Noora Resin Komposit

7
Kegagalan Restorasi Resin Komposit dan Solusinya 1. Kebocoran Tepi (Marginal Microleakage) Definisi : celah mikroskopik antara dinding kavitas dan restorasi yang dapat dilalui mikroorganisme, cairan, molekul, dan ion. Penyebab : kegagalan adaptasi restorasi terhadap dinding kavitas, akibat : Perbedaan koefisien thermal ekspansi resin komposit, dentin, dan enamel Penggunaan oklusi dan pengunyahan Kesulitan karena adanya kelembapan, mikroflora yang ada, lingkungan mulut bersifat asam Kegagalan adaptasi dinding kavitas akibat adanya monomer sisa dan shringkage (proses pengerutan) selama polimerisasi Kebocoran tepi makin besar jika tidak ada sisa email yang mendukung Efek sampng : Marginal stain Karies sekunder Diskolorisasi gigi Reaksi hipersensitif, iritasi pulpa, rasa sakit paska restorasi Kerusakan restorasi itu sendiri Solusi : Pelapis kavitas Pakai bonding adhesive sistem Tambahkan lapisan daya tahan elastis Tingkatkan intensitas light curing Gunakan teknik aplikasi lapis demi lapis

description

dentist

Transcript of Noora Resin Komposit

Page 1: Noora Resin Komposit

Kegagalan Restorasi Resin Komposit dan Solusinya

1. Kebocoran Tepi (Marginal Microleakage)

Definisi : celah mikroskopik antara dinding kavitas dan restorasi yang dapat dilalui mikroorganisme, cairan, molekul, dan ion.

Penyebab : kegagalan adaptasi restorasi terhadap dinding kavitas, akibat : Perbedaan koefisien thermal ekspansi resin komposit, dentin, dan

enamel Penggunaan oklusi dan pengunyahan Kesulitan karena adanya kelembapan, mikroflora yang ada,

lingkungan mulut bersifat asam Kegagalan adaptasi dinding kavitas akibat adanya monomer sisa

dan shringkage (proses pengerutan) selama polimerisasi Kebocoran tepi makin besar jika tidak ada sisa email yang

mendukung

Efek sampng :

Marginal stain Karies sekunder Diskolorisasi gigi Reaksi hipersensitif, iritasi pulpa, rasa sakit paska restorasi Kerusakan restorasi itu sendiri

Solusi :

Pelapis kavitas Pakai bonding adhesive sistem Tambahkan lapisan daya tahan elastis Tingkatkan intensitas light curing Gunakan teknik aplikasi lapis demi lapis Gunakan monomer low-shringking dan bahan fluoride pada

monomer resin untuk mencegah terjadinya marginal gaps pada kavitas

Restorasi sandwich Gunakan flowable composite resin

2. Rasa Sakit Paska Restorasi Resin Komposit

Sifat kimia bahan komposit bisa mengiritasi jaringan pulpa dan mengakibatkan radang pulpa, bahkan 3-4 bulan kemudian timbul diskolorisasi atau fistula

Page 2: Noora Resin Komposit

Penyebab : Iritasi monomer sisa resin komposit Kebocoran tepi Invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin

3. Restorasi Mudah Lepasa. Kesalahan seleksi kasus

Beban oklusi merupakan pertimbangan pertama dalam seleksi kasus

Sisa jaringan keras diagnosis

b. Preparasi kurang baik Bevel holowgroun dibuat cukup lebar dengan menggunakan

bur torpedo Untuk kavitas kelas I dan II area oklusi tanpa bevel

c. Kesalahan aplikasi bonding Kenali bahan bonding : komposit, jenis, sifat fisis, kekurangan

dan kelebihannya Ikuti petunjuk aturan pakai dari pabrik atau sesuai terori

d. Tidak adanya jaringan yang direkati restorasi

Biokompatibilitas Resin Komposit

Pertimbangan terhadap biokompatibilitas bahan restorasi biasanya berhubungan dengan efek terhadap pulpa dari dua aspek : keracunan kimia dari bahan atau kebocoran tepi.

Bahan kimia yang berasal dari komposit dapat membahayakan pulpa jika ada komponen yang dikeluarkan atau berdifusi dari bahan dan selanjutnya mencapai pulpa. Komposit yang berpolimerisasi dengan tepat relatif dapat diterima jaringan karena menunjukkan kelarutan minimal dan unsur tidak bereaksi dan terlepaskan dalam jumlah kecil atau sedikit. Dari sudut pandang toksikologis, jumlah ini terlalu kecil untuk menyebabkan reaski toksik. Namun, dari sudut pandang imunologis, pada keadaan yang amat jarang terjadi, pasien dan tenaga kedokteran gigi dapat mengalami reaksi alergi terhadap bahan ini.

Bahan komoposit yang tidak mengeras pada dasar suatu kavitas dapat bertindak sebagai penampung dari suatu komponen tidak larut yang dapat menimbulkan peradangan pulpa jangka panjang. Situasi ini merupakan bahan pertimbangan untuk bahan yang diaktifkan dengan sinar. Bila klinisi mencoba mengeraskan lapisan resin yang terlalu tebal atau bila waktu pemaparan sinar

Page 3: Noora Resin Komposit

tidak tepat, bahan yang tidak mengeras atau buruk pengerasannya dapat melepaskan sebagian komponen yang bersebelahan dengan pulpa.

Pertimbangan biologis kedua dihubungkan dengan pengerutan komposit selama pengerasan dan kebocoran tepi. Kebocoran tepi dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme ini dapat menyebabkan karies sekunder, reaksi pulpa atau keduanya. Karena itu, prosedur restorasi harus dirancang untuk meminimalkan pengerutan polimerisasi dan kebocoran tepi.

Sumber : Anusavice, J. Kenneth. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

Restorasi Sandwich

Salah satu kekurangan dari bahan restorasi resin komposit, yaitu, tidak selalu dapat diaplikasikan pada semua kondisi klinis kerusakan jaringan keras gigi. Ada beberapa keadaan yang tidak dapat ditoleransi oleh bahan restorasi adhesif ini. Salah satunya adalah daerah operasi yang sulit dikontrol kelembabannya, seperti pada kavitas dengan dinding gingiva terletak di bawah cemento-enamel junction (CEJ). Dalam suasana yang lembab bahan restorasi komposit resin dapat mengalami degradasi hidrolisis yang akhirnya dapat menimbulkan kebocoran restorasi dan memicu terbentuknya karies sekunder. Selain itu, kebocoran juga lebih tinggi pada dinding yang hanya terdiri dari dentin atau hanya terdapat sedikit email.

Wilson dan McLean (1988) memperkenalkan suatu teknik restorasi dengan menggabungkan dua macam bahan, yaitu glass-ionomer cement (GIC) dengan resin komposit. Teknik ini dikenal dengan istilah restorasi laminasi, dan sebagian penulis menyebutnya dengan istilah sandwich-restoration. Dikenal dua macam restorasi laminasi, yaitu restorasi laminasi terbuka dan restorasi laminasi tertutup, atau sering disebut sebagai restorasi open-sandwich dan close-sandwich.

PEMILIHAN BAHAN RESTORASISalah satu kunci keberhasilan suatu restorasi laminasi antara lain

bergantung pada pemilihan bahan yang sesuai dengan indikasinya, manipulasi serta teknik aplikasi bahan-bahan tersebut. Terdapat beberapa tipe GIC yang ada di pasaran, khusus untuk restorasi laminasi, bahan yang dipakai adalah GIC Tipe III atau RMGIC untuk restorasi gigi posterior, dan Tipe II.2 untuk gigi anterior.

PROSEDUR PEMBUATAN RESTORASI LAMINASI.A. Tissue Management untuk mengkontrol cairan gusi dan/atau menghentikanperdarahan.

Page 4: Noora Resin Komposit

B. Aplikasi GIC sebagai basis - Kavitas dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Aplikasikan asam

polialkenoat 10% pada dentin sebagai kondisioner selama 10-15 detik, kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan.

- GIC disiapkan dan diaplikasikan ke dalam kavitas menggunakan spuit aplikator agar kavitas benar-benar terisi dengan padat. Cara pengadukan bubuk dan cairan GIC yang dilakukan dengan benar merupakan prosedur yang sangat penting, karena akan mempengaruhi kualitas GIC yang dihasilkan. Caranya adalah sebagai berikut:

i. Bubuk dibagi menjadi dua porsi dengan jumlah yang sama banyak.

ii. Porsi pertama disatukan dengan cairan, kemudian dicampur dengan menggunakan spatel dengan gerakan rolling (melipat) dengan tujuan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk dan menghasilkan campuran encer. Langkah ini dilakukan selama 10 detik.

iii. Kemudian porsi kedua disatukan dengan adukan pertama. Pengadukan terus dilanjutkan dengan gerakan yang sama dengan daya yang ringan sampai seluruh partikel terbasahi. Luas daerah pengadukan diusahakan untuk tidak meluas dan adukan selalu dikumpulkan menjadi satu. Dianjurkan untuk tidak melakukan gerakan memotong adukan, karena tujuan pengadukan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk.

iv. Pengadukan selesai setelah 25 – 30 detik sejak awal pengadukan. Sebaiknya adukan tidak perlu diangkat-angkat untuk memeriksa konsistensinya, karena bila hal ini dilakukan maka proses pengadukan akan terus berlanjut dan makin banyak partikel bubuk yang larut.

v. Adukan langsung di kumpulkan di spuit aplikator untuk di aplikasikan ke dalam kavitas. Pada saat ini reaksi pengerasan sudah berlangsung. Ada dua cara aplikasi GIC. Cara pertama GIC diaplikasikan secukupnya dan langsung dibentuk basis. Sedangkan cara kedua adalah dengan mengisi penuh kavitas dengan GIC, setelah GIC mengeras kavitas dipreparasi kembali untuk membentuk basis. Dinding-dinding yang tertutup dengan GIC harus dipreparasi kembali untuk mendapatkan permukaan dentin dan email segar, sehingga dapat diperoleh retensi resin komposit yang baik.

C. Aplikasi Resin komposit- Teknik aplikasi resin komposit dilakukan dengan cara yang biasa dilakukan,

yaitu diawali dengan aplikasi etsa.

Page 5: Noora Resin Komposit

- Seluruh permukaan GIC yang akan berkontak dengan resin komposit dan dinding-dinding kavitas (dentin dan email) dietsa selama 15-20 detik atau sesuai dengan petunjuk pabrik.

- Kavitas dibilas dengan air, tanpa tekanan, selama 1-2 menit.- Keringkan kavitas dengan sponge-pellet, atau disemprot perlahan dengan chip-

blower.- Aplikasikan bonding agent pada seluruh permukaan yang dietsa, diamkan

sekitar 10 detik agar zat pelarutnya menguap, semprot perlahan dengan chip-blower, kemudian dipolimerisasi dengan penyinaran. Lakukan langkah ini sebanyak dua kali.

- Resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis (incremental) dengan ketebalan maksimum 2 mm, atau sesuai dengan petunjuk pabrik. Untuk setiap lapisnya dilakukan polimerisasi dengan penyinaran.

- Penyinaran sebaiknya dilakukan dari tiga arah, yaitu dari arah bukal, lingual/palatal, dan terakhir dari arah oklusal.

Sumber : Hendra Dian Adhita DharsonoBagian Konservasi GigiFakultas Kedokteran Gigi Universitas PadjadjaranJl.Sekeloa Selatan 1, Bandung.