Negara maritim dan kelembagaan kelautan
-
Upload
sunoto-mes -
Category
Government & Nonprofit
-
view
2.589 -
download
6
description
Transcript of Negara maritim dan kelembagaan kelautan
NEGARA MARITIM DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELAUTAN SUNOTO, MES, PHD JAKARTA, 2014
DAFTAR ISI 1. Pendahuluan 2. Indonesia Negara Kepulauan 3. Potensi Kelautan 4. Potensi dan kinerja Perikanan 5. Deklarasi Juanda 17 desember 1957
6. United NaIons ConvenIon on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 7. Menuju Negara MariIm (persyaratan negara mariIm)
8. Arah kebijakan negara kepulauan: rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) 2005-‐2025
9. Kebutuhan kebijakan pembangunannegara mariIm
10. Keniscayaan penguatan kelembagaan kelautan
11. Landasan hukum dan kerangka konsItusional
12. Kebijakan negara mariIm dengan konsep Ekonomi Biru
13. Tujuan kebijakan menuju negara mariIm
14. Penguatan kelembagaan kelautan
15. Ruang lingkup kewenangan, tugas, dan fungsi kelembagaan kelautan
16. Kementerian terkait kelautan
17. Penutup
PENDAHULUAN
1. TANTANGAN • Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
kekayaan laut yang besar, tapi belum sepenuhnya dapat disebut sebagai negara mariIm karena potensi yang besar tersebut masih belum menjadi penopang kedaulatan ekonomi dan perdagangan nasional,
• Kondisi geografis strategis dan potensi laut yang sangat besar semesInya
dapat dijadikan modal dasar pembangunan menuju negara mariIm, • Modal dasar tersebut harus dapat dikuasai dengan kedaulatan dan
kemampuan pemanfaatannya secara poliIk, ekonomi, sosial, dan budaya untuk kepenIngan nasional dan hubungan internasional,
• Untuk itu, diperlukan dukungan kebijakan nasional pengelolaan
sumberdaya laut yang efekIf dengan dukungan kelembagaan negara kelautan yang kuat, sumberdaya manusia yang berkualitas, dan teknologi yang memadai menuju negara mariIm yang kuat.
2. INDONESIA NEGARA KEPULAUAN TERBESAR DI DUNIA
• Luas laut RI mencapai 5,8 juta km2 atau sekitar 2/3 wilayah RI adalah laut, yang terdiri dari 2,3 juta km2 perairan kepulauan, 0,8 juta km2 perairan tritorial, dan 2,7 juta km2 perairan ZEEI
• Jumlah pulau 17.508 buah, terdiri dari pulau-‐pulau besar dan kecil • Panjang pantai 104.000 km • Posisi Indonesia strategis, terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia • Keanekaragaman hayaI kelautan terbesar di dunia setara dengan
keanekaragaman hayaI Amazon dan Congo Basin • Lebih dari 80% kota-‐kota di Indonesia berlokasi di pesisir • Potensi ekonomi sumberdaya dan jasa kelautan besar: bioteknologi,
energi, mineral, perikanan laut, wisata, transportasi, dan industri mariIm
• Potensi sumberdaya kelautan yang begitu besar dan letak geografis Indonesia yang strategis merupakan modal dasar pembangunan sebagai negara mariIm.
3. POTENSI KELAUTAN • Potensi minyak dan gas di laut sangat besar, yaitu dari 60% cekungan
minyak potensial, sekitar 70% ada di laut • Sekitar 40% barang dan jasa perdagangan diangkut melalui laut • Seluruh propinsi (34) mempunya laut dan dari 505 kabupaten/kota
yang ada, sekitar 60% merupakan kabupaten/kota pesisir • Lebih dari 60% dari 250 juta penduduk lebih bertempat Inggal di
pesisir • Stok ikan nasional di laut 6,5 juta ton per tahun • Jumlah nelayan terbesar di dunia, yaitu 2,7 juta jiwa • kapal perikanan terbesar di dunia, yaitu lebih dari 600.000 kapal • Jumlah pembudidaya ikan terbesar di dunia, yaitu 2,8 juta jiwa • Potensi budidaya laut terbesar di dunia, yaitu 12 juta hektar.
3a. KINERJA KELAUTAN • Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola oleh KKP dari tahun 2010
terusmeningkat, dari 1,27 juta ha sampai dengan tahun 2013 menjadi 3,65 juta ha atau 81,11% dari target Renstra seluas 4,5 juta ha.
• Kawasan konservasi perairan seluruh Indonesia sampai dengan tahun 2013 seluas 15.764.210,85 ha. Luasan tersebut akan ditambah menjadi 20 juta hektar tahun 2015.
• Atas prakarsa Indonesia para pemimpin 6 negara, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Solomon Islands bersepakat untuk bekerja sama pada placorm yang sama untuk pengelolaan berkelanjutan sumber daya laut di kawasan Coral Triangle. Pada tahun 2014 telah disepakaI dan raIfikasi CTICFF menjadi organisasi regional yang permanen dan sekretariat berkedudukan di Manado.
• Tingkat capaian kinerja jumlah pulau-‐pulau kecil, termasuk pulau kecil terluar, yang dikelola dari tahun 2010 sebanyak 20 buah pulau, meningkat sampai dengan tahun 2013 menjadi 193 PPK atau 96,5% dari target Renstra, yaitu sebanyak 200 pulau. IdenIfikasi dan pemetaan potensi pulau-‐pulau kecil dari tahun 2010-‐2014 mencapai 229 pulau.
• Penamaan pulau-‐pulau kecil sampai sekarang ini telah mencapai 13.466 nama pulau atau 60% dari 17.504 pulau yang ada. Nama-‐nama pulau tersebut telah dilaporkan ke Konferensi PBB dalam sidang UNGEGN sesi 27 dan konferensi UNCSGN ke 10 di New York 30 Juli-‐10 Agustus 2012.
3b. USAHA GARAM RAKYAT
• Volume produksi garam rakyat pada tahun 2012 mencapai 2.978.616,10 ton, yang terdiri dari 2.020.109,70 ton hasil produksi Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR), produksi garam rakyat non PUGAR sebesar 453.606,40 ton, dan PT Garam 385.000 ton, serta sisa impor tahun 2012 sebesar 119.900 ton.
• Sementara esImasi kebutuhan garam konsumsi tahun 2012 sebesar 1.440.000 ton. Sehingga produksi garam nasional sudah surplus sebanyak 1.538.616,10 ton.
• Surplus garam sebesar 1.538.616,10 ton kemudian dapat dijadikan stok garam nasional pada semester I (Januari-‐Juli) Tahun 2013. Dengan demikian pada tahun 2012, Indonesia telah berhasil memenuhi target Swasembada Garam Konsumsi, sehingga Indonesia perlu menghenIkan impor garam.
4. POTENSI PERIKANAN
• Stok ikan nasional 6,5 juta ton per tahun • Jumlah nelayan 2,7 juta rumah tangga • Potensi perikanan budidaya tambah 1,2 juta hektar
• Potensi budidaya laut 12 juta hektar • Jumlah pembudidaya ikan 2,8 juta rumah tangga • Jumlah usaha pengolah ikan skala UMKM mencapai puluhan ribu usaha.
4a. KINERJA PERIKANAN Sebagai salah satu bagian dari potensi kelautan, perikanan mempunyai peran ekonomi penIng: • Pertumbuhan PDB Perikanan 2014 mencapai 6,9% lebih Inggi dari pertumbuhan
PDB nasional (5,8%) dan pertumbuhan PDB pertanian secara umum (3,5%). • Indonesia adalah negara penghasil ikan nomor dua di dunia pada tahun 2013
setelah Cina, sementara itu ekspor hasil perikanan kita menduduki peringkat 12 dan tantangan ke depan adalah terus berupaya meningkatkan produksi yang disertai dengan peningkatan ekpor hasil perikanan.
• Untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing telah dilakukan pengembangan industri pengolahan ikan. Jumlah produksi pengolahan sekitar 5,2 juta ton tahun 2013 naik 7,1% dari tahun 2010.
• Nilai ekspor produk perikanan 2013 mencapai US$4,16 milliar atau naik 7,84% dari 2012 yang besarnya US$3,85 milliar. Periode 2010-‐2013 volume ekspor naik rata-‐rata 4,37% per tahun sementara itu nilai ekspor naik rata-‐rata 13,41% per tahun.
• Nilai impor perikanan 2013 adalah 11,2% dari nilai ekspor (US$4,16 milliar), yaitu sekitar US$ 450 juta.
• Nilai ekonomi kelautan dan perikanan pada tahun 2013 mencapai lebih dari Rp 291 trilliun.
• Konsumsi ikan per kapita nasional selama 2010-‐2013 meningkat sebesar 5,33% per tahun, yakni dari 30,48 kg/kapita pada tahun 2010 menjadi 35,62 kg/kapita pada tahun 2013.
MENUJU NEGARA MARITIM
5. DEKLARASI JUANDA 13 DESEMBER 1957 NEGARA KEPULAUAN Konsep negara kepulauan mengacu pada Deklarasi Juanda 13 Desember 1957 yang kemudian ditetapkan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Deklarasi ini diterima dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-‐III Tahun 1982 (United NaIons ConvenIon On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya deklarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.
ISI DAN ESENSI DEKLARASI JUANDA 1) Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri 2) Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan 3) Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan : (a) Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulaT (b) Untuk menentukan batas-‐batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan (c) Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI.
6. UNCLOS 1982 (United NaIons ConvenIon on the Law of the Sea)
• MATRA LAUT ADALAH FAKTOR DOMINAN PEMBANGUNAN: KEDAULATAN, TATA KELOLA RUANG, SUMBERDAYA ALAM, DAN JASA KELAUTAN – Sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut yang mempersatukan pulau-‐pulau yang menyebar
di seluruh wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai UNCLOS 1982 dan peraturan perudang-‐undangan. Laut menjadi faktor dominan pembangunan sehingga patut menjadi acuan penyusunan pola dasar kebijakan ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, pertahanan dan keamanan.
• ESENSI UNCLOS 1982 – Penegasan hak-‐hak dan kewajiban negara pantai atas laut teritorial dan laut kepulauan (bagi
negara kepulauan) dan pengelolaan sumberdaya alam yang ada di dalamnya – Negara pantai mempunyai kedaulatan pengelolaan SDA di wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) sampai batas 200 mil laut yang melipuI permukaan dan kolom air laut, landas konInen dan udara yang berada di atasnya
– Negara pantai mempunyai hak dan kewajiban atas zona tambahan sampai dengan 24 mil laut diukur dari garis pangkal
– Negara pantai mempunyai hak atas landas konImen sampai dengan 200 mil laut diukur dari garis pangkal dan dapat diperluas sampai Idak melebihi 350 mil laut
– Dengan hak-‐hak dan kewajiban atas wilayah laut dan sumberdayanya tersebut negara pantai dapat membuat kebijakan pengelolaan serta penegakan hukumnya
– Dengan semua hak-‐haknya negara pantai berkewajiban untuk menghargai hak-‐hak masyarakat dunia terkait dengan kepenIngan pelayaran, perlindungan lingkungan, ekonomi dan keamanan.
• UNDANG-‐UNDANG 17 / 1985 TENTANG RATIFIKASI UNCLOS 1982: Penegasan Indonesia sebagai negara kepulauan
7. PERSYARATAN NEGARA MARITIM MODAL DASAR, KEDAULATAN EKONOMI DAN KELEMBAGAAN KELAUTAN: • MODAL DASAR: 1) letak geografis (negara kepulauan), 2) karakterisIk
tanah dan pantai (pesisir), 3) luas wilayah (darat dan laut), 4) jumlah dan karakter penduduk (SDM). Laut sebagai faktor dominan dan penduduk yang secara sosial, ekonomi dan budaya berorientasi pada laut;
• KEDAULATAN EKONOMI KELAUTAN DAN PERDAGANGAN BERBASIS LAUT: Menguasai dan berkemampuan mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut: ruang laut, sumberdaya alam, dan jasa kelautan serta sistem pertahanan berbasis laut, sebagai pendukung pembangunan ekonomi, perdagangan, dan kedaulatan negara, baik untuk kepenIngan nasional maupun hubungan internasional.
• KELEMBAGAAN KELAUTAN: Memiliki kelembagaan kelautan yang kuat yang mampu mendukung pemanfaatan sumberdaya kelautan menuju negara mariIm: kelembagaan Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
• MULTI SEKTOR: Potensi yang dapat digerakkan untuk mendukung negara mariIm melipuI: perikanan, transportasi laut, industri perkapalan, mineral dan energi, wisata bahari, bioteknologi kelautan, dan air laut-‐dalam (deep sea water).
8. ARAH KEBIJAKAN NEGARA KEPULAUAN: INDONESIA NEGARA KEPULAUAN YANG MANDIRI, MAJU, KUAT , DAN
BERBASIS KEPENTINGAN NASIONAL (RPJPN 2005-‐2025)
1) Membangkitkan wawasan dan budaya bahari, melalui (a) pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang kelautan melalui semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; (b) melestarikan nilai-‐nilai budaya serta wawasan bahari serta merevitalisasi hukum adat dan kearifan lokal di bidang kelautan; dan (c) melindungi dan menyosialisasikan peninggalan budaya bawah air melalui usaha preservasi, restorasi, dan konservasi
2) Meningkatkan dan menguatkan peranan sumber daya manusia di bidang kelautan dengan (a) mendorong jasa pendidikan dan pelatihan yang berkualitas di bidang kelautan untuk bidang-‐bidang keunggulan yang diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja, (b) mengembangkan standar kompetensi SDM di bidang kelautan, dan (c) peningkatan dan penguatan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, riset, dan pengembangan sistem informasi kelautan.
3) Menetapkan wilayah NKRI, aset-‐aset, dan hal-‐hal terkait di dalamnya, termasuk kewajiban-‐kewajiban yang telah digariskan oleh hukum laut UNCLOS 1982, yakni (a) menyelesaikan hak dan kewajiban dalam mengelola sumber daya kelautan berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982; (b) menyelesaikan penataan batas maritim (perairan pedalaman, laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinen); (c) menyelesaikan batas landas kontinen di luar 200 mil laut; (d) menyampaikan laporan data nama geograMis sumber daya kelautan kepada Perserikatan Bangsa-‐Bangsa. Di sisi lain, Indonesia juga perlu pengembangan dan penerapan tata kelola dan kelembagaan nasional di bidang kelautan, yang meliputi (a) pembangunan sistem hukum dan tata pemerintahan yang mendukung ke arah terwujudnya Indonesia sebagai Negara Kepulauan serta (b) pengembangan sistem koordinasi, perencanaan, monitoring, dan evaluasi.
4) Melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset Negara Kesatuan Republik Indonesia, meliputi (a) peningkatan kinerja pertahanan dan keamanan secara terpadu di wilayah perbatasan; (b) pengembangan sistem monitoring, control, and survaillance (MCS) sebagai instrumen pengamanan sumber daya, lingkungan, dan wilayah kelautan; (c) pengoptimalan pelaksanaan pengamanan wilayah perbatasan dan pulau-‐ pulau kecil terdepan; dan (d) peningkatan koordinasi keamanan dan penanganan pelanggaran di laut.
5) Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut melalui (a) pengembangan sistem mitigasi bencana; (b) pengembangan early warning system; (c) pengembangan perencanaan nasional tanggap darurat tumpahan minyak di laut; (d) pengembangan sistem pengendalian hama laut, introduksi spesies asing, dan organisme laut yang menempel pada dinding kapal; serta (e) pengendalian dampak sisa-‐sisa bangunan dan aktivitas di laut.
6) Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir dilakukan dengan mengembangkan kegiatan ekonomi produktif skala kecil yang mampu memberikan lapangan kerja lebih luas kepada keluarga miskin.
9. KEBUTUHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NEGARA MARITIM
• EKONOMI KELAUTAN – Kebijakan operasional sistem pembangunan ekonomi berbasis wujud negara kepulauan – Kebijakan hg batas-‐batas landas konInen dan tata kelola sumberdaya yang ada di dalamnya: energi dan mineral di dasar laut – Kebijakan operasional pengelolaan kabel dan pipa di dasar laut di perairan 12 mil laut-‐200 mil laut – Arah dan kebijakan nasional pengembangan ekonomi berbasis wisata, keanekaragaman hayaI, dan bioteknologi terkait pemanfaatan
sumberdaya alam laut – Kebijakan pengembangan ekonomi berbasis laut lintas batas propinsi dan kabupaten/kota
• KONEKTIVIVITAS ANTAR PULAU DAN ANTAR PUSAT-‐PUSAT PERTUMBUHAN
– Pengembangan konekIvitas antara pulau dan pusat-‐pusat pertumbuhan ekonomi, berupa transportasi dan telekomunikasi – Pengembangan jaringan transportasi berbasis konsep negara kepulauan
• TATA RUANG DAN TATA KELOLA LAUT – Kebijakan tata ruang laut nasional yang definiIf dan implementasi kebijakan tata ruang laut daerah – Kebijakan pengaturan tata ruang laut di atas 12 mil laut sampai dengan 200 mil laut – Kebijakan dan pelaksanaan sistem tata guna laut lintas propinsi dan kabupaten/kota.
• SDM, PENELITIAN, DAN TEKNOLOGI – Kebijakan pengembangan SDM terkait laut dan yang hidup bergantung atau di dekat laut – Kebijakan pengembangan peneliIan dan Teknologi bidang kelautan dan yang terkait belum berkembang.
• PENCEMARAN, KERUSAKAN LAUT, DAN PERUBAHAN IKLIM – Kebijakan penanggulangan kerusakan dan pencemaran laut yang makin meningkat sebagai akibat akIvitas di laut dan di darat – Kebijakan sistem pencegahan dan penanganan pencemaran dan kerusakan lingkungan di laut terintegrasi – Kebijakan dan pelaksanaan adaptasi dan miIgasi ancaman perubahan iklim yang makin meningkat.
• KELEMBAGAAN KELAUTAN: – Sebagai negara kepulauan, Indonesia memerlukan kelembagaan kelautan yang kuat yang ruang lingkup tanggung jawabnya bersifat lintas
sektoral – Untuk itu diperlukan Kementerian yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kebijakan ekonomi berbasis negara kepulauan
untuk memperkuat eksistensi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah ada.
10. KENISCAYAAN KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELAUTAN
TANTANGAN: • Industri mariIm makin berkembang dan persaingan internasional makin Inggi, • Integrasi kebijakan tentang laut dan kegiatan terkait makin diperlukan opImalisasi pemanfaatan
sumberdaya laut, • Keberlanjutan pembangunan dengan perspekIf laut sebagai faktor dominan untuk menjamin
keseimbangan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
• Sebagai negara kepulauan Indonesia membutuhkan pola dan arah kebijakan pembangunan berbasis konsep negara kepulauan dengan matra laut sebagai faktor dominan pembangunan dengan kelembagaan kelautan yang kuat.
KEMENTERIAN TEKNIS BIDANG KELAUTAN: (KKP) • Eksistensi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diperlukan untuk melaksanakan kebijakan
operasional bidang kelautan: ekonomi, sosial, dan budaya. Penyatuan bidang perikanan di KKP diperlukan untuk menjaga konsistensi terhadap hak dan kwajiban yang diatur oleh UMCLO 1982. Perikanan bukan sekedar komoditas ekonomi, tetapi juga melekat kedaulatan negara sebuah negara pantai dan negara kepulauan sebagaimana diatur oleh UNCLOS 1982.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KELAUTAN: (KEMENKO) • Indonesia memerlukan kelembagaan kementerian koordinasi di bidang kelautan • Kementerian Koordinator Kelautan adalah keniscayaan untuk memperkokoh pembangunan negara
kepulauan yang melibatkan sejumlah kementerian teknis • Kementerian Koordinator Kelautan akan mengatasi beban kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan
terkait koordinasi kebijakan dan pelaksanaan program dan kegiatan di laut yang bersifat lintas sektoral.
11. LANDASAN HUKUM DAN KERANGKA KONSTITUSIONAL
KENISCAYAAN KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN KELAUTAN DILANDASI MANDAT HUKUM SEBAGAI BERIKUT:
• UUD 1945 pasal 33 • DEKLARASI JUANDA 13 DESEMBER 1957 • UNCLOS 1982 • UNDANG-‐UNDANG 17 TAHUN 1985 TENTANG PENGESAHAN UNCLOS 1982 • UNDANG-‐UNDANG 27 TAHUN 2007 Jo UNDANG-‐UNDANG 1 TAHUN 2014
TENTANG PESISIR DAN PULAU-‐PULAU KECIL • UNDANG-‐UNDANG 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA
ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA • UNDANG-‐UNDANG 23 TAHUN 1997 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP • UNDANG-‐UNDANG 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN • RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL (RPJPN)
2005-‐2025 • UNDANG-‐UNDANG 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA • UNDANG-‐UNDANG 31 TAHUN 2004 TTG PERIKANAN JO UU 45/2009
12. KERANGKA KEBIJAKAN NEGARA MARITIM 1) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan berbasis negara kepulauan,
yaitu konsep negara kepulauan sebagai pola dasar pembangunan; 2) Pemanfaatan sumberdaya kelautan sebagai penggerak utama ekonomi
nasional dengan memanfaatkan laut sebagai modal dasar pembangunan (ruang laut, sumberdaya alam di laut, dan jasa kelautan) didukung oleh SDM yang handal dan teknologi yang memadai;
3) Penerapan Tata Kelola Laut yang Baik (good ocean governance) untuk kegiatan mulI sektor dengan menggunakan pendekatan pemanfaatan laut terpadu (integrated sea use management) dan ecosystem-‐based management, sesuai UU 27/2007 hg Pesisir dan Pulau-‐pulau Kecil jo. UU 01/2024 dan Undang-‐undang Kelautan yang akan segera disyahkan;
4) Pengembangan Kawasan Eknomi Biru (blue economy), yaitu pengembangan kawasan ekonomi berbasis darat dan laut terintegrasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kota-‐koTa pantai, dan perlidungan lingkungan (seperI ICZM);
5) Promosi pengembangan investasi dan bisnis dengan model ekonomi biru dengan prinsip-‐prinsip: efisiensi sumberdaya alam, Idak meninggalkan apa pun berupa limbah, dan kepedulian sosial (peningkatan pendapatan dan perluasan lapangan kerja).
13. KEBIJAKAN KELAUTAN MENUJU NEGARA MARITIM
Kebijakan kelautan bertujuan untuk membangunan negara RI sebagai negara mariIm yang mandiri, maju, dan kuat dengan ruang lingkup sebagai berikut: – MENGEMBANGKAN TATA KELOLA LAUT YANG BAIK (GOOD OCEAN GOVERNANCE)
berdasarkan prinsip keberlanjutan (sustainability) – MENINGKATKAN efisiensi SDA dan nilai ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat – MENINGKATKAN KERAGAMAN AKTIVITAS EKONOMI YANG BERNILAI TAMBAH
DAN YANG BERDAYA SAING dengan konsep pembangunan berkelanjutan dengan pendekatan regionalisasi (kewilayahan)
– MENGEMBANGKAN KONEKTIVITAS lintas pulau dan pusat-‐pusat pertumbuhan ekonomi
– MENINGKATKAN AKSESIBILITAS masyarakat lokal terhadap sumberdaya ekonomi – MENDORONG BERKEMBANGNYA INVESTASI INOVATIF DAN KREATIF untuk
peningkatan efisiensi dan nilai tambah sumberdaya alam – MENGEMBANGKAN SISTEM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM secara seimbang
antara pemanfaatan dan pelestarian lingkungan
14. PENGUATAN KELEMBAGAAN KELAUTAN
TUJUAN: – Memperkuat kelembagaan kelautan untuk mengembangkan sistem pembangunan berbasis konsep negara kepulauan,
– Meningkatkan efekIvitas pelaksanaan operasional dan koordinasi kebijakan, program, dan kegiatan di bidang kelautan lintas sektoral, antar negara, dan dengan lembaga internasional,
– MengopImalkan pemanfaatan sumberdaya laut, yang melipuI ruang, sumberdaya alam, dan jasa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang Inggi, pemerataan, dan kesejahteraan rakyat,
– Memperkuat Indonesia sebagai negara mariIm dan perannya dalam hubungan intenasional.
TUGAS DAN FUNGSI KELEMBAGAAN KELAUTAN
(KKP DAN KEMENKO)
15. TUGAS DAN FUNGSI KELEMBAGAAN KELAUTAN (KKP DAN KEMENKO KELAUTAN)
• Kementerian Koordinasi Kelautan memperkuat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan kementerian lainnya terkait dengan sektor kelautan. Keberadaan kementerian teknis sektor kelautan sangat penIng untuk menjamin terlaksananya kebijakan Ingkat operasional.
• TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN KP diperkuat pada Ingkat operasional.
• TUGAS DAN FUNGSI KEMENKO KELAUTAN: KOORDINASI Perumusan Kebijakan Kelautan sesuai UNCLOS 1982 DAN RPJPN 2005-‐2025, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan Program dan Kegiatan Lintas Sektor terkait kelautan yang melipuI:
1) PEMBINAAN WAWASAN DAN BUDAYA BAHARI, PENGEMBANGAN SDM, DAN IPTEK 2) TATA KELOLA LAUT (OCEAN GOVERNANCE) 3) PENEGAKAN KEDAULATAN, PENGAMANAN ASET NEGARA DAN SUMBERDAYA KELAUTAN NASIONAL
SESUAI HUKUM RI DAN UNCLOS 1982 4) INDUSTRIALISASI KELAUTAN 5) PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT 6) PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT MISKIN
Keterangan: • Elaborasi tugas dan fungsi kelembagaan kelautan baca penjelasan: 15.1 s/d 15.6 • Tugas dan fungsi kelembagaan bidang perikanan disesuaikan dengan UU 31/2004 tentang Perikanan jo
UU 45/2009 • Tugas dan fungsi kelembagaan bidang lainnya disesuaikan peraturan perundang-‐undangan terkait
15.1 PEMBINAAN WAWASAN DAN BUDAYA BAHARI, PENGEMBANGAN SDM DAN IPTEK
1) Pengembangan generasi muda cinta bahari melalui : pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang kelautan; modul pelatihan dan programa penyuluhan; pengembangan kurikulum pendidikan tentang kelautan; sosialisasi dan promosi kelautan; dan penyelengaraan Hari Nusantara
2) Peningkatan peran masyarakat hukum adat/masyarakat lokal melalui : pemeliharaan kearifan lokal; dan pendayagunaan masyarakat pemangku hukum adat
3) Pengelolaan sumberdaya budaya bahari melalui : pengelolaan situs-‐situs sejarah bahari; dan pengelolaan BMKT
4) Pengembangan jiwa wirausaha berbasis sumberdaya kelautan. 5) Peningkatan kapasitas SDM kelautan berbasis kompetensi melalui :
Pengembangan kelembagaan, sarana prasarana pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan
6) Peningkatan inovasi IPTEK Kelautan melalui : – Pengembangan IPTEK Dasar, Menengah, dan Tinggi – Pengembangan IPTEK terapan – Pengembangan kelembagaan penelitian dasar dan terapan bidan IPTEK
15.2 TATA KELOLA LAUT (ocean governance) 1) Kebijakan nasional tata kelola laut nasional terintegrasi lintas sektor: naVonal ocean policy,
rencana induk dan implementasinya 2) Penyelesaian penetapan batas-‐batas wilayah laut dan landas konInen yang berbatasan dengan
negara lain 3) Penataan dan pemanfaatan ruang laut nasional untuk transportasi, pemanfaatan sumberdaya
perikanan, energi, mineral, wisata bahari, bioteknologi, kabel dan pipa bawah laut, pertahanan dan keamanan
4) Penguatan data batas wilayah perbatasan antara negara 5) Pengembangan Jaringan Data dan Informasi Kelautan Nasional 6) Rencana zonasi laut, wilayah pesisir dan pulau-‐pulau kecil 7) Penyelesaian hak dan kewajiban dalam pengelolaan sumberdaya kelautan di perairan
pedalaman, laut terotorial, zona tambahan, ZEE, dan landas konInen 8) Pengelolaan pulau-‐pulau kecil terluar 9) Sistem perizinan pemanfaatan ruang dan sumberdaya di laut, pesisir dan pulau-‐pulau kecil 10) Pengelolaan batas wilayah laut provinsi dan kab/kota 11) Pengelolaan zonasi/wawasan marikultur inshore dan outshore 12) Pengawasan pemanfaatan ruang 13) Pengawasan pemanfaatan pulau-‐pulau kecil terluar 14) Pengawasan reklamasi pulau-‐pulau kecil
15.3 PENEGAKAN KEDAULATAN, PENGAMANAN ASET NEGARA DAN SUMBERDAYA KELAUTAN SESUAI
HUKUM RI DAN UNCLOS 1982
1) Penegakan kedaulatan, pengamanan aset negara, dan sistem pertahanan dan keamanan wilayah laut nasional
2) Peningkatan kepatuhan pemanfaatan sumberdaya kelautan lintas sektor terhadap ketentuan peraturan perundangan yang mengaturnya dan perizinan pemanfaatannya
3) Peningkatan kepatuhan pemanfaat wilayah pesisir dan pulau-‐pulau kecil terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan perizinan
4) Peningkatan efekIvitas penegakan hukum di bidang pemanfaatan sumberdaya kelautan
5) Pengembangan dan Penguatan Sistem Pemantauan dan Pengawasan Laut Nasional (Terpadu) atau MCS (monitoring, control, and surveillance)
15.4 INDUSTRIALISASI KELAUTAN 1) Pengembangan dan modernisasi sistem transportasi laut, pengelolaan
sumberdaya energi dan mineral, pemanfaatan sumberdaya perikanan dan garam, pengembangan bioteknologi dan biofarmakologi laut, pemanfaatan air laut dalam; pengembangan energi sumberdaya non konvensional dan sumberdaya terbarukan.
2) Pengembangan ekonomi jasa kelautan yang modern yang melipuI: pengembangan wisata bahari; pengelolaan pipa dan kabel bawah laut; pengembangan jasa data kelautan, penataan fungsi bangunan lepas pantai akIf dan pasif/abandon, pengembangan jaringan keahlian jasa kelautan (termasuk desain, rekayasa, dan pembangunan bangunan laut serta inspeksi kelautan)
3) Pembangunan infrastruktur kelautan yang modern menuju negara industri berbasis kelautan
4) Pengembangan produk-‐produk berbasis kelautan bernilai tambah Inggi.
15.5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
LAUT 1) Pencegahan pencemaran lingkungan laut yang berasal dari daratan dan kegiatan
di laut 2) Pengembangan sistem tangap darurat tumpahan minyak di laut 3) Pengembangan sistem pengendalian hama laut 4) Pengendalian dan penanggulanan permasalahan sampah laut (marine debris) 5) Pengendalian introduksi spesies asing dan organisme laut 6) Pengendalian dampak sisa-‐sisa bangunan dan akIvitas di laut 7) Pengawasan terhadap kegiatan perikanan yang menyebabkan pencemaran laut 8) Pemantauan pencemaran laut 9) Pengembangan sistem miIgasi bencana di wilayah pesisir dan laut 10) Adaptasi dan miIgasi bencana akibat perubahan iklim
15.6 PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT MISKIN
1) Pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat: pengembangan
kegiatan ekonomi berbasis komoditas kelautan, pengembangan dan pembangunan sistem konekIvitas (transportasi dan komunikasi) antar pesisir, pulau-‐pulau kecil dan perbatasan dan program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)
2) Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-‐pulau kecil, melalui :penataan kawasan sebagai pusat pengembangan ekonomi, pengelolaan pulau-‐pulau kecil terluar, pemutakhiran data pembakuaan nama pulau-‐pulau kecil, penataan dan akselerasi investasi di pulau-‐pulau kecil, peningkatan sarpras transportasi antar pulau, dan pengembangan pulau-‐pulau kecil berbasis gugus pulau
16. KEMENTERIAN TERKAIT MARITIM
1) Kementerian Keuangan 2) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional 3) Kementerian Dalam Negeri 4) Kementerian Perindustrian 5) Kementerian ESDM 6) Kementerian ParIwisata 7) Kementerian Perhubungan 8) Kementerian Kehutanan 9) Kementerian Pekerjaan Umum 10) Kementerian Kelautan Dan Perikanan 11) Kementerian Pendidikan Nasional 12) Kementerian Pertanian 13) Kementerian Koperasi Dan UKM 14) Kementerian Lingkungan Hidup 15) Kementerian Sosial 16) Kementerian Kesehatan 17) Kementerian Perumahan Rakyat
17. PENUTUP • Sebagai negara kepulauan Indonesia mempunyai
karakterisIk khas, yaitu laut merupakan faktor dominan dan pemersatu puluhan ribu pulau, sehingga memerlukan pendekatan pembangunan berbasis konsep negara kepulauan, yaitu integrasi pembangunan berbasis daratan dan laut.
• Dengan demikian,diperlukan kelembagaan kelautan yang kuat berupa Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Koordinator Bidang Kelautan yang mampu meningkatkan kinerja pembangunan yang terintegrasi menuju perwujudan misi INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN YANG MANDIRI, MAJU, KUAT, DAN BERBASISKAN KEPENTINGAN NASIONAL (RPJP 2005-‐2025)