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas

keimanan dan ketaqwaan bagi setiap umat beragama, pemantapan kerukunan hidup antarumat

beragama, serta peningkatan pengamalan nilai-nilai keagamaan bagi setiap pemeluknya, sebagai

prasyarat utama dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa yang kokoh dan lestari.

Anggaran belanja rutin sektor agama dialokasikan ke dalam subsektor pelayanan kehidupan

beragama Rp 273,4 miliar dan subsektor pembinaan pendidikan agama Rp 1.468,2 miliar.

Dalam subsektor pelayanan kehidupan beragama, anggaran tersebut antara lain

diarahkan untuk menunjang kegiatan pelayanan, penerangan, bimbingan dan pembinaan agama

Page 140: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 140

Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, dan Budha, termasuk pembinaan perpustakaan pada

berbagai rumah ibadah. Selanjutnya, anggaran tersebut juga untuk menampung pelaksanaan

pelayanan dan bimbingan kegiatan kepenghuluan, kemasjidan, zakat, wakaf, pemberian

bimbingan kepada para mubaligh, khatib, dan bagi penyuluh agama lainnya, serta

penyelenggaraan kegiatan penerangan agama Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, dan

Budha.

Seuangkan dalam subsektor pembinaan pendidikan agama, anggaran tersebut

diarahkan penggunaannya bagi pelaksanaan berbagai program yang berkaitan dengan

penyelenggaraan pendidikan agama, seperti penyelenggaraan perguruan tinggi agama Islam,

pendidikan guru agama Kristen, dan pendidikan guru agama Hindu. Selain itu, anggaran

tersebut juga digunakan untuk biaya pengganti sumbangan pembinaan pendidikan (SPP)

perguruan madrasah dan tsanawiyah negeri, sehubungan dengan pelaksanaan program

pendidikan dasar sembilan tahun.

Pembinaan sektor hukum memiliki peranan yang strategis, terutama menciptakan

suasana kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis, mengingat dalam era reformasi,

sektor ini sangat perin danukung oleh perangkat, sarana dan prasarana hukum, serta pranata dan

kelembagaan hukum yang memadai. Selain itu, pembinaan sektor hukum juga berkaitan erat

dengan upaya mewujudkan kepostian hukum, guna memberikan rasa aman dan tenteram bagi

segenap lapisan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, sektor hukum memperoleh alokasi

anggaran belanja rutin Rp 982,8 miliar, atau meningkat 29,4 persen dibandingkan dengan

anggaran yang disediakan dalam tahun anggaran sebelumnya. Anggaran tersebut dialokasikan

pada subsektor pembinaan hukum nasional dan subsektor pembinaan aparatur hukum, yang

masing-masing mendapat alokasi pembiayaan Rp 866,5 miliar dan Rp 116,3 miliar.

Dalam subsektor pembinaan hukum nasional, anggaran yang disediakan dimanfaatkan

penggunaannya untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan, yang antara lain mencakup

pembinaan hukum dan perUndang-undangan, pembinaan hukum dan peradilan, pembinaan

badan peradilan umum dan peradilan tata usaha negara, pembinaan hukum dalam biuang

keperdataan, penyelenggaraan peradilan tingkat banding dan peradilan tingkat pertama, serta

pembinaan hak cipta, paten dan merek. Anggaran tersebut antara lain digunakan bagi

pelaksanaan kegiatan penanganan perkara pidana khusus dan kegiatan operasional intelijen,

yang antara lain meliputi penanganan berbagai jenis perkara pidana, perdata, lata usaha negara,

Page 141: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 141

serta perkara penyelundupan dan perkara pelanggaran wilayah. Selanjutnya, untuk memberikan

perlindungan hak milik intelektual, anggaran tersebut digunakan untuk pembinaan hak cipta,

merek dan paten, agar berbagai merek perusahaan dan pemegang hak paten yang telah

danaftarkan, mendapatkan jarninan perlindungan hukum terhadap kemungkinan

penyalahgunaan oleh pihak lain. Selain itu, pembiayaan subsektor tersebut juga digunakan

untuk pelaksanaan pembinaan masyarakat, penyelenggaraan bimbingan kemasyarakatan dan

pengentasan anak (Bispa), pembinaan kegiatan pemasyarakatan, serta penyelenggaraan berbagai

kegiatan di biuang keirnigrasian.

Dalam subsektor pembinaan aparatur hukum, anggaran tersebut diarahkan untuk

pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan hukum dan

peradilan tertinggi, peradilan perkara kecelakaan dan pelanggaran peraturan transportasi laut,

serta penyelenggaraan peradilan agama Islam. Dalam kegiatan pelaksanaan hukum dan

peradilan tertinggi antara lain mencakup pembiayaan berbagai kegiatan pemeriksaan dan

pengambilan keputusan terhadap permohonan kasasi, serta peninjauan kembali terhadap

keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sementara itu, guna

menunjang pembinaan keselamatan pelayaran dan kesyahbandaran, serta untuk menunjang

terciptanya keamanan dan keselamatan pelayaran dan lalu-lintas angkutan laut, melalui

pembiayaan tersebut juga dialokasikan anggaran untuk menunjang pelaksanaan kegiatan

pengusutan dan peradilan perkara-perkara kecelakaan dan pelanggaran peraturan perhubungan

laut. Selanjutnya, dalam upaya penanganan berbagai bentuk sengketa yang menyangkut sendi-

sendi hukum agama Islam, anggaran tersebut digunakan untuk menunjang pembiayaan bagi

penyelenggaraan kegiatan peradilan agama Islam.

Untuk mendukung pembinaan di biuang kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, sektor

kesejahteraan sosial, kesehatan, peranan wanita, anak dan remaja disediakan anggaran belanja

rutin Rp 829,1 miliar, atau meningkat 17,6 persen dari anggaran yang disediakan dalam APBN

1998/1999. Anggaran tersebut dialokasikan untuk subsektor kesejahteraan sosial Rp 151,2

miliar dan subsektor kesehatan Rp 677,9 miliar.

Dalam subsektor kesejahteraan sosial, penyediaan anggaran tersebut diarahkan

penggunaannya untuk menunjang pembinaan dan bimbingan kesejahteraan sosial, pembinaan

nilai-nilai kepeloporan dan keperintisan biuang kemasyarakatan, pembinaan di biuang

rehabilitasi sosial, serta pembinaan masyarakat suku terasing dan repatriasi. Selanjutnya,

Page 142: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 142

melalui pembiayaan tersebut juga akan dilaksanakan kegiatan pembinaan dan pemberian

pelayanan terhadap para tuna sosial (gelanuangan dan pengemis), korban bencana alam,

penderita cacat, anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika, fakir miskin, dan suku

terasing.

Sementara itu, penyediaan anggaran rutin dalam subsektor kesehatan diarahkan

penggunaannya untuk menunjang pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang meliputi

biaya pembinaan dan penyuluhan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan masyarakat, dan

pelayanan kesehatan rujukan dan rumah sakit. Anggaran tersebut juga digunakan untuk kegiatan

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah, serta penyelenggaraan kegiatan

pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi obat, makanan, minuman, kosmetika, dan

narkotika. Selanjutnya, anggaran tersebut juga digunakan untuk pengadaan bahan peraga

penyuluhan, serta kegiatan pemantauan terhadap usaha pemasyarakatan obat-obat generik.

Melalui penyediaan anggaran tersebut juga dilaksanakan kegiatan laboratorium klinik dan

laboratorium kesehatan masyarakat, serta pelayanan rujukan berbagai rumah sakit pemerintah

dan swasta. Demikian pula dalam rangka pemeliharaan, pemulihan dan peningkatan kesehatan

masyarakat, anggaran yang tersedia juga akan digunakan untuk biaya pengadaan obat-obatan

dan alat-alat kesehatan, serta biaya pemeliharaan alat -alat kesehatan.

Upaya menciptakan stabilisasi dan upaya pemulihan kondisi perekonomian nasional,

sangat membutuhkan pembinaan dan pengembangan terhadap sektor pertanian dan kehutanan

secara intensif dan berkesinambungan. Seperti diketahui, pembangunan sektor pertanian dan

kehutanan memiliki peranan yang strategis, baik sebagai sumber kebutuhan pokok masyarakat,

maupun sebagai penyedia lapangan kerja dan lapangan usaha, serta sebagai penunjang

pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini dapat dikemukakan bahwa dalam suasana krisis yang

melanda perekonomian nasional, sektor pertanian dan kehutanan merupakan salah satu sektor

yang mampu berkembang dengan cukup baik.

Dalam RAPBN 1999/2000 sektor pertanian dan kehutanan mendapatkan alokasi

anggaran belanja rutin Rp 743,9 miliar, atau meningkat 18,5 persen dibandingkan dengan

anggaran yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Anggaran tersebut direncanakan akan

dialokasikan untuk subsektor pertanian Rp 265,9 miliar dan subsektor kehutanan Rp 478,0

miliar.

Dalam subsektor pertanian, penggunaan anggaran diprioritaskan kepada usaha

Page 143: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 143

mengembalikan tercapainya swasembada pangan, serta upaya meningkatkan dan memperluas

usaha penganekaragaman hasil pertanian. Berbagai upaya tersebut juga ditujukan untuk

meningkatkan taraf hidup petani, nelayan dan peternak, serta mendorong perluasan dan

pemerataan kesempatan kerja dan berusaha. Anggaran belanja tersebut akan digunakan untuk

pembiayaan aparatur dan pembiayaan operasional dan pemeliharaan, dalam rangka menunjang

pembinaan dan pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, pembinaan dan

pengembangan agribisnis, pembinaan dan pengembangan perkebunan dan perikanan, serta

penyelenggaraan karantina pertanian. Selain itu anggaran tersebut juga direncanakan untuk

membiayai berbagai kegiatan yang ditujukan untuk mendukung pembinaan usaha tani dan

nelayan, pembinaan pengolahan hasil perikanan, serta pembinaan dan pengembangan usaha-

usaha peternakan.

Dalam subsektor kehutanan, anggaran yang tersedia diarahkan penggunaannya untuk

membiayai program pembinaan produksi kehutanan, yang antara lain meliputi pembinaan

prakondisi pengelolaan hutan, pencegahan dan pemulihan kerusakan hutan, tanah dan air,

peningkatan usaha konservasi di dalam dan di luar kawasan hutan, pembinaan pengusahaan

hutan, serta penyelenggaraan penyuluhan di biuang kehutanan. Selain itu, anggaran tersebut

juga digunakan untuk menunjang pembiayaan yaitu untuk berbagai kantor daerah, seperti balai

informasi dan sertifikasi hasil hutan:

balai konservasl sumber daya alam, taman-taman nasional, balai penelitian, balai teknologl

reboisasi dan perbenihan, serta berbagai kantor vertikall ainnya yang berada di daerah-daerah.

Di samping dialokasikan ke dalam sektor-sektor tersebut, anggaran belanja rutin yang

disediakan dalam RAPBN 1999/2000 juga dialokasikan ke dalam berbagai sektor lain, yaitu

meliputi sektor industri; sektor pengairan; sektor tenaga kerja; sektor transportasi, meteorologi

dan geofisika; sektor pertambangan dan energi; sektor pariwisata, pos dan telekomunikasi;

sektor lingkungan hidup dan tata ruang; sektor kependudukan dan keluarga sejahtera; sektor

perumahan dan permukiman, serta sektor ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rincian anggaran belanja rutin berdasarkan sektor dan subsektor dalam RAPBN .

1999/2000 dapat diikuti dalam Tabel ll.21.

2.3.5 Tabungan Pemerintah

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia belum sepenuhnya mengalami pemulihan.

Page 144: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 144

Krisis tersebut telah mengakibatkan berkurangnya daya beli masyarakat serta telah

mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin. Dalam kaitannya dengan upaya untuk

mengurangi berbagai dampak dimaksud, terutama yang memberatkan rakyat banyak,

Pemerintah mengalokasikan dana subsidi khususnya yang berkaitan dengan penyediaan

beberapa barang kebutuhan masyarakat, seperti bahan bakar minyak, penyediaan pangan, listrik

dan obat-obatan. Berbagai bentuk subsidi tersebut merupakan komponen yang cukup besar dari

pengeluaran rutin dalatn tahun anggaran 1999/2000. Di pihak lain, upaya penjadwalan atas

cicilan pokok hutang luar negeri, serta upaya efisiensi di biuang pengeluaran rutin, diharapkan

akan menurunkan pengeluaran rutin. Sementara itu berbagai upaya dalam peningkatan

penerimaan dalam negeri, terutama dari sektor perpajakan diharapkan akan mampu

meningkatkan penerimaan dalam negeri bukan migas. Berdasar berbagai perkembangan atas

kebijakan yang ditempuh di biuang penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin tersebut,

maka dalam tahun anggaranl999/2000 direncanakan tabungan pemerintah mencapai Rp 5.048,3

miliar.

2.3.6 Pengeluaran Pembangunan

Perkembangan kondisi ekonomi dan politik akhir-akhir ini mengisyaratkan perlunya

dilakukan reorientasi terhadap perencanaan pembangunan, baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang, dengan tujuan utama mengatasi krisis dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

guna membangun landasan ekonomi rakyat yang kokoh, serta mengembangkan perimbangan

keuangan pusat-daerah yang lebih adil. Tiga hal utama yang mendasari perlunya reorientasi

tersebut adalah pertama, strategi jangka pendek upaya penyelamatan dan pemulihan ekonomi

sebagaimana diamanatkan dalam Ketetapan MPR-RI Nomor X/MPRl1998 tentang Pokok--

pokok Reformasi Pembangunan DaIam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan

Nasional Sebagai Haluan Negara; kedua, komitmen untuk melaksanakan secara bertahap.

Ketetapan MPR-RI Nomor XV tMPRI 1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah;

Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; Serta

Perimbangan Keuangan Pusat

Page 145: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 145

Tabel 11.21

ANGGARAN BELANJA RUTIN MENURUT SEKTOR DAN

SUBSEKTOR, APBN 1998/1999 DAN RAPBN 1999/2000

(dalam miliar rupiah)

Nomor APBN RAPBN % thd.

Kode SektorlSubsektor

1998/1999 1999/2000 APBN

(1) (2) (3) (4) (5)

01 SEKTOR INDUSTRI 83,4 108,1 29,6

01.1 Subsektor Industri 83,4 108,1 29,6

02 SEKTOR PERTANIAN DAN KEHUTANAN 627,7 743,9 18,5

02.1 Subsektor Pertanian 207,3 265,9 28,3

02.2 Subsektor Kehutanan 420,4 478,0 13,7

03 SEKTOR PENGAlRAN 38,4 50,1 30,5

03.1 Subsektor Pengembangan Sumber Daya Air 20,1 21,7 8,0

03.2 Subsektor Irigasi 18,3 28,4 55,2

04 SEKTOR TENAGA KERjA 318,1 391,6 23,1

04.1 Subsektor Tenaga Kerja 318,1 391,6 23,1

05 SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEM-

BANGAN USAHA NASIONAL,

KEUANGAN, DAN KOPERASI 131.471,7 85.226,8 - 35,2

05.1 Subsektor Perdagangan Dalam Negeri 79,5 99,3 24,9

05.2 Subsektor Perdagangan Luar Negeri 77,2 80,3 4,0

05.4 Subsektor Keuangan 131.214,1 84.899,7 - 35,3

05.5 Subsektor Koperasi dill Pengusaha Kecil 100,9 147,5 46,2

06 SEKTOR TRANSPORTASI, METEOROLOGI

DAN GEOFISIKA 329,7 382,7 16,1

06.1 Subsektor Prasarana Jalan 33,3 35,3 6,0

06.2 Subsektor Transportasi Darat 28,6 34,3 19,9

06.3 Subsektor Transportasi Laut 148,5 179,2 20,7

06.4 Subsektor Transportasi Udara 64,1 71,1 10,9

06.5 Subsektor Meteorologi, Geofisika, Penearian dill

Penyelamatan (SAR) 55,2 62,8 13,8

07 SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI 318,9 341,3 7,0

07.1 Subsektor Pertambangan 313,5 335,2 6,9

07.2 Subsektor Energi 5,4 6,1 13,0

Page 146: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 146

Tabel 11.21 (lanjutan)

Nomor APBN RAPBN ,i % thd.

Kode Sektor/Subsektor

1998/1999 1999/2000 APBN

(1) (2) (3) (4) (5)

08 SEKTOR PARIWISATA, PS, DAN

TELEKOMUNIKASI 117,2 127,6 8,9

08.1 Subsektor Pariwisata 21,5 32,1 49,3

08.2 Subsektor Pos dan Telekomunikasi 95,7 95,5 - 0,2

09 SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH

DAN TRANSMIGRASI 13.491,3 19.749,0 46,4

09.1 Subsektor Pembangunan Daerah 13.408,9 19.647,8 46,5

09.2 Subsektor Transmigrasi dan Pemukiman

Perambah Rutan 82,4 101,2 22,8

10 SEKTOR LlNGKUNGAN HIDUP

DAN TATA RUANG 357,9 424,8 18,7

10.1 Subsektor Lingkungan Ridup 9,5 10,9 14,7

10.2 Subsektor Tata Ruang 348,4 413,9 18,8

11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDA Y AAN

NASIONAL, KEPERCA Y AAN TERHADAP

TUHAN YANG MAHA ESA, PEMUDA

DAN OLAH RAGA 4.740,0 6.045,2 27,5

ILl Subsektor Pendidikan 4.253,9 5.448,4 28,1

11.2 Subsektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasan 370,1 471,0 27,3

11.3 Subsektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Milia Esa 104,1 114,1 9,6

11.4 Subsektor Pemuda dan Olah Raga 11,9 11,7 - 1,7

12 SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN

KELUARGA SEJAHTERA 331,7 440,5 32,8

12.1 Subsektor Kependudukan dan Keluarga Berencana 331,7 440,5 32,8

13 SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL,

KESEHATAN, PERANANWANITA,

ANAK DAN REMAJA 705,3 829,1 17,6

13.1 Subsektor Kesejahteraan Sosial 137,5 151,2 10,0

13.2 Subsektor Kesehatan 567,8 677,9 19,4

14 SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 22,8 27,8 21,9

14.1 Subsektor Perumahan dan Permukiman 15,8 20,1 27,2

14.2 Subsektor Penataan Kota dan Bangunan 7,0 7,7 10,0

Page 147: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 147

Tabel 11.21 (lanjutan)

Nomor APBNRAPBN

% thd.

Kode SektorlSubsektor

1998/1999 1999/2000 APBN

(1) (2) (3) (4) (5)

15 SEKTOR AGAMA 1.304,2 1.741,6 33,5

15.1 Subsektor Pelayanan Kehidupan Beragama 200,9 273,4 36,1

15.2 Subsektor Pembinaan Pendidikan Agama 1.103,3 1.468,2 33,1

16 SEKTOR ILMU PENGETAHUAN

DAN TEKNOLOGI 409,5 498,5 21,7

16.2 Subsektor I1mu Pengetahuan Terapan dan Dasar 263,9 312,2 18,3

16.3 Subsektor Kelembagaan Prasarana Dari Sarana

I1mu Pengetahuan Dari Teknologi 39,6 46,1 16,4

16.5 Subsektor Kedirgantaraan 2,6 2,5 - 3,8

16.6 Subsektor Sistem Informasi Dari Statistik 103,4 137,7 33,2

17 SEKTOR HUKUM 759,3 982,8 29,4

17.1 Subsektor Pembinaan Hukum Nasional 667,3 866,5 29,9

17.2 Subsektor Pembinaan Aparatur Hukum 92,0 116,3 26,4

18 SEKTOR AP ARA TUR NEGARA DAN

PENGA W ASAN 5.241,3 6.423,8 22,6

18.1 Subsektor Aparatur Negara 4.919,7 6.035,9 22,7

18.2 Subsektor Pendayagunaan Sistem Dari Pelaksanaan

Pengawasan 321,6 387,9 20,6

19 SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN LUAR

NEGERI, PENERANGAN, KOMUNIKASI

DAN MEDIA MASSA 2.918,5 2.710,6 - 7,1

19.1 Subsektor Politik 105,0 122,7 16,9

19.2 Subsektor Hubungan Luar Negeri 2.264,7 1.978,4 -12,6

19.3 Subsektor Penerangan, Komunikasi

Dari Media Massa 548,8 609,5 11,1

20 SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN 7.618,2 9.909,7 30,1

20.2 Subsektor Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 7.245,3 9.695,1 33,8

20.3 Subsektor Pendukung 372,9 214,6 -42,5

Jumlah 171.205,1 137.155,5 -19,9

Page 148: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 148

Dari Daerah Dalam Rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan ketiga perlunya

keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan, dari dukungan bagi

pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup usaha kecil, menengah, dari koperasi sebagai

pilar utama pembangunan ekonomi nasional seperti digariskan dalam Ketetapan MPR-RI

Nomor XVIIMPRl1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi.

Perubahan orientasi perencanaan pembangunan dimaksud danasarkan atas pertimbangan

bahwa ketiga agenda utama kebijakan reformasi pembangunan, yaitu upaya pemulihan dari

penyelamatan ekonomi, pelaksanaan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, dan

pengembangan ekonomi rakyat yang sebagian besar berbasis di daerah. Oleh sebab itu,

pencapaian sasaran pembangunan akan lebih efektif apabila kebijakan dari implementasi

program-program pembangunan lebih berakar di daerah, melalui pemberian kewenangan dalam

perencanaan dan pengelolaan proyek yang lebih besar kepada daerah. Dengan demikian, dalam

melaksanakan pembangunannya, daerah akan lebih berperan baik sebagai subjek maupun objek

pembangunan, yang memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan tentang penetapan

proyek-proyek yang perlu dibangun sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas daerah yang

bersangkutan.

Peran baru daerah dimaksud akan memungkinkan pemerintah daerah, selain menjadi

lebih akomodatif terhadap aspirasi yang berkembang di masyarakat, juga semakin responsif

dalam memenuhi kebutuhan yang menjadi prioritas masyarakat tanpa perlu dihadapkan pada

jalur birokrasi yang panjang. Di samping itu, mengingat pemerintah daerah dipanuang lebih

memaharni kondisi ekonomi di daerahnya, maka identifikasi permasalahan dan penyusunan

rencana pembangunan akan menjadi lebih akurat, dan pelaksanaannya dapat diselaraskan

dengan pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Demikian

pula, mengingat pemerintah daerah juga dinilai lebih memahami karakteristik sosial dari budaya

masyarakat, maka cara yang digunakan dalam pendekatan pembangunan dapat lebih disesuaikan

dengan kondisi masyarakat setempat, sehingga pencapaian sasaran dapat lebih efektif.

Implikasi dari perubahan orientasi kebijakan pembangunan tersebut menggarisbawahi

perlu adanya realokasi anggaran pembangunan (switching policy) secara bertahap ke arah

perirnbangan yang lebih proporsional bagi daerah, dengan tetap berpedoman pada prinsip-

prinsip keadilan dan pemerataan, baik antara pusat dari daerah maupun antarwilayah, disertai

pendelegasian kewenangan dalam pengelolaan, dan alokasi dana pembangunan, tanpa harus

Page 149: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 149

merubah pencapaian sasaran, dan strategi kebijakan yang telah digariskan.

Berdasarkan berbagai pertimbangan dimaksud, kebijakan anggaran belanja

pembangunan dalam RAPBN 1999/2000 yang merupakan kelanjutan dari pendalaman dari

kebijakan yang telah ditempuh pada tahun anggaran berjalan, diarahkan untuk mendukung

program stabilisasi dari pemulihan ekonomi (economic recovery), sebagai upaya penyelamatan

dari pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat (social protection). Hal ini mengingat

dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan membengkaknya angka

pengangguran yang diperkirakan mencapai 14 juta orang; meningkatnya jurnlah penduduk

miskin dengan sangat tajam, yang diperkirakan mencapai 80 juta orang atau 40 persen dari

seluruh penduduk Indonesia; serta meningkatnya angka putus sekolah. Untuk mencapai sasaran-

sasaran tersebut, strategi kebijakan alokasi anggaran belanja pembangunan akan diprioritaskan

kepada kegiatan-kegiatan yang mendukung (a) program padat karya, dengan maksud untuk

meneiptakan daya beli bagi mereka yang menganggur, sehingga dapat membantu memenuhi

kebutuhan pokoknya; (b) program pemberdayaan ekonomi rakyat, khususnya usaha kecil,

menengah dan koperasi; (c) program peningkatan ketahanan pangan dan gizi; serta (d) program

perlindungan sosial dasar untuk menjamin agar pelayanan dasar di biuang kesehatan dan

pendidikan tetap dapat terjangkau oleh masyarakat luas, terutama kelompok masyarakat paling

bawah.

Di samping keempat program strategis dimaksud, kebijakan pengeluaran pembangunan

juga akan diarahkan untuk mendukung program pembenahan dan restrukturisasi perbankan,

dengan tujuan untuk secepatnya memulihkan kembali sistem perbankan nasional agar dapat

melaksanakan fungsinya sebagai pendukung kegiatan ekonomi. Program dan proyek-proyek di

luar prioritas-prioritas dimaksud, akan dilakukan secara lebih selektif, sehingga pembiayaan

dalam RAPBN 1999/2000 masih berada dalam kerangka kebijakan ekonomi makro yang aman.

Dengan mempertimbangkan sasaran-sasaran program dan kebijakan yang telah

ditetapkan, serta memperhitungkan secara seksama kemampuan sumber-sumber pembiayaan

anggaran negara, dalam RAPBN 1999/2000, anggaran belanja pembangunan direncanakan Rp

82.448,3 miliar, atau 11,0 persen lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN

1998/1999. Strategi alokasi anggaran belanja pembangunan secara lebih rinei tercermin dalam

alokasi pengeluaran pembangunan menurut klasifikasi ekonomi dan menurut sektor dan

subsektor.

Page 150: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 150

2.3.6.1 Pengeluaran Pembangunan Menurut Klasifikasi Ekonomi

Dari volume anggaran belanja pembangunan dalam RAPBN 1999/2000 di atas, alokasi

pembiayaan pembangunan rupiah dianggarkan Rp 52.448,3 miliar, atau 0,6 persen lebih tinggi

dari alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBN 1998/1999. Peningkatan alokasi

pengeluaran pembangunan rupiah tersebut diperlukan untuk tetap mempertahankan upaya

memperkuat jaring pengaman sosial sebagai sarana dalam membantu meringankan beban

masyarakat akibat krisis, terutama memberikan perhatian yang lebih besar pada program

pemberdayaan (empowering) us aha kecil, menengah dan koperasi, sebagai andalan dalam

membantu memutar kembali kegiatan ekonomi masyarakat, serta menunjang program

penyehatan dan restrukturisasi perbankan agar dapat segera memulihkan fungsinya dalam

mempercepat proses pemulihan kondisi perekonomian nasional. Anggaran tersebut akan

dialokasikan untuk proyek-proyek sektoral yang tersebar di berbagai departemen/lembaga,

proyek-proyek pembangunan daerah, serta proyek-proyek strategis atau bersifat lintas sektoral

pada pembiayaan pembangunan lainnya.

Alokasi pengeluaran pembangunan bagi departemen/lembaga dalam RAPBN

1999/2000 dianggarkan Rp 14.022,5 miliar, atau 4,0 persen lebih rendah dari alokasi anggaran

yang disediakan dalam APBN 1998/1999. Anggaran tersebut sebagian besar akan dimanfaatkan

untuk memperkuat jaring pengaman sosial, terutama menunjang program ketahanan pangan,

memperluas lapangan kerja, pemberdayaan pengusaha kecil dan menengah, maupun

perlindungan masyarakat di biuang kesejahteraan sosial, pendidikan, dan kesehatan.

Selanjutnya, dalam upaya menjabarkan kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah,

seiring dengan perubahan orientasi kebijakan pembangunan, dipanuang perIn melakukan

realokasi dan pengalihan kewenangan pengelolaan anggaran pembangunan Dari proyek - proyek

sektoral pada departemen/lembaga kepada daerah, disesuaikan dengan kapasitas dan

kemampuan dari masing-masing daerah bersangkutan.

Sejalan dengan kebijakan tersebut, proporsi alokasi anggaran pembangunan bagi daerah

dalam tahun anggaran mendatang lebih diperbesar, seuangkan untuk memberikan aksentuasi

kuatnya komitmen Pemerintah pusat terhadap pemberdayaan daerah dalam RAPBN 199912000

dilakukan perubahan penggunaan nomenklatur (istilah) dari "bantuan pembangunan daerah

(proyek Inpres)" menjadi "dana pembangunan daerah". Selain itu, sekaligus juga dilakukan

pengelompokan kembali (reklasifikasi) dana pembangunan daerah bagi proyek-proyek yang

Page 151: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 151

bersifat khusus (specific grant) menjadi dana pembangunan yang bersifat umum (block grant)

atau yang bersifat specific block grant. Dalam hubungan ini, dana pembangunan desa tertinggal

yang dirancang untuk mempercepat pengentasan kemiskinan, baik di desa-desa miskin maupun

di luar desa miskin diintergrasikan ke dalam dana pembangunan desa. Sementara itu, sebagian

dari dana pembangunan sekolah dasar (SD), dan dana pembangunan sarana kesehatan

diintegrasikan ke dalam dana pembangunan propinsi dan dana pembangunan kabupaten/kota,

seuangkan dana pembangunan bagi program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS)

digabung ke dalam program peduasan jaring pengaman sosial, dengan nama baru dana jaring

pengaman sosial (JPS) dari pemberdayaan masyarakat.

Dengan berbagai perubahan tersebut, dalam RAPBN 1999/2000 alokasi dana

pembangunan daerah, termasuk dana bagi hasil penerimaan PBB dan BPHTB direncanakan Rp

16.129,3 miliar, atau meningkat 16,8 persen dari alokasi dana yang dianggarkan dalam tahun

1998/1999. Alokasi anggaran tersebut akan danistribusikan dalam berbagai bentuk program

pembangunan daerah, yang meliputi (a) dana pembangunan desa, (b) dana pembangunan

kabupatenlkota, (c) dana pembangunan propinsi, (d) dana jaring pengaman sosial dan

pemberdayaan masyarakat, serta (e) dana pembangunan dari bagi hasil penerimaan PBB dan

BPHTB. Jumlah dana yang dialokasikan kepada pemerintah daerah tersebut mencapai sekitar 31

persen dari total keseluruhan pembiayaan pembangunan rupiah, atau sekitar 56 persen dari total

anggaran rupiah murni pembangunan di luar bantam, subsidi dan restrukturisasi perbankan,

serta pembiayaan lain-lain. Hal ini merupakan realisasi dari tekad pemerintah untuk secara

sungguh-sungguh mengupayakan adanya perimbangan keuangan pusat dari daerah dalam

pengalokasian anggaran pembangunan pada RAPBN 1999/2000.

Dalam rangka mendorong pengembangan sosial ekonomi masyarakat perdesaan,

terutama mendukung pelayanan umum kepada masyarakat, dalam RAPBN 1999/2000

direncanakan alokasi dana pembangunan desa Rp 810,8 miliar, atau 70,0 persen lebih besar dari

alokasi dana bagi Inpres desa yang dianggarkan dalam tahun sebelumnya. Peningkatan anggaran

yang cukup besar tersebut selain disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah desa dan

peningkatan alokasi dana langsung per desa, juga karena adanya tambahan dana untuk

pembinaan masyarakat di desa terpencil, serta disediakannya alokasi dana pembinaan untuk

kegiatan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi. Anggaran dimaksud akan dialokasikan

kepada 68.139 desa, termasuk 8.874 desa terpencil, dengan alokasi dana langsung per desa Rp

Page 152: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 152

10,0 juta, terdiri dari dana pelayanan masyarakat Rp 8,0 juta, dan dana pembinaan kesejahteraan

keluarga (PKK), anak dan remaja Rp 2,0 juta. Dana pembangunan desa ditujukan untuk

meningkatkan sarana pelayanan umum dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat

perdesaan, terutama penyediaan sarana pelayanan bagi aparatur, pembinaan masyarakat,

dukungan kegiatan wanita melalui PKK, serta pembinaan anak dan remaja. Sementara itu, dana

pembinaan desa dialokasikan masing-masing untuk tingkat propinsi Rp 150 ribu per desa kali

jumlah desa di propihsi bersangkutan, tingkat kabupaten/kota Rp 300 ribu per desa kali jumlah

desa di kabupaten/kota bersangkutan, dan tingkat kecamatan Rp 1,3 juta per desa kali jumlah

desa di kecamatan bersangkutan. Selain itu, untuk kecamatan yang mempunyai desa terpencil

juga memperoleh alokasi tambah ulang dana pembinaan Rp 400 ribu untuk tiap desa terpencil.

Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah kabupaten/kota dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan sebagai pelayanan masyarakat dan penggerak

pembangunan, dibutuhkan pemerintah daerah yang kuat, baik secara administratif maupun

finansial. Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut akan dapat tercapai dengan adanya dukungan

sumber-sumber penerimaan yang memadai, khususnya yang berasal dari penerimaan daerah

sendiri. Dalam kenyataannya, pendapatan asli pemerintah daerah masih sangat terbatas, dan

sangat bervariasi antardaerah, tergantung pada potensi ekonomi yang tersedia. Untuk

mengurangi kesenjangan kapositas membangun antarkabupaten/kota dalam melaksanakan tug as

dan fungsi pemerintahan, serta mengembangkan potensi ekonomi daerah, dalam tahun anggaran

1999/2000 direncanakan alokasi dana pembangunan kabupatenlkota Rp 5.775,0 miliar, yang

berarti Rp 2.009,6 miliar, atau 53,4 persen lebih tinggi dari alokasi dana yang dianggarkan bagi

Inpres Dati II dalam tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, Rp 2.319,3 miliar (sekitar 40,2

persen) akan dialokasikan sebagai dana umum (block grant) yang wewenang pemanfaatannya

sepenuhnya diserahkan pada masing-masing kabupaten/kota bersangkutan, seuangkan Rp

3.455,7 miliar (sekitar 59,8 persen) diberikan sebagai dana khusus (specific block grant). Dari

dana umum dimaksud, masing-masing kabupaten/kota akan memperoleh alokasi dan atas dasar

jumlah penduduk dengan perhitungan Rp 8.850,0 per kapita (naik 60,9 persen dari alokasi

dalam tahun sebelumnya), serta dana atas dasar luas wilayah dengan perhitungan Rp 45,0 ribu

per kilometer persegi (naik 80,0 persen dari dasar perhitungan tahun sebelumnya). Selain itu,

bagi kabupatenlkota yang mempunyai jumlah penduduk kurang dari 333 ribu jiwa, akan

memperoleh alokasi dana minimum Rp 2,0 miliar (naik 100 persen dari alokasi bantuan tahun

Page 153: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 153

sebelumnya), seuangkan bagi daerah-daerah yang berkepulauan juga disediakan alokasi dana

(menurut kondisi geografi) Rp 7,5 juta per pulau. Dalam rangka perimbangan keuangan yang

lebih proporsional antardaerah, dalam perhitungan alokasi dana per kabupaten/kota tersebut,

juga dimasukkan kriteria baru tingkat pendapatan daerah. Dalam tahun anggaran mendatang,

dana yang dialokasikan menurut kriteria tingkat pendapatan daerah mencapai Rp 310,3 miliar.

Dana tersebut akan diberikan kepada daerah sebagai penyeimbang untuk mencapai rata-rata

maksimum pendapatan asli daerah (PAD).

Sementara itu, dana khusus (specific block grant) yang dialokasikan bagi daerah

meliputi (a) dana pembangunan prasarana umum Rp 1.828,6 miliar, (b) dana pelayanan sosial

ekonomi Rp 997,2 miliar, (c) dana peningkatan produksi Rp 231,3 miliar, (d) dana penanganan

lingkungan hidup Rp 334,6 miliar, serta (e) dana pembinaan daerah bawahan Rp 64,0 miliar.

Dana yang dialokasikan bagi pembangunan prasarana umum akan dimanfaatkan untuk

pembangunan prasarana perhubungan dan penanganan jalan kabupaten Rp 1.179,6 miliar,

dengan sasaran pemeliharaan jalan kabupaten sepanjang 81.840 kilometer; penyediaan

prasarana dasar permukiman Rp 500,0 miliar; serta penyehatan lingkungan dan air bersih Rp

149,0 miliar. Sementara itu, dana pelayanan sosial ekonomi akan dipergunakan untuk

revitalisasi (pemugaran dan pembangunan) pasar kecamatan Rp 82,2 miliar, peningkatan sistem

kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) Rp 15,7 miliar, pembangunan dan revitalisasi sekolah

dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) Rp 761,3 miliar, serta pembangunan dan rehabilitasi

sarana paoli sosial Rp 137,9 miliar. Dana pembangunan dan revitalisasi SD dan MI (yang di

dalamnya termasuk pengalihan sebagian dari dana Inpres SD) akan dimanfaatkan untuk

revitalisasi SD/MI dengan konsep yang diperluas, meliputi rehabilitasi gedung, serta

refungsionalisasi dan pembangunan kembali gedung (fisik bangunan), prasarana dan sarana

lingkungan, .dan pendukung lainnya. Selanjutnya, dana yang tersedia bagi peningkatan produksi

akan dialokasikan untuk penyuluh pertanian lapangan (PPL) Rp97,8 miliar, paket pertanian

penangkarbenih Rp 59,6 miliar, serta pengembangan industri kecil Rp 74,0 miliar. Pelaksanaan

penyuluhan pertanian lapangan dimaksud diperkirakan akan melibatkan sekitar 37.625 orang

tenaga PPL dan PPS, 309 balai informasi dan penyuluh pertanian (BIPP), 3.571 unit BPP, serta

3.674 tenaga honorer. Dana penangkar benih akan digunakan untuk membantu pengembangan

bibitlbenih komoditas unggulan pertanian, seuangkan dana pengembangan industri kecil akan

digunakan untuk penyuluhan dan pembinaan industri kecil. Dana yang tersedia bagi penanganan

Page 154: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 154

lingkungan hidup akan dialokasikan untuk dua kegiatan pokok, yaitu (a) penghijauan, termasuk

pemeliharaan, pemantauan dan pembinaannya Rp 283,1 miliar; serta (b) pengendalian dampak

lingkungan hidup Rp 51,5 miliar, yang akan digunakan untuk pemantauan dan evaluasi

pengendalian dampak lingkungan hidup, pengendalian pencemaran limbah dalam kawasan

tertentu, penyusunan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup, rehabilitasi kerusakan

lingkungan, penyuluhan dan pengelolaan lingkungan hidup, serta dana sarana dan prasarana

pengendalian peneemaran. Dana pembinaan daerah bawahan akan dialokasikan untuk

pembinaan kecamatan Rp 40,3 miliar, program pengembangan wilayah (PPW) Rp 15,3 miliar,

serta perencanaan, pemantauan dan pengawasan pembangunan kabupaten/kota Rp 8,4 miliar.

. Dalam RAPBN 199912000, alokasi dana pembangunan propinsi direncanakanRp 3.182,7

miliar, yang berarti 82,8 persen lebih tinggi dari alokasi dana bagi Inpres Dati I yang

dianggarkan dalam tahun sebelumnya. Dana tersebut akan dialokasikan dalam bentuk dana

umum (block grant) Rp 1.344,1 miliar (sekitar 42 persen), dan dana khusus (specific block

grant) Rp 1.838,6 miliar (sekitar 58 persen). Melalui dana umum, masing-masing propinsi akan

memperoleh alokasi dana dasar Rp 25,0 miliar per propinsi, dan dana yang diperhitungkan alas

dasar luas wilayah daratan dengan alokasi Rp 75 ribu per kilometer persegi. Di samping itu,

dalam sistem alokasi dana umum per propinsi tersebut, ditambahkan kriteria baru berupa selisih

pada terhadap total pengeluaran APBD I. Sementara itu, alokasi dana khusus dimaksud meliputi

: (a) Dana pengembangan prasarana dan sarana ekonomi Rp 878,9 mi1iar, terdiri dari dana

peningkatan ja1an Rp 702,5 miliar, dan dana operasi pemeliharaan pengairan Rp 176,4 miliar.

Dana yang tersedia ini akan dimanfaatkan untuk menunjang peningkatan ja1an propinsi

sepanjang 2.766 kilometer dari penggantian jembatan sepanjang 10.660 meter untuk menjaga

kemantapan ja1an dari jembatan guna mendukung perekonomian daerah, serta operasi dan

pemeliharaan jaringan pengairan untuk menunjang produksi pertanian tanaman pangan sebagai

bagian dari program ketahanan pangan nasiona1 pada areal se1uas 6.300 ribu hektar;

(b) Dana pemeliharaan lingkungan hidup Rp 64,8 miliar, terdiri dari dana reboisasi Rp 29,1

miliar, dana pengelolaan kawasan lindung Rp 34,4 miliar, dari dana pengendalian dampak

lingkungan Rp 1,3 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan

konservasi alam, khususnya melalui kegiatan reboisasi pada areal seluas 27.665 hektar,

penge1olaan kawasan lindung pada areal seluas 34.437 ribu hektar, dan pengendalian dampak

lingkungan. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka mempertahankan kelestarian

Page 155: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 155

lingkungan dan menjaga daya dukung lingkungan agar pemanfaatan sumber daya alam tetap

seja1an dengan prinsip pembangunan berke1anjutan;

(c) Dana pengembangan sosial budaya dari pelayanan Rp 50,8 miliar, terdiri dari dana

pembinaan seni budaya daerah, pembinaan dan pembibitan olah raga prestasi, serta pembinaan

kerukunan hidup umat beragama Rp 26,0 miliar; dana pembangunan prasarana fisik pamong

praja Rp 20,0 miliar; serta dana perencanaan, pemantauan, dan pengawasan pembangunan di

propinsi Rp 4,8 miliar.

(d) Dana peningkatan pendidikan dasar Rp 169,3 miliar. Dana ini menampung pengalihan

sebagian dari Inpres SD, yang akan dimanfaatkan untuk pengadaan sarana SD Rp 89,0 miliar;

penataran/penyetaraan guru Rp 60,0 miliar; pelatihan, prajabatan dari penempatan guru di

daerah terpencil Rp 4,0 miliar; serta kegiatan pengelolaan Rp 16,3 miliar;

(e) Dana pembangunan sarana kesehatan Rp 471,8 miliar, terdiri dari dana penyediaan obat Rp

295,7 miliar, operasi dari pemeliharaan rumah sakit Rp 85,8 miliar, pengembangan tenaga

kesehatan Rp 75,8 miliar, pelayanan kesehatan daerah terpencil Rp 7,5 miliar, dari kegiatan

pengelolaan Rp 7,0 miliar; serta

(f) Dana program pengembangan wilayah (PPW) Rp 203,0 miliar, yang akan digunakan untuk

menunjang program pengembangan kawasan andalan di Indonesia, sebagai implementasi dari

Undang-undang Nomor 29 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dari Peraturan Pemerintah

Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Di samping

itu, dana tersebut juga akan dimanfaatkan untuk membiayai pengembangan kawasan

pengembangan ekonomi terpadu (KAPET), melalui penyediaan prasarana dari sarana penunjang

pemasaran produksi di daerah produksi pangan atau daerah potensiall ainnya.

Untuk menjaga agar kualitas dari kuantitas kebutuhan dasar masyarakat tidak merosot

akibat dari dampak krisis ekonomi yang me1anda Indonesia, dalam tahun anggaran 199912000

program pemberdayaan daerah untuk mengatasi dampak krisis ekonomi, yang semula disebut

sebagai program perluasan jaring pengaman sosial (IPS), diperluas cakupan dari jangkauannya

menjadi dana IPS dan pemberdayaan masyarakat. Dengan perluasan program tersebut, alokasi

anggaran yang disediakan bagi dana IPS dan pemberdayaan masyarakat mencapai Rp 3.458,4

miliar, atau 27,4 persen lebih tinggi dari alokasi dana bagi program perluasan jaring pengaman

sosial yang dianggarkan da1am tahun sebelumnya. Dana tersebut akan diarahkan secara

langsung kepada kelompok masyarakat yang menghadapi kendala dalam memperoleh lapangan

Page 156: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 156

kerja dan kesempatan berusaha, menemui hambatan dalam pembiayaan pendidikan dan

kesehatan, serta mengalarni kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangajuan dalam

pelaksanaannya, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk membiayai program prasarana

perdesaan melalui program pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal (P3DT) Rp

239,1 miliar, program pengembangan kecamatan (PPK) di perdesaan Rp 150,3 miliar dan di

perkotaan Rp 75,0 miliar, program pengembangan sosial ekonomi masyarakat (PSEM) Rp 18,9

miliar, program pemberdayaan daerah dalam rangka mengatasi dampak krisis ekonomi (PDM-

DKE) Rp 1.025,0 miliar, program pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) Rp

550,0 miliar, dana operasi dan pemeliharaan SDIMI Rp 536,5 miliar, serta dana operasi dan

pemeliharaan puskesmas Rp 363,6 miliar.

Di luar dana pembangunan daerah, alokasi pembiayaan pembangunan daerah yang

bersumber dari dana bagi hasil PBB dan BPHTB dalam tahun anggaran 199912000 diperkirakan

akan sedikit mengalarni penurunan, berkaitan dengan dampak krisis ekonomi yang terjadi di

sejumlah daerah. Hal ini akan cukup berpengaruh terhadap rencana kegiatan pembangunan di

daerah, mengingat dana bagi hasil PBB dan BPHTB dimaksud jumlahnya cukup berarti

(signifikan) dalam komposisi penerimaan daerah. Dalam tahun anggaran 199912000, alokasi

pembiayaan pembangunan daerah yang bersumber dari dana bagi hasil PBB dan BPHTB

dianggarkan Rp 2.902,4 miliar, yang berarti 4,8 persen lebih rendah dari alokasi dana yang

tersedia dalam tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, propinsi akan menerima alokasi Rp

525,0 miliar, seuangkan kabupaten/kotamadya akan memperoleh alokasi Rp 2.377,4 miliar.

Dalam kondisi perekonomian dan kemampuan keuangan negara yang kurang

menguntungkan, alokasi pengeluaran pembangunan lainnya dilakukan secara lebih selektif,

dengan tetap memperhatikan fungsi strategisnya bagi kelangsungan pembangunan nasional.

Dengan kebijakan demikian, dalam tahun anggaran 1999/2000 alokasi pembiayaan

pembangunan lainnya direncanakan Rp 22.296,5 miliar, atau 6 persen lebih rendah dari alokasi

anggaran yang ditetapkan dalam tahun sebelumnya. Penurunan alokasi anggaran tersebut

terutama disebabkan tidak lagi perlu disediakannya anggaran bagi subsidi pupuk mengingat

terhitung sejak bulan Desember 1998, Pemerintah telah menghapuskan pemberian subsidi

pupuk, baik subsidi harga maupun subsidi gas bagi produsen pupuk. Dari keseluruhan alokasi

anggaran tersebut, Rp 17.000,0 miliar akan dialokasikan untuk biaya restrukturisasi perbankan,

Rp 3.701 miliar untuk subsidi bunga kredit program, serta Rp 1.595,5 miliar untuk program

Page 157: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 157

lain-lain pembangunan (LLP).

Anggaran yang dialokasikan bagi program restrukturisasi perbankan akan dimanfaatkan

untuk pembayaran beban bunga atas penerbitan obligasi dan konversi bantuan likuiditas Bank

Indonesia (BLBI) menjadi equity pemerintah dalam rangka program rekapitalisasi perbankan.

Sementara itu, penyediaan subsidi bunga bagi berbagai kredit program, yang kelompok

sasarannya adalah para petani, transmigran, serta usaha kecil, menengah dan koperasi, pada

dasarnya merupakan bagian program pemberdayaan ekonomi rakyat sebagaimana dimaksud

da1am Ketetapan MPR-RI Nomor XVI/MPRl1998 tentang Politik Ekonomi Da1am Rangka

Demokrasi Ekonomi. Di lain pihak, anggaran bagi lain-lain pembangunan akan dialokasikan

untuk berbagai program yang pembiayaannya tidak dapat dibebankan melalui bagian anggaran

departemen/lembaga alan bersifat lintas sektoral, di antaranya untuk kontribusi kepada berbagai

lembaga internasional, seperti ADB, OPEC Fund, dan IDB, serta mendukung jaring pengaman

sosial melalui programprogram yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat yang sangat

rentan terhadap akibat lanjutan dari krisls ekonomi.

Di samping anggaran pembangunan rupiah, dalam RAPBN 1999/2000 direncanakan

anggaran pembiayaan proyek yang dananya berasal dari nilai lawan pinjaman proyek Rp

30.000,0. miliar, atau turun sekitar 26 persen dari alokasi anggaran yang ditetapkan dalam tahun

sebelumnya. Penurunan alokasi anggaran yang sebelumnya dikenal sebagai bantuan proyek

tersebut disebabkan oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang dipakai

sebagai dasar perhitungan pinjaman proyek. Di dalam jumlah tersebut, proyek-proyek yang

memperoleh alokasi pembiayaan, sebagian berupa proyek-proyek perIindungan sosial (social

protection projects) di berbagai sektor dan subsektor yang bersumber dari komitmen pinjaman

baru dalam rangka penyelamatan dan pemulihan perekonomian akibat krisis yang

berkepanjangan. Alokasi pengeluaran pembangunan menurut klasifikasi ekonomi secara rinci

dapat diikuti dalam Tabel 11.22.

2.3.6.2 Pengeluaran Pembangunan Menurut Sektor dan Subsektor

Dalam tahun anggaran 1999/2000, alokasi anggaran belanja pembangunan lebih

diarahkan kepada upaya mempercepat terciptanya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah

tanah air melalui alokasi anggaran pembangunan kepada sektor-sektor yang paling efektif dalam

upaya peningkatan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi rakyat, peningkatan produksi

Page 158: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 158

pangan, serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Pencapaian sasaran-sasaran tersebut

secara umum akan dilakukan melalui program-program jaring pengaman sosial, yang meliputi

program ketahanan pangan, padat karya, serta pemberdayaan usaha kecil dan menengah pada

sektor pembangunan daerah dan transmigrasi; sektor pertanian dan kehutanan; sektor

transportasi, meteorologi dan geofisika; sektor pengairan; sektor perdagangan, pengembangan

usaha nasional, keuangan dan koperasi; sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pemuda dan olah raga; sektor kesejahteraan sosial, kesehatan,

peranan wanita, anak dan remaja; serta sektor perumahan dan permukiman.

Dalam rangka mendukung upaya peningkatan otonomi daerah, seiring dengan

kebijakan perimbangan keuangan pusat-daerah yang lebih adil bagi tereiptanya pemerataan

pendapatan dan kesejahteraan penduduk antardaerah, antara perkotaan dan perdesaan, dan

antargolongan masyarakat, serta meningkatkan penyebaran penduduk agar dapat mendukung

pembangunan daerah melalui pemanfaatan potensi daerah, direncanakan alokasi anggaran

pembangunan bagi sektor pembangunan daerah dan transmigrasi Rp 14.545,8 miliar. Anggaran

dimaksud akan diaIokasikan untuk subsektor pembangunan daerah Rp 13.656,8 miliar, dan

subsektor transmigrasi dan pemukiman perambah hutan Rp 889,0 miliar.

Page 159: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 159

Tabel 0.22

PENGELUARAN PEMBANGUNAN RUPIAH MENURUT KLASIFlKASI EKONOMI

APBN 1998/1999 - DAN RAPBN

1999/2000

(dalam miliar rupiah)

APBN 1998/1999 RAPBN 1999/2000

Klasifikasi % thd.

Proporsi Proporsi APBNJumiah

(%) Jumlah

(%)

(1) . (2) (3) (4) (5) (6)

I.ANGGARAN YANG DANAERAHKAN 13.806,326,5 16.129,330,8 16,8

a. Dana Pembangunan Daerah . 10.757,320,6 13.226,925,2 23,0

1. Inpres desa tertingga1 204,6 -

2. Dana pembangunan desa 477,0 810,8

3. Dana pembangunan kabupaten/kota 3.765,4 5.775,0

4. Dana pembangunan propinsi 1.741,1 3.182,7

5. Inpres seko1ah dasar 594,9 -

6. Inpres kesehatan 846,0 -

7. Inpres PMT-AS 414,5 -

8. Program perluasan jaring pengaman sosia1

(JPS) 2.713,8 -

9. Dana JPS dan pemberdayaan masyarakat - 3.458,4

b. Dana pembangunan daerah Dari bagi hasil

PPB dan BPHTB 3.049,0 5,8 2.902,4 5,5 - 4,8

II.ANGGARAN YANG DIKELOLA OLEH

INSTANSI

DI TINGKAT PUSAT 17.253,0 33,1 15.618,0 29,8 9,5

a. Pembiayaan Departemen/Lembaga 14.611,0 14.022,5

b. Lain-lain pembangunan 2.642,0 1.595,5

III. ANGGARAN UNTUK SUBSIDI DAN

RESTRUKTURlSASI PERBANKAN 21.082,8 40,4 20.701,0 39,5 1,8

a. Subsidi pupuk 2.125,2 -

b. Subsidi bunga kredit program 3.957,6 3.701,0

c. Restrukturisasi perbankan 15.000,0 17.000,0

Jumlah 52.142,1 100,0 52.448,3 100,0 0,6

Page 160: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 160

Pada subsektor pembangunan daerah, anggaran yang tersedia akan dialokasikan untuk

program pembangunan desa, program pembangunan kabupaten/kota, program pembangunan

propinsi, program JPS dan pemberdayaan masyarakat, serta program pengembangan kawasan

khusus. Anggaran tersebut akan dialokasikan dalam bentuk dana umum dan dana khusus. Dalam

hal dana pembangunan yang bersifat umum, anggaran yang tersedia akan dialokasikan antara

lain untuk mendukung usaha-usaha pemantapan kemampuan aparat, kelembagaan, dan

keuangan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pelayanan

masyarakat, dan pembangunan. Sementara itu, dana yang bersifat khusus akan digunakan untuk

pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana dasar serta berbagai

fasilitas pelayanan sosial, pengendalian dampak lingkungan, serta penghijauan dan reboisasi.

Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan dana pembangunan tersebut lebih ditekankan pada

kegiatan yang bersifat padat karya, dan penciptaan lapangan kerja, agar sekaligus berfungsi

memperkuat jaring pengaman sosial.

Dana bagi program pembangunan desa akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan-

kegiatan yang langsung bersentuhan dengan aktivitas sosial ekonomi masyarakat di perdesaan,

seperti pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana dasar yang secara langsung dapat

menunjang kegiatan produksi dan pemasaran di perdesaan, peningkatan kualitas sumberdaya

manusia melalui latihan pembangunan desa terpadu, penguatan lembaga masyarakat desa

(LMD) dan lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD), serta pengembangan lembaga dana

dan perkreditan desa, seperti usaha ekonomi desa, simpan pinjam, dan kegiatan PKK.

Sementara itu, alokasi anggaran pada program pembangunan kabupaten/kota diarahkan

pemanfaatannya pada upaya peningkatan kapositas pemerintah daerah dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat melalui peningkatan kemampuan aparat, kelembagaan dan

keuangan kabupatenJ kota, merangsang partisiposi masyarakat dalam pembangunan melalui

perluasan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan, serta meningkatkan taraf hidup

masyarakat melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar, dan pelayanan sosial dasar

masyarakat. Dana dimaksud akan dialokasikan sebagai dana yang bersifat umum (block grant),

dan pembiayaan berbagai proyek lainnya, seperti pembangunan prasarana umum pembangunan

(prasarana perhubungan dan penanganan jalan kabupaten, pemeliharaan jalan kabupaten,

program peningkatan jalan poros desa/kecamatan, penyediaan prasarana dasar permukiman,

serta penyehatan lingkungan dan air bersih); pelayanan sosial ekonomi (yang meliputi

Page 161: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 161

revitalisasi pasar kecamatan, sistem kewaspadaan pangan dan gizi, pembangunan dan

revitalisasi SD/MI, serta pembangunan dan rehabilitasi sarana panti sosial); peningkatan

produksi (mencakup penyuluh pertanian lapangan, penangkar benih, dan pengembangan industri

kecil), penanganan lingkungan hidup (penghijauan, pengendalian dampak lingkungan hidup,

dan reboisasi), serta pembinaan daerah bawahan (pembinaan kecamatan, program

pengembangan wilayah, serta perencanaan, pemantauan, dan pengawasan pembangunan

kabupaten).

Program pembangunan propinsi diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan

kapositas dan kemampuan dalam mengkoordinasikan dan menyelaraskan pelaksanaan

pembangunan berbagai sektor, termasuk pembangunan sosial-budaya di wilayah propinsi ke

dalam kerangka makro pembangunan nasional. Berkaitan dengan itu, dana yang tersedia pada

program pembangunan propinsi akan dialokasikan bagi pembiayaan berbagai kegiatan di 20

sektor pembangunan daerah, di antaranya untuk peningkatan prasarana jalan dan jembatan, dan

berbagai kegiatan lainnya, seperti operasi dan pemeliharaan pengairan, pengelolaan kawasan

lindung, pengendalian dampak lingkungan, pembinaan kerukunan hidup umat beragama,

pembinaan dan pembibit olah raga prestasi, serta penyediaan prasarana fisik pamong praja.

Program JPS dan pemberdayaan masyarakat terdiri dari dua kategori, yaitu program-

program bersifat tahun jamak, dan bersifat darurat untuk mengatasi dampak krisis ekonorni

terhadap kehidupan masyarakat. Program tersebut langsung diarahkan kepada kelompok

masyarakat untuk meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana ekonorni dan sosial

masyarakat, memperluas kesempatan berusaha, memberikan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat, dan upaya jaring pengaman sosial lainnya. Dalam pelaksanaannya, dana tersebut

akan dimanfaatkan untuk membiayai program pembangunan prasarana pendukung desa

tertinggal (P3DT), program pengembangan kecamatanJ PPK di perdesaan dan di perkotaan,

program pengembangan ekonorni masyarakat di daerah, program pemberdayaan daerah dalam

rangka mengatasi dampak krisis ekonorni (PDM-DKE), program pemberian makanan tambahan

anak sekolah (PMT-AS), dana operasi dan pemeliharaan SD/MI, dana operasi dan pemeliharaan

puskesmas, serta dana peningkatan lapangan kerj a produktif.

Program pembangunan kawasan khusus meliputi kawasan kerjasama dengan negara

tetangga, daerah perbatasan, wilayah-wilayah kawasan berkembang pesat (KBP), serta kawasan

pengembangan ekonomi terpadu (KAPET). Program pembangunan kawasan khusus ini

Page 162: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 162

dimaksudkan untuk menciptakan kawasan pengembangan ekonorni yang dapat berperan sebagai

penggerak dalam memacu pertumbuhan ekonorni daerah sekitarnya, khususnya melalui

pemanfaatan potensi-potensi unggulan yang tersedia pada kawasan tersebut. Pengembangan

kawasan khusus juga mencakup pengembangan taman nasional di berbagai daerah, kawasan

lindung, dan kawasan kepulauan terpencil. Dana yang tersedia untuk program pengembangan

kawasan khusus ini akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan

produk peraturan, pembinaan teknis, pemantauan dan evaluasi, serta bantuan teknis perencanaan

pengembangan kawasan khusus di 30 kawasan. .

Pada subsektor transmigrasi dan pemukiman perambah hutan, alokasi anggaran

pembangunan akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan program transrnigrasi dengan

sasaran penduduk sebanyak 5.808 kepala keluarga (KK) transmigran umum (TU)/transrnigran

swakarsa berbantuan (TSB), dan 12.000 KK transrnigran swakarsa mandiri (TSM). Sasaran

tersebut akan dicapai melalui peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana

pemukiman yang sudah ada, meliputi jalan sepanjang 1.230 kilometer, jembatan sepanjang

4.250 meter, dan gorong-gorong sepanjang 13.000 meter. Selain itu, dana yang tersedia juga

akan dimanfaatkan untuk menyiapkan pemukiman dan lingkungan baru bagi 4.250 KK,

membangun 20 unit pelaksana teknis (UPT) dengan pembukaan areal produksi baru sekitar

5.200 hektar yang diperkirakan dapat menampung 2.850 KK TV dan 1.400 KK TSB, serta

menyiapkan pemukiman TSM bagi 12.000 KK di daerah transrnigrasi. Selanjutnya, dana yang

tersedia juga akan digunakan untuk kegiatan pengerahan dan penempatan transrnigran, kegiatan

penyuluhan baik untuk mendorong dan merangsang perpindahan penduduk secara sukarela dan

swakarsa maupun menumbuhkan partisiposi masyarakat sebagai motivator dan fasilitator dalam

mewujudkan pembangunan transmigrasi sebagai gerakan masyarakat, serta kegiatan-kegiatan

yang bersifat pembinaan meliputi pembinaan mental dan pemenuhan kebutuhan sosial, serta

pembinaan ekonomi transmigran.

Dalam rangka membantu upaya mempercepat proses pemulihan perekonomian

nasional yang mengalami tekanan akibat krisis ekonomi dan moneter, dan sekaligus merangsang

minat dan gairah investasi yang diperlukan bagi berputarnya kembali roda ekonomi masyarakat,

perencanaan alokasi anggaran pembangunan juga diarahkan bagi penyediaan prasarana dan

sarana ekonomi, seperti transportasi dan komunikasi, pertambangan dan energi, pengairan, jasa

perdagangan dan lembaga keuangan, serta pengembangan berbagai sektor unggulan terutama

Page 163: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 163

pertanian dan industri.

Guna mendukung kelancaran arus distribusi angkutan bahan pokok, perluasan

kesempatan kerja, pengembangan berbagai kegiatan ekonomi sektor riil, serta pengembangan

usaha-usaha skala menengah, kecil dan koperasi, dalam tahun anggaran mendatang sektor

transportasi, meteorologl dan geofisika direncanakan alokasi anggaran pembangunan Rp 8.426,6

miliar, atau 12,6 persen lebih rendah dari alokasi anggaran yang disediakan dalam tahun

sebelumnya. Jumlah tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor prasarana jalan

Rp 5.243,6 miliar, subsektor transportasi darat Rp 1.580,2 miliar, subsektor transportasi laut Rp

452,1 miliar, subsektor transportasi udara Rp 1.080,6 miliar, serta subsektor meteorologi,

geofisika, pencarian dan penyelamatan (SAR) Rp 70,1 miliar.

Pada subsektor prasarana jalan, sasaran alokasi anggaran pembangunan diprioritaskan

untuk pemeliharaan rutin jalan arteri dan kolektor sepanjang19.999 kilometer dan pemeliharaan

berkala sepanjang 897 kilometer, pemeliharaan rutinjalan lokal sepanjang 14.413 kilometer,

serta pemeliharaan jembatan sepanjang 2.426 meter, yang pelaksanaannya sejauh mungkin

diusahakan melalui pola padat karya agar sebanyak mungkin dapat menyerap tenaga kerja di

lokasi proyek berada. Dalam rangka memperkuat struktur jalan yang mendukung sentra-sentra

produksi pangan dan kelancaran distribusinya, alokasi anggararl yang tersedia juga akan

digunakan untuk peningkatan jalan arteri kolektor sepanjang 1.757 kilometer, peningkatanjalan

lokal sepanjang 2.766 kilometer, dan penggantianjembatan sepanjang 2.935 meter. Selanjutnya,

dalam rangka memperluas jaringan jalan yang mendukung sistem transportasi nasional terutama

pada kawasan pertanian, industri dan pariwisata, alokasi anggaran pembangunan akan

digunakan untuk pembangunan jalan arteri kolektor sepanjang 440 kilometer, serta

pembangunan jembatan baru sepanjang 2.716 meter.

Anggaran subsektor transportasi darat akan digunakan untuk melaksanakan program

pengembangan fasilitas lalu lintas jalan, pengembangan perkeretaapian, serta peningkatan

angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Program pengembangan fasilitas lalu lintas jalan

diarahkan untuk mendukung kelancaran, ketertiban, keamanan, keselamatan dan keterjangkauan

transportasi jalan Tara bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, anggaran pembangunan dalam

program tersebut diprioritaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pengadaan dan

pemasangan rambu-rambu lalu lintas, diantaranya rambu penunjuk jalan, delinator, pagar

pengaman jalan, serta rambu kelas jalan. Dalam rangka mendukung penegakan disiplin dan

Page 164: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 164

ketertiban lalu lintas di jalan, alokasi anggaran juga akan digunakan untuk mendukung program

kebijaksanaan pemerintah di antaranya penataan sistemj aringan dan kelas jalan, program

bimbingan dan pelatihan kepada para pengemudi angkutan umum maupun aparat dinas lalu

lintas angkutan jalan di beberapa daerah, serta pembangunan pilot project dua unit pelaksanaan

penimbangan kendaraan bermotor (UPPKB) di pulau Jawa, yang akan menggunakan sistem

jaringan komputer terpadu dengan sistem yang acta di pusat. Selain itu, juga diprioritaskan

untuk mendukung pelayanan angkutan terutama di beberapa daerah di kawasan timur Indonesia

melalui program subsidi operasi angkutan bus perintis.

Untuk pemenuhan kebutuhan tingkat pelayanan angkutan penumpang dalam jumlah

banyak, baik di wilayah perkotaan yang padat penduduknya (Jabotabek) maupun angkutan antar

kota, dan kebutuhan pelayanan angkutan barang, alokasi anggaranpada program pengembangan

perkeretaapian diarahkan untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan peningkatan prasarana

jalan dan jembatan kereta api, melanjutkan pembangunan jalur ganda jalan kereta api di lintas

yang padat, terutama yang dibiayai oleh dana pinjaman luar negeri, serta melanjutkan perakitan

kereta rellistrik untuk mendukung kebutuhan pelayanan angkutan umum masal di wilayah

Jabotabek.

Pada program peningkatan angkutan sungai, danau dan penyeberangan, alokasi

anggaran pembangunan diprioritaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan rehabilitasi dan

peningkatan dermaga penyeberangan, dermaga sungai, maupun dermaga danau. Selain itu, dana

yang tersedia juga akan digunakan untuk melanjutkan pembangunan beberapa dermaga yang

bersifat strategis, baik bagi dukungan pembangunan daerah maupun pembangunan secara

nasional, serta melanjutkan pembangunan beberapa kapal penyeberangan perintis di beberapa

propinsi. Dalam mendukung kebijakan pelayanan angkutan di daerah perintis maupun di daerah

yang relatif masih kurang berkembang, alokasi dana subsidi operasi angkutan penyeberangan

perintis tetap akan menjadi prioritas, terutama untukmendukung kelangsungan distribusi

kebutuhan sembako dan obat-obatan serta pengembangan perekonomian di beberapa pulau-

pulau yang terpencil.

Pada subsektor transportasi laut, alokasi anggaran pembangunan akan diarahkan

pemanfaatannya terutama untuk mempertahankan tingkat pelayanan transportasi laut, khususnya

untuk mendukung kelancaran distribusi sembilan bahan pokok dan obat-obatan. Dalam program

pengembangan fasilitas pelabuhan, alokasi anggaran akan diprioritaskan untuk kegiatan

Page 165: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 165

rehabilitasi dermaga seluas 2.270 meter persegi dan pembangunan dermaga pelabuhan rakyat

sepanjang 871 meter. Seuangkan dalam program pengembangan fasilitas pelabuhan laut, akan

diprioritaskan penggunaannya untuk mempertahankan kedalaman alur pelayaran, rehabilitasi

dan pembangunan sarana bantu navigasi. Pada program keselamatan pelayaran akan dilakukan

pengerukan 10,3 juta meter kubik. Sementara itu, alokasi anggaran pembangunan untuk

program pembinaan dan pengembangan armada pelayaran diprioritaskan pemanfaatannya bagi

penyediaan biaya subsidi operasi angkutan perintis laut sebanyak 37 kapal di 13 propinsi,

dimana 32 kapal di antaranya dioperasikan di kawasan timur Indonesia.

Di subsektor transportasi udara, alokasi anggaran pembangunan diarahkan terutama

untuk rehabilitasi prasarana bandar udara (bandara), peralatan keamanan dan keselamatan

penerbangan guna menunjang pengembangan sektor pariwisata, upaya pemulihan ekonorni,

membuka daerah terpencil dan terisolasi, serta memperluas lapangan kerja; meningkatkan serta

mempertahankan tingkat pelayanan, keselamatan dan keamanan penerbangan; dan upaya

pengembangan bandara. Melalui program pengembangan fasilitas bandara, dana yang tersedia

akan dimanfaatkan untuk perbaikan landasan, pelapisan landasan, pembuatan konstruksi

pengerasan pada 6 bandara perintis di Irian Jaya, membangun dan merehabilitasi terminal dan

bangunan penunjang operasi, serta mengembangkan bandara di Palembang, Surabaya, Bali,

Ujung Panuang, Gorontalo, Manado dan Ambon. Sementara itu, melalui program keselamatan

penerbangan, alokasi anggaran akan digunakan bagi pengadaan dan perbaikan 5 unit peralatan

navigasi penerbangan, 33 unit peralatan telekomunikasi dan peralatan kelistrikan pada 6 lokasi,

serta rehabilitasi peralatan kelistrikan pada 9 lokasi. Selanjutnya, melalui program pembinaan

dan pengembangan armada udara, alokasi imggaran pembangunan akan digunakan untuk

pengoperasian penerbangan perintis yang menghubungkan daerah terpencil dan membantu

distribusi bahan pokok dan obat-obatan di propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Riau, Irian Jaya, Maluku, Timor Timur, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur.

Pada subsektor meteorologi, geofisika, pencarian dan penyelamatan, alokasi anggaran

pembangunan di antaranya akan digunakan untuk rehabilitasi dan penggantian peralatan

operasional meteorologi dan geofisika yang telah rusak atau berumur lebih dari usia teknis (life-

time )-nya, serta pengadaan peralatan SAR (search and rescue) sebagai upaya pengembangan

sarana komunikasi.

Sementara itu, untuk menunjang kebutuhan energi dan bahan baku bagi industri dalam

Page 166: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 166

negeri dan keperluan masyarakat, peningkatan devisa, penerimaan negara dan pendapatan

daerah, serta perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, sektor pertambangan dan

energi dalam tahun anggaran mendatang direncanakan alokasi anggaran pembangunan Rp

6.607,7 miliar, atau turun 6,4 persen dari alokasi yang dianggarkan dalam tahun sebelumnya.

Jumlah tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor pertambangan Rp 69,3

miliar, dan subsektor energi Rp 6.538,4 miliar.

Pada subsektor pertambangan, alokasi anggaran pembangunan akan dimanfaatkan

antara lain untuk melakukan pemetaan geologi dan geofisika bersistem skala 1:100.000,

pemetaan geologi kelautan, pemetaan hidrogeologi skala 1: 100.000, mitigasi bencana alam di

beberapa lokasi, serta peningkatan penyelidikan dan pemantauan aktivitas gunung berapi. Di

samping itu, juga akan dilakukan pengembangan usaha pertambangan melalui kegiatan

percontohan penambangan dan pengolahan di beberapa lokasi pertambangan skala kecil yang

akan diperluas pada usaha perminyakan dan distribusinya, serta bimbingan teknis pertambangan

di beberapa lokasi.

Pada subsektor energi, alokasi anggaran pembangunan akan dimanfaatkan untuk

melanjutkan pembangunan pembangkit tenaga listrik terutama di luar Jawa dengan kapasitas

1.410 mega watt (MW), jaringan transmisi sepanjang 5.031 kilometer sirkit (Kms), gardu induk

dengan kapositas daya 8.380 mega-volt-ampere (MV A), jaringan distribusi menengah (JTM)

sepanjang 11.367,5 Kms, jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 12.413,9 Kms, serta

gardu distribusi dengan kapositas 280,8 MV A. Dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi,

serta meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat di perdesaan, akan dilanjutkan dan

dikembangkan program listrik masuk desa untuk 2.087 desa, yang pengadaannya diupayakan

untuk mendukung program jaring pengaman sosial (JPS) dengan memanfaatkan sumber energi

setempat, seperti tenaga air mikro dan energi surya, dengan melibatkan koperasi dalam

pengelolaan dan pelaksanaannya secara lebih efisien. Selain itu, dana yang tersedia juga akan

digunakan untuk pengembangan tenaga migas dan diversifikasi pemanfaatan gas bumi untuk

rumah tangga melalui perluasan pembangunan jaringan transmisi dan distribusi gas bumi di

Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur.

Guna menunjang usaha perluasan jaringan irigasi yang mendukung sektor-sektor

strategis, menyediakan air baku di Sentra-sentra produksi untuk menumbuhkan industri yang

berbahan baku loka!, serta meningkatkan keandalan fungsi jaringan irigasi di sentra-sentra

Page 167: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 167

produksi untuk mendukung swasembada beras, dalam tahun anggaran mendatang sektor

pengairan direncanakan alokasi anggaran pembangunan Rp 3.466,2 miliar, atau sekitar 27

persen lebih rendah dari alokasi yang dianggarkan dalam tahun sebelumnya. Jurnlah tersebut

akan dialokasikan untuk subsektor pengembangan sumber daya air Rp 1.521,4 miliar, dan

subsektor irigasi Rp 1.944,8 miliar.

Di subsektor pengembangan sumber daya air, alokasi anggaran pembangunan akan

digunakan untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi 5 unit waduk, pembangunan 50 unit

embung dan 10 unit chek dam, operasi dan pemeliharaan 35 unit waduk dan 15 unit danau,

perbaikan dan pengendalian sungai sepanjang 290 kilometer, operasi dan pemeliharaan sungai

sepanjang 2.700 kilometer, serta penanganan pengendalian banjir lahar gunung berapi pada

daerah-daerah yang rawan terhadap banjir lahar gunung berapi.

Untuk mendukung upaya peningkatan produksi pertanian serta meningkatkan peranserta

petani dalam pengelolaan jaringan irigasi, alokasi anggaran pembangunan subsektor irigasi akan

dimanfaatkan antara lain untuk operasi dan pemeliharaan 6,3 juta hektar jaringan irigasi,

pembangunan 130 ribu hektar prasarana irigasi baru, serta perbaikan 300 ribu hektar irigasi

desa. Selain itu, dana yang tersedia juga akan digunakan untuk penambahan areal cetak sawah

seluas 60.000 hektar.

Dalam upaya mendukung pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi

kepariwisataan nasional yang berbasis pada kekhasan sell budaya dan keadaan alam setempat,

peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat kecil, serta meningkatkan mutu dan

memperluas jangkauan pelayanan pos dan telekomunikasi, sektor pariwisata, pos dan

telekomunikasi dalam tahun anggaran mendatang direncanakan alokasi anggaran pembangunan

Rp 918,1 miliar, atau 22,3 persen lebih rendah dari alokasi anggaran yang disediakan dalam

tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, subsektor pariwisata disediakan alokasi anggaran Rp

92,8 miliar, seuangkan subsektor pos dan telekomunikasi Rp 825,3 miliar.

Di subsektor pariwisata, alokasi anggaran pembangunan akan digunakan untuk

melakukan diversifikasi produk pariwisata di berbagai sektor melalui penyusunan rencana induk

di beberapa propinsi; penyelenggaraan promosi pariwisata di dalam dan luar negeri secara lebih

efisien dan efektif, khususnya di negara-negara asal para wisatawan, baik melalui bantuan

mahasiswa maupun masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri; serta peningkatan

hubungan kerjasama bilateral, regional, dan multilateral di biuang pariwisata.

Page 168: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 168

Di subsektor pos dan telekomunikasi, alokasi anggaran pembangunan akan digunakan

untuk meningkatkan jangkauan, mutu, efisiensi dan pemerataan pelayanan jasa pos dan

telekomunikasi, pengendalian frekuensi radio nasional, pembangunan sentral telepon, transmisi

dan telekomunikasi perdesaan, serta antisiposi masalah komputer tahun 2000.

Dalam tahun anggaran mendatang, sektor perdagangan, pengembangan usaha nasional,

keuangan dan koperasi direncanakan alokasi anggaran Rp 19.035,6 miliar, atau naik 14,1 persen

dari alokasi anggaran yang disediakan dalam tahun sebelumnya. Anggaran tersebut akan

dialokasikan masing-masing untuk subsektor perdagangan dalam negeri Rp 110,1 miliar,

subsektor perdagangan luar negeri Rp 65,4 miliar, subsektor pengembangan usaha nasional Rp

6,2 miliar, subsektor keuangan Rp 17.223,2 miliar, serta subsektor koperasi dan pengusaha kecil

Rp 1.630,7 miliar.

Dalam upaya mendapatkan mekanisme perdagangan dalam negeri dan sistem distribusi

yang lebih efisien dan efektif untuk meredam gejolak inflasi, memperlancar arus barang sampai

ke konsumen, serta mendukung pengembangan kemampuan usaha skala kecil dan menengah

agar mampu bersaing dalam memasuki era perdagangan bebas, alokasi anggaran pembangunan

subsektor perdagangan dalam negeri akan lebih diarahkan untuk menunjang peningkatan

pemasaran komoditas hasil industri dan pertanian di seluruh propinsi, pengembangan

perdagangan perintis dan antarpulau, penyerapan informasi perdagangan antarwilayah dan

monitoring harga terhadap komoditi tertentu dalam rangka pengendalian inflasi dan kelancaran

arus barang di seluruh propinsi, serta pengembangan pemasaran produk di desa tertinggal di 27

propinsi. Selain itu, anggaran yang tersedia juga akan dimanfaatkan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan lembaga dan usaha perdagangan, meningkatkan mutu dan jaringan

informasi perusahaan dan perdagangan, serta mendorong terdapatnya tertib usaha dan

perlindungan konsumen agar terwujud persaingan yang wajar di kalangan pengusaha.

Selanjutnya, alokasi anggaran pembangunan pada subsektor tersebut juga akan dimanfaatkan

untuk me!akukan pembinaan usaha dan jasa penunjang perdagangan, memberikan bantuan

teknis manajemen k:epada pengusaha yang tersebar di 27 propinsi, serta pengembangan sistem

kemitraan antara pedagang kecil, menengah dan pedagang besar di 27 propinsi.

Pada subsektor perdagangan luar negeri, alokasi anggaran pembangunan akan

dimanfaatkan untuk peningkatan pangsa dan perluasan pasar, peningkatan diversifikasi dan daya

saing mata dagangan ekspor, serta peningkatan pelaku ekspor yang handal. Di samping itu,

Page 169: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 169

anggaran yang tersedia juga akan dimanfaatkan untuk penyempurnaan ketentuan perdagangan

internasional, pelayanan dan penyebaran informasi perdagangan internasional di seluruh

propinsi, serta pengembangan analisa dan pengamatan pasar melalui analisa profil dan potensi

ekspor ke berbagai negara.

Pada subsektor pengembangan usaha nasional, alokasi anggaran pembangunan akan

dimanfaatkan terutama untuk menyiapkan produk pengaturan pengembangan dan pembinaan

jasa usaha nasional yang meliputi 10 paket pedoman pengembangan dan pembinaan, serta

pembinaan terhadap usaha kecil. Di samping itu, juga akan dilakukan promosi investasi,

khususnya dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing, termasuk

upaya pendapatan kembali iklim investasi yang menarik. Sementara itu, alokasi anggaran bagi

subsektor keuangan akan diprioritaskan untuk melanjutkan reklasifikasi tanah objek pajak bumi

dan bangunan (PBB) di beberapa daerah sebagai rangkaian upaya untuk meningkatkan

penerimaan negara, penyempurnaan dan penyusunan perhitungan anggaran negara dan

penatausahaan inventaris kekayaan negara, serta menunjang program restrukturisasi perbankan

pada program pengembangan lembaga keuangan dan pembinaan kekayaan negara. Program

penyehatan dan restrukturisasi perbankan dimaksud perlu segera diselesaikan sebagai salah satu

agenda pokok dalam upaya memulihkan kondisi perekonomian nasional, dengan tujuan utama

memulihkan kehidupan perbankan yang efisien, sehat dan tangguh, mengingat perbankan

merupakanjantung kehidupan perekonomian yang dapat menjadi motor penggerak bagi

berputarnya kembali kegiatan usaha sektor riil, dan menumbuhkan kegiatan usaha nasional yang

berdaya saing.

Di subsektor koperasi dan pengusaha kecil, sasaran alokasi anggaran pembangunan akan

lebih diarahkan penggunaannya untuk meningkatkan fungsi koperasi sebagai wadah kolektif

usaha ekonomi rakyat yang efisien serta dapat meningkatkan perolehan nilai tambah bagi

pengusaha kecil-menengah (PKM), dan dapat memperkuat dan memperluas usaha,

kewirausahaan dan profesionalisme koperasi dan PKM agar memiliki kinerja yang makin sehat

dan kompetitif. Sasaran pembangunan koperasi dalam tahun anggaran 1999/2000 di antaranya

meliputi peningkatan kemampuan pengelolaan serta pelayanan anggota koperasi di biuang usaha

pangan pada sekitar 2.500 koperasi, peningkatan fungsi koperasi sebagai distributor dan

penyalur khususnya barangbarang pokok, peningkatan usaha bagi pedagang kecil dan

penyediaan barang bagi konsumen, dukungan fasilitas pembiayaan bagi pengusaha kecil dan

Page 170: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 170

pengembangan 5.600 koperasi/usaha simpan pinjam, serta pembinaan kelembagaan koperasi

baru. Sementara itu, sasaran pemberdayaan usaha kecil dan menengah akan lebih difokuskan

pada pengembangan jaringan peningkatan pelayanan konsultasi dan informasi bisnis melalui

113 klinik konsultasi bisnis di tingkat kabupaten, khususnya untuk pengusaha kecil dan

menengah yang terkena dampak krisis ekonomi, penyelenggaraan pameran promosi dalam

rangka peningkatan akses pasar produk pengusaha kecil, serta peningkatan pelayanan inkubator

teknologi bisnis dalam rangka mengembangkan pengusaha kecil yang berdaya saing dan

memacu tumbuhnya wirausaha baru yang berbasis teknologi.

Dalam rangka menunjang upaya pengembangan industri yang efisien dan berwawasan

masa depan, pendapatan iklim persaingan yang sehat dan dapat menjamin dan memelihara

keseimbangan antara industri besar, menengah dan kecil, pemberdayaan industri kecil dan

menengah yang memiliki daya tahan lebih fleksibel terhadap gejolak ekonomi, serta membuka

peluang penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat, dalam tahun anggaran

1999/2000 sektor industri direncanakan alokasi anggaran pembangunan Rp 629,2 miliar, atau

20,2 persen lebih rendah dari alokasi anggaran yang disediakan dalam tahun sebelumnya.

Alokasi anggaran tersebut akan diarahkan antara lain untuk menumbuh-kembangkan kegiatan

usaha pada industri kecil-menengah, industri rumah tangga, dan industri kecil perdesaan di

seluruh propinsi, agar menjadi industri yang tangguh, modern dan mandiri. Untuk itu, sasaran

kegiatannya akan lebih difokuskan pada penumbuhan wirausaha baru industri kecil dan

pemberdayaan ekonomi rakyat terutama di perdesaan melalui lembaga mandiri dan mengakar

pada masyarakat yang berpotensi produktif kepada kurang lebih 100 lembaga, serta penyediaan

bantuan teknis magang dalam biuang teknologi dan manajemen bagi 10.000 perajin/pengusaha

industri kecil. Untuk mendukung pelaksanaan program jaring pengaman sosial, dalam tahun

anggaran mendatang akan diberikan bantuan dan bimbingan teknis bagi penumbuhan dan

pemulihan usaha industri melalui pembinaan intensif kepada sekitar 400 perusahaan industri

kecil menengah potensial yang berbasis unggulan daerah, termasuk industri yang siap ekspor,

industri kecil subkontrak, industri kerajinan, dan industri substitusi impor, sebagai upaya untuk

meningkatkan kemandirian dan memperkuat struktur industri. Di samping itu, juga akan

dilakukan peningkatan kemampuan usaha industri kecil melalui pendidikan dan pelatihan, serta

bantuan promosi dan informasi ekspor kepada sekitar 500 perusahaan industri kecil.

Untuk mendukung peningkatan kemampuan teknologi industri, khususnya bagi industri

Page 171: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 171

kecil dan menengah, baik industri logam, mesin dan kimia, aneka industri maupun industri hasil

pertanian, akan dilakukan peningkatan kemampuan pelayanan teknis 25 balai litbang industri,

baik sektoral maupun regional di daerah, melalui pengembangan Sarana dan prasarana balai

dalarn mendukung dan menjadi bagian dunia usaha industri dalam menghadapi era perdagangan

bebas, yang mencakup peningkatan kemampuan pembuatan rupa-rupa dan ujicoba terapan

peralatan produksi. Selain itu, anggaran pembangunan subsektor industri juga akan

dimanfaatkan untuk pengembangan produk-produk unggulan bagi komoditi yang memiliki

prospek yang cerah di masa depan, penyusunan basis data komoditi industri potensial untuk

meningkatkan aksesibilitas terhadap pasar dan investor, pelatihan teknis dan manajemen usaha,

serta penyediaan tenaga kerja sektor industri dari 17 lembaga pendidikan industri.

Dalam upaya penanggulangan dampak krisis ekonomi dan musibah kekeringan yang

masih berlanjut, pembangunan pertanian dan kehutanan akan semakin dipacu agar dapat

berperan menjadi sektor andalan seiring dengan arah baru pembangunan nasional yang

menekankan pada pemberdayaan ekonomi rakyat, desentralisasi pembangunan melalui

penguatan kelembagaan pertanian dengan peningkatan reran partisipatif petani, serta perubahan

struktur pertanian menuju modernisasi. Pembangunan pertanian dan kehutanan diarahkan untuk

lebih eepat menghasilkan ketersediaan pangan dengan harga terjangkau, meningkatkan

pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja dan menyerap tenaga kerja, serta

mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah dalam rangka penyelamatan kondisi

sosial ekonomi masyarakat dan menggerakkan kembali kegiatan ekonomi nasional. Berkaitan

dengan itu, dalam rangka mendukung peningkatan produksi pangan, pengembangan agrobisnis

produk-produk pertanian, perkebunan dan kehutanan yang berdaya saing tinggi, dan sekaligus

mendukung program pereepatan penghapusan kemiskinan, dalam tahun anggaran mendatang

sektor pertanian dan kehutanan direncanakan alokasi anggaran pembangunan Rp 4.613,3 miliar,

atau menurun 38,4 persen dari alokasi anggaran yang disediakan dalam tahun sebelumnya. Dari

jumlah tersebut, Rp 4.389,2 miliar dialokasikan untuk subsektor pertanian, dan Rp 224,1 miliar

untuk subsektor kehutanan.

Pada subsektor pertanian, alokasi anggaran pembangunan akan lebih diarahkan untuk

mendukung jaring pengaman sosial di biuang ketahanan pangan, pemberdayaan ekonomi rakyat

dan peningkatan ekspor. Kegiatan utamanya akan dititikberatkan pada pemberdayaan petani,

peningkatan daya saing produk pertanian, serta pemecahan secara simultan permasalahan

Page 172: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 172

pengangguran dan percepatan upaya penghapusan kemiskinan. Untuk memberdayakan petani,

kelompok tani dan koperasi dalam mengembangkan usahanya secara mandiri, dilaksanakan

upaya khusus gerakan mandiri dalam peningkatan produksi padi, kedelai dan jagung (Gema

Palagung), peningkatan produksi hortikultura tropika (Gema Hortina), peningkatan produksi

protein hewani (GemaProteina), peningkatan produksi perikanan, pengembangan tanaman

pangan sebagai tanaman tumpang sari di areal perkebunan rakyat, serta program peningkatan

ekspor hasil perikanan (Protekan). Upaya khusus tersebut dilaksanakan melalui (1) peningkatan

mutu intensifikasi pertanian dengan menerapkan teknologi pertanian spesifik lokasi,

meningkatkan kualitas sumber daya manusia pertanian, dan memberdayakan kelembagaan

pertanian pedesaan; (2) meningkatkan kapasitas produksi melalui perluasan areal, optimasi

pemanfaatan lahan terlantar, peningkatan indeks pertanaman, peningkatan populasi dan mutu

genetik, serta perbaikan teknologi budindaya dan penangkapan ikan; dan (3) pengamanan hasil

melalui permanfaatan teknologi panen dan pasca pallen. Sehubungan dengan itu, alokasi

anggaran pembangunan pada subsektor pertanian akan diprioritaskan untuk mencapai sasaran

produksi padi sebanyak 52 juta ton gabah kering giling (GKG), 11 juta ton jagung pipilan kering

dan kedelai 2 juta ton biji kering melalui luas areal tanam padi, jagung dan kedelai masing-

masing12,2 juta hektar, 4,1 juta hektar dan 1,7 juta hektar; produksi dasing, telur dan susu

masing-masing 1,3 juta ton, 0,5 juta ton dan 0,4 juta ton; produksi perikanan laut dan darat

masing-masing 3,7 juta ton dan 1,2 juta ton, serta produksi gula 2,6 juta ton.

Pada subsektor kehutanan, alokasi anggaran pembangunan akan diarahkan untuk

mendukung pelaksanaan jaring pengaman sosial (JPS), khususnya dalam memperkuat ketahanan

pangan, penciptaan lapangan kerja produktif, serta pengembangan usaha kecil menengah dan

koperasi. Kegiatan utamanya dititikberatkan pada pengembangan sistem pengelolaan hutan

secara lestari melalui penerapan model kesatuan pengusahaan hutan produksi (KPHP) di 6

lokasi yang meliputi 77 unit KPHP, pengembangan pengelolaan kawasan hutan produksi besar,

menengah, kecil dan koperasi serta sistem pelelangan hat pengusahaan hutan (HPH) sebanyak 6

paket, pengembangan sumber benih di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, serta

pembinaan 12 unit Sentra produksi bibit yang tersebar di 8 propinsi. Di samping itu,

dilaksanakan pula upaya pemanfaatan lahan kosong kehutanan di bawah tegakan hutan melalui

pengembangan unit percontohan pengelolaan hutan rakyat sebanyak 8 unit dan pengembangan

areal dampak seluas 2.000 hektar; pengembangan model hutan kemasyarakatan di 11 propinsi;

Page 173: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 173

serta pembinaan dan pengembangan 68 unit usaha kecil, menengah dan koperasi kehutanan.

Di biuang pendidikan, sejalan dengan bergesemya paradigma pembangunan pendidikan

yang menitikberatkan kepada upaya peningkatan mutu dan relevansinya terhadap pembangunan

nasional, akan diupayakan pemerataan dan efisiensi di biuang pendidikan, yang sekaligus

diintegrasikan dengan upaya menanggulangi kemiskinan. Untuk itu, dalam tahun anggaran

mendatang, sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, pemuda dan olah raga direncanakari alokasi anggaran pembangunan Rp 8.381,3 miliar atau

meningkat 0,2 persen dari alokasi anggaran yang ditetapkan dalam tahun sebelumnya. Jumlah

tersebut, akan dialokasikan bagi subsektor pendidikan Rp 7.Q36,7 miliar, subsektor pendidikan

luar sekolah dan kedinasan Rp 316,3 miliar, subsektor kebudayaan nasional dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa Rp 67,6 miliar, serta subsektor pemuda dan olah raga Rp 60,7

miliar.

Di subsektor pendidikan, alokasi anggaran pembangunan akan digunakan terutarna

untuk melanjutkan usaha memperkuat program jaring pengaman sosial bagi pemenuhan

kebutuhan dasar di biuang pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan, yang

dilaksanakan melalui penyediaan beasiswa, dan bantuan operasional pendidikan. Penyediaan

beasiswa akan diperuntukkan bagi sekitar 1.800 ribu siswa SD/MI, 1.650 ribu siswa SLTP/MTs,

500 ribu siswa SLTA, serta 421 ribu bagi mahasiswa. Khusus bagi mahasiswa, bantuan biaya

studi dimaksud akan diberikan dalam bentuk beasiswa prestasi bagi 50 ribu mahasiswa,

beasiswa kerja bagi 150 ribu mahasiswa, bantuan penyelesaian tugas akhir bagi 25,5 ribu

mahasiswa, penerapan SPP secara proporsional bagi 41 ribu mahasiswa, dan beasiswa lainnya

bagi 30 ribu mahasiswa. Sementara itu, penyediaan bantuan operasional pendidikan akan

diperuntukkan bagi sekitar 104 ribu SD/MI, 18 ribu SLIP! MTs, 9,4 ribu SLTA negeri dan

swasta, serta 1.000 perguruan tinggi negeri dan swasta, termasuk perguruan tinggi agama

(PTA). Dalam rangka menjaga kelancaran proses belajar mengajar, alokasi anggaran yang

tersedia juga akan dimanfaatkan untuk menunjang program penyetaraan tenaga edukasi masing-

masing bagi 195 ribu guru SD setara D-2, dan 2.000 guru SLTP setara D-3, serta pengiriman

9.319 dosen untuk mengikuti pendidikan S2 dan S3 di dalam dan di luar negeri, sebagai upaya

meningkatkan kualitas tenaga pendidik, di samping pemenuhan sarana belajar berupa pengadaan

52.700 ribu buku pelajaran SLTP, dan 694 ribu eksemplar buku perpustakaan SMD. Selain itu,

akan diupayakan perintisan program baru, yaitu pendidikan anak usia dini sebagai salah satu

Page 174: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 174

upaya dini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Guna mendukung pelaksanaan program wajib belajar (wajar) pendidikan dasar (dikdas)

sembilan tahun di daerah-daerah terpencil yang tidak mungkin terjangkau dengan pelaksanaan

sekolah biasa, anggaran yang tersedia juga akan dimanfaatkan untuk menunjang

penyelenggaraan pendidikan jarak jauh melalui 3.642 SLTP terbuka yang telah ada, dan

membangun unit gedung baru (UGB) dan ruang kelas baru (RKB) yang setara dengan 3.264

ruang. Sementara itu, untuk menunjang program pembinaan sekolah luar biasa, akan diupayakan

pengadaan dan pendistribusian 47.485 eksemplar buku perpustakaan, pengadaan 975 perangkat

talking book, penyelenggaraan penataran bagi 232 ribu orang guru SD dan SLTP, serta

pengadaan 51 ribu perangkat alat peraga pendidikan.

Untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan nasional pada berbagai jenjang

pendidikan terhadap tuntutan kebutuhan pembangunan nasional, alokasi anggaran pembangunan

akan diarahkan untuk pengembangan dan penyempurnaan kurikulum, pemasyarakatan

pendidikan sistem ganda (PSG), pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK) model,

serta penataan dan pengembangan program studi dan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

pembangunan. Selain itu, anggaran yang tersedia juga akan dimanfaatkan untuk mendukung

pengembangan kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri melalui kegiatan

permagangan bagi 500 orang untuk memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa dan dosen,

memanfaatkan tenaga profesional pada biuang industri untuk mengajar, serta penyelenggaraan

pelatihan profesional bagi mahasiswa politeknik.

Pada subsektor pendidikan luar sekolah dan kedinasan, alokasi anggaran pembangunan

akan diprioritaskan untuk mengoptimalkan reran pendidikan luar sekolah sebagai katup

pengaman pendidikan dalam menghadapi krisis, dengan sasaran kegiatan berupa

penyelenggaraan program Kejar Paket A tidak setara SD bagi 25 ribu orang, Kejar Paket A

setara SD bagi 108 ribu orang, Kejar Paket B setara SLTP bagi 215 ribu orang, pendidikan

berkelanjutan melalui magang dan kursus bagi 20 ribu orang, serta perluasan kejar usaha yang

berorientasi program pemberdayaan masyarakat miskin bagi 10 ribu orang.

Pada subsektor kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

alokasi anggaran pembangunan akan diarahkan untuk mendukung berbagai upaya pengkajian

dan pengembahgan pendidikan budaya dan budi pekerti sebagai bahan kurikulum muatan lokal;

pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah dan nasional; penelitian, pembinaan dan

Page 175: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 175

pengembangan bahasa Indonesia dan daerah; peningkatan pendidikan bahasa asing di sekolah;

penyusunan buku pengajaran bahasa daerah; serta pembinaan penganut kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa agar dapat dicegah adanya usaha-usaha untuk membentuk agama baru,

dan mengefektifkan pengambilan langkah-langkah agar pelaksanaannya berlangsung menurut

dasardasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pada subsektor pemuda dan olah raga, alokasi anggaran pembangunan akan

diprioritaskan antara lain untuk menunjang pelatihan kepemimpinan dan keterampilan pemuda,

pelatihan kelompok pemuda produktif, dan pelatihan manajemen bagi pimpinan organisasi

pemuda bagi 2.760 orang, serta pengerahan sarjana penggerak pembangunan di perdesaan (SP3)

sebanyak 1.000 orang. Guna mendukung pemassalan dan pembinaan olahragawan berbakat,

alokasi anggaran pembangunan akan digunakan untuk melakukan pembinaan terhadap 1.300

klub olah raga pelajar, kompetisi olah raga pelajar 14.400 orang, pembinaan prestasi olah raga

melalui diktat olah raga berbakat SLTP/SMU negeri Ragunan sebanyak 200 orang;

penyelenggaraan olah raga perbatasan sebanyak 250 orang; serta penyelenggaraan kegiatan

pekan kesegaran jasmani.

Untuk menunjang upaya peningkatan dan perluasan pelayanan di biuang sosial dan

kesehatan secara lebih merata sebagai upaya memperkuat jaring pengaman sosial, dalam tahun ,

anggaran mendatang sektor kesejahteraan sosial, kesehatan, peranan wanita, anak dan remaja

direncanakan alokasi anggaran pembangunan Rp 4.786,9 miliar, akan meningkat 13,8 persen

dari alokasi anggaran dalam tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, Rp 654,0 miliar akan

dialokasikan untuk subsektor kesejahteraan sosial, Rp 3.545,7 miliar untuk subsektor kesehatan,

dan Rp 587,2 rniliar untuk subsektor peranan wanita, anak dan remaja.

Pada subsektor kesejahteraan sosial, alokasi anggaran pembangunan akan diarahkan

untukmemperkuat programjaring pengaman sosial, terutama untuk menunjang upaya

peningkatan kualitas dan efektivitas pelayanan sosial, perluasan jangkauan dan pelayanan so

sial, peningkatan profesionalisme pe1ayanan sosial, serta peningkatan peranserta masyarakat

dan ke1uarga dalam pembangunan kesejahteraan sosia1, dengan fokus perhatian pada fakir

miskin, anak dan penduduk 1anjut usia yang terlantar, penyanuang cacat, korban

penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, serta anggota masyarakat yang kurang beruntung

memperoleh kesempatan berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan martabat

manusia. Untuk mendukung berbagai sasaran tersebut, a10kasi anggaran pembangunan akan

Page 176: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 176

digunakan untuk pembinaan terhadap 3.324 kepala keluarga (KK) masyarakat terasing yang

baru ditemukan dan pembinaan lanjutan bagi 8.670 KK, pembinaan kesejahteraan sosial bagi

42.100 KK fakir miskin di 1.141 desa, penyantunan so sial bagi 15.700 orang lanjut usia dan

37.460 orang anak terlantar, serta pemberian modal usaha bagi 3.240 keluarga muda mandiri.

Guna meningkatkan kemampuan warga masyarakat dalam melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar dan dapat menempuh kehidupannya sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaannya, alokasi anggaran pembangunan subsektor tersebut juga akan dimanfaatkan

untuk memberikan pelayanan dan rehabilitasi so sial bagi 13.120 orang penyanuang cacat

berbasis masyarakat, membangun pemukiman sosial bagi bekas penderita kusta, serta

rehabi1itasi sosial bagi 3.290 orang anak nakal dan korban narkotika. Selanjutnya, dalam rangka

meningkatkan kepedulian dan kepekaan masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan

kesejahteraan sosial, alokasi anggaran pembangunan juga akan dimanfaatkan untuk

menyelenggarakan penyuluhan dan bimbingan sosial di 2.622 desa, pembinaan organisasi so

sial (orsos) bagi 975 orsos, serta melaksanakan kegiatan kesiapsiagaan penanggulangan bencana

alam (PBA) di 27 propinsi.

Pada subsektor kesehatan, alokasi anggaran pembangunan akan diarahkan terutama

untuk kegiatan yang benar-benar terkait dengan program perluasan jaring perlindungan sosial,

serta berbagai program unggulan di biuang kesehatan, khususnya bagi masyarakat yang rentan

terhadap penyakit, sebagai upaya memperkuat jaring pengaman sosial. Berkaitan dengan itu,

alokasi anggaran pembangunan akan dimanfaatkan untuk penyebarluasan informasi kesehatan,

peningkatan pelayanan kesehatan, terutama bagi penduduk riskin, termasuk pelayanan

kebidanan berikut rujukannya secara cuma-cuma; peningkatan pelayanan ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, anak dan remaja; serta penyediaan biaya opeiasional bagi 7.271 Puskesmas.

Dalam rangka mempercepat pemberantasan penyakit, serta penurunan angka kesakitan dan

kematian bayi dan anak balita dari penyakit, anggaran yang tersedia akan dimanfaatkan untuk

penemuan dan pengobatan terhadap 3,7 juta penderita malaria, 5,3 juta penderita diare, 138 ribu

penderita TBC (tuberculose) dan 2,8 juta penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA);

pemberian bantuan obat-obatan dan vaksinasi BCG (baccillus calmette guerine), DPT (difteri

pertusis tetanus), polio, DT (difteri tetanus), campak terhadap bayi, TT (tetanus toxoid)

terhadap 4,8 juta ibu hamil, dan 25 juta anak sekolah, serta hepatitis B pada 4,4 juta bayi.

Untuk melindungi masyarakat, khususnya kelompok rentan terhadap kekurangan

Page 177: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 177

pangan dan gizi, alokasi anggaran pembangunan akan dimanfaatkan untuk penanggulangan

gangguan akibat kurang yodium (GAKY) dengan mendistribusikan kapsul yodium bagi 8,3 juta

wanita subtle; penanggulangan kekurangan vitamin A dosis tinggi bagi 2,2 juta bayi usia 6-12

bulan, 16,5 juta anak usia 1-5 tahun, dan 4,3 juta ibu nifas; serta penyediaan makanan tambahan

khususnya bagi bayi, anak balita, ibu hamil, dan ibu nifas penderita kurang energi kronis (KEK)

Dari ke1ukga miskin. Di samping itu, sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) akan 1ebih

dimanfaatkan di tingkat kabupaten. Se1anjutnya, untuk mendukung upaya peningkatan

pendayagunaan obat dan cara pengobatan tradisiona1, a1okasi anggaran pembangunan akan

dimanfaatkan untuk pembinaan sentra-sentra pengembangan dan penerapan pengobatan

tradisional (P3T), pengembangan dan pembinaan metode pengobatan tradisional, serta

pembinaan terhadap tenaga pengobatan tradisional.

Pada subsektor peranan wanita, anak dan remaja, sasaran alokasi anggaran

pembangunan akan lebih diarahkan untuk meningkatkan peran aktif wanita dalam berbagai

kegiatan pembangunan, serta meningkatkan status gizi dan kesehatan bagi anak dan remaja

sebagai upaya mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang tangguh, patriotik, kreatif,

dan produktif sejak dini. Guna mendukung sasaran dimaksud, alokasi anggaran pembangunan

akan diprioritaskan untuk kegiatan penerangan, pendidikan, dan penyuluhan kemitrasejajaran

pria dan wanita yang harmonis dalam pembangunan, kajian dan penerapan pendekatan jender di

seluruh sektor pembangunan, serta program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) yang

mencakup 29.002 desa, 9.700 ribu round, dan 61.071 SD/MI baik negeri maupun swasta yang

berlokasi di desa-desa miskin dan tertinggal, di daerah kurnub perkotaan, dan lembaga

pendidikan berbasis masyarakat di seluruh Indonesia.

Selanjutnya, guna mendukung upaya peningkatan kualitas penduduk, pengendalian

pertumbuhan dan kuantitas penduduk, pengarahan mobilitas dan penyebaran penduduk, serta

mewujudkan tatanan gerakan keluarga berencana, dalam tahun anggaran mendatang sektor

kependudukan dan keluarga sejahtera direncanakan alokasi anggaran pembangunan Rp 594,3

miliar, atau naik 2,1 persen Dari anggaran yang disediakan dalam tahun sebelumnya. Anggaran

dimaksud akan digunakan untuk penyuluhan keluarga berencana (KB); pelayanan KB, termasuk

pemenuhan kebutuhan kontrasepsi dan peralatan pelayanan kontrasepsi kepada 5,0 juta

posangan usia subur (PUS) peserta KB baru, dan 28,7 juta PUS peserta KB aktif; pembinaan

keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I melalui Takesra, Kukesra, dan pengembangan

Page 178: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 178

pemasaran hasil produksi usaha ekonomi; serta melakukan berbagai kajian aspek fertilitas,

mortalitas, mobilitas dan persebaran penduduk.

Dalam rangka mewujudkan perikehidupan beragama yang harmonis, maju dan sejahtera

lahir balin, dalam RAPBN 1999/2000 sektor agama direncanakan alokasi anggaran

pembangunan Rp 627,4 miliar, atau naik sekitar 32 persen Dari alokasi anggaran yang tersedia

dalam tahun sebelumnya. Jumlah tersebut akan dialokasikan untuk subsektor pelayanan

kehidupan beragama Rp 25,5 miliar dan subsektor pembinaan pendidikan agama Rp 601,9

miliar.

Pada subsektor pelayanan kehidupan beragama, alokasi anggaran pembangunan

direncanakan antara lain untuk pemberian bantuan pembangunan dan rehabilitasi terhadap 2.000

temp at peribadatan berbagai agama, pengadaan 600 ribu kitab suci berbagai agama,

pembangunan 100 gedung balai nikah, penyertifikatan tanah wakaf, kegiatan penerangan dan

bimbingan agama, serta pembinaan kerukunan hidup umat beragama. Selain itu, guna lebih

meningkatkan pelayanan dan kelancaran pen.unaian ibadah haji bagi umat Islam, alokasi

anggaran pembangunan juga akan dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan dan

rehabilitasi asrama haji, peningkatan pembinaan para petugas pelayanan haji, serta

pembangunan pusat informasi haji, termasuk pengembangan sistem komputerisasi haji terpadu

(SISKOHAT).

Anggaran pembangunan yang dialokasikan bagi subsektor pembinaan pendidikan

agama sebagian besar akan digunakan untuk mendukung program jaring pengaman sosial, yang

meliputi (1) program pembinaan pendidikan agama tingkat dasar, menengah dan tinggi, dengan

tujuan untuk meningkatkan cakupan dan mutu pendidikan agama tingkat dasar dan menengah,

serta menyiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan

akademik, profesional dan kepemimpinan bagi program pendidikan tinggi; serta (2) program

bimbingan kelembagaan dan tenaga penyuluh keagamaan, yang bertujuan untuk meningkatkan

reran lembaga keagamaan dalam pembangunan dan meningkatkan mutu tenaga keagamaan,

antara lain meliputi pembinaan pondok pesantren dan lembaga-Iembaga kemasyarakatan

berlatar belakang keagamaan. Secara keseluruhan, alokasi anggaran pembangunan tersebut akan

digunakan untuk penataran guru MI dan MTs; penyetaraan D3 bagi 10.000 guru agama;

pengadaan buku pelajaran untuk MI, dan 1,2 juta buah untuk MTs; rehabilitasi 40 ruang kelas

MI termasuk ruang perpustakaan, ruang guru dan ruang tata usaha; pembangunan 400 ruang

Page 179: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 179

kelas dan rehabilitasi 100 ruang kelas MTs; serta pembangunan 150 ruang kelas Madrasah

Aliyah. Di samping itu, anggaran yang tersedia juga akan dimanfaatkan untuk pengadaan 275

ribu eksemplar buku pelajaran dan buku pegangan dosen, peningkatan mutu tenaga akademis

melalui program pendidikan posca sarjana (S-2 dan S-3) bagi 380 orang dosen dan pembibitan

calon dosen, pembangunan sarana dan prasarana fisik lAIN dan STAIN, serta pemberian

beasiswa bagi 30.000 mahasiswa ekonomi lemah tetapi mempunyai bakat dan kemampuan

akademik yang tinggi.

Sementara itu, guna meningkatkan produktivitas tenaga kerja, memperluas kesempatan

kerja, serta meningkatkan perlindungan tenaga kerja, sektor tenaga kerja direncanakan alokasi

anggaran pembangunan Rp 1.202,1 miliar, atau menurun sekitar 8 persen Dari alokasi anggaran

yang disediakan dalam tahun sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas tenaga kerja dilakukan

dengan memberi bekal pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi pencari kerja melalui balai

latihan kerja dan pelatihan keliling, baik di perkotaan maupun perdesaan. Guna meningkatkan

produktivitas, anggaran dimanfaatkan untuk pengembangan produktivitas tenaga kerja pada

usaha kecil dan menengah melalui balai pengembangan produktivitas. Prioritas kegiatan ini

dilakukan dengan memberi pelayanan bimbingan dan konsultasi manajemen, serta mendorong

peningkatan kewirausahaan. Dalam rangka memperluas lapangan kerja produktif, akan

diberikan peluang kerja bagi kelompok penganggur yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

Penganggur yang berpendidikan tinggi diberi bekal pengetahuan dan keterampilan kerja untuk

menjadi wirausaha. Sementara itu, bagi penganggur yang berpendidikan rendah, khususnya di

perdesaan dan perkotaan kurnub, akan diberikan peluang us aha melalui pengenalan teknologi

tepat guna, baik secara perorangan maupun kelompok usaha bersama. Bagi tenaga kerja yang

sudah bekerja, akan diberikan perlindungan serta upaya peningkatan kesejahteraan. Melalui

kegiatan ini, akan diupayakan untuk mewujudkan ketenangan bekerja dan berusaha agar tercipta

hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha. Guna menunjang upaya-upaya

tersebut dikembangkan sistem informasi pasar kerja yang cepat dan akurat, serta

memberdayakan bursa kerja yang diikuti dengan peningkatan fungsi pelayanan pengiriman

tenaga kerja antardaerah dan ke luar negeri.

Untuk mendukung program-program pembangunan yang berprioritas tinggi dalam

upaya mengatasi dampak krisis ekonomi, dalam tahun anggaran mendatang sektor ilmu

pengetahuan dan teknologi direncanakan alokasi anggaran pembangunan Rp 900,4 miliar, atau

Page 180: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 180

menurun 21,3 persen dari alokasi anggaran yang disediakan pada tahun sebelumnya. Jumlah

tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor teknik produksi dan teknologi Rp

342,9 miliar, subsektor ilmu pengetahuan terapan dan dasar Rp 61,2 miliar, subsektor

kelembagaan prasarana dan sarana ilmu pengetahuan dan teknologi Rp 218,3 miliar, subsektor

kelautan Rp 64,0 miliar, subsektor kedirgantaraan Rp 33,0 miliar, serta subsektor sistem

informasi dan statistik Rp 181,0 miliar.

Alokasi anggaran pembangunan subsektor teknik produksi dan teknologi akan diarahkan

terutama untuk diseminasi dan pemanfaatan iptek dalam rangka mendorong pengembangan

usaha kecil dan menengah, pengembangan bibit unggul tanaman pangan, tanaman hortikultura,

tanaman perkebunan dan tanaman industri, pengembangan bibit ikan dan ternak unggul,

penelitian dan pengembangan sumber daya lahan dan agroklimat, pengembangan potensi

produk agrobisnis, penelitian sistem usaha tani, serta penelitian bioteknologi pertanian. Selain

itu, alokasi anggaran pembangunan juga akan dimanfaatkan untuk mengembangkan teknik

produksi dalam biuang mikroelektronika, komponen elektronika, dan otomotif; pengembangan

indikator iptek; pengembangan instrumentasi dan otomasi; pengembangan bahan dan proses

industri kimia, dan teknologi energi alternatif; penelitian biuang farmasi, biologi molekular dan

bahan mineral; serta pengembangan jaringan ipteknet.

Di subsektor ilmu pengetahuan terapan dan dasar, alokasi anggaran yang tersedia akan

dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan biota darat, penelitian dan pengembangan

potensi sumber daya alam, serta penelitian potensi sumber daya energi. Alokasi tersebut juga

dimanfaatkan untuk penelitian penanggulangan penyakit menular demam berdarah, serta

penelitian dan pengembangan teknologi di biuang pertanian, industri, pengairan, prasarana jalan,

kesehatan, perumahan dan pemukiman. Di samping itu, anggaran yang tersedia juga akan

dimanfaatkan untuk pengembangan aplikasi bioteknologi dalam upaya pemuliaan tanaman

produksi, inventarisasi dan penelitian potensi keanekaragaman hayati, serta program hibah

bersaing dalam upaya mendorong pengembangan penelitian di perguruan tinggi.

Di subsektor kelembagaan prasarana dan sarana iptek, alokasi anggaran pembangunan

akan dimanfaatkan antara lain untuk peningkatan fasilitas laboratorium penelitian, seperti

laboratorium bioteknologi, dan laboratorium limnologi; serta laboratorium di pusat

pengembangan iptek (Puspiptek) seperti laboratorium fisika terapan, laboratorium kimia

terapan, laboratorium termodinamika, laboratorium polimer, dan laboratorium sumberdaya

Page 181: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 181

energi. Selain itu, anggaran yang tersedia juga akan dimanfaatkan untuk riset unggulan terpadu

dalam upaya peningkatan keterpaduan dan kualitas penelitian terapan di berbagai lembaga riset

dan perguruan tinggi.

Di subsektor kelautan, alokasi anggaran pembangunan di antaranya akan digunakan

untuk mengembangkan dari memanfaatkan potensi kelautan, terutama di wilayah KTI melalui

pendugasediaan sumberdaya perikanan laut (fisheries stock assessment), inventarisasi dan

evaluasi potensi laut dan pesisir, serta pengembangan sistem informasi geografi kelautan. Di

samping itu, anggaran yang tersedia juga akan dipergunakan untuk pembuatan peta wilayah

Indonesia, termasuk peta alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) dari landas kontinen Republik

Indonesia (LKRl), serta batas zona ekonomi eksklusif (ZEE) dengan memanfaatkan kapal riset

Baruna Jaya.

Di subsektor kedirgantaraan, alokasi anggaran pembangunan akan diprioritaskan untuk

memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan data satelit, baik untuk

prediksi iklim dan cuaca, prediksi kekeringan, maupun prakiraan produksi pertanian, khususnya

padi. Selain itu, alokasi anggaran tersebut akan dipergunakan untuk menunjang kegiatan

prakiraan perubahan iklim, pemantauan perilaku atmosfir dan ionosfir, pengembangan teknologi

hujan buatan dari jasa informasi kedirgantaraan, serta pengembangan pranata hukum dan

strategi pembangunan kedirgantaraan.

Di subsektor sistem informasi dari statistik, alokasi anggaran pembangunan akan

diarahkan terutama untuk mengupayakan kesinambungan kegiatan pengumpulan data dan

statistik, baik yang diperoleh melalui survei maupun melalui sensus, serta meningkatkan sarana

penunjang untuk mempertinggi mutu, kelengkapan, dan kecepatan penyajian informasi dan

statistik. Dalam suasana krisis ekonomi seperti ini sangat dibutuhkan informasi dan statistik

yang tepat, cepat, dan akurat. Sasaran alokasi anggaran yang dimaksud antara lain meliputi

pengumpulan, pengolahan dan penyajian data pendapatan nasional/regional, statistik pertanian,

statistik industri dan perdagangan, serta statistik sosial dan kependudukan. Kegiatan yang relatif

besar pada tahun 1999 adalah survei sosial ekonomi nasional (Susenas) dan persiapan sensus

penduduk tahun 2000. Susenas pada tahun 1999 akan menggunakan modul konsumsi yang

hasilnya sangat dibutuhkan oleh Pemerintah dalam melihat gambaran dampak krisis ekonomi,

serta perumusan kebijakan penanggulangannya. Sementara itu, sensus penduduk tahun 2000

merupakan kegiatan yang sangat penting, dimana atas rekomendasi PBB hampir semua negara

Page 182: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 182

akan melakukannya pada tahun 2000.

Dalam rangka mendukung upaya memperkuat jaring pengaman sosial dalam

pemenuhan kebutuhan dasar di biuang perumahan dan permukiman yang terjangkau oleh

masyarakat berpenghasilan rendah, serta meningkatkan kualitas permukiman dan lingkungan,

dalam tahun anggaran mendatang sektor perumahan dan permukiman direncanakan alokasi

anggaran pembangunan Rp 3.218,4 miliar, atau turun sekitar 43 persen dari alokasi anggaran

yang disediakan pada tahun sebelumnya. Jumlah tersebut akan dialokasikan masing-masing

untuk subsektor perumahan dan permukiman Rp 3.059,6 miliar, serta subsektor penataan kota

dan bangunan Rp 158,8 miliar.

Di subsektor perumahan dan permukiman, alokasi anggaran pembangunan ditujukan

untuk penyediaan prasarana dari sarana dasar kawasan dari lingkungan siap bangun di kawasan;

pembangunan kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2D); penyediaan prasarana dan

sarana dasar untuk pembangunan rumah sangat sederhana (RSS) dan rumah sederhana (RS)

sebanyak 100.000 unit; peremajaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman nelayan dan

pennukiman kumuh di perkotaan yang meneakup kola seuang dan kecil; pemugaran perumahan

dan permukiman desa tertinggal di 13.000 desa; pengelolaan air limbah perkotaan di kola

metropolitan, besar, seuang, dan kecil yang melayani kurang lebih 4,5 juta penduduk;

pengelolaan air limbah perdesaan dengan pelayanan kurang lebih 2 juta jiwa; pengelolaan

persampahan sistem kota di kota metropolitan dan besar; pembinaan pengelolaan persampahan

sistem kota modul di kota seuang dan kecil; pelayanan drainase makro dan mikro di kota

metropolitan, besar, seuang, dan kecil yang melayani areal seluas kurang lebih 13.500 ha;

pengurangan tingkat kebocoran air menjadi 25 persen bagi kota metropolitan dan besar serta 30

persen bagi kota seuang dan kecil; peningkatan kapositas produksi air sebesar 6.000 liter per

detik; dan peningkatan pengadaan air bersih perdesaan di 5.000 desa.

Di subsektor penataan kota dan bangunan, alokasi anggaran pembangunan akan

diarahkan untuk penyediaan standar teknis penataan kota, penyediaan standar teknis

keselamatan bangunanbangunan negara, pembinaan teknis sistem informasi penataan kota,

bantuan teknis manajemen perkotaan, bantuan teknis penyiapan rencana pengembangan

perkotaan, pembinaan teknis keselamatan bangunan, serta pengawasan teknis keselamatan

bangunan-bangunan negara.

Dalam upaya menjaga kelestarian dan meningkatkan multi dan fungsi lingkungan

Page 183: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 183

hidup, serta mengurangi dampak negatif dari pemanfaatan ruang dan pertanahan, dalam tahun

anggaran mendatang sektor lingkungan hidup dan tata ruang dialokasikan anggaran

pembangunan Rp 932,7 miliar, alan 19,6 persen lebih besar dari alokasi anggaran yang tersedia

dalam tahun sebelumnya. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor

lingkungan hidup Rp 798,9 miliar, dan subsektor tata ruang Rp 133,8 miliar.

Pada subsektor lingkungan hidup, anggaran yang tersedia akan dialokasikan pada

proyek-proyek inventarisasi dan evaluasi sumber daya alam, pengembangan dan peningkatan

kapositas kelembagaan, peningkatan pengelolaan lingkungan hidup wilayah, pengelolaan sistem

amdal, peningkatan prasarana fisik, 'pengembangan dan penataan lingkungan, pengelolaan dan

pengendalian pencemaran lingkungan hidup, pemantapan pengelolaan dan pengendalian

peneemaran lingkungan hidup, pemantapan dan pengelolaan kawasan konservasi alam di

36lokasi, pembuatan rencana teknis rehabilitasi dan pengelolaan di 39 daerah aliran sungai

(DAS) prioritas, serta pengelolaan lingkungan kawasan pesisir dan laut. Sementara itu, pada

subsektor tata ruang, dana yang tersedia akan dialokasikan bagi kegiatan-kegiatan dalam rangka

memantapkan pengelolaan dan pendayagunaan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana

tala ruang wilayah propinsi, rencana tata ruang wilayah kotamadya dan kabupaten, dan rencana

tata ruang wilayah kawasan tertentu, serta penyelesaian produk-produk hukum yang terkait

dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 dalam rangka menegakkan tertib hukum di

biuang tata ruang. Di samping itu, dana yang tersedia juga akan dipergunakan untuk

memperluas dan mempereepat kegiatan administrasi pertanahan khususnya bagi masyarakat

berpendapatan rendah, penyiapan sistem informasi geografis dan sumber daya lahan di kawasan

prioritas, penertiban dan peningkatan pengurusan hak-hak alas tanah, serta penatagunaan tanah.

Selanjutnya, guna menjaga dan memantapkan stabilitas nasional dan politik dalam

negeri, serta meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi dengan negara sahabat secara lebih

kondusif agar berbagai tekanan ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini dapat diatasi, dalam tahun

anggaran mendatang sektor politik, hubungan luar negeri, penerangan, komunikasi dan media

massa diberikan alokasi anggaran pembangunan Rp 154,0 miliar, atau turun 63,5 persen dari

alokasi anggaranyang disediakan dalam tahun sebelumnya. Anggaran tersebut akan dialokasikan

masing-masing untuk subsektor politik Rp 7,1 miliar, subsektor hubungan luar negeri Rp 17,1

miliar, serta subsektor penerangan, komunikasi dari media massa Rp 129,8 miliar.

Pada subsektor politik, alokasi anggaran pembangunan akan lebih diarahkan untuk

Page 184: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 184

mendukung peningkatan kualitas dari kemandirian organisasi sosial politik, peningkatan

pembinaan organisasi kemasyarakatan, peningkatan peranserta lembaga kemasyarakatan

termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM), penyelenggaraan Pemilu Dari Siuang Umum

MPR 1999, serta melanjutkan kegiatan-kegiatan dalam rangka memantapkan penyelenggaraan

otonomi daerah dengan titik berat pada daerah tingkat II.

Di subsektor hubungan luar negeri, alokasi anggaran pembangunan akan diarahkan

terutama untuk mendukung langkah-langkah kerjasama bilateral, regional dari multilateral

dalam upaya meningkatkan saling pengertian antara Indonesia dengan negara sahabat, serta

memulihkan citra dan kepercayaan masyarakat internasional kepada Indonesia. Langkah-

langkah ini diharapkan akan mendorong masuknya kembali investasi asing, wisatawan asing,

serta kelancaran arusperdagangan.

Pada subsektor penerangan, komunikasi dari media massa, alokasi anggaran

pembangunan akan digunakan untuk mendukung upaya peningkatan profesionalisme, idealisme

dari integritas moral segenap aparatur dan pelaku penerangan, baik sebagai pelayan masyarakat

yang memberikan perlindungan terhadap masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar

dari aktual maupun sebagai penampung, pengolah dari penyalur aspirasi masyarakat dalam

kaitannya sebagai kontrol sosial. Alokasi anggaran juga akan dipergunakan untuk meningkatkan

isi dan mutu, serta memperluas jangkauan kegiatan penerangan ke seluruh pelosok tanah air

melalui media cetak, elektronik dari media tradisional melalui pelaksanaan kegiatan operasional

penerangan, temasuk sebagai paket khlfsus dalam rangka program perbaikan ekonomi dari

penyuksesan penyelenggaraan Pernilu 1999, Siuang Umum (SU) MPR 1999, dari penerangan

program jaring pengaman sosial. Di samping itu, anggaran yang tersedia akan dimanfaatkan

pula untuk menambah penyediaan sarana operasional juru penerang, seperti kendaraan roda dua

(muviani darat), copy film penerangan, rehabilitasi Pusat Penerangan Masyarakat (Puspenmas),

meningkatkan luas jangkauan dan kualitas siaran radio dan televisi, memantapkan isi siaran

radio Dari televisi, melaksanakan pembinaan di biuang perfilman, serta meningkatkan

jangkauan peredaran penerbitan. Alokasi anggaran tersebut juga akan dimanfaatkan untuk

mempersiapkan penyusunan RUU tentang Media Massa yang mencakup ketentuan-ketentuan

tentang pers, penyiaran dan perfilman, serta peraturan pelaksanaannya yang mendukung

terwujudnya kehidupan pers nasional yang bebas dari bertanggung jawab.

Page 185: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 185

Dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang bersih dan berwibawa bagi

terlaksananya pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab (good governance) yang dapat

memberikan pelayanan optimal kepada seluruh masyarakat secara adil, efektif dan efisien,

dalam tahun anggaran mendatang sektor aparatur negara dan pengawasan diberikan alokasi

anggaran pembangunan Rp 900,8 miliar, alan naik 14,5 persen daii. alokasi anggaran yang

disediakan dalam tahun sebelumnya. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk

subsektor aparatur negara Rp 890,4 miliar, dan subsektor pendayagunaan sistem dan

pelaksanaan pengawasan Rp 10,4 miliar.

Pada subsektor aparatur negara, alokasi anggaran pembangunan akan diarahkan

terutama untuk menyelenggarakan berbagai pendidikan dan pelatihan (diklat) pegawai, seperti

diklat penjenjangan, diktat fungsional, dan diktat teknis dan keterampilan sebagai upaya

meningkatkan kualitas profesionalisme aparatur negara; pengkajian dan analisis kebijakan

pembangunan; serta rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan seperti

gedung, kantor, serta sarana dari prasarana lainnya.

Pada subsektor pendayagunaan sistem dan pelaksanaan pengawasan, alokasi anggaran

pembangunan akan diarahkan terutama untuk mendukung penyelenggaraan berbagai program

pengawasan dan pemeriksaan dalam rangka peningkatan akuntabilitas alas pengelolaan

keuangan negara yang berada pada seluruh unit organisasi pemerintah, baik di tingkat pusat

maupun di tingkat daerah. Sasaran kegiatannya meliputi peningkatan sinergi pengawasan antar-

APFP (aparat pengawasan fungsional pemerintah), peningkatan pengawasan dan pengamanan

terhadap pengadaan barang dari jasa pemerintah dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme

(KKN), pelaksanaan program-program pemulihan ekonomi dan jaring pengaman sosial,

peningkatan pengawasan terhadap penerimaan negara, serta pemantauan pelaksanaan tindak

lanjut hasil pengawasan.

Untuk mendukung pelaksanaan reformasi di biuang hukum, penegakan hukum dan

pelayanan hukum yang berdasarkan pada keadilan dan kebenaran, serta pemberian kepostian

dan perlindungan hukum, baik dalam tingkat penyelenggaraan negara maupun masyarakat,

dalam tahun anggaran mendatang sektor hukum diberikan alokasi anggaran pembangunan Rp

230,1 miliar, alan naik sekitar 38 persen dari alokasi yang disediakan dalam tahun sebelurnnya.

Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor pembinaan hukum

nasional Rp 23,7 miliar, subsektor pembinaan aparatur hukum Rp 54,6 miliar, serta subsektor

Page 186: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 186

sarana dan prasarana hukum Rp 151,8 miliar.

Di subsektor pembinaan hukum nasional, alokasi anggaran pembangunan akan

dipergunakan untuk menunjang kegiatan penyusunan dan pembahasan RUU sebagai upaya

pembaharuan dan pembentukan hukum baru yang sesuai dengan agenda reformasi di biuang

hukum, melakukan analisis dan evaluasi hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis,

serta penyusunan naskah akademis peraturan perUndang-undangan dan pemberian anotasi

yurisprudensi sebagai sumber hukum dalam rangka pembinaan sistem hukum nasional.

Di subsektor aparatur hukum, anggaran yang disediakan akan dimanfaatkan antara lain

untuk penataan dan penyempurnaan sistem peradilan dalam rangka terciptanya proses

penyelesaian perkara yang cepat, tepat dan dengan biaya ringan; operasi yustisi khususnya

dalam rangka pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN); penyuluhan hukum,

pelayanan hukum, serta pemberian bantuan hukum, terutama bagi golongan masyarakat pencari

keadilan yang kurang mampu.

Di subsektor sarana dan prasarana hukum, alokasi anggaran pembangunan akan

dipergunakan untuk mendukung penyempurnaan, rehabilitasi dan perluasan prasarana pelayanan

hukum, seperti pengadilan, kejaksaan, lembaga permasyarakatan, rumah tahanan negara dari

kantor pelayanan imigrasi, termasuk karantina imigrasi dan pos imigrasi terutama di daerah

perbatasan, pengadaan kendaraan tahanan, peralatan fungsional pengadilan, peralatan

keamanan, sarana komunikasi, serta penggantian komputerisasi imigrasi khususnya di bandara

internasional.

Dalam tahun anggaran mendatang, sektor pertahanan dan keamanan diberikan alokasi

anggaran pembangunan Rp 2.277,4 miliar, atau naik 7,3 persen Dari alokasi anggaran yang

disediakan dalam tahun sebelumnya. Jumlah tersebut akan dialokasikan untuk subsektor rakyat

terlatih dan perlindungan masyarakat Rp 10,6 miliar, subsektor ABRI Rp 1.969,3 miliar, serta

subsektor pendukung Rp 297,5 miliar. Alokasi anggaran dimaksud diarahkan untuk mendukung

terwujudnya penataan kemampuan segenap komponen hankarnneg dalam rangka sistem

pertahanan keamanan rakyat semesta, serta pembangunan ABRI yang lebih menitikberatkan

pada upaya peningkatan kesejahteraan, pendidikan dan profesionalisme ABRI, serta partisipasi

masyarakat dalam rangka hankamneg.

Pada subsektor ABRI, alokasi anggaran pembangunan akan digunakan untuk

meningkatkan kemampuan intelijen strategik, kemampuan pertahanan dan keamanan,

Page 187: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 187

pembinaan teritorial, serta kemampuan dukungan umum ABRI. Selain itu, anggaran yang

tersedia juga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui

peningkatan kualitas pendidikan dan latihan, meningkatkan kemampuan manajemen, serta

menyempurnakan sistem pemeliharaan termasuk sistem pendukungnya guna mempertahankan

kemampuan operasional alat utama sistem senjata (Alutsista) yang ada. .

Alokasi anggaran pembangunan pada subsektor rakyat terlatih (ratih) dan perlindungan

masyarakat (linmas) akan digunakan terutama untuk memantapkan konsepsi dalam rangka ratih

dan linmas, dengan memperhatikan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta dan Unuang-

unuang Nomor 20 tahun 1982. Sementara itu, alokasi anggaran pembangunan di subsektor

pendukung akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan pembinaan sumber daya alam;

sarana dan prasarana nasional; iptek dan tata ruang wilayah negara; serta meningkatkan

pembinaan industri nasional, khususnya industri strategis yang mendukung penyelenggaraan

hankarnneg.

Rincian pengeluaran pembangunan berdasarkan sektor dan subsektor dalam APBN

1998/1999 dan RAPBN 1999/2000 dapat diikuti dalam Tabel D.23, seuangkan gambaran

keseluruhan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran

1999/2000 dapat diikuti dalam Tabel D.24.

Page 188: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 188

Tabel 11.23

PENGELUARAN PEMBANGUNAN MENURUT

SEKTOR DAN SUBSEKTOR, APBN 1998/1999 DAN RAPBN 1999/2000

(dalam miliar rupiah)

Nomor APBN RAPBN Ll % thd.

Kode Sektor/Subsektor

1998/1999 1999/2000 APBN

(1) (2) (3) (4) (5)

01 SEKTOR INDUSTRI 788,2 629,2 -20,2

01.1 SubsektorlndusUi 788,2 629,2 -20,2

02 SEKTOR PERTANIAN DAN KEHUTANAN 7.484,6 4.613,3 -38,4

02.1 Subsektor Pertanian 6.915,6 4.389,2 - 36,5

02.2 Subsektor Kehutanan 569,0 224,1 -60,6

03 SEKTOR PENGAIRAN 4.774,7 3.466,2 -27,4

03.1 Subsektor Pengembangan Sumber Daya Air 1.857,6 1.521,4 - 18,1

03.2 Subsektor lrigasi 2.917,1 1.944,8 - 33,3

04 SEKTOR TENAGA KERJA 1.304,9 1.202,1 - 7,9

04.1 Subsektor Tenaga Kerja 1.304,9 1.202,1 - 7,9

05 SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEM-

BANGAN USAHA NASIONAL,

KEUANGAN DAN KOPERASI 16.687,6 19.035,6 14,1

05.1 Subsektor Perdagangan Dalam Negeri 47,5 110,1 131,8

05.2 Subsektor Perdagangan Luar Negeri 253,3 65,4 -74,2

05.3 Subsektor Pengembanga Usaha Nasional 69,9 6,2 -91,1

05.4 Subsektor Keuangan 15.435,5 17.223,2 11,6

05.5 Subsektor Koperasi Dari Pengusaha Kecil 881,4 1.630,7 85,0

06 SEKTOR TRANSPORTASI, METEOROLOGI

DAN GEOFISIKA 9.642,6 8.426,6 - 12,6

06.1Subsektor Prasarana Ja1an 6.235,2 5.243,6 -15,9

06.2Subsektor Transportasi Darat 1.446,4 1.580,2 9,3

06.3Subsektor Transportasi Laut 955,3 452,1 -52,7

. 06.4Subsektor Transportasi Udara 949,4 1.080,6 13,8

06.5Subsektor Meteorologi, Geofisika, Penearian Dari

Penye1amatan (SAR) 56,3 70,1 24,5

07 SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI 7.059,5 6.607,7 - 6,4

07.1 Subsektor Pertambangan 51,0 69,3 36,0

07.2 Subsektor Energi 7.008,5 6.538,4 - 6,7

Page 189: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 189

Tabel 11.23 (lanjutan)

Nomor APBN RAPBN % thd.

Kode Sektor/Subsektor

1998/1999 1999/2000 APBN

(1) (2) (3) (4) (5)

08 SEKTOR PARIWISATA, POS, DAN

TELEKOMUNIKASI 1.181,0 918,1 -22,3

08.1 Subsektor Pariwisata 93,6 92,8 - 0,9

08.2 Subsektor Pos dan Telekomunikasi 1.087,4 825,3 - 24,1

09 SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH

DAN TRANSMIGRASI 19.091,6 14.545,8 -23,8

09.1 Subsektor Pembangunan Daerah 18.186,1 13.656,8 -24,9

09.2 Subsektor Transmigrasi dan Pemukiman

Perambah Rutan 905,5 889,0 - 1,8

10 SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP

DAN TAT A RUANG 780,0 932,7 19,6

10.1 Subsektor Lingkungan Ridup 579,7 798,9 37,8

10.2 Subsektor Tata Ruang 200,3 133,8 - 33,2

11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDA Y AAN

NASIONAL, KEPERCA Y AAN TERHADAP

TUHAN YANG MAHA ESA, PEMUDA

DAN OLAH RAGA 8.367,6 8.381,3 0,2

11.1 Subsektor Pendidikan 7.775,1 7.936,7 2,1

11.2 Subsektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasan 405,4 316,3 -22,0

11.3 Subsektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 100,4 67,6 -32,7

11.4 Subsektor Pemuda dan Olah Raga 86,7 60,7 - 30,0

12 SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN

KELUARGA SEJAHTERA 582,3 594,3 2,1

12.1 Subsektor Kependudukan dan Keluarga Berencana 582,3 594,3 2,1

13 SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL,

KESEHATAN, PERANAN WANITA,

ANAK DAN REMAJA 4.204,7 4.786,9 13,8

13.1 Subsektor Kesejahteraan Sosial 593,8 654,0 10,1

13.2 Subsektor Kesehatan 3.168,2 3.545,7 11,9

13.3 Subsektor Peranan Wanita, Anak dan Remaja 442,7 587,2 32,6

14 SEKTORPERUMAHANDANPERMUKIMAN 5.615,2 3.218,4 -42,7

14.1 Subsektor Perumahan dan Permukiman 5.403,6 3.059,6 -43,4

14.2 Subsektor Penataan Kota dan Bangunan 211,6 158,8 -24,9

Page 190: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 190

Tabel 11.23 (lanjutan)

Nomor APBN RAPBN L'. % thd.

Kode Sektor/Subsektor

1998/1999 1999/2000 APBN

(1) (2) (3) (4) (5)

15 SEKTOR AGAMA 475,9 627,4 31,8

15.1 Subsektor Pe1ayanan Kehidupan Beragama 26,4 25,5 - 3,6

15.2 Subsektor Pembinaan Pendidikan Agama 449,5 601,9 33,9

16 SEKTOR ILMU PENGETAHUAN

DAN TEKNOLOGI 1.144,1 900,4 - 21,3

16.1 Subsektor Teknik Produksi Dari Tekno1ogi 279,7 342,9 22,6

16.2 Subsektor lImu Pengetahuan Terapan dan Dasar 53,8 61,2 13,7

16.3 Subsektor Ke1embagaan Prasarana Dari Sarana

lImu Pengetahuan Dari Tekno1ogi 364;9 218,3 -40,2

16.4 Subsektor Ke1autan 253,7 64,0 -74,8

16.5 Subsektor Kedirgantaraan 70,5 33,0 - 53,2

16.6 Subsektor Sistem Informasi dan Statistik 121,5 181,0 49,0

17 SEKTOR HUKUM 167,0 230,1 37,8

17.1 Subsektor Pembinaan Hukum Nasional 34,8 23,7 - 31,9

17.2 Subsektor Pembinaan Aparatur Hukum 34,3 54,6 59,4

17.3 Subsektor Sarana dan Prasarana Hukum 97,9 151,8 55,0

18 SEKTOR APARATUR NEGARA DAN

PENGA W ASAN 786,8 900,8 14,5

18.1 Subsektor Aparatur Negara 765,5 890,4 16,3

18.2 Subsektor Pendayagunaan Sistem Dari Pe1aksanaan

Pengawasan 21,3 10,4 - 51,2

19 SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN LUAR

NEGERI, PENERANGAN, KOMUNIKASI

DAN MEDIA MAf.SA 421,8 154,0 - 63,5

19.1 Subsektor Po1itik 26,8 7,1 - 73,6

19.2 Subsektor Hubungan Luar Negeri 13,5 17,1 26,5

19.3 Subsektor Penerangan, Komunikasi

Dari Media Massa 381,5 129,8 -66,0

20 SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN 2.122,9 2.277,4 7,3

20.1 Subsektor Rakyat Terlatih Dari Perlindungan

Masyarakat 10,6 10,6 0,0

20.2 Subsektor ABRI 1.854,2 1.969,3 6,2

20.3 Subsektor Pendukung 258,1 297,5 15,3

JUMLAH 92.683,0 82.448,3 -11,0

Page 191: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 191

Tabel 11.24

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1999/2000

(dalam miliar rupiah)

Penerimaan Jumlah Pengeluaran Jumlah

A. Penerimaan Dalam Negeri 142.203,8 A. Pengeluaran Rutin 137.155,5

I. Penenmaan minyak bumi I. Belanja pegawai 33.569,1

dan gas alam (migas) 20.965,0 1. Gaji/pensiun 26.824,9

2. Tunjangan beras 2.087,11. Minyak bumi 12.443,4

.3. Uang makan/Lauk pauk 2.106,9

2. Gas alam 8.521,6 4. Lain-lain belanja peg. DN 1.489,9

5. Belanja pegawai LN 1.060,3 .

II. Penenmaan bukan migas 121.238,8II. Belanja barang 11.039,0

1. Belanja barang DN 10.006,81. Pajak penghasilan 40.626,0

1.032,2

2. Pajak pertambahan nilai 34.597,4 2. Belanja barang LN

3. Bea masuk 2.950,3III. Belanja rutin daerah 19.497,6

4. Cukai 1. Belanja pegawai 18.696,810.160,0

800,8

5. Pungutan (pajak) ekspor 2.594,5 2. Belanja nonpegawal

6. Pajak bumi dan bangunan IV. Bunga dan cicilan hutang 44.810,9

Dari bea perolehan hak 1. Hutang dalam negeri 380,1

atas tanah dan bangunan 3.247,0 2. Hutang luar negeri 44.430,8

7. Pajak lainnya 564,5. V. Pengeluaran rutin lainnya 28.238,9

8. Penerimaan bukan pajak 26.499,1 1. Subsidi BBM 9.985,8

9. Laba bersih minyak - 2. Lain-lain 18.253,1

B. Penerimaan Luar Negeri 77.400,0B. Pengeluaran Pembangunan 82.448,3

I. Pinjaman program 47.400,0I. Pembiayaan rupiah 52.448,3

II. Pinjaman proyek 30.000,0II. Pembiayaan proyek 30.000,0

Jumlah 219.603,8 Jumlah 219.603,8

Page 192: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 192

BAB III

MONETER DAN PERKREDITAN

3.1 Pendahuluan

Gejolak nilai tukar rupiah yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 telah berdampak

luas pada hampir seluruh sendi perekonomian nasional. Sektor moneter dan perkreditan sebagai

salah satu sendi utama perekonomian mengalami perkembangan yang kurang menggembirakan.

Hal ini antara lain ditandai dengan melonjaknya laju inflasi, peningkatan likuiditas

perekonomian, dan tingginya tingkat suku bunga, di samping menurunnya kinerja sistem

keuangan nasional, termasuk perbankan dan pasar modal. Fenomena tingginya laju inflasi, yang

mencapai 39,74 persen dalam periode April - Desember 1998, dipengaruhi oleh berbagai faktor,

baik yang berasal dari sisi penawaran maupun permintaan pasar. Kapasitas penawaran barang,

khususnya barang-barang industri yang mengandung komponen impor dan kelompok bahan

makanan yang sangat rentan akan pengaruh musim kemarau panjang, secara agregat relatif

menurun. Di samping itu, kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah dan adanya perilaku

spekulasi barang oleh sebagian masyarakat, telah menyebabkan terganggunya sistem distribusi

sehingga semakin mendorong naiknya harga-harga barang dari sisi penawaran. Pada saat yang

bersamaan, kegiatan spekulasi barang karena pengaruh isu-isu ekonorni dan politik serta

ekspektasi yang berlebihan terhadap laju inflasi, telah pula menyebabkan meningkatnya

perrnintaan agregat. Perkembangan sisi penawaran dan perrnintaan yang saling bertolak

belakang tersebut pada akhirnya telah menimbulkan implikasi sinergis yang sulit dikendalikan,

yakni naiknya laju inflasi pada bulan-bulan Januari hingga Agustus 1998. Namun demikian,

seiring dengan menguatnya rupiah dan mulai pulihnya sistem distribusi berbagai barang

kebutuhan pokok, dalam bulan September, Oktober, November dan Desember 1998 laju inflasi

mulai menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Dalam rangka memberikan iklim yang mendukung untuk menurunkan laju inflasi, dan

memungkinkan terjadinya apresiasi dan stabilitas nilai tukar rupiah, sejak awal tahun 1998 telah

dilakukan langkah-Iangkah pengetatan likuiditas perekonomian dengan lebih mengefektifkan

instrumen operasi pasar terbuka. Pelaksanaan kebijaksanaan moneter kontraktif tersebut antara

lain dilakukan melalui penyempurnaan ketentuan tentang penerbitan dan perdagangan SertifIkat

Bank Indonesia (SBI), perubahan suku bunga SBI secara fleksibel sesuai dengan perkembangan

Page 193: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 193

perekonomian, dan program sterilisasi likuiditas guna menyerap dampak moneter dari ekspansi

fiskaI. Namun demikian kebijaksanaan likuiditas ketat itu tetap danasarkan pada prinsip kehati-

hatian dan dilakukan dalam kerangka reformasi ekonorni, sehingga perkembangan variabel-

variabel moneter dapat diarahkan untuk mendukung pemulihan perekonornian nasional.

Menjelang akhir tahun anggaran 1997/1998, jumlah uang beredar (Ml) menunjukkan

pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini terutarna danorong oleh meningkatnya perrnintaan uang

kartaI yang digunakan untuk membiayai kegiatan konsumsi sehubungan dengan naiknya harga-

harga barang, serta terjadinya penarikan dana simpanan oleh nasabah bank sehubungan dengan

adanya likuidasi sejumlah bank dan pengaruh isu-isu yang menyudutkan industri perbankan.

Namun demikian mulai pertengahan tahun 1998, jumlah M1 cenderung menurun sehingga

selarna 7 bulan pertama tahun 1998/1999 pertumbuhannya hanya 1,4 persen. Dalam peri ode

yang sama, likuiditas perekonomian tumbuh 18,3 persen, yang antara lain dipicu oleh

pertumbuhan uang kuasi sebesar 23 persen. Tingginya pertumbuhan uang kuasi antara lain

disebabkan oleh meningkatnya deposito berjangka.

Perkembangan ekonomi dan moneter yang labil merupakan iklim yang tidak

menguntungkan bagi kegiatan usaha perbankan. Akibat tingginya tingkat suku bunga dan

depresiasi rupiah, telah menyebabkan meningkatnya nilai rupiah dana valuta asing (valas),

sehingga selama April-Oktober 1998 dana masyarakat yang dihimpun industri perbankan naik

16,5 persen, seuangkan alokasi kreditnya justru turun sebesar 1,1 persen. Perubahan kurs rupiah

ternyata cukup memberi pengaruh terhadap perkembangan posisi kredit perbankan

dibandingkan dengan posisi dana, karena komponen kredit valas relatif lebih besar

dibandingkan dengan komponen dana valas. Narnun demikian kapasitas pengelolaan finansial

perbankan secara umum relatif tidak mengalami perubahan yang berarti karena sebagian besar

bank dihadapkan pada tantangan-tantangan berat yang mempengaruhi kinerja keuangannya. Di

sisi pasiva, gejolak nilai tukar telah mengakibatkan harnpir semua bank mengalami kesulitan

likuiditas karena kebutuhan dana untuk memenuhi kewajiban luar negeri dan penarikan dana

dari masyarakat semakin meningkat, sehingga diperlukan adanya dukungan likuiditas dari bank

sentral. Di samping itu, gejolak nilai tukar rupiah, tingginya suku bunga, dan lesunya kegiatan

dunia usaha, juga telah memperburuk kinerja sisi aktiva perbankan, karena resiko kegagalan

kredit makin meningkat dan kualitas aktiva produktif cenderung menurun. Berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan sisi aktiva dan pasiva tersebut pada akhirnya akan

Page 194: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 194

menurunkan tingkat solvabilitas dan kinerja keuangan perbankan secara keseluruhan. Untuk itu

telah dilakukan upaya reformasi perbankan yang difokuskan pada empat program, yakni

restrukturisasi dan penyehatan perbankan melalui pembentukan Badan Penyehatan Perbankan

Nasional, menyempurnakan lebih lanjut pelaksanaan penerapan prinsip kehati-hatian dalam

upaya memperbaiki kondisi internal perbankan, memperkuat fungsi pengawasan khususnya

dalam penegakan ketentuan dan Undang-undang yang berlaku, dan menyempurnakan perangkat

hukum yang meliputi perubahan Undang-undang perbankan dan pendirian lembaga asuransi

simpanan.

Gejolak nilai tukar dan krisis ekonomi juga telah menimbulkan implikasi yang tidak

menguntungkan bagi sistem keuangan nasional lainnya, yakni kegiatan pasar modal dan

lembaga-lembaga keuangan bukan bank lainnya. Kegiatan pasar modal selain ditentukan oleh

faktor internal yang mempengaruhi ekspektasi para pelaku pasar dalam melakukan investasi di

pasar modal, seperti perkembangan harga saham dan keamanan berinvestasi, juga ditentukan

oleh faktor ekonomi eksternal, baik perkembangan ekonomi domestik maupun internasional.

Selama delapan bulan terakhir kondisi Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya

(BES) telah mengalami kemerosotan yang berarti, antara lain ditandai oleh penurunan kegiatan

transaksi perdagangan, nilai kapitalisasi pasar, dan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Perkembangan IHSG bahkan pernah mencapai titik terendah dan bertahan pada level yang

rendah selama beberapa bulan seiring dengan memburuknya kinerja sejumlah perusahaan

emiten dan pengaruh gejolak bursa internasional. Untuk memulihkan kegiatan pasar modal,

telah dilakukan berbagai pembenahan, baik yang mencakup pengembangan kerangka hukum,

kelembagaan dan infrastruktur bursa, maupun produk-produk pasar modal. Narnun demikian

disadari bahwa pemulihan kegiatan pasar modal juga sangat tergantung pada perkembangan

perekonomian secara keseluruhan, baik perekonomian domestik maupun global.

3.2 Perkembangan Harga dan Upah

Perkembangan indeks harga konsumen dalarn peri ode April-Desember 1998 meningkat

lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sungguhpun dalarn bulan

September, Oktober, November dan Desember 1998 menunjukkan kecenderungan menurun.

Laju inflasi sebagai salah satu indikator perkembangan harga umum dalarn periode tersebut

mengalami kenaikan sebesar 39,74 persen, jauh lebih tinggi dari laju inflasi dalarn periode yang

sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 7,62 persen. Kenaikan harga yang cukup tinggi

Page 195: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 195

tersebut tidak terlepas ari pengaruh berbagai faktor, baik yang bersumber dari sisi penawaran

maupun dari sisi pennintaan. Dari sisi penawaran, melemahnya nilai tukar rupiah serta

terganggunya sistem produksi maupun distribusi beberapa barang kebutuhan pokok merupakan

pemicu utama kenaikan harga-harga. Bersamaan dengan itu timbulnya ekspektasi masyarakat

akan kemungkinan terjadinya kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok telah mendorong

permintaan masyarakat meningkat, sehingga terjadi kenaikan harga. Kenaikan harga

beberapabarang kebutuhan pokok seperti beras, gula posir, tepung terigu, dan minyak goreng

merupakan penyumbang andil yang cukup berarti dalam pembentukan inflasi nasional.

Indeks harga perdagangan besar (IHPB) juga mengalami peningkatan yang cukup

mencolok. Dalarn tahun 1998 (sarnpai dengan bulan September 1998) IHPB mengalami

kenaikan 98,58 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan dalarn periode yang sama

tahun sebelumnya, yang hanya mencapai 3,86 persen. Kenaikan indeks harga sektor ekspor dan

impor merupakan penyebab utarna naiknya IHPB dalarn periode tersebut.

Sementara itu, perkembangan harga beberapa barang ekspor utama di pasar

internasional, khususnya yang berasal dari sektof perkebunan, seperti kopi robusta, karet, dan

sebagainya menunjukkan kecenderungan menurun dalarn 6 bulan pertama tahun 1998/1999.

Ditengah-tengah lesunya perekonomian nasional sebagai darnpak dari krisis moneter,

perkembangan tingkat upah di beberapa sektor ekonomi dalarn tahun 1998 (sarnpai dengan

bulan Juni 1998) pada umumnya tidak mengalami kenaikan dibandingkan dengan tingkat upah

tahun sebelumnya. Kenaikan yang relatif kecil hanya terjadi pada sektor perkebunan dan sektor

jasa-jasa dengan persentase kenaikan antara 3,35 persen sarnpai dengan 6,38 persen.

3.2.1 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sampai dengan bulan kelima tahun 1998/1999 indeks harga konsumen menunjukkan

peningkatan dimana kenaikan yang cukup tinggi terjadi dalarn bulan Juli dan Agustus 1998

yang masing-masing mencapai 8,56 persen dan 6,30 persen. Dalarn bulan September 1998 laju

inflasi mulai menurun menjadi 3,75 perren, yang selanjutnya diikuti oleh terjadinya deflasi

dalarn bulan Oktober 1998 sebesar 0,27 persen. Dalarn bulan November dan Desember 1998

kembali terjadi kenaikan indeks harga konsumen, narnun kenaikannya relatif kecil masing-

masing sebesar 0,08 persen dan 1,42 persen. Berdasarkan perhitungan point to point, laju

inflasi dalarn sembilan bulan pertama tahun 1998/1999 meneapai 39,74 persen, jauh lebih tinggi

Page 196: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 196

dibandingkan dengan inflasi periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 7,62

persen.

Dilihat dari kelompok pengeluaran yang tereaIrup dalarn penghitungan inflasi nasional,

kelompok bahan makanan merupakan kelompok pengeluaran yang mengalarni kenaikan indeks

tertinggi dalarn periode April-Desember 1998 dengan persentase kenaikan 57,89 persen.

Kenaikan indeks harga terbesar kedua terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok,

dan tembakau, yang meningkat 48,76 persen. Kelompok pengeluaran lainnya seperti kelompok

sanuang, kelompok transpor dan komunikasi, dan kelompok kesehatan meningkat antara 36,14

persen sarnpai dengan 36,71 persen, sementara indeks harga kelompok perumahan dan

kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga, masing-masing meningkat 23,65 persen dan

20,11 persen.

Kenaikan indeks harga kelompok bahan makanan dalam periode April-Desember 1998

terutarna dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan

hasil-hasilnya, subkelompok bumbu-bumbuan, subkelompok ikan diawetkan, subkelompok ikan

segar, subkelompok kacang-kacangan, dan subkelompok sayur-sayuran, dengan persentase

kenaikan berkisar antara 50,95 persen sarnpai dengan 93,27 persen. Sementara itu dalarn

kelompok makanan jadi, kenaikan indeks harga tertinggi terjadi pada subkelompok tembakau

dan rninuman beralkohol 55,01 persen, yang kemudian seeara berturut-turut diikuti oleh

subkelompok rninuman tidak beralkohol dan subkelompok makanan jadi, masing-masing 52,30

persen dan 45,30 persen.

Tersedianya pasokan yang cukup serta membaiknya sistem distribusi beberapa barang

kebutuhan pokok telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan harga. Hal ini

tereermin dari menurunnya laju inflasi yaitu dari 6,30 persen dalarn bulan Agustus 1998

menjadi 3,75 persen dalarn bulan September 1998, bahkan dalarn bulan Oktober 1998 terjadi

deflasi sebesar 0,27 persen. Deflasi yang terjadi dalarn bulan Oktober 1998 terutama

dipengaruhi oleh menurunnya harga-harga sebagian komoditas penting yang terjadi di 44 kota.

Dua kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok sanuang merupakan

penyumbang andil deflasi dalarn bulan Oktober 1998, masing-masing 0,60 persen dan 0,16

persen. Beberapa jenis barang yang mengalami penurunan harga eukup berarti adalah beras,

minyak goreng, daging ayarn ras, lombok merah, dan emas perhiasan, dengan andil deflasi

berkisar dari 0,11 persen sarnpai dengan 0,58 persen. Selanjutnya dalam bulan November dan

Page 197: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 197

Desember 1998 indeks harga konsumen kembali meningkat narnun kenaikannya relatif kecil,

masing-masing 0,08 persen dan 1,42 perren. Inflasi bulan Desember 1998 dipengaruhi oleh

kenaikan indeks harga subkelompok daging dan hasil-hasilnya, subkelompok padi-padian,

umbi-umbian, dan hasil-hasilnya. subkelompok sayuran, subkelonpok sanuang anak-anak,

dengan persentase kenaikan antara 4,02 persen sampai dengan 8,79 persen.

Dalam periode April-Desember 1998 inflasi yang terjadi di 44 kota pada umumnya

cukup tinggi dengan persentase antara 21,26 persen sampai dengan 64,73 persen. Kota yang

mengalami laju inflasi tertinggi adalah Kendari, seuangkan inflasi terendah terjadi di kota

Batam. Perkembangan laju inflasi nasional dan terinci menurut kota, dapat dilihat dalam Tabel

111.1, Tabel 111.2, dan Grafik 111.1.

3.2.2 Harga Beberapa Barang Konsumsi Utama

Harga beberapa barang konsumsi utama seperti beras, gula pasir, dan tepung terigu

dalam 6 bulan pertama tahun 1998/1999 pada umumnya mengalami kenaikan. Beras sebagai

salah satu bahan kebutuhan pokok masyarakat sejak awal tahun 1998/1999 sampai dengan bulan

September 1998 harganya cenderung meningkat. Kenaikan..yang cukup menonjol terjadi pada

bulan Juni, Agustus, dan September 1998 yang memberikan andil inflasi masing-masing 1,16

persen, 1,09 persen, dan 1,49 persen. Berfluktuasinya harga beras ini di samping karena

gangguan produksi, juga disebabkan adanya gangguan pada sistem distribusinya setelah

terjadinya huru-hara pada pertengahan Mei 1998. Dengan semakin lancarnya distribusi, harga

komoditi ini dalam bulan Oktober dan November 1998 mulai menurun dengah andil deflasi,

masing-masing 0,58 persen dan 0,23 persen. Dalam bulan Desember 1998 harganya sedikit

meningkat berkaitan dengan datangnya bulan Puasa, Natal, dan Tahun Baru.

Seperti halnya beras, harga komoditi tepung terigu dan gula pasir dalam peri ode yang

sama juga mengalami kenaikan. Kenaikan harga tepung terigu yang terjadi dalam bulan April

1998 sarnpai bulan Agustus 1998 relatif rendah dengan andil inflasi berkisar antara 0,01 persen

sampai dengan 0,04 persen. Berbeda dengan tepung terigu, harga gula pasir dalam kurun waktu

yang sama mengalarni kenaikan lebih tinggi dengan andil inflasi antara 0,03 persen sampai

dengan 0,38 persen, sungguhpun dalam bulan Oktober dan November 1998 harganya menurun

sehingga memberikan andil deflasi, masing-masing 0,06 persen. Sementara itu harga tepung

terigu dalam bulan November dan Desember 1998 tercatat stabil.

Page 198: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 198

Minyak goreng yang juga merupakan salah satu barang kebutuhan pokok masyarakat

harganya juga sempat bergejolak sebagai akibat terganggunya pasokan di pasar. Kenaikan harga

tertinggi terjadi dalam bulan Juli 1998 dengan andil inflasi 0,57 persen. Sejalan dengan

meningkatnya pasokan serta membaiknya distribusi, dalam lima bulan berikutnya harga

komoditi ini mulai menurun sehingga dalam bulan Agustus, September, Oktober, November dan

Desember 1998 minyak goreng memberikan andil deflasi, masing-masing 0,12 persen, 0,05

persen, 0,20 persen, 0,12 persen, dan 0,03 persen.

3.2.3 Harga Emas dan Mata Uang Asing

Emas saat ini masih tetap dipanuang sebagai komoditi alternatif untuk investasi bagi

sebagian masyarakat di samping bentuk-bentuk investasi lainnya seperti saham,

tabungan/deposito, dan sebagainya. Melemahnya nilai tukar rupiah belakangan ini

menyebabkan permintaan masyarakat untuk membeli emas meningkat cukup besar. Hal tersebut

dapat dilihat dari perkembangan harga emas di pasar Jakarta selama periode April-November

1998. Dalam kurun waktu 4 bulan pertama tahun 1998/1999 harga emas 24 karat cenderung

terus meningkat dengan persentase kenaikan ratarata 22,62 persen per bulan. Walaupun dalam

bulan Agustus, September, Oktober, dan November

Page 199: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 199

Tabel III.1

PERUBAHAN INDEKS HARGA KONSUMEN, 1989/199CV - 1998/1999

( dalarn persentase )

Bahanl) Mllkanan

jadl, Pendldlkan, Transportasl

Akhir perlode makanan mlnuman, Perumahan Sanuang Kesehatan3J rekreasl, daft UMUM4)

rokok, daft daft olahraga komunlkasl

tembakau Tahun Tahun

anggaran takwln

(I) (2) (3) (4) (') (6) (1) (8) (9) (10)

1989/1990 Desember -0.28 - 0.05 0,30 0,03 - - - 5.97

Maret -1.03 - 0,08 0,19 0,02 - - 5,48 -

199011991 Desember 0,28 - -0,21 0,18 0,Q4 - - - 9,53

Maret -0.22 - 0.14 0,22 0,11 - - 9,11 -

1991/1992 Desember 0,25 - 0.04 0,40 0,15 - - - 9,52

Maret 1,41 - 0,22 0,82 0,13 - - 9,78 -

1992/1993 Desember 1.24 - 0.23 1,70 0,07 - - - 4,94

Maret 2.58 - 1.15 2,37 0,18 - - 10,03 -

1993/1994 Desember 0.91' - 0,49 0,28 0,23 - - - 9,77

Maret 1.60 - 0,07 1.41 0,04 - - 7,04 -

1994/1995 Desember -0,06 - 1,36 0,34 0,36 - - - 9,24

Maret 1,70 - -0.02 0,34 0,04 - - 8,57

1995/1996 Desember 1.74 - 0,33 0,56 0,05 - - - 8,64

Maret -2,22 0,40 0.04 0,03 - - 8,86 -

199611997 Desember 1,28 - 0,05 0.46 0.08 - - - 6.47

Maret -0.35 - 0,22 0.16 0.40 - - 5,17 -

1997/1998 Desember 3,55 - 0,88 2,10 1,48 - - - 11,05

Maret 5,42 - 3,50 12.50 4,27 - - 34.22 -

1998/1999 April 5,91 7,68 2.29 4,34 5,29 1,50 4.94 - -

Mel 3,90 4,00 4.14 4,53 2,40 1,41 17,25 - -

JuDi 7.07 5,42 1.59 10,95 2,33 1,55 2,07 - -

Jull 12.16 9.58 5.58 12,26 8,40 6,82 3.45 - -

Agustus 9.10 8,70 0.48 2,96 6,21 6,47 2,74 - -

September 8.61 2,96 1.57 -0.23 3,28 1,24 2,10 - -

Oktober -1,85 0,61 0,92 -1.89 2,00 0,41 0,26 - -

November -0,18 0,69 0.48 -2.25 1,02 -0,30 -0.08 - -

Desember 2.94 1,41 0.58 1,72 0,87 -0,31 0,14 - -

(Apr. . Des.) 57,89 48,76 23,65 36,14 36,35 20,11 36,71 39,745) 77,63

1) Sejak April 1998 IRK digolongkan menjadi 7 kelompok.mencakup 44 kOla dan 249-353 jenis barang dan jasa (1996=100)

2) Sampai dcngan Maret 1998 merupakan kelompok makanan

3) Sampai dengan Maret 1998 merupakan kclompok aneka barang & jasa

4) Sampai Dengan Maret 1998 berdasarkan kumulatif inflasi ( April 1988-Maret1989=100)

5) Berdasarkan perubahan IHK bulan Desember 1998 terhadap IHK bulan Maret 1998

6) Berdasarkan perubahan IHK bulan Desember 1998 terhadap IHK bulan Desember1997

Page 200: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 200

Tabel 111.2

PERUBAHAN INDEKS UMUM HARGA KONSUMEN DI 44 KOTA DI INDONESIA I), 1989/1990 - 1998/1999

( dalam persentase )

Akhlr perlodel Banda Lhokseu- Pematang Pauang

Medan Pekanbaru Batam kumulatlf Aceh

mawe Siantar Sidempuan Siboiga Pauang

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (1) (8) (9) (10)

1989/1990 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

199011991 Kumulatif -- -- -- -- -- -- --10,50

---

199111992 Kumulatif -- -- -- -- - -- -- --6,70

-

1992/1993 Kumulatif 7,05 -- 11,27 -- -- -- 9,24 7,72 --

1993/1994 Kumulatif 7,72 ' -- 4,43 -- -- -- 6,52 9,12 --

.1994/1995 Kumulatif 8,26

--8,83

-- -- --8,73 7,23

--

1995/1996 Kumulatif .8,38 -- 9,51-- -- -- 8,08 7,38 --

1996/1997Juni 0,10 -- 0,13-- -- -- 0,18 0,34 --

September -0,30 -- -0,07-- -- -- -0,49 - 0,83 --

Desember 0,29 -- 0,61-- -- -- 1,07 1,00 --

Maret 2,42 -- 1,20-- -- -- 0,77 -1,06 --

Kumulatlf 7,65 - 7,10- -- -- 4,99 3,86 --

1997/1998Juni -0,31 -- -1,02-- -- -- -1,20 -1,19 --

September 0,55 -- 0,21-- -- -- 0,92 0,78 --

Desember 1,64 -- 3,23-- -- -- 0,56 - 0,15 --

Maret 6,09 -- 4,36-- -- -- 2,33 4,19 --

Kumulatlf 29,03 - 33,51-- -- -- 36,35 32,43 --

1998/1999April 3,05 6,34 7,339,95 5,65 I 7,09 8,12 5,56 1,51

Mei 8,03 6,73 8,766,43 6,91 5,52 6,69 5,76 2,63

Juni 7,35 7,78 3,55 7,84 6,62 5,87 6,38 5,85 5,42

Juli 7,12 9,35 7,88 7,41 10,27 11,55 8,05 8,28 6.88

Agustus 4,78 3,48 4,46 2,71 5,38 3,65 3,77 7.13 1,54

September 4,90 5,30 5,79 6,62 4,73 5,50 6,03 5,05 2,86

Oktober 0,11 -0,70 -0,42 - 1,42 -3,02 -0,67 -1,84 - 1,31 -0,50

November 1,14 0,40 2,11 0,38 3,20 -0,44 1,80 0,32 0,70

Desember 3,00 0,18 2,67 4,61 1,21 1,42 1,16 1,23 -1,29

(Apr. - Des.)" 46,75 45,59 50,45 53,66 48,21 46,36 47,48 44,32 21,26

I) Sejak April 1998 mencaltup 44 kOla

2) Perubahan IHK bulan Desember 1998 terhadap IHK bulan Maret 1998 (1996 = 100)

Page 201: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 201

Tabel III.2 ( lanjutan )

Dandar

Jambl Jakarta Dandung Serangl

Taslkmalaya Clrebon Akhir perlodPlkumulatif Palembang Dengkulu

Lampung Cllegon

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (6) (9) (10)

1989/1990 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

1990/1991 Kumulatif .- -- -- .. -- -- -- .- --

1991/1992 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

1992/1993 Kumulatif 9,30 9,08 8,63 8,80 11,50 8,41 -- .- --

1993/1994 Kumulatif 6,85 7,00 5,80 5,14 7,29 8,05 -- -- --

1994/1995 Kumulatif 6,12 6,63 9,46 8,98 9,47 7,26 -- -- --

1995/1996 Kumulatif 7,56 9,87 6,87 9,17 10,30 7,58 -- -- --

1996/1997 Juni -0,18 -0,15 1.07 0,18 0,04 -0,01 -- -- --

September 0,82 0,25 -0,70 0,20 -0,09 0,04 -- -- --

Desember 1,05 1,40 0,62 0,72 0,38 0.17 -- -- --

Maret -0,23 -0,03 0,36 -0,96 -0,59 -0,38 -- -- --

Kumulatif 5,05 5,04 5,81 4,85 5,16 4,89 -- -- --

1997/1998 Juni -1,49 0,1\ -0,98 -0,02 -0,03 -0,14 -- -- --

September 1,19 1,18 0,86 0,97 1,79 1,01 .- -- --

Desember 0,63 3,15 -1,15 2,66 2,48 1,22 -- -- --

Maret 3,90 7,85 4,27 8,2'7 5,31 9,05 -- .- --

Kumulatlf 33,23 36,11 31,98 31,31 36,69 33,77 6,97 6,93 7,05

1998/1999 April 6,96 5,47 5,87 3,23 3,51 3,44 1,62 4,79 2.72

Mei 6,88 6,69 4,41 4,24 5,16 3,76 2,46 7,70 4,63

Juni 4,19 5,18 4,52 7,74 4,83 4,48 5,24 5.91 4,28

Juli 7,67 11,92 1\,84 6,33 8,13 8,18 6,02 6.46 5,93

Agustus 5,19 6,40 7,70 10,69 6,15 4,69 6,16 4.81 6,35

September 4,49 6,16 6,65 4,04 3,25 3,13 3,57 4,71 3,23

Oktober - 1,41 -0,37 -2,02 -0,35 -0,68 -0,37 -0,89 -0.78 -0,09

November 1,12 0,40 -0,88 -0,02 -0,71 0,31 -0,67 0,70 0,70

Desember 1,34 1,51 0,31 -0,53 1,60 1,14 1,32 0..81 0,23

(Apr. -Des.)

I) 42,28 51,83 44,57 40,70 35,49 32,39 27,41 40,66 31,44

I) Pcrubahan IHK bulan Desember 1998 lerhadap IHK bulan Maret 1998 (1996 = 100)

Page 202: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 202

Tabel 111.2 (Ianjutan)

Akhlr perlodelkumulatif SemarangPurwok

erlo Tegal Surakarta Yogyakarla Surabaya Malang Kediri Jember

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1989/1990 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

199011991 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

\99\11992 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

\992/\993 Kumulatif 9,14 -- -- -- 8,40 9,54 -- -- --

\993/\994 Kumulatif 4,61 -- -- -- 7,24 8,39 -- -- --

\994/\995 Kumulatif 7,55, -- -- -- 9,50 7,85 -- -- --

\995/\996 Kumulatif 6,69 . -- -- -- 7,73 8,24 -- -- --

\996/\997 JuRi 0,01 -- -- -- 0,10 -0,38 -- -- --

September 0,26 -- -- -- 0,\5 0,08 -- -- --

Desember 0,12 -- -- -- 0,33 0,32 -- -- --

Maret -0,37 -- -- -- 0,53 0,12 -- -- --

Kumulatif 4,67 -- -- -- 2,67 5,53 -- .. --

\997/\998 JuRi 0,39 -- -- -- - 0,11 -0,22 -- -- --

September \,24 -- -- -- 1,76 0,24 -- -- --

Desember 2,63 -- -- -- 3,2\ \,99 -- -- --

Maret 4,02 -- -- -- 7,54 4,45 -- -- --

Kumulatif 30,59 -- -- -. 40,95 33,16 -- -- --

\998/\999 April 5,91 4,35 \,75 2,42 4,11 5,64 4,81 2,93 2,8\

Mei 4,27 3,53 3,98 6,73 3,57 4,79 6,50 3,57 4,85

JuRi 2,96 5,76 5,53 4,80 4,75 4,40 5,78 5,68 6,74

Juli 7,35 6,86 7,77 7,45 8,60 10,97 7,43 8,07 10,10

Agustus 5,83 8,95 9,09 7,25 7,53 8,83 7,09 11,24 9,37

September 3,49 4,55 3,00 4,06 4,43 0,88 4,25 2,56 2,57

Oktober -0,02 0,28 -0,23 -0,55 -0,14 0,18 \,31 -0,55 -0,20

November 0,30 \,6\ -0,06 -0,07 -0,24 0,85 \,34 0,87 -0,30

Desember \,55 1,02 \,94 1,30 0,83 \,78 \,\8 \,24 1,62

(Apr - Des)

1) 36,15 43,14 37,43 38,31 38,35 44,26 47,10 41,08 43,69

1) Perubahan IHK bulan Desember 1998 terhadap IHK bulan Maret 1998 (1996 = 100)

Page 203: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 203

Tabel 1II.2 (Ianjutan)

Akhir periodeJ Denpasar Mataram Kupang Dm Pontianak Palangka- Sampit Banjarmasin Samarinda

kumulatif rays

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1989/1990 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

199011991 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

199111992 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- -- --

199211993 Kumulatif 11,04 9,60 10,11 10,70 8,25 7,21 -- 9,46 6,46

1993/1994 Kumulatif 7,20 7,89 7,34 3,06 7,41 8,09 -- 4,42 6,45

1994/1995 Kumulatif 5,80 8,89 6,41 9,42 6,54 10,33 -- 8,22 10,31

1995/19% Kumulatif 6,47 6,59 6,45 5,45 8,59 3,22 -- 7,61 6,45

19%11997 Juni -0,73 0,72 - 0,45 3,80 0,24 -0,29 -- -1,53 -0,28

September 0,28 0,89 0,41 -0,06 0,94 0,14 -- 0,10 0,89

Desember 0,36 0,37 2,48 _I,ll 0,57 1,09 -- 1,25 0,32

Maret 1,95 0,83 -0,25 0,25 -0,33 -0,79 -- 0,31 -0,62

Kumulatlf 4,01 7,20 5,94 6,96 6,30 3,47 -- 4,38 6,96

199711998 Juni 0,02 -1,36 -0,11 0,48 1,06 -1,32 -- 0,95 -0,10

September 2,40 1,88 2,03 0,08 1,75 3,24 -- 2,55 1,90

Desember 1,50 0,49 1,49 2,00 1,55 -1,22 -- 1,74 -0,08

Maret 5,80 7,38 6,03 3,09 3,72 3,33 -- 0,62 5.70

Kumulatif 29,70 29,43 20,82 21,10 35,18 33,53 -- 37,20 31,59

199811999 April 4,03 4,60 2,29 9,43 7,35 5,00 5,42 5,58 3,73

Mei 5,77 10,37 5,74 7,86 4,31 5,59 4,01 7,75 5,04

Juni 3,00 4,02 2,55 1,77 3,19 4,98 5,15 2,44 2,13

Juli 8,84 8,92 6,90 5,58 7,83 7,70 8,70 8,63 7,65

Agustus 7,61 6,26 3,31 6,91 5,90 4,76 4,38 6,66 5,35

September 4,82 5,43 10,60 6,21 4,55 4,68 5,84 6,65 1,90

Oktobe 0,47 1,18 0,94 1,00 0,05 -0,53 0,95 0,05 3,97

November 1,46 2,12 -0,84 0,09 -1,00 -0,26 -2,18 -0,81 -1,16

Desember 0,75 0,80 2,44 1,21 -0,13 0,05 2,07 1,00 -1,21

(Apr, -

Des.)') 42,90 52,62 38,93 47,32 36,46 36,46 39,31 38,98 30,56

I) Perubahan IHK bulan Desember 1998 terhad." IHK bulan Marel 1998 (1996 = 100)

Page 204: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 204

Tabel III.2 (Ianjutan)

Akhlr perlodel Balik- Ujung

kumulatlf papan Manado Palo

PanuangKendarl Ambon

Ternate Jayapura

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1989/1990 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- --

1990/1991 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- --

1991/1992 Kumulatif -- -- -- -- -- -- -- --

1992/1993 Kumulatif -- 6,54 8_66 8,79 9,83 8.53 --7,99

1993/1994 Kumulatif -- 10,55 5,84 5,94 8,09 6.11 --9,34

1994/1995 Kumu1atif -- 9,12 8.02 10,10 9,10 8,09 --8,92

1995/1996 Kumu1atif -- 10,22 9,80 8,12 4,94 5,18 --4,67

1996/1997 Juni -- -I,ll 1,58 -0,44 0,09 0,50 --0.17

September -- 0,10 -2,88 -0,56 -0,42 -0.06 --0,77

Desember -- 0,32 1,14 2,21 0,261.88 I

--1.79

Maret -- 0,80 -1,03 -0,80 1,89 0,99 -- 1,19

Kumulatlf -- 6,17 4,06 2,29 6,36 6,36 -- 8,16

1997/1998 Juni -- 0,13 0,69 -0,74 0,08 0,26 -- 0,78

September -- 0,83 1,81 0,76 0,91 0,72 -- 0,14

Desember -- 12,36 1,14 0,97 0,04 0,62 -- 0,75

Maret -- 12,36 7,20 4,16 5,87 3,60 -- 4,97

Kumulatlf -- 33,73 28,83 25,08 26,03 23,30 -- 24,22

1998/1999 April 7,15 9,58 5,99 8,07 11,42 7,41 11,84 10,16

Mei 2,50 4,49 9,91 4,40 6,00 3,18 5,91 2,85

Juni 2,46 2,83 4,83 4,41 4,78 5,10 3,55 6,09

Juli 7,39 6,02 8,78 14,78 14,80 10,98 6,40 6,04

Agustus 8,87 8,15 1,95 4,93 4,61 10,09 5,72 4,02

September 4,63 4,19 5,05 4,17 7,03 2,54 6,63 1,73

Oktober -0,61 0,95 5,48 -0,05 2,54 2,86 -0,68 2,29

November -0,67 1,06 0,50 0,74 -0,51 -2,65 -2,02 -0,74

Desember 0,58 1,47 4,00 1,44 1,50 1,83 2,96 3,89

(Apr. - Des.)') 36,69 45,61 56,86 50,95 64,73 48,80 47,41 42,26

1) Perubahan IHK bulan Desember 1998 lerhadap IHK bulan Maret 1998 (1996 = 100)

Page 205: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 205

Page 206: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 206

1998 harga emas mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya, narnun harga

pada bulan-bulan tersebut rata-rata masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga emas yang

terjadi pada akhir tahun 1997/1998. Sementara itu perkembangan harga emas di pasar London

dalarn periode April-November 1998/1999 juga berfluktuasi dengan kecenderungan melemah.

Bahkan harga rata-rata emas dalam kurun waktu 8 bulan pertama tahun 1998/1999 tersebut

masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harga yang dicapai dalarn periode yang sama

tahun sebelumnya.

Semenjak terjadinya gejolak nitai tukar rupiah yang diawali krisis mata uang baht

Thailand, perkembangan harga beberapa mata uang asing di Jakarta cenderung menguat

terhadap rupiah. Dalam kurun waktu 1 tahun sejak krisis melanda pasar uang dalam negeri (Juli

1997-Juli 1998) harga berbagai mata uang asing di pasar Jakarta mengalami peningkatan rata-

rata 462,5 persen terhadap rupiah. Namun demikian, melalui berbagai kebijaksanaan yang telah

diambil pemerintah seperti pelepasan band intervensi, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), pelaksanaan berbagai program reformasi dalarn rangka pemulihan

perekonomian, baik di biuang fiskal, keuangan, maupun sektor riil, serta dengan didukung oleh

semakin menurunnya laju inflasi, perkembangan harga mata uang asing mulai memperlihatkan

penurunan terhadap rupiah. Sejak bulan Agustus 1998 sampai dengan November 1998 harga

berbagai mata uang tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan harga yang terjadi

dalam bulan-bulan sebetumnya. Dalam periode April-November 1998 mata uang dolar

Singapura, dolar Hongkong, dolar Amerika Serikat, dan pound sterling Inggris mengalami

depresiasi cukup besar terhadap rupiah dengan persentase penurunan antara 10,51 persen sampai

dengan 15,02 persen. Perkembangan harga emas di pasar Jakarta maupun di pasar London serta

harga beberapa mata uang asing di pasar Jakarta dapat dilihat dalam Tabel 111.3, Tabel 111.4,

dan Graflk 111.2.

3.2.4 Harga Barang-barang Ekspor Nonmigas

Melemahnya permintaan negara-negara mitra dagang merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan harga-harga beberapa jenis komoditi ekspor di pasar

internasional. Dalam periode April-September 1998 harga beberapa komoditi ekspor cenderung

melemah. Bahkan beberapa komoditi seperti kopi robusta dan lada putih di pasar New York,

plywood di pasar Tokyo, dan karet RSS III di pasar New York, dalam perdagangan bulan

Page 207: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 207

September 1998 ditutup pada tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang

dicapai dalarn bulan Maret 1998. Sementara itu, komoditi ekspor lainnya seperti lada hitam di

pasar New York dan minyak sawit di pasar London, walaupun harganya juga cenderung

menurun, namun tingkat harga yang terjadi dalam bulan September 1998 masih lebih tinggi

dibandingkan dengan harga pada akhir tahun 1997/1998. Dalam periode April-September

1998/1999 harga kedua komoditi ekspor tersebut terakhir mengalarni kenaikan masing-masing

9,10 persen dan 3,98 persen.

Di pasar Jakarta perkembangan harga kopra dan kopi robusta dalam periode April-

September 1998 terus meningkat setiap bulannya. Seuangkan untuk komoditi karet jenis RSS I

dan lada putih harganya sedikit fluktuatif. Dalam bulan September 1998 harga karet RSS I

mencapai Rp 6.610.000 per ton, atau mengalami kenaikan 1,61 persen dibanding dengan harga

Bulan Maret 1998.

Page 208: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 208

Tabel III.3

BARGA RATA-RATA EMAS DI PASAR JAKARTA DAN

DI PASAR LONDON, 1989/1990 - 1998/1999

Jakarta London

Periode (24' daIam Rp/gram) (US$/troyounce)

(1) (2) (3)

1989/1990 22.408 381,95

1990/1991 22.912 373,45

1991/1992 22.582 356,70

1992/1993 22.399 339,00

1993/1994 24.609 374,82

1994/1995 25.910 383,57

1995/1996 27.190 369,56

1996/1997 Juni 27.769 382,10

September 27.775 378,55

Desember 27.795 368,90

Maret 27.000 350,05

1997/1998 Juni 26.694 334,10

September 27.075 332,35

Desember 35.250 290,65

Maret '71.023 302,35

1998/1999 April 70.100 293,60

Mei 81.125 293,90

Juni 100.417 296,30

Juli 128.889 288,85

Agustus 111.250 279,00

September 97.325 296,45

Oktober 87.750 293,85

November 73.125 294,05

Page 209: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 209

Tabel 111.4

HARGA RATA-RATA BEBERAPA JENIS MAT A UANG ASING DI JAKARTA, 1989/1990 - 19981999

( harga juRI dalam rupiah per satuan )

Periode US$ ¥ £ HK$ Sin$ DM CHF NLG

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ,

1989/1990 1.792,93 12,56 2.899,01 232,03 928,72 976,62 Ll12,75 865,37

1990/1991 1.875,57 13,39 3.469,37 243,641.059,17 Ll92,44 1.405,18 1.058,08

1991/1992 1.978,87 14,87 3.443,08 256,85Ll63,95 Ll81,45 1.352,33 1.054,82

1992/1993 2.053,05 16,46 3.505,97 267,081.259,59 1.311,17 1.455,26 Ll67,53

1993/1994 2.112,24 19,57 3.186,52 274,861.319,17 1.261,ll 1.443,34 Ll23,07

1994/1995 2.192,58 22,05 3.419,42 286,101.472,58 1.408,31 1.671,38 1.253,92

1995/1996 2.278,83 23,85 3.592,08 297,171.615,-- 1.597,08 1.957,67 1.426,71

1996/1997Juni 2.346,-- 21,64 3.659,-- 307,--1.664,-- 1.537,-- 1.871,-- 1.374,--

September 2.351,-- 21,50 3.691,-- 306,--1.665,-- 1.566,-- 1.927,-- 1.398,--

Desember 2.371,-- 20,86 3.987,-- 309,--1.691,-- 1.531,-- 1.802,-- 1.364,--

Maret 2.413,-- 19,77 3.913,-- 314,--1.681,-- 1.426,-- 1.653,-- 1.273,--

19971/l998Juni 2.447,-- 21,52 4.056,-- 320,--1.727,-- 1.426,-- 1.713,-- 1.276,--

September 3.116,-- 25,68 4.991,-- 399,--2.044,-- 1.734,-- 2.109,-- 1.542,--

Desember 5.219,-- 39,39 8.655,-- 670,--3.124,-- 2.913,-- 3.582,-- 2.582,--

Maret 9.628,-- 74,77 16.456,-- 1.246,--5.953,-- 5.285,-- 6.469,-- 4.659,--

1998/1999April 8.296,- 63,29 14.249,-- 1.094,--5.155,--' 4.548,-- 5.464,-- 4.040,--

Mei 10.906,-- 80,26 17.552,-- 1.462,--6.571,-- 6.059,-- 7.289,-- 5.342,--

Juni 14.192,-- 100,81 23.439,-- 1.8<'.2,--8.362,-- 7.901,-- 9.454,-- 6.937,--

Juti 14.622,-- 104,67 24.180,-- 1.971,--8.631,-- 8.150,-- 9.638,-- 7.278,--

Agustus 12.631,-- 87,69 20.634,-- 1.689,--7.304,-- 7.088,-- 8.456,-- 6.253,--

September 11.314,-- 84,68 19.540,-- 1.513,--6.580,-- 6.650,-- 8.114,-- 5.926,--

Oktober 9.142,-- 74,56 15.894,-- 1.237,--5.614,-- 5.651,-- 6.969,-- 4.991,--

November 8.320,-- 69.79 13.984,-- LlI5,--5.100,-- 4.975,-- 5.992,-- 4.446,--

Page 210: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 210

Page 211: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 211

Sementara untuk lada putih, setelah mencapai harga tertinggi dalam bulan Juni 1998, dalam

bulan Juli, Agustus, dan September 1998 harganya kembali melemah rata-rata 3,68 persen per

bulan. Perkembangan harga beberapa barang ekspor primer di pasar Jakarta dan di pasar

internasional, dapat dilihat dalam Tabel III.S, Tabel 111.6, dan Grafik 111.3.

3.2.5 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

Indeks harga perdagangan besar yang merupakan indikator perkembangan harga-harga

ditingkat pedagang besar/grosir, dalam tahun 1998 (Januari - September 1998) meningkat 98,58

persen, jauh lebih tinggi dari kenaikan IHPB tahun sebelurnnya sebesar 9,30 persen. Dari lima

sektor yang tercakup dalam penghitungan IHPB, sektor impor dan sektor ekspor mengalarni

kenaikan indeks eukup tinggi, masing-masing 126,54 persen dan 165,97 persen. lndeks harga

sektor pertanian dan sektor industri masing-masing meningkat 55,73 persen dan 54,18 persen,

sementara sektor pertambangan dan penggalian meningkat relatif kecil, yaitu 18,24 persen.

Perkembangan indeks harga perdagangan besar dapat dilihat dalam Tabel 111.7.

3.2.6 Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan/Konstruksi

lndeks harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi dalam tahun 1998 (Januari-

September 1998) meningkat 61,54 persen. Kenaikan indeks tersebut dipengaruhi oleh kenaikan

indeks seluruh jenis bangunan yang tereakup dalam penghitungan indeks dengan persentase

kenaikan antara 45,30 persen sampai dengan 83,05 persen. Jenis bangunan yang mengalarni

kenaikan indeks tertinggi adalah bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi,

seuangkan kenaikan indeks terendah terjadi padajenis bangunan pekerjaan umum untuk

pertanian. Perkembangan indeks harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi dapat

dilihat dalam Tabel 111.8.

3.3 Gaji dan Upah di berbagai Sektor

Perkembangan tingkat upah.maksimum dan minimum di beberapa sektor ekonomi dalam

tahun 1998 (sampai dengan bulan Juni 1998) hampir tidak mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tingkat upah dalam tahun 1997. Kenaikan yang relatif kecil hanya terjadi

pada beberapa sektor ekonomi. Pada tingkat upah minimum, kenaikan upah yang menonjol

terjadi pada sektor perkebunan, dengan persentase kenaikan 3,35 persen. Sementara itu untuk

Page 212: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 212

tingkat upah maksimum, kenaikan upah tertinggi terjadi pada sektor jasa-jasa yaitu 6,38 persen.

Perkembangan upah maksimum dan minimum di berbagai sektor ekonomi dapat dilihat dalam

Tabel 111.9.

3.4 Perkembangan Uang Primer (MO) dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya

Sejak diluncurkannya program stabilisasi dan reformasi ekonomi, upaya untuk mencapai

kestabilan moneter dilaksanakan antara lain melalui pengendalian pertumbuhan aktiva domestik

bersih (Net Domestik Assets/NDA) dan cauangan devisa bersih (Net International Reserves/NIR)

sebagai indikator pencapaian sasaran (peiformance criteria). Sementara itu reserve money atau

uang primer (MO) dan bantuan likuiditas kepada bank digunakan sebagai sasaran indikatif

(indicative target).

Page 213: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 213

Tabel 111.5

HARGA RATA. RATA BEBERAPA BARANG EKSPOR D1 PASAR JAKARTA

1989/1990 . 1998/1999

( dalam ribu rupiah per ton)

Karet Lada

Periode Kopra

Kopi

RSSI (Sulawesi) putih robusta

(1) (2) (3) (4) (5)

1989/1990 1.419,0 486,4 3.567,2 1.379,2

1990/1991 1.445,0 339,0 2.580,0 1.386,0

1991/1992 1.436,6 547,8 2.129,5 1.500,5

1992/1993 1.669,5 562,0 3.250,0 1.738,0

1993/1994 1.822,0 560,0 5.400,0 2.741,0

1994/1995 4.065,0 808,0 6.894,0 4.914,0

1995/1996 3.225,0 962,5 7.850,0 4.300,0

1996/1997 Juni 3.252,5 940,0 6.562,0 4.050,0

September 2.875,0 858,0 7.259,0 4.352,0

Desember 2.888,0 875,0 7.888,0 4.528,0

Maret 2.752,0 788,0 9.947,0 4.325,0

1997/1998 April 2.702,0 775,0 10.795,0 3.658,0

Mei 2.702,0 748,0 11.401,0 3.966,0

Juni 2.632,0 715,0 12.072,0 4.550,0

Juli 2.330,0 700,0 13.200,0 4.734,0

Agustus 2.325,0 715,0 16.673,0 4.900,0

September 2.527,5 785,0 18.167,5 5.183,5

Oktober 2.715,0 900,0 21.606,5 5.816,5

November 2930,0 1.005,0 24.080,0 5.604,0

Desember 3.105,0 1.025,0 24.270,0 5.604,0

Januari 6.125,0 1.500,0 48.794,0 8.750,0

Februari 6.155,0 1.900,0 58.412,0 10.250,0

Maret 6.505,0 2.050,0 62.602,0 8.894,0

1998/1999 April 5.775,0 2,050,0 61.513,0 8.894,0

Mei 6.758,0 2.300,0 64.221,0 8.934,0

Juni 5.500,0 2.450,0 66.488,0 9.000,0

Juli 7.620,0 3.050,0 65.443,0 14.875,0

Agustus 6.420,0 3.100,0 62.250,0 16.084,0

September 6.610,0 3.050,0 59.387,0 16.084,0

Page 214: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 214

1)Sejak bulan Desember 1989 dengan jenis "copra expeller pellets" .

2)Dalam US$ ct/lb

Tabel 111.6

HARGA RATA-RATA BEBERAPA BARANG EKSPOR UTAMA DI PASAR INTERNASIONAL, 1989/1990 - 1998/1999

RSSIII Kopra Kopl robusta Lada putih Lada hitam Tlmah putlh Minyak sawlt Plywood

Periode US $ ctJIb Br flkg Sin $ ctlkg US $lit US $lit US $ ctJIb Sin $/kg Sin $/kg Br £Imt Br £lit ¥/Sheet

(New York) (London)(Slngapura) (Manila) (London) eks Palem- (Slngapura)(Slngapura

)(London) Eks Malaysia (Tokyo)

bang (London)

(New York)

(I) (2) (3) (4) IS) (6) (7) (8) (9) (10) (II) (12)

1989/1990 46,82 58.17 165,62 321,96 168,--1) 61.66 524,27 2) 455,842) 7.658,56 320,38 1.037,50

199011991 46,-- 49.90 144,50. 222,30 158,33 45.94 2,56 2,73 5.880,63 303.32 1.224.38

1991/1992 43,06 52,02 134,99 - 142,24 41,48 2,22 2,02 5.618,44 404 , 90 1.065,--

1992/1993 43,48 62,44 134,42 - 140,10 37.79 2,65 1,71 5.653,63 414,69 1.160,--

1993/1994 45,28 67.71 145,86 354,-- - 61,46 4,44 2,44 5.423,75 396,76 1.210,--

1994/1995 88,63 118.85 263,79 437.67 124,90 140.53 5,22 3,23 5.543,20 716,10 1.200,--

1995/1996 76,10 105.11 219,85 464.67 176,50 100.62 5,24 2,71 6.167,69 519,03 1.200.--

199611997Juni 72,50 99,63 210,75 525.25 - 88,99 4,97 2.65 6.333,75 556,25 1.220,--

September 63,50 86,36 182,76 475,-- 147,85 70,95 5,05 3,30 6.102,40 548,-- 1,275,--

Desember 62,26 78,24 174,71 493.75 164.06 61,11 6,05 3.31 6.045,-- 581.62 1.290,--

Maret 61,53 78,85 174,57 490,-- 149,05 68,52 7,37 3.84 5.899,47 560,00 1.300,--

1997/1998Juni - - 159,88 422,13 - 63,97 5,25 3.68 5.658,75 553,13 1.280,--

September 45,53 57.63 133.78 407,48 70,92 67,36 10,10 7.11 5.496.50 524,-- 1.080,--

Desember 35,68 41,14 107,15 398.75 64,00 78,48 14,71 7,97 5.631,25 548,13 985,--

Maret 36,74 44.31 115,54 377,50 71,61 80,33 11,94 7.25 5.465,-- 676,45 950,--

1998/1999April 36,72 46.50 122,50 - 74,10 87,05 12,45 9.-- 5.702,94 695,17 825,--

Mei 39,75 49,22 126,73 - - 89,89 12,63 9,44 5.877,87 705,17 825,--

Juni 37,59 46,35 121,25 - - 81,98 12,46 9,10 6.057,28 622,86 875.--

Juti 37,50 44,35 125,35 - - 73,89 11,71 8.68 5.634,74 652,50 875,--

Agustus 36,25 46.38 114,38 407,50 80,00 76,33 11,02' 8,12 5.560,-- 960,-- 825,--

September 34,64 45.88 118.35 410.07 81.13 76,65 11,81 7.91 5.493,-- 703.39-

Page 215: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 215

Page 216: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 216

Tabel ill.7

INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, 1987 - 1998

( 1983 = 100 )

Pertambanga

nIndeks Perubahan

Tahun Pertania

n

dan

Penggalian Industri Impor Ekspor umum

indeks

umom

(%)

(1)(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1987 145 132 143 158 118 142 + 22,41

1988 163 143 156 164 118 149 + 4,93

1989 177 156 166 178 131 162 + 8,72

1990 191 169 176 191 159 178 + 9,88

1991 206 188 194 201 153 187 + 5,06

1992 225 201 206 208 159 197 + 5,35

1993 251 218 218 211 157 204 + 3,55

1994 298 237 231 215 157 215 + 5,39

1995 355 266 . 256 230 178 240 + 11,63

1996 399 296 265 243 198 259 + 7,50

1997 445 318 275 260 238 282 + 9,30

1998 OJ 693 376 424 589 633 560 + 98,58

*) Sampai dengan bulan September

Page 217: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 217

Tabel III.8

INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BAHAN

BANGUNANIKONSTRUKSI

MENURUT JENIS BANGUNAN, 1987 . 1998

( 1983 = 100 )

Tahun Bangunan tern-

pat tinggal dan

bangunan bukan

ternpat tinggal

Pekerjaan

urnum

untuk

pertanian

Pekerjaan

urnurn

untuk jalan,

jernbatan dan

pelabuhan

Bangunan dan

instalasi listrik,

gas, air rninurn,

dan

kornunikasi

Bangunan

lainnya

Indeks

urnum

Perubahan

indeks

urnum

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1987 131 130 132 134 133 132 + 10,92

1988 144 142 147 148 147 145 + 9,85

1989 160 159 163 161 162 160 + 10,34

1990 174 178 177 171 116 174 + 8,75

1991 188 195 194 183 194 190 + 9,20

1992 198 206 205 191 204 200 + 5,26

1993 213 223 219 200 214 213 + 6,50

1994 226 235 230 206 222 224 + 5,16

1995 248 264 256 219 244 246 + 9,82

,

1996 263 284 274 225 256 261 + 6,10

1997 277 298 288 236 270 273 + 2,68

.

1998*) 436 433 459 432 453 441 + 61,54

*) Sampai dengan bulan September

Page 218: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 218

_ Tabel 111.9

UPAH MINIMUM DAN MAKSIMUM DI BERBAGAI SEKTOR, 1990 - 1998

( rupiah per bulan)

Sektor 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

( Rata-rata upah minimum )

1. Perkebunan 100.590 14.740 149.699 169.812 240.439 272.440 272.440 275.755 285.000

2. Pertambangan 218.241 321.750 368.870 413.807 487.299 505.768 573.229 650.293 650.293

3. In d u s tr i 171.957 186.069 187.800 195.527 206.907 238.474 240.730 289.605 295.000

4. Bangunan 221.240 176.338 254.366 289.882 295.514 326.662 409.404 438.952 438.952

5. Lis t r i k 105.751 130.990 150.782 155.240 172.865 267.220 311.995 311.995 311.995

6. Perdagangan 227.611 250.343 3()5.080 315.535 326.146 368.371 399.482 427.586 428.500

7. Perhubungan 133.671 168.800 223.145 230.460 466.757 493.727 493.272 596.915 598.000

8. JaSa-jasa 157.585 223.252 234.683 234.683 234.683 280.518 332.525 385.678 391.200

( Rata-rata upah makslmum )

I. Perkebunan 1.050.965 1.563.064 1.814.862 1.835.324 1.835.324 1.927.092 1.941.428 2.848.475 2.850.500

2. Pertambangan 2.269.215 3.869.560 3.950.119 4.495.389 4.668.740 4.905.578 5.297.412 5.587.209 5.589.209

3. In d u s tr i 1.997.947 2.244.380 2.704.974 2.920.324 3.111.889 3.453.347 3.453.347 4.088.210 4.088.210

4. Bangunan 1.879.124 2.147.802 2.263.366 2.656.364 2.777.218 3.047.198 3.620.798 4.570.066 4.570.066

5. Listrik 821.069 1.054.296 1.308.292 2.643.471 2.744.415 3.551.952 3.907.970 3.907.970 3.907.970

6. Perdagangan 1.967.498 2.509.900 3.313.904 3.732.806 4.506.183 4.904.394 5.807.734 6.205.000 6.208.000

7. Perhubungan U72.333 2.179.183 2.804.609 2.930.816 4.310.603 4.398.689 4.398.689 4.398.689 4.400.689

8. Jasa-jasa 1.775.659 2.188.040 2.270.505 2.509.258 2.509.258 2.779.769 2.779.769 3.029.571 3.222.8&7

Page 219: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 219

Sehubungan dengan hal tersebut, agar pengendalian uang beredar sesuai dengan

kebutuhan dan dalam rangka penerapan kebijaksanaan moneter yang ketat, pemerintah telah

menyempumakan perhitungan uang primer menjadi base money. Dalam perhitungan ini, base

money didefinisikan sebagai uang primer ditambah dengan kekurangan giro wajib minimum

(GWM). Penyempumaan ini dilatarbelakangi oleh kondisi perbankan yang mengalami kesulitan

likuiditas dan terjadinya penarikan dana masyarakat yang cukup besar sehingga tidak mampu

memenuhi ketentuan giro wajib minimum.

Berbagai langkah kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan

perkembangan moneter agar perkembangannya sesuai dengan performance criteria yang telah

ditetapkan. Tercapainya pelaksanaan dari upaya-upaya tersebut tercermin pada terkendalinya

pertumbuhan aktiva domestik bersih dan meningkatnya cauangan devisa bersih yang melebihi

sasaran indikatif yang ditetapkan. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan uang primer

dalam tahun anggaran 1998/1999 sampai bulan November mencapai Rp 73.076 miliar, terdiri

dari uang kertas dan uang logam yang diedarkan Rp 46.749 miliar, saldo giro bank pada Bank

Indonesia Rp 25.686 miliar, dan giro sektor swasta Rp 641 miliar. Bila dibandingkan dengan

akhir tahun anggaran 1997/1998 dimana uang primer berjumlah Rp 59.412 miliar, maka pada

tahun anggaran 1998/1999 sampai dengan bulan November 1998, jumlah uang primer telah

mengalami kenaikan sebesar Rp 13.664 miliar atau meningkat 23 persen. Sementara itu, dalam

periode yang sama tahun lalu uang primer menunjukkan penurunan Rp 1.526 miliar (4,32

persen). Peningkatan uang primer dalam peri ode April-November 1998 disebabkan oleh

meningkatnya saldo giro bank pada Bank Indonesia Rp 12.416 miliar atau 93,56 persen, yang

dikarenakan oleh meningkatnya dana simpanan masyarakat pada perbankan, dan meningkatnya

uang kertas dan uang logam yang diedarkan Rp 1.654 miliar atau 3,67 persen. Seuangkan giro

sektor swasta mengalami penurunan Rp 406 miliar atau 38,78 persen.

Ekspansi uang primer dalam tahun anggaran 1998/1999 dipengaruhi pula oleh

meningkatnya posisi cauangan devisa bersih dan kontraksi aktiva domestik bersih. Posisi

cauangan devisa bersih sampai dengan bulan November tahun anggaran 1998/1999 mencapai

Rp 142.104 miliar atau setara dengan US$ 14,21 miliar. Posisi ini berada di atas jurnlah

minimum target indikatif yakni US$ 11,26 miliar. Bila dibandingkan dengan tahun anggaran

1997/1998 dimana cauangan devisa bersih berjumlah Rp 92.258 miliar, maka posisi cauangan

devisa bersih ini telah mengalami kenaikan sebesar Rp 49.846 miliar atau 54,03 persen.

Page 220: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 220

Meningkatnya posisi cauangan devisa bersih ini antara lain berkaitan dengan adanya pencairan

dana pinjaman luar negeri pemerintah seperti CGI, OECF, dan IBRD, serta penerimaan ekspor

non migas. Sementara itu, aktiva domestik bersih mengalami kontraksi Rp 38.557 miliar atau

126,54 persen yakni dari negatif Rp 30.471 miliar pada bulan Maret tahun 1998 menjadi negatif

Rp 69.028 miliar pada bulan November tahun anggaran 1998/1999, sehingga masih berada di

bawah jumlah maksimum target indikatif sebesar negatif Rp 39,56 triliun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya kontraksi aktiva domestik bersih ini

antara lain ialah kontraksi pada kredit likuiditas Bank Indonesia dan operasi pasar terbuka

masing-rnasing sebesar 34,65 persen dan 93,92 persen. Berkurangnya kredit likuiditas Bank

Indonesia tersebut antara lain berkaitan dengan adanya pelunasan sebagian kredit BULOG.

Seuangkan kontraksi pada operasi pasar terbuka terutama disebabkan oleh meningkatnya

penjualan SBI. Sernentara itu, tagihan bersih pada Pemerintah dan tagihan bersih pada Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) mengalami ekspansi masing-masing sebesar 6,99

persen dan 56,17 persen. Tingginya ekspansi tagihan bersih pada BPPN tersebut terutama

berkaitan dengan peningkatan bantuan likuiditas pada beberapa bank yang berada dalarn

pengawasan BPPN. Perkembangan uang primer dapat dilihat pada Tabel 111.10.

3.5 Perkembangan Uang Beredar (Ml) dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi sejak bulan Juli 1997, telah

rnenyebabkan perkembangan moneter di Indonesia mengalami banyak perubahan. Hal ini

ditandai oleh melonjaknya pertumbuhan besaran-besaran moneter sebagai akibat melemahnya

nilai tukar rupiah dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Untuk itu

kebijaksanaan pemerintah diarahkan guna mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap

sektor perbankan dan menstabilkan nilai tukar rupiah pada tingkat yang sesuai dengan

tercapainya pemulihan kinerja perekonomian yang sehat. Kebijaksanaan tersebut ditempuh

antara lain melalui kebijaksanaan likuiditas perekonomian yang ketat.

Upaya pengetatan likuiditas perekonomian merupakan langkah dari kebijaksanaan

moneter yang berhati-hati yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program

reformasi ekonomi Indonesia. Kebijaksanaan moneter ketat ini dilakukan antara lain dengan

menerapkan kebijaksanaan intervensi rupiah secara langsung di pasar uang antar bank dan

meningkatkan suku bunga SBI dengan tetap memperhatikan kondisi perkembangan

perekonomian Indonesia.

Page 221: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 221

Hasil dari pelaksanaan kebijaksanaan moneter yang ditempuh terlihat dari menurunnya

pertumbuhan jumlah uang beredar (M 1) yaitu dari rata-rata 0,89 persen per bulan dalarn

periode April-0ktober 1997, menjadi rata-rata 0,29 persen per bulan dalam periode yang sama

tahun 1998/ 1999. Jumlah uang beredar sampai akhir Oktober 1998 mencapai Rp 99.603 miliar,

yang terdiri dari uang kartal Rp 41.481 miliar dan uang giral Rp 58.122 miliar. Dibanding

dengan posisi uang beredar pada akhir Maret 1998 yang berjumlah Rp 98.270 miliar, maka

dalarn periode April Oktober 1998 peningkatan jumlah uang beredarmencapaiRp 1.333 miliar

(1,36 persen). Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan uang

kartal 8,60 persen, seuangkan uang giral mengalami penurunan 3,25 persen. Meningkatnya uang

kartal tersebut antara lain rnerupakan pencerminan besarnya kebutuhan masyarakat terhadap

rupiah dalam melakukan transaksi guna mengkompensir laju inflasi, disarnping belum pulihnya

kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Sementara itu, hila dibandingkan dengan

pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,96 persen, maka

pertumbuhan uang beredar dalarn tahun anggaran 1998/1999 sampai dengan bulan Oktober

1998 jauh lebih rendah.

Posisi likuiditas perekonomian (M2) sarnpai dengan akhir Oktober 1998 mencapai Rp

531.977 rniliar, yang meliputi uang beredar (Ml) Rp 99.603 miliar dan uang kuasi Rp 432.374

rniliar, atau masing-masing mempunyai pangsa 18,7 persen dan 81,3 persen terhadap likuiditas

Page 222: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 222

Tabel m.l0

Uang Primer, 1997/1998 . 1998/1999

( dalam miliar rupiah)

Sektor 1997/1998 1998/1999

Maret April Mei Juni JuH Agustus September Oktober November

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Uang Primer 59.412 61.489 67.965 67.689 72.605 68.636 70.214 70.541 73.076

- Uang kertas dan Uang logam

diedarkan 45.095 44.820 49.227 50.454 52.117 51.571 49.728 47.956 46.749

- Saldo giro Bank pads Bank

Indonesia 13.270 15.749 17.760 16.392 19.483 16.531 19.790 21.913 25.686

.

- Giro Sektor Swasta 1.047 920 978 843 1.005 534 696 672641

Posisi Cauangan Devisa Bersib

- Dalam rupiah pada nilai kurs

tetap 92.258 100.167 102.409 146.095 141.977 135.177 140.378 142.125 142.104

- Dalamjuta US Dolar 13.179,7 14.309,5 14.629,8 14.609,5 14.197,713.517,

714.037,8 14.212,5

14.210,

4

Aktiva Domestik Bersih - 30.471 - 37.702 - 34.444 - 76.862 - 69.372 - 64.139 - 70.164 - 71.584 - 69.028

antara lain:

- Tagihan Bersih Kepada

Pemerintah - 27.065 - 27.624 - 36.410 - 46.285 - 55.206 - 49.309 - 35.701 - 25.424 - 25.174

- Tagihan Bersih pada BPPN 87.044 101.826 124.633 132.339 140.356 141.523 141.555 135.828 135.936

- Kredit Likuiditas 26.228 26.992 19.139 19.511 19.383 18.088 17.680 16.603 17.140

antara lain: BULOG 15.155 15.598 7.404 7.613 7.669 8.131 7.589 6.305 6.301

- Operasi Pasar Terbuka - 30.151 - 45.302 - 64.210 - 72.568 - 72.232 - 68.403 - 67.370 - 57.488 - 58.469

Page 223: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 223

perekonomian. Dalarn tahun anggaran 1998/1999 sarnpai dengan bulan Oktober 1998, likuiditas

perekonomian mengalami peningkatan Rp 82.153 miliar ( 18,3 persen). Peningkatan tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan dalarn periode yang sama tahun sebelumnya yang

meningkat Rp 46.163 miliar (15,7 persen). Tingginya pertumbuhan likuiditas perekonomian

tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan uang kuasi.

Uang kuasi selarna tujuh bulan pertama tahun anggaran 1998/1999 mengalami

peningkatan yang tajarn, yaitu Dari Rp 351.554 miliar pada bulan Maret 1998 menjadi Rp

432.374 miliar pada bulan Oktober 1998 atau meningkat Rp 80.820 miliar (23,0 persen).

Pertumbuhan uang kuasi ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya yang meningkat 18,3 persen. Tingginya pertumbuhan uang kuasi dalarn tahun

anggaran 1998/1999 (sarnpai dengan bulan Oktober 1998) terutarna disebabkan oleh

meningkatnya dana simpanan dalarn bentuk rupiah 26,1 persen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah uang beredar (Ml) dalarn tahun

anggaran 1998/1999 sarnpai dengan Oktober 1998 terutama bersumber dari pengaruh

menarnbah pada aktiva luar negeri bersih Rp 20.731 miliar dan lainnya bersih Rp 69.368 miliar.

Seuangkan pengaruh mengurang berasal dari uang kuasi Rp 80.786 miliar, sektor pemerintah Rp

4.356 miliar, dan tagihan pada lembagal perusahaan dan perorangan Rp 3.624 miliar. Tingginya

pengaruh mengurang atas jumlah uang beredar yang berasal dari uang kuasi, disebabkan oleh

meningkatnya dana simpanan dalarn rupiah karena meningkatnya suku bunga perbankan.

Sementara itu, pengaruh mengurang yang bersumber dari sektorpemerintah antara lain

disebabkan meningkatnya penerimaan dalam negeri terutarna yang bersumber dari pajak ekspor

dan pajak pengahasilan. Seuangkan pengaruh mengurang yang berasal tagihan pada lembaga

perusahaan dan perorangan disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan kredit perbankan sebagai

akibat masih tingginya suku bunga perbankan. Perkembangan jumlah uang beredar, likuiditas

perekonomian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar dapat dilihat dalam

Tabel 111.11, Tabel 111.12, Tabel 111.13, dan Grafik 111.4.

3.6 Perkiraan Jumlah Uang Beredar (M1), Likuiditas Perekonomian (M2), dan Kredit

Perbankan dalam Tahun 1999/2000

Arah kebijaksanaan moneter dalam tahun anggaran 1999/2000 tetap ditujukan pada

upaya untuk mengendalikan laju inflasi. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung upaya

Page 224: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 224

menstabilkan nilai tukar rupiah serta menciptakan iklim yang kondusif bagi proses pemulihan

ekonomi dan upaya pengurangan tingkat kemiskinan. Dalarn pada itu, Pemerintah akan tetap

memelihara suku bunga pada tingkat yang marnpu menjaga posokan likuiditas agar tidak

memberikan tekanan-tekanan pada harga-harga dan memulihkan kepercayaan kepada

perekonomian Indonesia. Dengan mempertimbangkan berbagai tantangan berat yang dihadapi

perekonomian nasional serta mempertimbangkan perkiraan laju inflasi, pertumbuhan ekonomi,

dan besaran-besaran moneter, prospek neraca pembayaran dan RAPBN dalam tahun anggaran

199912000, maka jumlah uang beredar (Ml), likuiditas perekonomian (M2), dan kredit

perbankan dalam tahun anggaran 1999/ 2000 diperkirakan akan meningkat masing- masing

sebesar 29,5 persen, 14,3 persen, dan 7,8 persen.

Page 225: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 225

Tabel 111.11

JUMLAH UANG BEREDAR, 1989/1990 - 1998/1999

(dalam mlliar rupiah)

Pada akhir Uang kartal Uanggiral Jumlah Uang beredar

tahunlbuIan Posisi % Posisi % Posisi Perubahan

% tahunan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1989/1990 Maret 7.780 35,1 14.375 64,9 22.155 47,6

1990/1991 Maret 9.026 38,3 14.544 61,7 23.570 6,4

1991/1992 Maret 11.025 40,4 16.293 59,6 27.318 15,9

1992/1993 Maret 12.324 40,3 18.268 59,7 30.592 12,0

1993/1994 Maret 15.340 40,5 22.568 59,5 37.908 23,9

J o/1995 Maret 18.902 42,1 26.006 57,9 44.908 18,5

1995/1996 Maret 21.121 39,7 32.041 60,3 53.162 18,4

1996/1997 Juni 21.271 37,7 35.177 62,3 56.448-

September 21.055 35,3 38.629 64,7 59.684-

Desember 22.487 35,1 41.602 64,9 64.089-

Maret 23.312 36,7 40.253 63,3 63.565 19,6

1997/1998 Juni 23.754 34,0 46.196 66,0 69.950 -

September 23.916 36,1 42.342 63,9 66.258 -

Desember 28.424I

36,3 49.919 63,7 78.343 -

Maret 38.196 38,9 60.074 61,1 98.270 54,6

1998/1999 April 37.129 38,9 58.239 61,1 95.368-

Mei 42.543 40,9 61.398 50,1 103.941-

Juni 44.924 41,0 64.556 59,0 109.480-

Juli 45.436 42,9 60.386 57,1 105.822-

Agustus 43.799 41,9 60.784 58,1 104.583-

September 42.725 41,7 59.838 58,3 102.563-

Oktober 41.481 41,6 58.122 58,4 99.603

(Apr.-Okt.'98) - - - - - 1,4

(Apr.-Okt.'97) - - - -- 6,0

Page 226: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 226

Tabel Ill.12

LIKUIDITAS PEREKONOMIAN, 1989/1990 - 1998/1999

( dalam miliar rupiah )

Pada akhir Uang beredar 1) Uang kuasi 2) Likuditas perekonomian 3)

tahunlbulan Posisi I % Posisi I % Posisi I Perubahan

% tahunan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1989/1990 Maret 22.155 34,4 42.212 65,6 64.367 45,7

1990/1991 Maret 23.570 29,1 57.554 70,9 81.124 26,0

1991/1992 Maret 27.318 27,1 73.478 .72,9100.796 24,3

1992/1993 Maret 30.592 24,8 92.569 75,2123.161 22,2

1993/1994 Maret 37.908 25,5 110.921 74,5148.829 20,8

1994/1995 Maret 44.908 24,7 136.793 75,3181.701 22,1

1995/1996 Maret 53.162 22,9 179.331 77,1232.493 28,0

1996/1997 Juni 56.448 22,6 192.995 77,4249.443

September 59.684 23,0 200.242 77,0259.926

Desember 64.089 22,2 224.543 77,8288.632

Maret 63.565 21,6 231.016 78,4294.581 I 26,7

1997/1998 Juni 69.950 22,4 242.889 77,6312.839

September 66.258 20,1 262.816 79,9329.074

Desember 78.343 22,0 277.300 78,0355.643

Maret 98.270 21,8 351.554 78,2449.824 I 52,7

1998/1999 April 95.368 21,0 358.028 79,0453.396

Mei 103.941 21,0 389.968 79,0493.909

Juni 109.480 19,4 456.305 80,6565.785

Juli 105.822 19,0 450.730 81,0556.552

Agustus 104.583 19,3 436.278 80,7540.861

September 102.563 18,6 447.841 81,4550.404

Oktober 99.603 18,7 432.374 81,3531.977

(Apr..Okt.'98) - -- - 18,3

(Apr.-Okt.'97) - -- - =1

15,7

I) Uang beredar dalam ani sempit terdiri atas uang kana! dan uang giraI, biasa dinyatakan dengan simbol

MI.

2) Terdiri atas deposito beIjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik.

3) Merupakan uang beredar dalamani luas, yang biasadinyatakan dengan simbol M2. terdiri atas uang

beredar

dalam ani sempit dan uang kuasi.

Page 227: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 227

Tabel 1lI.13

F AKTOR-F AKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR, 1989/1990 . 1998/1999

(dalam miliar rupiah)

Sektor, 1989/19

90

1990119

91

1991/199

2

1991/19

93

1993119

94

1994/199

5

1995/199

61996/1997

1997/199

8

19981199

9 ')

(I) . (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (l0) (II)

I.Aktiva luar negeri bersih - 736 2.278 3.462 9.715 - 3.196 - 3.976 9.102 - 15.227 62.427 20.731

II.Pemerintah - 62 - 4.884 - 2.407 - 62 - 1.937 - 2.710 - 5.200 - 4.107 - 11.607 - 4.356

III. Tagihan kepada

lembagalperusahaan

dan perorangan 29.665 29.749 21.158 1).260 35.344 39.48

548.328 61.073 207.442 - 3.624

1. Tagihan kepada

lembagalperusaha-

an pemerintah 1.108 - 1.501 1.512 53 1.331 - 574 3.252 2.705 17.065 - 6.920

2. Tagihan kepada perusahaan

swasta

dan perorangan 28.557 31.250 19.646 13.207 34.013 40.05

945.076 58.368 190.377 3.t96

IV. Uang kuasi I) -13.053 - 15.342 - 15.924-19.091 - 18.353 - 25.872 - 42.538 - 51.685 - 120.538 - 80.786

V. Lainny - 8.668 - 10.386 - 2.541- 548 - 4.542 73- 1.438 - 10.105 - 103.019 69.368

Jumlah Uang beredar . 7.146 1.415 3.748 3.274 7.316 7.000 8.254 10.403 34.705 1.333

- (Uang kartaI) ( 1.221) ( 1.246) ( 1.999) (1.299 ) (3.016 ) (3.562

)( 2.219) ( 2.191) ( 14.884) ( 3.285)

- (Uang giral) ( 5.925) ( 169) ( 1.749) (1.975) (4.300 ) (3.438

)(

6.035

)( 8.212) ( 19.821) (- 1.952)

1) Terdiri Dari deposito betjangka dan tabungan dalam rupiah maupun valuta asing serta giro valuta asing milik penduduk 2} Sampai dengan

bulan Oktober 1998.

Page 228: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 228

Page 229: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 229

3.7 Pasar Uang dan Suku Bunga

Gejolak nilai tukar rupiah yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu telah berdampak luas

terhadap kegiatan perekonomian nasional. Menjelang akhir tahun anggaran 1997/1998, jumlah

uang beredar dan laju inflasi meningkat tajam, sebaliknya nilai tukar rupiah melemah

dibandingkan periode sebelurnnya. Dalam upaya mengendalikan laju inflasi dan memperkuat

nilai tukar rupiah, pemerintah telah menerapkan kebijakan moneter ketat. Upaya memperketat

likuiditas ini antara lain dilakukan dengan meningkatkan suku bunga SBI secara bertahap sejak

bulan Maret 1998. Kebijakan peningkatan suku bunga ini akan selalu dievaluasi sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan perekonomian yang terjadi, kebijakan ini juga dimaksudkan agar

suku bunga riil tetap positif sehingga dapat menarik kembali modal luar negeri, dan mendorong

masyarakat memasukkan kembali dananya ke dalam sistem perbankan nasional. Selanjutnya,

untuk lebih memantapkan efektivitas pengendalian moneter, Pemerintah dalam hal ini Bank

Indonesia telah melakukan penyempumaan ketentuan tentang penerbitan dan perdagangan

Sertiflkat Bank Indonesia (SBI), yaitu mulai akhir bulan Juli 1998 penjualan SBI dilakukan

melalui le1ang dengan sistem Stop Out Rate (SOR). Melalui langkah tersebut diharapkan

kuantitas uang yang dikontraksi akan mendekati seperti yang direncanakan dalam program

moneter.

Untuk menyerap konsentrasi likuiditas rupiah, Bank Indonesiajugamelakukan intervensi

rupiah secara langsung di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) yang merupakan bagian dari operasi

pasar terbuka. Sementara itu, dalam rangka mengurangi fluktuasi dan menopang nilai tukar

rupiah, Giro Wajib Minimum (GWM) dalam valuta asing diturunkan dari 5 persen menjadi 3

persen dari dana pihak ketiga. Di samping itu, juga disediakan bantuan likuiditas valuta asing

berupa fasilitas rediskonto devisa hasil ekspor kepada eksportir tertentu (post-shipment) serta

fasilitas rediskonto alas perkiraan penerimaan devisa hasil ekspor kepada eksportir tertentu (pre-

shipment).

Memasuki paruh kedua tahun anggaran 1998/1999, nilai tukar rupiah cenderung

menguat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelurnnya, begitu pula laju inflasi cenderung

menurun. Sejalan dengan hal tersebut, tingkat suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan berangsur

mulai turun.

3.7.1 Pinjaman Antar Bank

Seiring dengan ketatnya likuiditas perekonomian, ketergantungan perbankan terhadap

Page 230: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 230

dana pasar Uang antar bank juga meningkat, hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai transaksi di

pasar uang antar bank selama tahun anggaran 1998/1999. Nilai transaksi di pasar uang antar

bank dalam periode April-Oktober 1998 mencapai Rp 1.289.544 miliar, atau 169,20 persen

lebih besar dibandingkan nilai transaksi yang terjadi dalam periode yang sama tahun

sebelurnnya yang mencapai Rp 479.026 miliar. Sementara itu, suku bunga rata-rata tertimbang

pasar uang antarbank dalam tahun anggaran 1998/1999 (April-Oktober 1998) mengalami

kenaikan 8,18 pain, yaitu dari 51,42 persen pada bulan Maret 1998 menjadi 59,60 persen pada

bulan Oktober 1998. Perkembangan nilai transaksi dan suku bunga di pasar Uang antar bank

dapat dilihat dalam Tabel 111.14.

3.7.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Pengendalian moneter pada pelaksanaannya dititikberatkan pada operasi pasar terbuka.

Operasi pasar terbuka antara lain dilakukan melalui penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Berkaitan dengan kebijaksanaan moneter ketat, penjualan SBI ini antara lain bertujuan untuk

mengendalikan tingginya pertumbuhan jumlah uang beredar.

Posisi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam tahun anggaran 1998/1999 (April-Oktober

1998) mencapai Rp 40.031 miliar, meningkat 136,51 persen dibandingkan posisi SBI pada akhir

tahun anggaran 1997/1998 sebesar Rp 16.926 miliar. Apabila diamati lebih lanjut, nampak

bahwa pertumbuhan posisi SBI yang terjadi dalam tahun anggaran 1998/1999 jauh lebih besar

dibandingkan posisi SBI dalam periode yang sama tahun anggaran 1997/1998 yang menurun

sebesar 33,68 persen. Keadaan ini dikarenakan pengaruh tingginya suku bunga SBI dalam tahun

1998/1999 yang mencapai 59,0 persen (Oktober 1998), sementara pada akhir tahun anggaran

1997/1998 (Maret 1998) suku bunga SBI tercatat sebesar 26,62 persen. Tingginya suku bunga

SBI dalam tahun anggaran 1998/1999 berkaitan dengan upaya pemerintah untuk memperketat

likuiditas perekonomian sehubungan dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Meningkatnya penjualan SBI dalam periode April-Oktober 1998 tersebut sejalan dengan

pencapaian sasaran kebijaksanaan moneter yang ketat dalam rangka pengendalian inflasi dan

memperkuat nilai tukar rupiah.

Page 231: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 231

Tabel 111.14

NILAI TRANSAKSI DAN TINGKAT BUNGA PASAR UANG

ANTARBANK DI JAKARTA, 1989 -1998

Nilai transaksi Suku bunga

Mas a rata-rata tertimbang ( miliar rupiah)

(persen per tahun )

(1) (2) (3)

1989 22.906 12,40

1990 38.905 14,93

1991 48.420 15,32

1992 57.806 12,32

1993 90.105 8,72

1994 110.990 9,79

1995 189.259 13,67

1996 477.564 13,96

1997 784.368 26,97

Januan – Maret 138.121 12,06

April – Juni 157.529 13,45

Juli – September 210.670 42,70

Oktober – Desember 278.048 39,68

1998

Januari 112.071 56,73

Februari 168.224 63,93

Maret 246.052 51,42

Januari – Maret 526.347 57,36

April 174.209 70,68

Mei 142.035 63,84

Juni 184.469 64,63

April – Juni 500.713 66,38

Juli 175.450 75,40

Agustus 207.500 80,64

September 242.381 66,34

Juli – September 625.331 74,13

Oktober 163.500 59,60

(Apr - Okt'98) 1.289.544 -

(Apr - Okt'97) 479.026 -

Page 232: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 232

3.7.3 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

Berkaitan dengan langkah-langkah pengetatan moneter gunamengurangi tekanan

terhadap nilai tukar rupiah, beberapa piranti Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang memberikan

dampak ekspansi moneter untuk sementara waktu dihentikan, termasuk le1ang SBPU yang

dihentikan sejak bulan Agustus 1998. Sebagai gantinya, SBPU hanya diberikan secara selektif

kepada beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Langkah ini ditempuh melalui

pembelian SBPU secara langsung kepada beberapa bank yang dikaitkan dengan program

pemberian kredit kepada usaha kecil. Dalam hal ini pencatatan SBPU dimaksud dikelompokkan

ke dalam bantuan likuiditas yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada perbankan. Berkaitan

dengan hat tersebut, posisi SBPU dalam tahun anggaran 1998/1999 (April-Oktober 1998)

tercatat sebesar Rp 1.164 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan posisi SBPU pada akhir tahun

anggaran 1997/1998 yang mencapai Rp 4.090 miliar, atau menurun 71,54 persen.

3.7.4 Sertifikat Deposito

Perkembangan dana sertifikat deposito yang dapat dihimpun oleh perbankan, yaitu bank

pemerintah, bank asing, dan bank swasta nasional selama tahun anggaran 1998/1999 (April-

Oktober 1998) menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

anggaran sebelumnya, yaitu Dari Rp 80.111 miliar menjadi Rp 24.940 miliar atau turun 68,87

persen. Turunnya jumlah sertifikat deposito tersebut diduga disebabkan oleh adanya pengalihan

dana sertifikat deposito ke deposito perbankan yang jangka waktunya lebih pendek dan tingkat

bunganya lebih tinggi terutama pada deposito berjangka waktu 1 bulan. Perkembangan sertifikat

deposito dapat dilihat dalam Tabel 111.15.

Page 233: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 233

Tabel 111.15

SERTIFlKA T DEPOSITO, 1989 - 1998

( dalam miliar rupiah)

Bank Bank-bank

Akhir periode pemerlntah 1) Bank asing swasta nasional Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1989Desember 77 19 77 173

1990Desember 103 11 320 434

1991Desember 198 6 3.733 3.937

1992Desember 468 1 1.703 2.172

1993Desember 474 136 1.558 2.168

1994Desember 697 275 1.839 2.811

1995Desember 2.990 433 4.342 7.765

1996Maret 3.853 686 6.015 10.554

Juni 5.377 832 7.956 14.165

September 4.099 876 7.287 12.262

Desember 4.350 1.339 9.692 15.381

1997Maret 3.262 1.348 9.708 14.318

Juni 2.060 1.195 9.459 12.714

September 1.915 1.214 7.260 10.389

Desember 834 916 4.921 6.671

1998Januari 55Z 895 2.578 4.025

Februari 564 861 2.406 3.831

Maret 558 722 2.622 3.902

April 396 723 2.302 3.421

Mei 423 677 2.186 3.286

Juni 499 584 2.327 3.410

Juli 471 541 2.182 3.194

Agustus 482 369 2.206 3.057

September 522 408 2.403 3.333

Oktober - 662 464 4.113 5.239

(Apr-Okt '98) 3.455 3.766 17.719 24.940

(Apr-Okt '97) 13.912 8.443 57.756 80.111

1) Meliputi Bank Persero dan Bank Pemerintah Daerah

Page 234: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 234

3.7.5 Suku Bunga

Belum pulihnya perekonomian Indonesia dari krisis yang terjadi sejak pertengahan 1997

menyebabkan .Pemerintah masih mempertahankan kebijakan moneter ketat. Kebijakan moneter

ketal yang ditempuh pemerintah dengan menaikkan suku bunga SBI secara bertahap pada

kenyataannnya telah berpengaruh pada perkembangan suku bunga bank-bank umum. Selama

periode April-Oktober 1998 rata-rata suku bunga SBI telah meningkat sebesar 32,38 poin, yaitu

Dari 26,62 persen pada Maret 1998 menjadi 59,00 persen pada Oktober 1998. Sementara itu,

suku bunga SBPU meningkat dari 28,63 persen pada Maret 1998 menjadi 69,17 persen pada

September 1998 atau naik 40,54 poin, seuangkan suku bunga SBPU bulan Oktober 1998 tidak

tercatat dikarenakan tidak adanya transaksi SBPU pada bulan tersebut.

Ketatnya likuiditas di pasar Uang juga berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga

deposito. Secara keseluruhan suku bunga deposito selama tahun anggaran 1998/1999

mengalami kenaikan. Bila suku bunga deposito berjangka waktu 3 bulan, 6 bulan, 12.bulan, dan

24 bulan pada Maret 1998 masing-masing masih sebesar 27,26 persen, 19,05 persen, 19,50

persen, dan 16,02 persen, maka pada Oktober 1998 telah meningkat masing-masing menjadi

54,67 persen, 36,28 persen, 25,55 persen, dan 16,31 persen. Demikian halnya dengan suku

bunga kredit, seiring dengan kenaikan suku bunga deposito, rata-rata suku bunga kredit baik

kredit modal kerja (KMK) maupun kredit investasi (KI) juga mengalami kenaikan, yaitu dari

27,80 persen dan 20, 16 persen pada Maret 1998 menjadi 35,68 persen dan 25,80 persen pada

Oktober 1998. Dengan memperhatikan perkembangan suku bunga deposito yang lebih tinggi

dibandingkan suku bunga kredit baik KMK maupun KI, narnpak bahwa telah terjadi negatif

spread di sektor perbankan. Perkembangan suku bunga di dalam negeri dapat dilihat dalam

Tabel 111.16.

3.8 Lembaga Perbankan

3.8.1 Struktur Kelembagaan

Perlu disadari bahwa sebagai lembaga intermediasi yang berfungsi mempromosikan

pengumpulan dan penyaluran dana masyarakat, serta mengembangkan sistim pembayaran,

industri perbankan mempunyai peranan yang sentral dalam suatu perekonomian. Dengan

demikian, terganggunya proses intermediasi tersebut, sedikit atau banyak akan sangat

berpengaruh terhadap aktivitas suatu perekonomian. Tidak dapat dipungkiri bahwa krisis

Page 235: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 235

ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu telah memberikan pengaruh cukup besar

terhadap perkembangan industri perbankan. Perubahan drastis di pasar uang yang ditandai

adanya depresiasi kurs rupiah menyebabkan nilai rupiah kewajiban valuta asing bank-bank

meningkat. Sementara itu gejala kelesuan yang melanda sektor dunia usaha dan kebijaksanaan

likuiditas ketat yang diarahkan untuk meredam laju inflasi dan gejolak kurs, telah menyebabkan

meningkatnya fisiko kegagalan kredit dan menurunnya kualitas aktiva produktif, sehingga

kinerja sisi aktiva perbankan cenderung memburuk. Disisi lain, tindakan pencabutan izin usaha

sejumlah bank yang dilakukan dalarn rangka penyehatan sistem perbankan dan adanya isu-isu

yang kurang menguntungkan industri perbankan, telah menimbulkan reaksi negatif berupa

penarikan dana simpanan oleh masyarakat sehingga bank-bank mengalami kesulitan likuiditas.

Untuk meminimalisasi dampak krisis ekonomi terhadap industri perbankan dan mengantisiposi

perkembangan perbankan yang cenderung memburuk, Pemerintah telah melakukan berbagai

kebijaksanaan atau langkah persuasif, baik yang berjangka pendek maupun berjangka panjang.

Kebijaksanaan jangka pendek antara lain dilakukan dengan memberikan bantuan likuiditas Bank

Indonesia kepada bank-bank yang masuk dalam program penjaminan, untuk menalangi

pembayaran kewajiban bank. Hal ini dimaksudkan agar kesulitan likuiditas yang dialami oleh

sejumlah bank tidak sampai menimbulkan efek berantai (systemic effect) kepada sistem

perbankan dan perekonomian secara keseluruhan, dan sekaligus untuk memperbaiki

kepercayaan masyarakat kepada dunia perbankan.

Page 236: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 236

Tabel 111.16

SUKU BUNGA, 1989 - 1998

(dalam persen per tahun)

Kredit

SBI I) SBPUI) Deposito 2)

KMK

3 bin 6 bin 12 bin 24 bin Investasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1989 Desember 11,64- 17,06 17,70 18,58 18,82 21,82 19,50

1990 Desember 17,87- 21,00 19,63 18,53 18,52 20,67 18,95

1991 Desember 18,03 20,19 21,88 22,65 22,76 20,58 25,21 20,87 i

1992 Desember 13,79 13,98 16,72 17,78 18,93 19,91 24,05 19,21

1993 Desember 9,08 12,00 11,79 13,08 14,20 16,08 20,52 17,06

1994 Desember 11,59 15,36 14,27 13,33 12,99 14,80 17,70 14,90

1995 Desember 13,34 15,87 17,15 16,95 16,28 15,45 19,27 16,12

1996 Desember 12,26 15,62 17,03 16,78 16,70 15,14 19,04 16,36

1997 Maret 8,46 14,29 16,47 16,37 16,39 15,95 18,88 16,37

Juni 8,19 14,85 15,93 15,83 16,16 15,75 18,56 16,19

September 14,58 - 26,22 16,37 16,42 16,02 26,41 20,34

Desember 17,38 - 23,92 16,96 15,92 15,46 25,40 18,94

1998 Januari 15,70 21,00 22,86 17,30 17,19 15,29 25,57 18,96

Februari 24,29 23,31 24,00 17,91 18,70 15,37 25,63 19,18

Maret 26,62 28,63 27,26 19,05 ,19,50 16,02 27,80 20,16

April 45,16 52,00 29,40 19,23 19,83 15,53 29,47 21,64

Mei 51,35 58,67 32,95 21,74 20,51 16,44 33,21 22,84

Juni 56,28 60.00 40,63 23,71 21,69 16,02 33,79 22,70

Ju1i 55,87 60,00 43,01 27,44 22,18 16,45 34,12 23,38

Agustus 69,51 53,75 44,35 30,76 21,99 16,03 34,95 24,23

September 60,89 69,17 47,38 34,58 22,97 15,75 35,72 24,88

Oktober 59,00 - 54,67 36,28 25,55 16,31 35,68 25,80

1) Suku bunga SB! dan SBPU atas dasar rata-rata hilling

2) Deposito Dari bank umum

Page 237: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 237

Dalam jangka panjang, langkah kebijaksanaan pembinaan sektor perbankan, dirumuskan

dalam kerangka reformasi ekonomi yang dilakukan melalui empat program, yakni

restrukturisasi dan penyehatan perbankan, menyempurnakan pelaksanaan penerapan prinsip

kehati-hatian dalam upaya memperbaiki kondisi internal perbankan, memperkuat fungsi

pengawasan dan pembinaan, dan menyempurnakan perangkat hukum perUndang-undangan.

Dalam kaitannya dengan program restrukturisasi dan penyehatan, melalui Keputusan Presiden

Nomor 27 tanggal26 Januari 1998, Pemerintah telah membentuk Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN). Sebagai lembaga independen, BPPN bertugas melaksanakan penyehatan

perbankan melalui kebijaksanaan restrukturisasi perbankan. Secara bertahap, Bank Indonesia

telah melakukandue dilligence terhadap seluruh bank umum dengan melibatkan jasa auditor

internasional dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi keuangan dan

permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing bank guna menentukan formulasi solusinya

secara cepat dan tepat. Bank-bank yang masuk kategori tidak sehat, menjalani program

penyehatan melalui tigalangkah alternatif, yakni rekapitalisasi, revitalisasi, dan sistem

pembenahan lain yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi setiap bank.

Program rekapitalisasi yang diarahkan untuk memperkuat permodalan bank dilakukan melalui

penyetoran modal langsung oleh pelpilik bank, menjual saham kepada investor lokal maupun

investor asing, dan mengkonversi hutang bank menjadi equity dalam bentuk subordinated loan

(SOL). Untuk mendukung progtam rekapitalisasi itu, maka bantuan likuiditas yang diberikan

kepada bank-bank diperhitungkan sebagai penyertaan modal dengan mengkonversikan bantuan

tersebut menjadi equity pemerintah. Dalam kaitannya dengan rekapitalisasi tersebut, juga akan

diterbitkan obligasi yang direncanakan dapat diperjuabelikan ke masyarakat agar diperoleh dana

segar yang diperlukan untuk mendukung perbaikan modal bank-bank. Disamping itu, untuk

mendorong adanya penambahan modal bank, pemerintah telah memberikan keleluasaan dan

kemudahan kepada investor asing dalam pemilikan bank di Indonesia. Secara kuantitatif sasaran

permodalan yang hendak dicapai adalah terpenuhinya rasio kecukupan modal minimum bank-

bank umum sebesar 4 persen pada akhir tahun 1998, 8 persen akhir tahun 1999, dan 10 persen

akhir tahun 2000.

Upaya penyempurnaan pelaksanaan prinsip kehati-hatian masing-masing

bankdifokuskan pada peningkatan kemampuan manajerial, peningkatan transparansi informasi

mengenai kondisi perbankan,dan pembenahan sistem pengawasan, sistem informasi internal

Page 238: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 238

dalam memantau, mendeteksi, dan menyelesaikan kredit bermasalah dan posisi fisiko kredit

yang berlebihan. Untuk mendorong perubahan ke arah itu, Bank Indonesia akan terus

meningkatkan kualitas sistem pengawasan bank dan penegakan ketentuan (law enforcement),

termasuk ketentuan capital adequacy ratio (CAR) dan batas maksimum pemberian kredit

(BMPK) melalui penerapan sanksi secara tegas dan keras kepada bank-bank pelanggar. Dengan

demikian setiap bank diharapkan bisa menghindarkan terjadinya konsentrasi pemberian kredit

dan jaminan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada individu atau kelompok usaha

yang terkait dengan bank (connected lending), karena fenomena itu selain menimbulkan distorsi

dalam alokasi kredit, juga terbukti telah mendorong tingginya fisiko kemacetan kredit yang

dihadapi oleh bank-bank.

Pembenahan terhadap aspek hukum perundang-undangan perbankan telah dilakukan

dengan disahkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-

undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam undang-undang yang baru tersebut

terdapat beberapa perubahan penting yang berkaitan dengan ketentuan tentang usaha perbankan

di Indonesia. Beberapa perubahan penting itu antara lain mencakup peningkatan fungsi

pembinaan dan pengawasan, kerahasian, kepemilikan, orientasi pembiayaan, perluasan bentuk

usaha bank, dan pembentukan lembaga-Iembaga yang dapat memperkuat kelembagaan

perbankan. Pengawasan, kewenangan dan tanggung jawab mengenai perizinan bank, baik dalam

menilai kelayakan pendirian bank baru maupun pembukaan kantor cabang, yang semula berada

pada Menteri Keuangan dialihkan kepada Pimpinan Bank Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar

Bank Indonesia mempunyai kewenangan dan tanggung jawab yang utuh untuk menetapkan

perizinan, pembinaan, dan pengawasan bank serta pengenaan sanksi terhadap bank yang tidak

memenuhi peraturan perbankan yang berlaku.

Sementara itu untuk meningkatkan fungsi kontrol sosial terhadap lembaga perbankan,

ketentuan mengenai rahasia bank yang selama ini mencakup sisi aktiva dan posiva perbankan,

ruang lingkup kerahasiaannya telah dibatasi hanya mencakup nasabah penyimpan dan

simpanannya (sisi pasiva), namun pemeriksaan terhadap nasabah penyimpan dan simpanan tetap

dapat dilakukan bila diperlukan untuk kepentingan perpajakan atau penegakan hukum.

Berkaitan dengan aspek kepemilikan, peraturan tentang kepemilikan bank telah disesuaikan

dengan arah perubahan liberalisasi sistem keuangan global, dengan membuka akses pasar dan

perlakuan non diskrirninatif terhadap pihak asing. Kepada pihak asing diberi kesempatan yang

Page 239: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 239

lebih besar untuk berperan serta dalam kepemilikan bank-bank domestik, baik melalui

pembelian saham di bursa efek maupun melalui penyetoran modal baru. Pola kepemilikan ini

diharapkan dapat mengakselerasi peningkatan kinerja perbankan nasional sehingga mampu

beroperasi dengan standar perbankan internasional dalam memfasilitasi kegiatan perekonomian

nasional.

Dalam undang-undang perbankan yang baru, juga telah dilakukan perluasan kegiatan

usaha perbankan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dalam kaitan itu,

pemerintah telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk

mendirikan bank yang menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk

pernberian kesempatan kepada bank umum untuk membuka kantor cabangnya yang khusus

melakukan kegiatan pelayanan berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah yang dapat

diterapkan dalam pembiayaan atau penempatan dana perbankan antara lain prinsip bagi hasil

(mudharahah), prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan

memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan sewa mumi

tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak bank ke pihak lain (jjarah wa iqtina). Dalam memberikan kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan

analisis yang mendalam atas itikad, kemampuan, dan kesanggupan nasabah debitur untuk

mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Disamping itu

penempatan dana secara syariah juga wajib memenuhi ketentuan batas maksimum pemberian

kredit/pembiayaan yang ditentukan.

Untuk menunjang pelaksanaan program peningkatan taraf hidup rakyat banyak, dalam

pengelolaan dana masyarakat perbankan diharapkan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan

sektor perekonomian nasional dengan memberi prioritas kepada koperasi, pengusaha kecil dan

menengah, serta berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi sehingga akan mampu

meningkatkan kinerja perekonomian di wilayah operasi tiap-tiap kantor bank dan memperkuat

strukturperekonomian nasional.

Sebagai lembaga keuangan yang segmen usahanya berkaitan dengan aspek kepereayaan,

kegiatan operasional perbankan pada hakekatnya perlu ditopang dengan institusi penunjang,

baik yang berperan untuk sementara waktu dalam rangka mengatasi persoalan tentatif

perbankan maupun institusi yang bersifat permanen. Berkaitan dengan itu, untuk mengatasi

Page 240: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 240

bank-bank bermasalah yang berpotensi membahayakan kelangsungan usahanya, membahayakan

sistem perbankan dan perekonomian nasional, Pemerintah dapat berkonsultasi dengan Dewan

Perwakilan Rakyat untuk membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka

menyehatkan perbankan. Dalam melaksanakan tugasnya, badan khusus itu dapat mengambilalih

dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham/pemilik, direksi dan komi saris

bank, serta melakukan langkah-Iangkah untuk menyehatkan bank yang bersangkutan,

mengamankan hak dan kewajiban nasabah serta menghindarkan dampak negatifnya bagi sistem

perbankan dan perekonomian seeara umum. Sementara itu untuk melindungi kepentingan

nasabah dan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank, perlu dibentuk

lembaga penjamin simpanan. Dalam menyelenggarakan penjaminan simpanan dana

masyarakatpada bank, lembaga penjamin simpanan dapat menggunakan skim dana bersama,

skim asuransi, atau skim lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia.

Dalam rangka program revitalisasi, kepada bank-bank diarahkan untuk membenahi

aspek manajemen, jaringan operasional, sistem pelayanan, dan portfolio keuangan dengan

menempuh berbagai langkah, diantaranya melalui merger, akuisisi dan konsolidasi usaha. Untuk

mempelopori program ini, Pemerintah telah mendirikan PT Bank Mandiri yang mengakuisisi

empat bank Persero, yakni Bank Ekspor Impor, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Dagang

Negara, dan Bank Bumi Daya. Proses akuisisi itu akan dilakukan secara bertahap, dimana pada

tahap transisi akan dilakukan pengalihan aset, kewajiban, kegiatan dan fungsi operasional, dan

personalia dari keempat bank Persero dimaksud ke PT Bank Mandiri, Namun selama tahap ini

keempat bank Persero akan tetap beroperasi untuk melayani nasabah. Diharapkan langkah

akuisisi bank-bank Persero tersebut akan merangsang bank-bank swasta untuk segera

melakukan progam revitalisasi. Kepada bank-bank bermasalah, dapat membenahi portfolio

keuangannya melalui pengalihan pengelolaan kredit bermasalah (non-performance loans)

kepada lembagaAsset Management Unit (AMU), memberikan kesempatan dan kelonggaran

kepada debitur dengan rescheduling, reconditioning, dan restructuring pinjaman yang

diberikan, dan melakukan merger dengan bank lain.

Pelaksanaan program restrukturisasi dan penyehatan yang dilakukan terhadap industri

perbankan telah inempengaruhi perkembangan kelembagaan perbankan secara nasional. Sampai

dengan akhir Oktober 1998, jumlah bank umum yang beroperasi di Indonesia sebanyak 208

buah, yang terdiri Dari 7 bank Persero, 130 bank swasta nasional, 27 bank pembangunan daerah,

Page 241: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 241

dan 44 bank asinglcampuran. Dengan demikian selama taboo 1998/1999 jumlah bank,

khususnya bank swasta nasional telah berkurang 13 bank diantaranya karena adanya tindakan

pembekuan operasi bank-bank bermasalah yang tidak mempunyai prospek untuk beroperasi.

Namun demikian, selama tahun 1998/1999 jumlah bank perkreditan rakyat (BPR) tetap

menunjukkan perkembangan yang berarti. Sampai akhir Oktober 1998, bank perkreditan rakyat

di luar lembaga dana dan kredit pedesaan (LDKP) berjumlah 7.531 buah atau bertambah 129

buah dibandingkan dengan kondisi pada akhir Maret 1998. Perkembangan bank umum dan BPR

dapat dilihat dalam Tabel III.17.

3.8.2 Perkembangan Dana Perbankan

Selama tahun 1998/1999 kegiatan industri perbankan dalam menjalankan perannya

sebagai lembaga intermediasi dan fasilitator pembiayaan bagi perekonomian nasional relatif

mengalami penurunan. Menurunnya aktivitas perbankan tersebut berkaitan dengan banyak

faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang bersifat ekonomi eksternal yang berupa krisis

ekonomi dan berbagai implikasinya, maupun faktor internal, berupa kelemahan portfolio

keuangan dan permodalan, serta terjadinya mismanajemen operasional pada sejumlah bank.

Namun, dalam situasi yang tidak menguntungkan tersebut kegiatan perbankan dalam

memobilisasi dana masih mengalami pertumbuhan, sebagai akibat Dari tingginya tingkat bunga

dan pengaruh perubahan nHai tukar rupiah. Jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh

industri perbankan sampai dengan Oktober 1998 mencapai Rp 527.550,8 miliar, yang terdiri

Dari giro Rp 90.531,4 miliar, deposito berjangka Rp 373.864,6 miliar, dan tabungan Rp

63.154,8 miliar. Posisi dana perbankan ini telah mengalami kenaikan sebesar Rp 74.613,9 miliar

(16,5 persen) dibandingkan dengan posisi akhir Maret 1998 yang mencapai Rp 452.936,9 miliar.

Dana perbankan yang dihimpun oleh kelompok bank Persero mencapai Rp 249.370,7 miliar

atau 47,3 persen dari total dana perbankan, sedangkan yang dihimpun kelompok bank swasta

nasional Rp 214.492,8 miliar (40,7 persen), kelompok bank asing campuran Rp 53.457,0 miliar

(l0,1 persen), dan kelompok bank pembangunan daerah Rp 10.230,3 miliar (1,9 persen).

Perkembangan dana perbankan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 111.18, Tabel

111.20, dan Grafik 111.5.

Page 242: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 242

Tabel III.17

JUMLAH BANK DAN KANTOR BANK DI INDONESIAf', 199211993 - 1998/1999

199211993 1993/1994 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/19991)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

BANK-BANK UMUM

Bank umum pemerintah

- lumlah bank 7 7 7 7 7 7 7

- lumlah kantor 1.099 1.121 1.285 1.337 1.496 1.540 1.602

Bank umum swasta nasional .

- lumlah bank 147 163 166 165 162 143 130

- lumlah kantor 2.910 3.125 3.296 3.565 4.113 4.167 3.903

Bank pembangunan daerah

- lumlah bank 27 27 27 27 27 27 27

- lumlah kantor 426 429 432 451 517 546 556

Bank asing/campuran

- lumlah bank 39 39 40 41 41 44 44

- lumlah kantor 75 78 84 83 87 92 98

Jumlah bank umum

- lumlah bank 220 236 240 240 237 221 208

- lumlah kantor 4.510 4.753 5.097 5.436 6.213 6.345 6.159

BANK PERKREDIT AN

RAKY A 'P) 6.889 7.095 7.231 7.301 7.321 7.402 7.531

Jumlah bank seluruhnya 7.109 7.331 7.471 7.541 7.558 7.623 7.739

Jumlah kantor seluruhnya 11.399 11.848 12.328 12.737 13.534 13.747 13.690

1) Tennasuk jumlah kantor cabang bank di luar Negeri.

2) Sampai dengan bulan Oktober 1998. tidak tennaslik bank beku operasi (10 bank). 3) Tidak tennasuk LDKP yang statusnya belum berubah

menjadi BPR.

Page 243: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 243

Tabel 111.18

DANA PERBANKAN MENURUT KELOMPOK BANI{l), 1989/1990 -1998/1999

( dalam miliar rupiah)

Bank Bank Bank Bank

Akhir periode swasta pembangunan asing & Jumlah pemerintah

nasional 2) daerah campuran

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1989/1990 Maret 30.372,7 23.143,1 1.740,8 3.935,5 59.192,1

1990/1991 Maret 34.058,8 34.835,2 2.522,4 6.094,4 77.510,8

1991/1992 Maret 42.448,4 43.203,3 2.899,1 7.160,6 95.711,4

1992/1993 Maret 54.259,5 52.104,5 3.544,2 7.727,8 117.636,0

1993/1994 Maret 59.355,7 71.775,6 4.613,6 8.853,9 144.598,8

1994/1995 Maret 63.563,0 93.095,6 5.837,4 11.327,0 173.823,0

1995/1996 Maret 76.800,8 125.360,1 7.086,9 14.480,0 223.727,8

1996/1997 Juni 82.128,8 136.740,3 7.384,8 15.444,8 241.698,7

September 84.774,8 143.539,5 7.997,9 15.888,6 252.200,8

Desember 90.434,2 164.979,0 8.521,9 17.782,8 281.717,9

Maret 89.607,1 171.176,0 7.877,1 18.320,9 286.981,1

1997/1998 Juni 91.810,4 183.005,5 8.257,6 19.965,2 303.038,7

September 102.891,3 190.591,4 8.226,7 26.022,7 327.732,1

Desember 133.042,5 177.192,3 8.796,2 38.582,1 357.613,1

Maret 183.124,1 199.595,2 7.992,0 62.225,6 452.936,9

1998/1999 April 190,316,7 194.218,9 7.628,2 58.824,8 451.008,6

Mei 223.653,2 189.133,5 8.304,5 72.779,4 493.870,6

Juni 265.924,1 201.956,6 8.727,4 97.193,3 573.801,4

Juli 260.539,7 202.767,6 9.157,1 90.438,0 562.902,4

Agustus 255.246,7 200.683,6 9.320,6 78.478,3 543.729,2

September 262.461,4 212.745,2 9.633,6 69.516,1 554.356,3

Oktober 249.370,7 214.492,8 10.230,3 53.457,0 527.550,8I) Sejak April 1993 tennasuk bank eks-LKBB.

2) Terdiri Dari bank swasta nasional devisa, bank swasta nasional bukan devisa, bank pembangunan swasta, dan bank tabungan swasta.

Page 244: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 244

Page 245: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 245

3.8.2.1 Giro

Jumlah dana giro yang ada dalam industri perbankan sarnpai akhir Oktober 1998

mencapai Rp 90.531,4 millar, atau menurun Rp 18.172,0 miliar (16,7 persen) dibandingkan

dengan posisinya pada akhir Maret 1998. Dalarn periode yang sama tahun sebelumnya dana giro

mengalami kenaikan Rp 10.640,1 miliar (18,7 persen). Penurunan dana giro tersebut antara lain

disebabkan oleh ketatnya kqndisi likuiditas perekonomian dan berkurangnya kegiatan transaksi

bisnis yang menggunakan jasa pembayaran giro karena kelesuan sektor dunia usaha.

3.8.2.2 Deposito Berjangka

Kebijaksanaan likuiditas ketat yang dilakukan melalui mekanisme suku bunga cukup

memberikan pengaruh terhadap perkembangan simpanan berjangka pada industri perbankan

selama tahun anggaran 1998/1998. Hal ini dapat terjadi karena dalarn situasi likuiditas ketat,

bankbank cenderung bersaing untuk menarik dana masyarakat dengan menaikkan suku bunga

deposito berjangka pendek mengikuti perubahan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.

Penawaran ini selain menarik bagi masyarakat pemilik dana, juga telah merangsang para

pemodal/pemilik aset, baik pemilik aset finansial maupun non finansial, untuk menginvestasikan

modal asetnya pada produk deposito perbankan.

Posisi dana deposito berjangka yang dihimpun oleh industri perbankan sarnpai akhir

Oktober 1998 mencapai Rp 373.864,6 miliar, yang terdiri dari deposito dalarn rupiah Rp

276.873,0 miliar (74,1 persen) dan deposito dalarn valuta asing Rp 96.991,6 miliar (25,9

persen). Dengan demikian selarna tujuh bulan berjalan tahun 1998/1999 deposito berjangka

menunjukkan kenaikan sebesar Rp 101. 804,1 miliar (37,4 persen). Komposisi dana deposito

tersebut sebagian besar, yakni Rp 260.325,5 miliar atau 69,6 persen dari total deposito,

merupakan deposito berjangka 1 bulan dan Rp 18.356,9 miliar (4,9 persen) adalah deposito

berjangka 3 bulan. Untuk deposito berjangka 6 bulan jumlahnya mencapai Rp 16.845,2 miliar

(4,5 persen), deposito 12 bulan Rp22.355,5 miliar (6,0 persen), dan deposito berjangk,a 24

bulan dan deposito berjangka lainnya, termasuk yang berjangka 9 bulan dan 18 bulan,

jurnlahnya masing-masing mencapai Rp 514,0 miliar (0,2 persen) dan Rp 55.467,5 miliar (14,8

persen). Perkembangan deposito berjangka menurut komposisinya seperti tercermin pada Tabel

ll.19 dan Grafik 111.6.

3.8.2.3 Tabungan

Page 246: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 246

Dana tabungan masyarakat yang dihimpun oleh industri perbankan sarnpai akhir Oktober

1998 mencapai Rp 63.154,8 miliar, atau mengalami penurunan Rp 9.018,2 miliar (12,5 persen)

dibandingkan dengan posisinya akhir Maret 1998 Rp 72.173,0 miliar. Dalarn periode yang sama

tahun sebelumnya dana tabungan turun Rp 6.231 miliar (9,4 persen). Penurunan dana tabungan

dalam periode April-Oktober 1998, selain dipengaruhi oleh menurunnya kinerja industri

perbankan dan melemahnya kemarnpuan menabung masyarakat golongan ekonomi menengah

ke bawah, juga dipengaruhi oleh kecenderungan sebagian masyarakat pemilik dana untuk

menyimpan dananya dalam bentuk deposito berjangka karena menawarkan suku bunga yang

relatif tinggi dibandingkan dengan suku bunga tabungan.

Page 247: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 247

Tabel 111.19

DEPOSITO BERjANGKA SELURUH BAN), 1989/1990 -1998/1999

( dalam miliar rupiah )

Akhir periode 1 bulan Z) 3 bulan 6 bulan 12 bulan 24 bulan Lamnya 3 Jumlah

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1989/1990Maret 9.587,2 6.846,1 6.080,6 11.149,1 2.177,4 510,0 36.350,4

1990/1991Maret 20.278,1 10.393,1 7.041,2 8.985,3 816,4 2.325,5 49.839,6

1991/1992Maret 17.412,9 12.896,9 10.865,7 10.320,3 911,8 4.404,7 56.812,3

1992/1993Maret 18.104,0 14.679,8 14.560,1 13.045,9 500,6 3.325,6 64.216,0

1993/1994Maret 18.520,1 17.320,6 19.198,2 15.669,6 617,1 3.857,8 75.183,4

1994/1995Maret 31.132,3 21.714,0 23.234,1 14.043,9 590,5 6.752,3 97.467,1

1995/1996Maret 40.559,8 27.812,7 29.777,4 20.393,2 1.317,6 8.552,9 128.413,6

1996/1997Juni 42.037,2 28.532,9 32.884,4 23.270,0 1.121,3 11.341,5 139.187,3

September 45.632,0 29.448,3 35.821,0 23.179,1 1.204,9 9.004,3 144.289,6

Desember 50.511,0 32.931,4 40.597,5 25.255,4 1.214,0 12.151,4 162.660,7

Maret 47.441,1 33.250,9 42.189,6 27.710,9 1.334,5 11.730,0 163.657,0

1997/1998Juni 52.478,5 33.366,7 41.942,9 28.383,5 1.370,9 12.512,8 170.055,3

September 87.465,1 40.057,7 34.455,5 23.996,4 1.200,5 18.410,5 205.585,7

Desember 88.986,7 34.637,2 28.664,6 25.376,6 359,5 28.370,7 206.395,3

Maret 138.596,3 30.101,2 27.841,1 28.937,3 2.139,6 44.445,0 272.060,5

1998/1999April 164.498,4 23.951,0 24.144,6 26.957,5 2.364,7 46.010,7 287.926,9

Mei 189.301,5 21.921,2 28.360,3 27.990,3 2.371,9 54.749,8 324.695,0

Juni 231.130,1 19.182,0 34.116,6 39.920,6 2.482,2 59.308,5 376.140,0

Juli 229.632,3 15.930,7- 29.296,1 27.217,7 2.451,1 70.936,3 375.464,2

AgustuS 231.519,0 14.035,7 23.821,0 25.709,2 2.394,9 70.768,3 368.248,1

\

September 262.865,0 13.040,9 19.882,9 24.131,2 779,3 62.969,1 383.668,4

!

/ Oktober 260.325,5 18.356,9 16.845,2 22.355,5 514,0 55.467,5 373.864,6

I

I) Sejak April 1993 tennasuk bank eks-LKBB.

2) Tennasuk deposito yang sudahjatuh waktu dan deposito on call. 3) Tennasuk deposito beIjangka waktu 9 bulan dan 18 bulan.

Page 248: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 248

Page 249: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 249

Berbeda dengan perkembangan dana tabungan, dana masyarakat pedesaan yang

dihimpun oleh Bank Rakyat Indonesia dalam bentuk Simpanan Pedesaan (Simpedes) masih

menunjukkan adanya peningkatan. Sampai akhir September1998 posisi Simpedes mencapai Rp

7.575,3 miliar, naik Rp 896,7 miliar (13,4 persen) dibandingkan dengan posisinya pada akhir

Maret 1998 Rp 6.678,6 miliar. Dalam periode yang sama, jumlah penabung berkembang dari

12.302.857 orang menjadi 13.675.721 orang. Kenaikan dana Simpedes ini relatif lebih besar

dibandingkan dengan kenaikan dalam peri ode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp

382,4 miliar (8,5 persen). Perubahan dana tabungan dan Simpedes masing - masing dapat dilihat

dalam Tabel 111.20 dan Tabel 21.

3.8.3 Pemanfaatan Dana

3.8.3.1 Kebijaksanaan dan Perkembangan Kredit Perbankan

Seiring dengan perkembangan perekonomian nasional yang mengalami krisis sejak

pertengahan tahun 1997 lalu, yang ditandai oleh gejolak nilai tukar yang berkepanjangan, telah

menimbulkan masalah likuiditas dan meningkatnya biaya dana sebagai akibat Dari naiknya

tingkat bunga pada seluruh industri perbankan. Hal ini terjadi selain disebabkan oleh

kebijaksanaan uang ketat yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka menahan gejolak

nilai tukar dan laju inflasi, juga dikarenakan belum pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap

industri perbankan. Dampak berantai dari gejolak nilai tukar terhadap industri perbankan, pada

akhimya telah mempengaruhi perkembangan dan kebijaksanaan perkreditan secara keseluruhan.

Hal ini antara lain tercerrnin pada munculnya berbagai hambatan dalam kegiatan penyaluran

kredit, sehingga mengakibatkan terganggunya kelangsungan kegiatan investasi dan produksi

sektor ekonomi lainnya, terutama sektor riil.

Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah telah melakukan berbagai penyempumaan dalarn

biuang perkreditan, sesuai dengan langkah-Iangkah reformasi ekonomi yang dilakukan untuk

memulihkan perekonomian dari krisis dan membenahi struktur perekonomian nasional yang

berbasis pada ekonomi kerakyatan. Dalam kaitan itu, kebijaksanaan dan orientasi penyaluran

kredit perbankan perlu diarahkan secara lebih produktif, merata, dan mampu memberikan efek

ganda bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan kapasitas produksi nasional. Salah satu

sektor yang perlu mendapat perhatian utama dalam sistem perkreditan adalah usaha kecil dan

menengah (UKM) yang relatif lebih mampu bertahan dalam krisis moneter, terutama yang

Page 250: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 250

berbasis pada sektor pertanian yang sekarang menjadi altematif utama untuk meningkatkan

kinerja perekonomian nasional. Dengan lebih banyaknya kredit yang disalurkan kepada usaha

kecil dan menengah diharapkan akan dapat menggerakkan sektor perekonomian baik di desa

maupun di kota, sehingga meningkatkan produksi barang dan jasa dan dapat menekan laju

inflasi. Untuk itu pemerintah pada bulan Oktober 1998 telah mengeluarkan 13 skim kredit

murah yang disalurkan kepada para pengusaha kecil dan menengah, dengan dukungan Kredit

Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dengan tingkat bunga antara 6 persen sampai dengan 16

persen per tahun. Dari tiga belas skim kredit ini, empat diantaranya adalah skim kredit baru

yaitu Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM), Kredit Penerapan Teknologi Tepat Guna

Pengentasan Kemiskinan (KPTIG- Taskin), Kredit Modal Kerja Usaha Kecil Menengah (KMK-

UKM), dan Kredit Penerapan Teknologi Produk Unggulan Daerah (KPTPOD). Sedangkan 9

kredit lainnya merupakan skim kredit lama, yaitu Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Pemilikan

Rumah Sederhana/Rumah Sangat Sederhana (KPRS/RSS), Kredit Kepada Koperasi (KKop),

Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKP A), Kredit Koperasi Primer untuk

Anggotanya pada sektor Tebu Rakyat (KKPA-TR), KKPA-PIR Trans Kawasan Indonesia

Bagian Timur, KKPA Tenaga Kerja Indonesia, KKPA Bagi Hasil, dan Kredit Modal Kerja

Bank Perkreditan Rakyat (KMK-BPR). Dengan diluncurkannya paket-paket kredit murah ini

diharapkan dapat menggerakkan usaha kecil dan menengah.

Penambahan empat skim kredit baru tersebut seeara umum bertujuan untuk lebih

memberdayakan kelompok usaha kecil dan menengah. KPKM diberikan kepada para pengusaha

kecil dan mikro termasuk danalarnnya adalah pedagang kecil yang bertujuan untuk

meningkatkan kegiatan usaha kecil dan mikro di semua sektor. KMK-UKM merupakan kredit

modal kerja yang diberikan dalam rangka pengembangan modal kerja pengusaha kecil,

menengah dan koperasi. Seuangkan kredit KPTIG- Taskin diluncurkan dalam rangka

mendukung program pengentasan kemiskinan, yang bertujuan meningkatkan kegiatan usaha

perekonomian produktif keluargakeluarga yang tergabung dalam kelompok Pengentasan

Kemiskinan (Taskin), melalui pemanfaatan teknologi tepat guna untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga. Adapun dalam rangka mendorong pengembangan modal pengusaha

kecil, menengah dan koperasi guna meningkatkan produk unggulan di daerah dengan

pemanfaatan teknologi tertentu, dalam hal ini telah diberikan Kredit Penerapan Teknologi

Produk Unggulan Daerah.

Page 251: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 251

Tabel 111.20

DANA PERBANKAN MENURUT JENISNY AI), 1989/1990 - 1998/1999

( dalam miliar rupiah)

Akhir periode Gi ro Deposito 2) Tabungan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1989/1990 Maret 15.978,1 36.350,4 6.863,6 59.192,1

1990/1991 Maret 17.949,0 49.839,6 9.722,2 77.510,8

1991/1992 Maret 21.428,1 56.812,3 17.471,0 95.711,4

1992/1993 Maret 25.076,8 64.216,0 28.343,2 117.636,0

1993/1994 Maret 31.802,0 75.183,4 37.613,4 144.598,8

1994/1995 Maret 35.434,1 97.467,1 40.921,8 173.823,0

1995/1996 Maret 44.143,9 128.413,6 51.170,3 223.727,8

1996/1997 Juni 49.012,4 139.187,3 53.499,0 241.698,7

September 52.073,6 144.289,6 55.837,6 252.200,8

'Desember 57.491,7 162.660,7 61.565,5 281.717,9

Maret 57.003,6 163.657,0 66.320,5 286.981,1

1997/1998 Juni 62.369,5 170.055,3 70.613,9 303.038,7

September 65.395,1 205.585,7 56.751,3 327.732,1

Desember 83.228,4 206.395,3 67.989,4 357.613,1

Maret 108.703,4 272.060,5 72.173,0 452.936,9

1998/1999 April 97.055,4 287.926,9 66.026,3 451.008,6

Mei 106.316,7 324.695,0 62.858,9 493.870,6

Juni 129.725,2 376.140,0 67.936,2 573.801,4

Juli 118.214,9 375.464,2 69.223,3 562.902,4

Agustus 109.887,6 368.248,1 65.593,5 543.729,2

September 107.894,9 383.668,4 62.793,0 554.356,3

Oktober 90.531,4 373.864,6 63.154,8 527.550,8

1) Sejak Apri11993 tennasuk bank eks-LKBB.

2) Tennasuk sertifikat deposito.

Page 252: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 252

Tabel 111.21

SIMPANAN PEDESAAN, 1989/1990 -1998/1999

Posisi simpanan Akhir periode Penyimpan

( dalam miliar rupiah )

(1) (2) . (3)

1989/1990Maret 2.866.050 747,4

1990/1991Maret 3.708.325 908,4

1991/1992Maret 4.506.478 1.270,2

1992/1993Maret 5.616.866 1.935,9

1993/1994Maret 6.665.021 2.695,7

1994/1995Maret 8.094.576 3.288,6

1995/1996Maret 9.195.588 3.823,6

1996/1997Juni 9.514.359 3.997,1

September 9.822.016 4.073,6

Desember 10.099.600 4.406,9

Maret 10.401.634 4.511,9

1997/1998Juni 10.822.001 4.887,7

September 11.314.392 4.894,3

Desember 11.669.502 5.338,1

Maret 12.302.857 6.678,6

1998/1999April 12.498.962 6.809,7

Mei 12.687.625 6.816,3

Juni 12.913.535 7.201,1

Juli 13.224.782 7.556,1

Agustus 13.447.283 7.621,5

September 13.675.721 7.575,3

Page 253: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 253

Dalam perkembangannya, posisi kredit perbankan selama tahun anggaran 1998/1999

(sampai dengan Oktober 1998) menunjukkan pertumbuhan yang cenderung menurun. Hal ini

selain disebabkan karena tingginya suku bunga simpanan (cost of fund) sehingga mendorong

naiknya tingkat bunga kredit, juga karena lesunya kegiatan perekonomian akibat dampak krisis

moneter sehingga seeara keseluruhan menghambat kegifltan penyaluran dana perbankan dalam

bentuk kredit. Sampai akhir Oktober 1998, posisi kredit perbankan dalam rupiah dan valas

meneapai Rp 471.368 miliar, atau menurun Rp 5.473 miliar (1,1 persen) apabila dibandingkan

dengan posisi bulan Maret 1998 Rp476.841 miliar. Penurunan ini berkaitan dengan menguatnya

kurs rupiah yang telah memberi pengarnh pada menurunnya nilai rupiah kredit valuta asing.

Dari jumlah kredit sebesar Rp 471.368 miliar tersebut, bank-bank Persero menyalurkan Rp

208.434 miliar (44,2 persen) bank-bank swasta nasional sebesar Rp 196.134 miliar (41,6

persen), dan bank-bank asing dan campuran menyalurkan Rp 66.800 miliar (14,2 persen).

3.8.3.2 Kredit Perbankan Menurut Sektor Ekonomi

Dilihat dari sektor ekonomi, pertumbuhan kredit pada umumnya mengalami

perlambatan yang cukup tajam, keeuali untuk sektor pertanian dan perindustrian. Hingga akhir

Oktober 1998, kredit yang disalurkan untuk sektor perindustrian meneapai Rp 167.801 miliar

atau 35,6 persen Dari total kredit perbankan. Alokasi kredit untuk sektor sektor jasa-jasa Rp

130.838 miliar (27,8 persen), sektor perdagangan Rp 95.451 miliar (20,2 persen), dan sektor

pertanian, sektor pertambangan, dan sektor lain-lain masing-masing mencapai Rp 36.110 miliar

(7,7 persen), Rp 5.759 miliar (1,2 persen), dan Rp 35.409 miliar (7,5 persen). Selarna periode

April-Oktober 1998, kredit untuk sektor perindustrian dan pertanian masing-masing meningkat

Rp 9.819 miliar (6,2 persen) dan Rp 4.245 miliar (13,3 persen), atau lebih kecil dibandingkan

dengan kenaikan pada periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing sebesar 24,8

persen dan 15,2 persen. Sedangkan, sektor pertambangan menurunRp 1.205 miliar (I,7 persen)

seuangkan tahun sebelumnya naik 41,4 persen. Sementara itu kredit untuk sektor jasa-jasa

menurun Rp 2.544 miliar (1,9 persen), sektor perdagangan menurun Rp 12.156 miliar (11,3

persen), sedangkan sektor lain -lain menurun Rp 3.632 miliar (9,3 persen). Perkembangan

kredit perbankan menurut sektor ekonomi dapat dilihat dalarn Tabel 111.22 dan Grafik 111.7.

3.8.3.3 Kredit Investasi

Page 254: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 254

Sampai akhir Oktober 1998, kredit investasi yang disalurkan mencapai Rp 131.914

miliar, yang berarti menurun Rp 857 miliar (0,7 persen) hila dibandingkan dengan posisi kredit

bulan Maret 1998 Rp 132.771 miliar. Sektor perindustrian adalah sektor yang paling besar

menyerap kredit investasi, yaitu Rp 49.260 miliar (37,3 persen), sedangkan sektor jasa-jasa dan

sektor perdagangan masing-masing menyerap Rp41.124 miliar (31,2 persen) dan Rp 23.154

miliar (17,6 persen). Sementara itu, sektor pertanian dan pertarnbangan masing - masing

menyerap Rp 16.611 miliar (12,6 persen) dan Rp 1.765 miliar (1,3 persen). Apabila

dibandingkan dengan posisi Maret 1998, kenaikan kredit investasi terjadi pada sektor

perindustrian sebesar Rp 693 miliar (1,4 persen), sektor jasa-jasa Rp 667 miliar (1,6 persen),

dan sektor pertanian Rp 169 miliar (1,0 persen). Sedangkan alokasi kredit investasi untuk sektor

perdagangan dan sektor pertarnbangan menurun masing-masing Rp 2.225 miliar (8,8 persen)

dan Rp 161 miliar (8,4 persen). Perkembangan kredit investasi dapat dilihat dalam Tabel

111.23.

3.8.3.4 Kredit Untuk Golongan Ekonomi Lemah

Kebijaksanaan pokok yang ditempuh dalam pembiayaan usaha kecil tetap bertumpu

pada kebijaksanaan yang dilaksanakan tahun sebelumnya, yaitu tetap mewajibkan semua bank

umum termasuk bank asing dan carnpuran untuk memberikan sebagian kreditnya dalam bentuk

kredit usaha kecil (KUK) dan pemberian bantuan kredit program yang danukung kredit

likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Selanjutnya dalarn rangka pemberdayaan ekonomi rakyat dan

untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penyaluran kredit kepada usaha kecil, kebijaksanaan

yang terkait dengan usaha kecil senantiasa terus disempurnakan, antara lain dengan

mengembangkan jenis/skim kredit kecil baru yang tepat dan mudah diakses oleh para pengusaha

kecil, memperbesar plafon KUK yang digunakan untuk investasi dan modal kerja, dan

meredifinisi kriteria usaha kecil sesuai dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995.

Hingga akhir September 1998, kredit dalarn bentuk KUK telah mencapai Rp 45.467

miliar. Dilihat menurut besaran plafon kredit, nasabah dengan plafon kredit sampai dengan Rp

25 juta merupakan penyerap terbesar dari keseluruhan KUK yaitu 62,2 persen dengan nilai Rp

28.285

Page 255: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 255

Tabel 111.22

KREDIT PERBANKAN MENURUT SEKTOR EKONOMI 1), 1989/1990 - 1998/1999

( dalam miliar rupiah)

1989/1990 1990/1991 1991/1992 19921993 1993/1994 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999

Sektor

Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Okt.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Bank-bank pemerintah 2) 42.589 54.699 61.751 69.066 73.443 81.333 95.619 110.900 202.569 208.434

Pertanian 4017 6.450 7.744 8.559 9.989 11.026 11.657 15.445 14.965

Pertambangan 451 580 568 498 214 534 612 1.257 3.062 2.070

Perindustrian 16.198 21.544 22.420 27.615 28.452 30.059 32.846 34.807 68.699 80.999

Perdagangan 11.759 14.086 15.319 15.759 15.798 16.385 19.900 22.934 49.571 41.951

Jasa-jasa 5.287 7.110 8.402 11.249 10.987 14.489 19.181 25.251 46.952 50.614

Lain-lain 3.576 4.929 7.298 5.386 8.003 8.840 11.423 14.270 18.840 17.835

Bank-bank swasta nasional3) 24.498 38.153 44.928 45.406 68.350 94.891 121.602 166.442 199.257 196.134

Pertanian 639 1.074 1.022 1.389 2.106 2.890 3.793 6.050 14.213 19.577

Pertambangan 31 52 67 101 194 234 362 1.028 2.481 2.378

Perindustrian 4.385 6.706 8.473 10.325 15.696 20.954 24.930 30.212 42.349 44.876

Perdagangan 10.388 14.098 14.795 14.871 20.281 25.754 32.715 45.553 46.585 42.591

Jasa-jasa 5.254 8.673 12.336 13.874 24.087 34.612 45.916 66.150 75.403 70.921

Lain-lain 3.801 7.550 8.235 4.846 5.986 10.447 13.886 17.449 18.226 15.791

Cabang-cabang bank asing

dan campuran 3.786 6.837 9.060 9.695 15.377 19.925 25.202 28.783 75.015 66.800

Pertania 25 105 133 179 341 375 379 414 2.207 1.568

Pertambangan 37 13 95 125 247 186 250 453 1.421 1.311

Perindustrian 1.866 3.063 4.518 5.533 9.335 11.954 15.247 16.215 46.934 41.926

Perdagangan 667 1.406 1.793 1.904 2.484 3.225 3.617 4.975 11.451 10.909

Jasa-jasa 661 1.331 1.009 751 2.117 3.227 4.357 5.102 11.027 9.303

Lain-lain 530 919 1.512 1.203 853 908 1.352 1.624 1.975 1.783

Jumlah kredit perbankan 4) 70.873 99.689 115.739 124.167 157.170 196.149 242.423 306.125 476.841 471.368

Pertanian 5.982 7.629 8.899 10.127 12.436 14.291 15.829 18.845 31.865 36.110

Pertambangan 519 645 730 724 655 954 1.224 2.738 6.964 5.759

Perindustrian 22.449 31.313 35.411 43.473 53.483 62.967 73.023 81.234 157.982 167.801

Perdagangan 22.814 29.590 31.907 32.534 38.563 45.364 56.232 73.462 107.607 95.451

Jasa-jasa 11.202 17.114 21.747 25.874 37.191 52.378 69.454 96.503 133.382 130.838

Lain-lain 7.907 13.398 17.045 11.435 14.842 20.195 26.661 33.343 39.041 35.409

I) Sejak April 1993 termasuk Bank umum eks-LKBB

2) Tidak termasuk Bank Indonesia

3) Termasuk Bank Pembangunan Daerah

4) Kredit dalam rupiah dan valuta asing, termasuk kredit investasi, KIK, dan KMKP

Page 256: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 256

Page 257: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 257

Tabel 111.23

KREDIT INVESTASI PERBANKAN MENURUT SEKTOR EKONOMI

1),1989/1990 - 1998/1999

( dalam miliar rupiah)

1989/19

90

199011

991

1991/1

992

1992/1

993

1993/1

994

1994/1

995

1995/1

996

1996/19

97

1997/1

998

1998/1

999

Sektor --

Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Okt.

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Yang disetujui perbankan 19.454 27.899 36.243 44.174 61.714 73.155 85.725 100.933187.03

2

183.78

3

Pertanian 5.398 7.057 11.206 11.508 13.595 14.193 14.768 16.171 21.027 21.264

.

Perindustrian 8.372 10.987 13.260 17.695 23.231 27.472 29.033 29.544 60.412 60.434

Pertambangan 443 484 515 507 524 597 666 988 3.615 3.154

Perdagangan 1.301 2.151 3.234 4.990 9.397 7.375 9.697 13.949 27.543 24.650

Jasa-jasa 3.734 6.017 6.795 8.117 14.967 23.518 31.561 40.281 74.543 74.281

Lain-lain 206 1.203 1.233 1.357 0 0 0 0 0 0

Posisl pinjaman 15.673 22.288 27.390 36.683 42.952 50.761 62.012 74.543132.77

1

131.91

4

Pertanian 3.629 4.726 5.864 ll69 8.893 10.21p 1O.8W1.04 '6.442'16.611.'

.Perindustr/an 6.639 9.208 11.784 16.489 18.097 20.447 3.949 25.485 48.567 49,260

fertambangan 321 391 443' 436 189 215 271 540 1.926 1.765

Perdagangan 1.1l7 2.193 2.911 4.185 6.951 6.535 8.798 12.787 25.379 23.154

Jasa-jasa 3.767 5.267 5.412 7.216 8.822 13.379 18.125 23.691 40.457 41.124

Lain-lain 200 503 1.188 0 0 0 0 0 0.976

,

1) Sejak Apri11993 termasuk Bank Urn urn eks _KBB. daft tidak termasuk Bank Indonesia

Page 258: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 258

miliar. Nasabah dengan plafon di atas Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta menyerap Rp 4.804

miliar (10,6 persen), plafon di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta menyerap Rp 3.540

miliar (7,8 persen). Sedangkan nasabah dengan plafon di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp

350 juta menyerap Rp 7.884 miliar (17,3 persen), di atas Rp 350 juta sampai dengan Rp 700 juta

menyerap Rp 931 miliar (2,0 persen), di atas Rp 700 juta sampai dengan Rp 1 rniliar menyerap

Rp 3 miliar dengan 4 rekening, dan di atas Rp 1 miliar sampai dengan Rp 2 rniliar menyerap Rp

20 miliar dengan 12 rekening. Berdasarkan alokasi menurut sektor ekonomi, sekitar 45,2 persen

dari jumlah KUK telah dimanfaatkan oleh sektor lain-lain dengan nilai Rp 20.530rniliar,

sedangkan sektor perdagangan, restoran dan hotel mencapai Rp 10.928 miliar (24,0 persen),

sektor jasa-jasa termasuk listrik, gas dan air, konstruksi, pengangkutan dan jasa mencapai Rp 5.

728 miliar (12,6 persen), sektor pertanian Rp 6.386 rniliar (14,0 persen), dan sektor

perindustrian Rp 1.848 rniliar (4,1 persen), serta sektor pertambangan Rp 47 miliar (0,1

persen). Penyaluran KUK menurut kelompok bank, terdiri dari 58,5 persen KUK disalurkan

oleh bank-bank Persero, 29,4 persen disalurkan oleh bank swasta nasional devisa, 7,8 persen

disalurkan oleh bank pembangunan daerah, dan 4,0 persen disalurkan oleh bank swasta nasional

non devisa, serta 0,3 persen disalurkan oleh bank asing campuran. Sementara itu bila dilihat

menurut daerah penyebarannya, KUK yang diberikan pada nasabah di daerah perkotaan, yang

meliputi kodya dan kotif, termasuk ibukota negara, mencapai Rp 20.804 miliar (45,8 persen)

dengan jumlah rekening sebanyak 3.060.486 buah (37,1 persen). Sedangkan KUK yang

diberikan kepada nasabah yang tinggal di daerah pedesaan yang meliputi kabupaten-kabupaten,

mencapai Rp 24.663 miliar (54,2 persen) dengan jumlah rekening 5.179.737 (62,9 persen).

Secara umum, KUK yang disalurkan oleh bank umum terdiri Dari KUK program dan

non program. KUK program yang mendapat dukungan Kredit hikuiditas Bank Indonesia (KLBI)

dengan share pembiayaan 100 persen, antara lain Kredit Usaha Tani (KUT) , Kredit kepada

Koperasi Unit Desa (KKUD )/Kredit Kepada Koperasi (KKop), dan Kredit kepada Koperasi

Primer untuk Anggotanya (KKPA). KUT yang disalurkan dengan suku bunga 10,5 persen per

tahun dan dengan jangka waktu 1 tahun, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja

petani yang belum mampu membiayai usaha taninya, agar dapat meningkatkan produksi dan

pendapatannya. Sampai akhir bulan September 1998 realisasi KUT telah mencapai Rp 429,2

miliar atau naik Rp 29,0 miliar (7,2 persen) apabila dibandingkan dengan realisasi bulan Maret

Page 259: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 259

1998 yang mencapai Rp 400,2 miliar.

KKop bertujuan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan investasi bagi koperasi

primer dalam rangka pembiayaan usaha agrobisnis, terutama untuk pengadaan dan distribusi

pangan, serta pembiayaan pasca panen, dengan maksimum ktedit Rp 350 juta per komoditas

koperasi dengan suku bunga 16 persen per tahun. Posisi KKUD/KKop pada akhir September

1998 telah mencapai Rp 109,1 rniliar, akan mengalarni penurunan Ep 19,7 rniliar (15,3 persen)

apabila dibandingkan dengan posisi bulan Maret 1998 sebesar Rp 128,8 miliar. Sedangkan

untuk memenuhi modal kerja dan investasi bagi usaha anggota koperasi primer yang produktif

(termasuk tebu rakyat intensifikasi), telah disalurkan KKPA dengan suku bunga 14 persen per

tahun dan plafon kredit maksimum Rp 50 juta. Sampai akhir September 1998 posisi KKPA

meneapai Rp 1.717,6 miliar, sehingga bila dibandingkan dengan posisi Maret 1998 Rp 1.725,2

miliar, kredit ini mengalami penurunan Rp 7,6 miliar (0,4 persen). Sedangkan untuk kredit

kepada koperasi lainnya turun dari Rp 23,4 miliar per Maret 1998 menjadi Rp 20,9 miliar pada

akhir September 1998. Secara keseluruhan kredit kepada koperasi sampai akhir September 1998

posisinya telah meneapai Rp 2.276,8 miliar. Apabila dibandingkan dengan posisi bulan Maret

1998 Rp 2.277,6 miliar, maka telah terjadi penurunan Rp 0,8 miliar. Sementara itu Kredit

Investasi Kecil Pasca Konversi PIRTrans, mengalami kenaikan Rp 145,9 miliar (19,2 persen),

yakni Dari Rp 761,8 miliar pada Maret 1998 menjadi Rp 907,7 miliar pada September 1998.

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan pengadaan rumah dan pemukiman yang

layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah, Bank Indonesia tetap memberikan kredit

likuiditas, yang pengelolaannya dilakukan oleh Bank Tabungan Negara dengan fasilitas kredit

pemilikan rumah BTN (KPR-BTN). Sebagai KUK program, jumlah plafon KPR disesuaikan

dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat di masing - masing wilayah, dengan tingkat

bunga dan penetapan maksimum kredit untuk masing-masing jenis dan tipe rumah relatif

berbeda. Untuk KPR Paket A-I, yaitu terdiri dari kredit perumahan kapling siap bangun (KP-

KSB/Lahan Griya) dan kredit perumahan rumah sangat sederhana (KP-RSS) suku bunganya 8,5

persen per tahun, dan paket A-2/Griya Inti yang terdiri rumah sederhana tipe 18 (RS-T.18)

sampai dengan RS-T.21 dengan suku bunga 11 persen per tahun dan RS- T.27 sampai dengan

RS- T.36, suku bunganya 14 persen per tahun. Sedangkan suku bunga KPR Paket B/Griya

Madya (T.27 sampai dengan T.70) dan Paket C, suku bunganya pertahun 25 persen. Sampai

dengan bulan September 1998 nilai KPR yang disalurkan oleh BTN secara kumulatif telah

Page 260: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 260

mencapai Rp 10.805,4 miliar dengan rumah yang dibangun mencapai 1.570.146 unit. Dari nilai

kredit Rp 10.805,4 miliar tersebut, sebesar Rp 1.357,5 miliar digunakan untuk membiayai

pemilikan 324.499 unit rumah yang dibangun oleh Perum Perumnas, yang terdiri dari 320.705

unit rumah paket A dan paket B dengan nilai kredit Rp 1.267,6 miliar, dan 3.794 unit rumah

paket C dan rumah toko (Ruko) sederhana dengan nilai lqedit sebesar Rp 89,9 miliar.

Sedangkan KPR sebesar Rp 9.447,9 miliar lainnya digunakan untuk membiayai pemilikan

1.245.647 unit rumah yang dibangun oleh pembangun swasta (non perumnas) termasuk

kerjasama dengan bank lain, yang terdiri dari 1.170.121 unit rumah paket A dan B dengan nilai

kredit Rp 7.696,3 miliar, dan 68.473 unit rumah paket C dengan nilai kredit Rp 1.718,0 miliar,

dan 4.683 unit rumah toko (ruko) sederhana dengan nilai kredit Rp 23,2 miliar. Sementara itu,

jumlah rumah yang dibiayai melalui kerjasama BTN dengan bank lain mencapai 2.370 unit

dengan nilai kredit Rp 10,4 miliar. Sampai akhir September 1998, posisi KPR yang disalurkan

oleh BTN mencapai Rp 6.516,9 miliar, atau naik Rp 235,8 (3,8 persen) dibandingkan dengan

posisinya pada Maret 1998 sebesar Rp 6.281,1 miliar. Sedangkan posisi KPR yang mencakup

pembiayaan pemilikan rumah sampai dengan tipe 70, yang disalurkan oleh bank-bank umum

lainnya pada akhir September 1998 mencapai Rp 3.838,7 miliar, atau turun Rp 1.316,2 miliar

(25,5 persen) dibandingkan dengan posisi Maret 1998. Dengan demikian posisi KPR secara

keseluruhan mengalarni penurunan Rp 1.080,4 miliar (9,4 persen), yakni Dari Rp 11.436,0

miliar pada bulan Maret 1998 menjadi Rp 10.355,6 miliar pada bulan September 1998.

Untuk mengembangkan usaha-usaha kecil di pedesaan, baik untuk membiayai

keperluan investasi maupun modal kerja, program kredit umum pedesaan (Kupedes) yang

dikelola oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) masih terus berjalan. Sebagai KUK non program,

suku bunga Kupedes yang digunakan baik untuk investasi maupun modal kerja masing-masing

2,2 persen per bulan, dengan jangka waktu kredit maksimum untuk investasi 36 bulan dan untuk

eksploitasil modal kerja maksimum 24 bulan. Sampai akhir September 1998 posisi Kupedes

telah mencapai Rp 4.607,5 miliar dengan jumlah nasabah 2.552.350 orang, masing-masing

dipergunakan untuk kegiatan investasi Rp 1.457,2 miliar (31,6 persen) dan kegiatan eksploitasi

Rp 3.150,3 miliar (68,4 persen). Dilihat menurut sektor ekonomi, dari Kupedes sebesar Rp

4.607,5 miliar, sebagian besar telah dimanfaatkan untuk sektor perdagangan, yaitu Rp 2.067,0

miliar (44,9 persen), sektor yang mempunyai penghasilan tetap sebesar Rp 1.345,3 miliar (29,2

persen), sektor pertanian sebesar Rp 889,0 miliar (19,3 persen), sektor industri Rp 94,7 miliar

Page 261: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 261

(2,0 persen dan sektor lain-lain sebesar Rp 211,5 miliar (4,5 persen). Apabila dibandingkan

dengan posisi Kupedes bulan Maret 1998 sebesar Rp 4.624,2 miliar, maka selama April-

September 1998 telah terjadi penurunan kredit Rp 16,7 miliar (0,4 persen). Secara kumulatif

sampai dengan akhir bulan September 1998 nilai Kupedes telah mencapai Rp 29.435,3 miliar

dengan nasabah 20.385,0 ribu orang. Selain Kupedes, juga terdapat KUK non program yang

disalurkan oleh bank-bank umum, yang posisinya per September 1998 mencapai Rp 27.319,4

miliar, atau turun Rp 19.471 miliar (41,6 persen) dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun

1997/1998 sebesar Rp 46.790,4 miliar. Perkembangan kredit usaha kecil secara keseluruhan

dapat dilihat pada Tabel 111.24.

Sementara itu, untuk meningkatkan usaha koperasi, Perum Pengembangan Keuangan

Koperasi (Perum PKK) mempunyai peranan memberikan jaminan kepada koperasi untuk kredit

yang diberikan oleh bank dan atau jaminan atas kredit barang oleh badan lain. Selain itu, dalam

upaya memenuhi sebagian pembiayaan pengembangan usaha koperasi, perum PKK juga

memberikan pinjaman kepada koperasi, serta memberikan bantuan manajemen dan konsultasi.

Kegiatan usaha koperasi yang telah dilayani oleh perum PKK meliputi antara lain sektor

pertanian (KUT padi palawija, pupuk, alat-alatpertanian), perikanan (tambak, darat,cold storage,

perkapalan), peternakan (sapi perah, sapi potong, unggas), perkebunan (kemenyan, panili, tebu,

coklat, KUT - TRI), kerajinan/ industri (bahan bangunan, tas/kulit, air bersih), serta jasa,

konsumsi distribusi (angkutan daratl laut, simpan pinjam, dan lain-lain). Sampai dengan bulan

November 1998, realisasi kredit yang diberikan kepada koperasi berjumlah Rp 330 miliar dan

jumlah jaminan kredit yang diberikan oleh rerum PKK mencapai Rp 258 miliar.

3.9 Lembaga Keuangan di Luar Perbankan

3.9.1 Asuransi

Upaya pemerintah untuk menumbuhkembangkan industri jasa asuransi senantiasa

diupayakan untuk dapat menghadapi globalisasi ekonomi dunia dan sebagai antisiposi terhadap

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk maksud tersebut, Pemerintah telah

memberlakukan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian disertai

berbagai peraturan

Page 262: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 262

Tabel 111.24

PERKEMBANGAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) , 1989/1990 - 1998/1999

( dalam miliar rupiah )

K U K Program K U K Non-Program

Periode Kredit Kepada Koperasi Jumlah

KUT Kkopl) KKPA Lainnya KPR2) KIK Posa Sub. Non. KUPEDES Sub.

Konversl JumlahII{UPEDE

SJumlah

PIR.Traru

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1989/1990

Desember 292,4 66,4 105,1 26,3 2.296,0 - 2.786,2 9.894,0 1.381,8 11.275,8 14.062,0

1990/1991

Desember 164,8 78,1 262,8 31,9 2.349,0 . 2.886,6 16.880,2 1.430,2 18.310,4 21.197,0

1991/1992

Desember 161,0 lll,2 290,9 44,3 2.521,0 - 3.128,4 18.197,1 1.536,5 19.733,6 22.862,0

1992/1993 Maret 166,8 112,5 310,9 156,9 2.564,0 - 3.311,1 17.525,6 1.726,3 19.251,9 22.563,0

1993/1994 Maret 158,5 97,5 351,9 156,7 4.175,2 - 3.557,6 21.348,3 2.075,9 23.424,2 28.364,0

1994/1995 Maret 161,5 98,8 457,7 126,9 6.029,1 155,4 7.029,4 25.727,8 2.582,8 28.3.0,6 35.340,0

1995/1996 Maret 279,9 130,7 567,3 82,9 7.848,3 316,3 9.225,4 29.543,5 3.374,1 32.917,6 42.143,0

1996/1997 Juni 280,1 144,0 637,9 82,9 8.237,1 351,8 9.733,8 30.887,0 3.619,2 34.506,2 44.240,0

September 245,8 110.0 873,5 133,7 8.371,2 381,7 10.115,9 32.443,8 4.346,3 36.790,1 46.906,0

Desember 312,4 98,7 1.052,1 133,1 9.431,1 450,0 11.477,4 33.836,4 3.977,2 37.813,6 49.291,0

Maret 346,3 142,9 1.184,3 45,9 9.846,3 501,0 12.066,7 33.505,9 4.140,4 37.646,3 49.713,0

1997/1998 Juni 348,7 156,3 1.399,2 44,4 10.693,0 580,6 13.222,2 46.634,8 4.312,0 61.639,8 64.169,0

September 327,6 120,7 1.763,7 44,0 11.237,0 655,9 14.149,3 48.603,2 4.447,5 64.287,7 67.200,0

Desember 322,2 123,5 1.753,9 44,4 11.464,0 698,5 14.406,5 48.161,4 4.695,1 52.856,5 67.263,0

Maret 400,2 128,8 1.725,2 23,4 11.436,0 761.8 14.475,4 46.790,4 4.624,2 51.414,6 65.890,0

1998/1999 April 395,2 115,9 1.778,1 23,4 10.582,7 775,9 13.671,2 31.039,8 4.558,0 35.597,8 49.269,0

Mei 391,4 143,3 1.766,8 23,4 10.851,6 804,8 13.981,3 31.587,1 4.556,6 36.143,7 50.125,0

Juni 398,9 139,0 1.666,0 23,4 10.539,2 833,2 13.599,7 28.025,1 4.606,2 32.631,3 46.231.0

Juli 290,3 116,8 1.658,7 20,9 10.357,3 835,1 13.279,1 27.910,9 4.550,0 32.460,9 45.740,0

Agustus 332,0 110,8 1.728,4 20,9 10.365,3 908.4 13.465,8 27.758,2 4.601,0 32.359,2 45.825,5

September 429,2 109,1 1.717,6 20,9 10.355,6 907,7 13.540,1 27.319,4 4.607,5 31.926,9 45.467,0

1) Sejak Juni 1998 Skim Kredit Koperasi Unit Desa (KKUD) berubah menjadi Kredit Kepada Koperasi (KKop) 2) Sejak Maret 1994 termasuk

KPR yang disalurkan bank-bank umum (pembiayaan KPR sampai dengan type 70)

Page 263: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 263

pelaksanaannya sebagai landasan hukum bagi perusahaan yang melakukan aktivitas di bidang

usaha jasa asuransi. Reformasi kebijaksanaan khususnya di bidang usaha asuransi tersebut

diharapkan dapat menjawab berbagai kemajuan pesat yang terjadi baik di dalam maupun di luar

negeri dan diharapkan pula dapat mendorong industri asuransi nasional untuk berkembang.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir telah memacu tumbuhnya

berbagai sektor riil yang selanjutnya berdampak terhadap perkembangan industri jasa asuransi

yang tumbuh rata-rata sekitar 20 persen per tahun. Namun, kondisi ini telah berubah sejak

perekonomian nasional mengalami penurunan pada semester kedua tahun 1997. Kondisi

tersebut beprngaruh besar terhadap pelaksanaan proyek-proyek pemerintah maupun swasta yang

terpaksa dibatalkan ataupun yang dijadwal ulang sehingga permintaan terhadap penutupan jasa

asuransi khususnya asuransi kerugian yang terkait dengan proyek-proyek tersebut mengalami

penurunan, dengan akibat sasaran produksi premi perusahaan asuransi yang ditargetkan untuk

tahun 1997 tidak tercapai.

Dalam situasi perekonomian yang sulit dewasa ini, diperlukan inovasi dan kreativitas

manajemen dalam menjawab kondisi aktual dengan menawarkan berbagai jenis produk asuransi

untuk menarik minat masyarakat terhadap jasa asuransi. Dalam hal ini, perusahaan asuransi,

dalam setiap pembayaran santunan (claims)tentunya akan berpegang pada polis yang dipegang

nasabah. Kasus kerusuhan bulan Mei 1998 memberikan pelajaran bagi manajemen asuransi,

khususnya perusahaan asuransi kerugian untuk mempertimbangkan sikap pro-konsumen dalam

melayani pembayaran santunan.

Di samping itu, sebagai syarat utama agar industri asuransi nasional dapat bersaing

dengan masuknya perusahaan asuransi asing, faktor sumberdaya manusia (SDM) sangat

menentukan sehingga langkah-langkah seperti antara lain peningkatan kualitas SDM terutama

tenaga-tenaga pialang asuransi dan reasuransi, jasa penilai kerugian, konsultan aktuaria,

penggunaan teknologi jaringan informasi yang handal untuk meningkatkan pelayanan kepada

pemegang polis, peningkatan efisiensi dan efektivitas operasional, serta peningkatan kegiatan

pemasaran inaustri asuransi, perlu segera diantisipasi oleh industri asuransi nasional.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kinerja industri asuransi dalam tahun

1997 adalah krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Sampai dengan bulan

Juli 1998, jumlah perusahaan asuransi yang beroperasi telah berkembang menjadi 179

Page 264: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 264

perusahaan, yang terdiri dari 107 perusahaan asuransi kerugian, 62 perusahaan asuransi ji wa, 5

perusahaan reasuransi, 2 penyelenggara program asuransi sosial dan jamsostek, serta 3

penyelen::ara program asuransi untuk pegawai negeri sipil (PNS) dan ABRI. Dalam tahun 1998

jumlah perusahaan asuransi hanya bertambah 1 perusahaan, yaitu perusahaan asuransi kerugian

swasta nasional. Bertambahnya perusahaan ini merupakan suatu indikasi bahwa peluang

perkembangan pasar asuransi nasional masih terbuka.

Dalam tahun 1997, pendapatan premi bruto industri asuransi mengalami peningkatan

22,5 persen, Dari Rp 8.591,9 miliar dalam tahun 1996 menjadi Rp 10.526,7 miliar. Kontribusi

premi bruto asuransi terhadap lapangan usaha bank dan lembaga keuangan bukan bank dalam

produk domestik bruto (PDB) juga mengalami peningkatan Dari 37,77 persen dalam tahun 1996

menjadi 42,09 persen dalam tahun 1997. Sedangkan kontribusi premi bruto asuransi terhadap

PDB nasional juga mengalami peningkatan Dari 1,61 persen dalam tahun 1996, menjadi 1,69

persen dalam tahun 1997. Rincian besarnya premi bruto yang berhasil dihimpun oleh

perusahaan asuransi adalah asuransi jiwa Rp 3.626,3 miliar (34,45 persen), asuransi kerugian

dan reasuransi Rp 4.190,5 miliar (39,81 persen), program asuransi sosial dan jamsostek Rp

1.751,1 miliar (16,63 persen), dan program asuransi untuk PNS dan ABRI Rp 958,8 miliar (9,

11 persen). Dengan demikian kontribusi terbesar dalam pengumpulan premi bruto berasal dari

usaha asuransi kerugian dan reasuransi, yaitu mencapai 39,81 persen dari total premi bruto.

Berdasarkan data rasio pendapatan premi bruto terhadap PDB di atas dapatlah

disimpulkan bahwa potensi industri asuransi nasional masih mempunyai prospek yang cukup

besar untuk ditumbuhkembangkan. Potensi ini sangat berkaitan dengan tingkat pendapatan dan

pendidikan masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa asuransi jiwa

dapat lebih ditingkatkan. Potensi inijuga tercermin dalam meningkatnya jumlah pemegang polis

asuransi jiwa yang dalam tahun 1996 sebanyak 20,8 juta jiwa naik menjadi 22,2 juta jiwa dalam

tahun 1997 atau naik 6,24 persen. Namun, jumlah ini masih relatif kecil apabila dibandingkan

dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 199,8 juta jiwa atau jumlah

pemegang polis baru mencapai 11,10 persen dari jumlah penduduk.

Sementara itu, jumlah kekayaan (total asset) perusahaan asuransi dalam tahun 1997 telah

meningkat menjadi Rp 32.009,2 miliar, atau naik 43,77 persen dari jumlah kekayaan dalam

tahun 1996 yang Rp 22.263,6 miliar. Komposisi kekayaan dalam tahun 1997 tersebut adalah

asuransi jiwa Rp 12.345,1 miliar (38,57 persen), asuransi kerugian dan reasuransi Rp 8.186,7

Page 265: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 265

miliar (25,58 persen), program asuransi sosial dan jamsostek Rp 6.454,4 miliar (20,16 persen),

dan program asuransi untuk PNS dan ABRI Rp 5.023,0 miliar (15,69 persen).

Selanjutnya, perkembangan jumlah pembayaran santunan (claims) yang diberikan oleh

perusahaan asuransi kepada nasabahnya menunjukkan peningkatan. Dalam tahun 1996, jumlah

santunan yang dibayarkan Rp 3.170,9 miliar, dan jumlah ini meningkat menjadi Rp 4.918,0

miliar dalam tahun 1997, atau meningkat 55,09 persen. Dari jumlah tersebut, pembayaran

santunan yang diberikan oleh asuransi jiwa Rp 1.856,3 miliar (37,74 persen), asuransi kerugian

dan reasuransi Rp 1.789,9 miliar (36,39 persen), program asuransi sosial dan jamsostek Rp

487,0 miliar (9,90 persen), dan program asuransi untuk PNS dan ABRI Rp 784,8 miliar (15,96

persen).

Sebagaimana dengan jumlah kekayaan, jumlah investasi industri asuransi Indonesia

dalam tahun 1997 juga meningkat 30,37 persen dari tahun sebelumnya, menjadi Rp 23.517,2

miliar (atau 73,47 persen dari jumlah kekayaan yang dimiliki). Dari jumlah nilai investasi

tersebut, asuransij iwa menginvestasikan Rp 7.939,1 miliar (33,76 persen), asuransi kerugian

dan reasuransi Rp 5.119,5 miliar (21,77 persen), program asuransi sosial dan jamsostek Rp

6.059,2 miliar (25,76 persen), dan program asuransi untuk PNS dan ABRI Rp 4.389,4 miliar

(18,66 persen).

Dari jurnlah nilai investasi tersebut, sebagian besar ditempatkan dalam bentuk deposito

berjangka dan sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai alternatif investasi utama yang masing-

masing Rp 14.626,7 miliar (62,19 persen) dan Rp 1.663,7 miliar (7,07 persen). Selanjutnya, Rp

3.838,8 miliar (16,32 persen) diinvestasikan dalam bentuk promes, obligasi, saham, tanah dan

bangunan, hipotik, dan pinjaman polis, seuangkan Rp 3.388,1 miliar(14,14 persen)

diinvestasikan ke dalam penyertaan modal dan sektor lain-lain.

Sampai dengan tahun 1997, perkembangan neraca pembayaran jasa asuransi Indonesia

menunjukkan posisi defisit yang semakin menurun yaitu Rp 407,2 miliar atau naik 12,20 persen

hila dibandingkan denganjumlah defisit tahun 1996 yang Rp 463,8 miliar. Peningkatan defisit

ini terjadi terutama pada bidang asuransi kerugian karena kecilnya kapasitas daya tampung

dalam menutup fisiko atas obyek pertanggungan di dalam negeri. Sedang untuk menutup

pertanggungan obyek asuransi yang besar ataupun yang padat teknologi sangat ditentukan oleh

faktor struktur permodalan perusahaan asuransi. Selain itu, faktor dukungan kepercayaan yang

diberikan masyarakat kepada perusahaan reasuransi di Indonesia masih kurang dan dominasi

Page 266: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 266

jasa asuransi angkutan barang melalui laut masih dikuasai perusahaan asuransi asing.

Perkembangan kegiatan industri asuransi dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel 111.25 dan Grafik

111.8.

3.9.2 Lembaga Pembiayaan

Krisis moneter yang melanda Asia sejak pertengahan tahun 1997 telah berpengaruh

luas terhadap perekonomian Indonesia. Dalam kondisi yang demikian, perusahaan pembiayaan

seharusnya dapat berperan lebih besar bagi usaha menengah dan kecil, mengingat sektor

tersebut merupakan sektor yang paling fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan keadaan,

karena tingkat ketergantungan mereka baik pada bahan baku impor maupun utang luar negeri

tidak terlalu besar. Namun demikian, menurunnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika dan

tingginya tingkat bunga telah menyebabkan semakin tingginya cost of fund dari perusahaan-

perusahaan pembiayaan. Hal ini sangat terkait dengan sumber dana perusahaan pembiayaan

yang terutama berasal dari perbankan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, sehingga

melonjaknya nilai illata uang dolar Amerika dan tingginya suku bunga perbankan akan

menyebabkan semakin tingginya biaya dana yang harus ditanggung perusahaan pembiayaan.

Selain dari perbankan, sumber dana perusahaan pembiayaan juga berasal dari pasar

modal. Namun demikian, dana yang bersumber dari pasar modal ini belum banyak

dimanfaatkan oleh perusahaan pembiayaan karena disamping kondisi perusahaan pembiayaan

itu sendiri yang pada umumnya belum memungkinkan untuk dapat menggaIi sumber dana

tersebut, kondisi pasar modal Indonesia pada saat ini juga seuang mengalami goncangan

sebagai akibat krisis moneter. Disamping masalah sumber dana, perusahaan pembiayaan juga

menghadapi masalah internal yaitu semakin tingginya potensi kredit bermasalah, karena

apresiasi dolar Amerika Serikat yang sangat tajam juga berpengarnh terhadap menurunnya

kinerja sektor riil.

Sebagai akibat adanya beberapa perusahaan yang melakukan merger dan juga adanya

pengembalian ijin usaha oleh beberapa perusahaan pembiayaan maka dalam dua tahun terakhir

jumlah perusahaan pembiayaan mengalami penurunan yaitu dari 252 perusahaan dalam tahun

1996 menjadi 248 perusahaan dalam tahun 1997.

Page 267: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 267

Tabel 111.25

PERKEMBANGAN KEKA Y AAN, PREMI BRUTO, SANTUNAN, DAN DANA INVESTASI

INDUSTRI ASURANSI INDONESIA, 1990 - 1997

( dalam miliar rupiah)

1990 1991 1992 1993 1) 1994 1995 1996 1997

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Kekayaan

Asuransi jiwa 1.212,9 1.628,8 1.911,5 2.349,2 4.018,0 4.893,5 7.315,8 12.345,1

Asuransi sosial 2.891,5 3.639,8 4.297,0 5.600,9 6.505,7 7.633,1 9.291,3 11.477,4

Asuransi kerugian dan reasuransi 2.137,6 2.603,3 2.808,8 3.317,1 3.891,7 4.743,2 5.656,5 8.186,7

Jumlah 6.242,0 7.871,9 9.017,3 11.267,2 14.415,4 17.269,8 22.263,6 32.009,2

Premi Bruto

Asuransi jiwa 455,4 562,1 770,1 1.062,0 1.625,1 2.078,7 2.855,2 3.626,3

Asuransi sosial 458,1 588,8 756,4 1.324,9 1.539,0 1.905,2 2.119,3 2.709,9

Asuransi kerugian dan reasuransi 1.341,2 1.666,3 1.954,8 2.032,5 2.687,1 3.332,0 3.617,4 4.190,5

Jumlah 2.254,7 2.817,2 3.481,3 4.419,4 5.851,2 7.315,9 8.591,9 10.526,7

Santunan

Asuransi jiwa 277,7 523,0 564,0 892,8 369,5 546,4 642,0 1.856,3

Asuransi sosial 214,4 285,8 360,1 616,4 708,6 893,7 1.109,0 1.271,8

Asuransi kerugian dan reasuransl 524,1 721,0 706,6 978,1 972,7 1.014,9 1.419,9 1.789,9

Jumlah 1.016,2 1.529,8 1.630,7 2.487,3 2.018,7 2.455,0 3.170,9 4.918,0

Dana Investasi

Asuransi jiwa 914,1 1.291,2 1.529,2 1.819,5 2.614,9 3.368,7 5.743,1 7.939,1

Asuransi sosial 2.680,8 3.274,1 3.869,8 5.007,6 5.669,4 7.048,9 8.560,0 10.448,6

Asuransi kerugian dan reasuransi 1.402,0 1.705,0 1.746,2 1.989,7 2.412,3 3.023,9 3.735,7 5.119,5

Jumlah 4.996,9 6.270,3 7.145,2 8.816,9 10.696,6 13.441,5 18.038,8 23.517,2

1) Sesuai UU Nomor 2 Th. 1992, perusahaan asuransi yang melaksanakan program Asuransi Sosial terdiri

Dari PT (Persero) ASKES, TASPEN, ASABRI, JAMSOSTEK, dan AKJasa Raharja

Page 268: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 268

Page 269: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 269

Namun demikian nilai kegiatan perusahaan pembiayaan dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan yang cukup berarti. Dibandingkan tahun 1996 nilai kegiatan perusahaan

pembiayaan dalam tahun 1997 menunjukkan peningkatan 56,3 persen dari Rp 38.028 miliar

dalam tahun 1996 menjadi Rp 59.434 miliar dalam tahun 1997. Dari jumlah tersebut, nilai

pembiayaan anjak piutang memberikan pangsa yang terbesar yaitu 44.42 persen (Rp 26.400

miliar), sementara nilai kontrak pembiayaan konsumen memberikan pangsa 30,77 persen (Rp

18.287 miliar). Nilai kontrak sewa guna usaha yang sebelum tahun 1995 memberikan pangsa

terbesar, sejak tahun 1995 mengalami pergeseran dan dalam tahun 1997 jenis usaha ini

memberikan pangsa 23,9 persen (Rp 14.210 miliar). Semen tara itu nilai pembiayaan kartu

kredit, walaupun dilihat dari pangsanya masih relatif kecil (0,9 persen) namun dilihat dari

nilainya menunjukkan lonjakan yang sangat tajam hingga 656,3 persen dari Rp 71 miliar dalam

tahun 1996 menjadi Rp 537 miliar dalam tahun 1997.

Keadaan keuangan perusahaan pembiayaan dari tahun ke tahun juga menunjukkan

adanya peningkatan, baik dalam hat asset maupun dalam pengalokasian dana perusahaan. Asset

perusahaan pembiayaan dalam tahun 1997 menunjukkan peningkatan yang cukup tajam dari Rp

33.591 miliar dalam tahun 1996 menjadi Rp 50.520 miliar dalam tahun 1997 atau mengalami

peningkatan 50,4 persen. Sementara itu dari segi alokasi penanaman dana juga menunjukkan

adanya peningkatan 43,06 persen dari Rp 26.586 miliar dalam tahun 1996 menjadi Rp 38.034

miliar dalam tahun 1997. Namun demikian dari segi equity perusahaan pembiayaan dalam tahun

1997 menunjukkan penuronan 7,7 persen dari Rp 8.436 miliar dalam tahun 1996 menjadi Rp

7.788 miliar dalam tahun 1997.

Sementara itu perusahaan modal ventura, yang sejak tahun 1993 menjadi bagian terpisah

dari perusahaan pembiayaan, yang berarti bahwa segala sesuatu yang menyangkut perizinan,

pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan teknis usaha modal ventura harus dilakukan oleh

badan usaha tersendiri dan tidak melakukan jenis usaha lembaga pembiayaan lainnya, dalam

tahun 1997 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, baik dilihat dari jumlah

perusahaan, jumlah peresahaan pasangan usaha (PPU) maupun nilai penyertaannya. Pemisahan

ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa selain karena karakteristik usaha modal ventura

sangat berbeda dengan jenis usaha lembaga pembiayaan lainnya, kegiatan usaha modal ventura

yang melakukan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dinilai sebagai salah satu

altematif pembiayaan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan permodalan dunia usaha termasuk

Page 270: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 270

kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi. Hal tersebut karena: (1) penyertaan modal dapat

memperbaiki struktur keuangan perusahaan yang dibiayai; (2) penyertaan modal dapat disertai

dengan bantuan manajemen; (3) orientasi pembiayaan penyertaan modal lebih tertuju pada

keberhasilan pihak yang dibiayai dan kelayakan usahanya; (4) kelanjutan dan keterbukaan para

pihak, baik pihak perusahaan pembiayaan maupun perusahaan yang dibiayai, sangat

dipentingkan dalam kegiatan usaha modal ventura sehingga diharapkan dapat mendorong

tereiptanya etika bisnis yang sehat di kalangan dunia usaha.

Dalam tahun 1997, jumlah perusahaan modal ventura bertambah 17 perusahaan Dari 42

perusahaan dalam tahun 1996 menjadi 59 perusahaan atau mengalami peningkatan 40 persen.

Jumlah tersebut terdiri dari 6 (enam) perusahaan swasta nasional, 6 (enam) perusahaan

patungan, dan 5 (lima) perusahaan modal ventura daerah (PMVD). Secara kumulatif, sampai

dengan Juli 1998 jumlah perusahaan modal ventura telah bertambah menjadi 61 perusahaan

dengan jumlah PPU 1.324 perusahaan dan nilai penyertaan Rp 543.339 juta.

Upaya yang dilakukan Pemerintah sejak tahun 1994 untuk mengembangkan kegiatan

usaha kecil dan menengah termasuk koperasi yang tersebar di daerah-daerah melalui kegiatan

modal ventura telah menunjukkan hasil yang cukup berarti. Hal ini tercermin Dari peningkatan

jumlah PMVD yang tersebar di daerah. Sampai dengan akhir tahun 1997 jumlah PMVD telah

bertambah menjadi 25 perusahaan dengan jumlah perusahaan pasangan usaha 496 perusahaan

dengan nilai penyertaan Rp 51.352 juta. Jumlah PPU tersebut mengalami peningkatan 13,76

persen dibanding tahun 1996 yang mencapai 436 perusahaan. Peningkatan ini jauh lebih rendah

dibanding dengan peningkatan dalam tahun sebelumnya yakni 319 persen. Namun demikian

dilihat dari nilai penyertaan menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan, yaitu

mencapai 180 persen. Hal tersebut disebabkan oleh adanya upaya Pemerintah tintuk mendorong

pengembangan usaha PMVD melalui pemberian pinjaman dari luar negeri yang disalurkan

melalui PT Bahana dan penyediaan pelatihan untuk venture capital account officer. Selain itu

Pemerintah memberikan kelonggaran bagi PMVD untuk melakukan bagi hasil dengan PPU-nya.

Sampai dengan bulan Juli 1998 telah berdiri 27 PMVD yang terdiri Dari 26 PMVD di daerah

tingkat I dan 1 PMVD di daerah tingkat II dengan demikian, selain di DKI Jakarta, di semua

daerah tingkat I lainnya telah didirikan PMVD. Data mengenai perkembangan kegiatan lembaga

pembiayaan, selanjutnya dapat dilihat

pada Tabel 111.26 dan Tabel 111.27 .

Page 271: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 271

3.9.3 Dana Pensiun

Undang-undang Nomor 11 tentang Dana Pensiun memberikan jaminan perlindungan

bagi karyawan berupa perlindungan akan adanya kesinambungan penerimaan penghasilan bagi

diri dan keluarganya pada saat tidak aktif bekerja karena cacat, lanjut usia, reorganisasi dan

meninggal dunia. Dengan demikian program pensiun dapat menciptakan ketenangan kerja bagi

karyawan yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan loyalitas kepada

perusahaan.

Bila dilihat dari mobilisasi dana, dana yang terkumpul dari peserta dana pensiun yang

berlangsung kurang lebih selama 30 tahun selanjutnya dipergunakan dalam bentuk pembayaran

manfaat pensiun kepada para peserta. Dana pensiun merupakan dana yang bersifat jangka

panjang, sehingga dana tersebut dapat dipergunakan untuk kepentingan investasi jangka panjang

(pembangunan). Mengingat kebutuhan perekonomian akan dana pembangunan yang cukup

besar maka untuk percepatan pemupukan dana pensiun, Pemerintah telah melakukan berbagai

upaya pengembangan dana pensiun.

Undang-undang Dana Pensiun menganut prinsip pemisahan kekayaan Dana pensiun

dengan kekayaan pendirinya. Pemisahan kekayaan ini dimaksudkan untuk menjamin dana

karyawan peserta dana pensiun. Dengan demikian bilamana terjadi kepailitan atau tuntutan dari

pihak ketiga terhadap kekayaan pendiri dana pensiun, tidak akan mempengaruhi kekayaan dana

pensiun.

Page 272: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 272

I Tabel Ill. 26

PERKEMBANGAN KEGIA TAN PERUSAHAAN PEMBIA Y AAN, 1990 - 1997

( dalam miliar rupiah)

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Jumiah Pervghllan OJ 121 132 144 164 206 25

4252 248

.

Kegiatan Usaha 5.810 5.827 6.276 9.397 16.674 26.884 38.028 59.434

- Nilai kontrak sewa guna usaha 4.746 3.945 3.748 4.563 5.953 8.498 11.530 14.210

- Nilai pembiayaan anjak piutang 55 307 785 2.239 5.297 11.977 18.187 26.400

- Nilai kontrak pembiayaan

konsumen 1.009 1.571 1.530 2.210 4.475 5.555 8.240 18.287

- Nilai pembiayaan kartu kredit - 4 213 385 949 85

471 537

Keadaan Keuangan

- Total aset 6.590 8.192 9.998 11.758 19.067 30.171 33.591 50.520

- Total equity 937 1.196 1.560 1.883 3.347 5.170 8.191 7.788

- Investasi bersih 5.315 6.742 7.757 9.173 14.787 21.987 26.586 38.034

Posisi PinJaman 2.770 S.340 6.100 7.848 12.612 19.617 23.510 38.108

- Dalam negeri 1.293 1.937 2.799 4.204 7.172 11.003 12.870 16.993

- Luar negeri 1.477 3.403 3.301 3.644 5.440 8.614 10 . 640 21.115

Keterangan : *) satuan

Page 273: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 273

.

Tabel III.27

PERKEMBANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA, 1994 - 1998

( dalam juta rupiah)

1994 1995 1996 1997 19981)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

.

Jumlah Perusahaan 19 32 42 59 61

- Swasta Nasional 7 10 12 18 18

- Patungan 6 6 10 16 16

- Perusahaan Daerah 6 16 20 25 27

Jumlah Perusahaan Posangan Usaha 47 151 516 537 60

- Swasta Nasional 25 40 78 33 -

- Patungan 12 7 2 8 -

- Pemsahaan Daerah 10 104 436 496 60

Jumlah Nilai Penyertaan 64.770 148.756 42.275 232.587 12.679

,.... Swasta Nasional 42.750 129.941 22.208 129.304 2.110

- Patungan 21.366 14.239 1.743 51.931 -

- Perusahaan Daerah 654 45,.6 18.324 51.352 10.569

1) Posisi sampai dengan Juli 1998

Page 274: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 274

Dalam rangka mendorong investasi dana pensiun agar mencapai hasil yang optimal,

Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 78/KMK.017/1995

tentang Investasi Dana Pensiun yang telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

93/ KMK.017/1997 tanggal28 Pebruari 1997. Dengan perubahan tersebut, selain melakukan

investasi yang sudah berlaku selama ini, dana pensiun juga diperkenankan melakukan investasi

dalam bentuk Reksa Dana.

Dalam tahun 1991 terdapat 187 yayasan dana pensiun (DP). Dengan adanya UU tentang

Dana Pensiun, yang mewajibkan DP untuk menyesuaikan bentuk hukumnya menjadi Dana

Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), maka sampai

dengan bulan Agustus 1998 jumlah Yayasan DP tinggal 19 buah, sedangkan jumlah DPPK

meningkat menjadi 303 buah dan DPLK berjumlah 24 buah.

Dari 137 dana pensiun yang menyampaikan laporan teknis tahun 1997 diketahui babwa

jumlab peserta dana pensiun pemberi kerja (127 dana pensiun) pada akhir tahun 1997 adalah

706.602 orang yang berasal dari 30 dana pensiun BUMN dengan peserta 488.188 orang dan 97

dana pensiun non-BUMN dengan jumlah peserta 218.414 orang. Sedangkan jumlah peserta

Dana Pensiun Lembaga Keuangan adalah 74.713 orang yang semuanya berasal dari 10 dana

pensiun lembaga keuangan non-BUMN.

Meningkatnya jumlah Dana Pensiun yang mendapatkan pengesahan Menteri Keuangan

menyebabkan terjadinya peningkatan iuran dana pensiun dan peningkatan jumlah aktiva bersih.

Penerimaan iuran dana pensiun secara keseluruhan mengalami peningkatan dari Rp 1,47 triliun

dalam tahun 1996 menjadi Rp 1,63 triliun dalam tahun 1997 yang berarti mengalami

peningkatan 10,88 persen.

Aktiva bersih dana pensiun yang merupakan kekayaan dana pensiun pada akhir tahun

1996 bemilai Rp 14,23 triliun, meningkat 13,84 persen menjadi Rp 16,20 triliun pada akhir

1997. Aktiva bersih Dana Pensiun Pemberi Kerja dalam tahun 1997 mencapai Rp 15,81 triliun.

Dari jumlab aktiva bersih, Dana Pensiun.yang danirikan oleh BUMN memberikan sumbangan

paling besar yaitu Rp 2,99 triliun. Sementara itu aktiva bersih Dana Pensiun Lembaga Keuangan

pada akhir tahun 1997 mencapai Rp 388,39 miliar. Dari jumlab tersebut, terdapat dua Dana

Pensiun Lembaga Keuangan yang didirikan oleh BUMN dengan aktiva bersih Rp 61,65 miliar.

Peningkatan aktiva bersih dana pensiun juga diikuti dengan adanya kenaikan investasi

Page 275: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 275

dana 26,09 persen yaitu dari Rp. 12,26 triliun pada akhir tahun 1996 menjadi Rp 15,45 triliun

pada akhir tahun 1997. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa sumbangan dana pensiun

sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional semakin meningkat.

Sesuai dengan ketentuan tentang investasi, jenis investasi dana pensiun yang

diperkenankan adalah dalam bentuk deposito, sertifikat deposito, saham, obligasi, surat berharga

lain, surat berharga pasar Uang (SBPU), surat pengakuan hutang, penempatan langsung, Reksa

Dana, serta tanah dan bangunan. Dalam tahun 1997 porsi pertama terbesar investasi dana

pensiun adalah pada deposito yaitu 54,92 persen dari total investasi dana pensiun yang ada.

Pembayaran manfaat pensiun pada tahun 1997 mengalami peningkatan 9,7 persen dari

Rp 805,93 miliar dalam tahun 1996 menjadi Rp 884,38 dalam tahun 1997. Peningkatan tersebut

dikarenakan jumlah pensiunan dalam tahun 1996 mengalami peningkatan. Sementara itu PT

Tabungan Asuransi Pegawai Negeri Sipil yang merupakan pembayar pensiun bagi PNS

mempunyai 2 program pokok yaitu Tabungan Hari Tua (THT) dan program pensiun. luran

peserta setiap bulan berasal dari potongan gaji pokok dan tunjangan yang bersifat tetap, diluar

tunjangan pangan. Besarnya iuran program THT 3,25 persen dan program pensiun 4,75 persen.

Sampai dengan akhir tahun 1997 aktiva bersih program THT mencapai Rp 4.045 miliar dan

investasinya Rp 3.759 miliar. Adapun untuk program pensiun, aktiva bersihnya Rp 7.560 miliar,

diinvestasikan Rp 7.417 miliar dan iuran yang terkumpul Rp 4.336 miliar.

3.9.4 Pegadaian

Peranan pegadaian dalam menjembatani kebutuhan dana masyarakat luas, khususnya

masyarakat menengah kebawah melalui pemberian kredit jangka pendek berdasarkan hukum

gadai terus dikembangkan. Pecan Pegadaian terasa semakin penting disaat kondisi ekonomi

sulit seperti sekarang ini, mengingat banyaknya masyarakat golongan bawah yang memerlukan

dana jangka pendek baik untuk kelangsungan usahanya maupun untuk kelangsungan hidupnya.

Krisis ekonomi yang terjadi sejak semester kedua tahun 1997 telahturut mewarnai

kegiatan pegadaian. Penyaluran uang pinjaman yang diberikan dalam tahun 1996 mencapai Rp

1,72 triliun dengan jumlah nasabah 5.030.276 orang dan dalam tahun 1997 meningkat menjadi

Rp 2,09 triliun atau naik 21,5 persen dengan jumlah nasabah 5.305.095 orang. Selanjutnya, dari

target penyaluran uang pinjaman dalam tahun 1998 yang sebesar Rp 2,6 triliun telah terealisir

sebesar Rp 3,1 triliun (116,5 persen) dari target. Sementara itu, laba bersih juga menunjukkan

Page 276: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 276

perkembangan yang terus membaik. Tahun 1997 Pegadaian berhasil menyisihkan laba bersih Rp

34.816 juta atau naik 2,5 persen dari tahun 1996 yang berjumlah Rp 33.964 juta.

Mengingat sulitnya mendapatkan dana dari Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) dan

tingginya bunga bank pinjaman dari pihak .lain, maka altematif dana untuk pengembangan

pegadaian adalah melalui penerbitan obligasi. Dalam tahun 1997 Pegadaian telah mencatatkan

Emisi Obligasi IV senilai Rp 100 miliar, dan menerbitkan Obligasi V Perum Pegadaian tahun

1998 senilai Rp 150 miliar ditawarkan dalam bentuk obligasi seri A dan seri B. Dari tahun 1993

sampai dengan tahun 1998 ini Pegadaian telah menerbitkan obligasi sebesar Rp 339,6 miliar.

Perkembangan usaha jasa lainnya berupa jasa taksiran dan jasa titipan yang

diperkenalkan sejak tahun 1994 telah menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat,

terutama atas pendapatan yang diperoleh dalam tahun 1997 yaitu masing-masing Rp 14,3 juta

untukjasa taksiran dan Rp 34,0 juta untuk jasa titipan. Namun demikian dibandingkan dengan

pendapatan utama, pendapatan jasa-jasa tersebut masih relatif kecil, disebabkan karena

masyarakat lebih memilih untuk menggadaikan barang dan kurangnya kepedulian terhadap

kualitas atau keaslian barang (emas dan baru mulia) yang dirniliki.

Pengembangan usaha penyaluran perak yang telah dilaksanakan untuk pengrajin perak

di daerah Gianyar dan Denpasar, akan diperluas di beberapa kota lainnya seperti Kotagede di

Yogyakarta dan di Surakarta. Begitu pula terhadap pengembangan usaha atas pengelolaan tanah

perusahaan yang telah dirintis melalui kerjasama dengan pihak ketiga dengan sistem bangun,

kelola dan alih bagi pembangunan dan persewaan gedung kantor dan pertokoan.

Dalam rangka perluasan usaha, Perum Pegadaian berupaya meningkatkan mutu

pelayanan melalui penambahan sejumlah kantor cabang hingga mencapai 622 unit dalam tahun

1997 yang dilengkapi dengan sistem pelayanan komputerisasi. Jumlah kantor cabang tersebut

direncanakan akan diperluas sampai kawasan timur Indonesia dan kota-kota propinsi lainnya di

Indonesia yang dianggap sebagai daerah potensial bagi pengembangan usahanya.

Pengembangan usaha lainnya yang dianggap cukup potensial dan memiliki 'basic' bisnis

sehubungan dengan jumlah kantor cabang tersebut adalah memperbanyak pembukaan toko emas

Galeri 24 dari 28 outlet dalam tahun 1997 menjadi 48 outlet pada akhir tahun 1998.

3.10 Pasar Modal

Krisis yang menimpa perekonomian nasional dewasa ini juga berdampak negatif pada

Page 277: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 277

kinerja pasar modal. Hal tersebut terlihat pada menurunnya beberapa indikator pokok kegiatan

pasar modal, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kegiatan transaksi

perdagangan. Di Bursa Efek Jakarta (BEJ), IHSG pernah mencapai 256,8 pada tanggal 21

September 1998 atau menurun 65,33 persen dibandingkan posisi 740,8 pada tanggal8 Juli 1997.

IHSG pada tanggal 21 September tersebut merupakan titik terendah selama tujuh tahun terakhir

ini. Sementara itu, nilai rata-rata transaksi perdagangan juga mengalarni penurunan dari Rp

489,4 miliar dalam tahun 1997 menjadi Rp 406,9 miliar. Indikator tersebut menggambarkan

pengaruh krisis moneter dan ekonomi terhadap pasar modal yang masih dirasakan hingga tahun

ini.

Kondisi ekonomi dan politik yang belum stabil menyebabkan investor enggan

berinvestasi di pasar modal. Investor asing yang menanamkan dananya di pasar modal merasa

kurang aman dengan situasi sosial politik yang kurang kondusif, sementara investor lokal lebih

tertarik pada instrumen deposito, karena menawarkan tingkat suku bunga yang cukup menarik

dan fisiko yang relatif rendah. Banyak perusahaan emiten yang menghadapi masalah finansial

yang menyebabkan terganggunya kelancaran kegiatan usahanya. Namun hat tersebut tidak

menyurutkan langkah para pelaku pasar modal untuk tetap maju dan konsisten dalam upaya

pengembangan kegiatan pasar modal.

Berbagai peraturan pasar modal telah dikeluarkan oleh Bapepam selama tahun 1998.

Sebanyak 21 peraturan pasar modal telah dikeluarkan yang bertujuan menunjang kegiatan pasar

modal. Salah satu peraturan yang cukup penting adalah diberikannya kesempatan bagi

perusahaan emiten untuk menambahkan modalnya tanpa hams right issue. Dengan demikian

dalam masa krisis ini perusahaan emiten dapat memperbesar modalnya tanpa harus menerbitkan

right issue kepada para pemodal lama terlebih dahulu. Selain itu, bagi perusahaan yang ingin

menambahkan modalnya melalui right issue, proses right issue dimaksud lebih disederhanakan

dan dipercepat jangka waktunya dari 107 hari menjadi hanya 42 hari.

Dalam rangka memperkuat struktur permodalan perusahaan sekuritas, Bapepam

mewajibkan usaha tersebut agar memiliki modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) minimal Rp

5 miliar. Pemenuhan modal tersebut dapat dilakukan baik dengan suntikan penambahan modal

baru, merger, maupun akuisisi dengan perusahaan sekuritas lainnya. Namun mengingat kondisi

perekonomian yang tidak memungkinkan dewasa ini, Bapepam telah menunda pelaksanaan

peraturan tersebut hingga akhir tahun 1999.

Page 278: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 278

Kegiatan pasar modal dalam tahun 1998 secara keseluruhan kurang menggembirakan

seiring dengan perkembangan situasi sosial, politik dan ekonomi dalam negeri yang kurang

menguntungkan. Salah satu peristiwa dalam tahun 1998 yang sangat mempengarnhi kegiatan

pasar modal adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada tanggal13-l4 Mei 1998. Peristiwa

tersebut menyebabkan penurunan kegiatan perdagangan saham baik volume, nitro, frekuensi

maupun IHSG yang cukup tajam. Volume perdagangan saham yang dipindahtangankan di BEJ

selama bulan Mei 1998 hanya mencapai 4,82 miliar saham atau turun 44,79 persen dibanding

volume perdagangan bulan April 1998. Nilai perdagangan saham menurun 50,39 persen

menjadi Rp 5,1 triliun dibandingkan nilai perdagangan pada bulan sebelumnya yang mencapai

Rp 10,28 triliun. IHSG di BEJ yang sempat menguat dan mencapai 554,10 pada tanggal 2

Februari 1998, pada akhir bulan Mei 1998 menurun cukup tajam menjadi 413,82, atau turun

25,32 persen.

Namun demikian, di tengah-tengah situasi perekonomian yang sedang dilanda krisis

yang berkepanjangan, dalam tahun 1998 pasar modal juga mencatat perkembangan yang cukup

menggembirakan. Dalam bulan Februari 1998 terjadi transaksi yang cukup besar, yakni

mencapai 13,78 miliar saham senilai Rp 14.682,3 miliar atau nilai rata-rata transaksi

perdagangan harian selama bulan tersebut mencapai Rp 734,1 miliar, yang merupakan nilai rata-

rata transaksi perdagangan harian tertinggi yang pernah dicapai selama ini.

Secara keseluruhan, selama tahun 1998 hanya terdapat tambahan satu perusahaan yang

menawarkan sahamnya di pasar modal, yaitu PT Astra Outopart, salah satu anak perusahaan PT

Astra Internasional, yang telah menawarkan 75 juta saham dari 750 juta saham yang dimilikinya

di pasar modal dengan harga perdana Rp 575 per lembar pada awal Juni 1998. Dana hasil

peleposan saham di pasar modal sebanyak Rp 43,12 miliar dipergunakan untuk memperkuat

struktur permodalannya dan membayar hutang jangka pendek perusahaan. Perusahaan tersebut

juga telah mencatatkan seluruh sahamnya (company listing) di Bursa Efek Jakarta.

Sementara itu, sejak bulan Juli 1997 tidak terdapat tambahan perusahaan yang

menawarkan obligasinya di pasar modal, namun terdapat satu perusahaan yang melakukan

penerbitan obligasi tambahan sehingga secara kumulatif menambah nilai emisi obligasi di pasar

modal. Perum Pegadaian, salah satu BUMN di biuang lembaga keuangan, telah menerbitkan 2

(dua) seri obligasi berjangka waktu 5 tahun dengan tingkat bunga tetap dan mengambang senilai

Rp 150 rniliar pada akhir bulan Juni 1998. Tingkat suku bunga tetap yang ditawarkan adalah 49

Page 279: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 279

persen per tahun, sedangkan tingkat suku bunga mengambang dihitung berdasarkan JIBOR

(Jakarta Inter-Bank Offered Rate) berjangka waktu tiga bulan yang dihitung secara rata-rata

selama lima hari kerja ditambah premi tetap 3 persen.

Dalam tahun 1998, telah terdapat 377 perusahaan yang go publik yang terdiri atas 307

perusahaan yang menawarkan sahamnya dan 70 perusahaan yang menawarkan obligasi,

seuangkan perusahaan yang melakukan right issue 130 perusahaan, dimana 16 perusahaan

diantaranya merupakan perusahaan yang mela!rukan right issue dalam tahun 1998. Nilai

kumulatif emisi saham mencapai Rp 79,3 triliun sementara nilai kumulatif emisi obligasi

mencapai Rp 18,89 triliun atau meningkat masing-masing 11,85 persen dan 0,80 persen

dibanding posisi akhir tahun lalu. Bila dibandingkan dengan posisi akhir tahun anggaran

1997/1998, maka nilai kumulatif emisi saham dan obligasi sampai dengan periode tersebut telah

meningkat masing-masing 10,75 persen dan 0,80 persen.

Nilai transaksi perdagangan di BEJ selama tahun 1998 mencapai Rp 99,7 triliun dari

sejumlah 90,6 miliar saham yang dipindahtangankan, dengan rata-rata nilai transaksi

perdagangan barian mencapai Rp 406,9 miliar. Dibandingkan dengan nilai transaksi

perdagangan dalam tahun 1997 yang mencapai Rp120,4 triliun, maka terjadi penurunan 17,19

persen. Nilai rata-rata transaksi perdagangan harian mengalami penurunan 16,86 persen

dibanding tahun 1997 yang mencapai Rp489,4 miliar. Dilihat dari nilai transaksi perdagangan

tahun anggaran 1997/1998, maka nilai saham yang ditransaksikan dalam tahun anggaran

1998/1999 (sampai dengan 30 Desember) yang mencapai Rp59,3 triliun berarti mengalami

penurunan 35,68 persen.

Selanjutnya, IHSG di BEJ pada akhir tahun 1998 mengalami penurunan 0,91 persen

menjadi 398,04, dibanding akhir tahun 1997 yang berada pada level 401,71. Dilihat dari tahun

anggaran 1997/1998, maka IHSG pada akhir tahun 1998 tersebut mengalami penurunan 26,48

persen. Di sisi lain, walaupun nilai kapitalisasi pasar pada akhir tahun 1998 meningkat 9,88

persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu, Dari Rp 159,9 triliun menjadi Rp 175,7 triliun,

namun dibandingkan dengan akhir tahun anggaran 1997/1998, nilai kapitalisasi pasar akhir

tahun 1998 tersebut mengalami penurunan 21,32 persen. Terjadinya krisis moneter yang

berkepanjangan dan menjadi krisis ekonomi dewasa ini juga menyebabkan pangsa investor

asing dari seluruh nilai total perdagangan di pasar modal mengalami penurunan secara berarti.

Jib pada akhir tahun 1997 pangsa investor asing di lantai bursa Jakarta masih mencapai 52,18

Page 280: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 280

persen, maka dalam tahun 1998 (sampai dengan 17 Desember) pangsa tersebut menurun

menjadi 41,67 persen.

Kegiatan pasar modal yang mengalami penurunan juga terjadi pada usaha reksa dana.

Usaha reksa dana yang mulai digalakkan pada tahun 1996 cenderung mengalami penurunan,

meskipun jumlah usaha reksa dana mengalami peningkatan menjadi 81 perusahaan (November

1998) dibandingkan 77 perusahaan pada akhir tahun 1997. Jumlah unit penyertaan pada akhir

November 1998 mencapai 3.707,8 juta unit, menurun dibandingkan akhir tahun lalu yang

mencapai 6.007,4 juta unit. Nilai aktiva bersih yang pada akhir tahun 1997 mencapai Rp

4.916,6 miliar, pada akhir November 1998 menurun menjadi Rp 2.902,8 miliar atau menurun

40,96 persen. Dibandingkan dengan nilai reksa dana pada akhir tahun anggaran 1997/1998, nilai

usaha reksa dana pada bulan November tersebut mengalami penurunan 28,07 persen. Nilai

aktiva bersih terbesar usaha reksa dana yang pernah dicapai selama ini adalah Rp 8.338,9 miliar

yang terjadi pada bulan Juli 1997.

Krisis _konomi juga mempengaruhi kinerja Bursa Efek Surabaya (BES). Bila

dibandingkan IHSG akhir tahun anggaran 1997/1998 yang mencapai 483,09, maka pada akhir

tahun 1998 IHSG menurun 27,24 persen menjadi 351,51. Sementara itu, jika pada akhir tahun

1997 IHSG berada pada tingkat 351,95, maka pada tahun 1998 IHSG tersebut berarti

mengalami penurunan 0,12 persen. Nilai transaksi perdagangan saham tahun 1998 mencapai Rp

3,1 triliun atau terjadi penurunan 71,16 persen dibandingkan dengan nilai transaksi perdagangan

dalam tahun 1997 yang mencapai Rp 10,75 triliun.

Kegiatan pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien melalui mekanisme pasar dan

integritas pasar dapat tercapai jika faktor eksternal maupun internal yang mempengarnhi

kegiatan pasar modal mendukungnya. Aktivitas pasar modal yang keberadaannya sangat

diperlukan dalam sistem perekonomian yang modern dalam upaya lebih meningkatkan kinerja

perekonomian yang tercermian dari meningkatnya kegiatan investasi baik domestik maupun

asing, akan dapat dipulihkan sepanjang kondisi perusahaan-perusahaan emiten juga membaik,

dan hal tersebut sangat tergantung pada seberapa cepat pulihnya stabilitas politik dan ekonomi

dalam negeri.

Keberadaan pasar modal dalam membantu perusahaan memenuhi kebutuhan dana bagi

pengembangan usahanya serta dalam upaya melakukan restrukturisasi, terutama perusahaan

yang akan melakukan debt equity swap, akan dapat berperan dengan baik jika kepercayaan pasar

Page 281: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 281

terhadap kondisi internal baik politik maupun ekonomi pulih kembali. Suku bunga perbankan

yang wajar maupun inflasi yang terkendali dapat mendorong investor untuk aktif kembali di

pasar modal. Pulihnya kesehatan perusahaan emiten juga dapat memicu maraknya kembali

kegiatan pasar modal. Oleh sebab itu konsolidasi internal perusahaan emiten yang antara lain

melalui restrukturisasi hutang-hutangnya perlu dilakukan secepat mungkin. Selain itu

pemantapan institusi, pengembangan instrumen baru yang menunjang kegiatan pasar modal, dan

penegakkan hukum yang dilaksanakan dengan tegas akan turut menentukan arah kegiatan pasar

modal di masa depan. Perkembangan pasar modal selanjutnya dapat dilihat pada Tabel m.28,

Tabel m.29, dan Tllbel llI.30.

j

Page 282: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 282

Tabel III.28

BEBERAPA INDIKATOR KEGIATAN DI PASAR MODAL DAN

PERDAGANGAN SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA

1989/1990 - 1998/1999

J umIah Nllai Nllai

Akhir Jumlah kumulatif kumulatif rata-rata

emisi emisi perda'i:dan IHSGI)

peri ode perusahaan (juta saham) (miliar Rp) (.EMar Rp)

(1) (2) (3) - (4) (5) (6)

1989/1990 61 343,2 3.101,5 10,55 609,02

1990/1991 132 970,6 8.056,7 29,10 408,11

1991/1992 145 1.178,5 8.976,1 25,39 278,69

1992/1993 164 1.825,3 11.333,3 40,32 310,75

1993/1994 192 4.023,5 18.909,0 94,03 492,37

1994/1995 233 6.715,9 27.262,1 97,72 428,64

1995/1996 248 12.394,6 36.803,1 167,48 585,70

199611997_Juni -257 17.082,4 42.284,5 261,45 594,25

September 260 19.U3,7 44.703,8 300,42 573,93

Desember 267 25.343,4 49.981,4 547,79 637,43

Maret 271 27,268,7 52.140,4 477,05 662,23

1997/1998 Juni 286 38.591,8 61.825,8 575,62 724,55

September 293 40.418,5 63.917,9 463,65 546,68

Desember 306' 51.459,4 70.879,6 465,58 401,71

Maret 306 52.893,6 71.596,7 661,76 541,42

1998/1999 April 307 54.120,8 72.345,3 540,90 460, 13

Mei 307 57.145,8 72.313,4 268,26 413,82

Juni 307 57.077,4 74.048,3 257,59 445,92

Juli 307 57.077,4 74.048,3 395,88 481,71

Agustus 307 57.077,4 74.048,3 286,65 342,43

September 307 57.077,4 74.048,3 230,62 276,15

Oktober 307 57.312,6 74.328,9 269,75 300,77

November 307 57.460,1 74.450,6 419,40 386,27

Desember2) . 307 74.899,7 79.313,9 209,18 398,04

1) Akhir periode

2) Sampai dengan 30 Desember 1998

Page 283: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 283

Tabel Ill. 29

PERKEMBANGAN JUMLAH EMISI OBLIGASI DAN SEKURITAS KREDIT

PERUSAHAANIBADAN USAHA DI PASAR MODAL,

1989/1990 - 1998/1999

Akhir Jumlah Jumlah Nilai kumulatif

kumulatif emisi perdana periode

perusahaan

(obligasi ) ( miliar Rp)

(1) (2) (3) (4)

1989/1990 22 358.584 1.555,2

1990/1991 23 380.244 2.090,2

1991/1992 25 392.513 2.515,2

1992/1993 36 658.808 4.076,7

1993/1994 43 741.534 6.011,8

1994/1995 46 771.372 7.291,2

1995/1996 50 788.264 8.694,4

1996/1997 Joni 53 797.414 10.594,4

September 53 801.914 10.685,5

Desember 55 805.474 11.535,5

Maret 57 824.831 13.460,5

1997/1998 Joni 68 837.622 18.460,5

September 70 848.077 18.740,5

Desember 70 848.077 18.740,5

Maret 70 848.077 18.740,5

1998/1999 April 70 848.077 18.740,5

Mei 70 848.077 18.740,5

Joni 70 848.507 18.890,5

Joli 70 848.507 18.890,5

Agustos 70 848.507 18.890,5

September 70 848.507 18.890,5

Oktober 70 848.507 18.890,5

November 70 848.507 18.890,5

Desember1) 70 848.507 18.890,5

1) Sampai dengan 30 Desember 1998

Page 284: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 284

Tabel III..30

PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA REKSA DANA

1996/1997 - 1998/1999

Total Jumlah penyertaanl

Akhir Jumlah aktiva bersih saham yang beredar

periode reksadana (mlliar Rp ) (juta unit)

(1) (2) (3) (4)

1996/1997 September 8 801,5 1.068,2

Desember 25 2.782,3 2.942,2

Maret 39 5.016,0 5.002,9

1997/1998 April 41 5.358,2 5.307,5

Mei 46 5.920,7 5.740,6

JuDi 60 7.260,6 6.919,2

Juti 67 8.338,9 7.987,9

Agustus 67 6.196,8 6.921,2

September 67 6.598,8 7.015,9

Oktober 76 6.041,6 6.865,1

November 77 5.394,9 6.381,9

Desember 77 4.916,6 6.007,4

Januari 77 4.432,7 5.872,0

I1eb1!\lari 77 4.138,6 5.499,1

Maret 77 4.035,8) 5;265,9

1998/1999 April 77 3.680,8 5.033,2

Mei 77 3.491,5 4.899,9

JuDi 77 3.162,4 4.491,6

Juti 77 3.041,1 4.024.3

Agustus 81 2.928,5 3.998,3

September 81 2.782,6 3.854,8

Oktober 81 2.856,7 3.844,3

November 81 2.902,8 3.707,8

Page 285: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 285

BAB IV

PERDAGANGAN LUAR NEGERI DAN NERACA PEMBAYARAN

4.1 Pendahuluan : Latar Belakang Perkembangan Ekonomi Global

Laju pertumbuhan ekonomi Asia, terutama negara-negara di kawasan Asia Timur dan

Tenggara seperti Korea, Cina dan beberapa negara ASEAN, sejak beberapa tahun yang lalu

sampai dengan pertengahan tahun 1997 menunjukkan pertumbuhan yang sangat mengesankan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia memberikan andil yang cukup besar terhadap

pertumbuhan ekonomi dunia. Namun memasuki semester kedua tahun 1997, dimulai dari Korea,

menyusul Thailand, kemudian diikuti oleh negara-negara lainnya di Asia Tenggara termasuk

Indonesia, menghadapi krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai dengan tahun 1998, meskipun dalam bulan-bulan belakangan ini mulai

dapat dikendalikan.

Krisis ekonomi yang terjadi dibeberapa negara di Asia telah mengakibatkan menurunnya

daya beli masyarakat dan penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun

modal asing, jatuh pailitnya berbagai perusahaan dan perbankan, menurunnya impor dengan

tajam, meningkatnya inflasi serta bertambahnya jumlah pengangguran, sehingga menyebabkan

laju pertumbuhan ekonomi Asia mengalami penurunan yang cukup besar. Krisis ekonomi Asia

telah membawa pengaruh memburuknya keuangan Rusia dan perekonomian negara-negara

berkembang lainnya. Sementara itu bagi negara-negara industri di Amerika Utara dan Eropa,

meskipun akibat dari krisis Asia tidak begitu berpengaruh besar namun mulai terasa, khususnya

di sektor industri. Oleh karena itu secara keseluruhan perekonomian dunia dalam tahun 1998

mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 2

persen.

Melemahnya perekonomian global, telah memungkinkan negara -negara industri selama

tahun 1998 dapat menekan laju inflasinya menjadi lebih rendah dari pada tahun-tahun

sebelumnya. Sedangkan negara-negara di luar negara industri, baik negara-negara berkembang

secara keseluruhan maupun negara-negara dalam perekonomian transisi telah dapat menahan

laju inflasinya untuk tidak meningkat jauh dari tahun sebelumnya. Namun tidak demikian

halnya dengan Indonesia, di mana laju inflasi yang dalam beberapa tahun sebelumnya sampai

dengan tahun 1996 dapat ditekan di bawah l0 persen, dan 11,05 persen pada tahun 1997, pada

Page 286: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 286

tahun 1998 mengalami lonjakan yang cukup besar.

Gambaran perekonomian dunia tahun 1998 juga ditandai dengan relatif stabilnya tingkat

suku bunga internasional, baik LIBOR maupun SIBOR, yang tidak jauh berbeda dengan tahun

sebelumnya. Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, dalam upaya untuk menenangkan

pasar uang dan melindungi perekonomian Amerika Serikat terhadap dampak krisis yang mulai

mendunia, dalam bulan-bulan terakhir ini telah menurunkan tingkat suku bunganya beberapa

kali. Sementara itu, di samping volume perdagangan dunia mengalami penurunan dibanding

tahun sebelumnya, perdagangan luar negeri juga diwarnai dengan melemahnya harga-harga

komoditi baik harga minyak maupun komoditi-komoditi bukan minyak.

Surplus transaksi berjalan dunia dalam tahun 1998 secara umum mengalami

penurunan. Hal ini tercermin dari menurunnya surplus transaksi berjalan di kelompok negara-

negara maju dan meningkatnya defisit transaksi berjalan di kelompok negara-negara

berkembang. Sementara itu transaksi berjalan Indonesia mengalami pekembangan yang

berlawanan dari perkembangan transaksi berjalan dunia. Selama ini, sampai dengan tahun 1997

Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan tetapi pada tahun 1998 untuk pertama kalinya

diperkirakan mengalami surplus. Terjadinya surplus transaksi berjalan ini, di satu sisi

disebabkan masih relatif tingginya penerimaan ekspor bukan minyak bumi dan gas, terutama

dari ekspor hasil pertanian sebagai akibat dari melemahnya nilai tukar Rupiah Indonesia

terhadap US$. Sedang di sisi lainnya, pengeluaran impor bukan minyak bumi dan gas

mengalami penurunan yang cukup berarti sejalan dengan lesunya kegiatan sektor industri di

dalam negeri sebagai akibat dari krisis ekonomi.

Dalam upaya mengatasi krisis ekonomi dan keuangan, Indonesia mendapat bantuan

dari beberapa negara maju dan lembaga-Iembaga keuangan internasional, terutama

Darilnternational Monetary Fund (IMF). Dengan adanya bantuan tersebut, tekanan terhadap

transaksi modal pada neraca pembayaran telah dapat dikurangi dan surplus transaksi berjalan

telah dapat dibarengi pula dengan surplus transaksi modal, sehingga dalam tahun 1998

Indonesia diperkirakan masih mengalami surplus neraca pembayaran.

Krisis ekonomi Asia pada dirinya melanda dan melibatkan sejumlah negara-negara

yang juga merupakan anggota forum kerjasama ekonomi Asia Posifik (APEC). Dalam

pertemuan para pemimpin APEC tahun 1998, yang dilangsungkan di Kuala Lumpur, telah

dicapai kesepakatan terhadap upaya mengatasi masalah krisis yang dihadapi anggotanya, serta

Page 287: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 287

usaha pencegahan penularannya kepada negara-negara lain. Dalam upaya untuk mengatasi krisis

keuangan dari pemulihan ekonomi itu, para pemimpin negara APEC dalam pertemuan tersebut,

secara garis besar telah menyepakati langkah-langkah untuk melaksanakan kebijakan ekonomi

makro yang berorientasi pada pertumbuhan, memberikan dukungan internasional bagi

penciptaan lapangan kerja dan jaring pengaman sosial (social safety net), melakukan perbaikan

sektor usaha dan keuangan serta memperkuat arsitektur keuangan internasional.

Sementara itu, sebelum pertemuan kepala-kepala negara APEC dilangsungkan, dalam

rangka memulihkan pertumbuhan di negara-negara Asia yang mengalami krisis, Amerika

Serikat dan Jepang dengan dibantu Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB), sepakat

untuk menggalang dana yang akan digunakan untuk melaksanakan program pemulihan dan

pertumbuhan Asia (Asian Growth and Recovery Program). Dana tersebut ditujukan untuk

memacu percepatan restrukturisasi perusahaan dan rekapitalisasi perbankan, meningkatkan

pembiayaan perdagangan (trade financing) agar memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk

menggerakkan produksi dan menciptakan lapangan kerja, mendukung investasi swasta baru

melalui jaminan asuransi serta mengembangkan bantuan teknis dalam usaha melakukan

restrukturisasi perusahaan dan keuangan.

4.2 Perkembangan Ekonomi dan Moneter Internasional dalam Tahun 1998

Kondisi ekonomi dan finansial dunia dalam satu tahun ini, khususnya dalam beberapa

bulan belakangan ini memburuk sebagai dampak dari resesi yang semakin dalam di sejumlah

negara Asia, Jepang, dan Rusia. Imbas negatifnya telah dirasakan di berbagai bursa saham

dunia, munculnya perbedaan tingkat bunga yang menyolok di antara negara Asia yang terkena

krisis, tekanan akut yang dialami oleh sejumlah mata uang, dan makin merosotnya harga-harga

komoditi. Sungguhpun dampak krisis tersebut terhadap negara-negara industri Eropa dan

Amerika Utara sejauh ini relatif kecil, namun mulai dirasakan pengaruhnya terutama terhadap

kegiatan sektor industri.

Pertumbuhan ekonomi dunia dalam tahun 1998 diperkirakan hanya sebesar 2 persen,

lebih rendah dari angka pertumbuhan yang dicapai tahun sebelumnya sebesar 4,1 persen.

Sejalan dengan hal tersebut, peluang bagi membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia dalam

tahun 1999 juga mengecil, sementara fisiko kemerosotan yang lebih lama, luas dan dalam

semakin meningkat.

Page 288: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 288

Di negara-negara maju secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi dalam tahun 1998

diperkirakan merosot menjadi 2,1 persen dari 3,1 persen yang dicapai dalam tahun sebelumnya.

Sementara itu untuk kelompok negara-negara industri utama (G- 7), kinerja pertumbuhan juga

terlihat menurun dari 2,9 persen dalam tahun 1997 menjadi 2,1 persen dalam tahun 1998 yang

lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Jepang yang diperkirakan mengalami kontraksi

sebesar 2,5 persen dalam tahun 1998. Sekalipun demikian, pertumbuhan ekonomi terus berlanjut

di beberapa negara industri maju dan di sejumlah negara-negara industri yang lebih kecil di

Eropa.

Ekspansi ekonomi Amerika Serikat yang mengesankan sejak beberapa tahun lalu antara

lain didorong oleh konsolidasi fiskal yang memungkinkan munculnya surplus anggaran belanja,

kebijaksanaan moneter yang berhasil menopang ekspansi namun dapat mempertahankan inflasi

yang rendah, didukung oleh pasar barang serta pasar tenaga kerja yang fleksibel, telah

menghasilkan pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat. Namun demikian, dampak dari krisis

finansial Asia sekarang ini juga dirasakan oleh negara tersebut, dan akan mempengaruhi

perilaku kebijaksanaan moneter negara tersebut selama periode mendatang. Krisis finansial Asia

telah menyumbang terhadap penurunan permintaan luar negeri terhadap produk-produk

Amerika Serikat. Untuk tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diproyeksikan

sedikit menurun, yang sebagian disebabkan oleh menurunnya permintaan internasional atas

produk-produk ekspor negara tersebut.

Kanada yang dalam dua tahun sebelumnya mencatat pertumbuhan yang cukup kuat,

tahun ini diperkirakan mengalami pertumbuhan yang melambat terutama sebagai dampak dari

krisis Asia pula. Otoritas moneter Kanada menaikkan tingkat bunga resmi pada akhir Agustus

yang la1u dalam upaya meredakan tekanan terhadap nilai tukar matauangnya menyusul

depresiasi yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Untuk saat ini, belum begitu

jelas apakah tindakan tersebut akan menimbulkan akibat yang merugikan atau tidak terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Di Inggris, peningkatan suku bunga yang dilakukan oleh Bank of England di bulan Juni

tahun lalu berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang diperkirakan lebih

rendah dalam tahun ini. Sementara itu, konsolidasi fiskal yang dilakukan bersamaan dengan

kondisi moneter ketat sejak awal tahun 1997 yang lalu telah memperlambat momentum

peningkatan dalam permintaan domestik dari membantu dalam menahan fisiko inflasi.

Page 289: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 289

Di antara negara-negara industri utama G-7, Jepang merupakan satu-satunya negara

anggota yang pertumbuhan ekonominya dalam tahun 1998 diperkirakan mengalami kontraksi,

yaitu minus 2,5 persen dibanding pertumbuhan 0,8 persen dalam tahun sebelumnya. Aktivitas

ekonomi yang mulai meningkat dalam kwartal ketiga tahun 1997, berbalik diikuti oleh

kemerosotan produksi nasional dalam tiga kwartal berikutnya, dari kemunduran situasi ekonomi

paling signifikan terjadi pada paruh pertama tahun 1998. Faktor-faktor yang menyebabkan

kinerja ekonomi Jepang yang mengecewakan ini, antara lain ialah memburuknya kinerja sektor

finansial khususnya di sektor perbankan, penarikan dalam jumlah besar stimulus fiskal sejak

April 1997, imbas dari krisis ekonomi yang melanda negara-negara tetangganya serta

melemahnya kepercayaan. Untuk merespon keadaan yang memburuk ini, pemerintah Jepang

dalam bulan April 1998 mengumumkan suatu paket stimulus fiskal yang meliputi pajak dari

pengeluaran pemerintah sebesar 2,5 persen dari PDB, yang terutama dikonsentrasikan untuk

parnh kedua tahun 1998. Paket stimulus fiskallanjutan, termasuk penurunan pajak, diumumkan

kembali pada bulan Agustus 1998. Sementara itu, untuk menenangkan kondisi pasar uang, Bank

of Japan menyediakan likuiditas yang besar, termasuk menurunkan suku bunga pinjaman antar

bank.

Perkembangan di tiga negara maju lainnya yaitu Jerman, Perancis, dan Italia,

meskipun dihadapkan dengan situasi yang kurang menguntungkan dari krisis Asia, Namun

terdapat tanda-tanda yang memberi harapan bahwa pemulihan ekonomi makin meluas dan kuat.

Sementara itu, untuk kasus Jerman dari Perancis terlihat pula tanda-tanda bahwa permintaan

domestik telah menggantikan peran ekspor sebagai mesin pertumbuhan yang utama. Sekalipun

demikian, pemulihan ekonomi di ketiga negara industri maju tetsebut dapat dikatakan relatif

masih dalam tahap awal. Momentum pertumbuhan diperkirakan baru dapat dipertahankan

secara baik dalam tahun 1999.

Di antara negara-negara berkembang, pertumbuhan ekonomi negara-negara

berkembang di kawasan Timur Tengah dari Eropa diperkirakan melemah, turun rari 4,7 persen

dalam tahun 1997 menjadi 2,3 persen dalam tahun 1998 ini. Penurunan yang tajam dalam harga

minyak telah menimbulkan dampak yang merugikan terhadap kegiatan ekonomi tidak saja bagi

negara-negara berkembang penghasil minyak di kawasan itu tetapi juga di negara-negara

lainnya karena berkurangnya transfer uang para pekerja di Timur Tengah. Berkurangnya

pengeluaran-pengeluaran fiskal di Iran, Saudi Arahia, dan negara-negara penghasil minyak

Page 290: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 290

lainnya dalam upaya mengekang lebih jauh kemerosotan anggaran dari neraca pembayaran,

telah menyebabkan menurunnya pertumbuhan di negara-negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi

Turki dalam tahun 1998 ini diproyeksikan melambat, sebagian disebabkan oleh dampak jangka

pendek dari pelaksanaan kebijaksanaan memerangi inflasi yang seuang dilaksanakan.

Di negara-negara berkembang kawasan Amerika Latin, melemahnya harga minyak

berperan terhadap kinerja pertumbuhan yang lebih rendah di Kolombia, Meksiko, dan

khususnya Venezuela yang disebabkan oleh pengurangan produksi minyak dan pengetatan

fiskal. Naiknya tingkat bunga berkenaan dengan adanya tekanan dalam pasar finansial telah

mempengaruhi prospek pertumbuhan di negara tersebut. Di Meksiko, menyusul langkah

penyesuaian fiskal yang dilakukan di bulan Januari dan Maret 1998 yang lalu, pemerintah

Meksiko pada bulan Juli 1998 kembali mengambil kebijaksanaan tambahan yang ditujukan

untuk mengimbangi dampak menurunnya harga minyak terhadap anggaran negara. Sementara

itu, pertumbuhan ekonomi Chili juga diperkirakan menurun, terutama disebabkan oleh

kebijaksanaan uang ketat yang diberlakukan di negara tersebut dan lemahnya permintaan dari

pasar Asia yang merupakan sepertiga dari pangsa ekspor Chili. Demikian pula halnya dengan

Brasil, tekanan-tekanan di pasar finansial yang dialami oleh negara tersebut berkaitan dengan

krisis Asia dan Rusia, dirasakan lebih berat. Pertumbuhan ekonomi Brasil dalam tahun 1998 ini

diperkirakan jauh melambat menjadi 1,5 persen dibanding dengan yang dicapai dalam tahun

1997 sebesar 3,2 persen.

Perkembangan dalam perekonomian negara-negara berkembang kawasan Afrika masih

tetap tidak seimbang. Sebagian negara-negara di Afrika Utara telah memperoleh manfaat dari

meningkatnya produksi pertanian, penurunan dalam harga minyak dan harga-harga komoditi

bukan minyak, dan menguatnya pertumbuhan ekonomi di Eropa. Namun, negara-negara Afrika

lainnya mengalami dampak yang tidak menguntungkan dari melemahnya harga-harga komoditi

bukan minyak tersebut, dan di beberapa negara lainnya gangguan terhadap pertumbuhan

ekonomi berasal dari kerusuhan sosial dan pergolakan militer. Afrika Selatan adalah satu-

satunya negara di kawasan Afrika yang mengalarni pengaruh cukup besar dari krisis Asia.

Kinerja ekonomi di kelompok negara-negara transisi dalam tahun 1998 ini diperkirakan

mengalami perkembangan yang beragam. Ketiga negara Baltik, yaitu Lithuania, Latvia dan

Estonia, bersama dengan Polandia dalam tahun 1998 diperkirakan mencatat pertumbuhan yang

lebih cepat, yang didorong oleh cepatnya pertumbuhan permintaan domestik khususnya

Page 291: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 291

investasi sektor swasta. Di Hongaria, kebijaksanaan penyesuaian (adjustment policy) yang

dilakukan sejak 1995 telah berhasil meletakkan dasar bagi pembangunan yang berkelanjutan,

dan mempercepat pertumbuhan ekonomi negara tersebut sebesar 5,2 persen dalam tahun 1998.

Bulgaria yang sampai tahun 1997 yang lalu masih mengalami kontraksi pertumbuhan dan

ketidakstabilan ekonomi makronya, aktivitas ekonomi telah mulai giat kembali dalam tahun

1998 ini menyusul langkah-langkah baru ke arah stabilisasi dan restrukturisasi. Namun

sebaliknya, Republik Kroasia dan Siowakia, pertumbuhan ekonominya diperkirakan agak

melambat dan defisit transaksi berjalan di kedua negara tersebut mendekati 10 persen dari PDB.

Begitu pula halnya, sebagai dampak ketertinggalan dalam program-program stabilisasi dan

restrukturisasinya, Rumania dalam tahun 1998 diperkirakan masih mengalarni kontraksi

ekonomi sebagaimana dalam tahun sebelumnya.

Di Rusia, prospek dan pertumbuhan ekonomi negara tersebut menjadi rusak sebagai

akibat hebatnya tekanan di pasar Uang semenjak hulan Mei 1998 dan mencapai puncaknya

dalam bulan Agustus 1998. Pertumbuhan ekonomi Rusia sangat dipengaruhi oleh anjloknya

permintaan domestik, dan kekacauan di dalam sistem keuangan dan sistem pembayaran.

Produksi nasionalnya mengalami kontraksi sebesar 6 persen dalam tahun 1998. Sementara itu di

Ukraina, adanya dampak penularan (contagion effects) Dari krisis Rusia dan diberlakukannya

kebijaksanaan moneter yang ketat untuk menopang pemberlakuan band nilai tukar yang baru,

membuat pertumbuhan ekonomi Ukraina diperkirakan minus 0,1 persen dalam tahun ini (lihat

Tabel IV.! dan Tabel IV.2).

Menyangkut harga-harga komoditi, kondisi ekonomi di Asia yang memburuk

merupakan faktor utama di belakang penurunan harga-harga komoditi dunia selama paruh

pertama tahun 1998. Persetujuan-persetujuan yang dicapai di antara negara-negara produsen

minyak di bulan April 1998 yang lalu dalam rangka mengurangi produksi, hanya menghasilkan

kenaikan harga minyak yang sementara saja, sementara pasar tetap skeptis terhadap efektivitas

pengurangan produksi tersebut. Setelah harga turun kembaIi di pertengahan Juni, harga minyak

kemba1i agak membaik setelah adanya komitmen baru untuk pengurangan produksi oleh

negara-negara produsen minyak di akhir Juni 1998, namun kembali menurun di bu1an Agustus.

Sementara itu, harga-harga komoditi bukan minyak terus me1emah antara bulan Mei hingga

Agustus dengan rata-rata sekitar 9 persen karena situasi di Asia dan negara-negara berkembang

maju (emerging markets) lainnya yang memburuk. Untuk seluruh tahun 1998, harga- harga

Page 292: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 292

komoditi bukan minyak diproyeksikan 1ebih rendah sekitar 12 persen dari pada tahun 1997.

Krisis yang cukup mendalam di pasar uang negara-negara emerging markets dan

memburuknya situasi di Jepang pada gilirannya telah menimbulkan pengaruh yang cukup besar

pula terhadap pasar uang di negara-negara maju. Pasar-pasar uang di Amerika Serlkat dan Eropa

pada awalnya memperoleh keuntungan pada saat hasil obligasi menurun, dan menguatnya dolar

Amerika Serikat serta beberapa matauang utama Eropa. Tekanan kemerosotan alas pasar uang

terutama terbatas di Jepang dan negara-negara pengekspor komoditi utama seperti Kanada dan

Australia, yang dirasakan paling rentan terhadap dampak negatip dari penurunan aktivitas

ekonomi berkepanjangan di Asia. Namun sifat dari pengaruh penularan (contagion effect)

tersebut berubah dalam bulan Agustus dan awal September 1998 ketika dimensi krisis berubah

menjadi lebih mengglobal. Hasil-hasil obligasi pemerintah makin menurun, terutama di

Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, yang tercermin dari semakin

membesarnya perbedaan pengembaIian hasil secara intemasional atas obligasi pemerintah

maupun obligasi perusahaan. Selain dari pada itu, bursa saham di negara-negara industri maju

mengalarni koreksi yang tesar, dan dolar Amerika Serikat melemah terhadap yen dan matauang-

matauang Eropa yang tergabung kedalam mekanisme nilai tukar (Exchange Rate Mechanism,

ERM )

Di pasar devisa, nilai dolar Amerika Serikat mencapai level tertingginya di pertengahan

Juli 1998 yang antara lain didorong oleh pertumbuhan permintaan domestik yang kuat di

Amerika Serikat, perbedaan tingkat bunga dari aset-aset dalam denominasi dolar, dan sebagai

tempat penyimpanan yang aman di tengah-tengah memburuknya sentimen terhadap negara-

negara emerging markets. Namun dolar Amerika Serikat kembali menurun tajam di akhir

Agustus dan awal September 1998 ketika krisis pasar uang menjalar ke Rusia dan Amerika

Latin, yang mendorong terjadinya koreksi terhadap harga-harga saham Amerika Serikat.

Page 293: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 293

Tab e I IV.1

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI DI BERBAGAI NEGARA DI DUNIA,

1996 - 1998

(dalam persentase)

Kelompok negara 1996 1997 19981)

(1) (2) (3) (4)

A. Donia 4,2 4,1 2,0

B. Negara-negara maju 3,0 3,1 2,0

Tujuh negara industri utama 2,8 2,9 2,1

1. Jepang 3,9 0,8 -2,5

2. Amerika Serikat 3,4 3,9 3,5

3. Jerman 1,3 2,2 2,6

4. Inggris 2,2 3,4 2,3

5. Perancis 1,6 2,3 3,1

6. Italia 0,7 1,5 2,1

7. Kanada 1,2 3,7 3,0

Negara-negara maju lainnya 3,8 4,2 1,4

C. Negara-negara berkembang 6,6 5,8 2,3

1. Afrika 5,8 3,2 3,7

2. As i a 8,2 6,6 1,8

3. Amerika Latin 3,5 5,1 2,8

4. Eropa dan Timur Tengah 4,7 4,7 2,3

D. Negara-negara dalam transisi -1,0 2,0 -0,2

1. Eropa Timur dan Tengah 1,6 2,8 3,4

2. R us i a -5,0 0,9 -6,0

3. Asia Tengah dan Transkaukasus 1,6 2,1 4,1

E. Negara-negara ASEAN

1. Malaysia 8,6 7,8 -6,4

2. Philipina 5,7 5,1 -0,6

3. Singapura 6,9 7,8 0,0

4. Thailand 5,5 --{) , 4 -8,0

5. Brunei Darussalam 2,8 3,5 4,5

6. Indonesia 7,982) 4,653) - 13,06

7. Vietnam 9,3 8,8 4,0

8. Laos 6,8 6,5 _4)

9. Myanmar 7,0 7,0 _4)

I ) Perkiraan 2) Angka sementara

3) Angka sangat sementara 4) Data belum tersedia

Page 294: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 294

Tab e I IV. 2

LAJU INFLASI DI BERBAGAI NEGARA DI DUNIA, 1996- 1998

(dalam persentase)

Kelompok negara 1996 1997 19981)

(I) (2) (3) (4)

A. Negara-negara maju 2,4 2,1 1,7

Tujuh negara industri utama 2,2 2,0 1,4

1. Jepang 0,1 1,7 0,4

2. Amerika Serikat 2,9 2,3 1,6

3. Jennan 1,5 1,8 1,0

4. Inggris 2,9 2,8 2,8

5. Perancis 2,0 1,2 1,1

6. ltalia 3,9 1,7 1,8

7. Kanada 1,6 1,4 1,3

Negara-negara majillainnya 3,3 2,6 3,0

B. Negara-negara berkembang 14,1 9,1 10,3

1. Afrika 26,7 11,0 7,7

2. As i a 7,9 4,7 8,3

3. Amerika Latin 20,8 13,9 10,8

4. Eropa dan Timur Tengah 24,6 22,6 22,6

C. Negara-negara dalam transisi 41,4 27,9 29,5

1. Eropa Timur dan Tengah 32,4 38,2 18,3

2. R us i a 47,8 14,7 48,4

3. Asia Tengah dan Transkaukasus 68,7 31,0 20,6

D. Negara-negara ASEAN 2)

I. Malaysia 3,5 2,7 6,0

2. Philipina 8,4 6,0 10,0

3. SingaPDRB 1,4 2,0 1,8

4. Thailand 5,9 5,6 9,0

5. Brunei Darussalam 2,0 1,7 2,5

6. Indonesia 6,47 11,05 77 ,63 2)

7. Vietnam 5,8 3,2 9,0

8. Laos 13,0 19,3 _3)

9 Myanmar 20,0 10,0 _3)I) Perkiraan, kecuali untuk Indonesia angka realisasi

2) Januari - Desember 1998 (dihinmg berdasarkan perubahan IHK bulan

Desember 1998 (198,64) terhadap IHK bulan Desember 1997 (llI,83)

3) Data belum tersedia

Page 295: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 295

Depresiasi yen Jepang semakin cepat pada bulan Mei dan awal Juni 1998 ketika

kontraksi ekonomi di negara tersebut dalam kuartal pertama menjadi makin jelas di samping

meningkatnya kerawatiran mengenai prospek penyelesaian awal dalam masalah-masalah

perbankan. Nilai tukar yang lebih rendah dari 145 yen per 1 US$ terjadi pada pertengahan Juni

sebelum menguat lagi sebagai dampak intervensi terkoordinir oleh otoritas moneter Jepang dan

Amerika Serikat serta dan didukung pula oleh pengumuman pemberlakuan inisiatif baru di

sektor perbankan oleh otoritas moneter dalam bulan Juli 1998. Yen kemudian turun lagi ke titik

terendah barunya sebelum kembali menguat pada akhir Agustus dan awal September 1998.

Di Eropa, pergerakan pound sterling terutama dipengaruhi oleh perubahan ekspektasi

menyangkut kebijaksanaan moneter di Inggris sendiri setelah pound menguat untuk sementara

dalam bulan Juni menyusul dinaikkannya suku bunga resmi oleh Bank of England, kemudian

melemah ketika terdapat tanda-tanda bahwa perekonomian Inggris agak melambat, di samping

tingkat upah dan tekanan inflasi yang mulai melemah. Prospektif mata uang negara-negara

Eropa yang akan bergabung kedalam wilayah "Euro", pada umumnya menguat, khususnya

semenjak akhir Agustus yang lalu pada saat dolar Amerika Serikat melemah. Sebagian besar

mata uang di wilayah tersebut tetap mendekati nilai paritas tengah dari mekanisme nilai tukar

(ERM) terkecuali pound Irlandia dan drachma Yunani.

Sejak pertengahan April 1998, otoritas moneter di sebagian besar negara-negara industri

mempertahankan tingkat bunga jangka pendek yang tetap rendah mengingat dampak deflasioner

dari krisis Asia cukup membantu dalam mengekang tekanan inflasioner. Di antara negara-

negara pengekspor komoditi utama, tekanan yang kuat terhadap kurs mata uang negara-negara

tersebut telah mendorong naiknya tingkat bunga seperti yang dialami oleh Norwegia dan

Kanada. Tekanan yang serupa juga mendorong kenaikan tingkat bunga pasar jangka pendek di

Selandia Baru dan Australia, sementara timbulnya kekhawatiran mengenai inflasi telah

mendorong kenaikan tingkat bunga di Inggris. Sebaliknya di Swedia, tingkat bunga resmi

mengalami penurunan. Sementara itu, bank sentral Jepang menurunkan target suku bunga

pinjaman antar bank di awal September di tengah-tengah berkembangnya kekhawatiran

mengenai tekanan deflasi dan masalah-masalah di sektor perbankan.

Adanya krisis Asia telah menimbulkan pergeseran dalam aliran modal internasional,

dengan implikasi penyesuaian terhadap posisi neraca pembayaran di banyak negara, baik di

negara-negara yang tertimpa krisis maupun mitra dagangnya. Dalam tahun 1997, aliran modal

Page 296: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 296

swasta neto ke negara-negara "emerging markets" diperkirakan menurun menjadi US$ 124

miliar dari level tertinggi yang pernah dicapai sebesar US$ 215 miliar pada tahun 1996, di mana

Asia terhitung mengalami penurunan yang paling besar. Aliran modal swasta neto dalam tahun

1998 secara keseluruhan diproyeksikan mengalami penurunan lebih jauh dibanding dengan

tahun 1997 yaitu menjadi sebesar US$ 57 miliar. Pemulihan bertahap dalam aliran modal swasta

tersebut baru diperkirakan terjadi di penghujung tahun 1998 pada saat kepercayaan mulai pulih,

dan ini diperkirakan akan tercermin dalam pemulihan aliran modal swasta untuk tahun 1999.

Mengenai perkembangan neraca transaksi berjalan, bagi kelima negara Asia yang

mengalarni krisis paling berat yaitu Indonesia, Korea, Malaysia, Filipina dan Thailand,

gabungan transaksi berjalan dari kelima negara ini diproyeksikan surplus sebesar US$ 57 miliar

dalam tahun 1998 dibandingkan dengan defisit gabungan sebesar US$ 24 miliar dalam tahun

1997 dan defisit US$ 54 miliar pada tahun 1996.

Pergeseran yang besar dari defisit ke surplus ini sebagian ditimbulkan oleh terjadinya

depresiasi yang besar dalam mata uang negara-negara tersebut, dan sebagian lagi disebabkan

oleh tertekannya permintaan domestik sebagai akibat kondisi finansial yang ketat. Proses

penyesuaian di negara-negara Asia yang mengalami krisis hingga kini terutama terjadi melalui

penurunan yang tajam dalam impor, namun peningkatan yang besar dalam daya saing

diperkirakan dapat mendorong ekspor, terutama bilakondisi finansial melonggar. Sementarai tu

menyangkut pergerakan mata uang, dapat dicatat bahwa dalam jangka waktu 1.4 bulan sejak

Juli 1997 hingga September 1998, nilai tukar efektif riil (the real effective exchange rate) Korea,

Malaysia, Filipina dan Thailand merosot antara 18 hingga 28 persen, sementara Indonesia

merosot sebesar 60 persen.

Negara-negara emerging markets lainnya yang mengalami penurunan aliran modal,

posisi neraca transaksi berjalannya diproyeksikan semakin membaik, yang sebagian disebabkan

oleh pelaksanaan langkah-Iangkah penyesuaian. Perbaikan dalam posisi transaksi berjalan yang

terjadi di negara-negara di mana pembiayaan terhadap defisit transaksi berjalan merupakan

kendala bagi negara-negara tersebut, akan menyumbang terhadap kemerosotan neraca transaksi

betjalan negara-negara lain, baik negara-negara emerging markets maupun negara-negata maju

yang mengalami permintaan ekspor yang rendah, kemerosotan daya saing, dan turunnya harga-

harga komoditi ekspor.

Di antara kawasan negara-negara berkembang, pergeseran terbesar posisi transaksi

Page 297: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 297

berjalan dari surplus ke defisit terjadi di kawasan Timur Tengah dan Eropa, yaitu dari surplus

US$ 3,7 miliar dalam tahun 1997 menjadi defisit US$ 20,3 rniliar dalam tahun 1998, atau

pergeseran sebesar US$ 24 miliar, yang mencerminkan memburuknya transaksi berjalan negara-

negara penghasil minyak. .

Di negara-negara maju sebagai suatu kelompok, transaksi berjalan diproyeksikan

mengalami kemerosotan dari surplus sebesar US$ 69,4 miliar dalam tahun 1997 menjadi surplus

US$ 39,6 miliar dalam tahun 1998. Komponen utama dari penurunan surplus tersebut adalah

melebamya defisit transaksi berjalan Amerika Serikat sebesar US$ 81 miliar dari US$ 155,2

miliar dalam tahun 1997 menjadi US$ 236,3 miliar dalam tahun 1998. Sementara itu surplus

transaksi berjalan negara-negara yang tergabung ke dalam Uni Eropa diproyeksikan mengecil

dari US$ 123,3 miliar dalam tahun 1997 menjadi US$ 96,6 miliar dalam tahun 1998. Dalam

pada itu, surplus transaksi berjalan Jepang diproyeksikan meningkat sebesar US$ 37,3 miliar,

dari sebesar US$ 94,1 miliar menjadi US$ 131,4 miliar dalam tahun 1998 (lihat Tabel IV.3).

Krisis ekonomi yang terjadi di sejumlah negara Asia dan Rusia, yang menimbulkan dampak

merugikan bagi negara-negara di kawasan lain dan bahkan dunia, telah memberikan penekanan

baru dalarn kerjasama ekonorrii regional dan internasional. Dalam pertemuan puncak (KTT)

Asia-Eropa (ASEM) tanggal 3-4 April 1998 di London, dicapai beberapa kesepakatan antara

lain negara-negara Eropa berjanji untuk membantu mengatasi krisis ekonomi dan memulihkan

kembali kepercayaan dLkawasanAsia. Selain dari pada itu" telah dipandang perlu meningkatkan

pelaksanaan reformasi ekpnomi, transparansi dan dialog untuk menciptakan kestabilan ekonomi,

moneter, serta liberalisasi perdagangan yang lebih luas dalam bentuk pasar yang makin terbuka,

baik di Asia maupun Eropa. Menyadari bahwa menyatunya ekonomi global adalah kenyataan

yang tak bisa dipungkiri, maka kedua belah pihak perlu terus meningkatkan kerjasama dan

saling membantu dengan prinsip saling menghormati dan memahami satu sama lain.

Dalam pertemuan di Washington DC tanggal 30 Oktober 1998 yang lalu, para

pemimpin negara-negara kelompok G- 7 dalam statementnya mendukung dan menyambut baik

langkah-langkah yang telah dideklarasikan oleh para menteri keuangan dan gubernur bank

sentral kelompok negara tersebut dalam mengatasi masalah-masalah mendesak dan segera, serta

kelemahan-kelemahan dalam jangka panjang di dalam sistem keuangan internasional. Beberapa

hal penting yang dikemukakan dalam kesepakatan G-7 tersebut, antara lain perlunya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui dorongan permintaan domestik; mengembangkan

Page 298: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 298

Tabel IV.3

TRANSAKSI BERJALAN NEGARA.NEGARA INDUSTRI

DAN NEGARA.NEGARA BERKEMBANG, 1996.

1998

(dalam miliar US $)

Kelompok negara 1996 1997 19981)

(1) (2) (3) (4)

A. Negara-negara maju 34,3 69,4 39,6

Tujuh negara industri utama - 21,4 6,0 - 67,4

1. Jepang 65,8 94,1 131,4

2. Amerika Serikat 134,9 - 155,2 -236,3

3. Jerman -13,8 -4,0 6,4

4. Inggris -2,9 7,3 -18,7

5. Perancis 20,5 39,4 31,4

6. Italia 40,5 33,6 30,4

7. Kanada 3,3 -9,3 -11,9

Uni Eropa 90,8 123,3 96,6

Negara-negara maju lainnya 55,7 63,4 107,0

B. Negara-negara berkembang 2) - 71,4 ....61,9 - 78,3

I. Pengekspor Minyak 31,0 21,2 -15,3

2. Bukan Pengekspor Minyak -102,4 -83,1 -63,0

3. Indonesia 3) - 8,1 -1,7 4,54)

1) Perkiraan

2) Termasuk transfer resmi (official transfer) 3) Tahun anggaran

4) Perkiraan realisasi

Page 299: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 299

dan melaksanakan aturan-aturan internasional mengenai peningkatan transparansi di bidang

fiskal, kebijaksanaan moneter dan keuangan serta cara penyelenggaraan pengelolaan perusahaan

yang baikk menciptakan suatu metode untuk memperkuat pengawasan terhadap sektor keuangan

internasional dengan menyertakan para ahli nasional dan internasional serta lembaga-lembaga

kunci; memperbaiki prosedur penanganan krisis termasuk keuangan IMF untuk mengatasi efek

penularan; memperhatikan usulan-usulan untuk memperkuat The Interim and Development

Committee dari IMF dan Bank Dunia.

Para pemimpin ekonomi APEC dalam pertemuan yang ke 6 di Kuala Lumpur tanggal

17-18 Nopember 1998 sependapat bahwa krisis keuangan yang melanda sebagian anggota

APEC telah menimbulkan dampak yang sangat dalam, seperti meningkatnya pengangguran dan

turunnya pendapatan. Bahkan krisis juga telah meluas ke kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu,

para pemimpin sepakat untuk meningkatkan kerjasama guna mendukung upaya pemulihan krisis

secara dini dan berkelanjutan serta mencegah meluasnya pengaruh kawasan dan kemungkinan

resesi dunia. Pertemuan yang menghasilkan deklarasi Cyberjaya yang berjudul "Strengthening

The FounDarion for Growth" (Mtemperkuat Landasan bagi Pertumbuhan) antara lain

menegaskan bahwa krisis keuangan sebagai tantangari" utama yang harus dihadapi dan

perluriya bantuan negara maju untuk mengatasinya. Ditekankan, APEC harus menggalang

kerjasama untuk mendorong pertumbuhan, restrukturisasi sektor perusahaan dan keuangan,

rrienggalang arus modal swasta, memperkokoh arsitektur keuangan internasional serta

peningkatan liberalisasi perdagangan dan investasi. Disamping itu anggota APEC perlu

memperkokoh landasan bagi pertumbuhan berkelanjutan untuk memasuki era perdagangan

bebas abad ke 21, antara lain dengan memperkuat jaring pengaman sosial, sistem keuangan

individual dan global, arus investasi dan perdagangan, dan memperkuat infrastruktur ekonomi

serta jaringan komersial dan bisnis.

4.3. Kebijaksanaan di Biuang Perdagangan Luar Negeri

Krisis ekonomi yang melanda berbagai negara di kawasan Asia sejak pertengahan tahun

1997 selain memberikan pengaruh yang berarti terhadap aktivitas dan kinerja perekonomian

negara-negara dalam kawasan itu, juga berimbas pada negara-negara di kawasan-kawasan

lainnya. Hal ini antara lain terlihat pada perkembangan arus dan volume perdagangan di antara

sesama negara yang terkena krisis atau antara negara-negara tersebut dengan negara-negara lain

Page 300: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 300

di kawasan Asia dan kawasan-kawasan lainnya, yang selanjutnya berpengaruh pula pada

aktivitas dan kinerja perdagangan dunia, karena negara-negara di kawasan Asia selama ini

mempunyai peran yang cukup besar dalam mempengaruhi konfigurasi perdagangan

internasional. Kenyataan ini merupakan konsekuensi logis yang muncul dari krisis yang terjadi

ditengah berkembangnya paradigma interdependensi dan negara tanpa batas (borderless) dalam

kerangka liberalisasi dan perdagangan bebas antar negara atau antar kawasan.

Bagi Indonesia, krisis ekonomi yang antara lain ditandai dengan depresiasi nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sangat tajam sejak pertengahan tahun 1997 lalu,

selain menyebabkan menurunnya aktivitas produksi, investasi dan perdagangan serta

melonjaknya inflasi juga telah mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan sosial dan

politik di dalam negeri. Permasalahan tersebut antara lain adalah meningkatnya angka

pengangguran dan merebaknya kerusuhan sosial.

Menyadari bahwa persoalan-persoalan yang sudah demikian kompleks tersebut tidak

serta mernadapat ditanggulangi secara cepat, maka pemerintah secara bertahap berupaya

melakukan langkah-Iangkah penyesuaian dalam rangka mendorong pemulihan dan penyehatan

perekonomian nasional secara menyeluruh. Langkah-Iangkah penyesuaian dimaksud merupakan

bagian integral dari kebijaksanaan rehabilitasi, stabilisasi dan restrukturisasi ekonomi melalui

reformasi di sektor moneter, fiskal maupun sektor riil.

Kebijaksanaan perdagangan luar negeri, yang merupakan bagian dari agenda reformasi

dan stabilisasi ekonomi di sektor riil,.di satu sisi tetap diarahkan pada upaya untuk

meningkatkan efisiensi ekonomi, daya tahan dan daya saing ekonomi secara global

(competitiveness) serta dalam rangka pemenuhan kebutuhan atau permintaan di dalam negeri,

sementara di sisi lain diupayakan untuk meningkatkan kepercayaan pihak luar negeri guna

memperlancar transaksi perdagangan luar negeri, baik di bidang ekspor maupun di bidang impor

barang dan jasa.

4.3.1 Kebijaksanaan di Biuang Ekspor

Kebijaksanaan di bidang ekspor yang telah dan akan ditempuh Pemerintah tetap

diarahkan pada peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Untuk mengatasi kesulitan bahan

baku bagi industri-industri yang berorientasi ekspor karena ditolaknya L/C impor oleh

perbankan di luar negeri, Pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas yang merupakan

Page 301: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 301

bagian dari skim pembiayaan perdagangan (trade financing scheme), diantaranya fasilitas post-

shipment yang dibenkan kepada Perusahaan Eksporti Tertentu (PET) maupun non-PET, fasilitas

rediskonto preshipment, fasilitas Swap dan forward, skim penjaminan L/C yaitu penempatan

dana jaminan sebesar US$ 1 miliar pada 10 bank asing yang diberikan hanya kepada perusahaan

berstatus PET, fasilitas rediskonto alas dasar Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)

yang diberikan kepada pemasok yang terkait dengan PET. Selain itu, untuk tujuan yang sama

Pemerintah mengadakan kerjasama bilateral dengan beberapa negara sahabat, diantaranya

berupa skim EPIC-Australia yang diberikan kepada perusahaan PET maupun non-PET, skim

JEXIM dengan plafon US$ I miliar atau ekuivalen yen diberikan kepada perusahaan berstatus

PET dan perusahaa njoint venture dengan Jepang, skim GSM 102 USA dengan plafon US$ 400

juta dengan jangka waktu 1 tahun diberikan kepada perusahaan PET maupun non PET, skim

Kanada dengan plafon CAD 250 juta dengan jangka waktu 2 tahun dibenkan untuk impor

gandum yang dilaksanakan oleh BULOG.

Seiring dengan itu, sejak bulan Juli 1998 Pemerintah mengadakan program jaminan

ekspor pre-shipment kepada eksportir yang sudah memperoleh LlC dart luar negeri. Jaminan ini

diberikan dengan membayar biaya (fee) untuk setiap pinjaman dengan fisiko ditanggung

bersama antara Pemerintah dan bank pelaksana.

Dengan tidak mengubah tujuan dan ketentuan yang te1ah ditetapkan mengenai

kelompok komoditi ekspor bagi PET, Pemerintah sejak Februari 1998 telah menambah cakupan

kelompok komoditi ekspor bagi PET sebanyak 10 kelompok komoditi, sehingga jumlah

keseluruhannya menjadi 29 kelompok komoditi. Tambahan 10 kelompok komoditi tersebut

meliputi produk baja dan logam dasar, produk alat komponen, produk kimia, produk bahan

galian non logam, barang dari plastik, barang pakaian dan perlengkapan dari karet, peralatan

optik dan bagiannya, lonceng dan arloji, alat tulis, dan rambut palsu.

Selanjutnya, untuk menjamin mutu produk ekspor dalam rangka meningkatkan daya

saing, perlindungan konsumen, dan perlindungan tenaga kerja, baik dalam segi keselamatan,

kesehatan, maupun lingkungan, maka Pemerintah telah melakukan penyempurnaan ketentuan

mengenai pengawasan multi produk, yaitu dengan menetapkan bahwa pengawasan multi produk

slap ekspor sebelum dikapalkan, dilaksanakan melalui sertifikasi dalam bentuk sertifikat

kesesuaian multi (SM) yang dikeluarkan oleh laboratorium penguji. Laboratorium penguji yang

diperkenankan melakukan pengujian adalah laboratorium yang telah mendapatkan akreditasi

Page 302: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 302

dari komite akreditasi nasional dan hanya menguji sesuai dengan ruang lingkup akreditasi yang

diperoleh.

Dalam rangka meningkatkan daya saing dan efisiensi pemanfaatan hasil bulan, dengan

tetap memperhatikan kelestarian sumber daya hutan sebagai penyangga kualitas lingkungan

global, Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan tentang pelaksanaan ekspor kayu bulat, bahan

baku serpih, kayu gergajian, kayu olahan, dan rotan. Kayu bulat dan bahan baku serpihan yang

dapat diekspor adalah yang berasal dari Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hak Pengusahaan

Hutan Tanaman Industri (HPHTI), Pemilik Kayu Rakyat dan Pemilik Kayu Hasil Perkebunan.

Sebelum komoditi tersebut diekspor, para eksportir wajib melunasi Dana Reboisasi (DR) dan

Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH). Kayu gergajian dan kayu olahan yang dapat diekspor

adalah sebesar kemampuan dalam memproduksi kayu gergajian dan kayu olahan oleh industri

pengolahan kayu yang sah dengan dilengkapi dokumen sural angkut kayu olahan (SAKO).

Selanjutnya, rotan yang dapat diekspor adalah rotan yang diperoleh berdasarkan izin

pengumpul/pemungut yang sah atas sejumlah target yang tercantum dalam izin

pengumpulan/pemungutan dan atau sebesar kemampuan pengolahan industri rotan.

Selain itu, dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ekspor tekstil dan produk

tekstil (TPT), khususnya ke negara-negara kuota, Pemerintah telah melakukan penyempumaan

sistem manajemen kuota yang lebih transparans, yaitu dengan mengeluarkan ketentuan

mengenai kuota ekspor TPT, sehingga pemanfaatan kuota lebih optimal dan lebih menjamin

kepastian berusaha bagi dunia usaha. Dalam ketentuan tersebut ditetapkan antara lain mengenai

definisi hal-hal yang terkait dengan proses ekspor TPT, prosedur untuk menjadi eksportir

terdaftar tekstil dan produk tekstil (ETTPT), jenis-jenis kuota, pemantauan, dan sanksi hukum.

Selanjutnya, dalam rangka menjamin pemenuhan kebutuhan pokok dan sekaligus untuk

menstabilkan harga barang-barang kebutuhan pokok di dalam Negeri, Pemerintah telah

menempuh berbagai langkah kebijaksanaan, diantaranya dengan menetapkan besarnya tarif

pajak ekspor kelapa sawit, minyak sawit, minyak kelapa dan produk turunannya. Besarnya pajak

ekspor ditentukan dengan mengalikan tarif pajak ekspor, harga patokan ekspor, jumlah satuan

barang, dan kurs. Besarnya tarif pajak ekspor sejak tanggal 7 luli 1998 adalah 60 persen masing-

masing untuk kelapa sawit dan biji kelapa sawit, crude palm oil (CPO), dan crude palm olein

(CPOlein), 55 persen masing-masing untuk refined bleached deodorized palm oil(RBD) dan

refined bleached deodorized palm olein (RBD olein), 50 persen untuk crude palm kernel oil, 45

Page 303: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 303

persen untuk RBD palm kernel oil, 40 persen untuk RBD olein dalam kemasan maksimum 5 kg

dan bermerk, 25 persen untuk crude stearin, 20 persen masing-masing untuk RBD stearin dan

crude coconuts oil (CCO) dan 15 persen untuk RBD coconut oil.

Seiring.dengan itu, Pemerintah juga telah menetapkan pembatasan ekspor alas barang-

barang kebutuhan pokok, khususnya barang-barang yang memperoleh subsidi dari Pemerintah.

Dalam bulan luli 1998, Pemerintah,menetapkan barang-barang yang dibatasi ekspomya, yaitu

tepung ikan, beras berkulit, beras digiling, beras setengah giling atau digiling seluruhnya,

disosoh, dikilapkan maupun tidak, beras pecah, gandum durum benih, gandum durum lainnya,

benih gandum selain gandum durum, lain-lain gandum selain gandum durum, meslin, gandum

hitam, tepung gandum hitam, tepung beras, kacang kedelai pecah atau utuh kuning, kacang

kedelai lain-lain, gula tebu, gula bit, gula tebu atau bit yang mengandung tambahan bahan

flavour atau pewama, dan minyak tanah (kerosene, selain tire bahan bakar jet). Namun

demikian, dengan dihapuskannya subsidi pemerintah terhadap beberapa barang-barang tertentu,

maka dalam bulan September 1998 ketentuan tersebut telah diubah dengan hanya menetapkan

pembatasan ekspor atas beras berkulit, beras digiling, beras setengah giling atau digiling

seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun tidak, dan beras pecah. Dengan diberlakukannya

ketentuan tersebut, maka barang-barang yang sebelumnya dibatasi ekspomya menjadi bebas

untuk diekspor. Selain itu, Pemerintah juga menetapkan penghapusan pajak ekspor atas produk

kulit, gabus (cork), bijih tambang (ores) dan aluminium, serta melakukan penjadwalan

penurunan pajak ekspor alas beberapa komoditi yang mempunyai potensi cukup besar,

diantaranya kayu gelondongan, kayu gergajian, rotan dan barang-barang mineral.

Dalam rangka meningkatkan ekspor, Pemerintah juga terus berupaya memperluas pasar

tujuan ekspor, antara lain dengan melakukan penetrasi pasar alternatif yang tidak menerapkan

kuota ataupun memiliki kesamaan kultur, agama, dan etnis seperti negara-negara OKl, Afrika,

bekas Uni Soviet dan Amerika Latin, disamping tetap memperkuat basis pasar tradisonal seperti

ASEAN, MEE, Jepang dan Amerika Serikat. Perluasan pasar ekspor juga diupayakan dengan

meningkatkan peranan perwakilan Indonesia di luar negeri, mengirim misi dagang secara

selektif untuk menembus pasar alternatif maupun pasar tradisional, mengundang dan

memberikan informasi kepada para dubes/ perwakilan dagang negara sahabat, menyebarluaskan

inforrnasi ke luar negeri melalui media cetak/elektronik mengenai keadaan perekonomian dan

politik Indonesia.

Page 304: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 304

Seiring dengan itu, Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kerjasama

internasional dan mendorong peningkatan kinerja para eksportir. Peningkatan kerjasama

internasional diupayakan antara lain dengan menganakan pertemuan bilateral untuk membahas

pengurangan/penghapusan hambatan perdagangan dan penyelesaian sengketa dagang, menjajaki

pengakuan bilateral untuk sertifikasi multi yang dilakukan Indonesia atau oleh mitra dagang

(mutual recognition arrangement), meningkatkan diplomasi dagang yang pro-aktif dan ofensif,

mengoptimalkan peranan organisasi komoditi internasional, mengkaji dan menyelesaikan

perrnasalahan anti dumping, subsidi ekspor dan diskriminasi tarif. Sedangkan peningkatan

kinerja eksportir Indonesia antara lain diupayakan melalui penyebarluasan inforrnasi usaha yaitu

inforrnasi mengenai peraturan pemerintah yang baru tentang ekspor, pasar tujuan ekspor,

fasilitas-fasilitas ekspor, lembaga-Iembaga penunjang ekspor, dan profil negara tujuan ekspor.

Selain itu, Pemerintah juga bernpaya mengoptimalkan peranan asosiasi-asosiasi untuk

meningkatkan daya tawar eksportir dalam menangani masalah ekspor, baik di dalam maupun di

luar negeri.

4.3.2 Kebijaksanaan di Bidang Impor

Sebagai bagian dari program restrukturisasi perdagangan luar negeri, kebijaksanaan di

bidang impor yang telah ditempuh oleh Pemerintah, selain dimaksudkan untuk mendorong

peningkatan kemampuan produksi industri-industri dan pemenuhan kebutuhan pokok di dalam

negeri, juga diarahkan pada upaya perlindungan industri-industri dan kelestarian lingkungan.

Kebijaksanaan impor yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok di dalam negeri dan

peningkatan kemampuan produksi industri-industri dalam negeri diantaranya diupayakan

melalui penyediaan berbagai fasilitas yang tercakup dalarn skim pembiayaan perdagangan (

trade financing scheme). Fasilitas pembiayaan perdagangan ini antara lain meliputi fasilitas

rediskonto Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) yang diberikan kepada pemasok

yang terkait dengan perusahaan eksportir tertentu (PET), fasilitas penjaminan L/C dan skim

kerjasama bilateral yang disediakan bagi industri-industri yang berorientasi ekspor dan

mengalami kesulitan impor atas bahan baku karena penolakan L/C impor oleh perbankan di luar

negeri, menyusul turunnya kepercayaan pihak luar negeri terhadap Indonesia akibat krisis

ekonorni dan moneter. Penjaminan L/C juga diberikan untuk impor pangan dalam rangka

pengadaan bahan pangan di dalam negeri.

Page 305: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 305

Selanjutnya, kebijaksanaan impor yang dimaksudkan untuk melindungi industri-industri

dalam negeri dan lingkungan antara lain mencakup kebijaksanaan pengenaan bea masuk anti

dumping atas impor produk-produk tertentu yang danuga sebagai barang dumping, seperti

produk ferro mangan, silicon mangan, ampicilin trihydrate, dan amoxycillin trihydrate.

Pemerintah juga telah menetapkan tata niaga (larangan) impor atas sejumlah komoditi, seperti

impor pesawat pemadam api dan mesin penjual barang otomatis lainnya yang dilengkapi alat

pemanas atau pendingin. Larangan impor atas barang-barang dimaksud didasarkan pada

pertimbangan pelestarian lingkungan, karena barang-barang tersebut menggunakan bahan-bahan

yang bisa merusak lapisan ozon.

Selain itu, Pemerintah juga te1ah melakukan perubahan tata niaga atas impor beras

(beras berkulitl gabah, beras digi1ing, setengah digiling atau digi1ing se1uruhnya, disosoh,

diki1apkan atau tidak, dan beras pecah). Bi1a sebelumnya impornya hanya di1akukan oleh

Bu1og, maka berdasarkan ketentuan tata niaga impor tersebut, terhitung sejak tangga1 22

September 1998 impor beras bo1eh dilakukan oleh importir umum (IU).

Sementara itu, dalam rangka memenuhi ketersediaan bahan kebutuhan pokok di dalam

negeri, Pemerintah telah me1akukan perubahan tarif bea masuk atas impor beberapa produk,

diantaranya tepung gandum atau meslin, kacang kede1ai pecah atau utuh, kacang kede1ai

kuning, dari penyempumaan k1asifikasi pos tarif atas impor produk Refined Bleached

Deodorized Palm Oil (RBD PO). Produk-produk tersebut yang sebe1umnya dikenakan bea

masuk sebesar 5%, maka terhitung sejak tanggal 29 September 1998 bea masuknya ditetapkan

menjadi 0% (bebas bea). Ketentuan pembebasan bea masuk juga diberlakukan atas impor bahan

aktif anti foaming dan anti caking pada industri pupuk dan polyethylene granule pada industri

farmasi, yang dimaksudkan untuk menjamin tersedianya bahan baku industri pupuk dan farmasi

dan sekaligus menunjang perkembangan industri-industri dimaksud di dalam negeri.

Selanjutnya, dalam rangka menjaga kelangsungan produksi industri-industri makanan

dan minuman serta industri-industri kemasan makanan dan minuman dengan harga yang

terjangkau oleh masyarakat di dalam negeri, Pemerintah mela1ui Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 467 /KMK.01/998, tanggal 26 Oktober 1998 telah menetapkan

pembebasan bea masuk atas impor 60 komoditi (60 pos tarif) yang merupakan bahan

baku/penolong bagi industri-industri tersebut. Kebijaksanaan yang sama, sebagaimana diatur

me1alui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 468/KMK.01/1998, tanggal

Page 306: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 306

27 Oktober 1998, juga diberlakukan atas impor 233 komoditi (233 pos tarif) bahan baku, mesin-

mesin, alat-alat perlengkapan serta suku cadang untuk pembuatan, perbaikan, pemeliharaan

kapal laut dan alat apung selain karat pesiar dan kapal olah raga.

Dalam pada itu, untuk mendorong peningkatan kemampuan industri pemeliharaan

pesawat terbang di dalam negeri, Pemerintah telah memberikan pembebasan bea masuk atas

impor baban baku, suku cadang, komponen dan peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan

pesawat terbang (mencakup 79 komoditi). Ketentuan yang sama juga berlaku bagi impor suku

cadang kapal, alat keselarnatan pelayaran dan keselamatan manusia, yaitu dengan cakupan 153

pos tarif.

4.4 Perkembangan Neraca Pembayaran dalam Tabun Anggaran 1998/1999

Perkiraan realisasi neraca pembayaran dalarn tahun anggaran 1998/1999 secara

keseluruhan (overall balance) menunjukkan posisi surplus. Berbeda dari surplus dalarn tahun-

tahun sebelumnya yang selalu bersumber dari lebih besarnya surplus neraca modal (capital

account) dibandingkan defisit transaksi berjalan (current account), dalam tahun ini surplus

tersebut bersumber dari surplus neraca modal dan surplus transaksi berjalan. Surplus transaksi

berjalan dengan jumlah yang cukup berarti dalarn tahun anggaran 1998/1999 merupakan salah

satu perkembangan baru dalam sejarah neraca pembayaran Indonesia.

Penurunan impor yang lebih tajarn dibandingkan dengan penurunan ekspor, dan relatif

stabilnya defisit jasa-jasa neto, telah memungkinkan transaksi berjalan mengalarni surplus.

Keadaan tersebut terkait erat dengan darnpak Dari krisis moneter yang masih dihadapi oleh

perekonomian nasional. Perkembangan lain yang terjadi adalah masih defisitnya lalu lintas

modal swasta, meskipun dengan jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan defisit dalarn

tahun anggaran 1997/1998. Hal ini mengindikasikan masih terjadinya aliran modal keluar

(capital outflows) yang berkaitan dengan belum berakhirnya krisis ekonomi. Narnun demikian,

defisit lalu lintas modal swasta tersebut masih dapat diimbangi dengan surplus lalu lintas modal

pemerintah, sehingga neraca modal mengalarni surplus.

Nilai ekspor dalarn tahun anggaran 1998/1999 yang mencakup ekspor migas dan

ekspor nonrnigas diperkirakan mencapai US$ 50.688 juta, atau menurun 9,7 persen

dibandingkan dengan nilai ekspor dalarn tahun sebelurnnya sebesar US$ 56.162 juta. Nilai

ekspor rnigas mencapai US$7 .123 juta atau 30,4 persen lebih rendah dibandingkan dengan

Page 307: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 307

nilainya dalam tahun anggaran sebelumnya sebesar US$ 10.238 juta. Dalarn periode yang sama

ekspor nonrnigas mencapai US$ 43.565 juta, yang berarti menurun 5,1 persen dari periode

sebelurnnya sebesar US$ 45.924 Juta.

Dalam periode yang sama, nilai impor yang terdiri dari impor migas dan impor

nonmigas diperkirakan mencapai US$ 30.888 juta, atau menurun 27,7 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 1997/1998 sebesar US$ 42.704 juta. Nilai impor migas

diperkirakan mengalarni penurunan sebesar 30,6 persen dari US$ 4.085 juta dalarn tahun

anggaran 1997/1998 menjadi US$ 2.837 juta dalarn tahun 1998/1999. Hal yang sama terjadi

pula dalarn impor nonmigas yang nilai impornya diperkirakan mcnurun 27,4 persen dari US$

38.619 jota menjadi US$ 28.051 juta.

Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, neraca perdagangan barang dalam

tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan mengalarni surplus US$ 19.800 juta, atau lebih

tinggi47,1 persen dibandingkan surplus dalarn periode yang sama tahun sebelurnnya sebesar

US$ 13.458 juta. Surplus dalam tahun anggaran 1998/1999 tersebut bersumber dari surplus

neraca perdagangan nonrnigas US$ 15.514 juta dan surplus neraca perdagangan migas US$

4.286 juta.

Transaksi jasa-jasa dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan mengalami defisit

US$ 15.313 juta, yang terdiri dari defisit jasa-jasa migas US$ 2.810 juta dan defisit jasa-jasa

nonmigas US$ 12.503 juta. Defisit jasa-jasa dalam tahun anggaran 1998/1999 tersebut 1,0

persen lebih tinggi dibandingkan defisit dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

US$ 15.157 juta.

Berdasarkan perkembangan neraca perdagangan dan neraca jasa-jasa tersebut, transaksi

berjalan dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan mengalami surplus US$ 4.487 juta.

Sebagai perbandingan, transaksi berjalan dalam tahun anggaran 1997/1998 mengalami defisit

US$1.699 juta. Dengan surplus tersebut, diperkirakan rasio current account terhadap produk

domestik bruto dalam tahun 1998/1999 adalah sekitar 4,2 persen.

Neraca modal dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan surplus sebesar US$ 4.437

juta, sehubungan dengan surplus modal pemerintah bersih yang lebih besar dari defisit modal

swasta bersih. Dalam tahun sebelumnya, neraca modal diperkirakan mengalami defisit sebesar

US$ 7.629 juta.

Pemasukan modal pemerintah dalam tahun 1998/1999 diperkirakan mencapai US$

Page 308: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 308

18.273 juta, yang berarti 120,3 persen lebih tinggi dibandingkan pemasukan modal dalam tahun

sebelumnya sebesar US$8.293 juta. Tingginya pemasukan modal pemerintah tersebut

disebabkan oleh naiknya bantuan program dan lainnya menjadi sebesar US$ 12.186 juta dari

tahun sebelumnya sebesar US$3.036 juta, sebagai akibat adanya pinjaman Dari IMF dan dari

lembaga keuangan internasional lainnya dan negara donor, utamanya untuk memperkuat neraca

pembayaran (cadangan devisa). Sedangkan bantuan proyek dan lainnya dalam tahun 1998/1999

mencapai US$ 6.087 juta, atau 15,8 persen lebih tinggi dibandingkan dalam tahun sebelumnya

sebesar US$ 5.257 juta. Dalam pada itu, pembayaran pokok utang luar negeri pemerintah dalam

tahun yang sama mencapai US$ 3.067 juta, atau 25,1 persen lebih rendah dibandingkan

pembayaran dalam tahun sebelumnya sebesar US$ 4.095 juta.

Sementara itu, lalu lintas modal lainnya (swasta) dalam tahun 1998/1999 diperkirakan

masih mengalami defisit sebesar US$IO.769 juta. Dalam tahun sebelumnya, lalu lintas modal

swasta mengalami defisit US$II.827 juta. Masih defisitnya lain lintas modal swasta dalam

jumlah tersebut menunjukkan masih terjadinya capital outflows sebagai dampak belum

kondusifnya iklim usaha dalam perekonomian nasional.

Dengan perkiraan realisasi transaksi berjalan dan neraca modal tersebut, neraca

pembayaran dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan surplus sebesar US$ 9.903 juta,

sehingga posisi cadangan devisa kotor pada akhir periode tersebut diperkirakan mencapai US$

26.412 juta, yang berarti 60,0 persen lebih besar dibandingkan cauangan devisa kotor dalam

tahun sebelumnya sebesar US$16.509 juta. Cadangan devisa kotor dalam tahun 1998/1999

tersebut cukup untuk membiayai 10,2 bulan impor nonmigas. Perkiraan realisasi neraca

pembayaran dalam tahun anggaran 1998/1999 disajikan dalam Tabel IV.4.

Page 309: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 309

Tabe1IV.4

NERA CA PEMBA Y ARAN; 1989/1990 . 1998/1999

( dalam jti6i US $ )

1989/1990 199011991 199VI992 1992/1993 199311994 1994/1995

(1) (2)'- (3) (4) (5) (6) (7)

I.Barang-barang dan jasa-jasa

1. Ekspor, fob + 23.830+ 28.143 + 29.714 + 35.303 + 36.504 + 42.161

minyak bumi dan gas alam + 9.337+ 12.763 + 10.706 + 10.480 + 9.334+ 10.445

bukan minyak bumi dan gas

alam + 14.493+ 15.380 + 19.008 + 24.823 + 27.170 + 31.716

2. Impor, fob - 17.374- 23.028 - 24.803 - 27.317 - 29.127 - 34.122

minyak bumi dan gas alam - 2.529- 3.580- 3.143 - 3.566- 3.816- 3.&.6

bukan minyak bumi dan gas

alam - 14.845- 19.448 - 21.660 - 23.751 - 25.311 - 30.476

3. Jasa-jasa - 8.055- 8.856- 9.263 - 10.547 - 10.317 - 11.527

minyak bumi dan gas alam - 2.897-- 3.173- 3.001 - 3.399- 2.984- 3.012

bukan minyak bumi dan gas

alam - 5.158- 5.683- 6.262 - 7.148- 7.333- 8.515

4. Transaksi berjalan - 1.599- 3.741- 4.352 - 2.561- 2.940- 3.488

minyak bumi dan gas alam + 3.911+ 6.010+ 4.562 + 3.515+ 2.534+ 3.787

bukan minyak bumi dan gas

alam - 5.510- 9.751 - 8.914 - 6.076- 5.474- 7.275

,

II. S D Rs - - - - - -

III. Pemasukan modal Pemerintah +5.516 + 5.006 + 5.600 + 5.755 + 6.195 + 'i.651

1. Bantuan program dan lainnya +In"I" 718 + 127 + 125 0 0

2. Bantuan proyek dan lainnya +4.479 + 4.288 + 5.473 + 5.630 + 6.195 + 5.651

IV. Lalu lintas modallainnya + 575 + 5.856 + 4.133 + 4.284 + 4.648 + 4.645

V. Pembayaran hutang pokok - 3.686 - 4.082 - 4.182 - 4.840 - 5.132 - 5.546

VI. Jumlah I s.d. V + 806 + 3.039 + 1.199 + 2.638 + 2.771 + 1.262

VII. Selisih yang belum dapat - 558 + 263 - 218 - 1.199 - 2.044 - 646

diperhitungkan

VIII. Lalu lintas moneter - 248 - 3.302 - 981 - 1.439 - 727 - 616

Page 310: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 310

Tabel IV. 4 (lanjutan)

persentase 1998/1999 persentase

1995/1996 1996/1997 1997/1998 perubahan(perk.

real.) perubahan

(1) (2) (3) (4) (5) = (4) :

(3 (6)

(7) = (6) :

(4

I. Barang-barang dan jasa-jasa

I. Ekspor, fob + 47.754+ 52.038 + 56.162 + 7,9+ 50.688 - 9,7

minyak bumi dan gas aJam + 10.616+ 12.771 + 10.238 - 19,8+ 7.123 - 30,4

bukan minyak bumi dan gas

alam + 37.138+ 39.267 + 45.924 + 17,0+ 43.565 - 5,1

2. Impor, fob - 41.502- 45.819 - 42.704 - 6,8- 30.888 - 27,7

minyak bumi dan gas alam - 3.905- 4.693 - 4.085 - 13,0- 2.837 - 30,6

bukan minyak bumi dan gas

alam - 37.597- 41.126 - 38.619 - 6,1- 28.051 - 27,4

3. Jasa-jasa - 13.239- 14.288 - 15.157 + 6,1- 15.313 + 1,0

minyak bumi dan gas alam - 3.238- 3.541 - 4.635 + 30,9- 2.810 - 39,4

bukan minyak bumi dan gas

alam - 10.001- 10.747 - 10.522 - 2,1- 12.503 + 18,8

4.Transaksi berjaJan - 6.987- 8.069 - 1.699- 78,9+ 4.487 + 364,1

minyak bumi dan gas aJam + 3.473+ 4.537 + 1.518- 66,5+ 1.476 - 2,8

bukan minyak bumi dan gas

alam - 10.460- 12.606 - 3.217- 74,5+ 3.011 + 193,6

II. S D Rs - - - - - -

III. Pemasukan modal Pemerintah + 5.730 + 5.298+ 8.293 + 56,5+ 18.273 + 120,3

I.Bantuan program dan

lainnya 0 0+ 3.036 -+ 12.186 + 301,4

2.Bantuan proyek dan lainnya + 5.730+ 5.298+ 5.257 - 0,8+ 6.087 + 15,8

IV. Lalu lintas modallainnya + 11.672+ 13.488 - 11.827 - 187,7- 10.769 - 8,9

V. Pembayaran hutang pokok - 5.939- 6.118- 4.095 - 33,1- 3.067 - 25,1

VI. Jumlah I s.d. V + 4.476+ 4.599- 9.328 + 8.924

VII. Selisih yang belum dapat - 1.825- 701- 694 + 979

diperhitungkan

VIII. Lalu lintas moneter - 2.651 - 3.898 + 10.022 - 9.903

Page 311: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 311

4.4.1 Ekspor

Dalam tahun anggaran 1998/1999 nilai ekspor secara keseluruhan diperkirakan

mencapai US$ 50.688 juta, yang terdiri dari ekspor migas US$ 7.123 juta dan ekspor nonmigas

US$ 43.565 juta. Dengan demikian kontribusi ekspor nonmigas dalam tahun anggaran

1998/1999 diperkirakan mencapai 85,9 persen dari keseluruhan ekspor. Kontribusi tersebut

lebih besar dibandingkan kontribusi dalam tahun anggaran 1997/1998 sebesar 81,8 persen dari

total ekspor Indonesia. Perkembangan nilai ekspor secara rinci dapat dilihat dalam Tabel IV.5

dan Grafik IV.I.

Selanjutnya, realisasi nilai ekspor nonmigas dalam periode April-Agustus 1998

mencapai US$ 17.690,5 juta yaitu meliputi ekspor kelompok komoditi hasil-hasil pertanian US$

1.559,1 juta, ekspor kelompok komoditi hasil-hasil industri US$ 15.057,4 juta, ekspor

kelompok komoditi hasil-hasil tambang di luar migas US$ 1.073,5 juta, dan ekspor kelompok

komoditi hasil-hasil lainnya US$ 0,5 juta. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya nilai ekspor nonmigas dalam periode April-Agustus 1998 menurun 1,1 persen.

Dalam periode yang sama nilai ekspor hasil-hasil pertanian dan hasil-hasil industri masing-

masing meningkat 15,5 persen dan 3,0 persen, sedangkan nilai ekspor hasil-hasil tambang di

luar migas menurun 25,2 persen.

Realisasi ekspor kelompok komoditi hasil-hasil pertanian yang mengalami peningkatan

nilai ekspor dalam periode April-Agustus 1998 adalah udang (segar/beku) (16,1 persen), teh

(8,8 persen), tembakau (37,0 persen), dan biji coklat (60,9 persen). Peningkatan nilai ekspor

udang (segar/beku), tembakau dan biji coklat terutama disebabkan oleh meningkatnya volume

ekspor komoditi bersangkutan. Sedangkan peningkatan nilai ekspor teh disebabkan oleh

meningkatnya harga komoditi tersebut di pasar internasional, mengingat dalam periode tersebut

volume ekspor teh mengalami penurunan.

Sementara itu kelompok komoditi hasil-hasil pertanian yang nilai ekspomya menurun

adalah getah karet (32,2 persen), kepi (16,1 persen), lada hitam (68,6 persen), lada putih (54,1

persen), ikan tuna dan lainnya (10,8 persen) serta ubur-ubur/kerang lainnya (17,9persen).

Penurunan nilai ekspor komoditi-komoditi tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya

volume ekspor komoditi bersangkutan.

Realisasi ekspor kelompok komoditi hasil-hasil industri meningkat dari US$ 14.613,1

Page 312: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 312

juta dalam periode April-Agustus 1997 menjadi US$ 15.057,4 juta dalam periode April-Agustus

1998. Komoditi hasil-hasil industri yang nilai ekspomya mengalami peningkatan adalah kayu

olahan lainnya (59,8 persen), timah (unwrought) (9,0 persen), tekstil lainnya (40,2 persen),

minyak atsiri (11,2 persen), semen (59,9 persen), stearin (1.180,4 persen), bahan kimia (38,9

persen), kulit dan barang dari kulit (34,4 persen), serta kertas dan barang dari kertas (33,3

persen). Peningkatan nilai ekspor komoditi-komoditi tersebut terutama disebabkan oleh

peningkatan volume ekspor komoditi bersangkutan.

Sementara itu, kelompok komoditi hasil-hasil industri yang mengalami penurunan nilai

ekspor dalam periode April-Agustus l998 adalah kayu lapis (42,2 persen), kayu gergajian (62,2

persen), aluminium {unwrought) (18,4 persen), pakaian jadi (11,8 persen), kain tenun (9,2

persen), karet olahan (13,3 persen), bungkil kopra (59,6 persen), minyak kelapa sawit (52,7

persen), barang anyaman (67,6 persen), meubel (rotan, kayu,-bambu) (65,3 persen), alat-alat

listrik (5,5 persen), pupuk urea (46,7persen), kaca dan barang dari kaca (31,1 persen), alas kaki

(kulit, karet, kanvas) (24,3 persen). Penurunan nilai ekspor tersebut terutama disebabkan oleh

penurunan volume ekspor komoditi bersangkutan, kecuali kayu lapis, kain tenun, karet olahan,

serta kaca dan barang dari kaca yang dalam periode April-Agustus 1998 volume ekspornya

mengalami peningkatan.

Realisasi ekspor kelompok komoditi hasil-hasil tambang bukan migas menurun dari

US$I.435,0 juta dalam periode April-Agustus 1997 menjadi US$ 1.073,5 juta dalam periode

April-Agustus 1998. Dalam periode April-Agustus 1998 seluruh hasil tambang bukan migas

mengalami penurunan nilai ekspor, yaitu bijih tembaga (21,8 persen), bijih nikel (40,6 persen),

bauksit (15,9), baru baru (22,3 persen) dan lainnya (80,7 persen). Penurunan nilai ekspor

komoditi-komoditi tersebut disebabkan oleh menurunnya volume ekspor komoditi

bersangkutan, kecuali bijih tembaga yang dalam periode tersebut volume ekspornya

menunjukkan peningkatan.

Dalam periode April-Agustus 1998 realisasi ekspor nonmigas memberikan kontribusi

85,4 persen terhadap nilai ekspor secara keseluruhan. Kontribusi tersebut lebih besar

dibandingkan kontribusi dalam periode April-Agustus 1997 sebesar 79,9 persen dari total ekspor

Indonesia. Realisasi nilai ekspor nonmigas secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel IV .6,

Grafik IV .2, dan Grafik IV .3.

Page 313: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 313

Tabel IV. 5

NILAI EKSPOR, 1989/1990 - 1998/1999

( dalam juta US $)

Tahun Migas Bukao migas Jumlah

aoggaran

Nilai % Nilai % Nilai %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(2)+(4) (7)=(3)+(5)

1989/1990 9.337 39,2 14.493 60,823,830 100

1990/1991 12.763 45,4 15.380 54,628.143 100

1991/1992 10.706 36,0 19.008 64,029.714 100

1992/1993 10.480 29,7 24.823 70,335.303 100

1993/1994 9.334 25,6 27.170 74,436.504 100

1994/1995 10.445 24,8, 31.716 75,242.161 100

1995/1996 10.616 22,2 37.138 77,847.754 100

1996/1997 12.771 24,5 39.267 75,552.038 100

1997/1998 10.238 18,2 45.924 81,856.162 100

1998/19991) 7.123 14,1 43.565 85,950.688 100

1) Perkiraan realisasi

Page 314: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 314

Page 315: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 315

Berdasarkan kawasan tujuan, ekspor dalam periode April-Agustus 1998 sebagian besar

ditujukan ke kawasan Asia yaitu 59,2 persen dari total ekspor. Pangsa kawasan Eropa, Amerika,

Australia dan Afrika masing-masing 17,8 persen, 17,7 persen, 3,4 persen, dan 1,9 persen.

Sementara itu, kawasan ASEAN menyerap 19,0 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia.

Sedangkan negara-negara yang banyak menyerap ekspor komoditi Indonesia antara lain adalah

Jepang (17,2 persen), Amerika Serikat (14,8 persen), Singapura (13,0 persen), Hongkong (3,8

persen), Belanda (3,2 persen), Australia (3,1 persen), Jerman (3,1 persen), dan Malaysia (2,6

persen). Realisasi nilai ekspor berdasarkan negara tujuan dapat dilihat dalam Tabel IV.7.

4.4.2 Impor

Dampak krisis ekonomi dan moneter yang cukup signifikan terhadap kinerja impor

Indonesia dalam tahun anggaran 1998/1999 dapat dilihat dari perkiraan realisasi nilai impor,

baik impor non migas maupun impor migas, yang menunjukkan tendensi penurunan yang cukup

berarti. Nilai impor nonmigas dalam tahun anggaran 1998/1999 diperkirakan mencapai US$

28.051,0 juta, atau 27,4 persen lebih rendah dibandingkan realisasi nilai impor nonmigas dalam

tahun anggaran 1997/1998. Merosotnya nilai impor non migas ini antara lain disebabkan karena

dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US dolar mengakibatkan harga barang-barang

impor menjadi relatif lebih mahal. Selain itu, menurunnya nilai impor nonmigas juga

disebabkan oleh menurunnya berbagai kegiatan investasi dan konsumsi serta adanya kesulitan

dalam melakukan

Page 316: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 316

Tab e I IV. 6

NILAI EKSPOR BUKAN MINY AK BUMI DAN GAS ALAM, 1989/1990 - 1998/1999

( dalam juta US $ )

Jenis barang 1989/1990 1990/1991 1991/1992 1992/1993 1993/1994 1994/1995

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I. HasiI-hasii pertanian 1.906,9 2.180,5 2.182,4 2.274,3 2.272,9 2.855,8

1. Getab karet 38.8 54,0 52,0 39,8 46,2 40,9

2. Kopi 448,0 370,7 317,1 245,4 303,2 704,1

3. Uuang ( segarlbeku) 543,9 729,1 726,2 791,9 883,5 801,6

4. Teh 176,2 168,8 129,7 155,7 123,4 75,8

5. Lada hitam 33,8 21,7 25,9 26,1 12,1 38,1

6. Lada putih 59,4 53,6 37,3 32,2 39,8 42,4

7. Tembakau 39,2 71,2 60,1 80,0 42,1 78,0

8. Biji coklat 71,6 99,0 123,3 126,4 178,1 219,4

9. Gap1ek (manioc) I) 61,2 64,3 38,8 33,9 0,0 0,0

10. Jkan tuna dan 1ainnya 139,8 227,5 294,3 353,7 336,9 261,9

11. Ubur-ubur/kerang lainnya 40,2 42,7 37,8 37,3 43,5 82,1

12. Lainnya 254,8 277,9 339,9 351,9 264,1 511,5

II. HasiI-hasii industri 11.429,7 12.359,8 15.944,5 20.979,6 23.162,1 26.751,0

1. Kayo lapis 2.462,0 2.788,9 2.957,8 3.299,1 4.463,1 3.427,2

2. Kayo gergajian 575,6 118,5 236,2 302,7 448,4 505,7

3. Kayo olahan lain 430,0 540,7 616,5 666,8 881,5 1.014,6

4. TImah (unwroughl) 240,4 173,0 142,0 163,7 81,0 139,8

5. Aluminium (unwroughl) 339,9 257,3 223,4 277,1 265,7 363,9

6. Pakaian jadi 1.304,9 1.711,4 2.510,7 3.445,0 3.230,1 3.306,8

7. Kain tenon 683,2 981,1 1.424,0 2.181,8 1.633,4 1.576,9

8. Tekstillainnya 291,8 368,1 524,4 889,9 824,4 1.088,6

9. Karel olahan 986,0 909,6 982,1 1.146,6 1.046,5 1.659,4

10. Boogki1 kopra 40,3 44,7 43,6 37,5 34,2 35,2

11. Minyak atsiri 104,3 126,3 127,9 90,8 64,6 79,2

12. Rolan 0,9 3,0 0,4 0,1 0,1 0,0

13. Minyak kelapa sawil 229,7 .,8 303,3 399,1 473,9 776,9

14. Semen 130,5 68,6 65,6 104,5 47,4 30,2

15. Stearin 51,0 55,4 50,3 75,5 87,1 138,2

16. Barang anyaman 44,5 44,5 59,6 51,7 50,9 55,6

17. Meube1 (rotan, kayo, bambu) 205,3313,0 . 397,9 526,5 679,0 803,3

18. Bahan kimia 119,2 113,5 170,5 219,7 258,5 388,2

19. Alal-alat Hstrik 214,0 317,5 607,0 1.255,5 1.821,9 2.462,8

20. KuHI dan barang Dari kuHI 81,4 70,3 67,5 70,2 68,5 70,3

21. Pupuk urea 164,5 214,5 307,5 158,4 163.8 175,6

22. Kertas dan barang Dari kertas 167,0 165,8 307,6 353,8 518,7 808,0

23. Kaca dan barang Dari kaca 97,0 97,1 131,9 147,0 152,3 167,6

24. Alas kaki (kuHI, karet, kanvas) 291,3 687,5 1.061,4 1.441,1 1.627,4 1.962,9

25. Lainnya 2.175,0 1.940,7 2.625,4 3.675,5 4.239,7 5.714,1

II. HasiI-hasii tambaDg di lor migas 531,0 686,8 1.036,3 1.471,7 1.538,3 2.056,9

1. Bijih tembaga 321,4 408,9 508,0 771,3 746,1 1.010,8

2. Bijih Dike1 52,6 42,4 40,3 32,7 30,5 27,3

3. Baukail 10,8 12,1 14,9 9,1 17,6 11,5

4. Bijih timah (tin) 1,7 1,4 1,1 0,8 0,0 0,0

5. Batubara 99,7 172,7 406,0 565,0 639,8 883,1

6. Lainnya 44,8 49,3 66,0 92,8 104,3 124,2

V. HasiJ..hasii Jalnnya 1,6 1,8 2,4 2,4 1,8 1,9

Jumlah 13.869,2 15.228,9 19.165,6 24.728,0 26.975,1 31.665,6

1) Sejak Januari 1988 hanya ubi kayo kering, dan mu1ai taboo 1993 masuk ke hasil- hasil indusai

Page 317: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 317

Tab e I IV. 6 (lanjutan)

Jenls barang 1995/1996 199611997 1997/1998 1997/1998 1998/1999 *) Persentase

Apr-Agust Apr-Agust perubahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (6) : (5)

I. HasII-hasii pertaDian 2.970,9 2.896,5 3.478,5 1.349,5 1.559,1 + 15,5

1. Getah karet 50,5 35,8 29,4 14,3 9,7 - 32,2

2. Kopi 623,6 590,0 511,8 286,0 239,9 - 16,1

3. Uuang ( segarlbeku ) 1.028,9 1.020,3 1.005,5 423,4 491,7 + 16,1

4. Teh 96,9 117,2 83,6 43,1 46,9 + 8,8

5. Lada hitam 87,6 31,1 42,9 28,7 9,0 - 68,6

6. Lada putih 67,0 59,5 119,7 41,4 19,0 - 54,1

7. Tembakau 67,477.5 111,4 38,7 53,0 + 37,0

8. Biji coklat 237,7 258,2 294,9 121,2 195,0 + 60,9

9. Gap1ek (manioc) I) 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 -

10. Ikan lUna dan 1ainnya 366,8 362,3 418,5 170,2 151,9 - 10,8

11. Ubur-uburlkernng 1ainnya 62,3 46,1 38,1 19,5 16,0 - 17,9

12. Lainnya 282,2 298,5 822,7 163,0 327,0 + 100,6

II. HaslI-hasii Industrl 30.038,0 32,740,1 35.880,7 14.613,1 15.057,4 + 3,0

1. Kayu lapis 3.442,3 3.700,5 2.999,2 1.545,7 893,0 - 42,2

2. Kayu gergajian 443,9 482,6 312,6 176,3 66,6 - 62,2

3. Kayu olahan lain 1.064,0 1.061,9 2.124,7 534,7 854,2 + 59,8

4. Timah (unwrought) 255,9 277,7 267,6 113,8 124,0 +9,0

5. Aluminium (unwrought) 474,5 409,9 426,5 177,5 144,8 - 18,4

6. Pakaian jadi 3.444,3 3.669,6 2.564,5 1.434,0 1.265,2 - 11,8

7. Kain tenun 1.573,7 1.617,8 1.152,6 651,0 590,9 - 9,2

8. Tekstil lainnya 1.311,2 1.431,0 3.907,7 997,1 1.398,3 + 40,2

9. Karet olahan 2.237,0 2.180,3 1.781,4 795,2 689,2 - 13,3

10. Bungkil kopra 28,5 46,9 35,5 16,1 6,5 - 59,6

11. Minyak atsiri 83,8 76,9 105,8 46,6 51,8 + 11,2

12. Rotan 0,0 0,0 0,1 0,0 0,2 -

13. Minyak kelapa sawit 795,1 806,8 1.324,2 619,8 293,3- 52,7

14. Semen 14,8 11,5 51,7 21,2 33,9+ 59,9

15. Stearin 162,0 57,8 20,5 5,1 65,3+ 1.180,4

16. Barang anyarnan 68,0 61,6 33,3 21,0 6,8- 67,6

17. Meubel (rotan, kayu, bambu) 889,9 952,5 620,7 411,6 142,8- 65,3

18. Bahan kimia 574,8 585,3 799,7 333,9 463,9+ 38,9

19. Alat-alat listrik 2.839,3, 3.774,4 3.615,4 1.529,3 1.445,8- 5,5

20. Kulit dan barang Dari kulit 70,0 61,1 179,5 45,9 61,7+ 34,4

21. Pupuk urea 299,0 268,4 306,7 152,6 81,4- 46,7

22. Kenas dan barang Dari kertas 932,4 987,7 1.036,4 483,6 644,7+ 33,3

23:Kaca dan barang Dari kaca 205,0 228,7 117,2 79,0 54,4- 31,1

24. Alas kaki (kulit, karet, kanvas) 2.086,5 2.234,8 1.276,3 723,2 547,6- 24,3

25. Lainnya 6.742,1 7.754,4 1.0820,9 3.698,9 5.131,1+ 38,7

III. HaslI-hasii tambang ell 1uar migas 2.823,0 3.098,1 3.065,2 IA35,O 1.073,5- 25,2

1. Bijih temhaga 1.635,8 1.613,4 1.438,9 715,5 559,8- 21,8

2. Bijih Dikel 43,4 44,0 37,0 16,5 9,8- 40,6

3. Bawit 10,6 8,6 11,0 4,4 3,7- 15,9

4. Bijih timah (tin) 0,0 0,0 0,00,0. 0,0 -

5. BalU bara 1.016,7 1.298,3 1.457,0 625,7 486,1 - 22,3

6. Lainnya 116.5 133,8 121,3 72,9 14,1 - 80,7

IV. HaslI-hasiI 1ainnya 1,4 47,2 487,4 484,8 0,5 - 99,9

Jum1ah 35.833,3 38.781,9 42.911,8 17.882,4 17.690,5 - 1,1

*) Angka Sementara

Page 318: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 318

Page 319: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 319

Page 320: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 320

Tab e I IV. 7

NILAI EKSPOR MENURUT NEGARA TUJUAN, 1989/1990 - 1998/1999

(dalamjuta US $)

198911990 199011991 199111992 199211993 199311994

Negara PersenlasePersenlas

ePersenlase Persenlase Persenlase

Nilal Dari Nilal Dari NOai Dari Nilai Dari NUai Dari

jumJah jumJah jumJah jumJah jumJah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I.ASIA 15.870 69,3 19.068 70,9 20.272 68,S 23.34966,0 23.559 64,7

ASEAN 2.492 2.631 3.293 4.727 4.686

- Malaysia 230 270 362 527 575

- Muangthai 217 206 277 434 393

- Pbilipina 155 168 165 205 290

-Singapura 1.880 1.977 2.476 3.530 3.397

- Brunei Darussalam 10 10 13 31 31

HongkoDg 542 619 756 885 939

Jepang 9.632 11.140 10.307 11.009 10.940

Asia lainnya 3.204 4.678 5.916 6.728 6.994

U.AFRIKA 228 1,0 201 0,7 3T1 1,3 483 1,4 433 1,2

III. AMERIKA 3.696 16,1 3.529 13,1 4.065 13,7 5.351 15,1 6.007 16,5

-USA 3.436 3.191 3.651 4.671 5.254

-KaDana 117 132 212 284 301

- Amerika lainnya 143 206 202 396 452

IV. AUSTRALASIA 415 1,8547 z,o700 2,4 844 2,4131 2,3

- Austta1ia 361 474 658 780 761

- Oceania iainnya 54 73 42 64 70

V. EROPA 2HJ7 11,8 3.551 13,3 4.170 14,1 5.371 15,1 5.589 15,3

ME 2.467 3.286 3.853 5.0S6 5.159

- IDggriS 417 569 618 905 978

- Belanda 691 751 907 1.102 1.094

- Jerman 517 830 875 1.051 1.141

- Belgia & Luxemburg 183 228 260 421 364

- Perancis 226 311 421 490 46S

- Denmark 39 61 86 93 99

- lrIandia 24 41 42 47 36

-Italia 249 296 439 610 573

-Yunani 7 11 19 34 45

- Portugai 27 16 11 21 28

- Spanyol 87 172 175 282 336

Rusia 113 53 42 71 134

Eropa lainnya 117 212 275 244 296

Jumlab 22.906 100,0 26.896 100,0 29.584 100,0 35.398 100,0 36.419 100,0

Page 321: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 321

TabelIV. 7 (Ianjutan)

1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999 *)

(Apr-Agust)

Negara PersentasePersentas

ePersentase Persentase

Persentas

e

Nuai Dari NiJaJ Dari NUai Dari NUai Dari NUai Dari

jumlah jumJah jumJah jumJah jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I.A S I A 26.74164,0 29.763 64,0 32.471 63,7 33.954 63,4 12.269 59,2

ASEAN 5.936 6.440 7.300 9.066 3.938

- Malaysia 815 1.044 1.106 1.485 559

- Muangthai 429 728 839 839 376

- Philipina 418 663 652 834 299

- Singapura 4.225 3.979 4.677 5.864 2.696

- Brunei Darussalam 49 26 26 44 8

Hongkong 1.472 1.613 1.651 1.944 788

Jepang 11.289 12.545 13.078 11.663 3.584

Asia lainnya 8.044 9.165 10.442 11.231 3.959

II. AFRIKA 594 1,4 673 1,4 619 1,2 847 1,6 392 1,9

III. AMERIKA 7.029 16,8 7.418 16,0 8.193 16,1 8.501 15,9 3.670 17,7

-USA 6.069 6.295 6.997 7.146 3086

-Kanada 331 359 395 392 180

- Amerika lainnya 629 764 801 963 404

IV. AUSTRALASIA 813 2,0 1.176 2,S 1.332 2,6 1.672 3,1 711 3,4

- Australia 695 1.028 1.214 1.550 659

- Oceania lainnya 118 148 118 122 52

V. EROPA 6.586 15,8 7.455 16,1 8.364 16,4 8.581 16,0 3.681 17,8

ME 5.071 6.839 7.607 7.902 3.365

- Inggris 1.057 1.147 1.233 1.216 527

- Belanda 1.347 1.515 1.725 1.786 677

- Jerman 444 1.432 1.459 1.477 645

- Belgia & Luxemburg 433 547 732 837 371

- Perancis 444 528 572 509 227

- Denmark 108 114 131 151 61

- lrIandia 38 37 45 52 23

- ltalia 581 804 729 862 397

- Yunani 70 84 87 85 51

- Ponugal 45 50 47 40 15

- Spanyol 504 581 847 887 371

Ru sia 91 137 128 78 22

Eropa lainnya 1.424 479 629 601 294

Jumlab 41.763 100,0 46.485 100,0 . ho.m100,0 53.s5S100,0 20.723 100,0

, I--

*) Angka sementara

Page 322: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 322

pembiayaan impor karena perbankan di luar negeri menolak L/C impor dari Indonesia.

Sementara realisasi nilai impor migas dalarn periode yang sama mencapai US$ 2.837 juta atau

turun sebesar 30,6 persen dibandingkan dengan realisasi nilai impor migas dalarn tahun

sebelumnya sebesar US$ 4.085,0 juta. Penurunan nilai impor migas yang cukup drastis ini selain

karena pengaruh depresiasi rupiah juga disebabkan oleh turunnya harga minyak di pasar

internasional.

Berdasarkan jenis dan kelompok komoditi, penurunan nilai impor nonmigas berasal dari

hampir semua komoditi dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok barang-barang

modal, yaitu dari US$ 6.551,3 juta dalarn periode April- Agustus 1997 menjadi US$ 3.712,0

juta dalarn periode yang sama tahun berjalan, atau turun sebesar 43,3 persen. Kemudian disusul

dengan impor bahan baku/penolong yang mengalami penurunan sebesar 40,3 persen, yaitu dari

US$ 8.314,8 juta menjadi US$ 4.963,8 juta dan impor barang-barang konsumsi yang mengalami

penurunan sebesar 15,1 persen, yaitu dari US$ 1.382,8 juta menjadi US$ 1.174,3 juta.

Realisasi nilai impor kelompok barang modal yang mengalami penurunan paling besar

dalamperiodeApril-Agustus 1998 adalah alat telekomunikasi, yaitu dari US$ 699,3juta menjadi

US$ 133,4 juta, atau merosot sebesar 80,9 persen dibanding realisasinya dalarn periode yang

sama tahun 1997, kemudian diikuti dengan alat pengangkutan (48,5 persen), peralatan listrik

(43,9 persen), generator listrik (39,3 persen), dan mesin-mesin (36,9 persen). Sedangkan

realisasi impor barang-barang modal lainnya dalarn periode yang sama menunjukkan penurunan

sebesar 37,8 persen, yaitu dari US$ 1.891,3 juta menjadi US$ 1.176,2 juta.

Sementara itu, penurunan realisasi nitai impor kelompok bahan baku penolong yang

cukup drastis dalarn periode April-Agustus 1998 adalah disebabkan karena impor semua

komoditi dalam kelompok ini mengalami penurunan dibandingkan realisasi impor dalarn

penode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi pada impor semen, kapur, dan

bahan bangunan buatan pabrik sebesar 79,6 persen, yaitu dari US$ 36,8 juta dalarn periode

April-Agustus 1997 menjadi US$ 7,5 juta dalarn periode yang sama tahun 1998, kemudian

diikuti dengan impor pupuk (73,6 persen), alat-alat listrik (55,6 persen), bahan bangunan (49,9

persen), besi baja dan logarn (41,0 persen), bahan karet dan plastik (38,2 persen), bahan-bahan

kertas (34,7 persen), bahan kimia (29,3 persen), bahan obat-obatan (28,7 persen), dan benang

tenon (8,6 persen). Sedangkan realisasi impor bahan baku penolong lainnya menunjukkan

penurunan sebesar 50,1 persen, yaitu dari US$ 3.011,7 j uta menjadi US$ 1.490,8 juta.

Page 323: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 323

Selanjutnya realisasi nilai impor barang-barang konsumsi dalarn periode April-Agustus

1998 yang mengalami penurunan sebesar 15,1 persen terutama berasal dari penurunan impor

sejumlah komoditi. Empat komoditi yang mengalami penurunan nilai impor terbesar di

antaranya adalah tembakau dan olahannya yaitu dari US$ 96,8 juta menjadi US$ 27,3 juta, atau

turun sebesar 71,8 persen; susu, makanan, minuman dan buah-buahan yaitu dari US$ 440,2 juta

menjadi US$ 181,3 juta atau turun sebesar 58,8 persen; gabon dan kosmetik yaitu dari US$

62,6 juta menjadi US$ 31,0 juta atau turun sebesar 50,5 persen; dan alat -alat rumah tangga dari

US$ 94,3 juta menjadi US$ 47,0 juta atau turun sebesar 50,2 persen. Komoditi-komoditi lain

yang juga mengalami penurunan dalam periode April-Agustus 1998 adalah tekstil sebesar 26,4

persen dan barang-barang konsumsi lainnya sebesar 30,6 persen dibandingkan dengan realisasi

dalam periode yang sama tahun 1997. Sementara komoditi yang menunjukkan peningkatan

impor dalam kelompok barang konsumsi adalah beras, yaitu dari US$ 67,4 juta menjadi US$

449,2 juta atau meningkat sebesar 566,5 persen dibandingkan realisasi impor dalam periode

yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan impor beras yang sangat besar ini erat kaitannya dengan

langkah-Iangkah yang diambil Pernerintah dalam upaya menjaga ketersediaan pangan yang

cukup, sehingga mampu memenuhi tuntutan permintaan di dalam negeri yang memperlihatkan

tendensi yang meningkat menyusul terjadinya krisis dan menurunnya kemampuan posok pangan

di dalarn negeri. Perkembangan nilai irnpor nonmigas secara rinci dapat dilihat dalam Tabel

IV.S, Grafik IV.4, dan Grafik IV.5.

Sementara itu, bila dilihat dari negara asal impor Indonesia dalam periode April-

Agustus 1998 sebagian besar berasal dari negara-negara kawasan Asia, yaitu sekitar 52,2 persen

dari total impor, atau sedikit lebih rendah dibanding pangsanya dalam periode yang sama tahun

sebelurnnya sekitar 52,3 persen dari total impor. Kemudian diikuti impor dari negara-negara

kawasan Eropa sekitar 23,7 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan pangsa impor dalam peri

ode yang sama tahun 1997 sekitar 22,4 persen. Sementara impor Dari negara-negara kawasan

Amerika, Australia dari Afrika dalam periode April-Agustus 1998 masing-masing mencapai

16,1 persen, 6,6 persen dari 1,4 persen dari total impor dalam tahun tersebut, juga sedikit lebih

rendah dibandingkan impor dari ketiga kawasan dalam peri ode yang sama tahun sebelumnya.

Impor yang berasal dari negara-negara kawasan Asia dalam periode April-Agustus

1998 masih tetap daidominasi oleh Jepang, yaitu dengan pangsa sekitar 33,5 persen. Kemudian

disusul oleh Singapura dengan pangsa sekitar 14,8 persen. Sementara itu, impor dari negara-

Page 324: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 324

negara di kawasan Amerika dalam periode yang sama, juga masih didoominasi oleh Amerika

Serikat, yaitu dengan pangsa sekitar 76,8 persen dari total impor kawasan itu. Sedangkan impor

dari kawasan Eropa, sebagian besar berasal dari negara-negara yang tergabung dalarn

Masyarakat Eropa, dengan pangsa mencapai 84,3 persen dari nilai impor kawasan itu secara

keseluruhan. Negara-negara dalam kawasan ini yang mernberikan kontribusi cukup besar

terhadap impor Indonesia adalah Jerman, Inggris, Perancis, dan Italia. Perkembangan nilai

impor berdasarkan negara asalnya dalarn periode April-Agustus 1998 dapat dilihat dalam Tabel

IV.9.

4.4.3 Pengeluaran Jasa-jasa (neto)

Dalam tahun 1998/1999, neraca jasa-jasa (services account), yang terdiri dari jasa-jasa

migas dan jasa-jasa nonmigas diperkirakan mengalami defisit US$15.310 juta, atau meningkat

1,0 persen dibandingkan defisit neraca jasa dalam tahun sebelumnya sebesar US$15.157 juta.

Peningkatan defisit neraca jasa-jasa dalam tahun 1998/1999 tersebut berkaitan terutama dengan

meningkatnya defisit neraca jasa-jasa nonmigas sebesar 18,8 persen dari US$10.522 juta dalam

tahun 1997/1998 menjadi US$ 12.503 juta.

Meningkatnya defisit neraca jasa-jasa nonmigas tersebut berhubungan terutama dengan

meningkatnya pembayaran bunga utang luar negeri swasta, sedangkan di pihak lain penerirnaan

devisa dari jasa-jasa pariwisata mengalami penurunan. Penerimaan devisa dari jasa pariwisata

dalamtahun 1998/1999 diperkirakan mencapai US$ 3.720 juta, sementara dalam tahun

sebelumnya mencapai US$6.140 juta. Turunnya penerimaan devisa jasa pariwisata tersebut

terutama disebabkan berkurangnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) sebagai akibat

tidak mendukungnya situasi sosial politik di Indonesia, selain disebabkan pula oleh

berkurangnya rata-rata pengeluaran wisman perkunjungan (dalam US$), yaitu dari US$I.250

juta per orang per kunjungan dalam tahun 19997/1998 menjadi US$1.002 per orang per

kunjungan, sebagai dampak dari depresiasi rupiah terhadap US$ yang menyebabkan wisman

membelanjakan lebih sedikit US$ untuk mendapatkan jasa/barang yang sama (dalam rupiah).

Page 325: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 325

TabelIV.8

NILAI IMPOR BUKAN MINY AK BUMI DAN GAS ALAM

MENURUT GOLONGAN BARANG, 1989/1990 - 1998/1999

( df, dalam juta US $ )

Golongan Barang 1989/199019901.199

11991/1992 1992/1993 1993/1994 1994/1995

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I.Barang Konsumsi 960,6 1.125,4 1.679,1 1.777,7 1.805,4 2.460,0

1. Beras 7,0 12,7 146,2 80,2 9,4 341,4

2. Tekstil 125,0 189,7 224,3 283,1 321,7 354,9

3. Susu, makanan, minuman

Dari buah-buahan 336,7 225,7 337,3 384,5 376,8 496,5

4. Tembakau Dari olahannya 29,9 51,6 66,0 84,6 104,0 133,3

5. Sabun Dari kosmetik 32,1 40,1 44,3 56,3 73,2 91,3

6. Alat-alat rumah tangga 74,6 104,0 102,9 90,8 88,4 146,2

7. Lainnya 355,3 501,6 758,1 798,2 831,9 896,4

II. Bahan baku/penolong 8.850,8 10.641,4 11.194,6 12.141,2 13.775,8 17.304,5

1. Bahan kimia 1.641,2 1.962,5 1.926,1 2.060,2 2.398,2 3.095,0

2. Bahan obat-obatan 109,9 124,7 122,6 161,1 148,4 161,8

3. Pupuk 117,0 99,1 68,1 139,3 93,4 104,5

4. Bahan-bahan kertas 175,4 203,3 218,9 208,0 222,0 250,5

5. Benang tenun 931,3 1.177,3 1.422,9 1.513,9 1.439,7 1. 704,5

6. Semen, kapur, Dari bahan

bangunan buatan pabrik 3,7 10,0 9,8 9,0 20,0 80,8

7. Besi baja Dari logam 1.926,1 2.526,2 2.442,7 2.639,3 2.908,7 3.168,5

8. Bahan-bahan karet & plastik 977,7 1.079,3 1.087,7 1.196,5 1.190,7 1.489,8

9. Bahan bangunan 188,9 289,8 351,3 423,9 391,0 348,5

10. Alat-alat listrik 131,7 103,9 182,0 238,8 193,3 260,2

11. Lainnya 2.647,9 3.065,3 3.362,5 3.551.2 4.770,4 6.640,4

III. Barang modal 6.145,8 9.590,1 11.066,4 11.441,4 11.128,3 11.578,9

1. Mesin-mesin 2.734,0 4.625,6 5.088,0 4.635,4 4.866,0 5.369,6

2. Generator listrik 145,0 172,8 509,4 574,4 355,8 338,2

3. Alat telekomunikasi 339,5 489,9 660,0 908,4 897,3 711,3

4. Peralatan listrik 366,4 506,9 599,8 1.023,2 930,1 1.002,4

5. Alat pengangkutan 816,8 1.422,4 1.499,1 1.014,3 1.211,3 1.221,1

6. Lainnya 1.744,1 2.372,5 2.710,1 3.285,7 2.867,8 2.936,3

Jumlah 15.957,2 21.356,9 23.940,1 25.360,3 26.709,5 31.343,4

Page 326: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 326

TabelIV.8 (lanjutan)

1997/1998 199811999*)

(Apr-Agust) (Apr-Agust)

Golongan Barang 1995/1996 1996/1997 1997/1998 Persentase Persentase

Nilai Dari Nilai Dari

Jumlah Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

,

I. Barang Konsumsi 3.584,5 3.511,3 2.828,7 1.382,8 8,5 1.1'74,3 11,9

I. Beras 687,5 429,4 143,9 67,4 449,2

2. Tekstil 396,1 446,8 337,7 166,4 122,5

3. Susu, makanan, minuman

dan buah-buahan 954,8 1.070,5 883,4 440,2 181,3

4. Tembakau dan olahannya 170,0 181,5 190,2 96,8 27,3

5.SMUll dan kosmetik 94,6 101,4 118,0 62,6 31,0

6. Alat-alat rumah tangga 222,4 198,5 218,2 94,3 47,0

7.Lainnya 1.059,1 1.083,2 937,3 455,1 316,0

II. Bahan bakulpenolong 20.592,3 20.249,4 17.654,5 8.314,8 51,2 4.963,8 50,4

I.Bahan kimia 3.743,2 3.734,7 3.285,9 1.555,2 1.099,4

2.Bahan obat-obatan 200,2 219,0 162,7 88,1 62,8

3.Pupuk 146,5 222,5 188,2 115,6 30,5

4.Bahan-bahan kertas 330,9 308,9 322,7 151,0 98,6

5.Benang tenun 1.913,8 1.803,8 1.524,0 712,8 651,6

6.Semen, kapur, dan bahan

bangunan buatan pabrik 115,7 140,7 89,1 36,8 7,5

7. Besi baja dan logam 4.254,7 3.970,4 3.601,5 1.549,2 913,6

8. Bahan-bahan karet &

plastik 1.705,5 1.503,5 . 1.260,4 614,9 379,8

9. Bahan bangunan 388,8 572,5 590,1 287,2 143,8

10. Alat-alat listrik 279,3 360,0 398,5 192,3 85,4

11. Lainnya 7.513,7 7.413,4 6.231,4 3.011,7 1.490,8

III. Barang modal 14.081,3 16.328,8 14.029,9 6.551,3 40,3 3.712,0 37,7

I.Mesin-mesin 6.730,9 7.035,5 6.040,7 2.752,2 1.736,5

2.Generator listrik 487,1 498,5 420,5 220,1 133,5

3.Alat telekomunikasi 1.141,6 1.979,5 1.415,1 699,3 133,4

4.Peralatan listrik 971,5 962,0 1.074,3 513,4 287,9

5.Alat pengangkutan 1.042,8 1.334,1 1.093,2 475,0 244,5

6.Lainnya 3.707,4 4.519,2 3.986,1 1.891,3 1.176,2

Jumlah 38.258,1 40.089,5 34.513,1 16.248,9 100,0 9.850,1 100,0

*) Angka sementara

Page 327: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 327

Page 328: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 328

Page 329: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 329

Tabel IV.9

NILAI IMPOR MENURUT NEGARA ASAL, 1989/1990 . 1998/1999

( dC, dalam juta US $ )

1989/1990 199011991 199111992 199211993 1993/1994

NegaraPenenta

se

Penenta

se

Persenta

se

Persenta

se

Persentas

e

Nilai darl Nllai darl Nilai Dari Nllai darl Nllai dart

jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

L ASIA 9.478,2 55,2 13.064,655,4 14.348,254,8 13.876,1SO,8 15.764,3 54,5

ASEAN 1.670,3 2.112,4 2.501,4 2.521,5 2.650,1

- Malaysia 366.5 294.4 497.5 524.7 531.9

- Muangthai 162.9 195,7 336,8 283.4 227,4

- Philipina 60,1 50,6 83,7 60,0 56,0

- Singapura 1.079,6 1.571,3 1.583,2 1.652,5 1.834,2

- Brunei Darussalam 1.2 0,4 0,2 0,9 0,6

Hongkong 199,2 276,3 245,4 209,1 259,0

Jepang 3.975,8 5.875,0 6.421,9 5.649,6 6.562,4

Asia lainnya 3.632,9 4.800,9 5.179,5 5.495,9 6.292,8

D, AFRIKA 162,6 1,0 163,8 0,7 198,0 0,8 200,7 0,7 148,0 0,5

DL AMERIKA 2.993,5 17,4 3.724,7 15,8 4.409,2 16,8 4.864,8 17,8 4.284,7 14,8

-USA 2.161,6 2.614,8 3.500.4 3.920,8 3.111,4

-Kanada 393,1 327,7 386,7 453,6 427,3

- Amerika 1ainnya 438,8 782,2 522,1 490.4 746,0

IV. AUSTRALASIA 1.055,3 6,1 1.385,3 5,9 1.480,4 5,7 1.568,2 5,8 1.566,9 5,4

. Australia 952.5 1.273,4 1.355,1 1.431,3 1.380,3

- Oceania 1ainnya 102,8 111,9 125,3 136,9 186,6

V, EROPA 3.489,1 20,3 5.242,4 22,2 5.738,1 21,9 6.804,7 24,9 7.184,9 24,8

ME 2.797,6 4.512,5 4.630,5 5.691,5 5.542,3

- Inggris 350,0 464,9 651,3 749,7 795,3

- Belanda 274,0 578,0 461,5 585,6 . 585,1

- Jenoan 980,3 . 1.731,0 2.077,8 2.190,6 2.063,8

- Belgia & Luxemburg 174,3 255,1 299,0 264,5 340,3

- Perancis 501,3 730,1 437,2 901,1 805,1

- Denmark 32,7 64,3 60,7 133,6 158,3

- Irlandia 10,0 73,8 13,8 27,5 20,9

. IbIlia 358,1 493,0 491,2 574,5 550,0

. Yunani 5,3 4.4 4,6 7,9 15,3

- Ponugal 2,3 7,8 2,0 2,0 2,2

- Spanyol 109,3 110,1 131.4 254,5 206,0

Rusia 51,0 50,1 51,1 49,0 113,5

Eropa lainnya 640,5 679,8 1.056,5 1.064,2 1,529,1

Jumlab 17.178,7 100,0 23.580,8 100,0 26.173,9 100,0 27.314,5 100,0 28.948,8 100,0

Page 330: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 330

Tabel IV. 9 (lanjutan)

1998/1999 .)1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998

(Apr.Agust)

NegaraPerson"

"

Person"

"

Person..

.. Pene.....

Persent

Me

Nllai Dari Nllai Dari Nllai Dari Nllai Dari Mlai dart

jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah

(1) (1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

L ASIA 18.670,855,0 22.494,4 54,5 22.635,951,5 19.991,852,3 5.597,3 S2,2

ASEAN 3.151,8 4.114,4 5.178,Z 5.010,5 1.411,7

- Malaysia 580.2 819,1 879,5 761,7 255,8

- Muangthai 561.8 800,4 1.050,5 805,7 314,0

. Philipina 67,2 80,1 91.6 122,3 25,5

- Singapura 1.942,3 2.514,0 3.152,3 3.327,9 826,3

- Brunei Darussalam 0,3 0,8 4,3 2,9 0,1

Honglrong 241,8 266,9 256,3 320,8 106,2

Jepang 7.821,3 9.549,1 ' 8.581,2 7.398,6 1.874,6

Asia lainnya 7.455,9 8.464,0 8.620,2 7.251,9 2.194,8

n. AFRIKA 478,3 1,4 599,8 1,4 693,6 1,6 591,4 1,5 15z,z 1,4

m AMERIKA 5.157,0 15,1 6.806,8 16,5 7.090,5 16,1 6.411,5 16,8 1.715,4 16,1

-USA 3.882,4 4.896,8 5.270,6 4.882,5 1.325,1

.-,\Canada 564,8 789,2 747,3 648,4 200,3

Amerika lainnya 709,8 1.120,8 1.072,6 890,6 200,0

IV. AUSTRALASIA 1.853,6 5,4 1.241,1 5,4 1.817,4 6,4 1.663,8 7,0 704,5 6,6

- Australia 1.677,2 2.037,1 2.565,6 2.442,1 632,7

- OCeania lainnya 176,4 204,1 261,8 221,7 71,7

V. EROPA 7.807,1 13,0 9.161,3 n,z 10.724,7 24,4 8.554,9 11,4 1.544,8 23,7

ME 6.174,7 7.110,5 8.193,3 6.688,6 1.145,4

- Inggris 692,8 978,1 1.149,4 1.011,7 346,3

- Belanda . 721,7 673,7 492,2 540,4 145,2

- Jennan 2.512,2 2.889,6 3.028,9 2.613,3 997,6

- Belgia & Luxemburg 316.0 392,2 401,4 320,7 146,9

- Perancis 852,1 994,0 1.131,5 885,1 213,1

- Denmark 100,5 126,7 195,2 128,4 19,5.

- lrlandia 27,0 39,9 40,2 32,5 10,1

- ltalia 725,5 824,9 1.235,3 820,2 200,9

- Y unani 43,6 54,8 91,1 25,6 8,1

- Ponugal 3,9 8,6 4,4 22,5 0,4

- Spanyol 179,4 228,0 423,7 288,2 57,3

Rusia 309,0 337,9 418,6 237,6 28.9

Eropa lainnya 1.323,5 1.612,9 2.112,8 1.628,7 370,5

Jumlah 33.966,9 100,0 41.303,5 100,0 43;971;1 100,0 38.124,4 100,0 10.724,1 100,0

*) Angka sementara

Page 331: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 331

Dalam periode yang sama, defisit neracajasa-jasa migas menurun sebesar 39.4 persen

dari US$ 4.635 juta menjadi US$ 2.807 juta sebagai akibat dari menurunnya impor migas dalam

tatun 1998/1999. Penurunan impor migas menyebabkan berkurangnya pengunaan jasa

pengangkutan (freight) maupun jasa nonfreight di sektor migas, masing-masing dari US$ 409

juta dan US$ 4.226 juta dalam tahun 1997/1998 menjadi US$ 280 juta dan US$ 2.527 juta

dalam tahun 1998/1999.

4.4.4 Lalu Lintas Modal dan Transfer

Krisis yang melanda perekonomian Indonesia sejak bulan luli 1997 berdampak negatif

terhadap lalu lintas modal di Indonesia, khususnya aliran modal swasta. Sebelum terjadinya

krisis, arus masuk modal (capital inflows) ke Indonesia baik melalui penanaman modal asing

langsung (PMA) maupun utang luar negeri khususnya oleh sektor swasta, senantiasa mengalami

peningkatan. Namun setelah krisis ekonomi menerpa Indonesia, terjadi kecenderungan

mengecilnya aliran pemasukan modal tersebut, yang an tara lain disebabkan oleh menurunnya

aliran modal dalam rangka investasi asing dan merosotnya aliran masuk utang kepada sektor

swasta. Kesemuanya itu berkaitan erat dengan krisis ekonomi dan ketidakstabilan politik,

sehingga menyebabkan fisiko berinvestasi di Indonesia (country risk) menjadi tinggi. Bila dalam

tahun 1997/1998 arus masuk modal asing, baik dalam rangka PMA maupun utang luar negeri

sektor swasta tercatat masingmasing sebesar US$ 9.323 juta dan. US$ 5.035 juta, dalam tahun

1998/1999 jumlahnya telah mengalarni penurunan yang signifikan, yaitu masing-masing

menjadi US$ 5.966 juta dan US$ 1.897 juta.

Modal asing telah memberikan peranan yang amat besar dalam menunjang keberhasilan

pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak dimulainya pembangunan nasional. Namun penggunaan

modal asing tersebut juga telah memberikan andil yang besar, khususnya modal-modal swasta

komersial dan berjangka pendek terhadap krisis finansial yang kemudian berkembang menjadi

krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat ini. Keberhasilan sektor swasta sebagai lokomotif

pertumbuhan ekonorni dalam beberapa tahun terakhir merupakan suatu kenyataan yang tak

dapat disangkal. Keberhasilan tersebut ternyata mengandung benih-benih pernicu krisis

ekonomi, di mana dalam tahun-tahun terakhir kegiatan investasi sektor swasta ditunjang oleh

pinjaman luar negeri dalam jumlah yang sangat besar. Utang luar negeri sektor swasta tersebut

bersifat komersial yakni jangka waktu pengembaliannya pendek dan berbunga tinggi. Struktur

utang sektor swasta yang sebagian besar berjangka pendek dan dalam jumlah yang sangat besar

Page 332: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 332

serta adanya kecenderungan terjadinya mismatch dalam penggunaannya telah menimbulkan

kerawanan bagi cadangan devisa disaat utang-utang tersebut jatuh tempo.

Sementara itu peranan Pemerintah untuk mengatasi kekurangan dana dalam Negeri

dengan menghimpun dana melalui pinjaman luar negeri diperkirakan masih tetap besar,

mengingat potensi sumber daya modal dari dalam negeri semakin terbatas akibat krisis ekonomi

yang berdampak pada penurunan secara drastis pada tingkat pendapatan dan tabungan

masyarakat. Sektor swasta domestik pun, dalam waktu dekat belum dapat diharapkan

kebangkitannya untuk kembali menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi seperti sebelum krisis

ekonomi. Walaupun beberapa negara lembaga keuangan internasional telah menyatakan

komitmennya untuk membantu krisis keuangan di Indonesia, namun upaya Pemerintah untuk

memperoleh injeksi dana dari luar tampaknya tidak senantiasa berjalan dengan mulus. Hal

tersebut disebabkan kendala dari dalam negeri berupa situasi politik dalam negeri yang belum

terkendali tentunya akan menjadi pertimbangan bagi kreditor dalam memberikan pinjaman.

Sedangkan kendala dari luar negeri berupa persaingan yang semakin ketat dalam

memperebutkan modal asing yang terbatas, karena selain Indonesia banyak pula negara lain

yang terkena imbas krisis ekonomi yang juga membutuhkan bantuan keuangan, disamping

adanya negara-negara donor yang juga mengalami krisis ekonomi dalam negerinya seperti

Jepang yang merupakan donatur terbesar bagi Indonesia selama ini.

Sebagai salah satu langkah kebijaksanaan dari Pemerintah di dalam menangani masalah

utang perusahaan-perusahaan swasta Indonesia, ialah dikeluarkannya Keputusan Presiden No.

56 tahun 1998 tentang kewajiban melaporkan utang luar negeri swasta. Dalam keputusan ini

antara lain memuat peraturan bahwa perusahaan swasta yang mempunyai utang luar negeri

wajib melaporkan posisi utangnya secara berkala kepada Bank Indonesia. Selanjutnya, langkah-

langkah lain imtuk mengantisipasi permasalahan yang dihadapi perekonomian Indonesia saat

ini, Pemerintah telah mengambil beberapa kebijaksanaan yang berhubungan dengan laIu lintas

modal, di antaranya: (i) melalui pertemuan Consultative Group' on Indonesia dimana telah

berhasil diupayakan memperoleh tambahan bantuan luar negeri yang segera dapat dicairkan

(Fast Disbursing Assistance); (ii) mengupayakan penerimaan bantuan IMF dalam rangka

reformasi ekonomi guna memulihkan dan menyehatkan perekonomian Indonesia; (iii) melalui

pertemuan Paris (paris Club) telah diupayakan penangguhan sebagian pembayaran kewajiban

cicilan pokok pinjaman luar negeri, terutama pinjaman bilateral dan fasilitas kredit ekspor; (iv)

Page 333: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 333

membantu penyelesaian utang luar,negeri sektor swasta melalui program INORA (Indonesian

Debt Restructuring Agency) dan Prakarsa Jakarta (Jakarta Initiative); (v) program privatisasi

BUMN yang kepemilikan sahamnya juga terbuka bagi investor asing; (vi) tetap

mempertahankan sistem devisa bebas dengan kemungkinan mengkaji beberapa penyesuaian

untuk mendorong masuknya kembali modal asing; (vii) melanjutkan kebijaksanaan deregulasi

dan debirokratisasi guna menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan investasi baik investasi

domestik (PMON) maupun investasi asing (PMA).

Pinjaman luar negeri pemerintah dalam tahun 1998/1999 diperkirakan akan meningkat

pesat, namun demikian pada tahun-tahun yang akan datang, pinjaman ini harus dapat dikurangi

agar pendanaan pembangunan tidak terus menerus bertumpu pada pinjaman luar negeri.

Pemanfaatan pinjaman luar negeri oleh pemerintah tetap berpegang pada beberapa pedoman

antara lain babwa pinjaman luar negeri tersebut hrus tanpa adanya ikatan politik, memiliki

persyaratan lunak yakni tingkat bunga yang rendah dan jangka waktu pengembalian dan

tenggang waktunya relatif panjang. Dalam hal ini yang perlu diupayakan adalah mengurangi

tingkat ketergantungan beserta beban-beban yang ditimbulkannya dan menjaga agar utang

tersebut tidak melampaui kemampuan negara untuk mengembalikannya.

Dalam tahun 1998/1999 tercatat peningkatan lalu lintas modal neto, dari defisit US$

7.629 juta pada tahun 1997/1998 menjadi surplus US$ 4.437 juta. Jumlah tersebut merupakan

hasil dari pemasukan modal pemerintah sebesar US$ 18.273 juta, dikurangi dengan lalu lintas

modal swasta bersih sebesar US$ 10.769 juta, dan dikurangi dengan pembayaran utang pokok

pemerintah sebesar US$ 3.067 juta. Kenaikan lalu lintas modal neto tersebut disebabkan oleh

kenaikan komponen pemasukan modal pemerintah yaitu dari US$ 8.293 juta dalam tahun

1997/1998 menjadi US$ 18.273 juta dalam tahun 1998/1999 atau naik sebesar 120,3 persen.

Kenaikan pemasukan modal pemerintah tersebut disebabkan adanya peningkatan dalam

komponen bantuan program dan lainnya dari US$ 3.036 juta dalam tahun 1997/1998 menjadi

US$ 12.186 juta dalam tahun 1998/1999 atau naik sebesar 301,4 persen. Demikian pula

komponen bantuan proyek dan lainnya yang mengalami kenaikan Dari US$ 5.257 juta dalam

tahun 1997/1998 menjadi US$ 6.087 juta dalam tahun 1998/1999 atau naik sekitar 15,8 persen.

Pembayaran utang pokok pemerintah diperkirakan mengalami penurunan dari US$ 4.095 juta

dalam tahun 1997/1998 menjadi US$ 3.067 juta dalam tahun 1998/1999 atau turun sekitar 25,1

persen. Sementara itu, defisit lalu lintas modal swasta bersih diperkirakan mengalami

Page 334: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 334

penurunan, yaitu dari US$ 11.827 juta dalam tahun 1997/1998 menjadi defisit US$ 10.769

juta dalam tahun 1998/1999.

4.5 Perkiraan Neraca Pembayaran dalam Tahun Anggaran 1999/2000

Kinerja neraca pembayaran dalam tahun anggaran 1999/2000 diperkirakan akan berbeda

dari kinerja dalam tahun anggaran sebelumnya. Pertumbuhan nilai ekspor nonmigas dan impor

nonmigas dalam tahun anggaran 1999/2000 diperkirakan akan lebih tilggi dibandingkan dalam

tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor migas diperkirakan mengalami penurunan sehubungan

dengan turunnya harga minyak mentah. Dalam pada itu, defisit nernea jasa-jasa diperkirakan

akan meningkat sehubungan dengan meningkatnya impor, sehingga surplus transaksi berjalan

diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada sisi neraca modal, pemasukan modal pemerintah diperkirakan tetap mengalami

surplus. Sementara itu, dalam periode yang sama defisit neraea modal swasta diperkirakan

mengalami penurunan berkaitan dengan upaya-upaya perbaikan iklim investasi di Indonesia.

SurpIus modal pemerintah diperkirakan Iebih besar dibandingkan defisit laIu lintas modal

swasla, sehingga neraca modal secara keseluruhan dalam tahun anggaran 1999/2000

diperkirakan mengalami surplus. Berdasarkan perkembangan transaksi berjalan dan neraca

modal tersebut, neraca pembayaran secara keseluruhan diperkirakan mengalami surplus, yang

berarti memberi pengaruh menambah pada cadangan devisa.

4.5.1 Perkiraan Nilai Ekspor Minyak Bumi dan Gas Alam (neto)

Dalam tahun 1999/2000, harga rata-rata minyak mentah dunia diperkirakan lebih

rendah dibandingkan harga dalam tahun sebelumnya. Penurunan harga minyak mentah tersebut

akan diikuti pula oleh penurunan harga gas alam. Sebagai akibatnya, nilai ekspor migas

diperkirakan mengalami penurunan sebesar 7,0 persen menjadi US$ 6,6 miliar. Dalam periode

yang sama, nilai impor migas diperkirakan tidak mengalami perubahan berarti dibandingkan

dengan impor dalam tahun sebelumnya, yaitu mencapai US$ 2,8 miliar. Dengan demikian,

ekspor migas neto dalam tahun 1999/2000 diperkirakan akan mencapai US$ 3,8 miliar.

4.5.2 Perkiraan Nilai Ekspor Bukan Minyak Bumi dan Gas Alam

Page 335: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 335

Nilai ekspor nonmigas dalam tahun 1999/2000 diperkirakan mengalami peningkatan

4,8 persen menjadi US$ 45,7 miliar. Hal itu sejalan dengan perkembangan perekonomian

nasional maupun perekonomian negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia yang belum

sepenuhnya mengalami pemulihan. Perkiraan tersebut danasarkan pada asumsi-asumsi :

(1) Kondisi sosial-politik dalam tahun 1999/2000 secara bertahap semakin dapat dipulihkan,

sehingga berdampak positif terhadap kesempatan usaha di sektor riil;

(2) Kapasitas produksi dan distribusi belum mengalami perubahan berarti;

(3) Nilai tukar rupiah terhadap US$ relatif stabil, tetapi secara riil masih memberikan

keunggulan komparatif bagi komoditi ekspor Indonesia dibandingkan komoditi ekspor dari

negara-negara Asia Tenggara lain (Thailand, Malaysia, Phillipina, dan Vietnam) yang juga

mengalami depresiasi, mengingat selama masa krisis, depresiasi rupiah lebih besar

dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara-negara tersebut.

(4) Suku bunga diperkirakan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

sehingga diharapkan akan dapat mendorong kegiatan investasi dan perdagangan;

(5) Pertumbuhan ekonomi dunia, terutama pertumbuhan di negara-negara tujuan utama ekspor

Indonesia diperkirakan belum mengalami perubahan berarti.

4.5.3 Perkiraan Nilai Impor Bukan Minyak Bumi dan Gas Alam

Nilai impor nonmigas dalam tahun 1999/2000 diperkirakan mencapai US$ 31,1 rniliar

atau mengalami peningkatan 10,7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkiraan

tersebut danasarkan pada asumsi-asumsi :

(1) Situasi sosial-politik dalam tahun 1999/2000 secara bertahap semakin dapat dipulihkan,

sehingga berdampak positif terhadap kesempatan usaha di sektor riil;

(2) Nilai tukar rupiah terhadap US$ relatif stabil, sehingga diperkirakan tidak akan menghambat

Impor;

(3) Suku bunga relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga

diharapkan dapat memberikan peluang yang baik bagi kegiatan investasi, produksi, dan

perdagangan, termasuk kegiatan yang memerlukan produk impor;

(4) Pendapatan masyarakat belum banyak berubah dibandingkan pendapatan dalam tahun

sebelumnya, sehingga permintaan terhadap produk impor atau produk yang mengandung

muatan impor belum banyak mengalami perubahan;

Page 336: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 336

(5) Kepercayaan mitra dagang luar Negeri terhadap L/C dari importir Indonesia berangsur

meningkat.

4.5.4 Perkiraan Pos Lainnya

Neraca jasa-jasa dalam tahun 1999/2000 diperkirakan mengalami defisit US$17,1

miliar. Dengan demikian, transaksi berjalan diperkirakan mengalami surplus US$ 1,3 miliar atau

setara dengan 0,9 persen dari produk produk domestik bruto (PDB).

Pemasukan modal pemerintah diperkirakan mencapai US$ 11,2 millar, yang terdiri dari

bantuan program dan lainnya US$ 7,2 miliar serta bantuan proyek dan lainnya US$ 4,0 miliar.

Sementara itu, pembayaran pokok pinjaman pemerintah diperkirakan mencapai US$ 4,3 miliar,

sehingga pemasukan modal pemerintah (bersih) mencapai US$ 6,9 millar.

Dalam pada itu, lalu lintas modal lainnya (bersih) diperkirakan masih mengalami defisit

US$ 4,9 miliar, atau 54,6 persen lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan

surplus lalu lintas modal pemerintah (bersih) yang masih lebih besar dibandingkan dengan

defisit lalu lintas modal lainnya, maka neraca modal secara keseluruhan diperkirakan mengalami

surplus US$ 2,0 miliar. Berdasarkan perkembangan transaksi berjalan dan neraca modal

tersebut, neraca pembayaran secara keseluruhan diperkirakan mengaIami surplus US$ 3,3

miliar. Perkiraan neraca pembayaran secara keseluruhan dalam tahun anggaran 1999/2000

disajikan dalamTabel IV.10.

Page 337: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 337

Tab e I IV. 10

PERKIRAAN NERACA PEMBA Y ARAN, 1999/2000

(dalam Millar US $)

(1) (2)

I. Barang-barang dan jasa-jasa

1.Ekspor, fob + 52,3

minyak bumi dan gas alam + 6,6

bukan minyak bumi dan gas alam + 45,7

2.Impor, fob - 33,9

minyak bumi dan gas alam - 2,8

bukan minyak bumi dan gas alam .- 31,1

3.Jasa-jasa - 17,1

minyak bumi dan gas alam - 2,9

bukan minyak bumi dan gas alam - 14,2

4.Transaksi

berjalan + 1,3

minyak bumi dan gas alam + 0,9

bukan minyak bumi dan gas alam + 0,4

II. S D Rs -

m. Pemasukan modal pemerintah + 11,2

1.Bantuan program dan lainnya + 7,2

2.Bantuan proyek dan lainya + 4,0

IV. Lalu lintas modallainnya - 4,9

V. Pembayaran hutang pokok - 4,3

VI. Jumlah (I s.d. V) + 3,3

vll. Selisih yang belum dapat diperhitungkan 0

vm. LaIu lintas moneter - 3,3

Page 338: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 338

BAB V

KEUANGAN DAERAH

5.1 Pendahuluan

Pemerintah menyadari bahwa pembangunan daerah merupakan salah satu upaya untuk

mencapai tujuan masyarakat adil dan makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai

kegiatan pembangunan telah diarahkan pada pembangunan daerah khususnya daerah-daerah

yang relatif tertinggal. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan

sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah sejalan dengan arah dan sasaran

pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui program-program pembangunan jangka

pendek dan jangka panjang.

Untuk meningkatkan kemampuan daerah di bidang keuangan, berbagai kebijaksanaan

dan program pengembangan keuangan daerah telah dilaksanakan, baik oleh masing-masing

daerah maupun melalui kerjasama dengan pemerintah pusat atau swasta. Hasil nyata dari

program-program tersebut menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, baik daerah tingkat I

maupun daerah tingkat II. Penerimaan daerah tingkat I seluruh Indonesia yang dalam tahun

anggaran 1993/1994 masih berjumlah Rp 8.382,3 miliar meningkat menjadi Rp 12.876,1 miliar

dalam tahun anggaran 1997/1998, atau mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 11,3 persen.

Sementara itu, penerimaan daerah tingkat II meningkat dari Rp 8.404,0 miliar dalam tahun

anggaran 1993/1994 menjadi Rp 13.050.0 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997, yang berarti

mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 15,8 persen.

Salah satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan

ekonomi suatu daerah adalah produk domestik regional bruto (PDRB), yang merupakan

keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi di suatu

daerah dalam periode tertentu. Proporsi penerimaan maupun pengeluaran daerah tingkat I di

seluruh Indonesia terhadap PDRB tanpa migas menunjukkan kecenderungan menurun dari

tahun ke tahun. Dalam tahun anggaran 1993/1994 proporsi penerimaan dan pengeluaran daerah

tingkat I terhadap PDRB tanpa migas masing-masing adalah 2,9 persen dan 2,7 persen menurun

menjadi 2,4 persen dan 2,3 persen dalam tahun anggaran 1997/1998. Demikian pula dengan

proporsi penerimaan dan pengeluaran daerah tingkat II seluruh Indonesia terhadap PDRB tanpa

migas menurun dari 3,5 persen dan 3.3 persen dalam tahun anggaran 1993/1994 menjadi 3,4

Page 339: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 339

persen dan 3,2 persen pada tahun anggaran 1996/1997. Menurunnya proporsi penerimaan dan

pengeluaran pemerintah daerah terhadap PDRB tanpa migas menunjukkan semakin

meningkatnya peranan sektor-sektor ekonomi di luar sektor pemerintah daerah dalam

menunjang pembangunan ekonomi di daerah. Hal ini sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah

pusat ataupun pemerintah daerah untuk selalu meningkatkan peranan sektor swasta dalam

pembangunan ekonomi.

Anggaran pendapatan daerah tingkat I dan daerah tingkat II terdiri atas pendapatan asli

daerah (PAD), bagi hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan dari pemerintah

pusat, dan pinjaman daerah. Penerimaan daerah tingkat I dan tingkat II dialokasikan untuk

pengeluaran rutin dan pembangunan. Perkembangan penerimaan dan pengeluaran daerah

tersebut dapat dilihat pada Tabel V.l sampai dengan Tabel V.8 dan Grafik V.l sampai dengan

Grafik V.4.

Proponsi terbesar dari keseluruhan penerimaan daerah baik daerah tingkat I maupun

daerab tingkat II berasal dari sumbangan dan bantuan. Sumbangan dan bantuan pemerintah

pusat untuk daerah tingkat I dalam tahun anggaran 1997/1998 berjumlah Rp 6.279,0 miliar

yang berarti meningkat dari tahun anggaran 1993/1994 yang hanya Rp 5.096,7 miliar.

Meskipun propinsi sumbangan dan bantuan masih mendominasi sebagian besar penerimaan

daerah, namun persentasenya dari tahun ke tahun menurun terhadap keseluruhan penerimaan,

yaitu dari 60,8 persen dalam tahun anggaran 1993/1994 menjadi 48,8 persen dalam tahun

anggaran 1997/1998. Demikian pula daerah tingkat II, meskipun penerimaan daerah dari

sumbangan dan bantuan secara absolut mengalami peningkatan dari Rp5.956, 1 miliar dalam

tahun anggaran 1993/1994 menjadi Rp8.528,5 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997, Namun

dilihat dari proporsinya terhadap keseluruhan penerimaan daerah mengalami penurunan, yaitu

70,9 persen dalam tahun anggaran 1993/1994 menjadi 65,4 persen dalam tahun anggaran

1996/1997. Sumbangan dan bantuan dari Pusat tersebut mempunyai tujuan untuk membiayai

berbagai kegiatan pembangunan daerah terutama untuk pemerataan, penyebarluasan dan

penyelarasan pembangunan antardaerah.

Seiring dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri

maupun oleh pemerintah pusat dalam peningkatan kemampuan keuangan daerah, PAD

mengalami peningkatan yang cukup berarti dari tahun ke tahun, baik untuk daerah tingkat I

maupun daerah tingkat II. Dalam tahun anggaran 1993/1994 PAD daerah tingkat I seluruh

Page 340: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 340

Indonesia berjumlah Rp2.199,8 miliar meningkat menjadi Rp4.657,0 miliar dalam tahun

anggaran 1997/1998. PAD daerah tingkat II secara keseluruhan juga mengalami peningkatan

yaitu dari Rp 944,6 miliar dalam tahun anggaran 1993/1994 menjadi Rp1.827,4 miliar dalam

tahun anggaran 1996/1997. Proporsi PAD terhadap keseluruhan sumber penerimaan daerah di

daerah tingkat I mengalami peningkatan dari 26,2 persen dalam tahun anggaran 1993/1994

menjadi 36,2 persen dalam tahun anggaran 1997/1998, dan di daerah tingkat II mengalami

peningkatan dari 11,2 persen dalam tahun anggaran 1993/1994 menjadi 14,0 persen dalam tahun

anggaran 1996/1997. Di samping itu bagi hasil pajak bumi dan bangunan (PBB) baik di daerah

tingkat I maupun di daerah tingkat II juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bagi

hasil PBB di daerah tingkat I seluruh Indonesia meningkat dan Rp 412,3 miliar dalam tahun

anggaran 1993/1994 menjadi Rp773,3 miliar dalam tahun anggaran 1997/1998, sedangkan di

daerah tingkat II meningkat dari Rp 874,6 miliar dalam tahun anggaran 1993/1994 menjadi Rp

1.578,7 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997. Keberhasilan pemerintah daerah dalam

memobilisasi penerimaan daerah sendiri menunjukkan peningkatan kemandirian pemerintah

daerah dalam penggunaan dana-dana, karena dana yang berasal dari PAD dan bagi hasil PBB

sepenuhnya dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah, baik untuk

penyelenggaraan pemerintahan maupun untuk pembangunan.

Page 341: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 341

Tabel V. 1

PENERIMAAN DAERAH TINGKAT I SELURUH INDONESIA DIBANDINGKAN DENGAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1997/1998

Repelita V Repelita VI

No. Uraian 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

l. Penerimaan daerah sendiri (PDS) : "1..211,01 27,84 2.612,11 31,16 3.480,39 35,85 5.430.29 42,17

a< Pendapatan ash daerah (PAD) 1.041,40 23,94 2.199,79 26,24 3<010,32 31,01 4<657,02 36,17

b< Bagi hasil pajak (PBB) 169,61 3,90 412.32 4.92 470,07 4,84 773,27 6,00

2.Bagi hasil pajak dan bukan pajak

diluar PBB133,63 3,07 232,11 2,77 283,27 2,92 504,20 3,92

3.Sumbangan dan bantuan pemerintah

pusat2.720,55 62,54 5.096,65 60,80 5.310,26 54,69 6.278,97 48,77

4. Pinjaman daerah 15,08 0,35 38,44 0,46 51,86 0,53 53,14 0,41

5, Slsa lebih tahun sebelumnya 269,85 6,20 403,02 4,81 583,21 6,01 609,52 4,73

6. Jumlah penerimaan APBD Tk.1 4.350,12 100,00 8.382,33 100,00 9.708,99 100,00 12.876,12 100,00

7. PDRB '. 137.970,59 291.541,54 ..) 343,063,98 "1 536.447,11 "')

8. Persentase penerimaan APBD Tk.1

terhadap PDRB (6 : 7) 3,15 2,88 2,83 2,40

Keterangan

.. Dalam tahun takwim, dan alas dasar harga yang bcrlaku

... Angka diperbaiki

... ..Angka sangat sementara

Page 342: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 342

Tabel V. 2

PENERIMAAN DAERAH TINGKA l' I PER KAPIl' A DAN PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO l'ANPA MIGAS PER KAPIl' A SELURUH INDONESIA

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995,

DAN 1997/1998

(dalam rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. Uraian

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Penerimaan daerah sendiri (PDS): 6.760 13.811 18.107 26.422

a. Pendapatan asli daerah

(PAD) . 5.813 11.631 15.661 22.660

b. Bagi hasil pajak (PBB) 947 2.180 2.446 3.762

2.Bagi hasil pajak dan bukan pajak diluar

PBB 747 1.227 1.474 2.453

3.Sumbangan dan bantuan pemerintah

pusat 15.187 26.947 27.626 30.551

4. Pinjaman daerab 84 203 270 259

5. Sisa lebib tahun sebelumnya 1.507 2.131 3.034 2.966

6. Jumlah penerimaan APBD l'k.I 24.285 44.319 50.511 62.651

7. PDRB ') 789.963 1.587.604 **) 1.799.199**) 2.684.429 ***)

Keterangan, *) Dalam tahun lakwim. dan alas dasar harga yang berlaku.

**) Angka diperbaiki

***) Angka sangat sementara

Page 343: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 343

Page 344: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 344

Tabel V. 3

PENERIMAAN DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA DIBANDINGKAN DENGAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS

1989/1990,1993/1994,1994/1995, DAN 1996/1997

No Repelita V Repelita VI

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997

Uraian Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

I. Penerimaan daerah sendiri (PDS) 839,6827,86 1.819,1821,65 2.362,9124,55 3.406,0226,10

a. Pendapatan ash daerah (PAD) 477.9215,86 944.5511,24 1237,6912.86 1.827,3514,00

b. Bagi hasil pajak (PBB) 361,7612,00 874,6310,41 1125,2211,69 1578,6712,10

2.Bagi hasil pajak dan bukan pajak

diluar PBB64,982,16 240,48 2,86 327,26 3,40 583,76 4,47

3. Sumbangan dan bantuan pemerintah

pusat dan daerah tingkat I 2.011,57 66,74 5.956,08 70,87 6.570,23 68,28 8.528,47 65,35

4. Pinjaman daerah 26,51 0,88 52,03 0,62 85,78 0,89 149,50 1,15

5. Sisa lebih tahun sebelumnya 71,18 2,36 336,21 4,00 277,02 2,88 382,28 2,93

6. Jumlah penerimaan APBD Tk.1I 3.013,92 100,00 8.403,98 100,00 9.623,20 100,00 13.050,03 100,00

7. PDRB 0, 118.186,65 240.435,08 ") 284.278,65 ") 387.093,82 "O)

8. Persentase penerimaan APBD Tk. II

terhadap PDRB (6 : 7) - 2,55 3,50 3,39 3,37

Keterangan

., Oalam tahun takwim, dan atas dasar harga yang berlaku, tidak tcrmasuk DKI Jakarta

.., Angka diperbaiki.

..., Angka sementara.

Page 345: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 345

Tabel V. 4

PENERIMAAN DAERAH TINGKAT II PER KAPITA DAN PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS PER KAPITA. SELURUH INDONESIA

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995,

DAN 1996/1997

(dalam rupiah)

Repelita V Repelita VI

No, Uraian

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Penerimaan daerah sendiri (PDS): 4.938 10.088 12.896 17.394

a. Pendapatan asli daerah (PAD) 2.811 5.238 6.755 9.332

.

b. Bagi hasil pajak (PBB) 2.127 4.850 6.141 8.062

2. Bagi hasil pajak dan bukan pajak. diluar

PBB 382 1.333 1.786 2.981

3. Sumbangan dan bantuan pemerintah pusat

dan pemerintah daerah

tingkat I 11.831 33.027 35.856 43.553

4. Pinjaman daerah 156 289 468 763

5. Sisa lebih tahun sebelumnya 419 1.864 1.512 1.952

6. Jumlah penerimaan APBD Tk.II 17.726 46.601 52.518 66.643

7. PDRB OJ 695.085 1.374.491 ") 1.564.808 ") 2.063.334 "')

Keterangan:

*') Dalam tahun takwim, dan alas dasar harga yang berlaku, tidak term as uk DKI Jakarta.

**) Angka diperbaiki.

***) Angka sementara.

Page 346: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 346

Page 347: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 347

I Tabel V. 5

PENGELUARAN DAERAH TINGKAT I SELURUH INDONESIA DIBANDINGKAN DENGAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN

1997/1998

Repelita V Repelita VI

1997/1998

No. Uraian 1989/1990 1993/1994 1994/1995

Jumlah Propors

iJumlah

Propors

iJumlah

Propor

si Jumlah

Propor

si

(Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

I.Pengeluaran

rutin 2.936,9174,06 5.400,97 69,12 5.988,98 67,77 8.131,8465,00

2.Pengeluaran pembangunan 1.028,5725,94 2.413,01 30,88 2.848,40 32,23 4.379,4235,00

3.Jumlah pengeluaran AP}!D Tk.

I3.965,48 100,00 7.813,98 100,00 8.837,38 100,00 12,511,26100,00

4.PDRB 'J 137.970,59 ..291.541,54

00) -

343.063,98

00) -

536.447,11

"')

5.Persentase pengeluaran APBD

Tk.I

terhadap PDRB (3 : 4) .. 2,87 - 2,68 .. 2,58 - 2,33

Kelcrangan:

') Dalam lahun lakwim. don atas dasar harga yang berlaku

") Angka diperbaiki.

"') Angka sangat sementara.

Page 348: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 348

Tabel V. 6

PENGELUARAN DAERAH TINGKA T I PER KAPIT A SELURUH INDONESIA

1989/1990,1993/1994,1994/1995, DAN 1997/1998

(dalam rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. Uraian

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

.

1. Pengeluaran rutin 16.395 28.556 31.157 39.567

2. Pengeluaran pembangunan 5.742 12.758 14.819 21.309

3. J umlah pengeluaran APBD

Tk.I 22.137 41.314 45.976 60.876

Page 349: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 349

Page 350: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 350

Tabel V. 7

PENG'ELUARAN DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA DIBANDINGKAN DENGAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO T ANP A MIGAS

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

Repelita V Repelita VI

No. Uraian 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997

JumlahPropor

siJumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. Pengeluaran rutin 1.690,58 58,47 3.923,35 49,40 4.662,95 51,28 6.845,37 53,78

2. Pengeluaran pembangunan 1.200,60 41,53 4.018,67 50,60 4.429,38 48,72 5.694,25 46,22

3. Jumlah pengeluaran APBD Tk. II 2.891,18 100,00 7.942,02 100,00 9.092,33 100,00 12.539,62 100,00

4. PDRB ') 118.186,65 - 240.435,08 ") - 284.278,65") . 387.093,82 "')

5. Persentase pengeluaran APBD Tk. II

terhadap PDRB (3 : 4) 2,45 3,30 - 3,20 - 3,24

Keterangan

., Dalam tahun takwim, dan atas dasar harga yang herlaku, tidak termasuk DKI Jakarta.

.., Angka diperbaiki.

..., Angka sementara.

Page 351: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 351

Tabel V. 8

PENGELUARAN DAERAH TINGKA T II PER KAPIT A SELURUH INDONESIA

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995,

DAN 1996/1997

(dalam rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. Uraian

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

.

1. Pengeluaran rutin 9.943 21.756 25.448 34.958

2. Pengeluaran

pembangunan 7.061 22.284 24.173 29.079

3. Jumlah pengeluaran APBD

Tk." 17.004 44.040 49.621 64.037

Page 352: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 352

Page 353: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 353

Pengeluaran daerah tingkat I dan daerah tingkat II terdiri dan pengeluaran rutin dan

pengeluaran pembangunan. Seperti pada sisi penerimaan, sisi pengeluaran juga selalu

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam tahun anggaran 1993/1994 jumlah

pengeluaran daerah tingkat I berjumlah Rp 7.814,0 miliar meningkat menjadi Rp 12.511,3

miliar dalam tahun anggaran 1997/1998 yang berarti mengalami pertumbuhan rata-rata per

tahun 12,5 persen, seuangkan daerah tingkat II mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 15,8

persen, yaitu dari Rp7.942,0 miliar dalam tahun anggaran 1993/1994 menjadi Rp 12.539,6

miliar dalam tahun anggaran 1996/1997. Kebijaksanaan pada sisi pengeluaran ini diarahkan

untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan, mendorong pembangunan dan

meningkatkan perekonomian daerah.

Proporsi pengeluaran rutin daerah tingkat I secara nasional terhadap keseluruhan

pengeluaran daerah mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu 69,1 persen dalam tahun

anggaran 1993/1994 menjadi 65,0 persen dalam tahun anggaran 1997/1998. Sementara itu,

proporsi pengeluaran rutin terhadap keseluruhan pengeluaran daerab tingkat II mengalami

peningkatan dari 49,4 persen dalam tahun anggaran 1993/1994 menjadi 53,8 persen dalam tahun

anggaran 1996/1997. Pengeluaran rutin baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II meliputi

belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, angsuran

pinjaman dan bunga, belanja pensiun dan uang tunggu, ganjaran/subsidi/sumbangan kepada

daerah bawahan, serta belanja rutin lainnya.

Pengeluaran pembangunan di daerah tingkat I secara absolut maupun proporsinya

terhadap pengeluaran daerah selalu mengalami peningkatan. Dalam tahun anggaran 1993/1994

pengeluaran pembangunan daerah tingkat I seluruh Indonesia berjumlah Rp 2.413,0 miliar atau

30,9 persen dari keseluruhan pengeluaran daerah tingkat I meningkat menjadi Rp 4.379,4 miliar

atau 35,0 persen dari total pengeluaran daerah tingkat I. Sementara itu, proporsi pengeluaran

pembangunan daerah tingkat II mengalami penurunan meskipun secara absolut dari tahun ke

tahun selalu mengalami peningkatan. Dalam tahun anggaran 1993/1994 pengeluaran

pembangunan daerah tingkat II seluruh Indonesia berjumlah Rp4.018,7 miliar meningkat

menjadi Rp5.694,3 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997, sementara proporsinya terhadap

pengeluaran daerah tingkat II turun dari 50,6 persen menjadi 46,2 persen.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan untuk meningkatkan

kinerja kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, telah dibentuk

Page 354: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 354

beberapa daerah tingkat II baru. Bila dalam tahun anggaran 1989/1990 terdapat 290 daerah

tingkat II otonom, dalam tahun anggaran 1997/1998 meningkat menjadi 304 daerah tingkat II

otonom, yang berarti bertambah 14 daerah tingkat II otonom dalam kurun waktu delapan tahun.

Jumlah daerah tingkat II otonom dalam tahun anggaran 1997/1998 tersebut terdiri alas 245

kabupaten dan 59 kotamadya. Namun demikian belum semua daerah tingkat II tersebut

memiliki APBD, sebagaimana terlihat dalam Tabel V.9, dalam tahun anggaran 1996/1997

hanya terdapat 300 daerah tingkat II yang telah memiliki APBD. Daerah yang belum masuk ke

dalam label adalah Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang di Propinsi Nusa Tenggara Timur,

Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tanggamus di

Propinsi Lampung, termasuk Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan di Propinsi Kalimantan

Timur yang dibentuk dalam tahun anggaran 1997/1998. Selain daerah tingkat II otonom terdapat

pula beberapa wilayah administratif yang sampai dalam tahun anggaran 1997/1998 terdapat 4

kabupaten administratif, 6 kotamadya administratif dan 32 kota administratif.

5.2 Kebijaksanaan Keuangan Daerah

Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari pemerintah pusat sehingga dengan demikian pembangunan daerah diupayakan

sejalan dengan arah dan tujuan pembangunan nasional. Sistem pemerintahan di daerah

dilaksanakan berdasarkan asas desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan.

Untuk menjamin terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, pelayanan

kepada masyarakat yang lebih baik, mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat, menjamin

perkembangan dan pembangunan daerah, serta terwujudnya keserasian hubungan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maka otonomi daerah diberikan kepada daerah tingkat

II dengan prinsip nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab. Nyata, dalam arti bahwa

pemberian otonomi kepada daerah didasarkan pada faktor-faktor, perhitungan dan tindakan-

tindakan atau kebijaksanaan yang benar-benar dapat menjamin daerah yang bersangkutan secara

nyata mampu mengurus rumah tangga sendiri. Bertanggung jawab, dalam arti bahwa pemberian

otonomi benar-benar sejalari dengan tujuan untuk melancarkan pembangunan yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia dan serasi dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa.

Page 355: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 355

Tabel V. 9

JUMLAH DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990 DAN 1996/1997

Repelita V Repelita VI

No. Proplnsi

1989/1990 1996/1997

(1) (2) (3) (4)

1.DI Aceh 10 10

2.Sumatera Utara 17 17

3.Sumatera Barat 14 14

4.Ri au 6 6

5.Jambi 6 6

6.Sumatera Selatan 10 10

7.Bengkulu 4 4

8.Lampung 4 5

9.Jawa Barat 24 25

10.Jawa Tengah 35 35

11.DI Yogyakarta 5 5

12.Jawa Timur 37 37

13.Kalimantan Barat 7 7

14.Kalimantan Tengah 6 6

15.Kalimantan Selatan 10 10

16.Kalimantan Timur . 6 6

17.Sulawesi Utara 6 7

18.Sulawesi Tengah 4 5

19.Sulawesi Selatan 23 23

20.Sulawesi Tenggara 4 5

21.B a Ii 8 9

22.Nusa Tenggara Barat 6 7

23.Nusa Tenggara Timur 12 13'J

24.Maluku 4 5

25.Irian Jaya 9 10

26.Timor Timur 13 13

Jumlah. 290 300Keterangan :

Belum termasuk Kodya Kupang, karena belum memiliki APBD.

Page 356: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 356

Dengan bertambahnya kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah, anggaran

daerah yang dibutuhkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

juga semakin besar. Sehubungan dengan itu, pengelolaan keuangan daerah yang baik, transparan

dan bertanggung jawab sangat dibutuhkan dan diupayakan agar pengguna, dana dapat dilakukan

secara efektif dan efisien.

Dalam era globalisasi dunia dewasa ini bangsa Indonesia mendapat ujian yang sangat

berat. Krisis moneter dan ekonomi yang berkepanjimgan serta krisis kepercayaan yang terjadi

saat ini menunjukkan bahwa sumber daa manusia menjadi semakin penting peranannya. Hal-ha1

yang.mendasari pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pengelolaan

keuangan antara lain dipicu dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) N omor 45 Tahun

1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan Titik Berat pada Daerah Tingkat II.

Dengan adanya PP tersebut tugas daerah tingkat II menjadi semakin bertainbah sehingga perlu

upaya pingkatan wawasan dan kualitas pengelola keuangan di daerah tingkat II. Di samping itu,

semakin kompleksnya proses pelayanan kepada masyarakat menyebabkan pengelolaan

keuangan di tingkat pemerintah daerah memerlukan dukungan pengetabuan khusus untuk

berhubungan dengan sektor swasta, serta pengetahuan untuk menganalisa kaitan antara

kegiatari-kegiatan di tingkat daerah dan di tingkat pusat untuk mengantisipasi dampak

perubahan-perubahan yang terjadi di bidang fiskal dan moneter. Oleh karena itu, berbagai upaya

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terus dilakukan tidak hanya oleh pemerintah

daerah sendiri tetapi juga oleh pemerintah pusat.

Sejalan dengan kebutuhan aparat pemerintah daerah yang handal dan berkualitas, maka

pemerintah bekerja sama dengan beberapa universitas yakni, Universitas Indonesia, Universitas

Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Andalas menyelenggarakan kursus

keuangan daerah (KKD) bagi staf Pemda yang berpotensi, dan latihan keuangan daerah (LKD)

bagi pejabat pimpinan instansi-instansi pengelola keuangan daerah, yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kinerja aparat keuangan daerah.

Selanjutnya, untuk mengantisipasi perkembangan perkotaan yang sangat pesat dalam

dasawarsa ini, melalui Program Pelatihan Manajemen Perkotaan, pemerintah telah

menyelenggarakan pula berbagai pelatihan bagi para pejabat, pimpinan dan aparat teknis daerah.

Pelatihan tersebut meliputi manajemen perkotaan, manajemen keuangan perkotaan, manajemen

kualitas lingkungan perkotaan, perencanaan dan pemrograman investasi prasarana dan sarana

Page 357: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 357

perkotaan serta penataan ruang dan manajemen lahan perkotaan, dengan maksud untuk

meningkatkan pengetahuan, keahlian serta keterampilan aparat khususnya para pengelola

perkotaan dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan perkotaan.

Di bidang perencanaan pembangunan, pemerintah telah pula menyelenggarakan

pelatihan teknik manajemen perencanaan pembangunan bekerjasama dengan beberapa

perguruan tinggi. Keseluruhan upaya pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas

aparat pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II guna mendukung kebijaksanaan

pemerintah dalam pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah.

Dalam upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi di daerah dan untuk memeratakan

pembangunan antardaerah, pemerintah mengalokasikan sejumlah dana berupa subsidi/bantuan,

dengan tujuan untuk mengurangi kesenjangan antardaerah. Pemberian bantuan pembangunan

(Inpres) secara bertahap diarahkan kepada bentuk bantuan umum (block grant) dengan

memberikan bantuan specific-block grant sehingga secara proposional bantuan khusus (specific

grant) akan semakin kecil. Bantuan specific-block grant adalah bantuan yang walaupun

sektornya telah ditetapkan, Namun penggunaan dana per mata anggaran bebas dilakukan oleh

pemerintah daerah seperti mekanisme block grant. .

Bantuan umum dapat digunakan sesuai dengan prioritas daerah dalam batas-batas

ketentuan pemerintah pusat. Subsidi/bantuan dari Pusat kepada daerah sampai tahun 1997/1998

adalah berupa Subsidi Daerah Otonom, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I (Inpres Dari I),

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dari II), Bantuan Pembangunan Sekolah

Dasar (Inpres SD), Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan (Inpres Sarkes), Bantuan

Pembangunan Desa (Inpres Desa), Inpres Desa Tertinggal (lDT), dan Program Makanan

Tambahan Anak Sekolah (Inpres PMT-AS). Selain dari PAD, Bagi Hasil Pajak dan Bukan

Pajak, serta subsidi/bantuan, pemerintah daerah juga dapat menggunakan sumber dana pinjaman

yang berasal dari dalam Negeri maupun luar negeri. Pinjaman dari luar negeri dilakukan melalui

Pusat kepada daerah (Subsidiary Loan AgreementlSLA), dan pinjaman dari dalam negeri dapat

berasal dari bank BUMN maupun bank swasta, serta dari Pusat. Pinjaman pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah adalah pinjaman dari rekening pembangunan daerah (RPD).

Untuk mendukung perkembangan dunia usaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah

perIn menciptakan iklim yang kondusif agar para investor tertarik untuk menanamkan modalnya

di daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, telah dilakukan rasionalisasi pungutan-pungutan

Page 358: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 358

daerah dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah yang mulai diberlakukan pada tanggal 23 Mei 1998. Undang-undang

tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah, PP Nomor 20 Tahun 1997

tentang Retribusi Daerah, PP Nomor 21 Tahun 1997 tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor (PBBKB), dan Keputusan Presiden Nomor 179 Tahun 1998 tentang pemberlakuan PP

Nomor 21 Tahun 1997 tentang PBBKB. Pembaharuan sistem perpajakan dan retribusi daerah

ini ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemungutan pajak dan retribusi

daerah. Penyederhanaan jenis pajak dan retribusi daerah tersebut diharapkan dapat mengurangi

atau menghilangkan berbagai pungutan yang dapat menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan

memperlemah daya saing. Kebijaksanaan ini dilakukan dalam rangka menghadapi era

perdagangan bebas yang menghendaki terciptanya iklim investasi yang sehat di daerah. Dengan

demikian, dampak positif yang diharapkan dari pembaharuan sistem perpajakan dan retribusi

daerah tersebut antara lain untuk meningkatkan penerimaan daerah dan mengurangi ekonomi

biaya tinggi, melalui perbaikan sistem administrasi perpajakan dan retribusi daerah yang

mengacu kepada ketentuan umum perpajakan nasional.

5.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat I

5.3.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat

penting bagi daerah karena pendapatan ini seluruhnya digali dan berasal dari daerah sendiri dan

oleh karena itu daerah mempunyai kewenangan penuh untuk memanfaatkan PAD ini sesuai

dengan kebutuhan dan prioritas daerah. Daerah yang berhasil meningkatkan PAD-nya secara

nyata, diartikan bahwa daerah tersebut telah dapat memanfaatkan semua potensi yang ada di

daerah secara optimal. Komponen PAD meliputi pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba

BUMD, penerimaan dinas-dinas, dan penerimaan lain-lain.

Penerimaan PAD tingkat I umumnya meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah PAD

tingkat I dalam tahun 1989/1990 adalah Rp 1.041,4 miliar, kemudian dalam tahun 1997/1998

meningkat menjadi Rp4.657,0 miliar atau selama periode 1989/1990 -- 1997/1998 mengalami

pertumbuhan rata-rata per tahun 20,6 persen. Dari semua propinsi di Indonesia, empat propinsi

di Jawa yaitu Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Jawa Barat, Propinsi Jawa Timur, dan Propinsi

Page 359: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 359

Jawa Tengah, dalam tahun anggaran 1997/1998 memiliki penerimaan PAD dengan jumlah

terbesar yaitu masing-masing Rp1.830,7 miliar, Rp592,6 miliar, Rp568,3 miliar dan Rp363,1

miliar. Proporsi penerimaan PAD Dari keempat propinsi tersebut terhadap penerimaan PAD

seluruh propinsi di Indonesia adalah 72,0 persen. Sementara propinsi di luar Jawa yang

memperoleh penerimaan PAD terbesar dalam tahun anggaran yang sama adalah Propinsi

Sumatera Utara, Propinsi Riau, Propinsi Bali, dan Propinsi Sulawesi Selatan masing-masing

Rp212,8 miliar, Rp129,9 miliar, Rp103,9 miliar, dan Rpl02,8 miliar. Secara rinci PAD tingkat I

per propinsi dapat dilihat pada Tabel V.I0.

Ditinjau menurut komposisi PAD, pajak merupakan sumber penerimaan PAD tingkat I

terbesar yang dalam tahun anggaran 1997/1998 berjumlah Rp3.723,3 miliar atau 80,0 persen

dari penerimaan PAD tingkat I seluruh Indonesia. Sebaliknya penerimaan dari dinas-dinas

dalam tahun anggaran yang sama merupakan sumber penerimaan terendah, yaitu Rp42,4 miliar

atau 0,9 persen dari penerimaan PAD tingkat I seluruh Indonesia sebagaimana terlihat pada

Tabel V.11

5.3.1.1 Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan salah satu komponen pendapatan asli daerah yang sangat

penting bagi terselenggaranya pelayanan publik dan pembangunan di daerah. Pajak daerah

selama ini dipungut berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Drt. Tahun 1957 tentang Peraturan

Umum Pajak Daerah. Undang-undang ini memberi kewenangan yang luas kepada daerah untuk

melakukan pungutan pajak sehingga berdarnpak antara lain dengan munculnya banyak jenis

pajak yang tidak efisien karena biaya pemungutannya lebih tinggi daripada hasilnya, bersifat

tumpang tindih dengan pajak pusat, menghambat efisiensi alokasi somber ekonomi, tidak

bersifat sebagai pajak melainkan sebagai retribusi, serta kurang mendukung iklim investasi yang

sehat di daerah. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

daerah lahir sebagai pengganti undang-undang yang lama yang dianggap sudah tidak sesuai lagi

dengan kondisi saat ini. Undang-undang baru tersebut hanya menentukan tiga jenis pajak daerah

tingkat I; yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-

KB), dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB) karena ketiga jenis pajak tersebut

dianggap mempunyai potensi penerimaan paling tinggi. Pelaksanaan Undang-undang ini

diharapkan dapat meningkatkan PAD tingkat I dari sektor pajak.

Page 360: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 360

Tabel V. 10

PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1997/1998

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. Propinsi Pertumbuhan

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Rata-rata (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.DI Aceh 12,33 27,11 32,64 44,73 17,5

2.Sumatera Utara 57,78 84,77 124,14 212,84 17,7

3.Sumatera Barat 14,21 29,24 44,93 64,32 20,8

4.Riau 14,36 55,38 75,97 129,86 31,7

5.Jambi 6,78 13,77 21,28 34,13 22,4

6.Sumatera Selatan 21,30 38,51 54,44 90,82 19,9

7.Bengkulu 4,22 7,25 10,95 18,70 20,5

8.Latnpung 17,49 24,08 36,30 60,54 16,8

9.OK! Jakarta 429,66 993,66 1.316,88 1.830,74 19,9

10.Jawa Barut 104,94 240,88 349,52 592,62 24,2

11.Jawa Tengah 78,93 148,35 211,58 363,05 21,0

12.DI Yogyakarta 12,90 27,99 39,08 60,12 21,2

13.Jawa Timor 133,86 235,38 339,83 568,30 19,8

14.Kalimantan Barat 8,63 17,59 25,66 39,66 21,0

15.Kalimantan Tengah 2,39 8,00 11,27 19,43 29,9

16.Kalimantan Selatan 9,33 21,81 28,75 56,99 25,4

17.Kalimantan Timor 16,66 54,50 59,21 83,18 22,3

18.Sulawesi Utara 11,29 21,18 19,72 28,38 12,2

19.Sulawesi Tengah 4,40 10,84 13,35 22,50 22,6

20.Sulawesi Selatan 23,09 41,56 59,39 102,80 20,5

21.Sulawesi Tenggara 2,77 7,38 9,19 13,62 22,0

22.B al I 27,50 41,62 63,08 103,93 18,1

23.Nasa Tcnggara Barut 5,71 10,80 14,95 30,27 23,2

24.Nasa Tenggara Timor 8,03 14,83 17,52 29,05 17,4

25.MaIuku 7,31 8,44 11,32 16,56 10,8

26.Irian Jaya 4,15 10,36 13,77 31,15 28,7

27.Timor Timor 1,38 4,51 5,60 8,73 25,9

Jumlah 1.041,40 2.199,79 3.010,32 4.657,02 20,6

Page 361: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 361

Pada tahun anggaran 1989/1990 penerimaan pajak daerah tingkat I seluruh Indonesia

adalah Rp814,0 miliar dan meningkat menjadi Rp3.723,3 miliar dalam tahun 1997/1998.

Dengan demikian selama periode 1989/1990 -- 1997/1998 penerimaan pajak daerah tingkat I

meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun 20,9 persen. Dalarn tahun anggaran

1997/1998, Propinsi DKI Jakarta merupakan Daerah Tingkat I penerima pajak daerah terbesar,

yaitu Rp 1.495,6 miliar atau 40,2 persen dari keseluruhan penerimaan pajak daerah tingkat I,

kemudian diikuti Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Timur masing-masing Rp500,8 miliar

dan Rp486,3 miliar atau masing-masing mempunyai proporsi 13,5 persen dan 13,1 persen.

Sebaliknya Propinsi Timor Timur, Propinsi Sulawesi Tenggara dan Propinsi Maluku

memperoleh hasil penerimaan pajak dengan jumlah terendah masing- masing Rp5,0 miliar, Rp

7,1 miliar, dan Rp9, 1 miliar dalarn tahun anggaran yang sama. Perkembangan penerimaan

pajak untuk daerah tingkat I secara rinci dapat dilihat dalam Tabel V.12.

5.3.1.2 Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian

izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. Untuk itu retribusi perlu diklasifikasikan dengan kriteria

tertentu agar memudahkan penerapan prinsip dasar retribusi sehingga mencerminkan hubungan

yang jelas antara

Page 362: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 362

Tabel V. 11

KOMPOSISI PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I SELURUH INDONESIA

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1997/1998

Repelita V Repelita VI

No. Komponen PAD 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998

Jumlah Proporsi JumJah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp mUiar) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

.

1. Pajak 813,98 78,16 1.663,77 75,63 2.378,64 79,02 3.723,34 79,95

2. Retribusi 136,18 13,08 339,09 15,41 432,90 14,38 646,73 13,89

3. Penerimaan bagian laba

perusahaan daerah 19,93 1,91 31,84 1,45 35,39 1,18 91,09 1,96

4. Penerimaan dinas-dinas 20,58 1,98 27,06 1,23 28,39 0,94 42,38 0,91

5. Penerimaan lain-lain 50,73 4,87 138,03 6,28 135,00 4,48 153,48 3,30

Jumlah 1.041,40 100,00 2.199,79 100,00 3.010,32 100,00 4.657,02 100,00

Page 363: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 363

....

Tabel V. 12

PENERIMAAN PAJAK DAERAH TINGKAT I PER PROPINSI

1989/1990,1993/1994,1994/1995, DAN 1997/1998

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. Pertumbuhan

Propinsi 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Rata-rata (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I. DI Aceh 8,61 13,61 20,00 29,65 16,7

2. Sumatera Utara 51,15 71,33 106,52 163,33 15,6

3. Sumatera Barat 9,74 19,53 31,59 46,21 21,5

4. R iau . 12,48 37,93 52,46 95,43 29,0

5. J ambi 4,77 8,63 16,77 27,36 24,4

6. Sumatera Selatan 16,81 26,14 39,56 68,01 19,1

7. Bengkulu 2,61 3,74 6,13 10,68 19,3

8. Larnpung 13,45 16,61 26,70 46,88 16,9

9. DKI Jakarta 331,57 768,46 1.049,33 1.495,85 20,7

10. Jawa Barat 87,64 200,61 303,93 500,82 24,3

II. Jawa Tengah 63,57 118,20 170,70 299,90 21,4

12. DI Yogyakarta 10,46 23,62 33,87 52,54 22,4

13. Jawa Timur 110,89 194,32 292,09 486,27 20,3

14. Kalimantan Barat 7,26 12,92 18,26 29,55 19,2

15. Kalimantan Tengah 1,53 5,34 7,87 13,90 31,8

16. Kalimantan Selatan 7,28 15,19 19,93 38,17 23,0

17. Kalimantan Timur 12,85 23,21 32,67 55,53 20,1

18. Sulawesi Utara 5,92 8,78 11,18 20,04 16,5

19. Sulawesi Tengah 2,99 5,87 8,22 15,23 22,6

20. Sulawesi Selatan 16,66 28,12 41,20 73,32 20,4

21. S.ulawesi Tenggara 1,13 3,33 4,27 7,05 25,7

22. B al i 22,78 33,45 51,36 83,41 17,6

23. Nusa Tenggara Bara! 3,86 5,80 9,15 19,00 22,1

24. Nusa Tenggara Timur 2,27 5,34 6,40 9,86 20,2

25. Maluku 2,64 4,34 6,31 9,10 16,7

26. Irian Jaya 2,43 7,25 9,51 21,26 31,1

27. Timor Timur 0,63 2,10 2,66 4,98 29,5

Jumlah 813,98 1.663,77 2.378,64 3.723,34 20,9

Page 364: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 364

tarif retribusi dengan pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah. Dalam rangka memberikan

landasan yang kuat bagi pelaksanaan prinsip dasar retribusi secara efektif dan efisien,

pemerintah telah menerbitkan UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Undang-undang ini pada hakekatnya adalah merupakan penyempumaan atas UU

Nomor 12 Drt. Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah.

UU Nomor 18 Tahun 1997 bertujuan, diantaranya untuk meningkatkan pendapatan

daerah, memperbaiki sistem administrasi retribusi, mengklasifikasikan retribusi dan

menyederhanakan tarif retribusi sehingga dapat mengantisiposi perkembangan sosial dan

ekonomi masyarakat pada masa yang akan datang, serta dimaksudkan untuk mempermudah

masyarakat memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan sehingga pada akhimya

tumbuh kesadaran untuk memenuhi kewajiban membayar retribusi. Dengan pelaksanaan

Undang-undang ini, daerah sekaligus diharapkan akan mampu menutup hilangnya penerimaan

yang berasal dari retribusi yang kurang potensial, karena penetapan retribusi yang dapat

dipungut daerah melalui Undang-undang ini didasarkan antara lain pada retribusi yang

potensinya relatif cukup besar.

Secara keseluruhan penerimaan retribusi daerah tingkat I dalam tahun anggaran

1989/1990 adalah Rp 136,18 miliar, dan meningkat menjadi Rp646,73 miliar dalam tahun

anggaran 1997/1998, yang berarti selama periode 1989/1990---1997/1998 mengalami

pertumbuhan rata-rata 21,5 persen per tahun. Dalam tahun anggaran 1997/1998, penerimaan

retribusi terbesar diantara semua propinsi adalah Propinsi DKI Jakarta, yaitu Rp232,55 miliar.

Urutan berikutnya adalah Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Timur, yaitu sebesar Rp79,13

miliar dan Rp55,71 miliar. Sementara itu, Propinsi Timor Timur walaupun memperoleh

penerimaan retribusi terkecil yaitu Rp1,06 miliar, namun laju pertumbuhan rata-rata

pertahunnya menduduki urutan pertama yaitu 50,6 persen, sebaliknya Propinsi DKI Jakarta

meskipun mempunyai penerimaan retribusi dengan jumlah terbesar, namun mempunyai laju

pertumbuhan terkecil yaitu 16,1 persen. Perbedaan yang begitu tinggi an tara penerimaan

retribusi propinsi-propinsi lain dengan Propinsi DKI Jakarta, an tara lain karena pungutan

retribusi di Propinsi DKI Jakarta merupakan gabungan penerimaan retribusi daerah tingkat I dan

daerah tingkat II. Perkembangan penerimaan retribusi per daerah tingkat I dapat dilihat pada

Tabel V.13.

Page 365: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 365

5.3.1.3 Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah

Perusahaan daerah, berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah, adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan

kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan/atau berdasarkan

Undang-undang. Sebagian laba perusahaan daerah merupakan salah satu sumber PAD yang

disebut bagian laba BUMD.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, BUMD dibentuk oleh pemerintah

daerah, terdiri dari perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan dan perbankan (bank

pembangunan daerah dan bank pasar) dan di bidang lain, seperti jasa air bersih (PDAM), jasa

di sektor industri, pertanian, perkebunan dan lain-lain. Selanjutnya perusahaan daerah

berdasarkan kategori sasarannya dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu perusahaan daerah

yang bertujuan untuk melayani kepentingan umum dan perusahaan daerah yang didirikan untuk

tujuan peningkatan PAD. Jumlah BUMD yang bergerak di bidang kemanfaatan umum selalu

meningkat dari tahun ke tahun, meskipun dalam pelaksanaan operasionalnya menghadapi

berbagai hambatan, antara lain dalam efisiensi pengelolaan, profesionalisme manajemen, dan

permodalan. Dalam kondisi demikian telah dikeluarkan berbagai kebijaksanaan untuk

mendorong peranannya sebagai alat perekonomian daerah yang ampuh dan sebagai salah satu

sumber pendapatan asli daerah yang semakin potensial.

Khusus BUMD yang bergerak disektor keuangan dan perbankan, yaitu Bank

Pembangunan Daerah dan Bank Perkreditan Rakyat, yang mempunyai keharusan untuk

memperoleh laba sebagaimana halnya perusahaan komersiallainnya selain diatur dengan

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, juga harus

tunduk pada hukum positif lainnya yaitu Undang-undang Nomor7 Tahun 1992 tentang

Perbankan dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Hal ini

diharapkan agar BUMD dalam beroperasi dapat lebih efisien, efektif, dan dapat meningkatkan

modal sendiri serta meningkatkan perolehan laba.

Page 366: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 366

Tabel V. 13

PENERIMAAN RETRIBUSI DAERAH TlNGKA T I PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1997/1998

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI Pertumbuhan

No. Propinsi

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Rata-rata (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I.DI Aceh 1,65 7,97 7,76 11,38 27,3

2.Sumatera Utara 2,69 9,45 11,72 19,56 28,2

3.Sumatera Barat 2,11 7,70 10,42 12,40 24,8

4.R iau I,ll 12,14 20,33 25,94 48,3

5.Jambi . 0,50 4,15 3,73 5,33 34,4

6.Sumatera Selatan 2,71 8,52 9,81 16,84 25,7

7.Bengkulu 0,67 1,95 3,25 5,12 28,9

8.Lampung 1,76 6,44 8,66 10,87 25,6

9.OKI Jakarta 70,58 141,53 189,06 232,55 16,1

10.Jawa Barat 12,66 29,74 33,67 79,13 25,7

II.Jawa Tengah 10,60 22,89 31,34 48,75 21,0

12.DI Yogyakarta 0,61 1,76 2,38 3,19 23,0

13.Jawa Timur 13,35 22,58 29,03 55,71 19,6

14.Kalimantan Barat 0,87 3,83 4,84 7,91 31,8

15.Kalimantan Teng 0,35 1,34 1,91 3,30 32,4

16.Kalimantan Selatan 1,29 6,03 6,72 11,88 32,0

17.Kalimantan Timur 2,00 16,40 12,65 20,09 33,4

18.Sulawesi Utara 1,00 4,60 5,26 5,36 23,4

19.Sulawesi Tengah 0,91 4,10 4,17 5,82 26,1

20.Sulawesi Selatan 2,47 11,18 15,77 22,57 31,9

21.Sulawesi Tenggara 0,32 1,56 1,95 2,85 31,4

22.Bali 2,83 3,91 5,09 11,07 18,6

23.Nusa Tenggara Barat 1,15 3,23 4,23 7,28 25,9

24.NIIenggara Timur 0,74 2,74 5,06 10,85 39,9

25.Mal u 0,88 1,20 1,84 4,84 23,8

26.Irian Jaya 0,33 1,81 1,73 5,08 40,7

27.Timor Timur 0,04 0,34 0,52 1,06 50,6

Jumlah 136,18 339,09 432,90 646,73 21,5

Page 367: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 367

Penerimaan laba BUMD tingkat I seluruh Indonesia selama periode 1989/1990--

1997/1998 menunjukkan peningkatan yang berarti. Dalam tahun anggaran 1989/1990

penerimaan bagian laba BUMD seluruh daerah tingkat I berjumlah Rp19,9 miliar, kemudian

dalam tahun anggaran 1997/1998 meningkat menjadi Rp91,1 miliar atau mengalarni

pertumbuhan rata-rata pertahun 20,9 persen. Penerimaan bagian laba BUMD antara satu

propinsi dengan propinsi lainnya selama kurun waktu 1989/1990 -- 1997/1998 sangat bervariasi.

Dalam tahun anggaran 1997/1998 penerimaan bagian laba BUMD Tingkat I Propinsi DKI

Jakarta adalah yang terbesar di antara propinsi lain, yaitu Rp45,1 miliar atau mencakup 49,5

persen dari keseluruhan penerimaan bagian laba BUMD tingkat I, diikuti Propinsi Jawa Barat

dan Propinsi Kalimantan Selatan masing-masing Rp6,5 miliar dan Rp5,0 miliar, atau masing-

masing mempunyai porsi 0,07 persen, dan 0,06 persen. Sementara itu, sebagian besar propinsi

lainnya memperoleh penerimaan bagian laba BUMD kurang Dari Rp5,0 miliar.

Selanjutnya tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun tiap propinsi dalam kurun waktu

1989/1990 -- 1997/1998 bervariasi antara 4,9 persen sampai 70,6 persen. Bagian laba BUMD

Propinsi Riau mengalami laju pertumbuhan tertinggi yaitu 70,6 persen, kemudian diikuti

Propinsi Sulawesi Tenggara dan Propinsi Nusa Tenggara Timur masing-masing 55,9 persen dan

51,9 persen, sedangkan yang terendah adalah Propinsi Sulawesi Utara, Propinsi DI Aceh, dan

Propinsi Kalimantan Timur masing-masing sebesar 4,9 persen, 6,2 persen dan 6,4 persen.

Sementara itu, bagian laba BUMD yang mengalami pertumbuhan negatif adalah Propinsi

Kalimantan Barat, dan Propinsi Jawa Timur, masing-masing negatif 16,7 persen dan negatif 8,5

persen. Adanya variasi jumlah penerimaan bagian laba BUMD adalah merupakan indikasi

babwa masing-masing BUMD mempunyai kinerja yang berbeda, sebagian BUMD telah berhasil

meningkatkan laba sekaligus semakin meningkatkan peranannya dalam pembangunan daerah,

akan tetapi masih ada sebagian kecil BUMD yang mengalami pertumbuhan negatif.

Perkembangan penerimaan bagian laba BUMD tingkat I selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

V.14.

Page 368: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 368

Tabel V. 14

PENERlMAAN RAGlAN LARA PERUSAHAAN DAERAH TINGKA T I PER PROPINSI

1989/1990,1993/1994,1994/1995, DAN 1997/1998

(dalam juta rupiah)

Repelita V Repelita VI Pertumbuhan

No. Propinsi

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Rata-rata (%)

(1) (1) (3) (4) (5) (6) (7)

I.DI Aceh 214,93 282,76 329,50 346,87 6,2

2.Sumatera Utara 855,61 1.219,06 1.617,41 4.384,11 22,7

3.Sumatera Barat 856,21 1.048,93 1.282,19 2.228,20 12,7

4.Riau 45,57 913,02 261,25 3.267,36 70,6

5.J ambi 170,00 231,59 250,06 410,00 11,6

6.Sumatera Selatan 1I2,17 471,42 835,86 1.457,83 37,8

7.Bengkulu 162,50 215,47 189,90 1.045,09 26,2

8.Lampung 560,47 228,20 336,79 1.219,55 10,2

9.OKI Jakarta 8.190,09 13.585,98 12.020,29 45.069,27 23,8

10.Jawa Barat 957,49 2.459,16 4.412,39 6.480,84 27,0

II.Jawa Tengah 2.426,50 2.681,01 2.965,45 4.882,47 9,1

12.DI Yogyakarta 793,96 728,39 953,34 2.636,41 16,2

13.Jawa Timur 993,34 495,17 383,91 488,12 -8,5

14.Kalimantan Bara! 215,98 348,00 362,53 50,13 -16,7

15.Kalimantan Tengah 79,19 604,45 452,32 686,70 31,0

i6.Kalimantan Selatan 334,09 231,83 150,60 5.045,86 40,4

17.Kalimantan Timur 932,16 1.452,39 1.652,08 1.527,32 6,4

18.Sulawesi Utara 604,48 1.350,00 2.380,00 889,00 4,9

19.Sulawesi Tengah 50,00 65,00 74,98 205,00 19,3

20.Sulawesi Selatan 200,00 317,79 423,34 1.750,01 31,1

21.Sulawesi Tenggara 55,00 287,00 1.084,02 1.919,36 55,9

22.Bali 208,75 365,77 466,18 1.116,87 23,3

23.Nusa Tenggara Barat 175,00 824,56 838,35 1.075,00 25,5

24.Nusa Tenggara Timur 15,00 35,00 60,00 424,96 51,9

25.Maluku 400,00 905,00 319,50 676,33 6,8

26.Irian Jaya 94,50 191,50 751,82 990,55 34,1

27.Timor Timur 224,14 302,09 538,35 817,12 17,6

Jumlah 19.927,13 31.840,54 35.392,41 91.090,33 20,9

Page 369: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 369

5.3.1.4 Penerimaan Dinas-dinas Daerah

Penerimaan dinas-dinas daerah tingkat I adalah salah satu komponen pendapatan asli

daerah (PAD) yang berasal dari dinas-dinas daerah yang acta di daerah tingkat I. Meskipun

fungsi pokok dinas daerah adalah melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang telah

dilimpahkan kepada daerah, khususnya yang berkaitan dengan tugas-tugas pembinaan atau

bimbingan kepada masyarakat, anakalanya dinas-dinas daerah menghasilkan pendapatan,

meskipun dalam jumlah yang relatif kecil. Oleh karena itu, penerimaan dinas-dinas daerah tidak

terlalu diharapkan untuk terus meningkat relatif cepat, seperti halnya pajak daerah dan retribusi

daerah yang selama ini memang merupakan sumber utama dari pendapatan asli daerah.

Penerimaan dinas-dinas daerah tingkat I secara nasional terus meningkat dari tahun ke

tahun, namun peningkatannya masih relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan penerimaan

dari pajak, retribusi, dan bagian laba BUMD. Dalam tahun anggaran 1989/1990 penerimaan

dinas-dinas daerah tingkat I berjumlah Rp20,6 miliar meningkat menjadi Rp42,4 miliar pada

tahun anggaran 1997/1998 atau mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 9,5 persen. Namun

peranannya terhadap keseluruhan jumlah PAD tingkat I cenderung menurun dari 2,0 persen

dalam tahun anggaran 1989/1990 menjadi 0,9 persen dalam tahun anggaran 1997/1998. Hal ini

disebabkan di beberapa daerah tingkat I sebagian penerimaan dinas-dinas dikelompokkan

menjadi penerimaan retribusi, seuangkan di beberapa daerah lainnya pungutan atas pelayanan

yang diberikan oleh dinasdinas digolongkan sebagai penerimaan dinas-dinas yang bersangkutan.

Penerimaan dinas-dinas daerah tingkat I antar propinsi, di beberapa daerah tingkat I

jumlah penerimaan tersebut cenderung menurun dan bahkan beberapa daerah lainnya

mengalami pertumbuhan yang negatif seperti Propinsi Sulawesi Selatan, Propinsi Bengkulu, dan

Propinsi Sulawesi Tenggara masing-masing negatif 10,0 persen, negatif 8,8 persen, dan negatif

7,7 persen selama periode 1989/1990 -- 1997/1998. Sementara itu daerah tingkat I yang

mempunyai penerimaan dinas-dinas dengan pertumbuhan rata-rata per tahun tertinggi adalah

Propinsi Riau yaitu 51,0 persen, kemudian disusul Propinsi Bali dan Propinsi Kalimantan

Tengah masing-masing 31,0 persen dan 30,6 persen, sebaliknya yang terendah adalah Propinsi

Nusa Tenggara Timur, Propinsi Jambi, dan Propinsi Jawa Tengah masing-masing 3,4 persen,

7,1 persen, dan 8,5 persen.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah diperkirakan penerimaan dinas-dinas daerah tingkat I di waktu yang akan

Page 370: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 370

datang tidak ada lagi karena penerimaan dinas-dinas akan dikelompokkan menjadi penerimaan

retribusi, sedang yang tidak termasuk ke dalam penerimaan retribusi akan dikelompokkan ke

dalam penerimaan lain-lain.

5.3.1.5 Penerimaan Lain-lain

Dalam Pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah dinyatakan bahwa penerimaan lain-lain adalah salah satu komponen

PAD di luar pajak, retribusi, bagian laba BUMD dan penerimaan dinas-dinas. Termasuk

kategori penerimaan lain-lain adalah penerimaan dari sewa rumah dinas milik pemerintah

daerah, hasil penjualan barang bekas milik pemerintah daerah, usaha yang dilakukan oleh aparat

pemerintah daerah yang bukan perusahaan daerah untuk menghasilkan jasa yang dipergunakan

masyarakat, serta usaha lainnya dari daerah yang sifatnya tidak rutin. Dengan berlakunya

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, beberapa jenis penerimaan lain-lain seperti sewa rumah

dinas akan dikelompokkan ke dalam penerimaan retribusi, sehingga penerimaan dari sumber ini

di masa yang akan datang diperkirakan akan semakin berkurang.

Selama periode 1989/1990 -- 1997/1998 penerimaan lain-lain daerah tingkat I

cenderung meningkat. Dalam tahun anggaran 1989/1990 penerimaan lain-lain berjumlah Rp50,7

miliar, sementara dalam tahun anggaran 1997/1998 telah meningkat menjadi Rp 153,5

miliaratau mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 14,8 persen. Dalam tahun anggaran

1997/1998, daerah tingkat I yang memperoleh penerimaan lain-lain dalam jumlah terbesar

adalah Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Sumatera Utara, Dari Propinsi Jawa Timur, masing-

masing Rp50,5 miliar, Rp25,0 miliar, dari Rp 10,8 miliar, sebaliknya yang terendah adalah

Propinsi Jambi, Propinsi Maluku, Dari Propinsi Sulawesi Tengah, masing-masing Rp820,9 juta,

Rp859,7 juta, dari Rp887,2 juta. Sementara itu, penerimaan lain-lain daerah tingkat I yang

mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun tertinggi dalam peri ode 1989/1990 -- 1997/1998

adalah Propinsi Sumatera Utara sebesar 31,5 persen, kemudian Propinsi Kalimantan Barat dari

Propinsi Kalimantan Timur masing-masing 29,0 persen Dari 28,3 persen, sedang yang terendah

adalah Propinsi DI Yogyakarta, Propinsi Jawa Barat, dari Propinsi Sulawesi Selatan, masing-

masing 5,0 persen, 6,0 persen, dari 6,9 persen. Selain itu, penerimaan lain-lain pada beberapa

daerah tingkat I mengalami pertumbuhan negatif yaitu Propinsi Maluku, Propinsi Sulawesi

Utara, Propinsi Jambi, dari Propinsi Lampung masing-masing negatif 15.1 persen, negatif 10,2

Page 371: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 371

persen, negatif 4,8 persen, Dari negatif 2,8 persen.

5.3.2 Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

5.3.2.1 Bagi Hasil Pajak

Dana yang dibutuhkan guna pembiayaan pembangunan terutama digali dari sumber

dalam negeri yang memiliki basis dari struktur lebih kuat. Salah satu sumber dana dalam negeri

tersebut adalah pajak bumi dan bangunan (PBB). Sebagai salah satu sumber dana yang

diantaranya dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan pembangunan di daerah, makaPBB

mempunyai arti yang sangat penting, Dari oleh karena itu optimalisasi pemungutan PBB perlu

terus menerus dilakukan sehingga penerimaan PBB dapat direalisasikan sesuai potensi yang ada.

PBB merupakan pajak pusat, namun penerimaan dari sumber ini hampir seluruhnya dibagi

hasilkan kepada pemerintah daerah, baik pemerintah daerah tingkat I maupun tingkat II.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1985 dari Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 1 009/KMK.04/1985, pemerintah daerah tingkat I memperoleh bagian sebesar 16,2

persen dari keseluruhan penerimaan PBB.

Walaupun penerimaan PBB diperoleh dari pusat, akan tetapi pemerintah daerah dapat

menggunakan dana ini untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan bagi pelayanan publik atau

pembangunan, di samping dana yang bersumber dari daerah sendiri. Bagi pemerintah daerah

tingkat I, penerimaan dari PBB ini relatif cukup penting karena dapat membantu menunjang

ketersediaan dana bagi kelancaran pelaksanaan berbagai program di daerah tingkat I.

Penerimaan PBB yang diperoleh daerah tingkat I relatif besar dan mengalami

perkembangan yang selalu meningkat setiap tahunnya. Hal itu ditunjukkan dari perkembangan

penerimaan PBB selama periode 1989/1990 -- 1997/1998. Dalam tahun anggaran 1989/1990

penerimaan PBB daerah tingkat I berjumlah Rp 169,6 miliar, dan dalam tahun anggaran

1997/1998 meningkat menjadi Rp773,3 miliar, yang berarti selama periode tersebut mengalami

pertumbuhan rata-rata per tahun 20,9 persen. Sementara itu ditinjau dari penerimaan PBB dalam

tahun anggaran 1997/1998, penerimaan PBB daerah tingkat I Propinsi DKI Jakarta adalah yang

terbesar yaitu Rp341,7 miliar atau 44,2 persen dari seluruh penerimaan PBB daerah tingkat I,

yang diikuti Propinsi Riau dan Propinsi Jawa Barat masing-masing Rp61, 1 miliar dan Rp54,4

miliar atau masing-masing dengan proporsi 7,9 persen dan 7,0 persen. Penerimaan PBB di

Propinsi DKI Jakarta yang cukup besar ini selain karena potensinya yang relatif besar

Page 372: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 372

khususnya dari PBB sektor perkotaan, juga karena penerimaan tersebut merupakan gabungan

penerimaan PBB daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Sementara itu Propinsi Bengkulu,

Propinsi Sulawesi Tenggara dan Propinsi Timor Timur menerima PBB dengan jumlah terendah

masing-masing Rp2,2 miliar, Rp2,6 miliar dan Rp2,7 miliar dalam tahun anggaran yang sama.

ditinjau menurut laju pertumbuhan selama peri ode 1989/1990-1997/1998, penerimaan PBB

Propinsi Timor Timur memperlihatkan laju pertumbuhan rata-rata tertinggi pertahun yaitu 55, 1

persen, diikuti Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Propinsi DKI Jakarta masing-masing 36,8

persen dan 30,9 persen. Sementara itu, laju pertumbuhan terendah adalah di Propinsi Riau,

Propinsi Lampung, dan Propinsi Maluku masing-masing 4, 1 persen, 9,7 persen, dan 14,1

persen. Perkembangan penerimaan PBB daerah tingkat I seluruhnya dapat dilihat pada Tabel

V.I5.

5.3.2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak

Pembagian penerimaan pungutan atas hasil hutan yang meliputi iuran hak pengusahaan

hutan (IHPH) dan iuran hasil hutan (IHH) merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal

dari penerimaan negara yang dibagi hasilkan kepada pemerintah daerah dari sektor kehutanan.

IHPH merupakan pungutan yang dikenakan kepada pemegang hak pengusahaan hutan (HPH)

tertentu. yang dipungut hanya sekali pada saat izin pengusahaan diberikan, sedangkan IHH

merupakan pungutan yang dikenakan atas dasar jumlah dan jenis hasil hutan yang

diperdagangkan. Ketentuan mengenai pembagian IHH Dari IHPH yang telah diubah beberapa

kali dan terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1993 ditetapkan 45,0 persen

penerimaan IHH untuk pembiayaan pembangunan daerah, yang meliputi 30,0 persen untuk

pembiayaan pembangunan daerah tingkat I, dan 15,0 persen untuk pembiayaan pembangunan

daerah tingkat II. Sementaraitu 55,0 persen lainnya dialokasikan untuk membiayai rehabilitasi

hutan, dengan rincian 20,0 persen digunakan untuk rehabilitasi hutan secara nasional, dan 15,0

persen untuk pembiayaan kehutanan daerah, serta 20,0 persen untuk pembayaran Pajak Bumi

dan Bangunan bagi area blok tebangan. Dalam pada itu penerimaan IHPH dialokasikan sebesar

70,0 persen untuk daerah tingkat I dan

Page 373: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 373

Tabel V. 15

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAERAH TINGKAT I PER PROPINSI

1989/1990,1993/1994,1994/1995, DAN 1997/1998

(dalam miliar rupiah)

Repelita VI

No. Propmsi Repelita V

Pertumhuhan

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Rata-rata (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I. DI Aceh 6,79 11,71 10,99 22,12 15,9

2. Sumatera Utara 8,64 15,77 18,29 25,54 14,5

3 Sumatera Barat 1,04 3,68 3,97 6,94 26,8

4. Riau 44,21 56,41 40,73 61,14 4,1

5 Jamb I 2,03 6,19 5,59 9,44 21,2

6. Sumatera Selatan 5,86 18,26 18,39 23,26 18,8

7. Bengkulu 0,45 0,85 0,87 2,18 21,8

8. Lampung 2,69 3,66 4,25 5,66 9,7

9 OKI Jakarta 39,65 143,77 196,88 341,69 30,9

10. Jawa Barat 11,96 25,42 30,01 54,40 20,9

II. Jawa Tengah 6,20 13,47 15,27 24,50 18,7

12. DI Yogyakana 0,74 1,75 2,49 3,92 23,2

13. Jawa Timur 10,05 20,70 24,96 44,77 20,5

14. Kalimantan Barat 1,05 3,52 4,78 7,32 27,5

15. Kalimantan Tengah 2,58 12,39 12,88 15,51 25,1

16. Kalimantan Selatan 3,61 9,93 10,79 15,38 19,9

17. Kalimantan Timur 9,88 27,88 26,99 34,66 17,0

18. Sulawesi Utara 0,75 2,01 2,19 4,17 23,9

19. Sulawesi Tengah 0,98 1,87 2,30 3,41 16,9

20. Sulawesi Selatan 2,55 7,60 9,08 16,71 26,5

21 Sulawesi Tenggara 0,42 1,20 1,45 2,62 25,7

22. B al I 0,89 2,64 3,00 5,98 26,9

23. Nusa Tenggara Barat 0,74 1,69 1,91 3,44 21,2

24 Nusa Tenggara Timur 0,46 2,25 2,84 5,65 36,8

25. Maluku 2,54 4,68 5,29 7,27 14,1

26. Irian Jaya 2,77 12,00 12,34 22,91 30,2

27 Timor Timur 0,08 1,02 1,34 2,68 55,1

Jumlah 169,61 412,32 470,07 773,27 20,9

Page 374: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 374

daerah tingkat II, dan 30,0 persen sisanya merupakan penerimaan pemerintah pusat. Pembagian

IHH untuk pemerintah daerah selain berdasarkan lokasi penghasil IHH juga berdasarkan rasio

pemerataan, sehingga bagi daerah-daerah yang tidak memiliki hasil hutan akan memperoleh

pembagian IHH tersebut. .

Secara keseluruhan penerimaan IHH dan IHPH untuk daerah tingkat I adalah Rp69,9

miliar dalam tahun anggaran 1989/1990, dan meningkat menjadi Rp211,4 miliar dalam tahun

anggaran 1997/1998 yang berarti selama periode tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata per

tahun 14,8 persen. Dalam tahun anggaran 1997/1998 jumlah terbesar dalam penerimaan IHH

dan IHPH diperoleh Propinsi Kalimantan Tengah, Propinsi Kalimantan Timur, dan Propinsi

Irian Jaya masing-masing Rp39,6 miliar, Rp36,1 miliar, dan Rp13,6 miliar.

5.3.3 Sumbangan dan Bantuan

5.3.3.1 Sumbangan Pusat

Sumbangan pusat atau subsidi merupakan salah satu sumber penerimaan daerah tingkat

I yang diberikan dalam rangka membantu membiayai pengeluaran rutin daerah. Dengan

demikian diharapkan dapat ditingkatkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.

Dalam tahun anggaran 1997/1998 sumbangan yang diterima seluruh pemerintah daerah

tingkat I berjumlah Rp4.613,8 miliar dan sebagian besar dari sumbangan tersebut diberikan

dalam bentuk subsisdi daerah otonom (SDO). SDO tersebut sebagian besar dipergunakan untuk

membiayai belanja pegawai daerah otonom dan pegawai perbantuan, dan sebagian lagi

dipergunakan untuk membiayai belanja non pegawai seperti pelaksanaan urusan dekonsentrasi,

urusan desentralisasi, pengembangan sumber daya manusia, dan sebagainya. Belanja pegawai

merupakan kelompok belanja terbesar yang terutama digunakan untuk pembayaran gaji,

tunjangan, dan pensiun.

Dalam tahun anggaran 1989/1990, SDO yang disalurkan kepada daerah tingkat I

berjumlah Rp2.323,2 miliar, meningkat menjadi Rp4.605,9 miliar dalam tahun anggaran

1997/1998, atau mengalami pertumbuhan rata-rata 8,9 persen per tahun. Walaupun SDO tingkat

I secara keseluruhan meningkat setiap tahunnya, tetapi terdapat beberapa propinsi yang

mengalami pertumbuhan negatif, antara lain adalah Bali, negatif 13,5 persen, Kalimantan Barat

dan Kalimantan Selatan masing-masing negatif 12,2 persen.

Page 375: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 375

Propinsi penerima SDO tertinggi dalam tahun anggaran 1997/1998 adalah Propinsi

Jawa Timur, yaitu Rpl.089,5 miliar, sedangkan yang terendah adalah Propinsi Jambi, yaitu

Rp18,1 miliar. Tabel V.16 menggambarkan perkembangan penerimaan SDO tingkat I tiap

propinsi dalam peri ode 1989/1990 -- 1997/1998.

SDO tingkat I per kapita seluruh Indonesia dalam tahun anggaran 1989/1990 adalah Rp

12.969,0 dan dalam tahun anggaran 1997/1998 meningkat hampir dua kali menjadi Rp22.411 ,0.

Propinsi dengan SDO per kapita terbesar dalam tahun anggaran 1997/1998 adalah Sulawesi

Tengah yaitu Rp48.474,0 sedangkan yang terkecil adalah Lampung yaitu Rp4.569,0. Gambaran

mengenai SDO per kapita daerah tingkat I tiap propinsi dapat dilihat dalam Tabel V.16.

5.3.3.2 Bantuan Pusat

Bantuan pusat adalah dana yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan di daerah, dan diarahkan untuk pemerataan

pembangunan antar daerah, antar kawasan, dan antar kota - desa.

Bantuan pusat, atau disebut sebagai Program Bantuan Inpres diberikan setiap tahun

kepada daerah, baik daerah tingkat I, daerah tingkat II, maupun desa yang jumlahnya didasarkan

atas kriteria tertentu. Jumlah bantuan ini cendernng meningkat dari tahun ke tahun sejalan

dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan masyarakat

Program Bantuan Inpres Dati I mernpakan bantuan pusat terbesar yang diberikan sejak

tahun anggaran 1974/1975 kepada pemerintah daerah tingkat I. Bantuan tersebut pada dasarnya

mernpakan bantuan yang bersifat umum sehingga baik perencanaan maupun penggunaannya

diserahkan kepada masing-masing daerah tingkat I, namun tetap dalam batas-batas arahan yang

diberikan oleh pemerintah pusat.

Sistem alokasi pemberian. Program Bantuan Inpres Dati I didasarkan pada jumlah

penduduk, namun bagi daerah tingkat I yang penduduknya kurang dari jumlah tertentu diberikan

bantuan minimum, seuangkan yang penduduknya melebihi jumlah tertentu diberikan bantuan

maksimum. Pemberian bantuan yang danasarkan atas jumlah penduduk ini tidak bernbah sampai

dengan tahun anggaran 1987 /198_. Kriteria alokasi pemberian dana bantuan ini terus

disempurnakan dan sejak tahun anggaran 1988/1989 dasar pemberian bantuan diubah sehingga

setiap daerah tingkat I diberikan bantuan dalam jumlah yang sama. Kemudian dalam tahun

anggaran 1990/1991, kriteria pemberian bantuan kembali disempumakan, yaitu di samping

diberikan bantuan dasar yang jumlahnya sama untuk setiap daerah tingkat I, juga diberikan

Page 376: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 376

Tabel V. 16

PENERIMAAN SUBSIDI DAERAH OTONOM DAERAH TINGKAT I PER PROPINSI

1989/1990,1993/1994,1994/1995, DAN 1997/1998

Repelita V Repelita VI

No. Propinsi 1989/1990 1993/1994 199411995 1997/1998 Pertumbuh

an

Jumlah Per kapita Jumlah Per kapita Jumlah Per kapita Jumlah Per kapitaRata-rata

(%)

(Rp mUiar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah)

(I) (1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1. DI Aceh 56,91 17.122 105,25 28.532 108,72 28.800 117,10 28.462 9,4

2. Sumatera Utara 175,24 16.964 317,93 29.403 345,17 31.433 438,55 37.751 12,2

3. Sumatera Barat 19,49 4.990 27,11 6.450 28,04 6.573 31,94 7.080 6,4

4. Riau 12,48 4.330 20,92 5.703 21,94 5.781 27,43 6.335 10,3

5. Jambi 8,71 4.304 14,06 6.284 14,37 6.221 18,09 6.920 9,6

6. Sumatera Selatan 22,83 3.760 33,51 4.874 33,64 4.769 37,61 4.837 6,4

7. Bengku1u 9,68 8.689 14,74 11.166 15,70 11.485 19,66 12.552 9,3

8. Lampung 79,07 10.935 32,21 5.012 32,99 5.034 32,24 4.569 -10,6

9. DKIJakarta 129,59 14.232 235,36 26.755 242,29 26.981 358,00 36.890 13,5

10. Jawa Baral 415,18 12.295 777,20 20.566 815,19 21.140 848,77 20.356 9,4

II. Jawa Tengah 420,34 14.675 788,27 26.928 833,41 28.266 980,46 32.427 11.2

12. DI Yogyakarta 61,66 19.719 116,97 40.087 119,45 40.936 106,53 36.634 7,1

13. Jawa Timor 443,03 13.479 826,01 24.746 866,74 25.767 1.089,45 31.515 11,9

14. Kalimantan Baral 58,24 18.500 113,34 32.467 16,96 4.749 20,55 5.280 -12,2.

15 KalimantaD Tengah 33,87 26.588 67,54 43.802 71,12 44.730 86.18 48.279 12,4

16. Kalimantan Se1atan 61,29 24.872 120,94 43.472 128,63 45.276 21,70 7.043 -12,2

17. Kalimantan Timor 37,04 20.669 22,61 10.547 22,93 10.255 28,70 10.888 -3,1

18. Sulawesi Utara 70,90 28.671 21,71 8.402 22,47 8.583 25,36 8.860 -12,1

19. Sulawesi Tengah 42,43 24.471 85,97 46.445 91,16 48.004 101,70 48.474 11,6

20. Sulawesi Selatan 24,47 3.495 35,10 4.778 36,28 4.862 39,20 4.948 6,1I

21. Sulawesi Tenggara 6,34 4.882 14,87 9.925 16,22 10.498 20,94 12.007 16,1

22. Bali 61,10 21.963 18,94 6.632 15,43 5.358 19,15 5.585 -13,5

23. Nusa Tenggara Barat 11,12 3.364 16,78 4.729 17,04 4.732 20,65 4.993 8,1

24. Nusa Tenggara Timur 11,48 3.394 16,69 4.819 17,75 5.037 21,32 5.679 8,0

25. Maluku 9,79 5.398 15,14 7.567 16,53 8.074 20,54 9.186 9,7

26. Irian Jaya 30,54 19.626 46,72 25.545 49,68 26.261 47,79 20.294 5,8

27. Timor Timor 10,33 14.444 15,53 19.215 17,40 21.065 26,29 29.503 12,4

Jumlah 2.323,15 12.969 3.921,42 20.733 4.017,25 20.899 4.605,89 22.411 8,9

Page 377: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 377

bantuan tambahan secara proporsional yang dihitung berdasarkan luas wilayah daratan setiap

daerah tingkat I. Untuk menunjang perluasan otonomi daerah, serta meningkatkan

tanggungjawab daerah tingkat I dalam penanganan beberapa jenis kegiatan pembangunan tentu

yang dilaksanakan di daerah, maka dalam tahun pertama Repelita VI atau tahun anggaran

1994/1995 sistem alokasi program Inpres Dati I telah disempurnakan lagi, antara lain dengan

mengintegrasikan program bantuan reboisasi dan program bantuan peningkatan jalan propinsi

ke dalam program Inpres Dati I. Dalam pada itu, untuk lebih meningkatkan tanggungjawab

pemerintah daerah tingkat I dalam pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi yang telah

dibanguo dan menjadi tanggung jawab daerah, sejak tahun anggaran 1995/1996 kepada daerah

tingkat I diberikan bantuan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Selain itu, dalam rangka

meningkatkan kemampuan perencanaan Bappeda Tingkat I dan memperkuat fungsi pengawasan

inspektorat wilayah propinsi (Itwilprop), dalam tahun anggaran yang sama diberikan bantuan

baru yaitu bantuan peningkatan kelembagaan perencanaan dan pengawasan daerah tingkat I,

sebagai pelengkap terhadap bantuan yang selama ini telah diberikan.

Dalam tahun anggaran 1974/1975 yang merupakan tahun awal dilaksanakannya

program Inpres Dati I, jumlah bantuan minimum yang diberikan ada1ah Rp500,0 juta, dan

maksimum Rp5,6 millar. Alokasi dalam bentuk bantuan minimum dan maksimum jumlahnya

terus ditingkatkan dari tahun ke tahun, hingga dalam tahun anggaran 1987/1988 jumlah bantuan

minimum Rp 10,0 miliar dan maksimum Rp12,0 miliar. Sejak tahun anggaran 1988/1989

masing-masing daerah tingkat I memperoleh jumlah bantuan sama besarnya, tanpa batasan

minimum dan maksimum, yaitu Rp 12,0 miliar. Selanjutnya mulai tahun anggaran 1990/1991,

kriteria alokasi bantuan lebih disempumakan yaitu selain diberikan bantuan dasar yang

jumlahnya sama besar untuk setiap daerah tingkat I, diberikan pula tambahan bantuan yang

danasarkan atas luas wilayah daratan. Besarnya jumlah bantuan dasar yang diberikan setiap

tahun anggaran selama periode 1990/1991 -- 1993/1994 selalu meningkat, yaitu jika dalam

tahun anggaran 1990/1991 adalah Rp14,0 miliar, maka dalam tahun anggaran

1993/1994menjadi Rp25,0 miliar. Sementara itu dalam tahun anggaran 1994/1995, selain

diberikan bantuan dasar untuk tiap-tiap daerah tingkat I sebesar Rp25,0 miliar, juga diberikan

bantuan tambahan yang didasarkan atas jumlah penduduk dan luas wilayah daratan. Kemudian

dalam tahun anggaran yang sama alokasi dana program bantuan reboisasi dan program bantuan

peningkatan jalan propinsi telah digabungkan ke dalam program Inpres Dati I sehingga Inpres

Page 378: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 378

Dati I seluruh Indonesia dalam tahun anggaran 1994/1995 meningkat secara drastis menjadi Rp

1.331,1 miliar yang berarti meningkat 79,5 persen dari alokasi dalam tahun anggaran 1993/1994

yang berjumlah Rp741,1 miliar. Pengintegrasian kedua Inpres tersebut yang sebelumnya

merupakan bantuan khusus ke dalam Inpres Dati I yang merupakan bantuan umum dilakukan

dalam rangka meningkatkan otonomi daerah secara lebih nyata dan bertanggungjawab.

Perkembangan dana Inpres Dati I pada dasarnya sejalan dengan pertumbuhan jumlah

penduduk yang senantiasa meningkat, namun pertumbuhan bantuan Inpres Dati I masih lebih

besar dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Dalam Tabel V.17 terlihat bahwa Inpres

Dati I per kapita dalam tahun anggaran 1997/1998 menunjukkan peningkatan bila dibandingkan

tahun anggaran 1989/1990. Dalam tahun anggaran 1989/1990 Inpres Dati I per kapita berjumlah

Rp2.218,0 seuang dalam tahun anggaran 1997/1998 meningkat menjadi Rp8.102,0. Apabila

dilihat per daerah tingkat I, dalam tahun anggaran 1997/1998 propinsi-propinsi yang

memperoleh dana Inpres Dati I per kapita yang relatif lebih besar dibandingkan dengan daerah

tingkat I lainnya adalah Propinsi Timor Timur, Propinsi Irian Jaya, dan Propinsi Kalimantan

Tengah masing-masing Rp55,9 ribu, Rp40,2 ribu, dan Rp37,5 ribu. Besarnya dana Inpres Dati

I per kapita di Propinsi Irian Jaya, dan Propinsi Kalimantan Tengah terutama karena kedua

daerah tingkat I tersebut mempunyai wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan daerah

ltingkat I lainnya, tetapi penduduknya jarang., Sementara itu, tingginya Inpres Dati I per kapita

di Propinsi Timor Tunur adalah karena jumlah penduduknya yang relatif sedikit dan

memperoleh kekhususan dalam alokasi dana lepas ini. Sebaliknya Propinsi Jawa Barat, Propinsi

Jawa Timur dan Propinsi Jawa Tengah memperoleh dana Inpres Dati I per kapita yang relatif

lebih kecil dibandingkan dengan daerah tingkat I lain, yaitu masing-masing sebesar Rpl.7 ribu

Rpl.8 ribu, dan Rp2,2 ribu. Rendahnya dana Inpres Dati I per kapita di ketiga daerah tingkat I

tersebut karena mempunyai wilayah yang relatif Iebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah

daerah tingkat I lain, sedangkan jumlah penduduknya relatif besar .

Page 379: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 379

Tabel V. 17

BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I PER KAPITA PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1997/1998

(dalam rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. Propinsi

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. DI Aceh 4.132 9.374 9.871 13.789

2. Sumatera Utara 1.414 3.570 3.565 5.670

3. Sumatera Barat 3.575 7.278 8.490 10.919

4. Ri au 5.919 11.076 10.897 12.943

5. Jambi 7.039 18.257 18.132 20.178

6. Sumatera Selatan 2.289 7.540 7.316 8.243

7. Bengkulu 11.729 26.355 27.034 32.372

8. Lampung 2.115 5.788 6.773 8.802

9. DKI Jakarta 3.471 10.149 10.255 9.777

10. Jawa Barat 356 667 1.196 1. 729

11. Jawa Tengah 419 1.523 1.496 2.182

12. DI Yogyakarta 3.838 8.797 9.229 10.699

13. Jawa Timur 452 1.239 1.232 1.825

14. Kalimantan Barat 4.349 15.008 15.733 17.788

15. Kalimantan Tengah 10.609 37.765 39.138 37.520

16. Kalimantan Selatan 5.398 12.277 13.044 16.126

17. Kalimantan Timur 7.751 20}81 22.030 24.160

18. Sulawesi Utara 5.875 15.973 17.367 21.054

19. Sulawesi Tengah 8.946 27.562 29.369 31.823

20. Sulawesi Selatan 2.110 5.433 6.249 7.721

21. Sulawesi Tenggara 10.500 26.823 27.549 32.162

22. B al i 4.732 10.489 11.213 10.713

23. Nusa Tenggara Barat 4.091 11.088 11.546 15.720

24. Nusa Tenggara Timur 4.616 14.338 19.147 19.588

25. Maluku 7.953 25.491 27.186 29.888

26. Irian Jaya 9.758 33.320 39.523 40.185

27. Timor Timur 19.984 49.154 52.656 55.866

Indonesia 2.218 6.173 6.711 8.102

Page 380: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 380

5.3.4 Pinjaman Daerah

Seiring dengan laju pembangunan dan peningkatan kebutuhan daerah akan dana untuk

pembiayaan pembangunan, pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman untuk menutupi

kekurangari dana bagi pembangunan di daerahnya. Pada hakekatnya pinjaman daerah

merupakan alternatif sumber pembiayaan pembangunan disamping bantuan Inpres, pendapatan

asli daerah. (PAD), dan bagi hasil pajak dan bukan pajak. Dana pinjaman dapat bersumber dari

luar negeri yang diteruskan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Subsidiary Loan

AgreementlSLA), maupun dari dalam negeri melalui rekening pembangunan daerah (RPD), dan

pinjaman komersial dari bank pemerintah maupun bank swasta.

Dewasa ini pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengumpulkan dana

pembangunan dari masyarakat, melalui penerbitan obligasi pemerintah dan atau badan usaha

milik daerah (BUMD). Pinjaman tersebut dimaksudkan juga untuk pelengkap dalam

pembiayaan proyek-proyek pembangunan di daerah. Dalam pemberian pinjaman yang menjadi

dasar penilaian kelayakan adalah kemampuan daerah untuk mengembalikan pinjaman tersebut

berikut bunganya. Kemampuan daerah untuk meminjam dalam kenyataanya Berbeda-beda

sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Daerah yang memiliki PAD

yang cukup, cenderung mempunyai kemampuan meminjam yang lebih besar.

Untuk itu proyek yang dibiayai dengan dana pinjaman sebaiknya proyek yang

menghasilkan pendapatan, agar kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dapat dipenuhi tepat

waktu. Adapun kriteria proyek yang dapat dibiayai dengan dana pinjaman adalah proyek yang

merupakan kegiatan pembangunan yang menjadi tugas pokok dan tanggung jawab pemerintah

daerah BUMD yang pembiayaannya tidak dapat disediakan oleh sektor swasta. Di samping itu,

proyek hams menghasilkan barang dan atau jasa yang berguna untuk kepentingan umum, serta

dapat meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah daerah dan atau BUMD dalam

memenuhi kebutuhan jasa pelayanan umum masyarakat.

Dalam perkembangannya, ruang lingkup pemberian pinjaman daerah diperluas kepada

bidang pembangunan prasarana dan sarana umum daerah yaitu pembangunan pasar,

persampahan, dan terminal. Realisasi pinjaman pemerintah daerah tingkat I seluruh Indonesia

dalam tahun 1989/1990 adalah Rp15,1 miliar, meningkat menjadi Rp53,1 miliar dalam tahun

1997/1998, yang berarti dalam kurun waktu tersebut meningkat dengan laju pertumbuhan rata-

Page 381: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 381

rata per tahun 17,1 persen.

Proporsi pinjaman pemerintah daerah menunjukkan penurunan pada awal Pelita VI

tahun 1994/1995 sebesar 0,5 persen menjadi 0,4 persen. Hal ini karena adanya peningkatan

penerimaan yang cukup besar pada sisi yang lain, khususnya penerimaan daerah sendiri (PDS)

yaitu yang semula 35,9 persen dari total penerimaan daerah menjadi 42,2 persen dari total

penerimaan tahun anggaran 1997/1998. Sampai dengan tahun anggaran 1997/1998 pemerintah

daerah tingkat I yang telah melakukan pinjaman adalah Daerah Istimewa Aceh, DKI Jakarta,

Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, sedangkan propinsi lain tidak melakukan pinjaman.

5.3.5 Pengeluaran Rutin Daerah

Pengeluaran rutin daerah tingkat I mempunyai peranan yang cukup penting untuk

membiayai penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan. Hal itu seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk, serta semakin beragamnya kebutuhan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat. Dalam Tabel V.18 terlihat bahwa dalam tahun anggaran

1989/1990 pengeluaran rutin daerah tingkat I yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang,

belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja lain-lain, angsuran pinjaman/utang dan

ganjaran/subsidi/sumbangan, berjumlah Rp2.936,9 miliar, dan dalam tahun anggaran 1997/1998

meningkat menjadi Rp8.131,8 miliar, atau mengalami pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya

13,6 persen.

Sampai dengan tahun anggaran 1997/1998 pemanfaatan pengeluaran rutin masih

diprioritaskan untuk membiayai sumber daya manusia/belanja pegawai, yaitu Rp4.746,4 miliar

atau 50,0 persen lebih dari total pengeluaran rutin, sedangkan proporsi pengeluaran rutin terkecil

untuk membayar angsuran pinjaman/utang yaitu 0,8 persen dari total pengeluaran rutin atau

Rp66,6 miliar.

Sementara itu, daerah tingkat I yang mempunyai jumlah pengeluaran rutin terbesar

dalam tahun anggaran 1997/1998 adalah Propinsi DKI Jakarta yaitu Rpl.729,6 miliar, diikuti

oleh Propinsi Jawa Timur, Propinsi Jawa Tengah, dan Propinsi Jawa Barat masing-masing

Rp1.363,5 miliar, Rp1.227,7 miliar, dan Rp1.129,7 miliar. Keempat propinsi tersebut pada

umumnya telah memiliki perangkat pegawai dan struktur kelembagaan yang lebih lengkap

apabila dibandingkan dengan propinsi lain. Sebaliknya jumlah pengeluaran rutin terendah

adalah Propinsi Timor Timur, Propinsi Sulawesi Tenggara, dan Propinsi Bengkulu, masing-

Page 382: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 382

masing Rp37,0 miliar, Rp38,7 miliar, dan Rp42,7 miliar.

Bila ditinjau dari laju pertumbuhan rata-rata per tahun diantara 27 daerah tingkat I

selama kurun waktu 1989/1990 -- 1997/1998, Propinsi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan

tertinggi yaitu 22,9 persen, diikuti oleh Propinsi Sulawesi Tenggara, dan Propinsi Irian Jaya

masingmasing 18,2 persen dan 17,2 persen, sedangkan yang terendah adalah Propinsi Sulawesi

Utara, Propinsi Kalimantan Barat, dan Propinsi Lampung, masing-masing negatif 3,1 persen,

negatif 0,6 persen dan negatif 0,4 persen. Hal ini terjadi karena pengeluaran untuk gaji guru-

guru SD telah dialihkan pembukuannya dari daerah tingkat I ke daerah tingkat II yang

bersangkutan. Gambaran selengkapnya pengeluaran rutin daerah tingkat I dapat dilihat dalam

Tabel V.19.

Pengeluaran rutin daerah tingkat I menurut penyelenggaraan urusan dalam tahun

anggaran 1997/1998 didominasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Urusan Umum

Pemerintahan, masing-masing Rp3.110,2 miliar, dan Rp2.448,8 miliar. Besarnya belanja rutin

pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terutama untuk membiayai gaji guru SD yang tersebar

di seluruh wilayah propinsi, sedangkan besarnya pengeluaran rutin pada Urusan Umum

Pemerintahan untuk membiayai kegiatan pelayanan masyarakat dan belanja sekretarisd aerah

dan DPRD. Perkembangan pengeluaran rutin menurut penyelenggaraan urusan dapat dilihat

dalam Tabel V.20.

Page 383: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 383

Tabel V. 18

PENGELUARAN RUTIN DAERAH TINGKAT I SELURUH INDONESIA

1989/1990, 93/1994, 1994/1995, DAN 1997/1998

Repelita V Repelita VI

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Pertumbu

han

No.

Jenis pengeluaran Jumlah

Propors

iJumlah

Propors

iJumlah

Propors

iJumlah

Propors

i

Rata-rata

(%)

(Rp

miliar)(%)

(Rp

miliar)(%)

(Rp

miliar)(%)

(Rp

miliar)(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I. Belanja pegawai 2.207,09 75,153.877,

5471,79 3.990,70 66,63

4.746,3

558,37 10,0

2. Belanja barang 304,61 10,37 538,05 9,96 654,56 10,93 946,9411,64 15,2

3. Belanja pemeliharaan 114,04 3,88

..261,24 4,84 348,61 5,82 501,70 6,17 20,3

4. Belanja perjalanan

dinas 32,02 1,09 64,40 1,19 73,58 1,23 113,74 1,40 17,2

5. Belanja lain-lain 199,91 6,81 435,89 8,07 566,08 9,451.098,6

413,51 23,7

6. Angsuran

pinjamanlutang 9,71 0,33 14,\3 0,26 39,94 0,67 66,55 0,82 27,2

7. Ganj aranlsu

bsidilsumbangan 69,52 2,37 209,72 3,89 315,51 5,27 657,92 8,09 32,4

Jumlah 2.936,91 100,00 5.400,

97100,00 5.988,98 100,00

8.131,8

4100,00 13,6

Page 384: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 384

Tabel V. 19

PENGELUARAN RUTIN DAERAH TINGKAT I PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1997/1998

Repelita V ' Repelita VI

No. Propinsi 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Pertumbuhan

Jumlah Per kapita Jumlah Per kapita Jumlah Per kapita Jumlah Per kapita Rata-rata (%)

(Rp miliar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I. DI Aceh 69,44 20.892 13'8,25 37.476 146,20 38.728 181,65 44.150 12,8

2. Sumatera Utara 208,67 20.201 365,07 33.762 I 422,11 38.440 575,98 49.581 13,5

3. Sumatera Barat 32,25 8.259 56,57 13.459 63,25 14.827 94,03 20.841 14,3

4. Riau 38,42 13.326 77,04 21.003 78,91 20.793 134,38 31.034 16,9

5. J ambi 13,61 6.731 26,95 12.048 29,01 12.558 47,73 18.262 17,0

6. Sumatera Selatan 41,46 6.827 79,76 11.602 86,04 12.197 123,77 15.918 14,7

7. Bengkulu 13,78 12.365 22,81 17.280 25,53 18.676 42,72 27.278 15,2

8. Lampung 93,61 12.945 56,74 8.82861,76' 9.423 90,83 12.872 -0,4

9. DKI Jakarta 331,63 36.423 818,23 93.013 1.059,83 118.021 1.729.64 178.229 22,9

10. Jawa Barut 460,05 13.623 882,08 23.341 984,45 25.529 1.129,70 27.094 11,9

II. Jawa Tengah 455,85 15.914 885,57 30.252 960,97 32.592 1.227,69 40.603 13,2

12. DI Yogyakarta 71,62 22.903' 139,25 47.722 148,88 51.021 158,03 54.343 10,4

13. Jawa Timur 512,40 15.590 927,12 27.775 1.010,05 30.027 1.363,53 39.443 13,0

14. Kalimantan Barat 67,64 21.488 132,94 38.081 41,26 11.554 64,62 16.600 -0,6

15. Kalimantan'Tengah 41,45 32.538 87,33 56.635 94,88 59.673 128,69 72.089 15,2

16. Kalimantan Selatan 71,78 29.134 149,98 53.912 165,30 58.184 93,64 30.389 3,4

17. Kalimantan Timur 56,37 31.457 79,64 37.143 103,09 46.105 157,82 59.872 13,7

18. Sulawesi Utara 81,69 33.035 42,42 16.415 45,73 17.468 63,28 22.110 -3,1

19. Sulawesi Tengah 47,13 27.179 98,05 52.969 107,20 56.451 127,57 60.803 13,3

20. Sulawesi Selatan 36,61 5.229 66,94 9.112 70,05 9.388 121,01 15.275 16,1

21. Sulawesi Tenggara 10,16 7.821 22,27 14.866 25,45 16.472 38,68 22.174 18,2

22. B al i 75,85 27.265 51,17 17.918 51,53 17.892 88.59 25.836 2,0

23. Nusa Tenggara Barat 15,24 4.610 27,95 7.8.78 30,15 8.373 46,79 11.313 15,1

24. Nusa Tenggara Timur 18,69 5.526 29,82 8.610 33,15 9.407 53,52 14.257 14,1

25. Maluku 14,40 7.942 28,46 14.220 33,33 16.274 50,97 22.800 17,1

26. Irian Jaya 45,05 28.954 87,58 47.886 89.10 47.096 159,99 67.931 17,2

27. Timor Timur 12,03 16.827 20,96 25.941 21,77 26.350 36.99 41505 I 15,1

Jumlah 2.936,91 16.395 5.400,97 28.556 5.988,98 31.157 8.131,84 39.567 13,6

Page 385: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 385

Tabel V. 20

PENGELUARAN RUTIN DAERAH TINGKAT I SELURUH INDONESIA PER DINASIURUSAN

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1997/1998

(dalam miliar rupiah)

No. Dinas/urusan Repelita V Repelita VI Pertumbuhao

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Rata-rata (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.Urusan umum pemerintahan 696,99 1.328,25 1.583,59 2.448,83 17,0

2.Dinas pekerjaan umum . 513,15 260,15 281,45 400,28 -3,1

3.Dinas LLAJR dan sungai 18,59 50,61 60,22 81,04 20,2

I

4.Dinas keshatan 164,09 377,74 408,56 583,60 17,2

5.Dinas pendidikan dan kebudayaan 1.290,43 2.719,66 2.804,23 3.110,25 11,6

6.Dioas osial, perumahan,

perburuhan,

transmigrasi dan koperasi 19,04 42,64 51,28 78,89 19,5

I

7.Dinas pertanian, kehutanan,

periebunan

dan petemakan 87,79 208,09 211,05 272,40 15,2

8.Dinas perindustrian dan

pertambangan 9,19 23,21 32,92 51,56 24,1

9.Usaha-usaha daerah 0,00 13,89 44,90 31,13 -1,2

10.Pensiun dan bautuan 4,99 0,89 0,46 0,76 -21,0

II.Pengeluaran yang tidak masuk

bagian lain I 47,99 122,64 137,29 298,97 25,7

12.Penaeluaran tidak tersangka 5,43 9,35 17,58 49,66 31,9

13.ADpuran pinjaman dan bunga 9,71 14,13 39,94 66,55 27,2

14.Ganjaran, subsidi, sumbangan 69,52 209,72 315,51 657,92 32,4

Jumlah 2.936,91 5.400,97 5.988,98 8.131,84 13,6

Page 386: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 386

5.3.6 Pengeluaran Pembangunan Daerah

Program pembangunan nasional diarahkan untuk tercapainya suatu masyarakat yang

adil dan makmur merata di seluruh nusantara. Untuk meneapai sasaran tersebut dilakukan

melalui tahap-tahap pembangunan, baik yang melakukan oleh pemerintah pusat maupun oleh

pemerintah daerah. Program pembangunan daerah dijabarkan dalam bentuk proyek-proyek

pembangunan daerah yang dilaksanakan setiap tahun anggaran dan dituangkan dalam-anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD). Sejalan dengan semakin luasnya jangkauan dan lingkup

pembangunan di daerah, maka dana yang dibutuhkan juga semakin meningkat. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah pengeluaran pembangunan daerah yang semakin meningkat.

Pengeluaran pembangunan daerah diklasifikasikan menurut sektor dan subsektor.

Sesuai dengan dinamika dan tuntutan pembangun di daerah, pengeluaran pembangunan daerah

per sektor juga semakin meningkat. Dalam tahun anggaran 1994/1995 jumlah keseluruhan

pengeluaran pembangunan persektor adalah Rp2.848,4 miliar meningkat menjadi Rp4.399,4

miliar dalam tahun anggaran 1997/1998, atau selama periode 1994/1995 -- 1997/1998

mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun 15,4 persen. Selanjutnya, apabila dilihat pengeluaran

pembangunan daerah persektor, sektor transportasi dan sektor aparatur pemerintahan dan

pengawasan mempunyai proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Jumlah pengeluaran pembangunan daerah yang diserap oleh sektor transportasi adalah Rp758,1

miliar dalam tahun anggaran 1994/1995, meningkat menjadi Rp1.031,9 miliar dalam tahun

anggaran 1997/1998, namun secara proporsi dana pembangunan untuk sektor transportasi ini

mengalami penurunan yaitu dari 26,6persen menjadi 23,6 persen dalam kurun waktu yang sama.

Sementara itu, pengeluaran pembangunan daerah untuk sektor aparatur pemerintahan dan

pengawasan pada tahun anggaran 1994/1995 berjumlah Rp394,2 miliar, meningkat menjadi

Rp683,l miliar dalam tahun anggaran 1997/199.8, dan secara proporsi dana pembangunan untuk

sektor ini juga meningkat yaitu dari 13,8 persen menjadi 15,6 persen dalam kurun waktu yang

sama. Gambaran secara rinci mengenai pengeluaran pembangunan daerah per sektor dapat

dilihat dalam Tabel V.22

Apabila dilihat dari besarnya pengeluaran pembangunan daerah tingkat I per propinsi,

maka pengeluaran pembangunan di Propinsi D KI Jakarta dan Propinsi Jawa Barat relatif lebih

besar bila dibandingkan dengan propinsi lainnya. Dalam Tahun anggaran 1994/1995

Page 387: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 387

penge1uaran pembangunan di kedua propinsi tersebut masing-masing adalah Rp788,1 miliar

dan Rp239,3 miliar, meningkat menjadi Rpl.116,6 miliar dari Rp475,2 miliar dalam tahun

anggaran 1997/1998, atau selama periode tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun

masing-masing 19,3 persen dan 27,2 persen. Sementara itu, dalam tahun-anggarari 1994/1995

pengeluaran pembangunan relatif kecil terjadi di Propinsi DI Yogyakarta dan Propinsi

Bengkulu, masing-masing Rp36.,9 rniliar dan Rp37,2 miliar, dan dalam tahun anggaran 1997/1

998 meningkat menjadi masing-masing Rp50,3 miliar dan Rp55,9 miliar atau selama periode

tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 10,9 persen dan 14,6 persen. Gambaran

secara rinci mengenai pengeluaran pembangunan daerah tingkat I per propinsi dapat dilihat

dalam Tabel V.22.

Page 388: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 388

Tabel V.21

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKA T I PER SEKTOR

1994/1995 DAN 1997/1998

Repelita VI

1994/1995 1997/1998

No.Sektor

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

.

1. Sektor industri 14,21 0,50 22,37 0,51

2. Sektor pertanian dan kehutanllD 111,86 3,93 153,30 3,50

3.Sektor surnber daya air Dari

irigasi 150,52 5,28 242,07 " 5,53

4. Sektor tenaga kelja 13,85 0,49 24,02 0,55

5.Sektor perdagangan, pengembangan usaha daerah, keuangan daerah dan

koperasi 137,26 4,82 241,61 5,52

6. Sektor transportasi 758,05 26,61 1.031,93 23,56

7. Sektor pertambangan dan energi 21,61 0,76 20,82 0,48

8.

Sektor pariwisata dan te1ekomunikasi daerah 43.95 1,54 53,66 1,22

9. Sektor pembangunan daerah dan pemukiman 268,87 9,44 342,76 7,83

10.Sektor lingkungan hidup dan tata

mang 47,97 1,68 102,94 2,35

11.Sektor pendidikan, kebudayaan nasiona1, kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, pemuda dan olah raga 168;35 5,91 273,46 6,24

12. Sektor kependudukan dan ke1uarga sejahtera 3,54 0,12 5,81 0,13

13. Sektor kesehatan, kesejahteraan sosial, peranan wanita, anak dan remaja 111,56 3,92 154,34 3,52

14. Sektor pemmahan dan

pemukiman 137.00 4,81 215,83 4,93

15. Sektor agama 52,88 1,85 79,81 1,82

16. Sektor ilmu pengetahuan dan

tehno1ogi 62,62 2,20 99,06 2,26

17. Sektor hokum 7,69 0,27 11.85 0,27

18. Sektor aparatur pemerintah dan pengawasan 394,17 13,84 683,07 15,60

19. Sektor politik. penerangan, komunikasi dan media massa 40,73 1,43 60,37 1,38

20. Sektor keamanan dan ketertiban

urnum 25,25 0,89 40,64 0,93

. Subsidi pembangunan kepada daerah bawahan 276,46 9,71 519.70 11,87

. Pembayaran kembali pinjaman 0,00 0,00 0,00 0,00

Jurnlah 2.848,40 100,00 4.379,42 100,00

Page 389: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 389

Tabel V. 22

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT IPER PROPINSI

1989/1990,1993/1994,1994/1995, DAN 1997/1998

Repelita V Repelita VI

No. Propinsi' 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1997/1998 Pertumbuhan

Jumlah Per kapita Jumlah Per kapita Jumlah Per kapita Jumlah Per kapita Rata-rata (%)

(Rp miliar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah) (Rp miliar) (Rupiah)

(1) , (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I. DI Aceh 26,89 8.090 51,91 14.071 54,99 14.567 85,60 20.805 15,6

2. Sumatera Utara 58,48 5.661 93,51 8.648 93,52 8.517 195,05 16.790 16,3

3. Sumatera Barat 17,48 4.477' 38,65 9.195 45,24 10.605 77,79 17.242 20,5

4. Riau 35,24 12.222 123,38, 33.638 104,96 27.657 151,02 34.877 20,0

5.' Jambi 20,42 10.092 51,89 23.195 52,63 22.784 74,67 28.567 17,6

6.Sumatera Selatan 31,06 5.114 84,77 12.331 81,29 11.524 112,91 14.520 17,5

7.Bengkulu 13,23 11.812 36,88 27.937 37,16 27.184 55,89 35.687 19,7

8.Lampung 24,66 3.411 41,24 6.417 51,08 7.794 73,26 10.382 14,6

9.OKI Jakarta 272, II 29.886 584,96 66.496 788,1l 87.763 . II 6,65 115.064 '19,3

10.Jawa Barat 69,40 2.055 152,80 4.043 239,28 6.205 475,19 11.396 27,2

II.Jawa Tengah 60,43 2.ll0 II 3,23 3.868 l3l , 64 4.465 253,83 8.395 19,7

12.DI Yogyakarta 15,49 4.953 33,52 11.486 36,91 12.649 50,30 17.297 15,9

13.Jawa TirllUr 86,09 2.619 182,29 5.461 231,99 6.897 426,48 12.337 22,1

14.Kalimantan Barat 20,93 6.619 58,7 16.720 66,37 18.586 91,18 23.424 20,2

15.Kalimantan Tengah 24,61 19.322 81,56 52.889 83,44 52.478 104,82 58.719 19,9

. 16.Kalimantan latan 16,90 6.859 50,45 18.136 53,99 19.004 73,04 23.705 20,1

17.Kalimantan Timur 27,90 15.569 83,29 38.847 97,30 43.515 137,05 51.991 22,0

18.Sulawesi Utara 24,94 10.084 48,46 18.755 48,74 18.61-7 64,12 22.403 12,5

19.Sulawesi Tengah 19,15 11.040 57,18 30.893 58,89 31.011 77,80 37.082 19,2

20.Sulawesi Selatan , 29,26 4.180 67,22 9.151 84,67 11.3 46 129,06 16.290 20,4

21.Sulawesi Tenggara 14,66 11.283 48,52 32.391 44,20 28.608 64,66 37.073 20,4

22.Bali 25,74 9.252 41,25 14.443 50,52 17.540 95,24 27.774 17,8

23.Nusa Tenggara Barat 15,16 4.587 42,87 12.083 42,93 11.920 71,47 17.279 21,4

24.Nusa Tenggara Timur 18,18 5.375 54,55 15.746 70,84 20.104 77,12 20.544 19,8

25.Maluku 22,09 12.177 62,70 31.335 64,67 31.580 75,30 33.683 16,6

26.Irian Jaya 22,14 14.230 83,72 45.775 89,24 47.170 ll7,53 49.905 23,2

27.Timor Timur 15,95 22.306 43,84 54.264 43,80 53.027 52,39 58.788 16,0

Jumlah 1.028.57 5.742 2.413,01 12.758 2.848,40 14.819 4.379,42 21.309 19,9

Page 390: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 390

5.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat II 5.4.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah sumber pendapatan daerah yang murni digali oleh

daerah sendiri, dan oleh karena itu daerah mempunyai keleluasaan penuh dalam memanfaatkan

dana tersebut untuk kepentingan daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah.

Komponen pendapatan asli daerah adalah pajak, retribusi,penerimaan laba BUMD, penerimaan

dinas-dinas, dan penerimaan lain-lain. Dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik dan

pembangunan di daerah tingkat II, pendapatan asli daerah memegang peranan yang cukup

penting, meskipun bukan merupakan sumber penerimaan yang terbesar. Bagi pemerintah pusat

peranan PAD tingkat II secara bertahap diharapkan dapat terus ditingkatkan sehingga semakin

mampu membiayai kebutuhannya sendiri, terlebih dalam situasi semakin terbatasnya

kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana subsidi dan bantuan kepada daerah. Namun

demikian, dalam menggali dana PAD pemerintah daerah tetap berpegang pada ketentuan

perundang-undangan yang berlaku dan menghindari pungutan-pungutan yang sifatnya

memberatkan rakyat kecil.

Peningkatan PAD di masa yang akan datang semakin diperlukan sehubungan dengan

semakin meningkatnya kegiatan pelayanan publik dan intensitas pembangunan yang

memerlukan biaya relatif lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Dalam kaitan ini usaha

pemerintah daerah tingkat II untuk meningkatkan PAD yang dijalankan selama ini relatif cukup

berhasil. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan PAD tingkat II selama periode 1989/1990 --

1996/1997. Dalam tahun anggaran 1989/1990 jumlah seluruh PAD tingkat II adalah Rp477,9

miliar, sedang dalam tahun anggaran 1996/1997 meningkat menjadi Rp1.827,4 miliar. Hal ini

berarti selama periode 1989/1990 -- 1996/1997 PAD tingkat II seeara nasional mengalami

pertumbuhan rata-rata per tahun 21,1 persen. Sementara itu, ditinjau dari PAD rata-rata per

daerah tingkat II juga memperlihatkan peningkatan yaitu dari Rp 1,6 miliar dalam tahun

anggaran 1989/1990 menjadi Rp6,1 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997. Dalam pada itu,

jika dilihat menurut jumlah PAD yang diterima daerah tingkat II tiap propinsi selama tahun

anggaran 1996/1997, daerah tingkat II di Propinsi Jawa Barat, Propinsi JawaTimur, dan Propinsi

Jawa Tengah menerima PAD dengan jumlah terbesar masingmasing Rp480,6 miliar, Rp332,3

miliar, dan Rp261, 1 miliar, sebaliknya yang terkecil adalah pada daerah tingkat II di Propinsi

Timor Timur, Propinsi Bengkulu, dan Propinsi Sulawesi Tenggara masing-masingRp3,8 miliar,

Page 391: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 391

Rp8,0 miliar, dan Rp9,1 miliar. Perkembangan PAD tingkat II per propinsi secara rinci dapat

dilihat pada Tabel V.23.

Dari kelima komponen PAD tersebut, penerimaan dart retribusi dan pajak merupakan

dua komponen yang memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp858,6 miliar dan Rp635,8 miliar

dalam tahun anggaran 1996/1997 atau masing-masing mempunyai proporsi 47,0 persen dan

34,8 persen terhadap total PAD tingkat II seluruh Indonesia untuk tahun anggaran yang sama

sebagaimana terlihat pada Tabel V.24.

Page 392: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 392

Tabel V. 23

PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN

1996/1997

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. 1989/1990 ' 199311994 1994/1995 199611997 PertumbuhanPropinsi

Rata-rata (%)

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Keseluruhan

Dari II Keseluruhan

Oatill Keseluruhan

Dari II Keseluruhan

Dari II

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I.DI Aceh 6,120,61 12,021,20 14,98 1,50 20,36 2,04 18,7

2.Somatera Utara 32,791,93 62,213,66 73,96 4,35 107,95 6,35 18,6

3.Sumarera Barat 14,251,02 24,461,75 28,86 2,06 39,26 2,80 15,6

4.Riau 6,621,10, 12,542,09 14,60 2,43 24,52 4,09 20,6

5.Jambi 3,670,61 8,051,34 10,74 1,79 15,14 2,52 22,4

6.Sumarera Selatan 11,261,13 22,012,20 32,10 3,21 41,61 4,16 20,5

7.Bengkulu 2,880,72 4,731,18 6,27 1,57 8,00 2,00 15,7

8.Lampung 9,33 2,33 16,21 3,24 16,39 3,28 34,49 6,90 20,5

9.Jawa Barat 99,68 4,15 223,18 9,30 307,76 12,31 480,60 19,22 25,2

10.Jawa Tengah 89,39 2,55 156,13 4,46 194,69 5,56 261,10 7,46 16,5

II.DI Yogyakarta 9,34 1,87 19,59 3,92 -- -'14,97 4,99 39,50 7,90 22,9

12.Jawa Timur 86,01 2,32 168,29 4,55 220;32 5,95 332,31 8,98 21,3

13.Kalimantan Barat 8,09 1,16 12,39 1,7 14,26 2,04 18,09 2,58 12,2

14.Kalimantan Tengah 2,43 0,41 4,73 0,79 6,50 1,08 10,99 1,83 24,1

15.Kalimantan Selatan 6,82 0,68 14,00 1,40 17,48 1,75 25,69 2,57 20,9

16.Kalimantan Timur 12,22 2,04 30,28 5,05 35,85 5,98 42,10 7,02 19,3

17.Sulawesi Utara 8,73 1,25 14,71 2,10 19,67 2,81 24,69 3,53 16,0

18.Sulawesi Tengah 3,29 0,82 5,73 1,43 6,13 1,53 9,24 1,85 15,9

19.Sulawesi Selatan 21,57 0,94 37,61 1,64 46,73 2,03 70,64 3,07 18,5

20.Sulawesi Tenggara 2,01 0,50 4,67 1,17 5,82 1,46 9,09 1,82 24,1

21.Bali 19,30 2,41 49,28 5,48 88,49 9,83 137,29 15,25 32,4

22.Nusa Tenggara Barat 6,34 1,06 12,93 2,16 15,27 2,18 22,61 3,23 19,9

23.Nusa Tenggara Timur 7,89 0,66 12,77 1,06 13,88 1,16 18,79 1,57 13,2

24.MalUku 3,86 0,77 6,68 1,34 9,09 1,82 11,04 2,21 16,2

25.Irian Jaya 3,24 0,36 7,65 0,85 10,21 1,02 18,41 1,84 28,2

26.Timor Timur 0,79 0,06 1,70 0,13 2,67 0,21 ',84 0,30 25,3

Jurnlah 477,92 - 944,55 - 1.237,69 - 1.827,35 - 21.1

Rata-rata per Dat; II - 1.64 - 3,21 - 4,17 - 6,11

Page 393: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 393

Tabel V. 24

KOMPOSISI PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

Repelita V Repelita VI

No. Komponen PAD 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

(Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1.Pajak 130,39 27,28 279,32 29,57 401,54 32,44 635,8234,80

2. Retribusi 267,00 55,87 515,02 54,53 643,61 52,00 858,5946,98

3. Penerimaan bagian laba

perusahaan daerah 14,04 2,94 26,36 2,79 32,96 2,66 59,55 3,26

4. Penerimaan dinas-dinas 26,17 5,48 41,38 4,38 53,18 4,30 117,81 6,45

5. Penerimaan lain-lain 40,32 8,43 82,47 8,73 106,40 8,60 155,58 8,51

Jumlah 477,92 100,00 944,55 100,00 1.237,69 100,00 1.827,35 100,00

Page 394: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 394

5.4.1.1 Pajak Daerah

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

ditujukan untuk memperbaiki sistem perpajakan daerah yang mengarah pada sistem yang

sederhana, adil, efektif dan efisien, dan berorientasi pada usaha peningkatan penerimaan daerah

melalui sumber pajak yang potensial. Untuk mendukung perkembangan otonomi daerah yang

nyata dan bertanggung jawab dengan titik berat pada daerah tingkat II, maka dalam Undang-

undang ini daerah tingkat II mendapat sumber penerimaan pajak yang lebih banyak daripada

daerah tingkat I, yaitu 6 jenis pajak yang meliputi Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Hiburan,

Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian

Golongan C, dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

Dalam tahun anggaran 1989/1990 realisasi penerimaan pajak daerah tingkat II adalah

Rp130,4 millar, dan meningkat menjadi Rp635,8 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997

dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun 25,4 persen. Dalam tahun anggaran 1996/1997,

daerah tingkat II di Propinsi Jawa Barat merupakan penerima pajak daerah terbesar yaitu

Rp136,7 miliar, yang diikuti daerah tingkat II di Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Bali masing-

masing Rp115,6 miliar dan Rp105,3 miliar atau masing-masing memberikan kontribusi sebesar

21,5 persen, 18,2 persen, dan 16,6 persen terhadap total penerimaan daerah tingkat II di seluruh

Indonesia. Secara rata-rata per daerah tingkat II, penerimaan pajak daerah tingkat II di Propinsi

Bali, Propinsi Jawa Barat, dan Propinsi DI Yogyakarta merupakan daerah dengan tingkat

penerimaan pajak rata-rata per daerah tingkat II terbesar yaitu Rp 11,7 millar, Rp5,5 millar, dan

Rp3,4 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997. Sebaliknya penerimaan pajak rata-rata per

daerah tingkat II terendah adalah pada daerah tingkat II di Propinsi Timor Timur, Propinsi

Sulawesi Tenggara, dan Propinsi Bengkulu masingmasing Rp0,7 millar, Rp 1,6 miliar, dan 1,7

miliar. Perkembangan pajak daerah tingkat II tiap-tiap propinsi selama periode 1989/1990 --

1996/1997 dapat dilihat pada Tabel V.25.

5.4.1.2 Retribusi Daerah

Sebagai salah satu komponen dalam PAD, retribusi diharapkan dapat menjadi salah

satu sumber penerimaan yang dapat menunjang terselenggaranya kegiatan pelayanan publik di

daerah tingkat II. Untuk itu peningkatan kualitas pelayanan yang didukung cara kerja yang

Page 395: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 395

profesional ditambah dengan konsistensi dalam menerapkan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku khususnya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 perlu terus menerus

dilaksanakan oleh para aparat pemerintah daerah karena hal itu secara langsung dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi.

Bagi pemerintah daerah tingkat II, penerimaan dari retribusi merupakan sumber

penerimaan yang relatif cukup diandalkan terutama dalam menunjang kelancaraan pelaksanaan

kegiatan pelayanan publik di daerah. Dalam kenyataannya penerimaan dari retribusi cukup besar

dan senantiasa meningkat setiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat dart perkembangan penerimaan

retribusi selama periode 1989/1990 -- 1996/1997 seperti terlihat pada Tabel V.26. Dalam

periode tersebut penerimaan retribusi daerah tingkat II meningkat dari Rp267,0 miliar dalam

tahun anggaran

Page 396: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 396

Tabel V. 25

PENERIMAAN PAJAK DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

(datam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. 1989/1990 ! 1993/1994 199411995 199611997 PertumbuhanPropinsi

Rata-rata (%)

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Keseluruhan

Dari II Keseluruhan

Dari II Keseluruhan

Dari II Keseluruhan

Dari II

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1.DI Aceh 1,83 0,18 3,630,36 4,71 0,47 6,48 0,65 19,8

2.Sumatera Vtara 12,34

.0,73 25,39 1,49 29,79 1,75 48,36 2,84 21,5

3. Sumatera Barat 3,45 0,25 5,95 0,43 7,53 0,54 11,67 0,83 19,0

4. Ri au 2,07 0,35 4,01 0,67 4,79 0,80 9,39 1,57 24,1

5. Jambi 0,98 0,16 2,08 0,35 2,20 0,37 3,41 0,57 19,5

6. Sumatera Selatan 3,13 0,31 7,13 0,71 7,99 0,80 13,21 1,32 22,8

7. Bengkulu 0,67 0,17 0,97 0,24 1,08 0,27 1,67 0,42 13,9

8. Lampung 2,77 0,69 4,17 0,83 5,24 1,05 8,80 1,76 18,0

9. Jawa Barat 23,46 0,98 53,04 2,21 83,33 3,33 136,70 5,47 28,6

10. Jawa Tengah 21,70 0,62 38,37 1,10 51,17 1,46 70,73 2,02 18,4

11. DI Yogyakarta 3,20 0,64 6,60 1,32 9,23 1,85 16,94 3,39 26,9

12. Jawa Timur 17,16 0,46 47,53 1,28 65,92 1,78 115,60 3,12 31,3

13. Kalimantan Barat 3,25 0,46 4,43 0,63 6,33 0,90 7,69 1,10 13,1

14. Kalimantan Tengah 0,83 0,14 1,56 0,26 1,85 0,31 2,64 0,44 18,0

15. Kalimantan Selatan 2,68 0,27 5,39 0,54 6,88 0,69 9,07 0,91 19,0

16. Kalimantan Timor 6,17 1,03 10,39 1,73 13,28 2,21 18,49 3,08 17,0

17. Sulawesi Vtara 2,38 0,34 3,92 0,56 6,55 0,94 9,10 1,30 21,1

18. Sulawesi Tengah 0,99 0,25 1,33 0,33 1,48 0,37 2,48 0,50 14,0

19. Sulawesi Selatan 4,50 0,20 9,19 0,40 10,90 0,47 19,32 0,84 23,1

20. Sulawesi Tenggara 0,31 0,08 0,88 0,22 0,94 0,24 1,61 0,32 26,5

21. Ball 13,25 1,66 35,23 3,91 69,65 7,74 105,34 11,70 34,5

22. Nusa Tenggara Barat 0,64 0,11 2,58 0,43 4,01 0,57 6,52 0,93 39,3

23. Nusa Tenggara Timur 0,61 0,05 1,09 0,09 1,18 0,10 2,16 0,18 19,8

24. Maluku 1,00 0,20 1,74 0,35 1,94 0,39 3,19 0,64 18,0

25. Irian Jaya 0,79 0,09 2,21 0,25 2,98 0,30 4,56 0,46 28,5

26. Timor Timor 0,23 0,02 0,51 0,04 0,59 0,05 0,69 0,05 17,0

Jumlah 130,39 - 279,32 - 401,54- 635,82 - 25,4

Rata-rata per Dari II - 0,45 - 0,95 - 1,35 - 2,13

Page 397: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 397

Tabel V. 26

PENERIMAAN RETRIBUSI DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

'---- - ------------_.__._------ --.- .-.--

Propinsi 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997 Pertumbuhan

f-----_. --- ..--.------------ . -- Rata-rata (%)

Rala-rala Rala-rala Rala-rala Rala-rala KeseIuruhan

Dalin Keseluruhan

Dalin Keseluruhan

Dalin Keseluruhan

Dalin

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I.DI Aceh 3,23 0,32 6,07 0,61 7,34 0,73 10,73 1,07 18,7

2.Sumalera Utara 14,76 0,87 27.39 1.61 33,86 1,99 44,55 2,62 17.1

3.Sumatera Barat 9,40 0,67 15,86 1,13 18.15 1,30 23,66 1,69 14,1

4-Ri au 3,80 0,63 6,15 1,03 8,27 1,38 12,18 2,03 18,1

5.Jambi 2,34 0,39 4,92 0,82 7,10 1,18 9,79 1.63 22,7

6.Sumatera Selatan 6,03 0,60 10,26 1,03 15,92 1,59 19,26 1.93 18,0

7.Bengkulu 1,59 0,40 2,50 0,63 2,68 0,67 4,59 1,15 16,4

8.Lampung 5,82 1,46 9,10 1,82 9,45 1,89 13,71 2,74 13,0

9.Jawa Barat 61,68 2,57 131,17 5,47 177,42 7,10 237,11 9,48 21,2

10.Jawa Tengah 49,97 1,43 91,88 2,63 109,55 3,13 135,69 3,88 15,3

II.DI Yogyakarta 4,26 0,85 9,74 1,95 11,44 2,29 14,81 2,96 19,5

12.Jawa Timur 53,06 1,43 98,42 2,66 121,38 3,28 165,93 4,48 17,7

13.Kalimantan Barat 3,95 0,56 6,64 0,95 6,41 0,92 7,95 1,14 10,5

14.Kalimantan Tengah 1,03 0,17 1.93 0,32 2,49 0,42 4,92 0,82 25,0

15,Kalimantan Selatan 3,32 0,33 6,73 0,67 7,09 0,71 10.34 1.03 17,6

16,Kalimantan Timur 3,76 0,63 12.43 2,07 13,28 2,21 15.36 2,56 22,3

17.Sulawesi Utara 5,64 0,81 8,49 1,21 10,24 1,46 11,67 1.67 10,9

18.Sulawesi Tengah 1,74 0,44 3,27 0,82 3.39 0,85 4,59 0,92 14,9

19,Sulawesi Selatan 13,70 0,60 23,78 1.03 30,76 1,34 43,79 1,90 18,1

20.Sulawesi Tenggara 1,40 0,35 3,31 0,83 4,18 1,05 5,02 1.00 20,0

21.B a I I 4,24 0,53 11.62 1,29 15,21 1.69 26.36 2,93 29,8

22.Nusa Tenggara Barat 4,50 0,75 9,14 1,52 9,98 1,43 14,23 2,03 17,9

23,Nusa Tenggara Timur 3,56 0,30 6,46 0,54 7,64 0,64 9,01 0,75 14,2

24,Maluku 2,33 0,47 3,73 0,75 5,61 1,12 6.31 1,26 15,3

25,Irian Jaya 1.46 0,16 3,19 0,35 3,74 0,37 5,62 0.56 21,2

26.Timor Timur 0,43 0,03 0,84 0,06 1,03 0,08 1,41 0,11 18,5

Jumlah 267,00 - 515,02 - 643,61 - 858,59 - 18,2

Rata-rata per Dari 11 - 0,91 - 1,75 - 2,17 - 2,87

Page 398: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 398

1989/1990 menjadi Rp858,6 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997 dengan laju pertumbuhan

rata-rata 18,1 persen per tahun. Dari semua daerah tingkat II di tiap propinsi, penerimaan

retribusi daerah tingkat II di Propinsi Bali mengalami laju pertumbuhan rata-rata tertinggi, yaitu

29,8persen per tahun, yang diikuti Propinsi Kalimantan Tengah, dan Propinsi Jambi masing-

masing 25,0 persen dan 22,7 persen, sedangkan yang terendah terjadi pada daerah tingkat II di

Propinsi Kalimantan Barat, Propinsi Sulawesi Utara dan Propinsi Lampung masing-masing 10,5

persen, 10,9 persen, dan 13,0 persen per tahun selama periode tersebut. Sementara itu, jika

ditinjau dari jumlah penerimaan retribusi daerah tingkat II tiap propinsi, dalam tahun anggaran

1996/1997 yang tertinggi diperoleh daerah tingkat II di Propinsi Jawa Barat yaitu Rp237, I

millar, kemudian diikuti Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Jawa Tengah masing-masing

Rp165,9 miliar dan Rp135,7 millar, sedangkan Propinsi Timor Timur adalah yang terendah,

yaitu Rp 1,4 miliar, diikuti Propinsi Bengkulu dan Propinsi Sulawesi Tengah yang masing-

masing memperoleh penerimaan dart retribusi daerah tingkat II sebesar Rp4,6 miliar.

5.4.1.3 Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah

Dari tahun ke tahun, penerimaan bagian laba BUMD tingkat II meningkat. Penerimaan

bagian laba BUMD tingkat II dalam tahun anggaran 1989/1990 adalah Rp14,0 millar,

selanjutnya dalam tahun anggaran 1996/1997 meningkat tajam mencapai Rp59,5 miliar. Ini

berarti selama periode Repelita V dan tiga tahun pertama Repelita VI penerimaan bagian laba

BUMD tingkat II meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun 22,9 persen.

Penerimaan bagian laba BUMD tingkat II yang mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun

tertinggi adalah daerah tingkat II di Propinsi Lampung, Propinsi Bengkulu, dan Propinsi

Kalimantan Tengah masing-masing 124,6 persen, 123,0 persen dan 65,4 persen, sedangkan laju

pertumbuhan negatif dialami daerah tingkat II di Propinsi Irian Jaya dan Propinsi Maluku

dengan pertumbuhan masing-masing negatif 2,7 persen dan negatif 0,3 persen.

Penerimaan bagian laba BUMD tingkat II tiap propinsi yang terbesar dalam tahun

anggaran 1996/1997 adalah daerah tingkat II di Propinsi Jawa Barat, Propinsi Jawa Timur, dan

Propinsi Lampung masing-masing Rp 12,4 millar, Rp 11,5 millar, dan Rp 10,1 millar, sedang

jumlah penerimaan yang terkecil adalah daerah tingkat II di Propinsi Irian Jaya, Propinsi

Maluku, dan Propinsi Bengkulu, masing-masing Rp20,0 juta, Rp70,8 juta, dan Rp93,2 juta.

Page 399: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 399

Namun jika dilihat rata-rata bagian laba BUMD per daerah tingkat II, maka jumlah tertinggi

dicapai oleh daerah tingkat II di Propinsi Lampung, Propinsi Jawa Barat, dan Propinsi DI

Yogyakarta, masing-masing Rp2,0 miliar. Rp495,1 juta, dan Rp 337,9 juta, sedang terendah

dialami oleh daerah tingkat II di Propinsi Irian Jaya, Propinsi Maluku, dan Propinsi Kalimantan

Barat, masing-masing Rp2,0 juta, RpI4,2juta, dan RpI9,8juta. Perkembangan penerimaan

bagian laba BUMD daerah tingkat II tiap propinsi selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel V.l7.

5.4.1.4 Penerimaan Dinas-dinas Daerah

Penerimaan dinas-dinas daerah tingkat II merupakan penerimaan dari dinas-dinas yang

ada pada daerah ingkat II di luar penerimaan dari dinas pendapatan daerah. Pada umumnya

Page 400: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 400

/

//] TaM V. 27

PENERIMAAN BAGIAN LABA PERUSAHAAN DAERAH TINGKA T II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

(dalamjuta rupiah)

Repelita V Repelita VI

No, Propinsi 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997 Pertumbuhan

.. Rata-rata (%)

Rata.rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Keseluruhan

Dalill Keseluruhan

Dari II Keseluruhan

Dari II Keseluruhan

Dari II

(1) (2)(3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I. DI Aceh 158,35 15,84 142,57 14,26 350,01 35,00 621,67 62,17 21,6

2. Sumatem Utara 534,82 31,46 709,06 41,71 1.511,69 88,92 2.996,02 176,24 27,9

3. Sumatem Barat 105,46 7,53 359,83 25,70 388,69 27,76 426,68 30,48 22,1

4. Riau 132,00 22,00 121,50 20,25 131,90 21,98 497,19 82,87 20,9

5. Jam b i 24,42 4,07 521,80 86,97 309,72 51,62 577,11 96,19 57,1

6, Sumatera Selatan 176,39 17,64- 541,54 54,15 1.303,75 130,38 1.713,85 171,39 38,4

7. Bengkulu 0,34 0,09 50,29 12,57 54.73 13,68 93,18 23,30 123,0

8. Lampung 34,95 8,74 39,00 7,80 105,24 21,05 10.086,34 2.017,27 124,6

9. Jawa Barat 2.199,12 91,63 5.461,87 227,58 6.611,58 264,46 12,377,58 495,10 28,0

10, Jawa Tengah 2.815,07 80,43 4.537,55 129,64 5.471,26 156,32 6.987,85 199,65 13,9

II DI Yogyakarta 232,91 46,58 435,33 87,07 469,32 93,86 1.689,71 337,94 32,7

12. Jawa Timur 5.501,06 148,68 8.816,29 238,28 9.647,70 260,75 11.538,68 311,86 11,2

13, Kalimantan Barat 42,25 6,04 , 102,53 14,65 165,56 23,65 138,43 19,78 18,5

14. Kalimantan Tengah 40,74 6,79 363,91 60,65 890,12 148,35 1.377,42 229,57 65,4

15. Kalimantan Selatan 258,62 25,86 305,63 30,56 852,04 85,20 1.566,98 156,70 29,4

16. Kalimantan Timur 563,18 93,86 1.860,09 310,01 1.919,98 320,00 1.456,72 242,79 14,5

17. Sulawesi Utara 104,74 14,96 239,50 34,21 353,67 50,52 734,17 104,88 32,1

18. Sulawesi Tengah 28,15 7,04 60,61 15,15 82,50 20,63 227,39 45,48 34,8

19. Sulawesi Selatan 119,23 5,18 567,17 24,66 572.37 24,89 1.764,01 76,70 46,9

20. Sulawesi Tenggara 50,00 12,50 17,78 4,45 74,35 18,59 129,03 25,81 14,5

21. B a1 i 622,52 77,81 4'83,33 53,70 565,71 62,86 1.265,47 140,61 10,7

22 Nusa Tenggara Barat 87,42 14,57 214,56 35,76 200,34 28,62 407,94 58,28 24,6

23. Nusa Tenggara Timur 85,16 7,10 213,66 17,80 267,57 22,30 500,82 41,74 28,8

24. Maluku 72,10 14,421

55,87 11,17 169,02 33,80 70,79 14,16 -0,3

25. Irian Jaya 24,17 2,69 73,30 8,14 306,44 30,64 20,00 2,00 -2,7

26 Timor Timor 22,94 1,76 68,10 5,24 188,67 14,51 284,38 21,88 43,3

Jumlah 14,036,11 - 26.362,67 - 32.963,93 - 59.549,41 - 22,9

Rata - rata per Dari II - 48,07 - 89,67 - 110,99 - 199,16

Page 401: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 401

penerimaan dinas-dinas daerah tingkat II hanya memberikan sumbangan yang relatif kecil jika

dibandingkan dengan penerimaan pajak atau retribusi. Bahkan di masa yang akan datang

penerimaan dari dinas-dinas ini diperkirakan akan menurun karena beberapa jenis penerimaan

dinas-dinas akan dikelompokkan ke dalam penerimaan retribusi sesuai dengan ketentuan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997. Penerimaan dari masing-masing dinas cenderung

berfluktuasi setiap tahunnya dan hal itu ditentukan oleh tingkat permintaan masyarakat akan jasa

pelayanan dan kemampuan dari dinas terkait untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan

tersebut.

Waiaupun penerimaan dinas-dinas daerah tingkat II relatif kecil, namun penerimaan ini

menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Dalam tahun anggaran 1989/1990, penerimaan

dinas-dinas daerah tingkat II adalah Rp26,2 miliar, dan dalam tahun anggaran 1996/1997

meningkat menjadi Rp 117,8 miliar yang berarti selama periode tersebut mengalami

pertumbuhan rata-rata per tahun 24,0 persen.

Sementara itu, dalam tahun anggaran 1996/1997 daerah tingkat II yang memperoleh

penerimaan dinas-dinas terbesar adalah daerah tingkat II di Propinsi Jawa Barat, Propinsi Jawa

Tengah dan Propinsi Jawa Timur masing-masing Rp45,2 miliar, Rp3t,5 miliard an Rp16,6

miliar, sedang yang terendah adalah daerah tingkat II di Propinsi Bengkulu, Propinsi

Kalimantan Selatan dan Propinsi Sumatera Barat masing-masing Rp87,5 juta, Rp 110, 1 juta dan

Rp145, 1 juta. Penerimaan dinas-dinas daerah tingkat II di Propinsi Riau, Propinsi Timor Timur,

dan Propinsi Jawa Barat mencapai laju pertumbuhan tertinggi masing-masing 100,2 persen, 41,4

persen, dan 39,9 persen, dan yang terendah adalah daerah tingkat II di Propinsi Sumatera Barat,

Propinsi Kalimantan Barat dan Propinsi Kalimantan Timur masing-masing 0,1 persen, 2,2

persen dan 3,5 persen selama periode 1989/1990 -- 1996/1997. Selain itu penerimaan dinas-

dinas pada daerah tingkat II lainnya justru mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu Propinsi

Sulawesi Selatan dan Propinsi Nusa Tenggara Barat masing-masing negatif 10,5 persen dan

negatif 6,5 persen.

5.4.1.5 Penerimaan Lain-lain

Pengertian penerimaan lain-lain daerah tingkat II adalah penerimaan yang diperoleh

daerah tingkat II di luar pajak, retribusi, bagian laba BUMD, dan penerimaan dinas-dinas.

Page 402: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 402

Beberapa contoh penerimaan yang termasuk kategori penerimaan lain-lain misalnya penerimaan

dari hasil penjualan asset milik pemerintah daerah, dan jasa giro rekening pemerintah daerah

tingkat II. Penerimaan lain-lain di masa yang akan datang diperkirakan akan menurun bahkan

kemungkinan tak ada lagi, karena adanya pengelompokan dari beberapa jenis penerimaan lain-

lain yang dimasukan ke dalam kategori penerimaan retribusi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Undang -undang Nomor 18 Tahun 1997.

Perkembangan penerimaan lain-lain daerah tingkat II di tiap propinsi selama periode

1989/1990 - 1996/1997, bervariasi antara propinsi yang satu dengan propinsi lainnya. Sementara

penerimaan lain-lain daerah tingkat II di Propinsi Jawa Barat, Propinsi Jawa Timur, dan

Propinsi Jawa Tengah adalah tertinggi, masing-masing Rp49,2 miliar, Rp22,7 miliar, dan

Rp16,2 miliair dalam tahun anggaran 1996/1997. Secara nasional penerimaan lain-lain daerah

tingkat II di ketiga tersebut mempunyai proporsi 56,6 persen, sedangkan daerah tingkat II yang

memperoleh penerimaan lain-lain dengan jumlah terendah adalah daerah tingkat II di Propinsi

Nusa Tenggara Barat, Propinsi Jambi, dan Propinsi Timor Timur masing-masing Rp988,5 juta,

Rp 1.059,9 juta, dan Rp 1.139,6 juta. Laju pertumbuhan rata-rata per tahun penerimaan lain-lain

daerah tingkat II selama periode 1989/ 1990 -- 1996/1997, dengan laju pertumbuhan tertinggi

adalah daerah tingkat II di Propinsi Timor Timur, Propinsi Sulawesi Tenggara dan Propinsi

Kalimantan Selatan masing-masing 46,5 persen, 39,7 persen, dan 36,4 persen, sedangkan yang

terendah adalah di Propinsi Jawa Tengah, Propinsi DI Yogyakarta dan Propinsi Sumatera Utara

masing-masing 7,8 persen, 11,8 persen dan 13,1 persen.

5.4.2 Bagi Hasl Pajak dan Bukan Pajak

5.4.2.1 Bagi HasH Pajak

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1985 dan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor l009/KMK.04/1985, dari keseluruhan penerimaan pajak bumi dan bangunan

(PBB) yang dibagihasilkan kepada daerah, pemerintah daerah tingkat II memperoleh bagian

terbesar yaitu 64,8 persen diikuti pemerintah daerah tingkat I 16,2 persen, sisanya 10,0 persen

untuk pemerintah pusat dan 9,0 persen selebihnya merupakan upah pungut. Selanjutnya

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83 Tahun 1994 dan Perubahan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 2 Tahun 1995, bagian pusat sebesar 10,0 persen diserahkan secara

merata kepada daerah tingkat II sehingga jumlah bagian daerah tingkat II menjadi 74,8 persen.

Page 403: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 403

Pembagian PBB yang sebagian besar dialokasikan kepada pemerintah daerah tingkat II

menunjuk komitmen pemerintah untuk memberi porsi pendanaan yang lebih besar kepada

pemerintah daerah tingkat II dibanding pemerintah daerah tingkat I, selain karena semakin

pentingnya peran pemerintah daerah tingkat II sebagai sentra pembangunan di daerah, juga

berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan

bertanggungjawab yang titik beratnya ada di daerah tingkat II. Hal ini juga untuk menunjang

kelancaran pelaksanaan urusan-urusan sehubungan dengan semakin banyaknya urusan-urusan

yang diserahkan pengelolaannya kepada daerah tingkat II. Dengan demikian, penerimaan PBB

ini menjadi salah satu sumber penerimaan yang sangat penting bagi daerah tingkat II. Untuk

tercapainya hasil penerimaan PBB yang optimal maka peran pemerintah daerah tingkat II dalam

proses pemungutan PBB perlu ditingkatkan.

Secara umum, penerimaan daerah tingkat II yang berasal dari PBB meningkat setiap

tahunnya. Perkembangan penerimaan PBB selama periode 1989/1990 -- 1996/1997 dapat dilihat

pada Tabel V. 8. alam tahun anggaran 1989/1990 penerimaan PBB berjumlah Rp361,8 miliar,

kemudian meningkat menjadi Rp 1.578,7 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997, atau

mengalami pertumbuhan rata-rata tahun 23,4 persen. Dalam tahun anggaran 1996/1997,

jumlah terbesar dicapai oleh prppinsi Jawa Barat, Propinsi Jawa Timur, dan Propinsi

Kalimantan Timur masing-masing Rp22 ,2 miliar, Rp216,3 miliar, dan Rp143,6 miliar, sedang

jumlah terkecil dicapai oleh

Page 404: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 404

Tabel V. 28

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. 1989/1990 199311994 199411995 1996/1997 PertumbuhanPropinsl

Rata-rata (% )

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Keseluruhan

Dalill Keseluruhan

Dalill Keseluruhan Dali II Keseluruhan Dali II

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (ll)

I.DI Aceh 25,91 2,59 44,95 4,50 50,87 5,09 58,64 5,86 12,4

2.Sumatera Utara 30,94 1,82 60,37 3,55 75,42 4,44 108,45 6,38 19,6

3.Sumatera Barat 4,19 0,30 14,08 1,01 22,73 1,62 34,23 2,45 35,0

4.Riau 6,22

.1,04

18,52 3,09 24,28 4,05 36,88 6,15 29,0

5.Jambi 8,82 1,47 24,95 4,16 24,81 4,14 34,26 5,71 21,4

6. Sumatera Selatan 26,05 2,61 70,48 7,05 79,90 7,99 88,56 8,86 19,1

7. Bengkulu 1,78 0,45 3,15 0,79 5,55 1,39 10,22 2,56 28,4

8. Lampung 10,74 2,69 14,35 2,87 18,78 3,76 24,79 4,96 12,7

9. Jawa Bara! 46,67 1,94 106,26 4,43 138,71 5,55 223,19 8,93 25,1

10.Jawa Tengah 24,26 0,69 51,75 1,48 77,39 2,21 114,04 3,26 24,7

11. DI Yogyakarta 2,83 0,57 6,86 1,37 12,06 2,41 17,50 3,50 29,7

12. Jawa Timur 45,94 1,24 93,08 2,52 129,79 3,51 216,29 5,85 24,8

13.Kalimantan Bara! 5,60 0,80 17,27 2,47 27,88 3,98 40,55 5,79 32,7

14. Kalimantan Tengah 10,35 1,73 50,25 8,38 54,30 9,05 63,49 10,58 29,6

15. Kalimantan Se1atan 14,00 1,40 40,52 4,05 46;67 4,67 62,85 6,29 23,9

16. Kalimantan Timur 44,74 7,46 111,73 18,62 117,20 19,53 143,61 23,94 18,1

17. Sulawesi Utara 2,94 0,42 7,80 I,ll 11,34 1,62 17,72 2,53 29,3

18. Sulawesi Tengah 3,66 0,92 7,01 1,75 11,l2 2,78 13,83 2,77 20,9

19. Sulawesi Selatan 12,38 0,54 33,18 1,44 55,64 2,42 72,23 3,14 28,7

20. Sulawesi Tenggara 1,92 0,48 4,83 1,21 8,46 2,12 13,15 2,63 31,6

21. Bali 4,22 0,53 11,43 1,27 17,77 1,97 25,99 2,89 29,7

22. Nusa Tenggara Bara! 3,07 0,51 6,71 1,12 7,37 1,05 15,22 2,17 25,7

23. Nusa Tenggara

Timur 2,14 0,18 12,94 1,08 18,99 1,58 23,71 1,98 41,0

24. Maluku 10,05 2,01 17,86 3,57 22,93 4,59 24,40 4,88 13,5

25, Irian Jaya 12,12 1,35 41,35 4,59 53,23 5,32 80,66 8,07 31,1

26. Timor Timur 0,22 0,02 2,95 0,23 12,03 0,93 14,21 1,09 81,3

Jumlah 361,76 - 874,63 - 1.125,22 - 1.578,67 - 23,4

Rata-rata - 1,24 - 2,97 - 3,79 - 5,28

Page 405: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 405

Propinsi Bengkulu, Propinsi Sulawesi Tenggara, dan Propinsi Sulawesi Tengah masing-masing

Rpl0,2 miliar, Rp13,2 miliar, dan Rp13,8 miliar.

Sementara itu, selama kurun waktu.1989/f990 -- 1996/1997 perkembangan penerimaan

PBlf di Propinsi Timor Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur, dan Propinsi Sumatera Barat

mencapai laju pertumbuhan rata-rata per tahun terbesar masing-masing 81,3 persen, 41,0 persen,

dan 35,0 persen, sedang laju pertumbuhan terendah terjadi di Propinsi DI Aceh, Propinsi

Lampung dan Propinsi Maluku masing-masing 12,4 persen, 12,7 persen dan 13,5 persen per

tahun.

5.4.2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak

Bagi hasil bukan pajak yang selama ini diterima daerah tingkat II seluruh Indonesia

dari pemerintah pusat adalah dalam bentuk iuran hale pengusahaan hutan (IHPH) dan iuran hasil

hutan (IHH). Ketentuan yang mengatur masalah pemungutan ini adalah Keputusan Presiden

Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pengenaan, Pemungutan, dan Pembagian luran Hasil Hutan

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1991 dan Keputusan

Presiden Nomor 41 Tahun 1993. Berdasarkan Keppres tersebut ditetapkan bahwa 45,0 persen

dari penerimaan IHH ditujukan untuk pembiayaan pembangunan daerah, dengan pembagian

30,0 persen untuk pembiayaan pembangunan daerah tingkat I dan 15,0 persen untuk

pembiayaan pembangunan daerah tingkat II. Sementara itu, 55,0 persen lainnya untuk

membiayai kehutanan daerah dengan rindan 20,0 persen ntuk pembiayaan rehabilitasi hutan

secara nasional, dan 15,0 persen untuk pembiayaan kehutanan daerah, serta 20,0 persen untuk

pembayaran PBB bagi area blok tebangan. Penerimaan IHPH dialokasikan untuk daerah

tingkat I dan daerah tingkat II sebesar 70,0 persen, seuang 30,0 persen sisanya untuk pemerintah

pusat.

Dibandingkan dengan penerimaan dari bagi hasil pajak yaitu PBB, penerimaan IHH

dan IHPH rsebut relatif kecil. Tetapi walaupun demikian, kontribusi IHH dan IHPH masih tetap

diperlukan karena ikut membantu ketersediaan dana guna menunjang kelancaran pelaksanaan

pembangunan di daerah tingkat II. Penerimaan IHH seluruh daerah tingkat II di Indonesia

adalah Rp90,9 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997, sedangkan jumlah penerimaan IHPH

adalah Rp147,7 juta, yang terdiri dari penerimaan IHPH Propinsi Nusa Tenggara Timur Rp78,2

Page 406: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 406

juta dan Propinsi Jawa Tengah Rp69,5 juta. Daerah tingkat II penerimaan IHH terbesar adalah

daerah tingkat II di Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Kalimantan Timur masing-masing

Rp 17,5 miliar dan Rp 16,6 miliar dalam tahun anggaran yang sama.

5.4.3. Sumbangan dan Bantuan Pusat serta Daerah Tingkat I

5.4.3.1.Sumbangan Pusat dan Daerah Tingkat I

Kebijaksanaan pemberian sumbangan oleh pemerintah pusat dan daerah tingkat I kepada

pemerintah daerah tingkat II diarahkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas-tugas

umum pemerintahan dan pembangunan. Sebagaimana diketahui, dengan semakin meningkatnya

upaya memperluas otonomi di daerah tingkat II, pemerintah pusat dan pemerintah daerah

tingkat I secara bertahap telah menyerahkan sebagian besar urusan-urusan pemerintahan kepada

daerah tingkat II. Sebagai konsekuensinya pemerintah pusat dan daerah tingkat I juga

meningkatkan sumbangannya untuk memperkuat anggaran rutin daerah tingkat II. Jumlah

sumbangan yang diperoleh daerah tingkat II dalam tahun anggaran 1993/1994 adalah Rp

1.186,3 miliar, meningkat menjadi Rp4.554,6 miliar dalam tahun 1996/1997, yang berarti

selama kurun waktu tersebut telah mengalami laju pertumbuhan rata-rata per tahun 21,2 persen.

Dalam tahun anggaran 1996/1997, penerima sumbangan dari pusat dan daerah tingkat I

kepada daerah tingkat II tertinggi terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan, Propinsi Jawa Barat,

dan Propinsi Jawa Tengah masing-inasing Rp393,3 miliar, Rp354,2 miliar, dan Rp282,8 miliar.

Sementara itu, daerah-daerah tingkat II di Propinsi Sulawesi Tengah, Propinsi Kalimantan

Tengah, dan Propinsi DI Yogyakarta relatif kecil dibandingkan dengan-propinsi lain sehingga

menerima sumbangan yang relatif sedikit, masing-masing Rp25,2 miliar, Rp40,7 miliar dan

Rp72,0 miliar. Perkembangan sumbangan pusat dan daerah tingkat I kepada -daerah tingkat II

per propinsi dapat dilihat dalam Tabel V.29. .

Pemberian sumbangan kepada daerah tingkat II pada umumnya diwujudkan dalam bentuk

subsidi daerah otonom (SDO), yang dialokasikan untuk belanja pegawai dan belanja

nonpegawai. Belanja pegawai digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan pegawai, baik

pegawai daerah maupun pegawai pusat yang diperbantukan pada daerah tingkat II, sedangkan

belanja non pegawai dialokasikan untuk subsidi belanja urusan-desentralisasi, subsidi belanja

urusan dekonsentrasi dan pembantuan, subsidi belanja pengembangan sumber daya manusia dan

pembinaan pemerintahan, serta lain-lain belanja nonpegawai.

Page 407: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 407

Subsidi belanja urusan desentralisasi dimaksudkan untuk membantu biaya operasional

urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah, antara lain untuk membiayai Sekolah

Dasar Negeri, Rumah Sakit Daerah, dan Penyelenggaraaan Otonomi Daerah. Sementara itu,

subsidi belanja urusan dekonsentrasi dan pembantuan yang disebut juga sebagai ganjaran

digunakan untuk membiayai usaha-usaha pemerintah pusat dan daerah tingkat I yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah tingkat II yang meliputi ganjaran

kabupaten/kotamadya/kota administratif (Kotif), ganjaran kecamatan, dan ganjaran desa.

Berkenaan dengan semakin banyaknya urusan pemerintahan yang telah dilimpahkan

kepada pemerintah daerah tingkat II, maka tugas-tugas pemerintahan-yang harus diemban oleh

pemerintahdaerah tingkat II semakin meningkat. Dana SDO yang telah direalisasikan kepada

daerah tingkat II secara nasional dalam tahun anggaran 1989/1990 adalah Rpl.165,9 miliar dan

dalam tahun anggaran 1996/1997 menigkat menjadi Rp4.439,5 miliar, atau mengalami

pertumbuhan rata-rata per tahun 21,0 persen. Apabila ditinjau dari realisasi sumbangan pusat

dan daerah tingkat I kepada daerah tingkat II per propinsi dalam tahun anggaran 1996/1997,

terlihat bahwa daerah-daerah tingkat II di Propinsi Sulawesi Selatan, Propinsi Jawa Barat, dan

Propinsi Sumatera Selatan menerima sumbangan terbesar yaitu Rp391,8 miliar, Rp338,3 miliar,

dan Rp282,2 miliar, sedangkan yang terendah adalah Propinsi .Sulawesi Tengah, Propinsi

Kalimantan Tengah, dari Propinsi DI Yogyakarta yaitu Rp25,2 miliar, Rp40,1 miliar, dan

Rp70,3 miliar:

Page 408: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 408

Tabel V. 29

SUMBANGAN PUSAT DAN DAERAH TINGKAT I UNTUK DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 199611997

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repelita VI

No. 1989/1990 1993/1994 199411995 19%{1997 PertumbohanPropinsi

Rata.rata (%)

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata.rata Keseluruhan

Dalill KeseIuruhan

Dalill Keseluruhan

Dalill Keseluruhan

Dalill

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

I. D1 Aceh 20,14 2.01 46.89 4.69 51.77 5.18 103.81 10.38 26.4

2. Sumatera Utara 67.66 3.98 95.70 5.63 96.09 5,65 211.71 12.45 17,7

3. Sumatera Barat 82,22 5,87 162,95 11.64 173,78 12,41 224,61 16,04 15,4

4. Riau 46,22 7,70 104,67 17,45 111,16 18,53 148,79 24,80 18,2

5. Jambi 38,72 6,45 86,24 14,37 91,58 15,26 123,88 20,65 18,1

6. Sumatera Selatan 85,65 8,57 188,78 18,88 204,05 20,41 282,55 28,26 18,6

7. Benglmlu 21,16 5,29 50,70 12,68 55,43 13,86 77,38 19,35 20,3

8. Lampung 14,43 3,61 159,47 31,89 170,66 34,13 228,01 45,60 48,3

9. Jawa Barat 87,46 3,64 170,89 7,12 182,39 7,30 354,20 14,17 22,1

10. Jawa Tengab 99,54 2,84 196,46 5,61 210,18 6,01 282,83 8,08 16,1

II. D1 Yogyakarta 13,91 2,78 25,35 5,07 26,73 5,35 72,05 14,41 26,5

12. Jawa Timur 87,00 2,35 171,28 4,63 197,02 5,32 . 279,37 7,55 18,1

13. Kalimantan Barat 12,76 1,82 25,84 3,69 131,03 18,72 178.06 25,44 45,7

14. Kalimantan Tengab 11,80 1,97 24,08 4,01 27,88 4,65 40,72 6,79 19,4

IS. Kalimantan Selatan 6,69 0,67 10,17 1,02 12.D3 '1,20 125.21 12,52 52,0

16. Kalimantan Timur 12,55 2.09 73,82 12,30 88,66 14,78 112,78 18,80 36,8

17. Sulawesi Utara 17,94 2,56 135,54 19,36 143,02 20,43 185,14 26,45 39,6

18. Sulawesi Tengab 9,26 2,32 12,79 3,20 15,23 3,81 25,23 5,05 15,4

19. Sulawesi Selatan 146,36 6,36 283,89 12,34 301,37 13,10 393,26 17,10 15,2

20. Sulawesi Tenggara 33,86 8,47 72,09 18,02 77,19 19,30 103,74 20,75 17,3

21. Bali 15,04 1,88 127,65 14,18 146,32 16,26 206,89 22,99 45,4

22. Nusa Tenggara Barat 53,58 8,93 111,31 18,55 119,90 17,13 159,08 22,73 16,8

23. Nusa Tenggara Timur 77,98 6,50 157,87 13,16 165,22 13,77 213,90 17,83 IS,S

24. Maluku 39,67 7,93 82,35 16,47 86,84 17,37 114,59 22,92 16.4

25. Irian Jaya 66,56 7,40 130,49 14,50 181,94 18,19 228,18 22,82 19,2

26. Timor Timur 18,18 1,40 44,42 3,42 59,15 4,55 78,67 6,05 23,3

Jumlah 1.186,34 - 2.751,69 - 3.126,62 - 4.554,64 - 21,2

Rata-rata per Dari II - 4,06 - 9,36 - 10,53 - 15,23

Page 409: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 409

Dalam periode 1989/1990 -- 1996/1997 pemberian SDO untuk daerah tingkat II per

kapita per propinsi secara nasional mengalami peningkatan yang cukup besar. Dalam tahun

anggaran 1989/1990 jumlah SDO untuk daerah tingkat II adalah Rp6.857,0, maka dalam tahun

anggaran 1996/1997 meningkat menjadi Rp22.671,0, yang berarti berkembang dengan laju

pertumbuhan rata-rata per tahun 22,1 persen. Apabila dilihat SDO daerah tingkat II per kapita

per propinsi dalam tahun anggaran 1996/1997, yang paling menonjol adalah Propinsi Irian Jaya

yaitu Rp92.193,0, diikuti Propinsi Timor Timur dan Propinsi Sulawesi Utara masing-masing

Rp87.679,0 dan Rp64.683,0. Gambaran SDO daerah tingkat II per propinsi periode 1989/1990 -

- 1996/1997 secara rinei dapat dilihat dalam Tabel V.30.

Secara keseluruhan proporsi SDO terhadap keseluruhan penerimaan daerah tingkat II

rata-rata per propinsi dalam tahun anggaran 1989/1990 adalah 38,7 persen dan dalam tahun

anggaran 1996/1997 naik menjadi 39,6 persen.

5.4.3.2 Bantuan Pusat dan Daerah Tingkat I

Dalam rangka pemerataan pembangunan di daerah-daerah dan memperkecil

kesenjangan antardaerah, pemerintah pusat memberikan bantuan kepada pemerintah daerah

tingkat II dalam bentuk program bantuan Inpres yang meliputi Inpres pembangunan desa, Inpres

Dati II, Inpres sekolah dasar, Inpres kesehatan, dan Inpres desa tertinggal (IDT).

Program Inpres pembangunan desa dimaksudkan untuk mempercepat kemandirian desa dengan

berfungsinya pemerintahan desa, lembaga-lembaga perdesaan dan tumbuhnya swadaya

masyarakat, mendorong terselenggaranya koordinasi dan sinkronisasi pembangunan, dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan usaha ekonomi desa. Program Inpres pembangunan desa dilaksanakan sejak

tahun anggaran 1969/1970 yang pada awalnya hanya berupa bantuan untuk pembangunan desa,

kemudian sejak tahun anggaran 1985/1986 cakupan program Inpres pembangunan desa

diperluas dengan proyek pelatihan kader pembangunan desa proyek pelatihan usaha ekonomi

desa, program pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK), serta proyek peningkatan peranan dan

fungsi lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD). Selanjutnya semenjak tahun anggaran

1995/1996 di dalam paket bantuan dikembangkan kegiatan baru yaitu pembinaan anak -anak

dan remaja yang pengelolaannya dipadukan dengan kegiatan PKK. Dalam tahun anggaran

1969/1970 jumlah bantuan adalah Rpl00,0 ribu per desa meningkat menjadi Rp6,5 juta per desa

Page 410: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 410

dalam tahun anggaran 1997/1998, begitu juga dengan bantuan untuk kegiatan PKK juga

ditingkatkan dari Rp250,0 rlbu dalam tahun anggaran 1985/1986 menjadi Rpl,5 juta dalam

tahun anggaran 1997/1998. Di samping bantuan langsung kepada desa juga diberikan bantuan

pengendalian dan pengelolaan yang besarnya Rp600,0 ribu untuk tingkat desa, Rp300,0 ribu per

desa untuk tingkat kecamatan, Rp 1 00,0 ribu per desa untuk tingkat Dati II ditambah Rp4,5 juta

untuk hadiah lomba desa, dan Rp20,0 ribu per desa untuk tingkat Dati I ditambah dengan hadiah

lomba desa sebesar Rp 12,0 juta. Seiring dengan adanya pemekaran desa dan penambahan

jumlah desa transmigrasi, serta peningkatan jumlah bantuan per desa, jumlah bantuan yang

diberikan secara keseluruhan juga meningkat. yaitu dari Rp2,6 miliar dalam, tahun anggaran

1969/1970 menjadi Rp468,8 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997 atau selama periode

tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 21,2 persen.

Program bantuan Inpres Dati II dimaksudkan untuk mendukung pencapaian sasaran

pembangunan daerah melalui sektor-sektor yang tertampung dalam anggaran pendapatan dan

belanja daerah (APBD) tingkat II dan menjadi prioritas masing-masing daerah tingkat II.

Besarnya bantuan Inpres Dati II didasarkan pada jumlah penduduk, dengan ketentuan bahwa

bagi daerah yang penduduknya kurang dari suatu jumlah tertentu diberikan bantuan minimum.

Selain bantuan per jiwa yang telah diberikan dalam tahun anggaran 1970/1971, semenjak tahun

anggaran 1974/1975 diberikan pula bantuan minimum untuk masing-masing daerah tingkat II.

Dalam tahun anggaran 1994/1995 beberapa bantuan khusus diintegrasikan ke dalam Inpres Dati

II, yaitu bantuan kabupaten/kotamadya yang wilayahnya terdiri dari kepulauan, bantuan

pemugaran perumahan perdesaan, bantuan pemugaran pasar kecamatan, bantuan rehabilitasi

sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah, Inpres penghijauan, dan Inpres peningkatan jalan Dati

II, tambahan bantuan perencanaan, pemantauan, dan pengawasan pembangunan Dati II, serta

bantuan rehabilitasi Puskesmas. Dalam tahun anggaran 1997/1998 jenis bantuan khusus yang

diintegrasikan ke dalam Inpres Dati II bertambah menjadi 14 komponen yang terbagi dalam tiga

bentuk bantuan , yaitu : pertama, block gran t terdiri atas bantuan pembangunan Dati II, bantuan

perencanaan, pemantauan, dan pengawasan pembangunan Dati II, bantuan kecamatan, bantuan

pembinaan desa tertinggal Dati II, dan bantuan pemugarap dan pembangunan pasar kecamatan;

Page 411: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 411

Tabel V. 30

SUBSIDI DAERAH OTONOM DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

1

RepeUta V RepeUta VI

I. 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997

No. PropiDsi Pertumbuhan

Jlala.rata Rata-rata rata Rata-rata Rata.rata (%)

Kesehmob

MDan n Ptr kapIta

KeseIaruIw

IDan n Ptr kapIta

Keselurull

an Dan II r koplta

KeseIuruh

an Dari II Per kopita

(Rp

mOlar) (RpmUlor) (Rupiah)

(Rp

mOlor)

(Rp

mUlar) (RupIah)

(Rp

mDiar)

(Rp

mUlar) (Rupiah)

(Rp

mitior) (Rp mill..) (Rupiah)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (II) (12) (13) (14) (15)

1. DI Aceh 20,13 2,01 6.054 46,89 4,69 12.71051,77 5,18 13.713 103,51 10,35 25.158 26,4

2. Sumatera Utara 66,30 3,90 6.418 90,89 5,35 8.40694,80 5,58 8.633 206,14 12,13 17.745 17,6

3. Sumatera Bora! 81,21 5,80 20.798 161,59 11,54 38.446173,02 12,3 40.558 223,15 15,94 49.459 15,5

4. Riau 46,20 7,70 16.024 103,16 17,19 28.123109,99 18,33 28.982 146,07 24,35 33.734 17,9

5. Jambi 38,7\ 6,45 19.137 75,16 12,53 33.60190,30 15,05 39.089 121,44 20,24 46.462 17,7

6. Sumatera Selatan 85,65 8,57 14.104 '188,35 18,84 27.396203,12 20,31 28.795 282,16 28,22 36.287 18,6

7. Bengku\u 21,15 5,29 18.982 50,44 12,61 38.21255,42 13,86 40.538 77,30 19,33 49.357 20,3

8: Lampung 14,42, 3,61 1.994 159,47 31,89 24.812170,12 34,02 25.957 228,01 45,60 32.315 48,3

9. Jawa Bora! 82,883,45 2.454 161,45 6,73 4.272 171,68 6,87 4.452 338,25 13,53 8.112 22,3

10. Jawa Tengab 99,542,84 3.475 191,7\ 5,48 6.549205,23 5,86 6.960 267,32 7,64 8.841 15,2

11. DI Yogyakarta 12,982,60 4.152 25,21 5,04 8.64026,29' 5,26 9.008 70,33 14,07 24.186 27,3

12. Jawa Timor 85,412,31 2.598 166,99 4,51 5.003193,53 5,23 5.753 267,96 7,24 7.751 17,7

13. Kalimantan Bant 11,971,71 3.802 23,30 3,33 .674128,24 18,32 35.912 174,70 24,96 44.881 46,7

14. Kalimantan Tengab 11,781,96 9.244 24,01 4,00 15.57027,88 4,65 17.533 40,14 6,69 22.486 19,1

15. Kalimantan Se1atim 6,610,66 2.682 9,55 ,0,96 3.43210,59 1,06 3.727 122,83 12,28 39.864 51,8

16. Kalimantan Timor 12,392,07 6.916 69,90 11,65 32.60283,48 13,91 37.333 107,22 17,87 40.674 36,1

17. Sulawesi Utara 17,942,56 7.253 135,54 19,36 52.455142,28 20,33 54.348 185,14 26,45 64.683 39,6

18. Sulawesi Tengab 9,242,31 5.331 12,79 3,20 6.90815,24 3,81 8.023 25,23 5,05 12.027 15,4

19 Sulaw Selatan 146,016,35 20.852 283,78 12,34 38.630300, 10 13,05 40.218 391,80 17,03 49.454 15,1

20. Sulawesi Tenggora' 33,868,47 26.064 71,91 17,98 48.00577,01 19,25 49.846 103,51 20,70 59.344 17,3

21. Bali ' 8,211,03 2.952 117,82 13,09 41.254130,26 14,47 45.229 177,33 19,70 51.714 55,1

22. Nusa Tenggora

Bora! 53,468,91 16.176 111,15 18,53 31.32 119,57 17,08 33.206 158,69 22,67 38.369 16,8

23. Nusa Tenggora

Timor 77,926,49 23.033 157,39 13,12 45.43 164,42 13,70 46.658 211,59 17,63 56.362 15,3

24. Maluku 39,677,93 21.869 80,49 16,10 40.228 86,84 17,37 42.404 114,38 22,88 51.159 16,3

25. 1rian Jaya 64,047,12 41.157 129,60 14,40 70.857 174,60 17,46 92.285 217,12 21,71 92.193 19,1

26. '!1mor [i1mor 18,171,40 25.411 44,38 3,41 54.933 59,02 4,54 71.456 78,14 6,01 87.679 23,2

Jumlah 1.165,85 - 6.857 2.692,92 - 14.933 3.064,80 - 4.439,46 - 22.671 21,0

Rata-rata per Dari It - 3,99 - - 9,16 - - '10,32 tI6.26

- 14,85 -

Page 412: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 412

kedua, specific block grant yang terdiri atas bantuan peningkatan dan prasarana jalan Dati II,

bantuan rehabilitasi sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (SD/MI), bantuan rehabilitasi dan

pemeliharaan sarana kesehatan, bantuan perbaikan perumahan dan pemukiman, bantuan

penyehatan lingkungan permukiman, bantuan peningkatan prasarana poros desa, bantuan

penghijauan, dan bantuan pengendalian dampak lingkungan Dati II; ketiga, specific grant yang

terdiri atas bantuan pembangunan sekolah dasar, bantuan pembangunan sarana kesehatan,

bantuan penyediaan air bersih, bantuan pertanian rakyat terpadu, bantuan penyuluh pertanian

lapangan, bantuan pembangunan prasarana pendidikan desa tertinggal, bantuan penyediaan dan

pengelolaan air bersih, bantuan pembangunan desa, bantuan pembangunan desa tertinggal,

program penyehatan lingkungan permukiman, dan program makanan tambahan anak sekolah.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di tiap daerah tingkat II dan banyaknya bantuan

khusus yang diintegrasikan ke dalam Inpres Dati II ini, jumlah bantuan yang diberikan juga

meningkat. Dalam tahun anggaran 1970/1971 bantuan per jiwa baru sebesar Rp50,0 meningkat

menjadi Rp5.500,0 dalam tahun anggaran 1997/1998, begitu juga dengan bantuan minimum

yang meningkat dari Rp16,0 juta per daerah tingkat II dalam tahun anggaran 1974/1975 menjadi

Rpl,0 miliar dalam tahun anggaran 1997/1998. Selanjutnya, apabila dilihat dari jumlah

keseluruhan bantuan yang diberikan per daerah tingkat II meningkat dari Rp5,6 miliar dalam

tahun anggaran 1970/1971 menjadi Rp3.484,0 miliar dalam tahun anggaran 1997/1998, yang

berarti selama periode tersebut bantuan Inpres Dati II mengalami pertumbuhan rata-rata per

tahun 26,9 persen.

Program Inpres sekolah dasar (SD) dimaksudkan untuk memperluas kesempatan belajar

dan menamatkan pendidikan pada tingkat SD dalam upaya mendukung pelaksanaan wajib

belajar pendidikan 9 tahun dengan memenuhi kebutuhan gedung SD di daerah transmigrasi,

daerah pemukiman baru dan daerah terpencil, dan meningkatkan mutu proses belajar-mengajar

dengan mendorong sekolah untuk melakukan kegiatan aktif produktif melalui kegiatan ekstra

kurikuler. Dalam tahun anggaran 1997/1998 komponen kegiatan Inpres SD ditingkatkan dan

ditetapkan dalam dua bentuk kegiatan yaitu pertama kegiatan pokok meliputi pembangunan

gedung baru, pembangunan tambahan ruang SD/MI negeri, pembangunan rumah dinas kepala

sekolah, rumah dinas penjaga sekolah, dan perumahan guru, pembangunan mess murid, biaya

operasional dan perawatan sekolah, dan pembinaan olahraga dan pramuka; kedua kegiatan

penunjang meliputi penyediaan buku pelajaran dan bacaan, pengadaan alat peraga, penyediaan

Page 413: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 413

alat administrasi sekolah, dan pengadaan sarana transportasi penilik pendidikan agama. Sejalan

dengan peningkatan komponen Inpres SD, bantuan Inpres SD juga meningkat dari Rp17,2

miliar dalam tahun anggaran 1973/1974 menjadi Rp663,2 miliar dalam tahun anggaran

1997/1998 atau selama periode tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 16,4

persen.

Program Inpres kesehatan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

merata di seluruh wilayah Indonesia dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama

masyarakat yang berpenghasilan rendah di daerah kumuh perkotaan, daerah pedesaan, daerah

terpencil atau terisolir, daerah transmigrasi, serta daerah pemukiman baru. Sejak tahun anggaran

1997/1998 komponen Inpres kesehatan ditingkatkan lagi meliputi pembangunan Puskesmas,

Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, rumah dokter/dokter gig/paramedis, pengadaan obat,

pengadaan alat medis/SSB, penempatan tenaga kesehatan, dan pelayanan kesehatan di daerah

terpencil, serta pendayagunaan bidan di desa. Seiring dengan bertambahnya komponen dalam

Inpres kesehatan pengalokasian dana juga meningkat, apabila dalam tahun anggaran 1975/1976

adalah Rp 11 ,2 miliar meningkat menjadi Rp607,8 miliar dalam tahun anggaran 1997/1998,

berarti selama periode tersebut bantuan Inpres kesehatan mengalami pertumbuhan rata-rata

pertahun 19,9 persen.

Program Inpres desa tertinggal (IDT) merupakan dana bergulir, yang dimaksudkan

untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan taraf pendapatan

dan kesejahteraan anggota kelompok masyarakat miskin. Program IDT tersebut merupakan

program perluasan dan peningkatan bagi program penanggulangan kemiskinan yang sudah

dilaksanakan selama ini. Program bantuan ini diberikan dalam rangka mendorong, membantu,

dan meningkatkan usaha-usaha ekonomi masyarakat desa sehingga diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat di desa-desa miskin, dan secara bertahap diharapkan

dapat membebaskan masyarakat desa dari kemiskinan. Bantuan IDT diberikan langsung kepada

kelompok masyarakat (Pokmas) yang jumlahnya Rp20,0 juta, melalui bank atau lembaga

keuangan lainnya yang ditunjuk. Selain bantuan langsung diberikan juga bantuan operasional

pemantauan untuk tingkat desa sebesar Rp600,0 ribu, untuk kecamatan Rp300,0 ribu per desa

tertinggal, untuk daerah tingkat II Rpl00,0 ribu per desa tertinggal, serta untuk daerah tingkat I

Rp20,0 ribu per desa tertinggal. Selain dalam bentuk dana, program IDT diberikan juga dalam

bentuk bimbingan dan pendamping khusus dari kader penggerak desa atau sarjana pendamping

Page 414: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 414

puma waktu, yang antara lain untuk mengembangkan usaha ekonomis produktif guna

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa tertinggal. Dana bantuan langsung

digunakan untuk membiayai biuang pertanian, industri kerajinan rakyat, pengelolaan bahan

baku menjadi bahan jadi, biuang perdagangan dan industri, dan bidang pengepakan dan

pemasaran, sedangkan dana bantuan operasional pemantauan digunakan untuk biaya pengolahan

data, biaya pendamping sebesar 50,0 persen, dan biaya bimbingan dan penyuluhan. Program

IDT ini diberikan sejak tahun anggaran 1994/1995 dan telah dialokasikan kepada 20.633 desa

tertinggal dengan jumlah bantuan Rp397, 7 miliar, dan dalam tahun anggaran 1996/1997

dialokasikan dana Rp479,8 miliar untuk 22.054 desa/kelurahan tertinggal, berarti selama peri

ode tersebut bantuan IDT mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 9,8 persen.

Jumlah keseluruhan bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah

daerah tingkat I kepada daerah tingkat II dan pemerintah desa meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam tahun anggaran 1989/1990, jumlah bantuan Rp825,2 miliar meningkat menjadi

Rp3.973,8 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997 yang berarti selama kurun waktu tersebut

meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun 25,2 persen. Selanjutnya apabila dilihat

dari rata-rata bantuan per daerah tingkat II, dalam tahun anggaran 1989/1990 rata-rata bantuan

yang diterima setiap daerah tingkat II adalah Rp2,8 miliar meningkat menjadi Rp 13,3 miliar

dalam tahun anggaran 1996/1997. Jika ditinjau dari realisasi bantuan yang diterima oleh daerah

tingkat II di tiap propinsi, daerah tingkat II di Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Timur

menerima bantuan terbesar masing-masing Rp624,6 miliar dan Rp459,1 miliar dalam tahun

anggaran 1996/1997, sedangkan yang menerima bantuan terkecil adalah daerah tingkat II di

Propinsi DI Yogyakarta dan Propinsi Bali masing-masing Rp43,7 miliar dan Rp45,4 miliar.

Selanjutnya jika dilihat dari realisasi bantuan rata-rata yang diterima oleh daerah tingkat II di

masing-masing propinsi, daerah tingkat II di Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Riau menerima

jumlah bantuan rata-rata terbesar masing-masing Rp25,0 miliar dan Rp24,8 miliar, sedangkan

yang terkecil adalah daerah tingkat II di Propinsi Bali dan Propinsi Timor Timur masing-masing

Rp5, I miliar dan Rp5,8 miliar. Laju pertumbuhan rata-rata per tahun selama peri ode 1989/1990

-- 1996/1997 yang tertinggi adalah daerah tingkat II di Propinsi Irian Jaya dan Propinsi Maluku

masing-masing 48,3 persen dan 39,4, sedangkan yang terkecil .adalah daerah tingkat II di

Propinsi Bali yaitu 9,5 persen. Gambaran secara rinei mengenai bantuan pusat dan daerah

tingkat I untuk daerah tingkat II per propinsi dapat dilihat dalam Tabel V.31

Page 415: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 415

5.4.4 Pinjaman Daerah

Sebagaimana halnya dengan pemerintah daerah tingkat I, pemerintah daerah tingkat II

dapat memperoleh sumber pembiayaan alternatif yang berupa pinjarnan. Pinjarnan daerah

diharapkan dapat meningkatkan perekonomian daerah, memperbaiki mutu pelayanan dan juga

dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Pinjaman ini oleh pemerintah daerah tingkat II dimanfaatkan untuk membiayai proyekproyek

pembangunan sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan. Pinjaman yang dilakukan oleh

BUMD adalah pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan daerah air minum (PDAM), PD pasar

dan perusahaan daerah lainnya. Sejalan dengan makin luasnya jangkauan dan gerak laju

pembangunan di daerah tingkat II, realisasi pinjaman daerah dari tahun ke tahun juga

menunjukkan peningkatan.

Dalam tahun anggaran 1989/1990 realisasi pinjaman pemerintah daerah sebesar Rp26,5

minar, meningkat menjadi Rp149,5 miliar dalam tahun anggaran 1996/1997 yang berarti selama

periode tersebut meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 28,1 persen setiap tahun.

Berdasarkan data APBD, tahun 1989/1990 sampai dengan 1996/1997 daerah yang

belum melakukan pinjaman adalah daerah tingkat II di Propinsi Lampung, Propinsi Sulawesi

Utara, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Propinsi Maluku, Propinsi Irian Jaya, dan Propinsi Timor

Timur. Sementara itu, daerah yang memiliki pinjaman yang terbesar adalah daerah tingkat II di

Propinsi Jawa Tengah, Propinsi Jawa Timur, dan Propinsi Jawa Barat masing-masing Rp32,2

miliar, Rp29,6 miliar dan Rp21,6 miliar, sedangkan pinjaman daerah tingkat II di

propinsi_propinsi lain relatif kecil.

Page 416: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 416

Tabel V. 31

BANTUAN PUSAT DAN DAERAH TINGKAT I UNTUK DAERAH TINGKAT n PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

(dalam miliar rupiah)

Repelita V Repellta VI

No. 1989/1990 199311994 199411995 199fj,11997 PertumbahaaPropmsi

Rata-rata (%)

Rata.rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Keseluruhan

Dan II Keseluruhan

Dan II KeseIuruhan

Dan II KeseIuruhan

Dan II

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1.DI Aceh 32,36 3,24 106,79 10,68 98,409,84 116,37 11,64 20,1

2.Sumatem Utara 57,37 3,37 193,55 11,39 170,1310,01 207,75 12,22 20,2

3.Sumatem Barat 28,41 2,03 95,54 6,82 96,606,90 108,57 7,76 21,1

4.Riau 25,18. 4,20 lll,50 18,58 110,5318,42 148,69 24,78 28,9

5.Jambi 15,75 2,63 72,50 12,08 69,8311,64 84,49 14,08 27,1

6.Sumatem Selatan 36,69 3,67 149,32 14,93 239,8923,99 171,07 17,11 24,6

7.Bengkulu 8,38 2,10 42,11 10,53 39,439,86 50,31 12,58 29,2

8.Lampung 24,45 6,11 91,25 18,25 116,0523,21 112,62 22,52 24,4

9.Jawa Barat 117,02 4,88 448,61 18,69 512,6320,51 624,62 24,98 27,0

10.Jawa Tengab 107,17 3,06 312,g6 8,94 347,249,92 393,75 11,25 20,4

11.DI Yogyakarta 11,25 2,25 39,29 7,86 40,558,11 43,71 8,74 21,4

12.Jawa Timur 120,14 3,25 416,60 11,26 429,5611,61 459,1\ 12,41 21,1

13.Kalimantan Bara! 28,05 4,01 90,55 12,94 101,0214,43 137,45 19,64 25,5

14.Kalimantan Tengab 13,53 2,26 82,42 13,74 77,1312,86 92,96 15,49 31,7

15.Kalimantan Selatan 19,90 1,99 74,54 7,45 74,757,48 89,40 8,94 23,9

16.Kalimantan Timur 15,69 2,62 82,74 13,79 84,6014,10 105,37 17,56 31,3

17.Sollawesi Utara 13,20 1,89 60,35 8,62 62,428,92 76,f1J 10,87 28,4

18.Sulawesi Tengab 14,00 3,50 62,48 15.62 70,3517,59 97,'1 19,52 32.0

19.Sulawesi Selatan 36,80 1,60 170,58 7,42 179,277,79 196,07 8,52 27,0

20.Sulawesi Tenggara 8,95 2,24 49,55 12,39 42,7010,68 59,81 11,96 31,2

21.Bali 24,00 3,00 52,84 5,87 42,394,71 45,42 5,05 9,5

22.Nu.. Tenggara Barat 19,03 3,17 56,17 9,36 59,528,50 71,11 10,16 20,7

23.Nusa Tenggara

Timur 20.52 1,71 112,29 9,36 134,6811,22 149,23 12,44 32,8

24.Maluku 8,74 1,75 57,73 11,55 58,3311,67 89,22 17,84 39,4

25.Irian Jaya 10,64 1,18 113,19 12,58 129,1312,91 168,01 16,80 48,3

26.Timor Timur 8,01 0,62 59,04 4,54 56,484,34 75,02 5,77 37,7

Jumlah S:ZS,D - 3.204,39 - 3.443,61 - 3.973,83 - 25,2

Rata-rata per Dari II - 2,83 - 10,90 - 11,59 - 13,29

...

Page 417: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 417

5.4.5 Pengeluaran Rutin Daerah

Pengeluaran rutin daerah tingkat II adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan di daerah tingkat II seperti belanja pegawai, belanja barang,

perjalanan dinas, angsuran pinjaman, dan sebagainya. Pengeluaran ini terus meningkat sejalan

dengan meningkatnya pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab di daerah

tingkat II serta kaitannya dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Dari seluruh komponen belanja rutin daerah tingkat II, belanja pegawai merupakan

komponen belanja terbesar, dalam tahun anggaran 1989/1990 dan 1996/1997 masing-masing

berjumlah Rp1.171,6 miliar dan Rp4.276,6 miliar, atau 69,3 persen dan 62,5 persen dari total

pengeluaran rutin. Hal ini berkaitan erat dengan upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan

dayaguna aparatur pemerintah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Data terinci

mengenai perkembangan jenis-jenis belanja dalam pengeluaran rutin daerah tingkat II dapat

dilihat dalam Tabel V.32.

Dalam tahun anggaran 1989/1990 belanja rutin daerah tingkat II per kapita adalah

Rp9.943,0 dan dalam tahun anggaran 1996/1997 meningkat menjadi Rp34.958,0 atau

mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 22,1 persen. Sementara itu, dalam tahun anggaran

1996/1997 belanja rutin daerah tingkat I perkapita perpropinsi tertinggi adalah Irian Jaya yaitu

Rp133.412,0 sedangkan yang terendah adalah Jawa Timur, yaitu RpI8.157,0.

Jumlah belanja rutin daerah tingkat II di tiap propinsi erat kaitannya dengan banyaknya

daerah tingkat II serta banyaknya kegiatan pemerintahan di daerah bersangkutan. Dalam tahun

anggaran 1996/1997 pengeluaran rutin daerah tingkat II rata-rata yang terbesar adalah Propinsi

Lampung dan diikuti Propinsi Kalimantan Timur, masing-masing Rp53,0 miliar dan Rp43,1

miliar, sedangkan yang terkecil adalah Propinsi Timor Timur, yaitu Rp7,1 miliar. Sementara itu,

dilihat dari laju pertumbuhan belanja rutin rata-rata per tahun selama periode 1989/1990 --

199611997, terlihat bahwa yang tertinggi adalah di Propinsi Bali yaitu 44,9 persen, sedangkan

yang terendah di

Page 418: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 418

Tabel V. 32

PENGELUARAN RUTIN DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

Repelita V Repelita VI

No. 1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997 Pertumbuhan

Jenis pengeluaran

Rata-rata (%

)

JumJah Proporsi Jumlah Proporsi JumIah Proporsi JumIah Proporsi

(Rp mUiar) (%) (Rp Millar) (%) (Rp miiiar) (%) (Rp Millar) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1. Belanja pegawai 1.171,6369,30 2.680,0868,31 3.064,9865,73 4.276,58 62,47 20,3

.

2. Belanja barang 199,86 11,82 444,18 11,32 562,50 12,06 I. 009 ,44 14,75 26,0

3. Belanja pemeliharaan 56,03 3,32 123,22 3,14 146,97 3,15 212,78 3,11 21,0

4. Belanja perjalanan dinas 27,20 1,61 70,31 1,79 88,42 1,90 123,12 1,80 24,1

5. Belanja lain-lain 196,82 11,64 495,85 12,64 657,36 14,10 1.003,43 14,66 26,2

6. Angsuran pinjamanlutang 15,74 0,93 35,02 0,89 56,22 1,21 75,04 1,09 25,0

7. G an jaranl su bsi dil s umban

g an 23,08 1,37 74,69 1,91 86,00 1,84 144,98 2,12 30,0

8. Sisa lrurang tahun

sebelumnya 0,22O,ol 0,00 0,00 0,50 0,01 0,00 0,00 -100,0

Jumlah 1.690,58 100,00 3.923,35 100,00 4.662,95 100,00 6.845,37 100,00 26,2

Page 419: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 419

Propinsi Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan yaitu masing-masing 16,3 persen. Jika ditinjau

dari jumlah pengeluaran daerah tingkat II per propinsi, dalam tahun anggaran 1996/1997 daerah

tingkat II di Propinsi Jawa Barat menempati rangking tertinggi, yaitu Rp784,2 miliar dan yang

terendah adalah daerah tingkat II di Propinsi Sulawesi Tengah, yaitu Rp.45,9 millar.

Pengeluaran rutin daerah tingkat II per propinsi selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel V.33.

Jenis pengeluaran rutin dilihat dari penyelenggaraan urusan pemerintahan antara lain

terdiri atas penyelenggaraan urusan umum pemerintahan, dinas pekerjaan umum, dinas

kesehatan, dinas pendidikan dan kebudayaan. Dalam tahun anggaran 1996/1997, urusan umum

pemerintahan menyerap pengeluaran rutin terbesar, yaitu Rp2.939,4 miliar kemudian diikuti

dinas pendidikan dan kebudayaan yaitu Rp2.077,7 miliar. Gambaran rinci pengeluaran rutin

daerah tingkat II per jenis pengeluaran periode 1989/1990 -- 1996/1997 dapat dilihat dalam

Tabel V.34.

5.4.6 Pengeluaran Pembangunan Daerah

Sejalan dengan titik berat otonomi pada daerah tingkat II, dan da1am rangka

melaksanakan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab, pemerintah daerah tingkat II

terus berupaya meningkatkan pembangunan, baik yang bersifat rehabilitasi maupun

pembangunan prasarana dan sarana baru di berbagai sektor. Pengeluaran pembangunan daerah

tingkat II sampai dengan tahun anggaran 1993/1994 terdiri atas 18 sektor, dan mulai tahun

anggaran 1994/1995 diperluas menjadi 20 sektor. Dengan semakin meluasnya sektor yang

menjadi jangkauan dan ruang lingkup serta beragamnya kegiatan pembangunan di daerah,

pengeluaran pembangunan daerah tingkat II juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Peningkatan upaya pembangunan tersebut tercermin dari penyerapan dana pembangunan yang

terus meningkat. Secara nasional jumlah pengeluaran pembangunan daerah tingkat II dalam

tahun anggaran 1994/1995 adalah Rp4.429,4 miliar, meningkat menjadi Rp5.694,3 miliar dalam

tahun anggaran 1996/1997 atau mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 13,4 persen.

Apabila ditinjau dari pengeluaran pembangunan per sektor, dalam tahun anggaran

1996/1997 sektor-sektor yang banyak menyerap dana pembangunan daerah tingkat II adalah

sektor transportasi, sektor aparatur pemerintah dan pengawasan serta sektor pembangunan

daerah dan pemukiman yang masing-masing Rp2.082,7 miliar, Rp707,2 miliar, dan Rp661,7

Page 420: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 420

miliar. Ketiga sektor ini memberikan sumbangan masing-masing 36,6 persen, 12,4 persen, dan

11,6 petsen yang secara bersama-sama menyerap sebesar 60,6 persen dari seluruh pengeluaran

daerah tingkat II dalam tahun anggaran 1996/1997. Gambaran mengenai perkembangan

pengeluaran pembangunan daerah tingkat II per sektor selama periode 1994/1995 -- 1996/1997

secara rinci dapat dilihat dalam Tabel V.35.

Jumlah pengeluaran pembangunan daerah tingkat II di tiap propinsi erat kaitannya

dengan jurnlah daerah tingkat II dan tingkat kepadatan penduduk, serta aktifitas ekonomi dan

gerak pembangunan di daerah bersangkutan. Pengeluaran pembangunan daerah tingkat II per

propinsi tertinggi dalam tahun anggaran 1996/1997 adalah di Propinsi JawaBarat, PropinsiJawa

Timur, dan Propinsi Jawa Tengah, yaitu masing-masing Rp935,8 miliar, Rp736,1 miliar, dan

Rp592,5 miliar,

Page 421: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 421

" Tabel V. 33

PENGELUARAN RUTIN DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

Repelita V Repelita VI

1989/1990 1993/1994 1994/1995 1996/1997

No. PropiDsi

Pertumbuha

n

Rala-nIa Rata-nla Rata-nla Rala-nla Rala-nIa

('Ai)

KeseIlU1Ih

an Bali II Per bpila

KeseIuruha

nDari II Per kapita

KeseIuruh

an Dari II Per kop;1a

KeseIuruh

an Doli II

Per

kap!1a

(Rp miDu) (Rp miDu) (Rupiah) (Rp millu) (Rp millu) (Rupiah) (Rp minor) (Rp millu) (Rupiah) (Rpmiliu) (Rp minor) (Rupiah)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (II) (12) (13) (14) (15)

1.DI Aceh 38,023,80 11.438 88,32 8,83 23.941 102,23 10,22 27.080 159,28 15,93 38.712 22,7

2.Sumatera Utara 102,576,03 9.930 171,32 10,08 15.844 193,23 11,37 17.597 348,82 20,52 30.027 19,1

3.Suma!era Bara! 96,296,88 24.658 195,41 13,96 46.494 213,01 15,22 49.931 276,46 19,75 61.275 16,3

4.Riau 58,139,69 20.162. 138,21 23,03 37.679 153,61 25,60 40.478 212,55 35,43 49.086 20,3

5.Jambi 44,737,45 22.109 105,07 17,51 46.971 112,91 18,82 48.878 157,13 26,19 60.119 19,7

6.Sumatera Se1atan 101,5710,16 16.725 241,51 24,15 35.129 267,30 26,73 37.893 363,18 36,32 46.707 20,0

7.Bengkulu 24,166,04 21.686 56,56 14,14 42.851 62,61 15,65 45.802 90,48 22,62 57.773 20,8

8.Lampung 24,986,24 3.454 181,16 36,23 28.187 196,81 39,36 30.030 264,92 52,98 37.545 40,1

9.Jawa Bara! 178,177,42 5.276 388,75 16,20 10.287 455,07 18,20 11.801 784,21 31,37 18.808 23,6

10.Jawa Tengah 173,334,95 6.051 352,33 10,07 12.036 397,98 11,37 13.498 552,87 15,80 18.285 18,0

11.DI Yogyakarta 21,014,20 6.720 43,66 8,73 14.962 50,17 10,03 17.193 107,50 21,50 36.967 26,3

12.Jawa Tunor 159,504,31 4.853 315,05 8,51 9.438 412,44 11,15 12.261 627,68 16,96 18.157 21,6

13.Kalimantan Barat 24,893,56 7.907 52,20 7,46 14.953 169,44 24,21 47.450 229,82 32,83 59.041 37,4

14.Kalimantan Tengah 19,513,25 15.317 48,97 8,16 31.755 59,60 9,93 37.484 87,67 14,61 49.115 23,9

IS.. Kalimantan Selatan 17,511,75 7.107 40,71 4,07 14.634 49,75 4,98 17.513 182,90 18,29 59.359 39,8

16.Kalimantan Timor 44,627,44 24.901 159,30 26,55 74.301 196,55 32,76 87.904 258,34 43,06 98.004 28,5

17.Sulawesi Utara 26,513,79 10.719 152,56 21,79 59.040 165,71 23,67 63.296 214,11 30,59 74.804 34,8

18.Sulawesi Tengah 14,913,73 8.601 24,07 6,02 13.006 29,47 7,37 15.519 45,88 9,18 21.866 17,4

19.Sulawesi Selatan 169,857,38 24.257 335,92 14,61 45.728 368,31 16,01 49.358 490,25 21,32 61.881 16,3

20.Sulawesi Tenggara 37,529,38 28.882 82,21 20,55 54.881 90,31 22,58 58.451 124,02 24,80 71.104 18,6

21.Bali 20,702,59 7.439 155,41 17,27 54.417 174,38 19,38 60.549 278,05 30,89 81.087 44,9

22.Nusa Tenggara Bara! 60,5710,10 18.328 126,16 21,03 35.559 138,74 19,82 38.528 186,98 26,71 45.209 17,5

23.Nusa Tenggara

Timor 86,267,19 25.497 176,01 14,67 50.810 189,46 15,79 53.763 249,57 20,80 66.480 16,4

24.Maluku 49,129,82 27.080 101,71 20,34 50.829 111,81 22,36 54.597 146,60 29,32 65.574 16,9

25.Irian Jaya 76,868,54 49.396 143,40 15,93 78.403 233,74 23,37 123.544 314,20 31,42 133.412 22,3

26.Timor TImor 19,291,48 26.978 47,37 3,64 58.624 68,31 5,25 82.698 91,90 7,07 103.119 25,0

Jum1ah 1.690,58 - 9.943 3.923,35 - 21.756 4.662,95 - 25.448 6.845,37 - 34.958 22,1

Rata-rata per Dan II - 5,79 - - 13,34 - - 15,70 - - 22,89 -

Page 422: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 422

Tabel V. 34

PENGELUARAN RUTIN DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA PER DINASIURUSAN

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 199611997

(dalam miliar rupiah)

No. Dinaslurusan Repelita V Repelita VI Pertumbuhan

1989/1990 1993/1994 1994/1995 199611997 Rata-rata (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Drugan umum pemerintahan 748,67 1.659,19 2.057,52 2.939,38 21,6

2. Dinas pekerjaan umum 98,17 212,54 238,29 322,27 18,5

3. Dinas LLAJR dan sungai 1,22 9,73 16,15 41,04 65,2

4. Dinas kesehatan 193,95 429,27 491,02 652,06 18,9

5. Dinas pendidikan dan kebudayaan 474,18 1.213,49 1.322,84 2.077,67 23,5

6. Dinas sosial, perumahan dan perburuhan 3,13 8,36 9,20 38,47 43,1

7. Dinas pertanian, kehutanan, perkebunan

dan petemakan 43,37 131,56 171,98 216,02 25,8

8. Dinas perindustrian dan pertambangan 1,51 2,73 3,00 15,18 39,1

9. Usaha-usaha daerah 18,92 36,76 39,20 56,00 16,8

10. Pensiun dan bantuan 26,03 0,48 2,92 3,84 -23,9

11. Pengeluaran yang tidak masuk bagian lain 36,86 93,66 142,75 230,53 29,9

12. Pengelual'an tidak tersangka 5,53 15,87 25,36 32,89 29,0

13. Angsuran pinjaman dan bunga 15,74 35,02 56,22 75,04 25,0

14. Ganjaran, subsidi, sumbangan 23,08 74,69 86,00 144,98 30,0

15. Sisa kurang tahun laiu 0,22 0,00 0,50 0,00 -100,0

Jumlah 1.690,58 3.923,35 4.662,95 6.845,37 22,1

Page 423: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 423

Tabel V. 35

'

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II PER SEKTOR

1994/1995 DAN 199611997

Repelita VI

1994/1995 199611997

No. Sektor

Jumlab Proporsi Jab Proporsi

(Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Sektor industri 12,12 0,28 15,14 0,27

2. Sektor pertanian dan kehutanan 104,81 2,37 164,81 2,89

3. Sektor somber daya air dan irigasi 47,75 1,08 72,83 1,28

4. Sektor tenaga kerja 7,05 0,16 7,57 0,13

5. Sektor perdagangan, pengembangan usaha daerah, keuanganaerah dan koperasi 182,51 4,12 206,27 3,62

6. Sektor transportasi 1.699,98 38,38 2.082,74 36,58

7. Sektor pertambangan'dan energi 21,29 0,48 23,95 0,42

8. Sektor pariwisata dan telekomunikasi daerah 45,19 1,02 52.68 0,93

9. Sektor pembangunan daerah dan pemukiman 516,55 11,66 661,74 11,62

10. Sektor lingkungan hidup dan tata ruang 168,37 3,80 222,15 3,90

11. Sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa,

pemuda dan olah raga 600,56 13,56 661,04 11,61

12. Sektor kependudukan dan keluarga sejahtera 10,80 0,24 21,39 0,38

13. Sektor kesehatan, kesejahteraan sosial, peranan wanita, anak dan remaja 230,32 5,20 299,64 5,26

14. Sektor perumahan dan pemukiman 122,84 2,77 172,51 3,03

15. Sektor agama 36,72 0,83 61,35 1,08

16. Sektor ilmu pengetahuan dan tehnologi 54,65 1,23 77,78 1,37

17. Sektor hokum 7,02 0,16 10,95 0,19

18. Sektor aparatur pemerintah dan pengawasan 484,70 10,94 707,15 12,42

19. Sektor politik, penerangan, komunikasi dan media massa 19,03 0,43 42,71 0,75

20. Sektor keamanan dan ketertiban umum 12,80 0,29 41,69 0,73

- Subsidi pembangunan kepada daerah bawahan 43,77 0,99 67,97 1,19

- Pembayaran kembali pinjaman 0.55 0,01 20,19 0,35

Jumlah 4.429,38 100,00 5.694,25 100,00

Page 424: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 424

sedangkan yang terendah adalah di Propinsi Bengkulu, Propinsi Sulawesi Tenggara, dan

Propinsi Timor Timur, masing-masing Rp61,1 miliar, Rp65,4 miliar, dan Rp78,9 miliar.

Dengan semakin meningkatnya jumlah pengeluaran pembangunan daerah tingkat II

secara nasional, maka pengeluaran pembangunan daerah tingkat II per kapita juga meningkat.

Dalam tahun anggaran 1989/1990 besarnya pengeluaran pembangunan daerah tingkat II per

kapita secara nasional Rp7.061,0 dan dalam tahun anggaran 1996/1997 meningkat menjadi

Rp29.079,0. Sementara itu, daerah tingkat II di tiap propinsi dengan pengeluaran pembangunan

daerah tingkat II per kapita tertinggi adalah di Propinsi Irian Jaya, Propinsi Timor Timur, dan

Propinsi Kalimantan Timur, masing-masing Rp92.652,0, Rp88.569,0, dan Rp79.216,0,

sedangkan yang terendah adalah di Propinsi Lampung, yaitu RpI9.232,0.

Jika ditinjau dari laju pertumbuhan rata-rata per tahun selama periode 1989/1990 --

1996/1997, pengeluaran pembangunan daerah tingkat II per propinsi yang mengalami laju

pertumbuhan relatif tinggi adalah di Propinsi Irian Jaya, Propinsi Timor Timur, dan Propinsi

Riau, masing-masing 44,9 persen, 40,6 persen, dan 32,8 persen. Gambaran mengenai

perkembangan pengeluaran pembangunan daerah tingkat II per propinsi secara rinei dapat

dilihat dalam Tabel V.36.

5.5 Pembiayaan Perkotaan

5.5.1 Kebijaksanaan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan

Pembangunan perkotaan mernpakan bagian dari pembangunan nasional yang masih

perlu mendapat perhatian, walaupun kegiatan perekonomian di Indonesia akhir-akhir ini

mengalami krisis ekonomi dan moneter. Pembangunan prasarana, sarana, dan pelayanan

perkotaan memerlukan dana yang semakin besar, sedangkan penerimaan negara walaupun

jumlahnya meningkat tetapi nilai riilnya semakin berkurang. Sehubungan dengan hal tersebut,

pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan yang mengarah pada upaya peningkatan

desentralisasi dan otonomi daerah, serta peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam

pembiayaan pembangunan perkotaan. Sejalan dengan kebijaksanaan desentralisasi dan

peningkatan otonomi daerah, tanggung jawab pembiayaan pembangunan perkotaan lebih

ditekankan pada daerah tingkat II. Oleh karena itu, sumber pembiayaan pembangunan perkotaan

yang berasal dari PDS menjadi sangat penting, selain dari sumber dana lainnya.

Page 425: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 425

Dalam rangka kebijaksanaan pembiayaan pembangunan perkotaan, selain dilakukan

upaya peningkatan pendapatan juga dilakukan pengembangan kelembagaan pemerintah daerah.

Upaya peningkatan pendapatan dilakukan melalui pengembangan rencana tindakan peningkatan

pendapatan daerah, seuangkan upaya pengembangan kelembagaan dilakukan melalui

penyusunan rencana tindakan pengembangan kelembagaan daerah. Peningkatan kemampuan

somber daya manusia (SDM) telah dilaksanakan dan terus dikembangkan, antara lain melalui

Program Pelatihan Manajemen Perkotaan. Sementara itu, pelatihan yang berkaitan dengan

kemitraan pemerintahswasta dilakukan melalui pelatihan peranserta swasta di bidang

penyediaan jasa pelayanan perkotaan.

Dalam rangka pemanfaatan tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja yang terkena

pemutusan hubungan kerja sebagai dampak krisis ekonomi, telah dirintis dan dikembangkan

program padat karya. Program ini dilakukan antara lain di daerah perkotaan melalui

penyelesaian berbagai proyek, seperti perbaikan jalan lingkungan, pengelolaan persampahan,

dan penanggulangan banjir. Di samping itu, peranan swasta dan masyarakat dalam menunjang

pembiayaan pembangunan perkotaan juga semakin digiatkan, antara lain melalui pembangunan

prasarana jalan kota, air bersih, perbaikan jalan lingkungan, dan upaya perintisan penerbitan

obligasi BUMD.

5.5.2 Perkembangan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan Menurut Sumber Dana

Dana yang digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana perkotaan hingga saat

ini berasal dari beberapa sumber, yaitu DIP - rupiah murni, DIP - bantuan luar negeri (BLN),

perjanjian penerusan pinjaman l subsidiary loan agreement (SLA), surat pengesahan anggaran

bantuan pembangunan daerah (SPABP), pinjaman dalam negeri (pinjaman DN), bantuan Inpres,

.APBD tingkat I, APBD tingkat II, dan laba badan usaha milik daerah (BUMD). Selama periode

1994/1995 -- 1997/1998, kese1uruhan dana pembiayaan pembangunan perkotaan, khususnya

untuk prasarana dan sarana perkotaan mencapai Rp6.449,0 miliar. Jumlah tersebut mengalami

peningkatan sebesar 55,05 persen Dari total dana yang digunakan selama Repelita V Rp4.l59,3

miliar. Sumber pembiayaan pembangunan terbesar selama periode 1994/1995 -- 1997/1998

berasal Dari SLA, DIP - BLN, dan Inpres masing-masing Rp1.459,5 miliar (22,63 persen),

Rp1.244,3 miliar (19,29 persen), dan Rp941,1 miliar (14,59 persen).

Page 426: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 426

Tabel V. 36

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI

1989/1990, 1993/1994, 1994/1995, DAN 1996/1997

Repelita V Repelita VI

1989/1990 19'3/1994 1994/1995 1996/1997

No. Propinsi Pertumbuhan

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata.rata(%)

KeseIuruha

nDari II

Per

kapita

KeseIuruha

n»atl II Per kapita

Keseluruha

nDari II Per kapita

Keseluruh

an Dari II Per kapita

(Rp millar)(Rp

mOlar) (Rupiah) (Rp mmar) (Rp mmar) (Rupiah) (Rp miliar)

(Rp

miliar) (Rupiah)

(Rp

mmar) (Rp miliar) (Rupiah)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (IS)

1. OJ Aceh 56,99 5,70 17.146 134,54 13,45 36.470 129,38 12,94 34.272 157,09 15,71 38.179 15,6

2. Sumalera Utara 89,30 5,25 8.645 258,54 15,21 23.910 238,62 14,04 21.730 306,04 18,00 26.344 19,2

3. Sumalera Barat 34,36 2,45 8.799 113,25 8,09 26.945 119,22 8,52 27.946 139,93 10,00 31.015 22,2

4. Riau 25,68 4,28 8.908 132,50 22,08 36.123 139,48 23,25 36.754 187,05 31,18 43.198 32,8

5. Jambi 21,77 3,63 10.759 86,70 14,45 38.756 91,21 15,20 39.485 113,64 18,94 43.480 26,6

6. Sumatera Selatan 51,24 5,12 8.437' 198,94 19,89 28.938 209,23 20,92 29.662 240,08 24,01 30.875 24,7

7. BengJrulu 9,41 2,35 8.446 45,69 11,42 34.617 44,58 11,15 32.612 61,09 15,27 39.010 30,6

8. Lampung 32,85 8,21 4.543 105,24 21,05 16.374 125,55 25,11 19.156 135,70 27,14 19.232 22,5

9. Jawa Baral 174,68 7,28 5.173 571,79 23,82 15.130 659,81 26,39 17.110 935,77 37,43 22.443 27,1

10. Jawa Tengah 155,91 4,45 5.443 389,19 11,12 13.295 470,45 13,44 15.956 592,54 16,93 19.597 21,0

II. OJ Yogyakarta 17,48 3,50 5.589 52,38 10,48 17.952 59,73 11,95 20.468 83,36 16,67 28.664 25,0

12. Jawa Timor 184,19 4,98 5.604 543,36 14,69 16.278 592,25 16,01 17.606 736,14 19,90 21.295 21,9

13. Kalimantan Baral 32,37 4,62 10.284 97,35 13,91 27.887 111,17 15,88 31.133 152,62 21,80 39.210 24,8

14. Kalimantan Tengah 20,96 3,49 16.451 118,50 19,75 76.848 116,83 19,47 73.477 141,30 23,55 79.155 31,3

15. Kalimantan Selatan 29,89 2,99 12.131 105,21 10,52 37.817 120,44 12,04 42.392 149,46 14,95 48.504 25,9

16. Kalimantan Timor 42,70 7,12 23.830 149,47 24,91 69.716 160,50 26,75 71.779 208,81 34,80 79.216 25,4

17. Sulawesi Utara 17,73 2,53 7.171 68,60 9,80 26.548 72,06 10,29 27.527 92,77 13,25 32.413 26,7

18. Sulawesi Tengah 16,47 4,12 9.501 67,14 16,79 36.271 77,28 19,32 40.697 109,00 21,80 51.949 31,0

19. Sulawesi Selatan 51,31 2,23 7.329 200,48 8,72 27.291 226,00 9,83 30.286 279,20 12,14 35.241 27,4

20. Sulawesi Tenggara 9,64 2,41 7.418 51,44 12,86 34.340 45,86 11,47 29.683 65,41 13,08 37.502 31,5

21. Bali 43,21 5,40 15.533 89,24 9,92 31.248 110,97 12,33 38.532 160,09 17,79 46.687 20,6

22. Nusa Tenggara Baral 22,03 3,67 6.667 63,02 10,50 17.763 67,21 9,60 18.664 86,63 12,38 20.944 21,6

23. Nusa Tenggara

Timur 22,60 1,88 6.679 119,84 9,99 34.597 144,37 12,03 40.969 162,83 13,57 43.373 32,6

24. Maluku 14,28 2,86 7.871 68,58 13,72 34.271 72,21 14,44 35.259 100,57 20,11 44.985 32,2

25. Irian Jaya 16,30 1,81 10.476 128,03 14,23 69.999 163,32 16,33 86.319 218,20 21,82 92.652 44,9

26. Timor Timor 7,25 0,56 10.142 59,65 4,59 73.820 61,65 4,74 74.634 78,93 6,07 88.569 40,6

Jumlah 1.200,60 - 7.061 4.0111," - 22.284 4.429,38 - 24.173 5.694,25 - 29.079 24,9

Rata-rata - 4,11 - - 13,67 - - 14,91 - - 19,04 -

Page 427: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 427

Dalam tahun anggaran 1997/1998 jumlah dana yang dikeluarkan untuk membiayai

pembangunan prasaranadan sarana perkotaan mencapai Rp 1.814,4 miliar, atau mengalami

kenaikan sebesar 10,5 persen dibandingkan tahun anggaran 1996/1997 yang berjumlah

Rp1.641,8 miliar. Sumber pembiayaan dalam tahun anggaran 1997/1998 yang terbesar berasal

dari bantuan Inpres, SPABP, dan DIP - BLN, masing-masing Rp464,4 miliar, Rp373,8 miliar,

dan Rp337,0 miliar, seuangkan yang terkecil berasal dari pinjaman DN, yaitu Rp0,1 miliar.

Dibandingkan dengan tahun anggaran 1996/1997 sumber dana Inpres mengalami peningkatan

403,7 persen, yaitu meningkat dari Rp92,2 miliar menjadi Rp464,4 miliar dalam tahun anggaran

1997/1998. Sementara itu, dalam tahun anggaran yang sama pinjaman DN mengalami

penurunan terbesar, yaitu dari Rp18,7 miliar menjadi Rp0,1 miliar atau turun 99,5 persen, yang

kemudian diikuti DIP-rupiah mumi menurun 72,4 persen dari Rp320,5 miliar menjadi Rp88,4

miliar. Perkembangan pembiayaan pembangunan perkotaan menurut sumber dana selama

Repelita V dan periode 1994/1995 -- 1997/1998 dapat dilihat dalam Tabel V.37.

Dalam hubungannya dengan pembangunan perkotaan, kota-kota dikelompokkan

berdasarkanjumlah penduduk yaitu kota megapolitan (lebih dari 5 juta jiwa), kota metropolitan

atau kola raya (lebih dari 1 juta jiwa sampai dengan 5 juta jiwa), kota besar (lebih dari 500 ribu

jiwa sampai dengan 1 juta jiwa), kota sedang (lebih dari 100 ribu jiwa sampai dengan 500 ribu

jiwa), dan kota kecil (lebih dari 20 ribu jiwa sampai dengan 100 ribu jiwa).

Selama peri ode 1994/1995 -- 1997/1998, pembiayaan pembangunan perkotaan untuk

kelompok kota metropolitan (termasuk kota megapolitan) dan kota besar meneapai Rp3.100,0

miliar dan kelompok kota seuang dan kecil Rp3.3.49,0 miliar. Untuk kelompok kota

metropolitan dan kota besar selama periode tersebut, sumber pembiayaan terbesar berasal Dari

SLA, DIP- BLN, dan DIP rupiah murni dengan persentase masing-masing 17,32 persen, 8,16

persen, dan 4,41 persen. Sementara itu, dana dari pinjaman DN memberikan kontribusi yang

paling kecil, yaitu 1,61 persen.

Page 428: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 428

Tabel V. 37

PEMBIA YAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN MENURUT SUMBER DANA

SELAMA REPELITA V DAN PERIODE 1994/1995 -- 1997/1998

r

Repelita V Repelita VI

Total Kenaikanl No. Sumber Dana

1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998

Penuronan Total

1996197-

1997198

Rp miliar (%) Rp miliar

(%)

Rp miliar

(%)

Rp miliar

(%)

Rp miliar

(%) (%)

Rp miliar

(%)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (1 I) (12) (13) (14) (15)

1.DIP (Rupiah Murni) 1.287,3 30,95 114,1 8,39 291,3 17,85 320,5 19,52 88,4 4,87 -72,4 814,3 12,63

2.DIP - BLN 749,0 .18,01 291,6 21,43 321,7 19,71 294,0 17,91 337,0 18,58 14,6 1.244,3 19,29

3.SLA 807,0 19,40 444,4 32,66 376,5 23,07 415,8 25,33 222,8 12,28 -46,4 1.459,5 22,63

4.SPABP 175,4 4,22 108,7 7,99 91,9 5,63 193,8 11,80 373,8 20,60 92,9 768,2 11,91

5.Pinjaman DN 193,2 4,65 98,2 7,22 55,7 3.41 18,7 1,14 0,1 om -99,5 172,7 2,68

6.Inpres 396,9 9,54 62,3 4,58 322,2 19,74 92,2 5,62 464,4 25,60 403,7 941,1 14,59

7.APBD I 327,4 7,87 73,65,41 18,4 1,13 66,3 4,04 80,04,41 20,7 238,3 3,70

8.APBD II 148,2 3,56 73,85,42 86,6 5,31 100,0 6,09 136,37,51 36,3 396,7 6,15

9.BUMD') 74,9 1,80 93,86,09 68,0 4,17 140,5 8,56 111,66,14 -20,6 413,9 6,42

TotaIlnvestasi 4.159,3 100,00 1.360,5 100,00 1.632,3 100,00 1.641,8 100,00 1.814,4 100,00 10,5 6.449,0 100,00

Keterangan :

') Termasuk sektor swastadan\IIaSYarakat.

Page 429: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 429

Dalam tahun anggaran 1997/1998, jumlah dana yang dikeluarkan untuk kelompok kota

metropolitan dan kota besar meneapai Rp637,9 miliar dan untuk kelompok kota sedang dan kota

kecil meneapai Rp1.176,5 miliar atau masing-masing 35,16 persen dan 64,84 persen dari total

investasi Rp1.814,4 miliar. Jika dibandingkan dengan dana pembiayaan pembangunan

perkotaan tahun anggaran 1996/1997, kelompok kota metropolitan dan kota besar mengalami

penurunan 20,3 persen, yaitu dari Rp800,1 miliar dalam tahun 1996/1997 menjadi Rp637,9

miliar, seuangkan untuk kelompok kota seuang dan kota kecil terjadi peningkatan 39,8 persen,

yaitu dari Rp841,7 miliar dalam tahun 1996/1997 menjadi Rp1.176,5 miliar. Sumber

pembiayaan terbesar untuk kelompok kota metropolitan dan kota besar dalam tahun anggaran

1997/1998 berasal Dari SLA, yaitu Rp 133,7 miliar dan yang terkecil berasal dari pinjaman DN,

yaitu Rp0,1 miliar. Jika dilihat Dari persentase kenaikan dana dalam tahun anggaran 1997/1998

dibandingkan tahun anggaran 1996/1997, kenaikan yang terbesar terjadi pada kelompok kota

metropolitan dan kota besar berasal Dari Inpres dan DIPBLN masing-masing 105,1 persen dan

51,3 persen, seuangkan dana Dari SLA dart DIP - rupiah mumi mengalarni penurunan terbesar

masing-masing 53,7 persen dan 37,0 persen dari tahun anggaran 1996/1997.

Selama periode 1994/1995 -- 1997/1998, total dana pembiayaan pembangunan

perkotaan untuk kelompok kota seuang dan kota kecil berjumlah Rp3.349,0 miliar. Sumber dana

terbesar berasal dari Inpres dan DIP- BLN yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar

11,70 persen dan 11,13 persen, seuangkan kontribusi yang terkecil berasal dari pinjaman DN

dan APBD tingkat I masing-masing 1,07 persen dan 1,76 persen.

Untuk kelompok kota seuang dan kecil dalam tahun anggaran 1997/1998, kontribusi

terbesarpembiayaan pembangunan perkotaan berasal dari Inpres, SPABP, dan DIP - BLN,

masing-masing Rp371,5 miliar, Rp299,0 miliar, dan Rp235,9 miliar. Di antara berbagai sumber

dana, persentase kenaikan terbesar yang terjadi dalam tahun anggaran 1997/1998 dibandingkan

tahun anggaran 1996/1997 berasal dari Inpres dan SPABPmasing-masing 692,1 persen dan

266,0 persen, sementara dana dari pinjaman DN dan DIP-rupiah murni mengalami penurunan

terbesar masing-masing 100,0 persen dan 91,5 persen. Perkembangan pembiayaan perkotaan per

kelompok/kategori kota menurut sumber dana selama Repelita V dan periode 1994/1995 --

1997/1998 dapat dilihat dalam Tabel V.38 dan Grafik V.S. yang menggambarkan proporsi

pembiayaan pembangunan perkotaan per kelompok kola menurut sumber dana selama periode

Page 430: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 430

1994/1995 -- 1997/1998. Dalam grafik tersebut terlihat bahwa untuk semua kelompok kota,

persentase sumber dana yang terbesar dalam pembiayaan pembangunan perkotaan adalah SLA

22,63 persen, sedangkan yang terkecil

Page 431: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 431

Tabel V. 38

PEMBIA YAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN PER KELOMPOKIKATEGORI KOTA DAN SUMBER DANA

SELAMA REPELITA V DAN PERIODE 1994/1995 --1997/1998

Repelita V Repelita VI

Kelompok! Total Kenaikanl No. Somber Dana 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998

Pennrunan Total

kategori kola 1996/97-

1997/98

Rp miliar (%) Rpmiliar (%) Rp miliar (%) Rp miliar (%) Rp miliar (%) (%) Rp miliar (%)

(1) (2) (3)(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

Metropolitan L DIP (Rupiah Murni) 729,717,54 40,8 ),00 60,4 3,70 112,2 6,83 70,7 3,90 -37,0 284,1 4,41

dan besar 2. DIP - BLN 478,311,50 122,6 9,01 235,8 14,45 66,8 4,07 101,1 5,57 51,3 526,3 8,16

3. SLA 461,111,09 174,5 27,53 320,0 19,60 288,8 17,59 133,7 7,37 -53,7 U17,O 17,3

2

4. SPABP 17,30,42 34,9 2,57 60,3 3,69 112,1 6,83 74,8 4,12 -33,3 '82,1 4,37

5. Pinjaman DN 102,92.47 65,2 4,79 38,6 2,36 0,0 0,00 0,1 0,01 _J3,9 1,61

6. Inpres 205,44,94 22,4 1,65 25,7 1,57 45,3 2,76 92,9 5,12 105,1 .186,3 2,89

7 APBDI 213,55,13 54,1 3,98 12,7 0,78 25,9 1,58 32,0 1,76 23,6 124,7 1,93

8 APBDll 72,91,75 30,3 2,23 63,6 3,90 48,7 2,97 54,5 3,00 11,9 197,1 3,06

9. BUMD" 36,80,88 45,2 3,32 54,9 3,36 100,3 6,11 78,1 4,30 -22,1 278,5 4,32

--.

Sub Total 2.317,9 55,73 790,0 58,07 872,0 53,42 800,1 48,73 637,9 35,16 -20,3 3.100,0 48,0

7

--.-------.-.--.

Seuang I. DIP (Rupiah

Murm) 557,6 13,41 71.3 5,39 230,9 14,15 208,3 12,69 17.7 0,98 -91.5 530.2 8,22

dan ked I 2. DIP - BLN 270.7 6,51 169.0 12,42 85.9 5.26 227,2 13,84 235,9 13,00 3,8 718.011,1

3

3. SLA 345,9 8.32 69,9 5,14 56,5 3,46 27,0 7,74 89,1 4,91 -29,8 342,5 5,31

4. SPABP 158,1 3.80 73,8 5,42 31,6 1,94 81,7 4,98 299,0 16,48 266,0 486,1 7,54

5. PinJaman DN 90,3 2,17 33,0 2,43 17,1 1.05 18,7 1,14 0,0 0,00 -100,0 68,8 1,07

6 Inpres 191.5 4,60 39,9 2,93 296,5 18,16 46,9 2,86 371,5 20,48 692,1 754,811,7

0

7. APBDI 113,9 2,74 19,5 1,43 5,7 0,35 40,4 2,46 48,0 2,65 18,8 113,6 1,76

8. APBDll 75,3 1,81 43,5 3,20 23,0 IAI 51,3 3,12 81,8 4,51 59,5 199,6 3,10

9. BUMD', 38,1 0,92 48,6 3,57 13,1 0,80 40,2 2,45 33,5 1,85 -16,7 135,4 2,10

--.- ,.---

Sub Total 1.841,4 44,27 570,5 41,93 760,3 46,58 841,7 51,27 1.176,5 64,84 39,8 3.349,0 51,9

3

Totallnvestasi 4.159,3 100,00 1.360,5100,0

01.632,3 100,00 1.641,8 100,0 1.814,4 100,0 10,5 6,449,0

100,

00

Keterangan.

" Termasuk sektor swasta dan masyarakat

Page 432: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 432

Page 433: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 433

adalah pinjaman DN 2,68 persen. Untuk kelompok kota metropolitan dan besar, SLA

memberikan kontribusi terbesar 36,03 persen dan yang terkecil adalah pinjaman DN 3,35

persen. Sementara itu, untuk kelompok kota seuang dan kecil, kontribusi terbesar pembiayaan

perkotaan berasal Dari Inpres 22,54 persen, dan yang terkecil adalah pinjaman DN 2,05 persen

dari keseluruhan dana,

5.5.3 Perkembangan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan Menurut Komponen

Prasarana

Komponen prasarana perkotaan yang pembangunannya dibiayai Dari berbagai sumber

dana, adalah prasarana air bersih, pengendalian banjir, jalan kota, air limbah, drainase,

persampahan, perbaikan kampung, perbaikan lingkungan pasar, dan komponen penunjang yang

meliputi bantuan teknis, pembinaan, dan supervisi teknis, Selama Repelita V, keseluruhan dana

pembiayaan pembangunan perkotaan menurut komponen prasarana adalah Rp4.159,3 miliar.

Dari jurnlah tersebut, yang terbesar adalah untuk membiayai air bersih dan jalan kota, masing-

masing Rp 1,806,2 miliar dan Rp975,7 miliar, seuangkan yang terkecil adalah untuk komponen

perbaikan lingkungan pasar yaitu Rp41,3 miliar.

Pembiayaan pembangunan perkotaan kumulatif selama periode 1994/1995 --

1997/1998 mencapai Rp6.449,0 miliar. Komponen prasarana yang memperoleh alokasi terbesar

adalah air bersih, jalan kota, dan drainase , yaitu masing-masing Rp2.843,0 miliar, Rp1.295,6

miliar, dan Rp780,7 miliar atau masing-masing 44,08 persen, 20,09 persen, dan 12,11 persen

Dari keseluruhan dana, seuangkan pembiayaan pengendalian banjir memperoleh alokasi

terkecil, yaitu Rp9,6 miliar atau 0,15 persen Dari keseluruhan dana,

Dalam tahun anggaran 1997/1998 keseluruhan dana pembiayaan pembangunan

perkotaan menurut komponen prasarana berjumlah Rp1.814,4 miliar. Dari jumlah tersebut

sebagian besar dialokasikan untuk air bersih, jalan kota, dan drainase, yakni masing-masing

Rp546,2 miliar Rp494,7 miliar, dan Rp285, 1 miliar. Komponen prasarana yang memperoleh

alokasi terkecil adalah pengendalian banjir, yaitu Rp6,6 m.iliar. Komponen prasarana

yangjumlah alokasinya mengalami peningkatan cukup besar dalam tahun anggaran 1997/1998

dibandingkan dengan tahun anggaran 1996/1997 adalah pengendalian banjir, perbaikan

lingkungan pasar, dan air limbah, masing-masing sebesar 2.100,0 persen, 504,7 persen dan

251,0 persen, seuangkan yang mengalami penurunan adalah persampahan, air bersih, dan

komponen penunjang, masing-masing sebesar 45,1 persen, 27,9 persen, dan 3,8 persen.

Page 434: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 434

Perkembangan pembiayaan pembangunan perkotaan menu rut komponen prasarana selama

Repelita V dan periode 1994/1995 -- 1997/1998 dapat dilihat dalam Tabel V.39.

Selama periode 1994/1995 --1997/1998, dana yang digunakan kelompok kota

metropolitan dan besar mencapai Rp3.100,0 miliar. Komponen prasarana yang memperoleh

alokasi terbesar adalah air bersih danjalan kota, masing-masing Rpl.320,9 miliar dan Rp622,3

miliar atau 20,48 persen dan 9,65 persen, seuangkan alokasi pembiayaan terkecil adalah untuk

komponen pengendalian banjir Rp9,6 miliar atau 0,15 persen dari keseluruhan dana pembiayaan

pembangunan perkotaan.

Dalam tahun anggaran 1997/1998 untukkelompokkotametropolitan dan besar,

komponen jalan kota dan air bersih memperoleh alokasi dana terbesar, masing-masing Rp185,3

miliar dan Rp 163,8 miliar, seuangkan alokasi dana terkecil adalah untuk komponen

pengendalian banjir yaitu

Page 435: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 435

Tabel V. 39

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN PER KOMPONEN PRASARANA

SELAMA REPELITA V DAN PERIODE 1994/1995 -

1997/1998

Repelita V Repelita VI

Total KenaikanlNo. Komponen Prasarana

199411995 1995/1996 1996/1997 1997/1998

Pmunm8DTotal

1996197-

1997198

Rp miliar (%) Rp

miliar (%)

Rp

miliar (%)

Rp

miliar (%) ! Rp miliar (%)

(lk) Rp

miliar (%)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (R) (9) (10) (II) (12) (13) (14) (15)

I. Air Bersih 1.806,2 43,43 717,0 52.70 822,7 50,40 757,1 46,11 546,2 30,10 -27,9 2.843,0 44,08

2. Pengendalian Banjir 289,3 6,96 1,5 0.11 1,2 0,07 0,3 0,02 6,6 0,36 2.100,0 9,6 0,15

3. Jalan KOla 975,7 23,46 258,2 18,98 209,6 12,84 333,1 20,29 494,7 27,27 48,S 1.295,6 20,09

4. Air Umbah 154,2 3,71 86,5 6,36 47,9 2,93 43,1 2,63 151,3 8,34 251,0 328,8 5,10

5. Drainase 250,7 6,03 120,0 8,82 186,4 11,42 189,2 11,52 285,1 15,71 50,7 780,7 12,11

6. Persampahan 159,3 J,83 101,6 7,47 114,1 6,99 179,7 10,95 98,6 5,43 -45,1 494,0 7,66

7.Perbaikan Kampung 268,26,45 40,3 2.96 118,8 7,28 58,8 3,58 111,2 6,13 89,1 329,1 5,10

8.Perbaikan Lingkungan Pasar 41,30,99 2,8 0,21 5,9 0,36 8,5 0,52 51,4 2,83 504,7 68,6 1,06

9.Penunjang 214,45,15 32,6 2,40 125,7 7,70 72,0 4,39 69,3 3,82 -3,8 299,6 4,65

Tota1lnvatasl 4.159,3100,0

01.360,5100,00 1.632,3 100,00 1.641,8

100,0

01.814,4

100,0

010,5 6.449,0 100,00

Page 436: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 436

Rp6,6 miliar. Alokasi pembiayaan untuk kelompok kota metropolitan dan besar dalam tahun

anggaran 1997/1998 yang mengalami peningkatan besar dibandingkan tahun anggaran

1996/1997 adalah komponen air limbah, pengendalian banjir, dan perbaikan lingkungan pasar,

yakni masingmasing sebesar 2.112,2 persen, 2.100,0 persen, dan 1.183,3 persen. Komponen

prasaranayang mengalami penurunan dalam tahun anggaran 1997/1998 dibandingkan tahun

anggaran 1996/1997 adalah persampahan, air bersih, dan komponen penunjang, masing-masing

sebesar 69,4 persen, 55,8 persen, dan 51,9 persen.

Selama periode 1994/1995 -- 1997/1998 jumlah dana pembiayaan prasarana perkotaan

yang telah dikeluarkan untuk kelompok kota seuang dan kecil adalah Rp3.349,0 miliar.

Komponen air bersih dan jalan kota memperoleh bagian terbesar yaitu Rp 1.522,0 miliar dan

Rp673,3 miliar, seuangkan komponen perbaikan lingkungan pasar memperoleh bagian terkecil,

yaitu Rp 8, 7 miliar dari keseluruhan dana.

Dalam tahun anggaran 1997/1998 untuk kelompok kota seuang dan kecil, komponen

air bersih dan jalan kota memperoleh alokasi dana terbesar masing-masing Rp382,3 miliar dan

Rp309,4 miliar, seuangkan alokasi dana terkecil adalah untuk perbaikan lingkungan pasar

Rp36,0 miliar. Komponen-komponen prasarana yang mengalami peningkatan cukup besar

dalam tahun anggaran 1997/1998 dibandingkan dengan tahun anggaran 1996/1997 untuk

kelompok kota sedang dan kecil adalah perbaikan lingkungan pasar, drainase, danjalan kota,

masing-masing sebesar 393,2 persen, 99,8 persen, dan 71,8 persen, sedangkan yang mengalami

penurunan adalah pembiayaan air bersih sebesar 1,1 persen. Pembiayaan pembangunan

perkotaan menurut komponen prasarana per kelompok/kategori kota selama Repelita V dan

periode 1994/1995 -- 1997/1998 dapat dilihat dalam Tabel V .40. Proporsi penggunaan dana

untuk komponen prasarana dalam pembiayaan pembangunan perkotaan untuk semua kelompok

kota, kelompok kota metropolitan dan besar, dan kelompok kota sedang dan kecil selama

periode 1994/1995 -- 1997/1998 dapat dilihat dalam Grafik V.6. Dalam grafik tersebut terlihat

bahwa untuk total semua kelompok kota, kelompok kota metropolitan dan besar, serta kelompok

kota seuang dan kecil, komponen air bersih memperoleh alokasi terbesar masing-masing 44,08

persen, 42,61 persen, dan 45,45 persen. Sementara itu,komponen pengendalian banjir

memperoleh alokasi dana terkecil untuk total semua kelompok kota dan kelompok kota

metropolitan dan besar masing-masing 0,15 persen dan 0,31 persen, seuangkan untuk kelompok

Page 437: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 437

kota seuang dan kecil, komponen perbaikan lingkungan pasar memperoleh alokasi dana terkecil,

yaitu 1,45 persen.

5.6 Badan Usaha Milik Daerah

Tujuan pembentukan badan usaha milik daerah (BUMD) adalah untuk mengembangkan

perekonomian dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Biuang usaha BUMD

mencakup berbagai aspek pelayanan dengan mengutamakan pemberian jasa kepada masyarakat,

menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan memberikan sumbangan bagi ekonomi daerah yang

keseluruhannya harus dilaksanakan berdasarkan azas-azas ekonomi perusahaan yang baik.

Dilihat Dari biuang usahanya, BUMD meliputi berbagai sektor antara lain sektor penyediaan air

bersih, sektor keuangan dan perbankan, dan sektor lainnya. B UMD yang bergerak di sektor

penyediaan air bersih adalah perusahaan daerah air minum (PDAM), di sektor keuangan dan

perbankan adalah bank pembangunan daerah (BPD) dan bank perkreditan rakyat (BPR),

seuangkan di sektor lainnya antara lain adalah perusahaan daerah (PD) perparkiran, PD

angkutan, PD pasar, dan PD pemotongan hewan. Dengan meningkatnya perkembangan

ekonomi di daerah,jumlah BUMD yang bergerak di berbagai biuang usaha juga bertambah.

Jumlah BUMD sampai dengan akhir tahun anggaran 1997/1998 adalah 1.184 unit yang terdiri

Dari 303 unit PDAM, 27 unit BPD, dan 854 unit perusahaan daerah lainnya.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di daerah perkotaan dan daerah

perdesaan, malca kebutuhan air bersih juga meningkat sehingga diperlukan jangkauan

pelayanan yang lebih luas bagi masyarakat. Untuk inemperluas jangkauan pelayanan tersebut

pemerintah telah mengupayakan penambahan kapositas air bersih sehingga pemerataan

pelayanan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lebih cepat terwujud. Jumlah

PDAM sampai dengan tahun anggaran 1997/1998 adalah sebanyak 303 unit yang tersebar di 27

propinsi sebagaimana terlihat pada Tabel V.4I.

Page 438: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 438

Tabel V. 40

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN PER KELOMPOKlKATEGORIKOTA DAN KOMPONEN PRASARANA

SELAMA REPELIT A V DAN PERIODE 199411995 .. 1997/1998

Repelil<! V Repelita VI

Kelompokl Total Keoaikanl No. Komponen Prasarana 1994/1995 1995/1996 199611997 199711998

Penumoan Total

kategori kota 1996197-

1997198

Rp miliar (%) Rp miliar (%) Rp nriliar (%) Rp miliar (%) Rp miliar (%) (%) Rp miliar (%)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (ll) (12) (13) (14) (15) (16)

Melropolitan 1. Air Bersih 992.9 23,87 470,4 34.58 316,2 19,37 370,5 22,57 163,8 9,03 -55,8 1.320,9 20,48

<Ian besar 2. Pengendalian Banjir 289,3 6,96 1,5 0,11 1,2 0,07 0,3 0,02 6,6 0,36 2.100,0 9,6 0,15

3. Jatan Kola 478,0 11,49 116,8 8,59 167,2 10,24 153,0 9.32 185,3 10,21 21,t 622,3 9,65

4. Air Limbah 126,0 3,03 48,7 3,58 21,7 1.33 4,1 0,25 90,7 5,00 2.112,2 165,2 2,56

5. Drainase 112,2 2,70 54,2 3,98 160.4 9,83 82,2 5,01 71,3 3,93 -13,3 368,1 5,71

6. Persampahan 60,7 1,46 61,6 4,53 85,8 5,26 128,9 7,85 39,S 2,18 -69,4 315,8 4.90

7. Petbaikan Kampung 136,1 3,27 17,1 1,26 72,0 4,41 16.7 1,02 44.5 2,45 166,5 150,3 2,33

8. Perbaikan Lingkungan

Pasar 10,0 0,24 0,3 0,02 3,0 0.18 1,2 0,07 15,4 0,85 1.183,3 19,9 0,31

9. Pennnjang 112,7 2,71 19,4 1,43 44,S 2,73 43,2 2,63 20,8 1,15 -51,9 127,9 1,98

Sub Total 2.317,9 55,73 790,0 58,07 872,0 53,42 800,1 48,73 637,9 35,16 -20,3 3.100,0 48,07

SeelIng 1. AirBersih 813,3 19,55 246,6 18,13 506.5 31,03 386,6 23,55 382.3 21,07 -1,1 1.522,0 23.60

dan kecH 2. Jatan Kola 497,7 11,97 141,4 10,39 42,4 2,60 180,1 10,97 309,4 17,os 71,8 673,3 10,44

3. Air Limbah 28,2 0,68 37,8 2,78 26,2 1,61 39,0 2,38 60,S 3,33 55,1 163,5 2,54

4. Drainase 138,5 3,33 65,8 4,84 26,0 1,59 107,0 6,52 213,8 11,78 99,8 412,6 6,40

5. Persampahan 98.6 2,37 40,0 2,94 28,3 1,73 50,8 3,09 59,3 3,27 16,7 178,4 2,77

6. Petbaikan Kampung 132,1 3,18 23,2 1,71 46,8 2,87 42,1 2,56 66,7 3.68 58,4 178,8 2,77

7. Perbaikan Lingkungan

Pasar 31,3 0,75 2,5 0,18 2,9 0,18 7,3 0,44 36,0 1,98 393,2 48,7 0,76

8. Penunjang 101,7 2,45 13,2 0,97 81,2 4,97 28,8 1,75 48,5 2,67 68,4 171,7 2,66

Sub Total 1.841,4 44,27 570,5 41'3 760,3 46,58 841,7 51,27 1.176,5 64,84 39,8 3.349,0 51,93

Total tnwstasi 4.159,3 100,00 1.360,5 100,00 1.632,3 100,00 1,641,8 100,00 1.814,4 100,00 10,5 6.449,0 100,00

Page 439: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 439

Page 440: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 440

BPD adalah perusahaan daerah yang cukup renting artinya untuk menggerakkan

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah. Dengan semakin pesatnyakegiatan

pembangunan daerah maka kebutuhan dana yang diperlukan semakin meningkat pula. Untuk

itu, BPD telah berupaya agar dapat menghimpun dana yang sebanyak-banyaknya baik dari

masyarakat maupun pinjaman yang diterima dari pihak lain. Perkembangan dana BPD seluruh

Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam tahun 1993 jumlah dana BPD

sebanyak Rp6.095,2 miliar dan dalam tahun 1997 meningkat menjadi RpI4.074,7 miliar atau

mengalarni kenaikan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun 23,3 persen.

Dana BPD terdiri dari modal/cadangan dan laba, simpanan berjangka, tabungan, giro!

retelling koran dan pinjaman yang diterima. dari berbagai dana masyarakat yang berhasil

dihimpun BPD yang menunjukkan perkembaikgan yang cukup penting adalah dana yang

bersumber dari simpanan berjangka yang mengalarni laju pertumbuhan rata-rata per tahun

tertinggi, yaitu 19,7 persen, kemudian diikuti oleh tabungan masyarakat 17,1 persen serta

giro!rekening koran 13,1 persen. Disamping menerima dana Dari pihak ketiga, BPD juga

memperoleh pinjaman dari pihak lain yang jumlahnya meningkat setiap tahun. Pada akhir tahun

1997 dana pihak ketiga berjumlah Rp4.050,1 miliar, yang berarti mengalami kenaikan

Rp3.421,3 miliar hila dibandingkan dengan tahun 1993 yang berjumlah Rp628,8 miliar atau

meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun 59,3 persen. Sejalan dengan itu,

modalIcauangan dan laba BPD juga meningkat, apabila dalam tahun 1993 modal cadangan dan

laba yang diperoleh mencapai Rp565,9 juta. dalam tahun 1997 menjadi Rp1.201,9 miliar yang

berarti selama periode tersebut meningkat denganlaju pertmnbuban rata-rata per tahun 11.7

persen. Perkembangan dana BPD secara 1engkap dapat dilihat pada Tabel V A2.

Page 441: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 441

Tabel V. 41

UNIT PELAKSANA PELA Y ANAN AIR BERSIH PER PROPINSI

SELURUH INDONESIA 1997/1998

No. Propinsi 1997/1998

(1) (2) (3)

1.DI Aceh 10

2.Sumatera Utara 17

3.Sumatera Barat 14

4.Riau 8

5.Jambi 6

6.Sumatera Selatan 10

7.Bengkulu 4

8.Lampung 5

9.OKI Jakarta 1

10.Jawa Barat 25

11.Jawa Tengah 34

12.DI Yogyakarta 6

13.Jawa Timur 37

14.Kalimantan Barat 8

15.Kalimantan Tengah 6

16.Kalimantan Selatan 10

17.Kalimantan Timur 7

18.Sulawesi Utara 7

19.Sulawesi Tengah 5

20.Sulawesi Selatan 23

21.Sulawesi Tenggara 5

22.Bali 10

23.Nusa Tenggara Barat 6

24.Nusa Tenggara Timur 12

25.Maluku 5

26.Irian Jaya 9

27.Timor Timur 13

Jurnlah 303

Page 442: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 442

Tabel V. 42

PERKEMBANGAN DANA BANK PEMBANGUNAN

DAERAH DI INDONESIA

PER 31 DESEMBER 1993 -1997

(dalam juta rupiah)

Pertumbu

han No. Dana 1993 1994 1995 1996 1997

Rata-rata

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

.

1. Modal/cauangan dan laba 565.959 620.880 766.543 1.016.925 1.201.924 20,7

2. Simpanan

berjangka 1.170.007 1.158.770 1.679.964 2.053.975 2.404.617 19,7

3. Tabungan (Tabanasrraska dan

Tabungan

Serbaguna) 1.301.607 1.689.213 1.851.501 2.311.817 2.448.426 17,1

4. Giro/Reken

ing koran 2.428.797 3.483.061 4.526.489 4.447.033 3.969.612 13,1

5. . Pinjaman yang diterima 628.856 551.365 741.137 1.241.537 4.050.145 59,3

lumlah 6.095.226 7.503.289 9.565.63411.071.28

714.074.724 23,3

Page 443: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 443

5.7 Produk Domestik Regional Bruto

Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah barang danjasa

yang dihasilkan oleh sektor-sektor atau lapangan usaha dalam perekonomian di suatu daerah

tertentu dan pada periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDRB suatu daerah menunjukkan

tingkat aktivitas yang dilakukan oleh penduduk yang secara tidak langsung akan mempengaruhi

pendapatan daerah sendiri(PDS). PDRB jugadapat digunakan sebagai alatuntuk mengukur

tingkatkesejahteraan, struktur dan potensi perekonomian masyarakat, serta dapat digunakan

sebagai pedoman dalam memobilisasi sumber daya.

Perhitungan PDRB dapat dilakukan berdasarkan harga berlaku dan harga konstan.

PDRB berdasarkan harga berlaku adalah seluruh nilai tambah barang dan jasa akhir yang

dihasilkan unitunit produksi di suatu daerah dalam peri ode tertentu yang dinilai dengan harga

pada tahun yang bersangkutan, seuangkan PDRB menurut harga konstan menggambarkan

perubahan volume produksi. Pengaruh perubahan harga di sini telah dihilangkan dengan

mendasarkan harga pada suatu tahun dasar tertentu. Perhitungan PDRB juga dibedakan antara

PDRB dengan migas dan tanpa migas. Pembedaan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa

pada beberapa propinsi, kontribusi minyak dan gas bumi terhadap PDRB cukup besar sementara

pada propinsi yang lain kontribusinya relatif kecil, bahkan acta yang tidak memberi kontribusi

sama sekali.

Perkembangan PDRB Dari 27 propinsi tahun 1993 - 1997 berdasarkan harga berlaku

dan harga konstan 1993 dengan dan tanpa migas dapat dilihat dalam Tabel V.43 dan Tabel

V.44. Dari tampilan tersebut dapat dikemukakan bahwa pada periode 1993 - 1997 (sampai

sebelum krisis ekonomi) pembangunan di daerah berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dalam tahun 1993 berdasarkan harga berlaku nilai PDRB tanpa migas adalah Rp291.541,5

miliar, meningkat menjadi Rp536.447,1 miliar dalam tahun 1997 atau mengalami pertumbuhan

rata-rata 16,5 persen pertahun. Berdasarkan harga konstan PDRB tanpa migas tahun 1997

meningkat menjadi Rp391.497,5 miliar Dari Rp291.541,5 miliardalam tahun 1993, atau

mengalami laju pertumbuhan rata-rata 7,7 persen.

PDRB jugadapatdigunakan untuk melihat strukturperekonomian suatu daerah. Tabel

V.45 dan Grafik V. 7 menyajikan PDRB tanpa migas atas dasar harga berlaku dan harga

konstan menurut lapangan usaha tahun 1993 dan 1997. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sektor-

Page 444: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 444

sektor yang dominan daIamPDRB tahun 1993 adalah sektor industri pengolahan,

sektorpertanian, dan sektorperdagangan, restoran dan hotel, masing-masing adalah 22,2 persen,

19,4 persen, dan 19,4 persen. Sektor-sektor ini tetap mendominasi PDRB tahun 1997 dengan

urutan yang sedikit berbeda, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, restoran dan

hotel, dan sektor pertanian, masing-masing kontribusinya adalah 25,2 perse_, 19,6 persen, dan

17,5 persen. Persentase ini tidak jauh berbeda jikaPDRB dilihat berdasarkan hargakonstan.

Untuk sektor-sektoryang lain walaupun kontribusinya tidak sebaik ketiga sektor tersebut, namun

secara nominal nilainya tetap meningkat cukup berarti.

PDRB perkapita adaIah rata-rata pendapatan yang diterima setiap penduduk selama

satu tahun tertentu di suatu daerah. Nilai ini dapat dipanuang sebagai indikator tingkat

kesejahteraan yang dicapai oleh suatu masyarakat. Semakin tinggi PDRB perkapita suatu

daerah, maka semakin

Page 445: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 445

Tabel V. 43

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN

PER PROPINSI 1993 - 1997

(dalam miliar rupiah)

Harga berlaku Harga konstau 1993

No. Prop.ns! Pertumbuhan Pertumbuhan

1993 1994 1995 1996" 1997'" rata-rata (%) 1993 1994 1995 1996" 1997'" rata-rata(%)

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (II) (12) (13) (14)

1DI Aceh 4.828,5 5.787,4 7.164,0 8.233,0 9.287,0 17,77 4.828,5 5.294,9 5.756,9 6.199,6 6.529,67,84

2Sumatera Utara 17.733,0 21.287,2 24.102,7 27.711,7 32.324,5 16,19 17.733,0 19.525,0 21.305,2 23.273,8 24.662,38,60

3Sumatera Barat 6.027,1 7.217,9 8.267,1 9.514,8 10.760,1 15,59 6.027,1 6.475,9 7.054,2 7.609,5 7.998,77,33

4Riau 6.029,7 7.051,9 8.407,8 9.701,5 10.831,9 15,77 6.029,7 6.589,0 7.211,6 7.852,5 8.389,58,61

5Jambi 2.397,9 2.836,9 3.37'.l,7 3.908,9 4.442,3 16,67 2.397,9 2.590,9 2.816,5 3.048,5 3.152,87,08

6Sumatera Se1atan 8.855,2 10.320,8 12.440,2 14.553,0 17.127,6 17,93 8.855,2 9.687,9 10.631,8 11.566,3 12.157,18,24

7Bengkulu 1.391,8 1.706,0 1.987,6 2.279,3 2.459,3 15,29 1.391,8 1.487,1 1.597,2 1.693,6 1.754,45,96

8Lampung 5.410,5 6.533,2 8.119,2 9.239,2 10.553,0 18,18 5.410,5 5.800,7 6.404,8 6.914,2 7.199,37,40

9OK! Jakarta 51.106,5 58.785,3 70.045,3 82.587,3 91.375,1 15,63 51.106,5 55.505,3 60.648,7 66.164,8 69.479,47,98

10Jawa Barat 50.784,5 62.008,2 73.131,3 85.186,8 99.189,0 18,22 50.784,5 54.937,1 59.754,1 64.736,9 67.606,07,41

11Jawa Tengah 31.927,3 37.289,3 44.569,0 50.441,8 57.851,8 16,02 31.927,3 34.335,4 37.022,9 39.961,2 41.217,46,59

12DI Yogyakarta 4.058,0 4.882,3 5.618,6 6.399,7 7.060,1 14,85 4.058,0 4.387,1 4.741,9 5.111,6 5.291,56,86

13Jawa Timur 49.141,8 57.132,6 65.861,8 76.517,2 88.119,9 15,72 49.141,8 52.713,2 57.021,1 61.711,1 64.760,57,14

14Kalimantan Barat 5.148,0 6.050,4 7.138,9 8.454,5 10.258,4 18,81 5.148,0 5.536,1 6.062,2 6.714,1 7.233,68,88

15Kalimantan Tengah 3.066,9 3.657,5 4.351,7 5.205,7 6.008,1 18,31 3.066,9 3.309,9 3.608,7 4.036,2 4.313,58,90

16Kalimantan Selatan 4.530,0 5.265,6 6.177,2 7.222,1 7.970,9 15,17 4.530,0 4.935,8 5.386,9 5.921,3 6.240,78,34

17Kalimantan Timur 7.939,7 9.323,0 11.132,7 12.445,2 13.862,8 14,95 7.939,7 8.669,3 9.705,4 10.720,2 11.372,49,40

18Sulawesi Utara 2.806,9 3.190,7 3.793,2 4.790,7 5.614,1 18,92 2.806,9 3.018,2 3.271,9 3.574,7 3.767,07,63

19Sulawesi Tengah 1.755,5 2.131,4 2.512,2 3.023,9 3.355,0 17,58 1.755,5 1.888,9 2.042,5 2.212,6 2.316,97,18

20Sulawesi Se1atan 7.511,8 8.737,9 10.377,3 11.833,1 13.538,0 15,87 7.511,8 8.088,1 8.757,9 9.485,9 9.893,47,13

21Sulawesi Tenggara 1.289,2 1.510,3 1.819,2 2.101,9 2.387,2 16,65 1.289,2 1.371,4 1.472,5 1.561,0 1.594,75,46

22Bali 5.690,2 6.490,9 7.409,9 8.621,5 9.897,4 14,84 5.690,2 6.117,5 6.602,7 7.141,8 7.556,57,35

23Nusa Tenggara Barat 2.550,6 2.960,6 3.466,0 3.986,5 4.534,1 15,47 2.550,6 2.796,0 2.955,6 3.195,3 3.363,27,16

24Nusa Tenggara Timur 2.096,8 2.456,4 2.871,3 3.335,1 4.081,1 18,11 2.096,8 2.276,2 2.471,6 2.685,4 2.811,07,60

25Maluku 2.441,2 2.775,4 3.156,5 3.615,8 3.976,9 12,98 2.441,2 2.600,4 2.768,5 2.966,3 3.070,25,90

26Irian Jaya 4.507,6 5.071,4 6.740,1 7.909,1 8.585,3 17,48 4.507,6 4.796,6 5.880,6 6.706,7 7.000,8 11,63

27Timor-Timur 515,4 603,5 708,4 861,7 996,1 17,91 515,4 566,7 620,2 687,2 715,7 8,55

PDRB 291.541,5 343,064,0 404,747,0 469,681,1 536.447,1 16,47 291.541,5 315.300,6 343.574,3 373.452,0 391.497,5 7,65

Keterangan: ') Angka sementara.

") Angka sangat sementara.

Page 446: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 446

Tabel V. 44

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DENGAN MIGAS ATAS DASAR DARGA BERLAKU DAN DARGA KONSTAN

PER PROPINSI 1993 . 1997

(dalam miliar rupiah)

Harga berlaku Harga konstan

No. Propinsi Pertumbuhan Pertumbuhan

1993 1994 1995 1996" 1997'" rata-rata (%) 1993 1994 1995 1996" 1997'" rata-rata (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1DI Aceh 10.885,4 11.245,0 13.091,2 14.637,0 17.229,1 . 12,16 10.885,4 11.026,2 11.186,7 11.463,3 11.447,3 1,27

2Sumatera Utara 18.215,5 21.701,0 24.630,5 28.173,1 32.597,6 15,66 18.215,5 19.942,0 21.753,8 23.714,7 24.842,9 8,07

3Sumatera Barat 6.027,1 7.217,9 8.267,1 9.514,8 10.760,1 15,59 6.027,1 6.475,9 7.054,2 7.609,5 7.998,7 7,33

4Riau 17.228,5 18.194,6 21.234,7 23.854,8 26.435,0 11,30 17 .228,5 17.024,3 18.783,3 19.808,1 20.264,3 4,14

5Jambi 2.463,4 2.910,8 3.457,6 4.023,8 4.591,7 16,85 2.463,4 2.664,6 2.890,6 3.145,3 3.268,5 7,33

6Sumatera Selatan 10.736,2 12.062,1 14.51,2 16.986,1 19.945,0 16,75 10.736,2 11.515,3 12.515,8 13.521,2 14.072,7 7,00

7Bengkulu 1.391,8 1.706,0 1.987,6 2.279,3 2.459,3 15,29 1.391,8 1.487,1 1.597,2 1.693,6 1.754,4 5,96

8Lampung 5.410,5 6.533,2 8.119,2 9.239,2 10.553,0 18,18 5.410,5 5.800,7 6.404,8 6.914,2 7.199,3 7,40

9OK1 Jakarta 51.106,5 58.785,3 70.045,3 82.587,3 91.375,1 15,63 51.1 06,5 55.505,3 60.648,7 66.164,8 69.479,4 7,98

10Jawa Barat 53.939,7 64.812,5 76.198,2 89.405,2 103.972,4 17,83 53.939,7 57.823,1 62.491,2 68.243,5 71.164,1 7,17

11Jawa Tengah 33.978,9 39.303,6 46.586,0 52.505,4 60.296,4 15,42 33.978,9 36.345,2 39.014,0 41.862,2 43.129,8 6,14

12DI Yogyakarta 4.058,0 4.882,3 5.618,6 6.399,7 7.060,1 14,85 4.058,0 4.387,1 4.741,9 5.111,6 5.291,5 6,86

13Jawa Timor 49.172,2 57.146,5 65.883,2 76.566,6 88.274,6 15,75 49.172,2 52.727,5 57.040,5 61.752,5 64.857,7 7,17

14Kalimantan Barut 5.148,0 6.050,4 7.138,9 8.454,5 10.258,4 18,81 5.148,0 5.536,1 6.062,2 6.714,1 7.233,6 8,88

15Kalimantan Tengah 3.066,9 3.657,5 4.351,7 5.205,7 6.008,1 18,31 3.066,9 3.309,9 3.608,7 4.036,2 4.313,5 8,90

16Kalimantan Selatan 4.567,5 5.295,0 6.210,5 7.262,9 8.033,2 15,16 4.567,5. 4.963,8 5.417,3 5.956,6 6.293,9 8,35

17Kalimantan Timur 15.708,4 18.897,3 21.619,6 24.118,3 27.243,4 14,76 15.708,4 17.503,0 18.276,6 19.792,2 20.637,5 7,06

18Sulawesi Utara 2.806,9 3.190,7 3.793,2 4.790,7 5.614,1 18,92 2.806,9 3.018,2 3.272,9 3.574,7 3.767,0 7,63

19Sulawesi Tengah 1.755,5 2.131,4 2.512,2 3.023,9 3.355,0 17,58 1.755,5 1.888,9 2.042,5 2.212,6 2.316,9 7,18

20Sulawesi Selatan 7.511,8 8.737,9 10.377,3 11.833,1 13.538,0 15,87 7.511,8 8.088,1 8.757,9 9.485,9 9.893,4 7,13

21Sulawesi Tenggara 1289,2 1.510,3 1.819,2 2.101,9 2.387,2 16,65 1.289,2 1.371,4 1.472,5 1.561,0 1.644,0 6,27

22Bali 5.690,2 6.490,9 7.409,9 8.621,5 9.897,4 14,84 5.690,2 6.117,5 6602,7 7.141,8 7.556,5 7,35

23Nusa Tenggarn Barut 2.550,6 2.960,6 3.466,0 3.986,5 4.534,1 15,47 2.550,6 2.796,0 2.955,6 3.195,3 3.363,2 7,16

24Nusa Tenggara Timur 2.096,8 2.456,4 2.871,3 3.335,1 4.081,1 18,11 2.096,8 2.276,2 2.471,6 2.685,4 2.811,0 7,60

25Maluku 2.453,2 2.787,0 3.171,1 3.634,4 3.998,1 12,99 2.453,2 2.613,1 2.782,7 2.981,2 3.083,7 5,89

26Irian Jaya 4.745,7 5.369,4 7.014,0 8.189,1 8.925,7 17,] I 4.745,7 5.103,3 6.133,0 6.944,9 7.244,5 11,15

27Timor-Timor 515,4 603,5 708,4 861,7 996,1 17,91 515,4 566,7 620,2 687,2 715,7 8,55

PORB 324.519,7 376.638,9 442.095,9 511.591,5 584.419,4 15,84 324.519,7 347.876,3 376.599,0 407.973,6 425.645, I 7,02

Ketecangan,

*) Angka sementara

**) Angka Sangat Sementara

Page 447: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 447

Tabel V. 45

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS

ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN

MENU RUT LAPANGAN USAHA 1993 DAN 1997

(dalam miliar rupiah)

Persentase Persentase

No. terhadap terhadap Lapangan usaha/sektor 1993

total PDRB 1997.)

total PDRB

(%) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Atas dasar harga berlaku

1 Pertanian 56.546,9 19,40 94.007,2 17,52

2 Pertambangan dan Penggalian 7.254,8 2,49 15.234,1 2,84

3 Industri pengolahan 64.586,1 22,15 134.937,8 25,15

4 Listrik, gas, dan air bersih 3.803,7 1,31 7.352,8 1,37

5 Bangunan 21.914,3 7,52 42.179,8 7,86

6 Perdagangan, restoran dan hotel 56.533,8 19,39 105.353,2 19,64

7 Pengangkutan ddan komunikasi 22.365,6 7,67 39.587,8 7,38

8 Keuangan, persewaan bangunan, 25.899,9 8,88 45.732,3 8,53

dan jasa perusahaan

9 Jasa-jasa 32.636,3 11,19 52.062,2 9,71

Jumlah 291.541,5 100,00 536.447,1 100,00

Atas dasar harga konstan

1 Pertanian 56.546,9 19,40 64.682,0 16,52

2 Pertambangan dan Penggalian 7.254,8 2,49 11.510,7 2,94

3 Industri pengolahan 64.586,1 22,15 95.985,7 24,52

4 Listrik, gas, dan air bersih 3.803,7 1,31 5.855,7 1,50

5 Bangunan 21.914,3 7,52 32.158,0 8,21

6 Perdagangan, restoran dan hotel 56.533,8 19,39 78.332,3 20,01

7 Pengangkutan ddan komunikasi 22.365,6 7,67 30.777,6 7,86

8 Keuangan, persewaan bangunan, 25.899,9 8,88 34.138,1 8,72

dan jasa perusahaan

9 Jasa-jasa 32.636,3 11,19 38.057 9,72

Jumlah 291.541,5 100,00 391.497,5 100,00

Keterangan:.j Angka sangat sementara

Page 448: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 448

Page 449: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 449

makmur masyarakat di daerah tersebut. PDRB perkapita diperoleh dengan membagi PDRB

tanpa rnigas berdasarkan harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB

tanpa rnigas digunakan karena angka ini dipanuang lebih mencerminkan keadaan yang

sesungguhnya dalam masyarakat, karena sebagian besar penghasilan Dari migas diserahkan

kepada pemerintah pusat. Hal ini juga memungkinkan dilakukan perbandingan antardaerah,

karena hanya propinsi-propinsi Daerah Istimewa Aceh, Riau, dan Kalimantan Timur yang

memiliki penghasilan migas yang relatif besar.

Selama periode 1993 - 1997 PDRB perkapita propinsi secara total mengalami

peningkatan yang cukup berarti, Dari Rp1.587,6 ribu dalam tahun 1993 menjadi Rp2.684,4 ribu

dalam tahun 1997. Propinsi yang memiliki PDRB perkapita tertinggi dalam tahun 1997 adalah

DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan Irian Jaya, masing-masing Rp9 .808,1, Rp5. 722,4, dan

Rp4.224, 7. Sementara itu, propinsi yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi adalah propinsi

Sulawesi Utara, Lampung, dan Nusa Tenggara Timur, masing-masing adalah 17,3 persen, 16,1

persen, dan 16,0 persen. PDRB perkapita selengkapnya dapat diikuti dalam Tabel V.46. .

Peningkatan PDRB diharapkan dapat meningkatkan PDS, antara lain melalui

peningkatan pajak dan retribusi, baik untuk daerah tingkat I maupun daerah tingkat II. Untuk

mengukurpengaruh peningkatan PDRB terhadap PDS digunakan perhitungan elastisitas, yaitu

dengan membandingkan persentase pertumbuhan PDS dengan persentase pertumbuhan PDRB.

Jika elastisitas lebih besar Dari satu, berarti perubahan PDS adalah elastis terhadap perubahan

PDRB atau peningkatan PDRB akan memacu peningkatan PDS. Selama periode 1993 - 1997

elastisitas PDS tingkat I dan tingkat II terhadap PDRB tanpa migas alas dasar harga berlaku

adalah 1,2 yang berarti peningkatan PDRB sebesar satu persen menyebabkan kenaikan PDS 1,2

persen. Secara rinei elastisitas PDS tingkat I dan tingkat II terhadap PDRB tiap propinsi dapat

dilihat dalam Tabel V.47.

Page 450: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 450

Tabel V. 46

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO T ANP A MIGAS PERKAPIT A

ATAS DASAR BARGA BERLAKU PER PROPINSI 1993 -1997

(dalam ribu rupiah)

PertumbuhanNo. Propmsi 1993 1994 1995 1996') 1997')

Rata-rata (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 DI Aceh 1.339,5 1.582,5 1.876,0 2.111,9 2.339,7 14,96

2 Sumatera Utara 1.653,0 1.953,5 2.178,7 2.464,1 2.823,1 14,32

3 Sumatera Barat 1.444,9 1.704,6 1.922,5 2.178,5 2.427,0 13,84

4 Riau 1.667,3 1.890,0 2.178,8 2.444,6 2.667,9 12.47

5 Jambi 1.089,0 1.247,8 1.442,9 1.623,1 1.806,0 13.48

6 Sumatera Selatan 1.304,9 1.482,0 1.740,8 1.993,3 2.306,9 15,31

7 Bengkulu 1.072,6 1.269,6 1.427,5 1.589,1 1.674,7 11,78

8 Lampung 850,3 1. 006,6 1.227,0 1.372,7 1.544,7 16,09

9 OKI Jakarta 5.867,8 6.617,3 7.730,0 8.975,8 9.808,1 13,70

10 Jawa Barat 1.357,3 1.624,3 1.877,5 2.145,2 2.451,8 15,93

11 Jawa Tengah 1.096,4 1.271,0 1.506,3 1.689,3 1.915,9 14,98

12 DI Yogyakarta 1.390,6 1.673,1 1.925,9 2.181,5 2.379,2 14,37

13 Jawa Timur 1.478,1 1.705,0 1.950,7 2.247,3 2.564,2 14,77

14 Kalimantan Barat 1.492,0 1.713,5 1.976,7 2.289,9 2.701,3 16,00

15 Kalimantan Tengah 2.018,9 2.335,7 2.698,5 3.150,2 3.563,4 15,26

16 Kalimantan Selatan 1.648,8 1.873,l 2.150,6 2.466,2 2.676,7 12,88

17 Kalimantan Timur 3.781,3 4.258,1 4.875,9 5.271,2 5.722,4 10,91

18 Sulawesi Utara 1.093,3 1.226,6 1.438,6 1.791,8 2.070,8 17,31

19 Sulawesi Tengah 960,5 1.138,1 1.306,7 1.536,0 1.666,0 14,76

20 Sulawesi Selatan 1.030,7 1.180,1 1.379,9 1.548.4 1.742.4 14,03

21 Sulawesi Tenggara 874,6 992,6 1.158,4 1.301,9 1.444,9 13,37

22 Bali 2.006,9 2.263,4 2.564,4 2.953,9 3.347,3 13,64

23 Nusa Tenggara Barat 724,5 828,3 955,3 1.080,4 1.205,8 13,58

24 Nusa Tenggara Timur 610,7 703,1 807,5 921,1 1.107,1 16,04

25 Maluku 1.234,2 1.370,9 1.524,0 1.712,5 1.854,5 10,72

26 Irian Jaya 2.508,3 2.725,9 3.504,8 3.994,6 4.224,7 13,92

27 Timor-Timur 645,0 738,6 848,9 1.012,1 1.148,0 15.50

INDONESIA 1.587,6 1.799,2 2.089,0 2.386,5 2.684,4 14,03

Keterangan : ') Angka sementara

") Angka sangat sementara

Page 451: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 451

Tabel V. 47

ELASTISITAS PENERIMAAN DAERAH SENDIRI TINGKAT I DAN TINGKAT II

TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO T ANP A MIGAS

ATAS DASAR HARGA BERLAKU PER PROPINSI 1994 -1996

No. Propinsi 1994 - 1996

(1) (2) (3)

I DI Aceh 0,63

2 Sumatera Utara 1,34

3 I Sumatera Barat 1,23

4 Riau 1,13

5 Jambi 1,17

6 Sumatera Selatan 0,68

7 Bengkulu

1.93

8 Lampung 1,55

9 DKI Jakarta 1,00

]0 Jawa Barat 1,46

II Jawa Tengah \,28

12 DI Yogyakarta

1,4]

I

13 Jawa Timur 1,49

14 Kalimantan Barat 0,98

15 Kalimantan Tengah 0.55

]6 Kalimantan Selatan ],29

17 Kalimantan Timur 0,68

18 Sulawesi Utara 0,71

19 Sulawesi Tengah 0,91

20 Sulawesi Selatan 1,33

21

Sulawesi Tenggara

1,25

22 Bali 1,59

23

Nusa Tenggara Barat

1,87

24 Nusa Tenggara Timur 1,26

25 Maluku 0,56

26 Irian Jaya ],02

27 Timor-Timur 0,66

INDONESIA 1,19

Page 452: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 452

Lampiran 1

PERKIRAAN PENERIMAAN NEGARA

TAHUN ANGGARAN 1999/2000

(dalam miliar rupiah)

JENIS PENERIMAAN JUMLAH

A. PENERIMAAN DALAM NEGERI 142.203,8

I. Penerimaan Minyak Bumi 20.965,0

dan Gas Alam

1. Penerimaan Minyak Bumi 12.443,4

2. Penerimaan Gas A1am 8.521,6

II. Penerimaan Bukan Minyak Bumi 121.238,8

dan Gas Alam

1. Pajak Penghasilan . 40.626,0

2. Pajak Pertambahan Nilai Barang

dan Jasa, dan Pajak Penjualan

alas Barang Mewah 34.597,4

3. Bea Masuk 2.950,3

4. Cukai - 10.160,0

4.1 Cukai Tembakau 9.800,0

4.2 Cukai Lainnya 360,0

5. I;Ingutan (Pajak) Ekspor 2.594,5

6. Pajak Bumi dan Bangunan dan-

Bea Perolehan Hak alas Tanah

dan Bangunan 3.247,0

6.1 Pajak Bumi dan Bangunan 2.771,2

- 6.2Bea Perolehan Hak alas

Taillih dan Bangumin 475,8

7. Pajak Lainnya 564,5

7.1Bea Meterai 564,5

8. Penerimaan Negara Bukan Pajak 26.499,1

B. PENERIMAAN LUAR NEGERI 77 .400,0

1. Pinjamanprogram 47.400,0

2. Pinjaman proyek 30.000,0

Jumlah 219.603,8

Page 453: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 453

DASAR PERHITUNGAN UNTUK PERKIRAAN PENERIMAAN NEGARA RAPBN

1999/2000

A. PENERIMAAN DALAM NEGERI

I. PENERIMAAN MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

Faktor-faktor yang diperhitungkan :

- produksiminyakmentah (termasuk kondensat) diperkirakanrata-rata sebesar 1.520 ribu

bare1 per hari,

- ekspor LNG diperkirakan 1.498 juta mmbtu per tahun,

- harga rata-rata ekspor minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar US$ 10,5 per

barel,

-harga ekspor LNG diperkirakan rata-rata sebesar US$ 1,6327 per mmbtu. Berdasarkan

pertimbangan di atas, maka penerimaan minyak bumi dari gas aam diperkirakan mencapai

Rp 20.965,0 miliar.

II. PENERIMAAN BUKAN MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

1. Pajak Penghasilan

Faktor-faktoryang diperhitungkan akan mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan :

- penurunan daya beli masyarakat dari dunia usaha,

- perluasan pemungutan pajak dengan sistem witho1ding yang bersifat final,

- kenaikan pertumbuhan ekonomi,

- penurunan tingkat suku bunga deposito,

- perkembangan nilai tukar rupiah terhadap va1uta asing,

- perkembangan wajib pajak dan objet pajak,

- peningkatan kegiatan penyuluhan pajak,

- peningkatan mutu pelayanan kepada wajib pajak,

-peningkatan efektivitas pengawasan Dari penegakan hukum terhadap wajib pajak,

- peningkatan kepatuhan wajib pajak,

Page 454: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 454

- pemeriksaan Dari pengawasan terhadap wajib pajak potensial baik oleh Direktorat

Jenderal

- Pajak sendiri maupun bersama BPKP serta Ditjen Bea Dari Cukai,

- penyesuaian kebijaksanaan perpajakan dengan kondisi krisis ekonomi, misalnya

selisih kurs, ffiRA, INDRA, Jakarta Initiative Scheme,

- kenaikan PTKP.

Dengan memperhitungkan hal-hal tersebut, maka penerimaan pajak penghasilan direncanakan

mencapai Rp 40.626,0 miliar.

2. Pajak Pertambahan Nilai Barang daB Jasa, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPN dan PPnBM)

Rencana penerimaan PPN dan PPnBM tahun 1999/2000 diperkirakan 19,9 persen lebih tinggi

Dari APBN tahun 1998/1999. Hal ini setelah memperhitungkan faktor-faktor sebagai berikut :

- perkembangan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing,

- perluasan objek pajak,

- peningkatan jumlah pengusaha kena pajak,

- peningkatan efektivitas pengawasan administrasi dan penegakan hukum terhadap

pengusaha kena pajak,

- pelaksanaan pengecekan silang antara data PPN dengan data PPh,

- peningkatan kerjasama dengan instansi lain,

- pencabutan dan penghapusan fasilitas perpajakan atas barang kena pajak dan jasa

kena pajak tertentu,

- penyesuaian kebijaksanaan perpajakan dengan kondisi perekonomian misalnya

pembebasan PPN atas impor barang modal. Dengan memperhitungkan hal-hal tersebut, maka

penerimaan PPN dan PPnBM direncanakan mencapai Rp 34.597,4 miliar.

3. Bea Masuk

Rencana penerimaan bea masuk danasarkan atas hal-hal sebagai berikut :

- perkembangan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.

- perkembangan impor sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi dalam negeri,

- perkembangan devisa bebas bea masuk karena perubahan komposisi impor yang

Page 455: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 455

semakin mengarah kepada impor bahan baku dan barang modal,

- penurunan tarif bea masuk,

Berdasarkan hal-hal tersebut, penerimaan bea masuk direncanakan mencapai

Rp 2.950,3 miliar.

4. Cukai

Perkiraan penerimaan cukai direncanakan Rp 10.160,0 miliar yang terdiri Dari cukai tembakau

dan cukai lainnya.

4.1 Cukai Tembakau

- Hal-hal yang mempengaruhi penerimaan cukai tembakau adalah :

- perkembangan produksi rokok dan hasil tembakau lainnya,

- penyesuaian harga dasar pengenaan cukai sejalan dengan perkembangan

ekonomi,

- kenaikan tarif cukai,

-pencegahan dan pemberantasan peredaran rokok berpita cukai palsu dan rokok yang tidak

berpita cukai,

- penyelesaian tunggakan-tunggakan cukai.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penerimaan cukai tembakau direncanakan mencapai Rp

9.800,0 miliar.

4.2 Cukai Lainnya

Cukai lainnya terdiri Dari cukai etil alkohol, cukai minuman yang mengandung etil alkohol,

dan cukai konsentrat yang mengandung etil alkohol. Hal-hal yang mempengaruhi

penerimaannya adalah :

- peningkatan produksi,

- intensif1kasi pemungutan cukai,

- penyesuaian hargadasarpengenaan cukai sejalan dengan perkembangan ekonomi.

Berdasarkan hal-hal tersebut, .penerimaan cukai lainnya direncanakan mencapai Rp 360,0

miliar.

Page 456: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 456

5. Pungutan (pajak) Ekspor

Perhitungan penerimaan pungutan (pajak) ekspor danasarkan pada hal-hal berikut :

- peningkatan ekspor atas produk yang terkena pajak ekspor,

- adanya perubahan tarif pajak ekspor terhadap CPO dan turunannya,

- perkembangan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.

Berdasarkanhal-hal tersebut, penerimaan pungutan (pajak) ekspor direncanakan mencapai Rp

2.594,5 miliar.

6. Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahun 1999/2000 memperhitungkan hal-hal

berikut :

- pemutakhiran data subjek dan objek pajak,

- peningkatan penegakan hukum,

- peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui kegiatan penagihan,

- pengembangan sistem administrasi PBB melalui Sistem Manajemen Informasi

Obyek Pajak (SISMIOP),

- peningkatan kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Badan Pertanahan Nasional dan

Notaris/PP AT.

Dengan memperhitungkan hal-hal tersebut, maka penerimaan pajak bumi dan bangunan dan bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan direncanakan mencapai Rp 3.247,0 miliar.

7. Pajak Lainnya

Rencana penerimaan pajak lainnya (bea meterai) tahun 1999/2000 sebesar Rp 564,5 miliar.

Perkiraan penerimaan tersebut didasarkan atas hal-hal-berikut :

- perkembangan kegiatan dan transaksi, serta jumlah dokumen yang dapat dikenakan bea

meterai,

- peningkatan pengawasan atas pemakaian benda meterai, mesin teraan meterai, dan pencetakan

tanda lunas bea meterai,

- peningkatan upaya pencegahan beredarnya meterai tempel palsu.

Page 457: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 457

8. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan negara bukan pajak adalah :

- peningkatan efisiensi badan usaha milik negara dalam rangka meningkatkan laba,

- intensifikasi dan ekstensifikasi pungutan oleh departemen/lembaga pemerintah

nondepartemen,

- peningkatan pengawasan atas pungutan dan penyetoran berbagai penerimaan

departemen/lembaga pemerintah nondepartemen,

- penyempumaan tarif pungutan yang berlaku,

- penerimaan kembali pinjaman (RDI),

- pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara

Bukan Pajak,

-pelaksanaan privatisasi beberapa badan usaha milik negara.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penerimaan negara bukan pajak direncanakan mencapai Rp

26.499,1 miliar.

B. PENERIMAAN LUAR NEGERI

Perkiraan penerimaan pinjaman program dan pinjaman proyek adalah sebagai berikut :

- pinjaman program dalam tahun anggaran 1999/2000 diperkirakan Rp 47.400,0 miliar,

yang seluruhnya merupakan pinjaman luar negeri yang segera dapat dicairkan,

- pinjaman proyek dalam tahun anggaran 199912000 diperkirakan Rp 30.000,0 miliar, yang

sebagian besar berasal Dari realisasi komitmen pinjaman proyek tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan perkiraan tersebut, penerimaan luar negeri direncanakan mencapai Rp 77.400,0

miliar.

Page 458: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 458

Lampiran 2

ANGGARAN BELANJA RUTIN TAHUN ANGGARAN 1999/2000 MENURUT SEKTOR

DAN SUBSEKTOR (dalam ribu rupiah)

Nomor

Kode Sektor I Subsektor J umlah

(1) (2) (3)

01 SEKTOR INDUSTRI 108.134.869

Oll Subsektor Industri 108.134.869

02 SEKTOR PERTANIAN DAN KEHUTANAN 743.926.692

02.1 Subsektor Pertanian 265.883.632

02.2 Subsektor Kehutanan 478.043.060

03 SEKTOR PENGAIRAN 50.074.119

03.1 Subsektor Pengembangan Sumber Daya Air 21.699.856

03.2 Subsektor Irigasi 28.374.263

04 SEKTOR TENAGA KERJA 391.589.383

04.1 Subsektor Tenaga Kerja 391.589.383

05 SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN

USAHA NASIONAL, KEUANGAN, DAN KOPERASI 85.226.792.362

05.1 Subsektor Perdagangan 'Dalam Negeri 99.319.154

05.2 Subsektor Perdagangan Luar Negeri 80.318.089

05.4 Subsektor Keuangan 84.899.661.770

05.5 Subsektor Koperasi dan Pengusaha Kecil 147.493.349

06 SEKTOR TRANSPORT ASI, METEOROLOGI DAN

GEOFISIKA 382.746.804

06.1Subsektor Prasarana Jalan 35.264.654

06.2Subsektor Transportasi Darat 34.323.135

Page 459: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 459

Nomor

Kode Sektor I Subsektor

Jumlah

(1) (2) (3)

06.3 Subsektor Transportasi Laut 179.245.976

06.4 Subsektor Transportasi Udara 71.088.612

06.5 Subsektor Meteorologi, Geofisika, Pencarian dan

Penyelamatan (SAR) 62.824.427

07 SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI 341.303.110

07.1 Subsektor Pertambangan 335.154.644

07.2 Subsektor Energi 6.148.466

-

. 08 SEKTO R P ARIWISA T A, POS,

DAN TELEKOMUNlKASI 127.589.677

08.1 Subsektor Pariwisata 32.125.982

08.2 Subsektor Pos dan Telekomunikasi 95.463.695

09 SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH DAN

.

TRANSMIGRASI 19.749.041.453

. .

09.1 Subsektor Pembangunan Daerah 19.647.793.705

09.2 Subsektor Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Rutan 101.247.748

10 SEKTOR LINGKUNGAN HIDU.P DAN TATA RUANG 424.764.039

10.1 Subsektor Lingkungan Ridup 10.901.822

10.2 413.862.217

'Subsektor Tata Ruang

11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDA Y AAN NASIONAL,

KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA

ESA, PEMUDA DAN aLAR RAGA 6.045.226.198

11.1 Subsektor Pendidikan 5.448.386.637

11.2 Subsektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasan 471.023.698

11.3 Subsektor Kebud_ayaan NasiQnal dan Kepercayaan

Terhadap Tuhan YangMaha Esa 114.116.236

11.4 Subsektor Pemuda dan Olah Raga 11.699.627

Page 460: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 460

Nomor

Kode Sektor I Subsektor Jumlah

(1) (2) (3)

12SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA

SEJAHTERA 440.524.075

12.1 Subsektor Kependudukan dan Keluarga Berencana 440.524.075

13 SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL, KESEHATAN,

PERANAN W ANITA, ANAK DAN REMAJA 829.066.848

13.1 Subsektor Kesejahteraan Sosial 151.188.095

13.2 Subsektor Kesehatan 677.878.753

14 SEKTOR PERUMAHAN DAl'( PERMUKIMAN 27.804.202

14.1 Subsektor Perumahan dan PeflIDl'kiman 20.113.788

14.2 Subsektor Penataan Kota dan Bangunan 7.690.414

15 SEKTOR AGAMA 1.741.627.031

15.1 Subsektor Pelayanan Kehidupan Beragama 273.392.621

15.2 Subsektor Pembinaan Pendidikan Agama 1.468.234.410

16 SEKTOR ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI 498.472.557

16.2 Subsektor Ilmu Pengetahuan Terapan dan Dasar 312.183.984

16.3 Subsektor Kelembagaan Prasarana dan Sarana

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 46.046.551

16.5 S u bsektor . Kedirg an taraan 2.528.400

16.6 Subsektor Sistem Informasi dan Statistik 137.713.622

17 SEKTOR HUKUM 982.783.903

17.1 Subsektor Pembinaan Hukum Nasional 866.469.326

17.2 Subsektor Pembinaan Aparatur Hukum 116.314.577

Page 461: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 461

Nomor

Kode Sektor I Subsektor Jumlah

(1) (2) (3)

18SEKTOR AP ARA TUR NEGARA DAN PENGA W ASAN 6.423.755.838

18.1Subsektor Aparatur Negara 6.035.892.093

18.2Subsektor Pendayagunaan Sistem dan Pelaksanaan Pengawasan 387.863.745

19SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN LUAR NEGERI,

PENERANGAN, KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSA 2.710.591.890

19.1 Subsektor Politik 122.747.763

19.2 Subsektor Hubungan Luar Negeri 1.978.397.732

19.3 Subsektor Penerangan, Komunikasi dan Media Massa 609.446.395

20 SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN 9.909.684.950

20.2 Subsektor Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 9.695.086.646

20.3 Subsektor Pendukung 214.598.304

Jumlah 137.155.500.000

Page 462: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 462

Lampiran 3

ANGGARAN BELANJA PEMBANGUNAN TAHUN ANGGARAN 1999/2000

MENURUT SEKTOR DAN SUBSEKTOR

(dalam ribu rupiah)

Nomor Nilai upiah

Sektor / Subsektor Rupiah Bautuan Proyek Jumlah Kode

dan Kredit Ekspor

(I)(2) (3) (4) (5)

01SEKTOR INDUSTRl 239.089.900 390.128.000 629.217.900

01.1Subsektor Industri 239.089.900 390.128.000 629.217.900

02SEKTOR PERTANIAN DAN

KEHUTANAN 3.290.131.600 1.323.130.000 4.613.261.600

02.1 Subsektot Pertanian 3.267.129.600 1.122.100.000 4.389.229.600

02.2 Subsektor Kehutanan 23.002.000 201.030.000 224.032.000

03 SEKTOR PENGAIRAN 1.404.650.000 2.061.555.000 3.466.205.000

03.1 Subsektor Pengembangan Somber

Daya Air 358.000.000 1.163.427.000 1.521.427.000

03.2 Subsektor Irigasi 1.046.650.000 898.128.000 1.944.778.000

04 SEKTOR TENAGA KERJA 1.123.535.000 78.547.000 1.202.082.000

04.1 Subsektor Tenaga Kerja 1.123.535.000 78.547.000 1.202.082.000

-.

05 SEKTOR PERDAGANGAN,

PENGEMBANGAN USAHA

NASIONAL, KEUANGAN

DAN KOPERASI 18.741.867.600 293.714.000 19.035.581.600

05.1 Subsektor Perdagangan Dalam Negeri 97.138.600 12.954.000 110.092.600

05.2 Subsektor Perdagangan Luar Negeri 51.600.000 13.760.000 65.360.000

05.3 Subsektor Pengembangan Usaha Nasional 6.220.000 0 6.220.000

05.4 Subsektor Keuangan 17.010.929.000 212.255.000 17.223.184.000

05.5 Subsektor Koperasi Dari Pengusa Kecil 1.575.980.000 54.745.000 1.630.725.000

06 SEKTOR TRANSPORTASI, ME-

TEOROLOGI DAN GEOFISIKA 2.630.829.000 5.795.791.000 8.426.620.000

06.1 Subsektor Prasarana Jalan 2.003.129.000 3.240.438.000 5.243.567.000

06.2 Subsektor Transportasi Darat 251.700.000 1.328.531.000 1.580.231.000

06.3 Subsektor Transportasi Laut 166.000.000 286.110.000 452.110.000

06.4 Subsektor Transportasi Udara 190.000.000 890.612.000 1.080.612.000

06.5 Subsektor Meteorologi, Geofisika,

Penearian dan Penyelamatan (SAR) 20.000.000 50.100.000 70.100.000

07 SEKTOR PERTAMBANGAN

DAN ENERGI 774.025.000 5.833.638.000 6.607.663.000

07.1 Subsektor Pertambangan 52.825.000 16.500.000 69.325.000

07.2 Subsektor Energi 721.200.000 5.817.138.000 6.538.338.000

Page 463: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 463

Nomor Nilai Rupiah

Sektor I Subsektor Rupiah Bantuan Proyek JumlahKode

dan Kredit Ekspor

(I) (2) (3) (4) (5)

08 SEKTOR PARIWISATA, POS

DAN TELEKOMUNIKASI 82.900.000 835.200.000 918.100.000

08.1 Subsektor Pariwisata 57.700.000 35.100.000 92.800.000

08.2 Subsektor Pos dan Telekomunikasi 25.200.000 800.100.000 825.300.000

09 SEKTOR PEMBANGUNAN

DAERAH DAN TRANSMIGRASI 11.005.675.600 3.540.106.000 14.545.781.600

09.1 Subsektor Pembangunan Daerah 10.116.725.600 3.540.106.000 13.656.831.600

09.2 Subsektor Transmigrasi dan

Pemukiman Perambah Hutan 888.950.000 0 888.950.000

10SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP

DAN TATA RUANG 579.157.600 353.579.000 932.736.600

10.1Subsektor Lingkungan Hidup 502.380.600 296.579.000 798.959.600

10.2Subsektor Tata Ruang 76.777.000 57.000.000 133.777.000

11SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDA-

YAAN NASIONAL, KEPERCAYAAN

TERHADAP TUHAN YANG MAHA

ESA, PEMUDA DAN OLAH RAGA 4.818.705.800 3.562.559.000 8.381.264.800

11.1 Subsektor Pendidikan 4.464.872.800 3.471.858.000 7.936.730.800

11.2 Subsektor Pendidikan Luar Sekolah

dan Kedinasan 225.555.000 90.701.000 316.256.000

11.3Subsektor Kebudayaan Nasional

dan Kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa 67.550.000 0 67.550.000

11.4Subsektor Pemuda dan Olah Raga 60.728.000 0 60.728.000

12SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN

KELUARGASEJAHTERA 244.050.000 Jt!0.254.000 594.304.000

12.1Subsektor Kependudukan dan -

Keluarga Berencana 244.050.000 350.254.000 594.304.000

13SEKTOR KESEJAHTERAAN

SOSlAL, KESEHATAN, PERANAN

WANITA, ANAK DAN REMAJA 2.908.073.400 1.878.826.000 4.786.899.400

13.1Subsektor Kesejahteraan Sosial 317.853.400 336.095.000 653.948.400

13.2Subsektor Kesehatan 2.029.740.000 1.515.981.000 3.545.721.000

13.3Subsektor Peranan Wanita, Anak

dan Remaja 560.480.000 26.750.000 587.230.000

14SEKTOR \PERUMAHAN DAN

PERMUKIMAN 1.713.320.500 1.505.122.000 3.218.442.500

14.1Subsektor Perumahan dan Perrnukiman 1.704.720.500 1.354.877.000 3.059.597.500

14.2Subsektor Penataan Kota dan Bangunan 8.600.000 150.245.000 158.845.000

Page 464: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 464

Nomor Nilai Rupiah

Sektor I Subsektor Rupiah Bantuan Proyek Jumlah Kode

daB Kredit Ekspor

(I) (2) (3) (4) (5)

15SEKTOR AGAMA 312.710.000 314.696.000 627.406.000

15.1Subsektor Pelayanan Kehidupan

Beragama 23.300.000 2.156.000 25.456.000

15.2 Subsektor Pembinaan Pendidikan

Agama / 289.410.000 312.540.000 601.950.000

16SEKTOR ILMU PENGETAHUAN

DAN TEKNOLOGI 568.054.000 332.400.000 900.454.000

16.1 Subsektor Teknik Produksi

daB Teknologi 174.133.000 168.782.000 342.915.000

16.2 Subsektor l1mu Pengetahuan

Terapan daB Dasar 58.691.000 2.509.000 61.200.000

16.3 Subsektor Kelembagaan Prasarana daB

Sarana l1mu Pengetahuan daB Teknologi 64.900.000 153.435.000 218.335.000

16.4Subsektor Kelautan 58.700.000 5.336.000 64.036.000

16.5Subsektor Kedirgantaraan 33.000.000 0 33.000.000

16.6Subsektor Sistem Informasi dan Statistik 178.630.000 2.338.000 180.968.000

17SEKTOR HUKUM 220.801.000 9.336.000 230.137.000

17.1Subsektor Pembinaan Hukum Nasional 23.715.000 0 23.715.000

17.2Subsektor Pembinaan Aparatur Huknm 54.636.000 0 54.636.000

17.3Subsektor SalaDa daB Prasarana Huknm 142.450.000 9.336.000 151.786.000

18SEKTORAPARATURNEGARA

DAN PENGA W ASAN 428.291.700 472.510.000 900.801.700

18.1 Subsektor Aparatur Negara 417.852.700 472.510.000 890.362.700

18.2 Subsektor Pendayagunaan Sistem daB

Pelaksanaan Pengawasan 10.439.000 0 10.439.000

19 'SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN

LUAR NEGERI, PENERANGAN,

KOMUNIKASI DAN

MEDIA MASSA 109.447.300 44.509.000 153.956.300

19.1 Subsektor Politik 7.070.000 0 7.070.000

19.2 Subsektor Hubungan Luar Negeri 17.077.300 0 17.077.300

19.3 Subsektor Penerangan, Komunikasi

daB Media Massa 85.300.000 44.509.000 129.809.000

20 SEKTOR PERTAHANAN DAN

KEAMANAN 1.252.985.000 1.024.400.000 2.277.385.000 '

20.1 Subsektor Rakyat Terlatih dan

Perlindungan Masyarakat 10.612.000 0 10.612.000

20.2 Subsektor ABRI 944.873.000 1.024.400.000 1.969.273.000

20.3 Subsektor Penduknng 297.500.000 0 297.500.000

JUMLAH 52.448.300.000 30.000.000.000 82.448.300.000

Page 465: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 465

Lampiran 4

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

1999/2000

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

199912000 disusun berdasarkan prinsip anggaran. berimbang yang dinamis;

b. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran.

199912000 adalah merupakan pelaksanaan rencana pembangunan sesuai

dengan amanat Ketetapan MPR RI Nomor X/MPRl1998 tentang Pokokpokok

Reformasi Pembangunan Dalam RangkaPenyelamatan dan Normalisasi

Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara;

c. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 199912000

pada dasarnya merupakan rencana kerja tahunan pemerintahan negara dalam

rangka memelihara dan meningkatkan hasil-hasil pelaksanaan pembangunan

tahun-tahun sebelumnya dengan sasaran pada upaya mengatasi krisis ekonomi

dalam waktu yang singkat;

d. bahwa untuk menjaga kesinambungan jalannya pembangunan, dipandang

perlu diatur sisa anggaranJebih dan sisakredit anggaran proyek -proyek dalam

anggaran pembangunan Tahun Anggaran 1999/2000;

e. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

199912000 perlu ditetapkan dengan Undang-undang.

Mengingat :

1. Pasal 5, Pasal 20, Pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), dan Pasal 33 Undang-undang

Dasar 1945;

2. Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor448) sebagaimana

Page 466: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 466

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang No.9 Tahun 1968

tentang Perubahan Pasal 7 lndische Comptabiliteitswet (Lembaran Negara Tahun

1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor2860).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000.

Pasal l

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Pendapatan negara adalah semua penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri

yang digunakan untuk membiayai belanja negara.

2. Penerimaan dalam negeri adalah semua penerimaan yang diterima negara dalam bentuk

penerimaan perpajakan, penerimaan Dari sektor minyak bumi dan gas alam, dan penerimaan

negara bukan pajak.

3. Penerimaan luar negeri adalah penerimaan yang berasal Dari nilai lawan rupiah pinjaman

luar negeri.

4. Belanja negara adalah semua -pengeluaran negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan

pengeluaran pembangunan.

5.Pengeluaran rutin adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai tugas-tugas umum

pemerintahan dan pembangunan, baik pusat maupun daerah, serta untuk memenuhi kewajiban

atas hutang dalam negeri dan luar negeri.

6. Pengeluaran pembangunan adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai proyek-

proyek pembangunan.

7. Sisa kredit anggaran adalah sisa kewajiban pembiayaan proyek pembangunan pada akhir

tahun anggaran.

Page 467: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 467

8. Sisa anggaran lebih adalah selisih lebih antara realisasi pendapatan negara dan belanja

negara. .

9. Sektor adalah kumpulan subsektor

10. Subsektor adalah kumpulan program.

11. Pinjaman program adalah nilai lawan rupiah Dari pinjaman luar negeri dalam bentuk

pangan dan bukan pangan yang dapat dirupiahkan.

12. Pinjaman proyek adalah nilai lawan rupiah Dari pinjaman luar negeri yang digunakan

untuk membiayai proyek-proyek pembangunan.

Page 468: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 468

Pasal 2

(1) Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 1999/2000 diperoleh Dari:

a. Sumber-sumber Penerimaan Dalam Negeri;

b. Sumber-sumber Penerimaan Luar Negeri.

(2) Penerimaan Oalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

direncanakan sebesar Rp 142.203.800.000.000,00.

(3) Penerimaan Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b direncanakan sebesar Rp 77 .400.000.000.000,00.

(4) Jumlah Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 1999/2000

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) direncanakan sebesar

Rp 219.603.800.000.000,00.

Pasal 3

(1) Penerimaan Oalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terdiri Dari

sumber-sumber penerimaan :

a. Penerimaan perpajakan sebesar Rp 94.739.700.000.000,00;

b. Penerimaan Dari sektor minyak bumi dan gas alam sebesar Rp 20.965.000.000.000,00;

c. Penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp 26.499.100.000.000,00.

(2) Penerimaan Luar Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) terdiri Dari sumber-

sumber penerimaan :

a. Pinjaman program sebesar Rp 47.400.000.000_000,00;

b. Pinjaman proyek sebesar Rp 30.000.000.000.000,00.

Pasal4

(1) Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 1999/2000 terdiri Dari :

a. Pengeluaran Rutin

b. Pengeluaran Pembangunan.

(2) Pengeluaran Rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

direncanakan sebesar Rp 137.155.500.000.000,00.

(3) Pengeluaran Pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

Page 469: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 469

direncanakan sebesar Rp 82.448.300.000.000,00.

(4) Jurnlah Anggaran BelanjaNegara TahunAnggaran 1999/2000sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) direncanakan sebesar Rp 219.603.800.000.000,00.

Pasal 5

(1) Pengeluaran Rutin sebagaimana dimaksud dalam Posa14 ayat (2) dirinci

menurut sektor :

1 Sektor industri sebesar Rp 08.134.869.000,00

2 Sektor pertanian dan kehutanan sebesar Rp 743.926.692.000,00

3 Sektor pengairan sebesar Rp 50.074.119.000,00

4 Sektor tenaga kerja sebesar Rp 391.589.383.000,00

5 Sektor perdagangan,pengembangan usaha

Nasional, keuangan dan koperasi sebesar Rp 85.226.792.362.000,00

6 Sektor transportasi, meterologi dan geofisika

sebesar Rp 382.746.804.000,00

8 Sektor pariwisata pos dan telekomunikasi

sebesar

Rp 127.589.677.000,00

9 Sektor pembangunan daerah dan transmigrasi Rp

sebesar Rp 19.749.041.453.000,00

10 Sektor lingkungan hidup dan tata ruang Rp 382.746.804.000

11 Sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap TYME, pemuda dan olah raga sebesar

Rp 6.045.226.198.000

12 Sektor kependudukan dan keluarga sejahtera sebesar Rp 440.524.075.000

13 Sektor kesejahteraan social, kesehatan, peranan wanita, anak dan remaja

Rp 829.066.848.000

14 Sektor perumahan dan pemukiman Rp 27.804.202.000

15 Sektor agama Rp 1.741.627.031.000

16 Sektor ilmu pengetahuan dan teknologi Rp 498.472.557.000

17 Sektor hukum Rp 982.783.903.000

18 Sektor aparatur negara dan pengawasan Rp 6.423.755.838.000

19 Sektor politik, hubungan luar negri, penerangan, komunikasi, dan media massa

Rp 2.710.591.890.000

20 Sektor pertahanan dan keamanan Rp 9.909.684.950.000

Page 470: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 470

(2) Rincian sektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke dalam subsektor

dicantumkan dalam penjelasan ayat ini.

(3) Pengeluaran Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Posa14 ayat (3)

dirinci menurut sektor :

01 Sektor industri sebesar Rp 629.217.900.000,00

02 Sektor pertanian dan kehutanan sebesar Rp 4.613.261.600.000,00

03 Sektor pengairan sebesar Rp 3.466.205.000.000,00

04 Sektor tenaga kerja sebesar Rp 1.202.082.000.000,00

05 Sektorperdagangan,pengembangan usaha

usaha nasional, keuangan dan koperasi sebesar Rp 19.035.581.600.000,00

06 Sektor transportasi, meteorologi dan

geofisika sebesar Rp 8.426.620.000.000,00

07 Sektor pertambangan dan energi sebesar Rp 6.607.663.000.000,00

08 Sektor pariwisata, pos dan

telekomunikasi sebesar Rp 918.100.000.000,00

09 Sektor pembangunan daerah dan

transmigrasi sebesar Rp 14.545.781.600.000,00

10 Sektor lingkungan hidup dan

tata ruang sebesar Rp 932.736.600.000,00

11 Sektor pendidikan, kebudayaan nasional,

kepercayaan terhadap Tuhan Yang .Maha

Esa, pemuda dan olah raga sebesar Rp 8.381.264.800.000,00

12 Sektor kependudukan dan keluarga

sejahtera sebesar Rp 549.304.000.000

13 Sektor kesejahteraan sosial, kesehatan,

peranan wanita, anak dan remaja sebesar Rp 4.786.899.400.000,00

14 Sektor perumahan dan permukiman sebesar Rp 3.218.442.500.000,00

15 Sektor agama sebesar Rp 627.406.000.000,00

Page 471: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 471

16 Sektor ilmu pengetahuan dan

teknologi sebesar Rp 900.454.000.000

17 Sektor hukum sebesar Rp 230.137.000.000

18 Sektor aparatur negara dan

pengawasan sebesar Rp 900.801.700.000

19 Sektor politik, hubungan luar negeri,

penerangan, komunikasi dan

media massa sebesar Rp 153.956.300.000,00

20 Sektor pertahanan dan keamanan sebesar Rp 2.277.385.000.000,00

(4) Rincian sektor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ke dalam subsektor dicanturnkan

dalam penjelasan ayat ini.

Pasal 6

Rincian lebih lanjut Dari sektor dan subsektor sebagaimana dimaksud dalam Posa15 ayat (1)

dan ayat (2) ke dalam program dan kegiatan ditetapkan dengan

Keputusan Presiden.

Pasal 7

Rincian lebih lanjut Dari sektor dan subsektor sebagaimana dimaksud dalam Posa15 ayat (3)

dan ayat (4) ke dalam program dan proyek ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 8

(1) Pada pertengahan Tahun Anggaran 199912000 Pemerintah membuat laporan

semester I mengenai :

a. Realisasi Penerimaan Dalam Negeri;

b. Realisasi Penerimaan Luar Negeri;

c. Realisasi Pengeluaran Rutin;

d. Realisasi Pengeluaran Pembangunan;

e. Perkembangan Moneter dan Perkreditan;

Page 472: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 472

f. Perkembangan Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar Negeri.

(2) Dalam laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah menyusun

prognosa untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan

kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya akhir bulan Oktober

untuk dibahas bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah.

(4) Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan perkembangan dan atau

perubahan keadaan dibahas bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah

dalam rangka penyusunan perkiraan Perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 199912000.

Pasal 9

(1) Sisa kredit anggaran proyek -proyek pada Pengeluaran Pembangunan Tahun Anggaran

1999/2000 yang masih diperlukan untuk penyelesaian proyek, dengan Peraturan Pemerintah

dipindahkan ke Tahun Anggaran 200012001 menjadi kredit anggaran Tahun

Anggaran 200012001. ,

(2) Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat dan Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya pada akhir triwulan I

Tahun Anggaran 2000/2001.

Pasal lO

Sisa Anggaran Lebih Tahun Anggaran 199912000 dapatdigunakan untuk

membiayai anggaran belanja negara tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pasal ll

Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1999/2000 berdasarkan Perubahan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) untuk mendapatkan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat sebelum Tahun Anggaran 199912000 berakhir.

Page 473: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 473

Pasal 12

(1) Setelah Tahun Anggaran 199912000 berakhir, Pemerintah membuat Perhitungan Anggaran

Negara mengenai pelaksanaan anggaran yang bersangkutan. .

(2) Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang Perhitungan Anggaran Negara

setelah Perhitungan Anggaran Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperiksa oleh

Badan Pemeriksa Keuangari, selambatlambatnya 16 (enam belas) bulan setelah Tahun

Anggaran 199912000 berakhir, untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 13

Ketentuan-ketentuan dalam lndische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448)

sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Unuangunuang Nomor 9 Tahun 1968

tentang Perubahan Pasal 7 lndische

Comptabiliteitswet (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 2860) yang bertentangan dengan bentuk, susunan, dan . isi Undang-undang ini

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggaji April 1999.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintah\can pengunuangan Unuangunuang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republiklndonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 29 Maret 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Page 474: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 474

Diunuangkan di Jakarta

pada tanggal 29 Maret 1999

MENTER! NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ttd

AKBAR TANDJUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 39

Page 475: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 475

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 1999

TENTANG

ANGGARAN PENDAP AT AN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 1999/2000

UMUM

Kondisi perekonomian nasional dalam dua tahun terakhir menghadapi permasalahan yang

kurang menguntungkan berupa krisis moneter, yang kemudian berkembang menjadi krisis

ekonomi. Dengan adanya krisis tersebut, perekonomian nasional makin terpuruk yang ditandai

antara lain dengan gejolak kurs dan meningkatnya laju inflasi, sehingga mengakibatkan semakin

tingginya pengangguran, semakin meningkatnya angka kemiskinan, yang selanjutnya

mengakibatkan semakin beratnya kehidupan masyarakat secara luas. Apabila kondisi tersebut

tidak ditangani secara terpadu lintas sektoral, dalam jangka pendek akan dapat menyulitkan

upaya penyelamatan dan pemulihan ekonomi.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1999/2000, yang merupakan APBN

tahun awal era reformasi pembangunan, merupakan proses kelanjutan, peningkatan, perluasan,

dan pembaharuan pembangunan, yang mencerminkan tekad untuk mewujudkan bangsa yang

maju dan mandiri dengan menitikberatkan pada upaya mengatasi krisis dalam waktu sesingkat-

singkatnya dengan sasaran dapat dikendalikannya nilai tukar rupiah pada tingkat yang wajar,

serta dapat disediakannya kebutuhan sembilan bahan pokok dan obat-obatan dengan harga yang

terjangkau. Penyusunan APBN Tahun Anggaran 1999/2000 tetap menganut prinsip anggaran

berimbang yang dinamis dan merupakan penjabaran Dari TAP MPR No. X/MPRl1998 tentang

Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi

Kehidupan Nasional sebagai Haluan N egara. Prinsip tersebut pada dasarnyamengandung arti

bahwa jumlah pengeluaran tidakmelebihijumlah penerimaan dan diupayakan dibentuknya

tabungan pemerintah yang semakin meningkat. Dengan demikian diharapkan pembangunan

nasional dapat berlangsung atas dasar ! kemampuan sendiri untuk membiayainya. N amun

Page 476: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 476

demikian, semenj ak krisis melanda perekonomian nasional tahun lalu, upaya memupuk

tabungan pemerintah menghadapi tantangan berat, mengingat diperlukannya pengeluaran yang

cukup besar untuk beberapa jenis subsidi guna menstabilkan harga beberapa barang kebutuhan

pokok, sementara karena pengaruh krisis penerimaan dalam negeri sulit untuk ditingkatkan.

Dalam hubungan ini, maka untuk melaksanakan penyelamatan dan pemulihan ekonomi sangat

diperlukan tambahan dana yang bersumber Dari pinjaman luar negeri, sehingga sebagian

kebutuhan mendesak tersebut dapat diatasi.

Dalam rangka pemenuhan pembiayaan negara baik untuk belanja rutin maupun

pembangunan, sumber penerimaan dalam negeri di luar migas semakin ditingkatkan

pencapaiannya melalui peningkatan penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan

pajak, sekaligus menjaga kemantapan dan kestabilan pendapatan negara. Untuk itu, pelaksanaan

Undang-undang di biuang pajak tahun 1994, yang merupakan penyempurnaan atas Undang-

undang di biuang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah, serta Pajak Bumi dan Bangunan, yang telah diberlakukan sejak 1

Januari 1995 akan semakin diintensifkan. Dalam kaitan ini, telah disahkan Undang-undang

tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang mulai berlaku sejak 1 Juli 1998.

Selain itu, dalam rangka menghadapi era globalisasi dalam perdagangan internasional di masa-

masa mendatang, di biuang kepabeanan dan cukai juga telah disahkan Undang-undang tentang

Kepabeanan dan Undang-undang tentang Cukai yang telah diberlakukan sejak tanggal 1 April

1996. Dengan berlakunya kedua Undang-undang ini, maka Indonesia telah melangkah lebih

maju di biuang peraturan perUndang-undangan, yaitu dengan meninggalkan aturan warisan

kolonial yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian nasional.

Sejalan dengan itu, dalam rangka penertiban pengelolaan penerimaan negara bukan pajak telah

disahkan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang dilaksanakan secara

bertahap sejak tangga123 Mei 1997. Seuangkan penerimaan luar negeri yang berasal Dari

pinjaman luar negeri direncanakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang

mendapat prioritas tinggi, serta untuk mendukung upaya penyelamatan dan pemulihan ekonomi

nasional.

Di biuang belanja negara, terus diupayakan peningkatan efisiensi dan efektivitas

berbagai jenis pengeluaranrutin melalui penghematan beberapa pos pengeluaran, namun dengan

tetap memperhatikan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Sementara itu, untuk

Page 477: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 477

mengurangi tekanan terhadap pengeluaran rutin telah dilakukan penangguhan pembayaran

sebagian cicilan pokok pinjaman luar negeri, terutama pinjaman bilateral dan fasilitas kredit

ekspor. Namun demikian, dalam upaya mengurangi dampak sosial Dari krisis ekonomi dan

moneter, anggaran bagi subsidi BBM, listrik, pangan dan obat-obatan tetap diperlukan.

Di gist pengeluaran pembangunan, anggaran belanja pembangunan diharapkan dapat

berperan mempercepat upaya proses stabilisasi dan reformasi struktural, mengingat dalam masa

krisis moneter dan ekonomi dewasa ini sektor masyarakat dan dunia usaha (swasta) kurang

mampu menjadi lokomotif kegiatan ekonomi. Dalam upaya mempercepat pemulihan

perekonomian nasional, maka sangat perin adanya program rekapitalisasi perbankan untuk

memelihara kesinambungan dan keandalan sistem pembayaran nasional, memungkinkan upaya

restrukturisasi dunia usaha, serta mengembalikan kepercayaan internasional terhadap perbankan

dan perekonomian nasional. Berkaitan dengan itu, dilaksanakan penajaman prioritas alokasi dan

peningkatan efisiensi penggunaan anggaran belanja pembangunan, penundaan proyek -proyek

dan kegiatan pembangunan yang belum. mendesak, serta penyediaan tambaban anggaran untuk

meningkatkan peranan pengusaha . kecil dan menengab, serta koperasi. Dalam lingkup sektoral,

prioritas alokasi anggaran belanja pembangunan diberikan pada sektor-sektor yang menunjang

peningkatan penciptaan lapangan kerja dan kesempatan bernsaba, pemenuhan kebutuhan pokok

dan pengembangan produksi pangan dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi, pemenuhan

kebutuhan dasar di biuang pendidikan dan kesehatan dalam rangka memperkuat jaring

pengaman sosial, serta operasi dan pemeliharaan proyek prasarana dan sarana dasar.

Demi terciptanya iklim investasi yang kondusifbagi perkembangan berbagaijenis usaha

swasta diberbagai daerab serta untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar

internasional, kebij_sanaan ekonomi makro yang berhati-hati, peningkatan pelayanan ekspor,

yang dilakukan baik melalui pereepatan pelayanan kepelabuhanan dan kepabeanan maupun

melalui penanggulangan hambatan birokrasi, seperti perizinan, pemeriksaan dan pungutan,

pembenaban kelembagaan baik di sektor riil maupun sektor nonriil, serta pemantapan stabilitas

polit(ik dan keamanan terus dilanjutkan. I

Sejalan dengan upaya-upaya tersebut, maka penertiban keuangan negara, baik

pendapatan maupun belanja, perlu terus ditingkatkan termasuk pengaw$;annya melalui upaya

meningkatkan keterbukaan.

Dalam rangka kesinambungan kegiatan pembangun_, sisa kredit anggaran proyek-proyek yang

Page 478: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 478

masih diperlukan untuk penyelesaian proyek pada anggaran pembangunan Tahun Anggaran

199912000 dipindahkan kepada Tahun Anggaran 200012001, dan menjadi kredit anggaran

Tahun Anggaran 200012001.

Dengan memperhatikan hal-hill tersebut di atas, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 1999/2000 disusun berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

a. babwa keadaan ekonomi global diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih baik;

b. babwa perekonomian Indonesia diperkirakan mulai mengalami pemulihan Dari goneangan

moneter yang melanda kawasan Asia Tenggara sejak Juli 1997;

e. babwa kesinambungan pembangunan perlu dipertahankan dengaq terus meningkatkan

pengeraban somber-somber dana di luar minyak bumi dan gas alam, sehingga peranan

penerimaan dalam negeri di dalam pembiayaan pembangunan dapat terus ditingkatkan;

d. babwa kestabilan moneter dan tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari yang

eukup tersebar merata dengan harga yang stabil dan terjangkau oleh rakyat banyak, perlu

terus

ditingkatkan;

e. bahwa program pemerataan kesejabteraan terntama dalam menikmatihasil pembangunan bagi

masyarakat _arus mendapat perhatian yang lebih besar.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)

Page 479: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 479

Penerimaan perpajakan sebesar yang terdiri Dari : Rp 94.739.700.000.000,00

(dalam rupiah)

0110 Pajak penghasilan (PPh) 40.626.000.000.000,00

0120 Pajak pertambahari nilai barang dan jasa, dan pajak

penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM) 34.597.400.000.000,00

0140 Pajak bumi dan bangunan dan bea perolehan hak

atas tanah dan bangunan (PBB dan BPHTB) 3.247.000.000.000,00

0210 Bea masuk 2.950.300.000.000,00

0220 Cukai 10.160.000.000.000,00

0230 Pungutan (pajak) ekspor 2.594.500.000.000,00

0240 Bea meterai 564.500.000.000,00

Penerimaan Dari sektor minyak bumi dan gas alam sebesar Rp 20.965.000.000.000,00

yang terdiri Dari :

0310 Penerimaan minyak bumi 12.443.400.000.000,00

0320 Penerimaan gas alam 8.521.600.000.000,00

Penerimaan negara bukan pajak sebesar yang terdiri Dari : Rp 26.499.100.000.000,00

0410 Pendapatan pendidikan 6.302.200.000,00

0411 Uang pendidikan 5.603.400.000,00

0412 Uang ujian masuk, kenaikan tingkat,

dan akhir pendidikan 698.600.000,00

0419 Pendapatan pendidikan lainnya 200.000,00

0480 Pendapatan pendidikan swadana 573.064.500.000,00

0481 Pendapatan pendidikan swadana 573.064.500.000,00

Page 480: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 480

0 Penjua1an hasil produksi, sitaan

0511 Penjualan hasil pertanian, perkebunan

0512 Penjualan hasil petemakan

0513 Penjualan hasil perikanan

0514 Penjualan hasil sitaan

0515 Penjualan obat-obatan dan hasil farmasi

0516 Penjualan penerbitan, film, dan hasil cetakan lainnya

0517 Penjualan dokumen-dokumen pelelangan

0519 Penjualan lainnya

0 Penjualan aset tetap

0521 Penjualan rumah, gedung, bangunan, dan tanah

0522 Penjualan kendaraan bermotor

0523 Penjualan sew a beli

0529 Penjualan aset lainnya yang berlebih, rusak, dihapuskan

0 Pendapatan sewa

0531 Sewa rumah dinas, rumah negeri

0532 Sewa gedung, bangunan, guuang

0533 Sewa benda-benda bergerak

0539 Sewa benda-benda tak bergerak lainnya

0 Pendapatan jasa I

0542 Pendapatan tempat hiburan, taman, museum

0543 Pendapatan sural keterangan, visa, pospor

dan SIM, STNK, BPKB

0544 Pendapatan jasa pertanahan

0545 Pendapatan hak dan perijinan

0546 Pendapatan sensor, karantina, pengawasan,

pemeriksaan

0547 Pendapatan jasa tenaga, jasa pekerjaan

0548 Pendapatan jasa kantor urusan agama

0549 Pendapatan jasa bandar udara dan pelabuhan

0 Pendapatan jasa II

20.864.800.000,00

1.295.000.000,00

9.060.100.000,00

832.300.000,00

3.000.000.000,00

129.000.000,00

776.100.000,00

5.353.500.000,00

418.800.000,00

17.052.600.000,00

339.700.000,00

341.400.000,00

15.073.000.000,00

1.298.500.000,00

8.027.600.000,00

4.350.700.000,00

1.996.400.000,00

818.000.000,00

862.500.000,00

405.136.300.000,00

397.800.000,00

119.450.000.000,00

40.000.000.000,00

192.407.500.000,00

5.719.700.000,00

3.936.700.000,00'

7.500.000.000,001

35.724.600.000,00

372.949.600.000,00

Page 481: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 481

0551 Pendapatan jasa lembaga keuangan (jasa giro)

0552 Pendapatan iuran hasil bulan, hasillaut,

royalti dan denda

0553 Pendapatan iuran lelang untuk fakir miskin

0555 Pendapatan biaya penagihan pajak-pajak

negara dengan sural paksa

26.151.100.000,00

248.796.800.000,00

3.000.000.000,00

2.500.000.000,oq

0556 Pendapatan uang pewarganegaraan

0557 Pendapatan bea lelang

0558 Pendapatan biaya pengurusan piutang negara

dan lelang negara

0559 Pendapatan jasa lainnya

0560 Pendapatan rutin Dari luar negeri

0561 Bea visa dan pospor

0562 Bea konsuler

0569 Pendapatan rutin lainnya Dari luar negeri

0580 Pendapatan penjualan, sewa dan jasa swadana

0581 Pendapatan penjualan swadana

058:4 Pendapatan sew a swadana

0583' Pendapatan jasa swadana

0610 Pendapatan kejaksaan dan peradilan

0611 Legalisasi tanda tang an

0612 Pengesahan sural di bawah tangan

0613 Uang meja (leges) dan upah pada panitera

badan pengadilan

0614 Hasil denda, denda tilang dan sebagainya

0615 Ongkos perkara

0619 Penerimaan kejaksaan dan peradilan lainnya

0710 Pendapatan Dari investasi

130.000.000,00

35.000.000.000,00

55.000.000.000,00

2.371.700.000,00

33.825.000.000,00

14.794.400.000,00

9.197.700.000,00

9.832.900.000,00

3.508.315.900.000,00

23.994.700.000,00

1.587.700.000,00

3.482.733.500.000,00

17.065.000.000,00

80.000.000,00

50.000.000,00

1.075.000.000,00

11.700.000.000,00

960.000.000,00

3.200.000.000,00

7.110.900.000.000,00

Page 482: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 482

0711 Bagian laba Dari BUMN

0713 Pelunasan piutang (penerimaan kembali pinjaman)

0810 Pendapatan kembali belanja tahun anggaran betjalan

0811 Penerimaan kembali belanja pegawai pusat

0812 Penerimaan kembali belanja pegawai

daerah otonom

0813 Penerimaan kembali belanja pensiun

0814 Penerimaan kembali belanja rutin lainnya

0815 Penerimaan kembali belanja pembangunan rupiah

lainnya

0820 Pendapatan kembali belanja tahun anggaran yang

lain

0821 Penerimaan kembali belanja pegawai pusat

0824 Penerimaan kembali belanja rutin lainnya

0825 Penerimaan kembali belanja pembangunan rupiah

lainnya

0880 Pendapatan lain-lain swadana

0881 Pendapatan lain-lain swadana

0890 Pendapatan lain-lain

0891 Penerimaan kembali persekot, uang muka gaji

0892 Penerimaan denda keterlambatan penye1esaian

pekerjaan

0893 Penerimaan kembali ganti rugi alas kerugian

yang danerita o1eh negara

0894 Penerimaan kembali perhitungan sisa lebih

subsidi gaji PNS daerah otonom berdasarkan

SPM nihil KPKN

0895 Penerimaan hasil penjualan saham pemerintah

pada BUMN

0899 Pendapatan anggaran lainnya

4.000.000.000.000,00

3.110.900.000.000,00

37.098.400.000,00

1.374.900.000,00

3.000.000.000,00

2.000.000.000,00

30.174.800.000,00

550.700.000,00

8.156.000.000,00

1.352.100.000,00

4.401.700.000,00

2.402.200.000,00

5.000.000.000,00

.5.000.000.000,00

14.375.342.100.000,00

935.300.000,00

2.634.700.000,00

1.652.600.000,00

200.000.000.000,00

13.000.000.000.000,00

1.170.119.500.000,00

Page 483: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 483

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal4

Cukup jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengeluaran rutin sebesar yang terdiri Dari : Rp 137.155.500.000.000,00 (dalam rupiah)

01 SEKTOR INDUSTRI

01.1 SubsektorIndustri

02 SEKTOR PERTANIAN DAN KEHUTANAN

02.1 Subsektor Pertanian

02.2 Subsektor Kehutanan

03 SEKTOR PENGAIRAN

03.1 Subsektor Pengembangan Sumber Daya Air

03.2 Subsektor Irigasi

04 SEKTOR TENAGA KERJA

04.1 Subsektor Tenaga KeIja

05 SEKTORPERDAGANGAN,PENGEMBANGAN

USAHA NASIONAL, KEUANGAN, DAN KOPERASI

05.1 Subsekto[ Perdagangan Dalam Negeri

05.2 Subsektor Perdagangan Luar Negeri

05.4 Subsektor Keuangan

05.5 Subsektor Koperasi dan Pengusaha Kecil

108.134.869.000,00

108.134.869.000,00

743.926.692.000,00

265.883.632.000,00

478.043.060.000,00

50.074.119.000,00

21.699.856.000,00

28.374.263.000,00

391.589.383.000,00

391.589.383.000,00

.226.792.362.000,00

99.319.154.000,00

80.318.089.000,00

84.899.661.770.000,00

147.493.349.000,00

Page 484: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 484

06 SEKTOR TRANSPORTASI,METEOROLOGI

DAN GEOFISIKA .

06.1 Subsektor Prasarana Jalan

06.2 Subsektor Transportasi Darat

06.3 Subsektor Transportasi Laut

06.4 Subsektor Transportasi Udara

06.5 Subsektor Meteorologi, Geofisika, Pencarian dan

Penyelamatan (SAR)

07 SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI

07.1 Subsektor Pertambangan

07.2 Subsektor Energi

08 SEKTORPARIWISATA,POS,

DAN TELEKOMUNIKASI

08.1 Subsektor Pariwisata

08.2 Subsektor Pos dan Telekomunikasi

09 SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH DAN

TRANSMIGRASI

09.1 Subsektor Pemban_nan Daerah

09.2 Subsektor Transmigrasi dan Pemukiman

Perambah Rutan

10 SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP DAN TATA

RUANG

10.1 Subsektor Lingkungan Hidup

10.2 Subsektor Tata Ruang

11 SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDA Y AAN

NASIONAL, KEPERCA Y AAN TERHADAP

TUHAN YANG MAHA ESA, PEMUDA DAN OLAH

382.746.804.000,00

35.264.654.000,00

34.323.135.000,00

179.245.976.000,00

71.088.612.000,00

62.824.427.000,00

341.303.110.000,00

335.154.644.000,00

6.148.466.000,00

127.589.677.000,00

32.125.982.0_,00

95.463.695.000,00

19.749.041.453.000,00

19.647.793.705.000,00

101.247.748.000,00

424.764.039.000,00

10.901.822.000,00

413.862.217.000,00

Page 485: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 485

TUHAN YANG MAHA ESA, PEMUDA DAN OLAH

RAGA

11.1 Subsektor Pendidikan

11.2 Subsektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasan

11.3 Subsektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

11.4 Subsektor Pemuda dan Olah Raga

12 SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN

KELUARGA SEJAHTERA

12.1 Subsektor Kependudukan dan Keluarga Berencana

13 SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL,

KESEHATAN, PERANAN W ANITA, ANAK DAN

REMAJA

13.1 Subsektor Kesejahteraan Sosial

13.2 Subsektor Kesehatan

14 SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

14.1 Subsektor Perumahan dan Permukiman

14.2 Subsektor Penataan Kota dan Bangunan

15 SEKTORAGAMA

15.1 Subsektor Pelayanan Kehidupan Beragama

15.2 Subsektor Pembinaan Pendidikan Agama

16 SEKTOR ILMU PENGETAHUAN DAN

TEKNOLOGI

16.2 Subsektor Hmu Pengetahuan Terapan dan Dasar

16.3 Subsektor Kelembagaan Prasarana dan Sarana

IImu Pengetahuan dan Teknologi

16.5 Subsektor Kedirgantaraan

16.6 Subsektor Sistem Informasi dan Statistik

6.045.226.198.000,00

5.448.386.637.000,00

471.023.698.000,00

114.116.236.000,00

11.699.627.000,00

440.524.075.000,00

440.524.075.000,00

829.066.848.000,00

151.188.095.000,00

677.878.753.000,00

27.804.202.000,00

20.113.788.000,00

7.690.414.000,00

1.741.627.031.000,00

273.392.621.000,00

1.468.234.410.000,00

498.472.557.000,00

312.183.984.000,00

46.046.551.000,00

2.528.400.000,00

137.713.622.000,00

Page 486: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 486

17 SEKTOR HUKUM

17.1 Subsektor Pembinaan Hukum Nasional

17.2 Subsektor Pembinaan Aparatur Hukum

18 SEKTOR APARATUR NEGARA DAN PENGA

WASAN

18.1 Subsektor Aparatur Negara

18.2 Subsektor Pendayagunaan Sistem dan Pelaksanaan

Pengawasan

19 SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN LUAR

NEGERI, PENERANGAN, KOMUNIKASI

DAN MEDIA MASSA

20 19.1 Subsektor Politik

19.2 Subsektor Hubangan Luar Negeri

19.3 Subsektor Penerangan, Komunikasi dan Media

Massa

20 SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN

20.2 Subsektor Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia

20.3 Subsektor Pendukung

982.783.903.000,00

866.469.326.000,00

116.314.577 .000,00

6.423.755.838.000,00

6.035.892.093.000,00

387.863.745.000,00

2.710.591.890.000,00

122.747.763.000,00

1.978.397.732.000,00

609.446.395.000,00

9.909.684.950.000,00

9.695.086.646.000,00

214.598.304.000,00

Page 487: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 487

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Pengeluaran pembangunan sebesar yang terdiri Dari : Rp 82.448.300.000.000,00

(dalam rupiah) Nilai Rupiah

Rupiah Pil\jamau Proyek dan

Kredit Ekspor JumIah

01 SEKTOR INDUSTRl 239.089.900.000,00 390.128.000.000,00 629.217.900.000,00

01.1 Subsektor Industri 239.089.900.000.00 390.128.000.000,00 629.217.900.000,00

02 SEKTOR PERTANIAN DAN

KEHUTANAN 3.290.131.600.000,00 1.323.130.000.000,00 4.613.261.600.000,00

02.1 Subsektor Pertanian 3.267.129.600.000,00 1.122.100.000.000,00 4.389.229.600.000,00

02.2 Subsektor Kehutanan 23.002.000.000,00 201.030.000.000,00 224.032.000.000,00

03 SEKTOR PENGAlRAN 1.404.650.000.000,002.061.555.000.000,00 3.466.205.000.000,00

03.1 Subsektor Pengembangan Somber

Daya Air 358.000.000.000,00 1.163.427.000.000,00 1.521.427.000.000,00

03.2 Subsektor Irigasi 1.046.650.000.000,00 898.128.000.000,00 1.944.778.000.000,00

04 SEKTOR TENAGA KERJA 1.123.535.000.000,0078.547.000.000,00 1.202.082.000.000,00

04.1 Subsektor Tenaga KeIja 1.123.535.000.000,0078.547.000.000,00 1.202.082.000.000,00

05 SEKTOR PERDAGANGAN,

PENGEM-

BANGAN USAHA NASIONAL,

KEUANGAN DAN KOPERASI 18.741.867.600.000,00 293.714.000.000,00 19.035.581.600.000,00

05.1 Subsektor Perdagangan Dalam

Negeri 97.138.600.000,00 12.954.000.000,00 110.092.600.000,00

05.2 Subsektor Perdagangan Luar

Negeri 51.600.000.000,00 13.760.000.000,00 65.360.000.000,00

05.3 Subsektor Pengembangan Usaha

Nasional 6.220.000.000,00 0,00 6.220.000.000,00

05.4 Subsektor Keuangan 17.010.929.000.000,00 212.255.000.000,00 17.223.184.000.000,00

05.5 Subsektor Koperasi dan Pengusaha

Ked1 1.575.980.000.000,00 54.745.000.000,00 1.630.725.000.000,00

Page 488: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 488

06SEKTOR TRANSPORTASI,

METEO-

ROLOGI DAN GEOFISIKA 2.630.829.000.000,005.795.791.000.000,00 8.426.620.000.000,00

06.1 Subsektor Prasarana JaMn 2.003.129.000.000,003.240.438.000.000,00 5.243.567.000.000,00

06.2 Subsektor Transportasi Darat 251.700.000.000,00 1.328.531.000.000,00 1.580.231.000.000,00

06.3 Subsektor Transportasi Laut 166.000.000.000,00 286.110.000.000,00 452.110.000.000,00

06.4 Subsektor Transportasi Udara 190.000.000.000,00 890.612.000.000,00 1.080.612.000.000,00

06.5 Subsektor Meteoro1ogi, Geofisika,

Pencarian dan Penye1amatan

(SAR) 20.000.000.000,00 50.100.000.000,00 70.100.000.000,00

07 SEKTOR PERTAMBANGAN

DAN ENERGI 774.025.000.000,00 5.833.638.000.000,00 6.607.663.000.000,00

07.1 Subsektor Pertambangan 52.825.000.000,00 16.500.000.000,00 69.325.000.000,00

07.2 Subsektor Energi 721.200.000.000,00 5.817.138.000.000,00 6.538.338.000.000,00

08 SEKTOR PARIWISATA, POS

DAN TELEKOMUNIKASI 82.900.000.000,00 835.200.000.000,00 918.100.000.000,00

08.1 Subsektor Pariwisata 57.700.000.000,00 35.100.000.000,00 92.800.000.000,00

08.2 Subsektor Pos dan Te1ekomunikasi 25.200.000.000,00 800.100.000.000,00 825.300.000.000,00

Page 489: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 489

09 SEKTOR PEMBANGUNAN

DAERAH DAN

TRANSMIGRASI 11.005.675.600.000,00

3.540.106.000.000,00

14.545.781.600.000,00

09.1 Subsektor Pembangunan

DaerOO 10.116.725.600.000,00

3.540.106.000.000,00

13.656.831.600.000,00

09.2 Subsektor Transmigrasi dan

Pemukiman PerambOO Hutan 888.950.000.000,00 0,00 888.950.000.000,00

10 SEKTOR LINGKUNGAN

IllDUP

DAN TATA RUANG 579.157.600.000,00353.579.000.000,00 932.736.600.000,00

10.1Subsektor Lingkungan Hidup 502.380.600.000,00296.579.000.000,00 798.959.600.000,00

10.2Subsektor Tata Ruang 76.777.000.000,00 57.000.000.000,00 133.777.000.000,00

11SEKTOR PENDIDIKAN,

KEBUDA-

Y AAN NASIONAL,

KEPERCA Y AAN

TERHADAP TUHAN YANG

MAHA

ESA, PEMUDA DAN OLAH

RAGA 4.818.705.800.000,00

3.562.559.000.000,00

8.381.264.800.000,00

11.1 Subsektor Pendidikan 4.464.872.800.000,00 3.471.858.000.000,00

7.936.730.800.000,00

11.2 Subsektor Pendidikan Luar

SekolOO

dan Kedinasan . 225.555.000.000,00 90.701;000.000,00 316.256.000.000,00

11.3 Subsektor Kebudayaan

Nasional dan Ke-

percayaan Terbadap Tuban

Yang Maba Esa 67.550.000.000,00 0,00 67.550.000.000,00

11.4 Subsektor Pemuda dan 0100

Raga 60.728.000.000,00 0,00 60.728.000.000,00

12 SEKTOR KEPENDUDUKAN

DAN

KELUARGA SEJAHTERA 244.050.000.000,00350.254.000.000,00 594.304.000.000,00

12.1 Subsektor Kependudukan dan

Keluarga Berencana 244.050.000.000,00350.254.000.000,00 594.304.000.000,00

Page 490: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 490

13SEKTOR

KESEJAHTERAAN

SOSIAL, KESEHATAN,

PERANAN

WANITA, ANAK DAN

REMAJA 2.908.073.400.000,00

1.878.826.000.000,00

4.786.899.400.000,00

13.1Subsektor KesejOOteraan

Sosial 317.853.400.000,00

.

336.095.000.000,00653.948.400.000,00

13.2Subsektor Kesehatan 2.029.740.000.000,001.515.981.000.000,00

3.545.721.000.000,00

13.3Subsektor Peranan Wanita, Anak dan Rernaja

560.480.000.000,00 26.750.000.000,00 587.230.000.000,00

14SEKTOR PERUMAHAN

DAN

PERMUKIMAN 1.713.320.500.000,001.505.122.000.000,00

3.218.442.500.000;00

14.1 Subsektor PerumOOan dan

Permukiman 1.704.720.500.000,00

1.354.877.000.000,00

3.059.597.500.000,00

14.2 Subsektor Penataan Kota dan

Bangunan 8.600.000.000,00150.245.000.000,00 158.845.000.000,00

-

15 SEKTOR AGAMA 312.710.000.000,00314.696.000.000,00 627.406.000.000,00

15.1 Subsektor Pelayanan

Kehidupan Beragarna 23.300.000.000,00 2.156.000.000,00 25.456.000.000,00

15.2 Subsektor Pembinaan

Pendidikan Agama 289.410.000.000,00312.540.000.000,00 601.950.000:000,00

16 SEKTOR ILMU

PENGETAHUAN

DAN TEKNOLOGI 568.054.000.000,00332.400.000.000,00 900.454.000.000,00

16.1 Subsektor Teknik Produksi

dan Teknologi 174.133.000.000,00168.782.000.000,00 342.915.000.000,00

16.2 Subsektor llmu Pengetahuan

Terapan

dan Dasar 58.691.000.000,00 2.509.000.000,00 61.200.000.000,00

16.3 Subsektor Kelembagaan

Prasarana dan

Sarana llmu Pengetahuan dan 64.900.000.000,00153.435.000.000,00 218.335.000.000,00

Page 491: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 491

Teknologi

16.4 Subsektor Kelautan 58.700.000.000,00 5.336.000.000,00 64.036.000.000,00

16.5 Subsektor Kedirgantaraan 33.000.000.000,00 0,00 33.000.000.000,00

16.6 Subsektor Sistem Informasi

dan Statistik 178.630.000.000,00 2.338.000.000,00 180.968.000.000,00

17 SEKTOR HUKUM 220.801.000.000,00 9.336.000.000,00 230.137.000.000,00

17.1 Subsektor Pembinaan Hukum

Nasional 23.715.000.000,00 0,00 23.715.000.000,00

17.2 Subsektor Pembinaan Aparatur

Huknm 54.636.000.000,00 0,00 54.636.000.000,00

17.3 Subsektor Sarana dan

Prasarana Huknm 142.450.000.000,00 9.336.000.000,00 151.786.000.000,00

18 SEKTOR AP ARA TUR

NEGARA

DAN PENGA W ASAN 428.291.700.000,00472.510.000.000,00 900.801.700.000,00

18.1 Subsektor Aparatur Negara 417.852.700.000,00472.510.000.000,00 890.362.700.000,00

18.2 Subsektor Pendayagunaan

Sistem Dari

Pelaksanaan Pengawasan 10.439.000.000,00 0,00 10.439.000.000,00

19 SEKTOR POLITIK,

HUBUNGAN

LuAR NEGERI,

PENERANGAN,

KOMUNIKASI DAN

MEDIA MASSA 109.447.300.000,00 44.509.000.000,00 153.956.300.000,00

19.1 Subsektor Politik 7.070.000.000,00 0,00 7.070.000.000,00

19.2 Subsektor Hubungan Luar

Negeri 17.077 .300.000,00 0,00 17.077 .300.000,00

19.3 Subsektor Penerangan,

Komunikasi

dan Media Massa 85.300.000.000,00 44.509.000.000,00 129.809.000.000,00

20 SEKTOR PERTAHANAN

DAN

KEAMANAN 1.252.985.000.000,00 1.024.400.000.000,

00 2.277.385.000.000,00

20.1 Subsektor Rakyat Terlatih

Page 492: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 492

Dari

Perlindungan Masyarakat 10.612.000.000,00 0,00 10.612.000.000,00

20.2 Subsektor ABRI 944.873.000.000,001. 024

.400.000.000,001.969.273.000.000,00

20.3 Subsektor Pendukung 297.500.000.000,00 0,00 297.500.000.000,00

Pasal 6

Keputusan Presiden sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal ini ditetapkan pada bulan

April 1999 dengan memperhatikan pendapat dan saran Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal7

Keputusan Presiden sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal ini ditetapkan pada bulan April

1999dengan memperhatikan pendapat dan saran Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 8

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e dan f

Masalah perkembangan moneter dan perkreditan serta neraca pembayaran dan perdagangan luar

negeri sebagian besar berada di sektor bukan pemerintah. Oleh sebab itu, penyusunan

kebijaksanaan kredit dan devisa dalam bentuk dan arti seperti Pengeluaran Rutin dan

Pengeluaran Pembangunan sukar untuk dilaksanakan, sehingga untuk itu dibuat dalam bentuk

prognosa.

Page 493: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN … · Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 19991/2000 disusun dengan misi utama untuk mempercepat

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1999/2000

Departemen Keuangan Republik Indonesia 493

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal9

Cukup jelas

Pasall0

Cukup jelas

Pasalll

Cukup jelas

Pasal12

Cukup jelas

Pasal 13

Pasal-Pasal Indische Comptabiliteitswet yang dinyatakan tidak berlaku adalah :

1. Pasal 2 Ayat (1) tentang susunan anggaran yang terdiri Dari belanja pegawai, belanja barang,

dan belanja modal;

2. Pasal 2 Ayat (3) tentang kewenangan Gubernur Jenderal menetapkan perincian lebih lanjut

pos; dan

3. Pasal 72 yang mengatur bahwa pengajuan Perhitungan Anggaran N egara (PAN) kepada

Dewan Perwakilan Rakyat paling lambat tiga tahun setelah tahun anggaran yang

bersangkutan berakhir.

Pasal14

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3819