Neraca Digital RBL Eljut Revisi
-
Upload
septia-eka-marsha-yondaime -
Category
Documents
-
view
122 -
download
7
Transcript of Neraca Digital RBL Eljut Revisi
-
0
RBL (RESEARCH BASED LEARNING)
NERACA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR EFEK HALL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah Elektronika Lanjut
Disusun Oleh :
1. Adam Mubarak (10210036)
2. Aldi Rudianto (10210031)
3. Septia Eka Marsha Putra (10211022)
4. Tubagus Abid Alfarisi (1021071)
5. Husni Habil (10210067)
6. Meigara Juma (10210090)
7. Elvina Ayu Ratnasari (10211033)
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
-
1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan RBL (Research Based Learning) ini dengan sebaik-baiknya. RBL ini berjudul Neraca
Digital dengan menggunakan Sensor Efek Hall. RBL ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir
mata kuliah Elektronika Lanjut. Dengan penuh harap semoga RBL ini dapat bermanfaat dan tak lupa
mengharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan RBl ini.
Bandung, Desember 2013
Tim Penyusun
-
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................. 1
Daftar Isi ........................................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHLUAN................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 3
1.3 Metode ................................................................................................................................... 4
1.4 Sistematika Laporan .............................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................ 5
2.1 Catu Daya ...............................................................................................................................5
2.2 Sensor Efek Hall .............................................................................................................................. 6
2.3 Mikrokontroler AVR Atmega 8 .............................................................................................8
2.3.1 Konfigurasi Pin Atmega8 ..................................................................................................9
BAB III DATA Dan PEMBAHASAN ........................................................................................11
3.1 Data Kalibrasi dan Fungsi Transfer Sensor ......................................................................... 11
3.2 Pembahasan ......................................................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 14
4.2 Saran .................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15
LAMPIRAN................................................................................................................................. 16
-
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neraca adalah salah satu alat ukur massa. Sekarang neraca memiliki banyak jenis, neraca digital dan
neraca analog. Dalam berbagai bidang neraca digunakan sebagai alat ukur. Saat ini neraca yang
digunakan belum mencapai presisi 100%. Saat ini neraca yang ada menggunakan pegas sebagai dasar
pengukurannya, dan dari perubahan gaya pegas maka didapatkan massa benda yang diukur. Timbangan
dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan klasifikasinya. Jika dilihat dari cara kerjanya,
jenis timbangan dapat dibedakan atas [1] :
Timbangan Manual, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara mekanis dengan sistem pegas.
Biasanya jenis timbangan ini menggunakan indikator berupa jarum sebagai penunjuk ukuran
massa yang telah terskala.
Timbangan Digital, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara elektronis dengan tenaga listrik.
Umumnya timbangan ini menggunakan arus lemah dan indikatornya berupa angka digital pada
layar bacaan.
Timbangan Hybrit, yaitu timbangan yang cara kerjanya merupakan perpaduan antara timbangan
manual dan digital. Timbangan Hybrid ini biasa digunakan untuk lokasi penimbangan yang tidak
ada aliran listrik. Timbangan Hybrid menggunakan display digital tetapi bagian paltform
menggunakan plat mekanik
Untuk mempermudah pengukuran maka prinsip pegas digabung dengan sensor yang bisa mendeteksi
perubahan pegas tersebut. Perubahan pegas yang dimanfaatkan adalah perubahan jarak pegas akibat
pengaruh gaya luar. Untuk mendeteksi perubahan jarak ini digunakan sensor. Jenis sensor yang
digunakan bermacan-macam, mulai dari sensor jarak, sensor magnet dan lainnya. Jenis sensor yang
digunakan haruslah mendeteksi perubahan jarak. Oleh karena itu diperlukan sensor yang berbasiskan
perubahan medan magnet yang sederhana yang dapat dibuat untuk keperluan sehari-hari.
Pada RBL ini digunakan sensor efek hall yang berubah jika dikenai medan magnet yang tegak lurus.
Medan magnet ini akan berubah bergantug dengan perubahan jarak antar sumber medan magnet dengan
sensor.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada RBL ini adalah
1. Memanfaatkan sifat kemagnetan untuk digunakan sebagai neraca
-
4
2. Menggunakan sensor efek hall sebagai neraca digital dengan memanfaatkan perubahan tegangan
hall dibawah pengaruh medan magnet.
3. Mendapatkan hasil tegangan terhadap peubahan massa pada sensor efek hall.
1.3 Metode
Metode yang digunakan dalam RBL ini adalah dengan membuat neraca digital dengan menggunakan
sensor efek hall. Selain itu dilakukan kajian pustaka sebagai penunjang informasi mengenai topik
yang dibahas pada RBL ini.
1.4 Sistematika Makalah
a. Bab 1 Pendahuluan
b. Bab 2 Kajian Pustaka
c. Bab 3 Analisis dan Pembahasan
d. Bab 4 Penutup
-
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Catu Daya
Pencatu Daya (Inggris: power supply) adalah sebuah piranti elektronika yang berguna sebagai
sumber daya untuk piranti lain, terutama daya listrik. Pada dasarnya pencatu daya bukanlah sebuah alat
yang menghasilkan energi listrik saja, namun ada beberapa pencatu daya yang menghasilkan energi
mekanik, dan energi yang lain. Secara garis besar, pencatu daya listrik dibagi menjadi dua macam, yaitu
pencatu daya tak distabilkan dan pencatu daya distabilkan. Pencatu daya tak distabilkan merupakan jenis
pencatu daya yang paling sederhana. Pada pencatu daya jenis ini, tegangan maaupun arus keluaran dari
pencatu daya tidak distabilkan, sehingga berubah-ubah sesuai keadaan tegangan masukan dan beban pada
keluaran. Pencatu daya jenis ini biasanya digunakan pada peranti elektronika sederhana yang tidak
sensitif akan perubahan tegangan. Pencatu jenis ini juga banyak digunakan pada penguat daya tinggi
untuk mengkompensasi lonjakan tegangan keluaran pada penguat.
Pencatu daya distabilkan pencatu jenis ini menggunakan suatu mekanisme loloh balik untuk
menstabilkan tegangan keluarannya, bebas dari variasi tegangan masukan, beban keluaran, maupun
dengung. Ada dua jenis kalang yang digunakan untuk menstabilkan tegangan keluaran, antara lain:
Pencatu daya linier, merupakan jenis pencatu daya yang umum digunakan. Cara kerja dari pencatu
daya ini adalah mengubah tegangan AC menjadi tegangan AC lain yang lebih kecil dengan
bantuan Transformator. Tegangan ini kemudian disearahkan dengan menggunakan
rangkaian penyearah tegangan, dan di bagian akhir ditambahkan kondensator sebagai penghalus
tegangan sehingga tegangan DC yang dihasilkan oleh pencatu daya jenis ini tidak terlalu
bergelombang. Selain menggunakan diode sebagai penyearah, rangkaian lain dari jenis ini dapat
menggunakan regulator tegangan linier sehingga tegangan yang dihasilkan lebih baik daripada
rangkaian yang menggunakan diode. Pencatu daya jenis ini biasanya dapat menghasilkan tegangan
DC yang bervariasi antara 0 - 60 Volt dengan arus antara 0 - 10 Ampere.
Pencatu daya Sakelar, pencatu daya jenis ini menggunakan metode yang berbeda dengan pencatu
daya linier. Pada jenis ini, tegangan AC yang masuk ke dalam rangkaian langsung disearahkan oleh
rangkaian penyearah tanpa menggunakan bantuan transformer. Cara menyearahkan tegangan tersebut
adalah dengan menggunakan frekuensi tinggi antara 10KHz hingga 1MHz, dimana frekuensi ini jauh
lebih tinggi daripada frekuensi AC yang sekitar 50Hz. Pada pencatu daya sakelar biasanya diberikan
rangkaian umpan balik agar tegangan dan arus yang keluar dari rangkaian ini dapat dikontrol dengan
baik.
Pada dasarnya rangkaian catu daya ini digunakan untuk memberikan daya seta tegangan keluaran
kepada alat elektronik lain. Rangkaian catu daya yang baik memiliki regulator pada rangkaian tersebut.
Pemasangan regulator tersebut difungsikan untuk memberikan kestabilan pada tegangan yang keluar jika
terjadi perubahan nilai tegangan yang diterima oelh rangkaian catu daya tersebut. IC regulator tegangan
7805 dan 7905 merupakan salah satu jenis atau tipe dari regulator untuk tegangan tetap. Regulator 7805
dan 7905 memiliki 3 terminal yaitu Vin, GND dan juga Vout.
-
6
Gambar 1. Konfigurasi pin LM 7805 dan 7905
Sementara dari bentuknya, rangkaian catu daya juga dibagi menjadi 2 yaitu catu daya gelombang
penuh dan catu daya setengah gelombang. Biasanya rangkaian catu daya gelombang penuh digunakan
untuk memberikan suplai kepada power amplifier. Pada RBL ini digunakan catau daya bipolar dengan
menggunakan IC regulator tegangan (jenis 7805 dan 7905). Catu daya ini akan menghasilkan tegangan
keluaran +5 Volt dan -5 Volt. Rangkaian catu daya ini dapat dilihat pada gambar dibawah,
Gambar 2. Rangkaian catu daya bipolar dengan keluran +5 Volt dan -5 Volt
2.2 Sensor Efek Hall
Pada RBL Neraca Digital ini menggunakan sensor Efek Hall sebagai sensor dasarnya. Sensor efek
hall akan mendeteksi perubahan tegangan apabila dipengaruhi medan magnet. Maka jarak antara medan
magnet dan sensor yang berubah akan menjadi dasar dalam pengukuran beban pada neraca ini.
Perubahan jarak antara sumber medan magnetik dengan sensor sensor dipengaruhi oleh konstanta
pegas. Perumusannya ditunjukkan oleh
Gambar 3. Prinsip kerja neraca
-
7
Dengan menggunakan hukum II Newton
Karena menggunakan pegas maka
Sehingga didapatkan massa-nya adalah
Dimana m adalah massa, k adalah konstanta pegas dan adalah percepatan (percepatan gravitasi g = 10
m/s).
Untuk sensor yang dibuat, tekanan yang diberikan kemudian digunakan untuk mengerakkan
magnet permanen yang memiliki besar medan magnet berubah tergantung jarak mendekati sensor
elektronik efek Hall. Efek Hall merupakan peristiwa munculnya tegangan pada tepi plat konduktor yang
dialiri arus dan diberi medan magnet pada arah tegak lurus arus.
Tekanan yang diberikan digunakan untuk mengerakkan magnet permanen yang memiliki besar
medan magnet berubah tergantung jarak mendekati sensor elektronik efek Hall. Efek Hall merupakan
peristiwa munculnya tegangan pada tepi plat konduktor yang dialiri arus dan diberi medan magnet pada
arah tegak lurus arus.
Gambar 4. Efek hall
Dengan menggunakan sensor efek hall (jenis A3144) yang berpengaruh akan menghasilkan
tegangan hall (VH) yang akan berubah bergantung dengan besarnya medan magnet yang diterimanya.
Besarnya medan magnet yang diterima sensor akan bergantung pada jarak antara sumber medn magnet
dengan sensor. Rangkaian sensor ini ditunjukkan oleh gambar berikut,
-
8
Gambar 5. Konfigurasi pin sensor efek hall, beserta blok diagramnya
Gambar 6. Rangkaian sensor efek hall dan penguat diffresnisal
Pada rangkaian sensor ini tegangan Hall yang dihasilkan akan diperkuat oleh penguat differensial,
besar penguatan pada penguat differensial adalah,
2.3 Mikrokontroler AVR Atmega 8
AVR ATmega8 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit berarsitektur AVRRISC yang memiliki 8K byte
in-System Programmable Flash. Mikrokontroler dengan konsumsi daya rendah ini mampu
mengeksekusi instruksi dengan kecepatan maksimum 16MIPS pada frekuensi 16MHz. Jika
dibandingkan dengan ATmega8L perbedaannya hanya terletak pada besarnya tegangan yang
diperlukan untuk bekerja. Untuk ATmega8 tipe L, mikrokontroler ini dapat bekerja dengan tegangan
antara 2,7 - 5,5 V sedangkan untuk ATmega8 hanya dapat bekerja pada tegangan antara 4,5 5,5 V.
-
9
2.3.1 Konfigurasi Pin Atmega8
Gambar 7. Konfigurasi pin ATmega8
ATmega8 memiliki 28 Pin, yang masing-masing pin nya memiliki fungsi yang berbeda-beda baik sebagai
port maupun fungsi yang lainnya. Berikut akan dijelaskan fungsi dari masing-masing kaki ATmega8.
VCC
Merupakan supply tegangan digital.
GND
Merupakan ground untuk semua komponen yang membutuhkan grounding.
Port B (PB7...PB0)
Didalam Port B terdapat XTAL1, XTAL2, TOSC1, TOSC2. Jumlah Port B adalah 8 buah pin, mulai
dari pin B.0 sampai dengan B.7. Tiap pin dapat digunakan sebagai input maupun output. Port B
merupakan sebuah 8-bit bi-directional I/O dengan internal pull-up resistor. Sebagai input, pin-pin yang
terdapat pada port B yang secara eksternal diturunkan, maka akan mengeluarkan arus jika pull-up
resistor diaktifkan. Khusus PB6 dapat digunakan sebagai input Kristal (inverting oscillator amplifier)
dan input ke rangkaian clock internal, bergantung pada pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk
memilih sumber clock. Sedangkan untuk PB7 dapat digunakan sebagai output Kristal (output
oscillator amplifier) bergantung pada pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk memilih sumber
clock. Jika sumber clock yang dipilih dari oscillator internal, PB7 dan PB6 dapat digunakan sebagai
I/O atau jika menggunakan Asyncronous Timer/Counter2maka PB6 dan PB7 (TOSC2 dan TOSC1)
digunakan untuk saluran input timer
Port C (PC5 . . . PC0)
Port C merupakan sebuah 7 bit bi directional I/O port yang didalam masing-masing pin terdapat pull-
up resistor. Jumlah pin nya hanya 7 buah mulai dari pin C.0 sampai pin C.6. Sebabgai keluaran/output
-
10
port C memiliki karakteristik yang sama dalam hal menyerap arus (sink) ataupun mengeluarkan arus
(source).
Reset/PC6
Jika RSTDISBL Fuse deprogram, maka PC6 akan berfungsi sebagai pin I/O. Pin ini memiliki
karakteristik yang berbeda dengan pin-pin yang terdapat pada port C lainnya. Namun jika RSTDISBL
Fuse tidak deprogram, maka pin ini akan berfungsi sebagai input reset. Dan jika level tegangan yang
masuk ke pin ini rendah dan pulsa yang ada lebih pendek dari pulsa minimum, maka akan
menghasilkan suatu kondisi reset mesikipun clock-nya tidak bekerja.
Port D (PD7 . . . PD0)
Port D merupakan 8-bit bi-drectional I/O dengan internal pull-up resistor. Fungsi dari port ini dama
dengan port-port yang lain. Hanya saja pada port ini tidak terdapat kegunaan-kegunaan yang lain. Pada
port ini hanya berfungsi sebagai masukan dan keluaran saja atau biasa disebut dengan I/O.
AVcc
Pin ini berfungsi sebagai supply tegangan untuk ADC. Untuk pin ini harus dihubungkan secara
terpisah dengan VCC karena pin ini digunakan untuk analog saja. Bahkan jika ADC pada AVR tidak
digunakan tetap saja disarankan untuk menghubungkannya secara terpisah dengan VCC. Jika ADC
digunakan maka AVcc harus dihubungkan ke VCC melalui low pass filter.
AREF
Merupakan pin referensi jika menggunakan ADC.
Hasil pembacaan massa/beban dari rangkaian menggunakan 2 cara, yaitu langsung melalui LCD
dan melalui computer. Rangkaian interface nerac digital dengan komputer ditunjukkan oleh gambar
berikut,
Gambar 8. Rangkaian interface dari alat ke display
-
11
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN
3.1 Data Kalibrasi dan Fungsi Transfer Sensor
Dengan menggunakan beban (yang sudah diketahi massanya), maka rangkaian neraca digital
dapat dikalibrasi secara manual. Hasil dari kalibrasi ditunjukkan oleh data berikut,
Tabel 1. Tabel Massa terhadap Tegangan
No
Massa
(Kg) Tegangan (V)
1 0.1 0.063
2 0.2 0.1
3 0.3 0.135
4 0.5 0.22
5 1 0.413
6 1.1 0.475
7 1.2 0.523
8 1.5 0.685
9 1.7 0.83
Gambar 9. Kurva fungsi transfer Massa terhadap tegangan
-
12
Didapatkan fungsi transfer yang merupakan hubungan antara tegangan terhadap massa yang
diberikan dengan melakukan regresi linear pada data. Sehingga didapatkan fungsi transfer sensor efek hall
adalah (dengan R-square 0.989),
Keluaran dari rangkaian neraca digitl ditampilkan dalam 2 bentuk yaitu melalui LCD, dan
software di computer. Pada software juga dilakukan kalibrasi dengan cara yang sama sehingga hasil yang
didaptkan adalah,
Gambar 10. Kurva hasil yang ditunjukkan oleh keluran sistem
Gambar 11. Keluaran dari program
-
13
Gambar 12. Keluaran kalibrasi dari alat
3.1 Pembahasan
Pada sensor yang digunakan adalah menggunakan penguat diffresnsial. Penguatan yang diatur 2
kalinya. Penguat diffresnsial menggunakan tegangan refferensi sehingga pada saat tidak ada beban
pembacaannya menjadi 0.
Galat pengukuran sistem adalah sekitar 100 gram dari maksimal pengukuran 3 kg, atau sekitar
3%. Hal ini diakibatkan maksimal perpanjangan pegas sudah mencapai maksimal. Galat yang dihasilkan
oleh konsntanta pegas yang belum diketahui linearitasnya, posisi pegas tidak tepat berada pada pusat
massa beban, dudukan massa pengukuran tidak stabil sehingga beban tidak tepat diam, fleksibilitas dari
tiang penyangga pegas.
Program interface computer dibuat menggunakan IDE Delphi 7. Pada gambar 12 interface
digunakn untuk pencuplikan data. Data tersebut digunakan untuk kalibrasi. Hasil regresi linear merupakan
fungsi transfer sistem sensor, hasil regresi tersebut digunakn untuk konversi data bit yang diperoleh
kedalam besaran massa (gram). Gambar 10 merupakan interface massa yang diperoleh terhadap waktu.
Hasil ditunjukkan oleh program menunjukkan data yang fluktuatif, diakibatkan oleh tegangan
keluaran sensor yang masuk ke sensor tidak konstan, sehingga pembacaan dalam mikroontroler menjadi
tidak stabil.
-
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem dapat menghasilkan keluaran berupa massa benda, grafik, dan hasil regresi. Kesalahan
sistem mencapai 100 gram. Sistem tidak terlalu sensitif pada pengukuran massa beban yang kecil
terutama dibawah 50 gram.
4.2 Saran
Diharapkan pengembangan pengukuran berat dengan menggunakan efek hall bisa dikembangkan
untuk beban yang kecil. Sistem yang dirancang masih banyak memiliki kekurangan terutama presisi dan
keakuratan alat.
-
15
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Neraca_(timbangan) (akses tanggal 25 Desember 2013 )
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Pencatu_daya (akses tanggal 25 Desember 2013 )
[3] Sumber Gambar : Pin Atmega8www.robotplatform.com (akses tanggal 26 Desember 2013)
[4] http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/535/jbptunikompp-gdl-indrapurna-26711-5-unikom_i-i.pdf
(akses tanggal 26 Desember 2013 )
[5] Sumber Gambar : http://www.circuitstoday.com/wp-content/uploads/2012/02/atmega8-block-
diagram.png (akses tanggal 26 Desember 2013 )
-
16
LAMPIRAN
/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.05.3 Standard
Automatic Program Generator
Copyright 1998-2011 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com
Project :
Version :
Date : 12/28/2013
Author : ADAMMUBAROK
Company : dammub
Comments:
Chip type : ATmega8
Program type : Application
AVR Core Clock frequency: 12.000000 MHz
Memory model : Small
External RAM size : 0
Data Stack size : 256
*****************************************************/
#include
#include
// Alphanumeric LCD functions
#include
#ifndef RXB8
#define RXB8 1
#endif
#ifndef TXB8
#define TXB8 0
#endif
#ifndef UPE
#define UPE 2
#endif
#ifndef DOR
#define DOR 3
#endif
#ifndef FE
#define FE 4
#endif
#ifndef UDRE
#define UDRE 5
#endif
#ifndef RXC
#define RXC 7
#endif
-
17
#define FRAMING_ERROR (1
-
18
// USART Transmitter buffer
#define TX_BUFFER_SIZE 8
char tx_buffer[TX_BUFFER_SIZE];
#if TX_BUFFER_SIZE
-
19
while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCW;
}
// Declare your global variables here
unsigned char buf[33];
unsigned int temp1=0;
void main(void)
{
// Declare your local variables here
// Input/Output Ports initialization
// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
// Port C initialization
// Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 0 Stopped
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer1 Stopped
// Mode: Normal top=0xFFFF
// OC1A output: Discon.
// OC1B output: Discon.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
-
20
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer2 Stopped
// Mode: Normal top=0xFF
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// External Interrupt(s) initialization
// INT0: Off
// INT1: Off
MCUCR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization
TIMSK=0x00;
// USART initialization
// Communication Parameters: 8 Data, 1 Stop, No Parity
// USART Receiver: On
// USART Transmitter: On
// USART Mode: Asynchronous
// USART Baud Rate: 9600
UCSRA=0x00;
UCSRB=0xD8;
UCSRC=0x86;
UBRRH=0x00;
UBRRL=0x4D;
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 750.000 kHz
// ADC Voltage Reference: AVCC pin
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x84;
// SPI initialization
// SPI disabled
SPCR=0x00;
// TWI initialization
// TWI disabled
TWCR=0x00;
// Alphanumeric LCD initialization
// Connections are specified in the
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu:
// RS - PORTB Bit 0
// RD - PORTB Bit 1
// EN - PORTB Bit 2
// D4 - PORTD Bit 4
// D5 - PORTD Bit 5
// D6 - PORTD Bit 6
// D7 - PORTD Bit 7
// Characters/line: 16
-
21
lcd_init(16);
// Global enable interrupts
#asm("sei")
while (1)
{
// Place your code here
temp1= read_adc(0);
lcd_gotoxy(0,0);
sprintf(buf, "RBL Elka Lanjut");
lcd_puts(buf);
lcd_gotoxy(0,1);
sprintf(buf, "data bit = %d",temp1);
lcd_puts(buf);
printf("xa%dby\n\r",temp1);
delay_ms(1);
}
}
Kode program interface Delphi tidak dapat dilmpirkan