Negara Hukum

30
NEGARA HUKUM Tugas Kelompok 6 Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan Disusun oleh: Siti Sarah Aprilia FAKULTAS ILMU HUKUM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

description

negara hukum

Transcript of Negara Hukum

NEGARA HUKUM

Tugas Kelompok 6

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh:

Siti Sarah Aprilia

FAKULTAS ILMU HUKUM

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2015-2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul NEGARA HUKUM sesuai waktu yang ditentukan.

Tujuan pokok dari penyusunan makalah ini untuk memberikan beberapa informasi

pengetahuan tentang Negara Hukum bagi para pembacanya, selain itu makalah ini juga

dapat berfungsi sebagai bahan referensi pembelajaran perkuliahan khususnya bidang studi

Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

      1.  Syaifullah Noor SH, M.H. selaku Asisten dosen mata kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan.

     2. Teman-teman mahasiswa Universitas Syiah Kuala, khususnya teman-teman satu

kelompok tugas ini.

Penyusun menyimpulkan masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penelitian

ini, oleh karena itu Penyusun memohon kepada para pembaca untuk dapat memberikan

tanggapan atau masukan maupun saran yang sifatnya membangun agar makalah ini

menjadi lebih baik.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I            

PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1  Latar Belakang dan Masalah......................................................................1

1.2  Rumusan Masalah......................................................................................2

1.3  Tujuan........................................................................................................2

1.4  Manfaat......................................................................................................2

BAB II           

PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Pengertian Negara Hukum...........................................................................3

B. Ciri-ciri Negara Hukum................................................................................4

C. Tipe Negara Hukum.....................................................................................7

D. Indonesia Sebagai Negara Hukum...............................................................8

BAB III         

KESIMPULAN...............................................................................................10

BAB IV         

PENUTUP......................................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara Hukum

telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan. Dimulai dari zaman Plato

hingga kini, konsepsi Negara Hukum telah banyak mengalami perubahan yang mengilhami

para filsuf dan para pakar hukum untuk merumuskan apa yang dimaksud dengan Negara

Hukum dan hal-hal apa saja yang harus ada dalam konsep Negara Hukum.

Pemerintahan berberdasarkan hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa

hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa hukum adalah otoritas tertinggi dan

bahwa semua warga negara termasuk para pejabat dan pemerintah tunduk pada hukum dan

sama-sama berhak atas perlindungannya. Dalam tradisi negara liberal dikatakan bahwa

kebebasab sipil dan hak-hak sipil (yang mencakup kebebasan berpikir dan berpendapat,

kebebasan berkumpul dan berserikat, kebebasan beragama serta kebebasan pers) akan sulit

diwujudkan jika hukum disebuah negara tidak diberlakukan secara tegas dan pada semua

orang, termasuk pejabat pemerintah. Dengan kata lain, supremasi hukum dalam rule of law

merupakan unsur utama yang mendasari terciptanya masyarakat yang demokratis dan adil.

Dengan demikian, perbedaan yang kuat dan lemah tidak lagi memainkan

peran. Orang dapat memperoleh apa yang menurut hukum menjadi haknya, entah dia kuat

ataupun lemah. Secara sederhana , supremasi hukum bisa dikatakan bahwa kekuasaan

pihak yang kuat diganti dengan kekuasaan berdasarkan keadilan dan rasional.

Dalam makalah dengan topik Negara Hukum ini akan diuraikan dengan singkat

perkembangan konsep Negara Hukum, rumusan konsep Negara Hukum dari para pakar,

apa yang dimaksud dengan rumusan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Amandemen, tipe Negara

Hukum dan ciri-ciri Negara Hukum.

1.2 Rumusan Masalah

           a.       Apa yang di maksud dengan Negara Hukum?

           b.      Apa ciri-ciri Negara Hukum?

           c.       Apa tipe Negara Hukum?

           d.      Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?

1.3 Tujuan

v  Tujuan Pokok:

            Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan

   v  Tujuan Dasar:

            a.   Untuk menambah pengetahuan tentang Negara Hukum.

            b.   Untuk mengetahui ciri-ciri Negara Hukum.

            c.   Untuk mengetahui tipe Negara Hukum.

            d.   Untuk mengetahui landasan tentang Indonesia sebagai Negara Hukum

1.4 Manfaat

            a.       Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Kewarganegaraan

            b.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang Negara Hukum

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Negara Hukum

Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan

atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum, yaitu pertama:

hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan

melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah;

kedua: norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal,

melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum. Hukum menjadi landasan

tindakan setiap negara. ada empat alasan mengapa negara menyelenggarakan dan

menjalankan tugasnya berdasarkan hukum yaitu:

1.      demi kepastian hukum.

2.      tuntutan perlakuan yang sama.

3.      legitimasi demokrasi.

4.      tuntutan akal budi.

Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh

berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu.

Dalam negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan

kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak

berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.

Ditinjau dari sudut sejarah,  pengertian Negara Hukum berbeda-beda, berdasarkan

sisitemnya diantaranya yaitu Negara Hukum Eropa Kontinental dan Negara Hukum Anglo

Saxon (Rule of Law).

1.  Negara Hukum Eropa Kontinental

Negara Hukum Eropa Kontinental ini dipelopori oleh Immanuel Kant. Tujuan

negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan hukum dari individu-individu

dalam masyarakat. Konsep negara hukum ini dikenal dengan negara hukum liberal atau

negara hukum dalam arti sempit atau “nachtwakerstaat”. Dikatakan negara hukum liberal

karena Kant dipengaruhi oleh paham liberal yang menentang kekuasaan absolute raja pada

waktu itu. Dikatakan negara hukum dalam arti sempit karena pemerintah hanya bertugas

dan mempertahankan hukum dengan maksud menjamin serta melindungi kaum Boujuis

(tuan tanah) artinya hanya ditujukan pada kelompok tertentu saja. Dikatakan

Nechtwakerstaat (Negara Penjaga Malam) karena negara hanya berfungsi menjamin dan

menjaga keamanan sebagaimana pendapat John Locke mengenai fungsi negara yaitu:

1)  Legislatif

2)  Eksekutif

3) Federatif (Pertahanan Keamanan)

2. Negara Hukum Anglo Saxon (Rule of  Law)

Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat, tetapi mengenal

atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule of Law” atau Pemerintahan oleh Hukum

atau Goverment of Judiciary.

Rule of Law (Rol) adalah sebuah konsep hukum yang sesungguhnya lahir dari

sebuah bentuk protes terhadap sebuah kekuasaan yang absolute disebuah negara. Dalam

rangka membatasi kekuasaan yang absolute tersebut maka diperlukan pembatasan-

pembatasan terhadap kekuasaan itu, sehingga kekuasaan tersebut ditata agar tidak

melanggar kepentingan asasi dari masyarakat, dengan demikian masyarakat terhindar dari

tindakan-tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa.

Rule of Law pada hakekatnya adalah memposisikan hukum sebagai landasan

bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara. Rule of Law dapat

dilakasanakan dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia karena salah satu ciri dari

Rule of Law (negara hukum) adalah terlindunginya Hak Asasi Manusia di negara yang

bersangkutan.

Asal usul Rule of Law merupakan satu doktrin dalam hukum yang muncul pada

abad 19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Kehadirannya dapat

dikatakan sebagai reaksi dan koreksi terhadap negara absolute yang telah berkembang

sebelumnya. Negara absolute sebagai perkembangan keadaan di Eropa yaitu negara yang

terdiri atas wilayah-wilayah otonom. Negara absolute (sebagai negara modern) menyerap

kekuasaan menyerap kekuasaan yang semula ada pada wilayah-wilayah ke dalam satu

tangan yaitu tangan raja.

Rule of Law lahir dengan semangat yang tinggi bersama-sama dengan demokrasi,

parlemen dan sebagainya, kemudian Rule of Law mengambil alih akomodasi yang dimiliki

ancient regime yang terdiri dari golongan-golongan ningrat, prajurit dan kerajaan.

Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis (mennurut hukum/secara

hukum) terhadap kekuasaan, pada dasarnya disebabkan oleh politik kekuasaan yang

cenderung korup. Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan peran negara bagi

kehidupan dan masyarakat. Atas dasar pengertian tersebut maka terdapat keinginan yang

sangat besar untuk melakukan pembatasan terhadap kekuasaan secara normatif, untuk

menghindari kekuasaan yang dispotik.

Dalam hubungan inilah maka kedudukan konstitusi sangat penting bagi kehidupan

masyarakat. Oleh karena itu lahirlah negara konstitusi yang melahirkan doktrin Rule of

Law, inilah awal dari kelahiran Doktrin Egalitarian dalam hukum yang menjadi ciri utama

Rule of  Law. Disinilah kemudian Rule of Law merupakan doktrin dengan semangat dan

idealisme keadilan yang tinggi seperti supremasi hukum dan kesamaan setiap orang di

depan hukum.

B.     Ciri-ciri Negara Hukum

1.      Ciri Negara hukum Eropa Kontinental

Menurut Kant untuk dapat disebut sebagai Negara hukum harus memiliki dua unsur

pokok, yaitu:

1) Adanya perlindungan HAM.

2)  Adanya pemisahan kekuasaan.

Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata model Negara hukum ini belum

memuaskan dan belum dapat mencapai tujuan kalau hanya dua unsur tersebut tidaklah

cukup. Maka Negara hukum sebagai paham liberal berubah ke paham Negara kemakmuran

(Welvaarstaat atau Social Service Staat) yang dipelopori oleh Friedrich Julius Stahl.

Menurut Stahl Negara hukum harus memenuhi empat unsur pokok, yaitu:

1)   Adanya perlindungan HAM.

2)  Adanya pemisahan kekuasaan.

3)  Pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum.

4)  Adanya peradilan administrasi.

Pada suatu Welvaarstaat tugas pemerintah adalah mengutamakan seluruh

kepentingan rakyat. Dalam mencampuri urusan kepentingan rakyat pemerintah harus

dibatasi oleh undang-undang. Apabila timbul perselisihan antara pemerintah dengan rakyat

akan diselesaikan oleh peradilan administrasi yang berdiri sendiri. Peradilan ini memenuhi

dua persyaratan yaitu yang pertama, tidak memihak ke pihak manapun dan yang kedua,

petugas-petugas peradilan harus terdiri dari orang-orang yang ahli dalam bidang-bidang

tersebut.

2.      Ciri Negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law)

Menurut A.V. Dicey, Negara hukum harus memiliki 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:

1)  Supremacy of Law (Supremasi Hukum).

Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi.

Kekuasaan harus tunduk pada hukum, bukan sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan,

maka kekuasaan dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum hanya dijadikan alat

untuk membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi tujuan untuk melindungi

kepentingan rakyat.

2)      Equality Before The Law (Kedudukan Sama/Sederajat dimata Hukum).

Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah

sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah berfungsi

mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur berpedoman

satu, yaitu undang-undang. Bila tidak mempunyai persamaan hukum maka orang yang

mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum. Pada prinsipnya Equality Before The

Law adalah tidak ada tempat bagi backing yang salah, melainkan undang-undang

merupakan backing  (bantuan/dorongan) terhadap yang benar.

3)     Human Right (Hak-hak Manusia dalam UU).

Human Right meliputi 3 hal pokok, yaitu:

(1)  The Right to Personal Freedom (Kemerdekaan Pribadi)

Yaitu hak untuk melakukan sesuatu yang dianggap baik bagi dirinya tanpa

merugikan orang lain.

(2) The Right of Discussion (Kemerdekaan Berdiskusi)

Yaitu hak untuk mengemukakan pendapat dan mengkritik dengan ketentuan yang

bersangkutan, juga harus bersedia mendengarkan pendapat dan menerima kritik dari orang

lain.

(3) The Right of Public Meeting (Kemerdekaan Mengadakan Rapat)

Kebebasan ini harus dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau

memprovokasi. Paham Dicey ini adalah merupakan kelanjutan dari ajaran John Locke yang

berpendapat bahwa manusia sejak lahir sudah mempunyai hak-hak azasi & tidak seluruh

hak-hak azasi diserahkan kepada Negara dalam kontrak sosial.

Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo Saxon

adalah keduanya mengikuti adanya Supremasi Hukum. Perbedaannya adalah pada Negara

Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri sehingga siapa saja

yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan yang sama, sedangkan Negara

hukum Eropa Kontinental terdapat peradilam administrasi yang berdiri sendiri.

Selanjutnya konsep Rule of  Law dikembangkan dari ahli hukum (International

Comunition of  Jurits) Asia Tenggara & Asia Pasifik yang berpendapat bahwa Rule of Law

harus mempunyai syarat/ciri sebagai berikut:

a.       Perlindungan Konstitusional.

b.      Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

c.       Kebebasan untuk menyatakan pendapat.

d.      Pemilihan umum yang bebas.

e.       Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi.

f.       Pendidikan civics (kewarganegaraan/politik)

Adapun ciri Negara hukum menurut Montesquieu, yaitu:

a.       Perlindungan HAM.

b.      Ditetapkan suatu ketatanegaraan suatu negara.

c.       Membatasi kekuasaan & wewenang organ-organ negara.

C.    Tipe Negara Hukum

Ada 3 tipe Negara hukum, yaitu:

1.      Tipe Negara Hukum Liberal.

Tipe Negara hukum Liberal ini menghandaki supaya Negara berstatus pasif artinya

bahwa warga Negara harus tunduk pada peraturan-peraturan Negara.  Penguasa dalam

bertindak sesuai dengan hukum. Disini kaum Liberal menghendaki agar penguasa dan yang

dikuasai ada suatu persetujuan dalam bentuk hukum, serta persetujuan yang menjadi

penguasa.

2.      Tipe Negara Hukum Formil atau Division of Power.

Negara hukum Formil yaitu Negara hukum yang mendapatkan pengesahan dari

rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan

undang-undang. Negara Hukum formil ini disebut juga dengan Negara demokratis yang

berlandaskan Negara hukum.

3.      Tipe Negara Hukum Materiil atau Sparation of Power.

Negara Hukum Materiil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut

dari Negara Hukum Formil; tindakan penguasa harus berdasarkan undang-undang

atau berlaku asas legalitas yaitu dalam negara hukum Materiil tindakan dari penguasa

dalam hal mendesak demi kepentingan warga Negara dibenarkan bertindak menyimpang

dari undang-undang atau berlaku asas Opportunitas.

D.    Indonesia sebagai Negara Hukum

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1

ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin

kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan

harus merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum

UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut:

1.      Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia

berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).

2.      Sistem Konstitusional yaitu Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),

tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

      Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang

kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah

Eropa Kontinental. Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum

materiil, yang dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat

dijadikan landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV

tentang Perekonomian Nagara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang

menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara

dan kesejahteraan rakyat.

           Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1.      Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.

2.      Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.

3.      Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.

4.      Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD

1945).

5.      Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).

6.      Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.

7.      Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).

8.  Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

9.     Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD

1945).

BAB III

KESIMPULAN

Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan

kekuasaan, dan pemerintahannya berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar) bukan

absolute (kekuasaan yang tidak terbatas.

Ciri-ciri Negara Hukum:

     1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, negara tidak dapat

bertindak sewenang-wenang, tindakan negara oleh hukum.

      2.  Azas legalaitas; setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah

diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati oleh pemerintah atau aparatnya.

      3. Pemisahaan kekuasaan; agar hak-hak asasi iu betul-betul terjamin oleh pemisahan

kekuasaan.

Prinsip-prinsip Negara Hukum (menurut Jimly Assiddiqie):

1. Supremasi Hukum ( Supremacy of Law ).

2. Asas Legalitas ( Due Process of Law ).

3. Pembatasan kekuasaan.

4. Organ-Organ Pemerintahan yang Indepenen.

5. Peradilan bebas dan tidak memihak.

6. Peradilan Tata Usaha Negara.

7. Peradilan Tata Negara ( Constitutional Court).

8. Perlindungan Hak Asasi Manusia.

9. Bersifat Demokratis ( Democratische Rectsstaat ).

10. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare rechstaat).

11. Tranfaransi dan kontrol sosial.

Tipe Negara Hukum:

        1. Tipe Negara Hukum Liberal

        2.  Tipe Negara Hukum Formiil

        3.  Tipe Negara Hukum Materiil

Indonesia sebagai Negara Hukum tertera pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang

menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

BAB IV

PENUTUP

Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena

terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya

dengan judul makalah ini. Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat

memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya

makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga

makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada

umumnya.