Astaxanthin Mencegah Efek Nekrosis Dan Peradangan Otot Pada Tikus Yang Mengalami Overtraining
Nekrosis Ada Dua Jenis Umum
-
Upload
raissa-febrina -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Nekrosis Ada Dua Jenis Umum
Nekrosis ada dua jenis umum :1. KoagulanPada nekrosis koagulan, bagian jaringan yang dapat larut mengendap ataudiubah menjadi bahan solid.caseation adalah suatu bentuk nekrosis koagulasiyang jaringan berubah menjadi massa seperti keju terdiri terutama atas protein yangmengental, lemak dan air.
92. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitikmengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan, atau debrisamorfus.Etilogi dari Nekrosis Pulpa adalah disebabkan oleh injuri yangmembahayakan pulpa seperti bakteri, trauma dan iritasi kimiawi.Gejala Klinis dari Nekrosis Pulpa adalah Gigi yang kelihatan normaldengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa sakit. Sering,terjadi diskolorisasi gigi adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.Penampilan mahkota yang buram atau opak hanya disebabkan karenatranslusensi normal yang jelek, tetapi kadang-kadang gigimengalami perubahan warna keabua-abuan atau kecoklat-coklatan yang nyatadan dapat kehilangan kecemerlangan dan kilauan yang biasa dipunyai.Adanya pulpa nekrotik mungkin ditemukan hanya secara kebetulan, karenagigi macam itu adalah asimptomatik, dan radiograf adalah nondiagnotik.Gigi dengan nekrosis sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan termal,karena adanya serabut saraf vital yang melalui jaringan inflamasi didekatnya.Diagnosis Nekrosis pulpa adalah pada gambaran Radiograf umumnyamenunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar, suatu jalan terbuka kesaluran akar, dan suatu penebalan ligament periodontal.Beberapa gigi tidakmempunyai kavitas ataupu tumpatan, dan pulpanya mati sebagaiakibattrauma. Sedikit pasien mempunyai riwayat rasa sakit parah yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti oleh penghentianseluruh rasa sakit yangterjadi. Selama waktu ini, ³pulpa sudah hampir tamat
10riwayatnya´ dan memberi pasien perasaan seolah-olah aman dan sehat. Padakasus lain, pasien tidak sadar bahwa pulpa telah mati secara perlahan-lahandan diam-diam, tanpa gejala. Gigidengan pulpa nekrotik tidak bereaksiterhadap dingin, tes pulpa listrik atau teskavitas. Namun demikian pada kasusyang jarang terjadi, timbul suatu reaksi minimal terhadap arus maksimumtester pulpa listrik bila arus listrik dikondusi melalui uaplembab yang terdapatdalam saluran akar setelah pencairan nekrose ke jaringan vitaltetangganya.Pada pasien lain, beberapa serabut saraf apical terus bertahan dan bereaksidengan cara yang sama. Serabut saraf tahan terhadap perubahaninflamasi.Suatu korelasi tes dingin dan tes listrik dan suatu riwayat rasa sakit, bersama dengan pemeriksaan klinis yang cermat, harus menentukan suatudiagnosis yang tepa
ETIOLOGI NEKROSIS PULPANekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya disebabkan keadaan
radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran darah ke pulpa. Meskipun bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis.
Penyebab nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi
atrisi dan karies yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase kronis dibanding fase akut.
PATOFISIOLOGI NEKROSIS PULPAJaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki kemampuan untuk
melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari operative atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan. Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karena proses trauma, operative procedure dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan pulpa.
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks. Semua proses tersebut dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.
MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS NEKROSIS PULPANekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat memperlihatkan gejala pulpitis yang
ireversibel. Nekrosis total, sebelum mengenai ligamentum periodontal biasanya tidak menunjukkan gejala. Tidak merespon terhadap tes suhu atau elektrik. Kadang-kadang bagian depan mahkota gigi akan menghitam. Tampilan radiografik pada destruksi tulang ataupun pada bagian yang mengalkami fraktur merupakan indikator terbaik dari nekrosis pulpa dan mungkin membutuhkan beberapa bulan untuk perkembangan. Kurangnya respon terhadap test suhu dan elektrik tanpa bukti radiografik adanya destruksi tulang terhadap bagian fraktur tidak menjamin harusnya terapi odontotik.
Nekrosis pulpa pada akar gigi menunjukkan terjadi dari 20%-40%. kejadian dari nekrosis pulpa terlihat tidak berhubungan dengan lokasi terjadinya fraktur akar gigi pada apikal, tengah ataupun bidang insisial tetapi lebih berhubungan dengan kavitas oral taupun beberapa dislokasi segmen insisial. Jika ada bukti pada portiokoronal pulpa, ini secara umum dipercaya bahwa segmen apikal akan tetap berfungsi. Perawatan edontotik adapun biasanya dilakukan pada segmen koronal pada kanal akar gigi.
Kemampuan diagnostik dokter benar-benar diuji ketika terdapat beberapa kanal pada gigi. Misalnya gigi molar yang memiliki 3 kanal, dengan kanal pertama tetap intak dan sehat, kanal kedua mengalami inflamasi akut, dan kanal ketiga mengalami nekrosis2. Lingkungan pulpa memiliki keunikan dibandingkan dengan jaringan lunak tubuh lainnya. Karena pulpa memiliki lingkungan “non compliant” yang menyebabkan produk inflamasi lebih lambat dihilangkan dibandingkan jaringan lunak tubuh yang lain. Keadaan ini menyebabkan terjadinya destruksi lokal dalam jaringan pulpa. Anamnesis pada nekrosis pulpa berupa tidak ada gejala rasa sakit, keluhan sakit terjadi bila terdapat keradangan periapikal. Pemeriksaan perkusi tidak didapatkan nyeri dan pada palpasi juga tidak terdapat pembengkakan serta mobilitas gigi normal. Foto rontgen gigi biasanya normal kecuali bila terdapat kelainan periapikal terjadi perubahan berupa radiolusen.
Abses SubkutanTerbentuk pada potential space diantara lapisan superfisial(fascia), yaitu diantara otot ekspresi fasial dengan kulit.Ciri khas: bengkak dengan adanya fluktuasi.Etiologi:hasil penyebaran infeksi dari fokal infeksi yang tidak segeraditangani.
Pembentukan AbsesAbses dapat mulai terbentuk → >5 hari •Nyeri terlokalisir•Ukuran relatif lebih kecil•Lokasi terlokalisir•Lunak dan terdapat fluktuasi•Kemerahan pada perifer•Centrally undermined•Berisi pusBuccalVestibularInfraorbitalSubmandibularSubmentalSublingualPalatumSubmassetericPterygomandibularSubkutan
Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur, yaitu (1) jalur periapikal, sebagai hasil dari nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal; (2) jalur periodontal, sebagai hasil dari inokulasi bakteri pada periodontal poket; dan (3) jalur perikoronal, yang terjadi akibat terperangkapnya makanan di bawah operkulum tetapi hal ini terjadi hanya pada gigi yang tidak/belum dapat tumbuh sempuna. Dan yang paling sering terjadi adalah melalui jalur periapikal (Karasutisna, 2001). Infeksi odontogen biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa (Gambar 1), kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi odontogen dapat terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut (Cilmiaty, 2009).
Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuatum, hematogen dan limfogen, yang
disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi nekrosis, dan
periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1) lewat penghantaran
yang patogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu keseimbangan flora yang
endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital dan steril secara
normal (Cilmiaty, 2009). Infeksi odontogen menyebar ke jaringan-jaringan lain mengikuti pola
patofisiologi yang beragam dan dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi mikroorganisme,
resistensi dari host dan struktur anatomi dari daerah yang terlibat (Soemartono, 2000).
Rute yang paling umum penyebaran peradangan adalah melalui kontinuitas jaringan dan spasia
jaringan dan biasanya terjadi seperti yang dijelaskan di bawah ini. Pertama, nanah terbentuk di
tulang cancellous dan tersebar ke berbagai arah yang memiliki resistensi jaringan paling buruk.
Penyebaran pus ke arah bukal, lingual, atau palatal tergantung pada posisi gigi dalam lengkung
gigi, ketebalan tulang, dan jarak perjalanan pus
Definisi Insisi dan Drainase
Perawatan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel). Insisi drainase merupakan tindakan membuang materi purulent yang toksik, sehingga mengurangi tekanan pada jaringan, memudahkan suplai darah yang mengandung antibiotik dan elemen pertahanan tubuh serta meningkatkan kadar oksigen di daerah infeksi (Hambali, 2008).
Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang terlibat untuk mengeluarkan nanah dari dalam jaringan, biasanya dengan menggunakan hemostat. untuk mempertahankan drainase dari pus perlu dilakukan pemasangan drain, misalnya denganrubber drain atau penrose drain, untuk mencegah menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas (Lopez-Piriz et al., 2007).
Tujuan Insisi dan Drainase
Tujuan dari tindakan insisi dan drainase, yaitu mencegah terjadinya perluasan abses/infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vakularisasi jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian antibiotik lebih efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses. Selain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik, atau dengan pencabutan gigi penyebab (Topazian et al, 1994).
Tehnik Insisi dan Drainase
Insisi dan drainase biasanya merupakan prosedur bedah yang sederhana. Pengetahuan tentang anatomi wajah dan leher diperlukan untuk melakukan drainase yang tepat pada abses yang lebih dalam. Abses seharusnya dikeluarkan bila ada fluktuasi, sebelum pecah dan pusnya keluar. Insisi dan drainase adalah perawatan yang terbaik pada abses (Topazianet al, 1994).
Insisi tajam yang cepat pada mukosa oral yang berdekatan dengan tulang alveolar biasanya cukup untuk menghasilkan pengeluaran pus yang banyak, sebuah ungkapan abad ke-18 dan 19 yang berupa deskriptif dan seruan. Ahli bedah yang dapat membuat relief instan dan dapat sembuh dengan pengeluaran pus dari abses patut dipuji dan oleh sebab itu lebih dikenal daripada teman sejawat yang kurang terampil yang menginsisi sebelum waktunya atau pada tempat yang salah (Peterson, 2003).
Prinsip berikut ini harus digunakan bila memungkinkan pada saat melakukan insisi dan drainase adalah sebagai berikut (Topazian et al., 1994; Peterson, 2003; Odell, 2004).
Melakukan insisi pada kulit dan mukosa yang sehat. Insisi yang ditempatkan pada sisi fluktuasi
maksimum di mana jaringannya nekrotik atau mulai perforasi dapat menyebabkan kerutan,
jaringan parut yang tidak estetis (Gambar 1)
Penempatan insisi untuk drainase ekstraoral infeksi kepala leher. Insisi pada titik-titik berikut ini
digunakan untuk drainase infeksi pada spasium yang terindikasi: superficial dan deep temporal,
submasseteric, submandibular, submental, sublingual, pterygomandibular, retropharyngeal, lateral
pharyngeal, retropharyngeal (Peterson, 2003)
Tempatkan insisi pada daerah yang dapat diterima secara estetis, seperti di bawah bayangan
rahang atau pada lipatan kulit alami (Gambar 2).
Garis Langer wajah. Laserasi yang menyilang garis Langer dari kulit bersifat tidak
menguntungkan dan mengakibatkan penyembuhan yang secara kosmetik jelek. Insisi bagian fasia
ditempatkan sejajar dengan ketegangan kulit. (Pedersen, 1996).
Apabila memungkinkan tempatkan insisi pada posisi yang bebas agar drainase sesuai dengan
gravitasi.
Lakukan pemotongan tumpul, dengan clamp bedah rapat atau jari, sampai ke jaringan paling
bawah dan jalajahi seluruh bagian kavitas abses dengan perlahan-lahan sehingga daerah
kompartemen pus terganggu dan dapat diekskavasi. Perluas pemotongan ke akar gigi yang
bertanggung jawab terhadap infeksi
Tempatkan drain (lateks steril atau catheter) dan stabilkan dengan jahitan.
Pertimbangkan penggunaan drain tembus bilateral, infeksi ruang submandibula.
Jangan tinggalkan drain pada tempatnya lebih dari waktu yang ditentukan; lepaskan drain
apabila drainase sudah minimal. Adanya drain dapat mengeluarkan eksudat dan dapat menjadi
pintu gerbang masuknya bakteri penyerbu sekunder.
Bersihkan tepi luka setiap hari dalam keadaan steril untuk membersihkan bekuan darah dan
debris.
Pengetahuan yang seksama mengenai anatomi fascial dan leher sangat penting untuk drain yang tepat pada abses yang dalam, tetapi abses yang membatasi daerah dentoalveolar menunjukkan batas anatomi yang tidak jelas bagi ahli bedah. Hanya mukosa yang tipis dan menonjol yang memisahkan scalpel dari infeksi. Idealnya, abses harus didrain ketika ada fluktuasi sebelum ada ruptur dan drainase spontan. Insisi dan drainase paling bagus dilakukan pada saat ada tanda awal dari “pematangan” abses ini, meskipun drainase pembedahan juga efektif, sebelum adanya perkembangan klasik fluktuasi (Peterson, 2003).
Teknik insisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Peterson, 2003).
(1) Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi.
(2) Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan dengan anestesi infiltrasi.
(3) Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka direncanakan insisi :
Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar.
Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial pada titik terendah
akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran pus sesuai gravitasi.
Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara estetik, jika memungkinkan
dilakukan secara intraoral.
Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat fluktuasi positif.
(4) Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan unjung terbuka. Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak untuk mempermudah pengeluaran pus.
(5) Penembatan drain karet di dalam rongga abses dan distabilasi dengan jahitan pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan drainase.
(6) Pencabutan gigi penyebab secepatnya.