Nkp Polisi Pariwisata

download Nkp Polisi Pariwisata

of 28

Transcript of Nkp Polisi Pariwisata

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    1/28

    PEMBERDAYAAN POLISI PARIWISATA POLDA X

    GUNA TERCIPTANYA IKLIM WISATA YANG AMAN DAN NYAMAN

    DALAM RANGKA MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI POLRI

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat, Kapolri sebagai pimpinan

    Polri telah mengambil kebijakan dan menindak lanjuti dengan mendesain

    melalui grand strategi tahun 2005 2025. Seiring dengan grand strategi Polri

    tersebut Kapolri telah menentapkan langkah-langkah melalui transformasi

    perubahan kultur Polri yaitu melalui 9 (sembilan) pilar reformasi birokrasi Polri

    dan menjadi acuan bagi perwujudan Reformasi Birokrasi di jajaran wilayah

    hukum yang ada di Indonesia dalam hal ini Polda sebagai satuan induk penuh.

    Reformasi di tubuh Polri telah membawa beberapa perubahan terutama

    pada bidang struktural sebagaimana diatur dalam peraturan Kepala Kepolisian

    Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang susunan organisasi

    dan tata kerja pada tingkat kepolisian daerah (Polda), dimana beberapa fungsi

    operasional mengalami likwidasi menjadi satuan kerja tersendiri salah satunya

    adalah Direktorat Pengamanan Obyek Vital yang bertugas menyelenggarakan

    kegiatan pengamanan terhadap obyek khusus yang meliputi personel dan

    fasilitas, materiil logistik, kegiatan didalam fasilitas lembaga Negara, perwakilan

    Negara asing, lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang

    memerlukan pengamanan khusus.

    Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Republik

    Indonesia menyatakan bahwa Tugas Pokok Polri adalah memelihara keamanan

    dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan

    pelayanan kepada masyarakat"..

    Tugas pokok Polri tersebut dilaksanakan melalui kegiatan pre-emtif,

    preventif dan penegakan hukum untuk mewujudkan situasi keamanan dan

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    2/28

    2

    ketertiban masyarakat dalam rangka menunjang seluruh proses pembangunan

    nasional agar dapat berjalan aman dan lancar.

    Pesatnya perkembangan industri pariwisata membawa konsekuensi

    bahwa keamanan dan pengamanan wisatawan menjadi salah satu prioritas bagi

    aparat kepolisian, artinya predikat Banten sebagai kota tujuan wisata harus

    diimbangi dengan stabilitas keamanan yang kondusif. Hal tersebut menjadi salah

    satu Tupoksi Direktorat Pamobvit dalam hal ini Subditwisata.

    Dalam rangka mewujudkan keamanan dibidang kepariwisataan, perlu

    suatu managemen keamanan yang baik dan efektif guna pemenuhan rasa aman

    dan nyaman pada kawasan/obyek wisata, kepada pengunjung (wisatawan

    nusantara dan wisatawan mancanegara), terhadap otoritas pengelola industri

    pariwisata, pedagang, serta masyarakat sekitar objek wisata. Oleh karena itu

    diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki

    kompetensi atau kualifikasi khusus dibidang Pamobvit sehingga pemberdayaan

    polisi pariwisata dalam pelaksanaan Tupoksi dapat dilaksanakan secara efektif

    dan efisien.

    2. Pokok Permasalahan.

    Dari judul dan latar belakang di atas maka pokok permasalahannya

    adalah: Bagaimana pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam mendukung

    iklim pariwisata yang aman dan nyaman dalam rangka mewujudkan

    Reformasi Birokrasi Polri?.

    3. Pokok-pokok Persoalan.

    Dari permasalahan tersebut di atas maka yang menjadi pokok persoalan

    adalah :

    a. Bagaimana Pengamanan obyek wisata oleh Polisi Pariwisata saat ini?

    b. Bagaimana kondisi Pengamanan obyek wisata oleh Polri yang

    diharapkan?

    c. Pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam mendukung iklim pariwisata yang

    aman dan nyaman dalam rangka mewujudkan Reformasi Birokrasi Polri?

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    3/28

    3

    4. Ruang Lingkup.

    Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan naskah karya perorangan

    (NKP) ini dibatasi pada pembahasan tentang bagaimana pemberdayaa Polisi

    pariwisata terhadap pengamanan obyek wisata serta aktifitas wisatawan dalam

    rangka mewujudkan reformasi birokrasi Polri di wilayah hukum Polda Banten.

    5. Maksud dan Tujuan.

    a. Maksud.

    Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang

    pemberdayaan polisi pariwisata dalam mendukung iklim priwisata yang

    aman dan nyaman dalam rangka mewujudkan Reformasi Birokrasi

    Polri.

    b. Tujuan.

    1) Penulisan NKP ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada

    pimpinan Polri dalam menentukan kebijakan lebih lanjut tentang

    pemberdayaan polisi pariwisata dalam mendukung iklim

    pariwisata yang aman dan nyaman.

    2) Penulisan NKP ini untuk memenuhi persyaratan test mengikuti

    pendidikan Sespimmen Polri Dikreg ke 52 T.P. 2012.

    6. Metode dan Pendekatan.

    a. Metode.

    Penulisan NKP ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu

    metode yang menggambarkan, mencatat dan menganalisa serta

    menginterprestasikan kondisi yang terjadi, untuk memperoleh informasi

    mengenai keadaan saat ini dan melibatkan kaitan-kaitan antara variabel

    yang ada.

    b. Pendekatan.

    Pendekatan dalam NKP ini adalah menggunakan pendekatan

    interdisipliner dan cross disipliner. Pendekatan interdisipliner adalah

    pendekatan dalam pemecahan masalah dengan menggunakan sudut

    pandang ilmu serumpun yang relevan dan terpadu, sedangkan cross

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    4/28

    4

    disipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan

    menggunakan tinjauan dua atau lebih, rumpun ilmu yang relevan.

    7. Tata Urut.

    BAB I : PENDAHULUAN

    BAB II : LANDASAN TEORI

    BAB III : KONDISI POLISI PARIWISATA SAAT INI

    BAB IV : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    BAB V : KONDISI PENGAMANAN OBYEK WISATA YANG

    DIHARAPKAN.

    BAB VI : PEMBERDAYAAN POLISI PARIWISATA DALAMKAMTIBMAS GUNA TERCIPTANYA IKLIM WISATA

    YANG AMAN DAN NYAMAN DALAM RANGKA

    MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI POLRI

    BAB VII : PENUTUP

    8. Pengertian-pengertian

    a. PemberdayaanKata Pemberdayaan menurut kamus besar bahasa Indonesia, secara

    harfiah berasal dari kata daya yang mendapat awalan ber yang menjadi

    kata berdaya artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya

    kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya

    membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai

    kekuatan.

    b. Polisi Pariwisata (Police Tourism)

    Polisi Pariwisata adalah anggota Polri yang bertugas mengamankan

    orang, fisik/benda, dokumen/informasi dan kegiatan dalam usaha

    pariwisata

    c. Kepariwisataan

    adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang

    bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud

    kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    5/28

    5

    masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah

    dan Pengusaha

    d. Kamtibmas

    Pengertian Kamtibmas menurut Dr. Bibit Samad Rianto dalam

    bukunya Transofrmasi Polri menuju Polri yang professional, mandiri,

    berwibawa dan dicintai rakyatnya, Kamtibmas diartikan suatu kondisi

    dinamis masyarakat sebagai satu persyaratan terselenggaranya proses

    pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang

    ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, tegaknya hukum, serta

    terbinanya ketentraman masyarakat.

    e. Reformasi Birokrasi Polri

    DalamRoad MapReformasi Birokrasi Polri (RBP), RBP merupakan

    transformasi di semua aspek dalam manajemen pemerintahan menujugood

    governance dan clean government yang dilaksanakan oleh aparatur

    pemerintah termasuk Institusi Polri

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    6/28

    6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    1. Teori Manajemen SDMJudul karya tulis diawali dengan kata "pemberdayaan", yang pada intinya

    merupakan bagian dari kegiatan manajemen untuk meningkatkan kompetensi

    sumber daya rnanusia. Dengan kata lain, pemberdayaan merupakan bagian tidak

    terpisahkan dari manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan demikian

    teori ini digunakan untuk menganalisis proses pemberdayaan fungsi dan peran

    Polisi Pariwisata (sebagai SDM yang menjadi obyek bahasan dalam karya tulis

    ini),

    Prof. DR. Awaloedin Djamin (1995: 9) mendefinisikan bahwa

    manajemen personil (SDM) merupakan "Pendayagunaan, pembinaan,

    pengaturan, dan pengembangan pegawai baik yang berstatus sebagai buruh,

    karyawan maupun pegawai dengan segala aktivitasnya dalam usaha mencapai

    efisiensi dan efektivitas yang maksimum sesuai dengan harapan dan sistem yang

    mengikatnya".

    Pemberdayaan fungsi dan peran terhadap satuan tugas tertentu, dengan

    demikian merupakan bagian dari proses manajemen SDM yang berorientasi agar

    kinerja satuan tugas tersebut mengalami peningkatan dan akhirnya mampu

    memberikan dukungan maksimal bagi organsasi. Dengan demikian, manajamen

    SDM adalah penerapan ilmu manajemen yang berorientasi pada faktor manusia

    sebagai obyeknya.

    2. Konsep tentang Industri Pariwisata dan Segmentasi Pariwisata

    Setelah pengertian tentang pariwisala, penulis memandang perlu untuk

    memberikan pemahaman secara garis besar mengenai kepariwisataan, terutama

    industri pariwisata dan segmentasi pariwisata yang ada relevansinya dengan

    peran dan tungsi Polisi Pariwisata.

    Nyoman S Pendit (1987: 5) berpendapat bahwa :

    Pariwisata sebagai lndustri makin berkembang, dibuktikan dengan makin

    banyaknya hotel dibangun dan makin banyaknya orang terampil dididik untuk

    keperluan tersebut, makin banyaknya pesawat udara, gerbong kereta api, bis dan

    taksi untuk keperluan wisatawan. Pariwisata sebagai ilmu akan bertumbuhapabila is dikembangkan dan dipelihara.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    7/28

    7

    Lebih lanjut Nyoman S Pendit (1987:9) menyatakan ada 10 unsur yang

    berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata, yaitu : "Politik pemerintah,

    perasaan ingin tahu, sitat ramah tamah, jarak dan waktu, atraksi, akomodasi,

    pengangkutan, harga-harga, publisitas dan promosi serta kesempatan

    berbelanja".

    3. Konsep aman dan tertib

    Aman dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai bebas dari

    bahaya; bebas dari gangguan; terlindung atau tersembunyi; tidak dapat diambil

    orang; tidak meragukan; tidak mengandung resiko; tidak merasa takut atau

    khawatirTertib dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu keteraturan

    menurut aturan; rapi. Tertib dapat diartikan juga situasi yang berjalan secara

    teratur sesuai dan menurut norma-norma serta hukum yang berlaku.

    4. Analisis SWOT.

    Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

    untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika

    yang memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat

    meminimalkan kelemahan dan ancaman (Freddy Rangkuti, 2005:16).

    Analisis ini sangat relevan untuk digunakan dalam menganalisa

    kekuatan dan kelemahan organisasi dalam upaya mengetahui hakekat ancaman

    dan peluang dalam upaya pimpinan menentukan langkah pengambilan

    keputusan. Adapun penggunaan teori ini pada tulisan NKP adalah dititik

    beratkan pada kondisi Polisi Pariwisata dari berbagai aspek sehingga setiap

    pimpinan akan dapat dengan mudah melaksanakan audit kesehatan organisasi

    untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada di dalam kesatuannya

    sehingga memudahkan dalam mencari solusi dan membuat suatu kebijakan

    tersebut. Metode Analisa SWOT adalah analisis kekuatan (strengths),

    kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan analisis ancaman (threats).

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    8/28

    8

    BAB III

    KONDISI POLISI PARIWISATA SAAT INI

    1. Gambaran Umum Industri Pariwisata di Propinsi Banten.

    Provinsi Banten terdiri dari Kawasan Wisata Pantai Barat, Kawasan

    Wisata Ziarah, Kawasan Wisata Pantai Selatan dan Kawasan Wisata Taman

    Nasional Ujung Kulon (TNUK). Dalam Rencana Induk Pengembangan

    Pariwisata Provinsi Banten telah ditetapkan 18 (delapan belas) kawasan

    pengembangan pariwisata yang tersebar di seluruh kabupaten/kota berdasarkan

    hasil pengelompokan (clustering) obyek-obyek wisata yang ada.

    Dari 18 (delapan belas) kawasan pengembangan pariwisata yangditetapkan tersebut, sebagian telah bertumbuh menjadi obyek wisata nasional

    maupun internasional, seperti Kawasan Pantai Anyer-Carita-Tanjung Lesung,

    Living Culture Baduy, dan TNUK. Namun bertumbuhkembangnya kawasan

    wisata secara umum masih terkonsentrasi pada wilayah utara dan barat Provinsi

    Banten.

    Gambaran hotel dan obyek wisata lainya berdasarkan data Dinas

    Pariwisata Propinsi X adalah:

    a. Hotel berbintang : 26 buah.

    b. Hotel non bintang : 205 buah.

    c. Biro Perjalanan : 84 buah

    d. Obyek wisata : 56 lokasi

    e. Restaurant/rumah makan : 102 lokasi

    f. Mall/Pusat perbelanjaan oleh-oleh : 11 lokasi

    Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan usaha kepariwisataan

    yang mempunyai nilai strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial dan

    budaya diharapkan dapat mendorong peningkatan lapangan kerja, pertumbuhan

    investasi dan pelestarian budaya bangsa, maka diperlukan penanganan yang

    serius dan terkoordinir untuk pembinaan dan pengendalian yang terarah dan

    berkesinambungan terhadap usaha kepariwisataan diwilayah Banten;

    Sementara itu wisatawan baik wisatawan Mancanegara (Wisman)

    maupun wisatawan nusantara (Wisnus) yang berkunjung ke kawasan wisata

    yang ada di wilayah Banten cukup fluktuatif peningkatannya, dengan data total

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    9/28

    9

    kunjungan wisatawan tahun 2011 seProvinsi Banten wisatawan Nusantara

    23.959.057 dan wisatawan mancanegara 160.555 total 24.119.612 (data

    Disporabudpar)

    Pada bidang Pariwisata sendiri ada beberapa faktor-faktor yangmempengaruhi yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu faktor keamanan,

    karena kunjungan tamu-tamu manca negara maupun domestik tersebut dapat

    terlaksana dengan baik apabila terdapat suasana yang aman dan tertib melalui

    partisipasi masyarakat dan petugas yang secara aktif menjaga keamanan dan

    ketertiban masyarakat di kawasan pariwisata;

    2. Gambaran Umum Polisi Pariwisata (Subditwisata) dan jajaran

    a. Tugas, Fungsi dan Peran Polisi Pariwisata

    Secara struktural, Subditwisata berada dibawah Dirpamobvit

    Polda X sebagaimana Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tentang

    susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Polda, yang bertugas

    menyelenggarakan pengamanan obyek wisata termasuk mobilitas

    wisatawan yang memerlukan pengamanan khusus.

    Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas,

    Subditwisata menyelenggarakan fungsi :

    1). Pengamanan obyek wisata; dan

    2). Pengamanan mobilitas wisatawan.

    Eksistensi Polisi Pariwisata diwadahi dalam suatu organisasi

    yaitu Satuan Operasional Pengamanan Pariwisata. Sesuai dengan Skep

    Kapolri No. Pol. Skep/248/IV/2004 tanggal 21 April 2004 menyatakan

    bahwa Polisi Pariwisata adalah anggota Polri yang disiapkan, ditugaskan

    untuk memberikan pengamanan kegiatan wisata besereta sarana

    pendukungnya.

    b. Kemampuan Subditwisata Polda X.

    Kemampuan Subditwisata Polda Banten menyangkut beberapa

    aspek atau bagian yang diantaranya adalah masalah sumber daya

    manusia Polri baik kuantitas dan kualitas, dukungan anggaran yang

    dibutuhkan, dukungan sarana prasarana yang dimiliki serta teknis/sistem

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    10/28

    10

    dan metode yang digunakan. Secara umum, kemampuan Subditwisata

    Ditpamobvit Polda X dapat digambarkan sebagai berikut:

    1) Sumber Daya Manusia Polri baik Polda maupun Satwil

    a) Secara kuantitas

    Jumlah Riil personel Polisi Pariwisata/

    Subditwisata adalah 8 (delapan) orang dari jumlah DSP

    sebanyak 20 (dua puluh) orang sebagaimana Perkap

    Nomor 22 Tahun 2010 tentang susunan organisasi dan

    tata kerja tingkat Polda. Yang artinya baru terpenuhi

    sekitar 40% atau mengalami kekurangan sebanyak 60%.

    Sementara itu, pada tingkat satwil sebagaimana

    Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tentang susunan

    organisasi dan tata kerja pada tingkat Kepolisian Resort

    (Polres), maka Satuan pengamanan Obvit tergambar pada

    struktur organisasi Polres masih tergambar kotak struktur

    organisasi yang putus-putus, artinya bahwa Satpamobvit

    pada tingkat Polres/kewilayahan masih menyesuaikan

    dengan kebutuhan dari wilayah hukumnya tersebut

    melalui mekanisme telaahan staf, apakah perlu atau tidak

    dibentuk Satpamobvit Polres.

    Pada Polda X, dari 4(empat) Polres jajaran yang

    baru terbentuk Satpamobvit hanya pada Polres Cilegon

    yang sudah terbentuk sejak Tahun 2004 berdasarkan pada

    Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep/28/VI/2004 tanggal 30

    Juni 2004 tentang pembentukan Satpamobvit pada 16

    (enambelas) Polres, yang salah satunya adalah

    Satpamobvit Polres Cilegon. Untuk itu, 3 (tiga) Polres

    lainnya yaitu Polres Serang, Pandeglang dan Lebak belum

    memiliki Satpamobvit namun demikian pengemban

    fungsi Obvit masih melekat pada Satsabhara Polres.

    Dari data kuantitas tersebut diatas, dapat dilihat

    bahwa masih terdapat kekurangan personel khususnya

    Polisi Pariwisata bila dibandingkan dengan luas wilayahhukum Polda Banten serta jumlah Objek wisata yang

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    11/28

    11

    banyak dan strategis sebagai suatu daerah tujuan wisata

    yang ada di Indonesia. Selain itu faktor struktur organisasi

    yang belum jelas pembentukannya pada tingkat

    kewilayahan mengingat kewilayahan dalam hal ini Polres

    sebagai Komando Operasional Dasar (KOD) yang

    mengutamakan pelayanan prima guna mewujudkan

    Reformasi Birokrasi di tubuh Polri pada umumnya dan

    Polda Banten pada khususnya.

    b) Secara kualitas

    Dilihat dari sisi pendidikan (Dikum Formal dan

    Dikjur/Dikbangspes) dan pelatihannya, keberadaan Polisi

    Pariwisata. Rata-rata anggota Polisi Pariwisata memiliki

    latarbelakang pendidikan umum SLA/SMU yaitu

    sebanyak 93,75% dari latar belakang pendidikan Sarjana

    maupun Pasca sarjana.

    Sementara itu, dari sisi pendidikan

    kejuruan/Dikbangspes fungsi Pamobvit dapat dilihat

    dalam sbb jumlah anggota 7 yang sudah mengikuti

    kejuruan bahasa asing 3 anggota.

    2) Penggunaan kekuatan

    Dalam hal penggunaan kekuatan, pengamanan terhadap

    Obvit/Obvitnas berpedoman juga pada Skep Kapolri No. Pol.:

    Skep/738/X/2004 Tentang pedoman pengamanan Objek Vital Nasional,

    yang fokusnya adalah penegasan adanya alih kodal Pamobvitnas

    diserahkan kepada pengelola Obvitnas yang dibantu oleh institusi Polri,

    serta pedoman yang mengatur pelibatan penggunaan kekuatan Polisi

    Pariwisata denga mengacu Skep Kapolri No. Pol.: Skep/248/IV/2004

    tanggal 21 April 2004 menyatakan bahwa Polisi Pariwisata adalah

    anggota Polri yang disiapkan, ditugaskan untuk memberikan

    pengamanan kegiatan wisata beserta sarana pendukungnya.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    12/28

    12

    3) Pembinaan kekuatan

    a) Subditwisata Polda X

    Belum terpenuhinya sejumlah Jabatan untuk memenuhi

    DSP pada Ditpamobvit, khususnya Subditwisata yang masih

    belum terisi Jabatan, 1 (satu) orang Kanit dan 1 (satu) orang

    Panit, sehingga menjadi kendala atau kesulitan rentang kendali

    terhadap efektifitas pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan

    maupun operasional.

    b) Satuan Kewilayahan/Polres jajaran Polda X

    Dari 4 (empat) Polres, baru terbentuk 1 (satu)

    Satpamobvit yaitu pada Polres X, sementara pada 3 (tiga) Polres

    lainnya fungsi pengemban Pamobvit menyatu pada Satsabhara

    Polres, sehingga pembinaan kekuatan di kesatuan kewilayahan

    belum secara fokus pada fungsi operasional Pamobvit dan

    penyelenggaraan pengamanan terhadap Obvit/Obvitnas belum

    optimal terlaksana.

    4) Penyelenggaraan operasionalisasi fungsi tekhnis

    a) Penentuan jalur kunjungan/patroli wisata sebagaimana

    SOP/Standar pelayanan Pariwisata yang disusun oleh

    Subditwisata Polda X, meliputi 2 (dua) Zona/jalur, antara lain:

    1) Jalur I, meliputi wilayah Pandeglang dan Lebak

    2) Jalur II, meliputi wilayah Serang dan Cilegon

    b) Penunjukan Perwira Pengawas yang diemban langsung olehKanit Subditwisata, bertanggung jawab atas kelancaran serta

    ketertiban pelaksanaan tugas. Dalam menjalankan tugasnya,

    Perwira Pengawas melakukan pengecekan secara rutin maupun

    periodik terhadap sernua unsur pengamanan Unit Wisata yang

    sedang bertugas.

    c) Beberapa instansi terkait dengan Tupoksi Subditwisata antara

    lain: Departemen Luar Negeri, Sekretariat Negara, Dinas

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    13/28

    13

    Pariwisata Provinsi Banten dan Suku-suku Dinasnya, PHRI,

    Satpol PP dan Aspehindo Banten.

    d) Beberapa Tupoksi yang telah dilaksanakan oleh Subditwisata

    Ditpamobvit Polda Banten pada Tahun 2011 belum terlaksana

    secara optimal, dikarenakan sebagai Satker baru Ditpamobvit

    masih melakukan terobosan pengenalan Tupoksi baik secara

    Internal maupun Eksternal dengan cara sosialisasi melalui

    beberapa kegiatan sebagai undangan pada acara PHRI,

    silaturahmi pada Dinas kebudayaan dan pariwisata Provinsi

    Banten, sosialisasi melaui produk administrasi maupun upaya

    pengenalan dengan Turjawali yang terbatas, hal ini dikarenakan

    belum terdukungnya sarana prasarana dan anggaran yang

    memadai. Namun demikian beberapa kegiatan yang dilaksanakan

    Subditwisata Ditpamobvit Polda Banten Tahun 2012 mencapai

    hasil antara lain :

    Patroli kawasan wisata : 32 kali,

    Pengawalan wisatawan : 2 kali,

    Rapat koordinasi instansi : 11kali,

    Pengamanan insidentil : 46 kali.

    Sementara untuk kewilayahan, Satpamobvit Polres X

    dengan terobosan kreatifnya di bidang wisata adalah

    memperdayakan personel Satpamobvit yang ada untuk

    dijadwalkan melaksanakan patroli bersepeda dengan sasaran

    kawasan wisata dan pengunjung/wisatawan.

    3. Situasi Kamtibmas Sektor Pariwisata

    Keamanan adalah suatu kebutuhan manusia dalam beraktifitas yang

    terlindungi dari segala bentuk ancaman dan gangguan yang dapat mempengaruhi

    penyelanggara kegiatan pariwisata

    Data gangguan Kamtibmas pada objek wisata di wilayah jajaran hukum Polda

    Banten TA 2012 dengan total kasus sebanyak 99 kasus.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    14/28

    14

    a. Polres Pandeglang, orang tenggelam 4 kasus, curanmor 20 kasus, pencurian

    15 kasus. Total 39 kasus

    b.Polres Serang, orang tenggelam 2 kasus, curanmor 9 kasus, pencurian 11

    kasus. Total 22 kasus

    c. Polres Cilegon, orang tenggelam 5 kasus, curanmor 13 kasus, pencurian 5

    kasus. Total 23 kasus

    d.Polres Lebak, orang tenggelam kasus, curanmor 10 kasus, pencurian 5

    kasus. Total 15 kasus

    Berdasarkan data diatas di evaluasi Polres Pandeglang Menduduki

    peringkat pertama diikuti Polres Cilegon, Serang dan Lebak. Sehingga perlu

    anggota untuk ditempatkan personel pariwisata di tempat-tempat objek

    wisata.

    4. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Subditwisata Ditpamobvit

    Reformasi Birokrasi Polri Gelombang pertama yaitu Tahun 2004-2009

    terhadap 4 unsur pokok area perubahan yaitu Quick Wins, kelembagaan,

    ketatalaksanaan dan sumber daya manusia telah dianalisa dan dievaluasi oleh

    Tim independen reformasi birokrasi nasional dimana Ditpamobvit sendiri secara

    struktural belum terbentuk Satuan Kerja tersendiri namun secara fungsional

    diselenggarakan oleh Direktorat Samapta hingga pada saat Restrukturisasi di

    tubuh Polri dengan terbitnya Peraturan pemerintah Nomor 22 Tahun 2010

    Tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada

    tingkat Kepolisian Daerah (Polda), secara Struktural maupun fungsional

    Ditpamobvit Polda Banten merupakan pelaksana Tugas Pokok pada Polda

    Banten secara aktif sejak Januari 2011.

    Oleh karena itu pada Reformasi Birokrasi Polri Gelombang kedua

    Tahun 2011-2014 Ditpamobvit turut serta dalam melaksanakan reformasi

    birokrasi terhadap Program Pelayanan Publik dengan memetakan program dan

    kegiatan melalui pencapaian, perencanaan, penerapan standar pelayanan

    minimal di bidang Pamobvit pada tingkat Polres, Kriteria keberhasilan yang

    diaplikasikan dalam rencana aksi, Agenda prioritas tahap II (Tahun 2010-2014),

    dukungan anggaran dan pelaporan.

    Dari pemetaan yang disusun oleh Ditpamobvit Polda Banten, tergambar

    bahwa prioritas pada Program peningkatan pelayanan publik pada fungsi

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    15/28

    15

    Pariwisata dalam rencana aksi adalah penyusunan standar pelayanan dan atau

    SOP, penerapan SOP tersebut oleh Subditwisata dan Satpamobvit jajaran Polres

    serta dalam rencana aksinya merencanakan penyelenggaraan pos-pos keamanan

    pada lokasi-lokasi pariwisata yang menjadi prioritas serta peningkatan

    sinergitas yang polisionil dengan organisasi pemerintah (Disbudpar Provinsi

    Banten) dan organisasi non pemerintah (PHRI, dll).

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    16/28

    16

    BAB IV

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    Pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam hal ini Subditwisata Polda Banten dalam

    rangka Kamtibmas guna perwujudan reformasi birokrasi, tidaklah terlepas dari

    beberapa kendala yang mendasar sehingga belum optimalnya pelaksanaan tugas

    sebagaimana Tupoksi Subditwisata. Faktor-faktor yang mempengaruhi memiliki

    keterkaitan satu dengan lainnya yaitu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Hal

    ini dapat dikaji dengan analisa SWOT sebagaimana dikemukakan oleh Rangkuti, bahwa

    validitas dan kegunaan hasil analisa sangat tergantung pada akurasi data yang

    digunakan dalam menganalisa suatu permasalahan.

    1. Faktor Internal

    Pengaruh faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam lingkungan

    organisasi kepolisian dapat dibedakan menjadi beberapa hal, yang pada intinya

    dapat digali dari teori manajemen SDM, baik menyangkut penerapan fungsi-

    fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, motivasi, pengawasan dan

    penilaian). Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut menurut penulis dapat

    berupa faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat/menjadi kendala,

    dan dianalisa melalui analisa SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunies,

    Treath), sbb:

    a. Strenght (Kekuatan)

    1). Reformasi Birokrasi Polri yang menghendaki pengarusutamaan

    pelayanan prima kepada masyarakat yang transparan dan akuntabel

    serta mudahnya birokrasi dalam penyelenggaraan penegakan hukum

    dan pelayanan public;2) Restrukturisasi struktur organisasi dimana dengan Perkap Nomor 22

    Tahun 2010 tentang susunan dan tata kerja pada tingkat kepolisian

    daerah (Polda) telah terbentuk fungsi pengamanan terhadap Obyek

    vital/Obsus yaitu Ditpamobvit Polda Banten sebagai suatu satuan

    kerja yang terintegral dalam lingkungan Polda Banten sebagai

    pelaksana tugas pokok;

    3) Regulasi aturan yang cukup jelas, yakni dengan ditetapkannya

    berbagai peraturan, keputusan-keputusan, SOP/standar pelayanan

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    17/28

    17

    maupun kebijakan-kebijakan pimpinan Polri dalam bidang pariwisata

    yang dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman oleh Polisi

    Pariwisata dalam menyelenggarakan pelayanan di bidang

    kepariwisatan;

    b. Weaknesses (Kelemahan)

    1). SDM yang masih belum tercukupi baik dari segi kuantitas yakni

    jumlah riil personel Polri yang masih jauh mengalami kekurangan

    dibandingkan dengan jumlah DSP,

    2). Pada tingkat satwil sebagaimana Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun

    2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat

    Kepolisian Resort (Polres), maka Satuan pengamanan Obvit

    tergambar pada struktur organisasi Polres masih tergambar kotak

    struktur organisasi yang putus-putus, artinya bahwa Satpamobvit

    pada tingkat Polres/kewilayahan masih menyesuaikan dengan

    kebutuhan dari wilayah hukumnya tersebut melalui mekanisme

    telaahan staf, apakah perlu atau tidak dibentuk Satpamobvit Polres.

    3). Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh para Kanit maupun

    Kasubdit terhadap pelaksanaan tugas yang terkesan adanya

    pembiaran apabila ada personel Polisi pariwisata yang melakukan

    penyimpangan dalam melaksanakan tugas

    4) Dukungan sarana prasarana dan anggaran yang belum memadai

    sehingga belum dapat mengakomodir seluruh kegiatan Subditwisata

    dan jajaran.

    2. Faktor Eksternal

    Pengaruh faktor eksternal, yaitu pengaruh yang berasal dari luar

    lingkungan organisasi kepolisian khususnya Polisi Pariwisata dan Polda

    Banten, yang dapat digali dari tantangan tugas yang dihadapi sebagai

    institusi pengamanan pariwisata, dan dapat dikelompokkan menjadi

    beberapa hal di bawah ini :

    a). Opportunies (Peluang)

    1). Reformasi birokrasi (mengikutsertakan masyarakat turut bagiandalam mengontrol kerja Polisi) dimana masyarakat merupakan

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    18/28

    18

    external control (pengawasan eksternal) terhadap kinerja polisi

    dan berhak melaporkan setiap penyimpangan langsung kepada

    institusi Polri.

    2). Adanya dukungan kerjasama yang parsipatif baik dengan

    organisasi pemerintah maupun dengan organisasi non

    pemerintah seperti PHRI yang telah melakukan MoU dalam

    rangka kerjasama pengamanan pada obyek pariwisata

    b). Treath (Ancaman)

    1). Kualitas personel Polri yang rendah terhadap tugas dan

    tanggungjawabnya. Hal ini perlu dikaji kembali melalui

    berbagai rekruitmen Polri maupun penempatan personel yang

    sesuai dengan kualifikasi dan bukan mengutamakan kuantitas

    tetapi lebih kepada kualitas;

    2). Maraknya aksi terror disegala bidang, temasuk pada objek

    wisata dengan maksud timbulnya kekacauan dan stabilitas

    keamanan sehingga dapat menghambat masuknya investor

    maupun wisatawan mancanegara yang akan berkunjung dan

    berlibur di wilayah hukum Polda Banten.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    19/28

    19

    BAB V

    KONDISI POLISI PARIWISATA YANG DIHARAPKAN

    1. Kemampuan personil yang diharapkan guna mendukung iklim pariwisatayang aman dan nyaman

    a. Kemampuan yang maksimal dalam memberdayakan Polisi Pariwisata

    adalah sebagai berikut:

    1) Kemampuan penanggulangan Kamtibmas dalam terciptanya iklim

    pariwisata yang aman dan nyaman dilakukan secara maksimal,

    apabila adanya penambahan jumlah personil Polisi Pariwisata,

    sehingga sehingga permberdayaan Polisi Pariwisata berjalan

    optimal.

    2) Personil Polisi Pariwisata memiliki kejuruan dasar dan lanjutan

    sehingga tehnis dan taktis kepolisian guna terciptanya iklim

    wisata yang aman dan nyaman masih belum dipahami dengan

    baik.

    3) Kemampuan bahasa asing sebagian besar personil polisi

    pariwisata meningkat sehingga dapat mendukung terwujudnya

    iklim wisata yang aman dan nyaman.

    b. Penggunaan anggaran guna mendukung iklim pariwisata yang aman dan

    nyaman yang berorientasi pada hasil (outcome).

    Dukungan anggaran dalam pemberdayaan polisi pariwisata dalam

    mendukung iklim wisata yang aman dan nyaman, diharapkan

    penggunaannya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai

    disesuaikan dengan indikator keberhasilan tugas.

    c. Sarana dan Prasarana yang mampu mendukung pelaksanaan tugas.

    Diharapkan adanya penambahan sarana prasarana khusus yang

    digunakan dalam pemberdayaan polisi pariwisata disesuaikan dengan

    tingkat kerawanan serta beban pekerjaan yang harus dihadapi dan

    disesuaikan dengan jumlah personil pengemban tugas.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    20/28

    20

    2. Kontribusi dari kemampuan personil yang semakin optimal terhadap

    Kamtibmas bidang Pariwisata.

    Dengan adanya kemampuan personil Polisi Pariwisata guna mendukung

    iklim wisata yang aman dan nyaman semakin meningkat serta diimbangi dengan

    peningkatan pada sumber daya organisasi sebagaimana yang teruraikan di atas,

    maka hal tersebut diharapkan :

    a. Penanggulangan gangguan Kamtibmas di obyek wisata dapat

    diminimalisir sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada

    para wisatawan.

    b. Semakin meningkatnya kunjungan wisata ke wilayah Banten yang dapat

    meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) pada sector wisata,

    sehingga secara tidak langsung Polisi Pariwisata memberikan kontribusi

    yang besar dalam pelaksanaannya.

    3. Kontribusi dari pemberdayaan Polisi Pariwisata sebagai perwujudan RBP

    pada Polda Banten

    a. Meningkatnya rasa percaya masyarakat terhadap kinerja Polisi sehingga

    dapat menciptakan rasa tanggungjawab bersama dalam menjaga dan

    memelihara Kamtibmas sebagai perwujudan dari grand strategi Polri

    Tahap II yaituPatnership Building.

    b. Meningkatnya pelayanan public yang diselenggarakan oleh satuan-satuan

    operasional kepolisian seperti Ditpamobvit, khususnya Subditwisata yang

    dengan rencana aksinya dapat diimplementasikan sehingga

    pemberdayaan Polisi Pariwisata di tengah-tengah masyarakat dapat

    dirasakan nyata dalam rangka Kamtibmas yang kondusif

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    21/28

    21

    BAB VI

    PEMBERDAYAAN POLISI PARIWISATA

    GUNA TERCIPTANYA IKLIM WISATA YANG AMAN DAN NYAMAN

    DALAM RANGKA MEWUJUDKAN REFORMASI BIROKRASI POLRI

    Untuk dapat menata Polisi Pariwisata agar guna terciptanya iklim wisata yang

    aman dan nyaman dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi Polri diperlukan

    manajemen strategis yang merupakan suatu upaya untuk mencapai dan mempertahankan

    keunggulan kompetitif organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang

    mempengaruhi organisasi baik secara internal dan eksternal. Secara umum manajemen

    strategis terdiri dari visi, misi, dan implementasi strategi (Action Plan).

    1. Visi dan Misi.

    a. Visi.

    Terwujudnya Postur Polisi Pariwisata yang profesional, bermoral,

    modern dan, mampu melaksanakan tugas sebagai pelindung, pengayom

    dan pelayan masyarakat yang terpercaya dalam memelihara Kamtibmas

    guna perwujudan Reformasi Birokrasi Polri di wilayah hukum Provinsi

    Banten.

    b. Misi.

    1) Menyelenggarakan pengamanan dengan kegiatan Turjawali pada

    objek-objek wisata yang ada di wilayah hukum Polda Banten

    yang merupakan Obvit/Obvitnas.

    2) Mengembangkan perpolisian masyarakat (Polmas) yang berbasis

    pada masyarakat sekitar Obvit yang patuh hukum (Law AbidingCitizen) ditengah-tengah wisatawan agar tercipta masyarakat

    sebagai basis informasi dalam upaya penciptaan daya tangkal

    terhadap gangguan keamanan yang ada.

    3) Menyelenggarakan penegakan hukum terbatas dan melakukan

    kerjasama dengan fungsi lain dalam hal ini fungsi Reskrim guna

    proses hokum lebih lanjut.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    22/28

    22

    4) Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan peningkatan kemampuan

    bagi personil Polisi Pariwisata yang dipersiapkan menghadapi

    tantangan tugas di lapangan.

    5) Pengajuan personel dalam rangka pemenuhan kebutuhan sesuai

    DSP dan secara kualitas dengan Dikjur maupun Dikbangspes

    bagi personel Pariwisata.

    6) Melengkapi sarana prasarana yang berbasis computer/teknologi

    dalam membantu tugas-tugas pariwisata

    7) Mengajukan penelaahan pembentukan Satpamobvit pada tingkat

    kewilayahan/Polres

    8) Menyusun dan melaksanakan rencana aksi (action plan)Tahap II

    (Tahun 2010-2014) dalam rangka perwujudan reformasi birokrasi

    di tubuh Polri pada umumnya dan Polda Banten pada khususnya

    2. Tujuan.

    a. Keberhasilan tugas pokok Polisi Pariwisata dalam mewujudkan perannya

    sebagai aparat Pemelihara Kamtibmas, Pelindung, Pengayom dan

    Pelayan Masyarakat serta sebagai aparat Penegakan Hukum dalam upaya

    mewujudkan reformasi birokrasi di wilayah hokum Polda Banten;

    b. Pemberian rasa aman, perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat

    terutama terhadap wisatawan yang berkunjung atau berlibur di wilayah

    hukum Polda Banten;

    c. Terciptanya kondisi Keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif

    demi terselenggaranya proses pemerintahan yang dinamis dan suksesnya

    pembangunan nasional khususnya di wilayah Provinsi Banten.

    d. Terwujudnya penyelenggaraan Reformasi Birokrasi dilingkungan Polda

    Banten terutama pada keberhasilan program peningkatan kualitas

    pelayanan publik.

    3. Sasaran.

    a. Pembangunan kekuatan difokuskan pada pengadaan personil untuk

    pemenuhan kebutuhan pada satuan-satuan operasional sampai dengan

    tingkat Polsek secara bertahap.

    b. Pembangunan kemampuan difokuskan pada pembinaan kwalitas

    profesionalisme anggota Polisi Pariwisata.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    23/28

    23

    c. Pembangunan penggelaran dalam organisasi difokuskan pada perbaikan

    sistem dan manajemen siklus operasional.

    d. Pembangunan sarana dan prasarana difokuskan pada alsus, dan alat

    pendukung operasional tugas Polisi Pariwisata

    e. Pembangunan sistem anggaran difokuskan pada prioritas masalah

    nasional dan penanggulangan empat jenis kejahatan prioritas penanganan

    Polri.

    4. Kebijakan

    a. Pembangunan personil Polri diprioritaskan kepada peningkatan kwalitas

    dengan spesifikasi keahlian fungsi Polisi Pariwisata yang dibutuhkan.

    b. Prioritas pemanfaatan anggaran ditujukan kepada pemberdayaan polisi

    pariwisata guna mendukung iklim wisata yang aman dan nyaman.

    c. Peningkatan profesionalisme sumber daya manusia Polisi Pariwisata

    melalui pendidikan kejuruan dan peningkatan kompetensi.

    d. Pengadaan alat khusus yang diprioritaskan pada kebutuhan lapangan

    sesuai perkembangan tehnologi yang memberi kemudahan dalam

    mendukung operasional polisi pariwisata

    e. Pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai dalam rangka

    peningkatan pelayanan pengamanan kegiatan masyarakat.

    f. Mengembangkan kerjasama dengan instansi dan unsur terkait.

    5. Action Plan/Implementasi

    Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan

    polisi pariwisata adalah sebagai berikut :

    a. Peningkatan kemampuan personil dalam penanggulangan kejahatan

    kekerasan bersenjata.

    1) Mengajukan penambahan personil Polisi Pariwisata disesuaikan

    dengan jumlah obyek wisata yang ada di Provinsi Banten

    sehingga penanganan penanggulangan gangguan Kamtibmas

    dapat dilaksanakan secara optimal.

    2) Mengajukan personil Polres Puncak untuk mengikuti pendidikan

    kejuruan sehingga kemampuan tehnis dan taktis yang memiliki

    korelasi terhadap kepariwisataan

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    24/28

    24

    3) Mengadakan peningkatan kemampuan melalui latihan mandiri

    baik melalui VCD fungsi maupun tutorial.

    b. Penggunaan anggaran pemberdayaan polisi pariwisata yang berorientasi

    pada hasil (outcome).

    Peningkatan anggaran baik ditingkat Polres maupun Polsek

    diharapan dibarengi penyaluran sesuai prosedur pencairan dana ke

    subsatker ataupun Polsek dengan upaya-upaya sebagai berikut :

    1) Mengajukan dana penanggulangan Kamtibmas di tempat wisata

    kepada Kapolda telah ditentukan dalam satu Tahun.

    2) Merealisasikan anggaran DIPA yang telah tersedia serta

    menyalurkannya kepada seluruh Subsatker dan Polsek.

    3) Mengajukan anggaran tambahan ke pemerintah Daerah Banten

    dalam mendukung iklim wisata yang aman dan nyaman di

    wilayah Banten.

    c. Sarana dan Prasarana yang mampu mendukung pelaksanaan tugas.

    1) Mengusulkan penambahan Kendaraan Roda empat sebagai

    kendaraan patroli, dan Kendaraan roda dua sebagai pendukung

    kegiatan personil dalam rangka mobilitas dan menunjang iklim

    wisata yang aman dan nyaman.

    2) Mengusulkan dan mengajukan peralatan khusus yan berbasis

    computer/teknologi berupa Close circuit television (CCTV)

    autdor dan indoor pada Objek-Objek wisata yang rawan atau

    yang jadi prioritas pengamanan.

    3) Menyediakan sarana komunikasi bagi personil Polisi Pariwisata

    sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai alat penyampaian

    informasi Kamtibmas yang efektif dan tepat sasaran.

    5) Melaksanakan pemeliharan dan perawatan terhadap alat utama

    dan alat khusus yang telah diberikan dari satuan atas/Polda guna

    meningkatkan usia pakai.

    d. Pengawasan dan pengendalian.

    Melaksanakan pengawasan dan pengendalian secara rutin dalam

    pemberdayaan polisi pariwisata guna menghindari terjadinyapelanggaran anggota Polpar terhadap masyarakat serta penyalahgunaan

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    25/28

    25

    anggaran dan sarana prasarana yang digunakan guna mendukung iklim

    wisata yang aman dan nyaman dalam rangka Reformasi Birokrasi Polri.

    e. Membangun sinergitas yang polisionil dengan pihak-pihak terkait baik

    organisasi pemerintah maupun organisasi non pemerintah, dalam rangka

    akselerasi perwujudan Kamtibmas pada sektor kepariwisataan.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    26/28

    26

    BAB VII

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    a. Kemampuan Subditwisata Polda X dalam melaksanakan tugas

    pengamanan pada obyek wisata, kegiatan wisatawan maupun terhadap

    wisatawan sendiri masih belum optimal. Hal ini disebabkan keterbatasan

    dari segi pemberdayaan SDM baik secara kuantitas yaitu kekurangan

    personel yang belum mencukupi sesuai DSP maupun secara kualitas

    yaitu personel yang belum memiliki kwalifikasi sesuai Tupoksi

    Subditwisata Ditpamobvit Polda Banten;

    b. Selain kemampuan baik dari kuantitas maupun kualitas SDM polisi

    pariwisata yang ada di Polda X, masih belum terdukungnya sarana

    prasarana dan anggaran yang mengakomodir pelaksanaan tugas dan

    fungsi Subditwisata dan jajaran kewilayahan;

    c. Pelaksanaan Tupoksi juga belum optimal, sejalan dengan beberapa faktor

    yang memperngaruhi baik yang mendukung maupun menghambat yaitu

    faktor internal dan faktor eksternal yang dikaji dengan analisis SWOT;

    d. Satuan kewilayahan sebagai KOD yang memprioritaskan pelayanan

    prima terhadap masyarakat, belum memiliki Satpamobvit tersendiri

    dimana kendala utamanya adalah pada pengaturan struktur organisasi

    pada Perkap Nomor 22 Tahun 2010 adalah masih tergambar kotak

    struktur yang terputus-putus, artinya dibentuk sesuai dengan kebutuhan

    dari wilayah tersebut, sementara Wilayah hukum Polda Banten beberapa

    diantaranya adalah wilayah yang strategis sebagai objek wisata yang

    berpeluang besar mendatangkan wisatawan asing sehingga dengan

    sendirinya akan menyumbang pemasukan Devisa bagi Daerah maupun

    Negara;

    e. Penjabaran reformasi birokrasi yang belum dipahami oleh personel Polri

    dapat mengakibatkan terhambatnya percepatan pelaksanaan RBP di

    tubuh Polri sesuai target.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    27/28

    27

    2. Rekomendasi

    Dari penyajian data riil dibandingkan dengan idealnya kondisi yang

    seharusnya serta beberapa faktor yang mempengaruhi, penulis mengemukakan

    beberapa rekomendasi, sbb:

    a. Perlu kebijakan pimpinan dalam rangka perwujudan RBP di wilayah

    hukum Polda Banten, seperti:

    Mengalokasikan tersendiri anggaran yang diakomodir dalam DIPA

    Satker/Polda guna melaksanakan rencana aksi yang dianggap

    prioritas terutama dalam hal program peningkatan kualitas pelayanan

    publik.

    Pembentukan tim khusus yang secara rutin setiap bulannya

    mengaven pelaksanaan RBP terutama terhadap fungsi-fungsi

    operasional yang memprioritaskan program peningkatan pelayanan

    publik.

    b. Perlunya kebijakan-kebijakan pimpinan Polda terhadap satuan

    operasional dalam hal pemberdayaan personel terutama dalam hal

    pelayanan bidang pariwisata yaitu Perlu dan pentingnya pembentukan

    Satpamobvit pada 3 (tiga) Polres (Polres Pandeglang, Serang dan Lebak)

    guna efektifitas dan optimalisasi pelayanan di bidang Pamobvit,

    mengingat Banten adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi

    cukup besar baik dari segi Migas/Non Migas, Objek wisata yang kaya

    dan beragam serta letaknya yang sangat strategis.

  • 7/25/2019 Nkp Polisi Pariwisata

    28/28

    28

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik

    Indonesia (Polri), Jakarta, Mabes Polri, 2002.

    2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 2010

    tanggal 28 September 2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat

    Kepolisian Daerah (Polda), Jakarta, Mabes Polri, 2010.

    3. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: 23 Tahun 2010,

    tentang Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort (Polres) dan

    Polsek, Jakarta, Mabes Polri, 2010.

    4. Awaloedin Djamin, manajemen personil (SDM), Jakarta, 1995.

    5. Nyoman S Pendit, Konsep tentang Industri Pariwisata dan Segmentasi Pariwisata,

    Jakarta, 1987.

    6. Freddy Rangkuti, Analisis SWOT, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.

    7. Surat keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.

    Skep/248/IV/2004 tentang Buku petunjuk Pengamanan Pariwisata, Jakarta, Mabes

    Polri, 2004.

    8. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    Jakarta, 1998.

    9. Road Map Reformasi Birokrasi Polri (RBP) Gelombang II Tahun 2011-2014.