nilai keluarga

43
Bertahun-tahun yang lalu di negeri-negeri Barat,banyak keluarga memiliki kebiasaan yang dianggap sangat penting.Seluruh keluarga berkumpul mengelilingi meja,minimal sekali dalam sehari,untuk makan bersama. Namun dewasa ini acara seperti ini sudah dianggap kuno alias ketinggalan zaman,benarkah demikian? manfaat apa sajakah yang bisa kita ambil dalam acara ini? Berikut adalah ulasan singkat untuk menjawab problem2 tersebut. Menurut seorang pakar sosial Robert Putnam dlm bukunya Bowling Alone mengatakan "Fakta bahwa acara makan bersama telah jauh berkurang hanya dalam waktu satu generasi..merupakan bukti yang kuat tentang betapa cepatnya perubahan yang terjadi pada hubungan sosial kita".Hal ini terjadi krn adanya beberapa faktor diantaranya biaya hidup yang tinggi mengharuskan suami dan istri banyak menghabiskan waktu di luar rumah,shg tidak adanya kesempatan untuk membuat acara makan bersama.Faktor yang lain lagi misalnya tersedianya jenis-jenis makanan yang siap saji dan instant,membuat anak-anak dan orang tua seolah olah memiliki kesibukan sendiri2 shg tdk akan pernah bisa untuk acara makan bersama.Tetapi sebenarnya ini hanyalah sebuah alasan yang sifatnya mengikuti trend sosial saja,dibalik itu semua kalau kita mau berupaya membuat acara makan bersama pasti bisa tentunya...Dan ternyata dari beberapa survey misalnya Miriam Weinstein dlm bukunya The Surprising Power Off Family Meals mengatakan:"Meja makan adalah tempat curhat bagi anak-anak dimana mereka membutuhkan nasihat ataupun perhatian orang tua dalam suasana santai".Selain itu kedekatan orang tua selama acara tersebut akan mempengaruhi faktor psikologis anak,demikian Pusat Nasional AS untuk Penanganan Kecanduan dan dijelaskan Penyalahgunaan Zat Berbahaya.....Sehingga dari uraian diatas nampak bahwa acara makan bersama bukan sebuah hal kuno namun sesuatu yang harus dipupuk sejak dini!!!!! Sumber: http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2007478- benarkah-makan-bersama-dapat-memperkuat/#ixzz1PQQlPI8s “Huuaaaaa…,” seorang anak sekitar umur tiga tahunan tiba-tiba menangis keras di depan sebuah rumah beberapa blok tidak jauh dari rumah saya, ketika saya jalan

Transcript of nilai keluarga

Page 1: nilai keluarga

Bertahun-tahun yang lalu di negeri-negeri Barat,banyak keluarga memiliki kebiasaan yang dianggap sangat penting.Seluruh keluarga berkumpul mengelilingi meja,minimal sekali dalam sehari,untuk makan bersama.Namun dewasa ini acara seperti ini sudah dianggap kuno alias ketinggalan zaman,benarkah demikian? manfaat apa sajakah yang bisa kita ambil dalam acara ini? Berikut adalah ulasan singkat untuk menjawab problem2 tersebut.Menurut seorang pakar sosial Robert Putnam dlm bukunya Bowling Alone mengatakan "Fakta bahwa acara makan bersama telah jauh berkurang hanya dalam waktu satu generasi..merupakan bukti yang kuat tentang betapa cepatnya perubahan yang terjadi pada hubungan sosial kita".Hal ini terjadi krn adanya beberapa faktor diantaranya biaya hidup yang tinggi mengharuskan suami dan istri banyak menghabiskan waktu di luar rumah,shg tidak adanya kesempatan untuk membuat acara makan bersama.Faktor yang lain lagi misalnya tersedianya jenis-jenis makanan yang siap saji dan instant,membuat anak-anak dan orang tua seolah olah memiliki kesibukan sendiri2 shg tdk akan pernah bisa untuk acara makan bersama.Tetapi sebenarnya ini hanyalah sebuah alasan yang sifatnya mengikuti trend sosial saja,dibalik itu semua kalau kita mau berupaya membuat acara makan bersama pasti bisa tentunya...Dan ternyata dari beberapa survey misalnya Miriam Weinstein dlm bukunya The Surprising Power Off Family Meals mengatakan:"Meja makan adalah tempat curhat bagi anak-anak dimana mereka membutuhkan nasihat ataupun perhatian orang tua dalam suasana santai".Selain itu kedekatan orang tua selama acara tersebut akan mempengaruhi faktor psikologis anak,demikian Pusat Nasional AS untuk Penanganan Kecanduan dan dijelaskan Penyalahgunaan Zat Berbahaya.....Sehingga dari uraian diatas nampak bahwa acara makan bersama bukan sebuah hal kuno namun sesuatu yang harus dipupuk sejak dini!!!!!

Sumber: http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2007478-benarkah-makan-bersama-dapat-memperkuat/#ixzz1PQQlPI8s

“Huuaaaaa…,” seorang anak sekitar umur tiga tahunan tiba-tiba menangis keras di depan sebuah rumah beberapa blok tidak jauh dari rumah saya, ketika saya jalan melewati rumah itu suatu pagi. Selidik punya selidik, anak ini adalah anak dari si pemilik rumah, yang walaupun jarang sekali ketemu beliau masih juga terhitung sebagai tetangga saya, yang ternyata juga belum lama meninggali rumah tersebut. Saya pun baru tahu saat itu bahwa sang tetangga saya ini ternyata mempunyai anak yang sebaya dengan anak saya.

Sambil mengobrol basa-basi kesana-kemari, tetangga saya ini bercerita tentang kejadian yang membuat sang anak menangis. Entah bagaimana, sang anak ini beberapa saat sebelum menangis rupanya menemukan dompet ibunya. Ibunya sendiri saat itu sedang mandi. Si anak pun membawa dompet tersebut ke depan rumah, dan dengan rasa keingintahuannya, dia pun ‘membongkar’ isi dompet ibunya. Keluarlah segala macam surat-surat berharga dan sejumlah uang.

Kebetulan hari itu adalah hari libur. Si bapak dari anak tersebut –tetangga saya-, pulang dari berolah raga sepeda santai, melihat ‘kesibukan’ anaknya yang sedang melakukan ‘analisa’ pada dompet ibunya, tanpa berkata-kata, serta merta langsung mengambil paksa dompet tersebut, memunguti semua isi dompet yang berceceran di lantai, sambil menjewer ringan telinga si anak, kemudian berlalu masuk rumah menyimpan dompet tadi. Si anak yang ditinggalkan semula hanya diam dengan memendam rasa kecewa yang di tahan, sampai

Page 2: nilai keluarga

kemudian tak kuasa menahan meledaklah tangisan si anak tepat ketika saya lewat di depan rumah.

Dalam keadaan menangis keras, si bapak pun tetap berusaha memberi nasihat kepada si anak akan kejadian yang dialaminya, dan bahwa yang dilakukan si anak itu salah. Walaupun saya sangat tidak setuju terhadap metode pendidikan yang dilakukan si bapak, saat itu saya hanya mampu diam, sambil mengamati kejadian tersebut dengan seksama.

Beberapa hari berselang, saya mendengar cerita dari istri saya tentang anak tadi. Di mana si anak tadi berkelakuan tiba-tiba dia merebut mainan teman sebayanya, dan menarik telinga teman sebayanya ini sebelum membawa mainan itu pergi.

Rangkaian peristiwa ini tiba-tiba mengingatkan saya kepada kata-kata Linda Eyre, seorang pembawa acara Televisi pada acara White House Conference on Childrens and Parents, pada stasiun lokal di Salt Lake City. Dia mengatakan bahwa anak-anak selalu belajar lebih banyak dari yang mereka lihat ketimbang dari kata-kata yang mereka dengar dari mulut kita!

Dan seperti sebuah rekaman yang diulang lagi, saya teringat pada buku karangan Linda Eyre, yang pernah saya baca beberapa tahun lalu, tentang pengertian akan sebuah nilai-nilai dalam keluarga, terutama ketika akan mengajarkannya kepada anak.

Nilai (terjemahan dari value) keluarga, adalah suatu tatanan dalam sebuah keluarga yang entah secara sadar dirumuskan atau tidak, tatanan ini menjadi panduan pada ‘apa yang seharusnya’ (what things should be) bagi keluarga tersebut. Dan seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, bahwa nilai keluarga ini sadar atau tidak sadar hampir selalu ada di setiap keluarga, entah itu sengaja dirumuskan atau tidak, secara verbal dideklarasikan sehingga terkomunikasikan pada seluruh anggota keluarga atau tidak. Bisa secara sadar diupayakan untuk selalu diterapkan, atau pun bisa juga sekedar menjadi kata-kata mutiara di masing-masing hati anggota keluarga.

Kita coba bicara pada tahapan perumusan nilai-nilai pada sebuah keluarga, terutama rata-rata keluarga di Indonesia. Terlepas dari benar atau salah, saya melihat rumusan nilai-nilai keluarga –apa pun bentuk nilai tersebut- dalam masyarakat kita adalah berkisar pada segala hal untuk proses mencari (to find) dan mendapatkan (to achieve) sesuatu. Yang bermuara pada hasil untuk memiliki (to have) sesuatu.

Sangat jarang ditemui –dari saya coba terjemahkan dari ungkapan nilai-nilai keluarga pada banyak orang yang saya temui-, keluarga yang mencoba merumuskan nilai-nilai keluarga pada segala hal untuk proses menjadi (to be – value of being) dan memberi (to give – value of giving), yeng bermuara pada hasil untuk mengasihi atau mencintai (to love) sesama.

Dan sedihnya lagi memang, banyak sekali tipikal keluarga yang menjadi pengamatan saya, belum mencoba dari awal –bahkan seharusnya sejak dua orang individu laki-laki dan perempuan memutuskan untuk menikah membentuk satu keluarga- untuk berusaha

Page 3: nilai keluarga

merumuskan apa yang akan menjadi nilai-nilai dalam keluarga. Mereka lebih banyak ‘ikut’ saja terhadap tatanan nilai yang ada di masyarakatnya, keluarga besarnya, atau pun budaya adat istiadatnya, tanpa pernah selalu mempertanyakan dalam diri masing-masing sampai seberapa jauh nilai-nilai tersebut akan mengakomodasi kondisi up to date yang dialami oleh keluarga saat ini.

Sehingga tidak jarang kita kesusahan untuk mencoba me-recall ingatan kita akan sebuah pertanyaan apakah rumusan bagi nilai-nilai keluarga kita. Bahkan mungkin juga terjadi bagi saya dan anda pada generasi ‘orang-tua’ sebagai ‘produk’ nilai-nilai keluarga pada generasi orang tua-orang tua kita (tanpa sedikit pun saya bermaksud untuk menyalahkan).

Tahapan kedua adalah sebuah pendeklarasian verbal untuk bisa dikomunikasikan pada seluruh anggota keluarga. Sesuatu yang biasanya gagal untuk dilakukan, ketika pada tahapan perumusan sebuah keluarga belum bisa secara jelas mendeskripsikan apakah yang menjadi nilai-nilainya.

Kita mungkin sepakat bahwa sebuah kejujuran adalah sebuah nilai keluarga yang sangat penting. Sebuah proses value of being yang saya pikir secara universal bisa diterima semua orang. Setiap anggota keluarga kita pun, kalau kita bertanya kepada mereka, hampir bisa dipastikan mereka akan setuju bahwa sebuah kejujuran adalah sebuah nilai yang penting.

Tapi yang lebih penting lagi sebenarnya adalah kemuauan kita untuk selalu mendeklarasikan dan mengkomunikasikan pada seluruh anggota keluarga kita dalam rangka untuk selalu ‘mengingatkan’ –terutama bagi diri kita sendiri- bahwa kejujuran memang sebuah nilai yang penting. Sehingga dalam keadaan bagaimana pun, tidak akan ada kesempatan benih-benih ketidakjujuran muncul menjadi sebuah niat atau bahkan menjadi sebuah perilaku.

Tahapan berikutnya adalah sebuah upaya untuk menerapkan nilai-nilai yang kita rumuskan dan deklarasikan tadi. Dan ini adalah menjadi bagian yang sangat tidak mudah, baik bagi diri kita, bagi seluruh anggota keluarga kita dan terutama anak-anak kita. Karena seperti yang Linda Eyre katakan, : “…bahwa anak-anak selalu belajar lebih banyak dari yang mereka lihat ketimbang dari kata-kata yang mereka dengar dari mulut kita!..”.

Sebuah nilai kejujuran bisa saja kita terapkan dengan cara menasihati seribu kali di depan anak-anak kita. Tapi sekali saja anda meminta anak anda untuk mengatakan kepada orang diseberang telepon yang mencari anda, agar anak anda mengatakan kepada orang tersebut bahwa anda tidak dirumah, seribu nasihat anda tentang kejujuran tidak akan pernah menjadi nilai yang perlu diterapkan oleh anak-anak anda.

Contoh cerita tentang tetangga saya di awal cerita saya di atas, bisa jadi sebuah upaya tetangga saya untuk menerapkan sebuah nilai positif yaitu nilai untuk menghargai orang lain (dalam hal ini kepemilikan akan barang-barang pribadi yang dimiliki ibunya). Sebuah nilai dalam proses value of giving. Hanya saja sementara ini saya hanya mampu untuk mengkritik dalam hati terhadap apa yang dilakukan tetangga saya adalah sebuah tindakan yang sia-sia.

Page 4: nilai keluarga

Karena dia mencoba memberi nasihat anaknya untuk –pada intinya- menghargai orang lain, dengan cara –justru- kurang menghargai individu si anak.

Saya pikir tidak akan pernah terlambat bagi sebuah keluarga untuk dari sekarang mau mencoba melihat pentingnya arti sebuah nilai dalam keluarga, mau untuk kemudian merumuskannya menjadi sesuatu yang dengan mudah bisa dimaknai, mau untuk setiap saat mendiskusikan, mendeklarasikan, mengkomunikasikan pada seluruh anggota keluarga, dan mau untuk berkomitmen selalu menerapkannya terutama pada diri sendiri, dan biarkan penerapan nilai bagi diri itu menjadi contoh dan energi positif bagi seluruh anggota keluarga kita selain dari bentuk komunikasi verbal yang selalu dideklarasikan ke mereka.

Bukankah seharusnya kita berusaha agar anak-anak kita menjadi lebih baik dari kita…?!

Pitoyo Amrih Artikel yang pernah dipublikasikan oleh www.pembelajar.com pada minggu terakhir September 2005

Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga.

q. Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit.

r. Pratek diet keluarga.

s. Kebiasaan tidur dan istirahat.

t. Latihan dan rekreasi.

u. Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga.

v. Peran keluarga dalam perawatan diri.

w. Praktek lingkungan.

Cara-cara pencegahan penyakit.

y. Riwayat kesehatan keluarga.

Page 5: nilai keluarga

z. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan keluarga.

aa. Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan kesehatan.

bb. Pelayanan kesehatan darurat.

cc. Sumber pembiayaan.

dd. Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan.

Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga?

j. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?

k. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau

fungsi sosialisasi?

l. Apakah fungsi ini dipikul bersama?

m. Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan

anak?

n. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh anak?

o. Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain? (cocok

dengan perkembangan anak).

p. Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia?

HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI DALAM KELUARGA ADALAH:

A. Data Umum

Page 6: nilai keluarga

Pengkajianterhadap data umum keluarga meliputi:

1. Nama kepala keluarga (KK)

2. Umur

3. Alamat dan telepon

4. Pekerjaan kepala keluarga

5. Pendidikan kepala keluarga

6. Komposisi keluarga dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi):

Nama/ inisial

Jenis kelamin

Tanggal lahir/ umur

Hubungan dengan kepala keluarga

Pendidikan

Pekerjaan

7. Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang

terjadi dengan jenis keluarga tersebut.

8. Latar Belakang Keluarga

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku

bangsa tersebut terkait dengan kesehatan:

a. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga

Page 7: nilai keluarga

b. Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara

etnis besifat homogen). Uraian

c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, social, budaya, rekreasi, pendidikan.

d. Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau madern).

e. Struktur keluarga tradisional atau madern.

f. Bahasa yang digunakan dirumah.

g. Penggunakan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi

(Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam

praktisi-praktisi pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki

kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan).

9. Idantifikasi Religius

Mengkaji agama yamg dianut serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi

kesehatan:

a. Apakah anggota keluarga berada dalam praktek keyakinan beragamaan

mereka.

b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau

oganisasi keagamaan.

c. Agama yang dianut oleh keluarga.

d. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yamg dianut dalam

kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan.

10. Status Ekonomi

Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga

maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta

barang-barang yang dimiliki oleh keluarga:

Page 8: nilai keluarga

a. Jumlah pendapatan per bulan.

b. Sumber-sumber pendapatan per bulan.

c. Jumlah peneluaran per bulan.

d. Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga.

e. Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya.

11. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang

Aktivitas rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-

sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun juga penggunaan waktu

luang/ senggang keluarga.

B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap kehidupan

keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji

sejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan. Sedangkan riwayat

keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga:

1 Tahapan perkembangan keluarga saat ini.

2 Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap

perkembangan saat ini.

3 Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan dan

kejadian-kejadian dan pengalaman-pangalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan

dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang dll) yang terjadi dalam kehidupan

keluarga.

Page 9: nilai keluarga

4 Riwayat keluarga sebelumnya: keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan

keluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.

C. Data Lingkungan

1 Karakteristik Rumah

a. Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll). Apakah

keluarga memiliki rumah ini sendiri atau menyewa?

b. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun ekterior rumah). Interior rumah

meliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur, dll), penggunaan

kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan

kecukupan perabot. Penerangan, ventilasi, lantai, tangga, susunan dan kondisi

bangunan.

c. Dapur: suplai air minum, pengunaan alat-alat masak, pengamanan untuk kebakaran.

d. Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk.

e. Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah peraturan tersebut memadai

bagi anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dan

kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.

f. Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada serbuan

serangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/ atau masalah-masalah sanitasi

yang disebabkan oleh kehaduran binatang piaraan.

g. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah. Apakah keluarga

menganggap rumahnya memadai bagi mereka

Page 10: nilai keluarga

h. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga keluarga merasakan privasi

mereka memadai. Evaluasi ada dan tidak bahaya-bahaya terhadap keamanan

rumah/ lingkungan.

i. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.

j. Kaji perasaan puas/ tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan dengan

pengaturan/ penataan rumah.

2 Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal

a. Tipe keluarga/ komunitas (desa, kota, subkota, kota).

b. Tipe tempat tinggal (hunian, industri, campuran hunian dan industri kecil, agraris)

di lingkungan.

c. Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak terpelihara,

semantara/ diperbaiki).

d. Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah dll).

e. Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (kebisingan, masalah-masalah polusi

air dan udara).

f. Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?

g. Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni.

h. Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung belakangan ini dalam

lingkungan/ komunitas.

Page 11: nilai keluarga

i. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial apa yang ada dalam

lingkungan dan komunitas?

j. Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, took, apotek, pasar).

k. Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan fasilitas gawat

darurat).

l. Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan).

m. Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah dilingkungan atau komunitas?

n. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini.

o. Tersedianya transportasi umum.

p. Bagaimana insiden kejahatan dilingkungan dan komunitas? Apakah ada

keselamatan yang serius?

3 Mobilitas Geografi Keluarga

a. Lama keluarga tinggal didaerah ini.

b. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?

4 Hubungan Keluarga dan Fasilitas-fasilitas Kesehatan Dalam Komunitas

a. Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan

tempat pelayanan kesehatannya.

b. Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan?

Page 12: nilai keluarga

5 Sistem pendukung keluarga

a. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk

pemeliharaan kesehatan.

b. Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, (orang tua,

keluarga dekat, teman-teman dekat, tetangga, lembaga: pemerintah maupun

swasta/ LSM).

c. Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga.

D. Struktur Keluarga

1. Pola-pola komunikasi

a. Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan instruksi?

b. Apakah anggota kelumengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan

meraka dengan jelas?

c. Apakah anggota keluarga memberikan dan memperoleh respon dengan baik

terhadap pesan?

d. Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan?

e. Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga?

f. Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung ataupun tidak langsung?

g. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam keluarga?

(langsung/ terbuka)

h. Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga?

Page 13: nilai keluarga

i. Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif atau

keduanya?

j. Bagaimana frekuensi dan kwalitas komunikasi yang berlangsung dalam

keluarga?

k. Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan penting?

Langsung/ tidak langsung)

l. Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam pola0pola

komunikasi keluarga?

m. Adakah hal-hal/ masalah dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan?

2. Struktur Kekuasaan

a. Keputusan dalam kelurga

Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga?

Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga?

Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaanatau tempat

tinggal?

Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan anak?

b. Bagaimana cara dalam mengambil keputusan (otoriter, musyawarah/

kesepakatan, diserahkan pada masing-masing individu)?

Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan tersebut?

Page 14: nilai keluarga

c. Model kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan?

(kekuasaan tak berdaya, keahlian, penhargaan, paksaan kekuasaan berdasarkan

kekuatan/ berpengaruh, kekuasaan aktif).

3. Struktur Peran

a. Struktur peran formal

Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga: gambaran

bagaimanakah setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formal

mereka.

Adakah konflik peran dalam keluarga?

b. Struktur peran informal

Adakah peran-peran informal dalam keluarga?

Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-peran

tersebut dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut dilaksanakan

secara konsisten?

Tujuan peran-peran yang dilaksanakan oleh keluarga.

c. Peran-peran informal bersifat yang disfungsional, siapa yang melaksanakan

peran-peran ini?

d. Analisa metode peran

siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran keluarga?

Page 15: nilai keluarga

Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian peran

keluarga?

Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian peran

keluarga?

Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahapan

perkembangannya?

Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-peran

keluarga?

Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan

dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah dll)?

Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran baru/ menyesuaikan

diri?

Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran?

Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit beraksi terhadap perubahan

atau kehilangan peran?

4. Struktur Nilai Keluarga

a. Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitas

yang lebih luas.

b. Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga.

c. Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar.

Page 16: nilai keluarga

d. Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga.

e. Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilai-nilai

keluarga.

f. Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.

. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

a. Pola Kebutuhan Keluarga-Respon

b. Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), keakraban, dan indentifikasi.

c. Keterampilan dan Keterkaitan.

2. fungsi sosialisasi

a. Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga?

b. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?

c. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau

fungsi sosialisasi?

d. Apakah fungsi ini dipikul bersama?

e. Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan

anak?

f. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh anak?

Page 17: nilai keluarga

g. Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain? (cocok

dengan perkembangan anak).

h. Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia?

3. Fungsi perawatan Kesehatan

a. Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga.

b. Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit.

c. Pratek diet keluarga.

d. Kebiasaan tidur dan istirahat.

e. Latihan dan rekreasi.

f. Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga.

g. Peran keluarga dalam perawatan diri.

h. Praktek lingkungan.

i. Cara-cara pencegahan penyakit.

j. Riwayat kesehatan keluarga.

k. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan keluarga.

l. Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan kesehatan.

m. Pelayanan kesehatan darurat.

Page 18: nilai keluarga

n. Sumber pembiayaan.

o. Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan.

4. Fungsi Reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a. Jumlah anak yang diinginkan keluarga.

b. Bagaimanakah keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.

c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah

anggota keluarga.

F. Stres dan Koping Keluarga

a. Stressor jangka pendek (<>

b. Stressor jangka panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga.

c. Cara keluarga dalam menghadapi stressor.

2.4 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat

yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis,

memberikan dasar untuk menetapkantindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab

melaksanakannya (Shoemaker, 1984).

Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah

dalam tahap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, limgkungan keluarga,

Page 19: nilai keluarga

struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat actual,

resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk

melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan

kemampuan dan sumber daya keluarga.

2.5 Prioritas Masalah

Menetapkan prioritas masalah/ diagnosa keperawatan keluarga adalah dengan mengunakan

skala menyusun prioritas dari bailon dan Maglaya, 1978:

Skala untuk Menentukan Prioritas

Asuhan Keperawatan Keluarga

(bailon dan Maglaya, 1978)

No Kriteria Skala Bobot

1

2

3

4

Sifat masalah

Skala: Aktual

Resiko

Keadaan sejahtera/

diagnosis sehat

Kemungkinan masalah dapat

diubah

3

2

1

2

1

0

3

1

2

1

1

Page 20: nilai keluarga

Skala: Mudah

Sebagian

Tidak dapat

Potensi masalah untuk dicegah

Skala: Tinggi

Cukup

Rendah

Menonjolnya masalah

Skala: Masalah dirasakan dan

segera ditangani

Ada masalah tetapi tidak

perlu ditangani

Masalah tidak dirasakan

2

1

2

1

0

Skoring:

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

Page 21: nilai keluarga

3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.

2.6 Intervansi Keperawatan Keluarga

Intervansi keperawatan adalah alternative-alternatif dan sumber-sumber kekuatan dari

keluarga (kemampuan perawatan mandiri, sumber pendukung/ bantuan yang bisa

dimanfaatkan) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga.

Perawat perlu mengkaji:

a. Apakah pendekatan yang digunakan dapat menimbulkan ketergantungan atau

kemandirian keluarga?

b. Apakah alternatif tindakan berada dalam sumber-sumber keluarga?

c. Apakah alternatef tindakan menurunkan atau meningkatkan koping keluarga?

d. Apakah keluarga memiliki komitmen dan motivasi yang memadai untuk memagang

teguh perencanaan tersebut?

e. Apakah sumber-sumber keluarga memadahi untuk melaksanakan perencanaan?

Hak-hak yang dimiliki keluarga dan perawat:

a. Keluarga menpunyai hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan sendiri,

maka keluarga dapat memilih tindakan yang sudah terinformasikan.

b. Keluarga berhakuntuk mengetahui konsekuensi dari masing-masing tindakan,

sehingga dapat membuat keputusan yang masuk akal.

c. Perawat juga dapat menolak pilihan tindakan yang diputuskan keluarga bila

bertentangan dengan konsep kesehatan.

d. Perawat dapat minta bantuan orang lain yang mempunyai pengalaman terhadap

masalah yang sama untuk memberikan gambaran kepada keluarga.

2.7 Evaluasi Keperawatan Keluarga

Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan keluarga terhadap

pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan

evaluasi meliputi: mengkaji kemajuan status kesehatan keluarga, membandingkanrespon

Page 22: nilai keluarga

keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan

pencapaian tujuan keperawatan keluarga.

Dalam menelaah kemajuan keluarga dalam pencapaian hasil, perawat akan mencatat salah

satu dari keputusan berikut, dalam lembar evaluasi atau dalam catatankemajuan pada saat

ditentukan untuk melakukan evaluasi:

Lanjutkan: diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standart masih relevan.

Direvisi: diagnosa masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan keperawatan memerlukan

perbaikan.

Teratasi: tujuan keperawatan telah tercapai, dan rencana keperawatan tidak

dilanjutkan.

Dipakai lagi: diognosa yang telah teratasi terjadi lagi.

BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 PENGKAJIAN

A. Data Umum

Pengkajian pada keluarga “Tn.W”

1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. W

2. Umur : 55 tahun

3. Alamat dan telepon : Sukoharjo RT 05 RW 06

4. Pekerjaan kepala keluarga : Swasta

5. Pendidikan kepala keluarga : SMP

6. Genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi):

Page 23: nilai keluarga

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: cerai

: hubungan keluarga

7. Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn.w adalah keluarga besar dimana dalam rumah juga

anak Tn.w..

8. Latar Belakang Keluarga

Keluarga Tn.W berasal dari suku jawa. Dilingkungan tempat tinggal Tn.W

mayoritas berasal dari suku jawa dan memeluk agama islam, didaerah ini terdapat

bangunan beribadah yang dapat digunakan oleh penduduk sekitar. Selain itu juga

terdapat fasilitas pendidikan dari Play group, SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren.

Dalam komunikasi sehari-hari keluarga ini mengunakan bahasa jawa. Dan ada satu

Page 24: nilai keluarga

kebiasaan dalam keluarga ini bila salah satu dari anggota keluarga ada yang sakit

pasti berobat kepuskesmas. Mereka lebih cocok dan bisa sembuh bila berobat

kepuskesmas.

9. Idantifikasi Religius

Dalam keluarga Tn.W mayoritas anggota keluarganya beragama

islam.Tn.W.mengatakan bahwa dia menyerahkan segala sesuatunya kepada Alloh.

Anggota keluarga Tn.W tidak ada yang terlibat ataupun aktif dalam setiap

organisasi agama yang dianutnya.

10. Status Ekonomi

Perekonomiaan keluarga ini selain ditanggung oleh Tn.W juga diperoleh dari

isteri dari Tn.W yang bekerja jualan kue. Pendapatan Tn.W tidak pasti karena

usaha yang ditekuni Tn.W adalah jualan kopi.

11. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang

Keluarga ini apabila ada waktu luang selalu digunakan berkumpul dengan

tetangga sekitar yang bertempat tinggl tidak jauh dari tempat tinggal Tn.W.

B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap kehidupan

keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji

sejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan. Sedangkan riwayat

keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga:

5 Tahapan perkembangan keluarga saat ini.

6 Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap

perkembangan saat ini.

Page 25: nilai keluarga

7 Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan dan

kejadian-kejadian dan pengalaman-pangalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan

dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang dll) yang terjadi dalam kehidupan

keluarga.

8 Riwayat keluarga sebelumnya: keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan

keluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.

C. Data Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Keluarga ini bertempat tinggal di perkampungan penduduk dan rumah yang ditempati

keluarga Tn.W merupakan rumah milik sendiri. Didalam rumah ini terdapat empat kamar

tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Sedangkan kondisi rumah Tn.W tertata rapi

dangan ventilasi udara yang baik karena tidak terlalu berdekatan antara rumah yang satu

dengan yang lainnya. Dalam rumah ini tidak ada alat untuk memadamkan kebakaran. Air

yang diperoleh keluarga ini dari PDAM dan dari sumur. Rumah keluarga ini cukup bersih

dan tidak ada binatang yang masuk.

2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal

Keluarga ini bertempat tinggal didaerah subkota dengan lingkungan yang jauh dari

perindustrian. Rumah ini juga tidak jauh dari jalan raya, jalan disekitar daerah ini terpelihara

dengan baik. Tetapi sangat bising dengan lalu lalangnya kendaraan bermotor yang tidak ada

hentinya. Status sosial penduduk daerah ini menengah keatas dan didaerah ini juga terdapat

puskesmas yang disertai rawat inap. Selain tersedianya fasilitas kesehatan juga terdapat

Page 26: nilai keluarga

gedung sekolah mulai dari Play group, SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren. Transportasi

umum didaerah ini tersedia dengan baik juga.

3. Mobilitas Geografi Keluarga

Keluaga ini bertempat tinggal didaerah ini mulai tahun 1957 dan keluarga ini juga tidak

pernah berpindah-pindah rumah.

4. Hubungan Keluarga dan Fasilitas-fasilitas Kesehatan Dalam Komunitas

Anggota keluarga ini selalu menggunakan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan keluarga

dan apabila anggota keluarga merasa tidak enek badan langsung dating kepuskesmas.

5. Sistem pendukung keluarga

d. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk

pemeliharaan kesehatan.

e. Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, (orang tua,

keluarga dekat, teman-teman dekat, tetangga, lembaga: pemerintah maupun

swasta/ LSM).

f. Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga.

D. Struktur Keluarga

1. Pola-pola komunikasi

Dalam keluarga ini semua anggota keluarga mengungkapkan semua kebutuhannya

dengan jelas dan dipahami oleh anggota keluarga yang lain. Apabila anggota keluarga

mengungkapkan keinginannya anggota keluagga yang lain segera berespon. Sedangkan

Page 27: nilai keluarga

bahasa yang sering digunakan dalam keluarga ini adalah bahasa jawa. Dalam keluarga

ini bila ada masalah yang tidak bisa dipecahkan secara individu maka dipecahkan

dengan jalan musyawarah seluruh anggota keluarga.

2. Struktur Kekuasaan

Dalam keluarga ini tidak ada yang berkuasa karena anggota keluarga memiliki hak

yang sama. Dan pengambilan keputusan dalam keluarga ini dilaksanakan dengan

musyawarah sehingga semua anggota keluarga mera puas dengan keputusan yanh telah

ditentukan.

3. Struktur Peran

e. Struktur peran formal

Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga: gambaran

bagaimanakah setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formal

mereka.

Adakah konflik peran dalam keluarga?

f. Struktur peran informal

Adakah peran-peran informal dalam keluarga?

Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-peran

tersebut dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut dilaksanakan

secara konsisten?

Tujuan peran-peran yang dilaksanakan oleh keluarga.

Page 28: nilai keluarga

g. Peran-peran informal bersifat yang disfungsional, siapa yang melaksanakan

peran-peran ini?

h. Analisa metode peran

siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran keluarga?

Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian peran

keluarga?

Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian peran

keluarga?

Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahapan

perkembangannya?

Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-peran

keluarga?

Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan

dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah dll)?

Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran baru/ menyesuaikan

diri?

Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran?

Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit beraksi terhadap perubahan

atau kehilangan peran?

4. Struktur Nilai Keluarga

Page 29: nilai keluarga

g. Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitas

yang lebih luas.

h. Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga.

i. Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar.

j. Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga.

k. Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilai-nilai

keluarga.

l. Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.

E. Fungsi Keluarga

5. Fungsi Afektif

a. Pola Kebutuhan Keluarga-Respon

b. Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), keakraban, dan indentifikasi.

c. Keterampilan dan Keterkaitan.

6. fungsi sosialisasi

i. Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga?

j. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?

k. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau

fungsi sosialisasi?

Page 30: nilai keluarga

l. Apakah fungsi ini dipikul bersama?

m. Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan

anak?

n. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh anak?

o. Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain? (cocok

dengan perkembangan anak).

p. Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia?

7. Fungsi perawatan Kesehatan

p. Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga.

q. Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit.

r. Pratek diet keluarga.

s. Kebiasaan tidur dan istirahat.

t. Latihan dan rekreasi.

u. Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga.

v. Peran keluarga dalam perawatan diri.

w. Praktek lingkungan.

x. Cara-cara pencegahan penyakit.

y. Riwayat kesehatan keluarga.

Page 31: nilai keluarga

z. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan keluarga.

aa. Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan kesehatan.

bb. Pelayanan kesehatan darurat.

cc. Sumber pembiayaan.

dd. Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan.

8. Fungsi Reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

d. Jumlah anak yang diinginkan keluarga.

e. Bagaimanakah keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.

f. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah

anggota keluarga.

F. Stres dan Koping Keluarga

d. Stressor jangka pendek (<>

e. Stressor jangka panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga.

Cara keluarga dalam menghadapi stressor

Nilai-Nilai KeluargaPemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluargaKesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnyaKesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluargaIdentifikasi sejauhmana keluarga menganggap penting nilai-nilai keluarga serta kesadaran dalam menganut sistem nilai.

Page 32: nilai keluarga

Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluargaPengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap perkembangan keluarga terhadap nilai keluargaBagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Budaya atau adat istiadat yang

dianut suatu keluarga akan

tercermin dalam sikap dan

perilakunya sehari-hari.

• Keyakinan keluarga tentang

kesehatan, pola didik, pola asuh

terhadap anak juga dipengaruhi oleh

nilai budaya