NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI...

166
NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi Perbankan Periode Tahun 1983 - 1993 Studi Analisis-Deskriptif Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Oleh : SIGIT KARYADI BUDIONO NIM : O32214077 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI...

Page 1: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

 

 

NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI

STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA

KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi Perbankan Periode Tahun 1983 - 1993

Studi Analisis-Deskriptif

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh :

SIGIT KARYADI BUDIONO NIM : O32214077

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

 

NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI

STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA

KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Deregulasi Perbankan Periode Tahun 1983 - 1993

Studi Analisis Deskriptif

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh :

SIGIT KARYADI BUDIONO NIM : O32214077

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

ii 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

iii 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

iv 

 

MOTTO

Segui il tuo corso, e lascia dir le genti! (Jalan terus, biarkan mereka menggerutu !!!!)

(Dante Alighieri, Komedi Tuhan, Bagian Api Neraka, Nyanyian V)

Change does not roll in on the wheels of inevitability, but comes through continuous struggle. And so we must straighten our backs and work for our freedom. A man can't ride you unless your back is bent.

(Martin Luther King, Jr., "I See the Promised Land", Memphis, Tennessee, April 3, 1968)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

 

PERSEMBAHAN

Untukmu…agar kau tahu bahwa ku cinta padamu…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

vi 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

vii 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

viii 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan kepada Allah SWT atas

karunia dan Rahmad-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN

PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis

Atas Deregulasi Perbankan Periode Tahun 1983 - 1993 Studi Analisis Deskriptif”

dengan baik. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak T. Handono Eko Prabowo, MBA., Ph.D., selaku dosen pembimbing

I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan

hati.

4. Bapak Antonius Budisusila, S.E., M.Sc. Soc., selaku dosen pembimbing

II, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini

menjadi lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

ix 

 

5. Bapak Drs. Laurentius Bambang Harnoto M.Si. selaku anggota tim

penguji yang telah memberi masukan yang sangat berguna.

6. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a, dukungan,

nasehat, serta kesabaran hati untuk menunggu penulis menjalani masa

“bermainnya” sebagai bekal dikemudian hari, juga saudara-saudara

penulis yang selalu memberikan support kepada penulis.

7. Kawan-kawan Pimpinan Nasional, Pimpinan Kota Front Perjuangan

Pemuda Indonesia Yogyakarta, serta Tadjam Sanata Dharma, terima kasih

telah mengajarkan banyak hal, maaf belum bisa berbuat banyak hal.

8. Konco-konco gojek kere, “Super Bondox”, “Gus Adit”, “Lepek”, “Babi”,

“Kembar sial”, “si Gendut Mian”, “Ketjor”, “Lik bas”, Renggo “Darsono”.

Kak Dayah terima kasih sudah berbaik hati mengajak keliling UI dan

bertemu “adek-adek” bersenyum cerah dan renyah. Kumpulan gambir-

gombyok Solo, “Nangnak”, “SX”, “Aero”, “Gogon”, “Tahu”, mas Mamad.

9. Kawan-kawan Asrama Bantaeng SulSel, Sopyan, Zaldy, Suthan, Ayu’,

Wandi n Fandi, Ima, Anchu’, Musda, Habibi, “Pak Ketua”, terima kasih

telah menerima “penumpang gelap” yang sering pinjam leptop juga.

Kapan kita ke Bantaeng lagi? : )

10. UKM Bal-balan Sadhar, tim bal-balan Ekonomi Sadhar, club kampung

Adidas n PuMa, terima kasih telah membuat riang dan sehat.

11. Pegawai perpustakaan Sadhar dan Kota, terima kasih banyak. Tingkatkan

kewaspadaan terhadap aksi-aksi petualangan “pendekar berwatak jahat”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

 

12. Nama-nama lain yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu karena

keterbatasan ruang formal ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari

para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Yogyakarta, 8Agustus 2011

Penulis\

Sigit Karyadi Budiono NIM 032214077

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

xi 

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii

HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS……………. vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………………………………...…….. vii

HALAMAN KATA PENGANTAR…………………………………...… viii

HALAMAN DAFTAR ISI………………………………………………... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL…………………………………………... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR……………………………………….. xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN……………………………………... xvi

HALAMAN ABSTRAK………………………………………………….. xvii

HALAMAN ABSTRACT………………………………………………… xviii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Penelitian……………………………………. 1

B. Pembatasan Masalah…………………………………………. 5

C. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup…………………….. 6

1. Rumusan Masalah……………………………………….. 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

xii 

 

2. Ruang Lingkup…………………………………………... 7

D. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 7

E. Manfaat Penelitian…………………………………………… 8

F. Sistematika Penulisan………………………………………... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………….. 11

A. Landasan Teori………………………………………………. 11

1. Neoliberalisme…………………………………………… 11

2. Structural Adjustment Programs (SAPs)………………... 12

3. Kebijakan Deregulasi Sektor Perbankan………………... 14

4. Lembaga Keuangan Perbankan…………………………. 16

B. Kerangka Pemikiran………………………………………….. 17

C. Penelitian Sebelumnya……………………………………….. 20

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………... 23

A. Jenis Penelitian……………………………………………….. 23

B. Objek Penelitian…………………………………………….... 24

C. Waktu dan Lokasi……………………………………………. 24

D. Konsep-konsep……………………………………………….. 24

E. Metode Pengumpulan Data…………………………………… 26

F. Rekonstruksi atau Penulisan………………………………….. 28

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN……………………………... 29

A. Negara Pasca Kolonial dan Kebangkitan Neoliberalisme……. 29

1. Dekolonialisasi dan Kuatnya Pengaruh Negara dalam

Tradisi Negara Pasca Kolonial……………………………. 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

xiii 

 

2. Intervensi Negara dan Wacana Pembangunan Negara

Pasca Kolonial…………………………………………….. 40

3. Stagflasi 1970 dan Pengaruh Kebijakan

Thatcherism – Reaganomics……………………………… 44

4. Bangkitnya Intelektual Kanan Baru……………………… 56

B. STRUCTURAL ADJUSTMENT PROGRAMS SEBAGAI

PROGRAM EKONOMI – POLITIK NEOLIBERALISME….. 60

1. Hutang dan Kemunculan Structural Adjustment Programs 62

2. Pengalaman Penyesuaian Struktural di Negara

Berkembang………………………………………………. 74

3. Proses Penyesuaian Struktural di Indonesia……………... 79

C. Structural Adjustment Programs dan Implikasinya Bagi

Dunia Perbankan……………………………………………… 91

1. Program Deregulasi dan Deregulasi Perbankan………….. 92

2. Struktur Perbankan Pasca Perbankan…………………….. 102

3. Perilaku Perbankan Pasca Deregulasi…………………….. 112

BAB V PENUTUP………………………………………………………… 123

A. KESIMPULAN…………………………………..……………. 123

B. SARAN………………………………………………….…….. 125

C. KETERBATASAN……………………………………….….... 126

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 129

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………….... 135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

xiv 

 

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

IV.1 Daftar Negara-Negara Pasca Kolonial Setelah Perang Dunia II (1945-1965)…………………………………………………….33

IV.11 Kalkulasi Utang Pada Pemerintahan Soekarno…………………………..80

IV.12 Rata-Rata Bunga Nominal dan Riil Deposito Berjangka pada Bank-Bank Pemerintah……………………………………………..98

IV.13 Perkembangan Jumlah Bank Sebelum dan Sesudah Pakto 88………….106

IV.14 Posisi Penghimpunan Dana dalam Rp & Valas Menurut Kelompok Bank (miliar Rp)…..………………………………………..109

IV.15 Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valas Menurut Kelompok Bank (miliar Rp)…………………………………………….111

IV.16 Perkembangan Aktiva dan Pasiva Perbankan Indonesia Pasca Deregulasi 1988 (dalam Miliar Rupiah)…………………………112

IV.17 Kredit Macet Perbankan Tahun 1994-1996 (dalam Miliar Rupiah)……115

IV.18 Kredit Bank-bank Besar kepada Kelompok Perusahaan……………….117

IV.19 Rasio Penyaluran Kredit kepada Group dengan Modal di Sejumlah Bank, 1995………………………………………………...119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

xv 

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Alur Kerangka Pemikiran………………………………………..20 IV.2 Krisis Ekonomi Tahun 1970an: Inflasi dan

Pengangguran di A.S. dan Eropa, 1960-1987……………………45

IV.3 Pergerakan Tingkat Suku Bunga Riil di A.S.dan Perancis tahun 1960-2001, Sebagai Implikasi Terapi Kejut Volcker……………………………...……………...50

IV.4 Rata-rata Pengangguran di Amerika Serikat tahun 1979-1982………………………………………………………..53

IV.5 Pendalaman Sektor Finansial Global (Persentase Nilai Aset Saham dari GDP Dunia tahun 1980-2007)…………..54

IV.6 Tingkat Keuntungan Bagi Korporasi Finansial dan Non-finansial di A.S. 1960-2001………………………………...55

IV.7 Rata-rata Pertumbuhan PDB Per Kapita dan Total PDB Negara Berkembang, 1960-1987…………………………..67

IV.8 Persentase Pertumbuhan Utang Luar Negeri Negara Berkembang, 1966-1982…………………………………………68

IV.9 Suku bunga Nominal dan riil, 1972-1988………………………..71

IV.10 Pembayaran Utang Luar Negeri Dikurangi Nilai Pinjaman……..72

V.1 Bagan Kesimpulan……………………………………………...127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

xvi 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer Judul Halaman Lampiran

Lampiran 1 Pokok-Pokok Paket Dergulasi 27 Oktober 1988……………….135

Lampiran 2 Ketentuan Lanjutan Paket 27 Oktober 1988…………………....138

Lampiran 3 Pokok-Pokok Ketentuan Lanjutan Paket 27 Oktober 1988……………………………………………………140

Lampiran 4 Penjelasan Gubernur BI tentang Pakto 27 dan Ketentuan Lanjutan Pakto 27…………………………………...146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

xvii 

 

ABSTRAK

NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA

Analisis Deregulasi Perbankan Periode Tahun 1983 - 1993 Studi Analisis Deskriptif

Sigit Karyadi Budiono

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2011

Dalam banyak literatur yang membahas tentang pengambilan kebijakan deregulasi sektor perbankan di Indonesia, disebutkan bahwa dasar dari pengambilan kebijakan tersebut adalah berakhirnya era booming minyak pada tahun 1980-an. Seolah-olah hanya ada satu variabel saja yang mempengaruhi keluarnya kebijakan tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada variabel lain yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat implikasi dari kebijakan deregulasi tersebut terhadap sektor perbankan itu sendiri.

Studi ini dilakukan selama bulan Oktober 2010 sampai bulan Juli 2011 di sejumlah perpustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggali sumber-sumber seperti buku-buku, surat-surat kabar, jurnal ilmiah, maupun artikel-artikel lain dari internet yang sesuai dengan topik studi ini. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis-deskriptif yakni dengan melihat pengaruh satu variabel dengan variabel lain dan kemudian mengungkapkannya menjadi suatu rangkaian penjelasan yang terperinci.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gelombang neoliberalisme yang ramai diadopsi di negara berkembang melalui program penyesuaian struktural menjadi penentu keluarnya kebijakan deregulasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa capaian deregulasi untuk meliberalisasi perbankan demi tumbuhnya iklim perbankan yang sehat tidak selalu seperti yang diharapkan. Menjamurnya bank-bank baru yang membuat terjadinya persaingan yang ketat dalam dunia perbankan, semakin bergantungnya bank pada dana jangka pendek, ditambah dengan perilaku konglomerasi para pemilik modal menjadikan tingkat kesehatan perbankan menjadi buruk. Kata kunci: neoliberalisme, program penyesuian struktural, deregulasi perbankan, struktur industri perbankan, konglomerasi, kesehatan perbankan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

xviii 

 

ABSTRACT

NEOLIBERALISM AND IMPLICATIONS TO THE STRUCTURE AND BEHAVIOR OF BANKING INSTITUTIONS IN INDONESIA

Analysis on Banking Deregulation Period of 1983 - 1993 Descriptive Analysis Study

Sigit Karyadi Budiono

Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

In many literatures discussing about the policy making of deregulation of the banking sector in Indonesia, it was stated that the basis of policy making is the end of the oil boom era in the 1980s, as if there is only one variable that affects the release of the policy. This study attempts to investigate whether there are other variables that influence the policy. Besides, this study also attempts to look at the implications of the deregulation policy to the banking sector itself.

This study was conducted from October 2010 to July 2011 in a number of libraries. The data were collected by studying the sources such as books, newspapers, scientific journals, and other articles from the internet in accordance with the topic of this study. The method used in research was a method of descriptive analysis by looking at the effect of one variable to another variable and then express it in to a series of detailed explanation.

The results of this study indicated that the wave of neo-liberalism bustling adopted in developing countries through the structural adjustment programs also determined the release of the deregulation policy. The results of the research also showed that the achievements of the banking deregulation to liberalize the climate for the growth of a healthy banking was not always as expected. The growing number of new banks made the competition in the banking sector fierce, banks were increasingly dependent on short-term funds, and more over the soundness of banking was getting worse because of the conglomeration behavior of the capital owners.  Key words: neo liberalism, structural adjustment programs, deregulation of banking, industrial banking structure, conglomeration, banking soundness.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penghujung tahun 1970-an dan awal 1980-an akan selalu diingat sebagai

dekade perubahan fundamental ekonomi dan politik global. Hal ini disebabkan

karena serangkaian peristiwa ekonomi dan politik di tataran global. Rentetan

peristiwa mulai dari krisis minyak, inflasi yang tinggi, hingga pergantian sejumlah

pemimpin di sejumlah negara mampu menjadi motor reformasi di berbagai

belahan dunia (Harvey, 2009). Pada dekade tersebut sejumlah perubahan menerpa

berbagai negara-negara di hampir seluruh penjuru dunia secara serempak.

Secara umum perubahan yang terjadi pada dekade 1980-an adalah

bergesernya kebijakan ekonomi, sosial, hingga politik, di berbagai negara menjadi

berorientasi pasar. Kecenderungan kebijakan yang diambil oleh pemerintahan di

berbagai negara menggeser orientasi kebijakan pada masa sebelumnya yang

kental dengan tradisi intervensionisme negara. Hampir di seluruh belahan dunia

mengadopsi gagasan-gagasan yang dikembangkan oleh sejumlah kalangan, yang

dikemudian hari dikenal sebagai neoliberalisme. Kegiatan seperti meliberalisasi

perdagangan, investasi, serta menswastakan perusahaan-perusahaan milik negara

menjadi semacam tren umum secara global.

Neoliberalisme sendiri merupakan gagasan yang melihat bahwa seluruh

aktivitas dan hubungan antar manusia yang ada dalam masyarakat dilandasi oleh

kepentingan transaksional (Priyono, 2003: 54). Sehingga dengan lain perkataan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

2

seluruh tindakan dan hubungan manusia hanya merupakan artikulasi dari

kepentingan untung-rugi dalam transaksi ekonomi. Oleh karena itu sistem pasar

merupakan satu-satunya model sistem bermasyarakat yang paling cocok

diterapkan dalam masyarakat. Tugas pemerintah dengan demikian harus

mengupayakan bekerjanya sistem tersebut. Bahkan prinsip-prinsip ekonomi dan

kinerja pasar akan menjadi tolok ukur berhasil tidaknya semua kebijakan

pemerintah.

Dimulai dari sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris,

yang merestrukturisasi watak serta peran dari negara dalam perekonomian,

kegiatan tersebut kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai negara. Melalui

peran yang dimainkan oleh institusi-institusi multilateral seperti IMF dan Bank

Dunia serta para intelektual pendukungnya, gagasan tersebut mampu

ditransformasikan menjadi semacam resep ekonomi yang berlaku universal untuk

menggantikan manajemen ekonomi Keynesian (Sugiono, 1999). Melalui berbagai

perangkat yang dibuat, wacana kebajikan pasar mampu menjadi wacana dominan

serta menjadi rujukan mekanisme pengambilan kebijakan ekonomi, sosial hingga

politik.

Negara-negara berkembang, yang pada umumnya adalah negara bekas

jajahan dari negara-negara Eropa serta Amerika Serikat, tak luput dari ”serangan”

wacana neoliberalisme. Reformasi kebijakan ekonomi yang sebelumnya kental

dengan tradisi intervensionisme negara, secara dramatis mampu digantikan oleh

kebijakan yang mengandalkan pada hubungan tarik-menarik permintaan dan

penawaran. Manajemen ekonomi yang sebelumnya seringkali dilandasi oleh rasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

3

nasionalisme harus digantikan oleh sistem perekonomian yang mengakomodasi

kepentingan-kepentingan usaha masyarakat itu sendiri.

Berbagai perangkat pendukung harus ditanamkan sebagai infrastruktur

kegiatan reformasi yang dijalankan oleh pemerintahan negara-negara

berkembang. Diawali dari fenomena krisis keuangan dan hutang besar yang

menimpa negara-negara tersebut sejumlah perjanjian dan saran kebijakan banyak

diupayakan oleh lembaga multilateral sebagai proses mendorong neoliberalisme.

Maka serangkaian penyesuaian struktural harus dijalankan oleh pemerintah

sebagai resep mengatasi krisis.

Indonesia sebagai bagian dari negara berkembang tak luput dari

mekanisme-mekanisme yang dijalankan oleh negara-negara berkembang lain baik

di benua Asia, Afrika, Amerika Selatan (lihat misalnya Setiawan,

www.globaljust.org, Diakses 18 Maret 2010). Seperti halnya negara berkembang

lainnya, Indonesia harus menerima resep reformasi yang disarankan oleh IMF dan

Bank Dunia untuk mengatasi krisis pasca booming minyak. Melalui serangkaian

paket deregulasi sebagai bagian dari program penyesuaian struktural, pemerintah

mulai mengurangi perannya dalam bidang ekonomi. Dimulai dari paket deregulasi

keuangan, paket-paket deregulasi di sektor lain mulai menyusul dan menjadi

bagian dari reformasi itu sendiri.

Pada beberapa penelitian dan tulisan tentang deregulasi, khususnya

deregulasi sektor keuangan yang diawali dari kebijakan Paket deregulasi Juni

1983, menyebutkan bahwa landasannya adalah kebutuhan pragmatis. Hal ini

seperti hendak menegaskan penolakan terhadap pandangan bahwa kebijakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

4

deregulasi juga merupakan hasil desakan kekuatan internasional. Seperti dalam

penelitian Nasution (1991) yang menyatakan tentang alasan keluarnya kebijakan

paket deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 27) dan 20 Desember 1988 (Pakdes 20)

adalah murni kebutuhan mobilisasi dana domestik paska oil boom tahun 1970-an.

Binhadi (Binhadi, 2005) juga menuliskan bahwa kebijakan deregulasi sejak tahun

1983 merupakan kebijakan yang diambil atas dasar pertimbangan praktis saja

yaitu kebutuhan mobilisasi dana untuk pembangunan sebagai konsekuensi logis

atas resesi dunia di awal tahun 1980-an serta berakhirnya era oil boom.

Penulis berpandangan bahwa kebijakan deregulasi sektor keuangan, yang

dalam penelitian ini difokuskan pada deregulasi sektor perbankan, tidak begitu

saja diambil dari pertimbangan internal saja. Neoliberalisme menurut penulis

menjadi dasar yang kuat dilangsungkanya kebijakan tersebut. Maka tentu menarik

untuk membuktikan apakah memang dinamika internasional yang berkembang

yakni masifikasi penyebaran neoliberalisme mempengaruhi pengambilan

kebijakan deregulasi sektor perbankan ataukah memang faktor internal saja yang

menjadi dasar pengambilan kebijakan tersebut.

Kebijakan deregulasi perbankan umumnya juga dilihat sebagai upaya

untuk membebaskan dari represi finansial. Sehingga dengan demikian sektor

perbankan mampu dinamis dan menjalankan peran intermediasinya. Persoalan

lain yang dengan demikian bagi penulis perlu dilihat adalah bagaimana implikasi

dari deregulasi sektor perbankan pada struktur serta perilaku perbankan. Hal ini

untuk membuktikan apakah kegiatan deregulasi tersebut sesuai dengan harapan

dari dilangsungkannya kegiatan deregulasi tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

5

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada realitas semakin kuatnya diskursus tentang

neoliberalisme sebagai suatu fenomena global, maka bagi penulis menjadi

menarik untuk menjadikannya sebagai bidang kajian studi manajemen. Sehingga

dalam penelitian ini, menarik untuk melihat bagaimana pengaruh neoliberalisme

pada manajemen pengambilan kebijakan pada suatu negara. Selain itu penelitian

ini juga dimaksudkan untuk melihat implikasi dari kebijakan-kebijakan neoliberal

terhadap sektor-sektor yang terkait langsung dengan kebijakan tersebut.

Pembahasan pertama meliputi atas kemunculan neoliberalisme, yang

didapat melalui penggalian latar belakang situasi global yang mampu

mengkondisikan hadirnya neoliberalisme. Bagian-bagian yang coba diajukan

meliputi beberapa gejolak serta peristiwa ekonomi-politik internasional yang

berkembang pasca perang dunia kedua hingga akhir tahun 1970-an. Pembahasan

di dalamnya tidak akan mengajukan semua peristiwa yang berkembang pada masa

tersebut, akan tetapi hanya beberapa kejadian yang mempengaruhi perubahan

radikal orientasi kebijakan di beberapa negara. Sehingga dengan demikian akan

terlihat secara jelas runutan latar belakang proses perubahan orientasi kebijakan

ekonomi nasional maupun internasional yang terjadi di sejumlah negara.

Perubahan orientasi kebijakan ekonomi yang dimaksud adalah bergesernya peran

negara yang sebelumnya kental mempengaruhi perekonomian menjadi semakin

berkurang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

6

Pada bagian selanjutnya akan coba dikaji tentang proses masuknya

neoliberalisme di negara berkembang pada umumnya serta di Indonesia pada

khususnya. Bagian-bagian yang dipaparkan adalah mengenai latar situasi hadirnya

perangkat-perangkat reformasi ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah negara

berkembang. Pengalaman penerapan reformasi ekonomi di sejumlah negara

berkembang serta proses masuknya agenda reformasi ekonomi di Indonesia pada

tahun 1980-an juga dibahas pada bagian ini.

Pada bagian akhir, pembahasan akan difokuskan pada bentuk-bentuk

kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia sebagai konsekuensi menjalankan

reformasi ekonomi. Bentuk-bentuk kebijakan yang akan dilihat adalah pada

kebijakan deregulasi sektor keuangan atau secara khusus adalah kebijakan

deregulasi sektor perbankan pada dekade 1983 - 1993. Kebijakan deregulasi

tersebut bagi penulis merupakan bagian penting dari reformasi ekonomi yang

dijalankan oleh pemerintah dalam kaitanya dengan masuknya neoliberalisme di

Indonesia. Pada bagian ini juga dibahas implikasi dari kebijakan deregulasi

perbankan pada struktur dan perilaku industri perbankan itu sendiri.

C. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah dipaparkan maka

penulis mengajukan pokok-pokok rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana awal proses berkembangnya neoliberalisme pada tataran

global?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

7

b. Bagaimana lembaga-lembaga internasional menerapkan perangkat-

perangkat liberalisasi guna mempraktekkan neoliberalisme di Indonesia?

c. Bagaimana pula implikasi kebijakan neoliberalisme di dunia perbankan

khususnya pada struktur dan perilaku lembaga keuangan perbankan

Indonesia?

2. Ruang Lingkup

Studi ini akan mengulas praktek-praktek penerapan neoliberalisme,

maupun pada beberapa implikasi yang dihasilkan di lapangan secara langsung.

Sehingga akan dikaji mengenai kebijakan-kebijakan dari lembaga-lembaga

keuangan internasional, terutama IMF dan World Bank, guna mendorong

neoliberalisme. Sejumlah perjanjian dan kesepakatan antara lembaga-lembaga

tersebut dengan pemerintah Indonesia akan dibahas dalam kaitannya dengan

proses penerapan neoliberalisme. Selain itu juga akan dikaji bagaimana implikasi

kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah paska dikembangkannya

praktek-praktek neoliberalisme di Indonesia, dalam penelitian ini khususnya akan

dibahas implikasinya pada kebijakan sektor perbankan nasional.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis perkembangan teori serta kebijakan yang diambil. Secara lebih

khusus penelitian bertujuan untuk:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

8

a. Menjelaskan bagaimana awal proses berkembangnya neoliberalisme pada

tataran global.

b. Menjelaskan proses penerapan perangkat-perangkat liberalisasi lembaga-

lembaga internasional guna mempraktekkan neoliberalisme di Indonesia.

c. Menjelaskan dampak kebijakan neoliberalisme pada struktur dan perilaku

lembaga perbankan Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Sehingga hasil studi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

a. Pengembangan kemampuan penulis dalam melakukan suatu penelitian.

Sehingga penulis menjadi terlatih untuk mengembangkan gagasan serta

mendeskripsikan suatu permasalahan dalam alur logika yang sistematis.

b. Menambah kajian pustaka bagi yang berminat mendalami bidang

neoliberalisme dan implikasinya bagi perkembangan sektor perbankan di

Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini akan di bagi dalam menjadi lima bab. Tiap

bab memuat beberapa sub bab. Adapun pembagiannya adalah bab I berisikan

pendahuluan, bab II merupakan rangkaian kajian pustaka dan landasan teori yang

digunakan, bab III meliputi metodologi penelitian yang digunakan, bab IV

merupakan bab pembahasan masalah, dan bab V berisikan penutup. Sedangkan

rincian per bab adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

9

1. Bab I : Pendahuluan

Bab ini akan mengemukakan, latar belakang, identifikasi dan

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kajian pustaka, landasan teori dan kerangka berpikir,

metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

2. Bab II : Kajian Pustaka dan Telaah Teoritis.

Bab ini mengemukakan tentang beberapa kajian penelitian yang

berhubungan dengan penelitian yang hendak penulis lakukan.

Sehingga penulis bisa menambal beberapa kekurangan dan

mengembangkan pada penelitan terdahulu. Selain itu pada bab ini

juga memuat teori-teori yang mampu mendukung penelitian yang

akan dilakukan sehingga penelitian memiliki dasar yang ilmiah.

3. Bab III : Metodologi Penelitian

Bab metodologi penelitian meliputi teknik yang digunakan oleh

penulis, termasuk di dalamnya jenis penelitian, variabel penelitian

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta hal-hal lain

yang bersifat teknis dalam penelitian ini.

4. Bab IV: Analisis Data

Pada bab ini penulis melakukan analisis pada data-data variabel

yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya untuk menjawab

permasalahan yang telah diajukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

10

5. Bab V: Penutup

Seluruh rangkaian tulisan ini akan ditutup dengan menguraikan

kesimpulan dari pembahasan masalah serta sumbang saran dari

penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Neoliberalisme

Terminologi Neoliberalisme telah menjadi salah satu hal yang paling

sering dibicarakan dalam kajian ekonomi-politik pada menjelang berakhirnya

abad ke 20. Istilah tersebut pada awalnya tidak merujuk pada suatu penjelasan

tentang ekonomi, akan tetapi berangkat dari suatu filsafat politik tentang

pengaturan hubungan manusia dan masyarakat. Pada perkembangannya kemudian

filsafat politik tersebut berubah menjadi menjadi suatu ideologi dalam pemikiran

dan praktik ekonomi (Priyono, 2009).

Filsafat politik ini berusaha menjelaskan bahwa hubungan manusia dan

masyarakat dalam kaitanya dengan kebebasan yang ekstrim disegala bidang

kehidupan. Kegiatan pengaturan selalu mengandung risiko pembatasan kebebasan

setiap masyarakat bahkan dapat justru memunculkan perbudakan jika dilakukan

melalui otoritas seperti pemerintah. Von Hayek, salah satu penggagas awal

Neoliberalisme, mengusulkan tatanan yang tidak dibentuk melalui rencana atau

otoritas apa pun, tetapi terbentuk secara alamiah sebagai perimbangan tindakan

bebas setiap orang dalam mengejar kepentingan dirinya. Sehingga terbentuklah

konsep pengurangan intervensi atau peraturan pemerintah dalam bidang-bidang

kehidupan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

12

Penjelmaan gagasan tersebut menjadi term-term ekonomi ketika disadari

bahwa ada persoalan tentang bagaimana mengoperasionalisasikan ide kebebasan

mengejar kepentingan sendiri dengan terbentuknya suatu tatanan dalam

masyarakat. Maka gagasan liberalisme klasik tentang mekanisme ekonomi pasar,

atau kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh terbentuknya harga dari adanya

tawar menawar antara penawaran dan permintaan, didorong untuk mengatur

seluruh kegiatan dalam masyarakat. Implikasinya adalah masyarakat diperlakukan

sebagai makhluk ekonomi dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, dan lain

sebagainya. Pada titik inilah tercetus adanya tambahan “Neo” yang kemudian

membedakannya dengan pengertian liberalisme klasik. Sehingga liberalisasi,

privatisasi, hingga komersialisasi merupakan tujuan akhir dan bukan sarana

sementara demi menerapkan dasar atau dogma yaitu mengejar kepentingan

sendiri.

2. Structural Adjustment Programs (SAPs)

Perangkat untuk menciptakan suatu tatanan ekonomi yang sesuai dengan

cita-cita neoliberalisme diusahakan melalui beberapa kesepakatan. Salah satu

diantaranya adalah Structural Adjustment Programs (SAPs). Secara historis SAPs

pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang diterapkan oleh Bank Dunia dan

IMF sejak tahun 1980an. Sebagaimana dinyatakan Zawalinska (2004: 4-5);

The term ‘structural adjustment’ comes from the World Bank lending policy created in early 1980s which offered quick financial help for countries in need for solving problems with their balance of payments. The help was conditioned to satisfying certain economic criteria leading to ‘structural adjustment’ of an economy (O’Hara, 1999). In similar fashion, the term was used by IMF, which in March 1986 established the first

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

13

Structural Adjustment Facility (SAF) to provide assistance on confessional terms to low-income developing countries (IMF, 2003).

Sehingga jelas bahwa Structural Adjustment Programs adalah bagian integral,

bahkan merupakan pra-syarat, dari proses peminjaman hutang kepada negara-

negara berkembang.

Kebijakan Structural Adjustment Programs sendiri adalah arahan

kebijakan dari lembaga-lembaga donor internasional untuk mendorong institusi

dan kebijakan pada sistem ekonomi berorientasi pasar. Artinya institusi-institusi

politik semakin melepaskan intervensi kebijakanya dari sistem ekonomi, termasuk

juga memprioritaskan ulang kebijakan belanja publik dari negara peminjam.

Longhofer (www.allacademic.com, diakses 1 juli 2010) menuliskan bahwa:

Structural adjustment itself is a loose term, referring primarily to the lending conditions set by international financial institutions requiring borrowing countries to roll back the state and allow markets to work freely. Milward (2000) outlines a number of reforms encompassed by structural adjustment lending, including reducing state budgets, ending subsides, devaluing national currencies, rolling back price controls, deregulating exchange rates, and divesting state resources and cutting state bureaucracy through the private sector.

Program kebijakan Structural Adjustment Loan atau Enhanced Structural

Adjustment Facility oleh IMF diterapkan kepada negara-negara berkembang

berdasar atas perkembangan kebijakan politik negara-negara berkembang pada

dekade-dekade sebelumnya (Hanief, 2001). Negara-negara berkembang yang

sebelumnya kental diwarnai oleh mazhab dependensi dalam pandangan politiknya

serta menerapkan pandangan-pandangan Rostow dalam kebijakan pembangunan

telah menempatkan negara dalam posisi dominan. Sehingga Structural Adjustment

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

14

bertujuan untuk menggeser kekuatan politik dari negara dalam sistem ekonomi

dengan kekuatan swasta.

Pelaksanaan kebijakan tersebut sebelumnya melalui serangkaian tahapan

(Hanief, 2001). Tahapan tersebut meliputi Policy Dialogue atau pembicaraan

antara lembaga donor dengan para anggotanya yang kemudian dilanjutkan dengan

Policy Advise. Selanjutnya adalah pemberian saran pada proyek yang hendak

dibiayai yang baru kemudian dilanjutkan dengan arahan Structural adjustment

pada konteks makro ekonominya. Pada tahap berikutnya negara kemudian

menerbitkan beberapa kebijakan deregulasi dalam bentuk undang-undang,

instruksi presiden, peraturan pemerintah, peraturan menteri, serta keputusan

bersama menteri yang berkaitan dengan kebijakan penyesuaian struktural.

3. Kebijakan Deregulasi Sektor Perbankan

Kebijakan-kebijakan negara untuk mengendalikan suatu perekonomian

pada dasarnya diimplementasikan pada beberapa sektor. Kebijakan-kebijakan

tersebut diantaranya meliputi Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter, Kebijakan

Perdagangan, Kebijakan Investasi, hingga Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah (Subiyantoro & Riphat edit, 2004). Sekian pengambilan kebijakan

tersebut didasarkan pada pembacaan situasi eksternal hingga pemenuhan

kepentingan dalam negeri.

Deregulasi merupakan salah satu instrumen pemerintah dalam

pengambilan kebijakan, termasuk dalam kebijakan-kebijakan sektor ekonomi.

Deregulasi pada mulanya berhubungan dan merupakan premis ketatanegaraan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

15

tetapi pada kenyataannya telah berkembang sedemikian rupa menjadi wacana

kebijakan ekonomi. Walaupun pada awalnya tidak dimaksudkan untuk semata-

mata pengambilan kebijakan sektor ekonomi, akan tetapi terminologi tersebut

telah berkembang menjadi istilah teknis ekonomi dan populer karena alasan

ekonomi (www.kompas.com, diakses 9 Mei 2010).

Deregulasi sendiri mempunyai dasar pengertian pemindahan atau

memperluas locus otoritas regulasi, yaitu dari state-regulation ke self-regulation.

Kata “Self’ merupakan pengertian dari individu, badan-badan usaha atau bisnis,

ataupun pemerintahan lokal yang otonom. Pengertian tersebut merujuk dari dasar

self-determination dalam kebebasan dan kedaulatan pilihan individual. Sehingga

pemerintah menjadi berperan sebagai penjaga legalitas tanpa sepenuhnya mampu

menjadi regulator.

Sehingga jika disimpulkan deregulasi bukan penghapusan regulasi, tetapi

re-regulasi menurut selera pribadi dalam artian kekuatan-regulatif penentu corak

kehidupan publik bukan lagi hanya daya-regulatif pemerintah, tetapi juga daya-

regulatif kebebasan selera atau pilihan individual. Dalam konteks ekonomi berarti

usaha mengurangi atau meniadakan aturan administratif yang mengekang

kebebasan gerak modal, barang, dan jasa. Maka dengan kebebasan gerak

produksi, distribusi, dan konsumsi modal, barang, serta jasa itu, volume kegiatan

bisnis swasta diharapkan melonjak.

Kebijakan sektor perbankan di Indonesia sejak tahun 1983 terus

mendorong deregulasi sebagai lanskap kebijakannya. Pengertian kebijakan

deregulasi perbankan merujuk dari uraian di atas adalah usaha memindah atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

16

memperluas locus otoritas regulasi, yaitu dari state-regulation ke self-regulation

pada sektor perbankan. Sehingga diharapkan terjadi kelancaran arus keuangan

dengan pengurangan aturan administratif yang mengekang kebebasan gerak

modal. Implikasi yang diharapkan adalah volume kegiatan sektor perbankan

menjadi meningkat oleh aktivitas yang dilakukan pihak swasta dalam sektor

perbankan.

4. Lembaga Keuangan Perbankan

Sektor keuangan dalam kenyataanya memiliki banyak sub sektor kajian.

Salah satu kajian penting adalah dalam sektor keuangan adalah perbankan. Hal ini

dikarenakan perbankan memiliki posisi sentral dalam perekonomian suatu negara.

Sentralnya posisi dari bank adalah sebagai lembaga yang mengalokasikan modal

dalam sistem ekonomi.

Bank sebagai lembaga sentral dalam sistem perekonomian tentu memiliki

fungsi dan peran. Sebelum membahas fungsi dan peran bank, apa yang dimaksud

dengan bank itu sendiri? Freixas & Rochet (2008: 1) memberikan definisi

operasional dari bank adalah sebagai berikut: “a bank is an institution whose

current operations consist in granting loans and receiving deposits from the

public”.

Bank secara umum memiliki fungsi sebagai intermediasi keuangan atau

Financial Intermediaries (FIs). Definisi dari Financial Intermediaries (FIs) adalah

…an economic agent who specializes in the activities of buying and selling (at the same time) financial claims.... Roughly speaking, banks can be seen as retailers of financial securities: they buy the securities issued

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

17

by borrowers (i.e., they grant loans), and they sell them to lenders (i.e., they collect deposits) (Freixas & Rochet, 2008: 15).

Perbankan di Indonesia pada dasarnya diorientasikan sebagai salah satu

penunjang utama pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

dalam ikhtisar perbankan (www.bi.go.id, diakses 13 Juli 2010) “Perbankan di

Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam

rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat

banyak”. Sehingga perbankan di Indonesia berfungsi untuk intermediasi dengan

kebutuhan riil ekonomi rakyat.

B. Kerangka Pemikiran

Seperti yang sudah diketahui oleh khalayak umum, bahwa kajian kritis

tentang neoliberalisme telah banyak diulas. Dalam berbagai kajian tersebut, telah

diungkapkan sekian banyak implikasi yang telah dihasilkan dari penerapan

neoliberalisasi yang melanda berbagai belahan dunia. Rata-rata dari kajian

tersebut, terungkap bahwa negara-negara yang telah menerapkan Neoliberalisme

telah mengurangi bahkan meniadakan campur tanganya dari berbagai kegiatan

ekonomi. Maka hal ini tentu merupakan perubahan drastis dari model

proteksionisme-intervensionisme yang telah menjadi menjadi sandaran banyak

negara sebelum munculnya periode masifikasi gelombang neoliberalisme itu

sendiri.

Secara tegas, Stiglitz (2006) yang pernah menjabat sebagai Dewan

Penasehat Ekonomi Amerika dan Bank Dunia menyatakan bahwa neoliberalisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

18

tidak lain merupakan modus baru dari proses dominasi ekonomi-politik

internasional dari kekuatan perusahaan-perusahaan transnasional. Proses dominasi

tersebut berjalan melalui serangkaian kebijakan-kebijakan internasional yang

dihasilkan oleh lembaga-lembaga internasional. Kebijakan ekonomi politik

internasional seperti larangan proteksi hingga pencabutan subsidi sektor publik

adalah upaya untuk melancarkan laju investasi dan akumulasi modal.

Pada konteks negara-negara berkembang berlaku apa yang disebut dengan

Structural Adjustment Programs sebagai praktek kesepakatan untuk

mengorientasikan negara-negara tersebut pada sistem ekonomi yang semakin

terbuka. Kesepakatan tersebut terjadi sebagai pra-syarat dikucurkannya hutang

dari lembaga-lembaga donor internasional kepada negara-negara penerima hutang

yang mengalami defisit transaksi berjalan ataupun bahkan krisis ekonomi.

Structural Adjustment Programs berisi serangkaian “nasehat” dari

lembaga donor kepada elit politik nasional untuk semakin melepaskan diri atau

mengurangi peran mereka dari sistem ekonomi nasional. Sehingga seluruh sektor

dalam sistem ekonomi nasional semakin diserahkan kepada dinamika permintaan

dan penawaran dalam pasar. Sehingga dalam kesepakatan tersebut salah butir

kepakatan penting adalah adanya deregulasi, yakni mekanisme pengurangan

aturan dalam kegiatan ekonomi.

Indonesia sebagai salah satu negara yang mengalami kesulitan modal

pembangunan pasca berakhirnya bonansa minyak pada tahun 80-an, menerima

program penyesuaian struktural dan menerapkan kebijakan deregulasi. Kebijakan

deregulasi tersebut diterapkan pada hampir seluruh sektor dalam sistem ekonomi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

19

nasional termasuk dalam sektor keuangan. Periode awal deregulasi di Indonesia

diawali di sektor keuangan. Kebijakan Paket 1 Juni 1983, atau biasa disingkat

menjadi Pakjun ’83, menjadi penanda serangkaian paket deregulasi yang lain.

Kebijakan deregulasi bertujuan untuk mendorong semakin minimnya peran

negara dalam menentukan aturan serta memperluas peran-peran diluar

pemerintah, yakni sektor swasta. Sehingga dalam konteks sektor keuangan, peran

sektor-sektor non pemerintah menjadi lebih berkembang. Maka dinamika dalam

sektor-sektor keuangan akan lebih banyak ditentukan oleh swasta, baik dalam

negeri maupun luar negeri. Selain itu juga diharapkan sektor-sektor keuangan

tidak lagi terikat aturan-aturan ketat yang dibuat oleh pemerintah.

Deregulasi sektor keuangan membawa sekian implikasi pada sub-sub

sektor di dalamnya. Salah satu hal yang paling menonjol dari implikasi tersebut

adalah terjadinya perubahan struktur industri sektor keuangan salah satunya sektor

perbankan. Perubahan yang dimaksud meliputi struktur industri perbankan,

struktur persaingan, hingga struktur dana perbankan. Perubahan kelembagaan

perbankan nasional tersebut tentu mempengaruhi kinerja dan output yang

dihasilkan dari bank.

Selain itu berubahnya struktur perbankan, deregulasi pada akhirnya juga

mempengaruhi perilaku perbankan itu sendiri. Asumsi bahwa perbankan akan

menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan

mengumpulkan dan menyalurkan dana bagi seluruh lapisan masyarakat ternyata

tidak berjalan dengan baik. Seringkali bank-bank yang ada hanya memberikan

pelayanan yang baik bagi sekelompok orang saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

20

Untuk lebih jelas lihat bagan berikut:

Bagan II.1 Alur Kerangka Pemikiran

C. Penelitian Sebelumnya

Ada beberapa penelitian yang hendak penulis angkat dalam kajian pustaka

ini. Penelitian-penelitian tersebut memang sebagian berupa buku-buku yang

sengaja ditulis ataupun berupa skripsi yang kemudian dibukukan. Walaupun tidak

ke semua pustaka bermuara pada fokus kajian tema yang hendak penulis angkat.

Adapun tulisan yang mendekati dari tema yang coba penulis angkat adalah

sebagai berikut:

Implikasinya

Perubahan Struktur Perbankan

Neoliberalisasi Kebijakan

Deregulasi Sektor Keuangan

Perjanjian-Perjanjian

(SAPs, Ratifikasi dll)

Diterapkan Melalui

Berimplikasi pada

Serta Pada

Perilaku Perbankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

21

Penelitian yang pertama adalah Disertasi dari M. Furqon I. Hanief dengan

judul Penyesuaian Struktural ekonomi dan Pemusatan Kekuasaan Politik pada

Dasawarsa Deregulasi di Indonesia 1983-1993. Disertasi pasca sarjana UI ini

berusaha meneliti proses liberalisasi yang berjalan pada tahun 1983-1993 pada

saat terjadi juga proses pemusatan kekuasaan pada rezim yang berkuasa.

Walaupun sebenarnya penelitian tersebut sebenarnya masuk dalam kategori

penelitian bidang politik, akan tetapi penelitian tersebut penting dan berguna

untuk menjelaskan muatan politik dalam pengambilan kebijakan deregulasi itu

sendiri. Liberalisasi pada dasawarsa tersebut berlangsung karena terjadinya

tekanan internasional untuk menderegulasi sistem ekonomi Indonesia. Bentuk

tekanan eksternal ini adalah dipaksakannya penyesuaian struktural kepada elit-elit

politik yang sedang berkuasa. Sehingga kebijakan deregulasi yang dijalankan

sejak tahun 1983 merupakan kebijakan yang sarat dengan muatan kepentingan

kekuatan modal internasional.

Selanjutnya adalah paper penelitian Anwar Nasution (1996) yang berjudul

The Bangking System and Monetary Aggregates Folowing Financial Sector

Reforms. Penelitian tersebut mengangkat proses, permasalahan, serta dampak dari

reformasi sektor keuangan di Indonesia, terutama sejak akhir 1980-an. Nasution

menyatakan adjustment programs yang diadopsi oleh Indonesia sejak awal 1980-

an telah mendorong manajemen ekonomi Indonesia kepada sistem yang

didasarkan pada pasar. Sehingga sistem ekonomi lebih banyak ditentukan oleh

kebijakan dan dinamika ekonomi internasional. Hal ini secara fundamental

mempengaruhi struktur dari sistem keuangan, aliran modal, hingga suku bunga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

22

Penelitian tersebut menyatakan bahwa reformasi keuangan telah

mendorong gelombang pemasukan modal di sektor swasta yang melengkapi

tingginya tabungan dalam negeri untuk investasi keuangan dan pengeluaran

konsumsi serta memacu pertumbuhan ekonomi pada tahun 1990-an. Gelombang

pemasukan modal ini telah memperumit manajemen ekonomi makro karena telah

menyebabkan tekanan pada apresiasi tingkat pertukaran riil dan overheating

economy.

Berdasar pada pembacaan terhadap beberapa penelitian dan penulisan

sebelumnya, maka penulis berusaha mencoba untuk mengambil space yang

ditinggalkan oleh para penulis tersebut yakni pada implikasi neoliberalisasi pada

kebijakan sektor keuangan atau pada industri perbankan khususnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

23

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan pilihan cara-cara sistematik yang akan

ditempuh untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dikemukakan dalam

penelitian (Tim Penyusun Pedoman Penulisan Tugas Akhir, 2008).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Tambunan

(2009) penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami

masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk

oleh kata-kata, angka, dan diperoleh dari situasi yang alamiah. Dengan demikian

penelitian ini mencoba menghubungkan antara teori-teori dan konsep-konsep

dengan temuan data empirik melalui sarana penggalian interpretasi dari peneliti.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian analisis-

deskriptif. Penelitian analisis-deskriptif yang dimaksud adalah proses penelitian

yang berusaha menggabungkan antara penelitian analisis dengan penelitian

deskriptif. Sehingga metode yang digunakan adalah perpaduan metode analisis

dengan metode deskriptif yaitu dengan menghubungkan antara satu variabel

dengan variabel lain, atau melihat pengaruh satu variabel dengan variabel lain dan

kemudian mengungkapkannya menjadi suatu rangkaian penjelasan yang terperinci

(Program Studi Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur, 2008: 6).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

24

B. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu perkembangan

neoliberalisasi dan dampaknya bagi pengambilan kebijakan pada sektor

perbankan di Indonesia (periode deregulasi tahun 1983-1993).

C. Waktu dan Lokasi

1. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 - Juli 2011.

2. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma,

Perpustakaan Daerah dan beberapa perpustakaan lain.

D. Konsep - Konsep

1. Latar belakang kemunculan Neoliberalisme merupakan proses

ekonomi-politik yang terjadi pada tataran internasional, untuk

mewujudkan tatanan neoliberal itu sendiri. Proses tersebut baik

berupa pembentukan lembaga-lembaga internasional penopang

globalisasi maupun serangkaian kesepakatan internasional yang

mengarahkan pada proses neoliberalisasi.

2. Neoliberalisme merupakan suatu gagasan yang massif

berkembang pada akhir tahun 1970-an. Gagasan tersebut pada

dasarnya melihat bahwa setiap individu merupakan makhluk

ekonomi dalam bidang ekonomi, politik, hukum, budaya, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

25

sebagainya. Sehingga seluruh kegiatan-kegiatan individu dalam

bidang sosial, ekonomi, maupun politik di dalam masyarakat

merupakan ekspresi mengejar kepentingannya sendiri. Maka

bentuk tatanan yang paling sempurna adalah tatanan yang tidak

dibentuk dari seluruh proses perencanaan dan pengaturan,

tetapi tatanan yang dibiarkan terbentuk secara alamiah

sebagai hasil perimbangan tindakan bebas setiap orang dalam

mengejar kepentingan dirinya. Negara dengan sendirinya

kemudian dituntut untuk menjauhkan seluruh campur tanganya

dari kegiatan di dalam masyarakat.

3. Program Penyesuaian Struktural merupakan serangkaian aturan

yang diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional

kepada Negara peminjam hutang untuk menyesuaikan struktur

ekonomi dan politik negara tersebut dengan resep-resep

ekonomi dan politik yang diberikan.

4. Kebijakan Deregulasi Sektor Perbankan adalah usaha

memindah atau memperluas lokus otoritas regulasi, yaitu dari

state-regulation ke self-regulation pada sektor perbankan.

Sehingga diharapkan terjadi kelancaran arus keuangan dengan

pengurangan aturan administratif yang mengekang kebebasan

gerak modal.

5. Liberalisasi Keuangan merupakan kegiatan untuk

membebaskan proses dan kegiatan atau transaksi pada sektor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

26

keuangan nasional sesuai dengan mekanisme pasar tanpa

campur tangan negara secara ketat.

6. Organisasi Keuangan Internasional adalah organisasi-

organisasi donor internasional yang didirikan menjelang dan

paska perang dunia ke dua untuk membiayai pembangunan

paska perang. Organisasi-organisasi tersebut kemudian

berperan tidak saja meminjamkan bantuan keuangan, akan

tetapi secara aktif memberikan formula penyelesaian masalah

ekonomi yang mungkin dihadapi oleh negara-negara yang

masuk menjadi anggotanya.

7. Perubahan struktur dan perilaku perbankan adalah terjadinya

perubahan pada struktur industri perbankan serta

kecenderungan perubahan perilaku yang diperlihatkan oleh

dunia perbankan nasional. Perubahan tersebut terjadi karena

adanya aktivitas di luar dunia perbankan itu sendiri. Aktivitas

yang dimaksud adalah aktivitas politik, yakni adanya perjanjian

atau kesepakatan antara lembaga-lembaga donor internasional

dengan negara Indonesia untuk mengadakan penyesuaian

struktural .

E. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Sumber-sumber

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

27

Sumber-sumber yang digunakan untuk menganalisis masalah

penelitian adalah sumber tertulis baik cetak maupun elektronik.

Pengumpulan sumber-sumber meliputi sumber primer (primary

sources), berupa tulisan-tulisan baik dalam bentuk buku-buku,

arsip, dokumen dan artikel-artikel lain, dan sumber sekunder

(secondary sources), berupa buku-buku maupun tulisan-tulisan lain

sebagai pelengkap. Sumber-sumber tertulis tersebut diperoleh dari

perpustakaan pribadi, perpustakaan universitas, perpustakaan

daerah dan perpustakaan lain yang bisa diakses oleh penulis. Selain

itu juga sumber diperoleh dari situs-situs internet.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber merupakan bentuk pengujian terhadap sumber-

sumber yang berhasil dikumpulkan. Langkah ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat keaslian serta kredibilitas terhadap sumber-

sumber yang ada sehingga dapat dicapai validitas tertinggi. Dalam

penelitian ini, kritik sumber dilakukan dengan membandingkan

antara satu bacaan dengan bacaan-bacaan lain yang sejenis.

3. Seleksi Sumber

Seleksi sumber adalah proses dimana sumber-sumber diseleksi

untuk memudahkan pengkategorisasian dan mempermudah

penyusunan hasil penelitian.

4. Interpretasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

28

Interpretasi merupakan proses mencermati dan mengelola data

untuk sejauh mungkin menghindari subyektifitas.

F. Rekonstruksi atau Penulisan

Tahap ini merupakan tahap terakhir berupa penyajian dan penulisan hasil-

hasil penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

29

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Negara Pasca kolonial dan Kebangkitan Neoliberalisme

Situasi menjelang berakhirnya perang serta aktivitas pasca Perang Dunia

Kedua sesungguhnya telah menandai arah suatu perubahan penting pada tata

ekonomi politik dunia. Pada konteks global terjadi, sesuai dengan bahasa Sugiono

(1999: 61), apa yang dinamakan dengan re-organisasi kekuasaan pada tingkat

antar-negara. Term tersebut membingkai pengertian bahwa, terjadi perubahan

pada struktur dan kultur kekuasaan pada tingkat global setelah era dominasi

penguasaan dunia oleh Negara-negara Eropa pada masa kolonialisme. Hal ini

terjadi karena Amerika Serikat (A.S.), selaku negara dengan kondisi ekonomi,

hingga militer yang masih utuh, berupaya merubah tatanan dunia sesuai dan

sejalan dengan ”kepentingan nasionalnya”. Sehingga yang terjadi sebenarnya

adalah upaya pengambil-alihan hegemoni dunia oleh A.S. (Pax Americana).

Pax Americana atau hegemoni A.S. dibangun di antaranya melalui sekian

rentetan peristiwa penting yang menentukan bagi konstelasi ekonomi-politik

global. Setidaknya ada tiga hal penting yang dilakukan oleh A.S., yakni;

Pertama, konsolidasi negara-negara industri Eropa untuk mengadakan pertemuan

di Bretton Woods pada tahun 1944, guna membahas masalah perdagangan dan

sistem moneter dunia. Konferensi tersebut di antaranya menghasilkan kesepakatan

untuk membentuk lembaga-lembaga keuangan internasional serta sejumlah

kesepakatan dagang bagi para anggotanya. Kedua, mendorong isu dekolonialisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

30

paska Perang Dunia Kedua, yang telah memicu tumbuh-kembangnya kemunculan

Negara-negara Baru Merdeka. Negara-negara tersebut kemudian lazim dikenal

dengan Negara Dunia Ketiga, Negara Belum Berkembang, Negara Pasca Kolonial

ataupun sebutan-sebutan yang melekat lainnya. Ketiga, mengorganisasikan

intelektual-intelektual atau teoritisi ilmu sosial untuk mengembangkan gagasan

tentang dunia ketiga, keterbelakangan, dan developmentalisme. Hal ini bahkan

tercermin dari pernyataan resmi dari Presiden Truman dalam pidato pelantikannya

tanggal 20 Januari 1949 (Arif, 2000).

Sugiono (1999) menjelaskan bahwa; sistem Bretton Woods digunakan

bagi terciptanya kerangka institusional tatanan ekonomi dunia yang liberal sesuai

dengan kebutuhan kepentingan A.S. yaitu maksimisasi perdagangan dan stabilitas

mata uang. Pada sisi yang lain isu dekolonialisasi dan developmentalisme

merupakan implikasi dari dua hal, yakni; kepentingan ekonomi A.S. serta

perluasan hegemoni A.S. setelah mampu mengkosolidasikan Negara-negara

Eropa Barat. Kepentingan ekonomi tesebut adalah akses atas pasar dan sumber

bahan mentah yang menjadi bertentangan jika masih ada pengaruh kuat dari

kolonialisme. Sedangkan kebutuhan perluasan hegemoni adalah membendung

pengaruh dari kekuatan blok komunis, yang dikomandoi Uni Soviet dan

merupakan lawan ideologis sistem liberalis internasional. Sehingga secara khusus

developmentalisme, merupakan sarana bagi A.S. untuk turut terlibat secara aktif

lewat bantuan-bantuan program kepada Negara Dunia Ketiga.

Pada ranah teoritik, berkembang mainstream ekonomi Keynesian yang

mengedepankan peran negara, karena adanya persoalan disequilibrium yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

31

melekat dalam ekonomi, dalam bentuk kebijakan pengeluaran agregatif dan

pengendalian permintaan efektif. Hal ini berkaitan dengan pengalaman masa lalu

tentang depresi besar yang melanda dunia pada tahun 1930-an serta proses

rekonstruksi pasca perang. Maka tidak heran jika intervensi negara dalam

perekonomian menjadi populer setelah masa-masa kejayaan liberalisme di tahun-

tahun sebelumnya. Negara-negara Pasca Kolonial sendiri mengalami masa-masa

kejayaan peran negara yang kuat, selain dari pengaruh dari nasionalisme bangsa-

bangsa baru merdeka tersebut, karena program developmentalisme yang disokong

kuat oleh A.S.

Perubahan besar-besaran dalam tatanan internasional kemudian terjadi

pada tahun-tahun 1970-an hingga 1980-an yang terutama dipelopori oleh Inggris

dan A.S. Tahun-tahun tersebut menandai awal dari kebangkitan kalangan “kanan

baru”, yang berusaha mendekonstruksi tatanan internasional dengan mainstream

Keynesian. Pengaruh dari kaum kanan baru ini memulai usaha untuk mendorong

tatanan dunia yang mengedepankan pasar sebagai pelaku utama dalam

perekonomian. Akibatnya terjadi perubahan kondisi ekonomi-sosial-politik besar-

besaran di berbagai belahan dunia.

Pada sub bab berikut akan dipaparkan bagaimana latar belakang kondisi

ekonomi-politik dunia yang mendasari terjadinya perubahan mainstream strategi

state led-development menjadi market driven-development. Pembahasan akan

dimulai dari serangkaian aktivitas internasional pasca perang dunia. Salah satunya

adalah hadirnya gerakan dekolonialisasi yang mendasari hadirnya Negara-negara

Pasca Kolonial dengan peran sentral dari negara yang kemudian mendasari negara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

32

turut aktif dalam kegiatan masyarakat termasuk ekonomi. Pada bagian

selanjutnya, akan dipaparkan terjadinya krisis internasional di tahun 1970-an yang

berjalin kelindan dengan usaha sejumlah intelektual yang mendorong perubahan

orientasi kebijakan-kebijakan pemerintah baik domestik maupun luar negeri untuk

semakin mengurangi peran negara dalam setiap aktivitas masyarakat termasuk

dalam kegiatan ekonomi.

1. Dekolonialisasi dan Kuatnya Pengaruh Negara dalam Tradisi Negara

Pasca Kolonial

Rekonstruksi tatanan ekonomi-politik internasional merupakan tema dari

aktivitas kegiatan utama dunia yang dilakukan pasca Perang Dunia Kedua.

Kegiatan rekonstruksi tersebut secara fundamental meliputi tiga agenda besar,

yaitu; pembentukan sistem Bretton Woods, perencanaan pemulihan Eropa dari

kehancuran pasca perang, serta perluasan dekolonialisasi. Sehingga dengan

kombinasi ketiga agenda tersebut, harapan atas terbentuknya tatanan baru atas

dunia dapat terwujud.

A.S. selaku negara dengan kondisi ekonomi, politik, sosial, hingga militer

yang paling sedikit terkena dampak kerusakan dari perang dunia, merupakan

negara yang paling dominan dalam rangkaian usaha rekonstruksi pasca perang

(Sugiono, 1999). Pendapatan Domestik Bruto A.S. yang naik hampir dua kali lipat

pada tahun 1945 dibandingkan dengan tahun 1940, yakni $ 1.559 miliar dari yang

sebelumnya hanya $ 832 milyar, membuat mereka leluasa untuk terlibat dalam

serangkaian kegiatan internasional. A.S. terlibat rekonstruksi pasca perang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

33

diantaranya dengan menyediakan serangkaian program bantuan keuangan dan

saran kebijakan bagi Negara-negara Eropa dan pasca kolonial. Program-program

tersebut bagi Negara Eropa biasa dikenal dengan “Marshall Plan”, sedangkan bagi

Negara-negara Dunia Ketiga dikenal dengan program “developmentalisme”.

Salah satu usaha keras A.S. dalam proses rekonstruksi pasca perang adalah

terbentuknya gerakan dekolonialisasi yang kemudian mendorong kemunculan

negara-negara baru di Asia dan Afrika (lihat tabel 4.1). Walaupun kemudian,

dekolonialisasi sering diidentifikasi sebagai hasil usaha Negara-negara Pasca

Kolonial sendiri yang terinspirasi dari masifnya persebaran gagasan sosialisme-

komunisme, akan tetapi harus diakui dekolonialisasi mendapat dukungan kuat dari

A.S. Bukti dukungan kuat dari A.S. atas dekolonialisasi terlihat dari berbagai

kebijakan dan politik luar negari yang dikembangkan oleh A.S. (lihat Bradley dan

Lubis, 1991). Kebijakan dan politik luar negeri tersebut dilakukan dalam konteks

memperluas cakupan wilayah hegemoni. Sehingga sesuai dengan tatanan

ekonomi-politik internasional atau visi ekonomi dunia liberal yang lebih dahulu

diterima oleh sekutu-sekutunya di Eropa Barat.

Tabel IV.1 Daftar Negara-Negara Pasca Kolonial Setelah Perang Dunia II (1945-1965).

NO TAHUN MERDEKA

NAMA NEGARA NEGARA YANG MENGKOLONIALISASI

1 1945 Indonesia Belanda dan Jepang 2 1946 India, Pakistan Inggris 3 1948 *Burma, SriLanka, Israel

** Korea Selatan, Korea Utara

*Inggris **Jepang

4 1951 Libia Italia, sejak 1945 mandat dari PBB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

34

Sumber: diolah dari berbagai sumber oleh penulis.

Dekolonialisasi dan gerakan anti-kolonial oleh karenanya juga merupakan

indikasi perubahan orientasi dan proyeksi model kekuasaan ekonomi-politik pada

tingkat global. Pengertian ini merujuk dari situasi di mana dominasi Negara-

negara Eropa atas ekonomi politik dunia semakin berkurang. Dominasi Eropa

yang dimaksud adalah era bercokolnya kolonialisme atau penguasaan dan

perluasan wilayah ekonomi, politik, dan sosial yang ditopang dengan kekuatan

bersenjata. Dominasi kolonialisme tersebut kemudian coba digantikan oleh ide

rekonstruksi tatanan dunia yang lebih liberal.

5 1954 Vietnam Selatan, Vietnam Utara, Laos, Kamboja

Perancis

6 1956 *Maroko,Tunisia ** Sudan

*Perancis **Inggris

7 1957 Ghana, Malaysia Inggris 8 1958 Guinea Perancis 9 1960 *Kamerun, Senegal, Togo,

Madagaskar, Benin, Niger, Burkina Faso, Pantai Gading, Chad, Afrika Tengah, Republik Kongo, Gabon, Mali, Mauritania ** Nigeria, Somalia, Zypern *** Republik Demokratik Kongo

*Perancis **Inggris ***Belgia

10 1961 Sierra Leone, Kuwait, Jamaika, Tanganyika

Inggris

11 1962 *Aljazair ** Burundi, Ruanda *** Uganda, Trinidad & Tobago **** Samoa Barat

*Perancis **belgia ***Inggris ****Selandia, Baru mandat dari PBB.

12 1963 Kenya, Tanzibar, Singapura Inggris 14 1964 Malawi, Zambia, Malta Inggris 15 1965 Gambia, Maladewa Inggris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

35

Pada sisi yang lain, ide-ide rekonstruksi tatanan internasional yang

liberalis-kapitalis sebenarnya tidak populer di kalangan Negara-negara Pasca

Kolonial. Pengalaman historis kolektif negara-negara tersebut berhadapan dengan

kapitalisme dalam sejarah kolonialisme, telah mendorong proses mengidentifikasi

diri sebagai bangsa yang tidak ingin terjebak lagi dalam sistem kapitalisme.

Sehingga berkembanglah gagasan tentang nasionalisme, yang berbeda dengan

nasionalisme yang berkembang di Eropa, sebagai perwujudan perlawanan

terhadap sistem kapitalisme serta gagasan liberalisme. Maka Negara Pasca

Kolonial dalam banyak hal tampak seperti alergi terhadap kapitalisme maupun

gagasan tentang free fight liberalism (Arif, 2000: 83-84).

Perkembangan gagasan nasionalisme Negara-negara Pasca Kolonial pada

pergulirannya menempatkan negara dalam posisi yang sentral. Negara

diproyeksikan menjadi agen utama dari usaha mengikis kapitalisme dan

liberalisme yang mungkin tertinggal dan tumbuh dari proses kolonialisme dimasa

lalu. Negara kemudian harus mampu menjalankan tugas sebagai pengontrol penuh

proses ekonomi, politik, sosial serta budaya yang berkembang di tingkatan

masyarakat sehingga mampu lepas dari anasir-anasir kapitalisme dan liberalisme.

Hal ini menyebabkan negara mendapat legitimasi yang kuat untuk tampil sebagai

institusi yang kuat dan berpengaruh untuk memastikan proses kontrol tersebut

dapat berjalan.

Nasionalisme Negara Pasca Kolonial kemudian tidak saja berkembang

dalam gagasan politik saja, melainkan juga dalam ekonomi maupun dalam bidang

yang lain. Maka tidak heran jika kemudian berkembang gagasan tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

36

nasionalisme ekonomi. Implikasinya kemudian nasionalisme ekonomi maupun

manajemen ekonomi yang sentralistis dengan demikian kental dalam tradisi

Negara Pasca Kolonial termasuk di Indonesia. Usaha Indonesia sendiri dalam

membangun nasionalisme ekonomi tampak jelas terlihat dalam butir-butir

konstitusi. Mubyarto (2000: 19-20) seakan menegaskan hal tersebut, dengan

menuliskan kembali bahwa :

....”perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Negara menguasai bumi, air, dan segala kekayaan alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat, dan cabang produksi yang penting serta menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ekonomi rakyat adalah landasan ekonomi nasional yang harus dilindungi dan dikembangkan menuju ketahanan ekonomi nasional yang andal dan tangguh.

Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 33, secara jelas

mengamanatkan bahwa sistem ekonomi harus merupakan sistem yang berkeadilan

dan negara harus berperan dalam membangun sistem ekonomi tersebut.

Pemerintahan Soekarno yang menerbitkan berbagai kebijakan populis seperti

Undang-undang, perpres, hingga keputusan menteri, merupakan bentuk usaha

negara dalam mendorong nasionalisme dalam bidang ekonomi. Selain itu juga

dibentuk sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan menasionalisasi

perusahaan-perusahaan asing yang bercokol di Indonesia. Tercatat mulai dari

sektor pertambangan, perkebunan, industri pengolahan, hingga sektor perbankan

merupakan hasil dari nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing.

Perkembangannya negara yang menjadi mesin pendorong utama dari

kegiatan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam kegiatan ekonomi, seakan-

akan juga mendapat legitimasi dari perkembangan gagasan negara kuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

37

Terminologi negara kuat merujuk dari perkembangan negara yang menjadi pelaku

aktif dari kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat, termasuk dalam kegiatan

ekonomi. Hal ini bertentangan dengan berbagai teori liberal yang mengandaikan

negara hanya berperan sebagai ”penjaga malam” atau menangani masalah

keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Krisis Malaise 1930-an dan upaya

penanganannya melihat bahwa negara diperlukan untuk berperan aktif dalam

kegiatan masyarakat termasuk ekonomi. Keynes dan kalangan Keynesian, dan

tentunya kalangan Marxis, telah membawa kembali keraguan terhadap hipotesis

”tangan tak terlihat”. Kalangan tersebut mempertanyakan kembali kebenaran

fakta tentang ekonomi kapitalis yang akan selalu mampu memanfaatkan seluruh

sumber daya dan memenuhi kebutuhan yang ada. Intervensi negara dalam

mekanisme pasar menjadi formulasi yang dibutuhkan dalam mengatasi depresi

ekonomi melalui kebijaksanaan fiskal. Sehingga wacana intervensi negara dalam

ekonomi kemudian menjadi mengemuka dan menjadi referensi utama dalam

banyak negara.

Teori dan pendekatan Keynesian memulai pemikiranya dari kritik terhadap

konsep pasar yang meregulasi dirinya sendiri yang banyak digunakan oleh para

pemikir klasik maupun neoklasik sebelumnya (Caporaso dan Levine, 2008: 236).

Pasar yang meregulasi diri sendiri adalah andaian tentang sistem pasar akan

mempertemukan orang yang memiliki permintaan dengan orang yang memiliki

pasokan. Andaian ini dengan demikian juga memproyeksiksan kebutuhan semua

orang akan terpenuhi sesuai dengan produksi dan sumber daya yang ada.

Pertanyaan yang mungkin yang diajukan oleh kalangan Keynesian kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

38

adalah, jika pasar dengan sendirinya mampu mempertemukan para pembeli dan

penjual, para produsen dan konsumen, mengapa pada banyak kasus seringkali

terjadi para produsen gagal menjual semua hasil produksi yang mampu mereka

hasilkan?

Pendekatan Keynesian memfokuskan pembahasanya pada kegagalan atau

ketidakstabilan proses reproduksi dan pertumbuhan dalam sistem perekonomian

kapitalisme serta bagaimana mengatasinya. Keynes melihat bahwa perekonomian

kapitalis yang hanya mengandalkan diri pada konsep pasar yang meregulasi diri

sendiri akan berakibat pada munculnya ketimpangan. Hal ini terjadi karena

tindakan-tindakan tidak terkoordinasi swasta yang didorong oleh spekulasi serta

perubahan-perubahan pikiran. Pemikiran ini seakan-akan hendak menegasikan

pandangan dasar mazhab neoklasik bahwa manusia dalam perilaku sehari-hari

dituntun oleh rasionalitas. Sehingga ketimpangan permintaan dan penawaran

hingga meluasnya pengangguran merupakan persoalan endemik, dan bukan sifat

tidak sempurna jangka pendek ekonomi kapitalis individualistik seperti yang

diyakini para ekonom neoklasik (Sugiono 1999: 97). Oleh karenanya intervensi

negara diperlukan untuk menjamin adanya stabilitas dari proses produksi dan

adanya penyerapan tenaga kerja secara memadai. Intervensi tersebut bekerja

melalui kebijakan belanja publik atau kebijakan fiskal yakni upaya

mengintervensi ekonomi lewat pendapatan dan pengeluaran atau belanja negara.

Menurut Caporaso dan Levine (2008: 287) negara mempunyai tiga instrumen

dalam kebijakan fiskal, yakni;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

39

1. Pengeluaran pemerintah. Pemerintah menggunakan pendapatanaya

untuk membeli barang dari sektor swasta, menyerap tenaga kerja,

memberikan pendapatan bagi konsumen dan terhadap lembaga tanpa

memperhitungkan apa kegiatan ekonomi yang dilakukan individu dan

lembaga ini serta tanpa memperhitungkan apakah individu ini dapat

memberikan barang dan jasa lain sebagai imbalanya.

2. Pinjaman pemerintah. Salah satu sumber pendapatan negara yang

digunakan untuk melakukan pengeluran pemerintah adalah dengan

meminjam dari sektor swasta. Pemerintah dapat mengeluarkan surat

hutang negara (goverment bond) yang dapat dibeli oleh individu atau

perusahaan.

3. Pajak. Negara juga dapat mendanai kegiatan-kegiatanya tanpa harus

meminjam yaitu dengan cara mencetak uang atau lewat pajak.

Kajian yang mengulas tentang dasar teori dan inti pemikiran keynesian,

tentunya sudah teramat banyak, oleh karenanya penulis tidak hendak panjang

lebar mengulas teori tersebut. Kiranya yang hendak diungkap disini bahwa teori

Keynesian mendukung serta melegitimasi adanya peran negara atau intervensi

negara dalam proses ekonomi. Sehingga tradisi negara kuat dalam negara pasca

kolonial secara tidak langsung sesuai dengan perspektif Keynesian yang juga

mendominasi gagasan politik dan ekonomi pasca perang dunia dunia. Maka

secara langsung maupun tidak langsung juga teori Keynesian, terutama juga

dikarenakan usaha A.S. mengintrodusirnya sebagai satu kesatuan dengan program

bantuan atau Marshall Plan di Eropa dan developmentalisme di Negara Pasca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

40

Kolonial, turut membingkai proses rekonstruksi pasca perang. Dinamika tersebut

sesuai dengan pandangan Sugiono (1999: 94) bahwa;

....dominasi manajemen makroekonomi Keynesian dalam politik produktivitas dan kompleks negara-masyarakat di Amerika Serikat menyebabkan munculnya wacana pembangunan wacana statis, yaitu diterimanya legitimasi dan keharusan peran signifikan negara dalam pembangunan ekonomi bersama tatanan dunia liberal yang, secara paradoks, menekankan pentingnya peran pasar dan, dengan demikian, membatasi peran negara.

2. Intervensi Negara dan Wacana Pembangunan Negara Pasca Kolonial

Seperti sudah dibahas sebelumnya, proses rekonstruksi tatanan dunia

pasca perang yang diorientasikan menurut garis liberal atau liberalisme

internasional ternyata berjalan bersamaan justru dengan peran signifikan negara.

Kombinasi antara liberalisme internasional dengan intervensionisme Keynesian

ini seringkali juga diistilahkan dengan embedded liberalism atau ”liberalisme

yang tertanam”. Harvey (2009: 20) membahasakan embedded liberalism sebagai

mekanisme-mekanisme pasar dan aktivitas-aktivitas enterpreneur dan korporasi

dilingkupi oleh suatu jejaring rintangan sosial dan politik dan oleh lingkungan

regulasi yang kadang kala membatasi namun kadangkala mendorong kemajuan

strategi ekonomi dan industri. Sehingga sepanjang tahun 1950-an hingga 1960-an

embedded liberalism ini kemudian telah mendorong terciptanya tingkat

pertumbuhan yang tinggi di negara-negara maju. Pernyataan Galbraith yang

dengan berani telah mengumumkan bahwa kelangkaan yang telah coba ditelusuri

dan diusahakan solusinya oleh para ahli ekonomi telah berakhir, bahkan negara-

negara maju telah mencapai tahap ”berkelebihan” atau affluent society. Sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

41

contoh, di A.S., setelah Perang Dunia tingkat pendapatan keluarga mencapai US$

5.820 bahkan meningkat pada tahun 1962 hingga mencapai US$ 7.640

bandingkan misalnya ketika terjadi masa depresesi tahun 1929 sebesar US$ 4.460

atau tahun 1935-1936 yang hanya sebesar US$ 3.940 (Rahardjo, 1983: 10).

Meningkatnya pendapatan keluarga yang juga berarti peningkatan pendapatan

negara lewat pajak kemudian memungkinkan juga bagi negara untuk untuk

meningkatkan layanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di

Inggris, misalnya, antara tahun 1945 sampai dengan pertengahan 1970-an,

proporsi GDP yang dibelanjakan untuk peningkatan kesejahteraan umum

meningkat dari hanya 5% menjadi sekitar 20%. Pengeluaran Nasional Health

Service meningkat dari £500 juta pada tahun 1951 menjadi £5.596 juta pada tahun

1975 (Heertz, 2003: 17)

Masa euphoria pertumbuhan yang tinggi tahun 1950-an hingga 1960-an

pada akhirnya juga membawa implikasi bagi semakin maraknya “perhatian”

terhadap negara-negara pasca kolonial. Dipelopori oleh A.S. beragam bantuan

“ditawarkan” kepada Negara-negara Pasca Kolonial, mulai dari bantuan

keuangan, hingga bantuan perencanaan kebijakan. Beberapa argumen mencoba

menganalisis dan menginterpretasi tentang latar belakang kegiatan tersebut.

Dalam argumen kalangan Marxis misalnya, struktur akumulasi fordisme

menjadikan negara-negara baru merdeka semakin penting kedudukannya dalam

proses akumulasi kapitalis pada tingkat global. Argumen lain menyatakan bahwa

bantuan tersebut merupakan bagian dari benteng untuk membendung meluasnya

gerakan komunisme di Negara-negara Pasca Kolonial. Ada juga yang menilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

42

bahwa kegiatan tersebut merupakan usaha untuk menguniversalkan ide-ide

liberal, terutama dari A.S., demi menopang tatanan internasional pasca perang.

Teori pembangunan (developmentalism) merupakan salah satu bantuan

yang dikembangkan serta banyak diadopsi oleh negara-negara baru merdeka.

Teori pembangunan merupakan beragam pemikiran, yang dikembangkan oleh

para teoritisi sosial hingga para perencana kebijakan dari negara maju yang

berusaha mengatasi “keterbelakangan” pada Negara-negara Pasca Kolonial

(Hettne, 1985: 10). Beragam pemikiran tersebut menjanjikan adanya transformasi

masyarakat pasca kolonial yang identik dengan “keterbelakangan” menuju

masyarakat industrial seperti layaknya pada Negara-negara Kapitalis Maju. Janji

transformasi masyarakat menuju kesejahteraannya, yang diasumsikan berlangsung

secara mudah, kemudian membuat banyak negara-negara tersebut berupaya untuk

menerapkannya.

Sugiono (1999: 100) dalam tesisnya menyatakan bahwa teori Keynesian

juga menjadi dasar dikembangkannya teori pembangunan di Negara-negara Pasca

Kolonial. Kondisi perekonomian Negara-negara Pasca Kolonial yang berbeda

dengan negara-negara maju tidak memungkinkan diterapkannya teori - teori

neoklasik yang menggunakan model kompetitif statistik secara langsung.

Sehingga coba diadaptasikan teori Keynesian, dalam bentuk ilmu pembangunan,

pada Negara-negara Pasca Kolonial untuk mengatasi persoalan tersebut.

Manajemen makro ekonomi ala Keynesian yang mendukung adanya intervensi

negara secara aktif melalui mekanisme belanja defisit untuk mengatasi defisiensi

permintaan agregat, dianggap tepat untuk diterapkan bagi kondisi ekonomi di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

43

Negara Pasca Kolonial. Dengan demikian ilmu pembangunan dikembangkan

dalam rangka menjembatani adanya jurang pemisah antara teori pertumbuhan

dalam tradisi neoklasik dengan kondisi ekonomi pada Negara-negara Pasca

Kolonial.

Ilmu pembangunan, yang dikembangkan dengan perspektif Keynesian,

dengan sendirinya juga menekankan pentingnya peran negara dalam proses

pembangunan ekonomi negara-negara tersebut. Model tahap perkembangan

Rostow misalnya memberi arti penting bagi intervensi dari negara terhadap proses

pembangunan (Hanief, 2001: 33). Model pembangunan ini menjadikan negara

berperan sebagai agent of development. Sehingga negara menentukan tahap

perkembangan ekonomi mulai dari pembentukan modal, proses industrialisasi,

bahkan hingga penentuan waktu yang diperlukan dalam tahap-tahap

perkembangan tersebut. Alexander Greschenkron (Sugiono, 1999: 110) melihat

bahwa adanya faktor-faktor seperti kurangnya kelas pengusaha dan modal

investasi maupun ketrampilan yang diperlukan membuat peran negara untuk

merencanakan, mendanai dan mengelola industrialisasi menjadi esensial dalam

pembangunan.

Indonesia dalam usahanya untuk mengadopsi ilmu pembangunan berusaha

meniru model pembangunan Rostow tersebut. Hal ini terlihat dari munculnya

program REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) di masa Pemerintah

Orde Baru. Negara menjadi begitu dominan dalam proses industrialisasi. Proses

perencanaan pembangunan, pembentukan modal, penciptaan kelas pengusaha,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

44

hingga tahap-tahap pembentukan diambil alih oleh negara dan disesuaikan dengan

teori-teori Rostow.

3. Stagflasi 1970 dan Pengaruh Kebijakan Thatcherism - Reaganomics

Akhir tahun 1970-an merupakan masa-masa suram bagi sistem serta

mampu mengguncang embedded liberalism yang telah memberi tingkat

pertumbuhan yang mengesankan bagi dunia. Boughton (2001: 11) bahkan

menggambarkan secara dramatis bahwa;

The 1970s will long be remembered as a decade of poor economic performance and poor economics. Poor performance is the easier of the two to document: high inflation around the world, sagging productivity growth, rising unemployment, and wide domestic and international imbalances. That combination of ills even brought a new word, “stagflation,” into the language.

Meluasnya pengangguran dan semakin tingginya inflasi pada tingkat global telah

berpadu dan menjadikan tatanan dunia menjadi berada dalam keadaan krisis (lihat

grafik 4.2).

Bagi sebagian kalangan (lihat, Heertz, 2003: 19, Harvey, 2009: 22),

Perang Arab - Israel turut memacu terjadinya krisis tersebut. Perang yang terjadi

pada tahun 1973 ini memicu melambungnya harga minyak yang notabene

merupakan bahan bakar utama dalam lingkungan industri Negara-negara Maju.

Penyebabnya adalah Negara-negara Arab, yang tergabung dalam Organization of

the Petroleum Exporting Countries (OPEC), menyatakan menaikkan harga

minyak mentah yang kemudian diikuti dengan melakukan pengurangan produksi

serta embargo minyak kepada A.S. dan Eropa. Akibatnya adalah terjadi naiknya

harga-harga barang dan upah yang kemudian terakumulasi menjadi krisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

45

ekonomi dunia. Rangkaian krisis yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya

embedded liberalism berujung pada terjadi perubahan tatanan dunia secara

dramatis yang terjadi pada periode tahun 1970-an – 1980-an.

Grafik IV.2 Krisis Ekonomi Tahun 1970an: Inflasi dan Pengangguran di A.S. dan Eropa, 1960-1987.

Sumber : Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis, Harvey, 2009 hlm: 25.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

46

Serangkaian perubahan paradigma dan tindakan-tindakan politik-ekonomi

di berbagai belahan dunia yang terjadi tahun-tahun 1970-an – 1980-an seakan-

akan menjadi kebalikan dari ide-ide dan kebijakan yang dihadirkan pada periode

1950-an hingga 1960-an. Sebuah ironi yang terjadi adalah kebijakan Keynesian

yang menjadi pedoman penyelamatan ekonomi pasca Krisis Malaise, seakan-akan

menjadi tidak berdaya berhadapan dengan situasi krisis dunia. Pasalnya

manajemen ekonomi Keynesian yang bertumpu pada ekspansi fiskal justru

semakin mengakumulasi defisit publik besar-besaran di sepanjang tahun 1970-an

(Sugiono 1999: 125). Sehingga kebijakan full employment dilihat justru semakin

meningkatkan inflasi. Pendek kata, kebijakan Keynesian kehilangan legitimasi

untuk memberi solusi atas krisis yang terjadi.

Solusi yang coba dihadirkan adalah dengan memperkuat kontrol dan

regulasi negara terhadap wilayah ekonomi lewat strategi-strategi korporatis (jika

perlu dengan membatasi aspirasi-aspirasi buruh dan gerakan-gerakan rakyat lewat

cara-cara yang tegas, lewat kebijakan-kebijakan pendapatan, dan lewat

pengendalian atas tingkat upah dan harga barang serta jasa) (Harvey, 2009: 22).

Alternatif ini dilontarkan oleh Rezim-rezim Sosialis dan Komunis di Negara-

negara Eropa. Sehingga negara-negara tersebut mengembangkan berbagai

program negara kesejahteraan misalnya seperti yang terjadi di Skandinavia

dengan tradisi sosial – demokratiknya, atau sosialisme pasar di Italia dan Spanyol.

Sementara di A.S. sendiri Partai Demokratik mendorong adanya regulasi yang

mengatur perlindungan keamanan dan kesehatan kerja, hak-hak sipil, serta

perlindungan konsumen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

47

Persoalan yang muncul kemudian adalah solusi sosial – demokratik dan

korporatisme tidak mencukupi bagi kebutuhan akan akumulasi kapital di medio

1970-an. Maka yang terjadi pertentangan dan polarisasi pendapat tak dapat

dihindarkan antara kelompok yang mendukung sosial - demokratik serta

perencanaan terpusat dengan kalangan yang berusaha mengunggulkan kebebasan

pasar. Kalangan yang terakhir tampaknya memenangkan pertentangan pendapat

tersebut dan memulai proyek-proyek, yang kemudian hari disebut, neoliberal.

Mereka memandang bahwa regulasi ketat dan pajak yang tinggi dianggap tidak

lagi kondusif bagi ekspansi bisnis. Sehingga, solusi bagi perekonomian agar bisa

bangkit kembali adalah dengan mendorong pemerintah untuk memangkas

pelayanan sosial dan meminimalkan regulasi bagi dunia usaha.

Penghujung tahun 1970 seakan menjadi momentum konsolidasi bagi

gerakan neoliberal. Tepatnya di bulan Mei 1979 berlangsungnya pengangkatan

Margaret Thatcher sebagai perdana menteri menjadi pertanda dimulainya era

ekonomi - politik pasar bebas. Bersama dengan Ronald Reagan, yang terpilih

menjadi presiden A.S. tahun 1980, keduanya memulai era “Thatcherism” dan

“Reaganomics”, keduanya kemudian identik dengan kedua istilah tersebut,

sebagai terjemahan dari kebijakan-kebijakan ekonomi dan politiknya. Kedua

pemimpin negara tersebut mengusahakan intervensi yang minimal dari negara di

hampir semua bidang.

Thatcher terpilih disaat stagflasi mendera Inggris begitu kuat dan membuat

pemerintah tidak mampu berbuat banyak. Inflasi yang mencapai 26 persen serta

meningkatnya pengangguran hingga mencapai 1 juta orang pada tahun 1975,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

48

membuat masyarakat menderita (Harvey, 2009: 96). Krisis neraca keuangan

seiring dengan defisit anggaran memaksa pemerintah Inggris untuk mengajukan

permohonan bantuan kepada IMF. Permohonan bantuan tersebut kemudian

disetujui oleh IMF dengan disertai sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh

pemerintah. Pemerintahan buruh kala itu kemudian dihadapkan pada pilihan

antara harus memenuhi tuntutan pembatasan dan penghematan anggaran untuk

pengeluaran publik serta kontrol ketat atas inflasi seperti yang diajukan oleh IMF

atau menyatakan bangkrut dan mengorbankan integritas poundsterling. Pilihan

pemerintahan Thatcher kemudian jatuh kepada prasyarat yang diajukan oleh

badan keuangan internasional tersebut.

Tidak hanya selesai dengan pembatasan pengeluaran publik, kebijakan

privatisasi juga dijalankan oleh Thatcher sebagai solusi yang mampu menolong

penanganan krisis ekonomi. Akibat dari kebijakan tersebut kemudian membuat

sejumlah aset sektor publik beralih menjadi milik swasta. Alasan efisiensi serta

kemungkinan mendapat dana segar dalam jumlah besar dikemukakan sebagai

imbalan dari kebijakan privatisasi tersebut. Penjualan tersebut memang kemudian

membuat pemerintah Inggris memperoleh £67 juta atau tepatnya £67.104 juta

antara tahun 1979 hingga 1997 (Heertz, 2003: 23). Akan tetapi kebijakan tersebut

juga telah mengakibatkan perusahaan-perusahaan telekomunikasi, batu bara, gas,

baja, listrik, penerbangan, listrik, air serta saham yang cukup besar di bisnis

minyak perbankan hingga perkapalan, yang pada tahun 1979 masih dikuasai oleh

pemerintah Inggris, telah mengakibatkan hampir semua perusahaan dibisnis

tersebut berada di tangan pengusaha swasta pada tahun 1997.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

49

Pemerintahan Thatcher juga memberlakukan berbagai kebijakan yang

memberi kenyamanan bagi swasta untuk semakin giat melakukan investasi.

Kebijakan tersebut antara lain; pengurangan tarif pajak bagi perorangan maupun

perusahaan, penghapusan kontrol kurs mata uang asing, serta menghapus

pembatasan kredit bank. Tidak berhenti sampai di situ, pemerintahan Thatcher

juga membatasi kekuatan serikat buruh, dengan melakukan beberapa keputusan

seperti menutup pertambangan batu bara atau membuka kesempatan bagi

perusahaan asing untuk investasi pada industri baja serta otomotif. Kegiatan

tersebut praktis membuat para buruh harus patuh agar mendapat lapangan kerja

yang semakin berat didapatkan di era krisis tersebut.

Perubahan besar-besaran juga terjadi pada kebijakan fiskal dan moneter di

A.S. dalam upaya mengatasi stagflasi di A.S. pada tahun 1970-an. Perubahan

orientasi kebijakan tampak begitu kental mewarnai ekonomi domestik. Kebijakan

moneter dan fiskal tidak lagi mengedepankan terciptanya kesempatan kerja penuh

(full employment) sesuai dengan konsep new deal yang telah menjadi pedoman

dimasa sebelumnya. Kebijakan telah berubah dan dirancang menjadi usaha

mengatasi inflasi tanpa mempedulikan konsekuensi seperti tidak tersedianya

lapangan pekerjaan.

Tahun 1979 menjadi awal dari periode perubahan kebijakan-kebijakan

ekonomi A.S. Berawal dari bulan Oktober 1979, U.S Federal Reserve (Bank

Sentral A.S.) mengadopsi prosedur operasi baru yang di desain untuk mengontrol

secara ketat pertumbuhan moneter (Boughton, 2001: 52). Paul Volcker, kepala

Bank Sentral AS, telah memulai serangkaian kebijakan untuk mengatasi inflasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

50

Kebijakan-kebijakan tersebut, atau dikenal sebagai the Volcker’s shock,

diantaranya adalah menaikkan suku bunga secara drastis hingga mencapai dua

digit (lihat grafik 4.3). Kebijakan tersebut dipertahankan sampai tiga tahun, yakni

mulai dari bulan Oktober 1979 hingga Agustus 1982 (Engdahl, 2008).

Grafik IV.3 Pergerakan Tingkat Suku Bunga Riil di A.S. dan Perancis tahun 1960-2001, Sebagai Implikasi Terapi Kejut Volcker.

Sumber : Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis, Harvey, 2009 hlm: 39.

Usai terpilih sebagai presiden A.S. menggantikan Carter, Reagan terus

memulai langkah-langkah peralihan ke arah neoliberalisme di A.S. Hal ini

ditunjukkannya dengan terus mendukung kebijakan Volcker dan memutuskan

memilihnya kembali sebagai kepala U.S Federal Reserve dalam masa

kepemimpinanya. Selain itu juga meneruskan agenda-agenda politik deregulasi

yang telah dimulai pada era kepemimpinan Carter. Berbagai kebijakan seperti;

mencabut kontrol atas harga minyak, melonggarkan pembatasan bidang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

51

transportasi kereta api, penyiaran, industri minyak dan gas alam, dan enggan

menegakkan perundangan anti-trust. Reagan juga seolah mengikuti jejak Thatcher

dengan menurunkan tarif pajak sehingga membuat tarif marginal pajak

pendapatan tertinggi di AS turun dari 70% menjadi 28% (Heertz, 2003: 25).

Selain merubah orientasi kebijakan domestik, pada tingkat global

pemerintahan Thatcher dan Reagan dengan gencar juga melakukan serangkaian

kegiatan guna mendorong proses neoliberalisasi di berbagai negara termasuk

Negara Pasca Kolonial. Kedua pemimpin negara dalam tahun 1980-an secara

intens untuk “mengeskpor” gagasan tentang kehebatan pasar. Reagan misalnya,

secara khusus hadir dan memanfaatkan Dialog Utara-Selatan di Cancun, Meksiko,

tahun 1981 untuk memberikan “kuliah” mengenai kebajikan sistem pasar dan

keburukan sistem yang terlalu banyak intervensi negara (Sugiono, 1999: 159).

Usaha “mengekspor” gagasan tersebut pun kemudian menunjukkan hasil

yang luar biasa. Gagasan tersebut menyebar dengan cepat dan merambah di

berbagai belahan dunia. Mulai dari Amerika Latin hingga Asia Timur, India dan

hampir seluruh negara-negara di benua Afrika, bahkan negara-negara yang dahulu

dikenal sebagai penganjur ekonomi komunis pun mulai mempraktekkan model

kapitalisme pasar bebas Anglo-American (lihat, Heertz, 2003: 26-27).

Namun, Heertz (2003: 32-33) juga mencatat bahwa sejumlah

pemerintahan dibeberapa wilayah enggan untuk sepenuhnya menganut formulasi

reformasi kebijakan tersebut. Beberapa wilayah di Asia dan Eropa Daratan tetap

saja menginginkan pemerintahannya untuk campur tangan dalam hal ekonomi

maupun dalam bidang-bidang kesejahteraan. Sepanjang tahun 1990-an beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

52

pemerintahan di Asia masih saja campur tangan dalam bidang ekonomi. Sedang di

Eropa Daratan, sebagian besar politisinya tidak setuju dengan model reformasi

tersebut. Politisi-politisi tersebut masih ingin tetap menjaga prinsip-prinsip

solidaritas dengan menciptakan sistem kesejahteraan melalui pengelolaan

ekonomi demi masyarakat umum.

Pada akhirnya masa pemerintahan Thatcher dan Reagan beserta penerapan

kebijakan-kebijakan neoliberalnya, meninggalkan sekian implikasi yang

menandai perubahan ekonomi-sosial-politik baik pada tingkat domestik maupun

pada tingkat global. Sebagai contoh Harvey (2009: 149) menyatakan bahwa pada

tingkat domestik implikasi dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan justru

mendorong tingginya tingkat pengangguran pada kedua negara itu sendiri.

Kebijakan untuk menurunkan tingkat inflasi serta menciptakan tingkat suku bunga

yang rendah, harus dibayar dengan adanya pengorbanan tingginya tingkat

pengangguran. Di A.S. selama pemerintahan Reagan, rata-rata pengangguran

mencapai 7,5% sedangkan di Inggris selama pemerintahan Thatcher, rata-rata

pengangguran bahkan mencapai lebih dari 10%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

53

Grafik IV.4 Rata-rata Pengangguran di Amerika Serikat tahun 1979-1982.

Sumber: The Financial Tsunami: the Financial Foundation of the American Century, Engdahl, 2008.

Reorientasi kebijakan ekonomi dunia dengan penerapan kebijakan

neoliberalisme oleh Thatcher dan Reagan, yang diikuti oleh berbagai negara baik

karena kesadaran sendiri maupun melalui tekanan, tentu menghasilkan sejumlah

perubahan yang spektakuler. Setidaknya ada tiga implikasi dari proses tumbuh

kembangnya neoliberalisme yang dimotori oleh A.S dan Inggris. Pertama, adalah

semakin meningkatnya mobilitas arus modal. Hal ini ditandai dengan pesatnya

pertumbuhan investasi langsung maupun investasi portofolio. Dari data yang

diajukan oleh Spillane (2003: 178) terungkap bahwa pada tahun 1997 Foreign

Direct Investment (FDI) meningkat 7 kali lipat dibandingkan dengan tahun 1970.

Nilai tambah oleh perusahaan-perusahaan multinasional (MNC) meningkat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

54

5% pada tahun 1980 menjadi sebesar 7% pada tahun 1997, sementara pangsa

pasar ekspor dunia meningkat menjadi 33% pada tahun 1997 dari yang

sebelumnya hanya sebesar 25% pada tahun 1980. Aktivitas pertumbuhan sektor

keuangan serta jasa-jasa keuangan juga meningkat secara signifikan yang sejalan

dengan aktivitas investasi bisnis keuangan. Data Caldentey dan Vernengo (2010:

74) menunjukkan bahwa pada 1980, nilai saham aset-aset finansial termasuk

kontrak-kontrak derivatif, sedikit diatas GDP (129% dari GDP termasuk aset-aset

derivatif). Pada tahun 1990, nilai saham aset-aset finansial meningkat 2 kali lipat

dari GDP (253% termasuk aset-aset derivatif). Tahun 2001, nilai saham aset-aset

finansial global kira-kira 6 kali dari GDP dunia dan bahkan tahun 2007

menunjukkan naik 13 kali dari nilai GDP dunia (lebih lengkap lihat grafik 4.4).

Grafik IV.5 Pendalaman Sektor Finansial Global (Persentase Nilai Aset Saham dari GDP Dunia tahun 1980-2007).

Sumber: Modern finance, methodology and the global crisis, Caldentey & Vernengo, 2010: 74.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

55

Implikasinya adalah peningkatan yang luar biasa pada keuntungan korporasi-

korporasi keuangan (lihat grafik 4.6). Sebagaimana di tulis Harvey (2009: 271)

Turnover harian dari transaksi-transaksi keuangan di pasar-pasar internasional yang pada tahun 1983 sebesar $ 2,3 milyar, meningkat menjadi sebesar $ 130 milyar pada tahun 2001. Turnover tahunan pada tahun 2001 sebesar $ 40 trilyun jika dibandingkan dengan angka perkiraan sebesar $ 800 milyar yang dibutuhkan untuk mendukung arus investasi perdagangan dan produksi internasional.

Persoalan yang muncul adalah pertumbuhan sektor keuangan ternyata tidak

dibarengi dengan pertumbuhan sektor riil secara signifikan juga. Hal ini

disebabkan karena bisnis keuangan hanya mengejar keuntungan-keuntungan

spekulatif semata tanpa mempedulikan fungsi untuk menggerakkan sektor lain.

Grafik IV.6 Tingkat Keuntungan Bagi Korporasi Finansial dan Non-finansial di A.S. 1960-2001.

Sumber : Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis, Harvey, 2009 hlm: 266.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

56

Implikasi yang kedua adalah penyebaran neoliberalisme di seluruh dunia

dengan basis teoritik ortodoksi monetaris menjadi semakin kuat di tahun 1980-an-

1990-an. Gabungan kekuatan lembaga keuangan internasional (W.B. dan IMF),

Departemen Keuangan A.S. serta Wall Street semakin mampu untuk

mendesakkan kepentingan membangun iklim bisnis yang sesuai dengan garis

neoliberal. Sehingga semakin banyak negara berusaha mengadopsi reformasi

neoliberal. Negara-negara Pasca Kolonial pun juga tak luput dari serangan

kekuatan tersebut yakni dengan dioperasikannya program penyesuaian struktural

(SAPs).

4. Bangkitnya Intelektual Kanan Baru

Salah satu aspek penting dalam perkembangan neoliberalisme adalah

kebangkitan intelektual-intelektual kanan baru. Kalangan tersebut muncul dengan

gagasan yang melegitimasi secara teoritis diusungnya mekanisme pasar sebagai

satu-satunya cara dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mereka bertugas mensupport penuh realisasi setiap aksi bagi terwujudnya tatanan

sosial, ekonomi, dan politik yang berorientasi liberal dengan masuk ke pusat

kekuasaan dan membangun lembaga-lembaga pemikir (think-tank) (Harvey, 2009:

36).

Perubahan mainstream gagasan dari intervensionis negara ala Keynesian

menjadi berorientasi liberal seperti yang digagas oleh kaum neoliberal, bukan

merupakan fenomena yang terjadi secara tiba-tiba seiring munculnya stagflasi

1970-an. Sebuah konferensi tertutup tahun 1947, oleh Friedrich von Hayek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

57

berhasil dijadikan ruang konsolidasi bagi sejumlah pemikir sosial untuk

mewujudkan kesepakatan mereka tentang hubungan sosial yang diatur oleh pasar.

Pertemuan yang dihadiri antara lain; Milton Friedman, George Stigler, Karl

Popper, Ludwig von Misses, dan lain sebagainya, kemudian menghasilkan

komunitas dengan nama The Mont Pélérin Society dan mampu menghasilkan

perluasan jaringan yang massif selama periode 1970-an hingga 1980-an (Priyono,

2003: 51-52). Gagasan mereka secara rutin berusaha disebarkan melalui

universitas-universitas maupun lembaga-lembaga kajian yang banyak berkembang

di AS dan Inggris. Sehingga universitas seperti Chicago University, London

School of Economics, serta Institut Universitaire de Hautes Etudes

Internasionales (IUHEI) di Jenewa ataupun lembaga seperti The Institute of

Economic Affairs (IEA) dan Centre for Policy Studies (CPS) menjadi penyuplai

berbagai kajian dan saran kebijakan bagi pemerintah.

Sugiono (1999: 144) melihat bahwa mengemukanya intelektual kanan

baru terkait sangat erat dengan transformasi struktur produksi dalam

perekonomian global di mana proses produksi maupun modal semakin

terinternasionalisasi. Transformasi struktur produksi yang dimaksud adalah pada

tataran global terjadi masifikasi gelombang pergerakan modal, yang juga secara

bersamaan terjadi “revolusi” teknologi informasi dan komunikasi yang

memudahkan terjadinya investasi dan kesepakatan bisnis. Maka kebangkitan

kalangan kanan baru tidak saja merupakan respon atas situasi krisis yang terjadi

melainkan juga bentuk reaksi atas kebutuhan modal internasional terhadap

ekonomi politik global.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

58

Inti pemikiran kaum intelektual neoliberal bersandar atas pandangan

bahwa pasar dan hubungan transaksional adalah dasar dari seluruh hubungan

sosial antar manusia. Liberalisme klasik juga melihat bahwa hubungan

transaksional adalah dasar bagi hubungan sosial akan tetapi hanya di dalam

kehidupan ekonomi. Negara masih diperlukan dalam mengatur dan menyediakan

prasarana publik dalam bidang-bidang kehidupan lain. Berbeda dengan yang coba

dihadirkan oleh neoliberalisme. Neoliberalisme secara ekstrim melihat bahwa

seluruh kegiatan di dalam masyarakat harus disediakan oleh pasar. Negara tidak

mendapat tempat kecuali berperan sebagai sistem yang dapat memastikan

mekanisme pasar dapat berlaku. Hal ini tidak berarti negara kemudian

mengintervensi mekanisme pasar, negara justru harus menjauh dari pasar. Negara

tidak punya alasan apapun juga untuk mencampuri dan mengawasi ‘pasar’, karena

pasarlah yang justru merupakan prinsip yang mendasari negara dan masyarakat

(Priyono, 2003: 57). Sehingga negara berusaha meneruskan tradisi menjadi

“penjaga malam” tanpa harus merasa bertanggung jawab kepada masyarakat itu

sendiri.

Kaum neoliberal dengan demikian tidak percaya terhadap segala bentuk

pengaturan, bahkan terhadap masalah yang timbul di dalam sistem pasar. Sebagai

contoh, menurut penganut paham pasar bebas, negara tidak boleh mengintervensi

masalah monopoli yang sering kali terjadi dalam pasar bebas (lihat Sirait, 2006:

21). Hal ini merupakan salah satu yang memicu “pembelahan” kalangan

akademisi universitas-universitas di A.S. menjadi dua kubu, yakni kubu

“Saltwater” dan “Freshwater”. Kubu Saltwater merupakan kelompok universitas-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

59

universitas yang lokasinya berada di dekat pantai, seperti: Harvard, MIT, Yale,

Princeton, sedangkan kubu Freshwater adalah universitas-universitas yang lebih

dekat ke Great Lakes, seperti: Chicago, Minnesota, Wisconsin,

Rochester. Kalangan Chicago School misalnya, berpandangan bahwa monopoli

tidak akan berlangsung lama karena pasar akan segera menyesuaikan kembali

mekanismenya. Bertentangan dengan pandang tersebut, Harvard School misalnya,

monopoli dapat berlangsung lama dan tidak mudah untuk berubah dengan

sendirinya. Implikasinya adalah solusi yang ditawarkan pun berbeda antara kubu

yang satu dengan yang lain. Harvard School melihat bahwa pada kondisi tersebut,

peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk memperbaiki sistem pasar maupun

untuk menindak para pelaku monopoli. Sebaliknya, Chicago school menyarankan

untuk membiarkan saja misalnya jika terjadi monopoli karena pasar akan segera

merespon dan memperbaiki dengan sendirinya. Begitu pula dengan pelaku

monopoli seharusnya dibiarkan saja atau tidak dihukum, karena merupakan hasil

kemampuan dan kebebasan mereka.

Dasar filosofi tentang masyarakat yang membuat kaum kanan baru

menjadi berpandangan seperti itu. Bagi kanan baru, terjemahan dari masyarakat

adalah kumpulan individu-individu yang otonom. Akan tetapi patut diketahui

bahwa yang dimaksud indvidu bukanlah individu yang abstrak tanpa makna,

melainkan individu-individu wirausahawan atau wirausahawati bebas. Individu

wirausahawan atau wirausahawati tersebut bertanggung jawab memenuhi

kebutuhannya sendiri dan tidak bergantung pada perusahaan tempat mereka

bekerja atau negara untuk menyediakan jaminan sosial. Pengertian tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

60

memiliki konsekuensi pergeseran makna di mana hal-hal yang selama ini

dianggap mnjadi masalah-masalah sosial menjadi masalah-masalah individu-

individu sendiri. Sebagai contoh adalah masalah kemiskinan; persoalan

kemiskinan tidak lagi diletakkan menjadi persoalan sosial, masyarakat atau

negara-bangsa, akan tetapi sudah menjadi persoalan pribadi. Kemiskinan bukan

lagi menjadi persoalan yang timbul karena struktur, ekonomi, sosial, maupun

politik, dalam masyarakat “tidak mengijinkan” antara satu orang dengan yang lain

menjadi sejahtera. Persoalan seorang individu yang dianggap malas, bodoh, tidak

bekerja keras dan lain sebagainya dikedepankan menjadi alasan terjadinya

kemiskinan. Maka yang diperlukan bukan suatu bentuk welfare system akan tetapi

kemampuan Individual self-care.

Pandangan tentang individu yang otonom dengan demikian juga

menggeser bentuk social regulation menjadi self-regulation. Pengertianya adalah

pelimpahan otoritas regulatif dari tangan negara yang mengatur kegiatan dan

hubungan sosial kepada kekuatan dan kebebasan individu menurut selera dan

pilihan individualnya. Hal ini berlaku pada berbagai bidang sosial, bidang politik,

hingga bidang ekonomi, mulai dari kesehatan, pendidikan, perdagangan barang

dan jasa, hingga investasi finansial.

B. Structural Adjustment Programs sebagai Program Ekonomi - Politik

Neoliberalisme

Pada sub bab sebelumnya sudah diungkapkan bahwa mulai dari periode

1970-an akhir, kaum kanan baru secara pasti mampu merubah orientasi domestik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

61

dan internasional yang dilandasi pandangan Keynesian. Legitimasi intervensi

negara pada sistem ekonomi berhasil dimentahkan dengan jitu oleh kalangan

tersebut. Intervensi negara hanya akan mengacaukan sistem pasar, yang bagi

kalangan tersebut berlaku universal. Negara pasca kolonial yang kental dengan

tradisi intervensi negara pun tak luput dari “serangan” kalangan Neoliberal. Oleh

karenanya ilmu pembangunan sebagai disiplin khusus mengatasi keterbelakangan

negara pasca kolonial, yang melegitimasi peran negara secara besar, juga ditolak

oleh kalangan Neoliberal. Kondisi ekonomi spesifik negara pasca kolonial yang

membutuhkan intervensi negara, menurut kaum Neoliberal hanyalah justifikasi

kosong dan tidak ada alasan apapun yang memadai mengenainya. Bahkan krisis

ekonomi pada tahun 1980-an dan 1990-an yang menimpa banyak negara pasca

kolonial menjadi legitimasi bagi Neoliberalisme melakukan kritik atas ilmu

pembangunan yang terlalu mengakomodasi intervensi negara.

Perubahan situasi ekonomi-politik yang terjadi secara global tersebut pada

gilirannya juga turut mempengaruhi perubahan orientasi kebijakan sosial,

ekonomi, dan politik di negara pasca kolonial, termasuk di negara Indonesia.

Demam Neoliberalisme juga turut menyebar dan mempengaruhi negara-negara

pasca kolonial pada dekade 1980-an yang kala itu bersamaan dengan terjadinya

krisis ekonomi di sejumlah negara tersebut. Bahkan krisis tersebut menjadi pintu

masuk bagi agen-agen Neoliberal untuk mempengaruhi negara-negara tersebut

dalam merubah kebijakan-kebijakannya.

Namun satu hal yang perlu dicatat disini adalah kebijakan Neoliberal di

negara pasca kolonial tidak saja diadopsi berdasar teori Neoliberal melalui jalur-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

62

jalur yang dialogis serta rasional. Importasi ide-ide kanan baru berlangsung

melalui kombinasi berbagai media, mulai dari jalur akademik hingga tekanan

ekonomi-politik. Bahkan ditengarai bentuk-bentuk koersi merupakan jalur yang

lebih dominan bagi negara-negara pasca kolonial dalam menerapkan deregulasi,

privatisasi, hingga liberalisasi dalam kebijakan domestiknya maupun dalam

hubungannya dengan luar negeri.

Sub bab berikut berpretensi untuk menelusuri model koersi yang

diterapkan kalangan kanan baru khususnya lembaga-lembaga internasional seperti

Dana Moneter Internasional (IMF) maupun Bank Dunia (WB). Model koersi yang

diterapkan adalah diterimanya Program Penyesuaian Struktural (SAPs) yang

mulai diterapkan pada tahun 1980-an. Dengan demikian mampu untuk

menjelaskan latar belakang diadopsinya kebijakan-kebijakan Neoliberal serta

pengalaman penerapan penyesuaian struktural di negara negara berkembang serta

khususnya yang terjadi di Indonesia.

1. Hutang dan Kemunculan Structural Adjustment Programs

Neoliberalisme hadir dan berkembang di negara-negara pasca kolonial

serta negara berkembang lainnya secara berbeda dibandingkan dengan yang

terjadi di Eropa barat ataupun A.S. Kekuatan-kekuatan korporasi-korporasi besar,

intelektual, hingga politisi dalam negeri merupakan faktor yang lebih banyak

menjadi penentu berkembangnya Neoliberalisme di negara-negara seperti Inggris

maupun A.S. Negara-negara pasca kolonial mengadopsi Neoliberalisme lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

63

banyak disebabkan adanya suatu paksaan oleh kekuatan-kekuatan internasional.

Seperti diungkapkan oleh Sugiono (1999: 158-159):

…perlu dicatat bahwa memandang importasi ideologi pasar semata-mata sebagai proses “sukarela” seperti termanifestasi dalam transnasionalisasi pengetahuan bisa menyesatkan. Sejenis koersi oleh kekuatan dunia maupun lembaga-lembaga internasional yang kuat, IMF dan Bank Dunia, juga berperan serta dalam proses formasi blok historis baru hyper-liberalisme tersebut.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan oleh negara-negara maju, utamanya oleh A.S,

maupun oleh lembaga-lembaga keuangan internasional untuk meyakinkan dan

memastikan pemerintah negara-negara pasca kolonial menerapkan ide-ide kanan

baru. Sejumlah kalangan mencatat (Harvey, 2009: 66 dan Sugiono, 1999: 159-

161) bahwa kegiatan-kegiatan seperti melakukan lobi politik, tekanan finansial,

bahkan konspirasi politik yang berujung kudeta militer di sejumlah negara

berkembang, pernah dilakukan oleh kekuatan internasional untuk memaksakan

diadopsinya neoliberalisme di negara-negara tersebut.

Salah satu usaha mengadopsi kebijakan neoliberal di negara pasca kolonial

adalah munculnya Structural Adjustment Programs (SAPs) atau Program

Penyesuaian Struktural. Seperti dirujuk oleh Hanief (2001: 41) :

Besarnya dorongan ke arah liberalisasi di wilayah Asia Tenggara, antara lain dipengaruhi oleh program Structural Adjustment atau program penyesuaian struktural yang banyak diterima oleh negara-negara di kawasan tersebut. Sehingga penyesuaian struktural pada hakikatnya merupakan proses liberalisasi ekonomi di negara berkembang.

Kemunculan program penyesuaian tersebut di negara pasca kolonial serta negara

berkembang lainnya berlangsung sejak tahun 1980-an. Pada tahun-tahun tersebut

sedang berlangsung krisis ekonomi yang memukul sebagian besar negara pasca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

64

kolonial dan negara berkembang lainnya. Penyesuaian struktural kemudian

dianjurkan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional, baik oleh IMF maupun

World Bank, sebagai solusi mengatasi permasalahan krisis yang timbul. Solusi

tersebut berupa serangkaian ide tentang pengendoran restriksi perdagangan serta

upaya menjauhkan intervensi pemerintah dari sistem perekonomian.

Persoalan yang muncul kemudian, sebagai suatu saran kebijakan ekonomi,

penyesuaian struktural menjadi begitu mengikat bagi negara-negara tersebut untuk

melaksanakan saran-saran dari IMF dan World Bank itu. Penyesuaian struktural

telah menjadi prasyarat peminjaman ataupun penjadwalan utang luar negeri

negara-negara berkembang, suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya

dalam mekanisme pengucuran utang. Saran kebijakan ekonomi tersebut telah

berubah menjadi suatu bentuk paksaan penerapan kebijakan. Hal ini menyebabkan

negara-negara berkembang tidak lagi memiliki keleluasaan dalam menentukan

orientasi kebijakan domestik dan luar negerinya.

Seperti sudah dibahas di awal sub bab sebelumnya lembaga-lembaga

keuangan internasional, IMF dan World Bank, merupakan produk dari pertemuan

rekonstruksi pasca perang. Pertemuan yang dipelopori oleh Amerika Serikat dan

Inggris yang rombonganya diketuai oleh J.M. Keynes kemudian menghasilkan

beberapa kesepakatan yang diantaranya adalah membentuk lembaga-lembaga

ekonomi multilateral. Lembaga-lembaga yang dimaksud diantaranya sekarang

dikenal dengan nama International Monetary Fund dan World Bank. Kedua

Institusi tersebut juga lazim disebut dengan institusi bersaudara, karena disepakati

berdiri secara bersamaan walaupun dengan tugas yang berbeda. IMF terbentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

65

atas prakarsa AS dengan dana sebesar US$ 58,8 milyar, dengan posisi sebagai

penyumbang terbesar yakni sekitar 25 % (Petras dan Veltmeyer, 2002: 199).

Berdiri pada bulan Juli 1944 di Bretton Woods, New Hampshire, A.S, bertugas

pengatur sistem keuangan internasional. Salah satu tugas pokok IMF adalah

membantu negara-negara anggota yang dilanda krisis neraca pembayaran yakni

dengan memberi bantuan pinjaman keuangan jangka pendek untuk

menyeimbangkan anggarannya. Sedangkan Bank Dunia yang secara resmi disebut

sebagai International Bank for Reconstruction and Development bertugas

memberikan bantuan pinjaman keuangan untuk pembangunan dan pemulihan

ekonomi pasca perang. Bank Dunia berperan memberikan bantuan lunak (soft

loan) atau bahkan hibah (grant) dalam bentuk paket-paket proyek dan program

pembangunan infrastruktur, pendidikan, pemberantasan kemiskinan (poverty

alleviation), menjaga lingkungan dan lain sebagainya (Prasetiantono, 2003:115).

Akan tetapi tahun 1980-an terjadi peningkatan peran dari lembaga-

lembaga keuangan internasional. IMF dan Bank Dunia tidak lagi hanya berperan

sebagai institusi yang bertugas mengkoordinasikan sistem moneter internasional

serta mengalokasikan dana untuk membantu negara anggota. Keduanya telah

berkembang menjadi penentu sejumlah perubahan orientasi kebijakan ekonomi

negara-negara berkembang. Hal ini terbukti dari kuatnya pengaruh kedua institusi

tersebut untuk memaksakan penyesuaian struktural sistem ekonomi negara

berkembang.

Penyesuaian struktural sendiri bermula dari persoalan krisis utang yang

melanda negara berkembang pada tahun 1980-an. Negara berkembang pada saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

66

itu mengalami suatu keadaan dimana mereka mengalami gagal bayar karena utang

telah melebihi devisa negara-negara tersebut. Utang luar negeri yang semula

merupakan pinjaman modal pembangunan telah berubah menjadi beban yang

justru menggerogoti surplus hasil pembangunan itu sendiri. Akibatnya adalah

proses rekapitalisasi untuk proses pembangunan selanjutnya tidak terjadi.

Konsep utang pembangunan secara teoritis didasari dari teori “two gap”

yang merupakan perluasan dari teori Harrod-Domar. Teori “two gap” yakni teori

mengasumsikan bahwa negara berkembang selalu mengalami dua kesenjangan

dalam pembangunan. Kesenjangan yang pertama; negara berkembang tidak

mempunyai kemampuan untuk menabung yang merupakan hal dasar sebagai

modal pembangunan. Masyarakat negara berkembang yang hanya menghasilkan

pendapatan subsisten tidak memungkinkan untuk menabung. Kesenjangan yang

kedua; negara berkembang mengalami selalu kesenjangan nilai tukar mata uang

asing. Kesenjangan nilai mata uang asing kemudian membuat perbandingan

antara ekspor dan impor selalu defisit. Karena nilai ekspor selalu lebih rendah

daripada nilai impor karena kesenjangan nilai tukar tersebut. Logika dari “dua

kenjangan” tersebut mempunyai implikasi teoritis bahwa tingkat investasi

domestik tidak memadai untuk melakukan pembangunan. Utang luar negeri oleh

karenanya diperlukan sebagai sarana kecukupan modal pembangunan tersebut.

Utang luar negeri kemudian juga seakan mendapat legitimasi dari fakta

bahwa dari proses pembangunan yang mengandalkan utang luar negeri, memang

mampu menampilkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan di negara

berkembang. Data dari Komisi Selatan (1992: 45), menyajikan bahwa pada tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

67

1960 - 1970 negara berkembang mampu mendongkrak tingkat pertumbuhan total

Produk Domestik Brutonya (PDB) pada tingkat yang mengesankan yakni sebesar

6 %. Bahkan negara-negara tersebut mampu mempertahankan pertumbuhan total

PDB pada sebesar 5 % pada tahun 1970 – 1980 (lihat grafik 4.7).

Grafik IV.7 Rata-rata Pertumbuhan PDB Per Kapita dan Total PDB Negara Berkembang, 1960-1987.

Sumber: Tantangan yang Menghadang Selatan, 1992: 45.

Persoalan yang muncul kemudian, pada sisi lain terjadi juga peningkatan

yang pesat pada utang luar negeri negara-negara tersebut (lihat grafik 4.8).

Persentase utang luar negeri cenderung naik dari tahun ke tahun. Paruh kedua

tahun 1970-an, persentase hutang tersebut bahkan mencapai kisaran diatas 30%.

Pada tahun 1974-1975 misalnya, persentase utang naik hingga mencapai 33%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

68

Walaupun terjadi penurunan pada tahun 1976, utang tersebut kembali naik hingga

mencapai puncaknya pada tahun 1977-1978 yang hampir mencapai 35%. Hal ini

Grafik IV.8 Persentase Pertumbuhan Utang Luar Negeri Negara Berkembang, 1966-1982.

Sumber: Financial Flows to Developing Countries:Recent Trends and Near Term Prospects, Suttle, 2003: 8.

berarti bahwa pembangunan dengan orientasi pertumbuhan yang tinggi ternyata

dibayar dengan laju pertumbuhan utang yang tinggi juga.

Laju pertumbuhan utang pembangunan yang pesat tersebut terjadi ketika

pada tahun 1960-an gelontoran utang dalam jumlah besar semakin gencar

dilaksanakan. Adanya program-program internasional dari Bank Dunia serta IMF

menambah alasan bagi masifnya pemberian pengucuran utang bagi negara-negara

tersebut. Seperti yang tertulis dalam laporan Komisi Selatan (1992: 41), bahwa;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

69

…Bank Dunia membentuk Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA) pada tahun 1960, dengan tugas untuk memberikan pinjaman atas syarat-syarat yang ringan kepada negara-negara sedang berkembang yang paling miskin. Dana Moneter Internasional (IMF) membentuk kompensasi bantuan keuangan (Compensatory Financing Facility, CFF) pada tahun 1963, dengan sasaran mendukung usaha negara-negara sedang berkembang untuk menangani krisis perdagangan luar negeri yang disebabkan oleh amblegnya pendapatan dari ekspor komoditas primer atas sebab-sebab yang berada di luar kemampuan penanganan mereka.

Pinjaman kemudian tidak hanya dikucurkan oleh negara-negara maju maupun

oleh lembaga keuangan multilateral (IMF dan Bank Dunia), akan tetapi bank-

bank komersial internasional juga mulai memberikan kredit bagi negara-negara

Amerika Selatan, Afrika dan Asia. Bahkan bank-bank komersial internasional

mulai mendominasi kucuran utang luar negeri bagi negara-negara tersebut di

tahun 1970-an. Penerimaan total luar negeri negara-negara berkembang dari

bantuan resmi pembangunan menurun dari 58 % menjadi 30 % pada tahun 1960-

1978, sedangkan pinjaman dari bank-bank swasta meningkat dari 2 % menjadi

sekitar 33 % (Hossein-zadeh, http://faculty.cbpa.drake.edu, diakses 4 Februari

2011).

Ada beberapa alasan yang mendasari peningkatan aktivitas utang luar

negeri tersebut. Pada tingkat internasonal terjadi likuiditas yang amat besar dalam

sistem bank internasional. Dari data yang dihimpun Neves (2009) tahun 1960-an

hingga tahun 1970-an, jumlah uang di bank-bank swasta meningkat sebelas kali

lipat; dari 10 milliar USD menjadi 110 milliar USD. Menurut laporan komisi

selatan (1992: 75), hal ini disebabkan adanya implikasi dari “oil price shock”.

Terjadi suatu trend untuk menggunakan surplus finansial dari negara-negara

eksportir minyak dalam kegiatan investasi. Selain itu juga adanya ekspansi pasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

70

uang Eropa serta resesi ekonomi di negara-negara industri. Sehingga tumbuh

keinginan untuk memberikan kredit kepada negara-negara berkembang yang

sedang mengalami pertumbuhan yang pesat.

Kasus meksiko merupakan contoh nyata proses ekspansi luar biasa dalam

konteks utang luar negeri. Harvey (2009: 166) memaparkan bahwa utang luar

negeri dimulai dari tidak adanya modal pembiayaan perusahaan-perusahaan

negara. Bank-bank investasi New York kemudian menggunakan Petrodollar yang

dimiliki sebagai kredit bagi Meksiko memutar roda perekonomian. Pinjaman

tersebut bahkan disertai dengan suku bunga yang menarik sehingga membuat

Meksiko kecanduan untuk terus meningkatkan jumlah utangnya. Hasilnya adalah

meningkatnya utang luar negeri dari $ 6,8 milyar pada tahun 1972 menjadi $ 58

milyar pada tahun 1982.

Persoalan besar kemudian muncul ketika pada tahun 1980-an, stagflasi

yang memukul negara-negara industri maju kemudian juga membawa sejumlah

implikasi bagi negara-negara berkembang. Hadirnya kebijakan A.S. dan Eropa

untuk menaikkan suku bunga sebagai upaya menangani stagflasi, ternyata berubah

menjadi suatu beban baru yang harus dipikul oleh negara berkembang. Naiknya

suku bunga internasional juga membuat suku bunga pinjaman luar negeri negara

berkembang juga meningkat (lihat grafik 4.9). Akibatnya adalah beban utang luar

negeri menjadi lebih tinggi. Cicilan pembayaran atas utang pokok dan bunganya

melampaui nilai pinjaman yang sebenarnya. Sehingga yang terjadi adalah

pengurasan ekonomi negara-negara berkembang sejak tahun 1984. Jumlah

transfer bersih pada tahun 1984-1988 bahkan mencapai $ 163 milyar (lihat grafik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

71

4.10). Membengkaknya pinjaman luar negeri tersebut memunculkan episode

krisis utang atau yang sering disebut dengan “the lost decade”.

Grafik IV.9 Suku bunga Nominal dan riil, 1972-1988

Keterangan:

• Suku bunga nominal: laju inter-bank Eurodolar enam bulanan. • Suku bunga riil: Suku bunga nominal dikurangi dengan perubahan

dalam unit nilai ekspor negara-negara berkembang.

Sumber: Tantangan yang Menghadang Selatan, 1992: 78.

Selain berimplikasi pada membengkaknya hutang luar negeri, naiknya

suku bunga internasional juga mempengaruhi pada jatuhnya harga komoditas

ekspor negara-negara berkembang. Sebagai contohnya, harga daging sapi dari

Argentina jatuh dari 2.25/kg pada tahun 1980 ke 1.60 pada akhir 1981; harga gula

dari Brazil dan negara-negara Karibian jatuh dari 79 cent/kg ke 27 cent/kg pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

72

tahun 1982 (Neves, 2009). Hal ini semakin memukul perekonomian negara-

negara tersebut.

Grafik IV.10 Pembayaran Utang Luar Negeri Dikurangi Nilai Pinjaman.

Sumber: Tantangan yang Menghadang Selatan, 1992: 79.

Tahun 1980-an dengan demikian menandai suatu babak baru bagi negara

berkembang. Dimulai dengan adanya krisis utang dan semakin menurunya

penerimaan negara dari ekspor kemudian berakumulasi menjadi jalan masuk bagi

asistensi negara-negara tesebut oleh lembaga-lembaga keuangan multilateral.

Asistensi tersebut berupa pengarahan kebijakan ekonomi yang disandarkan dari

analisa serta perencanaan ekonomi oleh para pejabat lembaga tersebut.

Pemerintah negara berkembang kemudian bertugas mengikuti saran pencanaan

kebijakan tersebut untuk mengatasi persoalan krisis ekonomi yang muncul.

IMF dan Bank Dunia dalam proses melakukan asistensi arahan kebijakan

mengatasi krisis tahun 1980-an yang melanda negara berkembang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

73

menginisiasi suatu kebijakan baru. Persoalan krisis utang maupun defisit neraca

pembayaran ditanggapi dengan saran stabilisasi dan restrukturisasi ekonomi

sebagai pra-syarat penjadwalan kembali pembayaran utang yang telah jatuh

tempo. Awalnya kebijakan tersebut hanya diperuntukkan bagi negara-negara yang

paling parah terkena dampak krisis, akan tetapi kebijakan tersebut berkembang

sebagai suatu panduan umum bagi seluruh negara yang mengalami goncangan

ekonomi. Kebijakan tersebut kemudan dikenal dengan paket “Program

Penyesuaian Struktural”.

Hadirnya Program Penyesuaian Struktural menurut Harvey (2009: 48)

merupakan hasil dari proses pembersihan lembaga internasional seperti IMF dan

Bank Dunia dari semua pengaruh Keynesian pada tahun 1982. Intelektual

Keynesian yang mengembangkan kebijakan berorientasi pasar yang terkendali

coba disingkirkan dari seluruh ranah kebijakan IMF dan Bank Dunia. Pendukung

kebijakan ekonomi-politik Neoliberal kemudian menduduki jabatan penting di

Lembaga-lembaga multilateral tersebut. Implikasinya kemudian kedua institusi

Bretton Woods tersebut yang pada dasarnya dibangun sebagai badan koordinasi

internasional untuk menghindari kejutan-kejutan spekulasi pasar coba dirubah

sedemikian rupa sehingga semakin mengakomodasi terciptanya kebijakan-

kebijakan Neoliberal.

Penyesuaian struktural menurut Sugiono (1999: 164-167) setidaknya

memuat empat komponen pokok dalam merestrukturisasi sistem ekonomi sesuai

dengan ide pasar. Komponen pertama adalah devaluasi mata uang dan

penyesuaian nilai tukar. Devaluasi dianggap sebagai langkah untuk menyesuaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

74

current account dan neraca perdagangan ketika nilai tukar yang overvalued

mengakibatkan bias ekspor. Sehingga dengan mendevaluasi mata uang mampu

membuat ekspor bisa lebih kompetitif. Penyesuaian nilai tukar adalah strategi

yang diharapkan sama efeknya dalam peningkatan ekspor, akan tetapi dengan

proyeksi jangka panjang. Komponen yang kedua adalah tindakan-tindakan

manajemen demand. Komponen ini dapat juga disebut dengan usaha untuk

mengontrol dan mengurangi inflasi yang tinggi. Maka kegiatan yang dilakukan

adalah mengontrol pertumbuhan suplai uang atau mendorong kebijakan uang

ketat. Sehingga dalam kebijakan tersebut diusahakan untuk mereduksi upah,

mereduksi pengeluaran publik dan pelayanan publik. Komponen ketiga yaitu

restorasi mekanisme pasar. Komponen ini mengisyaratkan untuk menyingkirkan

seluruh hambatan-hambatan dalam bekerjanya mekanisme pasar. Sehingga yang

dibutuhkan adalah kebijakan liberalisasi dan deregulasi. Sedangkan komponen

terakhir rekomendasi privatisasi. Komponen ini bermaksud sebagai dorongan

bagi proses disinvestasi atau penjualan bagian-bagian sektor publik dan sub

kontrak aktivitas sektor publik kepada sektor swasta.

2. Pengalaman Penyesuaian Struktural di Negara Berkembang

Program penyesuaian struktural sebagai mana telah dibahas sebelumnya,

pada awalnya dimaksudkan sebagai paket reformasi untuk menangani krisis

ekonomi yang menimpa negara berkembang. Sejak akhir tahun 1970-an, seiring

dengan timbulnya krisis, berbagai negara di Afrika, Amerika Selatan, serta Asia

mulai menerima paket tersebut. Berbagai paket reformasi di bidang sosial dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

75

ekonomi mulai diterapkan secara intensif selama dekade 1980-an hingga 1990-an,

oleh pemerintahan negara-negara tersebut dengan ekspektasi yang tinggi beban

krisis akan mampu dikurangi.

Negara-negara Afrika dalam pengalamannya melakukan penyesuaian

struktural, seperti diungkapkan Olukoshi (2000), telah dimulai sejak akhir tahun

1970-an. Pemerintahan negara-negara tersebut menerima dan menerapkan

penyesuaian struktural sebagai bagian dari saran manajemen penanggulangan

krisis ekonomi. Melalui kebijakan-kebijakan di bidang sosial hingga ekonomi

program-program penyesuaian struktural diadopsikan dengan mengikuti panduan

dari IMF dan Bank Dunia.

Selama dua dekade implementasi program penyesuaian struktural di benua

Afrika, sejumlah implikasi telah dihasilkan. Secara umum implikasi yang

dihasilkan adalah mekanisme pasar semakin menguasai sektor-sektor ekonomi

dan sosial masyarakat. Sektor-sektor perdagangan, keuangan, pertanian,

kesehatan, pendidikan dsb. secara jelas mulai dikoordinasikan melalui mekanisme

pasar yang menggantikan peran negara yang dominan diperiode sebelumnya.

Keadaan yang tidak jauh berbeda juga menimpa sebagian besar negara-

negara Amerika Selatan serta negara-negara di Asia. Berkembang pada tahun

1980-an, penyesuaian struktural telah menjadi bagian integral dari mekanisme

pengambilan kebijakan di negara berkembang. Liberalisasi di berbagai bidang

terus menjadi agenda utama dari proses reformasi yang dijalankan oleh

pemerintah. Selain itu deregulasi serta privatisasi juga terus digalakkan guna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

76

mendukung proses investasi dan perdagangan di seluruh sektor-sektor sosial dan

ekonomi masyarakat.

Sejumlah pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, apa akibatnya bagi

sektor-sektor terkait yang masuk dalam agenda reformasi? Bagaimana

implikasinya bagi kinerja ekonomi nasional? sejauh mana kemudian kegiatan

reformasi tersebut dapat mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat? Serta sejumlah

pertanyaan lain terus berdengung serta mengiringi proses reformasi yang

dijalankan oleh negara-negara berkembang tersebut.

Bagi sebagian pengamat, (lihat misalnya, Yustika, 2004 atau SAPRI dan

CASA, 2002), secara umum proses penyesuaian struktural yang berlangsung lebih

banyak mendatangkan hasil yang negatif dibandingkan hasil positifnya. Menurut

Yustika (2004: 5), kasus di banyak negara berkembang yang menerapkan proses

reformasi ekonomi yang mengedepankan meminimalitas intervensi negara tidak

menjamin dicapainya kinerja ekonomi secara lebih baik. Sebagai contoh, 48

negara berkembang yang menerima saran reformasi tersebut tidak menjadi lebih

maju dibantingkan dengan periode sebelum menjalankan reformasi. Bahkan 32

dari 48 negara tersebut berubah menjadi lebih miskin.

SAPRI (the Structural Adjustment Participatory Review Initiative) dan

CASA (the Citizens’ Assessment of Structural Adjustment) (2002) telah

melakukan penelitian terhadap sejumlah negara, seperti Ekuador, Filipina,

Bangladesh, Zimbabwe, serta beberapa negara lain. Dalam penelitianya terhadap

negara-negara yang telah melaksanakan penyesuaian struktural, memaparkan

sejumlah data yang senada dengan pernyataan Yustika tersebut. Dalam hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

77

liberalisasi perdagangan misalnya, walaupun terjadi peningkatan perdagangan

export namun kegiatan import jauh lebih tinggi bahkan mengakibatkan defisit

neraca perdagangan. Sebagai contoh, perbandingan antara rata-rata pertumbuhan

import dengan rata-rata pertumbuhan export pertahun Ekuador adalah sebesar

15% berbanding 5.6%. Nilai import Ekuador memang tumbuh dengan impresif,

yakni dari 1,6 miliar dollas AS pada tahun 1990 menjadi 5,1 miliar dollar AS pada

tahun 1998.

Dalam penelitian tersebut, juga dipaparkan bahwa reformasi ekonomi

dengan berorientasi pasar justru telah membuat pasar tenaga kerja menjadi

menyusut. Zimbabwe yang sejak 1991 menerapkan reformasi ekonomi,

menunjukkan fakta bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor formal terus-

menerus menyusut. Sehingga dari fakta tersebut dapat diartikan bahwa,

penyesuaian struktural telah menyebabkan informalisasi ekonomi menjadi

meningkat. Laurell (2000) juga menegaskan kenyataan ini dalam tulisannya

tentang implikasi penyesuaian struktural di amerika latin. Deregulasi hubungan

kerja telah memfasiltasi perubahan atau menggantikan lapangan kerja sektor-

sektor formal menjadi informal, bahkan menurut ILO 84% pekerjaan yang

tumbuh pada tahun 1990 adalah sektor informal (Laurell, 2000: 311).

Ketimpangan pendapatan juga menjadi salah satu persoalan dasar yang

diakibatkan adanya penyesuaian struktural. Ketimpangan pendapatan per kapita

antara kelompok masyarakat paling miskin dengan yang paling kaya terus

meningkat dari tahun ke tahun. Ketimpangan pendapatan yang terjadi Hungaria

meningkat dari 4-4,5 kali sebelum tahun 1990 menjadi 8-9 kali pada tahun 1999,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

78

sehingga pertumbuhan pendapatan yang tinggi yang didapat oleh kalangan paling

kaya harus berjalan beriringan dengan pemiskinan yang tragis di kalangan

berpendapatan rendah (SAPRI dan CASA, 2002: 54).

Reformasi sektor keuangan di negara berkembang juga menunjukkan

suatu persoalan tersendiri. Penelitian SAPRI dan CASA (2002: 67-68)

menunjukkan beberapa indikasi bahwa:

1. Liberalisasi tidak meningkatkan level efisiensi ekonomi pada umumnya

dan sektor finansial pada khususnya.

2. Liberalisasi sektor finansial secara langsung maupun tidak langsung telah

ikut meningkatkan kegiatan spekulasi di pasar finansial serta investasi

pada sektor non produktif.

3. Melemahnya negara dengan segala aturan-aturanya telah membuat

perekonomian justru berada pada bingkai oligopoli atau bahkan monopoli

suatu kelompok.

4. Reformasi keuangan telah membuat aset-aset finansial semakin

terkonsentrasi pada beberapa pengusaha swasta saja, dibandingkan dengan

membantu mengembangkan investasi produktif yang akan menstimulasi

perekonomian secara nasional.

5. Sektor-sektor penting dalam ekonomi dan kelompokkelompok masyarakat

menjadi tidak bisa mengakses kredit secara mudah. Perusahaan-perusahan

kecil dan menengah, produsen-produsen lokal dan pedesaan serta

perempuan hanya mempunyai akses yang sangat terbatas pada sistem

finansial formal dikarenakan adanya suku bunga yang tinggi sebagai hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

79

dari liberalisasi dan hambatan-hambatan seperti persyaratan-persyaratan

kelayakan untuk peminjaman.

Hasil dari penelitian tersebut tentunya menjadi suatu ironi. Sebab mengacu dari

ide atau gagasan yang digembar-gemborkan oleh para penganjur reformasi

ekonomi bahwa liberalisasi sektor keuangan adalah untuk menghidupkan dunia

usaha. Dengan demikian, fakta tersebut seolah-olah membantah dengan

sendirinya bahwa cita-citanya kegiatan seperti deregulasi perbankan dan pasar

finansial adalah untuk mendorong kegiatan dunia usaha menjadi lebih maju.

3. Proses Penyesuaian Struktural di Indonesia

Alasan yang banyak dikemukakan (lihat misalnya Wardhana, 2005;

Nitisastro, 2010; Prawiro, 1998) dalam melihat latar belakang Indonesia

mengadopsi penyesuaian struktural diantaranya adalah persoalan utang serta

berakhirnya era bonansa minyak. Persoalan utang yang besar ditambah

menurunnya harga minyak dunia sejak tahun 1982 telah memaksa pemerintah

untuk melakukan serangkaian pengelolaan penyelesaian utang dan penerapan

reformasi ekonomi serta penyesuaian struktural. Pemerintah mulai melaksanakan

devaluasi, penghematan anggaran publik, deregulasi sektor perdagangan dan

sektor keuangan dan sejumlah respon kebijakan lain.

Persoalan utang luar negeri, sama halnya dengan negara berkembang lain,

bermula dari bantuan pembangunan yang kemudian berubah menjadi pemicu

suatu masalah yang besar bagi Indonesia. Persoalan utang tersebut mengemuka

ketika sejak medio tahun 1960-an Indonesia menunggak pembayaran utang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

80

sudah jatuh tempo pembayaran. Selain itu juga besaran utang tidak lagi rasional

dengan kemampuan negara dalam menghasilkan devisa. Seperti yang

diungkapkan oleh Prawiro (1998: 80);

Pada waktu konsep krisis utang negara dunia ketiga belum ada, Indonesia sudah menjadi korban masalah yang dua dekade kemudian akan mengancam kestabilan ekonomi dunia. Indonesia telah menjadi penerima utang yang tidak bisa dibayarnya. Selama dekade lima puluhan dan enampuluhan, banyak negara yang memberi pinjaman kepada Indonesia berlagak sebagai pahlawan penyelamat namun tidak memperhatikan dampak dari utang tersebut terhadap kesehatan ekonomi negara. Baru pada saat utang jatuh tempo terkuak implikasi dari ketidakmampuan membayar.

Kalkulasi total utang Indonesia menurut Herman J. Abs (Prawiro, 1998: 85-86)

sebesar 3,133 miliar dollar AS (lihat rincian tabel 4.11). Dengan kalkulasi tersebut

Tabel IV.11 Kalkulasi Utang Pada Pemerintahan Soekarno.

Kreditor Jumlah dalam juta $ AS

I. Negara-negara IGGI

• AS

• Jepang

• Jerman Barat

• Italia

• Perancis

564,6

372,6

149,9

142,0

1.557,7

II. Negara-negara Blok Timur (termasuk RRC)

• Uni Soviet

• Polandia

• Cekoslovakia

• Jerman Timur

864,1

16,7

74,3

62,1

1.172,5

III. Negara-negara lain 157,1

IV. Utang-utang lain 245,7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

81

V Total 3.133,0

Jatuh tempo pada tahun:

1969-1973

1974-1978

1979-1983

1984-1988

1989 dan sesudahnya

Jumlah

948,5

1.082,7

664,7

164,6

272,5

Total 3.133,0

Catatan: Jumlah yang tertulis dalam sub total tidak sama dengan jumlah angka dalam perinciannya. Menurut perkiraan Prawiro (1998: 86) tidak semua negara-negara kreditor tercatat dalam kalkulasi utang yang dituliskan dalam laporan Herman J. Abs tersebut.

Sumber: Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi, 1998: 85-86

maka sebenarnya Indonesia telah berada pada posisi yang sama dengan negara-

negara dengan hutang terberat (Highly Indebted Developing Countries).

Beberapa negosiasi yang dilakukan pemerintah sejak tahun 1966 hingga

1969 belum menghasilkan suatu penyelesaian persoalan utang secara signifikan.

Negosiasi yang dilakukan baru membuat penundaan-penundaan atau penjadwalan

ulang pembayaran utang kepada para kreditor-kreditornya. Serangkaian

pertemuan delegasi Indonesia dengan para kreditornya secara satu persatu

maupun dalam suatu pertemuan besar baik dalam London Club, Paris Club,

maupun dengan negara-negara blok timur baru menghasilkan masa tenggang

tahun per tahun.

Tahun 1970 menjadi titik awal penyelesaian krisis utang Indonesia secara

signifikan, walaupun belum menghilangkan secara keseluruhan beban atas utang

yang besar. Dalam pertemuan dengan Paris Club, kerumitan yang terus dihadapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

82

dalam penyelesaian persoalan akhirnya mendorong kedua pihak untuk meminta

bantuan dari pihak ketiga. Dari pihak ketiga tersebut, Indonesia memperoleh

dukungan bagi pengelolaan utang dalam jangka panjang. Herman J. Abs, sebagai

bankir dan pakar keuangan dari Deutsche Bank Jerman, yang ditunjuk menjadi

konsultan persoalan utang memberikan analisis posisi utang dan sejumlah

rekomendasi yang menguntungkan posisi Indonesia. Herman J. Abs yang dibantu

kelompok kerja dari Bank Dunia dan IMF menilai bahwa dengan asumsi yang

paling optimis sekalipun tentang neraca pembayaran dan perkembangan anggaran

negara, utang tidak akan bisa dibayar dalam jangka pendek dan tanpa keringan-

keringan baru (Prawiro, 1998: 94-95). Sejumlah rekomendasi (Nitisastro, 2010:

426) yang kemudian diberikan olehnya, adalah;

1. Indonesia harus membayar penuh seluruh total utang dalam waktu 30

tahun dengan cicilan yang sama setiap tahun, tanpa ada masa tenggang.

2. Bunga atas utang lama dab bunga yang disepakati dalam negosiasi-

negosiasi sebelumnya harus dibatalkan.

3. Utang baru harus bebas bunga.

4. Tidak ada perbedaan perlakuan baik terkait dengan kreditor yang berbeda -

baik kreditor Paris Club maupun kreditor non Paris Club – maupun terkait

dengan tujuan pemberian utang – baik yang dijamin maupun yang tidak

dijamin, baik untuk tujuan militer maupun non militer.

Rekomendasi tersebut kemudian berubah menjadi kesepakatan dengan sejumlah

amandemen yang disetujui kedua belah pihak (Widjojo, 2010: 427), yaitu;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

83

1. Pembayaran utang pokok dilakukan dengan mencicil selama 30 tahun dari

1970 sampai 1999.

2. Pembayaran atas utang yang sudah disepakati dilakukan selama 15 tahun

dari 1985 sampai 1999.

3. Utang yang dijadwalkan kembali tersebut bebas bunga.

4. Indonesia mempunyai pilihan untuk menunda sebagian dari utang yang

jatuh tempo pada delapan tahun pertama ke delapan tahun terakhir, yakni

1992-1999, dengan bunga sebesar empat persen per tahun.

Utang-utang pada kreditor lain juga mulai menemui jalan keluar pada

negosiasi diawal tahun 1970-an. Utang pada para kreditor negara-negara blok

timur diselesaikan dengan model kesepakatan Paris. Negara-negara Uni Soviet,

Jerman Barat, Cekoslovakia, Polandia, dan Rumania mencapai persetujuan

dengan persyaratan yang serupa dengan usulan Abs pada tahun 1971. Sedangkan

utang-utang komersil dengan pihak swasta diselesaikan melalui pendekatan

program Debt for Investment Conversion Scheme (DICS). Pendekatan program

DICS mengajukan penyelesaian dengan mekanisme dimana utang dibayar dengan

rupiah, akan tetapi hasil pembayaran tersebut digunakan sebagai investasi. Pihak

Swasta Internasional kemudian menggunakan investasi tersebut sebagai sarana

untuk mengolah melimpahnya sumber daya alam Indonesia.

Selama tahun 1970-an selain menjadi awal berhasilnya proses perundingan

pengelolaan krisis utang luar negeri, dasawarsa tersebut juga menjadi masa

berkelimpahan devisa bagi Indonesia. Periode tersebut menunjukkan bahwa

pendapatan negara terus mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

84

membuat negara mudah untuk mengalokasikan pendapatan bagi pembangunan.

Cicilan pembayaran utang pun dilaksanakan secara penuh dan tepat waktu

dijalankan oleh pemerintah tanpa keinginan untuk menegosiasikan ulang atas

syarat dan ketentuan atas utang-utangnya (Nitisastro, 2010: 193).

Booming minyak menjadikan Indonesia bergelimangan uang minyak pada

tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Lonjakan minyak dunia secara signifikan

selama tahun 1970-an membuat harga minyak Indonesia melejit hingga 17 kali

lipat (Prawiro, 1998: 135). Nitisastro (2010: 241) mencatat bahwa harga minyak

minas meningkat harganya dari 1,67 dollar AS per barel pada bulan Januari 1969

menjadi 13,90 dollar AS pada bulan Januari 1979, bahkan terus meningkat pada

Januari 1980 menjadi 27,50 dollar AS dan mencapai puncaknya pada Januari

1981 menjadi 35 dollar AS per barel. Pendapatan negara meningkat secara tidak

terduga dari kenaikan harga minyak tersebut. Penerimaan devisa dari hasil ekspor

migas Indonesia pun meningkat dari 1,6 miliar AS menjadi 5,2 miliar AS antara

tahun 1973 dan 1974 (Prawiro, 1998: 152) dan mencapai puncaknya pada tahun

anggaran 1981/1982 sebesar 18,8 miliar dollar AS (Nitisastro, 2010: 241).

Setidaknya ada dua implikasi dari meningkatnya pendapatan negara dari

fenomena booming minyak. Implikasi tersebut adalah, pertama; perekonomian

Indonesia mencapai pertumbuhan yang stabil selama periode tersebut. Nitisastro

(2010: 223) mencatat bahwa pertumbuhan riil produk domestik bruto mencapai 7

% per tahun sejak 1974 sampai 1978, sedangkan antara 1979 sampai 1981 rata-

rata pertumbuhan mencapai 6,5 % per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa

naiknya pendapatan negara memampukan pemerintah untuk menjaga tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

85

pertumbuhan yang stabil diatas 6 %. Implikasi yang kedua adalah; melimpahnya

uang minyak menjadikan kecenderungan negara untuk lebih intervensionis serta

protektif dalam membangun perekonomiannya. Seperti yang diakui oleh (Prawiro,

1998: 410), selaku mantan menteri di beberapa departemen pada masa orde baru,

sejak tahun 1973 sistem ekonomi menjadi semakin nasionalistis dan

proteksionistis.

Perubahan terjadi ketika pada tahun 1980-an berbagai peristiwa

internasional berpengaruh besar pada situasi ekonomi dan politik Indonesia.

Peristiwa yang pertama adalah penurunan pada harga minyak dunia. Sejak tahun

1983, harga minyak dunia terus mengalami penurunan hingga mencapai titik

terendah pada tahun 1986. Harga minyak yang mencapai kisaran tertinggi 35

dollar AS per barel, terus bergerak turun hingga di bawah 10 dollar AS per barel.

Hal ini tentu berpengaruh secara signifikan pada menurunnya pendapatan negara,

yang disebabkan karena tak kurang dari 70 % penghasilan pemerintah didapat dari

hasil industri minyak (Prawiro, 1998: 139). Sedangkan peristiwa kedua adalah

terdepresiasinya mata uang dollar AS terhadap yen Jepang. Implikasinya adalah

utang Indonesia ikut melonjak seiring depresiasi dollar AS tersebut. Menurut

Nitisastro (2010: 190-191) telah terjadi peningkatan tajam pada total utang beserta

cicilan pembayaran per tahun pada pertengahan tahun 1980-an, yakni antara tahun

1985-1987. Total utang luar negeri mengalami peningkatan sebesar 60 %, yakni

dari 31,2 miliar dollar AS menjadi 50,2 miliar dollar AS, sehingga terjadi

pembengkakan sebesar 19 milyar dollar AS. Pada cicilan pembayaran terjadi

lonjakan sebesar 64 %, yakni dari 4,2 miliar dollar AS menjadi 6,9 miliar dollar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

86

AS, sehingga terjadi penambahan sebesar 2,7 miliar dollar AS. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar utang tersebut tercatat dalam yen dan mata uang lain selain

dollar AS, sedangkan pada sisi lain alat pembayaran internasional dinyatakan

dalam dollar AS. Kedua peristiwa tersebut berjalin kelindan menjadi semacam

pukulan ganda bagi Indonesia di era 1980-an.

Sejumlah langkah yang ditempuh pemerintah dalam menghadapi

persoalan tersebut, diantaranya adalah meminjam utang kepada bank swasta

maupun juga kepada IMF dan Bank Dunia, memotong pengeluaran pemerintah

atau melakukan reformasi fiskal, serta melaksanakan program penyesuaian

struktural. Hal ini menimbulkan beberapa implikasi dari kebijakan pemerintah

tersebut. Implikasi tersebut diantaranya adalah beban utang yang harus dibayar

menjadi semakin bertambah, bahkan lebih dari 50 % anggaran belanja negara

harus dialokasikan untuk membayar utang-utang luar negeri (Wardhana, 2005:

56). Selain itu langkah Indonesia untuk melaksanakan penyesuaian struktural

membuat sistem perekonomian menjadi lebih berorientasi pasar. Hal ini sesuai

dengan penjelasan Wardhana (2005: 57) tentang paparannya mengenai

penyesuaian struktural di Indonesia, bahwa;

Structural Adjustment is a broad concept covering many aspects of economic management. To give some focus to the Indonesian experience, allow me to simplify a bit and suggest that ther are three basic components to structural adjustment as the term is generally used in Indonesia. These are getting prices right, letting markets works, and reforming public institutions.

Sehingga dalam pelaksanaannya sejak tahun 1983, usaha tersebut berusaha

memberikan peran yang lebih besar pada sektor swasta serta mengurangi peran

pemerintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

87

Sejumlah kalangan melihat secara positif bahwa penyesuaian struktural

merupakan respon kebijakan pemerintah dalam menanggulangi persoalan

membengkaknya utang dan menurunnya harga minyak. Prawiro (1998: 358)

bahkan melihat bahwa :

…Untung saja perekonomian Indonesia tidak turut ambruk bersama dengan harga minyak. Hal ini disebabkan karena pemerintah berhasil mengalihkan mesin pertumbuhan negara, pada saat keretanya sedang melaju dengan kecepatan penuh. Perubahan ini mencerminkan pergeseran paradigma yang sangat jarang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi sebuah negara. Pemerintah mengatur peralihan ini secara progresif, melalui serangkaian paket reformasi, yang masing-masing membuktikan kembali kebenaran fundamentalisme deregulasi dan kebijakan perekonomian pasar.

Penyesuaian struktural bagi pengambil kebijakan ekonomi nasional serta kalangan

yang sepakat dengan kebijakan tersebut merupakan langkah yang revolusioner

serta progresif. Sebab bagi mereka kebijakan penyesuaian struktural tidak saja

merupakan bentuk respon atas berakhirnya era oil boom namun telah membawa

perubahan paradigma dasar pembuatan kebijakan ekonomi nasional.

Bagi para pendukungnya, hadirnya kebijakan penyesuaian struktural

secara lebih jauh telah menjadi suatu kebutuhan, tidak saja atas perubahan kondisi

ekonomi tetapi juga atas perubahan kondisi politik (Prawiro, 1998: 360). Berbagai

gejolak yang terjadi pada dekade sebelumnya secara berangsur-angsur mulai

“stabil”. Terlepas dari apa usaha pemerintah untuk menciptakan kondisi tersebut,

namun memang stabilitas mulai terjaga sejak tahun 1980-an. Hal ini kemudian

menjadi dasar pengambilan kebijakan penyesuaian struktural untuk meningkatkan

performa ekonomi nasional. Hasilnya memang terlihat telah terjadi peningkatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

88

pertumbuhan ekonomi nasional dari 2,5% pada tahun 1985, kemudian naik

menjadi 3,5 hingga 4% pada tahun 1986 sampai 1988 (Wardhana, 2005: 66).

Hanief (2001) dalam desertasinya melihat secara berbeda tentang proses

berjalannya penyesuaian struktural di Indonesia. Penyesuaian struktural di

Indonesia menurutnya kental sekali dengan kepentingan dari negara-negara maju.

Resesi ekonomi dunia di tahun 1970-an hingga awal 1980-an menciptakan

kebutuhan untuk memperluas kegiatan bisnis di luar negeri setelah terjadi

kelesuan bisnis di tingkat domestik. Pada saat yang bersamaan berlangsung

kebijakan ekonomi yang proteksionis dan intervensionis di Indonesia dan negara

berkembang lainnya. Penyesuaian struktural yang berorientasi memberi peran

swasta yang lebih besar pada perekonomian menjadi pintu masuk bagi proses

investasi modal dari negara-negara maju. Bahkan bantuan-bantuan yang

dikucurkan dari negara maju maupun lembaga keuangan multilateral kepada

Indonesia pasca turunnya harga minyak dunia menjadi alat penekan untuk

mendesakkan diadopsinya penyesuaian struktural oleh pemerintah. Sebagai

contoh, pengucuran bantuan keuangan oleh IMF kepada Indonesia pada tahun

1983 sebesar 360 juta dollar AS dan 462 juta dollar AS pada tahun 1987 menjadi

sarana bagi IMF untuk turut memberikan bmbingan menyusun kebjakan

penyesuaian struktural Indonesia (Hanief, 2001: 85). Selain itu, demi melegitimasi

kebijakan tersebut, sejumlah ahli ekonomi neoliberal menerbitkan penelitian,

artikel, maupun tulisan-tulisan lain, untuk memberikan pembenaran akademis

bagi pentingnya mekanisme pasar dan perlunya mengurangi intervensi pemerintah

dalam perekonomian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

89

Proses penyesuaian struktural menurut Wardhana (2005: 54) didahului

oleh pra kondisi untuk reformasi ekonomi atau biasa disebut dengan tahap

stabilisasi ekonomi. Proses stabilisasi ekonomi tersebut dipandu oleh IMF yang

kemudian sering dibedakan dengan penyesuaian struktural yang dipandu oleh

Bank Dunia, akan tetapi keduanya merupakan satu kesatuan dalam bingkai

reformasi ekonomi. Stabilisasi ekonomi diantaranya bertujuan untuk meredam

inflasi, menciptakan anggaran negara yang berimbang, mensejajarkan nilai tukar,

dan menyesuaikan suku bunga.

Penyampaian laporan dari pihak donor mengenai kondisi dan kebijakan

pemerintah dalam perekonomian mengawali pelaksanaan penyesuaian struktural

di Indonesia. Menurut bank dunia, ekonomi Indonesia pada dasawarsa 1970-an

terlalu protektif, berbiaya tinggi, dan terlalu mengandalkan pendapatan dari

minyak dan gas, sehingga pada laporan Bank Dunia 1981, Indonesia dianjurkan

untuk membenahi sektor perdagangan luar negeri, iklim investasi, mobilisasi

sumber-sumber domestik, dan mekanisme harga serta subsidi (Hanief, 2001: 88

dan 91). Adapun penjelasan kegiatan pembenahan masing-masing sektor adalah;

Pertama, menyangkut perdagangan adalah, pengurangan sistem proteksi

menyangkut ekspor-impor yang dikembangkan pemerintah baik berupa tarif

maupun non-tarif. Kedua, menyangkut investasi dan iklim bisnis, pemerintah

sejauh mungkin mengusahakan penyederhanaan proses perijinan investasi serta

tidak membeda-bedakan pemberian fasilitas pada jenis-jenis investasi tertentu.

Ketiga, mengenai mobilisasi sumber-sumber domestik, pemerintah dianjurkan

untuk mendorong kebijakan yang mampu memobilisasi potensi keuangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

90

domestik dalam bentuk simpanan masyarakat yang ditampung dalam bank-bank.

Selain itu memberikan kesempatan yang luas kepada pihak swasta dan BUMN

untuk memperoleh modal dari pasar uang dalam negeri maupun luar negeri.

Keempat, menyangkut subsidi dan mekanisme harga, pemerintah harus

menempatkan harga domestik pada mekanisme biaya ekonomi, dengan demikian

mekanisme yang mampu mendistorsi seperti kebijakan subsidi harga harus

dihapuskan.

Berbagai anjuran penyesuaian struktural tersebut harus dilaksanakan

secara cepat dan sesuai dengan saran yang diberikan. Sebagai contoh, pada

laporan Bank Dunia tahun 1983, terlihat institusi memaksa pemerintah Indonesia

utnuk menerima usulan serangkaian kebijakan dan harus selesai pelaksanaannya

dalam 2 hingga 3 tahun (Hanief, 2001: 96). Hal ini berarti anjuran-anjuran

tersebut telah berubah menjadi bentuk tekanan lembaga multilateral untuk

mendorong pelaksanaan penyesuaian struktural.

Implikasi yang dihasilkan dari pelaksanaan reformasi ekonomi selama satu

dasawarsa sejak 1983 hingga 1993 (Hanief, 2001: 97) adalah;

• penghematan hingga seperempat pengeluaran anggaran negara dalam lima

tahun, yang sedianya digunakan untuk subsidi publik dan penundaan

proyek-proyek investasi.

• Selanjutnya adalah devaluasi rupiah yang mengakbatkan kenaikan harga-

harga barang konsumsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

91

• Merebaknya industri perbankan swasta yang ternyata hanya

menguntungkan kelompoknya sendiri pada satu sisi, sedangkan pada sisi

lain adalah makin tingginya suku bunga kredit dan usaha.

• Kebijakan perdagangan dan industri semakin memudahkan swasta untuk

melakukan investasi.

Sebagai bagian dari penyesuaian struktural, program privatisasi juga mulai

terlaksana pada dasawarsa 1980-an hingga 1990-an. Sebagai contoh, usaha untuk

memprivatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), walaupun berjalan dengan

lamban, terlihat berjalan dengan mantap. Hal ini terlihat dari jumlah BUMN yang

terus berkurang. Data menunjukkan bahwa pada tahun 1986 tercatat sejumlah

BUMN sebanyak 215, dengan keinginan pemerintah untuk memprivatisasi hingga

52 BUMN, pada awal 1997 tercatat hanya tinggal 187 BUMN yang masih ada.

C. Stuctural Adjustment Programs dan Implikasinya Bagi Dunia Perbankan

Indonesia

Penyesuaian struktural sebagaimana telah dibahas dalam bagian

sebelumnya, berisi serangkaian program reformasi ekonomi yang telah ditetapkan

oleh lembaga keuangan multilateral untuk dilaksanakan oleh suatu negara

tertentu. Serangkaian program tersebut diantaranya adalah program deregulasi

yang dimaksudkan untuk mengurangi sejumlah restriksi yang ada pada sistem

perekonomian suatu negara sebagai hasil dari kebijakan periode sebelumnya.

Deregulasi yang berjalan di Indonesia sejak dasawarsa 80-an juga dimaksudkan

untuk merubah sistem perekonomian nasional dari berbagai aturan-aturan ketat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

92

yang menurut lembaga multilateral tersebut merupakan restriksi yang dapat

menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Bagian berikut hendak menelusuri proses deregulasi di Indonesia,

khususnya deregulasi sektor perbankan, yang berjalan pada rentang tahun 1983

hingga tahun 1993. Pada beberapa kajian tentang deregulasi sektor perbankan

(lihat Nasution, 1991; Prawiro, 1998), dikemukakan bahwa kebijakan tersebut

dilandasi oleh persoalan terkendalanya proses pembangunan akibat tidak adanya

modal pasca era bonansa minyak pada tahun 1970-an. Sehingga kebijakan

deregulasi adalah kebijakan ekonomis-pragmatis semata. Sementara dari desertasi

yang diajukan oleh Hanief (2001), kebijakan deregulasi banyak diwarnai oleh

muatan-muatan politik dari internasional, yakni merupakan bagian dari

penyesuaian struktural yang dianjurkan oleh negara-negara maju.

Namun, diluar apakah murni kebutuhan pragmatis ataukah merupakan

bagian dari kepentingan internasional, deregulasi perbankan telah menimbulkan

sejumlah implikasi pada industri perbankan nasional. Implikasi tersebut terwujud

pada struktur dan perilaku perbankan nasional. Masyarakat dan perekonomian

secara keseluruhan pun turut merasakan dari implikasi tersebut. Sehingga pada

bagian berikut juga akan ditelusuri implikasi dari deregulasi perbankan pada

struktur industri dan perilaku perbankan nasional yang juga berimbas pada

masyarakat secara umum.

1. Program Deregulasi dan Deregulasi Perbankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

93

Deregulasi yang dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1983 dan mulai

secara intens dilaksanakan tahun 1986 telah menjadi bagian penting dari proses

penyesuaian struktural. Berbagai paket deregulasi mulai dari perdagangan,

investasi, hingga keuangan telah diluncurkan oleh pemerintah guna memantapkan

proses reformasi ekonomi pasca booming minyak. Implikasinya pun telah terlihat

dimana kegiatan deregulasi tersebut mampu menciptakan serangkaian perubahan

dalam sistem ekonomi nasional.

Deregulasi sendiri di Indonesia telah diartikan secara berbeda-beda. Hal itu

tergantung dari maksud atau tujuan yang hendak dicapai ataupun latar belakang

pengetahuan dari seseorang yang mengartikanya. Secara filosofis Priyono

(www.kompas.com, diakses 9 Mei 2010) menjelaskan deregulasi adalah

pemindahan atau memperluas locus otoritas regulasi, yaitu dari state-regulation ke

self-regulation, atau re-regulasi menurut selera pribadi dalam artian kekuatan-

regulatif penentu corak kehidupan publik bukan lagi hanya daya-regulatif

pemerintah, tetapi juga daya-regulatif kebebasan selera atau pilihan individual

sebagai konsekuensi dari adanya self-determination dalam kebebasan dan

kedaulatan pilihan individual. Dalam konteks ini, untuk kebutuhan praktis, maka

digunakan definisi Waterson (Nasution, 1991: 1) sebagai usaha untuk mengurangi

aturan maupun kendala yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mempengaruhi

kegiatan dunia usaha.

Pada dasarnya tujuan deregulasi memang seperti yang dipaparkan oleh

Waterson yakni mengurangi aturan dan kendala yang mampu mempengaruh

kegiatan usaha, akan tetapi secara lebih jauh deregulasi di Indonesia bertujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

94

untuk menerapkan prinsip-prinsip neo-klasik. Hal tersebut diakui oleh Prawiro

(1998: 404-405) bahwa gerakan deregulasi Indonesia merupakan kesadaran dan

tekad yang lebih besar untuk mempertahankan prinsip-prinsip perekonomian neo-

klasik diatas kebijakan perekonomian yang lebih intervensionis dan berorientasi

ke dalam. Perekonomian neo-klasik yang menekankan pentingnya harga dan pasar

dianggap telah terdistorsikan oleh pengaruh intervensi dari pemerintah, sehingga

gerakan deregulasi bertujuan menghilangkan distorsi akibat dari adanya

intervensi. Djiwandono (Rachbini, 1994: xix-xx) pun mencatat tiga hal substansial

tentang proses deregulasi di Indonesia yang senada dengan pemaparan Prawiro,

yaitu; pertama, deregulasi adalah pengakuan akan bekerjanya mekanisme pasar

dalam penentuan keputusan dunia usaha. Kedua, deregulasi merupakan sarana

untuk melakukan koreksi terhadap keadaan-keadaan seperti banyaknya campur

tangan dan unsur-unsur yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, keadaan tidak

efisien dan lemahnya daya saing. Ketiga, seluruh usaha aktivitas deregulasi harus

berorientasi untuk menyediakan sarana peningkatan kegiatan investasi, produksi

dan ekspor.

Proses perumusan deregulasi di Indonesia menurut Simandjuntak

(Prawiro, 1998: 418) terlihat berbeda dengan negara-negara lain, misalnya negara-

negara ASEAN lain seperti Singapura. Seperti diungkapkan olehnya, bahwa:

Berbeda dengan di Singapura, “arahan-arahan baru” dibicarakan secara intensif sebelum diumumkan, di Indonesia, proses deregulasi dan privatisasi dilaksanakan oleh pemerintah dengan discretionary power pada tingkat sangat tinggi. Kriteria untuk reformasi tidak pernah dijelaskan satu per satu… Pendekatan ad hoc terhadap deregulasi dan privatisasi ini, diakui mempunyai keuntungan karena memungkinkan pemerintah untuk memulai sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

95

perubahan kebijakan setiap saat bila diinginkan. Akan tetapi, mungkin kebalikannya juga benar.

Deregulasi tidak dilakukan tanpa mendorong terlebih dahulu adanya diskursus

secara luas di tingkatan masyarakat, intelektual, maupun para pelaku ekonomi itu

sendiri. Kebijakan deregulasi terkesan dirahasiakan dan dilakukan dengan tingkat

pengambilan keputusan yang sangat tertutup dan berujung dengan sosialisasi

kebijakan saja.

Tidak heran kemudian bagi sebagian kalangan (lihat misalnya Setiawan,

www.globaljust.org), melihat bahwa kebijakan tersebut hanyalah merupakan

kebijakan pesanan yang harus dilaksanakan, tanpa perencanaan yang mendalam

tentang implikasinya bagi sistem ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

Pernyataan Djiwandono (Rachbini, 1994: xx), yang mengutip dari laporan Bank

Dunia, bahwa seluruh intervensi kebijakan harus diarahkan sesuai dengan

pengamatan dan panduan dari Bank Dunia terkesan semakin menegaskan

kebenaran anggapan tersebut.

Praktek deregulasi secara teoritis harus berdasarkan urutan dan strategi

yang tepat agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari. Kaum

neoliberalis sekalipun menyadari bahwa deregulasi harus dilaksanakan secara

bertahap agar kegiatan dan pelaku-pelaku sektor ekonomi nasional dapat

menyesuaikan dengan tepat dalam sistem ekonomi yang baru. Para teoritikus

menyarankan deregulasi dimulai dari sektor riil kemudian diikuti dengan sektor

keuangan (Prawiro, 1998: 408). Hal ini untuk menciptakan kondisi dimana sektor

riil lebih dulu dapat tumbuh dan menyesuaikan diri. Urutan tersebut juga sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

96

antisipasi jika timbul persoalan dalam perekonomian maka tidak terjadi capital

flight yang dapat membuat pukulan ganda bagi perekonomian nasional.

Jika mengikuti teori yang disarankan maka sebenarnya praktek deregulasi

di Indonesia berjalan secara berlawanan. Deregulasi pertama pada tahun 1983 di

sektor perbankan untuk membebaskan pagu kredit telah menempatkan proses

deregulasi pada arah yang berbeda. Proses deregulasi sektor keuangan mendahului

deregulasi pada sektor riil. Deregulasi sektor riil yakni pada perdagangan dan

industri mulai gencar dilaksanakan pada tahun 1986 ketika harga minyak mulai

terus turun.

Deregulasi Perbankan sebagai bagian dari deregulasi sektor keuangan di

Indonesia, dalam kajian literatur sering juga disebut financial reforms atau

financial liberalization. Financial Repression disebut-sebut sebagai alasan dari

usaha untuk menjalankan kegiatan reformasi finansial. Dalam memahami represi

finansial, Mudrajat Kuntjoro (Hardianto, 1998: 18) menyatakan bahwa dalam

sistem finansial terjadi suatu kondisi dimana:

…pasar finansialnya masih terbelakang dan harga-harga kekayaan finansialnya mengalami distorsi. Yang terakhir ini, umunya ditandai dengan penetapan pagu suku bunga oleh pemerintah dibawah tingkat keseimbangan yang berlaku di pasar keuangan. Dalam kondisi tertindas – tertekan tersebut, dua karakter mencuat ke permukaan yaitu pertama, bunga deposito riil seringkali negatif dan sulit diprediksi bila inflasi tinggi dan tidak stabil, dan kedua adalah kurs valuta asing menjadi penuh ketidakpastian. Akibatnya, tabungan terhambat meskipun peluang investasi cukup bagus, pendangkalan keuangan (fianacial shallowing) biasanya terjadi, dan pada giliranya pertumbuhan ekonomi juga akan terhambat.

Reformasi finansial kemudian diasumsikan sebagai sarana untuk membebaskan

sistem keuangan, khususnya sektor perbankan, dari pengaruh represi tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

97

Situasi yang berkembang pada masa sejak kemerdekaan hingga pada tahun

1980-an awal, bagi sebagian kalangan (lihat misalnya, Permono dan Kuncoro,

1990, Hardianto, 1988) adalah masa represi finansial bagi Indonesia. Campur

tangan pemerintah pada masa tersebut memang terjadi secara luas pada sektor

keuangan nasional atau dalam hal ini pada sistem perbankan. Nasionalisasi bank-

bank asing seperti de Javasche Bank, Nationale Handelsbank, serta Escomtobank,

hingga sentralisasi sistem perbankan dengan nama “Bank Negara Indonesia”

untuk menggantikan sejumlah bank dilihat sebagai bentuk represi keuangan

(Permono dan Kuncoro, 1990: 26). Selain itu, periode sebelum deregulasi

menurut Sritua Arief (Hardianto, 1998: 17-18) juga menunjukkan suatu kondisi

sistem perbankan dimana, pertama, ada restriksi mengenai tingkat bunga nominal

yang dibayarkan kepada deposito, yang dimasukkan ke dalam suatu sistem

perbankan sehingga mengakibatkan tingkat suku bunga kredit menjadi terlalu

rendah. Bahkan tingkat bunga kredit lebih rendah dari tingkat inflasi sehingga

secara keseluruhan tingkat bunga riil menjadi negatif. Secara lebih jelas lihat tabel

4.12. Sedangkan situasi kedua, adanya distribusi kredit perbankan yang sangat

tidak sempurna, dimana ada sektor ekonomi yang memperoleh kredit dengan

bunga rendah sedangkan di sektor lain dikenakan suku bunga kredit tinggi karena

bukan prioritas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

98

Tabel IV.12 Rata-Rata Bunga Nominal dan Riil Deposito Berjangka pada Bank-Bank Pemerintah.

Sumber: Represi, Liberalisasi dan Reformasi Moneter, 1998: 18

Dalam banyak literatur (lihat misalnya Brata, 2007; Prawiro, 1998;

Soesastro et al, 2005 dll.), deregulasi tahun 1983 dan tahun 1988 merupakan

kebijakan yang paling mempengaruhi dan memberikan implikasi yang luas pada

industri perbankan nasional. Kebijakan tersebut merupakan usaha merombak

aturan-aturan kebijakan sebelumnya. Menurut Prawiro (1998: 316) ada 4 hal

esensial yang tercakup dalam kebijakan deregulasi pertama yaitu Paket Deregulasi

2 Juni 1983 atau biasa disebut dengan Pakjun 83, yaitu;

• Batas atas pemberian kredit dihapus untuk semua bank.

• Semua bank diberi otoritas untuk menentukan sendiri suku bunga

simpanan dan pinjaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

99

• Pajak bunga, dividen, royalti untuk deposit valuta asing di semua bank

pemerintah dihapus.

• Sistem pembedaan suku bunga yang mengatur suku bunga tergantung dari

sektor yang diberi pinjaman dihapus.

Sehingga jika disimpulkan pada dasarnya deregulasi tersebut berupaya

menghapus pembatasan pada tingkat suku bunga maupun alokasi kredit pada bank

pemerintah. Kebijakan tersebut muncul salah satunya disebabkan karena sejak

April 1974, Bank Indonesia menentukan pagu atau batas pertambahan kredit

dalam negeri sistem perbankan dan pinjaman luar negeri perusahaan dan

perseorangan di dalam negeri (Nasution, 2005: 280). Selain itu, sejak April 1974,

kredit dikucurkan secara selektif dengan suku bunga yang ditentukan oleh Bank

Indonesia selaku bank sentral. Hal ini terkait dengan program pembangunan

nasional sehingga pengucuran kredit hanya diperuntukkan bagi proyek-proyek

investasi menjadi prioritas bagi pemerintah.

Sedangkan deregulasi perbankan paket 27 Oktober 1988 (Pakto 88)

merupakan penyempurnaan dari Pakjun 83. Secara fundamental kebijakan

bertujuan untuk menghilangkan hambatan masuk ke dalam industri perbankan

nasional. Prawiro (1998: 342-343) secara pokok melihat tiga poin penting dari

kebijakan tersebut, yaitu:

1. Bank-bank Asing

Bank asing diperbolehkan untuk membuka kantor cabang di luar

Jakarta dengan persyaratan 50% portofolio pinjaman mereka

disediakan untuk kepentingan ekspor. Selain itu, bank-bank asing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

100

dijinkan untuk mendirkan usaha patungan dengan bank-bank

Indonesia.

2. Perbankan Domestik

a. Persyaratan untuk mendirikan bank atau membuka cabang

diperlunak. Persyaratan cadangan bagi aktivitas bank diturunkan dari

15% menjadi 2%.

b. BUMN dibebaskan dari kewajiban untuk mendepositokan semua

dana pada satu bank pemerintah. BUMN hanya diwajibkan untuk

menaruh 50% dana mereka pada satu bank pemerintah dan maksimal

20% dana dapat didepositokan pada bank komersial.

c. Bank Indonesia memperpanjang jangka waktu swap valuta 6 bulan

menjadi 3 tahun.

3. Pajak atas penghasilan bunga

Pajak atas bunga tabungan dan deposito berjangka ditetapkan sebesar

15%.

Dalam satu dasawarsa perjalanan deregulasi perbankan, sebenarnya ada

beberapa kebijakan deregulasi lain di luar Pakjun 83 dan Pakto 88. Kebijakan

tersebut diantaranya :

• Paket Kebijaksanaan 25 Maret 1989

Memuat peleburan usaha (merger) & penggabungan usaha bank umum

swasta nasional, bank pembangunan, BPR, penyempurnaan ketentuan

pendirian & usaha BPR, pemilikan modal campuran, penggunaan

tenaga kerja professional WNA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

101

• Paket Kebijaksanaan 19 Januari 1990

Peningkatan efisiensi dalam alokasi dana masyarakat kearah kegiatan

produktif & peningkatan pengerahan dana masyarakat.

Mengurangi ketergantungan kepada KLBI . Paket ini meliputi kredit

kepada KOPERASI, kredit pengadaan pangan & gula, kredit investasi,

kredit umum, KUK.

Kewajiban bagi bank untuk menyalurkan 25% dananya ke bidang

pengembangan usaha kecil & perorangan.

• Paket Kebijaksanaan 20 Pebruari 1991

Kelanjutan Pakto 27 1988

Berkaitan dengan ketentuan pengaturan perbankan dengan prinsip

prudential.

Pengawasan & pembinaan kredit dilakukan dalam rangka mewujudkan

sistem perbankan yang sehat & efisien.

Pemisahan antara pemilikan bank & manajemen bank secara

professional.

• Paket Kebijaksanaan 29 Mei 1993.

Memperlancar kredit perbankan bagi dunia usaha.

Mendorong perluasan kredit dengan tetap berpedoman pada azas-azas

perkreditan yang sehat, mendorong perbankan untuk menangani

masalah kredit macet, mengendalikan pertumbuhan jumlah uang

beredar & kredit perbankan dalam batas-batas aman bagi stabilitas

ekonomi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

102

Pencanangan akan konsep kehati-hatian dalam pengelolaan bank yang

lebih menekankan kepada kualitas dalam pemberian kredit melalui

penilaian kembali terhadap aktiva produktif bank-bank.

Akan tetapi kebijakan-kebijakan tersebut hanya merupakan penyempurnaan dari

dari pakjun 83 serta pakto 88 yang menekankan tentang aspek kehati-hatian.

dorongan perluasan kredit, serta aturan teknis lain.

2. Struktur Perbankan Pasca Deregulasi

Struktur industri perbankan nasional secara umum merupakan gabungan

dari berbagai tipe dan jenis bank. Seperti yang dicatat oleh Nasution (1991: 36);

Industri perbankan Indonesia terdiri dari satu bank sentral, 7 bank milik Negara (5

bank komersial dan masing-masing satu bank tabungan dan satu bank

pembangunan), 27 Bank Pembangunan daerah, 10 kantor cabang asing, dan 68

bank swasta nasional. Struktur perbankan tersebut terus berkembang hingga

pertengahan tahun 1980-an.

Bagi sebagian kalangan, ada suatu persoalan yang muncul dalam struktur

industri perbankan nasional tersebut. Bank milik negara masih terlalu

mendominasi aktivitas serta aset kekayaan perbankan nasional. Sebagaimana data

yang disajikan oleh Kompas (29 September 1984), nilai kekayaan 7 bank negara

mencapai lebih dari 3/4 dari total nilai kekayaan seluruh bank yang ada. Secara

detil disebutkan bahwa nilai kekayaan bank-bank tersebut sebesar 23.170.291 juta

dari total nilai kekayaan seluruh bank yakni sejumlah 29.659.130 juta.

Bandingkan dengan jumlah kekayaan seluruh bank swasta nasional yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

103

berjumlah 3.773.754 juta serta bank swasta asing yang berjumlah 1.924.062 juta,

ataupun dengan nilai kekayaan bank pembangunan daerah yang berjumlah

791.023 juta. Kegiatan seperti penyaluran kredit pun masih didominasi oleh bank

negara. Buletin berita perbanas (Kompas, 29 September 1984) mencatat, total

pinjaman yang dikucurkan oleh bank-bank tersebut per 30 juni 1984 mencapai

15.327.201 juta, bandingkan dengan nilai pinjaman bank-bank swasta nasional,

asing hingga pembangunan daerah yang masing-masing hanya sejumlah

2.504.143 juta, 1.114.169 juta, serta 450.819 juta. Dominasi bank-bank tertentu,

terutama bank milik negara, dalam suatu sistem ekonomi yang diorientasikan

menuju pada semakin bekerjanya pasar tentu menjadi persoalan. Maka dibutuhkan

suatu kebijakan yang berfungsi untuk merubah kondisi perbankan tersebut.

Paket kebijakan deregulasi perbankan sejak tahun 80-an bagi sebagian

kalangan merupakan usaha untuk merombak kondisi perbankan tersebut.

Kebijakan-kebijakan tersebut pada perjalanannya memang mampu memberikan

sekian implikasi yang fundamental. Salah satu implikasi fundamental tersebut

adalah adanya perubahan struktur industri perbankan nasional. Perubahan struktur

tersebut meliputi struktur kelembagaan, struktur persaingan, hingga struktur dana

perbankan.

Goeltom (2005: 320) melihat reformasi perbankan tahun 1988 telah

mendorong sejumlah perubahan radikal dalam struktur perbankan nasional.

Dalam pemaparannya disebutkan bahwa;

Dengan Pakto 88 tersebut hanya ada dua tipe bank, yaitu bank komersial dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jenis-jenis lembaga keuangan lain seperti bank pembangunan dan bank tabungan secara otomatis berubah menjadi bank komersial, sedangkan lembaga keuangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

104

bukan bank (LKBB) diberikan pilihan untuk berubah menjadi bank komersial atau menjadi perusahaan sekuritas, dengan diberi tenggang waktu satu tahun (mulai Desember 1991) untuk melakukan perubahan. Akhirnya antara bulan Januari sampai Maret 1993, seluruh LKBB yang berjumlah 12 perusahaan tersebut merubah bentuknya menjadi bank campuran (joint venture comercial banks).

Perubahan tersebut merupakan usaha untuk menyederhanakan struktur perbankan

nasional. Penyederhanaan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk

memudahkan koordinasi dan pengawasan oleh bank sentral.

Pakto 27, selain menyederhanakan tipe-tipe bank yang ada, telah menjadi

awal dimana perbankan nasional secara kuantitatif memang tumbuh secara pesat.

Pakto 27 telah menyebabkan ijin menjadi teramat mudah bagi seseorang maupun

kelompok untuk mendirikan suatu bank. Sehingga setiap bulan hampir dipastikan

selalu ada peresmian bank baru dengan ekspektasi untuk satu atau dua tahun

kedepan setelah diresmikan (Kompas, 13 Februari 1996). Pertumbuhan jumlah

bank serta kantor-kantor cabang meningkat secara signifikan.

Sebagaimana diungkapkan dalam data yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia (Hardianto, 1998: 20) secara umum jumlah bank dan kantor bank

meningkat secara signifikan. Bank umum tumbuh dari 111 bank pada tahun 1988

menjadi 239 bank pada akhir tahun 1996. Pada tahun-tahun yang sama, terjadi

peningkatan jumlah kantor bank umum dari 1863 menjadi 7314 kantor bank.

Sedangkan pada kelompok bank BPR juga terjadi peningkatan jumlah bank yang

signifikan pula. BPR, termasuk di dalamnya Lembaga Keuangan Lain, terjadi

peningkatan jumlah dari 8.041 pada tahun 1988 menjadi 9.314 pada tahun 1996.

Secara lebih detil lihat tabel 4.13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

105

Kesempatan yang luas bagi investasi dalam industri perbankan pun tidak

hanya dinikmati oleh para pengusaha domestik saja, para investor luar negeri pun

turut menikmati kesempatan yang sama. Setelah terbitnya Pakto 27, undang-

undang perbankan No 7/1992, seakan-akan menjadi penegas proses liberalisasi

perbankan. Undang-undang tersebut menawarkan kesempatan bagi pihak asing

untuk menguasai hingga 99 % saham bank di Indonesia. Kedua kebijakan tersebut

menjadi legitimasi bagi bank-bank asing untuk membuka kantor cabang serta

mendirikan bank campuran dengan bank-bank domestik.

Implikasi dari kebijakan-kebijakan tersebut adalah terjadi fenomena

berkembangnya jumlah kantor bank-bank komersial asing. Data Bank Indonesia

(Hardianto, 1998: 20) menunjukkan bahwa, walaupun jumlah bank asing masih

tetap seperti pada periode sebelum deregulasi yakni sejumlah 10 bank, jumlah

kantor cabang meningkat hingga 2 kali lipat. Jumlah kantor cabang bank asing

meningkat dari 21 pada Oktober 1988 menjadi 39 pada Desember 1996, dan

menjadi 41 pada Juli 1997. Peningkatan pada bank-bank campuran juga lebih luar

biasa lagi. Bank campuran pada Oktober 1988 hanya berjumlah 1 buah dengan 1

kantor cabang. Pada Desember 1996 tercatat terjadi peningkatan hingga menjadi

31 dengan 55 kantor cabang dan terus berkembang pada Juli 1997 menjadi 34

bank dengan 58 kantor bank.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

106

Tabel IV.13 Perkembangan Jumlah Bank Sebelum dan Sesudah Pakto 88.

Sumber: Represi, Liberalisasi dan Reformasi Moneter, 1998: 20

Peningkatan pesat jumlah bank pasca keluarnya serangkaian paket

deregulasi tersebut telah mengubah struktur persaingan pada industri perbankan

nasional. Serangkaian paket deregulasi secara perlahan-lahan telah merubah

kondisi hubungan dan posisi bank-bank yang ada. Hak-hak istimewa yang

dimiliki oleh bank-bank negara perlahan-lahn mulai dihilangkan. Hal ini

kemudian menempatkan bank-bank negara dan bank-bank swasta pada posisi

yang mulai sama. Hal ini kemudian mempengaruhi persaingan dalam

memperebutkan pangsa pasar dalam industri perbankan. Bank-bank berlomba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

107

secara ketat dalam memperebutkan pasar kredit, diluar kredit program dan kredit

yang dijamin pemerintah, serta penghimpunan dana.

Persaingan yang ketat dalam memperebutkan pangsa pasar industri

perbankan Indonesia tesebut menghasilkan beberapa implikasi penting pada dunia

perbankan. Implikasi pertama adalah pada hadirnya sejumlah inovasi produk-

produk perbankan. Jika sebelumnya kita hanya mengenal Tabanas, Taska dan

Tapelpram yang dikoordinir oleh bank negara, bank swasta nasional kemudian

mulai menawarkan beragam jenis tabungan dengan berbagai iming-iming, seperti

Tahapan, Tabungan Kesra, Tabungan Bunga Harian, Tabungan Primadana, dan

lain sebagainya (Permono dan Kuncoro, 1990: 30). Implikasi berikutnya adalah

pergeseran pangsa pasar penghimpunan dana. Dominasi bank pemerintah dalam

penghimpunan dana secara perlahan-lahan mulai diambil alih oleh bank-bank

swasta. Dari data yang disajikan oleh Bank Indonesia, sebagaimana dikutip oleh

Supraptono (1995: 55), hingga tahun 1990 bank pemerintah menguasai pasar

penghimpunan dana, namun tahun-tahun berikutnya bank swasta nasional mulai

menggeser bank-bank pemerintah. Tercatat secara berturut-turut dari tahun 1986

hingga 1990 perbandingan pangsa pasar penghimpunan dana adalah sebagai

berikut; tahun 1986 bank pemerintah 64,62% dan bank swasta 23,12%, tahun

1987 bank pemerintah 61,74% dan bank swasta 27,41%, tahun 1988 bank

pemerintah 60,06% dan bank swasta 29,77%, tahun 1989 bank pemerintah

54,68% dan bank swasta 36,15%, tahun 1990 bank pemerintah 48,87% dan bank

swasta 40,83%. Sedangkan pergeseran pangsa pasar antara bank pemerintah dan

bank swasta sejak 1991 hingga 1995 tercatat sebagai berikut; tahun 1991 bank

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

108

pemerintah 43,96% dan bank swasta 45,36%, tahun 1992 bank pemerintah

45,36% dan bank swasta 45,02%, tahun 1993 bank pemerintah 43,5% dan bank

swasta 47,5%, tahun 1994 bank pemerintah 38,0% dan bank swasta 52,4%, tahun

1995 bank pemerintah 36,9% dan bank swasta 53,8%. Penurunan tahun 1992 pada

bank swasta lebih disebabkan karena ambruknya beberapa bank swasta yang

membuat terjadinya penurunan kepercayaan masyarakat.

Dalam kegiatan penghimpunan dana, bank-bank diluar bank pemerintah

dan bank swasta nasional relatif tidak banyak lonjakan yang berarti. Bank

pembangunan daerah relatif berada pada posisi yang tetap. Dimana bank

pembangunan daerah rata-rata dalam penghimpunan dana berada pada kisaran

3,4% dari seluruh kegiatan penghimpunan dana nasional. Begitu pula dengan

bank asing campuran, pangsa pasarnya relatif tetap. Pangsa pasar bank asing

campuran berada pada kisaran 5,7%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

109

Tabel IV.14 Posisi Penghimpunan Dana dalam Rp & Valas Menurut kelompok Bank (miliar Rp)

Sumber: Pergeseran Pangsa Pasar Penghimpunan Dana dan Kredit antara Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Indonesia 1988 – 1995, 1995: 55.

Pangsa pasar pada kredit perbankan sendiri secara umum masih

didominasi oleh bank pemerintah. Peran dari bank pemerintah masih terlalu kuat

untuk ditandingi oleh bank-bank umum swasta nasional (BUSN) maupun asing.

Namun kinerja bank swasta terus menunjukkan peningkatan dalam merebut

pangsa kredit. Hasilnya adalah pada tahun 1994 hingga 1995 bank swasta

nasional, disertai dengan terus meningkatnya performa bank swasta asing, mulai

mampu menggeser dominasi bank pemerintah. Secara berturut-turut tahun 1986

hingga 1995, perbandingan kredit antara bank pemerintah dengan bank swasta

nasional dengan dan bank asing adalah sebagai berikut; tahun 1986, bank

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

110

pemerintah 70,42%, BUSN 21,80% dan bank asing 4,77%. Tahun 1987, bank

pemerintah 68,80%, BUSN 23,69% dan bank asing 4,46%. Tahun 1988, bank

pemerintah 67,44%, BUSN 25,24% dan bank asing 4,51%. Tahun 1989, bank

pemerintah 62,91% , BUSN 29,55% dan bank asing 4,95%. Tahun 1990, bank

pemerintah 55,19%, BUSN 36,06% dan bank asing 6,37%. Tahun 1991, bank

pemerintah 53,06%, BUSN 37,08% dan bank asing 7,54%. Tahun 1992, bank

pemerintah 55,51%, BUSN 34,44% dan bank asing 7,59%. Tahun 1993, bank

pemerintah 48,80%, BUSN 41,00% dan bank asing 7,88%. Tahun 1994, bank

pemerintah 42,80%, BUSN 47,30% dan bank asing 7,70%%. Tahun 1995, bank

pemerintah 41,9%, BUSN 47,8% dan bank asing 8,1%.

Pada bank-bank lain seperti bank pembangunan daerah sejak tahun 1986

hingga tahun 1995 relatif tidak banyak terjadi perubahan yang berarti. Kegiatan

pengucuran kredit rata-rata tidak mengalami peningkatan. Bahkan cenderung

dalam tren yang terus menurun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

111

Tabel IV.15 Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valas Menurut kelompok Bank (miliar Rp)

Sumber: Pergeseran Pangsa Pasar Penghimpunan Dana dan Kredit antara Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Indonesia 1988 – 1995, 1995: 56.

Perubahan fundamental lain pasca periode deregulasi adalah perubahan

pada struktur dana perbankan. Nasution (1991: 157) menjelaskan bahwa, sejak

deregulasi 1 Juni 1983, struktur dana perbankan semakin tergantung pada dana

jangka pendek. Secara umum perbankan nasional mulai mengandalkan sumber

dana yang pengendapannya lebih tidak pasti. Hal ini disebabkan karena bank-

bank yang ada tergantung pada deposito yang hanya berjangka waktu kurang dari

satu tahun. Selain itu ketidakpastian sumber dana juga disebabkan karena adanya

kegiatan dari masyarakat yang cenderung memindah-mindah dananya kedalam

mata uang yang berbeda-beda. Hal ini dipicu karena adanya kebijakan sistem kurs

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

112

mengambang, sehingga masyarakat cenderung untuk memanfaatkan perubahan

dan selisih dari nilai kurs.

Tabel IV.16 Perkembangan Aktiva dan Pasiva Perbankan Indonesia Pasca Deregulasi 1988 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Represi, Liberalisasi dan Reformasi Moneter, 1998: 22.

3. Perilaku Perbankan Pasca Deregulasi

Periode deregulasi perbankan tahun 1983-1993 telah menghasilkan

kecenderungan perilaku perbankan yang cenderung mengabaikan prinsip-prinsip

kehatian-hatian (prudential banking principle). Manajemen bank tidak berusaha

memenuhi komitmen untuk berhati-hati dalam pengelolaan bisnis perbankan

nasional. Berbagai kebijakan seperti paket Maret 1989, paket Februari 1991,

ataupun paket Mei 1993 yang berisi tentang ketentuan pemenuhan CAR (Capital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

113

Adequacy Ratio / rasio modal sendiri dengan aset) serta 3L (Legal Lending Limit

/ Batas Maksimum Pemberian Kredit), LDR (Loan to Deposit Ratio /

perbandingan antara dana yang berhasil dikumpulkan perbankan dari masyarakat

dengan kredit yang disalurkan) hingga pembentukan cadangan untuk menutupi

resiko, seringkali tidak dipenuhi oleh para pengelola industri perbankan.

Kecenderungan untuk mengabaikan prinsip kehati-hatian perbankan salah

satunya tercermin dalam kegiatan penyaluran kredit. Ketentuan-ketentuan seperti

besaran kredit yang bisa diberikan perorangan atau kelompok, serta kelayakan

penerimaan kredit seringkali diabaikan dalam analisis terhadap calon penerima

kredit. Pada akhirnya hal tersebut dapat memicu penyaluran kredit secara besar-

besaran kepada para pengusaha. Pada satu sisi memang kegiatan tersebut dapat

dipandang dapat menimbulkan hasil yang positif dimana usaha-usaha baru

mendapat kemudahan untuk mendapatkan modal. Namun, pada sisi lain, kegiatan

ekspansi kredit tersebut melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (Legal

Lending Limit) yang dapat mengakibatkan timbulnya persoalan lain.

Pada perkembanganya memang terjadi penyaluran kredit secara besar-

besaran. Hal ini terlihat dari kucuran kredit yang mencapai 235 triliun rupiah pada

tahun 1995, bandingkan dengan tahun 1985 dimana perbankan hanya

mengucurkan kredit sebesar 21 triliun rupiah (Goeltom, 2005: 324). Goeltom

(2005: 326) bahkan juga mencatat bahwa ekspansi kredit yang berlebihan pada

tahun 1991 dan 1992 telah mengakibatkan terjadinya overheating dan membuat

pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tight monetary policy.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

114

Ada beberapa implikasi yang mungkin terjadi dari ekspansi kredit secara

besar-besaran yang dilakukan oleh perbankan nasional. Implikasi pertama adalah

kemungkinan terjadinya kredit bermasalah bahkan timbulnya kredit macet.

Ekspansi kredit yang dilakukan bahkan dengan melanggar ketentuan kehati-hatian

sangat berpotensi menimbulkan kredit bermasalah bahkan macet. Berbagai

kalangan mulai dari pengamat ekonomi serta otoritas moneter seperti BI

sebenarnya juga telah menyadari hal tersebut sebelumnya. Kwik Kian Gie

(Kompas, 4 Juni 1993) misalnya, telah mengingatkan tentang bahaya ekspansi

kredit dalam jumlah besar oleh perbankan yang membuat peluang terjadinya

kredit macet. Namun kegiatan tersebut terus saja berlangsung.

Apa yang dikhawatirkan oleh banyak pihak ada akhirnya memang terjadi.

Bahkan kredit bermasalah berada pada tren yang terus meningkat dari tahun ke

tahun. Kompas (13 Oktober 1998) mencatat pada tahun 1993 jumlah kredit

bermasalah adalah sebesar 25,2 triliun rupiah. Jumlah tersebut terus meningkat

secara berturut, yaitu; 26,2 triliun (1994), 27,9 triliun (1995), 30,6 triliun (1996),

dan 34,8 triliun (1997). Data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (Kompas, 2

Juli 1996) menyebutkan posisi kredit macet pada April 1996 berada pada jumlah

yang besar, dengan rincian sebagai berikut:

Bank Pembangunan Daerah : 549 ( 6,08%)

Bank Asing dan Campuran : 539 ( 5,97%)

Bank Persero : 6. 382 (70,7% )

Bank Umum Swasta Nasional : 1. 558 (17,25%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

115

Data tersebut menunjukkan bahwa posisi kredit macet bank Persero paling tinggi

yakni sebesar 6 triliun 382 miliar atau 70,7 % dari keseluruhan total kredit macet.

BUSN menempati posisi kredit macet terbesar kedua yakni 17,25 % dengan total

nilai sebesar 1 triliun 558 miliar rupiah. Selanjutnya berturut-turut BPD serta

Bank Asing dan Campuran menempati posisi bank dengan kredit macet sebesar

549 miliar dan 539 miliar atau 6,08 % dan 5,97 % dari persentase secara nasional.

Tabel IV.17 Kredit Macet Perbankan Tahun 1994-1996 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Represi, Liberalisasi dan Reformasi Moneter, 1998: 23.

Persoalan kredit bermasalah serta kredit macet tersebut pada dasarnya juga

sudah ditengarai sejak tahun 1992. Tingginya suku bunga kredit pada tahun

tersebut merupakan indikasi adanya persoalan dalam kegiatan kredit serta

pengembaliannya. Sjahrir (Kompas, 27 Oktober 1992) menyatakan bahwa jika

pada tiga bank pemerintah terjerat kredit macet hingga 3 triliun, maka jumlahnya

akan menjadi sangat besar jika digabung dengan dengan keseluruhan kredit macet

yang ada pada bank-bank swasta. Perkiraan total kredit macet tersebut tentu tidak

sebanding dengan laba yang diterima oleh perbankan nasional yang hanya sebesar

1, 034 triliun rupiah. Akhirnya persoalan kredit bermasalah hingga kredit macet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

116

memaksa bank untuk enggan mengucurkan kredit dikarenakan terbatasnya

pasokan dana. Maka para pengelola perbankan menyikapinya dengan cara

menahan suku bunga kredit pada posisi yang tinggi. Suku bunga kredit kala itu

cukup tinggi hingga mencapai 22 - 23 %, bahkan malah ada yang mencapai 27 –

28 % (Kompas, 14 Agustus 1992).

Berbagai upaya kemudian dilakukan oleh BI untuk menurunkan suku

bunga kredit tersebut. Salah satu upaya adalah dengan menurunkan suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Suku bunga SBI diturunkan sebesar 1 %

sehingga suku bunga SBI menjadi 14 -16, 5 % (Kompas 14 Agustus 1992) dengan

harapan bank-bank mau menarik kembali dana mereka yang “diparkir” di SBI.

Namun, kenyataannya justru tidak sesuai denga apa yang diharapkan. Lonjakan

transaksi SBI malah naik hingga mencapai 500 miliar rupiah (Kompas 14 Agustus

1992). Usaha mempersuasi pihak perbankan, misalnya dengan mengadakan dialog

dengan para pengelola bank, juga tetap tidak membuat suku bunga kredit turun

seperti pada awal tahun 1990.

Selain mengakibatkan suku bunga yang tinggi, lebih lanjut kredit

bermasalah dan macet dapat mengakibatkan rusaknya permodalan pada perbankan

nasional. Implikasinya kemudian adalah ambruknya industri perbankan.

Kejatuhan bank Summa ataupun Sampoerna menjadi contoh bahwa begitu

merusaknya implikasi yang diakibatkan oleh kredit macet tersebut. Pada kasus

bank Summa pemegang saham Astra terpaksa harus memompakan jutaan dollar

untuk memenuhi kecukupan modal, walaupun pada akhirnya bank tersebut tetap

gagal untuk diselamatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

117

Salah satu dugaan yang digunakan dalam melihat ekspansi kredit secara

besar-besaran adalah adanya pengarus utamaan kepentingan kelompok. Sjahrir

(Kompas, 21 November 1992) menengarai bahwa sejumlah kelompok usaha besar

berniat mendirikan bank dan menyalurkan kreditnya sesuai dengan kebutuhan

usaha kelompok itu sendiri. Penyaluran kredit bagi individu dan kelompok

tersebut bahkan menyalahi aturan legal lending limit yang sudah ditetapkan.

Sesuai dengan keterangan Kompas (14 September 1993), bahwa;

Dalam paket Februri 1991, Bank Indonesia mengatakan bahwa pemberian kredit kepada individu tidak boleh melebihi 20 persen dari modal sendiri suatu bank....Sementara itu, maksimum pemberian kredit kepada group atau sekelompok usaha, tidak boleh melebihi 50 persen dari modal sendiri bank.

Namun demikian, dalam Pakmei 1993 lalu, ada perbaikan soal persentase pemberian kredit kepada grup, yakni maksimum pemberian kredit kepada grup atau sekelompok usaha, tidak boleh melebihi 20 persen dari modal sendiri bank. Dengan kata lain BMPK untuk grup sama dengan BMPK pada individu.

Kegiatan yang sering disebut dengan konglomerasi tersebut jelas merugikan

banyak pihak. Adanya prioritas penyaluran kredit kepada orang atau kelompok

tertentu jelas membuat pihak lain yang hendak mengakses modal tentu terhalang

oleh perilaku bank tersebut. Selanjutnya jika terjadi kredit bermasalah atau

bahkan kredit macet maka pihak ketiga yang menabung pada bank tersebut

dananya menjadi tertahan. Lebih jauh yang dirugikan adalah seluruh masyarakat

karena sektor keuangan dan pada konteks ini saling terkait dengan sektor-sektor

ekonomi lain.

Tabel IV.18 Kredit Bank-bank Besar kepada Kelompok Perusahaan

Nama Bank Kredit Kelompok Kredit kelompok / Modal Bank

1995 1994 1995

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

118

(Rp juta) (Persen)

Bank Jaya

Bank Universal

Bank Harapan Santosa

Bank Pacific

BII

Bank Dharmala

Bank Utama

Bank Uppindo

Sejahtera Bank Umum

Tamara Bank

Bank Umum Nasional

BDNI

BCA

Citibank

Hongkong Bank

Bank Exim

Bank Rakyat Indonesia

Bank PDFCI

Bank Jabar

Bank Modern

Bank Papan

Bank of Tokyo

Bank Bira

Bank Dagang Negara

Bank Tiara

Bank Niaga

Bank Buana Indonesia

Panin Bank

Bank Bali

Bank BNI

213. 531

366. 076

223. 236

126. 995

601. 849

105. 569

92. 885

55. 322

43. 701

53. 146

162. 869

307. 958

390. 025

91. 451

15. 869

399. 895

455. 092

37. 831

10. 473

21. 756

15. 646

6. 081

15. 452

207. 182

19. 660

33. 949

14. 329

32. 018

31. 483

144. 351

88, 87

360, 75

552, 80

64, 14

112, 68

152, 49

49, 51

38, 76

16, 57

40, 37

36, 31

18, 54

23, 92

40, 29

17, 71

14, 18

0, 69

34, 77

9, 38

12, 35

2, 32

8, 87

4, 21

20, 24

15, 60

7, 64

11, 29

14, 04

7, 02

8, 32

195, 71

174, 20

121. 98

81, 52

62, 78

56, 39

51, 67

45, 36

43, 50

38, 34

37, 25

28, 63

28, 28

28, 17

21, 64

20, 66

19, 92

17, 98

13, 51

12, 53

10, 74

10, 30

10, 20

8, 68

8, 64

8, 47

8, 05

7, 96

7, 90

7, 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

119

Bank Danamon

Bank Jateng

Bank Duta

Bank Aspac

Bank Bukopin

Bank Bumi Daya

ABN-Amro Bank

Bank Tabungan Negara

72. 457

5. 520

20. 544

2. 838

7. 170

34. 257

1. 380

7. 216

4, 42

6, 50

10, 65

2, 24

4, 46

2, 30

174, 08

0, 90

6, 74

6, 57

5, 15

3, 46

2, 54

1, 80

1, 36

0, 50

Sumber: Kompas, 13 Februari 1996

Tabel IV.19 Rasio Penyaluran Kredit kepada Group dengan Modal di Sejumlah

Bank, 1995

Nama Bank (%)

Anrico Bank

Bank Delta

Bank Aken

Bank Pinasean

Bank HS 1906

Bank Surya

Astria Bank

Jayabank

Bank Universal

Bank Kredit Asia (TMS)

Bank Budi Internasional

Nusabank

Bank Ina Perdana

Andromeda Bank

Bank Namura Indonesia

Supreme Bank

Bank Harapan Santosa

1. 925, 08

596, 60

475, 15

283, 88

222, 84

203, 50

195, 86

195, 71

174, 20

158, 46

155, 55

144, 37

134, 82

129, 02

127, 28

123, 44

121, 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

120

Bank Danuhutama

Bank Berlian

Bank Mataram Dhanarta

Bank Surya Nusantara

Bank Gunung Kencana

Intan Bank

Bank Dagang Bali

Alfa Bank

Asiatic Bank

Bank Surya Kencana

Bank Pasific

Bank Risjad Salim Int

Bank Nasional

Utama Intersional Bank

Akita Bank

Fuji Bank Int’l Indonesia

Deka Bank

Bank Mitranaga

Hastin Bank

Bank Nusantara Parahyangan

BII

Bank Dharmala

Centris Bank

Bank Windu Kentjana

Bank Utama

Bank Uppindo

Sejahtera Bank Umum

Unibank

Bank Bintang Manunggal

Tamara Bank

Bank Umum Nasional

120, 73

118, 66

113, 48

106, 72

102, 56

101, 04

97, 62

91, 61

85, 76

85, 31

81, 52

76, 92

74, 94

72, 49

71, 84

68, 90

64, 47

64, 45

64, 14

63, 77

62, 78

56, 39

53, 31

52, 75

51, 67

45, 36

43, 50

39, 81

39, 19

38, 34

37, 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

121

Bank Central Dagang

Bank Bahari

Synergy Bank

Bank Sumbar

Tokai Lippo Bank

Hagabank

Indotrade Bank

Bank CIC

Bank Artha Graha

Bank PSP

BDNI

Fama Bank

Bank Central Asia

Citibank

Bank Patriot

Sewu Bank

Hokindo Bank

Hongkong Bank

Bank Exim

Bank Dwipa

Arthamedia Bank

ANZ Panin Bank

36, 94

36, 85

35, 22

34, 55

34, 39

34, 17

31, 65

30, 38

28, 81

28, 80

28, 63

28, 58

28, 28

28, 17

27, 04

26, 13

24, 74

21, 64

20, 66

20, 48

20, 27

19, 95

Sumber: Kompas, 13 Februari 1996

Perilaku perbankan pasca deregulasi juga menunjukkan kecenderungan

bahwa masih ada bentuk-bentuk pengabaian terhadap pengusaha lemah atau biasa

disebut usaha kecil dan menengah (UKM). Perbankan nasional yang

diorientasikan sebagai bagian dari agent of development yang bertugas untuk

mendorong kegiatan usaha, khususnya usaha ekonomi rakyat sebagai bagian

terbesar dari perekonomian Indonesia, ternyata pada kenyataanya tidak mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

122

menjalankan perannya tersebut secara maksimal. Hal ini terlihat dari fakta bahwa

aturan yang dibuat untuk mengucurkan kredit bagi sektor UKM terkesan

mengada-ada. Sebaga contoh, keluarnya Paket Januari 1990 (Pakjan 90), bank-

bank umum wajib mengalokasikan 20 persen dari total kreditnya, kepada

pengusaha lemah seharusnya bisa disambut gembira oleh para pelaku usaha kecil.

Sebab kredit maksimal yang dapat diberikan kepada pengusaha lemah adalah

sebesar Rp 200 juta. Namun, dalam Pakjan 90 ini yang masuk kategori usaha

lemah adalah usaha yang beraset maksimal Rp 600 juta (Tempo, Edisi 19/02 -

10/Jul/97). Tentu hal ini menjadi catatan bersama serta menegaskan bahwa

kegiatan perbankan hanya menguntungkan bagi sebagian orang saja, atau lebih

jelas, yaitu orang-orang kaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

123

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada beberapa rumusan kesimpulan yang diajukan pada bab berikut untuk

menjawab rumusan masalah yang diajukan pada bab sebelumnya. Pertama,

neoliberalisme awalnya merupakan filsafat tentang tatanan sosial yang

mengandaikan masyarakat tidak dibatasi oleh segala bentuk aturan apapun.

Seluruh dinamika sosial, politik, hukum, hingga ekonomi yang tidak terikat aturan

atau otoritas apapun diandaikan akan mampu menciptakan kesejahteraan bagi

setiap individu maupun bagi seluruh tatanan sosial itu sendiri. Pemikiran ini

berkembang secara pesat pasca stagflasi 1970-an. Perkembangan pesat tersebut

tak lepas dari peran para intelektual sosial hingga politikus yang sependapat

dengan gagasan tersebut menerapkan dan menyebarluaskan gagasan tersebut

hingga tingkat global.

Pengadopsian ide-ide reformasi ekonomi berorientasi terwujudnya sistem

pasar oleh sebagian besar negara berkembang, pada tahun-tahun akhir 1970-an

hingga tahun 1980-an, awalnya seolah-olah menjadi pembenar akan keampuhan

akan ide-ide hyper-liberal. Penerapan program-program penyesuaian struktural

menjadi langkah yang biasa ditempuh oleh negara-negara berkembang untuk

mengejar cita-cita kesejahteraan nasional seperti yang telah dinikmati oleh

negara-negara maju. Dengan berbekal panduan dari intelektual-intelektual kanan

baru pemerintahan negara-negara tersebut mengambil kebijakan ekonomi sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

124

dengan saran dari mereka. Seakan-akan slogan yang seringkali diutarakan oleh

Thatcher yakni “There Is No Alternative”, untuk menyebut kemustahilan

membuat sistem lain selain sistem pasar, adalah benar adanya.

Ironis terjadi kemudian ketika berbagai rentetan krisis justru sering

menerpa negara-negara berkembang pasca penerapan program-program

penyesuaian struktural. Data-data dari negara-negara Afrika, Amerika Latin,

hingga di berbagai negara-negara Asia menunjukkan bahwa diadopsinya

reformasi ekonomi berorientasi pasar tidak serta merta menjamin tercapainya

kinerja ekonomi secara lebih baik. Begitu pula dengan tingkat kesejahteraan

rakyat, terutama rakyat miskin, juga tidak serta merta menjadi lebih baik.

Kedua, praktek neoliberalisme yang dilaksanakan di Indonesia juga

menempuh jalur yang hampir sama dengan negara berkembang lainnya.

Reformasi ekonomi, yang bermakna liberalisasi, dilaksanakan pemerintah

Indonesia pada tahun 1980-an. Reformasi ekonomi yang berasal dari kesepakatan

penerapan program-program penyesuaian struktural dijalankan oleh pemerintah

dengan anjuran dari lembaga-lembaga multilateral. Paket-paket kebijakan seperti

deregulasi diperkenalkan sebagai bagian dari instrumen reformasi.

Salah satu bagian dari proses reformasi adalah liberalisasi sektor keuangan

Indonesia yang dimulai sejak tahun 1983. Proses liberalisasi sektor keuangan

tersebut berjalan seiring dengan fenomena global pada waktu itu. Sejak tahun

1980-an, di seluruh dunia terjadi gejala besar yang bernama liberalisasi sektor

finansial di tingkat global dan deregulasi di tingkat nasional (Prasetyantoko, 2008:

39). Indonesia menerapkan deregulasi pada tingkat nasional dengan memulainya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

125

pada sektor perbankan, yakni dengan keluarnya paket deregulasi pada bulan Juni

1983, atau biasa disingkat menjadi pakjun 83. Kebijakan tersebut kemudian

disusul Pakto 88 dengan berbagai paket deregulasi lain.

Paket deregulasi perbankan secara umum menyangkut tiga dimensi yang

saling terkait. Ketiga dimensi tersebut adalah deregulasi harga (khususnya suku

bunga deposito), deregulasi produk (ragam jasa yang ditawarkan), dan deregulasi

spasial (seperti kelonggaran pendirian bank baru ataupun keleluasaan pembukaan

cabang).

Ketiga, ada beberapa implikasi yang dihasilkan dari deregulasi perbankan

tersebut. Implikasi pertama adalah penyederhanaan berbagai tipe dan jenis bank

yang ada. Kedua, yaitu merebaknya industri perbankan, hal ini ditandai dengan

adanya pertumbuhan jumlah bank-bank yang berjalan dengan cukup pesat.

Ketiga, karena pertumbuhan jumlah bank yang cukup pesat tersebut

mengakibatkan persaingan yang cukup ketat di kalangan industri perbankan.

Persaingan tersebut berlaku baik pada penghimpunan dana maupun pada

penyaluran kredit. Keempat, adalah ketergantungan bank-bank pada dana-dana

jangka pendek. Kelima, adalah pergeseran dominasi industri perbankan yang

sebelumnya dikuasai oleh bank-bank milik pemerintah, kemudian mulai

digantikan perannya oleh bank-bank swasta.

Satu hal yang perlu juga dicatat adalah, deregulasi perbankan membuat

perubahan pada perilaku pengelola perbankan. Perilaku pengelola perbankan

menunjukkan kecenderungan mengabaikan prinsip-prinsip kehati-hatian yang

seharusnya dipegang teguh oleh para pengelola bank. Contoh perilaku yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

126

mengabaikan prinsip kehati-hatian adalah mudahnya pihak bank untuk

memberikan kredit secara besar-besaran, yang melebihi batas maksimum

pemberian kredit, kepada seseorang atau suatu kelompok tertentu. Hal inilah yang

kemudian disebut sebagai usaha konglomerasi, dimana bank-bank dimanfaatkan

untuk memperbesar usaha kelompok-kelompok tertentu. Hal ini berbeda sekali

dengan perlakuan bank terhadap kelompok usaha kecil yang ingin mengajukan

kredit. Sejumlah syarat yang berat harus dipenuhi oleh kelompok usaha kecil

untuk mengakses kredit dari bank-bank swasta khususnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

127

Bagan V.1 Kesimpulan

• Filsafat hyper-liberal atas seluruh dinamika masyarakat.

• Berkembang pesat pasca terjadi stagflasi 1970-an.

• Dikembangkan oleh intelektual kanan baru dan didukung oleh para politikus yang sepaham dengan gagasan-gagasan tersebut.

antara lain: • Paket 2 Juni 1983. • Paket 27 Oktober 1988. • Paket 25 Maret 1989. • Paket 19 Januari 1990. • Paket 20 Pebruari 1991. • Paket 29 Mei 1993.

• Hutang internasional menjadi pintu masuk intervensi kebijakan oleh pihak donor.

• Program penyesuaian struktural sebagai media liberalisasi.

Implikasinya

Neoliberalisme

Kesepakatan dengan pihak

donor internasional

Diterapkan Melalui

Kebijakan Deregulasi

Sektor Keuangan

(Perbankan)

Berimplikasi pada

Perubahan Struktur Perbankan • penyederhanaan berbagai tipe dan

jenis bank yang ada. • Pertumbuhan industri perbankan • persaingan yang cukup ketat di

industri perbankan. • ketergantungan bank-bank pada dana-

dana jangka pendek. • pergeseran dominasi industri

perbankan dari bank-bank milik pemerintah oleh bank-bank swasta.

Perilaku Perbankan • Perilaku pengelola

perbankan menunjukkan kecenderungan mengabaikan prinsip-prinsip kehati-hatian.

• Konglomerasi • Diskriminasi terhadap

kelompok usaha kecil

Serta Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

128

B. Saran

Kontrol atas sektor keuangan adalah hal yang fundamental dalam

manajemen ekonomi makro. Stiglitz bahkan melihat bahwa China dan India yang

mengontrol secara ketat sektor keuangannya, menjadikan kedua negara tersebut

sanggup melewati berbagai hadangan krisis ekonomi (Yustika, 2007). Hal

tersebutlah yang seharusnya bahan refleksi bagi para pengambil kebijakan

ekonomi nasional. Sebab kebijakan liberalisasi sektor keuangan pula yang

membuat Indonesia terperangkap dalam lubang krisis 1998 yang begitu dalam.

C. Keterbatasan

Penelitian ini masih sangat jauh dari apa yang diharapkan oleh penulis.

Hal ini dikarenakan akses atas sumber-sumber referensi masih sangat terbatas.

Bahan-bahan pembanding bacaan maupun data-data tentang situasi perbankan

pada tahun-tahun 1980-an dan 1990-an yang penulis dapatkan tidak begitu

lengkap. Hal ini membuat beberapa rekomendasi tambahan dari pembimbing

tidak bisa penulis penuhi secara lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

129

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Saiful. 2000. Menolak Pembangunanisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Binhadi. 2005. “Financial Deregulation and The Role of The Central Bank in Indonesia,” dalam ed. Soesastro, Hadi., et al. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir, Buku IV (1982-1997) Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi. Jakarta: ISEI.

Boughton, James M. 2001. The Silent Revolution: the International Monetary Fund 1979-1989. Washington: International Monetary Fund.

Bradley, William L. dan Lubis, Mochtar. 1991. (terj. Maimoen, S). Dokumen-Dokumen Pilihan Tentang Politik Luar Negeri Amerika Serikat dan Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Brata, A. Gunadi. 2007. Liberalisasi Perbankan di Indonesia. Surakarta: The Business Watch Indonesia.

Caporaso, James A. dan Levine, David P. 2008. (terj Suraji). Teori-Teori Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Freixas, Xavier dan Rochet, Jean-Charles. 2008. Microeconomics of Banking, Second Edition. London: The MIT Press.

Goeltom, Miranda S. 2005. “Perubahan Struktural Sektor Keuangan di Indonesia,” dalam ed. Soesastro, Hadi., et al. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir, Buku IV (1982-1997) Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi, Jakarta: ISEI.

Hamada, Miki. 2003. “Transformation of The Financial Sector in Indonesia,” IDE Research Paper No. 6, September 2003, 4.

Hanief, M. Furqon I. 2001. Penyesuaian Struktural ekonomi dan Pemusatan Kekuasaan Politik pada Dasawarsa Deregulasi di Indonesia 1983-1993. Disertasi. Jakarta: Fisip UI.

Harvey, David. 2009. Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis. Yogyakarta: Resist Book.

Heertz, Norena. 2003. “Hidup di Dunia Material: Munculnya gelombang Neoliberalisme,” dalam Neoliberalisme, ed. Wibowo,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

130

I. dan Wahono, Francis. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

Hettne, Björn. 1985. (terj. Martoyo, Ismu). Ironi Pembangunan di Negara Berkembang. Jakarta: Sinar Harapan.

Hirst, Paul dan Thompson, Grahame. 1996. Globalization in Question. Cambridge: Blackwell Publisher Ltd.

Komisi Selatan. 1992. (terj. Brata, Suwandi S.). Tantangan yang Menghadang Selatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.

Nasution, Anwar. 1996. The Bangking System and Monetary Aggregates Folowing Financial Sector Reforms. Helsinski: UNU World Institute for Development Economics Research (UNU/WIDER).

. 1991. Tinjauan Ekonomi Atas Dampak Paket Deregulasi Tahun 1988 Pada Sistem Keuangan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

. 2005. “Neraca Ekonomi Indonesia,” dalam ed. Soesastro, Hadi., et al. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir, Buku IV (1982-1997) Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi, Jakarta: ISEI.

Nitisastro, Widjojo. 2010. Pengalaman Pembangunan Indonesia: Kumpulan Tulisan dan Uraian. Jakarta: Kompas.

Petras, James. dan Veltmeyer, Henry. 2002. Imperialisme Abad 21. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Prasetiantono, A. Tony. 2003. “IMF (International Monetary Fund),” dalam Neoliberalisme, ed. Wibowo, I. dan Wahono, Francis. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

Prasetyantoko, A. 2008. Bencana Finansial: Stabilitas Sebagai Barang Publik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Prawiro, Radius. 1998. Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi: Pragmatisme dalam Aksi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

131

Priyono, B. Herry. 2003. “Dalam Pusaran Neoliberalisme,” dalam Neoliberalisme, ed. Wibowo, I. dan Wahono, Francis. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

Program Studi Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur. 2008. Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Budi Luhur.

Rachbini, Didik J. 1994. Politik Deregulasi dan Agenda Kebijakan Ekonomi. Jakarta: InfoBank.

Rahardjo, M. Dawam. 1983. Esai-Esai Ekonomi Politik. Jakarta: LP3ES.

Spillane, James J. 2003. “Industri Ringan Kaki: Neoliberalisme dan Investasi Global,” dalam Neoliberalisme, ed. Wibowo, I. dan Wahono, Francis. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

Stiglitz, Joseph E. 2006. (terj. Aan Suhaeni). Dekade Keserakahan: Era ‘90-an dan Awal Mula Petaka Ekonomi. Serpong: Marjin Kiri.

Subiyantoro, Heru. dan Riphat, Singgih ed. 2004. Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi. Jakarta: Buku Kompas.

Sugiono, Muhadi. 1999. (terj. Cholish). Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Negara Dunia Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suttle, Philip. 2003. ”Financial Flows to Developing Countries: Recent Trends and Near Term Prospects,” in Global Development Finance, Vol. I, ed. Kennedy, Steven. Washington: The World Bank.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Tugas Akhir. 2008. Pedoman Penulisan Tugas Akhir: Proposal Penelitian, Skripsi, serta Kententuan tentang Ujian Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Wardhana, Ali. 2005. “Structural Adjustment in Indonesia: Export and the ‘High-Cost’,” dalam ed. Soesastro, Hadi., et al. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir, Buku IV (1982-1997) Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi. Jakarta: ISEI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

132

Paper atau Jurnal Ilmiah

Hardianto, FL. Nugro. 1998. “Represi, Liberalisasi, dan Reformasi Ekonomi,” Jurnal Pangsa, Vol 3 (Februari), 17-26.

Laurell, Asa Cristina. 2000. “Structural Adjustment and the Globalization of Social Policy in Latin America,” Journal of International Sociology, Vol. 15 (June), 306-325.

Permono, Iswardono S. dan Kuncoro, Mudrajad. 1990. “Kebijaksanaan Moneter: Dari "Financial Repression" Hingga Bahaya "Financial Crash",” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 5.

SAPRI dan CASA. 2002. “The Policy of Economic Crisis and Poverty: A Multy-Country Participatory Assessment of Stuctural Adjustment,” Journal of the Structural Adjustment Participatory Review International Network, Vol. I (April),1-27.

Sirait, Ningrum Natasya. 2006. “Indonesia dalam Menghadapi Persaingan Internasional,” Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara, 2 September.

Supraptono. 1995. “Pergeseran Pangsa Pasar Penghimpunan Dana dan Kredit antara Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Indonesia 1985-1995,” Jurnal Gema Stikubank, (Agustus), 52-62.

Yustika, Ahmad Erani. 2004. “Reformasi Ekonomi, Konsensus Washington, dan Rintangan Politik,” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 6 (Maret), 1-14.

Majalah atau Surat Kabar

Yustika, Ahmad Erani. 2007. “Restriksi Sektor Finansial,” Kompas, 2 Oktober.

Gie, Kwik Kian. 1993. “Sebuah Kebijaksanaan, Sebuah Kekhawatiran,” Kompas, 4 Juni.

Kompas, 29 September 1984.

, 14 Agustus 1992.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

133

, 27 Oktober 1992.

, 14 September 1993.

, 13 Februari 1996.

, 2 Juli 1996.

, 2 Oktober 2007.

Neves, Husi Guteriano. 2009. “Terjerumusnya Negara-Negara Berkembang ke dalam Utang Luar Negeri,” Timor Post, 4 Desember.

Pradjoto. 1998. “Bank Menggali Kubur Sendiri,” Kompas, 13 Oktober.

Priyono, B. Herry. 2009. “Sesat Neoliberalisme,” Kompas, 28 Mei.

Syahrir. 1992. “Dipertanyakan, Maksud Kelompok Usaha Besar dirikan Bank,” Kompas, 21 November.

Tempo, Edisi 19 Februari – 10 Juli 1997

Internet

Bank Indonesia. ”Ikhtisar Perbankan”. www.bi.go.id. Diakses 13 Juli 2010.

Caldentey, Esteban Pérez dan Vernengo, Matías. 2010. “Modern finance, methodology and the global crisis,” real-world economics review, issue no. 52, 69-81, www.paecon.net. Diakses 4 Februari 2011.

Engdahl, F. William. 2008. “The Financial Tsunami: the Financial Foundation of the American Century”. www.globalresearch.ca. Diakses 4 Februari 2011.

Hossein-zadeh, Ismael. “THE CRISIS OF THIRD WORLD DEBT--Is There a Way Out?”. http://faculty.cbpa.drake.edu. Diakses 4 Februari 2011.

Longhofer, Wesley. “The Effects of Structural Adjustment on Associational Activity, 1970-2000”. www.allacademic.com. Diakses 1 Juli 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

134

Olukoshi, Adebayo. 2000. “Structural Adjustment and Social Policies in Africa: Some Notes”. http://gaspp.stakes.fi/. Diakses 9 Mei 2010.

Priyono, B. Herry. “Filsafat Deregulasi”. www.kompas.com. Diakses 9 Mei 2010.

Setiawan, Bonnie. “Neo-Liberal dan Kejahatan Multilateral”. www.globaljust.org. Diakses 18 Maret 2010.

Tambunan, Raymond. "Kualitatif”. www.rumahbelajarpsikologi.com. Diakses tanggal 11 November 2009.

Zawalinska, Katarzyna. 2004. “What has been an economic impact of Structural Adjustment Programs on households in Transition countries?”. lnweb90.worldbank.org. Diakses 1 Juli 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

135

 

LAMPIRAN 1

Pokok-Pokok Paket Dergulasi 27 Oktober 1988

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

136

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

137

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

138

 

LAMPIRAN 2

Ketentuan Lanjutan Paket 27 Oktober 1988

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

139

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

140

 

LAMPIRAN 3

Pokok-Pokok Ketentuan Lanjutan Paket 27 Oktober 1988

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

141

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

142

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

143

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

144

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

145

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

146

 

LAMPIRAN 4

Penjelasan Gubernur BI tentang Pakto 27 dan Ketentuan Lanjutan Pakto 27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN … · NEOLIBERALISME DAN IMPLIKASINYA BAGI STRUKTUR DAN PERILAKU LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA Analisis Atas Deregulasi

147

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI