New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN...

98
PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TANPA DAN DENGAN RETINOPATI DIABETIKA Oleh: Joan Sherlone 131221150508 TESIS Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG 2020

Transcript of New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN...

Page 1: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 TANPA DAN DENGAN RETINOPATI DIABETIKA

Oleh: Joan Sherlone 131221150508

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Program Pendidikan Dokter Spesialis 1

Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

BANDUNG 2020

Page 2: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

ii

PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 TANPA DAN DENGAN RETINOPATI DIABETIKA

Oleh: Joan Sherlone 131221150508

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Program Pendidikan Dokter Spesialis 1

Bagian Kajian Utama Ilmu Kesehatan Mata

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal Seperti tertera dibawah ini

Bandung, 17 Juli 2020

Prof. Arief S. Kartasasmita, dr., SpM(K), MKes, PhD

Pembimbing I

dr. R. Maula Rifada, SpM(K)

Pembimbing II

Page 3: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister dan/atau doktor), baik dari

Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dicantumkan sebagai acuan

dalam naskah dengan nama pengarang dan tercantum dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku di

perguruan tinggi.

Bandung, Juni 2020

Yang membuat pernyataan

Joan Sherlone T. H.

NPM. 131221150508

Page 4: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

iv

ABSTRAK

Abstrak Latar Belakang: Komplikasi vaskular pada diabetes melitus (DM) dapat terjadi di pembuluh darah koroid. Salah satu cara untuk menilai keadaan pembuluh darah koroid adalah dengan mengukur ketebalan lapisan koroid, menggunakan Optical Coherence Tomography (OCT) dengan piranti lunak Enhanced Depth Imaging (EDI). Namun, perubahan ukuran ketebalan koroid pada pasien DM dan apabila disertai retinopati diabetik (RD) masih bervariasi dan kontroversial. Tujuan: Menentukan perbandingan ketebalan koroid pada pasien DM tipe 2 tanpa dan dengan RD. Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong-lintang yang dilakukan pada bulan Januari – April 2020 di RS Mata Cicendo. Penelitian ini diikuti oleh 48 orang (75 mata) yang telah dilakukan matching, terdiri dari kelompok kontrol, kelompok DM tanpa RD, dan kelompok DM dengan RD, masing-masing sebanyak 25 mata. Penilaian ketebalan koroid dilakukan secara manual menggunakan Spectral Domain (SD) – OCT dengan EDI. Analisis statistik menggunakan uji statistik Kruskal Wallis dilanjutkan dengan analisis Post Hoc dengan Mann Whitney. Hasil pengujian bermakna bila nilai P≤0,05. Hasil: Rerata usia subjek penelitian adalah 51,63±4,26 tahun. Rerata ketebalan koroid pada kelompok kontrol yaitu sebesar 274,84±75,81 µm, pada kelompok DM tanpa RD sebesar 276,48±46,58 µm, dan pada kelompok DM dengan RD sebesar 251,56±59,66 µm. Tidak terdapat perbedaan rerata signifikan antar 3 kelompok (P=0,073), kelompok kontrol dan DM tanpa RD (P=0,698), serta kelompok kontrol dan DM dengan RD (P=0,148). Terdapat perbedaan signifikan antara kelompok DM tanpa RD dan DM dengan RD (P=0,017). Simpulan: Terdapat perbedaan ketebalan koroid pada pasien DM tipe 2 tanpa dan dengan RD. Kata kunci: ketebalan koroid, SD-OCT, EDI, retinopati diabetik

Page 5: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

v

ABSTRACTS

Background: Vascular complications in diabetes mellitus (DM) can occur in choroidal blood vessels. One way to assess the choroidal blood vessels is to measure the thickness of the choroidal layer, using Optical Coherence Tomography (OCT) with Enhanced Depth Imaging (EDI) software. However, changes in the size of the choroid thickness in DM patients and when accompanied by diabetic retinopathy (DR) are still varied and controversial. Objective: To determine choroidal thickness differences in patients with type 2 diabetes mellitus without and with diabetic retinopathy. Method: This research is a cross-sectional study conducted in January - April 2020 at Cicendo Eye Hospital. The study was followed by 48 people (75 eyes) who had been matched, consisting of a control group, a DM without DR group, and a DM with DR group, total of 25 eyes. Choroidal thickness assessment is done manually using Spectral Domain (SD) - OCT with EDI. Statistical analysis using the Kruskal Wallis test continued with Post Hoc analysis with Mann Whitney test. The test results are significant if the P value ≤ 0.05. Results: The average age of the subjects was 51.63 ± 4.26 years old. The average choroidal thickness in the control group was 274.84 ± 75.81 µm, in the DM without DR group was 276.48 ± 46.58 µm, and in the DM with DR group was 251.56 ± 59.66 µm. There were no significant differences between the 3 groups (P = 0.073), the control group and DM without DR group (P = 0.698), and the control group and DM with DR (P = 0.148). There was a significant difference between the DM without DR group and DM with DR group (P = 0.017). Conclusion: There was a difference of choroidal thickness in patients with type 2 diabetes mellitus without and with diabetic retinopathy. Keywords: choroidal thickness, SD-OCT, EDI, diabetic retinopathy

Page 6: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar dokter

spesialis pada Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Ilmu Kesehatan Mata

Universitas Padjadjaran/Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE

selaku Rektor Universitas Padjadjaran Bandung dan Dr. Med. Setiawan, dr.,

AIFM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh Program Pendidikan

Dokter Spesialis 1 Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Irayanti, dr., Sp.M(K), MARS

selaku Direktur Utama Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo, Dr. Feti

Karfiati Memed, dr., Sp.M(K), M.Kes., selaku Direktur Medik dan Keperawatan,

dan Pendidikan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar

dan bekerja menggunakan sarana dan prasarana di Rumah Sakit Mata Cicendo.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Budiman,

dr., Sp.M(K), M.Kes., selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr. Irawati Irfani, dr., Sp.M(K), M.Kes.,

sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran, dan seluruh staf pengajar Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Page 7: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

vii

Kedokteran Universitas Padjadjaran untuk segala ilmu, bimbingan, arahan, saran,

dukungan, dan motivasi yang sangat luar biasa yang diberikan kepada penulis

selama menempuh pendidikan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada Prof. Arief Sjamsulaksan Kartasasmita, dr., SpM(K), MKes,

PhD, selaku pembimbing I, yang telah menginspirasi penulis sedari Program

Studi Pendidikan Dokter hingga akhirnya dapat menyelesaikan jenjang Program

Pendidikan Dokter Spesialis, dan juga kepada R. Maula Rifada, dr., SpM(K).

selaku pembimbing II yang telah sabar membimbing, memberikan waktu, tenaga,

dan segala masukan selama penulis menyelesaikan tesis ini. Penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada DR. Elsa Gustianty, dr., SpM(K),

MKes, selaku Ketua Sidang, Dr. Iwan Sovani, dr., SpM(K), MM., MKes, dan

Emmy Dwi Sugiarti, dr., Sp.M(K)., M.Kes yang telah memberikan masukan dan

gagasan sehingga pada akhirnya tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan

terima kasih kepada seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Mata

yang telah senantiasa membimbing dan menjadi teladan yang baik bagi penulis

selama masa pendidikan.

Ucapan terima kasih kepada Ibu Sri Ambarwati, Ibu Mumbaryatun, Pak Ajat

Sudrajat, dan Kang Ludfi selaku staf sekretariat dan pustakawan Ilmu Kesehatan

Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang telah banyak membantu

penulis selama masa pendidikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada

seluruh staf dan karyawan Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo atas

segala bantuan dan kerjasama yang terjalin selama masa ini.

Page 8: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

viii

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh residen atas hari-hari,

kebersamaan, suka dan duka yang telah dilalui bersama selama menempuh

pendidikan, teristimewa rekan residen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran angkatan Maret 2016, yaitu Yolla, Mita, Sindi, Kiki,

Viora, Angel, Lucky dan Yoyok, serta sahabat-sahabat terdekat lainnya. Semoga

kebersamaan yang telah kita lalui tetap terjalin selamanya.

Penulis juga mempersembahkan ucapan terima kasih yang tak terhingga

kepada Papi, dr. William E.M. Hutabarat , dan Mami, dr. Rumiang Tobing, SpM,

yang telah memberikan segenap cinta, membimbing, mendidik, memberikan

pengertian, memberi semangat dengan penuh kesabaran dan doa yang tak pernah

berhenti pada penulis dalam menyelesaikan masa studi. Kepada adik-adik, Sergio

Jonathan dan Diandra Jemima, terima kasih atas dukungan dan motivasi kepada

penulis untuk selalu semangat dan menjadi lebih baik.

Rasa terima kasih tidak akan pernah cukup untuk membalas segala kebaikan

yang diberikan oleh semua pihak yang turut membantu penulis dalam

menyelesaikan pendidikan ini. Akhir kata, semoga Tuhan YME membalas seluruh

kebaikan, kesabaran, dan keikhlasan yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan

kepada penulis selama ini.

Bandung, Juni 2020

Penulis,

Joan Sherlone T. H

Page 9: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

ix

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

PERNYATAAN .................................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACTS .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1 LatarBelakangPenelitian.....................................................................................1

1.2 RumusanMasalah....................................................................................................5

1.3 TujuanPenelitian.....................................................................................................5

1.4 KegunaanPenelitian...............................................................................................5

1.4.1 KegunaanIlmiah...............................................................................................................5

1.4.2 KegunaanPraktis..............................................................................................................6

BAB II .................................................................................................................... 7

Page 10: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

x

2.1 KajianPustaka..........................................................................................................7

2.1.1 VaskularisasiRetinadanKoroid................................................................................7

2.1.2 DiabetesMelitus.............................................................................................................10

2.1.3 RetinopatiDiabetik.......................................................................................................12

2.1.4 KoroidopatiDiabetik....................................................................................................15

2.1.5 PencitraanKetebalanKoroid...................................................................................18

2.2 KerangkaPemikiran............................................................................................20

2.3 Premis.......................................................................................................................22

2.4 Hipotesis..................................................................................................................23

BAB III ................................................................................................................. 24

3.1 SubjekPenelitian..................................................................................................24

3.1.1 KriteriaInklusi................................................................................................................24

3.1.2 KriteriaEksklusi............................................................................................................24

3.1.3 CaraPemilihanSampel...............................................................................................25

3.1.4 PenentuanUkuranSampel........................................................................................25

3.2 MetodePenelitian.................................................................................................27

3.2.1 RancanganPenelitian..................................................................................................27

3.2.2 IdentifikasiVariabel.....................................................................................................27

3.2.3 Alat,Bahan,danCaraKerja.......................................................................................28

3.2.4 RancanganPengolahandanAnalisisData..........................................................30

3.3 TempatdanWaktuPenelitian..........................................................................31

3.4 Implikasi/AspekEtikPenelitian......................................................................31

3.5 SkemaAlurPenelitian.........................................................................................33

BAB IV ................................................................................................................. 34

Page 11: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

xi

4.1 HasilPenelitian......................................................................................................34

4.1.1 KarakteristikIndividuSubjekPenelitian............................................................34

4.1.2 PerbandinganKarakteristikIndividuSubjekPenelitian..............................35

4.1.3 PerbandinganKetebalanKoroidpadaKelompokKontrol,DMtanpa

RetinopatiDiabetik,danDMdenganRetinopatiDiabetik..........................................37

4.1.4 KorelasiantaraKetebalanKoroiddenganUsia,DurasiDM,Hba1cdan

TajamPenglihatan........................................................................................................................39

4.2 UjiHipotesis............................................................................................................39

4.3 Pembahasan............................................................................................................40

BAB V ................................................................................................................... 48

5.1 Simpulan..................................................................................................................48

5.2 Saran..........................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49

Page 12: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 28

Tabel 4.1 Karakteristik individu subjek penelitian ............................................... 35

Tabel 4.2 Perbandingan karakteristik individu subjek penelitian pada kontrol, DM tanpa retinopati diabetik, dan DM dengan retinopati diabetik ..................... 36

Tabel 4.3 Perbandingan ketebalan koroid pada kelompok kontrol, DM tanpa retinopati diabetik, dan DM dengan retinopati diabetik ................................ 37

Tabel 4.4 Perbandingan dua kelompok antara ketebalan koroid pada kelompok kontrol, DM tanpa retinopati diabetik, dan DM dengan retinopati diabetik 38

Tabel 4.5 Korelasi antara ketebalan koroid dengan usia, durasi DM, HbA1C dan tajam penglihatan .......................................................................................... 39

Page 13: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skematik pembuluh darah koroid .................................................... 9

Gambar 2.2 Gambaran aktivitas alkalin fosfatase pada lapisan koroid pasien DM ................................................................................................. 17

Gambar 2.3 Gambaran ketebalan koroid normal dengan Cirrus-HD OCT ....... 20

Page 14: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

xiv

DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes Melitus

PMN : Polymorphonuclear Netrophil

ICG : Indocyanine Green

SD-OCT : Spectral Domain-Optical Coherence Tomography

EDI : Enhanced Depth Imaging

RPE : Retinal Pigment Epithelium

µm : Mikrometer

mm : Milimeter

VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor

AGEs : Advanced Glycation End Products

TGF- β : Transforming Growth Factor β

PDGF- β : Platelet-Derived Growth Factor-Beta

NPDR : Non Proliferative Diabetic Retinopathy

IRMA : Intraretinal Microvascular Abnormalities

PDR : Proliferative Diabetic Retinopathy

NVD : Neovascularization of the Disc

NVE : Neovascularization Elsewhere

ETDRS : Early Treatment Diabetic Retinopathy Study

WESDR : Wisconsin Epidemiologic Study of Diabetic Retinopathy

Page 15: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Keterangan Persetujuan Etik ............................................................. 54

Lampiran 2 Informasi Penelitian ........................................................................... 55

Lampiran 3 Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) ......................... 58

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ........................................................................ 59

Lampiran 5 Hasil OCT-EDI Ketebalan Koroid .................................................... 62

Lampiran 6 Perhitungan Statistik .......................................................................... 63

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup ........................................................................ 82

Page 16: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyakit tidak menular adalah penyebab tersering kematian di dunia, yaitu

sebesar 70 persen (%) dari total jumlah kematian pada tahun 2015. Salah satu

penyakit tidak menular tersebut adalah diabetes melitus (DM) dengan 87% - 91%

adalah DM tipe 2. Pasifik Barat merupakan wilayah yang memiliki angka

kematian oleh DM terbesar dari seluruh wilayah kerja Federasi Diabetes

Internasional. Sekitar 158,8 juta pasien atau sebesar 37,4% dari seluruh pasien

DM dunia, berada di wilayah kerja Pasifik Barat. Peningkatan hingga 193,3 juta

jiwa diperkirakan akan terjadi di tahun 2045. Jumlah tersebut sebanding dengan

10,3% populasi dewasa. Indonesia, yang berada di wilayah kerja Pasifik Barat,

menempati urutan ke-6 dunia dengan jumlah penderita DM sebanyak 10,3 juta

penduduk di tahun 2017 dan diprediksi akan mengalami peningkatan menjadi

16,7 juta penduduk di tahun 2045.1,2

Diabetes melitus adalah penyebab utama penyakit kardiovaskular, kebutaan,

gagal ginjal, dan amputasi anggota gerak bawah. Berbagai komplikasi tersebut

dapat ditemukan saat diagnosis DM baru pertama kali ditegakkan dan seringkali

komplikasi sudah terjadi tanpa disadari. Komplikasi DM terbagi menjadi

komplikasi akut dan kronis. Retinopati diabetik adalah salah satu komplikasi

mikrovaskular kronis pada DM yang menjadi penyebab utama gangguan

penglihatan pada populasi dewasa usia produktif.1–3

Page 17: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

2

Satu dari tiga pasien DM diperkirakan memiliki retinopati diabetik dan satu

dari sepuluh di antaranya mengancam penglihatan. Kebutaan oleh retinopati

diabetik di dunia telah mengalami peningkatan dua kali lipat di tahun 1990-2015.

Jumlah kebutaan oleh retinopati diabetik di tahun 1990 yaitu sebesar 0,2 juta

orang telah meningkat menjadi 0,4 juta orang di tahun 2015. Retinopati diabetik

yang menyebabkan gangguan penglihatan pun mengalami peningkatan serupa,

yaitu dari 1,4 juta orang, menjadi 2,6 juta orang. Peningkatan ini terjadi hampir di

seluruh dunia, kecuali Eropa Barat dan Amerika Utara. Sementara itu, Jogjakarta

Eye Diabetic Study in the Community melaporkan prevalensi retinopati diabetik

sebesar 43,1% dan retinopati diabetik yang mengancam penglihatan sebesar

26,3%. 4–6

Beberapa tanda utama retinopati diabetik adalah inkompetensi sawar darah-

retina, kerusakan integritas vaskular retina, dan abnormalitas hemodinamis.

Kapiler non-perfusi mengawali perjalanan retinopati diabetik. Penemuan klinis

dan eksperimental sebelumnya mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara

kerusakan retina dan kerusakan atau vaskulopati koroid. Koroid adalah suatu

bagian fungsional yang terintegrasi di dalam sistem okular dan diketahui memiliki

peran pada berbagai penyakit mata. Vaskularisasi oleh koroid, terutama

koriokapilaris, menyediakan oksigen dan nutrisi ke lapisan luar retina dan

memiliki peran mengatur metabolisasi aktif sel fotoreseptor. Koroid yang baik

secara fungsi dan struktur, menjadi hal yang penting bagi retina karena

abnormalitas volume dan/atau gangguan aliran pembuluh darah koroid dapat

menyebabkan disfungsi dan bahkan kematian sel fotoreseptor. Kerusakan

Page 18: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

3

koriokapilaris sebagai bagian dari sawar darah retina bagian luar memiliki

peranan dalam terjadinya edema makula yang pada akhirnya menurunkan kualitas

tajam penglihatan. Pengetahuan mengenai lapisan koroid secara komprehensif

sangat penting untuk menilai keadaan berbagai penyakit pada mata. 7–10

Koroidopati diabetik adalah istilah awal yang digunakan oleh Hidayat dan Fine

di tahun 1985. Penelitian tersebut melaporkan pemeriksaan histologi jaringan

mata yang telah dienukleasi akibat komplikasi DM dan mendapatkan sebagian

koriokapilaris menghilang, tortuosity, mikroaneurisma, deposit drusen di

membran Bruch, dan neovaskularisasi koroid. Koroidopati diabetik diduga terjadi

karena suatu proses inflamasi, di mana terjadi peningkatan leukosit

polymorphonuclear netrophil (PMN) yang menyebabkan sebagian area pembuluh

darah hilang oleh karena apoptosis. Gangguan penglihatan pada retinopati

diabetik terutama terjadi karena kerusakan retina, namun hasil dari penelitian-

penelitian sebelumnya menduga terdapat peran koroidopati diabetik yang juga

terjadi. 7,8,11

Pilihan pemeriksaan untuk menilai lapisan koroid di beberapa penelitian

terdahulu terbatas pada indocyanine green (ICG), flometri laser Doppler, atau

ultrasound. Penggunaan angiografi ICG memberikan gambaran yang menilai

kecukupan pembuluh darah dan telah menjadi modalitas pertama untuk

mendeteksi koroidopati diabetik. Penelitian dengan ICG tersebut menunjukkan

adanya corakan hiperfluoresen, menandai abnormalitas vaskular intrakoroid atau

dilatasi pembuluh darah koroid. Meskipun demikian, penggunaan teknik-teknik

Page 19: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

4

tersebut hanya memberikan gambaran abnormalitas vaskular dan tidak menilai

fitur anatomis dan struktur lapisan koroid.12,13

Alat spectral domain-optical coherence tomography (SD-OCT) telah

digunakan untuk mendapatkan visualisasi dan gambaran lapisan koroid dengan

baik. Penambahan piranti lunak Enhanced Depth Imaging (EDI) pada OCT

memberikan gambaran lebih jelas dan dapat mengukur seluruh ketebalan lapisan

koroid. Sebelumnya, batas koroid dan sklera tidak dapat diidentifikasi secara baik

karena penyebaran cahaya dari lapisan retinal pigment epithelium (RPE).

Pencitraan dan ketebalan koroid telah diteliti sebelumnya menggunakan beberapa

perangkat OCT, termasuk Cirrus Zeiss, Topcon, Optovue RTVue, Bioptigen, dan

Heidelberg Spectralis. Penelitian pilot dilakukan oleh Margolis dkk tahun 2009

pada subjek normal untuk menilai koroid berdasarkan ketebalannya menggunakan

EDI-OCT. Seiring dengan penggunaan OCT yang semakin luas, berbagai

penelitian menggunakan ketebalan koroid sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi suatu penyakit okular.10,14,15

Beberapa penelitian sebelumnya yang mengukur ketebalan koroid pada pasien

DM mendapatkan hasil yang bervariasi. Sebuah penelitian di Jepang melaporkan

lapisan koroid lebih tebal pada pasien RD proliferatif dibandingkan dengan

kontrol. Penelitian Kim dkk. dari Korea juga melaporkan ketebalan koroid

bertambah seiring dengan pertambahan derajat RD. Sebaliknya, hasil penelitian

lain dari Spanyol mendapatkan penipisan lapisan koroid secara signifikan pada

pasien DM dibandingkan dengan kontrol. Terdapat beberapa hasil penelitian yang

menduga penipisan koroid atau penebalan koroid pada pasien DM selain beberapa

Page 20: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

5

penelitian yang telah disebut di atas. Hasil kontroversial tersebut menggambarkan

sifat dinamis DM dan efeknya ke mata.16–19

Berdasarkan hal di atas, disusun tema sentral sebagai berikut:

Jumlah penderita DM tipe 2 di dunia, khususnya di Indonesia, semakin mengalami peningkatan. Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular kronis pada penderita DM yang dapat mengancam penglihatan. Kerusakan pembuluh darah okular pada pasien DM, meskipun utamanya terjadi di pembuluh darah retina, juga terjadi di lapisan koroid, yang disebut dengan koroidopati diabetik. Abnormalitas pembuluh darah koroid dapat dinilai secara kuantitatif, salah satunya dengan menilai ketebalannya. Namun, beberapa penelitian yang menilai ketebalan koroid pada pasien diabetes melitus dan bila disertai retinopati diabetik masih mendapatkan hasil yang kontroversial. Penelitian ini akan menilai perbandingan ketebalan koroid pada pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa dan dengan retinopati diabetik.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan ketebalan koroid pada pasien diabetes melitus tipe 2

tanpa dan dengan retinopati diabetik?

1.3 Tujuan Penelitian

Menentukan perbandingan ketebalan koroid pada pasien diabetes melitus tipe 2

tanpa dan dengan retinopati diabetik.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

Menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata mengenai

perbedaan ketebalan koroid pada pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa dan dengan

retinopati diabetik.

Page 21: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

6

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Hasil penelitian ini memperkuat dugaan peran lapisan koroid pada

retinopati diabetik

• Hasil penelitian ini menjadikan ketebalan koroid sebagai salah satu tanda

untuk memantau progresivitas retinopati diabetik

• Hasil penelitian ini dapat menyarankan pemeriksaan ketebalan koroid

pemeriksaan penunjang untuk pasien DM

• Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya mengenai

hubungan retina dan koroid pada retinopati diabetik

Page 22: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Vaskularisasi Retina dan Koroid

Retina adalah salah satu jaringan dengan metabolisme yang paling aktif yang

memiliki dua zona oksigenasi. Lapisan dalam retina mendapatkan oksigen melalui

vaskularisasi retina. Regulasi vaskularisasi retina bersifat otomatis karena

menyesuaikan dengan perubahan oksigen sistemik dan menjaga lapisan dalam

retina tetap konstan. Lapisan luar retina mendapatkan vaskularisasi dari koroid.

Berbeda dengan retina, pembuluh darah koroid tidak teregulasi secara otomatis,

melainkan kadar oksigen sistemik yang meregulasi kadar oksigen dalam

koroid.20,21

Sistem vaskularisasi retina terdiri dari dua lapisan, yaitu pleksus superfisial dan

kapiler dalam. Arteri retina sentral memberikan perdarahan ke sistem tersebut.

Pembuluh darah retina memiliki hirarki tradisional, di mana arteri bercabang

menjadi arteriol, memberikan perdarahan ke jaringan kapiler, keluar melalui

venula dan kemudian vena, sebelum akhirnya keluar dari retina. Kapiler retina

dan venula memiliki perisit perivaskular. Retina memiliki perbandingan tertinggi

sel endotel dan perisit, yaitu 1:1.21,22

Koroid adalah lapisan jaringan ikat longgar tipis dengan vaskularisasi dan

pigmentasi yang tinggi, terletak di antara lapisan lamina fusca dari sklera dan

RPE. Secara histologis, koroid terdiri dari membran Bruch, koriokapilaris, lapisan

Page 23: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

8

pembuluh darah, dan suprakoroid. Membran Bruch adalah jaringan ikat

termodifikasi yang secara histologis terlihat sebagai membran kaca aselular di

bawah RPE. Koriokapilaris adalah bantalan kaya akan pembuluh darah

berfenestrasi yang meluas sampai ke ora serata. Lapisan vaskular koroid terdiri

dari lapisan dalam yaitu lapisan Sattler dan lapisan luar yaitu lapisan Haller.

Stroma koroid terdiri dari serat kolagen tipe 1, serat elastik datar, fibrosit, dan

melanosit. Koroid, sebagai jaringan ikat, memiliki sejumlah sel-sel imun,

termasuk sel plasma dan limfosit, sel mast, dan jaringan makrofag, dan sel

dendritik. Lapisan suprakoroid adalah zona transisi antara koroid dan sklera.

Lapisan ini terdiri dari lapisan tipis melanosit, fibroblast, dan jaringan ikat.

Sebuah rongga sempit potensial menjadi pembatas pada lapisan suprakoroid yaitu

rongga supra- atau peri-koroidal, yang dalam keadaan patologis dapat terpisah

oleh darah atau cairan.21,23

Aliran darah memasuki koroid dari arteri siliaris posterior, seperti terlihat pada

gambar 2.1.A . Lapisan luar dari pembuluh darah koroid kaliber besar dikenal

dengan lapisan Haller. Pembuluh darah tersebut kemudian terbagi menjadi

pembuluh darah yang lebih kecil di lapisan Sattler. Vaskularisasi koroid

menyediakan oksigen dan nutrisi ke fotoreseptor. Sistem kapiler, yaitu

koriokapilaries, terletak di bawah membran Bruch, sementara pembuluh darah

koroid kaliber besar dan sedang terletak posterior dari sistem kapiler, seperti

terlihat pada gambar 2.1.B. Koriokapilaris memiliki ketebalan 10 mikrometer

(µm) di fovea dan menipis menjadi sekitar 7 µm di perifer. Lapisan koroid secara

keseluruhan paling tebal berada di posterior, yaitu 0,22 milimeter (mm) dan

Page 24: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

9

semakin tipis di daerah ora serata anterior, yaitu 0,1 mm. Hirarki pembuluh darah

koroid adalah lobular menyerupai glomerulus ginjal. Susunan kapiler semakin

mendekati perifer menjadi semakin radial.22,23

Gambar 2.1 Skematik pembuluh darah koroid A. Penampang vaskularisasi retina. B. Diagram skematik asal pembuluh darah koriokapilaris Sumber: Forrester dkk.23

Aliran darah kemudian menuju venula setelah melewati koriokapilaris dan

bergabung di ampula vena vorteks. Mata memiliki 4-5 vena vorteks yang akan

mengalir keluar di posterior dari ekuator. Perdarahan vena vorteks selanjutnya

akan keluar melalui vena oftalmika superior dan inferior. Koroid memiliki laju

Page 25: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

10

aliran darah tertinggi dari semua jaringan tubuh. Hal ini disebabkan karena retina

adalah salah satu jaringan yang memiliki laju metabolik per gram paling tinggi.

Aliran darah vena yang keluar dari koroid masih memiliki tekanan oksigen yang

tinggi. Sel-sel RPE terkespos dengan tekanan tertinggi oksigen dari seluruh

jaringan, yang menyebabkan meningkatnya risiko kerusakan oksidatif.21,23

Fungsi fisiologis koroid adalah menyediakan oksigen dan nutrien ke lapisan

retina luar yang memiliki metabolisme tinggi, seperti fovea sentral yang avaskular

dan bagian nervus optikus prelaminar. Koroid menyalurkan sebagian besar

perdarahan yang dibutuhkan retina. Fotoreseptor menggunakan kurang lebih 90%

oksigen. Beberapa adaptasi spesifik terjadi untuk melewati membran Bruch dan

RPE, yaitu aliran darah di koroid 10 kali lebih tinggi dari aliran darah di otak,

tekanan oksigen lebih tinggi, dan fenestrasi koriokapilaris yang cenderung berada

di sisi membran Bruch. 23,24

Sistem sirkulasi pembuluh darah retina berbeda dengan koroid karena

pembuluh darah koroid memiliki fenetrasi untuk regulasi sekresi vascular

endothelial growth factor (VEGF) yang terus menerus oleh sel-sel RPE. Struktur

tersebut memudahkan pengantaran oksigen dan nutrien ke retina bagian luar dan

makula. Akumulasi molekul besar di ekstravaskular menyebabkan tekanan

onkotik positif di lapisan membran Bruch. Hal ini menyebabkan cairan keluar dari

retina ke stroma koroid dan suprakoroid.23,24

2.1.2 Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia. Tipe DM yang berbeda-beda terjadi karena interaksi kompleks dari

Page 26: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

11

genetik dan faktor lingkungan. Klasifikasi DM dibuat berdasarkan proses

patogenik yang mengakibaktkan hiperglikemia, berbeda dengan kriteria terdahulu

di mana menggunakan usia atau tipe terapi. Dua kategori utama DM yaitu tipe 1

dan tipe 2, namun terdapat beberapa tipe DM lain yang mulai dikenal karena

mekanisme penyakitnya yang mulai dapat dipahami.25

Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena resistensi insulin dan sekresi insulin yang

abnormal. Beberapa penelitian terdahulu mendukung penemuan bahwa resistensi

insulin terjadi lebih dulu dibandingkan dengan sekresi insulin abnormal. Toleransi

glukosa di fase awal masih mendekati normal, meskipun sudah terjadi resistensi

insulin. Hal tersebut dikarenakan oleh sel beta pankreas mengimbangi dengan

meningkatkan produksi insulin. Resistensi insulin dan kompensasi

hiperinsulinemia terjadi terus-menerus sehingga pada individu tertentu pankreas

tidak lagi dapat menahan keadaan hiperinsulinemia. Gula darah setelah makan

mengalami peningkatan, menunjukkan telah terjadi impaired glucose tolerance.

Penurunan selanjutnya dari sekresi insulin dan kemudian peningkatan glukosa

hepatik menyebabkan diabetes dengan hiperglikemia puasa.25

Komplikasi DM dapat terjadi di berbagai sistem organ dan menjadi penyebab

utama angka kejadian morbiditas dan modalitas. Klasfikasi komplikasi DM

adalah vaskular dan non-vaskular. Komplikasi vaskular kemudian dibagi lagi

menjadi mikrovaskular; yaitu retinopati, neuropati, dan nefropati, dan

makrovaskular; yaitu penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer dan

serebrovaskular. Komplikasi mikrovaskular adalah komplikasi spesifik DM.

Page 27: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

12

Komplikasi makrovaskular terjadi serupa dengan pasien non-diabetik, namun

lebih sering terjadi pada pasien DM.25

Terdapat empat teori mengenai hiperglikemia berujung dengan komplikasi

kronis DM. Pertama, peningkatan glukosa inraselular menyebabkan pembentukan

advanced glycosylation end-products (AGEs), yang berikatan dengan reseptor di

permukaan sel, melalui glikosilasi non-enzimatik protein intra- dan ekstraselular,

kemudian menyebabkan tautan silang protein, peningkatan aterosklerosis,

disfungsi glomerular, disfungsi endotel, dan gangguan komposisi matriks

ekstraselular. Kedua, hiperglikemia meningkatkan metabolisme glukosa melalui

jalur polyol yang berhubungan dengan aldose reduktase. Ketiga, hiperglikemia

meningkatkan pembentukan diasilgliserol, mengaktivasi protein kinase C,

merusak transkripsi gen fibronektin, kolagen tipe 4, protein kontraktil, dan

protein matriks ekstraselular di sel endotel dan neuron. Keempat, hiperglikemia

meningkatkan fluks melalui jalur heksosamin, yang menghasilkan fructose-6-

phosphate, menyebabkan gangguan fungsi oleh glikosilasi protein, seperti

endothelial nitric oxide synthase atau mengubah ekspresi gen transforming

growth factor β (TGF- β) atau plasminogen activator inhibitor-1. Mekanisme

yang dapat menyatukan teori-teori tersebut adalah hiperglikemia menyebabkan

peningkatan produksi reactive oxygen species atau superoksida di mitokondria.

Komponen tersebut yang mungkin mengaktifkan semua jalur tersebut di atas.

2.1.3 Retinopati Diabetik

Hiperglikemia kronis pada DM pada retinopati diabetik menyebabkan

perubahan biokimia dan fisiologi yang berujung pada kerusakan pembuluh darah

Page 28: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

13

retina, baik arteri, vena, maupun kapiler, dan bersifat progresif. Tanda awal dan

spesifik pada retinopati diabetik adalah hilangnya perisit. Hilangnya perisit

menyebabkan pembuluh darah rentan terhadap konsentrasi glukosa yang tinggi

dan akhirnya mengalami apoptosis. Mekanisme lain adalah peningkatan

permeabilitas vaskular retina, gangguan aliran darah retina, dan

mikrovaskularisasi abnormal retina, di mana semua mekanisme tersebut dapat

berujung pada iskemia retina.26,27

Dua hipotesis utama terjadinya hilangnya perisit adalah melalui jalur aldose

reduktase dan platelet-derived growth factor-beta (PDGF- β). Hilangnya perisit

menyebabkan gangguan kontak interselular pembuluh darah dan gangguan sawar

darah-retina bagian dalam. Efek yang ditimbulkan kemudian adalah dilatasi vena

dan beading, yang dapat dilihat secara klinis. Gangguan kontak interselular pada

pembuluh darah juga meningkatkan proliferasi sel endotel yang menyebabkan

pertumbuhan neovaskularisasi. Konsep lain pada mekanisme retinopati diabetik

adalah keadaan patologis tersebut berhubungan dengan proses inflamasi di

neurovaskular retina, yang terdiri dari neuron, glia, astrosit, sel Müller, dan

vaskularisasi khusus.26,28

Stres oksidatif merupakan faktor risiko utama terjadinya dan progresivitas DM.

Kebanyakan faktor risiko lain, termasuk obesitas dan usia, membuat lingkungan

oksidatif yang mengganggu sensitivitas insulin dengan meningkatkan resistensi

insulin atau mengganggu toleransi glukosa. Hiperglikemia juga memiliki peran

pada progresivitas dan stabilitas dari keseluruhan lingkungan oksidatif.

Hiperglikemia menghasilkan spesies oksigen reaktif secara langsung atau dengan

Page 29: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

14

merusak keseimbangan redox selular. Stres oksidatif yang dipicu oleh

hiperglikemia dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu, jalur polyol,

peningkatan formasi intraselular dari advanced glycation endproducts (AGE),

aktivasi protein kinase C (PKC), dan gangguan jalur biosintesis hexosamin.

Produksi superoksida berlebihan oleh rantai transpor mitokondrial diduga sebagai

penyebab awal perubahan metabolik tersebut.28,29

Retinopati diabetik adalah keadaan di mana timbul suatu gambaran

abnormalitas mikrovaskular retina pada penderita DM diklasifikasikan sebagai

non-proliferatif dan proliferatif. Retinopati diabetik non-proliferatif memiliki

karakteristik yaitu mikroaneurisma, perdarahan intra-retina, eksudat keras, cotton-

wool spot, intraretinal microvascular abnormalities (IRMA), venous looping

dan/atau venous beading. Tipe retinopati diabetik non-proliferatif biasanya terjadi

di akhir dekade pertama atau awal dekade kedua penyakit DM. Tipe retinopati

diabetik proliferatif memiliki keadaan yang lebih berat dengan karakteristik

neovaskularisasi retina, yang dapat berkembang menjadi perdarahan vitreus dan

dan traksi retina. Retinopati diabetik non-proliferatif selanjutnya terbagi menjadi

beberapa derajat, tergantung dari karakteristik klinis retina, yaitu:

1. Retinopati diabetik non-proliferatif ringan apabila terdapat minimal 1

mikroaneurisma

2. Retinopati diabetik non-proliferatif sedang apabila terdapat

mikroaneurisma, perdarahan intra-retina, eksudat keras, cotton-wool spot,

venous beading, atau IRMA.

Page 30: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

15

3. Retinopati diabetik proliferatif berat apabila terdapat perdarahan dan

mikroaneurisma minimal pada 4 kuadran, venous beading minimal pada 2

kuadran, dan IRMA minimal pada 1 kuadran.

Retinopati diabetik proliferatif juga terbagi menjadi 2 derajat, yaitu, retinopati

diabetik proliferatif awal apabila hanya terdapat neovaskularisasi, dan retinopati

diabetik proliferatif risiko tinggi, apabila terdapat 3 dari 4 karakteristik klinis

yaitu perdarahan pre-retina atau perdarahan vitreus, neovaskularisasi, lokasi

neovaskularisasi pada atau dekat diskus optikus, neovaskularisasi sedang hingga

berat.26,30

Edema makula diabetik adalah suatu pembengkakan di daerah makula yang

berupa edema fokal atau edema merata. Edema makula terjadi karena

mikroaneurisma atau kebocoran vaskular lain di dalam atau di dekat makula.

Pembagian edema makula menurut ETDRS yaitu:

• Penebalan retina pada atau dalam 500 µm dari pusat makula

• Eksudat keras pada atau dalam 500 µm dari pusat makula jika berhubungan

dengan penebalan retina yang berdekatan, atau

• Zona penebalan retina 1 diskus area atau lebih di mana terdapat dalam 1

diameter diskus dari pusat makula.26,28,31

2.1.4 Koroidopati Diabetik

Definisi koroidopati diabetik pada pasien DM didapatkan dengan pemeriksaan

histologis maupun ICG. Koroidopati diabetik pertama kali diperkenalkan pada

tahun 1985 oleh Hidayat dan Fine. Sejak saat itu koroidopati diabetik diteliti

dengan berbagai modalitas pemeriksaan penunjang untuk mencari hubungan

Page 31: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

16

struktur anatomis dan histologis dengan derajat retinopati diabetik. Penelitian

dengan ICG mendapatkan hubungan antara hipoperfusi koroid pada fase lambat

dan terjadinya fenomena inverted flow pada berbagai derajat retinopati diabetik.

Resistensi pembuluh darah koroid juga disebutkan memiliki hubungan dengan

iskemik retina. Indeks resistensi yang meningkat pada pasien DM ditemukan

bahkan saat retinopati diabetik belum terdeteksi secara klinis. Hal ini

mengindikasikan koroidopati memicu perkembangan retinopati karena hipoksia

jaringan retina dan eksperesi VEGF berlebihan.11,12

Pemeriksaan histopatologis pada mata pasien DM tipe 2 menunjukkan

penurunan aktivitas alkalin fosfatase di koriokapilaris, hilangnya sel endotel yang

viabel, degenerasi koriokapilaris, obstruksi dan aneurisma koroid, perubahan

degeneratif membran Bruch, dan neovaskularisasi koroid, seperti terlihat pada

Gambar 2.1. Penurunan aktivitas enzim alkalin fosfatase dipercaya memiliki

hubungan dengan hilangnya sebagian area koriokapilaris pada koroidopati

diabetik. Inflamasi dan iskemia koroid dapat mengganggu bagian luar sawar

darah-retina. Hal ini menjadi penyebab terjadinya akumulasi cairan subretina.

Sawar darah-retina bagian dalam pun dapat terganggu apabila sawar darah retina

bagian luar tidak seimbang.9,11

Page 32: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

17

Gambar 2.2 Gambaran aktivitas alkalin fosfatase pada lapisan koroid pasien DM (A) Area normal, koriokapilaris terlihat (B) Lapisan koroid sama namun terdapat sebagian area yang kehilangan koriokapilaris (C) Area yang terdapat kehilangan koriokapilaris total Dikutip dari: Lutty dkk.9

Manifestasi retinopati diabetik tidak mengikuti fitur klasik “rubor, tumor,

kalor, dan dolor” seperti pada penyakit inflamasi dan infiltrasi sel inflamasi tidak

tampak terlalu jelas. Karakteristik tersebut menggambarkan komponen inflamasi

kronik derajat rendah. Penelitian pada hewan menunjukkan terdapat peningkatan

aktivasi leukosit dengan peningkatan sitokin inflamasi. Peningkatan molekul-

molekul tersebut menambah penempelan leukosit ke dinding kapiler yang

menyebabkan stasis kapiler, oklusi, dan hipoksia, seperti terlihat pada retinopati

diabetik. Hal ini menunjukkan peran inflamasi pada retinopati diabetik dapat

Page 33: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

18

terjadi. Beberapa penelitian juga mendukung mekanisme inflamasi di mana

ditemukan peningkatan TNFα dan IL1β.8,9

Ketebalan koroid adalah salah satu parameter yang dapat diperiksa untuk

mengetahui struktur anatomis lapisan koroid. Aliran darah di koroid disebutkan

mempengaruhi perubahan ketebalan koroid. Struktur lain yang diduga memiliki

peran dalam perubahan ketebalan koroid adalah ekspansi lakuna yang terjadi di

lapisan suprakoroid. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya.

Penelitian oleh Waltmann dkk. menyebutkan ekspansi lakuna disebabkan sintesis

proteoglikan. Penelitian lain mendapatkan perubahan ukuran dan jumlah

fenestrasi dari koriokapilaris, perubahan fluks pada jalur uveosklera, perubahan

transportasi retina melalui RPE, dan perubahan tonus otot halus non-vaskular dari

suprakoroid.23,24

2.1.5 Pencitraan Ketebalan Koroid

Perkembangan terbaru OCT, termasuk EDI, telah memudahkan pembelajaran

mengenai lapisan koroid. Mekanisme SD-OCT memeriksa suatu kedalaman

adalah dengan membedakan frekuensi spektrum interferensi. Gema dijauhkan dari

poin deteksi, yang disebut dengan “zero delay line”, dengan cara meningkatkan ke

dalam ke jaringan. Posisi “zero delay line” pada OCT retina berada di vitreus

posterior untuk mendapatkan citra yang jelas dari struktur retina. Resolusi

pencitraan lapisan koroid yang lebih baik bisa didapatkan dengan mendekatkan

joystick ke mata sehingga “zero delay line” fokus di retina. Kualitas yang lebih

Page 34: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

19

baik dibantu juga dengan teknologi pemerataan citra, eye tracking, pemindaian

berkecepatan tinggi, dan speckle noise yang rendah pada OCT-EDI.15,26,32

Yamashita dkk. melakukan penelitian ketebalan koroid subfovea menggunakan

3 jenis SD-OCT yang berbeda, yaitu Spectralis, Cirrus, dan Topcon, dan

melaporkan korelasi intrakelas dan interrater yang tinggi pada ketiga jenis SD-

OCT tersebut. Penelitian dengan hasil yang serupa juga didapatkan oleh Branchini

dkk. dengan menggunakan SD-OCT Cirrus, Spectralis, dan RTVue. Ketebalan

koroid, namun demikian, tidak dianjurkan apabila dibandingkan antara SD-OCT

dan Swept-source (SS) OCT. Matsuo dkk. mendapatkan hasil ketebalan koroid

yang lebih besar dengan SS-OCT dibandingkan dengan SD-OCT.33–35

Ketebalan koroid dihitung secara manual dari tepi luar RPE tegak lurus dengan

sklera bagian dalam dengan menggunakan piranti lunak SD-OCT. Pengukuran

dapat dilakukan di fovea dan di titik lain dengan jarak 500 mikron dari fovea ke

arah nasal dan temporal, terlihat pada gambar 2.1. Hasil pengukuran tersebut,

meskipun dilakukan secara manual namun dapat diandalkan. Nilai normal

ketebalan koroid subfovea dilaporkan berkisar antara 191 ± 74.2 hingga 354 ±

111 mikron. Sebuah penelitian di Korea mendapatkan nilai ketebalan koroid

dengan EDI SD-OCT pada subjek normal yaitu 292.6 ± 94.0 mikron. Variasi pada

hasil ketebalan koroid tersebut dapat terjadi oleh karena perbedaan etnis.

Beberapa penelitian yang melakukan penghitungan ketebalan koroid di beberapa

titik mendapatkan hasil serupa yaitu lapisan koroid didapatkan paling tebal di sub-

fovea dan semakin tipis ke arah nasal.14,17,36

Page 35: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

20

Gambar 2.3 Gambaran ketebalan koroid normal dengan Cirrus-HD OCT Dikutip dari: Regatieri dkk.15

. Beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan ketebalan lapisan

koroid. Penipisan lapisan koroid sehubungan dengan usia pada populasi normal

telah dilaporkan pada beberapa penelitian. Margolis dkk. menyebutkan ketebalan

koroid memiliki korelasi negatif dengan usia. Ding dkk. menyebutkan penipisan

sehubungan dengan usia tersebut terjadi pada usia di atas 60 tahun. Ketebalan

koroid juga dipengaruhi miopia atau panjang aksial bola mata. Wei dkk.

melaporkan ketebalan koroid sub-fovea menurun sebesar 15 mikron untuk setiap

miopia 1 dioptri (D) atau sebesar 32 mikron untuk setiap kenaikan panjang aksial

1 mm. Faktor lain yang telah diduga memiliki hubungan dengan ketebalan koroid

juga adalah variasi diurnal, indeks massa tubuh, gangguan hormonal, dan riwayat

merokok.37–40

2.2 Kerangka Pemikiran

Hiperglikemia kronik pada DM menyebabkan komplikasi vaskular, salah

satunya adalah retinopati diabetik. Tanda awal yang spesifik pada retinopati

diabetik pada pembuluh darah retina adalah hilangnya perisit. Hal ini

menyebabkan perubahan kontak interselular vaskular dan sawar darah retina

bagian dalam. Tanda klinis yang terlihat selanjutnya adalah dilatasi vena, vena

Page 36: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

21

beading, dan neovaskularisasi pada akhirnya. Retinopati diabetik secara garis

besar dibagi menjadi non-proliferatif dan proliferatif yang dibedakan menurut

tampilan klinis yang terlihat.26,30

Kerusakan vaskular pada retinopati diabetik terjadi bukan hanya pada

pembuluh darah retina melainkan tampak juga pada lapisan koroid. Gambaran

histopatologis koroid pada pasien DM yaitu dropout koriokapilaris, penipisan

lumen, dan penebalan membran basalis dengan perubahan arteriosklerosis di

beberapa pembuluh arteri. Pemeriksaan dengan ICG adalah salah satu modalitas

pertama untuk mendeteksi kelainan pada koroidopati diabetik. Seiring dengan

perkembangan teknologi pencitraan, pemeriksaan dengan Doppler warna dan

flowmetry Doppler memungkinkan peneliti untuk melihat penurunan aliran darah

di lapisan koroid dan membandingkannya pada berbagai keadaan retinopati

diabetik. Beberapa modalitas tersebut digunakan untuk melihat abnormalitas

pembuluh darah atau kelainan aliran darah koroid, namun tidak memberikan

informasi anatomis tiga dimensi mengenai RPE atau lapisan koroid.9,12,13

Perkembangan teknologi OCT memungkinkan untuk mendapatkan citra

lapisan retina secara potong lintang, serupa dengan USG namun dengan resolusi

yang jauh lebih baik. Hasil pencitraan koroid pada OCT berupa ketebalan koroid.

Ketebalan koroid bergantung dengan jumlah aliran darah di koroid, seperti yang

terlihat pada penelitian-penelitian sebelumnya dengan modalitas lain. Jumlah

aliran darah ini dapat terjadi karena hipoksia jaringan retina pada pasien DM.

Sehingga ketebalan lapisan koroid kemudian digunakan untuk mendapatkan

karakteristik koroidopati diabetik atau atrofi koroid secara anatomis.13,14,41

Page 37: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

22

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3 Premis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

ditarik premis sebagai berikut:

Premis 1 : Hiperglikemia kronis menyebabkan kerusakan mikrovaskular berupa

penebalan membran basalis, hilangnya perisit, mikroaneurisma, dan

kebocoran vaskular7,28

Premis 2 : Abnormalitas vaskular pada pasien DM terjadi di pembuluh darah

retina dan koroid12,42

Premis 3 : Gambaran histopatologis lapisan koroid pada pasien DM

menunjukkan sebagian koriokapilaris hilang, penipisan lumen,

penebalan membran basalis, dan arteriosklerosis9,11

Premis 4 : Pembuluh darah yang hilang sebagian dan pembuluh darah yang

menyempit menyebabkan aliran darah dan volume menurun13,43

Page 38: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

23

Premis 5 : Aliran darah dan volume darah di pembuluh darah mempengaruhi

ketebalan koroid18,23,24

2.4 Hipotesis

Terdapat perbedaan ketebalan koroid pada pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa

dan dengan retinopati diabetik.

Page 39: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

24

BAB III

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh pasien DM yang berkunjung

ke fasilitas kesehatan mata dengan populasi terjangkau adalah pasien DM tipe 2

usia 40-60 tahun yang mendaftar ke poli Vitreoretina dan paviliun Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung dan bersedia mengikuti penelitian

dengan mengisi lembar persetujuan (informed consent).

3.1.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 usia 40-60 tahun dengan

atau tanpa retinopati diabetik yang belum pernah mendapatkan terapi, baik berupa

laser fotokoagulasi panretina atau laser makula, injeksi anti-VEGF, maupun

operasi pars plana vitrektomi, dan memiliki tekanan intraokular ≤ 21 mmHg.

3.1.2 Kriteria Eksklusi

Pasien DM tipe 2 dengan kekeruhan media refraksi seperti kekeruhan kornea,

lensa, maupun vitreus sehingga tidak didapatkan citra OCT yang layak baca.

Pasien yang memiliki kelainan degenerasi makula dan atau edema makula. Pasien

dengan riwayat miopia tinggi ≥ 6 dioptri. Pasien memiliki riwayat trauma pada

mata yang diteliti dalam waktu 6 bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat operasi

intraokular pada mata yang diteliti dalam waktu 6 bulan terakhir. Pasien dengan

Page 40: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

25

penggunaan kortikosteroid sistemik dalam waktu 1 bulan terakhir. Pasien yang

memiliki kelainan neuropati optik atau retinopati selain retinopati diabetik.

3.1.3 Cara Pemilihan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah konsekutif, dilakukan

berdasarkan urutan kedatangan dan memenuhi kriteria inklusi dan inklusi. Sampel

kemudian dilakukan matching berdasarkan kategori usia dan jenis kelamin sampai

sampel minimal terpenuhi.

3.1.4 Penentuan Ukuran Sampel

Tipe penelitian ini adalah analitik perbandingan kategorik numerik berpasangan

dengan matching. Penentuan besar sampel dilakukan berdasarkan perhitungan

statistik dengan menetapkan taraf kepercayaan 95% dan kuasa uji (power test)

90%, maka rumus untuk menghitung sampel minimal yang digunakan adalah:

𝑛! = 𝑛! =𝑍! + 𝑍! 𝑆𝑋! − 𝑋!

!

Di mana:

= deviat baku alfa

= deviat baku beta

S = simpangan baku gabungan.

X1-X2 = selisih minimal rata-rata yang dianggap bermakna

Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, hipotesisnya dua arah, sehingga nilai z

sebesar 1,96

Page 41: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

26

Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 10%, maka didapat nilai Z sebesar 1,28

Keterangan:

Zα, Zβ = nilai deviat Z yang diperoleh dari tabel distribusi normal/standar

untuk taraf kepercayaan dan parameter yang dipilih

s = standard deviasi

d = X1-X2 yaitu besarnya perbedaan rata-rata

Besarnya S ditentukan berdasarkan rumus Deming rule, S = 0,24 x rentang = 1,2;

dan besarnya d ditentukan 1.

Berdasarkan rumus tersebut, maka nilai tersebut dimasukkan kedalam rumus

ukuran sampel sebagai berikut:

𝑛! = 𝑛! =𝑍! + 𝑍! 𝑆𝑋! − 𝑋!

!

𝑛! = 𝑛! =1,96+ 1,28 ∗ 1,2

1

!

= 15,1 ≈ 16

Besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok adalah 16 mata dengan

mengacu pada rumus tersebut. Tambahan 10% dari sampel dipakai untuk

kemungkinan pengeluaran sampel, sehingga besar sampel tiap kelompok adalah

18 mata. Sehingga total besar sampel untuk 3 kelompok adalah 54 mata.

Page 42: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

27

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-

sectional untuk mengetahui gambaran ketebalan lapisan koroid sub-fovea

menggunakan pemeriksaan OCT dan melihat perbedaannya pada pasien DM

tanpa dan dengan retinopati diabetik. Kelompok di dalam penelitian ini terbagi

menjadi 3 kelompok yaitu kelompok A sebagai kontrol, kelompok B yaitu pasien

DM tanpa retinopati diabetik, dan kelompok C yaitu pasien DM dengan retinopati

diabetik.

3.2.2 Identifikasi Variabel

3.2.1.1 Definisi Konsepsional Variabel

Variabel bebas pada penelitian ini adalah diabetes melitus tanpa dan dengan

retinopati diabetik, sedangkan variabel tergantung adalah ketebalan koroid. Faktor

perancu pada penelitian ini yaitu usia, durasi DM, dan kadar HbA1C.

Page 43: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

28

3.2.1.2 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ketebalan koroid

Ketebalan koroid yang diperiksa menggunakan SD-OCT dengan piranti lunak EDI, menggunakan tool kaliper secara manual pada garis horizontal tegak lurus melalui tengah fovea, dengan batas atas garis hiper-reflektif dari membran Bruch sampai garis hiper-reflektif terluar dari sklera

SD-OCT HD Zeiss Cirrus

Mikrometer Numerik

Retinopati diabetik

Kelainan mikrovaskular retina yang terjadi sebagai komplikasi DM tipe 2 berdasarkan hasil pembacaan foto fundus non-portabel 7 lapang pandang ETDRS dengan midriatika oleh seorang dokter ahli mata vitreoretina

Foto fundus non-portabel Zeiss Visucam ProNM

Tanpa retinopati diabetik, dengan retinopati diabetik

Ordinal

Keterangan: SD-OCT: Spectral Domain–Optical Coherence Tomography, EDI: Enhanced Depth Imaging, ETDR: Early Treatment Diabetic Retinopathy

3.2.3 Alat, Bahan, dan Cara Kerja

3.2.3.1 Alat

• Kartu Snellen

• Lampu celah biomikroskopi

• Foto fundus non-portabel Zeiss Visucam Pro NM (Carl Zeiss, Germany)

• Spectral Domain-Optical Coherence Tomography Zeiss Cirrus HD OCT

(Carl Zeiss Meditec, Dublin, CA)

• Piranti lunak Enhanced Depth Imaging (EDI)

3.2.3.2 Bahan

• Obat tetes midriatika (Tropicamide 1%)

Page 44: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

29

3.2.3.3 Cara Kerja

• Penjelasan mengenai prosedur dan kegunaan penelitian (informed consent)

lalu mengumpulkan data identitas pasien yaitu nama, usia, jenis kelamin,

dan kadar HbA1C 3 bulan terakhir.

• Pemeriksaan tajam penglihatan presenting jauh monokular secara

bergantian dengan kartu Snellen pada jarak 6 meter, dilanjutkan dengan

pemeriksaan segmen anterior dengan biomikroskopi lampu celah untuk

menilai kekeruhan media refraksi.

• Pemeriksaan tekanan intraokular dengan menggunakan tonometri non-

kontak kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kelainan refraksi

menggunakan refraktometri otomatis.

• Penetesan obat midriatika pada setiap mata, setelah pupil dilatasi,

dilakukan pengambilan foto fundus 7 lapang pandang menggunakan alat

foto fundus non-portabel Zeiss Visucam.

• Pengambilan gambaran ketebalan koroid menggunakan SD-OCT dengan

piranti lunak EDI, kemudian dilakukan pengukuran menggunakan tool

kaliper.

• Pengambilan foto fundus dan ketebalan koroid dilakukan oleh satu

operator di hari dan rentang waktu yang sama.

• Setiap hasil foto fundus disimpan dalam format JPEG dan dianalisis oleh

satu orang dokter ahli mata retina.

Page 45: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

30

• Subjek penelitian kemudian dilakukan matching berdasarkan kategori

usia, yaitu usia 40-45 tahun, 46-50 tahun, 51 -55 tahun, dan 56-60 tahun,

serta jenis kelamin.

• Ketebalan koroid kemudian dianalisis perbandingannya pada setiap

kelompok yang telah dilakukan matching.

3.2.4 Rancangan Pengolahan dan Analisis Data

Analisis dilakukan sesuai dengan jenis masalah penelitian dan data yang

digunakan. Sebelum dilakukan uji statistika, data numerik dinilai dengan uji

normalitas dengan menggunakan Shapiro-Wilk. Uji ini digunakan untuk menguji

apakah data berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Uji kemaknaan

kemudian dilakukan untuk membandingkan karakteristik dua kelompok penelitian

dengan menggunakan uji t tidak berpasangan, jika data berdistribusi normal, dan

uji Mann Whitney, jika data tidak berdistribusi normal. Uji kemaknaan untuk

membandingkan karakteristik tiga kelompok penelitian digunakan uji ANOVA

jika data berdistribusi normal dan uji Krusskall Wallis sebagai alternatifnya jika

data tidak berdistribusi normal. Sedangkan analisis statistik untuk data kategorik

diuji dengan uji chi-square, apabila syarat Chi-Square tidak terpenuhi maka

digunakan uji Exact Fisher untuk tabel 2 x 2 dan Kolmogorov Smirnov untuk

tabel selain 2 x 2. Syarat Chi Square adalah tidak ada nilai expected value yang

kurang dari 5 sebanyak 20% dari tabel. Uji korelasi dilakukan menggunakan uji

Spearman atau Pearson, kemudian untuk menentukan keeratan hubungan

digunakan kriteria Guilford, yaitu:

Page 46: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

31

1. ≥ 0,00 - < 0,20 : Korelasi yang sangat kecil dan dapat diabaikan

2. ≥ 0,20 - < 0,40 : Korelasi yang kecil (tidak erat)

3. ≥ 0,40 - < 0,70 : Korelasi yang moderat

4. ≥ 0,70 - < 0,90 : Korelasi yang kuat

5. ≥ 0,90 - < 1,00 Korelasi yang sangat kuat.

Adapun kriteria kemaknaan yang digunakan adalah nilai P apabila P≤0,05

artinya signifikan atau bermakna secara statistika, dan P>0,05 tidak signifikan

atau tidak bermakna secara statistik. Nilai P<0,05: terdapat korelasi yang

bermakna antara dua variabel yang diuji. Nilai P>0,05; tidak terdapat korelasi

yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Data yang diperoleh dicatat dalam

formulir khusus kemudian diolah melalui program SPSS versi 24.0 for Windows.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo,

Bandung. Penelitian berjalan pada bulan Januari-April 2020, setelah mendapatkan

persetujuan dari bagian Ilmu Kesehatan Mata dan Komite Etik Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran.

3.4 Implikasi/Aspek Etik Penelitian

Pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa retinopati diabetik dan kontrol akan

dilakukan pemeriksaan foto fundus non-portabel 7 lapang pandang dengan

midriatika dan ketebalan koroid pada setiap mata. Semua gambar foto fundus

akan dikonfirmasi oleh seorang dokter ahli mata subspesialis Vitreoretina

Page 47: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

32

kemudian dikelompokkan sesuai kategori usia, jenis kelamin, dan derajat

retinopati diabetik.

Setiap subjek penelitian akan diberikan penjelasan mengenai prosedur

pemeriksaan guna penelitian, risiko, manfaat, dan ketidaknyamanan yang bisa

dirasakan saat dilatasi pupil dilatasi dan pengambilan foto fundus maupun OCT

makula beberapa kali. Apabila hal tersebut telah dijelaskan dan pasien

menyetujui, maka pasien akan masuk menjadi subjek penelitian.

Penelitian ini berpedoman pada 3 prinsip dasar penelitian manusia dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

A. Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia (respect for person)

1. Pasien memiliki hak untuk bertanya dan berkonsultasi secara jelas

mengenai segala hal yang berhubungan dengan penelitian

2. Pasien mengikuti penelitian dengan sukarela, sabar, dan ikhlas, serta

sewaktu-waktu dapat mempergunakan haknya untuk berhenti dari

penelitian tanpa paksaan

B. Prinsip bermanfaat dan tidak merugikan (beneficience and non-

maleficience)

1. Penelitian ini akan memberikan manfaat untuk mengetahui hubungan

ketebalan koroid dalam perjalanan penyakit RD

2. Penelitian ini dapat memberikan keuntungan bagi pasien DM

Page 48: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

33

C. Prinsip keadilan (justice)

Pasien yang terlibat dalam penelitian ini akan mendapat perlakuan yang

sama. Seluruh pasien DM tipe 2 akan diperiksa untuk skrining derjat

retinopati diabetik.

Pemeriksaan pasien pada penelitian ini merupakan tanggung jawab

peneliti dengan supervisi oleh seorang dokter spesialis mata divisi

vitreoretina. Pencatatan hasil penelitian akan dijaga kerahasiannya.

3.5 Skema Alur Penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Kontrol dan penderita DM tipe 2 datang ke RS Mata Cicendo

Bersedia dilakukan pemeriksaan dan menandatangani informed consent

Dilakukan pemeriksaan visus dan segmen anterior dengan slit lamp

Dilakukan pemeriksaan segmen posterior dengan indirect funduscopy

Dilakukan pemeriksaan foto fundus 7 lapang pandang dengan midriatika

Dilakukan pemeriksaan ketebalan koroid

Konfirmasi hasil foto fundus oleh seorang ahli vitreoretina

Dilakukan matching sampel penelitian

Dilakukan analisis statistik

Page 49: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung pada

bulan Januari - April 2020. Subjek penelitian yaitu pasien yang memenuhi

kriteria inklusi, eksklusi, dan matching sebanyak 75 mata dari 48 pasien. Hasil

penelitian yang disajikan meliputi karakteristik individu subjek penelitian dan

hasil uji analisis data.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Individu Subjek Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan berdasarkan urutan

kedatangan hingga jumlah sampel terpenuhi. Karakteristik subjek dipaparkan

pada tabel 4.1 yang meliputi jenis kelamin, usia, kadar HbA1C, tajam

penglihatan, dan durasi diabetes melitus. Penelitian ini mendapatkan 122 mata

dari 69 orang, yang terdiri dari 40 mata laki-laki atau sebesar 32,8% dan 82 mata

perempuan atau sebesar 67,2%. Setelah dilakukan matching didapatkan 75 mata

dari 48 orang. Subjek penelitian berusia antara 41-60 tahun, dengan rata-rata usia

51,63±4,256 tahun. Rata-rata kadar HbA1C keseluruhan pada penelitian ini

adalah sebesar 8,19±2,415 %. Rata-rata durasi menderita DM pada kelompok DM

(N=34) tanpa dan dengan retinopati diabetik adalah sebesar 6,89±5,912 tahun.

Page 50: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

35

Tabel 4.1 Karakteristik individu subjek penelitian

Variabel N=48 Jenis Kelamin Laki-laki 10(20,8%) Perempuan 38(79,2%) Usia Rata-rata±SD 51,63±4,256 Median 52,00 Rentang 41,00-60,00 HbA1C Rata-rata±SD 8,19±2,415 Median 8,15 Rentang 5,10-12,70 Tajam penglihatan Rata-rata±SD 0,80±0,271 Median 1,00 Rentang 0,20-1,00 Durasi DM (tahun) (N=48) Rata-rata±SD 6,89±5,912 Median 5,00 Rentang 0,00-20,00 Keterangan: SD: Standar deviasi, DM: diabetes melitus

4.1.2 Perbandingan Karakteristik Individu Subjek Penelitian

Tabel 4.2 menjelaskan perbandingan antara jenis kelamin, usia, durasi

menderita DM, dan kadar HbA1C pada kelompok kontrol, DM tanpa retinopati

diabetik, dan DM dengan retinopati diabetik. Subjek penelitian didapatkan paling

banyak perempuan pada masing-masing kelompok. Persentase subjek perempuan

terbesar ada pada kelompok DM dengan retinopati diabetik, yaitu sebesar 80%.

Hasil uji normalitas mendapatkan data usia, jenis kelamin, dan kadar HbA1C

berdistribusi normal serta tajam penglihatan dan tekanan intraokular didapatkan

berdistribusi tidak normal.

Page 51: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

36

Tabel 4.2 Perbandingan karakteristik individu subjek penelitian pada kontrol, DM tanpa retinopati diabetik, dan DM dengan retinopati diabetik

Variabel Kelompok

Nilai P Kontrol DM tanpa RD DM dengan RD N=14 N=14 N=20

Jenis kelamin 0,993 Laki-laki 3(21,4%) 3(21,4%) 4(20,0%) Perempuan 11(78,6%) 11(78,6%) 16(80,0%) Usia 0,930 Rata-rata±SD 51,36±4,909 51,50±4,256 51,90±3,972 Median 52,50 51,50 52,00 Rentang 41,00-59,00 43,00-57,00 44,00-60,00 HbA1C 0,0001*** Rata-rata±SD 5,39±0,238 9,52±1,999 9,22±1,857 Median 5,35 9,25 9,25 Rentang 5,10-5,90 6,20-12,70 5,50-12,60 Tajam penglihatan 0,0001*** Rata-rata±SD 0,96±0,109 0,99±0,053 0,55±0,245 Median 1,00 1,00 0,50 Rentang 0,63-1,00 0,80-1,00 0,20-1,00 Durasi DM (tahun) 0,002* Rata-rata±SD 3,52±3,204 9,25±6,282 Median 3,00 9,00 Rentang 0,00-10,00 0,00-20,00

Keterangan: SD: Standar deviasi, DM: diabetes melitus, RD: retinopati diabetik. Nilai P diuji dengan menggunakan One way ANOVA untuk data berdistribusi normal dan Kruskal Wallis untuk data berdistribusi tidak normal. Untuk data dua dua kelompok nilai P diuji dengan menggunakan uji T tidak berpasangan karena berdistribusi normal.

Tidak terdapat perbedaan rata-rata usia (P=0,930), jenis kelamin (P=0,993),

dan tekanan intraokular (P=0,741) pada setiap kelompok. Rata-rata kadar HbA1C

tertinggi didapatkan pada kelompok DM tanpa retinopati diabetik (9.52±1.999 %)

dengan ambang batas tertinggi yaitu 12,7 %. Rata-rata durasi menderita DM

Page 52: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

37

didapatkan paling lama pada kelompok DM dengan retinopati diabetik

(9.25±6.282 tahun).

4.1.3 Perbandingan Ketebalan Koroid pada Kelompok Kontrol, DM tanpa

Retinopati Diabetik, dan DM dengan Retinopati Diabetik

Rata-rata ketebalan koroid sebesar 274.84±75.814mikrometer pada kelompok

kontrol, 276.48±46.585 mikrometer pada kelompok DM tanpa retinopati diabetik

dan 251.56±59.657 mikrometer pada kelompok DM dengan retinopati diabetik,

terlihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perbandingan ketebalan koroid pada kelompok kontrol, DM tanpa retinopati diabetik, dan DM dengan retinopati diabetik

Variabel Kelompok

Nilai p Kontrol DM tanpa RD DM dengan RD N=25 N=25 N=25

Ketebalan koroid 0,073 Rata-rata±SD 274,84±75,814 276,48±46,585 251,56±59,657 Median 273,00 292,00 242,00 Rentang 148,00-409,00 164,00-351,00 122,00-429,00

Keterangan: SD: Standar deviasi, DM: diabetes melitus, RD: retinopati diabetik. Nilai

kemaknaan berdasarkan nilai P<0,05

Analisis data ketebalan koroid diuji dengan menggunakan uji Kruskal Wallis

karena data tidak berdistribusi normal. Hasil uji statistika pada kelompok

penelitian di atas diperoleh informasi nilai P pada variabel ketebalan koroid lebih

besar dari 0,05 (nilai P>0,05) yang berarti tidak signifikan secara statistik dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan

Page 53: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

38

secara statistik antara ketebalan koroid pada kelompok kontrol, DM tanpa

retinopati diabetik, dan DM dengan retinopati diabetik.

Karena hasil analisis perbandingan 3 kelompok pada tabel diatas menunjukkan

tidak signifikan secara statistika maka setelah analisis Kruskall Wallis dilanjutkan

dengan analisis Post Hoc dengan Mann Whitney, seperti terlihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perbandingan dua kelompok antara ketebalan koroid pada kelompok kontrol, DM tanpa retinopati diabetik, dan DM dengan retinopati diabetik

Variabel Ketebalan koroid

Nilai P Rata-rata±SD Median Rentang

Kontrol 274,84±75,814 273,00 148,00-409,00 0,698 DM tanpa RD 276,48±46,585 292,00 164,00-351,00 Kontrol 274,84±75,814 273,00 148,00-409,00 0,148 DM dengan RD 251,56±59,657 242,00 122,00-429,00 DM tanpa RD 276,48±46,585 292,00 164,00-351,00 0,017* DM dengan RD 251,56±59,657 242,00 122,00-429,00

Keterangan: SD: Standar deviasi, DM: diabetes melitus, RD: retinopati diabetik. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai P<0,05. Tanda* menunjukkan nilai P<0,05

Analisis data ketebalan koroid diuji dengan menggunakan uji Mann Whitney

karena data tidak berdistribusi normal. Hasil uji statistika pada kelompok

penelitian diatas diperoleh informasi nilai P pada variabel ketebalan koroid lebih

besar dari 0,05 (nilai P>0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna

secara statistik, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan

rerata yang signifikan secara statistik antara ketebalan koroid pada kelompok

kontrol dan kelompok DM tanpa retinopati diabetik serta kelompok kontrol

Page 54: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

39

dengan kelompok DM dengan retinopati diabetik. Perbedaan signifikan

didapatkan antara kelompok DM tanpa retinopati diabetik dan dengan retinopati

diabetik (P=0,017).

4.1.4 Korelasi antara Ketebalan Koroid dengan Usia, Durasi DM, Hba1c

dan Tajam Penglihatan

Hasil analisis statistika uji korelasi antara masing-masing ketebalan koroid dan

usia, durasi DM, dan HbA1C mendapatkan hasil arah korelasi negatif yang sangat

kecil dan tidak signifikan (r=-0,090, P=0,442; r=-0,170; P= 0,45; r=-0,056;

P=0,631), terlihat pada tabel 4.5. Sementara itu, untuk hasil analisis statistika uji

korelasi antara ketebalan koroid dan tajam penglihatan menunjukan arah korelasi

yang kecil dan signifikan (r=0,239; P=0,039).

Tabel 4.5 Korelasi antara ketebalan koroid dengan usia, durasi DM, HbA1C dan tajam penglihatan

Usia Durasi DM HbA1C Tajam penglihatan Ketebalan Koroid Korelasi Pearson Spearman Spearman Spearman r -0,090 -0,170 -0,056 0,239 Nilai P 0,442 0,145 0,631 0,0039* Keterangan: Nilai kemaknaan P < 0,005. Tanda* menunjukkan nilai P<0,05

4.2 Uji Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan ketebalan koroid pada

pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa dan dengan retinopati diabetik. Uji hipotesis

dengan menggunakan uji Kruskal Wallis kemudian dilanjutkan dengan analisis

Post Hoc dengan Mann Whitney didapatkan bahwa ketebalan koroid pada pasien

Page 55: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

40

DM tipe 2 tanpa retinopati diabetik dan dengan retinopati diabetik memiliki

perbedaan rerata yang bermakna secara statistik (P<0,05).

Kesimpulan: Hipotesis diterima.

4.3 Pembahasan

Retinopati diabetik adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada

kelompok usia produktif. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mempelajari

proses perjalanan retinopati diabetik, salah satunya lapisan koroid. Lapisan

koroid, yang memiliki peran dalam metabolisme retina bagian luar, diduga juga

memiliki peran dalam mata diabetik. Hal ini didukung dengan berbagai penelitian,

baik secara histologis maupun, seperti pada penelitian ini, secara topografis.

Penelitian kami mendapatkan hasil ketebalan koroid yang cenderung serupa pada

kelompok kontrol (274,84±75,81 µm) dan dengan kelompok DM tanpa retinopati

diabetik (276,48±46,58 µm), serta tidak ditemukan perbedaan yang signifikan

pada kedua kelompok tersebut (P=0,698). Penelitian oleh Xu dkk., dari Beijing

Eye Study 2011, mendapatkan hasil serupa dengan penelitian ini yaitu perbedaan

yang tidak signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok DM tanpa retinopati

diabetik, maupun antara kelompok DM tanpa retinopati diabetik dan DM dengan

retinopati diabetik. Namun demikian, setelah dilakukan matching usia dan

panjang aksial bola mata pada penelitian tersebut, didapatkan perbedaan yang

signifikan pada kelompok normal dan DM (P=0.02). Rata-rata ketebalan koroid

yang didapatkan pada penelitian tersebut yaitu pada kelompok DM (266±108 µm)

sedikit lebih tebal dibandingkan dengan normal (250±103 µm). Meskipun

Page 56: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

41

demikian, hasil tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama,

walaupun penelitian tersebut berbasiskan populasi, namun kelompok DM hanya

246 subjek dari 2041 total subjek penelitian. Kedua, rata-rata perbedaan ketebalan

koroid pada kedua kelompok tersebut hanya berbeda 16 µm. Ketiga, hubungan

ketebalan koroid dan DM lemah (β=0,007). Adapun teori mengenai penebalan

lapisan koroid pada DM, terjadi pada derajat retinopati diabetik yang lanjut. Kase

dkk. mendapatkan bahwa ketebalan koroid menurun pada derajat awal retinopati

diabetik (212±48 µm) kemudian meningkat seiring bertambahnya derajat

retinopati (314±61 µm). Penelitian tersebut mengusulkan kemungkinan perjalanan

penyakit DM yang pada awal retinopati terjadi oklusi dan atau hilangnya

koriokapilaris kemudian terjadi peningkatan konsentrasi VEGF yang dapat

mendilatasi pembuluh darah koroid. Penelitian kami mendapatkan sedikit

penebalan koroid pada kelompok DM tanpa retinopati diabetik, namun

perbedaannya kurang dari 2 µm dan tidak signifikan. Ukuran tersebut masih

terlalu kecil untuk disebutkan sebagai suatu penebalan. Hal ini dapat terjadi

karena bias seleksi, yaitu pemilihan subjek kontrol yang tidak mewakili keadaan

sebenarnya. Pertama, subjek kontrol tidak diketahui kemungkinan memiliki faktor

risiko lain gangguan hormonal atau riwayat merokok. Kedua, penelitian kami

tidak melakukan penyesuaian panjang aksial bola mata, meskipun kelainan

refraksi ≥ 6 D telah kami eksklusi.16,41,44

Penelitian lain oleh Lee dkk. menilai ketebalan koroid pada berbagai

kelompok, yang terdiri dari kelompok normal (228,5±38,9), DM tanpa retinopati

diabetik (219,1±47,8), serta berbagai derajat retinopati, yaitu, retinopati diabetik

Page 57: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

42

non-proliferatif ringan-sedang (158,9±56,3), berat (161,2±38,5), dan proliferatif

(157,4±45,7). Perbedaan yang signifikan didapatkan antara kelompok kontrol dan

keseluruhan kelompok retinopati diabetik (P<0,001), tetapi tidak menemukan

perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok DM tanpa retinopati

diabetik (P=0,846) serta antara masing-masing kelompok DM (P>0,05).

Penelitian kami mendukung teori yang diusulkan Lee dkk, bahwa kelainan

pembuluh darah koroid mungkin muncul bersamaan dengan kelainan di pembuluh

darah retina. Teori lain dari penelitian ini yaitu koroid dapat mempertahankan

integritasnya setelah terjadi kerusakan pada tahap awal retinopati diabetik. Hal ini

didukung oleh penelitian lain yang mengenai aliran darah koroid oleh Langham

dkk. yang mendapatkan penurunan aliran darah koroid terjadi pada pasien DM

dengan retinopati. Apabila penipisan koroid merupakan indikasi hilangnya kapiler

koroid, maka hal tersebut dapat menjelaskan risiko terjadinya kerentanan hipoksia

retina. 45,46

Kelompok DM dengan retinopati diabetik pada penelitian ini memiliki rata-rata

ketebalan koroid paling tipis (251,56±59,657), yang memiliki perbedaan

signifikan dengan kelompok DM tanpa retinopati diabetik (P<0,017). Hasil ini

serupa dengan beberapa penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Unsal

dkk. melakukan penelitian pada kelompok normal, retinopati diabetik non-

proliferatif, proliferatif, dan dengan edema makula. Penelitian tersebut

menyimpulkan ketebalan koroid menurun seiring dengan bertambahnya derajat

keparahan retinopati diabetik. Meskipun demikian terdapat faktor perancu pada

penelitian tersebut karena subjek penelitian yang telah menerima terapi laser PRP

Page 58: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

43

tetap diikutkan, sehingga penurunan ketebalan koroid mungkin dipengaruhi oleh

efek laser. Hasil penelitian serupa juga didapatkan oleh Regatieri dkk. yang

menemukan penipisan ketebalan koroid pada kelompok retinopati diabetik

proliferatif dibandingkan kelompok kontrol (P<0,001). Namun serupa dengan

penelitian Unsal dkk., kelompok PDR pada penelitan tersebut dilakukan pada

subjek yang telah menerima terapi laser. Zhang dkk. sebelumnya telah melakukan

penelitian yang mengemukakan penurunan ketebalan koroid 12 minggu setelah

terapi laser PRP (P<0,006). Penelitian kami, sebaliknya, hanya diikuti oleh subjek

penelitian naif, sehingga menunjukkan kemungkinan penipisan lapisan koroid

disebabkan oleh progresivitas penyakit DM.47–49

Penelitian lain yang menggunakan pembagian kelompok yang serupa

dilakukan oleh Esmaeelpour dkk yang memperoleh hasil lapisan koroid sub-fovea

pada pasien DM lebih tipis dibandingkan dengan kontrol (388,6±109 µm,

P<0,01), namun tidak terdapat perbedaan antara kelompok DM tanpa dan dengan

retinopati diabetik (291,6±64 µm; 303,6±82 µm, P>0,05). Penelitian tersebut

dilakukan pada subjek DM tipe 1 yang memiliki durasi DM yang lebih lama,

yaitu sebesar 16±8 tahun pada kelompok DM tanpa retinopati diabetik dan

sebesar 23±8 tahun pada kelompok DM dengan retinopati diabetik, namun serupa

dengan penelitian ini, tidak ditemukan efek yang signifikan antara durasi DM dan

ketebalan koroid pada penelitian tersebut. Pencitraan untuk menghitung ketebalan

koroid yang digunakan oleh Esmaeelpour dkk. juga berbeda dengan penelitian

ini. Esmaeelpour dkk. menggunakan pemetaan ketebalan koroid dengan

pencitraan OCT 3-D 10060 nm, menggunakan piranti lunak Matlab (The Math-

Page 59: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

44

Works, Inc., Natick, MA) yang memiliki teknologi segmentasi otomatis. Alat

yang sama juga digunakan sebelumnya pada penelitian oleh kelompok

Esmaeelpour dkk. pada subjek DM tipe 2, yang mendapatkan hasil serupa yaitu

penipisan ketebalan koroid pada kelompok DM tanpa retinopati diabetik (214 ±

55 µm) dibandingkan kelompok kontrol (327 ± 74 µm, P<0,001).50,51

Perbedaan yang cukup terlihat antara penelitian Esmaeelpour dkk. dan

penelitian Xu dkk. ataupun penelitian ini adalah rata-rata ketebalan koroid yang

lebih besar pada subjek penelitian Esmaeelpour dkk., memberikan gambaran

variasi ketebalan koroid dipengaruhi oleh etnis. Beberapa penelitian telah

dilakukan untuk mencari hubungan tersebut. Penelitian oleh Karapetyan dkk.

membandingkan ketebalan koroid pada etnis kulit putih (403,62±37,4 µm), Afrika

(372,47±31,4 µm), dan Asia (383,64±40 µm). Penelitian lain oleh Bafiq dkk.

dilakukan juga pada etnis kulit putih (346±54,1 µm), kulit hitam (321±55,2 µm),

dan Asia Selatan (340±44,6 µm). Hasil kedua penelitian tersebut serupa, yaitu

rata-rata ketebalan koroid pada etnis kulit putih lebih besar dari ras Asia, namun

tidak memiliki hubungan yang signifikan secara statistik (P>0,05). Penelitian

kami mendapatkan rata-rata ketebalan koroid pada kelompok kontrol yang lebih

tipis dibandingkan rata-rata ketebalan koroid normal etnis kulit putih pada

penelitian lain. 44,50,52,53

Penelitian kami juga melakukan analisis terhadap durasi DM karena durasi DM

memiliki hubungan yang konsisten dengan perburukan derajat keparahan

retinopati diabetik dan edema makula. The Wisconsin Epidemiologic Study of

Diabetic Retinopathy (WESDR) menyebutkan bahwa insidensi retinopati

Page 60: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

45

diabetik meningkat seiring bertambahnya durasi DM. Penelitian kami melakukan

menemukan adanya korelasi negatif antara ketebalan koroid dan durasi DM,

namun korelasinya sangat lemah dan tidak signifikan secara statistik (r=0,170,

P=0,145). Penelitian lain oleh Ambiya dkk., sebaliknya, menemukan korelasi

moderat dan signifikan (r=0,140, P<0,001). Akan tetapi, durasi DM pada

penelitian tersebut lebih panjang daripada penelitian kami, baik pada kelompok

retinopati diabetik nonproliferatif (12,80±5,36 tahun) dan proliferatif (16,14±6,42

tahun). Hal tersebut dapat membuat perbedaan pada kelompok penelitian kami

mungkin belum dapat menunjukkan hubungan yang kuat. Shen dkk. melakukan

penelitian pada tiga kelompok yang disebut sebagai retinopati diabetik tahap awal,

yaitu kelompok DM tanpa retinopati diabetik dan kelompok DM dengan

retinopati diabetik rendah-sedang. Penelitian tersebut mendapatkan hasil

penurunan ketebalan koroid secara signifikan pada masing-masing kelompok

retinopati diabetik dibandingkan kontrol. Analisis lebih lanjut kemudian

dilakukan untuk menilai pengaruh durasi DM. Namun, seperti penelitian kami,

durasi DM pada penelitian ini memiliki korelasi negatif namun tidak signifikan

secara statistik. 28,54,55

Sejak diperkenalkannya OCT dalam bidang klinis oftalmologi, perkembangan

pengetahuan mengenai lapisan mata, terutama kompleks retina, semakin baik.

Perangkat OCT memiliki kemampuan “biopsi” non-invasif, yang dapat menilai

hingga ke lapisan koroid. Penelitian kami membandingkan ketebalan koroid

menggunakan SD-OCT dengan piranti lunak EDI yang dihitung secara manual

menggunakan tool kaliper pada OCT. Namun, penelitian kami tidak melakukan

Page 61: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

46

analisa tambahan mengenai reliabilitas metode pengukuran tersebut. Beberapa

penelitian lain menyatakan pemeriksaan ketebalan koroid dengan SD-OCT

memiliki reproduksibilitas yang baik. Shao dkk. dari Beijing Eye Study 2011

menggunakan dua operator untuk menghitung ketebalan koroid sub-fovea secara

independen dalam rentang waktu dua bulan untuk menilai variabilitas inter-

observer dan dua minggu untuk reproduksibilitas dengan hasil reproduksibilitas

intra- dan inter-observer tinggi. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Chhablani dkk

yang menggunakan SD-OCT Spectralis. Penelitian tersebut mendapatkan

concordance correlation coefficient (CCC) yang sangat tinggi (0,9956, CI: 95%).

Penelitian lain dilakukan oleh Rahman dkk. yang melaporkan adanya variasi

pengukuran pada penelitian tersebut, yaitu sebesar >32 µm. Penelitian tersebut

juga mendapatkan perbedaan sebesar 23 µm masih mewakili kebenaran.

Meskipun demikian, metode pengukuran dengan segmentasi otomatis akan lebih

memungkinkan untuk terjadinya keseragaman pengukuran sehingga

meminimalisasi bias pengukuran.56–58

Keterbatasan penelitian ini adalah penghitungan ketebalan koroid dilakukan

secara manual. Metode penghitungan tersebut memungkinkan terjadinya

kesalahan, meskipun hingga saat ini metode tersebut adalah metode terbaik yang

tersedia pada OCT dan disebutkan memiliki reproduksibilitas tinggi. Suatu piranti

lunak yang terintegrasi pada OCT, yang menghitung ketebalan koroid secara

otomatis dapat meminimalisir keterbatasan ini. Penelitian kami juga tidak

melakukan penyesuaian panjang aksial bola mata, serta masih mengikutkan dua

mata dari satu subjek penelitian. Semakin banyak

Page 62: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

47

kesesuaian yang dapat dilakukan, hasil penelitian akan lebih baik. Kelompok

kontrol pada penelitian kami juga tidak memperhitungkan kemungkinan faktor

lain, seperti gangguan hormonal atau riwayat merokok, sehingga tidak dapat

dipastikan mewakili populasi normal sebenarnya.

Kelebihan dari penelitian ini adalah subjek penelitian dilakukan penyesuaian

usia dan jenis kelamin, serta tidak mengikutkan pasien yang telah melalui terapi

laser atau operasi. Penghitungan ketebalan koroid juga dilakukan pada jendela

waktu dan lingkungan yang sama karena mempertimbangkan variasi diurnal.

Page 63: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

48

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Terdapat perbedaan ketebalan koroid pada pasien DM tipe 2 tanpa retinopati

diabetik dan dengan retinopati diabetik.

5.2 Saran

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya dengan

mempertimbangkan beberapa hal, yaitu ukuran sampel yang lebih besar,

mengikutkan hanya satu mata dari setiap peserta penelitian,

menyesuaikan panjang aksial bola mata, dan mencari faktor lain yang

mempengaruhi keadaan koroid.

2. Pengelompokkan subjek penelitian berdasarkan derajat keparahan

retinopati diabetik dapat menggambarkan kelainan koroid terjadi pada

tahap awal atau akhir.

3. Pemeriksaan ketebalan koroid menggunakan segmentasi otomatis seperti

pada analisis pemetaan retina, dapat mengurangi bias pengukuran.

Page 64: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

49

DAFTAR PUSTAKA

1. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas. Eighth. Karuranga S, Fernandes J da R, Huang Y, Malanda B, editors. United Kingdom: Internation Diabetes Federation; 2017. 5–145 p.

2. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, Soewondo P, Suastika K, Manaf A, et al. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2015. PB PERKENI; 2015. 1–79 p.

3. Kasper D, Fauci A, Longo DL, Braunwald E. Harrrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2005. 1968–1993 p.

4. Flaxman SR, Bourne RRA, Resnikoff S, Ackland P, Braithwaite T, Cicinelli M V, et al. Global causes of blindness and distance vision impairment 1990 – 2020 : a systematic review and meta-analysis. Lancet Glob Heal. 2017;5(December):1221–34.

5. Sasongko MB, Widyaputri F, Agni AN. Prevalence of diabetic retinopathy and blindness in Indonesian adults with type 2 diabetes. Am J Ophthalmol [Internet]. Elsevier Inc.; 2018;181:79–87. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.1016/j.ajo.2017.06.019

6. Leasher JL, Bourne RRA, Flaxman SR, Jonas JB, Keeffe J, Naidoo K, et al. Global Estimates on the Number of People Blind or Visually Impaired by Diabetic Retinopathy: A Meta-analysis From 1990 to 2010. Diabetes Care [Internet]. 2016 Sep 1;39(9):1643 LP – 1649. Tersedia dari: http://care.diabetesjournals.org/content/39/9/1643.abstract

7. Vavvas DG, Thanos A, Patel A V, Miller JW. Basic Mechanisms of Pathologic Retinal and Choroidal Angiogenesis [Internet]. Sixth Edit. Vol. 1, Ryan’s Retina. Elsevier Inc.; 2019. 638–655 p. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-40197-5.00028-1

8. Melancia D, Vicente A, Cunha JP, Abegao Pinto L, Ferreira J. Diabetic choroidopathy: a review of the current literature. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol. Germany; 2016 Aug;254(8):1453–61.

9. Lutty GA. Diabetic choroidopathy. Vision Res. England; 2017 Oct;139:161–7. 10. Margolis R, Spaide RF. A pilot study of enhanced depth imaging optical

coherence tomography of the choroid in normal eyes. Am J Ophthalmol. United States; 2009 May;147(5):811–5.

11. Hidayat AA, Fine BS. Diabetic choroidopathy. Light and electron microscopic observations of seven cases. Ophthalmology. United States; 1985 Apr;92(4):512–22.

12. Rosen RB, Hathaway M, Rogers J, Pedro J, Garcia P, Dobre GM, et al. Simultaneous OCT/SLO/ICG imaging. Invest Ophthalmol Vis Sci. United States; 2009 Feb;50(2):851–60.

13. Wei X, Balne PK, Meissner KE, Barathi VA, Schmetterer L, Agrawal R. Assessment of flow dynamics in retinal and choroidal microcirculation. Surv Ophthalmol. United States; 2018 Sep;63(5):646–64.

14. Chhablani J, Wong IY, Kozak I. Choroidal imaging : A review. Saudi J

Page 65: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

50

Ophthalmol [Internet]. Saudi Ophthalmological Society, King Saud University; 2014;28(2):123–8. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.1016/j.sjopt.2014.03.004

15. Regatieri C V., Branchini L, Fujimoto JG, Duker JS. Choroidal imaging using spectral-domain optical coherence tomography. Retina. 2012;32(5):865–76.

16. Kase S, Endo H, Takahashi M, Saito M, Yokoi M, Ito Y, et al. Alteration of choroidal vascular structure in diabetic retinopathy. Br J Ophthalmol. England; 2019 Jun;

17. Abadia B, Sunen I, Calvo P, Bartol F, Verdes G, Ferreras A. Choroidal thickness measured using swept-source optical coherence tomography is reduced in patients with type 2 diabetes. PLoS One. United States; 2018;13(2):e0191977.

18. Gupta C, Tan R, Mishra C, Khandelwal N, Raman R, Kim R, et al. Choroidal structural analysis in eyes with diabetic retinopathy and diabetic macular edema-A novel OCT based imaging biomarker. PLoS One. United States; 2018;13(12):e0207435.

19. Wang X-N, Li S-T, Li W, Hua Y-J, Wu Q. The thickness and volume of the choroid, outer retinal layers and retinal pigment epithelium layer changes in patients with diabetic retinopathy. Int J Ophthalmol. China; 2018;11(12):1957–62.

20. American Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous. In: American Academy of Ophthalmology, editor. Basic and Clinical Science Course. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2017.

21. Grant MB, Lutty GA. Retinal and Choroidal Vasculature: Retinal Oxygenation [Internet]. Sixth Edit. Vol. 1, Ryan’s Retina. Elsevier Inc.; 2019. 488–503 p. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-40197-5.00020-7

22. American Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous. In: Basic and Clinical Science Course. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2015. p. 55–80.

23. Forrester J V. Anatomy of the eye and orbit. In: Forrester J V., editor. The Eye: Basic Sciences in Practice. Fourth Edi. Elsevier Inc.; 2016. p. 1-102.e2.

24. Campos A, Campos EJ, Martins J, Ambrosio AF, Silva R. Viewing the choroid: where we stand, challenges and contradictions in diabetic retinopathy and diabetic macular oedema. Acta Ophthalmol. England; 2017 Aug;95(5):446–59.

25. Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 18th Edition. 2011.

26. Wiley HE, Chew EY, Iii FLF. Nonproliferative Diabetic Retinopathy and Diabetic Macular Edema [Internet]. Sixth Edit. Vol. 47, Ryan’s Retina. Elsevier Inc.; 2019. 1061–1090 p. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-40197-5.00050-5

27. Skugor M. Diabetes Mellitus. In: Ryan’s Retina [Internet]. Sixth Edit. Elsevier Inc.; 2019. p. 1055–60. Tersedia dari:

Page 66: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

51

http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-40197-5.00049-9 28. Hodgson NM, Zhu J, Wu F, Ferreyra HA, Zhang K. Diabetic Retinopathy:

Genetics and Etiologic Mechanisms. In: Ryan’s Retina [Internet]. Sixth Edit. Elsevier Inc.; 2019. p. 1038–54. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-40197-5.00048-7

29. Duh EJ, Sun JK, Stitt AW. Diabetic retinopathy: current understanding, mechanisms, and treatment strategies. JCI insight. United States; 2017 Jul;2(14).

30. Sun JK, Silva PS, Cavallerano JD, Blodi BA, Davis MD, Aiello LM, et al. Proliferative Diabetic Retinopathy [Internet]. Sixth Edit. Vol. 1, Ryan’s Retina. Elsevier Inc.; 2019. 1091–1121 p. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-40197-5.00051-7

31. Joussen AM, Stitt A, Lois N. Mechanisms of Macular Edema and Therapeutic Approaches [Internet]. Sixth Edit. Vol. 1, Ryan’s Retina. Elsevier Inc.; 2019. 667-688.e5 p. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-40197-5.00030-X

32. Chhablani J, Wong IY, Kozak I. Choroidal imaging: A review. Saudi J Ophthalmol Off J Saudi Ophthalmol Soc. 2014 Apr;28(2):123–8.

33. Yamashita T, Yamashita T, Shirasawa M, Arimura N, Terasaki H, Sakamoto T. Repeatability and reproducibility of subfoveal choroidal thickness in normal eyes of Japanese using different SD-OCT devices. Invest Ophthalmol Vis Sci. United States; 2012 Mar;53(3):1102–7.

34. Branchini L, Regatieri C V, Flores-Moreno I, Baumann B, Fujimoto JG, Duker JS. Reproducibility of choroidal thickness measurements across three spectral domain optical coherence tomography systems. Ophthalmology. United States; 2012 Jan;119(1):119–23.

35. Matsuo Y, Sakamoto T, Yamashita T, Tomita M, Shirasawa M, Terasaki H. Comparisons of choroidal thickness of normal eyes obtained by two different spectral-domain OCT instruments and one swept-source OCT instrument. Invest Ophthalmol Vis Sci. United States; 2013 Nov;54(12):7630–6.

36. Ding X, Li J, Zeng J, Ma W, Liu R, Li T, et al. Choroidal thickness in healthy Chinese subjects. Invest Ophthalmol Vis Sci. United States; 2011 Dec;52(13):9555–60.

37. Tan CS, Ouyang Y, Ruiz H, Sadda SR. Diurnal variation of choroidal thickness in normal, healthy subjects measured by spectral domain optical coherence tomography. Invest Ophthalmol Vis Sci. United States; 2012 Jan;53(1):261–6.

38. Yilmaz I, Ozkaya A, Kocamaz M, Ahmet S, Ozkaya HM, Yasa D, et al. Correlation Of Choroidal Thickness And Body Mass Index. Retina. United States; 2015 Oct;35(10):2085–90.

39. Sigler EJ, Randolph JC, Calzada JI, Charles S. Smoking and choroidal thickness in patients over 65 with early-atrophic age-related macular degeneration and normals. Eye (Lond). 2014 Jul;28(7):838–46.

40. Ulaş F, Doğan U, Duran B, Keleş A, Ağca S, Celebi S. Choroidal thickness changes during the menstrual cycle. Curr Eye Res. England; 2013

Page 67: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

52

Nov;38(11):1172–81. 41. Wei W Bin, Xu L, Jonas JB, Shao L, Du KF, Wang S, et al. Subfoveal

choroidal thickness: the Beijing Eye Study. Ophthalmology. United States; 2013 Jan;120(1):175–80.

42. Mohamed DMF, Hassan NA, Osman AA, Osman MH. Subfoveal choroidal thickness in diabetic macular edema. Clin Ophthalmol. 2019;13:921–5.

43. Kinoshita T, Imaizumi H, Shimizu M, Mori J, Hatanaka A, Aoki S, et al. Systemic and Ocular Determinants of Choroidal Structures on Optical Coherence Tomography of Eyes with Diabetes and Diabetic Retinopathy. Sci Rep. 2019 Nov;9(1):16228.

44. Xu J, Xu L, Du KF, Shao L, Chen CX, Zhou JQ, et al. Subfoveal choroidal thickness in diabetes and diabetic retinopathy. Ophthalmology. United States; 2013 Oct;120(10):2023–8.

45. Lee HK, Lim JW, Shin MC. Comparison of Choroidal Thickness in Patients with Diabetes by Spectral-domain Optical Coherence Tomography. Korean J Ophthalmol. 2013;27(6):433–9.

46. Langham ME, Grebe R, Hopkins S, Marcus S, Sebag M. Choroidal blood flow in diabetic retinopathy. Exp Eye Res. England; 1991 Feb;52(2):167–73.

47. Unsal E, Eltutar K, Zirtiloğlu S, Dinçer N, Ozdoğan Erkul S, Güngel H. Choroidal thickness in patients with diabetic retinopathy. Clin Ophthalmol [Internet]. Dove Medical Press; 2014 Mar 27;8:637–42. Tersedia dari: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24707168

48. Zhang Z, Meng X, Wu Z, Zou W, Zhang J, Zhu D, et al. Changes in Choroidal Thickness After Panretinal Photocoagulation for Diabetic Retinopathy: A 12-Week Longitudinal Study. Invest Ophthalmol Vis Sci [Internet]. 2015 Apr 29;56(4):2631–8. Tersedia dari: https://doi.org/10.1167/iovs.14-16226

49. Regatieri C V, Branchini L, Carmody J, Fujimoto JG, Duker JS. Choroidal thickness in patients with diabetic retinopathy analyzed by spectral-domain optical coherence tomography. Retina. 2012 Mar;32(3):563–8.

50. Esmaeelpour M, Brunner S, Ansari-Shahrezaei S, Nemetz S, Povazay B, Kajic V, et al. Choroidal thinning in diabetes type 1 detected by 3-dimensional 1060 nm optical coherence tomography. Invest Ophthalmol Vis Sci. United States; 2012 Oct;53(11):6803–9.

51. Esmaeelpour M, Považay B, Hermann B, Hofer B, Kajic V, Hale SL, et al. Mapping Choroidal and Retinal Thickness Variation in Type 2 Diabetes using Three-Dimensional 1060-nm Optical Coherence Tomography. Invest Ophthalmol Vis Sci [Internet]. 2011 Jul 15;52(8):5311–6. Tersedia dari: https://doi.org/10.1167/iovs.10-6875

52. Sahinoglu-Keskek N, Altan-Yaycioglu R, Canan H, Coban-Karatas M. Influence of glycosylated hemoglobin on the choroidal thickness. Int Ophthalmol. Netherlands; 2018 Oct;38(5):1863–9.

53. Bafiq R, Mathew R, Pearce E, Abdel-Hey A, Richardson M, Bailey T, et al. Age, Sex, and Ethnic Variations in Inner and Outer Retinal and Choroidal Thickness on Spectral-Domain Optical Coherence Tomography.

Page 68: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

53

Am J Ophthalmol [Internet]. 2015 Nov;160(5):1034—1043.e1. Tersedia dari: https://doi.org/10.1016/j.ajo.2015.07.027

54. Ambiya V, Kumar A, Baranwal VK, Kapoor G, Arora A, Kalra N, et al. Change in subfoveal choroidal thickness in diabetes and in various grades of diabetic retinopathy. Int J Retin Vitr. England; 2018;4:34.

55. Shen Z, Yang X, Xu J, She C, Wei W, Zhu W, et al. Association of choroidal thickness with early stages of diabetic retinopathy in type 2 diabetes. Int J Ophthalmol. 2017;10(4):613–8.

56. Shao L, Xu L, Chen CX, Yang LH, Du KF, Wang S, et al. Reproducibility of Subfoveal Choroidal Thickness Measurements with Enhanced Depth Imaging by Spectral-Domain Optical Coherence Tomography. Invest Ophthalmol Vis Sci [Internet]. 2013 Jan 9;54(1):230–3. Tersedia dari: https://doi.org/10.1167/iovs.12-10351

57. Rahman W, Chen FK, Yeoh J, Patel P, Tufail A, Da Cruz L. Repeatability of Manual Subfoveal Choroidal Thickness Measurements in Healthy Subjects Using the Technique of Enhanced Depth Imaging Optical Coherence Tomography. Invest Ophthalmol Vis Sci [Internet]. 2011 Apr 8;52(5):2267–71. Tersedia dari: https://doi.org/10.1167/iovs.10-6024

58. Chhablani J, Barteselli G, Wang H, El-Emam S, Kozak I, Doede AL, et al. Repeatability and Reproducibility of Manual Choroidal Volume Measurements Using Enhanced Depth Imaging Optical Coherence Tomography. Invest Ophthalmol Vis Sci [Internet]. 2012 Apr 24;53(4):2274–80. Tersedia dari: https://doi.org/10.1167/iovs.12-9435

Page 69: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

54

Lampiran 1

Page 70: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

55

Lampiran 2

Page 71: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

56

Page 72: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

57

Page 73: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

58

Lampiran 3

Page 74: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

59

Lampiran 4 KELOMPOK KONTROL

NO INISIAL USIA JENIS

KELAMIN HbA1C OD/OS TP TIO CT 1 UMU 46 L 5.5 OD 1.00 18 337 2 DDS 54 L 5.7 OD 1.00 17 252 3 DDS 54 L 5.7 OS 1.00 19 305 4 BLS 50 P 5.1 OD 1.00 12 227 5 BLS 50 P 5.1 OS 1.00 14 296 6 KUR 55 P 5.3 OD 1.00 13 219 7 KUR 55 P 5.3 OS 1.00 13 267 8 NNR 59 P 5.5 OD 1.00 19 299 9 NNR 59 P 5.5 OS 1.00 20 254

10 DNW 48 P 5.3 OD 1.00 9 178 11 DNW 48 P 5.3 OS 1.00 8 148 12 ICH 41 P 5.4 OD 1.00 17 368 13 ICH 41 P 5.4 OS 1.00 15 409 14 DDY 56 P 5.9 OD 1.00 16 273 15 DDY 56 P 5.9 OS 1.00 14 300 16 IIR 55 P 5.1 OD 1.00 13 404 17 IIR 55 P 5.1 OS 1.00 13 405 18 WWS 55 L 5.1 OS 0.63 17 150 19 INE 48 P 5.2 OD 1.00 17 255 20 INE 48 P 5.2 OS 1.00 17 342 21 TTS 47 P 5.3 OD 1.00 16 198 22 TTS 47 P 5.3 OS 1.00 20 165 23 PPM 51 P 5.4 OD 1.00 15 281 24 PPM 51 P 5.4 OS 1.00 15 289 25 TTR 54 P 5.6 OD 0.80 14 250

Page 75: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

60

KELOMPOK DM TANPA RETINOPATI DIABETIK

NO INISIAL USIA JENIS

KELAMIN DURASI

DM HbA1C OD/OS TP IOP CT 1 AIN 55 P 8 8.8 OD 1.00 16 240 2 AIN 55 P 8 8.8 OD 1.00 21 295 3 AMH 54 L 10 8.6 OD 1.00 14 306 4 AMH 54 L 10 8.6 OS 1.00 15 292 5 ILA 57 P 7 11.8 OD 1.00 19 336 6 ILA 57 P 7 11.8 OS 1.00 19 351 7 EUS 46 P 3 9.7 OD 1.00 19 195 8 EUS 46 P 3 9.7 OS 1.00 18 255 9 IMS 43 P 0.3 7.7 OD 1.00 15 321

10 IMS 43 P 0.3 7.7 OS 1.00 14 295 11 IIT 53 P 0.0 8.8 OD 1.00 13 280 12 DDR 48 P 4 10 OD 1.00 16 276 13 DDR 48 P 4 10 OS 1.00 12 299 14 LLH 50 P 0 12.4 OD 1.00 18 295 15 LLH 50 P 0 12.4 OS 0.8 17 253 16 EUK 55 P 3 7.3 OD 0.8 15 299 17 EUK 55 P 3 7.3 OS 0.8 14 310 18 GUD 52 L 3 12.7 OD 1.00 15 164 19 IML 54 P 5 10.4 OD 1.00 15 269 20 IML 54 P 5 10.4 OS 1.00 14 174 21 RAT 48 P 5 11.2 OD 1.00 20 320 22 RAT 48 P 5 11.2 OS 1.00 18 261 23 ASW 49 L 1 7.7 OD 1.00 16 240 24 EUY 57 P 0 6.2 OD 1.00 13 277 25 EUY 57 P 0 6.2 OS 1.00 14 309

Page 76: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

61

KELOMPOK DM DENGAN RETINOPATI DIABETIK

NO INISIAL USIA JK DURASI

DM HbA1C OD/OS TP IOP SDR CT 1 HIS 44 P 3 7.5 OD 0.80 20 1 234 2 HIS 44 P 3 7.5 OS 0.63 20 2 343 3 IKA 56 P 13 7.8 OD 0.50 14 2 256 4 IKA 56 P 13 7.8 OS 0.80 16 2 228 5 EUW 55 P 15 8.6 OD 0.63 14 2 209 6 NAY 47 P 10 11.5 OS 1.00 12 2 280 7 WAM 48 P 14 7.6 0S 0.20 19 1 335 8 SOK 53 L 16 9.8 OS 0.63 15 2 244 9 KAR 53 P 5 9.9 OS 0.80 20 4 196

10 SNI 60 P 20 9.5 OS 0.32 15 3 206 11 SUM 49 P 15 12 OS 0.80 12 4 237 12 LNU 59 P 6 9.9 OS 0.40 12 2 242 13 OHO 51 P 2 5.5 OD 0.50 14 4 259 14 OHO 51 P 2 5.5 OS 0.80 14 4 237 15 NSU 49 P 4 11.3 OD 0.50 11 3 429 16 NSU 49 P 4 11.3 OS 0.20 12 1 307 17 RZT 50 P 5 10.8 OS 0.63 20 1 222 18 NNS 52 P 8 9.6 OD 0.20 20 1 240 19 UNT 54 L 16 9 OD 0.20 18 4 249 20 ESY 52 P 15 6.4 OD 0.40 15 4 288 21 ADM 49 P 15 8.5 OD 0.63 13 2 170 22 ADM 49 P 15 8.5 OS 0.50 13 3 122 23 PPN 55 L 2 12.6 OD 0.40 18 4 247 24 ASS 49 L 1 7.7 OS 0.40 12 4 240 25 IIT 53 P 0 8.8 OS 1.00 15 1 269

Page 77: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

62

Lampiran 5

Page 78: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

63

Lampiran 6 Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

HbA1C 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

PVA 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

IOP 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

CT 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Usia

Mean 51.6250 .61427

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 50.3892

Upper Bound 52.8608

5% Trimmed Mean 51.7083

Median 52.0000

Variance 18.112

Std. Deviation 4.25578

Minimum 41.00

Maximum 60.00

Range 19.00

Interquartile Range 6.75

Skewness -.278 .343

Kurtosis -.252 .674

HbA1C

Mean 8.1875 .34855

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 7.4863 Upper Bound 8.8887

5% Trimmed Mean 8.1134 Median 8.1500 Variance 5.831

Page 79: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

64

Std. Deviation 2.41481 Minimum 5.10 Maximum 12.70 Range 7.60 Interquartile Range 4.38 Skewness .251 .343

Kurtosis -1.153 .674

PVA

Mean .7952 .03907

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .7166 Upper Bound .8738

5% Trimmed Mean .8169 Median 1.0000 Variance .073 Std. Deviation .27069 Minimum .20 Maximum 1.00 Range .80 Interquartile Range .37 Skewness -.957 .343

Kurtosis -.504 .674

IOP

Mean 15.5417 .39608

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 14.7449 Upper Bound 16.3385

5% Trimmed Mean 15.5833 Median 15.0000 Variance 7.530 Std. Deviation 2.74411 Minimum 9.00 Maximum 20.00 Range 11.00 Interquartile Range 4.75 Skewness -.018 .343

Kurtosis -.646 .674

CT

Mean 261.6875 8.33359

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 244.9225

Upper Bound 278.4525

5% Trimmed Mean 259.2315

Median 253.5000

Variance 3333.539

Page 80: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

65

Std. Deviation 57.73680

Minimum 150.00

Maximum 429.00

Range 279.00

Interquartile Range 64.50

Skewness .641 .343

Kurtosis .921 .674

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Usia .107 48 .200* .978 48 .487

HbA1C .141 48 .018 .920 48 .003

PVA .338 48 .000 .752 48 .000

IOP .120 48 .082 .962 48 .116

CT .098 48 .200* .968 48 .215

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Explore [DataSet5] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Karakteristik Durasi DM_Rev 4.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Durasi DM 34 100.0% 0 0.0% 34 100.0%

Descriptives

Page 81: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

66

Statistic Std. Error

Durasi DM

Mean 6.8912 1.01393

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 4.8283

Upper Bound 8.9540

5% Trimmed Mean 6.6373

Median 5.0000

Variance 34.954

Std. Deviation 5.91220

Minimum .00

Maximum 20.00

Range 20.00

Interquartile Range 11.25

Skewness .623 .403

Kurtosis -.904 .788

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Durasi DM .184 34 .005 .894 34 .003

a. Lilliefors Significance Correction

Crosstabs [DataSet4] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Karakteristik _Rev 4.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori Usia * Kelompok 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

Jenis kelamin * Kelompok 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

Page 82: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

67

Kategori Usia * Kelompok

Crosstab

Kelompok Total

Kontrol NDR DR

Kategori Usia

40-45 tahun

Count 1 1 1 3

Expected Count .9 .9 1.3 3.0

% within Kelompok 7.1% 7.1% 5.0% 6.3%

46-50 tahun

Count 5 5 7 17

Expected Count 5.0 5.0 7.1 17.0

% within Kelompok 35.7% 35.7% 35.0% 35.4%

51-55 tahun

Count 6 6 9 21

Expected Count 6.1 6.1 8.8 21.0

% within Kelompok 42.9% 42.9% 45.0% 43.8%

56-50 tahun

Count 2 2 3 7

Expected Count 2.0 2.0 2.9 7.0

% within Kelompok 14.3% 14.3% 15.0% 14.6%

Total

Count 14 14 20 48

Expected Count 14.0 14.0 20.0 48.0

% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .104a 6 1.000

Likelihood Ratio .106 6 1.000

Linear-by-Linear Association .046 1 .830

N of Valid Cases 48

a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is .88.

Page 83: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

68

Jenis kelamin * Kelompok

Crosstab

Kelompok Total

Kontrol NDR DR

Jenis kelamin

Laki-laki

Count 3 3 4 10

Expected Count 2.9 2.9 4.2 10.0

% within Kelompok 21.4% 21.4% 20.0% 20.8%

Perempuan

Count 11 11 16 38

Expected Count 11.1 11.1 15.8 38.0

% within Kelompok 78.6% 78.6% 80.0% 79.2%

Total

Count 14 14 20 48

Expected Count 14.0 14.0 20.0 48.0

% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .014a 2 .993

Likelihood Ratio .014 2 .993

Linear-by-Linear Association .011 1 .916

N of Valid Cases 48

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 2.92.

Explore [DataSet4] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Karakteristik _Rev 4.sav

Page 84: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

69

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia

Kontrol 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

NDR 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

DR 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

HbA1C

Kontrol 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

NDR 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

DR 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

PVA

Kontrol 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

NDR 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

DR 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

IOP

Kontrol 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

NDR 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

DR 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Usia Kontrol

Mean 51.3571 1.31185

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 48.5231

Upper Bound 54.1912

5% Trimmed Mean 51.5079

Median 52.5000

Variance 24.093

Std. Deviation 4.90850

Minimum 41.00

Maximum 59.00

Range 18.00

Interquartile Range 7.25

Skewness -.529 .597

Kurtosis -.162 1.154

Page 85: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

70

NDR

Mean 51.5000 1.13752

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 49.0425

Upper Bound 53.9575

5% Trimmed Mean 51.6667

Median 52.5000

Variance 18.115

Std. Deviation 4.25622

Minimum 43.00

Maximum 57.00

Range 14.00

Interquartile Range 7.00

Skewness -.503 .597

Kurtosis -.599 1.154

DR

Mean 51.9000 .88823

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 50.0409

Upper Bound 53.7591

5% Trimmed Mean 51.8889

Median 52.0000

Variance 15.779

Std. Deviation 3.97227

Minimum 44.00

Maximum 60.00

Range 16.00

Interquartile Range 5.75

Skewness .239 .512

Kurtosis .040 .992

HbA1C Kontrol

Mean 5.3857 .06364

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.2482 Upper Bound 5.5232

5% Trimmed Mean 5.3730 Median 5.3500 Variance .057 Std. Deviation .23812 Minimum 5.10 Maximum 5.90 Range .80

Page 86: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

71

Interquartile Range .35 Skewness .675 .597

Kurtosis .099 1.154

NDR

Mean 9.5214 .53413

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8.3675 Upper Bound 10.6753

5% Trimmed Mean 9.5294 Median 9.2500 Variance 3.994 Std. Deviation 1.99853 Minimum 6.20 Maximum 12.70 Range 6.50 Interquartile Range 3.65 Skewness .136 .597

Kurtosis -.960 1.154

DR

Mean 9.2150 .41513

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8.3461 Upper Bound 10.0839

5% Trimmed Mean 9.2333 Median 9.2500 Variance 3.447 Std. Deviation 1.85650 Minimum 5.50 Maximum 12.60 Range 7.10 Interquartile Range 2.85 Skewness -.032 .512

Kurtosis -.359 .992

PVA Kontrol

Mean .9593 .02906

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .8965 Upper Bound 1.0221

5% Trimmed Mean .9753 Median 1.0000 Variance .012 Std. Deviation .10873 Minimum .63 Maximum 1.00 Range .37 Interquartile Range .00

Page 87: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

72

Skewness -2.718 .597

Kurtosis 7.045 1.154

NDR

Mean .9857 .01429

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .9549 Upper Bound 1.0166

5% Trimmed Mean .9952 Median 1.0000 Variance .003 Std. Deviation .05345 Minimum .80 Maximum 1.00 Range .20 Interquartile Range .00 Skewness -3.742 .597

Kurtosis 14.000 1.154

DR

Mean .5470 .05467

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .4326 Upper Bound .6614

5% Trimmed Mean .5411 Median .5000 Variance .060 Std. Deviation .24450 Minimum .20 Maximum 1.00 Range .80 Interquartile Range .36 Skewness .347 .512

Kurtosis -.613 .992

IOP Kontrol

Mean 15.2143 .72762

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 13.6424

Upper Bound 16.7862

5% Trimmed Mean 15.3492

Median 16.0000

Variance 7.412

Std. Deviation 2.72251

Minimum 9.00

Maximum 19.00

Range 10.00

Page 88: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

73

Interquartile Range 4.00

Skewness -.876 .597

Kurtosis .515 1.154

NDR

Mean 16.0000 .59300

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 14.7189

Upper Bound 17.2811

5% Trimmed Mean 15.9444

Median 15.5000

Variance 4.923

Std. Deviation 2.21880

Minimum 13.00

Maximum 20.00

Range 7.00

Interquartile Range 3.50

Skewness .493 .597

Kurtosis -.731 1.154

DR

Mean 15.4500 .70515

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 13.9741

Upper Bound 16.9259

5% Trimmed Mean 15.4444

Median 15.0000

Variance 9.945

Std. Deviation 3.15353

Minimum 11.00

Maximum 20.00

Range 9.00

Interquartile Range 6.50

Skewness .332 .512

Kurtosis -1.373 .992

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Usia Kontrol .205 14 .115 .948 14 .528

Page 89: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

74

NDR .150 14 .200* .945 14 .490

DR .117 20 .200* .977 20 .889

HbA1C

Kontrol .141 14 .200* .936 14 .369

NDR .141 14 .200* .964 14 .794

DR .106 20 .200* .984 20 .976

PVA

Kontrol .503 14 .000 .442 14 .000

NDR .534 14 .000 .297 14 .000

DR .126 20 .200* .939 20 .232

IOP

Kontrol .185 14 .200* .930 14 .301

NDR .214 14 .081 .916 14 .193

DR .207 20 .025 .883 20 .020

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Oneway [DataSet4] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Karakteristik _Rev 4.sav

Descriptives

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

Usia

Kontrol 14 51.3571 4.90850 1.31185 48.5231 54.1912 41.00 59.00

NDR 14 51.5000 4.25622 1.13752 49.0425 53.9575 43.00 57.00

DR 20 51.9000 3.97227 .88823 50.0409 53.7591 44.00 60.00

Total 48 51.6250 4.25578 .61427 50.3892 52.8608 41.00 60.00

HbA1C

Kontrol 14 5.3857 .23812 .06364 5.2482 5.5232 5.10 5.90

NDR 14 9.5214 1.99853 .53413 8.3675 10.6753 6.20 12.70

DR 20 9.2150 1.85650 .41513 8.3461 10.0839 5.50 12.60

Total 48 8.1875 2.41481 .34855 7.4863 8.8887 5.10 12.70

Page 90: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

75

ANOVA

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Usia

Between Groups 2.736 2 1.368 .073 .930

Within Groups 848.514 45 18.856

Total 851.250 47

HbA1C

Between Groups 155.926 2 77.963 29.695 .000

Within Groups 118.146 45 2.625

Total 274.073 47

Nonparametric Tests [DataSet4] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Karakteristik _Rev 4.sav

Explore [DataSet5] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Karakteristik Durasi DM_Rev 4.sav

Kelompok

Page 91: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

76

Case Processing Summary

Kelompok Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Durasi DM NDR 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

DR 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Durasi DM

NDR

Mean 3.5214 .85640

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.6713

Upper Bound 5.3716

5% Trimmed Mean 3.3571

Median 3.0000

Variance 10.268

Std. Deviation 3.20437

Minimum .00

Maximum 10.00

Range 10.00

Interquartile Range 5.28

Skewness .626 .597

Kurtosis -.440 1.154

DR

Mean 9.2500 1.40464

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 6.3100

Upper Bound 12.1900

5% Trimmed Mean 9.1667

Median 9.0000

Variance 39.461

Std. Deviation 6.28176

Minimum .00

Maximum 20.00

Range 20.00

Page 92: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

77

Interquartile Range 11.75

Skewness .020 .512

Kurtosis -1.539 .992

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Durasi DM NDR .141 14 .200* .913 14 .177

DR .175 20 .109 .905 20 .052

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

T-Test [DataSet5] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Karakteristik Durasi DM_Rev 4.sav

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Durasi DM NDR 14 3.5214 3.20437 .85640

DR 20 9.2500 6.28176 1.40464

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Differenc

e

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Page 93: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

78

Duras

i DM

Equal

variance

s

assumed

16.46

3

.00

0

-

3.12

9

32 .004 -5.72857 1.83073 -

9.4576

4

-

1.9995

1

Equal

variance

s not

assumed

-

3.48

2

29.74

4

.002 -5.72857 1.64513 -

9.0895

9

-

2.3675

6

Crosstabs [DataSet2] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Karakteristik SDR _Rev 4.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

SDR * Kelompok 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

SDR * Kelompok Crosstabulation

Kelompok Total

DR

SDR

1.00 Count 5 5

% within Kelompok 25.0% 25.0%

2.00 Count 6 6

% within Kelompok 30.0% 30.0%

3.00 Count 2 2

% within Kelompok 10.0% 10.0%

4.00 Count 7 7

% within Kelompok 35.0% 35.0%

Total Count 20 20

% within Kelompok 100.0% 100.0%

Page 94: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

79

Explore [DataSet3] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Rev 4.sav

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

CT Kontrol 25 100.0% 0 0.0% 25 100.0%

NDR+DR 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

CT Kontrol

Mean 274.8400 15.16286

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 243.5454

Upper Bound 306.1346

5% Trimmed Mean 274.4556

Median 273.0000

Variance 5747.807

Std. Deviation 75.81429

Minimum 148.00

Maximum 409.00

Range 261.00

Interquartile Range 98.00

Skewness .124 .464

Kurtosis -.519 .902

NDR+DR Mean 264.0200 7.70001

Page 95: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

80

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 248.5462

Upper Bound 279.4938

5% Trimmed Mean 263.9667

Median 260.0000

Variance 2964.510

Std. Deviation 54.44731

Minimum 122.00

Maximum 429.00

Range 307.00

Interquartile Range 62.00

Skewness .078 .337

Kurtosis 1.152 .662

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

CT Kontrol .105 25 .200* .961 25 .435

NDR+DR .091 50 .200* .981 50 .599

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

T-Test [DataSet3] D:\PROJECT\2020\6. JUNI\Dr Joan Jurnal\SPSS Dr Joan Jurnal Rev 4.sav

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

CT Kontrol 25 274.8400 75.81429 15.16286

NDR+DR 50 264.0200 54.44731 7.70001

Page 96: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

81

Independent Samples Test Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

CT

Equal

variances

assumed

3.291 .074 .709 73 .480 10.82000 15.25693 -

19.58702

41.22702

Equal

variances

not

assumed

.636 36.776 .529 10.82000 17.00595 -

23.64441

45.28441

Page 97: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

82

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Joan Sherlone T. Hutabarat

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 12 Juni 1989

Alamat : Tebet Timur III A No. 18, Jakarta Selatan 12820

Nama Orang Tua : dr. William E.M. Hutabarat

dr. Rumiang Tobing, SpM

Pendidikan Formal

1. SD Santo Fransiskus Asisi Jakarta (1995 – 2001)

2. SLTP Santo Fransiskus Asisi Jakarta (2001 – 2004)

3. SMA Negeri 26 Jakarta (2004 – 2005)

4. SMA PSKD 1 Jakarta (2005 – 2007)

5. Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Bandung (2007 – 2013)

6. Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran / Pusat Mata Nasional Rumah Sakit

Mata Cicendo Bandung (2016 – 2020)

Pengalaman Kerja

1. Dokter Internship RSUD Kabupaten Bekasi (2013 – 2014)

2. Dokter Umum Klinik Sukaseuri (2015 – 2016)

Page 98: New PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/08/... · 2020. 8. 3. · PERBANDINGAN KETEBALAN KOROID PADA PASIEN DIABETES MELITUS

83

Penelitian

1. Gambaran Hasil Tajam Penglihatan Pasca-Bedah dan Komplikasi Selama

Bedah Fakoemulsifikasi dengan Miopia Aksial Tinggi di Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Periode Januari - Desember 2017

(2018)

2. Pengaruh Latihan Pliometrik Terhadap Kekuatan Otot Tungkai, Daya

Ledak Otot Tungkai, dan Kelincahan pada Anggota Unit Voli Putra

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (2011)

Seminar/Kongres/Pertemuan Ilmiah Nasional dan/atau Internasional

2020 In House Training “Fakoemulsifikasi” RSM Cicendo, Bandung

2019 The 7th National Glaucoma Meeting and 4th INASOPRS Meeting, Bali

2018 World Ophthalmology Congress, Barcelona

2018 Cicendo International Ophthalmology Meeting, Bandung

2016 Save Children’s Sight for Our Future, INAPOSS Bandung Scientific

Meeting, Bandung

2015 Pertemuan Ilmiah Tahunan Persatuan Dokter Mata Nasional ke-40,

Bandung

2014 Pertemuan Ilmiah Tahunan Persatuan Dokter Mata Nasional ke-39,

Yogyakarta

2014 Annual Scientific Meeting Life Without Darkness PERDAMI Jawa Barat,

Bandung