New eJournal Retailing Mix2 (06-07-14-02-16-41).pdf

14
eJournal Administrasi Bisnis, 2014, 2 (2) : 173-186 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.org © Copyright 2014 PENGARUH RETAILING MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Kasus Pada Minimarket Eramart Di Kota Samarinda) Fadly 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Retailing Mix terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Minimarket Eramart di Kota Samarinda. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu Lokasi (X 1 ), Produk (X 2 ), Harga (X 3 ), Promosi (X 4 ), Suasana Toko (X 5 ) dan Pelayanan (X 6 ) serta variabel dependen adalah Keputusan Pembelian Konsumen (Y). Teknik pengumpulan data yaitu dengan metode kuesioner dan wawancara. Untuk pengujian instrumen menggunakan uji Validitas, Reliabilitas, dan Uji Asumsi klasik. Sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan metode regresi linier berganda, dengan uji F dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel lokasi (X 1 ), produk (X 2 ), harga (X 3 ), promosi (X 4 ), suasana toko (X 5 ), dan pelayanan (X 6 ), secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen (Y). Dari perhitungan uji F diperoleh F hitung 3,746 > F Tabel 2,682 dengan signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Uji t diketahui bahwa secara parsial variabel harga, suasana toko, dan pelayanan yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat sedangkan lokasi, produk, dan promosi tidak berpengaruh signifikan dengan perhitungan t hitung variabel Lokasi (X1) sebesar 1,948 < t tabel 1,980, Produk (X2) memiliki t hitung 0,459 < t tabel 1,980, Harga (X3) memiliki t hitung 3,489 > t tabel 1,980, Promosi (X4) memiliki t hitung 1,409 < t tabel 1,980, Suasana Toko (X5) memiliki t hitung 2,560 > t tabel 1,980 dan Pelayanan (X6) memiliki t hitung 2,786 > t tabel 1,980. Nilai R (Koefisien Korelasi) yang diperoleh sebesar 0,407 atau 40,7% dan nilai R Square (Koefisien Determinasi) sebesar 0,166 atau 16,6%. Kata Kunci : Retailing Mix, Keputusan Pembelian. Pendahuluan Di era globalisasi seperti saat ini, pola hidup masyarakat Indonesia semakin maju. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan berkembang dengan pesat seiring dengan bekembangnya zaman. Salah satu bagian yang terdampak akan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah gaya hidup masyarakat yang menjadi semakin praktis, cepat, dan tentunya mengutamakan kenyamanan. Seiring dengan perkembangan tersebut, keberadaan bisnis ritel modern menjadi semakin penting kerena adanya pergeseran pola 1 Mahasiswa, S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Email: [email protected]

Transcript of New eJournal Retailing Mix2 (06-07-14-02-16-41).pdf

eJournal Administrasi Bisnis, 2014, 2 (2) : 173-186 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.org © Copyright 2014

PENGARUH RETAILING MIX TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Kasus Pada Minimarket Eramart Di Kota Samarinda)

Fadly1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Retailing

Mix terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Minimarket Eramart di Kota

Samarinda. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

independen yaitu Lokasi (X1), Produk (X2), Harga (X3), Promosi (X4), Suasana

Toko (X5) dan Pelayanan (X6) serta variabel dependen adalah Keputusan

Pembelian Konsumen (Y).

Teknik pengumpulan data yaitu dengan metode kuesioner dan wawancara.

Untuk pengujian instrumen menggunakan uji Validitas, Reliabilitas, dan Uji

Asumsi klasik. Sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan metode regresi

linier berganda, dengan uji F dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel lokasi (X1), produk (X2), harga (X3), promosi (X4), suasana toko (X5), dan

pelayanan (X6), secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen (Y). Dari perhitungan uji F diperoleh F hitung 3,746 > F

Tabel 2,682 dengan signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Uji t diketahui bahwa

secara parsial variabel harga, suasana toko, dan pelayanan yang berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat sedangkan lokasi, produk, dan promosi tidak

berpengaruh signifikan dengan perhitungan t hitung variabel Lokasi (X1) sebesar

1,948 < t tabel 1,980, Produk (X2) memiliki t hitung 0,459 < t tabel 1,980, Harga

(X3) memiliki t hitung 3,489 > t tabel 1,980, Promosi (X4) memiliki t hitung 1,409

< t tabel 1,980, Suasana Toko (X5) memiliki t hitung 2,560 > t tabel 1,980 dan

Pelayanan (X6) memiliki t hitung 2,786 > t tabel 1,980. Nilai R (Koefisien

Korelasi) yang diperoleh sebesar 0,407 atau 40,7% dan nilai R Square (Koefisien

Determinasi) sebesar 0,166 atau 16,6%.

Kata Kunci : Retailing Mix, Keputusan Pembelian.

Pendahuluan

Di era globalisasi seperti saat ini, pola hidup masyarakat Indonesia

semakin maju. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan berkembang

dengan pesat seiring dengan bekembangnya zaman. Salah satu bagian yang

terdampak akan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah gaya

hidup masyarakat yang menjadi semakin praktis, cepat, dan tentunya

mengutamakan kenyamanan. Seiring dengan perkembangan tersebut, keberadaan

bisnis ritel modern menjadi semakin penting kerena adanya pergeseran pola

1 Mahasiswa, S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Mulawarman, Email: [email protected]

eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014: 173-186

174

belanja masyarakat yang lebih memilih berbelanja di pasar ritel modern seperti

minimarket ataupun swalayan. Konsumen lebih gemar untuk berbelanja di pasar

ritel modern karena masyarakat bisa mendapatkan kepraktisan dan kenyamanan

dalam berbelanja.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan

pembelian barang dan jasa. Mempelajari dan menganalisis perilaku konsumen

dalam keputusan pembelian adalah hal yang penting, sebab dengan pengetahuan

dasar yang baik mengenai perilaku konsumen akan dapat memberi masukan yang

berarti bagi perencanaan strategi perusahaan. Untuk dapat bertahan dan

berkembang, sebuah perusahaan perlu memahami perilaku konsumen agar

mampu melakukan keputusan pembelian sehingga pada akhirnya perusahaan

dapat bersaing dengan perusahaan yang lainnya. Berman dan Evans (2007:16)

menyatakan bahwa konsumen yang tidak puas dengan pengalaman berbelanja di

suatu perusahaan ritel, cenderung untuk tidak melakukan pembelian ulang di

perusahaan tersebut. Untuk itu perusahaan perlu melakukan berbagai strategi

pemasaran sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen dan

mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian pada

perusahaan tersebut.

Di Indonesia, saat ini pertumbuhan usaha ritel atau eceran sangat pesat.

Seiring dengan pesatnya perkembangan ritel ini, maka persaingan di bidang

pemasaran ritel pun semakin meningkat. Dalam periode delapan tahun terakhir

dari tahun 2004 hingga 2012, jumlah gerai ritel di Indonesia mengalami

paningkatan sebesar 16,40 % per tahun. Pada tahun 2004 , jumlah gerai ritel di

Indonesia masih sebanyak 5.604 gerai, tahun 2008 terdapat 10.829 gerai yang

tersebar di Indonesia, kemudian melompat pada tahun 2011 mencapai 18.152

gerai tersebar di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Pertumbuhan jumlah

gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Menurut Asosiasi

Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia

antara 10% sampai 15% per tahun. Penjualan ritel pada tahu 2004 masih sebesar

14,55 triliun, di tahun 2006 menjadi 49 triliun dan melesat hingga mencapai 120

triliun pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, pertumbuhan ritel

diperkirakan masih sama, yaitu 10% sampai 15%, atau mencapai 138 triliun

(Marketing, 2013).

Mengikuti perkembangan bisnis modern yang semakin pesat dewasa ini,

Era 5000 mulai masuk ke dalam bisnis retail di Kota Samarinda pada awal tahun

2005. Bisnis ini dimulai dari toko ERA 5000 Swalayan yang terletak di Kompleks

Mall Lembuswana yang sampai saat ini masih menjadi pusat toko dari Era Group.

Pada tahun 2007 di buka cabang ERA 5000 Swalayan Samarinda Seberang dan

Eramart Lembuswana. Sampai tahun 2012 telah dibuka sebanyak 28 cabang Era

Group yang tersebar di wilayah Kalimantan Timur seperti Samarinda,

Tenggarong, Balikpapan, dan Sangatta di bawah naungan PT. ERAMART

(sumber: ERA5000.com). Di pertengahan tahun 2013 persaingan ritel di Kota

Samarinda kembali dimasuki olah kompetitor besar yang memiliki jaringan multi

Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen - Fadly

175

nasional yang sangat luar biasa. Indomaret hadir di Kota Samarinda dengan

membangun jaringan distribusi yang hampir merata di seluruh kelurahan di Kota

Samarinda. Indomaret hadir dengan konsep pemasaran yang bisa dikatakan mirip

dengan apa yang dilakukan oleh Eramart. Apabila tidak segera malakukan inovasi

dalam hal pemasaran tentu saja posisi Eramart beserta pengusaha ritel lain dapat

tergantikan oleh Indomaret yang memiliki kelebihan dalam hal kuantitas, bahkan

lebih parahnya keberadaan Eramart beserta pengusaha ritel yang lain dapat

tergeser ataupun menghilang dari persaingan di Kota Samarinda.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah bauran eceran (retailing

mix) yang ada di Minimarket Eramart. Untuk itu pada penelitian ini peneliti

mengambil judul “Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen (Studi Kasus Pada Minimarket Eramart Di Kota Samarinda)”.

Rumusan Masalah

1. Apakah variabel retailing mix yang terdiri dari lokasi, produk, harga, promosi,

suasana toko, dan pelayanan berpengaruh signifikan baik secara simultan

maupun parsial terhadap keputusan pembelian konsumen pada Minimarket

Eramart di Kota Samarinda?

2. Variabel retailing mix manakah yang paling berpengaruh terhadap keputusan

pembelian konsumen pada Minimarket Eramart di Kota Samarinda?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan maupun parsial variabel retailing

mix yang terdiri dari lokasi, produk, harga, promosi, suasana toko, dan

pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen pada Minimarket Eramart

di Kota Samarinda.

2. Untuk mengetahui variabel retailing mix mana yang paling berpangaruh

terhadap keputusan pembelian konsumen.

Kerangka Dasar Teori

Retailing Mix

Bauran pemasaran ritel merupakan variabel-variabel yang dapat memuaskan dan

dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka (konsumen) (Beneke,

2011:31).

Menurut Ma’ruf (2005:114) tentang bauran ritel (retailing mix) terdiri dari lokasi,

produk, harga, promosi, suasana toko, dan pelayanan ritel.

1. Lokasi

Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel

(retailing mix). Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses

dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun

keduanya menjual produk yang sama.

2. Produk

Merchandise merupakan produk-produk yang akan dijual peritel dalam

gerainya. Kegiatan pengadaan barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani

toko (produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah tangga,

eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014: 173-186

176

produk umum lainnya) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan

harga yang sesuai untuk mencapai pasar sasaran toko atau perusahaan ritel.

Lebih lanjut Ma’ruf (2005:135) mengatakan bahwa merchandising adalah

kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani

toko untuk disediakan dengan jumlah, waktu, dan harga yang sesuai untuk

mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel.

3. Harga

Harga adalah satu-satunya unsur dalam berbagai unsur bauran pemasaran ritel

yang akan mendatangkan laba bagi peritel. Penentuan harga yang tepat akan

sangat mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Kotler dan Armstrong

(2001:439) mengataan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang

dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar

konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk

atau jasa tersebut.

4. Promosi

Alma (2005:144) menyatakan bahwa promosi adalah sejenis komunikasi yang

memberikan penjelasan yang menyakinkan calon konsumen tentang barang

dan jasa. Tjiptono dalam Dahmiri (2009) mengungkapkan bahwa promosi

merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha menyebarkan

informasi, mempengaruhi / membujuk, atau mengingatkan pasar sasaran atas

perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada

produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Promotion mix

merupakan kombinasi dari beberapa unsur promosi, yang terdiri dari iklan

(advertising), promosi penjualan (sales promotion), personal selling, dan

publisitas (Public Relations).

5. Suasana Toko

Store atmosphere merupakan salah satu bagian dari bauran eceran yang akan

memberikan nilai lebih bagi konsumen. Menghadapi persaingan yang semakin

kompetitif, pengecer harus mampu memberikan kenyamanan suasana

lingkungan toko, karena keputusan pembelian konsumen bisa datang dari

penciptaan store atmosphere yang baik. Utami (2010:279) mengatakan bahwa

store atmosphere adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual,

pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merangsang respon

emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam

membeli barang.

6. Pelayanan

Pelayanan adalah tindakan yang dapat ditawarkan oleh apapun juga yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan sesuatu,

pelayanan dapat disertakan dengan produk yang berbentuk fisik.

Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:196) merupakan salah satu tahapan proses

keputusan pembelian dimana konsumen pada akhirnya membeli suatu produk.

Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen - Fadly

177

Secara umum konsumen mengikuti suatu proses atau tahapan dalam pengambilan

keputusan.

Metode Penelitian

Uji Reliabilitas

Kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas

untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik cronbach alpha (α). Suatu

variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai α > 0,60 Nunnally (1967) dalam

Ghozali (2005:42).

𝛼 =k. r

1 + k − 1 r

Dimana:

a = Koefisien reliabilitas

r = Korelasi antar item

k = Jumlah item

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (untuk

setiap butir dapat dilihat pada kolom corrected item total correlations) dengan r

tabel untuk degree of freedom (df) = n-k, dalam hal ini n adalah jumlah sampel

dan k adalah jumlah item. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut

dikatakan valid (Ghozali, 2005:45).

rxy =n xy − ( x2) ( x2)

{n x2 − ( x)} {n y2

− ( y)}

Dimana:

Rxy = Koefisien korelasi (r-hitung)

∑x = Skor variabel independen

∑y = Skor variabel dependen

∑xy = Hasil kali skor butir dengan skor total

n = Jumlah responden

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

2. Uji Multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas

4. Uji Autokorelasi

Regresi Linier Berganda

Berdasarkan tujuan penelitian, analisis data dilakukan dengan menggunkan

analisis linier berganda. Dalam penelitian ini variabel bebas (X) yaitu enam

variabel retailing mix, lokasi (X1), produk(X2), harga(X3), promosi (X4),

suasana toko (X5), dan pelayanan (X6). Sedangkan variabel terikat yaitu

keputusan pembelian (Y). Dengan demikian, rumus persamaan regresi linier

berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014: 173-186

178

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e Y = Keputusan Pembelian Konsumen

a = Konstanta dari keputusan regresi

b1 = Koefisien regresi variabel X1 (lokasi)

b2 = Koefisien regresi variabel X2 (produk)

b3 = Koefisien regresi variabel X3 (harga)

b4 = Koefisien regresi variabel X4 (promosi)

b5 = Koefisien regresi variabel X5 (suasana toko)

b6 = Koefisien regresi variabel X6 (pelayanan)

X1 = Lokasi

X2 = Produk

X3 = Harga

X4 = Promosi

X5 = Suasana Toko

X6 = Pelayanan

e = error/variabel pengganggu

Koefisien Korelasi (R)

Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan

variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent. Semakin

besar nilai R, maka semakin kuat hubungan variabel independent secara bersama-

sama terhadap veriabel dependent. Berikut rumus untung penghitungan

koefisien korelasi menurut (Rangkuti, 2003:264):

R = 𝑏1 𝑥1𝑦 + 𝑏2 𝑥2 𝑦 + 𝑏3 𝑥3𝑦

𝑦2

Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (𝑅2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat dapat ditunjukkan dalam

SPSS , koefesien determinasi terletak pada Model Summary dan tertulis R Square.

Uji F (Simultan)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F dan uji t. uji

F digunakan untuk mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh variabel-variabel

independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali,

2005:84).

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =

𝑅2

𝑘

(1−𝑅2)(𝑛−𝑘−1)

Dimana:

k : Jumlah variabel independent

n : Jumlah anggota sampel

R2 : Koefisien korelasi ganda

Pembuktian ini dilakukan dengan mengamati Fhitung pada alpha (α) 5%:

a. Apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka H0 dotolak dan Ha diterima

Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen - Fadly

179

b. Apabila nilai Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

Uji t (Parsial)

Uij t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas atau bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat

(Ghozali, 2005:84).

thitung = 𝑏𝑖

𝑆𝑏𝑖

Dimana:

bi : Koefisien regresi

Sbi : Standart Error

Dengan menggunakan tingkat keyakinan alpha (α) sebesar 5% dan derajat

kebebasan (n-2). Kemudian dibandingkan antara thitung dengan ttabel, maka:

a. Apabila nilai thitung > ttabel, maka H0 ditilak dan Ha diterima

b. Apabila nilai thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uji Validitas

Berdasarkan hasil Uji Validitas instrumen penelitian didapati bahwa

seluruh butir pernyataan yang ada pada kuisioner (X1a, X1b, X1c, X2a, X2b,

X2c, X3a, X3b, X3c, X4a, X4b, X4c, X4d, X5a, X5b, X5c, X5d, X5e, X6a, X6b,

X6c, X6d, X6e, X6f, Ya, Yb, dan Yc), mempunyai koefisien korelasi yang lebih

besar dari r-tabel (nilai r-tabel untuk N=120 dengan tingkat signifikansi uji dua

arah 5% adalah 0,178). Dengan demikian seluruh butir pernyataan yang

dilampirkan dalam kuisioner dinyatakan valid.

Uji Reliabilitas

Kemudian dari hasil Uji Reliabilitas diketahui bahwa seluruh variabel

memiliki Cronbach's Alpha lebih besar dari 0.6 sehingga semua variabel dan

dimensi penelitian dinyatakan reliabel. Dengan hasil Cronbach's Alpha yang lebih

besar dari 0.6 maka secara keseluruhan variabel penelitian dinyatakan reliabel,

dan dasar indikator ini yang akan digunakan pada analisis lebih lanjut.

Uji Asumsi Klasik

Hasil uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji

autokorelasi menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi klasik,

sehingga dapat dilakukan analisis regresi linier berganda.

Regresi linier Berganda

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linier Berganda.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel retailing mix (X)

terhadap keputusan pembelian konsumen (Y). Berikut ini tabel hasil Regresi

Linier Berganda :

eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014: 173-186

180

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficients

a

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 17,353 2,345 7,399 ,000

X1 -,195 ,100 -,172 1,948 ,054

X2 ,130 ,284 ,104 ,459 ,647

X3 ,888 ,255 ,838 3,489 ,001

X4 ,130 ,092 ,131 1,409 ,162

X5 -,418 ,165 -,424 2,540 ,012

X6 -,366 ,131 -,461 2,786 ,006

Sumber: data diolah melalui program IBM SPSS Versi 20, 2014

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh persamaan regresi linier

berganda dari variabel lokasi (X1), produk (X2), harga (X3), promosi (X4), suasana

toko (X5), dan pelayanan (X6) terhadap keputusan pembelian (Y) adalah sebagai

berikut:

Y = 17.353 - 0,195 X1 + 0,130 X2 + 0,888 X3 + 0,130 X4 – 0,418 X5 –

0,366 X6

1. Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2)

Setelah mengetahui koefisien regresi, maka selanjutnya untuk mengetahui

kuatnya hubungan antara variabel retailing mix (X) dan keputusan pembelian (Y)

yang dapat dilihat dari nilai R pada tebel di bawah ini. Kemudian untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel

terikat dapat dilihat pada nilai R square pada tabel di bawah ini. Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,407a ,166 ,122 1,79807 1,459

a. Predictors: (Constant), X6, X4, X1, X5, X2, X3

Sumber: data diolah melalui program IBM SPSS Versi 20, 2014

Dalam output SPSS pada tabel Model Summaryb di atas diperoleh nilai

koefisien korelasi (R) sebesar 0,407 atau 40,7 % yang berarti tingkat hubungan

antar variabel lokasi (X1), produk (X2), harga (X3), promosi (X4), suasana toko

(X5), dan pelayanan (X6) terhadap keputusan pembelian konsumen (Y) pada

Minimarket Eramart di Kota Samarinda termasuk pada tingkat hubungan yang

sedang/cukup.

Dalam output SPSS diperoleh pada tabel Model Summaryb di atas nilai

koefisien determinasi (R2) didapati besarnya pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat dalam penelitian ini adalah 16,6%. Sedangkan sisanya yaitu

83,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian.

Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen - Fadly

181

2. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakan perubahan variabel independen

(lokasi, produk, harga, promosi, suasana toko, dan pelayanan) berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian konsumen) pada

Minimarket Eramart di Kota Samarinda yakni dengan membandingkan Fhitung

dengan Ftabel dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% (α = 0,05). Hasil uji F dari

perhitungan SPSS sebagai berikut: ANOVA

a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 72,664 6 12,111 3,746 ,002b

Residual 365,336 113 3,233

Total 438,000 119 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X6, X4, X1, X5, X2, X3

Sumber: data diolah melalui program IBM SPSS Versi 20, 2014

Berdasarkan perhitungan Ftabel diperoleh hasil sebesar 2,180 sedangkan

Fhitung sebesar 3,746. Jika dibandingkan dengan nilai Ftabel maka terlihat bahwa

Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi diperoleh hasil 0,002 < 0,05 dengan

demikian menunjukkan bahwa retailing mix yang terdiri dari lokasi, produk,

harga, promosi, suasana toko, dan pelayanan secara bersama-sama (simultan)

mempunyai pengeruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian sehingga

dapat dinyatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang gignifikan

secara simultan antara variabel retailing mix terhadap keputusan pembelian

diterima.

3. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas

berpengaruh dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada

Minimarket Eramart di Kota Samarinda dengan cara membandingkan t hitung dan

t tabel dengan tingkat kepercayaan sebesar α = 0,05 sehingga diperleh hasil

perhitungan SPSS.

Hasil Uji t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

X1 -,195 ,100 -,172 1,948 ,054

X2 ,130 ,284 ,104 ,459 ,647

X3 ,888 ,255 ,838 3,489 ,001

X4 ,130 ,092 ,131 1,409 ,162

X5 -,418 ,165 -,424 2,540 ,012

X6 -,366 ,131 -,461 2,786 ,006

Sumber: data diolah melalui program IBM SPSS Versi 20, 2014

eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014: 173-186

182

Berdasarkan tabel di atas, hasil uji t diperoleh nilai signifikansi variabel

harga, suasana toko, dan pelayanan memiliki t hitung yang lebih besar

dibandingkan t tabel dan tingkat signifikansi alpha lebih kecil dari 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa variabel harga, suasana toko, dan pelayanan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan

variabel lokasi, produk, dan promosi tidak berpengaruh terhadap keputusan

pembelian.

Variabel yang memiliki pengaruh lebih besar yaitu variabel harga yang

mempunyai nilai t tabel sebesar 3,489 dengan signifikansi sebesar 0,001. Maka

hipotesis kedua yang menyatakan variabel harga mempunyai pengaruh yang lebih

besar terhadap keputusan pembelian dapat diterima.

Pembahasan

Dari keenam variabel independen yang terdiri dari lokasi, produk, harga,

promosi, suasana toko, dan pelayanan berdasarkan hasil penelitian di atas

menunjukkan bahwa ketujuh variabel tersebut memiliki pengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen dapat dilihat pada nilai koefisien korelasi

sebesar 0,407 atau 40,7% yang berarti tingkat hubungan termasuk pada tingkat

hubungan yang sedang/cukup serta dibuktikan dengan koefisien determinan

(Adjusted R Square) sebesar 0,166 atau 16,6%. koefisien determinasi ini

digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase pengaruh variabel bebas

terhadap perubahan variabel terikat. Artinya besarnya pengaruh variabel bebas

yaitu lokasi (X1), produk (X2), harga (X3), promosi (X4), suasana toko (X5), dan

pelayanan (X6) terhadap perubahan variabel terikat keputusan pembelian (Y), dan

besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini

adalah 16,6%. Sedangkan sisanya yaitu 83,4% dipengaruhi oleh variabel lain

diluar variabel penelitian.

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi di atas dapat disimpulkan

bahwa retailing mix yang meliputi lokasi, produk, harga, promosi, suasana toko

dan pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian di Minimarket

Eramart. Dari analisis korelasi diketahui bahwa tingkat hubungan antara retailing

mix dan keputusan pembelian konsumen berada pada tingkat hubungan yang

sedang/cukup. Kemudian pada analisis determinasi diketahui besarnya pengaruh

retailing mix terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 16,6%, yang berarti

bahwa kontribusi variabel bebas terhadap naik turunya variabel terikat adalah

sebesar 16,6% dan sisanya sebesar 83.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Kemungkinan variabel tersebut

adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis.

Dari hasil perhitungan uji F, dapat dilihat bahwa F hitung 3,746 dan F

tabel dengan df1= derajat pembilang 6 dan df2= derajat penyebut 113 untuk taraf

5% didapat 2,180, berarti F hitung > F tabel. Dan dengan nilai signifikansi =

0,002 < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya secara simultan variabel

bebas yaitu lokasi (X1), produk (X2), harga (X3), promosi (X4), suasana toko

Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen - Fadly

183

(X5), dan pelayanan (X6) berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu keputusan

pembelian (Y).

Pada uji t menunjukkan bahwa dari keenam variabel independen tersebut,

terdapat tiga variabel yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian konsumen pada Minimarket Eramart yaitu variabel harga,

suasana toko, dan peayanan. Hal ini dibuktikan dengan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan

tingkat signifikansi < 0,05.

Variabel harga merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang lebih

besar terhadap keputusan pembelian. Untuk lebih jelasnya, maka akan dijelaskan

mengenai pengaruh masing-masing variabel retailing mix terhadap keputusan

pembelian konsumen sebagai berikut. Variabel harga merupakan variabel yang

memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap keputusan pembelian, hal ini juga

memperkuat penelitian Mamuaya (2008) yang menunjukkan bahwa variabel nilai

(dalam penelitian ini variabel harga) mempunyai pengaruh yang dominan

terhadap keputusan pembelian.

1. Variabel Lokasi (X1)

Nilai thitung menunjukkan bahwa variabel lokasi (X1) sebesar 1,948 dengan nilai

Sig. = 0,054. Karena thitung = 1,948 < ttabel = 1,980 serta nilai Sig. = 0,054 > a =

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya,

variabel lokasi (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian (Y).

2. Variabel Produk (X2)

Nilai thitung menunjukkan bahwa variabel produk (X2) sebesar 0,459 dengan

nilai Sig. = 0,647. Karena thitung = 0,459 < ttabel = 1,980 serta nilai Sig. = 0,647

> a = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya, variabel produk (X2) secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian (Y).

3. Variabel Harga (X3)

Nilai thitung menunjukkan bahwa variabel harga (X3) sebesar 3,489 dengan nilai

Sig. = 0,001. Karena thitung = 3,489 > ttabel = 1,980 serta nilai Sig. = 0,001 < a =

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya,

variabel harga (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian (Y).

4. Variabel Promosi (X4)

Nilai thitung menunjukkan bahwa variabel promosi (X4) sebesar 1,409 dengan

nilai Sig. = 0,162. Karena thitung = 1,409 < ttabel = 1,980 serta nilai Sig. = 0,162

> a = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya, variabel promosi (X4) secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian (Y).

5. Variabel Suasana Toko (X5)

Nilai thitung menunjukkan bahwa variabel suasana toko (X5) sebesar 2,540

dengan nilai Sig. = 0,012. Karena thitung = 2,540 > ttabel = 1,980 serta nilai Sig. =

0,012 < a = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014: 173-186

184

Artinya, variabel suasana toko (X5) secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian (Y).

6. Variabel Pelayanan (X6)

Nilai thitung menunjukkan bahwa variabel pelayanan (X6) sebesar 2,786 dengan

nilai Sig. = 0,006. Karena thitung = 2,786 > ttabel = 1,980 serta nilai Sig. = 0,006

< a = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Artinya, variabel peayanan (X6) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian (Y).

Penutup

Dari hasil perhitungan uji F, dapat dilihat bahwa F hitung > dari F tabel.

Sehingga Ha yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan antara lokasi , produk,

harga, promosi, suasana toko, dan pelayanan terhadap keputusan pembelian pada

Minimarket Eramart di Kota Samarinda secara simultan diterima. Sedangkan Ho

yang berbunyi tidak ada pengaruh yang signifikan antara lokasi, produk, harga,

promosi, suasana toko, dan pelayanan terhadap keputusan pembelian pada

Minimarket Eramart di Kota Samarinda secara simultan ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel retailing

mix terhadap keputusan pembelian konsumen pada Minimarket Eramart di Kota

Samarinda.

Berdasarkan uji t dari keenam variabel retailing mix, diketahui bahwa

terdapat tiga variabel yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian yaitu variabel harga, suasana toko, dan pelayanan. Dengan

melihat t hitung > t tabel.

Berdasarkan hasil uji t, diketahui bahwa variabel harga merupakan

variabel retailing mix yang berpengaruh paling dominan secara parsial dengan

melihat t hitung > t tabel.

Saran Untuk Perusahaan:

Pada variabel lokasi, saran yang dapat penulis baerikan adalah, perlu

ditingkatkannya pengamanan. Serta, jika memungkinkan dibuatkan atap atau

sejenisnya untuk menaungi kendaraan yang terparkir.

Pada variabel produk, perlu diperketat pengawasan terhadap produk

yang telah kadaluarsa. Sebab, dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti

pernah menerima masukan dari konsumen bahwa konsumen pernah

menemukan produk yang telah kadaluarsa yang masih dipajang di rak produk

yang dijual.

Variabel harga merupakan variabel yang berpengaruh lebih besar

terhadap keputusan pembelian sehingga Minimarket Eramart harus mampu

mempertahankannya karena faktor harga menjadi nilai lebih yang dimiliki

oleh Minimarket Eramart dalam keputusan pembelian konsumen. Saran yang

mungkin dapat menjadi masukan bagi perusahaan adalah:

Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen - Fadly

185

a) Mempertahankan produk-produk yang barharga lebih murah dibandingkan

pesaing.

b) Memberikan harga produk yang bersaing, khususnya produk kebutuhan

pokok yang secara otomatis dapat memancing konsumen untuk berbelanja

c) Memberikan promosi terkait dengan produk yang cenderung lebih mahal

agar dapat meningkatkan pembelian konsumen pada produk tersebut,

sehingga apa yang tertanam pada mindset konsumen bahwa Minimarket

Eramart merupakan minimarket dengan harga produk termurah tetap

terjaga.

Promosi melalui media internet perlu di tingkatkan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan sebagian besar konsumen tidak mengetahui bahwa

PT. Eramart memiliki website yang berisi tentang informasi perusahaan serta

promosi yang dilakukan.

Penataan barang yang dilakukan perlu ditingkatkan, konsumen yang

berbelanja pada salah satu gerai Eramart yaitu yang berlokasi di Loa Janan

mengatakan bahwa penataan produk di gerai tersebut masih membingungkan,

serta jarak antar rak produk kurang renggang.

Keramahan pegawai gerai perlu ditingkatkan. Kesigapan pegawai dalam

melayani pelanggan dinilai kurang memuaskan, sehingga apabila terus

dibiarkan akan mempengaruhi daya tarik Minimarket Eramart kedepannya.

Saran Untuk Peneliti Selanjutnya:

Kemampuan prediksi dari enam variabel independen terhadap

keputusan pembelian dalam penelitian ini sebesar 16,6% dan sisanya 83,4%

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Maka untuk penelitian

yang akan datang disarankan untuk menambah variabel independen lain yang

tidak termasuk dalam variabel penelitian ini.

Daftar Pustaka

Alma, Buchari, 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi

Ketujuh, Alfabeta, Bandung.

Beneke, Li et all. 2010. An empirical study on the decision-making styles of the

Chinese peasant consumers. Journal of Consumer Marketing. Hlm.629-

637

Breman, Barry & Evans, Joel R, 2010. Retail Management: A Strategic Approach

Edisi Kesebelas, Prentice Hall, New Jersey:

Assauri, Sofyan, 2002. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep Dan Strategi, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Dahmiri, 2009. Pengaruh Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) Terhadap

Citra Departemen Store pada Ramayana Departemen Store Kota Jambi.

Jurnal Manajemen Pemasaran Modern.vol.1 no.1 Januari 2009.

Ferdinand Pierre, Beer, 2006. Mechanic of Materials, McGraw-Hill Higher

Education, Boston.

eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014: 173-186

186

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hair, Joseph F, 2006. Multivariete Data Analysis, Pearson Prentice Hall, New

Jersey.

Hawkins, Neal Quester, 2003. Consumer Behavior “Implications for Marketing

Strategy”, Edisi keempat, The Mc Graw Hill Company.

Kotler dan Armstrong, 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi Kedelapan, Jilid

1, Erlangga, Jakarta.

__________dan Armstrong, 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan.

Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

__________dan Amstrong, 2004. Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid II, Edisi

Kesembilan, Alih Bahasa Alexander Sindoro, PT Indeks, Jakarta.

__________ and Kevin Lane Keller, 2006. Marketing Management, Edisi

Kesebelas, Prentice Hall, United States Of America.

__________, 2005. Manajemen Pemasaran (Terjemahan), Edisi Keseblas, PT

Index, Jakarta.

Lamb, Charlesh W. Joseph F. Hair, dan Carl Mc Danield, 2001. Marketing,

Terjemahan oleh David Octarevia, Edisi Pertama, Salemba Empat,

Jakarta.

Levy, michael & Weitz, Barton A, 2009. Retailing Management, Edisi Ketujuh,

McGraw-Hill Irwin, New York.

Ma’ruf, Hendry, 2006. Pemasaran Ritel, Gramedia Pustaka, Jakarta.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Rineka Cipta, Jakarta.

Peter, Paul J. dan Olson, Jerry C, 2000. Perilaku Konsumen Dan Strategi

Pemasaran, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

Schermerhorn, john R, 2002. Management, Edisi Ketujuh, John Wiley and Sons

Inc, United States of America.

Simamora, Bilson, 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Singgih, Santoso, 2010. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS,

PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Suoranto, J, Nan dan Limakrisna, 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi

Pemasaran untuk Memenangkan Persaingan Bisnis, Mitra Wacana

Media, Jakarta.

Swastha, Basu dan T. Hani Handoko, 2008. Manajemen Pemasaran Analisis

Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, BPFE UGM, Yogyakarta.

_______, Basu, DH dan Irawan, 2002. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi

Kedua, Liberty, Yogyakarta.

Thoyib Usman, 1998. Manajemen Perdagangan Eceran, Penerbit Ekonisia

Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Utami, Christina Whidya, 2010. Management Ritel, Salemba Empat, Jakarta.

Widayat, 2004. Metode Penelitian Pemasaran, UMM Press, Malang.