NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ANAK...

154
i NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA AKMAL NASERY BASRAL SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun Oleh: ZAHIRAH SURYANI AFIFAH 23010150150 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ANAK...

  • i

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

    DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG

    KARYA AKMAL NASERY BASRAL

    SKRIPSI

    Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Disusun Oleh:

    ZAHIRAH SURYANI AFIFAH

    23010150150

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

    DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG

    KARYA AKMAL NASERY BASRAL

    SKRIPSI

    Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Disusun Oleh:

    ZAHIRAH SURYANI AFIFAH

    23010150150

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • iv

  • v

    KEMENTERIAN AGA MA REPUBLIK INDONESIA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    Jalan Lingkar Salatiga Km 2 Telepon : (0298) 6031364 Salatiga 50716

    Website ; tarbitah.iainsalatiga.ac.id Email : [email protected]

    SKRIPSI

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

    DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG

    KARYA AKMAL NASERY BASRAL

    disusun oleh

    ZAHIRAH SURYANI AFIFAH

    NIM : 23010 15 0150

    Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

    Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

    Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 14 Agustus 2019 dan telah dinyatakan telah

    memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

    Susunan Panitia Penguji :

    Ketua Penguji : Hammam, M. Pd. Ph. D.

    Sekretaris Penguji : Dr. Maslikhah, M. Si.

    Penguji I : Dr. Wahyudhiana, M.Pd.

    Penguji II : Roko Patriajati, M.Pd.

    Salatiga, 14 Agustus 2019

    Dekan

    Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

    NIP. 196806131994031004

    mailto:[email protected]

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Zahirah Suryani Afifah

    NIM : 23010150150

    Progdi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

    Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

    saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

    orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

    etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan pada e-respository

    IAIN Salatiga. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

    Salatiga, 28 Juni 2019

    Penulis

    Zahirah Suryani Afifah

    NIM. 23010150150

  • vii

    MOTTO

    “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu

    jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat

    baik kepada ibu dan bapak. Jika salah seorang diantara

    keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam

    pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau

    mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan

    janganlah engkau membentak keduanya dan

    ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”

    -Q.S. Al-Isra‟ ayat 23-

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Alhamdulilah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Dan Sholawat serta salam semoga selalu

    tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

    1. Untuk Ayahanda Suryono dan Ibu Siti Isrowiyani yang selalu memberikan

    dukungan kepadaku, baik secara material maupun dalam bentuk do'a.

    Terimakasih karena tak henti-hentinya berkorban demi kebahagiaan dan

    kesuksesan putrinya.

    2. Keluarga Besarku Mlahar Mas Mat, Om Sidik, Om Puri, Pakde bambang dll

    yang tak bisa ku sebutkan satu persatu, kemudian untuk keluarga besarku di

    Ngembik Mas Sigit, Mas Amin, Mas Hamid, Mas Nunu dll yang tak bisa

    saya sebutkan satu persatu, serta adikku Muhammad Ryo Fauzan yang selalu

    membuatku semangat dan termotivasi untuk menjadi hidup yang lebih baik.

    3. Seluruh kerabat yang selalu mendo‟akan dan mendukungku untuk selalu

    menuntut ilmu.

    4. Bapak Fauzi Al Hidayat sebagai pengasuh PP Al-Ihsanul Amin Kecandran

    Salatiga yang telah banyak membantuku baik material maupun non material

    dan selalu memberikan motivasi sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini

    dengan lancar dan tepat waktu.

    5. Bapak Muhammad Hanif sebagai Pengasuh PP Al Ihsanul Amin Kecandran

    Salatiga yang selalu menasehatiku dan memberikan dorongan untuk menjadi

    manusia yang lebih baik.

    6. Dosen pembimbingku, Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah memberikan

    pengarahan dari awal mengerjakan skripsi ini hingga selesai.

  • ix

    7. Bapak/Ibu Dosen, khususnya dosen PAI yang telah memberikan ilmunya

    kepadaku, semoga ilmu yang engkau berikan bermanfaat. amin.

    8. Teman spesial ku Fery Ardianto yang semoga menjadi teman hidupku

    terimakasih atas motivasinya, dan menemaniku dalam suka dan duka.

    9. Sahabat-sahabatku Fatimatuz Zahra, Firdha Avivia, Eni Nur Safitri, Ulfah

    Masfufah, Alif, Wijayanti yang selalu menemani perjuanganku, menghiburku

    dan mendukungku dari awal proses kuliah hingga skripsi.

    10. Keluargaku PP Al-Ihsan (Putri)Fitri, Ifah, Zahro,Dina, Iin, Annisa, Agnes,

    Alfi, Ambar dll yang tak bisa ku sebutkan satu persatu, (Putra) Gugun, Azza,

    Nirvan, Kholil, Hakim, Nugroho, Aziz dll yang telah banyak membantuku

    dan selalu menghiburku.

    11. Teman-teman PPL, KKL, dan KKN yang selalu memberikan kebahagiaan

    dan memberiku semangat.

    12. Teman-teman Ku di Rajeg Teh Nisa, Fajar Dwi Utomo, Wawan Julianto,

    Endah, Yoni Febrianti, Yuni, Rio Ibrahim, dll yang tak bisa ku sebutkan satu

    persatu terima kasih kalian sudah mau memberiku semangat tanpa henti dan

    selalu menghiburku.

    13. Teman-teman ku Petualang Ares, Wiwit, Wahyono, Oppah, Tommi, gugun,

    Ifrat, Riris, Takim, dll yang tak bisa ku sebutkan satu persatu ku ucapkan

    terima kasih kepada kalian karena telah menghiburku dikala gundah dalam

    mengerjakan skripsi ini.

    14. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga sebagai tempat menuntut ilmu.

  • x

    15. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang

    telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis

    dan pelayanan hingga studi ini selesai.

    16. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat khususnya PAI 2015 semua yang telah

    membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripi ini.

    17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu dalam penulisan skripsi ini.

    Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

    mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa dalam penulis ini

    masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan

    kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

    kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

    khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi

    pengetahuan dunia pendidikan. Amin ya robbal 'alamin.

    Salatiga, 28 Juni 2019

    Penulis

    Zahirah Suryani Afifah

    NIM. 23010150150

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrohim

    Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah

    SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

    penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Nilai-

    Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Anak Sejuta Bintang Karya Akmal

    Nasery Basral”.

    Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung

    Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu

    setia dan menjadikannya suri tauladan, yang mana beliaulah satu-satunya umat

    manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju

    zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

    Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

    berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

    Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr.Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag

    2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr.

    Mansur, M.Ag,

    3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Dr. Asdiqoh, M.Si.

    4. Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

    5. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah

    membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk

    penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

    6. Kedua orang tuaku dan Keluarga besar yang telah memberikan do'a, motivasi,

    serta dukungan moril dan material kepada penulis.

    7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

    karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

    pendidikan S1.

    8. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2015 IAIN Salatiga yang selalu

    memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

  • xii

    9. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam

    penyusunan skripsi ini.

    Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa

    berdo'a kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh

    Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

    Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

    maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

    hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca

    pada umumnya.Amin.

    Salatiga, 28 Juni 2019

    Penulis

    Zahirah Suryani Afifah

    NIM. 23010150150

  • xiii

    ABSTRAK

    Afifah, Zahirah Suryani. 2019. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel

    Anak Sejuta Bintang Karya Akmal Nasery Basral. Skripsi. Program Studi

    Pendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd.

    Kata Kuci: Nilai-nilai Pendidikan Karakter, Novel Anak Sejuta Bintang.

    Penelitian ini membahas tentang nilai pendidikan karakter dalam novel

    Anak Sejuta Bintang, serta implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam

    pendidikan moralitas remaja. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

    mendeksripsikan dan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang

    terkandung dalam novel Anak Sejuta Bintang, dan mengimplementasikan nilai-

    nilai pendidikan karakter tersebut dalam pendidikan moralitas remaja.

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian library research, yaitu penelitian

    kepustakaan dengan mengambil objek Novel Anak Sejuta Bintang sebagai

    sasaran penelitian ini adalah Novel Anak Sejuta Bintang. Pengumpulan data

    dilakukan dengan mencari berbagai jenis media cetak (buku, majalah, koran,

    dll) dokumen atau non cetak dapat disimpan di perpustakaan. Analisis data

    adalah metode deskriptif dengan teknik analisis isi, yaitu menganalisis dari

    Novel Anak Sejuta Bintang dan dikorelasi dengan nilai-nilai pendidikan

    karakter yang terkandung di dalamnya.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) nilai pendidikan karakter yang

    terkandung dalam novel Anak Sejuta Bintang mencakup nilai jujur, religius,

    toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

    semangat kebangsaan, bersahabat/komunikatif, peduli sosial, cinta tanah air,

    cinta damai, tanggung jawab,ikhlas, pantang menyerah, bijaksana, (2) relevansi

    nilai pendidikan karakter remaja saat ini.

  • xiv

    DAFTAR ISI

    Halaman Sampul ...................................................................................................... i

    Halaman Berlogo .................................................................................................... ii

    Halaman Judul ....................................................................................................... iii

    Nota Pembimbing................................................................................................... iv

    Pengesahan Kelulusan ............................................................................................ v

    Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Dipublikasikan ............................... vi

    Motto ..................................................................................................................... vii

    Persembahan ........................................................................................................ viii

    Kata Pengantar ....................................................................................................... xi

    Abstrak ................................................................................................................. xiii

    Daftar Isi............................................................................................................... xiv

    Daftar Lampiran ................................................................................................. xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

    D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5

    E. Penegasan Istilah .......................................................................................... 6

    F. Metode Penelitian ........................................................................................ 10

    G. Sistematika Penulisan ................................................................................... 13

  • xv

    H. Sistematika Penulisan ................................................................................... 13

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Kajian Penelitian Terdahulu ......................................................................... 15

    B. Kajian Pustaka .............................................................................................. 17

    1. Deskripsi Pendidikan Karakter ............................................................... 17

    a. Pengertian Pendidikan ...................................................................... 17

    b. Pengertian Karakter .......................................................................... 22

    c. Pengertian Pendidikan Karakter ....................................................... 24

    2. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................... 26

    3. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ..................................................... 27

    4. Fungsi Pendidikan Karakter .................................................................. 27

    5. Ciri-ciri Pendidikan Karakter ................................................................. 28

    6. Prinsip Pendidikan Karakter ................................................................... 29

    7. Macam-macam Pendidikan Karakter ..................................................... 31

    a) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Tuhan Yang

    Maha Esa ........................................................................................ 31

    b) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Diri Sendiri ..... 32

    c) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Sesama ........... 37

    d) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Negara .......... 39

    C. Gambaran Umum Novel .............................................................................. 40

    a. Pengertian Novel ................................................................................... 40

  • xvi

    b. Unsur-Unsur Novel ............................................................................... 41

    BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA

    AKMAL NASERY BASRAL

    A. Biografi Akmal Nasery Basral ..................................................................... 46

    B. Karya-karya Akmal Nasery Basral ............................................................... 47

    C. Novel ........................................................................................................... 53

    1. Profil Novel ............................................................................................ 53

    2. Sinopsisi Novel ...................................................................................... 54

    a. Tema ................................................................................................. 59

    b. Alur ................................................................................................... 59

    c. Penokohan ........................................................................................ 60

    d. Latar .................................................................................................. 77

    e. Sudut Pandang .................................................................................. 81

    f. Gaya Bahasa .................................................................................... 81

    g. Amanat ............................................................................................. 82

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Anak Sejuta Bintang Karya

    Akmal Nasery Basral .................................................................................. 84

    1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Tuhan Yang Maha

    Esa ......................................................................................................... 84

  • xvii

    2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Diri Sendiri............ 85

    3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Sesama .............. 101

    4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Negara ................. 108

    B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Remaja Saat ini ...................... 111

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................................. 116

    B. Saran ........................................................................................................... 117

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR LAMPIRAN

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Satuan Kredit Kegiatan (SKK)

    2. Lembar Konsultasi Skripsi

    3. Riwayat Hidup Penulis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Anak-anak sangat rentan terhadap apa yang mereka baca/ saksikan

    dari media massa, khususnya media televisi. Media televisi pada waktu

    yang relatif singkat dapat membuat penilaian secara kritis tentang realitas

    apa yang disaksikan anak di televisi. Lebih-lebih jika anak menyaksikan

    acara yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwanya. Misalnya, anak di

    bawah umur menyaksikan adegan film yang seharusnya tidak boleh

    disaksikan oleh anak seusianya.

    Pengaruh media elektronik pada tingkah laku anak amat

    membahayakan. Terlebih lagi untuk jangka panjang. Jika tidak dibekali

    dengan nilai-nilai moral, terlebih lagi nilai-nilai agama sejak dini,

    dikhawatirkan dampak negatif di media televisi akan mengakar

    pengaruhnya pada perilaku yang negatif. Hal ini amat cocok dengan ilmu

    kejiwaan bahwa sikap dan pengetahuan sangat mempengaruhi tindakan.

    Dalam hal ini tentu saja adalah tindakan anak yang tidak terpuji.

    Memang dengan media massa, anak akan mudah memperoleh

    pengetahuan baru dan wawasan baru, yang dapat meningkatkan kreativitas

    anak. Di samping itu, media massa juga dapat menjadi pengisi waktu dan

    juga sebagai hiburan. Namun, di Indonesia porsi hiburan ini begitu

    mendominasi sehingga amat mengkhawatirkan bagi pendidikan anak.

    Dalam keadaan tersebut media sering mengambil peran yang tidak

  • 2

    menguntungkan bagi perkembangan anak, baik fisik maupun psikis (Chan

    dan Sam, 2011: 170-171).

    Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang

    dalam Undang-Undang NO. 2/ 89 Sistem Pendidikan Nasional dengan

    tegas merumuskan tujuannya pada Bab II, Pasal 4 yaitu mengembangkan

    manusia Indonesia seutuhnya. Maksud manusia Indonesia seutuhnya yaitu

    manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

    berbudi pekerti luhur. Di samping itu, juga memiliki pengetahuan dan

    keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

    mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

    Jika dilihat dari persentase jumlah anak yang ada di Indonesia, baru

    sekitar 12 persen yang dapat mengikuti program wajib belajar. Selebihnya

    tidak memperoleh kesempatan belajar yang selayaknya. Dapat

    dibayangkan jumlah yang tersisa masih sekitar 88% justru menjadi pekerja

    anak untuk membantu ekonomi keluarga. Jika mereka membantu orang

    tua berarti mereka sendiri tidak mempunyai kesempatan belajar di rumah

    maupun di sekolah, khususnya belajar penanaman nilai-nilai budi pekerti

    luhur (Chan dan Sam, 2011: 17-21).

    Pendidikan karakter adalah budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak

    tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup

    anak. Kemudian menurut Foerster, tujuan pendidikan adalah untuk

    pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek

    dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foester, karakter

  • 3

    merupakan sesuatu yang mengualifikasi pribadi seorang karakter menjadi

    identitas mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah.

    Aspek terpenting pembentukan karakter yaitu pendidikan harus

    mampu mendorong anak didik melakukan proses pendakian terjal (the

    ascent of man). Karena di dalam diri anak didik terdapat dua dorongan

    esensial yaitu; yaitu dorongan mempertahankan diri dalam lingkungan

    eksternal yang ditandai dengan perubahan cepat, serta dorongan

    mengembangkan diri atau dorongan untuk belajar terus guna mencapai

    cita-cita tertentu. Ketika anak didik telah mampu menyeimbangkan dua

    dorongan esensial itu, maka akan menjadi pribadi dengan karakter yang

    matang (Wibowo, 2012: 25-26).

    ُهَو يَِعظُُه يَا بُ ََنَّ ال ُتْشرِْك بِاللَِّه ِإنَّ َوِإْذ َقاَل لُْقَماُن الْبِنِه وَ

    ْرَك َلظُْلٌم َعِظيمٌ الشِّ

    Artinya:

    Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

    memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

    mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

    benar-benar kezaliman yang besar" (Q.S. Al-Luqman: 13).

    Kata (يعظه) ya‟izhuhu‟ terambil dari kata (وعظ) wa‟zh yaitu

    nasihat menyakut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati.

    Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung

    peringatan dari ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata

    untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau

    sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi dengan penuh kasih sayang

  • 4

    sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak. Kata ini

    juga mengisyaratkan bahwa nasihat itu dilakukannya dari saat ke saat,

    sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang pada

    kata (يعظه) ya‟izhuhu‟. Sementara ulama yang memahami kata (وعظ) wa‟zh

    dalam arti ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman,

    berpendapat bahwa kata tersebut mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu

    adalah seorang musyrik sehingga sang ayah yang menyandang hikmah itu

    terus menerus menasehatinya sampai akhirnya sang anak mengakui

    Tauhid.

    Kata (بني) bunnayya adalah patron yang menggambarkan

    kemungilan. Asalnya adalah (إبني) ibny dari kata (إبن) ibn yakni anak laki-

    laki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini, kita

    dapat berkata bahwa ayat diatas memberi isyarat bahwa mendidik

    hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik. Luqman

    memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari

    syirik/mempersekutukan Allah SWT. Larangan ini sekaligus mengandung

    pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi pesannya

    berbentuk larangan jangan mempersekutukan Allah SWT untuk

    menekankan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum

    melaksanakan yang baik. Memang, “At-takhliyah muqaddamun „ala at-

    tahliyah” (menyingkirkan keburukan lebih utama daripada menyandang

    perhiasan) (Shihab, 2002: 295-298).

    Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

    pendidikan karakter dalam novel Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasrel

    Basral sehingga mengambil judul penelitian tentang “Nilai-Nilai

    Pendidikan Karakter dalam Novel Anak Sejuta Bintang Karya Akmal

    Nasery Basral”

  • 5

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam novel

    Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasery Basrel?

    2. Bagaimana relevansinya dengan pendidikan karakter remaja saat ini ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang

    terkandung dalam novel Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasery

    Basral.

    2. Untuk mengetahui relevansinya dengan pendidikan karakter remaja

    saat ini.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, adapun beberapa

    manfaatnya yaitu:

    1. Kegunaan Teoritis

    Penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan dan

    pengetahuan khususnya mengenai pendidikan karakter yang pada

    novel ini sebagai sarana pendidikan.

    2. Kegunaan Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat:

    a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca alam

    mengetahui pendidikan karakter secara praktis.

  • 6

    b. Meningkatkan efektifitas terhadap kehidupan sosial dan sebagai

    masukan yang membangun, guna untuk meningkatkan kualitas

    lembaga pendidikan Islam yang berkarakter.

    E. Penegasan Istilah

    Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman dalam

    mengemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini maka

    dijelaskan sebagai berikut:

    1. Nilai

    Nilai merupakan sesuatu yang menjadi ultimate goal (tujuan akhir)

    dari segala aktivitas (penyelidikan) ontologis dan epistermologis dalam

    telaah filosofis realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita

    masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang

    menjadi penting dalam kehidupan, sampai pada suatu tingkat, dimana

    ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu.

    Adapun sumber nilai ada dua yaitu: a) Aqal, berpangkal pada manusia

    melalui filsafat, b) Naqal, berpangkal dari Tuhan melalui agama

    (Rosyadi, 2004: 114-124).

    Secara umum nilai adalah seluas potensi kesadaran manusia,

    variasi kesadaran manusia sesuai dengan individualitas dan keunikan

    kepribadiannya. Ada manusia yang memuja materi, karena baginya

    hidup ini ditentukan oleh materi, ada manusia yang memuja keindahan

    karena didalamnya manusia menikmati kebahagian, ada pula manusia

    yang mengembara atau menjelajahi untuk mencari nilai hidupnya.

    Banyak manusia yang mengabdikan dirinya untuk kemanusiaan,

  • 7

    semuanya adalah perwujudan kesadaran nilai dalam masing-masing

    pribadi. Nilai-nilai sedemikian universal dan tak terbatas, tetapi ada

    pula orang yang membatasi nilai-nilai dalam arti tertentu yakni sebagai

    norma.

    Nilai bukan semata-mata untuk memenuhi dorongan intelek dan

    keinginan manusia, nilai justru berfungsi untuk membimbing dan

    membina manusia supaya menjadi lebih luhur, lebih matang sesuai

    dengan martabat human-diginty. Dan human-diginty ini ialah tujuan itu

    sendiri, tujuan dan cita manusia. Dalam pandangan idealisme, nilai

    adalah suatu yang bersifat normatif dan obyektif, berlaku umum.

    Bahkan nilai itu menjadi idealisme, cita-cita tiap pribadi yang mengerti

    dan menyadarinya. Sebaliknya nilai itu menjadi norma, ukuran untuk

    suatu tindakan seseorang apakah itu baik, buruk dan sebagainya

    (Syam, 1988: 130-135).

    Menurut Hoffmeister nilai adalah implikasi hubungan yang

    diadakan oleh manusia yang sedang memberi nilai antara satu benda

    dengan satu ukuran (para ahli) (Rosyadi, 2004: 115). Menurut Lorens

    nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,

    dinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan (Akbar,

    Winarni, Andayani, 2013: 58).

    Menurut Ensiklopedia, nilai adalah sungguh-sungguh ada dalam

    arti bahwa ia praktis dan efektif di dalam jiwa dan tindakan manusia

    dalam melembaga secara obyektif di dalam masyarakat. Nilai-nilai itu

    sungguh realita dalam arti bahwa ia valid sebagai suatu cita-cita yang

  • 8

    benar yang berlawanan dengan cita-cita yang palsu dan khayali (Syam,

    1988: 133).

    Menurut analisis nilai adalah abstrak, nilai bukan benda yang

    konkrit, dan tidak hanya benar ataupun salah yang menuntut sebuah

    pembuktian secara fakta.

    2. Pendidikan Karakter

    Istilah Pendidikan Karakter tersusun atas 2 kata; pendidikan dan

    karakter. Secara bahasa, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara

    pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,

    adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang

    ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai

    anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian

    yang setinggi-tingginya (Wibowo, 2012: 17-18).

    Adapun karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)

    karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

    membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter

    adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan

    terejawantahkan dalam perilaku (Samani dan Hariyanto, 2014: 42).

    Pendidikan Karakter adalah sebuah gerakan nasional yang

    menciptakan sekolah yang menumbuhkan etika, bertanggung jawab,

    dan mengasuh generasi muda dengan memodelkan dan mengajarkan

    karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal yang

    kita semua berbagi (Suyadi, 2013: 6).

  • 9

    Dengan demikian menurut analisis pendidikan karakter adalah

    wawasan atau pembelajaran yang diberikan lalu ditanamkan dalam

    pengembangan perilaku anak secara utuh dengan baik dan benar.

    3. Novel

    Novel juga merupakan karya sastra yang mengambil sisi kehidupan

    masyarakat. Pengarang berusaha menggambarkan bentuk kehidupan

    masyarakat yang dituangkan ke dalam bentuk novel. Sisi kehidupan

    masyarakat dalam novel sangat erat kaitannya dengan pengarang serta

    penikmat karya sastra. Sehingga sangat berpengaruh juga terhadapt

    suatu perkembangan novel (Wijakangka, 2008: 191).

    Dengan demikian menurut penulis novel adalah suatu yang realistis

    dan masuk akal dalam kehidupan yang dilukiskan bukan hanya

    kehebatan dan kelebihan tokoh (untuk tokoh yang dikagumi), tetapi

    juga cacat dan kekurangannya.

    4. Akmal Nasery Basral

    Akmal lahir 28 april 1968 dari pasangan Basral Sutan Ma‟ruf

    (ayah) dan asmaniar (ibu) yang berasal dari minangkabau, kemudian

    mempunyai istri bernama Sylvia dan mempunyai 3 orang anak Jihan,

    Aurora, Ayla, pada saat itu setelah menyelesaikan pendidikan

    menengah atas di SMA Negri 8 Jakarta, ia melanjutkan pendidikan di

    Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas

    Indonesia.

    Beliau sekarang bekerja sebagai sastrawan, Akmal telah

    menghasilkan beberapa karya sastra, di antaranya novel Imperia yang

  • 10

    merupakan karya pertamanya dibuat tahun 2005, pada tahun 2010 ia

    menyelesaikan novel Sang Pencerah, sebuah novel yang berkisar

    tentang kehidupan dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan, pada tahun

    2012 Akmal meluncurkan novel Anak Sejuta Bintang, novel tentang

    masa kecil Aburizal Bakrie, karya yang lain adalah sebuah cerpen

    yaitu Legenda Bandar Angin, yang pernah dinobatkan sebagai cerpen

    terbaik harian Pikiran Rakyat pada tahun 2006, sebelum dikenal

    sebagai sastrawan, Akmal merupakan wartawan media cetak sejak

    tahun 1994. Pada tahun 2010, Akmal meninggalkan dunia jurnalistik

    dan memfokuskan pikirannya pada dunia sastra, bahkan ia juga

    berkiprah di dunia perfilman dan musik (Basral, 2012: 404-405).

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian

    kepustakaan (library reseacrh), yaitu data-data atau bahan-bahan yang

    diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut yang berasal dari

    perpustakaan baik berupa buku, ensklipedia, kamus, jurnal, dokumen,

    majalah, dan lain sebagainya (Harahap, 2014: 68).

    Penelitian ini juga menggunakan literatur dan teks sebagai objek

    utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel Anak Sejuta

    Bintang yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan

    dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai-nilai

    pendidikan karakter dengan menguraikan dan menganalisis serta

    memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

  • 11

    Menurut penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

    keputakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan

    deskriptif analisis (descriptive of analysis research). Deskriptif analisis

    ini mengenai blibliografi, yaitu pencarian fakta, hasil, ide, pemikiran

    seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interprestasi,

    serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan

    (Moeleng, 2005: 29).

    2. Data dan Sumber Data

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data, yakni

    sumber data primer dan sekunder.

    a. Sumber Data Primer

    Sumber data primer yaitu, data-data yang biasa diperoleh

    langsung dari sang tokoh, jika tokoh tersebut masih hidup atau

    data-data yang diperoleh dari tulisan-tulisan yang pernah ditulis

    oleh si tokoh tersebut (Harahap, 2014: 71).

    Data pokok yang diperoleh melalui novel Anak Sejuta Bintang

    oleh Akmal Nasrel Basral.

    b. Sumber Data Sekunder

    Sumber data sekunder yaitu, data-data yang diperoleh dari

    informan lain yang dekat dan mengerti tentang tokoh tersebut atau

    dari hasil tulisan orang lain tentang tokoh tersebut (Harahap, 2014:

    71).

    Dalam studi ini data sekundernya adalah buku-buku yang

    mendukung penulis melengkapai isi serta interprestasi dari novel

  • 12

    maupun buku dari sumber data primer. Dalam hal ini, sumber data

    sekunder berupa tulisan-tulisan yang sudah mencoba membahas

    mengenai pemikiran Akmal Nasrel Basral dan literatur-literatur

    lain yang relevan dengan penelitian ini. Sehingga dapat membantu

    memecahkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian skripsi

    ini.

    c. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mencari

    berbagai jenis media cetak (buku, majalah, koran, dll) dokumen

    atau non cetak dapat disimpan di perpustakaan. Kemudian

    dikoleksi dengan menggunakan katalog, atau bentuk koleksi yang

    lain. Dalam koleksi tersebut telah diklasifikasi berdasarkan

    kelompok ilmu pengetahuan di berbagai disiplin ilmu, dengan

    adanya klasifikasi berbagai disiplin ilmu dengan koleksi

    perpustakaan yang secara umum digunakan (katalog), peneliti

    dengan mudah dapat meneliti kepustakaan (Khatibah, 2011: 38).

    d. Teknik Analisis Data

    Metode yang digunakan dalam analisis data ini adalah

    analisis isi, yaitu dengan menguraikan dan menanalisis serta

    memberikan pemahaman atas teks-teks yang didiskripsikan. Isi

    dalam metode analisis ini terdiri atas dua macam yaitu: isi laten da

    isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam

    dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang

    terkandung sebagai akibat yang terjadi (Ratna, 2007, 49).

  • 13

    Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi novel Anak

    Sejuta Bintang, yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.

    Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data:

    1. Langkah Deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel

    Anak Sejuta Bintang yang berhubungan dengan nilai-nilai

    pendidikan karakter.

    2. Langkah Interprestasi, yaitu menjelaskan teks-teks yang ada di

    dalam novel Anak Sejuta Bintang yang berhubungan dengan

    nilai-nilai pendidikan karakter.

    3. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel

    Anak Sejuta Bintang yang berhubungan dengan nilai-nilai

    pendidikan karakter.

    4. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu: mengambil kesimpulan

    dari novel Anak Sejuta Bintang, yang berhubungan dengan

    nilai-nilai pendidikan karakter.

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah

    sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini

    menjadi satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini

    bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud

    penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari

    lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

  • 14

    Bab I : Pendahuluan , Bab ini akan menguraikan: Latar Belakang

    Masalah, Rumusan Masalah , Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

    Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika penulisan.

    Bab II : Landasan Teori, Bab ini akan menguraikan: Kajian Penelitian

    Terdahulu, Kajian Pustaka: Deskripsi Pendidikan Karakter, Tujuan

    Pendidikan Karakter, Ruang Lingkup Pendidikan Karakter, Fungsi

    Pendidikan Karakter, Prinsip Pendidikan Karakter.

    Bab III : Gambaran Umum Novel Anak Sejuta Bintang Karya Akmal

    Nasery Basral, Bab ini akan menguraikan: Biografi Pengarang, Karya-

    Karya Pengarang, Tentang Novel: Deskripsi Novel, Sinopsis Novel :

    Tema, Alur, Latar (Setting), Penokohan, Sudut Pandang, Gaya Bahasa,

    Amanat.

    Bab IV : Analisis Dan Pembahasan, Bab ini akan menguraikan: Nilai-

    Nilai Pendidikan Karakter yang terdapat dalam Novel Anak Sejuta Bintang

    karya Akmal Nasery Basral, Relevansinya dengan pendidikan karakter

    remaja saat ini.

    Bab V : Penutup, Bab ini akan menguraikan: Kesimpulan, Saran, Daftar

    Pustaka, Lampiran-Lampiran.

  • 15

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-

    penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan

    perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan

    perbandingan dan persamaan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu

    mengenai Pendidikan Karakter.

    Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dan dapat

    dijadikan perbandingan oleh si peneliti dalam memahami kualitas

    skripsi diantaranya sebagai berikut:

    1. Skripsi Reny Nawang Sakti tahun 2013 dari Universitas Negeri

    Yogyakarta, dengan judul : “Nilai Pendidikan Karakter Novel

    Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Relevansinya

    Terhadap Materi Pembelajaran Sastra Di SMA”

    Pada penelitian tersebut dijelaskan tentang nilai pendidikan

    karakter dalam novel Bumi Cinta, serta relevansinya terhadap

    materi pembelajaran sastra pada siswa SMA. Adapun tujuan adalah

    untuk mendeskripsikan dan menganalisis nilai pendidikan karakter

    apa saja yang terkandung dalam novel Bumi Cinta, yang dapat

    diterapkan dalam materi pembelajaran sastra pada siswa SMA

    melalui novel Bumi Cinta.

    2. Skripsi Ahmad Faisol tahun 2015 dari Universitas Islam Negeri

    Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul : “Nilai-Nilai

  • 16

    Pendidikan Karakter dalam Novel (Study Tentang Pendidikan

    Karakter Pada Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata)”.

    Pada penelitian tersebut dijelaskan metode pendidikan

    karakter pada novel Laskar Pelangi adalah: sedikit pengajaran,

    banyak peneladanan, banyak pembiasaan, banyak pemotivasian,

    banyak pendekatan aturan. Dan terdapat 18 nilai karakter novel

    Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata, diantaranya: nilai religius,

    jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,

    rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

    prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

    peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

    3. Skripsi Rohmatul Laelah tahun 2016 dari Universitas Islam Negeri

    Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul : “Upaya Penanaman

    Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Siswa Melalui Kegiatan

    Keagamaan di MI Ma‟rif Bego Sleman”

    Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui

    secara mendalam upaya penanaman nilai karakter melalui kegiatan

    keagamaan pada siswa, hasil penanaman nilai karakter melalui

    kegiatan keagamaan, dan faktor yang dapat menghambat dan

    mendukung dalam pelaksanaan penanaman karakter di MI Ma‟arif

    Bego. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    sumbangan dan pengembangan bagi sekolah, guru, dan orang tua

    dalam menanamkan nilai karakter pada anak.

  • 17

    Penelitian dari Reny Nawang Sakti, Ahmad Faisol tentang

    pendidikan karakter dalam sebuah novel yang sangat berhubungan

    dengan judul skripsi yang sedang penulis teliti. Serta skripsi

    Rohmatul Laelah tentang pendidikan karakter pada siswa dalam

    kegiatan keagamaan dan faktor yang dapat menghambat dan

    mendukung dalam pelaksanaan penanaman karakter di MI Ma‟arif

    Bego. Namun yang perlu dicari benang merah bahwa penelitian

    sekarang bermaksud untuk mencari bagaimana nilai-nilai

    pendidikan karakter dalam sebuah novel Anak Sejuta Bintang

    dengan menanamkan karakter sejak usia dini maka diyakini anak

    akan terbentuk karakter sejak dini dan saat remaja, anak tersebut

    telah memiliki mentalitas dan budi pekerti yang baik sehingga

    tidak melakukan kenakalan remaja disamping itu pendidikan anak

    juga tidak hanya dilakukan oleh lembaga keluarga saja, tetapi perlu

    saling mendukung dari berbagai elemen masyarakat: keluarga,

    sekolah, lingkungan serta lembaga terkait yang menjadikan

    pendidikan karakter harus dilakukan sejak usia dini oleh semua

    elemen masyarakat sehingga tujuan pendidikan karakter akan

    tercapai.

    B. Kajian Pustaka

    1. Deskripsi Pendidikan Karakter

    a. Pendidikan

    Pendidikan adalah berbicara tentang keyakinan, pandangan

    dan cita-cita tentang hidup dan kehidupan umat manusia dari

  • 18

    generasi ke generasi. Dalam Islam, mengenyam pendidikan

    dipandang sebagai kewajiban personal sepanjang hayat

    manusia. Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia dibekali

    oleh Sang Khaliq dengan potensi kodrat yang sempurna yaitu

    potensi cipta, rasa, dan karsa. Potensi berharga inilah yang

    mengantarkan bahwa manusia adalah khalifah di dunia ini.

    Dengan dukungan potensi tersebut manusia di didik agar

    memiliki orientasi yang tinggi untuk mendapatlan nilai-nilai

    kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang terkandung pada

    realitas yang ada di alam semesta ini (Mujtahid, 2011: 31).

    Pendidikan adalah wahana paling efektif untuk memperkuat

    integrasi sosial politik. Di dalam sistem persekolahan,

    pendidikan dapat merangsang tumbuhnya kesadaran sosial di

    kalangan anak didik, kemudian di Indonesia sarana paling

    efektif untuk memperkuat integrasi sosial politik adalah

    melalui mata pelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa

    Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan warisan paling

    berharga dari para tokoh pergerakan nasional, seperti Boedi

    Oetomo pada zaman sebelum kemerdekaan. Karena kesadaran

    menjaga integrasi sosial politik itulah maka pada Kongres

    Pemuda pada pelopor gerakan nasional yang kebanyakan

    berasal dari suku jawa, justru lebih memilih bahasa Indonesia

    (yang berinduk dari bahasa Melayu) dan bukan bahasa Jawa,

    sebagai bahasa nasional (Muslich, 2011: 46-47).

  • 19

    Menurut Driyarkara (1980) mengatakan, pendidikan adalah

    memanusiakan manusia muda, mengangkat manusia muda ke

    taraf mendidik. Dalam Undang-Undang Nomor 29 tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa

    pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

    untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

    diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

    yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

    Menurut Rousseau bahwa pendidikan adalah memberi kita

    perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak akan tetapi

    diperlukan pada masa dewasa. Adapun menurut Ki Hajar

    Dewantara memberi definisi pendidikan sebagai tuntunan di

    dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya pendidikan

    menuntun segala kekuatan pada anak-anak itu agar mereka

    sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai

    keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya (Kadir,

    2012 : 61-62).

    Dictionary of Eucation menyatakan bahwa pendidikan

    adalah: a) proses seseorang mengembangkan kemampuan,

    sikap, dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat

    mereka hidup, b) proses sosial yang terjadi pada orang yang

    dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan

  • 20

    terkontrol, sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan

    kemampuan sosial dan kemampuan individu optimal. Dengan

    kata lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu

    untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang sifatnya

    permanen (tetap) dalam tingkah laku, pikiran, dan sikap

    (Syukur, 2011: 11).

    Mengambil salah satu contoh buku yang berjudul Planning

    for Teaching an Introduction karya Rechey yang menjelaskan

    istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari

    pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat

    terutama untuk memperkenalkan warga masyarakat baru

    (generasi muda) pada pengenalan terhadap kewajiban dan

    tanggung jawabnya di tengah masyarakat. Jadi, proses

    pendidikan jauh lebih luas dari pada proses yang berlangsung

    di sekolah, keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial

    sangat erat sehingga mungkin saja mengalami proses

    spesialisasi dan institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat yang kompleks dan modern. Meskipun demikian

    proses pendidikan secara menyeluruh tidak bisa dilepaskan dari

    proses pendidikan informal yang berlangsung di sekolah

    (Sudarto, 2016: 44-45).

    Dalam definisi di atas, sekurang-kurangnya tiap pribadi

    manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan dalam arti yang

    lebih luas. Sebab, tiap manusia kenyataannya sekaligus adalah

  • 21

    warga masyarakat, dan pendidikan dalam arti luas itu

    berlangsung di dalam dan oleh proses masyarakat. Bahkan

    menurut Lodge, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan

    adalah hidup”. Dengan demikian pendidikan meliputi seluruh

    umat manusia, sepanjang sejarah adanya manusia, sepanjang

    hidup manusia. Jadi pendidikan informal ini tak terbatas seperti

    pula pengaruhnya tak terukur. Sebaliknya pendidikan dalam

    arti sempit ialah pendidikan formal hanya menyangkut pribadi

    yang secara sukarela mengikutinya (Syam, 1988: 57).

    Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk

    berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup,

    melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi),

    serta strategi, dan teknik penilaian yang sesuai, kegiatan

    pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah serta

    masyarakat. Apabilai dikaitkan dengan keberadaan dan hakikat

    kehidupan manusia, maka arah pendidikan adalah untuk

    pembentukan kepribadian manusia, sebagai makhluk individu,

    makhluk sosial, makhluk sosial, dan makhluk

    beragama(religius). Untuk itu maka individu perlu diberi

    berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal,

    seperti konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab, dan

    keterampilan (Syukur, 2011: 11-12).

  • 22

    b. Karakter

    Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to

    mark” (menandai) dan memfokuskan, bagaimana

    mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau

    tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak

    jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang berkarakter

    jelek, semetara orang yang berperilaku jujur, suka menolong

    dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah

    karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian)

    seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a

    person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah

    moral (Zubaedi, 2011: 12).

    Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons

    situasi secara bermoral yang diwujudkan dalam tindakan nyata

    melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat

    terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.

    Dalam konteks pemikiran Islam, karakter berkaitan dengan

    iman dan ikhsan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles,

    bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasan

    terus menerus di praktikan dan diamalkan (Mulyasa ,2014: 3-

    4).

    Paterson dan Seligman (dalam Raka, 2007)

    mengindentifikasi 24 jenis karakter yang baik atau kuat

    (character strength). Karakter-karakter ini diakui sangat

  • 23

    penting artinya dalam berbagai agama dan budaya di dunia.

    Dari berbagai jenis karakter, untuk Indonesia ada 5 jenis

    karakter yang sangat penting dan sangat mendesak dibangun

    dan dikuatkan sekarang yaitu: kejujuran, kepercayaan diri,

    apresiasi terhadap kebhinekaan, semangat belajar, dan

    semangat kerja. Karakter ini diperlukan sebagai modal besar

    untuk memecahkan masalah besar yang menjadi akardari

    kemunduran bangsa Indonesia selama ini yaitu: korupsi,

    konflik horizontal yang berkepanjangan, perasaan sebagai

    kebangsaan kelas dua, semangat belajar dan semangat kerja

    yang rendah.

    Karakter adalah sebuah cara berpikir, bersikap, dan

    bertindak yang menjadi ciri khas seseorang yang menjadi

    kebiasaan yang di tampilkan dalam kehidupan bermasyarakat

    (Zuchdi, 2011: 49-50).

    Wyne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari

    Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan

    memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan

    dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu

    seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam, rakus

    dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek.

    Sedangkan yaang berperilaku jujur, dan suka menolong

    dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia

    (Mulyasa ,2014: 3-4).

  • 24

    Adapun Lickona dalam bukunya Educating for Character

    (dalam Paul Suparno, dkk. 2002) menekankan pentingnya

    memperhatikan tiga unsur dalam menanamkan moral, yaitu:

    pengertian atau pemahaman moral, perasaan moral, dan

    tindakan moral. Ketiga unsur ini saling berkaitan, guru pun

    perlu memperhatikan ketiga unsur ini agar nilai-nilai moral

    yang ditanamkan tidak sekedar sebagai pengetahuan saja, tapi

    benar-benar menjadikan tindakan-tindakan bermoral

    (Budiningsih, 2013: 6).

    c. Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter adalah aspek kognitif, afektif, dan

    perilaku moralitas, sehingga menjadikan individu sebagai

    pribadi dan warga negara yang baik, maka sekolah dan

    universitas pun bertanggung jawab penuh memberikan bantuan

    peserta didik dalam menguasai nilai-nilai moralitas dan

    kebangsaan, sehingga menjadi warga negara yang baik

    (Zuchdi, 2011: 69-70).

    Pendidikan karakter lebih memfokuskan kepada perubahan,

    sebenarnya tidak pendidikan karakter saja semua pendidikan

    (matematika, bahasa, dan sebagainya) memfokuskan pada

    perubahan. Bedanya pendidikan karakter sangat membutuhkan

    upaya lebih dalam transfer ilmunya, karena hasilnya

    berorientasi pada perilaku dan sikap, berbeda dengan

    pendidikan yang lain yang mungkin sebagian besar berorientasi

  • 25

    pada nilai, angka, diselembar kertas ujian. Sebelum manusia

    berubah maka dia harus mendapatkan input terlebih dahulu,

    input ini akan diterima serta di proses oleh pikirannya sehingga

    terjadilah keputusan berubah atau tidaknya.

    Pendidikan karakter yang dibahas ini akan lebih

    menekankan pada aspek psikologi manusia, sehingga banyak

    sekali action yang harus dilakukan, lalu pendidikan karakter

    bukan hanya dibicarakan dan dibahas (masuk ketelinga kiri,

    keluar dari mulut, alias debat terus) tetapi harus dilakukan ingat

    fokus pendidikan karakter adalah perilaku. Maka dari itu

    kebanyakan manusia sebenarnya sudah memahami apa itu

    pendidikan karakter tetapi kebanyakan manusia lupa akan hal :

    Praktek, Lakukan, Do It, Action. Menurut Elkind dan Sweet

    (2004), pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk

    membantu manusia memahami, peduli tentang, dan

    melaksanakan nilai-nilai etika inti. Ketika kita berpikir tentang

    jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak, maka jelaslah

    bahwa kita mengharapkan mereka mampu menilai apakah

    kebenaran, peduli secara sungguh-sungguh terhadap kebenaran,

    dan kemudian mengerjakan apa yang diyakini sebagai

    kebenaran, bahkan ketika menghadapi tekanan dari luar dan

    upaya dari dalam (Zubaedi, 2011: 15).

    Dalam pendidikan karakter (Muslich, 2017: 130) sangat

    penting dikembangkan nilai-nilai etika inti seperti kepedulian,

  • 26

    kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap

    diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja

    pendukung seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan

    kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Dalam bukunya

    “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” Balitbang Puskur

    2010 (Aqib, 2012: 75). Pendidikan karakter bangsa diartikan

    sebagai: pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya

    dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka

    memiliki nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai

    anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis,

    produktif, dan kreatif.

    2. Tujuan Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan

    nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak

    yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

    memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan

    mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan

    sepenuh hati (Samani dan Hariyanto, 2014: 45-46).

    Adapun tujuan pendidikan karakter yang lainnya yaitu: 1)

    memfasilitasi dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga

    terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun

    setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah), 2) mengkoreksi

    perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai

    yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna

  • 27

    bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan

    berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif, 3)

    membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

    masyarakat dalam memetankan tanggung jawab pendidikan

    karakter secara bersama. Tujuan ini memiliki makna bahwa proses

    pendidikan karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses

    pendidikan di keluarga (Kesuma, dkk, 2012: 9-11).

    3. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

    Upaya membangun karakter bangsa akan berhasil apabila

    antar komponen lingkungan pendidikan dapat bekerja sama dalam

    menjalankan tugas dan fungsinya. Oleh karena itu, diperlukan

    educational networks yang satu dengan yang lain agar saling

    berkesinambungan. Lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah

    terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan

    masyarakat (Aqib, 2012: 75).

    4. Fungsi Pendidikan Karakter

    Dalam fungsi pendidikan nasional sebagaimana tertuang

    dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 bersesuaian dengan pendidikan

    karakter memiliki 3 fungsi yaitu:

    a. Mengembangkan kemampuan: Mengembangkan kemampuan

    dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

    bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

    Indonesia. Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

    menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

  • 28

    Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

    kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

    serta bertanggung jawab.

    b. Fungsi pembentuk watak: bahwa pendidikan nasional yang

    diarahkan pada pembentukan watak, dalam perspektif

    pedagogik lebih memandang pendidikan karakter itu

    mengembangkan/ menguatkan/ mamfasilitasi watak.

    c. Fungsi peradaban bangsa: bahwa fungsi ini dikaitkan dengan

    pembangun bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa untuk

    menjadikan manusia terdidik akan menjadikan bangsa yang

    beradab (Wiyani, 2013 : 32).

    5. Ciri-ciri Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter mempunyai 4 ciri dasar yaitu:

    a. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan

    seperangkat nilai, nilai menjadi pedoman normatif setiap

    tindakan.

    b. Koherensi yang memberikan keberanian yang membuat

    seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing

    pada situasi. Koherensi ini merupakan dasar yang membangun

    rasa percaya satu sama lain, tanpa koherensi maka kredibilitas

    seseorang akan runtuh.

    c. Otonomi maksudnya seseorang menginternalisasikan nilai-nilai

    dari luar sehingga menjadi keputusan bebas tanpa paksaan dari

    orang lain.

  • 29

    d. Keteguhan dan kesetiaan, keteguhan merupakan daya tahan

    seseorang guna mengingini apa yang ddipandang baik, lalu

    kesetian merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen

    yang dipilih (Adisusilo ,2013: 78).

    6. Prinsip Pendidikan Karakter

    Lickona dkk (2007), mengemukakan sebelas prinsip agar

    pendidikan karakter dapat berjalan efektif yaitu:

    a. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja

    pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik .

    b. Definisi „karakter‟ secara komprehensif yang mencakup

    pikiran, perasaan, dan perilaku.

    c. Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan

    proaktif dalam pengembangan karakter.

    d. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.

    e. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.

    f. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang

    menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter,

    dan membantu siswa untuk berhasil.

    g. Usahakan mendorong motivasi diri siswa.

    h. Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan

    moral yang berbagai tanggung jawab dalam pendidikan

    karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama

    yang membimbing pendidikan siswa.

  • 30

    i. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan

    dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.

    j. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam

    upaya pembangunan karakter.

    k. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik

    karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter

    yang baik (Muslich, 2017: 129).

    Adapun prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan

    karakter yaitu:

    a. Berkelanjutan: mengandung makna bahwa protes

    pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang

    tiada henti, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai

    selesai dari suatu satuan pendidikan bahkan sampai terjun

    kemasyarakatan.

    b. Melalui semua mata pelajaran pengembangan diri dan budaya

    sekolah, serta muatan lokal.

    c. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan,

    satu hal yang selalu harus diingat bahwa suatu aktivitas belajar

    dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan ranah

    kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

    menyenangkan. Guru harus merencanakan kegiatan belajar

    yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan,

    mencari sumber informasi, mengumpulkan informasi dari

  • 31

    sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, dan

    menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka

    melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah,

    dan tugas-tugas di luar sekolah (Zubaedi, 2016: 138).

    7. Macam-Macam Pendidikan Karakter

    Telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentukan karakter

    yang merupakan hasil kajian Kurikulum. Nilai-nilai yang

    bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan

    nasional. Nilai-nilai pendidikan karakter dikelompokan menjadi

    lima yaitu: 1) Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya

    dengan Allah SWT, 2) Nilai-nilai pendidikan karakter dalam

    hubungannya dengan diri sendiri, 3) Nilai-nilai pendidikan karakter

    dalam hubungannya dengan sesama, 4) Nilai-nilai pendidikan

    karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, 5) Nilai-nilai

    pendidikan karakter dalam hubungannya dengan negara.

    1) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungannya dengan

    Tuhan Yang Maha Esa

    Nilai pendidikan karakter ini berhubungan dengan Tuhan

    Yang Maha Esa yaitu religius adalah sikap dan perilaku yang

    patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,

    toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

    rukun dengan pemeluk agama lain (Sahlan dan Prastyo, 2017:

    39). Orang yang yang memiliki sikap religius ini biasanya

    sudah di tanamkan sejak kecil oleh orang tuanya, untuk

  • 32

    mengikuti sesuai ajaran yang dianutNya dan menjauhi segala

    larangan-Nya.

    2) Nilai-nilai Kendidikan karakter Hubungannya dengan Diri

    Sendiri

    a. Jujur

    Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan

    seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan,

    kata-kata dan perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak

    dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang

    lain untuk keuntungan dirinya (Kesuma, dkk , 2012: 16-

    21). Orang yang jujur itu banyak di senangi oleh semua

    orang, karakter jujur jarang dimiliki oleh banyakan orang

    namun karakter jujur ini harus ditanamkan dahulu kepada

    diri sendiri terlebih dahulu baru kita bisa mengajarkan

    banyak orang apa pentingnya arti jujur dalam kehidupan

    sehari-hari.

    b. Tanggung Jawab

    Tanggung jawab adalah keberanian mengambil

    resiko terhadap tantangan, hambatan ataupun rintangan

    yang mungkin akan menghalangi tercapainya pekerjaan-

    pekerjaan yang telah dianggap/diyakini kebaikan dan

    kebenarannya (Roqib dan Nurfuadi, 2009: 53). Orang yang

    mempunyai sikap tanggung jawab berani menerima tugas

    nya yang sudah dipercaya banyak orang, sikap tanggung

  • 33

    jawab ada pada diri kita karena menjalankan amanat yang

    harus dijalankan dengan baik dan benar.

    c. Disiplin

    Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

    patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Sahlan dan

    Prastyo, 2017: 39). Orang yang memiliki sikap disiplin ini

    biasanya tepat waktu segala aktivitas yang dilakukan,

    sudah merancang kegiatan yang ingin dilakukan,

    mematuhi segala peraturan yang ada entah itu di sekolah,

    di rumah, maupun di masyarakat.

    d. Kerja Keras

    Makna kerja keras adalah suatu istilah yang

    melingkup suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah

    menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/ yang menjadi

    tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja

    sampai tuntas maksudnya adalah mengarah pada visi besar

    yang harus dicapai untuk kebaikan/ kemaslahatan manusia

    (umat) dan lingkungannya (Kesuma, dkk , 2012: 16-21).

    Orang yang mempunyai sikap kerja keras berarti seseorang

    tersebut memiliki tujuan atau cita-cita yang ingin

    dicapainya, tapi seseorang pun itu mengerti untuk

    mencapai tujuan atau cita-cita tidak lah semudah

    membalik telapak tangan seseorang itu harus kerja keras

    dan pantang menyerah walaupun keadaan yang sangat

  • 34

    menghimpit dan yakin bahwa apa yang di tujukan atau di

    cita-citakan suatu saat nanti akan dicapainya.

    e. Kreatif

    Kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk

    menemukan dan menciptakan hal-hal yang baru (Roqib

    dan Nurfuadi, 2009: 163-164). Orang yang memiliki sikap

    kreatif biasanya ingin membuat percobaan-percobaan yang

    belum dilakukan oleh orang banyak, seseorang yang

    kreatif daya berpikirnya dipakai agar menciptakan anak-

    anak yang memiliki potensi-potensi kreativitasnya

    bermacam-macam, sebab itu sangat penting bagi

    masyarakat dan anak-anak di kehidupan saat ini maupun

    masa depan nanti. Atau bisa juga sebagai seorang guru

    hendaknya memiliki daya kreativitas yang tinggi, misalnya

    dalam bentuk penulisan buku-buku atau dalam

    menciptakan media pembelajaran sederhana untuk

    membantu kelancaran proses belajar mengajar.

    f. Mandiri

    Karakter ini muncul dari penanaman nilai-nilai

    humanisasi dan liberasi. Dengan pemahaman bahwa tiap

    manusia dan bangsa memiliki potensi dan sama-sama

    subjek kehidupan maka ia tidak akan membenarkan

    adanya penindasan sesama manusia. Darinya

    memunculkan sikap mandiri sebagai bangsa (Muslich,

  • 35

    2011: 76-77). Orang yang memiliki sikap mandiri cara

    berpikir dan kemauan nya akan dilakukan nya sendiri

    tanpa bantuan atau campur tangan orang lain, dan

    semampu seseorang itu untuk melakukan tugasnya

    mandiri. Biasanya karakter mandiri ini diajarkan oleh

    orang tua yang ingin mengajarkan anak nya mandiri ntah

    untuk persiapan masa depan nanti agar tidak bergantung

    kepada orang lain.

    g. Ikhlas

    Ikhlas adalah setiap kegiatan atau aktivitas yang

    dikerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha

    dari Allah SWT dan menjadikan tujuan dalam kehidupan

    (Kesuma, dkk , 2012: 20). Orang yang memiliki sikap

    ikhlas biasanya ditanamkan sejak kecil yang diajarkan oleh

    orang tua nya, ikhlas tidak hanya dari mulut atau kelakuan

    saja tapi hati pun kita harus belajar arti ikhlas karena apa

    yang dikerjakan semata-mata hanya menhgharapkan ridha

    dari Allah SWT.

    h. Rasa Ingin Tahu

    Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

    mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

    dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Sahlan dan Prastyo,

    2017: 39). Orang yang memiliki sikap rasa ingin tahu

    biasanya cerdas sebab dia ingin memperluas wawasan

  • 36

    yang tidak hanya diajarkan itu-itu saja tetapi lebih

    mendalam pengetahuannya. Rasa ingin tahu yang besar

    maka banyaknya pengetahuan yang dimiliki seseorang

    tersebut, sikap seperti itu haus akan pengetahuan jika

    seseorang tersebut tidak mengerti maksud ataupun tujuan

    seseorang itu pun akan terus bertanya sampai seseorang

    tersebut mengerti maksud ataupun tujuannya itu.

    i. Pantang Menyerah

    Kemajuan sebuah bangsa hanya bisa diperoleh jika

    masyarakatnya tahan banting, kerja keras, tidak menyerah,

    tekun, berulang kali gagal tetapi tidak patah semangat, dan

    selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang bermanfaat

    (Naim, 2012: 200). Orang yang memiliki sifat pantang

    menyerah biasanya ingin memberikan yang terbaik untuk

    sekarang maupun masa depan nya kelak. Keberhasilan

    memang butuh proses yang panjang dan berliku dan tentu

    saja tidak secara instan mendapatkannya, tapi jika kita

    punya keyakinan keberhasilan akan didapat sikap pantang

    menyerah yang harus ditanamkan di hati dan jangan

    sampai tergoyah oleh apapun.

  • 37

    3) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungannya dengan

    Sesama

    a. Bijaksana

    Karakter ini muncul karena keluasan wawasan

    seseorang. Dengan keluasan wawasan , ia akan melihat

    banyaknya perbedaan yang mampu diambil sebagai

    kekuatan. Karakter bijaksana ini dapat terbentuk dari

    adanya penanaman nilai kebhinekaan (Muslich, 2011: 76-

    77). Orang yang bijaksana itu biasanya memilki wawasan

    yang luas dalam berpendapat, tidak hanya mementingkan

    diri sendiri saja namun sikap bijaksana disini juga

    mementingkan orang lain.

    b. Peduli Sosial

    Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

    bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

    membutuhkan (Sahlan dan Prastyo, 2017: 40). Orang yang

    memiliki sikap peduli sosial biasanya pandai bergaul entah

    di sekolah, masyarakat, maupun di rumah. Sikap peduli ini

    perlu diajarkan sejak kecil agar seseorang tersebut mau

    membantu ataupun menolong sesama yang membutuhkan

    pertolongan tidak pilih-pilih siapapun seseorang tersebut.

    Sikap peduli jarang dimiliki banyak orang tanamkan dulu

    sikap peduli sosial dari diri sendiri nantipun akan ada

    interaksi sosial dari orang lain.

  • 38

    c. Bersahabat/ Komunikatif

    Tindakan yang memperlihatkan rasa senang

    berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

    (Sahlan dan Prastyo, 2017: 39). Orang yang memiliki sikap

    bersahabat /komunikatif biasanya bisa pandai bergaul dan

    tidak memilih teman-teman, mudah berbincang-bincang

    sewajarnya dan tidak terlalu pesimis, muah bekerja sama.

    4) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungannya dengan

    Lingkungan

    a. Toleransi

    Toleransi adalah sikap yang adil dan obyektif

    terhadap semua orang yang memiliki perbedaan gagasan,

    ras, atau keyakinan dengan kita, toleransi juga bisa

    dikatakan sesuatu yang membuat dunia ini menjadi tempat

    yang aman bagi keberagaman (Lickona, 2013: 62-65).

    Orang yang memiliki sikap toleransi tidak membedakan

    seseorang tersebut maupun dia berbeda keyakinan, ras, dan

    pemahaman kita harus saling menghormati, sikap toleransi

    ini diajarkan orang tua dari kecil agar bisa saling berbagi

    kepada semua manusia.

    b. Demokratis

    Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

    sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Sahlan dan

    Prastyo, 2017: 39). Orang yang memiliki sikap demokratis

  • 39

    biasanya tindakan yang tidak pandangan bulu antar sesama

    ras, keyakinan, dll. Sikap demokratis juga boleh bebas

    berpendapat mengenai pemahaman nya masing-masing dan

    tidak boleh ada membatasi pendapat sebelum ada jalan

    keluar mengenai permasalahan tersebut.

    5) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungannya dengan

    Negara

    a. Semangat Kebangsaan

    Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

    menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

    kepentingan diri dan kelompoknya (Sahlan dan Prastyo,

    2017: 39). Orang yang memiliki sikap semangat

    kebangsaan berarti seseorang tersebut memiliki rasa

    nasionalisme kita sebagai warga negara yang mempunyai

    semangat kebangsaan akan tumbuh karna cinta kita kepada

    tanah air.

    b. Cinta Tanah air

    Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

    menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang

    tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

    ekonomi, dan politik bangsa (Sahlan dan Prastyo, 2017:

    39). Orang yang memiliki sikap cinta tanah air

    menunjukkan kita sebagai warga negara harus menjunjung

    tinggi harkat martabat, menjaga persatuan dan kesatuan

  • 40

    negara, negara kita harus tetap kokoh jangan biarkan

    negara kita dijajah lagi oleh negara lain.

    c. Cinta Damai

    Damai adalah hidup dalam keselarasan dan tidak

    ada pertengkaran dengan orang lain, dunia ini adalah dunia

    yang damai jika setiap orang di dunia ini memiliki rasa

    damai. Damai itu menjadi tenang di dalam hati, kemudian

    harus dimulai dari diri sendiri dengan menjadi tenang kita

    menemukan cara baru dan kratif untuk memelihara sifat

    pengertian, persahabatan, dan kerjasama diantara semua

    orang (Munawar dan Rachman, 2017: 4-5). Orang yang

    cinta damai dapat dimaknai dengan sikap yang tidak suka

    permusuhan antar sesama keyakinan maupun beda

    keyakinan. Cinta damai akan terwujudkan jika kita

    menghormati satu sama lain, tidak saling mengejek antar

    ras, suku, kebudayaan, maupun keyakinan.

    C. Gambaran Umum Novel

    1. Pengertian Novel

    Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung

    rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya

    dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Tokoh didalam

    novel lebih banyak dan permasalahan di dalam novel lebih

    kompleks dari pada cerpen. Novel juga mempunyai unsur

    pembangun, unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel adalah

  • 41

    komponen-komponen penting yang harus ada untuk membangun

    sebuah novel (Kurniasari, 2014: 160).

    Adapun novel adalah cerita fiksi yang mengisahkan sisi

    utuh dari problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang

    tokoh. Kisah novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang

    dialami oleh tokoh hingga tahap penyelesaiannya. Novel memiliki

    ciri-ciri umum sebagai berikut:

    a. Alur ceritanya lebih rumit dan lebih panjang yang ditandai oleh

    perubahan nasib pada diri sang tokoh.

    b. Tokohnya lebih banyak dan dalam berbagai karakter.

    c. Latarnya meliputi wilayah geografi yang luas dan dalam waktu

    yang lebih lama.

    d. Temanya lebih kompleks dan ditandai oleh adanya tema-tema

    bawahan (Kosasih, 2007: 69).

    2. Unsur-unsur Novel

    Dalam penyusunan novel terdapat unsur-unsur yang

    membangun novel tersebut. Unsur pada novel terbagi kedalam dua

    bagian, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik

    yakni unsur yang terdapat di dalam novel tersebut, sedangkan

    unsur ekstrinsik merupakan unsur yang terdapat di luar novel.

    Berikut ini merupakan unsur intrsinsik dari sebuah novel:

    a. Tema

    Tema merupakan satu kalimat utuh, lengkap, dan hanya

    mengandung satu pokok pikiran yang dapat dikembangkan.

  • 42

    Dalam merumuskan sebuah tema ada tiga hal yaitu: tema harus

    hal yang orisinil dan khas artinya bukan merupakan tiruan atau

    hal yang sudah umum diketahui atau sudah pernah ditulis orang

    lain (spesifik), tema harus dapat dirinci atau dikembangkan

    sebagai suatu pemikiran yang logis dan objektif, tema haruslah

    satu kesatuan pikiran atau gagasan yang berfungsi sebagai arah

    atau tujuan penulisan (Barus, 2010: 192).

    Tema adalah inti atau ide pokok sebuah cerita. Tema

    merupakan pangkal tolak pengarang dalam menyampaikan

    ceritanya (Kosasih, 2007: 69).

    b. Alur (Plot)

    Alur adalah rentetan peristiwa yang satu dengan peristiwa

    yang lain dalam hubungan sebab akibat. Untuk mengetahui

    satuan-satuan peristiwa terjalin dan terangkai penikmat harus

    menelusurinya lewat dialog. Melalui dialog pula para pelaku

    memperoleh gambaran tentang struktur cerita, sesuatu yang

    telah terjadi atau kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi

    diketahui semuanya menjadi dialog (Nuryanto, 2017 : 10). Alur

    adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh

    hubungan sebab dan akibat. Alur terdiri dari: pengenalan

    situasi cerita, pengungkapan peristiwa, terjadi konflik, puncak

    konflik, dan penyelesaian (Kosasih, 2007 : 69-70).

  • 43

    c. Latar (Setting)

    Latar (setting) adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya

    perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh (Kosasih,

    2007 : 70).

    Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan, yang

    berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya

    peristiwa dalam ceita. Latar dapat dibedakan kedalam tiga

    unsur pokok yaitu tempat, waktu, suasana (Kurniasari, 2014 :

    160).

    d. Penokohan

    Penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan

    dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita

    (Kosasih, 2007: 70).

    Penokohan adalah individu ciptaan pengarang yang

    mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai

    peristiwa cerita pada umumnya tokoh berwujud manusia,

    namun dapat pula berwujud binatang atau benda-benda yang

    diinsankan (Kurniasari, 2014 : 160).

    e. Sudut Pandang

    Sudut pandang adalah cara memandang penulis dalam

    menempatkan dirinya pada posisi tertentu dalam cerita novel

    tersebut. Dalam sebuah novel, sudut pandang terbagi menjadi

    dua yaitu: sudut pandang orang pertama dan sudut pandang

    orang ketiga (Kurniasari, 2014: 161).

  • 44

    Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam

    membawakan cerita posisi pengarang dalam menyampaikan

    ceritanya dapat dilakukan dengan: berperan langsung sebagai

    orang pertama, dan hanya sebagai orang ketiga yang berperan

    sebagai pengamat (Kosasih, 2007 : 70).

    f. Gaya Bahasa

    Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suasana tertentu

    yang mampu memperlihatkan suatu hubungan dan interaksi

    antara sesama tokoh. Bahasa dan gaya bahasa dapat pula

    digunakan pengarang untuk menandai karakter seorang tokoh

    (Kosasih, 2007 : 70).

    Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh

    pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup

    dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi

    (pemilihan kata) yang tepat (Kurniasari, 2014: 161).

    g. Amanat

    Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin

    disampaikan oleh penulis melalui novelnya. Sebagaimana

    tema, amanat dapat disamapaikan secara implisit yaitu dengan

    cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku

    atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita

    berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu

    dengan menyampaian seruan, saran peringatan, nasehat

    amjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan

  • 45

    utama cerita (Kurniasari, 2014: 161). Amanat adalah

    kesimpulan tentang nilai yang dihimbaukan atau dipesankan,

    atau disampaikan penyair kepada pembaca (Gannie, 2015: 68).

    Kemudian unsur esktrinsik novel meliputi latar belakang

    pengarang, psikologi pengarang, keadaan sosial, dan budaya

    waktu cerita tersebut ditulis (Kurniasari, 2014: 161).

  • 46

    BAB III

    GAMBARAN UMUM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG

    KARYA AKMAL NASERY BASRAL

    A. Biografi Pengarang

    Akmal Nasery Basral lahir di Jakarta, 28 April 1968, ayahnya bernama

    Basral Sultan Ma‟aruf dan ibunya Asmaniar yang berasal dari Minangkabau.

    Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA 8 Jakarta, ia

    melanjutkan pendidikannya di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan

    Ilmu Politik di Universitas Indonesia. Pekerjaannya Sastrawan dan Wartawan

    Akmal mempunyai istri bernama Sylvia dan 3 orang anak Jihan, Aurora,

    Ayla. Sebagai seorang sastrawan, Akmal Nasery basral telah menghasilkan

    beberapa karya sastra diantaranya: novel Imperia(yang merupakan karya

    pertamanya yang dibuat tahun 2005); Ada seseorang di Kepalaku yang Bukan

    Aku (kumpulan cerpen) pada tahun 2006, Nagabonar jadi 2 (2007), Sang

    Pencerah (2010), Presiden Prawiranegara (2011), Batas (2011), dan Simfoni

    Untuk Negeri: Twilite Orchestra dan Magenta Orchestra (non fiksi). Untuk

    tahun 2012 selain novel Anak Sejuta Bintang ini, Tadarus Cinta Buya

    Pujangga (2013). Kemudia karyanya beliau yang akan terbit adalah novel

    sejarah Napoleon dan Tanah Rencong, dan nobel bigrafis tentang ulama-

    sastrawan Buya Hamka. Penulis bisa dihubungi lewat akun twitternya :

    @akmal_n_basral (Basral, 2012: 405).

  • 47

    B. Karya-Karya Pengarang

    1. Imperia (2005)

    Bercerita tentang seorang wartawan baru yang harus membuktikan

    kemampuannya di tengah keraguan dirinya sebagai seorang reporter.

    Wikan, sarjana UI lulusan terbaik melalui hari pertamanya sebagai

    reporter dengan masam. Rapat perencanaan yang pertama diikutinya

    membuat dirinya tertohok. Dipermalukan wakil direksi karena tidak

    memiliki sudut pandang dalam suatu hal, ia berjuang untuk

    membuktikkan pada orang itu bahwa ia memiliki kemampuan. Tugas

    pertamanya ketika meliput sebuah konfrensi pers seorang diva,

    mengantarkannya pada olokan dan hinaan lain yang terlempar pada

    dirinya karena dianggap tidak berbakat. Kegagalan pertamanya

    membuatnya terus berusaha hingga ia menemukan berita pagi tentang

    pembunuhan seorang pengacara yang memiliki hubungan erat dengan

    sang diva. Wikan merasa memiliki kartu tarot karena ia sebelumnya telah

    berbincang santai dengan sang diva yang memiliki segudang misteri.

    Dengan semangat menggebu, ia telusuri pembunuhan itu hingga ke luar

    kota.

    Tidak berhenti sampai disana, keawaman Wikan membuatnya

    terus-terusan dipermalukan karena dianggap meloloskan berita penting

    tentang sang diva. Ia harus berjuang, hingga akhirnya ia menerima

    tawaran mengejar sang diva yang sedang berada di Kostanz, Jerman.

    Disana, ia disuguhi pemandangan mencengangkan tentang pertengkaran

    sang diva dengan sahabatnya, disana sahabatnya mengungkapkan semua

  • 48

    perasaan yang ia pendam selama ini, kenyataan yang di sembunyikan,

    serta kebenaran dibalik sikap nya selama ini.

    2. Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006)

    Kumpulan cerpen-cerpen yang akan membuat banyak pola otak

    pembaca, semua pola sama dengan tanda-tandanya cerpen ini bersifat

    realis yang terjadi pada kehidupan sehari-sehari yang terkadang

    ditambhakan dunia yang tidak realis. Seperti Cerita pertama yang

    judulnya menjadi judul buku ini, menarik. Menceritakan pergulatan

    orang dengan, mungkin, gangguan psikologis. Cerita tentang seorang

    penulis yang mati dibunuh oleh karakter buatannya sendiri juga menarik

    dan sureal. Kisah cinta masa lalu di Kensington cukup menyentak.

    3. Nagabonar Jadi 2 (2006)

    Alur cerita berputar tentang hubungan Nagabonar dan Bonaga

    dalam suasana kehidupan anak muda metropolis. Bonaga, seorang

    pengusaha sukses, mendapat proyek pembangunan resort dari perusahaan

    Jepang. Sialnya, lahan yang diincar perusahaan Jepang tersebut tak lain

    adalah lahan perkebunan sawit milik ayahnya, Nagabonar. Maka Bonaga

    pun memboyong ayahnya ke Jakarta agar dia membujuk Nagabonar

    menjual lahan tersebut. Usaha Bonaga tak berhasil, kekeraskepalaan

    Nagabonar untuk mempertahankan lahan perkebunan (di mana di sana

    juga terdapat makam istri, Ibu, dan teman-temannya si bengak Bujang)

    semakin menjadi-jadi ketika tahu calon pembeli tanahnya adalah

    perusahaan Jepang (yang masih dianggapnya penjajah). Sementara

    Nagabonar dan Bonaga berusaha untuk saling memahami cara pandang

  • 49

    dan nilai-nilai satu sama lain, tenggat waktu untuk Bonaga semakin

    mendekat. Namun, pada akhirnya Bonaga membatalkan perjanjian

    tersebut, karena ia tahu ayahnya sebenarnya berat untuk menyetujui hal

    tersebut, ia tidak mau membuat ayahnya sedih karena ia sangat

    menyanyangi ayahnya.

    4. Sang Pencerah (2010)

    Sepulang dari Mekah Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21

    tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng kearah

    Bid‟ah/ sesat. Melalui langgar/ surau nya Ahmad Dahlan mengawali

    pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar

    Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi,

    Kyai penghulu Kamaludiningrat sehingga surau Ahmad Dahlan

    dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan

    juga dituduh sebagai kyai kafir hanya karena membuka sekolah yang

    menempatkan muridnya duduk dikursi seperti sekolah modern Belanda.

    Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena

    dekat dengan lingkungan cendikiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi