nipasol
-
Upload
iqlimasarah -
Category
Documents
-
view
322 -
download
9
description
Transcript of nipasol
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS KUANTITATIF
Penentuan Kadar Nipasol
Kelompok 8
Ahmad Wafi Naufal
Annisa Nurul Haq Hamzah
Iqlima Sarah
Farmasi 3C
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2016
No Praktikum: 01
Hari Tanggal: Jumat, 12-02-2016
Judul
: Asam Hidroksi Benzoat
Sampel
: No 7D (Nipasol )A. Tujuan
Untuk menentukan kadar nipasol dari satu sediaan farmasi dengan menggunakan metode titrasi asam basa tidak langsung.
B. Prinsip Berdasarkan reaksi antara sampel dengan NaOH yang ditambahkan secara berlebih kemudian kelebihan NaOH dititrasi dengan larutanstandar/baku.C. Dasar teori
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar kedalam ditambahkan kedalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standard adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar skunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsntrasi diketahui dari massa volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemmurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Day Underwood,1999).
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :
H+ + H- H2O
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri. (Gholib, 2010).
Pada titrasi asam-basa terdapat titrasi langsung dan titrasi tidak langsung, titrasi tidak langsung dapat dilakukan untuk titrasi asam lemah dengan basa kuat, ataupun titrasi basa lemah dengan asam kuat. Contoh yang paling umum dilakukan adalah titrasi asam lemah dengan basa kuat. (Gandjar dan Abdul Rohman, 2007).
Berikut monografi dari Nipasol/ PropylisParabenum(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 411)
Struktur:
Pemerian:Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa.Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol ( 95 % ) P, 3 bagian dalam aseton P, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Konsentrasi: 0,01-0,6 %OTT
: surfaktan non-ionikKegunaan: pengawetpH
: stabil pada ph 3-6Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Erlenmeyer
-Buret
Gelas kimia
-Gelas ukur
Labu ukur
-Pipet volume
Statif
-Cawan penguap
Spatula
-Corong pemisah
Pipet tetes
-Sentrifuge
tabung sentrifuge-vortek
Panci
- Corong
2. Bahan
Sampel
- HCl
- Eter As. Oksalat
- NaOH
Indikator PP
- EtanolE. Prosedur Kerja
1. Isolasi nipasol dari Matrik
Sampel bentuk serbuk
ditimbang 2 gram
+ 10ml HCL
Di vortex hingga tercampur homogen
Masukan ke sentrifuge
Residu Filtrat
+HCl 10ml + eter 10 ml, kocok lalu diamkan.
Di vortek Fasa HCL Fasa Eter
Pisahkan.
Masukan ke sentrifuge Uji kualitatif Uji kualitatif Jika (+) + eter 10 ml Jika (+) maka uapkan
Kocok (eter) hingga terbentuk
Filtrat Residu kristal
Fasa HCl Fasa Eter
Pisahkan. Pisahkan.
Fasa HCL Fasa Eter Uji kualitatif Uji kualitatif
Uji kualitatif Uji kualitatif Jika(-) maka biarkan Jika (+) uapkan (eter)
hingga terbentuk kristal
Jika(-) maka biarkan
Kristal
+ etanol
Titrasi
2. Pemeriksaan Kualitatif dengan Reaksi Warna
Analit + p. FeCl3 Jingga
3. Pemeriksaan Analit secara Kuantitatif
a) Penyiapan baku primer asam oksalat
Timbang 60mg asam oksalat
b) Penyiapan larutan baku sekunder
Perhitungan pembuatan NaOH 0,1N
G= N x Be x V
= 0,1 x 40 x 0,1
= 0,4 g
c) Standarisasi NaOH dengan asam oksalat.
d) Titrasi Blanko
e) Penetapan Kadar Analit dari sampel (Nipasol)
F. Data Hasil Pengamatan
1) Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat
Berat As.OksalatVolume NaOH
60mg10,5 ml
60mg13,5 ml
60mg16,5 ml
Rata-rata13,5 ml
N NaOH= mg As. Oksalat
BE as. Oksalat x Vol. NaOH
= 60 63,03 x 13,5
N NaOH= 0,07 N
2) Titrasi Blanko
Volume EtanolVolume NaOH
10 ml0,1 ml
10 ml0,2 ml
10 ml0,4 ml
Rata-rata 0,23 ml
3) Penetapan Kadar Analit
Volume Analit
( ml)Volume NaOH Berlebih (ml)Volume HCl
(ml)
10 102,8
10 103
10 103,2
Rata-rata 10 3
\
Vol. NaOH yang bereaksi dengan sampel
Vol. NaOH berlebih Vol. HCl Vol blanko
10ml 3 ml 0,23 ml = 6,77 ml
N Analit
N analit x Vol. analit = N NaOH x Vol. NaOH
N analit x 10 = 0,07 x 10
N analit = 0,07 x 6,77 10
N analit = 0,04 Konversi Normalitas ke gramgram = N x V x BE = 0,04 x 0,01 x 180,21 = 0,07 gram % Kadar Nipasol
gram nipasol x 100 % =
gram awal
0,07 gram x 100%= 3,5 % 2 gram
G. Pembahasan
Alkalimetri merupakan metode titrimetri yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume basa yang digunakan. Metode ini merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan jumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Dalam praktikum kali ini, digunakan metode alkalimetri tidak langsung. Prinsip dari titrasi asam basa secara tidak langsung ini adalah senyawa senyawa yang bersifat asam atau basa yang sangat lemah yang kemudian ditambahkan asam atau basa kuat secara berlebih. Asam atau basa yang berlebih inilah yang kemudian dititrasi dengan pentiternya.
sampelnya adalah nipasol yang merupakan senyawa fenolik yang bersifat asam lemah, sehingga untuk menentukan kadarnya digunakan metode titrasi asam basa tidak langsung. Karena jika menggunkan menggunakan titrasi langsung maka garam yang terbentuk dari campuran asam lemah dan basa kuat dengan perbandingan mol yang sama dilarutkan dalam air, maka kation dari suatu asam lemah dapat terhidrolisi sedangkan anion dari basa kuat tidak dapat terhidrolisis yang menyebabkan garam yang terbentuk akan terhidrolisis sebagian, sehingga titik akhir titrasi akan sulit ditentukan. menggunakan titrasi langsung. Titasi kembali dilakukan dengan menambahkan NaOH berlebih yang diketahui jumlahnya kedalam sampel yang kemudian kelebihan NaOH tersebut di titrasi dengan HCl, sehingga dapat diketahui volume sampel yang bereaksi.
Sebelum dilakukan titrasi dilakukan isolasi terlebih dahulu karena sampel tersebut masih memiliki banyak matriks. Sampel no 7D (nipasol) diberikan dalam bentuk serbuk, karena sampel dalam bentuk adalah asam lemah maka ditambahkan HCl untuk menarik asamnya, kemudian dilakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang sesuai agar analit terpisah dari matriksnya. Sehingga dalam proses mendeteksi analit ketika titrasi komponen dalam matriks tidak mengganggu. Pelarut yang dipakai adalah etanol, karena nipasol larut dalam 3,5 bagian etanol 95%.Setelah proses isolasi selesai, dilakukan pembakuan NaOH dengan baku primer (asam oksalat). Kadar NaOH yang didapatkan berdasarkan pembakuan adalah 0,06 N. NaOH dibakukan karena NaOH tidak stabil, higroskopis sehingga perlu dilakukan pembakuan atau standarisasi sedangkan pemilihan asam oksalat sebagai baku primer karena berdasarkan literatur karena asam oksalat ini tidak mudah menguap, tidak mudah teroksidasi selain itu asam oksalat bersifat stabil dan tidak higroskopis. Setelah melakukan standarisasi NaOH dilakukan titrasi blanko dimana analit yang digunakan adalah etanol dan pentiternya adalah NaOH. Titrasi blanko dilakukan untuk mengetahui berapa banyaknya etanol yang bereaksi dengan NaOH, karena sampel (nipasol) dilarutkan didalam etanol yang memungkinkan NaOH akan bereaksi dengan etanol juga.
Kemudian dilakukan penetapan kadar sampel (nipasol). Pada titrasi ini mengunakan indikator pp dan diiberikan NaOH secara berlebih yang diketahui jumlahnya kedalam sampel yang kemudian terjadi perubahan warna dari bening ke pink yang disebabkan karena indikator fenolftalein merupakan asam diprotik terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian dengan hilangnya proton kedua menjadi ion dengan sistem terkonjugat menghasilkan warna merah. Hasil basa berlebih yang diperoleh adalah 10 ml, karena pada saat penambahan NaOH 10 ml warna larutan berubah dari bening menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Kemudian kelebihan NaOH ini dinetralkan dengan HCl. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah :
Adapun kadar analit dalam larutan adalah sebesar 0,04 N. Lalu dikonversikan kedalam gram menjadi sebesar 0,07 gram sehingga persentasi kadar nipasol yang diperoleh adalah 3,5 % dalam 2 gram sampel.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan menggunakan metode titrasi asam basa secara tidak langsung kadar Nipasol dari sampel no 7D adalah 3,5 % Daftar Pustaka
Auterhoff, Harry, Dr. Dan Karl-Arthur Kovar. Identifikasi Obat Terbitan Kelima. 1987. Bandung: Penerbit ITB
Gholib. 2010. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. Farmakope Ed. IV. 1979. Departemen Kesehatan RI
Day, R.A, dan A.L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif Ed. VI. 2001. Jakarta: Erlangga
_1516979179.unknown
_1516979180.unknown
_1516979177.unknown