Niat Akuntan Dan Akuntansi Lingkungan
-
Upload
iyang-muriang -
Category
Documents
-
view
49 -
download
14
description
Transcript of Niat Akuntan Dan Akuntansi Lingkungan
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
NIAT AKUNTAN DAN AKUNTANSI LINGKUNGAN
Lisa Kartikasari Universitas Islam Sultan Agung
Alamat: Jl. Raya Kaligawe km 4 Semarang Email: [email protected]
Abstract
Penelitian ini menguji pengaruh niat akuntan untuk menerapkan akuntansi lingkungan ke dalam sistem
akuntansi perusahaan serta terhadap kinerja lingkungan Niat akuntan menggunakan theory of planned
behavioral. Di dalam theory of planned behavioral terdapat tiga perilaku, yaitu attitude, subjective norm dan
perceived control.Masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum menerapkan akuntansi lingkungan di
perusahaannya. Padahal banyak biaya-biaya lingkungan yang terjadi pada perusahaan tersebut Penelitian
ini mengambil 42 rumah sakit di provinsi jawa tengah sebagai sampel. Alasan rumah sakit sebagai obyek
penelitian karena di rumah sakit banyak terdapat biaya-biaya lingkungan yang semestinya dimasukkan ke
dalam akuntansi lingkungan perusahaan. Model diuji menggunakan part analisis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variable attitude berpengaruh signifikan terhadap niat akuntan untuk mengaplikasikan
akuntansi lingkungan ke dalam akuntansi perusahaan. Disamping itu hasil lain menunjukkan variable
attitude, perceivec behavioral dan accountant intention berpengaruh terhadap kinerja lingkungan. Penelitian
yang akan datang dapat menguji pengaruh niat akuntan terhadap biaya-biaya lingkungan sebelum
dipengaruhkan terhadap variable kinerja lingkungan.
Keywords:Niat akuntan, akuntansi lingkungan, theory of planned behavioral, kinerja lingkungan, biaya lingkungan.
1. Pendahuluan Di Indonesia kelestarian lingkungan baru
mendapat perhatian masyarakat di akhir dekade ini. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin gencarnya media massa dalam
mempromosikan peran penting lingkungan. Perkembangan
teknologi seperti internet dan CD-ROM ikut memudahkan
akses masyarakat terhadap jurnal-jurnal dan majalah-
majalah nasional dan internasional yang membahas isu
lingkungan. Kemenangan Pemerintah atas Indorayon dalam
proses pengadilan yang berkaitan dengan pencemaran
lingkungan juga merupakan momentum penting penegakan
lingkungan hidup di tanah air.
Isu-isu lingkungan secara langsung dan tidak
langsung telah masuk dalam performa ekonomi suatu
usaha/kegiatan maupun organisasi. Peningkatan kebijakan
lingkungan usaha dan informasi keuntungan bagi investor
maupun pelaku bisnis berdasarkan perlindungan
lingkungan produk, merupakan salah satu contoh yang bisa
diketengahkan saat ini. Dampak finansial dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan isu-isu
lingkungan, seringkali salah dalam perhitungannya akibat
adanya hidden cost maupun overhead cost apabila
menggunakan metode perhitungan akuntansi konvensional.
Akuntansi sebagai calculate science juga
menerapkan atau memasukkan lingkungan dalam
implementasi ilmunya. Hal ini berkaitan dengan
keterbukaan perusahaan untuk mengungkapkan informasi
lingkungan sebagai dampak dari aktivitas industri atau
bisnis mereka. Akuntansi lingkungan (Environmental
Accounting) adalah istilah yang berkaitan dengan
dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke
dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga
pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak (impact) baik
moneter maupun non-moneter yang harus dipikul sebagai
akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas
lingkungan (djogo,2006) Akuntansi Lingkungan Hidup
juga merupakan metodologi untuk menilai biaya dan
manfaat dari sebuah kegiatan lingkungan untuk mengurangi
dampak lingkungan. Hasil akuntansi ini digunakan oleh
para pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan yang
berkaitan dengan perbaikan lingkungan. Dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 tahun 1994
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 2
tentang pedoman umum audit lingkungan, disebutkan
bahwa instrumen ekonomi atau yang lebih dikenal dengan
sistem Insentif akhir-akhir ini berkembang sebagai
alternatif ataupun pelengkap pendekatan untuk mencapai
tujuan dalam upaya pengendalian dampak lingkungan.
Pendekatan ini pada dasarnya bertumpu pada prinsip
menawarkan financial insentif ataupun disinsentif kepada
para pelaku ekonomi untuk membayar bila merusak
lingkungan atau menanam modal untuk tidak merusak
lingkungan.
Penelitian yang berkaitan dengan akuntansi
lingkungan seperti yang dilakukan oleh Bebbington et al
(1994) menunjukkan bahwa keterlibatan akuntan
manajemen dan akuntansi dalam respon perusahaan
terhadap agenda lingkungan berada pada level rendah,
disamping menyimpulkan adanya konflik antara kesadaran
akuntan manajemen terhadap agenda lingkungan dan
ketidakmampuan untuk menterjemahkan kedalam kegiatan
dalam kehidupan perusahaan. Hasil penelitian Lindriana
Sari (2005) tentang Akuntansi Lingkungan selama lima
tahun ini menunjukkan bahwa kurang dari 50% perusahaan
terbuka di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang peduli pada
konservasi lingkungan. Semakin besar perusahaan peduli
yaitu dengan melihat dari biaya-biaya yang mereka
alokasikan untuk konservasi lingkungan, kita berharap
semakin baik pula kualitas lingkungan sekitar perusahaan
tersebut (Purwati, 2007). Rusmana (2003) mengungkapan
sikap dan niat akuntan terhadap internalisasi lingkungan
dalam sistem akuntansi perusahaan, dengan menggunakan
theory of planned behaviour. Untuk memprediksi perilaku
akuntan secara akurat yang dihubungkan dengan akuntansi
lingkungan, penggunaan theory of planned behaviour yang
merupakan pengembangan dari theory of reasoned action
adalah tepat. Karena theory of planned behaviour
mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi
perilaku secara mendalam (Dharmmesta,1998). Menurut
Icek Ajzen (2000), perilaku manusia dituntun oleh tiga
jenis pertimbangan. Pertimbangan pertama berupa
keyakinan mengenai adanya konsekuensi dari perilaku
(Behavioral Beliefs). Terdapat konsekuensi yang harus
diterima oleh seseorang atas perilaku yang dilakukan.
Kedua, keyakinan mengenai harapan normatif dari pihak
lain (Normative beliefs). Artinya bahwa perilaku seseorang
diharapkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.
Terakhir, keyakinan mengenai adanya faktor-faktor yang
mendukung atau merintangi sikap perbuatan seseorang
(Control Beliefs). Jika ketiga perilaku tersebut
dikombinasikan, maka akan menunjukkan pada
pembentukan suatu niat/kemauan (behavioral niat).
Aplikasi ketiga perilaku dari theory of planned behaviour
dalam bidang akuntansi lingkungan dapat dikatakan bahwa
semakin baik sikap dan norma subyektif terhadap suatu
perilaku dan semakin besar pengendalian perilaku yang
dirasakan, maka semakin kuat niat akuntan untuk
melaksanakan tindakan penerapan akuntansi lingkungan
dalam perusahaannya.
Indikator keberhasilan bahwa perusahaan
mendapatkan kriteria sebagai perusahaan yang berkinerja
lingkungan baik diantaranya adalah menurunnya beban
pencemaran yang dikeluarkan oleh perusahaan ke lingkungan
dan meningkatnya kepercayaan para stakeholder terhadap
hasil penilaian kinerja perusahaan yang telah dilakukan.
Kinerja lingkungan juga akan tercapai pada level yang tinggi
jika perusahaan secara proaktif melakukan berbagai tindakan
manajemen lingkungan secara terkendali. Berry dan
Rondinelli (1998) dan Pfleiger et al (2005) menyatakan
bahwa kinerja lingkungan sangat dipengaruhi oleh sejauh
mana dorongan terhadap pengelolaan lingkungan dilakukan
oleh berbagai instansi khususnya instansi pemerintah. Niat
akuntan untuk menerapkan akuntansi lingkungan di dalam
sistem akuntansi perusahaan yang didorong dengan sikap dan
perilaku akuntan akan memberikan penilaian kinerja
lingkungan perusahaan yang tinggi. Dari pemikiran tersebut,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa dari
perspektif theory of planned behaviour yaitu sikap, norma
subyektif dan kontrol atas perilaku akuntan atas akuntansi
lingkungan akan membentuk niat akuntan untuk
mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam sistem
akuntansi perusahaan. Niat akuntan tersebut akan mendorong
penilaian atas kinerja lingkungan perusahaan.
1. Tinjauan Pustaka
2. 1.Theory Of Planned Behavior
Niat merupakan fungsi dari tiga determinan dasar,
yaitu pertama sikap individu terhadap perilaku, ke dua adalah
persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan
atau untuk tidak melakukan perilaku yang bersangkutan, dan
yang ke tiga adalah aspek kontrol perilaku yang dihayati
(Azwar, 1995: hal 10-11). Penjelasan mengenai munculnya
perilaku spesifik dalam diri individu dijelaskan oleh Ajzen
dan Fishbein dalam bentuk teori yang dinamakan teori
perilaku terencana (theory of planned behavior). Teori ini
berusaha untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku
manusia dalam konteks tertentu. Menurut Ajzen dan Fishbein,
sikap dan kepribadian seseorang berpengaruh terhadap
perilaku tertentu hanya jika secara tidak langsung dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berkaitan erat dengan perilaku
(Ajzen, 1991: hal 2) Dalam theory of planned behavior, faktor
utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu adalah
niat untuk menampilkan perilaku tertentu (Ajzen, 1991: hal
5). Niat diasumsikan sebagai faktor motivasional yang
mempengaruhi perilaku. Niat merupakan indikasi seberapa
keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang
dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Sebagai aturan
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 3
umum, semakin keras niat seseorang untuk terlibat dalam
suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-
benar melakukan perilaku tersebut. Niat untuk berperilaku
dapat menjadi perilaku sebenarnya hanya jika perilaku
tersebut ada di bawah kontrol individu yang bersangkutan.
Individu tersebut memiliki pilihan untuk memutuskan
menampilkan perilaku terterntu atau tidak sama sekali.
(Ajzen, 1991:hal 6). Sampai seberapa jauh individu akan
menampilkan perilaku, juga tergantung pada faktor-faktor
non motivasional. Salah satu contoh dari faktor non
motivasional adalah ketersediaan kesempatan dan sumber
yang dimiliki ( misal , uang, waktu dan bantuan dari pihak
lain). Secara kolektif, faktor-faktor ini mencerminkan kontrol
aktual terhadap perilaku. Jika kesempatan dan sumber-
sumber yang dimiliki tersedia dan terdapat niat untuk
menmapilkan perilaku, maka kemungkinan perilaku itu
muncul, sangatlah besar. Dengan kata lain, suatu perilaku
akan muncul ,jika terdapat motivasi (niat) dan kemampuan
(kontrol perilaku).
Fungsi pembahasan biaya lingkungan dalam
hubungannya antara theory of planned behaviour adalah
pengakuan dan pengukuran secara kuantitatif seluruh biaya
lingkungan yang terjadi merupakan perilaku yang
diinginkan oleh akuntansi lingkungan (Rusmana, 2003).
Selanjutnya kaitannya dengan theory of planned behaviour,
sikap terhadap pengakuan biaya lingkungan merupakan
hasil dari keyakinan terhadap cost dan benefit dari
pengakuan biaya lingkungan yang menjadi sikap pada
perilaku tersebut.
Perilaku akuntan dengan memasukkan biaya lingkungan
dalam komponen biaya-biaya perusahaan akan menghasilkan
penilaian kuantitatif tentang biaya dan efek perlindungan
lingkungan perusahaan. Perilaku ini merupakan implementasi
dari sikap terhadap perilaku. Dengan perilaku akuntan
tersebut maka keterlibatan akuntan dalam menjaga
lingkungan dan dampaknya akan meningkatkan kinerja
lingkungan perusahaan. Hal ini sesuai dengan norma
subyektif dari theory of planned behaviour. Dengan
memasukkan biaya-biaya lingkungan yang terjadi dalam
perusahaan, konsekuensi yang ada adalah timbulnya kenaikan
biaya-biaya perusahaan secara keseluruhan. Tetapi hal ini
akan ada hasil positif penanganan persoalan lingkungan dan
pengurangan dampak negatif lingkungan bagi perusahaan
(implementasi dari Kontrol terhadap perilaku yang
dirasakan). Hal-hal tersebut di atas akan meningkatkan
kemauan akuntan untuk mengaplikasikan akuntansi
lingkungan ke dalam sistem akuntansi perusahaan, yang akan
memberikan pengaruh pada kinerja lingkungan perusahaan.
2.2. Akuntansi Lingkungan
Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai
berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Akibat tekanan
lembaga-lembaga bukan pemerintah dan meningkatnya
kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang
mendesak agar perusahaan-perusahaan menerapkan
pengelolaan lingkungan bukan hanya kegiatan industri
demi bisnis saja. Pada tertengahan tahun 1990-an the
International Accounting Standards Committee ("IASC")
mengembangkan konsep tentang prinsip-prinsip akuntansi
internasional. Termasuk di dalamnya pengembangan
akuntansi lingkungan dan audit hak-hak azasi manusia.
Kemudian juga standar industri semakin berkembang dan
auditor/accreditor profesional seperti the American Institute
of Certified Public Auditors ("AICPA") yang mengeluarkan
prinsip-prinsip universal tentang environmental audits. Para
akuntan menganjurkan untuk melihat lingkungan bukan
sebagai suatu ancaman (threat) tetapi sebagai suatu
kesempatan (opportunity). Lickiss (1991) mengatakan
bahwa akuntan harus menempatkan penekanan akuntansi
untuk sumber daya manusia dan kekayaan alam, karena
praktek lingkungan yang baik juga akan berefek pada
praktek bisnis yang baik. Lickiss memberikan 4 strategi
keterlibatan akuntan pada lingkungan, antara lain; 1)
Dorongan perusahaan untuk mengembangkan dan
melaporkan kebijakan lingkungan yang inovatif. 2)
Penelitian dalam bidang audit lingkungan dan
pengukurannya. 3) Suatu review dari kecukupan praktek-
praktek saat ini dalam mengestimasikan contingent
liabilities. 4) Pengakuan dari suatu kesempatan untuk
memberitahukan implikasi dalam bidang hukum dan
perpajakan.
Riset mengenai Akuntansi lingkungan pertama kali
dilakukan pada sekitar tahun 1980-an oleh The Centre for
Sustainability Management (CSM), University of
Lueneburg, Germany dan diketuai oleh Prof. Dr. Stefan
Schaltegger di saat mengembangkan konsep eco-efficiency
di Eropa. Sejak tahun 1999 Badan Lingkungan Hidup
Jepang (the Environmental Agency) yang kemudian
berubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup-Ministry
of Environment (MOE) mengeluarkan petunjuk akuntansi
lingkungan (environmental accounting guidelines) yang
dikeluarkan pada Mei 2000 (djogo, 2006).
Banyak perusahaan industri dan jasa besar dunia
yang kini menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya
adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan
dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari
sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat
atau efek (economic benefit). Akuntansi lingkungan
diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan
penilaian kuantitatif tentang biaya dan efek perlindungan
lingkungan (environmental protection).
2.3. Kinerja Lingkungan Perusahaan
Pengukuran kinerja lingkungan di Indonesia
dengan menggunakan Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 4
Sikap perilaku terhadap
Akuntansi lingkungan
Norma Subyektif terhadap
Akuntansi Lingkungan
Perceived behavior
controlakuntan terhadap
Akuntansi Lingkungan
Niat akuntan untuk
mengaplikasikan akuntansi
lingkungan ke dalam
sistem akuntansi
perusahaan
disingkat PROPER. PROPER merupakan salah satu upaya
yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) untuk mendorong penaatan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen
informasi. Agar informasi yang dikeluarkan oleh PROPER
legitimate dimata masyarakat maka pelaksanaan PROPER
menerapkan prinsip-prinsip Good Environmental
Governance (GEG), antara lain transparansi, fairness,
partisipasi multi stakeholder dan akuntabel. Sistem
peringkat kinerja PROPER mencakupi pemeringkatan
perusahaan dalam 5 (lima) peringkat warna yang
mencerminkan kinerja pengelolaan lingkungan secara
keseluruhan. Perusahaan berperingkat merah dan hitam
merupakan perusahaan yang belum taat, perusahaan
berperingkat biru adalah perusahaan yang taat, sedangkan
perusahaan hijau dan emas adalah perusahaan yang
pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan. Dengan demikian untuk perusahaan
berperingkat emas, hijau, dan biru mendapatkan insentif
reputasi, sedangkan perusahaan yang berperingkat merah
dan hitam mendapatkan disinsentif reputasi.
Susi (2005) meneliti pengaruh antara kinerja
lingkungan dan kinerja keuangan untuk beberapa
perusahaan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa
kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap kinerja
lingkungan. Canadian Institute of Chartered Accountant
mengukur kinerja lingkungan perusahaan dan mengkaitkan
dengan keberadaan akuntan manajemen di dalam
perusahaan sebagai pihak yang langsung terlibat dalam
implementasi akuntansi lingkungan dalam perusahaan.
Keterlibatan akuntan perusahaan berkenaan dengan biaya-
biaya lingkungan dan masalah akuntansi lingkungan lain
dalam penelitian Bebbington et al ( 1994) dengan hasil
yang menunjukkan bahwa masih kurangnya
environmentally sensitive accounting untuk akuntan dalam
kaitannya dengan akuntansi lingkungan perusahaan. Hal ini
menguatkan dari penelitian Gray et al (1996) yang
menganggap bahwa kerusakan lingkungan yang ada di
dunia sekarang ini merupakan bukti atas gagalnya
akuntansi serta demokrasi ekonomi liberal yang ada
sekarang.
Hipotesis:
H1 Sikap perilaku akuntan terhadap Akuntansi
Lingkungan, Norma subyektif akuntan terhadap
Akuntansi Lingkungan dan Perceived behavior
control akuntan terhadap Akuntansi Lingkungan
berpengaruh terhadap Niat akuntan untuk
mengaplikasikan
akuntansi lingkungan ke dalam sistem akuntansi
perusahaan
H2 Sikap perilaku akuntan terhadap Akuntansi
Lingkungan, Norma subyektif akuntan terhadap
Akuntansi Lingkungan dan Perceived behavior
control akuntan terhadap Akuntansi Lingkungan
serta Niat akuntan untuk mengaplikasikan
akuntansi lingkungan ke dalam sistem akuntansi
perusahaan berpengaruh terhadap kinerja
lingkungan perusahaan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
analitis, dengan memfokuskan pada identifikasi yang
mendalam tentang pentingnya theory of planned behavior
yang membentuk niat akuntan untuk implementasi
akuntansi lingkungan dalam sistem akuntansi perusahaan.
Identifikasi pentingnya memasukkan biaya-biaya
lingkungan yang terjadi ke dalam laporan keuangan
perusahaan. Implementasi yang dilakukan oleh akuntan ini
dikuatkan dengan theory of planned behavior. Dimana
dalam theory ini niat akuntan didukung dan dibentuk oleh
tiga sikap dan perilaku akuntan, yaitu behavioral beliefs,
normative beliefs dan control beliefs. Secara umum dapat
dibuat kerangka penelitian seperti pada gambar 1 berikut
ini.
Kinerja Lingkungan
perusahaan
Gambar 1. Kerangka Penelitian
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 5
Adapun metode dan teknik penelitian yang digunakan
adalah penggabungan antara studi literature, observasi dan
survey responden, metode wawancara dengan responden
secara mendalam dan terstruktur (indepth interview).
Keseluruhan metode tersebut akan dibantu dengan program
Lisrel untuk mempermudah dalam menganalisis data.
Tabel 1. Kebutuhan Data
Data yang diperlukan Sumber Data
Literatur theory of planned
behaviour dan akuntansi
lingkungan
Artikel dalam jurnal,
majalah ilmiah, text book dll
Data Rumah sakit
umum/swasta di jawa tengah
Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Tengah
Pentingnya theory of planned
behavior dalam membentuk
niat akuntan untuk
implementasi akuntansi
lingkungan dalam sistem
akuntansi perusahaan
Mail survey, observasi dan
interview mendalam dengan
responden terpilih
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah manajer
keuangan di rumah sakit-rumah sakit besar di Jawa Tengah.
Dipilihnya manajer keuangan karena manajer keuangan
yang bertanggungjawab atas implementasi akuntansi
lingkungan ke dalam sistem akuntansi perusahaan.
Berdasarkan Direktori Rumah sakit umum/swasta besar di
Jawa Tengah (2008) yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah terdapat 155 rumah sakit. Dipilihnya
rumah sakit umum/swasta ini mempunyai komponen
pembiayaan untuk lingkungan yang lebih kompleks
dibandingkan dengan jenis perusahaan lain. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random
Sampling. Setiap elemen populasi secara independen
mempunyai probabilitas dipilih satu kali. Terpilih 105
rumah sakit umum/swasta yang akan digunakan sebagai
sampel. Jumlah yang kembali adalah sebanyak 49
kuesioner. Jadi response rate dari penyebaran kuesioner ini
adalah 47% dari total kuesioner yang dikirim. Dari jumlah
yang kembali, terdapat 6 kuesioner yang tidak dapat
dimasukkan sebagai sampel karena tidak memenuhi kriteria
pemilihan sampel atau tidak lengkap pengisiannya. Jumlah
sampel akhir yang didapat yang dapat diikutkan dalam
pengujian adalah sebanyak 43 kuesioner.
Metode Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan
metode survey dengan teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner, yaitu dengan mengirim kuesioner
melalui jasa pos (mail survey) dan dikirim langsung ke
rumah sakit umum/swasta di seluruh propinsi Jawa tengah.
Definisi Operasional Variabel
Sikap terhadap perilaku. Sama dengan penelitian Rusmana
(2003) variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen
item-item yang dipakai dalam penelitian Tellus
institute(1995) dengan menggunakan skala likert (1) tidak
setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju, (4) setuju dan
(5) sangat setuju.
Norma Subyektif. Variabel ini diukur dengan menggunakan
instrument seperti dalam penelitian Bebbington et al
(1994), dengan menggunakan skala likert (1) tidak setuju,
(2) kurang setuju, (3) cukup setuju, (4) setuju dan (5)
sangat setuju.
Perceived behavior control akuntan. Untuk mengukur
variable ini digunakan constructing questionnaire dari
ajzen (2000).
Niat akuntan untuk mengaplikasikan akuntansi lingkungan
ke dalam sistem akuntansi perusahaan. Niat dalam ajzen
(2000) diasumsikan sebagai perilaku anteseden. Kemauan
yang akan dilakukan. Perilaku ini adalah kemauan akuntan
untuk mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam
sistem akuntansi perusahaan. Niat diukur dengan beberapa
pertanyaan yang dibuat sesuai dengan constructing
kuesioner dari Ajzen (2000).
Kinerja Lingkungan. Konsep pengukuran kinerja
lingkungan perusahaan telah banyak dikembangkan oleh
beberapa peneliti. Empat dimensi pengukuran dari
Wiseman (1982) yaitu dimensi ekonomi, Pollution
decrease, hukum dan environment information digunakan
sebagai pengukuran dalam penelitian ini.
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan Structural Equation
Model (SEM) sebagai teknik analisisnya dengan
menggunakan program Lisrel. SEM adalah teknik
multivariate yang mengkombinasikan aspek-aspek multiple
regression (menguji hubungan ketergantungan dan analysis
factor (menunjukkan konsep-konsep tak terukur, faktor
dengan banyak variabel) untuk mengestimasi hubungan
saling ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998).
Teknik SEM memungkinkan terakomodasinya model
penelitian ini yang memiliki keterkaitan diantara variabel-
variabel independen dikarenakan input dalam SEM berupa
jalur-jalur yang akan menghubungkan variabel yang diuji
berdasarkan matriks korelasi polychoric dari data ordinal.
Hasil dari input adalah nilai t observasi yang akan
dibandingkan dengan nilai t yang terdapat pada tabel uji t
dengan nilai signifikansi yang ditetapkan (t tabel). Bila
nilai t observasi lebih besar dari nilai t tabel, maka hipotesis
alternatif diterima, bila terjadi sebaliknya maka hipotesis
alternatif ditolak.
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 6
3. Hasil Dan Pembahasan
Periode pengumpulan data penelitian ini adalah selama
lima bulan dari April 2009 sampai September 2009. Dalam
menyebarkan kuesioner ini, peneliti mendatangi langsung
rumah sakit tempat responden bekerja, melalui beberapa
contact person yang ada di rumah sakit,dan juga melalui
mail survey.
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor
terhadap instrumen penelitian, pertanyaan yang faktor
loadingnya dibawah 0.4 tidak dimasukkan dalam analisis (Hair et
al, 1995). Dari 19 indikator dalam penelitian ini akan diuji
reliabilitasnya dengan menggunakan koefisien cronbachs alpha.
Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas untuk masing-masing variabel penelitian memiliki
cronbachs alpha diatas 0.5 yang berarti bahwa semua pertanyaan
pada tiap variabel penelitian adalah reliabel. Secara keseluruhan
nilai cronbachs alpha sebesar 0.706 menguatkan pernyataan
bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner memiliki sifat
konsistensi yang tinggi.
Kecocokan Model Struktural
Analisis ini dilakukan terhadap koefisien-koefisien
persamaan struktural dengan menspesifikasikan tingkat
signifikansi tertentu. Analisa model struktural ini untuk
menguji hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk
tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka nilai t dari
persamaan struktural harus lebih besar atau sama dengan
1,96 atau untuk praktisnya lebih besar sama dengan 2
(Wijanto, 2008). Dari keseluruhan hipotesis, menghasilkan
2 persamaan yang berarti ada 2 model struktural yang
diajukan.
Model Persamaan Struktural 1:
H1 Sikap perilaku akuntan terhadap Akuntansi
Lingkungan, Norma subyektif akuntan terhadap
Akuntansi Lingkungan dan Perceived behavior
control akuntan terhadap Akuntansi Lingkungan
berpengaruh terhadap Niat akuntan untuk
mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam
sistem akuntansi perusahaan
TOTNA = -0.21*TOTSPA + 0.46*TOTNSA -
0.52*TOTPBCA,
Errorvar = 3.95 , R2 = 0.15
Dari persamaan dalam model struktural pertama di atas
dapat dilihat pada angka yang paling bawah, tidak semua
koefisien memiliki nilai t yang signifikan. Hanya pada
variabel Perceived Behavior Control Akuntan (TOTPBCA)
saja yang signifikan terhadap variabel niat akuntan
(TOTNA), dengan nilai t sebesar -2.02. Sedang variabel
sikap perilaku akuntan (TOTSPA) dan norma subyektif
akuntan (TOTNSA) signifikan terhadap niat akuntan
(TOTNA), karena nilai t dibawah 1.96. Persamaan ini
merupakan persamaan untuk hipotesa pertama.
Model Persamaan Struktural 2:
H2 Sikap perilaku akuntan terhadap Akuntansi
Lingkungan, Norma subyektif akuntan terhadap
Akuntansi Lingkungan dan Perceived behavior
control akuntan terhadap Akuntansi Lingkungan
serta Niat akuntan untuk mengaplikasikan
akuntansi lingkungan ke dalam sistem akuntansi
perusahaan berpengaruh terhadap kinerja
lingkungan perusahaan
TOTKL = 0.022*TOTNA + 0.20*TOTSPA +
0.59*TOTNSA -0.040*TOTPBCA, Errorvar =
1.23 , R2 = 0.51
Dari persamaan dalam model struktural pertama di atas
dapat dilihat pada angka yang paling bawah, tidak semua
koefisien memiliki nilai t yang signifikan. Variabel sikap
perilaku akuntan (TOTSPA) dan norma subyektif akuntan
(TOTNSA) signifikan terhadap variabel kinerja lingkungan
(TOTKL). Dimana nila t masing-masing adalah 1.99 dan
4.20 diatas 1.96. Sedangkan variabel niat akuntan
(TOTNA) dan perceived behavior control akuntan
(TOTPBCA) tidak signifikan terhadap kinerja lingkungan
(TOTKL). Dimana nilai t dibawah 1,96. Persamaan ini
merupakan persamaan untuk hipotesa kedua.
Untuk menilai seberapa baik coefficient of
determination dari persamaan struktural, akan dilihat dari
besaran dari R2 (Wijanto, 2006). Hasil pengujian Lisrel
yang dapat dilihat pada Reduced Form Equation
didapatkan nilai R2
untuk masing-masing persamaan.
Model pertama memiliki nilai R 0,15 yang berarti model
ini mampu menjelaskan 15% dari perubahan pada variabel
laten Niat akuntan. Model kedua memiliki nilai R 0,51
yang berarti model ini mampu menjelaskan 51% dari
perubahan pada variabel laten kinerja
lingkungan.Kesimpulan yang dapat diambil dari uji ini
adalah bahwa model pertama dan kedua cukup baik. Secara
keseluruhan nilai t dari dua hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini hasilnya dapat disimpulkan dalam tabel 2
berikut :
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 7
Tabel 2 Nilai t-value untuk masing-masing hipotesa
Hipotesa Path
Estimasi
Nilai t-
value
Kesimpulan
H1 TOTSPA TOTNA -0.21 -1.17 Tidak Signifikan
H1 TOTNSA TOTNA 0.46 1.90 Tidak Signifikan
H1 TOTPBCA TOTNA -0.52 -2.02 Signifikan
H2 TOTSPA TOTKL 0.20 1.99 Signifikan
H2 TOTNSA TOTKL 0.59 4.20 Signifikan
H2 TOTPBCA TOTKL -0.040 -0.26 Tidak Signifikan
H2 TOTNA TOTKL 0.022 0.24 Tidak Signifikan
Gambar 2. Path Diagram Model Struktural
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 8
Hasil path diagram pada gambar 2 berikut,
menunjukkan model struktural yang dihasilkan dari output
Lisrel.
Analisa Hasil Pengujian
Berdasarkan model persamaan struktural yang
dihasilkan, mengkonfirmasikan bahwa sikap perilaku
akuntantidak signifikan mempengaruhi Niat akuntan. Hasil
ini memperkuat hasil penelitian rusmana (2003). Dimana
tidak semua akuntan manajemen di rumah sakit memiliki
sikap perilaku untuk mengaplikasikan akuntansi lingkungan
ke dalam sistem akuntansi rumah sakit. Menurut ajzen (2000)
sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) yang
merujuk pada tingkatan yang dimiliki oleh individu dalam
membuat evaluasi yang sifatnya favorabel atau unfavorabel
terhadap suatu perilaku. Tetapi variabel sikap perilaku
akuntan ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja lingkungan.
Variabel norma subyektif akuntan tidak signifikan
mempengaruhi niat akuntan. Hasil ini memperkuat hasil
penelitian rusmana (2003). Tetapi berbeda hasil dengan
penelitian bebbington (1994). Perilaku akuntan pada norma
subyektif walaupun ada tekanan sosial yang melingkupi
akuntan, tetapi akuntan tidak menampilkan perilaku untuk
mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam sistem
akuntansi perusahaan. Akuntan di rumah sakit menyadari
dampak lingkungan yang buruk akan buruk pula untuk rumah
sakit. Tetapi tidak semua biaya-biaya lingkungan akan
dimasukkan ke dalam kelompok biaya rumah sakit. Hal ini
terjadi karena akan memberikan beban biaya yang cukup
besar bagi rumah sakit. Kesadaran ini terlihat dimana variabel
norma subyektif berpengaruh signifikan terhadap kinerja
lingkungan. Jadi hanya biaya lingkungan yang sangat
signifikan saja yang dimasukkan ke dalam sistem akuntansi
rumah sakit, dengan kesadaran biaya lingkungan yang tidak
dimasukkan adalah biaya lingkungan yang memberikan
dampak buruk terhadap rumah sakit sendiri dan masyarakat
di sekitar rumah sakit.
Variabel perceived behavior control akuntan
berpengaruh signifikan terhadap niat akuntan untuk
mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam sistem
akuntansi perusahaan. Hasil ini memperkuat penelitian
bebbington (1994) dan Rusmana (2003). Semakin besar
pengendalian (control) terhadap perilaku yang diterima, maka
akan semakin besar niat individu untuk menampilkan suatu
perilaku (ajzan, 2000). Tetapi variabel perceived behavior
control akuntan tidak berpengaruh terhadap kinerja
lingkungan.
Variabel niat akuntan tidak berpengaruh terhadap
kinerja lingkungan. Hal ini karena akuntan disini masih
dalam taraf niat (intention). Sehingga tidak memberikan
penilaian terhadap kinerja lingkungan. Kinerja lingkungan
akan dapat dinilai jika beberapa hal mengenai lingkungan
berupa biaya, implementasi dan dampak nyata akibat
lingkungan sudah dilakukan dan dikendalikan oleh
perusahaan.
4. Kesimpulan Dan Saran
1. Respond rate dalam penggunaan mail survey masih
sangat rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
permasalahan penerapan akuntansi lingkungan belum
sepenuhnya mendapatkan perhatian dari rumah sakit
yang menjadi responden. Mereka menganggap
masalah akuntansi lingkungan masih menjadi ancaman
rumah sakit dan bukannya sebagai bagian integral dari
rumah sakit.
2. Rumah sakit sebagai responden menyatakan bahwa
kepedulian terhadap masalah lingkungan yang
mendorong mereka untuk memperhatikan masalah
lingkungan cenderung dipengaruhi oleh adanya
komplain terhadap produk-produk perusahaan, selain
itu juga adanya tuntutan dari stakeholders, seperti:
konsumen, masyarakat, dan pemilik modal. Tuntutan
terhadap penerapan biaya-biaya lingkugan yang
dimasukkan ke dalam sistem akuntansi perusahaan,
peraturan-peraturan pemerintah dan tuntutan
persaingan belum sepenuhnya menjadi faktor
pendorong bagi perusahaan untuk peduli terhadap
masalah-masalah lingkungan.
3. Niat akuntan untuk mengimplementasikan akuntansi
lingkungan ke dalam sistem akuntansi rumah sakit
dipengaruhi oleh variabel perceived behavior control
akuntan. Dan variabel perceived behavior control
akuntan memiliki kontribusi sebesar 15% terhadap niat
akuntan untuk mengimplementasikan akuntansi
lingkungan ke dalam sistem akuntansi rumah sakit.
4. Kinerja lingkungan rumah sakit dipengaruhi oleh
variabel sikap perilaku akuntan dan norma subyektif
akuntan. Dan kedua variabel ini memiliki kontribusi
sebesar 51% terhadap kinerja lingkungan rumah sakit.
Berdasarkan penelitian ini, diperlunya sebuah
dorongan niat yang kuat untuk memasukkan biaya-biaya
lingkungan yang terjadi di rumah sakit ke dalam sistem
akuntansi rumah sakit. Dorongan ini juga melibatkan
akuntan manajemen, stakeholders, pelaksanaan dan
pengawasan secara lebih intensif sehingga dapat menjamin
semua biaya-biya lingkungan dapat dimasukkan kedalam
sistem akuntansi rumah sakit.
Untuk penelitian selanjutnya, variabel niat akuntan
untuk mengimplementasikan akuntansi lingkungan ke
dalam sistem akuntansi rumah sakit akan lebih tepat jika
dihubungkan pengaruhnya terlebih dahulu terhadap
variabel penerapan biaya-biaya lingkungan ke dalam
laporan keuangan rumah sakit sebelum dihubungkan
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 9
pengaruhnya terhadap variabel kinerja lingkungan. Serta
cakupan responden lebih diperluas lagi wilayahnya,
sehingga menghasilkan hasil penelitian yang
menggambarkan keadaan biaya-biaya lingkungan yang
terjadi dan dicatat serta dilaporkan oleh rumah sakit atau
perusahaan secara lebih luas.
References Abukhader, S. M. (2008). Eco-efficiency in the era of
electronic commerce - should 'eco-effectiveness'
approach be adopted? Journal of Cleaner
Production, 16(7), 801-808.
Ahmed, N.U. and Sharma, S.K. (2006) Porters value
chain model for assessing the impact of the
internet for environmental gains, Int. J.
Management and Enterprise Development, Vol. 3,
No. 3, pp.278295
Cairns, S. (2005) Delivering Supermarket Shopping: More
or Less Traffic? Transport Reviews, Vol. 25, No.
1, 5184, January 2005
Gunther, Marc (2010) Is E-Commerce Truly Good for the
Planet?http://www.greenbiz.com/blog/2010/09/14/
e-commerce-truly-good-planet
Siikavirta, H, Punakivi, M., Karkkainen, M and Linnanen,
L. (2005) Effects of E-Commerce on Greenhouse
Gas Emissions, A Case Study of Grocery Home
Delivery in Finland. Journal of Industrial Ecology,
Vol 6, No 2, 83-97.
Yang, Jih Chang Environmental Impact of E-Commerce
and Other Sustainability Implications of The
Information Economy, Working Paper of the
Research Group on the Global FutureCenter for
Applied Policy Research (CAP)
How Can Google Products Help You Green The Way You
Live and Work?
http://www.google.com/green/innovations
BIOGRAFI PENULIS
Penulis adalah dosen di Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi, Universitas Parahyangan, Indonesia. Beliau
mendapatkan gelar Magister Management, dari School of
Business and Management Bandung Institute of Technology, Bandung, Indonesia, pada tahun 2003.Fokus
pengajaran dan penelitiannya adalah pada Manajemen
Sumber Daya Manusia, Manajemen Perusahaan, dan
Bisnis. Untuk informasi lebih lanjut, beliau dapat
dihubungi melalui [email protected]
-
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 10