New Microsoft Word Document
description
Transcript of New Microsoft Word Document
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Menurut
sebuah konsorsium European partner, menyatakan ini merupakan penyakit langka
yang terdapat 1 tiap 2.000 orang.
Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu
mekanisme neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh
dalam menkonversi air. Gejala dari diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia,
hal ini dapat terjadi karena defisiensi ADH atau disebut diabetes insipidus sentral dan
tidak sensitifnya vasopresin pada ginjal atau disebut juga diabetes insipidus
nefrogenik. Kedua jenis diabetes insipidus ini dapat terjadi akibat defek congenital
(kehamilan) atau bisa terjadi pada saat awal kelahiran. Diabetes insipidus sentral
sering terjadi akibat mutasi gen autosomal dominan pada awal 5 tahun kehidupan
anak-anak sedangkan diabetes insipidus nefrogenik sering terjadi pada neonatus atau
awal beberapa minggu kehidupan, dan lebih dari 50 persen kasus adalah idiopatik.
gambaran klinis dan gejala jangka panjang dari kekacauan ini sebagian besar tak
tergambarkan. metode yang dipelajari dari 79 pasien dengan diabetes insipidus
sentral yang diteliti pada empat pusat endokrinologi anak antara tahun 1970 dan
1996. Terdiri 37 laki-laki dan 42 pasien wanita dengan rata rata umur 7 tahun.
Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik yang dapat
bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini penulis ingin mengetahui “Apakah ada perbedaan
penatalaksanaan pada pasien yang menderita diabetes insipidus ?”
C. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi peran perawat pada pasien dengan diabetes insipidus
2. Mengidentifikasi kepuasan keluarga dan pasien yang sudah fase terminal
3. Mengeidentifikasi perawatan oleh perawat dengan pasien diabetes insipidus
BAB II
ISI
2.1. Definisi dan Epidemiologi
Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon
antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran
sejumlah besar air kemih (poliuri). Yang disebabkan oleh 2 hal, antara lain :
Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormon antidiuretik
(vasopresin), yaitu hormon yang secara alami mencegah pembentukan air kemih yang
terlalu banyak (diabetes insipidus sentral).
Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika kadar hormon antidiuretik normal tetapi
ginjal tidak memberikan respon yang normal terhadap hormon ini (diabetes insipidus
nefrogenik).
2.2 Etiologi
Diabetes insipidus secara umum dapat disebabkan oleh karena beberapa faktor dari dalam
maupun luar tubuh, yaitu :4
- Hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit hormon
antidiuretik
- Kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam aliran darah
- Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofisa akibat pembedahan
- Cedera otak (terutama patah tulang di dasar tengkorak)
- Tumor
- Aneurisma atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak
- Beberapa bentuk ensefalitis atau meningitis
Sedangkan Diabetes Insipidus Nefrogenik dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu
1. Penyakit ginjal kronik
Seperti penyakit ginjal polikistik, medullary cystic disease, pielonefretis, obstruksi
ureteral, gagal ginjal lanjut.
2. Gangguan elektrolit
3. Obat –obatan
Seperti Amfoterisin B, Litium, Demoksiklin, Asetoheksamid, Tolazamid, Glikurid, Loop
Diuretic , Methoxyflurane, Propoksifen.
4. Penyakit sickle cell, kehamilan, multiple mieloma, serta gangguan diet.
2.3 Patogenesis
Vasopresin dibuat oleh sel-sel hipotalamus (terletak di otak) dan disimpan dan disekresi
oleh bagian lain dari otak yang disebut kelenjar hipofisis posterior. Hormon antidiuretik
kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dimana hal itu menyebabkan tubulus ginjal
menyerap air. Air yang tidak dapat diserap kembali dilewatkan keluar dari tubuh dalam
bentuk urin. Penurunan sekresi vasopresin menyebabkan sedikit air diserap kembali dan
lebih banyak urin yang akan dibentuk. Ketika vasopresin hadir pada tingkat normal, lebih
banyak air diserap kembali dan urin kurang terbentuk.5
Ada dua jenis diabetes insipidus. Sedangkan gejala dari kedua gangguan yang serupa,
penyebab berbeda. Klasifikasi tersebut antara lain diabetes insipidus sentral dan diabetes
insipidus nefrogenik.5
Diabetes insipidus sentral terjadi apabila terdapat gangguan pada proses sintesis, transpor
dan sekresi dari AVP. Sekresi AVP dari pituitary posterior utamanya tergantung pada
informasi tonisitas yang disampaikan oleh sel osmoreseptor pada hypothalamus anterior.
AVP dan protein pembawanya, neurophysin II, disintesis sebagai precursor oleh neuron
magnoselular pada nuclei supraoptik dan paraventrikular dari hypothalamus. Precursor
tersebut kemudian dikemas dalam bentuk neurosecretory granule dan ditranspor melalui
serabut saraf (axonally) menuju pituitary posterior. Saat menuju neurohypophysis
precursor tersebut
kemudian diproses menjadi hormone aktif. AVP kemudian disimpan pada pituitary
posterior dalam bentuk vesikel, dan akan disekresikan secara eksositosis apabila terdapat
peningkatan dari osmolalitas serum.7,9
Gangguan pada proses sintesis, transpor dan sekresi dari AVP dapat disebabkan oleh:
1. Kerusakan pada hypothalamo-neurophyseal region karena adanya trauma kepala,
operasi atau kanker metastasis. Kanker yang sering adalah craniopharyngioma, kanker
payudara dan kanker paru-paru yang bermetastasis menuju pituitary. 8.9
2. Karena adanya mutasi pada neurophysin II coding region dari gen AVP, yaitu ekson 2
dimana thymin disubstitusi oleh guanine pada nucleotide ke-1884 menyebabkan
perubahan molekul asam amino dari glycine menjadi valine pada molekul AVP. Yang
rentan untuk menginduksi kematian dari sel magnoselular.7
3. Idiopatik
Pada Nephrogenic diabetes insipidus (NDI) terjadi hiperstimulasi dari pituitary posterior
akibat peningkatan osmolalitas plasma dalam memproduksi AVP, namun ginjal tidak
dapat memproduksi urine yang pekat sebagai respons dari sekresi AVP. Pengikatan AVP
pada reseptornya pada membran basolateral dari sel collecting duct yang menyebabkan
peningkatan dari aktivitas adenylatecyclase dan mengkatalisasi pembentukan cAMP dari
adenosine triphosphate (ATP). cAMP kemudian akan mengaktivasi serinthreoninkinase ,
protein kinase A. Vesikelsitoplasmik yang membawa protein kanal air (aquaporin-2 /
AQP-2) kemudian bermigrasi dan mengalami fusi dengan membran apical sehingga akan
meningkatkan permeabilitas air pada sel-sel collecting duct.7,10
Pada NDI terjadi 3 mekanisme yang dapat mengganggu keseimbangan dari proses diatas,
yaitu:
1. Gangguan dalam mempertahankan corticomedullary osmotic gradient. Gradien
tersebut dipertahankan melalui 2 mekanisme, yaitu: a) reabsorpsi aktif NaCl pada
ascending limb lengkung Henle yang diperantarai oleh Na-K-2Cl transporter; b)
reabsorpsi pasif pada inner medullary collecting duct yang disebabkan oleh adanya
konsentrasi tinggi urea pada medullaryinterstitium.8,9
2. Adanya defek pada komponen proksimal dari ADH-cyclic adenosine monophosphate
system.8,9
3. Osmotikdiuresis 8
ADH secara fisiologis dihasilkan di hipotalamus dan melalui saraf fiber menuju ke pituitary posterior
untuk disimpan dan dikeluarkan
Pituitary Posterior
ADH secara fisiologis merangsang reabsorpsi air di saluran pengumpulan nefron. Jika osmolaritas urin
tidak meningkat setelah injeksi ADH eksogen, pasien mungkin mengalami diabetes insipidus
nefrogenik
Peningkatan osmolalitas plasma normal menstimulasi pelepasan ADH. Jika urin osmolalitas tetap lebih
rendah dari plasma osmolalitas selama restriksi cairan, pasien tersebut mengalami diabetes insipidus
central
Gambar1. patogenesis diabetes insipidus
2.4 Manifestasi Klinis
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah cairan
yang diminum maupun produksi urin dalam 24 jam sangat banyak dan dapat mencapai 5
– 10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya sangat rendah , berkisar antara 1001 – 1005
atau 50 – 200 mOsmol/kg berat badan. Selain poliuria dan polidipsia , biasanya tidak
terdapat gejala –gejala lain kecuali jika ada penyakit lain yang menyebabkan timbulnya
gangguan pada mekanisme neurohypophyseal renal reflex.(2)
Jika merupakan penyakit keturunan, maka gejala biasanya mulai timbul segera setelah
lahir. Gejalanya berupa rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah
besar air kemih yang encer (poliuri).
Bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Bayi
tidak dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami dehidrasi. Jika
terlambat terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami
keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat
perkembangan fisik. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat
perkembangan fisik dan menyebabkan penurunan berat badan. Pada anak-anak, kelelahan
dan anorexia biasanya mendominasi. 11
2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis diabetes insipidus ditegakkan berdasarkan gejala klinik, laboratorium
(urinalisis fisis dan kimia dan tes deprivasi air). Untuk mendiagnosa penyebab suatu
poliuria adalah dengan menjawab tiga pertanyaan yang dapat kita ketahui dengan
anamnesa dan pemeriksaan.2,12
1. Apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah pemasukan bahan tersebut (dalam
hal ini air) yang berlebihan ke ginjal atau pengeluaran yang
berlebihan. Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien memang minum banyak, maka
wajar apabila poliuria itu terjadi
2. Apakah penyebab poliuria ini adalah faktor renal atau bukan. Poliuria bisa terjadi pada
penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis ketika penyembuhan. Namun, apabila
poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal akut, maka akan ada riwayat oliguria
(sedikit kencing).
3. Apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut adalah air tanpa atau
dengan zat-zat terlarut. Pada umumnya poliuria akibat diabetes insipidus mengeluarkan
air murni, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan adanya zat-zat terlarut. Apabila
ditemukan zat-zat terlarut berupa kadar glukosa yang tinggi (abnormal) maka dicurigai
bahwa poliuria tersebut akibat diabetes melitus yang merupakan salah satu diagnosis
banding dari diabetes insipidus.
Diagnosis diabetes insipidus semakin kuat jika sebagai respon terhadap hormon
antidiuretik: (1) pembuangan air kemih yang berlebihan berhenti; (2) tekanan darah naik ;
dan (3) denyut jantung kembali normal.
Adapun diagnosis banding dari diabetes insipidus ini adalah :
1. Kelainan ginjal (penyakit polikistik, pielonefritis kronis)
2. Hipokalemia dan hiperkalsemia yang bisa menyebabkan poliuria dengan berat jenis
urin yang rendah.
3. Insufisiensi adrenal (salt-losing syndrome)
4. Polidipsia psikogenik yang disebut juga compulsive water drinkers. Dalam keadaan ini
terdapat kelainan jiwa seperti neurosis yang mempunyai latar belakang keinginan
memperoleh perhatian.
2.6 Pemeriksaaan Penunjang.
Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus, antara lain:
Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kencingnya
kemudian ditimbang berat badannya, diperiksa volum dan jenis atau osmolalitas urin
pertama. Pada saat ini pasien diambil sampel plasma untuk diukur osmolalitasnya. Pasien
diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam. Pasien ditimbang
setiap jam bila dieresis lebih dari 300ml/jam atau setiap 3 jam bila dieresis kurang dari
300ml/jam. Setiap sampel urin sebaiknya diperiksa osmolalitasnya dalam keadaan segar
atau kalau hal ini tidak mungkin dilakukan semua sampel harus disimpan dalam botol
yang tertutup rapat serta disimpan dalam lemari es. Pengujian dihentikan setelah 16 jam
atau berat badan menurun 3-4% tergantung mana yang terjadi lebih dahulu.(13)
2. Hickey Hare atau Carter-Robbins test
Cairan NaCl hipertonis diberikan intravena dan akan menunjukkan bagaimana respon
osmoreseptor dan daya pembuatan ADH.
a. Infuse dengan dextrose dan air sampai terjadi dieresis 5 ml/menit
b. Infuse diganti dengan NaCl 2,5 % dengan jumlah 0,25 ml/menit/kgbb.
c. Urin ditampung selama 15 menit.
Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok.
Perhatian : pemeriksaan ini cukup berbahaya.
3. Uji haus
Dilihat berapa lama penderita bisa bertahan tanpa minum. Biasanya tidak lama anak akan
menjadi gelisah, banyak kencing dan terjadi dehidrasi. Berat jenis urin tetap rendah,
sedangkan pada compulsive water drinker berat jenis urin akan naik.
4. Masukan air
Diukur jumlah minum kalau diberi kesempatan bebas.
5. Uji nikotin
Produksi vasopressin oleh sel hipotalamus langsung dirangsang oleh nikotin. Obat yang
dipakai adalah nikotin salisilat secara intravena. Efek sampingnya adalah mual dan
muntah.
Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok.
Perhatian : pemeriksaan ini cukup berbahaya.
6. Uji Vasopresin
Pemeriksaan ini untuk membuktikan bahwa ginjal dapat memberikan respons terhadap
ADH. Obat yang dipakai adalah pitresin.
a. Untuk intravena diberikan pitresin dalam air 5 ml unit/menit dalam infus lambat selama
1 jam.
b. Untuk pemberian intramuscular diberikan vasopressin tanat dalam minyak 5 U.
7. Pemeriksaan yang paling sederhana dan paling dapat dipercaya untuk diabetes
insipidus adalah water deprivation test. Selama menjalani pemeriksaan ini penderita tidak
boleh minum dan bisa terjadi dehidrasi berat. Oleh karena itu pemeriksaan ini harus
dilakukan di rumah sakit atau tempat praktek dokter. Pembentukan air kemih, kadar
elektrolit darah (natrium) dan berat badan diukur secara rutin selama beberapa jam.
Segera setelah tekanan darah turun atau denyut jantung meningkat atau terjadi penurunan
berat badan lebih dari 5%, maka tes ini dihentikan dan diberikan suntikan hormon
antidiuretik.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkannya.
Pada pasien diabetes insipidus sentral parsial dengan rasa haus tidak diperlukan terapi
apa-apa selama gejala nokturia dan poliuria tidak mengganggu tidur dan aktivitas sehari-
hari. Tetapi pasien dengan gangguan pada pusat rasa haus, diterapi dengan pengawasan
yang ketat untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ini juga berlaku bagi penderita diabetes
insipidus sentral
parsial yang masih belum menunjukkan gejala klinis, tetapi pada suatu saat kehilangan
kesadaran atau tidak dapat berkomunikasi.
Pada diabetes insipidus sentral yang komplit biasanya diperlukan terapi hormon
pengganti (hormonal replacement). DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressine)
merupakan obat pilihan utama untuk diabetes insipidus sentral.
Selain terapi hormon pengganti dapat juga dipakai terapi adjuvant yang secara fisiologis
mengatur keseimbangan air dengan cara : (1) Mengurangi jumlah air ke tubulus distal dan
collecting duct, (2) Memacu penglepasan ADH endogen, (3) Meningkatkan efek ADH
endogen yang masih ada pada tubulus ginjal.14
Obat-obatan yang biasa dipakai adalah antara lain:15
1. diuretik tiazid
Obat ini dapat dipakai pada diabetes insipidus baik sentral maupun nefrogenik. Obat ini
menyebabkan suatu antineuresis sementara, deplesi ECF ringan dan penurunan GFR.
Terjadi peningkatan reabsorbsi Na+ dan air pada nefron proksimal sehingga menyebabkan
berkurangnya air yang masuk ke tubulus distal dan collecting duct. Tetapi penurunan
EAVB (effective arterial blood volume) dapat menyebabkan terjadinya hipotensi
ortostatik.
2. Klorpropamid
Obat ini tidak dapat dipakai pada diabetes inipidus sentral komplit atau diabetes insipidus
nefrogenik. Hal ini disebabkan karena obat ini bekerja dengan cara meningkatkan efek
ADH yang masih ada terhadap tubulus ginjal dan mungkin pula dapat meningkatkan
penglepasan ADH dari hipofisis. Efek samping yang harus diperhatikan adalah timbulnya
hipoglikemia. Obat ini dapat dikombinasi dengan tiazid untuk mencapai efek maksimal.
3. Klofibrat
Klofibrat juga meningkatkan pelepasan ADH endogen. Klofibrat harus diberikan 4 kali
sehari, akan tetapi tidak menimbulkan hipoglikemia. Efek samping lain adalah gangguan
saluran cerna, miositis, gangguan fungsi hati.
Dapat dikombinasi dengan tiazid dan klorpropamid untuk dapat memperoleh efek
maksimal dan mengurangi efek samping pada diabetes insipidus sentral parsial.
4. Karbamazepin
Suatu anti konvulsan yang terutama efektif dalam pengobatan tic douloureux, mempunyai
efek seperti klofibrat tetapi hanya mempunyai sedikit kegunaan dan tidak dianjurkan
untuk dipakai secara rutin.
2.8 Komplikasi
1. Retardasi mental
Diabetes insipidus nefrogenik primer disertai dengan retardasi mental. Retardasi tersebut
lebih mungkin merupakan akibat dari episode dehidrasi hipertonik berulang daripada
akibat penyakitnya sendiri.14
2. Gagal tumbuh
Biasanya, kegagalan pertumbuhan diduga diakibatkan oleh masukkan kalori yang tidak
cukup karena masukan cairan yang berlebihan, tetapi sekarang tampaknya kegagalan
pertumbuhan tersebut bersifat intrinsic karena keadaan homozigot.14
2.9 Prognosis
Diabetes insipidus nefrogenik primer merupakan penyakit seumur hidup dengan
prognosis baik jika dehidrasi hipernatremik dapat dihindari. Konseling genetic harus
diberikan pada keluarganya. Prognosis bentuk penyakit sekunder tergantung pada sifat
gangguan primer. Sindrom ini dapat sembuh sesudah koreksi lesi obstruktif.(13)
BAB III
PENUTUP
Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon
antidiuretik(ADH) yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan
pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri). Diabetes Insipidus
dibagi menjadi dua yaitu diabetes insipidus sentral dan diabetes insipidus nefrogenik.
Etiopatogenesis pada diabetes insipidus dibagi menjadi 2, antara lain: (1) Diabetes
Insipidus Sentralis ( DIS ) disebabkan oleh pengangkutan ADH/AVP yang tidak bekerja
dengan baik akibat rusaknya akson pada traktus supraoptikohipofisealis, sintesis ADH
terganggu, kerusakan pada nucleus supraoptik paraventricular, Gagalnya pengeluaran
Vasopresin. (2) Diabetes Insipidus Nefrogenik ( DIN ) disebabkan oleh ginjal yang tidak
responsive terhadap ADH eksogen.
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Diagnosis
untuk menegakkan Diabetes insipidus adalah dengan melakukan anamnesa dan
pemeriksaan. Adapun diagnosis banding pada diabetes inipidus antara lain : Kelainan
ginjal, hipokalemia dan hiperkalsemia, insufisiensi adrenal, diantaranya yaitu salt-losing
syndrome, dan polidipsia psikogenik. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
menegakkan diabetes insipidus adalah Fluid deprivation menurut martin Goldberg,
Hickey Hare atau Carter-Robbins test, uji haus, masukan air, uji nikotin, dan uji
Vasopresin. Komplikasi pada Diabetes insipidus nefrogenik primer dapat disertai dengan
retardasi mental. Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang
ditimbulkannya. DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressine) merupakan obat pilihan
utama untuk diabetes insipidus sentral. Obat-obatan yang biasa dipakai adalah antara lain
adalah : diuretik tiazid, Klorpropamid, Klofibrat, Karbamazepin. Prognosis pada Diabetes
insipidus nefrogenik primer merupakan penyakit seumur hidup dengan baik jika dehidrasi
hipernatremik dapat dihindari.
Daftar Pustaka
1. Asman Boedi Santoso. Diabetes Insipidus. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta, FK UI, hal 816
2. National Kidney and urologic Disease Information Clearinghouse. 2009. Diabetes
insipidus. From http://www.niddk.org. Diakses 6 November 2011.
3. Askep Diabetes Insipidus.2009. from http//www.medikastrore.com diakses 6 november
2011
4. Mahmud.2009. Definisi dan Etiologi Diabetes Insipidus . From
http://www.perisaihusada.net. Diakses 6 November 2011
5. C.B. Pender dan Clarke Fraser. 2009. Dominant Inheritance Of Diabetes
Insipidus: A Family Study. American Academy of Pediatrics ournal, 15 : 246-
254
6. Makaryus, A M. McFarlane, S I. 2006.Diabetes Insipidus: Diagnosis and Treatment of
Complex Disease. Cleaveland Clinic Journal Of Medicine. 73(1): 65-71
7. Fujiwara, T M. Bichet, D G. 2005.Molecular Biology of Hereditary Diabetes
Insipidus.J Am Soc Nephrol16: 2836–2846
8. Kumar, S. Berl. T. 2007. Disease of Water Metabolism.Atlas of Disease of the Kidney
vol. 1: 1-22.ISN Informatics Commission
9. Sands, J M. Bichet, D G. 2006.Nephrogenic Diabetes Insipidus.Ann Intern Med. 144:
186-194
10. Kumar, S. Berl. T. 2007. Disease of Water Metabolism.Atlas of Disease of the Kidney
vol. 1: 1-22.ISN Informatics Commission
11. Endokrinologi Anak. Dalam : Manual textbook of Nelson’s Pediatrics
12. Gardner, D G. Shoback, D M. Greenspan, F S. 2007.Greenspan's Basic & Clinical
Endocrinology. McGraw-Hill Medical.
13. Abdelaxis Elamin,2009,Diabetes Insipidus. Deparment of Child Health and Pediatric
Endocrinologist Sultan Quaboos University