NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI …repository.iainpurwokerto.ac.id/1936/2/COVER,...
Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI …repository.iainpurwokerto.ac.id/1936/2/COVER,...
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA
KARYA TERE-LIYE
SKRIPSI DiajukanKepadaFakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
PurwokertoUntukMemenuhi Salah
SatuSyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikanIslam (S. Pd. I.)
Oleh :
NURUL ISNAENI KHASANAH
NIM. 102331043
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2015
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nurul Isnaeni Khasanah
NIM : 102331043
Jenjang : S-1
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian atau karya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Purwokerto, 08 Mei2015
Saya Yang Menyatakan,
Nurul Isnaeni Khasanah
NIM. 102331043
iii
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Purwokerto, 08 Mei 2015
Hal : Pengajuan Munaqosyah Skripsi
Sdri. Nurul Isnaeni Khasanah
Lamp : 5 (Lima) Eksemplar
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Purwokerto
Di Purwokerto
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Setelah saya mengadakan bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya,
maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : Nurul Isnaeni Khasanah
NIM : 102331043
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-Bidadari
Surga Karya Tere Liye
Dengan ini kami mohon agar skripsi mahasiswa tersebut di atas dapat
dimunaqosyahkan.
Demikian atas perhatian Bapak kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Heru Kurniawan S. Pd., M. A.
NIP. 19810322 200501 1 002
v
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah: 6)
“Hidup ini tidak seperti novel, yang kita bisa mengulangi halaman
pertama kapanpun kita mau. Dalam kehidupan nyata, saat sebuah
kisah tidak lagi asyik, mulai menyakitkan, kita tidak bisa
mengulanginya dari halaman pertama lagi.
Tapi tidak mengapa, karena kita selalu bisa membuat bab baru,
halaman baru. Selalu bisa”
(Tere-Liye)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan untaian syukur, Alhamdulillahi Robbil „Alamiin
atas nikmat-Muya Allah,
skripsi ini dapat terselesaikan,
skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Bapak Wiharso dan Ibu Julastri tercinta,
terima kasih atas segala kasih sayang, dukungan, bimbingan serta
doanya yang senantiasa tak pernah putus.
Kakakku Suwahyo dan saudara-saudaraku semua yang selalu
memberi dorongan dan motivasi kepada penulis.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sedikit kebanggaan dan
kebahagiaan untuk kalian, sebagai bukti kesungguhan belajarku.
vii
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga
Karya Tere Liye
Nurul Isnaeni Khasanah
NIM. 102331043
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel
Bidadari-bidadari Surga Karya Tere-Liye”, yang bertujuan untuk mengetahui
nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surga. Serta
untuk mengetahui bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surgadengan materi pendidikan
agama Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dengan menggunakan metode analisis isi (Content Analysis) , yaitu usaha untuk
mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan
masyarakat pada waktu buku itu ditulis, serta analisis struktural, yaitu analisis
yang menyatukan aspek struktur dengan materialisme historis yang dialektik,
sehingga karya sastra pun harus dipahami sebagai totalitas yang bermakna.
Hasil penelitianini ada dua yaitu, pertama nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye terdiri
dari nilai agama yang meliputi nilai akidah (keimanan) dan nilai ibadah. Dari
peran tokohnya terkandung beberapa nilai moral (akhlak)diantaranya nilai baik
sangka kepada Allah, nilai keikhlasan, nilai syukur, nilai kesabaran, nilai
kedisiplinan, nilai kejujuran, nilai memaafkan, nilai menepati janji, dan nilai kasih
sayang. Serta nilai sosial seperti nilai musyawarah, nilai kerjasama (gotong-
royong), dan nilai berbuat baik dengan tetangga.Kedua, nilai-nilai pendidikan
Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surgamemiliki relevansi
dengan materi pendidikan agama Islam di sekolah. Nilai akidah yang terdapat
dalam novel meliputi nilai iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir Allah.
Nilai tersebut memiliki relevansi dengan materi PAI SMP kelas IX aspek akidah,
yaitu materi tentang meningkatkan keimanan kepada hari akhir dan meningkatkan
keimanan kepada qada dan qadar. Nilai ibadah yang terdapat dalam novel
memiliki relevansi dengan materi PAI aspek fiqih, salah satunya yaitu materi
tentang shalat. Nilai moral (akhlak) yang terdapat pada novel merupakan nilai-
nilai dalam akhlak terpuji, nilai tersebut memiliki relevansi dengan materi PAI
aspek akhlak materi tentang membiasakan perilaku terpuji. Sedangkan nilai sosial
yang terdapat dalam novel tidak memiliki relevansi dengan materi PAI karena
nilai sosial tersebut dalam pembelajaran di sekolah merupakan materi
kewarganegaraan.
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Novel Bidadari-bidadariSurga
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak
dilambangkan
Tidak dilambangkan
ba` B Be
ta`
sa
T
S
Te
Es (dengan titik di atas)
Jim
H
j
h
Je
ha (dengan titik di
bawah)
kha‟ Kh ka dan ha
Dal D De
Zal Z ze (dengan titik di atas)
ra‟ R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Syin Sy es dan ye
Sad S es (dengan titik di
bawah)
Dad D de (dengan titik di
bawah)
ta‟ T te (dengan titik di
bawah)
Za Z zet (dengan titik di
bawah)
„ain „ Koma terbalik di atas
Gain G Ge
ix
fa‟ F Ef
Qaf Q Qi
Kaf K Ka
Lam L `el
Mim M `em
Nun N `en
Waw W W
ha‟ H Ha
Hamzah ` Apostrof
ya‟ Y Ye
Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
Ditulis muta‟addidah
Ditulis „iddah
Ta’ Marbutah di akhir kata bila dimatikan tulis h
Ditulis Hikmah
Ditulis Jizyah
(Ketentuan ini tidak diberlakukan pada kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
a. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,maka
ditulis dengan h.
Ditulis Karamah al-auliya‟
b. Bila ta` marbutah hidup atau dengan harakat fathah atau kasrah atau d`ammah
ditulis dengan t.
Ditulis Zakat al-fitr
x
Vokal Pendek
Fathah ditulis A
Kasrah ditulis I
d‟ammah ditulis U
Vokal Panjang
1. Fathah+alif Ditulis A
Ditulis Jahiliyah
2. Fathah+ya‟ mati Ditulis A
Ditulis Tansa
3. Kasrah+ya‟ mati Ditulis I
Ditulis Karim
4. D‟ammah+wawu mati Ditulis U
Ditulis furud‟
Vokal Rangkap
1. Fathah+ya‟ mati ditulis Ai
Ditulis Bainakum
2. Fathah+wawu mati Ditulis Au
Ditulis Qaul
Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
Ditulis a‟antum
Ditulis u‟iddat
xi
Ditulis la‟in syakartum
Kata Sandang Alif + Lam
a. Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟an
Ditulis al-Qiyas
b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el) nya.
Ditulis as-Sama‟
Ditulis asy-Syams
Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
Ditulis zawi al-furud‟
Ditulis ahl as-Sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil „alamin. Segala puji syukur bagi Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan ridlo-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-
bidadari Surga Karya Tere-Liye”. Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar SajanaPendidikan Islam di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN)Purwokerto.
Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabiyuna Muhammad SAW
yang telah mengubah zaman jahiliyah menjadi zaman yang penuh cahaya dengan
adanya Din al-Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini tentulah banyak sekali pihak yang telah
memberikan bantuan, nasihat, bimbingan dan motivasi, baik dalam segi material
maupun moral. Oleh karena itu dengan ketulusan hati, izinkanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. A. Lutfi Hamidi, M.Ag., RektorInstitut Agama Islam NegeriPurwokerto.
2. Drs. Munjin, M.Pd.I., WakilRektor I Institut Agama Islam NegeriPurwokerto.
3. Drs. Asdlori, M.Pd.I., Wakil Rektor II Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto.
4. H. Supriyanto, Lc. M.Si., Wakil Rektor III Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto.
xiii
5. Kholid Mawardi, S.Ag., M.Hum., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
6. Dr. Suparjo, M.A., KetuaJurusanPendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam NegeriPurwokerto.
7. Drs. Amat Nuri, M.Pd.I., Penasehat Akademik PAI-1 Angkatan 2010 Institut
Agama Islam Negeri Purwokerto.
8. Heru Kurniawan S. Pd., M. A., dosen pembimbing penulis yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Segenap Dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri Purwokertoyang
telah membekali berbagai ilmu pengetahuan dan arahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Kedua orangtua penulis (Bapak Wiharso dan Ibu Julastri) dan kakakku
(Suwahyo) yang telah memberikan motivasi, semangat, doa, serta dukungan
untuk penulis.
11. Dengan penuh kasih sayang dan ketulusan hati teman-teman PAI-1 angkatan
2010, semoga kita tetap erat walau jarak nanti akan memisahkan kita. Canda
tawa kalian tak akan terlupakan. Semoga Allah tetap menjaga persahabatan
kita selalu.
12. Bang Tere-Liye (Darwis), yang telah menciptakan novel yang syarat nilai-
nilai pendidikan sehingga menginspirasi penulis untuk melakukan tinjauan
dan pendalaman.
xiv
13. Untuk teman-teman seperjuanganku, Arini, Shofi, Sikhol, Atri, Isna, Feri,
Mba Ida, Lupi, Eva, Laely, Tiwil, terimakasih atas bantuan dan motivasinya.
14. Untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih.
Tiada kata yang dapat penulis sampaikan, kecuali doa semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan
balasan yang sebaik-baiknya. Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak
begitu pula dengan skripsi yang telah disusun oleh penulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Aamiin.
Purwokerto, 08 Mei2015
Penulis,
Nurul Isnaeni Khasanah
NIM. 102331043
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .............................................. iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Definisi Operasional ........................................................... 7
C. Rumusan Masalah ............................................................... 10
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................ 11
E. Kajian Pustaka .................................................................... 12
F. Metode Penelitian ............................................................... 14
G. Sistematika Pembahasan ..................................................... 21
xvi
BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DAN STRUKTUR
NOVEL SEBAGAI KARYA SASTRA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam .......................... 23
2. Dasar Pendidikan Islam ................................................... 28
3. Tujuan Pendidikan Islam ................................................. 30
4. Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Islam ................................ 33
B. Struktur Novel Sebagai Karya Sastra
1. Pengertian Novel ............................................................. 49
2. Fungsi Sastra dalam Dunia Pendidikan ........................... 50
3. Struktur Novel .................................................................. 53
4. Relevansi Karya Sastra dengan Masyarakat ................... 59
BAB III DESKRIPSI NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA
TERE-LIYE
A. Biografi Tere-Liye ................................................................. 65
B. Karya-karya Tere-Liye .......................................................... 66
C. Corak Pemikiran Tere Liye ................................................... 67
D. Kelebihan dan Kekurangan Novel Bidadari-bidadari Surga ..70
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE-LIYE
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-bidadari
Surga Karya Tere-Liye............................................................ 73
xvii
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-
bidadari Surga dengan Materi Pendidikan Agama Islam ..... 121
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 131
B. Saran ..................................................................................... 132
C. Kata Penutup.......................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sinopsis Novel Bidadari-Bidadari Surga
Lampiran 2 Kutipan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Bidadari-
Bidadari Surga
Lampiran 3 Surat-surat Administrasi Penulis
Lampiran 4 Sertifikat-sertifikat Penulis
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye
Nurul Isnaeni Khasanah NIM. 102331043
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-
bidadari Surga Karya Tere-Liye”, yang bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surga. Serta untuk mengetahui bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surgadengan materi pendidikan agama Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi (Content Analysis) , yaitu usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakat pada waktu buku itu ditulis, serta analisis struktural, yaitu analisis yang menyatukan aspek struktur dengan materialisme historis yang dialektik, sehingga karya sastra pun harus dipahami sebagai totalitas yang bermakna.
Hasil penelitianini ada dua yaitu, pertama nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye terdiri dari nilai agama yang meliputi nilai akidah (keimanan) dan nilai ibadah. Dari peran tokohnya terkandung beberapa nilai moral (akhlak)diantaranya nilai baik sangka kepada Allah, nilai keikhlasan, nilai syukur, nilai kesabaran, nilai kedisiplinan, nilai kejujuran, nilai memaafkan, nilai menepati janji, dan nilai kasih sayang. Serta nilai sosial seperti nilai musyawarah, nilai kerjasama (gotong-royong), dan nilai berbuat baik dengan tetangga.Kedua, nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surgamemiliki relevansi dengan materi pendidikan agama Islam di sekolah. Nilai akidah yang terdapat dalam novel meliputi nilai iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir Allah. Nilai tersebut memiliki relevansi dengan materi PAI SMP kelas IX aspek akidah, yaitu materi tentang meningkatkan keimanan kepada hari akhir dan meningkatkan keimanan kepada qada dan qadar. Nilai ibadah yang terdapat dalam novel memiliki relevansi dengan materi PAI aspek fiqih, salah satunya yaitu materi tentang shalat. Nilai moral (akhlak) yang terdapat pada novel merupakan nilai-nilai dalam akhlak terpuji, nilai tersebut memiliki relevansi dengan materi PAI aspek akhlak materi tentang membiasakan perilaku terpuji. Sedangkan nilai sosial yang terdapat dalam novel tidak memiliki relevansi dengan materi PAI karena nilai sosial tersebut dalam pembelajaran di sekolah merupakan materi kewarganegaraan. Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Novel Bidadari-bidadariSurga
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nilai merupakan suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang
diyakini sebagai salah satu identitas yang memberi corak khusus kepada
pola pemikiran, perasaan, keterkaitan, maupun perilaku. Nilai adalah
sesuatu yang bersifat abstrak, melekat pada suatu sistem kepercayaan yang
berhubungan dengan subyek dan mampu memberi arti bagi manusia.1
Secara filosofis, nilai sangatlah terkait dengan masalah etika. Etika
juga sering disebut filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai
tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai
aspekkehidupannya. Sumber-sumber etika dan moral bisa merupakan hasil
pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi, bahkan dari agama. Dalam
konteks etika pendidikan dalam Islam, maka sumber etika dan nilai-nilai
yang paling shahih adalah Al-Qur’an dan Sunah Nabi SAW., yang
kemudian dikembangkan oleh hasil ijtihad para ulama. Nilai-nilai
bersumber pada adat istiadat atau tradisi dan ideologi yang sangat rentan
dan situasional. Sebab keduanya adalah produk budaya manusia yang
bersifat relatif. Kadang-kadang bersifat lokal dan situasional.
1 Zakiyah Daradjat, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm.
260.
1
2
Sedangkannilai-nilai Al-Qur’an, yaitu nilai-nilai yang bersumber kepada Al-
Qur’an adalah kuat, karena ajaran Al-Qur’an bersifat mutlak dan universal.2
Dalam kehidupan sosial kemanusiaan, pendidikan bukan hanya suatu
upaya untuk melakukan suatu proses pembelajaran yang bermaksud
membawa manusia hanya menjadi sosok potensial dan intelektual melalui
transfer pengetahuan umum, tetapi juga suatu proses yang akan membentuk
watak, etika, estetika melalui transfer nilai. Pendidikan berperan penting
sebagai penolong dalam menuntun manusia meraih kehidupan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin berkembang.
Dengan semakin berkembangnya media, menjadi salah satu tantangan bagi
penyelenggara pendidikan. Disini akan sangat terlihat mana penyelenggara
pendidikan yang mampu mengikuti perkembangan zaman dan mana yang
tidak. Pemanfaatan media bagi dunia pendidikan sangatlah berdampak
positif, asalkan dalam penggunanannya ada batasan-batasan dan aturan-
aturan yang tidak melanggar nilai-nilai moral dan keagamaan.
Karya sastra dapat menjadi salah satu media yang multifungsi. Sastra
sebagai bagian dari karya seni sejauh ini hanya mementingkan aspek
hiburan, yakni dengan menunjukkan aspek estetisnya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa fungsi dari karya seni adalah untuk menghibur. Namun
dibalik itu, karya seni yang baik itu, karya yang tak hanya mementingkan
nilai keindahan dan hiburan semata, namun karya seni yang sarat dengan
2 Said Agil Husain Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), hlm. 3.
3
nilai-nilai, yakni isi dan pesan yang dapat diambil setelah karya sastra
tersebut dinikmati.
Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk
mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia, yang berisi ide, gagasan,
dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya
pengarang serta menggunakan media bahasa dalam penyampaiannya. Karya
sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas
manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang
telah ada dalam jiwa pengarang secara mendalam melalui proses imajinasi.
Salah satu kesusasteraan yang paling dikenal adalah novel. Novel
merupakan hasil daya cipta seorang pengarang akan pengalaman
kehidupannya serta bentuk-bentuk kehidupan masyarakat. Masyarakat kerap
mengatakan bahwa novel adalah wadah untuk mengungkapkan kehidupan
manusia dari berbagai aspek, karena mengungkapkan berbagai perasaan di
dalamnya, misalnya latar belakang kehidupan masyarakat itu menjadi dasar
penciptaan sebuah karya sastra. Sebagai sebuah karya sastra yang banyak
diminati, novel tidak hanya menghibur tetapi juga menjadi pelajaran bagi
pembaca, sebab dalam sebuah karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan.
Karya sastra khususnya novel, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
hadirnya pedoman bagi pembaca dalam menghadapi persoalan kehidupan.
Perkembangan novel di Indonesia saat ini cukup pesat, terbukti
banyaknya novel-novel yang diterbitkan. Salah satunya adalah novel
Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Novel tersebut merupakan novel
4
yang menceritakan kisah yang menggetarkan dan sangat inspiratif tentang
perjalanan hidup lima orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa
terpencil dan lingkungan keluarga yang serba terbatas. Meskipun hidup
dalam ekonomi yang terbatas, keutuhan dan kasih sayang dalam keluarga
tetap terjaga. Dengan semangat kerja keras dan hidup saling menyayangi
antara satu dengan yang lainnya dapat membuat kehidupan lima kakak
beradik tersebut lebih baik dan dapat membawa perubahan bagi
lingkungannya.
Novel ini menggambarkan cerita dengan keindahan yang tulus. Kisah
perjalanan lima orang kakak beradik yang diceritakan dengan sangat baik,
sederhana, dan mudah dipahami. Novel ini juga mengandung nilai-nilai
yang mendidik seperti mengajarkan kita untuk bersikap kasih sayang,
berani, ikhlas, cinta keluarga dan bersyukur kepada Sang Pencipta yang
pada masa sekarang ini semakin tergerus arus meterialisme dan
individualisme.
Novel ini mengangkat tema mengenai kesederhanaan dalam hidup dan
kasih sayang dalam keluarga.Meskipun Laisa bukanlah anak dari mamak
Lainuri, namun mamak Lainuri tetap menyayangi Laisa sebagaimana anak
kandungnya.Sepeninggal bapaknya, Laisa dititipi pesan untuk menjaga
adik-adiknya dan membuat keempat adiknya agar dapat mencapai
kesuksesan masa depan. Laisa yang penuh kerja keras dan pantang
menyerah bertekad untuk menjalankan amanah bapaknya tersebut dengan
mendidik adik-adiknya.
5
Seperti halnya penggalan cerita dalam novel Bidadari-bidadari Surga
berikut ini:
“Dan dari sisi keturunan, Kak Laisa memang bukan turunan raja atau
bangsawan ternama, tapi keluarga mereka terhormat, pekerja keras,
tidak pernah meminta-minta, berdusta, atau melakukan hal buruk
lainnya. Sejak dulu Babak mengajarkan tentang harga diri keluarga,
mengajarkan tentang menjaga nama baik keluarga lebih penting
dibandingkan soal kalian keturunan siapa. Menjadi keluarga yang
jujur meski keadaan sulit. Berbuat baik dengan tetangga sekitar, dan
sebagainya”.3
Pelajaran yang disampaikan kepada pembaca pada penggalan novel
tersebut adalah mengenai nilai kejujuran dan harga diri keluarga.Novel
mampu memikat dan menarik perhatian pembaca tanpa memakan waktu,
menyentuh hati manusia di keadaan yang utuh, menyeluruh, dan mendidik.
Hal ini juga memberikan kesempatan untuk mengembangkan pola pikir
begitu puas.
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat dimana
dia hidup. Dengan pendidikan, manusia akan mendapatkan berbagai macam
pengetahuan untuk bekal kehidupannya karena pendidikan merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.4
Novel Bidadari-bidadari Surgasarat dengan nilai-nilai pendidikan
Islam, sehingga peneliti tertarik untuk menjadikan novel tersebut sebagai
objek penelitian. Faktor lain yakni bahwa karya sastra dapat dijadikan media
alternatif yang sangat baik dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, untuk
3 Tere-Liye, Bidadari-bidadari Surga, (Jakarta: Republika, 2014), cet. XVIII, hlm. 233.
4 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 2.
6
mengoptimalkan penanaman dari nilai-nilai moral dan pendidikan yang
terkandung dalam sastra, peneliti menguraikan teks-teks dari novelBidadari-
bidadari Surga.Novel ini sangat cocok untuk dibaca oleh berbagai kalangan
karena nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut dapat mengubah
tingkah laku ke arah yang lebih baik, serta penuh dengan nilai-nilai moral
dan pendidikan yang dituangkan dalam kalimat-kalimat yang menarik, lucu,
ceria, mengharukan, dan penuh teladan.
Nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari
Surga karya Tere Liye merupakan cerminan kehidupan saat ini, sikap rajin
beribadah dan mensyukuri nikmat Tuhan yang ditampilkan oleh tokoh
merupakan gambaran dari seseorang yang taat beragama. Contoh sikap
ketaaan yang terdapat dalam novel ini ditampilkan oleh Dalimunte.
Dalimunte merupakan seorang anak yang rajin melaksanakan ibadah. Hal
tersebut terlihat dari sikap Dalimunte yang rajin melaksanakan shalat di
masjid. Ketaatan kepada agama merupakan kewajiban kita sebagai umat
muslim. Oleh karena itu, novel ini dapat mengajarkan bagaimana mentaati
perintah agama dan selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya.
Selain sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam, banyak resepsi para
ahli terhadap novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye ini,
diantaranya:
“Penulis novel ini berhasil memberikan karya cerita yang
menggambarkan kesuksesan yang dicapai dengan kerja keras,
pengorbanan yang ikhlas dan rasa syukur kepada Sang Pencipta”.5
5 Resepsi Djoko Santoso, Prof. Dr. Ir. M. Sc., Rektor Institut Teknologi Bandung.
7
“Novel sederhana tapi menyentuh nilai-nilai kemanusiaan seperti
pengorbanan, keikhlasan, dan cinta keluarga yang di dunia kita
semakin tergerus arus materialisme dan individualisme.
Mengharukan sekaligus melegakan”.6
“Ini memang kisah yang menawarkan keharuan karena cinta. Namun,
ini bukan keharuan cinta segitiga, segiempat, atau segilima yang
sering kali memojokkan kita pada sekadar aksi rebutan perasaan
antara laki-laki dan sejumlah perempuan ataupun sebaliknya. Inilah
keharuan yang kita butuhkan untuk menyemai cinta agar tumbuh
sebagai pohon surga tempat para bidadarinya mengukir senyum
mempesona. Inilah keharuan yang telah memposisikan desa tidak
lagi sebagai subordinat atas kota, bahkan dunia, melainkan sebagai
pusat kearifan dan sumber nilai kemanusiaan yang hakiki. Inilah
keharuan yang memantulkan cerlang pengalaman dalam
kombinasinya yang canggih: kesiapan mencerap dan kesiapan
mengisahkan penulisnya. Inilah keharuan, juga air mata, yang mesti
kita dapatkan untuk mengisi kantung emosi cinta kita yang mungkin
sudah bolong-bolong”.7
Dengan melihat isi dari novel Bidadari-bidadari Surga yang penuh
dengan pelajaran dibalik kelebihan dan kekurangan novel tersebut, maka
penulis merasa sangatlah tepat menjadikan novel ini sebagai sumber
penelitian. Penelitian ini akan mengkaji novel Bidadari-bidadari Surga
sebagai sebuah karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan,
terutama nilai pendidikan Islam yangdituangkan dalam judul “Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-bidadari Surga Karya Tere-Liye”.
B. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka perlu
diberikan penegasan terhadap istilah-istilah yang dimaksud dalam judul
tersebut sebagai berikut:
6 Resepsi M. Yusuf Wibisana, Chairman Pricewaterhouse Coopers Indonesia, Ketua
Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Ketua Komite Akuntansi Syariah-Ikatan Akuntan Indonesia. 7 Resepsi Muhammad Yulius, Pemimpin Redaksi Majalah Annida.
8
1. Nilai-nilai Pendidikan Islam
Pengertian nilai menurut Milton Roceach dan James Bank dalam
Mawardi Lubis adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang
lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang harus bertindak atau
menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau
tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.8 Sedangkan menurut
Fraenkel, nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan,
kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya
dijalankan dan dipertahankan.9
Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu
peserta didik pada kehidupan pribadi masyarakat dan alam
sekitarnya.10
Menurut Achmadi pendidikan Islam adalah segala usaha
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya
manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia yang seutuhnya
(insan kamil) sesuai norma.11
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta
didik untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berilmu dan
berakhlak mulia.
8 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.
16. 9 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai..., hlm. 17.
10Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 399. 11
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 28-29.
9
Dari pengertian nilai dan pengertian pendidikan Islam, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah sesuatu yang
dianggap penting dalam materi bimbingan yang dilakukan terhadap
seseorang untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berilmu
dan berakhlak mulia.
Nilai-nilai pendidikan Islamyang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hal-hal penting yang perlu diketahui dalam novel Bidadari-
bidadari Surga karya Tere-Liye tentang pesan moral dan pendidikan
masyarakat agar tercipta manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, dan
berakhlak mulia sesuai tuntunan agama Islam.
2. Novel Bidadari-bidadari Surga
Novel Bidadari-bidadari Surga adalah sebuah novel yang berisi
tentang kasih sayang keluarga, tentang pengorbanan seorang kakak.
Tere-Liye berhasil menggambarkan kesuksesan yang dicapai dengan
kerja keras, pengorbanan yang ikhlas, dan rasa syukur pada Sang
Pencipta. Novel ini sangat cocok untuk dibaca oleh berbagai kalangan
karena nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut dapat mengubah
tingkah laku ke arah yang lebih baik. Tere-Liye menulis novel ini dengan
tujuan untuk menyebarkan bagaimana menjalani hidup yang penuh
dengan pengorbanan dan kerja keras yang dilandasi dengan kasih sayang
dalam keluarga.
10
3. Tere-Liye
Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia
lahir pada tanggal 21 mei 1979. Tere Liye menikah dengan Ny.Riski
Amelia dan di karuniai seorang putra bernama Abdullah Pasai.Tere Liye
tumbuh di Sumatera Pedalaman. Ia berasal dari keluarga sederhana yang
orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh
bersaudara ini sampai saat ini telah menghasilkan 20 karya. Bahkan
beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar. Berdasarkan email
yang di jadikan sarana komunikasi dengan para penggemarnya yaitu
Dari definisi operasional tersebut, maka yang dimaksud dengan judul
Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-bidadari Surga adalah
penelitian yang dilakukan untuk menemukan Nilai-nilai Pendidikan Islam
yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surga Karya Tere-Liye.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka pokok
permasalahan yang akan dibahas dalampenelitian ini adalah:
1. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terdapat dalam novel
Bidadari-bidadari Surga karya Tere-Liye?
12
http://auliayusizulva.blogspot.com/2014/05/biografi-darwis-tere-liye.html, diakses pada
16 Januari 2015, jam 12.35.
11
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam
novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere-Liye dengan materi
Pendidikan Agama Islam (PAI)?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan
Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere-
Liye.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang positif dan
kontruktif bagi dunia pendidikan, khususnya bagi pengembangan
nilai-nilai pendidikan Islam melalui pemanfaatan seni sastra. Serta
untuk menambah wawasan tentang keberadaan seni sastra (novel)
yang memuat tentang pendidikan Islam.
b. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yakni tidak hanya
memprioritaskan nilai jual dari sisi keindahannya namun juga
hendaknya lebih memperhatikan isi dan pesan yang dapat diambil dari
karya seni tersebut.
c. Bagi civitas akademica, penelitian ini diharapkan agar dapat
digunakan sebagai salah satu acuan bagi pelaksanaan penelitian-
penelitian yang relevan di masa yang akan datang.
12
E. KajianPustaka
Penelusuran telaah pustaka ini didasarkan pada kemampuan penulis
dalam menjangkau penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
penelitian ini. Setelah dilakukan penelusuran, penulis menemukan
beberapapenelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:
Pertama, Penelitian (Skripsi) yang dilakukan oleh Riyadlo Sholikhah
yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al- Qur’an(Kajian
Tafsir Surat Al-Hujuraat ayat 11-13)”. Dalampenelitianiniberisi Al-Qur’an
merupakanpedomanhidupumat Islam
salahsatunyadalamakhlakdanpendidikan.13
Penelitian tersebut memiliki
perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu penelitian yang
dilakukan Riyadlo Solikhah hanya membahas tentang pendidikan akhlak
saja dan didasarkan pada Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11-13. Sedangkan
penelitian yang penulis lakukan yaitu mengkaji tentang nilai-nilai
pendidikan Islam yang meliputi nilai agama (akidah dan ibadah), nilai moral
(akhlak), dan nilai sosial yang terdapat dalam novel.
Kedua, Penelitian(Skripsi) yang dilakukanolehLutfiyanayang
berjudul“ Nilai-nilaiPendidikan Islam Dalam Novel LaskarPelangiKarya
Andrea Hirata”. Penelitianiniberisitentangpemikiran Andrea Hirata dalam
Novel LaskarPelangi, kemudiandikaitkandenganpendidikan Islam.14
Penulis
mencantumkan penelitian ini karena penelitian ini merupakan Library
13
Riyadlo Solikhah, “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al- Qur’an (Kajian Tafsir
Surat Al-Hujuraat ayat 11-13)”, (Purwokerto: Skripsi STAIN Purwokerto, 2010). 14
Lutfiyana, “Nilai-nilaiPendidikan Islam Dalam Novel LaskarPelangiKarya Andrea
Hirata”, (Purwokerto: Skripsi STAIN Purwokerto, 2010).
13
Research dan sama-sama mencari makna nilai pendidikan Islam dalam
suatu literature. Perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya, pada
penelitian yang dilakukan oleh Lutfiyah objek yang digunakan yaitu novel
Laskar Pelangi sedangkan objek yang penulis gunakan yaitu novel
Bidadari-bidadari Surga.
Ketiga, Penelitian (Skripsi) yang dilakukanolehSoliah yang berjudul
“Nilai-nilaiPendidikan Islam dalam Nada Karya Roma Irama”.
Penelitianiniberisitentangpesan moral danpendidikanmasyarakat agar
terciptamanusia yang beriman, bertaqwa,
berilmudanberakhlaqmuliasesuaituntutan Agama Islam.15
Penelitian yang
dilakukan oleh Soliah mempunyai kesamaan dengan penelitian yang
dilakukan penulis, yaitu sama-sama membahas tentang nilai-nilai
pendidikan Islam, tetapi dalam penelitian Soliah mengkaji nilai-nilai
pendidikan Islam dalam lagu sedangkan penulis mengkaji nilai-nilai
pendidikan Islam dalam novel.
Secara mendasar penelitian tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam
novel Bidadari-bidadari Surga di lingkungan IAIN Purwokerto belum
pernah dilakukan. Yang menarik dari penelitian ini adalah bagaimana
melakukan eksplorasi atas isi dari nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat
dalam Novel Bidadari-bidadari Surga. Dimana dalam novel ini mampu
memberikan inspirasi bagi jutaan pembaca, karena novel ini bercerita
tentang seorang kakakyang dititipi pesan untuk menjaga adik-adiknya dan
15
Soliah, “Nilai-nilaiPendidikan Islam dalam Nada Karya Roma Irama”, (Purwokerto:
Skripsi STAIN Purwokerto, 2013).
14
membuat keempat adiknya agar dapat mencapai kesuksesan masa depan.
Laisa yang penuh kerja keras dan pantang menyerah bertekad untuk
menjalankan amanah bapaknya tersebut dengan mendidik adik-adiknya. Hal
ini dapat memberikan motivasi yang baik bagi para pembaca untuk
memberikan pendidikan kepada keluarganya khususnya pendidikan Islam.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka atau Library
Research. Penelitian pustaka atau Library Research adalah menjadikan
bahan pustaka berupa buku, majalah ilmiah, dokumen-dokumen dan
materi lainnya yang dapat dijadikan sumber rujukan dalam penelitian
ini.16
Dalam penelitian ini buku yang digunakan sebagai pokok penelitian
adalah novel yang berjudul Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye,
disamping itu juga buku-buku yang terkait dengan pokok permasalahan
dalam penelitian ini yang digunakan sebagai pembanding.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualiatif merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan
data non angka atau berupa dokumen-dokumen manuskrip maupun
pemikiran-pemikiran yang ada, dimana dari data tersebut kemudian
dikategorikan berdasarkan relevansinya dengan pokok permasalahan
yang dikaji. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, yaitu data non
16
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.9.
15
angka yang berupa tulisan atau teks-teks yang terdapat dalam novel
Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber primer dalam penelitian ini adalah sumber asli baik
berbentuk dokumen maupun peninggalan lainnya. Dalam hal ini data
diperoleh secara langsung dari objek penelitian yaitu Nilai Pendidikan
Islam yang terdapat dalam Novel Bidadari-bidadari Surga. Adapun
sumber primernya dalam penelitian ini yaitu Novel Bidadari-bidadari
Surgakarya Tere-Liye.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber sekunder merupakan hasil penggunaan sumber-sumber
lain yang tidak langsung dan sebagai dokumen yang murni ditinjau
dari kebutuhan peneliti.17
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku,
internet dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan Novel
Bidadari-bidadari SurgaKarya Tere-Liye dan Nilai-nilai Pendidikan
Islam.
Buku dan sumber lain yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya:
1) Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, karya
Zulkarnain.
17
WinarnoSurakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metoda,Teknik, (Bandung:
Tarsito, 1994), hlm. 134.
16
2) Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun
Pendidikan Islam, karya Abd. Aziz.
3) Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis, dan
Praktis, karya Al-Rasyidin dan Samsul Nizar.
4) Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, karya M. Arifin.
5) Teori Pengkajian Fiksi, karya Burhan Nurgiyantoro.
6) Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra, karya Heru
Kurniawan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.18
Metode ini
dilakukan dengan cara mencari dan menghimpun bahan-bahan pustaka
untuk ditelaah isi tulisan terkait dengan Nilai-nilai Pendidikan Islam yang
terdapat dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere-Liye.
4. Metode Analisis Data
a. Analisis Isi (Conten Analysis)
Rumusan Budd sebagaimana dikutip oleh Amirul Hadi dan
Haryono, menjelaskan bahwa content analyisis merupakan metode
analisis yang pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik untuk
18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rajawali, 2002), hlm. 135.
17
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis perilaku komunikasi yang terbuka
dari komunikasi yang dipilih.19
Hadari Nawawi mengemukakan
bahwa content analysis (analisis isi) dalam penelitian dilakukan
untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi
penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis.20
Sementara pendapat Holsti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
mengungkapkan bahwa content analysis merupakan teknik apapun
yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan, dan digunakan secara objektif dan
sistematis.21
Secara teknis, content analysis mencakup upaya
klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi,
menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi dan menggunakan
teknik analisis tertentu sebagai pembuatan prediksi.
Adapun dari metode analisis data yang digunakan oleh penulis,
yaitu analisis yang akan dilakukan terhadap data-data yang dimaksud
dengan menggunakan langkah-langkah sebagaimana yang ditulis oleh
Lexy J. Moleong, yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan
19
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), hlm. 175. 20
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 14. 21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 220.
18
penarikan kesimpulan.22
Langkah-langkah tersebut untuk lebih
jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan sebuah proses pengikhtisaran data
dari berbagai bentuk data yang didapat. Semisal, hasil observasi,
wawancara, serta data-data dalam bentuk dokumen. Semua data
yang diperoleh dengan berbagai metode di atas akan direduksikan
menjadi bentuk kalimat-kalimat yang bisa dipahami oleh penulis
sehingga memudahkan dalam langkah selanjutnya, yaitu
penyajian data.
2) Penyajian Data
Adapun maksud dari penyajian data yang telah didapat dalam
bentuk kalimat-kalimat yang bertujuan untuk menyampaikan
berbagai fakta yang ditemukan di lapangan. Proses ini sekaligus
dilakukan terhadap data yang telah didapat, yaitu dengan
mengkomparasikan antara data yang ada dengan teori-teori yang
digunakan.
3) Penarikan Kesimpulan
Dalam proses penarikan kesimpulan ini, menjadi langkah
terakhir dari proses penelitian yang dilakukan, hal ini bertujuan
untuk menyajikan poin-poin penting dari hasil penelitian yang
22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif..., hlm. 288.
19
telah dilakukan. Sehingga pada tahap ini akan ditemukan hal-hal
baru dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
b. Analisis Struktural
Secara etimologis struktur berasal dari kata structura, bahasa
Latin, yang berarti bentuk atau bangunan.23
Menurut Teeuw
sebagaimana dikutip oleh Nyoman Kutha Ratna, khususnya dalam
ilmu sastra, strukturalisme berkembang melalui tradisi formalisme.
Artinya, hasil-hasil yang dicapai melalui tradisi formalis sebagian
besar dilanjutkan dalam strukturalis.24
Secara definitif strukturalisme
berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan
mekanisme antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur
dengan unsur lainnya, di pihak yang lain hubungan antar unsur dengan
totalitasnya.25
Setiap karya sastra, baik karya sastra dengan jenis yang
sama maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda.
Disamping sebagai akibat ciri-ciri inheren tersebut, perbedaan unsur
juga terjadi sebagai akibat perbedaan proses resepsi pembaca.26
Menurut Goldmann dalam bukunya Heru Kurniawan,
strukturalisme-genetik adalah analisis yang menyatukan aspek struktur
dengan materialisme historis yang dialektik, sehingga karya sastra pun
23
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari
Strukturalisme Hingga Poststrukturalisme Perspektif Wacana Naratif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hlm. 88. 24
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra..., hlm. 88. 25
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra..., hlm. 91. 26
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra..., hlm. 93.
20
harus dipahami sebagai totalitas yang bermakna.27
Secara sederhana
metode strukturalisme genetika dapat dijelaskan langkah kerjanya
sebagai berikut28
:
Pertama, setelah melakukan pembacaan yang intens dan cermat,
dengan mencermati relasi antara tokoh dengan objek dan dunia, dan
relasi struktur karya sastra dalam konteks historis dan sosial yang
melingkupinya, maka dapat dibangun sebuah model yang bisa
memberikan tingkat probabilitas atas struktur karya sastra. Model ini
berupa pandangan dunia yang bisa dirumuskan setelah membaca
karya sastra.
Kedua, setelah ditentukannya model yang berupa pandangan
dunia, analisis bergerak ke unit-unit kecil yang membangun struktur
karya sastra yang besar. Analisis unit-unit struktur ini bergerak pada
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tokoh.
Ketiga, setelah analisis “keseluruhan-bagian” dalam memahami
struktur karya sastra yang dimediasi oleh pandangan dunia, maka
analisis ditingkatkan pada konteks “pemahaman-penjelasan”, yaitu
analisis terhadap konteks pandangan dunia penulis sebagai subjek
kolektif masyarakat yang menjadi genetik karya sastra.
27
Heru Kurniawan, Teori, Metode, dan Aplikaksi Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012), hlm. 104. 28
Heru Kurniawan, Teori, Metode, dan Aplikaksi Sosiologi Sastra..., hlm. 116-117.
21
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, peneliti memberikan
gambaran singkat mengenai sistematika penulisan sebagai berikut :
Skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pertama berisi halaman
judul, pernyataan keaslian, nota dinas pembimbing, pengesahan, abstrak,
pedoman transliterasi, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.
Bagian kedua adalah isi pembahasan skripsi atau bagian inti dari
skripsi yang terdiri dari lima bab pembahasan, yaitu:
Bab pertama berisi Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang
Masalah, Definisi Operasional, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Kajian Pustaka, dan Sistematika Pembahasan.
Bab Kedua berisi Landasan Teori.Dalam bab ini berisi 3 sub pokok
pembahasan, yaitu yang pertama tentangnilai-nilai pendidikan Islam yang
terdiri dari pengertian nilai, pengertian pendidikan Islam, pengertian nilai
pendidikan Islam, dasar pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, dan
bentuk nilai-nilai pendidikan Islam. Kemudian yang kedua yaitu tentang
materi pendidikan agama Islam sekolah. Serta yang ketiga yaitu struktur
novel sebagai karya sastra, yang meliputi pengertian novel, fungsi novel,
struktur novel dan relevansi karya sastra dengan masyarakat.
Bab Ketiga berisitentang Deskripsi Novel Bidadari-bidadari
Surgayang meliputi, biografi Tere Liye, karya-karya Tere Liye, corak
pemikiran Tere Liye, serta kelebihan dan kekurangan novel Bidadari-
bidadari Surga.
22
Bab keempat berisi analisis yang berkaitan dengan isi nilai-nilai
pendidikan Islam dalam novel Bidadari-bidadari Surga yang terdiri dari:
Nila-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Bidadari-bidadari Surga dan
relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Bidadari-bidadari Surga
dengan materi pendidikan agama Islam.
Bab kelima berisi Penutup yang meliputi Kesimpulan, Saran, dan kata
penutup.
Sedangkan bagian ketiga adalah bagian akhir dalam skripsi ini yang
terdiri dari halaman daftar pustaka, halaman lampiran, dan halaman daftar
riwayat hidup.
131
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah penulis paparkan pada bab
IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novelBidadari-
bidadari Surga karya Tere Liye meliputi tiga aspek nilai, yaitu
pertama, nilai agama yang terdiri dari nilai akidah dan nilai
ibadah.Dalam nilai akidah terdapat dua jenis nilai, yaitu iman kepada
hari akhir dan iman kepada takdir Allah. Sedangkan dalam nilai
ibadah terdiri dari: shalat, zakat, adzan, wudhu, dan berdoa. Kedua,
yaitu nilai moral (Akhlak), yang meliputi nilai baik sangka kepada
Allah, nilai keikhlasan, nilai syukur, nilai kesabaran, nilai
kedisiplinan, nilai kejujuran, nilai memaafkan, nilai menepati janji,
dan nilai kasih sayang. Serta yang ketiga yaitu nilai sosial yang
meliputi nilai musyawarah, nilai kerjasama (gotong-royong), dan nilai
berbuat baik dengan tetangga.
2. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Bidadari-
bidadari Surga memiliki relevansi dengan materi pembelajaran di
SMP pada kelas IX, yaitu pada materi pendidikan agama Islam aspek
akidah, akhlak, dan fiqih. Nilai akidah yang terkandung dalam novel
meliputi iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir Allah. Nilai
tersebut memiliki relevansi dengan materi PAI aspek akidah di SMP
131
132
kelasIX, karena dalam pembelajaran PAI aspek akidah di SMP kelas
IX pada semester satu membahas tentang meningkatkan keimanan
kepada hari akhir dan pada semester dua membahas tentang
meningkatkan keimanan kepada qada dan qadar. Nilai ibadah yang
terkandung dalam novel memiliki relevansi dengan materi PAI aspek
fiqih di SMP kelas IX, salah satunya yaitu tentang ibadah shalat.
Karena dalam pembelajaran PAI aspek fiqih di SMP kelas IX terdapat
materi tentang memahami tata cara berbagai shalat sunah, dan materi
shalat selalu diajarkan dari kelas VII sampai kelas IX.Nilai moral
(akhlak) yang terkandung dalam novel memiliki relevansi dengan
materi PAI aspek akhlak di SMP kelas IX, karena nilai-nilai akhlak
yang terkandung dalam novel merupakan akhlak yang terpuji dan
dalam pembelajaran akhlak di SMP kelas IX terdapat materi tentang
membiasakan perilaku terpuji. Sedangkan nilai sosial yang terkandung
dalam novel tidak termasuk dalam materi pembelajaran PAI di SMP,
tetapi merupakan bagian dari pendidikan kewarganegaraan.
B. SARAN
Sebagai salah satu tradisi ilmiah, maka adanya saran yang
membangun diperlukan untuk menjadi referensi perbaikan di peneletian-
penelitian selanjutnya.
1. Saran bagi penulis novel (Tere-Liye), teruslah menelurkan karya-karya
hebat yang mampu menggugah generasi muda untuk ikut serta berkarya.
133
Membuat novel yang syarat akan nilai-nilai pendidikan yang mampu
memotivasi bangsa menjadi lebih bersyukur, bersabar dan penuh kasih
sayang.
2. Saran bagi pendidik, guru dan orangtua atau siapa saja yang memiliki
komitmen untuk menyampaikan pendidikan Islam, dapat menjadikan
novel Bidadari-bidadari Surga sebagai salah satu media pembelajaran
dalam pendidikan Islam. Mereka bisa menggunakan novel untuk anak-
anak meresapi nilai-nilai kebaikan yang terkandung didalamnya,
melakukan kajian isi, pesan dan kandungan novel.
3. Saran bagi peserta didik
a. Peserta didik adalah calon pemimpin bangsa di masa depan, sudah
seharusnya membentengi diri dengan nilai-nilai pendidikan yang baik,
khususnya nilai pendidikan Islam, sehingga mampu memimpin bangsa
dengan baik juga.
b. Senantiasa patuh dan berbakti pada orangtua dan guru, karena mereka
lah pembuka pintu gerbang menuju keberhasilan.
c. Perbanyaklah membaca, karena buku adalah jendela dunia
d. Jangan pernah lupakan orang-orang yang berjasa dalam hidup, berbuat
baiklah kepada mereka dan doakan lah untuk kebaikan mereka agar
ilmu yang diperoleh diridhai oleh Allah SWT.
4. Saran bagi masyarakat, perlu juga membaca novel-novel yang bagus dan
mengandung banyak nilai-nilai luhur. Sebagai salah satu media
134
pembangun pribadi yang baik dalam bersosialisasi dengan sesama
masyarakat.
C. KATA PENUTUP
Alhamdulillahpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam, berkat rahmat dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan proses
penyusunan karya tulis skripsi ini. Penulis menyadari tak ada gading yang tak
retak. Begitupula dengan skripsi yang telah disusun oleh penulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, tidak lain karena keterbatasan kemampuan yang dimilki oleh penulis
sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan skripsi ini, semoga segala apa yang telah diberikan
secara ikhlas akan dibalas dengan balasan yang sebaik-baiknya.Akhirnya dengan
segala kekurangan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya. Aamiin.
Purwokerto, 08 Mei 2015
Penulis
Nurul Isnaeni Khasanah
NIM. 102331043
Lampiran 1
Sinopsis Novel Bidadari-bidadari Surga
Bidadari-bidadara Surga. Mungkin itulah sebutan yang paling pantas
untuk mereka yang berada di lembah Lahambay sana. Berawal dari seorang
perempuan dengan kelima anaknya. Anak pertama Laisa, kedua Dalimunte,
ketiga Ikanuri, keempat Wibisana, dan terakhir Yashinta. Suaminya telah
lama meninggal, sejak anaknya Dalimunte masih berumur 7 tahun. Saat itu
Ikanuri 4 tahun, Wibisana 3 tahun, dan Yashinta masih dalam kandungan.
Harimau yang menerkam suaminya sejak beberapa tahun lalu membuat
mamak Lainuri harus berjuang sendirian untuk membesarkan anak-anaknya.
Mamak Lainuri yang gagal pada perkawinan pertamanya,
membuatnya mencari pasangan lagi. Dari perkawinan kedua itu,
dilahirkanlah Dalimunte sebagai anak pertama. Laisa sebenarnya bukan
anak dari mamak Lainuri dan tidak ada hubungannya dengan keluarga ini.
Laisa hanyalah anak dari suami pertama mamak Lainuri yang meninggal
karena minuman keras dan meninggalkan bayinya pada mamak Lainuri.
Bayi itulah yang dikenal dengan Laisa. Bayi itu ditinggal dengan keadaan
direndam di baskom sehingga membuat tubuhnya berwarna biru lebam.
Akhirnya bayi itu diasuh dan dibesarkan oleh mamak Lainuri.
Meskipun Laisa bukanlah anak dari mamak Lainuri, namun mamak
Lainuri tetap menyayangi Laisa sebagaimana anak kandungnya. Kelima
anak tersebut memiliiki karakter yang berbeda. Yang pertama Laisa,
merupakan kakak tertua yang dikenal sangat menyayangi adik-adiknya dan
rela mengorbankan apapun demi adik-adiknya sekalipun nyawa sebagai
taruhannya. Fisik Laisa yang gempal, hitam, pendek dan gendut yang jauh
berbeda dengan keempat adiknya membuat Laisa sering dipertanyakan
sebagai anak kandung atau anak angkat. Meskipun demikian, Laisa tetap
tegar dan menganggap itu semua sebagai cobaan yang harus dilaluinya.
Sepeninggal bapaknya, Laisa dititipi pesan untuk menjaga adik-
adiknya dan membuat keempat adiknya agar dapat mencapai kesuksesan
masa depan. Laisa yang penuh kerja keras dan pantang menyerah bertekad
untuk menjalankan amanah bapaknya tersebut dengan mendidik adik-
adiknya. Apapun pasti dikorbankan untuk keempat adiknya. Bahkan karena
saking menderitanya keluarga tersebut, Laisa bahkan memutuskan untuk
berhenti sekolah agar adik-adiknya yang lain tetap bisa sekolah.
Dalimunte sebagai anak pertama mamak Lainuri yang sejak kecil
merupakan anak yang dikenal pintar dan bahkan telah mampu berkontribusi
besar bagi desanya. Dalimunte telah memberikan penemuan yang luar biasa
bagi desanya, yaitu membuat sistem pengairan yang sampai sekarang telah
dinikmati oleh seluruh warga desanya. Meskipun pada awalnya ide itu
merupakan ide konyol yang tidak akan mampu terwujud, namun berkat
kerja kerasnya Dalimunte berhasil membangun sistem pengairan tersebut.
Berkat penemuan tersebut, Dalimunte menjadi lebih dikenal luas oleh
penduduk di kampungnya.
Berbeda dengan saudaranya Wibisana dan Ikanuri yang hampir
memiliki karakter sama yaitu dikenal sebagai anak paling bandel dan nakal.
Mereka berdualah yang selalu membantah perintah Laisa. Bahkan pernah
suatu waktu, karena kemarahannya terhadap kakaknya Laisa, Wibisana dan
Ikanuri mengungkapkan lansung bahwa Laisa bukanlah kakak kandungnya
karena badan dan wajahnya yang jauh berbeda dengannya. Peristiwa
tersebut hampir membuat hati Laisa menangis. Namun karena ketegarannya
Laisa tetap sabar dan memendam rasa sakit tersebut meskipun sakitnya
sampai menusuk ke dalam.
Adiknya yang terakhir adalah Yashinta. Merupakan gadis kecil yang
cantik dan manis. Dia selalu ingin tahu tentang berbagai hal baru, terutama
tentang alam dan hewan-hewan lucu. Karena rasa keingintahuannya yang
tinggi, Dia selalau meminta Laisa mengantarkannya ke hutan untuk melihat
berbagai hewan dan tumbuhan yang unik dan lucu. Meskipun dia lebih kecil
dari Laisa, namun kekuatannya melangkah dan menyusururi hutan lebih
kuat dibandingakan keempat saudara lainnya.
Karena memutuskan untuk berhenti sekolah, Laisa lebih banyak
menghabiskan seluruh waktunya di ladang membantu mamak Lainuri demi
membiayai Dalimunte masuk SMP, bahkan dia pernah rugi besar karena
keinginan untuk merubah perkebunannya menjadi kebun strawberry gagal
total, namun dia tidak menyerah dan terus mencobanya, dan dia berhasil.
Pernah suatu waktu Wibisana dan Ikanuri terjebak di dalam hutan.
Hutan tersebut dikenal keramat dan harimau di dalam hutan akan menerkam
mangsa bagi siapa saja yang masuk di daerah kawasannya. Demi Ikanuri
dan Wibisana, Kak Laisa rela mengorbankan nyawanya dengan cara
menghadapi harimau hutan rimba yang hendak memakan mereka berdua.
Dia menggantikan posisi Ikanuri dan Wibisana , dan menyuruh mereka
berlari. Akhirnya harimau tersebut tidak jadi menerkam Laisa yang benar-
benar sudah berada dua meter di depannya. Tiba-tiba saja harimau pergi
begitu saja. Diketahui bahwa harimau tersebut memiliki insting kasih
sayang, dan harimau itu melihat pancaran rasa kasih sayang yang begitu
mendalam dari Laisa terhadap kedua adiknya. Oleh sebab itu harimau
tersebut tidak jadi menerkam Laisa.
Selain itu, pernah juga suatu waktu Demi Yashinta, Laisa rela
menerobos hujan ketika tengah malam malam saat Yashinta sedang sakit
untuk memanggil mahasiswa KKN fakultas Kedokteran yang saat itu
sedang KKN di desa itu. Dia tidak peduli akan derasnya hujan, dia lari
sendirian ke kampung atas yang jaraknya lebih dari 10 km tanpa putus asa.
Bahkan dia mempertaruhkan nyawanya. Dia sempat tergelincir hingga mata
kakinya berpindah. Itu sangat sakit, sakit sekali namun dia tidak
memperdulikannya tetap menerobos hujan. Dan menyimpan lukanya
sendirian. Sungguh pengorbanan yang tiada taranya.
Waktu akhirnya membesarkan adik-adiknya menjadi sosok-sosok
yang rupawan dan sukses, sementara Kak Laisa tetap tinggal di dusun
mereka. Sampailah saat dimana adiknya telah cukup dewasa untuk berumah
tangga. Tetapi mereka semua segan untuk melangkahi Kak Laisa. Di
kampungnya, jika mendahului perkawinan kakak, maka hal tersebut masih
dianggap tabu. Maka mulailah adik-adiknya berusaha mencarikan jodoh
untuk Laisa, tapi semuanya berakhir mengecewakan.
Laisa mengerti adik-adiknya tidak ingin melangkahinya, padahal
mereka semua sudah memiliki calon pendamping. Laisa sangat mengerti
bahwa dirinyalah yang menjadi penghalang kebahagiaan adik-adiknya, dan
untuk itu sekali lagi ia dengan keras memaksa adik-adiknya untuk segera
menikah dan tidak perlu mempedulikan dirinya.
Waktu terus berlalu tubuh Laisa yang terbiasa bekerja keras akhirnya
rubuh juga digerogoti penyakit yang hanya diketahui oleh ibunya. Ternyata
penyakit yang diderita Laisa telah lama disembunyikannya. Tidak ada
satupun adiknya yang tahu kalau dirinya menderita kanker, yang pada
akhirnya telah sampai pada kanker stadium IV. Dan sampailah saat dimana
untuk pertama kali dan terakhir kali dalam hidupnya dia membutuhkan
kehadiran adik-adiknya di sisinya, hingga akhirnya mau atau tidak, keempat
adiknya tahu akan penyakitnya itu.
Berkat perjuangan kerasnya selama ini membesarkan adik-adiknya,
telah menjadikan adik-adiknya orang yang hebat dan sukses. Dalimunte
dengan gelar profesornya yang sampai saat ini sering muncul di TV,
Wibisana dan Ikanuri dengan perusahaan otomotifnya yang telah lama
diimpikannya, dan Yashinta yang berhasil meraih gelar S2 nya di Belanda.
Selain berhasil di dunia pendidikannya, keempat adiknya juga telah meniti
kebahagiaan berkeluarga dengan istri dan suami pilihan mereka masing-
masing. Tugas Laisa akhirnya selesai sudah.
Kini adik-adiknya hanya bisa menyaksikan sang kakak yang selalu
terlihat keras dan gigih itu terbaring tak berdaya diiringi kesedihan seluruh
penghuni lembah yang menjadi saksi suka duka hidup Laisa. Akhirnya
Tuhan berkehendak lain. Tepatnya di sore yang indah itu Laisa tersenyum
untuk selamanya. Laisa kembali ke pangkuan-Nya menuju tempat terindah
sebagai balasan hidupnya di dunia yaitu tak lain bergabung dengan bidadari-
bidadari surga yang lain di sisi Rabbnya.
Lampiran 2
KUTIPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARISURGA KARYA TERE-LIYE
NO. Nilai Pendidikan Islam Jenis Nilai Pendidikan
Islam Kutipan Halaman
1.
Nilai Akidah (Keimanan)
Iman kepada Hari
Akhir
Pernahkan dari kita bertanya tentang detail kabar tanda-
tanda hari akhir? Hari kiamat? Membacanya?
Mendengarnya? Pasti pernah. Dan setidaknya bagi
siapapun yang masih mempercayai janji hari akhir
tersebut, maka tidak peduli dari kitab suci agama
manapun, berita-berita tersebut boleh dibilang mirip
satu sama lain... Ah ya maaf, saya tidak akan membahas
soal mirip-tidaknya, itu urusan pakar, ahli agama yang
relevan. Biar mereka yang menjelaskan kalau
sebenarnya kabar tersebut bersumber dari satu muasal.
Penelitian fisika terbaru kami hanya bertujuan
memaparkan fakta ilmiahnya.
12
Bagi semua yang pernah mendengar cerita tentang
tanda akhir jaman, bukankah seolah-olah masa itu
kembali ke masa-masa pertempuran
konvensional?Berita tentang ulat-ulat yang dikirimkan
dari langit? Keluarnya dua pasukan jahat yang
menghabiskan seluruh air-sungai yang mereka lewati?
Pepohonan yang menyembunyikan bangsa Yahudi-
maaf jika ini terlalu detail--” Dalimunte tersenyum, tapi
beberapa peserta simposium yang datang dari sekutu-
negara bersangkutan tidak terlalu berkeberatan dengan
kalimat itu, lebih asyik melihat layar LCD raksasa di
depan.
Kita semua tahu, translasi itu sama sekali tidak
menyinggung soal senjata-senjata pemusnah massal.
Nuklir misalnya! Ingat kasus Nagasaki dan Hirosima,
perang dunia ke-2. Dua kali tembak, selesai sudah!
Bagaimana mungkin di akhir jaman nanti orang-orang
seolah lupa menggunakan teknologi hebat itu? Apalagi
hari kiamat mungkin baru terjadi ratusan tahun atau
ribuan tahun lagi.
13
Iman kepada Qadar
(Takdir) Allah
Selepas kejadian malam itu, Dalimunte tidak patah-
arang meski perjodohan dengan kakak kelasnya gagal
total. Kak Laisa meski sekali-dua bilang, Dali tidak
perlu memaksakan diri mencarikan jodoh buatnya,
mengalah. Membiarkan Dalimunte yang justru semakin
hari semakin terlihat bersemangat. “Kakak sendiri yang
bilang jodoh itu di tangan Allah. Hanya soal waktu. Jadi
biarkan Dali terus berusaha. Semoga akhirnya jodoh
kakak datang.” Kak Laisa hanya mengangguk.
239
“Aku ingat sekali kata-katanya, yang selalu diucapkan
setiap kali bertandang ke rumah, bercakap-cakap
dengan Mamak, „Meski terlahir sendiri, sudah menjadi
257
kodrat manusia untuk berkeluarga, memiliki tempat
untuk berbagi, memiliki teman hidup’....” Kak Laisa
mendadak terhenti. Menghela nafas.
“Setiap kali menatap hamparan perkebunan strawberry
ini, aku selalu merasa, Allah amat baik kepada kita...
Kau tahu Dali, setiap kali mendengar kabar kalian.
Mendengar apa yang telah kalian lakukan. Aku merasa,
Allah benar-benar baik kepada kita. Kakak sungguh
merasa cukup dengan semua ini.... Umurku hampir
empat puluh tahun, Dali. Setelah sekian lama jodoh itu
tidak pernah datang, aku pikir itu bukan masalah besar
lagi.... Mungkin benar sudah menjadi kodrat manusia
untuk menikah, berkeluarga. Mungkin Wak Burhan
benar. Tapi itu tidak pernah menjadi sebuah kewajiban,
kan.... Sejak lama aku sudah bisa menerima kenyataan
jika memang menjadi takdirku hidup sendiri, jika
memang tak ada lelaki yang menyukai tampilan wajah
dan fisik. Keterbatasan ini....
258
“Kau tidak perlu menunggu Kakak.... Sungguh. Sama
sekali tidak perlu. Kelahiran, kematian, jodoh semua
sudah ditentukan. Masing-masing memiliki jadwal.
Giliran.”
213
“Kau tahu, seperti yang kakak bilang dulu, jodoh ada di
tangan Allah.” Mungkin dalam urusan ini, Kakak tidak
seberuntung dibandingkan dengan memiliki adik-adik
yang hebat seperti kalian.... Dulu memang mengganggu
sekali mendengar pertanyaan tetangga, tatapan mata itu,
tetapi mereka melakukannya karena mereka masih
peduli dengan kita. Satu dua menyampaikan rasa peduli
itu dengan cara yang tidak baik, namun itu bukan
masalah.
220
Dalimunte terdiam. Mengusap wajahnya. Dia keliru. 220-221
Sungguh keliru. Bahkan Kak Laisa sedikitpun tidak
pernah memikirkan dirinya sendiri. Apalagi
memikirkan tentang sebutan gadis tua yang
disandangnya, pernikahan. Ya Allah, Kak Laisa
memang seringan itu menanggapi segala keterbatasan
hidupnya. Bagi Kak Laisa, adik-adiknya jauh lebih
penting.
Pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu dia ingin
sampaikan, ternyata sederhana sekali jawabannya. Kak
Laisa tidak pernah sekalipun berkeberatan dengan
takdir kehidupannya.
2.
Nilai Ibadah
Adzan
Lembah Lahambay selalu terbungkus kabut di pagi
hari, ketika kehidupan di rumah-rumah mulai
menyeruak sejak kumandang adzan subuh dari surau.
Asap putih mengepul dari dapur. Melukis langit-langit
lembah. Pertanda kehidupan sudah dimulai.
41
Wak Burhan mengumandangkan adzan subuh. Meski
sudah sepuh, suara Wak Burhan yang tanpa speaker
dari surau terdengar menggema di perkampungan
bawah Lembah Lahambay. Dalimunte terkantuk-
kantuk. Menarik sarung adik-adiknya. Kerlip lampu
canting semakin lemah, minyak tanahnya hampir habis.
77
Tidak ada. Laisa tidak menemukan Ikanuri dan
Wibisana saat tiba di rumah sepuluh menit kemudian.
Mungkin mereka bermain-main di desa atas. Laisa
menyeka keringat di leher. Matahari siang, terik
membakar lembah. Dari surau, Wak Burhan
mengumandangkan adzan. Baiklah. Mamak
menyuruhnya mencari. Itu artinya cari sampai dapat.
Tidak ada kata kembali ke pinggir sungai itu tanpa
Ikanuri dan Wibisana. Maka tubuh gemuk dan gempal
Laisia beranjak menuruni anak tangga rumah panggung.
103
Adzan isya. Lepas shalat isya. Lembah sempurna gelap.
Dan sedikit pun tidak kelihatan tanda-tanda batang-
hidung Ikanuri dan Wibisana. Mamak semakin cemas.
Menatap siluet hutan rimba dengan nafas bergetar.
114
Shubuh yang menyenangkan. Udara pagi terasa sejuk.
Di surau entahlah siapa yang sedang
mengumandangkan adzan. Tidak ada lagi suara keras
Wak Burhan. Sudah sejak lama pula penduduk
kampung dan anak-anak tidak perlu lagi membawa obor
ke surau.
238
Malam itu setelah bicara hingga shubuh. Saat adzan
terdengar dari surau (entahlah siapa yang
mengumandangkan adzan tersebut sekarang). Akhirnya
keputusan itu diambil. Dalimunte akhirnya mengerti
mengapa begitu lama keputusan itu terbengkalai, Kak
Laisa enggan menyakiti perasaan istri pertama calon
perjodohan ini. Butuh berkali-kali meyakinkan Kak
Laisa kalau pernikahan itu justru karena permintaan
istri pertama. Sungguh tak akan ada yang tersakiti.
Tentu saja, di hati paling dalam istri pertama proses ini
mungkin akan menyakitinya karena ia tetap manusia
yang memiliki perasaan, tapi kasus ini amat berbeda.
Mungkin inilah solusi terbaik buat dua masalah yang
bersisian.
259
Dari atas bukit ini, empat desa yang terdapat di lembah
itu terlihat berjejer rapi. Rumah-rumah semi permanen
yang asri. Seperti villa-villa indah. Satu-dua lampu
rumah mereka mulai menyala. Bersamaan dengan
lampu jalanan. Kerlip kuning yang menawan. Suara
orang mengaji di surau terdengar. Menunggu saat adzan
maghrib setengah jam lagi. Ayat-ayat itu terdengar
354
menyenangkan. Seperti mengalir bersama angin lembah
yang segar.
Wudhu
Mereka pulang sambil tersenyum lebar membawa
bungkusan dari kota, upah kerja seharian, tapi Mamak
tidak peduli. Terlanjur marah. Maka kena omellah
Ikanuri dan Wibisana. Tentang mau jadi apa mereka?
Sekolah! Sekolah jauh lebih penting daripada bekerja.
Kalian tidak akan jadi apa-apa kalau bodoh seperti
Mamak! Kalian pikir hidup susah itu menyenangkan?
Hanya karena menyadari adzan isya akan segera
berkumandang dari suraulah omelan Mamak akhirnya
terhenti. Menyuruh mereka ambil wudhu. Shalat
maghrib! Lantas makan bersama di hamparan tikar.
Lebih banyak berdiam diri. Padahal Kak Laisa masak
ikan asap. Menu yang terhitung istimewa buat keluarga
miskin mereka. Tapi itu tidak cukup membantu
suasana.
70-71
Cie Hui menyerahkan tiga mukena kecil. Ketiga gadis
kecil itu sudah kembali dari kamar mandi. Wudhu.
Biasanya setiap jadwal pulang, paling susah
membangunkan Juwita dan Delima. Mereka selalu saja
pura-pura tidur, menaruh bantal di kepala, bergelung
dibalik selimut, dan trik macam Abi-nya dulu. Tapi
pagi ini mereka bangun tepat waktu seperti yang lain.
Menurut saja diajak Intan ke kamar mandi. Dan tidak
banyak bicara saat mengenakan mukena (tidak jahil
saling tarik, berisik). Wajah-wajah basah. Shalat
shubuh. Dalimunte, Mamak Lainuri, dan yang lain
sudah duduk menunggu.
238
Shalat
Mereka terbiasa dengan semua keterbatasan. Terbiasa
dengan kehidupan terpencil. Jadi wajar sajalah melihat
dua anak perempuan merambah hutan di pagi buta.
41-42
Pemandangan lumrah di lembah ini! Anak-anaknya
tumbuh dan akrab dengan kehidupan sekitar. Tadi
setelah shalat subuh jama‟ah, persis saat perkampungan
masih gelap, selepas belajar mengaji Juz‟amma dengan
Mamak, Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani
Yashinta pergi melihat berang-berang. Kabar yang
membuat Yashinta langsung berseru riang tak henti
selama lima menit. Bergegas melepas mukena
kumalnya.
Tapi sore ini Mamak tidak dapat menahan marah.
Bukan karena Dalimunte, Ikanuri, dan Wibisana
sekaligus bolos sekolah, kasus bolos itu sudah biasa.
Sudah bebal dua sigung itu diceramahi. Tetapi lebih
karena baru selepas maghrib Ikanuri dan Wibisana
pulang ke rumah. Selama ini, meski suka bolos, Ikanuri
dan Wibisana paling hanya bermain-main ke manalah.
Pulang sebelum lembah gelap. Tapi apa yang dilakukan
mereka seharian ini? Mereka baru pulang setelah yang
lain selesai shalat maghrib. Ikanuri dan Wibisana berani
sekali ikut menumpang mobil starwagoon tua ke kota
kecamatan, membantu tauke desa atas menjual sayur-
mayur di sana.
70
Lepas isya, setelah Dalimunte mengajak Ikanuri dan
Wibisana shalat di surau; dan kali ini dua sigung
nakalitu menurut, barulah ruang tengah rumah
panggung itu terasa lebih lega. Lampu canting besar di
dinding kerlap-kerlip. Ikanuri dan Wibisana belajar di
atas tikar pandan. Membaca, entah benaran membaca
atau hanya pura-pura agar tidak kena marah lagi.
Mereka sekali-dua saling berbisik pelan,”...iya, itu
katanya jalan pintas menuju kota kecamatan...”,...aku
dengar dari pemburu harimau di kota kecamatan
71
tadi...”. terdiam saat Mamak menoleh.”...lewat jalan itu
lebih cepat...”.
Dalimunte menguap sekali lagi, melangkah mengambil
kopiah. Mamak sejak jam empat tadi sudah sibuk di
dapur, masak air enau. Ditemani Kak Laisa. Brrr...
dingin. Musim kemarau, dinginnya semakin terasa
menusuk tulang. Tapi Dalimunte semangat shalat di
surau. Teringat ada hal penting yang harus
dikerjakannya hari ini. Itulah kenapa kemarin dia nekad
bolos, dia ingin melakukannya sendiri sebelum
pertemuan kampung dilakukan.
78
Suara kokok ayam hutan terdengar dari kejauhan. Juga
lenguh pagi uwa. Beberapa tetangga membawa obor
bambu menuju surau. Jalanan kampung masih gelap.
Obor itu sekalian juga penerangan di surau. Tidak
banyak peserta shalat subuh, paling berbilang enam-
tujuh orang. Dan satu-satunya peserta anak kecil, ya
Dalimunte.
78
Mamak Lainuri berpikir cepat, “Nanti. Lepas dzuhur
kalau tidak kelihatan juga ekornya, kau cari mereka.
Dasar tak tahu malu. Tidak pernah ada di keluarga kita
yang berpangkutangan saat orang lain sibuk bekerja”.
Mamak mengomel tertahan.
101
Muka Mamak yang sedang membawa piring-piring
plastik kentara sekali jengkel. Sementara penduduk
kampung berkumpul di pinggir sungai, duduk membuat
kelompok-kelompok di atas bebatuan. Wak Burhan
menyuruh mereka makan siang. Istirahat hingga satu
jam ke depan. Beberapa selepas makan beranjak ke
surau, shalat dzuhur.
102
Menjelang maghrib setelah dipotong istirahat shalat
ashar, lima kincir air itu sudah berderet rapi di dinding
113
cadas sungai. Lubang-lubang pondasi sudah dituangi
cor semen. Belum terpasang. Meski pondasinya sudah
siap, lima kincir itu baru akan dipasang minggu depan,
jadwal gotong-royong berikutnya. Pondasinya dibiarkan
dulu kering.
Lepas shalat isya. Lembah sempurna gelap. Dan sedikit
pun tidak kelihatan tanda-tanda batang-hidung Ikanuri
dan Wibisana. Mamak semakin cemas. Menatap siluet
hutan rimba dengan nafas bergetar.
114
Tiba di rumah panggung mereka menghabiskan makan
siang yang telah disiapkan Kak Laisa sebelum
berangkat ke ladang tadi pagi. Shalat dzuhur
(Dalimunte yang jadi imam). Kemudian Dalimunte
meneriaki Ikanuri dan Wibisana agar buruan menyusul
Mamak. Yashinta sudah boleh ikut ke ladang sekarang.
Meski kerjaannya di sana hanya belajar di bawah
pondok, belajar membuat anyaman bambu,
mengerjakan PR, apa saja.
155
Dua hari selepas Yashinta pulang batuk-batuk dari
ladang, balai kampung ramai dipenuhi oleh penduduk.
Sejak lepas shalat isya. Ada pertemuan di balai.
Rombongan mahasiswa KKN dari kampung atas
datang. Tapi yang pergi ke balai hanya Laisa,
Dalimunte, Ikanuri, dan Wibisana. Mamak menjaga
Yashinta yang gering. Batuk-batuk Yashinta dua hari
lalu di ladang ternyata serius. Yashinta malah sudah
tidak masuk sekolah dua hari. Tubuhnya panas. Hari
pertama sakit, gadis kecil itu tetap memaksa berangkat,
percuma, tiba di desa atas kakinya yang gemetar tidak
bisa diajak melangkah, jatuh pingsan. Dalimunte
terpaksa menggendongnya pulang.
163
Ikanuri melirik jam di pergelangan tangan, masih satu
setengah jam lagi jadwal penerbangan mereka.
Mengusap wajah sekali lagi. Masih lama, seharusnya
mereka masih punya waktu untuk sarapan. Menikmati
sepotong donut dan segelas kopi gaya Perancis. Tapi
perutnya tidak lapar. Dia penat itu benar, lelah tentu
saja. Tapi dia tidak mengantuk atau lapar. Tadi kereta
Eurostar tiba di stasiun Gare de Nord, Paris pukul 05.30
(hanya terlambat setengah jam, meski terhenti oleh
longsoran itu selama dua jam). Mereka shalat subuh di
kabin kereta. Lantas langsung meluncur menuju
bandara. Menumpang subway Paris-Bandara. Segera
chek-in.
174
Shalat subuh. Dalimunte, Mamak, Lainuri, dan yang
lain sudah duduk menunggu.
238
“Ummi, Wak Laisa shalatnya gimana?“ Juwita bertanya
pelan sambil melipat mukena, selesai shalat. Kan,
biasanya Wak Laisa ikut mereka, berjejer di sebelah
Eyang. Biasanya juga selepas shalat Wak Laisa suka
bercerita tentang sahabat-sahabat Nabi. Bercerita apa
saja. Sekarang Wak Laisa kan sakit parah? Shalatnya
pasti susah.
“Wak Laisa shalat sambil berbaring, sayang”.
“Emangnya boleh, ya?” Juwita melipat dahi.
238-239
Tetapi mereka benar-benar terkejut, saat beranjak ke
kamar perawatan Wak Laisa, Wak Laisa ternyata shalat
sambil duduk. Bersandarkan bantal-bantal. Wajah itu
pucat, terlihat lemah, dan sedikit gemetar, tapi matanya.
Matanya terlihat begitu damai.
Wak Laisa shalat shubuh sambil duduk.
239
Mereka akhirnya tiba setelah penerbangan non-stop dua 245-246
belas jam: Perancis-Singapore. Sudah siang. Matahari
tiba di garis tertingginya. Setelah hampir sehari
semalam tidak menyentuh makanan, Wibisana
memaksakan diri mampir ke salah-satu kedai fast-food
bandara. Sambil menunggu pesawat berikutnya. Wajah
mereka kuyu, kurang istirahat. Jet-lag pula. Bolak-balik
melangkahi perbedaan waktu hampir belasan jam
membuat pusing kepala. Merusak bio-ritme. Rambut
semrawut kemeja berantakan. Malah salah-satu kaki
celana panjang Ikanuri tergulung sembarangan. Habis
shalat dzuhur, lupa dirapikan. Meletakkan tas laptop
dan barang bawaan sembarang disekitar meja makan.
Kak Laisa sudah membaik. Pagi tadi sudah bisa shalat
subuh sambil duduk. Dokter bilang, ada sedikit
kemajuan.
247
Meski bukan jadwal rutin seharusnya. Dalimunte,
Ikanuri dan Wibisana pulang lagi ke lembah satu
minggu kemudian. Wak Burhan meninggal. Di usia 88
tahun. Proses kematian yang indah. Tanpa sakit. Tanpa
proses. Wak Burhan meninggal saat sujud shalat subuh
di surau. Membuat jamah bingung karena imam mereka
tidak kunjung bangkit untuk tasyahud akhir. Ternyata
Wak Burhan yang suara kerasnya selalu menghias
Lembah Lahambay sudah meninggal. Yashinta yang
sejak kecil dulu amat dekat dengan Wak Burhan
(karena sering mengadu soal Kak Laisa) ingin
memaksakan diri pulang. Tapi Dalimunte melarang,
Yashinta sedang melakukan riset S2-nya.
256
Mereka shalat dzuhur sebelum melakukan pembicaraan.
Menghabiskan makan siang. Mengelilingi perkebunan
strawberry. Dalimunte benar, inilah kesempatan terbaik
Kak Laisa. Rekan risetnya pilihan yang tepat. Dia sama
262-263
sekali tidak mempersalahkan tampilan wajah dan fisik
Kak Laisa. “Bagiku kau secantik apa yang kau kerjakan
untuk lembah ini, Lais!” Menatap penuh penghargaan.
Ah, dalam banyak kasus, kesalehan seseorang memang
tidak bisa diukur dari tampilan mulut, tulisan, dan
apalagi pakaian. Dan kbebersamaan sepanjang siang
(bersama-sama dengan yang lain) itu sudah menjadi
proses perkenalan yang baik. Memahami visi dan misi
berkeluarga masing-masing. Memahami cara berpikir
masing-masing. Maka memang tidak perlu lagi
pembicaraan formal. Semuanya berjalan santai.
Mengalir. Apa adanya.
Selepas shalat isya, lepas menghabiskan makan malam
di beranda depan, sambil memandang hamparan
perkebunan strawberry yang remang oleh cahaya
lampu, rekan riset Dalimunte akhirnya menyampaikan
maksud dan tujuannya dengan serius. Menatap wajah
Kak Laisa sambil tersenyum, “Laisa mungkin sudah
mendengar beberapa hal tentang aku, sudah tahu
beberapa tabiat, perangai.... Hari ini aku datang
memperkenalkan diri secara langsung, sekaligus ingin
mengenal secara langsung. Terus terang, aku merasa
amat diterima di keluarga ini.... Kalau saja istriku bisa
datang, ia pasti akan lebih senang dariku....”
263
Dalimunte kali ini benar-benar menoleh ke putrinya.
Terdiam. Sudah sampai di mana? Menelan ludah.
Malam tiba untuk ke sekian kalinya di lembah itu.
Hujan gerimis turun sejak maghrib. Mereka sudah
shalat berjama‟ah (kecuali Juwita dan Delima yang
memaksa ikut shalat gaya duduk Wawak Laisa). Sudah
makan malam, meski makannya di kamar Wak Laisa.
Menghampar sembarang di lantai. Yang penting tetap
293
bersama.
Bagaimana tidak? Lima belas jam lalu, tepatnya saat ia
shalat shubuh sambil duduk tadi pagi, ia baru saja
membangunkan adiknya. Membelai lembut dahi
Yashinta yang cemrlang.
294-295
“Jam berapa sekarang?”
“05.30, masih sempat untuk shalat subuh”.
332
Berdo’a
Laisa menelan ludah. Matanya tiba-tiba berair. Ya
Allah, aku mohon, jangan pernah, jangan pernah buat
aku menangis di depan adik-adikku. Jangan pernah! Itu
akan membuat mereka kehilangan teladan. Laisa
meremas pahanya kencang-kencang. Berusaha
mengalihkan rasa sakit di hati ke rasa sakit di tubuhnya.
108
Laisa menggigit bibir. Cepat! Ia harus buru-buru. Meski
harapan itu kecil, meski janji itu bagai embun yang
segera sirna oleh cahaya matahari pagi, ia harus buru-
buru. Menyusul Ikanuri dan Wibisana. Semoga belum
terlambat, semoga adik-adiknya belum kenapa-napa.
Semoga belum.... Golok di tangan Laisa galak
membabat ujung-ujung semak di depan yang
menghalanginya. Laisa kalap, tangannya gemetar,
kakinya apalagi. Tapi rasa cinta yang besar itu
membungkus segenap ketakutan. Adik-adiknya,
dimanapun saat ini dua sigung nakal itu berada....
mereka membutuhkan dia, kakaknya.
Laisa terus mamu dengan kecepatan tinggi.
124
Laisa benar-benar memaksa tubuhnya menurut. Ia
pulang sore itu juga. Dengan muka masih pucat.
Dengan tubuh masih lemah. Menggunakan sisa-sisa
tenaganya. Berseru lirih di senyapnya mobil membelah
jalanan menuju perkebunan, “Ya Allah, aku mohon,
meski hamba begitu jauh dari wanita-wanita mulia
287-288
pilihanMu, hamba mohon kuatkanlah kaki Laisa seperti
kaki Bunda Hajra saat berlarian dari Safa-Marwa....
Kuatkanlah kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajra demi
anaknya Ismail.... Mereka tidak boleh melihat aku
sakit....” Satu titik air-mata mengalir di pipinya. Itu juga
doa Laisa ketika menerobos hujan badai saat Yashinta
sakit, ke kampung atas, ketika kakinya bengkak
menghantam tunggul kayu. Ketika sendi mata kakinya
bergeser. Itu juga doa yang paling disukai Laisa. Doa-
doa itu mengukir langit.
Kondisi Wak Laisa tidak memburuk, juga tidak
membaik. Ia sepanjang pagi bisa duduk bersandarkan
bantal, tapi setelah siang, karena lelah, kembali tiduran.
Batuknya masih. Juga bercak darah yang ikut keluar.
Intan telaten membersihkan dengan tissue. Juwita dan
Delima sih dari tadi ingin ikut-ikutan, tapi Kak Intan
melotot. Menyuruh mereka menyingkir. Siang itu Bang
Jogar menghentikan membaca yasin di surau dan
beranda rumah. Mereka masih berkumpul di bawah
panggung, tapi satu-dua menjelang malam kembali ke
rumah masing-masing. Semoga Laisa terus membaik....
Begitu masing-masing berdo‟a dalam hati.
293-294
Tubuh Laisa ciut oleh perasaan takut. Amat gentar.
Darah semakin banyak keluar. Tubuh itu semakin
dingin.
“Yash.... Ya Allah....”Kak Laisa tersungkur sudah,
suaranya mendecit penuh permohonan, “Lais mohon....
Ya Allah, jangan ambil adik Lais” Kak Laisa kalap
memeluk tubuh adiknya. Menciumi rambut basah
adiknya.
“Lais mohon, ya Allah... Jika Engkau
menginginkannya, biarkan Lais saja, biarkan Lais
303
saja....” Kalimat itu begitu ikhlas terucap. Oleh rasa
sayang yang tak terhingga.
Burung paregrin itu melenguh lemah. Kemudian
senyap.
Cahaya indah itu menguar di atas tubuh Yashinta.
Seperti parade yang turun membelaha kabut. Kemilau
tiada tara.
“Ya Allah, Lais mohon, jangan ambil adik Lais....”
Siluet cahaya itu membungkuk, mencium kening
Yashinta lembut.
Senyap. Lereng Gunung Semeru hening.
“Bangunlah adikku, Kakak menunggu di rumah....”
304
Kak Laisa jatuh tertidurr, dengan sungging senyum dan
satu kalimat doa; Ya Allah, jadikan Lais salah satu
bidadari-bidadari Surga....
338
Zakat Panen bersama sebulan lalu sukses besar. Mamak
Lainuri tak kurang dapat empat puluh kaleng padi.
Setelah dipotong zakat, juga padi cadangan untuk
lumbung kampung, juga delapan belas kaleng untuk
persediaan beras mereka selama setahun sisanya masih
lumayan, yang seluruhnya dijual ke kota kecamatan.
Ditambah tabungan Mamak dari menjual damar, rotan,
gula aren, dan anyaman rotan selama ini, uangnya
cukup sudah untuk membayar biaya sekolah Yashinta,
Ikanuri, Wibisana, dan Dalimunte. Tahun ini,
Dalimunte duduk di kelas enam. Sementara Ikanuri dan
Wibisana kelas empat. Itu berarti setahun lagi Mamak
harusmemikirkan kelanjutan sekolah Dalimunte.
Sekolah lanjutan di kota kecamatan. Yang berarti akan
lebih banyak lagi uang yang diperlukan.
154
3.
Nilai Moral (Akhlak)
Baik sangka kepada
Allah
Dalimunte selepas pulang ke ibukota juga sibuk
mencarikan jodoh buat kakaknya. Kali ini, dia
melakukannya dengan sungguh-sungguh, sekali dua
malah mengorbankan jadwal di laboratorium.
Dalimunte memutuskan untuk melibatkan diri seperti
Wak Burhan. Di tengah amat keterlaluannya warga
ibukota dalam menilai tampilan fisik dan materi,
kesempatan Kak Laisa untuk mendapatkan jodoh tetap
lebih besar di sini. Mungkin jodoh Kak Laisa terselip di
sini. Harus dijemput dengan baik.
231
Wak Burhan menghembuskan nafas lega. Engkau
sungguh baik ya, Rabb. Menatap wajah Dalimunte yang
tertawa-tawa, bangkit dari air sungai sedalam pinggang.
Menatap wajah Lainuri yang berdiri bersama ibu-ibu
kampung lainnya. Wajah Lainuri yang tersenyum lebar.
Menatap wajah Laisa yang tersenyum lebih lebar.
Wajah Yashinta yang berdiri dengan teman-teman
sepantarannya. Ikut berteriak-teriak riang meski mereka
tidak mengerti benar.
143
“Ikanuri, Wibisana... Kakak berkali-kali bilang, tidak
baik membuat Wulan dan Jasmine menunggu terlalu
lama.... Kalian tidak seharusnya menunggu Kakak.
Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi
besok-lusa.... Kalau kalian ingin pernikahan kalian
masih sempat dilihat langsung Mamak, sempat
disaksikan oleh Mamak, segeralah menikah.... Dengan
kebaikan Allah, tentu saja Mamak akan segera sembuh.
Esok-lusa Mamak akan tetap bersama kita.
Menghabiskan hari-tuanya di perkebunan strawberry.
Tetapi kalau kalian tetap keras kepala menunggu
sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terjadi....” Kak
281
Laisa terdiam sejenak. Menatap tulus wajah adik-
adiknya.
Ikhlas
Mulai shubuh itu, Mamak tahu persis satu hal. Laisa
yang bersumpah membuat adik-adiknya sekolah
menjadikan sumpah itu seperti prasasti di hatinya.
Tidak. Laisa tidak pernah menyesali keputusannya.
Tidak mengeluh. Ia melakukannya dengan tulus.
Sepanjang hari terpanggang terik matahari di ladang.
Bangun jam empat membantu memasak gula aren.
Menganyam rotan hingga larut malam. Tidak henti,
sepanjang tahun. Mengajari adik-adiknya tentang
disiplin. Mandiri. Kerja keras. Sejak kematian Babak
diterkam harimau, Mamak sungguh tidak akan kuasa
membesarkan anak-anaknya tanpa bantuan putri
sulungnya, Laisa. Semua kesulitan hidup masa kecil itu.
Laisa membantunya melaluinya dengan wajah
bergeming. Wajah yang tidak banyak mengeluh.
161
“Tidak ada yang tahu kapan Kakak akan menikah Yash.
Tidak ada yang tahu.... Bahkan mungkin Kakak
ditakdirkan tidak akan pernah menikah.... Kau harusnya
tahu persis itu.” Suara Kak Laisa serak. Menatapwajah
adiknya lamat-lamat. Adiknya yang sekarang mulai
terisak.
Membuat Kak Laisa tertunduk dalam. Menggigit bibir,
pelan mendesah ke langit-langit, “Ya Allah, setelah
Dalimunte, Ikanuri dan Wibisana, apa aku harus selalu
menanggung penjelasan ini kepada mereka.... Ya Allah,
apa aku harus selalu menjadi penghalang pernikahan
adik-adikku.... Lais sungguh ikhlas dengan semua
keterbatasan ini, Ya Allah. Sungguh... Biarlah seluruh
bukit dan seisinya menjadi saksi, Lais sungguh ikhlas
dengan segala takdir-Mu.... Tapi setiap kali harus
348
mengalami ini, menjadi penghalang kebahagiaan
mereka....” Suara Kak Laisa menghilang di ujungnya.
Getir.
“Mamak....” Kak Laisa menciumi tangan Mamak.
Tersenyum. Mamak sudah kehilangan kata-kata.
Memperbaiki tudung rambutnya.
“Ya Allah, terima kasih atas segalanya... Terima
kasih....” Kak Laisa mendesah pelan....”Ya Allah, Lais
sungguh ikhlas dengan segala keterbatasan ini, dengan
segala takdir-Mu.... Karena, karena kau menggantinya
dengan adik-adik yang baik....”
359
Menepati Janji
Wibisana menelan ludah, terdiam sejenak.... Menatap
wajah sendu Ikanuri lamat-lamat, lantas mengulang
pertanyaan itu dengan segenap perasaan, “Kita tidak
akan terlambat, Ikanuri.... Kau tahu, kenapa?”
Ikanuri menggeleng pelan.
“Ka-re-na.... Karena Kak Laisa tidak pernah datang
terlambat untuk kita. Tidak pernah. Kak Laisa tidak
pernah sedetik pun datang terlambat dalam hidupnya
untuk kita.... Kak Laisa tidak pernah mengingkari janji-
janjinya, demi kita adik-adiknya.... Ya Allah....” Suara
Wibisana terputus. Menggantung di langit-langit kabin.
Hilang ditelan suaranya sendiri yang bergetar, Wibisana
ikut tertunduk.
126
Karena malam itu sempurna sudah Laisa menunaikan
janjinya.
Tak terlambat sedetik pun.
127
“Kau, kau sungguh adik yang amat membanggakan....”
Kak Laisa menatap Dalimunte lamat-lamat. Tersenyum.
Bercak mengalir lagi. Intan lembut menghapusnya.
“lihatlah.... Siapa yang paling pandai di keluarga kita?
Siapa yang paling pintar? Kau, Dalimunte. Babak pasti
187
bangga padamu. Dan kau, kau selalu menepati
janjimu.... Belajar, bekerja keras, bersungguh-
sungguh.” Kak Laisa menggenggam lengan Dalimunte.
Telepon Dalimunte berdengking. Buru-buru diangkat,
siapa pula yang tengah malam begini menghubunginya.
Tidak mungkin Ikanuri dan Wibisana, karena mereka
lima belas menit lalu baru saja lapor sudah tiba di kota
kecamatan. Sekarang sedang ngebut secepat mobil
balap itu bisa melaju ke perkebunan strawberry.
Berusaha menepati janji, tiba sebelum tengah malam.
Apakah Yashinta yang telepon?
305
Disiplin Mulai shubuh itu, Mamak tahu persis satu hal. Laisa
yang bersumpah membuat adik-adiknya sekolah
menjadikan sumpah itu seperti prasasti di hatinya.
Tidak. Laisa tidak pernah menyesali keputusannya.
Tidak mengeluh. Ia melakukannya dengan tulus.
Sepanjang hari terpanggang terik matahari di ladang.
Bangun jam empat membantu memasak gula aren.
Menganyam rotan hingga larut malam. Tidak henti,
sepanjang tahun. Mengajari adik-adiknya tentang
disiplin. Mandiri. Kerja keras. Sejak kematian Babak
diterkam harimau, Mamak sungguh tidak akan kuasa
membesarkan anak-anaknya tanpa bantuan putri
sulungnya, Laisa. Semua kesulitan hidup masa kecil itu.
Laisa membantunya melaluinya dengan wajah
bergeming. Wajah yang tidak banyak mengeluh.
161
Mereka datang tepat waktu, kakak-kakak mahasiswa
tahun terakhir di fakultas kedokteran itu segera
mengurus Yashinta. Membuka peralatan medisnya.
Memeriksa Yashinta dengan cepat. Lantas
menyuntikkan sesuatu. Lepas lima menit, Yashinta
mulai lebih terkendali.
171
Syukur
Mereka selepas isya tadi, habis melakukan syukuran
besar di rumah. Lulusnya Ikanuri dan Wibisana.
Akhirnya, dua sigung nakal itu menyelesaikan
kuliahnya. Warga kampung berkumpul. Tidak ada lagi
wajah-wajah suram habis bekerja seharian, pakaian
seadanya, dan semacam itu seperti mereka sering
berkumpul di balai kampung dulu. Kehidupan di
lembah jauh lebih baik sekarang.
204
Jelas Kak Laisa salehah. Saleh dalam hubungan dengan
Allah, juga saleh dalam hubungan dengan manusia. Kak
Laisa selalu pandai mensyukuri nikmat Allah dalam
bentuk yang lengkap. Ritus ibadah yang baik dan
ikhlas, juga kesalehan sosial memperbaiki kehidupan
lembah.
233
“Terimakasih.... Terimakasih karena Kak Laisa dulu
telah mengajak Yash melihat lima anak berang-berang
itu.... Sungguh....” Dan Yashinta tidak kuasa lagi
melanjutkan kalimatnya. Melangkah turun. Sedikit
berlari menuju kursi Mamak dan Kak Laisa. Memeluk
Kak Laisa dan Mamak erat-erat. Menciumi rambut
gimbal Kak Lais.
241
“Ah, Allah sudah amat baik dengan memberikan kalian,
adik-adik yang hebat. Keluarga kita. Perkebunan ini.
Kakak sungguh sudah merasa cukup dengan semua
itu....” Kak Laisa menghela nafas, terdiam lagi.
258
Dengan teladan yang ada di depan mata, maka Yashinta
kecil saat usianya menjejak belasana tahun, tidak perlu
disuruh-suruh untuk shalat malam, gadis kecil itu
melihat Mamak dan Kakak-kakaknya, maka otomatis ia
ikut. Kebiasaana yang terus ada hingga mereka tumbuh
336
besar. Saat perkebunan strawberry memberikan janji
kehidupan yang lebih baik, Mamak dan Kak Lais tentu
saja tak perlu lagi memasak gula aren selepas shalat
malam. Waktu itulah yang sering digunakan Kak Laisa
untuk berdiri di lereng lembah. Menatap hamparan
perkebunan, menghabiskan penghujung malam
ditemani Dalimunte. Bersyukur atas kehidupan mereka.
Tidak dulu. Tidak sekarang. Kanak-kanak selalu respon
yang sama atas mekanisme ini. Membuat imajinasi
mereka terbang, dan tanpa mereka sadari, ada
pemahaman arti berbagi, berbuat baik, dan selalu
bersyukur yang bisa diselipkan.
338
“Ya Allah, terimakasih atas segalanya....
Terimakasih....” Kak Laisa mendesah pelan.... “Ya
Allh, Lais sunguh ikhlas dengan segala keterbatasan ini,
dengan segala takdirmu.... karena, karena kau
menggantinya dengan adik-adik yang baik....”
359
Kasih Sayang
Yashinta menyeka pipinya. Menatap wajah Mamak
yang tertidur pulas. Wajah itu masih pucat, tapi Kak
Laisa benar, hela nafas. Mamak sudah terkendali. Rona
muka Mamak tenteram. Yashinta menciumi jemari
Mamak. Mendekapnya ke pipi. Seperti tidak pernah
bertemu bertahun-tahun lamanya, padahal mereka baru
saja pulang sebulan yang lalu. Dan Yashinta menangis
lagi. Ia tadinya sungguh takut. Takut kehilangan.
Dalimunte mendekap kepala adiknya. Menerangkan.
Ikanuri dan Wibisana ikut menyeka matanya yang
berkaca-kaca. Belum pernah mereka merasa begitu
dekat dalam keluarga. Begitu mencintai satu sama lain.
Dan mendadak begitu takut kehilangan satu sama lain.
279
Ya Allah, mereka sungguh mencintai karena Engkau.
Yashinta dengan muka luka, kaki patah, tergolek tak
berdaya. Dua puluh jam lamanya, hingga keajaiban itu
terjadi. Hingga kecintaan pada saudara karena Allah,
rasa berserah diri yang tinggi kepada kuasa langit, ritual
ibadah yang penuh pemaknaan, kebaikan dengan
sesama, proses bersyukur yang indah, mampu membuat
manusia menembus batas-batas akal sehat itu.
Ya! Kak Laisa-lah yang membangunkan Yashinta dari
pingsannya.
299
Sabar
Goughsky juga tipikal pemuda yang menyenangkan.
Dekat dengan penduduk setempat lokasi basecamp,
suka bergurau, dan yang pasti amat sabar. Kalau saja
Yashinta mau menghitung perdebatan mereka, hanya
Goughsky yang bisa sabar dengannya. Yang lain sudah
mengkal sejak tadi. Pemuda Uzbek itu juga alim. Dia
yang selalu meneriaki rekan kerjanya untuk shalat.
Terkadang meneriaki Yashinta, yang dijawab teriakan
pula. Membuat Yashinta mengomel dalam hati, sejak
kecil Yash sudah terbiasa shalat malam bersama Kak
Lais dan Mamak, tidak perlu diteriaki, mentang-
mentang muslim Uzbek, sok-alim.
321
“Kau tahu.... Kau tahu, waktu itu aku mengatakan Kak
Laisa bukan kakak kita. Kau tahu itu!” Ikanuri tersedak.
Mendekap wajahnya. Dia tidak bisa menahan lagi
perasaan itu. Dan melihatnya tertunduk menangis
sungguh menyedihkan. Wahai, kalian akan lebih
terharu saat melihat seseorang yang selama ini dikenal
nakal, tukang jahil, bebal, atau apalah tiba-tiba
menangis. Sungguh.
139
“Kak Laisa tidak pernah marah dengan itu, Ikanuri.”
Wibisana mengusap bahu adiknya.
Jujur Dan dari sisi keturunan, Kak Laisa memang bukan
turunan raja atau bangsawan ternama, tapi keluarga
mereka terhormat, pekerja keras, tidak pernah meminta-
minta, berdusta, atau melakukan hal buruk lainnya.
Sejak dulu Babak mengajarkan tentang harga diri
keluarga, mengajarkan tentang menjaga nama baik
keluarga lebih penting dibandingkan soal kalian
keturunan siapa. Menjadi keluarga yang jujur meski
keadaan sulit. Berbuat baik dengan tetangga sekitar,
dan sebagainya.
233
Sebenarnya...sebenarnya, Dali juga tidak senang
sekolah. Sungguh-” Dalimunte berkata serak. Dia
membuang ingus. Dari lima bersaudara, Dalimunte-lah
yang paling mudah terharu, “Kakak tahu, Dali bahkan
lebih suka bekerja di kebun, membantu Mamak,
membantu Kakak. Dali tidak suka sekolah. Jadi Kakak
tidak usah sedih....
179
Memaafkan Tangan Kak Laisa gemetar mengangkat kepala adiknya.
Mata itu menatap begitu tulus. Tersenyum, “Kakak
selalu memaafkan kalian....Kakak selalu memaafkan
kalian.... Ya Allah, meski dunia bersaksi untuk
menyangkalnya, meski seluruh dunia bersumpah
membantahnya, tapi mereka, mereka selalu menjadi
adik-adik yang baik bagi Laisa.... Adik-adik yang
membanggakan....” Kak Laisa ikut menangis. Terbatuk.
Bercak darah itu mengalir.
314
4.
Nilai Sosial
Musyawarah Balai kampung itu sudah ramai saat mereka tiba.
Pertemuan sengaja dilakukan sepagi mungkin, biar
selepas acara, mereka masih sempat bekerja di ladang.
Kursi-kursi bambu berjejer rapi. Sudah disiapkan sejak
semalam oleh pemuda kampung.
Wak Burhan, sesepuh kampung berdehem, setelah
memastikan semua warga hadir, mengetukkan palu dari
bonggol bambu, segera memulai pertemuan. Warga
kampung diam, memperhatikan. Pertama, mereka
membicarakan soal kesepakatan lumbung kampung.
Berapa kaleng yang harus disetorkan setiap rumah
untuk cadangan padi kampung. Per-kepala atau per-
hasil panen. Lima belas menit penuh seruan-seruan.
Usul-usul. Kalimat-kalimat keberatan. Usul-usul lagi.
Pengecualian. Satu-dua kalimat tidak penting. Satu dua
usul-usul lagi. Setuju. Beres.
79
Lebih banyak lagi waktu dihabiskan untuk membahas
soal perambah hutan dari daerah lain. Seruan-seruan
marah makin ramai. Memaki. Mengancam. Wak
Burhan, yang masih terhitung saudara Mamak Lainuri
(dan juga warga kampung lainnya) menengahi. Sepakat
melaporkan soal itu ke polisi hutan kota kecamatan.
Separuh dari hutan di lembah Lahambay itu adalah
kawasan taman nasional. Daerah konservasi. Hanya
lokasi-lokasi tertentu yang dibolehkan diolah, meski
penduduk setempat sendiri kadang juga melanggarnya
dengan menangkapi uwa, kukang, atau binatang
dilindungi lainnya. Tapi perlakuan perambah hutan itu
memang mencemaskan, mereka tega membawa senso
(gergaji mesin) besar, dan tanpa ampun mulai
menebangi pohon-pohon raksasa.
Perbaikan jalan bebatuan tiga meter itu diputuskan
80
hanya dalam hitungan menit. Keputusannya adalah:
Menunggu. Menunggu pemerintah kota berbaik hati
sajalah. Mereka sudah terlalu repot dengan kehidupan
sehari-hari untuk ditambahi memperbaiki jalan
sepanjang dua puluh kilometer itu. Lagipula desa-desa
sekitar mereka juga menolak memperbaikinya, agar
perambah hutan tidak semakin sembarangan masuk
membawa truk-truk yang akan mengangkuti kayu
gelondongan hasil jarahan.
Membicarakan perselisihan batas ladang, sepakat
memberikan tanda baru untuk setiap batas kebun.
Jadwal pengajian mingguan. Gotong-royong perbaikan
tangga kayu di cadas setinggi lima meter sungai.
Sumbangan rutin buat acara besar (Maulid, Isra Mi‟raj).
Dan beberapa masalah kecil lainnya.
“Masih ada yang dibicarakan?” Dua jam berlalu sejak
tadi pagi, Wak Burhan sekarang menatap seluruh balai
kampung.
Gotong-royong
Sementara ibu-ibu dan gadis tanggung membantu
menyiapkan kue-kue kecil macam serabi, putri salju,
juga teh panas. Beserta pula makan siang. Meski
seadanya, hanya dengan sayur terong dan sambal terasi,
tapi setelah lelah bergotong-royong seperti ini, makan
sepiring nasi mengepul terasa nikmat nian walau tanpa
lauk. Apalagi mereka mengerjakan kincir air itu
langsung di pinggir sungai bawah cadas. Asyik benar
duduk di atas bebatuan sambil menyantap makan siang.
99-100
Satu minggu berlalu. Hari ini seluruh kampung
bersuka-cita. Sejak shubuh mereka sudah berkumpul di
pinggir cadas. Beramai-ramai, bergotong royong
memasang kincir-kincir di atas pondasinya. Benar.
Perhitungan Dalimunte sejauh ini tepat. Saat ikatannya
141
dilepas, kincir pertama yang terbenam di air sungai
berderak mulai berputar mengikuti arus, sambil
membawa air di ujung-ujung bumbungnya. Naik. Terus
naik. Lantas tumpah persis di puncak kincir. Mengidi
bumbung bambu kincir kedua.
Wak Burhan mengetukkan palu bonggol bambu,
pertemuan dimulai. Enam mahasiswa itu berbicara
lantang. Tegas. Meyakinkan. Salah-satu dari tiga
mahasiswa lelaki bicara soal konstruksi kincir air.
Memuji-muji penduduk kampung yang telah
membuatnya, lantas sama seperti Dalimunte dulu, dia
juga membawa kertas-kertas. Membentangkannya
lebar-lebar. Bicara tentang listrik. Lampu-lampu. Kincir
air itu bisa dijadikan generator listrik. Dalimunte
menjadi orang yang paling tertarik atas rancangan itu.
Mengangkat tangannya berkali-kali, bertanya.
Penduduk kampung juga terpesona. Apalagi dijanjikan
ada bantuan soal dinamo, kabel-kabel, peralatan
instalasi, dan lainnya dari universitas. Wak Burhan tak
butuh waktu semenit untuk mengetukkan palunya.
Proyek KKN listrik kincir air itu disetujui. Minggu
depan mereka mulai bergotong-royong.
164-165
Berbuat Baik dengan
Tetangga
Dan dari sisi keturunan, Kak Laisa memang bukan
turunan raja atau bangsawan ternama, tapi keluarga
mereka terhormat, pekerja keras, tidak pernah meminta-
minta, berdusta, atau melakukan hal buruk lainnya.
Sejak dulu Babak mengajarkan tentang harga diri
keluarga, mengajarkan tentang menjaga nama baik
keluarga lebih penting dibandingkan soal kalian
keturunan siapa. Menjadi keluarga yang jujur meski
keadaan sulit. Berbuat baik dengan tetangga sekitar,
dan sebagainya.
233
Setiap kali ada pernikahan di lembah itu, Laisa selalu
membantu mengerjakan banyak hal. Terbiasa dengan
kalimat prihatin, gurauan, bahkan bisik-bisik tetangga.
Menjawab dengan senyuman, kalimat ringan atau, ikut
tertawa.....
201