non ulser coated tongue

10
BAB IV PEMBAHASAN Pasien seorang wanita berusia 31 tahun datang ke klinik bagian Penyakit Mulut, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran. Pasien tersebut didiagnosa coated tongue berdasarkan anamnesa dan gambaran klinisnya, yaitu pada bagian atas lidah terasa kotor, berwarna putih, sejak ±7 tahun lalu, tidak terasa sakit namun terasa kasar dan tidak nyaman di mulut. Hal ini disertai dengan perasaan nafas berbau tidak sedap. Menurut Ghom (2010) Coated tongue atau disebut juga dengan hairy tongue adalah suatu pertumbuhan berlebih pada paila filiformis pada dorsum lidah, yang membuat permukaan lidah terlihat seperti berambut. Coated tongue ditandain dengan akumulasi keratin pada papila filiformis pada dorsal lidah. Coated tongue seringkali terlihat pada dewasa yang sehat, sebagian pada pasien edentulous, diet lunak, orang-orang dengan oral hygiene buruk atau mereka yang berpuasa. Lidah dapat tertutup 1

description

coated tongue

Transcript of non ulser coated tongue

Page 1: non ulser coated tongue

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien seorang wanita berusia 31 tahun datang ke klinik bagian Penyakit

Mulut, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran. Pasien tersebut

didiagnosa coated tongue berdasarkan anamnesa dan gambaran klinisnya, yaitu

pada bagian atas lidah terasa kotor, berwarna putih, sejak ±7 tahun lalu, tidak

terasa sakit namun terasa kasar dan tidak nyaman di mulut. Hal ini disertai dengan

perasaan nafas berbau tidak sedap.

Menurut Ghom (2010) Coated tongue atau disebut juga dengan hairy

tongue adalah suatu pertumbuhan berlebih pada paila filiformis pada dorsum

lidah, yang membuat permukaan lidah terlihat seperti berambut. Coated tongue

ditandain dengan akumulasi keratin pada papila filiformis pada dorsal lidah.

Coated tongue seringkali terlihat pada dewasa yang sehat, sebagian pada pasien

edentulous, diet lunak, orang-orang dengan oral hygiene buruk atau mereka yang

berpuasa. Lidah dapat tertutup oleh debris putih khususnya pada pasien yang

mempunyai oral hygiene buruk atau dehidrasi (Scully, 2013). Pemeriksaan

intraoral pada pasien tersebut pun ditemukan hal serupa, yaitu selaput putih tebal

di bagian tengah lidah menuju pangkal lidah, tidak meninggalkan jaringan eritema

bila dikerok. Keadaan ini disertai dengan kebersihan mulut dari pasien tersebut

buruk, karena terdapat kalkulus yang tebal yang menutupi 2/3 lingual gigi anterior

rahang bawah dan pada bagian posterior pun terdapat kalkulus namun tidak

sebanyak anterior. Pasien pun pada seminggu sebelumnya baru saja dilakukan

1

Page 2: non ulser coated tongue

pencabutan, sehingga setelah pencabutan pasien diresepkan dan meminum

antibiotik. Coated tongue ini tidak berbahaya, namun terkadang hal tersebut

seringkali menjadi masalah yang mengganggu, dan dapat terjadi pada pria

maupun wanita (AAOMP, 2005).

Menurut Jinsung (2012), Ketebalan dari tongue coating dibagi menjadi tiga,

yaitu tidak ada selaput (no coating), selaput tipis (thin coating), dan selaput yang

tebal (thick coating). Klasifikasi coating yang terjadi pada pasien ini termasuk thin

coating atau selaput tipis, karena selaput yang menutupi lidah terlihat samar dan

badan lidah masih dapat terlihat.

Coated tongue ini secara klinis terlihat sebagai lapisan berwarna putih, kuning,

atau kecoklatan di atas permukaan lidah. Warna dari coating tergantung pada

berbagai faktor, seperti penggunaan tembakau, dan kebiasaan diet (Fields and

Longman, 2004). Menurut Jordan (2004), coating pada lidah terdapat beberapa

variasi warna, yaitu putih, kuning hingga coklat, dan hitam. Kriteria coated tongue

pada pasien ini termasuk coated tongue berwarna putih, karena selaput yang

terbentuk pada pasien ini masih berwarna putih, dan pada pasien ini mempunyai

faktor predisposisi berupa oral hygiene yang buruk dan pasien menyangkal untuk

konsumsi teh dan kopi, bahkan merokok atau agen-agen yang dapat mengiritasi

dan mempengaruhi warna pada coating tersebut.

Coated tongue dapat terjadi dengan adanya faktor predisposisi yaitu lesi

oral yang menyebabkan demam, nyeri, oral hygiene yang buruk, dehidrasi, dan

diet lunak (Laskaris, 2006). Selain itu menurut Ghom (2010), penggunaan obat-

obatan tertentu seperti penicillin dan aureomycin, oral hygiene yang buruk dapat

2

Page 3: non ulser coated tongue

memicu terjadinya hal tersebut. Pada pasien ini kemungkinan faktor predisposisi

yang melibatkan terjadinya coated tongue adalah dari oral hygiene yang buruk

seperti terdapat kalkulus dan plak terutama pada bagian anterior lingual rahang

bawah, adanya sisa akar pada gigi 37 dan 47, dan juga terdapat 3 gigi yang telah

diekstraksi pada rahang atas. Selain itu penggunaan obat-obatan seperti penicillin

yang diresepkan pada pasien ini pasca ekstraksi gigi 27 pada 7 hari yang lalu

dapat memicu terjadinya coated tongue tersebut. Hilangnya beberapa gigi pada

pasien tersebut juga dapat memicu terjadinya coated tongue karena pasien

cenderung melakukan diet lunak, sehingga rangsang mekanis dalam pembersihan

mulut menjadi berkurang. Coating ini biasanya muncul dari epitelial, debris

bakteri dan makanan, yang terkumpul karena tidak adanya pembersihan secara

mekanis. Pasien dengan usia lebih tua memiliki prevalensi yang lebih sering untuk

coated tongue daripada pasien dengan usia lebih muda. Perubahan pola diet,

ketidakmampuan fisik untuk menjaga oral hygiene dengan baik, dan penurunan

jumlah aliran saliva akan menyebabkan akumulasi dari debris oral (Scully, 2013).

Defisiensi nutrisi seperti asam folat, zat besi, dan vit B12 pun bisa memicu

terjadinya coated tongue (Ellis, 2005). Pada pasien ini suspek pasien mengalami

defisiensi nutrisi terlihat dari pasien yang sering mengalami sariawan apalagi jika

terkena trauma sedikit saja pada mukosa mulut, mukosa yang terkena tersebut

dalam beberapa hari akan terjadi ulser. Sehingga pasien ini mempunyai suspek

defisiensi nutrisi yang dapat juga memicu terjadinya coated tongue.

Jika dilihat dari tampak klinis pada pasien tersebut, yaitu terdapatnya

selaput tebal berwarna putih tanpa meninggalkan daerah eritem jika dilakukan

3

Page 4: non ulser coated tongue

pengerokan dan kalkulus yang cukup tebal pada bagian anterior lingual rahang

bawah, hal tersebut memperlihatkan bahwa adanya penyakit periodontal pada

pasien ini sehingga hal tersebut bisa memperparah ketebalan dari coated tongue

pada pasien ini. Menurut Danser et al (2003), dikatakan bahwa bahwa ketebalan

coated tongue akan semakin bertambah pada pasien penderita penyakit

periodontal. Leukosit meningkat pada saliva pasien dengan penyakit periodontal,

dan leukosit akan terakumulasi pada permukaan lidah. Coated tongue ini

disebabkan oleh adanya pemanjangan dari papilla filiformis, yaitu 3-4 mm,

akumulasi dari bakteri, debris makanan, leukosit dari poket periodontal, dan

deskuamasi sel epitel. Selaput ini dapat hilang pada pengerokan tanpa

meninggalkan daerah eritem (Danser, et al, 2003; Laskaris, 2006).

Terapi yang dilakukan adalah memberikan perawatan pada penyakit yang

mendasarinya dan meningkatkan oral hygiene (Scully, 2013; Laskaris, 2006).

Umumnya perawatan yang paling efektif pada kondisi ini yaitu penggunaan

tongue scraper 2 kali sehari selama 2 menit (Ghom, 2010; Fields and Longman,

2004). Menghentikan atau mengurangi kebiasaan yang dapat menyebabkan iritasi

pada permukaan lidah, biasanya dapat membantu mengurangi masalah tersebut.

(Scully, 2013). Menurut Ghom (2010), semua faktor predisposisi yang

menyebabkan timbulnya coated tongue harus dihilangkan. Aplikasi topical

keratolytic, aplikasi bahan topikal keratolitik seperti podophyllum pada aseton dan

suspensi alkohol juga cukup efektif, bahan tersebut dapat membantu deskuamasi

papila hiperkeratotik. Sedangkan menurut Fields dan Longman (2004),

4

Page 5: non ulser coated tongue

mouthwash dengan kandungan asam askorbat juga dapat membantu, terutama jika

dikombinasikan dengan sikat lidah.

Terapi pada pasien ini yang diberikan pada kunjungan pertama adalah

menghilangkan faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya coated tongue.

dan meningkatkan oral hygiene, yaitu instruksi untuk menjaga kebersihan

mulutnya dengan menyikat gigi 2x sehari pada pagi setelah sarapan dan malam

sebelum tidur dan menggunakan pembersih lidah atau tongue scraper setelah

pasien menggosok gigi. Menurut Fields and Longman (2004), umumnya

perawatan yang paling efektif pada kondisi ini yaitu penggunaan tongue scraper

sehari-hari, alat tersebut dapat mengangkat sel keratin yg mati dari permukaan

lidah. Selain itu, pasien juga diinstruksikan untuk makan makanan berserat (fiber

food) dan mengandung Vit B12 (daging-dagingan), zat besi (sayur-sayuran hijau),

dan asam folat (kacang-kacangan) untuk menunjang nutrisinya dan membantu

untuk meningkatkan rangsang mekanis dari makanan berserat, karena menurut

cully (2013) coating ini biasanya muncul dari epitelial, debris bakteri dan

makanan, yang terkumpul karena tidak adanya pembersihan secara mekanis.

Pasien juga diresepkan chlorhexidine gluconate 0,2% untuk sariawan post

eksraksi pada gigi 27. Pasien lalu diintruksikan kembali untuk kontrol 1 minggu

agar diketahui tingkat keberhasilan perawaatan dan mengetahui apakah instruksi

yang diberikan kepada pasien dilakukan dengan baik atau tidak, dan memberikan

edukasi pada pasien bahwa kondisi ini tidak berbahaya (Scully, 2013).

Setelah 1 minggu, pasien datang untuk melakukan kontrol dan pasien

merasa lidahnya sekarang sudah tidak terasa kotor dan lebih nyaman, saat

5

Page 6: non ulser coated tongue

berbicara lebih percaya diri karena tidak terasa berbau lagi dan lebih segar. Tetapi,

selaput putih masih ada dan menipis di bagian tengah lidah menuju pangkal lidah.

Sariawan pada gusi kiri atas belakang pun sudah membaik dan tidak terasa perih

lagi setelah 7 hari pemakaian chlorhexidine gluconate 0,2%. Namun, pasien pun 5

hari sebelumnya baru dilakukan ekstraksi untuk gigi posterior atas kanan,

sehingga terdapat sariawan kembali dikarenakan pencabutan tersebut. Sehingga

instruksi lanjutan penggunaan tongue scraper, dan makan makanan berserat dan

mengandung zat besi, asam folat, dan vit B12. Pasien pun diinstruksikan untuk

kontrol kembali 1 minggu kemudian.

Setelah 3 minggu dari kontrol pertama, setelah lidah rutin dibersihkan

setiap sehabis menyikat gigi pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, dan

pasien mengkonsumsi makanan berserat dan mengandung zat besi, asam folat dan

vit B12, lidah terasa lebih bersih dibandingkan saat pertama datang. Berdasarkan

pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien cukup memiliki

tingkat kepatuhan yang baik sehingga meningkatkan kemungkinan kesembuhan

pada pasien.

Setelah itu pasien diberi wawasan mengenai etiologi dari coated tongue,

seringkali terlihat pada dewasa yang sehat, sebagian pada pasien edentulous, diet

lunak, orang-orang dengan oral hygiene buruk atau mereka yang berpuasa

(Scully, 2013). Sehingga pasien dapat mengerti bahwa setiap instruksi yang

diberikan pada pasien memiliki alasan yang cukup kuat untuk dilakukan rutin

yang bertujuan untuk mencegah munculnya coated tongue kembali.

6