NILAI TAMBAH MINERBA.doc

40
PENINGKATAN NILAI TAMBAH PERTAMBANGAN (HULU HILIR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH/MASYARAKAT) A. Latar Belakang Kondisi pengelolaan sumber daya alam, khususnya sumber daya mineral dan batu bara, di Indonesia saat ini masih umum banyak diekspor masih dalam bentuk bahan mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Sedangkan beberapa industri pengolahan yang menggunakan sumber daya mineral sebagai bahan baku utama ataupun penunjang masih merupakan produk impor. Kondisi tersebut berakibat tidak menghasilkan nilai tambah (value-added) secara langsung maupun tidak langsung sebagaimana yang diharapkan. Di sisi lain, negara-negara industri selalu berusaha untuk memperoleh “keuntungan nilai tambah” dari negara-negara pengeskpor melalui proses pengolahan lebih lanjut di negaranya ataupun di kelompok usahanya. Hal ini terjadi karena ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan dapat dikatakan masih dikuasai sepenuhnya oleh mereka atau belum tertransformasikan, di samping itu strategi dan jaringan pemasaran secara umum masih berada di tangan mereka.

Transcript of NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Page 1: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

PENINGKATAN NILAI TAMBAH PERTAMBANGAN(HULU HILIR DAN PENGEMBANGAN

WILAYAH/MASYARAKAT)

A. Latar Belakang

Kondisi pengelolaan sumber daya alam, khususnya sumber daya

mineral dan batu bara, di Indonesia saat ini masih umum banyak diekspor

masih dalam bentuk bahan mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Sedangkan

beberapa industri pengolahan yang menggunakan sumber daya mineral

sebagai bahan baku utama ataupun penunjang masih merupakan produk

impor. Kondisi tersebut berakibat tidak menghasilkan nilai tambah (value-

added) secara langsung maupun tidak langsung sebagaimana yang diharapkan.

Di sisi lain, negara-negara industri selalu berusaha untuk memperoleh

“keuntungan nilai tambah” dari negara-negara pengeskpor melalui proses

pengolahan lebih lanjut di negaranya ataupun di kelompok usahanya. Hal ini

terjadi karena ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan dapat dikatakan

masih dikuasai sepenuhnya oleh mereka atau belum tertransformasikan, di

samping itu strategi dan jaringan pemasaran secara umum masih berada di

tangan mereka.

Menjelang pelaksanaan globalisasi bidang pertambangan, isu

Peningkatan Nilai Tambah (PNT) menjadi sangat penting mengingat selama

ini peran Indonesia hanya sebagai produsen atau penjual bahan galian

tambang yang sebagian besar tanpa diolah terlebih dahulu sementara industri

dalam negeri yang berbasis tambang masih mengimpor bahan baku tersebut

dari negara lain yang bahan bakunya berasal dari Indonesia. Peningkatan

usaha dari produsen atau penjual bahan baku mentah meningkat menjadi

produsen bahan baku setengah jadi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan

nilai tambah dan bermanfaat secara langsung bagi kepentingan nasional

umumnya dan khususnya bagi pengembangan suatu wilayah dimana bahn

galian tersebut berada.

Page 2: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Pada era otonomi daerah sekarang ini, pengembangan wilayah dan

masyarakat merupakan sesuatu yang tidak dapat dikesampingkan mengingat

pemerintah daerah dan masyarakat lokal se bagai stakeholder yang paling

menentukan dalam pengambilan keputusan bagi kelangsungan suatu usaha

pertambangan, di mana pemerintah hanya merupakan fasilitator dalam

pengambilan keputusan.

B. Konsep Dasar Kebijakan

1. Arahan kebijakan Pembangunan Nasional

Kebijakan nasional tentang pengolahan sumber daya alam,

termasuk sumber daya mineral, batubara dan panas bumi, pada dasarnya

diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan rakyat dengan

memperhatikan aspek konservatif, rehabilitasi dan penghematan di dalam

pemanfaatannya melalui teknologi yang akrab lingkungan. Hal ini

memberi pengertian bahwa:

Pemanfaatan terhadap sumber daya mineral batu bara dan panas bumi

harus memperhatikan keseimbangan antara keungungan komunitas

dengan keuntungan bisnis perusahaan; industri mineral, batu bara dan

panas bumi yang baik dapat menjadi katalisator pertambangan bagi

pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat,

Pembangunan pertambangan juga harus tetap berpegang pada prinsip

pemerataan antar generasi, didasari pola pikir pembangunan

pertamnbangan yang berkelanjutan dan berwawasan jangka panjang.

Harus didasari kepada perencanaan yang matang dan efisiensi tinggi

serta penerapan prinsip good mining practice dengan mengacu pada

teknologi yang efektif dan efisien yang aman dan ramah lingkungan.

Koordinasi sejak dini diperlukan untuk melakukan sosialisasi secara

transparan segala sesuatu yang berkaitan dengan seluruh proses

kegiatan pertambangan (hulu-hilir) berikut dampak-dampaknya

dengan melibatkan segenap unsur terkait baik dari pemerintah, swasta

dan komponen masyarakat.

Page 3: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

2. Tuntutan global

Deklasari Rio de Janeiro sebagai hasil dari Konferensi Tingkat

Tinggi (KTT) Bumi 1992 telah melahirkan tata cara baru untuk mencapai

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) secara global di

abad 21. Rekomendasi yang diajukan mencakup cara baru dalam

mendidik, perhatian akan sumber daya alam dan rancangan ekonomi

berkelanjutan. Kemudian dipertegas dengan Deklarasi Yohanesburg, hasil

KTT 2002, yang mendukung tanggung jawab kolektif untuk memajukan

dan memperkuat soko guru pembangunan berkelanjutan dan action plan

yang aktual.

Pola pikir pembangunan berkelanjutan didasari oleh social justice

and equity, pendekatan yang holistik dan integratif, menghargai

keanekaragaman serta berwawasan jangka panjang. Tujuan pembangunan

adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat

secara berkelanjutan antar generasi (inter-temporal).

3. Pembangunan berkelanjutan sektor Pertambangan

Pembangunan berkelanjutan dalam konteks usaha pertambangan

adalah transformasi sumber daya tidak terbarukan (non renewable

resources) menjadi sumber daya pembangunan terbarukan (renewable

resources). PNT Pertambangan harus berbasis sumber daya setempat atau

nasional (community based), dan berkelanjutan (sustainable). Manfaatnya

bukan saja dirasakan karena sedang ada pertambangan, tetapi juga karena

pernah ada kegiatan pertambangan.

PNT Pertambangan merupakan action plan actual sektor energi

dan sumber daya mineral, khususnya di bidang pertambangan umum,

untuk menjawab tantangan global yang menjadi kesepakatan Indonesia di

dunia internasional sebagai implementasi pembangunan berkelanjutan

pertambangan.

Page 4: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

C. Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan

1. Pemahaman

PNT Pertambangan sebagai action plan actual pembangunan

pertambangan yang berkelanjutan, pada dasarnya merupakan implementasi

kegiatan konservasi pertambangan, yaitu dalam hal keberlanjutan manfaat

ekonomi dan lingkungan sosial kemasyarakatan yang diperolehnya

semenjak perencanaan, selama berlangsungnya kegiatan pertambangan

sampai dengan pasca tambang.

Dengan demikian PNT adalah upaya optimalisasi atas pengelolaan

proses hulu-hilir kegiatan pertambangan serta pengembangan wilayah dan

pengembangan masyarakat di sekitar kegiatan pertambangan baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam rangka mewujudkan

pembangunan berkelanjutan.

2. Pola pikir

Pola pikir kebijakan PNT Pertambangan adalah sejalan dengan

paradigma pembangunan berkelanjutan kegiatan pertambangan, yaitu

transformasi sumber daya tidak terbarukan menjadi sumber daya

pembangunan terbarukan. Implementasinya adalah dengan

menginternalkan aspek dasar pembangunan berkelanjutan ke dalam setiap

komponen kegiatan pertambangan sebagai berikut.

Transformasi sosial

Empowerment, mendorong masyarakat untuk dapat kesempatan

dan berperan aktif lebih besar.

Cooperation, mendorong terciptanya kerja sama di masyarakat

sehingga merasa sebagai bagian dari kelompok.

Equity, di samping masyarakat mendapatkan kesempatan financial

juga dalam mendapatkan pelayanan sosial.

Sustainability, pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa mengabaikan

kebutuhan generasi mendatang.

Security, masyarakat merasa bebas atas ancaman dan ketidak-

pastian harapan hidup.

Page 5: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Desentralisasi dan dekonsentrasi pengelolaan

Memungkinkan daerah untuk lebih banyak terlibat dalam kegiatan

pertambangan dan mendapatkan manfaat, sehingga kegiatan

tersebut menjadi lebih terarah, efektif dan efisien.

Adanya koordinasi antara pusat dengan daerah yang lebih efektif

dan mengurangi rantai birokrasi.

Adanya koordinasi di antara daerah pengelola pertambangan

dengan stakeholders lainnya.

Pengakuan hak-hak masyarakat

Makna kemakmuran adalah secara utuh, di samping secara ekonomis

juga makmur secara batiniah dan spiritual.

Hak atas tanah.

Hak untuk hidup dalam habitat sosial budaya asal secara

berkelanjutan.

Hak untuk hidup dalam lingkungan yang sehat dan aman.

Hak untuk menikmati dan memanfaatkan sumber daya alam di

sekitarnya.

Hak untuk turut menjaga kebutuhan generasi mendatang.

Integrasi pengelolaan

Pengelolaan sumber daya mineral secara terintegrasi dari hulu-hilir

pertambangan; meliputi setiap tahapan kegiatan dari eksplorasi,

konstruksi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian, handling dan

pemasaran.

Keterlibatan masyarakat

Masyarakat berhadapan dan berinteraksi langsung dengan

perusahaan.

Masyarakat sebagai penyandang resiko.

Masyarakat sebagai penilai kelaikan berusaha.

Pemanfaatan sumber daya alam inter temporal

Pertambangan bersifat sementara, sumber daya alam tidak

terbarukan.

Page 6: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Transformasi sosial perlu waktu, tidak dapat dipaksakan, kecepatan

tiap daerah berbeda.

Setiap wilayah di Indonesia mempunyai ciri khas; kondisi dan taraf

sosial, ekonomi dan budaya berbeda.

Ratio rate of depletion vs rate of transformation harus optimal.

Good governance and good corporate governance

Kelompok-kelompok yang terlibat di dalam pengelolaan sumber daya

alam harus menjalankan kewajiban masing-masing secara bertanggung

jawab, transparan, partisipatif dan public accountable.

Gambar Pola Pikir Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan

Page 7: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

3. Strategi peningkatan nilai tambah

a. Pengembangan teknologi dan inovasi

Pengembangan teknologi terutama teknologi tepat guna dan

melakukan inovasi-inovasi yang harus diprioritaskan. Beberapa

langkah yang dapat dilakukan antara lain: perusahaan pertambangan

selain disibukkan oleh kegiatan rutinitas yang berkaitan dengan aspek

bisnisnya, juga harus memperhatikan aspek penelitian dan

pengembangan / research and development (R&D) teknologi terapan

yang berdasarkan kebutuhan pasar agar perusahaan dapat berupaya

untuk memproduksi kebutuhan tersebut. Perusahaan pertambangan

harus memperkuat kerja sama dengan pihak Perguruan Tinggi dan

Lembaga Riset untuk melakukan penelitian terapan pada bidang-

bidang tertentu berdasarkan kebutuhan pengembangan perusahaan

(company development needs).

Pengembangan dan penerapan teknologi harus tetap mengacu

pada prinsip-prinsip ekonomi, konservasi dan lingkungan hidup. Di

samping itu, adanya upaya untuk memproduksi produk-produk baru

sesuai dengan dinamika permintaan pasar harus selalu menjadi

perhatian perusahaan.

Di sisi lain, pihak pemerintah juga harus secara pro aktif

mendukung kegiatan R&D, misalnya dalam bidang pendanaan,

informasi, kerja sama dan koordinasi dengan pihak-pihak yang dapat

dikaitkan. Produk hasil usaha pertambangan tentunya harus seoptimal

mungkin dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, di samping untuk

kebutuhan ekspor.

b. Dukungan pemasaran dan kerja sama antar negara penghasil

Untuk mengoptimalkan usaha peningkatan nilai tambah,

dukungan pemasaran terhadap produk hasil usaha pertambangan perlu

dilakukan yaitu dengan membuat jaringan kerja sama antara negara-

negara penghasil komoditas tambang tertentu juga perli ditingkatkan.

Page 8: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Untuk menunjang hal-hal tersebut di atas, beberapa langkah

yang perli dilakukan, antara lain:

Adanya “Trading House” atau institusi sejenis yang dapat

memfasilitasi berbagai hal dalam upaya optimalisasi usaha

peningkatan nilai tambah. Institusi ini harus dapat melakukan

berbagai fungsi antara lain: sebagai sumber informasi, melakukan

promosi, menganalisis keadaan pasar, membuat strategi pemasaran

dan melakukan konsultasi.

Adanya usaha dari pemerintah untuk memfasilitasi kerja sama

antara perusahaan skala kecil, menengah dan besar agar dapat

bersinergi dalam produk masing-masing.

Adanya usaha dari pemerintah bersama dengan perusahaan

pertambangan untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara

penghasil komoditas pertambangan tertentu untuk menghindari

persaingan yang tidak sehat.

c. Hubungan antara industri hulu-hilir

Kaitan atau hubungan (linkage) antara industri hulu-hilir

produk usaha pertambangan harus diperkuat melalui beberapa hal:

Adanya usaha dari berbagai pihak. Terutama dari pihak pemerintah

untuk menciptakan dan memperkuat hubungan hulu-hilir sektor

pertambangan, pengembangan industri hilir sektor pertambangan,

pengembangan fasilitas jaringan informasi, infrastruktur serta

fasilitas umum.

Adanya kondisi yang kondusif serta hubungan yang harmonis

antara industri hulu-hilir produk pertambangan. Adanya dukungan

pemerintah antara lain berupa kebijakan dan koordinasi antar

sektor yang dapat memperkuat hubungan industri hulu-hilir usaha

pertambangan.

d. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Faktor lin yang sangat penting dalam usaha peningkatan nilai

tambah adalah pengembangan SDM:

Page 9: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Pengembangan SDM harus dilakukan di seluruh strata, mulai dari

tingkat buruh sampai dengan level manajer. Pengembangan SDM

harus mengacu pada prinsip profesionalisme.

Perusahaan pertambangan harus concern dengan peningkatan

keterampilan dari setiap personilnya, misalnya dengan

menyediakan dana dan memberi kesempatan kepada personil

perusahaan untuk peningkatan kemampuan sesuai dengan

kebutuhan.

Pengembangan manajemen SDM, dalam hal ini dukungan

pemerintah untuk mencari peluang dalam pengembangan SDM,

misalnya kerja sama dengan negara industri melalui program

beasiswa jangka pendek dan jangka panjang.

e. Aspek sosial

Hubungan antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat

setempat selalu menjadi isu sentral dalam pengusahaan pertambangan.

Hubungan yang harmonis perlu selalu dijalin berdasarkan prinsip win-

win solution.

Sejak awal suatu kegiatan usaha pertambangan, baik kegiatan

utama maupun kegiatan penunjang lainnya harus disiapkan secara

terarah dan benar. Beberapa kegiatan penunjang seperti pengadaan

pasokan kebutuhan pegawai, pengadaan peralatan dan suku cadang

ataupun kebutuhan jasa lainnya selayaknya dirancang dari awal secara

terpadu. Hal yang terpenting adalah masyarakat setempat harus diberi

prioritas untuk memenunhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Disarankan kepada perusahaan pertambangan agar dapat juga

mendukung usaha yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini dapat menghasilkan

suatu hubungan yang positif dan dapat melahirkan kondisi yang saling

menguntungkan untuk pihak perusahaan dan untuk masyarakat

setemmpat.

Page 10: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

4. Pengembangan Wilayah dan Masyarakat di Sekitar Wilayah

Pertambangan

Eksploitasi bahan galian bersifat tidak terbarukan, merupakan

kesempatan dan harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan

kesejahteraan yang hanya datang sekali. Eksploitasi mineral oleh

perusahaan dengan menggunakan tolok ukur Return of Invesment (ROI),

harus diimbangi oleh Return of Assets (ROA) yang optimal bagi

masyarakat. Hilangnya aset dan timbulnya dampak lingkungan merupakan

biaya sosial yang seharusnya diperhitungkan dalam investasi

pertambangan.

Program Pengembangan Wilayah dan Masyarakat di sekitar

tambang merupakan kesempatan bagi proses pembangunan daerah yang

belum terjangkau oleh program pemerintah. Umumnya usaha

pertambangan terpencil, tersebar, teknologi tinggi, tenaga terampil, modal

besar, membangun sarana dan prasarana. Upaya untuk dapat

berkelanjutan, program Pengembangan Wilayah dan Masyarakat di sekitar

tambang adalah melalui kemitraan yang sinergis di antara stakeholder.

Dengan menyelaraskan program perusahaan dengan program pemerintah

dan kebutuhan masyarakat, maka akan tercipta adanya proses transformasi

sosial.

Gambar Pola Pikir Pengembangan Wilayah dan Masyarakat di

Sekitar Tambang

Page 11: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

a. Kemitraan sinergis stakeholder

Keterlibatan antar dan intergenerasi pada usaha pertambangan

hanya dapat terlaksana secara konsisten bila melibatkan stakeholder

secara optimal dalam sebuah kemitraan yang sinergis. Musyawarah

dan mufakat dapat meningkatkan rasa partisipasi masyarakat yang

dapat berkembang menuju rasa ikut memiliki (sense of belonging)

yang sebenarnya merupakan basis tertinggi dari program

Pengembangan Wilayah dan Masyarakat di sekitar tambang.

Lembaga fasilitasi sebagai sarana interaksi stakeholder

Perwujudan kemitraan yang sinergis di beberapa perusahaan

pertambangan antara lain dengan dibentuknya suatu lembaga

fasilitasi sebagai sarana atau wadah bagi stakeholder, baik berupa

yayasan, komisi, tim atau special project. Adapun keanggotaan

daru lembaga fasilitasi adalah memuat tiga unsur utama

pengembangan wilayah dan masyarakat, yaitu pemerintah,

perusahaan dan masyarakat. Sedangkan dari komponen masyarakat

dapat terdiri dari:

o Ornop/LSM

o Tokoh masyarakat

o Ketua suku/lembaga adat

o Pemuka keagamaan

o Tokoh informal/organisasi wanita

o Organisasi buruh/petani

o Akademi/peneliti

o Organisasi kepemudaan

o Tokoh/ketua kelompok masyarakat marjinal

o Tokoh lingkungan hidup.

Lembaga fasilitasi alternatif mediasi resolusi konflik

Kemitran yang sinergis antar stakeholder sangat tergantung pada:

o Kesamaan persepsi

o Pengertian tentang peran dan posisi masing-masing.

Page 12: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

o Kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi yang diciptakan

untuk kepentingan bersama.

o Etika sosial dan profesionalisme.

Tidak adanya komunikasi di antara komponen stakeholder dapat

menimbulkan perbedaan persepsi terhadap kegiatan pertambangan

sehingga dapat memicu konflik. Lembaga fasilitasi dapat

diberdayakan sebagai media komunikasi di antara stakeholder di

dalam mengantisipasi dan resolusi konflik.

Prinsip kemitraan yang harus dikembangkan di dalam lembaga

fasilitasi:

o Hubungan yang harmonis, terbuka dan transparan (mutual

cooperation and respect) sangat diperlukan agar semua pihak

mendapatkan keuntungan. Perusahaan dapat menjalankan

bisnis dengan aman, teratur, menguntungkan sementara lainnya

mendapatkan manfaat yang nyata dari pembangunan

masyarakat dan pemasukan finansial.

o Pemerintah daerah dan masyarakat harus proaktif dalam

penyelesaian masalah atau konflik dalam menjamin

kelangsungan usaha pertambangan.

o Perusahaan proaktif berdialog tentang rencana kegiatan dari

awal eksplorasi maupun setiap tahapan kegiatan. Tidak hanya

keuntungan tetapi dampak dari kegiatan, rencana pengelolaan,

antisipasi dan rencana mitigasi penanggulangannya.

b. Konsepsi program

Komitmen perusahaan

Keterpaduan kepedulian Pengembangan Wilayah dan Masyarakat

dalam kebijakan perusahaan, akan mempengaruhi pola pikir

manajemen dalam melakukan kegiatan perusahaan, sehingga

penanganan isu Pengembangan Wilayah dan Masyarakat akan

sistematik, efektif dan efisien. Promosi keterpaduan ini antara lain:

Page 13: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

o Membangun rasa memiliki perusahaan terhadap masyarakat

melalui dialog, pelatihan, karyawan sukarela.

o Memprogramkan Pengembangan Wilayah dan Masyarakat ke

dalam rencana strategis perusahaan.

o Melaksanakan Pengembangan Wilayah dan Masyarakat

sebagai bagian kinerja terukur perusahaan.

Di samping itu diperlukan komitmen perusahaan terhadap:

o Keselamatan pertambangan pada setiap tahapan kegiatan.

o Perlindungan dan peningkatan mutu lingkungan.

o Pasrtisipasi masyarakat lokal.

o Pembangunan lokal.

o Menghargai hak asasi manusia.

o Berpegang pada etika bisnis.

o Jujur dan transparan kepada masyarakat.

Pendekatan program

o Program pengembangan Wilayah dan Masyarakat berdasarkan

analisis kebutuhan komunitas (community need analysis) bukan

sekedar keinginan (wants).

o Kegiatan pertambangan menjadi bagian dari pembangunan

daerah dan mengikuti prinsip-prinsip tata ruang.

o Program Pengembangan Wilayah dan Masyarakat didasarkan

kepada Peta Sosial dan Potensi Sumber Daya Daerah sebagai

acuan prioritas kegiatan.

o Program sejalan dengan pembangunan infrastruktur,

pengembangan SDM dan pengembangan kegiatan penunjang

lainnya yang dapat memberikan efek ganda.

o Mengacu kepada teknologi tepat guna yang efektif dan aman,

konservasi dan melestarikan fungsi-fungsi lingkungan hidup.

o Optimalisasi peningkatan nilai tambah dengan mengantisipasi

kebutuhan masa depan.

Page 14: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

o Program berkelanjutan dilakukan dengan penjadwalan

pelimpahan tanggung jawab atas dasar indikator dan target

terukur.

Kebutuhan umum komunitas

o Terbuka kesempatan berusaha yang seluas-luasnya.

o Tersedianya infrastruktur ekonomi (jalan, jembatan).

o Tersedianya fasilitas penunjang kesehatan.

o Tersedianya fasilitas pendidikan dan pelatihan.

o Terbukanya kesempatan untuk bekerja.

o Perlindungan lingkungan.

o Dihargai dan dihormatinya adat istiadat dan budaya setempat.

o Kepemilihan lahan jelas.

o Terjaminnya keamanan.

Pendanaan

o Sistem dan sumber pendanaan progam Pengembangan

Wilayanh dan Masyarakat.

o Hibah.

o Kucuran dana tetap per tahun sesuai dengan persentasi

keuntungan.

o Micro loan dari perusahaan, dengan bungan ataupun tanpa

bunga.

o Sharing dengan komposisi tetap dengan stakeholder lain,

terutama pemerintah daerah.

o Pengurangan komposisi dana bertahap: giving, involving,

sharing, participating sesuai kemajuan kegiatan, atau

jangka/periode waktu tertentu.

o Penyediaan dana abadi sebagai jaminan keberlanjutan

Pengembangan Wilayah dan Masyarakat pasca tambang.

o Mekanisme pendanaan melalui perbankan.

Page 15: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

5. Kesimpulan

a. Sasaran dari usaha peningkatan nilai tambah pertambangan adalah

timbulnya efek ganda bagi pembangunan secara lokal, regional

maupun nasional dan pertumbuhan ekonomi mikro maupun makro,

antara lain:

o Pengembangan Industri Kecil dan Menengah.

o Pengembangan Wilayah.

o Pengembangan tenaga kerja lokal.

o Pengembangan masyarakat.

o Pemenuhan kebutuhan bahan baku energi dan industri dalam

negeri.

o Kemampuan industri pertambangan dalam negeri yang mampu

bersaing dalan penyediaan bahan baku hilir yang berbasis bahan

tambang.

b. Tiga keuntungan perusahaan dengan pelaksanaan Pengembangan

Wilayah dan Masyarakat antara lain:

o Memperoleh “lisensi/pengakuan lokal” untuk berusaha/beroperasi.

o Dapat membuat strategi menguntungkan melalui kegiatan

Pengembangan Wilayah dan Masyarakat.

o Addressing specific business issues.

c. Kebijakan peningkatan nilai tambah pertambangan diharapkan dapat

mewujudkan pembangunan regional maupun nasional. Manfaatnya

bukan saja dirasakan karena sedang ada pertambangan, tetapi juga

karena pernah ada kegiatan pertambangan.

Page 16: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

STANDARDISASI PERTAMBANGAN

1. Latar Belakang

Kegiatan standardisasi di lingkungan Departemen Energi dan Sumber

Daya Mineral, khsususnya yang berkaitan dengan pertambangan mineral dan

batu bara mulai berkembang sejak awal tahun 1990. kegiatan pada saat itu

diantaranya adalah kegiatan perumusan Rancangan Standar Nasional

Indonesia (RSNI) bidang Pertambangan Umum yang disusun oleh suatu tim

khusus Tim Perumus Standar yang diangkat berdasarkan Ketetapan Direktur

Jenderal.

Kegiatan Perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) tersebut terus

berkembang, didorong oleh adanya kesepakatan negara-negara dunia menuju

era perdagangan bebas di tingkat ASEAN pada tahun 2003 serta tingkat Asia

Pasifik 2010 dan tingkat dunia pada tahun 2020, yaitu dengan terus

meningkatkan mutu produk dan produktivitas kerja di masing-masing

negaranya melalui penerapan standar-standar internasional sebagai acuan.

Dengan adanya persaingan dalam perdagangan global tersebut, perdagangan

dan negeri dan distribusi lebih diarahkan untuk kemandirian perekonomian

nasional, peningkatan efisiensi, produktivitas masyarakat, serta peningkatan

daya saing dalam menghasilkan barang dan jasa.

Untuk melindungi barang produksi dalam negeri, perlu dibuat standar-

standarm bagi barang impor sejenis yang standarnya harus minimal sama

dengan produksi dalam negeri. Juga dalam menyikapi pasar bebas AFTA ini

yang lebih penting lagi yaitu menerapkan Standar Kompetensi Tenaga Teknik

Khusus Geologi dan Pertambangan terhadap Tenaga Kerja Asing yang bekerja

di Indonesia, sekaligus untuk mengangkat derajat tenaga geologi dan

Pertambangan Indonesia agar mendapatkan pasar kerja di lingkungan

ASEAN.

Dengan memperhatikan kecenderungan perkembangan global dan

kondisi pemerintahan kita dewasa ini dan dalam rangka melaksanakan UU No.

Page 17: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

22/1999 dan PNT Pertambangan No. 25/2000, pemerintah daerah dapat

melihat kendala-kendala yang mungkin dihadapi dalam pembangunan

industri dan perdagangan daerah, khususnya dalam kaitannya dengan

standardisasi dan penialaian kesesuaian yang memerlukan prasarana teknis,

antara lain: keterlibatan dan kesadaran masyarakat yang masih belum merata;

ketersediaan laboratorium penguji dan lembaga sertifikasi terakreditasi masih

sangat terbatas.

Hasil kemajuan pembangunan yang telah tercapai selama ini

menunjukkan bahwa suatu landasan ekonomi yang kuat. Hal ini terlihat

dengan ketidakberdayaan para pelaku usaha dalam menghadapi gejolak

moneter eksternal dan kesulitan makro maupun mikro ekonomi. Dalam upaya

pemulihan ekonomi secara nasional, diperlukan reorientasi terhadap

perekonomian pembangunan, baik jangka pendek maupun jangka panjang

antara lain dengan pelaksanaan secara bertahap penyelenggaraan otonomi

daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya mineral

nasional serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Standardisasi

membantu pemerintah daerah dalam memantau pengembangan produk

unggulan daerahnya serta untuk peningkatan pertumbuhan penerimaan daerah.

Masalahnya sekarang adalah terletak pada kesiapan pemerintah daerah untuk

menciptakan institusi atau lembaga-lembaga yang memenuhi aturan nasional

maupun internasional.

2. Sistem Standardisasi Nasional

Sesuai ketentuan BAB IV Pasal 7 ayat (2) UU No. 22/1999,

pelaksanaan kegiatan standardisasi secara nasional, kewenangannya berada

pada pemerintah pusat, karena standardisasi nasional merupakan unsur

penunjang kegiatan pembangunan, yang merupakan prasarana teknis dalam

pembangunan industri dan perdagangan. Dengan demikian diharapkan bahwa

di seluruh Indonesia hanya akan ada satu jenis standar nasional yaitu SNI.

Prasarana teknis lainnya yang mencakup metrologi, pengujian dan mutu akan

Page 18: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

dapat mengikuti satu sistem yang berlaku di seluruh Indonesia, yaitu aturan-

aturan yang berlaku baik secara nasional maupun internasional.

Standardisasi secara nasional berpedoman pada PP No. 102/2000 serta

suatu sistem yaitu Sistem Standardisasi Nasional (SSN) yang telah ditetapkan

oleh Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN). Dalam sistem tersebut

ditetapkan tata cara perumusan SNI, program penerapan dan pengawasannya,

program informasi dan pemasyarakatan standardisasi serta kegiatan-kegiatan

lainnya yang terkait dengan kegiatan akreditasi, sertifikasi dan metrologi

teknis. Dalam sistem ini juga ditetapkan pembagian kewenangan antara BSN,

departemen teknis dan daerah serta program-program kerja sama

internasional. Berkaitan dengan prasarana teknis seperti Lembaga Sertifikasi,

Laboratorium Penguji, Laboratorium Kalibrasi, Laboratorium Sertifikasi

Sistem Mutu Lingkungan dan Lembaga Sertifikasi Personilo, kewenangan

diberikan kepada mereka atau daerah dimana lembaga tersebut berdomisili

dengan mengikuti sistem yang berlaku.

3. Standardisasi Pertambangan Umum

a. Dasar hukum

Kebijakan standardisasi mulai diterapkan di lingkungan

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral sejak tahun 1991 dengan

ditetapkannya Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi pada saat itu,

sesuai dengan keputusan MPE No. 1748/1992 tanggal 31 Desember 1992

serta adanya perubahan Sistem Standardisasi Nasional, maka kebijakan

tantang standardisasi diperbaharui dengan keputusan MPE No.

02.P/0322/M.PE/1995 tanggal 12 Juni 1995 tentang standardisasi,

sertifikasi dan akreditasi dalam lingkungan pertambangan dan energi.

Bersamaan dengan itu, dalam hal mengatur tentang organisasi dan tata

kerja komite akreditasi departemen Pertambangan dan Energi, maka telah

ditetapkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

850.K/20/M.PE/1995 tanggal 12 Juni 1995.

Page 19: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Kebijakan terbaru yang saat ini diterapkan dalam pengembangan

kegiatan standardisasi di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya

Mineral adalah Keputusan Menteri ESDM No. 1086.K/40/MEM/2003

tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Khusus Bidang Geologi

dan Pertambangan, tentunya dengan mengacu pada UU No. 13/2003, PP

No. 102/2000 serta SSN yang berlaku.

b. Perumusan Standar Nasional Indonesia

Kegiatan perumusan SNI bidang Pertambangan Umum sampai

tahun 2003 telah menghasilkan standar dan telah disahkan oleh BSN

menjadi SNI. Dalam pelaksanaannya, kegiatan perumusan standar

merupakan kerjasama antara para stakeholder yaitu Departemen Energi

dan Sumber Daya Mineral, Instansi terkait dan Pemda selaku wakil

Pemerintah dengan masyarakat standardisasi, yaitu:

a. Pengusaha tambang.

b. Konsumen tambang.

c. Kalangan ilmu pengetahuan/teknologi/perguruan tinggi.

Gambar Pola Pikir Perumusan Standardisasi Bidang Geologi dan

Pertambangan

Page 20: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Proses perumusan tersebut kemudian berlanjut dengan

menyebarluaskan konsep standar yang telah dibahas kepada masyarakat

pertambangan pengguna standar untuk mendapatkan tanggapan, kemudian

dilaksanakan forum Konsensus secara nasional. Hasil forum Konsensur

tersebut kemudian diusulkan kepada BSN untuk ditetapkan menjadi SNI

melalui pembahasan dalam Komisi Perumusan Standar BSN. Proses akhir

perumusan Sni adalah dengan memberlakukan secara wajib atau sukarela

di bidang pertambangan umum (pertambangan mineral dan batu bara)

melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Transparansi dan demokrasi sangat dominan dalam proses

perumusan standar. Konsep standar belum dapat ditetapkan sebagai suatu

standar kalau dalam pembahasannya belum tercapai konsensus, pihak-

pihak yang bernegoisasi untuk menelorkan standar boleh mengusulkan

keberatan, keuntungan, kesulitan maupun argumentasi dari sudut pandang

teknis maupun bahasa secara bebas, bahkan satu langkah sebelum konsep

standar disahkan, konsep tersebut akan didistribusikan di antara pihak

yang terkait untuk memperoleh masukan terakhir. Pada dasarnya standar

dirumuskan dengan selalu mengikuti perubahan ilmu pengetahuan dan

teknologi, kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian fungsi lingkungan

hidup untuk keuntungan semua pihak, dan berdasarkan konsensus. Sejak

konsep standar dibuat oleh kelompok kecil sampai dengan penetapannya

menjadi SNI, langkah-langkah yang dilalui selalu diinformasikan kepada

semua pihak yang terkait.

c. Pembinaan dan pengawasan

Kegiatan pembinaan bidang standardisasi, akreditasi dan sertifikasi

bertujuan agar standardisasi dapat berfungsi sebagai alat dalam

meningkatkan produk dan produktivitas usaha pertambangan sehingga

dapat bersaing dengan produk dan jasa pertambangan dari negara lain.

Kegiatan tersebut terkait juga untuk selalu memperbaharui standar-standar

yang telah dirumuskan dan telah disahkan agar dapat selalu mengikuti

perkembangan teknologi dunia, hal ini dalam rangka mengantisipasi pada

Page 21: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

saat penerapannya tidak mengakibatkan timbulnya kesenjangan teknologi

antara pihak produsen dan konsumen baik di dalam maupun di luar negeri.

Pengawasan standardisasi adalah suatu kegiatan dalam rangka

memantau secara langsung penerapan SNI dan standar internasional pada

para penggunanya, antara lain perusahaan-perusahaan tambang, para

pengguna lahan galian tambang serta masyarakat yang terkait secara

langsung dengan proses penerapan standar sehingga akan tercipta suatu

kegiatan pertambangan yang baik dan benar dengan mengacu pada SNI

yang telah disahkan serta standar internasional yang berlaku. Selain

sebagai bahan evaluasi terhadap standar-standar yang telah dikembangkan

dan diterapkan pada perusahaan pertambangan, kegiatan pengawasan

standar terkait juga dengan kegiatan inventarisasi standar pertambangan

untuk dapat dirumuskan dan diangkat menjadi SNI bidang pertambangan

umum melalui pross perumusan standar.

4. Akreditasi dan Sertifikasi

Salah satu kegiatan penerapan standar dalam PNT Pertambangan No.

102/2000 antara lain dengan pelaksanaan kegiatan akreditasi dan sertifikasi,

kegiatan akreditasi adalah rangkauan pengakuan formal berupa pemberian

akreditasi kepada lembaga sertifikasi dan laboratorium penguji/kalibrasi oleh

Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau Badan Akreditasi lain, yang

menyatakan bahwa lembaga sertifikasi/laboratorium penguji tersebut telah

memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi tertentu. KAN

sebagai bagian dari BSN, merupakan badan akreditasi independen di

Indonesia yang dibentuk untuk menunjang pelaksanaan penerapan SNI.

Lembaga sertifikasi/laboratorium penguji yang telah terakreditasi oleh KAN

tersebut berhak menerbitkan sertifikat sesuai kewenangan yang dimilikinya.

Adapun kegiatan kegiatan sertifikasi adalah proses penerbitan sertifikat

oleh lembaga sertifikasi/laboratorium penguji yang telah terakreditasi

KAN/Badan Akreditasi Asing kepada perusahaan/perseorangan atau

produk/jasa yang telah memenuhi SNI/standar tertentu.

Page 22: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

a. Akreditasi Laboratorium Penguji

Sudah cukup banyak laboratorium di lingkungan perusahaan

pertambangan umum dan pemerintah yang telah terakreditasi oleh KAN.

Laboratorium yang telah diakreditasi olah KAN sesuai ISO 17025 antara

lain adalah:

o Puslitbang Tekmira Lab. Kimia Mineral

Lab. Batubara

o PT Aneka Tambang Tbk Unit Logam Mulia

o PT Freeport Indonesia Lab. Lingkungan

o PT BA Tbk Tiga Lab di Sumsel dan Lampung

o PT Geoservices Ltd Lab. Batubara

o PT Sucofindo Tbk Lab. Batubara (KAN dan NATA)

o PT Interfek Utama Service Lab Mieral/Logam

Sedangkan pemberian sertifikat sistem mutu ISO seri 9000 dan

14000 telah diterima beberapa perusahaan tambang, antara lain PT Timah

Tbk, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, PT Aneka Tambang Tbk

Unit Bisnis Pomalaa dan Unit Bisnis Pongkor, PT Freeport Indonesia, Pt

Indominco Mandiri dan PT Kaltim Proma Coal.

b. Sertifikasi Kompetensi Personil

Rancangan kebijakan standardisasi yang sedang dikembangkan

oleh DJGSM adalah terkait dengan penerapan sertifikasi personil tenaga

teknik khusus bidang geologi dan pertambangan. Kegiatan tersebut

sebagai bagian dari usaha pemerintah dalam menyiapkan peningkatan

kompetensi tenaga teknis khusus bidang geologi dan pertambangan

Indonesia sehingga dapat bersaing dengan tenaga kerja asing sebagai

tenaga ahli dan operator di perusahaan pertambangan.

Sampai akhir tahun 2004, telah dirumuskan sebanyak sembilan

SNI tenaga teknik khusus bidang geologi dan pertambangan dan telah

disahkan oleh BSN untuk ditetapkan sebagai SNI, yaitu:

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus geologi teknisis geoteknik.

Page 23: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus geologi pengelolaan air bawah

tanah.

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus geologi teknisi pengeboran

eksplorasi.

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus pertambangan juru bor

peledakan.

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus pertambangan teknisi juru

ledak penambangan bahan galian.

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus pertambangan manajer

keselamatan dan kesehatan kerja.

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus pertambangan operator

peremuk batuan.

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus pertambangan penyurvei

tambang.

Kompetensi kerja tenaga teknis khusus pertambangan teknisi

revegetasi tambang.

Sejak terbitnya UU No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan, proses

perumusan standar kompetensi kerja ditangani oleh Depnakertrans sebagai

pelaksana masa transisi selaku Badan Nasional Sertifikasi Profesi proses

berfungsi secara optimal.

c. Sertifikasi produk pertambangan

Globalisasi perdagangan telah membawa seluruh kegiatan

produksi, distribusi dan konsumsi, menyatu dalam skala global. Lalu lintas

barang dan jasa semakin lancar, dan bahkan tanpa batas. Di tengah lalu

lintas barang dan jasa itulah, dibutuhkan rambu-rambu penertib agar

konsumen sebagai end-user tidak dirugikan oleh produk-produk tersebut.

Di samping itu dibutuhkan produk yang ramah terhadap lingkungan hidup

(isu lingkungan global). Kebutuhan akan rambu-rambu tersebut

diimplementasikan melalui penerapan standardisasi dan sertifikasi.

Saat ini kualitas produk tidak cukup ditentukan berdasarkan hasil

pengujian akhir terhadap produk yang siap dipasarkan (end-point

Page 24: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

inspection) berdasarkan standar produk tertentu, tetapi juga diperlukan

adanya pengujian terhadap proses produksinya berdasarkan standar

manajemen tertentu. Berkaitan dengan pengujian terhadap proses

produksinya berdasarkan standar manjemen tertentu. Berkenaan dengan

pengujian terhadap proses produksi tersebut, International Organization

for Standardization (ISO) mempromosikan penggunaan standar

internasional untuk produk-produk perdangan dan jasa seluruh dunia, yang

meliputi sistem manajemen mutu (QMS) yaitu ISO 9000 series dan sistem

manajemen lingkungan (EMS) yaitu ISO 14000 series dan sistem

manajemen K3 yaitu OSHAS 18000.

5. Kesimpulan

a. Kegiatan standardisasi di lingkungan pertambangan umum berkembang

sesuai sistem standardisasi nasional yang berlaku. Hal ini terlihat dengan

telah lengkapnya komponen standardisasi yang selama ini merupakan

kegiatan rutin unit teknis. Oleh sebab itu, program yang diperlakukan saat

ini adalah pengembangan kegiatan yang selaras dengan perkembangan

standardisasi secara nasional serta peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang mampu sebagai bagian dari perangkat yang dibutuhkan

dalam pengelolaan dan pengembangan standardisasi di lingkungan

Departemen Energi dan Sumber Daya Mieral.

b. Di samping itu, dalam mendukung serta memacu program penerapan

standardisasi di lingkungan pemerintah daerah, maka diperlukan perangkat

kebijakan yang mapan dan transparan sehingga mempunyai dampak

positif bagi perkembangan usaha pertambangan di Indonesia, terutama

dengan kebijakan penerapan SNI baik wajib maupun sukarela dalam setiap

kegiatan usaha pertambangan. Oleh sebab itu, dengan terbitnya PP No.

120/2000 yang akan segera diangkat menjadi Undang-undang, maka

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Cq. Direktorat Jenderal

Geologi dan Sumber Daya Mineral terus merumuskan kebijakan baru di

Page 25: NILAI TAMBAH MINERBA.doc

bidang standardisasi pertambangan yang selaras dengan kebijakan

standardisasi secara nasional.

c. Dengan berlakunya UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, maka

seluruh komponen industri dan jasa berkewajiban meningkatkan

kompetensi profesi tenaga kerjanya agar dapat bersaing dengan tenaga

kerja asing. Untuk itu menjadi kewajiban dari Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral dengan Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber

Daya Mineral untuk merumuskan kebijakan yang terkait sehingga dalam

penerapannya berjalan secara optimal.