New Microsoft Office Word Document

download New Microsoft Office Word Document

of 103

Transcript of New Microsoft Office Word Document

.Teknik Analisis Data Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dimana data dan informasi diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara kualitatif, dengan titik berat pada penjelasan hubungan kausalitas antara variabel indikator, tehnik analisis data yang dilakukan meliputi: (1) reduksi data, berarti merangkum, memilihdan memfokusan pada hal-hal penting, sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. (2) penyajian data, setelah proses reduksi data selanjutnya data diolah lagi dengan menyusun atau menyajikannya yang sesuai dengan keadaan data, (3) verifikasi data, pemeriksaan tentang kebenaran laporan/pernyataan responden, dan penarikan kesimpulan, dari proses penyajian data, peneliti

menghasilkan pemahaman dan pengertian yang mendalam tentang keseluruhan data yang diolah. Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dan secara teknis penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan analisis kinerja Guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah yang berprestasi merupakan dambaan setiap komponen masyarakat, perhatian besar terhadap kualitas dan kuantitas out put sekolah yang dihasilkan

seharusnya yang utama. Dalam kondisi seperti ini jelas sulit diharapkan untuk mewujudkan sekolah berprestasi apalagi kalau guru yang mempunyai masalah khusus didalam melaksanakan tugas dan fungsinya guna mewujudkan tanggung jawabnya sebagai tenaga pengajar dan pendidik untuk melakukan inovasi pada aktivitas

pembelajarannya, sehingga beban tugas yang berlebihan diberikan kepada guru akan mempengaruhi kinerjanya, serta masalah kurang tersedianya sarana dan prasarana sebagai alat pendukung yaitu laboratorium dan perpustakaan. 1

Berkaitan dengan terwujudnya sekolah berprestasi, guru yang diposisikan sebagai posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pendidikan. Kinerja guru didalam meningkatkan kinerjanya seharusnya ke arah yang lebih baik, sehingga yang dilakukan kedepan akan lebih baik dari kemarin. Berkaitan dengan terwujudnya sekolah berprestasi, hal itu tidak terlepas dari kinerja guru di sekolah di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Kinerja guru dapat dilihat sejauh mana kinerja tersebut dapat memberikan hasil yang baik terhadap peserta didiknya. Guru sebagai fasilitator dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya harus memilki kinerja yang baik dalam menyusun dan membuat perangkat pembelajaran seperti RPP, media belajar, sistem penilaian berdasarkan arah kurikulum dari kepala sekolah. Namun jika kegiatan pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Maka masalah kinerja guru tidak akan sesuai dengan harapan dan kenyataan yang ada pada sekolah tersebut. Guru harus memiliki kemampuan mengelola dan mengorganisir tugas dan fungsinya sebagai seorang tenaga pendidik dan pengajar. Dalam perspektif desentralisasi pendidikan, kepala sekolah merupakan figur sentral yang harus menjadi teladan bagi para tenaga kependidikan di sekolah. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan dalam perubahan-perubahan yang dilakukan dan diharapkan, perlu

dipersiapkan

kepala

sekolah

profesional

yang

mau

dan

mampu

melakukan

perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi terhadap kinerja guru. Guru sebagai tenaga pengajar merupakan motor penggerak dalam dunia pendidikan yang secara langsung mempengaruhi pengembangan kemampuan potensi anak didik menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral. Setiap

penyelenggaraan jenjang pendidikan pada hakikatnya diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional, yang prosesnya dilakukan oleh guru yang tugasnya

adalah mengajar, mendidik, melatih dan mengevaluasi anak didik dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai komponen yang paling memegang peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa, mempunyai peran sebagai informator, organisator, motivator, direktor, inisiator, fasilitator, mediator dan evaluator (Sardiman, 2006:32). Seharusnya dan sepantasnyalah seorang guru memiliki peran sesuai dengan tugas utamanya yang ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 Bab I Pasal 1 bahwa guru sebagai pendidik professional, guru mempunyai tugas utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Di Bab lain yakni Bab IV Pasal 52 ayat 1 dinyatakan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok; (1) merencanakan proses pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, (3) menilai hasil belajar siswa, (4) membimbing dan melatih peserta didik dan (5). Dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan peran guru dinilai tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Beberapa aspek utama yang merupakan kecakapan serta pengetahuan dasar bagi guru, seperti diuraikan Sardiman (2006:35), yaitu: (1) guru harus dapat memahami dan menempatkan kedewasaannya, (2) guru harus mengenal diri siswanya, (3) guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan, (4) guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas, serta (5) guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan. Sehingga apa yang diajarkan kepada siswa dapat bermanfaat bagi dirinya, agama serta bagi bangsanya. Dalam hal memahami dan menempatkan kedewasaannya, sebagai pendidik guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan. Akan tetapi pada

kenyataannya guru selalu melakukan kesalahan yang disengaja atau tidak karena beberapa faktor yang dapat memepengaruhi sikap atau cara mengajar guru didalam kelas. Seorang guru di haruskan mampu mengajar tanpa mempunyai beban yang dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku yang tidak wajar didalam kelas. Adanya tekanantekanan dan faktor psikologi yang dialami akan mempengaruhi dari hasil atau kinerja guru itu sendiri. Guru lebih mempunyai semangat dalam mengajar, apabila kepala sekolah memperhatikan dari masalah otoritas dan tanggung jawabnya sebagai guru harus mempunyai tambahan insentif sebagai penghasilan tambahan, disiplin dalam arti ketepatan didalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik dan harus disesuaikan waktu dan tata tertib yang berlaku pada sekolah ini, serta dukungan dari kepala sekolah baik dari pemimpin itu sendiri, maupun dari sesama rekan guru lainnya dan yang paling penting adalah kelengkapan didalam proses belajar mengajar yaitu sarana dan prasarana sebagai kebutuhan utama didalam proses belajar mengajar

didalam kelas. Sebab tanpa hasil yang yang dicapai terhadap keberhasilan seorang peserta didik, maka tidak akan mungkin dapat berkembang dan berubah sesuai

dengan pengalaman berdasarkan minat dan kebutuhan yang ingin dicapainya menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini yang tumbuh dengan

pesatnya, sehingga membawa akibat dan perilaku dalam berbagai kehidupan manusia itu sendiri. Berdasarkan Pasal 35 ayat (1) UU 14 / 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Pasal 52 ayat (1) PP 74 / 2008 tentang Guru dinyatakan bahwa Beban Kerja Guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Selanjutnya, dalam Pasal 35 ayat (2) UU 14 / 2005 dan Pasal 52 ayat (2) PP 74 / 2008 dinyatakan bahwa Beban Kerja Guru adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Ketentuan mengenai Beban Kerja Guru secara jelas dan terinci diatur dalam Pasal 52, Pasal 53 dan Pasal 54 PP 74 / 2008. Pencapaian kinerja guru ini sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang diangggap bisa mengorganisir sumber daya lainnya. Salah satu sumber daya manusia yang dimaksud adalah sumber daya yang dimiliki oleh pimpinan pada tingkat satuan pendidilkan, dalam hal ini adalah kepala sekolah (Simamora, 1999).Dalam konteks administrasi pendidikan kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan organisasi untuk mencapai tujuan pendidikan dengan mengarahkan sumber daya yang ada di sekolah termasuk guru, sebagai salah satu aspek penentu

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan khususnya di sekolah adalah kepala sekolah dimana dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya akan mewujudkan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sehingga guru akan termotivasi melakukan tugas dan perannya secara sadar dan bertanggung jawab sesuai dari arah dan tujuan yang akan dicapai. Peningkatan kompetensi guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan melalui pelatihan/penataran, diantaranya pertemuan guru mata pelajaran, studi banding ke sekolah-sekolah lain serta penelitian yang berhubungan dengan tindakan kelas. Kegiatan tersebut selalu oleh SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu dengan harapan dapat menemukan pendekatan alternatif dan pemecahan masalah yang berhubungan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kinerja guru yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas sekolah. Namun demikian fenomena yang ada di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan tersebut belum memberikan kontribusi yang berarti dalam pelaksanaan tugas guru di kelas. Hal ini dapat dilihat dari segi kualitas dan produktivitas tamatan sekolah yang menunjukkan prestasi yang minim. Fenomena di atas diduga belum optimalnya kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

membimbing/melatih, serta melaksanakan tugas tambahan. Guru dalam melaksanakan tugasnya belum melakukannya secara optimal, seperti persiapan materi pelajaran, pengalokasian waktu, pemilihan media dan pemilihan metode mengajar. Minimnya

persiapan tersebut akan berimplikasi pada pelaksanaan tugas dalam penyajian materi di kelas. Melihat kompleksitas tugas mengajar guru diperlukan persiapan yang matang, pelaksanaan yang sistematis dan tindakan evaluasi untuk melihat sejauh mana keefektifan pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, sebagai umpan balik dalam melaksankan tugas mengajar. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait analisis kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu didalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang fenomena yang terjadi sehingga akan diuraikan di dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu? 2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu? C. Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan pada latar belakang. Tujuan penelitian yang akan dicapai lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan gambaran kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. 2. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu

. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini mencakup: 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan referensi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan bidang pendidikan untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan. 2. Manfaat praktis 1. Sebagai referensi bagi Departemen Pendididkan Nasional khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu selaku Pembina pengelola tehnis persekolahan, sehingga tujuan pembangunan sumber daya manusia guru tercapai secara maksimal. 2. Sebagai sumber bahan informasi dan sumbangsi nyata peneliti bagi segenap guru dan staf administrasi sebagai komponen sekolah dalam rangka perbaikan sistem kinerja guru pada sekolah lain akan berubah ke arah yang lebih baik. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian yang mengkaji permasalahan atau topik yang relevan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Guru

Kinerja oleh para ahli banyak memberikan defenisi yang berbeda, tetapi pada hakekatnya kinerja mengarah pada suatu upaya untuk mencapai prestasi kerja yang lebih baik dari sebelumnya.Pengertian kinerja dan kerja memiliki makna yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari pendapat berikut: Yandianto dalam kamus bahasa Indonesia (1997:65) mengemukakan bahwa kerja adalah pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Benneth, dalam Ismaya (2003:161) mengemukakan bahwa kerja adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Orientasi manusia dalam melakukan kerja meliputi: 1. orientasi ekonomi (instruksional): pekerja memandang pekerjaan dari sudut uang yang didapat. 2. orientasi sosial (relasional): pekerja sebagai suatu lingkungan sosial yang diminati oleh hubungan interpersonal/loyalitas personal. 3. orientasi psikologi (personal): pekerja mengembangkan diri dan memenuhi

kebutuhannya dari pekerjaan yang dilakukannya. Setiap aktivitas seseorang pada hakikatnya merupakan suatu kinerja yang ditunjukkan, baik berdasarkan pikiran maupun perbuatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas kerja. Mangkunegara (2005: 80) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Sementara Hasibuan (2003: 80) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan.

Kedua pendapat di atas menekankan kinerja sebagai kemampuan dalam melaksanakan proses pekerjaan dan hasil kerja yang dicapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2001:503), kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Sedangkan Mulyasa (2004:136) mengemukakan kinerja adalah sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Berdasarkan berbagai rumusan para ahli di atas, maka kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan dalam melaksanakan suatu proses pekerjaan dan hasil pekerjaan yang dicapai seseorang dalam waktu tertentu, baik dari segi kualitas maupun kuantitas kerja dalam periode waktu tertentu. Selanjutnya menurut Mangkunegara (2005:16) kinerja guru tersebut tak bisa dipungkiri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut: 1. Faktor individu. Secara psikologis individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi yang baik, yang merupakan modal utama untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi secara optimal dalam melaksanakan kegiatan dan aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Faktor lingkungan. Lingkungan kerja sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, dan target kerja yang memadai. Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok.

Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan tugas tambahan, misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket. Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, idealnya guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran saja sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat

pendidiknya. Disamping itu, guru juga akan terlibat dalam kegiatan manajerial sekolah/madrasah antara lain penerimaan siswa baru (PSB), penyusunan kurikulum dan perangkatnya, Ujian Nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan lain. Tugas guru dalam manajemen sekolah/madrasah tersebut secara spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah/madrasah tempat guru bertugas. 1. Jam kerja Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Alokasi waktu tatap muka pada tiap jenjang pendidikan berbeda, pada jenjang TK satu jam tatap muka dilaksanakan selama 30 menit, pada jenjang SD 35 menit, pada jenjang SMP 40 menit, sedangkan pada jenjang SMA dan SMK selama 45 menit. Beban kerja guru untuk melaksanakan kegiatan tatap muka tersebut merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) dalam 1 (satu) minggu.

Lebih lanjut Pasal 52 ayat (3) menyatakan bahwa pemenuhan beban kerja tersebut dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam)jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran mingguan yang dilaksanakan secara terus-menerus selama paling sedikit 1 (satu) semester. Kegiatan tatap muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu dalam 1 (satu) semester. Khusus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada kalanya jadwal pelajaran tidak disusun secara mingguan, tapi menggunakan sistem blok atau perpaduan antara sistem mingguan dan blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis semesteran, tahunan, atau bahkan dalam 3 (tiga) tahunan. 2. Tatap Muka Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, bagian penjelasan Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa istilah tatap muka berlaku untuk pelaksanaan beban kerja guru yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian yang dapat dihitung sebagai tatap muka guru adalah alokasi jam mata pelajaran dalam 1 (satu) minggu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/ madrasah. Kinerja guru sebagai prestasi yang dicapai seorang guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan ukuran yang berlaku bagi pekerjaannya. Kinerja guru berhubungan positif dengan penghargaan kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap kinerja guru, sikap persahabatan kepala sekolah terhadap guru dan lain sebagainya. Kesanggupan memberikan indikasi tentang berbagai kemungkinan prestasi. Usaha (effort) merupakan fungsi dari memenuhi kebutuhan, sasaran, harapan, dan

imbalan. Kemampuan besar di dalam diri manusia dapat direalisasikan, namun bergantung pada tingkat motivasi individu atau kelompok untuk mencurahkan usaha fisik dan mentalnya. Tetapi prestasi tidak akan muncul apabila manajer tidak memberikan kesempatan (opportunity). Prawirosentono (1999:96) bahwa keterampilan dan kemampuan mempunyai kontribusi terhadap kinerja seseorang:. Faktor

keterampilan dan kemampuan dalam diri seseorang berpengaruh terhadap prestasi kerja, sehingga jika seseorang akan berprestasi dalam kerjanya harus memiliki keterampilan dan kemampuan dalam bidang kinerjanya. Ditinjau dari segi proses, maka kinerja guru dikatakan efektif apabila perilaku guru memenuhi standar performans yang telah ditentukan, hal ini terlihat dalam proses pelaksanaan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya yaitu bagaimana mempersiapkan hal-hal yang dapat meningkatkan efektifitas kinerja. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki jenis kerja sebagai berikut: a. Merencanakan Pembelajaran Perencanaan merupakan aspek penting dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan dalam bidang pendidikan. Tanpa adanya suatu perencanaan yang matang maka pelaksanaan pengajaran tidak akan memberikan hasil secara efektif dan efisien. Mulyasa (2004:48) menyatakan bahwa kegiatan perencanaan sedikitnya memiliki dua fungsi utama yaitu: (1)perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumbersumber yang dapat disediakan, dan (2) perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. program pendidikan

Depdiknas (2000:89) menyatakan bahwa penyusunan persiapan mengajar bertujuan agar kegiatan belajar mengajar terlaksana dengan lancer dan efektif sebagai umpan balik bagi guru untuk mengukur hasil belajar mengajar dan bahan supervise bagi kepala sekolah. Menurut Harjanto (1997:43), perencanaan pengajaran dapat menolong

pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan member peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Menurut Depdiknas (2000:91) kompetensi guru dalam perencanaan

pembelajaran meliputi: 1. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran; 2. Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang ditentukan; 3. Mengorganisir materi berdasarkan urutan dan kelompok; 4. Mengalokasikan waktu; 5. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai; 6. Merencanakan prosedur pembelajaran; 7. Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum dan bahan yang digunakan; 8. Menentukan sumber belajar yang sesuai (Buku, modul, program computer, dan sejenisnya); 9. Menentukan tehnik penilaian yang sesuai. Pada dasarnya perencanaan pengajaran meliputi: 1. Memberikan pemahaman kepada guru tenang tujuan pengajaran; 2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap tujuan pendidikan;

3. Mempersiapkan prosedur-prosedur pengajaran; 4. Membantu guru untuk mengenal kebutuhan, harapan dan dorongan motivasi belajar siswa; 5. Mengurangi kegiatan pengajaran yang bersifat uji coba. b. Melaksanakan Pembelajaran Kegiatan pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pembelajaran. Kegiatan terpenting dalam proses pembelajaran adalah menciptakan kondisi dan situasi dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasil guna. Selain itu kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa sehingga proses komunikasi baik dua arah maupun multi arah antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran dapat berjalan secara demokratis. Gagne dan Bringgs, dalam Suparman, (2001:34) menyebutkan urutan langkahlangkah kegiatan instruksional sebagai berikut: (1) member motivasi dan menarik perhatian, (2) menjelaskan tujuan instruksional kepada siswa, (3) meningkatkan kompetensi prasyarat, (4) member stimulus (masalah, topik, konsep), (5) member petunjuk belajar, (6) menimbulkan penampilan siswa, (7) member umpan balik, (8) menilai penampilan, (9) menyimpulkan. Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Penjelasan kegiatan tatap muka adalah sebagai berikut:

Kegiatan tatap muka atau pembelajaran terdiri dari kegiatan penyampaian materi pelajaran, membimbing dan melatih peserta didik terkait dengan materi pelajaran, dan menilai hasil belajar yang terintegrasi dengan pembelajaran dalam kegiatan tatap muka, menilai hasil belajar yang terintegrasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka antara lain berupa penilaian akhir pertemuan atau penilaian akhir tiap pokok bahasan merupakan bagian dari kegiatan tatap muka, kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung atau termediasi dengan menggunakan media antara lain video, modul mandiri, kegiata observasi/eksplorasi, kegiatan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan, Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah. Sebelum

pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru diharapkan melakukan persiapan, antara lain pengecekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi. c. Menilai (evaluasi pengajaran) Menurut Raffi (1995:114), evaluasi merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Bukka (2005:76), evaluasi program adalah proses bertujuan untuk: (1) menentukan standar program, (2) menentukan apakah terdapat perbedaan antara beberapa aspek pelaksanaan program dan standar yang diberlakukan atas aspekaspek program, dan (3) menggunakan informasi tentang perbedaan tersebut, baik untuk mengubah pelaksanaan maupun untuk mengubah standar program.

Menurut Beeby (dalam Suke, 1991:96), evaluasi adalah pengumpulan dan penafsiran bukti-bukti, secara sitematis sebagai bagian dari proses, yang menjurus kepada pendugaan nilai dengan suatu telaah terhadap kegiatan yang ada. Evaluasi dari Beeby mempunyai empat komponen: evaluasi adalah system pengumpulan dan penafsiran fakta, petunjuk, sebagai suatu bagian dari proses pembuatan keputusan, nilai dengan pandangan dalam kegiatan. Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Melalui penilaian hasil

pembelajaran diperoleh informasi yang bermakna untuk meningkatkan proses pembelajaran berikutnya serta pengambilan keputusan lainnya. Menilai hasil

pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi dengan tatap muka seperti ulangan harian dan kegiatan menilai hasil belajar dalam waktu tertentu seperti ujian tengah semester dan akhir semester. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes. Penilaian nontes dapat berupa pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik atau produk jasa. 1) Penilaian dengan tes. Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ulangan harian, tengah semester, dan ujian akhir semester. Tes ini dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditentukan. Tes tertulis dan tes lisan dapat dilakukan untuk mengevaluasi hasil belajar di dalam kelas. Pengolahan hasil tes dilakukan di luar jadwal pelaksanaan tes.

2)

Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap. Pengamatan dan pengukuran sikap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, dilaksanakan oleh guru dengan tujuan untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis atau lisan. Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dengan proses tatap muka, dan atau di luar kelas. Pengamatan dan pengukuran sikap yang dilaksanakan di luar kelas merupakan kegiatan di luar jadwal tatap muka.

3) Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya. Penilaian hasil karya peserta didik dalam bentuk tugas, proyek fisik atau produk jasa, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di luar jadwal tatap muka. Adakalanya dalam penilaian ini, guru harus menghadirkan peserta didik agar untuk menghindari kesalahan pemahaman dari guru, jika informasi dari peserta didik belum sempurna. d. Membimbing dan melatih peserta didik. Menurut Raffi (1995:75), membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga kategori yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam proses tatap muka, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler. 1) Bimbingan dan latihan pada proses tatap muka. Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan dan latihan yang dilakukan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. 2) Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler. Bimbingan dalam kegiatan intrakurikuler terdiri dari pembelajaran perbaikan (remedial teaching) dan pengayaan (enrichment) pada mata pelajaran yang diampu guru. Kegiatan pembelajaran perbaikan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum

menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam setiap pembelajaran. Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah menguasai kompetensi yang ditentukan lebih cepat dari alokasi waktu yang ditetapkan dengan tujuan untuk memperluas atau memperkaya perbendaharaan kompetensi. Bimbingan dan latihan intrakurikuler dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan dengan kebutuhan, tidak harus dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu. 3) Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik.

Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain adalah: pramuka, olimpiade/lomba kompetensi siswa, olahraga, kesenian karya ilmiah remaja, kerohanian, paskibra, pecinta alam, palang merah remaja (PMR), jurnalistik, unit kesehatan sekolah (UKS), fotografi. e. Melaksanakan Tugas Tambahan. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat (7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi. Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket, kepala laboratorium, kepala perpustakaan.

Tugas tambahan guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan beban kerja (tugas tambahan guru) antara lain: 1. mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar berbagai mata pelajaran yang tidak ada guru mata pelajarannya pada satuan pendidikan lain; 2. mengelola taman bacaan masyarakat (TBM); 3. menjadi tutor program Paket A, Paket B, Paket C, Paket C Kejuruan atau program pendidikan keaksaraan; 4. menjadi guru bina atau guru pamong pada sekolah terbuka; 5. menjadi pengelola kegiatan keagamaan; 6. mengelola Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri; 7. sebagai guru inti/instruktur/tutor pada kegiatan Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG/MGMP); 8. membina kegiatan mandiri terstruktur dalam bentuk pemberian tugas kepada peserta didik; 9. membina kegiatan ektrakurikuler dalam bentuk kegiatan Praja Muda Karana (Pramuka), Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa, Olahraga, Kesenian, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Kerohanian, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Pecinta Alam (PA), Palang Merah Remaja (PMR), Jurnalistik/Fotografi, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan

sebagainya; 10. membina pengembangan diri peserta didik dalam bentuk kegiatan pelayanan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, sikap, dan perilaku siswa dalam belajar serta kehidupan pribadi, sosial, dan pengembangan karir diri;

11. kegiatan lain yang berkaitan dengan pendidikan masyarakat dan dilakukan secara rutin dan berkelanjutan; 12. Kegiatan pembelajaran bertim (team teaching) dan/atau; 13. Kegiatan pembelajaran perbaikan (remedial teaching). Munasef (1983:23) mengatakan bahwa prestasi kerja adalah kemampuan seseorang dalam usaha mencapai hasil kerja yang lebih baik/lebih menonjol kearah tercapainya tujuan organisasi, sedangkan Moenir (1983) mendefinisikan kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja orang pada waktu atau ukuran tertentu. Kinerja adalah tingkat terhadap mana para guru mencapai persayaratan-persayaratan pekerjaan (Simamora, 1997:34). Kinerja guru adalah penampilan hasil kerja guru baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu suatu sekolah. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja seseorang. Penampilan hasil kerja tidak terbatas kepada orang yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan kerja atau kegiatan yang dilakukan orang di dalam tempat orang itu bekerja. Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kinerja guru adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu sekolah atau kantor. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh kelompok dalam periode tertentu. Hal tersebut sesuai dengan konsep kinerja yang terbagi dalam 3 (tiga) bagian yakni: 1) kinerja individu, 2) kinerja kelompok, 3) kinerja organisasi (Simamora, 1997).

Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu: tujuan, ukuran, dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan setiap orang. Walaupun demikian,

penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seseorang telah mencapai kinerja yang telah diharapkan. Untuk setiap tugas dan jabatan orang memegang peranan penting. Aspek ketiga dari dari definisi kinerja adalah penilaian. Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap orang. Tindakan ini akan membuat orang untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional, dan penilaian mempunyai peran penting dalam meningkatkan

motivasi orang .Identifikasi yang akurat tentang penyebab-penyebab kinerja orang adalah sesuatu yang fundamental bagi pengawasan yang baik serta pembuatan keputusan yang lebih efektif dalam strategi-strategi yang baik terhadap perbaikan kinerja. Gibson (1994:71) berpendapat bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh orang sehubungan dengan posisinya .Sedangkan menurut Kast & Rosenzweig (2002:29), kinerja meliputi seluruh tujuan usaha bagi manajer tingkat bawah, kinerja adalah sasaran yang membantu pencapaian keseluruhan misi. Untuk setiap tugas manajemen adalah mencapai kinerja yang diukur dengan kriteria yang relevan. Kinerja setiap manajer dan setiap unit sangat ditentukan oleh status dalam jenjang lingkup tugas dan wewenangnya. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja

adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas. Secara umum ada tiga perangkat kriteria yang populer dalam mengevaluasi kinerja pegawai (guru) yaitu: (1) hasil tugas individual, (2) perilaku kerja, dan (3) ciri individu (Robbins, 1996). Untuk mengukur hasil tugas individual, maka yang dievaluasi adalah hasil tugas dari orang atau apa produk yang dihasilkan, bukan bagaimana caranya mencapai hasil tersebut. Pada umumnya hasil kerja pegawai dapat dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu berupa data atau informasi, jasa dan benda (Sujak, 1990:98), sedangkan evaluasi pengukuran hasil kerja, biasanya dilihat dari kuantitas dan kualitas item atau produk yang dihasilkan, serta banyaknya kesalahan atau tingkat kerusakan menurut Simamora, (1997:69). Kualitas atau mutu kerja yang dijalankan atau diukur dari ketepatan, keterampilan, ketelitian dan kerapihan hasil kerja, sementara kuantitas kerja disamping diukur dari jumlah keluaran, juga perlu dilihat seberapa cepat si guru dapat menyelesaikan tugas-tugas ekstra atau mendesak. Ukuran kinerja adalah ancangan yang memandang kinerja (efektivitas) berpusat pada satu kriteria evaluasi. Ukuran efektivitas multi dimensi mengembangkan model dengan berbagai kriteria berbeda secara serempak. Kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seseorang Guru akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara mengajar di dalam kelas.

Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah. Kinerja guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan di luar kelas dengan sebaik-baiknya. Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru pada dasarnya merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah. Dapat menggambarkan mengenai prestasi kerjanya dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki keahlian dan kwalifikasi tertentu sebagai guru. Kinerja Guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya di sekolah khususnya dalam proses pembelajaran dalam konteks sekarang ini memerlukan pengembangan dan perubahan kearah yang lebih inovatif. Kinerja inovatif guru menjadi inovasi pendidikan dalam hal yang penting bagi berhasilnya rangka meningkatkan kualitas

implementasi

pendidikan/pembelajaran. Guru menerima pekerjaan sebagai pendidik, jika mempersiapkan diri dengan kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan yang dituntut oleh sekolah. Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kualitas kinerja guru

merupakan suatu kontribusi penting yang akan menentukan bagi keberhasilan proses

pendidikan di Sekolah. Oleh karena itu, perhatian terhadap kinerja guru untuk terus meningkat dan ditingkatkan menjadi hal yang amat mendesak, apalagi apabila memperhatikan tuntutan masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja akan berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas kinerja guru. Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah thing done (sesuatu hasil yang telah dikerjakan). Jadi arti performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu sekolah, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Mangkunegara (2005:67), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja seseorang berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang. Menurut Sulistiyani (2003:223) kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Sedangkan menurut Rivai (2004:309), kinerja adalah: merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan guru sesuai dengan perannya di sekolah.

Sedangkan menurut Malayu (2005:34) mengemukakan bahwa; kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai kinerja di atas, penulis

berkesimpulan bahwa kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Dengan kata lain, kinerja adalah perumusan tujuan, terdapatnya kerja sama, sifatnya berkelanjutan, terjadi komunikasi dua arah dan terdapat umpan balik. Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, staf administrasi, maupun peserta didiknya. Pidarta (Susanto, 2000:2) mengemukakan bahwa, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) fasilitas kerja, (3) harapan-harapan, dan, (4) kepercayaan personalia sekolah. David . Mc Cleland (dalam Mangkunegara, 2001:68), berpendapat bahwa, Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Sedangkan Gibson (dalam Abdullah, 2008:43) mengemukakan tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu: (a) Faktor individu, terdiri dari; kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang; (b) Faktor psikologis, seperti; persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi

dan kepuasan kerja; dan,(c) Faktor organisasi, yaitu; struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). Menurut Ilyas (2006:234), unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut: 1. Kesetiaan; adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab. 2. Prestasi kerja; adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. 3. Tanggung Jawab; adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. 4. Ketaatan; adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan, peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang. 5. Kejujuran; adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya. 6. Kerja sama; adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. 7. Prakarsa; adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasan, dan 8. Kepemimpinan; adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan membimbing guru untuk melaksanakan KBM terutama kegiatan merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran mengarah pada tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan hal di atas, ada beragam pandangan ilmuan yang dikemukakan mengenai kinerja atau prestasi. Secara etimologis, kinerja berasal dari kata performance yang berarti prestasi kerja, Sebagaimana dikemukakan Gibson,

Ivancevich, & Donnely (1994:20) yang mengatakan bahwa kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik dan kependidikakan sesuai dengan latar belakang ilmunya, guru dituntut dapat memahami siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan, melengkapi perangkat pembelajaran, melakukan evaluasi terhadap pembelajaran, dan membimbing serta mengarahkan siswa dalam pengembangan potensi diri dalam belajar untuk mencapai hasil belajar yang baik. Guru selaku salah satu komponen utama dan terpenting sekaligus sebagai anggota organisasi sekolah pada prinsipnya harus memiliki kinerja yang baik dalam rangka mendukung dan melaksanakan kegiatan pembelajaran pengajaran terhadap anak didiknya. B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja Guru

Umumnya setiap program yang dilaksanakan di sekolah menghadapi sejumlah masalah seperti daya dukung stake holder yang rendah, baik dari sisi pelaksanaan dan alokasi anggaran yang terbatas, dan tidak merata dan menyeluruhnya pelaksanaan program sehingga berakibat pada rendahnya partisipasi aktif seluruh komponen sekolah seperti guru dan staf, yang kemudian dapat dikatakan sebagai faktor penghambat keberhasilan suatu kinerja. Namun demikian, potensi sumber daya manusia seluruh komponen sekolah merupakan kekuatan/pendukung yang dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan bila mana kepala sekolah sebagai pemimpin jeli terhadap hal tersebut.

Penghambat Kinerja Guru

Ada beberapa komponen pokok yang perlu diperhatikan sehingga kehidupan organisasi sekolah dapat berjalan dinamis dan efektif. Komponen itu dapat menjadi kendala pada setiap organisasi, apapun dan dimanapun, yaitu: a. Sumber daya manusia Sumber daya manusia merupakan komponen utama dari organisasi yang dapat berpengaruh terhadap keefektifan organisasi baik pimpinan tingkat atas, pimpinan tingkat menengah, pimpinan tingkat bawah maupun tenaga professional. Keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam organisasi memang sangat menentukan efektif atau tidak efektifnya suatu organisasi. Tingkat kualitas sumber daya manusia dapat dilihat pada pendidikan formal, pendidikan professional, keterampilan, dan kesesuaian latar belakang dengan pekerjaannya. b. Dana Dana adalah faktor yang sangat penting bahkan menentukan di dalam setiap proses pencapaian tujuan organisasi. Setiap program atau kegiatan baik rutin maupun insidentil, baik berskala besar maupun skala kecil, semua itu tidak akan terlaksana tanpa adanya persediaan dana atau biaya yang cukup. Ketidakefektifan organisasi yang terjadi pada komponen-komponen sumber dana sangat cepat untuk diketahui, seperti biaya operasional, baik biaya tenaga kerja berupa gaji maupun biaya material. c. Sarana dan prasarana pendukung proses belajar mengajar Tersedianya sumber daya manusia yang handal tanpa didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan menjadi salah satu penghambat jalannya proses kerja dalam suatu organisasi. Sarana dan prasarana yang

baik akan mendukung efektifitas jalannya kegiatan dalam suatu organisasi, sehingga akan meningkatkan kinerja guru. 2. Faktor Pendukung Kinerja Guru Thoha (2002:54) mengemukakan bahwa faktor pendukung kinerja disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor individu (interinsik) berupa, kebutuhan, pengalaman, penghargaan, motivasi dan sebagainya dan faktor lingkungan organisasi (ekstrensik). a. Faktor interinsik; adalah suatu faktor yang dapat memberikan kepuasan kepada seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri orang yang bersangkutan, seperti motivasi, partisipasi, prestasi kerja. Faktor ini bukan dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk dorongan moril dari dalam diri. 1) Motivasi Motivasi adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukankegiatan-kegiatan tertentu, guna mencapai suatu tujuan. Motivasi kerja adalah sesuatu menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi pengajar berperan menumbuhkan gairah, rasa senang dan semangat mengajar. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. 2) Partisipasi Partisipasi merupakan keterliban diri seseorang dalam suatu kegiatan termasuk kerjasama yang terbangun dengan interpersonal dalam mencapai tujuan tertentu. 3) Prestasi kerja Dapat menimbulkan sikap positif yang selalu ingin melakukan pekerjaan dengan sukses. Prestasi kerja dapat meningkatkan motivasi yang bersangkutan.

b. Faktor ektrensif; adalah faktor yang dapat memberikan kepuasan kepada seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan. Faktor ekstrensif ini dapat berupa: 1) Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. 2) Kompensasi/Imbalan Imbalan merupakan kompensasi yang diterimanya atas jasa yang diberikan kepada organisasi. Masalah imbalan dipandang sebagai salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh manajemen suatu organisasi. Kepentingan para pekerja harus mendapat perhatian dalam arti bahwa kompensasi yang diterimanya atas jasa yang diberikan kepada organisasi harus memungkinkannya, mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai insan yang terhormat. Tegasnya kompensasi tersebut

memungkinkan mempertahankan taraf hidup yang wajar dan layak serta hudup mandiri tanpa menggantungkan pemenuhan berbagai jenis kebutuhannya pada orang lain. Sistem imbalan yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan memperkerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan perilaku positif bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi.

Menurut Tenner (2008:1) elemen-elemen pendukung untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan, yaitu elemen sumber daya menusia, dan non sumber daya manusia. 1. Sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah orang-orang yang terlibat atau terkait dengan penerapan sistem, mulai dari unsur pimpinan sampai dengan seluruh para pekerja atau bawahan. Keberhasilan lembaga pendidikan mencapai prestasi juga ditentukan oleh mereka dan sebagai penggerak utamanya adalah pemimpin dengan segala aspek kepemimpinannya. 2. Sumber daya non manusia. Sumber daya non manusia juga menjadi faktor penentu organisasi dalam mencapai keberhasilan di bidang kualitas. Sumber daya manusia yang dimaksudkan berupa sarana dan prasarana yang digunakan oleh sumber daya manusia yang ada dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui penggunaan sarana dan prasarana yang ada, semua aktivitas organisasi dapat tertopang secara lebih optimal. Selain itu, pemahaman terhadap kinerja kerja dapat pula difokuskan pada beberapa karakteristiknya. Beberapa karakteristik dalam kinerja guru adalah didalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, memiliki komitmen jangka panjang, memerlukan kerjasama tim, memperbaiki proses secara berkelanjutan,

menyelenggarakan pendidikan kedepan. C. Kerangka konsep Kinerja guru akan mendapatkan hasil yang optimal, apabila diciptakan dan dikerjakan secara baik dan bersama-sama dengan komponen yang ada didalam sekolah. Baik bersama dengan kepala sekolah dan guru-guru serta dalam pengadaan sarana dan prasarana kerja yang selalu dapat memadai. Kepemimpinan yang efektif dapat tercipta apabila kepala sekolah juga dapat memiliki sifat, perilaku dan keterampilan yang baik untuk dapat memimpin sebuah organisasi sekolah. Apabila sekolah dapat menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana walaupun secara pelan-pelan, agar guru dapat bekerja dengan baik dan secara bertanggung jawab.

Kinerja guru yang dilakukan didalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik harus dapat memiliki kompetensi intelektual yang merupakan perangkat pengetahuan didalam setiap diri individu seorang guru. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas dan kuantitas dari hasil pendidikan yang didapatkan oleh siswa, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya di lembaga pendidikan sekolah. Namun kenyataan yang diperoleh bahwa kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu, guru lebih mempunyai semangat dalam mengajar, apabila kepala sekolah memperhatikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru tanpa ada beban lain, otoritas dan tanggung jawabnya sebagai guru harus mempunyai tambahan insentif sebagai penghasilan tambahan, disiplin dalam arti ketepatan didalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik dan harus disesuaikan waktu dan tata tertib yang berlaku pada sekolah ini, serta masalah inisiatif atau dukungan dari kepala sekolah baik dari pemimpin itu sendiri, maupun dari sesama rekan guru lainnya dan yang paling penting adalah kelengkapan didalam proses belajar mengajar yaitu sarana dan prasarana sebagai kebutuhan utama didalam proses belajar mengajar didalam kelas. Sebab tanpa hasil yang yang dicapai terhadap keberhasilan seorang peserta didik, maka tidak akan mungkin dapat berkembang dan berubah sesuai dengan

pengalaman berdasarkan minat dan kebutuhan yang ingin dicapainya menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini yang tumbuh dengan pesatnya, sehingga

membawa akibat dan perilaku dalam berbagai kehidupan manusia itu sendiri. Hal terpenting dalam penilaian kinerja guru adalah penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran, antara lain: a) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pengajaran, c) melaksanakan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, dan d) melakukan tindakan reflektif terhadap pembelajaran. Kerangka konsep penelitian dapat disederhanakan dalam skema sebagai berikut:

Gambar 1. Skema kerangka konsep

BAB III METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian dijelaskan secara berurutan, yaitu jenis dan lokasi penelitian, fokus dan desain penelitian, deskripsi fokus penelitian, informan, sumber data, dan tehnik pengumpulan data, tehnik pengabsahan data serta tehnik analisis data. A. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat kualitatif karena

bertujuan untuk mencari data dengan berinteraksi secara simbolik dengan informan atau subyek yang diteliti terkait dengan kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu beserta faktor yang menjadi penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu berada di Jalan Sungai Paremang, Desa Pammanu, Kecamatan Belopa Utara Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. B. Fokus dan Desain Penelitian 1. Fokus penelitian Penelitian ini memfokuskan pada kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa ditinjau dari indikator guru mencakup kegiatan pokok yaitu: 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) menilai hasil pembelajaran, 4) membimbing dan melatih peserta didik, 5) serta melaksanakan tugas tambahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa. 2. Desain penelitian

Penelitian

ini

merupakan

penelitian

deskriptif

yang

bertujuan

untuk

menggambarkan kinerja guru dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa. C. Deskripsi Fokus Penelitian Untuk memperoleh kesamaan persepsi tentang focus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan defenisi operasional sebagai berikut: 1. Kinerja adalah proses dan hasil kerja guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam kedudukannya sebagai anggota organisasi sekolah di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu, dengan indikator mencakup kegiatan pokok guru yaitu: 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) menilai hasil pembelajaran, 4) membimbing dan melatih peserta didik, 5) serta melaksanakan tugas tambahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. 2. Faktor faktor penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu adalah aspek yang dapat menghambat serta aspek yang dapat

membantu kelancaran dan terlaksananya tugas dan funsi pokok guru di sekolah D. Informan Dalam penelitian ini informan yang diambil secara purposive pengetahuan yang cukup luas serta memiliki

mampu menjelaskan keadaan sebenarnya

tentang obyek penelitian. Informan adalah orang yang berada pada tempat penelitian, artinya orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi masalah penelitian. Data yang dikumpulkan dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu: 1. Data primer, adalah informasi utama dari para nara sumber yang dianggap berkompeten dan dianggap memiliki otoritas dan pengetahuan terhadap

penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 2 Belopa dengan cara pengamatan langsung, dan wawancara dengan informan sebanyak 8 orang guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. 2. Data sekunder, yaitu informasi atau data yang diperoleh melalui laporan-laporan serta berbagai dokumen yang relevan untuk mendukung kajian teoritis dan kerangka konsep penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data Tenik pengumpulan data yang digunakan antara lain sebagai berikut: 1. Observasi Observasi dilakukan untuk mengungkap fenomena gambaran kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa yang dilakukan dengan mengunjungi sekolah yang menjadi

sasaran penelitian dan mengamati kondisi sekolah (sarana dan prasarana) 2. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab secara langsung dengan responden atau

informan untuk memberikan data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara dilakukan dengan terbuka dan tidak terstruktur. Hal ini berarti bahwa peneliti dapat bebas melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkompeten. Proses wawancara dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pelaksanaan wawancara diawali dengan menanyakan terlebih dahulu kesiapan informan untuk melakukan wawancara. b. Peneliti menyatakan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, dengan memperlihatkan salinan dan konsep proposal penelitian.

c. Meminta kesediaan waktu dan tempat kepada sumber data untuk kepentingan wawancara. d. Merekam informasi lisan yang diberikan sumber data atas item pertanyaan yang diajukan dalam sesi wawancara. Wawancara kepada informan dilakukan pada waktu pagi hingga sore hari (08.00 15.00 WITA) dengan pertimbangan informan mudah ditemui pada jam pelajaran sekolah. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data berupa dokumen atau informasi yang cukup signifikan dalam penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh, memperkuat dan mengkonfirmasi data yang di dapat melalui observasi dan wawancara. Data dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti berupa foto-foto kegiatan maupun dokumen-dokumen untuk mendukung analisis kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti umumnya mengikuti proses perencanaan yaitu merencanakan lamanya penelitian, waktu, biaya dan sasaran penelitian. Proses berikutnya, melaksanakan pengumpulan data yaitu melakukan wawancara dan dokumentasi sesuai sasaran penelitian yang disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan. Proses berikutnya adalah pengolahan data dan selanjutnya menarik kesimpulan. F. Teknik Pengabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan menggunakan tehnik triangulasi . Menurut Moleong dalam Iskandar (2008:230) bahwa penelitian yang

menggunakan tehnik triangulasi dalam pemeriksaan melalui sumbernya artinya membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan sumber informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Untu itu perlu diadakan pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data dengan cara: 1. membandingkan data hasil pegamatan dengan hasil pengamatan. 2. membandingkan apa yang diadakan oleh seseorang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; 3. membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4. membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain; 5. membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. G.Teknik Analisis Data Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dimana data dan informasi diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara kualitatif, dengan titik berat pada penjelasan hubungan kausalitas antara variabel indikator, tehnik analisis data yang dilakukan meliputi: (1) reduksi data, berarti merangkum, memilihdan memfokusan pada hal-hal penting, sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. (2) penyajian data, setelah proses reduksi data selanjutnya data diolah lagi dengan menyusun atau menyajikannya yang sesuai dengan keadaan data, (3) verifikasi data, pemeriksaan tentang kebenaran laporan/pernyataan

responden,

dan

penarikan

kesimpulan,

dari

proses

penyajian

data,

peneliti

menghasilkan pemahaman dan pengertian yang mendalam tentang keseluruhan data yang diolah. Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dan secara teknis penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan analisis kinerja Guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 2 Belopa beralamat di Jalan Sungai Paremang Desa Pammanu, Kecamatan Belopa Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan. Berdiri di atas lahan seluas 8715 M2, dan dengan luas bangunan 576 M2. Dari segi sarana dan prasarana, SMA Negeri 2 Belopa memiliki 15 Ruang Kelas Belajar (RKB) dengan

kondisi 5 diantaranya dalam keadaan rusak sehingga dibutuhkan upaya renovasi. Saat ini SMA Negeri 2 Belopa di pimpin oleh Bapak Drs. Munawar, M.Pd. Pada tahun pelajaran 2009-2010 jumlah siswa yang ditampung sebanyak 818 orang terdiri atas 21 rombongan belajar. Sebagai salah satu sekolah yang tergolong baru, SMA Negeri 2 Belopa dalam menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki visi; menjadikan SMA Negeri 2 Belopa sebagai sekolah yang bermutu, berkualitas, berdisiplin dan menciptakan generasi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan misinya adalah; meningkatkan prestasi dalam IPTEK dan IMTAQ, membentuk siswa menjadi generasi yang handal, meningkatkan semangat prestasi kerja yang dilandasi dengan kekeluargaan, dan keteladanan, mengarahkan siswa menjadi generasi mandiri, memiliki sikap gotong royong, saling menghormati, santun kepada orang tua, keluarga serta cinta tanah air. Oleh karena itu, pengembangan kelembagaan organisasi sekolah diorientasikan pada efisiensi dan efektivitas, yaitu: 1. Efisiensi dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada konsep minimaks (masukan minimum dan keluaran maksimum). 2. Efektivitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Berdasarkan dengan kinerja guru, maka SMA Negeri 2 Belopa mempunyai tujuan sekolah yaitu 1. Memiliki prestasi yang handal sehingga tingkat kelulusan siswa mampu menembus PTN 2. Mewujudkan manusia yang memiliki IQ, EQ, dan SQ, yang selaras dan seimbang. 3. Menumbuhkan sikap kreatif, onovatif dan dan bertanggung jawab serta memiliki jiwa kemandirian. Sekaitan dengan itu, tujuan sekolah SMA Negeri 2 Belopa dibagi dalam dua garis besar yaitu: 1. Tujuan Jangka Menengah. a) Penataan taman sekolah secara profesional dan kondusif bagi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. b) Meningkatkan prestasi belajar siswa . c) Meningkatkan kemampuan siswa untuk bersaing dengan sekolah lain baik tingkat Kabupaten, Propinsi maupun Nasioal. 2. Tujuan Jangka Panjang a) Menjadikan SMA Negeri 2 Belopa sebagai sekolah favorit atau unggulan. b) Menjadikan SMA Negeri 2 Belopa mampu bersaing dengan alumni SMA lainnya di tanah air pada SPMB baik Propinsi maupun Nasional. Adapun sasaran kebutuhan sekolah meliputi : 1. Aspek peningkatan manajemen sekolah a) Menjalin kerja sama dalam pengembangan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dengan semua komponen yang terkait.

b) Menyusun program kerja pengembangan manajemen dan melaksanakan program pengawasan dan pengendalian. c) Memajukan sekolah agar supaya handal dan profespional dengan mengutamakan nilai kejujuran,fleksibel,produktivitas, kretif dan inovatif 2. Aspek peningkatan manajemen sekolah a) Menjalin kerja sama dalam pengembangan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dengan semua komponen yang terkait. b) Menyusun program kerja pengembangan manajemen dan melaksanakan program pengawasan dan pengendalian. profespional dengan mengutamakan

c) Memajukan sekolah agar supaya handal dan

nilai kejujuran,fleksibel, produktivitas, kreatif dan inovatif 3. Aspek pengembangan kurikulum a) Materi pelajaran harus mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. b) Materi pembelajaran harus mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. c) Pengembangan alat bantu pembelajaran. d) Materi pembelajaran tidak dari satu sumber saja. e) Penetapan waktu pembelajaran harus ditetapkan berdasarkan pengalaman

penggunaan jam pembelajaran untuk mencapai suatu kemampuan dasar. f) Melakukan kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. g) Melakukan pembinaan olah raga kepada siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. 4. Aspek sistem pengujian a) Pengujian secara berkelanjutan

b) Pengujian harus mengacu pada kelangsungan proses mulai dari penentuan indikator sampai analisis hasil ujian c) Penilaian harus dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi dengan memperhatikan keutuhan kompetensi yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 5. Aspek Pembinaan Kesiswaan a) b) c) Peningkatan keterampilan di bidang teknologi informatika, Pengembangan kegiatan ekstra kurikuler. Peningkatan perluasan wawasan di bidang bahasa asing d) Peningkatan pembinaan dan latihan dasar kepemimpinan organisasi siswa. 6. Aspek Pengembangan Sarana / Prasarana a) b) c) Peningkatan pemberdayaan ruang praktek dan teori Pemberdayaan ruang pengelolaan dan administrasi kurikulum Pengembangan multi media soffware pembelajaran

7. Aspek Pengembangan Ketenagaan a) Peningkatan kualitas tenaga pendidikan melalui MGMP b) Mengadakan study banding c) Mengadakan kerja sama dengan tim pengembangan kurikulum, tingkat propinsi untuk mengadakan Diklat /sosialisasi Berdasarkan uraian di atas, maka penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 2 Belopa sejalan/relevan dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003.

B. Kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa kabupaten Luwu

Penilain terhadap kinerja guru sangat diperlukan untuk mengukur sejauhmana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sekolah secara umum, dan keterlaksanaan tugas pokok, peran dan fungsi guru di sekolah, dalam hal ini pelaksanaan proses pembelajaran kepada anak didik. Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Penilaian kinerja guru sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi: 1) merencanakan pembelajaran, 2) pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi

pembelajaran, 4) membimbing siswa, dan 5) pelaksanaan tugas tambahan. Untuk mengetahui tentang kinerja guru tersebut, lebih jauh akan dideskripsikan sebagai berikut: 1. Merencanakan pembelajaran Perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran adalah proses dalam membuat persiapan

pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakukan persiapan pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran yang dilakukan hendaknya dilakukan guru menurut Diknas (2004:38) meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). 2. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah pembelajaran berakhir; 3. Menentukan pemetaan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ditentukan yang bertujuan untuk mengoperasionalkan program kerja pengajaran; 4. Mengorganisir pokok-pokok materi sesuai dengan kompetensi yang akan disajikan; 5. Melakukan pengalokasian waktu; penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan kompetensi dasar, keluasan, tingkat kesulitan. 6. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai (ceramah, presentase power point, penugasan, diskusi ); 7. Merencanakan prosedur pembelajaran 8. Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (bahan) yang akan dijadikan acuan. 9. Menentukan sumber belajar yang sesuai (buku, modul, surat kabar, program komputer); 10. Menentukan tehnik penilaian yang sesuai. Secara umum perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada SMA Negeri 2 Belopa cukup baik, hal ini dikarenakan setiap permulaan tahun ajaran baru, wakil kepala sekolah bagian kurikulum membagikan kalender akademik kepada seluruh guru mata pelajaran sehingga perencanaan pelaksanaan pengajaran dapat disusun sebelum memasuki proses belajar mengajar di kelas.

Terkait dengan perencanaan pembelajaran tersebut dan sesuai hasil wawancara dengan beberapa orang guru, informasi yang diperoleh yaitu: Perencanaan pembelajaran yang saya laksanakan adalah dengan menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk RPP yang merupakan penjabaran dari silabus mata pelajaran yang ajarkan. (Herawati, Senin 22 November 2010). Setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam silabus selanjutnya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kelas/siswa, sehingga pembelajaran yang terlaksana tidak menyulitkan siswa, mudah dipahami, dan prestasi belajar siswa meningkat

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh guru. Olehnya itu perencanaan pembelajaran sangat penting disiapkan sebelum melakukan aktivitas pembelajaran di kelas. (Wahyuddin, Senin 22 November 2010). Senada dengan informasi di atas, Enny Rahman, Luther Lamba dan Rosita Annas menegaskan bahwa: Perencanaan pembelajaran harus dilakukan sebelum memasuki kelas. Perencanaan tersebut berupa kelengkapan perangkat pembelajaran, yaitu silabus dan RPP. Skenario pembelajaran harus dituangkan dengan baik dalam RPP agar arah pembelajaran menjadi jelas, dan tujuannya dapat tercapai. (Enny Rahman, Senin 22 November 2010). Rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi sebagai acuan untuk

melaksanakan proses blajar mengajar di kelas agar lebih efektif dan efisien. Adanya dukungan dari kepala sekolah untuk menyediakan sarana pendukung terutama dalam pembiayaan, baik dalam penyusunan maupun dalam hal penggandaan perangkat pembelajaran secara maksimal sehingga guru termotivasi dalam membuatperencanan perangkat pembelajaran. (Luther Lamba, Senin 22 November 2010)

Dukungan dalam bentuk moril dan materi dari komponen-komponen pendidikan banyak memberikan kontribusi epada guru dalam melakukan perencanaan

pembelajaran yang baik sehingga dapat menunjuang tugas-tugas pokok guru. Perencanaan pembelajaran berupa penyiapan program semester, tahunan, silabus, pembagian alokasi waktu efektif, dan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) wajib disiapkan oleh setiap guru mata pelajaran sebelum memasuki ruang belajar. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya ketidak tercapaian semua kompetensi yang ada setiap semester. (Rosita Annas,Senin 22 November 2010) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus disiapkan oleh seorang guru karena merupakan bagian dari perencanaan proses pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Muhajir, Munjiah Lata, dan Sukmawati mengemukakan bahwa: Kepala sekolah terkadang melakukan pemeriksaan kepada masing-masing guru untuk melaksakan tugas yang diembannya dalam mengajar, sehingga ada kesadaran untuk melaksanakan tugas dengan baik. (Muhajir, Senin 22 November 2010). Adanya pelaksanaan fungsi kontroling dari kepalah sekolah terhadap perangkat-perangkat pembelajaran guru menjadikan seorang guru termotivasi

menyiapkannya sebelum diberikan teguran atau sangsi dari atasan. Perencanaan pembelajaran dibuat sebelum melaksanakan pembelajaran untuk menghindari kegiatan proses belajar (PBM) berlangsung tanpa acuan yang jelas sehingga kompetensi yang seharusnya dicapai terbengkalai. (Munjiah Lata, Senin 22 November 2010) Perencanaan pembelajaran bagi seorang guru khususnya bagi guru yang telah menikmati tunjangan sertifikasi hukumnya wajib karena terkait dengan tuntutan profesionalisme. (Sukmawati, Senin, 22 November 2010) Berdasarkan beberapa informasi guru di atas, perencanaan pembelajaran mutlak dilakukan guru, sehingga arah kegiatan pembelajaran jelas. Skenario pembelajaran harus dibuat dan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) atas dasar dasar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus mata pelajaran. Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdiri atas: a) Identitas Silabus b) Standar Kompetensi (SK), c) Kompetensi Dasar (KD), d) materi

pembelajaran, e) kegiatan pembelajaran, f) indikator, g) alokasi waktu, dan h) sumber pembelajaran. Lebih lanjut, perencanaan pembelajaran atau RPP merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari silabus, ditandai oleh adanya komponenkomponen: a) identitas RPP, b) stndar kompetensi (SK), c) Kompetensi Dasar (KD), d) indikator, e) tujuan pembelajaran, f) materi pembelajaran, g) metode pembelajaran, h) langkah-langkah kegiatan, i) sumber pembelajaran, dan j) penilaian. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah perencanaan pembelajaran merupakan aspek mendasar dalam keterlaksanaan proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Melaksanakan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa, dan disinilah inti penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pembelajaran dapat berjalan baik jika skenario pembelajaran telah disusun guru dalam bentuk RPP, dan sebagai inti penyelenggaraan pendidikan di sekolah pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran merupakan komponen yang harus dipahami guru. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab guru yang secara ptimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru.

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu dilakukan dengan melakukan langkah-langkah instruksional sebagai berikut: 1. Tahap pendahuluan/membuka pembelajaran; yang dilakukan dalam tahap ini adalah: memberikan motivasi dan menarik perhatian, menjelaskan tujuan instruksional kepada siswa serta manfaat materi dalam kehidupan siswa, meningkatkan kompetensi prasyarat 2. Tahap penyajian materi/pelaksanaan pembelajaran; tahap ini menjelaskan proses

penyajian materi pelajaran yang akan diikuti oleh guru. Proses ini terdiri atas: uraian materi dengan menggunakan media yang dianggap sesuai, pemberian contoh untuk uraian praktis dan nyata dalam kehidupan, latihan yang berisi tentang upaya mencari tahu sampai sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang akan disajikan serta umpan balik, menilai penampilan/performance siswa dan menyimpulkan materi. 3. Tahap menutup pembelajaran, tahap ini mengakhiri pembelajaran yang meliputi: merangkum materi sajian, latihan , penugasan, pertemuan berikutnya, dan lain-lain. Kinerja guru terkait aspek pelaksanaan pembelajaran selanjutnya dapat diketahui dari informasi wawancara peneliti kepada beberapa orang guru (informan) sebagai berikut: Pelaksanaan pembelajaran sangat terkait dengan perencanaan pembelajaran yang di susun sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah melaksanakannya di dalam kelas. Pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mengarahkan siswa memiliki segenap pengetahuan terhadap mata pelajaran yang saya ajarkan, sehingga siswa memiliki prestasi belajar yang bagus (Herawati, Senin 22 November 2010). penyampaian kompetensi pada

Kegiatan

pembelajaran

dirancang

untuk

memberikan

pengalaman

pembelajaran yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetensi. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan pada perencanaan pembelajaran (Wahyudi, Senin 22 November 2010) Berdasarkan kedua informasi tersebut, disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam PBM harus direncanakan dengan baik agar pembelajaran tersebut berlangsung dengan baik dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Sementara itu, Enny Rahman, Luther Lamba mengemukakan: Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat. Karena dengan menggunakan metode yang tepat, siswa akan senang mengikuti pelajaran (Enny Rahman, Senin 22 November 2010). Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu guru dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik tidak bosan mengikuti aktivitas pembelajaran. Kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur dan tidak terstruktur (baik tugas individu maupun kelompok) untuk mencapai kompetensi yang dibahas pada pertemuan tersebut. (Luther Lamba, Senin 22 November 2010). Sedangkan, Rosita Annas, Muhajir, Munjiah lata dan Sukmawati lebih jelas menyatakan: Kegiatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga macam kegiatan instruksional yakni kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang masingmasing harus di lakukan pembagian alokasi waktu yang proporsional supaya kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan efektif. (Muhajir, Senin 22 November 2010)

Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional yang memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi (Munjiah Lata, Senin 22 November 2010) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang guru secara berurutan mulai dari kegiatan pembuka, kegiatan inti sampai kegiatan penutup untuk mencapai kompetensi yang telah ditentuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru harus mengetahui komponenkomponen yang akan dilakukan yang menunjang pelaksanaan pembelajaran berupa:1) pengelolaan kelas, guru harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan kepada siswa, 2) media dan sumber belajar. menggunakan media yang tepat diperlukan karena keberadaan media membantu memperjelas materi yang diajarkan, sedangkan sumber buku pelajaran yang digunakan hendaknya bervariasi sehingga pengadaannya juga mampu dilakukan oleh siswa, 3) metode/teknik. Metode menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan untuk menghindari kejenuhan belajar siswa. (Rosita Annas, Senin 22 November 2010). Guru sebagai pengelola kelas hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupaan aspek lingkungan yang harus diatur, diawasi, agar kegiatan pembelajaran dapat terarah pada tujuan-tujuan pendidikan. Penggunaan media pembelajaran, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Sedangkan pemilihan metode pembelajaran diupayakan menyenangkan bagi siswa sehingga kejenuhan dalam belajar terhindarkan. Kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, tugas mandiri tidak berstruktur serta harus sesuai dengan konsep materi pembelajaran (Sukmawati,, Senin 22 November 2010) Berdasarkan pelaksanaan beberapa informasi baik di dapat atas, dapat disimpulkan dari bahwa

pembelajaran

yang

diindikasikan

perencanaan

pembelajaran yang disusun sebelumnya, sedangkan komponen-komponen utama yang

harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran terdiri atas tiga aspek, yaitu pengelolaan pembelajaran secara interaktif, penggunaan dan pemanfaat media dan sumber belajar untuk kemudahan belajar siswa, serta pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran secara tepat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Dengan mengetahui komponen-komponen dasar pelaksanaan pembelajaran tersebut, diharapkan guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik, terarah, terstruktur sesuai dengan langlah-langkah dan alokasi waktu yang direncanakan. Dampak yang diharapkan dari kondisi tersebut adalah terciptanya proses pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. a) Pengelolaan kelas Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa. Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/setting tempat duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok yang produktif. Komponen-komponen dalam

mengelola kelas adalah sebagai berikut: 1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement). 2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat menggunakan strategi: (a) Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis (b) Guru menggunakan

pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok (c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menghindari campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan,

penyimpangan, dan sikap yang terlalu membingungkan. b) Penggunaan media dan sumber belajar Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya

menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual, termasuk mengembangkan media dan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan belajar anak didik.

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sumber belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran (Ibrahim dan Syaodih, 1993: 78) Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman. Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-buku/ sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tatapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya. Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya. Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. c) Penggunaan metode pembelajaran Guru mampu menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Ketepatan pemilihan dan penggunaan metode dapat mencapai output belajar yang maksimal. Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan

menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Ibrahim dan Syaodih (1993:74) Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai. Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa. 3. Menilai hasil pembelajaran Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya. Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa

jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan. Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran. Kemapuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Terkait dengan penilaian pembelajaran yang dilaksakan guru di SMA Negeri 2 Belopa, hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang guru (informan) sebagai berikut, yaitu: Hubungan antara belajar dan penilaian adalah kuat, siswa akan belajar lebih giat apabila ada penilaian yang merupakan suatu bagian internal dari pengajaran (Herawati, Selasa 23 November 2010) Kegiatan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan sudah tercapai atau belum, apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut aan dapat dijawab melalui penilaian, sehingga antara kegiatan belajar dengan penilai memiliki hubungan yang kuat. Penilaian di kelas meliputi semua proses dan media yang digunakan oleh guru untuk membuat keputusan tentang kemajuan siswa dalam suatu proses yang sistematis termasuk didalamnya pengamatan hasil belajar baik yang diselesaikan di dalam maupun di luar kelas serta jawaban-jawaban siswa atas pertanyaan dalam pembelajaran (Wahyudi, Selasa 23 November 2010). Evaluasi dapat dikemukakan sebagai suatu proses sistematis dari menentukan tingkat tujuan bahan pelajaran yang diterima oleh siswa. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu

proses yang sistematis untuk mengumpulkan dan menginterprestasikan informasi tentang pencapaian pembelajar