NILAI

30
NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN SESUAI JIWA ZAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat setelah mendapat serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh pasukan sekutu. Sementara itu, di Indonesia yang merupakan daerah jajahan Jepang tejadi kekosongan kekuasaan karena pasukan sekutu sebagai pengganti pasukan Jepang belum tiba. Soekarno Hatta dan generasi tua masih ragu-ragu untuk melangkah, dan kesempatan itupun segera dimanfaatkan oleh generasi muda yang didukung oleh Sjahrir dengan penuh kobaran semangat. Esok harinya, Soekarno dan Hatta dibawa ke Renggasdengklok oleh generasi muda dengan dalih melindungi mereka jika terjadi pemberontakan PETA dan Heiho. Setelah menyadari alasan tersebut hanya dibuat-buat mereka berdua meminta segera dikembalikan ke Jakarta. Atas desakan Sjahrir dan Laksamana Maeda merekapun dipulangkan dengan janji akan diadakan pernyataan kemerdekaan. Sepanjang malam pernyataan

Transcript of NILAI

Page 1: NILAI

NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN SESUAI JIWA ZAMAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat setelah mendapat

serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh pasukan sekutu. Sementara itu, di

Indonesia yang merupakan daerah jajahan Jepang tejadi kekosongan kekuasaan karena

pasukan sekutu sebagai pengganti pasukan Jepang belum tiba. Soekarno Hatta dan generasi

tua masih ragu-ragu untuk melangkah, dan kesempatan itupun segera dimanfaatkan oleh

generasi muda yang didukung oleh Sjahrir dengan penuh kobaran semangat. Esok harinya,

Soekarno dan Hatta dibawa ke Renggasdengklok oleh generasi muda dengan dalih

melindungi mereka jika terjadi pemberontakan PETA dan Heiho. Setelah menyadari alasan

tersebut hanya dibuat-buat mereka berdua meminta segera dikembalikan ke Jakarta. Atas

desakan Sjahrir dan Laksamana Maeda merekapun dipulangkan dengan janji akan diadakan

pernyataan kemerdekaan. Sepanjang malam pernyataan kemerdekaan dirancang di rumah

Laksamana Maeda. Pagi harinya, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno membacakan pernyataan

kemerdekaan tersebut di depan rumahnya di hadapan sekelompok orang. Bendera merah putih

dikibarkan, berkumandanglah lagu Indonesia Raya dan Republik Indonesiapun telah lahir

(M.C. Ricklefs,1998:315).

Proklamasi kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan bangsa Indonesia membangun

Negara Indonesia seperti yang dicita-citakan, perjuangan rakyat Indonesia masih panjang.

Page 2: NILAI

Pada tanggal 14 Oktober 1945, pihak Jepang mulai merebut kembali Kota Semarang, kira-

kira 500 pasukan Jepang dan 2.000 rakyat Indonesia tewas dalam pergolakan tersebut (M.C.

Ricklefs,1998:325). Pada tanggal 10 November 1945 merupakan hari yang tidak akan

terlupakan bagi arek-arek Surabaya. Sejak subuh pasukan Inggris memulai aksi pembersihan

berdarah sebagai balasan atas tewasnya A.W.S. Mallaby. Mereka melaksanakan serangan

tersebut di bawah lindungan pembom dari udara dan laut dalam menghadapi perlawanan

rakyat Indonesia yang fanatik. Ribuan rakyat Indonesia gugur dan ribuan lainnya

meninggalkan kota yang telah hancur (M.C. Ricklefs, 1998: 326).

Perjuangan rakyat Indonesia terus berlangsung karena pihak Sekutu sebagai

pemenang Perang Dunia Kedua, ternyata menyerahkan kembali Indonesia kepada Belanda.

Alasan Sekutu adalah Indonesia masih menjadi wilayah kekuasaan Hindia Belanda sebelum

kedatangan Jepang. Setelah Jepang meyerah tanpa syarat pada Sekutu, maka menjadi hak

Belanda kembali. Pada tahap ini, perjuangan rakyat Indonesia sering disebut dengan Perang

Kemerdekaan Pertama antara tahun 1947 sampai dengan 1948, dan Perang Kemerdekaan

Kedua antara tahun 1948 sampai dengan 1949.

Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati pada tanggal 21 Juli 1947, fokus

penyeranan militer Belanda berada di darah-daerah penghasil minyak maupun batu bara di

Sumatra, dan penghasil beras seperti Jawa dan Madura. Penyerangan terhenti setelah ada

perjanjian Renville pada tangga 17 Januari 1948. Namun pada tanggal 19 Desember 1948,

kembali militer Belanda menyerang yang sering dinamakan Perang Kemerdekaan Kedua.

Sasaran utama militer Belanda menduduki Republik Indonensia yang terdiri atas Karesidenan

Kedu, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Karesidenan Surakarta. Dalam menghadapi militer

Page 3: NILAI

Belanda, TNI dan kesatuan-kesatuan kelaskaran belum menemukan format perjuangan yang

jelas. Persenjataan kalah lengkap dan modern, pertahanan yang digunakan terbuka, dan tidak

terkoordinasi yang rapi. Akhirnya, TNI dan kesatuan-kesatuan kelaskaran harus

meninggalkan kota-kota menuju medan gerilya. Sistem pertahanan menggunakan

weherkreise, yaitu menghadang, menyerang, dan menghindar ketika berhadapan militer

Belanda. Akhir Perang Kemerdekaan Kedua dengan ditandatanganinya Pengakuan

Kedaulatan pada tanggal 29 Desember 1949.

Generasi muda harus meniru perjuangan para pahlawan dengan terus berjuang yang

penuh keberanian dan tanpa pamprih. Mereka rela berkorban dan pantang menyerah

menghadapi penjajah. Bukan sikap egois yang mereka tunjukkan, tetapi semangat penuh

keyakinan. Mereka tidak hanya berteriak merdeka atau mati, bahkan ikut berjuang membela

bangsa dan negara Indonesia tercinta. Para pahlawan telah menunjukkan sikap yang patut

dipuji ketika menghadapi penjajah. Suatu teladan yang seharusnya kita kaji dan terapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Semua sikap dan sifat para pahlawan yang telah mereka

tunjukan merupakan inspirasi yang teramat penting bagi kita dalam mempertahankan dan

mengisi kemerdakaan.

Sehubungan itu, penulis tertarik mengangkat karya tulis yang berjudul ”Nilai-Nilai

Kepahlawanan Sesuai Jiwa Zaman”. Dengan alasan sebagai berikut: judul menarik dan

simple, judul mempunyai kesan yang mudah dipahami, judul menginspirasikan apa yang

seharusnya kita sebagai generasi penerus lakukan dalam menghadapi pusaran zaman, judul

sesuai dengan apa yang kita perlu kaji bersama, yaitu perubahan zaman yang sesuai nilai

kepahlawanan.

Page 4: NILAI

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tanggapan generasi muda terhadap nilai-nilai kepahlawanan?

2. Usaha-usahan penanaman nilai-nilai kepahlawanan apakah yang sesuai dengan jiwa zaman?

3. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai kepahlawanan yang sesuai dengan jiwa zaman ?

C. Tujuan Penelitian

1. Dapat mengetahui tanggapan generasi muda terhadap niali-nilai kepahlawanan.

2. Dapat mengklasifikasi usaha penanaman nilai-nilai kepahlawanan yang sesuai dengan jiwa

zaman.

3. Dapat memahamkan implementasi nilai-nilai kepahlawanan yang sesuai jiwa zaman.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan gambaran tentang tanggapan generasi muda terhadap nilai-nilai

kepahlawanan.

2. Untuk memberikan gambaran tentang usaha penanaman nilai-nilai kepahlawanan yang

sesuai dengan jiwa zaman.

3. Untuk memberikan gambaran tentang implementasi nilai-nilai kepahlawana yang sesuai

jiwa zaman.

E. Metode Penelitian

1. Heuristik merupakan kegiatan yang menghimpun jejak-jejak masa lampau atau mencari

sumber-sumber sejarah

Page 5: NILAI

2. Kritik Sumber merupakan usaha mendapatkan jejak atau sumber sejarah yang benar-benar

autentik dan kredibel serta benar-benar mengandung yang diperlukan dan relevan dengan

cerita yang akan disusun. Dengan kata lain, melalui kegiatan ini diharapkan bisa

memperoleh faktor sejarah yang obyektif yang berlebihan

3. Interprestasi mempunyai pengertian menafsirkan keterkaitan antar fakta-fakta yang

bersesuaian dengan yang lain

4. Historigrafi mempunyai pengertian yang berupa langkah penulisan cerita dengan susunan

yang logis, menurut cerita yang kronologis kemudian disempurnakan melalui pengaturan

bab maupun bagian-bagian agar terbangun urut-urutan yang kronologis dan sistematis

(Saefur Rochmat, 2009: 13).

Page 6: NILAI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nilai

Nilai mempunyai pengertian kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap

sesuatu hal mengenai baik-buruk, benar-salah, patut-tidak patut, mulia-hina, maupun penting

atau tidak penting (Tim Sosiologi Yudhistira,2003:99). Nilai adalah gagasan mengenai

apakah pengalaman berarti atau tidak berarti, nilai juga mengarahkan perilaku dan

pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan (Paul B. Horton dan Chester L.

Hunt,1999: 71).

Konsep nilai adalah bahwa setiap orang, dimana saja, memiliki nilai-nilai yang sama

dengan derajat yang berbeda (menunjukkan penegasan terhadap konsep universalitas nilai)

(Rokeach,1973). Schwartz (1994) menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2)

berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi

spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan

kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya

www.rumahbelajarpsikologi.com.

Dengan demikian nilai adalah penjelasan evaluasi terhadap tindakan individu atau

kelompok yang sesuai dengan kepentingannya sehingga ketercapaian hasil akhirnya dapat

menjadi pedoman dalam merencanakan suatu perubahan.

B. Kepahlawanan

Page 7: NILAI

Pengertian kepahlawanan tidak bisa dilepaskan dari pengertian kata pahlawan itu

sendiri. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pahlawan didefiniskan sebagai

sosok orang (biasa) yang tidak egois dan berbuat sesuatu yang luar biasa, memiliki tindakan

atau perbuatan (pengorbanan) untuk orang lain, dan adanya penghormatan sebagai imbalan

atas pengorbanannya www.dpdimmriau.co.cc/2009/01/teorinilai.html. Kepahlawanan

mempunyai pengertian perihal sifat pahlawan (seperti keberanian, keperkasaan, kerela

berkorbanan, dan kesatriaan) (Tim Penysun KBBI,2005:812).

Menurut Cak Roeslan (Roeslan Abdulgani) kepahlawanan adalah jiwa berbakti

untuk mendapat pahala Tuhan. Kepahlawanan berinti kebaktian kepada kemanusiaan, bangsa,

rakyat, dan kepada tanah air, mengabdi untuk mewujudkan cita-cita keadilan sosial. Jiwa

kepahlawanan tidak mengenal ukuran besar atau kecil, melainkan diukur dari unsur

keikhlasan dan kesungguhannya. Kepahlawanan tidak hanya lahir dari kancah pertempuran,

tetapi dapat juga lahir di kesunyian ruang laboratorium, dari lingkungan pabrik-pabrik yang

pengap karena polusi, serta pengabdian seorang guru di daerah terpencil. Ukuran

kepahlawanan bisa saja berubah sejalan dengan penyikapan masyarakat terhadap nilai

kepahlawanan, namun nilai asasi (intrinsih)-nya tetap bertahan www.radarbanten.com.

C. Nilai –Nilai Kepahlawanan Sesuai Jiwa Zaman

Para pahlawan yang berjuang membela tanah air dengan semangat penuh. Sikap

mereka dalam menghadapi sekutu perlu kita contoh, seperti halnya sikap kemandirian. Para

pejuang tidak pernah bergantung pada siapapun ketika melawan penjajah dan berjuang

dengan kemampuan sendiri. Dalam meneruskan perjuangan para pahlawan, sifat kemandirian

yang mereka perlihatkan sangat diperlukan. Bangsa ini sedang mengalami masalah besar

Page 8: NILAI

berupa banyaknya pengangguran. Bercermin dari sifat kemandirian para pahlawan,

seharusnya di negara ini tidak terjadi banyak pengangguran. Seharusnya para pencari

pekerjaan bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang dimiliki.

Jiwa kemandirian para pahlawan juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya

kita tidak perlu menunggu disuruh orang lain, jika kita mampu segera laksanakan sesuai

kemampuan kita.

Pejuang membela bangsa dan negara dengan penuh tanggung jawab. Pada

pertempuran di Surabaya tanggal 10 November 1945 dapat kita lihat bahwa para pahlawan

mengabdi pada bangsa dan negara. Mereka menyadari sepenuhnya masa depan negeri tercinta

berada di pundaknya sendiri. Mereka mengangkat senjata dan berjuang sepenuh tenaga.

Mereka sadar bahwa ikut berjuang membela bangsa dan negara adalah sebuah kewajiban.

Yang perlu kita contoh adalah sifat tanggung jawab para pahlawan. Kita harus menyadari

bahwa apapun pekerjaan yang diberikan kepada kita merupakan suatu kewajiban yang harus

diselesaikan dengan baik.

Pahlawan berjuang tanpa kenal lelah. Pejuang 10 November 1945 di Surabaya dan

pahlawan kemerdekaan lainnya, rela mengorbankan nyawa dan materi yang mereka punyai

demi terciptanya Indonesia merdeka. Mereka meninggalkan keluarga demi bergerilya dan

berjuang melawan penjajah. Kita sebagai generasi penerus, seharusnya lebih memupuk jiwa

rela berkorban seperti yang dimiliki para pahlawan. Dalam hidup bermasyarakat, kita

diwajibkan untuk lebih mementingkan kepentingan orang banyak daripada kepentingan

pribadi.

Page 9: NILAI

BAB III

NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN SESUAI JIWA ZAMAN

A. Nilai-Nilai Kepahlawanan Di Mata Generasi Muda

Pasca reformasi usaha pemahaman Ideologi bangsa menjadi pudar sebagai arus balik

dari pemaksaan pemahaman ideologi bangsa yang dipaksakan pada masa orde baru.

Sekarang orang membaca dan berbicara Pancasila seolah-olah malu dan tanpa makna, tidak

lebih hanya seremoni belaka. Hal ini dapat diketahui ketika nilai-nilai penafsiran lama

Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila terputus. Namun belum tumbuh nilai

penafsiran baru, sehingga muncul vakum keyakinan. Semangat juang tidak lagi berkobar,

yang dominan adalah semangat mengedepankan kepentingan pribadi atau golongan.

Kemiskinan dan kebodohan hingga sekarang ini belum bisa diselesaikan karena

orientasi pembangunan tidak memihak kepada rakyat. Praktek kepitalistik diijinkan oleh

pemerintah sehingga tayangan di televisi sering kita lihat terjadinya penggusuran-

penggusuran dari polisi pamong praja terhadap para pedagang kaki lima yang dianggap salah

karena menempati lahan tanah milik pengusaha atau penguasa. Meskipun mereka dianggap

salah, tetapi penyelesaian yang bersahabat dan bermartabat tidak pernah diperlihatkan.

Kesimpulannya rakyat yang mempunyai modal semakin kaya dan yang tergusur semakin

menderita.

Praktek korupsi di negara berkembang termasuk Indonesia telah menjadi bagian dari

white collor crime. Ada dua agenda korupsi di Negara berkembang menurut Amin Rais, yaitu

korupsi yang dilakukan penguasa dan pengusaha dalam negeri, dan korupsi penguasa,

pengusaha dalam negeri yang mempunyai kedekatan dengan pihak asing. Korupsi yang

Page 10: NILAI

dilakukan oleh penguasa dan pengusaha menimbulkan kebijakan negara menjadi berat

sebelah. Pengusaha yang paling kuatlah yang mampu membayar penguasa secara diam-diam.

Yang kedua, sering dinamakan korporasi asing khususnya negara-negara maju memanfaatkan

pengusaha nasional untuk mempengaruhi penguasa nasional atau daerah supaya mempercepat

ijin usaha (Amin Rais, 2008: 180-181).

Kondisi seperti ini menimbulkan nilai-nilai kepahlawanan menjadi turun, tidak lagi

memfokuskan perjuangan yang jelas dan di perparah dengan adanya Globalisasi dan Otonomi

yang kehilangan orientasi.

1. Globalisasi

Saat pamor ideologi bangsa merosot, kita juga gagap menghadapi pusaran kuat

globalisasi ekonomi pasar sebagai bagian dari arus kapitalisasi yang menjunjung tinggi

kekuatan materi. Dalam kondisi semacam ini masyarakat menjadi bingung nilai-nilai apa

yang akan dijunjung tinggi.

Kita merasakan krisis multidimensional melanda kita, di bidang politik, ekonomi, hukum,

nilai kesatuan dan keakraban bangsa menjadi longgar, nilai-nilai agama, budaya dan

ideologi terasa kurang diperhatikan, terasa pula pembangunan material dan spiritual

bangsa tersendat, discontinue, unlinier dan unpredictable.

Dalam keadaan ini sering perilaku masyarakat menjadi lebih korup bagi yang punya

kesempatan, khusus rakyat awam dan rapuh tampak beringas dan mendemostrasikan

sikap antisosial, antikemapanan, kontraproduktif dan goyah dalam keseimbangan rasional

atau emosionalnya.

2. Otonomi yang kehilangan orientasi

Page 11: NILAI

Otonomi daerah yang berorientasi mensejahterakan rakyat, dengan memberikan

kelonggaran masing-masing daerah mengelola sumber dayanya sendiri ternyata justru

banyak memunculkan nasionalisme kedaerahan. Sentimen kedaerahan menonjol

khususnya daerah yang mampu, kemampuan daerah digunakan untuk mensejahterakan

wilayahnya sendiri, namun bagi wilayah yang kurang mampu, kekurangannya tersebut

digunakan untuk meminta bantuan dan belas kasihan pihak-pihak lain. Masing-masing

sibuk mengurus diri sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional. Mimpi

Negara modern yang bertumpu pada civic nationalism direduksi kedalam spirit ethno

nationalism. Solidaritas kebangsaan menurun, digeser oleh solidaritas primordial dan

etnosentris yang akan menimbulkan disintegrasi. Jika terjadi musibah di suatu daerah,

daerah lain tidak meresa terpanggil membantu, namun justru mengandalkan bantuan

pusat dan lembaga-lembaga bantuan dunia.

B. Usaha-Usaha Penanaman Nilai-Nilai Kepahlawanan Sesuai Jiwa Zaman

1. Penyadaran, pengenalan dan penafsiran kembali Ideologi terbuka Pancasila sebagai nilai-

nilai yang harus diperjuangkan; dan Landasan Konstitusional Undang Undang Dasar

1945 sebagai garis perjuangan, pada seluruh lapisan masyarakat. Terutama pasal 5

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dapat dipertajamkan kembali dan dijadikan

fokus dalam perjuangan pasca reformasi. Apakah dengan cara pemberian jaminan hidup

layak bagi semua rakyat meliputi hak-hak dasar papan, sandang, pangan dan keamanan

ditambah jaminan pendidikan dan kesehatan. Inilah tujuan pendidikan sejarah dan

pendidikan kewarganegaraan.

Page 12: NILAI

2. Desentralisasi atau Otonomi daerah yang harus dikendalikan oleh nilai-nilai kebangsaan.

Otonomi daerah harus di dasari oleh pemikiran bersama untuk mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalamnya terkandung terjaminnya kesejahteraan

bersama. Dalam konsep otonomi ini tidak mustakhil daerah yang makmur membantu

daerah yang tergolong miskin atas dasar nilai-nilai keadilan sosial. Ada payung hukum

yang mewajibkan daerah yang sudah makmur untuk membantu saudaranya di daerah

yang masih miskin.

3. Desentralisasi pendidikan yang dilandasi dengan kesadaran mencapai tujuan nasional.

Pendidikan dikelola dan di isi dengan dasar pemberian keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Tidak ada pembedaan antara sekolah bagi masyarakat mampu dan sekolah

bagi masyarakat miskin, yang boleh membedakan hanyalah minat dan kemampuan siswa.

4. Konstitusi yang mengabdi pada kepentingan bangsa.

Harus ditanamkan kesadaran bagi pembuat konstitusi agar mendasarkan diri pada

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Konstitusi jangan dijadikan sebagai tameng

untuk memperkaya pribadi atau golongan. Jangan pula sebagai tameng melanggengkan

kekuasaan.

5. Politik yang dilandasi kepatuhan terhadap konstitusi. Para pelaku politik harus diberi

kesadaran keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga dalam menjalankan

politik tidak berlindung dibalik konstitusi dan tidak memutar balikkan konstitusi apalagi

dengan sengaja melanggar konstitusi Documents%20and%20Settings/AJI/My

Page 13: NILAI

%20Documents/Downloads/upaya-menanamkan-nilai-nilai-perjuangan-

kepahlawanan.html.

Dengan demikian dapat disebut bahwa para pejuang saat ini adalah mereka yang

bersungguh-sungguh, rela berkorban, teguh pendirian ulet dalam rangka mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan mereka bisa berprofesi sebagai pengusaha,

pelajar, pejabat, guru, dosen dan sebagainya. Mereka yang dapat mengharumkan nama

bangsa, mengangkat harkat dan martabat bangsa dimata dunia, dan yang membela

kesejahteraan rakyat dengan dijiwai semangat kejuangan.

C. Implementasi Nila-Nilai Kepahlawanan Sesuai Zaman

Setiap masyarakat negara punya pahlawannya sendiri yang sangat berjasa bagi

peletak dasar dan pelopor bagi berdirinya negara ini. Setiap masa juga mempunyai

pahlawannya sendiri sesuai dengan perkembangan zaman, kebutuhan, pemikiran, dan

pembaharuan. Namun masa kini tak dapat dipisahkan dengan masa lalu karena apa yang kita

dapatkan dan kita telah capai pada masa kini adalah akibat dari hasil pilihan, keputusan, dan

perjuangan para pendahulu .

Dewasa ini diperlukannya pahlawan-pahlawan masa kini yang kontekstual, peka dan

tanggap lingkungan, bekerja keras dan manusiawi untuk menangani berbagai permasalahan

bangsa. Manusia- manusia yang tidak menyerahkan diri pada nasib, pihak atau keadaan yang

tak dapat diubah, namun mampu mencukupkan kekurangan dan menambahkan kemampuan

yang kemudian menjadi kelebihannya.

Page 14: NILAI

Rakyat hanya ditempatkan sebagai obyek, penikmat semu, penonton, pengamat, dan

keranjang yang dijejali doktrin yang disakralisasi dengan tafsir tunggal yang diciptakan

penguasa, sehingga membuat rakyat menjadi bungkam, tidak punya sikap, pola pikir,

pertimbangan, pilihan serta berkeputusan secara mandiri. Akibatnya mereka hanya menjadi

pendukung dan pengekor buta yang tidak tahu akan dikemanakan, karena arah hidupnya

sudah ditentukan oleh para patron yang berkuasa namun tidak bertanggung jawab. Di sinilah

bukti bahwa feodalisme di negeri kita masih subur, walaupun telah berganti bentuk dan baju.

Nilai-nilai itu diperlakukan secara kaku, sehingga minim usaha untuk mengartikan ulang,

membaharui sesuai konteks, merevitalisasikannya demi generasi sekarang dan masa datang.

Dengan demikian nilai kepahlawanan hanya sampai pada tahap hafalan, sehingga tidak

sampai ke pikiran, mengendapkan di hati, membatinkan di jiwa dan diwujudkan dalam

pelaksanaan kehidupan sehari-hari.

Dengan konteks di atas, bangsa Indonesia secara sadar ataupun tidak telah

mengingkari pengorbanan, jasa dan cita-cita luhur para pahlawannya. Tak heran jika bangsa

ini tak kunjung bangkit dari krisis. Miskin pemimpin yang berkualitas, jujur, pekerja keras

dan bermartabat. Miskin pelopor dan pembaharu yang berani mendorong menuju perubahan

dan perbaikan, mendobrak kebekuan dan kemandegan, serta menantang arus air kotor yang

makin deras mengalir ke jurang keterpurukan. Tidak aneh jika bangsa ini menjadi negara

yang taat beragama secara formal, namun juga sangat lihai untuk berkorupsi, manipulasi,

memeras, menguras dan menggilas yang lemah. Senang pada hasil besar yang instan tanpa

bekerja keras, dengan terus bermalasan, tidak memberi pada yang tekun, jujur dan benar, suka

jalan pintas, bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, mabuk kemenangan semu di

tengah jalan menuju kekalahan besar dalam proses yang belum selesai sama sekali.

Page 15: NILAI

Para pahlawan berjuang memperjuangkan kemerdekaan dengan keyakinan dan tekad

yang bulat. Mereka percaya pada kemampuan yang dimiliki dan tidak tergantung pada

siapapun. Dengan kemampuan mereka sendirilah dapat tercipta Negara Indonesia yang

merdeka. Dalam meneruskan perjuangan mereka, seharusnya kita sebagai generasi penerus

tidak menggantungkan diri pada bantuan negara lain ataupun hutang pada bank dunia. Bumi

Indonesia ini seharusnya dapat kita olah dan manfaatkan sendiri sebagai penggerak roda

perekonomian negara. Seharusnya kita bisa lebih mempercayakan kemampuan sumber daya

manusia yang kita miliki dan lebih memberdayakan apa yang kita miliki.

Pahlawan berjuang tanpa kenal kata takut. Dengan peralatan dan kemampuan

seadanya mereka berjuang sampai titk darah penghabisan. Mereka hanya sekedar

menggunakan bambu runcing dan senjata rampasan guna melawan dan mengusir penjajah

dari bumi Indonesia. Jika kita bandingkan, bukankah suatu hal yang mustahil melawan tank

baja dengan pistol rakitan, melawan jet tempur dengan bambu runcing. Namun mereka tetap

maju di garda terdepan dengan hanya bermodalkan senjata seadanya dan kenekatan

menghadapi penjajah. Mereka berjuang tak kenal lelah, dari waktu ke waktu mereka terus

berjuang tanpa kenal putus asa. Jiwa keberanian yang mereka tunjukkan patut kita teladani.

Dalam melakukan hal yang benar seharusnya tak ada lagi kata takut dalam diri kita. Kita tak

boleh mundur dan harus tetap maju walaupun kita dicela dan dihujani makian oleh orang lain.

Tetapi dalam setiap kegiatan kita tetap harus mempertimbangkan segala sesuatunya, mulai

dari menyusun rencana sampai mempertimbangkan waktu, situasi dan kondisi yang tepat

untuk bertindak.

Para pejuang rela mengorbankan jiwa dan raga demi bangsa dan negara. Mereka rela

mengorbankan harta benda bahkan nyawa mereka. Mereka tidak lagi memperhatikan

Page 16: NILAI

kepentingan diri sendiri. Perjuangan mereka selama itu mereka lakukan hanya untuk

memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia tercinta. Jika kita mampu berjuang tanpa

ada maksud-maksud terselubung pasti kita bisa membangun negara yang adil makmur seperti

ynang pahlawan cita-citakan.

Perjuangan para pahlawan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan negara

ini teramat besar. Mereka melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan sadar

sepenuhnya bahwa apa yang telah dilakukan adalah sebuah amanah. Amanah yang mereka

emban mereka laksanakan dengan sebaik-baiknya dan mereka perjuangkan sampai titik darah

penghabisan. Dalam mengerjakan pekerjaan apapun seharusnya kita bercermin pada jiwa

tanggung jawab para pahlawan. Hal tersebut mampu membuat bangsa ini semakin maju

menyongsong hari depan yang lebih cerah.

Pahlawan berjuang tanpa mengenal pamrih atau mengharap imbalan dari siapapun.

Mereka berjuang tanpa mengenal tujuan pribadi atau kepentingan terselubung. Dalam jiwa

mereka telah terpatri suatu niat luhur, yaitu berjuang demi kemerdekaan bangsa dan negara

agar kelak anak cucu mereka bisa hidup lebih baik. Mereka tak menginginkan tanda jasa

ataupun gelar pahlawan. Apabila kita mampu melaksanakan tugas tanpa mengharapkan

imbalan tak akan ada lagi korupsi, kolusi maupun nepotisme yang merugikan bangsa dan

negara, karena telah mampu melakukan pekerjaan dengan tulus ikhlas itu.

Para pahlawan berjuang bahu-membahu. Tidak ada lagi jurang pemisah jendral dan

prajurit ataupun antara kiyai dan santri. Mereka duduk bersama dan makan bersama di tengah

hutan rimba medan bergerilya memperjuangkan bangsa dan negara. Seandainya saja kita bisa

meneladani mereka dalam menghadapi berbagai masalah yang semakin menjamur seiring

berjalannya zaman kita tidak akan pernah kalah. Seharusnya kita bisa duduk bersama saling

Page 17: NILAI

bahu-membahu membangun Indonesia tercinta.. Perbedaan itu dapat dijadikan sebagai mesiu

dalam menghadapi masalah dan perekat pemersatu dalam meneruskan pembangunan bangsa

dan negara tercinta.

Semua sifat luhur para pahlawan seharusnya kita jadikan pedoman dalam

melangkah. Bukankah pengalaman merupakan guru terbaik? Kita harus bisa terus

melanjutkan pembangunan negara dengan tetap berpegang pada ajaran luhur pendiri bangsa,

karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Terpenting adalah

generasi muda yang dapat menghargai dan mengamalkan sifat luhur pahlawan merupakan

tonggak berdiri tegaknya Negara Indonesia tercinta.

Page 18: NILAI

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Generasi muda saat ini menyadari bahwa, masa depan negara ini ada di tangan generasi

muda dan diperlukan bekal yang cukup guna melaksanakan tugas tersebut yaitu berupa

nilai kepahlawanan yang sesuai dengan jiwa zaman.

2. Usaha-Usaha Penanaman Nilai Kepahlawanan Sesuai Jiwa Zaman

Penyadaran, pengenalan dan penafsiran kembali Ideologi terbuka Pancasila sebagai nilai-

nilai yang harus diperjuangkan; dan Landasan Konstitusional Undang Undang Dasar

1945 sebagai garis perjuangan, pada seluruh lapisan masyarakat, Desentralisasi atau

Otonomi daerah yang harus dikendalikan oleh nilai-nilai kebangsaan, Desentralisasi

pendidikan yang dilandasi dengan kesadaran mencapai tujuan nasional, dan Konstitusi

yang mengabdi pada kepentingan bangsa, serta politik yang dilandasi kepatuhan terhadap

konstitusi..

3. Nilai-nilai kepahlawanan perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dngan

cara melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

B. Saran

1. Perlu penanaman nilai kepahlawanan dalam diri generasi muda agar dapat melanjutkan

pembangunan negara ini.

2. Kita harus terus berjuang membela bangsa dan negara kita menuju negara yang adil,

makmur, dan sejahtera.

3. Seharusnya kita bisa mengamalkan sifat- sifat luhur pahlawan dalam setiap aktifitas dan

kegiatan kita.

Page 19: NILAI

DAFTAR PUSTAKA

Rais, Muhammad, Amin. 2008. Agenda Mendesak Bangsa Selamatkan Indonesia.Yogyakarta:

UGM Press

Darmodjo, Soesantyo. 1994. Catatan Ringan Napak Tilas Dharma Bhakti Eksponen Tentara

Genie Pelajar Gunung Tidar Pada Masa Clas Kedua. Magelang: Tidak diterbitkan.

Halim, Amran dan Yayah B. Lumintaintang (ed). 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta:

PT. Citra Lamtoro Gung Persada.

Horton, Paul B. dan Hunt, Chester C.Sosiologi Edisi Keenam.1999.Jakarta:Penerbit Erlangga.

Moedjanto, G. 1989. Indonesia Abad Ke 20 Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

--------- 1989. Indonesia Abad Ke 20 Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Moekhardi. 1982. Magelang Bejuang. Magelang: Akademi Militer.

--------- 1983. Pelajar Pejuang Tentara Genie Pelajar 1945-1950. Surabaya: Yayasan Ex

Batalyon TGP XVII.

Notosusanto, Nugroho. 1996. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Prijadji. 1997. Perjuangan Komando Distrik Militer Magelang Pada Masa Revolusi Fisik

Antara Tahun 1948-1949. Semarang: Skripsi - Tidak diterbitkan.

--------- 1999. Wehrkreise: Alternatif Hadapi Agresi Militer Belanda Kedua di Magelang.

Magelang: Karya Tulis – Tidak diterbitkan.

Ricklefs, M.C.1998.Sejarah Indonesia Modern.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Page 20: NILAI

Setyaningsih, Wahyu. 2007. Peranan Tentara Pelajar Magelang dalam Mempertahankan dan

Mengisi Kemerdekaan pada Tahun 1948-1949. Magelang: Karya Tulis - Tidak

diterbitkan.

Susanto, Sewan. 1985. Perjuangan Tentara Pelajar Dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

www.dpdimmriau.co.cc/2009/01/teorinilai.html

www.rumahbelajarpsikologi.com

http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=45605

http://irwanprayitno.info/artikel/1227583480-siapa-lagi-pahlawan-indonesia-.html

http://www.gemari.or.id/cetakartikel.php?id=2416