NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BULAN...
Transcript of NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BULAN...
i
NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BULAN
TERBELAH DI LANGIT AMERIKA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS
DAN RANGGA ALMAHENDRA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
WULAN PURBASARI
NIM : 23010150007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
“ Ubah pikiranmu dan kau dapat mengubah duniamu”
vi
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan Ibu tercinta yang tak kenal lelah berjuang membesarkan saya.
2. Abangku Rian, yang selalu mensuport dan mendoakan ku sehingga
terselesaikan S1 saya.
3. Sahabatku Dani yang selalu membantuku dalam hal apapun.
4. Sahabatku Winda yang selalu mensuport ku.
5. Sahabatku Wiwin, Ayni, Intan, Wati, Dek Latifah, Kisti, yang selalu
mensuport saya.
6. Para Murabbiku Ibu Arna, Ibu Ifa, Ibu Tatik, Ibu Niswa, Ibu Anis, Ibu
Wida yang selalu mendoakan saya.
7. Keluarga Wisma Aisyah, Dila, Adel, Intan, Ayu, Erma, Fay, Intan, Elsa.
8. Keluarga Biro Tazkia.
9. Keluarga Lembaga Dakwah Kampus Fathir Arrasyid 2015.
10. Teman- teman PAI angkatan 2015.
11. Terimakasih kepada Drs. Bahroni, M.Pd selaku dosen pembimbing.
12. Terimakasih kepada Pak Sultoni M.Pd dan Pak Guntur Cahyono M.Pd.
13. Terimakasih kepada Ali Irham, Ali Muntaha, Ali Mahfud, Samsi, Hayati
partner kerja.
14. Terimakasih kepada Pak Bowo, Pak Munajat, Mas Zam.
15. Terimakasih kepada Muhammad Muhlisin.
16. Terimakasih kepada Dhidin Noer Ady Rahmanto.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmat, hidayah dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Nilai
Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika karya
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra”. Shalawat serta salam tak lupa
penulis sanjungkan kepada Nabi Agung Muhammad Saw, beserta keluarganya
dan para sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga .
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam (PAI).
4. Bapak Drs.Bahroni.M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
6. Kedua orangtua, Kakak yang telah memberikan dukungan baik secara
lahiriyah maupun batiniyah dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Sultoni yang selalu memotivasi dalam hidupku.
viii
8. Semua pihak yang telah ikhlas dalam memberikan bantuan material
maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa
memanjatkan doa kepada Allah Swt, semoga segala amal kebaikan yang
tercurahkan pada penulis diridhoi Allah Swt dengan mendapatkan balasan
yang berlipat ganda.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dab bagi pembaca lainnya. Dengan keterbatasan dan
kemampuan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 4 Maret 2019
Penulis
ix
ABSTRAK
Purbasari, Wulan 2019. Nilai Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Bulan
Di Langit Amerika. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Pendidikan Terbelah Agama Islam. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan Islam, Novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika, Libreary Research.
Peneliti melihat bahwa, sangat penting nilai-nilai
pendidikan Islam dalam setiap individu. Nilai pendidikan tersebut
dapat diperoleh melalui bahan bacaan atau cerita salah satunya
cerita novel Bulan Terbelah di Langit Amerika. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam
novel Bula Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela
Rais dan Rangga Almahendra serta relevansi nilai pendidikan
Islam dalam dunia pendidikan. penliti tertarik meneliti novel
tersebut, novel ini termasuk novel kontemporer bertemakan sejarah
islam yang dapat dikaji isinya dan diterapkan pada dunia
pendidikan global ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Libreary
Research) yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber
perpustakaan untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu membaca simbolik dan simantik serta
mencatat informasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis.
Hasil penelitian yang terdapat dalam novel ini antara lain:
(1) nilai aqidah, meliputi: iman kepada Allah, iman kepada
Malaikat, iman kepada Al-Qur’an, iman kepada Nabi dan Rasul,
iman kepada Hari Akhir, iman kepada Qada’ dan Qadar. (2) nilai
ibadah, meliputi: membaca Al-Qur’an dan berdzikir kepada Allah.
(3) nilai akhlaq, meliputi: nilai, sabar, optimis, bersyukur serta
berbakti kepada orangtua. Relevansi dalam dunia pendidikan dapat
dilakukan dengan metode internalisasi, menggunakan teknik
keteladanan dan pembiasaan serta nasehat yang di lakukan di
sekolah. Serta penerapan program membaca Al-Qur’an dan
program kajian keagamaan.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ..................................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ..................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 5
D. Kerangka Teori .................................................................................... 5
E. Metodologi Penelitian ......................................................................... 11
F. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 14
G. Teknik Analisis Data............................................................................ 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 15
A. Penelitian Terdahulu............................................................................ 15
B. Landasan Teori.................................................................................... 18
1. Pendidikan Islam......................................................................... 18
2. Tujuan Pendidikan Islam............................................................. 19
xi
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam ............................................... 21
4. Sumber Nilai Pendidikan Islam ................................................... 25
5. Nilai – Nilai Pendidikan Islam...................................................... 27
6. Karakteristik Karya Sastra........................................................... 29
7. Karakteristik Novel ...................................................................... 32
BAB III BIOGRAFI ............................................................................................ 35
A. Biografi Pengarang.............................................................................. 35
1. Hanum Salsabiela Raais............................................................... 35
2. Rangga Almahendra..................................................................... 36
B. Karya Hanum Salsabiela Raais........................................................... 36
C. Sinopsis Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika............................ 37
D. Karakteristik dan Pesan Moral Novel Bulan Terbelah di Langit........ 51
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 61
A. Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika .............................................................................................. 61
1. Nilai Aqidah................................................................................. 61
2. Nilai Ibadah.................................................................................. 72
3. Nilai Akhlaq ................................................................................. 75
B. Relevansi Nilai Pendidikan Islam dalam Dunia Pendidikan ........ 79
1. Relevansi Nilai Aqidah........................................................... 80
2. Relevansi Nilai Ibadah ............................................................ 80
3. Relevansi Nilai Akhlak ........................................................... 82
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 90
A. Kesimpulan.......................................................................................... 90
B. Saran.................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 93
LAMPIRAN ........................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Khursyid Ahmad pendidikan adalah rangkuman proses
dan pengaruh dari semua aspek kehidupan. Maka kehidupan bangsa
tergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses yang
ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar
dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal
(Jalaluddin, 2011:64). Melalui proses ini, seorang menyesuaikan diri
dengan unsur-unsur pengalamannya yang menjadi kepribadian modern
sehingga dapat mempersiapkan diri bagi kehidupan kedepannya.
Setiap orang dapat memperoleh ilmu dari pengalaman yang dia
lalui, dengan memaknai pengalaman tersebut dengan baik dan menjadikan
pelajaran untuk langkah kedepannya, karena ilmu bisa didapatkan dari
sebuah proses yang kemudian dinamakan pendidikan. Baik dari proses
melihat suatu kejadian, membaca, ataupun belajar. Contohnya, seseorang
pandai memasak karena memang dia menguasai ilmu mengenai memasak
dan terbiasa dalam proses kehidupan sehari-harinya memasak (Mahfud,
2011:145).
قو رب زدو عيما
Artinya: “Dan katakanlah (olehmu muhammad), “Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan“. ( Q.S Thoha 114).
2
Nilai-nilai pendidikan dalam suatu karya Islam menghendaki ilmu
bermanfaat secara luas yang diibaratkan seperti pohon yang berbuah lebat
dan memberikan manfaat bagi kehidupan. Nilai-nilai ini seharusnya
ditanamkan dalam diri peserta didik menjadi kepribadiannya sebagai
generasi yang benar-benar memiliki orientasi yang cerdas. Di mana nilai-
nilai tersebut bukan hanya terbatas pada nilai-nilai saja akan tetapi
terwujud dalam kehidupannya (Tobroni, 2015:118-119).
Pada era global ini, bangsa Indonesia mengalami beberapa
ketertinggalan dibandingkan negara lain salah satunya dalam bidang ilmu
pengetahuan, mengapa demikian? Padahal zaman yang maju ini
dibutuhkan lebih banyak orang-orang yang mampu berinovasi dalam
bidang ilmu pengetahuan akan tetapi kebanyakan orang-orang kurang
menyukai membaca, padahal dengan membaca dapat membuka jendela
dunia yang nantinya mampu mengejar ketertinggalan dari negara lain dan
menghasilkan orang-orang kreatifdan inovatif.
Hal tersebut mengajarkan bahwa pendidikan yang menghasilkan
ilmu pengetahuan tidak selalu terus menerus didapat oleh guru akan tetapi
siswa diajarkan untuk belajar mandiri, melalui membaca dan memaknai
dari apa yang dibaca dan dipelajari di luar dari lembaga pendidikan. Selain
itu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
saat ini timbulnya sikap individualis sikap yaang mementingkan diri
sendiri, kurangnya kepedulian dengan orang lain, kurangnya sikap saling
tolong menolong, sehingga persaudaraan antar umat berkurang. Di sisi lain
3
maraknya pergaulan bebas, tinggal bersama antara laki-laki dan
perempuan yang belum menikah dan budaya lainnya yang bertentangan
dengan nilai-nilai Islam. Hal tersebut terjadi akibat adanya budaya yang
menjunjung tinggi nilai kebebasan. Suatu tantangan bagi umat Islam untuk
menunjukkan relevansinya terhadap perkembangan zaman. Dengan
demikian pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan.
Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat,
proses belajar untuk memperoleh pendidikan tidak lagi di monopoli oleh
kehadiran guru dan murid. Siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan
saja (Sanjaya, 2008: 198). Apalagi pada zaman modern saat ini banyak
media yang dapat dijadikan sumber belajar untuk memperoleh pendidikan,
seperti televisi, internet dan akses teknologi yang lainnya tak terkecuali
dari sumber lainnya seperti karya sastra berupanovel. Ilmu dapat diperoleh
melalui memaknai apa yang dapat dilihat, didengar dan dibaca.
Saat ini banyak sekali karya sastra yang mengandung makna nilai
pendidikan Islam seperti Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika
karangan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Novel
merupakan salah satu bentuk karya sastra, dalam novel Bulan Terbelah di
Langit Amerika ini menceritakan kisah perjalanan spiritual.
Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika ini menjelaskan berbagai
masalah dalam kehidupan baik masalah terkait hubungan manusia dengan
Allah dan hubungan manusia dengan manusia dan berbagai konflik di
dalamnya mengenai bagaimana Islam dipojokkan atas kejadian tragedi di
4
WTC. Dengan melihat ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dalam mengkaji novel Bulan Terbelah di Langit Amerika adakah nilai-
nilai pendidikan Islam yang dapat diambil dari sebuah cerita novel ini
serta makna yang ada di dalam novel ini.
Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah salah satu novel
National Best Seller dan merupakan penulis dan buku fiksi tervaforit API
2004, yang banyak diminati oleh pembacanya hal tersebut dibuktikan
dengan antusiasnya masyarakat membeli buku tersebut. Banyak pendapat
yang memuji Novel karya Hanum dan Rangga seperti Jussuf Kalla “ Film
yang bagus, Novelnya wajib dibaca oleh masyarakat, film dan bukunya
membuka wawasan tentang Islam, Toleransi dan Perdamaian”. Merry
Riana mengatakan novel ini“ indah dan penuh makna”.
Dengan demikian novel bukan hanya diperuntukkan dibaca untuk
hiburan semata akan tetapi dari cerita novel dapat diambil makna apakah
di dalam novel tersebut mempunyai nilai-nilai yang penting dalam
kehidupan bagi pembaca khususnya nilai-nilai pendidikan apa saja yang
ada di dalam novel tersebut.
Dengan melihat latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
meneliti dengan judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA KARYA
HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel
Bulan Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela dan
Rangga Almahendra ?
2. Bagaimana Relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika pada dunia pendidikan ?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela dan Rangga
Almahendra.
b. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam
novel Bulan Terbelah di Langit Amerika dalam dunia pendidikan.
2. Konsep Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
dalam bidang pendidikan, terutama dengan membaca atau
memaknai nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel.
Novel bukan hanya sekedar untuk hiburan akan tetapi terdapat
nilai-nilai pendidikan yang akan dikaji dalam novel ini dapat
menjadi referensi guru dalam mendidik peserta didik dalam aspek
penyampaian pesan keagamaan. Serta penelitian ini dapat menjadi
6
referensi guru dalam mengajarkan nilai-nilai pendidikan Islam
dengan menggunakan suatu cerita.
b. Secara Praktis
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi seorang pendidik atau
guru bahwa novel dapat dimanfaatkan sebagai media atausumber
pembelajaran agar lebih menjadi inovatif.
D. Kerangka Teori
Nilai – Nilai Pendidikan Islam Novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika
Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku
individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan alam sekitarnya melalui proses
pendidikan (Haidar, 2014: 13). Menurut Abuddin Nata pendidikan
Islam adalah ilmu yang membahas berbagai aspek atau komponen
Islam. pendidikan Islam yakni pendidikan yang dapat dipahami
dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam al-qur’an dan hadist.
Pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran serta teori
pendidikan yang dibangun dan dikembangkan dari sumber
tersebut. Pendidikan lslam merupakan usaha orang dewasa muslim
yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing
7
pertumbuhan dalam perkembangan fitrah`(kemampuan dasar).
Serta pembentukan kepribadian muslim. (Muhaimin, 2006 : 4-5).
Maka dapat disimpulkan pendidikan Islam adalah proses
memperoleh pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan nilai-nilai
yang bersumber dari ajaran Islam yaitu al-qur’an dan hadits yang
menghasilkan perkembangan sikap kearah yang lebih baik dengan
kata lain pendidikan Islam adalah pendidikan yang tidak hanya
berupaya mengembangkan pengetahuan saja namun juga
pendidikan yang meliputi pendidikan jasmani dan rohani
seseorang.
Ruang lingkup Nilai-Nilai Pendidikan Islam yaitu:
a. Nilai Aqidah.
b. Nilai Ibadah.
c. Nilai Akhlaq.
Kata novel berasal dari bahasa itali novella yang secara harfiah
berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan
sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Burhan, 2013: 11). Novel
adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika
kehidupan seseorang atau beberapa tokoh. Novel adalah karangan
prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat setiap pelaku (Kosasih, 2012: 60).
8
Novel ini bisa dikatakan novel religious kontemporer
bertemakan sejarah Islam, seperti novel best seller Hanum Salsabiela
Rais & Rangga Almahendra yang sebelumnya mengangkat tema
sejenis yaitu 99 Cahaya di Langit Eropa. Secara umum, sang penulis
ingin menceritakan bahwa dunia tidak akan lebih baik tanpa Islam.
Penulis mencoba mengutarakan itu semua lewat novel ini. Bahwa
Islam itu memang diperlukan dan dunia tidak akan lebih baik tanpa
Islam.
Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika merupakan novel yang
dinilai fiksi dan non fiksi, salah satu yang bersifat non fiksi dalam
novel ini yaitu Tragedi 11 September 2001 yang harus dibuat Hanum
sebuah artikel yang berjudul “Would the world be better without
Islam?”. Selain itu latar tempat pada novel ini juga non fiksi seperti
masjid ground Zero. Novel ini dinamakan Bulan Terbelah di Langit
Amerika karena hubungan Amerika dan Islam berubah akibat Tragedi
terjadi di Amerika pada tanggal 11 September 2001, sehingga terjadi
perpecahan yaitu sifat saling menyudutkan, saling tuding, saling curiga
terhadap banyak pihak.
Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika ini bercerita mengenai
seorang jurnalis yaitu bernama Hanum Salsabiela Rais yang hidup di
Wina bersama suami yaitu Rangga Almahendra, Rangga sendiri
seorang mahasiswa yang mendapat beasiswa S3 kenegara Wina untuk
melanjutkan pendidikannya. Hanum sendiri bekerjadi Heute Ist
9
Wundebar dan ditugaskan oleh atasannya Gertrud Robinson untuk
membuat sebuah artikel yang bertemakan “Akankah dunia lebih baik
tanpa Islam”? (“Would the World be better without Islam”?). Pada
awalnya Hanum menolak untuk membuat artikel tersebut karena ia
merasa bahwa artikel tersebut dapat menyudutkan keyakinannya,
keyakinan kita semua yaitu Islam. Namun akhirnya dengan penjelasan
Gertrud dengan meyakinkan Hanum mengenai apabila Artikel ini
diselesaikan oleh orang yang bukan Islam maka akan lebih berbahaya
dan tentu jawabannya akan iya dari pertanyaan artikel tersebut, maka
Hanum pun bersedia untuk melaksanakan tugas dari atasannya
tersebut.
Dalam artikel tersebut Hanum ditugaskan oleh Gertrud untuk
melakukan wawancara terhadap dua orang narasumber dari pihak
muslim dan non muslim di Amerika Serikat yang merupakan keluarga
korban dari tragedi World Trade Center yang terjadi pada 11
September 2001 yang menyebabkan banyak orang di Amerika
membenci Islam. Dan sisi lain suami Hanum, Rangga Almahendra
juga ditugaskan oleh Prof. Reinhard untuk pergi ke Washington DC,
untuk mempresentasikan salah satu paper doktornya dalam Strategic
Management Conference, serta menemui Philipus Brown dan
membujuknya untuk mengisi kelas Etika Bisnis di kampusnya tahun
depan sebagai tamu kehormatan konferensi yang diminta oleh
Prof.Reinhard.
10
Pada saat mereka berada di New York baik Hanum maupun
Rangga mengalami tekanan terhadap tugas mereka masing-masing.
Hanum sendiri tidak mau mewawancarai pilihan Gertrud dan berusaha
mencari narasumber pilihannya sendiri, sementara Rangga terdesak
oleh konferensi. Melalui pencarian panjang Hanum menemukan
Michael Jones sebagai narasumber dari pihak non muslim dan pada
saat pencarian narasumber dari pihak muslim tak berjalan sesuai
dengan rencana Hanum karena pada saat pencarian narasummber
tersebut bertepatan dengan peringatan 11 Sepetmber di komplek
Ground Zero, dan pada saat itu terjadi kerusuhan Hanum dan Rangga
terpisah.
Hanum mengalami cedera kecil dan kebingungan mencari
tempat sehinga mengharuskannya tidur di masjid, dan pada saat itu ia
tanpa sengaja bertemu dengan Julia Collins (Azima Hussein) dan
seorang mualaf yang suaminya meninggal pada tragedi tersebut.
Sementara itu Rangga melakukan wawancara kepada Philipus Brown
mengapa Philipus Brown menjadi seorang Filantropi. Setelah Rangga
dan Hanum bertemu kembali dengan bantuan Julia Collins (Azima
Hussein), Rangga dan Hanum beserta keluarga Azima Hussein melihat
acara live CNN TV secara langsung dan menjadi tamu kehormatan.
Philipus Brown memberikan sambutan dan menyampaikan hal yang
membuat semua orang terharu serta terbuka mata semua orang akan
Islam dan sikap saling menghargai perbedaan di kehidupan ini.
11
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengakaji isi Novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika. Peneitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan
(library research). Penelitian kepustakaan (library research)
adalah penelitian yang memanfaatkan sumber kepustakaan
membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi
pesrpustakaan saja tanpa memerlukan penelitian lapangan. Dengan
demikian dalam proses penelitian ini menggunakan deskripsi
kualitatif yaitu data yang di peroleh dideskripsikan setelah melalui
proses analisis atau penafsiran secara mendalam dari novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika karya Hanum Salsabiela Rais dan
Rangga Almahendra.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dilakukan peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang
menggunakan penjabaran dari sebuah teks yang dianalisis
sebelumnya. Penelitian tergolong kedalam penelitian kepustakaan
library researh yang merupakan usaha dalam memperoleh data
dengan cara memgumpulkan, mencatat, dan menganalisa data
(informasi/keterangan)yang diperoleh dari data primer ataupun
sekunder. Dengan kata lain penelitian ini mendeskripsikan nilai-
12
nilai pendidikam Islam yang terdapat dalam Novel Bulan Terbelah
di LangitAmerika karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra denga cara menganalisa yang dilakukan secara
mendalam.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Jenis data penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif
adalah data yang tidak berbentuk bilangan. Data kualitatif
berbentuk pernyataan verbal, simbol atau gambar.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan
data sekunder.
1) Data Primer yaitu informasi atau data yang diperoleh secara
bersumber dari tangan pertama (first hand data) (Sudijono,
2004: 19).Dalam hal ini data primer diambil langsung dari
novel Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Hanum
Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.
2) Data Sekunder yaitu informasi atau data yang diperoleh dari
tangankedua(second hand data) (Kaelan, 2012: 163). Data
pendukung ini baik diperoleh dari buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian, melalui situs internet, dan literatur-literatur
lain yang dimanfaatkan dalam menganalisis novel yang terkait.
13
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian libreary research (kepustakaan) ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan membaca dan
mencatat informasi . Membaca pada prinsipnya memiliki tujuan utama
untuk mencari keterangan yang terkait dengan data penelitian (Ratna,
2004: 45)
Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah :
1. Membaca pada tingkat simbolik adalah hal ini merupakan tahap
pertama dalam membaca yang tidak perlu dilakukan secara menyeluruh
terlebih dahulu melainkan hanya menangkap dari isi buku.
2. Membaca tingkat semantik artinya peneliti mengumpulkan data dengan
membaca lebih terinci, terurai dengan menangkap esensi dari data
tersebut.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
Libreary Research yaitu dengan mendeskripsikan fakta-fakta kemudian
disusul dengan analisis yang berarti menguraikan (Ratna, 2004: 45).
Mengumpulkan data yang diteliti mulai dari yang mendasar,
sedang hingga mendalam. Membaca teks secara keselurahan dan
mendeskripsikan suatu teks (Ratna, 2004: 45).
Data-data yang telah terkumpul kemudian dianalisis yaitu suatu
interpretasi atau penafsiran secara mendalam, mendasar, dan
14
menyeluruhdari data berdasarkan rujukan atau teori lain yang menguatkan
penafsiran data tersebut. Sehingga makna nilai-nilai pendidikan Islam di
dalam novel Bulan Terbelah di Langit Amerika dapat tergambar dengan
jelas.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu terkait dengan tema
penelitian ini Pertama, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Sujud
Nisa di Kaki Tahajjud-Subuh Karya Kartini Naiggolan. Dalam penelitian
yang berupa skripsi ini, Mislina (2013:44) menjelaskan bahwa, nilai-nilai
pendidikan Islam yang terkandung dalam novel tersebut yaitu: (1) nilai
tauhid meliputi nilai keikhlasan dalam menjalani hidup. (2) nilai akhlaq
yang meliputi nilai kejujuran, nilai kesabaran, nilai kasih sayang, nilai
persaudaraan dan berbakti kepada kedua orangtua. (3) nilai ibadah yang
meliputi: nilai patuh terhadap Allah dan nilai bersyukur.
Perbedaan penelitian yang Mislina dengan penelitian yang
dilakukan peneliti terletak pada suatu aspek yang diangkat dalam
penelitian ini pada penelitian sebelumnya, yaitu lebih banyak menekankan
pada nilai pendidikan yang mengarah dengan pendidikan karakter. Serta
novel yang diangkat juga berbeda, sedangkan penelitian yang dilakukan
peneliti tidak hanya mengakaji nilai pendidikan Islam saja tapi juga
mengacu pada konsep implementasi nilai pendidikan dalam novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika dalam dunia pendidikan dalam arti sempit
yaitu di sekolah. Persamaan dalam penelitian yaitu ada beberapa aspek
nilai pendidikan yang sama yang diperoleh dari sebuah novel yang
16
berbeda yaitu diteliti seperti nilai berbakti kepada orangtua, nilai
bersyukur dan nilai sabar.
Selanjutnya penelitian yang Kedua, Nilai-Nilai Pendidikan Islam
dalam Novel Ranah 3 warna Karya Ahmad Fuadi. Dalam penelitian yang
berupa skripsi ini, Erio (2012:51) menjelaskan bahwa, nilai-nilai
pendidikan Islam yang terkandung dalam novel tersebut yaitu: (1)
pendidikan melalui proses mencari pengalaman dan perubahan yang
diinginkan tingkah laku.(2) nilaimotivasi kehidupan, serta pentingnya
akhlaq dalam hidup.
Perbedaan penelitian Erio dengan penelitian yang dilakukan
peneliti yaitu terdapat pada novel yang dikaji atau dianalisis merupakan
novel berbeda, menekan pada nilai akhlak serta motivasi dalam
kehidupan. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu untuk
mencari tiga aspek nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel yang
meliputi nilai aqidah, nilai ibadah, serta nilai akhlaq. Persamaan dalam
penelitian ini dengan penelitian Islam yang ada dalam suatu cerita untuk
melihat adanya manfaat atau hikmah dari proses membaca suatu cerita.
Ketiga,Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Dwilogi Ketika
Cinta Bertasbih Karya Habiburahman El-Shirazy. Dalam penelitian yang
berupa skripsi ini, Dodi (2012:43) menjelaskan bahwa nilai-nilai
pendidikan Islam yang tekandung dalam novel Ketika Cinta Bertasbih
Karya Habiburahman El-Shirazy secara garis besarnya adalah nilai-nilai
17
muamalah dan nilai pendidikan ibadah yang berfungsi sebagai media
pendidikan Islam yang memperkaya khazanah pendidikan Islam.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Dodi Irawan dengan
penelitian penulis terletak pada fungsi nilai pendidikan yang diangkat
dalam suatu cerita novel jika penelitian yang dilakukan oleh Dodi Irawan
sebelumnya yang memfungsikan nilai pendidikan Islam sebagai media
pendidikan Islam, berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Konsep penelitian yang dilakukan penulis tidak hanya memfungsikan nilai
pendidikan yang diperoleh dari novel untuk diterapkan dan dilaksanakan
dalam dunia pendidikan. Dapat disimpulkan dari penelitian yang terdahulu
bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis
lakukan terletak pada cerita atau novel yang diangkat.
Pendidikan Islam adalah suatu bahasan yang bila dibahas tidak
berkesudahan, hal tersebut tidak terlepas dari dua hal, Pertama banyaknya
jenis kegiatan yang disebut pendidikan meliputi : (1) kegiatan pendidikan
oleh diri sendiri, (2) kegiatan pendidikan oleh lingkungan, (3) kegiatan
pendidikan oleh orang lain terhadap orang-orang tertentu. Kedua,
banyaknya aspek yang dibina yaitu aspek jasmani, aspek akal, dan aspek
hati.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah usaha
yang dilakukan sesuai dengan tujuan atau sesuai dengan apa yang
diharapkan serta dicita-citakan dalam Islam. Pendidikan yang berdasarkan
nilai-nilai ajaran al-qur’an dan al-hadits, yaitu pendidikan yang
18
dipersiapkan agar manusia yang melalui proses pendidikan Islam memiliki
kepribadian Islam, menjadi manusia seutuhnya dalam segi jasmani
maupun rohani yang meliputi sikap sistematis dalam berfikir, kreatif,
toleransi, serta menciptakan akhlak yang baik, dan adanya keselarasan
antara dunia dan akhirat
B. Landasan Teori
1. Nilai Nilai Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu
dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan
kehidupan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses
pendidikan (Haidar, 2014: 13).
Menurut Abuddin Nata pendidikan Islam adalah ilmu yang
membahas berbagai aspek atau komponen Islam. Pendidikan Islam
yang dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam al-qur’an dan hadist.
Pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori
pendidikan yang dibangun dan dikembangkan dari sumber tersebut.
Yakni upaya mendidik agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya
agar menjadi way of life (pandangan hidup) seseorang. Menurut M.
Arifin pendidikan lslam adalah usaha orang dewasa muslim yang
bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan
perkembangan fitrah`(kemampuan dasar) anak didik melalui aturan
19
Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya,
sekaligus pembentukan kepribadian muslim (Muhaimin, 2006 : 4-5).
Maka dapat disimpulkan pendidikan Islam adalah proses
memperoleh pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan nilai-nilai
yang bersumber dari ajaran Islam yaitu al-qur’an dan hadits yang
menghasilkan perkembangan sikap kearah yang lebih baik dengan kata
lain pendidikan Islam adalah pendidikan yang tidak hanya berupaya
mengembangkan pengetahuan saja namun juga pendidikan yang
meliputi pendidikan jasmani dan rohani seseorang.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Istilah tujuan dinyatakan dengan “goal” atau “purpose”.
Istilah yang mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang
diarahkan kepada suatu tujuan, atau arah, maksud yang hendak
dicapai melalui upaya atau aktivitas (Ramayulis, 2015:178).
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu
usaha atau kegiatan tercapai. Tujuan pendidikan memuat gambaran
tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk
kehidupan karena tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu
memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan. Dan
merupakan suatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan
(Umar, 2010:148)
Beradasarkan firman Allah swt dalam surah Al-Qashas:77
20
ل تىس وصثل مه ج ر خ ار ا اىذه ا آتاك للاه م تغ ف ات
فساد ف غ اى ث ل ت ل ى إ ا أحسه للاه م أحسه م ا و اىذ
ه ذ س ف م حة اى ل رض إنه للاه ال
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S Al-
Isra‟77).
Athiyyah al-Albrasyi merumuskan tujuan pendidikan Islam
berdasarkan surat Al-Qashas ayat 77 bahwa tujuan pendidikan Islam
terbagi dua yaitu tujuan yang berorientasi Ukhrawi yaitu membentuk
seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah, dan tujuan
yang berorientasi dunia yaitu membentuk manusia yang mampu
menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan hidupnya agar
hidup lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain (Akhmad, 2014:43).
Dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan yaitu sasaran
yang ingin dituju atau apa yang menjadi cita-cita pada penghujung
proses pendidikan Islam, sehingga manusia diharapkan dapat memiliki
kepribadian yang baik, baik secara jasmani maupun rohani.
21
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Ruang lingkup pendidikan Islam sangat luas sebab meliputi
segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam
antara lain yaitu (Sarbini, 2011:30) :
a. Perbuatan mendidik
Perbuatan mendidik merupakan seluruh kegiatan, tindakan atau
sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau
mengasuh anak didik. Atau bisa juga diartikan sikap dengan
tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari
seorang pendidik kepada anak didik menuju pada tujuan
pendidikan islam. Perbuatan mendidik ini disebut dengan istilah
takzib.
b. Anak didik
Anak didik merupakan obyek terpenting dalam pendidikan, hal ini
disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu dilakukan
hanyalah untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan
islam yang dicita-citakan. Dalam pendidikan islam anak didik
disebut dengan istilah santri, muta‟alim, tolib, tilmidz, muhazab.
c. Dasar dan tujuan pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala
kegiatan pendidikan islam dilaksanakan. Pelaksanaan pendidikan
islam harus berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut.
Dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan islam yaitu araah
22
kemana anak didik ini akan dibawa, secara ringkas tujuan
pendidikan islam yaitu membentuk anak didik menjadi manusia
muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berkepribadian
baik.
d. Pendidik
Pendidik merupakan subyek yang melakasanakan pendidikan
islam. Pendidikan memiliki peran penting untuk berlangsungnya
pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar
terhadap pendidikan islam.
e. Materi pendidikan Islam
Yaitu bahan atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agam Islam
yang disusun sedemikian rupa dengan susunan yang lazim dan
logis untuk disampaikan kepada anak didik.
f. Metode pendidikan Islam
Metode pendidikan islam merupakan cara yang paling tepat
dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi
kepada anak didik. Metode disini mengemukakan bagaimana
mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan islam agar
materi pendidikan islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan
dimiliki oleh anak didik.
g. Evaluasi pendidikan Islam
Yaitu memuat cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian
terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidikan Islam
23
umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses
atau tahap tertentu. Apabilatujuan pada tahap atau fase ini telah
tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada
tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian
muslim.
h. Alat-alat pendidikan Islam
Alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan
Islam, agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
i. Lingkungan Sekitar
Keadaan-keadaan yang ikut serta berpengaruh dalam pelaksanaan
serta hasil pendidikan Islam.
Menurut Akmal Hawi dalam Achmadi tujuan pendidikan
Islam mencakup ruang lingkup yang luas yaitu :
a. Dimensi hakikat penciptaan manusia
Aktifitas diarahkan kepada upaya membimbing manusia agar
dapat menempatkan diri dan berperan sebagai individu yang taat
terhadap pengabdian kepada Allah.
b. Dimensi tauhid
Pendidikan Islam diarahkan kepada upaya pembentukan sikap
taqwa.
24
c. Dimensi moral
Dalam dimensi ini manusia dipandang sebagai sosok individu
yang memiliki potensi fitrah. Pelaksanaan ini ditujukan kepada
upaya pembentukan manusia sebagai pribadi yang bermoral.
d. Dimensi perbedaan individu
Mengembangkan pontensi individu secara optimal, perbedaan
individu harus diperhatikan.
e. Dimensi sosial
Pembentukan manusia yang memiliki kesadaran dan kewajiban,
hak dan tanggung jawab sosial serta sikap toleran agar hubungan
antara manusia berjalan dengan baik.
f. Dimensi professional
Manusia diharapkan dapat menguasai keterampilan profesional
sebagai sebuah keahlian yang dapat digunakan untuk mencari
nafkah.
g. Dimensi ruang dan waktu
Untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan serta
peahaman agama.
Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa yang dimaksud sebagai
ruang lingkup pendidikan Islam adalah seluruh aspek yang
mencakup kedalam pendidikan Islam, yang kesemuanya saling
mempengaruhi satu sama lain pendidikan Islam itu sendiri.
25
4. Sumber Nilai Pendidikan Islam
Sumber pendidikan Islam yang dimaksudkan adalah semua
acuan atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam
yang diyakini kebenaran kekuatannya. Sumber pendidikan Islam dapat
dikemukakan sebagai berikut (Zakiah, 2003:19):
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Secara
lughawi (bahasa) al-qur’an akar dari kata Qara‟a yang berarti
membaca, sesuatu yang dibaca. Membaca yang dimaksud adalah
membaca huruf-huruf dan kata-kata antara satu dengan yang lain
(Deden, 2009:71)
Al-qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada
Nabi terakhir-Nya Muhammad SWA, agar disampaikan dan
dikomunikasikan kepada seluruh umat manusia. Berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran, pendidikan dan pengajaran yang antara
ayat satu dan yang lainnya saling menjelaskan dan menafsirkan
dan merupakan rujukan utama dalam pendidikan Islam.
b. Al-Sunnah
Al-Sunnah adalah segala ucapan dan perbuatan nabi yang
mengandung dalil-dalil hukum (Ahmad, 2009:71). Sunnah menurut
para ahli hadist adalah sesuatu yang didapatkan dari nabi
26
Muhammad SAW yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan,
sifat fisik atau budi baik pada masa sebelum atau setelah kenabian
(Ahmad, 2009:36).
Kedudukan sunnah dalam Islam sebagai sumber hukum.
Bahwa hukum Islam adalah al-qur’an dan sunnah. Sunnah menjadi
dasar hukum Islam kedua setelah al-qur’an.
Pendidikan merupakan posisi terpenting dalam kehidupan
manusia, maka umat muslim meletakkan al-qur’an, hadits, dan akal
sebagai dasar bagi teori-teori pendidikan. Secara umum bahwa al-
qur’an dan hadits menyuruh kita menggunakan akal. Al-Qur’an dan
hadits menjadi dasar pendidikan karena kedua sumber tersebut
terjamin kebenarannya.
c. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata “Jahda” artinya sulit atau berat.
Kata “Jahda” yang seharusnya menjadi ijtihad, diartikan sebagai
pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
mengarahkan semua tenaga.
Pekerjaan yang dilakukan sangat berat dan sukar sehingga
membutuhkan kekuatan yang maksimal serta mengerahkan
kesungguhan untuk menemukan hukum syara (Mardani, 2013:35).
Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa yang dimaksud sumber di
sini adalah landasan atau dasar suatu pendidikan itu sendiri,
27
sumber pendidikan Islam sendiri berasal dari al-qur’an, as-sunnah
dan ijtihad.
5. Nilai-nilai Pendidikan Islam
a. Pengertian Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai adalah sifat
(hal) yang terpenting dan berguna bagi kemanusiaan. Nilai (value)
dapat dimaknai sebagai rujukan perbuatan atau tindakan seseorang
(Rohmat, 2016:17). Nilai sifatnya melekat pada perbuatan dan
tindakan yang sumbernya bermacam-macam. Ada nilau yang
bersumber dari budaya seperti etika sopan santun, berbicara dan
tata cara makan dan ada juga yang bersumber dari agama seperti
nilai keimanan, kejujuran, tanggung jawab, toleransi dan ketaatan.
Nilai adalah pola keyakinan suatu masyarakat tentang hal
baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari.
Dalam nilai-nilai ini terdapat poin yaitu hal baik dan hal buruk
serta pengaturan perilaku.
Nilai berkaitan dengan masalah baik dan buruk. Islam
memandang adanya nilai mutlak dan nilai intrinsik yang berfungsi
sebagai pusat nilai. Dalam menjabarkan konsep nilai dari
pengembangan kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
a. Nilai-nilai yang banyak disebutkan secara eksplisit dalam al-
qur’an dan hadits yang semuanya terangkum dalam ajaran
28
akhlak yang meliputi akhlak hubungan dengan Allah, dengan
alam dan makhluk lainnya.
b. Nilai-nilai universal yang diakui adanya sesuai dengan fitrah
manusia seperti cinta, damai, menghargai hak asasi manusia,
keadilan, demokrasi, kepedulian sosial dan kemanusiaan.
b. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Nilai-nilai pendidikan Islam adalah harapan tentang
sesuatu/sifat-sifat/ hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam
yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan
hidupnya yaitu mengabdi kepada Allah SWT supaya bahagia di
dunia dan akhirat (Achmadi, 2008:122).
Di dalam pendidikan Islam terkandung nilai-nilai di
dalamnya yaitu (Ramayulis, 44:2015) :
a. Nilai Aqidah (keyakinan) berhubungan secara vertikal dengan
Allah SWT (Hablun Min Allah).
b. Nilai Akhlaq (etika vertikal horizontal) yang merupakan
aplikasi dari aqidah dan muamalah.
c. Nilai Ibadah implementasi dari aqidah, hubungan horizontal
dengan manusia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan Islam
adalah nilai-nilai yang bersumberkan dari agama Islam. Nilai
yang melekat pada setiap individu yang telah melalui proses
29
pendidikan Islam, nilai yang bersumberkan al-qur’an dan as-
sunnah.
c. Karya Sastra
Karya Sastra adalah penciptaan disampaikan kepada
komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-
karya ini sering mengatakan, baik di pertama atau ketiga orang,
dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra
yang berhubungan dengan waktu mereka (Rafiek, 2000:3)
1. Bentuk Karya Sastra
Ada beberapa fungsi sastra, salah satunya disampaikan
oleh amriyan Sukandi adalah untuk mengkomunikasikan ide-
ide dan menyalurkan pikiran dan perasaan dari pembuat
estetika manusia. Gagasan itu disampaikan melalui tulisan
yang umumnya ada dalam literatur (Melani, 2002:5).
Selain ide, dalam literatur ada juga deskripsi peristiwa,
gambar psikologis, dan pemecahan masalah jangkauan
dinamis. Hal ini dapat menjadi sumber ide dan inspirasi bagi
pembaca. Konflik dan tragedi yang digambarkan dalam karya
sastra untuk memberikan kesadaran kepada pembaca bahwa ini
bisa terjadi dalam kehidupan nyata dan dialami langsung oleh
pembaca (Melani, 2002:7).
30
Kesadaran yang membentuk semacam kesiapan batin
untuk mengatasi kondisi sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Sastra juga berguna untuk pembaca sebagai media
hiburan.
2. Jenis Jenis Karya Sastra
Adapun jenis karya sastra adalah sebagai berikut (Rafiek,
2002:17) :
a. Puisi
Karya sastra yang terikat oleh bait dan array, kata singkat
tapi kaya akan makna, kata-kata tapi dibungkus dengan
rapi .
b. Pantun
Berasal dari Sumatera, Indonesia. Sajak terikat oleh garis
pada setiap baris, dengan rumus abab. Pada pertama dan
kedua baris adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan
keempat adalah isi.
c. Roman
Fiksi yang menceritakan kisah hidup seseorang pemuda
dari masa kanak-kanak sampai mati, atau dari bayi sampai
dewasa. Roman adalah karya sastra lama.
d.Cerpen
Seperti namanya, cerita pendek biasanya terdiri dari 2-5
lembar kertas folio atau ukuran F4. Cerita pendek hanya
31
menceritakan peristiwa yang paling berkesan yang
menimpa tokoh utama.
e.Dongeng
Cerita lama yang biasanya tidak diketahui anonim,
mengatakan hanya dari mulut ke mulut. Meskipun kini
telah dikumpulkan dalam bentuk tertulis. Di masa lalu
sudah menjadi kebiasaan ketika orang tua menceritakan
kisah membuai dia. Sekarang hampir tidak ada orang tua
mendongeng kepada anak-anak mereka.
f.Legenda
Sebenarnya hampir sama dengan dongeng, tidak diketahui
siapa penulisnya. Namun legenda mengatakan tempat asal
atau kisah kerajaan kuno. Misalnya “Sangkuriang”
menceritakan asal-usul Gunung Maras.
g.Naskah Drama
Cerita lengkap dengan adegan dan dialog dari karakter.
Dalam bermain aktor yang terorganisasi dengan baik cerita
tentang bagaimana berbicara, adegan, dan ekspresi di
wajahnya. Drama biasanya dimulai dengan prolog. Selain
dialog antara para pemain, ada juga monolog karakter.
Monolog adalah karakter berbicara dengan dirinya sendiri.
32
h.Novel
Bentuk sastra yang menceritakan kisah fiksi kehidupan
seseorang yang dianggap mengesankan. Misalnya, hanya
memberitahu remaja untuk orang dewasa. Semua karakter
dalam novel adalah fiktip belaka, tetapi disesuaikan dengan
waktu ketika cerita itu ditulis. Jadi terjadi seakan-akan itu
terjadi pada saat itu. Novel ini termasuk sastra modern.
3. Novel
a. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa italia “novella” yang berarti
barang baru yang kecil. Novel muncul di Inggris dan Amerika
kemudian berkembang dari bentuk-bentuk nafatif nonfiksi seperti
biografi dan sejarah (Darwin, 2012:17). Menurut teori Lukacs dan
Girard mendefinisikan novel merupakan suatu pencarian yang
terdegradasi akan nilai-nilai yang mengorganisasikan secara
keseluruhan meskipun hanya secara implisit (Faruk, 2010:91).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
novel adalah suatu cerita panjang yang melukiskan suatu peristiwa
tertentu yang berbentuk fiksi maupun nonfiksi yang terdapat beberapa
tokoh di dalamnya yang memainkan perannya dengan karakternya
masing-masing.
33
b. Macam-macam Novel
Dalam suatu cerita novel dapat dikategorikan menjadi beberapa
jenis novel antara lain (Henry, 2015:168) :
a. Novel Avontur
Novel yang dipusatkan pada tokoh utama, pada novel ini
mempunyai garis cerita yang kronologis, yaitu urutan waktu yang
teratur.
b. Novel Psikologis
Novel jenis ini yang diutamakan pemeriksaan seluruhnya dari
semua pikiran.
c. Novel Detektif
Novel jenis ini banyak tanda-tanda rahasia yang harus dibongkar
untuk mengungkap satu rahasia seperti untuk mengungkap suatu
pembunuhan, maka diperlukan bukti-bukti dalam novel ini.
d. Novel Sosial dan Novel Politik
Dalam novel sosial pelaku pria dan wanita tenggelam masyrakat
kelas atau golongannya. Dalam novel ini ditinjau melingkupi
persoalan golongan dalam masyarakat, reaksi setiap golongan
terhadap masalah-masalah yang timbul, dan pelaku-pelaku hanya
dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita.
34
e. Novel Kolektif
Novel ini mengutamakan pada cerita masyarakat sebagai suatu
totalitas dengan secara keseluruhan. Novel ini mencampurkan
antropologis dan sosiologis dalam mengarang novel.
c. Ciri-ciri Novel
Ciri-ciri novel adalah sebagai berikut (Henry, 2015:168) :
a. Jumlah minimal 35.000 kata .
b. Terdiri dari setidaknya 100 halaman.
c. Cerita lebih dari satu impresi, efek, dan emosi.
d. Alur cerita kompleks.
e. Seleksi cerita luas.
f. Cerita panjang.
g. Ditulis dengan narasi kemudian didukung dengan deskripsi untuk
menggambarkan suasana yang ada di dalamnya.
Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa dengan
adanya suatu ciri-ciri kita dapat mengetahui cerita yang kita analisis
atau cerita yang ingin kita ketahui masuk dalam nilai-nilai pendidikan
Islam, dan termasuk dalam kategori yang dinamakan novel ataukah
bukan.
35
BAB III
BIOGRAFI
A. Biografi Pengarang
1. Hanum Salsabila Rais
Hanum Salsabila Rais adalah putri kedua Amin Rais, lahir dan
menempuh pendidikan di Yogyakarta hingga mendapat gelar dokter
gigi dari Universitas Gadjah Mada, namun justru mengawali karirnya
sebagai jurnalis dan reporter dan presenter di Trans TV (Hanum,
2015:339). Hanum bersama sang suami sempat tinggal selama 3,5
tahun di Austria. Selama di Austria, ia mengenyam sebagai seorang
jurnalis dan video podcast film maker di Executive Academy Vienna,
dan menjadi koresponden untuk detik.com selam 3 tahun.
Pada tahun 2013, Hanum terpilih menjadi duta perempuan
mewakili Indonesia untuk Youth Global Forum di Suzuka Jepang
yang dilaksanakan oleh Honda Foundation. Salah satu karya tulisnya,
yaitu buku Berjalan di Atas Cahaya mendapat apresiasi buku dan
Penulis Nonfiksia terfavorit 2013 oleh Goodreads Indonesia. Novel
karyanya yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa dijadikan film
dengan judul yang sama dalam dua chapter,skenario filmnya tersebut
ditulis olehnya dan suaminya. Film tersebut mendapat apresiasi dari
1,8 juta penonton versi filmindonesia.id, film ini diputar di ajang
Cannes, Bethesda Washington DC dan Melbourne Film Festival. Kini,
36
pekerjaan sehari-hari Hanum yaitu menjabat sebagai direktu PT. Arah
Dunia Televisi (AdiTV), TV Islami modern diYogyakarta.
2. Rangga Almahendra
Rangga Almahendra adalah suami Hanum Salsabiela Rais
teman perjalanan sekaligus penulis kedua buku ini. Menamatkan
pendidikan dasar hingga menengah di Yogyakarta kemudian berkuliah
di Institut Teknologi Bandung dan S-2 di Universitas Gadjah Mada,
keduanya lulus dengan predikat Cumlaude (Hanum, 2015:330).
Rangga mendapatkan beasiswa S-3 di Washington DC dan
Roma. Pada tahun 2010, Rangga berhasil menyelesaikan studinya
dengan meraih gelar doktor dalam bidang Internasional Bussiness dan
Management. Rangga tercatat sebagai salah satu dosen di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan
Johannes Kepler University. Saat ini bekerja sebagai Direktur utama
AdiTv, ikatan alumni mahasiswa Instiut Teknologi Bandung (IA-ITB)
yang berasal dari Yogyakarta, serta menjadi Manager of Office
Internasional Affairs FEB-UGM.
B. Karya-karya Hanum Salsabiela Rais
Meskipun Hanum masih tergolong orang yang baru dalam menulis
novel, akan tetapi sebagian besar novel karya Hanum mencapai Best
Seller dan ada beberapa novel yang diadopsi dengan judul yang sama
dibuat sebuah film.
37
Adapun karya-karya Hanum Salsabiela Rais yang diterbitkan
antara lain adalah:
1. Menapak Jejak Amin Rais : Persembahan Seorang Putri Untuk
Ayah Tercinta (2010).
Buku ini ditulis Hanum ditujukan untuk Ayah tercinta yakni Amien
Rais.
2. 99 cahaya di Langit Eropa (2011).
Cerita novel ini kemudian dijadikan sebuah film dengan judul yang
sama.
3. Berjalan di Atas Cahaya (2013).
Novel yang mulai mencuat namanya menjadi penulis yang dikenal
dengan begitu baiknya sehingga mendapat penghargaan.
4. Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014).
Cerita novel ini juga dijadikan sebuah film dengan judul yang sama
pada tahun 2016.
C. Sinopsis novel Bulan Terbelah di Langit Amerika
Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah novel yang
menceritakan perjalanan Hanum dan Rangga sepasang suami istri yang
sebelumnya tinggal di Wina, Hanum ikut menemani suaminya
menyelesaikan pendidikan S3 di Wina. Hanum merupakan seorang
jurnalis yang bekerja di kantor Hauteist Wunderbart pada suatu hari
Hanum ditugaskan untuk membuat artikel yang berjudu Would the world
be better without Islam? (akankah dunia lebih baik tanpa Islam) dengan
38
mewawancari narasumber yang keluarganya menjadi korban tragedi
World Trade Center 11 september 2001 dan bagaimana masyarakat barat
memandang keterkaitan Islam dalam tragedi di Amerika Serikat.
Pada awalnya Hanum menolak tawaran dari Gartrud Robinson
karena Hanum menganggap artikel tersebut akan menyudutkan Islam
namun Gartrud berusaha meyakinkan Hanum bahwa akan lebih
berbahaya jika artikel tersebut dibuat oleh rekan kerjanya Jacob yang
berasal dari golongan nonmuslim akhirnya Hanum menerima tugas untuk
membuat artikel tersebut (Hanum, 2015: 22).
Sementara di sisi lain Rangga masih memikirkan materi untuk
paper selanjutnya ia melihat berita tentang Philipus Brown ia mendapat
ide tentang paper keduanya tentang Philipus Brown yaitu paper yang
berjudul “The Power Of Giving In Business” dan setelah Rangga
menyampaikan ide penelitiannya tersebut kepada professor Markus
Reinhard, Rangga diperintahkan untuk berangkat ke Washington DC
selama 6 hari serta ditugaskan untuk membujuk Brown agar bersedia
mengisi kelas etika bisnis di kampusnya. Keberangkatan Rangga
bertepatan dengan ditugaskannya Hanum memuat artikel. Pada saat ingin
berangkat ke New York Rangga dan Hanum sepakat membagi waktu 6
hari tersebut. Rangga meminta Hanum harus bisa menyelesaikan
tugasnya dalam waktu 3 hari di New York dan melanjutkan 3 hari
selanjutnya pergi ke Washington DC. Pada saat berada di New York
Hanum sudah diberi daftar nama narasumber yang akan diwawancara di
39
New York namun Hanum tidak yakin dengan melihat profil narasumber
tersebut dan memilih untuk mencari narasumbernya sendiri dan berharap
mendapat hasil yang sempruna nantinya (Hanum, 2015: 29).
Tepat pada tanggal 9 Sepember 2009 Hanum dan Rangga sampai
di New York. Namun, pada saat berada di New York Hanum dan Rangga
sama-sama mengalami tekanan terhadap tugas mereka masing-masing.
Hanum kekeh tidak ingin menggunakan riset Gerturd untuk dijadikam
sebagai narasumber karena Hanum berperasangka bahwa Gertrud
bukanlah muslim dan cenderung mencari narasumber yang tidak tepat
sasaran. Hanum hanya mengontak satu narasumber dan itupun tidak
diberi balasan. Kemudian Rangga mempunyai ide agar mencari
narasumber ke Harlem tempat pusat komunitas muslim di New York.
Pada tanggal 10 September mereka menuju Herlem. Harlem
merupakan kawasan pertama yang Hanum dan Rangga kunjungi untuk
mencari narasumber, Hanum melihat informasi dari internet bahwa
Herlem terdapat masjid yang bernama Aqsa. Hanum berfikir bahwa
masjid dengan mengetuk pintu yang tertutup rapat namun ternyata masjid
tersebut sudah disegel karena tidak sanggu membayar kenaikan tarif.
Hanum dan Rangga tidak berputus asa mencari narasumber dan pria
Afrik pun menghampiri Hanum dan Rangga, Hanum bertanya kepada
pria tersebut namun pria itu enggan untuk angkat bicara mengenai tragedi
11 September 2001 dan menyarankan Hanum dan Rangga agar pergi ke
peringatana Ground Zero yang mungkin bisa mempertemukan mereka
40
dengan narasumber. Hanumpun sempat merasa sedih dan emosi serta
menyalahkan Rangga karena tidak bersungguh-sungguh membantunya
padahal waktu hanya tinggal satu hari lagi sebelum mereka berangkat ke
Washington DC sedangkan disisilain Hanum belum menemukan
narasumber (Hanum, 2015: 39).
Pada tanggal 11 September 2009 berali dari masjid Aqsa Hanum
berfikir akan pergi ke masjid yang berada di kawasan Ground Zero.
Dalam perjalanan mencari narasumber, Hanum dan Rangga singgah ke
museum memorial 11 September New York. Di museum tersebut Hanum
dan Rangga bertanya dengan perempuan penjaga museum dan
mendapatkan informasi keberadaan mengenai masjid, masjid Manhattan
dan masjid Ground Zero yang saaat itu tengah diprotes dan terjadi
demonstrasi penolakan pendirian masjid. Hanum memutuskan untuk
mencari narasumber sendirian di area Ground Zero dan meminta Rangga
untuk menunggu di bangku panjang sekitar Ground memorial, Rangga
pun meminta Hanum untuk kembali pada pukul 15:00 karena mereka
harus melanjutkan perjalanan ke Washington DC (Hanum, 2015: 45).
Pada saat mencari narasumber Hanum sempat kebingungan
menyusuri jalan yang terdapat di Ground memorial. Ketika berada di
Areal Ground Zero di tempat terjadi demonstrasi Hanum menemui
pemimpin yang protes dengan adanya pembangunan masjid Ground Zero
yaitu Michael Jhones di tempat kejadian tersebut. Pada awalnya Jhones
tidak memperdulikan Hanum ketika bertanya kepadanya “akankah dunia
41
lebih baik tanpa Islam?”, mendengar pertanyaan tersebut akhirnya Jhones
tertarik dan menjawab pertanyaan Hanum (Hanum, 2015: 54).
Dalam pembicaraan tersebut Jhones bercerita mengenai istrinya,
baginya usahanya dalam memimpin aksi protes tersebut adalah wujud
cintanya terhadap istrinya. Ia bercerita sambil memegang foto istrinya
Joanna, Hanum sempat memfoto Jhones bersama foto istrinya. Jhones
pun bertanya kembali kepada Hanum apakah Hanum benar-benar ingin
mendengarkan jawaban dari Jhones karena menurut Hanum ia sudah tahu
jawaban yang akan di berikan Jhones. Ketika Hanum masih mendengar
jawaban dari Jhones ada seorang pendemo yang mabuk memegang poster
memicu kericuhan dan Jhones pun harus kembali demonstras, Jhones
hanya memberikan kartu namanya kepada Hanum dan begitu sebaliknya
yang dilakukan Hanum kepada Jhones agar bisa bertemu kembali untuk
dijadikan sebagai narasumbernya (Hanum, 2015: 57).
Hanum terjebak pada saat aksi demonstrasi yang berujung ricuh.
Hanum pun bergegas karena tinggal satu jam lagi menuju penn station
untuk menemui Rangga dan berangkat ke Washington DC namun
keadaan Hanum semakin tak terkondisi karena begitu banyak kericuhan
disinilah ujian bagi Hanum yang tersesat dan terjebak pada aksi demo
yang ricuh serta terpisah dari Rangga. Hanum berusaha menelfon Rangga
namun tidak tersambung, Hanum merasa ketakutan karena segerombolan
peserta demo berlari kearahnya. Hanum pun ikut berlari dan terjatuh dan
menyebabkan lututnya terluka, handphone hanum terjatuh dan terlempar.
42
Dengan bada yang lemah Hanum berfikir harus menepati janjinya untuk
menyusul Rangga ke penn station pukul 15:00 (Hanum, 2015: 60).
Hanum naik bus M 16 menuju penn station Medison Square
Garden dan meminjam telepon genggam seseorang yang berada satu bus
dengannya untuk menghubung Rangga, dan meminta Rangga untuk
berangkat duluan ke Washington DC dan Hanum akan menyusul
(Hanum, 2015:90-111). Karena Hanum tak terlalu paham rute
transportasi di New York menyebabkan Hanum salah menaiki bus
sehingga menyebabkan Hanum tak bisa menyusul Rangga ke pen station.
Hanum memutuskan untuk kembali ke Vesey Street dekat pusat
Ground Zero, dengan perasaan yang menyesal karena tak mendengarkan
Rangga. Hanum berjalan dengan badan yang terluka, handphone sudah
tidak berfungsi lagi dan camera digital yang lecet serta alat perekam yang
tak berfungsi karena kecelakaan pada saat demonstrasi serta tidak tahu
arah yang harus ia tuju. Ketika itu Hanum yakin bahwa Allah selalu
memberi pertolongan terhadap hambanya yang membutuhkan
pertolongan. Hanum melihat denah masjid yang ditulis oleh perempuan
penjaga museum, Hanum bergegas pergi ke masjid Manhattan New York
dan Hanum tanpa sadar tertidur di masjid itu dan beberapa saat ada 2
wanita yang membangunkan Hanum dan tidak membolehkan Hanum
untuk tidur di sana karena masjid tersebut akan ditutup (Hanum,
2015:118).
43
Tidak lama kemudian teman dari kedua orang wanita tersebut
datang membawakan perban dan obat-obatan, wanita itu bernama Julia
Coliins. Hanum terkaget karena wanita tersebutlah yang di temuinya di
museum (sebagai penjaga museum). Julia Coliins (Azima Husein)
perantara dari Allah sebagai penolong Hanum, Hanum meminta agar
diizinkan untuk tidur di masjid namun Julia tidak mengizinkan dan
mengajak Hanum untuk menginap di rumahnya. Namun sebelum itu ia
harus menjemput anaknya terlebih dahulu (Hanum, 2015: 113).
Di dalam bus Hanum menceritakan kepada Julia Collins (Azima
Husein) bahwa ia seorang wartawan yang lagi mencari narasumber dari
pihak mslim dan nonmuslim keduanya harus dari kelas yang sama atau
seimbang. Azima pun memberi tahu Hanum bahwa dia seorang mualaf
dan suaminya meninggal dalam tragedi tersebut. Hanum kaget dan
berfikir untuk menjadikan Julia sebagai narasumbernya namun
penyampaian niat Hanum tersebut tertunda karena terdapat tiga preman
yang mengganggu penumpang sambil mabuk, sampai akhirnya ada
seorang nenek yang pemberani mengusir mereka dari bus. Keadaan
mulai membaik dan Hanum bisa menikmati perjalanan dan melihat
gedung-gedung, monumen dan kantor saluran berita CNN TV dan Time
Warner yang mereka lewati (Hanum, 2015: 121).
Ketika mereka berjalan menuju tempat Azima menjemput Sarah,
Hanum memandangi patung yang paling mencolok menurutnya. Ketika
melewati bundaran Colombus patung tersebut bernama Christopus
44
Colombus, Julia pun menjelaskan bahwa Christopus Colombys bukanlah
penemu pertama benua Amerika, bahwa penemu benua Amerika adalah
musafir-musafir muslim dari tanah China, Eropa, dan Afrika tiga ratus
tahun sebelum Colombus (Hanum, 2015:122). Colombus menemukan
benua ini berkat bantuan kaum Morisco, Julia mengetahui sejarah
Amerika karena ia merupakan seorang kurator muslim yang berkeliling
dari museum ke museum lainnya.
Sampai ke Central Park dan bejumpa Sarah, dan Sarah meuju
keluar. Setelah beberapa lama menunggu di Central Park akhirnya
mereka menuju Stasiun Metro. Hanum langsung menyampaikan
keinginannya untuk menjadikan Julia (Azima) sebagai narasumber. Pada
awalnya Julia menolakia berfikir bahwa ia tidak layak. Setelah beberapa
kali Hanum meyakinkan Julia hingga akhirnya Julia bersedia. Anehnya
Hanum diminta untuk menuliskan nama aslinya yaitu Azima Husein,
Hanum terkaget bahwa nama itu sudah ada dalam hasil riset narasumber
milik Gertrud sejak awal (Hanum, 2015: 126).
Hanum dan Azima berada di daerah Brooklyn menuju apartemen,
sebelum masuk apartemen Azima ingin bercerita kepada Hanum. Azima
menceritakan bahwa ia kehilangan kepercayaan dirinya terhadap Islam
setelah tragedi yang merenggut nyawa suaminya karena banyak orang
yang menyudutkannya serta melihat ibunya yang sakit-sakitan dan tak
lama dari itu Julia menutup hijabnya dengan rambut palsu, dan selalu
berpakaian serba panjang sampai menutup leher. Di balik rambut palsu
45
Azima tersebut ia memakai hijab, Azima juga menjelaskan tentang
ibunya yang membenci Islam dan tidak lama dari itu Julia menutup
hijabnya dengan rambut palsu dan selalu berpakaian serba panjang dan
menutupnya dengan rambut palsu. Azima juga menjelaskan tentang
ibunya yang tidak suka ia menika dengan Abe dan menjadi mualaf, ibu
Azima mengidap penyakit alzheimer yaitu suatu penyakit yang
menyebabkan kehilangan ingatan dalam waktu jangka pendek. Azima
mengalami kesulitan menyembunyikan identitas kemuslimahannya demi
ibu tercinta yang sudah sakit-sakitan, itulah alasan Azima
menyembunyikan hijabnya dibalik rambut palsunya. Hanum bertanya
mengenai pekerjaan Azima, kenapa ia berpindah tempat dari tempat
kerjanya. Dan alasannya adalah ia berpindah di museum 9/11 berharap
agar bisa mengungkap misteri kematian Abe, karena sebelum kejadian
Abe menelfon dan berpesan sesuatu terhadap Azima (Hanum, 2015:128).
Sesampainya di apartemen Azima memperkenalkan Hanum kepada
ibunya yaitu nyonya Collins, nyonya Collins menyambut Hanum dengan
hangat. Di apartemen Azima dan Hanum tidur di kamar Sarah. Hanum
bergetar hatinya ketika melihat Al-Qur’an di atas meja dan bergandengan
Al-Kitab. Hanum bertanya kepada Sarah “Apakah kau mempelajari
keduanya?” Sarah menjawab “nenek meminta untuk mendengarkan ia
membaca Al-Kitab dan ibuku mengajarkanku Al-Qur’an sebelum
nenekku bangun dan sebelum berangkat sekolah”. Namun Sarah
memahami arti keduanya, Azima mengajarkan toleransi kepada Sarah
46
jika neneknya meminta ia mendengarkan bacaan Al-Kitab itu tidak apa-
apa asalkan ia tidak ikut-ikutan (Hanum, 2015:162).
Di ruang tamu apartemen Azima Husein melihat banyak kliping
yang berisi catatan yang berisi keanehan dan kejanggalan yang
menyelimuti tragedo 9/11. Hanum teringat mengenai Rangga yang
pastinya mengkhawatirkan Hanum hingga saat ini, Hanum meminjam
ponsel Azima dengan memakai kartu di ponsel Hanum. Ketika membuat
tugas tambahan dari Gertruf untuk meulis tentang sejarah Amerika dan
dikaitkan dengan perkembangan Islam di sana dan Hanum juga
mendapatkan sms dari Jhones yang meminta agar dapat bertemu lagi
dengan Hanum karena Hanum membawa foto Anna (Hanum, 2015:174).
Di sisi lain Rangga baru memasuki Washington DC namun belum
mencapai hotel Arlington, bus pun mogok dan petugas bus
memberitahukan bahwa hari akan hujan. Dan mengharukan Rangga
bergegas turun dari bus, Washington DC 12 September 2009. Setelah
sampai di Washington DC Rangga langsung menuju hotel Arlington
untuk registrasi peserta konferensi. Tanpa sengaja di restoran bertemeu
dengan Philippus Brown langsung menceritakan kekagumannya akan
kekayaan alam Indonesia mengenai hewan yang terdapat di Indonesia,
Rangga dan Brown pun seperti kawan lama sesaat karena membahas
Indonesia (Hanum, 2015: 200).
Rangga memberitahukan bahwa ia akan datang ke konferensi dan
menyampaikan keinginan Prof Reinhard untuk mengundang Philippus
47
Brown ke Wirtschaft Campus Uni dan mendengarkan alasan mengapa
Brown menjadi filantropi, namun tidak ada tanggapan dari Phillippus
Brown ketika Rangga mengutarakan maksudnya. Rangga memberanikan
diri dan langsung bertanya “Apakah kau menjadi filantropi karena
percaya pada the power of giving? Hal ini sama dengan konsep sedekah
yang terdapat pada Al-Qur’an namun Rangga tidak bermaksud
mengaitkan hal itu (Hanum, 2015:219).
Philippus Brown hanya menjawab bahwa semua orang mempunyai
alasan yang berbeda, ia bercerita tentang beberapa ketimpangan yang
terjadi di dunia bagaimana di sisi belahan dunia ada yang sangat
kekurangan makanan dan air, di sisi lain banyak orang yang
menghamburkan uang. Philippus Brown punya alasan di balik semua itu
ada seseorang yang menyelamatkan nyawanya dan mengajari ia bersikap
ikhlas tanpa pamrih, setelah itu Philippus Brown pergi dan mereka
bertukar kartu nama dan Rangga berharap akan bertemu kembali dengan
Philippus Brown. Saat berada di ruangan konferensi yang sebentar lagi di
mulai, Rangga mendapat sms dari Hanum yang memberi kabar bahwa
dia baik-baik saja dan bertemu dengan Azima narasumbernya serta
memberitahukan tugas tambahan dari Gertrud. Sementara Hanum masih
di New York, Hanum menyelesaikan laporan khusus dari Gertrud
dibantu oleh Azima dengan membaca manuskrip museum milik Azima
(Hanum, 2015: 220).
48
Setelah Hanum menemui Michael Jhones untuk melakukan
wawancara, masih sama dengan perasaan sebelumnya saat diwawancari
Hanum, Jhones masih diselimuti perasaan marah dan kecewa atas
ketidakberdayaannya yang hanya bisa melihat dari layar TV bagaimana
pesawat yang secara langsung menabrak gedung World Trade Center dan
menewaskan istrinya. Jhones pernah berfikir untuk bunuh diri namun ia
berubah fikiran karena penyakit yang dideritanya, biarlah Tuhan segera
mengambil nyawanya. Hanum melontarkan beberapa pertanyaan dan
yang terakhir Hanum bertanya tentang “apakah dunia lebih baik tanpa
Islam?” Jhones menjawab dengan keraguan karena suatu ketidak
tegaannya ketika melihat ada muslim yang bersikap baik. Berali dari
wawancara Hanum, Azima sudah menunggu untuk berangkat ke
Washington DC pada saat itu Azima dan Jhones dipertemukan dua
narasumber Hanum dari sisi yang berbeda (Hanum, 2015:225).
Disisi lain Rangga sudah berhasil merekam semua pidato dari
Philippus Brown dalam pembukaan konferensi mengenai filosofi harta
baginya dan bebereapa ceritanya yang tidak lengkap. Beberapa orang
yang menjadi inspirasinya dalam menjadi filantropi, dan dalam pidato
Brown juga membenci teroris (Hanum, 2015:234).
“ Brown semua orang adalah teroris di muka bumi jika tangan
mereka menggenggam kekayaan tanpa menyedekahkannya untuk umat
yang terseok-seok kehidupannya”(Hanum, 2015:240).
49
Rangga selesai melakukan seminar dengan mempresentasikan
makalahnya. Rangga masih mempunyai satu tugas lagi untuk menemui
Philippus Brown agar bersedia menjadi dosen kunjungan di kampusnya,
Rangga kebingungan karena berkali-kali ia mengirim email namun tidak
ada respon dari Philippus Brown. Disisi lain Hanum sudah mencapai
Washington DC mereka menemani nyonya Collins berziarah terlebih
dahulu sebelum menemui Rangga. Hanum menemui Rangga ketika ia
berada di area Abraham Lincoln Memorial yang berada di timur
memorial. Rangga pun mengucap syukur kepada Allah SWT karena
dipertemukan kembali kepada Hanum. Setelah mengantar Hanum, Azima
pamit untuk pulang dan berpisah dengan mereka namun karena
keakaraban Rangga dan nyonya Collins yang baru bertemu nyonya
Collins mengundang mereka untuk makan malam. Hanum sangat senang
karena perakara itu mereka dapat bertemu lagi (Hanum, 2015: 255).
Setelah bertemu dengan Rangga, Hanum menceritakan semua
kisah tentang narasumbernya. Ketika Rangga membantu Hanum
menyelesaikan unggah foto narasumber ke email Gertrud, Rangga
melihat dengan cermat nama-nama orang meninggal tragedi september
2001. Saat membantu Hanum, Rangga teringat tugasnya untuk bertemu
kembali dengan Philippus Brown, kemudian Rangga memutar ulang
video pidato Philipus Brown seketika itu Rangga sadar ketika ada
kejanggalan dalam videonya (Hanum, 2015:259).
50
Rangga mempunyai ide untuk bertemu Philippus Brown kembali
karena narasumber Hanum merupakan keluarga orang-orang yang
disebut Brown mengajarkan keihklasan dan menginspirasi Brown
menjadi filantropi. Dan ide Rangga tersebut berhasil, email yang dikirim
Rangga dibalas oleh Brown. Dan seketika itu Rangga dan Hanum beserta
keluarga Azima langsung diundang untuk menonton CNN TV secara
langsung serta Brown bersedia menerima wawancara eksklusif untuk
paper kedua Rangga, dan ajakan Reinhard diterima oleh Brown
(Hanum,2015:300).
Setelah Rangga dan Hanum bertemu kembali dengan bantuan Julia
Collins (Azima Husein), Rangga dan Hanum beserta keluarga Azima
Husein melihat acara live CNN TV secara langsung dan menjadi tamu
kehormatan. Ternyata tuduhan Michael Jhones terhadap Islam yang
bersalah atas semuanya tidak benar hal ini dijelaskan oleh Philippus
Brown bahwa Joanna istri Michael Jhones meninggal karena
keinginannya sendiri yang menjatuhkan diri dari gedung World Trade
Canter karena tidak kuat menghirup gumpalan-gumpalan asap yang
menggebuh karena Joanna mengidap penyakit asma (Hanum, 2015: 302).
Dan mengenai Ibrahim Hussein (Abe), Brown juga menjelaskan
bahwa Ibrahim Hussein tidak bersalah dalam tragedi tersebut. Ibrahim
lah yang menjadi pahlawan bagi Brown, penyelamat Brown pada saat
kejadian dan menyadarkan Brown akan sikap buruk yang dia lakukan
51
yang terjadi di masa lalu dan Ibrahimlah yang menginspirasi Philippus
Brown untuk menjadi filantropi (Hanum,2015:312).
Pada akhir cerita bahwa Jhones menyadari bahwa buka muslim
penyebab kematian istrinya karena seorang muslimlah yaitu Abe yang
memperjuangkan kehidupan istrinya hingga titik akhir dan nyonya
Collins pada akhirnya merelakan anaknya memilih jalan yang berbeda
yaitu menjadi muslim yang kaffah, meskipun mereka berbeda bukan
berarti mereka tidak bertemu lagi, mereka tetap keluarga yang mengasihi
dan menyayangi (Hanum, 2015:314).
D. Karakteristik dan Pesan Moral Novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika
1. Karakteristik Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika
Karakteristik adalah sifat khas dalam perwatakan tertentu yang
ada dalam novel yang membedakan novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika dengan novel lainnya. Karakteristik inilah yang
menggambarkan novel Bulan Terbelah di Langit Amerika agar dapat
difahami lebih detail.
Adapun karakteristik novel Bulan Terbelah di Langit Amerika
adalah sebagai berikut:
52
a. Judul
Cerita ini berbentuk novel, dengan judul “Bulan Terbelah di
Langit Amerika”
b. Pengarang
Novel ini merupakan cerita yang menggabungkan antara kejadian
yang benar-benar terjadi (fakta) serta menggabungkan unsur fiksi.
Novel ini merupakan karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra.
c. Kota Penerbit
Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama (Anggota
IKAPI) Jakarta.
d. Cetakan
Novel ini dicetak pertama kali tahun 2015
Cetakan Pertama : 2014
Cetakan Kedua : 2016
e. Jumlah Halaman
Novel “Bulan Terbelah di Langit Amerika” terdiridari 344
halaman.
2. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud dalam
53
novel adalah peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut
pandang, bahasa dan lain-lain (Nurgiyanto, 2013:30).
1. Tema : Dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa kedamaian.
2. Alur : Dalam novel ini, berceritakan alur campuran. Diawali
pada masa lalu, yaitu kronologi penabrakan dua pesawat Amerika
kegedung World Trade Center ( menceritakan alur mundur).
Kemudian berlanjut ke perjalanan Hanum dan Rangga di Wina,
Austria hingga ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat
(alur maju).
3. Latar :
a. Tempat : Latar tempat dimulai dari Winna, Austria kemudian
berlanjut ke Ameika Serikat antara lain Time Squere, Halte Bus,
Harlem, Vesey Street, Sungai Hudson, Museum di Ground Zero,
Memorial Park, Masjid Peringatan, Stasiun Bus di Pen Station,
Central Park, New York kemudian berlanjut ke Arlingston,
Washington DC.
b. Suasana : Suasana pada novel ini dimulai dari suasana bahagia
akan kesamaan penempatan tugas baru Hanum dan Rangga
yaitu Amerika Serikat. Suasana menjadi menegangkan di saat
pesawat yang mereka tumpangi mengalami Turbulensi. Ketika
sampai di Amerika suasana riuh dan bersitegang karena tugas
Hanum di New York belum mendapat jawaban. Suasana
berlanjut kembali menegangkan dan penuh keprihatinan ketika
54
Hanum dan Rangga terpisah di Monumen Peringatan akibat para
demonstran yang anarkis sehingga menyebabkan pasangan
suami istri ini terpisah. Suasana kembali bahagia ketika Hanum
dan Rangga bertemu kembali di Washington DC setelah terpisah
selama satu hari. Pada akhirnya, suasana haru dan bangga
tercipta dari Rangga karena kejutannya untuk Hanum yang
sudah menyelesaikan tugasnya.
4. Penokohan :
a. Hanum Salsabiela Rais
Hanum Salsabiela Rais memiliki sifat yang gigih dalam
berjuang, tidak putus asa dan optimis, hal ini dibuktikan ketika
Hanum diharuskan membuat artikel yang menyangkut Islam
untuk mencari narasumber yang bagus untuk artikel yang akan
dibuatnya. Mempertahankan Islam adalah misinya serta
mempertahankan Islam lewat tulisan artikelnya agar dapat
menjawab sikap orang-orang Amerika yang selalu menyudutkan
Islam terkait tragedi 11 September 2001.
b. Rangga Almahendra
Rangga Almahendra suami dari Hanum Salsabiela Rais,
Rangga mempunyai karakter yang tenang dan menyenangkan
mudah bergaul. Hal ini terbukti ketika pertama kali bertemu
dengan Philippus Brown mereka terlihat seperti tema lama,
Rangga juga merupakan sosok suami yang penyayang.
55
c. Azima Hussein
Azima merupakan sosok wanita yang pandai hal ini dapat
dilihat dari Azima mengetahui sejarah Amerika karena Azima
sendiri berprofesi sebagai penjaga museum. Azima juga
merupakan sosok wanita cerdas dilihat dari pengetahuan dan
merupakan sosok yang suka menolong, hal ini dapat dilihat dari
Azima mengobati kaki Hanum dan mengajak Hanum untuk
menginap kerumhnya ketika Hanum tidak mempunyai tempat
tujuan saat terpisah dengan Rangga.
d. Ibrahim Hussein
Ibrahim Husein merupakan suami dari Azima Husein yang
meninggal pada saat peristiwa pembajakan kapal terbang yang
menabrak gedung World Trade Center pada tanggal 11
September 2001. Ibrahim Husein merupakan sosok yang
pemberani, penolong,serta sosok teladan seorang muslim, hal ini
dapat dilihat ketika tragedi tersebut terjadi.
e. Philippus Brown
Philippus Brown mempunyai sifat empati yang tinggi dan
dermawan, meskipun Philippus Brown bukan berasal dari
golongan muslim namun beliau memiliki sifa sosial yang tinggi
terhadap masyarakat yang kurang mampu bahkan terhadap
anak-anak yang membutuhkan bantuan. Hal ini dapat dilihat dari
Philippus Brown mengadopsi Layla seorang anak yatim dari
56
Afganistan yang menjadi korban peperangan yang ditinggalkan
oleh kedua orangtuanya meninggal.
f. Gertrud Robinso
Gertrud Robinson adalah atasan tempat dimana Hanum
bekerja yaitu di Heute Ist Wunderbar. Gertrud sendiri bersifat
pekerja keras penyayang terhadap ibunya namun ia tidak
termasuk orang yang religius dalam agamanya hal itu dibuktikan
pemikiran aspek ergonomisnya meskipun dalam aspek
beribadah. Hal ini terlihat ketika Gertrud bertanya kepada
Hanum mengenai kedamaian yang diinginkan oleh ibu Gertrud.
g. Michael Jhones
Michael Jhones adalah seseorang yang berasal dari
nonmuslim. Jhones memiliki sifat penyayang terhadap istrinya,
karena rasa sayang Jhones terhadap istrinya lah dia meluapkan
kekecewaan kepada orang-orang Islam atas tragedi 11
September 2001 dengan cara yang salah. Michael Jhones
menentang pembangunan masjid di Ground Zero karena
menurutnya itulah wujud rasa sayangnya terhadap istrinya.
h. Amala Husein (Sarah)
Amala Husein atau Sarah merupakan putri dari Azima
Husein dan Ibrahim Husein. Sarah mempunyai sikap yang
lembut ia tidak mau menyakiti neneknya dengan menjadi
57
muslim, hal ini terbukti bahwa Sarah mempelajari Al-Qur’an
secara diam-diam.
i. Nyonya Hyacinth Collins
Nyonya Collins merupaka ibu dari Julia Collins atau
Azima Husein mempunyai sikap religius terhadap keyakinannya
dan keras dengan pendiriannya ketika ia tidak menyukai sesuatu.
Hal ini terlihat dari sikap nyonya Collins yang belum bisa
merelakan putrinya Julia Collins atau Azima Hussein yang
memeluk Islam, namun nyonya Collins tetaplah seseorang yang
memiliki sikap baik, dan pada akhirnya nyonya Collins
merelakan Julia memeluk Islam.
j. Stefan Rudolfsy
Stefan merupakan teman Rangga yang atheis, Stefan sendiri
mempunyai sifat kritis dan sering usil.
k. Muhammad Khan
Muhammad Khan merupakan teman Rangga yang berasal
dari Afganistan yang memperoleh beasiswa S3 di Wina bersama
Rangga, Muhammad Khan sendiri memiliki karakter yang sabar.
l. Anna Jhones
Anna Jhones memiliki sikap yang baik namun mudah menyerah.
5. Sudut Pandang : penulis sebagai orang pertama. Terbukti dengan
penggunaan kata “Aku”.
58
6. Gaya Bahasa : gaya bahasa yang semakin lugas dan indah mengalir di
novel “Bulan Terbelah di Langit Amerika” bahasa yang tidak sulit dan
dapat dimengerti, karena dikemas dengan bahasa novel pada umumnya
dan cenderung memakai gaya novel roman.
7. Amanat :
a. Rasa saling toleran sesama umat beragama perlu ditanamkan pada
setiap manusia.
b. Tidak boleh berburuk sangka terhadap orang lain. Dan menganggap
orang lain lemah.
c. Jangan salahkan kepercayaan seseorang terhadap perlakuan atau
perilaku orang tersebut. Karena yang sesungguhnya bersalah adalah
pribadi orang tersebut. Bukan kesalahan kepercayaan yang dianutnya.
d. Menghindari diri dari sikap diskriminasi.
e. Menanamkan suatu keyakinan pada diri sendiri. Bahwa kita bisa
melakukan sesuatu dengan bersungguh-sungguh dan selalu mengharap
ridhaNya.
f. Tidak ada sesuatu yang kebetulan, Allah SWT memperlihatkan cara
kerjaNya yang luar biasa. Bahwa segala sesuatu yang telah terjadi
adalah takdir yang indah dariNya.
E. Unsur Ekstrinsik Novel
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar teks sastra
itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem
59
organisme teks sastra. Unsur yang membangun karya sastra akan tetapi
unsurtersebut tidak ikut di dalam karya sastra.
1. Nilai Moral :
Dalam novel ini, tersirat nilai-nilai moral antara lain:
a. Sikap dan tindakan seorang anak yang ingin selalu
membahagiakan orang tuanya. Tergambar ketika Gertrud ingin
mematuhi setiap perinta Ibunya di akhir hayatnya.
b. Rasa tanggungjawab terhadap tugas yang telah diberikan.
2. Nilai Sosial :
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai
sosial. Hal ini dibuktikan dengan para tokoh saling tolong menolong
walaupun belum saling kenal sau dengan lainnya antara lain:
a. Sikap Philipus Brown yang suka menyedekahkan hartanya
kepada sesama manusia yang sangat membutuhkan.
b. Membantu teman ketika sedang susah. Ketika Gertrud memiliki
masalah dengan perkataan ibunya sekaligus masalah yang akan
menimpa surat kabar tempat Hanum bekerja. Hanum membantu
Gertrud menyelesaikan dengan memberi saran kepada Gertrud
tentang pertanyaan ibunya yang ingin meninggal secara damai
serta Hanum menerima beban berat untuk menyelamatkan surat
kabar tersebut dengan membuat artikel yang bisa jadi
memojokkan keyakinannya.
60
3. Nilai Budaya :
Dalam novel ini, terkandung nilai budaya antara lain:
Sapaan setiap kali bertemu dengan orang lain. Hal ini
tergambar ketika Hanum selalu mengucapkan sapaannya kepada
Gertrud ketika berjumpa dengannya.
4. Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga tergambar jelas antara lain:
a. Dalam setiap pekerjaan, selalu berserah diri kepadaNya.
b. Saling toleran antar sesama umat beragama.
c. Percaya dan yakin bahwasanya semua yang terjadi kepada
manusia adalah kehendak sang maha pencipata dan merupakan
yang terabaik bagi umatNya.
d. Keteguhan hati akan kepercayaan yang telah dipilih.
61
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika.
Nilai-nilai pendidikan Islam yang dimaksud penulis adalah suatu
tindakan yang dilakukan dengan proses analisis untuk menjawab rumusan
masalah mencakup tiga aspek nilai pendidikan Islam yang diperoleh dalam
novel Bulan Terbelah di Langit Amerika yaitu nilai aqidah, ibadah dan
akhlak yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai Aqidah
Aqidah artinya iman, aqidah artinya mempercayai sesuatu
secarapasti tanpa ragu. Konsep iman atau aqidah mencakup 6 hal :
beriman kepada Allah, beriman kepadaMalaikat, beriman kepada al-
qur’an iman kepada Nabi dan Rasul Allah, beriman kepada hari akhir,
beriman kepada takdir. Nilai aqidah yang terdapat di dalam novel
Bulan Terbelah di Langit Amerika dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Iman kepada Allah
Iman kepada Allah artinya meyakini dengan keyakinan
yang teguh, yang tidak dihinggapi keraguan bahwa Allah adalah
Rabb segala sesuatu yang menguasainya, meyakini bahwa hanya
Allahlah yang berhak disembah. Aqidah sangat penting dalam
62
memunculkan semangat peningkatan kualitas hidup seseorang,
aqidah dapat menimbulkan optimisme dalam kehidupan, keyakinan
yang didorong oleh keyakinan yang lain bahwa Allah dekat
padanya bahkan selalu menyertainya dan usaha-usaha aktivitasnya
( Harahap, 2009:16).
Iman kepada Allah dapat dilihat dari sikap yang meyakini
bahwa kesulitan apapun yang dialami akan ada jalan keluarnya
yang diberikan oleh Allah. Begitu pula sikap Hanum yang
berprasangka baik terhadap Allah dalam menghadapi suatu
persoalan tersebut dapat dilihat dari beberapa kutipan cerita
sebagai berikut:
“Ya Allah, maha pencari jalan keluar dari
segala macam masalah Engkau benar-benar telah
menyelesaikan masalah hamba-Mu yang bernama
Phipppus Brown dengan cara tak terpikirkan”.
“ Sungguh tak bisa ku utarakan betapa
Allah adalah penukar kebahagiaan dan kesedihn
yang Maha Agung. Allah telah memanggil kembali
hamba-Nya yang bernam Ibrahim Hussein kesisi-
Nya, meninggalkan duka pada Azima dan Sarah,
namun kini Tuhan juga mengembalikan hak
mereka, dia megembalikan Hyancinth Collinsworth
ke pangkuan keduanya” (Hanum, 2015:307).
Dari kutipan tersebut tergambar keimanan Hanum kepada
Allah, Hanum meyakini suatu hal bahwa suatu kesukaran ataupun
kebahagiaan semuanya Allah yang mengendalikan, Hanum memuji
kebesaran Allah ketika mendengar pengakuan Philippus Brown
akan suatu keindahan Islam yang mengajarkan suatu tolong-
menolong dua sikap teladan dari sosok Ibrahim Hussein, inilah
63
keimanan yang melahirkan suatu sikap syukur kepada Allah
terhadap dirinya, keyakinan bahwa Allah lah yang mempunyai
sifat yang maha Agung menjawab semua masalah tentunya
masalah yang terjadi di Amerika akan anggapan-anggapan orang-
orang Amerika tentang Islam terkait dengan tragedi 11 September
2001, melalui cerita dari Philippus Brown, membuka mata nyonya
Collins serta orang-orang di Amerika bahwa tuduhannya terhadap
Islam sebelumnya salah dan pada akhirnya nyonya Collins
merelakan Azima untuk memeluk Islam.
Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap masalah selalu
ada jalan keluarnya, sebagai manusia harus yakin dan percaya
bahwa setiap masalah akan ada solusinya yakin bahwa Allah
selalu bersama orang-orang yang beriman, begitu juga sikap
Hanum yang yakin bahwa apa yang terjadi semuanya sudah
menjadi kehendak Allah, seperti kutipa cerita berikut ini:
“Mereka mengalami kehilangan besar
dalam hidup, tapi memaksa diri untuk percaya,
bahwa rasa kehilangan ini tidak boleh lebih besar
dari pada keyakinan tentang skenario Tuhan yang
jauh lebih besar dan lebih indah untuk hamba-
Nya”(Hanum, 2015:251).
هلل ما إىى ٱهلل ترجع ٱلمر ﴿ ما ف ٱلرض ت م ﴾۹۴ف ٱىسه
artinya:
Kepunyaaan Allah lah segala yang ada dilangit dan
di bumi dan kepada Allah lah dikembalikan segala urusan
(Q.S Al-Imran 109).
64
Dari kutipan tersebut dapat diintrepetasikan bahwa
sesungguhnya apa yang terjadi di dunia sudah merupakan
kehendak Allah SWT, Hanum belajar dari apa yang
ditemuinya dalam perjalanan mencari narasumber dan hal
tersebut menjadi pembelajaran bahwa ada suatu hal yang
tidak dapat diatur sesuai dengan kehendak manusia karena
hal tersebut sudah menjadi kehendak-Nya, maknanya
bahwa dari kutipan tersebut apapun yang sudah menjadi
kehendak dari Allah itulah yang terbaik untuk hamba-Nya
yang tentunya harus kita yakini bahwa Allah lah yang
menguasai atas segalanya baik yang ada di langit maupun
di bumi semuanya sudah diatur oleh Allah.
b. Iman Kepada Malaikat
Manusia harus meyakini atau percaya malaikat ditugaskan
oleh Allah untuk menumbuhkan dan mengembangkan rohani
manusia serta mempunyai sifat-sifat tertentu. Dalam novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika ada beberapa kutipan cerita yang dapat
menggambarkan sikap beriman kepada malaikat. Seperti dalam
kutipan cerita berikut ini:
“Ya Allah, Ya Tuhan, atas segala malaikat-
malaikat di atas sana..Aku tidak benar-benar
mengucapkannya. Aku tidak benar-benar
menginginkannya… mengapa Engkau kabulkan
semuaini ..?”.(Hanum, 2015:116).
65
Dari kutipan cerita tersebut terlibat bahwa memang Hanum
percaya akan keberadaan malaikat-malaikat Allah itu ada yang
diberi tugas oleh Allah dan melaksanakan tugas-tugas tersebut
sebagaimana perintahNya. Kutipan tersebut menceritakan
penyesalan Hanum tentang kata-katanya yang mengatakan bahwa
dia berkeinginan pisah dengan Rangga di New York dan mencari
narasumbernya sendiri sampai Allah mengabulkan hal tersebut,
meskipun Hanum dalam keadaan terpuruk pada saat itu tersesat tak
tau namun Hanum tidak berputus asa dan optimis mencari jalan
keluar untuk masalahnya. Seperti dalam kutipan berikut ini:
“Harapan itu memang selalu benar adanya,
sebuah jalan yang ditunjukkan oleh Allah dengan
cara yang tidak terduga, tak perlu strategi yang
bermaklumat. Tapi dia datang dengan dahsyat.
Kucermati coretan itu: denah menuju masjid
pemberian perempuan di Museum 9/11” (Hanum,
2015:211).
Beriman kepada malaikat merupakan keharusan bagi setiap
muslim ketika ia mengatakan iman kepada Allah, maka ia harus
beriman kepada rukun Iman yang lain termasuk kepada malaikat
mempercayai keberadaann malaikat Allah (Daud, 2011:222).
Menurut ajara Islam, setiap manusia mempunyai
kecenderungan untuk berbuat baik dan atau berbuat jahat.
Kecenderungan berbuat baik dikembangkan malaikat dan
66
kecenderungan jahat dimanfaatkan oleh setan dengan berbagai tipu
daya. Dalam kutipan cerita ini dapat dilihat sikap kebaikan yang
dilakukan Aziman kepada Hanum, saat Hanum tersesat ketika
berada di New York. Suatu kutipan yang dapat menggambarkan
keimanan terhadap malaikat Allah.
“Berjalan dan terus berjalanlah dengan
niat kebaikan untuk mengejar restu dari Allah,
bersama orang-orang yang ku cintai, lalu sematkan
dalam hati dan pikiranmu akan perjalanan
hidupmu tentang surga yang kau gapai, maka
seberat, sepanjang dan sebesar apapun yang
melintangi langkahmu, akan terbuka dengan
sendirinya atas izin-Nya. Ingat lah tuhan akan
mengirimkan malaikat-malaikat-Nya yang
mempunyai keringanan tangan tak bertepi
menyelamatkanmu manakala kau hendak terpeleset
di ujung jurang yang curam” (Hanum, 2015:123).
Dapat disimpulkan bahwa kata “malaikat” tersebut
digambar kepada sosok hati Aziman Hussein atau Julia Collins
seperti malaikat namun pada dasarnya Hanum tetap memuji
kepribadian Azima yang mau menolongnya ketika terluka pada saat
terjebak kericuhan, hal tersebut termasuk sikap yang
mencerminkan kepercayaan Hanum terhadap malaikat-malaikat
Allah bahwa sosok Azima lah yang menjadi perantara penolong
Hanum melalui dorongan dari malaikat-malaikat yang ditugaskan
Allah sehingga Azima terdorong untuk menolong Hanum.
67
c. Iman kepada Kitab
“Selama “dia” tersimpan rapi dan aman,
negeri besar ini akan terlindung dari apapun
mengguncangnya, bisik sanubariku” (Hanum,
2015: 232).
Dapat diinterpretasikan bahwa dari kutipan cerita tersebut
menggambarkan atau bermakna kata “dia” dalam kalimat kutipan
yang diucapkan Hanum di atas menunjukkan “dia” itu ditunjukkan
sebagai salah satu kitab Allah yaitu Al-Qur’an, dengan demikian
hal ini menyatakan bahwa Hanum sendiri berkeyakinan atau
mempercayai kebesaran isi Al-Qur’an sebagai pedoman dan
petunjuk hidup, begitu pula non muslim yang juga ikut
mempelajari Al-Qur’an seperti Thomas Jafferson dan
menymipannya dengan baik.
“Dan tatkala mataku sibuk mencermati satu
persatu benda yang ada di meja sarah, hatiku
bergetar saat pandanganku menumbuk sebuah Al-
Qur‟am yang bersanding dengan Alkitab”(Hanum,
2015:315).
Dari kutipan di atas dapat diinterpretasikan “hatiku
bergertar”, ketika melihat dua kitab Allah bersanding di atas meja,
perasaan Hanum yang seperti ini menggambarkan suatu keimanan
yang menggerakkan hatinya yang melahirkan ketaatannya kepada
Allah, hatiyang seperti itulah yang menuntun pada kebaikan dan
memberi manfaat kehidupan.
68
d. Iman Kepada Nabi dan Rasul
Beriman kepada Nabi dan Rasul meyakini bahwa mereka
lah yang dipilih Allah untuk memberikan petunjuk kepada
manusia. Dalam beberapa ktuipan cerita dalam novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika ini dapat menggambarkan suatu sikap
Iman kepada Nabi dan Rasul.
“Ya, Nabi Muhammad Saw. Membelah
bulan, mukjizat Allah yang diberikan pada nabi
penutup itu, selain mukjizat terbesarnya Al-Qur‟an
semua muslim mengimaninya” (Hanum, 2015:315).
“Sungguh tiba-tiba aku merasa seolah
Ibrahim Hussein yang entah di mana di alam sana,
turut menyaksikan keindah an manusia yang
menyatu kembali dalam keajaiban Tuhan, seperti
bulan yang dibelah Nabi Muhammad, lalu menyatu
dengan Rima Ariadeus-nya” (Hanum, 2015:315).
Percaya kepada Nabi dan Rasul Allah merupakan rukun iman
yang keempat dan setiap muslim wajib mempercayainya. Dapat
disimpulkan bahwa melalui kutipan cerita tersebut kita semua
harus mengimani semua Nabi dan Rasul Allah meyakini bahwa
mereka adalah orang yang terpilih untuk menerima wahyu Allah,
serta kita diwajibkan untuk mengimani mukjizat-mukjizat yang
mereka miliki, Islam mengajarkan suatu kedamaian dan Allah
memilih Ibrahim Hussein untuk menunjukkan keindahan tersebut,
mengajarkan kepada Philippus Brown akan nilai toleransi,
menghormati dan menghargai agama lain serta membuka mata
orang-orang Amerika tentang anggapan yang negatif yang
69
membuat hubungan Islam dan Amerika sebelumnya menjadi pecah
yang menimbulkan suatu permusuhan.
Apabila kita beriman kepada para nabi berdasarkan perintah
di dalam Al-Qur’annya, maka tidak hak bagi kaum mukmin
kecuali saling bertoleransi dan menjauhkan diri dari fanatismen
agama yang hanya menanamkan kedengkian dan melahirkan
permusuhan (Wahbah, 2012:192). Hal tersebut memberi petunjuk
kepada kita bahwa orang yang benar-benar memahami agama
Islam tidak akan memahami agama Islam secara radikal dan tidak
akan sanggup dan bisa untuk menyakiti saudara muslimnya dalam
kedukaan yang mendalam, muslim yang baik akan memahami
bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, bahwa
Islam adalah agama kedamaian.
e. Iman Kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa suatu yang
ada di dunia ini hanya sementara, dan kelak manusia diminta
pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatnnya di dunia oleh
Allah, dengan kata lain beriman kepada hari akhir adalah meyakini
bahwa sesudah kehidupan manusia di atas bumi ini berakhir maka
akan berganti kehidupan yang lain kehidupan yang lebih abadi atau
kekal (Ahmad, 2011:10).
70
Nilai iman kepada hari akhir dapat digambarkan melalui kutipan
cerita berikuit ini:
“Hingga akhirnya dia meninggal dunia aku
bisikkan sesuatu yang lirih ditelinganya: Nek
rumah sudah selesai direnovasi, nenek sudah bisa
pulang selamanya”(Hanum, 2015:176).
Hanum meyakini bahwa semua orang di dunia ini pada
akhirnya akan kembali kepangkuan-Nya ketika ia dihadapkan
dengan situasai neneknya yang sedang sakit dan harus dirawat di
rumah sakit dan selalu ingin pulang dan sampai akhirnya neneknya
meninggal, untuk itu semua akan kembali kehadapan-Nya.
Keyakinan terhadap hari akhir wajib diimani oleh setiap
muslim, dengan mengimani hari akhir, seseorang akan selalu ingat
akan kematian dan mengingat bahwa dunia hanya sementara.
Tentunya seorang muslim yang beriman kepada hari akhir akan
mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya dalam mengerjakan
kebaikan. Hal tersebut dapat digambarkan melalui kutipan cerita
sebagai berikut :
“Ada waktu saat suami yang sangat
kucintai ini, juga harus berpisah dengan diriku
selamanya. Ataukah aku yang lebih dulu
memisahkan diri jika Allah swt menghendakinya?
Menganggap esok, atau beberapa menit lagi, waktu
itu bisa saja tiba, membuatku mematri diri untuk
menggunakan waktu yang tersisa sebaik-baiknya,
menjaga pelaminan ini hingga jiwa raga berpulang
pada-Nya” (Hanum, 2015:252).
71
Dapat diinterpretasikan bahwa kata “berpisah” yang
Hanum ucapkan dalam kutipan tersebut menunjukkan makna
bahwa Allah bisa saja suatu saat memanggil kembali seseorang
tanpa kita ketahui. Hal tersebut membuat kita untuk selalu
memperbaiki diri dari waktu kewaktu untuk bekal kehidupan yang
lebih kekal yaitu kehidupan akhirat.
f. Iman Kepada Takdir (Qada dan Qadar)
Beriman kepada takdir artinya meyakini takdir baik
maupun takdir buruk. Dalam ajaran Islam qadar artinya berencana
atau keadaan yang dikehendaki Allah kepada umat manusia.
Kehidupan ini selalu terdiri dari rangkaian kesulitan dan
kemudahan. Bagi orang yang beriman pada takdir selalusabar dan
tawakal menghadapi kesulitan dan bersyukur tatkala menghadapi
kemudahan atau memperoleh kenikmatan (Kaelany, 2005:130).
“Aku katakan padanya, sejak awal aku
tahu, Tuhan akan mempertemukanku dengan
narasumber terpilih. Tapi tentulah cara Tuhan
sangat unik. Aku tak percaya dengan ketidak
acuhanku terhadap semua nama-nama narasumber
hasil riset gertrud membawaku pada takdir yang
bersuka cita” (Hanum,2015:151).
Kebahagiaan Hanum terhadap ketetapan yang diberikan
Allah, mengenai dia dipertemukannya dengan Azima
narasumbernya melalui cara tak terduga. Azima yang menolong
72
ketika dalam kesesatan di New York, dan sesuatu menjadi
keterkejutan Hanum bahwa nama Azima sudah ada sejak awal dan
nama-nama narasumber yang disarankan oleh Gertrud, sikap
Hanum yang menggambarkan kepercayaannya terhadap semua
keadaan yang sudah dialami merupakan kehendak Allah, bahwa
bagaimanapun Hanum menghindari nama-nama narasumber yang
Gertrud sarankan namun takdir berkata berbeda bahwa narasumber
yang ditemui Hanum masih merupakan narasumber yang berada
dalam riset Gerturd.
Hal tersebut merupakan bentuk keyakinan Hanum terhadap
takdir yang sudah ditakdirkan oleh Allah, kita sebagai seorang
muslim wajib mengimani takdir Allah.
2. Nilai-Nilai Ibadah
Ibadah atau ibadat berasal dari kata Arab „a-ba-da yang
berarti merendahkan diri, taat, tunduk, patuh dan mengikuti
(Zakiya, 2014 :39). Ibadah ialah suatu nama yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah yang berupa perkataan dan
amalan hati lainnya. Nilai ibadah yang terdapat di dalam novel
Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah sebagai berikut:
a. Membaca Al-Qur’an
“Persoalan Klise, pikirku. Masjid di Wina
tempat aku dan Hanum biasa mengajarkan Al-
Qur‟an juga dirundung masalah yang sama. Tak
73
sanggup membayar tunggakan sewa yang melejit
harganya”(Hanum, 2015:77).
Dapat diinterpretasikan dari kutipan tersebut Hanum
dan Rangga mengajarkan membaca al-qur’an ketika mereka
berada di Wina. Mengajarkan al-qur’an adalah salah satu
bentuk ibadah kita kepada Allah dan termasuk kedalam amalan
yang nyata, suatu perilaku yang mulia karena mampu
menempatkan diri agar dapat bermanfaat bagi orang lain
dengan membantu mereka yang membutuhkan dalam
mempelajari al-qur’an hal tersebut merupakan sebaik-baiknya
manusia. Hal tersebut sejalan dengan hadits Rasulullah SAW :
وعلمه القرآنتعلم من خيركم
Artinya: sebaik-baik diantara kamu yaitu orang-orang yang
belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya (H.R Bukhari).
Selain Hanum dan Rangga yang mengajarkan dan
membaca Al-Qur’an, Azima Hussein juga mengajarkan kepada
anaknya Amalah Hussein atau Sarah membaca Al-Qur’an
meskipun haruas secara diam-diam dari neneknya, hal tersebut
digambarkan melalui kutipan sebagai berikut :
“Ya Grandma memintaku mendengar dia
membaca al-kitab saat malam sebelum tidur. Mom
mengajariku membaca Al-Qur‟an sebelum aku
berangkat kesekolah sebelum grandma bangun
pagi” (Hanum, 2015:162).
74
Selain kita muslim yang mengimani Al-Qur’an, Al-Qur’an
juga dijadikan pedoman dalam suatu ilmu pengetahuan seperti
dalam kutipan berikut ini:
“Ini adalah pahatan nukilan ayat Al-Qur‟an
tentang kehebatan ajaran keadilan sebagai
lambang supremasi hukum manusia. Surat An-nissa
ayat 135. Tidak bisakah kau bayangkan Hanum
semua pembuka hukum, pemikir dari lulusan
sekolah hukum disini, professor, pengajar, tak lupa
murid yang sudah tak perlu didebat lagi isi otaknya
mengakui keagungan ayat ini ?”(Hanum,2015:376)
Dapat diinterpretasikan bahwa Al-Qur’an berfungsi
sebagai pedoman atau petunjuk untuk umat Islam, selain itu juga
berfungsi sebagai sumber nilai pendidikan yang utama, hal tersebut
juga diakui oleh orang-orang non muslim serta menjadi dasar
pedoman suatu pemikiran mereka.
b. Berdzikir kepada Allah
“Tersengguk sengguklah perempuan
penyelamatku ini. Seketika aku terpekut, bertasbih
atas nama-Nya dalam kalbuku. Ku tarik Azima
dalam dekapan seperti tadi malam seerat-eratnua”
(Hanum, 2015: 241).
Dapat diinterpretasikan dalam kutipan ini
mencerminkan tinggi sikap persaudaraan yang dimiliki Hanum,
ketika Hanum ikut peduli dengan kesedihan Azima dan
melahirkan sikap positif dari Hanum, dengan berdzikir
menyebut asma Allah di dalam hatinya.
75
3. Nilai-Nilai Akhlaq
Akhlaq berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak
dari kata “khuluq” yang berarti adat kebiasaaan, perangai tabiat
yang dalam bahasa Inggris disebut “character”(Harahap,
2009:55). Akhlak mulia ditandai dengan sikap tenang, sabar, selalu
bersyukur, ridha terhadap manis dan pahit kehidupan, bijaksana,
lemah lembutserta pandai menjaga kesucian diri (Harahap,
2009:59).
Adapun sikap yang berkaitan dengan nilai Akhlaq yang
dapat digambarkan dalam novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika adalah sebagai berikut:
a. Sabar
“Sebagai karywan, aku mencoba patuh
memenuhi permintaannya, walaupun kadang-
kadang sering membuatku tersedak. Hatiku sendiri
sudah lulu padanya. Sejak dia merasa cocok
dengan tulisan-tulisanku tentang profil
tokoh,Gertrud tak hanya menjadikanku karyawan,
tapi juga sahabatnya” (Hanum, 2015:37).
Dari kutipan cerita di atas dapat diinterpretasikan
bahwa Hanum mencoba sabar menghadapi perintah-perintah
Gertrud ketika ditugaskan membuat berita meskipun hal
tersebut sering menyulitkan Hanum. Hanum dengan sabar
mengikuti hal tersebut karena ia mempunyai misi untuk
menjadi agen muslim yang baik dimana pun ia berada, dan ia
76
ingin mengubah pemikiran orang-orang lokal tentang hal
negatif akibat media barat.
b. Optimis
Suatu keberhasilan tentunya juga dipengaruhi oleh cara
berfikir seseorang, dengan demikian suatu sikap yang optimis
sangat diperlukan pada setiap individu. Hal ini tercermin pada
sikap Hanum yang digambarkan dari kutipan-kutipan dalam
novel Bulan Ternelah di Langit Amerika sebagai berikut :
“Sebuah harapan kecil masih tetap
menyembul dalam keteguhan tak berpaling dari
Allah. Diantara tangisan yang tak berguna ini aku
tak boleh menunjukkan kekesalan ku pada takdir.
Aku harus menerimanya dengan lapang. Lapang
bukan berarti tak berusaha (Hanum, 2015:226).
Dari kutipan cerita tersebut dapat digambarkan
keyakinan Hanum dengan sebuah harapan hal yang positif
dapat melewati keadaan buruk yang menimpanya ketika
mencari narasumber terjebak dalam kericuhan demonstrasi di
masjid Ground Zero, Hanum tanamkan pada hatinya disertai
ikhtiarnya bahwa dia tidak boleh mengeluh dalam situasi
tersebut.
Ini lah makna optimis yang sebenarnya bahwa tak
hanya berfikir positif saja dalam suatu hal namun juga berfikir
mencari jalan keluar melalui usaha yang dilakukan, seperti kita
77
berfikir bahwa kita dapat melakukan sesuatu hal namun usaha
kita tidak sepadan dengan niat kita, maka sikap optimis akan
sia-sia, tentunya sikap optimis harus didampingi oleh usaha dan
kerja keras.
c. Bersyukur
Bersyukur adalah suatu perbuatan yang bertujuan untuk
berterimakasih atas segala limpahan nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT berikan. Suatu sikap syukur
termasuk sikap terpuji dan mulia. Dalam kutipan cerita dapat
digambarkan sikap Hanum yang mencerminkan sikpa syukur:
“Terkadang kita memang tak adil pada
hidup kita sendiri. Tatkala tak ada pilihan kita
menggerutu. Padahal tuhan tak memberi pilihan
lain karena menunjukkan itulah satu-satumya
pilihan terbaik hidup kita” (Hanum, 2015:133).
Kutipan tersebut bermakna bahwa sering sekali kita
bersikap tidak bersyukur atas suatu keadaan tatkala kita tidak
menyukai hal tersebut atau pada saat kita dihadapkan suatu
masalah. Suatu sikap yang sering salah muncul adalah
menggerutu terhadap masalah tersebut padahal kita tidak
menyadari bahwa setiap masalah yang kita hadapi kita dapat
mengambil pelajaran untuk melangkah kedepannya.
d. Berbakti Kepada Orangtua
78
Berbakti kepada orangtua merupakan akhlak terpuji,
berbakti kepada orangtua mempunyai makna kita harus taat
akan perintah orangtua, namun dalam batasan tidak melanggar
apa yang diperintahkan Allah.
ه رج رض للا عى قاه جاء رجو اىهى رس عه آت ر
ل للا صيهى للا فقاه: مه أحق اىىهاس تحسه صحاتت؟ قالم
ل قاه: ثمه مه؟ قاه: ثمه قاه: ثمه مه؟ قاه: ثمه مه؟ قاه: ثمه أم
أتك )اخرجاىثخاري(
Artinya: Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia bekata:
seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. Lalu dia
bertanya, “siapa orang yang lebih berhak
kebaikan?”Rasulullah saw, menjawa, “Ibumu”, lalu orang itu
bertanya lagi, kemudian siapa? Rasulullah saw menjawab
kemudian Ayahmu (HR. Bukhori 5971).
Ada beberapa kutipan dari novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika yang menggambarkan sikap berbakti kepada orangtua:
“Azima….maaf bolehkah aku memanggilmu
Azima?”
“Tentu Hanum..Tapi jangan di depan ibuku,
nanti dia tidak menyukainya”
(Hanum, 2015:177).
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa, sikap
Azima yang baik terhadap ibunya meskipun berbeda agama
79
namun Azima tetap menghormati ibunya serta menghargai
perasaannya. Meskipun ibunya adalah seorang muslim.
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam novel Bulan Terbelah di
Langit Amerika dalam dunia Pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi memiliki arti
penerapan atau pelaksanaan. Suatu nilai menuntut adanya aktivitas
(activities) perbuatan atau tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai
tersebut. Dalam Islam agama mendasari aktivitas dunia, dan aktivitas
dengan meopang ajaran agama. Islam bukan hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan sebagaimana yang terdapat pada agama lain,
melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia.
Relevansi nilai pendidikan Islam yang dimaksud peneliti adalah
bagaimana nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika yang mencakup nilai Aqidah, nilai Akhlak,
nilai Syari’ah dapat diterapkan atau dilaksanakan dalam dunia pendidikan,
dalam hal ini peneliti mengkhususkan hanya dalam lembaga pendidikan
yaitu sekolah.
Suatu nilai pendidikan Islam agar dapat diimplementasikan dalam
dunia pendidikan khususnya di sekolah, diperlukan penghayatan terhadap
suatu nilai itu sendiri sehingga dapat diwujudkan atau diimplementasikam
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam relevansi nilai pendidikan Islam
perlu metode terntentu, yaitu metode Internalisasi nilai dengan metode
80
tersebut nilai siswa tidak hanya mengetahui serta terampil dalam
melaksanakan nilai pendidikan Islam namun nilai-nilai pendidikan tersebut
juga dapat menjadi bagian dari dirinya sehingga ketika nilai itu sudah
menjadi bagian diri maka akan mudah dilaksanakan (Ahmad, 2008:27).
1. Relevansi nilai aqidah
Iman merupakan hal yang fundamental bagi kepribadian
muslim sehingga merupkan potensi paling berharga yang harus
dikembangkan. Pendidik memperkuat iman dengan memfasilitasi
kegiatan rohani seperti kegiatan tafakur terhadap alam semesta dan
makhluk Allah serta memfasilitasi penelusuran kepribadian strategi
dan prestasi nabi Muhammad SAW dalam memimpin dan
membimbing umat manusia dengan cara menanamkan dikti keimanan
(Mahfud, 2011:77).
Dengan demikian diadakannya program dan pembiasaan
yang bernuansa imtaq untuk menumbuhkan semangat siswa dalam
menjalankan nilai-nilai keimanan dengan menyelenggarakan aspek
kegiatan seperti seminar dan kajian keagamaan diprogramkan
kedalam kegiatan mingguan di sekolah.
2. Relevansi nilai ibadah
Konsep implementasi nilai ibadah merupakan wujud untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam, berperan dan berfungsi untuk
manusia agar mampu melakukan aktivitas yang bernilai ibadah
81
sekaligus mampu mengemban amanah sebagai khalifah Allah dalam
memelihara jagad raya ini (Kosim, 2012:63).
Dengan cara pendidik meneladankan kepribadian muslim
dalam segala aspeknya dalam pelaksanaan ibadah. Keteladanan tidak
hanya dilakukan guru saja di sekolah tapi semua pihak yang terlibat
dari kepala sekolah , pegawai serta aparat-aparat sekolah lainnya.
Teladan dalam hal ini adalah teladan yang mengarahkan
dalam hal ibadah. Dilakukan dengan beberapa program sekolah
seperti :
a. Program membaca Al-Qur’an
Siswa dibina melalui guru yang ahli dalam bidang al-
qur’an. Diusahakan dalam program tersebut membuat target
hafalan yang harus ditempuh siswa misalnya berapa juz sesuai
kesepakatan program, dengan demikian dari program membaca
al-qur’an tersebut dapat mengeluarkan siswa dengan output
yang baik.
b. Berdzikir kepada Allah
Implementasi kegiatan Ibadah merupakan konsekuensi
dari eksistensi keimanan. Di lingkungan sekolah seharusnya
berusaha dalam membangun budaya dan kualitas ibadah bagian
unsur kepribadian muslim di jajaran pegawai dan peserta
didiknya dengan cara membudayakan kegiatan sholat
berjama’ah, membaca al-qur’an, sedekah, dzikir dan ikhtiar.
82
Mengenalkan siswa akan makna berdzikir bisa dilakukan
dengan melaksanakan kegiatan tambahan di luar jam
pembelajaran siswa bersama semua guru, kepala sekolahserta
pihak-pihak yang terlibat di sekolah berdzikir dan berdoa
bersama dengan mengundang salah satu ustadz yang memimpin
kegiatan tersebut dalam rangka mendekatkan keimanan kita
kepada Allah SWT.
Mengimplementasikan nilai tersebut dapat dilakukan
dengan membiasakan siswa berdzikir setelah shalat berjama’ah
dengan bersama-sama.
3. Relevansi nilai akhlak
Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi
individu dan masyarakat. Tanpa akhlak manusia akan berada
dengan kumpulan hewan dan binatang yang tidak memiliki tata
nilai dalam kehidupnannya. Rasulullah SAW merupakan sumber
akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin (Sanusi,
2015:67).
Relevansi nilai akhlak dapat dilakukan melalui proses
peneladaan dan pembiasaan yang sudah ada. Implementasi nilai
akhlak khususnya harus dilakukan oleh seorang guru dan pihak-
pihak yang terkait di sekolah lainnya juga berperan seperti
kepala sekolah sampai pegawai, seperti memgucap salam ketika
bertemu dengan orang yang lebih tua, bersikap sopan
83
santun,sabar mempunyai sikap yang bersyukur atas nikmat
Allah serta optimis dalam menghadapi ujian dan sebaginya.
Implementasi nilai akhlak yang terdapat dalam novel
Bulan Terbelah di Langit Amerika yang meliputi nilai sabar,
bersyukur, berbakti kepada orangtua dapat dilakukan dengan
mengawali hal tersebut dengan melakukan pembiasaan.
Suatu kegiatan khususnya hidup beragama yang
dapat dilakukan berulang kali agar pendidikan akhlak yang baik
dapat dicapai melalui keberagaman yang baik. Pembiasaan ini
dapat dilaksanakan di lembaga pendidikan atau sekolah yaitu
tentunya dengan program yang mendukung dari pihak sekolah
serta bimbngan para guru yang kreatif dalam pelaksanaannya
(Ahmad, 2011:237).
Pembiasaan tersebut tidak hanya membuat siswa
mengetahui materi dan nilai pendidikan Islam, tidak hanya
terampil dalam melaksanakannya ketika ujian, namun yang
terpenting dari itu semua adalah peserta didik dapat
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam tersebut pada
kehidupan sehari-hari, hal ini yang diharapkan dalam dunia
pendidikan adalah sikap yang baik sebagai berikut :
a. Nilai Sabar
Kata “sabar” dari bahasa “Arab” (Ash Shabru) yang
memiliki dua makna yaitu bermakna aktif dengan
84
menunjukkan sikap gigih dan teguh, juga bermakna pasif
yang berarti tahan ujian dalam sikap (Ibnu, 2013:39). Nilai
kesabaran yang ditunjukkan Hanum dalam cerita novel
Bulan Terbelah di Langit Amerika kegigihan Hanum dalam
mencari narasumber dan dipertemukan dengan Michael
Jhones yang memberi kritikan dan celaan terhadap Hanum
namun Hanum tetap baik dalam bersikap (Hanum,
2015:111).
Contohnya, budaya siswa mengantri ketika
menunggu bus sekolah menjemput, saat makan siang di
sekolah maupun di kantin. Hal ini harus diterapkan budaya
mengantri dengan catatan tidak boleh mendahului antrian,
jika terjadi akan dikenakan sanksi oleh pihak sekolah.
Kegiatan tersebut harus semua pihak sekolah ikut
terlibat, dengan terciptanya program tersebut akan
membiasakan siswa bersikap sabar. Ketika seseorang sudah
memiliki sikap sabar maka ia akan tahan dengan
mengahadapi suatu keadaan kedepannya.
b. Nilai Optimis
Nilai optimis yang terdapat dalam novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika digambarkan oleh sikap
Hanum ketika harus terpisah dengan Rangga serta tersesat
ketika berada di New York namun pada posisi tersebut
85
Hanum tetap optimis (Hanum, 2015:133). Nilai optimis ini
dapat di implementasikan melalui pemberian motivasi.
Optimis merupakan cara pandang seseorang
terhadap suatu hal, apabila cara pandangnya mengarah
pada hal yang positif maka itu yang dinamakan optimis.
Untuk mengimplementasikan sikap optimis dalam
kehidupan sehari-hari maka perlu usaha guru yang
mengarah pada pemberian motivasi kepada peserta didik.
Dengan motivasi dapat memberikan dorongan untuk
meningkatkan kemampuan, apresiasi yang memberikan
pengaruh positif dan menumbuhkan semangat peserta
didik (Muhaimin, 2011:99).
Dengan motivasi dapat memberikan dorongan untuk
meningkatkan kemampuan apresiasi yang memberikan
dorongan positif dan menumbuhkan semangat pada
peserta didik. Ketika pembelajaran di kelas usahakan guru
tidak bersikap merendahkan siswa karena dapat
menyebabkan siswa takut untuk mencoba suatu hal serta
pesimis terhadap yang dia lakukan.
c. Nilai Bersyukur kepada Allah
Agar siswa dapat mengimplementasikan sikap
bersyukur dalam kehidupan sehari-hari perlu dorongan dari
berbagai pihak, di sini peran guru untuk mengajak siswa
86
mendekatkan diri kepada Allah. Nilai ini dapat di
internalisasikan dengan pendidikan melalui peristiwa hidup.
Hal ini berkaitan dengan perjuangan, pengalaman dengan
berbagai peristiwa baik yang timbul karena tindakannya
sendiri maupun karena sebab-sebab dari luar.
Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa-
peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa mengambilnya
menjadi pengalaman yang berharga untuk membina,
mengasah dan mendidik jiwa (Tobroni, 2015:107).
Selain itu dapat dilakukan pendidikan melalui
nasehat karena didalam jiwa manusia terdapat pembawaan
untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar. Nasehat
yang berpengaruh dapat membuka jiwa secara langsung
melalui perasaan (Tobroni, 2015:143).
Melakukan pembelajaran yang mengaitkan kejadian
atau peristiwa musibah yang terjadi di sekitar kita saat ini
dengan cara memotivasi siswa disetiap permasalahan pasti
ada jalan keluarnya, karena Allah selalu memberikan
kemudahan disetiap kesulitan agar siswa dapat meghayati
sikap bersyukur dalam diri.
Hal ini bisa dilakukan dengan guru mengajak siswa
sebelum pembelajaran dimulai merenungkan diri sambil
menundukkan kepala dengan mata tertutup mengajak siswa
87
mengingat begitu banyak nikmat yang diberikan Allah di
dunia ini. Masih banyak orang disekitar kita yang tidak
seberuntung kita saat ini dan semua hal itu patut kita
syukuri serta menghargai apa yang kita miliki saat ini.
Dan bentuk motivasi lainnya yang bisa diberikan
guru untuk selalu mengingatkan peserta didik sesuai dengan
dengan ide kreatif guru dalam mengajar. Dengan demikian
peran motivasi guru kepada peserta didik berfungsi untuk
memberi efek yang baik terhadap peserta didik sehingga
mampu bersikap optimis yakin akan suatu hal dan selalu
bersyukur kepada Allah.
d. Nilai Berbakti kepada Orangtua
Orangtua mempunyai hak, hak mereka adalah
dihargai dan dihormati itulah ajaran yang datang dari
sunnah Rasulullah SAW.
قر صغروا رحم ىم مه مىها ىس مثرن
“Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang
lebih muda atau tidak menghormati yang lebih
tua.”(HR. at-Tirmidzi).
88
Agar sikap berbakti kepada orangtua dapat diterapkan
oleh pesrta didik dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilakukan peneladanan dan pembiasaan yang dilakukan
orangtua di rumah. Setiap muslim harus membangun akhlak
dalam lingkungan keluarga, akhlak mulia terhadap keluarga
dapat dilakukan dengan berbakti kepada orangtua dan
berkata lemah lembut kepada mereka seperti dalam Al-
Qur’an surah Al-Isra’ 17(23) :
ه إهاي اىذ تاى يغهه إمه ا ذك ث عى
قضى هرتل هتعثذا أى ى إ
ا أف ل ىم ا قو تىرما أحذم ثر اىن لما أ فل تقو م
( Q.S Al-Isra 17)ا ل ىم ما ق مرDan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Hal ini sangat penting sekali untuk di terapkan di
sekolah melalui pembiasan, pembiasaan berkata sopan dan
baik kepada guru. Sehingga dilingkungan sekolah guru
membina akhlak siswa yang sudah ada dengan demikian
perlu adanya interaksi antara guru dan orangtua. Guru juga
89
harus mengerti keadaan psikologi anak misalnya siswa
bersikap nakal, bersikap tidak sopan kepada orangtua,
berbicara kasar di sekolah hal tersebut bisa dipengaruhi oleh
hal yang diperoleh siswa di luar sekolah baik dari teman,
lingkungan maupun keluarga.
Sikap berbakti kepada orangtua juga dapat dibina di
lingkungan sekolah dengan cara membangkitkan motivasi
berbakti kepada orangtua melalui materi pembelajaran.
Seperti halnya penayangan film tentang pengorbanan
orangtua, memberi teladan dan pembiasaan yang dilakukan
pihak-pihak yang berada di sekolah seperti guru memberi
salam kepada guru yang lebih tua, menundukkan kepala
ketika berjalan di depan orang yang lebih tua dan berbicara
lembut sehingga dapat memberi cerminan kepada peserta
didik.
Dari proses tersebut jika dilakukan terus menerus
maka akan timbul sikap meniru dari peserta didik, dengan
demikian apabila siswa sudah meniru maka dengan mudah
untuk menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari di
luar lingkungan sekolah.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bulan Terbelah di Langit
Amerika terbagi menajadi tiga yaitu :(1) nilai aqidah,(2) nilai ibadah,
(3) nilai akhlak. Nilai tersebut terdapat kategori lagi sebagai berikut:
a. nilai aqidah yang terdapat dalam cerita tersebut meliputi iman
kepada Allah, iman kepada Malakat, iman kepada kitab-kitab Allah,
iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada hari Akhir dan iman
kepada Qada’ dan Qadar. nilai ibadah meliputi : membaca al-Qur’an
dan berdzikir kepada Allah SWT. c. nilai akhlak meliputi: nilai
sabar, optimis dan bersyukur, berbakti kepada kedua orangtua.
2. Relevansi nilai pendidikan Islam dalam dunia pendidikan. Penelitian
menjelaskan bagaimana cara pelaksanaan dan penerapan nilai-nilai
pendidikan Islam dalam dunia pendidikan, perihal tercapainya nilai-
nilai tersebut harus menggunakan metode. Peneliti melihat metode
internalisasi yang meliputi keteladanan dan pembiasaan serta nasehat
yang tepat agar nilai-nilai pendidikan Islam dapat diterapkan di
beberapa program seperti:
a. Relevansi nilai aqidah: mengimplementasikan nilai aqidah
dengan cara menumbuhkan nilai-nilai keimanan dengan
kegiatan seminar, kajian keagamaan yang diprogramkan dalam
91
kegiatan mingguan di sekolah, serta dibuat sarana prasarana
seperti kantin kejujuran.
b. Relevansi nilai ibadah: pemberian nilai teladan dalam hal
beribadah dari semua pihak sekolah dan selanjutnya dibuat
program berkaitan dengan nilai ibadah seperti program
membaca al-Qur’an sampai hafalan, berdzikir kepada Allah
setelah pelaksanaan sholat berjama’ah dll.
c. Relevansi nilai akhlak: melalui peneladanan dan pembiasaan
nilai sabar kepada siswa seperti pembiasaan mempunyai nilai
optimis dengan diberi motivasi dan nasehat oleh guru kepada
siswa, nilai bersyukur kepada Allah melalui pembelajaran
dengan mengaitkan kejadian disekitar, dan nilai berbakti kepada
orangtua, siswa diajarkan dan dibiasakan memberi salam kepada
orang yang lebih tua serta berkata yang sopan.
B. Saran
1. Peserta didik
Diharapkan bagi siswa agar rajin membaca. Mampu memilih
suatu sumber bacaan, bacaan yang mengandung unsur edukatif,
membaca yang dimaksud bukan sekedar membaca namun diharapkan
dapat mengamil makna dari apa yang dibaca.
92
2. Guru
Diharapkan bagi para guru, novel ini dapat menjadi salah satu referensi
atau media untuk menyampaikan pesan keagamaan baik dalam proses
pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran.
3. Peneliti berikutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang meneliti terdapat kaitannya
dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi konsep implementasi
nilai-nilai pendidikan Islam yang lebig mendalam dalam dunia
pendidikan, yang meliputi keluarga dan masyarakat serta dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
93
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2008. Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Burhan, Nurgiyanto. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
Univesity Press
Daulay, Haidar Putra. 2014. Pendidikan Islam dalam Prespektif Filsafat. Jakarta:
Kencana
Daradjat, Zakiya. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Erio Yulanda. 2014. “Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam novel Ranah 3 warna
Karya Ahmad Fuadi” Fakultas Agama Islam .Surakarta (Universitas
Muhammadiyah Surakarta)
E. Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama
Efendi, Darwin. 2012. Teori Prosa Fiksi. Palembang: Pustaka Larasan
Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Harahap, Syahrin. 2009. Ensiklopedia Akidah Islam. Jakarta: Kencana
Irawan, Dodi. 2011. “ Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih Karya Habiburahman El-Shirazy” Fakultas Agama Islam.
Surakarta (Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Jalalludin. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta:
Paradigma
Kosim, Muhammad. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam Ibnu Khaldun: Ktitis,
Humanis dan Religius. Jakarta: Rineka Cipta
Mafhud, Rois. 2011. AL-Islam: Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga
94
Mahfud Dkk. 2015. Pembelajaran Pendidikan Islam Berbasis Multietnik.
Yogyakarta: Deepublish
Makbuloh, Deden. 2012. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pres
Mislina. 2013. “Nilai Nilai Pendidikan Islam dalam novel Sujud Nisa di Kaki
Tahajjud Subuh Karya Kartini Nainggolan. Fakultas Agama Islam.
Surakarta (Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Muhaimin. 2006. Nuansa Baru Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Muhaimin. 2011. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam.
Jakarta: Rajawali Pres
Nata, Abuddin. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pres
Nata, Abuddin. 2011. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana
Rais, Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra. 2015. Bulan Terbelah di
Langit Amerika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ramayulis. 2015. Filsafat Pendidikan Islam : Analisis Filosofi Sistem Pendidikan
Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sanusi, Ahmad. 2015. Sistem Nilai Alternatif Wajah Pendidikan. Bandung:
Nuansa Cendekia
Sirajuddin. 2009. Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: Rajawali Pres
Supardi. 2014. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Smart
Tantowi, Ahmad. 2008. Pendidikan Islam di era Transformasi Global. Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra
Tobroni. 2015. Pendidikan Islam: Dari Dimensi Paradigma Teologis, Filosof dan
Spiritual hingga Dimensi Praksis Normatif. Jakarta: Mitra Wacana
Media
SATUAN KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Wulan Purrbasari Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI
NIM : 23010150007 Dosen PA : Guntur Cahyono M.Pd.
NO. NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN SEBAGAI NILAI
1. Seminar Nasional LPM
Dinamika IAIN Salatiga dengan
tema “Indonesia Kaya, Kok
Miskin”
26 September 2015 Peserta 8
2. Seminar Nasional
Kewirausahaan bersama Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi (Disperindagkop)
Salatiga dengan tema “Jiwa
Muda Berani Berwirausaha”
30 Oktober 2015 Peserta 8
3. Seminar Nasional dengan tema
“Musik Islam dan Nusantara”
diselenggarakan oleh Seni
Musik Club (SMC) IAIN
Salatiga
05 Desember 2015 Peserta 8
4. Seminar Nasional HMI Salatiga
dengan tema “Pembangunan
Karakter Bangsa Upaya
Mewujudkan Generasi Muda
yang Berbudaya untuk
Indonesia Bermartabat”
9 April 2016 Peserta 8
5. Seminar Nasional dengan tema
“Potret Literasi dalam
Perspektif Filsafat dan
1 Desember 2018 Peserta 8
Bahasa” diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab
6. National Seminar on “The Use
of English as a Medium of
Islamic Preaching” of CEC
IAIN Salatiga
28 Mei 2016 Peserta 6
7. National Achievement
Motivation Training LDK
Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga
01 Oktober 2016 Panitia 6
8. IBTIDA’ Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Fathir Ar-
Rasyid IAIN Salatiga
29-30 Oktober
2016
Panitia 6
9. Seminar Internasional dengan
tema” Menjadi Mobile
Preuneur Dalam Era E-
commerce
25 April 2017 Peserta 6
10. Surat Keputusan Pengurus
Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) Fathir Ar-Rasyid IAIN
Salatiga
27 Februari 2017 Pengurus 6
11. Seminar Nasional “Love Story
From Allah” diselenggaakan
oleh Biro Tazkia IAIN Salatiga
6 Oktober 2018 Pemateri 6
12. Apresiasi Sastra Oleh DEMA
FTIK IAIN Salatiga
17 Oktober 2018 Pemateri 6
13. Training Kader (Tekad) I LDK
Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga
dengan tema “Peneguhan
Karakter Dakwah Mewujudkan
Generasi Robbani”
1-2 April 2016 Peserta 4
14. Camping Qur’an Akhir Tahun
yang di selenggarakan oleh Unit
Kegiatan Mahasiswa Ilmu Al-
Qur’an Universitas Sebelas
Maret (UNS).
30 Desember
2018- 1 Januari
2019
Peserta 4
15. OPAK IAIN Salatiga 2015
dengan tema “Penguatan Nilai
Nilai Islam Indonesia Menuju
Negara Aman dan Damai ”
14 Agustus 2015 Peserta 3
16. OPAK Jurusan Tarbiyah IAIN
Salatiga 2015 dengan tema
“Integrasi Pendidikan Karakter
Mahasiswa Melalui Kmapus
Edukatif Humanis dan
Religius”
13 Agustus 2015 Peserta 3
17. UPT PERPUSTAKAAN IAIN
SALATIGA dengan tema
“Libreary User Education
(Pendidikan Pemustaka)”
21 Agustus 2015 Peserta 3
18. Seminar Pra Nikah dengan tema
“Pantaskan Diri, Gapai Ridho
Ilahi” diselenggarakan oleh Uni
Kegiatan Kerohanian Islam
21 Mei 2016 Peserta 3
(UKKI) Universitas Negeri
Semarang (UNNES)
19. Diskusi Aktif dengan tema
“Peran Perempuan dalam
Dunia Pendidikan” yang
diselenggarakan oleh HMJ PAI
IAIN Salataiaga
10 September 2015 Peserta 2
20. Training Makalah dan Motivasi
Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) Fathir Ar-Rasyid IAIN
Salatiga
12 September 2015 Peserta 2
21. IBTIDA’ LDK Fathir Ar-
Rasyid IAIN Salatiga dengan
tema “Ikat Hati Bina Diri
Songsong Teladan Sejati”
3-4 Oktober 2015 Peserta 2
22. IAIN SALATIGA Bersholawat
dan Orasi Kebangsaan dengan
tema “Menyemai Nilai Nilai
Islam Indonesia Untuk
Memperkokoh NKRI dalam
Mewujudkan Baldatun
Toyyibatun Warabbun Ghofur”
6 November 2015 Peserta 2
23. The Exclusive One Day
Workshop Become a Successful
Entrepreneur in The Event of
Workshop Forex Trading For
Living
23 April 2016 Peserta 2
24. Seminar “Stay Positive” yang
diselenggarakan oleh Fakultas
Dakwah IAIN Salatiga
26 Mei 2016 Peserta 2
25. Public Hearing dengan tema
“Apa Kabar Dunia Pendidikan
FTIK IAIN Salatiga?”
diselenggarakan oleh Sena
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan (FTIK)
IAIN Salatiga
22 November 2016 Peserta 2
Jumlah 116