New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah...

43
DIREKTORAT KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT KEDEPUTIAN PEMBANGUNAN MANUSIA, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 01 KAJIAN SEKTOR KESEHATAN TRANSISI DEMOGRAFI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

Transcript of New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah...

Page 1: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

DIREKTORAT KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKATKEDEPUTIAN PEMBANGUNAN MANUSIA, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

0 1

K A J I A N S E K T O R K E S E H ATA N

TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN PELAyANAN KESEHATAN DI INDONESIA

Page 2: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia© 2019 by Kementerian PPN/Bappenas

pengarahDr. Ir. Subandi Sardjoko, MSc

penulisDiahhadi Setyonaluri, Ph.DFlora Aninditya, S.E., M.S.E.

Reviewer dan EditorDewi Amila Solikha, SKM, MScRenova Glorya Montesori Siahaan, SE, MScPungkas Bahjuri Ali, STP, MS, PhDProf. dr. Ascobat Gani, MPH., Dr.PH.

Foto: UNICEF Indonesia

diterbitkan dan dicetak oleh Direktorat Kesehatan dan Gizi MasyarakatKedeputian Pembangunan Manusia, Masyarakat dan KebudayaanKementerian PPN/Bappenas Jalan Taman Suropati No. 2, Jakarta Pusat, 10310Telp: (021) 31934379, Fax: (021) 3926603Email: [email protected]

Cetakan pertama: April 2019ISBN: 978-602-50133-8-6

hak penerbitan @ kementerian ppn/Bappenas Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, photoprint, microfilm dan sebagainya.

TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN PELAyANAN KESEHATAN

DI INDONESIA

DIREKTORAT KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKATKEDEPUTIAN PEMBANGUNAN MANUSIA, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KAJIAN SEKTOR KESEHATAN

Page 3: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

kajian sektor kesehatan • viv • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

KATA PENGANTAR

Laporan Health Sector Review (HSR) 2018 dengan tema Transisi Demografi dan Epidemiologi: Permintaan Pelayanan Kesehatan ini disusun untuk menganalisis perubahan permintaan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh perubahan struktur umur penduduk serta pola beban penyakit (Burden of Disease – BoD). Analisis ini penting dalam upaya mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2030, dimana perubahan demografis dan beban penyakit akan menentukan arah permintaan pelayanan kesehatan.

Transisi epidemiologi di Indonesia ditandai tidak saja dengan peningkatan penyakit tidak menular, tetapi penyakit menular seperti TB, HIV-AIDS, Malaria dan berbagai penyakit terabaikan cenderung masih tinggi. Hal ini menyebabkan adanya beban ganda dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit yaitu penyakit tidak menular yang meningkat dan penyakit menular yang masih tinggi, yang disebut dengan double burden of diseases.

Tujuan utama dari kajian ini adalah menganalisis tren dan pola permintaan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh perubahan demografis dan pola BoD. Cakupan laporan ini antara lain analisis perubahan demografis dan epidemiologi; melihat pengaruh transisi demografi dan epidemiologi terhadap pola permintaan pelayanan kesehatan dalam hal ini pemanfaatan fasilitas kesehatan serta pengeluaran untuk kesehatan; proyeksi permintaan pelayanan kesehatan yang memasukkan faktor perubahan demografis masa depan serta perubahan pola BoD serta adanya jaminan kesehatan universal. Implikasi dari proyeksi permintaan layanan kesehatan serta rekomendasi kebijakan/strategi yang bertujuan untuk merespon perubahan tren permintaan layanan kesehatan juga dikemukakan pada laporan ini.

Kombinasi antara pertambahan jumlah penduduk, transisi epidemiologi dan jaminan kesehatan nasional menciptakan tantangan-tantangan baru yang cukup rumit bagi pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Apalagi dengan adanya mekanisme JKN yang sedikit banyak merubah sistem dan pola permintaan pelayanan kesehatan. Kajian ini melakukan analisa terhadap berbagai fenomena di atas, mengidentifikasi tantangan dan masalah serta memberikan alternatif rekomendasi yang perlu ditempuh.

Kami yakin kajian ini akan bermanfaat bagi pembaca umum, khususnya pengambil kebijakan, mahasiswa, akademisi dan peneliti serta pihak-pihak lain yang terkait, serta sebagai masukan masukan awal dalam rangka penyusunan RPJMN 2020-2024.

Semoga kajian ini dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan di Indonesia.

Jakarta, April 2019

subandi sardjoko

Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan KebudayaanKementerian PPN/Bappenas

Page 4: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

kajian sektor kesehatan • vii

DAfTAR ISI

Kata Pengantar iv

Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Singkatan xii

Ringkasan Eksekutif xiv

1. pendahuluan 1

2. analisis situasi 3

2.1. Transisi Demografi di Indonesia 4

2.1.1. Transisi Fertilitas 6

2.1.2. Transisi Mortalitas 8

2.1.3. Mobilitas Penduduk 10

2.1.4. Konsekuensi Perubahan Struktur Umur Penduduk: Bonus Demografi 14

2.2. Transisi Epidemiologi dan Beban Penyakit di Indonesia 17

2.3. Faktor Risiko dan Kerentanan terhadap Penyakit menurut Daur Hidup 26

2.3.1. Bayi dan Balita (Usia 0-4 Tahun) 27

2.3.2. Anak dan Remaja (5 – 14 Tahun) 33

2.3.3. Transisi Masa Dewasa – Berkeluarga/ Memiliki Anak

(Perempuan 15-49 Tahun) 37

2.3.4. Dewasa Usia Produktif (15 – 64 Tahun) 41

2.3.5. Lanjut Usia (65 Tahun ke Atas) 47

2.3.6. Cross-cutting Issues 50

3. proyeksi penduduk dan BeBan penyakit tahun 2020-2024 55

4. implikasi transisi demografi dan epidemiologi terhadap permintaan pelayanan kesehatan 59

referensi 64

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN

Penghargaan dan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia yang telah memberikan akses bagi pemanfaatan berbagai data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, SDKI 2017, Riset Tenaga Kesehatan (RISNAKES) 2017, serta kajian Burden of Disease yang telah dilakukan bersama IHME. Terimakasih juga disampaikan kepada Badan Pusat Statistik pada pemberian data SUPAS 2015 dan data terkait lainnya, termasuk masukan teknis untuk laporan. Apresiasi dan terima kasih kepada seluruh pakar dan narasumber yang telah memberikan input untuk perbaikan tulisan, terutama Dr. Soewarta Kosen, Dr. Teguh Dartanto, Prof. Peter Berman dan Hiddo Huitzing.

Kajian ini disusun oleh sebuah tim Kajian Sektor Kesehatan (Health Sector Review) di bawah bimbingan Bapak Subandi Sardjoko (Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Bappenas, pada saat kajian ini disusun) dengan supervisi dari Bapak Pungkas Bahjuri Ali (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas). Adapun koordinator teknis pelaksanaan Health Sector Review 2018 adalah Renova Glorya Montesori Siahaan (Bappenas) yang di bantu oleh Prof. Ascobat Gani sebagai team leader HSR 2018.

Kajian ini merupakan bagian dari Kajian Sektor Kesehatan (Health Sector Review) yang dilakukan pada tahun 2018 oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dengan dukungan dari UNICEF and DFAT, serta didukung oleh mitra pembangunan lain seperti ADB, WHO, World Bank, USAID, UNFPA, WFP, FAO, JICA, UNDP, GIZ, dan Nutrition International. Proses edit dan cetak laporan kajian ini didukung oleh UNICEF Indonesia.

Kajian sektor kesehatan dilakukan secara paralel untuk 10 topik meliputi:

1 Transisi Demografi dan Epidemiologi: Permintaan Pelayanan Kesehatan di Indonesia

2 Fungsi Kesehatan Masyarakat (Public Health Functions) dan Health Security

3 Kesehatan Reproduksi, Ibu, Neonatal, Anak dan Remaja

4 Pembangunan Gizi di Indonesia

5 Sumber Daya Manusia Kesehatan

6 Penyediaan Obat, Vaksin, dan Alat Kesehatan

7 Pengawasan Obat dan Makanan, termasuk Keamanan Pangan

8 Pembiayaan Kesehatan dan JKN

9 Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan

10 Penguatan Tata Kelola Pembangunan Kesehatan

vi • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Page 5: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

kajian sektor kesehatan • ixviii • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

DAfTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir Analisis: Transisi Kesehatan 2

Gambar 2 Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Penduduk Indonesia, 1971-2045 4

Gambar 3 Proyeksi Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Indonesia 2015-2045 6

Gambar 4 Total Fertility Rate (TFR), Indonesia, 1971-2017 7

Gambar 5 Total Fertility Rate menurut Provinsi, Indonesia (2012 dan 2017) 8

Gambar 6 AKN, AKB, AKBA, AKA, Indonesia 1991-2017 9

Gambar 7 Angka Kematian Ibu (AKI), Indonesia, 1997-2015 9

Gambar 8 Migrasi Neto menurut Provinsi, Indonesia 2015 & 2020 11

Gambar 9 Persentase Penduduk Perkotaan menurut Provinsi, Indonesia 2015 12

Gambar 10 Rasio Ketergantungan di Indonesia menurut Berbagai Proyeksi 14

Gambar 11 Estimasi TFR Tahun 2015 dan Prediksi Tahun RK Mencapai Nilai Terendah di Setiap Provinsi Indonesia 15

Gambar 12 “Concerted Effort” untuk Mengoptimalkan Bonus Demografi 16

Gambar 13 Gambaran Beban Penyakit (Burden of Disease) di Indonesia, 2000 dan 2016 17

Gambar 14 Perubahan Angka Kematian menurut Jenis Penyakit, 1990, 2006, dan 2016 19

Gambar 15 10 Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi Tahun 2007 dan 2017 19

Gambar 16 Perubahan DALYs menurut Jenis Penyakit Tahun 1990, 2006 dan 2016 21

Gambar 17 Sepuluh Penyakit Penyebab Disabilitas Tertinggi (Years Lived with Disability-YLDs) Tahun 2007-2017 21

Gambar 18 DALYs Beberapa Penyakit menurut Kelompok Umur 23

Gambar 19 DALYs menurut Provinsi, Indonesia 2017 25

Gambar 20 Proporsi CMNN, PTM dan Kecelakaan dalam DALYs menurut Provinsi, 2017 25

Gambar 21 Risiko dan Kerentanan Terkait Kesehatan menurut Daur Hidup 26

Gambar 22 Faktor Risiko Penyebab Kematian dan Disabilitas, 2007 dan 2017 27

Gambar 23 Kecenderungan Proporsi Pemeriksaan Kehamilan K4 pada Perempuan Umur 10-54 Tahun menurut Provinsi, 2013-2018 28

Gambar 24 Persentase Perempuan yang Tercakup dalam Antenatal Care (ANC) 29

DAfTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Total, menurut Kelompok Umur, dan Jumlah Kelahiran, Indonesia, 1961-2035 5

Tabel 2 Persentase Penduduk Komuter dan Penduduk yang Melakukan Mobilitas Musiman 13

Tabel 3 Angka Standar Usia Kematian Penyakit menurut Provinsi, 2017 (Hasil Sementara) 24

Tabel 4 Proporsi Kunjungan Neonatal Pertama (6-28 jam setelah lahir) pada Anak Umur 0-59 Bulan menurut Provinsi, 2013 – 2018 28

Tabel 5 Persentase Remaja menurut Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol dan Narkoba, Indonesia, 2007 & 2012 35

Tabel 6 Jumlah Penduduk Indonesia menurut Kelompok Umur 56

Tabel 7 Profil Penyakit menurut Kelompok Umur, 2016 57

Tabel 8 Proyeksi DALYs Indonesia 2020-2024 57

Tabel 9 Proyeksi Prevalensi Indonesia 2017-2024 58

Tabel 10 Arah Kebijakan dalam Merespons Perubahan Demografi dan Epidemiologi Tahun 2020-2024 62

Page 6: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

kajian sektor kesehatan • xix • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Gambar 25 Persentase Perempuan Berusia 15-49 Tahun yang Pernah Kawin yang Ditolong oleh Tenaga Penolong Kelahiran Tradisional 30

Gambar 26 Proporsi Status Gizi Sangat Pendek dan Pendek pada Balita-menurut Provinsi, 2013-2018 30

Gambar 27 Proporsi Status Kurus dan Sangat Kurus pada Gizi Balita menurut Provinsi, 2018 31

Gambar 28 Proporsi Status Gizi Gemuk pada Balita menurut Provinsi, 2018 32

Gambar 29 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak Usia 12-23 Bulan, 2013-2018 32

Gambar 30 Prevalensi Merokok Penduduk Usia 15-19, Indonesia 2013 33

Gambar 31 Prevalensi Tembakau & Merokok Penduduk Usia 13-15 tahun, Indonesia 1995-2013 34

Gambar 32 Jumlah Korban Kecelakaan Lalu Lintas menurut Jenis Cedera dan Kelompok Umur, Triwulan Kedua Tahun 2018 35

Gambar 33 Proporsi Kejadian Cedera menurut Tempat Kejadian 36

Gambar 34 Proporsi Cedera yang Disebabkan Kecelakaan Lalu Lintas menurut Provinsi, 2018 36

Gambar 35 Persentase Perempuan usia 20-24 tahun yang Menikah Sebelum 18 tahun, 2013 & 2015 37

Gambar 36 Age Specific Fertility Rate (ASFR), 2012-2017 38

Gambar 37 Contraceptive Prevalence Rate (CPR), 1987-2017 40

Gambar 38 CPR Alat KB Modern di antara Perempuan Menikah Usia 15-49 tahun, 2012-2017 40

Gambar 39 Proporsi Penggunaan KB Pasca Salin pada Perempuan Usia 10-54 tahun, menurut Provinsi, 2018 41

Gambar 40 Prevalensi Berat Badan Lebih dan Obesitas Penduduk 18 tahun ke atas, 2000-2016 42

Gambar 41 Proporsi Berat Badan Lebih dan Obesitas, 2018 43

Gambar 42 Proporsi Obesitas pada Dewasa Umur 18 Tahun ke Atas menurut Provinsi, 2018 43

Gambar 43 Prevalensi Merokok Penduduk Usia 15+, 2000-2016 44

Gambar 44 Prevalensi Merokok Pada Penduduk Umur 15+ Tahun menurut Kelompok Umur, 2016 44

Gambar 45 Proporsi Konsumsi Tembakau Hisap dan Kunyah pada Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas, 2018 45

Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45

Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada Umur 5 Tahun ke Atas Saat Mengendarai/ Membonceng Sepeda Motor menurut Kelompok Umur, 2018 46

Gambar 48 Jumlah Kecelakaan menurut Jenis Kendaraan, Triwulan Pertama dan Kedua Tahun 2018 46

Gambar 49 Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan Diagnosis Dokter menurut Provinsi, Tahun 2018 47

Gambar 50 Prevalensi Hipertensi berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur 18 Tahun ke Atas, menurut Provinsi, Tahun 2018 48

Gambar 51 Prevalensi Penyakit Stroke (permil) berdasarkan Diagnosis pada Penduduk Umur ≥15 tahun menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2018 48

Gambar 52 Prevalensi Penyakit Jantung menurut Diagnosis Dokter pada Penduduk Semua Umur menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2018 49

Gambar 53 Proporsi Tingkat Ketergantungan Lansia Usia 60 Tahun ke Atas, menurut Penyakit yang Diderita, 2018 49

Gambar 54 Proyeksi Pertumbuhan Persentase Penduduk Perkotaan Tahun 2020-2025 menurut Provinsi 50

Gambar 55 Korelasi angka DALYs Tahun 2017 dan Angka Urbanisasi Provinsi Tahun 2015 51

Gambar 56 Persentase Rumah Tangga di Indonesia menurut Sumber Air Utama yang Digunakan untuk Minum, 2017 52

Gambar 57 Persentase Rumah Tangga di Indonesia yang Memiliki Fasilitas Tempat Buang Air Besar menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja, 2017 53

Gambar 58 Pola Utilisasi Fasilitas Kesehatan Modern dan DALYs menurut Kelompok Umur, Indonesia 2014 dan 2016 54

Gambar 59 Hubungan antara DALYs dan Utilisasi Fasilitas Kesehatan Modern menurut Kelompok Umur, Indonesia 2014 dan 2016 54

Page 7: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

kajian sektor kesehatan • xiiixii • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

DAfTAR SINGKATAN

aka Angka Kematian Anak

akB Angka Kematian Bayi

akBa Angka Kematian Balita

aki Angka Kematian Ibu

akn Angka Kematian Neonatal

anC Antenatal Care

as Amerika Serikat

asfr Age-Specific Fertility Rate

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BkkBn Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

Bod Biological Oxygen Demand

Bps Badan Pusat Statistik

Cmnn Communicable, Maternal, Neonatal and Nutritional

Copd Chronic Obstructive Pulmonary Diseases

Cpr Contraceptive Prevalence Rate

dalys Disability Adjusted Life Years

dBm Double Burden Malnutrition

faskes Fasilitas Kesehatan

feB Fakultas Ekonomi dan Bisnis

gBd Global Burden of Disease

gdp Gross Domestic Product

hsr Health Sector Review

ifls Indonesia Family Life Survey

ihd Ischaemic Heart Disease

imr Infant Mortality Rate

Jamkesmas -kis Jaminan Sosial Masyarakat-Kartu Indonesia Sehat

Jkn Jaminan Kesehatan Nasional

kB Keluarga Berencana

kn1 Kunjungan Neonatal 1

kn2 Kunjungan Neonatal 2

kn3 Kunjungan Neonatal 3

korlantas polri Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia

lpp Laju Pertumbuhan Penduduk

mdgs Millenium Development Goals

mkJp Metode KB Jangka Panjang

mmr Maternal Mortality Ratio

nCds Non-Communicable Diseases

nrr Net Replacement Rate

ntB Nusa Tenggara Barat

ntt Nusa Tenggara Timur

pdB Produk Domestik Bruto

pus Pasangan Usia Subur

rk Rasio Ketergantungan

pkps Perencanaan Kependudukan dan Perlindungan Sosial

ptm Penyakit Tidak Menular

pm Penyakit Menular

riskesdas Riset Kesehatan Dasar

rktl Rencana Kerja Tindak Lanjut

rpJmn Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

sdki Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

sdm Sumber Daya Manusia

sdgs Sustainable Development Goals

skrri Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia

smam Singulate Mean Age at Marriage

sp Sensus Penduduk

supas Survei Antar Sensus Penduduk

tB Tuberculosis

tfr Total Fertility Rate

tnp2k Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

uhC Universal Health Coverage

uhh Umur Harapan Hidup

ukp Usia Kawin Pertama

unfpa United Nations Population Fund

uniCef United Nations Children’s Fund

uu Undang-Undang

u5mr Under 5 Mortality Rate

Who World Health Organization

Page 8: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

kajian sektor kesehatan • xv

RINGKASAN EKSEKUTIf

Transisi demografi telah mengubah struktur penduduk di Indonesia yang diperkirakan akan mengalami akhir Bonus Demografi (BD) di tahun 2015-2030. Terdapat dua kesempatan BD yang dihadapi Indonesia: (1) BD pertama adalah saat terjadi peningkatan pendapatan per kapita sebagai hasil dari peningkatan penduduk usia produktif relatif terhadap usia non-produktif; dan (2) BD kedua adalah saat terjadi peningkatan aset oleh penduduk usia kerja (saat ini) untuk membiayai konsumsi mereka di masa depan. Bonus demografi dapat diraih dengan perbaikan sumber daya manusia (SDM) sehingga berkualitas dan produktif (dengan pendidikan dan pelatihan sesuai permintaan pasar), serta akumulasi aset sejak dini. Dengan komposisi penduduk yang didominasi oleh penduduk usia kerja, Indonesia berpeluang memaksimalkan bonus demografi dengan syarat: penduduk dalam kondisi sehat dan produktif.

Selama tahun 1990-2016, profil beban penyakit bergeser dari yang didominasi oleh penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Hal tersebut didukung oleh berbagai faktor risiko yang mempengaruhi kesehatan masing-masing kelompok umur penduduk. Dalam kurun waktu tersebut, kematian yang disebabkan penyakit menular serta kondisi maternal, perinatal dan neonatal (communicable, maternal, neonatal and nutritional - CMNN) menurun sebesar 52,6%; kematian akibat PTM meningkat sebesar 82%; dan kematian akibat cedera meningkat 1,2%. Tiga PTM tertinggi penyebab kematian dan berkontribusi terhadap tingginya DALYs1 PTM tahun 2017 adalah stroke (penyakit pembuluh otak), penyakit jantung iskemik (PJK), dan diabetes. Tiga penyakit tertinggi penyebab kematian dan berkontribusi terhadap tingginya DALYs-CMNN adalah tuberkulosis, diare, dan infeksi saluran pernapasan bawah. Meskipun telah mengalami penurunan, kontribusi penyakit menular masih persistent dalam menyebabkan kematian di Indonesia.

Beberapa jenis gangguan yang memiliki kontribusi tinggi dalam morbiditas penduduk Indonesia pada tahun 2017 adalah sakit pinggang bawah, sakit kepala, dan diabetes. Penyakit yang terkait dengan kesehatan mental, seperti depresi dan anxiety disorders juga menunjukkan peningkatan sebagai penyebab DALYs antara tahun 2007 dan 2017.

Pola DALYs pada stroke menunjukkan angka yang semakin tinggi seiring dengan kelompok umur yang lebih tua dan mencapai nilai tertinggi pada kelompok umur 55-59 tahun. Artinya, morbiditas penduduk Indonesia mencapai yang terburuk ketika memasuki usia pensiun. Hal ini berimplikasi pada meningkatnya beban pembiayaan kesehatan karena beban penyakit yang diderita oleh penduduk yang tidak lagi produktif dan menunjukkan menunjukkan rendahnya kualitas kesehatan penduduk usia kerja. Pola DALYs tuberkulosis menunjukkan angka yang tinggi pada kelompok usia kerja. Hal ini tidak saja mengurangi produktivitas ekonomi, tetapi juga menambah beban biaya kesehatan yang seharusnya hanya berasal dari penduduk usia anak dan lanjut usia. Sementara itu, pola DALYs dari kecelakaan menunjukkan angka tertinggi didapati pada kelompuk umur remaja dan pemuda.

Konsumsi dan pola hidup yang tidak sehat berkontribusi tinggi terhadap kematian dan disabillitas. Risiko metabolisme dan perilaku tidak sehat seperti konsumsi rendah diet, tekanan darah tinggi, gula darah puasa tinggi, merokok, malnutrisi dan indeks massa tubuh yang tinggi, adalah kontributor utama DALYs.

1 DALY adalah pengukuran beban penyakit yang dinyatakan dalam bentuk tahun kehidupan yang hilang karena kematian dan tahun kehidupan dengan cacat yang dikaitkan dengan derajat cacat yang diderita.

xiv • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Pola kunjungan ke fasilitas kesehatan (faskes) modern menurut kelompok umur membentuk kurva “sleeping S”. Terdapat kunjungan tinggi pada usia 0-4 tahun kemudian menurun hingga 20-24 tahun dan meningkat kembali hingga mencapai nilai tertinggi pada usia 45-54 tahun yang mirip (resemble) dengan pola DALYs. Artinya, kebutuhan akan layanan kesehatan yang ditunjukkan oleh angka DALYs yang tinggi kurang lebih telah direspon oleh sistem pelayanan kesehatan dalam bentuk utilitasi/kunjungan ke faskes modern.

Namun, hasil scatterplot menunjukkan bahwa keterkaitan antara DALYs dan utilisasi faskes modern relatif rendah. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan angka koefisien korelasi Pearson yang tidak terlalu tinggi, yaitu sebesar 0,69 untuk tahun 2014 dan 0,58 pada tahun 2016. Analisis sederhana tersebut mengindikasikan bahwa sistem pelayanan kesehatan belum merespon kebutuhan akan layanan kesehatan yang diwakili oleh angka DALYs.

Jika diasumsikan tidak ada faktor-faktor lain yang memengaruhi dan tidak ada perubahan signifikan di sektor kesehatan, profil beban penyakit di Indonesia diproyeksikan tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2016. Pada tahun 2020, penyakit menular masih berkontribusi pada 20% nilai DALYs, sementara 71% berasal dari penyakit tidak menular. Kontribusi tuberkulosis dan diare akan menurun meskipun nilai DALYs tidak banyak berubah pada periode proyeksi. Cedera akan terus menunjukkan persistensi kontribusi terhadap nilai DALYs sebesar 8% antara tahun 2016 dan 2024. Penyakit kardiovaskular terus mengalami peningkatan karena meningkatnya jumlah penduduk lansia yang memang memiliki risiko lebih tinggi dibanding usia lainnya. Depresi serta sakit pinggang bawah dan leher terus menunjukkan persistensi sebagai penyebab DALYs sebesar 1% dan 4% pada tahun 2020-2024.

Selain DALYs, proyeksi angka prevalensi juga menunjukkan pola yang sama. Pertumbuhan penyakit menular dan juga tidak menular menurun dan penurunan tersebut melambat pada tahun 2020-2024 meskipun penurunan PM lebih cepat dibanding PTM. Sementara itu, prevalensi kecelakaan secara umum meningkat cukup pesat sebesar 13,8% antara tahun 2017-2020. Hal ini dikontribusikan oleh adanya desakan penduduk usia kerja muda yang memang memiliki risiko tertinggi mengalami kecelakaan, terutama kecelakaan lalu lintas.

Perubahan struktur umur penduduk usia 0-14 tahun berimplikasi pada menurunnya kuantitas permintaan layanan terkait kesehatan ibu dan anak karena jumlah kelahiran yang menurun, dan peningkatan kuantitas permintaan pelayanan kesehatan anak usia sekolah khususnya 5-14 tahun. Selain itu, di satu sisi, penduduk usia kerja yang besar menjadi sumber akselerasi pertumbuhan ekonomi apabila kelompok penduduk ini produktif secara ekonomi. Di sisi lain, penduduk usia kerja yang memiliki skill (atau keterampilan) serta status kesehatan rendah juga memiliki produktivitas rendah dan menjadi beban. Perubahan struktur umur penduduk juga menghasilkan peningkatan jumlah penduduk lansia, yang akan segera memasuki masa pensiun. Selain itu, implikasi dari perubahan struktur umur yang berbeda antar wilayah adalah adanya disparitas bonus demografi di Indonesia.

Page 9: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

Transisi Demografi Dan epiDemiologi:

perminTaan pelayanan KesehaTan Di inDonesia

K A J I A N S E K T O R K E S E H ATA N

xvi • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

1. pendahuluan

Page 10: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Pemerintah Indonesia saat ini sedang mempersiapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Kajian Sektor Kesehatan atau Health Sector Review (HSR) ini digunakan sebagai dasar penyusunan Backround Study RPJMN 2020-2024. Secara khusus, tema Transisi Demografi dan Epidemiologi: Permintaan Pelayanan Kesehatan ini disusun untuk menganalisis perubahan permintaan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh perubahan struktur umur penduduk serta pola beban penyakit (Burden of Disease – BoD). Karena Indonesia akan menuju Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2030, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat penting dalam pencapaian UHC. Sementara itu, permintaan akan pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh perubahan demografis dan juga pola beban penyakit.

Tujuan utama dari kajian ini adalah menganalisis tren dan pola permintaan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh perubahan demografis dan pola BoD. Cakupan dari analisis ini adalah: analisis perubahan demografis dan epidemiologi (BoD); melihat pengaruh transisi demografi dan epidemiologi terhadap pola permintaan pelayanan kesehatan dalam hal ini pemanfaatan fasilitas kesehatan serta pengeluaran untuk kesehatan; proyeksi permintaan pelayanan kesehatan yang memasukkan faktor perubahan demografis masa depan serta perubahan pola BoD serta adanya jaminan kesehatan universal. Bagian akhir dari kajian ini membahas implikasi dari proyeksi permintaan layanan kesehatan serta rekomendasi kebijakan/strategi yang bertujuan untuk merespon perubahan tren permintaan layanan kesehatan.

Kerangka berpikir yang digunakan dalam kajian ini adalah kerangka Health Transition yang merangkum hubungan antara transisi demografi dan transisi epidemiologi (Gambar 1). Transisi demografi yang didorong oleh kemajuan dari pembangunan yang tercermin dari ekspansi Pendidikan, teknologi kesehatan serta industrialisasi dan urbanisasi akan menurunkan angka kematian dan kelahiran. Selanjutnya penurunan kelahiran dan kematian mempengaruhi perubahan struktur umur penduduk dari yang awalnya didominasi anak-anak karena tingginya kelahiran menjadi didominasi penduduk usia kerja dan kemudian lanjut usia. Hal ini menyebabkan perubahan pada tren pola penyakit dari menular yang umumnya diderita anak-anak ke penyakit tidak menular serta kecelakaan. Kedua transisi tersebut pada akhirnya menentukan pelayanan kesehatan apakah yang diperlukan masyarakat.

gambar 1. kerangka pikir analisis: transisi kesehatan

Sumber: Moesly et al (1993)

2. analisis situasi

K A J I A N S E K T O R K E S E H ATA N

Transisi Demografi Dan epiDemiologi:

perminTaan pelayanan KesehaTan Di inDonesia

Page 11: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 54 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Selain LPP yang melambat, transisi demografi juga mengubah struktur umur penduduk Indonesia. Indonesia mengalami perubahan dari penduduk yang didominasi usia anak (0-14) ke usia kerja (15-64 tahun) sejak tahun 1971-2010 (tabel 1 dan gambar 3). Pertumbuhan penduduk usia 0-14 tahun diproyeksikan akan melambat antara tahun 2015-2024 namun jumlahnya tidak banyak mengalami perubahan yaitu sekitar 66 juta dan 65,7 juta antara tahun 2020-2024. Perlambatan tersebut terjadi karena penurunan jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebesar 0,43% pada periode yang sama. Sementara itu penduduk usia 5-14 tahun masih akan meningkat karena angka kelahiran pada tahun 2010-2015 yang masih relatif tinggi dibandingkan 2020-2024.

Selanjutnya, jumlah penduduk usia kerja diproyeksikan akan terus meningkat sebesar 6% antara tahun 2015-2020. Laju pertumbuhan penduduk kelompok ini akan melambat antara tahun 2020-2024, yaitu sebesar 0,92% per tahun. Dengan masuknya kelompok baby boomer kelahiran tahun 1960-1970-an ke masa pensiun, maka jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas akan meningkat dengan LPP sekitar 5% per tahun. Pada tahun 2024, Indonesia akan memiliki 21,8 juta penduduk lansia atau sekitar 7,8% dari total penduduk Indonesia. Perubahan LPP serta struktur umur penduduk tersebut merupakan hasil dari transisi fertilitas dan mortalitas yang terjadi sejak awal tahun 1970-an.

tabel 1. Jumlah penduduk total, menurut kelompok umur, dan Jumlah kelahiran, indonesia, 1961-2035

1961 1971 1980 1990 2000 2010 2015 2020 2025 2030 2035

Jumlah penduduk (juta)

90,1 118,3 146,7 179,2 205,8 237,6 255,6 269,6 282,5 294,1 304,2

Jumlah penduduk 0-14 tahun (juta)

41 52 60 65,7 63,2 68,1 66,4 66,1 65,7 65,8 65,9

Jumlah penduduk usia kerja, 15-64 tahun (juta)

53,4 63,3 81,9 106,8 133,1 157,01 174,7 185,3 193,9 200,0 204,2

Jumlah penduduk lansia 65 tahun+ (juta)

2,6 3 4,8 6,8 9,6 11,9 14,5 18,2 22,9 28,3 34,1

Jumlah kelahiran per tahun (juta)

3,8 5,1 5,3 5 4,2 5 4,5 4,43 4,47 4,48 4,47

Sumber: Sensus Penduduk 1961-2010 (BPS berbagai tahun); Proyeksi Penduduk 2015-2045 (2)

Pada bagian ini akan dibahas perubahan struktur umur penduduk dan determinannya serta transisi epidemiologi selama lima tahun terakhir untuk memberikan konteks terkait kondisi demografis dan epidemiologis yang akan menentukan permintaan pelayanan kesehatan tahun 2020-2024, maupun selanjutnya.

2.1. transisi demografi di indonesia

Sejak awal tahun 1980, Indonesia mengalami transisi demografi yang ditandai dengan penurunan angka kematian dan angka kelahiran sebagai konsekuensi dari peningkatan kesejahteraan dari pembangunan ekonomi. Para ahli demografi berpendapat bahwa transisi demografi di Indonesia terjadi dalam tempo yang lebih cepat dibandingkan pengalaman negara maju. Penurunan angka kematian dan fertilitas yang hampir simultan, terjadi dalam periode yang relatif singkat, yaitu 30 tahun. Pembangunan infrastruktur kesehatan serta penerapan program KB sejak akhir tahun 1970-an dianggap berkontribusi signifikan pada berkurangnya jumlah kelahiran dan kematian di Indonesia.

Proses transisi demografi di Indonesia telah sampai pada tahapan dimana angka kematian dan kelahiran telah rendah dan menurunkan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) hingga di bawah 1% (gambar 2). Tren menunjukkan bahwa LPP menurun dari 1,49% pada periode 2000-2010 menjadi 1,38% tahun 2010-2015 (1). Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk berdasarkan SUPAS 2015, LPP diperkirakan akan terus menurun menjadi 0,93% pada tahun 2020-2025 (2). Meskipun LPP melambat, jumlah penduduk Indonesia secara absolut masih sangat besar. Hasil Proyeksi Penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 296,6 juta dan 298 juta antara tahun 2020-2024 (2).

gambar 2. laju pertumbuhan penduduk dan Jumlah penduduk indonesia, 1971-2045

Sumber: Sensus Penduduk 1961-2010 (BPS berbagai tahun); Proyeksi Penduduk 2015-2055 (2)

Page 12: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 76 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

gambar 3. proyeksi Jumlah penduduk menurut kelompok umur, indonesia 2015-2045

Sumber: Proyeksi Penduduk 2015-2045 (BPS, Bappenas dan UNFPA 2018)

2.1.1. transisi fertilitas

Angka fertilitas total atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia mengalami penurunan yang cukup cepat dari 5,6 menjadi 2,6 anak per perempuan antara tahun 1971 dan 2012 (gambar 4) (3,4). Meskipun angka TFR berbeda dari hasil estimasi beberapa sumber data, tren menunjukkan bahwa TFR menurun selama 10 tahun terakhir. Estimasi TFR dari Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 serta Survei Penduduk Antara Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan angka TFR yang menurun dari 2,41 ke 2,28 anak per perempuan (5)(6). Sementara itu estimasi dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan bahwa akhirnya TFR Indonesia mengalami penurunan menjadi 2,4 anak perempuan pada tahun 2017 setelah bertahan pada angka 2,6 dari tahun 2002 hingga 2012 (7,8).

Berbagai literatur sepakat bahwa Program KB dan meningkatnya pendidikan perempuan memegang peranan penting dalam transisi fertilitas di Indonesia. Kampanye tentang keluarga kecil serta peningkatan akses alat kontrasepsi pada era tahun 1980-1990 dilakukan secara masif hingga ke tingkat desa (9). Program KB berhasil menginstitusionalisasikan norma keluarga kecil dengan dua orang anak, terlihat dari meningkatnya permintaan alat KB di antara perempuan usia muda untuk menunda kelahiran pada akhir tahun 1990-an (10).

Meski menurun, jumlah kelahiran masih relatif besar pada tahun 2015-2035. Implikasi dari kemungkinan jumlah kelahiran yang tinggi di masa depan adalah perlunya upaya

dan kebijakan yang bersifat antisipatif, khususnya yang terkait perencanaan kelahiran (melalui program Keluarga Berencana/KB) dan kesehatan reproduksi (seperti penyediaan metode kontrasepsi yang sesuai). Di masa lalu, program Keluarga Berencana (KB) berhasil mengurangi jumlah kelahiran hingga berhasil memperlambat LPP. Namun demikian, saat ini masih terdapat berbagai tantangan dalam menjaga kesinambungan keberhasilan tersebut. Sejak tahun 2002/2003, peningkatan prevalensi pemakaian kontrasepsi berjalan lambat, bahkan terkesan stagnan sampai dengan 2012. Perlambatan ini kemungkinan besar dikarenakan beralihnya pengelolaan program KB dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sehubungan dengan desentralisasi administrasi pemerintahan (11).

gambar 4. Total Fertility Rate (tfr), indonesia, 1971-2017

Sumber: Sensus Penduduk (SP) 1971-2010, Survei Antar Sensus Penduduk (SUPAS)

1985-2015, IDHS 1987-2017

Disparitas Angka Fertilitas antar Provinsi

RPJMN tahun 2015-2019 menargetkan angka TFR sebesar 2,3 anak per perempuan tercapai pada tahun 2019 dengan angka CPR sebesar 66%. Hasil estimasi dari SUPAS 2015 dan SDKI 2017 menunjukkan bahwa target TFR telah dilampaui dimana TFR hasil SUPAS 2015 adalah sebesar 2,3 anak per perempuan sementara SDKI sebesar 2,4 anak per perempuan (6,7).

Namun bila dilihat di tingkat provinsi, estimasi TFR hasil SUPAS dan SDKI menunjukkan perbedaan yang cukup besar (gambar 5). Estimasi TFR hasil SUPAS 2015 menunjukkan bahwa provinsi seperti DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Bali sudah mencapai below net replacement level (2.1 anak per perempuan) dan provinsi dengan TFR tinggi

Page 13: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 98 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

seperti NTT sudah mencapai di bawah 3 anak per perempuan. Sementara SDKI 2017 menunjukkan angka TFR yang meningkat di provinsi tersebut. DI Yogyakarta diestimasi mengalami peningkatan TFR dari 2,1 ke 2,2 pada tahun 2012 dan 2017, sedangkan NTT memiliki TFR di atas 3. Disparitas TFR antar provinsi ini juga berimplikasi pada timing bonus demografi yang berbeda antar wilayah yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian lain dalam laporan ini.

gambar 5. Total Fertility Rate menurut provinsi, indonesia (2012 dan 2017)

Sumber: SDKI 2012-2017

2.1.2. transisi mortalitas

Angka kematian menurun cukup signifikan dalam lima dekade terakhir, meskipun penurunan berlangsung lebih lambat dari angka fertilitas. Dengan ekspansi akses ke pelayanan kesehatan terutama di tahun 1980 dan 1990-an, indikator vital, seperti Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBA), Angka Kematian Anak (AKA) dan Angka Kematian Ibu (AKI), telah menunjukkan perbaikan (gambar 6). AKN menurun dari 32 ke 15 kematian per 1.000 kelahiran hidup, AKB menurun dari 68 ke 24 kematian per 1000 kelahiran hidup, AKBA menurun 97 ke 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup antara tahun 1991 dan 2017, dan AKA menurun dari 32 ke 8 per 1.000 bayi lahir dan hidup hingga usia 1 tahun (4).

gambar 6. akn, akB, akBa, aka, indonesia 1991-2017

Sumber: SDKI (1991-2017)

gambar 7. angka kematian ibu (aki), indonesia, 1997-2015

Sumber: SDKI (BPS, 1991-2017), SP (BPS 2010), SUPAS (BPS 2015)

Page 14: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 1110 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Khusus untuk AKI, meskipun data SDKI tahun 2007-2012 menunjukkan peningkatan, hasil estimasi SUPAS 2015, yang surveinya dirancang untuk menangkap kejadian kematian ibu dengan sampel yang lebih besar dibandingkan SDKI, menunjukkan adanya penurunan AKI hingga 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (gambar 7).

Dengan menurunnya tingkat kematian, Umur Harapan Hidup (UHH) Indonesia semakin panjang, dari 58,6 tahun pada tahun 1980 menjadi 71 tahun pada tahun 2010 (1). Pada tahun 2015, UHH meningkat 2 tahun menjadi 72,1 tahun (2). Implikasi dari transisi demografi (fertilitas dan mortalitas) tersebut antara lain adalah bahwa laju pertumbuhan penduduk semakin melambat dan terjadi perubahan struktur umur penduduk yang akan berdampak pada perubahan pola penyakit serta pergeseran struktur permintaan akan pelayanan kesehatan.

2.1.3. mobilitas penduduk

Komponen lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk adalah perpindahan atau mobilitas penduduk, yang salah satunya terefleksi melalui urbanisasi. Urbanisasi, atau pengembangan suatu wilayah menjadi urban atau perkotaan, menandakan pembangunan suatu wilayah yang semakin pesat, yang pada umumnya diikuti dengan perubahan gaya hidup dalam bermobilitas dan mengonsumsi makanan, serta dalam hal interaksi sosial masyarakat urban. Perubahan tersebut pada akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan.

gambar 8 menunjukkan angka migrasi neto antara tahun 2015 dan 2020 (1). Kepulauan Riau akan terus menjadi penerima migran tertinggi, diikuti Kalimantan Timur dan Tengah. Sementara itu, DKI Jakarta memiliki angka migrasi neto yang negatif namun Jawa Barat dan Banten memiliki angka yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa Jakarta tidak lagi menarik bagi migran melainkan wilayah peripheralnya. Migran yang ingin mencari kerja di Jakarta akan memilih tinggal di wilayah Bodetabek karena tingginya harga tanah dan perumahan di Jakarta. Tingginya migran masuk di wilayah peripheral Jakarta akan berdampak pada peningkatan jumlah serta kepadatan penduduk di wilayah Bodetabek dan juga komuter dari dan ke Jakarta. Hal ini menimbulkan perbedaan signifikan jumlah penduduk di waktu siang atau waktu kerja dan malam di wilayah Jakarta.

gambar 8. migrasi neto menurut provinsi, indonesia 2015 & 2020

-6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12

ACEHSUMATERAUTARASUMATERABARAT

RIAUJAMBI

SUMATERASELATANBENGKULULAMPUNG

KEP.BANGKABELITUNGKEP.RIAU

DKIJAKARTAJAWABARAT

JAWATENGAHDIYOGYAKARTA

JAWATIMURBANTEN

BALINUSATENGGARABARATNUSATENGGARATIMUR

KALIMANTANBARATKALIMANTANTENGAHKALIMANTANSELATANKALIMANTANTIMUR

SULAWESIUTARASULAWESITENGAHSULAWESISELATAN

SULAWESITENGGARAGORONTALO

SULAWESIBARATMALUKU

MALUKUUTARAPAPUABARAT

PAPUA

2015

-6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12

ACEH

SUMATERAUTARA

SUMATERABARAT

RIAU

JAMBI

SUMATERASELATAN

BENGKULU

LAMPUNG

KEP.BANGKABELITUNG

KEP.RIAU

DKIJAKARTA

JAWABARAT

JAWATENGAH

DIYOGYAKARTA

JAWATIMUR

BANTEN

BALI

NUSATENGGARABARAT

NUSATENGGARATIMUR

KALIMANTANBARAT

KALIMANTANTENGAH

KALIMANTANSELATAN

KALIMANTANTIMUR

SULAWESIUTARA

SULAWESITENGAH

SULAWESISELATAN

SULAWESITENGGARA

GORONTALO

SULAWESIBARAT

MALUKU

MALUKUUTARA

PAPUABARAT

PAPUA

2020

Sumber: Proyeksi Penduduk Hasil SP 2010

Selain itu, Indonesia juga mengalami urbanisasi sejak tahun 1960-an yang utamanya dipengaruhi oleh perpindahan dari desa ke kota2

1. Proporsi penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan meningkat dari 22,4% menjadi 53,5% antara tahun 1980 dan 2015. Hasil Proyeksi Penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (1) memperkirakan bahwa pada tahun 2020, proporsi penduduk perkotaan akan mencapai 56,4% dan terus meningkat hingga 64% pada tahun 2025. Kepulauan Riau dan Jawa Barat akan memiliki persentase penduduk perkotaan terbesar pada tahun 2025.

2 Urbanisasi terjadi karena industrialisasi dan modernisasi suatu wilayah. Menurut definisi BPS, sebuah desa dapat diklasifikasikan sebagai kota apabila desa tersebut terletak di wilayah perkotaan atau ibukota kabupaten atau 80 persen penduduknya bekerja di sektor non-pertanian dan paling tidak memiliki tiga fasilitas “kota”: rumah sakit/klinik, sekolah dan listrik.

Page 15: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 1312 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

gambar 9. persentase penduduk perkotaan menurut provinsi, indonesia 2015

Sumber: SUPAS 2015 (BPS 2016)

Mobilitas yang tinggi oleh penduduk Indonesia juga dapat dilihat dari persentase penduduk komuter dan persentase penduduk yang melakukan mobilitas musiman di beberapa wilayah metropolitan di Indonesia. DKI Jakarta, adalah provinsi dengan persentase komuter tertinggi karena wilayahnya yang bersinggungan dengan kota-kota penyangga seperti Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. DKI Jakarta bersama dengan Kepulauan Riau dan Papua Barat memiliki persentase penduduk yang melakukan mobilitas musiman tertinggi. Tingginya arus keluar masuk penduduk di ketiga provinsi tersebut tidak hanya memengaruhi interaksi sosial dan ekonomi, namun juga berpeluang memengaruhi perubahan struktur penduduk usia kerja di provinsi-provinsi yang menerima penduduk yang bermobilitas tersebut.

tabel 2. persentase penduduk komuter dan penduduk yang melakukan mobilitas musiman

provinsi % komuter % mobilitas musiman

Aceh 1.63 14.37

Sumatera Utara 2.94 17.37

Sumatera Barat 1.7 19.21

Riau 1.04 42.68

Jambi 1.69 30.37

Sumatera Selatan 0.82 22.65

Bengkulu 0.94 30.02

Lampung 1.72 24.32

Kepulauan Bangka Belitung 1.74 20.22

Kepulauan Riau 0.29 60.56

DKI Jakarta 12.09 65.98

Jawa Barat 4.44 20.07

Jawa Tengah 2.96 9.97

DI Yogyakarta 9.97 22.07

Jawa Timur 2.09 13.22

Banten 7.01 27.31

Bali 6.16 30.68

Nusa Tenggara Barat 1.59 11.67

Nusa Tenggara Timur 0.37 14.12

Kalimantan Barat 0.95 13.77

Kalimantan Tengah 0.21 28.13

Kalimantan Selatan 2.7 23.03

Kalimantan Timur 0.49 40.19

Kalimantan Utara 0.04 34.29

Sulawesi Utara 2.17 23.63

Sulawesi Tengah 0.76 23.78

Sulawesi Selatan 1.37 20.6

Sulawesi Tenggara 0.58 34.23

Gorontalo 2.84 10.98

Sulawesi Barat 0.33 23.12

Maluku 0.97 30.96

Maluku Utara 0.19 17.21

Papua Barat 0.36 53.84

Papua 0.15 25.29

Sumber: SUPAS 2015 (BPS 2016)

Page 16: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 1514 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

2.1.4. konsekuensi perubahan struktur umur penduduk: Bonus demografi

Penurunan angka kelahiran dan peningkatan UHH menyebabkan perubahan struktur umur penduduk di Indonesia yang pada gilirannya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dampak perubahan struktur umur penduduk terhadap ekonomi tersebut dikenal dengan bonus demografi. ‘Bonus’ atau keuntungan ekonomi yang dimaksud diperoleh melalui peningkatan pendapatan per kapita atau akumulasi aset sebagai akibat dari berkurangnya jumlah penduduk yang ditanggung oleh penduduk usia kerja. Potensi bonus demografi umumnya diukur dari angka Rasio Ketergantungan (RK). Sebuah negara akan mendapatkan keuntungan ekonomi ketika RK mengalami penurunan. Indonesia sendiri telah memasuki era bonus demografi setelah tahun 1980 dimana RK total terus mengalami penurunan dari 80,7% pada tahun 1980 menjadi 51% pada tahun 2010 (gambar 10).

Rasio ketergantungan akan terus menurun dan mencapai titik terendah antara tahun 2020-2035 (12). Bila mengikuti Proyeksi Penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2015, RK terendah tercapai pada angka 45,5% tahun 2020. Sementara Hasil Proyeksi Penduduk hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 (2013) serta UN Population Division (2017) menunjukkan RK terendah terjadi pada tahun 2030 dengan nilai sekitar 46%.

gambar 10. rasio ketergantungan di indonesia menurut Berbagai proyeksi

Sumber: Background Study RPJMN 2020-2024 Direktorat PKPS Bappenas (2018)

Perubahan struktur umur penduduk serta penurunan rasio ketergantungan terjadi hampir di semua provinsi namun dengan pace (kecepatan) yang berbeda. gambar 11 menunjukkan bahwa provinsi dengan angka TFR yang rendah, akan mencapai RK terendah lebih cepat dibandingkan provinsi yang saat ini memiliki angka TFR tinggi. Sebagian besar provinsi di Indonesia saat ini masih memiliki TFR di atas Net Replacement Rate (NRR) atau 2,1 anak per perempuan. Provinsi tersebut, seperti NTB, Lampung, Papua dan Aceh, akan mengalami RK terendah antara tahun 2020-2030. Provinsi dengan TFR di bawah NRR, seperti DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Bali, mengalami RK terendah lebih cepat, yaitu antara tahun 2015-2020. Sementara itu NTT baru akan mendapatkan RK terendah setelah tahun 2040. Jika provinsi lain akan menikmati RK terendah sekitar 40-45%, RK terendah NTT hanya akan mencapai 52%. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya TFR di NTT dan tren menunjukkan angka tersebut masih akan tetap menjadi yang tertinggi hingga tahun 2045 (12).

gambar 11. estimasi tfr tahun 2015 dan prediksi tahun rk mencapai nilai terendah di setiap provinsi, indonesia

Sumber: Background Study RPJMN 2020-2024 Direktorat PKPS Bappenas (2018)

Perubahan RK mencerminkan setidaknya terdapat dua kesempatan bonus demografi yang terbuka bagi Indonesia. Bonus demografi pertama, diraih saat terjadi peningkatan pendapatan per capita sebagai hasil dari peningkatan penduduk usia produktif relatif terhadap usia non-produktif. Namun demikian, bonus ini bersifat sementara atau transisi (13). Sementara itu, bonus demografi kedua diprediksikan akan dapat diraih saat terjadi peningkatan aset oleh penduduk usia kerja (saat ini) untuk membiayai

Page 17: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 1716 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

konsumsi mereka di masa depan (14). Kedua bonus tersebut baru dapat direalisasikan ketika memenuhi prasyarat sumber daya manusia berkualitas dan produktif sehingga optimal pendapatannya serta melakukan akumulasi kekayaan sejak dini. Pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja serta sumber daya manusia yang sehat merupakan bagian dari mengoptimalkan SDM untuk bonus demografi. Kebijakan dan strategi untuk mengoptimalkan bonus demografi memerlukan upaya dari berbagai sektor (gambar 12). Salah satu investasi yang penting untuk meraih bonus demografi adalah investasi kesehatan. Berbeda dengan investasi di sektor pendidikan, investasi di sektor kesehatan memerlukan upaya dan kebijakan terpadu karena kesehatan memiliki ukuran yang beragam dan mencakup konsep yang multidimensional (11). Selain itu, untuk menghasilkan penduduk yang sehat dan produktif, investasi kesehatan perlu dilakukan sejak dini hingga memasuki masa lansia. Oleh karena itu, identifikasi awal berbagai risiko dan kerentanan di setiap siklus hidup akan dilakukan pada bagian selanjutnya pada laporan ini.

gambar 12. “Concerted Effort” untuk mengoptimalkan Bonus demografi

Sumber: Adioetomo (2017)

2.2. transisi epidemiologi dan BeBan penyakit di indonesia

Transisi demografi dan yang terjadi juga mempengaruhi pola beban penyakit di Indonesia. Dengan meningkatnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan teknologi obat-obatan serta kedokteran, angka kematian mengalami penurunan dan penduduk hidup lebih lama. Menurut data Global Burden of Disease (GBD), Umur Harapan Hidup (UHH) atau life expectancy at birth mengalami peningkatan sebesar 8 tahun antara tahun 1990 dan 2016, dari 63,6 tahun menjadi 71,7 tahun, dengan UHH untuk perempuan meningkat 7,4 tahun dari 62,4 tahun ke 69,8 tahun sedangkan perempuan dari 64,9 tahun ke 73,6 tahun (15)1990–2016: Summary Background As Indonesia moves to provide health coverage for all citizens, understanding patterns of morbidity and mortality is important to allocate resources and address inequality. The Global Burden of Disease 2016 study (GBD 2016).

Meskipun meningkat, UHH Indonesia masih lebih rendah dibandingkan Turki, Thailand, Malaysia, Brazil dan Vietnam pada tahun 2016. Peningkatan UHH di negara-negara tersebut dipengaruhi penurunan yang sangat signifikan dari persentase kematian akibat PTM, sementara Indonesia lebih disebabkan adanya penurunan penyakit menular, kondisi maternal, perinatal dan neonatal relatif terhadap PTM dan cedera. Antara tahun 2000 dan 2016, PTM terus menjadi penyebab utama kematian (gambar 13) (16). Kontribusi PTM sebagai penyebab kematian meningkat dari 61% ke 73% pada periode yang sama.

gambar 13. gambaran Beban penyakit (Burden of Disease) di indonesia, 2000 dan 2016

Sumber: WHO (2018). Global Health Estimates 2016:

Deaths by Cause, Age, Sex, by Country and by Region,

2000-2016 (16)

Page 18: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 1918 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Transisi epidemiologi di Indonesia secara detil dapat dilihat antara lain dari kontribusi jenis-jenis penyakit terhadap angka kematian dan Disability Adjusted Life Years (DALYs atau beban akibat penyakit3

2.

Selama tahun 1990-2016, Indonesia mengalami penurunan kematian yang disebabkan penyakit menular serta kondisi maternal, perinatal dan neonatal (CMNN) (gambar 13) (15,17). Total kematian akibat CMNN menurun sebesar 52,6%, dari 658.789 kematian menjadi 311.977 kematian antara 1990-2016. Sementara jumlah kematian akibat PTM meningkat 82% dari 617.903 kematian menjadi 1.127.544 kematian pada periode yang sama. Jumlah kematian akibat cedera juga mengalami peningkatan sebesar 1,2%.

Pada tahun 1990, penyakit CMNN, terutama diare dan tuberkulosis (TB) masih menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi. Pada tahun 2016 dan 2017 (gambar 14), kontribusi penyakit menular berkurang dengan PTM menjadi penyebab kematian tertinggi. Penyakit kardiovaskular dan diabetes merupakan 2 penyakit penyebab kematian tertinggi. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Chronic Obstructive Pulmonary Diseases – COPD) juga mengalami peningkatan sebesar 14,9% dari 43.443 menjadi 49.933 kematian tahun 2006-2016 atau sebesar 10,5% antara tahun 2007-2017. Penyakit Alzheimer masuk ke dalam 10 penyakit penyebab kematian tertinggi dengan peningkatan jumlah kematian dari 32.531 menjadi 45.591 kematian pada periode 2006-2016. Antara tahun 2007 dan 2017, kontribusi Alzheimer terhadap angka kematian meningkat hampir 50 persen.

Meskipun telah mengalami penurunan, kontribusi penyakit menular dalam menyebabkan kematian masih tinggi di Indonesia. tuberkulosis, diare, dan infeksi saluran pernapasan bawah masih masuk dalam 10 penyebab kematian utama tahun 2016 dan 2017. Meskipun angka kematian akibat TB menurun sebesar 26,5% antara tahun 1990-2016, TB masih menjadi penyakit pembunuh ke-4 pada tahun 2017. Kasus tersebut lebih besar bila dibandingkan angka kematian akibat Diabetes Mellitus pada tahun 2016 yaitu 89.431 kematian. Jumlah kematian akibat diare juga masih relatif besar, yaitu 49.676 kematian diikuti Infeksi Saluran Pernapasan Bawah sebesar 38.139 kematian. Sementara itu, cedera akibat kecelakaan lalu lintas masih terus berada pada urutan ke-8 dari penyebab kematian antara tahun 2006 dan 2016. Meski terdapat penurunan, secara total, jumlah kematian akibat kecelakaan masih cukup besar, yaitu 44.302 pada 2016, dan 46.515 pada tahun 2006. Pola yang sama juga ditemukan antara tahun 2007 dan 2017. Persentase perubahan angka kematian akibat PTM meningkat pada periode tersebut dengan Diabetes memiliki persentase tertinggi (50%) diikuti dengan Alzheimer (49,7%). Kontribusi penyakit ini diperkirakan akan terus meningkat karena masih rendahnya upaya promosi gaya hidup sehat dan juga adanya penuaan penduduk sehingga prevalensi penderita Alzheimer akan meningkat.

3 DALY adalah ukuran dampak keseluruhan suatu penyakit pada suatu populasi. DALY menggabung-kan dampak kematian prematur (usia kematian di bawah angka harapan hidup) dengan dampak dari cacat/hidup tidak aktif akibat suatu penyakit).

gambar 14. perubahan angka kematian menurut Jenis penyakit, 1990, 2006, dan 2016

Sumber: Global Burden of Diseases, Balitbangkes Kemkes dan IHME (15)

gambar 15. 10 penyakit penyebab kematian tertinggi tahun 2007 dan 2017

11 12

Sumber: Global Burden of Diseases, Balitbangkes Kemkes dan IHME (15)

Page 19: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 2120 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Jenis-jenis penyakit yang menyebabkan perubahan angka beban akibat penyakit (DALYs) juga menunjukkan pola yang sama seperti pada angka kematian (gambar 16) (15,17). CMNN mengalami penurunan sekitar 58,6%, PTM meningkat 58,7% dan cedera menurun sedikit yaitu 3,1% pada periode 1990-2016.

Penyakit jantung iskemik terus menjadi penyebab tertinggi beban akibat penyakit pada tahun 2006 dan 2016. Total angka beban akibat penyakit dari PJK meningkat 10,5% dari tahun 2006 dan 2016. Angka beban akibat penyakit stroke atau penyakit serebrovaskuler yang menduduki peringkat kedua di tahun 2016 juga mengalami peningkatan cukup besar yaitu 30,2% pada periode yang sama. Diabetes mengalami peningkatan DALYs yang sangat signifikan dan bergeser dari penyebab DALYs nomor 10 ke nomor 3 antara 2006-2016 dengan peningkatan angka beban akibat penyakit sebesar 54,9%.

Untuk CMNN, ada tiga penyakit yang masih masuk dalam 10 penyebab kematian dan DALYs tertinggi di Indonesia pada tahun 2016. Sama halnya dengan penyebab kematian, TB, diare dan infeksi saluran pernapasan bawah masih merupakan sepuluh penyakit penyebab DALYs terbesar. Meskipun telah menurun sebesar 28%, TB masih menempati urutan ke-empat dengan nilai DALYs sebesar 3.026.140,81. Hal yang sama juga terjadi pada DALYs dari penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan bawah yang mengalami penurunan total DALYs dari 28,2% serta 43% selama tahun 2006-2016, tetapi nilai DALYs pada tahun 2016 masih cukup besar (1.953.206,169 dan 1.751.739,329).

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah persistensi kelahiran pre-term atau premature dalam menyumbang DALYs. Meskipun menunjukkan penurunan, baik pada tahun 2006 dan 2016, kelahiran prematur berada pada posisi ke-enam penyumbang DALYs tertinggi.

Meskipun tidak menyebabkan kematian, beberapa jenis penyakit memiliki kontribusi tinggi dalam morbiditas penduduk Indonesia pada tahun 2016 seperti nyeri pinggang dan leher (low back and neck pain), sense organ diseases, dan penyakit kulit. Pada tahun 2017, nyeri pinggang, sakit kepala dan diabetes merupakan tiga penyebab disabilitas tertinggi (gambar 17).

gambar 16. perubahan dalys menurut Jenis penyakit tahun 1990, 2006 dan 2016

Sumber: Global Burden of Diseases, Balitbangkes Kemkes dan IHME (15)

gambar 17. sepuluh penyakit penyebab disabilitas tertinggi (Years Lived with Disability-ylds) tahun 2007-2017

Sumber: Global Burden of Diseases, Balitbangkes Kemkes dan IHME (15)

Page 20: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 2322 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Nyeri pinggang dan leher merupakan outcome dari gaya hidup yang kurang aktif (sedentary behavior) dan merupakan occupational hazard terutama pada penduduk usia produktif. Gangguan tesebut juga akan menyebabkan disabilitas berkepanjangan apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Umumnya, obat-obatan analgesik digunakan untuk mengobati sakit pinggang. Pengobatan lanjutan meliputi fisioterapi, rehabilitasi hingga operasi (18). Di Indonesia sendiri, obat herbal/tradisional dan pengobatan alternatif untuk nyeri pinggang sangat banyak jenisnya dan cukup populer karena mudah didapat dan terjangkau. Namun, regulasi serta pengawasan obat herbal atau tradisional dan praktek pengobatan alternatif hingga kini masih belum mendapat perhatian yang adekuat.

Penyakit yang terkait dengan kesehatan mental, seperti depresi dan anxiety disorders juga menunjukkan peningkatan sebagai penyebab DALYs antara tahun 2006 dan 2016 dan juga antara tahun 2007-2017. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, prevalensi penderita gangguan mental emosional mencapai 9,8% sementara prevalensi gangguan jiwa skizofrenia/psikosis mencapai 7% (19). Di Indonesia, penderita gangguan mental masih banyak mendapatkan diskriminasi serta kekerasan seperti pemasungan karena kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental. Stigma buruk terhadap penderita gangguan mental tersebut dapat berpotensi pada underreporting kasus depresi dan anxiety. Selain itu, sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang khusus menangani kesehatan mental masih kurang. Tidak hanya psikiater, tetapi juga termasuk SDM manajemen dan pendukung untuk pelayanan kesehatan mental yang komprehensif (20). gambar 18 menunjukkan pola DALYs menurut kelompok umur untuk beberapa jenis penyakit (17). Untuk kelompok PTM yaitu PJK, stroke dan diabetes mellitus, pola DALYs meningkat mulai kelompok umur 25-29 tahun dan mencapai angka tertinggi pada kelompok umur 55-59 tahun. Artinya, morbiditas penduduk Indonesia mencapai yang terburuk ketika memasuki usia pensiun. Selain itu, meningkatnya DALYs untuk penyakit PTM sejak umur 25 tahun menunjukkan rendahnya kualitas kesehatan penduduk usia kerja. Ditambah lagi dengan tingginya DALYs pada kelompok usia tersebut karena depresi serta nyeri pinggang dan leher.

Sementara itu, pola DALYs penyakit menular menunjukkan tingginya morbiditas pada kelompok penduduk usia anak akibat penyakit tersebut, terutama penyakit diare pada penduduk usia 0-4 tahun. Namun, pola DALYs TB menunjukkan angka yang tinggi pada kelompok usia 20 hingga 49 tahun. Pola DALYs yang tinggi pada kelompok usia kerja, baik dari penyakit menular dan tidak menular menunjukkan beban ganda penyakit diderita oleh penduduk usia kerja. Hal ini tidak saja mengurangi produktifitas ekonomi, tetapi juga menambah beban biaya kesehatan yang seharusnya hanya berasal dari penduduk usia anak dan lanjut usia.

gambar 18. dalys Beberapa penyakit menurut kelompok umur

Sumber: Global Burden of Diseases, Balitbangkes Kemkes dan IHME (7)

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

900000

1000000

1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-7980plus

IschemicHeartDisease

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80plus

Tuberculosis

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

1-4 5-9 10-14 15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-7475-7980plus

DiabetesMellitus

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

1-4 5-9 10-14 15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-7475-7980plus

DepressiveDisorder

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80plus

CerebrovascularDisease

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

1-4 5-9 10-14 15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-7475-7980plus

Diare

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

0

50000

100000

150000

200000

250000

1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80plus

Alzheimer

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80plus

LowBackandNeckPain

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

1-4 5-9 10-14 15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-7475-7980plus

DepressiveDisorder

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 21: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 2524 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Bila dilihat dari aspek kewilayahan, beban penyakit masih timpang dan lebih tinggi terjadi di provinsi wilayah timur Indonesia (tabel 3). Stroke menempati urutan pertama sebagai penyakit penyebab kematian di hampir semua provinsi di Indonesia, kecuali di Kalimantan Tengah, Gorontalo dan Jawa Timur di mana PJK adalah penyebab angka kematian tertinggi. Angka kematian tertinggi akibat TB terjadi di Papua, sedangkan diare penyebab kematian tertinggi di Maluku. Dibandingkan provinsi lain, Sulawesi Barat nampaknya memiliki beban penyakit yang lebih berat dengan angka kematian yang sangat tinggi akibat sirosis hati (500 kematian per 1.000 penduduk) disusul dengan PPOK (74 kematian per 1.000 penduduk). Sulawesi Barat juga memiliki angka kematian akibat stroke yang termasuk tertinggi di antara provinsi lain.

tabel 3. Age Standardized Death Rate berdasarkan penyakit dan provinsi, 2017 (hasil sementara)

StrokePenyakit jantung iskemik

Diabetes TB

Penyakit paru

obstruktif kronik

Diare Alzheimer SirosisInfeksi saluran

pernapasan bawah

Ginjal kronis

Neonatal disorders

Kecelakaan lalu lintas

Indonesia 164 148 47 44 43 42 35 27 26 20 19 18Aceh 260 108 44 46 51 57 34 27 40 21 24 24Sumatra Utara 170 142 66 41 50 48 34 27 25 21 22 23Sumatra Barat 187 182 45 31 79 44 42 42 30 25 22 21Riau 184 140 52 32 43 42 40 28 23 23 13 17Jambi 188 83 26 29 48 30 28 5 23 8 15 17Sumatra Selatan 147 142 52 47 49 43 36 39 22 20 17 25Bengkulu 227 203 79 36 55 55 34 13 21 22 17 31Lampung 178 86 40 42 40 41 33 20 23 20 14 14Bangka-Belitung 224 146 73 34 34 32 34 20 24 40 14 25Kepulauan Riau 224 104 41 23 31 54 34 25 17 18 17 6Kalimantan Utara 149 121 64 10 42 17 27 10 14 26 18 18Jakarta 150 155 63 38 36 33 38 19 22 18 13 14Jawa Barat 135 132 36 43 35 31 33 19 21 14 20 11Jawa Tengah 174 168 43 38 39 42 37 24 24 21 13 16Yogyakarta 216 122 39 20 46 55 36 26 19 23 12 25Jawa Timur 133 148 43 34 35 46 34 30 24 15 15 16Banten 240 185 72 87 51 50 39 32 32 25 18 22Bali 148 154 50 25 50 43 39 19 29 21 14 15NTB 220 170 60 34 64 46 37 42 40 26 26 31NTT 145 109 40 63 64 49 35 22 31 23 28 15Kalimantan Barat 200 131 15 68 54 33 34 31 35 49 25 22Kalimantant Tengah 91 265 86 46 46 49 34 49 25 28 15 19Kalimantan Selatan 213 175 60 76 34 51 33 39 42 45 21 28Kalimantan Timur 259 173 80 33 56 23 34 13 43 28 18 30Sulawesi Utara 209 177 93 42 58 19 40 20 23 41 18 36Sulawesi Tengah 162 167 74 50 69 53 35 20 44 24 24 23Sulawesi Selatan 131 144 45 45 59 31 36 25 28 17 19 22Sulawesi Tenggara 262 122 120 115 37 63 39 35 28 44 27 18Gorontalo 109 178 56 100 48 60 31 32 31 29 30 15Sulawesi barat 248 121 73 53 74 44 35 34 39 38 26 32Maluku 296 131 66 100 57 72 32 28 40 29 37 29Maluku Utara 242 158 60 86 64 34 30 77 34 26 26 21Papua Barat 222 176 84 58 54 38 39 31 37 38 22 26Papua 231 94 34 169 60 64 35 50 33 15 45 30

Sumber: Global Burden of Diseases (Balitbangkes Kemkes dan IHME), unpublished report, 2018.

Beratnya beban penyakit di Indonesia bagian timur juga ditunjukkan oleh sebaran nilai DALYs yang tinggi di provinsi seperti Papua, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan NTB (gambar 19). Pada hampir semua provinsi, kontribusi dari kematian prematur lebih tinggi sebagai beban penyakit (DALY) dibandingkan kontribusi disabilitas yang diakibatkan. Penyakit menular berkontribusi tertinggi pada DALYs di provinsi Papua diikuti Maluku dan Gorontalo (gambar 20). Sementara DALYs karena PTM yang tertinggi terdapat pada provinsi Sulawesi Utara, diikuti Nusa Tenggara Barat dan Sumatra Barat. Provinsi Papua, Kalimantan Timur dan Jambi merupakan tiga provinsi dengan angka DALYs karena cedera tertinggi dibanding provinsi lainnya. Perbedaan DALYs antar wilayah mengindikasikan ketimpangan status kesehatan sebagai hasil dari disparitas pembangunan kesehatan antara wilayah Timur dan Barat Indonesia. Selain masalah akses ke

fasilitas dan tenaga kesehatan, upaya promosi kesehatan serta pendidikan yang relatif rendah menjadi faktor-faktor yang dapat menyebabkan tingginya beban penyakit di Indonesia bagian Timur.

Selain itu, perbedaan kesadaran akan keamanan terutama terkait berlalu lintas juga terlihat dari perbedaan DALYs karena cedera. Pembangunan infrastruktur jalan meningkatkan akses ke berbagai fasilitas serta meningkatkan kegiatan ekonomi. Namun eksternalitas dari pembangunan jalan tersebut adalah meningkatnya volum atau penggunaan kendaraan bermotor. Tanpa diikuti dengan penegakkan peraturan berlalu lintas serta kesadaran akan keselamatan di jalan (road safety), pembangunan infrakstruktur jalan berpotensi meningkatkan kasus kecelakaan lalu lintas.

gambar 19. dalys menurut provinsi, indonesia 2017

Sumber: Global Burden of Diseases, Balitbangkes Kemkes dan IHME, 2017

gambar 20. proporsi Cmnn, ptm dan kecelakaan dalam dalys menurut provinsi, 2017

Sumber: Global Burden of Diseases (Balitbangkes Kemkes dan IHME), unpublished report (2017).

Page 22: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 2726 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

2.3. faktor risiko dan kerentanan terhadap penyakit menurut daur hidup

Sebagaimana dijelaskan di bagian sebelumnya, salah satu mekanisme pencapaian bonus demografi adalah melalui penduduk usia kerja yang bisa bekerja dan beraktivitas secara produktif. Namun, situasi terkini beban penyakit di Indonesia menunjukkan potensi hambatan produktivitas yang dihadapi oleh penduduk Indonesia. Penduduk yang terpapar oleh potensi hambatan tersebut bukan hanya mereka yang sedang bekerja dan dalam usia kerja, namun juga penduduk usia muda, yaitu calon penduduk usia kerja di masa depan; dan penduduk usia tua, dengan usia yang semakin panjang. (9)

Beban penyakit yang bervariasi menurut kelompok umur tersebut merefleksikan variasi keterpaparan risiko dan kerentanan di setiap tahapan daur hidup (gambar 21) (11). Artinya, dalam setiap tahap hidup, terdapat kondisi-kondisi berisiko dan kerentanan yang memengaruhi kondisi kesehatan dan produktivitas seseorang. Namun terdapat juga risiko-risiko dan kerentanan yang melampaui batas usia dan tahap hidup namun turut memengaruhi kesehatan seseorang, seperti kondisi lingkungan, urbanisasi, dan kemiskinan. Upaya untuk mengatasi berbagai risiko di sepanjang daur hidup merupakan bagian penting dari rangkaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan tercermin dari indikator-indikator di dalamnya.

gambar 21. risiko dan kerentanan terkait kesehatan menurut daur hidup

Sumber: Adioetomo (2018)

gambar 22 menunjukkan 10 faktor risiko yang paling banyak mempengaruhi kematian dan disabilitas pada tahun 2007 dan 2017. Pola diet yang buruk menduduki ranking pertama dari keseluruhan faktor risiko diikuti dengan tekanan darah tinggi, gula darah puasa yang tinggi serta tembakau atau perilaku merokok, yang mengindikasikan risiko terhadap penyakit kardiovaskular dan diabetes. Malnutrisi4 serta indeks massa tubuh yang tinggi menduduki ranking 5 dan 6 dimana hal ini menunjukkan Indonesia mengalami double burden of nutrition. Air, sanitasi dan higienitas masih termasuk dalam 10 faktor risiko tertinggi yang berkontribusi pada masih tingginya kontribusi penyakit infeksi pada kematian dan DALYs.

gambar 22. faktor risiko penyebab kematian dan disabilitas, 2007 dan 20173

Sumber: Global Burden of Diseases, Balitbangkes Kemkes dan IHME (7)

2.3.1. Bayi dan Balita (usia 0-4 tahun)

Dalam tahap awal kehidupan, baik bayi maupun balita menghadapi faktor-faktor risiko seperti (1) kematian (neonatal, bayi, balita, dan anak), (2) kelahiran tanpa penolong persalinan terlatih, (3) imunisasi yang rendah, dan (4) status gizi balita (pendek, kurus, dan gemuk). Secara umum, data menunjukkan terdapat risiko dan kerentanan terhadap kondisi kesehatan bayi dan balita yang berbeda antarprovinsi.

kematian anak (sdgs tujuan 3, indikator 3.2.1, 3.3.2, 3.2.2a)

Secara umum, risiko kematian di tahap awal kehidupan menurun. Hal tersebut ditunjukkan melalui penurunan Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan AKBa (Angka Kematian Balita). Keberhasilan penurunan indikator-indikator tersebut salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang terefleksi melalui antenatal care (ANC), yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya, dan kunjungan neonatal, yang bertujuan untuk mengurangi risiko kematian bayi.

Menurut Riskesdas tahun 2018, proporsi pemeriksaan kehamilan pada perempuan usia 10-54 tahun minimal 1 kali (dikenal dengan ANC K1), adalah sebesar 86%, meningkat dari 81,6% di tahun 2013. Pemeriksaan kehamilan lengkap (K4) pada perempuan usia 10-54 tahun meningkat dari 70,4% di tahun 2013 menjadi 74,1% di tahun 2018. Selain itu, proporsi bayi yang mendapat kunjungan neonatal pertama (kunjungan di usia 6-28 jam adalah 84,1%, dimana angka ini lebih tinggi daripada tahun 2013 yang sebesar 71,3%.

4 Malnutrisi yang dimaksud adalah malnutrisi pada anak dan ibu, yang terdiri atas suboptimal breastfeeding, non-exclusive breastfeeding, discontinued breastfeeding, child growth failure, underweight, wasting, stunting, BBLR, dan short gestation for birth weight, defisiensi zat besi, vitamin A dan zinc.

Page 23: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 2928 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Namun demikian, keberhasilan dalam menurunkan risiko kematian di tahap awal daur hidup tersebut belum dapat dinikmati secara merata. Menurut Riskesdas 2018, dalam hal pemeriksaan kehamilan K4 pada perempuan 10-54 tahun bervariasi antar provinsi. Proporsi terendah didapati di Provinsi Papua dan beberapa provinsi di wilayah Indonesia Timur dan proporsi tertinggi ditemui di provinsi DI Yogyakarta. Variasi tersebut juga didapati dalam hal kunjungan neonatal pertama pada anak umur 0-59 bulan di mana proporsi terendah didapati di wilayah Indonesia timur.

gambar 23. kecenderungan proporsi pemeriksaan kehamilan k4 pada perempuan umur 10-54 tahun menurut provinsi, 2013-2018

Sumber: Riskesdas 2018

tabel 4. proporsi kunjungan neonatal pertama (6-28 jam setelah lahir) pada anak umur 0-59 Bulan menurut provinsi, 2013 – 2018

Sumber: Riskesdas 2018

gambar 24. persentase perempuan yang tercakup dalam Antenatal Care (anC)

Sumber: Riskesdas 2013 (Kementerian Kesehatan 2014)

Dengan demikian, penurunan indikator-indikator kematian pada tahap awal daur hidup tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat dalam upaya menurunkan kematian neo-natal dan balita sesuai target SDGs (menurunkan Angka Kematian Neonatal hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita hingga 25 per 1000 kelahiran hidup). Namun upaya penurunan risiko kematian pada bayi yang baru lahir, balita, dan anak perlu memperhatikan juga upaya pemerataan dan percepatan penurunan angka kematian.

kelahiran tanpa tenaga penolong terlatih (sdgs tujuan 1, indikator 3.1.2)

Risiko kematian di awal tahap daur hidup telah berhasil diminimalisir, salah satunya adalah melalui peningkatan akses ibu hamil dan melahirkan untuk bersalin dengan bantuan penolong kelahiran terlatih. Pada tahun 2017, secara nasional, persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga terlatih telah mencapai 93,25% (21). Temuan yang sama juga didapati di Riskesdas 2018 yang menunjukkan proporsi penolong persalinan pada perempuan umur 10-54 tahun dari tenaga kesehatan sebesar 93,1%. Namun, jika ditelaah lebih lanjut menurut level provinsi (gambar 25), masih terdapat provinsi-provinsi dengan persentase penolong proses kelahiran dengan cara tradisional yang masih tinggi, yaitu Provinsi Maluku (32,67%), Maluku Utara (27,57%), Nusa Tenggara Timur (15,97%), Kalimantan Barat (15,94%), Kalimantan Tengah (15,28%) dan Sulawesi Barat (14,95%). Penolong kelahiran dengan cara tradisional ternyata juga ditemukan di provinsi Banten, yang berlokasi di Pulau Jawa (12,34%). Di provinsi-provinsi ini, risiko kematian di tahap awal hidup bisa dihindari dengan memperhatikan ketersediaan tenaga penolong kelahiran terlatih dan mendorong ibu hamil untuk mengunjungi tenaga terlatih tersebut.

Page 24: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 3130 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

gambar 25. persentase perempuan Berusia 15-49 tahun yang pernah kawin yang ditolong oleh tenaga penolong kelahiran tradisional

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS, 2017)

gizi Balita (sdgs tujuan 2, indikator 2.1.1, 2.2.1, 2.2.2)

Meskipun angka kematian balita sudah menurun, masih terdapat permasalahan terkait kesehatan anak, yaitu stunting (pendek), wasting (kurus), dan kegemukan, atau yang dikenal dengan double burden malnutrition (DBM). Saat ini, masalah stunting, yang diukur dengan standar tinggi badan menurut umur (sangat pendek dan pendek), menjadi permasalahan karena prevalensinya yang meningkat dari 35,6% di tahun 2007, menjadi 36,8% di tahun 2010, dan meningkat lagi menjadi 37,2% di tahun 2013 dan menurun menjadi 30,8% di tahun 2018 (19), dimana 11,5% adalah prevalensi anak sangat pendek dan 19,3% adalah prevalensi untuk anak pendek (22)(23). Sementara itu, proporsi stunting balita kelompok umur 0-23 bulan mencapai 29,9% dimana 12,8% adalah prevalensi anak sangat pendek dan 17,1% untuk anak pendek (Riskesdas 2018). Berdasarkan provinsi, prevalensi terbesar untuk status balita sangat pendek berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (18%) dan Papua (15,9%) (gambar 26).

gambar 26. proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada Balita menurut provinsi, 2013-2018

Sumber: Riskesdas 2018

Stunting memiliki dampak terhadap perkembangan anak. Dalam jangka pendek, stunting terkait dengan perkembangan sel otak yang akhirnya akan menyebabkan tingkat kecerdasan menjadi tidak optimal. Hal ini berarti bahwa kemampuan kognitif anak dalam jangka panjang akan lebih rendah dan akhirnya menurunkan produktifitas dan menghambat pertumbuhan ekonomi (24). Laporan TNP2K tahun 2017 (25) menyebutkan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting: 1) Praktek pengasuhan yang dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta

sesudah melahirkan; 2) Pelayanan ANC – Antenatal Care dan Post-Natal Care yang berkualitas; 3) Akses ke makanan bergizi yang masih kurang, karena harga makanan bergizi yang relatif mahal; 4) dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi berulang yang berdampak pada perkembangan anak. Berbagai penelitian menemukan bahwa stunting umumnya ditemukan pada anak-anak dari orang tua berpendidikan rendah. Penelitian oleh Dartanto et al. pada tahun 2018 (26) menemukan bahwa konsumsi rokok orang tua memiliki dampak positif terhadap kemungkinan terjadinya stunting pada anak-anaknya. Selain itu, anak-anak dari perokok akan memiliki skor kognitif yang lebih rendah dibanding anak dari bukan perokok. Sehingga kebijakan untuk mengurangi kejadian stunting tidak bisa dilakukan hanya oleh sektor kesehatan, tetapi memerlukan kerjasama dari sektor lain, seperti kementerian pendidikan, industri dan keuangan.

Selain masalah gizi terkait tinggi badan, masalah lain yang muncul di tahap ini adalah balita yang kurus (wasting), yang diukur dari perbandingan berat badan terhadap tinggi badan. Pada tahun 2018, 10,2% balita mengalami masalah wasting, dimana 3,5% di antaranya mengalami masalah sangat kurus, dan 6,7 % di antaranya mengalami masalah kurus (24). Meski secara nasional, proporsi ini telah menurun dari 12,1 % di tahun 2013 menjadi 10,2% di tahun 2018, pada tingkat provinsi masih terdapat masalah balita kurus (gambar 27).

gambar 27. proporsi status kurus dan sangat kurus pada gizi Balita menurut provinsi, 2018

Sumber: Riskesdas 2018

Page 25: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 3332 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Di sisi lain, terdapat juga masalah gizi dalam hal kegemukan. Secara nasional, 8% balita mengalami masalah kegemukan, dimana prevalensi tertinggi ditemukan di Papua (13,2%) (gambar 28) (23).

gambar 28. proporsi status gizi gemuk pada Balita menurut provinsi, 2018

Sumber: Riskesdas 2018

Cakupan Imunisasi (Tujuan 1, indikator 1.4.1 b)

Kelompok umur bayi dan balita juga menghadapi kerentanan kesehatan melalui rendahnya cakupan imunisasi. Padahal, persentase anak umur 12-23 bulan yang menerima imunisasi dasar lengkap merupakan bagian dari tujuan pertama dari SDGs. Meskipun cakupan imunisasi pada tingkat nasional mencapai 57,9% pada tahun 2018, tetapi terdapat ketimpangan cakupan antar provinsi dari sekitar 20% di provinsi Aceh dan lebih dari 90% di Provinsi Bali (gambar 29) (21). Pada tahun 2018, Aceh, Papua dan Sumatera Barat merupakan tiga provinsi yang memiliki cakupan imunisasi terendah dibandingkan provinsi lainnya.

gambar 29. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 Bulan, 2013-2018

Sumber: Riskesdas 2018

Salah satu dampak berkurangnya cakupan imunisasi tersebut pada tahun 2016-2017 adalah munculnya kembali outbreak penyakit Diphteria. Pada tahun 2016, terdapat 415 kasus dimana 51 %nya terjadi pada anak-anak yang tidak menerima vaksin difteri (22). Jawa Barat dan Jawa Timur adalah dua provinsi yang memiliki kasus Difteri tertinggi pada tahun 2016. Selain terus melakukan advokasi dan promosi manfaat imunisasi untuk mencegah penyebaran penyakit menular, kebijakan juga perlu diarahkan pada perluasan akses imunisasi. Hal ini termasuk memastikan kualitas jalur penyediaan (supply chain) dan logistik vaksin, terutama di perdesaan dan wilayah pedalaman.

2.3.2. anak dan remaja (5 – 14 tahun)

Dalam tahap daur hidup anak dan remaja, beberapa faktor risiko yang memengaruhi kesehatan para anak dan remaja berhubungan dengan keterpaparan mereka terhadap gaya hidup dan pengaruh lingkungan sekitar. Gaya hidup yang tidak sehat di masa anak dan remaja teridentifikasi melalui tingginya prevalensi merokok remaja, prevalensi konsumsi rokok dan narkoba, serta keterpaparan terhadap penyakit infeksi. Berbeda dengan kerentanan di tahap usia bayi dan anak, kerentanan di tahap daur hidup ini tidak terdapat perbedaan yang besar antarprovinsi.

prevalensi merokok remaja (sdgs tujuan 3, indikator 3.4.1a)

Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan prevalensi merokok tertinggi di dunia. Dari tahun 2013-2018, prevalensi merokok pada penduduk umur 10-18 tahun meningkat dari 7,2% ke 9,1% (Riskesdas 2018). Dalam kurun waktu 2010- 2013, prevalensi perokok usia remaja laki-laki menurun meskipun kecil sementara perempuan meningkat dari 0,9% ke 3,1%. Khusus untuk kelompok usia 13-15 tahun, estimasi dari Global Youth Tobacco Survey tahun 2014 menunjukkan adanya 11,5% remaja yang merokok dengan prevalensi untuk remaja laki-laki sebesar 21,4% dan 1,5% untuk perempuan (gambar 30). Selain itu, data SKRRI 2007 dan SDKI 2012 juga menunjukkan peningkatan tren pertama kali merokok sebelum umur 15 tahun di kalangan remaja. Pada tahun 2012, 55% remaja pria mulai merokok sebelum umur 15 tahun. Sementara 59% remaja putri mulai merokok sebelum umur 15 tahun. Jika inisiasi dini merokok ini terus meningkat, penduduk usia muda Indonesia akan semakin terpapar dengan berbagai risiko penyakit yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini.

gambar 30. prevalensi merokok penduduk usia 15-19, indonesia 2013

Sumber: Riskesdas 2013 (Kementerian Kesehatan 2014)

Page 26: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 3534 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

gambar 31. prevalensi tembakau & merokok penduduk usia 13-15 tahun, indonesia 1995-2013

Sumber: Riskesdas 2013 (Kementerian Kesehatan 2014)

Kebijakan terkait penurunan prevalensi konsumsi rokok dan tembakau telah dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 40/2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Konsumsi Rokok. Target capaian Peta Jalan ini pada tahun 2015-2019 adalah menurunkan prevalensi perokok sebesar 1% per tahun serta penurunan perokok pemula sebesar 1% per tahun. Pada tahun 2020-2024, peta jalan mentargetkan untuk melanjutkan penurunan prevalensi perokok hingga 10 % antara tahun 2013-2024, perubahan normal sosial terhadap kebiasaan merokok, serta penurunan prevalensi mortalitas sebesar 10% dari 4 penyakit tidak menular terbesar dimana rokok menjadi faktor risiko utama (PJK, Kanker, Diabetes dan PPOK).

Selain itu, kegiatan pengendalian tembakau di Indonesia juga melakukan advokasi peningkatan harga rokok melalui peningkatan cukai rokok. Saat ini, cukai rokok telah mencapai nilai maksimal yang ditetapkan dalam UU Cukai no.30/2007 yaitu 57%. Upaya peningkatan harga rokok tetap dijalankan dengan advokasi penerapan Pajak Rokok Daerah, yaitu 10% dari tarif cukai nasional yang kemudian diperuntukkan untuk pembiayaan kesehatan daerah dan penegakan hukum terkait dengan pengendalian tembakau.

alkohol dan narkoba (sdgs tujuan 3, indikator 3.5.1e)

Berdasarkan data dari SDKI khusus tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, proporsi remaja yang mengonsumsi minuman beralkohol dan narkoba menunjukkan angka yang menurun secara umum (tabel 5). Persentase yang menjadi mantan peminum meningkat namun hal ini berarti semakin besar proporsi yang tidak lagi mengonsumsi alkohol (4,8). Tren ini mengindikasikan gaya hidup yang lebih baik pada generasi remaja tahun 2012 dan akan berdampak positif bagi kesehatan mereka ketika memasuki usia kerja dan lanjut usia.

tabel 5. persentase remaja menurut perilaku konsumsi minuman Beralkohol dan narkoba, indonesia, 2007 & 2012

perilaku Berisiko2007 2012

perempuan laki-laki perempuan laki-lakikonsumsi minuman beralkoholBukan peminum 93,7 60,7 95,4 61,2Mantan (pernah minum) 4,1 20,3 3,5 22,9Kadang-kadang 1,6 18,4 1 15,6Setiap hari 0 0,5 0 0,2konsumsi narkoba

Tidak pernah 94,2 95,7

Dihisap 4,5 3

Dihirup 0,6 0,6

Disuntik 0,1 0,1

Diminum 1,8 1,7

Sumber: SDKI 2007 dan 2012 (BPS 2008, 2013)

kecelakaan lalu lintas (sdgs tujuan 3, indikator 3.6.1)

Seperti telah dijelaskan pada bagian Transisi Epidemiologi, kontribusi cedera terutama dari kecelakaan lalu lintas terhadap angka kematian dan DALYs menunjukkan tren yang persisten. Sama seperti pola DALYs, data dari Korlantas Polri (Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia menunjukkan bahwa risiko kecelakaan lalu lintas ditemukan tinggi di kelompok usia remaja (27). Remaja, khususnya mereka yang masih tergolong pemula sebagai pemudi, kerap kali tidak menyadari perilaku mengemudi yang berisiko.

gambar 32. Jumlah korban kecelakaan lalu lintas menurut Jenis Cedera dan kelompok umur, triwulan kedua tahun 2018

Sumber: Korlantas Polri (2018)

Page 27: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 3736 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Data Riskesdas 2018 juga mengonfirmasi bahwa proporsi tempat terjadinya cedera adalah di jalan raya (saat berlalu lintas) sebesar 31,4%, tertinggi kedua setelah rumah dan lingkungan sekitar yaitu 44,7%. Proporsi cedera tertinggi yang disebabkan kecelakaan lalu lintas ditemukan di provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Tenggara).

gambar 33. proporsi kejadian Cedera menurut tempat kejadian

Sumber: Riskesdas (2018)

gambar 34. proporsi Cedera yang disebabkan kecelakaan lalu lintas menurut provinsi, 2018

Sumber: Riskesdas (2018)

2.3.3. transisi masa dewasa – Berkeluarga / memiliki anak (perempuan 15-49 tahun)

Dalam masa transisi menuju masa dewasa, berkeluarga, dan memiliki anak perempuan, terdapat risiko-risiko kesehatan dan kerentanan yang perlu diantisipasi. Risiko tersebut di antaranya adalah (1) perkawinan dini, (2) usia melahirkan, (3) angka kematian ibu, dan (4) perencanaan keluarga.

perkawinan dini (sdgs tujuan 5.3)

Peningkatan pendidikan dan partisipasi kerja perempuan di Indonesia telah mempengaruhi peningkatan usia kawin pertama di Indonesia. Usia Kawin Pertama (UKP) umumnya diukur dengan Singulate Mean Age at Marriage (SMAM) serta median dan rata-rata usia kawin pertama perempuan usia 25-49 tahun. Hasil estimasi terkini dari SP 2010 dan SUPAS 2015 menunjukkan peningkatan SMAM perempuan dari 22,3 tahun menjadi 23,1 tahun pada tahun 2010-2015 (28). Sementara itu, hasil estimasi median UKP dari SDKI menunjukkan usia kawin yang relatif lebih muda dibandingkan estimasi SP dan SUPAS dengan peningkatan dari 19,2 tahun menjadi 20,1 tahun antara tahun 2007 dan 2012 (4). Meskipun rata-rata UKP menunjukkan adanya penundaan usia menikah, namun perkawinan dini masih terus terjadi di Indonesia. Proporsi perempuan berusia 20-24 tahun yang menikah sebelum usia 18 tahun tercatat masih sekitar 20 % pada tahun 2013 dan 2015 (29). Di beberapa wilayah, proporsi tersebut tercatat lebih tinggi (gambar 35). Kalimantan Selatan memiliki proporsi tertinggi untuk perkawinan dini pada tahun 2015, diikuti Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Beberapa provinsi menunjukkan peningkatan perkawinan dini. Sulawesi Utara dan Maluku merupakan dua provinsi dengan pertumbuhan proporsi perkawinan dini tertinggi antara 2013 dan 2015.

gambar 35. persentase perempuan usia 20-24 tahun yang menikah sebelum 18 tahun, 2013 & 2015

Sumber: Estimasi dari Susenas 2013 dan 2015

dalam Laporan Perkawinan Usia Anak di Indonesia (BPS, 2017)

Page 28: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 3938 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Angka perkawinan dini tersebut sangat perlu mendapat perhatian pada periode RPJMN 2020-2024. Dengan UU Perkawinan yang mensyaratkan usia minimal 16 tahun bagi perempuan dan 17 tahun bagi laki-laki untuk dapat menikah, maka perkawinan dini masih akan terus terjadi. Usia minimal tersebut masih dalam kelompok usia sekolah tingkat menengah atas. Sehingga perkawinan yang terjadi pada usia tersebut akan berdampak negatif pada produktifitas remaja tersebut di masa depan akibat ia harus putus sekolah untuk menikah. Bappenas dan UNICEF pada tahun 2014 mengestimasi bahwa perkawinan anak akan menimbulkan kerugian sebesar 1,7 % dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) (30).

Penelitian juga telah banyak menemukan dampak negatif perkawinan usia dini terhadap kesehatan reproduksi, yaitu risiko tinggi pada kehamilan kelahiran perempuan usia muda, penyakit menular seksual, kanker serviks dan juga depresi. Baik dampak negatif ekonomi dan kesehatan dari perkawinan dini akan menimbulkan biaya besar bagi perekonomian dan tentunya akan mengurangi upaya optimasi bonus demografi.

usia melahirkan pertama (sdgs tujuan 3, indikator 3.7.2; tujuan 5, indikator 5.3.1)

Sama halnya seperti perkawinan, usia melahirkan pertama di Indonesia mengalami peningkatan. Angka Age-Specific Fertility Rate (ASFR) menunjukkan adanya penundaan memiliki anak antara tahun 2012 dan 2017 (gambar 36) (7). ASFR mencapai puncaknya pada usia 25-29 tahun pada periode tersebut meskipun terdapat peningkatan kelahiran di antara perempuan usia 30-34 tahun. Penurunan ASFR di antara perempuan usia 15-19 tahun menunjukkan adanya peningkatan usia perkawinan dan juga penundaan keinginan untuk memiliki anak.

gambar 36. Age Specific Fertility Rate (asfr), 2012-2017

Sumber: SDKI 2012 dan 2017 (BPS et al 2013, 2018)

angka kematian ibu (sdgs tujuan 3, indikator 3.1.1)

Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio (MMR) juga menunjukkan tren yang menurun. Estimasi data Sensus Penduduk (SP) dan Survei Penduduk Antara Sensus (SUPAS) menunjukkan penurunan MMR dari 346 ke 305 kematian per 100,000 kelahiran hidup. Meskipun masih jauh dari target capaian Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 102 pada tahun 2015, namun Indonesia telah mengarah pada tercapainya target RPJMN 2014-2019, yaitu sebesar 306 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019.

Salah satu faktor yang membantu menurunkan angka kematian ibu adalah persalinan yang ditolong oleh petugas kesehatan terlatih. Persentase perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang persalinannya ditolong petugas kesehatan terlatih meningkat dari 86,89% pada tahun 2014 menjadi 91,51% pada tahun 2016. Sebagian besar provinsi memiliki persentase yang sama seperti angka nasional dengan persentase terendah di Provinsi Papua (64%) dan NTT (77,9%) pada tahun 2016. Angka persentase persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan meningkat dari 77,6% menjadi 79,7% pada tahun 2015-2016. Terdapat perbedaan yang cukup besar antar provinsi dimana Bali memiliki proporsi persalinan di faskes yang tertinggi (98%) dan provinsi Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara memiliki persentase terendah (32,7%, 42,03% dan 46,3%)

keluarga Berencana (sdgs tujuan 1, indikator 1.4.1 c; tujuan 3 indikator 3.7.1)

Salah satu risiko dalam tahap transisi menuju masa dewasa adalah kurangnya perencanaan kelahiran. Perencanaan kelahiran melalui Program KB yang diterapkan sejak 1970-an telah berhasil menurunkan tingkat kelahiran di Indonesia. Institusi pelaksana program KB, yaitu BKKBN, memiliki otoritas kuat untuk distribusi alat KB serta melakukan kampanye yang cukup masif hingga akhir 1990. Setelah desentralisasi diterapkan, beberapa daerah menggabungkan institusi KB dengan bidang lainnya sehingga pelaksanaan program KB menjadi tidak lagi efektif.

Data SDKI menunjukkan adanya stagnasi pada angka prevalensi kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) terutama metode modern antara tahun 2002/3 dan 2012. Hasil SDKI 2017 menunjukkan CPR semua cara meningkat dari 61,9% pada tahun 2012 menjadi 64% pada tahun 2017 (gambar 37) (7,8). Namun, CPR pada cara modern mengalami penurunan meski kecil, yaitu sebesar 0,9% pada periode yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan CPR dipengaruhi oleh adanya peningkatan penggunaan metode KB tradisional. Sementara itu, disparitas CPR antar provinsi masih terlihat antara tahun 2012 dan 2017 (Gambar 37). Papua Barat, Maluku, Papua dan NTT masih memiliki angka CPR cara modern yang terendah dibanding provinsi lain. Namun, CPR Provinsi Papua mengalami peningkatan cukup besar dari 19,1% ke 39,9% pada periode 2012-2017.

Page 29: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 4140 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

gambar 37. Contraceptive Prevalence Rate (Cpr), 1987-2017

Sumber: SDKI 1987-2017

gambar 38. Cpr alat kB modern di antara perempuan menikah usia 15-49 tahun, 2012-2017

Sumber: SDKI 2012 dan 2017

Adioetomo et al. tahun 2017 (11) berargumen bahwa stagnasi angka CPR terjadi karena desentralisasi bidang KB dari tingkat nasional ke Kabupaten/Kota yang menyebabkan KB tidak lagi menjadi prioritas di semua wilayah. Selain itu stagnasi tersebut dapat juga dipengaruhi oleh kejenuhan permintaan pelayanan KB yang diindikasikan oleh preferensi terhadap alat KB jenis suntik yang terus menerus. Method mix kontrasepsi modern menunjukkan bahwa KB Suntik memiliki persentase tertinggi sementara itu Metode

KB Jangka Panjang (MKJP) masih terus rendah. Popularitas KB Suntik tersebut akan meningkatkan risiko angka fertilitas yang lebih tinggi dan akan mempengaruhi upaya peningkatan kualitas kesehatan Ibu. Budiharsana pada tahun 2018 (31) juga mengatakan bahwa desentralisasi memiliki pengaruh kuat terhadap preferensi terhadap KB Suntik. Kurangnya pengetahuan tentang manfaat MKJP oleh kepala daerah akan mempengaruhi kurangnya promosi MKPJP di antara Pasangan Usia Subur (PUS).

Dalam hal kecenderungan peningkatan proporsi penggunaan KB pasca salin pada perempuan usia 10-54 tahun, data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa secara nasional terdapat peningkatan dari 59,6% ke 66%, dengan peningkatan terbesar didapati di provinsi-provinsi di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah.

gambar 39. proporsi penggunaan kB pasca salin pada perempuan usia 10-54 tahun, menurut provinsi, 2018

Sumber: Riskesdas 2018

2.3.4. dewasa usia produktif (15 – 64 tahun)

Penduduk usia produktif memiliki risiko dan kerentanan yang dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola konsumsi yang tidak sehat, juga risiko yang terkait mobilitas yang tinggi dan lingkungan kerja. Beberapa risiko yang akan dipaparkan di bagian ini adalah (1) overweight dan obesitas, (2) prevalensi merokok, (3) kecelakaan kendaraan bermotor, dan (4) kecelakaan kerja.

Berat Badan lebih dan obesitas (tujuan 3, indikator 3.4.1c)

Berat badan lebih (overweight) dan obesitas adalah masalah kesehatan yang kini pada umumnya dihadapi oleh negara-negara maju. Namun kini, seiring dengan peningkatan pendapatan, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup, Indonesia turut mengalami masalah tersebut. Hasil estimasi WHO pada tahun 2016 (32) menunjukkan bahwa Indonesia

Page 30: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 4342 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

mengalami peningkatan prevalensi penduduk dewasa yang overweight dan mengalami obesitas selama tahun 2000-2016 (gambar 40), dimana penduduk perempuan memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

gambar 40. prevalensi Berat Badan lebih dan obesitas penduduk 18 tahun ke atas, 2000-2016

Sumber: Global Health Observatory Data 2016 (WHO, 2017)

Riskesdas 2018 juga menunjukkan bahwa proporsi berat badan lebih dan obesitas di kalangan penduduk dewasa usia 18 tahun ke atas di Indonesia meningkat dari tahun 2007-2018, dengan proporsi obesitas tertinggi didapati di provinsi Sulawesi Utara dan DKI Jakarta.

gambar 41. proporsi Berat Badan lebih dan obesitas, 2018

Sumber: Riskesdas (2018)

gambar 42. proporsi obesitas pada dewasa umur 18 tahun ke atas menurut provinsi, 2018

10.3

21.8

30.2

Sumber: Riskesdas (2018)

Data di atas mengonfirmasi temuan lain yang menegaskan peningkatan prevalensi berat badan lebih dan obesitas di Indonesia. Peningkatan prevalensi tersebut ditemukan meningkat di antara anak-anak, remaja, dan penduduk dewasa. Di kelompok anak-anak, prevalensi ditemukan lebih tinggi pada anak laki-laki, namun pada kelompok remaja dan dewasa, prevalensi berat badan lebih dan obesitas ditemukan lebih tinggi pada wanita. Beberapa studi menggunakan IFLS mengonfirmasi peningkatan prevalensi berat badan lebih dan obesitas di Indonesia, khususnya di kalangan perempuan. Dalam kurun waktu 14 tahun (1993-2007), prevalensi berat badan lebih di kalangan perempuan meningkat hampir dua kali lipat. Beberapa faktor yang terkait dengan peningkatan prevalensi berat badan lebih bagi perempuan adalah memiliki status telah menikah dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Prevalensi yang lebih tinggi juga ditemukan pada mereka yang tinggal di perkotaan dan dengan pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi (33). Perubahan pola konsumsi makanan dan penurunan aktivitas fisik adalah faktor utama penyebab peningkatan prevalensi berat badan lebih dan obesitas di Indonesia (34). Menurut data Kementerian Kesehatan (gambar 42), prevalensi penduduk dewasa yang mengalami obesitas tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta, sedangkan prevalensi terendah berada di provinsi Nusa Tenggara Timur (23).

Page 31: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 4544 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

prevalensi merokok (sdgs tujuan 3, indikator 3.a.1)

Pada tahun 2016, World Bank mengestimasi total prevalensi merokok penduduk dewasa (15 tahun ke atas) sebesar 39,4% (35). Prevalensi merokok penduduk laki-laki dewasa mencapai 76% sementara perempuan mencapai 2,8% (gambar 43). Angka prevalensi tersebut relatif tidak banyak meningkat sejak tahun 2010 baik pada penduduk dewasa maupun remaja. Jika dilihat menurut kelompok umur, prevalensi merokok tertinggi dialami oleh kelompok umur 25-40an, yaitu periode dimana seseorang seharusnya memiliki tingkat produktivitas terbaiknya (gambar 43).

gambar 43. prevalensi merokok penduduk usia 15+, 2000-2016

Sumber: World Development Indicators (World Bank)

gambar 44. prevalensi merokok pada penduduk umur 15+ tahun menurut kelompok umur, 2016

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017 (BPS, 2017)

Selain itu, menurut data Riskesdas 2018, secara umum, proporsi konsumsi tembakau baik hisap maupun kunyah pada penduduk usia 15 tahun ke atas meningkat dari 34,2% di tahun 2007 ke 33,8% di tahun 2018.

gambar 45. proporsi konsumsi tembakau hisap dan kunyah pada penduduk usia 15 tahun ke atas, 2018

Sumber: Riskesdas 2018

kecelakaan lalu lintas (sdgs tujuan 3, indikator 3.6.1)

Meski jumlah korban sebagai akibat kecelakaan lalu lintas ditemukan tertinggi di kelompok umur 15-19 tahun, penduduk dewasa usia 25-50an tahun juga masih terpapar untuk terkena kecelakaan lalu lintas. gambar 45 menunjukkan jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas yang masih tinggi di Indonesia.

gambar 46. Jumlah kecelakaan lalu lintas di indonesia, 2017-2018

Sumber: Korlantas Polri (2018)

Page 32: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 4746 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Secara umum, jumlah tertinggi untuk jenis kendaraan yang terlibat dalam kejadian kecelakaan adalah sepeda motor (gambar 47). Selain itu, menurut Riskesdas 2018, proporsi penduduk yang menggunakan helm saat mengendarai/membonceng sepeda motor ditemukan cukup rendah pada penduduk usia produktif (rata-rata kurang dari 20%).

gambar 47. proporsi penggunaan helm pada umur 5 tahun ke atas saat mengendarai/ membonceng sepeda motor menurut kelompok umur, 2018

Sumber: Riskesdas, 2018

Dengan berkembangnya kesempatan kerja di bidang transportasi berbasis aplikasi daring, semakin banyak penduduk usia muda yang bekerja di sektor tersebut dan semakin terpapar dengan kemungkinan untuk mengalami risiko kecelakaan. Data dari Lembaga Demografi FEB UI tahun 2017 menunjukkan bahwa sekitar 38% mitra pengemudi transportasi berbasis aplikasi daring berusia 20-30an tahun (36). Dengan masih tingginya risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas sekaligus semakin banyaknya pembangunan infrastruktur jalan, pemerintah perlu juga meningkatkan komitmennya dalam hal road safety seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

gambar 48. Jumlah kecelakaan menurut Jenis kendaraan, triwulan pertama dan kedua tahun 2018

Sumber: Korlantas Polri (2018)

kecelakaan kerja (sdgs tujuan 1, indikator 1.3.1)

Risiko kecelakaan kerja juga dihadapi oleh penduduk usia produktif. Tercatat angka kecelakaan kerja di Indonesia meningkat sekitar 20% dari tahun 2016 hingga 2017. Pada tahun 2017, terdapat 123 ribu kasus kecelakaan kerja dengan nilai klaim sebesar 971 miliar rupiah. Nilai ini meningkat dari kasus tahun 2016 dengan nilai klain 792 miliar rupiah5

4. Kecelakaan kerja terbesar berasal dari sektor konstruksi dan manufaktur (32%), diikuti sektor transportasi (9%), kehutanan (4%) dan pertambangan (2%)6

5.

2.3.5. lanjut usia (65 tahun ke atas)

Risiko dan kerentanan terhadap kesehatan dan kesejahteraan juga didapati di kelompok usia lanjut. Penurunan kemampuan fisik menjadi salah satu sumber risiko seiring dengan meningkatnya usia seseorang. Setidaknya terdapat dua risiko di tahap ini, yaitu: (1) Penyakit degeneratif dan (2) Alzheimer.

penyakit degeneratif

Data menunjukkan peningkatan prevalensi penduduk lansia yang terpapar dengan penyakit degeneratif. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi penyakit diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur 15 tahun ke atas meningkat dari 1,5% di tahun 2013 menjadi 2,1% di tahun 2018 (gambar 49). Prevalensi diabetes melitus menurut provinsi di Indonesia cenderung tinggi di DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan DI Yogyakarta. Riskesdas 2018 juga melaporkan bahwa prevalensi hipertensi sedikit menurun dari 9,4% di tahun 2013 menjadi 8,4% (gambar 50).

gambar 49. prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter menurut provinsi, tahun 2018

Sumber: Riskesdas 2018 (Kementerian Kesehatan, 2018)

5 https://finance.detik.com/moneter/d-3853101/angka-kecelakaan-kerja-ri-meningkat-ke-123-ribu-kasus-di-2017

6 https://www.merdeka.com/uang/menguak-fakta-di-balik-banyaknya-kecelakaan-kerja-proyek-kon-struksi-indonesia.html

Jumlah Kendaraan

Page 33: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 4948 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

gambar 50. prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur 18 tahun ke atas, menurut provinsi, tahun 2018

Sumber: Riskesdas 2018 (Kementerian Kesehatan, 2018)

Prevalensi penyakit stroke menurut provinsi dan berkisar antara 4,1% hingga 14,7%, dengan prevalensi nasional 10,9% (gambar 51). Sementara itu, prevalensi penyakit jantung menurut diagnosis dokter pada penduduk semua umur adalah 1,5% (gambar 52). Provinsi dengan angka prevalensi terbesar adalah Kalimantan Utara dan terendah di Nusa Tenggara Timur.

gambar 51. prevalensi penyakit stroke (permil) berdasarkan diagnosis pada penduduk umur ≥15 tahun menurut provinsi di indonesia tahun 2018

Sumber: Riskesdas 2018 (Kementerian Kesehatan, 2018)

gambar 52. prevalensi penyakit Jantung menurut diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut provinsi di indonesia tahun 2018

Sumber: Riskesdas 2018(Kementerian Kesehatan, 2018)

Di samping harus mengalami beban penyakit degeneratif, lansia usia 60 tahun ke atas memiliki tingkat ketergantungan yang beragam. Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa lansia dengan penyakit stroke adalah kelompok lansia terbesar yang memiliki ketergantungan total, dibanding dengan lansia dengan penyakit jantung, diabetes, rematik, dan cedera.

gambar 53. proporsi tingkat ketergantungan lansia usia 60 tahun ke atas, menurut penyakit yang diderita, 2018

Sumber: Riskesdas 2018

alzheimer

Alzheimer merupakan penyakit neurodegenerative berupa penurunan fungsi kognitif secara progresif. Menurut Duthey (2013), risiko alzheimer umumnya meningkat di antara penduduk usia 65 tahun ke atas yang ditandai dengan menurunnya daya ingat, kemampuan

Page 34: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 5150 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

berpikir, berbicara serta belajar (37). Selanjutnya ia mengelompokkan penderita menjadi dua, yaitu early onset dimana penderita berusia kurang dari 60 tahun, dan late onset untuk penderita di atas 60 tahun.

Data Global Burden of Diseases dari IHME menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi Alzheimer dari 939.214,42 menjadi 1.111.081,07 kasus antara tahun 2010 dan 2016 (17). Hasil proyeksi Alzheimer’s Disease International (ADI) pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penderita Alzheimer mencapai 1,033 juta pada tahun 2015 dan akan meningkat menjadi 1,894 juta pada tahun 2030 dan 3,98 juta pada tahun 2050 (38). ADI memperkirakan bahwa biaya yang menjadi beban negara dan masyarakat di Indonesia karena penyakit Alzheimer mencapai US$ 1.777 juta pada tahun 2015.

2.3.6. Cross-cutting Issues

urbanisasi

Proses urbanisasi di Indonesia terjadi cukup pesat, dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk di perkotaan sebesar 118,3 juta jiwa dan meningkat menjadi 135,6 juta jiwa di tahun 2015 atau sekitar 53 persen dari total penduduk (6). Angka tersebut mengantarkan Indonesia menjadi negara dengan populasi penduduk urban tertinggi kedua di Asia Timur dan Pasifik (39). Hasil proyeksi BPS menunjukkan persentase penduduk perkotaan akan terus meningkat dan menjadi 60% pada tahun 2025 (1). Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT) diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan persentase penduduk perkotaan yang cukup tinggi (12%) antara tahun 2020-2025.

gambar 54. proyeksi pertumbuhan persentase penduduk perkotaan tahun 2020-2025 menurut provinsi

Sumber: Proyeksi Penduduk Hasil SP 2010 (BPS, 2013)

Urbanisasi akan mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan. Urbanisasi yang cepat dan tanpa perencanaan akan memiliki dampak negatif berupa kemiskinan, pemukiman kumuh, polusi air dan udara serta permintaan akan sanitasi dan air bersih yang tinggi. WHO mengestimasi 63 persen dari kematian global dikontribusikan dari efek negatif urbanisasi tersebut. Di satu sisi, penduduk perkotaan juga terpapar pada gaya hidup kurang sehat seperti kurang gerak (sedentary behaviour), konsumsi fast food yang meningkatkan risiko obesitas, kanker, diabetes dan penyakit kardiovaskular. Christiani, Byles, Tavener dan Dugdale pada tahun 2015 (40) menemukan bahwa perempuan di kota besar di negara berkembang terpapar risiko tinggi untuk menderita hipertensi, overweight/obesitas, dan merokok. Studi ADB pada tahun 2016 (41) menemukan bahwa tinggal di perkotaan meningkatkan risiko kelebihan berat badan (overweight). Di sisi lain, perumahan yang padat, polusi air dan udara, serta kurangnya sanitasi dan air bersih juga meningkatkan risiko penularan penyakit menular seperti Tuberculosis, diare, dan demam berdarah. Studi Haryanto tahun 2017 menunjukkan bahwa wilayah perkotaan terpapar pada morbiditas yang tinggi karena polusi udara yang berasal dari sektor transportasi (42). Studi Semba et al. (2007) menyebutkan anak yang tinggal di pemukiman kumuh perkotaan di Indonesia yang membeli air minum eceran memiliki kecenderungan mengalami malnutrisi dan diare (43).

Namun urbanisasi yang tinggi dan status kesehatan tidak selalu memiliki hubungan negatif. Pola scatterplot antara nilai DALYs dan angka urbanisasi menunjukkan hubungan yang negatif, dimana semakin rendah urbanisasi berasosiasi dengan angka DALYs yang tinggi. Selain itu, hasil analisis korelasi sederhana antara nilai DALYs dan angka urbanisasi provinsi menunjukkan hubungan yang kurang erat antara keduanya (-0,328). Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kasus Indonesia, tingkat morbiditas dan urbanisasi tidak terkait cukup erat. Urbanisasi yang tinggi tidak selalu berasosiasi dengan tingkat kesakitan yang tinggi pula.

gambar 55. korelasi angka dalys tahun 2017 dan angka urbanisasi provinsi tahun 2015

Sumber: Global Burden of Disease (IHME 2016), Penduduk Hasil Supas 2015 (BPS 2015)

Page 35: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

2. analisis situasi • 5352 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan, khususnya sumber air dan sanitasi merupakan salah satu hal vital yang memengaruhi kondisi kesehatan. gambar 56 menunjukkan persentase rumah tangga menurut sumber air utama yang digunakan untuk minum dan fasilitas tempat membuang air besar. Berdasarkan data menurut perkotaan dan perdesaan, tingginya konsumsi air minum di perkotaan yang bersumber dari air kemasan bermerek atau air isi ulang menjadi indikasi awal perlunya penjagaan kualitas air minum kemasan atau isi ulang. Pengawasan terhadap unit-unit usaha yang melayani air isi ulang tak berijin perlu ditingkatkan. Sementara itu, di daerah perdesaan, sumber air minum dari sumur terlindung maupun tidak terlindung, menjadi sumber air minum tertinggi.

gambar 56. persentase rumah tangga di indonesia menurut sumber air utama yang digunakan untuk minum, 2017

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017 (BPS, 2017)

gambar 57. persentase rumah tangga di indonesia yang memiliki fasilitas tempat Buang air Besar menurut tempat pembuangan akhir tinja, 2017

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017 (BPS, 2017)

kemiskinan

Kinerja perekonomian Indonesia yang cukup baik membawa dampak pada terjadinya tren penurunan angka kemiskinan. Persentase penduduk miskin pada tahun 2007 berada di angka 16,58% dan menjadi 10,12% di tahun 2017 (BPS, 2018). Akan tetapi, angka kemiskinan tidak diikuti dengan pemerataan yang baik. Ketimpangan masih terjadi yang ditandai dengan gini ratio yang besar yaitu 0,391 pada 2017 (BPS, 2018).

Kemiskinan mempunyai keterkaitan dengan variabel-variabel demografi. Temuan Arfiyanto (2015) mengungkapkan bahwa rumah tangga yang memiliki tiga generasi dan jumlah anggota rumah tangganya lebih dari lima mempunyai peluang miskin mencapai 23,5%. Kemiskinan juga mengurangi akses untuk memperoleh perawatan kesehatan, pemenuhan kebutuhan gizi, dan tempat tinggal layak yang akhirnya akan menurunkan kualitas hidup lansia (UNFPA & HelpAge International, 2012). Para lansia juga mempunyai probabilitas 1,2 kali lebih tinggi daripada nonlansia untuk jatuh di bawah garis kemiskinan.

permintaan pelayanan kesehatan

Dari gambar 58 terlihat adanya peningkatan pemanfaatan fasilitas kesehatan modern yang diukur dari jumlah penduduk yang melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan modern untuk berobat jalan menurut kelompok umur. Pola kunjungan tersebut membentuk kurva “sleeping S” dimana kunjungan tinggi pada usia 0-4 tahun kemudian menurun hingga 20-24 tahun dan meningkat kembali hingga mencapai nilai tertinggi pada usia 45-54 tahun yang mirip (resemble) dengan pola DALYs. Tren menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk yang melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan antara tahun 2014 dan 2016. Secara keseluruhan, terdapat peningkatan persentase penduduk yang melakukan

Page 36: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

54 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

K A J I A N S E K T O R K E S E H ATA N

3.proyeksi penduduk dan BeBan penyakit

tahun 2020-2024

Transisi Demografi Dan epiDemiologi:

perminTaan pelayanan KesehaTan Di inDonesia

kunjungan untuk berobat jalan ke faskes modern, dari 14,38% pada tahun 2014, 16,8% pada tahun 2015, dan 16,05% pada tahun 2016.

Kemiripan pola DALYs dan jumlah kunjungan ke faskes modern mengindikasikan bahwa kelompok umur dengan morbiditas tinggi cenderung memiliki jumlah utilisasi faskes modern lebih tinggi. Artinya, kebutuhan akan layanan kesehatan yang ditunjukkan oleh angka DALYs yang tinggi kurang lebih telah direspon oleh sistem pelayanan kesehatan dalam bentuk utilitasi/kunjungan ke faskes modern. Namun, hasil scatterplot menunjukkan bahwa keterkaitan antara DALYs dan utilisasi faskes modern relatif rendah (gambar 58). Kesimpulan tersebut diperkuat dengan angka koefisien korelasi pearson yang tidak terlalu tinggi, yaitu sebesar 0,69 untuk tahun 2014 dan 0,58 pada tahun 2016. Analisis sederhana tersebut mengindikasikan bahwa sistem pelayanan kesehatan belum merespon kebutuhan akan layanan kesehatan yang diwakili oleh angka DALYs.

gambar 58. pola utilisasi fasilitas kesehatan modern dan dalys menurut kelompok umur, indonesia 2014 dan 2016

gambar 59. hubungan antara dalys dan utilisasi fasilitas kesehatan modern menurut kelompok umur, indonesia 2014 dan 2016

Sumber: Global Burden of Diseas (IHME) dan Susenas 2014 dan 2016 (diolah)

Page 37: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

3. proyeksi penduduk dan Beban penyakit tahun 2020-2024 • 5756 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Pada tahun 2020-2024, Indonesia akan memiliki LPP di bawah 1% yang artinya pertumbuhan penduduk Indonesia akan melambat. Perlambatan tersebut dikontribusikan oleh mulai menurunnya jumlah penduduk usia 0-14 tahun dengan LPP yang negatif (0,1%) dan menurunnya LPP usia produktif dari 1,19% tahun 2015-2019 menjadi 0,9% tahun 2020-2024. Sementara itu, penduduk usia 65 tahun ke atas mengalami peningkatan LPP dari 4,64% menjadi 4,68% pada periode yang sama. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 269.603.430 jiwa dan meningkat menjadi 279.965.172 jiwa pada tahun 2024. tabel 6 menunjukkan jumlah penduduk pada setiap kelompok umur di tahapan kehidupan yang menjadi basis dalam menentukan arah permintaan pelayanan kesehatan.

Perubahan struktur penduduk di masa datang tentunya akan diikuti dengan perubahan profil beban penyakit di masa depan. Dengan faktor-faktor risiko dan kerentanan yang dihadapi oleh masing-masing kelompok umur tersebut (sebagaimana yang telah dijelaskan di atas), profil beban penyakit per kelompok umur pun bisa berubah. Profil beban penyakit menurut kelompok umur pada tahun 2016 ditampilkan dalam tabel 7. Secara umum, tiga penyakit utama yang berkontribusi terhadap DALYs menurut kelompok umur terhubung dengan faktor-faktor risiko yang dipaparkan dalam bagian sebelumnya. Profil penyakit di penduduk kelompok umur muda (0-4 tahun) menunjukkan kerentanannya terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan kelahiran. Sementara itu, penduduk kelompok umur 5-14 tahun terpapar dengan penyakit yang terkait kesehatan kulit, penyakit menular seperti diare, dan kecelakaan lalu lintas yang kemungkinan besar disebabkan oleh tingginya interaksi dan mobilitas di usia muda. Sementara itu, profil penyakit di kelompok usia produktif didominasi oleh penyakit-penyakit degeneratif.

Dengan berubahnya struktur umur penduduk, maka beban penyakit di masing-masing kelompok umur akan berubah proposional terhadap perubahan jumlah penduduk pada tahun 2020-2024. Dengan menurunnya jumlah penduduk usia 0-4 tahun, maka kasus kematian dan DALYs karena kasus kelahiran premature dan sejenisnya juga akan menurun. Namun, untuk penyakit PTM akan meningkat cukup pesat karena masih besarnya penduduk usia kerja serta meningkatnya penduduk lansia dengan pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibanding kelompok umur lainnya.

tabel 6. Jumlah penduduk indonesia menurut kelompok umur

kelompok umur

2020 2024

laki-laki perempuan total laki-laki perempuan total

0 2.212 2.159 4.372 2.227 2.173 4.400

1-4 8.889,3 8.691,1 17.580 8.830,1 8.628,2 17.458

5-14 22.490,0 21.624,0 44.114 22.317,6 21.585,4 43.903

15-49 73.450,3 72.120,9 145.571 74.581,8 73.152,6 147.734

15-64 93.292,9 92.046,9 185.340 96.756,6 95.567,8 192.324

65+ 8.452,6 9.745,1 18.198 10.231,8 11.647,5 21.879

Sumber: BPS, Bappenas dan UNFPA (2018)

tabel 7. profil penyakit menurut kelompok umur, 2016

kelompok umur tiga penyakit utama yang Berkontribusi terhadap dalys

0-4 Neonatus Lahir Prematur

Enselopati pada neonatus akibat asfiksi dan trauma

kelahiran Kelainan kongenital

5-14 Penyakit kulit Penyalit Infeksi Usus Penyakit diare

10-19 Penyakit kulit Kecelakaan Lalulintas Penyakit Infeksi Usus

15-64 PJK Stroke Diabetes mellitus

60+ PJK Stroke Diabetes mellitus

Sumber: Global Burden of Disease (IHME)

Untuk mengetahui seberapa besar perubahan beban penyakit pada tahun 2020-2024, studi ini melakukan proyeksi nilai DALYs. Proyeksi tersebut berdasarkan hasil regresi sederhana antara DALY setiap jenis penyakit dan jumlah penduduk menurut kelompok umur berdasarkan data tren tahun 2010 hingga 2016. Jika diasumsikan tidak ada faktor-faktor lain yang memengaruhi dan tidak ada perubahan signifikan di sektor kesehatan, profil beban penyakit di Indonesia diproyeksikan tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2016 (tabel 8). Pada tahun 2020, penyakit menular masih berkontribusi pada 20% nilai DALYs, sementara 71% berasal dari penyakit tidak menular. Kontribusi Tuberculosis dan Diare akan menurun meskipun nilai DALYs tidak banyak berubah pada periode proyeksi. Cedera/injuries akan terus menunjukkan persistensi kontribusi terhadap nilai DALYs sebesar 8% antara tahun 2016 dan 2024. Penyakit cardiovascular terus mengalami peningkatan karena meningkatnya jumlah penduduk lansia yang memang memiliki risiko lebih tinggi dibanding usia lainnya. Depresi serta sakit pinggang bawah dan leher terus menunjukkan persistensi sebagai penyebab DALYs sebesar 1 persen dan 4 persen pada tahun 2020-2024.

tabel 8. proyeksi dalys indonesia 2020-2024

penyakit 2016 2020 2024

Penyakit Menular 24,9 20,4 16,4

Penyakit Tidak Menular 67,1 71,4 75,4

Kecelakaan 8,0 8,1 8,2

Penyakit Jantung 19,0 20,3 21,3

Diabetes 7,9 8,9 9,8

Tuberkulosis 4,2 3,5 3,0

PPOK 2,2 2,4 2,5

Diare 2,7 1,9 1,2

Alzheimer 1,0 1,1 1,2

Penyakit Ginjal Kronik 1,7 1,8 1,9

Gangguan Kejiwaan Depresif 1,0 1,0 1,0

Nyeri Pinggang dan Leher 3,9 4,3 4,6

total 72.732.990 71,513,527 70,542,526

Sumber: Global Burden of Disease (IHME), diolah

Page 38: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

58 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

K A J I A N S E K T O R K E S E H ATA N

Selain DALYs, proyeksi angka prevalensi (jumlah penduduk menderita suatu penyakit) juga menunjukkan pola yang sama (tabel 9). Pertumbuhan penyakit menular (CD) dan juga tidak menular (NCDs) menurun dan penurunan tersebut melambat pada tahun 2020-2024 meskipun penurunan CD lebih cepat dibanding NCDs. Sementara itu, prevalensi kecelakaan secara umum meningkat cukup pesat sebesar 13,8% antara tahun 2017-2020. Hal ini dikontribusikan oleh adanya desakan penduduk usia kerja muda yang memang memiliki risiko tertinggi mengalami kecelakaan, terutama lalu lintas. Sementara itu, prevalensi penyakit-penyakit tidak menular akan terus meningkat dengan pertumbuhan prevalensi diabetes lebih tinggi dibandingkan penyakit kardiovaskular. Alzheimer juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan prevalensi yang positif diikuti dengan depresi dan penyakit ginjal kronik (chronic kidney diseases).

tabel 9. proyeksi prevalensi penyakit indonesia 2017-2024

penyakit 2017 2020 2024

Penyakit Menular 70.585,86 63.381,36 59.109,77

PTM 92.703,83 92.294,65 92.184,46

Cedera 7.963,02 10.889,65 12.577,91

Penyakit Jantung 5.109,60 5.745,68 6.228,47

Diabetes 8.131,93 8.711,57 9.490,67

Tuberkolosis 31.177,84 28.453,77 26.688,39

PPOK 2.746,90 2.989,65 3.182,33

Diare 1.126,52 777,18 584,92

Alzheimer 390,75 464,94 517,75

Penyakit Ginjal Kronis 10.549,89 11.660,22 12.549,39

Gangguan Jiwa 2.582,21 2.985,59 3.241,32

Nyeri pinggang dan leher 7.541,21 7.250,56 7.213,54

total 97.309,71 96.692,35 96.350,71

Sumber: Global Burden of Disease (IHME), diolah

4. implikasi transisi demografi dan epidemiologi terhadap

permintaan pelayanan kesehatan

Transisi Demografi Dan epiDemiologi:

perminTaan pelayanan KesehaTan Di inDonesia

Page 39: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

4. implikasi transisi demografi dan epidemiologi • 6160 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

Transisi demografi yang berdampak pada perubahan struktur umur penduduk dan perubahan pola penyakit akan menentukan permintaan pelayanan kesehatan pada masa mendatang. Berikut beberapa implikasi dari perubahan jumlah serta laju pertumbuhan penduduk (LPP) dari tiga kelompok besar umur penduduk serta transisi epidemiologi:

• Perubahan struktur umur penduduk usia 0-14 tahun berimplikasi pada menurunnya kuantitas permintaan layanan terkait kesehatan ibu dan anak relatif terhadap jenis permintaan lainnya karena jumlah kelahiran yang menurun, dan peningkatan kuantitas permintaan pelayanan kesehatan anak usia sekolah khususnya 5-14 tahun. Meskipun menurun, saat ini isu akses dan kualitas layanan kesehatan tersebut masih menjadi permasalahan yang ditunjukkan dengan masih tingginya AKI dan AKB. Oleh karena itu, kualitas pelayanan perlu terus ditingkatkan. Fokus pada kelompok usia anak ini sangat mendasar dalam sistem kesehatan karena investasi kesehatan sejak usia dini sangat menentukan status kesehatan, kemampuan kognitif serta produktivitasnya pada masa dewasa. Namun demikian, masih ada banyak tantangan dalam mengoptimalkan investasi SDM penduduk usia anak, antara lain: status gizi buruk anak balita yang cukup tinggi, literasi penduduk usia sekolah yang rendah, angka putus sekolah yang persisten serta perilaku berisiko di antara remaja yang masih relatif tinggi terutama perilaku merokok.

• Dengan jumlah penduduk usia kerja yang besar, Indonesia menghadapi baik peluang maupun tantangan. Di satu sisi, penduduk usia kerja yang besar merupakan sumber akselerasi pertumbuhan ekonomi apabila penduduk ini produktif secara ekonomi. Selain itu, besarnya penduduk usia kerja relatif terhadap penduduk usia tidak produktif (anak dan lansia) merupakan keuntungan bagi jaminan kesehatan dalam hal potensi pembayaran premi serta support ratio yang relatif tinggi. Namun di sisi lain, bila penduduk usia kerja memiliki skill yang rendah serta status kesehatan rendah yang mengurangi produktivitasnya, maka mereka akan menjadi beban. Sementara itu, tantangan utama untuk penduduk usia kerja adalah masih rendahnya pendidikan serta skill tenaga kerja Indonesia serta beban penyakit yang cukup besar diderita oleh kelompok usia tersebut, terutama Penyakit Tidak Menular (PTM). Hal tersebut menyebabkan mutu modal manusia Indonesia menjadi tidak optimal untuk mencapai bonus demografi. Selain peningkatan kompetensi dan skill, kegiatan promosi kesehatan dan preventif penyakit perlu kembali digerakkan untuk meningkatkan produktivitas kelompok usia tersebut.

• Perubahan struktur umur penduduk juga menghasilkan peningkatan jumlah penduduk lansia. Penduduk lansia meningkat cukup pesat karena desakan baby boomer yang menua dan kohor penduduk usia kerja saat ini yang besar jumlahnya, yang akan segera memasuki masa pensiun. Peningkatan tersebut perlu diantisipasi dengan melakukan kegiatan promosi kesehatan dan preventif sejak saat ini untuk mengurangi morbiditas serta disabilitas ketika masuk masa lanjut usia. Selain itu, saat ini perlu diformulasikan sistem akumulasi atau investasi individual yang bermanfaat sebagai sumber pembiayaan kesehatan pada masa lansia. Pembiayaan kesehatan yang bersifat pay-as-you go juga diperlukan untuk mengurangi biaya out-of-pocket ketika mengalami kesakitan dan disabilitas pada lanjut usia. Selain itu, mutu SDM yang rendah penduduk usia anak dan usia kerja saat ini akan meningkatkan kerentanan penduduk lansia di masa depan berupa disabilitas akibat penyakit serta kemampuan ekonomi yang rendah dari penduduk ketika memasuki usia lansia.

• Implikasi dari perubahan struktur umur yang berbeda antarwilayah adalah adanya disparitas bonus demografi di Indonesia. Namun potensi provinsi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi juga sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Dengan menekan laju angka kelahiran, maka beban anggaran untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan penduduk usia anak dapat dikurangi dan dapat dialokasikan untuk meningkatkan kualitas investasi SDM. Pengendalian angka kelahiran dalam hal ini bukan lagi dalam konteks untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, namun untuk mendapatkan jumlah penduduk yang tumbuh seimbang yang kondusif untuk perencanaan pembangunan modal manusia.

• Hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek kewilayahan adalah disparitas TFR. Wilayah dengan TFR rendah tentunya akan mengalami penuaan penduduk lebih cepat dan berpotensi kekurangan penduduk usia kerja yang mampu memberikan support baik dalam bentuk transfer material dan non-material kepada penduduk lansia. Namun, pendekatan kebijakan yang diambil selayaknya tidak saja inward looking atau terfokus pada kondisi kependudukan di suatu wilayah saja, namun juga melihat interaksi spasial dengan wilayah lain. Misalnya, DKI Jakarta memiliki TFR di bawah 1,9 anak per perempuan namun supply tenaga kerja di DKI Jakarta berasal dari wilayah peripheral Bodetabek yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat dan Banten. Interaksi kuat antara Jakarta dan Bodetabek terlihat dari arus commuting di Jabodetabek yang tinggi. Sehingga Jakarta tidak akan mengalami penyusutan jumlah tenaga kerja dengan angka TFR yang rendah selama didukung dengan infrastruktur yang mendukung mobilitas antarwilayah sekitarnya. Yang perlu menjadi perhatian lebih adalah provinsi atau wilayah yang memiliki daya tarik ekonomi yang rendah, seperti Kabupaten Gunung Kidul. Wilayah tersebut memiliki persentase penduduk usia 60 tahun ke atas 19% yang hampir mendekati persentase penduduk anak (20%) dengan rasio ketergantungan 68% karena migrasi keluar yang cukup besar dari kabupaten tersebut. Pada tahun 2016, angka migrasi netto Kabupaten Gunung Kidul sebesar -1,8%. Bila potensi ekonomi tidak digali, maka kabupaten tersebut akan terus ditinggalkan penduduk usia produktif dan menyisakan penduduk non-produktif. Perlu dipastikan bahwa transfer/remittance dari migran keluar ke keluarga yang ditinggalkan tetap terjadi agar mengurangi beban pemerintah daerah untuk membiayai penduduk non-produktif.

• Investasi kesehatan yang bermula dari 1.000 hari pertama kehidupan, usia dini, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia sangat diperlukan. Dengan berbagai risiko dan tingkat kerentanan di setiap kelompok umur, jenis kelamin, dan wilayah; tantangan untuk meraih bonus demografi juga beragam. Sebagai contoh, kelompok penduduk anak-anak adalah kelompok yang terpapar dengan penyakit menular seperti diare. Sementara itu, penduduk usia kerja berisiko terkena penyakit tidak menular seperti stroke dan diabetes sebagai akibat dari perubahan gaya hidup. Penduduk lansia, memiliki risiko terpapar lebih banyak penyakit baik degeneratif maupun tidak.

Tabel berikut merangkum beberapa poin arah kebijakan dapat dirumuskan untuk merespon perubahan demografi dan epidemiologi pada periode tahun 2020-2024:

Page 40: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

4. implikasi transisi demografi dan epidemiologi • 6362 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

tab

el 1

0. a

rah

keb

ijaka

n d

alam

mer

esp

on

s pe

rub

ahan

dem

og

rafi

dan

ep

idem

iolo

gi t

ahu

n 2

020-

2024

tah

apan

dem

og

rafi

202

0 (p

roye

ksi s

p 2

015)

ep

idem

iolo

gi 2

020

perm

inta

an p

elay

anan

kes

ehat

an &

sd

m

Bay

i/B

alit

a(0

-4 t

ahu

n)

Jum

lah

: 23,

475

juta

# ke

lah

iran

202

0: 4

,3 ju

ta

•K

elai

nan

neo

nat

us

•In

feks

i Sal

ura

n N

apas

Baw

ah•

Dia

re

•Pe

mer

ataa

n a

kses

dan

ku

alit

as y

anke

s d

an n

akes

AN

C,

per

salin

an d

an p

ost

nat

al c

are

•K

eter

sed

iaan

ob

at d

an a

lat

kese

hat

an e

sen

sial

Pem

erat

aan

san

itas

i dan

air

min

um

ber

sih

an

ak d

an r

emaj

a(5

-14

tah

un

)Ju

mla

h:

47,2

34 ju

ta•

Peny

akit

Ku

lit•

Infe

ksi U

sus

•D

iare

•K

ecel

akaa

n L

alu

-lin

tas

•K

om

itm

en u

ntu

k K

esPr

o r

emaj

a•

KIE

Kes

Pro

dan

KB

rem

aja

•K

IE d

an p

eneg

akan

hu

kum

ter

kait

kes

elam

atan

ber

lalu

-lin

tas

tran

sisi

mas

a d

ewas

a –

ber

kelu

arga

/ m

emili

ki a

nak

(per

emp

uan

15-

49 t

hn

)

Jum

lah

: 71

,6 ju

ta•

Kem

atia

n Ib

u•

Ko

mp

likas

i keh

amila

n d

an

kela

hir

an

•Pe

mer

ataa

n a

kses

dan

ku

alit

as y

anke

s d

an n

akes

AN

C,

per

salin

an d

an p

ost

nat

al c

are.

Ket

erse

dia

an o

bat

dan

ala

t es

ensi

al

•Pe

nin

jau

an u

lan

g s

iste

m r

uju

kan

un

tuk

kom

plik

asi

kela

hir

an

usi

a p

rod

ukt

if

(15-

64 t

ahu

n)

Jum

lah

: 183

,5 ju

ta

•Pe

nyak

it J

antu

ng

Ko

ron

er•

Dia

bet

es M

ellit

us

•N

yeri

Pin

gga

ng

dan

Leh

er•

Kec

elak

aan

Lal

u-l

inta

s

•Pr

om

osi

gay

a h

idu

p s

ehat

(m

akan

an s

ehat

, ber

hen

ti

mer

oko

k, m

enja

ga p

ost

ur)

•Pe

nin

gka

tan

keb

utu

han

sp

esia

lis

•K

IE d

an p

eneg

akan

hu

kum

ter

kait

kes

elem

atan

ber

lalu

-lin

tas

lan

jut

usi

a(6

5+ t

ahu

n)

Jum

lah

: 16,

8 ju

ta•

Peny

akit

Jan

tun

g K

oro

ner

•D

iab

etes

Mel

itu

s•

Alz

hei

mer

•La

yan

an k

hu

sus

usi

a la

nju

t (d

ayca

re +

yan

kes)

•S

pes

ialis

Ger

iatr

i/nak

es u

ntu

k u

sia

lan

jut,

ter

uta

ma

pen

anga

nga

n A

lzh

eim

er

Page 41: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

kajian sektor kesehatan • 6564 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

REfERENSI

1. BPS, Bappenas, UNFPA. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta; 2013.

2. BPS, Bappenas, UNFPA. Proyeksi Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015. Jakarta; 2018.

3. BPS. Sensus Penduduk 1971. Jakarta; 1971.

4. BPS, BKKBN, Kementerian Kesehatan, ICF International. Indonesia Demographic and Health Survey 2012 [Internet]. Demographic and Health Survey. Jakarta; 2013. Available from: http://www.dhsprogram.com

5. BPS. Sensus Penduduk 2010. Jakarta; 2010.

6. BPS. Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015. Jakarta; 2015.

7. BPS, BKKN, Kementerian Kesehatan, ICF International. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017: Laporan Pendahuluan Indikator Utama. Jakarta; 2017.

8. Statistics Indonesia (Badan Pusat Statistik-BPS), Macro International. Indonesia Demographic and Health Survey 2007. Calverton: BPS and Macro International; 2008.

9. Adioetomo SM, Burhan L, Yunus N. 100 Tahun Demografi Indonesia: Mengubah Nasib menjadi Harapan. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; 2009.

10. Adioetomo SM. Reshaping population. In: Hull TH, editor. People, Population, and Policy in Indonesia. Jakarta: Equinox Publishing (Asia) Pte. Ltd. ; 2005. p. 125–68.

11. Adioetomo SM. Bonus demografi dan jendela peluang meletakkan dasar pembangunan manusia. In: Adioetomo SM, Pardede E, editors. Memetik Bonus Demografi: Membangun Manusia Sejak Dini. Jakarta: Rajawali Grafindo; 2017. p. 23.

12. Direktorat Perencanaan Kependudukan dan Perlindungan Sosial - Bappenas. Background Study RPJMN Bidang Kependudukan: Struktur Umur Penduduk dan Bonus Demografi. 2018.

13. Lee R, Mason A. What Is the Demographic Dividend? Financ Dev [Internet]. 2006;43(3). Available from: https://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/2006/09/basics.htm

14. Prskawetz A, Sambt J. Economic support ratios and the demographic dividend in Europe. Demogr Res. 2014;30(1):963–1010.

15. Mboi N, Murty Surbakti I, Trihandini I, Elyazar I, Houston Smith K, Bahjuri Ali P, et al. On the road to universal health care in Indonesia, 1990–2016: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016. Lancet [Internet]. The Author(s). Published by Elsevier Ltd. This is an Open Access article under the CC BY 4.0 license; 2018;6736(18):1–11. Available from: www.thelancet.com

16. World Health Organization (WHO). Global Health Estimates 2016: Deaths by Cause, Age, Sex, by Country and by Region, 2000-2016. 2018.

17. IHME. Global Health Data Exhange (GHDx) [Internet]. Global Burden of Disease Study. 2016 [cited 2018 Aug 20]. Available from: http://ghdx.healthdata.org/

18. Ehrlich GE. Low back pain. Bull World Health Organ. 2003;81(9):671–6.

19. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384.

20. Kakuma R, Minas H, Van Ginneken N, Dal Poz MR, Desiraju K, Morris JE, et al. Human resources for mental health care: Current situation and strategies for action. Lancet. 2011;378(9803):1654–63.

21. BPS. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017. Jakarta; 2017.

22. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Provinsi Bali. 2016. 1-220 p.

23. Kementerian Kesehatan. Hasil Pemantauan Status Gizi (Psg) Tahun 2016. Jakarta; 2018.

24. Adioetomo S. Seribu hari pertama kehidupan: Awal pembangunan keterampilan kognitif. In: Adioetomo S, Pardede E, editors. Memetik Bonus Demografi: Membangun Manusia Sejak Dini. Jakarta: Rajawali Grafindo; 2017.

25. TNP2K. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta; 2017.

26. Dartanto T, Moeis F, Nurhasana R, Satriya A, Thabrany H. Perilaku Merokok Orang Tua dan Dampaknya terhadap Stunting, Kecerdasan dan Kemiskinan: Bukti Empiris dari Data Panel IFLS. Jakarta; 2018.

27. Indonesia KLLKR. Statistik Kecelakaan 2018 [Internet]. [cited 2018 Sep 5]. Available from: http://korlantas.polri.go.id/en/statistik-2/

28. BPS. Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015. Jakarta; 2016.

29. BPS. Perkawinan Usia Anak di Indonesia. Jakarta; 2017.

30. Bappenas, UNICEF. The cost of inaction: Child and adolescent marriage in Indonesia. In: ISPCAN 2016. 2014.

31. Budiharsana MP. Neglected Reproductive Health Issues (unpublished report). 2018.

32. WHO. Global Health Observatory Data. 2017.

Page 42: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

66 • transisi demografi dan epidemiologi: permintaan pelayanan kesehatan di indonesia

33. Rachmi CN, Li M, Alison Baur L. Overweight and obesity in Indonesia: prevalence and risk factors—a literature review. Public Health. 2017;147:20–9.

34. Roemling C, Qaim M. Obesity trends and determinants in Indonesia. Appetite. 2012;58(3):1005–13.

35. World Bank. World Development Indicators [Internet]. 2017. Available from: https://data.worldbank.org/data-catalog/world-development-indicators

36. Demografi L. RINGKASAN HASIL SURVEI DAMPAK GO-JEK TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA. 2017;1–11.

37. Duthey B. Background Paper 6.11 Alzheimer Disease and other Dementias, Update on 2004. World Heal Organ. 2013;(February):1–77.

38. Alzheimer’s Disease International. Dementia in the Asia Pacific Region. 2014.

39. United Nations. World Urbanization Prospects: The 2018 Revision. New York; 2018.

40. Christiani Y, Byles JE, Tavener M, Dugdale P. Do women in major cities experience better health? A comparison of chronic conditions and their risk factors between women living in major cities and other cities in Indonesia. Glob Heal Action [Internet]. 2015;8:28540. Available from: http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&CSC=Y&NEWS=N&PAGE=fulltext&D=prem&AN=26689455.http://sfx.scholarsportal.info/uhn?sid=OVID:medline&id=pmid:26689455&id=doi:10.3402/gha.v8.28540&issn=1654-9880&isbn=&volume=8&issue=&spage=28540&pages=28540&date=2015

41. Toshi A, Helble M. Socioeconomic inequity in excessive weight in Indonesia. ADBI Work Pap Ser. 2016;(572):1–23.

42. Haryanto B. Climate Change and Air Pollution. 2018;(January). Available from: http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-61346-8

43. Semba RD, de Pee S, Kraemer K, Sun K, Thorne-Lyman A, Moench-Pfanner R, et al. Purchase of drinking water is associated with increased child morbidity and mortality among urban slum-dwelling families in Indonesia. Int J Hyg Environ Health [Internet]. Urban & Fischer; 2009 Jul 1 [cited 2018 Sep 30];212(4):387–97. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1438463908000771

Page 43: New TRANSISI DEMOGRAfI DAN EPIDEMIOLOGI: PERMINTAAN … · 2020. 6. 29. · Gambar 46 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, 2017-2018 45 Gambar 47 Proporsi Penggunaan Helm pada

Direktorat Kesehatan dan Gizi MasyarakatKedeputian Pembangunan Manusia, Masyarakat dan KebudayaanKementerian PPN/Bappenas

Jalan Taman Suropati No. 2, Jakarta Pusat, 10310Telp: (021) 31934379, Fax: (021) 3926603Email: [email protected]