Niat Akuntan Dan Akuntansi Lingkungan

10
Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan NIAT AKUNTAN DAN AKUNTANSI LINGKUNGAN Lisa Kartikasari Universitas Islam Sultan Agung Alamat: Jl. Raya Kaligawe km 4 Semarang Email: [email protected] Abstract Penelitian ini menguji pengaruh niat akuntan untuk menerapkan akuntansi lingkungan ke dalam sistem akuntansi perusahaan serta terhadap kinerja lingkungan Niat akuntan menggunakan theory of planned behavioral. Di dalam theory of planned behavioral terdapat tiga perilaku, yaitu attitude, subjective norm dan perceived control.Masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum menerapkan akuntansi lingkungan di perusahaannya. Padahal banyak biaya-biaya lingkungan yang terjadi pada perusahaan tersebut Penelitian ini mengambil 42 rumah sakit di provinsi jawa tengah sebagai sampel. Alasan rumah sakit sebagai obyek penelitian karena di rumah sakit banyak terdapat biaya-biaya lingkungan yang semestinya dimasukkan ke dalam akuntansi lingkungan perusahaan. Model diuji menggunakan part analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable attitude berpengaruh signifikan terhadap niat akuntan untuk mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam akuntansi perusahaan. Disamping itu hasil lain menunjukkan variable attitude, perceivec behavioral dan accountant’ intention berpengaruh terhadap kinerja lingkungan. Penelitian yang akan datang dapat menguji pengaruh niat akuntan terhadap biaya-biaya lingkungan sebelum dipengaruhkan terhadap variable kinerja lingkungan. Keywords:Niat akuntan, akuntansi lingkungan, theory of planned behavioral, kinerja lingkungan, biaya lingkungan. 1. Pendahuluan Di Indonesia kelestarian lingkungan baru mendapat perhatian masyarakat di akhir dekade ini. Hal ini ditunjukkan dengan semakin gencarnya media massa dalam mempromosikan peran penting lingkungan. Perkembangan teknologi seperti internet dan CD-ROM ikut memudahkan akses masyarakat terhadap jurnal-jurnal dan majalah- majalah nasional dan internasional yang membahas isu lingkungan. Kemenangan Pemerintah atas Indorayon dalam proses pengadilan yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan juga merupakan momentum penting penegakan lingkungan hidup di tanah air. Isu-isu lingkungan secara langsung dan tidak langsung telah masuk dalam performa ekonomi suatu usaha/kegiatan maupun organisasi. Peningkatan kebijakan lingkungan usaha dan informasi keuntungan bagi investor maupun pelaku bisnis berdasarkan perlindungan lingkungan produk, merupakan salah satu contoh yang bisa diketengahkan saat ini. Dampak finansial dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan isu-isu lingkungan, seringkali salah dalam perhitungannya akibat adanya hidden cost maupun overhead cost apabila menggunakan metode perhitungan akuntansi konvensional. Akuntansi sebagai calculate science juga menerapkan atau memasukkan lingkungan dalam implementasi ilmunya. Hal ini berkaitan dengan keterbukaan perusahaan untuk mengungkapkan informasi lingkungan sebagai dampak dari aktivitas industri atau bisnis mereka. Akuntansi lingkungan (Environmental Accounting) adalah istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak (impact) baik moneter maupun non-moneter yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan (djogo,2006) Akuntansi Lingkungan Hidup juga merupakan metodologi untuk menilai biaya dan manfaat dari sebuah kegiatan lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan. Hasil akuntansi ini digunakan oleh para pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan perbaikan lingkungan. Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 tahun 1994

description

akuntansi lingkungan

Transcript of Niat Akuntan Dan Akuntansi Lingkungan

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    NIAT AKUNTAN DAN AKUNTANSI LINGKUNGAN

    Lisa Kartikasari Universitas Islam Sultan Agung

    Alamat: Jl. Raya Kaligawe km 4 Semarang Email: [email protected]

    Abstract

    Penelitian ini menguji pengaruh niat akuntan untuk menerapkan akuntansi lingkungan ke dalam sistem

    akuntansi perusahaan serta terhadap kinerja lingkungan Niat akuntan menggunakan theory of planned

    behavioral. Di dalam theory of planned behavioral terdapat tiga perilaku, yaitu attitude, subjective norm dan

    perceived control.Masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum menerapkan akuntansi lingkungan di

    perusahaannya. Padahal banyak biaya-biaya lingkungan yang terjadi pada perusahaan tersebut Penelitian

    ini mengambil 42 rumah sakit di provinsi jawa tengah sebagai sampel. Alasan rumah sakit sebagai obyek

    penelitian karena di rumah sakit banyak terdapat biaya-biaya lingkungan yang semestinya dimasukkan ke

    dalam akuntansi lingkungan perusahaan. Model diuji menggunakan part analisis. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa variable attitude berpengaruh signifikan terhadap niat akuntan untuk mengaplikasikan

    akuntansi lingkungan ke dalam akuntansi perusahaan. Disamping itu hasil lain menunjukkan variable

    attitude, perceivec behavioral dan accountant intention berpengaruh terhadap kinerja lingkungan. Penelitian

    yang akan datang dapat menguji pengaruh niat akuntan terhadap biaya-biaya lingkungan sebelum

    dipengaruhkan terhadap variable kinerja lingkungan.

    Keywords:Niat akuntan, akuntansi lingkungan, theory of planned behavioral, kinerja lingkungan, biaya lingkungan.

    1. Pendahuluan Di Indonesia kelestarian lingkungan baru

    mendapat perhatian masyarakat di akhir dekade ini. Hal ini

    ditunjukkan dengan semakin gencarnya media massa dalam

    mempromosikan peran penting lingkungan. Perkembangan

    teknologi seperti internet dan CD-ROM ikut memudahkan

    akses masyarakat terhadap jurnal-jurnal dan majalah-

    majalah nasional dan internasional yang membahas isu

    lingkungan. Kemenangan Pemerintah atas Indorayon dalam

    proses pengadilan yang berkaitan dengan pencemaran

    lingkungan juga merupakan momentum penting penegakan

    lingkungan hidup di tanah air.

    Isu-isu lingkungan secara langsung dan tidak

    langsung telah masuk dalam performa ekonomi suatu

    usaha/kegiatan maupun organisasi. Peningkatan kebijakan

    lingkungan usaha dan informasi keuntungan bagi investor

    maupun pelaku bisnis berdasarkan perlindungan

    lingkungan produk, merupakan salah satu contoh yang bisa

    diketengahkan saat ini. Dampak finansial dalam

    pengambilan keputusan yang berhubungan dengan isu-isu

    lingkungan, seringkali salah dalam perhitungannya akibat

    adanya hidden cost maupun overhead cost apabila

    menggunakan metode perhitungan akuntansi konvensional.

    Akuntansi sebagai calculate science juga

    menerapkan atau memasukkan lingkungan dalam

    implementasi ilmunya. Hal ini berkaitan dengan

    keterbukaan perusahaan untuk mengungkapkan informasi

    lingkungan sebagai dampak dari aktivitas industri atau

    bisnis mereka. Akuntansi lingkungan (Environmental

    Accounting) adalah istilah yang berkaitan dengan

    dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke

    dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga

    pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak (impact) baik

    moneter maupun non-moneter yang harus dipikul sebagai

    akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas

    lingkungan (djogo,2006) Akuntansi Lingkungan Hidup

    juga merupakan metodologi untuk menilai biaya dan

    manfaat dari sebuah kegiatan lingkungan untuk mengurangi

    dampak lingkungan. Hasil akuntansi ini digunakan oleh

    para pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan yang

    berkaitan dengan perbaikan lingkungan. Dalam Keputusan

    Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 tahun 1994

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 2

    tentang pedoman umum audit lingkungan, disebutkan

    bahwa instrumen ekonomi atau yang lebih dikenal dengan

    sistem Insentif akhir-akhir ini berkembang sebagai

    alternatif ataupun pelengkap pendekatan untuk mencapai

    tujuan dalam upaya pengendalian dampak lingkungan.

    Pendekatan ini pada dasarnya bertumpu pada prinsip

    menawarkan financial insentif ataupun disinsentif kepada

    para pelaku ekonomi untuk membayar bila merusak

    lingkungan atau menanam modal untuk tidak merusak

    lingkungan.

    Penelitian yang berkaitan dengan akuntansi

    lingkungan seperti yang dilakukan oleh Bebbington et al

    (1994) menunjukkan bahwa keterlibatan akuntan

    manajemen dan akuntansi dalam respon perusahaan

    terhadap agenda lingkungan berada pada level rendah,

    disamping menyimpulkan adanya konflik antara kesadaran

    akuntan manajemen terhadap agenda lingkungan dan

    ketidakmampuan untuk menterjemahkan kedalam kegiatan

    dalam kehidupan perusahaan. Hasil penelitian Lindriana

    Sari (2005) tentang Akuntansi Lingkungan selama lima

    tahun ini menunjukkan bahwa kurang dari 50% perusahaan

    terbuka di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang peduli pada

    konservasi lingkungan. Semakin besar perusahaan peduli

    yaitu dengan melihat dari biaya-biaya yang mereka

    alokasikan untuk konservasi lingkungan, kita berharap

    semakin baik pula kualitas lingkungan sekitar perusahaan

    tersebut (Purwati, 2007). Rusmana (2003) mengungkapan

    sikap dan niat akuntan terhadap internalisasi lingkungan

    dalam sistem akuntansi perusahaan, dengan menggunakan

    theory of planned behaviour. Untuk memprediksi perilaku

    akuntan secara akurat yang dihubungkan dengan akuntansi

    lingkungan, penggunaan theory of planned behaviour yang

    merupakan pengembangan dari theory of reasoned action

    adalah tepat. Karena theory of planned behaviour

    mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi

    perilaku secara mendalam (Dharmmesta,1998). Menurut

    Icek Ajzen (2000), perilaku manusia dituntun oleh tiga

    jenis pertimbangan. Pertimbangan pertama berupa

    keyakinan mengenai adanya konsekuensi dari perilaku

    (Behavioral Beliefs). Terdapat konsekuensi yang harus

    diterima oleh seseorang atas perilaku yang dilakukan.

    Kedua, keyakinan mengenai harapan normatif dari pihak

    lain (Normative beliefs). Artinya bahwa perilaku seseorang

    diharapkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.

    Terakhir, keyakinan mengenai adanya faktor-faktor yang

    mendukung atau merintangi sikap perbuatan seseorang

    (Control Beliefs). Jika ketiga perilaku tersebut

    dikombinasikan, maka akan menunjukkan pada

    pembentukan suatu niat/kemauan (behavioral niat).

    Aplikasi ketiga perilaku dari theory of planned behaviour

    dalam bidang akuntansi lingkungan dapat dikatakan bahwa

    semakin baik sikap dan norma subyektif terhadap suatu

    perilaku dan semakin besar pengendalian perilaku yang

    dirasakan, maka semakin kuat niat akuntan untuk

    melaksanakan tindakan penerapan akuntansi lingkungan

    dalam perusahaannya.

    Indikator keberhasilan bahwa perusahaan

    mendapatkan kriteria sebagai perusahaan yang berkinerja

    lingkungan baik diantaranya adalah menurunnya beban

    pencemaran yang dikeluarkan oleh perusahaan ke lingkungan

    dan meningkatnya kepercayaan para stakeholder terhadap

    hasil penilaian kinerja perusahaan yang telah dilakukan.

    Kinerja lingkungan juga akan tercapai pada level yang tinggi

    jika perusahaan secara proaktif melakukan berbagai tindakan

    manajemen lingkungan secara terkendali. Berry dan

    Rondinelli (1998) dan Pfleiger et al (2005) menyatakan

    bahwa kinerja lingkungan sangat dipengaruhi oleh sejauh

    mana dorongan terhadap pengelolaan lingkungan dilakukan

    oleh berbagai instansi khususnya instansi pemerintah. Niat

    akuntan untuk menerapkan akuntansi lingkungan di dalam

    sistem akuntansi perusahaan yang didorong dengan sikap dan

    perilaku akuntan akan memberikan penilaian kinerja

    lingkungan perusahaan yang tinggi. Dari pemikiran tersebut,

    penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa dari

    perspektif theory of planned behaviour yaitu sikap, norma

    subyektif dan kontrol atas perilaku akuntan atas akuntansi

    lingkungan akan membentuk niat akuntan untuk

    mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam sistem

    akuntansi perusahaan. Niat akuntan tersebut akan mendorong

    penilaian atas kinerja lingkungan perusahaan.

    1. Tinjauan Pustaka

    2. 1.Theory Of Planned Behavior

    Niat merupakan fungsi dari tiga determinan dasar,

    yaitu pertama sikap individu terhadap perilaku, ke dua adalah

    persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan

    atau untuk tidak melakukan perilaku yang bersangkutan, dan

    yang ke tiga adalah aspek kontrol perilaku yang dihayati

    (Azwar, 1995: hal 10-11). Penjelasan mengenai munculnya

    perilaku spesifik dalam diri individu dijelaskan oleh Ajzen

    dan Fishbein dalam bentuk teori yang dinamakan teori

    perilaku terencana (theory of planned behavior). Teori ini

    berusaha untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku

    manusia dalam konteks tertentu. Menurut Ajzen dan Fishbein,

    sikap dan kepribadian seseorang berpengaruh terhadap

    perilaku tertentu hanya jika secara tidak langsung dipengaruhi

    oleh beberapa faktor yang berkaitan erat dengan perilaku

    (Ajzen, 1991: hal 2) Dalam theory of planned behavior, faktor

    utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu adalah

    niat untuk menampilkan perilaku tertentu (Ajzen, 1991: hal

    5). Niat diasumsikan sebagai faktor motivasional yang

    mempengaruhi perilaku. Niat merupakan indikasi seberapa

    keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang

    dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Sebagai aturan

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 3

    umum, semakin keras niat seseorang untuk terlibat dalam

    suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-

    benar melakukan perilaku tersebut. Niat untuk berperilaku

    dapat menjadi perilaku sebenarnya hanya jika perilaku

    tersebut ada di bawah kontrol individu yang bersangkutan.

    Individu tersebut memiliki pilihan untuk memutuskan

    menampilkan perilaku terterntu atau tidak sama sekali.

    (Ajzen, 1991:hal 6). Sampai seberapa jauh individu akan

    menampilkan perilaku, juga tergantung pada faktor-faktor

    non motivasional. Salah satu contoh dari faktor non

    motivasional adalah ketersediaan kesempatan dan sumber

    yang dimiliki ( misal , uang, waktu dan bantuan dari pihak

    lain). Secara kolektif, faktor-faktor ini mencerminkan kontrol

    aktual terhadap perilaku. Jika kesempatan dan sumber-

    sumber yang dimiliki tersedia dan terdapat niat untuk

    menmapilkan perilaku, maka kemungkinan perilaku itu

    muncul, sangatlah besar. Dengan kata lain, suatu perilaku

    akan muncul ,jika terdapat motivasi (niat) dan kemampuan

    (kontrol perilaku).

    Fungsi pembahasan biaya lingkungan dalam

    hubungannya antara theory of planned behaviour adalah

    pengakuan dan pengukuran secara kuantitatif seluruh biaya

    lingkungan yang terjadi merupakan perilaku yang

    diinginkan oleh akuntansi lingkungan (Rusmana, 2003).

    Selanjutnya kaitannya dengan theory of planned behaviour,

    sikap terhadap pengakuan biaya lingkungan merupakan

    hasil dari keyakinan terhadap cost dan benefit dari

    pengakuan biaya lingkungan yang menjadi sikap pada

    perilaku tersebut.

    Perilaku akuntan dengan memasukkan biaya lingkungan

    dalam komponen biaya-biaya perusahaan akan menghasilkan

    penilaian kuantitatif tentang biaya dan efek perlindungan

    lingkungan perusahaan. Perilaku ini merupakan implementasi

    dari sikap terhadap perilaku. Dengan perilaku akuntan

    tersebut maka keterlibatan akuntan dalam menjaga

    lingkungan dan dampaknya akan meningkatkan kinerja

    lingkungan perusahaan. Hal ini sesuai dengan norma

    subyektif dari theory of planned behaviour. Dengan

    memasukkan biaya-biaya lingkungan yang terjadi dalam

    perusahaan, konsekuensi yang ada adalah timbulnya kenaikan

    biaya-biaya perusahaan secara keseluruhan. Tetapi hal ini

    akan ada hasil positif penanganan persoalan lingkungan dan

    pengurangan dampak negatif lingkungan bagi perusahaan

    (implementasi dari Kontrol terhadap perilaku yang

    dirasakan). Hal-hal tersebut di atas akan meningkatkan

    kemauan akuntan untuk mengaplikasikan akuntansi

    lingkungan ke dalam sistem akuntansi perusahaan, yang akan

    memberikan pengaruh pada kinerja lingkungan perusahaan.

    2.2. Akuntansi Lingkungan

    Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai

    berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Akibat tekanan

    lembaga-lembaga bukan pemerintah dan meningkatnya

    kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang

    mendesak agar perusahaan-perusahaan menerapkan

    pengelolaan lingkungan bukan hanya kegiatan industri

    demi bisnis saja. Pada tertengahan tahun 1990-an the

    International Accounting Standards Committee ("IASC")

    mengembangkan konsep tentang prinsip-prinsip akuntansi

    internasional. Termasuk di dalamnya pengembangan

    akuntansi lingkungan dan audit hak-hak azasi manusia.

    Kemudian juga standar industri semakin berkembang dan

    auditor/accreditor profesional seperti the American Institute

    of Certified Public Auditors ("AICPA") yang mengeluarkan

    prinsip-prinsip universal tentang environmental audits. Para

    akuntan menganjurkan untuk melihat lingkungan bukan

    sebagai suatu ancaman (threat) tetapi sebagai suatu

    kesempatan (opportunity). Lickiss (1991) mengatakan

    bahwa akuntan harus menempatkan penekanan akuntansi

    untuk sumber daya manusia dan kekayaan alam, karena

    praktek lingkungan yang baik juga akan berefek pada

    praktek bisnis yang baik. Lickiss memberikan 4 strategi

    keterlibatan akuntan pada lingkungan, antara lain; 1)

    Dorongan perusahaan untuk mengembangkan dan

    melaporkan kebijakan lingkungan yang inovatif. 2)

    Penelitian dalam bidang audit lingkungan dan

    pengukurannya. 3) Suatu review dari kecukupan praktek-

    praktek saat ini dalam mengestimasikan contingent

    liabilities. 4) Pengakuan dari suatu kesempatan untuk

    memberitahukan implikasi dalam bidang hukum dan

    perpajakan.

    Riset mengenai Akuntansi lingkungan pertama kali

    dilakukan pada sekitar tahun 1980-an oleh The Centre for

    Sustainability Management (CSM), University of

    Lueneburg, Germany dan diketuai oleh Prof. Dr. Stefan

    Schaltegger di saat mengembangkan konsep eco-efficiency

    di Eropa. Sejak tahun 1999 Badan Lingkungan Hidup

    Jepang (the Environmental Agency) yang kemudian

    berubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup-Ministry

    of Environment (MOE) mengeluarkan petunjuk akuntansi

    lingkungan (environmental accounting guidelines) yang

    dikeluarkan pada Mei 2000 (djogo, 2006).

    Banyak perusahaan industri dan jasa besar dunia

    yang kini menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya

    adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan

    dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari

    sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat

    atau efek (economic benefit). Akuntansi lingkungan

    diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan

    penilaian kuantitatif tentang biaya dan efek perlindungan

    lingkungan (environmental protection).

    2.3. Kinerja Lingkungan Perusahaan

    Pengukuran kinerja lingkungan di Indonesia

    dengan menggunakan Program Penilaian Peringkat Kinerja

    Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 4

    Sikap perilaku terhadap

    Akuntansi lingkungan

    Norma Subyektif terhadap

    Akuntansi Lingkungan

    Perceived behavior

    controlakuntan terhadap

    Akuntansi Lingkungan

    Niat akuntan untuk

    mengaplikasikan akuntansi

    lingkungan ke dalam

    sistem akuntansi

    perusahaan

    disingkat PROPER. PROPER merupakan salah satu upaya

    yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup

    (KLH) untuk mendorong penaatan perusahaan dalam

    pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen

    informasi. Agar informasi yang dikeluarkan oleh PROPER

    legitimate dimata masyarakat maka pelaksanaan PROPER

    menerapkan prinsip-prinsip Good Environmental

    Governance (GEG), antara lain transparansi, fairness,

    partisipasi multi stakeholder dan akuntabel. Sistem

    peringkat kinerja PROPER mencakupi pemeringkatan

    perusahaan dalam 5 (lima) peringkat warna yang

    mencerminkan kinerja pengelolaan lingkungan secara

    keseluruhan. Perusahaan berperingkat merah dan hitam

    merupakan perusahaan yang belum taat, perusahaan

    berperingkat biru adalah perusahaan yang taat, sedangkan

    perusahaan hijau dan emas adalah perusahaan yang

    pengelolaan lingkungan lebih dari yang

    dipersyaratkan. Dengan demikian untuk perusahaan

    berperingkat emas, hijau, dan biru mendapatkan insentif

    reputasi, sedangkan perusahaan yang berperingkat merah

    dan hitam mendapatkan disinsentif reputasi.

    Susi (2005) meneliti pengaruh antara kinerja

    lingkungan dan kinerja keuangan untuk beberapa

    perusahaan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa

    kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap kinerja

    lingkungan. Canadian Institute of Chartered Accountant

    mengukur kinerja lingkungan perusahaan dan mengkaitkan

    dengan keberadaan akuntan manajemen di dalam

    perusahaan sebagai pihak yang langsung terlibat dalam

    implementasi akuntansi lingkungan dalam perusahaan.

    Keterlibatan akuntan perusahaan berkenaan dengan biaya-

    biaya lingkungan dan masalah akuntansi lingkungan lain

    dalam penelitian Bebbington et al ( 1994) dengan hasil

    yang menunjukkan bahwa masih kurangnya

    environmentally sensitive accounting untuk akuntan dalam

    kaitannya dengan akuntansi lingkungan perusahaan. Hal ini

    menguatkan dari penelitian Gray et al (1996) yang

    menganggap bahwa kerusakan lingkungan yang ada di

    dunia sekarang ini merupakan bukti atas gagalnya

    akuntansi serta demokrasi ekonomi liberal yang ada

    sekarang.

    Hipotesis:

    H1 Sikap perilaku akuntan terhadap Akuntansi

    Lingkungan, Norma subyektif akuntan terhadap

    Akuntansi Lingkungan dan Perceived behavior

    control akuntan terhadap Akuntansi Lingkungan

    berpengaruh terhadap Niat akuntan untuk

    mengaplikasikan

    akuntansi lingkungan ke dalam sistem akuntansi

    perusahaan

    H2 Sikap perilaku akuntan terhadap Akuntansi

    Lingkungan, Norma subyektif akuntan terhadap

    Akuntansi Lingkungan dan Perceived behavior

    control akuntan terhadap Akuntansi Lingkungan

    serta Niat akuntan untuk mengaplikasikan

    akuntansi lingkungan ke dalam sistem akuntansi

    perusahaan berpengaruh terhadap kinerja

    lingkungan perusahaan.

    2. Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

    analitis, dengan memfokuskan pada identifikasi yang

    mendalam tentang pentingnya theory of planned behavior

    yang membentuk niat akuntan untuk implementasi

    akuntansi lingkungan dalam sistem akuntansi perusahaan.

    Identifikasi pentingnya memasukkan biaya-biaya

    lingkungan yang terjadi ke dalam laporan keuangan

    perusahaan. Implementasi yang dilakukan oleh akuntan ini

    dikuatkan dengan theory of planned behavior. Dimana

    dalam theory ini niat akuntan didukung dan dibentuk oleh

    tiga sikap dan perilaku akuntan, yaitu behavioral beliefs,

    normative beliefs dan control beliefs. Secara umum dapat

    dibuat kerangka penelitian seperti pada gambar 1 berikut

    ini.

    Kinerja Lingkungan

    perusahaan

    Gambar 1. Kerangka Penelitian

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 5

    Adapun metode dan teknik penelitian yang digunakan

    adalah penggabungan antara studi literature, observasi dan

    survey responden, metode wawancara dengan responden

    secara mendalam dan terstruktur (indepth interview).

    Keseluruhan metode tersebut akan dibantu dengan program

    Lisrel untuk mempermudah dalam menganalisis data.

    Tabel 1. Kebutuhan Data

    Data yang diperlukan Sumber Data

    Literatur theory of planned

    behaviour dan akuntansi

    lingkungan

    Artikel dalam jurnal,

    majalah ilmiah, text book dll

    Data Rumah sakit

    umum/swasta di jawa tengah

    Dinas Kesehatan Propinsi

    Jawa Tengah

    Pentingnya theory of planned

    behavior dalam membentuk

    niat akuntan untuk

    implementasi akuntansi

    lingkungan dalam sistem

    akuntansi perusahaan

    Mail survey, observasi dan

    interview mendalam dengan

    responden terpilih

    Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah manajer

    keuangan di rumah sakit-rumah sakit besar di Jawa Tengah.

    Dipilihnya manajer keuangan karena manajer keuangan

    yang bertanggungjawab atas implementasi akuntansi

    lingkungan ke dalam sistem akuntansi perusahaan.

    Berdasarkan Direktori Rumah sakit umum/swasta besar di

    Jawa Tengah (2008) yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

    Propinsi Jawa Tengah terdapat 155 rumah sakit. Dipilihnya

    rumah sakit umum/swasta ini mempunyai komponen

    pembiayaan untuk lingkungan yang lebih kompleks

    dibandingkan dengan jenis perusahaan lain. Teknik

    pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random

    Sampling. Setiap elemen populasi secara independen

    mempunyai probabilitas dipilih satu kali. Terpilih 105

    rumah sakit umum/swasta yang akan digunakan sebagai

    sampel. Jumlah yang kembali adalah sebanyak 49

    kuesioner. Jadi response rate dari penyebaran kuesioner ini

    adalah 47% dari total kuesioner yang dikirim. Dari jumlah

    yang kembali, terdapat 6 kuesioner yang tidak dapat

    dimasukkan sebagai sampel karena tidak memenuhi kriteria

    pemilihan sampel atau tidak lengkap pengisiannya. Jumlah

    sampel akhir yang didapat yang dapat diikutkan dalam

    pengujian adalah sebanyak 43 kuesioner.

    Metode Pengumpulan Data

    Data primer dikumpulkan dengan menggunakan

    metode survey dengan teknik pengumpulan data

    menggunakan kuesioner, yaitu dengan mengirim kuesioner

    melalui jasa pos (mail survey) dan dikirim langsung ke

    rumah sakit umum/swasta di seluruh propinsi Jawa tengah.

    Definisi Operasional Variabel

    Sikap terhadap perilaku. Sama dengan penelitian Rusmana

    (2003) variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen

    item-item yang dipakai dalam penelitian Tellus

    institute(1995) dengan menggunakan skala likert (1) tidak

    setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju, (4) setuju dan

    (5) sangat setuju.

    Norma Subyektif. Variabel ini diukur dengan menggunakan

    instrument seperti dalam penelitian Bebbington et al

    (1994), dengan menggunakan skala likert (1) tidak setuju,

    (2) kurang setuju, (3) cukup setuju, (4) setuju dan (5)

    sangat setuju.

    Perceived behavior control akuntan. Untuk mengukur

    variable ini digunakan constructing questionnaire dari

    ajzen (2000).

    Niat akuntan untuk mengaplikasikan akuntansi lingkungan

    ke dalam sistem akuntansi perusahaan. Niat dalam ajzen

    (2000) diasumsikan sebagai perilaku anteseden. Kemauan

    yang akan dilakukan. Perilaku ini adalah kemauan akuntan

    untuk mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam

    sistem akuntansi perusahaan. Niat diukur dengan beberapa

    pertanyaan yang dibuat sesuai dengan constructing

    kuesioner dari Ajzen (2000).

    Kinerja Lingkungan. Konsep pengukuran kinerja

    lingkungan perusahaan telah banyak dikembangkan oleh

    beberapa peneliti. Empat dimensi pengukuran dari

    Wiseman (1982) yaitu dimensi ekonomi, Pollution

    decrease, hukum dan environment information digunakan

    sebagai pengukuran dalam penelitian ini.

    Metode Analisis

    Penelitian ini menggunakan Structural Equation

    Model (SEM) sebagai teknik analisisnya dengan

    menggunakan program Lisrel. SEM adalah teknik

    multivariate yang mengkombinasikan aspek-aspek multiple

    regression (menguji hubungan ketergantungan dan analysis

    factor (menunjukkan konsep-konsep tak terukur, faktor

    dengan banyak variabel) untuk mengestimasi hubungan

    saling ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998).

    Teknik SEM memungkinkan terakomodasinya model

    penelitian ini yang memiliki keterkaitan diantara variabel-

    variabel independen dikarenakan input dalam SEM berupa

    jalur-jalur yang akan menghubungkan variabel yang diuji

    berdasarkan matriks korelasi polychoric dari data ordinal.

    Hasil dari input adalah nilai t observasi yang akan

    dibandingkan dengan nilai t yang terdapat pada tabel uji t

    dengan nilai signifikansi yang ditetapkan (t tabel). Bila

    nilai t observasi lebih besar dari nilai t tabel, maka hipotesis

    alternatif diterima, bila terjadi sebaliknya maka hipotesis

    alternatif ditolak.

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 6

    3. Hasil Dan Pembahasan

    Periode pengumpulan data penelitian ini adalah selama

    lima bulan dari April 2009 sampai September 2009. Dalam

    menyebarkan kuesioner ini, peneliti mendatangi langsung

    rumah sakit tempat responden bekerja, melalui beberapa

    contact person yang ada di rumah sakit,dan juga melalui

    mail survey.

    Uji Validitas

    Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor

    terhadap instrumen penelitian, pertanyaan yang faktor

    loadingnya dibawah 0.4 tidak dimasukkan dalam analisis (Hair et

    al, 1995). Dari 19 indikator dalam penelitian ini akan diuji

    reliabilitasnya dengan menggunakan koefisien cronbachs alpha.

    Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 4.

    Uji Reliabilitas

    Reliabilitas untuk masing-masing variabel penelitian memiliki

    cronbachs alpha diatas 0.5 yang berarti bahwa semua pertanyaan

    pada tiap variabel penelitian adalah reliabel. Secara keseluruhan

    nilai cronbachs alpha sebesar 0.706 menguatkan pernyataan

    bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner memiliki sifat

    konsistensi yang tinggi.

    Kecocokan Model Struktural

    Analisis ini dilakukan terhadap koefisien-koefisien

    persamaan struktural dengan menspesifikasikan tingkat

    signifikansi tertentu. Analisa model struktural ini untuk

    menguji hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk

    tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka nilai t dari

    persamaan struktural harus lebih besar atau sama dengan

    1,96 atau untuk praktisnya lebih besar sama dengan 2

    (Wijanto, 2008). Dari keseluruhan hipotesis, menghasilkan

    2 persamaan yang berarti ada 2 model struktural yang

    diajukan.

    Model Persamaan Struktural 1:

    H1 Sikap perilaku akuntan terhadap Akuntansi

    Lingkungan, Norma subyektif akuntan terhadap

    Akuntansi Lingkungan dan Perceived behavior

    control akuntan terhadap Akuntansi Lingkungan

    berpengaruh terhadap Niat akuntan untuk

    mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam

    sistem akuntansi perusahaan

    TOTNA = -0.21*TOTSPA + 0.46*TOTNSA -

    0.52*TOTPBCA,

    Errorvar = 3.95 , R2 = 0.15

    Dari persamaan dalam model struktural pertama di atas

    dapat dilihat pada angka yang paling bawah, tidak semua

    koefisien memiliki nilai t yang signifikan. Hanya pada

    variabel Perceived Behavior Control Akuntan (TOTPBCA)

    saja yang signifikan terhadap variabel niat akuntan

    (TOTNA), dengan nilai t sebesar -2.02. Sedang variabel

    sikap perilaku akuntan (TOTSPA) dan norma subyektif

    akuntan (TOTNSA) signifikan terhadap niat akuntan

    (TOTNA), karena nilai t dibawah 1.96. Persamaan ini

    merupakan persamaan untuk hipotesa pertama.

    Model Persamaan Struktural 2:

    H2 Sikap perilaku akuntan terhadap Akuntansi

    Lingkungan, Norma subyektif akuntan terhadap

    Akuntansi Lingkungan dan Perceived behavior

    control akuntan terhadap Akuntansi Lingkungan

    serta Niat akuntan untuk mengaplikasikan

    akuntansi lingkungan ke dalam sistem akuntansi

    perusahaan berpengaruh terhadap kinerja

    lingkungan perusahaan

    TOTKL = 0.022*TOTNA + 0.20*TOTSPA +

    0.59*TOTNSA -0.040*TOTPBCA, Errorvar =

    1.23 , R2 = 0.51

    Dari persamaan dalam model struktural pertama di atas

    dapat dilihat pada angka yang paling bawah, tidak semua

    koefisien memiliki nilai t yang signifikan. Variabel sikap

    perilaku akuntan (TOTSPA) dan norma subyektif akuntan

    (TOTNSA) signifikan terhadap variabel kinerja lingkungan

    (TOTKL). Dimana nila t masing-masing adalah 1.99 dan

    4.20 diatas 1.96. Sedangkan variabel niat akuntan

    (TOTNA) dan perceived behavior control akuntan

    (TOTPBCA) tidak signifikan terhadap kinerja lingkungan

    (TOTKL). Dimana nilai t dibawah 1,96. Persamaan ini

    merupakan persamaan untuk hipotesa kedua.

    Untuk menilai seberapa baik coefficient of

    determination dari persamaan struktural, akan dilihat dari

    besaran dari R2 (Wijanto, 2006). Hasil pengujian Lisrel

    yang dapat dilihat pada Reduced Form Equation

    didapatkan nilai R2

    untuk masing-masing persamaan.

    Model pertama memiliki nilai R 0,15 yang berarti model

    ini mampu menjelaskan 15% dari perubahan pada variabel

    laten Niat akuntan. Model kedua memiliki nilai R 0,51

    yang berarti model ini mampu menjelaskan 51% dari

    perubahan pada variabel laten kinerja

    lingkungan.Kesimpulan yang dapat diambil dari uji ini

    adalah bahwa model pertama dan kedua cukup baik. Secara

    keseluruhan nilai t dari dua hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini hasilnya dapat disimpulkan dalam tabel 2

    berikut :

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 7

    Tabel 2 Nilai t-value untuk masing-masing hipotesa

    Hipotesa Path

    Estimasi

    Nilai t-

    value

    Kesimpulan

    H1 TOTSPA TOTNA -0.21 -1.17 Tidak Signifikan

    H1 TOTNSA TOTNA 0.46 1.90 Tidak Signifikan

    H1 TOTPBCA TOTNA -0.52 -2.02 Signifikan

    H2 TOTSPA TOTKL 0.20 1.99 Signifikan

    H2 TOTNSA TOTKL 0.59 4.20 Signifikan

    H2 TOTPBCA TOTKL -0.040 -0.26 Tidak Signifikan

    H2 TOTNA TOTKL 0.022 0.24 Tidak Signifikan

    Gambar 2. Path Diagram Model Struktural

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 8

    Hasil path diagram pada gambar 2 berikut,

    menunjukkan model struktural yang dihasilkan dari output

    Lisrel.

    Analisa Hasil Pengujian

    Berdasarkan model persamaan struktural yang

    dihasilkan, mengkonfirmasikan bahwa sikap perilaku

    akuntantidak signifikan mempengaruhi Niat akuntan. Hasil

    ini memperkuat hasil penelitian rusmana (2003). Dimana

    tidak semua akuntan manajemen di rumah sakit memiliki

    sikap perilaku untuk mengaplikasikan akuntansi lingkungan

    ke dalam sistem akuntansi rumah sakit. Menurut ajzen (2000)

    sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) yang

    merujuk pada tingkatan yang dimiliki oleh individu dalam

    membuat evaluasi yang sifatnya favorabel atau unfavorabel

    terhadap suatu perilaku. Tetapi variabel sikap perilaku

    akuntan ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

    kinerja lingkungan.

    Variabel norma subyektif akuntan tidak signifikan

    mempengaruhi niat akuntan. Hasil ini memperkuat hasil

    penelitian rusmana (2003). Tetapi berbeda hasil dengan

    penelitian bebbington (1994). Perilaku akuntan pada norma

    subyektif walaupun ada tekanan sosial yang melingkupi

    akuntan, tetapi akuntan tidak menampilkan perilaku untuk

    mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam sistem

    akuntansi perusahaan. Akuntan di rumah sakit menyadari

    dampak lingkungan yang buruk akan buruk pula untuk rumah

    sakit. Tetapi tidak semua biaya-biaya lingkungan akan

    dimasukkan ke dalam kelompok biaya rumah sakit. Hal ini

    terjadi karena akan memberikan beban biaya yang cukup

    besar bagi rumah sakit. Kesadaran ini terlihat dimana variabel

    norma subyektif berpengaruh signifikan terhadap kinerja

    lingkungan. Jadi hanya biaya lingkungan yang sangat

    signifikan saja yang dimasukkan ke dalam sistem akuntansi

    rumah sakit, dengan kesadaran biaya lingkungan yang tidak

    dimasukkan adalah biaya lingkungan yang memberikan

    dampak buruk terhadap rumah sakit sendiri dan masyarakat

    di sekitar rumah sakit.

    Variabel perceived behavior control akuntan

    berpengaruh signifikan terhadap niat akuntan untuk

    mengaplikasikan akuntansi lingkungan ke dalam sistem

    akuntansi perusahaan. Hasil ini memperkuat penelitian

    bebbington (1994) dan Rusmana (2003). Semakin besar

    pengendalian (control) terhadap perilaku yang diterima, maka

    akan semakin besar niat individu untuk menampilkan suatu

    perilaku (ajzan, 2000). Tetapi variabel perceived behavior

    control akuntan tidak berpengaruh terhadap kinerja

    lingkungan.

    Variabel niat akuntan tidak berpengaruh terhadap

    kinerja lingkungan. Hal ini karena akuntan disini masih

    dalam taraf niat (intention). Sehingga tidak memberikan

    penilaian terhadap kinerja lingkungan. Kinerja lingkungan

    akan dapat dinilai jika beberapa hal mengenai lingkungan

    berupa biaya, implementasi dan dampak nyata akibat

    lingkungan sudah dilakukan dan dikendalikan oleh

    perusahaan.

    4. Kesimpulan Dan Saran

    1. Respond rate dalam penggunaan mail survey masih

    sangat rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    permasalahan penerapan akuntansi lingkungan belum

    sepenuhnya mendapatkan perhatian dari rumah sakit

    yang menjadi responden. Mereka menganggap

    masalah akuntansi lingkungan masih menjadi ancaman

    rumah sakit dan bukannya sebagai bagian integral dari

    rumah sakit.

    2. Rumah sakit sebagai responden menyatakan bahwa

    kepedulian terhadap masalah lingkungan yang

    mendorong mereka untuk memperhatikan masalah

    lingkungan cenderung dipengaruhi oleh adanya

    komplain terhadap produk-produk perusahaan, selain

    itu juga adanya tuntutan dari stakeholders, seperti:

    konsumen, masyarakat, dan pemilik modal. Tuntutan

    terhadap penerapan biaya-biaya lingkugan yang

    dimasukkan ke dalam sistem akuntansi perusahaan,

    peraturan-peraturan pemerintah dan tuntutan

    persaingan belum sepenuhnya menjadi faktor

    pendorong bagi perusahaan untuk peduli terhadap

    masalah-masalah lingkungan.

    3. Niat akuntan untuk mengimplementasikan akuntansi

    lingkungan ke dalam sistem akuntansi rumah sakit

    dipengaruhi oleh variabel perceived behavior control

    akuntan. Dan variabel perceived behavior control

    akuntan memiliki kontribusi sebesar 15% terhadap niat

    akuntan untuk mengimplementasikan akuntansi

    lingkungan ke dalam sistem akuntansi rumah sakit.

    4. Kinerja lingkungan rumah sakit dipengaruhi oleh

    variabel sikap perilaku akuntan dan norma subyektif

    akuntan. Dan kedua variabel ini memiliki kontribusi

    sebesar 51% terhadap kinerja lingkungan rumah sakit.

    Berdasarkan penelitian ini, diperlunya sebuah

    dorongan niat yang kuat untuk memasukkan biaya-biaya

    lingkungan yang terjadi di rumah sakit ke dalam sistem

    akuntansi rumah sakit. Dorongan ini juga melibatkan

    akuntan manajemen, stakeholders, pelaksanaan dan

    pengawasan secara lebih intensif sehingga dapat menjamin

    semua biaya-biya lingkungan dapat dimasukkan kedalam

    sistem akuntansi rumah sakit.

    Untuk penelitian selanjutnya, variabel niat akuntan

    untuk mengimplementasikan akuntansi lingkungan ke

    dalam sistem akuntansi rumah sakit akan lebih tepat jika

    dihubungkan pengaruhnya terlebih dahulu terhadap

    variabel penerapan biaya-biaya lingkungan ke dalam

    laporan keuangan rumah sakit sebelum dihubungkan

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 9

    pengaruhnya terhadap variabel kinerja lingkungan. Serta

    cakupan responden lebih diperluas lagi wilayahnya,

    sehingga menghasilkan hasil penelitian yang

    menggambarkan keadaan biaya-biaya lingkungan yang

    terjadi dan dicatat serta dilaporkan oleh rumah sakit atau

    perusahaan secara lebih luas.

    References Abukhader, S. M. (2008). Eco-efficiency in the era of

    electronic commerce - should 'eco-effectiveness'

    approach be adopted? Journal of Cleaner

    Production, 16(7), 801-808.

    Ahmed, N.U. and Sharma, S.K. (2006) Porters value

    chain model for assessing the impact of the

    internet for environmental gains, Int. J.

    Management and Enterprise Development, Vol. 3,

    No. 3, pp.278295

    Cairns, S. (2005) Delivering Supermarket Shopping: More

    or Less Traffic? Transport Reviews, Vol. 25, No.

    1, 5184, January 2005

    Gunther, Marc (2010) Is E-Commerce Truly Good for the

    Planet?http://www.greenbiz.com/blog/2010/09/14/

    e-commerce-truly-good-planet

    Siikavirta, H, Punakivi, M., Karkkainen, M and Linnanen,

    L. (2005) Effects of E-Commerce on Greenhouse

    Gas Emissions, A Case Study of Grocery Home

    Delivery in Finland. Journal of Industrial Ecology,

    Vol 6, No 2, 83-97.

    Yang, Jih Chang Environmental Impact of E-Commerce

    and Other Sustainability Implications of The

    Information Economy, Working Paper of the

    Research Group on the Global FutureCenter for

    Applied Policy Research (CAP)

    How Can Google Products Help You Green The Way You

    Live and Work?

    http://www.google.com/green/innovations

    BIOGRAFI PENULIS

    Penulis adalah dosen di Jurusan Manajemen Fakultas

    Ekonomi, Universitas Parahyangan, Indonesia. Beliau

    mendapatkan gelar Magister Management, dari School of

    Business and Management Bandung Institute of Technology, Bandung, Indonesia, pada tahun 2003.Fokus

    pengajaran dan penelitiannya adalah pada Manajemen

    Sumber Daya Manusia, Manajemen Perusahaan, dan

    Bisnis. Untuk informasi lebih lanjut, beliau dapat

    dihubungi melalui [email protected]

  • Lisa Kartikasari/Universitas Sultan Agung/[email protected] Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan

    Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment" 2012 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

    P a g e | 10