NIFAS FATOLOGI.docx

56
BAB I PENDAHULUAN 5.1 Latar Belakang Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar- kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005). Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI. 1

Transcript of NIFAS FATOLOGI.docx

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangBendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untukmembendungsementaraproduksiASI.Kepenuhan fisiologis menurutRustam (2005) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan,ketika ASI secara normal dihasilkan payudaramenjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan pengisapan yang efektif dan pengeluaran asi oleh bayi. Rasa penuh tersebut pulih dengan cepat namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran asidengan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak,merah dan mengkilap.Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI adalah :a. Payudara yang fisiologis payudara yang penuh terasa panas,berat dan keras.,tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes secara spontanb. Payudara yang terbendung membesar,membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkakberkurang.(Rustammuchtar.2005.sinopsisobstetri,bandung.eleman).TujuanTujuan UmumMengembangkan pola pikir dan menambah pengetahuan serta untuk memperoleh pengalaman dan teori yang selama ini diperoleh dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan.Tujuan KhususMampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan dengan 7 langkah Varney, antara lain:1) Melakukan pengkajian2) Membuat analisa data dan diagnosa masalah3) Mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial4) Mengidentifikasi kebutuhan segera5) Menyusun rencana Asuhan Kebidanan sesuai dengan diagnose/masalah6) Memberikan Asuhan Kebidanan sesuai rencana7) Mengevaluasi pelaksanaan Asuhan Kebidanan.Manfaata. penulismenambah pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata yang berkaitan dengan asuhan kebidanan tentang bendungan asib. institusi pendidikanmenambah referensi dalam bidang pendidikan sehingga dapat menyiapkancalon bidan yang berkompeten khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan tentang bendungan asi.c. PembacaPembahasan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada mata kuliah asuhan kebidanan.

BAB IITINJAUAN TEORIKonsep dasar nifasDefenisiMasa nifas (puerperium) adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. (Helen varney, 2007 : 958).Nifas adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 3 bulan. (hanifa wiknojosastro, 2006 : 237).Klasifikasi NifasNifas dapat dibagi kedalam 3 periode :a) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan.b) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6 8 minggu.c) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna. Terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu minggu, berbulan bulan atau tahunan.

Perubahan System Tubuh Yang Terjadi Selama Masa Nifas1. Perubahan tanda tanda vitala. Tekanan darahSegera setelah melahirkan banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic, yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil dalam bulan tanpa pengobatan apabila tidak terdapat penyakit penyakit lain yang menyertai.b.SuhuSuhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrpartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37, 2 C dan satu hari (24 jam). Dapat naik 0,5 C dari keadaan normal menjadi sekitar (37,5C - 38C). namun tidak akan melebihi 38C. hal ini sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali.c.NadiDenyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum.d.PernafasanFungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru. (Helen vaney , 2007 : 961)

2. Perubahan Sistem Reproduksia) Involusi UterusInvolusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 30 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusi uterus meliputi pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs (tempat) plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia.Penurunan ukuran yang cepat ini dicerminkan dengan perubahan lokasi uterus ketika uterus turun dari abdomen dan kembali ke organ panggul. Segera setelah lahirnya plasenta, tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian atas antara simfisis pubis dengan umbilikus. Letak TFU kemudian naik sejajar dengan atau satu ruas jari dibawah umbilikus. Selama satu atau dua hari dan secara bertahap turun kedalam panggul sehingga tidak dapat di palpasi lagi di atas simfisis pubis setelah hari ke sepuluh pascapartum. (Helen varney, 2007 : 959).Uterus segera setelah kelahiran bayi, plasenta dan selaput janin beratnya sekitar 1000 gram. Kemudian setelah 1 minggu berat uterus menurun sekitar 750 gram dan uterus turun sampai kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil yaitu 30 gram pada minggu ke delapan pascapartum. (Helen varney, 2007 : 959).Tabel TFU dan berat uterus menurut masa involusiInvolusiTFUBerat Uterus

Bayi lahirSetinggi pusat, 2 JbPst*1000 gram

1 mingguPertengahan pusat simfisis750 gram

2 mingguTidak teraba di atas simfisis500 gram

6 mingguNormal50 gram

8 mingguNormal tapi sebelum hamil30 gram

* JbPst => Jari di bawah PusatOtot otot uterus berkontraksi segera setelah postpartum. Pembuluh pembuluh darah yang berbeda diantara anyaman otot uterus akan terjepit.. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Setiap kali otot otot uterus berkontraksi, fundus uteri berada di atas umbilikus. Maka hal hal yang perlu dipertimbangkan adalah pengisian uterus oleh letak darah atau pembekuan darah awal jam postpartum atau pergeseran uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat setelah kelahiran. Untuk itu apabila ibu ingin berkemih harus cepat dapat dilakukan sendiri. Bila kandung kencing penuh & wanita tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai infeksi. (Sitti Saleha, 2009 : 55)Desidua yang tersisa di dalam uterus setelah pelepasan dan ekspulsi plasenta dan membrane terdiri dari lapisan zona basalis dan suatu bagian lapisan zona spongiosa pada desidua basalis (pada tempat perlekatan plasenta) dan desidua parientalis (lapisan sisa uterus). Desidua yang tertinggal ini akan berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit yaitu :1. Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang akan terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochia dan lapisan dalam dekat miometrium.2. Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis. Endometrium akan diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium. Regenerasi endometrium diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali di tempat implantasi plasenta. Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu.b) LocheaLochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas.Lochea terbagi menjadi tiga jenis yaitu :Lochea rubraLochea sanguilentaLochea serosaLochea alba

warnaMerahmerah kecoklatanmerah jambu lalu menjadi kuningputih

waktu2 3 hari pp3 7 hari pp7 14 hari ppSetelah 14 hari pp

Berisisisa selaput ketuban, sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekoniumSisa darah dan jaringan desiduacairan serum, jaringan desidua, leukosit dan eritrositleukosit dan sel-sel desidua

Lochea mempunyai suatu karakteristik bau yang tidak sama dengan secret menstrual. Bau yang paling kuat pada Lochea Serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang menandakan infeksi. Lochea disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang selanjutnya akan berkurang jumlahnya sebagai lochea rubra, lalu berkurang sedikit menjadi sanguilenta, serosa dan akhirnya lochea alba. Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar manakala dia berdiri. Total jumlah rata-rata pembuangan lochea kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240 hingga 270 ml. (Sitti saleha, 2009 : 56)c) VaginaVulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Hymen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. (Sitti Saleha, 2009 : 57)Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.d) PerineumSegera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.3. Perubahan Sistem Urinariusa) Komponen Urin1. Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang.2. Laktosuria positif pada ibu meyusui merupakan hal yang normal.3.BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama pasca partum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.4. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita.5. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.b) Diuresis pasca partumDalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sapai tiga hari pertema setelah melahirkan.Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh :1.Penurunan kadar estrogen2.Hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah3.Hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum.c) Uretra dan Kandung KemihTrauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai di daerah-daerah kecil hemoragi. Kandung kemih yang oedema, terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan urine residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, leserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal. Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.4. Perubahan Sistem pencernaan1) Nafsu MakanIbu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.2) MotilitasSecara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.3) DefekasiBAB secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas. Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar.

5.Perubahan Sistem Muskuloskeletal1. Dinding perut dan peritoneumSetelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.2. Kulit abdomenKulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.3. StriaeStriae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.6. Perubahan LigamenLigamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.7. Perubahan HematologiLeukositosis dengan peningkatan hitung sel darah putih hingga 15.000/lebih selama persalinan, dilanjutkan dengan peningkatan sel darah putih selama 2 hari pertama pasca partum. Hitung sel darah putih dapat mengalami peningkatan lebih lanjut hingga 25.000 30.000 tanpa menjadi patologis jika wanita mengalami persalinan lama. Akan tetapi dugaan infeksi harus dipastikan jika peningkatan sel darah putih signifikan hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit bervariasi dalam puerperium awal sebagai akibat fluktuasi volume darah, volume plasma dan kadar volume sel darah merah. Kadar ini depengaruhi oleh status hidrasi wanita saat ini, volume cairan yang ia dapat selama persalinan dan selama kehamilan. Factor ini menyebabkan hematokrit kurang efektif sebagai ukuran kehilangan darah selama sedikitnya dua hingga empat hari pascapartum. (Helen varney, 2007 : 962).Konsep bendungan asidefenisiBendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan asi dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan .(prawirohardjo,2005:700).Pada hari-hari pertama ,payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan asi mulai di produksi didalam jumlah banyak (ambarwati,2008)Bendungan air susu ibu adalah keadaan payudara yang odema,sakit,putting susu kencang ,kulit mengkilat walaupun tidak merah dan bila diperiksa asi tidak keluar,badan bias demam dalam 24 jam (retna,2008)Faktor Penyebab Bendungan ASIBeberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:1. Pengosongan mamae yang tidak sempurnaDalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidakdikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktifPada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benarTeknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.4. Puting susu terbenamPuting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

5. Puting susu terlalu panjangPuting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.Gejala Bendungan ASIGejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :1. Bengkak pada payudara2. Payudara terasa keras3. Payudara terasa panas4. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo, 2005)Pencegahan1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit)setelah dilahirkan.2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.4. Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)5. Menyusui yang sering6. Memakai kantong yang memadai7. Hindari tekanan local pada payudara(Wiknjosastro, 2006)

Penatalaksanaan1. Jikaibumenyusui: Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebihberhati-hatipadaareayangmengeras. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat padaawalsesimenyususi,sehinggabiasmengeringkannyadenganefektif. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudarayangsakittersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susudan secaraperlahan-lahanturunkearahputtingsusu. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.2. Jikaibutidakmenyusui: gunakanbrayangmenopang Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikanparasetamol500mgperoralsetiap4jam. Jangandipijatataumemakaikompreshangatpadapayudara. Lakukanevaluasisetelah3hariuntukmengevaluasihasilnya.TerapidanPengobatanMenurutPrawirohardjo(2005)adalah:1. Anjurkanibuuntuktetapmenyusuibayinya.2. Anjurkanibuuntukmelakukanpostnatalbreastcare3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dinginsesudahmenyusuiuntukmengurangirasanyeri.4. GunakanBHyangmenopang.5. Berikanparasetamol500mguntukmengurangirasanyeridan menurunkan panas. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

BAB IIITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU NIFAS DENGANBENDUNGAN ASITERHADAPNY.WDI KLINIK MADINAH

A.Tinjauan KasusTempat :RB Madinah Tembung Pasar IIITanggal : 22 Afril 2015Pukul :14.00wibI.PENGKAJIANA.IdentitasNamaIstri : Ny.WNama Suami:Tn.PUmur:25 tahunUmur : 28tahunSuku/Bangsa : Batak/IndoSuku/Bangsa:Jawa/IndoAgama: Islam Agama : IslamPendidikan: SMA Pendidukan : SMAPekerjaan: IRTPekerjaan : WiraswastaAlamat:Gg.Gg perkututTembung Pasar III1.Keluhan utama-Ibu Mengatakan Telah Melahirkan Pada Tanggal 22 Afril 2015Jam 12.00WIB-Ibu mengatakan terasa bengkak dan nyeri pada payudaranya setelah melahirkan dan ibu merasa cemas dengan keadaanya 2.Riwayat kehamilan inia.Riwayat menstruasi1)Menarche : 14 tahun2)Siklus : 28 hari3)Lama : 7 hari4)Dismenorhea: tidak ada5)Sifat darah: encer,sedikit menggumpal6)Banyaknya: 3 kali ganti pembalut7)HPHT:15-04-20148)TTP :22-01-20159)G.P.A: G 1 P1 A 0

b.Riwayat perkawinan-Ibu mengatakan :a) Status Perkawinan : Sah, kawin 1 kalib) Kawin Umur: 27tahun, dengan suami pertamanya umur 30tahun, lama perkawinan 1 tahun.c)Riwayat KBIbu mengatakan dia belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.d)Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.NoTahun partusTempat partusUsia kehamilanJenis partusPenolongKelainanAnakket

hmlPrtsNfsJKBBPB

-

H--A-MI--L--I-N-I--

-

e)Riwayat imunisasiImunisasi TT1 dilakukan pada saat usia kehamilan 20 minggu dan TT2 pada usia kehamilan 24 minggu, ibu tidak mengalami penyulit dalam kehamilannya.

f)BayiJenis kelamin perempuan , berat badan 3200 gram, panjang badan 49cm, lingkar kepala 33cm, lingkar dada 33cm,LILA 12 cm,jam partus 12.00wib,6 Januari 2014.DATA OBJEKTIFB.Pemeriksaan umum1.Keadaan umum: Baik2.Keadaan emosional: Cemas3.Kesadaran: Composmentis4.TB: 156cm5.BB:58kg, sebelum hamil :43kg6.LILA: 25 cm7.Tanda-tanda vital :TD: 120/80 mmHgHR: 70x/mntRR: 18x/mnt T: 37,8CC.Pemeriksaan fisikInspeksi1.Kepalaa.RambutKebersihan: Bersih, tidak berketombeWarna: HitamKekuatan: Kuat, tidak rontokb.MataKelopak mata: Tidak oedemaKonjungtiva: Tidak anemisSclera: Tidak ikterikc.Hidung: Bersihd.Telinga: Bersih, tidak ada pengeluarane.Mulut dan gigiBibir: NormalLidah: BersihGigi:ada cariesGusi: Tidak ada stomatitis2.LeherKelenjar Thyroid: Tidak ada pembengkakanKelenjar Limfe: Tidak ada pembengkakan

3.Dadaa.Payudara1)Pembesaran: Ada2)Putting susu: Mendatar3)Pengeluaran ASI: Tidak Ada4)Simetris: Ya5)Benjolan:ada6)Rasa nyeri: ada7)Hyperpigmentasi: Adab.Abdomen:tidak ada bekas operasi, konsistensi keras, tinggifundus uteri 2 jari bawah pusatc.Ekstermitas atas : lengkap kiri dan kanan, fungsi pergerakan baik,tidak adaoedema, keadaan bersih. d.Ekstermitas bawah: tungkai tidak ada oedema, fungsi pergerakan baik,tidak ada cacat, tidak ada varises, lengkap kanan kiri, reflek patella baik.e.Genetalia: tidak ada oedema dan varises pada vulva, adapengeluaran darah nifas warna merah.f.Rectum: tidak ada hemoroid.h.Perineum:adanyalaserasijalanlahir,tidakadapembengkakanpadavulva,anus normalII.INTERPRETASI DATATanggal: 22 Afril 2015A. Diagnosa Ibuny. W P1 G 1 A0 umur 27 tahun 2 jam post partum dengan bendungan asi.Data Dasar1. Data Subjektif:-Ibu mengatakan habis melahirkan tanggal 6 Januari 2014 jam12.00 Wib -Ibu mengatakan payudaranya bengkak ,nyeri dan badan terasa panas setelah melahirkan -ibu mengatakan bayinya belum menyusu asi tapi diberikansusu SGM2. Data Objektifa) TTV-TD:120/80 mmhg-HR: 70 x/mnt-T : 37,8C-RR: 18 x/mnt

b) Mammae1. Pembengkakan:ada2. Simetris:ya3. Areola:coklat kehitaman4. Puting susu:mendatar5. Kolostrum:tidak ada6. Nyeri tekan:ya7. Kemerahan:tidakb. masalah -ibu merasa cemasdata dasar :-ibu mengatakan cemas dan takut sehubungan dengan keadaanya c. kebutuhan 1. memberi support mental kepada ibu 2. memberikan konseling tentang perawatan payudaraIII.DIAGNOSA POTENSIALMastitisIV.TINDAKAN SEGERAa. kompres hangatb. terapi analgetik antalgin 500 mg 3x1c. perawatan payudara

V.PERENCANAANTanggal : 22 Afril 20151. beritahu hasil pemeriksaan pada ibu2. beri dukungan moril pada ibu3. ajarkan ibu melakukan perawatan payudara4. anjurkan ibu menyusui sesering mungkin5. anjurkan ibu menyusukan kedua payudaranya 6. anjurkan ibu mengompres hangat payudara sebelum disususkan 7. anjurkan ibu memakai bh yang menopang payudara dan tidak terlalu ketat8. berikan antalgin 500mgper oral 3x19. lakukan evaluasiVI.PELAKSANAANTanggal: 22 Afril 20151. memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu mengalami bendungan saluran asi2. memberi dukungan moril pada ibu3. mengajarkan ibu melakukan perawatan payudara4. menganjurkan ibu menyusui sesering mungkin pada kedua payudaranya 5. menganjurkan ibu mengompres hangat payudara sebelum disususkan 6. menganjurkan ibu memakai bh yang menopang payudara dan tidak terlalu ketat7. memberikan antalgin 500 mgper oral 3x1VII.EVALUASITanggal : 22 Afril 20151. ibu mengetahui hasil pemeriksaan 2. kecemasan ibu berkurang 3. ibu mengatakan bersedia untuk melakukan perawatan payudara4. ibu mengatakan bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin5. ibu mengatakan bersedia mengompres hangat payudara sebelum disusukan6. ibu sudah diberiantalgin 500 mgper oral 3x1 serta ibu bersedia untuk meminum obat yang diberikan secara teratur7. keadaan ibu sudah membaik ,payudara masih bengkak

DATA PERKEMBANGAN 1Tanggal:23 Afril 2015Pukul:15.00 WibS:1. ibu mengatakan masih nyeri dan bengkak pada sekitar payudara dan panas badan sudah berkurang 2. ibu mengatakan lupa cara menyususi bayinya dengan benar3. ibu mengatakan sudah minum obat4. ibu mengatakan bayinya masih tidak mau menyusu

O:1. ku:baik2. ttv: TD:120/80 mmhg HR:70 x/mnt RR: 18 x/mntT : 36,8C3. palpasia.mammae:payudara bengkakb. puting susu :mendatar,dan pori-porinya sudah mulai terbuka dan sudah ada sedikit kolostrum yang keluar4. pengeluaran pervaginam :lokhea rubra5. perineumbengkak /kemerahan :tidak adaA:NY.W P1 A0 umur 27 tahun,nifas hari ke 2 dengan bendungan asi.P:Tanggal:23 januari 20151. memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu masih mengalami bendungan saluran asi2. memberikan bimbingan cara menyusui yang benar3. menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara4. menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan banyak minum air putih5. memberi ibu terapi antalgin per oral 3x1

evaluasitanggal:23 januari 20151. ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan2. ibu sudah mengerti cara menyusui yang benar3. ibu mengatakan telah melaksanakan perawatan payudara setiap pagi dan sore4. ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak minum air putih5. ibu bersedia untuk minum obatyang sudah diberikan secara teratur

DATA PERKEMBANGAN IITanggal:24 Afril 2015pukul:09.00 WibS:1. ibu mengatakan rasa nyeri dan bengkak pada payudara sudah mulai berkurang2. ibu mengatakan asi sudah keluar tapi belum lancar3. ibu mengatakan sudah tahu cara menyusui yang benar4. ibu mengatakan sudah melakukan perawatan payudara sendiri5. ibu mengatakan sudah tidak panas lagiO:1. ku:baik2. ttv: TD: 120/80 mmhg HR:70 x/mnt RR:18 x/mnt T:36,5C3. palpasia. mammae:masih sedikit bengkakb. puting susu:sedikit menonjol,asi keluar cukup banyak4. pengeluaran pervaginam :lokhea rubra5. perineumbengkak/kemerahan:tidak bengkak/tidak kemerahanA:NY W P 1 A0 umur 27 tahun nifas hari ke 3 dengan bendungan saluran asiP:Tanggal: 24 Afril 20141. menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara rutin2. menganjurkan ibuuntukj tetap menyusui dengan benar3. menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sampai payudara benar-benar kosong4. menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin5. memberi ibu terapi antalgin 500 mg per oral 3x1evaluasitanggal: 24 Afril 20151. ibu sudah melakukan perawatan payudaratiap pagi dan sore2. ibu dapat melakukan teknik menyusui yang benar3. ibu bersedia untuk menyusui bayinya sampai payudara sampai benar-benar kosong4. ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin5. ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan secara teratur

DATA PERKEMBANGAN IIITANGGAL:25 Afril 2015PUKUL: 10.00 WibS:1. ibu mengatakan rasa nyeri dan bengkak di payudaranya sudah tidak ada lagi2. ibu mengatakan puting susunya sudah menonjol dan asi sudah keluar lancar3. ibu mengatakan sampai saat ini bayinya tetap disusuidengan asi sajaO:1. ku:baik2. ttv: TD: 120/80 HR:70 x/mnt RR:18 x/mnt T: 36,5C3. palpasia. mammae:tidak bengkakb. puting susu:menonjol,asi lancarc. pengeluaran pervaginam :lokhea rubrad. perineumbengkak/kemerahan:tidak bengkak/tidak kemerahanA:NY. W P1 A0 umur 27 tahun ,nifas hari ke 4P:Tanggal: 25 Afril 20151. memberitahu ibu hasil pemeriksaan2. menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara teratur3. menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin sesuai keinginan bayi4. menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi bagi ibu menyusui5. menganjurkan ibu untuk memberikan asi eksklusif selama 6 bulan

evaluasitanggal:25 Afril 20151. ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan2. ibu bersedia untuk tetap melakukan perawatan payudara secara teratur3. ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkindan sesuai keinginan bayi4. ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizibagi ibu menyusui5. ibu bersedia memberikan asi eksklusif pada bayinya6. ibu merasa senang karena dapat menyusui bayinya7. bendungansaluranasisudahteratasi,payudarasudahtidak bengkak,nyeri,suhu ibu normal dan asi keluar lancar.

BAB IVPEMBAHASANAsuhankebidanan pada Ny.W Usia 27 tahun P1 A0 dengan Bendungan Asi telah dilakukan pengkajian (data subyektif dan data obyektif) sesuai dengan manajemen kebidanan 7 langkah varney melalui anamnesa langsung pada pasien dan beberapa pemeriksaan. Dalam pengkajian data tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan dilapangan.Padapengidentifikasian diagnosa dan identifikasi masalah tidak terjadi kesenjangan , karena diagnosa di ambil dari prosedur anamnesa, pada kasus ini tidak ada masalah. Pada langkah antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini ditemukan adanya masalah potensial yaitu mastitis karena dari hasil anamnesa ibu mengalami bendungan asiDalam identifikasi kebutuhan segera dalam kasus ini tidak memerlukan tindakan yang khusus,hanya diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara agar tidak terjadi komplikasi yang selanjutnya. Dan pada kasus tidak ada tanda tanda yang mengancam jiwa ibu.Pada pengembangan rencana, implementasi dan evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek. Dimana praktek yang dilakukan sesuai dengan asuhan yang telah direncanakan oleh petugas kesehatan . Sehingga tujuan yang telah diharapkan sudah tercapai pada Ny.W Usia 27 tahun P1 A0 dengan bendungan asi .

BAB VPENUTUP

KesimpulanBendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.Faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: Pengosongan mamae yang tidak sempurna Faktor hisapan bayi yang tidak aktif Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar Puting susu terbenam Puting susu terlalu panjangGejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah : Bengkak pada payudara Payudara terasa keras Payudara terasa panas dan nyeriBendungan ASI dapat dicegah dan bila telah terjadi dapat dilakukan penatalaksaan agar tidak menjadi Mastitis.

Saran1. Bagi ibu nifasSebaiknya sesering mungkin menyusui bayinya tanpa di jadwal serta melakukan teknik menyusui yang benar.2. Bagi tenaga kesehatanSebaiknya sebelum ibu nifas pulang, berikan KIE pada ibu agar mereka mampu menyusui dengan benar serta mampu melakukan perawatan payudara sendiri serta mampu menangani bila ibu mengalami bendungan ASI.

30