No. 114 Juni - Juli 2015 Perencanaan, Perlukah ? Ika Parera,, Menginginkan Perempuan Bersuara Jl....

44
www.bakti.or.id No. 114 Juni - Juli 2015 Media, Jurnalis dan Perempuan Lika-Liku Pemuda Papua Barat Klinik Perencanaan, Perlukah ? Ika Parera,, Menginginkan Perempuan Bersuara

Transcript of No. 114 Juni - Juli 2015 Perencanaan, Perlukah ? Ika Parera,, Menginginkan Perempuan Bersuara Jl....

www.bakti.or.id No. 114 Juni - Juli 2015

Media, Jurnalisdan Perempuan

Lika-LikuPemuda Papua Barat

Klinik Perencanaan,Perlukah ?

Ika Parera,, Menginginkan Perempuan Bersuara

Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 411 832228, 833383 +62 411 852146 Telp. Fax Email atau SMS BaKTINews [email protected] [email protected] 2010813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0

Facebook Twitter www.facebook.com/yayasanbakti @InfoBaKTI

Redaksi

www.bakti.or.id

Editor CAROLINE TUPAMAHU VICTORIA NGANTUNGMELYA FINDI ASTUTI

Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL ITA MASITA IBNU

ICHSAN DJUNAED,FRANS GOSALI

Events at BaKTI SHERLY HEUMASSEWebsite

Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO

ADITYA RAKHMAT

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.

Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected]. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected]. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

Database Kontak A. RINI INDAYANI

Design & layoutEditor Foto

Daftar IsiJuni - Juli 2015 No. 114

1

5

13

19

9

17

Oleh Angel Manembu dan Andi Mariattang

Berbagi Pembelajaran dari Partisipasi dalam Konferensi Internasional

Media, Jurnalis dan Perempuan

Oleh Rio Abdul Fatah

Simposium Hibah Penelitian JiKTI 2015

Oleh Arafah

21Oleh Dr. Agussalim

Klinik Perencanaan : Perlukah ?

Update MAMPU - BaKTI

41 Info Buku

Situasi Ibu Dan Anak Di Provinsi Maluku Utara Pasca Agenda MDG's

Oleh Caroline Tupamahu

Lika-Liku Pemuda Papua BaratOleh Syaifullah A. F

29

33

PROGRAM KINERJA - USAID

35

Update batukarinfo.com39

Cover :

Update UNICEF - BaKTI

Ika Parera, Menginginkan Perempuan Bersuara

25 SOSOK

Oleh M. Ghufran H. Kordi K. dan Martina Majid

Jalan Panjang Mewujudkan SPM Kesehatan di PapuaOleh Luna Vidya

Diskusi Praktik Cerdas Provinsi MalukuInspirasi dari Kelompok Konstituen Negeri Mahusu dan Hatalai

Diskusi Praktik Cerdas Provinsi NTBMelalui Koperasi, Perempuan Melawan KemiskinanOleh Lalu Bakri

40 Kegiatan di BaKTI

Pantai Amban, Manokwari - Papua BaratFoto : Rahman Ramlan

Mama-mama Papua sedang beraktifitasdi Pasar Yotefa, Abepura - Papua

Foto : Jeni Beatrix Karay

Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 411 832228, 833383 +62 411 852146 Telp. Fax Email atau SMS BaKTINews [email protected] [email protected] 2010813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0

Facebook Twitter www.facebook.com/yayasanbakti @InfoBaKTI

Redaksi

www.bakti.or.id

Editor CAROLINE TUPAMAHU VICTORIA NGANTUNGMELYA FINDI ASTUTI

Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL ITA MASITA IBNU

ICHSAN DJUNAED,FRANS GOSALI

Events at BaKTI SHERLY HEUMASSEWebsite

Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO

ADITYA RAKHMAT

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.

Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected]. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected]. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

Database Kontak A. RINI INDAYANI

Design & layoutEditor Foto

Daftar IsiJuni - Juli 2015 No. 114

1

5

13

19

9

17

Oleh Angel Manembu dan Andi Mariattang

Berbagi Pembelajaran dari Partisipasi dalam Konferensi Internasional

Media, Jurnalis dan Perempuan

Oleh Rio Abdul Fatah

Simposium Hibah Penelitian JiKTI 2015

Oleh Arafah

21Oleh Dr. Agussalim

Klinik Perencanaan : Perlukah ?

Update MAMPU - BaKTI

41 Info Buku

Situasi Ibu Dan Anak Di Provinsi Maluku Utara Pasca Agenda MDG's

Oleh Caroline Tupamahu

Lika-Liku Pemuda Papua BaratOleh Syaifullah A. F

29

33

PROGRAM KINERJA - USAID

35

Update batukarinfo.com39

Cover :

Update UNICEF - BaKTI

Ika Parera, Menginginkan Perempuan Bersuara

25 SOSOK

Oleh M. Ghufran H. Kordi K. dan Martina Majid

Jalan Panjang Mewujudkan SPM Kesehatan di PapuaOleh Luna Vidya

Diskusi Praktik Cerdas Provinsi MalukuInspirasi dari Kelompok Konstituen Negeri Mahusu dan Hatalai

Diskusi Praktik Cerdas Provinsi NTBMelalui Koperasi, Perempuan Melawan KemiskinanOleh Lalu Bakri

40 Kegiatan di BaKTI

Pantai Amban, Manokwari - Papua BaratFoto : Rahman Ramlan

Mama-mama Papua sedang beraktifitasdi Pasar Yotefa, Abepura - Papua

Foto : Jeni Beatrix Karay

Simposium Hibah Penelitian

JiKTI 2015

1 BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 2

Selama tahun 2014 hingga awal 2015, Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) melaksanakan serangkaian Hibah Penelitian guna mendukung penguatan kapasitas dari peneliti anggota JiKTI. Hal ini untuk

mengidentifikasi serta melakukan kajian dalam menjawab tantangan pembangunan dan pengentasan kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia. Proses rangkaian Hibah Penelitian merupakan sebuah proses kolaboratif antara peneliti anggota JiKTI dan peneliti senior JiKTI demi memastikan kualitas serta relevansi hasil penelitian. Hal ini dimaksud agar setiap hasil penelitian memiliki warna yang sesuai dengan tradisi evidence-based policy oleh JiKTI.

Simposium Hibah Penelitian Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) – Penelitian untuk Rekomendasi Kebijakan 2015 dilaksanakan demi mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif terkait dinamika pembangunan serta untuk menghimpun hasil-hasil penelitian yang dapat mendukung efektifitas pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Selain itu pula, eksposur dari 14 hasil Hibah Penelitian JiKTI sepanjang tahun 2014-2015 yang telah dirangkum k e d a l a m P o l i c y B r i e f t e l a h s i a p u n t u k didiseminasikan ke pemangku kebijakan terkait. Kegiatan Simposium ini dilaksanakan dalam dua sesi, dimana untuk sesi pertama diisi dengan diskusi 'Pengembangan Knowledge Sector bagi Pembangunan KTI' yang dimoderatori oleh Agussalim, Focal Point dari Sulawesi Selatan. Diskusi tersebut dibawakan oleh lima orang Panelis yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Takdir Saili M.Si (Focal Point JiKTI Sulawesi Tenggara) dengan materi Isu-Isu Strategis D a e r a h d a l a m P e r s p e k t i f Akademisi dan Penelitian, Prof. Dr. Roni Bawole, M.Si (Focal Point JiKTI Papua Barat) dengan materi Peningkatan Kapasitas Peneliti M e l a l u i I n t e r k o n e k t i v i t a s Jaringan, Dr. Wilson M. A. Therik (Focal Point JiKTI Nusa Tenggara Timur) dengan materi Kolaborasi JiKTI dengan Lembaga Penelitian Daerah, Dr. Simon Pieter Soegijono, SE., M.Si (Focal Point JiKTI Maluku) dengan materi Tantangan JiKTI pada Pengembangan Knowledge Sector di Maluku, serta Caroline Tupamahu, Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI dengan materi tentang Peranan Intermediary Dalam Knowledge Sector Bagi Pembangunan.

BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114

Oleh RIO ABDUL FATAH

Disaat jeda, kegiatan menjadi semakin apik ketika Ariel dan Benda membawakan lagu-lagu yang berasal dari Kawasan Timur Indonesia. Setiap lagu yang dibawakan dipadu dengan irama gitar

dan biola yang sangat serasi, padu padan mencairkan suasana. Kegiatan berlanjut dengan memasuki sesi kedua dengan topik ”Eksposur Rekomendasi Kebijakan Hibah Penelit ian J iKTI” yang menghadirkan lima orang panelis. Mereka merupakan lima dari 14 orang para peneliti penerima hibah p e n e l i t i a n J i K T I , ya i t u Mo h . Taqiuddin, S.Pt., M.Si (JiKTI Nusa Tenggara Barat), Dr. Razak H. Umar S.Ag, M.Pd (JiKTI Gorontalo), Ir. Fe l e c i a P. Ad a m , M . S c ( J i K T I M a l u k u ) , M e s r i We l h e l m i n a

Nisriani Manafe (JiKTI Nusa Tenggara Timur), Daniel Yohanis Seseray, S.Pt., M.Sc (JiKTI Papua Barat). Diskusi panel tersebut dimoderatori oleh Luna Vidya Matulessy. Seperti halnya pada sesi pertama, pada sesi kedua ini pun cukup banyak yang melontarkan pertanyaan kepada panelis. Banyak peserta Simposium yang hadir sangat

Jangan biarkan Kawasan Timur

Indonesia bernyanyi dalam kesengsaraan,

dicampuradukkan oleh berbagai faktor

yang membingungkan masyarakat

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI

Simposium Hibah Penelitian

JiKTI 2015

1 BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 2

Selama tahun 2014 hingga awal 2015, Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) melaksanakan serangkaian Hibah Penelitian guna mendukung penguatan kapasitas dari peneliti anggota JiKTI. Hal ini untuk

mengidentifikasi serta melakukan kajian dalam menjawab tantangan pembangunan dan pengentasan kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia. Proses rangkaian Hibah Penelitian merupakan sebuah proses kolaboratif antara peneliti anggota JiKTI dan peneliti senior JiKTI demi memastikan kualitas serta relevansi hasil penelitian. Hal ini dimaksud agar setiap hasil penelitian memiliki warna yang sesuai dengan tradisi evidence-based policy oleh JiKTI.

Simposium Hibah Penelitian Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) – Penelitian untuk Rekomendasi Kebijakan 2015 dilaksanakan demi mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif terkait dinamika pembangunan serta untuk menghimpun hasil-hasil penelitian yang dapat mendukung efektifitas pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Selain itu pula, eksposur dari 14 hasil Hibah Penelitian JiKTI sepanjang tahun 2014-2015 yang telah dirangkum k e d a l a m P o l i c y B r i e f t e l a h s i a p u n t u k didiseminasikan ke pemangku kebijakan terkait. Kegiatan Simposium ini dilaksanakan dalam dua sesi, dimana untuk sesi pertama diisi dengan diskusi 'Pengembangan Knowledge Sector bagi Pembangunan KTI' yang dimoderatori oleh Agussalim, Focal Point dari Sulawesi Selatan. Diskusi tersebut dibawakan oleh lima orang Panelis yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Takdir Saili M.Si (Focal Point JiKTI Sulawesi Tenggara) dengan materi Isu-Isu Strategis D a e r a h d a l a m P e r s p e k t i f Akademisi dan Penelitian, Prof. Dr. Roni Bawole, M.Si (Focal Point JiKTI Papua Barat) dengan materi Peningkatan Kapasitas Peneliti M e l a l u i I n t e r k o n e k t i v i t a s Jaringan, Dr. Wilson M. A. Therik (Focal Point JiKTI Nusa Tenggara Timur) dengan materi Kolaborasi JiKTI dengan Lembaga Penelitian Daerah, Dr. Simon Pieter Soegijono, SE., M.Si (Focal Point JiKTI Maluku) dengan materi Tantangan JiKTI pada Pengembangan Knowledge Sector di Maluku, serta Caroline Tupamahu, Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI dengan materi tentang Peranan Intermediary Dalam Knowledge Sector Bagi Pembangunan.

BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114

Oleh RIO ABDUL FATAH

Disaat jeda, kegiatan menjadi semakin apik ketika Ariel dan Benda membawakan lagu-lagu yang berasal dari Kawasan Timur Indonesia. Setiap lagu yang dibawakan dipadu dengan irama gitar

dan biola yang sangat serasi, padu padan mencairkan suasana. Kegiatan berlanjut dengan memasuki sesi kedua dengan topik ”Eksposur Rekomendasi Kebijakan Hibah Penelit ian J iKTI” yang menghadirkan lima orang panelis. Mereka merupakan lima dari 14 orang para peneliti penerima hibah p e n e l i t i a n J i K T I , ya i t u Mo h . Taqiuddin, S.Pt., M.Si (JiKTI Nusa Tenggara Barat), Dr. Razak H. Umar S.Ag, M.Pd (JiKTI Gorontalo), Ir. Fe l e c i a P. Ad a m , M . S c ( J i K T I M a l u k u ) , M e s r i We l h e l m i n a

Nisriani Manafe (JiKTI Nusa Tenggara Timur), Daniel Yohanis Seseray, S.Pt., M.Sc (JiKTI Papua Barat). Diskusi panel tersebut dimoderatori oleh Luna Vidya Matulessy. Seperti halnya pada sesi pertama, pada sesi kedua ini pun cukup banyak yang melontarkan pertanyaan kepada panelis. Banyak peserta Simposium yang hadir sangat

Jangan biarkan Kawasan Timur

Indonesia bernyanyi dalam kesengsaraan,

dicampuradukkan oleh berbagai faktor

yang membingungkan masyarakat

Foto

Dok

. Yay

asan

BaK

TI

43 BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

antusias untuk menanyakan lebih jauh bagaimana hasil penelitian dari setiap penerima hibah. Kegiatan Simposium kemudian ditutup oleh Bapak Willi Toisuta selaku Ketua Pembina Yayasan BaKTI. Beliau menekankan betapa pentingnya konsep evidence based policy untuk pembangunan. Menurutnya, konsep tersebut dapat menjadi solusi pembangunan berkelanjutan di KTI, tidak hanya sekedar menghadirkan kebijakan namun pula memberikan perubahan yang lebih baik pada realitas ketimpangan yang ada. “Jangan biarkan Kawasan Timur Indonesia bernyanyi dalam kesengsaraan, dicampuradukkan oleh berbagai faktor yang membingungkan masyarakat” Beliau juga menegaskan bahwa penting bagi para peneliti untuk menghasilkan Policy Briefs dari

Nama Provinsi Judul Penelitian Asal Institusi

Bellytra Talarima, SKM.,M.Kes dan Ivy Violan Lawalata, SKM.,M.Kes

Maluku Pengaruh Determinan Sosial Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Primer Bagi Masyarakat Miskin Di Kota Ambon Provinsi Maluku (Kajian Epidemiologi Sosial)

F a k u l t a s K e s e h a t a n , U n i v e r s i t a s K r i s t e n Indonesia Maluku

D r . C h r i s t i a n a D e m a j a W i h e l m i n a S a h e r t i a n , S.PAK.M.Pd

Maluku Pengembangan RPP Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Berbasis Kurikulum 2013 Dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Sekolah Dasar di Ambon.

Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Ambon

Daftar peneliti penerima Hibah Penelitian JiKTI

Ir. Felecia P. Adam, M.Sc dan Ir. Semuel Limba, MS

Maluku Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Upaya M e n g e n t a s k a n K e m i s k i n a n D a n Membangun Harmonisasi Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Hutan Taman Nasional Manusela, Maluku Tengah

F a k u l t a s P e r t a n i a n , Universitas Pattimura

Syamsul Asri, S.IP.,M.Fil.I. Sulawesi Selatan

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba Dalam Menghentikan People Smuggling/Illegal Migration

Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar

Lingkan Eseter Tulung, S.Sos, M.PubPol dan Dr. Daud M. Liando

Sulawesi Utara

Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Universal Coverage di Kota Manado

FISIP, Universitas Sam Ratulangi

Josina Waromi, SP,M.SE PapuaBarat

Diversifikasi Mata Pencaharian Sebagai Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hidup (Kasus: Rumah Tangga yang Dipindahkan Secara Terpaksa Karena Bencana Tsunami di Kabupaten Manokwari)

Universitas Negeri Papua

Nama Provinsi Judul Penelitian Asal Institusi

Moh. Taqiuddin, M.Si NTB Risiko Bencana dan Ketangguhan Lokal: Studi Kasus Upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat di Kawasan Gunung Rinjani – Lombok Timur

P u s a t P e n e l i t i a n K e p e n d u d u k a n d a n Pembangunan Universitas Mataram

Adolof Ronsumbre, S.Sos.,M.A dan Marlon Arthur Huwae, S.S., M.MED

Papua Barat

Pemetaan Sumber dan Jenis Konflik di Propinsi Papua Barat (Studi Kasus: Kabupaten Manokwari)

F a k u l t a s S a s t r a d a n Antropologi, Universitas Negeri Papua

Andi Sumar Karman, S.Sos., M.A.

MalukuUtara

Orang Taliabu Di Pulau Taliabu: Kajian Sosial Budaya Dan Model Pemberdayaan B a g i P e n i n g k a t a n K e s e j a h t e r a a n Kehidupannya

F a k u l t a s S a s t r a d a n B u d a y a , U n i v e r s i t a s Khairun, Ternate

Daniel Yohanis Seseray, S.Pt., M.Sc

PapuaBarat

P e r s e p s i d a n E v a l u a s i T i n g k a t Keberhasilan Penertiban Hewan/Ternak Peliharaan Sesuai SK Bupati Manokwari No. 357 Tahun 2004 pada Peternak Babi di Kabupaten Manokwari

Fa k u l t a s P e t e r n a k a n , Universitas Negeri Papua

Jonni Marwa, S.Hut, M.Si PapuaBarat

Skema Pembagian Manfaat Sumber Daya Hutan Bagi Masyarakat Adat oleh Investasi Kehutanan di Papua Barat (Studi Kasus Kabupaten Teluk Bintuni)

Fa k u l t a s K e h u t a n a n , Universitas Negeri Papua

Dr. Razak H Umar, S.Ag. M.Pd Gorontalo Mengentaskan Kemiskinan Melalui Pengelolaan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Yang Baik dan Berkelanjutan di Provinsi Gorontalo

Lembaga Kajian Konflik & Pengelolaan Sumber Daya Alam IAIN Sultan Amai Gorontalo

Chairullah Amin, SE, M.Si MalukuUtara

Pengembangan Komoditas Unggulan Di Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Maluku Utara

F a k u l t a s E k o n o m i , U n i v e r s i t a s K h a i r u n , Ternate

penelitian yang dilakukan agar menjadi solusi konkret bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan. Hal ini menjadi alasan kuat untuk menguji kemampuan para peneliti dalam menginstitusionalisasi evidence yang mereka temukan. Pada poin inilah intermediary menjadi tidak dapat dipisahkan dari institusionalisasi. Pada sisi inilah JiKTI hadir mendorong semakin banyaknya pembangunan berdasar pada kebijakan yang sesuai dengan realitas di lapangan, evidence based policy di KTI.

Mesri Welhelmina Nisriani Manafe

NTT Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Bidang Strategis Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao

Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi mengenai kegiatan JiKTI dapat [email protected]

Segenap keluarga besar

Yayasan BaKTI dan Forum KTI

berduka cita yang mendalam atas berpulangnya

Bapak Ivan Hadar, Pokja Forum KTI.

Karya dan semangat beliau senantiasa menjadi

inspirasi kami.

Ivan Hadar 1951 - 2015

Dalam KenanganDalam Kenangan

43 BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

antusias untuk menanyakan lebih jauh bagaimana hasil penelitian dari setiap penerima hibah. Kegiatan Simposium kemudian ditutup oleh Bapak Willi Toisuta selaku Ketua Pembina Yayasan BaKTI. Beliau menekankan betapa pentingnya konsep evidence based policy untuk pembangunan. Menurutnya, konsep tersebut dapat menjadi solusi pembangunan berkelanjutan di KTI, tidak hanya sekedar menghadirkan kebijakan namun pula memberikan perubahan yang lebih baik pada realitas ketimpangan yang ada. “Jangan biarkan Kawasan Timur Indonesia bernyanyi dalam kesengsaraan, dicampuradukkan oleh berbagai faktor yang membingungkan masyarakat” Beliau juga menegaskan bahwa penting bagi para peneliti untuk menghasilkan Policy Briefs dari

Nama Provinsi Judul Penelitian Asal Institusi

Bellytra Talarima, SKM.,M.Kes dan Ivy Violan Lawalata, SKM.,M.Kes

Maluku Pengaruh Determinan Sosial Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Primer Bagi Masyarakat Miskin Di Kota Ambon Provinsi Maluku (Kajian Epidemiologi Sosial)

F a k u l t a s K e s e h a t a n , U n i v e r s i t a s K r i s t e n Indonesia Maluku

D r . C h r i s t i a n a D e m a j a W i h e l m i n a S a h e r t i a n , S.PAK.M.Pd

Maluku Pengembangan RPP Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Berbasis Kurikulum 2013 Dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Sekolah Dasar di Ambon.

Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Ambon

Daftar peneliti penerima Hibah Penelitian JiKTI

Ir. Felecia P. Adam, M.Sc dan Ir. Semuel Limba, MS

Maluku Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Upaya M e n g e n t a s k a n K e m i s k i n a n D a n Membangun Harmonisasi Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Hutan Taman Nasional Manusela, Maluku Tengah

F a k u l t a s P e r t a n i a n , Universitas Pattimura

Syamsul Asri, S.IP.,M.Fil.I. Sulawesi Selatan

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba Dalam Menghentikan People Smuggling/Illegal Migration

Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar

Lingkan Eseter Tulung, S.Sos, M.PubPol dan Dr. Daud M. Liando

Sulawesi Utara

Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Universal Coverage di Kota Manado

FISIP, Universitas Sam Ratulangi

Josina Waromi, SP,M.SE PapuaBarat

Diversifikasi Mata Pencaharian Sebagai Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hidup (Kasus: Rumah Tangga yang Dipindahkan Secara Terpaksa Karena Bencana Tsunami di Kabupaten Manokwari)

Universitas Negeri Papua

Nama Provinsi Judul Penelitian Asal Institusi

Moh. Taqiuddin, M.Si NTB Risiko Bencana dan Ketangguhan Lokal: Studi Kasus Upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat di Kawasan Gunung Rinjani – Lombok Timur

P u s a t P e n e l i t i a n K e p e n d u d u k a n d a n Pembangunan Universitas Mataram

Adolof Ronsumbre, S.Sos.,M.A dan Marlon Arthur Huwae, S.S., M.MED

Papua Barat

Pemetaan Sumber dan Jenis Konflik di Propinsi Papua Barat (Studi Kasus: Kabupaten Manokwari)

F a k u l t a s S a s t r a d a n Antropologi, Universitas Negeri Papua

Andi Sumar Karman, S.Sos., M.A.

MalukuUtara

Orang Taliabu Di Pulau Taliabu: Kajian Sosial Budaya Dan Model Pemberdayaan B a g i P e n i n g k a t a n K e s e j a h t e r a a n Kehidupannya

F a k u l t a s S a s t r a d a n B u d a y a , U n i v e r s i t a s Khairun, Ternate

Daniel Yohanis Seseray, S.Pt., M.Sc

PapuaBarat

P e r s e p s i d a n E v a l u a s i T i n g k a t Keberhasilan Penertiban Hewan/Ternak Peliharaan Sesuai SK Bupati Manokwari No. 357 Tahun 2004 pada Peternak Babi di Kabupaten Manokwari

Fa k u l t a s P e t e r n a k a n , Universitas Negeri Papua

Jonni Marwa, S.Hut, M.Si PapuaBarat

Skema Pembagian Manfaat Sumber Daya Hutan Bagi Masyarakat Adat oleh Investasi Kehutanan di Papua Barat (Studi Kasus Kabupaten Teluk Bintuni)

Fa k u l t a s K e h u t a n a n , Universitas Negeri Papua

Dr. Razak H Umar, S.Ag. M.Pd Gorontalo Mengentaskan Kemiskinan Melalui Pengelolaan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Yang Baik dan Berkelanjutan di Provinsi Gorontalo

Lembaga Kajian Konflik & Pengelolaan Sumber Daya Alam IAIN Sultan Amai Gorontalo

Chairullah Amin, SE, M.Si MalukuUtara

Pengembangan Komoditas Unggulan Di Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Maluku Utara

F a k u l t a s E k o n o m i , U n i v e r s i t a s K h a i r u n , Ternate

penelitian yang dilakukan agar menjadi solusi konkret bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan. Hal ini menjadi alasan kuat untuk menguji kemampuan para peneliti dalam menginstitusionalisasi evidence yang mereka temukan. Pada poin inilah intermediary menjadi tidak dapat dipisahkan dari institusionalisasi. Pada sisi inilah JiKTI hadir mendorong semakin banyaknya pembangunan berdasar pada kebijakan yang sesuai dengan realitas di lapangan, evidence based policy di KTI.

Mesri Welhelmina Nisriani Manafe

NTT Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Bidang Strategis Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao

Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi mengenai kegiatan JiKTI dapat [email protected]

Segenap keluarga besar

Yayasan BaKTI dan Forum KTI

berduka cita yang mendalam atas berpulangnya

Bapak Ivan Hadar, Pokja Forum KTI.

Karya dan semangat beliau senantiasa menjadi

inspirasi kami.

Ivan Hadar 1951 - 2015

Dalam KenanganDalam Kenangan

5 6BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

(terutama polisi dan jaksa) sebagai sumber b e r i t a , s e h i n g g a perspektif pemberitaan t i d a k m e l i n d u n g i korban, namun bahkan menghakimi korban. Umumnya jurnalis dan media tidak melihat p e r e m p u a n d a n ke m i s k i n a n s e b aga i berita yang menarik dan b e r n i l a i j u a l . J i k a p e r e m p u a n d a n kemiskinan menjadi b e r i t a , p e r s p e k t i f jurnalis dan media tidak mampu meneropong dari sisi ketidakadilan d a n d i s k r i m i n a s i . Berita-berita terkait

perempuan bahkan bias dan—entah disadari atau tidak—ikut meneguhkan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap perempuan. Sementara berita mengenai anggota parlemen perempuan (APP) umumnya berupa berita serimoni parlemen (DPR/DPRD), seperti berita mengenai kunjungan kerja parlemen, yang menyelipkan nama APP di dalam berita atau tulisan. Sementara berita-berita parlemen yang prestisius seperti pansus (panitia khusus), panja (panitia kerja), dan rapat badan anggaran sulit sekali menjadi berita dan arena bagi APP. APP yang menjadi narasumber berita sangat terbatas, bukan hanya karena jumlah APP yang terbatas atau karena tidak berani menjadi narasumber berita, tetapi juga stereotipe terhadap APP, yang dianggap sebagai tidak layak atau tidak mampu menjadi narasumber berita. Padahal anggota parlemen laki-laki (APL) yang mayoritas pun, hanya sedikit sekali berani menjadi narasumber berita, dan itu-itu saja. Di sisi lain, APP mempunyai keterbatasan

Wacana mengenai perempuan dan kemiskinan Posisi media yang sangat urgen oleh beberapa pemikir pembangunan menempatkan media s e b a ga i s a l a h s a t u p i l a r p e n t i n g d a l a m pembangunan. Pembangunan tidak hanya soal meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, tetapi juga soal kebebasan pers (media massa) dan kesetaraan perempuan dan laki-laki, atau kesetaraan gender (Sen, 1999; Nugroho, 2008). Pengalaman mengajarkan, media dapat mencegah dan memutus praktik pembangunan yang diskriminatif, tetapi di sisi lain media juga dapat berlaku diskriminatif terhadap etnis, jenis kelamin, agama, dan kelompok tertentu. Studi yang dilakukan oleh Yayasan BaKTI untuk Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) menemukan berbagai pemberitaan yang tidak menguntungkan, bahkan mendiskriminasi perempuan. Berita-berita mengenai perempuan umumnya berupa berita seksis, seperti pemerkosaan, pelecehan, dan pencabulan yang menjadikan aparat hukum

Pengalaman Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) dalam pertukaran pengetahuan di Kawasan Timur Indonesia memberi pelajaran bahwa kerjasama dengan media massa dan jurnalis sangat strategis. Tidak hanya untuk

kepentingan penyebaran pengetahuan dan informasi serta praktik cerdas, tetapi juga untuk kepentingan advokasi untuk perubahan kebijakan yang memihak pada kepentingan publik. Media mempunyai posisi yang sangat kuat dalam memengaruhi persepsi publik, karenanya juga dapat memengaruhi perubahan kebijakan di berbagai tingkat pemerintahan. Demikian pula pengambil kebijakan, tentu mempunyai kepentingan terhadap media, baik untuk menjelaskan kebijakan yang dibuat, maupun untuk mengukur sikap publik terhadap kebijakan tersebut.

Oleh CAROLINE TUPAMAHU

Media, Jurnalis,

dan Perempuan

Ibu Caroline Tumapahu saat tampil sebagai pembicara pada event Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan.

Ilustrasi FG

5 6BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

(terutama polisi dan jaksa) sebagai sumber b e r i t a , s e h i n g g a perspektif pemberitaan t i d a k m e l i n d u n g i korban, namun bahkan menghakimi korban. Umumnya jurnalis dan media tidak melihat p e r e m p u a n d a n ke m i s k i n a n s e b aga i berita yang menarik dan b e r n i l a i j u a l . J i k a p e r e m p u a n d a n kemiskinan menjadi b e r i t a , p e r s p e k t i f jurnalis dan media tidak mampu meneropong dari sisi ketidakadilan d a n d i s k r i m i n a s i . Berita-berita terkait

perempuan bahkan bias dan—entah disadari atau tidak—ikut meneguhkan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap perempuan. Sementara berita mengenai anggota parlemen perempuan (APP) umumnya berupa berita serimoni parlemen (DPR/DPRD), seperti berita mengenai kunjungan kerja parlemen, yang menyelipkan nama APP di dalam berita atau tulisan. Sementara berita-berita parlemen yang prestisius seperti pansus (panitia khusus), panja (panitia kerja), dan rapat badan anggaran sulit sekali menjadi berita dan arena bagi APP. APP yang menjadi narasumber berita sangat terbatas, bukan hanya karena jumlah APP yang terbatas atau karena tidak berani menjadi narasumber berita, tetapi juga stereotipe terhadap APP, yang dianggap sebagai tidak layak atau tidak mampu menjadi narasumber berita. Padahal anggota parlemen laki-laki (APL) yang mayoritas pun, hanya sedikit sekali berani menjadi narasumber berita, dan itu-itu saja. Di sisi lain, APP mempunyai keterbatasan

Wacana mengenai perempuan dan kemiskinan Posisi media yang sangat urgen oleh beberapa pemikir pembangunan menempatkan media s e b a ga i s a l a h s a t u p i l a r p e n t i n g d a l a m pembangunan. Pembangunan tidak hanya soal meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, tetapi juga soal kebebasan pers (media massa) dan kesetaraan perempuan dan laki-laki, atau kesetaraan gender (Sen, 1999; Nugroho, 2008). Pengalaman mengajarkan, media dapat mencegah dan memutus praktik pembangunan yang diskriminatif, tetapi di sisi lain media juga dapat berlaku diskriminatif terhadap etnis, jenis kelamin, agama, dan kelompok tertentu. Studi yang dilakukan oleh Yayasan BaKTI untuk Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) menemukan berbagai pemberitaan yang tidak menguntungkan, bahkan mendiskriminasi perempuan. Berita-berita mengenai perempuan umumnya berupa berita seksis, seperti pemerkosaan, pelecehan, dan pencabulan yang menjadikan aparat hukum

Pengalaman Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) dalam pertukaran pengetahuan di Kawasan Timur Indonesia memberi pelajaran bahwa kerjasama dengan media massa dan jurnalis sangat strategis. Tidak hanya untuk

kepentingan penyebaran pengetahuan dan informasi serta praktik cerdas, tetapi juga untuk kepentingan advokasi untuk perubahan kebijakan yang memihak pada kepentingan publik. Media mempunyai posisi yang sangat kuat dalam memengaruhi persepsi publik, karenanya juga dapat memengaruhi perubahan kebijakan di berbagai tingkat pemerintahan. Demikian pula pengambil kebijakan, tentu mempunyai kepentingan terhadap media, baik untuk menjelaskan kebijakan yang dibuat, maupun untuk mengukur sikap publik terhadap kebijakan tersebut.

Oleh CAROLINE TUPAMAHU

Media, Jurnalis,

dan Perempuan

Ibu Caroline Tumapahu saat tampil sebagai pembicara pada event Konferensi Nasional Perempuan Inspirasi Perubahan.

Ilustrasi FG

7 8

INFORMASI LEBIH LANJUT

BaKTINews BaKTINews

Tulisan ini merupakan pengembangan presentasi yang disampaikan pada Konferensi Nasional Perempuan Inspiratif di Gedung Nusantara IV DPR RI, Jakarta 20-21 Mei 2015. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai Program MAMPU-BaKTI, Anda dapat menghubungi kami melalui email [email protected]

mengenai persoalan sosial kemasyarakatan khususnya terkait tema MAMPU dan kemiskinan untuk menyuarakannya kepada pengambil kebijakan. Sementara strategi yang digunakan dalam pembentukan forum media adalah pendekatan secara personal kepada jurnalis yang visioner, independen, dan berkomitmen, serta pendekatan melalui kelembagaan media masing-masing jurnalis. Dalam kurun waktu lebih dari dua tahun, beberapa capaian cukup menggembirakan, sekalipun untuk megukur capaian tersebut diperlukan pengukuran indikator yang lebih

dalam mengindentifikasi dan mengemas isu agar menarik bagi jurnalis dan media. Karena itu, ketidakberanian APP menjadi narasumber berita bukan hanya soal tidak berani tampil dan berbicara di depan jurnalis, tetapi juga soal yang sangat m e n d a s a r, t e r k a i t d e n g a n k e m a m p u a n mengidentifikasi dan mengemas isu. Faktor ini juga merupakan kelemahan umum yang dialami oleh APL. Dan jangan lupa! Media massa bukan hanya soal berita, tulisan, dan gambar, tetapi juga soal paradigma dan perspektif jurnalis. Demikian pula informasi dan pengetahuan, keduanya bukanlah sesuatu yang berada di ruang hampa, melainkan berada di arena pertarungan wacana. Banyak sekali pihak mempunyai kepentingan dalam pertarungan wacana, karenanya wacana mengenai perempuan dan kemiskinan selalu tersisih oleh kekuasaan patriarkis, dalam politik, ekonomi, dan sosial-budaya.

BaKTI sebagai Penghubung Sejak akhir 2012 Yayasan BaKTI sebagai mitra untuk program MAMPU fokus pada penguatan kapasitas APP untuk menghasilkan kebijakan yang memihak kemiskinan (pro poor) dan tanggap (responsive) gender. BaKTI berprogram di Kota Ambon (Maluku), Kabupaten Bone, Tana Toraja, Maros, dan Kota Pare-Pare (Sulawesi Selatan), Kota Kendari (Sulawesi Tenggara), Kota Mataram dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), dan Kabupaten Belu (Nusa Tenggara Timur) Salah satu outcome yang diharapkan dicapai oleh program tersebut adalah meningkatnya wacana publik mengenai 5 (lima) isu MAMPU, yaitu : (1) meningkatkan akses perempuan terhadap program-program perlindungan sosial; (2) meningkatkan akses perempuan pada pekerjaan serta menghilangkan diskriminasi di tempat kerja; (3) memperbaiki kondisi untuk migrasi tenaga kerja perempuan ke luar negeri; (4) memperkuat kepemimpinan perempuan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi; dan (5) memperkuat kepemimpinan perempuan dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan. Karena itu, BaKTI menjadi penghubung (intermediary), terutama antara media dan APP. Ini terkait dengan mandat BaKTI sebagai lembaga yang menjembatani terjadinya pertukaran pengetahuan. Untuk sampai pada tujuan tersebut, BaKTI memfasilitasi terciptanya lingkungan yang memungkinan (enabling environment) bagi setiap pihak untuk dapat bertukar pengetahuan. Ini termasuk melakukan berbagai pelatihan dan diskusi yang dibutuhkan masing-masing pihak.

BaKTI memfasilitasi pertukaran pengetahuan dengan mengelola jaringan forum media, kelompok konstituen, dan anggota parlemen perempuan, mengelola media komunikasi : Pintar MAMPU, BaKTINews, batukarinfo, dan mengelola event pertukaran pengetahuan seperti diskusi praktik cerdas, diskusi media, dan inspirasi BaKTI. Forum media menjadi penting karena dapat memerankan setidaknya dua fungsi, yaitu : pertama, fungsi kontrol kepada pemerintah dan parlemen (DPRD) untuk mengoptimalkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing dalam menjalankan kebijakan yang pro poor dan pro gender. Kedua, fungsi membangun wacana

mendalam. Sebagai contoh, pemberitaan terkait tema-tema yang berhubungan dengan tema MAMPU, isu gender, masalah perempuan dan kemiskinan menjadi wacana publik di tingkat kabupaten/kota. Demikian pula publikasi kegiatan mitra melalui berbagai media mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media juga menjadi media pressure dalam mendorong pengambil kebijakan untuk membuat kebijakan yang berpihak dan perempuan dan masyarakat miskin. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tindak lanjut dari Pemerintah Kabupaten Bone terkait dengan penyusunan database k e m i s k i n a n . S e h i n g g a p e m d a ke m u d i a n membentuk sebuah Pusat Data Kabupaten Bone dimana database kemiskinan yang telah divalidasi a k a n d i m a s u k k a n d a l a m P P L S ( P ro g ra m Penyelenggaraan Perlindungan Sosial) 2015. Data ini pun akan mendukung revisi Peraturan Daerah ( Pe rd a ) S i ste m Kes e h at a n Dae ra h , Pe rd a Pendidikan Gratis dan penyempurnaan strategi penanggulangan kemiskinan daerah. Ke depan diharapkan publikasi media memuat pemberitaan mengenai pendapat anggota parlemen dan pemerintah terkait dengan tema MAMPU yang mengikat komitmen untuk segera menindaklanjuti dalam bentuk aksi nyata untuk mengatasi permasalahan yang diwacanakan media. Sehingga pemberitaan tersebut mendorong p e m e r i n t a h d a n l e g i s l at i f u n t u k s e g e ra menindaklanjutinya. Pemberitaan media mengenai perempuan dan kemiskinan juga diharapkan menggunakan perspektif gender, keadilan, dan HAM (hak asasi manusia). Perlu digarisbawahi bahwa, berita mengenai perempuan bukan soal siapa dan di mana perempuan itu berada, tetapi soal siapa yang menulis dan media yang memuatnya.

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Ilustrasi FG

7 8

INFORMASI LEBIH LANJUT

BaKTINews BaKTINews

Tulisan ini merupakan pengembangan presentasi yang disampaikan pada Konferensi Nasional Perempuan Inspiratif di Gedung Nusantara IV DPR RI, Jakarta 20-21 Mei 2015. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai Program MAMPU-BaKTI, Anda dapat menghubungi kami melalui email [email protected]

mengenai persoalan sosial kemasyarakatan khususnya terkait tema MAMPU dan kemiskinan untuk menyuarakannya kepada pengambil kebijakan. Sementara strategi yang digunakan dalam pembentukan forum media adalah pendekatan secara personal kepada jurnalis yang visioner, independen, dan berkomitmen, serta pendekatan melalui kelembagaan media masing-masing jurnalis. Dalam kurun waktu lebih dari dua tahun, beberapa capaian cukup menggembirakan, sekalipun untuk megukur capaian tersebut diperlukan pengukuran indikator yang lebih

dalam mengindentifikasi dan mengemas isu agar menarik bagi jurnalis dan media. Karena itu, ketidakberanian APP menjadi narasumber berita bukan hanya soal tidak berani tampil dan berbicara di depan jurnalis, tetapi juga soal yang sangat m e n d a s a r, t e r k a i t d e n g a n k e m a m p u a n mengidentifikasi dan mengemas isu. Faktor ini juga merupakan kelemahan umum yang dialami oleh APL. Dan jangan lupa! Media massa bukan hanya soal berita, tulisan, dan gambar, tetapi juga soal paradigma dan perspektif jurnalis. Demikian pula informasi dan pengetahuan, keduanya bukanlah sesuatu yang berada di ruang hampa, melainkan berada di arena pertarungan wacana. Banyak sekali pihak mempunyai kepentingan dalam pertarungan wacana, karenanya wacana mengenai perempuan dan kemiskinan selalu tersisih oleh kekuasaan patriarkis, dalam politik, ekonomi, dan sosial-budaya.

BaKTI sebagai Penghubung Sejak akhir 2012 Yayasan BaKTI sebagai mitra untuk program MAMPU fokus pada penguatan kapasitas APP untuk menghasilkan kebijakan yang memihak kemiskinan (pro poor) dan tanggap (responsive) gender. BaKTI berprogram di Kota Ambon (Maluku), Kabupaten Bone, Tana Toraja, Maros, dan Kota Pare-Pare (Sulawesi Selatan), Kota Kendari (Sulawesi Tenggara), Kota Mataram dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), dan Kabupaten Belu (Nusa Tenggara Timur) Salah satu outcome yang diharapkan dicapai oleh program tersebut adalah meningkatnya wacana publik mengenai 5 (lima) isu MAMPU, yaitu : (1) meningkatkan akses perempuan terhadap program-program perlindungan sosial; (2) meningkatkan akses perempuan pada pekerjaan serta menghilangkan diskriminasi di tempat kerja; (3) memperbaiki kondisi untuk migrasi tenaga kerja perempuan ke luar negeri; (4) memperkuat kepemimpinan perempuan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi; dan (5) memperkuat kepemimpinan perempuan dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan. Karena itu, BaKTI menjadi penghubung (intermediary), terutama antara media dan APP. Ini terkait dengan mandat BaKTI sebagai lembaga yang menjembatani terjadinya pertukaran pengetahuan. Untuk sampai pada tujuan tersebut, BaKTI memfasilitasi terciptanya lingkungan yang memungkinan (enabling environment) bagi setiap pihak untuk dapat bertukar pengetahuan. Ini termasuk melakukan berbagai pelatihan dan diskusi yang dibutuhkan masing-masing pihak.

BaKTI memfasilitasi pertukaran pengetahuan dengan mengelola jaringan forum media, kelompok konstituen, dan anggota parlemen perempuan, mengelola media komunikasi : Pintar MAMPU, BaKTINews, batukarinfo, dan mengelola event pertukaran pengetahuan seperti diskusi praktik cerdas, diskusi media, dan inspirasi BaKTI. Forum media menjadi penting karena dapat memerankan setidaknya dua fungsi, yaitu : pertama, fungsi kontrol kepada pemerintah dan parlemen (DPRD) untuk mengoptimalkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing dalam menjalankan kebijakan yang pro poor dan pro gender. Kedua, fungsi membangun wacana

mendalam. Sebagai contoh, pemberitaan terkait tema-tema yang berhubungan dengan tema MAMPU, isu gender, masalah perempuan dan kemiskinan menjadi wacana publik di tingkat kabupaten/kota. Demikian pula publikasi kegiatan mitra melalui berbagai media mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media juga menjadi media pressure dalam mendorong pengambil kebijakan untuk membuat kebijakan yang berpihak dan perempuan dan masyarakat miskin. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tindak lanjut dari Pemerintah Kabupaten Bone terkait dengan penyusunan database k e m i s k i n a n . S e h i n g g a p e m d a ke m u d i a n membentuk sebuah Pusat Data Kabupaten Bone dimana database kemiskinan yang telah divalidasi a k a n d i m a s u k k a n d a l a m P P L S ( P ro g ra m Penyelenggaraan Perlindungan Sosial) 2015. Data ini pun akan mendukung revisi Peraturan Daerah ( Pe rd a ) S i ste m Kes e h at a n Dae ra h , Pe rd a Pendidikan Gratis dan penyempurnaan strategi penanggulangan kemiskinan daerah. Ke depan diharapkan publikasi media memuat pemberitaan mengenai pendapat anggota parlemen dan pemerintah terkait dengan tema MAMPU yang mengikat komitmen untuk segera menindaklanjuti dalam bentuk aksi nyata untuk mengatasi permasalahan yang diwacanakan media. Sehingga pemberitaan tersebut mendorong p e m e r i n t a h d a n l e g i s l at i f u n t u k s e g e ra menindaklanjutinya. Pemberitaan media mengenai perempuan dan kemiskinan juga diharapkan menggunakan perspektif gender, keadilan, dan HAM (hak asasi manusia). Perlu digarisbawahi bahwa, berita mengenai perempuan bukan soal siapa dan di mana perempuan itu berada, tetapi soal siapa yang menulis dan media yang memuatnya.

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Ilustrasi FG

9 10BaKTINews BaKTINews

Oleh ANGEL MANEMBU dan ANDI MARIATTANG

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Berbagi Pembelajaran dari Partisipasi dalam Konferensi Internasional

Konferensi Kemiskinan dan Perlindungan Sosial Ms. Shazia Omar dari Bangladesh berbagi dalam sebuah presentasi menarik mengenai penggunaan ICT untuk keluar dari kemiskinan. Aplikasi ini dapat diinstal yang ditujukan bagi sebagian besar masyarakat di Bangladesh. Metode ini bertujuan untuk menggali masukan dari masayarakat secara lebih cepat dan mampu menghemat biaya penelitian dan analisis. Pembelajaran terkait isu kemiskinan dan perlindungan sosial juga datang dari seorang ilmuwan, Mr Dennis Stuebing dari Kanada. Beliau melakukan penelitian di Sekolah Internasional di Macao terkait pandangan anak-anak terhadap perubahan iklim yang kemudian dinamakan photovoice. Anak-anak SMA ini diajak untuk mengambil foto sehubungan dengan persoalan lingkungan di sekitarnya. Dari aktivitas ini menunjukkan adanya perhatian anak-anak terhadap persoalan lingkungan seperti polusi udara, sampah dan lainnya. Hasilnya foto-foto ini kemudian tersebar melalui sosial media yang kemudian menjadi perhatian bersama. Pembelajaran juga datang dari seorang ahli fotografi pembangunan dari Jerman, Sabina von Kessel. Judul presentasinya adalah What do you see? The role of Visual Communication Design to

Peserta yang hadir dalam konferensi ini juga berperan sebagai narasumber. Mereka berasal dari beragam latar belakang yang berbeda, seperti akademisi, pelaku ekonomi, NGO, dan peneliti. Angel Manembu dari Konsorsium hadir mewakili Indonesia dan menyajikan presentasi 'Belajar dari Praktik Cerdas Perempuan Miskin dalam Mengubah Kebijakan Pengentasan Kemiskinan'. Beliau mengungkapkan beragam fakta yang ditemukan di lapangan mengenai ketangguhan perempuan miskin dalam menghadapi kesulitan hidup. Sebagai contoh adalah perempuan di Kawasan Timur Indonesia, seperti di Ende, Manggarai Timur dan Alor. Mereka mampu bertahan hidup di tengah kondisi masyarakatnya meski tidak mendapatkan inter vensi dari pemerintah. A n g e l M a n e m b u j u ga m e nya m p a i k a n presentasi mengenai konsep Desa Ramah Perempuan (DRP) yang mulai disosialisasikan di desa-desa. Konsep ini diintegrasikan dalam lomba desa yang dilaksanakan secara rutin oleh pemerintah. Konsorsium juga mendorong desa-desa menerapkan DRP dengan merancang kompetisi desa yang bertajuk Festival Desa Sayang Perempuan. Program yang didukung oleh MAMPU ini, dijalankan di 3 Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ilustrasi FG

omorrow People Organization telah menyelenggarakan Konferensi Kemiskinan dan TPerlindungan Sosial pada tanggal 9-11 Maret 2015 lalu yang dilanjutkan dengan Konferensi Pengembangan Pedesaan pada tanggal 12-14 Maret 2015 di Bangkok,

Thailand. Konferensi ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari sejumlah negara, khususnya negara berkembang di Asia dan Afrika. Angel Manembu bersama Andi Mariattang, Konsorsium Global Concern and KOPEL (GCK) hadir atas dukungan Program MAMPU Indonesia. Konsorsium Global Concern and KOPEL memberikan presentasi mengenai inovasi yang dilakukan terkait dana inovasi dari Program MAMPU. Konferensi ini bertujuan mempertemukan para aktivis, akademisi dan pemerintah yang memiliki banyak pengalaman di negaranya untuk dapat saling berbagi dan berinteraksi. Dengan harapan adanya terobosan baru dalam upaya pengentasan kemiskinan yang memperhatikan karakteristik sosial budaya masing-masing negara.

9 10BaKTINews BaKTINews

Oleh ANGEL MANEMBU dan ANDI MARIATTANG

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Berbagi Pembelajaran dari Partisipasi dalam Konferensi Internasional

Konferensi Kemiskinan dan Perlindungan Sosial Ms. Shazia Omar dari Bangladesh berbagi dalam sebuah presentasi menarik mengenai penggunaan ICT untuk keluar dari kemiskinan. Aplikasi ini dapat diinstal yang ditujukan bagi sebagian besar masyarakat di Bangladesh. Metode ini bertujuan untuk menggali masukan dari masayarakat secara lebih cepat dan mampu menghemat biaya penelitian dan analisis. Pembelajaran terkait isu kemiskinan dan perlindungan sosial juga datang dari seorang ilmuwan, Mr Dennis Stuebing dari Kanada. Beliau melakukan penelitian di Sekolah Internasional di Macao terkait pandangan anak-anak terhadap perubahan iklim yang kemudian dinamakan photovoice. Anak-anak SMA ini diajak untuk mengambil foto sehubungan dengan persoalan lingkungan di sekitarnya. Dari aktivitas ini menunjukkan adanya perhatian anak-anak terhadap persoalan lingkungan seperti polusi udara, sampah dan lainnya. Hasilnya foto-foto ini kemudian tersebar melalui sosial media yang kemudian menjadi perhatian bersama. Pembelajaran juga datang dari seorang ahli fotografi pembangunan dari Jerman, Sabina von Kessel. Judul presentasinya adalah What do you see? The role of Visual Communication Design to

Peserta yang hadir dalam konferensi ini juga berperan sebagai narasumber. Mereka berasal dari beragam latar belakang yang berbeda, seperti akademisi, pelaku ekonomi, NGO, dan peneliti. Angel Manembu dari Konsorsium hadir mewakili Indonesia dan menyajikan presentasi 'Belajar dari Praktik Cerdas Perempuan Miskin dalam Mengubah Kebijakan Pengentasan Kemiskinan'. Beliau mengungkapkan beragam fakta yang ditemukan di lapangan mengenai ketangguhan perempuan miskin dalam menghadapi kesulitan hidup. Sebagai contoh adalah perempuan di Kawasan Timur Indonesia, seperti di Ende, Manggarai Timur dan Alor. Mereka mampu bertahan hidup di tengah kondisi masyarakatnya meski tidak mendapatkan inter vensi dari pemerintah. A n g e l M a n e m b u j u ga m e nya m p a i k a n presentasi mengenai konsep Desa Ramah Perempuan (DRP) yang mulai disosialisasikan di desa-desa. Konsep ini diintegrasikan dalam lomba desa yang dilaksanakan secara rutin oleh pemerintah. Konsorsium juga mendorong desa-desa menerapkan DRP dengan merancang kompetisi desa yang bertajuk Festival Desa Sayang Perempuan. Program yang didukung oleh MAMPU ini, dijalankan di 3 Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ilustrasi FG

omorrow People Organization telah menyelenggarakan Konferensi Kemiskinan dan TPerlindungan Sosial pada tanggal 9-11 Maret 2015 lalu yang dilanjutkan dengan Konferensi Pengembangan Pedesaan pada tanggal 12-14 Maret 2015 di Bangkok,

Thailand. Konferensi ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari sejumlah negara, khususnya negara berkembang di Asia dan Afrika. Angel Manembu bersama Andi Mariattang, Konsorsium Global Concern and KOPEL (GCK) hadir atas dukungan Program MAMPU Indonesia. Konsorsium Global Concern and KOPEL memberikan presentasi mengenai inovasi yang dilakukan terkait dana inovasi dari Program MAMPU. Konferensi ini bertujuan mempertemukan para aktivis, akademisi dan pemerintah yang memiliki banyak pengalaman di negaranya untuk dapat saling berbagi dan berinteraksi. Dengan harapan adanya terobosan baru dalam upaya pengentasan kemiskinan yang memperhatikan karakteristik sosial budaya masing-masing negara.

11 12BaKTINews BaKTINews

Angel Manembu (Direktur Konsorsium GCK) dan Andi Mariattang (SPO Konsorsium GCK)Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ini silahkan menghubungi penulis di [email protected]

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

konsep belajar dari perempuan miskin dan kontribusinya terhadap kebijakan nasional

Konferensi Pembangunan Pedesaan Berdasarkan pengalaman Dr. DF Meyer dari N o r t h We s t U n i v e r s i t y, A f r i k a S e l a t a n menyarankan bahwa dalam pembangunan desa yang diperlukan adalah menciptakan lapangan pekerjaan. Di Afrika Selatan, posisi perempuan di parlemen cukup tinggi karena terdiri dari 50% perempuan. Perempuan diberikan prioritas untuk mendapatkan pekerjaan. Bahkan jika ada kandidat dengan kualitas yang sama, maka prioritas harus diberikan kepada perempuan berkulit hitam. Walaupun demikian, Afrika Selatan mempunyai kemiskinan yang tinggi yang disebabkan oleh lemahnya implementasi program-program penanggulangan kemiskinan. Hak tanah diberikan kepada masyarakat dari para pemilik tanah yang dulunya mempunyai tanah ribuan hektar. Sebaliknya di Cina, tanah dimiliki oleh Negara. Banyak penduduk Cina yang pergi ke daerah perkotaan untuk mendapatkan penghasilan. Sehingga pedesaan mempunyai banyak rumah kosong dan dihuni kebanyakan oleh orang tua. Mr. Ali Cheshmehzangi meneliti ini sebagai thesis PhD-nya pada The University of Nottingham Ningbo, China. Brandon Mackinnon dari Algoma University, Ontario, Canada berbagi pengalaman melalui presentasinya yang berjudul Extreme Dollar: Community Currency and Economic Development

Promote Positive Change for Unorganized Workers i n K a r n a t a k a , I n d i a . P r e s e n t a s i i n i menggambarkan bagaimana peran desain komunikasi visual dalam mempromosikan perubahan positif bagi pekerja terorganisir di Karnataka, India. Beliau mengajak untuk menyampaikan pesan melalui foto, karena menurutnya banyak keputusan dibuat karena foto yang tepat dan bukan hanya karena argumen yang akurat. Ini menarik bagi Mitra MAMPU untuk dapat menyampaikan sebuah pesan melalui foto yang dapat disebut foto berbicara untuk perubahan. Hal menarik yang juga dibagikan peserta adalah terkait kegagalan MDGs karena persoalan sosial inklusi yang tidak diterapkan. Ms. Sian Arulanantham dari Inggris, menyatakan bahwa perempuan miskin, mereka yang cacat, dan termarginalkan yang tidak dilibatkan dalam pembangunan. Sehingga dari presentasinya, beliau juga membagikan sepuluh tips bagi pembangunan inklusif dengan melibatkan berbagai pihak di dalamnya. Bagi mitra MAMPU, perempuan juga memiliki peran dalam mencegah konflik dengan membawa perdamaian. Konflik di sebuah Negara dengan beragam perbedaan seperti Indonesia hanya akan memicu kemiskinan yang kronis. Di sisi lain, penting bagi mitra MAMPU untuk belajar akan peran perempuan sebagai pembawa perdamaian di tengah konflik. Konsorsium mempresentasikan mengenai prototype yang menjelaskan tentang

in Manitouwadge, Ontario. Beberapa desa di Kanada menciptakan sebuah mata uang lokal untuk digunakan berbelanja. Hal ini berdampak pada masyarakat menjadi lebih senang dan bangga membelanjakan uangnya untuk membeli produk-produk desanya. Sebuah pengalaman menarik juga dibagikan oleh Prof. Dr. Bulent Gulcubuk dari Departemen Ekonomi Pertanian, Universitas Ankara, Turki. Beliau menjelaskan terkait pembangunan pedesaan yang dijalankan atas dasar kerjasama antara pemerintah, lembaga donor serta LSM. B e rd a s a r k a n p e n ga l a m a n nya i n i , b e l i a u menunjukkan bahwa untuk mencapai sebuah keberhasilan pembangunan di pedesaan, perlu adanya sebuah program khusus untuk anak muda dan anak-anak. Beliau juga menyatakan bahwa sebuah proyek tanpa partisipasi yang efisien dari berbagai pihak tidak akan berjalan lancar. Industri pedesaan pada dasarnya membutuhkan banyak partisipasi berbagai pihak sehubungan dengan koordinasi antar sektor yang bekerja di pedesaan. Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) perlu diterapkan dalam mendukung hal ini. Selain itu pengalaman negara ini juga memperlihatkan bahwa perlu adanya faktor-faktor sosial dalam program pembangunan pedesaan, seperti kesehatan, perlindungan anak, lingkungan, n u t r i s i , s e r t a p e n d i d i k a n p e r e m p u a n . Pendekatannya harus berpusat pada manusia dan peka terhadap lingkungan.

Pada konferensi kedua ini, Konsorsium menjelaskan mengenai prototype 1 dimana Desa Ramah perempuan bisa berkonstribusi sebagai solusi untuk pembangunan pedesaan. Hal ini dikarenakan dapat menyentuh pihak yang paling rentan, yaitu perempuan miskin.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Rural Development Conference 2015 bertujuan sebagai sebuah forum, diskusi, dan ruang untuk berjejaring bagi para akademisi, peneliti, profesional, administrator, pakar pendidikan, pengambil kebijakan, perwakilan industri, dan mahasiswa.Rural Development Conference diorganisir oleh Tomorrow People Organization, sebuah organisasi non profit yang didedikasikan untuk mendukung para individu mendapatkan edukasi, memiliki kesadaran global, serta berkomitmen untuk menghadirkan perubahan di dunia. Dengan memotivasi banyak orang untuk mengembangkan ide-ide baru dan mengajarkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide tersebut, organisasi ini menciptakan generasi baru yang bertanggung jawab dan pemimpin masa depan masyarakat global yang sukses.

11 12BaKTINews BaKTINews

Angel Manembu (Direktur Konsorsium GCK) dan Andi Mariattang (SPO Konsorsium GCK)Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ini silahkan menghubungi penulis di [email protected]

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

konsep belajar dari perempuan miskin dan kontribusinya terhadap kebijakan nasional

Konferensi Pembangunan Pedesaan Berdasarkan pengalaman Dr. DF Meyer dari N o r t h We s t U n i v e r s i t y, A f r i k a S e l a t a n menyarankan bahwa dalam pembangunan desa yang diperlukan adalah menciptakan lapangan pekerjaan. Di Afrika Selatan, posisi perempuan di parlemen cukup tinggi karena terdiri dari 50% perempuan. Perempuan diberikan prioritas untuk mendapatkan pekerjaan. Bahkan jika ada kandidat dengan kualitas yang sama, maka prioritas harus diberikan kepada perempuan berkulit hitam. Walaupun demikian, Afrika Selatan mempunyai kemiskinan yang tinggi yang disebabkan oleh lemahnya implementasi program-program penanggulangan kemiskinan. Hak tanah diberikan kepada masyarakat dari para pemilik tanah yang dulunya mempunyai tanah ribuan hektar. Sebaliknya di Cina, tanah dimiliki oleh Negara. Banyak penduduk Cina yang pergi ke daerah perkotaan untuk mendapatkan penghasilan. Sehingga pedesaan mempunyai banyak rumah kosong dan dihuni kebanyakan oleh orang tua. Mr. Ali Cheshmehzangi meneliti ini sebagai thesis PhD-nya pada The University of Nottingham Ningbo, China. Brandon Mackinnon dari Algoma University, Ontario, Canada berbagi pengalaman melalui presentasinya yang berjudul Extreme Dollar: Community Currency and Economic Development

Promote Positive Change for Unorganized Workers i n K a r n a t a k a , I n d i a . P r e s e n t a s i i n i menggambarkan bagaimana peran desain komunikasi visual dalam mempromosikan perubahan positif bagi pekerja terorganisir di Karnataka, India. Beliau mengajak untuk menyampaikan pesan melalui foto, karena menurutnya banyak keputusan dibuat karena foto yang tepat dan bukan hanya karena argumen yang akurat. Ini menarik bagi Mitra MAMPU untuk dapat menyampaikan sebuah pesan melalui foto yang dapat disebut foto berbicara untuk perubahan. Hal menarik yang juga dibagikan peserta adalah terkait kegagalan MDGs karena persoalan sosial inklusi yang tidak diterapkan. Ms. Sian Arulanantham dari Inggris, menyatakan bahwa perempuan miskin, mereka yang cacat, dan termarginalkan yang tidak dilibatkan dalam pembangunan. Sehingga dari presentasinya, beliau juga membagikan sepuluh tips bagi pembangunan inklusif dengan melibatkan berbagai pihak di dalamnya. Bagi mitra MAMPU, perempuan juga memiliki peran dalam mencegah konflik dengan membawa perdamaian. Konflik di sebuah Negara dengan beragam perbedaan seperti Indonesia hanya akan memicu kemiskinan yang kronis. Di sisi lain, penting bagi mitra MAMPU untuk belajar akan peran perempuan sebagai pembawa perdamaian di tengah konflik. Konsorsium mempresentasikan mengenai prototype yang menjelaskan tentang

in Manitouwadge, Ontario. Beberapa desa di Kanada menciptakan sebuah mata uang lokal untuk digunakan berbelanja. Hal ini berdampak pada masyarakat menjadi lebih senang dan bangga membelanjakan uangnya untuk membeli produk-produk desanya. Sebuah pengalaman menarik juga dibagikan oleh Prof. Dr. Bulent Gulcubuk dari Departemen Ekonomi Pertanian, Universitas Ankara, Turki. Beliau menjelaskan terkait pembangunan pedesaan yang dijalankan atas dasar kerjasama antara pemerintah, lembaga donor serta LSM. B e rd a s a r k a n p e n ga l a m a n nya i n i , b e l i a u menunjukkan bahwa untuk mencapai sebuah keberhasilan pembangunan di pedesaan, perlu adanya sebuah program khusus untuk anak muda dan anak-anak. Beliau juga menyatakan bahwa sebuah proyek tanpa partisipasi yang efisien dari berbagai pihak tidak akan berjalan lancar. Industri pedesaan pada dasarnya membutuhkan banyak partisipasi berbagai pihak sehubungan dengan koordinasi antar sektor yang bekerja di pedesaan. Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) perlu diterapkan dalam mendukung hal ini. Selain itu pengalaman negara ini juga memperlihatkan bahwa perlu adanya faktor-faktor sosial dalam program pembangunan pedesaan, seperti kesehatan, perlindungan anak, lingkungan, n u t r i s i , s e r t a p e n d i d i k a n p e r e m p u a n . Pendekatannya harus berpusat pada manusia dan peka terhadap lingkungan.

Pada konferensi kedua ini, Konsorsium menjelaskan mengenai prototype 1 dimana Desa Ramah perempuan bisa berkonstribusi sebagai solusi untuk pembangunan pedesaan. Hal ini dikarenakan dapat menyentuh pihak yang paling rentan, yaitu perempuan miskin.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Rural Development Conference 2015 bertujuan sebagai sebuah forum, diskusi, dan ruang untuk berjejaring bagi para akademisi, peneliti, profesional, administrator, pakar pendidikan, pengambil kebijakan, perwakilan industri, dan mahasiswa.Rural Development Conference diorganisir oleh Tomorrow People Organization, sebuah organisasi non profit yang didedikasikan untuk mendukung para individu mendapatkan edukasi, memiliki kesadaran global, serta berkomitmen untuk menghadirkan perubahan di dunia. Dengan memotivasi banyak orang untuk mengembangkan ide-ide baru dan mengajarkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide tersebut, organisasi ini menciptakan generasi baru yang bertanggung jawab dan pemimpin masa depan masyarakat global yang sukses.

13 14BaKTINews BaKTINews

Coba lihat, mereka semua bukan pemuda “asli Papua,” kata Joshua Wanda, seorang pria asal Manokwari. Saat itu kami sedang

asik duduk bercengkerama di sebuah tempat makan yang menghadap ke laut di Kota Sorong, Papua Barat. Mereka yang dimaksud oleh Joshua-kami biasa menyapanya kakak Roy-adalah sekumpulan anak-anak muda yang tergabung dalam Forum Anak Muda Kota Sorong. Sore itu mereka melakukan kegiatan di tempat yang sama, duduk berkelompok di meja sekitar 3 meter dari tempat kami duduk. Saya memperhatikan anak-anak muda itu, mereka memang tidak tampak seperti orang Papua. Kulit mereka lebih terang dengan rambut yang lebih lurus. Beberapa dari mereka memang berkulit agak gelap dengan rambut keriting, tapi saya menduga mereka orang Ambon atau Timor, bukan Papua. “Sangat sulit mendorong teman-teman asli Papua untuk aktif di forum-forum seperti ini,” kata kakak Roy melanjutkan. Asap tipis menghambur dari bibirnya, tertiup angin laut. Matahari baru saja pulang beberapa menit yang lalu. Kakak Roy menyentuhkan rokok putihnya ke asbak, membuang abunya lalu berkata “mereka bukannya tidak punya potensi. Saya tahu ada banyak anak-anak muda Papua yang berpotensi. Sayangnya, mereka kurang percaya diri. Kebanyakan juga hanya mau aktif di forum yang bersifat bisnis dan mendatangkan keuntungan.” Kami lalu larut dalam obrolan panjang tentang anak-anak muda Papua Barat. Angin laut makin dingin membelai wajah. Kakak Roy dan Mila, istrinya aktif di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua Barat dan juga Youth Forum kota Manokwari. Youth Forum adalah sebuah organisasi nirlaba yang menghimpun berbagai komunitas dan organisasi anak muda di Kota Manokwari Papua Barat. Pemuda Manokwari dan Papua Barat pada umumnya sama saja dengan pemuda lain di seluruh Indonesia atau bahkan di seluruh dunia. Mereka adalah anak-anak muda yang punya energi besar, punya potensi besar untuk membangun daerah mereka. Sayang, beragam masalah klasik masih membelit anak-anak muda itu, menutupi banyak potensi mereka dan membuat mereka sulit berkembang. Masalah utama yang dihadapi anak-anak muda Papua Barat dan Papua pada umumnya adalah

penyalahgunaan alkohol. Konsumsi alkohol yang berlebihan membuat mereka terjebak dalam beragam masalah yang semakin pelik. Tingkat penyalahgunaan alkohol di kalangan anak muda Papua Barat dan Papua secara umum jauh melebihi Kota Jakarta, yaitu 25.9% berbanding 8.8%. Data ini diperoleh dari BPS tahun 2011. Konsumsi alkohol yang berlebihan membuat anak-anak muda itu lalu terjurumus ke masalah-masalah yang lekat dengan kriminalitas, mulai dari penjambretan, pencopetan, perampokan sampai perkelahian yang berujung pada hilangnya nyawa. Masalah lainnya, ketika mabuk, anak-anak muda pria biasanya akan memaksa pasangannya untuk melakukan hubungan seks yang beresiko tanpa pengaman. Ujung-ujungnya anak muda perempuan menjadi korban karena kehamilan yang tidak diinginkan. Kalau menolak, mereka biasanya akan jadi korban kekerasan dari pasangannya yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Hubungan seks beresiko tanpa pengaman dan berganti-ganti pasangan ini juga jadi pemicu utama tingkat penyebaran HIV AIDS yang sampai saat ini masih jadi masalah utama di Papua dan Papua Barat. Data USAID tahun 2012 menunjukkan kalau di k a l a n ga n a n a k m u d a u s i a 16 - 2 4 t a h u n , kemungkinan terpapar HIV AIDS mencapai angka 3%. Angka yang sangat jauh dibandingkan angka nasional yang hanya 0.2%. Kurangnya informasi tentang kesehatan seksual yang dipadukan dengan penyalahgunaan alkohol menjadi pemicu utamanya. “Kami kekurangan tempat untuk berkumpul yang layak. Anak-anak muda Manokwari akhirnya banyak berkumpul di tempat-tempat sepi, kadang berakhir dengan minum-minum sampai mabuk. Ujung-ujungnya banyak yang jadi pengacau,” kata Diego Tulung, pria berdarah Manado yang lahir dan besar di Manokwari. Diego menunjuk satu tempat nongkrong yang berada di kawasan perbukitan di tepi Kota Manokwari. Tempat itu sebenarnya halaman d e p a n s e b u a h k a nt o r p e m e r i nt a h a n . D i dindingnya ada banyak coretan cat semprot yang sepertinya dibuat oleh orang-orang iseng. Kalau malam tempat itu sepi dan gelap karena tidak ada lampu jalan. Diego mengeluhkan kurangnya tempat bersantai dan berkumpul yang layak untuk anak-

Oleh SYAIFULLAH A. F

Lika-Liku Pemuda Papua Barat

No. Juni - Juli 2015114 No. Juni - Juli 2015 114

Foto

Jun

aedi

Uko

13 14BaKTINews BaKTINews

Coba lihat, mereka semua bukan pemuda “asli Papua,” kata Joshua Wanda, seorang pria asal Manokwari. Saat itu kami sedang

asik duduk bercengkerama di sebuah tempat makan yang menghadap ke laut di Kota Sorong, Papua Barat. Mereka yang dimaksud oleh Joshua-kami biasa menyapanya kakak Roy-adalah sekumpulan anak-anak muda yang tergabung dalam Forum Anak Muda Kota Sorong. Sore itu mereka melakukan kegiatan di tempat yang sama, duduk berkelompok di meja sekitar 3 meter dari tempat kami duduk. Saya memperhatikan anak-anak muda itu, mereka memang tidak tampak seperti orang Papua. Kulit mereka lebih terang dengan rambut yang lebih lurus. Beberapa dari mereka memang berkulit agak gelap dengan rambut keriting, tapi saya menduga mereka orang Ambon atau Timor, bukan Papua. “Sangat sulit mendorong teman-teman asli Papua untuk aktif di forum-forum seperti ini,” kata kakak Roy melanjutkan. Asap tipis menghambur dari bibirnya, tertiup angin laut. Matahari baru saja pulang beberapa menit yang lalu. Kakak Roy menyentuhkan rokok putihnya ke asbak, membuang abunya lalu berkata “mereka bukannya tidak punya potensi. Saya tahu ada banyak anak-anak muda Papua yang berpotensi. Sayangnya, mereka kurang percaya diri. Kebanyakan juga hanya mau aktif di forum yang bersifat bisnis dan mendatangkan keuntungan.” Kami lalu larut dalam obrolan panjang tentang anak-anak muda Papua Barat. Angin laut makin dingin membelai wajah. Kakak Roy dan Mila, istrinya aktif di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua Barat dan juga Youth Forum kota Manokwari. Youth Forum adalah sebuah organisasi nirlaba yang menghimpun berbagai komunitas dan organisasi anak muda di Kota Manokwari Papua Barat. Pemuda Manokwari dan Papua Barat pada umumnya sama saja dengan pemuda lain di seluruh Indonesia atau bahkan di seluruh dunia. Mereka adalah anak-anak muda yang punya energi besar, punya potensi besar untuk membangun daerah mereka. Sayang, beragam masalah klasik masih membelit anak-anak muda itu, menutupi banyak potensi mereka dan membuat mereka sulit berkembang. Masalah utama yang dihadapi anak-anak muda Papua Barat dan Papua pada umumnya adalah

penyalahgunaan alkohol. Konsumsi alkohol yang berlebihan membuat mereka terjebak dalam beragam masalah yang semakin pelik. Tingkat penyalahgunaan alkohol di kalangan anak muda Papua Barat dan Papua secara umum jauh melebihi Kota Jakarta, yaitu 25.9% berbanding 8.8%. Data ini diperoleh dari BPS tahun 2011. Konsumsi alkohol yang berlebihan membuat anak-anak muda itu lalu terjurumus ke masalah-masalah yang lekat dengan kriminalitas, mulai dari penjambretan, pencopetan, perampokan sampai perkelahian yang berujung pada hilangnya nyawa. Masalah lainnya, ketika mabuk, anak-anak muda pria biasanya akan memaksa pasangannya untuk melakukan hubungan seks yang beresiko tanpa pengaman. Ujung-ujungnya anak muda perempuan menjadi korban karena kehamilan yang tidak diinginkan. Kalau menolak, mereka biasanya akan jadi korban kekerasan dari pasangannya yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Hubungan seks beresiko tanpa pengaman dan berganti-ganti pasangan ini juga jadi pemicu utama tingkat penyebaran HIV AIDS yang sampai saat ini masih jadi masalah utama di Papua dan Papua Barat. Data USAID tahun 2012 menunjukkan kalau di k a l a n ga n a n a k m u d a u s i a 16 - 2 4 t a h u n , kemungkinan terpapar HIV AIDS mencapai angka 3%. Angka yang sangat jauh dibandingkan angka nasional yang hanya 0.2%. Kurangnya informasi tentang kesehatan seksual yang dipadukan dengan penyalahgunaan alkohol menjadi pemicu utamanya. “Kami kekurangan tempat untuk berkumpul yang layak. Anak-anak muda Manokwari akhirnya banyak berkumpul di tempat-tempat sepi, kadang berakhir dengan minum-minum sampai mabuk. Ujung-ujungnya banyak yang jadi pengacau,” kata Diego Tulung, pria berdarah Manado yang lahir dan besar di Manokwari. Diego menunjuk satu tempat nongkrong yang berada di kawasan perbukitan di tepi Kota Manokwari. Tempat itu sebenarnya halaman d e p a n s e b u a h k a nt o r p e m e r i nt a h a n . D i dindingnya ada banyak coretan cat semprot yang sepertinya dibuat oleh orang-orang iseng. Kalau malam tempat itu sepi dan gelap karena tidak ada lampu jalan. Diego mengeluhkan kurangnya tempat bersantai dan berkumpul yang layak untuk anak-

Oleh SYAIFULLAH A. F

Lika-Liku Pemuda Papua Barat

No. Juni - Juli 2015114 No. Juni - Juli 2015 114

Foto

Jun

aedi

Uko

15 16BaKTINews BaKTINews

anak muda di Manokwari. Menurutnya, tempat seperti itu sangat dibutuhkan oleh anak-anak muda agar mereka bisa berkumpul dengan sesamanya, anak-anak muda yang punya beragam ide dan energi. Tempat yang layak dan saluran yang pas menurut Diego bisa membuat mereka anak-anak muda itu tertarik pada kegiatan-kegiatan positif yang membantu mereka mengoptimalkan potensi. Diego yang juga aktif di KPA dan Youth Forum Papua Barat bercerita banyak tentang kondisi mereka, anak-anak muda Papua Barat. Dari Diego dan teman-temannya, saya baru tahu kalau ternyata diskriminasi terhadap anak-anak muda di Papua Barat dalam urusan kesehatan ternyata sangat terasa. Buat anak-anak muda di kota lain, mendatangi pusat layanan kesehatan mungkin adalah hal yang biasa. Tapi tidak di Papua Barat. Anak-anak muda yang mendatangi pusat layanan kesehatan akan menjadi sorotan masyarakat sekitar, utamanya dari mereka yang lebih tua. Alasannya, anak muda yang mendatangi pusat layanan kesehatan pastilah anak muda yang bermasalah, bisa jadi dia mengidap HIV AIDS. Sungguh sebuah stigma yang menyesatkan. Stigma itu pula yang membuat banyak anak

muda Papua Barat enggan untuk berurusan dengan pusat layanan kesehatan, bahkan sekadar untuk mencari informasi saja. Mereka tidak nyaman dengan tatapan mata orang-orang yang seakan menghakimi. Sayangnya, perlakuan itu bukan hanya datang dari warga biasa, tapi juga oleh beberapa petugas kesehatan. “Anak-anak muda juga butuh tenaga kesehatan yang ramah remaja. Supaya mereka bisa nyaman untuk mencari tahu tentang isu kesehatan, utamanya kesehatan reproduksi,” kata Meilan, remaja berdarah Toraja yang merasa Manokwari adalah tanah asalnya karena lahir dan besar di sana. Ucapan Meilan seperti membenarkan kata-kata Diego, tentang bagaimana anak-anak muda harus mendapat perhatian lebih dari mereka yang lebih dewasa, utamanya yang punya kuasa untuk menentukan kebijakan. Pelayanan kesehatan yang ramah remaja diyakini Meilan dan Diego bisa membantu anak-anak muda itu mengenal alarm bahaya di sekitar mereka, utamanya yang berhubungan dengan kesehatan. Anak-anak muda, dimanapun asalnya adalah aset penting suatu daerah dan suatu bangsa. Tanpa anak-anak muda yang sehat, cerdas dan berani mengambil peran, maka mustahil sebuah daerah

atau bangsa punya masa depan yang cerah. Sayangnya, keberadaan mereka sering terlupakan. Anak-anak muda kadang lebih gampang ditempeli label perusuh, suka menentang dan label negatif lainnya tanpa ada usaha lebih untuk mencari tahu apa masalah mereka. Papua Barat mengalami perkembangan penting dalam satu dekade terakhir setelah resmi menjadi provinsi baru. Sayang kalau perkembangan besar itu tidak diikuti dengan perhatian lebih kepada anak-anak muda. Karena seperti yang diucapkan kakak Roy, anak-anak Papua Barat juga punya potensi. Mereka hanya belum diberi saluran yang tepat untuk mengembangkan potensi itu.

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Penulis adalah blogger aktif di http://daenggassing.com, beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

Anak-anak muda, dimanapun asalnya adalah aset penting

suatu daerah dan suatu bangsa.

Tanpa anak-anak muda yang sehat, cerdas dan

berani mengambil peran, maka mustahil

sebuah daerah atau bangsa punya masa depan

yang cerah.

15 16BaKTINews BaKTINews

anak muda di Manokwari. Menurutnya, tempat seperti itu sangat dibutuhkan oleh anak-anak muda agar mereka bisa berkumpul dengan sesamanya, anak-anak muda yang punya beragam ide dan energi. Tempat yang layak dan saluran yang pas menurut Diego bisa membuat mereka anak-anak muda itu tertarik pada kegiatan-kegiatan positif yang membantu mereka mengoptimalkan potensi. Diego yang juga aktif di KPA dan Youth Forum Papua Barat bercerita banyak tentang kondisi mereka, anak-anak muda Papua Barat. Dari Diego dan teman-temannya, saya baru tahu kalau ternyata diskriminasi terhadap anak-anak muda di Papua Barat dalam urusan kesehatan ternyata sangat terasa. Buat anak-anak muda di kota lain, mendatangi pusat layanan kesehatan mungkin adalah hal yang biasa. Tapi tidak di Papua Barat. Anak-anak muda yang mendatangi pusat layanan kesehatan akan menjadi sorotan masyarakat sekitar, utamanya dari mereka yang lebih tua. Alasannya, anak muda yang mendatangi pusat layanan kesehatan pastilah anak muda yang bermasalah, bisa jadi dia mengidap HIV AIDS. Sungguh sebuah stigma yang menyesatkan. Stigma itu pula yang membuat banyak anak

muda Papua Barat enggan untuk berurusan dengan pusat layanan kesehatan, bahkan sekadar untuk mencari informasi saja. Mereka tidak nyaman dengan tatapan mata orang-orang yang seakan menghakimi. Sayangnya, perlakuan itu bukan hanya datang dari warga biasa, tapi juga oleh beberapa petugas kesehatan. “Anak-anak muda juga butuh tenaga kesehatan yang ramah remaja. Supaya mereka bisa nyaman untuk mencari tahu tentang isu kesehatan, utamanya kesehatan reproduksi,” kata Meilan, remaja berdarah Toraja yang merasa Manokwari adalah tanah asalnya karena lahir dan besar di sana. Ucapan Meilan seperti membenarkan kata-kata Diego, tentang bagaimana anak-anak muda harus mendapat perhatian lebih dari mereka yang lebih dewasa, utamanya yang punya kuasa untuk menentukan kebijakan. Pelayanan kesehatan yang ramah remaja diyakini Meilan dan Diego bisa membantu anak-anak muda itu mengenal alarm bahaya di sekitar mereka, utamanya yang berhubungan dengan kesehatan. Anak-anak muda, dimanapun asalnya adalah aset penting suatu daerah dan suatu bangsa. Tanpa anak-anak muda yang sehat, cerdas dan berani mengambil peran, maka mustahil sebuah daerah

atau bangsa punya masa depan yang cerah. Sayangnya, keberadaan mereka sering terlupakan. Anak-anak muda kadang lebih gampang ditempeli label perusuh, suka menentang dan label negatif lainnya tanpa ada usaha lebih untuk mencari tahu apa masalah mereka. Papua Barat mengalami perkembangan penting dalam satu dekade terakhir setelah resmi menjadi provinsi baru. Sayang kalau perkembangan besar itu tidak diikuti dengan perhatian lebih kepada anak-anak muda. Karena seperti yang diucapkan kakak Roy, anak-anak Papua Barat juga punya potensi. Mereka hanya belum diberi saluran yang tepat untuk mengembangkan potensi itu.

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Penulis adalah blogger aktif di http://daenggassing.com, beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

Anak-anak muda, dimanapun asalnya adalah aset penting

suatu daerah dan suatu bangsa.

Tanpa anak-anak muda yang sehat, cerdas dan

berani mengambil peran, maka mustahil

sebuah daerah atau bangsa punya masa depan

yang cerah.

18BaKTINews BaKTINews17

asih tingginya angka kematian ibu di MIndonesia menyebabkan banyak pihak yang merasa pesimis bahwa target

MDG's untuk menurunkan kematian ibu di tahun 2015 dapat tercapai. Walaupun dalam beberapa tahun belakangan ini terjadi peningkatan cakupan di dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM), serta u p ay a u n t u k m e n i n g k a t k a n p e r m i n t a a n masyarakat seperti Jampersal atau JKN. Namun ini tidak berkorelasi positif dengan angka kematian ibu. Hal ini terkadang menimbulkan kebijakan-kebijakan yang kontradiksi di tingkat pusat dan daerah, sehingga pemanfaatan sumber daya tidak efektif. Ta n t a n g a n u t a m a a d a l a h b a g a i m a n a memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap masyarakat, khususnya masyarakat di daerah terpencil. Upaya peningkatan telah dilakukan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 3/2010 yang bertujuan untuk memberikan dorongan strategis secara formal terhadap percepatan pencapaian MDG. Keppres ini juga dibuat untuk memastikan sinergi dan koordinasi a nt a r ke m e nte r i a n d a n l e m b aga te r ka i t . Pemerintah Indonesia telah menetapkan sebuah peta jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, yang juga mencakup upaya untuk menurunkan angka kematian ibu. Selain itu, di seluruh provinsi, telah dikembangkan juga sebuah Rencana Aksi Daerah MDG, termasuk Provinsi Maluku Utara.

Capaian MDG's Provinsi Maluku Utara poin 4, yaitu m e n u r u n k a n a n g k a kematian anak, dan poin 5 d a l a m m e n i n g k a t k a n k e s e h a t a n i b u b e l u m mencapai target seperti yang tercantum dalam tujuan pembangunan millenuim. Dalam presentasi BAPPEDA

Provinsi Maluku Utara tanggal 26 Mei 2015, disampaikan bahwa data mengenai kasus kematian ibu dan anak masih relatif tinggi. Untuk penurunan angka kematian ibu, masih menjadi tantangan berat bagi Provinsi Maluku Utara. Kondisi ini mendorong Pemerintah Provinsi Maluku Utara tetap berupaya lewat program dalam upaya pencapaian tujuan poin 4 dan 5. Pemerintah berupaya mendorong mencapaian target MDG dalam rangka menurunkan kasus kematian ibu dan anak. Kepala BAPPEDA Provinsi M a l u k u U t a r a d a l a m p r e s e n t a s i n y a m e n y a m p a i k a n b a h w a d a t a - d a t a d a r i Kabupaten/Kota menjadi fokus dari program MDGs. Hal ini membutuhkan kerjasama lintas SKPD yang ada di tingkat Kabupaten/Kota, khususnya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Meskipun MDG's berakhir di tahun 2015, namun program dan kegiatan yang mendorong kesehatan ibu dan anak tetap dilakukan guna mempersiapkan generasi bangsa yang lebih baik kedepan. Bidang kesehatan di dalam RPJMD Provinsi Maluku Utara berada pada misi CERDAS, membangun masyarakat Maluku Utara yang berkualitas dan mandiri. Terdapat 12 poin permasalahan bidang kesehatan di akhir masa MDG's, antara lain: 1) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dasar, jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu, alat kesehatan, tenaga kesehatan dan keperawatan,

dan jaminan pembiayaan kesehatan; 2) Angka Kematian Bayi dan Balita, Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan yang masih relatif tinggi; 3) Kurangnya jumlah tenaga bidan desa dan layanan dasar bagi ibu hamil, serta pertolongan kelahiran secara tradisional yang masih relatif tinggi; 4) Minimnya tenaga dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis di kabupaten/kota; 5) Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah di Sofifi yang belum selesai; 6) Minimnya sarana prasarana dan obat-obatan; 7) Masih tingginya prevalensi dan kematian akibat penyakit menular; 8) Masih rendahnya cakupan Universal Child Imunisation (UCI); 9) Belum adanya Rumah Sakit Jiwa; 10) Belum adanya rumah sakit/puskesmas terapung dalam rangka pelayanan kesehatan antar pulau; 11) Masih lemahnya koordinasi lintas sektor dalam penanganan penyakit menular dan kesehatan lingkungan; 12) Masih terdapatnya gizi buruk dan gizi kurang pada balita. Berdasarkan informasi Dinas Kesehatan, belum tercapaianya poin 4 dan 5 dalam pencapaian MDG di Provinsi Maluku disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain terbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif gender (antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan, penanganan komplikasi kebidanan, KIE dan KB). Sementara itu, distribusi tenaga bidan juga tidak merata, sebagian besar terpusat di kota. Kondisi geografis yang menyulitkan dalam pemantauan dan intervensi user dan belum optimalnya perencanaan terpadu lintas sektor serta lintas program juga mendukung belum tercapainya kedua poin tersebut. Fa k t o r l a i n y a n g m e n j a d i p e n y e b a b permasalahan ini adalah belum optimalnya pelaksanaan sistem pelayanan rujukan, serta terbatasnya penyediaan sarana penanganan komplikasi maternal/neonatal. Kondisi ini juga didukung dengan terbatasnya insentif untuk tenaga kesehatan serta terbatasnya dana/sarana transportasi untuk aktivitas kunjungan dan rujukan. Melihat gambaran permasalahan di atas, strategi untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, serta penyediaaan tenaga kesehatan di desa. Di sisi lain perlunya penyediaan fasilitas persalinan di Polindes, Pustu, Puskesmas, serta kemitraan bidan dengan dukun. Pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, bidan desa di Polindes, Pustu, Puskesmas dengan fasilitas PONED dan PONEK perlu disediakan. Hal ini juga perlu didukung dengan peningkatan partisipasi keluarga dan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan tentang tanda

b a h aya , p e n ce ga h a n ke t e r l a m b at a n d a n penyediaan buku KIA. Upaya ini bertujuan dalam mencegah terjadinya kehamilan yang tidak d i i n g i n k a n d a n p e n a n ga n a n ko m p l i k a s i keguguran, serta pelayanan KB berkualitas. Untuk mendorong percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium poin empat dan lima, UNICEF-BaKTI bersama pemerintah Provinsi Maluku Utara menyelenggarakan Lokakarya Pasca Agenda MDG's dengan perhatian khusus pada Kesehatan Ibu dan Anak. Kegiatan ini diikuti oleh 28 peserta, yang terdiri atas 14 peserta laki-laki dan 14 peserta perempuan. Mereka mewakili SKPD/Instansi terkait. Turut hadir perwakilan UNICEF Makassar, Bapak Badwi M. Amin dan Tim Yayasan BaKTI. Output dari kegiatan Lokakarya ini adalah adanya komitmen pengambil kebijakan untuk menyediakan alokasi anggaran untuk mewujudkan program ibu dan anak yang lebih baik, serta meningkatkan kinerja program integrasi untuk program kesehatan ibu dan anak di semua isu. Dari hasil lokakarya ini, tindak lanjut dan rekomendasi yang disarankan adalah perlunya membangun infratsruktur untuk meningkatkan aksesibiltas masyarakat dalam mengakses sarana prasarana kesehatan di wilayah terpencil. Pola tingkah laku masyarakat juga perlu diubah melalui pendidikan dan penyuluhan untuk lebih memanfaatkan sarana prasarana kesehatan yang telah disediakan. Selain itu perlunya menetapkan re g u l a s i ya n g d a p at m e n u n ja n g t i n g k at kesejahteraan tenaga kesehatan di wilayah terpencil . Pelibatan aparatur desa dalam penanggulangan masalah kesehatan ibu anak juga penting untuk diterapkan. Rekomendasi lain yang perlu dilakukan adalah mendorong alokasi anggaran APBD yang tepat sasaran serta meningkatkan jumlah tenaga kesehatan di daerah terpencil. Hal lain yang dirasa perlu ditingkatkan adalah pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan khususnya, kemitraan antara bidan dan dukun, awareness bidan dan dukun pada standarisasi penanganan, serta meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam mendukung program/kegiatan kesehatan.

Situasi Ibu Dan Anak Di Provinsi Maluku Utara

Pasca Agenda MDG’s

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Penulis adalah Program Officer untuk Program UNICEF-BaKTI, beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

oleh ARAFAH

Foto Dok. UNICEF - BaKTI

18BaKTINews BaKTINews17

asih tingginya angka kematian ibu di MIndonesia menyebabkan banyak pihak yang merasa pesimis bahwa target

MDG's untuk menurunkan kematian ibu di tahun 2015 dapat tercapai. Walaupun dalam beberapa tahun belakangan ini terjadi peningkatan cakupan di dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM), serta u p ay a u n t u k m e n i n g k a t k a n p e r m i n t a a n masyarakat seperti Jampersal atau JKN. Namun ini tidak berkorelasi positif dengan angka kematian ibu. Hal ini terkadang menimbulkan kebijakan-kebijakan yang kontradiksi di tingkat pusat dan daerah, sehingga pemanfaatan sumber daya tidak efektif. Ta n t a n g a n u t a m a a d a l a h b a g a i m a n a memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap masyarakat, khususnya masyarakat di daerah terpencil. Upaya peningkatan telah dilakukan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 3/2010 yang bertujuan untuk memberikan dorongan strategis secara formal terhadap percepatan pencapaian MDG. Keppres ini juga dibuat untuk memastikan sinergi dan koordinasi a nt a r ke m e nte r i a n d a n l e m b aga te r ka i t . Pemerintah Indonesia telah menetapkan sebuah peta jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, yang juga mencakup upaya untuk menurunkan angka kematian ibu. Selain itu, di seluruh provinsi, telah dikembangkan juga sebuah Rencana Aksi Daerah MDG, termasuk Provinsi Maluku Utara.

Capaian MDG's Provinsi Maluku Utara poin 4, yaitu m e n u r u n k a n a n g k a kematian anak, dan poin 5 d a l a m m e n i n g k a t k a n k e s e h a t a n i b u b e l u m mencapai target seperti yang tercantum dalam tujuan pembangunan millenuim. Dalam presentasi BAPPEDA

Provinsi Maluku Utara tanggal 26 Mei 2015, disampaikan bahwa data mengenai kasus kematian ibu dan anak masih relatif tinggi. Untuk penurunan angka kematian ibu, masih menjadi tantangan berat bagi Provinsi Maluku Utara. Kondisi ini mendorong Pemerintah Provinsi Maluku Utara tetap berupaya lewat program dalam upaya pencapaian tujuan poin 4 dan 5. Pemerintah berupaya mendorong mencapaian target MDG dalam rangka menurunkan kasus kematian ibu dan anak. Kepala BAPPEDA Provinsi M a l u k u U t a r a d a l a m p r e s e n t a s i n y a m e n y a m p a i k a n b a h w a d a t a - d a t a d a r i Kabupaten/Kota menjadi fokus dari program MDGs. Hal ini membutuhkan kerjasama lintas SKPD yang ada di tingkat Kabupaten/Kota, khususnya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Meskipun MDG's berakhir di tahun 2015, namun program dan kegiatan yang mendorong kesehatan ibu dan anak tetap dilakukan guna mempersiapkan generasi bangsa yang lebih baik kedepan. Bidang kesehatan di dalam RPJMD Provinsi Maluku Utara berada pada misi CERDAS, membangun masyarakat Maluku Utara yang berkualitas dan mandiri. Terdapat 12 poin permasalahan bidang kesehatan di akhir masa MDG's, antara lain: 1) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dasar, jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu, alat kesehatan, tenaga kesehatan dan keperawatan,

dan jaminan pembiayaan kesehatan; 2) Angka Kematian Bayi dan Balita, Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan yang masih relatif tinggi; 3) Kurangnya jumlah tenaga bidan desa dan layanan dasar bagi ibu hamil, serta pertolongan kelahiran secara tradisional yang masih relatif tinggi; 4) Minimnya tenaga dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis di kabupaten/kota; 5) Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah di Sofifi yang belum selesai; 6) Minimnya sarana prasarana dan obat-obatan; 7) Masih tingginya prevalensi dan kematian akibat penyakit menular; 8) Masih rendahnya cakupan Universal Child Imunisation (UCI); 9) Belum adanya Rumah Sakit Jiwa; 10) Belum adanya rumah sakit/puskesmas terapung dalam rangka pelayanan kesehatan antar pulau; 11) Masih lemahnya koordinasi lintas sektor dalam penanganan penyakit menular dan kesehatan lingkungan; 12) Masih terdapatnya gizi buruk dan gizi kurang pada balita. Berdasarkan informasi Dinas Kesehatan, belum tercapaianya poin 4 dan 5 dalam pencapaian MDG di Provinsi Maluku disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain terbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif gender (antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan, penanganan komplikasi kebidanan, KIE dan KB). Sementara itu, distribusi tenaga bidan juga tidak merata, sebagian besar terpusat di kota. Kondisi geografis yang menyulitkan dalam pemantauan dan intervensi user dan belum optimalnya perencanaan terpadu lintas sektor serta lintas program juga mendukung belum tercapainya kedua poin tersebut. Fa k t o r l a i n y a n g m e n j a d i p e n y e b a b permasalahan ini adalah belum optimalnya pelaksanaan sistem pelayanan rujukan, serta terbatasnya penyediaan sarana penanganan komplikasi maternal/neonatal. Kondisi ini juga didukung dengan terbatasnya insentif untuk tenaga kesehatan serta terbatasnya dana/sarana transportasi untuk aktivitas kunjungan dan rujukan. Melihat gambaran permasalahan di atas, strategi untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, serta penyediaaan tenaga kesehatan di desa. Di sisi lain perlunya penyediaan fasilitas persalinan di Polindes, Pustu, Puskesmas, serta kemitraan bidan dengan dukun. Pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, bidan desa di Polindes, Pustu, Puskesmas dengan fasilitas PONED dan PONEK perlu disediakan. Hal ini juga perlu didukung dengan peningkatan partisipasi keluarga dan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan tentang tanda

b a h aya , p e n ce ga h a n ke t e r l a m b at a n d a n penyediaan buku KIA. Upaya ini bertujuan dalam mencegah terjadinya kehamilan yang tidak d i i n g i n k a n d a n p e n a n ga n a n ko m p l i k a s i keguguran, serta pelayanan KB berkualitas. Untuk mendorong percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium poin empat dan lima, UNICEF-BaKTI bersama pemerintah Provinsi Maluku Utara menyelenggarakan Lokakarya Pasca Agenda MDG's dengan perhatian khusus pada Kesehatan Ibu dan Anak. Kegiatan ini diikuti oleh 28 peserta, yang terdiri atas 14 peserta laki-laki dan 14 peserta perempuan. Mereka mewakili SKPD/Instansi terkait. Turut hadir perwakilan UNICEF Makassar, Bapak Badwi M. Amin dan Tim Yayasan BaKTI. Output dari kegiatan Lokakarya ini adalah adanya komitmen pengambil kebijakan untuk menyediakan alokasi anggaran untuk mewujudkan program ibu dan anak yang lebih baik, serta meningkatkan kinerja program integrasi untuk program kesehatan ibu dan anak di semua isu. Dari hasil lokakarya ini, tindak lanjut dan rekomendasi yang disarankan adalah perlunya membangun infratsruktur untuk meningkatkan aksesibiltas masyarakat dalam mengakses sarana prasarana kesehatan di wilayah terpencil. Pola tingkah laku masyarakat juga perlu diubah melalui pendidikan dan penyuluhan untuk lebih memanfaatkan sarana prasarana kesehatan yang telah disediakan. Selain itu perlunya menetapkan re g u l a s i ya n g d a p at m e n u n ja n g t i n g k at kesejahteraan tenaga kesehatan di wilayah terpencil . Pelibatan aparatur desa dalam penanggulangan masalah kesehatan ibu anak juga penting untuk diterapkan. Rekomendasi lain yang perlu dilakukan adalah mendorong alokasi anggaran APBD yang tepat sasaran serta meningkatkan jumlah tenaga kesehatan di daerah terpencil. Hal lain yang dirasa perlu ditingkatkan adalah pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan khususnya, kemitraan antara bidan dan dukun, awareness bidan dan dukun pada standarisasi penanganan, serta meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam mendukung program/kegiatan kesehatan.

Situasi Ibu Dan Anak Di Provinsi Maluku Utara

Pasca Agenda MDG’s

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Penulis adalah Program Officer untuk Program UNICEF-BaKTI, beliau dapat dihubungi melalui email di [email protected]

INFORMASI LEBIH LANJUT

oleh ARAFAH

Foto Dok. UNICEF - BaKTI

19 BaKTINews BaKTINews 20

Update MAMPU - BaKTI

MAMPU-BaKTI memfasilitasi penyerahan Kertas Posisi beris i kondisi awal dari

5 Tema MAMPU di Kabupaten Maros. Kegiatan ini bertempat di Lapangan Upacara Pemda Maros dan Ruang Pertemuan DPRD Kabupaten maros. Pe nye ra h a n Ke r t a s Po s i s i i n i bertujuan memberikan informasi awal s e h u b u n g a n d e n g a n 5 t e m a MAMPU di Kota Maros kepada anggota DPRD. Kertas Posisi ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk penyusunan Ranperda yang responsif gender dan pro terhadap masyarakat miskin. Kertas Posisi ini diserahkan langsung kepada Bupati Maros dan Ketua DPRD Kota Maros pada saat Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Kesadaran Nasional. Kegiatan ini dihadiri oleh Muspida Plus, SKPD, PKK Kabupaten dan segenap unsur masyarakat. Setelah penyerahan kertas posisi dilanjutkan dengan dialog yang membahas mengenai isi Kertas Posisi. Diskusi ini diikuti oleh APP, SKPD, perwakilan Kelompok Konstituen, rekan media, dan LSM.

Pelatihan Legal DraftingKendari, 5-6 Mei 2015

rogram MAMPU-BaKTI mengadakan PPelatihan Legal Drafting bagi anggota parlemen, SKPD, dan LSM di Kendari pada

5-6 Mei 2015. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi anggota parlemen serta pihak terkait mengenai mekanisme penyusunan Ranperda (Rancangan Peraturan daerah), dan memberi pengetahuan mengenai penyusunan Ranperda secara partisipatif dengan melibatkan perempuan. Di sisi lain, kegiatan ini juga bertujuan memberikan pengetahuan tentang bagaimana menyusun Ranperda yang responsif gender dan pro masyarakat miskin. Kegiatan Pelatihan Legal Drafting merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kegiatan utama untuk peningkatan kapasitas APP (Anggota Parlemen Perempuan) dan APL (Anggota Parlemen Laki-laki). Tidak dipungkiri selama ini banyak Ranperda dan Perda yang dihasilkan tidak menjalankan prasyarat untuk proses penyusunan

Kunjungan Lapangan Guna Mempelajari Model Pendampingan Kelompok KonstituenAtambua, 6 Mei 2015

Ku n j u n g a n l a p a n g a n y a n g dilaksanakan oleh PPSE-KA Belu dilakukan untuk menggali informasi

tentang kelompok konstituen yang telah terbentuk. Kunjungan lapangan ini dapat menjadi media sharing dan pembelajaran terkait bagaimana program kerja kelompok konstituen selama ini. Kelompok konstituen berbagai pembelajaran tentang kelemahan dan kekuatan kelompok konstituen, serta persoalan yang dihadapi sehubungan dengan 5 tema MAMPU. Kunjungan ini bertujuan untuk menggali isu yang ada di masyarakat terkait dengan 5

tema MAMPU, terutama terkait dengan kasus buruh migran. Selain itu juga guna mendapatkan gambaran nyata terkait jarak dan kondisi lapangan untuk menyusun model pendampingan, serta mendapatkan masukan dari perspektif masyarakat tentang kelompok konstituen.

Penyerahan Kertas Posisi Kepada PEMDA Maros dan DPRD Kota MarosMaros, 18 Mei 2015

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

suatu produk hukum, sebagai contoh tidak adanya naskah akademik. Untuk itu Program MAMPU memberikan pelatihan Legal Drafting agar produk hukum yang akan dihasilkan sesuai dengan mekanisme yang sesuai dengan penyusunan naskah akademik. Salah satu poin penting dalam penyusunan naskah akademik ini adalah perlunya keterlibatan masyarakat.

T u j u a n d a r i d i a l o g i n i a d a l a h u n t u k mendapatkan masukan dari masyarakat, SKPD, LSM terkait dengan isi dari Kertas Posisi, yang nantinya dapat ditindaklanjuti oleh APP dan APL.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Program MAMPU-BaKTI, silahkan menghubungi Ibu Lusia Palulungan di [email protected]

Foto

Dok

. MA

MP

U -

BaK

TI

19 BaKTINews BaKTINews 20

Update MAMPU - BaKTI

MAMPU-BaKTI memfasilitasi penyerahan Kertas Posisi beris i kondisi awal dari

5 Tema MAMPU di Kabupaten Maros. Kegiatan ini bertempat di Lapangan Upacara Pemda Maros dan Ruang Pertemuan DPRD Kabupaten maros. Pe nye ra h a n Ke r t a s Po s i s i i n i bertujuan memberikan informasi awal s e h u b u n g a n d e n g a n 5 t e m a MAMPU di Kota Maros kepada anggota DPRD. Kertas Posisi ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk penyusunan Ranperda yang responsif gender dan pro terhadap masyarakat miskin. Kertas Posisi ini diserahkan langsung kepada Bupati Maros dan Ketua DPRD Kota Maros pada saat Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Kesadaran Nasional. Kegiatan ini dihadiri oleh Muspida Plus, SKPD, PKK Kabupaten dan segenap unsur masyarakat. Setelah penyerahan kertas posisi dilanjutkan dengan dialog yang membahas mengenai isi Kertas Posisi. Diskusi ini diikuti oleh APP, SKPD, perwakilan Kelompok Konstituen, rekan media, dan LSM.

Pelatihan Legal DraftingKendari, 5-6 Mei 2015

rogram MAMPU-BaKTI mengadakan PPelatihan Legal Drafting bagi anggota parlemen, SKPD, dan LSM di Kendari pada

5-6 Mei 2015. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi anggota parlemen serta pihak terkait mengenai mekanisme penyusunan Ranperda (Rancangan Peraturan daerah), dan memberi pengetahuan mengenai penyusunan Ranperda secara partisipatif dengan melibatkan perempuan. Di sisi lain, kegiatan ini juga bertujuan memberikan pengetahuan tentang bagaimana menyusun Ranperda yang responsif gender dan pro masyarakat miskin. Kegiatan Pelatihan Legal Drafting merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kegiatan utama untuk peningkatan kapasitas APP (Anggota Parlemen Perempuan) dan APL (Anggota Parlemen Laki-laki). Tidak dipungkiri selama ini banyak Ranperda dan Perda yang dihasilkan tidak menjalankan prasyarat untuk proses penyusunan

Kunjungan Lapangan Guna Mempelajari Model Pendampingan Kelompok KonstituenAtambua, 6 Mei 2015

Ku n j u n g a n l a p a n g a n y a n g dilaksanakan oleh PPSE-KA Belu dilakukan untuk menggali informasi

tentang kelompok konstituen yang telah terbentuk. Kunjungan lapangan ini dapat menjadi media sharing dan pembelajaran terkait bagaimana program kerja kelompok konstituen selama ini. Kelompok konstituen berbagai pembelajaran tentang kelemahan dan kekuatan kelompok konstituen, serta persoalan yang dihadapi sehubungan dengan 5 tema MAMPU. Kunjungan ini bertujuan untuk menggali isu yang ada di masyarakat terkait dengan 5

tema MAMPU, terutama terkait dengan kasus buruh migran. Selain itu juga guna mendapatkan gambaran nyata terkait jarak dan kondisi lapangan untuk menyusun model pendampingan, serta mendapatkan masukan dari perspektif masyarakat tentang kelompok konstituen.

Penyerahan Kertas Posisi Kepada PEMDA Maros dan DPRD Kota MarosMaros, 18 Mei 2015

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

suatu produk hukum, sebagai contoh tidak adanya naskah akademik. Untuk itu Program MAMPU memberikan pelatihan Legal Drafting agar produk hukum yang akan dihasilkan sesuai dengan mekanisme yang sesuai dengan penyusunan naskah akademik. Salah satu poin penting dalam penyusunan naskah akademik ini adalah perlunya keterlibatan masyarakat.

T u j u a n d a r i d i a l o g i n i a d a l a h u n t u k mendapatkan masukan dari masyarakat, SKPD, LSM terkait dengan isi dari Kertas Posisi, yang nantinya dapat ditindaklanjuti oleh APP dan APL.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Program MAMPU-BaKTI, silahkan menghubungi Ibu Lusia Palulungan di [email protected]

Foto

Dok

. MA

MP

U -

BaK

TI

KLINIK PERENCANAAN: PERLUKAH?

21 22BaKTINews BaKTINews

Foto Dok. Yayasan BaKTI-MAMPU

 agasan-gagasan segar kerapkali muncul di tengah kondisi yang tidak Gideal. Ide-ide brilian tak jarang lahir di tengah situasi yang karut marut. Pertemuan dengan beberapa pimpinan dan staf Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Raja Ampat, Sorong Selatan, dan Fakfak beberapa waktu lalu yang difasilitasi oleh Program Australia-Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) di Makassar, memunculkan gagasan baru tentang perlunya membangun klinik perencanaan di daerah. Munculnya gagasan ini dipicu oleh kegelisahan atas rendahnya kualitas perencanaan pembangunan daerah. Ketidakpuasan terhadap dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD juga menjadi alasan lain dibalik munculnya gagasan ini. Gagasan ini diusung oleh para tenaga perencana di daerah, yang kemudian menjadikan gagasan ini tampak menarik untuk direspon.

S e s u n g g u h n y a r e n d a h n y a k u a l i t a s perencanaan pembangunan daerah bukan hanya milik Raja Ampat, Sorong Selatan, dan Fakfak. Kisah serupa ditemukan di hampir seluruh daerah di Indonesia. Ironisnya, meskipun masalah ini sudah menjadi cerita klasik, namun hampir tidak ada upaya signifikan untuk mengatasinya. Dari tahun ke tahun masalah yang sama terus berulang tanpa penyelesaian berarti. Kita dengan gampang bisa menyebutkan sederet masalah. Misalnya adalah masalah desain perencanaan yang masih berbasis anggaran dan kegiatan, namun belum beralih ke perencanaan berbasis hasil. Kondisi tersebut memunculkan inkonsistensi antara perencanaan dan penganggaran. Inkonsistensi ini berimbas pada permasalahan lain yaitu perencanaan dirancang tanpa dukungan data dan fakta yang memadai, perencanaan tidak dirancang sedemikian rupa untuk dimonitoring dan dievaluasi. Koordinasi sektoral antar SKPD masih sangat lemah. Kualitas dan kelengkapan dokumen perencanaan di tingkat SKPD masih jauh dari memuaskan. Hasil monitoring dan evaluasi belum menjadi input dan feedback bagi desain

perencanaan selanjutnya. Dan masih banyak daftar masalah yang dihadapi. Lalu kemana BAPPEDA selama ini? Harus diakui, sebagai institusi yang bertanggung jawab atas seluruh perencanaan pembangunan daerah, BAPPEDA belum bekerja maksimal. Boleh jadi, ini terkait dengan kelembagaan BAPPEDA yang sangat kental dengan nuansa struktural, hirarkial, dan birokratis. Struktur organisasi seperti itu mungkin cocok untuk lembaga teknis, tetapi tentu saja tidak sesuai untuk lembaga think-tank seperti BAPPEDA. Proses kreatifitas berpikir amat diperlukan di BAPPEDA. Namun hal tersebut sulit tumbuh di lingkungan kerja yang mengedepankan s t r u k t u r d e n ga n p o l a k a k u d a n b e ke r ja berdasarkan atas instruksi. Hampir tidak ada pihak di BAPPEDA, yang benar-benar secara utuh dan total bekerja dari , untuk, dan atas nama perencanaan.

Klinik Perencanaan Dengan kondisi seperti ini, mungkinkah pembentukan klinik perencanaan di setiap daerah dapat menjadi solusi? Usulan ini memang

Oleh Dr. AGUSSALIM

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

MEMBANGUN KLINIK PERENCANAAN

LEG

ALI

TAS

TUPO

KS

I

STR

UK

TUR

MEK

AN

ISM

EK

ERJA

KEL

EMB

AG

AA

N

Ilustrasi FG

KLINIK PERENCANAAN: PERLUKAH?

21 22BaKTINews BaKTINews

Foto Dok. Yayasan BaKTI-MAMPU

 agasan-gagasan segar kerapkali muncul di tengah kondisi yang tidak Gideal. Ide-ide brilian tak jarang lahir di tengah situasi yang karut marut. Pertemuan dengan beberapa pimpinan dan staf Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Raja Ampat, Sorong Selatan, dan Fakfak beberapa waktu lalu yang difasilitasi oleh Program Australia-Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) di Makassar, memunculkan gagasan baru tentang perlunya membangun klinik perencanaan di daerah. Munculnya gagasan ini dipicu oleh kegelisahan atas rendahnya kualitas perencanaan pembangunan daerah. Ketidakpuasan terhadap dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD juga menjadi alasan lain dibalik munculnya gagasan ini. Gagasan ini diusung oleh para tenaga perencana di daerah, yang kemudian menjadikan gagasan ini tampak menarik untuk direspon.

S e s u n g g u h n y a r e n d a h n y a k u a l i t a s perencanaan pembangunan daerah bukan hanya milik Raja Ampat, Sorong Selatan, dan Fakfak. Kisah serupa ditemukan di hampir seluruh daerah di Indonesia. Ironisnya, meskipun masalah ini sudah menjadi cerita klasik, namun hampir tidak ada upaya signifikan untuk mengatasinya. Dari tahun ke tahun masalah yang sama terus berulang tanpa penyelesaian berarti. Kita dengan gampang bisa menyebutkan sederet masalah. Misalnya adalah masalah desain perencanaan yang masih berbasis anggaran dan kegiatan, namun belum beralih ke perencanaan berbasis hasil. Kondisi tersebut memunculkan inkonsistensi antara perencanaan dan penganggaran. Inkonsistensi ini berimbas pada permasalahan lain yaitu perencanaan dirancang tanpa dukungan data dan fakta yang memadai, perencanaan tidak dirancang sedemikian rupa untuk dimonitoring dan dievaluasi. Koordinasi sektoral antar SKPD masih sangat lemah. Kualitas dan kelengkapan dokumen perencanaan di tingkat SKPD masih jauh dari memuaskan. Hasil monitoring dan evaluasi belum menjadi input dan feedback bagi desain

perencanaan selanjutnya. Dan masih banyak daftar masalah yang dihadapi. Lalu kemana BAPPEDA selama ini? Harus diakui, sebagai institusi yang bertanggung jawab atas seluruh perencanaan pembangunan daerah, BAPPEDA belum bekerja maksimal. Boleh jadi, ini terkait dengan kelembagaan BAPPEDA yang sangat kental dengan nuansa struktural, hirarkial, dan birokratis. Struktur organisasi seperti itu mungkin cocok untuk lembaga teknis, tetapi tentu saja tidak sesuai untuk lembaga think-tank seperti BAPPEDA. Proses kreatifitas berpikir amat diperlukan di BAPPEDA. Namun hal tersebut sulit tumbuh di lingkungan kerja yang mengedepankan s t r u k t u r d e n ga n p o l a k a k u d a n b e ke r ja berdasarkan atas instruksi. Hampir tidak ada pihak di BAPPEDA, yang benar-benar secara utuh dan total bekerja dari , untuk, dan atas nama perencanaan.

Klinik Perencanaan Dengan kondisi seperti ini, mungkinkah pembentukan klinik perencanaan di setiap daerah dapat menjadi solusi? Usulan ini memang

Oleh Dr. AGUSSALIM

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

MEMBANGUN KLINIK PERENCANAANLE

GA

LITA

S

TUPO

KS

I

STR

UK

TUR

MEK

AN

ISM

EK

ERJA

KEL

EMB

AG

AA

NIlustrasi FG

23 24BaKTINews BaKTINews

INFORMASI LEBIH LANJUTBeliau adalah Focal Point JiKTI Provinsi Sulawesi Selatan dan dapat dihubungi melalui email di [email protected]

berpotensi memicu perdebatan dan polemik. Dapatkah diyakini bahwa klinik perencanaan akan sanggup secara efektif mengurai kesemrawutan praktek perencanaan selama ini? A d a k a h j a m i n a n b a h w a k l i n i k perencanaan dapat berperan aktif dalam mengatasi hambatan-hambatan struktural dalam birokrasi yang seringkali membuat perencanaan tidak b e r ja l a n d i n a m i s ? A p a k a h b i s a dipastikan bahwa orang-orang yang n a nt i nya b e rad a d i ba l i k k l i n i k p e re n c a n a a n s u n g g u h - s u n g g u h memiliki kemampuan mumpuni untuk m e m b e r i ka n “ te ra p i ” d i b i d a n g perencanaan? Jangan sampai malah keberadaan klinik perencanaan justru nantinya menjadi bagian dari masalah. Kesangsian semacam ini selalu punya tempat di balik setiap gagasan. N a m u n b a g a i m a n a p u n k i t a m e m b u t u h k a n ja l u r l a i n u nt u k mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan perencanaan, karena jalur utama yang selama ini kita tempuh terbukti gagal. Memang belum ada jaminan bahwa jalur lain tersebut akan berhasil. Meskipun demikian jalur utama yang ditempuh selama ini terbukti belum berhasil mengatasi masalah tersebut. Pembentukan klinik perencanaan merupakan sebuah jalur lain yang menyimpang dari jalur utama. Meski tidak ada jaminan sepenuhnya akan berhasil karena begitu banyak faktor yang saling terkait yang menjadi penentu keberhasilan, namun setidaknya jalur lain secara implisit menawarkan sisi positif. Sisi positif tersebut adalah cara pandang baru, pendekatan baru, proses baru, pola relasi baru, kebijakan baru, tindakan baru, dan bisa jadi akan melahirkan inovasi dan kreatifiitas baru. Pe m b e nt u ka n k l i n i k p e re n ca n a a n t a n p a sepenuhnya disadari akan menimbulkan efek tersembunyi berupa peningkatan kapasitas berpikir di kalangan para pengambil kebijakan dan aparat pemerintah daerah.

Aspek-aspek dalam Klinik Perencanaan Jika argumentasi di atas dapat diterima dan kemudian mampu merangsang kita untuk membangun klinik perencanaan di daerah masing-masing, maka sedikitnya ada lima aspek yang perlu menjadi fokus perhatian.

Pe r t a m a a d a l a h a s p e k l e ga l i t a s g u n a memperkuat kedudukan dan keberadaan klinik p e re n c a n a a n . Pe m e r i n t a h d ae ra h h a r u s menyediakan payung hukum, minimal dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah. Peraturan tersebut, sedikitnya harus memuat tugas dan fungsi, struktur kelembagaan, sumber daya m a n u s i a , d a n m e k a n i s m e k e r j a k l i n i k perencanaan. Aspek tugas dan fungsi klinik perencanaan dapat dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah. Salah satu tugas utama yang harus diemban oleh klinik adalah membantu BAPPEDA dalam pelaksanaan tugas pengkoordinasian penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD. Adapun fungsinya adalah menfasilitasi dan mengasistensi penyusunan berbagai dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD, terlibat secara aktif dalam penyusunan berbagai dokumen perencanaan p e m b a n g u n a n d a e r a h d a n m e m b a n t u

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

meningkatkan kapasitas dan kompetensi tenaga perencana di SKPD. Ketiga adalah aspek struktur kelembagaan. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, klinik perencanaan harus berada atau menjadi bagian inheren dalam struktur kelembagaan BAPPEDA. Dengan demikian, badan ad-hoc ini bertanggung jawab langsung kepada Kepala BAPPEDA. Untuk memudahkan koordinasi, klinik perencanaan sebaiknya dipimpin oleh seorang koordinator. Struktur kelembagaan harus dibuat seramping dan sefungsional mungkin, serta menghindari hirarki struktur yang terlalu berjenjang. Klinik perencanaan sebaiknya dihuni oleh tenaga fungsional perencana yang di-SK-kan secara tersendiri oleh Kepala Daerah sebagai aspek sumber daya manusia. Mereka harus dibebaskan dari pekerjaan administratif-rutin-seremonial. Mereka benar-benar hanya fokus pada pekerjaan fungsional-subtantif-konstruktif di bidang perencanaan. Untuk efektifitas kerja, jumlah orang

yang bekerja di klinik ini sebaiknya dibatasi sekitar 5 hingga 7 orang. Mereka-mereka ini harus pernah terlibat dalam kegiatan perencanaan m i n i m a l 5 t a h u n , m e m i l i k i pengalaman dan wawasan luas di bidang perencanaan. Yang terakhir adalah aspek m e k a n i s m e k e r j a . S e l u r u h perkembangan dan hasil kerja klinik perencanaan harus dilaporkan kepada K e p a l a B A P P E D A . D a l a m melaksanakan tugasnya, klinik ini juga harus mengembangkan koordinasi horizontal dengan sekretaris dan bidang-bidang di lingkup BAPPEDA. Selain itu, klinik ini juga harus menfasilitasi dan mengasistensi penyusunan dokumen perencanaan d a n p e n g a n g g a r a n S K P D d a n b e r k o o r d i n a s i d e n g a n t e n a g a perencana di seluruh SKPD. Untuk mengefektifikan kerja-kerja klinik, badan ad-hoc ini harus menyusun modul dan manual perencanaan, serta pedoman dan template cara pengisian berbagai matriks dalam dokumen perencanaan dan penganggaran yang n a n t i nya m e n ja d i r u j u k a n d a n referensi bagi tenaga perencana SKPD d a l a m m e n y u s u n d o k u m e n perencanaan dan penganggarannya. Hampir bisa dipastikan bahwa klinik perencanaan tidak akan bisa menjalankan tugas dan fungsinya

secara optimal tanpa dukungan dari luar. Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga donor perlu mengambil peran signif ikan untuk memperkuat eksistensi klinik perencanaan. Mereka harus memberi dukungan secara berkelanjutan kepada klinik perencanaan, minimal untuk tiga hal , yaitu penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, dan fasilitasi penyusunan produk-produk perencanaan (modul, manual, buku pedoman, dan lainnya). Sekiranya klinik perencanaan dapat terbentuk di daerah, guna meningkatkan kualitas perencanaan di daerah.

RENSTRAKL

RENJAKL

RINCIANAPBN

RPJPNASIONAL

RPJMNASIONAL R K P RAPBN APBN

RPJPDAERAH

RPJMDAERAH RKPD RAPBD APBD

RENSTRASKPD

RENJASKPD

RKASKPD

dijabarkan

PPAS

KUA

diserasikan melalui MUSRENBANG

PENJABARANAPBD

PEMER

INTA

H PU

SAT

PEMER

INTA

H D

AER

AH

PERENCANAAN PENGANGGARAN

Alur Perencanaan & Penganggaran

RKA - KL

Diacu

Pedoman Pedoman Pedoman

Pedoman

Pedoman Dijabarkan Pedoman

Diacu

Pedoman

Diperhatikan

Pedoman Pedoman

Pedoman Pedoman

23 24BaKTINews BaKTINews

INFORMASI LEBIH LANJUTBeliau adalah Focal Point JiKTI Provinsi Sulawesi Selatan dan dapat dihubungi melalui email di [email protected]

berpotensi memicu perdebatan dan polemik. Dapatkah diyakini bahwa klinik perencanaan akan sanggup secara efektif mengurai kesemrawutan praktek perencanaan selama ini? A d a k a h j a m i n a n b a h w a k l i n i k perencanaan dapat berperan aktif dalam mengatasi hambatan-hambatan struktural dalam birokrasi yang seringkali membuat perencanaan tidak b e r ja l a n d i n a m i s ? A p a k a h b i s a dipastikan bahwa orang-orang yang n a nt i nya b e rad a d i ba l i k k l i n i k p e re n c a n a a n s u n g g u h - s u n g g u h memiliki kemampuan mumpuni untuk m e m b e r i ka n “ te ra p i ” d i b i d a n g perencanaan? Jangan sampai malah keberadaan klinik perencanaan justru nantinya menjadi bagian dari masalah. Kesangsian semacam ini selalu punya tempat di balik setiap gagasan. N a m u n b a g a i m a n a p u n k i t a m e m b u t u h k a n ja l u r l a i n u nt u k mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan perencanaan, karena jalur utama yang selama ini kita tempuh terbukti gagal. Memang belum ada jaminan bahwa jalur lain tersebut akan berhasil. Meskipun demikian jalur utama yang ditempuh selama ini terbukti belum berhasil mengatasi masalah tersebut. Pembentukan klinik perencanaan merupakan sebuah jalur lain yang menyimpang dari jalur utama. Meski tidak ada jaminan sepenuhnya akan berhasil karena begitu banyak faktor yang saling terkait yang menjadi penentu keberhasilan, namun setidaknya jalur lain secara implisit menawarkan sisi positif. Sisi positif tersebut adalah cara pandang baru, pendekatan baru, proses baru, pola relasi baru, kebijakan baru, tindakan baru, dan bisa jadi akan melahirkan inovasi dan kreatifiitas baru. Pe m b e nt u ka n k l i n i k p e re n ca n a a n t a n p a sepenuhnya disadari akan menimbulkan efek tersembunyi berupa peningkatan kapasitas berpikir di kalangan para pengambil kebijakan dan aparat pemerintah daerah.

Aspek-aspek dalam Klinik Perencanaan Jika argumentasi di atas dapat diterima dan kemudian mampu merangsang kita untuk membangun klinik perencanaan di daerah masing-masing, maka sedikitnya ada lima aspek yang perlu menjadi fokus perhatian.

Pe r t a m a a d a l a h a s p e k l e ga l i t a s g u n a memperkuat kedudukan dan keberadaan klinik p e re n c a n a a n . Pe m e r i n t a h d ae ra h h a r u s menyediakan payung hukum, minimal dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah. Peraturan tersebut, sedikitnya harus memuat tugas dan fungsi, struktur kelembagaan, sumber daya m a n u s i a , d a n m e k a n i s m e k e r j a k l i n i k perencanaan. Aspek tugas dan fungsi klinik perencanaan dapat dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah. Salah satu tugas utama yang harus diemban oleh klinik adalah membantu BAPPEDA dalam pelaksanaan tugas pengkoordinasian penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD. Adapun fungsinya adalah menfasilitasi dan mengasistensi penyusunan berbagai dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD, terlibat secara aktif dalam penyusunan berbagai dokumen perencanaan p e m b a n g u n a n d a e r a h d a n m e m b a n t u

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

meningkatkan kapasitas dan kompetensi tenaga perencana di SKPD. Ketiga adalah aspek struktur kelembagaan. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, klinik perencanaan harus berada atau menjadi bagian inheren dalam struktur kelembagaan BAPPEDA. Dengan demikian, badan ad-hoc ini bertanggung jawab langsung kepada Kepala BAPPEDA. Untuk memudahkan koordinasi, klinik perencanaan sebaiknya dipimpin oleh seorang koordinator. Struktur kelembagaan harus dibuat seramping dan sefungsional mungkin, serta menghindari hirarki struktur yang terlalu berjenjang. Klinik perencanaan sebaiknya dihuni oleh tenaga fungsional perencana yang di-SK-kan secara tersendiri oleh Kepala Daerah sebagai aspek sumber daya manusia. Mereka harus dibebaskan dari pekerjaan administratif-rutin-seremonial. Mereka benar-benar hanya fokus pada pekerjaan fungsional-subtantif-konstruktif di bidang perencanaan. Untuk efektifitas kerja, jumlah orang

yang bekerja di klinik ini sebaiknya dibatasi sekitar 5 hingga 7 orang. Mereka-mereka ini harus pernah terlibat dalam kegiatan perencanaan m i n i m a l 5 t a h u n , m e m i l i k i pengalaman dan wawasan luas di bidang perencanaan. Yang terakhir adalah aspek m e k a n i s m e k e r j a . S e l u r u h perkembangan dan hasil kerja klinik perencanaan harus dilaporkan kepada K e p a l a B A P P E D A . D a l a m melaksanakan tugasnya, klinik ini juga harus mengembangkan koordinasi horizontal dengan sekretaris dan bidang-bidang di lingkup BAPPEDA. Selain itu, klinik ini juga harus menfasilitasi dan mengasistensi penyusunan dokumen perencanaan d a n p e n g a n g g a r a n S K P D d a n b e r k o o r d i n a s i d e n g a n t e n a g a perencana di seluruh SKPD. Untuk mengefektifikan kerja-kerja klinik, badan ad-hoc ini harus menyusun modul dan manual perencanaan, serta pedoman dan template cara pengisian berbagai matriks dalam dokumen perencanaan dan penganggaran yang n a n t i nya m e n ja d i r u j u k a n d a n referensi bagi tenaga perencana SKPD d a l a m m e n y u s u n d o k u m e n perencanaan dan penganggarannya. Hampir bisa dipastikan bahwa klinik perencanaan tidak akan bisa menjalankan tugas dan fungsinya

secara optimal tanpa dukungan dari luar. Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga donor perlu mengambil peran signif ikan untuk memperkuat eksistensi klinik perencanaan. Mereka harus memberi dukungan secara berkelanjutan kepada klinik perencanaan, minimal untuk tiga hal , yaitu penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, dan fasilitasi penyusunan produk-produk perencanaan (modul, manual, buku pedoman, dan lainnya). Sekiranya klinik perencanaan dapat terbentuk di daerah, guna meningkatkan kualitas perencanaan di daerah.

RENSTRAKL

RENJAKL

RINCIANAPBN

RPJPNASIONAL

RPJMNASIONAL R K P RAPBN APBN

RPJPDAERAH

RPJMDAERAH RKPD RAPBD APBD

RENSTRASKPD

RENJASKPD

RKASKPD

dijabarkan

PPAS

KUA

diserasikan melalui MUSRENBANG

PENJABARANAPBD

PEMER

INTA

H PU

SAT

PEMER

INTA

H D

AER

AH

PERENCANAAN PENGANGGARAN

Alur Perencanaan & Penganggaran

RKA - KL

Diacu

Pedoman Pedoman Pedoman

Pedoman

Pedoman Dijabarkan Pedoman

Diacu

Pedoman

Diperhatikan

Pedoman Pedoman

Pedoman Pedoman

Ika Parera,Menginginkan Perempuan Bersuara

Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K. dan MARTINA MAJID

Penulis terkejut mendengar penjelasan dari perempuan ini, mengenai permasalahan sosial, terutama kekerasan terhadap

perempuan. Dengan bahasa Indonesia khas Ambon, Ika—nama panggilan perempuan tersebut—menguraikan panjang lebar mengenai kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di masyarakat Kota Ambon dan Kawasan Timur I n d o n e s i a p a d a u m u m nya . Me n u r u t nya , perempuan yang dicaci maki dan dipukul oleh suaminya dianggap biasa di Kawasan Timur Indonesia. Ika cukup paham dengan permasalahan sosial di Kawasan Timur Indonesia. Hal ini dikarenakan ia lahir dan dibesarkan di Kota Jayapura dan Manokwari. Ika juga rajin membaca, suatu aktivitas yang belum tentu dilakukan secara rajin

oleh pelajar/mahasiswa, guru, dan dosen. Perempuan bernama lengkap

Ika Parera lahir di Jayapura pada tanggal 13 Mei 1984. Ibu dari empat orang anak

perempuan ini adalah tipe perempuan mandiri dan kritis. Ia pernah bekerja sebagai kasir di sebuah hotel di Kota Ambon, tapi kemudian memutuskan b e r h e n t i k a r e n a m e r a s a d i p e r l a k u k a n t i d a k a d i l . Ia mengerjakan beberapa pekerjaan di luar tugas utamanya sebagai

kasir, namun tidak dihitung sebagai lembur atau diberi kompensasi dari tambahan pekerjaan tersebut.

Mengadvokasi Dana BOS Setelah berhenti sebagai kasir, Ika kemudian merintis usaha sendiri dengan membuka kios yang menyediakan berbagai kebutuhan bahan pokok. Dia juga menerima pesanan makanan dan kebutuhan konsumsi untuk acara-acara kantor, pernikahan, dan keagamaan. Dengan usaha sendiri, Ika dapat mengatur sendiri aktivitas dan waktunya. Sebagai Ketua Kelompok Konstituen (KK) Marawai, Negeri Hatalai, Kecamatan Leitimur Selatan, Ambon, Ika mengharapkan agar masyarakat tahu dan sadar mengenai hak-haknya. Menurutnya, selama ini sebagian masyarakat diam dan tidak berbuat apa-apa, padahal mereka diperlakukan tidak adil. Misalnya, ada warga yang tidak mendapat raskin (beras miskin), padahal pantas mendapatkan. Ada juga warga yang mendapat raskin, padahal secara ekonomi lebih baik. Bagi Ika, ini sangat tidak adil karena membuat orang-orang kecil semakin tersisih. Menurut Ika, masyarakat tidak tahu, atau kalau tahu pun tidak berani menyampaikan. Akhirnya m a sa l a h - m a sa l a h te rs e b ut t i d a k p e r n a h diselesaikan dan sengaja dibiarkan terus-menerus. Kondisi ini juga didukung adanya kelompok tertentu yang memperoleh keuntungan dari masalah tersebut. Oleh sebab itu harus ada pihak yang berani menyampaikan masalah tersebut kepada pemerintah. Itulah yang mendorong KK Marawai menerima pengaduan, mendata, dan mengadvokasi masalah-masalah yang riil di masyarakat. Salah satu masalah yang diadvokasi KK Marawai adalah dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) di Sekolah Dasar setempat. Menurut Ika, penduduk Negeri Hatalai mengeluhkan pengelolaan dana BOS. Masyarakat meminta KK Marawai untuk membantu mencari tahu pengelolaan Dana BOS di SD tersebut. KK Marawai memulai dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai Dana BOS di PPID (Pusat Pelayanan Informasi dan Data) Kota Ambon dan Dinas Pendidikan Kota Ambon. Untuk mendapatkan data, KK Marawai harus menyurat secara resmi dan ditanggapi dengan cepat. Data yang diperoleh selanjutnya dipelajari dan dirapatkan. Secara bersamaan Dinas Pendidikan Kota Ambon juga mengundang KK Marawai untuk berdialog. Staf Dinas Pendidikan Kota Ambon pun bergerak cepat turun ke sekolah tersebut.

S O S O K Pola pikir perempuan harus diubah, perempuan juga harus didukung supaya bisa mengubah dirinya, supaya tidak selalu menjadi korban kekerasan.

25 26BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

- Ika Parera

Ika Parera,Menginginkan Perempuan Bersuara

Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K. dan MARTINA MAJID

Penulis terkejut mendengar penjelasan dari perempuan ini, mengenai permasalahan sosial, terutama kekerasan terhadap

perempuan. Dengan bahasa Indonesia khas Ambon, Ika—nama panggilan perempuan tersebut—menguraikan panjang lebar mengenai kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di masyarakat Kota Ambon dan Kawasan Timur I n d o n e s i a p a d a u m u m nya . Me n u r u t nya , perempuan yang dicaci maki dan dipukul oleh suaminya dianggap biasa di Kawasan Timur Indonesia. Ika cukup paham dengan permasalahan sosial di Kawasan Timur Indonesia. Hal ini dikarenakan ia lahir dan dibesarkan di Kota Jayapura dan Manokwari. Ika juga rajin membaca, suatu aktivitas yang belum tentu dilakukan secara rajin

oleh pelajar/mahasiswa, guru, dan dosen. Perempuan bernama lengkap

Ika Parera lahir di Jayapura pada tanggal 13 Mei 1984. Ibu dari empat orang anak

perempuan ini adalah tipe perempuan mandiri dan kritis. Ia pernah bekerja sebagai kasir di sebuah hotel di Kota Ambon, tapi kemudian memutuskan b e r h e n t i k a r e n a m e r a s a d i p e r l a k u k a n t i d a k a d i l . Ia mengerjakan beberapa pekerjaan di luar tugas utamanya sebagai

kasir, namun tidak dihitung sebagai lembur atau diberi kompensasi dari tambahan pekerjaan tersebut.

Mengadvokasi Dana BOS Setelah berhenti sebagai kasir, Ika kemudian merintis usaha sendiri dengan membuka kios yang menyediakan berbagai kebutuhan bahan pokok. Dia juga menerima pesanan makanan dan kebutuhan konsumsi untuk acara-acara kantor, pernikahan, dan keagamaan. Dengan usaha sendiri, Ika dapat mengatur sendiri aktivitas dan waktunya. Sebagai Ketua Kelompok Konstituen (KK) Marawai, Negeri Hatalai, Kecamatan Leitimur Selatan, Ambon, Ika mengharapkan agar masyarakat tahu dan sadar mengenai hak-haknya. Menurutnya, selama ini sebagian masyarakat diam dan tidak berbuat apa-apa, padahal mereka diperlakukan tidak adil. Misalnya, ada warga yang tidak mendapat raskin (beras miskin), padahal pantas mendapatkan. Ada juga warga yang mendapat raskin, padahal secara ekonomi lebih baik. Bagi Ika, ini sangat tidak adil karena membuat orang-orang kecil semakin tersisih. Menurut Ika, masyarakat tidak tahu, atau kalau tahu pun tidak berani menyampaikan. Akhirnya m a sa l a h - m a sa l a h te rs e b ut t i d a k p e r n a h diselesaikan dan sengaja dibiarkan terus-menerus. Kondisi ini juga didukung adanya kelompok tertentu yang memperoleh keuntungan dari masalah tersebut. Oleh sebab itu harus ada pihak yang berani menyampaikan masalah tersebut kepada pemerintah. Itulah yang mendorong KK Marawai menerima pengaduan, mendata, dan mengadvokasi masalah-masalah yang riil di masyarakat. Salah satu masalah yang diadvokasi KK Marawai adalah dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) di Sekolah Dasar setempat. Menurut Ika, penduduk Negeri Hatalai mengeluhkan pengelolaan dana BOS. Masyarakat meminta KK Marawai untuk membantu mencari tahu pengelolaan Dana BOS di SD tersebut. KK Marawai memulai dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai Dana BOS di PPID (Pusat Pelayanan Informasi dan Data) Kota Ambon dan Dinas Pendidikan Kota Ambon. Untuk mendapatkan data, KK Marawai harus menyurat secara resmi dan ditanggapi dengan cepat. Data yang diperoleh selanjutnya dipelajari dan dirapatkan. Secara bersamaan Dinas Pendidikan Kota Ambon juga mengundang KK Marawai untuk berdialog. Staf Dinas Pendidikan Kota Ambon pun bergerak cepat turun ke sekolah tersebut.

S O S O K Pola pikir perempuan harus diubah, perempuan juga harus didukung supaya bisa mengubah dirinya, supaya tidak selalu menjadi korban kekerasan.

25 26BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

- Ika Parera

sering dinilai dari sisi negatif. Oleh sebab itu perlunya mengubah pola pikir perempuan. Perempuan harus tahu dan sadar bahwa mereka mempunyai hak-hak dan tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang. Ika menjelaskan, Yayasan Arika Mahina bekerjasama dengan Yayasan BaKTI—melalui P r o g r a m M A M P U — t e l a h m e m f a s i l i t a s i pembentukan dan penguatan KK sejak awal 2014. D e n ga n a d a ny a K K , w a r ga l e b i h m u d a h berhubungan dengan wakil mereka di parlemen m a u p u n m e m b a n g u n h u b u n ga n d e n ga n pemerintah. Bagi Ika, kekuatan KK terletak pada keanggotaannya yang sebagian besar perempuan. Sementara pembentukan kelompok-kelompok sebelumnya sebagian besar beranggotakan laki-laki. Dengan begitu, perempuan diberi ruang yang lebih baik untuk mengembangkan diri dan mengubah pola pikir.

*Negeri = desa adat, yang dipimpin oleh Raja

maupun anak, tetangga dan masyarakat hanya bisa diam. “Yang lebih salah lagi, kalau ada KDRT, maka yang salah juga perempuan. Jadi perempuan itu selalu salah, walaupun dia menjadi korban kekerasan,” keluh alumni SD Negeri 16 Ambon dan SMP Negeri 4 Ambon ini. Sejak dipercaya menjadi Ketua KK Marawai, Ika ingin menjembatani keluhan warga terkait dengan pelayanan sosial, di antaranya adalah masalah raskin yang tidak tepat sasaran, kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan pendidikan. Saat ini KK Marawai mencari data kemiskinan dan meminta data penerima raskin di Desa Hatalai untuk mendiskusikan dan mencocokkan siapa yang pantas menerima raskin dan siapa yang tidak pantas menerima. KK di Negeri Hatalai dinamakan Marawai. Marawai adalah nama tempat di Negeri Hatalai yang digunakan sebagai tempat memulai berbagai kegiatan adat. Dengan memberi nama sesuai dengan nama yang dihormati oleh warga Hatalai, diharapkan KK Marawai bisa berbuat lebih baik bagi perempuan dan masyarakat.Negeri* Hatalai berpenduduk 226 kepala keluarga dan 1.034 jiwa, yang terdiri dari 497 laki-laki dan 537 perempuan. Itu berarti, jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Namun potensi perempuan yang ada hanya sedikit, hal ini tentu dikarenakan perempuan lebih banyak diam dan

A k h i r ny a ke p a l a s e ko l a h b e r s a n g k u t a n mengundang Ketua Komite Sekolah untuk membicarakan keluhan warga selama ini. Upaya ini kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan K o m i t e S e k o l a h d a n D e w a n G u r u y a n g menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu transparansi pengelolaan dana BOS, pengelolaan dana BOS melibatkan Komite Sekolah, dan monitoring dan pengawasan dana BOS dari KK Marawai.

Perempuan Harus Bersuara Pengalaman mengadvokasi Dana BOS tersebut, bagi Ika adalah sesuatu yang penting. Bukan hanya karena Ika adalah Ketua KK Marawai, akan tetapi d i a a d a l a h p e re m p u a n y a n g m e m i m p i n perempuan untuk mengadvokasi seorang perempuan. Mayoritas anggota KK adalah perempuan dan Kepala SD setempat yang diadvokasi juga seorang perempuan. Apa yang dilakukan oleh KK Marawai sesuai dengan prosedur dan etika, meskipun mungkin ada pihak yang tidak senang dengan upaya yang dilakukannya. Ibu dari El Gracia Salamena, Christa Tresya Salamena, Grizelda Aurelia Salamena, dan Gilda Alicia Salamena ini menuturkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh KK Marawai menggunakan surat resmi dan melaporkan kegiatan-kegiatan tersebut kepada Ibu Raja (setara

dengan Kepala Desa). Sehingga kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan juga diketahui oleh pemerintah daerah setempat. Perempuan yang juga aktif dalam pelayanan perempuan di Gereja ini, menuturkan bahwa perempuan perlu bersuara, serta mampu m e nya m p a i k a n h a l - h a l ya n g m e r u g i k a n perempuan dan masyarakat. Laki-laki biasanya diam, karena mereka tidak merasakan langsung permasalahan-permasalahan dalam keluarga. Kalau laki-laki diam dan perempuan juga diam, berarti tidak ada perbaikan dan tidak ada kemajuan masyarakat.

Mengubah Pola Pikir Perempuan Bagi lulusan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Ambon ini, perempuan mempunyai kemampuan yang sama dengan laki-laki. Hanya saja perempuan memiliki kesempatan yang lebih sedikit. Hal ini juga didukung dengan adanya anggapan bahwa perempuan hanya cocok dan pantas bekerja di rumah. Masyarakat masih melihat perempuan secara negatif bila bekerja di luar rumah. Padahal kenyataannya ibu-ibu yang berdagang di pasar, penjual ikan, penjual jamu dan masih banyak lagi, mayoritas adalah perempuan dan pekerjaan tersebut berlangsung di luar rumah. Demikian juga kalau terjadi kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT), baik korbannya perempuan

27 BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 28BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Database & Publikasi Media Officer MAMPU-BaKTI dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Ilustrasi FG

sering dinilai dari sisi negatif. Oleh sebab itu perlunya mengubah pola pikir perempuan. Perempuan harus tahu dan sadar bahwa mereka mempunyai hak-hak dan tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang. Ika menjelaskan, Yayasan Arika Mahina bekerjasama dengan Yayasan BaKTI—melalui P r o g r a m M A M P U — t e l a h m e m f a s i l i t a s i pembentukan dan penguatan KK sejak awal 2014. D e n ga n a d a ny a K K , w a r ga l e b i h m u d a h berhubungan dengan wakil mereka di parlemen m a u p u n m e m b a n g u n h u b u n ga n d e n ga n pemerintah. Bagi Ika, kekuatan KK terletak pada keanggotaannya yang sebagian besar perempuan. Sementara pembentukan kelompok-kelompok sebelumnya sebagian besar beranggotakan laki-laki. Dengan begitu, perempuan diberi ruang yang lebih baik untuk mengembangkan diri dan mengubah pola pikir.

*Negeri = desa adat, yang dipimpin oleh Raja

maupun anak, tetangga dan masyarakat hanya bisa diam. “Yang lebih salah lagi, kalau ada KDRT, maka yang salah juga perempuan. Jadi perempuan itu selalu salah, walaupun dia menjadi korban kekerasan,” keluh alumni SD Negeri 16 Ambon dan SMP Negeri 4 Ambon ini. Sejak dipercaya menjadi Ketua KK Marawai, Ika ingin menjembatani keluhan warga terkait dengan pelayanan sosial, di antaranya adalah masalah raskin yang tidak tepat sasaran, kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan pendidikan. Saat ini KK Marawai mencari data kemiskinan dan meminta data penerima raskin di Desa Hatalai untuk mendiskusikan dan mencocokkan siapa yang pantas menerima raskin dan siapa yang tidak pantas menerima. KK di Negeri Hatalai dinamakan Marawai. Marawai adalah nama tempat di Negeri Hatalai yang digunakan sebagai tempat memulai berbagai kegiatan adat. Dengan memberi nama sesuai dengan nama yang dihormati oleh warga Hatalai, diharapkan KK Marawai bisa berbuat lebih baik bagi perempuan dan masyarakat.Negeri* Hatalai berpenduduk 226 kepala keluarga dan 1.034 jiwa, yang terdiri dari 497 laki-laki dan 537 perempuan. Itu berarti, jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Namun potensi perempuan yang ada hanya sedikit, hal ini tentu dikarenakan perempuan lebih banyak diam dan

A k h i r ny a ke p a l a s e ko l a h b e r s a n g k u t a n mengundang Ketua Komite Sekolah untuk membicarakan keluhan warga selama ini. Upaya ini kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan K o m i t e S e k o l a h d a n D e w a n G u r u y a n g menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu transparansi pengelolaan dana BOS, pengelolaan dana BOS melibatkan Komite Sekolah, dan monitoring dan pengawasan dana BOS dari KK Marawai.

Perempuan Harus Bersuara Pengalaman mengadvokasi Dana BOS tersebut, bagi Ika adalah sesuatu yang penting. Bukan hanya karena Ika adalah Ketua KK Marawai, akan tetapi d i a a d a l a h p e re m p u a n y a n g m e m i m p i n perempuan untuk mengadvokasi seorang perempuan. Mayoritas anggota KK adalah perempuan dan Kepala SD setempat yang diadvokasi juga seorang perempuan. Apa yang dilakukan oleh KK Marawai sesuai dengan prosedur dan etika, meskipun mungkin ada pihak yang tidak senang dengan upaya yang dilakukannya. Ibu dari El Gracia Salamena, Christa Tresya Salamena, Grizelda Aurelia Salamena, dan Gilda Alicia Salamena ini menuturkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh KK Marawai menggunakan surat resmi dan melaporkan kegiatan-kegiatan tersebut kepada Ibu Raja (setara

dengan Kepala Desa). Sehingga kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan juga diketahui oleh pemerintah daerah setempat. Perempuan yang juga aktif dalam pelayanan perempuan di Gereja ini, menuturkan bahwa perempuan perlu bersuara, serta mampu m e nya m p a i k a n h a l - h a l ya n g m e r u g i k a n perempuan dan masyarakat. Laki-laki biasanya diam, karena mereka tidak merasakan langsung permasalahan-permasalahan dalam keluarga. Kalau laki-laki diam dan perempuan juga diam, berarti tidak ada perbaikan dan tidak ada kemajuan masyarakat.

Mengubah Pola Pikir Perempuan Bagi lulusan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Ambon ini, perempuan mempunyai kemampuan yang sama dengan laki-laki. Hanya saja perempuan memiliki kesempatan yang lebih sedikit. Hal ini juga didukung dengan adanya anggapan bahwa perempuan hanya cocok dan pantas bekerja di rumah. Masyarakat masih melihat perempuan secara negatif bila bekerja di luar rumah. Padahal kenyataannya ibu-ibu yang berdagang di pasar, penjual ikan, penjual jamu dan masih banyak lagi, mayoritas adalah perempuan dan pekerjaan tersebut berlangsung di luar rumah. Demikian juga kalau terjadi kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT), baik korbannya perempuan

27 BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 28BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Database & Publikasi Media Officer MAMPU-BaKTI dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Ilustrasi FG

Standard Pelayanan Minimal di bidang kesehatan adalah acuan layanan publik di b i d a n g kes e h at a n . P E R M E N K E S No.

741/Menkes/Per/VII/2008 menjadi payung hukum kebijakan ini. Dengan kehadiran payung hukum SPM dan otonomi daerah, Indonesia menetapkan urusan kesehatan sebagai urusan wajib bagi pemerintah daerah. Dengan kata lain, ada jenis dan m u t u p e l a y a n a n k e s e h a t a n y a n g w a j i b diselenggarakan pemerintah daerah, karena setiap warga berhak mendapatkan layanan kesehatan yang bermutu.

Satu acuan untuk semua Dengan payung hukum yang menyertainya, Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan (SPMKes) menjadi acuan wajib bagi pemerintah d ae ra h , k hu su s nya D i n a s Kes e h at a n d a n Puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan. SPM menjadi alat evaluasi kinerja bagi Pemda, seperti Laporan Kinerja Dinas kepada Kepala Daerah melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah. SPM juga menjadi alat evaluasi bagi P e m e r i n t a h P u s a t t e r h a d a p k u a l i t a s penyelenggaraan pelayanan publik pada Pemerintah Daerah.

29 BaKTINews 30BaKTINews

SPM menjadi acuan DPRD ketika membuat dan menentukan kebijakan anggaran dan juga bagi shareholder lain seperti Program KINERJA-USAID Papua ketika berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan di Papua. SPM juga menjadi acuan bagi masyarakat untuk mengawasi dan berpartisipasi d a l a m p e ny e l e n g g a r a a n p e l ay a n a n d a n pembangunan kesehatan. Dalam Program KINERJA-USAID Papua, peran pengawasan, penyeimbang bagi penerapan SPM Kesehatan dilakukan melalui mekanisme Multi Stakeholder Forum dan Jurnalis Warga.

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Program KINERJA - USAID Penerapan SPM Untuk Memenuhi 18 Indikator SPMDi tingkat Puskesmas Mencermati indikator-indikator di atas -kecuali indikator butir ke-17- merupakan jenis dan mutu pelayanan kesehatan yang seharusnya diterima masyarakat di sarana layanan kesehatan tingkat pertama (Puskesmas). Jika ketujuh belas indikator SPM merupakan beban dan tanggung jawab Puskesmas semata, dan satu indikator yang

memerlukan rujukan ke pelayanan kesehatan tingkat berikutnya, hal ini menunjukkan kinerja pemerintah daerah di bidang kesehatan berada di tingkatPuskesmas. Dengan sudut pandang di atas, dibutuhkan Puskesmas yang partisipatif dalam perencanaan strategi pencapaian SPM bersama Dinas Kesehatan dan Forum Multi Pihak sebagai “dewan kesehatan” di Puskesmas. Puskesmas menjadi cermin dari kordinasi dan kerjasama lintas program maupun lintas sektor. Pendampingan yang dilakukan KINERJA-USAID Papua pada beberapa Puskesmas dan Dinas

Kesehatan, diarahkan pada profesionalitas manajemen Puskesmas. Profesionalitas ini berkontribusi pada paradigma pencapaian SPM yang direncanakan dan disesuaikan targetnya oleh Puskemas masing-masing. Target antar Puskesmas belum tentu sama, berdasarkan kapasitas sumber daya manusia yang dimiliki, sarana dan prasarana, serta populasi masyarakat di wilayah kerja. Sering terjadi kesalahan interpretasi terhadap target capaian. Sehingga ketidakwajaran

p e n c a p a i a n h i n g g a 2 0 0 % t i d a k d i t e m u k a n l a g i . H a l i n i s e m a t a dikarenakan kesalahan proyeksi jumlah penduduk atau pun interpretasi yang kurang tepat mengenai Juknis SPM. P u s k e s m a s s e r i n g k a l i melakukan kesalahan dalam menyusun program-programnya. Seperti sering memprioritaskan fungsi pengembangan daripada pemenuhan kesehatan wajib kepada masyarakat. Meski di satu sisi praktik semacam ini dilihat sebagai dukungan kepada program dan target yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Namun di sisi lain, Puskesmas melalaikan amanat dalam m e n j a d i w a j a h p e m e n u h a n h a k kesehatan rakyat. D e n g a n a d a n y a S P M , perencanaan di tingkat Puskesmas d i h a r a p k a n b e r k o n t r i b u s i p a d a pemenuhan target SPM di tingkat kabupaten/kota. Merujuk pada target inilah maka Puskesmas kemudian menyusun Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada pada wilayah kerjanya. Dengan kata lain, Puskesmas menyusun rencana kegiatan berdasarkan target yang ditetapkan Dinas Kesehatan K a b u p a t e n / K o t a d a l a m r a n g k a pemenuhan target SPM pada tingkat kabupaten/kota.

Di tingkat Dinas Kesehatan Program-program pada Dinas Kesehatan dibuat berdasarkan jumlah anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu, dan sering hanya merujuk pada program-program yang ada pada periode sebelumnya. Oleh sebab itu, program-program yang dilaksanakan tidak selalu mengatasi persoalan kesehatan masyarakat, salah sasaran, dan tidak mampu memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya SPM, Dinas Kesehatan harus memperbaiki proses perencanaan, penganggaran,

Jalan Panjang Mewujudkan SPM Kesehatan di Papua

Oleh LUNA VIDYA

Cakupan kunjungan ibu hamil K4

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan

Cakupan pelayanan nifas

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Cakupan kunjungan bayi

Cakupan kelurahan/desa Universal Child Immunization (UCI)

Cakupan pelayanan anak balita

Cakupan pemberian MPAsi (Makanan Pengganti ASI) pada anak usia 6 sampai 24 bulan keluarga miskin

Cakupan penderita gizi buruk mendapatkan perawatan

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat

Cakupan peserta KB aktif

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP (Lumpuh Layuh Akut), pneumonia balita, TB paru, DBD dan Diare

Cakupan Yankesdas (Pelayanan Kesehatan Dasar) masyarakat miskin

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin

Cakupan pelayanan Gawat Darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan kabupaten/kota

Cakupan kelurahan/desa mengalami Kejadian Luar Biasa yang dilakukan penyelidikan epidemiologi 24 jam

Cakupan desa siaga aktif

88 %

73 %

88 %

88 %

70 %

86 %

90 %

81 %

100 %

100 %

100 %

63 %

100 %

100 %

100 %

18 INDIKATOR SPM (ditetapkan 2013)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

L A Y A N A N TARGET

Standard Pelayanan Minimal di bidang kesehatan adalah acuan layanan publik di b i d a n g kes e h at a n . P E R M E N K E S No.

741/Menkes/Per/VII/2008 menjadi payung hukum kebijakan ini. Dengan kehadiran payung hukum SPM dan otonomi daerah, Indonesia menetapkan urusan kesehatan sebagai urusan wajib bagi pemerintah daerah. Dengan kata lain, ada jenis dan m u t u p e l a y a n a n k e s e h a t a n y a n g w a j i b diselenggarakan pemerintah daerah, karena setiap warga berhak mendapatkan layanan kesehatan yang bermutu.

Satu acuan untuk semua Dengan payung hukum yang menyertainya, Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan (SPMKes) menjadi acuan wajib bagi pemerintah d ae ra h , k hu su s nya D i n a s Kes e h at a n d a n Puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan. SPM menjadi alat evaluasi kinerja bagi Pemda, seperti Laporan Kinerja Dinas kepada Kepala Daerah melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah. SPM juga menjadi alat evaluasi bagi P e m e r i n t a h P u s a t t e r h a d a p k u a l i t a s penyelenggaraan pelayanan publik pada Pemerintah Daerah.

29 BaKTINews 30BaKTINews

SPM menjadi acuan DPRD ketika membuat dan menentukan kebijakan anggaran dan juga bagi shareholder lain seperti Program KINERJA-USAID Papua ketika berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan di Papua. SPM juga menjadi acuan bagi masyarakat untuk mengawasi dan berpartisipasi d a l a m p e ny e l e n g g a r a a n p e l ay a n a n d a n pembangunan kesehatan. Dalam Program KINERJA-USAID Papua, peran pengawasan, penyeimbang bagi penerapan SPM Kesehatan dilakukan melalui mekanisme Multi Stakeholder Forum dan Jurnalis Warga.

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

Program KINERJA - USAID Penerapan SPM Untuk Memenuhi 18 Indikator SPMDi tingkat Puskesmas Mencermati indikator-indikator di atas -kecuali indikator butir ke-17- merupakan jenis dan mutu pelayanan kesehatan yang seharusnya diterima masyarakat di sarana layanan kesehatan tingkat pertama (Puskesmas). Jika ketujuh belas indikator SPM merupakan beban dan tanggung jawab Puskesmas semata, dan satu indikator yang

memerlukan rujukan ke pelayanan kesehatan tingkat berikutnya, hal ini menunjukkan kinerja pemerintah daerah di bidang kesehatan berada di tingkatPuskesmas. Dengan sudut pandang di atas, dibutuhkan Puskesmas yang partisipatif dalam perencanaan strategi pencapaian SPM bersama Dinas Kesehatan dan Forum Multi Pihak sebagai “dewan kesehatan” di Puskesmas. Puskesmas menjadi cermin dari kordinasi dan kerjasama lintas program maupun lintas sektor. Pendampingan yang dilakukan KINERJA-USAID Papua pada beberapa Puskesmas dan Dinas

Kesehatan, diarahkan pada profesionalitas manajemen Puskesmas. Profesionalitas ini berkontribusi pada paradigma pencapaian SPM yang direncanakan dan disesuaikan targetnya oleh Puskemas masing-masing. Target antar Puskesmas belum tentu sama, berdasarkan kapasitas sumber daya manusia yang dimiliki, sarana dan prasarana, serta populasi masyarakat di wilayah kerja. Sering terjadi kesalahan interpretasi terhadap target capaian. Sehingga ketidakwajaran

p e n c a p a i a n h i n g g a 2 0 0 % t i d a k d i t e m u k a n l a g i . H a l i n i s e m a t a dikarenakan kesalahan proyeksi jumlah penduduk atau pun interpretasi yang kurang tepat mengenai Juknis SPM. P u s k e s m a s s e r i n g k a l i melakukan kesalahan dalam menyusun program-programnya. Seperti sering memprioritaskan fungsi pengembangan daripada pemenuhan kesehatan wajib kepada masyarakat. Meski di satu sisi praktik semacam ini dilihat sebagai dukungan kepada program dan target yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Namun di sisi lain, Puskesmas melalaikan amanat dalam m e n j a d i w a j a h p e m e n u h a n h a k kesehatan rakyat. D e n g a n a d a n y a S P M , perencanaan di tingkat Puskesmas d i h a r a p k a n b e r k o n t r i b u s i p a d a pemenuhan target SPM di tingkat kabupaten/kota. Merujuk pada target inilah maka Puskesmas kemudian menyusun Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada pada wilayah kerjanya. Dengan kata lain, Puskesmas menyusun rencana kegiatan berdasarkan target yang ditetapkan Dinas Kesehatan K a b u p a t e n / K o t a d a l a m r a n g k a pemenuhan target SPM pada tingkat kabupaten/kota.

Di tingkat Dinas Kesehatan Program-program pada Dinas Kesehatan dibuat berdasarkan jumlah anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu, dan sering hanya merujuk pada program-program yang ada pada periode sebelumnya. Oleh sebab itu, program-program yang dilaksanakan tidak selalu mengatasi persoalan kesehatan masyarakat, salah sasaran, dan tidak mampu memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya SPM, Dinas Kesehatan harus memperbaiki proses perencanaan, penganggaran,

Jalan Panjang Mewujudkan SPM Kesehatan di Papua

Oleh LUNA VIDYA

Cakupan kunjungan ibu hamil K4

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan

Cakupan pelayanan nifas

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Cakupan kunjungan bayi

Cakupan kelurahan/desa Universal Child Immunization (UCI)

Cakupan pelayanan anak balita

Cakupan pemberian MPAsi (Makanan Pengganti ASI) pada anak usia 6 sampai 24 bulan keluarga miskin

Cakupan penderita gizi buruk mendapatkan perawatan

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat

Cakupan peserta KB aktif

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP (Lumpuh Layuh Akut), pneumonia balita, TB paru, DBD dan Diare

Cakupan Yankesdas (Pelayanan Kesehatan Dasar) masyarakat miskin

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin

Cakupan pelayanan Gawat Darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan kabupaten/kota

Cakupan kelurahan/desa mengalami Kejadian Luar Biasa yang dilakukan penyelidikan epidemiologi 24 jam

Cakupan desa siaga aktif

88 %

73 %

88 %

88 %

70 %

86 %

90 %

81 %

100 %

100 %

100 %

63 %

100 %

100 %

100 %

18 INDIKATOR SPM (ditetapkan 2013)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

L A Y A N A N TARGET

31 32BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

penyelenggaraan pelayanan serta monitoring dan evaluasi kegiatan berbasis standar, serta bekerja sama dengan dinas terkait dan masyarakat dalam upaya memenuhi capaian target tesebut.

Pembiayaan SPM Usulan perbaikan di tingkat Dinas Kesehatan untuk membangun paradigma SPM pada aspek kebijakan, perencanaan, penganggaran dan hasil yang dicapai adalah melakukan evaluasi dalam penerapan standar pelayanan minimal. Kedua, melakukan identifikasi kesenjangan terhadap target SPM. Identifikasi ini akan menghasilkan nilai kesenjangan. Misalnya, jika pencapaian Puskesmas saat ini dianggap sekitar 70%, sementara target SPM adalah 100%, maka nilai kesenjangan adalah selisih dari target SPM dengan kondisi yang ada saat ini yaitu 30%. Proses ketiga adalah dengan mengidentifikasi penyebab kesenjangan sebagai dasar perumusan program alternatif. Dan keempat, menentukan program prioritas. Dengan merujuk pada nilai kesenjangan yang diperoleh senilai 30% tadi dan hasil identifikasi penyebab kesenjangan, maka dilakukanlah proses prioritisasi program dan penghitungan biaya yang diperlukan. Seluruh proses ini disebut dengan proses pembiayaan SPM. Pembiayaan SPM merupakan salah satu proses dalam penerapan SPM yang didukung oleh KINERJA-USAID. Proses pembiayaan SPM dilakukan melalui sejumlah lokakarya dan FGD yang dihadiri oleh BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan kelompok masyarakat peduli

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi lebih lanjut mengenai Program KINERJA-USAID Papua, Anda dapat menghubungi Sdri. Luna Vidya melalui email [email protected]

kesehatan (Forum Multi Stakeholder). Melalui beragam pertemuan ini, program prioritas dan biaya yang akan dialokasikan untuk menerapkan SPM Kesehatan tersebut disepakati. Hasil pembiayaan SPM kemudian dibawa ke publik melalui konsultasi publik bersama kelompok masyarakat dan dinas guna memperoleh dukungan pelaksanaan dan pemantauan. Kesepakatan yang diperoleh pada konsultasi publik selanjutnya ditindaklanjuti melalui integrasi hasil pembiayaan. Program prioritas yang dirancang untuk d i d a n a i l e w a t A P B D k a b u p a t e n / k o t a diintegrasikan ke dalam Dokumen Perencanaan

Ta h u n a n d a n J a n g k a M e n e n g a h s e r t a penganggaran daerah, khususnya perencanaan dan penganggaran Dinas Kesehatan. Sedangkan program prioritas yang dirancang untuk didanai sumber lain diusulkan kepada institusi yang berwenang atas sumber pendanaan tersebut.

Perubahan yang terjadi di Papua Selama kurang lebih satu setengah tahun upaya penerapan pelayanan kesehatan berbasis SPM di Papua, muncul beberapa catatan optimis. Catatan tersebut antara lain adalah isu pencapaian SPM sudah menjadi isu bersama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan masyarakat. SPM menjadi acuan kinerja Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang menjadikan pelayanan berbasis st a n d a r d a l a m m e n g h ad i r ka n p e l aya n a n kesehatan. Contohnya, di Kabupaten Jayawijaya, Perencanaan Tingkat Puskesmas berbasis SPM mulai dikembangkan dan dilaksanakan.

Pe re n ca n a a n d a n p e n ga n g ga ra n l e b i h berorientasi kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan mulai banyak Puskesmas yang menunjukkan perbaikan kinerja pelayanan. Dengan komitmen p e n e r a p a n S P M d a n p e r b a i k a n m e t o d e perencanaan, sejumlah Puskesmas dampingan di Kabupaten Jayawijaya, Jayapura dan Kota Jayapura berhasil mencapai target pelayanan minimal. Kabupaten Jayawijaya berhasil menyusun Rencana Strategi Bidang Kesehatan tahun 2014-2018. Hal-hal inilah yang menjadi indikator bahwa Puskesmas mengalami peningkatan kinerja dari tahun-tahun sebelumnya. Implikasi biaya dari penerapan perencanaan berbasis SPM ini juga patut dicatat. Di Kabupaten Jayapura, hasil costing SPM masuk dalam APBD 2014 sebesar Rp 5,7 milyar. Dinas Kesehatan Kota Jayapura, berhasil mengintegrasikan hasil costing SPM ke dalam APBD sebesar kurang lebih Rp 2,5 milyar. Plan of Action ketiga belas Puskesmas di Kabupaten Jayawijaya memasukkan indikator pencapaian SPM dengan pembiayaan Rp 8 milyar. Sumber-sumber pendanaan pun dapat dipetakan dengan lebih jelas, seperti yang dipraktikkan di Kabupaten Jayawijaya. Misalnya, untuk biaya rutin seperti minilok, listrik digunakan sumber melalui DAU. Pelayanan dalam gedung, menggunakan sumber dana dari BPJS. Dan untuk pelayanan luar gedung mengambil sumber dana dari Jamkesda dan BOK. Beberapa inovasi dari Puskesmas dibangun, seperti desain program promosi kesehatan yang lebih kreatif. Misalnya, Kelas Ibu Hamil, yang diselenggarakan di Puskesmas Abe Pantai melalui Buku Mara-mara, sebuah mekanisme pengukuran kepuasan layanan di Puskesmas. Melalui mekanisme ini, masyarakat dimudahkan memberi masukan dengan cara-cara yang disesuaikan dengan keadaan setempat. Penerapan SPM bidang Kesehatan di Papua tidak hanya melibatkan Dinas Kesehatan dan Puskesmas, namun juga dinas lain terkait serta masyarakat yang peduli atas kesehatan masyarakat Papua. Dengan komitmen tinggi dan kolaborasi antar pihak, SPM dapat diterapkan dan menjadikan program yang direncanakan berorientasi hasil, kreatif, inovatif, dan tepat sasaran. Sehingga pemenuhan hak kesehatan bisa dilakukan lebih terarah dan maksimal.

Foto

: Dok

. KIN

ERJA

- U

SAID

samseksuP id M PS

sisabreb naanacnerep s es or P

Rencana Usulan Kegiatan

Puskesmas

Grafik Alur perencanaan SPM

2010 2011 2012 2013 2014

Kine

rja

Grafik Peningkatan Kinerja Puskesmas

31 32BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

penyelenggaraan pelayanan serta monitoring dan evaluasi kegiatan berbasis standar, serta bekerja sama dengan dinas terkait dan masyarakat dalam upaya memenuhi capaian target tesebut.

Pembiayaan SPM Usulan perbaikan di tingkat Dinas Kesehatan untuk membangun paradigma SPM pada aspek kebijakan, perencanaan, penganggaran dan hasil yang dicapai adalah melakukan evaluasi dalam penerapan standar pelayanan minimal. Kedua, melakukan identifikasi kesenjangan terhadap target SPM. Identifikasi ini akan menghasilkan nilai kesenjangan. Misalnya, jika pencapaian Puskesmas saat ini dianggap sekitar 70%, sementara target SPM adalah 100%, maka nilai kesenjangan adalah selisih dari target SPM dengan kondisi yang ada saat ini yaitu 30%. Proses ketiga adalah dengan mengidentifikasi penyebab kesenjangan sebagai dasar perumusan program alternatif. Dan keempat, menentukan program prioritas. Dengan merujuk pada nilai kesenjangan yang diperoleh senilai 30% tadi dan hasil identifikasi penyebab kesenjangan, maka dilakukanlah proses prioritisasi program dan penghitungan biaya yang diperlukan. Seluruh proses ini disebut dengan proses pembiayaan SPM. Pembiayaan SPM merupakan salah satu proses dalam penerapan SPM yang didukung oleh KINERJA-USAID. Proses pembiayaan SPM dilakukan melalui sejumlah lokakarya dan FGD yang dihadiri oleh BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan kelompok masyarakat peduli

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk informasi lebih lanjut mengenai Program KINERJA-USAID Papua, Anda dapat menghubungi Sdri. Luna Vidya melalui email [email protected]

kesehatan (Forum Multi Stakeholder). Melalui beragam pertemuan ini, program prioritas dan biaya yang akan dialokasikan untuk menerapkan SPM Kesehatan tersebut disepakati. Hasil pembiayaan SPM kemudian dibawa ke publik melalui konsultasi publik bersama kelompok masyarakat dan dinas guna memperoleh dukungan pelaksanaan dan pemantauan. Kesepakatan yang diperoleh pada konsultasi publik selanjutnya ditindaklanjuti melalui integrasi hasil pembiayaan. Program prioritas yang dirancang untuk d i d a n a i l e w a t A P B D k a b u p a t e n / k o t a diintegrasikan ke dalam Dokumen Perencanaan

Ta h u n a n d a n J a n g k a M e n e n g a h s e r t a penganggaran daerah, khususnya perencanaan dan penganggaran Dinas Kesehatan. Sedangkan program prioritas yang dirancang untuk didanai sumber lain diusulkan kepada institusi yang berwenang atas sumber pendanaan tersebut.

Perubahan yang terjadi di Papua Selama kurang lebih satu setengah tahun upaya penerapan pelayanan kesehatan berbasis SPM di Papua, muncul beberapa catatan optimis. Catatan tersebut antara lain adalah isu pencapaian SPM sudah menjadi isu bersama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan masyarakat. SPM menjadi acuan kinerja Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang menjadikan pelayanan berbasis st a n d a r d a l a m m e n g h ad i r ka n p e l aya n a n kesehatan. Contohnya, di Kabupaten Jayawijaya, Perencanaan Tingkat Puskesmas berbasis SPM mulai dikembangkan dan dilaksanakan.

Pe re n ca n a a n d a n p e n ga n g ga ra n l e b i h berorientasi kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan mulai banyak Puskesmas yang menunjukkan perbaikan kinerja pelayanan. Dengan komitmen p e n e r a p a n S P M d a n p e r b a i k a n m e t o d e perencanaan, sejumlah Puskesmas dampingan di Kabupaten Jayawijaya, Jayapura dan Kota Jayapura berhasil mencapai target pelayanan minimal. Kabupaten Jayawijaya berhasil menyusun Rencana Strategi Bidang Kesehatan tahun 2014-2018. Hal-hal inilah yang menjadi indikator bahwa Puskesmas mengalami peningkatan kinerja dari tahun-tahun sebelumnya. Implikasi biaya dari penerapan perencanaan berbasis SPM ini juga patut dicatat. Di Kabupaten Jayapura, hasil costing SPM masuk dalam APBD 2014 sebesar Rp 5,7 milyar. Dinas Kesehatan Kota Jayapura, berhasil mengintegrasikan hasil costing SPM ke dalam APBD sebesar kurang lebih Rp 2,5 milyar. Plan of Action ketiga belas Puskesmas di Kabupaten Jayawijaya memasukkan indikator pencapaian SPM dengan pembiayaan Rp 8 milyar. Sumber-sumber pendanaan pun dapat dipetakan dengan lebih jelas, seperti yang dipraktikkan di Kabupaten Jayawijaya. Misalnya, untuk biaya rutin seperti minilok, listrik digunakan sumber melalui DAU. Pelayanan dalam gedung, menggunakan sumber dana dari BPJS. Dan untuk pelayanan luar gedung mengambil sumber dana dari Jamkesda dan BOK. Beberapa inovasi dari Puskesmas dibangun, seperti desain program promosi kesehatan yang lebih kreatif. Misalnya, Kelas Ibu Hamil, yang diselenggarakan di Puskesmas Abe Pantai melalui Buku Mara-mara, sebuah mekanisme pengukuran kepuasan layanan di Puskesmas. Melalui mekanisme ini, masyarakat dimudahkan memberi masukan dengan cara-cara yang disesuaikan dengan keadaan setempat. Penerapan SPM bidang Kesehatan di Papua tidak hanya melibatkan Dinas Kesehatan dan Puskesmas, namun juga dinas lain terkait serta masyarakat yang peduli atas kesehatan masyarakat Papua. Dengan komitmen tinggi dan kolaborasi antar pihak, SPM dapat diterapkan dan menjadikan program yang direncanakan berorientasi hasil, kreatif, inovatif, dan tepat sasaran. Sehingga pemenuhan hak kesehatan bisa dilakukan lebih terarah dan maksimal.

Foto

: Dok

. KIN

ERJA

- U

SAID

samseksuP id M PS

sisabreb naanacnerep s es or P

Rencana Usulan Kegiatan

Puskesmas

Grafik Alur perencanaan SPM

2010 2011 2012 2013 2014

Kine

rja

Grafik Peningkatan Kinerja Puskesmas

33 34BaKTINews BaKTINews

ayasan Arika Mahina adalah mitra Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan YKawasan Timur Indonesia) dalam menjalankan program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) di Kota

Ambon. Saat ini program MAMPU di kota Ambon telah memasuki tahun kedua. Program ini fokus pada 5 isu MAMPU, yaitu akses perempuan miskin kepada program perlindungan sosial pemerintah, akses kepada pekerjaan dan menghapuskan diskriminasi di tempat kerja, meningkatkan kondisi tenaga kerja perempuan ke luar negeri, kepemimpinan perempuan untuk kesehatan reproduksi yang lebih baik serta kepemimpinan perempuan untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan. Untuk mencapai 5 isu tersebut, maka salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan membentuk Kelompok Konstituen. Pembentukan ini juga

Inspirasi dari Kelompok

Konstituen Negeri Mahusu

dan Hatalai

didukung dengan memberikan penguatan konstituen melalui pendidikan kritis terkait hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, hak-hak sipil dan p o l i t i k , s e r t a p e n d i d i k a n p o l i t i k , pengorganisasian, dan mengoptimalkan temu konstituen untuk menyalurkan aspirasi ke DPRD. Kelompok Konstituen diharapkan menjadi jembatan yang mempertemukan masyarakat dengan stakeholder (SKPD dan Legislator) untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi di lapangan yang kemudian dibicarakan bersama guna mencari solusi terbaik. Saat ini di Kota Ambon telah terbentuk 25 Kelompok Konstituen yang tersebar di 25 desa dari lima Kecamatan di Kota Ambon. Beberapa contoh praktik baik yang berhasil dilaksanakan adalah oleh Kelompok Konstituen di Negeri (Desa Adat) A m a h u s u , K e c a m a t a n N u s a n i w e y a n g menjembatani permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Ambon dan menjembatani program beras untuk masyarakat

miskin (Raskin) yang tidak tepat sasaran. Selain itu dari Kelompok Konstituen di Negeri Hatalai, Kecamatan Sirimau, mereka menjembatani permasalahan Da n a B a nt u a n O p e ra s i o n a l Sekolah (BOS). Praktik-praktik cerdas dari Kelompok Konstituen ini kemudian diangkat ke dalam sebuah diskusi yang difasilitasi oleh Forum Media Ambon yang dilaksanakan pada 27 April 2015 di Café Tampayang Ambon. Ibu Lina dari Kelompok Konstituen Negeri Amahusu dan Ibu Ika Parera dari Kelompok Konstituen Negeri Marawai hadir sebagai n a r a s u m b e r d a l a m a c a r a tersebut.

Ibu Lina bercerita tentang kondisi perempuan di Kota Ambon yang masih belum paham akan hak-haknya, serta kasus kekerasan terhadap perempuan, seperti KDRT, pembagian raskin yang tidak tepat sasaran, penyalahgunaan dana BOS, dan pergaulan bebas. Kasus-kasus ini seringkali didiamkan, walaupun telah terbentuk kelompok ibu-ibu desa yang dilantik langsung oleh Bapak Raja di desa tersebut. Mereka seringkali masih bingung bagaimana proses penanganan kasus tersebut. Kelompok Konstituen hadir sebagai tempat berbagi dan wadah untuk menjembatani

DISKUSI PRAKTIK CERDAS PROVINSI MALUKUkomunikasi antara masyarakat dan pemerintah serta antar pelaku kepentingan di Kota Ambon. Sehubungan dengan penguatan Kelompok Konstituen, Ibu Ika Parera dari Kelompok K o n s t i t u e n M a r a w a i , b e r c e r i t a b a h w a kelompoknya telah mendapat banyak pelatihan dari Yayasan Arika Mahina. Adapun pelatihan yang diberikan adalah pelatihan tentang advokasi permasalahan perempuan, serta pengelolaan dana BOS. Beliau kemudian meneruskan ilmu yang diperolehnya ini kepada masyarakat sebagai bentuk sosialisasi. Melalui diskusi ini, Ibu Nona Eka Far-Far, Anggota DPRD Kota Ambon Komisi 1 Fraksi PDI-P menambahkan pendapatnya terkait mekanisme penyaluran Dana BOS yang harus transparan dan sesuai aturan dalam Undang-Undang. Beliau juga mengapresiasi kerja kelompok yang berhasil m e w a d a h i p e m b a g i a n r a s k i n m e l a l u i pemutakhiran dan sinkronisasi data yang ada di pemerintah dan kenyataan di lapangan. Ke l o m p o k Ko n s t i t u e n d i h a ra p k a n d a p at membangun komunikasi dengan APP (Anggota Parlemen Perempuan) dan APL (Anggota Parlemen Laki-laki). Terlebih mampu mengumpulkan dan mendorong penyampaian informasi, utamanya dengan adanya Forum Media yang dibentuk untuk menggali berbagai aspek dari program MAMPU, serta kebijakan pemerintah dan wakil rakyat yang berpihak pada kemiskinan dan responsif gender. Melalui Forum Media ini yang kemudian mentransformasikan informasi tersebut kepada masyarakat melalui pemberitaan di media massa. Hal ini bertujuan agar masyarakat yang menerima informasi tersebut teredukasi dan mampu mengaplikasikannya. Yayasan Arika Mahina dianggap mampu m e m b e r i k a n m a s u k a n i n fo r m a s i t e r k a i t tantangan-tantangan pembangunan yang telah di akomodasi oleh Kelompok Konstituen. Hal ini bermanfaat guna memantau kinerja dan fungsi kerja APP dan APL dalam pemerintahan.

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk mengetahui lebih lanjut mengenai Kelompok Konstituen dan P ro g ra m M A M P U d a p a t m e n g h u b u n g i m e l a l u i e m a i l d i [email protected]

33 34BaKTINews BaKTINews

ayasan Arika Mahina adalah mitra Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan YKawasan Timur Indonesia) dalam menjalankan program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) di Kota

Ambon. Saat ini program MAMPU di kota Ambon telah memasuki tahun kedua. Program ini fokus pada 5 isu MAMPU, yaitu akses perempuan miskin kepada program perlindungan sosial pemerintah, akses kepada pekerjaan dan menghapuskan diskriminasi di tempat kerja, meningkatkan kondisi tenaga kerja perempuan ke luar negeri, kepemimpinan perempuan untuk kesehatan reproduksi yang lebih baik serta kepemimpinan perempuan untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan. Untuk mencapai 5 isu tersebut, maka salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan membentuk Kelompok Konstituen. Pembentukan ini juga

Inspirasi dari Kelompok

Konstituen Negeri Mahusu

dan Hatalai

didukung dengan memberikan penguatan konstituen melalui pendidikan kritis terkait hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, hak-hak sipil dan p o l i t i k , s e r t a p e n d i d i k a n p o l i t i k , pengorganisasian, dan mengoptimalkan temu konstituen untuk menyalurkan aspirasi ke DPRD. Kelompok Konstituen diharapkan menjadi jembatan yang mempertemukan masyarakat dengan stakeholder (SKPD dan Legislator) untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi di lapangan yang kemudian dibicarakan bersama guna mencari solusi terbaik. Saat ini di Kota Ambon telah terbentuk 25 Kelompok Konstituen yang tersebar di 25 desa dari lima Kecamatan di Kota Ambon. Beberapa contoh praktik baik yang berhasil dilaksanakan adalah oleh Kelompok Konstituen di Negeri (Desa Adat) A m a h u s u , K e c a m a t a n N u s a n i w e y a n g menjembatani permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Ambon dan menjembatani program beras untuk masyarakat

miskin (Raskin) yang tidak tepat sasaran. Selain itu dari Kelompok Konstituen di Negeri Hatalai, Kecamatan Sirimau, mereka menjembatani permasalahan Da n a B a nt u a n O p e ra s i o n a l Sekolah (BOS). Praktik-praktik cerdas dari Kelompok Konstituen ini kemudian diangkat ke dalam sebuah diskusi yang difasilitasi oleh Forum Media Ambon yang dilaksanakan pada 27 April 2015 di Café Tampayang Ambon. Ibu Lina dari Kelompok Konstituen Negeri Amahusu dan Ibu Ika Parera dari Kelompok Konstituen Negeri Marawai hadir sebagai n a r a s u m b e r d a l a m a c a r a tersebut.

Ibu Lina bercerita tentang kondisi perempuan di Kota Ambon yang masih belum paham akan hak-haknya, serta kasus kekerasan terhadap perempuan, seperti KDRT, pembagian raskin yang tidak tepat sasaran, penyalahgunaan dana BOS, dan pergaulan bebas. Kasus-kasus ini seringkali didiamkan, walaupun telah terbentuk kelompok ibu-ibu desa yang dilantik langsung oleh Bapak Raja di desa tersebut. Mereka seringkali masih bingung bagaimana proses penanganan kasus tersebut. Kelompok Konstituen hadir sebagai tempat berbagi dan wadah untuk menjembatani

DISKUSI PRAKTIK CERDAS PROVINSI MALUKUkomunikasi antara masyarakat dan pemerintah serta antar pelaku kepentingan di Kota Ambon. Sehubungan dengan penguatan Kelompok Konstituen, Ibu Ika Parera dari Kelompok K o n s t i t u e n M a r a w a i , b e r c e r i t a b a h w a kelompoknya telah mendapat banyak pelatihan dari Yayasan Arika Mahina. Adapun pelatihan yang diberikan adalah pelatihan tentang advokasi permasalahan perempuan, serta pengelolaan dana BOS. Beliau kemudian meneruskan ilmu yang diperolehnya ini kepada masyarakat sebagai bentuk sosialisasi. Melalui diskusi ini, Ibu Nona Eka Far-Far, Anggota DPRD Kota Ambon Komisi 1 Fraksi PDI-P menambahkan pendapatnya terkait mekanisme penyaluran Dana BOS yang harus transparan dan sesuai aturan dalam Undang-Undang. Beliau juga mengapresiasi kerja kelompok yang berhasil m e w a d a h i p e m b a g i a n r a s k i n m e l a l u i pemutakhiran dan sinkronisasi data yang ada di pemerintah dan kenyataan di lapangan. Ke l o m p o k Ko n s t i t u e n d i h a ra p k a n d a p at membangun komunikasi dengan APP (Anggota Parlemen Perempuan) dan APL (Anggota Parlemen Laki-laki). Terlebih mampu mengumpulkan dan mendorong penyampaian informasi, utamanya dengan adanya Forum Media yang dibentuk untuk menggali berbagai aspek dari program MAMPU, serta kebijakan pemerintah dan wakil rakyat yang berpihak pada kemiskinan dan responsif gender. Melalui Forum Media ini yang kemudian mentransformasikan informasi tersebut kepada masyarakat melalui pemberitaan di media massa. Hal ini bertujuan agar masyarakat yang menerima informasi tersebut teredukasi dan mampu mengaplikasikannya. Yayasan Arika Mahina dianggap mampu m e m b e r i k a n m a s u k a n i n fo r m a s i t e r k a i t tantangan-tantangan pembangunan yang telah di akomodasi oleh Kelompok Konstituen. Hal ini bermanfaat guna memantau kinerja dan fungsi kerja APP dan APL dalam pemerintahan.

No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

INFORMASI LEBIH LANJUTUntuk mengetahui lebih lanjut mengenai Kelompok Konstituen dan P ro g ra m M A M P U d a p a t m e n g h u b u n g i m e l a l u i e m a i l d i [email protected]

am baru menunjukkan pukul 8.00 WITA. Satu persatu anggota Koperasi Wanita Permata JHati mulai berdatangan. Hari ini, tanggal 9 Maret 2015 merupakan penyelenggaraan Rapat Tahunan Anggota (RAT) yang ke-III bagi Koperasi Wanita Permata Hati. Kegiatan

RAT yang ke-III bertepatan dengan tanggal pembentukan Koperasi Wanita Permata Hati tahun 2012 silam. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, pasal 36 menyebutkan bahwa kegiatan RAT wajib dilakukan setiap tahun dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban pengurus kepada anggota tentang pelaksanaan hasil kerja tahun buku sebelumnya dan menyampaikan rencana kerja dan RAPBK tahun buku selanjutnya. Kegiatan RAT Koperasi Wanita Permata Hati tahun ini dihadiri oleh Camat Praya Barat Daya dan Kepala Desa Batu Jangkih, serta Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai dewan pembina.

Melalui Koperasi,

Perempuan Melawan

Kemiskinan K e t u a Ko p e ra s i Wa n i t a Pe r m at a H at i m e n y a m p a i k a n l a p o r a n b a h w a s e j a k terbentuknya, koperasi ini telah berhasil m e l a k u k a n p e r u b a h a n d a l a m u p a y a meningkatkan pendapatan ekonomi anggota koperasi. Hal ini terbukti melalui kemampuan koperasi yang mampu memberikan pinjaman dana dengan bunga rendah untuk menambah modal usaha bagi anggota dan masyarakat pelaku usaha kecil. Koperasi Wanita Permata Hati juga ikut memasarkan produksi hasil usaha anggota, seperti produksi kain tenun dan produksi makanan olahan. Koperasi juga turut berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan usaha anggota melalui kerjasama dengan lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah. Melalui upaya yang telah dilakukan, Koperasi Wanita Permata Hati kini mampu membendung dan melawan praktek-praktek rentenir, baik melalui sistem ijon maupun pinjaman modal dengan bunga tinggi yang mencekik masyarakat. Untuk menambah modal koperasi selain melalui kegiatan simpanan dan pinjaman, Koperasi Wanita Permata Hati telah melayani tabungan masyarakat melalui tabungan THR (Tabungan Hari Raya) dan TPA (Tabungan Pendidikan Anak).

Sejarah Berdirinya Koperasi Wanita Pelita Hati Koperasi Wanita Permata Hati memiliki anggota sebanyak 40 orang. Koperasi ini berada di Desa Batu Jangkih, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis, Desa Batu Jangkih merupakan daerah perbukitan yang berbatasan langsung dengan hutan Negara. Sebagian besar penduduk Desa Batu Jangkih adalah petani dan buruh tani. Mereka mengandalkan kehidupannya dari hasil pertanian sawah dan kebun, serta hasil hutan. Hasil produksi pertanian yang mereka hasilkan sangat sedikit. Hal ini dikarenakan lahan tadah hujan yang hanya mengandalkan musim hujan tiba. Sementara lapangan pekerjaan yang diharapkan guna memenuhi biaya kebutuhan keluarga juga sangat terbatas. Tidak heran angka kemiskinan masyarakat Desa Batu Jangkih sangat tinggi. Berangkat dari kondisi tersebut, tidak sedikit masyarakat Desa Batu Jangkih mencari pekerjaan sebagai buruh migran di luar negeri, terutama di Negara Malaysia, dimana sebagian besar mereka bekerja di perkebunan kelapa sawit. Kesulitan lain yang dihadapi masyarakat adalah untuk membutuhkan modal pinjaman

Oleh LALU BAKRI

35 36BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

DISKUSI PRAKTIK CERDAS PROVINSI NTB

am baru menunjukkan pukul 8.00 WITA. Satu persatu anggota Koperasi Wanita Permata JHati mulai berdatangan. Hari ini, tanggal 9 Maret 2015 merupakan penyelenggaraan Rapat Tahunan Anggota (RAT) yang ke-III bagi Koperasi Wanita Permata Hati. Kegiatan

RAT yang ke-III bertepatan dengan tanggal pembentukan Koperasi Wanita Permata Hati tahun 2012 silam. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, pasal 36 menyebutkan bahwa kegiatan RAT wajib dilakukan setiap tahun dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban pengurus kepada anggota tentang pelaksanaan hasil kerja tahun buku sebelumnya dan menyampaikan rencana kerja dan RAPBK tahun buku selanjutnya. Kegiatan RAT Koperasi Wanita Permata Hati tahun ini dihadiri oleh Camat Praya Barat Daya dan Kepala Desa Batu Jangkih, serta Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai dewan pembina.

Melalui Koperasi,

Perempuan Melawan

Kemiskinan K e t u a Ko p e ra s i Wa n i t a Pe r m at a H at i m e n y a m p a i k a n l a p o r a n b a h w a s e j a k terbentuknya, koperasi ini telah berhasil m e l a k u k a n p e r u b a h a n d a l a m u p a y a meningkatkan pendapatan ekonomi anggota koperasi. Hal ini terbukti melalui kemampuan koperasi yang mampu memberikan pinjaman dana dengan bunga rendah untuk menambah modal usaha bagi anggota dan masyarakat pelaku usaha kecil. Koperasi Wanita Permata Hati juga ikut memasarkan produksi hasil usaha anggota, seperti produksi kain tenun dan produksi makanan olahan. Koperasi juga turut berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan usaha anggota melalui kerjasama dengan lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah. Melalui upaya yang telah dilakukan, Koperasi Wanita Permata Hati kini mampu membendung dan melawan praktek-praktek rentenir, baik melalui sistem ijon maupun pinjaman modal dengan bunga tinggi yang mencekik masyarakat. Untuk menambah modal koperasi selain melalui kegiatan simpanan dan pinjaman, Koperasi Wanita Permata Hati telah melayani tabungan masyarakat melalui tabungan THR (Tabungan Hari Raya) dan TPA (Tabungan Pendidikan Anak).

Sejarah Berdirinya Koperasi Wanita Pelita Hati Koperasi Wanita Permata Hati memiliki anggota sebanyak 40 orang. Koperasi ini berada di Desa Batu Jangkih, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis, Desa Batu Jangkih merupakan daerah perbukitan yang berbatasan langsung dengan hutan Negara. Sebagian besar penduduk Desa Batu Jangkih adalah petani dan buruh tani. Mereka mengandalkan kehidupannya dari hasil pertanian sawah dan kebun, serta hasil hutan. Hasil produksi pertanian yang mereka hasilkan sangat sedikit. Hal ini dikarenakan lahan tadah hujan yang hanya mengandalkan musim hujan tiba. Sementara lapangan pekerjaan yang diharapkan guna memenuhi biaya kebutuhan keluarga juga sangat terbatas. Tidak heran angka kemiskinan masyarakat Desa Batu Jangkih sangat tinggi. Berangkat dari kondisi tersebut, tidak sedikit masyarakat Desa Batu Jangkih mencari pekerjaan sebagai buruh migran di luar negeri, terutama di Negara Malaysia, dimana sebagian besar mereka bekerja di perkebunan kelapa sawit. Kesulitan lain yang dihadapi masyarakat adalah untuk membutuhkan modal pinjaman

Oleh LALU BAKRI

35 36BaKTINews BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

DISKUSI PRAKTIK CERDAS PROVINSI NTB

koperasi baru dan program menabung bagi masyarakat. Koperasi Wanita Pelita Hati juga memberikan pinjaman modal bagi pengembangan usaha anggota koperasi dan pelaku usaha kecil calon anggota koperasi. Di sisi lain, Koperasi Wanita Pelita Hati m e l a k u k a n k e r j a s a m a d e n ga n p e ny e l e n g ga ra

pendidikan agar semua siswa menabung di koperasi. Masih dalam bidang pengembangan usaha, Koperasi Wanita Pelita Hati melakukan pengadaan bahan–bahan dan peralatan produksi tenun dan makanan olahan yang dibutuhkan oleh anggota dan masyarakat. Koperasi Wanita Pelita Hati membantu memasarkan hasil usaha produksi tenun dan makanan olahan anggota, serta p e n g e m b a n g a n u s a h a l a i n n y a y a n g menguntungkan koperasi. Koperasi Wanita Pelita Hati juga melakukan dan mengembangkan bantuan kerjasama usaha simpan pinjam/kredit pinjaman dana dan pemasaran usaha dengan berbagai mitra, seperti pemerintah, perbankan dan pihak lainnya.

Koperasi Wanita Pelita Hati juga memiliki struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, serta badan pengawas. Koperasi ini juga dilengkapi dengan seksi khusus yang menangani bidang-bidang tertentu, seperti jaringan dan kemitraan, perlengkapan umum, p e m a sa ra n m a ka n a n o l a h a n , su r ve i d a n penagihan pinjaman, dan pengadaan bahan dan pemasaran kain tenun. Dalam menjalankan perannya, Koperasi Wanita Pelita Hati menjunjung prinsip dan nilai-nilai yang telah lama diyakini, yaitu rasa saling percaya, bertanggung jawab, keyakinan, ikhlas, dan istiqomah.

37 38

Foto: Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo BaKTINews BaKTINews

ba n k , m e re ka h a r u s m e m e nu h i b e r baga i persyaratan administrasi. Sementara untuk mendapatkan modal dari pihak rentenir, mereka wajib memiliki jaminan yang jelas dengan bunga yang sangat tinggi. Sebagian besar masyarakat ini diantara adalah kaum perempuan miskin yang ditinggal oleh suaminya bekerja sebagai buruh perkebunan sawit di Negara Malaysia. Mereka ditinggalkan oleh suaminya karena ketersediaan lapangan pekerjaan dan upah kerja di kampung tidak mencukupi untuk membiayai kehidupan keluarga, seperti biaya pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya. Persoalan terbatasnya modal usaha hingga mengakibatkan mereka sangat sulit untuk meningkatkan dan memasarkan produk usaha. Ketrampilan dan peralatan usaha yang masih kurang, turut mempengaruhi kurangnya volume produk usaha yang mereka hasilkan. Kondisi inilah yang kemudian menggerakkan mereka untuk membentuk koperasi. Sebelum membentuk wadah koperasi, para ibu–ibu diberikan penguatan kapasitas dan manajemen kelembagaan tentang perkoperasian yang difasilitasi oleh salah satu NGO, Samanta Foundation dalam program PNPM Peduli.

Koperasi Wanita Permata HatiKoperasi Wanita Pelita Hati memiliki visi mewujudkan kemandirian koperasi guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi k e l u a r g a s e c a r a b e r k e l a n j u t a n . D a l a m mewujudkan visi ini, Koperasi Wanita Pelita Hati mengembangkan potensi dan kekuatan anggota koperasi dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya. Mereka juga berperan aktif dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kualitas anggota koperasi dan masyarakat. Koperasi Wanita Pelita Hati mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para anggota koperasi dan masyarakat. Mereka juga membantu mengembangkan pemasaran produksi usaha tenun dan makanan olahan kelompok secara berkelanjutan, termasuk juga dengan tanaman sayuran di pekarangan anggota koperasi. Koperasi Wanita Permata Hati memiliki beberapa unit usaha yang dikembangkan hingga saat ini, diantaranya adalah tenun, makanan olahan (krupuk, rengginan, dan lain sebagainya), bakulan, kios atau warung, dan sayuran. Dalam menjalankan koperasi ini, modal diperoleh dari simpanan pokok anggota, simpanan wajib anggota, simpanan sukarela anggota,

tabungan masyarakat, dan penyertaan modal dari pihak lain. Koperasi Wanita Pelita Hati menjalankan pelayanan kepada anggota dalam hal pemberian kredit p i n j a m a n d a n a , d a n m e n a m p u n g s e r t a memasarkan hasil produksi anggota. Koperasi Wanita Pelita Hati memiliki dua program utama, yaitu bidang keorganisasian atau kelembagaan dan bidang pengembangan usaha. Di bidang kelembagaan, Ko p e ra s i Wa n i t a Pe r m at a H at i b e r u paya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan anggota melalui pertemuan, pelatihan, dan lainnya. Mereka juga mengadakan pengadaan buku-buku bacaan tentang wirausaha, serta memperluas dan meningkatkan akses jaringan mitra koperasi. Koperasi Wanita Pelita Hati juga meningkatkan sarana dan prasarana agar pelayanan kepada anggota koperasi semakin maksimal. Di bidang pengembangan usaha, Koperasi Wanita Pelita Hati meningkatkan modal usaha simpan pinjam melalui penerimaan anggota

BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Ketua Asosiasi Mareje Bonga & Anggota Konsorsium L S M K a b u p a t e n L o m b o k Te n g a h N T B . P e n u l i s d a p a t dihubungi melalui email di [email protected]

Koperasi Wanita Permata Hati memiliki beberapa unit usaha yang dikembangkan hingga saat ini, diantaranya adalah tenun, makanan olahan (krupuk, rengginan, dan lain sebagainya), bakulan, kios atau warung, dan sayuran.

koperasi baru dan program menabung bagi masyarakat. Koperasi Wanita Pelita Hati juga memberikan pinjaman modal bagi pengembangan usaha anggota koperasi dan pelaku usaha kecil calon anggota koperasi. Di sisi lain, Koperasi Wanita Pelita Hati m e l a k u k a n k e r j a s a m a d e n ga n p e ny e l e n g ga ra

pendidikan agar semua siswa menabung di koperasi. Masih dalam bidang pengembangan usaha, Koperasi Wanita Pelita Hati melakukan pengadaan bahan–bahan dan peralatan produksi tenun dan makanan olahan yang dibutuhkan oleh anggota dan masyarakat. Koperasi Wanita Pelita Hati membantu memasarkan hasil usaha produksi tenun dan makanan olahan anggota, serta p e n g e m b a n g a n u s a h a l a i n n y a y a n g menguntungkan koperasi. Koperasi Wanita Pelita Hati juga melakukan dan mengembangkan bantuan kerjasama usaha simpan pinjam/kredit pinjaman dana dan pemasaran usaha dengan berbagai mitra, seperti pemerintah, perbankan dan pihak lainnya.

Koperasi Wanita Pelita Hati juga memiliki struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, serta badan pengawas. Koperasi ini juga dilengkapi dengan seksi khusus yang menangani bidang-bidang tertentu, seperti jaringan dan kemitraan, perlengkapan umum, p e m a sa ra n m a ka n a n o l a h a n , su r ve i d a n penagihan pinjaman, dan pengadaan bahan dan pemasaran kain tenun. Dalam menjalankan perannya, Koperasi Wanita Pelita Hati menjunjung prinsip dan nilai-nilai yang telah lama diyakini, yaitu rasa saling percaya, bertanggung jawab, keyakinan, ikhlas, dan istiqomah.

37 38

Foto: Yayasan B

aKT

I/Leonardy Sambo BaKTINews BaKTINews

ba n k , m e re ka h a r u s m e m e nu h i b e r baga i persyaratan administrasi. Sementara untuk mendapatkan modal dari pihak rentenir, mereka wajib memiliki jaminan yang jelas dengan bunga yang sangat tinggi. Sebagian besar masyarakat ini diantara adalah kaum perempuan miskin yang ditinggal oleh suaminya bekerja sebagai buruh perkebunan sawit di Negara Malaysia. Mereka ditinggalkan oleh suaminya karena ketersediaan lapangan pekerjaan dan upah kerja di kampung tidak mencukupi untuk membiayai kehidupan keluarga, seperti biaya pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya. Persoalan terbatasnya modal usaha hingga mengakibatkan mereka sangat sulit untuk meningkatkan dan memasarkan produk usaha. Ketrampilan dan peralatan usaha yang masih kurang, turut mempengaruhi kurangnya volume produk usaha yang mereka hasilkan. Kondisi inilah yang kemudian menggerakkan mereka untuk membentuk koperasi. Sebelum membentuk wadah koperasi, para ibu–ibu diberikan penguatan kapasitas dan manajemen kelembagaan tentang perkoperasian yang difasilitasi oleh salah satu NGO, Samanta Foundation dalam program PNPM Peduli.

Koperasi Wanita Permata HatiKoperasi Wanita Pelita Hati memiliki visi mewujudkan kemandirian koperasi guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi k e l u a r g a s e c a r a b e r k e l a n j u t a n . D a l a m mewujudkan visi ini, Koperasi Wanita Pelita Hati mengembangkan potensi dan kekuatan anggota koperasi dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya. Mereka juga berperan aktif dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kualitas anggota koperasi dan masyarakat. Koperasi Wanita Pelita Hati mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para anggota koperasi dan masyarakat. Mereka juga membantu mengembangkan pemasaran produksi usaha tenun dan makanan olahan kelompok secara berkelanjutan, termasuk juga dengan tanaman sayuran di pekarangan anggota koperasi. Koperasi Wanita Permata Hati memiliki beberapa unit usaha yang dikembangkan hingga saat ini, diantaranya adalah tenun, makanan olahan (krupuk, rengginan, dan lain sebagainya), bakulan, kios atau warung, dan sayuran. Dalam menjalankan koperasi ini, modal diperoleh dari simpanan pokok anggota, simpanan wajib anggota, simpanan sukarela anggota,

tabungan masyarakat, dan penyertaan modal dari pihak lain. Koperasi Wanita Pelita Hati menjalankan pelayanan kepada anggota dalam hal pemberian kredit p i n j a m a n d a n a , d a n m e n a m p u n g s e r t a memasarkan hasil produksi anggota. Koperasi Wanita Pelita Hati memiliki dua program utama, yaitu bidang keorganisasian atau kelembagaan dan bidang pengembangan usaha. Di bidang kelembagaan, Ko p e ra s i Wa n i t a Pe r m at a H at i b e r u paya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengurus dan anggota melalui pertemuan, pelatihan, dan lainnya. Mereka juga mengadakan pengadaan buku-buku bacaan tentang wirausaha, serta memperluas dan meningkatkan akses jaringan mitra koperasi. Koperasi Wanita Pelita Hati juga meningkatkan sarana dan prasarana agar pelayanan kepada anggota koperasi semakin maksimal. Di bidang pengembangan usaha, Koperasi Wanita Pelita Hati meningkatkan modal usaha simpan pinjam melalui penerimaan anggota

BaKTINews No. Juni - Juli 2015 114 No. Juni - Juli 2015 114

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Ketua Asosiasi Mareje Bonga & Anggota Konsorsium L S M K a b u p a t e n L o m b o k Te n g a h N T B . P e n u l i s d a p a t dihubungi melalui email di [email protected]

Koperasi Wanita Permata Hati memiliki beberapa unit usaha yang dikembangkan hingga saat ini, diantaranya adalah tenun, makanan olahan (krupuk, rengginan, dan lain sebagainya), bakulan, kios atau warung, dan sayuran.

39

Kegiatan di BaKTI

iskusi Media kali ini mengangkat tema Dmengenai Media dan Fenomena HIV AIDS. Te m a i n i d i a n g k a t d a l a m r a n g k a

memperingati hari anti narkoba sedunia pada tanggal 26 Juni 2015 lalu. Diskusi ini menghadirkan beberapa narasumber yang aktif serta banyak berkecimpung dalam hal penanganan korban Napza, yaitu Ibu Sri Endang, Kepala Biro Napza dan HIV AIDS Pemrov. Sulsel, Ardani Suryadarma dari Rumah Cemara Bandung, serta Farid dan Shahrul Samsudin, aktivis pendampingan korban NAPZA Sulsel. Dalam diskusi ini permasalahan yang banyak disoroti adalah bagaimana sejauh ini media

Diskusi Media “Media dan Fenomena HIV AIDS”

28 Mei 2015

BaKTINews

Penyair dan penulis asal Kota Makassar, Frans Nadjira yang kini berdomisili di Bali meluncurkan buku kumpulan puisi

“Catatan di Kertas Basah”. Kegiatan ini bertempat di Kantor BaKTI Makassar. Buku yang diterbitkan oleh De La Macca Makassar tersebut merupakan kumpulan puisi sebanyak 72 judul. Dalam peluncuran buku tersebut, turut hadir beberapa penulis senior sebagai pembicara, yakni Try Astoto Kodarie, Syahriar Tato, serta artis Monolog Luna Vidya, dan dipandu oleh Yudhistira Sukatanya sebagai moderator. Sebanyak 53 peserta hadir dalam kegiatan ini. Mereka berasal dari kalangan penggiat seni, akademisi, media dan publik.

Peluncuran Buku "Catatan di Kertas Basah"

13 Mei 2015

No. Juni - Juli 2015 114

Kumpulan Policy Briefs JiKTI 2015 adalah luaran akhir dari rangkaian Hibah Penelitian JiKTI 2014. Hibah Penelitian JiKTI dilaksanakan guna membangun tradisi penyusunan kebijakan b e r d a s a r k a n p e n e l i t i a n (evidence-based policy) di KTI untuk menjawab tantangan

p e m b a ng u n a n . S e l u r u h Po l i c y B r i e f s t e l a h disosialisasikan kepada pemangku kebijakan dan pelaku kepentingan di lingkup regional KTI melalui Simposium Hibah Penelitian JiKTI 2015 yang telah diselenggarakan oleh JiKTI - BaKTI pada tanggal 29 A p r i l 2 0 1 5 d i M a k a s s a r. S e l e n g k a p n y a d i http:// batukarinfo.com/referensi/kumpulan-policy-brief-jikti-2015

P r a k t i k C e r d a s : I n o va s i Pemerintah Daerah Dalam R a n g k a P e r c e p a t a n Pencapaian SPM dan MDGs B i d a n g P e n d i d i k a n d a n Kesehatan.Informasi tentang 22 praktik cerdas yang sudah dilakukan di 10 kabupaten/kota di Sulawesi

Tenggara dan Sulawesi Utara. Sejumlah praktik cerdas tersebut diantaranya : 8 praktik cerdas dalam bidang kesehatan, 4 praktik cerdas dalam bidang pendidikan dasar, 8 praktik cerdas terkait perencanaan dan penganggaran, serta 2 praktik cerdas terkait pengarusutamaan gender. Selengkapnya di :http://batukarinfo.com/referensi/praktik-cerdas-i n ova s i - p e m e r i nt a h - d a e ra h - d a l a m - ra ng k a -percepatan-pencapaian-spm-dan-mdgs

Working Paper 27 : Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai Alat Pendorong Pengembangan UMKM di Indonesia.Seri Kertas Kerja TNP2K mensosialisasikan berbagai temuan dari kajian yang tengah berlangsung untuk mendorong terjadinya pembahasan dan pertukaran gagasan mengenai masalah-masalah kemiskinan, perlindungan sosial dan pembangunan. Selengkapnya di :http://batukarinfo.com/referensi/working-paper-27-program-kredit-usaha-rakyat-kur-sebagai-alat-pendorong-pengembangan-umkm

Referensi

Update batukarinfo.com

Artikel

ABC- PROGRAM KINERJA USAID PAPUA : Program 'Inklusif’Dalam perjalanan pelaksanaan Program KINERJA-USAID di Papua (2012-2015) ada beberapa inisitiaf yang lahir sebagai respon KINERJA-USAID Papua terhadap komunikasi yang terbangun terutama dengan Dinas Kesehatan Papua, Multi Stakeholder Forum (MSF) –semacam “Dewan Kesehatan” berbasis Puskesmas dan Bappeda.Beberapa dari inisiatif yang dapat disebut adalah pembuatan Log Book dokter PTT, perluasan sistem layanan penanganan korban kekerasan pada perempuan dan anak berbasis Puskesmas, juga fit and proper test untuk Kepala Puskesmas di Jayawijaya berdasarkan hasil studi kehadiran serta inisiatif pembentukan tim bimbingan teknis terpadu. Selengkapnya http://batukarinfo.com/komunitas/articles/abc-program-kinerja-usaid-papua-program-inklusif

Sejahtera Bermodal Rumput Laut, Kepiting dan Jaring“Kelompok Usaha Rumput Laut Kalaroang”, demikian tulisan yang terpampang di sebuah rumah panggung berkelir dominan hijau muda. Saat Villagerspost.com berkunjung kesana, Minggu (8/3) kemarin, di rumah yang juga kediaman sang pimpinan kelompok, Syarifah, tengah dihelat pertemuan antara anggota kelompok tani yang anggotanya kebanyakan adalah perempuan paruh baya. Mereka berkumpul untuk membicarakan berbagai program kelompok sekaligus bekerja mengikat bibit-bibit rumput laut yang siap untuk ditebar di laut dekat dermaga di Dusun Kekean, Desa Tamarupa, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Selengkapnya http://batukarinfo.com/komunitas/articles/sejahtera-bermodal-rumput-laut-kepiting-dan-jaring

melakukan pemberitaan terkait permasalahan narkoba maupun HIV AIDS. Dalam presentasinya, Ibu Sri Endang menyatakan bahwa media massa dapat menjadi 'dewa penolong' bahkan juga sebuah tirani yang memunculkan stigma dan diskriminasi bagi korban NAPZA dan HIV AIDS. Pemberitaan dapat mengambil sudut pandang positif sebagai media pembelajaran bagi masyarakat. Diskusi ini dihadiri oleh 19 peserta yang berasal dari aktivis yang aktif dalam pendampingan korban NAPZA serta rekan-rekan media di Kota Makassar.

Ruang pertemuan di BaKTI untuk berbagai kegiatan organisasi Anda.Hubungi kami melalui email [email protected] atau telepon 0411-833383/832228

39

Kegiatan di BaKTI

iskusi Media kali ini mengangkat tema Dmengenai Media dan Fenomena HIV AIDS. Te m a i n i d i a n g k a t d a l a m r a n g k a

memperingati hari anti narkoba sedunia pada tanggal 26 Juni 2015 lalu. Diskusi ini menghadirkan beberapa narasumber yang aktif serta banyak berkecimpung dalam hal penanganan korban Napza, yaitu Ibu Sri Endang, Kepala Biro Napza dan HIV AIDS Pemrov. Sulsel, Ardani Suryadarma dari Rumah Cemara Bandung, serta Farid dan Shahrul Samsudin, aktivis pendampingan korban NAPZA Sulsel. Dalam diskusi ini permasalahan yang banyak disoroti adalah bagaimana sejauh ini media

Diskusi Media “Media dan Fenomena HIV AIDS”

28 Mei 2015

BaKTINews

Penyair dan penulis asal Kota Makassar, Frans Nadjira yang kini berdomisili di Bali meluncurkan buku kumpulan puisi

“Catatan di Kertas Basah”. Kegiatan ini bertempat di Kantor BaKTI Makassar. Buku yang diterbitkan oleh De La Macca Makassar tersebut merupakan kumpulan puisi sebanyak 72 judul. Dalam peluncuran buku tersebut, turut hadir beberapa penulis senior sebagai pembicara, yakni Try Astoto Kodarie, Syahriar Tato, serta artis Monolog Luna Vidya, dan dipandu oleh Yudhistira Sukatanya sebagai moderator. Sebanyak 53 peserta hadir dalam kegiatan ini. Mereka berasal dari kalangan penggiat seni, akademisi, media dan publik.

Peluncuran Buku "Catatan di Kertas Basah"

13 Mei 2015

No. Juni - Juli 2015 114

Kumpulan Policy Briefs JiKTI 2015 adalah luaran akhir dari rangkaian Hibah Penelitian JiKTI 2014. Hibah Penelitian JiKTI dilaksanakan guna membangun tradisi penyusunan kebijakan b e r d a s a r k a n p e n e l i t i a n (evidence-based policy) di KTI untuk menjawab tantangan

p e m b a ng u n a n . S e l u r u h Po l i c y B r i e f s t e l a h disosialisasikan kepada pemangku kebijakan dan pelaku kepentingan di lingkup regional KTI melalui Simposium Hibah Penelitian JiKTI 2015 yang telah diselenggarakan oleh JiKTI - BaKTI pada tanggal 29 A p r i l 2 0 1 5 d i M a k a s s a r. S e l e n g k a p n y a d i http:// batukarinfo.com/referensi/kumpulan-policy-brief-jikti-2015

P r a k t i k C e r d a s : I n o va s i Pemerintah Daerah Dalam R a n g k a P e r c e p a t a n Pencapaian SPM dan MDGs B i d a n g P e n d i d i k a n d a n Kesehatan.Informasi tentang 22 praktik cerdas yang sudah dilakukan di 10 kabupaten/kota di Sulawesi

Tenggara dan Sulawesi Utara. Sejumlah praktik cerdas tersebut diantaranya : 8 praktik cerdas dalam bidang kesehatan, 4 praktik cerdas dalam bidang pendidikan dasar, 8 praktik cerdas terkait perencanaan dan penganggaran, serta 2 praktik cerdas terkait pengarusutamaan gender. Selengkapnya di :http://batukarinfo.com/referensi/praktik-cerdas-i n ova s i - p e m e r i nt a h - d a e ra h - d a l a m - ra ng k a -percepatan-pencapaian-spm-dan-mdgs

Working Paper 27 : Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai Alat Pendorong Pengembangan UMKM di Indonesia.Seri Kertas Kerja TNP2K mensosialisasikan berbagai temuan dari kajian yang tengah berlangsung untuk mendorong terjadinya pembahasan dan pertukaran gagasan mengenai masalah-masalah kemiskinan, perlindungan sosial dan pembangunan. Selengkapnya di :http://batukarinfo.com/referensi/working-paper-27-program-kredit-usaha-rakyat-kur-sebagai-alat-pendorong-pengembangan-umkm

Referensi

Update batukarinfo.com

Artikel

ABC- PROGRAM KINERJA USAID PAPUA : Program 'Inklusif’Dalam perjalanan pelaksanaan Program KINERJA-USAID di Papua (2012-2015) ada beberapa inisitiaf yang lahir sebagai respon KINERJA-USAID Papua terhadap komunikasi yang terbangun terutama dengan Dinas Kesehatan Papua, Multi Stakeholder Forum (MSF) –semacam “Dewan Kesehatan” berbasis Puskesmas dan Bappeda.Beberapa dari inisiatif yang dapat disebut adalah pembuatan Log Book dokter PTT, perluasan sistem layanan penanganan korban kekerasan pada perempuan dan anak berbasis Puskesmas, juga fit and proper test untuk Kepala Puskesmas di Jayawijaya berdasarkan hasil studi kehadiran serta inisiatif pembentukan tim bimbingan teknis terpadu. Selengkapnya http://batukarinfo.com/komunitas/articles/abc-program-kinerja-usaid-papua-program-inklusif

Sejahtera Bermodal Rumput Laut, Kepiting dan Jaring“Kelompok Usaha Rumput Laut Kalaroang”, demikian tulisan yang terpampang di sebuah rumah panggung berkelir dominan hijau muda. Saat Villagerspost.com berkunjung kesana, Minggu (8/3) kemarin, di rumah yang juga kediaman sang pimpinan kelompok, Syarifah, tengah dihelat pertemuan antara anggota kelompok tani yang anggotanya kebanyakan adalah perempuan paruh baya. Mereka berkumpul untuk membicarakan berbagai program kelompok sekaligus bekerja mengikat bibit-bibit rumput laut yang siap untuk ditebar di laut dekat dermaga di Dusun Kekean, Desa Tamarupa, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Selengkapnya http://batukarinfo.com/komunitas/articles/sejahtera-bermodal-rumput-laut-kepiting-dan-jaring

melakukan pemberitaan terkait permasalahan narkoba maupun HIV AIDS. Dalam presentasinya, Ibu Sri Endang menyatakan bahwa media massa dapat menjadi 'dewa penolong' bahkan juga sebuah tirani yang memunculkan stigma dan diskriminasi bagi korban NAPZA dan HIV AIDS. Pemberitaan dapat mengambil sudut pandang positif sebagai media pembelajaran bagi masyarakat. Diskusi ini dihadiri oleh 19 peserta yang berasal dari aktivis yang aktif dalam pendampingan korban NAPZA serta rekan-rekan media di Kota Makassar.

Ruang pertemuan di BaKTI untuk berbagai kegiatan organisasi Anda.Hubungi kami melalui email [email protected] atau telepon 0411-833383/832228

InfoBuku

Secara sederhana, buku ini mencoba mengulas berbagai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia. Pada setiap aspek yang diulas, di bagian akhir disisipkan sebuah perspektif dari penulis sebagai bahan diskusi. Buku ini menyediakan berbagai informasi dan fakta menarik serta sejumlah catatan kritis mengenai praktik desentralisasi fiskal di Indonesia.

Buku ini merupakan hasil penelitian TADF (Tim Asistensi Kementrian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal) yang menawarkan alternatif penyediaan sumber pembiayaan infrastruktur bagi pemerintah daerah. Alternatif pembiayaan tersebut adalah Munipical Development Fund (MDF).

Potret penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada tidak dapat lepas dari peran yang dilakukan oleh KPI. KPI diberi kewenangan untuk mengawasi pelaksanaan pesta demokrasi serta dapat pula menjatuhkan sanksi kepada media penyiaran yang melakukan pelanggaran. Berbagai kajian yang berhubungan dengan kinerja KPI inilah yang coba dikupas dalam buku setebal 156 halaman ini.

Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pemenuhan hak asasi anak, regulasi media terhadap anak, praktik-praktik eksploitasi media berikut dampaknya terhadap anak hingga upaya literasi media yang terus dilakukan berbagai pihak coba dibahas dalam buku ini. Buku ini merupakan kumpulan opini yang pernah dimuat di beberapa media sehingga terdapat banyak isu aktual serta dukungan data yang bisa memberikan gambaran betapa kompleksnya persoalan media dan anak.

Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Perspektif Kritis dari DaerahPENULIS Agussalim 978-602-8003-37-7 ISBN

Munipical Development Funds Sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Daerah

PENULIS Dr. B. Raksaka Mahi, Prof. Dr. Wihana Kirana Jaya dan Dr. Fauziah Zen PENERBIT Kementrian Keuandan Republik Indonesia didukung oleh AIPD

Mengawal Demokrasi di Udara PENULIS Rusdin Tompo

Bintang Kecil dalam Kotak Ajaib PENULIS Rusdin Tompo 978-602-96686-7-4ISBN

Terimakasih kami ucapkan atas sumbangan buku dari AIPD, KEPEL dan RCL Oxfam. Buku tersebut dapat dibaca di Galeri Perpustakaan BaKTI

ISBN 978-602-96686-6-7