Nih Pi Referat Diazepam Revisi

download Nih Pi Referat Diazepam Revisi

of 24

description

diazepam

Transcript of Nih Pi Referat Diazepam Revisi

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangIstilah forensik belakang ini sering muncul melalui berbagai berita kriminal. Biasanya menyangkut penyidikan tindak pidana seperti mencari sebab-sebab kematian korban, dan usaha pencarian pelaku kejahatan. Secara garis besar yang dimaksud dengan ilmu forensik adalah aplikasi atau pemanfatan ilmu pengetahuan untuk penegakan hukum dan peradilan.Tosikologi forensik adalah salah satu cabang ilmu forensik, yang menekunkan diri pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut denganSurat Keterangan AhliatauSurat Keterangan.Dalam dunia kedokteran, pengobatan yang dilakukan juga dianggap sebagai sumber racun, misalnya penggunaan hipnotika, sedatif, analgetika, obat-obat penenang, antidepresi, dan antibiotika. Adapun benzodiazepine adalah sedatif yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat. Salah satu derivat yang merupakan standar golongan benzodiazepine, yakni diazepam. Penggunaan medis diazepam sangat beragam, diantaranya sebagai antiansietas, antikonvulsan, sedatif, dan relaksan otot. Pemberian benzodiazepine pada praktiknya menghasilkan penekanan pada zat endogen mirip benzodiazepine sehingga zat-zat ini berkurang kadarnya saat pemberian benzodiazepine dan menyebabkan ketergantungan. Penggunaan diazepam yang beragam pada dunia kedokteran serta efek ketergantungan yang diakibatkan menjadi faktor risiko terjadinya intoksikasi akibat penggunaan benzodiazepine, khususnya diazepam. Oleh sebab itu, pembahasan toksikologi diazepam diperlukan agar dokter dapat lebih waspada dalam pemberian terapi obat ini.

A. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini :

a. Bagaimana aspek klinis diazepam?

b. Bagaimana penanganan intoksikasi diazepam?

c. Bagaimana aspek medikolegal penggunaan diazepam?

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum : tenaga medis dapat mengetahui dan memahami tentang toksikologi diazepam

2. Tujuan khusus :

a. Mengetahui dan memahami aspek klinis penggunaan diazepam

b. Mengetahui dan memahami sign and symptoms intoksikasi diazepam

c. Mengetahui dan memahami penanganan intoksikasi diazepam

A. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

a. Melatih kemampuan mahasiswa dalam penyusunan referat.

b. Menambah pengetahuan mengenai toksikologi diazepam

2. Bagi Instansi Terkait

Menambah bahan referensi bagi dokter dan calon dokter dalam pemahaman toksikologi diazepam3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai risiko keracunan pada penggunaan diazepam

BAB IITINJAUAN PUSTAKADefinisiHipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendeprsi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktivitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta memertahankan tidur. Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil bk dan magadom digunakan sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika). Pemakaian sedative-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, dan dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakainya tertidur. Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan kejang-kejang. Jika pemakainya overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali diri turun, banyak bicara tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka bertengkar, nafas lambat, kesadaran menurun, pingsan, dan jika pemakaiannya melebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian.

Penggunaan klinis kedua golongan obat-obatan ini telah digunakan secara luas seperti untuk tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anesthesia, penatalaksanaan kejang, serta insomnia. Pentingnya penggunaan obat-obatan ini dalam tindakan anestesi memerlukan pemahaman mengenai farmakologi obat-obatan kedua obat. Hal tersebut yang mendasari penulisan mengenai farmakologi obat-obat hipnotik sedatif.Benzodiazepin adalah obat psikoaktif yang struktur kimia intinya perpaduan dari cincin benzene dan cincin diazepine. Obat yang pertama, chlordiazepoxide (Librium), ditemukan secara tidak sengaja oleh Leo Sternbach pada tahun 1955, dan tersedia pada tahun 1960 oleh Hoffmann-La Roche, yang juga telah dipasarkan diazepam benzodiazepine (valium) sejak 1963.

Secara umum, benzodiazepine aman dan efektif dalam jangka pendek, meskipun gangguan kognitif dan efek paradoks seperti agresi atau perubahan tingkah laku kadang-kadang terjadi. Penggunaan jangka panjang merupakan hal yang kontroversial karena kekhawatiran tentang efek psikologis dan fisik yang merugikan, efektivitas yang menurun dan karena benzodiazepin cenderung menyebabkan toleransi, ketergantungan, dan setelah penghentian mendadak dalam penggunaan jangka panjang, menyebabkan sindrom withdrawal. Karena efek samping yang berkaitan dengan penggunaan jangka panjang benzodiazepine, maka dalam penghentian penggunaan benzodiazepin, pada umumnya mengarah ke peningkatan kesehatan fisik dan mental. Orang tua memiliki risiko efek samping jangka pendek dan jangka panjang yang lebih besar.

Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on.

Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Secara umum, senyawa aktif benzodiazepine dibagi kedalam empat kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu : 1. Benzodiazepin ultra short-acting2. Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk didalamnya triazolam, zolpidem dan zopiclone3. Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam. Termasuk didalamnya estazolam dan temazepam.4. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk didalamnya flurazepam, diazepam dan quazepam.

Dipasaran, diazepam tersedia dalam bentuk tablet, injeksi dan gel rectal, dalam berbagai dosis sediaan. Beberapa nama dagang diazepam dipasaran yaitu Stesolid, Valium, Validex dan Valisanbe, untuk sediaan tunggal dan Neurodial, Metaneuron dan Danalgin, untuk sediaan kombinasi dengan metampiron dalam bentuk sediaan tablet.Mekanisme KerjaBenzodiazepin bertindak dengan meningkatkan aksi GABA (Gamma-Aminobutyric Acid) yang merupakan neurotransmitter inhibisi utama dalam sistem saraf pusat. Benzodiazepine bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.Peningkatan neurotransmisi GABA menyebabkan efek sedasi, relaksasi otot lurik, anxiolysis dan antikonvulsan. Stimulasi reseptor GABA sistem saraf tepi dapat menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung dan vasodilatasi.Perubahan ini memiliki potensi untuk mengubah perfusi jaringan.

Tingkat onset aksi benzodiazepin ditentukan oleh kemampuannya untuk melintasi sawar darah otak. Benzodiazepin yang lipofilik (misalnya diazepam) biasanya memiliki efek onset yang cepat daripada benzodiazepine yang larut dalam air (misalnya lorazepam). Efek benzodiazepine dapat diperkuat ketika digunakan bersamaan dengan etanol. Konsentrasi puncak dalam darah terjadi dalam 1-3 jam.

Pada dosis tunggal, agen lipofilik memiliki durasi aksi yang lebih singkat daripada agen yang larut dalam air karena redistribusi cepat dari sistem saraf pusat (SSP) ke situs perifer (misalnya jaringan adiposa). Dengan demikian, lorazepam memiliki durasi aksi pada SSP yang lebih lama daripada diazepam. Namun, diazepam memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga menyababkan efek terapeutik yang lebih lama.

Benzodiazepin dimetabolisme terutama di hati dengan oksidasi dan/ atau konjugasi. Kebanyakan benzodiazepine dipecah menjadi metabolit aktif secara farmakologi, yang mungkin memiliki waktu paruh yang panjang daripada senyawa induk.Klasifikasi

Berdasarkan lama kerjanya, benzodiazepin dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok :

1. Long acting

Obat-obat ini dirombak dengan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif yang kemudian dirombak kembali menjadi oksazepam yang dikonjugasi menjadi glukoronida tidak aktif. Metabolit aktif desmetil biasanya bersifat anxiolitas. Sehingga biasanya zat long acting lebih banyak digunakan sebagai obat tidur walaupun efek induknya yang paling menonjol adalah sedatif-hopnotik.2. Short acting

Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada penggunaan berulang.3. Ultra short acting

Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek abstinensia lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini.

Selain sisa metabolit aktif menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap reseptor juga sangat menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan. Semakin kuat zat berikatan pada reseptornya, semakin lama juga waktu kerjanya.Farmakodinamik

1. Sedasi

Sedasi dapat didefinisikan sebagai menurunnya tingkat respon stimulus yang tetap dengan penurunan dalam aktivitas dan ide spontan. Perubahan ini terjadi pada dosisi yang rendah.2. Hipnotik

Zat-zat benzodiazepin dapat menimbulkan efek hipnotik jika diberikan dalam dosis besar. Efeknya pada pola tidur normal adalah dengan menurunkan masa laten mulainya tidur, peningkatan lamanya tidur NREM tahap 2, penurunan lamanya tidur REM, dan penurunan lamanya tidur gelombang lambat.3. Anastesi

Efek dalam dosis tinggi dapat menekan susunan saraf pusat ke titik yang dikenal sebagai stadium III anastesi umum. Efek ini tergantung pada sifat fisikokimia yang menentukan kecepatan mulai dan lama efek zat tersebut. Dalam penggunaannya selain efek anastesi juga dimanfaatkan efek amnesia retrogard. Sehingga pasien bedah operatif tidak mengingat kejadian menyeramkan selama proses bedah.4. Efek antikonvulsi

Kebanyakan zat hipnotiksedatif sanggup menghambat perkembangan dan penyebaran aktifitas epileptiformis dalam susunan saraf pusat.5. Relaksan otot

Beberapa zat hipnotiksedatif dalam golongan benzodiazepin mempunyai eek inhibisi datas refleks polisinaptik dan transmisi internunsius dan pada dosis tinggi bisa menekan transmisi pada neuromuskular junction.6. Efek pada respirasi dan kardiovaskular

Bebrapa zat hipnotiksedatif dapat menimbulkan depresi pernafasan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif dan melemahkan sistem kardiovaskular. Pada dosis tinggi, kontraktilitas miokardium dan tonus vaskular mungkin akan tertekan dan akan menyebabkan kolaps sirkulasi.

Pemberian benzodiazepin menghasilkan penekanan pada zat endogen mirip benzodiazepin. Sehingga zat-zat ini berkurang kadarnya saat pemberian benzodiazepin. Efek ini yang akan mempengaruhi ketergantungan tubuh terhadap benzodiazepin.Farmakokinetik

a. Absorbsi

Apabila digunakan untuk mengobati kecemasan atau gangguan tidur, sedative-hipnotik biasanya diberikan secara oral. Kecepatan absorbsi oral diazepam lebih cepat dibanding benzodiazepin pada umumnya. Berdasarkan lama kerja, diazepam termasuk golongan benzodiazepin dengan cara kerja waktu paruh lebih lama dari 24 jam. Diazepam diabsorbsi dengan baik di saluran cerna. Secara oral onsetnya 30 menit, dengan waktu puncak 1-2 jam dan durasi 2-3 jam. Secara Intra Vena onsetnya 1-5 menit, waktu puncaknya 15 menit dan durasi 15-60 menit. Pada pemberian intramuskular onsetnya 15 menit, waktu puncaknya 30-90 menit dengan durasi yang sama 30-90 menit. Plasma konsentrasi dari diazepam adalah 0,02-1,01 microgram/ml. Pada pemberian oral atau per rectal, konsentrasi plasma rata-rata 76% dan 81%. Bioavailibilitas lebih rendah pada pemberian suppositoria.

b. Distribusi

Transpor sedative-hipnotika di dalam darah merupakan proses dinamis dimana molekul-molekul obat masuk dan keluar jaringan pada kecepatan yang bergantung pada aliran darah, perbedaan konsentrasi, dan permeabilitas. Kelarutan dalam lipid memegang peranan penting dalam menentukan sedative-hipnotika tertentu. Kecepatan transformasi metabolis dan eliminasi diazepam sangat lambat. Diazepam dan sebagian besar sedative-hipnotika lainnya berikatan kuat dengan protein plasma. Kekuatan ikatannya berhubungan erat dengan sifat lipofiliknya, pada diazepam adalah 99%. Kadarnya pada cairan serebrospinal kira-kira sama dengan kadar obat bebas di dalam plasma. Diazepam akan mengalami akumulasi pada penggunaan dosis berulang.

c. Metabolisme

Obat golongan benzodiazepin dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim sitokrom P450 di hati, terutama CYP3A4 dan CYP2C19. Beberapa benzodiazepin seperti oksazepam dikonjugasi langsung dan tidak dimetabolisme oleh enzim tersebut.

Transformasi metabolis menjadi metabolit yang lebih mudah larut di dalam air diperlukan untuk klirens obat dalam tubuh. Diazepam mengalami oksidasi mikrosomal (reaksi fase I), metabolit selanjutnya dikonjugasi (reaksi fase II) oleh glucuronosyltransferase membentuk glucoronide yang diekskresi urine. Banyak metabolit benzodiazepin fase I aktif dengan waktu paruh yang lebih panjang dari obat induknya. Desmetyldiazepam merupakan metabolit aktif dari diazepam dengan waktu paruh eliminasi lebih dari 40 jam. Desmetyldiazepam kemudian mengalami biotransformasi menjadi senyawa aktif oxazepam, selain itu juga diubah menjadi temazepam.d. Eksresi

Diazepam diekskresi melalui urine, baik dalam bentuk bebas maupun terkonjugasi. Diazepam di eksresi dalam urine sebagai glucoronides atau oxidized metabolit. Waktu eliminasi plasma akan memanjang pada neonatus, geriatrik, dan pasien dengan gangguan liver. Pada sebagian besar kasus, perubahan fungsi ginjal tidak memiliki efek yang kuat terhadap eliminasi obat induk.Penggunaan TerapiIndikasiDiazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerang secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain. Kontraindikasi1. Hipersensitivitas

2. Sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain

3. Pasien koma

4. Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya

5. Nyeri berat tak terkendali

6. Glaukoma sudut sempit

7. Kehamilan atau laktasi

8. Diketahui intoleran terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya injeksi)

Efek SampingPenggunaan obat diazepam memiliki beberapa efek samping, efek samping yang terjadi dikategorikan menjadi efek samping yang jarang terjadi, efek samping tersering dan efek samping serius . Berikut efek samping yang diakibatkan oleh obat diazepam:1. Efek samping jarang (1-10%)

Ataksia (3%), euphoria (3%), gangguan koordinasi (3%), mengantuk (>1%), kemerahan (3%), diare (4%)

2. Efek samping tersering

Hipotensi, nyeri kepala, kelemahan otot, depresi pernafasan, retensi urin, depresi, gangguan pengelihatan (pengelihatan kabur), disatria, fatigue, reaksi kulit, perubahan pada saliva.3. Efek samping yang serius berupa neutropenia, jaundice (peningkatan enzim hati), reaksi lokal berupa : nyeri, bengkak dan tromboemboli pada injeksi intravena, carpal turner syndrome, nekrosis jaringan.PerhatianPeringatan peringatan yang perlu diperhatikan bagi pengguna diazepam sebagai berikut :

1. Pada ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat berpengaruh pada janin. Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta tergantung pada derajat relativitas dari ikatan protein pada ibu dan janin. Hal ini juga berpengaruh pada tiap tingkatan kehamilan dan konsentrasi asam lemak bebas plasenta pada ibu dan janin. Efek samping yang dapat timbul pada bayi neonatus selama beberapa hari setelah kelahiran disebabkan oleh enzim metabolism obat yang belum lengakp. Kompetisi antara diazepam dan bilirubin pada sisi ikatan protein dapat menyebabkan hiperbilirubinemia pada bayi neonatus.

2. Sebelum menggunakan diazepam harap kontrol pada dokter terlebih dahulu.

3. Jika berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut dapat mempengaruhi distribusi, eliminasi dan klirens dari benzodiazepine.

4. Obat ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan karena obat ini menyebabkan mengantuk.

5. Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu sebelum menggunakan diazepam, karena apabila digunakan secara bersamaan dapat menurunkan efektifitas diazepam.

6. Jangan menggunakan diazepam apabila menderita glukoma narrowangle karena dapat memperburuk penyakit

7. Katakan pada dokter jika memiliki alergi.

8. Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma, depresi pernafasan, insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan sleep apnoea

9. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta penderita gangguan hati atau ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.

10. Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau obsesional states.

Diazepam tidak boleh digunakan dalam jangka waktu panjang (tidak boleh lebih dari 3 bulan) karena berakibat buruk bagi tubuh penderita. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena waktu paruh diazepam yang cukup panjang, ditambah lagi waktu paruh N-Desmetildiazepam yang lebih panjang yaitu 2 kali waktu paruh Diazepam. Hal ini berarti setelah konsentrasi diazepam dalam tubuh habis untuk menghasilkan efek, masih dapat dihasilkan efek bahkan sebesar 2 klinya yang diperoleh dari N-Desmetildiazepam sebagai metabolit aktif diazepam. Oleh karena itu penggunaan diazepam dalam terapi pengobatan harus ekstra berhati-hati, yaitu perlu dipertimbangkan adanya efek yang ditimbulkan oleh metabolit aktif.Interaksi ObatObat-obat :1. Alkohol, antidepresan, antihistamin dan analgesik opioid pemberian bersama mengakibatkan depresi SSP tambahan.

2. Simetidin, kontrasepsi oral, disulfiram, fluoksetin, isoniazid, ketokonazol, metoprolol, propoksifen, propranolol, atau asam valproat dapat menurunkan metabolisme diazepam, memperkuat kerja diazepam.

3. Dapat menurunkan efisiensi levodopa.

4. Rifampicin atau barbiturat dapat meningkatkan metabolisme dan mengurangi efektifitas diazepam.

5. Efek sedatifnya dapat menurun karena teofilin.

6. Ikatan plasma dari diazepam dan DMDZ akan direduksi dan konsentrasin obat yang bebas akan meningkat, segera setelah pemberian heparin secara intravena.

7. Diazepam yang diberikan secara oral akan sangat cepat diabsorbsi stelah pamberian metoclorpropamida secara intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal juga memberikan pengaruh terhadap proses absorbsi.

8. Benzodiazepin tidak digunakan bersamaan dengan intibitor protease-HIV, termasuk alprazolam, clorazepate, diazepam, estazolam, flurazepam, dan triazolam.

Dosis

Dosis dan cara pemberian ditunjukan sesuai dengan terapi apa yang hendak diberikan, seperti:

Premedikasi

Per oral 2 jam, sebelum pembedahan, dewasa dan anak diatas 12 tahun 5-10 mg

Sedasi

Dengan infus intravena 1-2 jam sebelum pembedahan dengan dosis dewasa 5-10 mg

Status epileptikus atau kejang epilepsi berulang

Dengan injeksi intravena lambat (dengan kecepatan rata-rata 5mg/menit), dewasa 10-20 mg, diulang jika perlu setelah 30-60 menit dan dapat dikuti dengan infus intravena sampai maksimal 3mg/kg dalam 24jam

Dengan injeksi intravena lambat dosis anak 200-300 mikrogram/kg (atau 1 mg / tahun usia)Dengan larutan per rektal, dewasa dan anak lebih dari 10 kg, 500 mikrogram/kg, lansia 250 mikrogram/kg diulang jika perlu setiap 12 jam; jika kejang tidak terkontrol maka tindakan lain harus dilakukan

Kejang demam (tindakan yang diajurkan)

Per rectal, larutan (larutan injeksi dapat digunakan) untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg dapat menggunakan dosis sebesar 500 mikrogram/kg (maksimal 10mg) dengan dosis dapat diulang jika perlu. Reaksi putus obat atau putus alkohol

Injeksi intravena lambat (rata-rata 5mg/menit), dewasa 10 mg; dosis lebih tinggi dapat dibutuhkan tergantung derajat beratnya gejala.

Kejang akibat keracunan

Injeksi intravena lambat (rata-rata 5mg/menit) dewasa 10-20 mg.

Anxietas

Per oral untuk dosis dewasa 2mg terbagi dalam 3 dosis per hari, dapat ditingkatkan jika perlu menjadi 15-30 mg sehari dengan dosis terbagi; lansia (atau kondisi berat) setengah dosis dewasa. Insomnia

Per oral dosis dewasa 5-15 mg saat tidur.

Overdosis Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan lemahnya kesadaran secara cepat. Koma yang mendalam atau manifestasi lain depresi berat pada fungsi batang otak yang terganggu, pada keadaan ini pasien seperti tidur dan dapat sadar sesaat dengan rangsangan yang cepat. Pada keadaan ini biasanya disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curah dan irama jantung tetap normal pada saat anoxia atau hipertensi berat. Toleransi benzodiazepin terjadi dengan cepat, keadaan sering kembali pada saat konsentrasi obat dalam darah tinggi kemudian dapat diikuti dengan terjadinya koma. Pada overdosis akut selama pemulihannya dapat terjadi ansietas dan insomnia, yang dapat berkembang menjadi withdrawal syndrome (gangguan mental akibat penghentian penggunaan zat psikoaktif), dapat pula diikuti dengan kejang yang hebat, ini dapat terjadi pada pasien yang sebelumnya menjadi pemakai kronik. Sejak tahun 1980-1989, 1576 keracunan fatal di Inggris dihubungkan dengan penggunaan benzodiazepin. 891 kasus dihubungkan dengan over dosis benzodiazepin sendiri dan 591 kasus lainnya over dosis terjadi karena dikombinasikan dengan alkohol. Perbandingan tingkat kematian dengan data penulisan resep pada periode yang sama, untuk menghitung indeks kematian karena keracunan per sejuta resep, pada individu yang overdosis benzodiazepin memberikan kesan keracunan yang relatif berbeda. Studi terakhir dari 303 kasus keracunan benzodiazepin didukung oleh perbedaan penemuan dalam menilai keracunan akibat overdosis benzodiazepin yang relatif aman. Pada over dosis benzodiazepine, penanganan secara umum dengan monitoring pernaafasan dan tekanan darah. Reaksi muntah diinduksi (selama 1 jam) bila pasien tetap sadar. Mempertahankan keluar masuknya udara adalah hal yang penting apabila pasien dalam keadaan tidak sadar. Tidak ada keuntungan khusus dengan pengosongan lambung, pemberian arang aktif (carbo adsorben) untuk mereduksi absorbsi. Flumazenil, merupakan antagonis spesifik reseptor benzodiazepine, diindikasikan untuk penanganan parsial atau menyeluruh pada efek sedative benzodiazepine dan digunakan pada keadaan over dosis benzodiazepine. ToksisitasEfek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5 mg/L; kondisi fatal yang disebabkan oleh penggunaan tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 5 mg/L.LD50 oral dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada mencit dan 1240 mg/Kg pada tikus. Pemberian intraperitoneal pada dosis 400 mg/Kg menyebabkan kematian pada hari keenam setelah pemberian pada monyet sebagai hewan percobaan.BAB IIIKESIMPULANSistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. System saraf ini mengkordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sitem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagian besar system tubuh lainnya. Berdasarkan struktur dan fungsinya, system saraf pusat secara garis besar dapat dibagi dalam system saraf pusan dan system saraf tepi.

Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air.

Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan lemahnya kesadaran secara cepat. Koma yang mendalam atau manifestasi lain depresi berat pada fungsi batang otak yang terganggu, pada keadaan ini pasien seperti tidur dan dapat sadar sesaat dengan rangsangan yang cepat. Pada keadaan ini biasanya disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curah dan irama jantung tetap normal pada saat anoxia atau hipertensi berat.DAFTAR PUSTAKA1. Pranarka Kris. Toksikologi Forensik. In: Abraham, Rahman A, PN Bambang, Gatot, Salim HB, editors. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010. p. 79.2. Budiawan. Peran Toksikologi Forensik dalam Mengungkap Kasus Keracunan dan Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1 (1): 35-9.

3. Laurent C. Galichet, 2005, Clarkes Analysis of Drugs and Poisons 3rd Edition (Electronic Version), Pharmaceutical Press, London.4. Sean C. Sweetman, et.all., 2007, Martindale : The Complete Drugs Reference 35th Edition (Electronic Version), Pharmaceutical Press, London.5. Barbara G. Wells, et.all., 2006, Pharmacotherapy Handbook 6th Edition (Electronic Version), Mc Graw-Hill Book Company, New York.6. Sweetman Sean. Martindale The Complete Drug Reference. Thirty-sixth ed. London-Chicago: Pharmaceutical Press.2006.105-7.

7. Ellsworth AJ, Witt DM, Dugdale DC. Medical Drug Reference. Washington: Elsevier Mosby.2006.97-8.

8. Ernst Mutschler, 1986, Dinamika Obat ; Farmakologi dan Toksikologi, ITB, Bandung.9. Alfred Goodman Gilman, 2006, Goodman & Gilmans The Pharmacological Basis of Therapeutics 11th Edition, Mc-Graw Hill Medical Publishing Division, New York.10. Tim Editor. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 9. Jakarta : Bhuana Ilmu Popule. (2009), (Diazepam (Rx). Available at: http://reference.medscape.com/drug/valium-diastat-diazepam-34290023#0. Accesed on 9 December 2014 11. Tim Penyusun. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) Republik Indonesia.12. Sreenath TG, et al. Lorazepam versus Diazepam Phenytoin Combination In The Treatment Of Convulsive Status Epliepticus In Children: A randomized controlled trial. Eur J Paediatr Nurol. 2010 Mar; 14(2):162-8

13. Diazepam oral. Available at http:// www.MediciNet.com. Access on : December 8th, 2014.14. Diazepam. Available at http://www.mentalhealth.com. Access on : December 8th, 2014.15. Valium. Available at htp://www.rxlist.com. Access on : December 7th, 2014.3