Nofi e Iman, Kandidat Doktor London School of Economics and...

1
SURAT & OPINI 23 Kontan Rabu, 10 Februari 2016 Tajuk Stimulus Bunga E konomi yang lesu memang mencemaskan banyak orang. Terlebih pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah meruyak di se- jumlah sektor industri. Ini menam- bah was-was, jangan-jangan bakal menjadi bola salju yang membesar. Tentu tidak kita harapkan. Berderet paket sudah diterbitkan pemerintah untuk menghidupkan lagi nadi perekonomian. Toh, hasil- nya belum bisa dipetik dalam jangka pendek. Ekonomi butuh stimulus lain yang bisa lebih "nendang" dan efeknya langsung terasa. Nah, stimulus itu berupa suku bunga rendah. Negara-negara yang ekonominya tengah sempoyongan juga menerapkan kebijakan serupa. Bahkan Jepang memberlakukan suku bunga negatif demi mendong- krak ekonominya. Bulan lalu Bank Indonesia (BI) memang sudah mulai menurunkan suku bunga acuan BI rate 25 basis poin ke 7,25%. Hanya saja tak serta merta diikuti penurunan bunga kre- dit perbankan. Biaya dana dan menjaga margin bunga bersih selalu menjadi pertim- bangan para bankir sehingga masih pelit menurunkan bunga kredit. Bu- tuh waktu menyesuaikan bunga juga menjadi dalih lain bankir tak bergegas memangkas bunga kredit. Syukur-syukur, kalau BI masih memiliki ruang lagi menggunting suku bunga acuan di bulan Februari ini. Dengan begitu, bank tak memi- liki banyak alasan lagi menahan bu- nga kreditnya. Margin bunga tinggi kerap menja- di kritikan yang dialamatkan ke bank. Meski faktor ini pula yang membuat banyak investor asing ke- pincut berbisnis bank di Indonesia. Namun, demi margin tinggi pula- lah suku bunga kredit susah menu- kik. Inefisiensi menjadi pangkal masalahnya lantaran banyak bank berburu pendanaan dengan biaya dana yang mahal. Regulator sektor keuangan pun menyadari hal ini. Maka, tepat kira- nya rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperketat lagi batas atas alias capping bunga deposito per- bankan. Logikanya, andai bunga deposito bisa "dipaksa" lebih rendah, bunga kredit akan mengikuti. Satu sisi ini memang akan mengurangi imbal hasil yang diperoleh deposan. Tapi lewat cara ini, OJK bisa menekan bank menurunkan bunga kredit. Bagaimanapun penurunan bunga kredit bakal menjadi stimulus yang efeknya bakal langsung terasa. De- ngan bekal bunga lebih murah, du- nia usaha akan lebih percaya diri berekspansi. Bila ekonomi berge- rak, ujung-ujungnya permintaan kredit bank juga meningkat. Khomarul Hidayat Opini Ongkos yang dibayar dari konsumerisme seringkali tak langsung, tapi berakibat fatal. Nofie Iman, Kandidat Doktor London School of Economics and Political Science Rayuan Jangan PHK Benny Rachmadi Surat Pengawasan Kepala Daerah di Papua L angkah tegas Menteri Luhut Panjaitan yang mewajibkan walikota, bupati, dan gubernur di Papua untuk melapor jika akan kelu- ar dari wilayahnya lebih dari enam hari patut didukung. Meski kelihatannya sepele dan terlalu ribet, tapi jika dila- kukan, dampaknya akan lebih besar bagi rakyat Papua. Mak- lum, selama ini, mayoritas pemimpin daerah Papua jus- tru tinggal di luar wilayah yang harusnya dikelolanya. Memang menjadi pertanya- an, bagaimana konsentrasi pemimpin daerah jika tidak fokus pada wilayah yang di- pimpinnya? Mungkin saja mereka sudah yakin bahwa birokrasi akan jalan sendiri tanpa kehadiran pemimpin daerah. Namun, bagaimana dengan pengawasan program- program pembangunan dan eksekusi jika ada hal yang mendesak, seperti bencana alam atau kecelakaan pesa- wat/ kapal? Tentu akan lama penanganannya karena tidak ada koordinator langsung. Tak cuma itu, pengelolaan keuangan daerah pasti juga tidak beres karena tidak fokus pada penggunaan anggaran yang efektif untuk kemajuan daerah. Sebab, pelaksanaan proyek dan pengawasannya sangat lemah. Itu hanya me- nyuburkan potensi korupsi karena tidak ada yang menyo- roti. Selain itu, hanya dana operasional kepala daerah akan jauh lebih besar, bukan untuk hal yang produktif, me- lainkan untuk keperluan kelu- arga dan pribadi. Selama ini, banyak kepala daerah di Papua yang terjerat korupsi dana pembangunan. Kondisi memungkinkan lan- taran pengawasan kendor, bahkan semua terpusat di ke- pala daerah. Karena itu, saya mendukung upaya pemerin- tah untuk menjadikan peme- rintahan di Papua efektif dan lebih bermanfaat bagi rakyat lewat pengawasan khusus. Selestianus Jacob, Kramat Pela, Jakarta Selatan Langkah Cepat Menangani Bencana Alam M usim hujan yang su- dah datang mulai memberi dampak ke beberapa daerah. Dalam se- minggu terakhir, intensitas hujan yang tinggi mengguyur beberapa wilayah di Sumatra dan Jawa bagian timur. Bebe- rapa tempat tergenang banjir di awal pekan ini. Yang paling parah adalah di Sumatra Uta- ra, Sumatra Barat, dan Bangka Belitung. Jika memantau prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), intensitas curah hu- jan di beberapa daerah sudah diduga jauh-jauh hari. Seha- rusnya, dengan bekal data itu, pemerintah daerah segera mengantisipasi dengan siaga dan waspada jika benar terja- di banjir dan genangan air akibat luapan sungai. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) harus bersia- ga penuh untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Namun, pemerintah lewat Kementerian Sosial dan Ba- dan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga harus sigap membantu daerah yang kewalahan menyelamatkan warganya. Sebab, dalam kon- disi darurat, pihak dari luar sangat dibutuhkan lantaran bisa jadi aparat daerah juga terkena dampak bencana. Bencana banjir itu juga ha- rusnya menjadi momentum bagi seluruh masyarakat un- tuk peduli. Yang tidak kena banjir mau menampung yang jadi korban. Atau, bisa juga menyediakan konsumsi dan kebutuhan harian sementara para pengungsi. Suleman Hadad, Cilincing, Jakarta Utara Ralat ADA kesalahan penulisan yang mengganggu pada Harian KONTAN edisi Selasa, 9 Februari 2016 di hala- man 15. Di artikel utama halaman itu tertulis Penjualan BMW dan Mercedez Masih Menderu. Yang benar adalah Penjualan BMW dan Mercedes Masih Menderu. Kami mohon maaf atas kesalahan ini. Terima kasih. Mengapa Kita Mengonsumsi (Lebih) S emenjak Perang Sipil berakhir tahun 1865, perekonomian Amerika Seri- kat (AS) pulih dengan berkembang- nya lahan pertanian dan bermunculannya pabrik-pabrik. Produktivitas pertanian naik, sejalan dengan peternakan dan per- tanian yang menunjukkan hasil memuas- kan. Industri besi dan baja juga beropera- si seiring dengan bergeraknya industri tekstil dan workshop pembuatan mobil serta traktor. Jalan, jembatan, serta rel kereta api dibangun lintas benua. Ba- ngunan pencakar langit berdiri megah di New York dan Chicago. Industri media, juga bertumbuh. Selama kurun waktu 60 tahun sejak berakhirnya perang, industri pertanian dan manufaktur bergerak lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk yang hanya sekitar 114 juta penduduk saja. Pada tahun 1927, perekonomian stagnan karena proses produksi meng- alami saturasi. Kebutuhan tekstil satu tahun sudah bisa dipenuhi oleh produksi pabrik yang beroperasi selama setengah tahun saja. Suplai sepatu setahun juga sudah bisa dipenuhi hanya dari seperlima pabrik yang ada saat itu. Apalagi yang mau diproduksi? Pada saat itu, pilihannya sederhana: Apakah mereka harus mengurangi pro- duksi? Atau mereka harus meningkatkan konsumsi? Kubu pertama, digawangi oleh eko- nom Arthur Dahlberg dan konglomerat gandum W.K. Kellogg, merasa pilihan pertama lebih sederhana. Outcome dari produksi lebih mudah diprediksi. Orang- orang akan bekerja lebih sedikit. Mereka akan punya lebih banyak waktu yang oleh begawan ekonomi John Maynard Keynes diistilahkan age of leisure. Mere- ka akan bertamasya, jalan-jalan di ta- man bersama keluarga, mengerjakan hobi yang mereka sukai, atau berga- bung bersama dengan komunitas so- sial dan agama di lingkungan mere- ka. Kubu kedua, didukung oleh politisi dan calon presiden Herbert Hoover dan industrialis serta CEO General Motors, Alfred Sloan. Mereka berpendapat bah- wa letak masalah bukan pada overpro- duction, melainkan pada undercon- sumption . Kalau orang-orang mengonsumsi lebih banyak, lapangan pekerjaan akan lebih banyak dibuka dan standar gaji akan naik. Profitabilitas in- dustri akan naik, diikuti pula oleh naik- nya pendapatan pajak yang akan diterima pemerintah. Tahun 1891, Elmo Calkins memenang- kan kompetisi advertising mengalahkan 1.433 kontestan lain. Sejak itu, industri mengenalnya sebagai seorang marketer berbakat dengan karya-karyanya yang kontemporer dan menjadi tren yang ke- mudian diikuti oleh industri. Selain peng- gunaan jenis huruf yang modern dan arti- stik, kata-kata yang dirajutnya begitu memikat sehingga membuat orang lang- sung membeli apapun yang ia iklankan. Berbagi sumberdaya Melihat pelambatan ekonomi Amerika di tahun 1920an, Elmo mencetuskan dua gagasan yang kontroversial. Pertama, industri harus berhenti membuat produk yang tahan lama. Mereka seharusnya membuat produk yang punya umur pakai dimana ketika umur pakai tersebut terle- wati, produk tersebut harus dibuang. Sama seperti bagaimana kita mengguna- kan pasta gigi atau biskuit. Habis pakai, buang. Beli lagi. Begitu seterusnya. Namun yang lebih menarik dan radikal adalah gagasan kedua Elmo. Selain me- manufaktur barang, produsen juga harus bisa memanufaktur konsumen. Ia meng- usulkan agar produsen membuat barang konsumsi menjadi barang tren. Selain fungsional, sebuah produk haruslah ber- warna, bergaya, cantik, dan estetik. De- ngan menanamkan pola pikir ini ke da- lam benak konsumen, mereka akan membeli barang bukan karena barang yang lama usang, melainkan karena ba- rang lama tak lagi modern dan trendi. Gagasan Elmo ternyata berhasil. Selu- ruh industri di AS mulai memproduksi barang yang punya umur pakai. Tahun 1922 misalnya, Henry Ford mengatakan, We want the man who buys one of our cars never to have to buy another. Na- mun di tahun 1933, Ford mengubah prin- sipnya. Sejak itu, model mobil buatan Ford berubah setiap tahun. Gagasan ini merevolusi pola produksi dan konsumsi tak hanya di AS, juga ke seluruh dunia. Kini, gaya hidup konsumsi mendapat pro dan kontra. Penganut paham konsu- merisme menganggap konsumsi mendo- rong produksi. Hal itu tecermin dari me- ningkatnya GDP global sejak Perang Dunia dan runtuhnya Tembok Berlin. Pun, indeks kemiskinan ekstrem juga menurun tajam. Jumlah mereka yang berada di bawah garis kemiskinan berku- rang. Sebaliknya, tak sedikit yang meng- gugat paham ini. Ongkos yang dibayar dari konsumerisme seringkali tak lang- sung namun berakibat fatal, seperti keru- sakan lingkungan, menipisnya cadangan sumber daya alam, gangguan kesehatan, penyakit kejiwaan, hingga perceraian. Solusi pertama, kita bisa mengurangi kecepatan secara perlahan dan menjala- ni hidup yang sederhana (simple li- ving). Di Jogja, ada seorang ibu penjual gudeg yang hanya memulai jualan se- telah pukul 9 malam. Ia berhenti ber- jualan ketika dagangannya habis. Ke- tika ditanya mengapa tidak menambah tenaga kerja atau membuka cabang lain, jawabnya sederhana: dengan begini saja sudah cukup. Ibu itu benar. Ia tidak ingin warung gudegnya menja- di sebesar RM Ayam Suharti. Toh de- ngan warung begini, ia bisa menyekolah- kan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Kalau ia memperbesar kapasitas- nya, ia kuatir tak bisa lagi mengikuti pengajian rutin di kampungnya. Kalau ia menambah jam buka, bisa jadi waktunya bersama keluarga berkurang. Solusi kedua, kita bisa berbagi sumber- daya dengan yang lain sehingga muatan kita tak terlalu berat (sharing economy). Adapun contoh klasik dari sharing eco- nomy adalah AirBnB yang membuat ka- pasitas kamar dan ruangan yang tersisa menjadi terpakai (efisiensi). Namun yang lebih utama, AirBnB mendorong pertum- buhan kota-kota lama yang mungkin se- belumnya tak terjamah. Dulu, dengan tarif hotel yang mahal, kita hanya bisa menghabiskan satu malam di Jogja. Kini, dengan uang tersisa, kita bisa menambah satu malam lagi di Magelang atau Amba- rawa, atau Ungaran, sebelum kembali ke Jakarta. Sharing economy membantu memberikan efek pemerataan (spill over) ke kota-kota sekitarnya dan men- distribusikan sumberdaya sehingga terja- di efisiensi yang lebih baik lagi. Nofie Iman, Kandidat Doktor, London School of Economics and Political Science, Inggris Kirim SMS Anda 081808 566826 SMS Saham FREN sekarang di Rp 50 lagi. Apa mau dibundel lagi ke harga Rp 1.000? Waktu itu saya rugi Rp 80 juta. Tolong Direksi BEI perhatikan nasib investor kecil. Apa begini cara main di pasar modal kita? Hp 08137391xxxx Wahai petinggi OJK, saya investor kecil mengusul- kan fraksi harga yang paling fair adalah 50 sampai 100 adalah 1, 100 sampai 200 adalah 2, 200 sampai 500 adalah 4, dan 500 sampai 1.000 adalah 10. Itu lebih Ok ditinjau dari aspek manapun. Hp 08228073xxxx Saya usul KPI membuat aturan agar televisi swasta nasional meng- hentikan siaran iklan setelah jam 22.00 tiap malam! Tayangan iklan itu amat mengganggu. Tentu apabila operator televisi ikhlas menghibur masyarakat. Hp 08386350xxxx Jalur lambat jalan Tol Cipularang banyak lobang cukup besar dan membahayakan. Hp 08778296xxxx Isi iklan menjadi tanggung jawab pemasang iklan, KONTAN tidak bertanggung jawab atas materi iklan. Penerbit: PT Grahanusa Mediatama Surat Izin: Surat Keputusan Menpen Nomor 307/ SIUPP/B.1/1996, tanggal 19 Maret 1996. Direktur: Lukas Widjaja, Ardian Taufik Gesuri Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Ardian Taufik Gesuri Dewan Redaksi: Ardian Taufik Gesuri, Mesti Sinaga, Hasbi Maulana, Hendrika Yunapritta, Djumyati Partawidjaja, Titis Nurdiana, Bagus Marsudi, Ahmad Febrian, Markus Sumartomdjon, R. Cipta Wahyana, Barly Haliem Noe, Asih Kirana Wardani, Johana Ani Kristanti, Umar Idris, Harris Hadinata, Thomas Hadiwinata, Yuwono Triatmodjo, Khomarul Hidayat, Syamsul Ashar, SS Kurniawan, Havid Vebri, Wahyu Tri Rahmawati, Uji Agung S. Asnil Bambani Amri, Lamgiat Siringoringo, Sanny Cicilia, Barratut Taqiyyah, Sandy Baskoro, Ruisa Khoiriyah, Avanty Nurdiana, Adi Wikanto, Dupla Kartini, Ignatius Andri Indradie, Rizki Caturini, Fransiska Firlana S., Anastasia Lilin, Roy Franedya Hutabarat, Amal Ihsan Hadian, Azis Husaini, Dessy Rosalina Pasaribu, Anna Suci Perwitasari, Yudho Winarto, Dikky Setiawan, Herlina Kartika D., Hendra Gunawan, A. Herry Prasetyo, Amailia Putri Hasniawati, Tedy Gumilar, Sofyan Nur Hidayat, Christine Novita, Fahriyadi, Ragil Nugroho, Mona Debora Tobing, Nina Dwiantika, Asep Munazat Zatnika K, Wahyu Satriani Ari Wulan, Dea Chadiza Syafina, Petrus Dabu, Noverius Laoli, Adisti Dini Indreswari, Handoyo, Narita Indrastiti, Muhammad Yazid, Dadan M. Ramdan, Tendi Mahadi, Marantina Napitu, Merlinda Riska, Melati Amaya Dori, Dina Farisah, Agus Triyono, Ignatia M. Sri Sayekti, Dityasa Hanin F., Tri Sulistiowati, Agung Jatmiko, Oginawa Ramadhan Prayogo, Adinda Ade Mustami, Raden Roro Putri W., Issa Almawadi, Francisca Bertha Vistika Putri, Mimi Silvia, Wuwun Nafsiah, Pratama Guitarra, Jane Aprilyani, Maggie Quesada Sekretariat Redaksi: Santi Manager Produksi & Pengarah Rancang Grafis: Indra Surya Rancang Grafis: Candra Kusmana, Hendrik ST Oloan Tambunan, Steve G.A., Pj. Praksa, Thomas Luhur M. Redaktur Foto: Hendra Suhara Fotografer: Achmad Fauzie, Carolus Agus Waluyo, Wicaksono Daniel Prabowo, Cheppy A. Muchlis, Muradi, Baihaki, Fransiskus Parulian Penyelaras Warna: Pandji Indra, Alri Kemas N. Riset dan Dokumentasi Foto: Melly Anne Firdianti, Dedi Sukamto, Nasrudi Kaisuku Redaksi Bahasa: Tri Adi Sarwoko, Catur Ari Wibowo Perpustakaan dan Pemelihara Data: Deni Riaddy, Deti Riswiani, Priyanto, Nugroho, GM Bisnis: R. Cipta Wahyana Iklan: Aris Akhmadi, Sesilia Artanto, M. Iqbal, Risang Wahyu P., Indah Sulistyorini M., Farrel Dewantara, Nurul Maulidya L., FX Tutur Wibowo, Adhika Kirana, Hani Sukma Adji Corporate Circulation: - , Marketing Communication: Thomas Y. Widyanto, Renggo Kutut Kujantoko, Gusmaiwan Lubis, Lucky Alan, Agustinus B. Permana KontanAcademy: Margaretha Matasak, Guido S. Radityo, Ngadirin, Siti Annisa Putri Alamat Redaksi: Gedung KONTAN, Jalan Kebayoran Lama No. 1119 Jakarta 12210 Iklan: Gedung KOMPAS GRAMEDIA, Jalan Palmerah Selatan No. 22-28 unit II Lt. 2, Jakarta Selatan 10270 Sirkulasi: Gedung KOMPAS, Jalan Gajah mada No.109-110A Jakarta 11140 Telepon: Redaksi (021) 535 7636, 532 8134, Iklan (021) 536 79909, 548 3008 Faksimile: Redaksi: (021) 535 7633, Iklan: (021) 5369 9080, Sirkulasi (021) 260 0972 E-mail: [email protected], Web site: www.kontan.co.id, Dicetak oleh: Percetakan PT Gramedia Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan Harian Kontan 2015: Reguler, BW 38.500,-/mmk (minimum 40 mmk), FC 61.000 (minimum 600 mmk), Advertorial Pariwara, BW 42.000,-/mmk (minimum 810 mmk), FC 64.000,-/mmk (minimum 810 mmk), Laporan Keuangan, Prospektus/RUPS/Neraca, BW 18.000,-/mmk, FC 27,000,-/mmk.(iklan Laporan Keuangan 8x540 mmk), Karir/Seminar/Workshop/Dukacita/Pengumuman, BW 18.500,-/mmk, FC 31.000,-/mmk, Seremonia, BW 3.000.000, FC 6.000.000, per kavling 90 x 115 mmk. 1x terbit, Sponsor, Halaman 1, FC 122.000,-/mmk, Di luar halaman 1, BW 58.000,-/mmk, FC 92.000,-/mmk, Headline, FC 92.000,-/mmk, Navigasi, 80 mm x 20 mm. 26x terbit, FC 80.000.000, Banner halaman 1,7 x 50 mmk. 1x terbit, FC 38.850.000, 7 x 70 mmk. 1x terbit, FC 54.390.000, Klasiva, Island Ad, BW 61.500,-/mmk, FC 63.500,-/mmk, Kolom, BW 26.500,-/mmk, Baris. per karakter, BW 450, Paket A. 26x terbit, 1 x 50 mmk, BW 7.500.000, 1 x 100 mmk, BW 14.000.000, 2 x 50 mmk, BW 14.000.000, 2 x 100 mmk, BW 26.000.000, Paket B. 13x terbit, 1 x 50 mmk, BW 4.600.000, 1 x 100 mmk, BW 8.500.000, 2 x 50 mmk, BW 8.500.000, 2 x 100 mmk, BW 15.600.000. Catatan: *Minimum ukuran iklan reguler FC 600/mmk, *Tarif iklan reguler belum termasuk diskon Agensi dan PPN 10%, berlaku mulai 1 Januari 2015, harga dalam IDR. WARTAWAN ”KONTAN” SELALU DIBEKALI TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER

Transcript of Nofi e Iman, Kandidat Doktor London School of Economics and...

SURAT & OPINI 23Kontan Rabu, 10 Februari 2016

Tajuk

Stimulus Bunga

Ekonomi yang lesu memang mencemaskan banyak orang. Terlebih pemutusan hubungan

kerja (PHK) sudah meruyak di se-jumlah sektor industri. Ini menam-bah was-was, jangan-jangan bakal menjadi bola salju yang membesar. Tentu tidak kita harapkan.

Berderet paket sudah diterbitkan pemerintah untuk menghidupkan lagi nadi perekonomian. Toh, hasil-nya belum bisa dipetik dalam jangka pendek. Ekonomi butuh stimulus lain yang bisa lebih "nendang" dan efeknya langsung terasa.

Nah, stimulus itu berupa suku bunga rendah. Negara-negara yang ekonominya tengah sempoyongan juga menerapkan kebijakan serupa. Bahkan Jepang memberlakukan suku bunga negatif demi mendong-krak ekonominya.

Bulan lalu Bank Indonesia (BI) memang sudah mulai menurunkan suku bunga acuan BI rate 25 basis poin ke 7,25%. Hanya saja tak serta merta diikuti penurunan bunga kre-dit perbankan.

Biaya dana dan menjaga margin bunga bersih selalu menjadi pertim-bangan para bankir sehingga masih pelit menurunkan bunga kredit. Bu-tuh waktu menyesuaikan bunga juga menjadi dalih lain bankir tak bergegas memangkas bunga kredit.

Syukur-syukur, kalau BI masih memiliki ruang lagi menggunting suku bunga acuan di bulan Februari ini. Dengan begitu, bank tak memi-liki banyak alasan lagi menahan bu-nga kreditnya.

Margin bunga tinggi kerap menja-di kritikan yang dialamatkan ke bank. Meski faktor ini pula yang membuat banyak investor asing ke-pincut berbisnis bank di Indonesia.

Namun, demi margin tinggi pula-lah suku bunga kredit susah menu-kik. Inefisiensi menjadi pangkal masalahnya lantaran banyak bank berburu pendanaan dengan biaya dana yang mahal.

Regulator sektor keuangan pun menyadari hal ini. Maka, tepat kira-nya rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperketat lagi batas atas alias capping bunga deposito per-bankan.

Logikanya, andai bunga deposito bisa "dipaksa" lebih rendah, bunga kredit akan mengikuti. Satu sisi ini memang akan mengurangi imbal hasil yang diperoleh deposan. Tapi lewat cara ini, OJK bisa menekan bank menurunkan bunga kredit.

Bagaimanapun penurunan bunga kredit bakal menjadi stimulus yang efeknya bakal langsung terasa. De-ngan bekal bunga lebih murah, du-nia usaha akan lebih percaya diri berekspansi. Bila ekonomi berge-rak, ujung-ujungnya permintaan kredit bank juga meningkat. ■

Khomarul Hidayat

Opini

Ongkos yang dibayar dari konsumerisme seringkali tak langsung, tapi berakibat fatal.Nofi e Iman, Kandidat Doktor London School of Economics and Political Science

Rayuan Jangan PHK

Benny Rachmadi

Surat

Pengawasan Kepala Daerah di Papua

Langkah tegas Menteri Luhut Panjaitan yang mewajibkan walikota,

bupati, dan gubernur di Papua untuk melapor jika akan kelu-ar dari wilayahnya lebih dari enam hari patut didukung. Meski kelihatannya sepele dan terlalu ribet, tapi jika dila-kukan, dampaknya akan lebih besar bagi rakyat Papua. Mak-lum, selama ini, mayoritas pemimpin daerah Papua jus-tru tinggal di luar wilayah yang harusnya dikelolanya.

Memang menjadi pertanya-an, bagaimana konsentrasi pemimpin daerah jika tidak fokus pada wilayah yang di-pimpinnya? Mungkin saja mereka sudah yakin bahwa birokrasi akan jalan sendiri tanpa kehadiran pemimpin daerah. Namun, bagaimana dengan pengawasan program-program pembangunan dan eksekusi jika ada hal yang mendesak, seperti bencana alam atau kecelakaan pesa-wat/ kapal? Tentu akan lama penanganannya karena tidak ada koordinator langsung.

Tak cuma itu, pengelolaan keuangan daerah pasti juga tidak beres karena tidak fokus pada penggunaan anggaran yang efektif untuk kemajuan daerah. Sebab, pelaksanaan proyek dan pengawasannya sangat lemah. Itu hanya me-nyuburkan potensi korupsi karena tidak ada yang menyo-roti. Selain itu, hanya dana operasional kepala daerah akan jauh lebih besar, bukan untuk hal yang produktif, me-lainkan untuk keperluan kelu-arga dan pribadi.

Selama ini, banyak kepala daerah di Papua yang terjerat korupsi dana pembangunan. Kondisi memungkinkan lan-taran pengawasan kendor, bahkan semua terpusat di ke-pala daerah. Karena itu, saya mendukung upaya pemerin-tah untuk menjadikan peme-rintahan di Papua efektif dan lebih bermanfaat bagi rakyat lewat pengawasan khusus.

Selestianus Jacob, Kramat Pela, Jakarta Selatan

Langkah Cepat Menangani Bencana Alam

Musim hujan yang su-dah datang mulai memberi dampak ke

beberapa daerah. Dalam se-minggu terakhir, intensitas hujan yang tinggi mengguyur beberapa wilayah di Sumatra dan Jawa bagian timur. Bebe-rapa tempat tergenang banjir di awal pekan ini. Yang paling parah adalah di Sumatra Uta-ra, Sumatra Barat, dan Bangka Belitung.

Jika memantau prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), intensitas curah hu-jan di beberapa daerah sudah diduga jauh-jauh hari. Seha-rusnya, dengan bekal data itu, pemerintah daerah segera mengantisipasi dengan siaga dan waspada jika benar terja-di banjir dan genangan air akibat luapan sungai. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) harus bersia-ga penuh untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Namun, pemerintah lewat Kementerian Sosial dan Ba-dan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga harus sigap membantu daerah yang kewalahan menyelamatkan warganya. Sebab, dalam kon-disi darurat, pihak dari luar sangat dibutuhkan lantaran bisa jadi aparat daerah juga terkena dampak bencana.

Bencana banjir itu juga ha-rusnya menjadi momentum bagi seluruh masyarakat un-tuk peduli. Yang tidak kena banjir mau menampung yang jadi korban. Atau, bisa juga menyediakan konsumsi dan kebutuhan harian sementara para pengungsi.

Suleman Hadad, Cilincing, Jakarta Utara

RalatADA kesalahan penulisan yang mengganggu pada Harian KONTAN edisi Selasa, 9 Februari 2016 di hala-man 15. Di artikel utama halaman itu tertulis Penjualan BMW dan Mercedez Masih Menderu. Yang benar adalah Penjualan BMW dan Mercedes Masih Menderu.

Kami mohon maaf atas kesalahan ini. Terima kasih.

Mengapa Kita Mengonsumsi (Lebih)

Semenjak Perang Sipil berakhir tahun 1865, perekonomian Amerika Seri-kat (AS) pulih dengan berkembang-

nya lahan pertanian dan bermunculannya pabrik-pabrik. Produktivitas pertanian naik, sejalan dengan peternakan dan per-tanian yang menunjukkan hasil memuas-kan. Industri besi dan baja juga beropera-si seiring dengan bergeraknya industri tekstil dan workshop pembuatan mobil serta traktor. Jalan, jembatan, serta rel kereta api dibangun lintas benua. Ba-ngunan pencakar langit berdiri megah di New York dan Chicago. Industri media, juga bertumbuh.

Selama kurun waktu 60 tahun sejak berakhirnya perang, industri pertanian dan manufaktur bergerak lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk yang hanya sekitar 114 juta penduduk saja. Pada tahun 1927, perekonomian stagnan karena proses produksi meng-alami saturasi. Kebutuhan tekstil satu tahun sudah bisa dipenuhi oleh produksi pabrik yang beroperasi selama setengah tahun saja. Suplai sepatu setahun juga sudah bisa dipenuhi hanya dari seperlima pabrik yang ada saat itu. Apalagi yang mau diproduksi?

Pada saat itu, pilihannya sederhana: Apakah mereka harus mengurangi pro-duksi? Atau mereka harus meningkatkan konsumsi?

Kubu pertama, digawangi oleh eko-nom Arthur Dahlberg dan konglomerat gandum W.K. Kellogg, merasa pilihan pertama lebih sederhana. Outcome dari produksi lebih mudah diprediksi. Orang-orang akan bekerja lebih sedikit. Mereka akan punya lebih banyak waktu yang oleh begawan ekonomi John Maynard Keynes diistilahkan age of leisure. Mere-ka akan bertamasya, jalan-jalan di ta-man bersama keluarga, mengerjakan hobi yang mereka sukai, atau berga-bung bersama dengan komunitas so-sial dan agama di lingkungan mere-ka.

Kubu kedua, didukung oleh politisi dan calon presiden Herbert Hoover dan industrialis serta CEO General Motors, Alfred Sloan. Mereka berpendapat bah-wa letak masalah bukan pada overpro-duction, melainkan pada undercon-sumpt ion . Ka lau orang -orang mengonsumsi lebih banyak, lapangan pekerjaan akan lebih banyak dibuka dan standar gaji akan naik. Profi tabilitas in-dustri akan naik, diikuti pula oleh naik-nya pendapatan pajak yang akan diterima pemerintah.

Tahun 1891, Elmo Calkins memenang-kan kompetisi advertising mengalahkan

1.433 kontestan lain. Sejak itu, industri mengenalnya sebagai seorang marketer berbakat dengan karya-karyanya yang kontemporer dan menjadi tren yang ke-mudian diikuti oleh industri. Selain peng-gunaan jenis huruf yang modern dan arti-stik, kata-kata yang dirajutnya begitu memikat sehingga membuat orang lang-sung membeli apapun yang ia iklankan.

Berbagi sumberdaya Melihat pelambatan ekonomi Amerika

di tahun 1920an, Elmo mencetuskan dua gagasan yang kontroversial. Pertama, industri harus berhenti membuat produk yang tahan lama. Mereka seharusnya membuat produk yang punya umur pakai dimana ketika umur pakai tersebut terle-wati, produk tersebut harus dibuang. Sama seperti bagaimana kita mengguna-kan pasta gigi atau biskuit. Habis pakai, buang. Beli lagi. Begitu seterusnya.

Namun yang lebih menarik dan radikal adalah gagasan kedua Elmo. Selain me-manufaktur barang, produsen juga harus bisa memanufaktur konsumen. Ia meng-usulkan agar produsen membuat barang konsumsi menjadi barang tren. Selain fungsional, sebuah produk haruslah ber-warna, bergaya, cantik, dan estetik. De-ngan menanamkan pola pikir ini ke da-lam benak konsumen, mereka akan membeli barang bukan karena barang yang lama usang, melainkan karena ba-

rang lama tak lagi modern dan trendi.Gagasan Elmo ternyata berhasil. Selu-

ruh industri di AS mulai memproduksi barang yang punya umur pakai. Tahun 1922 misalnya, Henry Ford mengatakan, We want the man who buys one of our cars never to have to buy another. Na-mun di tahun 1933, Ford mengubah prin-sipnya. Sejak itu, model mobil buatan Ford berubah setiap tahun. Gagasan ini merevolusi pola produksi dan konsumsi tak hanya di AS, juga ke seluruh dunia.

Kini, gaya hidup konsumsi mendapat pro dan kontra. Penganut paham konsu-merisme menganggap konsumsi mendo-rong produksi. Hal itu tecermin dari me-ningkatnya GDP global sejak Perang Dunia dan runtuhnya Tembok Berlin. Pun, indeks kemiskinan ekstrem juga menurun tajam. Jumlah mereka yang berada di bawah garis kemiskinan berku-rang. Sebaliknya, tak sedikit yang meng-gugat paham ini. Ongkos yang dibayar dari konsumerisme seringkali tak lang-sung namun berakibat fatal, seperti keru-sakan lingkungan, menipisnya cadangan sumber daya alam, gangguan kesehatan, penyakit kejiwaan, hingga perceraian.

Solusi pertama, kita bisa mengurangi kecepatan secara perlahan dan menjala-ni hidup yang sederhana (simple li-ving). Di Jogja, ada seorang ibu penjual gudeg yang hanya memulai jualan se-telah pukul 9 malam. Ia berhenti ber-jualan ketika dagangannya habis. Ke-tika ditanya mengapa tidak menambah tenaga kerja atau membuka cabang lain, jawabnya sederhana: dengan

begini saja sudah cukup. Ibu itu benar. Ia tidak ingin warung gudegnya menja-

di sebesar RM Ayam Suharti. Toh de-ngan warung begini, ia bisa menyekolah-kan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Kalau ia memperbesar kapasitas-nya, ia kuatir tak bisa lagi mengikuti pengajian rutin di kampungnya. Kalau ia menambah jam buka, bisa jadi waktunya bersama keluarga berkurang.

Solusi kedua, kita bisa berbagi sumber-daya dengan yang lain sehingga muatan kita tak terlalu berat (sharing economy). Adapun contoh klasik dari sharing eco-nomy adalah AirBnB yang membuat ka-pasitas kamar dan ruangan yang tersisa menjadi terpakai (efi siensi). Namun yang lebih utama, AirBnB mendorong pertum-buhan kota-kota lama yang mungkin se-belumnya tak terjamah. Dulu, dengan tarif hotel yang mahal, kita hanya bisa menghabiskan satu malam di Jogja. Kini, dengan uang tersisa, kita bisa menambah satu malam lagi di Magelang atau Amba-rawa, atau Ungaran, sebelum kembali ke Jakarta. Sharing economy membantu memberikan efek pemerataan (spill over) ke kota-kota sekitarnya dan men-distribusikan sumberdaya sehingga terja-di efi siensi yang lebih baik lagi. ■

Nofi e Iman,Kandidat Doktor, London School of Economics and Political Science, Inggris

Kirim SMS Anda 081808 566826

SMS Saham FREN sekarang di Rp 50 lagi. Apa mau dibundel lagi ke harga Rp 1.000? Waktu itu saya rugi Rp 80 juta. Tolong Direksi BEI perhatikan nasib investor kecil. Apa begini cara main di pasar modal kita?

Hp 08137391xxxx

Wahai petinggi OJK, saya investor kecil mengusul-kan fraksi harga yang paling fair adalah 50 sampai 100 adalah 1, 100 sampai 200 adalah 2, 200 sampai 500 adalah 4, dan 500 sampai 1.000 adalah 10. Itu lebih Ok ditinjau dari aspek manapun.

Hp 08228073xxxx

Saya usul KPI membuat aturan agar televisi swasta nasional meng-hentikan siaran iklan setelah jam 22.00 tiap malam! Tayangan iklan itu amat mengganggu. Tentu apabila operator televisi ikhlas menghibur masyarakat.

Hp 08386350xxxx

Jalur lambat jalan Tol Cipularang banyak lobang cukup besar dan membahayakan.

Hp 08778296xxxx

Isi iklan menjadi tanggung jawab pemasang iklan,

KONTAN tidak bertanggung jawab atas materi iklan.

Penerbit: PT Grahanusa Mediatama Surat Izin: Surat Keputusan Menpen Nomor 307/ SIUPP/B.1/1996, tanggal 19 Maret 1996. Direktur: Lukas Widjaja, Ardian Taufik Gesuri Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Ardian Taufik Gesuri Dewan Redaksi: Ardian Taufik Gesuri, Mesti Sinaga, Hasbi Maulana, Hendrika Yunapritta, Djumyati Partawidjaja, Titis Nurdiana, Bagus Marsudi, Ahmad Febrian, Markus Sumartomdjon, R. Cipta Wahyana, Barly Haliem Noe, Asih Kirana Wardani, Johana Ani Kristanti, Umar Idris, Harris Hadinata, Thomas Hadiwinata, Yuwono Triatmodjo, Khomarul Hidayat, Syamsul Ashar, SS Kurniawan, Havid Vebri, Wahyu Tri Rahmawati, Uji Agung S. Asnil Bambani Amri, Lamgiat Siringoringo, Sanny Cicilia, Barratut Taqiyyah, Sandy Baskoro, Ruisa Khoiriyah, Avanty Nurdiana, Adi Wikanto, Dupla Kartini, Ignatius Andri Indradie, Rizki Caturini, Fransiska Firlana S., Anastasia Lilin, Roy Franedya Hutabarat, Amal Ihsan Hadian, Azis Husaini, Dessy Rosalina Pasaribu, Anna Suci Perwitasari, Yudho Winarto, Dikky Setiawan, Herlina Kartika D., Hendra Gunawan, A. Herry Prasetyo, Amailia Putri Hasniawati, Tedy Gumilar, Sofyan Nur Hidayat, Christine Novita, Fahriyadi, Ragil Nugroho, Mona Debora Tobing, Nina Dwiantika, Asep Munazat Zatnika K, Wahyu Satriani Ari Wulan, Dea Chadiza Syafina, Petrus Dabu, Noverius Laoli, Adisti Dini Indreswari, Handoyo, Narita Indrastiti, Muhammad Yazid, Dadan M. Ramdan, Tendi Mahadi, Marantina Napitu, Merlinda Riska, Melati Amaya Dori, Dina Farisah, Agus Triyono, Ignatia M. Sri Sayekti, Dityasa Hanin F., Tri Sulistiowati, Agung Jatmiko, Oginawa Ramadhan Prayogo, Adinda Ade Mustami, Raden Roro Putri W., Issa Almawadi, Francisca Bertha Vistika Putri, Mimi Silvia, Wuwun Nafsiah, Pratama Guitarra, Jane Aprilyani, Maggie Quesada Sekretariat Redaksi: Santi Manager Produksi & Pengarah Rancang Grafis: Indra Surya Rancang Grafis: Candra Kusmana, Hendrik ST Oloan Tambunan, Steve G.A., Pj. Praksa, Thomas Luhur M. Redaktur Foto: Hendra Suhara Fotografer: Achmad Fauzie, Carolus Agus Waluyo, Wicaksono Daniel Prabowo, Cheppy A. Muchlis, Muradi, Baihaki, Fransiskus Parulian Penyelaras Warna: Pandji Indra, Alri Kemas N. Riset dan Dokumentasi Foto: Melly Anne Firdianti, Dedi Sukamto, Nasrudi Kaisuku Redaksi Bahasa: Tri Adi Sarwoko, Catur Ari Wibowo Perpustakaan dan Pemelihara Data: Deni Riaddy, Deti Riswiani, Priyanto, Nugroho, GM Bisnis: R. Cipta Wahyana Iklan: Aris Akhmadi, Sesilia Artanto, M. Iqbal, Risang Wahyu P., Indah Sulistyorini M., Farrel Dewantara, Nurul Maulidya L., FX Tutur Wibowo, Adhika Kirana, Hani Sukma Adji Corporate Circulation: - , Marketing Communication: Thomas Y. Widyanto, Renggo Kutut Kujantoko, Gusmaiwan Lubis, Lucky Alan, Agustinus B. Permana KontanAcademy: Margaretha Matasak, Guido S. Radityo, Ngadirin, Siti Annisa Putri Alamat Redaksi: Gedung KONTAN, Jalan Kebayoran Lama No. 1119 Jakarta 12210 Iklan: Gedung KOMPAS GRAMEDIA, Jalan Palmerah Selatan No. 22-28 unit II Lt. 2, Jakarta Selatan 10270 Sirkulasi: Gedung KOMPAS, Jalan Gajah mada No.109-110A Jakarta 11140 Telepon: Redaksi (021) 535 7636, 532 8134, Iklan (021) 536 79909, 548 3008 Faksimile: Redaksi: (021) 535 7633, Iklan: (021) 5369 9080, Sirkulasi (021) 260 0972 E-mail: [email protected], Web site: www.kontan.co.id, Dicetak oleh: Percetakan PT Gramedia Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan Harian Kontan 2015: Reguler, BW 38.500,-/mmk (minimum 40 mmk), FC 61.000 (minimum 600 mmk), Advertorial Pariwara, BW 42.000,-/mmk (minimum 810 mmk), FC 64.000,-/mmk (minimum 810 mmk), Laporan Keuangan, Prospektus/RUPS/Neraca, BW 18.000,-/mmk, FC 27,000,-/mmk.(iklan Laporan Keuangan 8x540 mmk), Karir/Seminar/Workshop/Dukacita/Pengumuman, BW 18.500,-/mmk, FC 31.000,-/mmk, Seremonia, BW 3.000.000, FC 6.000.000, per kavling 90 x 115 mmk. 1x terbit, Sponsor, Halaman 1, FC 122.000,-/mmk, Di luar halaman 1, BW 58.000,-/mmk, FC 92.000,-/mmk, Headline, FC 92.000,-/mmk, Navigasi, 80 mm x 20 mm. 26x terbit, FC 80.000.000, Banner halaman 1,7 x 50 mmk. 1x terbit, FC 38.850.000, 7 x 70 mmk. 1x terbit, FC 54.390.000, Klasiva, Island Ad, BW 61.500,-/mmk, FC 63.500,-/mmk, Kolom, BW 26.500,-/mmk, Baris. per karakter, BW 450, Paket A. 26x terbit, 1 x 50 mmk, BW 7.500.000, 1 x 100 mmk, BW 14.000.000, 2 x 50 mmk, BW 14.000.000, 2 x 100 mmk, BW 26.000.000, Paket B. 13x terbit, 1 x 50 mmk, BW 4.600.000, 1 x 100 mmk, BW 8.500.000, 2 x 50 mmk, BW 8.500.000, 2 x 100 mmk, BW 15.600.000. Catatan: *Minimum ukuran iklan reguler FC 600/mmk, *Tarif iklan reguler belum termasuk diskon Agensi dan PPN 10%, berlaku mulai 1 Januari 2015, harga dalam IDR.

WARTAWAN ”KONTAN” SELALU DIBEKALI TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER