NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF...

83
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’AN Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Muzayanatul Maghfiroh NIM : 111-14-053 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF...

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF

AL-QUR’AN

Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Muzayanatul Maghfiroh

NIM : 111-14-053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

ii

HALAMAN JUDUL

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

iii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF

AL-QUR’AN

(Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Muzayanatul Maghfiroh

NIM : 111-14-053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018HALAMAN BER

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Dr. M. Gufron, M. Ag.

Dosen IAIN Salatiga

Nota Pembimbing

Lampiran : 4 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Muzayanatul Maghfiroh

NIM : 111-14-053

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF

AL-QUR’AN (Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29)

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

diujikan dalam munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk

menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 25 Juli 2018

Pembimbing

Dr. M. Gufron, M.Ag.

NIP. 19720814 200312 1 001

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

v

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’AN

(Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29)

Disusun oleh:

Muzayanatul Maghfiroh

NIM : 111-14-053

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 20 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Sekretaris : Dr. M. Ghufron, M.Ag.

Penguji I : Dr. Wahyudhiana, M.Pd.

Penguji II : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Salatiga, 20 September 2018

Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP.19670121 199903 10 002

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muzayanatul Maghfiroh

NIM : 111-14-053

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul :NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

PERSPEKTIF AL-QUR‟AN (KAJIAN SURAT AL-

ISRAA‟ AYAT 29)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat

atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan

pada e-repository IAIN Salatiga.

Salatiga, 6 Juli 2018

Yang Menyatakan,

Muzayanatul Maghfiroh

NIM: 111-14-053

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

vii

MOTTO

يز الاس أفعهن للاسخ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling

bermanfaat bagi manusia lain”

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Iskandar dan Sri Hastuti yang senantiasa

memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti

memantau, memberikan do‟a, nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan

semangat untuk anak-anaknya.

2. Adikku tercinta Ahmad Abdurrozak dan Aliya Nur Inayah yang selalu

berpartisipasi menemani, memberikan dukungan, support, dan do‟anya

untukku.

3. Muhammad Furqon yang senantiasa menemani, memberikan dukungan,

semangat, motivasi, do‟a dan kasih sayang yang tiada henti.

4. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu

memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama

proses skripsi ini.

5. Segenap keluarga besar Mbah Hanoto besserta anak cucu dan keluarga besar

Mbah Muhrodi beserta anak cucu yang selalu membimbing dan memberikan

motivasi, semangat yang tak henti-hentinya demi terselesaikan skripsi

penelitian ini.

6. Sahabat seperjuangan yang selalu menemani saya sejak SMA sampai

sekarang selalu bersama-sama Hikmah Ramadani susah senang bersama-

sama dan berjuang bersama dalam mengerjakan skripsi.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

ix

7. Sahabat seperjuangan satu dosbing Tatu Mafazah, Laili Nur Fitriyani, Muna,

Khusnadia, Fatin, Nur Khasanah, Kholiq, Rahmat dll yang selalu memberikan

motivasi, semangat, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat dan teman dekatku segenap keluarga “Purworejo Squad” Hikmah,

Hana, Hima, Eka, Ida, Indri, Izza, Tatu, Uma yang selalu memberikan

motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga kost Salatiga, Nisa, Fajar, Nunung, Tika, Uus, Rana, Retno, Sofi,

dan Zulfa yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

10. Tim PPL SMP Negeri 1 Salatiga, Afif, Dwita, Ela, Irfan, Khamidah, Mui‟I,

Rani, Riska, Sari, Tatu, dan Umam yang selalu memberikan motivasi.

11. Tim KKN Posko 123 (Lukas), mbak Alim, Anjar, Arif, Dani, Dwi Aryanti,

Indah, Hasimah dan mbak Umi yang selalu support.

12. Tim kerja Marvel Salatiga, Mba Anggun, Eka, Nana, beserta karyawan

Marvel lain yang telah memberikan pengalaman berharga, selalu memberikan

motivasi dan dukungan untuk meraih kesuksesan.

13. Segenap keluarga besar PAI B Angkatan 2014.

14. Segenap keluarga besar PAI Angkatan 2014.

15. Segenap pendidik dan pembaca.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat

Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Nilai-

Nilai Pendidikan Akhlak Persepektif Al-Qur‟an (Kajian Surat Al-Israa‟ Ayat 29)

ini dengan baik dan lancar.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung

Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di

yaumul akhir. aamiin.

Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama

kuliah.

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

xi

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

7. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.

8. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab

pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu

referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,

serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga, 25 Juli 2018

Penulis

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

xii

ABSTRAK

Maghfiroh, Muzayanatul. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Perspektif

Alqur‟an (Kajian Surat Al-Israa‟ Ayat 29). Prodi Pendidikan Agama

Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.

Kata Kunci: Nilai. Pendidikan. Akhlak. Al-Israa‟ Ayat 29.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai pendidikan akhlak yang

terkandung di dalam Al-Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat 29, kemudian untuk

mengetahui bagaimana implementasi yang dapat dilakukan dalam dunia

pendidikan berdasarkan isi dari surat Al-Israa‟ ayat 29.

Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟ ayat 29 ini,

penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library resear), kemudian

menggunakan dua sumber data, yakni data primer dari Al-Qur‟an, Tafsir Al

Misbah, An-Nur dan Al-Misbah, metode pengumpulan datanya dengan

mengumpulkan data dari sumber primer dan sekunder yang mendukung, setelah

itu menganalisis data dengan teknik analisis isi (content analysis).

Berdasarkan permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka diperoleh

hasil penelitian bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat Al-Israa‟ ayat 29

ada dua, yang pertama larangan berbuat kikir yang dipertegas dalam kitab tafsir

Al-Maraghi agar gemar menafkahkan hartanya namun juga kendalikan nafsu,

dalam tafsir An-Nur, bahwa jangan tidak memberikan sesuatu kepada orang lain

karena bisa menyesal, dalam tafsir Al-Misbah, bahwa diperintahkan untuk

bermurah tangan dan hati. Kedua larangan boros, dalam tafsir Al-Maraghi

ditegaskan jangan memberikan kepada orang yang tidak pantas menerima

misalnya untuk kemaksiatan, dalam tafsir An-Nur bahwa, dilarang mengeluarkan

harta diluar batas kemampuan, dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan agar melakukan

hal yang berada di tengah-tengahnya antara kikir dan boros yakni berderma.

Implementasi dalam lembaga pendidikan diataranya dengan menenamkan akhlak

terpuji dalam setiap materi pelajaran yang bersangkutan, selain itu siswa diajarkan

untuk terjun langsung dalam masyarakat seperti kegiatan bakti sosial dalam

mewujudkan sifat dermawan, kegiatan infaq setiap hari Jum‟at untuk

mewujudkan sifat gemar berinfaq, kegiatan menabung di sekolah untuk

mengajarkan sifat berhemat, kemudian untuk menghindari sifat tamak yaitu saling

kerjasama dan menghargai sesame teman, atau ikut mengapresiasi apabila teman

memperoleh prestasi agar terhindar dari sifat iri, dengki atau sejenisnya.

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ........................................................................ i

LEMBAR BERLOGO IAIN ............................................................................ ii

HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................ vi

MOTTO ........................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

ABSTRAK ....................................................................................................... xii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

E. Metode Penelitian ..................................................................................... 7

F. Kajian Pustaka .......................................................................................... 9

G. Penegasan Istilah ....................................................................................... 11

H. Sistimatika Penulisan ................................................................................ 19

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

xiv

BAB II KOMPILASI AYAT .......................................................................... 21

A. Redaksi Surat Al-Israa‟ Ayat 29 dan Terjemahannya .............................. 21

B. Arti Kosakata (Mufrodat).......................................................................... 21

C. Pokok-pokok Kandungan Surat Al-Israa‟ Ayat 29 ................................... 23

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH .................................... 26

A. Sejarah Turunnya Surat Al-Israa‟ ............................................................. 26

B. Tema dan Tujuan Utama Surat Al-Israa‟ .................................................. 27

C. Asbabun Nuzul .......................................................................................... 29

D. Munasabah ................................................................................................ 31

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 36

A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Israa‟ Ayat 29 .......................... 36

1. Larangan Kikir ................................................................................... 37

2. Larangan Menghambur-hamburkan Harta (Boros) ........................... 41

B. Implementasi Nilai-Nilai Akhlak Al-Israa‟ 29 dalam Pendidikan ........... 45

1. Menanamkan Sifat Dermawan ........................................................... 45

2. Gemar Berinfaq dan Berzakat ............................................................ 47

3. Hemat ................................................................................................. 50

4. Jangan Tamak .................................................................................... 53

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

xv

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 55

A. Kesimpulan ............................................................................................... 55

B. Saran ......................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 62

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak dapat diartikan sebagai sebuah sistem lengkap yang terdiri

dari karakteristik-karakteristik atau tingkah laku yang membuat seseorang

menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat membentuk

kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan

dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-

beda (Ali Abdul Halim Mahmud, 2004: 26). Dari pengertian tersebut

bahwa akhlak merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang

dimana dalam melakukan kebiasaan tersebut tanpa berfikir panjang

sehingga menghasilkan perbuatan yang dilakukan berkali-kali dan dalam

keadaan yang berbeda-beda sesuai kehendak masing-masing.

Pendidikan akhlak merupakan kaidah dasar yang harus ditanamkan

dalam diri setiap manusia. Karena bukan hanya sekedar tata aturan, tetapi

menjadi pedoman yang kokoh agar kehidupan manusia berjalan dengan

harmonis sebagaimana mestinya. Akhlak mencerminkan kehidupan yang

dijalani setiap manusia baik secara fisik maupun jiwanya, apabila

akhlaknya baik maka seluruh kehidupan jasmani dan rohaninya tentu akan

baik, begitu juga sebaliknya, jika akhlak melenceng dari kaidah agama,

maka sudah menjadi barang tentu jika aspek jasmani dan rohaninya akan

terpengaruh.

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

1

Kajian akhlak sangat luas, bahkan di dalam al-qur‟an tidak hanya

terdapat di dalam satu surat saja, akan tetapi disini penulis lebih

menekankan pada satu bahasan yakni firman Allah SWT di dalam surat

Al-Isra‟ ayat 29 yang berbunyi,

Artinya : Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada

lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu

menjadi tercela dan menyesal.

Dilihat dari ayat tersebut, betapa pentingnya mengkaji dan

memaparkan apa yang sebenarnya dianjurkan di dalam Al-Qur‟an

mengenai bagaimana berakhlak yang baik dengan mengamalkan sifat

hemat dan tidak bermegah-megahan dalam membelanjakan harta, dan juga

tidak begitu kikir kepada sesama dengan harta yang telah dimiliki.

Menyikapi hal tersebut, dapat dikaitkan dengan pergaulan di era

globalisasi ini yang merupakan tuntutan bagi umat manusia tanpa

terkecuali. Semua orang dari berbagai kalangan mengalami dan mengikuti

arus modernisasi yang sedang terjadi. Sebagai manusia yang memahami

akan pengetahuan tentunya dapat memilih dan memilah mana yang

menjadi kebutuhan atau hanya kemauan untuk memenuhi trend masa kini.

Sebagai calon pendidik diharapkan mampu memberikan contoh yang baik

akan budaya dan etika berperilaku yang baik, sesuai dengan kaidah agama

maupun kemaslahatannya. Dewasa ini masalah yang sedang menjadi

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

2

perbincangan diantaranya terkait dengan kebutuhan food, fashion dan fun,

untuk itu menjadi sangat penting bagi penulis untuk dapat mengaitkan apa

yang sebenarnya terjadi di dunia ini sehingga berbagai kalangan berlomba-

lomba untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, bahkan mereka tidak

sedikitpun memikirkan dan memprioritaskan manakah yang menjadi

kebutuhan utamanya ataupun sekedar kebutuhan penunjang.

Tidak sedikit dari kita yang menjadi korban globalisasi,

modernisasi yang dituntut mengikuti trend masa kini, karena dalam diri

mereka sudah tertanam pemikiran yang serba instan, bagaimanapun cara

yang akan ditempuh untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memperhatikan

manfaat yang sebenarnya dibutuhkan. Sehingga dapat dikatakan kurang

memperhatikan bagaimana memanfaatkan dan membelanjakan harta kita

untuk memenuhi kebutuhan utama kita, sehingga dapat meminimalisir diri

kita untuk terhindar dari golongan pemboros atau israf. Untuk itu masalah

tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat dikaitkan dengan firman

Allah SWT surat Al-Israa‟ ayat 29, karena Allah SWT telah menegaskan

di dalam ayat tersebut bahwa terdapat kalimat jangan terbelenggu pada

lehermu dan jangan terlalu mengulurkannya, dengan kata lain dapat

diartikan jangan terlalu kikir dan jangan terlalu berlebih-lebihan dalam

membelanjakan harta yang dimiliki.

Hal tersebut menjadikan keprihatinan yang mendalam, karena

termasuk dalam kemerosotan akhlak yang begitu cepat berkembang,

lebihnya lagi fenomena tersebut telah mewabah di berbagai kalangan baik

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

3

anak-anak, muda, dewasa bahkan orangtua tidak ketinggalan untuk

memenuhi kebutuhan instannya daripada mementingkan kebutuhan utama

atau bahkan sekedar menyisihkan untuk orang-orang yang lebih

membutuhkan, sehingga harta yang dimiliki begitu bermanfaat dan dapat

menjadi berkah tersendiri di dalam kehidupannya. Kemerosotan akhlak

yang menjadi kajian disini yakni sifat kikir dan sifat boros di kalangan

masyarakat.

Kikir atau cinta pada harta timbul akibat dua faktor yaitu: pertama,

cinta pada syahwat ditambah dengan ketakutan pada kefakiran dan

kurangnya kepercayaan pada datangnya rezeki, maka kekikiran sudah pasti

akan menguat. Kedua, mencintai wujud harta itu sendiri lalu mengetahui

bahwa dia sama sekali tidak membutuhkannya (Moh Yusni Amru Ghozali,

2017: 420). Hal tersebut merupakan salah satu penyakit hati yang rawan

terjadi bagi sebagian umat muslim. Kemerosotan akhlak yang kedua dari

ayat tersebut yaitu sifat boros yang dapat menyebabkan seseorang menjadi

hedonisme. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani hedone yang berarti

nikmat atau kegembiraan, hedonisme bertolak dari anggapan bahwa

manusia hendaknya hidup sedemikian rupa sehingga ia dapat semakin

bahagia. Hedonisme memiliki makna kebenaran yang mendalam yakni

bahwa manusia menurut kodratnya hanya mencari kesenangan dan

berupaya menghindari ketidaksenangan (K. Bertens, 2002: 238) . Dengan

alasan mengapa penulis mengangkat judul bertema pendidikan akhlak

kajian surat al-Israa‟ ayat 29 karena ayat al-Israa‟ ayat 29 tersebut secara

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

4

spesifik menegaskan bahwasannya terdapat makna yang mendasar tentang

memanfaatkan harta dilarang kikir dan jangan boros dan untuk

menghindari gaya hidup hedonisme. Selain itu, ayat ini juga belum

dibahas padahal di makna yang terkandung dapat dijadikan pedoman oleh

manusia dalam menjalankan kehidupannya selama di dunia yakni

memanfaatkan harta untuk tidak berlebihan sebagaimana fenomena yang

terjadi di kalangan masyarakat bahwa keinginan terhadap barang-barang

yang harus dimiliki meskipun itu belum tentu bermanfaat dan juga jangan

terlalu bakhil dalam menyimpan harta, karena di dalam rezeki kita yang

dimiliki ada hak orang lain artinya harus juga berbagi sesuai takarannya,

harta yang memang hanya titipan dari Allah SWT dan Allah pun

mempertegas perintah tersebut dalam ayat 29 dari surat al-Israa‟ ayat 29

ini, untuk itu menjadi sangat penting bagi penulis untuk mengangkat judul

“Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Al-Qur’an Kajian Surat

Al-Isra’ ayat 29”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan yang telah dipaparkan pada latar

belakang tersebut, maka penulis memiliki beberapa pokok permasalahan

yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah nilai tentang pendidikan akhlak dalam Al-Israa‟ ayat

29?

2. Bagaimanakah implementasi pendidikan akhlak yang terdapat di

dalam surat Al-Israa‟ ayat 29 ?

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka

penulis dapat memaparkan tujuan dari penelitian ini yakni :

1. Untuk mengatahui nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam

surat Al-Isra‟ ayat 29.

2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan akhlak yang sesuai

dengan surat Al-Isra‟ ayat 29.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sebuah informasi yang jelas kepada para pembaca untuk

mengetahui bagaimanakah menanamkan pendidikan akhlak yang terdapat

di dalam surat Al-Isra‟ ayat 29, sehingga hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan masukan dan acuan dalam melakukan penelitian sejenis di

masa yang akan datang.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:

1. Untuk Peneliti

Dapat dijadikan sebuah sarana untuk meningkatkan kemampuan

dalam bidang library research dan untuk dijadikan sebagai acuan

dalam berperilaku untuk menanamkan akhlak sesuai dengan kajian.

2. Untuk Pembaca

Dapat dijadikan rujukan dan motivasi untuk dapat melakukan

penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

6

3. Untuk IAIN Salatiga

Dapat menambah perbendaharaan referensi karya tulis ilmiah

dan menambah khazanah keilmuan bagi para pembaca khususnya

yang melakukan penelitian sejenis.

E. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa

metode penelitian, baik dalam proses mencari data dan mengolah data

nantinya, diantaranya yakni :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library

research), yaitu suatu penelitian terhadap buku-buku sebagai produk

ulama yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi. Dengan

demikian nantinya dari hasil literer dideskripsikan apa adanya

kemudian dianalisis.

2. Sumber Data

Karena berdasarkan jenis penelitian tersebut, yakni dengan

menggunakan metode library research, maka penulis mengambil data

dari berbagai sumber sebagai berikut :

a) Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari Al-Qur‟an dan

terjemah, kitab tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab, kitab tafsir

An-Nur dan kitab tafsir Al-Maraghi.

b) Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang

mendukung data primer (Chang, 2014: 38). Terdiri dari beberapa

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

7

buku yang membahas tentang pendidikan akhlak dan buku yang

berkaitan dengan tafsir Al-Isra‟ ayat 29.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah dengan mengumpulkan data yang menjadi sumber data

primer yaitu surat Al-Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat 29 dan terjemahnya,

kitab tafsir Al-Misbah, kitab tafsir An-Nur dan kitab tafsir Al-Maraghi,

serta dari sumber data sekunder yang relevan seperti catatan, transkip,

buku, surat kabar dan sebagainya. Setelah data tersebut terkumpul

kemudian dilakukan penelaah secara sistematis yang berkaitan dengan

penelitian tersebut sehingga dapat diperoleh bahan-bahan dan

penyajian data.

4. Metode Analisis Data

Menulis menggunakan teknik analisis isi (content analysis) ini

merupakan teknik menulis dengan mencari kesimpulan yang shahih

dari sebuah buku atau dokumen, atau dengan mencari karakteristik

pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis (Moleong, 2011:

263). Cara kerja dari metode ini adalah dengan mengambil makna

surat yang terkandung dalam sumber data primer yaitu Al-Quran

dengan menggabungkan penjelasan dari sumber data sekunder yakni

tafsir Al-Maraghi, Al-Misbah dan An-Nur, kemudian disimpulkan

makna apa yang terkandung di dalam surat al-Isra‟ ayat 29 tersebut.

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

8

F. Kajian Pustaka

Fungsi kajian penelitian adalah untuk mengemukakan hasil-hasil

penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan

dilakukan. Adapun beberapa penelitian yang dilakukan dan sejauh ini telah

penulis ketahui adalah sebagai berikut:

1. Sayidatul Muwafiqoh, IAIN Salatiga, Prodi PAI (2017), dengan judul

skripsi “Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‟an Surat Maryam ayat 41-

42”, menyimpulkan bahwa konsep pendidikan akhlak dalam al-qur‟an

yaitu perbuatan manusia yang dilakukan tanpa memerlukan pemikiran

terlebih dahulu karena telah menjadi kebiasaan yang mantab,

kemudian pada dasarnya akhlak dibagi menjadi 2, yaitu akhlak

mahmudah dan akhlak mazmumah. Dalam QS. Maryam ayat 41-42

secara garis besar mengandung nilai-nilai pendidikan kejujuran

(siddiq), selain itu aktualisasi dalam pendidikan karakter berupa:

menanamkan sifat jujur, sifat tauhid kepada anak sejak dini, sikap

lemah lembut terhadap orang tua, serta lemah lembut dalam membela

kebenaran.

2. Fifi Nor Kamila, IAIN Salatiga, Prodi PAI (2016), dengan judul

skripsi “Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak Telaah Surat Al-A‟raf Ayat

199-202)”, menyimpulkan bahwa dasar-dasar pendidikan akhlak

dalam surat tersebut yaitu: memaafkan, mengerjakan yang ma‟ruf,

menjauhi orang-orang jahil atau kemungkaran, menahan amarah,

takwa kepada Allah, pendurhaka itu dalam kesesatan.

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

9

3. Kurniawati, IAIN Salatiga, Prodi PAI (2016), dengan judul skripsi

“Konsep Pendidikan Akhlak Surat Luqman Ayat 12-19 Dalam Tafsir

Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab”, menyimpulkan bahwa konsep

pendidikan akhlak dalam surat Luqman menurut tafsir Al-Misbah

karangan M. Quraish Shihab yaitu: pertama, akhlak kepada Allah

SWT tentang ajaran ketauhidan, mensyukuri nikmat dan mentaati

segala perintah maupun larangan-Nya, kedua, aqidah yakni tentang

urusan yang harus diyakini kebenarannya oleh hati, yang berkaitan

dengan tauhid atau ajaran mengesakan Allah SWT, tidak

menyekutukan-Nya dan mensyukuri nikmat-Nya, ketiga, akhlak

kepada orangtua yang di wujudkan dengan menghormati dan berbakti

kepadanya dengan ketentuan tidak melenceng dari ketentuan Allah

SWT. keempat, akhlak kepada orang lain dan diri sendiri, yang

diwujudkan apabila berakhlak kepada orang lain keluarga

menanamkan tentang akhlak mulia sehingga anak tidak akan bertindak

melenceng dri norma yang telah diajarkannya, kemudian akhlak pada

diri sendiri bahwa anak akan memiliki kepribadian yang kuat jika

penanaman amar ma‟ruf nahi munkar sejak dini dalam keluarga.

Kemudian implementasi konsep pendidikan akhlak surat Luqman ayat

12-19 yaitu berbakti kepada orangtua, selalu rendah hati dan tidak

sombong, dari kisah Luqman juga dipaparkan seperti tidak boleh

syirik dari wujud ketauhidan, berbakti kepada orangtua, dan

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

10

menanamkan akhlak pada diri sendiri diterapkan dalam keluarga agar

dapat menanamkan nilai budi pekerti luhur dalam bermasyarakat.

Penelitian tersebut merupakan penelitian terdahulu yang memiliki

tema pendidikan akhlak sama halnya seperti tema yang penulis kaji, tetapi

menjadi berbeda dengan penelitian tersebut, karena nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam QS al Israa‟ ayat 29 yang penulis kaji

menekankan pada pendidikan akhlak kikir dan jangan boros, kemudian

perbedaan lain, metode ataupun hasil dari penjabaran pendidikan

akhlaknya pun berbeda dari kedua penelitian yang telah dilakukan kedua

peneliti tersebut.

G. Penegasan Istilah

Untuk meminimalisir kesalahpahaman dalam memaknai

permasalahan yang ada di dalam judul penelitian ini, maka penulis

menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :

1. Nilai Pendidikan Akhlak

Nilai adalah sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan atau nilai-nilai agama yang perlu kita indahkan

(Poerwadarminta, 2006: 801).

Pendidikan memiliki banyak arti diantaranya yaitu, pendidikan

sebagai suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan

lingkungan, pendidikan sebagai suatu pengarahan dan bimbingan yang

diberikan kepada anak-anak dalam pertumbuhannya.

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

11

Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang merupakan

jamak dari kata khuluq yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat

dan muru‟ah atau budi pekerti, watak, tabiat (Samsul Munir Amin,

2016: 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan

sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil

dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan

bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-

Qur‟an. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut

khuluq yang tercantum dalam surat Al-Qalam ayat 4, ayat tersebut

dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad sebagai

Rasul (Quraish Shihab, 1996: 253).

Artinya: “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti

yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy,

2005: 451).

Selain surat Al-Qalam ayat 4, terdapat ayat lain yang menegaskan

bahwa kata khulq merujuk pada pengertian perangai yakni dalam Al-

Qur‟an surat As-Syu‟ara ayat 137 yang berbunyi:

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

12

Artinya: “(agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang

dahulu.”(QS. As-Syu‟ara: 137) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy,

2005: 297).

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa kata khulq mengandung

makna perangai atau tingkah laku yang dilakukan manusia.

Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi menurut Ibnu

Maskawaih yaitu keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi menjadi dua ada yang berasal dari

tabiat aslinya ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-

ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan

pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu

bakat atau akhlak (Samsul Munir Amin, 2016: 3).

Dalam bukunya Samsul Munir Amin (2016: 8) juga dijelaskan

bahwa Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ Ulumuddin menyebutkan

induk dari akhlak adalah empat hal yakni:

1. Al-Hikmah (Kebijaksanaan): Keadaan atau tingkah laku yang dapat

menentukan sesuatu yang benar, dengan cara menyisihkan hal-hal

yang salah dalam segala perbuatan, yang dilakukan secara

ikhtiariah (tanpa paksaan).

2. Asy-Syaja‟ah (Keberanian): Keadaan jiwa yang menunjukkan sifat

kemarahan, namun dituntun oleh akal pikiran untuk terus maju dan

mengekangnya.

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

13

3. Al-„Iffah (Pengekangan Hawa Nafsu): Mendidik kekuatan syahwat

atau kemauan, dengan berdasarkan akal pikiran dan syariat agama.

4. Al-„Adl (Keadilan): Suatu Keadaan jiwa yang dapat membimbing

kemarahan dan syahwat, serta membawanya ke arah yang sesuai

dengan hikmah dan kebijaksanaan.

Setidaknya dalam menentukan akhlak manusia dapat dilihat dari

keempat hal tersebut menurut Al-Ghazali. Sedangkan secara istilah

menurut Al-Ghazali dalam bukunya Samsul Munir berarti sifat yang

tertanam dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang

spontan tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran. Maka jika

sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan

akal dan norma agama, ia dinamakan akhlak yang baik, tetapi jika

menimbulkan tindakan yang jahat, maka ia dinamakan akhlak yang

buruk (Samsul Munir, 2016: 3). Lebih dari itu, akhlak secara universal

berarti ilmu yang membicarakan tentang perbuatan manusia yang dapat

dinilai baik atau buruk (Abuddin Nata, 2013: 5). Standar akhlak yakni

berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah (Yunahar Ilyas, 2007: 3). Akhlak

juga dapat diartikan sebagai etika dan moral :

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yang asal katanya yaitu

ethos dalam bentuk tunggal berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak,

perasaan. Sedangkan secar istilah etika berarti ilmu tantang apa yang

biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K. Bertens, 2002:

4).

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

14

Etika merupakan usaha sadar manusia untuk memakai akal budi

dan daya fikirannya untuk memecahkan masalah bagaimana seseorang

harus hidup jika ingin menjadi baik (Franz Magnis Suseno, 1987: 17).

Pendapat lain bahwa etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang

dihasilkan oleh akal manusia, dan etika berhubungan dengan empat

hal yaitu: pertama, dilihat dari pembahasannya bahwa etika

membahas tentang perbuatan yang dilakukan manusia, kedua etika

dilihat dari sumbernya bahwa etika bersumber pada akal pikiran atau

filsafat, ketiga dilihat dari segi fungsinya yakni sebagai penilai,

penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh

manusia yang dapat dinilai baik atau buruk, mulia, terhormat, hina

atau yang lainnya, keempat, dilihat dari segi sifatnya bahwa etika

bersifat relatif artinya dapat berubah-ubah sesuai dengan ketentuan

zaman (Abuddin Nata, 2013: 76-77). Untuk standar etika lebih

menekankan pada pertimbangan akal pikiran (Yunahar Ilyas, 2007: 3).

Dari beberapa pengertian tersebut secara umum dapat diartikan

bahwa etika merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk

menjadikan dirinya baik dipandang orang lain dengan melakukan

perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan atas dasar akal dan

kesadaran sehingga membentuk sebuah watak dan kepribadian yang

baik dari diri manusia tersebut.

Dengan demikian, jika dilihat dari pengertian di atas antara akhlak

dan etika memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya bahwa

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

15

keduanya sama-sama membahas masalah baik dan buruknya tingkah

laku manusia. Perbedaan diantara keduanya bahwa Etika bersumber

dari akal pikiran bukan dari agama, sedangkan akhlak berdasarkan

ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya.

Selain dikenal dengan istilah etika, kajian mengenai akhlak juga

dikenal dengan istilah moral. Secara etimologi, moral berasal dari

bahasa Latin mores yang merupakan bentuk jamak dari mos yang

berarti adat kebiasaan. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, merumuskan moral sebagai ajaran tentang baik buruknya

perbuatan dan kelakuan yang berupa akhlak, kewajiban, dan

sebagainya (Samsul Munir Amir, 2016: 15). Dalam KBBI dikatakan

bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan

kelakuan. Pengertian lain menjelaskan bahwa moral adalah suatu

tindakan manusia yang bercorak khusus, yaitu yang didasarkan

kepada pengertiannya mengenai baik buruk (Mudlor Ahmad: 41).

Sedangkan secara istilah bahwa moral berarti istilah yang digunakan

untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat

atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah , baik

atau buruk (Abuddin Nata, 2013: 78). Standar moral lebih

menekankan pada kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat

(Yunahar Ilyas, 2007: 3). Dalam kajiannya kata etika dan moral

memiliki beberapa persamaan, bahwa secara etimologi, kata etika dan

moral memiliki arti yang sama yaitu kebiasaan dan adat. Dengan kata

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

16

lain, etika dengan rumusan yang sama dengan moral adalah nilai-nilai

dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Adapun perbedaannya,

etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral bersifat praktis.

Menurut pandangan para filsuf, etika membahas tingkah laku secara

universal (umum), sedangkan moral memandang secara spesifik.

Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran

tersebut (Samsul Munir Amin, 2016: 15). Untuk itu dapat disimpulkan

bahwa antara moral dan etika memiliki persamaan dalam hal

pembahasannya yang berkaitan dengan masalah akhlak dan juga dapat

diartikan sebagai suatu kebiasan yang dilakukan oleh manusia secara

terus menerus sehingga menjadi sifat atau perangai baik sifat yang

baik ataupun yang buruk dari diri manusia tersebut dan moral lah yang

sebenarnya membedakan manusia dari makhluk Tuhan lainnya.

Sedangkan hubungan antara etika, moral dengan akhlak dapat

dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral

dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu

perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya

dimana dari ketiga komponen tersebut sama-sama menghendaki

terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan

tentram baik batiniah atau lahiriahnya.

Perbedaannya antara lain antara etika, moral dan akhlak terletak

pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

17

buruk. Jika di dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat

akal pikiran dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku

umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk

menentukan baik dan buruk itu adalah Al-Qur‟an dan hadist. Namun

demikian etika, moral dan akhlak tetap saling berhubungan dan

membutuhkan. Dengan kata lain jika etika dan moral berasal dari

manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan, selain itu bahwa akhlak

bersifat mutlak, absolute dan tidak dapat diubah, sementara etika,

moral dan susila sifatnya terbatas dan dapat diubah (Abuddin Nata,

2002: 95).

Dengan demikian pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai usaha

sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk menyiapkan dan

mendampingi dalam pembentukan tingkah lakunya agar sesuai dengan

kaidah yang berlaku sesuai dengan tuntunan Nabi dan Rasul sebelum

kita, sehingga menjadi insan kamil yang senantiasa berada pada suatu

perbuatan yang mulia disisi-Nya.

1. Surat Al-Israa’

Surah Al-Israa' (اإلسرا, al-Isrā, "Perjalanan Malam") adalah surah

ke-17 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 111 ayat dan termasuk

golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini dinamai dengan Al-Israa‟

yang berarti "memperjalankan di malam hari". Surah ini dinamakan

pula dengan nama Surah Bani Israel dikaitkan dengan penuturan pada

ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-8 dan kemudian dekat akhir surah

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

18

yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104 di mana Allah

menyebutkan tentang Bani Israel yang setelah menjadi bangsa yang

kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang

dari ajaran Allah SWT. Dihubungkannya kisah Isra dengan riwayat

Bani Israel pada surah ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam

akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israel, apabila

mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya (Depag RI, 2009:

425).

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami skripsi

ini, maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah

dan sistematika penulisan.

Bab II : Kompilasi Ayat

Bab ini berisi tentang surat Al-Israa‟ ayat 29, kosa kata (mufrodat) dan

pokok-pokok isi kandungan.

Bab III : Asbabun Nuzul dan Munasabah Ayat

Bab ini berisi sebab turunnya ayat dan tentang keterkaitan antara ayat yang

satu dengan ayat lain atau surat satu dengan surat yang lain baik dari segi

kronologi maupun asbabun nuzulnya.

Bab IV : Pembahasan

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

19

Bab ini berisi tentang penafsiran surat Al-Israa‟ ayat 29 menurut beberapa

mufassirin, nilai-nilai akhlak dalam surat Al-Israa‟ ayat 29, urgensi nilai

akhlak dalam Al-Israa‟ ayat 29, serta analisis jawaban dan menarik

kesimpulan permasalahan yang merupakan bab inti yang membahas

jawaban dari rumusan masalah yang telah dirumuskan.

Bab V : Penutup

Bab ini terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka.

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

20

BAB II

KOMPILASI AYAT

A. Redaksi Surat Al-Israa’ Ayat 29 dan Terjemahanya

Untuk menyesuaikan dengan judul, dan untuk mengetahui maknya

yang terkandung di dalam Al-Isra‟ ayat 29, maka penulis menyajikan

kompilasi ayat-ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini.

Adapun yang dikaji yaitu surat Al-Isra‟ ayat 29.

Artinya: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada

lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu

menjadi tercela dan menyesal (Al-Qur‟an dan terjemah Al-„Aliyy, 2005:

227).

B. Arti Kosa Kata (Mufrodat)

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, perlu bagi penulis

untuk menyajikan beberapa kosa kata penting yang terkait dengan ayat-

ayat tersebut.

و لتجعل يدك مغلولة

Terbelenggu Tanganmu jangan kamu

jadikan

Dan

الي عنقك و لتبسطها

jangan kamu

menulurkannya

Dan Lehermu kepada

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

21

كال البسط فا تقعد

kamu akan

menjadi

Maka Uluran segala atau

habis-habis

ا ملوما محسور

Menyesal Tercela

Dalam ayat ini akan disajikan seluruh kosa kata yang terdapat

dalam ayat 17 untuk memperjelas makna kosa kata seluruhnya.

1. Kata تجعل (taj‟al) berasal dari kata جعل (ja‟ala) yang berarti

menjadikan (Hisyam dan Rudi, 2006: 139). Dimana kata ja‟ala

tersebut mengikuti wazan fa‟ala- yaf‟alu- fa‟lan. Kemudian dalam

kalimat tersebut berbunyi ال تجعل yang merupakan fi‟il nahi karena

berupa perintah larangan yang memiliki makna jangan jadikan.

2. Kata هغلىلة berasal dari kata غلىا-يغلى -غال yang berarti berlebih-

lebihan (Hisyam dan Rudi, 2006: 482).

3. Kata التبسطها dari ayat tersebut merupakan fi‟il nahi yang berupa

larangan untuk tidak memberikan sesuatu kepada orang lain. Akar

kata dari kata tersebut yaitu يبسط ـ -بسط بسطا dengan mengikuti

wazan fa‟ala- yaf‟ulu (Hisyam dan Rudi, 2006: 83).

4. Kata هلىها (maluman) yang berarti tercela merupakan dampak dari

kekikiran.

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

22

5. Kata هحسىرا (mahsuran) berasal dari kata ىرا حس -حسزا - -حسز

Kata (hasara) tersebut .(Hisyam dan Rudi, 2006: 176) (hasara) يحسز

mengikuti wazan fa‟ala- yaf‟ulu yang berarti tidak berbusana,

telanjang atau tidak sempurna. Seseorang yang tidak memakai tutup

kepala dinamakan Hasiru ar-Ra‟s. Seseorang yang keadaannya

tertutup, dari segi rezeki adalah yang memiliki kecukupan sehingga

dia tidak perlu berkunjung kepada orang lain dan menampakkan diri

untuk meminta karena itu berarti dia membuka kekurangan atau

aibnya. Tetapi ada juga ulama yang berpendapat bahwa kata tersebut

terambil dari kata حسيز (hasir) yang digunakan untuk menunjuk

binatang yang tidak mampu berjalan karena lemahnya sehingga

berhenti di tempat. Hal tersebut diibaratkan seperti pemboros, pada

akhirnya akan berhenti dan tidak mampu melakukan aktivitas, baik

untuk dirinya sendiri apalagi bagi orang lain, sehingga terpaksa hidup

tercela. Dengan demikian kata mahsuran memiliki makna tidak

memiliki kemampuan sama saja dampak dari pemborosan (Shihab,

2012: 75).

C. Pokok-pokok Kandungan Surat Al-Israa’ Ayat 29

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, selanjutnya penulis

akan menyajikan beberapa pokok kandungan ayat 29, adapun redaksinya

adalah sebagai berikut:

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

23

Di dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan cara-cara yang baik

dalam membelanjakan harta. Allah menerangkan keadaan orang-orang

yang kikir dan pemboros dengan menggunakan ungkapan jangan

menjadikan tangan terbelenggu pada leher, tetapi juga jangan terlalu

mengulurkannya. Kedua ungkapan ini lazim digunakan orang-orang

Arab. Pertama dari ayat tersebut berarti larangan berlaku bakhil atau

kikir, sehingga enggan memberikan harta kepada orang lain, walaupun

sedikit. Ungkapan kedua berarti melarang orang berlaku boros dalam

membelanjakan harta, sehingga melebihi kemampuan yang dimilikinya.

Kebiasaan memboroskan harta akan mengakibatkan seseorang tidak

mempunyai simpanan atau tabungan yang bisa digunakan ketika

dibutuhkan sewaktu-waktu (Departemen Agama RI, 2009: 468).

Berdasarkan deskripsi tersebut, bahwa ayat 29 dari surat Al-Israa‟

ini memberikan cara yang baik dalam kita membelanjakan harta yang

telah dititipkan oleh Allah SWT dengan cara hemat, layak dan

sewajarnya, tidak terlalu bakhil dan tidak terlalu boros. Karena dengan

terlalu bakhil akan menjadikan seseorang tercela, sedangkan terlalu

boros akan menjadikan seseorang bangkrut di dalam kehidupannya.

Sehingga Nabi mengatakan bahwa orang yang selalu berhemat tidak

akan menjadi beban orang lain atau menjadi miskin dalam

kehidupannya (Departemen Agama RI, 2009: 468).

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

24

Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Allah

benar-benar telah memberikan pedoman kepada hambanya melalui ayat

tersebut dalam membelanjakan harta yang baik dan Rasulullah juga

mempertegas dalam sebuah hadist yang tentunya tidak akan

menjerumuskan hambanya dalam berperilaku baik atau memanfaatkan

harta yang merupakan titipan Allah SWT semata.

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

25

BAB III

ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH AL-ISRAA’ AYAT 29

A. Sejarah Turunnya Surat Al-Israa’

Surat Al-Israa‟ memiliki pengertian yaitu “memperjalankan di

malam hari”, surat ini merupakan surat ke 17 dalam Al-Qur‟an dan terdiri

dari 111 ayat yang diturunkan di kota Mekkah sesudah surat Al-Qashash,

hal ini berhubungan dengan peristiwa Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW

dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis

(Madinah), peristiwa ini dicantumkan pada ayat pertama di dalam surat ini.

Peristiwa Israa‟ pada permulaan surat ini mengandung isyarat bahwa Nabi

Muhammad SAW beserta umatnya di kemudian hari akan mencapai

martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar. Surat ini juga

dinamakan dengan “Bani Israil” yang berarti keturunan Israil, hal ini

berkaitan dengan ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-8 kemudian dilanjutkan

pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, di dalam ayat tersebut Allah

menyebutkan tentang Bani Israil telah menjadi bangsa yang kuat dan besar

lalu menjadi bangsa yang terhina dan menyimpang dari ajaran Allah SWT.

Hal ini dikaitkan dengan kisah Israa‟ dengan riwayat “Bani Israil” pada

surat ini dengan memberi peringatan bahwa umat Islam akan mengalami

keruntuhan sebagaimana yang dialami Bani Israil apabila mereka

meninggalkan ajaran-ajaran agamanya (Depag RI, 2009: 425). Nama Al-

Israa‟ disebut dengan “Bani Israil” ini juga dibenarkan sebagaimana yang

telah diriwayatkan oleh Ahmad, at-Turmudzi, an-Nasa‟I dan lainnya dari

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

26

Aisyah bahwa Nabi Muhammad SAW senantiasa membaca surat Bani

Israil dan surat Az-Zumar (Hasbi As-Shiddieqy, 2000: 2320).

Menurut Al-Baidhawi, bahwa seluruh ayat dari surat Al-Israa‟ ini

turun di kota Mekkah, meskipun banyak yang berpendapat bahwa ada ayat

yang diturunkan di kota Madinah yakni ayat ke 23, 26, 33, 57 kemudian

dari ayat 73 sampai ayat ke 80. Tetapi dalam hal tersebut pendapat Al-

Baidhawi lah yang paling shahih (Hasbi As-Shiddieqy, 2000: 2320).

Sehingga pendapat dari Al- Baidhawi tersebut dapat dijadikan pedoman

untuk mengetahui sejarah turunnya QS Al-Israa‟ yang sesungguhnya.

Sedangkan menurut Ibnu Katsir bahwa surat al-Israa‟ ini merupakan surat

Makkiyyah kecuali ayat 26, 32, 33 dan 57. Begitu pula dengan ayat 73

sapai dengan ayat 80. Jumlah ayat dalam surat al-Israa‟ ini ada 111 (Imam

As-Suyuti, 2017: 320).

B. Tema Dan Tujuan Utama Surat Al-Israa’

Tema bahasan surat Al-Israa‟ ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Masalah Keimanan

Di dalam surat ini ditekankan bahwa Allah SWT tidak mempunyai

anak, baik berupa manusia ataupun malaikat. Allah SWT pasti

memberi rizki kepada manusia dan Allah juga memiliki nama-nama

yang baik. Al-Qur‟an merupakan wahyu dari Allah SWT untuk

memberikan petunjuk, penawar dan rahmat bagi orang-orang yang

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

27

beriman, kemudian pokok pembahasan lain tantang keimanan yakni

adanya padang Mahsyar dan hari kebangkitan nantinya.

2. Masalah Hukum-hukum

Dalam surat ini juga tidak terlepas dari pembahasan menganai

hukum-hukum larangan Allah SWT yang harus dipatuhi oleh umat-

Nya, yakni: larangan menghilangkan jiwa manusia yang berzina,

larangan mempergunakan harta anak yatim kecuali dengan yang

dibenarkan oleh agama, ikut-ikutan dalam hal perkataan maupun

perbuatan yang di dalamnya ada dasar durhaka kepada orangtua.

Selain larangan juga ada hal yang diperintahkan oleh Allah SWT

yakni: perintah untuk memenuhi janji dan menyempurnakan

timbangan dan takaran, kemudian perintah untuk melakukan shalat 5

waktu.

3. Kisah-kisah Nabi

Di dalam surat Al-Israa‟ ini juga terdapat kisah teladan yang dapat

diambil hikmahnya dalam kehidupan kita yakni adanya peristiwa

Israa‟ Nabi Muhammad SAW dan beberapa kisah ynag berkaitan

tentang Bani Israil.

Selain beberapa hal di atas, pelajaran yang dapat diambil sebagai tema

isi surat Al-Israa ini adalah beberapa hal yang harus

dipertanggungjawabkan oleh manusia atas segala perbuatannya, faktor

yang menyebabkan maju dan runtuhnya suatu umat, kemudian petunjuk

pergaulan kepada orang tua, tetangga dan masyarakat, kemudian

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

28

kedudukan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia namun tetap

saja manusia memiliki sifat-sifat yang tidak baik seperti suka ingkar, putus

asa dan terburu-buru dalam mengambil keputusan, kemudian selain itu hal

yang dibahas yakni mengenai roh (Depag RI, 1967: 423).

Termasuk di dalamnya mengenai masalah yang akan dibahas oleh

penulis yakni memanfaatkan harta terkait Al-Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat

29.

C. Asbabun Nuzul

Dalam kaitannya sebab-sebab turunnya Al-Qur‟an, al-Suyuti

mengatakan bahwa Al-Qur‟an dibagi menjadi dua bagian. Pertama,

diturunkan tanpa sebab dan kedua, diturunkan adanya sebab. Untuk itu ada

ilmu yang dinamakan Asbabun Nuzul di dalam mempelajari ilmu-ilmu Al-

Quran. Kata asbab al-nuzul, terdiri dari dua akar kata, yaitu: asbaab dan

nuzul. Kata asbab jamak dari sabab yang artinya sebab atau alasan.

Sedangkan kata nuzul berarti turun (M.Gufron dan Rahmawati, 2013: 21).

Untuk itu, dapat diartikan bahwa asbabun nuzul yaitu turunnya

ayat Al-Qur‟an yang terjadi karena adanya suatu peristiwa atau pertanyaan

yang diajukan kepada Rasulullah SAW, kemudian turunlah salah satu ayat

atau beberpa ayat Al-Qur‟an mengenai peristiwa atau pertanyaan tersebut.

Dimana dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa asbabun nuzul

berkisar pada dua hal yakni: pertama, terjadi karena suatu peristiwa dan

kedua, karena ada pertanyaan yang diajukan Rasulullah SAW. Al-Qur‟an

diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

29

berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Qur‟an

diturunkan untuk memperbaiki akidah, ibadah, akhlak dan pergaulan

manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Ayat Al-Qur‟an

diturunkan melalui musabah atau yang sering dikenal dengan Asbabun

Nuzul, namun tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an mempunyai

Asbabun Nuzul, dan Surat Al-Israa‟ ini termasuk ayat Al-Qur‟an yang

memiliki Asbabun Nuzul.

Sebab turunnya ayat Al-Israa‟ ayat 29 terdapat dalam sebuah hadist

yakni:

ابي هزدوي وغيز عي ابي هسعىد قال: جاء غالم إلى البي صلى هللا علي وسلن

فقال :

إى أهي تسألك كذا وكذا ، قال ها عذا شيء اليىم قال فتقىل لك اكسي

قويصك ، فخلع قويص فذفع إلي فجلس في البيت حاسزا

Artinya: “Menurut Ibnu Marduwaih dari Ibnu Mas‟ud, bahwa pada suatu

hari datang seorang anak kecil kepada Rasulullah SAW, ia diutus ibunya

untuk meminta sesuatu kepada beliau. Anak kecil itu berkata: “Wahai

Rasulullah, ibu menyuruhku agar meminta sesuatu kepadamu.” Kemudian

Rasulullah SAW menjawab: “Kebetulan hari ini aku tidak memiliki apa-

apa.” Lalu anak itu berkata lagi: “Ibu mengharapkan agar tuan berkenan

member aku pakaian.” Maka beliau melepas baju kurungnya dan

diberikan kepada anak kecil itu, sehingga dirumah beliau tidak

mengenakan baju kurung” (Wahidi, 2008: 119).

Sehubungan dengan itu, maka Allah SWT menurunkan ayat ke-29

dari surat Al-Israa‟ ini sebagai larangan terlalu membuka tangan

(dermawan), ayat tersebut agar dijadikan sebagai petunjuk tentang cara

mendermakan harta kekayaan. Yakni harus menggunakan perhitungan.

Jangan sekali-kali dihabiskan, sehingga tidak ada persiapan untuk

kepentingan pribadi.

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

30

Oleh karena itu, dari riwayat-riwayat tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwasannya sebab turunnya surat Al-Israa‟ ayat 29 yaitu

adanya peristiwa yang dialami oleh Rasulullah SAW ketika itu

menafkahkan hartanya, atau harta yang ada untuk memenuhi kebutuhan

masa itu, sampai beliau merelakan kebutuhan yang Rasul sendiri perlukan

ketika itu untuk orang lain yang dirasa lebih membutuhkannya, sehingga

dari ayat tersebut kemudian Allah SWT menurunkan ayat tersebut yang di

dalamnya terkandung makna bahwasanya dalam kehidupan ini jangan

terlalu berlebih-lebihan dalam berinfaq sedangkan keadaan kita saja juga

masih membutuhkan. Dibenarkan bahwa infaq adalah perbuatan yang

sangat dianjurkan, namun menjadi tidak efektif ketika berinfaq itu

berlebih-lebihan bahkan sampai mengorbankan apa yang sedang menjadi

kebutuhan.

D. Munasabah

Secara bahasa, munasabah berarti saling mendekati dan saling

menyerupai. Sedangkan menurut istilah, munasabah adalah ilmu yang

menjelaskan tentang berbagai hubungan antara ayat satu atau surat yang

satu dengan ayat atau surat yang lain. Segi-segi hubungan yang dijelaskan

antara ayat yang satu atau surat yaitu: apakah hubungan tersebut berupa

ikatan antara „am (umum) dan khash (khusus), antara sebab akibat, antara

abstrak dan konkrit, antara rasional dan irrasional, antara „illah dan

ma‟lulnya atau hal yang berlawanan (M. Gufron dan Rahmawati, 2013:

85).

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

31

Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa munasabah

merupakan keterkaitan antara surat yang satu dengan lainnya atau ayat

yang satu dengan lainnya di dalam Al-Qur‟an. Maka pada surat Al-Israa‟

ini dapat dicari munasabah ayat yang sesuai dengan surat tersebut, baik

dari segi munasabah dengan surat lain atau dengan ayat lainnya, berikut

keterkaitannya dapat penulis deskripsikan di bawah ini:

1. Keterkaitan surat Al-Israa‟ dengan Surat An-Nahl

Keterkaitan yang ada di dalam surat Al-Israa‟ dengan surat

sebelumnya yakni surat Al-Israa‟ yaitu bahwa:

a. Dalam surat An-Nahl dijelaskan perselisihan orang yahudi tentang

hari Sabtu. Selain itu juga dijelaskan tentang syariat orang-orang

Yahudi yang dituangkan oleh Allah SWT dalam at-Taurat

b. Di dalam surat An-Nahl, Allah menyuruh Nabi Muhammad SAW

bersabar dan melapangkan dada, sedangkan dalam surat ini Allah

menjelaskan kemuliaan Nabi Muhammad SAW dan ketinggian

martabatnya di sisi Allah SWT.

c. Dalam surat An-Nahl dijelaskan tentang berbagai nikmat, sehingga

dimana kebanyakan manusia tidak mensyukurinya. Didalam surat

ini juga dijelaskan tentang beberapa nikmat yang khusus dan

nikmat yang umum. Kemudian dalam surah Al-Israa‟ disebutkan

lagi nikmat Allah yang lebih besar yang diberikan kepada Bani

Israil (Depag RI, 2009: 426). Tetapi mereka tidak mensyukurinya,

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

32

bahkan mereka berbuat kerusakan di muka bumi. bahkan suurat ini

juga dinamakan surat An-Ni‟am (Quraish Shihab, 2012: 76).

d. Dalam surat An-Nahl dijelaskan pula bahwa madu itu mengandung

obat yang menyembuhkan penyakit, sedangkan di dalam surat ini

dijelaskan bahwa Al-Qur‟an merupakan penawar dan rahmat bagi

para mukmin.

e. Dalam surat An-Nahl umat manusia diperintahkan untuk memberi

bantuan dan pertolongan kepada kaum kerabat. Selain itu juga

diperintahkan untuk memberi pertolongan dan bantuan kepada

orang miskin dan ibnu sabil.

2. Keterkaitan dengan Ayat ke-30

Dalam Al-Israa‟ ayat 29 telah disebutkan bahwasannya salah satu

sebab utama kekikiran adalah rasa takut terjerumus dalam kemiskinan,

kemudian lebih lanjut ayat ke-30 ini mengingatkan bahwa:

Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang

Dia kehendaki dan menyempitkan bagi siapa yang Dia kehendaki,

sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-

hamba-Nya (QS.Al- Israa‟: 30) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy,

2005: 227).

Ayat ini menunjukkan bahwa rezeki yang disediakan oleh Allah

SWT untuk setiap hamba-Nya mencukupi masing-masing yang

bersangkutan. Dari satu sisi, manusia hanya dituntut untuk berusaha

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

33

semaksimal mungkin guna memperolehnya, kemudian menerimanya

dengan rasa puas disertai dengan keyakinan bahwa itulah yang terbaik

untuknya masa kini dan mendatang. Dari sisi lain manusia juga harus

yakin bahwa apa yang gagal diperolehnya setelah usaha semaksimal

mungkin itu hendaknya dia yakini bahwa hal tersebut adalah yang

terbaik untuk masa kini dan mendatang pula (Quraish Shihab, 2012:

76).

Dalam buku yang berjudul Al-Qur‟an dan Tafsirnya terbitan Depag

RI dijelaskan bahwa setelah menjelaskan ayat ke 29 tersebut

kemudian Allah melanjutkan pada ayat ke 30 yang menjelaskan

bahwa Dialah yang melapangkan rezeki kepada siapa yang

dikehendaki-Nya dan Dia pula yang membatasinya. Semua berjalan

menurut ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT terhadap hamba-

Nya dalam usaha mencari harta dan cara mengembangkannya. Hal ini

berhubungan erat dengan alat dan pengetahuan tentang pengolahan

harta itu, yang demikian adalah ketentuan Allah yang bersifat umum

dan berlaku bagi seluruh hamba-Nya. Namun demikian, hanya Allah

yang menentukan menurut kehendak-Nya. Kemudian di akhir ayat ini

Allah SWT menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui para hamba-

Nya, siapa diantara mereka yang memanfaatkan kekayaan demi

kemaslahatan dan siapa pula yang menggunakan untuk kemudaratan.

Dia juga mengatahui siapa diantara hamba-hambaNya yang dalam

kemiskinan tetap sabar dan tawakal dan siapa yang dalam kemiskinan

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

34

menjadi orang yang berputus asa jauh dari rahmat Allah SWT. Allah

Maha Melihat bagaimana mereka mengurus dan mengatur harta

benda, apakah mereka itu membelanjakan harta pemberian Allah SWT

itu dengan boros ataukah bakhil (Depag RI, 2009: 469).

Oleh karena itu sudah sangat jelas di dalam ayat ini bahwasannya

manusia yang bersangkutan tidak perlu memanfaatkian hartanya

dengan melakukan kegiatan yang bertentangan dengan tuntunan Allah

SWT untuk memperoleh ataupun memanfaatkan rezekinya, karena

apa yang telah diperolehnya melalui jalan yang tidak direstui Allah

pasti akan merugikannya, kalau bukan sekarang di dunia ini maka di

akhirat kelak.

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

35

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Al-Israa’ Ayat

29

Artinya: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada

lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu

menjadi tercela dan menyesal (QS. Al-Israa‟, 17: 29) (Al-Qur‟an dan

Terjemah Al-„Aliyy, 2005: 227).

Didalam Al-Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat 29 sangat jelas bahwa

terdapat beberapa nilai pendidikan akhlak yang harus diterapkan oleh

manusia dengan harapan agar manusia dalam menjalankan kehidupannya

senantiasa baik dalam kehidupan agama, pribadi, keluarga, bangsa dan

bernegaranya. Menurut penulis, bahwa ayat tersebut memberikan pesan-

pesan yang mendasar mengenai nilai-nilai akhlak yang wajib diketahui

oleh umat muslim sebagai landasan mengerjakan sesuatu yang secara

khusus ditunjukkan bagaimana cara membelanjakan hartanya sesuai

dengan perintah Allah SWT. Nilai pendidikan akhlak yang ditekankan

dalam Al-Israa‟ ayat 29 tersebut bahwa ada larangan untuk tidak menjadi

orang pelit atau kikir dalam membelanjakan harta yang diperjelas ada kata

“jangan kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu”, dimana

kalimat tersebut merupakan bentuk kiasan yang disampaikan oleh Allah

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

36

SWT bagi umatnya sebagai tolak ukur menjalankan kehidupannya, agar

mampu membatasi dalam menggunakan hartanya dan juga agar senantiasa

menghindari sifat boros dalam kehidupannya.

Dari redaksi ayat tersebut, terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak

yang terkandung, yakni:

1. Larangan Kikir

Dalam hal ini, larangan berakhlak tercela dengan perbuatan kikir

merupakan hal yang dilarang oleh Allah SWT, yang dijelaskan dengan

firman dengan kalimat:

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada

lehermu…” (QS. Al-Israa‟, 17:29) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-

„Aliyy, 2005: 227).

Ayat tersebut sangat jelas sekali mengisyaratkan pada akhlak yang

dilarang oleh Allah SWT dan termasuk ke dalam akhlak mazmumah

yaitu bakhil (kikir), (Samsul Munir, 2013: 234). Kikir adalah

perbuatan menahan dan tidak mengeluarkan harta yang semestinya

harus dikeluarkan dan tidak boleh disimpan. Perbuatan ini termasuk

perbuatan manusia yang sangat buruk, baik sebagai individu maupun

sebagai anggota masyarakat. Sifat kikir ini akan menyebabkan

kebencian dan kedengkian orang lain, untuk itu sebagai umat mukmin

untuk selalu menjauhi sifat kikir (Ali Abdul Halim, 2004: 209).

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

37

Kikir menjadi sifat yang sangat dilarang oleh Allah SWT karena

pada dasarnya, kikir merupakan perbuatan syetan. Boleh-boleh saja

kita menjadi orang hemat bahkan disarankan terhadap barang dimiliki

baik tetapi ada batasannya jangan sampai melampaui batas kehematan

bahkan menjerumuskan kedalam sifat kikir terhadap harta yang

dimilikinya. Meskipun dengan keadaan seperti itu, mungkin individu

tersebut merasa bangga terhadap yang dimilikinya, bahkan menjadi

lading kekayaan, tetapi tidak bagi orang lain. Hal tersebut bisa saja

menjadi hal yang menjadikan iri dan sifat yang kurang baik bagi orang

lain yang mengetahui gaya hidup tersebut. Untuk itu Allah SWT juga

telah memperjelas di dalam Al-Qur‟an Al-Israa‟ ayat 29 tersebut.

Dari pokok bahasan ayat Al-Isra‟ : 29 tersebut mengenai akhlak

yakni dalam menjalani kehidupan, hendaknya kita janganlah sampai

kikir dalam memanfaatkan harta kita tetapi juga jangan sampai terlalu

menghambur-hamburkan harta kita meskipun ditekankan dalam kitab

tafsir Al-Maraghi bahwa kandungan ayat tersebut membahas tentang

anjuran untuk gemar menafkahkan harta yang telah dimiliki (Al-

Maraghi, 1993: 68). Sebagai umat manusia kita dituntut untuk

mengendalikan nafsu dalam membelanjakan harta yang kita miliki,

karena pada dasarnya, harta tersebut adalah titipan semata dari yang

Maha Kaya yaitu Allah SWT. Hal tersebut dipertegas oleh

pendapatnya dari Hasbi As-Shiddieqy dalam kitab tafsir An-Nur,

terdapat makna yang terkandung didalam QS Al-Israa‟ ayat 29

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

38

tersebut, bahwa sebagai manusia jaganlah terlalu kikir atau tidak

memberikan sesuatu kepada orang, Sebab, jika terlalu kikir maka akan

menjadi orang yang tercela (Hasbi As-Shiddieqy, 2000: 2320).

Selain pendapat beliau ada juga pendapat yang menjelaskan bahwa

sebenarnya batasan-batasan dalam mengeluarkan harta dalam batasan

jangan terlalu kikir yaitu pendapat dari Quraish Shihab dalam kitab

tafsir Al-Misbah yaitu bahwa ayat Al-Israa‟ ayat 29 memiliki

kandungan yang dapat diambil dari ayat sebelumnya bahwa kita

diperintahkan untuk bermurah tangan dan hati, selanjutnya ayat 29

memerintahkan untuk melakukan lawannya yaitu dengan : dan

janganlah engkau enggan mengulurkan tanganmu untuk kebaikan

seakan-akan engkau jadikan tanganmu terbelenggu dengan belenggu

kuat yang terikat ke lehermu sehingga engkau tak dapat

mengulurkannya (Shihab, 2012: 75). Sehingga bagaimanapun

keadaannya bahwa dalam menjalani kehidupan tentunya tidak terlepas

dari sisi memanfaatkan harta yang memang sudah dititipka oleh Allah

SWT tetapi dengan batasan yang demikian, seperti halnya pendidikan

akhlak yang terkandung dalam Al-Israa‟ ayat 29 yaitu dilarang kikir

atau bakhil. Karena orang yang bakhil akan tercela dalam pergaulan

hidupnya, sebab dengan tidak disadarinya seseorang tersebut telah

diperbudak oleh hartanya karena saking cinta kepada hartanya tersebut.

Ayat-ayat sejenis yang terkait dengan Al-Isra‟ ayat 29, diantaranya:

a) QS Shad ayat 6

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

39

Artinya:” …. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena

hawa nafsu akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Al-Qur‟an

dan Terjemah Al-„Aliyy, 2005: 362).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam menjalankan

kehidupan di muka bumi ini hendaknya kita dapat mengendalikan

nafsu kita, dalam konteks ini mengendalikan dengan kekang

kendali agama. Sikap pengendalian inilah yang baik dan

dibenarkan agama. Untuk itu tidak perlu sampai membunuh nafsu

dan juga tidak membiarkan nafsu menjadi liar, cukup dengan

mendidik dengan tujuan pokoknya supaya orang menjadi tuan bagi

nafsunya bukan sebaliknya, sehingga dalam menjalankan

kehidupannya manusia tidak di kekang oleh nafsu mereka sendiri.

b) QS Al-Furqon ayat 43

Artinya: “ Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan

hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat

menjadi pemelihara atasnya.” (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy,

2005: 290).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa mengistimewakan nafsu

sama halnya dengan mempertuhan nafsu, sebab dengan begitu

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

40

hidupnya hanya diabdikan kepada segala yang telah dititahkan oleh

sang nafsu (Humaidi Tatapangarsa, 1980: 148). Dengan bukti

tersebut Al-Qur‟an secara tegas melarang hal tersebut terjadi.

2. Larangan Menghambur-hamburkan Harta (Boros)

Larangan yang terkandung di dalam QS Al-Israa‟ ayat 29 selain

berbuat kikir yaitu larangan untuk tidak menghambur-hamburkan

harta secara boros, meskipun dengan tujuan yang baik. Hal tersebut

sesuai dengan kisah Nabi yang menjadi sebab turunnya ayat ke 29 dari

QS Al-Israa‟ tersebut. Dimana saat Rasulullah begitu baik kepada

umat yang membutuhkan bahkan sampai-sampai memberikan barang

yang dimiliki untuk orang tersebut padahal saat itu Rasulullah SAW

juga memerlukan barang tersebut. Sebagai umat manusia memang

dianjurkan untuk menjadi individu yang sadar akan kedudukannya

sebagai makhluk sosial pula, yang dalam kehidupan sehari-hari tidak

terlepas dari campur tangan dan pertolongan orang lain, namun dalam

hal saling membantu juga ada batasannya untuk tidak memanfaatkan

barang atau kebutuhan yang dimilikinya untuk diberikan secara

berlebihan kepada orang lain meskupun orang lain itu sangat

membutuhkan. Kita boleh-boleh saja membantu untuk meringankan

beban yang di pikul oleh orang lain, tetapi kita juga tidak melepaskan

kebutuhan diri sendiri. Bahkan secara jelas telah diperingatkan oleh

Allah SWT dalam QS Al-Israa‟ ayat 29 tersebut, Allah memberikan

kebebasan kepada hambanya untuk berbuat baik kepada sesama

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

41

terutama dalam membelanjakan dan memanfaatkan harta yang

dimilikinya, tetapi dengan batasan-batasan tertentu jangan sampai

melupakan kepentingan pribadi agar terhindar dari sifat boros atau

memanfaatkan harta secara berlebih-lebihan, namun juga jangan

terlalu pelit yang menjadikan tertanam dalam diri individu menjadi

kikir atau acuh terhadap orang lain yang sedang membutuhkan,

sebagaimana larangan yang telah dibahas dalam penjelasan

sebelumnya. Tentang larangan yang kedua yaitu selain perbuatan kikir

yang memang sudah jelas dibahas dalam bab sebelumnya yaitu

larangan untuk tidak berbuat boros, boros yang seperti apakah yang

menjadi masalah dalam hal ini. Dipertegas oleh Al-Maraghi dalam

kitab tafsirnya yang berisi tentang larangan berlaku boros, dengan

memberikannya kepada orang yang tidak pantas menerimanya, karena

dengan dilarangnya boros tersebut dapat memperbaiki keadaan

seseorang, dan tidak akan menjadi kacau penghidupannya, sedangkan

kebaikan yang dilakukan oleh seseorang tersebut termasuk upaya

dalam memperbaiki umat seluruhnya (Al-Maraghi, 1993: 68). Orang

yang menghambur-hamburkan harta disini yaitu orang yang

membelanjakan hartanya untuk melakukan maksiat kepada Allah

SWT, dan hal lain yang mengingkari dari ketaatan kepada Allah SWT,

maka mereka adalah kawan-kawan setan di dunia sampai akhirat

nantinya. Sehingga ayat tersebut sangat menganjurkan kepada umat

manusia untuk berlaku hemat dalam membelanjakan harta dan dalam

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

42

mengatur penghidupannya agar tidak menjadi manusia yang tercela

dan menyesal nantinya. Dipertegas lagi di dalam tafsir An-Nur bahwa

sebagai manusia janganlah berlaku boros atau memberikan sesuatu

diatas kemampuan atau mengeluarkan lebih banyak daripada

pemasukan, hal ini berakibat dikemudian hari bahwa perilaku boros

akan menjadikan miskin serta mengalami kesulitan di belakang hari

(Hasbi As-Shiddieqy, 2000: 2320).

Selain itu, pendapat Quraish Shihab juga sangat jelas ditekankan

mengenai pendidikan akhlak larangan berlaku boros dalam kitab

tafsirnya yaitu Al-Misbah, yang dijelaskan seperti ini setelah larangan

berlaku kikir atau bakhil dalam memanfaatkan hartanya disambung

dengan larangan ini dan janganlah juga engkau terlalu

mengulurkannya sehingga berlebih-lebihan dalam berinfak karena itu

menjadikanmu duduk tidak dapat berbuat apa-apa, lagi tercela oleh

dirimu sendiri atau orang lain karena boros, berlebih-lebihan dan

menyesal tidak memiliki kemampuan karena telah kehabisan harta

(Shihab, 2012: 75). Ayat ini merupakan salah satu ayat yang

menjelaskan hikmah yang sangat luhur, yakni kebajikan yang

merupakan pertengahan antara dua ekstrim. Keberanian adalah

pertengahan antara kecerobohan dan sifat pengecut, kedermawanan

merupakan pertengahan antara pemborosan dan kekikiran (Shihab,

2002: 454). Sehingga sangat jelas sekali aturan Allah SWT yang

disampaikan melalui firmannya dalam QS Al-Israa‟ ayat 29 tesebut.

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

43

Dari pemapaparan ketiga mufassirin tersebut dapat disimpulkan

bahwa:

a. Dalam tafsir Al-Maraghi: Dilarang boros (orang yang

membelanjakan hartanya untuk kemaksiatan) dengan memberikan

kepada orang yang tidak pantas menerimanya, karena dilarangnya

boros tersebut dapat memperbaiki keadaan seseorang dan tidak

menjadikan kacau kehidupannya.

b. Dalam Tafsir An-Nur: Janganlah berlaku boros dengan

memberikan sesuatu di atas kemampuan atau pengeluaran lebih

banyak daripada pemasukan.

c. Dalam Tafsir Al-Misbah: Ayat tersebut menjelaskan salah satu

hikmah kebajikan yaitu pertenaghan antara dua ekstrim, yaitu

penanaman sifat dermawan yang merupakan pertenaghan dari sifat

kikir (bakhil) dan pemborosan.

Oleh karena itu sangatlah jelas dari pemaparan di atas bahwa orang

yang berlaku boros atau ceroboh dalam memanfaatkan hartanya,

nantinya akan menyesal dengan sendirinya apabila harta yang

dimilikinya telah habis dan raib akan ulahnya sendiri yang diakibatkan

pengeluaran yang tidak beraturan dan tidak sesuai kebutuhannya.

Selain itu orang yang boros mencerminkan bahwa kehidupannya tidak

menentu dan kekayaan atau harta yang dimilikinya tidak akan ada

berkahnya meskipun mendapat pujian dari orang-orang karena

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

44

kekayaannya, tetapi tidak seimbang dengan pengeluarannya yang

berlebih-lebihan tersebut.

B. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak QS. Al-Israa’ Ayat 29

dalam Lembaga Pendidikan

Dari uraian sebelumnya yang menjelaskan beberapa penafsiran

tentang kandungan yang terdapat di dalam surat Al-Israa‟ ayat 29 tersebut,

maka di bawah ini penulis akan memaparkan beberapa implementasi yang

harus dilakukan untuk menghindari dan meminimalisir larangan-larangan

dari ayat Al-Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat 29 yakni:

1. Menanamkan Sifat Dermawan

Akhlak yang dicintai oleh Allah SWT adalah akhlak yang baik

(mahmudah), diantara akhlak yang terkandung di dalam Al-Qur‟an

surat Al-Israa‟ ayat 29 yaitu dengan menanamkan sifat dermawan.

Dimana sifat dermawan merupakan sifat yang berada di tengah-tengah

diantara sifat dilarang kikir atau bakhil dan sifat bermegah-megahan

atau boros. Sifat dermawan adalah sifat yang harus ditanamkan dalam

diri setiap muslim. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, dermawan

diartikan sebagai pemurah hati atau orang yang suka berderma dengan

beramal dan bersedekah (Nurma Yunita, 2017: 106). Sifat dermawan

dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan dimulai dari

keluarga, tetangga, kerabat dekat atau orang sesama muslim bukan

hanya dengan bentuk menyumbangkan harta atau benda, tetapi juga

dapat berupa tenaga dan fikiran. Hal ini menjadi sangat dianjurkan

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

45

karena selain sifat yang baik memiliki sifat dermawan juga dapat

mempererat tali silaturrahim dengan kita saling berbagi kepada

sesama. Semoga dengan hal ini seperti apa yang telah dijelaskan oleh

para mufassirin, dalam konteks dermawan membelanjakan harta yakni

beberapa hal yang dapat dilakukan oleh generasi penerus dalam

menjalani kehidupan terutama dalam mengelola hartanya agar

senantiasa menjaga agar tidak terjerumus dalam sifat kikir dan juga

boros-borosan. Selain untuk amal kepada sesama juga sangat

dinajurkan untuk tabungan di akhirat lain dengan menginfakkan

sebagian hartanya kepada lembaga atau di masjid-masjid yang sedang

membutuhkan bantuannya.

Implementasi dalam dunia pendidikan untuk menanamkan sifat

dermawan yaitu dengan menambahkan nilai-nilai pendidikan karakter

hemat dalam mata pelajaran, kemudian siswa diajarkan dengan

melakukan kegiatan bakti sosial, misalnya dalam lingkungan yang

sempit terdahulu yakni di lingkungan sekitar sekolah, dengan para

siswa diajak terjun langsung ke masyarakat seperti halnya berbagi

barang-barang yang sudah tidak terpakai di rumah atau buku-buku

yang sudah tidak terpakai. Hal tersebut dilakukan agar selain

memanfaatkan harta atau benda yang dimiliki juga agar apa yang telah

diberikan dapat memberkahi kehidupan di dunia maupun di akhirat

nantinya.

2. Gemar Berinfaq dan Berzakat

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

46

Perlunya kita menyadari bahwa Islam telah meletakkan aturan bagi

manusia untuk berinfaq dan berzakat. Hal tersebut wajib dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya, tanpa berlebih-lebihan, kesederhanaan dalam

berinfaq ini dianjurkan dalam Al-Qur‟an:

Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),

mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah

(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian (QS. Al-

Furqan: 67) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy, 2005: 290).

Infaq adalah salah satu cara membelanjakan harta yang

diperintahkan oleh Allah SWT yang akan memberikan manfaat

kepada diri individu tersebut ataupun orang lain, tetapi dalam berinfaq

atau berzakat juga ada batas-batasannya agar tidak terlalu berlebihan

atau terlalau kikir, sehingga takaran dalam berinfaq juga harus

diperhatikan agar dalam berinfaq tersebut bukan hanya menjadi sarana

manusia untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah tetapi juga

mengimbangi hubungan dengan manusia. Mengapa demikian,

kegiatan berinfaq disini melibatkan diri sendiri dan orang lain sebagai

objek penerima infaq atau sedekah kita dengan tujuan pencapaian

mengharap ridha Allah SWT. Infaq disini dimaksudkan bukan sekedar

infaq harta tetapi juga benda yang dirasa memang orang lain

membutuhkan sedangkan diri kita belum begitu memerlukan.

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

47

Misalnya memberikan bantuan untuk saudara yang sedang terkena

musibah berupa pakaian makanan ataupun uang untuk menyambung

hidup mereka, sedangkan kita memang sedang dalam keadaan baik-

baik saja dan barang ataupun benda tersebut memang sudah atau

belum kita butuhkan untuk saat yang bersamaan. Allah juga

memberikan keistimewaan balasan kepada orang-orang yang gemar

berinfaq dan itu telah jelas didalam Al-Qur‟an, hal tersebut

menunjukkan bahwa keutamaan berinfaq dan balasan yang akan

diterima benar-benar akan diberikan karena telah dijeskan oleh Allah

SWT didalam Al-Qur‟an yang berbunyi:

Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,

pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka

Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat

ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan

(rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan (QS. Al-Baqarah:

245) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy, 2005: 31).

Barang siapa yang membelanjakan harta dengan maksud

bersedekah di jalan Allah SWT akan dikembalikan dan dilapangkan

rezekinya dan bahkan akan dilipatgandakan jauh lebih banyak.

Sehingga untuk apa masih ragu untuk menginfaqkan harta yang telah

diberikan oleh Allah SWT bahkan itu hanya titipan dari-Nya. Berinfaq

itu tidak sedikitpun akn membuat hidup susah tetapi malah sebaliknya,

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

48

hidup akan menjadi terarah dan InsyaAllah harta juga melimpah

sesuai janji Allah tersebut. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa ayat

tersebut merupakan salah satu ayat yang memperjelas implementasi

dari kandungan QS. Al-Israa‟ ayat 29 yaitu untuk gemar berinfaq.

Selain ayat 245 ayat 261 juga menjelaskan keutamaan berinfaq,

ayat tersebut berbunyi:

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang

yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan

sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir

seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia

kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha

mengetahui (QS.Al-Baqarah: 261) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-

„Aliyy, 2005: 34).

Ayat tersebut menegaskan bahwa siapapun yang berinfaq atau

menafkahkan hartanya yang diumpamakan dengan sebutir benih yang

menumbuhkan tujuh bulir dan pada tiap-tiap bulir berisi seratus biji,

hal ini memiliki arti bahwa dari dari perbuatan sekecil apapun yang

bersifat kebaikan yaitu dalam menfkahkan hartanya tersebut Allah

SWT akan menggantinya dengan berlipat gandakan ganjaran kebaikan

bagi siapapun yang dikehendaki oleh-Nya. Jadi dalam konteks ini

perumpamaan setiap butir tersebut sudah sangat kecil dimana masih

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

49

terbagi menjadi tujuh butir, yang begitu sangat kecilpun oleh Allah

SWT akan dibalas dengan berlipat ganda, apalagi kebaikan yang besar

seperti menfkahkan hartanya yang kian bertambah dalam setiap

harinya dalam kehidupan kita maka kebaikan dan balasan yang tidak

akan terhitung yang akan diberikan oleh Allah SWT, sehingg atidak

ada yang sia-sia kita dalam menjalankan kehidupan yang dipenuhi

dengan memanfaatkan hartanya dengan jalan berinfaq sebagai

tabungan kita di akhirat nanti. Dengan demikian sangatlah penting

bahwa QS. Al-Israa‟ ayat 29 tersebut memiliki kandungan yang wajib

dijalankan oleh setiap muslim yaitu dalam menginfaqkan harta yang

dimilikinya.

Implementasi yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan untuk

menerapkan gemar berinfaq diantaranya kegiatan infaq setiap hari

Jum‟at di sekolah, dimana hal tersebut sudah menjadi rutinitas yang

dilakukan dalam lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Selain itu

diajarkan untuk bersedekah atau bezakat dengan mengajarkan tata

cara atau diajak terjun langsung dalam kegiatan sedekah kepada

lingkungan sekitar atau berzakat dalam masyarakat.

3. Hemat

Uang pada hakikatnya dicari bukan karena dzatnya, tetapi dicari

karena menjadi alat untuk menghasilkan apa yang dikehendaki.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Mill bahwa, dzat uang itu bukan

lebih besar daripada manik-manik yang bercahaya, tetapi nilainya

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

50

terletak pada apa yang dapat dibelinya. Dzat uang itu bukan sesuatu

yang baik tetapi baik buruk menurut cara menggunakannya. Untuk itu

akan baik jika dipegang oleh orang yang baik dalam menggunakannya

begitu juga sebaliknya, untuk itu salah satunya adalah dengan cara

berhemat dalam mempergunkan uang, dan kita wajib mengetahui cara

menghimpun dan mempergunakannya dengan baik, karena dzat itu

ada hubungannya dengan akhlak manusia (Ahmad Amin, 1991: 248).

Setiap manusia pasti akan menghadapi bahaya dan kesulitan dalam

hidupnya, seperti sakit, membayar hutang dan lainnya. Oleh karena

itu, hemat merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan, mengapa

demikian, disisi lain hemat dapat memberikan efek positif dalam

kehidupan sehari-hari atau juga kebutuhan mendadak yang tanpa

disangka-sangka pasti akan terjadi.

Selain itu, terkadang manusia juga memiliki impian hidup yang

lebih baik atau lebih tinggi kedepannya, maka dengan cara berhemat

setidaknya dapat menunjang kehidupan untuk hari esok. Untuk itu

beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan untuk menggapai

impian tersebut diantaranya seperti: mendahulukan apa yang sedang

diperlukan tanpa harus bermewah-mewahan dalam hidupnya, tidak

membelanjakan harta yang kurang memberikan manfaat dalam

hidupnya bahkan merugikan, menimbun sesuatu yang sebenarnya itu

member manfaat untuk kehidupan diri sendiri tetapi merugikan bagi

orang lain, setidaknya memperhatikan pemasukan agar pengeluaran

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

51

juga disesuaikan jangan sampai pengeluaran lebih besar daripada

pemasukan. Hal ini setidaknya menjadi pedoman dalam menjalankan

kehidupan dikarenakan jika dalam kehidupan sehari tidak dibiasakan

dengan hidup hemat, maka yang terjadi adalah kehidupan yang

sifatnya menghambur-hamburkan harta yang akan membawa

penyesalan dikemudian hari. Hemat sebenarnya bukan hanya

dikaitkan dengan keadaan harta tetapi juga waktu. Hemat dalam

penggunaan harta ditekankan pada tingkat kebutuhan dan pendapatan,

sehingga tidak ada kemubadziran dalam membelanjakan harta.

Sedangkan hemat dalam konteks waktu yaitu tidak menyia-nyiakan

waktu yang telah diberikan oleh Allah SWT yang sebenarnya dapat

digunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat seperti halnya

mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan beribadah dalam setiap

waktu tanpa ada waktu yang sia-sia dalam hari-harinya.

Kebalikan dari sifat hemat adalah pemborosan, yang demikian ini

harus dihindari bahkan harus dijauhi, hal ini bukan tanpa alasan,

karena sifat boros ini telah Allah SWT pertegas dalam firmannya:

Artinya: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-

saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada

Tuhannya (QS. Al-Israa‟: 27) (Al-Qur‟an dan Terjemah Al-„Aliyy,

2005: 227).

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

52

Sebenarnya orang yang hemat tidak akan pernah menghambur-

hamburkan hartanya hanya untuk keperluan yang tidak penting, tetapi

lain halnya dengan pemboros mereka akan senantiasa melakukan

transaksi bagaimanapun untuk mengeluarkan hartanya sekalipun itu

untuk hal yang belum tentu diperlukan dalam kehidupannya dan yang

demikian itu adalah teman-teman syaitan sesuai firman Allah SWT

tersebut dan Allah SWT sangat membencinya.

Implementasi yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan yakni

seperti halnya mengadakan atau mewajibkan anak didik untuk

menabung di sekolah, baik setiap minggu atau setiap bulannya. Hal

demikian mampu memberikan efek positif agar anak-anak dapat

menerapkan sifat hidup hemat sejak dini, karena disamping

memanajemen uang, mereka dituntut untuk menyisihkan sebagian

uangnya untuk di tabung di sekolah.

4. Jangan Tamak

Tamak merupakan salah satu perbuatan yang tercela dan menjadi

penyakit bagi siapapun yang masih memeliharanya. Untuk itu, sifat ini

juga harus dihindari oleh kita, supaya tidak terjebak dalam lubang

dosa yang akan mempercepat menuju nerakanya Allah SWT. Dengan

demikian, untuk mengamalkan makna kandungan ayat Al-Israa‟ ayat

29 tersebut salah satunya dengan menghindari sifat tamak atau cinta

harta atau kedudukan, serat haus pujian dari masyarakat, maka

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

53

dampak yang akan diperoleh yaitu timbul berbagai penyakit hati yang

lain seperti takabur (sombong), riya‟ (pamer), ujub, mencari muka dan

tidak ada rasa tawaduk kepada Allah SWT (Abd Halim Sholeh, 2008:

65).

Implementasi yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan

tentang menanamkan sifat ini dengan tujuan agar anak didik tidak

menjadi pribadi yang tamak yakni diajarkan untuk saling berbagi

bekerjasama dalam setiap melakukan kegiatan, kemudian para guru

menambahkan pelajaran yang konkrit dalam materi-materi pelajaran

yang dapat menjadikan siswa berbuat kebaikan dalam kehidupan baik

di sekolah maupun si rumah, untuk saling berbagi, tidak iri dengan

hasil orang lain, tentang prestasi yang diraih oleh temannya atau tidak

cepat puas dengan apa yang telah diraihnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam skripsi ini, akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa:

1. Nilai pendidikan akhlak yang terkandung di dalam Al-Qur‟an surat Al-

Israa‟ ayat 29 yaitu :

a. Larangan berbuat kikir atau bakhil.

Dalam menanggapi larangan kikir atau bakhil ini, dalam

tafsir Al-Maraghi, terdapat perintah agar gemarlah menafkahkan

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

54

harta yang dimiliki tapi juga kendalikan nafsu untuk mengindari

kikir. Dalam tafsir An-Nur, jangan memberikan sesuatu kepada

orang lain sebab akan menjadikannya menyesal. Kemudian dalam

tafsir Al-Misbah, diperintahkan untuk bermurah tangan dan hati

agar terhindar dari kikir atau bakhil tersebut. Selanjutnya penulis

dapat menyimpulkan bahwa kikir adalah perbuatan menahan dan

tidak mengeluarkan harta yang semestinya harus dikeluarkan dan

tidak boleh disimpan. Perbuatan ini termasuk perbuatan manusia

yang sangat buruk, baik sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat. Sifat kikir ini akan menyebabkan kebencian dan

kedengkian orang lain, untuk itu sebagai umat mukmin dianjurkan

untuk selalu menjauhi sifat kikir.

b. Larangan berbuat boros.

Dalam kitab tafsir Al-Maraghi di tegaskan bahwa larangan

boros dimaksudkan untuk memberikan kepada orang yang tidak

pantas menerima yaitu orang yang menghambur-hamburkan harta

untuk kemaksiatan. Dalam tafsir An-Nur dijelaskan pengertian

boros yakni mengeluarkan harta atau sesuatu diluar batas

kemampuan dengan pengertian lain pemasukan lebih sedikit

daripada pengeluaran. Sedangkan dalam tafsir Al-Misbah

dijelaskan perintah untuk melakukan hal tengah-tengah yakni

kedermawanan yang merupakan hal tengah-tengah diantara kikir

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

55

dan boros. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Allah memberikan

kebebasan kepada hambanya untuk berbuat baik kepada sesama

terutama dalam membelanjakan dan memanfaatkan harta yang

dimilikinya, tetapi dengan batasan-batasan tertentu jangan sampai

melupakan kepentingan pribadi agar terhindar dari sifat boros atau

memanfaatkan harta secara berlebih-lebihan, orang yang

menghambur-hamburkan harta disini yaitu orang yang

membelanjakan hartanya untuk melakukan maksiat kepada Allah

SWT, dan hal lain yang mengingkari dari ketaatan kepada Allah

SWT, maka mereka adalah kawan-kawan setan di dunia sampai

akhirat nantinya.

2. Implementasi yang dapat dilakukan dari Al-Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat

29 yaitu tujuan dari perbuatan yang ditunjukkan oleh Allah SWT

dengan dilarangnya berbuat kikir atau bakhil dan dilarang boros yaitu

dengan berbuat tengah-tengah yaitu dengan menanamkan sifat

dermawan, gemar berinfaq dan berzakat atau sedekah, senantiasa

menanamkan hidup hemat, kemudian jangan memelihara sifat tamak

dalam kehidupan kita, karena dibalik bahayanya sifat tamak yang

terpelihara dalam hati manusia, maka akan menimbulkan penyakit hati

yang lain yang semacam dengan tamak bahkan lebih membahayakan

yakni seperti, sombong, riya‟, ujub dan tidak memiliki sifat tawaduk

kepada Allah, padahal sejatinya kita hidup hanya untuk beribadah dan

mencari ridho Allah SWT. Kemudian implementasi dalam lembaga

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

56

pendidikan diataranya dengan menenamkan akhlak terpuji dalam

setiap materi pelajaran yang bersangkutan, selain itu siswa diajarkan

untuk terjun langsung dalam masyarakat seperti kegiatan bakti sosial

dalam mewujudkan sifat dermawan, kegiatan infaq setiap hari Jum‟at

untuk mewujudkan sifat gemar berinfaq, kegiatan menabung di

sekolah untuk mengajarkan sifat berhemat, kemudian untuk

menghindari sifat tamak yaitu saling kerjasama dan menghargai

sesame teman, atau ikut mengapresiasi apabila teman memperoleh

prestasi agar terhindar dari sifat iri, dengki atau sejenisnya.

B. Saran

Dalam sebuah penelitian tentunya tidak luput dari kesalahan dan

kekurangan. Begitupun dengan penelitian skripsi ini, banyak hal yang

penulis belum bisa sempurnakan dan masih banyak celah yang dapat

digunakan oleh peneliti selanjutnya. Kekurangan tersebut meliputi banyak

aspek diantaranya baik dari segi metodologi, teori, deskripsi, analisis,

langkah-langklah dan pengaplikasian penafsiran selain itu kekurangan

penulis dalam memahami ayat-ayat suci, hal ini berangkat dari minimnya

pengetahuan yang penulis miliki dan referensi yang sangat terbatas,

sehingga penulis sangat mengharap sumbangsih saran dan kritik dari

segenap simpatisan sangat penulis harapkan demi kematangan keilmuan

dimasa mendatang.

Untuk itu, berdasarkan dari hasil penelitian ini, maka beberapa

saran yang perlu penulis sampaikan, yaitu:

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

57

1. Bagi Pembuat Kebijakan

a. Hasil penelitian tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kajian

Surat Al-Israa‟ ayat 29 ini, dianjurkan untuk dipelajari dalam

rangka meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap

Allah SWT.

b. Hasil penelitian ini dianjurkan untuk diimplementasikan di

sekolah-sekolah, melalui pengadaan program-program sekolah

yang merujuk pada Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kajian surat

Al-Israa‟ ayat 29, dengan cara mengadopsi Nilai-Nilai Pendidikan

Akhlak yang terdapat dalam Al-Israa‟ ayat 29, kemudian

diterapkan kepada peserta didik di sekolah atau lembaga

pendidikan formal atau non formal.

2. Untuk Pendidik dan Peserta Didik

a. Pendidik dan peserta didik memahami Nilai-Nilai Pendidikan

Akhlak, baik secara teori maupun tahap implementasinya.

b. Pendidik dan peserta didik istiqomah untuk menjalankan proses

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak tersebut.

c. Dalam proses Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam khususnya

pendidikan akhlak tersebut, pendidik dan peserta didik disarankan

untuk menjadi teladan bagi sesamanya, karena Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak dapat membantu proses pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam di lembaga formal atau non formal.

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

58

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Dianjurkan untuk peneliti selanjutnya dalam meneliti konsep Nilai-

Nilai Pendidikan Akhlak, dianjurkan untuk meneliti penanaman nilai-

nilai dan metode pendidikan Agama Islam secara mendalam, sehingga

peneliti selanjutnya dapat memperoleh buah dan nilai-nilai pendidikan

Agama Islam lebih dalam sampai kepada tataran teknis penanamannya

dan metode tersebut diimplementasikan.

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

59

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mudlor. t.t. Etika Dalam Islam. Surabaya: Al Ikhlas.

Al- Wahidi, Ahmad. 2008. Asbab Al-Nuzul. Jordan.

Amin, Samsul Munir. 2016. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah.

As-Suyuti, Imam. 2017. Asbabun Nuzul. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur‟an An-

Nuur. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.

Bertens, K. 2002. Etika. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Chang, Wlilliam. 2014. Metodologi Penulisan Ilmiah (Teknik Penulisan

Esai, Skripsi, Tesis dan Disertasi untuk Mahasiswa). Jakarta:

Erlangga.

Depag RI. 2005. Al-Qur‟an dan Terjemahnya Al-Aliyy. Bandung:

Diponegoro.

Depag RI. 1967. Al-Qur‟an dan Terjemah (Juz 11- Juz 20). Jakarta:

Yamunu.

-----------------2009. Al-Qur‟an dan Tafsirnya Jilid 5 (Edisi Yang

Disempurnakan). Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur‟an Depag.

Gufron, Mohammad, Rahmawati. 2013. Ulumul Qur‟an: Praktis dan

Mudah. Yogyakarta: Teras.

Hasan, Abd Kholiq, 2008. Tafsir Ibadah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Hisyam, Firdaus dan Rudi Hariyono. 2006. Kamus Lengkap 3 Bahasa

Arab-Indonesia-Inggris. Surabaya: Gitamedia Press.

Ilyas, Yuhanar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

60

Mahfud Choirul. 2016. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani

Press.

Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT Karya

Toha Putra.

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhammad, Abu Hamid. 2017. Ikhtisar Ihya‟ Ulumuddin. Jakarta: Wali

Pustaka.

Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta:

Rajawali Press.

Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur‟an. Bandung: Mizan.

------------------------. 2002. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan

Keserasian Al-Qur‟an). Jakarta: Lentera Hati.

Sholeh, Abdul Halim. 2008. The Power of Tawakal. Solo: Tiga Serangkai.

Wahyudi, Jindar. 2006. Nalar Pendidikan Qur‟ani. Yogyakarta: Apeiron

Philotes.

Yayasan Pembinaan Masyarakat. t.t. Terjemah Al-Qur‟an Secara

Lafzhiyah Penuntun Bagi yang Belajar Jilid 5. Jakarta: Al-Hikmah.

Yunita, Nurma. 2017. “Kontribusi Tafsir al-Azhar Terhadap Nilai-Nilai

Pendidikan Islam (Kajian QS. al-Isra‟ ayat 22-29)”. Dalam Jurnal

Studi Al-Quran dan Hadist vol.1, no. 1.

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

61

Lampiran 1 Daftar SKK

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

62

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

63

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

64

Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

65

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Pembimbing

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

66

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4440/1/SKRIPSI JADI.pdf · Untuk menyelesaikan penelitian tentang kajian ayat Al-Israa‟

67