Nitip Nisa

24
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998 dikutip Nita Fitria, 2009). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2011). Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Nita Fitria, 2009). Isolasi social adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan. B. Etiologi 1. Faktor Predisposisi a. Faktor Perkembangan Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan

description

jiwa

Transcript of Nitip Nisa

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

A. PengertianIsolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998 dikutip Nita Fitria, 2009). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2011).Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Nita Fitria, 2009).Isolasi social adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan.

B. Etiologi1. Faktor Predisposisia. Faktor PerkembanganPada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.b. Faktor BiologisFaktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.c. Faktor SosiokulturalIsolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.d. Faktor dalam KeluargaPada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal- hal yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.2. Faktor Presipitasia. Stress sosiokulturalStres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.b. Stress psikologiAnsietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantu7ngan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi. (Ernawati, dkk, 2009)

C. Tanda dan Gejala1. Menyendiri di ruangan2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata3. Sedih, efek datar4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya5. Berpikir menurut pikirannyasendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian kepada orang lain7. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya8. Menggunakan kata- kata simbolik9. Menggunakan kata yang tidak berarti10. Kontak mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara11. Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri (Farida, Yudi Hartono, 2010)D. Mekanisme KopingMekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada gangguan hubungan sosial manipulatif adalah regresi dan represi .

E. Rentang ResponKeterangan rentang respon1. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan cultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.Adapun respon adaptif tersebut:a. SolitudeRespon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.b. OtonomiSuaty kemmpuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide- ide pikiran.c. KebersamaanSuatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk meberi dan menerima.d. Saling ketergantunganSaling ketergsntungan antara individu dengan orang lain dalam hubungann interpersonal.2. Respon MaladaptifAdalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma- norma dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik perilaku maladaptif tersebut adalah:a. Menarik diriGangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.b. ManipulasiAdalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.c. KetergantunganIndividu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimilikid. ImpulsifKetidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.e. NarkisismeHarga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung. (Ernawati, dkk, 2009)

F. Pohon Masalah(Sumber : Nita Fitria, 2009)

G. Psikopatoflow1. Psikoanalisa Teori

2. Biological TeoriH. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Isolasi Sosial Menarik Diri

1. Pengkajiana. IdentitasSering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.b. Keluhan UtamaKeluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.c. Faktor PredisposisiFaktor Predisposisi sangat erat kaitannya dengan factor etiologi yakni keturunan, endokrin, metabolism susunan saraf pusat, dan kelemahan ego.d. Psikososial1) GenogramOrang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7- 16 % skizofrenia, bila keduanya menderita 40- 68 %, saudara tiri kemungkinan 0,9- 1,8 %, saudara kembar 2- 15 % dan saudara kandung 7- 15 %.2) Konsep diriKemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.3) Hubungan sosialKlien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan berdiam diri.4) SpiritualAktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.e. Status mental1) Penampilan diriPasien tampak lesu, tak bergairah, rambut cak- acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tak terkunci, baju tidak diganti, baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien.2) PembicaraanNada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.3) Aktivitas motorikKegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia)4) EmosiEmosi dangkal.5) AfekDangkal, tidak ada ekspresi roman muka.6) Interaksi selama wawancaraCenderung tidak kooperatif , kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.7) PersepsiTidak terdapat halusinasi atau waham.8) Proses berpikirGangguan proses piker jarang ditemukan9) KesadaranKesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).10) Memori Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, dan orang.11) Kemampuan penilaianTidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu memberikan alasan tidak jelas.12) Tilik diriTidak ada yang khasf. Kebutuhan sehari-hariPada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi , berpakaian, dan istirahat tidur.2. Diagnosa Keperawatan2.1. Resiko perubahan persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri.2.2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.2.3. Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.2.4. Defisit perawatan diri.

3. Tujuan tindakan Keperawatan3.1. Resiko perubahan persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri.3.1.1. Tujuan umum :Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.3.1.2. Tujuan khusus :3.1.2.1. Klien mampu membina hubungan saling percaya.3.1.2.2. Klien mampu mengenali penyebab terjadinya halusinasi3.1.2.3. Klien mampu mengenali tanda dan gejala halusinasi.3.1.2.4. Klien mampu mengatasi halusinasi bila tejadi halusianasi.

3.2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah3.2.1. Tujuan umum Klien dapat bersosialisasi dengan orang lain secara bertahap3.2.2. Tujuan khusus3.2.2.1. Klien dapat membina hubungan saling percaya3.2.2.2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri, keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.3.2.2.3. Klien dapat bersosialisasi dengan orang lain secara bertahap3.2.2.4. Klien mampu menjelaskan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain3.2.2.5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik 3.3. Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.3.1.1. Tujuan UmumKlien mampu meningkatkan harga dirinya dan mempunyai sistem pendukung yang dapat membentu mengekspresikan perasaan dan pikirannya secara optimal3.1.2. Tujuan Khusus:3.1.2.1. Klien dapat membina hubungan saling percaya3.1.2.2. Klien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya3.1.2.3. Klien dapat melaksanakan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.3.1.2.4. Klien mampu mengungkapkan aspek negatif dari dirinya secara wajar.3.1.2.5. Klien mampu berpartisipasi dalam hubungan sosial dan bersifat terbuka.

3.4. Defisit perawatan diri.3.4.1. Tujuan umum Klien mampu melakukan perawatan diri atau memenuhi kebutuhan personal hygiene3.4.2. Tujuan khusus3.4.2.1. Klien menyebutkan manfaat kebersihan diri3.4.2.2. Klien memutuskan untuk melakukan kebersihan diri3.4.2.3. Klien mampu melakukan kebersihan dirinya.

4. Rencana Tindakan KeperawatanTindakan keperawatan untuk pasien :4.1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.4.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komuniksi terapuetik.4.1.2. Mengajarkan klien untuk mengenali penyebab terjadinya halusinasi4.1.3. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda dan gejala halusinasi.4.1.4. Mengajarkan klien cara mengatasi halusinasi bila tejadi halusianasi.4.2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.4.2.1.Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komuniksi terapuetik.4.2.2.Perlihaatkan sikap menerima dengan cara kontak yang sering tapi singkat.4.2.3.Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau mau bergaul dengan orang lain.4.2.4.diskusikan dengan klien kentungan dari bergaul dengan orang lain.4.2.5.diskusikan dengan klien kerugian dari tidak mau bergaul dengan orang lain4.2.6.Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam menggunakan perasaannya4.2.7.Kaji kemampuan klien dalam berkenalan dengan orang lain4.2.8.Ajarkan klien cara untuk berkenalan dengan orang lain4.2.9.Evaluasi kemampuan klien dalam mengaplikasikan yang diajarkan oleh perawat4.2.10. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan pengungkapan perasaan tentang keuntungan berkata jujur dengan orang lain.

4.3. Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.4.3.1. Bina hubungan saling percaya4.3.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya4.3.3. Identifikasi kelebihan atau hal positif yang dimilika atau yang ada di diri klien4.3.4. Eksplorasi keberhasilan-keberhasilan yang pernah dicapai klien4.3.5. Libatkan klien dalam kegiatan kelompok 4.3.6. Beri reinforcemen positif terhadap keberhasilan dan kelebihan klien4.4. Defisit perawatan diri.4.4.1. Monitor kemampuan klien melakukan perawatan diri secara mandiri.4.4.2. Identifikasi bersama klien hambatan yang dialami klien dalam perawatan diri.4.4.3. Diskusikan bersama klien keuntungan kebersihan diri.4.4.4. Bantu klien menentukan tindakan untuk kebersihan diri.4.4.5. Sediakan peralatan mandi.4.4.6. Berikan bantuan sampai klien dapat mandiri dalam perawatan dirinya.4.4.7. Evaluasi perasaan klien setelah melakukan kebersihan diri. 4.4.8. Beri reinforcement.

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanDari uraian yang telah di bahas di atas, kelompok mengambil kesimpulan bahwa, dalam merawat atau menangani pasien dengan gangguan interaksi sosial, Bina Hubungan Saling Percaya merupakan tahap yang sangat vital agar pasien mau mengungkapkan permasalahan yang di hadapinya. Untuk membina hubungan saling percaya dengan klien tentu perawat harus menguasai tehnik-tehnik komunikasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Selain mengusai tehnik komunikasi terapeutik tentu keahlian dalam aplikasi menjadi penting untuk di perhatikan. Pertemuan secara intens juga menunjang tercapainya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien. Sebagai perawat professional kita harus bisa menunjukan sikap empati, carring, mampu menggali dan mengembangkan aspek-aspek positif yang di miliki klien guna meningkatkan kepercayaan diri klien serta memberikan reinforcement positif kepada klien.Sebagai perawat professional, kita harus bisa menyusun rencana keperawatan yang tepat, efektif dan efisien dan tentunya kolaborasi dengan displin ilmu yang lain menjadi penting demi kesembuhan pasien.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka kelompok memberikan saran sebagai berikut:1. Untuk perawat, perlu meningkatkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara merawat klien dengan isolasi sosial. Mengembangkan pola-pola yang asertif dalam merawat klien dengan gangguan jiwa pada umumnya dan gangguan interaksi sosial pada khususnya serta harus mampu melakukan pendekatan-pendekatan yang terapeutik demi kesembuhan klien.2. Untuk keluarga meningkatkan kuantitas dan kualitas dari kunjungan agar lebih mempercepat proses penyembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.Farida, Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.Keliat, Budi Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC. Nita, Fitria. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

STRATEGI PELAKSANAAN pada pasien dengan ISOLASI SOSIAL Hari : selasa, 14 desember 2010Pertemuan : 1 Sp/Dx : 1/ Isolasi SosialRuangan : SaraswatiNama Klien : Ny M

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data subjektif:Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya Klien merasa orang lain tidak selevel.Data objektif:Klien tampak menyendiriKlien terlihat mengurung diriKlien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial

3. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lainKhusus:a. Klien dapat membina hubungan saling percayab. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosialc. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang laind. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahape. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lainf. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosialg. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

4. Tindakan Keperawatana.Membina hubungan saling percayab.Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasienc.Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.d.Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang laine.Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orangf.Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan 1. Fase Orentasi a. Salam Terapeutik Selamat Pagi Bu! Perkenalkan nama saya zian faizah, biasa di panggil zian, saya mahasiswa poltekkes depkes jakarta III. Saya praktek disini mulai dari hari ini sampai tanggal 23 Desember 2010 dari jam 08.00-14.00 WIB. Nama ibu siapa? Senang di panggil apa?b. Validasi Bagaimana perasaan ibu hari ini ?c. Kontrak- Topik Senang ya bisa berkenalan dengan ibu hari ini, bagaimana kalau kita berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar ibu dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?

-Waktu berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15 menit saja?- Tempat di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di ruangan ini saja kita berbincang-bincang...- TujuanAgar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

2. Fase kerjaIbu, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa? Menurut ibu apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain? Kalau ibu tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian. Sekarang saya akan mengajarkan ibu berkenalan. Bagus... ibu dapat mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi.. bagaiman kalau kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasia. Evaluasi 1. Evaluasi SubyektifBagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?2. Evaluasi Objektifcoba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?

b. Tindak Lanjuttadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap ibu dapat mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!

c. Kontrak yang akan datang- Topik baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain?-Waktuberapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?- Tempat di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?...

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Rabu, 15 desember 2010Pertemuan : 2Sp/Dx : II/ Isolasi SosialRuangan : SaraswatiNama Klien : Ny M

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data subjektif:Klien mengatakan malas berinteraksiKlien mengatakan cepat lelah kalau banyak jalanData objektif:Klien menyendiri di kamarKlien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamarKlien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya

2. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial : Menarik diri

3. Tujuan a.Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lainb.Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain

4. Tindakan Keperawatana.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasienb.Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orangc.Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan 1. Fase Orentasi a. Salam Terapeutik Selamat Pagi Bu! masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya suster zian... b. Validasi Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin saya ajarkan?c. Kontrak- Topik sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara berkenalan dengan satu... -Waktu sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15 menit... bagaimana menurut ibu?- Tempatkesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan... apakah ibu setuju?- TujuanAgar ibu dengan orang lain dapat saling kenal

2. Fase kerjasebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan satu orang yang ibu belum kenal!! Bagus... ibu dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa yang saya ajarkan.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasia. Evaluasi 1. Evaluasi SubyektifBagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?Siapa nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?2. Evaluasi Objektifklien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 1 orang b. Tindak Lanjutibu saat saya tidak ada ibu dapat melakukan hal seperti yang ibu lakukan tadi dengan orang yang belum ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah ibu ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.c. Kontrak yang akan datang- Topik baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan melakukan interaksi/ berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih?-W aktuberapa lama ibu punya waktu untuk interaksi dengan orang lain? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?- Tempat di mana ibu bisa melakukannya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di tempat ini lagi?... selamat siang ibu!!!

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Kamis, 16 desember 2010Pertemuan : 3Sp/Dx : III/ Isolasi SosialRuangan : SaraswatiNama Klien : Ny M

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data subjektif:Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lainKlien mengatakan sudah mengajak beberapa untuk berkenalanData objektif:Klien tampak sudah mau keluar kamarKlien dapat melakukan aktivitas di ruangan

2. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial : Menarik diri

3. Tujuan Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebihKlien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

4. Tindakan Keperawatana. mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien b. memberikan kesempatan pada klien berkenalanc. menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Pelaksanaan 1. Fase Orentasi a. Salam Terapeutik Selamat Pagi Bu! masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya suster zian... b. Validasi Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin ibu lakukan?c. Kontrak- Topik sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini ibu akan melakukan interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak ibu kenal atau orang baru... -W aktu sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15 menit... bagaimana menurut ibu?- Tempatkesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras... apakah ibu setuju?- TujuanAgar ibu dengan orang lain dapat saling kenal dan mempunyai teman yang banyak

2. Fase kerjasebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang ibu tidak kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus... ibu dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasia. Evaluasi 1. Evaluasi SubyektifBagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?Siapa-siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?2. Evaluasi Objektifklien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 3 orang b. Tindak Lanjutnah.. saat saya tidak ada, ibu dapat melakukannya hal seperti yang ibu lakukan tadi dengan orang yang baru ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah ibu ajak kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.c. Kontrak yang akan datang- Topik baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah kita pelajari dari kemarin ya bu.. apakah ibu bersedia?-Waktuberapa lama ibu mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?- Tempat di mana ibu bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya di sini saja....selamat siang ibu!!! Diposkan oleh Muhammad Wahyu Putra di 21.10